04.10.2015 Views

LUMAJANG

20151005_MajalahDetik_201

20151005_MajalahDetik_201

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

REBUTAN SENAM MINATI<br />

PASIR<br />

BERDARAH<br />

<strong>LUMAJANG</strong><br />

EDISI 201 | 5 - 11 OKTOBER 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 201 5 - 11 OKTOBER 2015<br />

TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKEL<br />

FOKUS<br />

TUMBAL DARAH<br />

SALIM ‘KANCIL’<br />

SALIM “KANCIL” DIBUNUH<br />

DENGAN SANGAT SADIS.<br />

PULUHAN PREMAN MENGEROYOK<br />

PRIA KURUS ITU GARA-GARA<br />

TERUSIK OLEH PROTESNYA.<br />

SALIM MINTA PENAMBANGAN<br />

PASIR ILEGAL DIHENTIKAN.<br />

NASIONAL<br />

CRIME STORY<br />

n COBLOS ‘SETUJU’ ATAU ‘TIDAK’<br />

n BOLA LIAR UNTUK ISTANA<br />

BUKU<br />

n REFORMASI TNI, TUNTASKAN...<br />

INTERNASIONAL<br />

n FOTO SELFIE DI MALAM JAHANAM<br />

HUKUM<br />

n GERAK SENAM JADI SENGKETA<br />

EKONOMI<br />

n RUSIA DATANG, ASSAD PUN TENANG<br />

n DIKEJAR ‘HANTU’ ALTANTUYA<br />

n ANTARA MUSLIM DAN PRESIDEN AMERIKA<br />

INTERVIEW<br />

n AKUI PEMBANTAIAN, BARU REKONSILIASI<br />

INSPIRING PEOPLE<br />

n OLEH-OLEH LAWATAN KE ARAB<br />

n HULU-HILIR MINYAK ARAB<br />

n DEMI JAMINAN PASOKAN<br />

n MINUS KILANG<br />

BISNIS<br />

n ASAP MENCURIGAKAN MOBIL VW<br />

n ‘VIVERE PERICOLOSO’ ALA VW<br />

KOLOM<br />

n KRETEK BUKAN WARISAN BUDAYA<br />

LENSA<br />

n 10 DETIK UNTUK BATIK LASEM<br />

BUDAYA<br />

n AKHIR CERITA DARI SELATAN JAKARTA<br />

PEOPLE<br />

n DARI DESA TUA TORAJA<br />

SENI HIBURAN / FILM<br />

n AGNES MONICA | AARON SORKIN | DIAN PELANGI<br />

GAYA HIDUP<br />

n PRIA PENGHIBUR: SIAPA BISA MENOLAK?<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Aulianshah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n KULOT, OLD FASHION TAPI KEREN<br />

n JELAJAH BUMI TONGKONAN<br />

n CITA RASA INGGRIS, SENTUHAN INDONESIA<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal,<br />

Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad<br />

Durohman, Aditya Mardiastuti, Melisa Mailoa. Bahasa: Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar. Tim Foto:<br />

Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan<br />

Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra<br />

Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

AKHIR CERITA DARI SELATAN JAKARTA<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meratakan Stadion Lebak Bulus untuk diubah menjadi depo armada mass rapid transit (MRT). Proyek ini menutup<br />

cerita dan gempita sepak bola di stadion yang dibangun hampir tiga dekade silam itu.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


LENSA<br />

Pekerja membopong prasasti peresmian Stadion Lebak Bulus setelah diratakan, Selasa (29/9). Stadion ini sempat menjadi markas<br />

Pelita Jaya dan Persija Jakarta. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)


LENSA<br />

Pekerja merawat rumput Stadion Lebak Bulus, Januari tahun lalu. (Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO)


LENSA<br />

Foto dari atas Stadion Lebak Bulus pada pekan-pekan terakhir sebelum diratakan, Maret 2015. (Hasan Alhabsy/DETIKCOM)


LENSA<br />

Pekerja merapikan kursi penonton saat pembongkaran stadion, Selasa (1/9). (Prasetyo Utomo/DETIKCOM)


LENSA<br />

Pekerja menyingkirkan puing dari lahan stadion, Selasa (29/9). Rencananya, lahan stadion akan dijadikan depo atau bengkel kereta MRT pada<br />

akhir 2015. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)


LENSA<br />

Lanskap terakhir stadion sebelum benar-benar musnah, Selasa (29/1). Pemerintah Provinsi DKI berencana mengganti Stadion Lebak Bulus dengan<br />

stadion baru di Sunter, Jakarta Utara. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)


NASIONAL<br />

COBLOS<br />

‘SETUJU’ ATAU ‘TIDAK’<br />

MK MEMUTUSKAN CALON TUNGGAL BISA IKUT PILKADA. CALON<br />

NONPARTAI LEBIH RINGAN MENGUMPULKAN DUKUNGAN KTP.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Majelis hakim konstitusi<br />

yang dipimpin Ketua<br />

Mahkamah Konstitusi Arief<br />

Hidayat (tengah) dalam<br />

sidang putusan uji materi<br />

soal calon tunggal dalam<br />

pilkada di gedung MK,<br />

Jakarta, Selasa (29/9).<br />

RENO ESNIR/ANTARA FOTO<br />

CALON Bupati Blitar, Rijanto, semringah<br />

saat ditemui di rumahnya, kawasan<br />

Gedongan, Blitar, Jawa Timur,<br />

Selasa malam pekan lalu. Peluangnya<br />

menjadi peserta pemilihan Bupati Blitar sesuai<br />

dengan jadwal pemilihan kepala daerah serentak<br />

yang ditetapkan 9 Desember 2015 kembali<br />

terbuka lebar.<br />

Lantaran hanya memiliki satu pasang calon,<br />

jadwal pilkada di Kabupaten Blitar dan dua<br />

daerah lain, yakni Kabupaten Tasikmalaya, Jawa<br />

Barat, dan Kabupaten Timor Tengah Utara,<br />

Nusa Tenggara Timur, sebelumnya ditunda<br />

Komisi Pemilihan Umum ke jadwal pilkada<br />

serentak berikutnya pada 2017.<br />

Rijanto bersama Marhaenis Urip Widodo<br />

adalah satu-satunya pasangan calon―atau<br />

disebut calon tunggal―yang mendaftar dalam<br />

pilkada Blitar. Pasangan ini diusung Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan.<br />

“Saya sangat mengapresiasi putusan Mahkamah<br />

Konstitusi,” kata Rijanto, yang masih<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Pasangan calon Bupati<br />

dan Wakil Bupati Blitar,<br />

Rijanto-Marhaenis, kini<br />

berpeluang ikut pilkada<br />

serentak tahun ini.<br />

ERLIANA RIADY/DETIKCOM<br />

menjabat Wakil Bupati Blitar.<br />

Mahkamah Konstitusi pada Selasa, 29 September<br />

lalu, memutuskan pasangan calon<br />

tunggal tetap berhak mengikuti pilkada. Putusan<br />

untuk menjawab gugatan uji materi Undang-<br />

Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada<br />

itu akhirnya menjadi solusi atas problem calon<br />

tunggal yang dihadapi sejumlah daerah.<br />

Majelis hakim MK menilai penundaan pemilihan<br />

ke jadwal pilkada serentak berikutnya<br />

menghilangkan hak rakyat untuk dipilih dan<br />

memilih. Sedangkan UU Pilkada tidak memberi<br />

jalan keluar seandainya syarat minimal dua<br />

pasang calon―agar pilkada bisa digelar―tidak<br />

terpenuhi.<br />

Kekosongan hukum itu mengakibatkan<br />

pilkada terpaksa ditunda apabila syarat tidak<br />

terpenuhi. “Andaikata penundaan dibenarkan,<br />

tetap tidak ada jaminan bahwa pada pilkada<br />

serentak berikutnya hak rakyat akan dipenuhi,”<br />

ujar hakim konstitusi, I Gede Dewa Palguna,<br />

saat membacakan putusan di gedung MK,<br />

Jakarta Pusat.<br />

Penundaan tersebut, menurut hakim konstitusi,<br />

Suhartoyo, juga bertentangan dengan<br />

semangat demokrasi yang tertuang dalam<br />

UUD 1945. “Demi menjamin terpenuhinya hak<br />

konstitusional warga negara, pilkada harus<br />

tetap dilaksanakan meskipun hanya terdapat<br />

satu pasang calon,” tuturnya.<br />

Namun pilkada calon tunggal tak bisa digelar<br />

begitu saja. Dalam sidang yang dipimpin Ketua<br />

MK Arief Hidayat itu, Mahkamah menyatakan<br />

pilkada dengan satu pasang calon bisa digelar<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Seorang pemilih difabel<br />

memasukkan surat suara<br />

ke dalam kotak suara<br />

dalam acara simulasi<br />

pilkada di halaman<br />

kantor Wali Kota Blitar,<br />

Jawa Timur, Agustus lalu.<br />

IRFAN ANSHORI/ANTARA FOTO<br />

hanya jika telah diupayakan maksimal agar<br />

syarat dua pasang calon itu terpenuhi, yaitu<br />

jika KPU sudah membuka pendaftaran kembali<br />

tapi tetap tidak ada penambahan pasangan<br />

calon.<br />

Dalam pilkada calon tunggal, pemilih akan<br />

diberi kertas suara dengan pilihan setuju atau<br />

tidak setuju. Jika suara “setuju” lebih banyak<br />

dipilih, calon otomatis ditetapkan menjadi kepala<br />

daerah dan wakil kepala daerah. Namun,<br />

jika lebih banyak “tidak setuju”, pemilihan akan<br />

ditunda pada pilkada serentak berikutnya.<br />

Putusan MK tersebut merupakan jawaban<br />

dari judicial review yang dilayangkan Effendi<br />

Gazali dan Yayan Sakti Suyandaru atas Pasal<br />

49 Ayat 8 dan 9, Pasal 50 Ayat 8 dan 9, Pasal 51<br />

Ayat 2, Pasal 52 Ayat 2, serta Pasal 54 Ayat 4, 5,<br />

dan 6 UU Pilkada. Mereka menganggap pasal-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Drafnya sudah<br />

final, nanti akan kami<br />

kirim ke Komisi II DPR<br />

untuk konsultasi.<br />

Selanjutnya akan kami<br />

(lakukan) uji publik.<br />

Hadar Nafis Gumay<br />

pasal itu bertentangan dengan UUD 1945 karena<br />

menghambat rakyat menyampaikan hak<br />

konstitusionalnya.<br />

Namun putusan yang mengabulkan uji<br />

materi Effendi Gazali itu tidak bulat. Hakim<br />

konstitusi, Patrialis Akbar, punya pendapat<br />

berbeda (dissenting opinion). Ia menilai aturan<br />

pilkada diikuti minimal dua pasang calon sudah<br />

tepat. Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi<br />

Manusia itu berpendapat bahwa syarat calon<br />

peserta pilkada adalah subyek hukum atau<br />

orang yang telah memenuhi syarat tertentu.<br />

“Pilkada bukan merupakan referendum,<br />

akan tetapi pemilihan dari beberapa<br />

pilihan atau lebih dari satu untuk<br />

dipilih. Jika calon tunggal dibenarkan<br />

dalam pilkada, bisa jadi suatu saat<br />

akan terjadi penyelundupan hukum,”<br />

ucap Patrialis dalam sidang.<br />

Adapun KPU langsung menggodok peraturan<br />

(PKPU) sebagai tindak lanjut putusan<br />

tersebut. Peraturan KPU baru itu akan mengakomodasi<br />

calon tunggal yang sebelumnya<br />

tidak ada dalam PKPU Nomor 12 Tahun 2015,<br />

yang mengatur penundaan pilkada ke jadwal<br />

berikutnya.<br />

Langkah awalnya, menurut komisioner KPU,<br />

Hadar Nafis Gumay, akan ada perubahan<br />

jadwal verifikasi. Misalnya jadwal verifikasi kesehatan<br />

dipadatkan sehingga tahapan pilkada<br />

tetap berjalan sesuai dengan jadwal.<br />

“Drafnya sudah final, nanti akan kami kirim<br />

ke Komisi II DPR untuk konsultasi. Selanjutnya<br />

akan kami (lakukan) uji publik,” kata Hadar di<br />

gedung KPU, Kamis, 1 Oktober lalu.<br />

Meski akan ada PKPU baru, aturan main<br />

pilkada serentak akan menggunakan rumusan<br />

sebelumnya, seperti soal kampanye dan<br />

lain-lain. Hal yang membedakan jika calonnya<br />

tunggal adalah agenda debat, yang menjadi<br />

model tanya-jawab dari panelis. “Ini sedang<br />

disusun,” ujarnya.<br />

Sedangkan mengenai model surat suara untuk<br />

calon tunggal masih ada beberapa alternatif.<br />

Alternatif tersebut antara lain dilengkapi foto<br />

calon dengan kolom pilihan “Ya” atau “Tidak”.<br />

Atau tidak memakai gambar di surat suara,<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Warga memberi dukungan<br />

dengan mengumpulkan KTP<br />

untuk Gubernur DKI Basuki<br />

Tjahaja Purnama atau Ahok,<br />

yang akan maju dalam<br />

pilkada DKI 2017 sebagai<br />

calon perseorangan, di<br />

salah satu posko Teman<br />

Ahok di Mal Ambasador,<br />

Jakarta, Juli lalu.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

tapi cukup dengan kolom pilihan “Setuju” atau<br />

“Tidak”. “Kami akan buat simulasi beberapa<br />

model surat suara itu,” tutur Hadar.<br />

Analis politik dari Cyrus Network, Hasan<br />

Nasbi, mengapresiasi putusan MK soal calon<br />

tunggal. Ia menilai MK telah mempertimbangkan<br />

mudarat bagi masyarakat apabila pilkada<br />

ditunda. Ia juga menganggap pola “referendum”<br />

untuk pilkada bercalon tunggal lebih<br />

memudahkan KPU daerah setempat. Metode<br />

itu justru membuat komisi tidak ribet mengatur<br />

kampanye dan alat peraga.<br />

“Ini jauh lebih simpel. Tidak ada sosialisasi<br />

kampanye damai dan nomor urut,” ucapnya<br />

saat dihubungi terpisah.<br />

Selain itu, Hasan memprediksi putusan<br />

MK tersebut membuka peluang munculnya<br />

lebih banyak calon perseorangan (nonpartai)<br />

di sejumlah daerah. Apalagi, selain soal calon<br />

tunggal, pada saat yang sama Mahkamah memutuskan<br />

soal calon perseorangan, atau biasa<br />

disebut calon independen.<br />

Putusan itu mengubah dasar penghitungan<br />

persentase dukungan bagi calon perseorangan.<br />

Dari sebelumnya menggunakan jumlah keseluruhan<br />

penduduk di daerah menjadi jumlah<br />

penduduk yang hanya memiliki hak pilih yang<br />

tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) pada<br />

pemilihan umum sebelumnya.<br />

Putusan tersebut mengabulkan sebagian<br />

permohonan uji materi yang diajukan Fadjroel<br />

Rachman, Saut Mangatas Sinaga, dan Victor<br />

Santoso atas Pasal 41 Ayat 1 dan 2 UU Pilkada.<br />

MK menilai persentase dukungan tidak dapat<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Ketua Mahkamah Konstitusi<br />

Arief Hidayat (tengah)<br />

bersama delapan hakim<br />

konstitusi lainnya dalam<br />

sidang putusan uji materi<br />

soal calon tunggal dalam<br />

pilkada di gedung MK,<br />

Jakarta, Selasa (29/9).<br />

RENO ESNIR/ANTARA FOTO<br />

didasarkan pada jumlah penduduk karena tidak<br />

semua penduduk memiliki hak pilih.<br />

Meski demikian, putusan itu belum berlaku<br />

pada pilkada serentak 2015 yang tahapannya<br />

telah berjalan, melainkan baru pada pilkada<br />

serentak gelombang kedua, Februari 2017.<br />

Putusan ini tentu meringankan para calon<br />

independen, seperti Gubernur DKI Basuki<br />

Tjahaja Purnama atau Ahok, yang kabarnya<br />

tengah berancang-ancang maju lewat jalur<br />

nonpartai dalam pemilihan Gubernur Jakarta<br />

2017. Ahok atau calon perorangan lain cukup<br />

mengumpulkan dukungan KTP dari minimal<br />

532.213 penduduk, atau 7,5 persen dari jumlah<br />

DPT DKI Jakarta pada pemilu 2014, yang berjumlah<br />

7.096.168.<br />

Sebelum putusan MK, calon independen<br />

harus menyerahkan dukungan minimal 750<br />

ribu fotokopi KTP atau 7,5 persen dari 10 juta<br />

penduduk Jakarta. “Mungkin calon independen<br />

pada pilkada DKI akan lebih banyak karena<br />

syaratnya lebih ringan,” kata Ketua KPU DKI<br />

Jakarta Sumarno, Kamis, 1 Oktober lalu. n<br />

DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU P, M. IQBAL, ERLIANA RIADY | DIM<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Ketua<br />

DPR Setya Novanto (kiri) dan Wakil Ketua DPR di<br />

Kantor Presiden, Jakarta, beberapa waktu lalu.<br />

ANDIKA WAHYU/ANTARA FOTO<br />

BOLA LIAR<br />

UNTUK ISTANA<br />

JEDA WAKTU SAAT MEMINTA IZIN PRESIDEN<br />

UNTUK MEMERIKSA ANGGOTA DPR<br />

DIKHAWATIRKAN MENGHAMBAT PENYIDIKAN.<br />

PROSEDUR ISTANA DIMINTA TRANSPARAN.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Majelis hakim konstitusi<br />

dalam sidang pembacaan<br />

putusan soal pemeriksaan<br />

anggota DPR yang harus<br />

melalui persetujuan<br />

presiden di gedung<br />

Mahkamah Konstitusi,<br />

Jakarta, Selasa (22/9).<br />

DOK MK<br />

SUPRIYADI Widodo Eddyono<br />

belum menyerah. Setelah putusan<br />

uji materi Pasal 245 Undang-Undang<br />

Nomor 17 Tahun 2014 tentang<br />

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan<br />

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,<br />

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ia<br />

ajukan ke Mahkamah Konstitusi, tidak seusai<br />

dengan harapan, kini ia mencari celah untuk<br />

mengajukan permohonan gugatan baru.<br />

Direktur Institute for Criminal Justice Reform<br />

itu akan kembali menggugat Pasal 245 UU Nomor<br />

17 Tahun 2014 yang telah diputus lembaga<br />

penguji undang-undang tersebut. Pihaknya<br />

kini sedang merumuskan argumen kedudukan<br />

hukum (legal standing) yang tepat sebagai<br />

syarat pemohon uji materi.<br />

“(Argumennya) apakah persetujuan presiden<br />

(untuk memeriksa anggota DPR) melanggar<br />

kepentingan saya,” kata Supriyadi saat ditemui<br />

di kantornya, Rabu, 30 September lalu.<br />

Mahkamah Konstitusi pada Selasa, 22 September<br />

2015, membacakan putusan uji materi<br />

Pasal 245 UU Nomor 17 Tahun 2014, atau yang<br />

lazim disebut UU MD3. Putusan uji materi<br />

bernomor 76/PUU-XII/2014 itu sebenarnya<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Anggota DPR, Adriansyah,<br />

setelah diperiksa dalam<br />

kasus dugaan suap di<br />

Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi. Untuk memeriksa<br />

anggota DPR, KPK tak perlu<br />

izin presiden.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

dijatuhkan pada 20 November 2014―di era<br />

Ketua MK Hamdan Zoelva―tapi baru dibacakan<br />

sebelas bulan kemudian.<br />

Putusan tersebut mengharuskan penegak<br />

hukum meminta izin kepada presiden sebelum<br />

memeriksa anggota DPR yang diduga terlibat<br />

tindak pidana, dari sebelumnya meminta izin<br />

Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). MK<br />

menghapus frasa “persetujuan tertulis dari<br />

Mahkamah Kehormatan” dalam Pasal 245 Ayat<br />

1 dan menggantinya dengan frasa “persetujuan<br />

tertulis dari presiden”.<br />

Pasal 245 Ayat 1 kini menjadi, “Pemanggilan<br />

dan permintaan keterangan untuk penyidikan<br />

terhadap anggota DPR yang diduga melakukan<br />

tindak pidana harus mendapat persetujuan<br />

tertulis dari presiden.” Mahkamah juga menghapus<br />

dan mengganti frasa pada Pasal 224<br />

Ayat 5 seperti yang dihapus dan diganti pada<br />

Pasal 245 Ayat 1.<br />

Selain oleh Supriyadi, uji materi diajukan<br />

Perkumpulan Masyarakat Pembaharuan Peradilan<br />

Pidana. Kedua pemohon menilai Pasal<br />

245 UU MD3 bertentangan dengan Undang-<br />

Undang Dasar 1945 Pasal 24 Ayat 1, Pasal 27<br />

Ayat 1, Pasal 28-D Ayat 1, dan Pasal 28-I Ayat 2.<br />

Pasal 245 itu juga dinilai bertentangan dengan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Sidang paripurna DPR<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

prinsip negara hukum dan kekuasaan kehakiman<br />

yang merdeka (independent of judiciary).<br />

ý”Pasal 245 UU MD3 melanggar prinsip<br />

kesamaan di depan hukum karena MKD bukan<br />

institusi pengadilan,” ujar Supriyadi.<br />

Setelah putusan MK yang mengalihkan<br />

“persetujuan MKD” ke “persetujuan presiden”,<br />

kini muncul kekhawatiran baru, yakni proses<br />

penyidikan yang lebih panjang meski UU MD3<br />

diatur, persetujuan tertulis maksimal diberikan<br />

30 hari sejak permohonan izin pemeriksaan<br />

diterima.<br />

Hal lain, permintaan izin presiden biasanya<br />

dilakukan berjenjang. Penyidik Badan Reserse<br />

Kriminal Kepolisian RI, misalnya, tidak mungkin<br />

“potong kompas” meminta izin kepada presiden<br />

saat akan memeriksa anggota Dewan, melainkan<br />

harus melalui atasannya, yakni Kepala<br />

Bareskrim, dan kemudian Kepala Polri.<br />

“Itu saja (prosesnya) berapa lama? Jeda waktunya<br />

akan panjang sekali,” tuturnya.<br />

Apalagi dalam penyidikan penegak hukum<br />

harus memiliki minimal dua alat bukti. Jeda<br />

waktu yang lama itu bisa berpengaruh terhadap<br />

proses penyidikan. Bisa saja calon terperiksa<br />

menghilangkan barang bukti atau mempengaruhi<br />

saksi.<br />

“Penyidik harus benar-benar siap tempur<br />

karena mereka tahu yang dilawan DPR,” ucap<br />

Supriyadi.<br />

Peneliti Indonesian Legal Roundtable, ýErwin<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Ketua MK Arief Hidayat<br />

Peneliti Indonesian Legal<br />

Roundtable, Erwin Natosmal<br />

Oemar (kanan)<br />

ARI SAPUTRA DAN HASAN ALHABSHY /<br />

DETIKCOM<br />

Natosmal Oemar, juga menilai putusan MK<br />

tersebut janggal. Sebab, judicial review Pasal<br />

245 UU MD3 sejatinya untuk menjauhkan hak<br />

imunitas para wakil rakyat dari penegakan<br />

hukum.<br />

Namun, alih-alih membatalkan “persetujuan<br />

MKD”, Mahkamah Konstitusi tetap memberi<br />

hak imunitas itu dengan tetap mensyaratkan<br />

persetujuan dari presiden. Hal itu ia nilai bisa<br />

berimplikasi pada kekritisan Dewan terhadap<br />

presiden.<br />

“Karena dalam hal-hal tertentu presiden punya<br />

kewenangan tindak lanjut terhadap pemeriksaan<br />

anggota DPR,” kata Erwin.<br />

Ketua MK Arief Hidayat mengaku sepakat<br />

menghapus syarat persetujuan MKD dalam<br />

pemeriksaan anggota DPR lantaran berpotensi<br />

menghambat penegakan hukum. Sebab, bisa<br />

saja MKD mempersulit permintaan izin tersebut<br />

karena yang akan diperiksa berasal dari<br />

institusi yang sama, yakni DPR.<br />

“Sehingga (permintaan izin) menjadi politis<br />

dan bola liar, dan menjadi tidak terselesaikan,”<br />

ujar Arief saat ditemui di ruangannya, Senin<br />

pekan lalu.<br />

Kendati begitu, bukan berarti pemeriksaan<br />

anggota DPR tidak perlu dimintakan izin.<br />

Sebab, pemeriksaan pejabat lembaga negara<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Jaksa Agung M. Prasetyo<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

lain yang diduga terlibat tindak pidana juga<br />

memerlukan izin, yakni dari presiden. Karena<br />

itulah MK dalam putusannya tetap mensyaratkan<br />

izin presiden dalam pemeriksaan anggota<br />

DPR.<br />

“Di-compare dengan lembaga lain, memeriksa<br />

hakim MK harus seizin presiden, Ketua Badan<br />

Pemeriksa Keuangan, Hakim Agung, Gubernur<br />

Bank Indonesia, harus seizin presiden. Kalau<br />

(pemeriksaan) DPR tidak (perlu izin presiden),<br />

kita sama saja mendiskriminasi DPR,” tuturnya.<br />

Arief juga memastikan permintaan izin dari<br />

presiden diperlukan hanya jika anggota Dewan<br />

diduga terlibat tindak pidana umum, bukan<br />

pidana khusus, seperti narkotik, terorisme, dan<br />

korupsi. Sehingga Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

bisa langsung memeriksa anggota DPR<br />

yang diduga terlibat rasuah, tanpa harus seizin<br />

presiden.<br />

“Putusan MK ini bukan untuk memperpanjang<br />

birokrasi kasus korupsi,” ucap Arief.<br />

Putusan MK terkait izin presiden ditanggapi<br />

beragam. Dari pimpinan lembaga penegak hukum,<br />

Kepala Polri Badrodin Haiti menyatakan<br />

siap melaksanakannya. Adapun Jaksa Agung<br />

M. Prasetyo menyebut kejaksaan dan Polri<br />

terikat pada putusan MK itu, berbeda dengan<br />

KPK.<br />

“Kami tidak boleh mengatakan (putusan MK)<br />

menghambat (penyidikan) atau tidak, aturan<br />

harus diikuti,” kata Prasetyo. “Kejaksaan (akan)<br />

selalu meminta izin. Tapi, kalau lebih dari 30<br />

hari (permintaan izin belum dijawab), ya tetap<br />

diproses.”<br />

Sementara itu, anggota DPR yang juga Wakil<br />

Ketua MKD, Junimart Girsang, menilai putusan<br />

Mahkamah Konstitusi melanggar asas ultra<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


NASIONAL<br />

Wakil Ketua MKD Junimart<br />

Girsang<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

petita, yaitu melebihi permintaan pemohon.<br />

Pemohon uji materi meminta kewenangan<br />

MKD memberi persetujuan dihapuskan karena<br />

melanggar kesamaan di atas hukum.<br />

“Pemohon tidak pernah meminta agar (pemeriksaan<br />

anggota DPR) harus meminta izin<br />

presiden. Tapi MK malah memindahkannya<br />

(permintaan izin) ke presiden,” ujarnya.<br />

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan<br />

itu juga menilai MK tidak konsisten.<br />

Sebab, putusan bernomor 76/PUU-XII/2014<br />

tersebut bertolak belakang dengan putusan<br />

MK terhadap uji materi UU MD3―saat itu<br />

UU Nomor 27 Tahun 2009―pada 2012, yang<br />

menghapuskan syarat izin presiden dalam pemeriksaan<br />

kepala daerah.<br />

Putusan MK itu, menurut Junimart, ikut<br />

mendasari revisi UU MD3 pada 2014, yang<br />

salah satu pasalnya mengatur MKD―dan<br />

bukan presiden―sebagai pemberi persetujuan<br />

pemeriksaan anggota DPR. “Pengalaman<br />

sebelumnya, setiap izin ke presiden memakan<br />

waktu lama. Ini jadi pertimbangan,” tuturnya.<br />

Faktanya, permintaan izin pemeriksaan―<br />

disebut Ketua MK sebagai “bola panas”―kini<br />

bergulir ke Istana. Presiden Joko Widodo, menurut<br />

Sekretaris Kabinet Pramono Anung, berjanji<br />

akan mempermudah izin tersebut dengan<br />

membuat prosedur sederhana.<br />

Mengenai hal ini, Supriyadi Widodo kembali<br />

melontarkan saran. Prosedur tersebut hendaknya<br />

transparan dan memiliki prosedur operasi<br />

standar yang sama. “Mau (pemeriksaan) anggota<br />

(Fraksi) PDI Perjuangan, Golkar, NasDem,<br />

Gerindra, atau lainnya, harus sama,” ucapnya. n<br />

JAFFRY PRABU PRAKOSO, AYUNDA WINDYASTUTI S. | DIM<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


HUKUM<br />

GERAK SENAM<br />

JADI SENGKETA<br />

PENETAPAN TERSANGKA MINATI ATMANEGARA<br />

DALAM KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA<br />

GERAKAN SENAM DINILAI TAK BERDASAR. ROY<br />

TOBING SIAP MEMBEBERKAN BUKTI.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


HUKUM<br />

KOREOGRAFER Roy Yulius Tobing<br />

dan selebritas Minati Atmanegara<br />

kini dalam posisi “berhadapan”.<br />

Bukan untuk adu pamer gerakan<br />

senam, aktivitas yang digeluti kedua figur itu.<br />

Sebaliknya, mereka kini berhadapan di muka<br />

hukum setelah sama-sama melaporkan ke<br />

polisi.<br />

Minati melaporkan Roy ke Markas Besar<br />

Kepolisian RI dengan tuduhan menebar fitnah<br />

dan melakukan pencemaran nama baik. Pasal<br />

yang akan dijeratkan adalah 310 dan 311 Kitab<br />

Undang-Undang Hukum Pidana juncto Pasal<br />

27 UU Informasi dan Transaksi Elektronik,<br />

dengan ancaman hukuman maksimal 6 tahun<br />

penjara.<br />

Laporan Minati dilayangkan 21 September<br />

lalu, sebagai respons atas tindakan Roy, yang<br />

lebih dulu mengadukan Minati atas dugaan<br />

pelanggaran hak cipta gerakan senam miliknya.<br />

Laporan Roy ke Kepolisian Daerah Metro Jaya<br />

dilayangkan hampir setahun lalu, tepatnya 17<br />

Artis senior Minati Atmanegara<br />

saat melaporkan Roy Tobing<br />

ke Bareskrim Mabes Polri,<br />

Senin (21/9).<br />

NOEL/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


HUKUM<br />

I bilang, ‘Saya kan<br />

tahu itu semua<br />

(gerakan senam) yang<br />

dipakai (di sanggar<br />

Minati) itu Bang Roy<br />

punya (karyanya).’<br />

November 2014. Roy menuding artis senior itu<br />

menjiplak gerakan “The Art of Body Language<br />

Exercise” ciptaannya dalam laporan bernomor<br />

LP/4052/XI/2014/PMJ/Dit Reskrimsus tersebut.<br />

Namun, meski akhir tahun lalu sempat<br />

mencuat ke publik, kasus itu seakan<br />

tenggelam selama beberapa<br />

bulan. Kemudian Roy bersama<br />

pengacaranya, Benny Joesoef,<br />

pada awal September 2015<br />

menanyakan perkembangan<br />

laporan itu ke Polda Metro<br />

Jaya.<br />

Ternyata kasus itu<br />

sudah maju selangkah.<br />

Minati dikabarkan sudah<br />

ditetapkan sebagai tersangka.<br />

Perkembangan baru itulah yang<br />

kemudian mendorong kubu Minati<br />

balik melaporkan Roy ke polisi.<br />

Saat ditemui majalah detik di<br />

kediamannya, Jalan Bangka, Jakarta Selatan,<br />

Roy mengaku melaporkan Minati atas anjuran<br />

seorang pemilik sekolah senam “R” di bilangan<br />

Cipete, Jakarta Selatan. Bahkan pemilik sekolah<br />

senam itu bersedia membiayai pengacara<br />

untuk melaporkan dugaan pelanggaran hak<br />

cipta tersebut.<br />

Roy mengisahkan, awal November tahun lalu,<br />

istri pemilik sekolah senam itu menemuinya<br />

untuk curhat bahwa mereka tengah menghadapi<br />

laporan Minati ke kepolisian. Wanita itu<br />

ditemani I, instruktur senam di sanggar R. I tak<br />

lain adalah bekas murid Roy, yang juga pernah<br />

bekerja di sanggar senam Minati.<br />

Nah, saat itulah I mengadu kepada Roy bahwa<br />

gerakan senam yang diajarkan di sanggar<br />

senam milik Minati adalah gerakan yang pernah<br />

ia pelajari dari Roy. “I bilang, ‘Saya kan tahu itu<br />

semua (gerakan senam) yang dipakai (di sanggar<br />

Minati) itu Bang Roy punya (karyanya),’” kata<br />

Roy, Kamis, 17 September lalu.<br />

Saat bekerja di salah satu studio senam milik<br />

Minati, instruktur itu juga harus menandatangani<br />

perjanjian, seperti tidak boleh menyebarluaskan<br />

gerakan senam tersebut.<br />

Roy pun melakukan penilaian terhadap<br />

gerakan senam yang disebut I diklaim Minati<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


HUKUM<br />

Koreografer Roy Tobing, yang<br />

juga disebut sebagai "maestro"<br />

senam<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

sebagai ciptaannya. Hasilnya, gerakan itu<br />

ternyata body language temuan Roy, yang ia<br />

ajarkan sejak 1990 dengan membuka sebuah<br />

kelas senam di rumahnya.<br />

Karya cipta itu sejak 2000 didaftarkan oleh<br />

Roy ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual<br />

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia<br />

(dulu bernama Ditjen HAKI) dengan nomor<br />

020923. Setelah meyakini Minati telah menjiplak<br />

hasil karyanya, Roy pun melaporkan artis<br />

pemeran film Lara Jonggrang (1983) tersebut ke<br />

polisi.<br />

Namun laporan itu rupanya tak berjalan<br />

mulus. Belakangan, sang pemilik sekolah senam<br />

R, yang awalnya mendukung Roy, pada Juni-Juli<br />

2015 justru balik badan untuk memihak Minati.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


