13.07.2015 Views

Hasil Penelitian Hama Kumbang Bubuk Sitophilus Zeamais Motsch ...

Hasil Penelitian Hama Kumbang Bubuk Sitophilus Zeamais Motsch ...

Hasil Penelitian Hama Kumbang Bubuk Sitophilus Zeamais Motsch ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-Sel Maros, 29 Oktober 2002ISBN : 979-95026-5-9HASIL PENELITIAN HAMA KUMBANG BUBUK <strong>Sitophilus</strong> zeamais <strong>Motsch</strong>PADA TANAMAN JAGUNGMasmawatiBalai <strong>Penelitian</strong> Tanaman SerealiaABSTRAKStatus pengelolaan dan evaluasi hasil-hasil penelitian hama gudang saat ini lebihdiarahkan pada penciptaan teknologi yang aman lingkungan. Hak ini dimaksudkan agarpenggunaan bahan kimia sebagai unsur pengendali serangga hama dapat diminimalkansekecil mungkin. Langkah tersebut harus didukung oleh terlaksananya kegiatan-kegiatanpenelitian jagung yang diarahkan pada pembentukkan galur/famili yang tahan, usahausahapenyaringan galur/famili hasil persilangan baik dari dalam dan luar negeri dan studiheritabilitas ketahanan genotip khususnya terhadap infestasi hama kumbang bubuk<strong>Sitophilus</strong> zeamais <strong>Motsch</strong>. Kajian-kajian lain seperti studi kehilangan hasil oleh akibatpenundaan panen, studi pengaruh tekanan serangga terhadap intensitas kerusakan bijidan studi pengaruh beberapa bahan nabati pada periode penyimpanan diharapkan dapatmemberi masukan informasi tambahan dalam mendukung usaha pengelolaan hamakumbang bubuk.PENDAHULUANJagung di Indonesia termasuksalah satu serealia penting yangdigunakan sebagai bahan pangan danpakan dan merupakan salah satukomoditas ekspor non migas. Sebagaibahan pangan, komoditas jagung iniumumnya disimpan dalam bentuk bijipipilan, sedikit sekali yang disimpan dalambentuk klobot. Dengan kadar air basiskering biji antara 11-13 %, biji jagungmasih sangat rentan terhadap infestasiserangga hama gudang ( Copeland, 1976) melaporkan bahwa kehilangan hasil olehinfestasi hama gudang dalam prosespenyimpanan bervariasi antara 9,6-20,2%.Beberapa jenis hama yangmerusak pada proses penyimpanan antaralain <strong>Sitophilus</strong> zeamais, S. Oryzae,Tribolium castebeneum, Rhyzophertadominica, Oryzaephilus surinamensis,Sitotroga cerealella, Ephestiia cautella danCorcyra cephalonica. <strong>Hama</strong>-hama tersebutmenyerang beberapa komoditi pertanianseperti beras, sorgum, gandum, kedelai,kacang hijau dan jagung. Akan tetapi padakomoditas jagung, <strong>Sitophilus</strong> zeamaismerupakan hama utama dan yang palingdominant menimbulkan kerusakan (Champand Highley, 1985;Osman, 1979). Sebagaihama utama, hama ini bahkan dapatmenyerang tanaman jagung sejaktanaman masih berada di lapangan. Initerjadi pada varietas-varietas yangmempunyai karakter penutupan klobotyang kurang sempurna sehingga mudahbagi serangga untuk melakukan penetrasike dalam biji (Melchor, 1981).Oleh karena serangga inimemegang peranan penting dalam prosesproduksi yang secara signifikan dapatmenurunkan baik kuantitas maupunkualitas biji maka langkah-langkahpenanganannya diarahkan kepadapembentukan galur/famili yang tahan,melakukan upaya penyaringan galur/famili43


