Infeksi Cendawan Aspergillus Sp. Pada Beberapa Varietas/Galur ...

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-Sel Maros, 29 Oktober 2002
ISBN : 979-95026-5-9
INFEKSI CENDAWAN Aspergillus sp. PADA BEBERAPA VARIETAS/GALUR
JAGUNG HIBRIDA UMUR DALAM
Sutjiati, M. dan M. Sudjak Saenong
Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui infeksi cendawan Aspergillus sp.
Pada beberapa varietas/galur jagung hibrida umur dalam. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman Serealia dari bulan Nopember
2000 – Mei 2001. Enam belas varietas/galur hibrida umur dalam yaitu : STJ 9904, STJ
9902, Bisma, ST 9909, ST 9901, ST 9907, Pioneer-7, ST 9906, ST 9903, ST 9902, ST
9904, STJ 9901, ST 9908, ST 9905, BISI-2, STJ/1/10/4. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa varietas Pioneer-7, BISI-2, Bisma, dan galur STJ 1/10/4, ST 9905, ST 9908, ST
9902 relatif tahan terhadap infeksi jamur Aspergillus sp.
PENDAHULUAN
Cendawan Aspergillus pada bijibijian
yang disimpan dapat mengakibatkan
penurunan daya kecambah bahan,
perubahan warna bahan, perubahan berat
dan volume bahan, kenaikan suhu dan
kelembaban di dalam bahan, perubahan
susunan kimia di dalam bahan dan
produksi dan akumulasi mikotoksin di
dalam bahan.
Menurut Pritt dan Hocking (1996)
cendawan ini mampu menghasilkan
mikotoksin yang merupakan senyawa
metabolik bersifat toksik yang
mengakibatkan kanker pada hewan dan
manusia (Menhan, 1987).
Selain merusak biji jagung,
cendawan ini juga menginfeksi biji kacang
tanah, padi, kapas (Jacson and Bell,
1996). Tujuan penelitian untuk mengetahui
infeksi cendawan Aspergillus sp. pada
beberapa varietas/galur jagung hibrida
umur dalam.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Penyakit Tanaman
Balitsereal Maros dari bulan Nopember
2000 – Mei 2001 dengan menggunakan
rancangan acak lengkap dengan tiga
ulangan. Sebanyak 16 varietas/galur umur
dalam yaitu : STJ 9904, STJ 9902, Bisma,
ST 9901, ST 9907, Pioneer-7, ST 9906,
ST 9903, ST 9902, ST 9904, STJ 9901,
ST 9908, ST 9905, ST 9909, BISI-2,
STJ/1/10/4 disertakan dalam percobaan
ini.
Sampel setelah dipanen dijemur
bersama tongkol, kemudian dipipil dan
dijemur kembali sampai kadar airnya
mencapai 13%. Biji dimasukkan ke dalam
kantong plastik masing-masing 400 g
setiap sampel.
81

