Rahasia Ranjang Setan.pdf 274KB Mar 18 2009 06:49:53 AM
Rahasia Ranjang Setan.pdf 274KB Mar 18 2009 06:49:53 AM
Rahasia Ranjang Setan.pdf 274KB Mar 18 2009 06:49:53 AM
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
angkap pengawal suaminya. "Ketika pergi mas Bondo<br />
sehat-sehat saja. Apa… apa yang terjadi? Mana Remo...<br />
Mana anakku? Beri tahu dia. Aku harus ke rumah di kebun<br />
teh saat ini juga. Antarkan aku ke sana Paiman ..."<br />
Remo adalah putera tunggal Raden Bondo yang berusia<br />
23 tahun.<br />
Mendengar kata-kata istri majikannya tadi, kembali<br />
Paiman tampak gugup.<br />
"Sebaiknya... sebaiknya Jeng Jumilah tak usah ke kebun.<br />
Jenazah Raden Bondo akan kami bawa ke mari. Kami<br />
sudah melaporkan pada Kepala Desa..."<br />
Dua bola mata Jumilah membesar. Dia berdiri sambil<br />
berpegang pada tepi meja sementara pelayan perempuan<br />
masih memegangi bahunya.<br />
"Paiman!"sentak perempuan isteri pemilik kebun teh<br />
yang kaya raya itu. "Kau menyembunyikan sesuatu padaku.<br />
Aku tahu kau menyembunyikan seasuatu! Katakan apa<br />
yang terjadi di rumah di kebun teh itu...!"<br />
"Maakan Jeng Jumilah," jawab Paiman agak ketakutan.<br />
"Sebenarnya kami sendiri tidak jelas apa yang terjadi.<br />
Kapan sebenarnya Raden Bodoo meninggal. Atau apa yang<br />
menyebabkan kematiannya. Hanya saja pagi tadi saya dan<br />
Rawi menemukannya tewas dalam kamar. Di atas ranjang.<br />
"Tewas?! Tewas katamu Paiman?!" ujar Jumilah hampir<br />
berteriak. "Berarti dia dibunuh! Benar dia dibunuh Paiman?<br />
Bilang! Katakan!"<br />
"Saya tak berani mengatakan beliau dibunuh. Kepalanya<br />
teklok! Lehernya dijerat…"<br />
"Jelas dia dibunuh! Jelas...!" pekik Jumilah. Perempuan<br />
ini menggerung lalu hempaskan tubuhnya ke atas kursi.<br />
Matanya mendelik-delik seperti orang kemasukan lalu<br />
tubuhnya mendadak menjadi kuyu dan tak ingat apa-apa<br />
lagi.