Masmawati : <strong>Hasil</strong> <strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong> <strong>Kumbang</strong> <strong>Bubuk</strong> S.zeamais pada Tanaman Jagunghasil rekayasa teknologi baik dalam danluar negeri, uji heribilitas ketahanangenotipe, studi kehilangan hasil, studi polamakan, pengujian preferensi terhadapsumber makanan dan kajian-kajian lainyang diharapkan mrnghasilkan masukanmasukanteknologi dan penanganan hamagudang.PERSPEKTIF KERAGAAN HASILKajian Dinamika SeranggaKajian dinamika seranggadimaksudkan untuk melihat responserangga dalam mengakses sumbermakanan dan perilaku serangga terhadapstimuli lingkungan sekitar. Kajian inidigunakan untuk melihat ketahanan suatutanaman terhadap infestasi serangga,pengaruh penundaan waktu panenterhadap kehilangan hasil, pengaruhtekanan (padat populasi) seranggaterhadap kualitas dan kuantitas kerusakanbiji, pengaruh beberapa bahan nabatiterhadap infestasi serangga pada periodepenyimpanan biji.Uji Ketahanan Terhadap SeranggaUji ketahanan terhadap infestasiserangga dilakukan baik terhadapgalur/famili yang dihasilkan dari seleksi S1maupun seleksi saudara kandung. Terlihatbahwa galur yang memperlihatkan nilaikerusakan < 10 % ada 62 galur, 11-20 %ada 82 galur dan > 20 % ada 606 galur.Dari 750 galur yang diuji hanya yangmempunyai nilai kerusakan < 10 % yangdiambil yakni 10 galur dari populasiMCF(FS)C5, 8 galur dari populasiMCF(FS)C6, 2 galur dari populasiAC(FS)C6 dan 1 galur dari populasiP31(FS)C6 (Masmawati et al.,1996).Kajian Kehilangan <strong>Hasil</strong> OlehPenundaan Waktu PanenPada kajian kehilangan hasil olehpenundaan waktu panen dipilih umurpanen I (96 hari sesudah panen) yaknipada kondisi jambul dan klobot kering(cuaca hujan, gerimis), panen II (101 hari)pada kondisi jambul dan klobot sebagiandaun telah kering (cuaca hujan,gerimis),panen III (108 hari) pada kondisi semuadaun kering (cuaca hujan tanpa hujan),panen IV (115 hari) pada kondisi seluruhtanaman kering (cuaca hujan tanpa hujan).Pada perlakuan penyimpanan dalambentuk pipilan sudah ditemukan populasiawal pada perlakuan panen III dan IVmasing-masing 2 dan 3 ekor dengankondisi kerusakan biji awal 1,5 % dan 2,1%. Setelah disimpan selama 6 bulan,jumlah populasi adalah 413,50 ekor(panen I) dengan kerusakan biji 54,27 %,429,67 ekor (panen II) dengan kerusakanbiji 31,31 % dan 176,17 ekor (panen IV)dengan kerusakan biji 15,95 % (Tabel 1).Pada perlakuan penyimpana dalam bentukklobot, populasi awal serangga/15 tongkoltelah ditemukan pada perlakuan III dan IVmasig-masing 30 ekor dan 45 ekor denganpersen tongkol terserang 56,82 % dan62,34 %. Setelah disimpan 6 bulan,populasi serangga untuk perlakuan panen1363 ekor dengan persen tongkol rusak54,58 %, panen II 210 ekor dengan persentongkol rusak 46,47 %, panen III 492 ekordengan tongkol rusak 56,82 % dan panenIV 544 ekor dengan tongkol rusak 62,34%. Kondisi kadar air meningkat sekitar 50% setelah disimpan 6 bulan terjadi padaperlakuan penyimpanan bentuk pipilan,sedang pada bentuk klobot hanya sekitar15 %. <strong>Hasil</strong> dari kajian ini diperolehkesimpulan bahwa panen yang telambat(3-4) minggu sesudah masuk fisiologi tidakberpengaruh terhadap kerusakan bijijagung disimpan dalam bentuk pipilan.44


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-SelMaros, 29 Oktober 2002Kadar air biji jagung pipilan sebelumdisimpan memegang peranan penting.Jika jagung disimpan dalam bentuk klobot,panen yang terlambat meningkatkankerusakan biji (Tandiabang et al., 1996).Tabel 1. Matrik kajian kehilangan hasil oleh penundaan waktu panen terhadaptingkat serangan hama kumbang bubuk <strong>Sitophilus</strong> zeamais <strong>Motsch</strong>yang disimpan dalam bentuk pipilan dan klobot. Maros.1996UraianWaktu Panen (hari)96 101 108 115Bentuk PipilanPopulasi awal/tongkol 0 0 2 3Populasi 6 bulan 413.50a 