Sutjiati, M. : Infeksi Cendawan Aspergillus sp. pada Beberapa Varietas/Galur Jagung
Infeksi cendawan pada biji diuji
dengan metode Blotter (ISTA, 1996).
Benih ditempatkan ke dalam cawan petri
diatas tiga lembar kertas saring yang
sudah dibasahi ke dalam setiap cawan
petri ditempatkan 30 biji jagung pada jarak
yang sama. Sebelum itu benih direndam
dalam larutan NaOCl 1% selama 30 detik
untuk sterilisasi permukaan. Inkubasi
dilakukan pada suhu kamar selama 10
hari. Cendawan yang timbul diamati
langsung dibawah mikroskop dan
diidentifikasi berdasarkan deskripsi seperti
yang dikemukakan oleh Barnet dan Hanter
(1972).
Pengamatan infeksi cendawan
Aspergillus dilakukan pada penyimpanan
2, 4, dan 6 bulan. Hasil pengamatan
dihitung dengan menggunakan rumus :
A
P = ------ x 100%
B
Dimana :
P = Persentase biji yang ditumbuhi
jamur
A = Jumlah biji yang ditumbuhi jamur
B = Jumlah biji yang diamati (sampel)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan memperlihatkan
bahwa dari 16 varietas/galur berdasarkan
identifikasi pada mikroskop terhadap
warna koloni yang timbul parameter infeksi
cendawan memiliki respon yang berbeda.
Setelah dua bulan penyimpanan
biji jagung sudah terinfeksi oleh cendawan
Aspergillus sp. Makin lama jagung
disimpan makin tinggi tingkat infeksinya.
Pada pengamatan empat bulan
penyimpanan tingkat infeksi jagung
berkisar 1,11 – 12,22% dan pada 6 bulan
penyimpanan 1,11 – 26,67% (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata persentase infeksi cendawan Aspergillus sp. pada beberapa
varietas/galur jagung hibrida umur dalam, Maros 2000/2001.
Varietas/galur
STJ 9902
STJ 9904
Bisma
STJ 9901
ST 9907
Pioneer-7
ST 9906
ST 9903
ST 9902
ST 9904
ST 9909
ST 9908
ST 9901
ST 9905
BISI-2
STJ/1/10/4
Biji yang terinfeksi cendawan
2 bulan 4 bulan 6 bulan
8,89 a
8,89 a
16,67 e
8,89 a
11,11 a
16,67 e
1,11 c
1,11 g
5,56 a
4,44 b
6,67 bcd
14,44 cde
2,26 bc
4,44 def
8,89 ad
1,11 c
1,11 g
1,11 a
1,11 c
3,33 efg
8,89 ad
1,11 c
5,56 cde
6,67 ad
2,22 bc
3,33 efg
5,56 a
3,33 bc
12,22 a
15,55 de
1,11 c
4,44 def
26,67 f
1,11 c
3,33 efg
4,44 a
7,78 a
7,78 bc
13,33 bc
1,11 bc
2,22 fg
4,44 a
2,22 bc
3,33 efg
7,78 abc
2,22 bc
2,22 fg
3,33 a
82

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-Sel
Maros, 29 Oktober 2002
Hingga 4 bulan penyimpanan
infeksi tertinggi terdapat pada galur ST
9902 yaitu 11,11 dan infeksi terendah
terdapat pada galur STJ/1/10/4, ST 9905
dibanding dengan varietas BISI-2. Pada
umur 6 bulan penyimpanan infeksi tertinggi
terdapat pada galur ST 9909 yaitu 26,67.
Galur STJ/1/10/4, ST 9905, ST 9908, ST
9902 dan varietas Bisma, Pioneer-7, dan
BISI-2 relatif tahan terhadap infeksi jamur
Aspergillus sp.
Hasil penelitian Mappe dan Sutjiati
(1999); Sutjiati (2002) memperlihatkan
bahwa jamur Aspergillus dominan tumbuh
pada 16 varietas/galur bersari bebas juga
pada umur 2 bulan penyimpanan biji
jagung sudah terinfeksi oleh cendawan
Aspergillus sp.
KESIMPULAN
Galur STJ 1/10/4, ST 9905, ST
9908, ST 9902, dan varietas Bisma,
Pioneer-7 dan BISI-2 relatif tahan terhadap
infeksi jamur Aspergillus sp.
DAFTAR PUSTAKA
Barnett, H.L. and B. Hunter. 1972.
Illustrated genera at infected fungi.
Burgess Publishing Company.
Minnesota. 24 p.
Menhan, VK. 1987. The aflatoxin
contamination problem in groundnut
control with emphasis on host plant
resistance. The Regional Plant
Protection Group Meeting Horate
Zimbabwe, February. Pp.15-12.
Pritt, J.L. and A.D. Hocking. 1996. Current
knowledge of fungi and mycotoxin with
food. Commodities in Southeast Asia.
The Asean Technical Seminar on
Grain Post Harverst Technology.
Australia Center for International
Agricultural Research Cambera. Pp.5-
10.
Jackson, C.R. and D.K. Bell. 1966.
Diseases of peanut (groundnut).
Georgia Call Agric. Exp. Stn. Res. Bull.
No. 56:197 p.
Mappe, A. dan Sutjiati. 1999. Identifikasi
jamur yang terbawa pada benih jagung
bersari bebas. Makalah disajikan pada
Seminar ilmiah dan PPHT Komda Sul-
Sel di UNHAS Makassar.
Sutjiati. 2002. Perkembangan jamur
Aspergillus sp. pada biji jagung
ditempat penyimpanan. Berita
Puslitbangtan No. 25, hal. 9.
ISTA. 1996. Internasional rules for seed
testing. Proc. Of in seed test Assoc.
125 p.
Jacson, C.R. and D.K. Bell. 1996.
Diseases of peanut (groundnut)
caused by Univ. Georgia Call. Agric.
Exp. Stn. Res. Bull. No. 56, 197 p.
83