12.07.2015 Views

PENANGGULANGAN CENDAWAN YANG MENYERANG

PENANGGULANGAN CENDAWAN YANG MENYERANG

PENANGGULANGAN CENDAWAN YANG MENYERANG

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-Sel Maros, 29 Oktober 2002ISBN : 979-95026-5-9<strong>PENANGGULANGAN</strong> <strong>CENDAWAN</strong> <strong>YANG</strong> <strong>MENYERANG</strong>BIJI JAGUNG SELAMA PENYIMPANANM. Yasin dan A. H. TalancaBalai Penelitian Tanaman SerealiaABSTRAKJagung merupakan komoditas pokok kedua setelah beras. Jagung merupakan bahanpangan dan pakan. Selama penyimpanan jagung sering diserang oleh serangga dancendawan. Sehingga kuantitas dan kualitas menurun. Cendawan yang sering menyerangbiji jagung Botryodiplodia theobzomae oryzae, Cephosporium acremonium, Phoma sp.,Aspergillus spp., Penicillium sp., Diplodia maydis, dan Celetrotichum giniculatum.Aspergillus sp. yang dominan adalah A. flavus. A. flavus menghasilkan aflatoksin yangsangat berbahaya baik pada ternak maupun pada manusia. Berbagai carapenganggulangan cendawan yang dapat dipergunakan adalah varietas tahan, umur panenyang tepat, kadar air dan penyimpanan yang tepat serta penggunaan fumigasi danpenggunaan bahan dari tumbuhan (nabati).Kata kunci : Aspergillus flavus, Penicellium, Diplodi maydis.PENDAHULUANDi Indonesia jagung merupakankomoditas pokok kedua setelah beras,sebab selain merupakan bahan pangan,jagung juga menjadi bahan baku pakanyang penting. Selama penyimpanan,jagung dapat diserang oleh serangga,tungau, mikroorganisme dan tikus.Serangga dan cendawan masing-masingmerupakan penyebab kerusakan utamadan kedua bahan pangan atau pakan.Selain melukai biji, serangga dapatmenyebabkan cendawan dengan caramembawa spora-spora cendawan padapermukaan tubuhnya. Aktivitasmetabolisme serangga dapatmenyebabkan kenaikan kadar air substrat,sehingga memacu pertumbuhancendawan, yang dapat menyebabkansusut bobot, perubahan warna biji,pemanasan dan keapekan, penurunankandungan nutrisi, dan produksimikotoksin, antara lain aflatoksin. Toksintersebut dihasilkan oleh galur-galur120tertentu Aspergillus flavus dan A.parasiticus, dan merupakan toksin yangberbahaya karena dapat menyebabkankanker hati, baik pada manusia maupunternak.Menurut Yadgini dan Reddy (1976)salah satu masalah pada industri pakan didaerah tropik adalah terdapatnyamikotoksin pada bahan baku ramsum.Bahan baku ramsum yang paling seringtercemar oleh mikotoksin adalah jagung(Wyatt, 1976). Sedangkan Cole et al(1982) melaporkan bahwa aflatoksinadalah mikotoksin yang paling seringditemukan pada jagung. Makalah inimenguraikan tentang jenis cendawan yangmenyerang biji jagung dan carapenanggulangannya.JENIS-JENIS <strong>CENDAWAN</strong> <strong>YANG</strong><strong>MENYERANG</strong> BIJI JAGUNGMenurut Muis et al. (2002)cendawan yang menginfeksi bijidipenyimpanan dapat bersumber dari