429.67a 313.33ab 176.17bKerusakan awal (%) 0 0 1.5 2.1Kerusakan 6 bulan (%) 54.27b 72.16a 31.31c 15.95dKadar air awal (%) 9.71 9.78 7.27 7.10Kadar air 6 bulan (%) 18.04d 19.50b 18.79c 20.18aBentuk KlobotPopuplasi awal/tongkol 0 0 30 42Popuplasi 6 bulan 363 210 492 544Kerusakan awal (%) 0 0 1.5 2.1Kerusakan 6 bulan (%) 20.67b 19.67b 21.17b 21.50aKadar air awal (%) 18.20 17.97 17.20Kadar air 6 bulan (%) 20.33 19.61 19.17Angka yang diikuti oleh yang sama dalam lajur tidak berbeda nyata Menurut uji DMRT 5 %.Sumber : Tandiabang et al (1996), data diolah.Pengaruh Tekanan SeranggaPengaruh padat populasi seranggaterhadap intensitas serangan sangatberkorelasi positif. Pada kondisi padatpopulasi yang besar, biasanya intensitaskerusakan juga tinggi. Hal ini disebabkankarena padat populasi berpengaruh dalamhal kompetisi serangga untuk memperolehmakanan dan meletakkan telur (Ryoo etal.,1992). Kajian pengaruh tekananserangga menggunakan tiga taraf padatpopulasi yakni 10 ekor, 25 ekor dan 50ekor serangga tiap gelas uji. Natalitas,mortalitas dan persentase kerusakan bijidiamati pada dua selang waktu yakni 30hari setelah infeksi dan 60 hari setelahinfeksi. Pengamatan pada saat 30 harisetelah infeksi (HSI), persentasekerusakan biji dari semua perlakuanberkisar antara 9-11 %. Natalitas seranggatertinggi terjadi pada populasi 10 ekorserangga/100 biji, terendah pada populasi50 ekor serangga/100 biji (Tabel 2)45


Masmawati : <strong>Hasil</strong> <strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong> <strong>Kumbang</strong> <strong>Bubuk</strong> S.zeamais pada Tanaman JagungTabel 2. Rata-rata natalitas dan mortalitas serangga <strong>Sitophilus</strong> zeamais sertapersentase kerusakan biji 30 hari setelah infeksi.Maros.1996.Perlakuanserangga(ekor/100biji)SeranggaBenihPersentasekerusakan(%)Natalitas(%)Mortalitas(%)Sehat(%)Rusak(%)10 92 17 88,08 11 1125 86,2 16,4 90,6 9,4 9,450 83,6 13,8 89,3 1,7 10,7Sumber : Sudjak Saenong (1997)Hal yang sama terjadi padamortalitas serangga, terendah padapopulasi 50 ekor serangga/100 biji, dantertinggi dicatat pada populasi 10 ekorserangga/100 biji. Persen biji yang tidakterinfeksi tertinggi pada populasi 25 ekorserangga/100 biji. Pada saat 60 HSI,persentase kerusakan bici tertinggi terjadipopulasi 50 ekor serangga/100 biji,terendah pada populasi 10 ekorserangga/100 biji (Tabel 3).Tabel.3 Rata-rata natalitas dan mortalitas serangga <strong>Sitophilus</strong> zeamais serta persentasekerusakan biji 60 hari estela infeksi.Maros.1996.PerlakuanSeranggaBenihPersentaseserangga(ekor/100biji)Natalitas(%)Mortalitas(%)Sehat(%)Rusak(%)Kerusakan(%)10 447 35 60,3 39,7 39,725 232 24 50,3 50,7 50,750 121,4 20 35,4 64,6 60,6Sumber : Sudjak Saenong (1997)Mortalitas serangga tertinggi terjadipada populasi 10 ekor serangga/100 bijidan terendah pada populasi 50 ekorserangga/100 biji, sedangkan natalitastertinggi pada populasi 10 ekorserangga/100 biji, terendah pada populasi50 ekor serangga/100 biji. Nampak bahwaterdapat kecenderungn meningkatnyapersent natalitas, mortalitas dan kerusakanbenih dengan bertambahnya waktu, akantetapi berbanding terbalik dengan padatpopulasi serangga. Peningkatan natalitasdan kerusakan biji disebabkan olehsemakin lama waktu serangga pada statusumber makanan, maka peluang masabertelurnya semakin panjang dangilirannya semakin banyak keturunan yangbertahan dan berkembang pada sumbermakanan tersebut. Kerusakan yangditimbulkan menjadi besar bukan saja olehkerusakan induk, akan tetapi juga olehkerusakan progenisnya. Padapengamatan 30 HSI, mortalitas cenderungmenurun dengan semakin rendahnyapadat populasi, hal ini terlihat pula padapengamatan 60 HSI. Kejadian ini nampakpula pada pengamatan natalitasnya, yakninatalitas semakin besar dengan padatpopulasi yang rendah. Pada populasiserangga uji yang rendah, peluangkompetiti terhadap makanan dan bertelurrelatif kecil dibanding serangga dengan46