HUKUM<br />

Kuasa hukum Minati,<br />

Razman Arif Nasution<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

Bahkan, melalui pesan singkat ponsel, orang itu<br />

meminta Roy mencabut laporannya di Polda.<br />

Roy menduga pemilik sekolah senam R itu<br />

mundur lantaran takut istrinya masuk penjara<br />

setelah dilaporkan Minati ke polisi. “Saya<br />

ditinggalkan,” ujar Roy, yang kini aktif dalam<br />

kegiatan sosial dan keagamaan.<br />

Untung saja Benny Joesoef, pengacara Roy,<br />

bersedia melanjutkan laporan tersebut meski<br />

tanpa penyandang dana. Bahkan, menurut<br />

Roy, sang pengacara tidak minta bayaran atas<br />

jasanya. “Enggak apa-apa, Bang, saya yang akan<br />

menanggung,” tutur Roy, menirukan ucapan<br />

Benny.<br />

Laporan Roy kini juga mendapatkan<br />

perlawanan sengit. Minati Atmanegara<br />

membantah tudingan menjiplak gerakan senam<br />

Roy Tobing. Minati juga mengaku punya bukti<br />

kuat, gaya senam yang ia ajarkan di studionya<br />

merupakan karyanya sendiri.<br />

“Saya punya surat dari (Ditjen) HAKI (Hak<br />

Kekayaan Intelektual) bahwa senam saya dengan<br />

Roy Tobing berbeda. Surat itu dikeluarkan 26<br />

Februari 2015,” ucap perempuan berusia 56<br />

tahun itu saat menggelar jumpa pers di Jakarta.<br />

Kuasa hukum Minati, Razman Arif Nasution,<br />

mengatakan gaya senam Minati bernama body<br />

performance, berbeda dengan gerakan body<br />

language ciptaan Roy. Dalam body performance,<br />

ada teori pernapasan dan beberapa gerakan<br />

berbeda. Sedangkan karya senam Roy dikatakan<br />

Razman merupakan gerakan universal, yang<br />

bisa dilakukan semua orang.<br />

“Kalau gerakan Mbak Minati itu ada teorinya.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


HUKUM<br />

Minati didampingi<br />

pengacaranya, Razman Arif,<br />

memberi keterangan setelah<br />

melaporkan Roy Tobing.<br />

NOEL/DETIKCOM<br />

Teori itulah yang diinstrumenkan dalam praktek,<br />

sedangkan (gerakan) Roy Tobing itu lebih pada<br />

aspek universal, semua orang bisa,” ujar Razman<br />

ketika dihubungi via telepon.<br />

Karena itu, ia menilai laporan Roy tak berdasar.<br />

Tuduhan menjiplak gerakan senam sangat<br />

merugikan kliennya, yang kini memiliki sejumlah<br />

sanggar senam di Jakarta dan Bandung. Hal<br />

inilah yang mendasari pihaknya melaporkan<br />

balik Roy ke polisi.<br />

Razman juga meminta penyidik Direktorat<br />

Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya<br />

segera melakukan gelar perkara agar kasus<br />

pelanggaran hak cipta yang menjerat kliennya<br />

terang-benderang. Begitu juga dengan<br />

penetapan status tersangka untuk Minati yang,<br />

menurutnya, banyak kejanggalan.<br />

“Kalau Polda memaksakan status tersangka<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


HUKUM<br />

Kepala Bidang Humas<br />

Polda Metro Jaya<br />

Komisaris Besar<br />

Muhammad Iqbal<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

ini dilanjutkan, saya akan minta upaya hukum<br />

lain, termasuk praperadilan Polri,” ujar Razman<br />

mengancam.<br />

Razman juga membenarkan Minati pernah<br />

melaporkan istri pemilik sanggar senam R<br />

ke polisi lantaran diduga mempengaruhi<br />

instruktur yang bekerja di sanggar Minati dan<br />

beberapa siswanya agar pindah ke tempatnya.<br />

“Oleh Mbak Minati, itu dianggap teror,”<br />

tuturnya.<br />

Laporan di Kepolisian Resor Jakarta Selatan<br />

itu sempat berlanjut hingga penetapan terlapor<br />

sebagai tersangka. Namun, belakangan, Minati<br />

mencabut laporan tersebut.<br />

Pemilik sekolah senam R yang kini sudah<br />

ditutup itu kini malah berpihak di kubu Minati<br />

dan akan balik melaporkan I, yang pernah<br />

menjadi asisten Minati selama 10 tahun. Razman<br />

menduga I-lah yang mempengaruhi pendirian<br />

pemilik studio R. Murid Roy Tobing itu juga<br />

dituding sebagai aktor di balik “keributan” Roy<br />

dan Minati Atmanegara.<br />

Secara terpisah, Kepala Bidang Humas<br />

Polda Metro Jaya Komisaris Besar Muhammad<br />

Iqbal menyebut laporan dugaan pelanggaran<br />

hak cipta dengan terlapor Minati Atmanegara<br />

masih berjalan. Namun semua saksi sudah<br />

diperiksa sehingga tinggal dilakukan gelar<br />

perkara.<br />

“Penyidik Dit Reskrimsus tengah finishing,”<br />

ucapnya pekan lalu.<br />

Mengenai status Minati, pernyataan Iqbal<br />

berbeda dengan informasi yang diterima pihak<br />

Roy maupun Minati. Artis senior itu, menurut<br />

Iqbal, masih berstatus saksi. Untuk menetapkan<br />

seseorang sebagai tersangka, dibutuhkan<br />

minimal dua alat bukti. “Saat ini Minati belum<br />

tersangka,” kata Iqbal.<br />

Kendati demikian, Roy Tobing tetap optimistis<br />

laporannya akan terus ditindaklanjuti. Apalagi ia<br />

memiliki bukti-bukti, salah satunya video senam<br />

Minati saat bermain dalam film Quickie Express,<br />

yang ditayangkan 2007. Di situ, kata Roy, ada<br />

11 gerakan hasil karyanya. Dan perseteruan<br />

dua pencipta gerakan senam itu masih akan<br />

berlanjut. ■ ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


CRIME STORY<br />

DI BALIK KISAH JASAD<br />

DI TAMAN-BAGIAN II (SELESAI)<br />

FOTO SELFIE<br />

DI MALAM<br />

JAHANAM<br />

KELUARGA YAKIN PEMBUNUHAN<br />

NURJANAH SUDAH TERENCANA.<br />

KORBAN DIKENAL SEBAGAI<br />

SOSOK PENYAYANG.<br />

ILUSTRASI: DESI RISMAYANTI & EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


CRIME STORY<br />

SENIN, 31 Agustus 2015. Kehidupan<br />

rumah tangga Nurdin dan Nurjanah<br />

awalnya berjalan seperti biasa. Rutinitas<br />

dilakukan dari pagi hingga larut<br />

malam. Setelah menjalankan aktivitas masingmasing,<br />

pasangan suami-istri yang sama-sama<br />

bekerja itu pun bersiap menuju ke peraduan.<br />

Saat itu waktu hampir menunjukkan pukul<br />

21.30 WIB. Nurdin menjalankan salat, sementara<br />

Nurjanah, atau yang akrab disapa Nungki,<br />

melakukan aktivitas “kecil” seusai mandi.<br />

Perempuan berusia 32 tahun itu asyik berfoto<br />

selfie dengan hanya mengenakan handuk berwarna<br />

biru yang dibebat ke tubuhnya.<br />

Melihat Nurjanah bergaya bak model dan<br />

memotret diri sendiri mengenakan telepon<br />

seluler, hati Nurdin rupanya terusik. Ia lantas<br />

menegurnya. Nurdin, yang berusia 43 tahun,<br />

meminta istrinya berhati-hati. Sebab, bisa saja<br />

foto selfie itu disalahgunakan orang lain.<br />

Teguran itu juga didasari rasa cemburu yang<br />

sudah lama ia pendam. Nurdin mengaku kerap<br />

melihat istrinya tersenyum-senyum sendiri saat<br />

berkomunikasi lewat BlackBerry Messenger. Ia<br />

curiga Nungki saat itu sedang chatting dengan<br />

pria lain, yang ia duga sebagai pasangan<br />

selingkuhnya.<br />

Namun rupanya Nungki tak terima ditegur<br />

suami karena berfoto selfie. Ia malah mengeluarkan<br />

kata-kata yang diklaim Nurdin telah<br />

menyakiti hatinya. “Kenapa, enggak suka? Lihat<br />

aja, gua mau kabur sama dia (pria lain),” kata<br />

Nurdin, menirukan ucapan istrinya tersebut<br />

saat ditemui majalah detik di kantor Kepoli-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


CRIME STORY<br />

Kenapa, enggak suka? Lihat aja,<br />

gua mau kabur sama dia (pria lain).<br />

sian Sektor Gunung Putri, Kabupaten Bogor,<br />

Jawa Barat, beberapa waktu lalu.<br />

Nurdin, yang masih mengenakan kain sarung<br />

seusai salat, saat itu mencoba bersabar. Tapi,<br />

saat di kamar mandi, hatinya semakin galau<br />

memikirkan ucapan istrinya. Cukup lama ia<br />

berada di peturasan, sembari menghabiskan<br />

empat batang rokok, sebelum akhirnya menghabisi<br />

nyawa Nungki.<br />

Emosinya memuncak. Begitu keluar dari<br />

kamar mandi, Nurdin<br />

menghampiri dan<br />

mencekik istrinya di<br />

atas ranjang. Selama<br />

hampir 15 menit ia mencekik leher Nungki.<br />

Perlawanan wanita yang telah ia nikahi tujuh<br />

tahun itu seperti tak ada artinya. Perlahan-lahan<br />

ia lemas dan tewas.<br />

Setelah memastikan istrinya tak bernyawa,<br />

Nurdin sempat membiarkan mayat Nungki<br />

sekitar 5 jam. Jasad yang sudah dimasukkan ke<br />

dalam karung besar itu ia biarkan tergeletak<br />

di kamar. Nurdin tak ingin aksinya di “malam<br />

jahanam” itu diketahui putri sulung dari istri<br />

pertamanya, yang juga tinggal di rumah<br />

pasangan tersebut di Jalan Matador, Kelurahan<br />

Jatirangga, Kecamatan Pondok Gede, Kota<br />

Bekasi, Jawa Barat.<br />

Baru setelah hari berganti, atau Selasa, 1<br />

September 2015, dini hari, ia memutuskan<br />

membuang jasad Nungki. Pukul 02.00 WIB,<br />

Nurdin keluar dari rumah membawa mayat<br />

yang sudah terbungkus karung menggunakan<br />

sepeda motor Honda Beat berwarna oranye<br />

bernomor polisi B-3474-KSK.<br />

Korban “didudukkan” menghadap belakang<br />

di antara jok dan setang, sementara kakinya<br />

diikat tali karet pada pijakan kaki (footstep)<br />

bagian belakang. Tali karet itu masih terikat di<br />

salah satu kaki Nurjanah saat jasadnya ditemukan<br />

petugas kebersihan Kota Wisata, Kecamatan<br />

Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Selasa<br />

paginya (baca "Di Balik Kisah Jasad di Taman"<br />

bagian I, di majalah detik edisi 200).<br />

Sebelum dibuang di taman perumahan<br />

tersebut, korban sempat akan digeletakkan di<br />

pinggir jalan raya Cileungsi agar mudah ditemukan<br />

orang. Namun Nurdin akhirnya berubah<br />

pikiran dan mengarahkan sepeda motornya ke<br />

Kota Wisata.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


CRIME STORY<br />

Warga Jalan Matador, Saih, mengaku tidak pernah<br />

mendengar percekcokan di rumah tetangga<br />

dekatnya itu. Para tetangga baru tahu ada masalah<br />

antara Nurdin dan Nurjanah setelah pembunuhan<br />

terungkap. Warga cuma mendengar informasi<br />

sepintas mengenai penyebab cekcok yang berujung<br />

pada kematian Nungki.<br />

“Awalnya masalah HP bunyi, lalu yang angkat<br />

ceweknya (Nurjanah), kedengaran suara<br />

laki-laki, di situ dia (Nurdin) cemburu,” ujar pria<br />

berusia 45 tahun itu.<br />

Senada, Tajudin, 50 tahun, juga tak menyangka<br />

Nurdin tega menghabisi nyawa istrinya. Apalagi<br />

Nurdin, yang baru setahun bekerja sebagai<br />

pengemudi di sebuah perusahaan konsultan di<br />

Gunung Putri, tak pernah mengeluhkan soal<br />

rumah tangganya. Nurdin, yang sudah tiga<br />

tahun tinggal di tempat itu, juga dikenal aktif<br />

ikut kerja bakti dan arisan warga.<br />

Dua hari setelah jasad yang diduga sebagai<br />

Nurjanah ditemukan, kabar itu pun menyebar<br />

cepat di kalangan warga Jalan Matador. Seba-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


CRIME STORY<br />

Kita tidak curiga karena<br />

memang mereka terlihat akurakur<br />

aja.<br />

gai ketua RT, Tajudin berinisiatif menanyakannya<br />

kepada Nurdin. Namun kala itu Nurdin<br />

bilang istrinya sedang pergi ke Malang, Jawa<br />

Timur.<br />

“Kami tidak curiga karena memang mereka<br />

terlihat akur-akur aja,” tutur Tajudin saat ditemui<br />

secara terpisah.<br />

Namun versi berbeda soal sosok Nurdin diungkap<br />

Ahmad Nurfani, 36 tahun. Suami Ria<br />

Nuryati, adik kandung Nurjanah, itu mengaku<br />

pernah mendapat cerita bahwa Nurdin<br />

memang temperamental.<br />

Ia menduga sifat itu yang<br />

membuat kakak iparnya ingin<br />

bercerai.<br />

Paman Nurjanah, Solikhin,<br />

55 tahun, membenarkan cerita itu. Diakui Solikhin,<br />

hubungan keponakannya dengan sang<br />

suami memang sedang tidak harmonis. Bahkan<br />

anak perempuan Nurdin dari istri pertama ikut<br />

melerai jika pasangan itu bertengkar.<br />

Tidak seperti pengakuan pelaku bahwa,<br />

setelah membantai, ia sempat berupaya<br />

menyembunyikan aksinya dari anak perempuannya,<br />

Solikhin punya keterangan berbeda.<br />

Nurdin ternyata telah meminta putri<br />

sulungnya itu menginap di rumah neneknya<br />

di Bandung, Jawa Barat. Hal ini diketahui<br />

karena Nurdin sendiri bilang bahwa si sulung<br />

“diungsikan” ke Kota Kembang karena ia ada<br />

urusan keluarga.<br />

“Tidak lama malam harinya keponakan saya<br />

dihabisi pelaku,” ucap Solikhin.<br />

Juga tak seperti versi Nurdin, yang kerap<br />

mengumbar hal negatif soal Nurjanah, Ria Nuryati,<br />

28 tahun, menyebut kakaknya adalah sosok<br />

penyayang. Kendati tidak punya keturunan<br />

dari dua kali pernikahannya, Nurjanah sangat<br />

menyayangi anak-anak. Sifat itu ia curahkan<br />

kepada para keponakannya, sampai mereka<br />

memanggilnya “Bunda”.<br />

Mengenai masalah antara Nurjanah dan<br />

Nurdin, Ria mengaku tidak tahu karena Nurjanah<br />

tidak pernah curhat soal itu. Kendati<br />

begitu, Ria pernah mendengar dari tetangga<br />

Nurjanah bahwa kakaknya tersebut pernah<br />

dipukul Nurdin hingga terpaksa bersembunyi<br />

di rumah salah satu warga.<br />

“Tapi (setelah itu) akur lagi, enggak cekcok<br />

lagi. Memang begitu rumah tangganya,” kata<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


CRIME STORY<br />

Ria saat ditemui pertengahan September lalu.<br />

Pertemuan terakhir Ria dengan Nurjanah<br />

adalah saat sang kakak membayar paket arisan<br />

Lebaran ke rumahnya, di kawasan Jatirade,<br />

Jatisampurna, Bekasi. Saat itu Nurjanah, yang<br />

sempat memberi uang jajan kepada keponakannya,<br />

tampak diantar Nurdin.<br />

“Terakhir ketemu malam Selasa (1 September<br />

2015), itu sebelum almarhumah dihabisi pelaku,”<br />

ujar dia.<br />

Keluarga besar Nurjanah meyakini pembunuhan<br />

itu telah direncanakan matang, bukan<br />

spontan seperti pengakuan Nurdin kepada<br />

polisi. “Kalau spontan, kan dicekik aja, enggak<br />

perlu dianiaya sampai parah begitu,” tutur Ria.<br />

Kini mereka hanya berharap pelaku dijatuhi<br />

hukuman setimpal. ■<br />

FARHAN (BOGOR), EDWARD FEBRIYATRI KUSUMA | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

AIKO KURASAWA:<br />

AKUI<br />

PEMBANTAIAN,<br />

BARU<br />

REKONSILIASI<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

JEPANG SANGAT MENGAGUMI NASIONALISME BUNG KARNO, TAPI BERUBAH<br />

JADI PASIF PASCA-G-30-S 1965. PERNAH MENAWARKAN SUAKA POLITIK<br />

KEPADA BUNG KARNO?<br />

DAKARTA, bagi Aiko Kurasawa, sudah seperti<br />

kampung halamannya yang kedua. Sejak 1972<br />

hingga sekarang, di usia menginjak 68 tahun,<br />

profesor emeritus dari Universitas Keio itu<br />

rutin bolak-balik Tokyo-Jakarta. Baik untuk riset<br />

maupun sekadar menikmati suasana kampung<br />

di pinggiran Sungai Ciliwung, Lenteng Agung,<br />

Jakarta Selatan. Ia pernah dua tahun tinggal di<br />

kawasan elite Permata Hijau, tapi kemudian<br />

merasa lebih nyaman di Lenteng. “Sejak 1997,<br />

saya tinggal di sini. Kedua anak saya tumbuh<br />

dan besar di rumah ini,” kata Aiko tentang<br />

rumahnya yang berdiri di atas lahan seluas<br />

1.300 meter persegi itu.<br />

Di awal kariernya sebagai akademisi, ia<br />

sempat dimusuhi orang-orang tua di Jepang.<br />

Disertasinya tentang pendudukan Jepang di<br />

tanah Jawa, yang mengantarnya meraih PhD<br />

dengan yudisium cum laude dari Universitas<br />

Cornell pada 1988, dianggap banyak<br />

mengumbar aib tentara Jepang dan lebih<br />

berpihak kepada Indonesia. Disertasi yang<br />

ia tulis selama 20 tahun itu telah diterbitkan<br />

dalam bahasa Indonesia oleh Grasindo (1993)<br />

dan Komunitas Bambu (Januari 2015).<br />

Salah satu yang membuatnya mendalami<br />

tentang Indonesia adalah Tragedi 30<br />

September. Aiko, yang kala itu baru lulus<br />

SMA, tak mengira Bung Karno, yang sangat<br />

dicintai mayoritas orang Jepang, tiba-tiba<br />

jatuh. Padahal Bung Karno terlihat kuat dan<br />

pengaruhnya besar sekali. “Apa masalahnya...<br />

ini yang mendorong saya mempelajari<br />

Indonesia,” kata Aiko.<br />

Beberapa jam sebelum terbang kembali ke<br />

Tokyo, Aiko menerima majalah detik untuk<br />

membahas seputar G-30-S dari perspektif<br />

Jepang. Berikut ini petikannya.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

interpretasinya. Jadi peneliti Jepang ratarata<br />

menghindari memberi interpretasi yang<br />

jelas. Saya sendiri belum berani memberi<br />

keputusan.<br />

Video<br />

Terkait G-30-S, selain merupakan aksi<br />

sepihak PKI, ada yang menyebutnya<br />

sebagai buatan CIA dan konflik internal<br />

AD. Kalau versi Jepang?<br />

Boleh dikatakan tidak ada. Tidak ada yang<br />

secara jelas mengekspresikan salah satu<br />

Jadi Jepang baru mengerti setelah para<br />

jenderal diculik?<br />

Dalam arsip-arsip di Departemen Luar<br />

Negeri Jepang sama sekali tidak menyinggung<br />

aksi sepihak. Mungkin ada, tapi belum dibuka.<br />

Saya tidak tahu. Tapi arsip yang saya baca<br />

sama sekali tidak menyinggung aksi sepihak<br />

itu.<br />

Tapi Jepang memantau konflik antara<br />

komunis dan tentara sebelum peristiwa<br />

G-30-S?<br />

Kalau soal persaingan antara Angkatan<br />

Darat dan PKI, pemerintah Jepang mengerti.<br />

Itu politik di tingkat pusat. Jepang memantau.<br />

Tapi boleh dikatakan pemerintah Jepang tidak<br />

terlalu mengerti situasi di daerah.<br />

Setelah meletusnya peristiwa G-30-S?<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

Di Jepang, ada<br />

kubu yang tetap<br />

bersimpati pada<br />

Sukarno, yang<br />

diwakili Duta Besar<br />

Jepang Saito. Kubu<br />

kedua, kalangan<br />

businessman,<br />

bersikap sebaliknya.<br />

DIDIK DWI HARYANTO/DETIK TV<br />

Semula Jepang merasa yakin Sukarno<br />

mampu mengendalikan kaum komunis.<br />

Tapi, sekitar Oktober atau November 1965,<br />

Sukarno kelihatan sangat lemah dan tidak<br />

bisa mengendalikan baik tentara maupun<br />

kaum komunis. Sukarno tidak bisa mencegah<br />

pembantaian. Karena itu, Jepang sedikit demi<br />

sedikit mengambil jarak dengan Sukarno.<br />

Mengambil posisi diam, wait and see. Tidak<br />

berbuat apa-apa. Pasif.<br />

Memang di Jepang ada kubu yang tetap<br />

bersimpati pada Sukarno, yang diwakili Duta<br />

Besar Jepang Saito. Dia teman lama Bung<br />

Karno pada zaman Jepang bekerja sama di<br />

Gunseikanbu. Keduanya berteman akrab.<br />

Meski begitu, pada pertengahan atau akhir<br />

November, dia juga terpaksa mengambil<br />

keputusan pemerintah. Sebab, Sukarno tidak<br />

bisa mengikuti realitas politik. Masih ingin<br />

membela PKI dan mengatakan CIA berada di<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

Presiden Jokowi bersama Ibu<br />

Negara Iriana mengunjungi<br />

sumur tempat pembuangan<br />

jenazah para jenderal<br />

Angkatan Darat.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

belakang peristiwa tersebut. Ini tidak sesuai lagi<br />

dengan perkembangan politik pada waktu itu.<br />

Dubes Saito juga mulai menyadari demikian.<br />

Kubu kedua memang agak keras pada Bung<br />

Karno, tapi tidak berani mengatakannya<br />

karena mainstream mendukung Bung Karno.<br />

Beberapa businessman ada di kubu ini. Mereka<br />

ada yang mendorong pemberontakan PRRI.<br />

Apa karena mereka merasa bisnisnya<br />

terancam Sukarno?<br />

Jepang tidak mempunyai kepentingan<br />

bisnis yang banyak di Indonesia pada waktu<br />

itu. Belum menanam modal. Beda dengan<br />

Amerika dan Inggris yang, sebelum Indonesia<br />

merdeka, sudah ada pertambangan. Kekayaan<br />

Jepang semua sudah diambil saat Jepang<br />

menyerah kepada Sekutu. Waktu itu, semua<br />

kekayaan dan perusahaan yang terkait Jepang<br />

di Indonesia direbut kembali oleh Belanda.<br />

Jadi Jepang sudah tidak punya apa-apa di<br />

Indonesia. Beda dengan Amerika dan Inggris,<br />

yang selalu khawatir perusahaan mereka akan<br />

diambil alih oleh Bung Karno.<br />

Bagaimana posisi Sukarno di mata<br />

pemerintah Jepang sebelum G-30-S?<br />

Boleh dikatakan hubungan antara Jepang<br />

dan Bung Karno itu sangat baik. Negara<br />

Barat banyak yang khawatir pada Bung<br />

Karno karena dinilai terlalu “kiri” dan terlalu<br />

ekstrem. Tetapi Jepang tidak begitu khawatir<br />

kepada Bung Karno. Jepang membedakan<br />

komunisme dengan nasionalisme. Sukarno<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

pun dinilai masih mampu mengendalikan<br />

Partai Komunis Indonesia. Mungkin bisa<br />

dikatakan Jepang menaruh simpati pada<br />

nasionalisme Sukarno.<br />

Saat Dewi datang ke Jepang pada Januari 1966,<br />

di media ada isu, mungkin Bung Karno akan ikut.<br />

Kalau Bung Karno meminta, saya kira Jepang<br />

akan menerima.<br />

DIDIK DWI HARYANTO/DETIK TV<br />

Setelah Perang Dunia II, kan Jepang dalam<br />

pengawasan Amerika. Kedekatan dengan<br />

Sukarno tak menjadi masalah?<br />

Posisi Jepang dengan Amerika memang<br />

berbeda terhadap Indonesia. Padahal, kalau<br />

hal lain, hampir sehaluan. Artinya, Jepang<br />

bersimpati ke Sukarno tapi Amerika tidak<br />

suka. Namun Amerika membiarkan posisi<br />

Jepang seperti itu. Karena mereka ingin<br />

memanfaatkan posisi Jepang. Melalui Jepang,<br />

Amerika bisa mendapatkan informasi. Kadangkadang<br />

kalau ingin menyampaikan sesuatu<br />

pada Indonesia bisa melalui Jepang. Jadi Jepang<br />

boleh dikatakan dimanfaatkan.<br />

Ketika Bung Karno dikucilkan Soeharto,<br />

ada upaya dari Jepang untuk meringankan<br />

beban Sukarno?<br />

Tidak. Justru karena itu Dewi kecewa pada<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

Sukarno, tapi tidak suka pada komunis. Kalau<br />

komunis hancur, Jepang juga senang.<br />

Aiko Kurasawa bersama<br />

Ketua Umum PDI Perjuangan<br />

Megawati di Jalan Kebagusan,<br />

Jakarta, beberapa tahun silam<br />

DOK. PRIBADI<br />

Jepang. Sebelumnya, hubungan dengan Bung<br />

Karno sangat baik, lalu sikap Jepang menjadi<br />

terlalu dingin. Membiarkan Bung Karno<br />

dikucilkan.<br />

Selain pengaruh tekanan Amerika dan<br />

Inggris, apa yang menyebabkan Jepang<br />

seperti itu?<br />

Sudah jelas, Jepang sendiri itu negara<br />

antikomunis. Meskipun bersimpati pada<br />

Benarkah Jepang pernah menawarkan<br />

suaka kepada Bung Karno?<br />

Dalam arsip Deplu tidak ada buktinya. Tapi<br />

saya pernah dengar dari seorang mantan<br />

menteri Bung Karno, namanya Setiadi. Dia<br />

menteri kelistrikan pro-Sukarno. Setiadi pernah<br />

dikirim ke Jepang sekitar Oktober-November.<br />

Menurut Setiadi, pemerintah Jepang,<br />

meskipun tidak secara resmi, menanyakan<br />

apakah Bung Karno mau mencari suaka atau<br />

tidak. Mungkin, kalau (Bung Karno) mau,<br />

Jepang menerima. Dan ada rumor di Jepang<br />

pada waktu itu, mungkin Bung Karno mencari<br />

suaka di Jepang. Saat Dewi (Ratna Sari Dewi,<br />

perempuan Jepang yang menjadi istri Bung<br />

Karno) datang ke Jepang pada Januari 1966, di<br />

media ada isu, mungkin Bung Karno akan ikut.<br />

Kalau Bung Karno meminta, saya kira Jepang<br />

akan menerima.<br />

Seberapa signifikan peran Ratna Sari<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

Sebelum Dewi, ada perempuan lain yang<br />

jadi penghubung. Nama marganya Kanesue.<br />

Perempuan ini akhirnya bunuh diri, mungkin<br />

karena dia putus asa kalah bersaing dengan<br />

Dewi. Tapi berita tentang dia tidak terlalu<br />

diekspos.<br />

Pemasangan batu nisan<br />

pada kuburan massal korban<br />

peristiwa 1965 di Dusun<br />

Plumbon, Kelurahan Wonosari,<br />

Kecamatan Ngaliyan, Semarang,<br />

1 Juni lalu.<br />

ANGLING ADHITYA PURBAYA/DETIKCOM<br />

Dewi dalam hubungan Indonesia-Jepang?<br />

Kalau sebelum G-30-S, peranannya<br />

penting karena waktu itu perusahaan<br />

tidak ada yang menanam modal di sini<br />

tapi banyak perusahaan Jepang yang ikut<br />

proyek pampasan perang. Tapi kan tender<br />

terbuka tidak ada, hanya tergantung pada<br />

Bung Karno mana yang disenangi. Peranan<br />

Dewi penting di situ sebagai pengantar dan<br />

mendorong Bung Karno (sehingga) mungkin<br />

agak gampang mendapatkan proyek itu.<br />

Siapa yang memperkenalkan dua<br />

perempuan ini pada Sukarno?<br />

Perusahaan Jepang. Jadi perusahaanperusahaan<br />

bersaing. Siapa yang mengenalkan<br />

perempuan yang cantik dan disenangi Bung<br />

Karno, itu yang menang. Yang paling hebat<br />

waktu itu Tonichi Trading Company, satu lagi<br />

Kinoshita Trading Company. Tonichi-lah yang<br />

memperkenalkan Dewi.<br />

Ada pengaruh Dewi saat Orde Baru bagi<br />

bisnis Jepang di Indonesia?<br />

Tidak bisa lagi. Dia sudah kembali ke Jepang<br />

sekitar Oktober 1966 untuk melahirkan.<br />

Setelah itu, tidak bisa kembali ke Indonesia<br />

lagi. Dia baru kembali menjelang Bung Karno<br />

meninggal pada 1970.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

Menggunakan mediator seperti Dewi?<br />

Yang memegang peranan penting itu Adam<br />

Malik sebagai Menteri Luar Negeri. Dia punya<br />

kawan-kawan dari Jepang yang dekat. Mantan<br />

tokoh-tokoh Gunseikanbu (pemerintah<br />

militer) yang sudah kenal dengan Adam Malik<br />

punya peranan penting di Jepang.<br />

Pelajar antikomunis di<br />

Bandung, Januari 1966<br />

CO RENTMEESTER/THE LIFE PICTURE<br />

COLLECTION/GETTY IMAGES<br />

Investasi Jepang justru besar saat Orde<br />

Baru....<br />

Itu memang wajar karena ekonomi Jepang<br />

saat itu sudah cukup kuat. Jepang mencari<br />

tempat menanam modal di luar negeri. Setelah<br />

Indonesia ada UU Penanaman Modal Asing,<br />

pemerintah dan perusahaan Jepang segera<br />

mengambil tindakan.<br />

Jepang pernah menjajah dengan kejam<br />

tapi tak ada sentimen anti-Jepang<br />

ketimbang anti-Tiongkok, ya?<br />

Sentimen itu relatif lemah dibandingkan<br />

negara-negara Asia Tenggara yang lain.<br />

Pemerintah Orde Baru tidak begitu senang<br />

jika ada rasa dendam pada Jepang. Karena<br />

mereka mementingkan hubungan ekonomi.<br />

Opini masyarakat itu didorong oleh pendapat<br />

pemerintahnya. Pemerintah Indonesia<br />

sendiri tidak suka kalau Jepang dikritik. Ini<br />

perasaan saya, ya, terutama pada masa Orde<br />

Baru. Pernah dengar kasus film Romusha<br />

tahun 1972 atau 1973? Film ini sudah lulus<br />

sensor, hampir mulai tayang, tapi tiba-tiba<br />

dilarang. Waktu itu, ada rumor ada tekanan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

dari pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang<br />

sangat sensitif, walau ada sedikit kritikan,<br />

mereka tidak senang. Pemerintah Orde Baru<br />

yang sudah tahu itu agak hati-hati supaya<br />

tidak menyinggung orang Jepang.<br />

Waktu isu jugun ianfu muncul, sikap<br />

pemerintah Indonesia tidak sekeras Korea<br />

Selatan atau Filipina. Pemerintah Indonesia<br />

tidak terlalu mendukung perjuangan ibu-ibu<br />

mantan jugun ianfu.<br />

Waktu isu jugun ianfu muncul, sikap pemerintah<br />

Indonesia tidak sekeras Korea Selatan atau Filipina.<br />

Pemerintah Indonesia tidak terlalu mendukung<br />

perjuangan ibu-ibu mantan jugun ianfu.<br />

DIDIK DWI HARYANTO/DETIK TV<br />

Anda punya pendapat soal wacana<br />

rekonsiliasi yang kembali menghangat?<br />

Paling tidak, pemerintah harus mengakui<br />

dulu bahwa ada pembantaian. Tapi, untuk<br />

sementara, secara resmi tidak mengakui, kan.<br />

Tidak mungkin aparat diadili atau pembayaran<br />

kompensasi. Saya kira itu tidak realistis. Tapi,<br />

kalau mengakui adanya pelanggaran HAM,<br />

itu bisa saja. Saya rasa salah satu sebab Gus<br />

Dur digulingkan adalah dia terlalu membela<br />

PKI.<br />

Selama ini yang banyak disorot hanya<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

Aiko tengah menyampaikan<br />

paparan dalam sebuah forum<br />

akademis<br />

DOK.PRIBADI<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

korban dari pihak PKI, sebaliknya keluarga<br />

para ustad yang jadi korban PKI tidak?<br />

Soal itu, kita harus mengadakan penelitian<br />

yang benar. Aksi sepihak pun penelitiannya<br />

belum cukup. Saya juga heran mengapa<br />

seperti itu. Mestinya, kalau itu benar terjadi<br />

(kekerasan oleh PKI terhadap para ustad),<br />

rezim Soeharto mendorong untuk diadakan<br />

penelitian. Tapi tidak, kan? Maka itu, saya masih<br />

ragu. Mungkin betul ada yang dibunuh, tapi<br />

apakah secara massal, saya masih ragu. Kalau<br />

betul secara massal, pasti banyak diketahui.<br />

Apalagi negara Barat, seperti Amerika, jika<br />

ada pembantaian pada unsur Islam yang<br />

dilakukan PKI, pasti akan di-blow-up. Jadi saya<br />

tidak berani bilang ada, tapi tidak berani juga<br />

bilang tidak ada. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERVIEW<br />

