Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
REBUTAN SENAM MINATI<br />
PASIR<br />
BERDARAH<br />
<strong>LUMAJANG</strong><br />
EDISI 201 | 5 - 11 OKTOBER 2015
DAFTAR ISI<br />
EDISI 201 5 - 11 OKTOBER 2015<br />
TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKEL<br />
FOKUS<br />
TUMBAL DARAH<br />
SALIM ‘KANCIL’<br />
SALIM “KANCIL” DIBUNUH<br />
DENGAN SANGAT SADIS.<br />
PULUHAN PREMAN MENGEROYOK<br />
PRIA KURUS ITU GARA-GARA<br />
TERUSIK OLEH PROTESNYA.<br />
SALIM MINTA PENAMBANGAN<br />
PASIR ILEGAL DIHENTIKAN.<br />
NASIONAL<br />
CRIME STORY<br />
n COBLOS ‘SETUJU’ ATAU ‘TIDAK’<br />
n BOLA LIAR UNTUK ISTANA<br />
BUKU<br />
n REFORMASI TNI, TUNTASKAN...<br />
INTERNASIONAL<br />
n FOTO SELFIE DI MALAM JAHANAM<br />
HUKUM<br />
n GERAK SENAM JADI SENGKETA<br />
EKONOMI<br />
n RUSIA DATANG, ASSAD PUN TENANG<br />
n DIKEJAR ‘HANTU’ ALTANTUYA<br />
n ANTARA MUSLIM DAN PRESIDEN AMERIKA<br />
INTERVIEW<br />
n AKUI PEMBANTAIAN, BARU REKONSILIASI<br />
INSPIRING PEOPLE<br />
n OLEH-OLEH LAWATAN KE ARAB<br />
n HULU-HILIR MINYAK ARAB<br />
n DEMI JAMINAN PASOKAN<br />
n MINUS KILANG<br />
BISNIS<br />
n ASAP MENCURIGAKAN MOBIL VW<br />
n ‘VIVERE PERICOLOSO’ ALA VW<br />
KOLOM<br />
n KRETEK BUKAN WARISAN BUDAYA<br />
LENSA<br />
n 10 DETIK UNTUK BATIK LASEM<br />
BUDAYA<br />
n AKHIR CERITA DARI SELATAN JAKARTA<br />
PEOPLE<br />
n DARI DESA TUA TORAJA<br />
SENI HIBURAN / FILM<br />
n AGNES MONICA | AARON SORKIN | DIAN PELANGI<br />
GAYA HIDUP<br />
n PRIA PENGHIBUR: SIAPA BISA MENOLAK?<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Aulianshah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n KULOT, OLD FASHION TAPI KEREN<br />
n JELAJAH BUMI TONGKONAN<br />
n CITA RASA INGGRIS, SENTUHAN INDONESIA<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal,<br />
Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad<br />
Durohman, Aditya Mardiastuti, Melisa Mailoa. Bahasa: Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar. Tim Foto:<br />
Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan<br />
Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra<br />
Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim, Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
AKHIR CERITA DARI SELATAN JAKARTA<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meratakan Stadion Lebak Bulus untuk diubah menjadi depo armada mass rapid transit (MRT). Proyek ini menutup<br />
cerita dan gempita sepak bola di stadion yang dibangun hampir tiga dekade silam itu.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
LENSA<br />
Pekerja membopong prasasti peresmian Stadion Lebak Bulus setelah diratakan, Selasa (29/9). Stadion ini sempat menjadi markas<br />
Pelita Jaya dan Persija Jakarta. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)
LENSA<br />
Pekerja merawat rumput Stadion Lebak Bulus, Januari tahun lalu. (Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO)
LENSA<br />
Foto dari atas Stadion Lebak Bulus pada pekan-pekan terakhir sebelum diratakan, Maret 2015. (Hasan Alhabsy/DETIKCOM)
LENSA<br />
Pekerja merapikan kursi penonton saat pembongkaran stadion, Selasa (1/9). (Prasetyo Utomo/DETIKCOM)
LENSA<br />
Pekerja menyingkirkan puing dari lahan stadion, Selasa (29/9). Rencananya, lahan stadion akan dijadikan depo atau bengkel kereta MRT pada<br />
akhir 2015. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)
LENSA<br />
Lanskap terakhir stadion sebelum benar-benar musnah, Selasa (29/1). Pemerintah Provinsi DKI berencana mengganti Stadion Lebak Bulus dengan<br />
stadion baru di Sunter, Jakarta Utara. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)
NASIONAL<br />
COBLOS<br />
‘SETUJU’ ATAU ‘TIDAK’<br />
MK MEMUTUSKAN CALON TUNGGAL BISA IKUT PILKADA. CALON<br />
NONPARTAI LEBIH RINGAN MENGUMPULKAN DUKUNGAN KTP.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Majelis hakim konstitusi<br />
yang dipimpin Ketua<br />
Mahkamah Konstitusi Arief<br />
Hidayat (tengah) dalam<br />
sidang putusan uji materi<br />
soal calon tunggal dalam<br />
pilkada di gedung MK,<br />
Jakarta, Selasa (29/9).<br />
RENO ESNIR/ANTARA FOTO<br />
CALON Bupati Blitar, Rijanto, semringah<br />
saat ditemui di rumahnya, kawasan<br />
Gedongan, Blitar, Jawa Timur,<br />
Selasa malam pekan lalu. Peluangnya<br />
menjadi peserta pemilihan Bupati Blitar sesuai<br />
dengan jadwal pemilihan kepala daerah serentak<br />
yang ditetapkan 9 Desember 2015 kembali<br />
terbuka lebar.<br />
Lantaran hanya memiliki satu pasang calon,<br />
jadwal pilkada di Kabupaten Blitar dan dua<br />
daerah lain, yakni Kabupaten Tasikmalaya, Jawa<br />
Barat, dan Kabupaten Timor Tengah Utara,<br />
Nusa Tenggara Timur, sebelumnya ditunda<br />
Komisi Pemilihan Umum ke jadwal pilkada<br />
serentak berikutnya pada 2017.<br />
Rijanto bersama Marhaenis Urip Widodo<br />
adalah satu-satunya pasangan calon―atau<br />
disebut calon tunggal―yang mendaftar dalam<br />
pilkada Blitar. Pasangan ini diusung Partai Demokrasi<br />
Indonesia Perjuangan.<br />
“Saya sangat mengapresiasi putusan Mahkamah<br />
Konstitusi,” kata Rijanto, yang masih<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Pasangan calon Bupati<br />
dan Wakil Bupati Blitar,<br />
Rijanto-Marhaenis, kini<br />
berpeluang ikut pilkada<br />
serentak tahun ini.<br />
ERLIANA RIADY/DETIKCOM<br />
menjabat Wakil Bupati Blitar.<br />
Mahkamah Konstitusi pada Selasa, 29 September<br />
lalu, memutuskan pasangan calon<br />
tunggal tetap berhak mengikuti pilkada. Putusan<br />
untuk menjawab gugatan uji materi Undang-<br />
Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada<br />
itu akhirnya menjadi solusi atas problem calon<br />
tunggal yang dihadapi sejumlah daerah.<br />
Majelis hakim MK menilai penundaan pemilihan<br />
ke jadwal pilkada serentak berikutnya<br />
menghilangkan hak rakyat untuk dipilih dan<br />
memilih. Sedangkan UU Pilkada tidak memberi<br />
jalan keluar seandainya syarat minimal dua<br />
pasang calon―agar pilkada bisa digelar―tidak<br />
terpenuhi.<br />
Kekosongan hukum itu mengakibatkan<br />
pilkada terpaksa ditunda apabila syarat tidak<br />
terpenuhi. “Andaikata penundaan dibenarkan,<br />
tetap tidak ada jaminan bahwa pada pilkada<br />
serentak berikutnya hak rakyat akan dipenuhi,”<br />
ujar hakim konstitusi, I Gede Dewa Palguna,<br />
saat membacakan putusan di gedung MK,<br />
Jakarta Pusat.<br />
Penundaan tersebut, menurut hakim konstitusi,<br />
Suhartoyo, juga bertentangan dengan<br />
semangat demokrasi yang tertuang dalam<br />
UUD 1945. “Demi menjamin terpenuhinya hak<br />
konstitusional warga negara, pilkada harus<br />
tetap dilaksanakan meskipun hanya terdapat<br />
satu pasang calon,” tuturnya.<br />
Namun pilkada calon tunggal tak bisa digelar<br />
begitu saja. Dalam sidang yang dipimpin Ketua<br />
MK Arief Hidayat itu, Mahkamah menyatakan<br />
pilkada dengan satu pasang calon bisa digelar<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Seorang pemilih difabel<br />
memasukkan surat suara<br />
ke dalam kotak suara<br />
dalam acara simulasi<br />
pilkada di halaman<br />
kantor Wali Kota Blitar,<br />
Jawa Timur, Agustus lalu.<br />
IRFAN ANSHORI/ANTARA FOTO<br />
hanya jika telah diupayakan maksimal agar<br />
syarat dua pasang calon itu terpenuhi, yaitu<br />
jika KPU sudah membuka pendaftaran kembali<br />
tapi tetap tidak ada penambahan pasangan<br />
calon.<br />
Dalam pilkada calon tunggal, pemilih akan<br />
diberi kertas suara dengan pilihan setuju atau<br />
tidak setuju. Jika suara “setuju” lebih banyak<br />
dipilih, calon otomatis ditetapkan menjadi kepala<br />
daerah dan wakil kepala daerah. Namun,<br />
jika lebih banyak “tidak setuju”, pemilihan akan<br />
ditunda pada pilkada serentak berikutnya.<br />
Putusan MK tersebut merupakan jawaban<br />
dari judicial review yang dilayangkan Effendi<br />
Gazali dan Yayan Sakti Suyandaru atas Pasal<br />
49 Ayat 8 dan 9, Pasal 50 Ayat 8 dan 9, Pasal 51<br />
Ayat 2, Pasal 52 Ayat 2, serta Pasal 54 Ayat 4, 5,<br />
dan 6 UU Pilkada. Mereka menganggap pasal-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Drafnya sudah<br />
final, nanti akan kami<br />
kirim ke Komisi II DPR<br />
untuk konsultasi.<br />
Selanjutnya akan kami<br />
(lakukan) uji publik.<br />
Hadar Nafis Gumay<br />
pasal itu bertentangan dengan UUD 1945 karena<br />
menghambat rakyat menyampaikan hak<br />
konstitusionalnya.<br />
Namun putusan yang mengabulkan uji<br />
materi Effendi Gazali itu tidak bulat. Hakim<br />
konstitusi, Patrialis Akbar, punya pendapat<br />
berbeda (dissenting opinion). Ia menilai aturan<br />
pilkada diikuti minimal dua pasang calon sudah<br />
tepat. Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi<br />
Manusia itu berpendapat bahwa syarat calon<br />
peserta pilkada adalah subyek hukum atau<br />
orang yang telah memenuhi syarat tertentu.<br />
“Pilkada bukan merupakan referendum,<br />
akan tetapi pemilihan dari beberapa<br />
pilihan atau lebih dari satu untuk<br />
dipilih. Jika calon tunggal dibenarkan<br />
dalam pilkada, bisa jadi suatu saat<br />
akan terjadi penyelundupan hukum,”<br />
ucap Patrialis dalam sidang.<br />
Adapun KPU langsung menggodok peraturan<br />
(PKPU) sebagai tindak lanjut putusan<br />
tersebut. Peraturan KPU baru itu akan mengakomodasi<br />
calon tunggal yang sebelumnya<br />
tidak ada dalam PKPU Nomor 12 Tahun 2015,<br />
yang mengatur penundaan pilkada ke jadwal<br />
berikutnya.<br />
Langkah awalnya, menurut komisioner KPU,<br />
Hadar Nafis Gumay, akan ada perubahan<br />
jadwal verifikasi. Misalnya jadwal verifikasi kesehatan<br />
dipadatkan sehingga tahapan pilkada<br />
tetap berjalan sesuai dengan jadwal.<br />
“Drafnya sudah final, nanti akan kami kirim<br />
ke Komisi II DPR untuk konsultasi. Selanjutnya<br />
akan kami (lakukan) uji publik,” kata Hadar di<br />
gedung KPU, Kamis, 1 Oktober lalu.<br />
Meski akan ada PKPU baru, aturan main<br />
pilkada serentak akan menggunakan rumusan<br />
sebelumnya, seperti soal kampanye dan<br />
lain-lain. Hal yang membedakan jika calonnya<br />
tunggal adalah agenda debat, yang menjadi<br />
model tanya-jawab dari panelis. “Ini sedang<br />
disusun,” ujarnya.<br />
Sedangkan mengenai model surat suara untuk<br />
calon tunggal masih ada beberapa alternatif.<br />
Alternatif tersebut antara lain dilengkapi foto<br />
calon dengan kolom pilihan “Ya” atau “Tidak”.<br />
Atau tidak memakai gambar di surat suara,<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Warga memberi dukungan<br />
dengan mengumpulkan KTP<br />
untuk Gubernur DKI Basuki<br />
Tjahaja Purnama atau Ahok,<br />
yang akan maju dalam<br />
pilkada DKI 2017 sebagai<br />
calon perseorangan, di<br />
salah satu posko Teman<br />
Ahok di Mal Ambasador,<br />
Jakarta, Juli lalu.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
tapi cukup dengan kolom pilihan “Setuju” atau<br />
“Tidak”. “Kami akan buat simulasi beberapa<br />
model surat suara itu,” tutur Hadar.<br />
Analis politik dari Cyrus Network, Hasan<br />
Nasbi, mengapresiasi putusan MK soal calon<br />
tunggal. Ia menilai MK telah mempertimbangkan<br />
mudarat bagi masyarakat apabila pilkada<br />
ditunda. Ia juga menganggap pola “referendum”<br />
untuk pilkada bercalon tunggal lebih<br />
memudahkan KPU daerah setempat. Metode<br />
itu justru membuat komisi tidak ribet mengatur<br />
kampanye dan alat peraga.<br />
“Ini jauh lebih simpel. Tidak ada sosialisasi<br />
kampanye damai dan nomor urut,” ucapnya<br />
saat dihubungi terpisah.<br />
Selain itu, Hasan memprediksi putusan<br />
MK tersebut membuka peluang munculnya<br />
lebih banyak calon perseorangan (nonpartai)<br />
di sejumlah daerah. Apalagi, selain soal calon<br />
tunggal, pada saat yang sama Mahkamah memutuskan<br />
soal calon perseorangan, atau biasa<br />
disebut calon independen.<br />
Putusan itu mengubah dasar penghitungan<br />
persentase dukungan bagi calon perseorangan.<br />
Dari sebelumnya menggunakan jumlah keseluruhan<br />
penduduk di daerah menjadi jumlah<br />
penduduk yang hanya memiliki hak pilih yang<br />
tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) pada<br />
pemilihan umum sebelumnya.<br />
Putusan tersebut mengabulkan sebagian<br />
permohonan uji materi yang diajukan Fadjroel<br />
Rachman, Saut Mangatas Sinaga, dan Victor<br />
Santoso atas Pasal 41 Ayat 1 dan 2 UU Pilkada.<br />
MK menilai persentase dukungan tidak dapat<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Ketua Mahkamah Konstitusi<br />
Arief Hidayat (tengah)<br />
bersama delapan hakim<br />
konstitusi lainnya dalam<br />
sidang putusan uji materi<br />
soal calon tunggal dalam<br />
pilkada di gedung MK,<br />
Jakarta, Selasa (29/9).<br />
RENO ESNIR/ANTARA FOTO<br />
didasarkan pada jumlah penduduk karena tidak<br />
semua penduduk memiliki hak pilih.<br />
Meski demikian, putusan itu belum berlaku<br />
pada pilkada serentak 2015 yang tahapannya<br />
telah berjalan, melainkan baru pada pilkada<br />
serentak gelombang kedua, Februari 2017.<br />
Putusan ini tentu meringankan para calon<br />
independen, seperti Gubernur DKI Basuki<br />
Tjahaja Purnama atau Ahok, yang kabarnya<br />
tengah berancang-ancang maju lewat jalur<br />
nonpartai dalam pemilihan Gubernur Jakarta<br />
2017. Ahok atau calon perorangan lain cukup<br />
mengumpulkan dukungan KTP dari minimal<br />
532.213 penduduk, atau 7,5 persen dari jumlah<br />
DPT DKI Jakarta pada pemilu 2014, yang berjumlah<br />
7.096.168.<br />
Sebelum putusan MK, calon independen<br />
harus menyerahkan dukungan minimal 750<br />
ribu fotokopi KTP atau 7,5 persen dari 10 juta<br />
penduduk Jakarta. “Mungkin calon independen<br />
pada pilkada DKI akan lebih banyak karena<br />
syaratnya lebih ringan,” kata Ketua KPU DKI<br />
Jakarta Sumarno, Kamis, 1 Oktober lalu. n<br />
DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU P, M. IQBAL, ERLIANA RIADY | DIM<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Ketua<br />
DPR Setya Novanto (kiri) dan Wakil Ketua DPR di<br />
Kantor Presiden, Jakarta, beberapa waktu lalu.<br />
ANDIKA WAHYU/ANTARA FOTO<br />
BOLA LIAR<br />
UNTUK ISTANA<br />
JEDA WAKTU SAAT MEMINTA IZIN PRESIDEN<br />
UNTUK MEMERIKSA ANGGOTA DPR<br />
DIKHAWATIRKAN MENGHAMBAT PENYIDIKAN.<br />
PROSEDUR ISTANA DIMINTA TRANSPARAN.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Majelis hakim konstitusi<br />
dalam sidang pembacaan<br />
putusan soal pemeriksaan<br />
anggota DPR yang harus<br />
melalui persetujuan<br />
presiden di gedung<br />
Mahkamah Konstitusi,<br />
Jakarta, Selasa (22/9).<br />
DOK MK<br />
SUPRIYADI Widodo Eddyono<br />
belum menyerah. Setelah putusan<br />
uji materi Pasal 245 Undang-Undang<br />
Nomor 17 Tahun 2014 tentang<br />
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan<br />
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,<br />
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang ia<br />
ajukan ke Mahkamah Konstitusi, tidak seusai<br />
dengan harapan, kini ia mencari celah untuk<br />
mengajukan permohonan gugatan baru.<br />
Direktur Institute for Criminal Justice Reform<br />
itu akan kembali menggugat Pasal 245 UU Nomor<br />
17 Tahun 2014 yang telah diputus lembaga<br />
penguji undang-undang tersebut. Pihaknya<br />
kini sedang merumuskan argumen kedudukan<br />
hukum (legal standing) yang tepat sebagai<br />
syarat pemohon uji materi.<br />
“(Argumennya) apakah persetujuan presiden<br />
(untuk memeriksa anggota DPR) melanggar<br />
kepentingan saya,” kata Supriyadi saat ditemui<br />
di kantornya, Rabu, 30 September lalu.<br />
Mahkamah Konstitusi pada Selasa, 22 September<br />
2015, membacakan putusan uji materi<br />
Pasal 245 UU Nomor 17 Tahun 2014, atau yang<br />
lazim disebut UU MD3. Putusan uji materi<br />
bernomor 76/PUU-XII/2014 itu sebenarnya<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Anggota DPR, Adriansyah,<br />
setelah diperiksa dalam<br />
kasus dugaan suap di<br />
Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi. Untuk memeriksa<br />
anggota DPR, KPK tak perlu<br />
izin presiden.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
dijatuhkan pada 20 November 2014―di era<br />
Ketua MK Hamdan Zoelva―tapi baru dibacakan<br />
sebelas bulan kemudian.<br />
Putusan tersebut mengharuskan penegak<br />
hukum meminta izin kepada presiden sebelum<br />
memeriksa anggota DPR yang diduga terlibat<br />
tindak pidana, dari sebelumnya meminta izin<br />
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). MK<br />
menghapus frasa “persetujuan tertulis dari<br />
Mahkamah Kehormatan” dalam Pasal 245 Ayat<br />
1 dan menggantinya dengan frasa “persetujuan<br />
tertulis dari presiden”.<br />
Pasal 245 Ayat 1 kini menjadi, “Pemanggilan<br />
dan permintaan keterangan untuk penyidikan<br />
terhadap anggota DPR yang diduga melakukan<br />
tindak pidana harus mendapat persetujuan<br />
tertulis dari presiden.” Mahkamah juga menghapus<br />
dan mengganti frasa pada Pasal 224<br />
Ayat 5 seperti yang dihapus dan diganti pada<br />
Pasal 245 Ayat 1.<br />
Selain oleh Supriyadi, uji materi diajukan<br />
Perkumpulan Masyarakat Pembaharuan Peradilan<br />
Pidana. Kedua pemohon menilai Pasal<br />
245 UU MD3 bertentangan dengan Undang-<br />
Undang Dasar 1945 Pasal 24 Ayat 1, Pasal 27<br />
Ayat 1, Pasal 28-D Ayat 1, dan Pasal 28-I Ayat 2.<br />
Pasal 245 itu juga dinilai bertentangan dengan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Sidang paripurna DPR<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
prinsip negara hukum dan kekuasaan kehakiman<br />
yang merdeka (independent of judiciary).<br />
ý”Pasal 245 UU MD3 melanggar prinsip<br />
kesamaan di depan hukum karena MKD bukan<br />
institusi pengadilan,” ujar Supriyadi.<br />
Setelah putusan MK yang mengalihkan<br />
“persetujuan MKD” ke “persetujuan presiden”,<br />
kini muncul kekhawatiran baru, yakni proses<br />
penyidikan yang lebih panjang meski UU MD3<br />
diatur, persetujuan tertulis maksimal diberikan<br />
30 hari sejak permohonan izin pemeriksaan<br />
diterima.<br />
Hal lain, permintaan izin presiden biasanya<br />
dilakukan berjenjang. Penyidik Badan Reserse<br />
Kriminal Kepolisian RI, misalnya, tidak mungkin<br />
“potong kompas” meminta izin kepada presiden<br />
saat akan memeriksa anggota Dewan, melainkan<br />
harus melalui atasannya, yakni Kepala<br />
Bareskrim, dan kemudian Kepala Polri.<br />
“Itu saja (prosesnya) berapa lama? Jeda waktunya<br />
akan panjang sekali,” tuturnya.<br />
Apalagi dalam penyidikan penegak hukum<br />
harus memiliki minimal dua alat bukti. Jeda<br />
waktu yang lama itu bisa berpengaruh terhadap<br />
proses penyidikan. Bisa saja calon terperiksa<br />
menghilangkan barang bukti atau mempengaruhi<br />
saksi.<br />
“Penyidik harus benar-benar siap tempur<br />
karena mereka tahu yang dilawan DPR,” ucap<br />
Supriyadi.<br />
Peneliti Indonesian Legal Roundtable, ýErwin<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Ketua MK Arief Hidayat<br />
Peneliti Indonesian Legal<br />
Roundtable, Erwin Natosmal<br />
Oemar (kanan)<br />
ARI SAPUTRA DAN HASAN ALHABSHY /<br />
DETIKCOM<br />
Natosmal Oemar, juga menilai putusan MK<br />
tersebut janggal. Sebab, judicial review Pasal<br />
245 UU MD3 sejatinya untuk menjauhkan hak<br />
imunitas para wakil rakyat dari penegakan<br />
hukum.<br />
Namun, alih-alih membatalkan “persetujuan<br />
MKD”, Mahkamah Konstitusi tetap memberi<br />
hak imunitas itu dengan tetap mensyaratkan<br />
persetujuan dari presiden. Hal itu ia nilai bisa<br />
berimplikasi pada kekritisan Dewan terhadap<br />
presiden.<br />
“Karena dalam hal-hal tertentu presiden punya<br />
kewenangan tindak lanjut terhadap pemeriksaan<br />
anggota DPR,” kata Erwin.<br />
Ketua MK Arief Hidayat mengaku sepakat<br />
menghapus syarat persetujuan MKD dalam<br />
pemeriksaan anggota DPR lantaran berpotensi<br />
menghambat penegakan hukum. Sebab, bisa<br />
saja MKD mempersulit permintaan izin tersebut<br />
karena yang akan diperiksa berasal dari<br />
institusi yang sama, yakni DPR.<br />
“Sehingga (permintaan izin) menjadi politis<br />
dan bola liar, dan menjadi tidak terselesaikan,”<br />
ujar Arief saat ditemui di ruangannya, Senin<br />
pekan lalu.<br />
Kendati begitu, bukan berarti pemeriksaan<br />
anggota DPR tidak perlu dimintakan izin.<br />
Sebab, pemeriksaan pejabat lembaga negara<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Jaksa Agung M. Prasetyo<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
lain yang diduga terlibat tindak pidana juga<br />
memerlukan izin, yakni dari presiden. Karena<br />
itulah MK dalam putusannya tetap mensyaratkan<br />
izin presiden dalam pemeriksaan anggota<br />
DPR.<br />
“Di-compare dengan lembaga lain, memeriksa<br />
hakim MK harus seizin presiden, Ketua Badan<br />
Pemeriksa Keuangan, Hakim Agung, Gubernur<br />
Bank Indonesia, harus seizin presiden. Kalau<br />
(pemeriksaan) DPR tidak (perlu izin presiden),<br />
kita sama saja mendiskriminasi DPR,” tuturnya.<br />
Arief juga memastikan permintaan izin dari<br />
presiden diperlukan hanya jika anggota Dewan<br />
diduga terlibat tindak pidana umum, bukan<br />
pidana khusus, seperti narkotik, terorisme, dan<br />
korupsi. Sehingga Komisi Pemberantasan Korupsi<br />
bisa langsung memeriksa anggota DPR<br />
yang diduga terlibat rasuah, tanpa harus seizin<br />
presiden.<br />
“Putusan MK ini bukan untuk memperpanjang<br />
birokrasi kasus korupsi,” ucap Arief.<br />
Putusan MK terkait izin presiden ditanggapi<br />
beragam. Dari pimpinan lembaga penegak hukum,<br />
Kepala Polri Badrodin Haiti menyatakan<br />
siap melaksanakannya. Adapun Jaksa Agung<br />
M. Prasetyo menyebut kejaksaan dan Polri<br />
terikat pada putusan MK itu, berbeda dengan<br />
KPK.<br />
“Kami tidak boleh mengatakan (putusan MK)<br />
menghambat (penyidikan) atau tidak, aturan<br />
harus diikuti,” kata Prasetyo. “Kejaksaan (akan)<br />
selalu meminta izin. Tapi, kalau lebih dari 30<br />
hari (permintaan izin belum dijawab), ya tetap<br />
diproses.”<br />
Sementara itu, anggota DPR yang juga Wakil<br />
Ketua MKD, Junimart Girsang, menilai putusan<br />
Mahkamah Konstitusi melanggar asas ultra<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
NASIONAL<br />
Wakil Ketua MKD Junimart<br />
Girsang<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
petita, yaitu melebihi permintaan pemohon.<br />
Pemohon uji materi meminta kewenangan<br />
MKD memberi persetujuan dihapuskan karena<br />
melanggar kesamaan di atas hukum.<br />
“Pemohon tidak pernah meminta agar (pemeriksaan<br />
anggota DPR) harus meminta izin<br />
presiden. Tapi MK malah memindahkannya<br />
(permintaan izin) ke presiden,” ujarnya.<br />
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan<br />
itu juga menilai MK tidak konsisten.<br />
Sebab, putusan bernomor 76/PUU-XII/2014<br />
tersebut bertolak belakang dengan putusan<br />
MK terhadap uji materi UU MD3―saat itu<br />
UU Nomor 27 Tahun 2009―pada 2012, yang<br />
menghapuskan syarat izin presiden dalam pemeriksaan<br />
kepala daerah.<br />
Putusan MK itu, menurut Junimart, ikut<br />
mendasari revisi UU MD3 pada 2014, yang<br />
salah satu pasalnya mengatur MKD―dan<br />
bukan presiden―sebagai pemberi persetujuan<br />
pemeriksaan anggota DPR. “Pengalaman<br />
sebelumnya, setiap izin ke presiden memakan<br />
waktu lama. Ini jadi pertimbangan,” tuturnya.<br />
Faktanya, permintaan izin pemeriksaan―<br />
disebut Ketua MK sebagai “bola panas”―kini<br />
bergulir ke Istana. Presiden Joko Widodo, menurut<br />
Sekretaris Kabinet Pramono Anung, berjanji<br />
akan mempermudah izin tersebut dengan<br />
membuat prosedur sederhana.<br />
Mengenai hal ini, Supriyadi Widodo kembali<br />
melontarkan saran. Prosedur tersebut hendaknya<br />
transparan dan memiliki prosedur operasi<br />
standar yang sama. “Mau (pemeriksaan) anggota<br />
(Fraksi) PDI Perjuangan, Golkar, NasDem,<br />
Gerindra, atau lainnya, harus sama,” ucapnya. n<br />
JAFFRY PRABU PRAKOSO, AYUNDA WINDYASTUTI S. | DIM<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
HUKUM<br />
GERAK SENAM<br />
JADI SENGKETA<br />
PENETAPAN TERSANGKA MINATI ATMANEGARA<br />
DALAM KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA<br />
GERAKAN SENAM DINILAI TAK BERDASAR. ROY<br />
TOBING SIAP MEMBEBERKAN BUKTI.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
HUKUM<br />
KOREOGRAFER Roy Yulius Tobing<br />
dan selebritas Minati Atmanegara<br />
kini dalam posisi “berhadapan”.<br />
Bukan untuk adu pamer gerakan<br />
senam, aktivitas yang digeluti kedua figur itu.<br />
Sebaliknya, mereka kini berhadapan di muka<br />
hukum setelah sama-sama melaporkan ke<br />
polisi.<br />
Minati melaporkan Roy ke Markas Besar<br />
Kepolisian RI dengan tuduhan menebar fitnah<br />
dan melakukan pencemaran nama baik. Pasal<br />
yang akan dijeratkan adalah 310 dan 311 Kitab<br />
Undang-Undang Hukum Pidana juncto Pasal<br />
27 UU Informasi dan Transaksi Elektronik,<br />
dengan ancaman hukuman maksimal 6 tahun<br />
penjara.<br />
Laporan Minati dilayangkan 21 September<br />
lalu, sebagai respons atas tindakan Roy, yang<br />
lebih dulu mengadukan Minati atas dugaan<br />
pelanggaran hak cipta gerakan senam miliknya.<br />
Laporan Roy ke Kepolisian Daerah Metro Jaya<br />
dilayangkan hampir setahun lalu, tepatnya 17<br />
Artis senior Minati Atmanegara<br />
saat melaporkan Roy Tobing<br />
ke Bareskrim Mabes Polri,<br />
Senin (21/9).<br />
NOEL/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
HUKUM<br />
I bilang, ‘Saya kan<br />
tahu itu semua<br />
(gerakan senam) yang<br />
dipakai (di sanggar<br />
Minati) itu Bang Roy<br />
punya (karyanya).’<br />
November 2014. Roy menuding artis senior itu<br />
menjiplak gerakan “The Art of Body Language<br />
Exercise” ciptaannya dalam laporan bernomor<br />
LP/4052/XI/2014/PMJ/Dit Reskrimsus tersebut.<br />
Namun, meski akhir tahun lalu sempat<br />
mencuat ke publik, kasus itu seakan<br />
tenggelam selama beberapa<br />
bulan. Kemudian Roy bersama<br />
pengacaranya, Benny Joesoef,<br />
pada awal September 2015<br />
menanyakan perkembangan<br />
laporan itu ke Polda Metro<br />
Jaya.<br />
Ternyata kasus itu<br />
sudah maju selangkah.<br />
Minati dikabarkan sudah<br />
ditetapkan sebagai tersangka.<br />
Perkembangan baru itulah yang<br />
kemudian mendorong kubu Minati<br />
balik melaporkan Roy ke polisi.<br />
Saat ditemui majalah detik di<br />
kediamannya, Jalan Bangka, Jakarta Selatan,<br />
Roy mengaku melaporkan Minati atas anjuran<br />
seorang pemilik sekolah senam “R” di bilangan<br />
Cipete, Jakarta Selatan. Bahkan pemilik sekolah<br />
senam itu bersedia membiayai pengacara<br />
untuk melaporkan dugaan pelanggaran hak<br />
cipta tersebut.<br />
Roy mengisahkan, awal November tahun lalu,<br />
istri pemilik sekolah senam itu menemuinya<br />
untuk curhat bahwa mereka tengah menghadapi<br />
laporan Minati ke kepolisian. Wanita itu<br />
ditemani I, instruktur senam di sanggar R. I tak<br />
lain adalah bekas murid Roy, yang juga pernah<br />
bekerja di sanggar senam Minati.<br />
Nah, saat itulah I mengadu kepada Roy bahwa<br />
gerakan senam yang diajarkan di sanggar<br />
senam milik Minati adalah gerakan yang pernah<br />
ia pelajari dari Roy. “I bilang, ‘Saya kan tahu itu<br />
semua (gerakan senam) yang dipakai (di sanggar<br />
Minati) itu Bang Roy punya (karyanya),’” kata<br />
Roy, Kamis, 17 September lalu.<br />
Saat bekerja di salah satu studio senam milik<br />
Minati, instruktur itu juga harus menandatangani<br />
perjanjian, seperti tidak boleh menyebarluaskan<br />
gerakan senam tersebut.<br />
Roy pun melakukan penilaian terhadap<br />
gerakan senam yang disebut I diklaim Minati<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
HUKUM<br />
Koreografer Roy Tobing, yang<br />
juga disebut sebagai "maestro"<br />
senam<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
sebagai ciptaannya. Hasilnya, gerakan itu<br />
ternyata body language temuan Roy, yang ia<br />
ajarkan sejak 1990 dengan membuka sebuah<br />
kelas senam di rumahnya.<br />
Karya cipta itu sejak 2000 didaftarkan oleh<br />
Roy ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual<br />
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia<br />
(dulu bernama Ditjen HAKI) dengan nomor<br />
020923. Setelah meyakini Minati telah menjiplak<br />
hasil karyanya, Roy pun melaporkan artis<br />
pemeran film Lara Jonggrang (1983) tersebut ke<br />
polisi.<br />
Namun laporan itu rupanya tak berjalan<br />
mulus. Belakangan, sang pemilik sekolah senam<br />
R, yang awalnya mendukung Roy, pada Juni-Juli<br />