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-SelMaros, 29 Oktober 2002pada populasi yang tinggi sehingganatalitas serangga rendah. Tingkatkerusakan yang ditimbulkan menjadi relatifrendah karena rendahnya progenis yangmuncul. Pengamatan ini sejalan denganpenemuan Dobie(1974) bahwa tingkatkesuburan serangga sangat dipengaruhioleh padat populasi serangga induknya.Tingkat kesuburan serangga semakin kecildengan semakin besarnya populasi induk,dan tingkat kesuburan berbanding lurusdengan progenis yang dihasilkan. Padapengamatan kerusakan biji pada 30 HSI,kerusakan biji berfluktuasi dari tiapperlakuan padat populasi serangga. Akantetapi, pada 60 HSI, kerusakan bijimeningkat dengan meningkatnya padatpopulasi.<strong>Hasil</strong> dari kajian ini diperoleh databahwa ternyata terdapat kecenderunganmeningkatnya persentase natalitasserangga, mortalitas dan kerusakan bijidengan bertambahnya waktu, danberbanding terbalik dengan padat populasiserangga. Pada pengamatan 30 HSI,mortalitas cenderung menurun dengansemakin rendahnya populasi, sedangkannatalitas meningkat dengan padat populasiyang rendah. Tingkat kerusakan biji saatpengamatan 30 HSI nampak masihberfluktuasi dari tiap perlakuan padatpopulasi serangga. Akan tetapi, padapengamatan 60 HSI, kerusakan bijimeningkat dengan meningkatnya padatpopulasi (Sudjak Saenong,1997).Pengaruh Bahan NabatiPreferensi hama kumbang bubukpada jagung yang disimpan akan menurunbila biji jagung disimpan pada kondisikadar air rendah (Kalshoven,1981; Mas’udet al .,1996). Selain itu, penggunaanbahan nabati dan pengasapan juga akanmenurun preferensi serangga terhadapsumber makanan (Bedjo,1993;Erliana,1991).Kajian pengaruh bahan nabati telahdilakukan oleh Abdul Fattah danSjafaruddin (1996) dengan menggunakanbeberapa daun dan abu yakni daun sereh,daun bawang, daun cengkeh, daun dringo,abu dapur dan abu sekam. Data intensitasserangan, jumlah populasi yang mati,populasi terakhir dan berat jagung terakhirdapat dilihat pada Tabel 4.Tabel 4. Rata-rata populasi terakhir, intensitas serangan, jumlah populasi mati, danberat jagung terakhir.Perlakuan Intensitas Jumlah populasi Populasi Berat jagungserangan (%) yang mati terakhir terakhirKontrol 17,21 a 6,22 e 112,00 a 972,14 aAbu dapur 8,14 b 15,13 c 45,17 c 763,12 bArang halus 2,25 c 38,17 a 15,14 e 650,37 bDaun sereh 4,15 bc 27,11 b 25,10 d 891,31 abDaun bawang 16,12 a 8,14 e 81,25 b 920,13 aDaun cengkeh 6,65 b 19,27 c 20,21 de 824,26 abDaun dringo 3,37 c 31,2 ab 12,19 e 712,15 bAbu sekam 5,18 c 21,25 c 19,01 de 882,51 aKK (%) 61,51 11,34 18,14 19,17Sumber : Abdul Fattah dan Sjafaruddin (1996)47


