19.01.2016 Views

_3_ Nurfa Anisa

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PENGARUH PERUBAHAN NA DAN VOOR ONSTEKING TERHADAP<br />

KERJA MESIN<br />

<strong>Nurfa</strong> <strong>Anisa</strong> 1<br />

1<br />

adalah Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun<br />

Abstract<br />

In inspection and setting ignition system, it’s important to attention about ignition<br />

setting. Engine producer have given data and exactly setting method. It have done mechanic<br />

authorized workshop, but most people are setting this ignition in trial and error. He’s doing<br />

with his feeling. The aims of research are to know influence of quickly ignition (voor) and<br />

slowly ignition (na) and influence of exactly ignition to engine performance. The result of<br />

reseach, exactly ignition better than quickly ignition (voor) and slowly ignition (na).<br />

Kata kunci : Ignition, Na and Voor Onsteking, Engine Performance.<br />

Di Indonesia, dunia transportasi atau<br />

otomotif khususnya berkembang sangat<br />

pesat. Hal ini ditandai dengan kemacetan<br />

yang sekarang menjadi pemandangan biasa.<br />

Salah satu kendaraan yang turut memadati<br />

jalan-jalan adalah kendaraan niaga Toyota<br />

Kijang.<br />

Kebanyakan kendaraan ini bermesin<br />

seri 2K, 3K, 4K dan 5K yang berbahan bakar<br />

bensin, dengan jumlah silinder 4. Pada<br />

penelitian ini, mengambil contoh Toyota<br />

Kijang seri 3K. Mesin kendaraan ini secara<br />

berkala harus dilakukan Tune-Up, yaitu<br />

pekerjaan perawatan yang dilakukan<br />

mekanik untuk mengendalikan kondisi kerja<br />

mesin yang optimal.<br />

Perawatan Tune-up meliputi<br />

pemeriksaan dan penyetelan yaitu :<br />

mekanisme mesin, sistem pendinginan,<br />

sistem pelumasan, sistem pengapian (yang<br />

akan dibahas) dan sistem bahan bakar.<br />

Pada pemeriksaan dan penyetelan<br />

sistem pengapian hal terakhir yang perlu<br />

diperhatikan adalah penyetelan saat<br />

pengapian. Data saat pengapian yang tepat<br />

dan cara penyetelannya ada dalam manual<br />

dari pabrikan pembuat mesin dan hal ini<br />

kebanyakan sudah dilakukan mekanik pada<br />

bengkel resmi, namun banyak mekanik yang<br />

melakukan penyetelan dengan cara cobacoba<br />

(trial and error) hanya mengandalkan<br />

feeling (perasaan). Dimana penyetelan<br />

dirasakan tepat jika reaksi tarikan mesin<br />

dirasakan paling baik. Hal tersebut banyak<br />

dilakukan oleh masyarakat pada umumnya<br />

dan sering dilakukan para mekanik yang<br />

kurang berpengalaman.<br />

PERUMUSAN MASALAH<br />

Berdasarkan latar belakang masalah<br />

di atas, yang menjadi pokok permasalahan<br />

dalam penelitian ini adalah :<br />

a. Bagaimanakah pengaruh pengapian yang<br />

dimajukan / dipercepat (voor) dan<br />

dimundurkan / diperlambat (Na) terhadap<br />

kerja mesin?<br />

b. Berapakah toleransi pengapian yang tepat<br />

untuk menghasilkan kerja mesin yang<br />

optimal ?<br />

TUJUAN PENELITIAN<br />

Berdasarkan permasalahan di atas,<br />

maka tujuan penelitian ini adalah:<br />

a. Mengetahui pengaruh pengapian yang<br />

dimajukan/dipercepat (Voor) dan<br />

dimundurkan<br />

dan<br />

dimundurkan/diperlambat (Na) terhadap<br />

kerja mesin.<br />

