10.08.2013 Views

KETERSEDIAAN SILIKA (Si) PADA TANAH SAWAH DAN METODE ...

KETERSEDIAAN SILIKA (Si) PADA TANAH SAWAH DAN METODE ...

KETERSEDIAAN SILIKA (Si) PADA TANAH SAWAH DAN METODE ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>KETERSEDIAAN</strong> <strong>SILIKA</strong> (<strong>Si</strong>) <strong>PADA</strong> <strong>TANAH</strong> <strong>SAWAH</strong><br />

<strong>DAN</strong> <strong>METODE</strong> PENETAPAN <strong>Si</strong> TERSEDIA DI DALAM <strong>TANAH</strong><br />

SERTA PERBANDINGAN BEBERAPA <strong>METODE</strong><br />

EKSTRAKSINYA<br />

Husnain<br />

Balai Penelitian Tanah, Bogor<br />

ABSTRAK<br />

Rendahnya ketersediaan <strong>Si</strong>lika (<strong>Si</strong>) pada tanah-tanah sawah di daerah<br />

tropis merupakan salah satu penyebab penurunan produktivitas tanaman padi.<br />

Meskipun kebutuhan <strong>Si</strong> tanaman padi jauh melebihi kebutuhannya terhadap<br />

unsur hara N, tetapi <strong>Si</strong> belum mendapat perhatian dalam perananannya sebagai<br />

unsur hara bagi tanaman. Namun demikian, telah dilaporkan gejala kekurangan<br />

<strong>Si</strong> bagi tanaman padi dengan kandungan <strong>Si</strong> tersedia berstatus rendah hingga<br />

defisien pada tanah-tanah sawah di Jawa. Terbatasnya informasi dan penelitian<br />

tentang <strong>Si</strong> pada tanah-tanah di Indonesia juga menyebabkan terbatasnya<br />

pengetahuan tentang metode analisis ketersediaan <strong>Si</strong> di dalam tanah. Tujuan<br />

penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan <strong>Si</strong> tersedia di dalam tanah<br />

sawah. Kegiatan penelitian dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada 29<br />

titik pengamatan dengan perbedaan posisi topografi yang dimulai dari puncak,<br />

lereng dan bawah. Sampel tanah dianalisis kandungan <strong>Si</strong> total dengan XRF dan<br />

kandungan <strong>Si</strong> tersedia diekstrak menggunakan empat metode ekstraksi yaitu: 1)<br />

Inkubasi dengan acetic acid (Incu AA), 2) Inkubasi dengan distilled water (Incu<br />

DW), 3) Inkubasi dengan acetate buffer (Ac Buffer), 4) Ekstraksi dengan citric<br />

acid (Citric Acid), dan 5) Ekstraksi dengan distilled water (DW). Dalam makalah<br />

ini dibahas ketersediaan <strong>Si</strong> pada beberapa tanah sawah di DAS Citarum, Jawa<br />

Barat dan perbandingan metode ekstraksi penetapan <strong>Si</strong> tersedia. Hasil penelitian<br />

menunjukkan bahwa total kandungan <strong>Si</strong> tanah di lokasi penelitian bervariasi dari<br />

43,72 sampai 79,84% wt. Sedangkan kandungan <strong>Si</strong> tersedia dari 203 hingga 982<br />

mg/kg. Meskipun total kandungan <strong>Si</strong> di dalam tanah tinggi tetapi ketersediaannya<br />

sangat rendah, terutama pada penggunaan lahan untuk sawah. Hasil pengukuran<br />

kandungan <strong>Si</strong> tersedia menunjukkan bahwa nilai <strong>Si</strong> tertinggi diperoleh dengan<br />

metode inkubasi dengan acetic acid diikuti oleh acetate buffer. Metode yang lain<br />

tidak menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Penelitian ini merupakan<br />

penelitian pendahuluan untuk melihat perbandingan metode penetapan <strong>Si</strong><br />

tersedia sehingga belum memperhitungkan kebutuhan <strong>Si</strong> tanaman.<br />

155


156<br />

Husnain<br />

PENDAHULUAN<br />

Perkembangan metode penetapan unsur hara di laboratorium umumnya<br />

sejalan dengan perkembangan penelitian dan pengetahuan tentang unsur terkait.<br />

