17.04.2014 Views

PUTUSAN No. 185 K/TUN/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN ...

PUTUSAN No. 185 K/TUN/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN ...

PUTUSAN No. 185 K/TUN/2002 DEMI KEADILAN BERDASARKAN ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

P U T U S A N<br />

<strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong><br />

<strong>DEMI</strong> <strong>KEADILAN</strong> <strong>BERDASARKAN</strong> KETUHANAN YANG MAHA ESA<br />

M A H K A M A H A G U N G<br />

memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah<br />

memutuskan sebagai berikut dalam perkara :<br />

PANITIA PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN<br />

PUSAT (P4P), berkedudukan di Jalan Jenderal Gatot Subroto<br />

Kav. 51, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa<br />

kepada Drs. Anwar Baso Mapparessa, dkk, semuanya<br />

Pegawai P4P, berkantor di Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav.<br />

51, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus<br />

tanggal 08 Pebruari 2001;<br />

Pemohon Kasasi dahulu Tergugat;<br />

m e l a w a n :<br />

PT. PADI ELEKTRONIK, dalam hal ini diwakili oleh Ir.<br />

Mochtar Niode M. Eng. Mgt, Kewarganegaraan Indonesia,<br />

Pekerjaan Direktur Utama PT. PADI ELEKTRONIK<br />

berkedudukan di Jalan RS. Fatmawati <strong>No</strong>. 22 FG, Cipete,<br />

Jakarta Selatan;<br />

Termohon Kasasi dahulu Penggugat;<br />

Mahkamah Agung tersebut ;<br />

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;<br />

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang<br />

Termohon Kasasi sebagai Penggugat telah menggugat sekarang Pemohon<br />

Kasasi sebagai Tergugat di muka persidangan Pengadilan Tinggi Tata<br />

Usaha Negara Jakarta pada pokoknya atas dalil-dalil :<br />

Bahwa berdasarkan Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan<br />

Perburuhan Pusat (P4P) <strong>No</strong>. 817/919/105-3/IX/PHK/6-2000 tanggal 12 Juni<br />

2000 tentang Pemutusan Hubungan Kerja antara PT. Padi Elektronik<br />

dengan Sdr. M. Idrus Adnan (Bukti P-1) selanjutnya disebut obyek gugatan/-<br />

Keputusan Tergugat, Tergugat telah memutuskan hal-hal sebagai berikut :<br />

Mengubah Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah<br />

DKI Jakarta di Jakarta <strong>No</strong>. 083/P.04/03/IX/III-2000, tanggal 12 Juni 2000<br />

(Bukti P-2) sehingga menjadi sebagai berikut :<br />

Hal. 1 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


1. Memberi ijin kepada Pengusaha PT. Padi Elektronik, Jalan Rumah Sakit<br />

Fatmawati <strong>No</strong>. 22 FG Cipete Jakarta Selatan untuk memutuskan<br />

hubungan kerja Pekerja Sdr. M. Idrus Adnan dengan alamat Jati Bening<br />

Estate D3 <strong>No</strong>. 4 Pondok Gede Bekasi terhitung sejak tanggal 29 Februari<br />

2000;<br />

2. Mewajibkan kepada Pengusaha PT. Padi Elektronik tersebut pada amar I<br />

di atas untuk membayar secara tunai kepada Pekerja Sdr. M. Idrus<br />

Adnan sebagai berikut :<br />

- Uang Pesangon : 3 x Rp. 4.873.275,- = Rp. 14.619.825,-<br />

- Pengganti Pengobatan sebesar 5%<br />

5% x Rp. 14.619.825,- = Rp. 730.991,-<br />

- Sisa Cuti Tahunan sebanyak 4 hari<br />

4/30 x Rp. 14.619.815,- = Rp. 649.770,-<br />

- Upah Proses dari Bulan Oktober 1999 s/d<br />

Februari 2000 selama 5 bulan<br />

5 x Rp. 4.873.275,- = Rp. 24.336.375,-<br />

J u m l a h = Rp. 40.336.961,-<br />

Terbilang : empat puluh juta tiga ratus tiga puluh enam ribu sembilan<br />

ratus enam puluh satu rupiah;<br />

3. Pelaksanaan putusan ini di bawah Pengawasan Pegawai Pengawas<br />

Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Kotamadya Jakarta Selatan;<br />