2015 justru balik badan untuk memihak Minati.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
HUKUM<br />
Kuasa hukum Minati,<br />
Razman Arif Nasution<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
Bahkan, melalui pesan singkat ponsel, orang itu<br />
meminta Roy mencabut laporannya di Polda.<br />
Roy menduga pemilik sekolah senam R itu<br />
mundur lantaran takut istrinya masuk penjara<br />
setelah dilaporkan Minati ke polisi. “Saya<br />
ditinggalkan,” ujar Roy, yang kini aktif dalam<br />
kegiatan sosial dan keagamaan.<br />
Untung saja Benny Joesoef, pengacara Roy,<br />
bersedia melanjutkan laporan tersebut meski<br />
tanpa penyandang dana. Bahkan, menurut<br />
Roy, sang pengacara tidak minta bayaran atas<br />
jasanya. “Enggak apa-apa, Bang, saya yang akan<br />
menanggung,” tutur Roy, menirukan ucapan<br />
Benny.<br />
Laporan Roy kini juga mendapatkan<br />
perlawanan sengit. Minati Atmanegara<br />
membantah tudingan menjiplak gerakan senam<br />
Roy Tobing. Minati juga mengaku punya bukti<br />
kuat, gaya senam yang ia ajarkan di studionya<br />
merupakan karyanya sendiri.<br />
“Saya punya surat dari (Ditjen) HAKI (Hak<br />
Kekayaan Intelektual) bahwa senam saya dengan<br />
Roy Tobing berbeda. Surat itu dikeluarkan 26<br />
Februari 2015,” ucap perempuan berusia 56<br />
tahun itu saat menggelar jumpa pers di Jakarta.<br />
Kuasa hukum Minati, Razman Arif Nasution,<br />
mengatakan gaya senam Minati bernama body<br />
performance, berbeda dengan gerakan body<br />
language ciptaan Roy. Dalam body performance,<br />
ada teori pernapasan dan beberapa gerakan<br />
berbeda. Sedangkan karya senam Roy dikatakan<br />
Razman merupakan gerakan universal, yang<br />
bisa dilakukan semua orang.<br />
“Kalau gerakan Mbak Minati itu ada teorinya.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
HUKUM<br />
Minati didampingi<br />
pengacaranya, Razman Arif,<br />
memberi keterangan setelah<br />
melaporkan Roy Tobing.<br />
NOEL/DETIKCOM<br />
Teori itulah yang diinstrumenkan dalam praktek,<br />
sedangkan (gerakan) Roy Tobing itu lebih pada<br />
aspek universal, semua orang bisa,” ujar Razman<br />
ketika dihubungi via telepon.<br />
Karena itu, ia menilai laporan Roy tak berdasar.<br />
Tuduhan menjiplak gerakan senam sangat<br />
merugikan kliennya, yang kini memiliki sejumlah<br />
sanggar senam di Jakarta dan Bandung. Hal<br />
inilah yang mendasari pihaknya melaporkan<br />
balik Roy ke polisi.<br />
Razman juga meminta penyidik Direktorat<br />
Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya<br />
segera melakukan gelar perkara agar kasus<br />
pelanggaran hak cipta yang menjerat kliennya<br />
terang-benderang. Begitu juga dengan<br />
penetapan status tersangka untuk Minati yang,<br />
menurutnya, banyak kejanggalan.<br />
“Kalau Polda memaksakan status tersangka<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
HUKUM<br />
Kepala Bidang Humas<br />
Polda Metro Jaya<br />
Komisaris Besar<br />
Muhammad Iqbal<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
ini dilanjutkan, saya akan minta upaya hukum<br />
lain, termasuk praperadilan Polri,” ujar Razman<br />
mengancam.<br />
Razman juga membenarkan Minati pernah<br />
melaporkan istri pemilik sanggar senam R<br />
ke polisi lantaran diduga mempengaruhi<br />
instruktur yang bekerja di sanggar Minati dan<br />
beberapa siswanya agar pindah ke tempatnya.<br />
“Oleh Mbak Minati, itu dianggap teror,”<br />
tuturnya.<br />
Laporan di Kepolisian Resor Jakarta Selatan<br />
itu sempat berlanjut hingga penetapan terlapor<br />
sebagai tersangka. Namun, belakangan, Minati<br />
mencabut laporan tersebut.<br />
Pemilik sekolah senam R yang kini sudah<br />
ditutup itu kini malah berpihak di kubu Minati<br />
dan akan balik melaporkan I, yang pernah<br />
menjadi asisten Minati selama 10 tahun. Razman<br />
menduga I-lah yang mempengaruhi pendirian<br />
pemilik studio R. Murid Roy Tobing itu juga<br />
dituding sebagai aktor di balik “keributan” Roy<br />
dan Minati Atmanegara.<br />
Secara terpisah, Kepala Bidang Humas<br />
Polda Metro Jaya Komisaris Besar Muhammad<br />
Iqbal menyebut laporan dugaan pelanggaran<br />
hak cipta dengan terlapor Minati Atmanegara<br />
masih berjalan. Namun semua saksi sudah<br />
diperiksa sehingga tinggal dilakukan gelar<br />
perkara.<br />
“Penyidik Dit Reskrimsus tengah finishing,”<br />
ucapnya pekan lalu.<br />
Mengenai status Minati, pernyataan Iqbal<br />
berbeda dengan informasi yang diterima pihak<br />
Roy maupun Minati. Artis senior itu, menurut<br />
Iqbal, masih berstatus saksi. Untuk menetapkan<br />
seseorang sebagai tersangka, dibutuhkan<br />
minimal dua alat bukti. “Saat ini Minati belum<br />
tersangka,” kata Iqbal.<br />
Kendati demikian, Roy Tobing tetap optimistis<br />
laporannya akan terus ditindaklanjuti. Apalagi ia<br />
memiliki bukti-bukti, salah satunya video senam<br />
Minati saat bermain dalam film Quickie Express,<br />
yang ditayangkan 2007. Di situ, kata Roy, ada<br />
11 gerakan hasil karyanya. Dan perseteruan<br />
dua pencipta gerakan senam itu masih akan<br />
berlanjut. ■ ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
CRIME STORY<br />
DI BALIK KISAH JASAD<br />
DI TAMAN-BAGIAN II (SELESAI)<br />
FOTO SELFIE<br />
DI MALAM<br />
JAHANAM<br />
KELUARGA YAKIN PEMBUNUHAN<br />
NURJANAH SUDAH TERENCANA.<br />
KORBAN DIKENAL SEBAGAI<br />
SOSOK PENYAYANG.<br />
ILUSTRASI: DESI RISMAYANTI & EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
CRIME STORY<br />
SENIN, 31 Agustus 2015. Kehidupan<br />
rumah tangga Nurdin dan Nurjanah<br />
awalnya berjalan seperti biasa. Rutinitas<br />
dilakukan dari pagi hingga larut<br />
malam. Setelah menjalankan aktivitas masingmasing,<br />
pasangan suami-istri yang sama-sama<br />
bekerja itu pun bersiap menuju ke peraduan.<br />
Saat itu waktu hampir menunjukkan pukul<br />
21.30 WIB. Nurdin menjalankan salat, sementara<br />
Nurjanah, atau yang akrab disapa Nungki,<br />
melakukan aktivitas “kecil” seusai mandi.<br />
Perempuan berusia 32 tahun itu asyik berfoto<br />
selfie dengan hanya mengenakan handuk berwarna<br />
biru yang dibebat ke tubuhnya.<br />
Melihat Nurjanah bergaya bak model dan<br />
memotret diri sendiri mengenakan telepon<br />
seluler, hati Nurdin rupanya terusik. Ia lantas<br />
menegurnya. Nurdin, yang berusia 43 tahun,<br />
meminta istrinya berhati-hati. Sebab, bisa saja<br />
foto selfie itu disalahgunakan orang lain.<br />
Teguran itu juga didasari rasa cemburu yang<br />
sudah lama ia pendam. Nurdin mengaku kerap<br />
melihat istrinya tersenyum-senyum sendiri saat<br />
berkomunikasi lewat BlackBerry Messenger. Ia<br />
curiga Nungki saat itu sedang chatting dengan<br />
pria lain, yang ia duga sebagai pasangan<br />
selingkuhnya.<br />
Namun rupanya Nungki tak terima ditegur<br />
suami karena berfoto selfie. Ia malah mengeluarkan<br />
kata-kata yang diklaim Nurdin telah<br />
menyakiti hatinya. “Kenapa, enggak suka? Lihat<br />
aja, gua mau kabur sama dia (pria lain),” kata<br />
Nurdin, menirukan ucapan istrinya tersebut<br />
saat ditemui majalah detik di kantor Kepoli-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
CRIME STORY<br />
Kenapa, enggak suka? Lihat aja,<br />
gua mau kabur sama dia (pria lain).<br />
sian Sektor Gunung Putri, Kabupaten Bogor,<br />
Jawa Barat, beberapa waktu lalu.<br />
Nurdin, yang masih mengenakan kain sarung<br />
seusai salat, saat itu mencoba bersabar. Tapi,<br />
saat di kamar mandi, hatinya semakin galau<br />
memikirkan ucapan istrinya. Cukup lama ia<br />
berada di peturasan, sembari menghabiskan<br />
empat batang rokok, sebelum akhirnya menghabisi<br />
nyawa Nungki.<br />
Emosinya memuncak. Begitu keluar dari<br />
kamar mandi, Nurdin<br />
menghampiri dan<br />
mencekik istrinya di<br />
atas ranjang. Selama<br />
hampir 15 menit ia mencekik leher Nungki.<br />
Perlawanan wanita yang telah ia nikahi tujuh<br />
tahun itu seperti tak ada artinya. Perlahan-lahan<br />
ia lemas dan tewas.<br />
Setelah memastikan istrinya tak bernyawa,<br />
Nurdin sempat membiarkan mayat Nungki<br />
sekitar 5 jam. Jasad yang sudah dimasukkan ke<br />
dalam karung besar itu ia biarkan tergeletak<br />
di kamar. Nurdin tak ingin aksinya di “malam<br />
jahanam” itu diketahui putri sulung dari istri<br />
pertamanya, yang juga tinggal di rumah<br />
pasangan tersebut di Jalan Matador, Kelurahan<br />
Jatirangga, Kecamatan Pondok Gede, Kota<br />
Bekasi, Jawa Barat.<br />
Baru setelah hari berganti, atau Selasa, 1<br />
September 2015, dini hari, ia memutuskan<br />
membuang jasad Nungki. Pukul 02.00 WIB,<br />
Nurdin keluar dari rumah membawa mayat<br />
yang sudah terbungkus karung menggunakan<br />
sepeda motor Honda Beat berwarna oranye<br />
bernomor polisi B-3474-KSK.<br />
Korban “didudukkan” menghadap belakang<br />
di antara jok dan setang, sementara kakinya<br />
diikat tali karet pada pijakan kaki (footstep)<br />
bagian belakang. Tali karet itu masih terikat di<br />
salah satu kaki Nurjanah saat jasadnya ditemukan<br />
petugas kebersihan Kota Wisata, Kecamatan<br />
Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Selasa<br />
paginya (baca "Di Balik Kisah Jasad di Taman"<br />
bagian I, di majalah detik edisi 200).<br />
Sebelum dibuang di taman perumahan<br />
tersebut, korban sempat akan digeletakkan di<br />
pinggir jalan raya Cileungsi agar mudah ditemukan<br />
orang. Namun Nurdin akhirnya berubah<br />
pikiran dan mengarahkan sepeda motornya ke<br />
Kota Wisata.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
CRIME STORY<br />
Warga Jalan Matador, Saih, mengaku tidak pernah<br />
mendengar percekcokan di rumah tetangga<br />
dekatnya itu. Para tetangga baru tahu ada masalah<br />
antara Nurdin dan Nurjanah setelah pembunuhan<br />
terungkap. Warga cuma mendengar informasi<br />
sepintas mengenai penyebab cekcok yang berujung<br />
pada kematian Nungki.<br />
“Awalnya masalah HP bunyi, lalu yang angkat<br />
ceweknya (Nurjanah), kedengaran suara<br />
laki-laki, di situ dia (Nurdin) cemburu,” ujar pria<br />
berusia 45 tahun itu.<br />
Senada, Tajudin, 50 tahun, juga tak menyangka<br />
Nurdin tega menghabisi nyawa istrinya. Apalagi<br />
Nurdin, yang baru setahun bekerja sebagai<br />
pengemudi di sebuah perusahaan konsultan di<br />
Gunung Putri, tak pernah mengeluhkan soal<br />
rumah tangganya. Nurdin, yang sudah tiga<br />
tahun tinggal di tempat itu, juga dikenal aktif<br />
ikut kerja bakti dan arisan warga.<br />
Dua hari setelah jasad yang diduga sebagai<br />
Nurjanah ditemukan, kabar itu pun menyebar<br />
cepat di kalangan warga Jalan Matador. Seba-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
CRIME STORY<br />
Kita tidak curiga karena<br />
memang mereka terlihat akurakur<br />
aja.<br />
gai ketua RT, Tajudin berinisiatif menanyakannya<br />
kepada Nurdin. Namun kala itu Nurdin<br />
bilang istrinya sedang pergi ke Malang, Jawa<br />
Timur.<br />
“Kami tidak curiga karena memang mereka<br />
terlihat akur-akur aja,” tutur Tajudin saat ditemui<br />
secara terpisah.<br />
Namun versi berbeda soal sosok Nurdin diungkap<br />
Ahmad Nurfani, 36 tahun. Suami Ria<br />
Nuryati, adik kandung Nurjanah, itu mengaku<br />
pernah mendapat cerita bahwa Nurdin<br />
memang temperamental.<br />
Ia menduga sifat itu yang<br />
membuat kakak iparnya ingin<br />
bercerai.<br />
Paman Nurjanah, Solikhin,<br />
55 tahun, membenarkan cerita itu. Diakui Solikhin,<br />
hubungan keponakannya dengan sang<br />
suami memang sedang tidak harmonis. Bahkan<br />
anak perempuan Nurdin dari istri pertama ikut<br />
melerai jika pasangan itu bertengkar.<br />
Tidak seperti pengakuan pelaku bahwa,<br />
setelah membantai, ia sempat berupaya<br />
menyembunyikan aksinya dari anak perempuannya,<br />
Solikhin punya keterangan berbeda.<br />
Nurdin ternyata telah meminta putri<br />
sulungnya itu menginap di rumah neneknya<br />
di Bandung, Jawa Barat. Hal ini diketahui<br />
karena Nurdin sendiri bilang bahwa si sulung<br />
“diungsikan” ke Kota Kembang karena ia ada<br />
urusan keluarga.<br />
“Tidak lama malam harinya keponakan saya<br />
dihabisi pelaku,” ucap Solikhin.<br />
Juga tak seperti versi Nurdin, yang kerap<br />
mengumbar hal negatif soal Nurjanah, Ria Nuryati,<br />
28 tahun, menyebut kakaknya adalah sosok<br />
penyayang. Kendati tidak punya keturunan<br />
dari dua kali pernikahannya, Nurjanah sangat<br />
menyayangi anak-anak. Sifat itu ia curahkan<br />
kepada para keponakannya, sampai mereka<br />
memanggilnya “Bunda”.<br />
Mengenai masalah antara Nurjanah dan<br />
Nurdin, Ria mengaku tidak tahu karena Nurjanah<br />
tidak pernah curhat soal itu. Kendati<br />
begitu, Ria pernah mendengar dari tetangga<br />
Nurjanah bahwa kakaknya tersebut pernah<br />
dipukul Nurdin hingga terpaksa bersembunyi<br />
di rumah salah satu warga.<br />
“Tapi (setelah itu) akur lagi, enggak cekcok<br />
lagi. Memang begitu rumah tangganya,” kata<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
CRIME STORY<br />
Ria saat ditemui pertengahan September lalu.<br />
Pertemuan terakhir Ria dengan Nurjanah<br />
adalah saat sang kakak membayar paket arisan<br />
Lebaran ke rumahnya, di kawasan Jatirade,<br />
Jatisampurna, Bekasi. Saat itu Nurjanah, yang<br />
sempat memberi uang jajan kepada keponakannya,<br />
tampak diantar Nurdin.<br />
“Terakhir ketemu malam Selasa (1 September<br />
2015), itu sebelum almarhumah dihabisi pelaku,”<br />
ujar dia.<br />
Keluarga besar Nurjanah meyakini pembunuhan<br />
itu telah direncanakan matang, bukan<br />
spontan seperti pengakuan Nurdin kepada<br />
polisi. “Kalau spontan, kan dicekik aja, enggak<br />
perlu dianiaya sampai parah begitu,” tutur Ria.<br />
Kini mereka hanya berharap pelaku dijatuhi<br />
hukuman setimpal. ■<br />
FARHAN (BOGOR), EDWARD FEBRIYATRI KUSUMA | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
AIKO KURASAWA:<br />
AKUI<br />
PEMBANTAIAN,<br />
BARU<br />
REKONSILIASI<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
JEPANG SANGAT MENGAGUMI NASIONALISME BUNG KARNO, TAPI BERUBAH<br />
JADI PASIF PASCA-G-30-S 1965. PERNAH MENAWARKAN SUAKA POLITIK<br />
KEPADA BUNG KARNO?<br />
DAKARTA, bagi Aiko Kurasawa, sudah seperti<br />
kampung halamannya yang kedua. Sejak 1972<br />
hingga sekarang, di usia menginjak 68 tahun,<br />
profesor emeritus dari Universitas Keio itu<br />
rutin bolak-balik Tokyo-Jakarta. Baik untuk riset<br />
maupun sekadar menikmati suasana kampung<br />
di pinggiran Sungai Ciliwung, Lenteng Agung,<br />
Jakarta Selatan. Ia pernah dua tahun tinggal di<br />
kawasan elite Permata Hijau, tapi kemudian<br />
merasa lebih nyaman di Lenteng. “Sejak 1997,<br />
saya tinggal di sini. Kedua anak saya tumbuh<br />
dan besar di rumah ini,” kata Aiko tentang<br />
rumahnya yang berdiri di atas lahan seluas<br />
1.300 meter persegi itu.<br />
Di awal kariernya sebagai akademisi, ia<br />
sempat dimusuhi orang-orang tua di Jepang.<br />
Disertasinya tentang pendudukan Jepang di<br />
tanah Jawa, yang mengantarnya meraih PhD<br />
dengan yudisium cum laude dari Universitas<br />
Cornell pada 1988, dianggap banyak<br />
mengumbar aib tentara Jepang dan lebih<br />
berpihak kepada Indonesia. Disertasi yang<br />
ia tulis selama 20 tahun itu telah diterbitkan<br />
dalam bahasa Indonesia oleh Grasindo (1993)<br />
dan Komunitas Bambu (Januari 2015).<br />
Salah satu yang membuatnya mendalami<br />
tentang Indonesia adalah Tragedi 30<br />
September. Aiko, yang kala itu baru lulus<br />
SMA, tak mengira Bung Karno, yang sangat<br />
dicintai mayoritas orang Jepang, tiba-tiba<br />
jatuh. Padahal Bung Karno terlihat kuat dan<br />
pengaruhnya besar sekali. “Apa masalahnya...<br />
ini yang mendorong saya mempelajari<br />
Indonesia,” kata Aiko.<br />
Beberapa jam sebelum terbang kembali ke<br />
Tokyo, Aiko menerima majalah detik untuk<br />
membahas seputar G-30-S dari perspektif<br />
Jepang. Berikut ini petikannya.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
interpretasinya. Jadi peneliti Jepang ratarata<br />
menghindari memberi interpretasi yang<br />
jelas. Saya sendiri belum berani memberi<br />
keputusan.<br />
Video<br />
Terkait G-30-S, selain merupakan aksi<br />
sepihak PKI, ada yang menyebutnya<br />
sebagai buatan CIA dan konflik internal<br />
AD. Kalau versi Jepang?<br />
Boleh dikatakan tidak ada. Tidak ada yang<br />
secara jelas mengekspresikan salah satu<br />
Jadi Jepang baru mengerti setelah para<br />
jenderal diculik?<br />
Dalam arsip-arsip di Departemen Luar<br />
Negeri Jepang sama sekali tidak menyinggung<br />
aksi sepihak. Mungkin ada, tapi belum dibuka.<br />
Saya tidak tahu. Tapi arsip yang saya baca<br />
sama sekali tidak menyinggung aksi sepihak<br />
itu.<br />
Tapi Jepang memantau konflik antara<br />
komunis dan tentara sebelum peristiwa<br />
G-30-S?<br />
Kalau soal persaingan antara Angkatan<br />
Darat dan PKI, pemerintah Jepang mengerti.<br />
Itu politik di tingkat pusat. Jepang memantau.<br />
Tapi boleh dikatakan pemerintah Jepang tidak<br />
terlalu mengerti situasi di daerah.<br />
Setelah meletusnya peristiwa G-30-S?<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
Di Jepang, ada<br />
kubu yang tetap<br />
bersimpati pada<br />
Sukarno, yang<br />
diwakili Duta Besar<br />
Jepang Saito. Kubu<br />
kedua, kalangan<br />
businessman,<br />
bersikap sebaliknya.<br />
DIDIK DWI HARYANTO/DETIK TV<br />
Semula Jepang merasa yakin Sukarno<br />
mampu mengendalikan kaum komunis.<br />
Tapi, sekitar Oktober atau November 1965,<br />
Sukarno kelihatan sangat lemah dan tidak<br />
bisa mengendalikan baik tentara maupun<br />
kaum komunis. Sukarno tidak bisa mencegah<br />
pembantaian. Karena itu, Jepang sedikit demi<br />
sedikit mengambil jarak dengan Sukarno.<br />
Mengambil posisi diam, wait and see. Tidak<br />
berbuat apa-apa. Pasif.<br />
Memang di Jepang ada kubu yang tetap<br />
bersimpati pada Sukarno, yang diwakili Duta<br />
Besar Jepang Saito. Dia teman lama Bung<br />
Karno pada zaman Jepang bekerja sama di<br />
Gunseikanbu. Keduanya berteman akrab.<br />
Meski begitu, pada pertengahan atau akhir<br />
November, dia juga terpaksa mengambil<br />
keputusan pemerintah. Sebab, Sukarno tidak<br />
bisa mengikuti realitas politik. Masih ingin<br />
membela PKI dan mengatakan CIA berada di<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
Presiden Jokowi bersama Ibu<br />
Negara Iriana mengunjungi<br />
sumur tempat pembuangan<br />
jenazah para jenderal<br />
Angkatan Darat.<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
belakang peristiwa tersebut. Ini tidak sesuai lagi<br />
dengan perkembangan politik pada waktu itu.<br />
Dubes Saito juga mulai menyadari demikian.<br />
Kubu kedua memang agak keras pada Bung<br />
Karno, tapi tidak berani mengatakannya<br />
karena mainstream mendukung Bung Karno.<br />
Beberapa businessman ada di kubu ini. Mereka<br />
ada yang mendorong pemberontakan PRRI.<br />
Apa karena mereka merasa bisnisnya<br />
terancam Sukarno?<br />
Jepang tidak mempunyai kepentingan<br />
bisnis yang banyak di Indonesia pada waktu<br />
itu. Belum menanam modal. Beda dengan<br />
Amerika dan Inggris yang, sebelum Indonesia<br />
merdeka, sudah ada pertambangan. Kekayaan<br />
Jepang semua sudah diambil saat Jepang<br />
menyerah kepada Sekutu. Waktu itu, semua<br />
kekayaan dan perusahaan yang terkait Jepang<br />
di Indonesia direbut kembali oleh Belanda.<br />
Jadi Jepang sudah tidak punya apa-apa di<br />
Indonesia. Beda dengan Amerika dan Inggris,<br />
yang selalu khawatir perusahaan mereka akan<br />
diambil alih oleh Bung Karno.<br />
Bagaimana posisi Sukarno di mata<br />
pemerintah Jepang sebelum G-30-S?<br />
Boleh dikatakan hubungan antara Jepang<br />
dan Bung Karno itu sangat baik. Negara<br />
Barat banyak yang khawatir pada Bung<br />
Karno karena dinilai terlalu “kiri” dan terlalu<br />
ekstrem. Tetapi Jepang tidak begitu khawatir<br />
kepada Bung Karno. Jepang membedakan<br />
komunisme dengan nasionalisme. Sukarno<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
pun dinilai masih mampu mengendalikan<br />
Partai Komunis Indonesia. Mungkin bisa<br />
dikatakan Jepang menaruh simpati pada<br />
nasionalisme Sukarno.<br />
Saat Dewi datang ke Jepang pada Januari 1966,<br />
di media ada isu, mungkin Bung Karno akan ikut.<br />
Kalau Bung Karno meminta, saya kira Jepang<br />
akan menerima.<br />
DIDIK DWI HARYANTO/DETIK TV<br />
Setelah Perang Dunia II, kan Jepang dalam<br />
pengawasan Amerika. Kedekatan dengan<br />
Sukarno tak menjadi masalah?<br />
Posisi Jepang dengan Amerika memang<br />
berbeda terhadap Indonesia. Padahal, kalau<br />
hal lain, hampir sehaluan. Artinya, Jepang<br />
bersimpati ke Sukarno tapi Amerika tidak<br />
suka. Namun Amerika membiarkan posisi<br />
Jepang seperti itu. Karena mereka ingin<br />
memanfaatkan posisi Jepang. Melalui Jepang,<br />
Amerika bisa mendapatkan informasi. Kadangkadang<br />
kalau ingin menyampaikan sesuatu<br />
pada Indonesia bisa melalui Jepang. Jadi Jepang<br />
boleh dikatakan dimanfaatkan.<br />
Ketika Bung Karno dikucilkan Soeharto,<br />
ada upaya dari Jepang untuk meringankan<br />
beban Sukarno?<br />
Tidak. Justru karena itu Dewi kecewa pada<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
Sukarno, tapi tidak suka pada komunis. Kalau<br />
komunis hancur, Jepang juga senang.<br />
Aiko Kurasawa bersama<br />
Ketua Umum PDI Perjuangan<br />
Megawati di Jalan Kebagusan,<br />
Jakarta, beberapa tahun silam<br />
DOK. PRIBADI<br />
Jepang. Sebelumnya, hubungan dengan Bung<br />
Karno sangat baik, lalu sikap Jepang menjadi<br />
terlalu dingin. Membiarkan Bung Karno<br />
dikucilkan.<br />
Selain pengaruh tekanan Amerika dan<br />
Inggris, apa yang menyebabkan Jepang<br />
seperti itu?<br />
Sudah jelas, Jepang sendiri itu negara<br />
antikomunis. Meskipun bersimpati pada<br />
Benarkah Jepang pernah menawarkan<br />
suaka kepada Bung Karno?<br />
Dalam arsip Deplu tidak ada buktinya. Tapi<br />
saya pernah dengar dari seorang mantan<br />
menteri Bung Karno, namanya Setiadi. Dia<br />
menteri kelistrikan pro-Sukarno. Setiadi pernah<br />
dikirim ke Jepang sekitar Oktober-November.<br />
Menurut Setiadi, pemerintah Jepang,<br />
meskipun tidak secara resmi, menanyakan<br />
apakah Bung Karno mau mencari suaka atau<br />
tidak. Mungkin, kalau (Bung Karno) mau,<br />
Jepang menerima. Dan ada rumor di Jepang<br />
pada waktu itu, mungkin Bung Karno mencari<br />
suaka di Jepang. Saat Dewi (Ratna Sari Dewi,<br />
perempuan Jepang yang menjadi istri Bung<br />
Karno) datang ke Jepang pada Januari 1966, di<br />
media ada isu, mungkin Bung Karno akan ikut.<br />
Kalau Bung Karno meminta, saya kira Jepang<br />
akan menerima.<br />
Seberapa signifikan peran Ratna Sari<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
Sebelum Dewi, ada perempuan lain yang<br />
jadi penghubung. Nama marganya Kanesue.<br />
Perempuan ini akhirnya bunuh diri, mungkin<br />
karena dia putus asa kalah bersaing dengan<br />
Dewi. Tapi berita tentang dia tidak terlalu<br />
diekspos.<br />
Pemasangan batu nisan<br />
pada kuburan massal korban<br />
peristiwa 1965 di Dusun<br />
Plumbon, Kelurahan Wonosari,<br />
Kecamatan Ngaliyan, Semarang,<br />
1 Juni lalu.<br />
ANGLING ADHITYA PURBAYA/DETIKCOM<br />
Dewi dalam hubungan Indonesia-Jepang?<br />
Kalau sebelum G-30-S, peranannya<br />
penting karena waktu itu perusahaan<br />
tidak ada yang menanam modal di sini<br />
tapi banyak perusahaan Jepang yang ikut<br />
proyek pampasan perang. Tapi kan tender<br />
terbuka tidak ada, hanya tergantung pada<br />
Bung Karno mana yang disenangi. Peranan<br />
Dewi penting di situ sebagai pengantar dan<br />
mendorong Bung Karno (sehingga) mungkin<br />
agak gampang mendapatkan proyek itu.<br />
Siapa yang memperkenalkan dua<br />
perempuan ini pada Sukarno?<br />
Perusahaan Jepang. Jadi perusahaanperusahaan<br />
bersaing. Siapa yang mengenalkan<br />
perempuan yang cantik dan disenangi Bung<br />
Karno, itu yang menang. Yang paling hebat<br />
waktu itu Tonichi Trading Company, satu lagi<br />
Kinoshita Trading Company. Tonichi-lah yang<br />
memperkenalkan Dewi.<br />
Ada pengaruh Dewi saat Orde Baru bagi<br />
bisnis Jepang di Indonesia?<br />
Tidak bisa lagi. Dia sudah kembali ke Jepang<br />
sekitar Oktober 1966 untuk melahirkan.<br />
Setelah itu, tidak bisa kembali ke Indonesia<br />
lagi. Dia baru kembali menjelang Bung Karno<br />
meninggal pada 1970.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
Menggunakan mediator seperti Dewi?<br />
Yang memegang peranan penting itu Adam<br />
Malik sebagai Menteri Luar Negeri. Dia punya<br />
kawan-kawan dari Jepang yang dekat. Mantan<br />
tokoh-tokoh Gunseikanbu (pemerintah<br />
militer) yang sudah kenal dengan Adam Malik<br />
punya peranan penting di Jepang.<br />
Pelajar antikomunis di<br />
Bandung, Januari 1966<br />
CO RENTMEESTER/THE LIFE PICTURE<br />
COLLECTION/GETTY IMAGES<br />
Investasi Jepang justru besar saat Orde<br />
Baru....<br />
Itu memang wajar karena ekonomi Jepang<br />
saat itu sudah cukup kuat. Jepang mencari<br />
tempat menanam modal di luar negeri. Setelah<br />
Indonesia ada UU Penanaman Modal Asing,<br />
pemerintah dan perusahaan Jepang segera<br />
mengambil tindakan.<br />
Jepang pernah menjajah dengan kejam<br />
tapi tak ada sentimen anti-Jepang<br />
ketimbang anti-Tiongkok, ya?<br />
Sentimen itu relatif lemah dibandingkan<br />
negara-negara Asia Tenggara yang lain.<br />
Pemerintah Orde Baru tidak begitu senang<br />
jika ada rasa dendam pada Jepang. Karena<br />
mereka mementingkan hubungan ekonomi.<br />
Opini masyarakat itu didorong oleh pendapat<br />
pemerintahnya. Pemerintah Indonesia<br />
sendiri tidak suka kalau Jepang dikritik. Ini<br />
perasaan saya, ya, terutama pada masa Orde<br />
Baru. Pernah dengar kasus film Romusha<br />
tahun 1972 atau 1973? Film ini sudah lulus<br />
sensor, hampir mulai tayang, tapi tiba-tiba<br />
dilarang. Waktu itu, ada rumor ada tekanan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
dari pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang<br />
sangat sensitif, walau ada sedikit kritikan,<br />
mereka tidak senang. Pemerintah Orde Baru<br />
yang sudah tahu itu agak hati-hati supaya<br />
tidak menyinggung orang Jepang.<br />
Waktu isu jugun ianfu muncul, sikap<br />
pemerintah Indonesia tidak sekeras Korea<br />
Selatan atau Filipina. Pemerintah Indonesia<br />
tidak terlalu mendukung perjuangan ibu-ibu<br />
mantan jugun ianfu.<br />
Waktu isu jugun ianfu muncul, sikap pemerintah<br />
Indonesia tidak sekeras Korea Selatan atau Filipina.<br />
Pemerintah Indonesia tidak terlalu mendukung<br />
perjuangan ibu-ibu mantan jugun ianfu.<br />
DIDIK DWI HARYANTO/DETIK TV<br />
Anda punya pendapat soal wacana<br />
rekonsiliasi yang kembali menghangat?<br />
Paling tidak, pemerintah harus mengakui<br />
dulu bahwa ada pembantaian. Tapi, untuk<br />
sementara, secara resmi tidak mengakui, kan.<br />
Tidak mungkin aparat diadili atau pembayaran<br />
kompensasi. Saya kira itu tidak realistis. Tapi,<br />
kalau mengakui adanya pelanggaran HAM,<br />
itu bisa saja. Saya rasa salah satu sebab Gus<br />
Dur digulingkan adalah dia terlalu membela<br />
PKI.<br />
Selama ini yang banyak disorot hanya<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
Aiko tengah menyampaikan<br />
paparan dalam sebuah forum<br />
akademis<br />
DOK.PRIBADI<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
korban dari pihak PKI, sebaliknya keluarga<br />
para ustad yang jadi korban PKI tidak?<br />
Soal itu, kita harus mengadakan penelitian<br />
yang benar. Aksi sepihak pun penelitiannya<br />
belum cukup. Saya juga heran mengapa<br />
seperti itu. Mestinya, kalau itu benar terjadi<br />
(kekerasan oleh PKI terhadap para ustad),<br />
rezim Soeharto mendorong untuk diadakan<br />
penelitian. Tapi tidak, kan? Maka itu, saya masih<br />
ragu. Mungkin betul ada yang dibunuh, tapi<br />
apakah secara massal, saya masih ragu. Kalau<br />
betul secara massal, pasti banyak diketahui.<br />
Apalagi negara Barat, seperti Amerika, jika<br />
ada pembantaian pada unsur Islam yang<br />
dilakukan PKI, pasti akan di-blow-up. Jadi saya<br />
tidak berani bilang ada, tapi tidak berani juga<br />
bilang tidak ada. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERVIEW<br />
BIODATA<br />
NAMA: Aiko Kurasawa<br />
LAHIR: Osaka, Jepang, 26 Juni<br />
1946<br />
SUAMI: Inomata<br />
ANAK:<br />
• Hiromi<br />
• Isaka<br />
PENDIDIKAN:<br />
• Sarjana dari Fakultas Liberal<br />
Arts, Tokyo University, 1970<br />
• Master dari Tokyo University,<br />