BIODATA<br />

NAMA: Aiko Kurasawa<br />

LAHIR: Osaka, Jepang, 26 Juni<br />

1946<br />

SUAMI: Inomata<br />

ANAK:<br />

• Hiromi<br />

• Isaka<br />

PENDIDIKAN:<br />

• Sarjana dari Fakultas Liberal<br />

Arts, Tokyo University, 1970<br />

• Master dari Tokyo University,<br />

1976<br />

• Doktor dari Cornell University,<br />

1988<br />

KARIER:<br />

• Dosen di Setsunan University,<br />

1982-1991<br />

• Asisten khusus Duta Besar<br />

Jepang di Jakarta, 1991-1993<br />

• Dosen di Nagoya University,<br />

1993-1997<br />

• Dosen di Fakultas Ekonomi<br />

Keio University, sejak 1997<br />

BUKU:<br />

• Mobilisasi dan Kontrol: Studi<br />

tentang Perubahan Sosial di<br />

Pedesaan Jawa, 1942-1945,<br />

Grasindo, 1993<br />

• Kuasa Jepang di Jawa, 1942-<br />

1945, Komunitas Bambu,<br />

Januari 2015<br />

• Peristiwa 1965, Persepsi<br />

dan Sikap Jepang, Penerbit<br />

Kompas, September 2015<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KOLOM<br />

KRETEK BUKAN<br />

WARISAN BUDAYA<br />

WARISAN BUDAYA HARUS MEMBERIKAN KEUNTUNGAN ATAU KEGUNAAN BAGI<br />

GENERASI MENDATANG.<br />

OLEH: PRIJO SIDIPRATOMO<br />

BIODATA<br />

NAMA:<br />

Dr Prijo Sidipratomo, SpRad<br />

TEMPAT/TANGGAL<br />

LAHIR:<br />

Jakarta, 11 Maret 1958<br />

ISTRI: Dr Diah Farida, Sp(A)<br />

BELAKANGAN ini kita mendengar adanya Rancangan Undang-Undang<br />

Kebudayaan, yang di dalam salah satu pasalnya diselipkan kretek sebagai<br />

warisan budaya bangsa. Apa definisi kretek atau rokok kretek? Rokok<br />

kretek menurut kamus Wikipedia bahasa Indonesia adalah “rokok yang<br />

menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkeh,<br />

dan saat diisap terdengar bunyi kretek-kretek”.<br />

Pembuatannya tidak bisa menggunakan mesin, masih memanfaatkan tangan<br />

perajin. Belakangan, berkembang menjadi industri setelah berpuluh tahun hanya<br />

merupakan industri rumah tangga.<br />

Ada upaya agar rokok ini dilestarikan menjadi warisan budaya bangsa. Apakah ini<br />

memang pantas? Kita harus mencari tahu terlebih dulu apa yang dimaksud dengan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KOLOM<br />

PENDIDIKAN<br />

l Pendidikan Dokter<br />

Fakultas Kedokteran<br />

Universitas Indonesia,<br />

1977-1983<br />

l Sekolah Spesialisasi<br />

Radiologi Fakultas<br />

Kedokteran Universitas<br />

Indonesia, 1986-1989<br />

KARIER<br />

l Kepala Puskesmas<br />

Kecamatan Kapuas<br />

Tengah, Kalimantan<br />

Tengah, 1984-1986<br />

l Dokter spesialis<br />

radiologi RS Zainal<br />

Abidin, Aceh, 1989-1992<br />

l Staf pengajar<br />

Departemen Radiologi<br />

Universitas Syiah Kuala,<br />

Aceh, 1989-1992<br />

l Staf pengajar<br />

Departemen Radiologi<br />

RSCM-FKUI, 1992<br />

warisan budaya bangsa itu.<br />

Warisan budaya, menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan,<br />

Sains, dan Kebudayaan (UNESCO), didefinisikan sebagai berikut, “Cultural heritage<br />

is the legacy of physical artefacts and intangible attributes of group or society that are<br />

inherited from past generations, maintained in the present and bestowed for benefit<br />

of future generations.”<br />

Melihat dari definisi UNESCO, jelaslah bahwa suatu warisan budaya harus memberikan<br />

keuntungan atau kegunaan bagi generasi mendatang.<br />

Pelbagai rujukan di dunia kedokteran jelas menuliskan bahwa rokok memberikan<br />

dampak pada terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, berkontribusi<br />

terhadap kejadian stroke dan penyakit kanker atau keganasan pada saluran napas<br />

serta paru-paru. Seluruh penyakit tersebut memerlukan pembiayaan perawatan<br />

yang sangat mahal.<br />

Saat ini, dalam keadaan rokok, baik itu kretek maupun rokok putih, belum dilindungi<br />

undang-undang, kita sudah mempunyai data sebagaimana dilansir oleh<br />

Sonny Budiutomo dari Lembaga Demografi bahwa perokok remaja lelaki 15-19<br />

tahun sebanyak 37,3 persen, pengeluaran rumah tangga termiskin untuk rokok<br />

mencapai 13 persen, sementara untuk beras 19 persen. Membeli rokok merupakan<br />

pengeluaran terbesar dari rumah tangga miskin setelah membeli beras. Ini jauh<br />

melampaui dari kebutuhan untuk membeli telur, susu, dan protein. Angka ini konstan<br />

sejak 2003.<br />

Beban makroekonomi terkait konsumsi rokok dari penelitian Suwarta Kosen,<br />

yang dirilis pada 2012, sebesar Rp 245,4 triliun ini merupakan kerugian makroekonomi<br />

sebesar 4 kali lipat dari cukai yang diterima pemerintah pada 2010.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KOLOM<br />

hingga sekarang<br />

l Ketua Program<br />

Diploma Radiologi<br />

FKUI, 1997-2003<br />

l Ketua Ikatan Dokter<br />

Indonesia (IDI) Cabang<br />

Jakarta Pusat, 1994-<br />

2001<br />

l Ketua IDI Wilayah DKI<br />

Jakarta, 2001-2006<br />

l Kepala Bagian<br />

Radiologi RSCM, 2002-<br />

2004<br />

l Ketua Perhimpunan<br />

Dokter Spesialis<br />

Radiologi Indonesia,<br />

2003-2006<br />

l Wakil Dekan Bidang<br />

Nonakademik FKUI,<br />

2004-2008<br />

l Presiden IDI, 2006-2009<br />

l Ketua Umum IDI, 2009<br />

hingga sekarang<br />

Data yang dirilis Kementerian Kesehatan, 67 persen penduduk lelaki Indonesia<br />

adalah perokok. Data ini merupakan yang terbesar di dunia, sedangkan prevalensi<br />

perokok di Indonesia sebesar 34,8 persen.<br />

Data lain dari Kementerian Keuangan terkait roadmap rokok, yang menargetkan<br />

260 miliar batang pada 2015, ternyata saat ini telah mencapai 362 miliar batang. Artinya,<br />

terdapat kelebihan 102 miliar batang dari target. Merujuk data-data tersebut,<br />

jelas konsumsi rokok meningkat di Indonesia.<br />

Kalau kita melihat pada bungkus rokok, jelas dituliskan betapa berbahayanya<br />

produk tersebut. Belum lagi peringatan bergambar yang juga ditampilkan pada<br />

bungkusnya. Menilik semua itu, tidak sepatutnya<br />

bila rokok kretek dianggap sebagai warisan budaya<br />

karena sama sekali tidak punya dampak keuntungannya<br />

bagi generasi selanjutnya. Sebaliknya, rokok<br />

hanya meluaskan kerugian yang harus ditanggung<br />

oleh bangsa ini ke depannya.<br />

Pada saat ini, tanpa perlindungan<br />

dari undang-undang pun<br />

produksi rokok sudah<br />

melampaui target. Tidak<br />

tanggung-tanggung, lebih<br />

dari 100 miliar batang.<br />

Bisa dibayangkan, apabila<br />

ada undang-undang yang<br />

melindungi rokok, negeri<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KOLOM<br />

l Ketua Komnas<br />

Pengendalian<br />

Tembakau, 2011 hingga<br />

sekarang<br />

PRAKTEK<br />

l Rumah Sakit Cipto<br />

Mangunkusumo,<br />

Jakarta<br />

l RS Siloam Karawaci,<br />

Tangerang<br />

ORGANISASI<br />

l Ikatan Dokter Indonesia<br />

l Komnas Pengendalian<br />

Tembakau<br />

l Perhimpunan Dokter<br />

Spesialis Radiologi<br />

Indonesia<br />

ini akan menjadi surga bagi industri rokok.<br />

Ini sesuai dengan apa yang disampaikan sosiolog Imam B. Prasodjo dalam diskusi<br />

“Wujudkan Sumber Daya Manusia yang Tangguh” di Gedung Joang Jakarta<br />

pada 30 September 2015 bahwa industri rokok menjadikan Indonesia sebagai surga<br />

karena di sinilah satu satunya negara yang tidak melakukan perlindungan yang<br />

wajar terhadap warganya.<br />

Jika kita rangkum, sesungguhnya rokok, baik itu rokok putih maupun kretek, sama<br />

saja, yakni produk yang mengandung racun dan bahan berbahaya, yaitu zat adiktif,<br />

yang bisa menyebabkan pemakainya kecanduan. Kerugian akibat pemakaian rokok<br />

secara kesehatan jelas sekali dan bahan rujukannya banyak.<br />

Jadi kretek tidak dapat dikategorikan sebagai warisan budaya karena secara definisi<br />

tidak cocok.<br />

Jika kita ingin melihat generasi emas bangsa Indonesia bisa merayakan kemerdekaan<br />

ke-100 pada 30 tahun lagi, sebaiknya kretek tidak tertera pada pasal RUU<br />

Kebudayaan. Begitu juga tidak perlu adanya RUU Pertembakauan, yang sama sekali<br />

tidak berpihak pada upaya membangun bangsa yang tangguh. n<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

TUMBAL<br />

DARAH<br />

SALIM<br />

‘KANCIL’<br />

SALIM “KANCIL” DIBUNUH DENGAN SANGAT SADIS.<br />

PULUHAN PREMAN MENGEROYOK PRIA KURUS ITU<br />

GARA-GARA TERUSIK OLEH PROTESNYA. SALIM MINTA<br />

PENAMBANGAN PASIR ILEGAL DIHENTIKAN.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Pegiat lingkungan yang<br />

tergabung dalam solidaritas<br />

Surabaya untuk Salim "Kancil"<br />

berunjuk rasa di Surabaya,<br />

Jawa Timur, Kamis (1/10).<br />

UMARUL FARUQ/ANTARA FOTO<br />

saya ingin berjuang kayak<br />

Pak Karno!”<br />

“Tapi wong saya tidak bisa<br />

“TIK,<br />

nulis kok ingin kayak Pak<br />

Karno.”<br />

Guyonan Salim alias Kancil atau juga dikenal<br />

sebagai Salim “Kancil” itu masih dikenang sang<br />

istri, Tijah. Hari itu Salim begitu jengkel karena<br />

merasa diperlakukan tidak adil oleh Kepala<br />

Desa Selok Awar-Awar, Hariyono.<br />

Ia ingin punya keberanian melawan<br />

penindasan itu seperti Bung Karno melawan<br />

penjajah. Salim tidak mau lagi diam atas<br />

tambang pasir yang telah merusak sawahnya,<br />

juga desanya. Salim merasa menjadi korban<br />

yang dirugikan.<br />

Desa Salim merupakan salah satu desa<br />

tambang pasir di Kecamatan Pasirian, Lumajang,<br />

Jawa Timur. Penambangan ini bermula pada<br />

1998 ketika PT Aneka Tambang (Antam)<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Situasi terakhir bekas<br />

penambangan pasir yang<br />

ditolak Salim "Kancil" (3/10)<br />

M AMINUDIN/DETIKCOM<br />

mengantongi izin usaha pertambangan<br />

eksplorasi. Tapi eksplorasi ini hanya bertahan<br />

selama 3 tahun karena tidak menghasilkan<br />

keuntungan.<br />

PT Antam lantas menutup operasi tambang.<br />

Namun mereka mengajukan permohonan izin<br />

usaha eksplorasi kembali pada 2009 karena<br />

harga jual pasir besi di pasar internasional<br />

melambung. Eksplorasi dilakukan oleh anak<br />

perusahaan PT Antam, PT Antam Resourcindo.<br />

Warga menolak keras sehingga eksplorasi ini<br />

pun urung.<br />

Namun ternyata puluhan perusahaan antre<br />

untuk melakukan eksplorasi. Data Perizinan<br />

Sektor Pertambangan Pantai Selatan Lumajang<br />

mencatat terdapat 60 perusahaan yang<br />

memegang konsesi pasir besi.<br />

Konsesi pasir besi di Pantai Watu Pecak<br />

di Desa Selok dimiliki oleh PT Indo Modern<br />

Mining Sejahtera (IMMS). Perusahaan ini<br />

memiliki lahan konsesi terbesar, seluas 2.744<br />

hektare di enam kecamatan dan 872,6 hektare<br />

di satu kecamatan.<br />

Namun perjalanan perusahaan ini buruk<br />

karena terus-menerus menuai penolakan.<br />

Puncaknya adalah pada 2013, saat warga Desa<br />

Bades, Kecamatan Pasirian, membakar kantor<br />

lapangan PT IMMS karena dituding ingkar<br />

memberikan dana tanggung jawab sosial<br />

perusahaan (corporate social responsibility).<br />

Pada 2014, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Sejak ada Backhoe (ekskavator) itu.<br />

Kurang-lebih dua tahun. Ini kan sawah<br />

Pak Kancil. Nah, Kepala Desa bikin<br />

(tempat) parkir motor di situ.<br />

istri Salim "Kancil", Tijah<br />

BAHTIAR/DETIKCOM<br />

mengaitkan PT IMMS dengan kasus dugaan<br />

gratifikasi hak konsesi. Aktivitas tambang PT<br />

IMMS pun beku pada tahun yang sama.<br />

Sepeninggal PT IMMS, aktivitas tambang<br />

bukan berarti berhenti. Kali ini penambangan<br />

liar yang membuat masalah. Mereka pun<br />

mengganggu lahan milik petani, di antaranya<br />

Salim. Salim memiliki sebidang tanah seluas 6<br />

petak. Namun tanahnya rusak dipakai untuk<br />

area parkir kendaraan operasional tambang.<br />

Sejak dua tahun lalu tanah itu tidak bisa digarap.<br />

“Sejak ada Backhoe<br />

(ekskavator) itu. Kuranglebih<br />

dua tahun. Ini<br />

kan sawah Pak Kancil.<br />

Nah, Kepala Desa bikin<br />

(tempat) parkir motor<br />

di situ,” kata Tijah, yang<br />

biasa dipanggil Tik oleh Salim.<br />

Gantungan hidup Salim benar-benar lenyap.<br />

Maklum, Salim dan istrinya buta huruf. Ia<br />

dijanjikan uang pengganti, namun satu kali<br />

diberi Rp 1 juta, janji itu lantas tinggal omong<br />

kosong. Salim dipingpong antara Hariyono dan<br />

Desir untuk mendapat bagi hasil parkir. “Saya<br />

malu minta-minta begitu, Tik. Sakit hati ini,”<br />

kata Salim ditirukan Tijah.<br />

Salim pun menggalang kekuatan bersama<br />

kelompok petani, buruh tani, dan nelayan untuk<br />

melawan praktek tambang. Apalagi Salim tahu<br />

Hariyono telah menipu mereka. Kepala Desa<br />

awalnya mengatakan akan membuka proyek<br />

wisata di Pantai Watu Pecak. Namun semua<br />

hanya kedok untuk bisnis pengerukan pasir.<br />

Lalu-lalang truk dan pengerukan pasir<br />

memakai ekskavator membuat mata pencarian<br />

dan lingkungan Desa Selok rusak. Sawah tidak<br />

bisa ditanami akibat empasan air penutup<br />

lubang galian, nelayan susah melaut karena<br />

wajah pantai rusak. Jalan-jalan rusak, hingga<br />

debu pasir yang beterbangan menjadi polusi.<br />

Sebelum ada tambang pasir, kawasan pantai<br />

itu menjadi penghasilan tersendiri bagi warga.<br />

Kerabat Salim, Mulyadi, mengaku menggarap<br />

cemara laut. Namun tanamannya kini hampir<br />

habis karena tak ada pasir untuk tempat<br />

tumbuh. “Rusak hancur-hancuran, merugikan<br />

orang banyak,” ujarnya.<br />

Salim dan 12 warga yang dirugikan oleh<br />

tambang pasir lantas membentuk Forum<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Polisi melakukan olah TKP<br />

pembunuhan Salim "Kancil"<br />

(26/9).<br />

M AMINUDIN/DETIKCOM<br />

Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok<br />

Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten<br />

Lumajang. Mereka ingin penambangan pasir<br />

dihentikan dari desa mereka.<br />

Perlawanan Salim dan kawan-kawan<br />

tidak sembarangan. Ia berkoordinasi dan<br />

membangun komunikasi dengan jaringan<br />

organisasi nasional, seperti Jatam, Walhi,<br />

Kontras Surabaya, dan Forum Indonesia Hijau.<br />

Mereka menggelar demonstrasi perdana pada<br />

Rabu, 9 September 2015.<br />

Aksi ini menghasilkan kesepakatan dengan<br />

Kepala Desa untuk menghentikan aktivitas<br />

tambang. Namun kesepakatan ini justru<br />

ditindaklanjuti dengan ancaman teror dan<br />

pembunuhan. Ancaman ini sudah dilaporkan<br />

ke Polres Lumajang pada Jumat, 11 September.<br />

● ● ●<br />

Pagi itu Tijah mengawali hari seperti pagi<br />

lainnya. Ia berangkat mencari rambanan,<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Tersangka pembunuhan Salim<br />

"Kancil" di Polda Jatim (30/9).<br />

ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />

dedaunan untuk pakan kambingnya. Ia sama<br />

sekali tidak mendapat pertanda pagi itu akan<br />

mendatangkan musibah paling kelam dalam<br />

hidupnya.<br />

Tijah segera menuntun sepedanya ketika sang<br />

suami, Salim, berbenah diri sebelum menggelar<br />

demonstrasi. Anak mereka, Dio Eka Saputra,<br />

rencananya akan ikut berdemonstrasi.<br />

Sehari sebelumnya, Salim menggelar<br />

koordinasi masyarakat untuk melakukan aksi<br />

penolakan tambang pasir. Pihak seberang,<br />

Hariyono, juga menggelar rapat tertutup di<br />

rumahnya untuk mengantisipasi demonstrasi<br />

itu.<br />

Tidak lama setelah Tijah mengayuh sepeda<br />

menjauhi rumahnya, gerombolan pria marah<br />

datang. Sekitar 40 orang, berboncengan sepeda<br />

motor, membawa aneka senjata, dari kayu<br />

pemukul, celurit, hingga pacul. Mereka langsung<br />

menyasar Salim, yang tengah menggendong<br />

cucunya.<br />

Gerombolan ini dipimpin Desir, preman Desa<br />

Selok Awar-Awar. Salim menurunkan cucunya.<br />

Gerombolan ini pun menangkap Salim dan<br />

langsung memukulinya hingga berdarah.<br />

Anak buah Desir antara lain Eksan, Tomin,<br />

Tinarlap, Siari, Tejo, Eli, Sio, Besri, Suket, Siaman,<br />

Jumunam, Satuwi, Timar, Buri, Misto, Parman,<br />

dan Satrum.<br />

Dio lari dan menggedor rumah Iman, adik<br />

Salim, yang bersebelahan dengan keluarganya.<br />

Mendengar keributan itu, Iman beranjak dari<br />

kandang kambing di pekarangan belakang, tapi<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Laporan Tosan ke kepolisian<br />

soal ancaman kekerasan yang<br />

dialaminya<br />

BAHTIAR/DETIKCOM<br />

tidak dapat berbuat<br />

apa-apa. “Tidak boleh<br />

melerai, takut diserbu.<br />

Kalau mengejar, takut<br />

dibacok juga,” ujarnya.<br />

Iman menuturkan,<br />

Salim diseret, lantas<br />

dinaikkan ke sepeda<br />

motor dan dibawa<br />

ke balai desa. Di<br />

sini, Salim kembali<br />

dianiaya. Pemukulan<br />

berlanjut di depan<br />

keramaian. Siswa-siswi<br />

dan guru pendidikan<br />

anak usia dini, yang<br />

biasa beraktivitas<br />

di dekat balai desa,<br />

sempat menyaksikan<br />

kebrutalan gerombolan ini.<br />

Di balai desa, Salim juga disetrum. Tidak<br />

lama kemudian, pria kurus itu dibawa ke area<br />

pemakaman desa yang sepi. Eksekusi dilakukan.<br />

Salim dilempari batu, kemudian dibunuh dan<br />

dibiarkan di tengah jalan dekat pemakaman.<br />

“Ketika saya sampai di sana, sudah banyak<br />

polisi. Aku mau nyamperin enggak boleh<br />

sama orang-orang. Ya, saya nurut,” cerita<br />

Tijah sedih.<br />

Tijah benar-benar tidak percaya suaminya<br />

akhirnya menjadi korban pembunuhan. Salim<br />

pernah bercerita ia akan dibunuh oleh kelompok<br />

preman yang dibentuk Hariyono. Ia juga sudah<br />

sering dipanggil ke balai desa. “Saya mau<br />

dibunuh tim-tim itu, Tik,” cerita Salim seperti<br />

ditirukan Tijah.<br />

Forum sebenarnya sudah melaporkan<br />

ancaman pembunuhan itu ke Polres Lumajang.<br />

Sayang, tidak ada satu aparat pun yang<br />

mengantisipasi gentingnya situasi itu. Tidak<br />

ada yang menghentikan aksi preman Hariyono<br />

itu saat menyisir desa, mencari para penolak<br />

tambang pasir. Gerombolan preman ini<br />

berencana memberi pelajaran terhadap enam<br />

orang anggota Forum.<br />

Sebelum mengeksekusi Salim, gerombolan<br />

ini mendatangi Tosan. Saksi mata penganiayaan<br />

Tosan, Imam, menyebutkan dirinya sebelumnya<br />

turut disasar. Namun, karena Tosan<br />

menampakkan diri, mereka lantas mengalihkan<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Tosan dirawat di RS Saiful<br />

Anwar, Malang<br />

BAHTIAR/DETIKCOM<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

sasaran pada Tosan. Penganiayaan ini pun<br />

dilakukan di depan keramaian.<br />

“Kalau mau minta tolong, sebenarnya warga<br />

yang melihat banyak, tapi enggak ada yang<br />

berani. Mereka bawa senjata tajam,” tutur<br />

Imam.<br />

Tosan kini dalam kondisi kritis di sebuah rumah<br />

sakit di Malang, Jawa Timur. “Awalnya mulai sehat.<br />

Tapi, setelah tahu temannya, Pak Salim ‘Kancil’,<br />

meninggal, Bapak kembali drop,” kata istri Tosan,<br />

Ati.<br />

Polisi menetapkan 22 orang, termasuk<br />

Hariyono, sebagai tersangka pembunuhan<br />

Salim dan penganiayaan Tosan. Setelah tragedi<br />

berdarah ini akhirnya tambang pasir di Selok<br />

Awar-Awar ditutup. Tim Kerja Perempuan dan<br />

Tambang memperingatkan kasus Salim bisa<br />

terulang mengingat banyaknya pertambangan<br />

di negeri ini. "Saya sudah memerintahkan<br />

jajaran untuk mengusut tuntas." kata Kapolri<br />

Jenderal Badrodin Haiti. ■<br />

BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN | ARYO BAHWONO<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015<br />

MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

JEJAK PERLAWANAN<br />

SALIM ‘KANCIL’<br />

PENOLAKAN terhadap penambangan<br />

pasir di pantai selatan<br />

Lumajang, Jawa Timur, berlangsung<br />

sejak 2012. Protes itu berujung<br />

pada tragedi berdarah pada Sabtu,<br />

26 September 2015.<br />

Saat itu kelompok pro-penambangan<br />

menyerang petani pemrotes,<br />

Salim alias Kancil, 46 tahun,<br />

dan Tosan, 51 tahun. Salim tewas<br />

dianiaya, sedangkan Tosan terluka<br />

berat akibat disiksa.<br />

Berikut ini runutan kejadian selama 2015 hingga meninggalnya<br />

Salim di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang.<br />

JANUARI 2015<br />

Warga lewat Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok<br />

Awar-Awar menyurati Kepala Desa Selok Awar-Awar, Camat<br />

Pasirian, dan Bupati Lumajang mengenai masalah penambangan<br />

pasir yang merugikan warga.<br />

JUNI 2015<br />

Forum minta bertemu dengan Bupati Lumajang buat mengadukan investor yang<br />

menyebut akan membuka bisnis pariwisata. Setelah direstui warga, ternyata yang<br />

masuk adalah perusahaan penambang pasir besi. Bupati hanya mengutus camat<br />

buat menemui warga.<br />

9 SEPTEMBER 2015<br />

Forum berunjuk rasa dan menyetop aktivitas penambangan pasir serta mencegat<br />

truk pasir di Balai Desa Selok Awar-Awar. Aksi ini ditanggapi Kepala Desa Hariyono<br />

dengan meneken surat pernyataan menghentikan penambangan pasir.<br />

11 SEPTEMBER 2015<br />

Forum melaporkan ancaman ke Polres Lumajang.<br />

Kasat Reskrim Ajun Komisaris Heri Sugianto<br />

menjanjikan pengamanan dari Polsek Pasirian.<br />

21 SEPTEMBER 2015<br />

Forum melaporkan penambangan liar oleh aparat Desa<br />

Selok Awar-Awar di kawasan hutan milik Perhutani<br />

kepada Polres Lumajang.<br />

10 SEPTEMBER 2015<br />

Beredar ancaman pembunuhan<br />

terhadap anggota Forum oleh<br />

sekelompok preman yang diduga<br />

suruhan Kepala Desa Hariyono.<br />

19 SEPTEMBER 2015<br />

Forum menerima surat pemberitahuan dari Polres<br />

Lumajang bahwa kasus ancaman pembunuhan itu<br />

sudah mulai disidik.<br />

25 SEPTEMBER 2015<br />

Forum menyiapkan unjuk rasa terhadap<br />

penambangan pasir yang akan digelar esok hari<br />

pukul 07.30 WIB.<br />

26 SEPTEMBER 2015<br />

07.00 WIB<br />

Tosan bersama Imam menyebar selebaran ajakan unjuk rasa di depan rumahnya di<br />

Dusun Persil. Seorang pria memarahinya.<br />

07.30 WIB<br />

Sekitar 40 orang mendatangi rumah Tosan dan mengeroyoknya. Imam<br />

disuruh Tosan menyelamatkan diri. Tosan juga lari dengan sepeda tapi<br />

dikejar dan dianiaya.<br />

Anggota Forum, Ridwan, mendengar kabar pengeroyokan dan mencari<br />

Tosan. Ia berhasil menghentikan penganiayaan setelah menantang<br />

Desir, yang memimpin kelompok penyerang. Ridwan membawa Tosan ke<br />

Puskesmas Pasirian dan akhirnya dilarikan ke RSUD Malang.<br />

08.00 WIB<br />

Dari rumah Tosan, penyerang mendatangi rumah Salim di Dusun Krajan I. Salim diikat<br />

tangannya dan dipukuli. Ia digiring sejauh sekitar 2 kilometer ke Balai Desa Selok<br />

Awar-Awar. Penyiksaan berlanjut di balai desa hingga pukul 08.30 WIB. Di balai desa, Salim<br />

disetrum. Akhirnya Salim dibawa ke arah makam desa dan dibunuh.<br />

29 SEPTEMBER 2015<br />

Polres Lumajang menangkap 22 tersangka pembunuhan Salim dan<br />

penganiayaan terhadap Tosan. Dua tersangka tak ditahan karena<br />

masih 16 tahun.<br />

1 OKTOBER 2015<br />

Hariyono, yang sebelumnya hanya tersangka penambangan liar,<br />

akhirnya ditetapkan Polres Lumajang sebagai tersangka otak<br />

pembunuhan Salim dan penganiayaan Tosan.<br />

Kapolres Lumajang Ajun Komisaris Besar Fadly Munzir Ismail<br />

memindahkan semua tersangka ke Polda Jatim dan menutup lokasi<br />

pertambangan pasir ilegal.<br />

PENGGAGAS FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT<br />

PEDULI DESA SELOK AWAR-AWAR<br />

Salim “Kancil”<br />

Tosan<br />

Iksan Sumar<br />

Ansori<br />

Sapari<br />

Abdul Hamid<br />

Turiman<br />

M. Haryadi<br />

Rosyid<br />

Mohammad Imam<br />

Ridwan<br />

Cokrowidodo R.S.<br />

TERSANGKA:<br />

Kepala Desa Selok Awar-Awar Hariyono<br />

Tedjo, Ngatiman, Elisandi, Harmoko, Timartin, Rudi, Edi Santosa, Madasir, Widianto, Sukit, Hendrik,<br />

Buri, Farid, Muhamad Subadri, Slamet, Siari, Siaman, Edor Hadi Kusuma, dan Dodik Hartono. Dua<br />

anak yang jadi tersangka adalah IL dan AA<br />

PENYERANG VERSI KESAKSIAN WARGA YANG BELUM JADI TERSANGKA:<br />

Desir, Eksan, Tomin, Tinarlap, Budi, Sio, Besri, Jumunam, Misto, Parman, dan Satrum<br />

SUMBER: KOMISI UNTUK ORANG HILANG DAN KORBAN TINDAK KEKERASAN (KONTRAS) SURABAYA | OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

SANG DALANG &<br />

AJUDAN MATA DUITAN<br />

“SEMUA INI KARENA DUIT. MEREKA BUTA.”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Aksi mahasiswa menuntut<br />

penuntasan kasus Salim<br />

"Kancil" di Bundaran Sekartaji,<br />

Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat<br />

(2/10).<br />

PRASETIA FAUZANI/ANTARA FOTO<br />

RUMAH itu paling mewah di Desa Selok<br />

Awar-Awar. Bangunannya besar,<br />

dan tidak cuma satu, tapi dua unit.<br />

Salah satu bangunannya masih baru.<br />

Letaknya hanya sekitar 20 meter di belakang<br />

balai desa. Pemiliknya tidak lain adalah Hariyono,<br />

sang kepala desa, yang tentu saja kaya raya.<br />

Selok Awar-Awar merupakan satu dari banyak<br />

desa di Kecamatan Pasirian, Lumajang, Jawa<br />

Timur, yang menjadi lokasi penambangan pasir<br />

muntahan Gunung Semeru. Berdasarkan data<br />

tahun 2010, desa itu berpenduduk 8.000 jiwa.<br />

Namun tidak seluruh penduduk Selok Awar-<br />

Awar menjadi penambang. Mereka sebagian<br />

menggantungkan hidup pada hasil pertanian.<br />

Awalnya, Hariyono bukanlah orang terpandang<br />

di Desa Selok. Ia hanyalah warga biasa<br />

yang berbisnis jual-beli sepeda motor yang<br />

kreditnya macet. Ia bertarung dalam pemilihan<br />

kepala desa dengan dana cekak. Banyak sokongan<br />

diberikan, termasuk oleh Salim alias Kancil.<br />

Salim, yang merupakan petani, membujuk para<br />

petani lain agar mendukung Hariyono.<br />

“Saya dan Pak Salim mati-matian menolong<br />

Hariyono. Nyari singkong untuk orang-orang<br />

(pendukung Hariyono),” kata kerabat Salim,<br />

Mulyadi, kepada majalah detik.<br />

Akhirnya Hariyono berhasil memimpin Selok.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Rumah Kepala Desa Hariyono<br />

BAHTIAR/DETIKCOM<br />

Ia terpilih menjadi kepala desa pada 2006. Dua<br />

tahun menjabat, Hariyono mulai kreatif mencari<br />

uang. Karena Selok merupakan desa tambang<br />

pasir, Hariyono pun memungut kutipan terhadap<br />

setiap truk pengangkut pasir. Setiap truk<br />

yang lewat dikenai pungutan Rp 15 ribu. Alasannya<br />

untuk mengisi kas desa.<br />

Hariyono lantas melegalkan pungutan itu<br />

dengan menerbitkan peraturan desa. Untuk<br />

menjaga pungutan itu langgeng, Hariyono<br />

mengerahkan kelompok preman yang dinamai<br />

Tim 12. Tim yang juga disebut “ajudan desa” itu<br />

merupakan bagian dari tim sukses Hariyono<br />

saat maju dalam pemilihan kepala desa untuk<br />

periode kedua. Tim tersebut dibentuk untuk<br />

menyerang secara fisik kubu lawan yang berbuat<br />

curang. Misalnya, “Pak, ada yang kasih uang.<br />

Nah, langsung serang, begitu lo,” ujar Mulyadi,<br />

yang pernah ditawari masuk Tim 12.<br />

Sukses terpilih kembali, Hariyono menambah<br />

tugas untuk Tim 12. Para preman itu menjaga<br />

portal-portal tempat truk keluar-masuk mengangkut<br />

pasir dari Watu Pecak. Ada tiga portal<br />

yang dijaga oleh Tim 12. Dua di antaranya berada<br />

di luar Desa Selok Awar-Awar. Tarif yang<br />

dikenakan pun naik dari Rp 15 ribu menjadi Rp<br />

35 ribu.<br />

Aktivis tambang Lumajang, Arsyad Subekti,<br />

mengatakan, apabila dalam sehari saja ada 300<br />

truk yang melintasi portal, setidaknya Hariyono<br />

bisa mengeruk Rp 10 juta.<br />

Tidak sembarang orang bisa melewati portal<br />

yang dijaga ketat tersebut, bahkan petugas Perum<br />

Perhutani. Kebetulan salah satu jalan masuk<br />

ke tambang Watu Pecak melewati hutan jati<br />

yang dikelola Perhutani. “Mulai jalan utama ke<br />

lokasi saja kami susah. Mau motret-motret juga<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Ketua DPRD Lumajang Agus<br />

