2360_mohammad naiem.pdf - Universitas Gadjah Mada
2360_mohammad naiem.pdf - Universitas Gadjah Mada
2360_mohammad naiem.pdf - Universitas Gadjah Mada
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN<br />
HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL<br />
TAHUN ANGGARAN 2010<br />
JUDUL:<br />
DINAMIKA VARIASI GENETIK DAN SISTEM PERKAWINAN BEBERAPA<br />
PROVENAN CENDANA (Santalum album Linn., SANTALACEAE)<br />
SERTA IMPLIKASINYA PADA KONSERVASI GENETIK<br />
Tim Peneliti:<br />
1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Na'iem, M.Agr.<br />
2. Yeni Widyana Nurchahyani Ratnaningrum, S.Hut, M.Sc.<br />
DILAKSANAKAN ATAS BIAYA:<br />
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional,<br />
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Hibah Strategis Nasional<br />
Nomor: 506/SP2H/PP/DP2M/VH/2010, tanggal 24 Juli 2010<br />
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT<br />
UNIVERSITAS GADJAH MADA<br />
DESEMBER<br />
2010
DINAMIKA VARIASI GENETIK DAN SISTEM PERKAWINAN<br />
BEBERAPA PROVENAN CENDANA (Santalum album Linn., SANTALACEAE)<br />
SERTA IMPLIKASINYA PADA KONSERVASI GENETIK<br />
Mohammad Na'iem, Yeni W N Ratnaningrum<br />
Ringkasan<br />
Proses genetik (perkawinan, migrasi, seleksi, dan mutasi) serta dinamika alaminya<br />
merupakan dasar pertimbangan bagi semua upaya konservasi. Santalum album (cendana)<br />
termasuk spesies terancam punah (threatened) karena terjadinya degradasi atau habitat loss,<br />
sehingga dikategorikan sebagai Vulnerable (rentan). Penelitian besar untuk menyusun strategi<br />
pemuliaan cendana berbasis konservasi genetik, telah dirancang dengan 12 komponen<br />
aktivitas utama, mulai dari koleksi material genetik dan pembangunan konservasi ex situ hingga<br />
manipulasi lingkungan dan genetik untuk peningkatan kualitas dan produktivitas. Tahapan<br />
pertama dan kedua telah selesai dilakukan dengan terbangunnya uji genetik di Wanagama<br />
pada tahun 1993; dengan benih dari 3 provenan dan 4 ras lahan. Telah dilakukan pula<br />
sebagian dari tahapan ketiga hingga keenam. Hasil sementara menunjukkan kecenderungan<br />
sifat mixed mating dan variasi genetik yang cukup tinggi. Namun, studi awal dinamika variasi<br />
genetik merekam adanya alel-alel yang hilang pada generasi berikutinya. Penelitian ini<br />
merupakan bagian dari penelitian besar tersebut, yang dirancang selama 2 tahun untuk<br />
melengkapi capaian tahap 3, 5 dan 6 dari road map penelitian. Riset difokuskan pada dinamika<br />
variasi genetik dan sistem perkawinan cendana pada dua generasi yang berbeda. Pada tahun<br />
pertama ini, dilakukan dua tahapan penelitian yaitu (1) penyerbukan terkendali artifisial, dengan<br />
fokus pada studi fenologi pembungaan dan studi pendahuluan kompatibilitas (crossing ability)<br />
masing-masing provenan dan ras lahan; dan (2) analisis isozim, dengan fokus pada analisis<br />
variasi genetik dan sistem perkawinan induk cendana dari 7 provenan/ras lahan, serta studi<br />
pendahuluan analisis isozim pada keturunannya.<br />
Provenan yang berasal dari tempat tumbuh yang sama menampilkan karakter yang<br />
serupa pula dalam hal morfologi dan struktur bunga; ciri kemasakan organ reproduksi; ontogeni;<br />
serta fenologi (periode anthesis dan total periode pembungaan, frekuensi pembungaan, serta<br />
waktu inisiasi bunga). Seluruh provenan/ras lahan bertipe protandri dikogami dan berstruktur<br />
heteranthery. Variasi ukuran dan warna perigonium dijumpai antar provenan/ras lahan dan<br />
antar waktu yang berbeda. Secara umum, provenan yang berasal dari daerah Indonesia bagian<br />
Timur berbunga lebih awal dibanding ras lahan dari Jawa Tengah, dengan interval/periode<br />
pembungaan yan lebih singkat; sedangkan ras lahan Bromo selalu berbunga paling akhir<br />
dengan interval yang lebih panjang. Di samping berbunga paling akhir dan paling lama, ternyata<br />
ras lahan Bromo juga menampakkan frekuensi pembungaan yang berbeda. Ras lahan<br />
Karangmojo memiliki crossing ability tertinggi pada petsilangan resiprokal; sedangkan<br />
Wanagama adalah yang terendah. Jika dibandingkan dengan hasil penyerbukan terbuka,<br />
ternyata penyerbukan silang hampir selalu menghasilkan nilai PE lebih tinggi. Penyerbukan<br />
sendiri hampir selalu berdampak pada gugurnya bunga, baik pre- maupun post- fertilisasi.<br />
Selain dikendalikan secara kuat oleh faktor genetis, pembungaan cendana juga teramati sangat<br />
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Peningkatan suhu secara ekstrim berdampak pada (1)<br />
makin singkatnya periode pembungaan, (2) meningkatnya frekuensi pembungaan dalam<br />
setahun, serta (3) turunnya kelimpahan bunga, buah dan biji. Peningkatan curah hujan dan<br />
jumlah hari hujan berpengaruh pada (1) makin panjangnya periode pembungaan, (2)<br />
mundurnya waktu inisiasi bunga, (3) makin singkatnya periode reseptivitas putik dan longevity<br />
tepung sari, (4) makin panjangnya periode anthesis, (5) makin panjangnya ukuran organ<br />
reproduksi, dan (6) makin pudarnya warna perigonium.
