27.05.2013 Views

penyakit menular pada intensifikasi unggas lokal dan cara

penyakit menular pada intensifikasi unggas lokal dan cara

penyakit menular pada intensifikasi unggas lokal dan cara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

314<br />

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal<br />

PENYAKIT MENULAR PADA INTENSIFIKASI UNGGAS<br />

LOKAL DAN CARA PENANGGULANGANNYA<br />

L. PAREDE 1 , D. ZAINUDDIN 2 , <strong>dan</strong> H. HUMINTO 3<br />

1 Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114<br />

2 Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002<br />

3 Bagian Patologi – Fakultas Kedokteran Hewan, IPB<br />

ABSTRAK<br />

Penyakit <strong>menular</strong> <strong>pada</strong> <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong> (ayam kampung, ayam bangkok, ayam arab, ayam hutan, burung<br />

puyuh, burung dara, burung unta, itik, angsa) dalam pola pemeliharaan yang intensif perlu lebih diwas<strong>pada</strong>i.<br />

Faktor yang mempermudah penularan <strong>penyakit</strong> adalah kontak diantara <strong>unggas</strong> dalam kan<strong>dan</strong>g terjadi lebih<br />

erat, kontak dalam tempo yang lama, stress, <strong>dan</strong> kurangnya udara segar. Pemeliharan <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong> bila tanpa<br />

disertai tindakan biosekuriti <strong>dan</strong> pengamanan melalui vaksinasi akan berisiko tertular <strong>penyakit</strong>. Diantara<br />

<strong>penyakit</strong> <strong>menular</strong> yang telah ditemukan <strong>pada</strong> <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong> di laboratorium diagnostik adalah Newcastle<br />

Disease (Tetelo), Flu Burung, Marek, Gumboro, Pox, Infectious Coryza (Snot), Pullorum, Colibacillosis,<br />

Cholera <strong>unggas</strong>, Anthrax, Aspergillosis, Candidiosis, Coccidiosis, Histomoniasis, Cryptosporidiosis,<br />

Trichomoniasis, infestasi ektoparasit <strong>dan</strong> cacing.<br />

Kata kunci: Unggas <strong>lokal</strong>, <strong>penyakit</strong> <strong>menular</strong>, pemeliharaan intensif<br />

PENDAHULUAN<br />

Intensifikasi dalam pemeliharaan ayam<br />

indigenous/<strong>lokal</strong>/bukan ras/kampung selain<br />

memerlukan perubahan dalam penyediaan<br />

pakan, juga mengandalkan <strong>pada</strong> sistem<br />

pemeliharaan yang lebih terkurung: kan<strong>dan</strong>g<br />

ditambah halaman berpagar atau dipelihara<br />

dalam kan<strong>dan</strong>g selamanya. Dengan<br />

<strong>intensifikasi</strong> ini diharapkan tujuan petani dalam<br />

beternak <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong> dapat lebih cepat<br />

mendekati sukses, baik sebagai pembibit,<br />

petelur konsumsi, pedaging, atau gabungan<br />

diantara ke-tiganya. Pola menejemen harus ikut<br />

diubah dalam <strong>intensifikasi</strong> pemeliharaan agar<br />

tidak mendapatkan dampak negatif oleh<br />

memburuknya kesehatan <strong>unggas</strong>.<br />

Naskah ini menjelaskan <strong>penyakit</strong> <strong>menular</strong><br />

yang pernah terdiagnosa <strong>pada</strong> <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong> di<br />

Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan –<br />

IPB serta tindakan pencegahan <strong>dan</strong> biosekuriti.<br />

MATERI METODA<br />

Data <strong>penyakit</strong> <strong>menular</strong> <strong>pada</strong> <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong><br />

diambil dari protokol nekropsi <strong>dan</strong> biopsi di<br />

Bagian Patologi, Departemen Klinik Veteriner,<br />

Reproduksi <strong>dan</strong> Patologi, Fakultas Kedokteran<br />

Hewan – IPB. Dari data tersebut dipilah <strong>dan</strong><br />

dibahas 10 <strong>penyakit</strong> <strong>menular</strong> yang<br />

menggunakan vaksinasi sebagai upaya<br />

pencegahan.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Diantara <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong> yang sudah dicoba<br />

diternakan di Indonesia adalah ayam buras<br />

(bukan ayam ras, seperti kampung, bangkok,<br />

arab), ayam hutan, kalkun, burung puyuh, itik,<br />

burung unta <strong>dan</strong> burung dara. Data <strong>penyakit</strong><br />

<strong>menular</strong> yang pernah terdiagnosa <strong>pada</strong> <strong>unggas</strong><br />

<strong>lokal</strong> dapat dilihat <strong>pada</strong> Tabel 1.<br />

Upaya pencegahan <strong>penyakit</strong> menggunakan<br />

vaksinasi disertai biosekuriti dapat digunakan<br />

<strong>pada</strong> 10 dari 18 <strong>penyakit</strong> <strong>menular</strong> yang ada:<br />

Newcastle Disease, Flu Burung, Marek,<br />

Gumboro, Pox, Infectious Coryza (Snot),<br />

Colibacillosis, Cholera <strong>unggas</strong>, Anthrax <strong>dan</strong><br />

Coccidiosis.


Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal<br />

Tabel 1: Penyakit <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong> hasil diagnosa bagian patologi FKH-IPB<br />

