02.11.2013 Views

KARAKTERISASI PROTEASE DARI EKSKRETORI ... - Damandiri

KARAKTERISASI PROTEASE DARI EKSKRETORI ... - Damandiri

KARAKTERISASI PROTEASE DARI EKSKRETORI ... - Damandiri

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

14<br />

PURIFIKASI <strong>PROTEASE</strong> <strong>DARI</strong> <strong>EKSKRETORI</strong>/SEKRETORI<br />

STADIUM L 3 Ascaridia galli<br />

ABSTRAK<br />

Enzim proteolitik yang disekresikan oleh parasit memainkan peran pada proses<br />

penetrasi dan migrasi jaringan inang. Penelitian ini bertujuan untuk memurnikan<br />

protease yang dilepaskan melalui ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli. L 3 diperoleh<br />

dari usus halus 100 ekor ayam petelur HySex Brown tujuh hari setelah pemberian dosis<br />

6000 L 2 melalui oesofagus ayam. Sebanyak 5 – 10 ekor L 3 dikultur secara in vitro<br />

dalam setiap ml medium Rosswell Park Memorial Institute (RPMI 1640), pH 6,8, tanpa<br />

merah fenol dalam inkubator pada temperatur 37 o C dan 5% CO 2 selama 3 hari.<br />

Ekskretori/sekretori dipreparasi dari produk metabolisme L 3 yang dilepaskan ke dalam<br />

medium kultur. Protease dimurnikan dengan kromatografi filtrasi gel matriks sephadex<br />

G-100 dan anion exchange matriks DEAE sephadex A-50. Aktivitas protease diuji<br />

terhadap kasein. Konsentrasi protein dihitung mengikuti metode Bradford. Hasil<br />

penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim pada fraksi 31 kromatogram filtrasi gel<br />

lebih tinggi dibandingkan dengan anion exchange. Protease yang disekresikan oleh<br />

stadium L 3 A. galli dapat dimurnikan berdasarkan berat molekulnya.<br />

Kata kunci: Ascaridia galli, nematoda, ekskretori/sekretori, protease, kromatografi<br />

ABSTRACT<br />

Proteolytic enzymes secreted by parasites are thought to play a key role in the<br />

processes of penetration and migration trough the host tissue. The research was carried<br />

out to purify protease from exretory/secretory of A. galli L 3 stage. A. galli L 3 were<br />

recovered from intestines of 100 HySex Brown heads chickens 7 days after oesophagus<br />

inoculation with 6000 L 2 . L 3 recovered in this manner were cultured (5 – 10 ml -1 ) in<br />

flasks containing rosswell park memorial institute (RPMI) 1640 media, pH 6.8, without<br />

phenol red. Cultures were incubated at 37 0 C in 5% CO 2 and culture fluid was collected<br />

after 3 days in culture. Excretory/secretory was prepared from metabolic product of L 3<br />

released in culture medium. Protease purified using anion exchange matrix DEAE<br />

sephadex A-50 and gel filtration matrix sephadex G-100 chromatography. The protease<br />

activity was assayed against casein. Protein concentration were counted as described in<br />

Bradford method. The result showed that enzyme activity on chromatography gel<br />

filtration more highly compared anion exchange. These result indicate that the protease<br />

secreted by A. galli L 3 stage could purify based on molecular weight.<br />

Key words: Ascaridia galli, nematode, excretory/secretory, protease, chromatography


15<br />

PENDAHULUAN<br />

Protease yang dilepaskan melalui ekskretori/sekretori dari berbagai stadium<br />

kehidupan cacing parasitik telah menarik perhatian para ilmuan karena peranannya yang<br />

penting dalam reaksi biologi, termasuk metabolisme protein, reaksi imun, nutrisi parasit,<br />

penetrasi ke jaringan inang, dan patogenesis helmintosis. Telah dibuktikan bahwa<br />

peningkatan konsentrasi protease yang dilepaskan cacing parasitik pada peristiwa invasi<br />

ke jaringan inang definitif (Cock et al. 1993; Hadas dan Stankiewicz 1997; Todorova<br />

