05.06.2013 Views

1 Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut ... - RarePlanet

1 Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut ... - RarePlanet

1 Laporan Triwulan I Perjalanan Tindak Lanjut ... - RarePlanet

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Laporan</strong> <strong>Triwulan</strong> I<br />

<strong>Perjalanan</strong> <strong>Tindak</strong> <strong>Lanjut</strong> Kampanye REDD+ dan HKm<br />

Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau<br />

Oktober-Desember 2011<br />

Disusun oleh: Eddy Santoso-Yayorin<br />

(Alumni Pride RARE-cohort 3 metamorfosa)<br />

Sebelumnya mohon maaf atas keterlambatan waktu untuk berbagi cerita kepada<br />

semua yang mendukung kegiatan ini. Semoga apa yang Kami sajikan belum<br />

terlambat dan masih<br />

bisa menjadi cerita<br />

menarik dan<br />

menginspirasi serta<br />

tidak menyurutkan<br />

semangat dukungan<br />

teman-teman dunia<br />

untuk mendukung<br />

kampanye pelestarian<br />

eksositem Suaka<br />

Margasatwa Sungai<br />

Lamandau melalui isu<br />

kebakaran lahan dan<br />

hutan mempengaruhi<br />

perubahan iklim dan<br />

mendorong REDD+<br />

melalui skenario Hutan<br />

Kemasyarakatan (HKm).<br />

Peta usulan kawasan Hkm di bagian timur blok penyangga SM<br />

Sungai Lamandau sekaligus kawasan yang diinisiasi sebagai<br />

kawasan penyerapan karbon (REDD+)<br />

Kampanye ini merupakan kelanjutan dari perjalanan kampanye untuk<br />

mengurangi aktivitas kebakaran lahan dan hutan akibat perladangan berpindah<br />

tebas bakar yang menjadi ancaman terbesar dari kelestarian SM Sungai<br />

Lamandau dan dapat berdampak pada perubahan suhu udara. Dari kampanye ini<br />

juga menghasilkan model konseptual SM Sungai Lamandau dan salah satu<br />

masalah yang teridentifikasi adalah adanya peluang perluasan perkebunan<br />

sebagai bentuk ancaman dan untuk mencegah ini maka kegiatan dengan isu yang<br />

berkaitan dengan REDD+ difokuskan. Selain itu kegiatan ini merupakan<br />

rekomendasi dari kegiatan kampanye sebelumnya dimana rekomendasi itu<br />

menyatakan :<br />

1. Perlu ada kegiatan tindak lanjut yang fokus untuk menyosialisasikan hutan<br />

kemasyarakatan dan perubahan iklim dalam skenario REDD+.<br />

2. Mengajak masyarakat melaukan gerakan menanam pohon di lahan sendiri.<br />

3. Mendorong pembentukan Hutan Kemasyarakatan di wilayah desa penyangga<br />

bagian timur ekosistem SM Sungai Lamandau dan Hutan Desa di wilayah desa<br />

target primer kampanye.<br />

Kawasan penyangga hutan ekosistem Suaka Margasatwa Sungai Lamandau<br />

sendiri pada proyek REDD merupakan salah satu dari 21 bentuk portofolio yang<br />

diajukan bagi demonstrasi proyek REDD. Program ini ditujukan untuk<br />

menggambarkan bagaimana proyek REDD dapat berkontribusi untuk membantu<br />

masyarakat yang hidup tergantung pada keberadaan hutan dapat keluar dari<br />

kemiskinan, melestarikan hutan tropis dan memastikan adanya pengurangan<br />

yang nyata terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK).<br />

1


Hal ini dikaitkan dengan isu penggunaan/pengolahan lahan, perubahan tutupan<br />

lahan dan deforestasi. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu strategi, yaitu<br />