Di Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya perhatian masih<br />

dititikberatkan pada unsur makro N, P, dan K sebagai unsur hara utama di dalam<br />

pupuk. Namun demikian, pelandaian produktivitas tanaman pangan terutama<br />

padi yang diiringi dengan degradasi sumberdaya lahan menyebabkan bukan<br />

hanya unsur hara makro tersebut saja yang mempengaruhi produktivitas, tetapi<br />

ada faktor-faktor lain yang juga memiliki peranan penting termasuk peranan unsur<br />

mikro dan unsur hara lainnya seperti <strong>Si</strong>.<br />

Unsur silika (<strong>Si</strong>) telah lama dilaporkan sebagai unsur hara penting bagi<br />

beberapa tanaman pangan termasuk padi dan tebu (Epstein, 1999; Matichenkov<br />

and Calvert, 2002). <strong>Si</strong>lika (<strong>Si</strong>) dikenal sebagai beneficial element untuk tanaman<br />

padi (Epstein, 1999). Meskipun syarat sebagai unsur hara esensial tidak<br />

terpenuhi, unsur ini telah lama diketahui diserap tanaman dalam jumlah besar<br />

terutama tanaman akumulator <strong>Si</strong>. Beberapa tanaman akumulator <strong>Si</strong> diantaranya<br />

adalah famili Gramineae dan Cyperaceae (Ma dan Takahashi et al., 2002).<br />

Kebutuhan unsur hara <strong>Si</strong> tanaman padi jauh melebihi kebutuhan unsur hara<br />

makro N, P, maupun K. Untuk setiap 5 t/ha hasil padi, dibutuhkan sebanyak 230-<br />

470 kg <strong>Si</strong>/ha, sedangkan N, P, dan K berturut-turut hanya berkisar 75-120 kg N/<br />

ha, 20-25 kg P/ha, dan 23-257 kg K/ha (Casman et al., 1997; Dobermann et al.,<br />

1996a,b; Yoshida, 1981). Tidak seperti unsur hara N, P, dan K, peranan <strong>Si</strong><br />

sebagai unsur hara belum mendapat perhatian. Padahal menurut Savant et al.<br />

(1997a,b), rendahnya ketersediaan <strong>Si</strong> pada tanah-tanah sawah di daerah tropis<br />

merupakan salah satu penyebab penurunan produktivitas tanaman padi.<br />

Tanaman akumulator <strong>Si</strong> seperti padi, tebu, dan banyak tanaman lainnya,<br />

apabila kekurangan <strong>Si</strong> tersedia pada tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan<br />

dan perkembangan tanaman tersebut. Peranan <strong>Si</strong> itu sendiri bagi tanaman<br />

terutama adalah untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat<br />

pertumbuhan tanaman sehingga tahan terhadap serangan hama. Telah banyak<br />

dilaporkan defisiensi <strong>Si</strong> dapat menyebabkan meningkatnya serangan penyakit<br />

blast pada padi (Su-Jein, 2002; Ishizuka and Hayakawa, 1951).<br />

Pemahaman dan penelitian tentang <strong>Si</strong> sebagai nutrisi tanaman masih<br />

sangat terbatas di Indonesia, bahkan dapat dikatakan hampir tidak ada. Belum<br />

ada sejarah pemupukan tanah sawah dengan <strong>Si</strong>. Dengan demikian metode<br />

penetapan yang digunakan juga belum berkembang. Di Jepang dan Rusia,<br />

penelitian kebutuhan <strong>Si</strong> pada tanaman pangan sudah dimulai sejak tahun 1955


Ketersediaan <strong>Si</strong>lika (<strong>Si</strong>) pada Tanah Sawah dan Metode Penetapan <strong>Si</strong> Tersedia<br />

yang menghasilkan rekomendasi pemupukan <strong>Si</strong> pada tanah-tanah sawah di<br />

Jepang dan tebu di Rusia. Baru-baru ini, Darmawan et al. (2006) melaporkan<br />

penurunan <strong>Si</strong> tersedia sekitar 20% dalam rentang waktu tiga dekade terakhir.<br />