2000; dan Iglesias et al. 2005).<br />

Ascaridia galli adalah cacing parasitik nematoda yang dapat menginfeksi<br />

berbagai jenis unggas, termasuk ayam petelur. Siklus hidup A. galli secara lengkap telah<br />

dijelaskan oleh Permin dan Hansen (1998), dimana telur yang dihasilkan oleh A. galli<br />

dewasa di dalam lumen inang definitif akan mengalami maturasi di lingkungan<br />

manakala dikeluarkan bersama tinja. Siklus hidup sebagai parasit dimulai ketika inang<br />

definitif menelan telur infektif (L 2 ) sampai menjadi dewasa dan bereproduksi<br />

menghasilkan telur. Sebelum menjadi dewasa, A. galli mengalami dua fase kehidupan di<br />

dalam tubuh inang definitif, yaitu fase lumen dan fase jaringan. Mekanisme invasi ke<br />

jaringan oleh L 3 A. galli untuk menjalani fase histotrofik belum banyak diketahui.<br />

Diduga bahwa L 3 melepaskan protease ekstraseluler untuk menembus pertahanan<br />

mukosa saluran cerna inang definitif sehingga larva dapat establish di dalam jaringan.<br />

Peneliti terdahulu melaporkan bahwa enzim proteolitik ditemukan pada ekstrak<br />

somatis dan ekskretori/sekretori stadium L 3 , L 4 dan dewasa Ostertagia ostertagi (Cock<br />

et al. 1993). Hadas dan Stankiewicz (1997) menyatakan bahwa cacing nematoda<br />

Trichostrongylus colubriformis dan Haemonchus contortus melepaskan enzim<br />

proteolitik pada stadium L 3 . Hasil penelitian Todorova (2000) merefeksikan bahwa<br />

protease serin, sistein dan metal hadir pada kultur in vitro stadium L 1 Trichinella<br />

spiralis. Ford et al. (2005) membuktikan bahwa stadium L 3 Onchocerca volvulus<br />

menghasilkan protease serin. Namun, informasi tentang keberadaan protease pada<br />

stadium L 3 A. galli belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah<br />

memurnikan protease dari produk ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli. Tujuan


16<br />

penelitian ini adalah untuk mendapatkan protease murni yang dilepaskan melalui<br />

ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli.<br />

METODE PENELITIAN<br />

Tempat dan Waktu Penelitian<br />

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Helmintologi, Bagian Parasitologi dan<br />

Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat<br />

Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia<br />

Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian berlangsung dari<br />

bulan Mei 2005 sampai Mei 2006.<br />

Rancangan Penelitian<br />

Cacing A. galli betina dewasa diperoleh dari dalam lumen usus halus ayam<br />

kampung yang terinfeksi secara alami. L 1 diambil langsung dari uterus A. galli betina<br />

dewasa. L 1 diinkubasi secara in vitro selama 20 – 30 hari pada temperatur ruangan untuk<br />

mendapatkan L 2 . L 2 dikultur secara in vivo untuk mendapatkan L 3 pada 100 ekor ayam<br />

Isa Brown umur 12 minggu yang telah diperiksa telur cacing dalam tiap gram tinjanya<br />

(TTGT), dipelihara secara individual dalam kandang baterei, diberi pakan komersial dan<br />

air minum secara ad libitum sebagai ayam donor (Tiuria et al. 2003). Ayam dinekropsi<br />

tujuh hari setelah pemberian L 2 dan jumlah L 3 yang ditemukan dihitung. Larva A. galli<br />

diinkubasi dalam sumur cell culture plate, masing-masing sumur diisi 25 – 50 larva<br />

dalam 5 ml medium Rosswell Park Memorial Institute (RPMI 1640, Sigma-Aldrich), pH<br />

6,8, tanpa merah fenol yang ditambahkan 100 unit/ml penisilin G, 100 µg/ml<br />

streptomisin, 5 µg/ml gentamisin, dan 0,25 µg/ml kanamisin dalam inkubator CO 2<br />

selama 3 hari. Campuran medium dengan ekskretori/sekretori L 3 A. galli disentrifus<br />

pada 12.000 g dengan temperatur 4 o C selama 5 menit. Protease yang dilepaskan melalui<br />

ekskretori/sekretori L 3 A. galli dipurifikasi dengan kromatografi filtrasi gel dan anion<br />

exchange (Cock et al. 1993).


