05.06.2013 Views

studi desain dapur ergonomis untuk hunian kecil menggunakan - ITS

studi desain dapur ergonomis untuk hunian kecil menggunakan - ITS

studi desain dapur ergonomis untuk hunian kecil menggunakan - ITS

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

STUDI DESAIN DAPUR ERGONOMIS UNTUK HUNIAN<br />

KECIL MENGGUNAKAN KONSEP INTERAKSI KELUARGA<br />

Baroto Tavip I, Ellya Zulaikha, Eko Nurmianto<br />

Jurusan Desain Produk Industri – FTSP – <strong>ITS</strong><br />

Jl. Teknik Kimia Kampus <strong>ITS</strong> Sukolilo<br />

Surabaya<br />

KATA KUNCI<br />

ABSTRAK<br />

Fungsi <strong>dapur</strong> rumah dapat dioptimalkan, selain sebagai tempat mempersiapkan<br />

makanan keluarga, juga sarana interaksi. Dapur, selain harus <strong>ergonomis</strong>, juga<br />

harus interaktif, sehingga memungkinkan orang yang sedang memasak bisa<br />

melihat dengan mudah anggota keluarga yang lain dan memungkinkan aktivitas<br />

makan bersama. Untuk itu perlu konsep baru <strong>dapur</strong> yang meminimalkan posisi<br />

menghadap ke tembok saat beraktivitas di <strong>dapur</strong> agar bisa berinteraksi dengan<br />

anggota keluarga yang lain, serta bersistem modul <strong>untuk</strong> menyesuaikan dengan<br />

kondisi rumah.<br />

ABSTRACT<br />

The function of kitchen at home can be optimized, not only preparing foods for family, but<br />

also for making interaction among members of family. Kitchen must be ergonomics and<br />

interactive, so that everybody who is working in the kitchen still can see others easily and<br />

must accommodate the need of eating together. The new concept of kitchen furniture<br />

design is minimizing any activities which need to stand facing the wall. Besides, it has<br />

modul system that can be adjusted easily with home configuration.<br />

Dapur, interaktif, <strong>ergonomis</strong>


PENDAHULUAN<br />

Penelitian dengan metode kuesioner terhadap responden di kawasan Surabaya<br />

menunjukkan bahwa 92% orang yang paling sering berkecimpung di <strong>dapur</strong> adalah<br />

perempuan (ibu). Sementara itu pergeseran pola hidup menyebabkan semakin banyak<br />

perempuan (ibu) bekerja. Pada kondisi keluarga seperti ini waktu ibu berkumpul<br />

bersama seluruh keluarga menjadi lebih sedikit. Keterbatasan waktu yang dimiliki ibu di<br />

rumah (terutama bagi ibu bekerja) seharusnya dimanfaatkan seoptimal mungkin <strong>untuk</strong><br />

membangun interaksi dalam keluarga. Akan tetapi kesibukan beraktivitas di <strong>dapur</strong><br />

kadangkala menyebabkan interaksi itu tidak dapat berjalan optimal.<br />

Hal ini dikarenakan sebagian besar <strong>dapur</strong> dibuat dengan konsep lama, yang berasumsi<br />

bahwa aktivitas di <strong>dapur</strong> sebaiknya tersembunyi di belakang, di ruang terpisah dari ruang<br />

utama. Dengan konsep ini, proses interaksi antara orang yang bertugas memasak dan<br />

anggota keluarga yang lain menjadi terhambat.<br />

Penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi terhadap <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> yang interaktif<br />

sekaligus <strong>ergonomis</strong>, <strong>untuk</strong> diterapkan baik oleh industri maupun perorangan. Sebagai<br />

informasi, menurut hasil kuesioner sebesar 61% furniture <strong>dapur</strong> di<strong>desain</strong> sendiri oleh<br />

pemilik rumah, sehingga kemungkinan kaidah ergonomi terabaikan semakin besar.<br />

Dapur dapat dioptimalkan fungsinya lebih dari sekedar tempat mempersiapkan makanan<br />

bagi keluarga, tetapi juga sebagai area yang dapat mengakomodir kebutuhan keluarga<br />

<strong>untuk</strong> berinteraksi, dengan tetap memperhatikan kaidah ergonomi.<br />

PERMASALAHAN<br />

Selain permasalahan keterbatasan proses interaksi dalam <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> yang sudah ada<br />

sekarang, ada beberapa aspek dalam ergonomi yang belum dipenuhi, yaitu :<br />

a. Aspek Kesehatan<br />

- Ketinggian unit <strong>dapur</strong> yang dibeli secara built in, atau yang disediakan pihak<br />

pengembang perumahan biasanya dibuat seragam, yaitu 85 cm, sehingga orang<br />

yang berpostur lebih tinggi dari itu atau lebih pendek, jadi kurang nyaman dalam<br />

bekerja.<br />

- Tempat sampah sebagian besar tidak dibuat terpisah. Sebaiknya terdapat 2<br />

tempat sampah, di mana satu tempat sampah <strong>untuk</strong> membuang kaleng, kertas,<br />

plastik (anorganik), sementara tempat sampah yang lain <strong>untuk</strong> membuang<br />

sampah organik.<br />

- Kompor dua tungku yang diletakkan begitu saja di atas meja menyebabkan tinggi<br />

penggorengan bertambah + 20 cm, yang menyebabkan proses menggoreng<br />

tidak terjadi dalam postur tubuh ideal.


