01.05.2013 Views

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1.1 Latar Belakang<br />

<strong>BAB</strong> 1<br />

<strong>PENDAHULUAN</strong><br />

Perkembangan alat komunikasi yang pesat menuntut manusia untuk<br />

mengembangkan peralatan microwave dielektrik yang bisa digunakan untuk<br />

resonator, filter, osilator, antena komunikasi dan radar pada Global Positioning<br />

System (GPS). Material yang digunakan untuk miniaturisasi sirkuit microwave<br />

harus mempunyai tiga kategori, yaitu memiliki konstanta dielektrik (εr) yang<br />

tinggi, nilai Qf yang tinggi dan nilai τf yang rendah (Huang, 2001). Salah satu<br />

material yang memenuhi kategori tersebut adalah MgTiO3. MgTiO3 dilaporkan<br />

memilik sifat dielektrik yang baik yaitu nilai εr ~17, nilai Q×f~160,000 pada 7<br />

GHz dan nilai τf ~50 ppm/◦C (Liou, 2007).<br />

Pemanfaatan MgTiO3 dalam berbagai bidang mendorong beberapa<br />

peneliti melakukan sintesis MgTiO3 dengan berbagai metode, diantaranya dengan<br />

metode kopresipitasi, metode sol-gel (Miao, 2006), metode peroxide route (Ptaff,<br />

1993), metode solid-state reaction (Bernard, 2008) dan dengan metode mechano-<br />

chemical complexation route (Ferreira, and Baptista, 1994). Secara umum, sintesis<br />

MgTiO3 dengan metode sol-gel berlangsung pada temperatur rendah,<br />

menghasilkan kemurnian dan homogenitas yang tinggi pada hasil akhir sintesis.<br />

Namun demikian, sintesis MgTiO3 murni dengan metode ini memiliki hambatan<br />

dengan adanya pembentukan fasa metastabil MgTi2O5 pada hasil akhir keramik<br />

MgTiO3 (Deng, 2007).<br />

Sintesis MgTiO3 dengan metode mechano-chemical complexation routes<br />

masih menunjukkan adanya sejumlah kecil MgTi2O5 pada akhir produk keramik<br />

MgTiO3, sedangkan dengan metode nanocomposite synthesization route, di<br />

peroleh MgTiO3 murni, tetapi dengan temperatur sinter yang tinggi (Liou, 2007).<br />

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas, maka diperoleh dua<br />

masalah dalam sintesis MgTiO3 yaitu adanya fasa metastabil MgTi2O5 dan<br />

temperatur sinter yang tinggi.<br />

1


Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi temperatur sinter<br />

MgTiO3 sekaligus mengurangi kehadiran fasa MgTi2O5 dari hasil produk sintesis<br />

MgTiO3, yaitu penambahan dopan yang memiliki melting point rendah ke<br />

material dasar, proses kimia dan penggunaan material dasar dengan ukuran<br />

partikel lebih kecil (Chen, 2009).<br />

Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan penambahan<br />

dopan pada MgTiO3 adalah dengan penambahan CuO, Fe2O3 dan MnO2 dapat<br />

menurunkan suhu sinter MgTiO3 hingga 950 ° C (Hsieh, 2008). Dengan pemberian<br />

dopan calcium pada MgTiO3 diperoleh pengurangan persentase MgTi2O5 pada<br />

temperatur 1300 ° C dan densitas maksimum 3.85 gr/cm 3 pada temperatur sinter<br />

1250 ° C (Liou, 2007). Penelitian yang sama dilakukan oleh Ferreira (1994) dengan<br />

memberi dopan Cr, Fe dan Co pada MgTiO3 yang menghasilkan fasa tunggal<br />

MgTiO3 kecuali untuk pendoping Fe masih muncul fasa metastabil MgTi2O5.<br />

Selain pemberian dopan, penggunaan material dasar dengan ukuran yang<br />

lebih kecil juga akan membantu menurunkan temperatur sinter. Hal ini dapat<br />

dicapai dengan mereaksikan sampel-sampel yang akan digunakan dalam sintesis<br />

pada ball milling. Penelitian lain mengungkapkan bahwa aktivasi mekanik dengan<br />

menggunakan ball mill pada metode solid state reaction efektif menurunkan<br />

temperatur reaksi sehingga diharapkan akan mampu menurunkan temperatur<br />

sinter dan juga mengurangi munculnya fasa MgTi2O5 (Filipofic, 2009).<br />

Pada penelitian ini dilakukan sintesis MgTiO3 dengan metode solid state<br />

reaction yaitu pencampuran serbuk MgO dan TiO2 untuk menghasilkan MgTiO3<br />

dengan melebihkan stoikiomerti MgO yang direaksikann pada planetary ball mill.<br />

