18.05.2014 Views

TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ...

TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ...

TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN SISTEM PENDIDIKAN AGAMA ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>TIDAK</strong> <strong>ADA</strong> <strong>YANG</strong> <strong>SALAH</strong> <strong>DENGAN</strong> <strong>SISTEM</strong> <strong>PENDIDIKAN</strong> <strong>AGAMA</strong> ISLAM<br />

Konflik disampang merupakan kejadian yang sangat memilukan. Perebutan warisan dan wanita<br />

ditengarai sebagai sumber konflik yang kemudian dibalut dengan persoalan perbedaan keagamaan<br />

(Suni-Syiah) menambah daya tarik gesekan.<br />

Dari konflik tersebut munculah beberapa pengamat dengan beragam corak pemahamannya<br />

terhadap konflik di sampan itu. Salah satu pendapat dari salah satu rector UIN yang mengatakan<br />

bahwa kekerasan di Sampang Madura merupakan bukti kesalahan system pendidikan Agama Islam.<br />

PAI di sekolah hanya berkutat pada wilayah ritual saja dan kosong dari nilai social. Siswa hanya<br />

diajari bagaimana cara wudhu, sholat, puasa tetapi kering dari nilai bagaimana hidup bersama dalam<br />

bingkai perbedaan menunjung tinggi nilai keadilan.<br />

Benarkan ada kesalahan di dalam system pendidikan agama Islam? Apakah PAI pada sekolah hanya<br />

ngajarakan persoalan ritual dan manfikan masalah social seperti toleransi, keadilan?<br />

Untuk menjawab pertanyaan di atas maka perlu kiranya membuka kembali Standar Nasional<br />

Pendidikan Agama Islam sebagai rujukan utama pendidikan agama Islam pada sekolah. Dalam<br />

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 telah menetapkan kebijakan peningkatan mutu melalui<br />

delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP), yaitu: standar isi, kompetensi lulusan, proses, pendidik<br />

dan kependidikan, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, dan sarana prasarana. Menerapkan standar<br />

berarti menggunakan kriteria berdasarkan kriteria mutu. Kriteria minimal sama dengan batas<br />

minimal mutu yang menjadi patokan target pencapaian yang ditetapkan satuan pendidikan, idealnya<br />

di atas standar nasional.<br />

Dalam menerapkan standar terdapat dua kata kunci yaitu adanya kriteria yang dipersyatkan dan<br />

adanya proses pengukuran. Hal yang diukur dalam mutu adalah proses dan hasil. Oleh karena itu<br />

indikator mutu meliputi indikator operasional dan indikator produk.<br />

Dalam Standar Nasional Pendidikan Agama Islam telah ditetapkan seluruh aspek dalam pendidikan<br />

agama Islam di sekolah seperti kognitif, psikomotorik dan afektif. Hanya besarannya saja yang<br />

berbeda karena menyesuaikan dengan tingkatan kelas. Paradigma Pengembangan PAI pada<br />

Aspek al-Qur’an dan al-Hadis mislanya, untuk SD siswa belajar membaca al-Qur’an & al-Hadis, SMP<br />

belajar mengartikan al-Qur’an & al-Hadis dan SMA siswa memahami al-Qur’an & al-Hadis.<br />

Sementara pada aspek akhlak mulia menekankan menekankan pada kemampuan siswa<br />

menginternalisasi nilai-nilai ajaran Islam ke dalam diri sendiri yang akan mempengaruhinya dalam<br />

perilaku sehari-hari. Menekankan sikap-sikap toleransi, tenggang rasa, jujur, anti kekerasan, anti<br />

korupsi, anti radikalisme, dll.<br />

Jadi jelas bahwa menganggap bahwa sitem pendidikan agama Islam hanya berkutat pada aspek<br />

ritual an-sich tidak benar yang kemudian menyebabkan tindak kekerasan yang dilakukan siswa tidak<br />

benar. Bahwa kemudian ada siswa yang melakukan tindak kekerasan seperti tawuran bahkan<br />

pengeboman tidak serta merta menyalahkan system pendidikan agama Islam. Karena berbicara<br />

kualitas out put dari sebuhapendidikan jangan hanya bersandar pada satu elemen saja dalam dunia


pendidikan akan tetapi juga harus melihat sejauh mana perhatian orang tua murid terhadap<br />

pendidikan agama anaknya dan contoh ketauladanan pemimpin.<br />

Sampai saat ini perhatian orang tua terhadap pendidikan agama anaknya masih sangat minim<br />

terlibih di masyarakat perkotaan. padahal orang tua turut berperan dalam pembentukan nilai<br />

terutama dengan uraian dan keterangan mengenai keyakinan dalam agama yang dianutnya. Orang<br />

tua dapat membantu anak dengan mengemukakan peranan agama dalam kehidupan masa dewasa,<br />

sehingga penyadaran ini dapat memberi arti yang baru pada keyakinan agama yang telah<br />

diperolehnya.<br />

Selain itu orang tua juga memegang peranan penting dan amat berperangaruh atas pendidikan<br />

anak-anaknya, sejak anak lahir, ibunya selalu ada disampinganya. Bahkan sejak dalam<br />

kandunganpun pendidikan harus mulai diberikan orang tua, yaitu melalui metode pengikutsertaaan<br />

ketika mau berwudhu, shalat, membaca al’quran, hendaknya orang tua selalu mendampinginya. Jadi<br />

lingkungan keluarga merupakan pintu awal yang mempengaruhi perkembangan anak.<br />

Penulis: Yudistira, S.com, Staf pada TU Direktorat Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendis<br />

Kementerian Agama

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!