1976<br />
• Doktor dari Cornell University,<br />
1988<br />
KARIER:<br />
• Dosen di Setsunan University,<br />
1982-1991<br />
• Asisten khusus Duta Besar<br />
Jepang di Jakarta, 1991-1993<br />
• Dosen di Nagoya University,<br />
1993-1997<br />
• Dosen di Fakultas Ekonomi<br />
Keio University, sejak 1997<br />
BUKU:<br />
• Mobilisasi dan Kontrol: Studi<br />
tentang Perubahan Sosial di<br />
Pedesaan Jawa, 1942-1945,<br />
Grasindo, 1993<br />
• Kuasa Jepang di Jawa, 1942-<br />
1945, Komunitas Bambu,<br />
Januari 2015<br />
• Peristiwa 1965, Persepsi<br />
dan Sikap Jepang, Penerbit<br />
Kompas, September 2015<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KOLOM<br />
KRETEK BUKAN<br />
WARISAN BUDAYA<br />
WARISAN BUDAYA HARUS MEMBERIKAN KEUNTUNGAN ATAU KEGUNAAN BAGI<br />
GENERASI MENDATANG.<br />
OLEH: PRIJO SIDIPRATOMO<br />
BIODATA<br />
NAMA:<br />
Dr Prijo Sidipratomo, SpRad<br />
TEMPAT/TANGGAL<br />
LAHIR:<br />
Jakarta, 11 Maret 1958<br />
ISTRI: Dr Diah Farida, Sp(A)<br />
BELAKANGAN ini kita mendengar adanya Rancangan Undang-Undang<br />
Kebudayaan, yang di dalam salah satu pasalnya diselipkan kretek sebagai<br />
warisan budaya bangsa. Apa definisi kretek atau rokok kretek? Rokok<br />
kretek menurut kamus Wikipedia bahasa Indonesia adalah “rokok yang<br />
menggunakan tembakau asli yang dikeringkan, dipadukan dengan saus cengkeh,<br />
dan saat diisap terdengar bunyi kretek-kretek”.<br />
Pembuatannya tidak bisa menggunakan mesin, masih memanfaatkan tangan<br />
perajin. Belakangan, berkembang menjadi industri setelah berpuluh tahun hanya<br />
merupakan industri rumah tangga.<br />
Ada upaya agar rokok ini dilestarikan menjadi warisan budaya bangsa. Apakah ini<br />
memang pantas? Kita harus mencari tahu terlebih dulu apa yang dimaksud dengan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KOLOM<br />
PENDIDIKAN<br />
l Pendidikan Dokter<br />
Fakultas Kedokteran<br />
Universitas Indonesia,<br />
1977-1983<br />
l Sekolah Spesialisasi<br />
Radiologi Fakultas<br />
Kedokteran Universitas<br />
Indonesia, 1986-1989<br />
KARIER<br />
l Kepala Puskesmas<br />
Kecamatan Kapuas<br />
Tengah, Kalimantan<br />
Tengah, 1984-1986<br />
l Dokter spesialis<br />
radiologi RS Zainal<br />
Abidin, Aceh, 1989-1992<br />
l Staf pengajar<br />
Departemen Radiologi<br />
Universitas Syiah Kuala,<br />
Aceh, 1989-1992<br />
l Staf pengajar<br />
Departemen Radiologi<br />
RSCM-FKUI, 1992<br />
warisan budaya bangsa itu.<br />
Warisan budaya, menurut Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan,<br />
Sains, dan Kebudayaan (UNESCO), didefinisikan sebagai berikut, “Cultural heritage<br />
is the legacy of physical artefacts and intangible attributes of group or society that are<br />
inherited from past generations, maintained in the present and bestowed for benefit<br />
of future generations.”<br />
Melihat dari definisi UNESCO, jelaslah bahwa suatu warisan budaya harus memberikan<br />
keuntungan atau kegunaan bagi generasi mendatang.<br />
Pelbagai rujukan di dunia kedokteran jelas menuliskan bahwa rokok memberikan<br />
dampak pada terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, berkontribusi<br />
terhadap kejadian stroke dan penyakit kanker atau keganasan pada saluran napas<br />
serta paru-paru. Seluruh penyakit tersebut memerlukan pembiayaan perawatan<br />
yang sangat mahal.<br />
Saat ini, dalam keadaan rokok, baik itu kretek maupun rokok putih, belum dilindungi<br />
undang-undang, kita sudah mempunyai data sebagaimana dilansir oleh<br />
Sonny Budiutomo dari Lembaga Demografi bahwa perokok remaja lelaki 15-19<br />
tahun sebanyak 37,3 persen, pengeluaran rumah tangga termiskin untuk rokok<br />
mencapai 13 persen, sementara untuk beras 19 persen. Membeli rokok merupakan<br />
pengeluaran terbesar dari rumah tangga miskin setelah membeli beras. Ini jauh<br />
melampaui dari kebutuhan untuk membeli telur, susu, dan protein. Angka ini konstan<br />
sejak 2003.<br />
Beban makroekonomi terkait konsumsi rokok dari penelitian Suwarta Kosen,<br />
yang dirilis pada 2012, sebesar Rp 245,4 triliun ini merupakan kerugian makroekonomi<br />
sebesar 4 kali lipat dari cukai yang diterima pemerintah pada 2010.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KOLOM<br />
hingga sekarang<br />
l Ketua Program<br />
Diploma Radiologi<br />
FKUI, 1997-2003<br />
l Ketua Ikatan Dokter<br />
Indonesia (IDI) Cabang<br />
Jakarta Pusat, 1994-<br />
2001<br />
l Ketua IDI Wilayah DKI<br />
Jakarta, 2001-2006<br />
l Kepala Bagian<br />
Radiologi RSCM, 2002-<br />
2004<br />
l Ketua Perhimpunan<br />
Dokter Spesialis<br />
Radiologi Indonesia,<br />
2003-2006<br />
l Wakil Dekan Bidang<br />
Nonakademik FKUI,<br />
2004-2008<br />
l Presiden IDI, 2006-2009<br />
l Ketua Umum IDI, 2009<br />
hingga sekarang<br />
Data yang dirilis Kementerian Kesehatan, 67 persen penduduk lelaki Indonesia<br />
adalah perokok. Data ini merupakan yang terbesar di dunia, sedangkan prevalensi<br />
perokok di Indonesia sebesar 34,8 persen.<br />
Data lain dari Kementerian Keuangan terkait roadmap rokok, yang menargetkan<br />
260 miliar batang pada 2015, ternyata saat ini telah mencapai 362 miliar batang. Artinya,<br />
terdapat kelebihan 102 miliar batang dari target. Merujuk data-data tersebut,<br />
jelas konsumsi rokok meningkat di Indonesia.<br />
Kalau kita melihat pada bungkus rokok, jelas dituliskan betapa berbahayanya<br />
produk tersebut. Belum lagi peringatan bergambar yang juga ditampilkan pada<br />
bungkusnya. Menilik semua itu, tidak sepatutnya<br />
bila rokok kretek dianggap sebagai warisan budaya<br />
karena sama sekali tidak punya dampak keuntungannya<br />
bagi generasi selanjutnya. Sebaliknya, rokok<br />
hanya meluaskan kerugian yang harus ditanggung<br />
oleh bangsa ini ke depannya.<br />
Pada saat ini, tanpa perlindungan<br />
dari undang-undang pun<br />
produksi rokok sudah<br />
melampaui target. Tidak<br />
tanggung-tanggung, lebih<br />
dari 100 miliar batang.<br />
Bisa dibayangkan, apabila<br />
ada undang-undang yang<br />
melindungi rokok, negeri<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KOLOM<br />
l Ketua Komnas<br />
Pengendalian<br />
Tembakau, 2011 hingga<br />
sekarang<br />
PRAKTEK<br />
l Rumah Sakit Cipto<br />
Mangunkusumo,<br />
Jakarta<br />
l RS Siloam Karawaci,<br />
Tangerang<br />
ORGANISASI<br />
l Ikatan Dokter Indonesia<br />
l Komnas Pengendalian<br />
Tembakau<br />
l Perhimpunan Dokter<br />
Spesialis Radiologi<br />
Indonesia<br />
ini akan menjadi surga bagi industri rokok.<br />
Ini sesuai dengan apa yang disampaikan sosiolog Imam B. Prasodjo dalam diskusi<br />
“Wujudkan Sumber Daya Manusia yang Tangguh” di Gedung Joang Jakarta<br />
pada 30 September 2015 bahwa industri rokok menjadikan Indonesia sebagai surga<br />
karena di sinilah satu satunya negara yang tidak melakukan perlindungan yang<br />
wajar terhadap warganya.<br />
Jika kita rangkum, sesungguhnya rokok, baik itu rokok putih maupun kretek, sama<br />
saja, yakni produk yang mengandung racun dan bahan berbahaya, yaitu zat adiktif,<br />
yang bisa menyebabkan pemakainya kecanduan. Kerugian akibat pemakaian rokok<br />
secara kesehatan jelas sekali dan bahan rujukannya banyak.<br />
Jadi kretek tidak dapat dikategorikan sebagai warisan budaya karena secara definisi<br />
tidak cocok.<br />
Jika kita ingin melihat generasi emas bangsa Indonesia bisa merayakan kemerdekaan<br />
ke-100 pada 30 tahun lagi, sebaiknya kretek tidak tertera pada pasal RUU<br />
Kebudayaan. Begitu juga tidak perlu adanya RUU Pertembakauan, yang sama sekali<br />
tidak berpihak pada upaya membangun bangsa yang tangguh. n<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
TUMBAL<br />
DARAH<br />
SALIM<br />
‘KANCIL’<br />
SALIM “KANCIL” DIBUNUH DENGAN SANGAT SADIS.<br />
PULUHAN PREMAN MENGEROYOK PRIA KURUS ITU<br />
GARA-GARA TERUSIK OLEH PROTESNYA. SALIM MINTA<br />
PENAMBANGAN PASIR ILEGAL DIHENTIKAN.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Pegiat lingkungan yang<br />
tergabung dalam solidaritas<br />
Surabaya untuk Salim "Kancil"<br />
berunjuk rasa di Surabaya,<br />
Jawa Timur, Kamis (1/10).<br />
UMARUL FARUQ/ANTARA FOTO<br />
saya ingin berjuang kayak<br />
Pak Karno!”<br />
“Tapi wong saya tidak bisa<br />
“TIK,<br />
nulis kok ingin kayak Pak<br />
Karno.”<br />
Guyonan Salim alias Kancil atau juga dikenal<br />
sebagai Salim “Kancil” itu masih dikenang sang<br />
istri, Tijah. Hari itu Salim begitu jengkel karena<br />
merasa diperlakukan tidak adil oleh Kepala<br />
Desa Selok Awar-Awar, Hariyono.<br />
Ia ingin punya keberanian melawan<br />
penindasan itu seperti Bung Karno melawan<br />
penjajah. Salim tidak mau lagi diam atas<br />
tambang pasir yang telah merusak sawahnya,<br />
juga desanya. Salim merasa menjadi korban<br />
yang dirugikan.<br />
Desa Salim merupakan salah satu desa<br />
tambang pasir di Kecamatan Pasirian, Lumajang,<br />
Jawa Timur. Penambangan ini bermula pada<br />
1998 ketika PT Aneka Tambang (Antam)<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Situasi terakhir bekas<br />
penambangan pasir yang<br />
ditolak Salim "Kancil" (3/10)<br />
M AMINUDIN/DETIKCOM<br />
mengantongi izin usaha pertambangan<br />
eksplorasi. Tapi eksplorasi ini hanya bertahan<br />
selama 3 tahun karena tidak menghasilkan<br />
keuntungan.<br />
PT Antam lantas menutup operasi tambang.<br />
Namun mereka mengajukan permohonan izin<br />
usaha eksplorasi kembali pada 2009 karena<br />
harga jual pasir besi di pasar internasional<br />
melambung. Eksplorasi dilakukan oleh anak<br />
perusahaan PT Antam, PT Antam Resourcindo.<br />
Warga menolak keras sehingga eksplorasi ini<br />
pun urung.<br />
Namun ternyata puluhan perusahaan antre<br />
untuk melakukan eksplorasi. Data Perizinan<br />
Sektor Pertambangan Pantai Selatan Lumajang<br />
mencatat terdapat 60 perusahaan yang<br />
memegang konsesi pasir besi.<br />
Konsesi pasir besi di Pantai Watu Pecak<br />
di Desa Selok dimiliki oleh PT Indo Modern<br />
Mining Sejahtera (IMMS). Perusahaan ini<br />
memiliki lahan konsesi terbesar, seluas 2.744<br />
hektare di enam kecamatan dan 872,6 hektare<br />
di satu kecamatan.<br />
Namun perjalanan perusahaan ini buruk<br />
karena terus-menerus menuai penolakan.<br />
Puncaknya adalah pada 2013, saat warga Desa<br />
Bades, Kecamatan Pasirian, membakar kantor<br />
lapangan PT IMMS karena dituding ingkar<br />
memberikan dana tanggung jawab sosial<br />
perusahaan (corporate social responsibility).<br />
Pada 2014, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Sejak ada Backhoe (ekskavator) itu.<br />
Kurang-lebih dua tahun. Ini kan sawah<br />
Pak Kancil. Nah, Kepala Desa bikin<br />
(tempat) parkir motor di situ.<br />
istri Salim "Kancil", Tijah<br />
BAHTIAR/DETIKCOM<br />
mengaitkan PT IMMS dengan kasus dugaan<br />
gratifikasi hak konsesi. Aktivitas tambang PT<br />
IMMS pun beku pada tahun yang sama.<br />
Sepeninggal PT IMMS, aktivitas tambang<br />
bukan berarti berhenti. Kali ini penambangan<br />
liar yang membuat masalah. Mereka pun<br />
mengganggu lahan milik petani, di antaranya<br />
Salim. Salim memiliki sebidang tanah seluas 6<br />
petak. Namun tanahnya rusak dipakai untuk<br />
area parkir kendaraan operasional tambang.<br />
Sejak dua tahun lalu tanah itu tidak bisa digarap.<br />
“Sejak ada Backhoe<br />
(ekskavator) itu. Kuranglebih<br />
dua tahun. Ini<br />
kan sawah Pak Kancil.<br />
Nah, Kepala Desa bikin<br />
(tempat) parkir motor<br />
di situ,” kata Tijah, yang<br />
biasa dipanggil Tik oleh Salim.<br />
Gantungan hidup Salim benar-benar lenyap.<br />
Maklum, Salim dan istrinya buta huruf. Ia<br />
dijanjikan uang pengganti, namun satu kali<br />
diberi Rp 1 juta, janji itu lantas tinggal omong<br />
kosong. Salim dipingpong antara Hariyono dan<br />
Desir untuk mendapat bagi hasil parkir. “Saya<br />
malu minta-minta begitu, Tik. Sakit hati ini,”<br />
kata Salim ditirukan Tijah.<br />
Salim pun menggalang kekuatan bersama<br />
kelompok petani, buruh tani, dan nelayan untuk<br />
melawan praktek tambang. Apalagi Salim tahu<br />
Hariyono telah menipu mereka. Kepala Desa<br />
awalnya mengatakan akan membuka proyek<br />
wisata di Pantai Watu Pecak. Namun semua<br />
hanya kedok untuk bisnis pengerukan pasir.<br />
Lalu-lalang truk dan pengerukan pasir<br />
memakai ekskavator membuat mata pencarian<br />
dan lingkungan Desa Selok rusak. Sawah tidak<br />
bisa ditanami akibat empasan air penutup<br />
lubang galian, nelayan susah melaut karena<br />
wajah pantai rusak. Jalan-jalan rusak, hingga<br />
debu pasir yang beterbangan menjadi polusi.<br />
Sebelum ada tambang pasir, kawasan pantai<br />
itu menjadi penghasilan tersendiri bagi warga.<br />
Kerabat Salim, Mulyadi, mengaku menggarap<br />
cemara laut. Namun tanamannya kini hampir<br />
habis karena tak ada pasir untuk tempat<br />
tumbuh. “Rusak hancur-hancuran, merugikan<br />
orang banyak,” ujarnya.<br />
Salim dan 12 warga yang dirugikan oleh<br />
tambang pasir lantas membentuk Forum<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Polisi melakukan olah TKP<br />
pembunuhan Salim "Kancil"<br />
(26/9).<br />
M AMINUDIN/DETIKCOM<br />
Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok<br />
Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten<br />
Lumajang. Mereka ingin penambangan pasir<br />
dihentikan dari desa mereka.<br />
Perlawanan Salim dan kawan-kawan<br />
tidak sembarangan. Ia berkoordinasi dan<br />
membangun komunikasi dengan jaringan<br />
organisasi nasional, seperti Jatam, Walhi,<br />
Kontras Surabaya, dan Forum Indonesia Hijau.<br />
Mereka menggelar demonstrasi perdana pada<br />
Rabu, 9 September 2015.<br />
Aksi ini menghasilkan kesepakatan dengan<br />
Kepala Desa untuk menghentikan aktivitas<br />
tambang. Namun kesepakatan ini justru<br />
ditindaklanjuti dengan ancaman teror dan<br />
pembunuhan. Ancaman ini sudah dilaporkan<br />
ke Polres Lumajang pada Jumat, 11 September.<br />
● ● ●<br />
Pagi itu Tijah mengawali hari seperti pagi<br />
lainnya. Ia berangkat mencari rambanan,<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Tersangka pembunuhan Salim<br />
"Kancil" di Polda Jatim (30/9).<br />
ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />
dedaunan untuk pakan kambingnya. Ia sama<br />
sekali tidak mendapat pertanda pagi itu akan<br />
mendatangkan musibah paling kelam dalam<br />
hidupnya.<br />
Tijah segera menuntun sepedanya ketika sang<br />
suami, Salim, berbenah diri sebelum menggelar<br />
demonstrasi. Anak mereka, Dio Eka Saputra,<br />
rencananya akan ikut berdemonstrasi.<br />
Sehari sebelumnya, Salim menggelar<br />
koordinasi masyarakat untuk melakukan aksi<br />
penolakan tambang pasir. Pihak seberang,<br />
Hariyono, juga menggelar rapat tertutup di<br />
rumahnya untuk mengantisipasi demonstrasi<br />
itu.<br />
Tidak lama setelah Tijah mengayuh sepeda<br />
menjauhi rumahnya, gerombolan pria marah<br />
datang. Sekitar 40 orang, berboncengan sepeda<br />
motor, membawa aneka senjata, dari kayu<br />
pemukul, celurit, hingga pacul. Mereka langsung<br />
menyasar Salim, yang tengah menggendong<br />
cucunya.<br />
Gerombolan ini dipimpin Desir, preman Desa<br />
Selok Awar-Awar. Salim menurunkan cucunya.<br />
Gerombolan ini pun menangkap Salim dan<br />
langsung memukulinya hingga berdarah.<br />
Anak buah Desir antara lain Eksan, Tomin,<br />
Tinarlap, Siari, Tejo, Eli, Sio, Besri, Suket, Siaman,<br />
Jumunam, Satuwi, Timar, Buri, Misto, Parman,<br />
dan Satrum.<br />
Dio lari dan menggedor rumah Iman, adik<br />
Salim, yang bersebelahan dengan keluarganya.<br />
Mendengar keributan itu, Iman beranjak dari<br />
kandang kambing di pekarangan belakang, tapi<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Laporan Tosan ke kepolisian<br />
soal ancaman kekerasan yang<br />
dialaminya<br />
BAHTIAR/DETIKCOM<br />
tidak dapat berbuat<br />
apa-apa. “Tidak boleh<br />
melerai, takut diserbu.<br />
Kalau mengejar, takut<br />
dibacok juga,” ujarnya.<br />
Iman menuturkan,<br />
Salim diseret, lantas<br />
dinaikkan ke sepeda<br />
motor dan dibawa<br />
ke balai desa. Di<br />
sini, Salim kembali<br />
dianiaya. Pemukulan<br />
berlanjut di depan<br />
keramaian. Siswa-siswi<br />
dan guru pendidikan<br />
anak usia dini, yang<br />
biasa beraktivitas<br />
di dekat balai desa,<br />
sempat menyaksikan<br />
kebrutalan gerombolan ini.<br />
Di balai desa, Salim juga disetrum. Tidak<br />
lama kemudian, pria kurus itu dibawa ke area<br />
pemakaman desa yang sepi. Eksekusi dilakukan.<br />
Salim dilempari batu, kemudian dibunuh dan<br />
dibiarkan di tengah jalan dekat pemakaman.<br />
“Ketika saya sampai di sana, sudah banyak<br />
polisi. Aku mau nyamperin enggak boleh<br />
sama orang-orang. Ya, saya nurut,” cerita<br />
Tijah sedih.<br />
Tijah benar-benar tidak percaya suaminya<br />
akhirnya menjadi korban pembunuhan. Salim<br />
pernah bercerita ia akan dibunuh oleh kelompok<br />
preman yang dibentuk Hariyono. Ia juga sudah<br />
sering dipanggil ke balai desa. “Saya mau<br />
dibunuh tim-tim itu, Tik,” cerita Salim seperti<br />
ditirukan Tijah.<br />
Forum sebenarnya sudah melaporkan<br />
ancaman pembunuhan itu ke Polres Lumajang.<br />
Sayang, tidak ada satu aparat pun yang<br />
mengantisipasi gentingnya situasi itu. Tidak<br />
ada yang menghentikan aksi preman Hariyono<br />
itu saat menyisir desa, mencari para penolak<br />
tambang pasir. Gerombolan preman ini<br />
berencana memberi pelajaran terhadap enam<br />
orang anggota Forum.<br />
Sebelum mengeksekusi Salim, gerombolan<br />
ini mendatangi Tosan. Saksi mata penganiayaan<br />
Tosan, Imam, menyebutkan dirinya sebelumnya<br />
turut disasar. Namun, karena Tosan<br />
menampakkan diri, mereka lantas mengalihkan<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Tosan dirawat di RS Saiful<br />
Anwar, Malang<br />
BAHTIAR/DETIKCOM<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
sasaran pada Tosan. Penganiayaan ini pun<br />
dilakukan di depan keramaian.<br />
“Kalau mau minta tolong, sebenarnya warga<br />
yang melihat banyak, tapi enggak ada yang<br />
berani. Mereka bawa senjata tajam,” tutur<br />
Imam.<br />
Tosan kini dalam kondisi kritis di sebuah rumah<br />
sakit di Malang, Jawa Timur. “Awalnya mulai sehat.<br />
Tapi, setelah tahu temannya, Pak Salim ‘Kancil’,<br />
meninggal, Bapak kembali drop,” kata istri Tosan,<br />
Ati.<br />
Polisi menetapkan 22 orang, termasuk<br />
Hariyono, sebagai tersangka pembunuhan<br />
Salim dan penganiayaan Tosan. Setelah tragedi<br />
berdarah ini akhirnya tambang pasir di Selok<br />
Awar-Awar ditutup. Tim Kerja Perempuan dan<br />
Tambang memperingatkan kasus Salim bisa<br />
terulang mengingat banyaknya pertambangan<br />
di negeri ini. "Saya sudah memerintahkan<br />
jajaran untuk mengusut tuntas." kata Kapolri<br />
Jenderal Badrodin Haiti. ■<br />
BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN | ARYO BAHWONO<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015<br />
MAJALAH DETIK 28 SEPTEMBER - 4 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
JEJAK PERLAWANAN<br />
SALIM ‘KANCIL’<br />
PENOLAKAN terhadap penambangan<br />
pasir di pantai selatan<br />
Lumajang, Jawa Timur, berlangsung<br />
sejak 2012. Protes itu berujung<br />
pada tragedi berdarah pada Sabtu,<br />
26 September 2015.<br />
Saat itu kelompok pro-penambangan<br />
menyerang petani pemrotes,<br />
Salim alias Kancil, 46 tahun,<br />
dan Tosan, 51 tahun. Salim tewas<br />
dianiaya, sedangkan Tosan terluka<br />
berat akibat disiksa.<br />
Berikut ini runutan kejadian selama 2015 hingga meninggalnya<br />
Salim di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang.<br />
JANUARI 2015<br />
Warga lewat Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok<br />
Awar-Awar menyurati Kepala Desa Selok Awar-Awar, Camat<br />
Pasirian, dan Bupati Lumajang mengenai masalah penambangan<br />
pasir yang merugikan warga.<br />
JUNI 2015<br />
Forum minta bertemu dengan Bupati Lumajang buat mengadukan investor yang<br />
menyebut akan membuka bisnis pariwisata. Setelah direstui warga, ternyata yang<br />
masuk adalah perusahaan penambang pasir besi. Bupati hanya mengutus camat<br />
buat menemui warga.<br />
9 SEPTEMBER 2015<br />
Forum berunjuk rasa dan menyetop aktivitas penambangan pasir serta mencegat<br />
truk pasir di Balai Desa Selok Awar-Awar. Aksi ini ditanggapi Kepala Desa Hariyono<br />
dengan meneken surat pernyataan menghentikan penambangan pasir.<br />
11 SEPTEMBER 2015<br />
Forum melaporkan ancaman ke Polres Lumajang.<br />
Kasat Reskrim Ajun Komisaris Heri Sugianto<br />
menjanjikan pengamanan dari Polsek Pasirian.<br />
21 SEPTEMBER 2015<br />
Forum melaporkan penambangan liar oleh aparat Desa<br />
Selok Awar-Awar di kawasan hutan milik Perhutani<br />
kepada Polres Lumajang.<br />
10 SEPTEMBER 2015<br />
Beredar ancaman pembunuhan<br />
terhadap anggota Forum oleh<br />
sekelompok preman yang diduga<br />
suruhan Kepala Desa Hariyono.<br />
19 SEPTEMBER 2015<br />
Forum menerima surat pemberitahuan dari Polres<br />
Lumajang bahwa kasus ancaman pembunuhan itu<br />
sudah mulai disidik.<br />
25 SEPTEMBER 2015<br />
Forum menyiapkan unjuk rasa terhadap<br />
penambangan pasir yang akan digelar esok hari<br />
pukul 07.30 WIB.<br />
26 SEPTEMBER 2015<br />
07.00 WIB<br />
Tosan bersama Imam menyebar selebaran ajakan unjuk rasa di depan rumahnya di<br />
Dusun Persil. Seorang pria memarahinya.<br />
07.30 WIB<br />
Sekitar 40 orang mendatangi rumah Tosan dan mengeroyoknya. Imam<br />
disuruh Tosan menyelamatkan diri. Tosan juga lari dengan sepeda tapi<br />
dikejar dan dianiaya.<br />
Anggota Forum, Ridwan, mendengar kabar pengeroyokan dan mencari<br />
Tosan. Ia berhasil menghentikan penganiayaan setelah menantang<br />
Desir, yang memimpin kelompok penyerang. Ridwan membawa Tosan ke<br />
Puskesmas Pasirian dan akhirnya dilarikan ke RSUD Malang.<br />
08.00 WIB<br />
Dari rumah Tosan, penyerang mendatangi rumah Salim di Dusun Krajan I. Salim diikat<br />
tangannya dan dipukuli. Ia digiring sejauh sekitar 2 kilometer ke Balai Desa Selok<br />
Awar-Awar. Penyiksaan berlanjut di balai desa hingga pukul 08.30 WIB. Di balai desa, Salim<br />
disetrum. Akhirnya Salim dibawa ke arah makam desa dan dibunuh.<br />
29 SEPTEMBER 2015<br />
Polres Lumajang menangkap 22 tersangka pembunuhan Salim dan<br />
penganiayaan terhadap Tosan. Dua tersangka tak ditahan karena<br />
masih 16 tahun.<br />
1 OKTOBER 2015<br />
Hariyono, yang sebelumnya hanya tersangka penambangan liar,<br />
akhirnya ditetapkan Polres Lumajang sebagai tersangka otak<br />
pembunuhan Salim dan penganiayaan Tosan.<br />
Kapolres Lumajang Ajun Komisaris Besar Fadly Munzir Ismail<br />
memindahkan semua tersangka ke Polda Jatim dan menutup lokasi<br />
pertambangan pasir ilegal.<br />
PENGGAGAS FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT<br />
PEDULI DESA SELOK AWAR-AWAR<br />
Salim “Kancil”<br />
Tosan<br />
Iksan Sumar<br />
Ansori<br />
Sapari<br />
Abdul Hamid<br />
Turiman<br />
M. Haryadi<br />
Rosyid<br />
Mohammad Imam<br />
Ridwan<br />
Cokrowidodo R.S.<br />
TERSANGKA:<br />
Kepala Desa Selok Awar-Awar Hariyono<br />
Tedjo, Ngatiman, Elisandi, Harmoko, Timartin, Rudi, Edi Santosa, Madasir, Widianto, Sukit, Hendrik,<br />
Buri, Farid, Muhamad Subadri, Slamet, Siari, Siaman, Edor Hadi Kusuma, dan Dodik Hartono. Dua<br />
anak yang jadi tersangka adalah IL dan AA<br />
PENYERANG VERSI KESAKSIAN WARGA YANG BELUM JADI TERSANGKA:<br />
Desir, Eksan, Tomin, Tinarlap, Budi, Sio, Besri, Jumunam, Misto, Parman, dan Satrum<br />
SUMBER: KOMISI UNTUK ORANG HILANG DAN KORBAN TINDAK KEKERASAN (KONTRAS) SURABAYA | OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
SANG DALANG &<br />
AJUDAN MATA DUITAN<br />
“SEMUA INI KARENA DUIT. MEREKA BUTA.”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Aksi mahasiswa menuntut<br />
penuntasan kasus Salim<br />
"Kancil" di Bundaran Sekartaji,<br />
Kota Kediri, Jawa Timur, Jumat<br />
(2/10).<br />
PRASETIA FAUZANI/ANTARA FOTO<br />
RUMAH itu paling mewah di Desa Selok<br />
Awar-Awar. Bangunannya besar,<br />
dan tidak cuma satu, tapi dua unit.<br />
Salah satu bangunannya masih baru.<br />
Letaknya hanya sekitar 20 meter di belakang<br />
balai desa. Pemiliknya tidak lain adalah Hariyono,<br />
sang kepala desa, yang tentu saja kaya raya.<br />
Selok Awar-Awar merupakan satu dari banyak<br />
desa di Kecamatan Pasirian, Lumajang, Jawa<br />
Timur, yang menjadi lokasi penambangan pasir<br />
muntahan Gunung Semeru. Berdasarkan data<br />
tahun 2010, desa itu berpenduduk 8.000 jiwa.<br />
Namun tidak seluruh penduduk Selok Awar-<br />
Awar menjadi penambang. Mereka sebagian<br />
menggantungkan hidup pada hasil pertanian.<br />
Awalnya, Hariyono bukanlah orang terpandang<br />
di Desa Selok. Ia hanyalah warga biasa<br />
yang berbisnis jual-beli sepeda motor yang<br />
kreditnya macet. Ia bertarung dalam pemilihan<br />
kepala desa dengan dana cekak. Banyak sokongan<br />
diberikan, termasuk oleh Salim alias Kancil.<br />
Salim, yang merupakan petani, membujuk para<br />
petani lain agar mendukung Hariyono.<br />
“Saya dan Pak Salim mati-matian menolong<br />
Hariyono. Nyari singkong untuk orang-orang<br />
(pendukung Hariyono),” kata kerabat Salim,<br />
Mulyadi, kepada majalah detik.<br />
Akhirnya Hariyono berhasil memimpin Selok.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Rumah Kepala Desa Hariyono<br />
BAHTIAR/DETIKCOM<br />
Ia terpilih menjadi kepala desa pada 2006. Dua<br />
tahun menjabat, Hariyono mulai kreatif mencari<br />
uang. Karena Selok merupakan desa tambang<br />
pasir, Hariyono pun memungut kutipan terhadap<br />
setiap truk pengangkut pasir. Setiap truk<br />
yang lewat dikenai pungutan Rp 15 ribu. Alasannya<br />
untuk mengisi kas desa.<br />
Hariyono lantas melegalkan pungutan itu<br />
dengan menerbitkan peraturan desa. Untuk<br />
menjaga pungutan itu langgeng, Hariyono<br />
mengerahkan kelompok preman yang dinamai<br />
Tim 12. Tim yang juga disebut “ajudan desa” itu<br />
merupakan bagian dari tim sukses Hariyono<br />
saat maju dalam pemilihan kepala desa untuk<br />
periode kedua. Tim tersebut dibentuk untuk<br />
menyerang secara fisik kubu lawan yang berbuat<br />
curang. Misalnya, “Pak, ada yang kasih uang.<br />
Nah, langsung serang, begitu lo,” ujar Mulyadi,<br />
yang pernah ditawari masuk Tim 12.<br />
Sukses terpilih kembali, Hariyono menambah<br />
tugas untuk Tim 12. Para preman itu menjaga<br />
portal-portal tempat truk keluar-masuk mengangkut<br />
pasir dari Watu Pecak. Ada tiga portal<br />
yang dijaga oleh Tim 12. Dua di antaranya berada<br />
di luar Desa Selok Awar-Awar. Tarif yang<br />
dikenakan pun naik dari Rp 15 ribu menjadi Rp<br />
35 ribu.<br />
Aktivis tambang Lumajang, Arsyad Subekti,<br />
mengatakan, apabila dalam sehari saja ada 300<br />
truk yang melintasi portal, setidaknya Hariyono<br />
bisa mengeruk Rp 10 juta.<br />
Tidak sembarang orang bisa melewati portal<br />
yang dijaga ketat tersebut, bahkan petugas Perum<br />
Perhutani. Kebetulan salah satu jalan masuk<br />
ke tambang Watu Pecak melewati hutan jati<br />
yang dikelola Perhutani. “Mulai jalan utama ke<br />
lokasi saja kami susah. Mau motret-motret juga<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Ketua DPRD Lumajang Agus<br />
Wicaksono<br />
DETIKSURABAYA<br />
susah,” kata Misbakhul Munir, 42 tahun, Wakil<br />
Administrator Perhutani Sub-Kesatuan Pemangkuan<br />
Hutan Lumajang, kepada majalah detik.<br />
Usaha tambang pasir itu makin lancar dengan<br />
keber adaan Desir sebagai pemimpin Tim 12.<br />
Desir merupakan Ketua Lembaga Masyarakat<br />
Desa Hutan. Lembaga masyarakat ini punya<br />
wewenang bekerja sama dengan Perhutani<br />
untuk mengelola hutan. Namun, Misbakhul<br />
mengatakan, tidak ada kerja sama Perhutani<br />
dengan aktivitas pertambangan.<br />
Hariyono kemudian semakin serakah. Ia tidak<br />
hanya mengenakan pungutan terhadap truk<br />
pasir. Ia pun mulai melakukan penambangan<br />
langsung secara ilegal di desanya. Juga dengan<br />
mengerahkan anggota Tim 12.<br />
Hariyono mengelabui warga, termasuk Salim,<br />
dengan mengatakan akan mengembangkan<br />
sektor wisata di Watu Pecak. Namun, yang terjadi,<br />
truk-truk pengangkut pasir besi hilir-mudik<br />
dari lokasi pertambangan. Satu dump truck pasir<br />
dihargai Rp 270 ribu. "Tim 12 yang mengeruk.<br />
Satu hari itu 300 truk. Satu truk paling sedikit<br />
membawa 12 ton," ujar Sapari, rekan Salim di<br />
Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa<br />
Selok Awar-Awar<br />