M. Yasin dan A.H. Talanca : Penanggulangan Cendawan yang Menyerang Biji Jagungcendawan yang menyerang tanamanjagung di lapangan, hal ini bisa terjadiapabila penanganan pasca panen kurangbagus. Hasil survey yang dilakukan Muiset al. (2002) menunjukkan bahwa darisampel-sampel biji jagung yangdikumpulkan di lapangan, di rumah petani,dan gudang penyimpanan, menunjukkanbahwa ada tujuh spesies cendawan yangmenyerang biji jagung yaitu Diplodia sp.,Fusarium sp., Pennicillium sp., Cladosporiumsp., Rhizopus sp., Aspergillus spp.,dan Trichoderma sp. Dari ketujuh spesiescendawan tersebut yang dominan adalahAspergillus spp. Pakki et al (2002)mengemukakan bahwa spesiesAspergullius yang dominan ditemukantersebut adalah A. flavus, selain itu jugaditemukan A. niger namun populasinyarendah.Menurut Semangun (1981) telahditemukan 10 jenis cendawan yangmenyerang biji jagung, yang dikumpulkan(diambil) dari petani dan pedagang diJawa Barat dan Sumatera Barat. Jeniscendawan yang dimaksud adalahBotryodiplodia theobzomae, Curvulariaspp., Fusarium spp., Nigospora oryzae,Cephosporium acremonium, Phoma sp.,Aspergillus spp., Penicillium sp., Diplodiamaydis, dan Coletrorichum giniculatum.Cendawan A. flavus sangatberbahaya karena dapat memproduksimikotoksin yang disebut aflatoksin. Hasilsurvey Dharmaputra (1992) denganmengambil sampel biji jagung pada petani,pedagang menengah, dan pedagangbesar bervariasi. Jagung yang diambil darikeempat sumber tersebut terserangcendawan A. flavus dengan populasi yangrelatif tinggi dan terkontaminasi olehaflatoksin dengan konsentrasi yang cukuptinggi yaitu 23 – 267 ppb (Dharmaputra etal., 1993).Menurut Shurtleff (1980) bilamenyerang ternak aflatoksin dapatmenyebabkan penurunan berat badan,pertumbuhan yang jelek, dan bahkankematian. Ternak muda lebih pekadibanding yang lebih tua. Aflatoksin ini125juga dapat menyebabkan gagalnyapengaruh vaksin pada ternak.Hamilton (1986) melaporkanbahwa aflatoksin sangat berbahayakarena dapat menyebabkan kanker padahati manusia, keguguran, dan penurunanproduksi susu dan daging pada ternak.Karenanya FAO telah menetapkan batasmaksimal kandungan aflatoksin 30 ppb(Baiton et al., 1980).Selain Aspergillus spp., cendawanFusarium sp., dan Penicillium sp. jugadapat menyebabkan penyakit pada ternakdan manusia (Shurtleff, 1980; Semangun,1991). Selanjutnya dikemukakan bahwacendawan Fusarium gramineacerummembentuk racun-racun deoksinivelanol(vomitoksin) nivalenol dan zearalenon.Zearalenon dapat menimbulkanhiperestrogenisme pada ternak betinayang menyebabkannya menjadi mandul.Racun-racun tersebut tidak hanya dibentukdi dalam biji, tetapi juga didalam tanamanjagung yang sakit (Bahri et al., 1989).Ochratoksin yang umumnya dihasilkanoleh penicillium viridicatum dapatmenyebabkan penyakit diare pada ternak.Gejala serangan Aspergillus spp. pada bijiadalah adanya warna hitam atau hijaukekuning-kuningan pada biji atau diantarabiji pada tongkol. Cendawan ini bisatumbuh pada biji-biji yang rusak. MenurutRane et al. (2001) cendawan ini munculpada keadaan cuaca panas, udara kering,kerusakan akibat cekaman kekeringanatau kerusakan oleh serangga. Cendawantumbuh pada penyimpanan bilakelembaban diatas 18%.Tongkol yang terserang Diplodiasp. tidak menampakkan gejala serangandari luar, namun bila dipatahkan dan bijidipipil nampak cendawan berwarna putihdiantara biji. Serangannya biasanyadimulai pada bagian-bagian bawahtongkol. Serangan cendawan ini umumnyaterjadi pada pola tanaman jagung diikutidengan jagung (Munkvold, 1986).Keadaan iklim yang kering diikuti iklimbasah yang tidak normal sebelum atausetelah pembungaan adalah keadaan