Induk betina dari ketujuh provenan/ras lahan cendana memiliki kisaran nilai He 0,287<br />
hingga 0,409; dan Ho 0,392 hingga 0,558; dengan nilai HT 0,403. Variasi genetik yang tinggi<br />
(HT=0,403) sebagian besar berada dalam provenan/ras lahan (HS=0,366). Variasi genetik antar<br />
provenan/ras lahan sangat rendah (DST=0,037). Nilai GST menunjukkan hanya 9,2% berasal<br />
dari variasi antar provenan/ras lahan; sedangkan porsi terbesar dari variasi total (90,8%)<br />
dipengaruhi oleh variasi dalam provenan/ras lahan. Seluruh provenan dan ras lahan memiliki<br />
sistem perkawinan campuran (mixed mating system) dengan kecenderungan sebagai<br />
outbreeder atau menyerbuk-silang secara alami. Nilai outcrossing rate teramati sangat tinggi,<br />
dengan depresi silang-dalam yang berkisar antara sedang hingga tinggi. Hampir seluruh<br />
parameter selfing yaitu selfing rate (s), biparental inbreeding, indeks fiksasi (FiS), selfing rate at<br />
fertilization (r fert) dan correlation of paternity (rpm) berada pada kisaran yang sangat rendah.<br />
Standard Nei's genetic distance menunjukkan bahwa Buat dan Netpala memiliki kekerabatan<br />
terdekat; dan berkerabat dekat dengan Karangmojo. Ras lahan Karangmojo berkerabat<br />
terdekat dengan Bromo; sedangkan Wanagama berkerabat terdekat dengan Imogiri dan<br />
Tilomar. Kesamaan suatu ras lahan dengan provenan tertencu (baik dalam hal karakter biologi<br />
reproduksi, susunan genotipe maupun kedekatan jarak genetik) menuntun kepada dugaan<br />
bahwa provenan ini merupakan sumber benih atau cikal bakal dari ras lahan tersebut.<br />
Upaya konservasi genetik pada tanaman yang secara alami cenderung melakukan<br />
perkawinan silang (outcrossing species) difokuskan pada meminimalkan kemungkinan dan<br />
pengaruh inbreeding, serta mempertahankan diversitas yang sudah ada. Sementara itu, pada<br />
tanaman yang memiliki kombinasi pola perkawinan silang dan sendiri (mixed mating), upaya<br />
konservasi diprioritaskan untuk mempertahankan fleksibilitas pola perkawinan tersebut.<br />
Minimalisasi perkawinan sendiri pada strategi konservasi cendana dilakukan dengan (1)<br />
maksimalisasi ukuran populasi dan (2) hibridisasi buatan. Sementara itu, peningkatan diversitas<br />
dilakukan melalui (1) infusi genetik; (2) peningkatan sumber tepung sari; (3) manajemen agen<br />
penyerbuk dan penyerbukan; dan (4) hibridisasi buatan. Karena sifatnya yang mixed mating,<br />
maka upaya konservasi juga harus mampu mempertahankan sistem perkawinan tersebut<br />
melalui (1) minimalisasi hama dan penyakit dan (2) mempertahankan mekanisme genetis alami<br />
yang menghindarkan terbentuknya keturunan inferior dari hasil penyerbukan sendiri.<br />
Kata kunci: variasi genetik, sistem perkawinan, konservasi genetik, cendana<br />
in