Keputusan Tergugat Konkret, Individual dan Final;<br />

Bahwa keputusan Tergugat yang dikeluarkan oleh Tergugat<br />

merupakan Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat Konkret, Individual<br />

dan Final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan<br />

Hukum Perdata, sehingga memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat 3 Undang-<br />

Undang <strong>No</strong>. 5 Tahun 1986 yang berbunyi :<br />

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang <strong>No</strong>. 5 Tahun 1986, berbunyi :<br />

“Keputusan Tata Usaha Negara adalah Penetapan tertulis yang<br />

dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan<br />

hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundangundangan<br />

yang berlaku, yang bersifat Konkret, Individual dan Final<br />

yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum<br />

Perdata”<br />

Penggugat telah melakukan upaya banding administratif;<br />

Bahwa atas Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Sdr. M. Idrus<br />

Adnan, Penggugat telah melakukan upaya banding administratif melalui<br />

Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D) dan Panitia<br />

Hal. 2 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat (P4P) dan oleh karenanya<br />

telah memenuhi ketentuan dari Pasal 48 ayat 2 Undang-Undang <strong>No</strong>. 5<br />

Tahun 1986, berbunyi :<br />

“Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan<br />

sengketa Tata Usaha Negara Jakarta sebagaimana dimaksud<br />

dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan<br />

telah digunakan”;<br />

Pengajuan gugatan dalam tenggang waktu;<br />

Bahwa Penggugat mengetahui adanya keputusan Tergugat tersebut<br />

pada tanggal 10 Juli 2000, sedangkan gugatan diajukan ke Pengadilan<br />

Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 6 Oktober 2000, dengan<br />

demikian gugatan ini memenuhi ketentuan Pasal 55 Undang-Undang <strong>No</strong>. 5<br />

Tahun 1986, karena masih dalam tenggang waktu 90 hari terhitung<br />

keputusan Tergugat diketahui oleh Penggugat;<br />

Pasal 55 Undang-Undang <strong>No</strong>. 5 Tahun 1986, berbunyi :<br />

“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan<br />

puluh hari sejak diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan<br />

atau Pejabat Tata Usaha Negara”:<br />

Keputusan Tergugat merugikan Penggugat;<br />

Bahwa keputusan Tergugat telah merugikan Penggugat karena<br />

Tergugat dalam diktum menimbang menolak banding Penggugat yang menyatakan<br />

kesalahan Pekerja merupakan kesalahan berat oleh Penggugat,<br />

ditolak oleh Terggugat sehingga keputusan Tergugat tersebut sangat merugikan<br />

Penggugat baik secara moril maupun materiil dan menjadi preseden<br />

yang buruk dalam pembentukan mental dan moral karyawan yang lainnya;<br />

Bahwa karena keputusan Tergugat tersebut telah merugikan kepentingan<br />

Penggugat, maka berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat 1<br />

Undang-Undang <strong>No</strong>. 5 Tahun 1986 keputusan Tergugat dapat dituntut agar<br />