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-SelMaros, 29 Oktober 2002yang bagi pertumbuhan cendawanDiplodia sp. (University of Illinois, 1991).Cendawan Fusarium sp. yangsebagai penyebab penyakit busuk tongkolmenyebabkan pembusukan berwarnamerah jambu sampai coklat kemerahanatau coklat kelabu, tergantung dari banyaksedikitnya cendawan dan cuaca(Semangun, 1991). Cendawan Fusariumsp. tumbuh baik kondisi iklim kering danhangat. Infeksi terjadi karena adanyakerusakan biji akibat serangga ataucekaman lingkungan (Rane, 2001).Penicillium sp. menimbulkan gejalaserangan pada biji ditandai denganadanya tepung yang berwarna hijau ataubiru kehijauan pada atau diantara biji.Menurut Shurtleff (1980) cendawan initerdapat pada biji/benih yang disimpanpada kelembaban yang tinggi. Serangancendawan ini terjadi khususnya pada bijiyang rusak secara mekanik atau rusakkarena serangan hama penggerektongkol.Gejala serangan Cladosporium sp.ialah cendawannya berwarna abu-abusampai hitam atau hijau tua dan biasanyaterlihat tepung pada biji (Munkvold, 1986).Jika biji tertutupi secara keseluruhan olehcendawan, maka biji tersebut berwarnagelap dan bobotnya ringan. Cladosporiumsp. sering menyerang biji yang rusakakibat serangga, hujan lebat dan cuacadingin.Tongkol/biji yang terserangRhizopus sp. ditandai dengan adanyacendawan berwarna putih menutupitongkol dan nampak sejumlah sporangiayang berwarna hitam. Rhizopus sp.biasanya ditemukan pada biji yang rusakoleh serangga atau hujan lebat dalambeberapa minggu setelah pembungaan(University of Illinois, 1991).PENGENDALIAN• VarietasSetiap varietas jagung mempunyaiketahanan yang berbeda-beda, baik padahama maupun terhadap penyakit. Menurut124Dharmaputra et al. (1998) varietas CPL-2lebih tahan dibandingkan varietas Arjunaterhadap serangan cendawan A. flavus.Diketahui pula bahwa terjadi korelasiantara populasi A. flavus dan Aflatoksin,yaitu makin tinggi populasi cendawan A.flavus makin tinggi pula kadar aflatoksin.• Umur PanenPanen jagung biasanya dilakukanpada kadar air tinggi (k.a. 30 -35% bb) dankadar air rendah (k.a. 20 – 24% bb).Panen jagung pada kadar air rendahdilakukan dengan membiarkan tanamanmasak di ladang dengan memotongbatang atas (pucuk) hingga kadar airmencapai 20 – 24% bb. Perkiraan susuttercecer pada panen jagung kadar airrendah adalah 0,1% dan susut mutu 3%.Sedangkan pada panen jagung kadar airrendah tinggi susut tercecer hanya 0,1%dan susut mutu 2,0% (Purwadaria, 1988).Waktu panen jagung mempengaruhimutu jagung. Waktu panen yangterlalu awal akan menghasilkan jagungdengan persentase butir muda yang tinggidan daya simpan rendah. Sebaliknyapanen jagung yang terlambatmenyebabkan kerusakan biji akibat deraanlingkungan dan serangan hama.Disamping itu pada panen musim hujan bijijagung bahkan dapat berjamur, sehinggaresiko terkontaminasi aflatoksin cukuptinggi.Untuk memperoleh mutu jagungyang baik disarankan menggunakan waktupanen optimum. Panen jagung optimumuntuk varietas Arjuna adalah 92 – 96 harisetelah tanam dan untuk varietas-varietasharapan baru (H6)112 setelah tanam(Joko, 1990; Sudaryono et al., 1994).KADAR AIR DAN PENYIMPANAN• Kadar airSebagian besar petani danpedagang pengumpul pedesaanmenggunakan lantai jemur yang terbuatdari semen untuk mengeringkan jagungdengan bantuan sinar matahari.