Masmawati : <strong>Hasil</strong> <strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong> <strong>Kumbang</strong> <strong>Bubuk</strong> S.zeamais pada Tanaman JagungPerancangan Pembentukan PopulasiTahanPerancangan pembentukanpopulasi tahan dimaksudkan untukmencari dan merakit sumber-sumberketahanan yang dapat digunakan sebagaibahan seleksi guna penciptaangalur/varietas tahan. Langkah ini ditempuhdengan melakukan perbaikan populasidengan seleksi S1 dan perbaikan populasidengan seleksi saudara kandung.Perbaikan populasi dengan seleksi S1Pada perbaikan populasi denganseleksi S1, data yang dicatat dariketegapan tanaman, silking umur panen,tinggi tanaman, tipe biji dan jumlah tongkoldapat dilihat pada Tabel 5. Jumlah galuradalah 286 yang terdiri atas 145 galuryang disibing dan 141 galur yang diselfing.Nilai kisaran ketegapan tanaman dan tipebiji yang bernilai sama tercatat padapopulasi MCF(FSC5, MCF(FS)C6,MCA(FS)C5 dan MCA(FS)C6, dengan nilaiketegapan 3 – 5 dan tipe biji semiflint-flint,sedang pada populasi P31(FS)C6,ketegapannya 1 – 3 dengan tipe biji flint.Parameter lain seperti silking, umur panendan jumlah biji nilainya bervariasi padasetiap populasi.<strong>Hasil</strong> yang diperoleh dan penelitianini adalah sebanyak 141 galur hasilpersilangan selfing dari biji yang tahanhama kumbang bubuk dengan penampilantanaman yang baik untuk seleksi S1 padaperbaikan ketahanan genotipe jagungterhadap <strong>Sitophilus</strong> zeamais <strong>Motsch</strong> sikluskedua. Galur yang berasal dari populasiMCF, MCA dan P31 memiliki sifat umurkeluar rambut 53 – 64 hari, umur panen 93– 105 hari, tinggi tanaman 110 – 169 cm,dengan ukuran biji kecil dari tipe semimutiara hingga mutiara (Oman Suhermandan Muslimah Hamdani, 1996a).Tabel 5. Perbaikan populasi jagung dengan seleksi S1 untuk ketahanan kumbangbubuk S. zeamais <strong>Motsch</strong>. Maros, 1996.UraianHalfsibSelfingKetegapanSilking (hari)Panen (hari)Tinggi (cm)Tipe bijiJumlah biji/tongkolTingkat serangan< 10 (%)11-20 (%)> 20 (%)PopulasiMCF(FS)C5 MCF(FS)C6 MCA(FS)C5 MCA(FS)C6 P31(FS)C643483 – 553 – 6293 – 100124 – 156Sf – f52 – 10260623 – 554 – 6094 – 100110 – 148Sf –f62 – 1143153 – 554 – 6494 – 105115 – 165Sf – f12 – 98753 – 555 – 6295 – 100110 – 153Sf – f14 – 844211 – 356 – 6295 – 105124 – 169f15 – 7310 galur17 galur100 galur8 galur25 galur108 galur24 galur24 galur46 galur17 galur9 galur49 galur--90 galurSumber : Oman Suherman dan Muslimah Hamdani (1996a) dan Masmawai et al. (1996), data diolah48


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-SelMaros, 29 Oktober 2002Perbaikan populasi dengan seleksisaudara kandung<strong>Hasil</strong> yang diperoleh dari seleksisaudara kandung adalah ada 314 familibaru hasil persilangan antar galur yangtahan kumbang bubuk dengan penampilantanaman yang diinginkan. Famili tersebutmemiliki sifat tinggi tanaman antara 99 –153 cm, keluar rambut tongkol antara 45 –11 hari, umur panen antara 88 – 89 hari,bentuk biji semi mutiara hingga mutiara(Tabel 6) (Oman Suherman dan MuslimahHamdani, 1996a).Tabel 6. Perbaikan populasi jagung dengan seleksi saudara kandung untukketahanan kumbang bubuk S. zeamais <strong>Motsch</strong>. Maros, 1996.Karakter tanamanTinggi tanaman (cm)Letak tongkol (cm)Umur tongkol berambut (hari)Umur tanaman (hari)Skor ketegapanSkor penampilanTipe bijiWarna bijiJumlah biji/tongkolUkuran (g/100 biji)Tingkat serangan< 10 (%)11-20 (%)> 20 (%)AC(FS)C599,0 – 152,845,1 – 110,653,0 – 59,088,0 – 98,03 – 73 – 7SemiflintKuning muda50200FamiliAC(FS)C6115,4 – 149,845,6 – 85,752,0 – 57,085,0 – 92,03 – 53 – 5FlintKuning kecoklatan150220-2 galur-1 galur59 galur56 galurSumber : Oman Suherman dan Muslimah Hamdani (1996a) dan Masmawai et al. (1996), data diolahKajian heritabilitas ketahanan genotipejagungKajian heritabilitas digunakan untukmenduga seberapa besar faktor genetikmempengaruhi fenotipe individu/populasiyang dalam arti