dinyatakan tidak sah sebagaimana dikutip sebgai berikut :<br />

“Seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya<br />

dirugikan oleh suatu keputusan Tata Usaha Negara dapat<br />

mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang<br />

yang berisi tuntutan agar keputusan Tata Usaha Negara yang<br />

disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa<br />

disertai tuntutan ganti rugi dan rehabilitasi”;<br />

Keputusan Tergugat Cacat Hukum;<br />

Hal. 3 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


Bahwa keputusan Tergugat selain merugikan kepentingan Penggugat,<br />

juga mengandung cacat hukum dan karenanya harus dibatalkan, sebagaimana<br />

ternyata dari :<br />

“Dalam amar II Keputusan Tergugat lalai dan tidak hati-hati dalam<br />

menentukan perhitungan upah sebulan Tergugat menuliskan<br />

Rp. 4.873.275,- (empat juta delapan ratus tujuh puluh tiga ribu dua<br />

ratus tujuh puluh lima rupiah);<br />

Keputusan Tergugat Bertentangan Dengan Peraturan Perundang-undangan<br />

dan sekaligus melampaui Kewenangannya;<br />

Bahwa dalam keputusan Tergugat tidak mempertimbangkan kronologis<br />

pokok perselisihan;<br />

- Hubungan kerja pekerja benar terhitung 1 Juli 1997 dengan Jabatan<br />

Assisten Direktur Operasi dengan masa percobaan selama 3 bulan;<br />

- Terhitung 1 Oktober 1999 Pekerja diangkat sebagai karyawan tetap;<br />

- Pada awalnya Pekerja menunjukkan kinerja yang cukup baik;<br />

- Bahwa ketika terjadi krisis moneter memang terjadi penurunan aktifitas<br />

pekerjaan mangalami penurunan produksi;<br />

- Bahwa untuk itu Pekerja mendirikan suatu perusahaan dengan memobilisasi<br />

bawahannya untuk mendirikan perusahaan PT. Dwi Sarana<br />

Utama (Bukti P-4);<br />

- Bahwa selain mengajak bawahannya untuk bergabung di PT. Dwi Sarana<br />

Utama juga sering melakukan rapat-rapat tertutup di lingkungan<br />

Perusahaan dan dilakukan pada jam kerja dan sering juga Pekerja masuk<br />

kerja setengah hari karena lokasi PT. Dwi Sarana Utama tidak jauh dari<br />

perusahaan;<br />

- Bahwa Pekerja juga membujuk teman sekerjanya untuk ikut bekerja di<br />

tempat yang dijanjikan Pekerja;<br />

- Bahwa pada tanggal pada bulan Mei 1999 Pekerja dipindahkan lokasi<br />

kerja ke kantor pusat dengan Jabatan Administrasi Proyek;<br />

- Bahwa pada tanggal 13 September 1999 dikeluarkan Surat Peringatan<br />

Pertama dan terakhir <strong>No</strong>. Aro-Aro/9-SP/11-0059 atas unjuk kerja Pekerja;<br />

- Bahwa kebohongan lainnya yang dilakukan Pekerja tidak mengindahkan<br />

instruksi Direksi yang akan mengadakan rapat koordinasi yang akan<br />

menentukan arah kebijakan dan kelangsungan hidup Perusahaan<br />

dengan tidak bisa hadir dikarenakan akan melayat saudaranya yang<br />

meninggal di Bandung tetapi ternyata bukti dan saksi mengatakan lain<br />

bahwa Pekerja melihat agrobisnisnya (Bukti P-5);<br />

Hal. 4 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


- Jadi jelas sekali Pekerja tidak mempunyai integritas yang seharusnya<br />

dipunyai oleh Pekerja karena Jabatannya sebagai Asisten dari<br />

Penggugat dan mewakili secara penuh kepentingan Tergugat;<br />

Bahwa keputusan Tergugat dalam keputusannya tidak menggunakan<br />

Peraturan Pemerintah <strong>No</strong>. 50 Tahun 1957 tentang Peraturan Tata Tertib<br />

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Pusat dimana pada Pasal 6 ayat 1<br />

seharusnya Tergugat apabila dianggap perlu mendengar pihak buruh atau<br />

majikan dapat memanggil mereka untuk memberikan keterangan;<br />

Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, terbukti bahwa Keputusan<br />

Tergugat :<br />

a. Telah bertentangan dengan peraturan perundangan-undangan yang<br />

berlaku;<br />

b. Membuktikan bahwa Tergugat telah menggunakan wewenangnya untuk<br />

tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut;<br />

c. Bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik<br />

(AAUPB);<br />

Dan karena sangat mendesak, sangatlah beralasan apabila Penggugat<br />

mohon kepada Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta mengeluarkan<br />

Penetapan Penangguhan Pelaksanaan atas Keputusan Tergugat<br />

<strong>No</strong>. 817/919/105-3/IX/PHK/6-2000 tanggal 12 Juni 2000;<br />

Bahwa karena itu keputusan Tergugat tersebut memenuhi ketentuan<br />

yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 2 huruf a, b dan c Undang-Undang<br />

<strong>No</strong>. 5 Tahun 1986, sebagaimana dikutip sebagai berikut :<br />

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan<br />

peraturan perundang-undangan yang berlaku;<br />

b. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan<br />

Keputusan sebagaimana dalam ayat (1) telah menggunakan wewenangnya<br />

untuk tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut;<br />

c. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara pada waktu mengeluarkan atau<br />