Wicaksono<br />

DETIKSURABAYA<br />

susah,” kata Misbakhul Munir, 42 tahun, Wakil<br />

Administrator Perhutani Sub-Kesatuan Pemangkuan<br />

Hutan Lumajang, kepada majalah detik.<br />

Usaha tambang pasir itu makin lancar dengan<br />

keber adaan Desir sebagai pemimpin Tim 12.<br />

Desir merupakan Ketua Lembaga Masyarakat<br />

Desa Hutan. Lembaga masyarakat ini punya<br />

wewenang bekerja sama dengan Perhutani<br />

untuk mengelola hutan. Namun, Misbakhul<br />

mengatakan, tidak ada kerja sama Perhutani<br />

dengan aktivitas pertambangan.<br />

Hariyono kemudian semakin serakah. Ia tidak<br />

hanya mengenakan pungutan terhadap truk<br />

pasir. Ia pun mulai melakukan penambangan<br />

langsung secara ilegal di desanya. Juga dengan<br />

mengerahkan anggota Tim 12.<br />

Hariyono mengelabui warga, termasuk Salim,<br />

dengan mengatakan akan mengembangkan<br />

sektor wisata di Watu Pecak. Namun, yang terjadi,<br />

truk-truk pengangkut pasir besi hilir-mudik<br />

dari lokasi pertambangan. Satu dump truck pasir<br />

dihargai Rp 270 ribu. "Tim 12 yang mengeruk.<br />

Satu hari itu 300 truk. Satu truk paling sedikit<br />

membawa 12 ton," ujar Sapari, rekan Salim di<br />

Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa<br />

Selok Awar-Awar<br />

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten<br />

Lumajang Agus Wicaksono mengatakan<br />

kepala desa tetangga Selok Awar-Awar banyak<br />

yang mengikuti langkah Hariyono tersebut.<br />

Hal itu terjadi ketika perusahaan-perusahaan<br />

penambang pasir besi tidak bisa lagi beroperasi<br />

karena tak mampu membangun instalasi pengolahan<br />

dan pemurnian hasil tambang (smelter).<br />

“Kades itu pintar-pintar. Jadi rakyat yang bekerja,<br />

tetapi nyatanya yang untung besar hanya<br />

kepala-kepala desa, seperti Pak Hariyono itu,”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Poster Hariyono saat pilkades<br />

BAHTIAR/DETIKCOM<br />

kata Agus.<br />

Maraknya penambangan ilegal yang dilakukan<br />

para kepala desa dan penyelewengan<br />

izin oleh pengusaha itu mendorong DPRD<br />

Lumajang membentuk Panitia Khusus pada 13<br />

Februari 2014.<br />

Pansus memanggil para kepala desa di Kecamatan<br />

Pasirian, termasuk Hariyono. Hariyono<br />

terkesan meremehkan DPRD karena merasa<br />

bakal didukung oleh bupati saat itu, Sjahrazad<br />

Masdar. Hariyono merupakan anggota tim sukses<br />

Masdar dalam pemilihan Bupati Lumajang.<br />

Namun Masdar meninggal sebelum menyelesaikan<br />

jabatannya.<br />

Hariyono terbukti berbohong karena, dalam<br />

rencana tata ruang dan wilayah Lumajang, tidak<br />

ada rencana kawasan Watu Pecak menjadi pantai<br />

wisata. Di hadapan Pansus, Hariyono meneken<br />

surat yang isinya kesediaan menghentikan<br />

usaha tambang pasirnya. Namun ternyata anak<br />

buah Hariyono terus menggali pasir. Mereka<br />

tidak peduli meski warga memprotesnya.<br />

Preman Tim 12 justru makin beringas. Mereka<br />

mengancam akan membunuh warga yang berani<br />

memprotes, salah satunya Salim. Mereka<br />

berkepentingan pengerukan pasir tetap lancar<br />

karena dari pasir itulah uang mengalir. “Menurut<br />

saya, ini semua karena duitlah. Mereka buta,”<br />

kata Agus.<br />

Penambangan pasir itu akhirnya dihentikan<br />

paksa setelah terjadi insiden berdarah. Tim 12<br />

semakin beringas menindak warga yang protes.<br />

Sabtu, 26 September, mereka menghajar Salim<br />

“Kancil”, yang akan melakukan aksi damai, hingga<br />

tewas.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Alat berat di kawasan<br />

penambangan pasir Selok<br />

Awar-Awar<br />

BAHTIAR/DETIKCOM<br />

Polisi menetapkan Hariyono sebagai tersangka<br />

utama. Ia diduga sebagai dalang yang menggerakkan<br />

puluhan orang untuk membantai<br />

Salim dan Tosan, rekannya.<br />

Sebelumnya, polisi juga menetapkan Hariyono<br />

sebagai tersangka kasus perusakan lingkungan<br />

akibat penambangan pasir ilegal. Ia dikenai<br />

pasal berlapis dengan ancaman hukuman 20<br />

tahun penjara hingga seumur hidup.<br />

Hariyono sendiri terus mengelak dari tuduhan<br />

sebagai otak pembantaian Salim. Melalui pengacaranya,<br />

ia membantah tudingan menyuruh<br />

Tim 12 untuk menganiaya warga antitambang<br />

yang hendak menggalang demonstrasi pada<br />

Sabtu itu. “Mereka jalan sendiri-sendiri,” ujar<br />

pengacara Hariyono, Heru Laksono.<br />

Setelah menetapkan status tersangka, polisi<br />

menggeledah rumah Hariyono. Aparat menemukan<br />

airsoft gun. Polisi lantas menahan sang<br />

kepala desa. Rumahnya nan megah kini dihuni<br />

istri dan tiga anaknya yang ketakutan. Sekitar<br />

20 personel Brigade Mobil Kepolisian Daerah<br />

Jawa Timur bersenjata lengkap dibantu Satuan<br />

Polisi Pamong Praja menjaga rumah itu.<br />

“Mereka takut mau keluar. Lihat polisi saja<br />

takut,” kata salah seorang polisi yang berjaga di<br />

rumah itu saat ditemui majalah detik.<br />

Istri Hariyono sempat berusaha melepaskan<br />

suaminya dari jerat hukum. Namun ia justru<br />

ketiban apes. Ia ditelepon seseorang yang<br />

mengaku sebagai Kepala Polres Lumajang Ajun<br />

Komisaris Besar Polisi Fadly M. Ismail dan berjanji<br />

bisa mengeluarkan Hariyono dari penjara<br />

asalkan ditransfer uang Rp 75 juta. Ternyata istri<br />

Hariyono tertipu oleh iming-iming pelaku yang<br />

mencatut nama Fadly itu. ■ BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT,<br />

MUHAMMAD AMINUDIN (<strong>LUMAJANG</strong>), IBAD DUROHMAN | IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

JURAGAN<br />

PASIR <strong>LUMAJANG</strong><br />

DARI HONG KONG<br />

PERTAMBANGAN PASIR DI <strong>LUMAJANG</strong> PER HARINYA MENGHASILKAN<br />

PENDAPATAN HINGGA RP 30 JUTA. KE MANA UANG ITU MENGUAP?<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Aktivitas penambangan pasir<br />

PT IMMS dan PT Dampar<br />

Golden International.<br />

DOK: DAMPAR GOLDEN<br />

RICKY Chim Kim Lun menyampaikan<br />

kabar buruk dari Indonesia kepada<br />

para pemegang saham di Bursa<br />

Saham Hong Kong. Direktur Eksekutif<br />

Asia Resources Holdings Limited itu menyatakan<br />

perusahaannya terpaksa merombak<br />

rencana bisnis karena pemerintah Indonesia<br />

melarang ekspor mineral mentah.<br />

Ricky mengatakan perusahaan akan berusaha<br />

membangun instalasi pengolahan dan<br />

pemurnian hasil tambang sebagai syarat ekspor.<br />

Rencananya, pembangunan itu akan<br />

selesai sebelum 2014 dan diawali dengan menyediakan<br />

tempat di Leces, Probolinggo, Jawa<br />

Timur. “Yang jelas, perubahan aturan itu akan<br />

mempengaruhi rencana bisnis di Indonesia,”<br />

kata Ricky.<br />

Kabar tidak enak itu disampaikan saat perusahaan<br />

kehilangan izin pertambangan di Mo-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

KUALITASNYA (PASIR BESI <strong>LUMAJANG</strong>)<br />

BAGUS KARENA KANDUNGAN TITANIUM<br />

YANG TINGGI.<br />

ngolia dan terjadi penurunan laba dari sayap<br />

bisnis farmasinya. Adanya larangan ekspor<br />

hasil tambang mentah dari Lumajang, Jawa Timur,<br />

membuat Asia Resources mesti merevisi<br />

proyeksi pemasukannya.<br />

Asia Resources sebenarnya hanya menumpang<br />

di lahan PT Indo Modern Mining Sejahtera<br />

(IMMS), perusahaan yang memegang izin<br />

usaha pertambangan di Lumajang. Pada 12<br />

September 2009, kedua perusahaan sepakat<br />

bahwa Asia menjalankan<br />

semua kegiatan<br />

operasional di<br />

area pertambangan<br />

pasir seluas 1.195<br />

hektare.<br />

Mereka menjalankannya dengan memakai<br />

bendera PT Dampar Golden International,<br />

yang 55 persen sahamnya dikuasai Asia lewat<br />

anak usaha mereka, Mighty Kingdom Investments<br />

Limited. PT IMMS kebagian 40 persen<br />

saham dan sisanya dimiliki Empire Bridge Assets<br />

Limited.<br />

Namun, hingga Ricky mundur dari perusahaan<br />

yang berbasis di Hong Kong itu pada 11<br />

Desember 2014, rencana tersebut tidak pernah<br />

terlaksana. Direktur PT Dampar Golden International<br />

Toni Nurdianto mengatakan IMMS<br />

tidak kunjung membangun smelter yang disepakati<br />

sehingga mereka tidak bisa mengekspor<br />

hasil tambang.<br />

“Sekarang kami vakum (sambil) menunggu<br />

IMMS mendirikan smelter, namun sampai<br />

sekarang belum ada kejelasan,” kata Toni kepada<br />

majalah detik. Menurut Toni, kegiatan<br />

operasional berhenti total sejak Januari 2014<br />

dan perusahaan hanya menyisakan petugas<br />

keamanan buat menjaga peralatan.<br />

Situasi makin buruk setelah kini IMMS juga<br />

dituding oleh organisasi nirlaba Wahana Lingkungan<br />

Hidup Indonesia (Walhi) turut bertanggung<br />

jawab atas kematian petani penolak<br />

tambang pasir, Salim “Kancil”, di Desa Selok<br />

Awar-Awar. “Pemilik lokasi, ya, memang terlibat,<br />

tidak mungkin tidak tahu," kata Direktur<br />

Eksekutif Walhi Ubaydillah.<br />

IMMS adalah konsorsium perusahaan finansial<br />

Hani Group dan Siberian Mining Group,<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Para tersangka kasus<br />

pembunuhan Salim "Kancil" di<br />

Polda Jawa Timur, Surabaya,<br />

Selasa (29/9).<br />

ABDUL MALIK IBRAHIM/ANTARA FOTO<br />

keduanya bermarkas di Hong Kong. Perusahaan<br />

ini sudah lama mengincar pesisir Lumajang,<br />

yang kandungan pasir besinya ditemukan sejak<br />

era kolonial dan sempat disinggung dalam<br />

dokumen “Javakaartering Moondverslag Over<br />

Mei”, yang dibuat pada 1936.<br />

IMMS pada 6-14 Desember 2009 mengirim<br />

penelitinya buat mengecek kandungan mineral<br />

di Lumajang. Rupanya hasilnya memuaskan<br />

para pemegang saham, yakni Vita Alfiana,<br />

Muhlis, dan Lam Chong San. "Kualitasnya bagus<br />

karena kandungan titanium yang tinggi," kata<br />

Direktur Utama PT IMMS Lam Chong Sam<br />

saat memaparkan rencana penambangan dan<br />

analisis mengenai dampak lingkungan (amdal)<br />

perusahaannya pada 2012.<br />

Penelitian awal menunjukkan, potensi lahan<br />

yang mengandung pasir besi di pesisir selatan<br />

Lumajang mencapai 60 ribu hektare, yang berasal<br />

dari sisa aktivitas vulkanik Gunung Semeru.<br />

Pasir besi ditemukan mulai kedalaman 2 meter.<br />

Tapi IMMS mengincar kawasan yang pasir<br />

besinya kaya kandungan titanium. Daerah-daerah<br />

itu ada di Desa Bades, Bago, Pandanwangi,<br />

Pandanarum, Selok Anyar, dan Selok Awar-<br />

Awar.<br />

Lam pun melobi Bupati Lumajang Sjahrazad<br />

Masdar pada 2010 dan menjanjikan investasi<br />

Rp 2 triliun. Bupati Masdar akhirnya menerbitkan<br />

izin menambang mulai 2012 hingga 2022.<br />

Namun sejak awal langkah PT Indo ini tidak<br />

mulus. Acara konsultasi publik mengenai amdal<br />

IMMS di Hall Amanda, Lumajang, malah digeruduk<br />

warga Desa Wotgalih, yang menentang<br />

rencana tambang pasir, yang dicemaskan bakal<br />

merusak lingkungan.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Ketika perusahaan mulai berjalan, giliran warga<br />

Desa Bades yang berdemo karena program<br />

kompensasi tidak dijalankan selama enam bulan.<br />

Mereka pada 2013 merusak dan membakar<br />

kantor IMMS.<br />

Lagi-lagi IMMS maju terus. Bahkan pada<br />

tahun itu perusahaan mengklaim mampu menyetor<br />

hingga Rp 16 miliar kepada Pemerintah<br />

Kabupaten Lumajang. Kontan saja, Dewan<br />

JADI BUKAN HANYA MASALAH KEMATIAN (SALIM), TAPI<br />

KEKAYAAN NEGARA YANG HILANG JUGA HARUS KITA<br />

USUT.<br />

Perwakilan Rakyat Daerah Lumajang mempertanyakan<br />

laporan pemerintah kabupaten yang<br />

menyebut pemasukan bagi hasil pertambangan<br />

pasir hanya berkisar Rp 600 juta.<br />

Lalu, pada 2014, IMMS masuk radar penegak<br />

hukum setelah penambangan pasirnya diketahui<br />

masuk wilayah hutan milik Perhutani. Izin<br />

amdal perusahaan ini pun sampai ditelisik oleh<br />

Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.<br />

Hasilnya, jaksa menemukan adanya dugaan<br />

suap dalam penerbitan amdal, sehingga negara<br />

dirugikan Rp 126 miliar. Kejaksaan juga menemukan,<br />

tersangka Ketua Tim Teknis Dokumen<br />

Amdal Kabupaten Lumajang Abdul Ghofur,<br />

yang meloloskan izin itu, ternyata juga ada<br />

dalam struktur manajemen IMMS.<br />

Lam Chong San juga dijadikan tersangka dan<br />

aset perusahaan sempat disita. Namun kasus<br />

ini seolah menguap tanpa pernah sampai ke<br />

pengadilan.<br />

IMMS akhirnya menghentikan operasinya<br />

akibat belum tersedianya fasilitas pengolahan<br />

dan pemurnian. Kepala Dinas Energi Sumber<br />

Daya dan Mineral Provinsi Jawa Timur Dewi<br />

J. Putriatmi mencatat ,sejak 13 Juni 2014 PT<br />

IMMS melayangkan surat pemberitahuan penambangannya.<br />

Menurut Direktur PT Dampar Golden International<br />

Toni Nurdianto, IMMS bahkan vakum<br />

sejak Januari 2014. Sehingga Toni keberatan<br />

bila kematian Salim dikaitkan dengan perusahaan<br />

tambang.<br />

“Ada pernyataan resmi dari Dinas Pertambangan<br />

Jawa Timur, yang menjelaskan kejadian<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Komisi VII DPR RI meninjau<br />

lokasi penambangan pasir yang<br />

ditolak Salim "Kancil".<br />

DETIKSURABAYA<br />

tersebut disebabkan oleh illegal mining yang<br />

menyebabkan benturan masyarakat,” kata<br />

Toni. “Jadi memang sudah clear bukan dari<br />

pihak IMMS ataupun kami.”<br />

Sementara itu, IMMS belum bisa dimintai<br />

konfirmasi. Kantornya di Jember tidak merespons<br />

permintaan konfirmasi, sedangkan alamat<br />

perusahaan di Lumajang juga ternyata sudah<br />

tidak ditempati IMMS lagi.<br />

Dewi J. Putriatmi menyatakan IMMS pada 12<br />

Desember 2014 melaporkan adanya penambangan<br />

liar di wilayahnya. Dewi mengatakan<br />

pihaknya kesulitan menyetop aktivitas penambang<br />

liar karena mereka kembali mengeruk<br />

pasir saat petugas tidak di lokasi.<br />

Salah satu penambang liar yang dimaksud<br />

ternyata orang yang diduga dikerahkan oleh<br />

Kepala Desa Selok Awar-Awar Hariyono.<br />

Penambangan inilah yang diprotes oleh para<br />

petani Selok Awar-Awar hingga akhirnya terjadi<br />

pengeroyokan yang menewaskan Salim “Kancil”<br />

pada Sabtu, 26 September 2015.<br />

Sebenarnya baik IMMS maupun Salim<br />

menuntut hal yang sama, yakni penghentian<br />

penambangan liar. Namun hampir dua tahun<br />

lamanya penambang liar bebas beroperasi.<br />

Direktur Eksekutif Walhi Ubaydillah menilainya<br />

sebagai pembiaran agar Salim terlihat<br />

sebagai musuh masyarakat penambang pasir<br />

dan investor. Kematian Salim, kata dia, menjadi<br />

semacam shock therapy agar ke depannya tak<br />

ada lagi yang menolak tambang pasir.<br />

"Jadi ada semacam kejahatan oleh pejabat<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Warga dan aktivis bersiap<br />

mengikuti tahlilan untuk Salim<br />

"Kancil".<br />

BAHTIAR RIFAI/DETIKCOM<br />

setempat, preman, dan pengusaha," ujarnya.<br />

"Ya, boleh saja mereka berdalih (tidak terlibat).<br />

Namun, fakta di lapangan, tambang itu siapa<br />

pemiliknya?"<br />

Anggota Divisi Ekonomi dan Sosial Komisi<br />

Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan,<br />

Ananto Setiawan, mengatakan kerap kali perusahaan<br />

menggunakan penambangan liar saat<br />

perusahaan tambang yang sesungguhnya sulit<br />

untuk masuk. “Perusahaan liar menjadi tempat<br />

cuci tangan mereka,” kata Ananto.<br />

Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur periode<br />

2014-2019, Fredy Purnomo, mendesak dilakukannya<br />

pengusutan tuntas terhadap PT IMMS<br />

dan penambang liar yang berada di lahannya.<br />

Menurut dia, di balik kematian Salim, sebenarnya<br />

ada persoalan yang lebih besar lagi, yakni<br />

menguapnya pemasukan negara.<br />

Berdasarkan catatan Fredy, pertambangan<br />

pasir di Lumajang per harinya menghasilkan<br />

pendapatan hingga Rp 30 juta. Berarti, kata dia,<br />

dalam setahun seharusnya bisa ada pemasukan<br />

hingga Rp 12 miliar.<br />

“Ke mana uang itu? Kita tidak tahu apakah<br />

uang itu masuk retribusi daerah atau ke umum.<br />

Itu harus diusut,” ujarnya. “Jadi bukan hanya<br />

masalah kematian (Salim), tapi kekayaan negara<br />

yang hilang juga harus kita usut.” ■<br />

BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN, ADITYA M. | OKTA WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

ISTRI SALIM ‘KANCIL’:<br />

PAK SALIM BILANG<br />

MAU DIBUNUH<br />

TIM 12<br />

“SAYA BUKAN ORANG GILA. SAYA<br />

PUNYA HUKUM. KALAU KAMU TIDAK<br />

PUNYA HUKUM, SILAKAN BUNUH<br />

SAYA.”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Rumah duka Salim "Kancil"<br />

BAHTIAR/DETIKCOM<br />

LETIH dan sedih masih tergurat pada<br />

wajah Tijah, istri Salim alias Kancil.<br />

Tamu terus berdatangan menemui<br />

Tijah setelah sang suami tewas dibunuh<br />

secara keji akibat berdemo memprotes<br />

penambangan pasir liar.<br />

Salim memprotes penambangan pasir karena<br />

menjadi korban. Ia tidak bisa lagi bekerja di<br />

sawah karena lahannya itu dijadikan tempat<br />

parkir penambangan. Ia dijanjikan akan mendapat<br />

bagi hasil dari lahan parkir itu. Tapi janji<br />

itu tidak ditepati. Salim hanya dipingpong saat<br />

minta uang bagi hasil parkir.<br />

“Saya malu, Tik (Tijah), minta-minta begitu.<br />

Saya mau berjuang seperti Pak Karno saja,”<br />

kata Tijah menirukan ucapan Salim.<br />

Saat majalah detik mendatangi rumah<br />

Salim di Dusun Krajan, Desa Selok Awar-Awar,<br />

Lumajang, Jawa Timur, rombongan istri Bupati<br />

Lumajang sedang bertamu. Rumah aktivis<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Lokasi penambangan pasir<br />

liar di Desa Selok Awar-Awar<br />

diberi garis polisi.<br />

ISFARI/DETIKCOM<br />

lingkungan ini juga dijaga beberapa polisi dan<br />

personel Satuan Polisi Pamong Praja. Beberapa<br />

ucapan belasungkawa, antara lain dari Yayasan<br />

Kasih Bangsa Surabaya, Sajogyo Institute, LBH<br />

Disabilitas Jatim, Walhi, dan dari perorangan,<br />

seperti aktivis Wardah Hafidz, tertata di depan<br />

rumah sederhana itu.<br />

Tijah ingat Salim pernah bercerita ia akan<br />

dibunuh gara-gara kegiatannya memprotes penambangan<br />

pasir ilegal di desanya. Salim juga<br />

pernah ditantang berkelahi oleh para preman<br />

yang menjadi beking tambang pasir. Tapi Salim<br />

menolaknya.<br />

Berikut ini wawancara Bahtiar Rifai dari majalah<br />

detik dengan Tijah.<br />

Salim memprotes penambangan pasir<br />

karena dirugikan. Sawahnya rusak, sehingga<br />

tidak bisa bertani lagi. Sejak kapan<br />

kerusakan sawah itu terjadi?<br />

Sejak ada Backhoe (ekskavator) itu. Kuranglebih<br />

dua tahun. Ini kan sawah Pak Kancil. Nah,<br />

Kepala Desa bikin (tempat) parkir motor di<br />

situ. Bilangnya begini, “Pak Kancil, sawahmu<br />

mau dibikin parkir motor. Nanti bagi hasil. Satu<br />

motor dikasih Rp 2.000.”<br />

Pernah dulu kami gagal panen, habis biaya<br />

lebih dari Rp 2 juta. Tapi tidak ada hasilnya.<br />

Terus minta hasil parkiran sama Pak Kades,<br />

dikasih Rp 1 juta. Terus gagal lagi panen, minta<br />

lagi sama Kepala Desa. Dia suruh minta ke Pak<br />

Desir. Terus Pak Salim datang ke Pak Desir, tapi<br />

Pak Desir bilang ke Kades saja.<br />

Pak Salim bilang, “Aku malu, Tik (panggilan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Salim "Kancil" tewas dalam<br />

posisi tertelungkup di<br />

dekat makam Desa Selok<br />

Awar-Awar.<br />

DETIKSURABAYA<br />

sayang Salim kepada Tijah), minta-minta begitu.”<br />

Wis (sudahlah) akhirnya tidak pernah minta<br />

lagi sampai sekarang. Terus ada musyawarah.<br />

Pak Salim bilang, “Harta enggak masalah diambil,<br />

tapi hati ini sakit. Saya mau berjuang kayak<br />

Bung Karno. (Tapi kemudian bilang) Wong nulis<br />

saja enggak bisa, kok mau kayak Bung Karno.”<br />

Sama saya guyon seperti itu.<br />

Setelah sawah rusak, Salim kerja apa?<br />

Serabutanlah. Cari ikan, ngejaring ikan mujair.<br />

Siangnya aku yang jual. Kalau enggak ada ikan,<br />

nyari kerang laut. Kadang ngarit (mencari rumput<br />

untuk makanan ternak) buat sapi. Jual ikan<br />

1 bungkus Rp 2.000. Kalau enggak laku, (ikan)<br />

dijual dengan harga Rp 1.500 per bungkus. Per<br />

hari kadang bisa menjual 5-10 bungkus. Wis<br />

pokoke bisa makan.<br />

Saat Pak Salim dianiaya sampai meninggal,<br />

Ibu di mana?<br />

Waktu kejadian, saya enggak tahu. Kalau<br />

cucunya itu tahu. Saya waktu itu cari pakan<br />

kambing, rambanan (daun-daunan). Itu jauh<br />

dari rumah. Anak mantu saya bilang, “Ibu, pulang,<br />

Bapak dibawa ke balai desa.” Saya enggak<br />

terkejut kalau (Bapak) dipanggil ke balai desa,<br />

itu memang sudah biasa. Saya kira tidak ada<br />

apa-apa.<br />

Sudah sampai sini (rumah), adik ipar saya bilang,<br />

“Sudah, Yu, enggak usah dibawa makanan<br />

kambingnya, taruh di sini saja.” Terus, “Sudah,<br />

Yu, enggak usah kasih makan kambing. Kakak<br />

sudah meninggal sudah dikeroyok orang. Ada di<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FOKUS<br />

Warga dan mahasiswa di<br />

Pekalongan turut memberi simpati<br />

pada kasus Salim "Kancil", Rabu<br />

(30/9).<br />

PRADITA UTAMA/ANTARA FOTO<br />

sana, di samping kuburan.” Ya, saya terkejutlah.<br />

Saya diam. Terus ada saudara datang, (memberi<br />

nasihat), “Pak Salim begini, enggak usah panik,<br />

gelisah. Kalau (kamu) gelisah, anak siapa yang<br />

urus.” Ya, sudah, saya berusaha tegar.<br />

Sampai di sana (dekat kuburan) sudah ada<br />

banyak polisi di lokasi. Aku mau nyamperin<br />

enggak boleh sama orang-orang. Ya, saya<br />

nurut. Namanya istrinya, saya sudah stres. Ini<br />

gara-gara Kepala Desa.<br />

Suami saya tidak sembarangan demo. Ini<br />

sudah lapor. Sudah lapor Jakarta, Surabaya,<br />

Malang juga sudah. Di rumah, ia dikit-dikit lapor.<br />

Bulan puasa juga sudah disamperin sama<br />

orang-orang itu. Itu Tim 12 (tim yang dibentuk<br />

Kepala Desa Selok Awar-Awar Hariyono). Saya<br />

sih enggak tahu. Tapi suami cerita, “Tik, saya<br />

tadi mau dibunuh sama tim-tim itu.”<br />

Lantas saya tanya, “Kamu salah apa memang?”<br />

Suami saya jawab, “Aku enggak salah. Wong<br />

aku ditantang main celurit sama Pak Desir. Pak<br />

Desir teriak, keluar, ambil celurit kamu.” Pak<br />

Kancil menjawab, “Saya bukan orang gila. Saya<br />

dipegang sama pemerintah. Saya punya hukum.<br />

Kalau kamu enggak punya hukum, silakan bunuh<br />

saya.” Itu ceritanya. ■ BAHTIAR RIFAI (<strong>LUMAJANG</strong>)<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

10<br />

Detik<br />

untuk<br />

Batik<br />

Lasem<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Salah satu stan peserta pameran<br />

Indocraft 2014 di JCC, Jakarta.<br />

Pameran ini menampilkan<br />

produk anak dalam negeri.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

MENYIMAK Kwan Hwie Liong atau<br />

William Kwan menuturkan kisah<br />

hidupnya seperti menyaksikan air<br />

yang mengalir. Lahir di Desa Bawang,<br />

satu desa di lereng Pegunungan Dieng,<br />

Batang, Jawa Tengah, sekarang William “pulang”<br />

lagi ke Batang.<br />

Kuliah di jurusan ekonomi dan sempat bekerja<br />

sebagai konsultan di bawah Kementerian<br />

Keuangan, William malah memilih jalan lain<br />

setelah pulang kuliah dari Amerika Serikat. Dia<br />

banting setir menjadi pekerja sosial dan bergabung<br />

de ngan Yayasan Paramita di Tangerang.<br />

“Kalau sebelumnya sebagai peneliti lebih<br />

banyak memakai ilmu pengetahuan, logika,<br />

model, perencanaan, dan perhitungan, sebagai<br />

pekerja sosial, saya tidak terlalu banyak mikir,<br />

yang penting usaha,” kata William. Semula dia<br />

hanya berniat bekerja sosial selama setahun,<br />

tapi akhirnya molor hingga tiga tahun.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

Bagaimana William berkenalan dan akhirnya<br />

menggeluti batik Lasem juga hanya urusan<br />

sepuluh detik. Pada 2004, dia pulang ke Semarang.<br />

Saat bertamu ke kantor seorang teman,<br />

dia tak sengaja bertemu dua perempuan asal<br />

Jakarta. Dua perempuan itu berniat menelusuri<br />

jalan sepanjang pantai utara Jawa dari Cirebon<br />

di Jawa Barat hingga Tuban di Jawa Timur.<br />

Mereka bercerita soal batik Lasem, batik asal<br />

Kecamatan Lasem di Rembang, Jawa Tengah.<br />

Cerita soal batik Lasem ini sangat ringkas, barangkali<br />

hanya sekitar sepuluh detik. “Percaya<br />

atau tidak, cerita selama 10 detik itu mengubah<br />

hidup saya,” kata William. Dia seperti mengalami<br />

deja vu. “Cerita mengenai Lasem, batik<br />

tiga negeri itu, saya pikirkan terus sampai saya<br />

pulang ke Jakarta.”<br />

Setelah melakukan sedikit riset, dia sedikit<br />

tahu tentang usaha kerajinan batik Lasem. Batik<br />

Lasem klasik terkenal adalah batik Lasem deng-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

an warna merah darah (abang getih pithik) dari<br />

pewarna alami yang konon tidak dapat ditiru<br />

di daerah lain. Sebagian besar pengusahanya,<br />

menurut William, ternyata keturunan Tionghoa,<br />

sementara pembatiknya orang Jawa. “Tapi<br />

industrinya sudah ambruk sehingga banyak<br />

yang menganggur,” kata William. Terlintas di<br />

pikiran dia bagaimana membangkitkan usaha<br />

batik Lasem. Pertimbangannya sederhana saja.<br />

“Kalau batik Lasem itu bisa bangkit, pekerjaan<br />

untuk pembatik bakal tersedia.”<br />

William menyampaikan niatnya kepada seorang<br />

teman yang jadi pengusaha. Sang teman<br />

itu malah berkata, “William, kalau kamu mau<br />

bantu orang susah, tidak usah jauh-jauh ke<br />

sana, di Jakarta juga banyak orang miskin. Apalagi<br />

batik kan sekarang sudah kolaps, terutama<br />

batik Lasem yang tidak terkenal. Mending<br />

kamu bantu batik Pekalongan yang lebih terkenal.<br />

Atau lebih baik kamu bantu, tuh, tukang<br />

bakso.”<br />

Tapi William punya pendapat lain. “Omong-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Sebagai pekerja<br />

sosial, saya tidak<br />

terlalu banyak mikir,<br />

yang penting usaha.<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

an teman saya ini betul dari sisi ekonomi, tetapi<br />

tidak betul untuk ekonomi berbasis budaya,”<br />

kata William. “Kalau bakso ditutup, satu orang<br />

bangkrut, industri bakso tidak akan tutup. Kalau<br />

batik sudah tidak ada permintaan, yang terjadi<br />

akhirnya hanya tinggal kenangan. Budaya ini<br />

bakal hilang.”<br />

Tanpa banyak persiapan, pertimbangan,<br />

maupun hitung-hitungan yang njelimet, dia<br />

datang ke Lasem untuk meneliti kondisi kerajinan<br />

batik di Rembang itu. Di satu desa, dia<br />

menemukan 81 persen warganya menganggur.<br />

Setengah dari mereka kemudian berganti<br />

pekerjaan lain. Tapi setengahnya lagi tetap tak<br />

punya pekerjaan.<br />

Untuk menyuntikkan semangat kepada<br />

para pengusaha dan pembatik di Lasem, William<br />

mengajak sahabatnya, perancang busana<br />

Musa Widyatmodjo, menjadi pembicara dalam<br />

seminar soal batik di satu kelenteng di Lasem.<br />

“Itu barangkali seminar batik Lasem pertama di<br />

dunia,” kata William. Tapi seminar saja ternyata<br />

tak cukup untuk menggerakkan industri batik<br />

Lasem yang sudah lama mati suri.<br />

Menurut catatan Belanda, ada sekitar 120<br />

pengusaha batik Lasem pada 1927 hingga<br />

1930. Empat puluh tahun kemudian, pada 1970,<br />

masih tersisa 110 pengusaha batik Lasem. Tapi,<br />

pada 2004, hanya tinggal 18 pengusaha batik<br />

yang tersisa di Lasem. Artinya, lebih dari 90<br />

usaha batik Lasem gulung tikar selama periode<br />

1970 hingga 2004.<br />

Lantaran hanya segelintir pengusaha tersisa,<br />

sementara jumlah pembatik sangat banyak,<br />

upah bagi pembatik di Lasem kala itu sangat<br />

kecil. “Kalau upah begitu rendah, apa mungkin<br />

anak-anak mereka disuruh menjadi pembatik?<br />

Tidak mungkin, kan?” kata William. Jika dibiarkan,<br />

gampang diramal, batik Lasem bakal tamat<br />

riwayatnya.<br />

William memutuskan membuat sendiri proyek<br />

percontohan usaha batik Lasem. William<br />

sengaja memilih desa-desa paling miskin dan<br />

paling banyak penganggur di Lasem. Ada tiga<br />

desa jadi calon. “Saya pilih yang namanya Desa<br />

Jeruk. Kalau ditanya alasannya milih Desa Jeruk,<br />

saya pikir namanya unik. Kebetulan saya juga<br />

suka buah jeruk,” kata William, enteng saja.<br />

“Saya kalau kerja yang happy, tidak usah mikir<br />

yang sulit-sulit. Peneliti itu jangan susah-susah,<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

ngapain pakai metodologi yang susah.”<br />

Bagaimana memilih perempuan pembatik<br />

yang bakal dijadikan pemimpin proyek contoh<br />

itu juga tak ribet. “Saya tanya ke lurah, ada<br />

enggak pembatik yang bisa saya ajak ngobrol.<br />

Karena saya kan orang asing, bukan dari Lasem,<br />

laki-laki, Tionghoa, dari Jakarta lagi,” William<br />

menuturkan. Bertemulah dia dengan Ramini.<br />

Setelah ngobrol selama satu jam, William langsung<br />

memutuskan bahwa Ramini-lah pemimpin<br />

untuk kelompok pembatik di proyeknya. “Staf<br />

saya sampai bingung mengapa secepat itu memutuskan,”<br />

kata William. Ramini hanya sempat<br />

sekolah hingga kelas II SD dan saat itu tak punya<br />

pekerjaan. Tapi William punya pertimbangan<br />

lain. Dia melihat Ramini orang yang berani dan<br />

teliti. Dia mencatat setiap tamu yang datang ke<br />

rumahnya. Jika bepergian, dia juga mencatat<br />

semua hal dengan detail.<br />

William tak mau modal untuk proyek contoh<br />

usaha batik Lasem itu amblas diminta suaminya.<br />

“Makanya, dari pertama, saya tidak mau dapat<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

perempuan yang kalah sama suaminya,” kata<br />

William. Saat pertama ditawari menjadi ketua<br />

kelompok usaha itu, Ramini tak berani. Setelah<br />

berhasil meyakinkan Ramini, William minta dia<br />

mengumpulkan teman-temannya. Pada 2006,<br />

berdirilah Kelompok Usaha Bersama Srikandi<br />

Jeruk dengan anggota lima orang.<br />

Untuk menambah kemampuan dan belajar<br />

warna alami, William mengirim mereka belajar<br />

teknik membatik kepada Suryantoro Sulaiman<br />

di Yogyakarta. “Saya ajarkan warna alam karena<br />

saya mau kasih mereka penderitaan. Dari buruh<br />

batik menjadi pengusaha memangnya tidak<br />

perlu ada perubahan mental?” kata William.<br />

Membatik dengan warna alam memang bukan<br />

hal gampang. “Kalau batik celup biasa, sekali<br />

celup langsung jadi. Sedangkan batik alam<br />

ini berpuluh-puluh kali celup baru bisa.... Warna<br />

alam itu tidak mungkin rata. Kalau batik warna<br />

alam rata, sudah pasti palsu.” Sempat stres lantaran<br />

susah sekali belajar batik dengan warna<br />

alam, ibu-ibu dari Lasem kini bisa membedakan<br />

mana batik yang hasilnya bagus atau jelek.<br />

Sekarang Srikandi Jeruk terus berkembang.<br />

Batik karya Ramini, Damai Sejahtera, bahkan<br />

menjadi finalis ASEAN Award for Young Artisans<br />

in Textiles dalam ASEAN Handicraft Promotion<br />

and Development Association di Bangkok,<br />

Thailand, November 2009. Setelah usaha batik<br />

di Lasem mandiri, William mengalihkan fokusnya<br />

ke batik Batang dan batik Toraja. “Rencana tahun<br />

depan, saya akan rekrut anak-anak muda untuk<br />

jadi peneliti di batik,” kata William. ■ MELISA MAILOA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