17<br />

Preparasi Ekskretori/Sekretori Stadium L 3 A. galli<br />

Telur cacing A. galli diambil dari uterus cacing betina dewasa. Telur cacing<br />

tersebut diinkubasi dalam cawan petri plastik berisi aquadestilata steril hingga terbentuk<br />

larva infektif (L 2 ) selama 21 – 30 hari pada suhu kamar (Tiuria 1991; Athaillah 1999<br />

Darmawi 2003; Balqis 2004; dan Balqis et al. 2005). L 2 A. galli yang berkembang<br />

diberikan secara oral kepada ayam petelur HySex Brown umur 12 minggu dengan dosis<br />

6000 L 2 , dan 7 hari kemudian dipotong untuk diambil isi lumen dan kerokan mukosa<br />

usus halus. Isi lumen dibersihkan dengan NaCl fisiologis dan disaring dengan saringan<br />

larva. L 3 A. galli dihitung di bawah mikroskop stereo (Bauer 2001; dan Balqis et al.<br />

2005).<br />

Sebanyak 25 – 50 ekor L 3 dikultur dalam cawan petri berisi 5 ml medium RPMI-<br />

1640 pH 6,8 (tanpa phenol red). Media diberi suplemen 100 unit/ml penicillin G, 100<br />

µg/ml streptomisin, 0,25 µg/ml amphotericin B, dan 5 µg/ml gentamisin. Larva dikultur<br />

selama 3 hari pada temperatur 37 0 C dan tekanan CO 2 5%. Cairan kultur dikoleksi,<br />

disentrifugasi (12.000 g) dan disaring dengan membran filter (0,2 µm), serta didialisa<br />

dengan phosphate-buffered saline (PBS) untuk mendapatkan ekskretori/sekretori A. galli<br />

(Rhoads et al. 1997; dan Balqis et al. 2005).<br />

Uji Konsentrasi Protein<br />

Sepuluh mg Bovine Serum Albumin (BSA) dilarutkan dengan 10 ml aquadest dan<br />

dibuat 10 tingkatan konsentrasi sebagai standar. Sebanyak 100 µl dari masing-masing<br />

tingkatan ditempatkan dalam tabung reaksi steril lainnya dan ditambahkan dengan 5 ml<br />

larutan Bradford. Sebagai blanko digunakan 3 tabung reaksi steril masing-masing diisi<br />

dengan 100 µl aquadest dan ditambahkan dengan 5 ml larutan Bradford. Sebanyak 100<br />

µl sampel substansi bioaktif asal larva stadium L 3 A. galli diisikan ke dalam tabung<br />

reaksi steril dan masing-masing ditambahkan dengan 5 ml larutan Bradford. Standar,<br />

blanko, dan sampel masing-masing dimasukkan kedalam tabung kuvet untuk dilihat<br />

hasil absorbansinya dengan menggunakan Spectrophotometer pada panjang gelombang<br />

(λ) 578 nm (Rukayadi dan Suhartono 1999).


18<br />

Uji Aktivitas Enzim<br />

Aktivitas proteinase diuji terhadap casein. Campuran 250 µl 0,2% casein<br />

Hamarstain dalam Tris mM (pH 7,0) dan 50 µl enzim diinkubasi selama 10 menit pada<br />

temperatur 70 o C. Reaksi dihentikan dengan penambahan 500 µl asam trichloroacetic 0,1<br />

M dan diinkubasikan pada 37 o C selama 10 menit. Setelah pemusingan, 375 µl<br />

supernatan dicampur dengan 1,25 ml sodium carbonate dan 50 µl reagen Folin-Ciocalteu<br />

dan diinkubasikan pada 37 o C selama 20 menit. Jumlah degradasi ditentukan dari<br />

absorbansi pada λ 578 nm (Kong et al. 2000). Aktivitas 1 unit enzim ditetapkan sebagai<br />

jumlah enzim yang dibutuhkan untuk menguraikan 1µg tyrosine dan casein di dalam 1<br />

ml volume reaksi per menit (Chung et al. 1997).<br />

Pemurnian Protease Stadium L 3 A. galli<br />

Tahapan ekstraksi dan pemurnian protease A. galli meliputi pengendapan<br />

protein, proses dialisis, penggunaan filtrasi gel dengan matriks sephadex G-100, dan<br />

anion exchange dengan matriks DEAE-Sephadex A-50. Untuk menggumpalkan protein,<br />

sebanyak 500 ml supernatan hasil sentrifugasi yang mengandung enzim ekstrak kasar<br />

ditambahkan dengan 40% (b/v) ammonium sulfat teknis, sedikit demi sedikit sambil<br />

diaduk dengan magnetik stirer hingga larut dan dibiarkan selama satu malam pada suhu<br />

rendah. Filtrat protease dipisahkan dengan sentrifugasi 12.000 g selama 40 menit lalu<br />

dilarutkan dengan buffer Tris-HCl 10 mM pH 8. Setelah itu dilakukan pengujian<br />

aktivitas dengan metode Walker (1984) pada substrat musin dan penentuan kadar protein<br />