tidak mengeluarkan Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)<br />

setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan<br />

keputusan itu seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak<br />

pengambilan keputusan tersebut;<br />

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon<br />

kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta supaya memberikan<br />

putusan sebagai berikut :<br />

Hal. 5 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


DALAM PENANGGUHAN PELAKSANAAN :<br />

1. Mengabulkan permohonan penangguhan pelaksanaan yang dimohonkan<br />

oleh Penggugat;<br />

2. Memerintahkan Tergugat kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja<br />

Kotamadya Jakarta Selatan yang mendapat perintah dari Tergugat<br />

berdasarkan Keputusan Tergugat untuk menunda Pelaksanaan Putusan<br />

<strong>No</strong>. 817/919/105-3/IX/PHK/6-2000 tanggal 12 Juni 2000;<br />

DALAM POKOK PERKARA :<br />

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;<br />

2. Menyatakan batal dan tidak sah Keputusan Tergugat <strong>No</strong>. 817/919/105-<br />

3/IX/PHK/6-2000 tanggal 12 Juni 2000 tentang Pemutusan Hubungan<br />

Kerja antara PT. Padi Elektronik dengan Sdr. M. Idrus Adnan;<br />

3. Memerintahkan Tergugat untuk menerbitkan Keputusan baru yang isinya<br />

memberikan ijin Pemutusan Hubungan Kerja oleh PT. Padi Elektronik<br />

terhadap Sdr. M. Idrus Adnan tanpa syarat, terhitung 30 September 1999;<br />

4. Membebankan biaya perkara kepada Tergugat;<br />

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Tinggi Tata Usaha<br />

Negara Jakarta telah mengambil putusan, yaitu putusan <strong>No</strong>. 257/G/2000/<br />

PT.<strong>TUN</strong>.JKT. tanggal 30 Agustus 2001 yang amarnya sebagai berikut :<br />

- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;<br />

- Menyatakan tidak sah Surat Keputusan Tergugat tanggal 12 Juni 2000<br />

<strong>No</strong>. 817/919/105-3/IX/PHK/6-2000;<br />

- Memerintahkan Tergugat untuk menerbitkan Surat Keputusan baru<br />

dengan amar :<br />

“Menyatakan hubungan kerja PT. Padi Elektronik dengan Pekerja M.<br />

Idrus Adnan putus terhitung sejak Februari 2000 dengan tanpa syarat”;<br />

- Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebanyak<br />

Rp. 182.750,- (seratus delapan puluh dua ribu tujuh ratus lima puluh<br />

rupiah);<br />

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan<br />

kepada Tergugat pada tanggal 30 Agustus 2001 kemudian terhadapnya<br />

oleh Tergugat dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan Surat Kuasa<br />

Khusus tanggal 8 Pebruari 2001 diajukan permohonan kasasi secara lisan<br />

pada tanggal 12 September 2001 sebagaimana ternyata dari Akte<br />

Permohonan Kasasi <strong>No</strong>. W7.PT.<strong>TUN</strong>.KAS.2722.2001 yang dibuat oleh<br />

Panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, permohonan mana<br />

disertai oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di<br />

Hal. 6 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


Kepaniteraan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tersebut pada tanggal<br />

25 September 2001;<br />

Bahwa setelah itu oleh Penggugat yang pada tanggal 26 September<br />

2001 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Tergugat diajukan jawaban<br />

memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tinggi Tata Usaha<br />

Negara Jakarta pada tanggal 11 Oktober 2001;<br />

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasanalasannya<br />

telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama,<br />

diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam<br />

undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal<br />

dapat diterima ;<br />

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon<br />

Kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :<br />

1. Bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara<br />

Jakarta tidak cermat dan tidak obyektif dalam mengambil pertimbangan<br />

hukumnya, telah bertindak tidak adil dan berat sebelah, sebab hanya<br />

mempertimbangkan keterangan Pihak Penggugat serta bukti-bukti yang<br />

diajukan Penggugat (sekarang Termohon Kasasi), tanpa mempertimbangkan<br />

sama sekali keterangan-keterangan dan bukti-bukti Tergugat<br />

(sekarang Pemohon Kasasi);<br />

Bahwa Majelis Hakim dalam memutuskan Perkara <strong>No</strong>. 257/G/-<br />

2000/PT.<strong>TUN</strong>.JKT tidak memperhatikan dan telah bertentangan dengan<br />

peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu, Undang-Undang<br />

<strong>No</strong>. 22 Tahun 1957, Undang-Undang <strong>No</strong>. 12 Tahun 1964 dan Keputusan<br />