NAMA:<br />

Kwan Hwie Liong atau<br />

William Kwan H.L.<br />

PENDIDIKAN<br />

● S-1 Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen<br />

Satya Wacana, Salatiga, 1987<br />

● Graduate Program of Economic Development,<br />

Universitas Vanderbilt, AS, 1993<br />

PEKERJAAN<br />

● Peneliti<br />

● Pendiri dan Direktur Institut Pluralisme<br />

Indonesia<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

PENGHARGAAN<br />

● Penghargaan Khusus Danamon Award dari<br />

Bank Danamon dan Tempo, 2007<br />

● Community Entrepreneurs Challenge Award<br />

dari The British Council dan Arthur Guinness<br />

Fund, 2010<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015<br />

MAJALAH DETIK 19 5 - 11 25 OKTOBER JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

Kulot,<br />

OLD FASHION<br />

TAPI KEREN<br />

GETTYIMAGES, BERRYBENKA<br />

DI ZAMAN RENAISANS, CELANA INI<br />

DIPAKAI PARA LAKI-LAKI, TAPI SEKARANG<br />

JUSTRU DIGILAI PARA PEREMPUAN.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


GAYA HIDUP<br />

MODE memang selalu berputar.<br />

Lima tahun lalu, celana kulot<br />

pernah begitu digandrungi perempuan.<br />

Namun tak lama tren<br />

itu menghilang dan baru kini muncul kembali.<br />

Celana dengan potongan lebar ini sebenarnya<br />

mulai diminati lagi oleh para fashion enthusiasts<br />

sejak akhir 2014. Awalnya diminati<br />

oleh perempuan berhijab karena potongannya<br />

yang lebar sehingga tak memperlihatkan<br />

lekuk tubuh.<br />

Namun kini perkembangan kulot semakin<br />

TOKOPEDIA, BERRYBENKA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


GAYA HIDUP<br />

ANAOCTARIA/INSTAGRAM<br />

semarak. Sementara akhir tahun lalu hanya<br />

ramai kulot panjang, kini model dan materi<br />

bahannya makin beragam.<br />

Beberapa brand, seperti ZARA dan Colorbox,<br />

juga menampilkan koleksi kulot dengan<br />

ciri khas masing-masing. Penjualannya? Fantastis!<br />

Tak butuh waktu lama di display, kulot<br />

itu langsung banyak terjual.<br />

Bukan cuma brand ternama, online shop yang<br />

menjamur juga berlomba-lomba menghadirkan<br />

kulot. Silakan tengok Zalora, Berrybenka,<br />

dan Matahari Mall. Kulot ada di mana-mana.<br />

Mulai kulot dengan panjang hingga menutupi<br />

tumit, kulot di bawah lutut, hingga kulot<br />

di atas lutut. Warnanya pun beraneka ragam,<br />

tak cuma polos, tapi juga bahan-bahan dengan<br />

motif berbeda.<br />

Kulot juga sering tampil di Instagram. Sudah<br />

ada lebih dari 100 ribu posting di hashtag<br />

#kulot. Mulai foto-foto kulot barang dagangan<br />

hingga orang-orang yang memadupadankan<br />

kulot dengan gaya masing-masing.<br />

Ana Octarina adalah salah satu yang kerap<br />

memamerkan kulotnya di akun Instagram<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


GAYA HIDUP<br />

ALIKAISLAMADINA/INSTAGRAM, IFYALYSSA/INSTAGRAM<br />

anaoctarina. Ana sering terlihat<br />

mengenakan celana kulot dengan<br />

berbagai macam warna. Ada<br />

hitam, putih, biru, abu-abu,<br />

hingga oranye.<br />

Ana terlihat sangat lihai memadupadankan<br />

kulot yang dikenakan.<br />

Misalnya untuk kulot<br />

jins sebetis, Ana berhasil tampil<br />

kasual dengan paduan v-neck<br />

shirt berlengan panjang.<br />

Di foto lainnya, Ana tampil<br />

dengan celana kulot hitam<br />

dengan atasan lengan pendek<br />

putih berbahan lace. Ana tampil<br />

chic dengan heels pendek berwarna<br />

putih.<br />

Untuk pergi ke pesta, Ana<br />

memilih kulot putih panjang<br />

dengan atasan Sabrina bermotif<br />

floral. Dengan tambahan heels<br />

putih, Ana benar-benar tampil<br />

stylish.<br />

Alika Islamadina juga terlihat<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


GAYA HIDUP<br />

BERRYBENKA<br />

wira-wiri di Instagram mengenakan kulot.<br />

Gadis bersuara merdu ini terlihat memadukan<br />

celana kulot putih sebetis dengan atasan<br />

loose blouse hitam berlengan pendek.<br />

Gaya monochrome lainnya terlihat saat Alika<br />

mengenakan atasan turtle neck putih berlengan<br />

pendek dengan kulot hitam panjang dan<br />

sandal Birkenstock putih.<br />

Si cantik Ify Alyssa juga enggak mau ketinggalan.<br />

Berbeda dengan Alika dan Ana, Ify<br />

memadukan celana kulot putih selututnya<br />

dengan atasan garis-garis tanpa lengan.<br />

Sepasang sepatu kets menambah tampilannya.<br />

Pengamat mode Petty S. Fatimah menyebut<br />

tren celana kulot tidak hanya<br />

booming di Indonesia, tapi juga di seluruh<br />

dunia. Menurut dia, celana kulot punya<br />

daya tarik karena praktis dan cocok untuk<br />

banyak karakter.<br />

“Mereka yang bergaya maskulin maupun<br />

feminin (dua karakter gaya yang bertolak<br />

belakang) cocok saja menggunakannya,”<br />

ujarnya.<br />

Namun, menurut Petty, orang dengan postur<br />

kecil seperti dirinya sebaiknya berhati-hati<br />

memilih kulot. “Badan seperti saya yang mungil<br />

tidak mudah mencari kulot yang cocok,<br />

bisa-bisa badan tenggelam,” katanya.<br />

Petty pun mengaku tidak banyak memiliki<br />

koleksi kulot. Paling-paling hanya ada satu<br />

atau dua potong yang dianggapnya benarbenar<br />

pas dan menarik dikenakan.<br />

Ia pun menyarankan, dalam memilih kulot,<br />

tinggi badan kita perlu dipertimbangkan untuk<br />

memilih panjang dan pendek kulotnya. Jangan<br />

lupa mempertimbangkan bentuk tubuh buat<br />

memilih warna dan motifnya.<br />

Ia menambahkan, kulot sebaiknya dipadankan<br />

de ngan sepatu berhak. Akan lebih bagus<br />

lagi jika sepatunya berhak tinggi. Ia memperkirakan<br />

tren kulot dapat bertahan hingga<br />

akhir tahun.<br />

“Setidaknya, sampai akhir 2015, kulot akan<br />

terus terlihat di pasaran,” ujarnya. n<br />

ADELINE WAHYU | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


GAYA HIDUP<br />

Awalnya, kulot merupakan<br />

celana selutut<br />

yang dikenakan oleh<br />

para pria terhormat di<br />

Eropa pada masa Renaisans.<br />

Kulot memiliki<br />

kemiripan dengan celana<br />

model rok dengan<br />

bentuk asli yang lebar.<br />

Konon, kulot<br />

mulai populer di Prancis<br />

pada era Henry<br />

III (1574-1589). Pada<br />

era Victoria, tepatnya<br />

pertengahan hingga<br />

akhir abad ke-19, kulot rok mulai dibuat untuk<br />

mempermudah ruang gerak para wanita pengendara<br />

kuda.<br />

Kulot-rok<br />

merupakan busana<br />

wanita<br />

yang tampak memiliki<br />

belahan jika dilihat<br />

dari depan, sehingga<br />

terlihat juga seperti<br />

celana. Sedangkan<br />

kulot-celana adalah<br />

celana yang tampak<br />

seperti rok.<br />

BERRYBENKA<br />

Seiring berkembangnya<br />

fashion, kulot<br />

akhirnya berkembang<br />

jauh sedemikian<br />

rupa. Busana wanita<br />

yang disebut sebagai<br />

kulot setidaknya<br />

merujuk pada dua<br />

jenis item, yaitu kulot<br />

berbentuk rok dan<br />

celana.<br />

BERRYBENKA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


WISATA<br />

JELAJAH<br />

BUMI TONGKONAN<br />

TANA TORAJA MENAWARKAN DESTINASI<br />

WISATA RITUAL BUDAYA YANG KENTAL.<br />

NAMUN ANDA TETAP BISA MENIKMATI<br />

PESONA ALAMNYA YANG INDAH.<br />

FOTO-FOTO: THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


WISATA<br />

DARI Makassar, perjalanan menuju<br />

Toraja masih panjang. Butuh kirakira<br />

10 jam perjalanan darat. Melelahkan?<br />

Memang. Tapi tenang saja,<br />

hasilnya sepadan.<br />

Jalan menuju Toraja cukup mulus. Hanya,<br />

ketika Anda tiba di daerah Enrekang, jalan<br />

mulai meliuk-liuk karena memang sudah memasuki<br />

kawasan pegunungan.<br />

Pemandangan di Enrekang terkenal sangat<br />

indah dengan udara sejuk. Banyak wisatawan<br />

sengaja berhenti sejenak untuk sekadar<br />

menikmati pemandangan sambil menyeruput<br />

secangkir kopi Toraja.<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 21 - 527 - 11 SEPTEMBER OKTOBER 2015


WISATA<br />

Sayang, saat saya melewatinya, hari sudah<br />

gelap. Saya dan rombongan memutuskan<br />

langsung meneruskan perjalanan ke Rantepao.<br />

Masih dua jam lagi.<br />

Tepat tengah malam, saya tiba di hotel.<br />

Kami semua langsung terkapar kelelahan.<br />

Saya memutuskan langsung tidur agar besok<br />

pagi lebih segar untuk bertualang.<br />

Destinasi pertama saya adalah kubur alam<br />

Londa, yang sudah sangat tersohor dengan<br />

kuburan di dalam gua. Di tempat ini, saya<br />

bertemu dengan tau-tau, patung manusia.<br />

Tidak sembarang orang dapat dibuatkan<br />

patung. Hanya mereka yang memiliki kelas<br />

sosial tinggi yang bisa. Selain itu, saya melihat<br />

tengkorak-tengkorak manusia berjajar rapi di<br />

sisi gua.<br />

Setelah puas melihat-lihat di Londa, saya<br />

dan rombongan meluncur ke Pasar Bolu di<br />

Jalan Poros Rantepao, Palopo. Pasar Bolu<br />

merupakan salah satu pasar jual-beli kerbau<br />

dan babi.<br />

Di pasar inilah saya bisa berjumpa dengan<br />

tedong bonga, kerbau belang yang harganya<br />

ratusan juta rupiah. Bahkan kerbau dengan<br />

belang tertentu bisa dihargai hingga Rp 1<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


WISATA<br />

miliar.<br />

Bagi masyarakat Tana Toraja, kerbau adalah<br />

kendaraan bagi arwah untuk menuju Puya,<br />

dunia arwah atau akhirat. Karena itulah kerbau<br />

memiliki kedudukan unik di masyarakat ini.<br />

Kerbau dinilai sebagai persembahan tertinggi<br />

bagi masyarakat adat Toraja yang<br />

meninggal. Prosesnya melalui ritual rambu<br />

solo, ritual yang dilakukan berhari-hari dengan<br />

tamu ribuan orang.<br />

Dulu ritual rambu solo hanya dilakukan untuk<br />

keluarga bangsawan. Namun, belakangan,<br />

ritual ini bisa dilakukan siapa saja asalkan<br />

memiliki cukup dana.<br />

Biaya untuk ritual ini sama sekali tak bisa<br />

dibilang sedikit karena minimal wajib menyediakan<br />

40 ekor kerbau. Kalau harga satu kerbau<br />

saja Rp 100 juta, bisa dibayangkan berapa<br />

yang perlu disediakan.<br />

Belum lagi puluhan babi dan biaya-biaya<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


WISATA<br />

lainnya. Tentu saja ini bukan keharusan. Bagi<br />

masyarakat yang tidak mampu, ritual rambu solo<br />

boleh tidak dilakukan.<br />

Tana Toraja memang terkenal dengan ritual<br />

budaya yang kental. Namun bukan berarti tempat<br />

ini tak menawarkan keindahan alam sebagai<br />

destinasi wisata.<br />

Salah satu yang menggiurkan adalah sunrise di<br />

Batutumonga. Sayang, saya agak kesiangan dan<br />

tak sempat menyaksikan sang fajar muncul dari<br />

ufuk timur.<br />

Tapi tak apa. Hamparan sawah dan pepohonan<br />

dengan latar pegunungan di Batutumonga<br />

tetap menawarkan kesegaran yang menghibur<br />

hati. Jangan lupa kenakan baju hangat karena di<br />

sini sangat dingin.<br />

Batutumonga merupakan kawasan tertinggi<br />

di Toraja, letaknya di lereng Gunung Sesean.<br />

Obyek wisata ini terkenal dengan sebutan Negeri<br />

di Atas Awan.<br />

Dari tempat ini, saya dapat melihat hamparan<br />

wilayah Sa’dan, Sesean, Tondon, Tallunglipu,<br />

Rantepao, hingga daerah Sanggalangi dengan<br />

jelas dari ketinggian.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


WISATA<br />

THINKSTOCK<br />

Sayang, saat kami datang, kabut sedang turun,<br />

sehingga agak mengurangi pemandangan<br />

mempesona itu. Tapi, sekali lagi, Batutumonga<br />

tetap terlihat indah.<br />

Karena dari hotel belum sempat menyantap<br />

sarapan, saya dan rombongan pun memutuskan<br />

mengisi perut terlebih dulu. Ada banyak<br />

warung mi instan di sana.<br />

Namun, jika menginginkan makanan yang<br />

lebih “sehat”, silakan mampir ke salah satu<br />

restoran di penginapan. Biasanya restoran<br />

menyediakan menu-menu sarapan, seperti<br />

mi/nasi goreng, pisang goreng, dan kopi.<br />

Pisang goreng di Toraja memiliki cita rasa<br />

yang khas karena digoreng matang tapi dengan<br />

pisang yang masih keras. Ketika pisang<br />

digigit, langsung terasa di lidah.<br />

Teman paling klop untuk mengudap pisang<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


WISATA<br />

goreng adalah secangkir kopi Toraja yang<br />

tersohor itu. Tidak minum kopi? Hmm…<br />

Anda bisa menggantinya dengan teh.<br />

Sukses mengganjal perut, saya berjalan<br />

menuju Baby Grave Pana. Tempat ini terkenal<br />

dengan kuburan bayi dalam lubang<br />

pohon tarra.<br />

Bayi yang dimakamkan di dalam pohon<br />

ini adalah bayi-bayi yang baru lahir hingga<br />

berumur 2 bulan. Namun sejak 1960 sudah<br />

tidak lagi dilakukan penguburan bayi dengan<br />

cara ini.<br />

Lo’komata adalah tujuan kami selanjutnya.<br />

Situs pekuburan ini hanya terletak<br />

sekitar 2 kilometer dari Batutumonga. Di<br />

Lo’komata, saya dapat melihat batu raksasa<br />

dengan lubang-lubang seperti mata.<br />

Bukan lubang biasa karena batu ini sejatinya<br />

adalah pemakaman yang digunakan<br />

sejak abad XIV. Dan hingga kini sudah ada<br />

sekitar 60 lubang.<br />

Tiap lubang diberi pintu kayu dengan<br />

ukiran motif Toraja. Beberapa pintu terdapat<br />

miniatur kepala tedong bonga, yang<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


WISATA<br />

menunjukkan strata tinggi di Toraja.<br />

Matahari condong ke barat saat saya dan<br />

rombongan selesai berkeliling. Perut sudah<br />

meronta-ronta minta diisi dan kami pun meluncur<br />

mencari tempat makan.<br />

Saran untuk wisatawan muslim, bawalah<br />

bekal makanan karena banyak restoran atau<br />

tempat makan yang menyediakan hidangan<br />

dengan bahan utama babi. n<br />

ADITYA MARDIASTUTI | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 11 OKTOBER 2015<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

CITA RASA<br />

INGGRIS,<br />

SENTUHAN<br />

INDONESIA<br />

RESTORAN SEKALIGUS BAR<br />

TRENDI INI MENYAJIKAN<br />

HIDANGAN INGGRIS MODERN.<br />

MENARIKNYA, DIPADUKAN<br />

DENGAN SENTUHAN INDONESIA.<br />

FOTO-FOTO: RENO/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

MATAHARI yang terik siang itu<br />

tak menghalangi langkah saya<br />

memenuhi undangan seorang<br />

chef. Dia sengaja mengajak saya<br />

mencicipi beberapa menu yang akan diluncurkan<br />

di restorannya.<br />

Restoran itu terletak di Jalan Kemang Raya,<br />

Jakarta Selatan. Dari luar, restoran ini lebih<br />

mirip klub malam daripada sebuah restoran.<br />

Apalagi namanya Queens Head.<br />

Logo Queens Head, yang terpampang jelas<br />

di bagian depan bangunan, mengingatkan saya<br />

pada cover album The Sex Pistols, God Save The<br />

Queen. Ada juga foto Ratu Inggris pada logo<br />

itu.<br />

Tempat yang mengusung tagline “Queens<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

Head Born in The UK, Raised in Jakarta” ini<br />

merupakan restoran sekaligus bar modern<br />

dengan sentuhan eklektik dan kontemporer.<br />

Kayu menjadi material utama untuk desain<br />

interior restoran ini. Begitu saya melewati<br />

pintu masuk, terdapat sebuah lorong yang<br />

terhubung dengan sebuah lounge.<br />

Lorong tersebut dilapisi kayu bertekstur kasar<br />

(unfinished) dengan lampu gantung di bagian<br />

atapnya. Saya disambut seorang perempuan<br />

bercelemek.<br />

Dia mengantarkan saya memilih tempat<br />

duduk. Lounge Queens Head ternyata cukup<br />

besar dengan berbagai pilihan kursi dan meja.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

Namun hampir semuanya berbahan kayu.<br />

Kolom-kolom maupun atap diselaraskan<br />

dengan kayu dan rotan anyaman. Sementara<br />

itu, pencahayaan yang temaram memancarkan<br />

keindahan masing-masing tekstur kayu.<br />

Pembagian ruangan di restoran dapat dilihat<br />

dari penggunaan beraneka ragam kursi. Area<br />

makan yang lebih formal menggunakan kursi<br />

tegak dengan penataan meja ala fine dinning.<br />

Sedangkan bagi yang datang rombongan,<br />

terdapat sofa dengan kursi santai. Di sisi kiri<br />

terdapat bar memanjang sekaligus dapur dengan<br />

konsep open kitchen.<br />

Saya memilih tempat duduk di sayap kanan<br />

restoran. Di area ini terdapat void kaca sehingga<br />

cahaya natural bisa masuk. Lebih terang.<br />

Bagian outdoor memiliki “intonasi” berbeda,<br />

diisi dengan kursi-kursi colorful, sehingga sua-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

sana terasa lebih ceria. Sangat berbeda dengan<br />

suasana di dalam.<br />

Pada awal dibuka pada pengujung 2014,<br />

hidangan di Queens Head mengusung tema<br />

modern British. Seiring dengan pergantian<br />

chef, menu tak terbatas pada sajian Barat,<br />

tapi juga sentuhan Asia.<br />

Selain itu, chef Blake Thornley meluncurkan<br />

Roast Sharing Concepts,<br />

yaitu konsep hidangan untuk keluarga<br />

ataupun pengunjung dalam<br />

jumlah besar.<br />

Terdapat aneka daging, seperti<br />

ayam, sapi, dan kambing,<br />

ditambah 13 pilihan side dishes.<br />

“Menu-menu yang disajikan<br />

lebih bervariasi dan menggunakan<br />

rempah-rempah Indonesia,”<br />

ujar Blake.<br />

Koki asal Selandia Baru ini<br />

langsung menyuguhkan satu<br />

hidangan pembuka, yaitu Tuna<br />

Tataki Salad dan hidangan utama<br />

berupa Slow-Cooked Duck Leg.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

Sedangkan hidangan penutup, seperti<br />

Kemangi Jelly (Rp 60 ribu) dan minuman Earl<br />

Grey Sour (Rp 110 ribu) serta Immunity (Rp 55<br />

ribu), direkomendasikan dari buku menu.<br />

Tuna Tataki Salad terdiri atas tiga irisan besar<br />

ikan tuna dipadu nom chom dressing dan shaved<br />

exotic vegetables. Daun seledri, daun bawang,<br />

dan potongan cabai mempercantik hidangan.<br />

Irisan ikan tuna dipanggang sebentar di atas<br />

wajan, sehingga menghasilkan ikan tuna yang<br />

matang di luar tapi masih mentah di dalam.<br />

Meski begitu, bagian tengahnya sama sekali<br />

tidak tercium bau amis. Tentu saja hal itu berkat<br />

kesegaran ikan tuna dan aneka sayuran segar<br />

dengan kombinasi bumbu bergaya Thailand.<br />

Cita rasa pedas, asam, dan manis langsung<br />

terasa saat ikan tuna disantap bersama bumbu<br />

berwarna oranye itu. Saya, yang sebelumnya<br />

ragu-ragu menyantap, kini tak bisa berhenti<br />

mengunyah.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

Selanjutnya saya<br />

terpana oleh<br />

tampilan Slow-<br />

Cooked Duck<br />

Leg yang begitu<br />

apik. Dua potong<br />

kaki bebek<br />

disajikan bersama<br />

ubi halus, pearl ball,<br />

serta anggur merah.<br />

Daging bebek dimasak<br />

dengan teknik<br />

slow-cooking, sehingga bau<br />

amisnya hilang. Sedangkan<br />

rasa daging yang gurih dan empuk<br />

dibalut bumbu berwarna kecokelatan.<br />

Kehadiran pearl ball menambah tekstur<br />

pada hidangan ini. Hanya, sebagai hidangan<br />

utama, porsinya cukup kecil. Seandainya saya cuma<br />

makan menu ini saja, pasti kurang kenyang, he-he-he….<br />

Sejujurnya saya tidak dapat membayangkan bila daun kemangi<br />

dijadikan bahan dasar untuk membuat hidangan penutup.<br />

Dengan perasaan ragu, saya menyendok Kemangi Jelly.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


KULINER<br />

Ah, rupanya saya salah sangka. Daun kemangi<br />

yang sudah menjelma menjadi dessert dengan<br />

campuran cokelat putih ini enak. Ada sensasi<br />

segar, terutama dengan kehadiran sorbet rasa<br />

lemon.<br />

Kehadiran aneka rasa di lidah saya tandaskan<br />

dengan meminum cocktail Earl Grey Sour. Terdiri<br />

atas campuran 60 mililiter earl grey infused<br />

tanqueray, 30 mililiter lemon juice, 20 mililiter<br />

sugar syrup, dan 5 mililiter egg white.<br />

Garnish sugar rim and lemon twist benarbenar<br />

menambah kecantikan minuman ini.<br />

Alkoholnya tidak terlalu terasa di lidah. Cenderung<br />

agak datar.<br />

Sedangkan Immunity merupakan minuman<br />

nonalkohol berbahan dasar melon, apel hijau,<br />

seledri, dan mentimun. Sentuhan rasa manis<br />

yang dihasilkan cukup ringan.<br />

Di akhir pembicaraan, chef Blake membocorkan<br />

rencana Queens Head mengadakan<br />

sebuah event besar pada 9 Oktober dengan<br />

bintang tamu Sosupersam, DJ asal Los Angeles.<br />

Sang DJ konon piawai memainkan turntable<br />

hingga ke kancah internasional. DJ akan mulai<br />

naik panggung pada pukul 21.00 WIB. Hmm…<br />

jangan ketinggalan, ya. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

OLEH-OLEH LAWATAN KE ARAB<br />

PRESIDEN JOKO WIDODO MEMBAWA OLEH-OLEH KOMITMEN PEMBANGUNAN KILANG DARI ARAB SAUDI.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Presiden Joko Widodo<br />

berbincang dengan Menteri<br />

Pertahanan sekaligus Wakil<br />

Putra Mahkota Kerajaan<br />

Arab Saudi, Mohammed bin<br />

Salman Abdulaziz al-Saud,<br />

saat melakukan kunjungan<br />

kenegaraan di Istana Raja<br />

Faisal, Jeddah, Arab Saudi,<br />

Sabtu (12/9) malam waktu<br />

setempat.<br />

PANCA HARI PRABOWO/ANTARA FOTO<br />

JABATAN Mohammed bin Salman<br />

Abdulazis al-Saud memang Menteri<br />

Pertahanan Arab Saudi. Tapi, saat<br />

melawat ke Negeri Padang Pasir pertengahan<br />

bulan silam dan bertemu dengannya,<br />

Presiden Joko Widodo tak cuma membicarakan<br />

senapan atau urusan keamanan. Ia memanfaatkan<br />

jabatan Mohammed bin Salman yang<br />

lain, yakni bos perusahaan minyak negara itu,<br />

Aramco.<br />

Joko Widodo membicarakan rencana Aramco<br />

membangun kilang di Indonesia beberapa<br />

tahun silam tapi kemudian tak berlanjut. Sekitar<br />

tiga tahun silam, Aramco meminta insentif<br />

yang tidak bisa dipenuhi pemerintah. Soal inilah<br />

yang dibicarakan Joko Widodo saat ke Arab.<br />

“Sekarang kita membuka lagi diskusi tentang<br />

insentif apa yang dibutuhkan sehingga dia<br />

tertarik lagi,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan<br />

Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya<br />

Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja.<br />

Indonesia memang sudah gatal ingin me-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Kilang Pertamina di<br />

Cilacap, Jawa Tengah<br />

HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />

miliki kilang baru karena sudah 22 tahun tidak<br />

ditambah satu pun. Wiratmaja mengatakan,<br />

saat ini kebutuhan BBM mencapai 1,25 juta barel<br />

per hari, sedangkan kilang yang ada saat ini<br />

hanya mampu memproduksi sekitar 600 ribu<br />

barel. “Jadi selisihnya, lebih dari 600 ribu barel,<br />

kita impor. Itu kan besar sekali,” ujar guru besar<br />

Institut Teknologi Bandung itu.<br />

Data lain—berdasarkan BP Statistical Review<br />

2015—disebutkan bahwa kapasitas total kilang<br />

Indonesia sekitar 1 juta barel per hari, sementara<br />

kebutuhannya 1,6 juta barel per hari. Intinya,<br />

masih kurang sekitar 600 ribu barel juga.<br />

Akibatnya, Indonesia mesti mengimpor bensin<br />

atau solar sebanyak itu, tidak bisa mendatangkan<br />

minyak mentah yang lebih murah.<br />

Masalahnya, untuk membangun satu kilang,<br />

butuh biaya besar. Menurut Wiratmaja, biaya<br />

yang dibutuhkan untuk membangun satu kilang<br />

berkapasitas 300 ribu barel per hari sekitar<br />

US$ 10 miliar (sekitar Rp 150 triliun).<br />

Jumlah itu sangat besar. Direktur Pembinaan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Sekarang kita membuka lagi diskusi tentang<br />

insentif apa yang dibutuhkan sehingga dia<br />

tertarik lagi,<br />

Direktur Jenderal Minyak dan<br />

Gas Kementerian Energi dan<br />

Sumber Daya Mineral I Gusti<br />

Nyoman Wiratmaja Puja<br />

HAFIDZ MUBARAK A./ANTARA FOTO<br />

Usaha Hilir Minyak dan Gas Kementerian<br />

Energi dan Sumber Daya Mineral Setyorini<br />

Tri Hutami mengatakan Pertamina tidak akan<br />

sanggup sendirian membangun kilang semahal<br />

itu. “Pertamina tidak punya dana untuk mengembangkan<br />

kilang,” ujar Setyorini.<br />

Berkaca pada kondisi kesulitan biaya tersebut,<br />

pemerintah mengundang investor asing<br />

untuk terlibat membangun kilang BBM. Sejak<br />

beberapa tahun silam, sejumlah investor asing<br />

diundang untuk membangun kilang di Indonesia.<br />

Aramco dan investor dari Kuwait saat itu<br />

sudah santer diberitakan bersedia membuka<br />

kantongnya. Tapi rencana batal karena permintaan<br />

insentif pajak ditolak pemerintah.<br />

Pemerintah yang sekarang memutar otak<br />

agar kilang bisa terwujud. Sejumlah paket<br />

insentif pun disiapkan dan sedang dirancang<br />

peraturan presiden tentang proyek kilang BBM.<br />

Menurut Montty Girianna, Deputi Bidang<br />

Koordinasi Pengelolaan Energi Sumber Daya<br />

Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian<br />

Koordinator Perekonomian, peraturan itu akan<br />

berkenaan dengan segala sisik-melik soal kilang.<br />

Meski peraturan belum kelar, saat ini sudah<br />

ada beberapa perusahaan minyak yang sudah<br />

mengungkapkan keinginan membangun kilang<br />

di Indonesia. Bukan cuma Aramco. Perusahaan<br />

minyak dari Kanada, Tiongkok, sampai<br />

Kuwait telah menyurati Kementerian ESDM<br />

menyampaikan minatnya membangun kilang<br />

BBM. “Pernyataan minat juga datang dari Iran<br />

dan Irak, tapi keduanya baru secara lisan,” kata<br />

Montty.<br />

Namun, seperti apa insentif yang akan mereka<br />

terima, Montty belum bisa menjelaskan.<br />

“Nanti akan kami kirim orang-orang, akan ada<br />

tim yang dikirim ke Arab Saudi dan negara lain<br />

yang berminat untuk membahas secara detail<br />

masalah itu,” kata Montty.<br />

Yang jelas, agaknya insentif soal pajak akan<br />

diperlonggar. Beberapa tahun silam, Aramco<br />

membatalkan rencana membuat kilang karena<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Kilang minyak Aramco<br />

DOC ARAMCO<br />

ingin bebas pajak lebih dari 10 tahun. Keinginan<br />

ini ditolak pemerintah. Nah, saat melawat<br />

ke Arab Saudi itu, Presiden Joko Widodo<br />

membuka peluang memberi keringanan pajak<br />

sampai 20 tahun. Bukan cuma itu, lahan gratis<br />

bagi mereka juga disiapkan. “Sekarang Saudi<br />

Aramco kembali tertarik,” katanya.<br />

Pemerintah sudah menyiapkan lahan 500<br />

hektare di Bontang, Kalimantan Timur, milik<br />

Kementerian Keuangan, untuk kilang. Siapa<br />

pun investor, tak perlu pusing dengan lahan<br />

di Bontang. Tanah itu sudah sepenuhnya dibebaskan.<br />

Praktis, saat ini lahan itu menunggu<br />

investor.<br />

Pemerintah pun tidak mengharuskan investor<br />

menggunakan lahan di Bontang yang<br />

sudah siap itu. “Kalau nanti investor punya ide<br />

atau lokasi lain, silakan, kita welcome saja,” kata<br />

Bambang.<br />

Aramco, misalnya, malah mengincar lahan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Salah satu instalasi minyak<br />

milik Pertamina<br />

HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />

di Tuban, Jawa Timur, dekat kilang milik Trans<br />

Pacific Petrochemical Indotama. Tanah itu milik<br />

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.<br />

“Nanti bisa dipinjam-pakai dan sekarang<br />

masih dalam proses,” kata Wiratmaja, yang<br />

enggan menjelaskan detail tentang proses<br />

tersebut.<br />

Rencananya, Aramco akan menggelontorkan<br />

US$ 24 miliar (Rp 360 triliun) untuk investasi<br />

kilang BBM. Sebanyak US$ 10 miliar (Rp 150<br />

triliun) untuk membangun kilang baru, sisanya<br />

untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang<br />

pertamina di Dumai, Cilacap, dan Balongan<br />

sehingga bisa memproduksi BBM secara total<br />

sebanyak 400 ribu barel per hari. n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