Penyakit A.Buras* A.Hutan Kalkun Puyuh Itik B. Unta B. Dara<br />

1 ND/Tetelo + + + +<br />

2 Flu burung +<br />

3 Gumboro +<br />

4 Pox +<br />

5 Marek +<br />

6 Infectious coryza +<br />

7 Pullorum +<br />

8 Colibacillosis + +<br />

9 Fowl cholerae + +<br />

10 Anthrax +<br />

11 Aspergillosis** + + +<br />

12 Candidiosis + +<br />

13 Coccidiosis + + +<br />

14 Cryptosporidiosis + +<br />

15 Histomoniasis + +<br />

16 Trichomoniasis +<br />

17 Kecacingan + + +<br />

18 Ectoparasit + + +<br />

Keterangan: *) Ayam buras disini: ayam kampung, ayam Bangkok, ayam Arab<br />

**) Aspergillosis juga terdiagnosa <strong>pada</strong> angsa, kasuari, elang <strong>dan</strong> burung piaraan<br />

ND (Newcastle Disease)/Tetelo<br />

Penyakit tetelo <strong>unggas</strong> disebabkan oleh<br />

infeksi virus ND/PMV-1 (Paramyxovirus-1)<br />

yang memiliki sifat keganasan berbeda-beda<br />

dalam menimbulkan kerusakan organ: amat<br />

ganas (velogenik), ganas (mesogenik), <strong>dan</strong><br />

kurang/tidak ganas (lentogenik). PMV-1<br />

lentogenik strain B1 <strong>dan</strong> La Sota sering<br />

digunakan sebagai biang vaksin guna<br />

mencegah timbulnya <strong>penyakit</strong> ND oleh infeksi<br />

virus velogenic <strong>dan</strong> mesogenik. Cara penularan<br />

lewat kontak <strong>dan</strong> benda-benda yang<br />

terkontaminasi berak <strong>dan</strong> cairan ra<strong>dan</strong>g<br />

penderita. Rute infeksi utama masuk melalui<br />

saluran nafas. Apabila terserang ND ganas/<br />

amat ganas, gejala yang timbul adalah<br />

gangguan pernafasan, bengkak muka sekitar<br />

mata, diarrhea, gejala syaraf: kepala diputarputar,<br />

geleng-geleng atau kelumpuhan,<br />

kematian tinggi <strong>pada</strong> kelompok yang tidak/<br />

kurang memiliki kekebalan. Unggas <strong>lokal</strong> yang<br />

dapat terserang selain ayam juga burung unta,<br />

burung puyuh <strong>dan</strong> kalkun. Unggas air <strong>dan</strong><br />

burung liar dapat terinfeksi tetapi tidak sakit<br />

<strong>dan</strong> menjadi sumber penularan bagi ayam.<br />

Pencegahan dengan melakukan vaksinasi ND<br />

berkala sejak umur muda baik dengan vaksin<br />

hidup maupun vaksin mati (ALEXANDER,<br />

1997).<br />

Flu burung (HPAI, Highly Pathogenic<br />

Avian Influenza)<br />

Kasus flu burung didapatkan <strong>pada</strong> ayam ras<br />

<strong>dan</strong> ayam <strong>lokal</strong> dengan pemeliharaan intensif<br />

maupun di-umbar. Penyakit flu burung<br />

disebabkan oleh infeksi virus HPAI (AI amat<br />

pathogen) H5N1. Unggas peka selain ayam<br />

juga burung puyuh, burung unta <strong>dan</strong> kalkun.<br />

Unggas air <strong>dan</strong> burung liar menjadi sumber<br />

penularan bagi <strong>unggas</strong> yang peka. Keluhan dari<br />

peternak <strong>dan</strong> petugas dinas peternakan berupa<br />

banyaknya kematian yang terjadi, baik tiba-tiba<br />

atau setelah terlihat sakit hanya 1-2 hari.<br />

Banyak dari kasus flu burung yang terdiagnosa<br />

<strong>pada</strong> tahun 2003 <strong>dan</strong> permulaan 2004 berasal<br />

dari ayam-ayam yang belum mengalami<br />

315


316<br />

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal<br />

vaksinasi AI. Tanda-tanda <strong>penyakit</strong> yang<br />

muncul saat nekropsi (bedah bangkai):<br />

perdarahan bawah kulit kaki, jengger, pial,<br />

lemak abdomen <strong>dan</strong> jantung, trachea, hidung,<br />

pancreas, proventrikulus. Pada ayam yang<br />

telah bertelur perdarahan sering <strong>pada</strong> folikel<br />

telur yang sudah besar. Histopatologi<br />

menemukan a<strong>dan</strong>ya: encephalitis (ra<strong>dan</strong>g otak)<br />

disertai multifokus nekrosa (kematian jaringan)<br />

otak <strong>dan</strong> pancreas. Kejadian wabah <strong>penyakit</strong><br />

<strong>unggas</strong> flu burung, baru mulai di Indonesia<br />

pertengahan 2003, sebagai bagian dari wabah<br />

AI yang terjadi di dunia khususnya Asia.<br />

Diperkirakan flu burung bergerak dari<br />

sumbernya di Asia daratan terutama Cina, di<br />

bawa oleh burung liar migrasi sebagai karrier<br />

virus HPAI. Virus ganas H5N1 tergolong<br />

kontagius dengan rute infeksi utama melalui<br />

pernafasan. Spesies burung yang peka<br />

terinfeksi <strong>dan</strong> menimbulkan <strong>penyakit</strong> selain<br />

berbagai jenis ayam peliharaan, juga ayam<br />

hutan, puyuh, kalkun, pheasant, patridge, <strong>dan</strong><br />

guinea fowl. Unggas air seperti geese <strong>dan</strong> duck<br />

juga burung liar terutama burung air peka<br />

terinfeksi virus H5N1 tetapi kurang peka untuk<br />

sakit <strong>dan</strong> mati. Unggas air <strong>dan</strong> burung liar<br />