menurut metode Bradford (1976).<br />

Ammonium sulfat yang ada dalam enzim dipisahkan dengan cara dialisis.<br />

Kantong dialisis (cut-off 12 kD) dengan lebar 25 mm, diametar 16 mm dipotong<br />

sepanjang 15 cm, disiapkan dengan cara berikut: kantong direndam dengan air mengalir<br />

selama 3-4 jam guna menghilangkan glisin. Selanjutnya kantong dialisis diberi<br />

perlakuan dengan 0,3% (w/v) larutan Na 2 S dengan suhu 80°C selama 1 menit untuk<br />

menghilangkan sulfur. Kemudian dicuci dengan air panas (suhu 60°C) selama 2 menit.<br />

Selanjutnya direndam dalam H 2 SO 4 0,2% (v/v). Terakhir dicuci dengan air panas sampai


19<br />

bau asamnya hilang. Saat akan digunakan, salah satu ujung kantong diikat dengan<br />

benang jahit, lalu dimasukkan 10 ml larutan enzim dan ujung yang lain diikat dengan<br />

benang jahit pula. Kantong dimasukkan dalam larutan buffer Tris-Cl 20 mm, pH 8<br />

dengan volume 100 kali volume filtrat dan diagitasi secara perlahan pada suhu 4°C<br />

selama 4 jam.<br />

Larutan Protease dimasukkan dengan menggunakan pipet dengan volume<br />

sebesar 5 % dari 27,5 (void volume) yaitu 1,375 ml. Setelah semua sampel dimasukkan<br />

dalam kolom, gradien pengelusi dan fraction colector (Pharmacia, Biotech)<br />

dioperasikan. Buffer yang digunakan untuk elusi ialah Tris-HCl 10 mM pH 8,0. Ukuran<br />

fraksi yang digunakan sebesar 2 ml per tabung, seluruhnya ada 20 fraksi. Setiap fraksi<br />

diukur aktivitasnya pada substrat musin menurut Metode Walter (1984) dan<br />

penghitungan kadar proteinnya menggunakan metode Bradford (1976).<br />

Kromatografi<br />

Sebelum aktivitas enzim diuji, terlebih dahulu dilakukan optimasi pada buffer<br />

boraks, buffer universal, dan buffer Tris-HCl (pH 6 - 10), asam fosfat (pH 6 - 8), dan<br />

asam asetat (pH 5 - 10). Protease yang dilepaskan melalui ekskretori/sekretori L 3 A. galli<br />

dipurifikasi dengan kromatografi filtrasi gel dan anion exchange. Supernatan kultur<br />

diendapkan dengan ammonium sulfat 40% selama 1 malam pada temperatur 4 o C dan<br />

disentrifus pada 10.000 rpm selama 10 menit. Pellet dilarutkan ke dalam buffer Tris-HCl<br />

(pH 7) dan didialisa dengan buffer yang sama pada 4 o C selama 24 jam. Larutan<br />

terdialisa digunakan pada kolom gel filtrasi matriks Sephadex G-100 (Sigma, USA) dan<br />

anion exchange matriks DEAE-Sephadex A-50 (Sigma, USA), disetimbangkan dengan<br />

buffer Tris-HCl (pH 7) dan dielusi pada gradien NaCl 0 – 0,1 M dalam 0,01 mM Tris-<br />

HCL (pH 7) pada nilai volume fraksi 0,5 ml/min dan 3 ml. Masing-masing fraksi diuji<br />

konsentrasi protein dan aktivitas enzimatisnya (Kong et al. 2000; dan Balqis et al.<br />

2006).


20<br />

HASIL PENELITIAN<br />

Pengaruh beberapa jenis dan pH buffer dilakukan dengan memberikan perlakuan<br />

0,1 M Tris-HCl (pH 6 - 10), 0,05 M asam fosfat (pH 6 - 8), dan 0.05 M asam asetat (pH<br />

5 - 10) disajikan pada Gambar 1. Aktivitas enzim diuji pada crude ekskretori/sekretori<br />

stadium L 3 A. galli. Hasil optimasi diketahui bahwa buffer Tris mempunyai aktivitas<br />

enzim yang tinggi dibandingkan dengan kedua jenis buffer lainnya, dimana aktivitas<br />

enzim mulai terlihat pada pH 6 yang mencapai optimum pada pH 7 tetapi aktivitas<br />

enzim rendah pada pH 8 dan semakin menurun pada suasana basa. Aktivitas enzim pada<br />

buffer fosfat mulai terlihat pada pH 5 yang dapat dipertahankan pada pH 6, tetapi<br />

aktivitasnya menurun pada pH 7 dan 8. Aktivitas enzim meningkat pH 9 dan<br />

dipertahankan sampai pH 10. Aktivitas enzim juga terlihat dalam buffer asetat pada pH<br />