. Aspek Kenyamanan<br />

- Pencahayaan perlu di<strong>desain</strong> sedemikian rupa, sehingga bagian yang paling lama<br />

digunakan mendapat pencahayaan terbesar.<br />

- Dapur yang ada saat ini belum dapat mengakomodir dengan baik kegiatan lain<br />

selain memasak, antara lain kegiatan berdiskusi dengan anak / anggota keluarga<br />

yang lain, mendapat hiburan, menerima telpon. Padahal <strong>dapur</strong> selain dapat<br />

berfungsi menjalin sosialisasi dengan anggota keluarga yang lain juga dapat<br />

digunakan sebagai wahana <strong>untuk</strong> melatih kreativitas anak<br />

(http://www.sahabatnestle.co.id).<br />

c. Aspek Keamanan<br />

Yang masih perlu diperbaiki dari <strong>dapur</strong> yang ada saat ini adalah aspek keamanan<br />

dari kemungkinan terjadinya kebakaran<br />

d. Aspek Efisiensi<br />

Desain workstation <strong>dapur</strong> yang meliputi sistem perletakan peralatan di <strong>dapur</strong> serta<br />

<strong>desain</strong> furniturnya seringkali kurang memperhatikan alur kerja, sehingga<br />

menyebabkan pekerjaan di <strong>dapur</strong> menjadi kurang efisien.<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam men<strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> adalah :<br />

menentukan perletakan tempat memasak, tempat mencuci dan tempat menyimpan, yang<br />

lebih dikenal dengan ”prinsip segitiga”. Prinsip ini menekankan agar antara ketiga fungsi<br />

(memasak – mencuci – menyimpan) tidak saling menghalangi namun jaraknya tidak<br />

terlalu jauh, seperti pada gambar berikut:<br />

Gambar 1. Dapur tipe single line Gambar 2. Dapur tipe koridor


Gambar 3. Dapur tipe L Gambar 4. Dapur tipe U<br />

Gambar 5. Dapur tipe pulau<br />

Namun demikian, tipe-tipe <strong>dapur</strong> hanya dapat berfungsi optimal disesuaikan dengan<br />

ukuran ruang. Imelda Akmal (Imelda Akmal : 2005, hal. 44) memberikan rekomendasi<br />

mengenai tipe <strong>dapur</strong> berdasar ukuran ruang :<br />

Tipe Dapur<br />

Ukuran ruang Single line Koridor Bentuk L Bentuk U Pulau<br />

2m X 3m X x x x<br />

2m X 4m X x x x<br />

2m X 5m X x x x<br />

3m X 3m o <br />

3m X 4m <br />

3m X 5m <br />

3m X 6m <br />

4m X 4m o O o <br />

4m X 5m o O o <br />

4m X 6m o O o <br />

Keterangan :<br />

Bisa ; x tidak bisa ;o : Bisa, tetapi tidak dianjurkan


Tabel 1. Rekomendasi Tipe Dapur berdasar Ukuran Ruang (Imelda Akmal : 2005)<br />

a. Zona Memasak<br />

Menurut Gily Love (2005), ketinggian meja racik harus sama dengan tinggi pinggul, agar<br />

lengan tetap santai ketika sedang bekerja. Namun <strong>untuk</strong> pekerjaan yang lebih berat,<br />

sebaiknya <strong>menggunakan</strong> ketingian yang sedikit lebih rendah.<br />

b. Zona Air Bersih / Mencuci<br />

Berkenaan dengan aktivitas mencuci, Gilly Love (2005) merekomendasikan sink ganda<br />

daripada sink tunggal. Dengan sink ganda, piring bisa dicuci di satu sink dan dibilas di<br />

sink yang lain. Demikian pula saat mencuci bahan makanan, satu sink bisa digunakan<br />

<strong>untuk</strong> mencuci ikan sementara sink lain <strong>untuk</strong> mencuci sayuran.<br />

Imelda Akmal (2005) memberikan rekomendasi pewujudan <strong>dapur</strong> yang aman pada area<br />

mencuci adalah sebagai berikut :<br />

- Ketinggian bak cuci harus sesuai dengan pengguna sehingga tidak perlu<br />

membungkuk <strong>untuk</strong> menjangkau dasar bak. Tinggi bak cuci sebaiknya 70 – 80 cm<br />

dari lantai.<br />

- Utilitas area cuci seperti pipa dan saluran pembuangan air harus sangat rapat, tidak<br />

bocor dan mengembun.<br />

c. Zona penyimpanan<br />

Zona penyimpanan di sini selain meliput penyimpanan bahan makanan, juga<br />

penyimpanan alat-alat masak maupun makan/minum.<br />

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah jenis lemari yang<br />

dipakai. Lemari yang kerap dipakai adalah lemari pendingin yang menyatu dengan<br />

freezer. Alat pendingin ini harus memiliki ventilasi yang cukup -baik di atas maupun<br />

belakang- agar bisa berfungsi dengan aman dan ekonomis (Love : 2005).<br />

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN<br />

Penelitian ini bertujuan <strong>untuk</strong> menghasilkan MODEL DAPUR ERGONOMIS berdasar<br />

REKOMENDASI / PEDOMAN Desain Dapur pada Hunian Kecil yang<br />

mempertimbangkan:<br />

1. Evaluasi perilaku memasak.<br />

2. Analisa kebutuhan interaksi dalam keluarga.<br />

3. Kaidah Ergonomis (efisien, aman, nyaman, sehat) terhadap aspek postur kerja<br />

(antropometri), pencahayaan, ventilasi, temperatur dan kebisingan.<br />

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Ilmu Pengetahuan dan<br />

Seni, khususnya bagi pengguna <strong>dapur</strong>, pengrajin mebel (terutama mebel <strong>dapur</strong>) serta<br />

konsultan <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong>.<br />

METODOLOGI<br />

Pengambilan data akan dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data<br />

kuantitatif melalui teknik questioner dibutuhkan <strong>untuk</strong> menggeneralisir kecenderungan<br />

perilaku user secara representatif.


