02.07.2013 Views

Antropologi Kontekstual XI

Antropologi Kontekstual XI

Antropologi Kontekstual XI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dunia Asia Tenggara pada zaman dulu. Hal ini nampak pada konsepsi<br />

mengenai susunan negara yang amat hierarkis dengan aneka bagianbagiannya<br />

yang digolongkan ke dalam empat atau delapan bagian besar<br />

yang bersifat sederajat dan yang tersusun simetris. Semua golongan dan<br />

fraksi diorientasikan ke atas ialah sang raja, yang dianggap keturunan<br />

dewa, yang bersifat keramat, yang merupakan puncak dari segala hal<br />

dalam negara dan yang merupakan pusat dari alam semesta. Konsepsi ini<br />

diterapkan sepenuhnya oleh negara-negara kerajaan Indonesia yang<br />

terletak di pedalaman yang ekonominya berdasarkan sistem pertanian padi<br />

dengan irigasi di sawah-sawah. Kemudian diterapkan sebagian oleh<br />

kerajaan-kerajaan nusantara yang terletak di pantai atau di pesisir yang<br />

ekonominya berdasarkan perdagangan maritim dengan armada-armada<br />

perdagangan yang menyeberangi laut sampai jauh. Hal ini terjadi pada<br />

negara Kutai di pantai Timur Kalimantan dan Sriwijaya di Palembang<br />

atau di pertengahan sungai Kampar Sumatra Tengah atau mungkin juga<br />

di kota Jambi sekarang.<br />

Negara Mataram Kuno, negara Kediri, negara Singosari dan negara<br />

Majapahit pada dasarnya merupakan negara agraris, terletak di daerah<br />

subur, di lembah-lembah sungai yang dikelilingi oleh gunung berapi dan<br />

rakyatnya hidup dari bercocok tanam padi di sawah. Di negara seperti<br />

inilah konsepsi Hindu mengenai raja keturunan dewa diserap sepenuhnya<br />

ke dalam kebudayaan pribumi dan berkembang biak dengan berbagai<br />

bentuk penjelmaannya sendiri-sendiri. Negara Majapahitlah yang paling<br />

jaya dalam pertengahan abad ke-14, akibat dari surplus produksi pertanian<br />

yang dialihkan ke sektor perdagangan yang menyebabkan ekspansi ke<br />

tempat-tempat pantai yang strategis di seluruh nusantara serta ke arah<br />

barat sampai di beberapa tempat di Vietnam Selatan dan ke arah timur<br />

sampai di beberapa tempat di bagian barat Irian Jaya atau Papua<br />

(Koentjaraningrat, 1999:23).<br />

2. Pengaruh Budaya Islam<br />

Seiring dengan mundurnya wibawa kerajaan Majapahit pada akhir<br />

abad ke-14 dan selama abad 15, kekuasaan maritimnya juga tidak bisa<br />

lagi menduduki daerah-daerah strategis di seluruh nusantara. Terjadi<br />

kekosongan kekuasaan di beberapa kota pantai di Jawa pada khususnya.<br />

Situasi dan kondisi ini membuat para pedagang makmur yang bermukim<br />

di kota-kota pelabuhan menjalin hubungan perdagangan secara sendirisendiri<br />

dengan pedagang asing untuk kepentingan sendiri-sendiri dan pada<br />

akhirnya tumbuh menjadi negara-negara pantai yang dapat merongrong<br />

kekuasaan Majapahit di pedalaman. Timbul negara Malaka di<br />

12<br />

<strong>Antropologi</strong> <strong>Kontekstual</strong> <strong>XI</strong> SMA/MA Program Bahasa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!