Hasil survei di tanah-tanah sawah di Jawa Barat dan Jawa Tengah menunjukkan<br />

bahwa <strong>Si</strong> tersedia tergolong rendah hingga defisit bagi tanaman padi (Husnain et<br />

al., 2008). Selama ini dipahami bahwa ketersediaan <strong>Si</strong> sangat tinggi apabila total<br />

<strong>Si</strong> di dalam tanah juga tinggi. Namun kenyataannya tidaklah demikian, tingginya<br />

total kandungan <strong>Si</strong> tidak berkorelasi positif dengan ketersediaannya bagi<br />

tanaman (Husnain, 2009; Kyuma, 2004).<br />

Mengingat pentingnya unsur <strong>Si</strong> bagi tanaman padi maka diperlukan<br />

metode penetapan <strong>Si</strong> yang sesuai dengan kondisi tanah di Indonesia. Dalam<br />

makalah ini dibahas ketersediaan <strong>Si</strong> pada tanah sawah di Indonesia dan<br />

perbandingan beberapa metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk<br />

penetapan ketersediaan <strong>Si</strong>. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui<br />

ketersediaan unsur hara <strong>Si</strong> pada tanah di Indonesia dan perbandingan metode<br />

ekstraksi penetapan <strong>Si</strong>. Beberapa metode ekstraksi yang dibandingkan adalah<br />

metode acetate buffer pH 4 (Imaizumi and Yoshida 1958), metode inkubasi<br />

dengan distilled water (DW) (suhu 40 o C, rasio tanah:air adalah 1:6) (Nonaka et<br />

al., 1988), phosphate buffer method (pH 6,2) (Kato 1998), dan phosphate buffer<br />

dengan pH 6,95 (Shigezumi et al., 2002). Selain itu, beberapa metode ekstraksi<br />

yang lain yaitu dengan DW, citric acid, dan acetic acid (IITA, 1979).<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

Penelitian dilaksanakan di daerah aliran sungai (DAS) Citarum, Jawa<br />

Barat. Contoh tanah diambil dari 29 titik yang dimulai dari puncak, tengah dan<br />

bawah berdasarkan perbedaan posisi topografi di areal DAS Citarum. Kegiatan<br />

ini dilakukan pada bulan Desember 2006 sampai Desember 2008. Sampel tanah<br />

diambil dari beberapa penggunaan lahan (landuse) yang berbeda seperti sayuran<br />

dataran tinggi, perkebunan dan sawah. Sampel tanah di kering-anginkan untuk<br />

persiapan analisis di laboratorium.<br />

Total kandungan <strong>Si</strong> dalam tanah diukur dengan XRF. Sedangkan <strong>Si</strong><br />

tersedia diukur dengan beberapa metode ekstraksi. Masing-masing contoh tanah<br />

di ekstrak dengan lima metode ekstraksi yaitu: 1) Inkubasi dengan acetic acid<br />

(Incu AA), 2) Inkubasi dengan distilled water (Incu DW), 3) Inkubasi dengan<br />

acetate buffer (Ac Buffer), 4) Ekstraksi dengan citric acid (Citric Acid), dan 5)<br />

Ekstraksi dengan distilled water (DW). Pada metode inkubasi No. 1-2, sampel<br />

tanah diinkubasikan selama lima jam dengan larutan acetic acid 1 N , pH 4 atau<br />

157


158<br />

Husnain<br />

distilled water dengan rasio tanah dan pelarut 1:6 selama lima jam. Pada metode<br />

inkubasi No. 3 perbandingan tanah dan larutan adalah 1:10 dengan masa<br />

inkubasi yang sama (lima jam). Metode ekstraksi dilakukan dengan cara<br />

melarutkan 2 g sampel tanah dengan 100 ml citric acid 1% atau DW dan dikocok<br />

selama dua jam, dibiarkan semalaman dan dikocok kembali satu jam sebelum<br />

pengukuran.<br />

Selain sampel tanah juga diambil sampel tanaman padi pada beberapa<br />

lokasi di sekitar DAS Citarum. Kandungan total <strong>Si</strong> di dalam tanaman padi<br />

ditetapkan dengan metode destruksi dengan HNO3 1 N. Inkubasi dan ekstraksi<br />

tanah untuk penetapan <strong>Si</strong> tersedia pada tanah dan tanaman padi dilakukan di<br />

laboratorium Soil and Ecological Engineering, Shimane University, Jepang.<br />

Kandungan <strong>Si</strong> pada tanah dan tanaman di dalam tanah diukur dengan ICPS-<br />