Konsep kuesioner ini adalah <strong>untuk</strong> mengetahui :<br />

1. karakteristik target user,<br />

2. mengidentifikasi hal-hal teknis, antara lain : tipe rumah, perkiraan luas <strong>dapur</strong> dan<br />

<strong>desain</strong> furniture <strong>dapur</strong><br />

3. mengidentifikasi zona memasak, zona mencuci, serta perilaku memasak. Pada<br />

perilaku memasak ini diteliti mengenai tipikal bahan makanan yang sering<br />

dikonsumsi, tipikal penggunaan peralatan <strong>dapur</strong>, tipikal kecenderungan perilaku<br />

keluarga yang berhubungan dengan aktivitas <strong>dapur</strong>.<br />

4. preferensi aktivitas di <strong>dapur</strong><br />

5. mengidentifikasi ke-<strong>ergonomis</strong>-an <strong>dapur</strong> yang sudah ada.<br />

Teknik Sampling<br />

1. Target populasi<br />

Unit sampel : rumah tangga yang tinggal di rumah-rumah tipe 21, 36 atau 45 di<br />

kota Surabaya, dengan usia orang tua antara 20 – 39 th<br />

Elemen : Bapak, ibu dan anak<br />

Tingkatan : Sudah bermukim 6 bulan atau lebih<br />

2. Teknik sampling<br />

Stratified Sampling, yaitu sampel dengan segmentasi keluarga muda dengan<br />

usia orang tua antara 20 – 39 tahun, anak-anak di bawah 17 tahun (usia<br />

sekolah), dengan pendapatan orang tua sekitar Rp 2 - 5 juta per bulan.<br />

Analisis yang akan dilakukan adalah analisis deskriptif, berupa tabel frekuensi. Analisis<br />

ini juga akan digunakan <strong>untuk</strong> mengetahui tingkatan atribut yang paling berperan dalam<br />

pengambilan keputusan <strong>untuk</strong> memilih furniture <strong>dapur</strong>.<br />

PEMBAHASAN<br />

Identifikasi Responden<br />

Gender/Status responden<br />

Jenis kelamin responden sebagian besar didominasi oleh wanita/ibu sebesar 92%<br />

sedangkan pria/bapak hanya 8 % saja. Hal ini mengindikasikan bahwa peran seorang<br />

wanita/ibu dalam kaitan dengan <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> sangat mendukung sekali sehingga<br />

informasi yang disampaikan akan lebih akurat karena responden berinteraksi langsung<br />

dengan objek amatan.<br />

Status responden sebagian besar didominasi oleh ibu rumah tangga sebesar 56%<br />

sedangkan pegawai swasta dan pegawai negeri masing-masing 22% dan lainnya<br />

sebesar 0%. Hal ini mengindikasikan bahwa responden sebagian besar merupakan<br />

orang yang sangat sering berkecimpung langsung dengan aktivitas di <strong>dapur</strong>.<br />

Frekuensi di Dapur<br />

Frekuensi responden berada di <strong>dapur</strong> <strong>untuk</strong> melakukan aktivitas sebagian besar 4-5 kali<br />

sehari sebesar 29%, berikutnya 2-3kali sebesar 28%, berikutnya lagi 3-4kali sebesar<br />

27% dan sisanya 0-1, dan 1-2 kali sehari sebesar 16%. Hal ini mengindikasikan bahwa<br />

responden sering melakukan aktivitas di <strong>dapur</strong> sebanyak minimal 2 kali sehari dengan<br />

@15-30 menit.


Identifikasi teknis<br />

Identifikasi teknis <strong>untuk</strong> <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> Ergonomis akan membahas tentang fasilitas yang<br />

ada dalam <strong>dapur</strong> beserta alat-alat yang digunakan dalam aktivitas di <strong>dapur</strong>. Bentuk<br />

identifikasi teknis akan ditampilkan ke dalam statistik deskriptif juga sehingga<br />

memudahkan analisis data. Berikut adalah hal umum dalam identifikasi teknis yaitu :<br />

Identifikasi Ruang yang menyatu dengan <strong>dapur</strong>.<br />

Ruang lain yang menyatu dengan <strong>dapur</strong> sebagian besar tidak ada atau <strong>dapur</strong> dalam<br />

ruang tertentu sebesar 48%, berikutnya <strong>dapur</strong> dengan ruang makan sebesar 29%,<br />

berikutnya lagi ruang lainnya (kamar mandi, ruang cuci, dll) sebesar 16% dan sisanya<br />

7% <strong>dapur</strong> dengan ruang keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa ruang <strong>dapur</strong><br />

responden sebagian besar tidak menyatu dengan ruang lain atau pun kalau ada ruang<br />

<strong>dapur</strong> dengan ruang makan atau ruang keluarga menyatu.<br />

Tipe <strong>dapur</strong><br />

Sebagian besar responden, 38% menyatakan bahwa <strong>dapur</strong>nya ber-tipe L, berikutnya<br />

Tipe I sebesar 29%, berikutnya lagi tipe koridor sebesar 15% dan sisanya tipe U dan<br />

Pulau. Hal ini mengindikasikan bahwa tipe <strong>dapur</strong> responden sebagian besar<br />

menyesuaikan dengan kondisi ruang <strong>dapur</strong> yang berdiri sendiri dengan tipe dasar L dan<br />

I.<br />

Desain furniture <strong>dapur</strong><br />

Asal furniture <strong>dapur</strong> sebagian besar di<strong>desain</strong> sendiri 61%, berikutnya beli jadi sebesar<br />

27%, dan sisanya dari developer maupun lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa asal<br />

furniture yang sebagian di <strong>desain</strong> sendiri sangat rentan terhadap konsep ergonomic<br />

maupun interaksi keluarga.<br />

Identifikasi zona memasak<br />

Identifikasi zona memasak merupakan analisis tentang semua fasilitas yang dimiliki oleh<br />

<strong>dapur</strong> responden yang akan terbagi dalam sejumlah garis besar katersediaan alat <strong>dapur</strong><br />

di dalamnya.<br />

Kepemilikan Kompor Elpiji<br />

Responden yang memiliki kompor elpiji 12 kg sebanyak 69% dan yang 3 kg 17%<br />

sehingga sisanya sebesar 14% tidak memiliki kompor elpiji. Berikutnya dari yang<br />

memiliki kompor elpiji maka diketahui 51% tidak mempunyai lemari penyimpan tabung<br />

elpiji. Hal ini mengindikasikan bahwa keamanan penyimpanan tabung elpiji kurang.<br />