dapat menjadi karrier virus AI, demikian pula<br />

ayam yang telah mendapat vaksinasi AI.<br />

Sumber infeksi virus tersebut terdapat dalam<br />

beraknya <strong>dan</strong> mudah menyebar karena mengkontaminasi<br />

bulu <strong>dan</strong> ba<strong>dan</strong> hewan karrier,<br />

hewan lain yang hidup dalam kan<strong>dan</strong>g, sumber<br />

air, pakan, peralatan serta manusia.<br />

Penanggulangan meliputi vaksinasi <strong>pada</strong> ayam<br />

yang belum terinfeksi, dengan vaksin AI<br />

inaktif H5N1 disertai penggunaan biosekuriti<br />

yang ketat (YUEN, 2003). Pada ayam local<br />

yang baru terinfeksi (kesayangan/ bernilai<br />

tinggi) dapat mencoba pengobatan dengan<br />

antivirus seperti amantadine, rimantadine,<br />

oseltamivir, zanamivir. Berhati-hati karena<br />

virus H5N1 di berbagai negara termasuk<br />

Indonesia ada yang bersifat zoonotik,<br />

meskipun masih lebih banyak yang tidak<br />

<strong>menular</strong> ke manusia.<br />

Gumboro<br />

Penyebab virus Gumboro atau IBDV<br />

(infectious bursal disease virus) serotipe 1 yang<br />

hanya menyerang ayam. Virus banyak terdapat<br />

dalam berak <strong>dan</strong> muntahan penderita. Sumber<br />

virus lainnya adalah benda yang telah<br />

terkontaminasi penderita, termasuk kan<strong>dan</strong>g<br />

<strong>dan</strong> lingkungan sekitar karena virus Gumboro<br />

tahan hidup diluar ayam dalam jangka waktu<br />

lama. Benda hidup yang menjadi pembawa<br />

virus selain ayam, juga kumbang kotoran ayam<br />

Alphitobius diaperinus, manusia <strong>dan</strong> tikus<br />

kan<strong>dan</strong>g. Virus Gumboro yang ganas merusak<br />

organ pertahanan bukan hanya bursa Fabricius,<br />

tetapi juga thymus, limpa, limphoid folikel<br />

usus <strong>dan</strong> sumsum tulang serta menimbulkan<br />

kematian tinggi; virus yang kurang ganas<br />

hanya merusak bursa. Kerusakan bursa terlihat:<br />

bengkak <strong>dan</strong> oedem saat masih akut, berwarna<br />

kuning atau merah berdarah; saat kronis bursa<br />

mengecil (atrofi). Otot paha <strong>dan</strong> dada<br />

mengalami perdarahan sewaktu akut.<br />

Pencegahan meliputi vaksinasi di umur muda;<br />

<strong>pada</strong> induk pembibit vaksinasi diulang saat<br />

menjelang bertelur agar DOC memiliki<br />

kekebalan dari induk cukup selama 2 minggu<br />

pertama (LUCIO and HITCHNER, 1979; LUKERT<br />

and MEZARIEGOS, 1985). Pembersihan<br />

kan<strong>dan</strong>g bekas penderita menggunakan<br />

desinfektan khusus yang mengandung komplex<br />

iodine atau formaldehyde.<br />

Fowlpox/cacar ayam<br />

Virus pox ayam penyebab <strong>penyakit</strong> cacar<br />

<strong>pada</strong> ayam berbeda strain dari virus pox<br />

burung puyuh maupun kalkun; mereka dalam<br />

genus Avipoxvirus yang sama. Ada 2 bentuk<br />

<strong>penyakit</strong> cacar <strong>pada</strong> ayam. Bentuk cacar ayam<br />