M. Yasin dan A.H. Talanca : Penanggulangan Cendawan yang Menyerang Biji JagungBerdasarkan hasil survey yangdilakukan oleh Dharmaputra et al. (1998)jagung dikeringkan dengan berbagai carayaitu :1. Jagung tongkol dikeringkan sampaikadar air (k.a) 20%, kemudian dipipildan pengeringan dilanjutkan k.a. 17%.2. Dikeringkan sampai k.a. 20%,kemudian dipipil dan pengeringandilanjutkan sampai k.a. 14%3. Dikeringkan sampai k.a. 17 kemudiandipipil4. Dikeringkan sampai k.a. 17%,kemudian dipipil dan dikeringkansampai k.a. 14%.Setelah disimpan beberapa lama,terlihat bahwa pada umumnya carapengeringan yang paling baik adalahjagung dikeringkan sampai k.a. 17%,kemudian dipipil dan pengeringandilanjutkan sampai k.a. 14% sebelumdisimpan. Baco et al. (1992)mengemukakan bahwa kadar jagung yangdikeringkan + 12% sebelum disimpanmendapat serangga gudang dancendawan A. flavus dan aflatoksin yangrendah.• Wadah PenyimpananPengeringan tongkol jagungsampai k.a. 17%, kemudian dipipilselanjutnya dikeringkan sampai kadar air14% lalu disimpan dalam karung goni dankarung plastik, maka kandungan aflatoksinpada karung plastik lebih rendahdibanding karung goni. Baco et al. (1993)mengemukakan bahwa pengeringansampai k.a + 12% lalu disimpan dalamjerigen lalu ditutup rapat dan karungberlapis plastik tahan disimpan + 6 bulantanpa mendapat serangan Sitophilus sp.dan cendawan Aspergillus sp.FUMIGASIdilakukan dengan tujuan untukmengetahui pengaruh fumigasi terhadapserangan serangga dan cendawan. Selainitu juga untuk mengetahui pengaruhnyaterhadap kadar air, kualitas butir dankandungan aflatoksin. Hasil penelitianterlihat bahwa fumigasi CO2 bersamafosfin menghambat serangan seranggagudang, cendawan gudang, danaflatoksin, sedangkan fumigasi CO2sendiri dapat menghambat pertumbuhancendawan Aspergillus sp. dan produksiaflatoksin. Fumigasi dengan fosfin sajatidak menghambat aflatoksin.PENGENDALIAN NABATIBeberapa tumbuhan dapatdimanfaatkan untuk menghambatpertumbuhan cendawan gudang.Tumbuhan yang dapat digunakan sepertidaun, biji, nimba, daun cengkeh, tuber darikunyit, daun sirih, dan sebagainya.KESIMPULANJagung yang merupakan bahanpangan dan pakan, sering terserang olehserangga gudang dan cendawan selamapenyimpanan. Cendawan-cendawan yangsering terdapat pada biji jagungBotryodiplodia theobzomae oryzae,Cephosporium acremonium, Phoma sp.,Aspergillus spp., Penicillium sp.Cendawan yang dominanmenyerang adalah Aspergillus flavus. A.flavus menghasilkan aflatoksin yangsangat berbahaya baik pada ternakmaupun manusia. Berbagai carapenanggulangan cendawan yang dapatdigunakan adalah varietas tahan, umurpanen, kadar air, penyimpanan yang tepat,serta penggunaan fumigasi.Fumigasi CO2 dan fosfin padajagung yang dikemas dengan karung gonidan disimpan pada kondisi gudang telah125