Tempat Mengiris<br />

Hampir semua Responden memiliki tempat mengiris dimana 48% jadi satu dengan<br />

tempat lain, 44% ada tersendiri, dan sisanya tidak punya sebesar 8%<br />

Tempat Menguleg<br />

Hampir semua Responden memiliki tempat menguleg dimana 52% jadi satu dengan<br />

tempat lain, 30% ada tersendiri, dan sisanya tidak punya sebesar 18%<br />

Meja Prasaji<br />

Tidak semua Responden memiliki tempat menguleg dimana 39% jadi satu dengan<br />

tempat lain, 29% ada tersendiri, dan sisanya tidak punya sebesar 32%. Hal ini<br />

menyatakan bahwa meja prasaji jarang dimiliki oleh responden.<br />

Kepemilikan Alat Dapur<br />

Hampir sebagian besar responden memiliki sejumlah peralatan di <strong>dapur</strong> yang digunakan<br />

dalam melakukan aktivitas memasak. Semua responden memiliki enthong, pisau dan


piring makan sedangkan TV dan radio sangat jarang dimiliki oleh responden hanya<br />

12% dan 16% yang memiliki alat tersebut.<br />

Berikut ini adalah jumlah rata-rata kepemilikan alat <strong>dapur</strong> oleh responden jika responden<br />

memiliki alat tersebut yaitu :<br />

.<br />

No Alat <strong>dapur</strong><br />

Jumlah<br />

rata-rata<br />

Standart<br />

deviasi<br />

No Alat <strong>dapur</strong><br />

Jumlah<br />

rata-rata<br />

Standart<br />

deviasi<br />

1 Panci Besar 2 1.26 14 Bakul 2 1.20<br />

2 Panci Sedang 3 1.36 15 Gelas 15 10.68<br />

3 Panci Kecil 3 1.54 16 Cangkir 8 4.69<br />

No Alat <strong>dapur</strong><br />

Jumlah<br />

rata-rata<br />

Standart<br />

deviasi<br />

No Alat <strong>dapur</strong><br />

Jumlah<br />

rata-rata<br />

Standart<br />

deviasi<br />

4 Wajan Besar 2 0.82 17 Mug 6 7.71<br />

5 Wajan Sedang 2 1.46 18 Lepek 9 8.13<br />

6 Wajan Kecil 2 0.78 19 Cowek 2 1.38<br />

7 Sutil 3 1.40 20 Tlenan 2 0.80<br />

8 Irus 3 1.49 21 Slicer 1 1.29<br />

9 Enthong 3 1.12 22 Magic Jar 1 0.47<br />

10 Japit 2<br />

0.74<br />

23 Rice<br />

Cooker<br />

1<br />

0.35<br />

11 Pisau 4 2.08 24 Blender 1 0.41<br />

12 Piring Makan 21 19.70 25 TV 1 1.21<br />

13 Piring Saji 7 4.21 26 Radio 1 0.00<br />

Tabel.2. Jumlah rata-rata alat <strong>dapur</strong><br />

Identifikasi zona mencuci<br />

Identifikasi zona mencuci merupakan analisis tentang semua fasilitas yang<br />

dimiliki oleh <strong>dapur</strong> responden yang akan terbagi dalam sejumlah garis besar<br />

katersediaan alat cuci di dalamnya.<br />

Tipe sink<br />

Tipe sink Responden terbesar adalah 62% yaitu 1 bak dengan meja tiris, kemudian tipe 2<br />

bak sebesar 14%, tipe 1 bak tanpa meja tiris sebesar 13% dan sisanya adalah tipe<br />

lainnya.<br />

Tempat cuci selain sink<br />

Responden yang memiliki Tempat cuci selain sink sebesar 90% dan hanya 10% saja<br />

yang tidak memiliki tempat cuci selain sink. Dari yang memiliki tempat cuci selain sink<br />

ternyata 71% berupa tempat lain (kran, dll) dan sisanya 29% adalah bak jongkok.<br />

Dengan demikian cukup banyak responden yang mempunyai tempat cuci alat <strong>dapur</strong>.<br />

Cara bilas peralatan <strong>dapur</strong><br />

Responden yang lebih menyukai cara pencelupan langsung dalam bak sebesar 54%,<br />

langsung disiram dari kran sebesar 32%, dan cara lainnya sebesar 14%.<br />

Identifikasi zona penyimpanan


Identifikasi zona penyimpanan merupakan analisis tentang semua fasilitas yang dimiliki<br />

oleh <strong>dapur</strong> responden yang akan terbagi dalam sejumlah garis besar katersediaan alat<br />

simpan di dalamnya.<br />

Ketersediaan lemari es<br />

Kepemilikan lemari es oleh responden ternyata 46% mempunyai khusu lemari es <strong>untuk</strong><br />

menyimpan bahan-bahan makanan, 38% memiliki lemari es yang didalamnya digunakan<br />

<strong>untuk</strong> menyimpan sejumlah bahan makanan yang berbeda-beda, dan sisanya 16 % tidak<br />

mempunyai lemari es.<br />

Ketersediaan lemari penyimpan<br />

Kepemilikan lemari penyimpan oleh responden ternyata 79% mempunyai khusus lemari<br />

penyimpan, 20% memiliki lemari penyimpan yang didalamnya digunakan <strong>untuk</strong><br />

menyimpan sejumlah bahan makanan yang berbeda-beda, dan sisanya 1% tidak<br />

mempunyai lemari penyimpan.<br />

Ketersediaan rak piring<br />

Kepemilikan rak piring oleh responden ternyata 76% mempunyai khusus rak piring, 11%<br />

memiliki rak piring yang didalamnya digunakan <strong>untuk</strong> meletakkan sejumlah peralatan<br />

yang berbeda-beda, dan sisanya 13% tidak mempunyai rak piring.<br />

Ketersediaan penyimpan beras<br />

Kepemilikan rak piring oleh responden ternyata 43% mempunyai khusus penyimpan<br />

beras, 5% memiliki penyimpan beras yang didalamnya digunakan <strong>untuk</strong> beras danbahanbahan<br />

lain, dan sisanya 52% tidak mempunyai penyimpan beras.<br />

Identifikasi perilaku<br />

Identifikasi perilaku memasak responden <strong>untuk</strong> <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> Ergonomis akan membahas<br />

tentang perilaku memasak dalam aktivitas di <strong>dapur</strong>. Bentuk identifikasi perilaku memasak<br />

akan ditampilkan ke dalam statistik deskriptif sehingga memudahkan analisis data.<br />