2000, Shimadzu.<br />

HASIL <strong>DAN</strong> PEMBAHASAN<br />

Kandungan <strong>Si</strong> total dan tersedia<br />

Ketersediaan <strong>Si</strong> pada tanah sawah di DAS Citarum tergolong rendah,<br />

bahkan di beberapa lokasi sudah defisit untuk tanaman padi (Husnain et al.<br />

2008). Pada Table 1 dapat dilihat distribusi kandungan <strong>Si</strong> total dan tersedia di<br />

dalam tanah pada penggunaan lahan yang berbeda. Total kandungan <strong>Si</strong> pada<br />

tanah bervariasi dari 43,72 sampai 79,84% wt. Sedangkan kandungan <strong>Si</strong> tersedia<br />

dari 203 hingga 982 mg/kg. Meskipun total kandungan <strong>Si</strong> di dalam tanah tinggi<br />

tetapi ketersediaannya sangat rendah, terutama pada penggunaan lahan untuk<br />

sawah. Untuk tanah-tanah sawah, berdasarkan kriteria status <strong>Si</strong> tersedia, nilai di<br />

bawah 600 mg/kg tergolong rendah sedangkan nilai di bawah 300 sudah<br />

tergolong defisit bagi tanaman (Bollich and Matichenkov, 2002; Sumida, 1992).<br />

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat dua lokasi dengan nilai di bawah 300<br />

mg/kg yang tergolong defisit bagi tanaman, sedangkan enam lokasi berstatus<br />

rendah.<br />

Secara umum terlihat adanya kenaikan total kandungan <strong>Si</strong> pada tanah<br />

sawah namun sebaliknya terjadi penurunan ketersediaannya (Tabel 1). Kyuma<br />

juga mengemukakan hasil yang sama dimana tingginya total kandungan <strong>Si</strong> tanah<br />

sawah ternyata menunjukkan nilai <strong>Si</strong> tersedia yang rendah (Kyuma, 2004). Di<br />

lokasi penelitian, peningkatan total <strong>Si</strong> pada tanah-tanah sawah kemungkinan<br />

karena terbentuknya biogenik <strong>Si</strong> karena tingginya intensitas penanaman padi.<br />

Akumulasi sisa-sisa tanaman di dalam tanah merupakan salah satu sumber


Ketersediaan <strong>Si</strong>lika (<strong>Si</strong>) pada Tanah Sawah dan Metode Penetapan <strong>Si</strong> Tersedia<br />

biogenik <strong>Si</strong>. Sementara itu, biogenik <strong>Si</strong> yang terakumulasi pada tanah-tanah<br />

sawah tidak cepat tersedia bagi tanaman (Bollich and Matichenkov, 2002). Di sisi<br />

lain, penurunan ketersediaan <strong>Si</strong> pada tanah-tanah sawah disebabkan oleh<br />

pengurasan <strong>Si</strong> terus menerus tanpa usaha pengembaliannya ke dalam tanah.<br />

Apalagi satu-satunya sumber bahan organik yang mengandung <strong>Si</strong> tinggi dan<br />

paling mudah diakses petani yaitu jerami biasanya dibakar oleh petani, yang<br />

menyebabkan hilangnya sebagian <strong>Si</strong>.<br />

Tabel 1. Kandungan <strong>Si</strong> total dan tersedia di dalam tanah pada beberapa<br />

landuse di DAS Citarum, Jawa Barat<br />

No. Penggunaan lahan <strong>Si</strong> total <strong>Si</strong> tersedia<br />

