11.01.2016 Views

GRATIS

unplugID-1

unplugID-1

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

unplug . profile 28<br />

adalah saat tepat untuk memasang iklan.<br />

Lama kelamaan, bisnis jual beli alat musik<br />

bekas ini jauh lebih berkembang dan saya<br />

tutup studionya,” tambah Arif.<br />

Nampaknya Arif memang dari awal<br />

sudah ingin menekuni dunia drum, sehingga<br />

masih teringat hasil karyanya saat berkutat<br />

di bisnis jual beli tersebut. “Pernah suatu<br />

ketika saya dapat drum Rolling Concert<br />

Series. Tom-nya dari 8”, 10”, 12”. Floor 15”<br />

dan 18”, Bass drumnya 24”x2. Itu ‘kan bisa<br />

dibuat jadi dua drumkit, lagipula ruang<br />

studio saya yang hanya 3x5 meter persegi<br />

tidak muat. Setelah saya jual untungnya<br />

jadi berlipat ganda,” ujarnya sambil tertawa.<br />

Reparasi Drum Dari Rumah Hingga<br />

Ke Eropa<br />

Didukung oleh banyaknya peluang<br />

bisnis dan berbekal rasa cintanya terhadap<br />

drum membuat Arif getol melahirkan<br />

kembali drum-drum yang rusak. Inilah awal<br />

mula Arif membuat drum sendiri “Kalau<br />

drum rusak, paling sering ‘kan hanya<br />

masalah part yang termakan usia seperti<br />

lug, bracket, atau strainer. Dulu saya<br />

belanja part tersebut di Tiga Putera Pasar<br />

Baru, tidak banyak yang tahu bahwa<br />

mereka menjual part drum,” rujuknya.<br />

Jika masalah part ada solusi tersebut, lain<br />

halnya dengan body/shell. “Saya terinspirasi<br />

saat melihat pembuatan contra bass, yaitu<br />

saat mereka menggulung triplek untuk<br />

dijadikan body-nya. Sehingga mulailah saya<br />

ikutan membuat drum shell dari triplek yang<br />

digulung. Meski masih apa adanya, jadilah<br />

Picollo yang saya jual Rp 150.000,”<br />

jelas Arif.<br />

Arif, menunjukkan<br />

shell Rosewood<br />

berkonstruksi<br />

Stave Block,<br />

memulai Ahay<br />

dari reparasi<br />

drum merk-merk<br />

lain<br />

Saat era Reformasi dimulai, Arif<br />

sempat vakum dari dunia musik karena<br />

dipercaya sebagai pegawai negeri untuk<br />

membangun provinsi Bangka Belitung<br />

hingga akhirnya kembali lagi ke Jakarta<br />

pada tahun 2008. Uniknya, Arif malah<br />

mencoba membuat simbal dari industri<br />

gamelan. Demi mempelajari pembuatan<br />

dan teknik peleburan gong, Arif berkelana<br />

ke Jogja, Solo, dan Klaten. “Saya takjub<br />

dengan simbal Turki. Teknik peleburan<br />

mereka berangkat dari kebutuhan militer di<br />

Jaman Perunggu, dan usaha saya membuat<br />

simbal dengan berangkat dari gong gagal,”<br />

Belum berhasil di simbal, Arif mengalihkan<br />

perhatiannya kembali ke drum. Tapi kali<br />

ini dengan metode pembuatan standar<br />

internasional yaitu berinvestasi ke mesin<br />

bubut. Setelah melihat-lihat drum dengan<br />

konstruksi solid, Arif mencoba membuatnya<br />

dan jadilah Snare prototype pertama Ahay.<br />

Tahap pembuatan shell solid jenis Stave Block<br />

Joint dibentuk dengan cara<br />

diluncurkan ke mata gergaji<br />

yang berputar<br />

Joint dilem hingga<br />

menjadi shell<br />

Shell memasuki tahap<br />

pengecatan dan finishing<br />

Shell<br />

memasuki<br />

ruang<br />

quality<br />

control<br />

Joint disusun seperti puzzle<br />

hingga membentuk shell<br />

Bagian tepi shell diberi<br />

lekukan (bevelling)<br />

Shell<br />

diberi<br />

lubang-lubang untuk<br />

hardware, tampak sebuah<br />

shell dari kayu Rosewood<br />

Siap dikemas dan<br />

dikirim ke outlet<br />

M A J A L A H A L A T M U S I K D A N M U S I S I

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!