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-SelMaros, 29 Oktober 2002DAFTAR PUSTAKABaco, D., M. Yasin, J. Tandiabang, dan T.Lando. 1992. Pengendalian hamagudang dengan berbagai wadahpenyimpanan.Bahri, S., E. Taringan, R. Maryam, dan Ng.Ginting. 1989. Kandungan mikotoksin,Fusarium secara alami pada akar,batang, dan daun tanaman jagung.Kongres Nasional PFI Denpasar.pp.160-164.Lokakarya Nasional Jagung. BadanLitbang Pertanian,. Puslitbangtan.Balitjas. Hal.594-604.Hamilton, P.B. 1986. Aflatoxicosis in farmanimals. Aflatoxin in maize. Aproceeding of the workshop. El Batan.Mexico, April 7-11, 1986. p.51-57.Joko, S.U. 1990. Penentuan umur panenjagung varietas Arjuna. Risalah HasilPenelitian Tanaman Pangan. BalaiPenelitian Tanaman Pangan Malang.Baiton, S.J., R.D. Coker, B.D. Jones, E.M.Morley, M.J. Nagler, and R.I. Tunner.1980. Mycotoxin Training Manual.Tropical Product Institute London.P.18-62.Cole, R.J., R.A. Hill., P.D. Blankenship,T.H. Sandera, and K.H. Garren. 1982.Influence of irrigation and droughtstress of invasion by Aspergillus flavusof corn kernels and peanut pods.Reprinted form Developments inIndustrial Microbiology. Vol.23.Publication of Society for IndustrialMicrobiology.Dharmaputra, O.S., H.S.S. Tjitrosomo, M.Sidik, and H. Halid. 1992. The effect ofphosphine on storage fungi of maize.Biotrop Special Publication No. 45.107-119.Dharmaputra, O.S., I. Retnowati, Sunjaya,dan S. Ambarwatu. 1993. PopulasiAspergillus flavus dan kandunganaflatoksin pada jagung ditingkat petanidan pedagang di Propinsi Lampung.Risalah Kongres Nasional PFI XI danSeminar Ilmiah PFI, Yogyakarta, 6-8September 1993. p.560-566.Dharmaputra, O.S., Sunjaya, dan W.Wakman. 1998. Penanganan pascapanen, serangan serangga, dancendawan, serta kontaminasi aflatoksipada jagung. Prosiding Seminar dan124Muis, A., S. Pakki, dan A.H. Talanca.2002. Inventarisasi dan identifikasicendawan yang meneyrang biji/benihjagung di Sulawesi Selatan. HasilPenelitian Hama dan Penyakit.Balitjas, 2002.Munkvold, G. 1986. Identyfying ear rotdiseases integrated crop management.Dept. of Plant Pathology. Iowa StateUniversity.Pakki, S., A.H. Talanca, dan W. Wakman.2003. Inventarisasi dan identifikasicendawan yang menyerang biji/benihjagung. Hasil Penelitian Hama danPenyakit. Balitsereal. 2003.Purwadaria, H.K. 1988. Buku PeganganTeknologi Penanganan Pasca PanenJagung (ed. 2) Deptan FAO, UNDP-Jakarta Indonesia.Rane, K.G. Ruhi, and Sellers. 2001. CropDiseases in Corn, Soybean, andWheat. Dept. Of. Botany and PlantPathology Purdue Unievrsity WestLavayette.Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakittanaman pangan di Indonesia. GadjahMada University Press. 49 p.Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of corndiseases, 2 nd Ed. The AmericanPhytopathological Sosiety. 105 p.


M. Yasin dan A.H. Talanca : Penanggulangan Cendawan yang Menyerang Biji JagungSudaryono, T., Erwidodo, dan A. Purwoto.1994. Pola konsumsi beras, jagung,dan kedelai, serta implikasinyaterhadap proyeksi permintaan.Hal.122-142. Dalam Mahyuddin Syamet al. (eds). Prosiding SimposiumPenelitian Pangan III. Buku I.Kebijaksaan dan hasil utamapenelitian. Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan.Bogor.University of Illinois. 1991. Integarted PestManagement. Corn ear and Kernelrots.Wyatt, R.D. 1976. How to minimizeproblem in your feed. Poult. Trib.,September:24-27.Yadgiri, B. and E.M. Reddy. 1976.Aflatoxicoses in poultry. Poult Advis,April:35-40125

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!