<strong>Si</strong>O2%wt mg <strong>Si</strong>O2/kg<br />

1. Sayuran dataran tinggi 59,83 711 ± 295<br />

2. Sayuran dataran tinggi 57,87 722 ± 10<br />

3. Perkebunan teh 49,73 370 ± 62<br />

4. Perkebunan teh 43,72 565 ± 285<br />

5. Jagung 46,34 423 ± 20<br />

6. Jagung 47,55 982 ± 215<br />

7. Sawah 51,22 575 ± 142<br />

8. Sawah 50,60 666 ± 157<br />

9. Sawah 51,06 575 ± 142<br />

10. Sawah 63,89 337 ± 174<br />

11. Sawah 52,30 623 ± 52<br />

12. Sawah 70,93 632 ± 34<br />

13. Sawah 55,49 609 ± 32<br />

14. Sawah 55,19 598 ± 272<br />

15. Sawah 64,33 417 ± 20<br />

16. Sawah 55,95 203 ± 19<br />

17. Sawah 79,84 341 ± 50<br />

18. Sawah 70,76 291 ± 95<br />

Metode penetapan <strong>Si</strong> tersedia dalam tanah<br />

Untuk mengetahui metode ekstraksi penetapan <strong>Si</strong> yang sesuai maka<br />

dicobakan lima metode ekstraksi. Hasil pengamatan kandungan <strong>Si</strong> tanah dapat<br />

dilihat pada Gambar 1. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang cukup<br />

bervariasi untuk setiap metode ekstraksi <strong>Si</strong>. Secara umum dapat dilihat trend<br />

ketersediaan <strong>Si</strong> dari kelima metode, cukup jelas dan memiliki pola yang sama<br />

pada tanah sawah dibandingkan dengan lahan kering. Hal ini mungkin<br />

disebabkan metode ekstraksi yang ada saat ini terutama ditujukan untuk tanah<br />

sawah.<br />

159


160<br />

Husnain<br />

Gambar 1. Kandungan <strong>Si</strong> di dalam tanah yang diekstrak dengan lima metode<br />

ekstraksi<br />

Kandungan <strong>Si</strong> terekstrak di dalam tanah tertinggi diperoleh dengan metode<br />

inkubasi dengan acetic acid diikuti oleh acetate buffer. Metode yang lain tidak<br />

menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Hingga saat ini metode<br />

penetapan <strong>Si</strong> pada tanah memang terbatas pada tanah sawah, belum ada<br />

metode baku yang direkomendasikan untuk penetapan <strong>Si</strong> pada tanah-tanah<br />

selain tanah sawah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan acetic acid terlalu<br />

kuat untuk mencerminkan <strong>Si</strong> tersedia bagi tanaman (Barbosa-Filho et al., 2001).<br />

Sementara metode inkubasi maupun esktraksi dengan DW menunjukkan nilai <strong>Si</strong><br />

tersedia yang terlalu rendah, demikian juga dengan metode ekstraksi dengan<br />

citric acid. Hasil perbandingan nilai <strong>Si</strong> tersedia yang diperoleh dari berbagai<br />

ekstraktan yang digunakan memang belum dapat menunjukkan korelasinya<br />

dengan ketersediaan <strong>Si</strong> bagi tanaman, dimana diperlukan data kandungan <strong>Si</strong><br />

tanaman pada lokasi sampling tanah secara detil dan dalam jumlah sampel yang<br />

representatif. Meskipun data-data tersebut belum dapat ditampilkan saat ini<br />

setidaknya keragaan hasil penetapan <strong>Si</strong> dengan berbagai metode dapat menjadi<br />

gambaran kecendrungan <strong>Si</strong> tersedia dalam tanah. Sebagai referensi, penetapan<br />

<strong>Si</strong> yang dikenal luas dan umum digunakan adalah metode acetate buffer<br />

(Imaizumi and Yoshida, 1958). Metode ini direkomendasikan untuk tanah-tanah<br />

yang belum pernah dipupuk <strong>Si</strong>. Sehingga metode ini dapat digunakan untuk<br />

penetapan <strong>Si</strong> tersedia pada tanah sawah di Indonesia yang belum memiliki<br />

sejarah pemupukan <strong>Si</strong> di masa lalu maupun saat ini.


