10.08.2013 Views

neraca hara n, p, k pada beberapa pola tumpangsari sayuran organik

neraca hara n, p, k pada beberapa pola tumpangsari sayuran organik

neraca hara n, p, k pada beberapa pola tumpangsari sayuran organik

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

18<br />

D. Setyorini dan W. Hartatik<br />

kalium (K) diperoleh <strong>neraca</strong> positif (3,6 kg P/ha/tahun dan 14,2 kg K/ha/tahun)<br />

<strong>pada</strong> pertanaman hortikultura (Berry et al., 2003). Secara umum dapat<br />

disimpulkan bahwa tingkat pengelolaan di kebun-kebun <strong>organik</strong> sangat bervariasi<br />

oleh karena itu diperoleh nilai <strong>neraca</strong> <strong>hara</strong> yang beragam. Neraca dan <strong>hara</strong> dan<br />

analisa tanah merupakan alat yang baik dalam melakukan penilaian<br />

keberlanjutan sistem pertanian <strong>organik</strong>. Neraca N, P, K di kebun <strong>sayuran</strong> <strong>organik</strong><br />

<strong>pada</strong> tanah Eutric Hapludand Little Farm Cisarua, Lembang menunjukkan <strong>neraca</strong><br />

positif dan meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanahnya. Pupuk<br />

<strong>organik</strong> yang direkomendasikan adalah kotoran sapi, kambing, kuda takaran 25<br />

t/ha atau kotoran ayam takaran ≥ 20 t/ha atau ditambah dengan hijauan tithonia<br />

atau sisa tanaman (Fahmuddin et al., 2009).<br />

Sejalan dengan prinsip pemupukan, sumber dan jenis pupuk <strong>organik</strong> yang<br />

ditambahkan dapat berasal dari berbagai sumber dengan jumlah yang<br />

mencukupi, namun tidak berlebihan untuk setiap unsur <strong>hara</strong> esensial yang<br />

dibutuhkan tanaman. Oleh karena itu, perhitungan <strong>neraca</strong> <strong>hara</strong> penting untuk<br />

dilakukan sebagai salah satu penilaian kelestarian dan keberlanjutan pengelolaan<br />

<strong>hara</strong> dalam jangka panjang dalam sistem pertanian <strong>organik</strong> (Dalgaard et al.,<br />

2006).<br />

Tujuan percobaan ini adalah menghitung <strong>neraca</strong> <strong>hara</strong> N, P, K <strong>pada</strong> empat<br />

<strong>pola</strong> <strong>tumpangsari</strong> <strong>sayuran</strong> <strong>organik</strong>.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Percobaan dilakukan di lahan pertanian <strong>organik</strong> di Permata Hati Farm,<br />

Cisarua <strong>pada</strong> Musim Tanam 2007-2008 dengan empat jenis <strong>tumpangsari</strong> yang<br />

merupakan kombinasi dari <strong>sayuran</strong> umbi/buah/bunga dengan <strong>sayuran</strong> daun, yaitu<br />

tanaman <strong>sayuran</strong> brokoli+sawi putih, bit+selada, bawang daun+kembang kol dan<br />

wortel+caisim. Sayuran ditanam <strong>pada</strong> bedengan berukuran 16,8 m 2 (2,4 x 7 m) di<br />

Permata Hati Farm dengan perlakuan berbagai jenis pupuk <strong>organik</strong>.<br />

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok<br />

dengan enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas kombinasi<br />

antara berbagai sumber pupuk <strong>organik</strong> (kotoran ayam, sapi, kambing) yang<br />

diperkaya dengan bahan alami (P-alam, abu sekam) dan pupuk hayati (MTM).<br />

Pada tahun 2007 takaran pupuk <strong>organik</strong> 25 t/ha/musim dengan bahan pengkaya<br />

P-alam 0,1% (20 kg/ha) dan abu sekam 0,25% (25 kg/ha) diberikan <strong>pada</strong> waktu<br />

proses pengomposan. Selama proses pengomposan digunakan Biodec kecuali<br />

kontrol. Pupuk hayati (PH) mikroflora tanah multiguna (MTM) takaran 10 kg/ha

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!