Menteri Tenaga Kerja <strong>No</strong>. Kep-150/Men/2000;<br />

2. Bahwa Pemohon Kasasi keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis<br />

Hakim dalam putusannya halaman 20 yang menyatakan dari hasil persidangan<br />

dengan melihat Bukti P.5 dan keterangan-keterangan saksisaksi<br />

Penggugat (Termohon Kasasi) memang kesalahan Pekerja cukup<br />

jelas, apalagi dengan Jabatannya yang cukup tinggi pada saat diajak<br />

rapat untuk menentukan arah Perusahaan, Pekerja memilih tidak hadir,<br />

hanya karena ingin melihat Perusahaannya. Kesalahan ini memang<br />

cukup fatal dan menunjukkan bahwa Pekerja tidak bekerja secara<br />

profesional adalah tidak benar karena pada tanggal 2 Juni 1999 Pekerja<br />

meminta izin tidak masuk bekerja karena Ibu Bibi Pekerja meninggal<br />

dunia di Bandung dan pulangnya mampir untuk melihat lahan cabe<br />

tersebut. Dengan demikian dalil Termohon Kasasi tidak dapat diterima<br />

dan perlu ditolak;<br />

Hal. 7 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


3. Bahwa Pemohon Kasasi keberatan dengan pertimbangan hukum Majelis<br />

Hakim dalam putusannya halaman 20 yang menyatakan sebagai Wakil<br />

Direktur Operasi seharusnya Pekerja selalu ada di tempat dan tekun<br />

pada pekerjaannya, Pekerja seharusnya dengan maksimal berusaha<br />

meningkatkan usaha Perusahaan, namun yang dilakukan Pekerja adalah<br />

mendirikan Perusahaan sendiri di bidang agrobisnis yang tentunya akan<br />

banyak menyita waktu pekerjaannya di Perusahaan adalah tidak benar<br />

karena berdasarkan akta dari <strong>No</strong>taris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah<br />

Jimmy S, SH., tanggal 30 Desember 1998 yang antara lain menyatakan<br />

anggaran dasar pendiriannya dimuat dalam Akta tertanggal 25 Oktober<br />

1994 <strong>No</strong>. 56, Pemohon Kasasi berpendapat PT. Dwi Sarana Utama<br />

berdiri sebelum Pekerja bergabung dengan Perusahaan Termohon<br />

Kasasi;<br />

4. Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha<br />

Negara Jakarta yang menyatakan Pekerja sebagai seorang Pemimpin<br />

Operasional telah melakukan suatu kesalahan yang cukup berat karena<br />

dapat menghambat produksi adalah tidak benar karena dengan mengingat<br />

Termohon Kasasi tidak langsung melakukan tindakan sesuai<br />

ketentuan yang berlaku setelah mengetahui Pekerja melakukan<br />

perbuatan yang dapat merugikan Perusahaan, maka Pemohon Kasasi<br />

berpendapat kesalahan yang dilakukan Pekerja belum merupakan<br />

kesalahan berat sebagaimana yang dimaksud Pasal 18 ayat (1)<br />

Peraturan Menteri Tenaga Kerja <strong>No</strong>. PER-03/MEN/1996. Dengan<br />

demikian berdasarkan hal tersebut, maka pertimbangan Majelis Hakim<br />

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta yang menyatakan<br />

kesalahan Pekerja merupakan kesalahan berat. Oleh Pemohon Kasasi<br />

tidak dapat diterima dan perlu ditolak;<br />

Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas dan berpedoman Pasal 18 ayat<br />

(5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja <strong>No</strong>. PER-03/MEN/1996 Pemohon<br />

Kasasi berpendapat wajib bagi Termohon Kasasi membayar secara tunai<br />

kepada Pekerja uang pesangon sebesar 1 ketentuan Pasal 21 Peraturan<br />

Menteri Tenaga Kerja <strong>No</strong>. PER-03/MEN/1996;<br />

5. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta<br />

tidak cermat dalam memberikan keputusannya karena tidak memasukkan<br />

upah proses dari bulan Oktober 1999 sampai dengan Februari 2000<br />

selama 5 bulan dan sisa cuti tahunan sebanyak 4 hari, karena hal<br />

tersebut merupakan hak normatif dari Pekerja dikarenakan Termohon<br />

Kasasi tidak menjatuhkan skorsing sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat<br />

Hal. 8 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


(3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja <strong>No</strong>. PER-03/MEN/1996, Pemohon<br />

Kasasi berpendapat Termohon Kasasi wajib membayar secara tunai<br />

kepada Pekerja upah proses selama 6 bulan sebesar 100%. Berdasarkan<br />

data yang ada upah terakhir yang diterima Pekerja adalah upah untuk<br />

bulan September 1999. Dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah<br />