kulit: virus menyerang kulit daerah kepala <strong>dan</strong><br />

membuat keropeng warna coklat hitam <strong>pada</strong><br />

jengger, pial, kelopak mata, sekitar lubang<br />

hidung <strong>dan</strong> mulut. Bentuk cacar ayam mukosa<br />

atau bentuk diphtheritik yang menyerang<br />

lapisan dalam rongga mulut <strong>dan</strong> saluran nafas<br />

atas dengan membentuk gumpalan-gumpalan<br />

mirip kiju. Bentuk diphtheritik dapat<br />

membunuh ayam karena menyumbat saluran<br />

nafas. Penularan dapat lewat luka kontak<br />

dengan penderita atau virus. Penularan tanpa<br />

luka terjadi melalui mata, saluran nafas atas<br />

<strong>dan</strong> mulut terinfeksi aerosol atau vaksin<br />

terkontaminasi virus pox. Virus pox juga<br />

<strong>menular</strong> lewat gigitan vektor nyamuk <strong>dan</strong><br />

ektoparasit penggigit lain. Pencegahan dengan<br />

vaksinasi menggunakan metoda tusuk sayap<br />

dengan biang vaksin pox ayam yang telah


Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal<br />

dilemahkan/attenuated fowlpox vaccine<br />

(MOCKETT, 1990).<br />

Penyakit Marek<br />

Kasus <strong>penyakit</strong> Marek didapati <strong>pada</strong> ayam<br />

baik <strong>lokal</strong> dengan pemeliharaan intensif<br />

maupun ayam ras. Keluhan sewaktu masih<br />

dara adalah a<strong>dan</strong>ya kelumpuhan <strong>dan</strong><br />

kekurusan, di saat dewasa tidak bertelur. Virus<br />

Marek menyerang syaraf ayam sehingga dapat<br />

menimbulkan kelumpuhan atau kejang-kejang,<br />

menyerang mata menimbulkan kebutaan,<br />

menyerang kulit mengakibatkan koreng <strong>pada</strong><br />

folikel (pangkal) bulu, atau menyerang organ<br />

interna dengan menimbulkan tumor. Tumor<br />

Marek melakukan invasi kedalam ovari ayam<br />

muda menimbulkan atrofi ovary (ovari kecil)<br />

sehingga tidak memproduksikan telur.<br />

Penyebab Marek adalah virus Marek dari<br />

famili herpes yang didapatkan oleh ayam<br />

melalui pintu masuk saluran pernafasan. Virus<br />

Marek di kan<strong>dan</strong>g beterbangan sebagai partikel<br />

debu bulu/<strong>dan</strong> druff berasal dari ayam yang<br />

pernah tertular. Virus Marek dalam debu bulu<br />

ini mampu hidup beberapa bulan sampai<br />

tahunan, menjadikan bahaya tersendiri bagi<br />

pemakaian kan<strong>dan</strong>g bekas. Usaha pencegahan<br />

yang dapat dilakukan dengan vaksinasi Marek<br />

saat DOC (umur 1-2 hari) dengan vaksin live<br />

se<strong>cara</strong> intramuscular/IM (LEESON and<br />

SUMMERS, 2000), desinfeksi total kan<strong>dan</strong>g<br />

indukan/pemanas <strong>dan</strong> peralatan bekas pakai,<br />

jangan kontak dengan ayam yang umurnya<br />

lebih tua karena mereka karrier (sumber,<br />

pembawa) virus Marek. Virus Marek tidak<br />

ditularkan vertikal (dari induk maupun telur)<br />

sehingga sumber telur bibit dapat diperoleh<br />

dari berbagai sumber/induk tanpa resiko<br />

tertular.<br />

Infectious Coryza<br />

Bakteri penyebab <strong>penyakit</strong> coryza adalah<br />

Haemophilus paragallinarum, menyerang<br />

ayam <strong>pada</strong> daerah saluran nafas atas <strong>dan</strong> sinus,<br />