dengan cara :<br />

• Mempromosikan tindakan awal demonstrasi proyek REDD+ di Indonesia untuk<br />

mengurangi laju deforestasi dan degradasi hutan dan membuat REDD+<br />

bekerja pada tataran masyarakat miskin di pedesaan. Strategi ini akan<br />

dilakukan dengan pendekatan metode pemasaran sosial (social marketing).<br />

• Menyosialisasikan definisi dan pemahaman konsep Hutan Kemasyarakatan<br />

(HKm). Strategi ini akan dilakukan dengan pendekatan metode pemasaran<br />

sosial (social marketing) dan forum pertemuan/diskusi masyarakat.<br />

• Menjamin persetujuan yang telah diberitahukan lebih dahulu kepada<br />

masyarakat yang hidup tergantung pada keberadaan hutan untuk seluruh<br />

prioritas di kawasan proyek REDD+ dengan memperkuat proses konsultasi<br />

dan keterlibatan penduduk asli dan masyarakat lokal selama rancangan dan<br />

implementasi proyek. Metode yang dilakukan adalah FPIC, dimana hak<br />

masyarakat untuk mendapatkan informasi (Informed) sebelum (Prior) sebuah<br />

program atau proyek pembangunan dilaksanakan dalam wilayah mereka, dan<br />

berdasarkan informasi tersebut, mereka secara bebas tanpa tekanan (Free)<br />

menyatakan setuju (Consent) atau menolak atau dengan kata lain sebuah hak<br />

masyarakat (adat) untuk memutuskan jenis kegiatan pembangunan macam<br />

apa yang mereka perbolehkan untuk berlangsung dalam tanah adat mereka.<br />

• Mendorong pembentukan forum kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan<br />

Kelompok Agroforestri yang sudah ada menjadi satu kelompok besar dan<br />

dikuatkan dengan status badan hukum, misalnya menjadi sebuah kelompok<br />

Koperasi Forum Hutan Kemasyarakatan Ekosistem Suaka Margasatwa Sungai<br />

Lamandau. Hal ini diharapkan masyarakat mempunyai kekuatan dalam<br />

melakukan pengajuan usulan pemanfaatan beberapa kawasan penyangga<br />

yang dipilih sesuai ketentuan peraturan yang dibenarkan di dalam<br />

pengelolaan Hutan Kemasyarakatan.<br />

Melihat capaian hasilnya pada tahun 2009/2010, kegiatan yang telah dilakukan<br />

pada periode tahun pertama ini adalah mengidentifikasi target utama yang akan<br />

disasar dalam kegiatan HKm dan REDD, yaitu masyarakat kelompok tani ladang<br />

dan ikan, pemantung (penyadap getah jelutung) dan pengikan (nelayan sungai<br />

dan laut).<br />

Gambaran isu yang disampaikan adalah perubahan iklim sebagai pengantar<br />

menuju REDD sekaligus memberikan gambaran tentang fungsi dan manfaat<br />

hutan bagi masyarakat di 4 desa target kelurahan Mendawai, kelurahan<br />

Mendawai Seberang, desa Tanjung Terantang dan desa Tanjung Putri. Kelompok<br />

masyarakat yang akan dijadikan target juga adalah kelompok masyarakat<br />

agroforestri di desa Tempayung dan desa Babual Baboti. Hal ini diharapkan akan<br />

meningkatkan kepedulian dan pengetahuan mereka tentang pentingnya hutan<br />

tropis di kawasan penyangga Suaka Margasatwa Sungai Lamandau yang terdapat<br />

tidak jauh dari kawasan desa dimana mereka tinggal. Selain itu proses<br />

komunikasi bersama masyarakat juga dilaksanakan dengan metode FPIC,<br />

sehingga di masa yang akan datang persetujuan pelaksanana proyek juga<br />

mendapat dukungan yang positif tanpa ada unsur pemaksaan dari semua pihak.<br />

Untuk periode tahun kedua (2010/2011), fokus kegiatan merupakan bagian yang<br />

terintegrasi dari kegiatan tahun pertama dengan beberapa langkah tambahan<br />

sesuai dengan skema dan kemajuan project di tahun pertama dan hasil studi<br />

kelayakan yang dilakukan oleh ICRAF yang merekomendasikan pelibatan<br />

2


masyarakat sebagai komponen utama (proponent) REDD melalui skema HKm,<br />

termasuk pelibatan kaum perempuan dalam semua kegiatan (isu gender).<br />

Hasilnya pada tahun 2011 ada masyarakat yang telah berhasil dalam pengolahan<br />