Ketersediaan <strong>Si</strong>lika (<strong>Si</strong>) pada Tanah Sawah dan Metode Penetapan <strong>Si</strong> Tersedia<br />

Hasil pengamatan kandungan total <strong>Si</strong> tanaman padi yang dibandingkan<br />

dengan ketersediaan <strong>Si</strong> di dalam tanah ditunjukkan dalam Tabel 2. Pada Tabel 2<br />

terlihat penurunan ketersediaan <strong>Si</strong> dalam tanah juga menyebabkan penurunan<br />

kandungan <strong>Si</strong> tanaman padi, sehingga pada tanah-tanah dengan kandungan <strong>Si</strong><br />

tersedia rendah umumnya ditemukan kandungan <strong>Si</strong> tanaman padi yang juga<br />

rendah.<br />

Tabel 2. Kandungan <strong>Si</strong> di dalam daun bendera tanaman padi dan<br />

ketersediaan <strong>Si</strong> pada beberapa tanah sawah di DAS Citarum<br />

Varietas Kandungan <strong>Si</strong> dalam padi <strong>Si</strong> tersedia dalam tanah<br />

g <strong>Si</strong>O2/kg mg <strong>Si</strong>O2/kg<br />

Ciasem 135,19 524 ± 415<br />

IR 64 170,45 666 ± 157<br />

IR 64 101,13 575 ± 142<br />

IR 64 84,71 609 ± 32<br />

Ciherang 57,28 341 ± 50<br />

Memberamo 58,49 314 ± 99<br />

Dalam penelitian ini masih diperlukan banyak detil pengamatan seperti<br />

keragaman jenis tanah dan ketersediaan <strong>Si</strong>, serapan <strong>Si</strong> tanaman padi dan<br />

tanaman lain serta korelasi antara kebutuhan tanaman dengan ketersediaan <strong>Si</strong><br />

dalam tanah. Namun demikian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan<br />

gambaran tentang ketersediaan <strong>Si</strong> pada tanah sawah dan metode penetapan <strong>Si</strong><br />

tersedia yang dapat digunakan pada tanah-tanah sawah di Indonesia.<br />

KESIMPULAN<br />

Penurunan kandungan <strong>Si</strong> tersedia di dalam tanah akibat pengurasan unsur<br />

hara <strong>Si</strong> terutama pada tanaman padi sudah menunjukkan kecenderungan<br />

defisiensi <strong>Si</strong> pada tanah-tanah sawah di lokasi pengamatan. Pengembalian unsur<br />

hara <strong>Si</strong> terutama dari jerami pada lahan sawah intensifikasi sangat diperlukan<br />

untuk menjaga sustainabilitas produksi tanaman padi. Mengingat sangat<br />

terbatasnya informasi metode penetapan <strong>Si</strong> tersedia dalam tanah di Indonesia,<br />

maka perlu dilakukan penelitian komprehensif sehingga metode yang ditetapkan<br />

sesuai dengan kondisi tanah di Indonesia. Untuk saat ini dengan pertimbangan<br />

bahwa tanah-tanah di Indonesia belum pernah dipupuk <strong>Si</strong> maka metode esktraksi<br />

dengan acetate buffer lebih sesuai.<br />

161


162<br />

Husnain<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Barbosa-Filho, M.P., G.H. Snyder, C.L. Elliot, and L.E. Datnoff. 2001. Evaluation<br />

of soil test procedures for determining rice-available silicon. Commun. Soil<br />

Sci. Plant Anal. 32(11-12):1779-1779.<br />

Bollich, P.K. and V.V. Matichenkov. 2002. <strong>Si</strong>licon status of selected Louisiana rice<br />

and sugarcane soils. Pp 50-53. In Proceedings of the Second <strong>Si</strong>licon in<br />

Agriculture Coference, 22-26 August 2002, Tsuruoka, Yamagata, Japan.<br />

Casman, K.G., S. Peng, and A. Dobermann. 1997. Nutritional physiology of the<br />

rice plants and productivity declined of irrigated rice systems in the<br />

tropics. Soil Sci Plant Nutr. 43:1101-1106.<br />

Darmawan, K. Kyuma, A. Saleh, H. Subagjo, T. Masunaga, and T. Wakatsuki.<br />

2006. Effect of long-term intensive rice cultivation on the available silica<br />

content of sawah soils: Java Island, Indonesia. Soil Sci Plant Nutr. 52:<br />

745-753.<br />

Dobermann, A., K.G. Casman, P.C. Sta Cruz, M.A. Advianto, and M.F.<br />

Pampolino. 1996b. Fertilizer inputs, nutrient balance and soil nutrientsupplying<br />

power in intensive, irrigated rice system. II. Phosphorus. Nutr.<br />

Cycl. Agroecosys. 46:111-125.<br />

Dobermann, A., P.C. Sta Cruz, and K.G. Casman. 1996a. Fertilizer inputs,<br />

nutrient balance and soil nutrient-supplying power in intensive, irrigated<br />

rice system. I. Potassium uptake and K balance. Nutr. Cycl. Agroecosys.<br />

46:1-10.<br />

Epstein, E. 1999. <strong>Si</strong>licon in plants: Facts vs concepts. Pp 1-5. In Datnoff et al.<br />