Berikut adalah hal umum dalam identifikasi perilaku memasak responden yaitu :<br />

Identifikasi tipe bahan makanan<br />

Identifikasi tipe bahan makanan digunakan <strong>untuk</strong> mengetahui jenis bahan makanan yang<br />

sering dikonsumsi oleh responden yaitu masyarakat rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong>. Berikut adalah<br />

sejumlah permasalahan yang akan dianalisis dalam identifikasi ini :<br />

Tipe bahan makanan<br />

Tipe bahan makanan yang sering dikonsumsi (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari<br />

sekali) responden yaitu sebagian besar 65% makanan olahan, 26% berupa makanan<br />

instant dan sisanya 9% makanan olahan dengan bumbu instan. Dari data tersebut dapat<br />

disimpulkan bahwa masyarakat dengan rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong> lebih menyukai makanan<br />

olahan.<br />

Cara menyediakan makanan<br />

Cara penyajian makanan yang sering dilakukan (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari<br />

sekali) responden yaitu 73% dengan memasak sendiri, 23% berupa beli dan sisanya 4%<br />

berupa cattering dan lainnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat<br />

dengan rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong> lebih menyukai makanan olahan yang dimasak dalam <strong>dapur</strong>.<br />

Cara belanja responden<br />

Cara belanja yang sering dilakukan (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari sekali)<br />

responden yaitu sebagian besar 51% di tukang sayur, 33% di pasar dan sisanya 16% di<br />

supermarket serta lainnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat<br />

dengan rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong> lebih menyukai belanja di tempat-tempat tradisional.


Identifikasi tipe penggunaan alat <strong>dapur</strong><br />

Identifikasi tipe penggunaan alat <strong>dapur</strong> digunakan <strong>untuk</strong> mengetahui jenis alat <strong>dapur</strong><br />

yang sering digunakan oleh responden yaitu masyarakat rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong> dalam<br />

mengolah makanan. Dari data yang telah dikumpulkan, 93 responden yang “Sering dan<br />

sangat sering (selalu atau hampir setiap hari/2-3 hari sekali) <strong>menggunakan</strong> alat<br />

<strong>dapur</strong>” dapat digambarkan ke dalam diagram sbb :<br />

Gambar.6. diagram intesitas pemakaian alat <strong>dapur</strong><br />

5 Peralatan yang sering atau sangat sering digunakan oleh responden dalam melakukan<br />

aktivitas di <strong>dapur</strong> yaitu pisau dan piring makan sebesar 92%, gelas 88%, sutil 86%<br />

dan enthong 81% sedangkan 5 peralatan yang jarang digunakan oleh responden dalam<br />

melakukan aktivitas di <strong>dapur</strong> yaitu wajan besar sebesar 11%, panci besar 18%, slicer<br />

18%, japit 27% dan bakul 31%.<br />

Identifikasi kecenderungan/pola perilaku keluarga terhadap aktifitas <strong>dapur</strong><br />

Identifikasi kecenderungan perilaku keluarga terhadap aktivitas <strong>dapur</strong> digunakan <strong>untuk</strong><br />

mengetahui adanya aktivitas sosial responden yaitu masyarakat rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong><br />

dengan keluarga saat dalam megolah makanan atau beraktivitas di <strong>dapur</strong>. Selain itu,<br />

akan dianalisis mengenai harapan responden terhadap aktivitas sosial yang dapat<br />

berlangsung di <strong>dapur</strong> rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong>. Berikut ini adalah sejumlah analisis yang<br />

dilakukan <strong>untuk</strong> pola perilaku sosial responden :<br />

“Important-Performance Diagram” pola perilaku keluarga dengan aktivitas <strong>dapur</strong>.


• Atribut <strong>dapur</strong> yang saat ini sangat mendukung dan sangat diingini konsumen<br />

sehingga harus dipertahankan karena konsumen tetap menginginkan kondisi<br />

seperti ini adalah kondisi <strong>dapur</strong> yang mendukung aktivitas makan bersama,<br />

mendukung anggota keluarga lain membantu dan kondisi <strong>dapur</strong> yang<br />

mendukung orang di dalamnya <strong>untuk</strong> mengerjakan pekerjaan lain.<br />

• Atribut <strong>dapur</strong> yang saat ini tidak mendukung namun sangat diingini sehingga<br />

harus di-improve dan dimunculkan karena keadaan <strong>dapur</strong> yang ada sekarang<br />

masih belum memenuhi kriteria konsumen adalah atribut kondisi <strong>dapur</strong> yang<br />

Mendukung Mengawasi Anak<br />

• Atribut <strong>dapur</strong> yang saat ini tidak mendukung dan tidak diingini sehingga harus<br />

dibiarkan saja karena konsumen rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong> tidak begitu peduli adalah<br />

atribut : kondisi <strong>dapur</strong> mendukung dalam menonton TV<br />

• Atribut <strong>dapur</strong> yang saat ini sangat mendukung namun tidak diingini sehingga<br />

atribut ini harus dihilangkan adalah kondisi <strong>dapur</strong> yang mendukung dalam<br />

mendengarkan radio<br />

“Gap Analysis” pola perilaku keluarga dengan aktivitas <strong>dapur</strong>.<br />

Analisis Gap bertujuan <strong>untuk</strong> mengetahui selisih negatif (-) terbesar antara nilai<br />