6 dan aktivitasnya semakin meningkat sampai pada pH 8. Namun, nilai aktivitas enzim<br />

yang dicapai pada buffer fosfat atau asetat masih berada di bawah nilai aktivitas enzim<br />

pada buffer Tris-HCl. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa buffer Tris-<br />

HCl adalah buffer yang paling sesuai untuk optimasi aktivitas enzim dari<br />

ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli sehingga untuk pengujian selanjutnya pada<br />

penelitian ini digunakan buffer 0,1 M Tris-HCl pada pH 7.<br />

0.014<br />

0.012<br />

Aktivitas enzim (u/ml)<br />

0.01<br />

0.008<br />

0.006<br />

0.004<br />

0.002<br />

0<br />

4 5 6 7 8 9 10 11<br />

pH<br />

0,1 M tris HCl 0,05 M fosfat 0,05 M asetat<br />

Gambar 1. Aktivitas enzim crude ekskretori/sekretori stadium L 3<br />

A. galli pada buffer dan pH yang berbeda


21<br />

Untuk mendapatkan enzim protease yang bebas dari molekul lainnya, dilakukan<br />

pengendapan protein dengan menggunakan ammunium sulfat pada konsentrasi 20-70%.<br />

Hasil optimasi aktivitas enzim dengan ammunium sulfat disajikan pada Gambar 2.<br />

Aktivitas enzim terdeteksi pada konsentrasi 20% dan menurun pada konsentrasi 30%.<br />

Aktivitas enzim meningkat sebesar 14 kali pada konsentrasi 40%, tetapi aktivitas enzim<br />

menurun pada konsentrasi 50% dan terus menurun pada konsentrasi 60%, sedangkan<br />

pada konsentrasi 70% aktivitasnya terlihat sedikit meningkat. Berdasarkan hasil yang<br />

diperoleh diketahui bahwa konsentrasi ammunium sulfat yang paling sesuai untuk<br />

pengendapan protein dari ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli adalah ammunium<br />

sulfat dengan konsentrasi 40%.<br />

Aktivitas enzim (U/ml)<br />

0.016<br />

0.014<br />

0.012<br />

0.01<br />

0.008<br />

0.006<br />

0.004<br />

0.002<br />

0<br />

0 10 20 30 40 50 60 70 80<br />

Konsentrasi (%)<br />

Gambar 2. Optimasi aktivitas enzim crude ekskretori/sekretori stadium L 3<br />

A. galli dengan pengendapan ammunium sulfat<br />

Aktivitas enzim pada pengendapan protein dan dialisis terjadi peningkatan<br />

masing-masing sebesar 359,20% dan 362,05% dibandingkan dengan crude. Protein<br />

total yang merupakan perkalian antara kadar protein dan volume pada pengendapan<br />

protein dan dialisis terjadi penurunan sebesar 3,09% dan 3,51% dibandingkan dengan<br />

crude. Aktivitas total yang merupakan perkalian antara aktivitas enzim dan volume pada<br />

pengendapan protein dan dialisis terjadi penurunan sebesar 78,16% dan 65,84%


22<br />

dibandingkan dengan crude. Aktivitas spesifik yang merupakan pembagian antara<br />

aktivitas enzim dan kadar protein pada pengendapan protein dan dialisis terjadi<br />

peningkatan sebesar 2666,67% dan 1960,67% dibandingkan dengan crude. Tingkat<br />

kemurnian pada pengendapan protein dan dialisis meningkat sebesar 2524% dan 1868%<br />

dibandingkan dengan crude. Hasil yang merupakan pembagian antara aktivitas total dan<br />

volume pada pengendapan protein dan dialisis terjadi penurunan sebesar 78,9% dan<br />

65,59% dibandingkan dengan crude. Hasil uji konsentrasi protein, aktivitas enzim,<br />

aktivitas spesifik enzim, tingkat kemurnian dan hasil dari ekskretori/sekretori stadium L 3<br />