HULU-HILIR MINYAK ARAB<br />

TAK CUMA BIKIN KILANG, ARAMCO JUGA MEMBUKA POMPA<br />

BENSIN DI INDONESIA.<br />

THINKSTOCKPHOTOS<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Pompa bensin Aramco di<br />

Seoul, Korea Selatan<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

ADA beda perusahaan minyak<br />

pemerintah Indonesia dengan<br />

Malaysia. Setidaknya sampai tiga<br />

tahun silam, Petronas mengoperasikan<br />

pompa bensin di Jakarta dan sekitarnya.<br />

Sebaliknya, Pertamina hanya gigit jari, tak bisa<br />

berbisnis di Malaysia.<br />

Penyebabnya satu: Malaysia mensyaratkan,<br />

perusahaan minyak yang akan membuka<br />

pompa bensin di sana mesti membuat kilang<br />

minyak dulu dan itu harganya mahal, ratusan<br />

triliun rupiah. Pertamina tidak sanggup. Saat itu<br />

Pertamina mengeluhkan begitu gampangnya<br />

perusahaan minyak asing membuka pompa<br />

bensin di Indonesia, tidak seperti di Malaysia.<br />

Tidak perlu bikin kilang terlebih dulu.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Pekerja di salah satu kilang<br />

Saudi Aramco<br />

DOK ARAMCO<br />

Nah, situasi mungkin berbeda dalam beberapa<br />

tahun mendatang. Aramco, jika berjalan<br />

sesuai dengan rencana, tak akan cuma mengoperasikan<br />

kilang di Indonesia, tapi juga membuka<br />

pompa bensin. Jadi Aramco akan mendatangkan<br />

minyak dari Arab Saudi, diolah di<br />

Indonesia, dan dijual di pompa-pompa bensin<br />

milik mereka di sini.<br />

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian<br />

Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti<br />

Nyoman Wiratmaja Puja menyebut syarat yang<br />

diajukan Aramco kepada Indonesia memang<br />

termasuk izin menjual bahan bakar di pompa<br />

bensin yang bakal mereka dirikan. Mereka juga<br />

meminta diizinkan masuk industri petrokimia<br />

di sini. “Syarat bisa masuk ke bisnis hilir (seperti<br />

pompa bensin) merupakan salah satu fasilitas<br />

insentif yang diminta selain bebas membayar<br />

pajak penghasilan badan usaha hingga 20 tahun,”<br />

katanya.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Direktur Jenderal Minyak dan<br />

Gas Kementerian Energi dan<br />

Sumber Daya Mineral I Gusti<br />

Nyoman Wiratmaja Puja<br />

ANTARA FOTO<br />

Syarat bisa masuk ke bisnis<br />

hilir (seperti pompa bensin)<br />

merupakan salah satu<br />

fasilitas insentif yang diminta<br />

selain bebas membayar pajak<br />

penghasilan badan usaha<br />

hingga 20 tahun.<br />

Meski begitu, pemerintah belum bisa memastikan<br />

apakah Aramco akan masuk ke semua lini<br />

sektor hilir tersebut atau hanya memilih salah<br />

satu. “Nanti akan kita diskusikan lebih jauh,”<br />

tutur Wiratmaja.<br />

Sebenarnya tidak ada masalah jika Saudi<br />

Aramco akan masuk ke industri hilir BBM, seperti<br />

pompa bensin. Setyorini Tri Hutami, Direktur<br />

Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas<br />

Kementerian ESDM, mengatakan Undang-Undang<br />

Migas memang membuka peluang bagi<br />

badan usaha selain Pertamina untuk masuk ke<br />

bisnis hilir BBM.<br />

Syaratnya, perusahaan itu terdaftar sebagai<br />

badan hukum Indonesia. “Contohnya Shell,<br />

Total, dan dulu ada Petronas,” kata Setyorini.<br />

Menurut anggota Komite Badan Pengatur<br />

Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas),<br />

Ibrahim Hasyim, terjun di bisnis kilang hingga<br />

ke sektor hilir sebenarnya langkah yang biasa<br />

dilakukan perusahaan minyak untuk menutup<br />

margin yang tipis dari investasi kilang. Selain<br />

itu, jika bisnis hilir yang dipilih adalah SPBU,<br />

maka tujuannya adalah sebagai window display<br />

atau promosi ke pasar.<br />

Namun, masalahnya, Saudi Aramco akan<br />

bersaing ketat dengan badan usaha lain jika<br />

hanya mengandalkan Pulau Jawa sebagai lokasi<br />

penyaluran distribusi BBM. “Kalau bicara soal<br />

badan penyalur, di Jawa ini sudah terisi penuh.<br />

Justru yang masih banyak (kosong) ada di luar<br />

Jawa,” kata Ibrahim.<br />

Pemerintah, menurut Wiratmaja, akan<br />

mengarahkan Aramco untuk membangun infrastruktur<br />

pompa bensin di kawasan timur<br />

Indonesia. Kebijakan ini diterapkan supaya<br />

tercipta situasi yang adil bagi Pertamina, yang<br />

membuka jaringan SPBU dari wilayah barat<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Salah satu pompa bensin<br />

Total di Jakarta<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

hingga timur Indonesia.<br />

“Dengan begitu, Pertamina akan dapat kompetisi<br />

yang positif, malah mungkin di beberapa<br />

tempat (Aramco) bisa bekerja sama dengan<br />

Pertamina,” tutur Wiratmaja.<br />

Konsep pemerintah tersebut sejalan dengan<br />

keinginan Pertamina. Vice President Corporate<br />

Communication Pertamina Wianda Pusponegoro<br />

mengatakan siapa pun yang masuk bisnis<br />

BBM juga harus bisa melakukan distribusi secara<br />

merata. “Agar akses BBM itu bisa dinikmati<br />

semua masyarakat, bukan hanya yang berada<br />

di kota-kota besar,” katanya.<br />

Sebagai perusahaan pemerintah dan mendapat<br />

monopoli memasarkan bahan bakar<br />

bersubsidi, Pertamina memang diharuskan<br />

mendistribusikan bahan bakar sampai kawasan<br />

terpencil. Pertamina agaknya terbebani jika<br />

mesti bersaing dengan perusahaan yang tidak<br />

memiliki kewajiban itu. ■ HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

DEMI JAMINAN PASOKAN<br />

INVESTASI KILANG BISA MEMBUAT PASOKAN MINYAK KE INDONESIA SEMAKIN TERJAMIN.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Anjungan milik Total di<br />

Selat Makassar<br />

NOVI ABDI/ANTARA FOTO<br />

POSISI Arab Saudi di dunia industri<br />

minyak memang tidak lagi sekuat<br />

beberapa tahun silam. Setidaknya<br />

negara itu bukan lagi produsen terbesar<br />

dunia. Dengan produksi 11 juta barel per<br />

hari, saat ini Arab Saudi menjadi nomor dua<br />

karena kalah oleh Amerika Serikat, yang memproduksi<br />

2 juta barel lebih banyak.<br />

Tapi tetap saja, biar begitu, angka ini masih<br />

jauh lebih besar daripada Indonesia, yang hanya<br />

memproduksi kurang dari 900 ribu barel per<br />

hari. Padahal kebutuhan bahan bakar minyak<br />

saat ini sekitar 1,4 juta barel per hari. Presiden<br />

Joko Widodo pun berusaha membujuk Saudi<br />

Aramco—perusahaan minyak Arab Saudi—<br />

agar bersedia membangun kilang. Salah satu<br />

tujuannya adalah agar ada pasokan minyak<br />

mentah murah dari Arab Saudi.<br />

Seorang pejabat di Kementerian Energi<br />

dan Sumber Daya Mineral mengatakan, “Kita<br />

berharap, dengan masuknya investor asing<br />

membangun kilang minyak di sini, tentunya<br />

asumsi kita adalah minyak mentahnya akan<br />

didatangkan dari sumber milik investor itu.”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Pekerja Pertamina<br />

di Lapangan Cemara<br />

Selatan, Indramayu, Jawa<br />

Barat<br />

DEDHEZ ANGARA/ANTARA FOTO<br />

Dengan posisi sebagai negara yang lebih banyak<br />

mengimpor daripada mengekspor minyak,<br />

Indonesia memang berusaha mendapatkan<br />

sumber energi ini dengan gampang. Sejumlah<br />

pendekatan dilakukan kepada negara kaya minyak.<br />

Di antaranya kembali bergabung dengan<br />

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC)<br />

agar lebih mudah mencari pemasok minyak.<br />

Cara lainnya adalah membujuk perusahaan<br />

dari negara kaya minyak membangun kilang<br />

di Indonesia. “Aramco, sebagai calon investor<br />

kilang minyak produsen BBM, tentunya memiliki<br />

sumber-sumber minyak dari negaranya,”<br />

katanya.<br />

Jika dilihat dari sisi penghematan, membangun<br />

kilang tidak terlalu banyak keuntungannya.<br />

Penghematan yang diharapkan hanyalah selisih<br />

harga minyak mentah yang diimpor dengan<br />

bahan bakar hasil olahan kilang itu. “Kalau dari<br />

segi devisa enggak (ada penghematannya),”<br />

katanya. “Tapi ketahanan energinya jadi lebih<br />

baik.”<br />

Selain itu, kilang ini memungkinkan minyak<br />

hasil sampingan tambang gas, yakni kondensat,<br />

bisa diolah menjadi bahan bakar. Indonesia,<br />

sebagai salah satu negara utama penghasil gas<br />

dunia, cukup banyak memproduksi kondensat.<br />

Saat ini ada belasan kilang minyak di Indonesia.<br />

Minyak mentah yang diolah umumnya dari<br />

produk dalam negeri, dari sejumlah tambang<br />

yang sebagian dioperasikan perusahaan asing.<br />

“Bagi Pertamina, makin banyak minyak mentah<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Kantor pusat OPEC di<br />

Wina, Austria<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />

yang dijual ke kilang kami malah makin bagus,”<br />

ucapnya.<br />

Pasalnya, kata dia, dengan adanya minyak<br />

mentah dari pertambangan dalam negeri,<br />

ongkos pengiriman ke kilang-kilang jadi lebih<br />

murah, maka ongkos produksi kilang Pertamina<br />

bisa ditekan. Kalaupun nanti kilang-kilang<br />

itu berdiri, bisa saja sumber bahan bakunya<br />

dari tambang dalam negeri yang dioperasikan<br />

perusahaan asing.<br />

Dalam model investasi bagi hasil tambang<br />

minyak di Indonesia, perusahaan tambang hanya<br />

memiliki sebagian hasil produksi. Sebagian<br />

lagi milik pemerintah Indonesia dan bisa, misalnya,<br />

diolah seluruhnya di kilang dalam negeri.<br />

Chevron misalnya. Juru bicara Chevron,<br />

Jeanny Simanjuntak, mengatakan sudah memiliki<br />

kontrak dengan pemerintah. Dalam kontrak,<br />

pemerintah mendapat 90 persen minyak<br />

mentah hasil pengeboran mereka. “Jadi soal<br />

itu untuk kebutuhan dalam negeri atau bukan,<br />

negaralah yang mengaturnya,” ucapnya.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Kilang Balongan di<br />

Indramayu, Jawa Barat<br />

ROSA PANGGABEAN/ANTARA FOTO<br />

Sedangkan 10 persen sisanya menjadi hak<br />

mereka. “Bagian kami 10 persen, terserah kami<br />

untuk kebutuhan apa,” ucap Jeanny.<br />

Saat ini Chevron menjadi penghasil minyak<br />

terbesar Indonesia dengan rata-rata produksi<br />

320 ribu barel per hari. Perusahaan itu mengoperasikan<br />

tambang di Riau, Kalimantan Timur,<br />

sampai Makassar. Mereka juga memiliki saham,<br />

meski tidak menjadi operator, di Natuna.<br />

Hal yang mirip diungkapkan oleh Total E&P<br />

Indonesie. Kebanyakan produksi perusahaan<br />

itu adalah gas. Meski begitu, ada sekitar 62<br />

ribu barel minyak mentah dan kondensat yang<br />

dihasilkan tiap hari. Urusan ke mana produksinya<br />

disalurkan, menurut juru bicara Total,<br />

Kristanto Hartadi, tidak diputuskan oleh Total<br />

sendiri. “(Kebijakan) menjual itu kan semua di<br />

pemerintah,” ucapnya. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


EKONOMI<br />

KILANG BARU KITA<br />

Minus<br />

Kilang<br />

INDONESIA memang masih kekurangan kilang minyak. Setidaknya<br />

masih butuh kilang dengan kapasitas setengah juta barel per hari agar bisa<br />

mengolah sendiri minyak untuk konsumsi dalam negeri. Dibanding negara<br />

ASEAN lain, kebutuhan kilang Indonesia paling tinggi. Kondisi ini kontras<br />

dengan beberapa negara ASEAN, yang kapasitas kilangnya di atas kebutuhan<br />

konsumsi dalam negeri, seperti Filipina atau Singapura.<br />

THAILAND<br />

Produksi 453 ribu barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 791 ribu barel/hari<br />

Konsumsi 1,274 juta barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang -483 ribu barel/hari<br />

SINGAPURA<br />

Produksi 0 barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 1,348 juta barel/hari<br />

Konsumsi 1,273 juta barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang +75 ribu barel/hari<br />

VIETNAM<br />

Produksi 365 ribu barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 148 ribu barel/hari<br />

Konsumsi 406 ribu barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang -258 ribu barel/hari<br />

BRUNEI<br />

Produksi 126 RIBU barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 8.000 barel/hari<br />

Konsumsi 18 RIBU barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang -10 RIBU barel/hari<br />

FILIPINA<br />

Produksi 21 ribu barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 441 ribu barel/hari<br />

Konsumsi 299 ribu barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang +142 ribu barel/hari<br />

MALAYSIA<br />

Produksi 666 ribu barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 545 ribu barel/hari<br />

Konsumsi 815 ribu barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang -270 ribu barel/hari<br />

INDONESIA<br />

Produksi 852 RIBU barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 1,046 juta barel/hari<br />

Konsumsi 1,641 juta barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang -595 ribu barel/hari<br />

MYANMAR<br />

Produksi 20 ribu barel/hari<br />

Kapasitas Kilang 82 ribu barel/hari<br />

Konsumsi 28 ribu barel/hari<br />

Kebutuhan Kilang +54 ribu barel/hari<br />

BP STATISTICAL REVIEW 2015 | INDEXMUNDI.COM<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

ASAP MENCURIGAKAN MOBIL VW<br />

VW TERTANGKAP BASAH MELAKUKAN PENIPUAN PADA SISTEM UJI EMISI.<br />

GUGATAN DAN DENDA RATUSAN TRILIUN RUPIAH SUDAH MENUNGGU.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Para bos baru VW setelah<br />

kasus penipuan uji emisi<br />

terbongkar. Tampak CEO<br />

yang baru, Matthias Mueller,<br />

dalam perkenalan kepada<br />

pers.<br />

FABIAN BIMMER/REUTERS<br />

MINGGU-MINGGU ini bakal menjadi<br />

hari pembalasan terhadap<br />

pabrik mobil asal Jerman, Volkswagen.<br />

Harris County—salah<br />

satu county (atau kabupaten) di Amerika Serikat—menggugat<br />

ganti rugi perusahaan yang<br />

didirikan Hitler itu sebanyak US$ 100 juta<br />

(sekitar Rp 1,5 triliun).<br />

Pemerintah daerah itu menuntut ganti rugi<br />

karena emisi VW melewati ambang batas.<br />

VW memang tertangkap basah memanipulasi<br />

sistem komputer di mobil-mobil kecil dan<br />

menengah mereka yang bermesin diesel sehingga,<br />

saat uji emisi, bisa lolos. Padahal, kenyataannya,<br />

emisi mereka belum memenuhi<br />

standar. “Saya pikir penipuan itu bakal cukup<br />

gampang dibuktikan,” kata Richard Mithoff,<br />

pengacara yang mewakili pemerintah daerah<br />

Harris, dalam gugatan kepada VW, seperti<br />

dikutip USA Today.<br />

Ini baru satu county yang menggugat, padahal<br />

ada lebih dari 3.000 county di negara<br />

itu. Belum gugatan lain dari pemilik VW Jetta,<br />

Golf, Passat, atau Beetle yang merasa tertipu.<br />

Bahkan dealer VW juga ada yang menggugat<br />

karena penjual produk tidak beres. Gugatan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Stan VW dalam pameran<br />

mobil di Shanghai. Di<br />

Tiongkok, VW merajai pasar<br />

dan membuat pabrik itu<br />

berada di posisi kedua,<br />

setelah Toyota, di seluruh<br />

dunia.<br />

ALY SONG/REUTERS<br />

ini belum dihitung denda dari otoritas Amerika,<br />

yang mungkin mencapai US$ 18 miliar (Rp<br />

270 triliun), serta biaya perbaikan yang bisa<br />

jadi mencapai US$ 6,5 miliar (hampir Rp 100<br />

triliun).<br />

Bukan cuma di Amerika Serikat. Di Kanada,<br />

class action juga digelar dengan menuntut<br />

ganti rugi sampai Can$ 2,5 miliar (Rp 27 triliun).<br />

Di Israel, class action juga diluncurkan,<br />

menuntut ganti rugi 300 shekel (Rp 1,1 triliun).<br />

Sudah dipastikan VW bakal rugi sangat<br />

besar gara-gara mereka memalsukan sistem<br />

angka emisi untuk mobil-mobil diesel kecil<br />

mereka. Tak mengherankan jika harga sahamnya<br />

langsung jatuh. Investor pun kehilangan<br />

dananya. Pemerintah Qatar, misalnya, diperkirakan<br />

kehilangan sampai sekitar Rp 60 triliun<br />

karena nilai saham VW di tangan mereka<br />

jatuh.<br />

VW memang sedang menghadapi hari<br />

pembalasan. Mestinya perusahaan sebesar<br />

VW—meski di Indonesia tidak laku, tapi di<br />

dunia nomor dua penjualannya, yakni 9 juta<br />

unit per tahun—tahu risiko penipuan data<br />

emisi seperti ini, tapi mereka melakukan juga.<br />

lll<br />

Asisten Profesor Riset West Virginia University,<br />

Arvind Thiruvengadam, sangat senang<br />

saat laboratorium di kampusnya mendapat<br />

hibah untuk menguji emisi sejumlah mobil<br />

diesel pada 2012 lewat tes di jalan raya.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Uji emisi Audi AG A3 35<br />

TDI, salah satu mobil dari<br />

VW Group, sedang digelar<br />

di Korea Selatan pekan<br />

lalu. Kasus penyesatan uji<br />

emisi VW membuat awak<br />

televisi pun memberitakan<br />

tes gas buang.<br />

SEONGJOON CHO/BLOOMBERG VIA<br />

GETTY IMAGES<br />

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika<br />

Serikat biasanya menguji emisi dengan menaruh<br />

mobil di atas mesin dinamometer—<br />

semacam treadmill tapi untuk mobil—dan<br />

tidak menggelar uji emisi di jalan raya. Sebagai<br />

pembanding, LSM Dewan Internasional<br />

masalah Transportasi Bersih memberi dana<br />

kepada kampus tempat Thiruvengadam menjadi<br />

peneliti untuk menggelar uji di jalan raya.<br />

Saat itu Thiruvengadam sangat senang.<br />

Ia seorang peneliti dan pikirannya adalah,<br />

“Wow, kita akan menjadi orang pertama yang<br />

melakukan uji emisi mobil diesel di jalan raya,”<br />

ujarnya. Mereka langsung membayangkan<br />

akan mendapat banyak laporan dan bakal<br />

membuat makalah bagi jurnal-jurnal ilmiah.<br />

“Kami sudah cukup senang jika ada tiga orang<br />

saja yang membaca jurnal ilmiah itu,” katanya<br />

tersenyum saat mengungkapkan kepada situs<br />

National Public Radio.<br />

Mereka tidak membayangkan bahwa laporannya<br />

itu bakal menggegerkan dunia. Tapi<br />

dua mobil VW bermesin diesel yang dites<br />

hasilnya selalu buruk. Hasil tes jalan raya jauh<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Stan VW dalam pameran<br />

mobil terbesar di negeri<br />

asalnya, Jerman, yang<br />

digelar di Frankfurt.<br />

KAI PFAFFENBACH/REUTERS<br />

dari angka yang ditulis dari hasil penelitian di<br />

laboratorium milik Badan Perlindungan Lingkungan<br />

dengan dinamometer. Mereka tentu<br />

saja ragu dengan prosedurnya. Tapi, begitu<br />

dicoba pada mobil merek lain, BMW, angka<br />

emisi yang didapat di tes jalan raya tidak berbeda<br />

dengan tes dengan dinamometer.<br />

Tim peneliti mengulang-ulang uji emisi<br />

untuk memastikan bahwa prosedurnya benar<br />

dan angkanya juga benar. LSM Dewan Internasional<br />

masalah Transportasi Bersih, yang<br />

membiayai uji di West Virginia University itu,<br />

pun mendapat laporan dan kaget. Mereka<br />

tidak langsung percaya pada hasil uji tersebut.<br />

Bayangan mereka, VW mengambil risiko<br />

terlalu besar jika curang.<br />

“Anda tak bisa begitu saja menuduh satu<br />

perusahaan melakukan (kecurangan), kecuali<br />

jika Anda benar-benar yakin,” kata John German<br />

dari dewan itu. German pun curiga bahwa<br />

mobil VW itu bisa membedakan apakah<br />

mereka sedang berada di jalanan atau sedang<br />

di atas dinamometer.<br />

Saat berada di atas dinamometer, komputer<br />

sistem pengapian mobil langsung bekerja dan<br />

membuat emisi gas buang menjadi bersih tapi<br />

tenaga kurang dan bahan bakar boros. Sebaliknya,<br />

saat sensor mobil mengetahui mereka<br />

tidak di atas dinamometer, sistem pembersih<br />

emisi dimatikan agar irit solar dan lebih kuat<br />

tenaganya.<br />

Laporan ini dibawa ke Badan Perlindungan<br />

Lingkungan dan hasilnya adalah drama yang<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Pekerja di SEAT, Spanyol,<br />

sedang merakit mobil.<br />

SEAT adalah salah satu<br />

anak usaha VW.<br />

GUSTAU NACARINO/REUTERS<br />

membuat VW terancam gugatan ratusan<br />

triliun rupiah.<br />

lll<br />

Amerika Serikat, yang menemukan kecurangan<br />

VW untuk data emisi mobil diesel,<br />

memang belum memutuskan apa pun. Tapi<br />

pemerintah Jerman bertindak lebih cepat.<br />

Mereka sudah resmi melakukan penyelidikan<br />

terhadap Martin Winterkorn, CEO VW yang<br />

mundur sepekan silam setelah kecurangannya<br />

diumumkan.<br />

Jaksa Jerman sudah menyebut bahwa Winterkorn<br />

diduga melakukan kecurangan dalam<br />

penjualan mobil dengan memanipulasi data<br />

emisi. Winterkorn memimpin VW selama 9<br />

tahun terakhir dan menjadi presiden direktur<br />

dengan bayaran tertinggi di Jerman.<br />

Jerman memang cukup cemas. Bukan cuma<br />

lantaran VW adalah perusahaan yang setiap<br />

tahun menjual lebih dari 9 juta mobil ke seluruh<br />

dunia. Angka ini kira-kira sama dengan<br />

General Motors dari Amerika Serikat dan<br />

hanya kalah dari Toyota, yang bisa menjual<br />

sampai 11 juta unit.<br />

Tapi juga karena Jerman bukan hanya VW,<br />

masih ada merek top lain, seperti BMW atau<br />

Mercedes-Benz, yang bisa-bisa ikut terkena<br />

dampak sebagai sesama mobil Jerman. Sebanyak<br />

750 ribu warganya bekerja langsung di<br />

industri otomotif. Ekspor mobil juga menjadi<br />

sumber pemasukan mereka.<br />

“Industri mobil itu sangat penting bagi eko-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Sebagian seri Audi, salah<br />

satu merek yang dimiliki<br />

VW, juga dipasangi alat<br />

penipu uji emisi.<br />

KAI PFAFFENBACH/REUTERS<br />

nomi Jerman,” kata Deputi Menteri Keuangan<br />

Jerman, Jens Spahn, seperti dikutip Reuters.<br />

“(Skandal) ini bisa memberi dampak besar<br />

bagi ekonomi Jerman.”<br />

Tak cuma Winterkorn yang sudah mundur,<br />

VW juga sudah melakukan sejumlah langkah<br />

internal untuk memperbaiki wajahnya. Mereka<br />

sudah menghentikan kepala pengembangan<br />

merek VW, Heinz-Jakob Neusser. Mereka<br />

juga sudah menskors Ulrich Hackenberg,<br />

yang memimpin pengembangan teknis di<br />

Grup VW. Wolfgang Hatz, kepala riset dan<br />

pengembangan anak usaha VW, Porsche,<br />

juga sudah dilepas dari jabatannya.<br />

Saat ini nilai pasar VW sudah turun lebih dari<br />

25 miliar euro (sekitar Rp 408 triliun) setelah<br />

mengaku curang di sekitar 11 juta mobil yang<br />

mereka jual. Selain dengan merek VW, mobil<br />

dalam grup yang juga memiliki sistem untuk<br />

mencurangi uji emisi adalah Audi, sebanyak<br />

2,1 juta unit dari seri A1, A3, A4, A5, A6, TT,<br />

Q3, serta Q5. n NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

‘VIVERE<br />

PERICOLOSO’<br />

ALA VW<br />

PENIPUAN DALAM UJI EMISI VW MERUPAKAN BUNTUT<br />

PERSAINGAN TEKNOLOGI HIBRIDA MELAWAN DIESEL.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

George Clooney dengan<br />

mobil Toyota Prius.<br />

MARK SULLIVAN/WIREIMAGE<br />

PENGHARGAAN Oscar selalu menjadi<br />

perhatian dunia. Apa pun yang<br />

dikenakan, dibawa, atau dilakukan<br />

bintang-bintang Hollywood, itu<br />

selalu menjadi bahan pemberitaan, termasuk<br />

urusan mobil. Selama puluhan tahun, acara<br />

seperti itu akan dipenuhi limusin besar. Tapi<br />

pemandangan itu berubah sejak Oscar 2003.<br />

Saat itu, sejumlah bintang top kawakan,<br />

seperti Harrison Ford atau Tom Hanks, tidak<br />

datang dengan mobil-mobil besar. Sebaliknya,<br />

mereka menggunakan Toyota Prius,<br />

mobil sedan berukuran sedang yang sangat<br />

irit karena menggunakan teknologi hibrida.<br />

Citra sebagai artis yang menjaga lingkungan<br />

membuat mereka memilih Prius. Dan mereka<br />

sangat bangga. “Saya bisa ngebut sampai 75<br />

mil per jam (120 kilometer per jam),” kata<br />

Hanks seperti dilaporkan USA Today saat itu.<br />

Sejak saat itu, acara Oscar seperti menjadi<br />

pameran mobil-mobil ramah lingkungan.<br />

Mobil hibrida pun menjadi terkenal. Acara<br />

itu menjadi semacam pertanda kemenangan<br />

pilihan teknologi Jepang atau Jerman dalam<br />

persaingan mobil hemat energi dan ramah<br />

lingkungan.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Toyota Prius Smart Hybrid<br />

saat dipamerkan di Seoul<br />

beberapa bulan silam.<br />

CHUNG SUNG-JUN/GETTY IMAGES<br />

Sejak 1990-an, ada persaingan antara pabrikan<br />

Jepang dan Jerman soal teknologi mobil<br />

yang hemat energi. Jepang memilih mobil<br />

hibrida. Mobil yang sangat irit karena energi<br />

yang semula terbuang, seperti saat mengerem,<br />

didaur ulang dan digunakan kembali.<br />

Saat Jepang memilih hibrida, Jerman memilih<br />

mengembangkan mobil diesel. Meski banyak<br />

digunakan untuk kendaraan berat, mobil<br />

pribadi yang menggunakan diesel tidak terlalu<br />

banyak. Di dunia, hanya sekitar 1 persen mobil<br />

pribadi dengan mesin diesel.<br />

Sejumlah alasan muncul, dari mesin yang<br />

getarannya besar sampai asap dengan bau<br />

tak enak dan jelek. Padahal mesin diesel lebih<br />

efisien dari bensin, lebih hemat bahan bakar.<br />

Dalam beberapa tahun ini, muncul teknologi<br />

yang disebut diesel bersih (clean diesel). Ini<br />

adalah mesin diesel yang menggunakan sejumlah<br />

teknologi untuk menyaring gas buang<br />

sehingga tak lagi berasap seperti pada masa<br />

lalu.<br />

Dibanding hibrida, mesin diesel lebih murah.<br />

Situs cleanfleetreport.com menyebut VW<br />

Jetta, misalnya, lebih murah sekitar US$ 5.000<br />

(sekitar Rp 75 juta) dibanding mobil hibrida sekelas.<br />

Namun, dibanding mesin bensin biasa,<br />

diesel lebih mahal sekitar US$ 1.000 (sekitar<br />

Rp 15 juta).<br />

Teknologi agar mendapatkan mesin diesel<br />

yang bersih itu bermacam-macam. Mercedes-<br />

Benz mengembangkan teknologi yang disebut<br />

BlueTec. Teknologi ini membuat mobil butuh<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

VW memamerkan<br />

produknya yang hemat<br />

energi, termasuk untuk seri<br />

mesin bensin.<br />

MIKE BLAKE/REUTERS<br />

zat semacam urea yang nantinya disuntikkan<br />

ke gas buang agar nitrogen oksidanya terurai<br />

dan tidak lagi berbahaya. VW sempat mengambil<br />

lisensi ini untuk seri mesin diesel TCDI<br />

yang mereka kembangkan. Tapi, beberapa<br />

tahun lalu, lisensi ini dikembalikan kembali.<br />

Yang lain adalah teknologi yang menyaring<br />

gas nitrogen oksida ini. Kelemahan teknologi<br />

ini—seperti diungkap New York Times—adalah<br />

membuat bahan bakar menjadi boros. Butuh<br />

tambahan energi jika gas buangnya mesti lewat<br />

alat yang disebut jebakan nitrogen oksida<br />

itu. Atau, dengan kata lain, tenaganya menjadi<br />

loyo jika menggunakan alat ini.<br />

Mungkin ini sebabnya VW membuat program<br />

di sistem komputer mobil (ECU) yang<br />

mengatur pengapian. Jika komputer itu merasakan<br />

bahwa mobil sedang berada di atas<br />

mesin dinamometer—yang mirip dengan<br />

treadmill—ia akan mengaktifkan sistem penyaring<br />

gas buang. Emisi pun menjadi bersih.<br />

Tapi, begitu komputer membaca bahwa mobil<br />

sedang digunakan untuk kebutuhan normal,<br />

segera saja sistem penyaring tak digunakan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BISNIS<br />

Sebuah VW di salah<br />

satu dealer di New York,<br />

Amerika Serikat.<br />

SHANNON STAPLETON/REUTERS<br />

sehingga bahan bakar lebih hemat meski<br />

polusi yang dihasilkan tak lagi memenuhi<br />

standar.<br />

VW memasang peranti lunak untuk menipu<br />

uji emisi ini mulai 2009. Total 11 juta mobil<br />

diesel produk VW dipasangi sistem ini. Pertanyaan<br />

yang muncul sekarang adalah mengapa<br />

perusahaan sebesar VW berani nyerempet<br />

bahaya, vivere pericoloso, dengan membuat<br />

sistem penipu uji emisi itu? Risikonya sangat<br />

besar.<br />

Seorang pengamat teknologi diesel dari<br />

Amerika Serikat, Matt DeLorenzo, menduga<br />

bahwa VW tidak menggunakan teknologi<br />

urea—semacam BlueTec—untuk menekan<br />

harga sekaligus membuat bahan bakar lebih<br />

hemat. Ini sebabnya, untuk mobil seperti<br />

Touareg tetap menggunakan teknologi pembersih<br />

emisi semacam BlueTec.<br />

Selain itu, VW agaknya ingin membuat para<br />

pengguna mobil kecil tidak ribet mesti mengisi<br />

zat semacam urea untuk mobilnya. “VW<br />

ingin agar pengalaman merawat mobil diesel<br />

ini semudah merawat mobil bensin,” katanya.<br />

VW, menurut DeLorenzo, mungkin berharap,<br />

seiring perjalanan waktu, akan ditemukan<br />

teknologi pembersih emisi yang murah dan<br />

praktis. Jika ini sudah diperkenalkan, VW kecil<br />

akan dipasangi sehingga tak perlu lagi curang.<br />

Sayang, keburu ketahuan. n NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

RUSIA DATANG,<br />

ASSAD PUN TENANG<br />

“TAK ADA SOLUSI LAIN BAGI SURIAH KECUALI DENGAN MEMPERKUAT<br />

PEMERINTAHAN YANG SAH.”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Seorang laki-laki<br />

berlari melewati mobil<br />

yang terbakar setelah<br />

terkena tembakan<br />

pesawat-pesawat<br />

tempur Rusia di Kota<br />

Idlib, Kamis (1/10).<br />

KHALIL ASHAWI/REUTERS<br />

DIBANDING Garry Kasparov, kelihaian<br />

Vladimir Putin memainkan bidak<br />

barangkali hanya terhitung kelas pemula.<br />

Tapi, di lapangan politik, sang<br />

grandmaster catur itu hanyalah “anak kemarin<br />

sore” di hadapan Vladimir Putin.<br />

Setelah pensiun dari kompetisi catur, mantan<br />

pemilik elo rating tertinggi di dunia ini terjun ke<br />

arena politik negerinya, Rusia. Kasparov memilih<br />

berada di seberang, di pihak oposisi. Lawan<br />

politiknya adalah mantan perwira KGB, dinas<br />

intelijen Uni Soviet, Vladimir Putin.<br />

Kala itu, Putin sudah beberapa tahun berada<br />

di tampuk kekuasaan Kremlin dan tengah<br />

mengkonsolidasikan kekuatan politiknya. Dua<br />

kali Kasparov ditangkap polisi dan dijebloskan<br />

ke sel tahanan karena menggelar protes<br />

menentang kekuasaan Putin. Bermain catur<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