terutama sinus infra orbital. Ayam di saat masa<br />

indukan memiliki resistensi umur terhadap<br />

<strong>penyakit</strong> ini, sehingga jarang terserang coryza.<br />

Penyakit ini lebih mengganggu ayam dara <strong>dan</strong><br />

petelur; meskipun jarang membunuh tetapi<br />

menimbulkan gangguan pertumbuhan <strong>dan</strong><br />

produksi telur. Sumber penularan lewat kontak<br />

langsung <strong>dan</strong> melalui aerosol mengandung<br />

bakteri dari penderita coryza masa akut<br />

maupun setelah terlihat sembuh sebagai karier<br />

(pembawa). Sumber lain air minum <strong>dan</strong> pakan<br />

yang terkontaminasi. Pencegahan dengan<br />

segregasi (pemisahan) umur. Intensifikasi<br />

pemeliharaan dengan melakukan prinsip: satu<br />

kan<strong>dan</strong>g satu umur, menjaga jarak kan<strong>dan</strong>g<br />

agar tidak terjangkau oleh aerosol yang<br />

beterbangan, meniadakan kemungkinan<br />

pertukaran ayam, peralatan <strong>dan</strong> manusia.<br />

Usaha yang lain adalah melakukan sanitasi air<br />

minum <strong>dan</strong> wadahnya se<strong>cara</strong> rutin. Vaksin<br />

Coryza dapat mengurangi kerugian bila<br />

sewaktu-waktu ayam terinfeksi bakteri ini.<br />

Vaksinasi dapat dilakukan 2x berjarak 5-6<br />

minggu dimasa dara/setelah lepas dari kan<strong>dan</strong>g<br />

indukan. Vaksin yang baik mengandung isolat<br />

H. paragallinarum strain A, B, <strong>dan</strong> C<br />

(BLACKALL, 1995). Pengobatan dengan<br />

antibiotika.<br />

Colibacillosis<br />

Penyakit <strong>unggas</strong> oleh infeksi bakteri<br />

Escherichia coli strain ganas dapat terjadi <strong>pada</strong><br />

semua umur ayam mulai dari DOC sampai<br />

petelur. E. coli ganas berasal dari berak ayam<br />

dengan jalan infeksi horizontal lewat<br />

kontaminasi udara, air, pakan, peralatan,<br />

lingkungan kan<strong>dan</strong>g <strong>dan</strong> infeksi vertikal<br />

melalui kerabang telur tetas. Bakteri ini<br />

mampu menyerang organ pernafasan sampai<br />

ke kantung udara, serta selaput serosa organ<br />

dalam rongga perut. Infeksi dari telur tetas<br />

menimbulkan ra<strong>dan</strong>g pusar (omphalitis) anak<br />

ayam <strong>dan</strong> infeksi yolk sac. Kondisi septisemia<br />

dapat timbul dari infeksi pernafasan, usus,<br />

maupun omphalitis. Infeksi E. coli sering<br />

didahului oleh kondisi stress, infeksi virus atau<br />

bakteri lain. Pencegahan dengan meningkatkan<br />

biosekuriti <strong>dan</strong> menghindarkan stress (kurang<br />

ventilasi, berdebu, akumulasi gas ammonia,<br />

kehujanan). Vaksin inaktif (bacterin) dapat<br />

digunakan <strong>pada</strong> breeder agar DOC mendapat<br />

kekebalan pasif sekitar 2 minggu (HELLER et<br />

al, 1990).<br />

317


Cholera ayam<br />

318<br />

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal<br />

Penyakit kolera <strong>pada</strong> <strong>unggas</strong> disebabkan<br />

oleh bakteri Pasteurella multocida dari strain<br />

<strong>unggas</strong>; strain isolat non-avian tidak<br />

menimbulkan <strong>penyakit</strong> <strong>pada</strong> <strong>unggas</strong>. Unggas<br />

peka adalah kalkun, ayam, <strong>unggas</strong> air, <strong>dan</strong><br />

burung pemangsa; umumnya <strong>unggas</strong> yang<br />

telah dewasa (dara, petelur) lebih peka<br />

dibanding saat masa indukan. Penularan lewat<br />

kontak langsung dengan penderita semasa akut<br />

<strong>dan</strong> kronis. Cairan yang keluar dari hidung,<br />

mulut <strong>dan</strong> mata penderita dapat pula<br />

<strong>menular</strong>kan bakteri se<strong>cara</strong> tidak langsung<br />

melalui kontaminasi pakan, air, <strong>dan</strong> peralatan.<br />

Bangkai <strong>unggas</strong> mati terserang kolera dapat<br />

merupakan sumber penularan. Burung gereja,<br />

merpati <strong>dan</strong> tikus kan<strong>dan</strong>g merupakan karier;<br />