b. Mengetahui toleransi pengapian yang<br />

tepat untuk menghasilkan kerja mesin yang<br />

optimal.<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Pengapian<br />

Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH PERUBAHAN..……… 13


Dalam pengapian motor bakar yang<br />

terpenting adalah mengetahui untuk<br />

pemunculan tenaga.<br />

Pemunculan tenaga dapat diperoleh dari :<br />

1. Tenaga Thermis panas<br />

2. Tenaga Listrik<br />

3. Tenaga Mekanik<br />

4. Tenaga Kimia<br />

Dalam hukum kekekalan energi dapat<br />

dikatakan :<br />

“Bila suatu jumlah tenaga dalam bentuk<br />

pemunculan tertentu dihilangkan maka suatu<br />

jumlah tenaga yang sama akan timbul dalam<br />

suatu bentuk lain atau lebih”.<br />

Suatu contoh adalah perubahan dalam suatu<br />

angklo listrik dari tenaga listrik menjadi<br />

tenaga thermis. Mesin Kijang merupakan<br />

motor bakar dengan pembakaran dalam,<br />

karena pembakarannya dilakukan di dalam<br />

silinder.<br />

Saat pengapian yang tepat harus dipengaruhi<br />

oleh bentuk dan ukuran ruang bakar, posisi<br />

loncatan bunga api dalam ruang bakar,<br />

kualitas dan homogenitas campuran bahan<br />

bakar dengan udara. Mesin seri 3K yang ada<br />

di pasaran Indonesia mernggunakan sistem<br />

pengapian baterai konvensional, yaitu sistem<br />

pengapian yang menggunakan baterai atau<br />

ACCU untuk menghasilkan loncatan bunga<br />

api pada setiap busi pada saat pengapian<br />

yang sesuai dengan FO (Firing Order)<br />

mesin.<br />

Untuk dapat menghasilkan loncatan bunga<br />

api pada busi yang mampu membakar<br />

campuran bahan bakar dan udara di dalam<br />

silinder diperlukan tegangan listrik yang<br />

tinggi yaitu antara 500 V sampai 2500 V.<br />

Tegangan listrik yang tinggi tersebut<br />

dihasilkan dari sumber baterai 12V.<br />

Unjuk Kerja Motor<br />

Toyota Kijang seri 3K merupakan<br />

termasuk pembakaran dalam (Internal<br />

Combution Engine) atau dikenal dengan<br />

nama motor bakar, khususnya jenis motor<br />

bakar torak (paling umum digunakan untuk<br />

kendaraan bermotor). Proses pembakaran<br />

pada motor bensin dimulai dengan loncatan<br />

bunga api busi yang membakar campuran<br />

udara dan bahan bakar, sehingga disebut<br />

dengan Spark Ignition Engines.<br />

Motor bakar torak menggunakan<br />

silinder yang didalamnya terdapat torak yang<br />

bergerak translasi bolak-balik. Gerakan torak<br />

bolak-balik diteruskan melalui batang torak<br />

ke poros engkol sehingga menghasilkan<br />

putaran poros engkol. Putaran poros engkol<br />

selanjutnya dapat digunakan berbagai<br />

keperluan misalnya memutar generator<br />

listrik atau memutarkan roda kendaraan<br />

melalui pemindah tenaga.<br />

Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH PERUBAHAN..……… 14


METODE PENELITIAN<br />

Survey<br />

Identifikasi Masalah<br />

Studi Literatur<br />

Perumusan Masalah<br />

Pengumpulan Data<br />

- Spesifikasi mesin<br />

- Alat yang digunakan untuk<br />

pengujian<br />

- Penyetelan derajat pengapian<br />

- Data hasil pengujian<br />

Pengolahan Data<br />

- Torsi (T)<br />

- Putaran poros engkol (n)<br />

- Pemakaian bahan bakar (V)<br />

Hubungan antara daya, putaran<br />

mesin, dan pemakaian bahan<br />

bakar<br />