KAMI TAK SEBEGITU<br />

TEROBSESINYA DENGAN NASIB<br />

REZIM ASSAD.”<br />

dengan lawan alot seperti Anatoly Karpov sekalipun,<br />

menurut Kasparov, ternyata jauh lebih<br />

gampang ketimbang bermain politik.<br />

“Aturannya tidak jelas, tapi hasilnya sudah ditentukan,”<br />

kata Kasparov beberapa waktu lalu.<br />

“Permainan politik ini bukan soal menang atau<br />

kalah. Dari awal, posisinya sudah jelas adalah<br />

kalah.” Hampir satu dekade Kasparov melawan<br />

Putin, dia selalu ada di pihak yang dipecundangi.<br />

Sejak 2000, posisi<br />

Putin di Kremlin tak<br />

tergoyahkan. Dia hanya<br />

berulang kali bertukar<br />

jabatan dari presiden<br />

ke perdana menteri<br />

dan sebaliknya.<br />

Menebak isi kepala<br />

Vladimir Putin barangkali<br />

tak ada beda<br />

dengan meramal ke mana seorang super-grandmaster<br />

akan melangkahkan pion di atas papan<br />

catur. Kalkulator politik Presiden Putin selalu<br />

punya cara sendiri dalam berhitung. Hampir<br />

tiga tahun lalu, dalam satu konferensi pers di<br />

Moskow, Presiden Putin menyiratkan bahwa<br />

sokongan Kremlin terhadap Bashar al-Assad,<br />

Presiden Suriah, bukan satu hal yang tak bisa<br />

dibengkokkan.<br />

“Kami tak sebegitu terobsesinya dengan nasib<br />

rezim Assad,” kata Presiden Putin. Menurut<br />

Putin, Rusia hanya berkepentingan dengan<br />

stabilitas politik di Suriah. “Kami paham apa<br />

yang terjadi di sana dan keluarga Assad sudah<br />

ada di pucuk kekuasaan selama 40 tahun. Tak<br />

diragukan, perubahan memang diperlukan....<br />

Kami hanya tak ingin kelompok oposisi naik kekuasaan<br />

dan melanjutkan pertempuran dengan<br />

rezim lama, dan terus berlangsung selamanya.”<br />

Setelah puluhan tahun menjadi sekutu dan<br />

pemasok utama senjata ke penguasa di Damaskus,<br />

saat itu Presiden Putin sepertinya sudah<br />

siap “melepas” sekutunya, Bashar al-Assad.<br />

Martti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia<br />

dan anggota tim perunding perdamaian di<br />

Suriah, menuturkan bagaimana negara-negara<br />

melewatkan tawaran Rusia kala itu untuk “melepas”<br />

Assad.<br />

Pada Februari 2012, menurut Martti, dia ter-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Warga memeriksa<br />

bangunan yang<br />

rusak setelah<br />

terkena tembakan<br />

pesawat-pesawat tempur<br />

pasukan loyalis Presiden<br />

Bashar al-Assad di<br />

Douma, arah timur dari<br />

Kota Damaskus, Sabtu<br />

(19/9).<br />

BASSAM KHABIEH/REUTERS<br />

libat pembicaraan dengan lima utusan negara<br />

anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Vitaly<br />

Churkin, Duta Besar Rusia di PBB, menyorongkan<br />

proposal berisi tiga poin rencana untuk<br />

mengakhiri konflik di Suriah.<br />

Usul pertama Churkin, tidak ada pasokan<br />

senjata untuk kelompok oposisi. Kedua, pembicaraan<br />

langsung antara kubu anti-Assad dan<br />

Presiden Assad. Usul ketiga Churkin, harus ada<br />

jalan mundur yang terhormat bagi Bashar al-<br />

Assad.<br />

Tapi utusan Amerika Serikat, Inggris, dan<br />

Prancis menolak mentah-mentah proposal<br />

Duta Besar Churkin. Tiga negara Sekutu itu<br />

sangat yakin kejatuhan Assad hanya tinggal<br />

menghitung hari atau minggu. Kalkulasi mereka<br />

salah besar. “Itu kesempatan besar yang hilang<br />

pada 2012,” kata Martti tiga pekan lalu.<br />

Tapi Putin juga tak berniat membiarkan kawan<br />

lamanya jatuh begitu saja. Di depan pemimpin<br />

negara-negara yang tergabung di G-20,<br />

Putin mengatakan Kremlin akan mengirimkan<br />

pasukannya jika Amerika dan sekutunya menyerang<br />

Suriah. “Apakah kami akan membantu<br />

Suriah? Ya, dan kami sudah melakukannya<br />

dengan mengirimkan senjata,” kata Putin kala<br />

itu.<br />

Perang di Suriah terus berkobar, ratusan ribu<br />

orang tewas, jutaan warga negara itu ceraiberai<br />

ke pelbagai negara dan sebagian membanjiri<br />

Eropa. Pasukan Assad yang disokong<br />

Iran, Hizbullah, dan Rusia masih menguasai<br />

Damaskus dan sejumlah provinsi di sekitarnya.<br />

Pasukan anti-Assad yang disokong Arab Saudi,<br />

Turki, Qatar, dan Amerika berkuasa di sebagian<br />

wilayah Suriah lainnya. Milisi Negara Islam alias<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Warga Maarat<br />

al-Nouman, arah<br />

setalan dari Kota Idlib,<br />

memeriksa bangunan<br />

yang rontok dihajar<br />

bom yang ditembakkan<br />

pasukan loyalis Presiden<br />

Bashar al-Assad, Selasa<br />

(29/9).<br />

KHALIL ASHAWI/REUTERS<br />

ISIS menguasai sisanya. Damai masih belum<br />

kelihatan ujungnya di Suriah.<br />

●●●<br />

Selama sebulan terakhir, ada kesibukan tak<br />

biasa di Latakia dan Tartus. Pesawat-pesawat<br />

besar datang dan pergi silih berganti. “Kami<br />

melihat pesawat-pesawat Rusia hilir-mudik<br />

siang dan malam,” kata Abu Mohammed, 27<br />

tahun, warga Latakia. Dua kota di pesisir Suriah<br />

ini merupakan basis utama pendukung Presiden<br />

Bashar al-Assad.<br />

Bagi Mohammed, kedatangan Rusia merupakan<br />

kabar baik. “Aku lebih memilih invasi Rusia<br />

ketimbang invasi Iran atau Libanon seperti<br />

yang terjadi selama ini.... Milisi Syiah menguasai<br />

jalan-jalan dan berkeliaran seperti mereka<br />

tuan di sini,” kata Mohammed. “Bahkan tentara<br />

Suriah sendiri tak suka dengan mereka, tapi tak<br />

bisa bilang apa-apa. Kami cuma bisa berkeluh<br />

kesah di media sosial.”<br />

Tentara Rusia di Suriah sebenarnya bukan<br />

hal baru. Tapi baru kali ini mereka datang<br />

dalam jumlah besar. Abdul Rahman Tartousi,<br />

tukang besi di Latakia, menerima kedatangan<br />

tentara dan mesin-mesin perang Rusia dengan<br />

tangan terbuka. “Mereka sering nongkrong di<br />

kafe atau pusat belanja, dan mereka tamu yang<br />

kami sambut dengan gembira. Mereka akan<br />

membantu kami menggusur milisi teroris,” kata<br />

Tartousi.<br />

Tapi ada sebagian warga Latakia, terutama<br />

komunitas muslim Sunni, yang makin cemas<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

APAKAH KAMI AKAN<br />

MEMBANTU SURIAH?<br />

YA, DAN KAMI SUDAH<br />

MELAKUKANNYA.”<br />

oleh kedatangan Tentara Merah. “Kami hidup<br />

ketakutan di Latakia.... Kami komunitas Sunni<br />

sudah sangat menderita de ngan pembunuhan<br />

dan penculikan yang dilakukan oleh intel-intel<br />

loyalis Assad,” kata Dima, 26 tahun.<br />

Kendati mengklaim hanya membantu Assad<br />

melawan ISIS, manuver baru Presiden Vladimir<br />

Putin di Suriah membuat bandul kekuatan<br />

bergeser dan masa<br />

depan Suriah makin<br />

sulit diramal. Putin<br />

berdalih, jika Moskow<br />

tak menyokong Assad<br />

dan membiarkannya<br />

tumbang, masa depan Suriah bakal lebih suram<br />

ketimbang Libya dan Irak.<br />

“Tak ada solusi lain bagi Suriah kecuali dengan<br />

memperkuat pemerintahan yang sah.... Tapi,<br />

pada saat yang sama, kami juga mendorong<br />

mereka untuk berdialog dengan kelompok<br />

oposisi yang rasional,” kata Presiden Putin<br />

dalam wawancara dengan CBS dua pekan lalu.<br />

Pekan lalu, jet-jet tempur Rusia sibuk menghajar<br />

puluhan target di Provinsi Homs, Hama,<br />

dan Idlib, Suriah, yang mereka anggap sebagai<br />

basis kelompok “teroris”. Tapi, menurut Hassan<br />

Haj Ali, komandan milisi Liwa Suqour al-Jabal,<br />

kelompok yang disokong Amerika, ada sekitar<br />

20 roket yang ditembakkan pesawat Rusia<br />

menghajar kamp latihan mereka.<br />

Ashton Carter, Menteri Pertahanan Amerika,<br />

memperingatkan Moskow atas serangan<br />

serampangan jet-jet tempur mereka di Suriah.<br />

Dengan memihak Assad dan melawan semua<br />

kelompok anti-Assad, Rusia tak membantu<br />

menyelesaikan konflik berlarat-larat di negara<br />

itu. “Cara itu bakal gagal total.... Pendekatan itu<br />

sama seperti menuangkan bensin di atas api,”<br />

kata Menteri Carter.<br />

Di sela-sela sidang Majelis Umum PBB pekan<br />

lalu, beberapa “pemain kunci” di Suriah—Presiden<br />

Putin, Presiden Barack Obama, Perdana<br />

Menteri Inggris David Cameron, dan Presiden<br />

Iran Hassan Rouhani—membahas solusi untuk<br />

Suriah. Namun, menurut Cameron, kebijakan<br />

Inggris dan Amerika terpisah jurang yang sangat<br />

jauh dengan kebijakan Teheran dan Moskow.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Presiden Amerika<br />

Serikat Barack<br />

Obama berbincang<br />

dengan Presiden<br />

Rusia Vladimir Putin<br />

di sela-sela sidang<br />

Majelis Umum PBB<br />

di New York, Senin<br />

(28/9).<br />

REUTERS<br />

“Sejauh ini masalahnya, Iran dan Rusia tak<br />

mau mempertimbangkan Suriah tanpa Assad,”<br />

kata Cameron. “Aku tahu ada sebagian orang<br />

berpendapat ISIS jauh lebih buruk ketimbang<br />

Assad. Jadi mengapa kami tak bersepakat<br />

dengan Assad dan bersama-sama melawan<br />

ISIS? Terdengar menarik. Tapi kami menginginkan<br />

Suriah tanpa ISIS maupun Assad.” Dia, kata<br />

Cameron, sepakat dengan usul Gedung Putih<br />

soal opsi pemerintahan transisi di Damaskus.<br />

“Tapi Assad tak boleh jadi pemimpinnya.”<br />

Bagi Putin, posisi Assad tak bisa ditawar. “Aku<br />

menghargai kolegaku, Presiden Amerika dan<br />

Presiden Prancis, tapi mereka bukan warga<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Anak-anak Suriah di<br />

Al-Fardous, Aleppo,<br />

tengah menikmati<br />

taman bermain, Ahad<br />

(27/9).<br />

ABDALRAHMAN ISMAIL/<br />

REUTERS<br />

Suriah.... Jadi, aku pikir, tak seharusnya mereka<br />

yang menentukan siapa yang memimpin<br />

Suriah,” kata Putin. Sobatnya, Presiden Assad,<br />

menurut Putin, sudah menyatakan kesediaan<br />

untuk terlibat dalam reformasi di Suriah.<br />

Dua kutub, paling tidak saat ini, yang sulit<br />

bertemu. ■<br />

SAPTO PRADITYO | NYTIMES | GUARDIAN | BBC | CNN | REUTERS | RT<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

DIKEJAR ‘HANTU’ ALTANTUYA<br />

“AKU HANYA MELAKSANAKAN PERINTAH.... ORANG YANG MENGHENDAKI<br />

KEMATIAN ALTANTUYA MASIH BEBAS.”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

REUTERS<br />

DI Unit Blaxland, dalam ruang tahanan<br />

imigrasi Villawood, Sydney, Australia,<br />

ada satu orang yang menyimpan rahasia<br />

besar yang melibatkan orangorang<br />

besar di Malaysia. “Aku tak yakin sudah<br />

siap menceritakan semuanya,” kata Sirul Azhar<br />

Umar, 44 tahun, pada awal Mei lalu. “Aku seorang<br />

polisi, terikat sumpah untuk menyimpan<br />

rahasia.”<br />

Di kampung halamannya, Malaysia, kini Sirul<br />

jadi buron pemerintah. Pada Januari 2015,<br />

majelis hakim Pengadilan Federal Malaysia<br />

menjatuhkan hukuman mati kepada Sirul. Beberapa<br />

pekan sebelum hakim mengetuk palu,<br />

Sirul terbang ke Australia dan jadi tahanan di<br />

Villawood.<br />

Kisah Sirul adalah misteri, sekaligus drama<br />

besar di Malaysia. Suatu petang pada 19 Oktober<br />

2006, Sirul bertemu dengan Azilah Hadri<br />

di sebuah pasar yang sangat sibuk di Kuala<br />

Lumpur. Inspektur Azilah Hadri, kala itu 30<br />

tahun, adalah atasan Kopral Sirul di Unit Tin-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU TAK YAKIN SUDAH SIAP<br />

MENCERITAKAN SEMUANYA.”<br />

dakan Khas, kesatuan elite Kepolisian Malaysia.<br />

Sehari-hari mereka bertugas menjaga keamanan<br />

Wakil Perdana Menteri Najib Razak.<br />

Kepada Sirul, Azilah membisikkan ada satu<br />

tugas khusus yang harus mereka tuntaskan.<br />

Tugas itu adalah menamatkan hidup Altantuya<br />

Shaariibuu. Altantuya, kala itu 28 tahun, lahir<br />

di Mongolia. Tapi dia bukan gadis Mongolia<br />

biasa. Lewat perantara Najib Razak, kala itu<br />

Menteri Pertahanan Malaysia, Altantuya berkenalan<br />

dengan Najib Razak Baginda, pendiri<br />

Malaysian Strategic Research<br />

Centre, sekaligus pengajar<br />

di Akademi Militer Malaysia.<br />

Belakangan, Baginda menjadi<br />

pembisik Najib Razak.<br />

Altantuya, yang sudah<br />

menjanda dua kali, segera<br />

lengket dengan Baginda, yang<br />

sudah beristri. Saat Baginda<br />

menjadi perantara pemerintah<br />

Malaysia dalam pembelian dua kapal selam<br />

dari Prancis pada 2002, perempuan cantik itu<br />

jadi penerjemahnya. Entah bagaimana ceritanya,<br />

kisah asmara terlarang itu berantakan dan<br />

berakhir buruk.<br />

Beberapa hari sebelum Azilah menemui<br />

Sirul, Musa Safri, Kepala Keamanan di kantor<br />

Najib Razak, berbisik kepadanya bahwa, ”Ada<br />

seorang teman punya masalah dengan perempuan.”<br />

Sekitar pukul 20.30 pada 19 Oktober<br />

2006 itu, Azilah dan Sirul menjemput paksa<br />

Altantuya dan membawanya ke hutan tak jauh<br />

dari Waduk Subang, Puncak Alam, Shah Alam.<br />

Menjelang tengah malam, di tengah hutan<br />

belantara, Altantuya ditembak mati. Untuk<br />

menghilangkan jejak, mayatnya diledakkan<br />

dengan C4.<br />

Azilah, Sirul, dan Abdul Razak Baginda samasama<br />

diseret ke pengadilan, tapi nasib mereka<br />

jauh berbeda. Baginda bebas melenggang<br />

lantaran majelis hakim menilai tak ada bukti<br />

dan saksi meyakinkan bahwa dialah yang memerintahkan<br />

pembunuhan Altantuya. Sampai<br />

sekarang, jaksa penuntut juga tak pernah minta<br />

banding. Baginda berkukuh bukan dia yang<br />

memerintahkan pembunuhan mantan kekasihnya<br />

itu. “Orang mungkin susah percaya bahwa<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Sirul Azhar Umar Dan<br />

Azilah Hadri<br />

SAYS<br />

polisi bisa bertindak tanpa ada perintah,” kata<br />

Baginda beberapa bulan lalu.<br />

Azilah dan Sirul tak bernasib sebaik Baginda.<br />

Setelah sempat diputus bebas hakim pengadilan<br />

tingkat pertama karena jaksa gagal<br />

membuktikan motif pembunuhan itu, hakim<br />

Pengadilan Federal memvonis Azilah dan Sirul<br />

hukuman mati pada awal tahun lalu. Dia dan<br />

Azilah, kata Sirul, hanyalah pion dan kambing<br />

hitam dalam pembunuhan perempuan cantik<br />

itu.<br />

“Aku hanya melaksanakan perintah,” Sirul<br />

menekankan. “Orang-orang yang menghendaki<br />

kematian Altantuya masih bebas.” Menurut<br />

Sirul, dia tak punya alasan untuk membunuh<br />

Altantuya. “Mereka berdua bahkan tak kenal<br />

Altantuya,” kata Ram Karpal Singh, pengacara<br />

Setev Shaariibuu, ayah Altantuya. Tapi Sirul belum<br />

mau menunjuk siapa orang yang memberi<br />

perintah kepada dia dan Azilah.<br />

Investigasi Al-Jazeera beberapa pekan lalu<br />

menyibak sebagian misteri kematian Altan-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Altantuya Shariibuu<br />

ASIASENTINEL<br />

tuya. Menurut kesaksian P. Balasubramaniam<br />

(almarhum), detektif partikelir yang disewa<br />

Baginda, ternyata Altantuya pernah menjadi<br />

kekasih gelap Najib Razak, kini Perdana Menteri<br />

Malaysia, sebelum pindah ke pelukan Baginda.<br />

Altantuya, Najib, dan Baginda pernah makan<br />

bersama di sebuah restoran di Paris. Altantuya<br />

juga mengetahui persis seluk-beluk pembelian<br />

kapal selam dari Paris yang diduga melibatkan<br />

uang semir tak kecil ke lingkaran kekuasaan<br />

Malaysia.<br />

Belakangan, Balasubramaniam menarik semua<br />

kesaksiannya. Americk Sing Sidhu, pengacaranya,<br />

yakin bahwa Balasubramaniam menarik<br />

kesaksiannya lantaran di bawah tekanan<br />

besar. Sehari setelah menarik kesaksiannya,<br />

Balasubramaniam lari ke India bersama keluarganya.<br />

Setahun kemudian, Americk bertemu<br />

dengan Balasubramaniam di Singapura.<br />

“Dia mengatakan semua kesaksian pertamanya<br />

benar adanya,” kata Americk kepada Al-<br />

Jazeera. Kepada Americk, Balasubramaniam<br />

mengatakan dia diintimidasi oleh orang-orang<br />

dekat Najib Razak dan istri Najib, Datin Rosmah<br />

Mansor.<br />

Kepada Selvi Alau Malay, istri Balasubramaniam,<br />

orang-orang yang konon diutus Najib itu<br />

mengatakan bahwa suaminya akan mendapatkan<br />

uang 5 juta ringgit Malaysia atau sekitar Rp<br />

16,6 miliar dan “gaji” US$ 5.000 atau Rp 70 juta<br />

per bulan jika Balasubramaniam bersedia menarik<br />

kesaksiannya. “Aku bertanya siapa yang<br />

memberi penawaran itu, mereka mengatakan<br />

Najib Razak,” kata Selvi kepada Al-Jazeera.<br />

Lewat seorang perantara, Abdul Salam<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Ahmad, Sirul meminta “uang diam” sebagai<br />

jaminan bahwa dia tak akan “berkicau”. Dalam<br />

ponsel yang ditunjukkan kepada Al-Jazeera,<br />

Sirul menegosiasikan uang senilai Aus$ 17 juta<br />

atau Rp 175 miliar sebagai uang diam. “Aku tak<br />

akan menjatuhkan PM,” Sirul berjanji kepada<br />

Abdul Salam.<br />

Kantor Perdana Menteri Malaysia menolak<br />

melayani wawancara soal kasus Altantuya. Seperti<br />

sebelumnya, mereka hanya memberikan<br />

AKU SUDAH KEHILANGAN KEPERCAYAAN<br />

KEPADA PENEGAK HUKUM MALAYSIA.”<br />

pernyataan tertulis bahwa PM Najib tak pernah<br />

mengenal dan tak pernah bertemu dengan<br />

Altantuya.<br />

Sembilan tahun setelah kematian Altantuya,<br />

kasus itu masih tetap remang-remang dan<br />

terus menjadi “hantu” yang membayangi Najib<br />

Razak.<br />

●●●<br />

Khairuddin Abu Hassan memang orang yang<br />

nekat. Belasan tahun lalu, saat Anwar Ibrahim<br />

masih menjabat Wakil Perdana Menteri Malaysia,<br />

dia menerbitkan pamflet ”50 Dalil Kenapa<br />

Anwar tak Boleh Jadi PM”. Padahal Anwar<br />

bukan cuma atasannya di partai, Organisasi<br />

Nasional Melayu Bersatu (UMNO), tapi juga<br />

saudara sepupunya sendiri.<br />

“Saat itu semua orang, termasuk Presiden<br />

UMNO, mendukung Anwar sepenuh hati,” kata<br />

Khairuddin. Setahun lalu, Khairuddin—kala itu<br />

masih Wakil Ketua UMNO untuk Batu Kawan,<br />

Penang—menantang 1Malaysia Development<br />

Berhad (1MDB), perusahaan investasi milik pemerintah<br />

Malaysia. Padahal di 1MDB, ada Najib<br />

Razak, Perdana Menteri Malaysia dan Presiden<br />

UMNO, sebagai penasihat.<br />

Tapi Khairuddin tetap melaporkan 1MDB ke<br />

polisi. Dia mencium bau tak sedap dari pengelolaan<br />

1MDB, perusahaan yang kelahirannya<br />

dibidani oleh Najib Razak. Perusahaan yang<br />

baru berumur enam tahun itu menumpuk<br />

utang yang jumlahnya tak tanggung-tanggung,<br />

hampir 42 miliar ringgit atau Rp 140 triliun.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

REUTERS<br />

Kawan-kawan separtai terang mencerca tindakan<br />

Khairuddin. Tengku Adnan Tengku Mansor,<br />

Sekretaris Jenderal UMNO, memerintahkan<br />

Khairuddin mencabut laporannya. “Aku tak<br />

mengerti mengapa dia melapor ke polisi. Kita<br />

tak bisa asal mendengar cerita yang beredar di<br />

Internet atau media sosial,” kata Tengku Adnan.<br />

Khairuddin malah makin bersemangat.<br />

“Makin kuat mereka menyerangku, makin kuat<br />

tekadku... Aku tak akan tunduk pada tekanan,”<br />

kata Khairuddin kala itu. Berani menantang<br />

pucuk kekuasaan, Khairuddin menanggung<br />

akibatnya. Hanya berselang dua bulan setelah<br />

melapor ke polisi, UMNO memecat Khairuddin.<br />

Sejak saat itu, Khairuddin menjadi lawan sengit<br />

Najib Razak. Sepanjang Juli dan Agustus<br />

lalu, berbekal setumpuk dokumen, Khairuddin<br />

berkeliling dunia. Kepada penegak hukum di<br />

Swiss, Prancis, Inggris, Hong Kong, dan Amerika<br />

Serikat, Khairuddin ditemani pengacaranya,<br />

Matthias Chang, menyerahkan dokumen<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Khairuddin Abu Hassan<br />

MALAYSIANINSIDER<br />

transaksi-transaksi mencurigakan terkait dengan<br />

1MDB dan PM Najib.<br />

“Aku telah ditolak oleh penegak hukum di<br />

Malaysia. Seperti kita saksikan, mereka tak<br />

menginvestigasi kasus itu secara profesional<br />

dan transparan,” Khairuddin menulis di Facebook.<br />

“Aku sudah kehilangan kepercayaan kepada<br />

penegak hukum Malaysia.” Alih-alih memburu<br />

orang-orang yang dicurigai menggangsir uang<br />

1MDB, polisi malah sibuk memburu orangorang<br />

yang dituduh membocorkan dokumen<br />

investigasi kasus itu.<br />

Kejaksaan Swiss sigap bergerak. Pada awal<br />

September lalu, Kejaksaan Swiss membekukan<br />

rekening yang memuat puluhan dolar Amerika<br />

terkait dengan transaksi-transaksi yang melibatkan<br />

1MDB. Di Amerika, Biro Investigasi Federal<br />

(FBI), menurut sumber Wall Street Journal,<br />

mulai menelisik dugaan pencucian uang dalam<br />

sejumlah transaksi yang melibatkan 1MDB dan<br />

Najib. Sejumlah properti mewah di Manhattan<br />

dan Beverly Hills yang diduga milik Riza Aziz,<br />

anak tiri Najib, mulai diutak-atik. Lewat Inisiatif<br />

Kleptokrasi, Departemen Kehakiman menelusuri<br />

apakah properti-properti supermewah itu<br />

dibeli dengan uang halal.<br />

Kepolisian Hong Kong juga menyelidiki transaksi<br />

senilai 1,125 miliar ringgit atau Rp 3,8 triliun<br />

ke sejumlah rekening Credit Suisse di Hong<br />

Kong. Menurut Khairuddin, ada tanda tangan<br />

Najib dalam transaksi-transaksi tersebut. Empat<br />

perusahaan pemilik rekening itu—Alliance Assets<br />

International, Cityfield Enterprises, Bartingale<br />

International, dan Wonder Quest Investment—<br />

Khairuddin menduga, terkait dengan Najib.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Perdana Menteri<br />

Malaysia Najib Razak<br />

REUTERS<br />

Gara-gara “tur” keliling dunia itu, Khairuddin<br />

harus berurusan dengan polisi. “Tindakannya<br />

adalah sabotase yang bisa mempengaruhi stabilitas<br />

ekonomi dan kedaulatan negeri ini,” kata<br />

Jenderal Khalid Abu Bakar, Kepala Kepolisian<br />

Malaysia.<br />

Digoyang kasus di sana-sini, Najib tetap<br />

percaya diri. Kepada sejumlah bos perusahaan<br />

besar di Amerika, pekan lalu Najib meyakinkan<br />

mereka bahwa tak ada persoalan besar di Malaysia.<br />

“Aku tak akan buru-buru pulang lantaran<br />

takut kehilangan pekerjaan atau sesuatu seperti<br />

itu,” kata Najib. ■ SAPTO PRADITYO | SMH | NYTIMES | THESTAR<br />

| MALAYSIANINSIDER | WSJ | MALAYMAILONLINE<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

ANTARA MUSLIM DAN<br />

PRESIDEN<br />

REUTERS<br />

AMERIKA<br />

“KITA PUNYA MASALAH DI NEGERI INI. MASALAH ITU BERNAMA MUSLIM.”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Ben Carson, kandidat<br />

Presiden Amerika<br />

Serikat dari Partai<br />

Republik, sebelum<br />

mengikuti debat di<br />

Perpustakaan Ronald<br />

Reagan, di Lembah<br />

Simi, California, Rabu<br />

(16/9).<br />

LUCY NICHOLSON/REUTERS<br />

AYA Beydoun punya cita-cita luar<br />

biasa tinggi: menjadi Presiden<br />

Amerika Serikat. Aya, 17 tahun, punya<br />

semua modalnya. Dia cerdas,<br />

dia juga pandai bicara dan ambisius. Di satu<br />

SMA di Dearborn, Michigan, dia menjadi ketua<br />

klub debat politik. Seperti jalan yang ditempuh<br />

Presiden Barack Obama, Aya berniat kuliah<br />

di jurusan hukum, sebelum lompat ke arena<br />

politik.<br />

Satu hal yang menurut kacamata Ben Carson,<br />

kandidat Presiden Amerika dari Partai<br />

Republik, membuat Aya tak layak jadi Presiden<br />

Amerika adalah dia seorang muslim. Kedua<br />

orang tua Aya lari dari perang saudara di Libanon<br />

pada 1970-an. Aya lahir dan tumbuh besar<br />

di Amerika.<br />

Pada Ahad malam dua pekan lalu, Aya menonton<br />

acara Meet the Press di stasiun televisi<br />

NBC bersama orang tuanya. Di layar televisi,<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Ben Carson, mantan dokter bedah saraf kondang,<br />

tengah menyampaikan pendapatnya.<br />

Seorang penguasa di Gedung Putih, menurut<br />

Ben Carson, harus memeluk keyakinan yang<br />

sejalan dengan konstitusi Amerika.<br />

Ajaran Islam, paling tidak menurut Ben Carson,<br />

tak sebangun dengan konstitusi Amerika.<br />

“Aku tak akan menyarankan menempatkan<br />

seorang muslim menjadi pemimpin negara<br />

ini. Aku sepenuhnya tak setuju,” kata Carson.<br />

Menyimak pernyataan kandidat presiden dari<br />

AKU TAK AKAN MENYARANKAN MENEMPATKAN<br />

SEORANG MUSLIM MENJADI PEMIMPIN<br />

NEGARA INI.”<br />

kelompok Republikan<br />

itu, Aya kesal, marah,<br />

geram bukan kepalang.<br />

“Aku banyak menyaksikan<br />

hal buruk di media: orang mati, diskriminasi,<br />

perilaku politikus yang menjijikkan....<br />

Tapi kali ini benar-benar menusuk sampai ke<br />

rumah karena aku yang dia bicarakan,” kata<br />

Aya. “Aku cukup terpelajar untuk tahu bahwa<br />

apa yang dia sampaikan benar-benar berlawanan<br />

dengan konstitusi. Tapi bagaimana dengan<br />

anak-anak lain yang tak tahu? Mungkin sekarang<br />

mereka berpikir untuk berbohong atau<br />

menyembunyikan agamanya.”<br />

Paling tidak, ada 2,8 juta warga Amerika<br />

yang memeluk agama Islam. Dearborn, tempat<br />

tinggal keluarga Aya, merupakan kota dengan<br />

konsentrasi warga muslim tertinggi di Amerika<br />

Serikat. Dari 98 ribu warga Kota Dearborn,<br />

lebih dari 40 persen merupakan keturunan<br />

Timur Tengah. Bahasa Arab menjadi bahasa<br />

kedua di kota itu.<br />

“Carson sudah melewati batas. Dia harus<br />

mengundurkan diri,” kata Ibrahim Hooper, juru<br />

bicara Majelis untuk Hubungan Amerika-Islam.<br />

Di satu distrik di Kota Anaheim, yang dikenal<br />

sebagai “Arab Kecil”, pernyataan Carson sungguh<br />

menusuk perasaan. “Aku benar-benar sulit<br />

memahami, bagaimana seorang calon presiden<br />

bisa mengatakan hal seperti itu. Sama sekali<br />

tak terdengar seperti seorang Amerika,” kata<br />

Radwan Soueidan, 18 tahun.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Dua kandidat Presiden<br />

Amerika Serikat dari Partai<br />

Republik, Ben Carson dan<br />

Donald Trump, saat mengikuti<br />

debat di Perpustakaan Ronald<br />

Reagan, di Lembah Simi,<br />

California, Rabu (16/9).<br />

LUCY NICHOLSON/REUTERS<br />

Pandangan salah<br />

dan diskriminasi terhadap<br />

Islam bukan hal<br />

baru dalam politik di<br />

Amerika Serikat. Tiga<br />

tahun lalu, dalam debat<br />

kandidat presiden<br />

Republikan di New Hamp shire, Newt Gingrich<br />

mengatakan, “Orang Pakistan yang bermigrasi<br />

ke Amerika menjadi warga negara ini merakit<br />

bom yang untungnya gagal meledak di Times<br />

Square, ditanya oleh hakim mengapa dia melakukan<br />

hal itu padahal sudah bersumpah setia<br />

kepada Amerika. Dia menjawab, ‘Aku berbohong.<br />

Kalian musuhku.’” Gingrich menyamakan<br />

berurusan dengan warga muslim sama dengan<br />

berurusan dengan Nazi.<br />

Bukan cuma Gingrich yang meyakini bahwa<br />

pemeluk Islam adalah masalah. Herman Cain,<br />

kandidat Republikan lain, percaya sebagian<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Donald Trump berpidato<br />

dalam Forum Koalisi<br />

Kebebasan dan<br />

Keyakinan di Des<br />

Moines, Iowa, Sabtu<br />

(19/9).<br />

BRIAN C. FRANK/REUTERS<br />

besar muslim punya extremist view. Menurut<br />

Cain, dia tak akan memilih seorang muslim<br />

dalam kabinetnya jika terpilih menjadi Presiden<br />

Amerika. Belakangan, Cain mundur dari pencalonan.<br />

Sekarang, dua kandidat paling populer dari<br />

Partai Republik—Donald Trump dan Ben Carson—juga<br />

menyulut sentimen anti-Islam. Muslim<br />

Amerika mulai cemas. Dua pekan lalu, seorang<br />

pemuda mengacungkan jari saat Trump<br />

berkampanye di Rochester, New Hampshire.<br />

“Kita punya masalah di negeri ini. Masalah<br />

itu bernama muslim,” kata pemuda itu. “Anda<br />

tahu, presiden kita seorang muslim. Bahkan<br />

dia bukan seorang Amerika. Kita tahu mereka<br />

punya kamp latihan di mana mereka berlatih<br />

untuk membunuh kita. Pertanyaanku, kapan<br />

kita bisa menyingkirkan mereka?”<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU BENAR-BENAR SULIT<br />

