2100_SM Widyastuti.pdf - Universitas Gadjah Mada
2100_SM Widyastuti.pdf - Universitas Gadjah Mada
2100_SM Widyastuti.pdf - Universitas Gadjah Mada
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
LAPORANAKHIR KEGIATAN PENELITIAN<br />
PENELITIANHIBAH KOMPETENSI<br />
JUDUL:<br />
PENINGKAT AN RELEVANSI PENELITIAN, PENDIDIKAN, DAN<br />
PELAYANAN MASYARAKAT DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN<br />
KESEHATAN HUTAN<br />
Tim Peneliti<br />
1. Prof. Dr. S.M. <strong>Widyastuti</strong> (Ketua Peneliti)<br />
2. Dr. Harjono (Anggota)<br />
3. Ananto Triyogo, M.Sc. (Anggota)<br />
DILAKSANAKAN ATAS BIAYA:<br />
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,<br />
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Hibah Kompetensi<br />
Nomor: 235/SP2H/PP/DP2M/1II/2010,tanggal 01 Maret 2010<br />
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT<br />
UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />
AGUSTUS<br />
2010
Infeksi Fusarium oxysporum pada Acacia mangium<br />
dan Pengendaliannya menggunakan Trichoderma hanJanum, serla Infeksi Awal Jamur<br />
Uromycladium tepperianum pada daun Falcataria moluccana dan Acacia mang;um<br />
<strong>SM</strong> <strong>Widyastuti</strong><br />
INTISARI<br />
A. mangium dan Sengon merupakan tanaman cepat tumbuh yang banyak di budidayakan<br />
di Indonesia. Fusarium oxysporum adalah salah satu jamur patogen tular tanah yang penting dan<br />
penyebab penyakit rebah semai. Jamur ini menyerang semai pada banyak spesies tanaman<br />
tennasuk A. mangium. Selain itu, akhir-akhir ini sengon dilaporkan banyak terserang penyakit<br />
karat tumor dengan skala berat/parah. Penyakit yang disebabkan oleh jamur Uromycladium<br />
tepperianum, selain mengganggu sengon, juga diketahui menyerang berbagai jenis tanaman A.<br />
Mangium.<br />
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: proses infeksi F. oxysporum penyebab rebah<br />
semai (damping off); respon ketahanan semai A. mangium akibat infeksi F. Oxysporum;<br />
mekanisme pengendalian F. Oxysporum menggunakan T. Harzianum; proses infeksi awal jamur<br />
U. tepperianum pada daun sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Bameby & J.W.Grimes) di<br />
laboratoriwn; kemungkinan teIjadinya infeksi jamur U. tepperianum pada daun A. mangium di<br />
laboratorium.<br />
Jamur patogen diidentiflkasi dan selanjutnya diuji patogenisitasnya. Proses infeksi<br />
diamati secara makroskopis (berdasarkan gejala dan tanda) dan mikroskopis (berdasarkan<br />
perkembangan patogen pada semai). Respon ketahanan semai A. mangium diuji menggunakan<br />
pewarna histologis phloroglucinol, aniline blue dan lactophenol trypan-blue.<br />
Trichodermaharzianum yang mengekspresikan Green Fluorescent Protein (GFP) digunakan<br />
untuk mempelajari efek penghambatan agen pengendali hayati terhadapF.' oxysporum. Uji<br />
penghambatan secara in vitro oleh T. Harzianum dilakukan denganmenggunakan metode dual<br />
culture. Pada uji penghambatan secara in plan/a, semai A. mangium diinokulasi dengan T.<br />
harzianum GFP 2 hari sebelum inokulasi F.'oxysporum; inokulasi T. harzianum secara bersamaan<br />
diinokulasi denganF.' oxysporum; dan T. harzianum GFP yang diinokulasi 2 hari sesudah<br />
inokulasi F: oxysporum. Pada penelitian karat tumor, sampel dan teliospora jamur patogen U.<br />
tepperianum didapatkan dari Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Beberapa pendekatan yang<br />
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah: (I) identiflkasi pohon yang sakit, (2)<br />
pengumpulan sampel berupa daun, cabang, ranting, dan batang yang sakit serta, (3) inokulasi<br />
buatan dan proses infeksi U. tepperianum di laboratorium menggunakan teliospora U.<br />
tepperianum.<br />
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara in planta perkecambahan spora jamur<br />
teramati pada 2 hari setelah inokulasi. Pada 4 hari setelah inokulasi, hifa F.' oxysporum<br />
melakukan penetrasi pada pangkal batang semai A. mangium melalui stomata. Setelah teIjadi<br />
penetrasi, hifa jamur berkembang melalui ruang antar sel hingga mencapai jaringan<br />
pengangkutan. Respon ketahanan berupa reaksi hipersensitif terdeteksi pada stomata. Meskipun<br />
demikian, reaksi hipersensitif ini tidak efektif untuk menghentikan infeksi F: oxysporum yang
merupakan patogen nekrotropik. Pada penelitian ini juga terdeteksi akumulasi lignin, sedangkan<br />
akumlasi kalose tidak ditemukan selama pengamatan. Efek pengbambatan dari T. harzianum<br />
GFP terlihat pada 7 hari inkubasi dengan adanya penempelan hifa T. harzianum GFP pada hifa F:<br />
oxysporum. Selanjutnya hifa T.harzianum GFP menutupi sebagian besar koloni F: oxysporum<br />
pada 12 hari inkubasi. Persentase hidup semmA.mangium tertinggi ditunjukkan pada inokulasi T.<br />
harzianum GFP 2 hari sebelum inokulasiF: oxysporum (82,22%), sebaliknya persentase terendah<br />
ditunjukkan dengan inokulasi T. harzianum GFP 2 hari sesudah inokulasiF: oxysporum<br />
(64,44%).<br />
. HasH penelitian pada sengon menunjukkan bahwa proses infeksi diawali dengan<br />
perkecambahan teliospora dan pembentukan buluh kecambah. Buluh kecambah selanjutnya<br />
membentuk pasak penetrasi. Di dalam jaringan tanaman, pasak penetrasi membentuk hifa dan<br />
berkembang menjadi hifa intraseluler dan interseluler. Hasil ini berbeda dari proses infeksi alami<br />
di lapangan, dimana teliospora terlebih dahulu membentuk basidiospora sebelum menginfeksi<br />
jaringan tanaman. Kemudian, hasil uji inokulasi buatan pada permukaan daun A. mangium<br />
menunjukkan sebagian kecil spora dapat berkecambah. Namun, tidak ada yang berhasil<br />
melakukan penetrasi.<br />
Kata kunci: Fusarium oxysporum, penyakit rebah semai, Acacia mangium, Trichoderma<br />
harzianum, Green Fluorescent Protein, Uromycladium tepperianum, sengon, karat tumor,<br />
infeksi.