A. galli pada tiap-tiap tahap purifikasi disajikan pada Tabel 1.<br />

Tabel 1.Tahapan purifikasi protease dari ekskretori/sekretori L 3 A. galli<br />

Protein Aktivitas Akt. Spe- Tingkat Hasil<br />

Tahap Total (mg) Total (U) sifik(U/mg) Kemurnian (%)<br />

Crude (supernatan) 4485 2,84 0,0006 1,0 100,0<br />

Pengendapan-<br />

Am. sulfat 40% 138,75 2,22 0,0160 25,24 78,9<br />

Dialisis 157,5 1,87 0,0118 18,68 65,59<br />

Aktivitas enzim terlihat pada dua peak (puncak) yang dielusi dari gel filtrasi<br />

yaitu fraksi 8 dan 31 dengan aktivitas enzim masing-masing 0,10 U/ml dan 0.625 U/ml.<br />

Kadar protein terlihat pada 2 puncak, yaitu fraksi gabungan 4 dan 5, dan fraksi 11<br />

dengan konsentrasi protein 0,88 mg/ml dan 0,46 mg/ml. Hasil kromatografi gel filtrasi<br />

disajikan dalam Gambar 3. Aktivitas enzimatik terlihat pada empat puncak yang dielusi<br />

dari anion exchange yaitu fraksi gabungan 25 dan 30, fraksi 45, fraksi gabungan 55, 60,<br />

65, dan 70, dan fraksi 95. Konsentrasi protein terlihat pada lima puncak, yaitu fraksi<br />

gabungan 20, 25,30,dan 35, fraksi 45, fraksi gabungan 60 dan 65, 75 dan 80, dan fraksi<br />

90. Fraksi 45 merupakan puncak gabungan antara aktivitas enzim dan konsentrasi<br />

protein tertinggi yaitu 0.003 U/ml dan 37,33 mg/ml (Gambar 4). Berdasarkan hasil yang<br />

diperoleh dari kromatografi anion exchange dan gel filtrasi terlihat fraksi 31 mempunyai<br />

aktivitas enzim tertinggi, sehingga fraksi 31 akan dipakai untuk imunisasi ayam petelur.


23<br />

Konsentrasi protein<br />

(mg/ml)<br />

1<br />

0.9<br />

0.8<br />

0.7<br />

0.6<br />

0.5<br />

0.4<br />

0.3<br />

0.2<br />

0.1<br />

0<br />

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35<br />

Nomor fraksi<br />

0.7<br />

0.6<br />

0.5<br />

0.4<br />

0.3<br />

0.2<br />

0.1<br />

0<br />

Aktivitas enzime (U/ml)<br />

Protein<br />

Enzim<br />

Gambar 3. Kromatogram gel filtrasi matriks sephadex G-100<br />

Konsentrasi protein (mg/ml)<br />

40<br />

35<br />

30<br />

25<br />

20<br />

15<br />

10<br />

5<br />

0<br />

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95<br />

Nomor Fraksi<br />

0.0035<br />

0.003<br />

0.0025<br />

0.002<br />

0.0015<br />

0.001<br />

0.0005<br />

0<br />

Aktivitas Enzim e (U/m l)<br />

Protein<br />

Enzim<br />

Gambar 4. Kromatogram anion exchange matriks DEAE sephadex A-50


24<br />

Protein total, aktivitas total aktivitas spesifik tingkat kemurnian dan haril dari<br />

kromatografi gel filtrasi lebih tinggi dibandingkan dengan kromatografi anion exchange.<br />

Masing-masing uji terjadi peningkatan sebesar 1,07 kali, 19 kali, 18,83 kali, 18,81 kali<br />

dan 19,97 kali (Tabel 2). Berdasarkan hasil yang diperoleh terlahat bahwa hasil<br />

kromatografi gel filtrasi matriks sephadeks G-100 lebih baik bila dibandingkan dengan<br />

kromatografi anion exchange matriks DEAE sephadeks A-50.<br />

Tabel 2. Purifikasi protease dari ekskretori/sekretori L 3 A. galli dengan kromatografi<br />

Protein Aktivitas Akt. Spe- Tingkat Hasil<br />

Kromatografi Total (mg) Total (U) sifik(U/mg) Kemurnian (%)<br />

Gel filtrasi 1,2 0.19 0,1563 246,42 6,59<br />

Anion exchange 1.12 0.01 0,0083 13,10 0,33<br />

PEMBAHASAN<br />

Optimasi enzim dilakukan dengan memberikan perlakuan larutan penyangga<br />

buffer Tris-HCl (pH 6 - 10), asam fosfat (pH 6 - 8), dan asam asetat (pH 5 - 10) pada<br />

reaksi hidrolisis. Aktivitas enzim tertinggi pada penyangga asam fosfat adalah 0,003<br />

