editorial note

FASHION PEOPLE
KALONGGUH
Membaca Puisi dalam Setiap Helai Batik
Setiap helai kain batik memilik bermacam kisah. Semuanya tersaji dalam
corak yang dibuat dari hasil olah pikir dan rasa para pembuatnya. Satu
motif kain akan memiliki ‘kisah’ yang berbeda dengan kain lainnya.
Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang penyair internasional Silke Behl,
bahwa batik adalah tulisan, didalamnya ada puisi tersendiri. Hal ini juga yang
dipercaya penuh oleh desainer Anthok Kalarie melalui media sarung batik
pria Kalongguh.
Kain sarung telah lama menjadi sahabat para pria dalam berbusana. Kali ini,
Anthok Kalarie mencoba menampilkan rancangan motif batik didalamnya.
Tampil dengan desain serta model berbeda dengan sarung batik yang
biasanya ada di pasaran, kain sarung terlihat lebih bergaya ditangannya.
Menggunakan kain khusus yang diproduksi sendiri dengan kombinasi
khusus yaitu motif Cuwiri sebagai motif warisan leluhur masyarakat Krapyak
Pekalongan.
Batik memang sudah lama menjadi kecintaan Anthok Kalarie. Pria kelahiran
8 Maret 1980 ini besar di Pekalongan sehingga ketertarikannya terhadap
batik dan tenun sangat besar. Karena itulah ia menjadikan batik sebagai ciri
khas dari setiap karyanya yang simpel namun unik. Apalagi saat ini banyak
sekali motif batik baru yang hadir dari beragam penemuan, penelitian atau
keisengan yang muncul tiba-tiba.
Hal ini yang membuat Kalongguh berbeda. Semua proses pembuatan
produk Kalongguh dibuat dengan tangan (handmade), sesuai dengan unsur
utama yang dipegang kuat dan menjadi ciri khas Batik Kalongguh yaitu etnik,
casual dan tradisional. Sebagai pelopor sarung batik berukuran besar di
Indonesia, Kalongguh percaya bahwa batik sebagaimana puisi adalah tulisan.
Tulisan mampu menembus ruang dan waktu yang menjadikannya tak lekang
dimakan waktu.
Kalongguh
(Batik Xoxa)
Jl. Prisma I no. 05,
Perum Limas Indah, Krayap, Pekalongan
0812 2444 4414