MEMAHAMI, BAGAIMANA<br />

SEORANG CALON PRESIDEN BISA<br />

MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU.”<br />

Presiden Obama bukan seorang muslim dan<br />

dia warga Amerika. Tapi Trump tak meluruskan<br />

kesalahan pemuda itu. “Banyak orang mengatakan<br />

hal itu. Banyak orang mengatakan hal<br />

buruk yang terjadi di sekitar mereka. Kami akan<br />

mencermati masalah itu,” Trump menjawab<br />

pertanyaan pemuda itu.<br />

Mengapa dia tak meluruskan kesalahan pemuda<br />

itu, Trump berkilah, “Aku tak harus membela<br />

Presiden Obama. Dia juga tak akan<br />

membela aku.... Ya, ada masalah di<br />

negeri ini, dan itu bernama muslim.”<br />

Trump mengklaim dia punya banyak<br />

teman muslim. “Mereka orangorang<br />

yang fenomenal. Tapi juga seperti<br />

orang lain, ada sebagian orang<br />

yang bermasalah. Kalian tak bisa mengatakan<br />

bahwa tak ada masalah dengan orang Islam.<br />

Kalian tahu, orang yang meruntuhkan World<br />

Trade Center tak terbang kembali ke Swedia.”<br />

Selalu ada orang yang menaruh curiga terhadap<br />

kelompok agama lain. Yang jadi soal adalah<br />

keduanya kandidat Presiden Amerika. Survei<br />

Gallup pada Juni lalu menunjukkan “hanya” 40<br />

persen warga Amerika yang menolak memilih<br />

kandidat presiden beragama Islam. Artinya, 60<br />

persen warga Amerika menganggap tak jadi<br />

soal seorang muslim jadi presiden mereka.<br />

Menurut Saud Anwar, Wali Kota South Windsor,<br />

Connecticut, wali kota muslim pertama<br />

di Amerika, penolakan terhadap calon pemimpin<br />

muslim makin kecil di tingkat lokal. Sebab,<br />

pemilih lebih kenal dengan calon pemimpinnya.<br />

“Mereka memilih berdasar kinerja dan<br />

kemampuan calon itu menuntaskan masalah,”<br />

kata Saud.<br />

“Enam puluh persen bukan angka yang<br />

buruk,” kata Amaney Jamal, profesor politik<br />

di Universitas Princeton. Tapi angka itu jadi<br />

tampak kecil, berselisih lumayan jauh, jika disandingkan<br />

dengan dukungan warga Amerika<br />

terhadap kandidat presiden beragama Yahudi,<br />

Katolik, atau keturunan Afrika.<br />

Barangkali orang seperti Carson, Trump, dan<br />

para pendukungnya memang tak akan menyokong<br />

kandidat Presiden Amerika beragama<br />

Islam. Tapi mungkinkah ada Presiden Amerika<br />

beragama Islam? Paling tidak, kini ada dua<br />

orang muslim di Kongres Amerika, yakni Keith<br />

Maurice Ellison dan Andre Carson. Keduanya<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


INTERNASIONAL<br />

Warga muslim di Amerika<br />

Serikat<br />

HUFFINGTONPOST<br />

berasal dari Partai Demokrat.<br />

“Mengapa tidak? Jika ada<br />

seseorang menanyakan hal<br />

itu sepuluh tahun lalu... aku<br />

akan menjawab, ‘Tidak, itu<br />

tak akan pernah terjadi,’” kata<br />

Rashida Tlaib, mantan anggota legislatif Negara<br />

Bagian Michigan. Rashida adalah muslim<br />

pertama yang terpilih menjadi anggota dewan<br />

legislatif Michigan. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | CNN | WASHINGTONPOST |<br />

NYTIMES | REUTERS<br />

REUTERS<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


Tap judul untuk<br />

baca artikel<br />

AGNES MONICA<br />

AGEN<br />

PERDAMAIAN<br />

AARON SORKIN<br />

LEWATI<br />

BATAS<br />

DIAN PELANGI<br />

SELEB<br />

DUNIA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


PEOPLE<br />

PEOPLE<br />

AGNES MONICA<br />

AGEN PERDAMAIAN<br />

DI tengah kesibukannya, Agnes<br />

Monica menyempatkan<br />

diri berpartisipasi dalam<br />

peringatan Hari Perdamaian<br />

Internasional. Dia pun menulis deklarasi<br />

perdamaian berjudul “I am Generation<br />

of Love”.<br />

Deklarasi yang diunggah ke akun<br />

Instagram-nya itu dibacakan di Balai<br />

Kota DKI Jakarta beberapa waktu lalu.<br />

“Kita harus menjadi agen perdamaian,<br />

dimulai dari diri sendiri,” katanya.<br />

Pelantun Teruskanlah ini mengaku<br />

beruntung bisa mendapat kesempatan<br />

membacakan deklarasi perdamaian.<br />

Bahkan hal ini merupakan salah<br />

satu prestasi yang membanggakan.<br />

“Ini mungkin menjadi prestasi<br />

terbesar di hidupku,” tulis Agnes di<br />

Instagram.<br />

Setelah deklarasi, Agnes tidak akan<br />

berhenti menjadi agen perdamaian.<br />

Penyanyi yang pernah berduet<br />

dengan Michael Bolton ini meneruskan<br />

kampanyenya lewat hashtag<br />

#iamgenerationoflove. n ADELINE WAHYU<br />

| KEN YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO: AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA FOTO<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


PEOPLE<br />

PEOPLE<br />

AARON SORKIN<br />

LEWATI BATAS<br />

FILM biografi Steve Jobs belum<br />

juga dirilis. Namun perseteruan<br />

sudah terjadi. Hal itu bermula<br />

saat CEO Apple Tim Cook menyebut<br />

banyak pihak yang membuat film<br />

tentang Jobs sebagai oportunis.<br />

Aaron Sorkin, penulis skenario film<br />

Steve Jobs, geram bukan kepalang. Dia<br />

pun membalas komentar pedas itu. “Tak<br />

ada orang yang membuat film ini untuk<br />

mendapat kekayaan,” ujarnya.<br />

Dia meminta Cook menonton filmnya<br />

terlebih dulu sebelum berkomentar.<br />

“Jika kamu (Apple) punya pabrik penuh<br />

anak-anak di Tiongkok, kamu punya banyak<br />

saraf untuk menyebut orang lain<br />

oportunis,” ujarnya.<br />

Namun akhirnya Sorkin menyadari<br />

tanggapannya terlalu keras. Dia pun secara<br />

pribadi meminta maaf melalui salah<br />

satu media yang mewawancarainya.<br />

“Saya minta maaf kepada Tim Cook.<br />

Aku harap, ketika dia menonton filmnya,<br />

dia bisa menikmatinya seperti saya menikmati<br />

produknya (Apple),” ujar penulis<br />

skenario yang pernah memenangi Oscar<br />

ini.<br />

Film yang akan tayang pada 9 Oktober<br />

2015 itu disutradarai Danny Boyle. Selain<br />

Seth Rogen, aktris Kate Winslet tampil<br />

dalam film yang mengangkat cerita<br />

tentang jatuh-bangun Jobs dengan bisnisnya.<br />

n ADELINE WAHYU | KEN YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO: ADRIANA M. BARRAZA/WENN.COM<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


PEOPLE<br />

DIAN PELANGI<br />

SELEB DUNIA<br />

NAMA Dian Pelangi sebagai<br />

desainer hijab memang<br />

sudah mendunia. Namun bagaimana<br />

jika ia disejajarkan<br />

dengan seleb dunia, seperti Gigi Hadid,<br />

Cara Delevingne, Alexander Wang, dan<br />

David Beckham? Wow!<br />

Baru-baru ini Dian berhasil masuk<br />

daftar 500 pelaku fashion paling berpengaruh<br />

di dunia versi Business of Fashion<br />

Magazine (BOF), salah satu media mode<br />

terkemuka di London, Inggris.<br />

Selain sebagai satu-satunya orang<br />

Indonesia yang masuk daftar itu, Dian<br />

terpilih menjadi Top 8. Sosoknya yang<br />

dibuat ilustrasi berhijab pink dan busana<br />

oranye pun tampil di cover BOF. Awesome!<br />

Seperti dilansir situs businessoffashion.com,<br />

Dian dianggap mampu menjadi<br />

inspirasi bagi dunia fashion muslim<br />

perempuan melalui karier bisnis dan<br />

media sosial.<br />

“Dia mampu mengubah tren hijab<br />

dunia menjadi lebih modern dan colorful,”<br />

demikian tulis businessoffashion.<br />

com.<br />

Tentu saja Dian sangat senang atas<br />

pencapaiannya saat ini. Ke depan, desainer<br />

lulusan ESMOD ini ingin lebih banyak<br />

bergerak dalam kegiatan sosial, tapi<br />

tetap berhubungan dengan fashion.<br />

“Saya ingin membantu para perajin<br />

fashion karena industri fashion menjadi<br />

salah satu penggerak ekonomi Indonesia,”<br />

ujarnya. n ADELINE WAHYU | KEN YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO: RACHMAN/DETIKFOTO<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

BUDAYA<br />

DARI DESA TUAToraja<br />

FESTIVAL BUDAYA DI TORAJA MEMBERI<br />

RUANG BAGI PUBLIK MENIKMATI<br />

KESENIAN INTERNASIONAL. PRODUK<br />

BUDAYA LOKAL TETAP MENDAPAT<br />

PORSI TERBANYAK.<br />

FOTO: CRACK PALINGGI/DOC. TIF<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN BUDAYA<br />

TIAP Agustus, ada kemeriahan<br />

di Tana Toraja. Perhelatan<br />

Toraja International Festival<br />

(TIF) merebut minat pemerhati<br />

kesenian dari dalam dan<br />

luar negeri. Tahun ini, yang<br />

merupakan tahun ke-3 TIF,<br />

mengambil tema “Mabugi”,<br />

yakni sebuah rangkaian tarian dan nyanyian<br />

kolosal yang dikemas dalam bentuk teatrikal.<br />

TIF 2015 bertempat di salah satu desa tertua<br />

di Toraja, yakni Desa Kete’ Kesu, Rantepao, Kabupaten<br />

Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 14-16<br />

Agustus 2015. Alamnya indah dikepung pegunungan,<br />

hamparan sawah, serta barisan rumah<br />

adat yang usianya lebih dari 300 tahun. Hanya<br />

di Desa Kete’ Kesu ini ada Mabugi.<br />

Panggung didirikan di sela-sela tongkonan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

BUDAYA<br />

dan lumbung padi, menyisakan ruang memanjang bagi pengunjung<br />

menikmati hiburan di panggung sekaligus mengagumi<br />

megahnya tongkonan, nama rumah adat Toraja. Setiap<br />

tongkonan dibangun berhadap-hadapan dengan lumbung padi<br />

yang berukuran lebih kecil.<br />

Salah satu tongkonan di Desa Kete’ adalah museum yang<br />

berisi koleksi benda adat kuno Toraja, mulai ukiran, senjata<br />

tajam, keramik, patung, kain dari Tiongkok, hingga bendera<br />

Merah-Putih. Bendera ini konon bendera Merah-Putih pertama<br />

yang dikibarkan di Toraja. Semuanya tersimpan rapi.<br />

Merupakan pemandangan yang jamak jika di depan tongkonan<br />

tersusun menjulang tanduk kerbau. Jumlah tanduk<br />

yang dipasang di tongkonan menandakan jumlah kerbau yang<br />

sudah dikorbankan keluarga tersebut. Dalam kepercayaan<br />

masyarakat Toraja, kerbau adalah lambang kekuasaan. Maka,<br />

semakin banyak kerbau yang dikorbankan, pertanda semakin<br />

berpengaruh seseorang tersebut.<br />

Selain kerbau, babi adalah hewan yang wajib dikorbankan<br />

dalam setiap upacara adat. Dalam upacara rambu solo’ atau<br />

upacara kematian, misalnya, semakin tinggi derajat keluarga,<br />

jumlah kerbau yang dikorbankan juga semakin banyak, dari<br />

puluhan hingga ratusan ekor.<br />

Upacara adat yang juga populer di Tana Toraja adalah rambu<br />

tuka, yakni upacara yang berhubungan dengan syukuran, se-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

BUDAYA<br />

perti membangun rumah, pernikahan, dan panen padi. Dalam<br />

upacara inilah ditarikan manimbong, dibawakan laki-laki yang<br />

memakai pakaian tradisional khusus yang disebut baju pokko<br />

dan seppa tallu buku yang dihiasi parang kuno. Manimbong<br />

ditampilkan juga di TIF.<br />

Tari pa’gellu dikreasikan khusus untuk TIF. Tari yang bercerita<br />

tentang panen ini dibawakan remaja putri dengan diiringi tabuhan<br />

gendang oleh empat remaja putra. Kostum para penari<br />

memiliki ornamen unik pada hiasan kepalanya, disebut sa’pi,<br />

yang menggambarkan tongkonan dan tanduk kerbau.<br />

Grup paduan suara Tibaen Ballo sukses mengajak penonton<br />

menyanyikan lagu To’mepare, yang menceritakan<br />

kegembiraan panen padi. Ketika lagu ini mengalun, semua<br />

penonton mengikuti dan meneriakkan “aiihi!” sebagai ekspresi<br />

bahagia.<br />

Modero dipilih sebagai tari penutup dan perpisahan dengan<br />

pengunjung. Pengunjung membentuk lingkaran, lalu membuat<br />

gerakan berputar. Modero biasa dibawakan pada waktu pesta<br />

panen, sebagai ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilan<br />

panen, ditarikan sampai pagi.<br />

Selain menampilkan kesenian adat daerah Toraja, TIF menyuguhkan<br />

penampilan grup musik beraliran indo-etnik,<br />

Kunokini, yang punya jam terbang manggung di berbagai<br />

daerah di Indonesia hingga mancanegara. Grup yang diawaki<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

BUDAYA<br />

Bhismo, Bebi, dan Fiqri ini memainkan medley<br />

lagu-lagu daerah yang diberi sentuhan reggae<br />

dan disko.<br />

Juga hadir ansambel musik dari Gotrasawala<br />

& Ana Alcaide, yang mengawinkan musik Sunda<br />

dan Spanyol. Musikus internasional yang<br />

tampil antara lain Boi Akih dari Belanda, Ron<br />

Reves dari Australia, Helga Sedli dari Hungaria,<br />

serta penari O’zbegim Yoshlari dari Uzbekistan.<br />

Semoga hanya kesan positif yang tertinggal<br />

di benak penampil dan pengunjung tentang<br />

kekayaan budaya yang Indonesia punya. Juga<br />

tentang Tana Toraja dan budaya tuanya. Sampai<br />

jumpa di TIF 2016. ■ ADITYA MARDIASTUTI<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

SEBUAH KELOMPOK STRIPPER PRIA BERENCANA MENYUGUHKAN PERTUNJUKAN SPEKTAKULER UNTUK<br />

KONVENSI STRIPPER TAHUNAN. DALAM PERJALANAN, MEREKA MENEMUKAN BANYAK HAL MENARIK YANG<br />

JADI INSPIRASI SUGUHAN FINAL NANTI.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul:<br />

Magic Mike XXL<br />

Genre:<br />

Comedy, Drama, Music<br />

Sutradara: Gregory Jacobs<br />

Skenario: Reid Carolin<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produksi:<br />

Warner Bros. Pictures<br />

Pemain:<br />

Channing Tatum, Joe Manganiello,<br />

Matt Bomer<br />

Durasi: 1 jam 55 menit<br />

MIKE (Channing Tatum), yang sudah<br />

pensiun dari industri “pria penghibur”,<br />

kini tengah merintis usaha<br />

sendiri di bidang pembuatan mebel.<br />

Usahanya belum banyak memberi untung,<br />

penjualan sepi, dia bahkan tak sanggup membayar<br />

asuransi kesehatan untuk pegawainya<br />

yang cuma satu. Ditambah lagi, belum lama ini,<br />

pacarnya memutuskan hubungan mereka yang<br />

terjalin sejak lama.<br />

Setelah mengantar mebel pesanan, Mike<br />

mendapat telepon dari tim stripper lamanya.<br />

Mereka akan melewati kota tempat<br />

Mike tinggal dalam perjalanan ke kon-<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

vensi stripper tahunan di Myrtle Beach.<br />

Tak perlu berpikir dua kali, Mike setuju bergabung<br />

untuk yang terakhir kali, sekadar horehore,<br />

sebelum menggantung G-strings dan<br />

merobek pants ketatnya secara permanen.<br />

Bersama para pria ganteng berotot, Ken<br />

(Matt Bomer), Tito (Adam Rodriguez), Tarzan<br />

(Kevin Nash), Tobias (Gabriel Iglesias), dan Big<br />

Dick Richie (Joe Manganiello), Mike merancang<br />

sebuah pertunjukan yang benar-benar baru.<br />

Mereka akan memuaskan para perempuan<br />

dengan cara yang tak pernah perempuan alami<br />

sebelumnya. Begitu janji mereka.<br />

Keenamnya mengendarai van menuju timur<br />

dan berhenti di beberapa tempat menarik<br />

sepanjang perjalanan. Perhentian pertama di<br />

klub strip pantai yang sedang pesta. Di sini,<br />

Mike secara singkat berkenalan dengan seorang<br />

fotografer cerdas, Zoe (Amber Heard).<br />

Para pria itu kemudian melanjutkan perjalanan,<br />

lalu singgah menemui pemilik klub mewah,<br />

Rome (Jada Pinkett Smith), yang tahu benar<br />

apa yang perempuan inginkan. Samar-samar<br />

kita dapat menangkap Rome dan Mike pernah<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Magic Mike XXL keluar<br />

tiga tahun setelah film<br />

terakhirnya, Magic Mike<br />

(2012), yang juga dibintangi<br />

Channing Tatum.<br />

punya cerita di masa lalu, dan dulu<br />

berpisah sambil membawa tanda<br />

tanya masing-masing.<br />

Lalu sampailah perjalanan mereka<br />

ke pesta privat di rumah mewah<br />

milik Nancy Davidson (Andie<br />

MacDowell), ibu rumah tangga<br />

yang tanpa tedeng aling-aling dapat<br />

melontarkan kalimat apa pun<br />

yang ada di kepalanya (apalagi saat<br />

mabuk). Di sana sudah berkumpul<br />

perempuan-perempuan paruh baya<br />

yang masing-masing punya keluhan tentang<br />

kehidupan seks mereka dengan pasangan. Tak<br />

dikira, ada Zoe juga di sini, yang tak lain putri<br />

Nancy.<br />

Magic Mike XXL keluar tiga tahun setelah<br />

film terakhirnya, Magic Mike (2012), yang juga<br />

dibintangi Channing Tatum. Sutradara peraih<br />

Academy Award Steven Soderbergh (Traffic),<br />

yang dulu menyutradarai Magic Mike, kini<br />

memberi jalan bagi sahabatnya, Greg Jacobs,<br />

untuk menunjukkan kemampuan. Jacobs, yang<br />

bermata tajam, memperhatikan benar penggunaan<br />

kostum, warna, pencahayaan, dan angle<br />

kamera agar tampilan film tak terlalu modern.<br />

Matthew McConaughey dan Alex Pettyfer<br />

tidak kembali untuk sekuel ini, tapi kondisi ini<br />

justru membuat pemain-pemain pendukung<br />

mendapat lebih banyak jatah di layar.<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Pujian untuk penulis skenario Reid Carolin,<br />

juga menulis versi pertama, yang membuat<br />

dialog tanpa rasa Hollywood. Bahkan dialog<br />

panjangnya mengingatkan kita pada masterpiece<br />

Paul Thomas Anderson, Boogie Nights<br />

(1997).<br />

Magic Mike XXL adalah film jalanan yang<br />

tak memusingkan plot dan tak banyak narasi.<br />

Layaknya pesta seru, santai, de ngan tuan rumah<br />

ramah yang menyuguhkan hiburan tarian<br />

dengan gerakan menggoda.<br />

Tiap pemain berhasil mendapat momen<br />

untuk bersinar dan merebut layar, termasuk<br />

Channing Tatum, yang namanya meroket saat<br />

berusia 26 tahun lewat Step Up (2006). Bisa<br />

jadi, Anda baru tahu ternyata Matt Bomer bisa<br />

menyanyi.<br />

Kehadiran perempuan dalam film ini memberi<br />

dorongan yang signifikan dengan tambahan<br />

Amber Heard (Friday Night Lights), Jada<br />

Pinkett Smith (The Nutty Professor), dan Andie<br />

MacDowell (Groundhog Day).<br />

Titik lemah film ini adalah justru di adegan<br />

stripping. Kita terus-menerus melihat adegan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

perempuan cantik menjerit-jerit sambil nyawer<br />

US$ 1 tapi tak jelas bagaimana mereka bisa<br />

sampai segirang itu padahal stripping-nya terburu-buru<br />

dan berulang-ulang.<br />

Juga sewaktu para pria ini menampilkan<br />

pertunjukan final mereka di Myrtle Beach.<br />

Masing-masing mendapat giliran menunjukkan<br />

tariannya, masalahnya mereka tak tampak<br />

seperti benar-benar sedang stripping.<br />

Walau secara keseluruhan film ini belum<br />

matang dan, mungkin, terlalu percaya diri, XXL<br />

mengalir, gampang dicerna, dan natural. Jadi,<br />

Ladies, silakan duduk manis, santai, nikmati<br />

tanpa perlu banyak mikir, dan biarkan para<br />

stripper ini mengerjakan tugas mereka. ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


FILM PEKAN INI<br />

THE INTERN<br />

BERKISAH tentang sosok Ben Whittaker (Robert<br />

De Niro), seorang duda 70 tahun yang masih ingin<br />

bekerja. Di usianya yang senja itu, Ben kembali<br />

menjadi karyawan magang senior di sebuah<br />

perusahaan website fashion yang dipimpin Jules Ostin<br />

(Anne Hathaway).<br />

JENIS FILM: COMEDY | PRODUSER:<br />

NANCY MEYERS, SUZANNE<br />

FARWELL | SUTRADARA: NANCY<br />

MEYERS | PENULIS: NANCY<br />

MEYERS | PRODUKSI: WARNER<br />

BROS. PICTURES | DURASI: 121<br />

MENIT<br />

HOTEL<br />

TRANSYLVANIA 2<br />

MELANJUTKAN film pertamanya, Hotel Transylvania 2<br />

akan menyoroti kisah Dennis, anak Mavis dan Jonathan.<br />

Dracula (disuarakan Adam Sandler) berupaya melatih<br />

cucunya itu untuk menjadi vampir. Namun masalah<br />

semakin rumit saat Hotel Transylvania kedatangan<br />

ayah Dracula, yaitu Vlad, yang marah karena cicitnya ternyata tidak<br />

berdarah murni sebagai vampir.<br />

JENIS FILM: ANIMATION,<br />

COMEDY, FAMILY | PRODUSER:<br />

MICHELLE MURDOCCA<br />

| SUTRADARA: GENNDY<br />

TARTAKOVSKY | PENULIS:<br />

ADAM SANDLER | PRODUKSI:<br />

COLUMBIA PICTURES | DURASI:<br />

89 MENIT<br />

EVEREST<br />

EVEREST diadaptasi dari buku berjudul Into<br />

Thin Air: A Personal Account of the Mt. Everest<br />

Disaster karya Jon Krakauer. Sebuah kisah<br />

petualangan epik para petualang sejati. Everest<br />

akan membingkai kisah nyata yang terjadi pada<br />

1996. Sebuah tim penjelajah harus berhadapan dengan<br />

keganasan alam yang ada di Everest, salah satu badai salju<br />

paling ganas yang pernah dihadapi umat manusia.<br />

JENIS FILM: ADVENTURE, DRAMA,<br />

THRILLER | PRODUSER: TIM BEVAN,<br />

NICKY KENTISH BARNES, ERIC<br />

FELLNER, BRIAN OLIVER, BALTASAR<br />

KORMAKUR, TYLER THOMPSON, EVAN<br />

| SUTRADARA: BALTASAR KORMAKUR |<br />

PENULIS: WILLIAM NICHOLSON, SIMON<br />

BEAUFOY | PRODUKSI: UNIVERSAL<br />

PICTURES | DURASI: 121 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BUKU<br />

POLITIKUS SIPIL JANGAN<br />

MENGGODA TNI DAN<br />

POLRI KEMBALI MASUK<br />

WILAYAH POLITIK PRAKTIS.<br />

PIMPINAN TNI PUN TIDAK<br />

BOLEH TERGODA KEMBALI<br />

MEMASUKI WILAYAH<br />

POLITIK KEKUASAAN.<br />

AGUNG P/DETIKFOTO<br />

REFORMASI TNI,<br />

TUNTASKAN...<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BUKU<br />

Agus Widjojo memberikan tanggapan<br />

atas pertanyaan serta kritik terhadap<br />

buku Transformasi TNI: Dari Pejuang<br />

Kemerdekaan Menuju Tentara<br />

Profesional yang ditulisnya.<br />

AGUNG P/DETIKFOTO<br />

REFORMASI TNI belum tuntas karena masih terdapat sejumlah pekerjaan<br />

rumah yang harus diselesaikan. Jika persoalan tersebut tidak tuntas,<br />

akan sulit bagi TNI untuk mewujudkan tentara profesional. Sebab, “virus”<br />

yang mengajak kembali ke politik kekuasaan atau menangani masalah<br />

keamanan dalam negeri akan tetap tinggal dalam tubuh TNI.<br />

“Reformasi harus dilanjutkan untuk menjaga pencapaian agar tidak melemah<br />

dan menimbulkan arus balik,” kata Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Agus Widjojo<br />

saat peluncuran buku karyanya, Transformasi TNI: Dari Pejuang Kemerdekaan<br />

Menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi, di kantor Center for Strategic and<br />

International Studies (CSIS), Jakarta, Senin, 28 September 2015.<br />

Buku setebal 738 halaman itu merupakan kumpulan tulisan Agus sejak berpangkat<br />

mayor. Lulusan Akademi Militer 1970 ini dikenal sebagai salah seorang<br />

pemikir TNI dan ikut menggawangi lahirnya reformasi di kalangan internal<br />

TNI. Tak aneh bila para akademisi di bidang ilmu kemiliteran menjulukinya<br />

Jenderal Reformis.<br />

Hadir dalam acara ini antara lain mantan presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono, mantan Panglima ABRI Jenderal (Purnawirawan) Wiranto,<br />

Laksamana TNI (Purnawirawan) Agus Suhartono, mantan Wakil Kepala<br />

Staf Angkatan Darat Letjen (Purnawirawan) Kiki Syahnakri, mantan Sekretaris<br />

Kabinet Andi Widjojanto, Direktur Eksekutif CSIS Rizal Sukma,<br />

dan Harry Tjan Silalahi.<br />

Presiden sebagai pemimpin tertinggi, kata Agus, harus bertanggung jawab<br />

menuntaskan reformasi tersebut. Sebab, TNI tidak bisa dibiarkan mereformasi<br />

dirinya sendiri. “Panglima TNI itu seperti sopir, TNI itu mobilnya. Tapi yang me-<br />

SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BUKU<br />

Panglima TNI itu<br />

seperti sopir, TNI<br />

itu mobilnya. Tapi<br />

yang menentukan<br />

kebijakan atas<br />

kendaraan itu yang<br />

punya mobil, yakni<br />

presiden.<br />

nentukan kebijakan atas kendaraan itu yang punya mobil, yakni presiden,” ujarnya.<br />

Agus, yang menjadi Komandan Sekolah Staf Komando dan Kepala Staf Teritorial,<br />

menyebutkan reformasi di tubuh TNI yang perlu dilanjutkan adalah amanat<br />

undang-undang yang menempatkan Panglima TNI di bawah Menteri Pertahanan,<br />

yang hingga saat ini belum dilaksanakan sepenuhnya. Kedua, mereformasi fungsi<br />

dari komando teritorial dan, ketiga, mereformasi pengadilan militer.<br />

Reformasi TNI, Agus menegaskan, bukanlah sebuah perubahan, melainkan pemurnian<br />

kembali peran dan kewenangan TNI sesuai dengan konstitusi. Konstitusi<br />

mengamanatkan, fungsi TNI hanya pertahanan nasional. Karena itu, penggunaan<br />

kekuatan militer untuk mengamankan wilayah publik, seperti bandara dan stasiun<br />

kereta, bukanlah merupakan tugas pokok dan kewenangan TNI seperti yang diamanatkan<br />

konstitusi.<br />

Reformasi TNI, kata Agus, yang pernah menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan<br />

Rakyat di awal reformasi, masuk pada wilayah peran dan kewenangan<br />

TNI. Bukan dalam segi perumusan kebijakan-kebijakan TNI, seperti modernisasi<br />

peralatan, strategi pertahanan, atau teknologi yang akan digunakan. “Kebijakan<br />

TNI itu bisa dipilih. Namun peran dan kewenangan tidak ada pilihan. Sesuai dengan<br />

konstitusi artinya benar, atau di luar konstitusi artinya salah,” kata Agus.<br />

Putra mendiang Pahlawan Revolusi Mayor Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo<br />

itu menyatakan buku yang ditulisnya sekaligus mengoreksi buku karya<br />

Marcus Mietzner, The Politics of Military Reform in Post Soeharto Indonesia: Elite<br />

Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance. Mietzner mengungkapkan keluarnya<br />

Fraksi TNI-Polri dari MPR akibat kalah voting. Padahal, yang sebenarnya,<br />

keputusan keluar itu dibuat sukarela pimpinan TNI-Polri dalam rapat pada 11 Agustus<br />

2002 pukul 01.25 WIB. “Kami mengakhiri keberadaan fraksi di MPR, DPR, dan<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BUKU<br />

Mantan Panglima ABRI Jenderal<br />

Wiranto memberikan tanggapan<br />

atas buku karya Agus Widjojo.<br />

AGUNG P/DETIKFOTO<br />

DPRD,” kata Agus.<br />

Sependapat dengan Agus, Yudhoyono menyatakan berhentinya TNI dan Polri<br />

dari politik kekuasaan dan kembali sebagai kekuatan pertahanan negara adalah sebuah<br />

amanah. Karena itu, ia minta TNI sebaiknya tidak kembali terperosok seperti<br />

pada masa lalu. Namun, di pihak lain, Yudhoyono mengingatkan para politikus sipil<br />

agar tidak menarik-narik perwira TNI dan Polri kembali masuk wilayah politik praktis,<br />

sehingga membuat prajurit melanggar sumpah dan etika profesionalismenya.<br />

“Para jenderal, laksamana, marsekal tidak boleh tergoda kembali memasuki wilayah<br />

politik kekuasaan,” ujarnya.<br />

Posisi militer dalam demokrasi, Yudhoyono melanjutkan, tidak rumit. Militer harus<br />

taat pada konstitusi, nilai-nilai demokrasi, dan tunduk pada kepemimpinan sipil.<br />

“Hormati pemimpin yang dipilih secara demokratis. Tidak bisa begitu saja diambil<br />

alih. Tentara harus setia penuh kepada pemimpin politik. Itulah, sebetulnya tatanan<br />

yang ada harus ditegakkan,” kata Yudhoyono.<br />

Sementara itu, pengamat politik Eep Saefulloh Fatah dari PolMark Indonesia<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


BUKU<br />

(Dari kiri ke kanan) Al Araf,<br />

Kiki Syahnakri, Jaleswari<br />

Pramodhawardani, Eep Saifulloh<br />

Fatah, dan Andi Widjojanto menjadi<br />

pembicara dalam bedah buku karya<br />

Agus Widjojo.<br />

AGUNG P/DETIKFOTO<br />

mengatakan faktor eksternal memang banyak mengubah<br />

wajah TNI dalam proses reformasi. Namun faktor<br />

internal, terutama dari perwira-perwira yang memiliki<br />

pemikiran terbuka, juga memiliki andil. Ia antara lain<br />

memuji kepemimpinan Panglima TNI Jenderal Endriartono<br />

Sutarto, yang tegas menolak mengambil alih<br />

kekuasaan saat krisis pada era kepemimpinan Presiden<br />

Abdurrahman Wahid (Gus Dur).<br />

TNI dan demokrasi, Eep melanjutkan, bisa berjalan<br />

beriringan hanya jika peran militer diarahkan untuk<br />

membantu lancarnya proses demokrasi tanpa harus<br />

berpenetrasi dalam tiap gerak demokratis itu sendiri.<br />

Selain itu, TNI harus menyelesaikan pekerjaan rumahnya,<br />

misalnya konsep komando teritorial.<br />

Hal itu berarti TNI harus dipertahankan hanya jika mereka masih bisa memegang<br />

peran dan fungsi pertahanan. Jika sudah tidak ada lagi aspek tersebut, TNI pun<br />

harus menarik diri dari konsep demokrasi yang sedang berjalan.<br />

“Pekerjaan rumah TNI terkait politisasi yang belum selesai, yakni konsep komando<br />

teritorial. Hal ini dibutuhkan untuk fungsi pertahanan yang memerlukan infrastruktur,<br />

seperti organisasi ketentaraan, termasuk batalion dan lain-lain. Sampai tingkat di<br />

mana komando teritorial itu masih mempunyai perlengkapan dan fungsi pertahanan,<br />

maka dia bisa diteruskan dan dipertahankan. Tapi untuk level di mana tidak ada lagi<br />

infrastruktur pertahanan, dia harus dibubarkan,” ujarnya. n PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


AGENDA<br />

THE SOUND<br />

OF MUSIC<br />

6-11 OKTOBER 2015, PUKUL<br />

20.00 WIB<br />

Ciputra Artpreneur Theater,<br />

Ciputra World 1 Kuningan,<br />

Jakarta<br />

Promotor: Sorak Gemilang<br />

Persada<br />

INDONESIA<br />

MARITIME EXPO<br />

7 OKTOBER 2015<br />

JIExpo, Kemayoran, Jakarta<br />

CRAFINA 2015<br />

The 8 th Jakarta handicraft trade fair<br />

7 OKTOBER 2015<br />

Jakarta Convention Center,<br />

Jakarta<br />

OKTOBERFEST<br />

JAKARTA<br />

7-10 OKTOBER 2015, PUKUL<br />

18.00-00.00 WIB<br />

Paulaner Brauhaus, Jakarta<br />

STAGE EMPIRE:<br />

ANANG & ASHANTY<br />

8 OKTOBER 2015, PUKUL 22.00 WIB<br />

Colosseum Club,<br />

Jalan Kunir Nomor 7, Jakarta Barat<br />

Promotor: Colosseum Club<br />

ALL INDONESIA<br />

JAPAN KENSHIBUDO<br />

PERFORMANCE<br />

10 OKTOBER 2015,<br />

PUKUL 14.30-17.30 WIB<br />

Kenbujutsu Indonesia, Familia<br />

Club House, Bintaro, Tangsel<br />

MAHAKARYA<br />

BOROBUDUR<br />

10 OKTOBER 2015, PUKUL 19.00 WIB<br />

Panggung Aksobya, Candi Borobudur,<br />

Jawa Tengah<br />

MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!