Hal ini didasarkan pada penelitian Tang, dkk (2008) yang menyebutkan bahwa<br />

sulit menghasilkan fasa MgTiO3 murni dari kontrol stoikiometri MgO:TiO2=1:1,<br />

karena akan selalu muncul TiO2 pada akhir produk. Pemberian dopan ZnO dan<br />

MnO2 pada MgTiO3 membentuk larutan padat (solid solution) dilakukan dengan<br />

harapan menghindari terbentuknya fasa MgTi2O5. Penambahan ZnO akan<br />

mensubstitusi Mg sehingga terbentuk larutan padat ZnxMg1-xTiO3, sedangkan<br />

pendopingan unsur MnO2 diharapkan mensubstitusi Ti sehingga membentuk<br />

larutan padat MgMnxTi1-xO3 yang nantinya diharapkan dapat memperbaiki sifat<br />

bahan dasarnya serta mengurangi munculnya fasa MgTi2O5 pada hasil akhir<br />

2


produk. Karakteristik struktural terhadap MgTiO3 dan larutan Padat Me-MT yang<br />

dibuat dengan metode pencampuran serbuk dilakukan dengan menggunakan<br />

DTA-TGA (Thermal Gravimetric Analyzer–Differential Thermal Analyzer) untuk<br />

mengetahui dekomposisi dan fasa pembentukan, XRD untuk identifikasi fasa dan<br />

untuk mengetahui distribusi fasa dan mikrostruktur dari serbuk larutan padat Me-<br />

MT (Me = Zn, Mn) digunakan SEM-EDX.<br />

1.2 Perumusan Masalah<br />

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan<br />

dipecahkan dalam penelitian ini adalah:<br />

a. Bagaimana cara yang efektif untuk mensintesis MgTiO3, larutan padat Me-<br />

MgTiO3 (Me= Zn, Mn) dengan metode pencampuran serbuk?<br />

b. Bagaimana pengaruh penambahan ZnO dan MnO2 terhadap struktural<br />

MgTiO3?<br />

c. Bagaimana karakteristik struktur larutan padat Me-MgTiO3 (Me = Zn, Mn)<br />

hasil sintesis dengan metode pencampuran serbuk?<br />

1.3 Tujuan Penelitian<br />

adalah:<br />

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini<br />

a. Mengetahui cara yang efektif untuk mensintesis MgTiO3, larutan padat Me-<br />

MgTiO3 (Me= Zn, Mn) dengan metode pencampuran serbuk dengan metode<br />

pencampuran serbuk.<br />

b. Mengetahui pengaruh penambahan ZnO dan MnO2 terhadap struktur<br />

MgTiO3.<br />

c. Mengetahui karakteristik struktur larutan padat Me-MgTiO3 (Me = Zn, Mn)<br />

hasil sintesis dengan metode pencampuran serbuk<br />

3


1.4 Batasan Masalah<br />

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi antara lain :<br />

a. Sintesis MgTiO3 dan larutan padat Me-MgTiO3 (Me = Zn, Mn) dengan<br />

metode pencampuran serbuk<br />

b. Analisis struktural serbuk larutan padat Me-MgTiO3 (Me = Zn, Mn) dengan<br />

menggunakan DTA/TG, XRD, dan SEM-EDX.<br />

1.5 Manfaat Penelitian<br />

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang proses<br />

sintesis MgTiO3, larutan padat Me-MgTiO3 (Me = Zn, Mn) dengan metode<br />

pencampuran serbuk serta pengaruh penambahan ZnO dan MnO2 terhadap<br />

struktural MgTiO3 sehingga dapat memberikan kontribusi pada perkembangan<br />

ilmu pengetahuan.<br />

4

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!