<strong>No</strong>. 21 Tahun 1954 Termohon Kasasi wajib membayar secara tunai<br />

kepada Pekerja uang pengganti cuti tahunan sebanyakl 4 hari kerja<br />

karena Pekerja masih mempunyai sisa cuti sebanyak 4 hari kerja dan<br />

apabila sisa cuti tersebut telah diterima Pekerja. Maka Pemohon Kasasi<br />

berpendapat Termohon Kasasi wajib untuk mengkompensasikannya;<br />

6. Bahwa dengan tidak dipertimbangkan dan tidak diperhatikannya sama<br />

sekali bukti-bukti yang Pemohon Kasasi ajukan oleh Majelis Hakim di<br />

dalam pertimbangan hukumnya, maka Pemohon Kasasi mohon kepada<br />

Ketua Majelis Hakim Mahkamah Agung yang memeriksa dan mengadili<br />

perkara ini agar berkenan untuk mempertimbangkan bukti-bukti yang<br />

Pemohon Kasasi ajukan tersebut;<br />

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah<br />

Agung berpendapat :<br />

mengenai alasan-alasan ke 1,2,6 :<br />

Bahwa alasan-alasan ini tidak dapat dibenarkan, karena mengenai<br />

penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu<br />

kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan dalam<br />

tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan<br />

dengan ketidak wenangan atau melampaui batas wewenang, atau salah<br />

menerapkan hukum atau melanggar hukum yang berlaku atau lalai<br />

memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundangundangan<br />

yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang<br />

bersangkutan, sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 30 Undang-Undang<br />

<strong>No</strong>.14 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang <strong>No</strong>. 5<br />

Tahun 2004;<br />

mengenai alasan-aalasan ke 3,4,5 :<br />

Bahwa alasan-alasan ini tidak dapat dibenarkan, karena hanya<br />

merupakan pengulangan fakta belaka, dimana hal serupa ini tidak dapat lagi<br />

dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung ;<br />

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula tidak<br />

ternyata bahwa putusan Judex Factie dalam perkara ini bertentangan<br />

dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang<br />

Hal. 9 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


diajukan oleh Pemohon Kasasi : PANITIA PENYELESAIAN PERSELISIHAN<br />

PERBURUHAN PUSAT (P4P), tersebut harus ditolak ;<br />

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon<br />

Kasasi ditolak, maka Pemohon Kasasi dihukum membayar biaya perkara<br />

dalam tingkat kasasi ini ;<br />

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang <strong>No</strong>. 4 tahun 2004,<br />

Undang-Undang <strong>No</strong>. 14 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan<br />

Undang-Undang <strong>No</strong> 5 tahun 2004 dan Undang-Undang <strong>No</strong>. 5 Tahun 1986<br />

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang <strong>No</strong>. 9 Tahun 2004 serta<br />

peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;<br />

M E N G A D I L I :<br />

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PANITIA<br />

PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN PUSAT (P4P), tersebut ;<br />

Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam<br />

tingkat kasasi ini sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) ;<br />

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah<br />

Agung pada hari Rabu tanggal 26 September 2007 oleh TITI NURMALA<br />

SIAGIAN, SH.,MH. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah<br />

Agung sebagai Ketua Majelis, H. IMAM SOEBECHI, SH.,MH. dan PROF.<br />

DR. AHMAD SUKARDJA, SH. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan<br />

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua<br />

Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh A. KARIM<br />

MANAP, SH.MH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;<br />

Hakim-Hakim Anggota : K e t u a :<br />

Ttd/H. IMAM SOEBECHI, SH.,MH.<br />

Ttd/TITI NURMALA SIAGIAN, SH.,MH.<br />

Ttd/PROF. DR. AHMAD SUKARDJA, SH.<br />

Panitera Pengganti :<br />

Ttd/A. KARIM MANAP, SH.MH.<br />

Hal. 10 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>


Biaya-biaya :<br />

1. M e t e r a i ……………... Rp. 6.000,-<br />

2. R e d a k s i …………….. Rp. 1.000,-<br />

3. Administrasi kasasi …….. Rp. 193.000,-<br />

Jumlah ………………….. Rp. 200.000,-<br />

Untuk Salinan<br />

MAHKAMAH AGUNG R.I.<br />

a.n. Panitera<br />

Panitera Muda Tata Usaha Negara,<br />

ASHADI, SH.<br />

NIP. : 220000754<br />

Hal. 11 dari 11 hal. Put. <strong>No</strong>. <strong>185</strong> K/<strong>TUN</strong>/<strong>2002</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!