Kenyataan dikurangi Harapan pada atribut-atribut <strong>dapur</strong>, di mana atribut tersebut<br />

yang harus diperhatikan, dan diperbaiki agar dapat mengurangi perbedaan antara<br />

Kenyataan dengan Harapan yaitu : kondisi <strong>dapur</strong> sebaiknya Mendukung Aktivitas<br />

Makan Bersama (- 25,6), Mendukung melakukan Pekerjaan Lain (- 20,6),<br />

Mendukung Mengawasi Anak (- 19,2)<br />

Identifikasi ergonomi<br />

Identifikasi Ergonomi digunakan <strong>untuk</strong> menganalisis setiap perlatan kerja dalam <strong>dapur</strong><br />

rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong> yang mendukung aktivitas bekerja di <strong>dapur</strong> saat ini. Apabila terdapat<br />

ketidak-<strong>ergonomis</strong>an dalam beraktivitas maka perlu dirancang perbaikannya sesuai<br />

kaidah ergonomi sehingga pekerjaan yang dilakukan dalam <strong>dapur</strong> akan nyaman dan<br />

aman.<br />

Identifikasi postur kerja<br />

Identifikasi postur kerja digunakan <strong>untuk</strong> mengetahui pola kerja yang sering dilakukan<br />

oleh responden yaitu masyarakat rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong>.:<br />

a. Tinggi permukaan meja.<br />

Hampir separuh (49%) responden menjawab bahwa saat mencuci tinggi meja lebih<br />

tinggi atau rendah dari pinggang serta aktivitas lain seperti dalam tabel 4 sehingga<br />

dapat dinyatakan bahwa posisi kerja terhadap meja kerja tidak memenuhi standart<br />

Ergonomi dan dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau keluhan sakit jika<br />

dilakukan dalam kurun waktu yang relatif lama.<br />

b. Posisi kerja saat Mencuci<br />

Hampir sebagian besar responden 66% berdiri saat melakukan aktivitas mencuci<br />

alat <strong>dapur</strong> sedangkan sisanya 34% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu yang<br />

digunakan <strong>untuk</strong> tiap aktivitas ini yaitu 16.385 menit dengan standart deviasi 10.87<br />

menit. Hal ini secara ergonomic tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi<br />

yang banyak dan sering terjadi kram.<br />

c. Posisi kerja saat Menggoreng


Hampir sebagian besar responden 94% berdiri saat melakukan aktivitas<br />

menggoreng sedangkan sisanya 6% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu yang<br />

digunakan <strong>untuk</strong> tiap aktivitas ini yaitu 21,7 menit dengan standart deviasi 21.23<br />

menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi<br />

yang banyak dan sering terjadi kram.<br />

d. Posisi kerja saat Menguleg<br />

Hampir sebagian besar responden 56% berdiri saat melakukan aktivitas<br />

menggoreng sedangkan sisanya 44% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu<br />

yang digunakan <strong>untuk</strong> tiap aktivitas ini yaitu 10,5 menit dengan standart deviasi 7.64<br />

menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena membutuhkan energi<br />

yang banyak dan sering terjadi kram.<br />

e. Posisi kerja saat Mengiris<br />

Hampir sebagian besar responden 75% berdiri saat melakukan aktivitas<br />

menggoreng sedangkan sisanya 26% jongkok dan duduk. Rata-rata lama waktu<br />

yang digunakan <strong>untuk</strong> tiap aktivitas ini yaitu 10,67 menit dengan standart deviasi<br />

7.67 menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena membutuhkan<br />

energi yang banyak dan sering terjadi kram.<br />

f. Posisi kerja saat Menghias Makanan<br />

Hampir sebagian besar responden 86% berdiri saat melakukan aktivitas<br />

menggoreng sedangkan sisanya 14% jongkok, lainnya, dan duduk. Rata-rata lama<br />

waktu yang digunakan <strong>untuk</strong> tiap aktivitas ini yaitu 9,63 menit dengan standart<br />

deviasi 8.07 menit. Hal ini secara ergonomi tidak sehat dilakukan karena<br />

membutuhkan energi yang banyak dan sering terjadi kram.<br />

Identifikasi kesehatan kerja<br />

Identifikasi Kesehatan kerja digunakan <strong>untuk</strong> mengetahui kesehatan kerja yang sering<br />

dilakukan oleh responden yaitu masyarakat rumah <strong>hunian</strong> <strong>kecil</strong>. Berikut adalah sejumlah<br />

permasalahan yang akan dianalisis dalam identifikasi ini :<br />

a. Kebersihan <strong>dapur</strong><br />

Sebagian besar responden memiliki tempat sampah yang memisahkan sampah<br />

basah dan sampah kering sebesar 68%.<br />

Keseringan mencuci peralatan memasak<br />

Responden yang sangat sering mencuci alat masak adalah 53% dan yang sering<br />

sebesar 33% sisanya sedang dan jarang.<br />

Keseringan mengepel lantai <strong>dapur</strong><br />

Sebagian besar responden sangat sering mengepel lantai <strong>dapur</strong> adalah sebesar<br />

20% dan sering sebesar 41% sisanya 39% sedang dan jarang.<br />

Keseringan mengelap permukaan alas masak<br />

Responden yang sangat sering mengelap permukaan alas masak adalah 32% dan<br />

sering sebesar 43% sisanya 25% sedang dan jarang.<br />

Keseringan membuang sampah dengan kategori tepat<br />

Sebagian besar responden sangat sering mencuci alat masak sebesar 24% dan<br />

sering sebesar 24 % sisanya 52% sedang, jarang, dan sangat jarang.<br />

b. Kenyamanan <strong>dapur</strong><br />

Jumlah lampu <strong>dapur</strong> dan Letak lampu <strong>dapur</strong>


Responden yang memiliki 1 lampu sebesar 62% dan 2 lampu sebesar 31% sisanya<br />

7% lebih dari 3 buah. Rata-rata daya lampu sebesar 18 watt dengan standar deviasi<br />