manfaat hasil hutan bukan kayu, seperti buah nipah yang disadap niranya<br />

menjadi gula merah nipah di desa Tanjung Putri dan perlu pemantapan.<br />

Kemudian di desa Tanjung Terantang dengan pengelolaan perikanan kolam air<br />

tawar, sedangkan di kelurahan Mendawai dan Mendawai Seberang menginisiasi<br />

wilayah pengembangan hortikultura, tanaman jelutung dan karet. Kemudian telah<br />

terbentuknya 3 kelompok HKm, yaitu Kelompok Serumpun Wana Lestari di desa<br />

Tanjung Putri, Kelompok Danau Seluluk Jaya di dusun Karang Anyar-Kelurahan<br />

Mendawai dan Kelompok Sepakat yang merupakan kelompok gabungan<br />

pemantung dan pengikan di 3 jalur sungai dalam kawasan SM Sungai Lamandau.<br />

Sedangkan untuk target petani agroforestri, pada tahun 2011 ini targetnya akan<br />

mengurangi 39 KK pada tahun 2010 yang berladang menetap masih tebas bakar<br />

dan 45 KK pada tahun 2010 yang berladang berpindah tebas bakar atau<br />

sebanyak 84 KK. Capaian SMART 2011 ini akan mengubah 50% dari 84 KK = 42<br />

KK menjadi peladang menetap tanpa tebas bakar. Sekarang sampai Juni 2011<br />

sudah ada 77 KK (91,66%) yang sudah berladang menetap tanpa tebas bakar<br />

dari 84 KK dan telah melebihi target capaian. Masih ada 2 KK di desa Tempayung<br />

yang berladang menetap tapi masih membuka lahan dengan membakar dan 5 KK<br />

di desa Babual Baboti yang berladang berpindah tebas bakar. Data ini sebagai<br />

data utama pada kampanye 2011 dari dukungan dana alumni dan masih<br />

berkampanye mengajak berladang menetap tanpa bakar berslogan hemat di<br />

lahan sendiri. Sebagai data kedua yang dicatat dari hasil monitoring bahwa dari<br />

202 KK awal yang telah mengadopsi pola pertanian demplot kebun campuran<br />

sampai Juni 2011 tercatat 47 KK yang mengadopsi pola pertanian yang dilakukan<br />

di demplot kebun campuran. Kegiatan ini sebuah proses pendampingan dan<br />

penguatan untuk rencana pendampingan 2012-2013 di desa target primer<br />

kampanye. Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan dan menjaga minat berladang<br />

dengan sistem kebun campuran, pada bulan Juni dan Juli 2011, di desa<br />

Tempayung telah difasilitasi pembuatan draf langkah pengelolaan demplot<br />

berkelanjutan dan membuat model konsep demplot berkelanjutan untuk<br />

pengembangan pengelolaan demplot oleh desa secara mandiri dan berkelanjutan.<br />

Semua hal yang akan dilakukan nantinya menjadi bagian strategi kegiatan dalam<br />

rencana pengelolaan 20 tahun Ekosistem SM Sungai Lamandau yang pada tahun<br />

2011 ini akan diajukan ke Direktorat Jenderal PHKA, Kementrian Kehutanan RI.<br />

Meskipun demikian masih ada beberapa hal penting yang perlu ditindak lanjuti<br />

untuk menjamin bahwa perubahan yang sedang terjadi dapat terus terjaga dan<br />

berlanjut di proyek kampanye ini. Beberapa hal penting itu diantaranya adalah :<br />