begitu pula <strong>unggas</strong> yang telah sembuh. Gejala<br />

<strong>penyakit</strong> <strong>pada</strong> peternakan adalah a<strong>dan</strong>ya<br />

kematian <strong>dan</strong> sakit dalam jumlah besar se<strong>cara</strong><br />

akut. Kematian disertai tanda-tanda septisemia:<br />

kebiruan (cyanosis) <strong>pada</strong> kulit kepala, jengger<br />

<strong>dan</strong> pial, lendir keluar dari mulut, kemerahan<br />

(hiperemia) di organ dalam terutama usus<br />

duodenum, perdarahan lemak jantung, perut<br />

<strong>dan</strong> paru. Tanda <strong>penyakit</strong> setelah akut adalah<br />

kebengkakan oleh ra<strong>dan</strong>g di pial, conjuctiva<br />

(kelopak mata dalam), sendi <strong>dan</strong> meningen<br />

(gejala syaraf). Pencegahan dengan vaksinasi<br />

menggunakan polyvalent bacterin yang<br />

mengandung adjuvant atau menggunakan<br />

autogenous (biang bakteri isolat <strong>lokal</strong>) bacterin<br />

(GOODERHAM, 1990).<br />

Anthrax<br />

Burung unta unique diantara <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong><br />

karena dapat terserang <strong>penyakit</strong> anthrax yang<br />

disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.<br />

Pada kasus anthrax burung unta yang<br />

terdiagnosa di Laboratorium Patologi-IPB,<br />

disimpulkan bakteri dalam bentuk spora<br />

berasal dari tanah daerah endemic Purwakarta<br />

<strong>dan</strong> ditularkan melalui kontaminasi hijauan<br />

sebagai pakan burung yang bersangkutan.<br />

Burung unta penderita anthrax mengalami<br />

kematian dengan tanda-tanda septicemia.<br />

Penyakit ini termasuk <strong>penyakit</strong> zoonotik yang<br />

menimbulkan kematian <strong>pada</strong> manusia dengan<br />

pola penularan bakteri lewat konsumsi daging<br />

terkontaminasi, kontaminasi luka <strong>dan</strong><br />

kontaminasi udara pernafasan (aerosol).<br />

Hewan terjangkit anthrax harus dimusnahkan.<br />

Pencegahan didaerah endemik burung di<br />

vaksinasi anthrax (KAUFMANN, 1998).<br />

Coccidiosis<br />

Pada <strong>unggas</strong> yang pernah ditemukan<br />

mengakibatkan timbulnya <strong>penyakit</strong> coccidiosis<br />

umumnya adalah parasit protozoa genus<br />

Eimeria. Pada ayam yang sering menimbulkan<br />

korban adalah Eimeria necatrix, E. tenella;<br />

<strong>pada</strong> merpati E. labbeana; <strong>pada</strong> itik belum<br />

diketahui genus-nya (Eimeria, Tyzzeria atau<br />

Wenyonella). Infeksi didapatkan se<strong>cara</strong> oral<br />

karena menelan sejumlah ookista coccidia<br />

infektif yang khas untuk spesies inang (species<br />

spesifik). Ookista yang terakumulasi bersama<br />

berak penderita coccidiosis sering menjadi<br />

sumber penularan bagi <strong>unggas</strong> yang<br />

sekan<strong>dan</strong>g, hidup dalam satu sangkar (ayam<br />

hias, pelung, hutan, burung) atau dalam satu<br />

halaman berpagar. Coccidiosis jarang terjadi<br />

<strong>pada</strong> <strong>unggas</strong> dipelihara extensive atau diumbar<br />