luas didefenisikan sebagairatio ragam genetik total terhadap fenotipe(Dudley dan Moll, 1969). Kajian terhadapheritabilitas genotipe dilakukan dengancara menyilangkan sebanyak 8 populasijagung yakni MCA(FS)C5, MCA(FS)C6,MCF(FS)C5, MCF(FS)C6, AC(FS)C5,AC(FS)C6, P31(FS)C5, dan P31(FS)C6masing-masing dengan silang diri (selfing)sehingga dihasilkan 749 galur yangselanjutnya dievaluasi ketahanannya dilaboratorium. Pengukuran terhadap nilaikoefisien keragaman, ragam lingkungan,ragam genotipe, biji rusak, heritabilitasplot, pendugaan kemajuan seleksi dannilai harapan baru dapat dilihat pada Tabel7.<strong>Hasil</strong> kajian ini dapat disimpulkanbahwa nisbah ragam genotipe ketahananjagung terhadap kumbang bubuk S.zeamais <strong>Motsch</strong> dengan ragam genotipeatau ragam total dari 8 populasi berkisarantara 0,84 – 0,99 yang berarti bahwa sifattahan hama tersebut sangat kuatdisebabkan oleh faktor genetik. Atas dasarkemajuan seleksi terhadap hama kumbangbubuk, ternyata untuk populasi Malangkomposit F akan mendapatkan intensitasserangan generasi lanjut sebesar 5 – 7%dan malang komposit A 2-4% (OmanSuherman et al., 1996b).49


Masmawati : <strong>Hasil</strong> <strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong> <strong>Kumbang</strong> <strong>Bubuk</strong> S.zeamais pada Tanaman JagungUraianJumlah galurKoefisienkeragaman (%)Antar galurDalam galurRagam lingkunganRagam genotipeHeritabilitas plotPendugaankemajuan seleksi*)Nilai harapanpopulasi baruBiji rusak rata-rataunit (%)Biji rusak populasi(%)Tabel 7. Matrik parameter kajian heritabilitas ketahanan genotipe jagung terhadaphama kumbang bubuk S. zeamais <strong>Motsch</strong>. Maros, 1996.PopulasiMCA(FS)C5 MCA(FS)C6 MCF(FS)C5 MCF(FS)C6 AC(FS)C5 AC(FS)C6 P31(FS)C5 P31(FS)C694 75 127 141 59 59 105 8918,78 14,45 13,36 10,71 4,82 6,61 9,46 7,071562,223,80,091644270,979-21,664,023,5825,682774,622,100,092888890,989-30,122,402,1032,532112,148,960,192057130,967-46,435,944,5052,372204,624,760,085951050,983-39,447,006,2046,45415,319,480,136219480,935-54,4095,1518,6073,55*) Bila nilai pendugaan seleksi negatif berarti serangan kumbang bubuk berkurangSumber : Oman Suherman dan Muslimah Hamdani (1996a)2803,823,670,082172730,979-26,5765,1063,1091,6759369,090,297815470,838-16,8371,0568,1087,911920,727,990,2105104350,980-44,9529,8428,9274,78KESIMPULANFaktor-faktor seperti penundaanpanen, intensitas tekanan serangga danbeberapa bahan nabati berpengaruhlangusng terhadap kualitas maupunkuantitas kerusakan biji oleh seranganhama kumbang bubuk. Upaya-upayauntuk memperoleh sumber ketahanandilakukan melalui perbaikan populasidengan seleksi S1 dan seleksi saudarakandung.DAFTAR PUSTAKAAbdullah Fattah dan Sjafaruddin. 1996.Pengaruh bahan nabati, arang, abusekam, dan abu dapur terhadapintensitas serangan hama <strong>Sitophilus</strong>sp. Prosiding Seminar dan PertemuanTahunan X PEI, PFI, dan HPTI KomdaSul-Sel. Maros 10 Januari 1996. p.70-75.Anonim. 1988. Kordinasi Program<strong>Penelitian</strong> Nasional Jagung. Pusat<strong>Penelitian</strong> Tanaman Pangan. Badan<strong>Penelitian</strong> Pengembangan Pertanian.Bedjo. 1992. Pengaruh kadar air awal bijijagung terhadap laju infestasi kumbangbubuk. Dalam Astanto et al. (ed).Risalah <strong>Hasil</strong> <strong>Penelitian</strong> TanamanPangan Malang Tahun 1991. Balai<strong>Penelitian</strong> Tanaman Pangan Malang.P.294-298.Bedjo. 