Bahwa kegiatan tindak lanjut ini akan difokuskan di 6 desa target primer,<br />

yaitu dusun Karang Anyar-kelurahan Mendawai, kelurahan Mendawai<br />

Seberang, desa Tanjung Terantang, desa Tanjung Putri di kecamatan Arut<br />

Selatan, berikutnya desa Tempayung dan desa Babual Baboti di kecamatan<br />

Kotawaringin Lama.<br />

Mendorong kelompok HKm yang sudah terbentuk, yaitu Kelompok Serumpun<br />

Wana Lestari di desa Tanjung Putri, Kelompok Danau Seluluk Jaya di<br />

kelurahan Mendawai dan Kelompok Sepakat gabungan beberapa Pemantung<br />

dan Pengikan dalam kawasan Sungai Buluh untuk menjadi satu kelompok<br />

forum besar HKm dengan inisiasi dalam bentuk naungan Koperasi.<br />

Mendorong kelompok petani ladang pola agroforestri di desa Tempayung dan<br />

desa Babual Baboti bergabung menjadi bagian kelompok forum besar HKm.<br />

3


Mendorong dan memantapkan masyarakat yang masih melakukan<br />

perladangan menetap/berpindah untuk lebih membiasakan tidak melakukan<br />

pembakaran dan lebih tertarik mengadopsi kegiatan demplot kebun campuran<br />

menetap tanpa bakar.<br />

Mendorong dan menguatkan partisipasi masyarakat dan pemerintah desa<br />

Tempayung untuk membuat kelembagaan pengelolaan demplot kebun<br />

campuran dan menguatkan kelompok pengelola demplot kebun campuran.<br />

Mendampingi kegiatan pengelolaan demplot pertanian kebun campuran<br />

menetap tanpa bakar di desa Tempayung dan desa Babual Baboti, juga<br />

mengembangkan demplot perikanan tawar (kolam dan karamba) masyarakat<br />

dan kelompok dampingan di desa Tanjung Putri, desa Tanjung Terantang,<br />

dusun Karang Anyar-kelurahan Mendawai, kelurahan Mendawai Seberang.<br />

Memfasilitasi penguatan keterampilan dan pengembangan pemasaran usaha<br />

dan promosi hasil tani dan perikanan serta hasil hutan bukan kayu, seperti<br />

gula merah nipah, madu, gula aren/hanau dan kerajinan tangan di desa<br />

penyangga ekosistem SM Sungai Lamandau sebagai desa target kampanye.<br />

Memastikan rencana tindak lanjut ini dalam implementasinya bisa terintegrasi<br />

dengan program-program di lembaga dan program para mitra lembaga.<br />

Strategi tindak lanjut yang ditekankan di sini, dibangun berdasarkan isu-isu di<br />

atas.<br />

Dalam pelaksanannya, strategi implementasi kegiatan dilakukan melalui<br />

kegiatan:<br />

• Sosialisasi dan ajakan untuk partisipasi dalam proyek REDD dan HKm dengan<br />

pendekatan metode FPIC dan metode pemasaran sosial mengikuti fase<br />

perkembangan khalayak yang saat ini dalam fase sebagian perawatan dan<br />

sebagian akan melakukan.<br />

• Menggalang dukungan partisipatif mitra Yayorin untuk mendukung kegiatan<br />

kampanye.<br />

• Kampanye ini kembali akan diintegrasikan bersama program kegiatan di<br />

lembaga dan dibeberapa kegiatan mitra Yayorin yang bersifat untuk<br />

mempromosikan potensi dan kegiatan desa target kampanye terkait upaya<br />

mendukung perlindungan satwa liar dan hutan serta meningkatkan<br />

kesejahteraan masyarakat sekitar ekosistem SM Sungai Lamandau.<br />

Berikut adalah gambaran kegiatan per bulan yang dicapai dan kendala/hambatan<br />

yang dilalui/dihadapi. <strong>Laporan</strong> ini juga menceritakan pencapaian lain sebagai<br />

capaian ikutan di luar target jangkauan dari rencana tindak lanjut kampanye ini.<br />

1. Pencapaian <strong>Triwulan</strong> Pertama<br />

Kegiatan triwulan pertama mulai dilaksanakan sejak bulan Oktober – Desember<br />

2011, setelah nota perjanjian kegiatan dengan RARE disetujui, kemudian Yayorin<br />

memulai kegiatannya.<br />

Pada tahap ini kegiatan masih fokus pada kegiatan di kelompok masyarakat HKm<br />