Kesimpulan dan Saran<br />

HASIL PEMBAHASAN<br />

Hubungan antara Daya dan Putaran<br />

Mesin pada Saat Pengapian berbeda<br />

1. Daya maksimum yang dicapai pada saat<br />

pengapian 8 o setelah TMA 34,4 hp pada<br />

putaran constant 4000 rpm.<br />

2. Daya maksimum dicapai pada saat<br />

pengapian 0 o pada TMA 27,3 hp pada<br />

putaran constant 3500 rpm.<br />

3. Daya maksimum dicapai pada saat<br />

pengapian 8 o pada TMA 37,2 hp pada<br />

putaran constant 4500 rpm.<br />

4. Daya maksimum dicapai pada saat<br />

pengapian 16 o pada TMA 34,7 hp pada<br />

putaran constant 4000 rpm.<br />

5. Daya maksimum dicapai pada saat<br />

pengapian 24 o pada TMA 39,9 hp pada<br />

putaran constant 4000 rpm.<br />

6. Daya maksimum yang tertinggi dari<br />

semua dari 5 kali perubahan sudut<br />

pengapian 8 o setelah TMA sampai 24 o<br />

sebelum TMA adalah 39,9 hp pada<br />

putaran constant 4000 rpm yaitu pada<br />

sudut pengapian 24 o TMA, sedangkan<br />

daya yang terendah adalah 27,3 hp pada<br />

putaran constant 3500 rpm pada sudut<br />

pengapian distel 0 o TMA.<br />

Hubungan antara Pemakaian Bahan<br />

Bakar dan Daya saat Pengapian yang<br />

berbeda<br />

1. Pemakaian bahan bakar yang dicapai<br />

pada saat pengapian 8 o setelah TMA<br />

0,008 ml/detik pada putaran constant<br />

4000 rpm, menghasilkan daya 34,4 hp.<br />

Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH PERUBAHAN..……… 15


2. Pemakaian bahan bakar yang dicapai<br />

pada saat pengapian 0 o setelah TMA 0,01<br />

ml/detik pada putaran constant 3500 rpm,<br />

menghasilkan daya 27,2 hp.<br />

3. Pemakaian bahan bakar yang dicapai<br />

pada saat pengapian 8 o setelah TMA<br />

0,006 ml/detik pada putaran constant<br />

4500 rpm, menghasilkan daya 37,2 hp.<br />

4. Pemakaian bahan bakar yang dicapai<br />

pada saat pengapian 16 o setelah TMA<br />

0,006 ml/detik pada putaran constant<br />

4000 rpm, menghasilkan daya 34,7 hp.<br />

5. Pemakaian bahan bakar yang dicapai<br />

pada saat pengapian 24 o setelah TMA<br />

0,005 ml/detik pada putaran constant<br />

4000 rpm, menghasilkan daya 39,9 hp.<br />

6. Pemakaian bahan bakar yang tertinggi<br />

dari kelima perubahan sudut dicapai pada<br />

putaran constant 3500 rpm yaitu 0,01<br />

ml/detik dan pengapian pada sudut<br />

pengapian 0 o pada TMA yang berarti<br />

dimundurkan, sedangkan pemakaian<br />

bahan bakar yang terendah dicapai pada<br />

putaran constant 4000 rpm adalah 0,008<br />

ml/detik pada pengapian dimundurkan<br />

yaitu 8 o setelah TMA.<br />

KESIMPULAN<br />

Dari hasil pengujian mesin seri 3K<br />

Toyota Kijang, dapat ditarik suatu<br />

kesimpulan bahwa, untuk mendapatkan<br />

performance atau unjuk kerja mesin seri 3K<br />

Toyota Kijang ini, bila dioperasionalkan<br />

pada putaran 1000 rpm sampai 4500 rpm<br />

akan menghasilkan daya yang optimum pada<br />

putaran 4000 rpm dengan sudut pengapian<br />

yang dimajukan yaitu 24 o sebelum TMA. Ini<br />

berarti bahwa mesin kijang ini untuk<br />

mencapai daya yang optimal harus distel<br />

pengapiannya dimajukan, karena pada<br />

pengapian ini bahan bakar cenderung lebih<br />

efisien. Efisien disini berarti daya yang<br />

dihasilkan lebih besar, kemudian dengan<br />