U/ml, pada penyangga asam asetat adalah 0,006 U/ml, sedangkan pada penyangga Tris-<br />

HCl adalah 0,012 U/ml. Hasil optimasi jenis larutan penyangga dengan beberapa pH<br />

menunjukkan bahwa larutan penyangga Tris-HCl pH 7 memberikan aktivitas terbaik<br />

bagi aktivitas enzim (Gambar 1). Aktivitas enzim meningkat sebesar 14 kali pada<br />

konsentrasi 40% ammunium sulfat (Gambar 2). Suhartono (1989) menyatakan bahwa<br />

optimasi buffer pada purifikasi protein diperlukan untuk menjaga konsentrasi ion<br />

hidrogen pada larutan protein. Pemilihan buffer yang sesuai sangat penting untuk<br />

menjaga protein pada pH yang diinginkan dan untuk memastikan hasil penelitian yang<br />

konstan. Buffer anion mempengaruhi konformasi enzim dan efek tidak langsung pada<br />

muatan sisi aktif enzim.


25<br />

Pengendapan (pemekatan) protein dengan amonium sulfat adalah metode yang<br />

sering digunakan karena memiliki daya larut tinggi di dalam air, relatif murah, dan<br />

kestabilan protein di dalam larutan amonium sulfat (2 M – 3 M) tahan bertahun-tahun.<br />

Pemilihan amonium sulfat didasarkan pada kelarutan protein yang berinteraksi polar<br />

dengan molekul air, interaksi ionik protein dengan garam dan daya tolak menolak<br />

protein yang bermuatan sama. Kelarutan protein (pada pH dan temperatur tertentu)<br />

meningkat pada kenaikan konsentrasi garam (salting in). Kenaikan kelarutan protein<br />

akan meningkatkan kekuatan ion larutan. Pada penambahan garam dengan konsentrasi<br />

tertentu kelarutan protein menurun (salting out). Molekul air yang berikatan dengan ionion<br />

garam semakin banyak yang menyebabkan penarikan selubung air yang mengelilingi<br />

permukaan protein sehingga mengakibatkan protein saling berinteraksi, beragregasi, dan<br />

kemudian mengendap (Harris 1989).<br />

Pada tahap dialisis, garam yang berlebih di dalam sampel dapat dihilangkan<br />

dengan cara menempatkan sampel di dalam kantung (membran) dialisis semipermeabel<br />

yang direndam di dalam larutan buffer. Molekul yang berukuran kecil akan keluar<br />

melalui membran sedangkan molekul yang besar akan tertahan di dalam membran<br />

dialisis. Ukuran pori kantung dialisis yang terbuat dari bahan selulosa asetat ini<br />

berdiameter 1 – 20 nm yang menunjukkan berat molekul minimum yang dapat tertahan<br />

di dalam membran (Harris 1989).<br />

Pemurnian protease yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan<br />

kromatografi kolom. Ada beberapa cara kromatografi kolom, diantaranya adalah<br />

kromatografi gel filtrasi dan kromatografi anion exchange. Berdasarkan hasil yang<br />

diperoleh dari kromatografi gel filtrasi (Gambar 3) dan anion exchange (Gambar 4)<br />

terlihat fraksi 31 mempunyai aktivitas enzim tertinggi. Kromatografi gel filtrasi<br />

merupakan teknik pemisahan protein dan makromolekul biologi lain berdasarkan ukuran<br />

molekul. Matriks gel filtrasi merupakan gel berpori yang dikemas di dalam kolom dan<br />

dielusi dengan fase cair-mobil. Pori-pori matriks dapat menampung molekul yang<br />

berukuran lebih kecil dan memisahkannya dari molekul yang berukuran molekul tinggi.<br />

Kromatografi gel filtrasi dapat pula digunakan untuk estimasi berat molekul.<br />

Kromatografi penukar ion memanfaatkan perbedaan afinitas antara molekul bermuatan