dan kelompok pendukung kegiatan HKm dan REDD+. Kelompok masyarakat HKm<br />

yang diinisiasi telah melakukan bermacam kegiatan, diantaranya:<br />

1. Melakukan sosialisasi tentang HKm. Informasi tentang HJm terkait REDD+<br />

disampaikan kepada kelompok HKm dan masyarakat desa target melalui<br />

pertemuan rutin bulanan yang telah disepakati di masing-maisng<br />

kelompok. Ini dilakukan di Kelompok HKm Danau Seluluk Jaya di Dusun<br />

4


Karang Anyar-kelurahan<br />

Mendawai, Kelompok HKm<br />

Serumpun Wana Lestari desa<br />

Tanjung Putri dan Kelompok HKm<br />

Sepakat desa Tanjung Putri<br />

(yang terdiri dari pemantung dan<br />

pengikan di Sungai Buluh-SM<br />

Sungai Lamandau). Sosialisasi ini<br />

juga dilakukan di kelompok<br />

pendukung di luar HKm seperti di<br />

kelompok Wanita Mandiri desa<br />

Tanjung Putri, Kelompok Tani<br />

Wanita Cabe Rawit dusun Karang<br />

Anyar-Kelurahan Mendawai dan<br />

Kelompok Petani Ikan Setia Kawan<br />

desa Tanjung Terantang serta<br />

Kelompok lain nya yang ada di tiap<br />

desa, seperti kelompok Sungai Gandis<br />

kelurahan Mendawai Seberang,<br />

kelompok Tebu Telur, Kayu Manis dan<br />

Kacang Panjang di dusun Karang<br />

Anyar-kelurahan Mendawai Seberang,<br />

Kelompok Tani Sejati RT 23 kelurahan Mendawai. Hasil sosialisasi adalah<br />

munculnya 4 kelompok masyarakat baru yang tertarik memproyeksikan<br />

kegiatannya dalam pengelolaan HKm. Sedangkan kelompok pendukung<br />

yang muncul ada 10 kelompok. Tiap kelompok beranggotakan 15 - 30-an<br />

orang, dan bahkan ada yang ingin hanya satu kelompok dengan jumlah<br />

anggota 200 orang. Untuk menjaga kestabilan kelompok Kami melakukan<br />

pendampingan, juga monitoring dan evaluasi kelompok.<br />

Dari hasil sosialisasi juga mendorong kelompok melakukan survei lokasi<br />

sekaligus pengukuran dan pemberian tanda batas kawasan kelola HKm<br />

masing-masing, yaitu Kelompok<br />

Sepakat dan Kelompok Serumpun Wana<br />

Lestari desa Tanjung Putri, Kelompok<br />

Danau Seluluk Jaya dusun Karang<br />

Anyar-kelurahan Mendawai dan<br />

Kelompok Sungai Gandis kelurahan<br />

Mendawai Seberang. Mereka juga<br />

membuat aturan pengelolaan HKm,<br />

diantaranya bagaimana melakukan<br />

monitoring pengawasan kawasan HKm<br />

dari perambahan, kebakaran<br />

dan kegiatan ilegal di luar<br />

kewenangan kelompok.<br />

Kelompok-kelompok HKm yang<br />

telah terbentuk telah<br />

membentuk struktur dan<br />

membuat aturan main,<br />

anggaran rumah tangga dan<br />

legalitas kelompok.<br />

Atas : Survei lokasi HKm oleh kelompok Danau<br />

Seluluk Jaya dan bawah: kelompok Sepakat<br />

melakukan pendataan batas calomn wilaya<br />

HKmnya<br />

Selain itu ada kelompok<br />

pendukung dari kelompok<br />

wanita bernama Wanita<br />

Mandiri. Kelompok ini fokus<br />

5


pada kegaitan pengelolaan berbasis hayati. Salah satu yang dilakukan<br />

adalah pembuatan gula merah nira nipah dan beberapa anggota dari<br />

kelompok ini juga berinisiatif menciptakan kegiatan matapencaharian<br />

alternatif, diantaranya membuat kerajinan makanan ringan berupa<br />

kerupuk ikan laut dan sungai pengelolaan ikan asin. Kegiatan berbasis<br />

hayati ini juga mendapat dukungan dan dari BKSDA Kalimantan Tengah<br />

yang diperoleh melalui dana Dipa untuk inisiatif pembentukan Desa<br />

Konservasi. Kelompok lainnya yang didukung dana Dipa BKSDA<br />

Kalimantan Tengah adalah kegiatan Kelompok Tani Wanita Cabe Rawit<br />

dengan pengolahan kerupuk ikan dan pembuatan tempe dan makanan<br />

ringan (seperti kue ulat sutera yang berbahan pisang dan tepung tidak<br />

menggunakan keju). Tim evaluator indpenden untuk Clinton Foundation<br />

juga telah menilik semua hasil kegiatan kelompok wanita tersebut.<br />

Produk hasil olahan berbasis hayati (kiri ke kanan):1) gula merah dari nira nipah,<br />