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten<br />
Lumajang Agus Wicaksono mengatakan<br />
kepala desa tetangga Selok Awar-Awar banyak<br />
yang mengikuti langkah Hariyono tersebut.<br />
Hal itu terjadi ketika perusahaan-perusahaan<br />
penambang pasir besi tidak bisa lagi beroperasi<br />
karena tak mampu membangun instalasi pengolahan<br />
dan pemurnian hasil tambang (smelter).<br />
“Kades itu pintar-pintar. Jadi rakyat yang bekerja,<br />
tetapi nyatanya yang untung besar hanya<br />
kepala-kepala desa, seperti Pak Hariyono itu,”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Poster Hariyono saat pilkades<br />
BAHTIAR/DETIKCOM<br />
kata Agus.<br />
Maraknya penambangan ilegal yang dilakukan<br />
para kepala desa dan penyelewengan<br />
izin oleh pengusaha itu mendorong DPRD<br />
Lumajang membentuk Panitia Khusus pada 13<br />
Februari 2014.<br />
Pansus memanggil para kepala desa di Kecamatan<br />
Pasirian, termasuk Hariyono. Hariyono<br />
terkesan meremehkan DPRD karena merasa<br />
bakal didukung oleh bupati saat itu, Sjahrazad<br />
Masdar. Hariyono merupakan anggota tim sukses<br />
Masdar dalam pemilihan Bupati Lumajang.<br />
Namun Masdar meninggal sebelum menyelesaikan<br />
jabatannya.<br />
Hariyono terbukti berbohong karena, dalam<br />
rencana tata ruang dan wilayah Lumajang, tidak<br />
ada rencana kawasan Watu Pecak menjadi pantai<br />
wisata. Di hadapan Pansus, Hariyono meneken<br />
surat yang isinya kesediaan menghentikan<br />
usaha tambang pasirnya. Namun ternyata anak<br />
buah Hariyono terus menggali pasir. Mereka<br />
tidak peduli meski warga memprotesnya.<br />
Preman Tim 12 justru makin beringas. Mereka<br />
mengancam akan membunuh warga yang berani<br />
memprotes, salah satunya Salim. Mereka<br />
berkepentingan pengerukan pasir tetap lancar<br />
karena dari pasir itulah uang mengalir. “Menurut<br />
saya, ini semua karena duitlah. Mereka buta,”<br />
kata Agus.<br />
Penambangan pasir itu akhirnya dihentikan<br />
paksa setelah terjadi insiden berdarah. Tim 12<br />
semakin beringas menindak warga yang protes.<br />
Sabtu, 26 September, mereka menghajar Salim<br />
“Kancil”, yang akan melakukan aksi damai, hingga<br />
tewas.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Alat berat di kawasan<br />
penambangan pasir Selok<br />
Awar-Awar<br />
BAHTIAR/DETIKCOM<br />
Polisi menetapkan Hariyono sebagai tersangka<br />
utama. Ia diduga sebagai dalang yang menggerakkan<br />
puluhan orang untuk membantai<br />
Salim dan Tosan, rekannya.<br />
Sebelumnya, polisi juga menetapkan Hariyono<br />
sebagai tersangka kasus perusakan lingkungan<br />
akibat penambangan pasir ilegal. Ia dikenai<br />
pasal berlapis dengan ancaman hukuman 20<br />
tahun penjara hingga seumur hidup.<br />
Hariyono sendiri terus mengelak dari tuduhan<br />
sebagai otak pembantaian Salim. Melalui pengacaranya,<br />
ia membantah tudingan menyuruh<br />
Tim 12 untuk menganiaya warga antitambang<br />
yang hendak menggalang demonstrasi pada<br />
Sabtu itu. “Mereka jalan sendiri-sendiri,” ujar<br />
pengacara Hariyono, Heru Laksono.<br />
Setelah menetapkan status tersangka, polisi<br />
menggeledah rumah Hariyono. Aparat menemukan<br />
airsoft gun. Polisi lantas menahan sang<br />
kepala desa. Rumahnya nan megah kini dihuni<br />
istri dan tiga anaknya yang ketakutan. Sekitar<br />
20 personel Brigade Mobil Kepolisian Daerah<br />
Jawa Timur bersenjata lengkap dibantu Satuan<br />
Polisi Pamong Praja menjaga rumah itu.<br />
“Mereka takut mau keluar. Lihat polisi saja<br />
takut,” kata salah seorang polisi yang berjaga di<br />
rumah itu saat ditemui majalah detik.<br />
Istri Hariyono sempat berusaha melepaskan<br />
suaminya dari jerat hukum. Namun ia justru<br />
ketiban apes. Ia ditelepon seseorang yang<br />
mengaku sebagai Kepala Polres Lumajang Ajun<br />
Komisaris Besar Polisi Fadly M. Ismail dan berjanji<br />
bisa mengeluarkan Hariyono dari penjara<br />
asalkan ditransfer uang Rp 75 juta. Ternyata istri<br />
Hariyono tertipu oleh iming-iming pelaku yang<br />
mencatut nama Fadly itu. ■ BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT,<br />
MUHAMMAD AMINUDIN (<strong>LUMAJANG</strong>), IBAD DUROHMAN | IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
JURAGAN<br />
PASIR <strong>LUMAJANG</strong><br />
DARI HONG KONG<br />
PERTAMBANGAN PASIR DI <strong>LUMAJANG</strong> PER HARINYA MENGHASILKAN<br />
PENDAPATAN HINGGA RP 30 JUTA. KE MANA UANG ITU MENGUAP?<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Aktivitas penambangan pasir<br />
PT IMMS dan PT Dampar<br />
Golden International.<br />
DOK: DAMPAR GOLDEN<br />
RICKY Chim Kim Lun menyampaikan<br />
kabar buruk dari Indonesia kepada<br />
para pemegang saham di Bursa<br />
Saham Hong Kong. Direktur Eksekutif<br />
Asia Resources Holdings Limited itu menyatakan<br />
perusahaannya terpaksa merombak<br />
rencana bisnis karena pemerintah Indonesia<br />
melarang ekspor mineral mentah.<br />
Ricky mengatakan perusahaan akan berusaha<br />
membangun instalasi pengolahan dan<br />
pemurnian hasil tambang sebagai syarat ekspor.<br />
Rencananya, pembangunan itu akan<br />
selesai sebelum 2014 dan diawali dengan menyediakan<br />
tempat di Leces, Probolinggo, Jawa<br />
Timur. “Yang jelas, perubahan aturan itu akan<br />
mempengaruhi rencana bisnis di Indonesia,”<br />
kata Ricky.<br />
Kabar tidak enak itu disampaikan saat perusahaan<br />
kehilangan izin pertambangan di Mo-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
KUALITASNYA (PASIR BESI <strong>LUMAJANG</strong>)<br />
BAGUS KARENA KANDUNGAN TITANIUM<br />
YANG TINGGI.<br />
ngolia dan terjadi penurunan laba dari sayap<br />
bisnis farmasinya. Adanya larangan ekspor<br />
hasil tambang mentah dari Lumajang, Jawa Timur,<br />
membuat Asia Resources mesti merevisi<br />
proyeksi pemasukannya.<br />
Asia Resources sebenarnya hanya menumpang<br />
di lahan PT Indo Modern Mining Sejahtera<br />
(IMMS), perusahaan yang memegang izin<br />
usaha pertambangan di Lumajang. Pada 12<br />
September 2009, kedua perusahaan sepakat<br />
bahwa Asia menjalankan<br />
semua kegiatan<br />
operasional di<br />
area pertambangan<br />
pasir seluas 1.195<br />
hektare.<br />
Mereka menjalankannya dengan memakai<br />
bendera PT Dampar Golden International,<br />
yang 55 persen sahamnya dikuasai Asia lewat<br />
anak usaha mereka, Mighty Kingdom Investments<br />
Limited. PT IMMS kebagian 40 persen<br />
saham dan sisanya dimiliki Empire Bridge Assets<br />
Limited.<br />
Namun, hingga Ricky mundur dari perusahaan<br />
yang berbasis di Hong Kong itu pada 11<br />
Desember 2014, rencana tersebut tidak pernah<br />
terlaksana. Direktur PT Dampar Golden International<br />
Toni Nurdianto mengatakan IMMS<br />
tidak kunjung membangun smelter yang disepakati<br />
sehingga mereka tidak bisa mengekspor<br />
hasil tambang.<br />
“Sekarang kami vakum (sambil) menunggu<br />
IMMS mendirikan smelter, namun sampai<br />
sekarang belum ada kejelasan,” kata Toni kepada<br />
majalah detik. Menurut Toni, kegiatan<br />
operasional berhenti total sejak Januari 2014<br />
dan perusahaan hanya menyisakan petugas<br />
keamanan buat menjaga peralatan.<br />
Situasi makin buruk setelah kini IMMS juga<br />
dituding oleh organisasi nirlaba Wahana Lingkungan<br />
Hidup Indonesia (Walhi) turut bertanggung<br />
jawab atas kematian petani penolak<br />
tambang pasir, Salim “Kancil”, di Desa Selok<br />
Awar-Awar. “Pemilik lokasi, ya, memang terlibat,<br />
tidak mungkin tidak tahu," kata Direktur<br />
Eksekutif Walhi Ubaydillah.<br />
IMMS adalah konsorsium perusahaan finansial<br />
Hani Group dan Siberian Mining Group,<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Para tersangka kasus<br />
pembunuhan Salim "Kancil" di<br />
Polda Jawa Timur, Surabaya,<br />
Selasa (29/9).<br />
ABDUL MALIK IBRAHIM/ANTARA FOTO<br />
keduanya bermarkas di Hong Kong. Perusahaan<br />
ini sudah lama mengincar pesisir Lumajang,<br />
yang kandungan pasir besinya ditemukan sejak<br />
era kolonial dan sempat disinggung dalam<br />
dokumen “Javakaartering Moondverslag Over<br />
Mei”, yang dibuat pada 1936.<br />
IMMS pada 6-14 Desember 2009 mengirim<br />
penelitinya buat mengecek kandungan mineral<br />
di Lumajang. Rupanya hasilnya memuaskan<br />
para pemegang saham, yakni Vita Alfiana,<br />
Muhlis, dan Lam Chong San. "Kualitasnya bagus<br />
karena kandungan titanium yang tinggi," kata<br />
Direktur Utama PT IMMS Lam Chong Sam<br />
saat memaparkan rencana penambangan dan<br />
analisis mengenai dampak lingkungan (amdal)<br />
perusahaannya pada 2012.<br />
Penelitian awal menunjukkan, potensi lahan<br />
yang mengandung pasir besi di pesisir selatan<br />
Lumajang mencapai 60 ribu hektare, yang berasal<br />
dari sisa aktivitas vulkanik Gunung Semeru.<br />
Pasir besi ditemukan mulai kedalaman 2 meter.<br />
Tapi IMMS mengincar kawasan yang pasir<br />
besinya kaya kandungan titanium. Daerah-daerah<br />
itu ada di Desa Bades, Bago, Pandanwangi,<br />
Pandanarum, Selok Anyar, dan Selok Awar-<br />
Awar.<br />
Lam pun melobi Bupati Lumajang Sjahrazad<br />
Masdar pada 2010 dan menjanjikan investasi<br />
Rp 2 triliun. Bupati Masdar akhirnya menerbitkan<br />
izin menambang mulai 2012 hingga 2022.<br />
Namun sejak awal langkah PT Indo ini tidak<br />
mulus. Acara konsultasi publik mengenai amdal<br />
IMMS di Hall Amanda, Lumajang, malah digeruduk<br />
warga Desa Wotgalih, yang menentang<br />
rencana tambang pasir, yang dicemaskan bakal<br />
merusak lingkungan.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Ketika perusahaan mulai berjalan, giliran warga<br />
Desa Bades yang berdemo karena program<br />
kompensasi tidak dijalankan selama enam bulan.<br />
Mereka pada 2013 merusak dan membakar<br />
kantor IMMS.<br />
Lagi-lagi IMMS maju terus. Bahkan pada<br />
tahun itu perusahaan mengklaim mampu menyetor<br />
hingga Rp 16 miliar kepada Pemerintah<br />
Kabupaten Lumajang. Kontan saja, Dewan<br />
JADI BUKAN HANYA MASALAH KEMATIAN (SALIM), TAPI<br />
KEKAYAAN NEGARA YANG HILANG JUGA HARUS KITA<br />
USUT.<br />
Perwakilan Rakyat Daerah Lumajang mempertanyakan<br />
laporan pemerintah kabupaten yang<br />
menyebut pemasukan bagi hasil pertambangan<br />
pasir hanya berkisar Rp 600 juta.<br />
Lalu, pada 2014, IMMS masuk radar penegak<br />
hukum setelah penambangan pasirnya diketahui<br />
masuk wilayah hutan milik Perhutani. Izin<br />
amdal perusahaan ini pun sampai ditelisik oleh<br />
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.<br />
Hasilnya, jaksa menemukan adanya dugaan<br />
suap dalam penerbitan amdal, sehingga negara<br />
dirugikan Rp 126 miliar. Kejaksaan juga menemukan,<br />
tersangka Ketua Tim Teknis Dokumen<br />
Amdal Kabupaten Lumajang Abdul Ghofur,<br />
yang meloloskan izin itu, ternyata juga ada<br />
dalam struktur manajemen IMMS.<br />
Lam Chong San juga dijadikan tersangka dan<br />
aset perusahaan sempat disita. Namun kasus<br />
ini seolah menguap tanpa pernah sampai ke<br />
pengadilan.<br />
IMMS akhirnya menghentikan operasinya<br />
akibat belum tersedianya fasilitas pengolahan<br />
dan pemurnian. Kepala Dinas Energi Sumber<br />
Daya dan Mineral Provinsi Jawa Timur Dewi<br />
J. Putriatmi mencatat ,sejak 13 Juni 2014 PT<br />
IMMS melayangkan surat pemberitahuan penambangannya.<br />
Menurut Direktur PT Dampar Golden International<br />
Toni Nurdianto, IMMS bahkan vakum<br />
sejak Januari 2014. Sehingga Toni keberatan<br />
bila kematian Salim dikaitkan dengan perusahaan<br />
tambang.<br />
“Ada pernyataan resmi dari Dinas Pertambangan<br />
Jawa Timur, yang menjelaskan kejadian<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Komisi VII DPR RI meninjau<br />
lokasi penambangan pasir yang<br />
ditolak Salim "Kancil".<br />
DETIKSURABAYA<br />
tersebut disebabkan oleh illegal mining yang<br />
menyebabkan benturan masyarakat,” kata<br />
Toni. “Jadi memang sudah clear bukan dari<br />
pihak IMMS ataupun kami.”<br />
Sementara itu, IMMS belum bisa dimintai<br />
konfirmasi. Kantornya di Jember tidak merespons<br />
permintaan konfirmasi, sedangkan alamat<br />
perusahaan di Lumajang juga ternyata sudah<br />
tidak ditempati IMMS lagi.<br />
Dewi J. Putriatmi menyatakan IMMS pada 12<br />
Desember 2014 melaporkan adanya penambangan<br />
liar di wilayahnya. Dewi mengatakan<br />
pihaknya kesulitan menyetop aktivitas penambang<br />
liar karena mereka kembali mengeruk<br />
pasir saat petugas tidak di lokasi.<br />
Salah satu penambang liar yang dimaksud<br />
ternyata orang yang diduga dikerahkan oleh<br />
Kepala Desa Selok Awar-Awar Hariyono.<br />
Penambangan inilah yang diprotes oleh para<br />
petani Selok Awar-Awar hingga akhirnya terjadi<br />
pengeroyokan yang menewaskan Salim “Kancil”<br />
pada Sabtu, 26 September 2015.<br />
Sebenarnya baik IMMS maupun Salim<br />
menuntut hal yang sama, yakni penghentian<br />
penambangan liar. Namun hampir dua tahun<br />
lamanya penambang liar bebas beroperasi.<br />
Direktur Eksekutif Walhi Ubaydillah menilainya<br />
sebagai pembiaran agar Salim terlihat<br />
sebagai musuh masyarakat penambang pasir<br />
dan investor. Kematian Salim, kata dia, menjadi<br />
semacam shock therapy agar ke depannya tak<br />
ada lagi yang menolak tambang pasir.<br />
"Jadi ada semacam kejahatan oleh pejabat<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Warga dan aktivis bersiap<br />
mengikuti tahlilan untuk Salim<br />
"Kancil".<br />
BAHTIAR RIFAI/DETIKCOM<br />
setempat, preman, dan pengusaha," ujarnya.<br />
"Ya, boleh saja mereka berdalih (tidak terlibat).<br />
Namun, fakta di lapangan, tambang itu siapa<br />
pemiliknya?"<br />
Anggota Divisi Ekonomi dan Sosial Komisi<br />
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan,<br />
Ananto Setiawan, mengatakan kerap kali perusahaan<br />
menggunakan penambangan liar saat<br />
perusahaan tambang yang sesungguhnya sulit<br />
untuk masuk. “Perusahaan liar menjadi tempat<br />
cuci tangan mereka,” kata Ananto.<br />
Ketua Komisi A DPRD Jawa Timur periode<br />
2014-2019, Fredy Purnomo, mendesak dilakukannya<br />
pengusutan tuntas terhadap PT IMMS<br />
dan penambang liar yang berada di lahannya.<br />
Menurut dia, di balik kematian Salim, sebenarnya<br />
ada persoalan yang lebih besar lagi, yakni<br />
menguapnya pemasukan negara.<br />
Berdasarkan catatan Fredy, pertambangan<br />
pasir di Lumajang per harinya menghasilkan<br />
pendapatan hingga Rp 30 juta. Berarti, kata dia,<br />
dalam setahun seharusnya bisa ada pemasukan<br />
hingga Rp 12 miliar.<br />
“Ke mana uang itu? Kita tidak tahu apakah<br />
uang itu masuk retribusi daerah atau ke umum.<br />
Itu harus diusut,” ujarnya. “Jadi bukan hanya<br />
masalah kematian (Salim), tapi kekayaan negara<br />
yang hilang juga harus kita usut.” ■<br />
BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN, ADITYA M. | OKTA WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
ISTRI SALIM ‘KANCIL’:<br />
PAK SALIM BILANG<br />
MAU DIBUNUH<br />
TIM 12<br />
“SAYA BUKAN ORANG GILA. SAYA<br />
PUNYA HUKUM. KALAU KAMU TIDAK<br />
PUNYA HUKUM, SILAKAN BUNUH<br />
SAYA.”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Rumah duka Salim "Kancil"<br />
BAHTIAR/DETIKCOM<br />
LETIH dan sedih masih tergurat pada<br />
wajah Tijah, istri Salim alias Kancil.<br />
Tamu terus berdatangan menemui<br />
Tijah setelah sang suami tewas dibunuh<br />
secara keji akibat berdemo memprotes<br />
penambangan pasir liar.<br />
Salim memprotes penambangan pasir karena<br />
menjadi korban. Ia tidak bisa lagi bekerja di<br />
sawah karena lahannya itu dijadikan tempat<br />
parkir penambangan. Ia dijanjikan akan mendapat<br />
bagi hasil dari lahan parkir itu. Tapi janji<br />
itu tidak ditepati. Salim hanya dipingpong saat<br />
minta uang bagi hasil parkir.<br />
“Saya malu, Tik (Tijah), minta-minta begitu.<br />
Saya mau berjuang seperti Pak Karno saja,”<br />
kata Tijah menirukan ucapan Salim.<br />
Saat majalah detik mendatangi rumah<br />
Salim di Dusun Krajan, Desa Selok Awar-Awar,<br />
Lumajang, Jawa Timur, rombongan istri Bupati<br />
Lumajang sedang bertamu. Rumah aktivis<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Lokasi penambangan pasir<br />
liar di Desa Selok Awar-Awar<br />
diberi garis polisi.<br />
ISFARI/DETIKCOM<br />
lingkungan ini juga dijaga beberapa polisi dan<br />
personel Satuan Polisi Pamong Praja. Beberapa<br />
ucapan belasungkawa, antara lain dari Yayasan<br />
Kasih Bangsa Surabaya, Sajogyo Institute, LBH<br />
Disabilitas Jatim, Walhi, dan dari perorangan,<br />
seperti aktivis Wardah Hafidz, tertata di depan<br />
rumah sederhana itu.<br />
Tijah ingat Salim pernah bercerita ia akan<br />
dibunuh gara-gara kegiatannya memprotes penambangan<br />
pasir ilegal di desanya. Salim juga<br />
pernah ditantang berkelahi oleh para preman<br />
yang menjadi beking tambang pasir. Tapi Salim<br />
menolaknya.<br />
Berikut ini wawancara Bahtiar Rifai dari majalah<br />
detik dengan Tijah.<br />
Salim memprotes penambangan pasir<br />
karena dirugikan. Sawahnya rusak, sehingga<br />
tidak bisa bertani lagi. Sejak kapan<br />
kerusakan sawah itu terjadi?<br />
Sejak ada Backhoe (ekskavator) itu. Kuranglebih<br />
dua tahun. Ini kan sawah Pak Kancil. Nah,<br />
Kepala Desa bikin (tempat) parkir motor di<br />
situ. Bilangnya begini, “Pak Kancil, sawahmu<br />
mau dibikin parkir motor. Nanti bagi hasil. Satu<br />
motor dikasih Rp 2.000.”<br />
Pernah dulu kami gagal panen, habis biaya<br />
lebih dari Rp 2 juta. Tapi tidak ada hasilnya.<br />
Terus minta hasil parkiran sama Pak Kades,<br />
dikasih Rp 1 juta. Terus gagal lagi panen, minta<br />
lagi sama Kepala Desa. Dia suruh minta ke Pak<br />
Desir. Terus Pak Salim datang ke Pak Desir, tapi<br />
Pak Desir bilang ke Kades saja.<br />
Pak Salim bilang, “Aku malu, Tik (panggilan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Salim "Kancil" tewas dalam<br />
posisi tertelungkup di<br />
dekat makam Desa Selok<br />
Awar-Awar.<br />
DETIKSURABAYA<br />
sayang Salim kepada Tijah), minta-minta begitu.”<br />
Wis (sudahlah) akhirnya tidak pernah minta<br />
lagi sampai sekarang. Terus ada musyawarah.<br />
Pak Salim bilang, “Harta enggak masalah diambil,<br />
tapi hati ini sakit. Saya mau berjuang kayak<br />
Bung Karno. (Tapi kemudian bilang) Wong nulis<br />
saja enggak bisa, kok mau kayak Bung Karno.”<br />
Sama saya guyon seperti itu.<br />
Setelah sawah rusak, Salim kerja apa?<br />
Serabutanlah. Cari ikan, ngejaring ikan mujair.<br />
Siangnya aku yang jual. Kalau enggak ada ikan,<br />
nyari kerang laut. Kadang ngarit (mencari rumput<br />
untuk makanan ternak) buat sapi. Jual ikan<br />
1 bungkus Rp 2.000. Kalau enggak laku, (ikan)<br />
dijual dengan harga Rp 1.500 per bungkus. Per<br />
hari kadang bisa menjual 5-10 bungkus. Wis<br />
pokoke bisa makan.<br />
Saat Pak Salim dianiaya sampai meninggal,<br />
Ibu di mana?<br />
Waktu kejadian, saya enggak tahu. Kalau<br />
cucunya itu tahu. Saya waktu itu cari pakan<br />
kambing, rambanan (daun-daunan). Itu jauh<br />
dari rumah. Anak mantu saya bilang, “Ibu, pulang,<br />
Bapak dibawa ke balai desa.” Saya enggak<br />
terkejut kalau (Bapak) dipanggil ke balai desa,<br />
itu memang sudah biasa. Saya kira tidak ada<br />
apa-apa.<br />
Sudah sampai sini (rumah), adik ipar saya bilang,<br />
“Sudah, Yu, enggak usah dibawa makanan<br />
kambingnya, taruh di sini saja.” Terus, “Sudah,<br />
Yu, enggak usah kasih makan kambing. Kakak<br />
sudah meninggal sudah dikeroyok orang. Ada di<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FOKUS<br />
Warga dan mahasiswa di<br />
Pekalongan turut memberi simpati<br />
pada kasus Salim "Kancil", Rabu<br />
(30/9).<br />
PRADITA UTAMA/ANTARA FOTO<br />
sana, di samping kuburan.” Ya, saya terkejutlah.<br />
Saya diam. Terus ada saudara datang, (memberi<br />
nasihat), “Pak Salim begini, enggak usah panik,<br />
gelisah. Kalau (kamu) gelisah, anak siapa yang<br />
urus.” Ya, sudah, saya berusaha tegar.<br />
Sampai di sana (dekat kuburan) sudah ada<br />
banyak polisi di lokasi. Aku mau nyamperin<br />
enggak boleh sama orang-orang. Ya, saya<br />
nurut. Namanya istrinya, saya sudah stres. Ini<br />
gara-gara Kepala Desa.<br />
Suami saya tidak sembarangan demo. Ini<br />
sudah lapor. Sudah lapor Jakarta, Surabaya,<br />
Malang juga sudah. Di rumah, ia dikit-dikit lapor.<br />
Bulan puasa juga sudah disamperin sama<br />
orang-orang itu. Itu Tim 12 (tim yang dibentuk<br />
Kepala Desa Selok Awar-Awar Hariyono). Saya<br />
sih enggak tahu. Tapi suami cerita, “Tik, saya<br />
tadi mau dibunuh sama tim-tim itu.”<br />
Lantas saya tanya, “Kamu salah apa memang?”<br />
Suami saya jawab, “Aku enggak salah. Wong<br />
aku ditantang main celurit sama Pak Desir. Pak<br />
Desir teriak, keluar, ambil celurit kamu.” Pak<br />
Kancil menjawab, “Saya bukan orang gila. Saya<br />
dipegang sama pemerintah. Saya punya hukum.<br />
Kalau kamu enggak punya hukum, silakan bunuh<br />
saya.” Itu ceritanya. ■ BAHTIAR RIFAI (<strong>LUMAJANG</strong>)<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
10<br />
Detik<br />
untuk<br />
Batik<br />
Lasem<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Salah satu stan peserta pameran<br />
Indocraft 2014 di JCC, Jakarta.<br />
Pameran ini menampilkan<br />
produk anak dalam negeri.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
MENYIMAK Kwan Hwie Liong atau<br />
William Kwan menuturkan kisah<br />
hidupnya seperti menyaksikan air<br />
yang mengalir. Lahir di Desa Bawang,<br />
satu desa di lereng Pegunungan Dieng,<br />
Batang, Jawa Tengah, sekarang William “pulang”<br />
lagi ke Batang.<br />
Kuliah di jurusan ekonomi dan sempat bekerja<br />
sebagai konsultan di bawah Kementerian<br />
Keuangan, William malah memilih jalan lain<br />
setelah pulang kuliah dari Amerika Serikat. Dia<br />
banting setir menjadi pekerja sosial dan bergabung<br />
de ngan Yayasan Paramita di Tangerang.<br />
“Kalau sebelumnya sebagai peneliti lebih<br />
banyak memakai ilmu pengetahuan, logika,<br />
model, perencanaan, dan perhitungan, sebagai<br />
pekerja sosial, saya tidak terlalu banyak mikir,<br />
yang penting usaha,” kata William. Semula dia<br />
hanya berniat bekerja sosial selama setahun,<br />
tapi akhirnya molor hingga tiga tahun.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
Bagaimana William berkenalan dan akhirnya<br />
menggeluti batik Lasem juga hanya urusan<br />
sepuluh detik. Pada 2004, dia pulang ke Semarang.<br />
Saat bertamu ke kantor seorang teman,<br />
dia tak sengaja bertemu dua perempuan asal<br />
Jakarta. Dua perempuan itu berniat menelusuri<br />
jalan sepanjang pantai utara Jawa dari Cirebon<br />
di Jawa Barat hingga Tuban di Jawa Timur.<br />
Mereka bercerita soal batik Lasem, batik asal<br />
Kecamatan Lasem di Rembang, Jawa Tengah.<br />
Cerita soal batik Lasem ini sangat ringkas, barangkali<br />
hanya sekitar sepuluh detik. “Percaya<br />
atau tidak, cerita selama 10 detik itu mengubah<br />
hidup saya,” kata William. Dia seperti mengalami<br />
deja vu. “Cerita mengenai Lasem, batik<br />
tiga negeri itu, saya pikirkan terus sampai saya<br />
pulang ke Jakarta.”<br />
Setelah melakukan sedikit riset, dia sedikit<br />
tahu tentang usaha kerajinan batik Lasem. Batik<br />
Lasem klasik terkenal adalah batik Lasem deng-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
an warna merah darah (abang getih pithik) dari<br />
pewarna alami yang konon tidak dapat ditiru<br />
di daerah lain. Sebagian besar pengusahanya,<br />
menurut William, ternyata keturunan Tionghoa,<br />
sementara pembatiknya orang Jawa. “Tapi<br />
industrinya sudah ambruk sehingga banyak<br />
yang menganggur,” kata William. Terlintas di<br />
pikiran dia bagaimana membangkitkan usaha<br />
batik Lasem. Pertimbangannya sederhana saja.<br />
“Kalau batik Lasem itu bisa bangkit, pekerjaan<br />
untuk pembatik bakal tersedia.”<br />
William menyampaikan niatnya kepada seorang<br />
teman yang jadi pengusaha. Sang teman<br />
itu malah berkata, “William, kalau kamu mau<br />
bantu orang susah, tidak usah jauh-jauh ke<br />
sana, di Jakarta juga banyak orang miskin. Apalagi<br />
batik kan sekarang sudah kolaps, terutama<br />
batik Lasem yang tidak terkenal. Mending<br />
kamu bantu batik Pekalongan yang lebih terkenal.<br />
Atau lebih baik kamu bantu, tuh, tukang<br />
bakso.”<br />
Tapi William punya pendapat lain. “Omong-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Sebagai pekerja<br />
sosial, saya tidak<br />
terlalu banyak mikir,<br />
yang penting usaha.<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
an teman saya ini betul dari sisi ekonomi, tetapi<br />
tidak betul untuk ekonomi berbasis budaya,”<br />
kata William. “Kalau bakso ditutup, satu orang<br />
bangkrut, industri bakso tidak akan tutup. Kalau<br />
batik sudah tidak ada permintaan, yang terjadi<br />
akhirnya hanya tinggal kenangan. Budaya ini<br />
bakal hilang.”<br />
Tanpa banyak persiapan, pertimbangan,<br />
maupun hitung-hitungan yang njelimet, dia<br />
datang ke Lasem untuk meneliti kondisi kerajinan<br />
batik di Rembang itu. Di satu desa, dia<br />
menemukan 81 persen warganya menganggur.<br />
Setengah dari mereka kemudian berganti<br />
pekerjaan lain. Tapi setengahnya lagi tetap tak<br />
punya pekerjaan.<br />
Untuk menyuntikkan semangat kepada<br />
para pengusaha dan pembatik di Lasem, William<br />
mengajak sahabatnya, perancang busana<br />
Musa Widyatmodjo, menjadi pembicara dalam<br />
seminar soal batik di satu kelenteng di Lasem.<br />
“Itu barangkali seminar batik Lasem pertama di<br />
dunia,” kata William. Tapi seminar saja ternyata<br />
tak cukup untuk menggerakkan industri batik<br />
Lasem yang sudah lama mati suri.<br />
Menurut catatan Belanda, ada sekitar 120<br />
pengusaha batik Lasem pada 1927 hingga<br />
1930. Empat puluh tahun kemudian, pada 1970,<br />
masih tersisa 110 pengusaha batik Lasem. Tapi,<br />
pada 2004, hanya tinggal 18 pengusaha batik<br />
yang tersisa di Lasem. Artinya, lebih dari 90<br />
usaha batik Lasem gulung tikar selama periode<br />
1970 hingga 2004.<br />
Lantaran hanya segelintir pengusaha tersisa,<br />
sementara jumlah pembatik sangat banyak,<br />
upah bagi pembatik di Lasem kala itu sangat<br />
kecil. “Kalau upah begitu rendah, apa mungkin<br />
anak-anak mereka disuruh menjadi pembatik?<br />
Tidak mungkin, kan?” kata William. Jika dibiarkan,<br />
gampang diramal, batik Lasem bakal tamat<br />
riwayatnya.<br />
William memutuskan membuat sendiri proyek<br />
percontohan usaha batik Lasem. William<br />
sengaja memilih desa-desa paling miskin dan<br />
paling banyak penganggur di Lasem. Ada tiga<br />
desa jadi calon. “Saya pilih yang namanya Desa<br />
Jeruk. Kalau ditanya alasannya milih Desa Jeruk,<br />
saya pikir namanya unik. Kebetulan saya juga<br />
suka buah jeruk,” kata William, enteng saja.<br />
“Saya kalau kerja yang happy, tidak usah mikir<br />
yang sulit-sulit. Peneliti itu jangan susah-susah,<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
ngapain pakai metodologi yang susah.”<br />
Bagaimana memilih perempuan pembatik<br />
yang bakal dijadikan pemimpin proyek contoh<br />
itu juga tak ribet. “Saya tanya ke lurah, ada<br />
enggak pembatik yang bisa saya ajak ngobrol.<br />
Karena saya kan orang asing, bukan dari Lasem,<br />
laki-laki, Tionghoa, dari Jakarta lagi,” William<br />
menuturkan. Bertemulah dia dengan Ramini.<br />
Setelah ngobrol selama satu jam, William langsung<br />
memutuskan bahwa Ramini-lah pemimpin<br />
untuk kelompok pembatik di proyeknya. “Staf<br />
saya sampai bingung mengapa secepat itu memutuskan,”<br />
kata William. Ramini hanya sempat<br />
sekolah hingga kelas II SD dan saat itu tak punya<br />
pekerjaan. Tapi William punya pertimbangan<br />
lain. Dia melihat Ramini orang yang berani dan<br />
teliti. Dia mencatat setiap tamu yang datang ke<br />
rumahnya. Jika bepergian, dia juga mencatat<br />
semua hal dengan detail.<br />
William tak mau modal untuk proyek contoh<br />
usaha batik Lasem itu amblas diminta suaminya.<br />
“Makanya, dari pertama, saya tidak mau dapat<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
perempuan yang kalah sama suaminya,” kata<br />
William. Saat pertama ditawari menjadi ketua<br />
kelompok usaha itu, Ramini tak berani. Setelah<br />
berhasil meyakinkan Ramini, William minta dia<br />
mengumpulkan teman-temannya. Pada 2006,<br />
berdirilah Kelompok Usaha Bersama Srikandi<br />
Jeruk dengan anggota lima orang.<br />
Untuk menambah kemampuan dan belajar<br />
warna alami, William mengirim mereka belajar<br />