1993. Pengaruh pengapasan kayuAlbizzia terhadap infestasi hamagudang <strong>Sitophilus</strong> sp. padapenyimpanan jagung. Seminar <strong>Hasil</strong><strong>Penelitian</strong> Tanaman Pangan. BalittanMalang.Badan Pengendali Bimas. 1996. Ikhtiarmempertahankan swasembada berasdan mewujudkan swasembada jagungdan kedelai. Jakarta p.6.1-6.14.Dobbie, P. 1974. The laboratoryassesment of the inherentsusceptibility of maize varieties to postharvest infection by <strong>Sitophilus</strong> zeamais<strong>Motsch</strong> (Coleoptera : Curculionidae).Journal Stored Product Research.Vol.10:183-197. Pergamon Press50


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-SelMaros, 29 Oktober 2002Erliana. 1991. Pengaruh bahan nabati,arang, dan abu dapur terhadapkerusakan biji jagung dalampenyimpanan. <strong>Hasil</strong> <strong>Penelitian</strong>Tanaman Pangan Malang. BalittanMalang.FAO. 1977/ Aalysis of an FAO survey ofpost harvest crop losses in developingcountries (AGPP : MISC/227). Foodand Agriculture Organization of theUnited Nations. Rome.ICRISAT. 1988. Annual Report.Masmawati, Suherman, O., dan D. Baco.1996. Penyaringan galur jagungterhadap hama bubuk <strong>Sitophilus</strong>zeamais. <strong>Hasil</strong>-hasil <strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong>dan Penyakit Tanaman Tahun1995/96. Badan Litbang Pertanian,Balitjas, Maros. P.15-20.Mas’ud, S., M. Yasin, D. Baco. Dan S.Saenong. 1996. Pengaruh kadar airawal biji sorgum terhadapperkembangan kumbang bubuk<strong>Sitophilus</strong> zeamais. <strong>Hasil</strong>-hasil<strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong> dan PenyakitTanaman Tahun 1995/96. BadanLitbang Pertanian. Balitjas Maros. P-35-44.Oman, S., Masmawati, dan D. Baco.1996a. Heritabilitas ketahanangenotipe terhadap hama bubuk<strong>Sitophilus</strong> zeamais. <strong>Hasil</strong>-hasil<strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong> dan PenyakitTanaman Tahun 1995/96. BadanLitbang Pertanian. Balitjas Maros. P-21-27.Oman, S. dan M. Hamdani. 1996b.Pembentukan galur/famili untukpenyaringan ketahanan jagungterhadap hama kumbang <strong>Sitophilus</strong>zeamais. <strong>Hasil</strong>-hasil <strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong>dan Penyakit Tanaman Tahun1995/96. Badan Litbang Pertanian.Balitjas Maros. P.7-14.Rejesus, B.M, and P.A. Javier. 1980.Laboratory assesment of damagecaused by <strong>Sitophilus</strong> spp. andRhizoperta dominica in stored grain. InSorghum and millets abstract C.A.B.April 1982. Vol.7, No.1. Abstract 1-2.Rejesus, B.M. 1981. Stored product pestproblems and research needs in thePhilippines. Proceeding of BiotropSymposium on Pest of Stored Procuct.Bogor. Pp.47-63.Ryoo, M.I. and H.Q. Cho. 1992. Feedingand oviposition preference anddemography of rice weevil(Coleroptera : Curculionidae) Rearedon mixtures of brown, polished androught rice, Environ. Entomol. 21:549-555.Sudjak Saenong. 1997. Pengaruhoerbedaan padat populasi terhadaptingkat kerusakan benih jagung dilaboratroium. Kumpulan SeminarMingguan. Badan <strong>Penelitian</strong>Pengembangan Pertanian. Balai<strong>Penelitian</strong> Tanaman Jagung danSerealia.Tandiabang, J., S. Mas’ud, dan M.S.Pabbage. 1995. Kehilangan hasiljagung oleh kumbang bubuk <strong>Sitophilus</strong>zeamais dengan penundaan panen.<strong>Hasil</strong>-hasil <strong>Penelitian</strong> <strong>Hama</strong> danPenyakit Tanaman Tahun 1995/96.Badan Litbang Pertanian. BalitjasMaros. P.28-34.51

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!