2) es buah dari dagiung buah nipah kemudian dari kiri ke kanan bawah :<br />

1) kerupuk dari olahan ikan sungai 2) olahan ikan asin<br />

2. Pada bulan November 2011, tiga kelompok HKm yang terbentuk di awal<br />

(Danau Seluluk Jaya, Serumpun Wana Lestari dan Sepakat) telah<br />

mengajukan usulan<br />

pencadangan kawasan HKm<br />

di blok zona penyangga SM<br />

Sungai Lamandau bagian<br />

timur seluar lebih kurang<br />

23.000 hektar kepada Bupati<br />

Kotawaringin Barat. Usulan<br />

ini belum mendapat<br />

tanggapan karena terkendala<br />

oleh situasi politik kabupaten<br />

dalam pemilu kepala daerah<br />

yang belum selesai sampai<br />

awal tahun 2012.<br />

Setelah situasi politik di<br />

kabupaten reda seiring waktu<br />

usulan ini akhirnya mendapat<br />

3 kelompok HKm didampingi Yayorin mengajukan<br />

usulan kawasan pencadangan HKm kepada Kepala<br />

Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat<br />

6


tanggapan positif dari pihak pemda Kabupaten Kotawaringin Barat yang<br />

kemudian surat usulan kelompok HKm didisposisikan ke Dinas Kehutanan<br />

Kotawaringin Barat. Kemudian Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat<br />

langsung merespon disposisi dengan membuat Surat Pertimbangan Teknis<br />

dan menyebutkan seluas 15.000 hektar bisa segera dicadangkan menjadi<br />

daerah kelola HKm kepada Sekretariat Daerah (Setda) Kotawaringin Barat<br />

yang sampai saat ini masih dipelajari kembali.<br />

Hal ini perlu terus didorong melalui keaktifan kelompok sehingga Bupati<br />

Kotawaringin Barat segera membuat surat permohonan ijin pencadangan<br />

kawasan yang diusulkan kelompok HKm menjadi kawasan kelola HKm<br />

kepada Menteri Kehutanan RI. Menanggapi hal ini selain Dinas Kehutanan,<br />

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kotawaringin Barat<br />

juga turut mendukung status tata ruang yang diajukan sebagai kawasan<br />

HKm untuk tidak menjadi daerah peruntukan lain (APL). Badan<br />

Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat juga mendukung<br />

kawasan ini menjadi wilayah serapan dan penyimpan karbon. Kelompok<br />

HKm masih mendorong pembuatan surat ijin Bupati untuk diusulkan ke<br />

Kementrian Kehutanan dan melakukan survei lokasi HKm juga membuat<br />

rencana kegiatan.<br />

3. Kegiatan lain yang muncul hasil<br />

dampak sosialisasi HKm, di<br />

Kelompok HKm Danau Seluluk Jayadusun<br />

Karang Anyar pada bulan<br />

Desember 2011 membuat usulan<br />

Kebun Bibit Rakyat (KBR) untuk<br />

inisiasi menanami lahan tidur di<br />

wilayah desanya dengan tanaman<br />

karet, rambutan garuda, jabon dan<br />

sengon juga meranti. Ada 125<br />

hektar dan 125 KK yang menanam. Bantuan untuk KBR ini didukung dana<br />

kegiatan dari Program KBR Dinas Kehutaan Kotawaringin Barat dengan<br />

bibit yang telah disemaikan, diantaranya 30.000 bibit sengon, 15.000 bibit<br />

karet. <strong>Tindak</strong> lanjutnya mereka akan mengembangkan usaha pembibitan<br />