pemakaian bahan bakar yang seimbang atau<br />

sebanding dengan daya yang digunakan<br />

untuk pembakaran.<br />

Daya mesin hasil dari pengapian<br />

yang tepat (8 o p.e sebelum TMA) lebih baik<br />

daripada daya mesin yang dihasilkan saat<br />

pengapian yang dimajukan (16 o p.e s.d 24 o<br />

p.e sebelum TMA) hal ini dikarenakan,<br />

tekanan pembakaran maksimum saat<br />

pengapian yang tepat berada sedikit setelah<br />

TMA, sehingga dapat menekan secara<br />

optimal torak bergerak ke TMB. Sementara<br />

itu tekanan pembakaran yang terjadi sebelum<br />

TMA lebih kecil dibandingkan dengan<br />

tekanan pembakaran hasil dari saat<br />

pengapian pembakaran yang dimajukan (16 o<br />

p.e s.d 24 o p.e sebelum TMA) sehingga pada<br />

saat torak bergerak ke TMA mendapatkan<br />

daya lawan torak yang lebih kecil. Daya<br />

mesin hasil dari pengapian yang tepat (8 o p.e<br />

sebelum TMA) lebih baik daripada daya<br />

mesin hasil dari saat pengapian yang lebih<br />

mundur (0 o p.e s.d 8 o p.e setelah TMA)<br />

dikarenakan oleh tekanan hasil pembakaran<br />

terjadi bersamaan dengan gerakan torak yang<br />

turun ke TMB, sehingga tekanan<br />

pembakaran lebih kecil dan berada jauh<br />

setelah TMA akibatnya daya yang<br />

mendorong torak ke TMB lebih kecil. Selain<br />

itu tekanan rata-rata hasil pembakaran<br />

menjadi lebih kecil sehingga daya motor<br />

berkurang. Untuk torsi dan pemakaian bahan<br />

bakar yang dihasilkan, akan sebanding<br />

dengan daya yang ada, karena perhitungan<br />

daya tergantung dari torsi dan putaran mesin<br />

(rpm) sedangkan bahan bakar tergantung<br />

dari daya yang digunakan untuk<br />

pembakaran.<br />

SARAN<br />

Dari kesimpulan tersebut di atas<br />

disarankan pada mekanik atau orang yang<br />

melakukan perawatan atau tune-up mesin<br />

(motor) seri 3K Toyota Kijang untuk<br />

menyetel pengapian yang sesuai standart (8 o<br />

sebelum TMA), sehingga dapat<br />

menghasilkan unjuk kerja mesin yang<br />

optimal dan tanpa terjadi kecenderungan<br />

detonasi atau knoking. Sehingga pemakaian<br />

bahan bakar dapat ditekan sesuai dengan<br />

kegunaan mesin.<br />

Penyetelan pengapian yang tidak<br />

sesuai standart diperlambat (Na) bisa<br />

menimbulkan mesin menjadi cepat panas<br />

dan bila gas dipercepat jalan kendaraan<br />

menjadi lambat sedangkan untuk penyetelan<br />

yang dipercepat (voor) mesin hidup suara<br />

Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH PERUBAHAN..……… 16


keras, mesin cepat panas dan apabila distart<br />

terjadi over slash (gerak putaran membalik).<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Aris Munandar, Wiranto. 1983. Penggerak<br />

Mula Motor Bakar Torak. Bandung: ITB.<br />

Khovakh, M. 1979. Motor Vehicle Engine.<br />

Moscow: Mir Publisher.<br />

Petrovsky. 1971. Marine International<br />

Combution Engine. Moscow: Mir Publisher.<br />

Team. Bahan Ajar Sistem Pengapian.<br />

Ngawi: Kursus Monteur Bintang Mulya.<br />

Team. Gasoline Engine Toyota Training<br />

Service.<br />

Team. 2000. Pedoman Penulisan Karya<br />

Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.<br />

Agritek Volume 11 Nomor 1 Maret 2010 PENGARUH PERUBAHAN..……… 17

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!