13,67 watt. Hal ini menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> cukup terang.<br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden meletakkan lampu di tengah dan mengumpul<br />

sebesar 70% dan di samping menyebar sebesar 23% sisanya 7% lebih lainnya.<br />

Rata-rata daya lampu sebesar 18 watt dengan standar deviasi 13,67 watt. Hal ini<br />

menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> cukup terang.<br />

Jumlah jendela dan posisi <strong>dapur</strong><br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden memiliki jendela 1 buah sebesar 45% dan 2 buah<br />

sebesar 21%, dan 24% lainnya (tidak punya).. Hal ini menyatakan bahwa kondisi<br />

<strong>dapur</strong> tidak cukup baik <strong>untuk</strong> sirkulasi udara.<br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden memiliki jendela di samping tempat memasak<br />

sebesar 39%, belakang sebesar 20%, di depan sebesar 17% sisanya 24% tidak<br />

memiliki jendela. Hal ini menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> tidak cukup baik <strong>untuk</strong><br />

sirkulasi udara.<br />

Kemampuan cahaya matahari masuk <strong>dapur</strong><br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden memiliki kemampuan cahaya matahari masuk<br />

<strong>dapur</strong> sebesar 82%, sisanya 18% tidak dapat. Hal ini menyatakan bahwa kondisi<br />

<strong>dapur</strong> cukup terang saat siang hari.<br />

Sumber panas <strong>dapur</strong><br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden akan menjadi panas karena menggoreng sebesar<br />

52%, karena menyalakan kompor bersamaan sebesar 27% dan sisanya 21% tidak<br />

pernah panas. Hal ini menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> cukup baik dalam hal<br />

mengatasi peningkatan panas <strong>dapur</strong>.<br />

Sumber kebisingan <strong>dapur</strong><br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden akan menjadi bising sebesar 21%, dan tidak akan<br />

menjadi bising sebesar 21%. Hal ini menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> cukup baik<br />

dalam hal meredam kebisingan.<br />

c. Keamanan <strong>dapur</strong><br />

Posisi tabung elpiji<br />

Sebagian besar posisi tabung elpiji responden berada di lemari dekat kompor<br />

sebesar 53%, 10% dalam rumah, dan lainnya berupa dekat dengan kompor tanpa<br />

lemari 33% hanya 4% yang mempunyai lemari penyimpan jauh dari kompor. Hal ini<br />

menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> tidak cukup aman dalam hal peluang terjadinya<br />

ledakan tabung kompor.<br />

Tempat peletakan barang-barang panas<br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden memiliki tempat khusus peletakan benda panas<br />

sebesar 40%, ada tempat namuan menyatu denga fungsi lain sebesar 33% dan<br />

yang tidak mempunyai 27%. Hal ini menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> cukup baik<br />

dalam hal peletakan alat-alat panas.<br />

Tempat pisau<br />

Sebagian besar <strong>dapur</strong> responden memiliki tempat penyimpanan pisau namun<br />

menyatu dengan tempat lain sebesar 57%, ada khusus sebesar 40% dan tidak ada<br />

sebesar 31%. Hal ini menyatakan bahwa kondisi <strong>dapur</strong> aman dalam hal<br />

perlindungan dari benda-benda tajam.


KESIMPULAN<br />

Setelah mempertimbangkan hasil kuesioner di atas, diperoleh kesimpulan mengenai<br />

konsep <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong>, yaitu : interaktif dan <strong>ergonomis</strong><br />

Interaktif:<br />

1. Desain <strong>dapur</strong> memungkinkan orang yang sedang memasak bisa melihat dengan<br />

mudah anggota keluarga yang lain.<br />

2. Desain <strong>dapur</strong> memungkinkan aktivitas makan bersama.<br />

3. Desain <strong>dapur</strong> memungkinkan <strong>untuk</strong> mengerjakan pekerjaan yang lain, misalkan<br />

mengawasi anak.<br />

4. Meminimalkan posisi menghadap ke tembok <strong>untuk</strong> aktivitas di <strong>dapur</strong> agar bisa<br />

berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain.<br />

Ergonomis :<br />

1. Kenyamanan di <strong>dapur</strong> :<br />

a. postur tubuh ideal saat mengiris .<br />

ukuran tinggi meja kerja <strong>untuk</strong> mengiris yang sesuai dengan postur tubuh<br />

berdasarkan antrophometri adalah 90 cm.<br />

b. postur tubuh ideal saat mengulek<br />

ukuran tinggi meja <strong>untuk</strong> aktifitas menguleg yang sesuai denagn postur tubuh<br />

berdasarkan antrophometri adalah 70 cm ( min ). Tinngi meja lebih rendah<br />

karena digunakan <strong>untuk</strong> aktifitas yang lebih berat.<br />

c. postur tubuh ideal saat memasak<br />

ukuran tinngi meja kompor yang ideal dan sesuai dengan postur tubuh<br />

berdasarkan antrophometri adalah 70 cm, dengan tinggi tersebut posisi kompor<br />

tidak menumpang seperti biasa sehingga nantinya tinggi kompor kan sejajar<br />

dengan tinngi meja racik yang sesuai dengan posisi ideal postur tubuh.<br />

d. postur tubuh ideal saat mencuci (teori)<br />

ukuran tinggi meja sink yang sesuai dengan postur tubuh berdasarkan<br />

antrophometri adalah 90 cm sejajar dengan meja kompor dan meja racik.<br />

e. pengaturan konfigurasi berdasarkan prioritas peralatan<br />

prioritas penemptan peralatan dan konfigurasi <strong>dapur</strong> berdasarkan intesitas<br />

pemakaina dan pentingnya alat yang diambil dari data quisoner.<br />

2. Zona segitiga kerja yang <strong>ergonomis</strong> di <strong>dapur</strong> berdasarkan blocking area dan<br />

konfigurasi <strong>dapur</strong>.<br />

3. Keamanan kerja di <strong>dapur</strong><br />

a. <strong>untuk</strong> penyimpanan benda tajam dan benda mudah pecah harus dibedakan dan<br />

di pisah.<br />

b. <strong>untuk</strong> keamanan pada area masak yaitu kemungkinan terjadinya kebakaran dan<br />

ledakan pada tabung gas LPG , maka penyimpanan tabung LPG sebaiknya<br />

jangan terlalu dekat dengan kompor dan harus ada saluran udara yang cukup.<br />

Adapun contoh implementasi konsep tersebut adalah <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> sebagai berikut :