teknik membatik kepada Suryantoro Sulaiman<br />
di Yogyakarta. “Saya ajarkan warna alam karena<br />
saya mau kasih mereka penderitaan. Dari buruh<br />
batik menjadi pengusaha memangnya tidak<br />
perlu ada perubahan mental?” kata William.<br />
Membatik dengan warna alam memang bukan<br />
hal gampang. “Kalau batik celup biasa, sekali<br />
celup langsung jadi. Sedangkan batik alam<br />
ini berpuluh-puluh kali celup baru bisa.... Warna<br />
alam itu tidak mungkin rata. Kalau batik warna<br />
alam rata, sudah pasti palsu.” Sempat stres lantaran<br />
susah sekali belajar batik dengan warna<br />
alam, ibu-ibu dari Lasem kini bisa membedakan<br />
mana batik yang hasilnya bagus atau jelek.<br />
Sekarang Srikandi Jeruk terus berkembang.<br />
Batik karya Ramini, Damai Sejahtera, bahkan<br />
menjadi finalis ASEAN Award for Young Artisans<br />
in Textiles dalam ASEAN Handicraft Promotion<br />
and Development Association di Bangkok,<br />
Thailand, November 2009. Setelah usaha batik<br />
di Lasem mandiri, William mengalihkan fokusnya<br />
ke batik Batang dan batik Toraja. “Rencana tahun<br />
depan, saya akan rekrut anak-anak muda untuk<br />
jadi peneliti di batik,” kata William. ■ MELISA MAILOA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
BIODATA<br />
NAMA:<br />
Kwan Hwie Liong atau<br />
William Kwan H.L.<br />
PENDIDIKAN<br />
● S-1 Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen<br />
Satya Wacana, Salatiga, 1987<br />
● Graduate Program of Economic Development,<br />
Universitas Vanderbilt, AS, 1993<br />
PEKERJAAN<br />
● Peneliti<br />
● Pendiri dan Direktur Institut Pluralisme<br />
Indonesia<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
PENGHARGAAN<br />
● Penghargaan Khusus Danamon Award dari<br />
Bank Danamon dan Tempo, 2007<br />
● Community Entrepreneurs Challenge Award<br />
dari The British Council dan Arthur Guinness<br />
Fund, 2010<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015<br />
MAJALAH DETIK 19 5 - 11 25 OKTOBER JANUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
Kulot,<br />
OLD FASHION<br />
TAPI KEREN<br />
GETTYIMAGES, BERRYBENKA<br />
DI ZAMAN RENAISANS, CELANA INI<br />
DIPAKAI PARA LAKI-LAKI, TAPI SEKARANG<br />
JUSTRU DIGILAI PARA PEREMPUAN.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
GAYA HIDUP<br />
MODE memang selalu berputar.<br />
Lima tahun lalu, celana kulot<br />
pernah begitu digandrungi perempuan.<br />
Namun tak lama tren<br />
itu menghilang dan baru kini muncul kembali.<br />
Celana dengan potongan lebar ini sebenarnya<br />
mulai diminati lagi oleh para fashion enthusiasts<br />
sejak akhir 2014. Awalnya diminati<br />
oleh perempuan berhijab karena potongannya<br />
yang lebar sehingga tak memperlihatkan<br />
lekuk tubuh.<br />
Namun kini perkembangan kulot semakin<br />
TOKOPEDIA, BERRYBENKA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
GAYA HIDUP<br />
ANAOCTARIA/INSTAGRAM<br />
semarak. Sementara akhir tahun lalu hanya<br />
ramai kulot panjang, kini model dan materi<br />
bahannya makin beragam.<br />
Beberapa brand, seperti ZARA dan Colorbox,<br />
juga menampilkan koleksi kulot dengan<br />
ciri khas masing-masing. Penjualannya? Fantastis!<br />
Tak butuh waktu lama di display, kulot<br />
itu langsung banyak terjual.<br />
Bukan cuma brand ternama, online shop yang<br />
menjamur juga berlomba-lomba menghadirkan<br />
kulot. Silakan tengok Zalora, Berrybenka,<br />
dan Matahari Mall. Kulot ada di mana-mana.<br />
Mulai kulot dengan panjang hingga menutupi<br />
tumit, kulot di bawah lutut, hingga kulot<br />
di atas lutut. Warnanya pun beraneka ragam,<br />
tak cuma polos, tapi juga bahan-bahan dengan<br />
motif berbeda.<br />
Kulot juga sering tampil di Instagram. Sudah<br />
ada lebih dari 100 ribu posting di hashtag<br />
#kulot. Mulai foto-foto kulot barang dagangan<br />
hingga orang-orang yang memadupadankan<br />
kulot dengan gaya masing-masing.<br />
Ana Octarina adalah salah satu yang kerap<br />
memamerkan kulotnya di akun Instagram<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
GAYA HIDUP<br />
ALIKAISLAMADINA/INSTAGRAM, IFYALYSSA/INSTAGRAM<br />
anaoctarina. Ana sering terlihat<br />
mengenakan celana kulot dengan<br />
berbagai macam warna. Ada<br />
hitam, putih, biru, abu-abu,<br />
hingga oranye.<br />
Ana terlihat sangat lihai memadupadankan<br />
kulot yang dikenakan.<br />
Misalnya untuk kulot<br />
jins sebetis, Ana berhasil tampil<br />
kasual dengan paduan v-neck<br />
shirt berlengan panjang.<br />
Di foto lainnya, Ana tampil<br />
dengan celana kulot hitam<br />
dengan atasan lengan pendek<br />
putih berbahan lace. Ana tampil<br />
chic dengan heels pendek berwarna<br />
putih.<br />
Untuk pergi ke pesta, Ana<br />
memilih kulot putih panjang<br />
dengan atasan Sabrina bermotif<br />
floral. Dengan tambahan heels<br />
putih, Ana benar-benar tampil<br />
stylish.<br />
Alika Islamadina juga terlihat<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
GAYA HIDUP<br />
BERRYBENKA<br />
wira-wiri di Instagram mengenakan kulot.<br />
Gadis bersuara merdu ini terlihat memadukan<br />
celana kulot putih sebetis dengan atasan<br />
loose blouse hitam berlengan pendek.<br />
Gaya monochrome lainnya terlihat saat Alika<br />
mengenakan atasan turtle neck putih berlengan<br />
pendek dengan kulot hitam panjang dan<br />
sandal Birkenstock putih.<br />
Si cantik Ify Alyssa juga enggak mau ketinggalan.<br />
Berbeda dengan Alika dan Ana, Ify<br />
memadukan celana kulot putih selututnya<br />
dengan atasan garis-garis tanpa lengan.<br />
Sepasang sepatu kets menambah tampilannya.<br />
Pengamat mode Petty S. Fatimah menyebut<br />
tren celana kulot tidak hanya<br />
booming di Indonesia, tapi juga di seluruh<br />
dunia. Menurut dia, celana kulot punya<br />
daya tarik karena praktis dan cocok untuk<br />
banyak karakter.<br />
“Mereka yang bergaya maskulin maupun<br />
feminin (dua karakter gaya yang bertolak<br />
belakang) cocok saja menggunakannya,”<br />
ujarnya.<br />
Namun, menurut Petty, orang dengan postur<br />
kecil seperti dirinya sebaiknya berhati-hati<br />
memilih kulot. “Badan seperti saya yang mungil<br />
tidak mudah mencari kulot yang cocok,<br />
bisa-bisa badan tenggelam,” katanya.<br />
Petty pun mengaku tidak banyak memiliki<br />
koleksi kulot. Paling-paling hanya ada satu<br />
atau dua potong yang dianggapnya benarbenar<br />
pas dan menarik dikenakan.<br />
Ia pun menyarankan, dalam memilih kulot,<br />
tinggi badan kita perlu dipertimbangkan untuk<br />
memilih panjang dan pendek kulotnya. Jangan<br />
lupa mempertimbangkan bentuk tubuh buat<br />
memilih warna dan motifnya.<br />
Ia menambahkan, kulot sebaiknya dipadankan<br />
de ngan sepatu berhak. Akan lebih bagus<br />
lagi jika sepatunya berhak tinggi. Ia memperkirakan<br />
tren kulot dapat bertahan hingga<br />
akhir tahun.<br />
“Setidaknya, sampai akhir 2015, kulot akan<br />
terus terlihat di pasaran,” ujarnya. n<br />
ADELINE WAHYU | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
GAYA HIDUP<br />
Awalnya, kulot merupakan<br />
celana selutut<br />
yang dikenakan oleh<br />
para pria terhormat di<br />
Eropa pada masa Renaisans.<br />
Kulot memiliki<br />
kemiripan dengan celana<br />
model rok dengan<br />
bentuk asli yang lebar.<br />
Konon, kulot<br />
mulai populer di Prancis<br />
pada era Henry<br />
III (1574-1589). Pada<br />
era Victoria, tepatnya<br />
pertengahan hingga<br />
akhir abad ke-19, kulot rok mulai dibuat untuk<br />
mempermudah ruang gerak para wanita pengendara<br />
kuda.<br />
Kulot-rok<br />
merupakan busana<br />
wanita<br />
yang tampak memiliki<br />
belahan jika dilihat<br />
dari depan, sehingga<br />
terlihat juga seperti<br />
celana. Sedangkan<br />
kulot-celana adalah<br />
celana yang tampak<br />
seperti rok.<br />
BERRYBENKA<br />
Seiring berkembangnya<br />
fashion, kulot<br />
akhirnya berkembang<br />
jauh sedemikian<br />
rupa. Busana wanita<br />
yang disebut sebagai<br />
kulot setidaknya<br />
merujuk pada dua<br />
jenis item, yaitu kulot<br />
berbentuk rok dan<br />
celana.<br />
BERRYBENKA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
WISATA<br />
JELAJAH<br />
BUMI TONGKONAN<br />
TANA TORAJA MENAWARKAN DESTINASI<br />
WISATA RITUAL BUDAYA YANG KENTAL.<br />
NAMUN ANDA TETAP BISA MENIKMATI<br />
PESONA ALAMNYA YANG INDAH.<br />
FOTO-FOTO: THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
WISATA<br />
DARI Makassar, perjalanan menuju<br />
Toraja masih panjang. Butuh kirakira<br />
10 jam perjalanan darat. Melelahkan?<br />
Memang. Tapi tenang saja,<br />
hasilnya sepadan.<br />
Jalan menuju Toraja cukup mulus. Hanya,<br />
ketika Anda tiba di daerah Enrekang, jalan<br />
mulai meliuk-liuk karena memang sudah memasuki<br />
kawasan pegunungan.<br />
Pemandangan di Enrekang terkenal sangat<br />
indah dengan udara sejuk. Banyak wisatawan<br />
sengaja berhenti sejenak untuk sekadar<br />
menikmati pemandangan sambil menyeruput<br />
secangkir kopi Toraja.<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 21 - 527 - 11 SEPTEMBER OKTOBER 2015
WISATA<br />
Sayang, saat saya melewatinya, hari sudah<br />
gelap. Saya dan rombongan memutuskan<br />
langsung meneruskan perjalanan ke Rantepao.<br />
Masih dua jam lagi.<br />
Tepat tengah malam, saya tiba di hotel.<br />
Kami semua langsung terkapar kelelahan.<br />
Saya memutuskan langsung tidur agar besok<br />
pagi lebih segar untuk bertualang.<br />
Destinasi pertama saya adalah kubur alam<br />
Londa, yang sudah sangat tersohor dengan<br />
kuburan di dalam gua. Di tempat ini, saya<br />
bertemu dengan tau-tau, patung manusia.<br />
Tidak sembarang orang dapat dibuatkan<br />
patung. Hanya mereka yang memiliki kelas<br />
sosial tinggi yang bisa. Selain itu, saya melihat<br />
tengkorak-tengkorak manusia berjajar rapi di<br />
sisi gua.<br />
Setelah puas melihat-lihat di Londa, saya<br />
dan rombongan meluncur ke Pasar Bolu di<br />
Jalan Poros Rantepao, Palopo. Pasar Bolu<br />
merupakan salah satu pasar jual-beli kerbau<br />
dan babi.<br />
Di pasar inilah saya bisa berjumpa dengan<br />
tedong bonga, kerbau belang yang harganya<br />
ratusan juta rupiah. Bahkan kerbau dengan<br />
belang tertentu bisa dihargai hingga Rp 1<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
WISATA<br />
miliar.<br />
Bagi masyarakat Tana Toraja, kerbau adalah<br />
kendaraan bagi arwah untuk menuju Puya,<br />
dunia arwah atau akhirat. Karena itulah kerbau<br />
memiliki kedudukan unik di masyarakat ini.<br />
Kerbau dinilai sebagai persembahan tertinggi<br />
bagi masyarakat adat Toraja yang<br />
meninggal. Prosesnya melalui ritual rambu<br />
solo, ritual yang dilakukan berhari-hari dengan<br />
tamu ribuan orang.<br />
Dulu ritual rambu solo hanya dilakukan untuk<br />
keluarga bangsawan. Namun, belakangan,<br />
ritual ini bisa dilakukan siapa saja asalkan<br />
memiliki cukup dana.<br />
Biaya untuk ritual ini sama sekali tak bisa<br />
dibilang sedikit karena minimal wajib menyediakan<br />
40 ekor kerbau. Kalau harga satu kerbau<br />
saja Rp 100 juta, bisa dibayangkan berapa<br />
yang perlu disediakan.<br />
Belum lagi puluhan babi dan biaya-biaya<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
WISATA<br />
lainnya. Tentu saja ini bukan keharusan. Bagi<br />
masyarakat yang tidak mampu, ritual rambu solo<br />
boleh tidak dilakukan.<br />
Tana Toraja memang terkenal dengan ritual<br />
budaya yang kental. Namun bukan berarti tempat<br />
ini tak menawarkan keindahan alam sebagai<br />
destinasi wisata.<br />
Salah satu yang menggiurkan adalah sunrise di<br />
Batutumonga. Sayang, saya agak kesiangan dan<br />
tak sempat menyaksikan sang fajar muncul dari<br />
ufuk timur.<br />
Tapi tak apa. Hamparan sawah dan pepohonan<br />
dengan latar pegunungan di Batutumonga<br />
tetap menawarkan kesegaran yang menghibur<br />
hati. Jangan lupa kenakan baju hangat karena di<br />
sini sangat dingin.<br />
Batutumonga merupakan kawasan tertinggi<br />
di Toraja, letaknya di lereng Gunung Sesean.<br />
Obyek wisata ini terkenal dengan sebutan Negeri<br />
di Atas Awan.<br />
Dari tempat ini, saya dapat melihat hamparan<br />
wilayah Sa’dan, Sesean, Tondon, Tallunglipu,<br />
Rantepao, hingga daerah Sanggalangi dengan<br />
jelas dari ketinggian.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
WISATA<br />
THINKSTOCK<br />
Sayang, saat kami datang, kabut sedang turun,<br />
sehingga agak mengurangi pemandangan<br />
mempesona itu. Tapi, sekali lagi, Batutumonga<br />
tetap terlihat indah.<br />
Karena dari hotel belum sempat menyantap<br />
sarapan, saya dan rombongan pun memutuskan<br />
mengisi perut terlebih dulu. Ada banyak<br />
warung mi instan di sana.<br />
Namun, jika menginginkan makanan yang<br />
lebih “sehat”, silakan mampir ke salah satu<br />
restoran di penginapan. Biasanya restoran<br />
menyediakan menu-menu sarapan, seperti<br />
mi/nasi goreng, pisang goreng, dan kopi.<br />
Pisang goreng di Toraja memiliki cita rasa<br />
yang khas karena digoreng matang tapi dengan<br />
pisang yang masih keras. Ketika pisang<br />
digigit, langsung terasa di lidah.<br />
Teman paling klop untuk mengudap pisang<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
WISATA<br />
goreng adalah secangkir kopi Toraja yang<br />
tersohor itu. Tidak minum kopi? Hmm…<br />
Anda bisa menggantinya dengan teh.<br />
Sukses mengganjal perut, saya berjalan<br />
menuju Baby Grave Pana. Tempat ini terkenal<br />
dengan kuburan bayi dalam lubang<br />
pohon tarra.<br />
Bayi yang dimakamkan di dalam pohon<br />
ini adalah bayi-bayi yang baru lahir hingga<br />
berumur 2 bulan. Namun sejak 1960 sudah<br />
tidak lagi dilakukan penguburan bayi dengan<br />
cara ini.<br />
Lo’komata adalah tujuan kami selanjutnya.<br />
Situs pekuburan ini hanya terletak<br />
sekitar 2 kilometer dari Batutumonga. Di<br />
Lo’komata, saya dapat melihat batu raksasa<br />
dengan lubang-lubang seperti mata.<br />
Bukan lubang biasa karena batu ini sejatinya<br />
adalah pemakaman yang digunakan<br />
sejak abad XIV. Dan hingga kini sudah ada<br />
sekitar 60 lubang.<br />
Tiap lubang diberi pintu kayu dengan<br />
ukiran motif Toraja. Beberapa pintu terdapat<br />
miniatur kepala tedong bonga, yang<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
WISATA<br />
menunjukkan strata tinggi di Toraja.<br />
Matahari condong ke barat saat saya dan<br />
rombongan selesai berkeliling. Perut sudah<br />
meronta-ronta minta diisi dan kami pun meluncur<br />
mencari tempat makan.<br />
Saran untuk wisatawan muslim, bawalah<br />
bekal makanan karena banyak restoran atau<br />
tempat makan yang menyediakan hidangan<br />
dengan bahan utama babi. n<br />
ADITYA MARDIASTUTI | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 11 OKTOBER 2015<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
CITA RASA<br />
INGGRIS,<br />
SENTUHAN<br />
INDONESIA<br />
RESTORAN SEKALIGUS BAR<br />
TRENDI INI MENYAJIKAN<br />
HIDANGAN INGGRIS MODERN.<br />
MENARIKNYA, DIPADUKAN<br />
DENGAN SENTUHAN INDONESIA.<br />
FOTO-FOTO: RENO/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
MATAHARI yang terik siang itu<br />
tak menghalangi langkah saya<br />
memenuhi undangan seorang<br />
chef. Dia sengaja mengajak saya<br />
mencicipi beberapa menu yang akan diluncurkan<br />
di restorannya.<br />
Restoran itu terletak di Jalan Kemang Raya,<br />
Jakarta Selatan. Dari luar, restoran ini lebih<br />
mirip klub malam daripada sebuah restoran.<br />
Apalagi namanya Queens Head.<br />
Logo Queens Head, yang terpampang jelas<br />
di bagian depan bangunan, mengingatkan saya<br />
pada cover album The Sex Pistols, God Save The<br />
Queen. Ada juga foto Ratu Inggris pada logo<br />
itu.<br />
Tempat yang mengusung tagline “Queens<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
Head Born in The UK, Raised in Jakarta” ini<br />
merupakan restoran sekaligus bar modern<br />
dengan sentuhan eklektik dan kontemporer.<br />
Kayu menjadi material utama untuk desain<br />
interior restoran ini. Begitu saya melewati<br />
pintu masuk, terdapat sebuah lorong yang<br />
terhubung dengan sebuah lounge.<br />
Lorong tersebut dilapisi kayu bertekstur kasar<br />
(unfinished) dengan lampu gantung di bagian<br />
atapnya. Saya disambut seorang perempuan<br />
bercelemek.<br />
Dia mengantarkan saya memilih tempat<br />
duduk. Lounge Queens Head ternyata cukup<br />
besar dengan berbagai pilihan kursi dan meja.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
Namun hampir semuanya berbahan kayu.<br />
Kolom-kolom maupun atap diselaraskan<br />
dengan kayu dan rotan anyaman. Sementara<br />
itu, pencahayaan yang temaram memancarkan<br />
keindahan masing-masing tekstur kayu.<br />
Pembagian ruangan di restoran dapat dilihat<br />
dari penggunaan beraneka ragam kursi. Area<br />
makan yang lebih formal menggunakan kursi<br />
tegak dengan penataan meja ala fine dinning.<br />
Sedangkan bagi yang datang rombongan,<br />
terdapat sofa dengan kursi santai. Di sisi kiri<br />
terdapat bar memanjang sekaligus dapur dengan<br />
konsep open kitchen.<br />
Saya memilih tempat duduk di sayap kanan<br />
restoran. Di area ini terdapat void kaca sehingga<br />
cahaya natural bisa masuk. Lebih terang.<br />
Bagian outdoor memiliki “intonasi” berbeda,<br />
diisi dengan kursi-kursi colorful, sehingga sua-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
sana terasa lebih ceria. Sangat berbeda dengan<br />
suasana di dalam.<br />
Pada awal dibuka pada pengujung 2014,<br />
hidangan di Queens Head mengusung tema<br />
modern British. Seiring dengan pergantian<br />
chef, menu tak terbatas pada sajian Barat,<br />
tapi juga sentuhan Asia.<br />
Selain itu, chef Blake Thornley meluncurkan<br />
Roast Sharing Concepts,<br />
yaitu konsep hidangan untuk keluarga<br />
ataupun pengunjung dalam<br />
jumlah besar.<br />
Terdapat aneka daging, seperti<br />
ayam, sapi, dan kambing,<br />
ditambah 13 pilihan side dishes.<br />
“Menu-menu yang disajikan<br />
lebih bervariasi dan menggunakan<br />
rempah-rempah Indonesia,”<br />
ujar Blake.<br />
Koki asal Selandia Baru ini<br />
langsung menyuguhkan satu<br />
hidangan pembuka, yaitu Tuna<br />
Tataki Salad dan hidangan utama<br />
berupa Slow-Cooked Duck Leg.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
Sedangkan hidangan penutup, seperti<br />
Kemangi Jelly (Rp 60 ribu) dan minuman Earl<br />
Grey Sour (Rp 110 ribu) serta Immunity (Rp 55<br />
ribu), direkomendasikan dari buku menu.<br />
Tuna Tataki Salad terdiri atas tiga irisan besar<br />
ikan tuna dipadu nom chom dressing dan shaved<br />
exotic vegetables. Daun seledri, daun bawang,<br />
dan potongan cabai mempercantik hidangan.<br />
Irisan ikan tuna dipanggang sebentar di atas<br />
wajan, sehingga menghasilkan ikan tuna yang<br />
matang di luar tapi masih mentah di dalam.<br />
Meski begitu, bagian tengahnya sama sekali<br />
tidak tercium bau amis. Tentu saja hal itu berkat<br />
kesegaran ikan tuna dan aneka sayuran segar<br />
dengan kombinasi bumbu bergaya Thailand.<br />
Cita rasa pedas, asam, dan manis langsung<br />
terasa saat ikan tuna disantap bersama bumbu<br />
berwarna oranye itu. Saya, yang sebelumnya<br />
ragu-ragu menyantap, kini tak bisa berhenti<br />
mengunyah.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
Selanjutnya saya<br />
terpana oleh<br />
tampilan Slow-<br />
Cooked Duck<br />
Leg yang begitu<br />
apik. Dua potong<br />
kaki bebek<br />
disajikan bersama<br />
ubi halus, pearl ball,<br />
serta anggur merah.<br />
Daging bebek dimasak<br />
dengan teknik<br />
slow-cooking, sehingga bau<br />
amisnya hilang. Sedangkan<br />
rasa daging yang gurih dan empuk<br />
dibalut bumbu berwarna kecokelatan.<br />
Kehadiran pearl ball menambah tekstur<br />
pada hidangan ini. Hanya, sebagai hidangan<br />
utama, porsinya cukup kecil. Seandainya saya cuma<br />
makan menu ini saja, pasti kurang kenyang, he-he-he….<br />
Sejujurnya saya tidak dapat membayangkan bila daun kemangi<br />
dijadikan bahan dasar untuk membuat hidangan penutup.<br />
Dengan perasaan ragu, saya menyendok Kemangi Jelly.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
KULINER<br />
Ah, rupanya saya salah sangka. Daun kemangi<br />
yang sudah menjelma menjadi dessert dengan<br />
campuran cokelat putih ini enak. Ada sensasi<br />
segar, terutama dengan kehadiran sorbet rasa<br />
lemon.<br />
Kehadiran aneka rasa di lidah saya tandaskan<br />
dengan meminum cocktail Earl Grey Sour. Terdiri<br />
atas campuran 60 mililiter earl grey infused<br />
tanqueray, 30 mililiter lemon juice, 20 mililiter<br />
sugar syrup, dan 5 mililiter egg white.<br />
Garnish sugar rim and lemon twist benarbenar<br />
menambah kecantikan minuman ini.<br />
Alkoholnya tidak terlalu terasa di lidah. Cenderung<br />
agak datar.<br />
Sedangkan Immunity merupakan minuman<br />
nonalkohol berbahan dasar melon, apel hijau,<br />
seledri, dan mentimun. Sentuhan rasa manis<br />
yang dihasilkan cukup ringan.<br />
Di akhir pembicaraan, chef Blake membocorkan<br />
rencana Queens Head mengadakan<br />
sebuah event besar pada 9 Oktober dengan<br />
bintang tamu Sosupersam, DJ asal Los Angeles.<br />
Sang DJ konon piawai memainkan turntable<br />
hingga ke kancah internasional. DJ akan mulai<br />
naik panggung pada pukul 21.00 WIB. Hmm…<br />
jangan ketinggalan, ya. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
OLEH-OLEH LAWATAN KE ARAB<br />
PRESIDEN JOKO WIDODO MEMBAWA OLEH-OLEH KOMITMEN PEMBANGUNAN KILANG DARI ARAB SAUDI.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Presiden Joko Widodo<br />
berbincang dengan Menteri<br />
Pertahanan sekaligus Wakil<br />
Putra Mahkota Kerajaan<br />
Arab Saudi, Mohammed bin<br />
Salman Abdulaziz al-Saud,<br />
saat melakukan kunjungan<br />
kenegaraan di Istana Raja<br />
Faisal, Jeddah, Arab Saudi,<br />
Sabtu (12/9) malam waktu<br />
setempat.<br />
PANCA HARI PRABOWO/ANTARA FOTO<br />
JABATAN Mohammed bin Salman<br />
Abdulazis al-Saud memang Menteri<br />
Pertahanan Arab Saudi. Tapi, saat<br />
melawat ke Negeri Padang Pasir pertengahan<br />
bulan silam dan bertemu dengannya,<br />
Presiden Joko Widodo tak cuma membicarakan<br />
senapan atau urusan keamanan. Ia memanfaatkan<br />
jabatan Mohammed bin Salman yang<br />
lain, yakni bos perusahaan minyak negara itu,<br />
Aramco.<br />
Joko Widodo membicarakan rencana Aramco<br />
membangun kilang di Indonesia beberapa<br />
tahun silam tapi kemudian tak berlanjut. Sekitar<br />
tiga tahun silam, Aramco meminta insentif<br />
yang tidak bisa dipenuhi pemerintah. Soal inilah<br />
yang dibicarakan Joko Widodo saat ke Arab.<br />
“Sekarang kita membuka lagi diskusi tentang<br />
insentif apa yang dibutuhkan sehingga dia<br />
tertarik lagi,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan<br />
Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya<br />
Mineral I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja.<br />
Indonesia memang sudah gatal ingin me-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Kilang Pertamina di<br />
Cilacap, Jawa Tengah<br />
HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />
miliki kilang baru karena sudah 22 tahun tidak<br />
ditambah satu pun. Wiratmaja mengatakan,<br />
saat ini kebutuhan BBM mencapai 1,25 juta barel<br />
per hari, sedangkan kilang yang ada saat ini<br />
hanya mampu memproduksi sekitar 600 ribu<br />
barel. “Jadi selisihnya, lebih dari 600 ribu barel,<br />
kita impor. Itu kan besar sekali,” ujar guru besar<br />
Institut Teknologi Bandung itu.<br />
Data lain—berdasarkan BP Statistical Review<br />
2015—disebutkan bahwa kapasitas total kilang<br />
Indonesia sekitar 1 juta barel per hari, sementara<br />
kebutuhannya 1,6 juta barel per hari. Intinya,<br />
masih kurang sekitar 600 ribu barel juga.<br />
Akibatnya, Indonesia mesti mengimpor bensin<br />
atau solar sebanyak itu, tidak bisa mendatangkan<br />
minyak mentah yang lebih murah.<br />
Masalahnya, untuk membangun satu kilang,<br />
butuh biaya besar. Menurut Wiratmaja, biaya<br />
yang dibutuhkan untuk membangun satu kilang<br />
berkapasitas 300 ribu barel per hari sekitar<br />
US$ 10 miliar (sekitar Rp 150 triliun).<br />
Jumlah itu sangat besar. Direktur Pembinaan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Sekarang kita membuka lagi diskusi tentang<br />
insentif apa yang dibutuhkan sehingga dia<br />
tertarik lagi,<br />
Direktur Jenderal Minyak dan<br />
Gas Kementerian Energi dan<br />
Sumber Daya Mineral I Gusti<br />
Nyoman Wiratmaja Puja<br />
HAFIDZ MUBARAK A./ANTARA FOTO<br />
Usaha Hilir Minyak dan Gas Kementerian<br />
Energi dan Sumber Daya Mineral Setyorini<br />
Tri Hutami mengatakan Pertamina tidak akan<br />
sanggup sendirian membangun kilang semahal<br />
itu. “Pertamina tidak punya dana untuk mengembangkan<br />
kilang,” ujar Setyorini.<br />
Berkaca pada kondisi kesulitan biaya tersebut,<br />
pemerintah mengundang investor asing<br />
untuk terlibat membangun kilang BBM. Sejak<br />
beberapa tahun silam, sejumlah investor asing<br />
diundang untuk membangun kilang di Indonesia.<br />
Aramco dan investor dari Kuwait saat itu<br />
sudah santer diberitakan bersedia membuka<br />
kantongnya. Tapi rencana batal karena permintaan<br />
insentif pajak ditolak pemerintah.<br />
Pemerintah yang sekarang memutar otak<br />
agar kilang bisa terwujud. Sejumlah paket<br />
insentif pun disiapkan dan sedang dirancang<br />
peraturan presiden tentang proyek kilang BBM.<br />
Menurut Montty Girianna, Deputi Bidang<br />
Koordinasi Pengelolaan Energi Sumber Daya<br />
Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian<br />
Koordinator Perekonomian, peraturan itu akan<br />
berkenaan dengan segala sisik-melik soal kilang.<br />
Meski peraturan belum kelar, saat ini sudah<br />
ada beberapa perusahaan minyak yang sudah<br />
mengungkapkan keinginan membangun kilang<br />
di Indonesia. Bukan cuma Aramco. Perusahaan<br />
minyak dari Kanada, Tiongkok, sampai<br />
Kuwait telah menyurati Kementerian ESDM<br />
menyampaikan minatnya membangun kilang<br />
BBM. “Pernyataan minat juga datang dari Iran<br />
dan Irak, tapi keduanya baru secara lisan,” kata<br />
Montty.<br />
Namun, seperti apa insentif yang akan mereka<br />
terima, Montty belum bisa menjelaskan.<br />
“Nanti akan kami kirim orang-orang, akan ada<br />
tim yang dikirim ke Arab Saudi dan negara lain<br />
yang berminat untuk membahas secara detail<br />
masalah itu,” kata Montty.<br />
Yang jelas, agaknya insentif soal pajak akan<br />
diperlonggar. Beberapa tahun silam, Aramco<br />
membatalkan rencana membuat kilang karena<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Kilang minyak Aramco<br />
DOC ARAMCO<br />
ingin bebas pajak lebih dari 10 tahun. Keinginan<br />
ini ditolak pemerintah. Nah, saat melawat<br />
ke Arab Saudi itu, Presiden Joko Widodo<br />
membuka peluang memberi keringanan pajak<br />
sampai 20 tahun. Bukan cuma itu, lahan gratis<br />
bagi mereka juga disiapkan. “Sekarang Saudi<br />
Aramco kembali tertarik,” katanya.<br />
Pemerintah sudah menyiapkan lahan 500<br />
hektare di Bontang, Kalimantan Timur, milik<br />
Kementerian Keuangan, untuk kilang. Siapa<br />
pun investor, tak perlu pusing dengan lahan<br />
di Bontang. Tanah itu sudah sepenuhnya dibebaskan.<br />
Praktis, saat ini lahan itu menunggu<br />
investor.<br />
Pemerintah pun tidak mengharuskan investor<br />
menggunakan lahan di Bontang yang<br />
sudah siap itu. “Kalau nanti investor punya ide<br />
atau lokasi lain, silakan, kita welcome saja,” kata<br />
Bambang.<br />
Aramco, misalnya, malah mengincar lahan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Salah satu instalasi minyak<br />
milik Pertamina<br />
HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />
di Tuban, Jawa Timur, dekat kilang milik Trans<br />
Pacific Petrochemical Indotama. Tanah itu milik<br />
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.<br />
“Nanti bisa dipinjam-pakai dan sekarang<br />
masih dalam proses,” kata Wiratmaja, yang<br />
enggan menjelaskan detail tentang proses<br />
tersebut.<br />
Rencananya, Aramco akan menggelontorkan<br />
US$ 24 miliar (Rp 360 triliun) untuk investasi<br />
kilang BBM. Sebanyak US$ 10 miliar (Rp 150<br />
triliun) untuk membangun kilang baru, sisanya<br />
untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang<br />
pertamina di Dumai, Cilacap, dan Balongan<br />
sehingga bisa memproduksi BBM secara total<br />
sebanyak 400 ribu barel per hari. n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
HULU-HILIR MINYAK ARAB<br />
TAK CUMA BIKIN KILANG, ARAMCO JUGA MEMBUKA POMPA<br />