(Eds.). <strong>Si</strong>licon in Agriculture, Elsevier Science, Amsterdam.<br />

Husnain. 2009. Nutrient Dynamics in Watersheds and Lowland Sawah in Java<br />

Island in Relation to the Sustainability of Sawah Farming Systems in<br />

Indonesia. PhD Dissertation of the United Graduate School of Agricultural<br />

Sciences, Tottori University. Japan.<br />

Husnain, T. Wakatsuki, D. Setyorini, Hermansah, K. Sato, and T. Masunaga.<br />

2008. <strong>Si</strong>lica availability in soils and river water in two watersheds on Java<br />

Island, Indonesia. Soil Sci. Plant Nutr. 54:916-927.<br />

IITA. 1979. Selection Methods for Soil and Plant Analyses, Manual Series No. 1,<br />

Ibadan, Nigeria.<br />

Imaizumi, K. and S. Yoshida. 1958. Edaphological studies on silicon supplying<br />

power of paddy field. Bull, Natl Inst Agric. Sci. B8:261-304.<br />

Ishizuka, Y. and Y. Hayakawa. 1961. Resistance of rice plant to the Imochi<br />

disease (rice blast disease) in relation to its silica and magnesia contents.<br />

Jpn. J. Soil. Sci. Plant. Nutr. 21:253-260.


Ketersediaan <strong>Si</strong>lika (<strong>Si</strong>) pada Tanah Sawah dan Metode Penetapan <strong>Si</strong> Tersedia<br />

Kato, N. 1998. Evaluation of silicon availability in paddy soils by an extraction<br />

using a phosphate buffer solution. In summaries of 16 th World Congress<br />

of Soil Science, Montpellier, France.<br />

Kyuma, K. 2004. Paddy Soil Science. Kyoto University Press and Trans Pacific<br />

Press. Melbourne.<br />

Ma, J.F. and E. Takahashi. 2002. Soil, Fertilizer, and Plant <strong>Si</strong>licon Research in<br />

Japan. Elsevier, Amsterdam.<br />

Matichenkov, V.V. and D.V. Calvert. 2002. <strong>Si</strong>licon as a beneficial element for<br />

sugarcane. J. Am. Soc. Sugarcane Tech. 22:21-30.<br />

Nonaka, K. and Takahashi. 1988. A method of measuring available silicates in<br />

paddy soil. Jpn.agirc Res. Q2:91-95.<br />

Savant, N.K., L.E. Datnoff, and G.H. Snyder. 1997a. Depletion of plant available<br />

silicon in soils: a possible cause of declining rice yields. Commun. Soil<br />

Sci. Plant Anal. 28:1245-1252.<br />

Savant, N.K., G.H. Snyder, and L.E. Datnoff. 1997b. <strong>Si</strong>licon management and<br />

sustainable rice production. Pp 151-199. In Advances in Agronomy. Ed.<br />

D.L. Sparks. Academic Press, San Diego.<br />

Shigezumi M, Kitta Y, Kubo S, Mizuochi T. 2002. The evaluation of the available<br />

silica in paddy soil by phosphate buffer extraction method. Jpn. J. Soil Sci.<br />

Plant Nutr.<br />

Sumida, H.Y. 1992. <strong>Si</strong>licon supplying capacity of paddy soils and characteristics<br />

of silicon uptake by rice plants in cool regions in Japan. Bull. Tohoku,<br />

Agric. Exp. Stn. 855:1-46.<br />

Su-Jein, C. 2002. Effect of silicon nutrient on bacterial blight resistance of rice<br />

(Oryza sativa L.). Pp 31-33. In Proceedings of the Second <strong>Si</strong>licon in<br />

Agriculture Coference, 22-26 August 2002, Tsuruoka, Yamagata, Japan.<br />

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of rice crop science. International Rice Research<br />

Institute, IRRI, Los Banos.<br />

163

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!