Gambar 7. Model Konfigurasi Modul pada <strong>dapur</strong> dengan tipe I, U dan L<br />

Tinggi permukaan kompor sejajar dengan meja racik, ada meja khusus yang lebih rendah <strong>untuk</strong><br />

aktivitas mengulek, meja racik dan iris-iris terletak di tengah.<br />

Meja makan dapat ditutup atau dbuka sesuai kebutuhan<br />

Pada <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> tersebut, furnitur <strong>dapur</strong> dibuat dalam bentuk modul, sehingga<br />

konfigurasi modul dapat diatur sesuai dengan kondisi masing-masing <strong>hunian</strong> dan selera<br />

konsumen. Namun konfigurasi ideal adalah sebagaimana terdapat dalam gambar, di<br />

mana pengaturannya sudah disesuaikan dengan analisa aktivitas dan analisa prioritas<br />

peralatan.<br />

Adapun mengenai saran penempatan pada ruangan, sebaiknya <strong>dapur</strong> diletakkan<br />

menyatu dengan ruang keluarga, di mana area kerja yang menghadap tembok<br />

diminimalkan agar selama bekerja, orang yang memasak tetap tidak kehilangan<br />

kesempatan mengawasi kondisi sekitarnya. Jika konfigurasi ini diterapkan, keuntungan<br />

yang diperoleh adalah :<br />

- Orang yang sedang memasak bisa mengerjakan pekerjaan lain, seperti<br />

mengawasi anak, mengajari anak memasak, bahkan menonton TV yang<br />

biasanya ada di ruang keluarga<br />

- Pencahayaan bisa menyatu dengan pencahayaan di ruang keluarga<br />

- Anggota keluarga yang lain bisa tertarik <strong>untuk</strong> membantu


Gambar.8<br />

Model Konfigurasi Modul pada <strong>dapur</strong> dengan tipe L, contoh penerapannya pada ruangan<br />

Berdasarkan kesimpulan diatas penelitian ini masih bisa dikembangkan lagi ke arah yang<br />

lebih luas atau lebih mendalam, karena pada penelitian ini dibatasi pada <strong>hunian</strong> tipe<br />

<strong>kecil</strong>. Masih terbuka kemungkinan <strong>untuk</strong> melakukan penelitian <strong>dapur</strong> pada <strong>hunian</strong> tipe<br />

besar, <strong>dapur</strong> perkantoran, <strong>dapur</strong> restoran atau area komersil lainnya. Dapat pula<br />

dilakukan kajian lebih lanjut tentang kaitan <strong>desain</strong> <strong>dapur</strong> dengan kecenderungan perilaku<br />

dan kebiasaan masyarakat Indonesia.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Akmal, Imelda, 2005. “DAPUR - Seni Menata Rumah”, Gramedia - Jakarta.<br />

Akmal, Imelda, 2008. “New INDONESIAN Kitchen Design Inspiration”, Gramedia Jakarta.<br />

ASP, Sunaryo, 2006. “Ruang Dapur”, Kanisius – Yogyakarta.<br />

Nurmianto [2000] Industrial Ergonomics Modul Ajar dalam Bahasa Inggris, DUE (Development for<br />

Undergraduate Education) Like Project, LPIU – <strong>ITS</strong><br />

Nurmianto, E. dan Mudjahidin [1997] “Prinsip ergonomi dalam Rancang Bangun Mesin Bubut” Proc<br />

Seminar Nasional dan Pameran Ergonomi II 1997, 6-7 Januari, Aula Barat, ITB, Bandung<br />

Nurmianto, E, Sugondo, S, Sanyoto, BL [1999] Rancang bangun hand traktor roda dua. Laporan<br />

Penelitian Program Matching Grant, Lemlit <strong>ITS</strong>


Nurmianto, E. [2000] “Kurang Kreatif Tangkap Desain”, Harian JawaPos, Ekonomi Bisnis, halaman<br />

27, Kamis 24-8-2000<br />

Nurmianto,E, Gunarta IK, Anzip A, Husodo N. [2000] Rancang Bangun Prototipe Mesin Potong<br />

“Circular” Untuk Proses Pemotongan Balok Kayu. Laporan Program VUCER, Dibiayai<br />

Melalui DIP <strong>ITS</strong> Tahun 2000, No.: 062/ XXIII/005/4/-/2000 tanggal 1 April 2000 dan Sesuai<br />

Surat Perjanjian Pelaksanaan Program Vucer No.: 437/K03.17/PM/2000/ tanggal 12 Juni<br />

2000<br />

Nurmianto [2004] Ergonomi: konsep dasar & aplikasinya Edisi Kedua. Penerbit Guna Widya.<br />

Jakarta<br />

Kasali, Rhenald, 2003. “Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targetting, Positioning”,<br />

Gramedia, Jakarta.<br />

Kriswanto, 2005. “Desain Kitchen Set Untuk Dapur Rumah Tipe 36 Perumahan Surabaya Sidoarjo<br />

Studi Kasus Dapur Ukuran 2,25m 2 - 5m 2” , Tugas Akhir Jurusan Desain Produk Industri,<br />

FTSP – <strong>ITS</strong> Surabaya.<br />

Love, Gilly, 2005. “Membuat Dapur Idaman”, Gramedia - Jakarta.<br />

Rose, Sue, 2003. “100 Ide Kreatif <strong>untuk</strong> Dapur”, Esensi – Erlangga.<br />

http://www.a<strong>studi</strong>o.id<br />

http://www.kompas.com/wanita/news/0508/09/<br />

http://www.sahabatnestle.co.id/HOMEV2/main/

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!