BENSIN DI INDONESIA.<br />
THINKSTOCKPHOTOS<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Pompa bensin Aramco di<br />
Seoul, Korea Selatan<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
ADA beda perusahaan minyak<br />
pemerintah Indonesia dengan<br />
Malaysia. Setidaknya sampai tiga<br />
tahun silam, Petronas mengoperasikan<br />
pompa bensin di Jakarta dan sekitarnya.<br />
Sebaliknya, Pertamina hanya gigit jari, tak bisa<br />
berbisnis di Malaysia.<br />
Penyebabnya satu: Malaysia mensyaratkan,<br />
perusahaan minyak yang akan membuka<br />
pompa bensin di sana mesti membuat kilang<br />
minyak dulu dan itu harganya mahal, ratusan<br />
triliun rupiah. Pertamina tidak sanggup. Saat itu<br />
Pertamina mengeluhkan begitu gampangnya<br />
perusahaan minyak asing membuka pompa<br />
bensin di Indonesia, tidak seperti di Malaysia.<br />
Tidak perlu bikin kilang terlebih dulu.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Pekerja di salah satu kilang<br />
Saudi Aramco<br />
DOK ARAMCO<br />
Nah, situasi mungkin berbeda dalam beberapa<br />
tahun mendatang. Aramco, jika berjalan<br />
sesuai dengan rencana, tak akan cuma mengoperasikan<br />
kilang di Indonesia, tapi juga membuka<br />
pompa bensin. Jadi Aramco akan mendatangkan<br />
minyak dari Arab Saudi, diolah di<br />
Indonesia, dan dijual di pompa-pompa bensin<br />
milik mereka di sini.<br />
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian<br />
Energi dan Sumber Daya Mineral I Gusti<br />
Nyoman Wiratmaja Puja menyebut syarat yang<br />
diajukan Aramco kepada Indonesia memang<br />
termasuk izin menjual bahan bakar di pompa<br />
bensin yang bakal mereka dirikan. Mereka juga<br />
meminta diizinkan masuk industri petrokimia<br />
di sini. “Syarat bisa masuk ke bisnis hilir (seperti<br />
pompa bensin) merupakan salah satu fasilitas<br />
insentif yang diminta selain bebas membayar<br />
pajak penghasilan badan usaha hingga 20 tahun,”<br />
katanya.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Direktur Jenderal Minyak dan<br />
Gas Kementerian Energi dan<br />
Sumber Daya Mineral I Gusti<br />
Nyoman Wiratmaja Puja<br />
ANTARA FOTO<br />
Syarat bisa masuk ke bisnis<br />
hilir (seperti pompa bensin)<br />
merupakan salah satu<br />
fasilitas insentif yang diminta<br />
selain bebas membayar pajak<br />
penghasilan badan usaha<br />
hingga 20 tahun.<br />
Meski begitu, pemerintah belum bisa memastikan<br />
apakah Aramco akan masuk ke semua lini<br />
sektor hilir tersebut atau hanya memilih salah<br />
satu. “Nanti akan kita diskusikan lebih jauh,”<br />
tutur Wiratmaja.<br />
Sebenarnya tidak ada masalah jika Saudi<br />
Aramco akan masuk ke industri hilir BBM, seperti<br />
pompa bensin. Setyorini Tri Hutami, Direktur<br />
Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas<br />
Kementerian ESDM, mengatakan Undang-Undang<br />
Migas memang membuka peluang bagi<br />
badan usaha selain Pertamina untuk masuk ke<br />
bisnis hilir BBM.<br />
Syaratnya, perusahaan itu terdaftar sebagai<br />
badan hukum Indonesia. “Contohnya Shell,<br />
Total, dan dulu ada Petronas,” kata Setyorini.<br />
Menurut anggota Komite Badan Pengatur<br />
Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas),<br />
Ibrahim Hasyim, terjun di bisnis kilang hingga<br />
ke sektor hilir sebenarnya langkah yang biasa<br />
dilakukan perusahaan minyak untuk menutup<br />
margin yang tipis dari investasi kilang. Selain<br />
itu, jika bisnis hilir yang dipilih adalah SPBU,<br />
maka tujuannya adalah sebagai window display<br />
atau promosi ke pasar.<br />
Namun, masalahnya, Saudi Aramco akan<br />
bersaing ketat dengan badan usaha lain jika<br />
hanya mengandalkan Pulau Jawa sebagai lokasi<br />
penyaluran distribusi BBM. “Kalau bicara soal<br />
badan penyalur, di Jawa ini sudah terisi penuh.<br />
Justru yang masih banyak (kosong) ada di luar<br />
Jawa,” kata Ibrahim.<br />
Pemerintah, menurut Wiratmaja, akan<br />
mengarahkan Aramco untuk membangun infrastruktur<br />
pompa bensin di kawasan timur<br />
Indonesia. Kebijakan ini diterapkan supaya<br />
tercipta situasi yang adil bagi Pertamina, yang<br />
membuka jaringan SPBU dari wilayah barat<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Salah satu pompa bensin<br />
Total di Jakarta<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
hingga timur Indonesia.<br />
“Dengan begitu, Pertamina akan dapat kompetisi<br />
yang positif, malah mungkin di beberapa<br />
tempat (Aramco) bisa bekerja sama dengan<br />
Pertamina,” tutur Wiratmaja.<br />
Konsep pemerintah tersebut sejalan dengan<br />
keinginan Pertamina. Vice President Corporate<br />
Communication Pertamina Wianda Pusponegoro<br />
mengatakan siapa pun yang masuk bisnis<br />
BBM juga harus bisa melakukan distribusi secara<br />
merata. “Agar akses BBM itu bisa dinikmati<br />
semua masyarakat, bukan hanya yang berada<br />
di kota-kota besar,” katanya.<br />
Sebagai perusahaan pemerintah dan mendapat<br />
monopoli memasarkan bahan bakar<br />
bersubsidi, Pertamina memang diharuskan<br />
mendistribusikan bahan bakar sampai kawasan<br />
terpencil. Pertamina agaknya terbebani jika<br />
mesti bersaing dengan perusahaan yang tidak<br />
memiliki kewajiban itu. ■ HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
DEMI JAMINAN PASOKAN<br />
INVESTASI KILANG BISA MEMBUAT PASOKAN MINYAK KE INDONESIA SEMAKIN TERJAMIN.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Anjungan milik Total di<br />
Selat Makassar<br />
NOVI ABDI/ANTARA FOTO<br />
POSISI Arab Saudi di dunia industri<br />
minyak memang tidak lagi sekuat<br />
beberapa tahun silam. Setidaknya<br />
negara itu bukan lagi produsen terbesar<br />
dunia. Dengan produksi 11 juta barel per<br />
hari, saat ini Arab Saudi menjadi nomor dua<br />
karena kalah oleh Amerika Serikat, yang memproduksi<br />
2 juta barel lebih banyak.<br />
Tapi tetap saja, biar begitu, angka ini masih<br />
jauh lebih besar daripada Indonesia, yang hanya<br />
memproduksi kurang dari 900 ribu barel per<br />
hari. Padahal kebutuhan bahan bakar minyak<br />
saat ini sekitar 1,4 juta barel per hari. Presiden<br />
Joko Widodo pun berusaha membujuk Saudi<br />
Aramco—perusahaan minyak Arab Saudi—<br />
agar bersedia membangun kilang. Salah satu<br />
tujuannya adalah agar ada pasokan minyak<br />
mentah murah dari Arab Saudi.<br />
Seorang pejabat di Kementerian Energi<br />
dan Sumber Daya Mineral mengatakan, “Kita<br />
berharap, dengan masuknya investor asing<br />
membangun kilang minyak di sini, tentunya<br />
asumsi kita adalah minyak mentahnya akan<br />
didatangkan dari sumber milik investor itu.”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Pekerja Pertamina<br />
di Lapangan Cemara<br />
Selatan, Indramayu, Jawa<br />
Barat<br />
DEDHEZ ANGARA/ANTARA FOTO<br />
Dengan posisi sebagai negara yang lebih banyak<br />
mengimpor daripada mengekspor minyak,<br />
Indonesia memang berusaha mendapatkan<br />
sumber energi ini dengan gampang. Sejumlah<br />
pendekatan dilakukan kepada negara kaya minyak.<br />
Di antaranya kembali bergabung dengan<br />
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC)<br />
agar lebih mudah mencari pemasok minyak.<br />
Cara lainnya adalah membujuk perusahaan<br />
dari negara kaya minyak membangun kilang<br />
di Indonesia. “Aramco, sebagai calon investor<br />
kilang minyak produsen BBM, tentunya memiliki<br />
sumber-sumber minyak dari negaranya,”<br />
katanya.<br />
Jika dilihat dari sisi penghematan, membangun<br />
kilang tidak terlalu banyak keuntungannya.<br />
Penghematan yang diharapkan hanyalah selisih<br />
harga minyak mentah yang diimpor dengan<br />
bahan bakar hasil olahan kilang itu. “Kalau dari<br />
segi devisa enggak (ada penghematannya),”<br />
katanya. “Tapi ketahanan energinya jadi lebih<br />
baik.”<br />
Selain itu, kilang ini memungkinkan minyak<br />
hasil sampingan tambang gas, yakni kondensat,<br />
bisa diolah menjadi bahan bakar. Indonesia,<br />
sebagai salah satu negara utama penghasil gas<br />
dunia, cukup banyak memproduksi kondensat.<br />
Saat ini ada belasan kilang minyak di Indonesia.<br />
Minyak mentah yang diolah umumnya dari<br />
produk dalam negeri, dari sejumlah tambang<br />
yang sebagian dioperasikan perusahaan asing.<br />
“Bagi Pertamina, makin banyak minyak mentah<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Kantor pusat OPEC di<br />
Wina, Austria<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />
yang dijual ke kilang kami malah makin bagus,”<br />
ucapnya.<br />
Pasalnya, kata dia, dengan adanya minyak<br />
mentah dari pertambangan dalam negeri,<br />
ongkos pengiriman ke kilang-kilang jadi lebih<br />
murah, maka ongkos produksi kilang Pertamina<br />
bisa ditekan. Kalaupun nanti kilang-kilang<br />
itu berdiri, bisa saja sumber bahan bakunya<br />
dari tambang dalam negeri yang dioperasikan<br />
perusahaan asing.<br />
Dalam model investasi bagi hasil tambang<br />
minyak di Indonesia, perusahaan tambang hanya<br />
memiliki sebagian hasil produksi. Sebagian<br />
lagi milik pemerintah Indonesia dan bisa, misalnya,<br />
diolah seluruhnya di kilang dalam negeri.<br />
Chevron misalnya. Juru bicara Chevron,<br />
Jeanny Simanjuntak, mengatakan sudah memiliki<br />
kontrak dengan pemerintah. Dalam kontrak,<br />
pemerintah mendapat 90 persen minyak<br />
mentah hasil pengeboran mereka. “Jadi soal<br />
itu untuk kebutuhan dalam negeri atau bukan,<br />
negaralah yang mengaturnya,” ucapnya.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Kilang Balongan di<br />
Indramayu, Jawa Barat<br />
ROSA PANGGABEAN/ANTARA FOTO<br />
Sedangkan 10 persen sisanya menjadi hak<br />
mereka. “Bagian kami 10 persen, terserah kami<br />
untuk kebutuhan apa,” ucap Jeanny.<br />
Saat ini Chevron menjadi penghasil minyak<br />
terbesar Indonesia dengan rata-rata produksi<br />
320 ribu barel per hari. Perusahaan itu mengoperasikan<br />
tambang di Riau, Kalimantan Timur,<br />
sampai Makassar. Mereka juga memiliki saham,<br />
meski tidak menjadi operator, di Natuna.<br />
Hal yang mirip diungkapkan oleh Total E&P<br />
Indonesie. Kebanyakan produksi perusahaan<br />
itu adalah gas. Meski begitu, ada sekitar 62<br />
ribu barel minyak mentah dan kondensat yang<br />
dihasilkan tiap hari. Urusan ke mana produksinya<br />
disalurkan, menurut juru bicara Total,<br />
Kristanto Hartadi, tidak diputuskan oleh Total<br />
sendiri. “(Kebijakan) menjual itu kan semua di<br />
pemerintah,” ucapnya. n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
EKONOMI<br />
KILANG BARU KITA<br />
Minus<br />
Kilang<br />
INDONESIA memang masih kekurangan kilang minyak. Setidaknya<br />
masih butuh kilang dengan kapasitas setengah juta barel per hari agar bisa<br />
mengolah sendiri minyak untuk konsumsi dalam negeri. Dibanding negara<br />
ASEAN lain, kebutuhan kilang Indonesia paling tinggi. Kondisi ini kontras<br />
dengan beberapa negara ASEAN, yang kapasitas kilangnya di atas kebutuhan<br />
konsumsi dalam negeri, seperti Filipina atau Singapura.<br />
THAILAND<br />
Produksi 453 ribu barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 791 ribu barel/hari<br />
Konsumsi 1,274 juta barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang -483 ribu barel/hari<br />
SINGAPURA<br />
Produksi 0 barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 1,348 juta barel/hari<br />
Konsumsi 1,273 juta barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang +75 ribu barel/hari<br />
VIETNAM<br />
Produksi 365 ribu barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 148 ribu barel/hari<br />
Konsumsi 406 ribu barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang -258 ribu barel/hari<br />
BRUNEI<br />
Produksi 126 RIBU barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 8.000 barel/hari<br />
Konsumsi 18 RIBU barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang -10 RIBU barel/hari<br />
FILIPINA<br />
Produksi 21 ribu barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 441 ribu barel/hari<br />
Konsumsi 299 ribu barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang +142 ribu barel/hari<br />
MALAYSIA<br />
Produksi 666 ribu barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 545 ribu barel/hari<br />
Konsumsi 815 ribu barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang -270 ribu barel/hari<br />
INDONESIA<br />
Produksi 852 RIBU barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 1,046 juta barel/hari<br />
Konsumsi 1,641 juta barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang -595 ribu barel/hari<br />
MYANMAR<br />
Produksi 20 ribu barel/hari<br />
Kapasitas Kilang 82 ribu barel/hari<br />
Konsumsi 28 ribu barel/hari<br />
Kebutuhan Kilang +54 ribu barel/hari<br />
BP STATISTICAL REVIEW 2015 | INDEXMUNDI.COM<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
ASAP MENCURIGAKAN MOBIL VW<br />
VW TERTANGKAP BASAH MELAKUKAN PENIPUAN PADA SISTEM UJI EMISI.<br />
GUGATAN DAN DENDA RATUSAN TRILIUN RUPIAH SUDAH MENUNGGU.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Para bos baru VW setelah<br />
kasus penipuan uji emisi<br />
terbongkar. Tampak CEO<br />
yang baru, Matthias Mueller,<br />
dalam perkenalan kepada<br />
pers.<br />
FABIAN BIMMER/REUTERS<br />
MINGGU-MINGGU ini bakal menjadi<br />
hari pembalasan terhadap<br />
pabrik mobil asal Jerman, Volkswagen.<br />
Harris County—salah<br />
satu county (atau kabupaten) di Amerika Serikat—menggugat<br />
ganti rugi perusahaan yang<br />
didirikan Hitler itu sebanyak US$ 100 juta<br />
(sekitar Rp 1,5 triliun).<br />
Pemerintah daerah itu menuntut ganti rugi<br />
karena emisi VW melewati ambang batas.<br />
VW memang tertangkap basah memanipulasi<br />
sistem komputer di mobil-mobil kecil dan<br />
menengah mereka yang bermesin diesel sehingga,<br />
saat uji emisi, bisa lolos. Padahal, kenyataannya,<br />
emisi mereka belum memenuhi<br />
standar. “Saya pikir penipuan itu bakal cukup<br />
gampang dibuktikan,” kata Richard Mithoff,<br />
pengacara yang mewakili pemerintah daerah<br />
Harris, dalam gugatan kepada VW, seperti<br />
dikutip USA Today.<br />
Ini baru satu county yang menggugat, padahal<br />
ada lebih dari 3.000 county di negara<br />
itu. Belum gugatan lain dari pemilik VW Jetta,<br />
Golf, Passat, atau Beetle yang merasa tertipu.<br />
Bahkan dealer VW juga ada yang menggugat<br />
karena penjual produk tidak beres. Gugatan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Stan VW dalam pameran<br />
mobil di Shanghai. Di<br />
Tiongkok, VW merajai pasar<br />
dan membuat pabrik itu<br />
berada di posisi kedua,<br />
setelah Toyota, di seluruh<br />
dunia.<br />
ALY SONG/REUTERS<br />
ini belum dihitung denda dari otoritas Amerika,<br />
yang mungkin mencapai US$ 18 miliar (Rp<br />
270 triliun), serta biaya perbaikan yang bisa<br />
jadi mencapai US$ 6,5 miliar (hampir Rp 100<br />
triliun).<br />
Bukan cuma di Amerika Serikat. Di Kanada,<br />
class action juga digelar dengan menuntut<br />
ganti rugi sampai Can$ 2,5 miliar (Rp 27 triliun).<br />
Di Israel, class action juga diluncurkan,<br />
menuntut ganti rugi 300 shekel (Rp 1,1 triliun).<br />
Sudah dipastikan VW bakal rugi sangat<br />
besar gara-gara mereka memalsukan sistem<br />
angka emisi untuk mobil-mobil diesel kecil<br />
mereka. Tak mengherankan jika harga sahamnya<br />
langsung jatuh. Investor pun kehilangan<br />
dananya. Pemerintah Qatar, misalnya, diperkirakan<br />
kehilangan sampai sekitar Rp 60 triliun<br />
karena nilai saham VW di tangan mereka<br />
jatuh.<br />
VW memang sedang menghadapi hari<br />
pembalasan. Mestinya perusahaan sebesar<br />
VW—meski di Indonesia tidak laku, tapi di<br />
dunia nomor dua penjualannya, yakni 9 juta<br />
unit per tahun—tahu risiko penipuan data<br />
emisi seperti ini, tapi mereka melakukan juga.<br />
lll<br />
Asisten Profesor Riset West Virginia University,<br />
Arvind Thiruvengadam, sangat senang<br />
saat laboratorium di kampusnya mendapat<br />
hibah untuk menguji emisi sejumlah mobil<br />
diesel pada 2012 lewat tes di jalan raya.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Uji emisi Audi AG A3 35<br />
TDI, salah satu mobil dari<br />
VW Group, sedang digelar<br />
di Korea Selatan pekan<br />
lalu. Kasus penyesatan uji<br />
emisi VW membuat awak<br />
televisi pun memberitakan<br />
tes gas buang.<br />
SEONGJOON CHO/BLOOMBERG VIA<br />
GETTY IMAGES<br />
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika<br />
Serikat biasanya menguji emisi dengan menaruh<br />
mobil di atas mesin dinamometer—<br />
semacam treadmill tapi untuk mobil—dan<br />
tidak menggelar uji emisi di jalan raya. Sebagai<br />
pembanding, LSM Dewan Internasional<br />
masalah Transportasi Bersih memberi dana<br />
kepada kampus tempat Thiruvengadam menjadi<br />
peneliti untuk menggelar uji di jalan raya.<br />
Saat itu Thiruvengadam sangat senang.<br />
Ia seorang peneliti dan pikirannya adalah,<br />
“Wow, kita akan menjadi orang pertama yang<br />
melakukan uji emisi mobil diesel di jalan raya,”<br />
ujarnya. Mereka langsung membayangkan<br />
akan mendapat banyak laporan dan bakal<br />
membuat makalah bagi jurnal-jurnal ilmiah.<br />
“Kami sudah cukup senang jika ada tiga orang<br />
saja yang membaca jurnal ilmiah itu,” katanya<br />
tersenyum saat mengungkapkan kepada situs<br />
National Public Radio.<br />
Mereka tidak membayangkan bahwa laporannya<br />
itu bakal menggegerkan dunia. Tapi<br />
dua mobil VW bermesin diesel yang dites<br />
hasilnya selalu buruk. Hasil tes jalan raya jauh<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Stan VW dalam pameran<br />
mobil terbesar di negeri<br />
asalnya, Jerman, yang<br />
digelar di Frankfurt.<br />
KAI PFAFFENBACH/REUTERS<br />
dari angka yang ditulis dari hasil penelitian di<br />
laboratorium milik Badan Perlindungan Lingkungan<br />
dengan dinamometer. Mereka tentu<br />
saja ragu dengan prosedurnya. Tapi, begitu<br />
dicoba pada mobil merek lain, BMW, angka<br />
emisi yang didapat di tes jalan raya tidak berbeda<br />
dengan tes dengan dinamometer.<br />
Tim peneliti mengulang-ulang uji emisi<br />
untuk memastikan bahwa prosedurnya benar<br />
dan angkanya juga benar. LSM Dewan Internasional<br />
masalah Transportasi Bersih, yang<br />
membiayai uji di West Virginia University itu,<br />
pun mendapat laporan dan kaget. Mereka<br />
tidak langsung percaya pada hasil uji tersebut.<br />
Bayangan mereka, VW mengambil risiko<br />
terlalu besar jika curang.<br />
“Anda tak bisa begitu saja menuduh satu<br />
perusahaan melakukan (kecurangan), kecuali<br />
jika Anda benar-benar yakin,” kata John German<br />
dari dewan itu. German pun curiga bahwa<br />
mobil VW itu bisa membedakan apakah<br />
mereka sedang berada di jalanan atau sedang<br />
di atas dinamometer.<br />
Saat berada di atas dinamometer, komputer<br />
sistem pengapian mobil langsung bekerja dan<br />
membuat emisi gas buang menjadi bersih tapi<br />
tenaga kurang dan bahan bakar boros. Sebaliknya,<br />
saat sensor mobil mengetahui mereka<br />
tidak di atas dinamometer, sistem pembersih<br />
emisi dimatikan agar irit solar dan lebih kuat<br />
tenaganya.<br />
Laporan ini dibawa ke Badan Perlindungan<br />
Lingkungan dan hasilnya adalah drama yang<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Pekerja di SEAT, Spanyol,<br />
sedang merakit mobil.<br />
SEAT adalah salah satu<br />
anak usaha VW.<br />
GUSTAU NACARINO/REUTERS<br />
membuat VW terancam gugatan ratusan<br />
triliun rupiah.<br />
lll<br />
Amerika Serikat, yang menemukan kecurangan<br />
VW untuk data emisi mobil diesel,<br />
memang belum memutuskan apa pun. Tapi<br />
pemerintah Jerman bertindak lebih cepat.<br />
Mereka sudah resmi melakukan penyelidikan<br />
terhadap Martin Winterkorn, CEO VW yang<br />
mundur sepekan silam setelah kecurangannya<br />
diumumkan.<br />
Jaksa Jerman sudah menyebut bahwa Winterkorn<br />
diduga melakukan kecurangan dalam<br />
penjualan mobil dengan memanipulasi data<br />
emisi. Winterkorn memimpin VW selama 9<br />
tahun terakhir dan menjadi presiden direktur<br />
dengan bayaran tertinggi di Jerman.<br />
Jerman memang cukup cemas. Bukan cuma<br />
lantaran VW adalah perusahaan yang setiap<br />
tahun menjual lebih dari 9 juta mobil ke seluruh<br />
dunia. Angka ini kira-kira sama dengan<br />
General Motors dari Amerika Serikat dan<br />
hanya kalah dari Toyota, yang bisa menjual<br />
sampai 11 juta unit.<br />
Tapi juga karena Jerman bukan hanya VW,<br />
masih ada merek top lain, seperti BMW atau<br />
Mercedes-Benz, yang bisa-bisa ikut terkena<br />
dampak sebagai sesama mobil Jerman. Sebanyak<br />
750 ribu warganya bekerja langsung di<br />
industri otomotif. Ekspor mobil juga menjadi<br />
sumber pemasukan mereka.<br />
“Industri mobil itu sangat penting bagi eko-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Sebagian seri Audi, salah<br />
satu merek yang dimiliki<br />
VW, juga dipasangi alat<br />
penipu uji emisi.<br />
KAI PFAFFENBACH/REUTERS<br />
nomi Jerman,” kata Deputi Menteri Keuangan<br />
Jerman, Jens Spahn, seperti dikutip Reuters.<br />
“(Skandal) ini bisa memberi dampak besar<br />
bagi ekonomi Jerman.”<br />
Tak cuma Winterkorn yang sudah mundur,<br />
VW juga sudah melakukan sejumlah langkah<br />
internal untuk memperbaiki wajahnya. Mereka<br />
sudah menghentikan kepala pengembangan<br />
merek VW, Heinz-Jakob Neusser. Mereka<br />
juga sudah menskors Ulrich Hackenberg,<br />
yang memimpin pengembangan teknis di<br />
Grup VW. Wolfgang Hatz, kepala riset dan<br />
pengembangan anak usaha VW, Porsche,<br />
juga sudah dilepas dari jabatannya.<br />
Saat ini nilai pasar VW sudah turun lebih dari<br />
25 miliar euro (sekitar Rp 408 triliun) setelah<br />
mengaku curang di sekitar 11 juta mobil yang<br />
mereka jual. Selain dengan merek VW, mobil<br />
dalam grup yang juga memiliki sistem untuk<br />
mencurangi uji emisi adalah Audi, sebanyak<br />
2,1 juta unit dari seri A1, A3, A4, A5, A6, TT,<br />
Q3, serta Q5. n NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
‘VIVERE<br />
PERICOLOSO’<br />
ALA VW<br />
PENIPUAN DALAM UJI EMISI VW MERUPAKAN BUNTUT<br />
PERSAINGAN TEKNOLOGI HIBRIDA MELAWAN DIESEL.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
George Clooney dengan<br />
mobil Toyota Prius.<br />
MARK SULLIVAN/WIREIMAGE<br />
PENGHARGAAN Oscar selalu menjadi<br />
perhatian dunia. Apa pun yang<br />
dikenakan, dibawa, atau dilakukan<br />
bintang-bintang Hollywood, itu<br />
selalu menjadi bahan pemberitaan, termasuk<br />
urusan mobil. Selama puluhan tahun, acara<br />
seperti itu akan dipenuhi limusin besar. Tapi<br />
pemandangan itu berubah sejak Oscar 2003.<br />
Saat itu, sejumlah bintang top kawakan,<br />
seperti Harrison Ford atau Tom Hanks, tidak<br />
datang dengan mobil-mobil besar. Sebaliknya,<br />
mereka menggunakan Toyota Prius,<br />
mobil sedan berukuran sedang yang sangat<br />
irit karena menggunakan teknologi hibrida.<br />
Citra sebagai artis yang menjaga lingkungan<br />
membuat mereka memilih Prius. Dan mereka<br />
sangat bangga. “Saya bisa ngebut sampai 75<br />
mil per jam (120 kilometer per jam),” kata<br />
Hanks seperti dilaporkan USA Today saat itu.<br />
Sejak saat itu, acara Oscar seperti menjadi<br />
pameran mobil-mobil ramah lingkungan.<br />
Mobil hibrida pun menjadi terkenal. Acara<br />
itu menjadi semacam pertanda kemenangan<br />
pilihan teknologi Jepang atau Jerman dalam<br />
persaingan mobil hemat energi dan ramah<br />
lingkungan.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Toyota Prius Smart Hybrid<br />
saat dipamerkan di Seoul<br />
beberapa bulan silam.<br />
CHUNG SUNG-JUN/GETTY IMAGES<br />
Sejak 1990-an, ada persaingan antara pabrikan<br />
Jepang dan Jerman soal teknologi mobil<br />
yang hemat energi. Jepang memilih mobil<br />
hibrida. Mobil yang sangat irit karena energi<br />
yang semula terbuang, seperti saat mengerem,<br />
didaur ulang dan digunakan kembali.<br />
Saat Jepang memilih hibrida, Jerman memilih<br />
mengembangkan mobil diesel. Meski banyak<br />
digunakan untuk kendaraan berat, mobil<br />
pribadi yang menggunakan diesel tidak terlalu<br />
banyak. Di dunia, hanya sekitar 1 persen mobil<br />
pribadi dengan mesin diesel.<br />
Sejumlah alasan muncul, dari mesin yang<br />
getarannya besar sampai asap dengan bau<br />
tak enak dan jelek. Padahal mesin diesel lebih<br />
efisien dari bensin, lebih hemat bahan bakar.<br />
Dalam beberapa tahun ini, muncul teknologi<br />
yang disebut diesel bersih (clean diesel). Ini<br />
adalah mesin diesel yang menggunakan sejumlah<br />
teknologi untuk menyaring gas buang<br />
sehingga tak lagi berasap seperti pada masa<br />
lalu.<br />
Dibanding hibrida, mesin diesel lebih murah.<br />
Situs cleanfleetreport.com menyebut VW<br />
Jetta, misalnya, lebih murah sekitar US$ 5.000<br />
(sekitar Rp 75 juta) dibanding mobil hibrida sekelas.<br />
Namun, dibanding mesin bensin biasa,<br />
diesel lebih mahal sekitar US$ 1.000 (sekitar<br />
Rp 15 juta).<br />
Teknologi agar mendapatkan mesin diesel<br />
yang bersih itu bermacam-macam. Mercedes-<br />
Benz mengembangkan teknologi yang disebut<br />
BlueTec. Teknologi ini membuat mobil butuh<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
VW memamerkan<br />
produknya yang hemat<br />
energi, termasuk untuk seri<br />
mesin bensin.<br />
MIKE BLAKE/REUTERS<br />
zat semacam urea yang nantinya disuntikkan<br />
ke gas buang agar nitrogen oksidanya terurai<br />
dan tidak lagi berbahaya. VW sempat mengambil<br />
lisensi ini untuk seri mesin diesel TCDI<br />
yang mereka kembangkan. Tapi, beberapa<br />
tahun lalu, lisensi ini dikembalikan kembali.<br />
Yang lain adalah teknologi yang menyaring<br />
gas nitrogen oksida ini. Kelemahan teknologi<br />
ini—seperti diungkap New York Times—adalah<br />
membuat bahan bakar menjadi boros. Butuh<br />
tambahan energi jika gas buangnya mesti lewat<br />
alat yang disebut jebakan nitrogen oksida<br />
itu. Atau, dengan kata lain, tenaganya menjadi<br />
loyo jika menggunakan alat ini.<br />
Mungkin ini sebabnya VW membuat program<br />
di sistem komputer mobil (ECU) yang<br />
mengatur pengapian. Jika komputer itu merasakan<br />
bahwa mobil sedang berada di atas<br />
mesin dinamometer—yang mirip dengan<br />
treadmill—ia akan mengaktifkan sistem penyaring<br />
gas buang. Emisi pun menjadi bersih.<br />
Tapi, begitu komputer membaca bahwa mobil<br />
sedang digunakan untuk kebutuhan normal,<br />
segera saja sistem penyaring tak digunakan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BISNIS<br />
Sebuah VW di salah<br />
satu dealer di New York,<br />
Amerika Serikat.<br />
SHANNON STAPLETON/REUTERS<br />
sehingga bahan bakar lebih hemat meski<br />
polusi yang dihasilkan tak lagi memenuhi<br />
standar.<br />
VW memasang peranti lunak untuk menipu<br />
uji emisi ini mulai 2009. Total 11 juta mobil<br />
diesel produk VW dipasangi sistem ini. Pertanyaan<br />
yang muncul sekarang adalah mengapa<br />
perusahaan sebesar VW berani nyerempet<br />
bahaya, vivere pericoloso, dengan membuat<br />
sistem penipu uji emisi itu? Risikonya sangat<br />
besar.<br />
Seorang pengamat teknologi diesel dari<br />
Amerika Serikat, Matt DeLorenzo, menduga<br />
bahwa VW tidak menggunakan teknologi<br />
urea—semacam BlueTec—untuk menekan<br />
harga sekaligus membuat bahan bakar lebih<br />
hemat. Ini sebabnya, untuk mobil seperti<br />
Touareg tetap menggunakan teknologi pembersih<br />
emisi semacam BlueTec.<br />
Selain itu, VW agaknya ingin membuat para<br />
pengguna mobil kecil tidak ribet mesti mengisi<br />
zat semacam urea untuk mobilnya. “VW<br />
ingin agar pengalaman merawat mobil diesel<br />
ini semudah merawat mobil bensin,” katanya.<br />
VW, menurut DeLorenzo, mungkin berharap,<br />
seiring perjalanan waktu, akan ditemukan<br />
teknologi pembersih emisi yang murah dan<br />
praktis. Jika ini sudah diperkenalkan, VW kecil<br />
akan dipasangi sehingga tak perlu lagi curang.<br />
Sayang, keburu ketahuan. n NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
RUSIA DATANG,<br />
ASSAD PUN TENANG<br />
“TAK ADA SOLUSI LAIN BAGI SURIAH KECUALI DENGAN MEMPERKUAT<br />
PEMERINTAHAN YANG SAH.”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Seorang laki-laki<br />
berlari melewati mobil<br />
yang terbakar setelah<br />
terkena tembakan<br />
pesawat-pesawat<br />
tempur Rusia di Kota<br />
Idlib, Kamis (1/10).<br />
KHALIL ASHAWI/REUTERS<br />
DIBANDING Garry Kasparov, kelihaian<br />
Vladimir Putin memainkan bidak<br />
barangkali hanya terhitung kelas pemula.<br />