26<br />

di dalam larutan dengan senyawa yang tidak reaktif yang bermuatan berlawanan sebagai<br />

pengisi kolom. Permukaan protein terdiri dari muatan positif dan negatif tergantung dari<br />

rantai samping asam amino asam dan basa (Amersham 2003).<br />

Konsentrasi protein ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli pada tiap-tiap<br />

tahapan purifikasi mulai dari tahap crude sampai pada tahap kromatografi menunjukkan<br />

penurunan seperti disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa<br />

senyawa-senyawa pengotor dan protein-protein lain sudah terpisahkan. Penelitian<br />

tentang konsentrasi protein yang dilepaskan oleh cacing dilaporkan Satrija et al. (2004)<br />

bahwa kadar protein antigen cacing pita Raillietina echinobothrida sebelum dipekatkan<br />

berkisar antara 0,286 – 0,361 mg/ml, sedangkan setelah dipekatkan dengan vivaspin<br />

mengandung protein antigen 0,691 mg/ml. Darmawi et al. (2006 b ) membuktikan bahwa<br />

keberadaan protein L 3 cacing nematoda A. galli dapat dimonitor melalui<br />

spektrofotometer setelah tiga hari dikultur dalam medium RPMI 1640.<br />

Ekskretori/sekretori cacing nematoda seperti Ascaris suum, Toxocara canis,<br />

Brugia malayi, Loa loa, Dictyocaulus viviparus, Dirofilaria immitis, dan Ostertagia<br />

ostertagi mengandung enzim. Enzim yang dilepaskan cacing selama establish dapat<br />

berperan sebagai substansi biologik aktif untuk perkembangan parasit. Protease dapat<br />

dideteksi keberadaannya pada ekstrak tubuh dan ekskretori/sekretori larva (L 3 ) dan (L 4 )<br />

cacing nematoda O. ostertagi pada sapi. Aktivitas proteolitik terlihat pada produk<br />

ekskretori/sekretori L 4 (Cock et al. 1993). Cacing Clonorchis sinensis dilaporkan<br />

Nagano et al. (2004) secara molekular mengekspresikan protease sistein. Protease sistein<br />

juga diekspresikan oleh cacing dewasa Paragonimus westermani (Kim et al. 2000), dan<br />

H. contortus (Ruiz et al. 2004). Darmawi et al. (2006 a ) membuktikan bahwa cairan<br />

kultur larva A. galli memiliki aktivitas enzimatis yang ditandai dengan sifatnya yang<br />

mampu mendegradasi casein. Cacing nematoda gastrointestinal ruminansia juga<br />

mengandung enzim proteolitik (Knox dan Jones 1990).<br />

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli<br />

memiliki aktivitas protease dan berhasil dipurifikasi melalui kromatografi filtrasi gel.<br />

Hal ini membuktikan bahwa stadium L 3 A. galli membutuhkan enzim ekstraseluler<br />

untuk survive menjalani fase histotrofik. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian


27<br />

peneliti terdahulu bahwa aminopeptidase yang ditemukan oleh Rhoads et al. (1997) pada<br />

stadium L 3 – L 4 nematoda A. suum berkenaan dengan proses molting. Rhoads et al.<br />

(2001) membuktikan juga bahwa pada stadium L 3 – L 4 A. suum pada babi melepaskan<br />

hyaluronidase dengan kadar tertinggi hyaluronidase ditemukan pada hari keempat dan<br />

keenam di dalam medium kultur. Proses perkembangan L 3 menjadi L 4 dan proses<br />

migrasi larva A. suum ke jaringan difasilitasi dan tergantung pada hyaluronidase. Ford et<br />

al. (2005) melaporkan bahwa protease yang disekresikan melalui ekskretori/sekretori<br />

Onchocerca volvulus berperan multifungsi untuk perkembangan parasit, termasuk<br />

molting, establishment, embriogenesis, dan reproduksi.<br />

Berdasarkan temuan para peneliti terdahulu (Cock et al. 1993; Rhoads et al.<br />

1997; Harnett et al. 1997; Kim et al. 2000; Todorova 2000; Rhoads et al. 2001; Satrija et<br />

al. 2004; Nagano et al. 2004; Ford et al. 2005; dan Darmawi et al. 2006 ab ) maka<br />

protease yang telah berhasil dipurifikasi dari ekskretori/sekretori stadium L 3 A. galli<br />

pada penelitian ini sangat mungkin berperan multifungsi bagi kelangsungan hidup<br />

parasit dan sebagai perantara interaksi parasit dengan inang definitifnya.<br />

KESIMPULAN<br />

1. Stadium L 3 A. galli melepaskan protease yang mempunyai aktivitas enzim 0,19<br />

U/ml dengan aktivitas spesifik 0,15 U/mg.<br />

2. Aktivitas enzim yang terdapat pada fraksi 31 kromatogram filtrasi gel lebih<br />

tinggi dibandingkan dengan aktivitas enzim pada anion exchange.<br />

Saran<br />

Dari hasil penelitian disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian selanjutnya<br />

untuk mengetahui karakter dan jenis enzim yang dilepaskan oleh stadium L 3 A. galli.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!