tanpa pagar. Agar <strong>unggas</strong> sakit coccidiosis,<br />

dibutuhkan a<strong>dan</strong>ya infeksi ulangan sampai<br />

ookista yang tertelan dosisnya cukup. Pada<br />

merpati infeksi dapat dari induk ke anaknya<br />

yang disusui dengan susu tembolok<br />

mengandung ookista coccidia merpati. Gejala<br />

sakit dapat timbul akut dengan tanda a<strong>dan</strong>ya<br />

diarrhea dengan kotoran berlendir yang<br />

mengandung darah: bila parah berwarna<br />

merah, ringan berwarna jingga. Unggas akan<br />

menderita anemia atau mati kehabisan darah.<br />

Coccidiosis kronis dengan gejala kekurusan<br />

timbul apabila <strong>unggas</strong> terinfeksi oleh spesies<br />

yang kurang ganas. Pencegahan menggunakan<br />

coccidiostat (monensin, maduramicin,<br />

amprolium) dalam pakan umur periode starter<br />

<strong>dan</strong> dara disertai menjauhkan berak atau<br />

sekam/serutan kayu bekas alas kan<strong>dan</strong>g dari<br />

peternakan. Pencegahan menggunakan vaksin<br />

coccidia per oral (tetes mulut, air minum,<br />

spray, dicampur pakan/sekam). Biang vaksin<br />

terdiri atas beberapa spesies eimeria hidup<br />

yang telah di atenuasi (LEESON and SUMMERS,<br />

2000). Pengobatan dengan preparat sulfa<br />

seperti sulfaquinoxaline (SQ).


Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal<br />

KESIMPULAN<br />

Dengan <strong>intensifikasi</strong> <strong>unggas</strong> <strong>lokal</strong>, pola<br />

biosekuriti <strong>dan</strong> pencegahan menggunakan<br />

vaksinasi serupa dengan pemeliharaan ayam<br />

ras perlu diterapkan agar <strong>unggas</strong> terhindar dari<br />

<strong>penyakit</strong> <strong>menular</strong>.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

ALEXANDER, D.J. 1997. Newcastle disease and other<br />

Avian Paramyxoviridae Infections. In B.W.<br />

CALNEK (ed.). Diseases of Poultry. 10 th ed.<br />

Iowa State University Press, pp 559-562.<br />

BLACKALL, P.J. 1995. Vaccine against infectious<br />

coryza. World’s Poult Sci J 51:17-26.<br />

GOODERHAM, K.R. 1990. Pasteurella like organisms.<br />

In JORDAN, F.T.W. (ed), 3 rd ed. Bailliere<br />

Tindall London. pp 42-48.<br />

HELLER, E.D., LEINER, G., DRABKIN, M., and<br />

MELAMED, D. 1990. Passive immunisation of<br />

chicks against Escherichia coli. Avian Pathol<br />

19: 345-354.<br />

KAUFMANN, A.F. 1998. Anthrax. In AIELLO, S.E.<br />

(ed). The Merck Veterinary Manual. 8 th ed.<br />

MERCK & CO., INC. pp 432-435.<br />

LEESON, S. and SUMMERS, J.D. 2000. Broiler breeder<br />

production. University Books, Canada, pp 78-<br />

83.<br />

LUCIO, B., and HITCHNER, S.B. 1979. Infectious<br />

bursal disease emulsified vaccine: Effect upon<br />

neutralizing-antibody levels in the dam and<br />

subsequent protection of the progeny. Avian<br />

Dis 23:466-478.<br />

LUKERT, P.D., and MEZARIEGOS, L.A. 1985.<br />

Virulence and immunosuppressive potensial<br />

of intermediate vaccine strains of infectious<br />

bursal disease virus. J Am Vet Med Assoc<br />

187:306.<br />

MOCKETT, A.P.A. 1990. Fowl pox and other Avian<br />

poxes. In JORDAN, F.T.W. (ed), 3 rd ed.<br />

Bailliere Tindall London. pp 147-153.<br />

YUEN, C. 2003. Hongkong market development<br />

reports. Evaluation of H5 Avian Influenza<br />

Vaccination. Foreign Agricultural Service/<br />

USDA. GAIN Report # HK3032, 7/14/2003.<br />

319

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!