bernilai ekonomis yang dapat mendukung program pemerintah dalam<br />

pengadaan bibit, seperti pembibitan jelutung. Kegiatan ini juga didukung<br />

kelompok Tani Wanita Cabe Rawit. Hal serupa juga dilakukan kelompok<br />

HKm Serumpun Wana Lestari desa Tanjung Putri sebelumnya juga telah<br />

membuat persemaian program KBR dan bibit telah diambil masyarakat<br />

untuk ditanam.<br />

Persemaian Kebun Bibit Rakyat Kelompok Hkm Danau Seluluk Jaya,<br />

Dusun Karang Anyar-kelurahan Mendawai (kiri ke kanan)<br />

7


4. Pada bulan Desember juga sebagian besar kegiatan melakukan penguatan<br />

kelompok dampingan HKm, salah satunya adalah membuat pelatihan<br />

pembuatan proposal terkait kegiatan untuk mendukung proses HKm.<br />

Beberapa hasil rencana kegiatan yang dibuat kelompok dari hasil pelatihan<br />

proposal adalah di kelompok Sepakat Sungai Buluh membuat usulan<br />

rencana pengadaan bibit jelutung untuk penanaman di wilayah blok<br />

penyangga yang diusulkan sebagai wilayah kelola HKm kelompok Sepakat.<br />

Kegiatan kelompok lainnya adalah kelompok Serumpun Wana Lestari<br />

mencoba menbuat rencana usulan untuk pembibitan sengon. Kemudian di<br />

kelompok pendukung Wanita Mandiri membuat rencana kerja kelompok<br />

serta melakukan perawatan lahan bernipah. Selain itu di kelompok Petani<br />

Ikan desa Tanjung Terantang aktif membuat usulan kegiatan untuk<br />

mendorong penguatan kegiatan kelompoknya, seperti mengajukan ke<br />

Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat untuk Bansos Kehutanan, usulan<br />

desa Penyangga Kawasan Hutan dari BKSDA Kalimantan Tengah.<br />

Kelompok Danau Seluluk Jaya mengajukan kegiatan pembibitan tanaman<br />

yang dijaukan ke Dinas Kehutanan Kotawaringin Barat melalui program<br />

Kebun Bibit Rakyat (KBR) dan Kelompok Tani Wanita Cabe Rawit membuat<br />

usulan pengolahan produk makanan kecil dari olahan ikan sungai.<br />

Pada triwulan pertama ini pencapaian yang dihasilkan adalah kebanyakan masih<br />

dalam tahap sosialisasi tentang HKm, pendampingan penguatan kelompok pada<br />

upaya peningkatan matapencaharian alternatif serta tetap mendorong kelompok<br />

HKm melakukan koordinasi kepada<br />

Dinas Kehutanan dan Pemda<br />

mengenai usulan wilayah<br />

pencadangan HKm. Secara garis<br />

besar sosialisasi HKm dan REDD+<br />

telah dilaksanakan kepada tiap<br />

kelompok HKm maupun kelompok<br />

pendukung (kelompok pendukung<br />

yang dimaksud adalah kelompok<br />

yang akan membantu<br />

menyebarluaskan pengertian HKm,<br />

isu perubahan iklim terkait dengan<br />

REDD+.<br />

Kendala yang dihadapi dalam<br />

melakukan sosialisasi sempat situasi<br />

politik kabupaten terkait hasil pemilu<br />

kepala daerah kabupaten sehingga<br />

pertemuan di masyarakat untuk<br />

sosialisasi sering tertunda.<br />

Pembelajaran yang didapat dalam<br />

situasi seperti ini, tim pelaksana<br />

membuat strategi penyampaian<br />

pesan melalui pelatihan kader<br />

mengenai isu HKm dan REDD+<br />

kepada wakli kelompok yang<br />

dijadikan kader, kemudian kader<br />

yang bergerak menyampaikan<br />

kepada teman, keluarga, rumah ke<br />

rumah dan obrolan di tempat umum,<br />

seperti warung. Hasilnya cukup<br />

Atas : pembukaan di pelatihan Proposal kepada<br />

peserta kelompok HKm dan pendukung dari desa<br />

target, Bawah : kelompok dari Wanita Mandiri<br />

mempresentasikan rencana usulannya, salah<br />

satunya kegiatan pembuatan gula nira nipah<br />

8


efektif, banyak masyarakat yang menjadi mempertanyakan bagaimana ikut<br />

dalam pengelolaan HKm.<br />

Kami yakin ini akan berhasil dan mendapat respon positif warga desa target dan<br />

pemerintah daerah (baik kabupaten maupun provinsi juga pusat). Tentunya<br />

dukungan pusat (kementrian kehutanan) juga dunia Kami tunggu, untuk<br />

mendorong keberlanjutan upaya penguatan masyarakat dalam kesempatannya<br />

membantu pelestarian hutan, khususnya kawasan penyangga SM Sungai<br />

Lamandau melalui HKm yang juga mendukung kegiatan REDD+.<br />

-Salam Lestari-<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!