Tapi, di lapangan politik, sang<br />
grandmaster catur itu hanyalah “anak kemarin<br />
sore” di hadapan Vladimir Putin.<br />
Setelah pensiun dari kompetisi catur, mantan<br />
pemilik elo rating tertinggi di dunia ini terjun ke<br />
arena politik negerinya, Rusia. Kasparov memilih<br />
berada di seberang, di pihak oposisi. Lawan<br />
politiknya adalah mantan perwira KGB, dinas<br />
intelijen Uni Soviet, Vladimir Putin.<br />
Kala itu, Putin sudah beberapa tahun berada<br />
di tampuk kekuasaan Kremlin dan tengah<br />
mengkonsolidasikan kekuatan politiknya. Dua<br />
kali Kasparov ditangkap polisi dan dijebloskan<br />
ke sel tahanan karena menggelar protes<br />
menentang kekuasaan Putin. Bermain catur<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
KAMI TAK SEBEGITU<br />
TEROBSESINYA DENGAN NASIB<br />
REZIM ASSAD.”<br />
dengan lawan alot seperti Anatoly Karpov sekalipun,<br />
menurut Kasparov, ternyata jauh lebih<br />
gampang ketimbang bermain politik.<br />
“Aturannya tidak jelas, tapi hasilnya sudah ditentukan,”<br />
kata Kasparov beberapa waktu lalu.<br />
“Permainan politik ini bukan soal menang atau<br />
kalah. Dari awal, posisinya sudah jelas adalah<br />
kalah.” Hampir satu dekade Kasparov melawan<br />
Putin, dia selalu ada di pihak yang dipecundangi.<br />
Sejak 2000, posisi<br />
Putin di Kremlin tak<br />
tergoyahkan. Dia hanya<br />
berulang kali bertukar<br />
jabatan dari presiden<br />
ke perdana menteri<br />
dan sebaliknya.<br />
Menebak isi kepala<br />
Vladimir Putin barangkali<br />
tak ada beda<br />
dengan meramal ke mana seorang super-grandmaster<br />
akan melangkahkan pion di atas papan<br />
catur. Kalkulator politik Presiden Putin selalu<br />
punya cara sendiri dalam berhitung. Hampir<br />
tiga tahun lalu, dalam satu konferensi pers di<br />
Moskow, Presiden Putin menyiratkan bahwa<br />
sokongan Kremlin terhadap Bashar al-Assad,<br />
Presiden Suriah, bukan satu hal yang tak bisa<br />
dibengkokkan.<br />
“Kami tak sebegitu terobsesinya dengan nasib<br />
rezim Assad,” kata Presiden Putin. Menurut<br />
Putin, Rusia hanya berkepentingan dengan<br />
stabilitas politik di Suriah. “Kami paham apa<br />
yang terjadi di sana dan keluarga Assad sudah<br />
ada di pucuk kekuasaan selama 40 tahun. Tak<br />
diragukan, perubahan memang diperlukan....<br />
Kami hanya tak ingin kelompok oposisi naik kekuasaan<br />
dan melanjutkan pertempuran dengan<br />
rezim lama, dan terus berlangsung selamanya.”<br />
Setelah puluhan tahun menjadi sekutu dan<br />
pemasok utama senjata ke penguasa di Damaskus,<br />
saat itu Presiden Putin sepertinya sudah<br />
siap “melepas” sekutunya, Bashar al-Assad.<br />
Martti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia<br />
dan anggota tim perunding perdamaian di<br />
Suriah, menuturkan bagaimana negara-negara<br />
melewatkan tawaran Rusia kala itu untuk “melepas”<br />
Assad.<br />
Pada Februari 2012, menurut Martti, dia ter-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Warga memeriksa<br />
bangunan yang<br />
rusak setelah<br />
terkena tembakan<br />
pesawat-pesawat tempur<br />
pasukan loyalis Presiden<br />
Bashar al-Assad di<br />
Douma, arah timur dari<br />
Kota Damaskus, Sabtu<br />
(19/9).<br />
BASSAM KHABIEH/REUTERS<br />
libat pembicaraan dengan lima utusan negara<br />
anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Vitaly<br />
Churkin, Duta Besar Rusia di PBB, menyorongkan<br />
proposal berisi tiga poin rencana untuk<br />
mengakhiri konflik di Suriah.<br />
Usul pertama Churkin, tidak ada pasokan<br />
senjata untuk kelompok oposisi. Kedua, pembicaraan<br />
langsung antara kubu anti-Assad dan<br />
Presiden Assad. Usul ketiga Churkin, harus ada<br />
jalan mundur yang terhormat bagi Bashar al-<br />
Assad.<br />
Tapi utusan Amerika Serikat, Inggris, dan<br />
Prancis menolak mentah-mentah proposal<br />
Duta Besar Churkin. Tiga negara Sekutu itu<br />
sangat yakin kejatuhan Assad hanya tinggal<br />
menghitung hari atau minggu. Kalkulasi mereka<br />
salah besar. “Itu kesempatan besar yang hilang<br />
pada 2012,” kata Martti tiga pekan lalu.<br />
Tapi Putin juga tak berniat membiarkan kawan<br />
lamanya jatuh begitu saja. Di depan pemimpin<br />
negara-negara yang tergabung di G-20,<br />
Putin mengatakan Kremlin akan mengirimkan<br />
pasukannya jika Amerika dan sekutunya menyerang<br />
Suriah. “Apakah kami akan membantu<br />
Suriah? Ya, dan kami sudah melakukannya<br />
dengan mengirimkan senjata,” kata Putin kala<br />
itu.<br />
Perang di Suriah terus berkobar, ratusan ribu<br />
orang tewas, jutaan warga negara itu ceraiberai<br />
ke pelbagai negara dan sebagian membanjiri<br />
Eropa. Pasukan Assad yang disokong<br />
Iran, Hizbullah, dan Rusia masih menguasai<br />
Damaskus dan sejumlah provinsi di sekitarnya.<br />
Pasukan anti-Assad yang disokong Arab Saudi,<br />
Turki, Qatar, dan Amerika berkuasa di sebagian<br />
wilayah Suriah lainnya. Milisi Negara Islam alias<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Warga Maarat<br />
al-Nouman, arah<br />
setalan dari Kota Idlib,<br />
memeriksa bangunan<br />
yang rontok dihajar<br />
bom yang ditembakkan<br />
pasukan loyalis Presiden<br />
Bashar al-Assad, Selasa<br />
(29/9).<br />
KHALIL ASHAWI/REUTERS<br />
ISIS menguasai sisanya. Damai masih belum<br />
kelihatan ujungnya di Suriah.<br />
●●●<br />
Selama sebulan terakhir, ada kesibukan tak<br />
biasa di Latakia dan Tartus. Pesawat-pesawat<br />
besar datang dan pergi silih berganti. “Kami<br />
melihat pesawat-pesawat Rusia hilir-mudik<br />
siang dan malam,” kata Abu Mohammed, 27<br />
tahun, warga Latakia. Dua kota di pesisir Suriah<br />
ini merupakan basis utama pendukung Presiden<br />
Bashar al-Assad.<br />
Bagi Mohammed, kedatangan Rusia merupakan<br />
kabar baik. “Aku lebih memilih invasi Rusia<br />
ketimbang invasi Iran atau Libanon seperti<br />
yang terjadi selama ini.... Milisi Syiah menguasai<br />
jalan-jalan dan berkeliaran seperti mereka<br />
tuan di sini,” kata Mohammed. “Bahkan tentara<br />
Suriah sendiri tak suka dengan mereka, tapi tak<br />
bisa bilang apa-apa. Kami cuma bisa berkeluh<br />
kesah di media sosial.”<br />
Tentara Rusia di Suriah sebenarnya bukan<br />
hal baru. Tapi baru kali ini mereka datang<br />
dalam jumlah besar. Abdul Rahman Tartousi,<br />
tukang besi di Latakia, menerima kedatangan<br />
tentara dan mesin-mesin perang Rusia dengan<br />
tangan terbuka. “Mereka sering nongkrong di<br />
kafe atau pusat belanja, dan mereka tamu yang<br />
kami sambut dengan gembira. Mereka akan<br />
membantu kami menggusur milisi teroris,” kata<br />
Tartousi.<br />
Tapi ada sebagian warga Latakia, terutama<br />
komunitas muslim Sunni, yang makin cemas<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
APAKAH KAMI AKAN<br />
MEMBANTU SURIAH?<br />
YA, DAN KAMI SUDAH<br />
MELAKUKANNYA.”<br />
oleh kedatangan Tentara Merah. “Kami hidup<br />
ketakutan di Latakia.... Kami komunitas Sunni<br />
sudah sangat menderita de ngan pembunuhan<br />
dan penculikan yang dilakukan oleh intel-intel<br />
loyalis Assad,” kata Dima, 26 tahun.<br />
Kendati mengklaim hanya membantu Assad<br />
melawan ISIS, manuver baru Presiden Vladimir<br />
Putin di Suriah membuat bandul kekuatan<br />
bergeser dan masa<br />
depan Suriah makin<br />
sulit diramal. Putin<br />
berdalih, jika Moskow<br />
tak menyokong Assad<br />
dan membiarkannya<br />
tumbang, masa depan Suriah bakal lebih suram<br />
ketimbang Libya dan Irak.<br />
“Tak ada solusi lain bagi Suriah kecuali dengan<br />
memperkuat pemerintahan yang sah.... Tapi,<br />
pada saat yang sama, kami juga mendorong<br />
mereka untuk berdialog dengan kelompok<br />
oposisi yang rasional,” kata Presiden Putin<br />
dalam wawancara dengan CBS dua pekan lalu.<br />
Pekan lalu, jet-jet tempur Rusia sibuk menghajar<br />
puluhan target di Provinsi Homs, Hama,<br />
dan Idlib, Suriah, yang mereka anggap sebagai<br />
basis kelompok “teroris”. Tapi, menurut Hassan<br />
Haj Ali, komandan milisi Liwa Suqour al-Jabal,<br />
kelompok yang disokong Amerika, ada sekitar<br />
20 roket yang ditembakkan pesawat Rusia<br />
menghajar kamp latihan mereka.<br />
Ashton Carter, Menteri Pertahanan Amerika,<br />
memperingatkan Moskow atas serangan<br />
serampangan jet-jet tempur mereka di Suriah.<br />
Dengan memihak Assad dan melawan semua<br />
kelompok anti-Assad, Rusia tak membantu<br />
menyelesaikan konflik berlarat-larat di negara<br />
itu. “Cara itu bakal gagal total.... Pendekatan itu<br />
sama seperti menuangkan bensin di atas api,”<br />
kata Menteri Carter.<br />
Di sela-sela sidang Majelis Umum PBB pekan<br />
lalu, beberapa “pemain kunci” di Suriah—Presiden<br />
Putin, Presiden Barack Obama, Perdana<br />
Menteri Inggris David Cameron, dan Presiden<br />
Iran Hassan Rouhani—membahas solusi untuk<br />
Suriah. Namun, menurut Cameron, kebijakan<br />
Inggris dan Amerika terpisah jurang yang sangat<br />
jauh dengan kebijakan Teheran dan Moskow.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Presiden Amerika<br />
Serikat Barack<br />
Obama berbincang<br />
dengan Presiden<br />
Rusia Vladimir Putin<br />
di sela-sela sidang<br />
Majelis Umum PBB<br />
di New York, Senin<br />
(28/9).<br />
REUTERS<br />
“Sejauh ini masalahnya, Iran dan Rusia tak<br />
mau mempertimbangkan Suriah tanpa Assad,”<br />
kata Cameron. “Aku tahu ada sebagian orang<br />
berpendapat ISIS jauh lebih buruk ketimbang<br />
Assad. Jadi mengapa kami tak bersepakat<br />
dengan Assad dan bersama-sama melawan<br />
ISIS? Terdengar menarik. Tapi kami menginginkan<br />
Suriah tanpa ISIS maupun Assad.” Dia, kata<br />
Cameron, sepakat dengan usul Gedung Putih<br />
soal opsi pemerintahan transisi di Damaskus.<br />
“Tapi Assad tak boleh jadi pemimpinnya.”<br />
Bagi Putin, posisi Assad tak bisa ditawar. “Aku<br />
menghargai kolegaku, Presiden Amerika dan<br />
Presiden Prancis, tapi mereka bukan warga<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Anak-anak Suriah di<br />
Al-Fardous, Aleppo,<br />
tengah menikmati<br />
taman bermain, Ahad<br />
(27/9).<br />
ABDALRAHMAN ISMAIL/<br />
REUTERS<br />
Suriah.... Jadi, aku pikir, tak seharusnya mereka<br />
yang menentukan siapa yang memimpin<br />
Suriah,” kata Putin. Sobatnya, Presiden Assad,<br />
menurut Putin, sudah menyatakan kesediaan<br />
untuk terlibat dalam reformasi di Suriah.<br />
Dua kutub, paling tidak saat ini, yang sulit<br />
bertemu. ■<br />
SAPTO PRADITYO | NYTIMES | GUARDIAN | BBC | CNN | REUTERS | RT<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
DIKEJAR ‘HANTU’ ALTANTUYA<br />
“AKU HANYA MELAKSANAKAN PERINTAH.... ORANG YANG MENGHENDAKI<br />
KEMATIAN ALTANTUYA MASIH BEBAS.”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
REUTERS<br />
DI Unit Blaxland, dalam ruang tahanan<br />
imigrasi Villawood, Sydney, Australia,<br />
ada satu orang yang menyimpan rahasia<br />
besar yang melibatkan orangorang<br />
besar di Malaysia. “Aku tak yakin sudah<br />
siap menceritakan semuanya,” kata Sirul Azhar<br />
Umar, 44 tahun, pada awal Mei lalu. “Aku seorang<br />
polisi, terikat sumpah untuk menyimpan<br />
rahasia.”<br />
Di kampung halamannya, Malaysia, kini Sirul<br />
jadi buron pemerintah. Pada Januari 2015,<br />
majelis hakim Pengadilan Federal Malaysia<br />
menjatuhkan hukuman mati kepada Sirul. Beberapa<br />
pekan sebelum hakim mengetuk palu,<br />
Sirul terbang ke Australia dan jadi tahanan di<br />
Villawood.<br />
Kisah Sirul adalah misteri, sekaligus drama<br />
besar di Malaysia. Suatu petang pada 19 Oktober<br />
2006, Sirul bertemu dengan Azilah Hadri<br />
di sebuah pasar yang sangat sibuk di Kuala<br />
Lumpur. Inspektur Azilah Hadri, kala itu 30<br />
tahun, adalah atasan Kopral Sirul di Unit Tin-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
AKU TAK YAKIN SUDAH SIAP<br />
MENCERITAKAN SEMUANYA.”<br />
dakan Khas, kesatuan elite Kepolisian Malaysia.<br />
Sehari-hari mereka bertugas menjaga keamanan<br />
Wakil Perdana Menteri Najib Razak.<br />
Kepada Sirul, Azilah membisikkan ada satu<br />
tugas khusus yang harus mereka tuntaskan.<br />
Tugas itu adalah menamatkan hidup Altantuya<br />
Shaariibuu. Altantuya, kala itu 28 tahun, lahir<br />
di Mongolia. Tapi dia bukan gadis Mongolia<br />
biasa. Lewat perantara Najib Razak, kala itu<br />
Menteri Pertahanan Malaysia, Altantuya berkenalan<br />
dengan Najib Razak Baginda, pendiri<br />
Malaysian Strategic Research<br />
Centre, sekaligus pengajar<br />
di Akademi Militer Malaysia.<br />
Belakangan, Baginda menjadi<br />
pembisik Najib Razak.<br />
Altantuya, yang sudah<br />
menjanda dua kali, segera<br />
lengket dengan Baginda, yang<br />
sudah beristri. Saat Baginda<br />
menjadi perantara pemerintah<br />
Malaysia dalam pembelian dua kapal selam<br />
dari Prancis pada 2002, perempuan cantik itu<br />
jadi penerjemahnya. Entah bagaimana ceritanya,<br />
kisah asmara terlarang itu berantakan dan<br />
berakhir buruk.<br />
Beberapa hari sebelum Azilah menemui<br />
Sirul, Musa Safri, Kepala Keamanan di kantor<br />
Najib Razak, berbisik kepadanya bahwa, ”Ada<br />
seorang teman punya masalah dengan perempuan.”<br />
Sekitar pukul 20.30 pada 19 Oktober<br />
2006 itu, Azilah dan Sirul menjemput paksa<br />
Altantuya dan membawanya ke hutan tak jauh<br />
dari Waduk Subang, Puncak Alam, Shah Alam.<br />
Menjelang tengah malam, di tengah hutan<br />
belantara, Altantuya ditembak mati. Untuk<br />
menghilangkan jejak, mayatnya diledakkan<br />
dengan C4.<br />
Azilah, Sirul, dan Abdul Razak Baginda samasama<br />
diseret ke pengadilan, tapi nasib mereka<br />
jauh berbeda. Baginda bebas melenggang<br />
lantaran majelis hakim menilai tak ada bukti<br />
dan saksi meyakinkan bahwa dialah yang memerintahkan<br />
pembunuhan Altantuya. Sampai<br />
sekarang, jaksa penuntut juga tak pernah minta<br />
banding. Baginda berkukuh bukan dia yang<br />
memerintahkan pembunuhan mantan kekasihnya<br />
itu. “Orang mungkin susah percaya bahwa<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Sirul Azhar Umar Dan<br />
Azilah Hadri<br />
SAYS<br />
polisi bisa bertindak tanpa ada perintah,” kata<br />
Baginda beberapa bulan lalu.<br />
Azilah dan Sirul tak bernasib sebaik Baginda.<br />
Setelah sempat diputus bebas hakim pengadilan<br />
tingkat pertama karena jaksa gagal<br />
membuktikan motif pembunuhan itu, hakim<br />
Pengadilan Federal memvonis Azilah dan Sirul<br />
hukuman mati pada awal tahun lalu. Dia dan<br />
Azilah, kata Sirul, hanyalah pion dan kambing<br />
hitam dalam pembunuhan perempuan cantik<br />
itu.<br />
“Aku hanya melaksanakan perintah,” Sirul<br />
menekankan. “Orang-orang yang menghendaki<br />
kematian Altantuya masih bebas.” Menurut<br />
Sirul, dia tak punya alasan untuk membunuh<br />
Altantuya. “Mereka berdua bahkan tak kenal<br />
Altantuya,” kata Ram Karpal Singh, pengacara<br />
Setev Shaariibuu, ayah Altantuya. Tapi Sirul belum<br />
mau menunjuk siapa orang yang memberi<br />
perintah kepada dia dan Azilah.<br />
Investigasi Al-Jazeera beberapa pekan lalu<br />
menyibak sebagian misteri kematian Altan-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Altantuya Shariibuu<br />
ASIASENTINEL<br />
tuya. Menurut kesaksian P. Balasubramaniam<br />
(almarhum), detektif partikelir yang disewa<br />
Baginda, ternyata Altantuya pernah menjadi<br />
kekasih gelap Najib Razak, kini Perdana Menteri<br />
Malaysia, sebelum pindah ke pelukan Baginda.<br />
Altantuya, Najib, dan Baginda pernah makan<br />
bersama di sebuah restoran di Paris. Altantuya<br />
juga mengetahui persis seluk-beluk pembelian<br />
kapal selam dari Paris yang diduga melibatkan<br />
uang semir tak kecil ke lingkaran kekuasaan<br />
Malaysia.<br />
Belakangan, Balasubramaniam menarik semua<br />
kesaksiannya. Americk Sing Sidhu, pengacaranya,<br />
yakin bahwa Balasubramaniam menarik<br />
kesaksiannya lantaran di bawah tekanan<br />
besar. Sehari setelah menarik kesaksiannya,<br />
Balasubramaniam lari ke India bersama keluarganya.<br />
Setahun kemudian, Americk bertemu<br />
dengan Balasubramaniam di Singapura.<br />
“Dia mengatakan semua kesaksian pertamanya<br />
benar adanya,” kata Americk kepada Al-<br />
Jazeera. Kepada Americk, Balasubramaniam<br />
mengatakan dia diintimidasi oleh orang-orang<br />
dekat Najib Razak dan istri Najib, Datin Rosmah<br />
Mansor.<br />
Kepada Selvi Alau Malay, istri Balasubramaniam,<br />
orang-orang yang konon diutus Najib itu<br />
mengatakan bahwa suaminya akan mendapatkan<br />
uang 5 juta ringgit Malaysia atau sekitar Rp<br />
16,6 miliar dan “gaji” US$ 5.000 atau Rp 70 juta<br />
per bulan jika Balasubramaniam bersedia menarik<br />
kesaksiannya. “Aku bertanya siapa yang<br />
memberi penawaran itu, mereka mengatakan<br />
Najib Razak,” kata Selvi kepada Al-Jazeera.<br />
Lewat seorang perantara, Abdul Salam<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Ahmad, Sirul meminta “uang diam” sebagai<br />
jaminan bahwa dia tak akan “berkicau”. Dalam<br />
ponsel yang ditunjukkan kepada Al-Jazeera,<br />
Sirul menegosiasikan uang senilai Aus$ 17 juta<br />
atau Rp 175 miliar sebagai uang diam. “Aku tak<br />
akan menjatuhkan PM,” Sirul berjanji kepada<br />
Abdul Salam.<br />
Kantor Perdana Menteri Malaysia menolak<br />
melayani wawancara soal kasus Altantuya. Seperti<br />
sebelumnya, mereka hanya memberikan<br />
AKU SUDAH KEHILANGAN KEPERCAYAAN<br />
KEPADA PENEGAK HUKUM MALAYSIA.”<br />
pernyataan tertulis bahwa PM Najib tak pernah<br />
mengenal dan tak pernah bertemu dengan<br />
Altantuya.<br />
Sembilan tahun setelah kematian Altantuya,<br />
kasus itu masih tetap remang-remang dan<br />
terus menjadi “hantu” yang membayangi Najib<br />
Razak.<br />
●●●<br />
Khairuddin Abu Hassan memang orang yang<br />
nekat. Belasan tahun lalu, saat Anwar Ibrahim<br />
masih menjabat Wakil Perdana Menteri Malaysia,<br />
dia menerbitkan pamflet ”50 Dalil Kenapa<br />
Anwar tak Boleh Jadi PM”. Padahal Anwar<br />
bukan cuma atasannya di partai, Organisasi<br />
Nasional Melayu Bersatu (UMNO), tapi juga<br />
saudara sepupunya sendiri.<br />
“Saat itu semua orang, termasuk Presiden<br />
UMNO, mendukung Anwar sepenuh hati,” kata<br />
Khairuddin. Setahun lalu, Khairuddin—kala itu<br />
masih Wakil Ketua UMNO untuk Batu Kawan,<br />
Penang—menantang 1Malaysia Development<br />
Berhad (1MDB), perusahaan investasi milik pemerintah<br />
Malaysia. Padahal di 1MDB, ada Najib<br />
Razak, Perdana Menteri Malaysia dan Presiden<br />
UMNO, sebagai penasihat.<br />
Tapi Khairuddin tetap melaporkan 1MDB ke<br />
polisi. Dia mencium bau tak sedap dari pengelolaan<br />
1MDB, perusahaan yang kelahirannya<br />
dibidani oleh Najib Razak. Perusahaan yang<br />
baru berumur enam tahun itu menumpuk<br />
utang yang jumlahnya tak tanggung-tanggung,<br />
hampir 42 miliar ringgit atau Rp 140 triliun.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
REUTERS<br />
Kawan-kawan separtai terang mencerca tindakan<br />
Khairuddin. Tengku Adnan Tengku Mansor,<br />
Sekretaris Jenderal UMNO, memerintahkan<br />
Khairuddin mencabut laporannya. “Aku tak<br />
mengerti mengapa dia melapor ke polisi. Kita<br />
tak bisa asal mendengar cerita yang beredar di<br />
Internet atau media sosial,” kata Tengku Adnan.<br />
Khairuddin malah makin bersemangat.<br />
“Makin kuat mereka menyerangku, makin kuat<br />
tekadku... Aku tak akan tunduk pada tekanan,”<br />
kata Khairuddin kala itu. Berani menantang<br />
pucuk kekuasaan, Khairuddin menanggung<br />
akibatnya. Hanya berselang dua bulan setelah<br />
melapor ke polisi, UMNO memecat Khairuddin.<br />
Sejak saat itu, Khairuddin menjadi lawan sengit<br />
Najib Razak. Sepanjang Juli dan Agustus<br />
lalu, berbekal setumpuk dokumen, Khairuddin<br />
berkeliling dunia. Kepada penegak hukum di<br />
Swiss, Prancis, Inggris, Hong Kong, dan Amerika<br />
Serikat, Khairuddin ditemani pengacaranya,<br />
Matthias Chang, menyerahkan dokumen<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Khairuddin Abu Hassan<br />
MALAYSIANINSIDER<br />
transaksi-transaksi mencurigakan terkait dengan<br />
1MDB dan PM Najib.<br />
“Aku telah ditolak oleh penegak hukum di<br />
Malaysia. Seperti kita saksikan, mereka tak<br />
menginvestigasi kasus itu secara profesional<br />
dan transparan,” Khairuddin menulis di Facebook.<br />
“Aku sudah kehilangan kepercayaan kepada<br />
penegak hukum Malaysia.” Alih-alih memburu<br />
orang-orang yang dicurigai menggangsir uang<br />
1MDB, polisi malah sibuk memburu orangorang<br />
yang dituduh membocorkan dokumen<br />
investigasi kasus itu.<br />
Kejaksaan Swiss sigap bergerak. Pada awal<br />
September lalu, Kejaksaan Swiss membekukan<br />
rekening yang memuat puluhan dolar Amerika<br />
terkait dengan transaksi-transaksi yang melibatkan<br />
1MDB. Di Amerika, Biro Investigasi Federal<br />
(FBI), menurut sumber Wall Street Journal,<br />
mulai menelisik dugaan pencucian uang dalam<br />
sejumlah transaksi yang melibatkan 1MDB dan<br />
Najib. Sejumlah properti mewah di Manhattan<br />
dan Beverly Hills yang diduga milik Riza Aziz,<br />
anak tiri Najib, mulai diutak-atik. Lewat Inisiatif<br />
Kleptokrasi, Departemen Kehakiman menelusuri<br />
apakah properti-properti supermewah itu<br />
dibeli dengan uang halal.<br />
Kepolisian Hong Kong juga menyelidiki transaksi<br />
senilai 1,125 miliar ringgit atau Rp 3,8 triliun<br />
ke sejumlah rekening Credit Suisse di Hong<br />
Kong. Menurut Khairuddin, ada tanda tangan<br />
Najib dalam transaksi-transaksi tersebut. Empat<br />
perusahaan pemilik rekening itu—Alliance Assets<br />
International, Cityfield Enterprises, Bartingale<br />
International, dan Wonder Quest Investment—<br />
Khairuddin menduga, terkait dengan Najib.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Perdana Menteri<br />
Malaysia Najib Razak<br />
REUTERS<br />
Gara-gara “tur” keliling dunia itu, Khairuddin<br />
harus berurusan dengan polisi. “Tindakannya<br />
adalah sabotase yang bisa mempengaruhi stabilitas<br />
ekonomi dan kedaulatan negeri ini,” kata<br />
Jenderal Khalid Abu Bakar, Kepala Kepolisian<br />
Malaysia.<br />
Digoyang kasus di sana-sini, Najib tetap<br />
percaya diri. Kepada sejumlah bos perusahaan<br />
besar di Amerika, pekan lalu Najib meyakinkan<br />
mereka bahwa tak ada persoalan besar di Malaysia.<br />
“Aku tak akan buru-buru pulang lantaran<br />
takut kehilangan pekerjaan atau sesuatu seperti<br />
itu,” kata Najib. ■ SAPTO PRADITYO | SMH | NYTIMES | THESTAR<br />
| MALAYSIANINSIDER | WSJ | MALAYMAILONLINE<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
ANTARA MUSLIM DAN<br />
PRESIDEN<br />
REUTERS<br />
AMERIKA<br />
“KITA PUNYA MASALAH DI NEGERI INI. MASALAH ITU BERNAMA MUSLIM.”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Ben Carson, kandidat<br />
Presiden Amerika<br />
Serikat dari Partai<br />
Republik, sebelum<br />
mengikuti debat di<br />
Perpustakaan Ronald<br />
Reagan, di Lembah<br />
Simi, California, Rabu<br />
(16/9).<br />
LUCY NICHOLSON/REUTERS<br />
AYA Beydoun punya cita-cita luar<br />
biasa tinggi: menjadi Presiden<br />
Amerika Serikat. Aya, 17 tahun, punya<br />
semua modalnya. Dia cerdas,<br />
dia juga pandai bicara dan ambisius. Di satu<br />
SMA di Dearborn, Michigan, dia menjadi ketua<br />
klub debat politik. Seperti jalan yang ditempuh<br />
Presiden Barack Obama, Aya berniat kuliah<br />
di jurusan hukum, sebelum lompat ke arena<br />
politik.<br />
Satu hal yang menurut kacamata Ben Carson,<br />
kandidat Presiden Amerika dari Partai<br />
Republik, membuat Aya tak layak jadi Presiden<br />
Amerika adalah dia seorang muslim. Kedua<br />
orang tua Aya lari dari perang saudara di Libanon<br />
pada 1970-an. Aya lahir dan tumbuh besar<br />
di Amerika.<br />
Pada Ahad malam dua pekan lalu, Aya menonton<br />
acara Meet the Press di stasiun televisi<br />
NBC bersama orang tuanya. Di layar televisi,<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Ben Carson, mantan dokter bedah saraf kondang,<br />
tengah menyampaikan pendapatnya.<br />
Seorang penguasa di Gedung Putih, menurut<br />
Ben Carson, harus memeluk keyakinan yang<br />
sejalan dengan konstitusi Amerika.<br />
Ajaran Islam, paling tidak menurut Ben Carson,<br />
tak sebangun dengan konstitusi Amerika.<br />
“Aku tak akan menyarankan menempatkan<br />
seorang muslim menjadi pemimpin negara<br />
ini. Aku sepenuhnya tak setuju,” kata Carson.<br />
Menyimak pernyataan kandidat presiden dari<br />
AKU TAK AKAN MENYARANKAN MENEMPATKAN<br />
SEORANG MUSLIM MENJADI PEMIMPIN<br />
NEGARA INI.”<br />
kelompok Republikan<br />
itu, Aya kesal, marah,<br />
geram bukan kepalang.<br />
“Aku banyak menyaksikan<br />
hal buruk di media: orang mati, diskriminasi,<br />
perilaku politikus yang menjijikkan....<br />
Tapi kali ini benar-benar menusuk sampai ke<br />
rumah karena aku yang dia bicarakan,” kata<br />
Aya. “Aku cukup terpelajar untuk tahu bahwa<br />
apa yang dia sampaikan benar-benar berlawanan<br />
dengan konstitusi. Tapi bagaimana dengan<br />
anak-anak lain yang tak tahu? Mungkin sekarang<br />
mereka berpikir untuk berbohong atau<br />
menyembunyikan agamanya.”<br />
Paling tidak, ada 2,8 juta warga Amerika<br />
yang memeluk agama Islam. Dearborn, tempat<br />
tinggal keluarga Aya, merupakan kota dengan<br />
konsentrasi warga muslim tertinggi di Amerika<br />
Serikat. Dari 98 ribu warga Kota Dearborn,<br />
lebih dari 40 persen merupakan keturunan<br />
Timur Tengah. Bahasa Arab menjadi bahasa<br />
kedua di kota itu.<br />
“Carson sudah melewati batas. Dia harus<br />
mengundurkan diri,” kata Ibrahim Hooper, juru<br />
bicara Majelis untuk Hubungan Amerika-Islam.<br />
Di satu distrik di Kota Anaheim, yang dikenal<br />
sebagai “Arab Kecil”, pernyataan Carson sungguh<br />
menusuk perasaan. “Aku benar-benar sulit<br />
memahami, bagaimana seorang calon presiden<br />
bisa mengatakan hal seperti itu. Sama sekali<br />
tak terdengar seperti seorang Amerika,” kata<br />
Radwan Soueidan, 18 tahun.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Dua kandidat Presiden<br />
Amerika Serikat dari Partai<br />
Republik, Ben Carson dan<br />
Donald Trump, saat mengikuti<br />
debat di Perpustakaan Ronald<br />
Reagan, di Lembah Simi,<br />
California, Rabu (16/9).<br />
LUCY NICHOLSON/REUTERS<br />
Pandangan salah<br />
dan diskriminasi terhadap<br />
Islam bukan hal<br />
baru dalam politik di<br />
Amerika Serikat. Tiga<br />
tahun lalu, dalam debat<br />
kandidat presiden<br />
Republikan di New Hamp shire, Newt Gingrich<br />
mengatakan, “Orang Pakistan yang bermigrasi<br />
ke Amerika menjadi warga negara ini merakit<br />
bom yang untungnya gagal meledak di Times<br />
Square, ditanya oleh hakim mengapa dia melakukan<br />
hal itu padahal sudah bersumpah setia<br />
kepada Amerika. Dia menjawab, ‘Aku berbohong.<br />
Kalian musuhku.’” Gingrich menyamakan<br />
berurusan dengan warga muslim sama dengan<br />
berurusan dengan Nazi.<br />
Bukan cuma Gingrich yang meyakini bahwa<br />
pemeluk Islam adalah masalah. Herman Cain,<br />
kandidat Republikan lain, percaya sebagian<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Donald Trump berpidato<br />
dalam Forum Koalisi<br />
Kebebasan dan<br />
Keyakinan di Des<br />
Moines, Iowa, Sabtu<br />
(19/9).<br />
BRIAN C. FRANK/REUTERS<br />
besar muslim punya extremist view. Menurut<br />
Cain, dia tak akan memilih seorang muslim<br />
dalam kabinetnya jika terpilih menjadi Presiden<br />
Amerika. Belakangan, Cain mundur dari pencalonan.<br />
Sekarang, dua kandidat paling populer dari<br />
Partai Republik—Donald Trump dan Ben Carson—juga<br />
menyulut sentimen anti-Islam. Muslim<br />
Amerika mulai cemas. Dua pekan lalu, seorang<br />
pemuda mengacungkan jari saat Trump<br />
berkampanye di Rochester, New Hampshire.<br />
“Kita punya masalah di negeri ini. Masalah<br />
itu bernama muslim,” kata pemuda itu. “Anda<br />
tahu, presiden kita seorang muslim. Bahkan<br />
dia bukan seorang Amerika. Kita tahu mereka<br />
punya kamp latihan di mana mereka berlatih<br />
untuk membunuh kita. Pertanyaanku, kapan<br />
kita bisa menyingkirkan mereka?”<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
AKU BENAR-BENAR SULIT<br />
MEMAHAMI, BAGAIMANA<br />
SEORANG CALON PRESIDEN BISA<br />
MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU.”<br />
Presiden Obama bukan seorang muslim dan<br />
dia warga Amerika. Tapi Trump tak meluruskan<br />
kesalahan pemuda itu. “Banyak orang mengatakan<br />
hal itu. Banyak orang mengatakan hal<br />
buruk yang terjadi di sekitar mereka. Kami akan<br />
mencermati masalah itu,” Trump menjawab<br />
pertanyaan pemuda itu.<br />
Mengapa dia tak meluruskan kesalahan pemuda<br />
itu, Trump berkilah, “Aku tak harus membela<br />
Presiden Obama. Dia juga tak akan<br />
membela aku.... Ya, ada masalah di<br />
negeri ini, dan itu bernama muslim.”<br />
Trump mengklaim dia punya banyak<br />
teman muslim. “Mereka orangorang<br />
yang fenomenal. Tapi juga seperti<br />
orang lain, ada sebagian orang<br />
yang bermasalah. Kalian tak bisa mengatakan<br />
bahwa tak ada masalah dengan orang Islam.<br />
Kalian tahu, orang yang meruntuhkan World<br />
Trade Center tak terbang kembali ke Swedia.”<br />
Selalu ada orang yang menaruh curiga terhadap<br />
kelompok agama lain. Yang jadi soal adalah<br />
keduanya kandidat Presiden Amerika. Survei<br />
Gallup pada Juni lalu menunjukkan “hanya” 40<br />
persen warga Amerika yang menolak memilih<br />
kandidat presiden beragama Islam. Artinya, 60<br />
persen warga Amerika menganggap tak jadi<br />
soal seorang muslim jadi presiden mereka.<br />
Menurut Saud Anwar, Wali Kota South Windsor,<br />
Connecticut, wali kota muslim pertama<br />
di Amerika, penolakan terhadap calon pemimpin<br />
muslim makin kecil di tingkat lokal. Sebab,<br />
pemilih lebih kenal dengan calon pemimpinnya.<br />
“Mereka memilih berdasar kinerja dan<br />
kemampuan calon itu menuntaskan masalah,”<br />
kata Saud.<br />
“Enam puluh persen bukan angka yang<br />
buruk,” kata Amaney Jamal, profesor politik<br />
di Universitas Princeton. Tapi angka itu jadi<br />
tampak kecil, berselisih lumayan jauh, jika disandingkan<br />
dengan dukungan warga Amerika<br />
terhadap kandidat presiden beragama Yahudi,<br />
Katolik, atau keturunan Afrika.<br />
Barangkali orang seperti Carson, Trump, dan<br />
para pendukungnya memang tak akan menyokong<br />
kandidat Presiden Amerika beragama<br />
Islam. Tapi mungkinkah ada Presiden Amerika<br />
beragama Islam? Paling tidak, kini ada dua<br />
orang muslim di Kongres Amerika, yakni Keith<br />
Maurice Ellison dan Andre Carson. Keduanya<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
INTERNASIONAL<br />
Warga muslim di Amerika<br />
Serikat<br />
HUFFINGTONPOST<br />
berasal dari Partai Demokrat.<br />
“Mengapa tidak? Jika ada<br />
seseorang menanyakan hal<br />
itu sepuluh tahun lalu... aku<br />
akan menjawab, ‘Tidak, itu<br />
tak akan pernah terjadi,’” kata<br />
Rashida Tlaib, mantan anggota legislatif Negara<br />
Bagian Michigan. Rashida adalah muslim<br />
pertama yang terpilih menjadi anggota dewan<br />
legislatif Michigan. ■<br />
SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | CNN | WASHINGTONPOST |<br />
NYTIMES | REUTERS<br />
REUTERS<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
Tap judul untuk<br />
baca artikel<br />
AGNES MONICA<br />
AGEN<br />
PERDAMAIAN<br />
AARON SORKIN<br />
LEWATI<br />
BATAS<br />
DIAN PELANGI<br />
SELEB<br />
DUNIA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
PEOPLE<br />
PEOPLE<br />
AGNES MONICA<br />
AGEN PERDAMAIAN<br />
DI tengah kesibukannya, Agnes<br />
Monica menyempatkan<br />
diri berpartisipasi dalam<br />
peringatan Hari Perdamaian<br />
Internasional. Dia pun menulis deklarasi<br />
perdamaian berjudul “I am Generation<br />
of Love”.<br />
Deklarasi yang diunggah ke akun<br />
Instagram-nya itu dibacakan di Balai<br />
Kota DKI Jakarta beberapa waktu lalu.<br />
“Kita harus menjadi agen perdamaian,<br />
dimulai dari diri sendiri,” katanya.<br />
Pelantun Teruskanlah ini mengaku<br />
beruntung bisa mendapat kesempatan<br />
membacakan deklarasi perdamaian.<br />
Bahkan hal ini merupakan salah<br />
satu prestasi yang membanggakan.<br />
“Ini mungkin menjadi prestasi<br />
terbesar di hidupku,” tulis Agnes di<br />
Instagram.<br />
Setelah deklarasi, Agnes tidak akan<br />
berhenti menjadi agen perdamaian.<br />
Penyanyi yang pernah berduet<br />
dengan Michael Bolton ini meneruskan<br />
kampanyenya lewat hashtag<br />
#iamgenerationoflove. n ADELINE WAHYU<br />
| KEN YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO: AKBAR NUGROHO GUMAY/ANTARA FOTO<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
PEOPLE<br />
PEOPLE<br />
AARON SORKIN<br />
LEWATI BATAS<br />
FILM biografi Steve Jobs belum<br />
juga dirilis. Namun perseteruan<br />
sudah terjadi. Hal itu bermula<br />
saat CEO Apple Tim Cook menyebut<br />
banyak pihak yang membuat film<br />
tentang Jobs sebagai oportunis.<br />
Aaron Sorkin, penulis skenario film<br />
Steve Jobs, geram bukan kepalang. Dia<br />
pun membalas komentar pedas itu. “Tak<br />
ada orang yang membuat film ini untuk<br />
mendapat kekayaan,” ujarnya.<br />
Dia meminta Cook menonton filmnya<br />
terlebih dulu sebelum berkomentar.<br />
“Jika kamu (Apple) punya pabrik penuh<br />
anak-anak di Tiongkok, kamu punya banyak<br />
saraf untuk menyebut orang lain<br />
oportunis,” ujarnya.<br />
Namun akhirnya Sorkin menyadari<br />
tanggapannya terlalu keras. Dia pun secara<br />
pribadi meminta maaf melalui salah<br />
satu media yang mewawancarainya.<br />
“Saya minta maaf kepada Tim Cook.<br />
Aku harap, ketika dia menonton filmnya,<br />
dia bisa menikmatinya seperti saya menikmati<br />
produknya (Apple),” ujar penulis<br />
skenario yang pernah memenangi Oscar<br />
ini.<br />
Film yang akan tayang pada 9 Oktober<br />
2015 itu disutradarai Danny Boyle. Selain<br />
Seth Rogen, aktris Kate Winslet tampil<br />
dalam film yang mengangkat cerita<br />
tentang jatuh-bangun Jobs dengan bisnisnya.<br />
n ADELINE WAHYU | KEN YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO: ADRIANA M. BARRAZA/WENN.COM<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
PEOPLE<br />
DIAN PELANGI<br />
SELEB DUNIA<br />
NAMA Dian Pelangi sebagai<br />
desainer hijab memang<br />
sudah mendunia. Namun bagaimana<br />
jika ia disejajarkan<br />
dengan seleb dunia, seperti Gigi Hadid,<br />
Cara Delevingne, Alexander Wang, dan<br />
David Beckham? Wow!<br />
Baru-baru ini Dian berhasil masuk<br />
daftar 500 pelaku fashion paling berpengaruh<br />
di dunia versi Business of Fashion<br />
Magazine (BOF), salah satu media mode<br />
terkemuka di London, Inggris.<br />
Selain sebagai satu-satunya orang<br />
Indonesia yang masuk daftar itu, Dian<br />
terpilih menjadi Top 8. Sosoknya yang<br />
dibuat ilustrasi berhijab pink dan busana<br />
oranye pun tampil di cover BOF. Awesome!<br />
Seperti dilansir situs businessoffashion.com,<br />
Dian dianggap mampu menjadi<br />
inspirasi bagi dunia fashion muslim<br />
perempuan melalui karier bisnis dan<br />
media sosial.<br />
“Dia mampu mengubah tren hijab<br />
dunia menjadi lebih modern dan colorful,”<br />
demikian tulis businessoffashion.<br />
com.<br />
Tentu saja Dian sangat senang atas<br />
pencapaiannya saat ini. Ke depan, desainer<br />
lulusan ESMOD ini ingin lebih banyak<br />
bergerak dalam kegiatan sosial, tapi<br />
tetap berhubungan dengan fashion.<br />
“Saya ingin membantu para perajin<br />
fashion karena industri fashion menjadi<br />
salah satu penggerak ekonomi Indonesia,”<br />
ujarnya. n ADELINE WAHYU | KEN YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO: RACHMAN/DETIKFOTO<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
BUDAYA<br />
DARI DESA TUAToraja<br />
FESTIVAL BUDAYA DI TORAJA MEMBERI<br />
RUANG BAGI PUBLIK MENIKMATI<br />
KESENIAN INTERNASIONAL. PRODUK<br />
BUDAYA LOKAL TETAP MENDAPAT<br />
PORSI TERBANYAK.<br />
FOTO: CRACK PALINGGI/DOC. TIF<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN BUDAYA<br />
TIAP Agustus, ada kemeriahan<br />
di Tana Toraja. Perhelatan<br />
Toraja International Festival<br />
(TIF) merebut minat pemerhati<br />
kesenian dari dalam dan<br />
luar negeri. Tahun ini, yang<br />
merupakan tahun ke-3 TIF,<br />
mengambil tema “Mabugi”,<br />
yakni sebuah rangkaian tarian dan nyanyian<br />
kolosal yang dikemas dalam bentuk teatrikal.<br />
TIF 2015 bertempat di salah satu desa tertua<br />
di Toraja, yakni Desa Kete’ Kesu, Rantepao, Kabupaten<br />
Toraja Utara, Sulawesi Selatan, 14-16<br />
Agustus 2015. Alamnya indah dikepung pegunungan,<br />
hamparan sawah, serta barisan rumah<br />
adat yang usianya lebih dari 300 tahun. Hanya<br />
di Desa Kete’ Kesu ini ada Mabugi.<br />
Panggung didirikan di sela-sela tongkonan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
BUDAYA<br />
dan lumbung padi, menyisakan ruang memanjang bagi pengunjung<br />
menikmati hiburan di panggung sekaligus mengagumi<br />
megahnya tongkonan, nama rumah adat Toraja. Setiap<br />
tongkonan dibangun berhadap-hadapan dengan lumbung padi<br />
yang berukuran lebih kecil.<br />
Salah satu tongkonan di Desa Kete’ adalah museum yang<br />
berisi koleksi benda adat kuno Toraja, mulai ukiran, senjata<br />
tajam, keramik, patung, kain dari Tiongkok, hingga bendera<br />
Merah-Putih. Bendera ini konon bendera Merah-Putih pertama<br />
yang dikibarkan di Toraja. Semuanya tersimpan rapi.<br />
Merupakan pemandangan yang jamak jika di depan tongkonan<br />
tersusun menjulang tanduk kerbau. Jumlah tanduk<br />
yang dipasang di tongkonan menandakan jumlah kerbau yang<br />
sudah dikorbankan keluarga tersebut. Dalam kepercayaan<br />
masyarakat Toraja, kerbau adalah lambang kekuasaan. Maka,<br />
semakin banyak kerbau yang dikorbankan, pertanda semakin<br />
berpengaruh seseorang tersebut.<br />
Selain kerbau, babi adalah hewan yang wajib dikorbankan<br />
dalam setiap upacara adat. Dalam upacara rambu solo’ atau<br />
upacara kematian, misalnya, semakin tinggi derajat keluarga,<br />
jumlah kerbau yang dikorbankan juga semakin banyak, dari<br />
puluhan hingga ratusan ekor.<br />
Upacara adat yang juga populer di Tana Toraja adalah rambu<br />
tuka, yakni upacara yang berhubungan dengan syukuran, se-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
BUDAYA<br />
perti membangun rumah, pernikahan, dan panen padi. Dalam<br />
upacara inilah ditarikan manimbong, dibawakan laki-laki yang<br />
memakai pakaian tradisional khusus yang disebut baju pokko<br />
dan seppa tallu buku yang dihiasi parang kuno. Manimbong<br />
ditampilkan juga di TIF.<br />
Tari pa’gellu dikreasikan khusus untuk TIF. Tari yang bercerita<br />
tentang panen ini dibawakan remaja putri dengan diiringi tabuhan<br />
gendang oleh empat remaja putra. Kostum para penari<br />
memiliki ornamen unik pada hiasan kepalanya, disebut sa’pi,<br />
yang menggambarkan tongkonan dan tanduk kerbau.<br />
Grup paduan suara Tibaen Ballo sukses mengajak penonton<br />
menyanyikan lagu To’mepare, yang menceritakan<br />
kegembiraan panen padi. Ketika lagu ini mengalun, semua<br />
penonton mengikuti dan meneriakkan “aiihi!” sebagai ekspresi<br />
bahagia.<br />
Modero dipilih sebagai tari penutup dan perpisahan dengan<br />
pengunjung. Pengunjung membentuk lingkaran, lalu membuat<br />
gerakan berputar. Modero biasa dibawakan pada waktu pesta<br />
panen, sebagai ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilan<br />
panen, ditarikan sampai pagi.<br />
Selain menampilkan kesenian adat daerah Toraja, TIF menyuguhkan<br />
penampilan grup musik beraliran indo-etnik,<br />
Kunokini, yang punya jam terbang manggung di berbagai<br />
daerah di Indonesia hingga mancanegara. Grup yang diawaki<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
BUDAYA<br />
Bhismo, Bebi, dan Fiqri ini memainkan medley<br />
lagu-lagu daerah yang diberi sentuhan reggae<br />
dan disko.<br />
Juga hadir ansambel musik dari Gotrasawala<br />
& Ana Alcaide, yang mengawinkan musik Sunda<br />
dan Spanyol. Musikus internasional yang<br />
tampil antara lain Boi Akih dari Belanda, Ron<br />
Reves dari Australia, Helga Sedli dari Hungaria,<br />
serta penari O’zbegim Yoshlari dari Uzbekistan.<br />
Semoga hanya kesan positif yang tertinggal<br />
di benak penampil dan pengunjung tentang<br />
kekayaan budaya yang Indonesia punya. Juga<br />
tentang Tana Toraja dan budaya tuanya. Sampai<br />
jumpa di TIF 2016. ■ ADITYA MARDIASTUTI<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
SEBUAH KELOMPOK STRIPPER PRIA BERENCANA MENYUGUHKAN PERTUNJUKAN SPEKTAKULER UNTUK<br />
KONVENSI STRIPPER TAHUNAN. DALAM PERJALANAN, MEREKA MENEMUKAN BANYAK HAL MENARIK YANG<br />
JADI INSPIRASI SUGUHAN FINAL NANTI.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul:<br />
Magic Mike XXL<br />
Genre:<br />
Comedy, Drama, Music<br />
Sutradara: Gregory Jacobs<br />
Skenario: Reid Carolin<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Produksi:<br />
Warner Bros. Pictures<br />
Pemain:<br />
Channing Tatum, Joe Manganiello,<br />
Matt Bomer<br />
Durasi: 1 jam 55 menit<br />
MIKE (Channing Tatum), yang sudah<br />
pensiun dari industri “pria penghibur”,<br />
kini tengah merintis usaha<br />
sendiri di bidang pembuatan mebel.<br />
Usahanya belum banyak memberi untung,<br />
penjualan sepi, dia bahkan tak sanggup membayar<br />
asuransi kesehatan untuk pegawainya<br />
yang cuma satu. Ditambah lagi, belum lama ini,<br />
pacarnya memutuskan hubungan mereka yang<br />
terjalin sejak lama.<br />
Setelah mengantar mebel pesanan, Mike<br />
mendapat telepon dari tim stripper lamanya.<br />
Mereka akan melewati kota tempat<br />
Mike tinggal dalam perjalanan ke kon-<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
vensi stripper tahunan di Myrtle Beach.<br />
Tak perlu berpikir dua kali, Mike setuju bergabung<br />
untuk yang terakhir kali, sekadar horehore,<br />
sebelum menggantung G-strings dan<br />
merobek pants ketatnya secara permanen.<br />
Bersama para pria ganteng berotot, Ken<br />
(Matt Bomer), Tito (Adam Rodriguez), Tarzan<br />
(Kevin Nash), Tobias (Gabriel Iglesias), dan Big<br />
Dick Richie (Joe Manganiello), Mike merancang<br />
sebuah pertunjukan yang benar-benar baru.<br />
Mereka akan memuaskan para perempuan<br />
dengan cara yang tak pernah perempuan alami<br />
sebelumnya. Begitu janji mereka.<br />
Keenamnya mengendarai van menuju timur<br />
dan berhenti di beberapa tempat menarik<br />
sepanjang perjalanan. Perhentian pertama di<br />
klub strip pantai yang sedang pesta. Di sini,<br />
Mike secara singkat berkenalan dengan seorang<br />
fotografer cerdas, Zoe (Amber Heard).<br />
Para pria itu kemudian melanjutkan perjalanan,<br />
lalu singgah menemui pemilik klub mewah,<br />
Rome (Jada Pinkett Smith), yang tahu benar<br />
apa yang perempuan inginkan. Samar-samar<br />
kita dapat menangkap Rome dan Mike pernah<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Magic Mike XXL keluar<br />
tiga tahun setelah film<br />
terakhirnya, Magic Mike<br />
(2012), yang juga dibintangi<br />
Channing Tatum.<br />
punya cerita di masa lalu, dan dulu<br />
berpisah sambil membawa tanda<br />
tanya masing-masing.<br />
Lalu sampailah perjalanan mereka<br />
ke pesta privat di rumah mewah<br />
milik Nancy Davidson (Andie<br />
MacDowell), ibu rumah tangga<br />
yang tanpa tedeng aling-aling dapat<br />
melontarkan kalimat apa pun<br />
yang ada di kepalanya (apalagi saat<br />
mabuk). Di sana sudah berkumpul<br />
perempuan-perempuan paruh baya<br />
yang masing-masing punya keluhan tentang<br />
kehidupan seks mereka dengan pasangan. Tak<br />
dikira, ada Zoe juga di sini, yang tak lain putri<br />
Nancy.<br />
Magic Mike XXL keluar tiga tahun setelah<br />
film terakhirnya, Magic Mike (2012), yang juga<br />
dibintangi Channing Tatum. Sutradara peraih<br />
Academy Award Steven Soderbergh (Traffic),<br />
yang dulu menyutradarai Magic Mike, kini<br />
memberi jalan bagi sahabatnya, Greg Jacobs,<br />
untuk menunjukkan kemampuan. Jacobs, yang<br />
bermata tajam, memperhatikan benar penggunaan<br />
kostum, warna, pencahayaan, dan angle<br />
kamera agar tampilan film tak terlalu modern.<br />
Matthew McConaughey dan Alex Pettyfer<br />
tidak kembali untuk sekuel ini, tapi kondisi ini<br />
justru membuat pemain-pemain pendukung<br />
mendapat lebih banyak jatah di layar.<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Pujian untuk penulis skenario Reid Carolin,<br />
juga menulis versi pertama, yang membuat<br />
dialog tanpa rasa Hollywood. Bahkan dialog<br />
panjangnya mengingatkan kita pada masterpiece<br />
Paul Thomas Anderson, Boogie Nights<br />
(1997).<br />
Magic Mike XXL adalah film jalanan yang<br />
tak memusingkan plot dan tak banyak narasi.<br />
Layaknya pesta seru, santai, de ngan tuan rumah<br />
ramah yang menyuguhkan hiburan tarian<br />
dengan gerakan menggoda.<br />
Tiap pemain berhasil mendapat momen<br />
untuk bersinar dan merebut layar, termasuk<br />
Channing Tatum, yang namanya meroket saat<br />
berusia 26 tahun lewat Step Up (2006). Bisa<br />
jadi, Anda baru tahu ternyata Matt Bomer bisa<br />
menyanyi.<br />
Kehadiran perempuan dalam film ini memberi<br />
dorongan yang signifikan dengan tambahan<br />
Amber Heard (Friday Night Lights), Jada<br />
Pinkett Smith (The Nutty Professor), dan Andie<br />
MacDowell (Groundhog Day).<br />
Titik lemah film ini adalah justru di adegan<br />
stripping. Kita terus-menerus melihat adegan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
perempuan cantik menjerit-jerit sambil nyawer<br />
US$ 1 tapi tak jelas bagaimana mereka bisa<br />
sampai segirang itu padahal stripping-nya terburu-buru<br />
dan berulang-ulang.<br />
Juga sewaktu para pria ini menampilkan<br />
pertunjukan final mereka di Myrtle Beach.<br />
Masing-masing mendapat giliran menunjukkan<br />
tariannya, masalahnya mereka tak tampak<br />
seperti benar-benar sedang stripping.<br />
Walau secara keseluruhan film ini belum<br />
matang dan, mungkin, terlalu percaya diri, XXL<br />
mengalir, gampang dicerna, dan natural. Jadi,<br />
Ladies, silakan duduk manis, santai, nikmati<br />
tanpa perlu banyak mikir, dan biarkan para<br />
stripper ini mengerjakan tugas mereka. ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
FILM PEKAN INI<br />
THE INTERN<br />
BERKISAH tentang sosok Ben Whittaker (Robert<br />
De Niro), seorang duda 70 tahun yang masih ingin<br />
bekerja. Di usianya yang senja itu, Ben kembali<br />
menjadi karyawan magang senior di sebuah<br />
perusahaan website fashion yang dipimpin Jules Ostin<br />
(Anne Hathaway).<br />
JENIS FILM: COMEDY | PRODUSER:<br />
NANCY MEYERS, SUZANNE<br />
FARWELL | SUTRADARA: NANCY<br />
MEYERS | PENULIS: NANCY<br />
MEYERS | PRODUKSI: WARNER<br />
BROS. PICTURES | DURASI: 121<br />
MENIT<br />
HOTEL<br />
TRANSYLVANIA 2<br />
MELANJUTKAN film pertamanya, Hotel Transylvania 2<br />
akan menyoroti kisah Dennis, anak Mavis dan Jonathan.<br />
Dracula (disuarakan Adam Sandler) berupaya melatih<br />
cucunya itu untuk menjadi vampir. Namun masalah<br />
semakin rumit saat Hotel Transylvania kedatangan<br />
ayah Dracula, yaitu Vlad, yang marah karena cicitnya ternyata tidak<br />
berdarah murni sebagai vampir.<br />
JENIS FILM: ANIMATION,<br />
COMEDY, FAMILY | PRODUSER:<br />
MICHELLE MURDOCCA<br />
| SUTRADARA: GENNDY<br />
TARTAKOVSKY | PENULIS:<br />
ADAM SANDLER | PRODUKSI:<br />
COLUMBIA PICTURES | DURASI:<br />
89 MENIT<br />
EVEREST<br />
EVEREST diadaptasi dari buku berjudul Into<br />
Thin Air: A Personal Account of the Mt. Everest<br />
Disaster karya Jon Krakauer. Sebuah kisah<br />
petualangan epik para petualang sejati. Everest<br />
akan membingkai kisah nyata yang terjadi pada<br />
1996. Sebuah tim penjelajah harus berhadapan dengan<br />
keganasan alam yang ada di Everest, salah satu badai salju<br />
paling ganas yang pernah dihadapi umat manusia.<br />
JENIS FILM: ADVENTURE, DRAMA,<br />
THRILLER | PRODUSER: TIM BEVAN,<br />
NICKY KENTISH BARNES, ERIC<br />
FELLNER, BRIAN OLIVER, BALTASAR<br />
KORMAKUR, TYLER THOMPSON, EVAN<br />
| SUTRADARA: BALTASAR KORMAKUR |<br />
PENULIS: WILLIAM NICHOLSON, SIMON<br />
BEAUFOY | PRODUKSI: UNIVERSAL<br />
PICTURES | DURASI: 121 MENIT<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BUKU<br />
POLITIKUS SIPIL JANGAN<br />
MENGGODA TNI DAN<br />
POLRI KEMBALI MASUK<br />
WILAYAH POLITIK PRAKTIS.<br />
PIMPINAN TNI PUN TIDAK<br />
BOLEH TERGODA KEMBALI<br />
MEMASUKI WILAYAH<br />
POLITIK KEKUASAAN.<br />
AGUNG P/DETIKFOTO<br />
REFORMASI TNI,<br />
TUNTASKAN...<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BUKU<br />
Agus Widjojo memberikan tanggapan<br />
atas pertanyaan serta kritik terhadap<br />
buku Transformasi TNI: Dari Pejuang<br />
Kemerdekaan Menuju Tentara<br />
Profesional yang ditulisnya.<br />
AGUNG P/DETIKFOTO<br />
REFORMASI TNI belum tuntas karena masih terdapat sejumlah pekerjaan<br />
rumah yang harus diselesaikan. Jika persoalan tersebut tidak tuntas,<br />
akan sulit bagi TNI untuk mewujudkan tentara profesional. Sebab, “virus”<br />
yang mengajak kembali ke politik kekuasaan atau menangani masalah<br />
keamanan dalam negeri akan tetap tinggal dalam tubuh TNI.<br />
“Reformasi harus dilanjutkan untuk menjaga pencapaian agar tidak melemah<br />
dan menimbulkan arus balik,” kata Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Agus Widjojo<br />
saat peluncuran buku karyanya, Transformasi TNI: Dari Pejuang Kemerdekaan<br />
Menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi, di kantor Center for Strategic and<br />
International Studies (CSIS), Jakarta, Senin, 28 September 2015.<br />
Buku setebal 738 halaman itu merupakan kumpulan tulisan Agus sejak berpangkat<br />
mayor. Lulusan Akademi Militer 1970 ini dikenal sebagai salah seorang<br />
pemikir TNI dan ikut menggawangi lahirnya reformasi di kalangan internal<br />
TNI. Tak aneh bila para akademisi di bidang ilmu kemiliteran menjulukinya<br />
Jenderal Reformis.<br />
Hadir dalam acara ini antara lain mantan presiden Susilo Bambang<br />
Yudhoyono, mantan Panglima ABRI Jenderal (Purnawirawan) Wiranto,<br />
Laksamana TNI (Purnawirawan) Agus Suhartono, mantan Wakil Kepala<br />
Staf Angkatan Darat Letjen (Purnawirawan) Kiki Syahnakri, mantan Sekretaris<br />
Kabinet Andi Widjojanto, Direktur Eksekutif CSIS Rizal Sukma,<br />
dan Harry Tjan Silalahi.<br />
Presiden sebagai pemimpin tertinggi, kata Agus, harus bertanggung jawab<br />
menuntaskan reformasi tersebut. Sebab, TNI tidak bisa dibiarkan mereformasi<br />
dirinya sendiri. “Panglima TNI itu seperti sopir, TNI itu mobilnya. Tapi yang me-<br />
SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BUKU<br />
Panglima TNI itu<br />
seperti sopir, TNI<br />
itu mobilnya. Tapi<br />
yang menentukan<br />
kebijakan atas<br />
kendaraan itu yang<br />
punya mobil, yakni<br />
presiden.<br />
nentukan kebijakan atas kendaraan itu yang punya mobil, yakni presiden,” ujarnya.<br />
Agus, yang menjadi Komandan Sekolah Staf Komando dan Kepala Staf Teritorial,<br />
menyebutkan reformasi di tubuh TNI yang perlu dilanjutkan adalah amanat<br />
undang-undang yang menempatkan Panglima TNI di bawah Menteri Pertahanan,<br />
yang hingga saat ini belum dilaksanakan sepenuhnya. Kedua, mereformasi fungsi<br />
dari komando teritorial dan, ketiga, mereformasi pengadilan militer.<br />
Reformasi TNI, Agus menegaskan, bukanlah sebuah perubahan, melainkan pemurnian<br />
kembali peran dan kewenangan TNI sesuai dengan konstitusi. Konstitusi<br />
mengamanatkan, fungsi TNI hanya pertahanan nasional. Karena itu, penggunaan<br />
kekuatan militer untuk mengamankan wilayah publik, seperti bandara dan stasiun<br />
kereta, bukanlah merupakan tugas pokok dan kewenangan TNI seperti yang diamanatkan<br />
konstitusi.<br />
Reformasi TNI, kata Agus, yang pernah menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan<br />
Rakyat di awal reformasi, masuk pada wilayah peran dan kewenangan<br />
TNI. Bukan dalam segi perumusan kebijakan-kebijakan TNI, seperti modernisasi<br />
peralatan, strategi pertahanan, atau teknologi yang akan digunakan. “Kebijakan<br />
TNI itu bisa dipilih. Namun peran dan kewenangan tidak ada pilihan. Sesuai dengan<br />
konstitusi artinya benar, atau di luar konstitusi artinya salah,” kata Agus.<br />
Putra mendiang Pahlawan Revolusi Mayor Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo<br />
itu menyatakan buku yang ditulisnya sekaligus mengoreksi buku karya<br />
Marcus Mietzner, The Politics of Military Reform in Post Soeharto Indonesia: Elite<br />
Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance. Mietzner mengungkapkan keluarnya<br />
Fraksi TNI-Polri dari MPR akibat kalah voting. Padahal, yang sebenarnya,<br />
keputusan keluar itu dibuat sukarela pimpinan TNI-Polri dalam rapat pada 11 Agustus<br />
2002 pukul 01.25 WIB. “Kami mengakhiri keberadaan fraksi di MPR, DPR, dan<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BUKU<br />
Mantan Panglima ABRI Jenderal<br />
Wiranto memberikan tanggapan<br />
atas buku karya Agus Widjojo.<br />
AGUNG P/DETIKFOTO<br />
DPRD,” kata Agus.<br />
Sependapat dengan Agus, Yudhoyono menyatakan berhentinya TNI dan Polri<br />
dari politik kekuasaan dan kembali sebagai kekuatan pertahanan negara adalah sebuah<br />
amanah. Karena itu, ia minta TNI sebaiknya tidak kembali terperosok seperti<br />
pada masa lalu. Namun, di pihak lain, Yudhoyono mengingatkan para politikus sipil<br />
agar tidak menarik-narik perwira TNI dan Polri kembali masuk wilayah politik praktis,<br />
sehingga membuat prajurit melanggar sumpah dan etika profesionalismenya.<br />
“Para jenderal, laksamana, marsekal tidak boleh tergoda kembali memasuki wilayah<br />
politik kekuasaan,” ujarnya.<br />
Posisi militer dalam demokrasi, Yudhoyono melanjutkan, tidak rumit. Militer harus<br />
taat pada konstitusi, nilai-nilai demokrasi, dan tunduk pada kepemimpinan sipil.<br />
“Hormati pemimpin yang dipilih secara demokratis. Tidak bisa begitu saja diambil<br />
alih. Tentara harus setia penuh kepada pemimpin politik. Itulah, sebetulnya tatanan<br />
yang ada harus ditegakkan,” kata Yudhoyono.<br />
Sementara itu, pengamat politik Eep Saefulloh Fatah dari PolMark Indonesia<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
BUKU<br />
(Dari kiri ke kanan) Al Araf,<br />
Kiki Syahnakri, Jaleswari<br />
Pramodhawardani, Eep Saifulloh<br />
Fatah, dan Andi Widjojanto menjadi<br />
pembicara dalam bedah buku karya<br />
Agus Widjojo.<br />
AGUNG P/DETIKFOTO<br />
mengatakan faktor eksternal memang banyak mengubah<br />
wajah TNI dalam proses reformasi. Namun faktor<br />
internal, terutama dari perwira-perwira yang memiliki<br />
pemikiran terbuka, juga memiliki andil. Ia antara lain<br />
memuji kepemimpinan Panglima TNI Jenderal Endriartono<br />
Sutarto, yang tegas menolak mengambil alih<br />
kekuasaan saat krisis pada era kepemimpinan Presiden<br />
Abdurrahman Wahid (Gus Dur).<br />
TNI dan demokrasi, Eep melanjutkan, bisa berjalan<br />
beriringan hanya jika peran militer diarahkan untuk<br />
membantu lancarnya proses demokrasi tanpa harus<br />
berpenetrasi dalam tiap gerak demokratis itu sendiri.<br />
Selain itu, TNI harus menyelesaikan pekerjaan rumahnya,<br />
misalnya konsep komando teritorial.<br />
Hal itu berarti TNI harus dipertahankan hanya jika mereka masih bisa memegang<br />
peran dan fungsi pertahanan. Jika sudah tidak ada lagi aspek tersebut, TNI pun<br />
harus menarik diri dari konsep demokrasi yang sedang berjalan.<br />
“Pekerjaan rumah TNI terkait politisasi yang belum selesai, yakni konsep komando<br />
teritorial. Hal ini dibutuhkan untuk fungsi pertahanan yang memerlukan infrastruktur,<br />
seperti organisasi ketentaraan, termasuk batalion dan lain-lain. Sampai tingkat di<br />
mana komando teritorial itu masih mempunyai perlengkapan dan fungsi pertahanan,<br />
maka dia bisa diteruskan dan dipertahankan. Tapi untuk level di mana tidak ada lagi<br />
infrastruktur pertahanan, dia harus dibubarkan,” ujarnya. n PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
AGENDA<br />
THE SOUND<br />
OF MUSIC<br />
6-11 OKTOBER 2015, PUKUL<br />
20.00 WIB<br />
Ciputra Artpreneur Theater,<br />
Ciputra World 1 Kuningan,<br />
Jakarta<br />
Promotor: Sorak Gemilang<br />
Persada<br />
INDONESIA<br />
MARITIME EXPO<br />
7 OKTOBER 2015<br />
JIExpo, Kemayoran, Jakarta<br />
CRAFINA 2015<br />
The 8 th Jakarta handicraft trade fair<br />
7 OKTOBER 2015<br />
Jakarta Convention Center,<br />
Jakarta<br />
OKTOBERFEST<br />
JAKARTA<br />
7-10 OKTOBER 2015, PUKUL<br />
18.00-00.00 WIB<br />
Paulaner Brauhaus, Jakarta<br />
STAGE EMPIRE:<br />
ANANG & ASHANTY<br />
8 OKTOBER 2015, PUKUL 22.00 WIB<br />
Colosseum Club,<br />
Jalan Kunir Nomor 7, Jakarta Barat<br />
Promotor: Colosseum Club<br />
ALL INDONESIA<br />
JAPAN KENSHIBUDO<br />
PERFORMANCE<br />
10 OKTOBER 2015,<br />
PUKUL 14.30-17.30 WIB<br />
Kenbujutsu Indonesia, Familia<br />
Club House, Bintaro, Tangsel<br />
MAHAKARYA<br />
BOROBUDUR<br />
10 OKTOBER 2015, PUKUL 19.00 WIB<br />
Panggung Aksobya, Candi Borobudur,<br />
Jawa Tengah<br />
MAJALAH DETIK 5 - 11 OKTOBER 2015
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik