07.06.2014 Views

LAPORAN AKHIR KAMPANYE BANGGA - RarePlanet

LAPORAN AKHIR KAMPANYE BANGGA - RarePlanet

LAPORAN AKHIR KAMPANYE BANGGA - RarePlanet

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PERANAN PENYADARAN DAN PENDIDIKAN KONSERVASI<br />

UNTUK PENYELAMATAN KAWASAN LINDUNG<br />

CAGAR ALAM MOROWALI-SULAWESI TENGAH<br />

<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong><br />

<strong>KAMPANYE</strong> <strong>BANGGA</strong><br />

Dokumen laporan akhir ini disusun oleh:<br />

In’am Fathoni Burhanuddin/Manajer Kampanye<br />

The Nature Conservancy – Palu Office<br />

Sulawesi Tengah<br />

Bogor<br />

Agustus 2009


Gambar Sampul: -<br />

Program panggung Boneka Merupakan salah satu Media Yang Digunakan Dalam Meningkatkan<br />

Pengetahuan Masyarakat utamanya anak-anak dan pelajar sebagai generasi muda Tentang<br />

Pentingnya Cagar Alam Morowali Bagi kehidupan.


<strong>LAPORAN</strong> <strong>AKHIR</strong><br />

<strong>KAMPANYE</strong> <strong>BANGGA</strong><br />

Judul:<br />

Laporan Akhir Kampanye Bangga: Peranan Pendidikan Konservasi Dalam<br />

Penyelamatan Hutan di Kawasan Cagar Alam Morowali – Sulawesi Tengah<br />

Lembaga Pelaksana:<br />

The Nature Conservancy- Palu Office<br />

Tanggal Publikasi:<br />

Agustus 2009


DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL & DIAGRAM


DAFTAR FOTO<br />

RINGKASAN EKSEKUTIF<br />

The Nature Conservancy (TNC) memulai program konservasi di kawasan Konservasi Cagar<br />

Alam Morowali sejak bulan Juni 2007 sebagai bagian dari pencapaian “Goal 2015” program kerja<br />

konservasi di daratan Sulawesi. Sebagai bagian dari pijakan awal, program konservasi di


Morowali ini, TNC bekerjasama dengan RARE melakukan program pendidikan dan penyadaran<br />

melalui Kampanya Bangga atau dikenal dengan Pride Campaign. Program kampanye bangga ini<br />

dilkasanakan selama dua tahun sejak September 2007-Juni 2009.<br />

Hutan di Kawasan Cagar Alam Morowali menjadi fokus TNC selain karena mempunyai tipe<br />

hutan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi yang juga merupakan habitat bagi spesies yang<br />

terancam punah seperti 52 burung endemik termasuk Maleo, Mamalia endemik Sulawesi seperti<br />

Anoa, Babirusa, dan Musang Coklat Sulawesi. Selain nilai keanekaragaman hayatinya, masyarakat<br />

di sekitar kawasan sangat tergantung dari hasil hutan dan merasakan dampak dari degradasi hutan<br />

seperti masyarakat di 5 Desa di Kecamatan Soyojaya yang terkena dampak banjir.<br />

Program kampanye ini menggunakan metodologi kerja yang dikembangkan oleh RARE yang<br />

dikenal dengan Kampanye Bangga Melestarikan Alam (Kampanye Bangga atau Kampanye Pride)<br />

dimana isu-isu sosial seperti isu konservasi disampaikan dengan mengadopsi teknik pemasaran<br />

sosial (social marketing). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan<br />

kesejahteraan masyarakat yang tinggal di Kawasan Cagar Alam Morowali melalui perbaikan<br />

pengetahuan, sikap dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang<br />

berkelanjutan. Kampanye difokuskan di tiga kecamatan di Morowali yaitu Kecamatan Petasia,<br />

kecamatan Soyojaya dan Kecamatan Bungku Utara.<br />

Program ini terdiri atas 3 tahapan yaitu 1). Tahapan Perencanaan yang meliputi proses<br />

pengumpulan informasi melalui studi literatur, pertemuan dengan pemangku kepentingan, diskusi<br />

kelompok terfokus dan survei pra kampanye, 2). Tahapan Pelaksanaan selama 1 tahun dengan<br />

melaksanakan berbagai kegiatan penjangkauan dan menggunakan beberapa media komunikasi<br />

melalui saluran komunikasi terpercaya, 3). Tahapan Evaluasi dan Monitoring utuk menilai<br />

pelaksanaan program.<br />

Burung Maleo (Macrocephalon maleo) sebagai maskot kampanye ini dan “Hutan Milik Kita,<br />

Lestarikan Bersama” sebagai slogannya merupakan pilihan dari masyarakat di kawasan kerja.<br />

Maskot dan slogan ini muncul di semua materi dan kegiatan kampanye yang berlangsung selama<br />

1 tahun periode kampanye. Dengan berbagai pendekatan yang dilakukan pada masyarakat<br />

target, Kampanye Bangga dengan metode sosial marketing telah berhasil mendorong perubahan<br />

prilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. Capaian yang diperoleh<br />

selama periode akhir 2007 –pertengahan 2009 dari program Kampanye Bangga adalah:<br />

1. Pada akhir program telah terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang status<br />

kawasan Cagar Alam Morowali dari 57% menjadi 72 % di kawasan target.<br />

2. Pada Akhir program, masyarakat Desa Matube secara swadaya telah membuat program<br />

agroforsetry pembibitan dan penanaman damar (Agathis philippense) sebanyak 500 pohon<br />

di lahan kosong yang berbatasan dengan batas Cagar Alam.<br />

3. Pada Akhir program, untuk memonitor keanekaragaman hayati telah terbangun 3 unit<br />

kandang penetasan semi alami yang dikelola oleh kelompok lokal sepengetahuan desa di<br />

Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Soyojaya.


1. LATAR BELAKANG KAWASAN<br />

Masalah konservasi di kawasan lindung (Protected Area) tidak bisa dilepaskan dari masalah<br />

sosial budaya masyarakat yang hidup disekitarnya. Dinamika pendekatan konservasi yang dulunya<br />

berkutat pada bagaimana melindungi kawasan bahkan dengan kekuatan senjata ala militer, kini<br />

beralih menjadi pendekatan yang lebih humanis dan berdimensi sosial. Berpijak dari berbagai<br />

pengalaman di berbagai belahan dunia, pada akhirnya disadari konservasi hutan tidak dapat<br />

dipisahkan dari upaya-upaya memperbaiki kehidupan manusia didekatnya.<br />

Dalam kenyataannya mencipatakan harmoni antara kelestarian alam dan kesejahteraan<br />

manusia yang hidup di dekat atau di dalam kaswasan lindung bukanlah perkara yang mudah.<br />

Pengetahuan yang baik tentang konservasi sendiri mutlak dimiliki oleh masyarakat. Namun tidak<br />

hanya itu kapasitas masyarakat yang baik dan rasa memiliki adalah modal dasar yang dapat<br />

memberikan pengaruh positif pada lingkungan. Sehingga Pendidikan konservasi dan peningkatan<br />

kapasitas lokal menjadi sebuah kebutuhan di dalam upaya-upaya penyelamatan ekosistem.<br />

Melalui program kampanye bangga di Cagar Alam Morowali, The Nature Conservancy<br />

berupaya ikut memberikan sumbangan terhadap upaya pelestarian khususnya pada kawasan<br />

lindung di Indonesia. Program pendidikan dan kampanye ini menggunakan pendekatan<br />

pemasaran sosial (social marketing) yang disebut dengan Kampanye Bangga Melestarikan Alam<br />

(Kampanye Bangga atau Pride Campaign) selama periode 28 September 2007 – 30 Juni 2009.


Gambar 1. Peta Cagar Alam Morowali Sulawesi Tengah<br />

1.1. Profil Kawasan Cagar Alam Morowali<br />

Cagar Alam (CA) Morowali merupakan salah satu kawasan konservasi alam yang cukup<br />

luas di Sulawesi Tengah. Ditetapkan pada Tanggal 24 November 1986 melalui Surat Keputusan<br />

Menteri Kehutanan No.374/kpts-VII/1986, Cagar Alam ini memiliki areal seluas 225.000 ha. Pada<br />

Tanggal 27 April 1999 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.237/kpts-II/1999 luas<br />

areal berubah menjadi 209.400 ha (The Nature Conservancy, 2007). Secara geografis, CA.<br />

Morowali berada pada daerah 1 0 20 ’- 1 0 5725’ LS dan 121 0 15’ – 121 0 46’ BT.<br />

Pengelolaan kawasan CA. Morowali berada di bawah Balai Konservasi Sumberdaya Alam<br />

(BKSDA) Sulawesi Tengah selaku Unit Pengelola Teknis (UPT) Pemerintah Pusat dalam hal ini<br />

Departemen Kehutanan. Secara administratif pemerintahan, kawasan Cagar Alam Morowali<br />

termasuk dalam wilayah Kabupaten Morowali, meliputi bagian wilayah Kecamatan Soyo Jaya,<br />

Bungku Utara dan Mamosalato, serta termasuk wilayah Kabupaten Tojo Una-Una, meliputi<br />

bagian wilayah Kecamatan Ulubongka (TNC,2007).


Gambar.2 Cagar Alam Morowali Bagian Timur<br />

Berdasarkan wilayah administratif, cagar Alam Morowali Terletak di 2 kabupaten Yaitu<br />

Kabupaten Morowali dan kabupaten Tojo Una-una di sebelah utara.<br />

Tabel 1. Kawasan Cagar Alam MOROWALI dan sekitarnya yang Dipetakan, Dirinci<br />

Menurut Wilayah Administrasi Pemerintahan<br />

Areal<br />

Pemetaan<br />

Administrasi<br />

Pemerintahan<br />

Danau<br />

(Ha)<br />

Sungai<br />

(Ha)<br />

Lahan<br />

(Ha)<br />

Jumlah<br />

Ha %<br />

Kab. Morowali :<br />

Kec. Bungku Utara<br />

634<br />

663<br />

149.628<br />

150.925<br />

50,25<br />

Kawasan<br />

Cagar Alam<br />

Kec. Mamosalato<br />

Kec. Soyo Jaya<br />

-<br />

-<br />

84<br />

152<br />

14.426<br />

36.344<br />

14.510<br />

36.496<br />

4,83<br />

12,15<br />

Jumlah<br />

634<br />

899<br />

200.398<br />

201.931<br />

67,23<br />

Kab. Tojo Una-Una:<br />

- Kec. Ulubongka<br />

-<br />

45<br />

7.424<br />

.469<br />

2,49<br />

Jumlah Kawasan Cagar Alam 634 944 207.822 209.400 69,72<br />

Kab. Morowali :<br />

Kawasan<br />

Sekitar Cagar<br />

Kec. Bungku Utara<br />

Kec. Mamosalato<br />

-<br />

-<br />

266<br />

16<br />

28.522<br />

8.738<br />

28.788<br />

8.755<br />

9,58<br />

2,91


Alam<br />

Kec. Soyo Jaya<br />

-<br />

163<br />

445<br />

18.861<br />

56.122<br />

19.024<br />

56.567<br />

6,33<br />

18,83<br />

Jumlah<br />

Kab. Tojo Una-Una:<br />

- Kec. Ulubongka<br />

-<br />

132<br />

34.266<br />

34.398<br />

11,45<br />

Jumlah Kawasan Sekitar<br />

Cagar Alam<br />

- 577 90.388 90.965 30,28<br />

TOTAL AREAL PEMETAAN 634 1.521 298.210 300.365 100,00<br />

Sumber : Hasil Perhitungan Komputer dari Peta Kerja Skala 1 : 25 000. The Nature<br />

Conservancy 2007.<br />

1.2. Batasan Lokasi<br />

Cagar Alam (CA) Morowali secara administratif termasuk dalam Kabupaten Morowali<br />

yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Poso. Kawasan CA.Morowali umumnya landai<br />

sampai berbukit dengan ketinggian 0 – 2.600 m, yang jika diklasifikasi menurut Whitten et al<br />

(1987) termasuk ke dalam hutan dataran rendah (0 –1500) dan hutan pegunungan bawah (1500 –<br />

2400). Sedangkan dengan adanya pengaruh laut maka beberapa bagian dari kawasan ini dalam<br />

klasifikasi habitat menurut Coates et al (2000) terdiri dari beragam habitat, yaitu pantai,<br />

mangrove, hutan sekunder dan daerah pinggiran hutan, serta hutan pamah dan dataran rendah.<br />

Gambaran Topografi<br />

Topografi dikawasan ini terbagi dalam dua bagian di daerah landai dan daerah<br />

pegunungan. Dataran yang landai yang luas di daerah dekat pantai masuk kedalam kawasan yang<br />

juga merupakan hutan dataran rendah sulawesi yang masih tersisa dan bagus kondisinya. Daerah<br />

pegunungan mempunyai kelerengan yang cukup terjal, puncak hingga lebih dari 2.600 meter,<br />

dengan puncak tertinggi Gunung Tokala (2.630 meter), Gunung Tambusisi (2.422 meter) dan<br />

Gunung Morowali (2.280 nmeter).<br />

Keadaan lapangan pada umumnya berupa tanah kering, dengan bentuk lapangan datar<br />

sampai bergunung. Sebagian besar berupa daerah sangat curam dengan kemiringan lereng lebih<br />

dari 40%, tersebar hampir di semua pegunungan dalam kawasan cagar alam. Areal dengan<br />

keadaan lapangan datar terdapat hanya pada sebagian kecil kawasan di sepanjang pantai batas<br />

kawasan di sebelah Selatan. Kawasan Cagar Alam Morowali didominasi oleh kelompok lahan<br />

yang secara fisiografi berbukit dan bergunung, dengan topografi sebagian besar curam dan sangat<br />

curam (kelas lereng lebih dari 25%), tersebar pada bagian Barat, Utara dan Timur kawasan.<br />

Sedangkan bagian kawasan dengan topografi datar, landai hingga agak curam tersebar di selatan<br />

dan tenggara kawasan hingga ke batas pantai.<br />

Kondisi Geologis<br />

Secara umum, di daerah Sulawesi dikenal tiga propinsi geologi, yaitu: (1) propinsi<br />

Sulawesi Timur, (2) propinsi Sulawesi Barat, dan (3) propinsi Kepulauan Banggai, Sula dan Buton.<br />

Kawasan Cagar Alam Morowali dan sekitarnya yang dipetakan termasuk ke dalam propinsi<br />

Sulawesi Timur (WWF, 1980).<br />

Berdasarkan Peta Geologi Sulawesi (van Bemmelen, 1949 dan Direktorat Geologi, 1975<br />

dalam WWF,1992), Mendala Sulawesi Timur yang menyusun daerah yang dipetakan merupakan<br />

bagian dari “Zone Kolonodale”. Zone Kolonodale yang meliputi daerah yang dipetakan sebagian


esar terdiri dari batuan beku ultra basik dan basik, serta batuan endapan tak terpisahkan<br />

(diinterpretasi sebagai batu kapur). Di bagian tertentu terdapat formasi kuarter yang terdiri dari<br />

endapan aluvium dari batuan ultra basik, dan endapan permukaan seperti endapan sungai dan<br />

pantai (WWF,1980).<br />

Berdasarkan peta Land System and Land Suitability (RePProT, 1988), sebagian besar<br />

areal kerja pemetaan merupakan daerah pegunungan (mountainous) dan terdiri dari fisiografi LNG<br />

dan PDH, yakni punggung cembung di atas batuan ultra basik serta punggung tertoreh melebar.<br />

Formasi kapur (karstik) dijumpai di daerah sekitar Bukit Rapan Suleimanu (system OKI). Daerah<br />

lainnya berupa kipas aluvium dari bahan ultra basik di daerah S. Morowali ke arah Timur (system<br />

MKO). Informasi lebih jauh yakni terdapat kawasan rawa bergambut dangkal (system MDW) di<br />

daerah bagian Selatan S. Tiwara. Bahan induk lainnya berupa endapan sungai (bahan mineral dan<br />

organik) dan endapan marin/pantai berupa pasir dan lumpur.<br />

Iklim dan Cuaca<br />

Karena berbatasan langsung dengan laut di sebelah Selatan, iklim kawasan Cagar Alam<br />

Morowali cukup terpengaruh oleh angin laut.<br />

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim kawasan cagar alam dan sekitarnya<br />

termasuk type A, atau merupakan daerah basah dengan nilai Q antara 0 - 14,3%. Berdasarkan<br />

Peta Curah Hujan Pulau Sulawesi sebagaimana Lampiran Peta 7, hampir seluruh kawasan cagar<br />

alam dan sekitarnya yang dipetakan mempunyai curah hujan di atas 2.500 mm pertahun, kecuali<br />

pada sebagian kecil bagian kawasan sebelah Utara, dengan curah hujan antara 2.000 mm - 2.500<br />

mm pertahun.<br />

Berdasarkan data rata-rata lima tahun terakhir dari dua stasiun pengukur di sekitar cagar<br />

alam, yaitu Stasiun Balai Penyuluh Pertanian Kolonodale (sebelah Barat Daya kawasan) dan<br />

Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Kasiguncu (sebelah Barat Laut kawasan), curah hujan<br />

berkisar antara sekitar 2.000 mm-3.500 mm pertahun, dengan 135 dan 187 hari hujan pertahun,<br />

serta tanpa bulan kering (The Nature conservancy,2007).<br />

Karakteristik Ekosistem<br />

Hutan mangrove/ bakau; Tersebar di sepanjang pantai selatan yang berlumpur dari<br />

muara Sungai Salato dengan lebar garis pantai kurang lebih 1 km.<br />

Hutan rawa; Tersebar di sekitar Danau Ranu Besar dan Blok Hutan Ranu dan<br />

sepanjang Sungai Morowali.<br />

Hutan alluvial dataran rendah; Daerah ini berada di bagian dataran rendah Morowali<br />

dan pada musim hujan kadang-kadang terendam air.<br />

Hutan perbukitan dan pegunungan; Kawasan ini berada di bagian Tengah dan Utara<br />

kawasan cagar alam dan kondisinya hampir 70 % dinilai masih utuh.<br />

Hutan lumut (Sub alpin); Tipe hutan ini memiliki ketinggian di atas 1.600 meter dari<br />

permukaan laut ditandai dengan tumbuhan lumut yang menutup/ membalut tegakan yang ada<br />

terutama dari jenis Vaccinium sp.<br />

Hutan Sekunder; Daerah ini relatif sangat sempit dan merupakan lahan bekas<br />

perladangan yang sudah ditinggalkan . Jenis tumbuhannya terutama berupa rumput alang-alang<br />

dan lokasi berada di sekitar Sungai Morowali (perjalanan antara Morowali dan Kayu Poly).


Keanekaragaman hayati<br />

Flora<br />

Keanekaragaman tipe ekosistem hutan yang ada di kawasan cagar alam merupakan<br />

kekayaan alam khas dengan dicirikan berupa berbagai kekayaan jenis flora yang tumbuh secara<br />

alami/asli pada tipe ekosistem yang bersangkutan.<br />

Hutan mangrove dicirikan oleh; bakau (Rhizophora mucronata, R. apiculata, dan R. alba),<br />

Bruguiera sp, Lumitzera sp, Ceriops sp, coropa sp, dan beberapa jenis lain seperti paku gajah<br />

(Acrostichum sp), pandan (Pandanus sp), beringin (Ficus sp), dan Cemara Laut (Casuarina<br />

equisetifolia).<br />

Hutan Rawa; Palqium sp, Ponteria sp, Manilkara sp, Mimusop sp, Calophyllum soulatri,<br />

Panirani corymbosa, Haplolobus celebicus, Pinang (Pinanga sp), dan Rotan (Calamus sp).<br />

Hutan alluvial dataran rendah : Pandan (Pandanus sp), Alstoria scholaris, Callophyllum<br />

soulatri, Gonystylus macrophyllus, Palaqium sp, dan Bambu (Bambussa sp).<br />

Hutan perbukitan dan pegunungan; Ponteria firma. Litsea sp, Mimusops elengi, Manilkara<br />

sp, Kjellbergirdendron celebicum, Haplolobus celebicus, Tonna sureni, Pometia pinnata,<br />

Terminalia sp, Agathis philippinensis, Podocarpus neriifolius, Alstonia scholaris, Dracontomeles<br />

mangiferum dan Parinari corymbosa.<br />

Hutan lumut; Dicirikan dengan jenis flora yang pertumbuhannya kerdil dan batang<br />

berukuran kecil sampai sedang, seperti Lithecarpus sp, Pasang (Quercus sp), Trestania sp, dan<br />

Pandanus sp. Pada pohon-pohon tersebut batang, cabang dan rantingnya ditutupi lumut yang<br />

tebal.<br />

Fauna<br />

Berbagai jenis fauna yang hidup disini cukup bervariasi sebagai perwakilan di ekosistem<br />

hutan dataran rendah sampai pegunungan di Sulawesi, mulai dari kelas mammalia, reptilia, burung<br />

sampai kelas serangga.<br />

Beberapa mammalia endemik yang terdapat disini, yaitu: Babirusa (Babyrousa babirussa),<br />

Anoa (Bubalus quarlesi), Kera hitam Sulawesi (Macaca tonkeana), Musang coklat Sulawesi<br />

(Macrogalidia musschebroeki), Kuskus (Phalanger celebensis dan P. ursinus) yang perlu dipertahankan<br />

kelestariannya.<br />

Mammalia jenis lainnya, seperti: rusa (Cervus timorensis), musang (dan Bambu (Bambussa<br />

sp). Musang (Vivera tangalanga), babi hutan (Sus sp), Tikus (Rattus sp) dan beberapa jenis dari<br />

keluarga kelelawar dan kalong.<br />

Berdasarkan laporan survey Operation Drake tahun 1980 di kawasan ini terdapat 225<br />

jenis burung, dari sejumlah jenis tersebut 52 diantaranya merupakan jenis endemik dan 3 jenis<br />

berdasarkan ICBP sudah termasuk kategori terancam, yaitu jenis Accipiter nanus, Macrocephalon<br />

maleo, dan Scolopax celebensis.<br />

Berdasarkan habitatnya, burung-burung tersebut dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu :<br />

Jenis burung air/laut: elang laut (Heliaeetus leucogaster), itik pohon (Dendrocygna sp),<br />

itik liar (Anas gibberfrons), pecuk ular (Anhinga melanogaster), cangak merah (Ardea pupurea),<br />

dan lain-lain.<br />

Jenis burung darat: burung butbut (Centropus celebensis), raja udang (Pelargopsis<br />

melanorhyncha), rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong sulawesi (Rhyticus cassidic),<br />

yove (Ducula forsteni), buta (Ducula luctuosa), Ptilinopus sp, burung hantu (tyto rosenbergii,<br />

Nynox sp), Jiokaka (Malia grata), katio (Trichastoma celebensis), keli (prionturus platurus), vae<br />

(Trichoglossus ornatus), sipili (T. flavoviridis), pinski (Loriculus stignatus), maleo (Macrocephalon<br />

maleo), burung gosong (Megapodius freycinet). Informasi terhadap keanekaragaman jenis burung<br />

dan persebarannya di Cagar Alam Morowali masih sedikit diketahui. Walaupun kenyaataannya di<br />

Cagar Alam Morowali relatif sedikit jenis burung yang hidup, tetapi dari sudut konservasi burung,<br />

kawasan ini cukup penting, karena pada kawasan ini ditemukan beberapa jenis burung yang sudah


jarang ditemukan di tempat lain akibat populasi mereka semakin merosot, seperti Ciconia<br />

episcopus, Macrocephalon maleo, Megapodius cumingii, beberapa pergam endemik (Ducula<br />

spp.), katik endemik sulawesi (Ptilinopus spp.), Loriculus spp., Basilornis celebensis, Prioniturus,<br />

serta tak kalah pentingnya beberapa jenis burung pantai dan laut yang setiap tahun mengunjungi<br />

beberapa tempat di cagar alam ini pada saat musim migran burung dari utara. Sangat disayangkan<br />

kehidupan burung di kawasan ini sangat jarang diketahui; akibat jarang dilakukan penelitian di<br />

tempat ini. Kegiatan yang selama ini dilakukan berupa pengamatan dan penelitian terhadap jenis<br />

burung, yang dilakukan baik secara perorangan seperti DEREK HOLMES tahun 1979 dan W. H.<br />

TIMMIS pada Tahun 1980 dan beberapa lembaga konservasi seperti WWF tahun 1980 dan<br />

Wildlife Conservation Society (WCS) 2002.<br />

Reptil yang sering dijumpai di kawasan ini, yaitu soa-soa (Hydrosaurus amboinensis),<br />

biawak (Varanus celebensis), ular phyton (Phyton sp), Natryx sp, Psamoradinaster sp, dan Tromersurus<br />

wagleri). (Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah,1994)<br />

1.3. Gambaran Umum Masyarakat<br />

Demografi dan Populasi<br />

Sebagai kawasan pelestarian alam penting, CA. Morowali tidak terlepas dari keberadaan<br />

masyarakat di sekitar dan di dalamnya. Masyarakat di sekitar dan dalam CA. Morowali memiliki<br />

interaksi yang tinggi dengan sumberdaya kawasan, berupa pemanfaatan kayu dan hasil hutan<br />

lainnya termasuk pembukaan kawasan untuk lahan pertanian.<br />

Hasil identifikasi cepat di sekitar dan dalam kawasan CA. Morowali terdapat 21 Desa<br />

yang berbatasan dan di dalam kawasan dengan jumlah penduduk sekitar 3.206 KK atau 14.454<br />

jiwa dan terdapat delapan pemukiman kelompok suku wana yang berinduk pada desa-desa di<br />

sekitarnya.<br />

Secara lebih terperinci, distribusi desa-desa di sekitar CA Morowali, jumlah penduduk<br />

dan luasannya, dapat dilihat pada tabel berikut.<br />

Tabel 2. Data kependudukan di kecamatan lokasi target kampanye<br />

Jumlah Penduduk<br />

Kecamatan Desa<br />

(KK) Jiwa<br />

Soyo Jaya Lembah Sumara 128 613<br />

Sumara Jaya 145 478<br />

Tambayoli 118 528<br />

Tandoyondo 66 435<br />

Tamainusi 84 341<br />

Bungku Utara Tokonanaka 79 408<br />

Matube 127 575<br />

Uewaju 136 625<br />

Tokala Atas 89 376<br />

Posangke 88 389<br />

Taronggo 70 791<br />

Tambarobone 198 792


Tirongan Atas 78 524<br />

Lemo 152 649<br />

Salubiro 205 1260<br />

Petasia Bahoue 237 960<br />

Ganda-ganda 250 1230<br />

Kolonodale 720 3283<br />

Total Populasi 2970 14257<br />

Sumber : Kecamatan Dalam Angka BPS 2005<br />

Ekonomi<br />

Penduduk di desa-desa sekitar kawasan cagar alam pada umumnya menggantungkan<br />

hidup pada mata pencaharian di sektor pertanian, peternakan dan hasil hutan non kayu seperti<br />

damar dan rotan, serta sebagian kecil bergantung pada hasil laut. Pertanian yang dilakukan<br />

umumnya adalah pertanian sawah dengan irigasi semi permanen seperti di kecamatan Soyojaya,<br />

dan sebagian desa di Kecamatan bungku Utara. Sebagian masyarakat mengandalkan hasil kebun<br />

seperti coklat dan kopra untuk mencukupi kebutuhan keluarga.<br />

Minimnya lapangan kerja dan seringnya bencana banjir yang terjadi menyebabkan<br />

masyarakat mencari alternatif untuk kebutuhan hidup. Sementara itu kawasan cagar alam<br />

menyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat dengan banyaknya tanaman damar dan rotan<br />

didalamnya.<br />

Di setiap desa setidaknya terdapat 1-3 pedagang pengepul damar dan sekitar 20 orang<br />

pencari damar. Sementara produksi dari satu desa bisa mencapai 5 ton setiap tiga bulan. Hasil<br />

damar ini kemudian di kirim ke Kolonodale dan ditampung oleh pedagang besar di Kolonodale<br />

dan dikirim ke Makasar atau palu.<br />

Secara umum, sumber mata pencaharian penduduk dimaksud dapat dikelompokkan ke<br />

dalam 6 (enam) jenis :<br />

Bersawah (tadah hujan dan irigasi)<br />

Berladang/kebun, dengan tanaman utama: jagung, kedelai, kacang tanah, buahbuahan,<br />

kopi, kakao, rempah-rempah.<br />

Menggembala ternak sapi, kambing, kerbau, peternakan ayam dan bebek, budidaya<br />

ikan.<br />

<br />

<br />

<br />

Budaya<br />

Produk kerajinan tangan, berupa pisau, keranjang rotan dan bambu.<br />

Produk hasil hutan kayu dan non kayu seperti rotan, madu, damar, dan sebagainya.<br />

Kegiatan pemanfaatan hasil hutan non kayu ini, terutama damar, cukup marak terjadi<br />

di Morowali karena damar menjadi salah satu komoditi hutan non kayu andalan<br />

Kabupaten Morowali. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan CA Morowali juga<br />

cukup intensif memanfaatkan hutan di dalam kawasan untuk menyadap damar alam.<br />

Tenaga kerja musiman (buruh), umumnya di bidang pertanian, bangunan dan<br />

angkutan.<br />

Di sekitar kawasan terdapat berbagai macam suku dan budaya seperti Bugis, Ta’a/Wana,<br />

Mori, Bungku, Jawa, Besoa, Bali dan Bajo. Suku bugis merupakan suku terbesar dan mendominasi<br />

di sekitar kawasan. Didalam cagar alam sendiri hidup masyarakat suku terasing Suku Wana yang<br />

secara tradisional sangat bergantung pada sumberdaya hutan. Mereka hidup secara berpindah-


pindah di dalam kawasan terutama di daerah pegunungan dalam kelompok kelompok yang<br />

terpisah.<br />

Gambar 3. Satu keluarga Suku Wana yang hidup di CA Morowali<br />

Sejauh ini keberadaan mereka di dalam kawasan ’dibiarkan’ dan tidak dianggap sebagai<br />

ancaman. Meskipun mereka memiliki kebiasaan hidup berpindah, akan tetapi mereka masih<br />

menganut banyak kearifan tradisional termasuk diantaranya adalah kearifan untuk melindungi<br />

sumber mata air dan aturan adat untuk melindungi kawasan hutan mereka.<br />

Dari sejarahnya, seperti disarikan oleh Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat<br />

(FKKM), sebelum kemerdekaan, suku Wana tundak kepada kekuasaan Kerajaan Ternate, yang<br />

secara berkala mereka harus mengirimkan upeti. Melemahnya pengaruh Ternate kepada suku<br />

Wana diperkirakan karena semakin menguatnya kerajaan-kerajaan kecil yang berkuasa di pantai<br />

Sulawesi. Akhirnya suku Wana tunduk kepada kekuasaan kerajaan Bungku di pantai Selatan,<br />

kepada Raja banggai di pantai Timur, kepada kerajaan Tojo di sebelah utara, dan sebelah barat<br />

tunduk kepada kerajaan Mori. Belanda masuk ke Sulawesi dengan cara menaklukkan kerajaankerajaan<br />

kecil lokal di pesisir Sulawesi. To Wana adalah suku yang tidak mau tunduk dengan<br />

segala macam aturan pajak yang dikenakan wajib oleh Belanda kepada daerah taklukannya. Sampai<br />

sekarang ini To Wana tidak memiliki pemerintahan resmi sesuai aturan negara Indonesia, mereka<br />

tidak memiliki KTP, tidak memiliki pemerintahan desa. Tetapi mereka memiliki aturan-aturan<br />

adat yang sangat mereka patuhi. Hubungan antar masyarakat dan hubungan dengan hutan serta<br />

sumberdaya alam lainya diatur sesuai dengan aturan-aturan adat di antara To Wana sendiri. To<br />

Wana yang ada di pesisir sudah mengenal sistem pemerintahan, dan To Wana yang berada dalam<br />

kawasan hutan Cagar Alam Morowali masih sesuai dengan aslinya: merdeka dari tekanan<br />

siapapun.<br />

Jumlah penduduk To Wana sekitar 1.700 jiwa, berada di dalam kawasan Cagar Alam<br />

Morowali. Mereka hidup terpencar satu sama lain, tidak terkonsentrasi pemukimannya.<br />

Kehidupan mereka mengandalkan dari pertanian berladang gilir balik. Orang Wana menebang<br />

dan membakar sedikit areal hutan yang kemudian digarap untuk berladang selama 1-2 tahun, dan<br />

kemudian ditinggalkan dengan maksud mengembalikan kesuburan tanahnya (falllow period).<br />

Makanan pokok suku Wana adalah ubi kayu, dan diselingi oleh bahan pangan beras jika mungkin.<br />

Selain berladang mereka juga berburu binatang babi, tikus hutan, burung dan lain-lain. Suku Wana<br />

juga menyadap dan mengumpulkan getah damar untuk kemudian dijual. Biasanya setiap minggu<br />

mereka pergi ke tempat penjualan getah damar (6-7 jam perjalanan) dari dalam hutan. Pohon<br />

damar tidak ditebang oleh orang Wana karena menghasilkan uang secara berkelanjutan.


Dengan ditetapkannya kawasan CA Morowali, keberadaan dan keberlangsungan<br />

kehidupan masyarakat suku Wana mengalami tekanan. Terutama kalau melihat kepada status<br />

sebagai CA yang tidak membenarkan adanya pemukiman dan kegiatan produksi di dalamnya.<br />

Perubahan status menjadi Taman Nasional, oleh karenanya kerap dilihat sebagai satu pemecahan<br />

masalah agar hak hidup suku Wana dapat diakui. Harapannya adalah dengan sistem Taman<br />

Nasional kelak akan ditetapkan sistem zonasi, khususnya zonasi pemanfaatan tradisional, sehingga<br />

suku (masyarakat adapt) Wana masih mungkin hidup dan tetap tinggal di dalam hutan tersebut.<br />

Pemikiran perubahan status ini juga diilhami oleh keberadaan masyarakat adat Katu di dalam TN<br />

Lore Lindu.<br />

Situasi Politik<br />

Pada saat ini situasi politik di kabupaten morowali masih sangat kondusif, dan tidak ada<br />

gejolak sosial politik yang dapat mengganggu pembangunan didaerah ini. Meski berbatasan dengan<br />

kabupaten Poso dan penduduk yang multi etnis, keadaan di kabupaten morowali masih bisa<br />

dikatakan kondusif.<br />

Perpindahan Ibukota Kabupaten dari Kolonodale ke Bungku, sempat memunculkan<br />

kecemburuan pada masyarakat di Kolonodale, karena memicu keterpurukan perekonomian di<br />

Kolonodale. Adanya rasa ketidakpuasan pada etnis Bungku di etnis Mori membuat mereka<br />

membuat inisiasi pemekaran menjadi Kabupaten Morowali Utara dengan kolonodale sebagai<br />

ibukota kabupaten. Rencana pemekaran ini sempat disetujui oleh DPR pusat pada tahun 2008,<br />

namun dibatalkan oleh pemerintah pusat.<br />

Kota pelabuhan Kolonodale ini menjadi penghubung yang penting ke daerah disekitarnya<br />

seperti Matube, Baturube, Kolo dan untuk angkutan ke Bitung di Sulawesi Utara dan kendari<br />

Sulawesi Tenggara yang dilayani dengan armada fery setiap dua minggu sekali.<br />

1.4. Sejarah Pengelolaan Kawasan<br />

Cagar Alam (CA) Morowali merupakan salah satu kawasan konservasi alam besar di<br />

Sulawesi Tengah, yang ditetapkan pada Tanggal 24 November 1986 melalui Surat Keputusan<br />

Menteri Kehutanan No.374/kpts-VII/1986 dengan luas areal 225.000 ha. Perubahan luas kawasan<br />

melalui SK Menhut No. 5 Tahun 1999 menetapkan luasan kawasan menjadi 209.000 ha.<br />

Alasan penetapan kawasan adalah: keunikan ekosistem yang ada dari ekosistem pantai<br />

sampai ekosistem pegunungan. Disamping itu potensi keanekaragaman hayati juga cukup unik<br />

terutama di gunung tambusisinya.<br />

Kawasan ini diusulkan menjadi kawasan Taman Nasional, dan saat ini sedang dilakukan<br />

studi kelayakan untuk menjadi kawasan Taman Nasional oleh Direktorat Jenderal PHKA.<br />

1.5. Permalahan Konservasi<br />

Potensi hasil hutan non kayu terutama damar (Agathis philippense) yang cukup berlimpah<br />

membuat kegiatan penyadapan damar cukup marak di sini. Setidaknya jumlah anggota masyarakat<br />

yang memasuki kawasan CA Morowali untuk menyadap damar cukup banyak. Sayangnya,<br />

tingginya permintaan akan getah damar ini, apalagi perannya dalam menopang perekonomian<br />

masyarakat yang, tidak dibarengi dengan upaya untuk mengelola sumberdaya alam yang baik.<br />

Disamping itu, masyarakat belum memiliki kemampuan untuk mengelola lahan desa untuk


udidaya damar. Akibatnya, mereka benar-benar bergantung kepada damar alam dan<br />

memanfaatkan damar yang ada di dalam kawasan.<br />

Kegiatan ini tidak saja mengancam keutuhan kawasan Cagar Alam Morowali, yang secara<br />

hukum memang memberi sedikit sekali peluang pemanfaatan, akan tetapi juga memberi ancaman<br />

tambahan akibat dari kegiatan ikutan penyadapan damar alam ini. Misalnya, perburuan satwa<br />

sebagai lauk para penyadap damar yang umumnya memasuki kawasan untuk menyadap damar<br />

dengan perbekalan seadanya dan kebakaran hutan dapat sering terjadi.<br />

1.6. Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan<br />

Lembaga Lain yang Terlibat<br />

Program konservasi yang dilakukan oleh lembaga lokal dilakukan oleh Yayasan Sahabat<br />

Morowali yang dilakukan untuk pendidikan lingkungan pada Masyarakat terasing Suku Wana.<br />

Namun pada saat ini keberadaan LSM Sahabat Morowali tidak lagi aktif bererak di kawasan cagar<br />

alam ini. Setelah bencana alam banjir dan tanah longsor tahun 2007 lalu, organisasi internasional<br />

CWS aktif melakukan kegiatan di kecamatan Bungku Utara. CWS bergerak dalam bidang<br />

pendidikan lingkungan dan bantuan pertanian. Kelompok Anak Alam Morowali merupakan<br />

kelompok baru yang terbentuk pada tahun 2007. Kelompok ini sebagian anggotanya merupakan<br />

anggota Yayasan Sahabat Morowali. Dalam kegiatannya kelompok ini lebih banyak bergerak pada<br />

pendidikan lingkungan dan kepecintalaman.<br />

2. Penilaian Lokasi<br />

2.1. Matriks Stakeholder<br />

Keterlibatan aktif para pemangku kepentingan di kawasan target merupakan suatu syarat<br />

mutlak agar muncul kepemilikan dan dukungan bagi setiap kegiatan konservasi termasuk program<br />

Kampanye Pride yang akan dilakukan di CA Morowali. Selain itu, dengan melibatkan para<br />

pemangku kepentingan, diharapkan mereka dapat terlibat untuk mencari pemecahan<br />

permasalahan yang ada di kawasannya. Tentunya tidaklah mudah memilih figur yang ada di<br />

masyarakat yang dapat mewakili kepentingan dan suara seluruh masyarakat. Apalagi jika ternyata<br />

bukan hanya kepentingan ekologi yang muncul akan tetapi kepentingan politik, budaya dan<br />

ekonomi juga muncul.<br />

Karenanya, diperlukan satu langkah sederhana untuk dapat mengidentifikasi figur<br />

stakeholder kunci atau tokoh kunci berdasarkan beberapa faktor, minat dan motif, potensi<br />

kontribusi dan konsekuensi yang muncul dari ketidakterlibatannya. Dengan ketiga faktor ini<br />

diharapkan kepentingan-kepentingan yang ada dapat terwakili dan bentuk keterlibatannya juga<br />

dapat diidentifikasikan di awal.<br />

Tabel 3. Daftar stakeholder kunci kawasan target Kampanye Pride<br />

di CA Morowali<br />

No Peserta/ Nama Issu Kunci Minat/motif Potensi kontribusi Konsekuensi


Stakeholder<br />

Issue apa yang akan<br />

dibawa oleh<br />

stakeholder?<br />

(kepentingan apa<br />

yang akan<br />

disuarakan oleh<br />

stakeholder?<br />

Mengapa<br />

stakeholder<br />

berminat untuk<br />

datang?)<br />

(apa yang dapat<br />

diberikan oleh pertemuan<br />

kepada stakeholder?)<br />

1<br />

Camat<br />

Soyojaya,<br />

Camat Petasia<br />

Mohamad. Asif<br />

Otonomi daerah,<br />

konflik resolusi,<br />

dukungan<br />

pemerintah<br />

setempat<br />

Berpotensi untuk<br />

dukungan<br />

pemerintah,<br />

pengetahuan<br />

mengenai isu<br />

structural di<br />

pemerintah<br />

potential for buy,<br />

anggaran daerah<br />

Ide-ide untuk<br />

pengembangan proposal<br />

oleh pemerintah<br />

Terdapat<br />

pandangan dan<br />

perspektif<br />

pemerintah,<br />

menjamin dukungan<br />

dan keterlibatan<br />

pemerintahan<br />

setempat<br />

3<br />

Kepala Desa<br />

Tambayoli,<br />

Ganda-ganda<br />

Lembah<br />

Sumara, sumara<br />

jaya,<br />

Tamainusi.<br />

Selamet dkk<br />

Sumber<br />

pendapatan untuk<br />

desa,<br />

pembangunan<br />

desa.<br />

Menggali apakah<br />

ada manfaat untuk<br />

desa dan<br />

masyarakat<br />

Bantuan promosi pada<br />

masyarakat desa dan<br />

pelibatan masyarakat<br />

Ada sesuatu yang<br />

ditawarkan dan<br />

bermanfaat untuk<br />

kepentingan desa<br />

baik berupa materiil<br />

maupun non<br />

materiil.<br />

4 BKSDA Samsi<br />

Konservasi<br />

kawasan<br />

konservasi,<br />

Perubahan status<br />

kawasan menjadi<br />

Taman Nasional<br />

Pengembangan<br />

program, batuan<br />

teknis, laporan<br />

kegiatan.<br />

Aspek legalitas dan<br />

dukungan.<br />

Tidak ada bantuan<br />

personal, dan<br />

kekurangan dana.<br />

5<br />

Dinas<br />

kehutanan kab.<br />

morowali<br />

5<br />

Dikjar<br />

Kecamatan<br />

soyojaya,<br />

Petasia<br />

Pengembangan<br />

pendidikan formal<br />

Bantuan<br />

pendidikan untuk<br />

sekolah.<br />

Aplikasi Mulok dan<br />

kegiatan konservasi di<br />

leingkungan sekolah<br />

Tidak akan terlibat<br />

banyak dan<br />

diserahkan pada<br />

Para PLS, Pada<br />

musim ujian tidak<br />

bisa diganggu.<br />

6 PKK<br />

Kesehatan<br />

keluarga,<br />

peningkatan<br />

kapasitas<br />

masyarakat desa.<br />

Kegiatan desa<br />

untuk keluarga,<br />

Lomba Masak<br />

Dilibatkan dalam<br />

kampanye untuk<br />

mempengaruhi<br />

kelompok ibu-ibu.<br />

Kurangnya<br />

keterampilan<br />

7 Kelompok tani Nurohman, Misdi Pertanian<br />

Peningkatan usaha<br />

pertanian, irigasi,<br />

air,<br />

Simpul yang cukup solid<br />

dan dapat berkontribusi<br />

pada masyarakat luas.<br />

Waktu terlibat<br />

dalam kegiatan lebih<br />

banyak pada malam<br />

hari


Issu Kunci Minat/motif Potensi kontribusi<br />

No<br />

Peserta/<br />

Stakeholder<br />

Nama<br />

Issue apa yang akan<br />

dibawa oleh<br />

stakeholder?<br />

(kepentingan apa<br />

yang akan<br />

disuarakan oleh<br />

stakeholder?<br />

Mengapa<br />

stakeholder<br />

berminat untuk<br />

datang?)<br />

(apa yang dapat<br />

diberikan oleh pertemuan<br />

kepada stakeholder?)<br />

Konsekuensi<br />

8<br />

Anak Alam<br />

morowali<br />

Dody, Ali, Link,<br />

Jasmin<br />

Kebersihan<br />

lingkungan,<br />

Kesehatan,<br />

Lingkungan<br />

Penghargaan,<br />

Merupakan kader yang<br />

dibentuk oleh. Potensi<br />

kontribusi secara<br />

sukarela mereka mau<br />

terlibat dalam<br />

kampanye<br />

Dukungan dari<br />

bapedalda mungkin<br />

kurang untuk<br />

kadernya baik<br />

bersifat pembinaan<br />

maupun insentif.<br />

9<br />

Bidan Desa dan<br />

Kader<br />

Kesehatan<br />

(Posyandu)<br />

Anak-anak, ibu<br />

menyusui, balita.<br />

Kesehatan anak<br />

Memeiliki kegiatan<br />

pertemuan rutin.<br />

Dapat menggunakan<br />

kegiatan mereka untuk<br />

kampanye konservasi.<br />

Pemahaman pada<br />

konservasi kurang.<br />

10 Guru SD Irwan, Novi<br />

Pendidikan anak,<br />

perbaikan fasilitas<br />

sekolah<br />

Mencari bentuan<br />

untuk program<br />

pendidikan di<br />

sekolah<br />

Dipercaya oleh<br />

masyarakat, mitra<br />

penting dalam<br />

kampanye di sekolah.<br />

Waktu yang bisa<br />

digunakan sore hari<br />

atau hari libur<br />

11 Tokoh agama M. Ali<br />

Dakwah dan<br />

penguatan moral<br />

masyarakat<br />

Ingin<br />

menyampaikan<br />

dakwah, ibadah.<br />

Potensial untuk<br />

mempengaruhi<br />

masyarakat.<br />

Kurang mengerti<br />

pada konservasi<br />

alam. Atau<br />

pemahaman pada<br />

konservasi kurang.


Focus Group Discussion<br />

Proses FGD<br />

Focus group discussion (FGD) merupakan proses pengumpulan informasi yang sistematis<br />

mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Dalam<br />

kaitannya dengan program kampanye bangga ini, FGD lebih ditekankan beberapa permasalahan<br />

yang spesifik yang didapatkan dari konsep model yaitu:<br />

1. Pengelolaan hasil hutan nonkayu khususnya damar dan rotan,<br />

2. Lahan masyarakat dalam kawasan dan<br />

3. Perburuan satwa liar (maleo)<br />

Selain untuk mengetahui permasalahan diatas FGD ini juga bertujuan untuk mengetahui<br />

tingkat pemahaman dan cara pandang masyarakat terhadap kawasan cagar alam morowali.<br />

2.2. Hasil FGD 1<br />

Pengelolaan Hasil Hutan Non Kayu<br />

Diskusi dengan kelompok masyarakat pengolah damar dan rotan dilakukan di Desa<br />

Tandoyondo. Secara geografisDesa ini berbatasan dengan area Cagar alam morowali di areal<br />

mangrove. Etnisitas masyarakat kebanyakan dari suku bugis dan bahasa sehari-hari adalah<br />

bahasa bugis. Desa ini bersama dengan desa Tambayoli dan Taminusi termasuk sebagai desa tua<br />

di kecamatan Soyojaya dan walaupun sebenarnya termasuk pendatang sudah dianggap penduduk<br />

pribumi.<br />

a. Pola Pengambilan<br />

Frekwensi pengambilan atau pengolahan damar dilakukan setiap hari kecuali hari jum’at<br />

saja. Jadi dalam satu minggu ada 6 hari secara terus menerus masyarakat mengolah damar di<br />

dalam kawasan. Pada umumnya para pengolah damar ini adalah petani, yang pada saat senggang<br />

setelah masa tanam padi mereka mencari damar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.<br />

Masyarakat biasa berangkat pada subuh dengan menggunakan perahu dengan dayung ke dalam<br />

kawasan cagar alam, dan sore hari sekitar jam 3 sudah pulang lagi kerumah. Hasil yang diperoleh<br />

sekitar 7-8 kg perhari dengan harga di tingkat pengolah Rp. 3700/kg atau sekitar 30.000/hari.<br />

b. Daerah kelola<br />

Tidak ada pembagian batas daerah dalam mengolah damar, masyarakat bebas menlakukan<br />

pengolahan di cagar alam. Kalau bertemu pendamar dari desa lain biasanya mereka cuma berbagi<br />

rokok saja. Logikanya karena sama-sama mencari siapa cepat siapa dapat, begitu kata mereka.<br />

Secara khusus masyarakat pengolah damar di desa Tandoyondo ini mencari damar di daerah<br />

Budong-budong di dalam kawasan cagar alam Morowali. Selain itu lokasi pengolahan yang<br />

potensial di daerah perbukitan yang termasuk hutan HPH dan hutan lindung di sebelah barat<br />

desa. Berdasarkan informasi dari masyarakat Tambayoli, sebenarnya daerah budong-budong ini<br />

masuk wilayah desa Tambayoli, dan Kades Tambayoli mendapat sorotan dari masyarakat<br />

mengenai lokasi damar yang “diserobot” oleh warga Tandoyondo.<br />

c. Tata cara<br />

Cara pengambilan damar yang dilakukan termasuk sudah baik, dimana hasil yang<br />

didapatkan bersih dan tidak bercampur tanah atau lumut. Secara tradisional masyarakat<br />

1 Rincian lengkap hasil FGD ini dilampirkan sebagai lampiran di dokumen ini


mempunyai pengetahuan teknik menyadap yang sangat baik dan tidak merusak. Pohon yang<br />

disadap dapat berumur lama dan pohon yang disadap harus seukuran batang kelapa. Batas<br />

ketinggian untuk dapat disadap adalah 3 meter.<br />

d. Cara pandang terhadap cagar alam<br />

Masyarakat berpandangan hutan yang dilindungi dalam hal ini cagar alam morowali masih<br />

sangat dibutuhkan keberadaannya. Beberapa kebutuhan untuk masyarakat diambil dari cagar alam<br />

seperti daun nipah yang sangat berguna untuk atap rumah.<br />

Satu persoalan yang ada di sini adalah masalah lahan masyarakat yang masuk di dalam<br />

kawasan milik 7 orang warga.<br />

Gambar 4. FGD di Tandoyondo<br />

f. Inisiatif Lokal<br />

Inisiatif masyarakat di desa Tandoyondo untuk pengembangan tanaman damar masih<br />

kurang. Mereka masih secara instan mengolah dan memanfaatkan apa yang sudah ada di dalam<br />

hutan. Mereka berpendapat damar tidak bisa ditanam di kebun dalam desa mereka.<br />

Inisiatif masyarakat dalam pengelolaan damar di dapatkan di desa Sumara Jaya. Yang<br />

sebenarnya arah diskusi dilakukan untuk perburuan satwa khususnya Maleo. Diskusi yang<br />

disusun secara non formal ini kemudian mengarah pada damar setelah adanya pernyataan sekdes<br />

yang telah menyediakan lahan untuk kelapa sawit di lahan sekitar 400 ha.<br />

Beberapa pernyataan masyarakat di Sumara Jaya untuk pengelolaan damar diluar kawasan<br />

melalui FGD antara lain:<br />

Mahda Ali (Ketua BPD): “Kalau ada positif akan dikembangkan penanaman damar di<br />

Sumara jaya jangan kelapa sawit. Itu saja ada pemiliknya bersertifikat. Karena perawatan sangat<br />

mudah beda kelapa sawit dipupuk diapa. Satu ha kalau kayunya sudah begini pokoknya sudah berapa.<br />

Kalau sawit diremajakan 25 tahun keatas kembali lagi hambur uang untuk peremajaan. Kalau damar<br />

perbulannya miliaran kalau lahan 400 ha penuh damar di lahan transmigrasi bersertifikat ini.”<br />

Slamet (Sekdes): “Apalagi diwilayah pinggir kali untuk jalur hijau. Saya rasa kalau dinas bisa,<br />

Cuma kalau kitakan cara pembibitannya belum tahu.”<br />

Mahda Ali: “Tidak disuruh pak tidak pakai biaya kalau memang ada pembibitannnya.”


Inisiatif lokal ini sejalan dengan target kampanye bangga sendiri untuk membuat sebuah<br />

kegiatan yang bersifat trade off (pertukaran) antara kampanye yang sifatnya awareness dan<br />

pengganti biaya sosial ketika masyarakat berubah perilakunya dimana tingkat intervensi bisa<br />

dilakukan dalam skala komunitas pada suatu bentang lahan. Pertukaran yang diharapkan terjadi<br />

adalah perubahan perilaku dari berburu terutama maleo dan satwa lain serta terjadinya<br />

pengurangan intensitas masyarakat masuk dalam kawasan. Sehingga sangat penting juga untuk<br />

mengetahui populasi awal maleo di daerah sumara jaya ini sebagai alat ukur keberhasilan<br />

program.<br />

Lahan masyarakat dalam kawasan.<br />

Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang lahan di dalam kawasan dilakukan di<br />

desa Tamainusi. Sama dengan desa tandoyondo kultur masyarakat merupakan kultur bugis. Pada<br />

saat kerusuhan Poso, desa ini dulu pernah menjadi daerah latihan perang para Laskar<br />

Fundamentalis Islam yang pernah membuat kerusuhan di daerah Beteleme.<br />

Namun demikian masyarakat tidak ada yang terlibat dalam aksi tersebut karena takut<br />

dibawah ancaman senjata sehingga mereka tidak bisa berbuat banyak.<br />

a. Pal batas kawasan CA<br />

Klaim terhadap lahan masyarakat terjadi pada tahun 1980an pada saat penetapan batas<br />

kawasan oleh petugas kehutanan. Kondisi sosial pada saat itu masyarakat takut dengan petugas<br />

dan percaya saja ketika petugas menyatakan bahwa patok yang dipasang merupakan patok<br />

sementara saja. Lahan yang masuk dalam kawasan ini adalah lahan persawahan yang berbatasan<br />

dengan hutan mangrove. Dari diskusi diketahui ada 10 orang yang memiliki lahan sawah dalam<br />

kawasan dengan total luasan 20an hektar.<br />

Mengenai penetapan pal batas, mayarakat menyatakan, seperti yang dinyatakan oleh ….. :<br />

“Bahwasanya saat pemasangan pal tidak ada keterbukaan, pihak pelaksana ingin cepat saja.<br />

Manakala dilokasi ada masyarakat mereka bilang tidak ada apa2 ini. Kenyataan di kemudian hari tidak<br />

bisa kami mengolah lagi. Mestinya kan kalau seperti sekarang tidak boleh seperti itu. Sebelum<br />

diadakannya tata batas ya. Kongko-kongko dululah dengan masyarakat.”<br />

Didesa ini praktis tidak ada lahan sawah dan rapat Musbangdes desa Tamainusi<br />

menginginkan adanya pencetakan sawah baru, dan menurut keterangan kades sudah dianggarkan<br />

tahun 2008 ini. Sawah baru yang dimaksud adalah areal sawah masyarakat yang ada di dalam<br />

kawasan.<br />

b. Cara pandang masyarakat terhadap kawasan<br />

Masyarakat berpandangan ada sisi manfaat dari kawasan seperti adanya damar dan<br />

kepiting bakau yang punya nilai ekonomis tinggi. Ada keinginan kuat untuk memfungsikan<br />

kembali lahan sawah yang ada di dalam kawasan cagar alam dan usaha membuat empang atau<br />

tambak dengan mengalihfungsikan daerah mangrove cagar alam.<br />

Gambar 5. FGD di Tamainusi


Perburuan Satwa (Maleo)<br />

Lokasi FGD dilakukan di desa Sumara Jaya yang langsung berbatasan dengan kawasan<br />

cagar alam. Desa ini merupakan habitat bertelur bagi burung maleo. Warga yang mendiami desa<br />

ini merupakan akulturasi suku bugis dan suku jawa dengan perbandingan 50-50%. Desa termasuk<br />

desa baru bersama desa Lembah Sumara yang merupakan kawasan transmigrasi yang dimulai<br />

pada tahun 1991. Akibat bencana alam dan beberapa kali gagal panen padi, 75 % warga<br />

mengandalkan hasil hutan dari cagar alam seperti damar dan telur maleo untuk kebutuhan seharihari.<br />

Beberapa point penting dari diskusi adalah:<br />

a. Populasi burung maleo di tempat ini mulai berkurang drastis, seperti penuturan slamet,<br />

“1992-1993 boleh dikata maleo tidak masuk dirumah saja bahkan didekat bendungan sini saja itu<br />

ratusan ekor. Kalau sekarang saya tidak melihat itu burung pak, tapi masih banyak juga kalau pagi”.<br />

Pengambilan telur biasa digunakan untuk kebutuhan konsumsi dan tidak dijual.<br />

b. Petugas dari BKSDA kurang kesejahteraannya<br />

“Sebenarnya dari pemerintah sudah ada pengembangan tapi setengah-setengah, karena ia<br />

sudah kasih dana untuk kandang. Tapi masalahnya pak petugas ini juga mengambil telur maleo itu.<br />

Saya tanya kenapa dia bilang masalah kesejahteraan kurang. Padahal dia sudah ahli kasih menetas itu<br />

telur. Tapi balik lagi pada kesejehteraan biar ditelpun juga tidak ada.”<br />

c. Kebutuhan surat tugas dari lembaga pemerintah<br />

“ Kalau desa bisa dikasih surat dari atasan itu ada surat tentang pengamanan, supaya desa<br />

bisa punya kekuatan. Karena petugas juga kadang pagar makan tanaman. Jadi kalau ada<br />

kewenangan dari desa akan bisa melakukan teguran pada petugas”.<br />

Gambar 6. FGD di Sumara Jaya.


2.3. Survei Masyarakat<br />

Proses Survey Pra-kampanye<br />

Survei masyarakat pada Kampanye Bangga Konservasi terbagi dalam 2 tahap, yaitu pada<br />

awal kegiatan kampanye (pre-suvey) dan pada akhir kegiatan kampanye (post survey). Survei awal<br />

kegiatan kampanye ini merupakan survei kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur tingkat<br />

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai kawasan dan kegiatan konservasi di<br />

kawasan. Hasil pra-survei yang dilaksanakan di 15 desa target di sekitar Kawasan Cagar Alam<br />

Morowali ini akan menjadi baseline atau data awal yang berguna untuk mengukur keberhasilan<br />

kampanye Pride.<br />

Survei ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terstruktur, dimana<br />

kuisioner dibacakan oleh enumerator kepada responden. Lembar kuisioner dibuat dengan<br />

SurveyPro 3.0, dengan jumlah pertanyaan 33 point. Adapun pertanyaannya meliputi data<br />

demografi, sumber informasi, pengetahuan tentang lingkungan, sikap dan praktek yang<br />

berhubungan dengan lingkungan sekitar kawasan.<br />

Dalam survei ini, 20 orang enumerator yang dibagi ke dalam 3 wilayah utama<br />

berdasarkan kecamatan. Para enumerator dilatih sebelum memulai survey. Enumerator berasal<br />

dari desa setempat dari beragam profesi. Jumlah kuesioner yang disebarkan di tiga kecamatan<br />

(Kecamatan Petasia, Soyojaya dan Bungku Utara) sebanyak 315 eksemplar.<br />

Proses Survei Pasca Kampanye<br />

Proses survei pasca kampanye yang dilakukan persis sama dengan proses survei pra<br />

kampanye namun kebanyakan menggunakan enumerator yang sebagian besar tidak sama. Survei<br />

ini menggunakan daftar pertanyaan yang sama dengan tujuan untuk melihat tingkat perubahan<br />

yang ada di masyarakat target ditambah beberapa pertanyaan tambahan. Jumlah distribusi<br />

kuesioner di tiga kecamatan target juga sama yaitu 315 buah. Survei ini dibantu oleh 20 orang<br />

enumerator dari desa yang disurvey. Sebelum pelaksanaan survei pasca kampanye dilakukan juga<br />

pelatihan pada tiap enumerator. Survei Pasca Kampanye dilaksanakan pada tanggal 5 – 16 Juni<br />

2009 di 15 desa target.


2.4. MODEL KONSEP<br />

Melalui serangkaian proses atas hasil pertemuan stakeholder, focus group discussion dan<br />

survey masyarakat, maka diperoleh sebuah model konsep mengenai kawasan kerja kampanye<br />

Pride. Model konsep ini merupakan suatu peta konseptual mengenai keterkaitan berbagai faktor<br />

langsung dan faktor tidak langsung yang mempengaruhi ekosistem hutan Cagar Alam Morowali<br />

Kebutuhan untuk hidup (subsistence) dan kebutuhan ekonomi (mendapatkan keuntungan<br />

ekonomi) melatarbelakangi terjadinya kegiatan yang merusak dalam kawasan, disamping lemahnya<br />

penegakkan hukum dan kurangnya kesadaran konservasi masyarakat yang hidup di sini. Tidak<br />

ditegakkannya peraturan, kebijakan pembangunan yang tidak berpihak kepada kepentingan<br />

masyarakat dan terbatasnya sumberdaya (dana maupun manusia) menjadi faktor lainnya yang<br />

menyebabkan maraknya kegiatan-kegiatan yang mengancam CA Morowali. Selain itu ada faktor<br />

sosial seperti pertumbuhan penduduk yang mendorong kepada peningkatan kebutuhan dasar<br />

manusia, faktor alam seperti akses yang mudah ke kawasan dari laut dan faktor internal seperti<br />

moral yang juga turut mempengaruhi terjadinya faktor langsung-faktor langsung di atas.<br />

Permasalahan tata batas; ketidakjelasan tata batas, pengakuan hak masyarakat dan<br />

sosialisasi tata batas juga menjadi faktor yang diangkat oleh stakeholder kunci. Hal ini sepertinya<br />

berkenaan dengan masih adanya klaim terhadap lahan di kawasan CA Morowali yang diakui oleh<br />

masyarakat merupakan lahan mereka.<br />

Dari sekian banyak faktor langsung yang telah diidentifikasikan, masyarakat kemudian<br />

menyusun skala prioritas faktor langsung berdasarkan tingkat frekwensi kejadian, intensitas<br />

dampak, skala luasan dan jumlah pelaku. Dari empat faktor ini, penyadapan damar dan<br />

pengambilan rotan menempati skala tertinggi, diikuti berturut-turut dengan dengan alih fungsi<br />

lahan, perburuan liar, pengambilan telur burung maleo dan illegal logging.<br />

Kurangnya kesadaran masyarakat pada manfaat kawasan cagar alam dapat dilihat dari<br />

masih banyaknya kecenderungan masyarakat yang membolehkan pembukaan jalan di dalam<br />

kawasan cagar alam.<br />

Tidak adanya model pengawasan dan partsipasi masyarakat menjadi salah satu penyebab<br />

masih adanya kegiatan yang merusak di dalam kawasan cagar alam.<br />

Berdasarkan hasil kajian Focus Group Discussion (FGD) dan survei masyarakat serta observasi<br />

langsung ke kawasan berikut ini adalah gambaran konsep model yang dihasilkan dan sudah<br />

direvisi:


Pemukiman<br />

Penyuluhan/<br />

program<br />

pendidikan<br />

Kebutuhan<br />

bahan baku<br />

kayu<br />

Rendahnya<br />

kesadaran/<br />

pengetahuan<br />

pengelolaan<br />

SDA<br />

Kebutuhan<br />

ekonomi<br />

Budidaya<br />

damar<br />

Logging<br />

Pengambilan<br />

damar dan<br />

rotan<br />

Kurangnya jumlah<br />

SDM sebagai<br />

pengawas kawasan<br />

Patroli/sistem<br />

penjagaan<br />

tidak berjalan<br />

Penegakan<br />

hukum<br />

Perburuan<br />

satwa liar<br />

CAGAR<br />

ALAM<br />

MOROWALI<br />

Sistem<br />

pengawasan<br />

kawasan<br />

lemah<br />

Sikap mental<br />

masyarakat &<br />

petugas<br />

Subsisten<br />

Pengambilan<br />

telur maleo<br />

FAKTOR<br />

LANGSUNG<br />

FAKTOR<br />

TIDAK<br />

LANGSUNG<br />

FAKTOR<br />

KONTRIBUTOR<br />

Pertumbuhan<br />

penduduk<br />

Pengakuan<br />

hak ulayat<br />

Penggunaan<br />

lahan fungsi<br />

lain<br />

Gambar 7. Skema Konsep Model Kawasan Cagar Alam Morowali


3. Species Flagship: Burung maleo<br />

Burung Maleo hanya dapat ditemukan di Sulawesi merupakan burung simbol alam dan<br />

budaya sulawesi yang unik. Maleo telah menjadi mascot fauna daerah untuk provinsi Sulawesi<br />

Tengah. Hubungan manusia dan burung Maleo telah terjalin sejak masa silam. Dikabarkan<br />

pengelolaan telur burung maleo pada masa lalu hanya di kuasai oleh golongan bangsawan saja.<br />

Dan rakyat kebanyakan tidak diperbolehkan memanen telur maleo yang volumenya sama dengan<br />

5 buah telur ayam kampung ini.<br />

3.1. Klasifikasi<br />

Maleo diklasifikasikan dalam megapoda yang artinya burung berkaki besar. Burung ini<br />

mengalami keterancaman karena perburuan terutama telornya yang berukuran besar dan<br />

hilangnya habitat alami.<br />

Gambar 9. Burung Maleo<br />

Klasifikasi taksonomi<br />

Kingdom : Animalia<br />

Phylum : Chordata<br />

Class : Aves (burung)<br />

Ordo : Galliformes<br />

Familia : Megapodidae<br />

Genus : Macrocephalon<br />

Species : Macrocephalon maleo Muller,1846<br />

3.2. Karakteristik morfologis<br />

Ukuran besar 55-60 cm, warna tubuh didominasi hitam dan perut putih<br />

kemerahanjambuan, dengan panjang ekor sedang sampai panjang. Muka kuning gundul; tungkai<br />

abu-abu. Mahkota abu-abu kekuningan tua tidak bertanduk.


3.3. Distribusi<br />

Maleo terdistribusi sepanjang sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah dengan sedikit daerah<br />

bersarang di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, dan tidak diketemukan di daerah<br />

yang terdeforestasi secara luas di semenanjung barat daya Sulawesi (Dekker,1990, dalam<br />

Butchard and Baker, 2000).<br />

Gambar 10. Penyebaran burung maleo di Sulawesi<br />

3.4. Perilaku<br />

Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah<br />

pulau Sulawesi. Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung<br />

berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang<br />

berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo<br />

menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Anak Maleo ini sudah<br />

dapat terbang, dan harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular,<br />

kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.


3.5. Reproduksi<br />

Berbiak dengan bertelur secara komunal pada suatu area peneluran, dimana telur akan<br />

menetas tanpa bantuan induknya. Sarang terletak di pantai atau dekat sumber mata air panas<br />

geothermal. Pasangan Maleo bersama-sama mendekati lokasi bertelur (bertengger di pohon<br />

terdekat), dan pada awal paginya mereka membuat lubang percobaan sebelum bersungguhsungguh<br />

menggali. Salah seekor maleo bertugas menggali sedangkan pasangannya beraksi sebagai<br />

penjaga. (MacKinnon 1978, D. N. Jones et al. 1995).<br />

3.6. Makanan<br />

Maleo Senkawor adalah monogami spesies. Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian,<br />

buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.<br />

3.7. Status Konservasi<br />

Melalui PP No. 7 tahun 1999, Pemerintah Indonesia menetapkan maleo menjadi satwa<br />

dilindungi sejak tahun 1972. Survey lokasi peneluran dari tahun 1990 sampai 2000 lebih dari<br />

50% berada didalam kawasan lindung penting di TN. Lore lindu, CA. Morowali dan TN. Bogani<br />

Nani Warta bone dan SM Tanjung Matop. IUCN RedList 2007 menetapkan statusnya sebagai<br />

endangered (terancam) dan dalam CITES masuk kategori Appendix I.<br />

4. Materi dan Saluran Komunikasi<br />

Berdasarkan hasil analisa informasi yang dikumpulkan melalui penelitian awal, kemudian<br />

digunakan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan selama kampanye berjalan. Pembuatan<br />

materi kampanye terlebih dahulu diawali dengan pengembangan pesan kunci kampanye.<br />

Informasi yang disampaikan melalui materi kampanye selalu berisikan tentang pesan-pesan kunci<br />

kampanye dan diulang.<br />

Tabel 1. Ringkasan Materi Kampanye yang telah diproduksi


Materi Jumlah Produksi Deskripsi lain<br />

Poster<br />

Panggung Boneka<br />

1000 eksemplar<br />

1 set, terdiri dari 1<br />

panggung bongkar<br />

pasang & 8 tokoh<br />

boneka<br />

Ukuran 50x80cm, glossy,berwarna. Ditujukan bagi<br />

kelompok masyarakat umum<br />

Digunakan dalam sandiwara panggung boneka<br />

Ditujukan untuk anak-anak<br />

Baliho 1 Buah Ukuran 4x6 meter, Ditujukan untuk kalangan umum<br />

Papan Pengumuman 2 buah Ukuran 110x160 cm, Ditujukan untuk kalangan umum<br />

Iklan Layanan masyarakat<br />

1 buah Ditujukan untuk kalangan umum<br />

Radio Talkshow 1 Ditujukan untuk kalangan umum<br />

1. Poster<br />

Proses desain poster dilakukan pada periode awal kampanye. Poster dengan gambar Burung<br />

Maleo sebagai maskot Kampanye Bangga Melestarikan Alam di Kawasan Hutan Cagar Alam<br />

Morowali merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan kunci kampanye. Pesan yang<br />

disampaikan adalah mengenai kebersamaan melestarikan hutan terkait fungsi hutan sebagai<br />

penjamin ketersediaan air bersih. Poster ini disebarkan dan ditempelkan di tempat-tempat<br />

umum seperti hotel, warung kopi, sekolah, warung-warung di kampung, sekolah,dan rumah<br />

warga. Penyebaran media informasi poster ini dilakukan bekerjasama dengan lembaga lokal Anak<br />

Alam Morowali.<br />

Gbr. 11 Media Poster kampanye Bangga Cagar Alam Morowali<br />

2. Iklan Layanan Masyarakat di Radio<br />

Program Bekerja sama dengan RRI Palu, Durasi Iklan Layanan ini sampai 2 menit berupa cerita<br />

pendek untuk menanam dammar diluar kawasan cagar Alam Morowali. Iklan ini ditayangkan<br />

secara kontinu 4 kali sehari dan bonus satu kali secara acak. Siaran ini dimulai bulan Maret -Juni<br />

2009 pada jam-jam :<br />

5.10 ; 9.15 ; 12.10 ; 1715 ; WITA.<br />

Narasi Iklan Layanan Masyarakat


Percakapan dua orang pencari damar di dalam hutan Morowali.<br />

A: Kalau dulu..tidak susah begini rasanya kita mencari damar di hutan.<br />

B: Sepertinya sekarang sudah terlalu banyak orang badamar. Sedangkan pohonnya sudah semakin<br />

sedikit.<br />

A: baru semakin jauh saja masuk hutan kita rasanya..<br />

B: kalau masih dekat dulu tidak susah juga kita<br />

A: Bagaimana kalau kita tanam damar di dekat rumah saja<br />

B: Sebenarnya bagus juga tapi saya tidak tau caranya, nah ini ada anakannya coba kita bawa<br />

pulang beberapa saja.<br />

Ditengah perjalanan Aco bertemu dengan petugas lapangan pertanian:<br />

C : bawa apa itu pak?<br />

A: ini saya bawa bibit damar mau coba-coba tanam di kebun.<br />

C: Bisa saya lihat pak… oo bapak harusnya bawa yang baru 4 daun bukan yang agak besar begini.<br />

Kalo yangmasih kecil daya hidupnya lebih baik dan lebih bisa beradaptasi dengan lingkungan<br />

barunya.<br />

B: Ooo begitu ya pak nanti saya coba cari lagii…..<br />

Iya pak… kalo bisa kita tanam sendiri ngapain harus jauh-jauh masuk ke hutan.. yang hasilnya pun<br />

belum tentu seimbang dengan keringat yang kita keluarkan…<br />

Ajakan: Mari Lestarikan cagar Alam Morowali kebanggaan Kita.<br />

Slogan : Hutan Milik Kita Lestarikan Bersama!<br />

3. Billboard<br />

Billboard adalah papan iklan ukuran besar yang berfungsi untuk mengingatkan target audience<br />

terhadap pesan konservasi dan kegiatan sederhana yang dapat dilakukan. Billboard yang dipasang<br />

menjadi pengingat bagi masyarakat untuk terus menjalankan aksi konservasi bagi penyelamatan<br />

lingkungan hidupnya. Satu buah Billboard berukuran 4x6 m (1 buah ) dan telah dipasang di<br />

pelabuhan Kolonodale yang menjadi jalur utama masyarakat di sekitar kawasan untuk keluar<br />

masuk desa mereka. Dengan ijin dari Syahbandar Pelabuhan pemasangan billboard ini tidak<br />

memerlukan biaya pemasangan iklan.


Gambar 12... Billboard di Pelabuhan Kolonoldale<br />

4. Papan Pengumuman Pelestarian Maleo<br />

Ukuran papan di kandang penetasan dibuat sebanyak 2 buah, satu diletakkan di desa Sumara Jaya,<br />

dan Satu di desa Matube kecamatan Bungku Utara.<br />

Papan ini dibuat untuk memberikan penegertian bagi masyarakat bahwa Buurng Maleo adalah<br />

satwa yang dilindungi dan wajib dilestarikan karena menjadi kebanggaan masyarakat.<br />

Gambar 13.... Papan Pengumuman nesting Ground Maleo<br />

5. Panggung Boneka<br />

Media panggung boneka adalah media komunikasi yang sangat menarik dan bisa ineraktif.<br />

Karakter dan Naskah sandiwara panggung boneka dibuat oleh para guru sekolah dasar melalui<br />

kegiatan Workshop Guru yang difasilitasi oleh Manajer Kampanye Bangga Melestarikan Alam.<br />

Melalui kesempatan pembuatan naskah panggung boneka para guru diajak mendiskusikan potensi<br />

dan ancaman hutan di sekitar mereka. Disamping itu guru lebih memahami cara berpikir dan gaya


ahasa yang mudah dimengerti oleh anak didik mereka. Sandiwara panggung boneka dimainkan<br />

sendiri oleh murid-murid SD dan dilatih sendiri oleh guru-guru mereka seminggu sebelum<br />

pementasan. Kegiatan dapat menjadi ajang untuk mengembangkan bakat seni anak-anak murid<br />

SD. Pemain dan penonton dapat menerima pesan-pesan kampanye dalam suasana menghibur dan<br />

menyenangkan.<br />

Tabel. Jadwal Kegiatan Pangung Boneka<br />

Waktu Kegiatan Audience Jumlah peserta Keterangan<br />

21 nov 2008 SDN 2 Kolonodale 198 siswa<br />

28 Nov 2008 SDN 1 Inpres Kolonodale 112 siswa<br />

2 Des 2008 SDN 1 Bahontula 177 siswa Difasilitasi oleh Anak Alam<br />

5 Des 2008<br />

Morowali<br />

SDN Inpres Bahoue 110 Difasilitasi oleh Anak Alam<br />

12 Des 2008<br />

Morowali<br />

SD Alkhairaat 128 Difasilitasi oleh Anak Alam<br />

Des 2008<br />

Morowali<br />

SDN Inpres Ganda-Ganda 98 Difasilitasi oleh Anak Alam<br />

Morowali<br />

Gambar . Proses panggung Boneka


6. Talk Show Radio<br />

Kegiatan talk show ini bekerjasama dengan RRI Palu, dengan tema Melestarikan Cagar Alam<br />

Morowali. RRI Pro 1 FM Sulawesi Tengah menyiarkan program talkshow pada hari Sabtu, 29<br />

November 2008. Kegiatan ini merupakan rangkaian Program Kampanye Bangga melestarikan<br />

Cagar Alam Morowali melalui media radio. Narasumber dari kegiatan ini adalah Harianto<br />

(Morowali PAM Coordinator) dan In’am F. Burhanuddin sebagai penanggung jawab program<br />

Kampanye Bangga di Morowali.<br />

Tujuan kegiatan ini adalah mensosialisasikan kepada masyarakat luas terutama masyarakat yang<br />

hidup di sekitar Cagar Alam Morowali tentang pentingnya menjaga kelestarian Cagar Alam<br />

Morowali sebagai salah satu hutan yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi serta fungsi<br />

pentingnya sebagai penyangga kehidupan. Sesuai hasil survey diketahui bahwa sebagian besar<br />

masyarakat di sekitar Cagar Alam Morowali menjadikan radio terutama saluran RRI sebagai<br />

media informasi.<br />

Gambar. Talk show radio<br />

7. Penguatan kelompok lokal Sahabat Alam Morowali<br />

Kelompok KPA ini ada di Desa Lapangga dan masih mempunyai hubungan historis<br />

dengan Yayasan Sahabat Morowali. Penguatan kelompok lokal ini dimaksudkan untuk<br />

memberikan dampak kampanye pada masyarakat yang lebih luas lagi. Kelompok lokal<br />

yang menjadi target utama adalah kelompok di desa lapangga yang terletak di<br />

Kecamatan Bungku Utara.<br />

Tabel Kegiatan konservasi yang dilakukan oleh KPA Sahabat Alam Morowali Desa<br />

Lapangga<br />

Tanggal Kegiatan Tempat Hasil/Keluaran Personel Stakeholder yang terlibat


11 Februari 2009 Ke Kantor<br />

Camat<br />

Bungku<br />

Utara,<br />

pembagian<br />

poster<br />

kampanye<br />

18 Februari 2009 Ke Sekolah<br />

SDN<br />

Matube<br />

22 – 23 Februari<br />

09<br />

Mencari<br />

bibit/anakan<br />

pohon<br />

damar<br />

8 Maret 2009 Pembersihan<br />

di lokasi<br />

peneluran<br />

maleo<br />

18 April 2009 Kunjungan<br />

dan dialog<br />

dengan guru<br />

SDN<br />

Matube<br />

Baturube<br />

Matube /<br />

Lapangga<br />

CA.Morowali<br />

Sungai Morowali<br />

Matube /<br />

Lapangga<br />

Membicarakan<br />

tentang<br />

perlindungan<br />

Burung maleo<br />

Pengenalan tentang<br />

Burung maleo,<br />

Penyebaran poster<br />

kampanye<br />

Mencari bibit<br />

pohon damar<br />

untuk disemaikan<br />

dan ditanam di<br />

lahan kritis<br />

disekitar desa.<br />

-Melakukan<br />

pembersihan di<br />

lokasi peneluran<br />

maleo di sungai<br />

morowali.<br />

-Monitoring habitat<br />

- Membicarakan<br />

tentang pentingnya<br />

pengenalan<br />

lingkungan dan<br />

burung maleo pada<br />

murid SDN – SMP<br />

Satu Atap Matube<br />

serta rencana<br />

pembentukan KPA<br />

di sekolah. -<br />

Pembagian Poster<br />

kampanye di<br />

sekolah SDN<br />

Lapangga<br />

Sahardin<br />

KPA Sahabat Alam<br />

Morowali<br />

- Sahardin,<br />

- Acong<br />

- KPA Sahabat<br />

Alam Morowali<br />

Sahardin<br />

KPA Sahabat Alam<br />

Morowali<br />

Sahardin<br />

KPA Sahabat Alam<br />

Morowali<br />

Sahardin<br />

Pegawai Kecamatan<br />

Guru & Murid SDN<br />

Matube<br />

Guru SDN Matube<br />

Menanam<br />

pohon<br />

damar<br />

Matube /<br />

Lapangga<br />

Melakukan<br />

penanaman pohon<br />

damar sebanyak<br />

256 pohon.<br />

Disekitar hutan<br />

desa<br />

Matube/Lapangga.<br />

Sahardin<br />

KPA Sahabat Alam<br />

Morowali<br />

22 – 23 April 09 Pembersihan<br />

sekitar<br />

kandang<br />

penetasan<br />

25 April 2009 Dialog<br />

dengan<br />

Sungai Morowali<br />

Tokonanaka<br />

Melakukan<br />

pembersihan<br />

disekitar lokasi<br />

kandang penetasan<br />

dan bersih-bersih<br />

sampah plastik yang<br />

ada di sekitar<br />

sungai Morowali.<br />

Dialog tentang<br />

usaha perlindungan<br />

Sahardin<br />

KPA Sahabat Alam<br />

Morowali<br />

Sahardin<br />

Sekdes Tokonanaka


SekDes<br />

Tokonanaka<br />

28 April 2009 Dialog<br />

dengan<br />

anggota<br />

POLSEK<br />

Soyojaya<br />

dan pegawai<br />

P dan P<br />

kecamatan<br />

Soyojaya<br />

Lembah Sumara<br />

burung maleo -<br />

Poster kampanye<br />

-Membicarakan<br />

tentang<br />

perlindungan<br />

burung maleo<br />

- Pembagian poster<br />

kampanye<br />

Sahardin<br />

KPA Sahabat Alam<br />

Morowali<br />

POLSEK Soyojaya<br />

Pegawai P dan P Soyojaya<br />

Gbr. Anggota kelompok KPA Sahabat Alam Morowali Desa Lapangga


5. HASIL<br />

5.1. Hasil Yang Berorientasi Perubahan Pengetahuan,<br />

Sikap dan Perilaku<br />

Hasil survei akhir menunjukkan adanya perubahan pengetahuan di masyarakat sasaran program.<br />

Dari gmabar diagram dibawah ini dapat dilihat bahwa secara umum masyarakat sasaran pada<br />

umumnya mengalami perbaikan pengetahuan tentang status hutan dilindungi terutama Cagar<br />

Alam Morowali.<br />

Gbr 1. pengetahuan status hutan Sesudah masa kampanye<br />

Gbr 2. pengetahuan status hutan Sebelum masa kampanye<br />

Dari hasil survey ini didapatkan secara umum terdapat peningkatan pengetahuan untuk status<br />

hutan yang dilindungi sampai 72.61%. Jika ditelusur lebih jauh tentang pengetahuan yang<br />

sebenarnya tentang status kawasan menunjukkan 35,5% yang benar-benar tahu adanya tingkat<br />

status dari hutan dilindungi dan ada keinginan untuk perubahan status yang memungkinkan<br />

adanya hak masyarakat untuk mengelola hasil hutan Morowali. Dari responden yang menjawab<br />

tetap cagar alam sebanyak 54.98 % menunjukkan bahwa pengetahuan mereka mungkin hanya<br />

sebatas bahwa hutan morowali adalah sebuah cagar alam yang tidak boleh diganggu.


Gbr 3. pengetahuan status hutan Sebelum masa kampanye<br />

Untuk pengetahuan tentang konservasi satwa maleo yang juga menjadi maslot kampanye<br />

secara umum menunjukkan peningkatan pengetahuan sebesar 16,2%. Sebelum adanya kampanye<br />

bangga, masyarakat secara tidak terkontrol mempunyai kebiasaan mengambil telur maleo dari<br />

dalam kawasan. Hasil dari post survey menunjukkan 61,3% responden menyatakan tidak boleh<br />

mengambil telur maleo, sedangkan dari data pre survey hanya 45,1% yang menyatakan tidak<br />

boleh mengambil telur maleo didalam kawasan.<br />

5.2 Hasil Yang Berorientasi Pada Perubahan Perilaku<br />

Pada akhir kampanye terbentuk masing-masing 1 demplot kebun<br />

damar yang dikelola masyarakat di 3 desa target<br />

Kebun damar ini dibuat sebagai sarana pertukaran perilaku dari mencari damar di dalam<br />

kawasan menjadi kegiatan yang dilakukan di dalam wilayah desa yang berada diluar kawasan<br />

Cagar Alam Morowali. Kegiatan ini rencananya berada di wilayah desa Sumara Jaya kecamatan<br />

Soyojaya, Lapangga dan Taronggo di Kecamatan Bungku Utara.<br />

Dari perubahan perilaku dapat dilihat bahwa ada penurunan perilaku dari belum pernah<br />

membicarakan soal penanaman pohon seperti damar sebanyak 12%, dari masa awal kampanye<br />

sebanyak 84,10% dan setelah kampanye menjadi 72,10%.


Belum Membicarakan Penanaman Damar Dengan Siapa Pun<br />

86.00%<br />

84.00%<br />

82.00%<br />

80.00%<br />

78.00%<br />

76.00%<br />

74.00%<br />

72.00%<br />

70.00%<br />

68.00%<br />

66.00%<br />

84.10%<br />

Pre survey<br />

72.10%<br />

Post Survey<br />

Pada saat berjalannya program, demplot kebun damar baru terbangun pada satu desa saja<br />

yaitu di desa Lapangga antara lain karena sulitnya mendapatkan bibit dalam jumlah banyak.<br />

Kebutuhan bibit damar didapatkan dari dalam kawasan agar sesuai dengan iklim dan kondisi<br />

tanah. Program ini didukung penuh oleh KPA Lapangga yang secara swadaya telah mencari dan<br />

menanam bibit damar sebanyak 500 anakan di dalam desa. Upaya ini tidak terhenti begitu saja<br />

dan terus diupayakan hingga saat ini.<br />

Gambar... Bibit damar yang dikumpulkan oleh KPA Lapangga dari dalam Cagar Alam<br />

Morowali.


Pada akhir kampanye terbangun system dan mekanisme pemantauan<br />

monitoring kehati untuk 3 desa target.<br />

Karena adanya pemotongan anggaran karena krisis global yang juga dihadapi oleh TNC,<br />

obyektif untuk membangun sistem pamantauan kehati harus diintegrasikan penuh ke dalam<br />

program. Dimana pembangunan sistem mekanisme pemantuan hayati terintegrasi dalam<br />

program konservasi burung maleo. Pada saat sebelum masa kampanye belum ada program<br />

untuk konservasi burung maleo yang dilakukan di Cagar Alam Morowali. Untuk membangun<br />

rasa kepemilikan, program ini melibatkan kelompok masyarakat di dua desa yaitu Desa Lapangga<br />

dan Desa Sumara Jaya.<br />

Didalam proses pembuatan kandang penetasan maleo ini melibatkan pemuka desa, tokoh<br />

masyarakat dan kelompok pemuda. Pengelolaan dan tanggung jawab untuk pengamanan habitat<br />

dan proteksi telur di lakukan oleh masyarakat lokal. Untuk di desa lapangga pengelolaan<br />

diserahkan kepada KPA Lapangga yang dikoordinasikan oleh ketua kelompok yaitu Sahardin.<br />

Sedangkan di desa Sumara jaya pengelolaan diserahkan kepada kelompok Pelestari Maleo Desa<br />

Sumara Jaya yang diketuai oleh Hadi.<br />

Gambar... Lokasi Peneloran Burung Maleo Di Desa Sumara Jaya<br />

Hasil dari monitoring burung maleo ini, sebanyak 270 butir telur maleo ditemukan dari<br />

bulan september 2008 – April 2009, hal ini menunjukkan ada sekitar 30 pasang maleo atau 60<br />

ekor maleo yang menggunakan lokasi peneluran ini yaitu (Busanga; Kilo dua & sepanjang pantai<br />

Matube – Tanjung peo)<br />

Burung maleo yang telah dilepas ke alam sampai dengan bulan Mei 2009Sumber Daya<br />

Manusia yang belum terlatih dalam penanganan penetasan semi alami telur maleo, menyebabkan<br />

telur yang ditanam kurang berhasil.


Tingginya tekanan terhadap telur dan burung maleo oleh predator dan manusia, baik itu<br />

peduduk asli (suku wana) maupun penduduk desa sekitar, menyebabkan masih banyak telur yang<br />

tidak terdata, dimakan predator atau diambil oleh orang lain.<br />

Tidak adanya alat transportasi untuk digunakan pada waktu pengumpulan telur terutama<br />

di lokasi pantai Matube – Tanjung peo dan sungai morowali, menyebabkan telur banyak diambil<br />

orang.


6. Tinjauan Kritis Kegiatan Kampanye Bangga<br />

6.1. Bentuk Pendekatan Yang Efektif<br />

Kampanye Bangga Melestarikan Alam merupakan perpaduan antara pemasaran sosial dan<br />

pengelolaan adaptif sehingga memiliki tujuan untuk memberikan perubahan dalam prilaku dan<br />

memiliki tujuan konservasi (Kushardanto, 2008). Kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dalam<br />

tahap awal kampanye harus dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Menurut Kushardanto (2008)<br />

dalam memantau efektivitas kegiatan maka ada setidaknya 3 elemen penting yang harus ditinjau<br />

yaitu Process Monitoring, Performance, dan Outcome Monitoring.<br />

Berdasarkan hal ini maka Kampanye Bangga Melestarikan Alam yang dilaksanakan di<br />

Kawasan Cagar Alam Morowali menilai ada beberapa kegiatan yang dianggap efektif dalam<br />

menjangkau masyarakat sasaran seperti Program Radio, Baliho, Poster,. Berikut penjelasan untuk<br />

beberapa kegiatan yang dinilai efektif tersebut:<br />

1. PSA Radio<br />

Program PSA radio ini mampu meningkatkan pengetahuan target audience yang cukup<br />

banyak di sekitar kawasan. Dari hasil survey menunjukkan bahwa target audience mendapatkan<br />

informasi dari radio sebanyak 24.76 % (n=315).<br />

Gambar ... Saluran informasi Yang digunakan audience untuk mendapatkan informasi<br />

tentang Cagar Alam Morowali.<br />

2. Baliho dan poster<br />

Baliho yang dipasang di tempat strategis juga mampu meningkatkan pengetahuan<br />

masyarakat di kawasan target.


Poster yang mudah dibagikan dan banyak dalam segi kuantitas dan isi yang cukup singkat dapat<br />

dengan mudah dipahami oleh masyarakat yang tidak punya kebiasaan membaca. Hal ini nampak<br />

pada hasil survey akhir dimana informasi yang diperoleh dari media baliho mencapai 32.7 % dan<br />

poster mencapai 21,59 % (n=315).<br />

3.Peningkatan kapasitas konservasi kelompok lokal<br />

Dengan bekerjasama dengan kelompok lokal jangkauan dari program kampanye menjadi<br />

lebih luas. Dari sisi pamasaran sosial dengan adanya kelompok lokal yang terlibat aktif dalam<br />

kampanye dan memasrkan gagasan kepada kelompok lokal yang lain ini terdapat prinsip yang<br />

nyata dalam komunikasi antara dua orang atau kelompok yang memiliki kesamaan, atau<br />

homofilus (homophilous). Pengertian Homofili sendiri adalah tingkat kesamaan atribut<br />

(keyakinan, pendidikan, status sosial, dsb.) dua orang atau lebih yang saling berinteraksi.<br />

Komunikasi juga lebih efektif, sehingga kemungkinan keberhasilan akan lebih nyata. Rogers dan<br />

Shoemaker (dalam Sitompul, 2002) mengatakan bahwa saluran interpersonal masih memegang<br />

peranan penting dibanding dengan media massa, terlebih-lebih di negara-negara yang belum maju<br />

di mana kurang tersedianya media massa yang dapat menjangkau khalayak terutama warga<br />

pedesaan, tingginya tingkat buta huruf dan tidak sesuainya pesan-pesan yang disampaikan dengan<br />

kebutuhan masyarakat. Menurut Rogers dan Schoemaker (dalam Sitompul,2002) mereka ini bisa<br />

dikelompokkan sebagai Inovator, yaitu mereka yang pada dasarnya sudah menyenangi hal-hal<br />

yang baru dan sering melakukan percobaan.<br />

Dengan bekerjasama dengan kelompok lokal ini secara programatik dapat menjadi<br />

jembatan bagi keberlanjutan program kampanye bangga yang telah dilakukan, meskipun secara de<br />

jure TNC tidak lagi mengerjakan program di Cagar Alam Morowali .<br />

a. Bentuk Pendekatan Yang Tidak Efektif<br />

Talkshow radio menjadi tidak efektif karena disiarkan tidak secara kontinu dan pesan<br />

tidak berulang seperti halnya iklan layanan yang disiarkan setiap hari. Dari umpan balik yang<br />

didapatkan pada saat tanya jawab dengan pendengar, semua penelpon tidak ada yang dari<br />

kawasan cagar alam, meskipun ada yang berasal dari kecamatan Petasia kabupaten Morowali.<br />

Kegiatan di sekolah berdasarkan hasil survey juga paling sedikit didengar oleh<br />

masyarakat. Hal ini karena hanya dilakukan di satu kecamatan saja. Tidak sampai ke desa-desa di<br />

kecamatan lain. Hal ini dikarenakan kegiatan di sekolah dengan panggung boneka hanya terbatas<br />

di satu kecamatan saja yaitu Kecamatan Petasia.<br />

Penyediaan damar yang mengandalakan bibit dari hutan tidak efektif untuk memenuhi<br />

animo masyarakat yang sebenarnya cukup besar untuk menanam damar di desa. Penguasaan<br />

teknologi pembibitan damar yang masih dalam tahap try and error ini menyebabkan banyak bibit<br />

yang mati di area pembibitan meskipun yang diambil dari dalam hutan banyak. Adanya masalah<br />

pendanaan juga menyebabkan kegiatan pelatihan budidaya damar jenis Agathis ini tidak dapat<br />

dilangsungkan.


7. Rekomendasi<br />

Melihat dari hasil yang telah dicapai dan kemungkinan keberlanjutan dari program di<br />

Cagar Alam Morowali didapatkan beberapa rekomendasi yang cukup logis untuk dijalankan.<br />

Rekomendasi ini didapatkan dari beberapa masukan pada saat lokakarya adalah:<br />

1. Melanjutkan komunikasi dan hubungan dengan kelompok lokal dan tokoh masyarakat yang<br />

sudah telah mendukung program kampanye. Hal ini menjadi prioritas karena secara<br />

kelembagaan TNC sudah tidak lagi bekerja di Cagar Alam Morowali. Berbagai hal positif<br />

yang sudah dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat di sekitar kawasan harus cukup<br />

mendapatkan apresiasi dan dukungan.<br />

2. Transfer Kepemimpinan konservasi kepada kelompok kumunitas lokal atau tokoh lokal.<br />

Untuk dapat memmunculkan kepemimpinan konservasi di masyarakat harus ada peningkatan<br />

kapasitas konservasi. Upaya ini sebaiknya dengan meningkatkan kapasitas pada kelompok<br />

konservasi lokal dengan pelatihan-pelatihan.<br />

3. Melanjutkan kampanye dengan saluran informasi radio agar upaya penyadaran tidak terputus.<br />

Upaya ini sebaiknya dengan media elektronik radio yang menjangkau sasaran dengan cakuoan<br />

area yang cukup luas dan tidak terlalu terpengaruh oleh batasan geografis. Atau dengan<br />

menggunakan media radio komunitas untuk tetap melanjutkan pesan-pesan kampanye di<br />

tingkat lokal.


Ucapan Terimakasih<br />

Pertama-tama sujud syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan<br />

kesempatan bagi saya untuk ikut dalam program kampanye bangga yang sangat kaya dengan<br />

inspirasi, mengesankan dan banyak memberikan pengaruh bagi kehidupan saya.<br />

Penghargaan yang setinggi-tingginya saya tujukan kepada Keluarga Besar Rare<br />

International (khususnya untuk Mas Hari Kushardanto dan Mbak Sari Putu serta Galuh, Asti,<br />

Mbak Nita) yang terus melakukan pendampingan penuh demi sebuah peningkatan kapasitas untuk<br />

mendukung upaya-upaya konservasi di Indonesia. Keep rockin’ guys..I admire you all..<br />

Terima kasih juga saya sampaikan kepada Institut Pertanian Bogor melalui Tim Dosen<br />

yang saya banggakan yaitu Ibu Prof.Dr.Ir E.K.S Harini Muntasib,M.S, Bapak Dr.Ir. Rinekso<br />

Soekmadi,MSc.F, Ibu Dr.Ir Yeni A.Mulyani, M.Sc, Ibu Ir. Arzyana Sunkar, Bapak Ir. Dones<br />

Rinaldi,MSc.F atas semua yang telah diberikan dan semangatnya.<br />

Teman-teman Cohort 2 : Agustina Tandi Bunna, Edy Sutrisno, La Ode Saleh hanan,<br />

Magiyanto, Sri Ullie Rahmawaty, Jhon Piter Manalu yang telah berbagi suka dan duka selama<br />

kuliah dan pelatihan di IPB Bogor , semoga semakin bersinar di masa akan datang, dan<br />

memeberikan kemampuan terbaiknya bagi konservasi di Indonesia.<br />

Teman-teman seperjuangan di TNC-Palu Office baik yang masih aktif maupun yang sudah<br />

berkarya di tempat lain: DR. Ahmad Rizal,DR. Ismet Khaeruddin, Harianto, Robby E<br />

Tungka,Nikmah Utami Dewi, Linda Biki, Sulastri, Aminuddin, Christophorus Merung, Noval<br />

Zainuddin, Iben Suyanto.<br />

Terima kasih buat Jabar Lahadji, Anak Alam Morowali, KPA sahabat Alam Morowali desa<br />

Lapangga dan seluruh masyarakat kawasan Morowali yang telah memberikan semangat dan<br />

kepercayaan selama kampanye ini berjalan.<br />

Semoga yang telah kami lakukan membawa manfaat bagi perbaikan dan pelestarian hutan dan<br />

kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi di bumi nusantara..


DAFTAR PUSTAKA<br />

Badan Pusat Statistik Kabupaten Morowali. Kecamatan Soyojaya dalam angka 2005.<br />

Harini, E.K.S, Burhanuddin,M. 2000. Konservasi Sumber Daya Alam. Universitas Terbuka.Jakarta<br />

Kushardanto, Hari.2008. Social Marketing. Modul. IPB, Bogor.<br />

Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah. 1994. Mengenal Beberapa<br />

Kawasan Konservasi Di Propinsi Sulawesi Tengah.<br />

The Nature Conservancy. 2007. Laporan Keanekaragaman Hayati (Vegetasi, Avifauna dan<br />

Mamalia) Di Cagar Alam Morowali, Sulawesi Tengah. The Nature Conservancy Report.<br />

The Nature Conservancy. 2006. Laporan Studi Pembalakan Liar di Sulawesi Tengah (Global<br />

Development Alliance). The Nature Conservancy Report.<br />

The Nature Conservancy. 1992. Sulawesi Parks Program land Use and Socio-economic Survey<br />

Lore Lindu national Park and Morowali nature Reserve. The Nature Conservancy Report<br />

Primarck,R.B, Jatna S, M.Indrawan, Padumi K.1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia<br />

RePPProT. 1998. Review of Phase I Results, sulawesi, From Regional Physical Planning<br />

Programme for Transmigration (RePPProT). Land Resources Department Overseas<br />

Development Natural Resourcwes Instutute, Overseas Development dministration, London,<br />

united kingdom; and Direktorat Bina Program, Direktorat Jendral Penyiapan pemukiman,<br />

Departemen Transmigrasi, Indonesia.<br />

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial. Balai Pustaka, Jakarta.<br />

Sitompul, Mukti.2002. KONSEP – KONSEP KOMUNIKASI PEMBANGUNAN. Fakultas Ilmu<br />

Sosial Dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. USU digital<br />

library,Medan.<br />

Operation Drake.nd. Indonesia Report. Part I. II and III- Sulawesi. The Scientific exploration<br />

Society, Home Farm, Mildenhall, Malborough, Wiltshire, England.<br />

Whitten, A.J., Mustafa, M. and Henderson, G., 1987. Ekologi Sulawesi. Gadjah Mada University<br />

Press, Yogyakarta.


World Wildlife Fund.1980. Morowali Nature Reserve, A Plan for Conservation. A World<br />

Wildlife Fund Report.


LAMPIRAN A: LEMBAR KUESIONER<br />

POST SURVEI<br />

<strong>KAMPANYE</strong> <strong>BANGGA</strong> MELESTARIKAN ALAM<br />

CAGAR ALAM MOROWALI<br />

INFORMASI LATAR BELAKANG WAWANCARA<br />

(INFORMASI BERIKUT INI DIISI LANGSUNG OLEH ENUMERATOR SEBELUM<br />

PERKENALAN DAN WAWANCARA DIMULAI)<br />

(1)<br />

Nomor Kuesioner:<br />

________________<br />

(2)<br />

Nama Pewawancara<br />

________________<br />

(3)<br />

Kode Wilayah Pencatatan:<br />

[ ] Soyojaya [ ] Petasia [ ] Bungku Utara<br />

Assalamualaikum Bapak/Ibu/Sdr.<br />

Perkenalkan, nama saya..........................Saya sedang membantu sebuah organisasi<br />

lingkungan untuk melakukan sebuah survei mengenai masyarakat dan hubungannya dengan alam.<br />

Tujuan pengumpulan pendapat ini adalah untuk evaluasi program pelestarian alam di daerah<br />

sekitar Cagar Alam Morowali.<br />

Kami sangat berterimakasih jika Anda meluangkan waktu untuk menjawab beberapa<br />

pertanyaan mengenai lingkungan. Informasi apapun yang Anda berikan akan sangat dirahasiakan<br />

dan tidak akan diperlihatkan atau dibagikan kepada pihak-pihak lain selain untuk kepentingan<br />

evaluasi program. Jawaban Anda akan membantu kami merancang kegiatan-kegiatan untuk<br />

program Kampanye Bangga Melestarikan Alam di Morowali.<br />

Pendapat Anda Pribadi penting bagi kami dan saya harap Anda bersedia berpartisipasi.<br />

Bolehkah saya memulai wawancara ini sekarang ?<br />

DEMOGRAFI<br />

Untuk memulai, saya ingin menanyakan kepada Bapak/Ibu/Saudara beberapa pertanyaan<br />

mengenai diri Anda sendiri.<br />

(4) Nama Desa (Langsung di isi oleh surveyor)<br />

[ ] Tambayoli [ ] Tamainusi [ ] Tandoyondo [ ] Lembah Sumara [ ] Sumara<br />

Jaya [ ] Ganda-ganda [ ] Bahoue [ ] Kolonodale [ ] Matube/Lapangga [ ] Uewaju<br />

[ ] Tokala Atas [ ] Tambarobone [ ] Posangke [ ] Taronggo [ ] Baturube [ ]<br />

Lainnya sebutkan<br />

(5) Jenis Kelamin (Langsung diisi oleh surveyor)


[ ] Laki-laki [ ] Perempuan<br />

(6)<br />

Berapa umur Bapak/Ibu/Saudara sekarang (HANYA 1 JAWABAN)<br />

[ ] 15-19 TAHUN [ ] 20-24 TAHUN [ ] 25-29 TAHUN [ ] 30-34 TAHUN<br />

[ ] 35-39 TAHUN [ ] 40-44 TAHUN [ ] 45-49 TAHUN [ ] 50-54 TAHUN<br />

[ ] 55-59 TAHUN [ ] 60-64 TAHUN [ ] ÿÃFF0000> 64 TAHUN<br />

(7) Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu/Saudara ? (HANYA 1 JAWABAN)<br />

[ ] Tidak Sekolah [ ] Tidak Tamat SD [ ] Tamat SD [ ] Tidak Tamat SMP/MTs<br />

[ ] Tamat SMP/MTs [ ] Tidak Tamat SMA [ ] Tamat SMA [ ] Perguruan<br />

Tinggi/Diploma [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(8) Apakah pekerjaan utama Bapak/Ibu/Saudara? (HANYA 1 JAWABAN)<br />

[ ] Petani [ ] Buruh tani [ ] Pencari damar/rotan [ ] Pengepul hasil hutan<br />

[ ] Pegawai swasta [ ] Nelayan [ ] Pedagang [ ] Dokter [ ] Pengrajin [ ]<br />

Supir [ ] Guru [ ] Ibu Rumah Tangga [ ] Sekarang Tidak Bekerja [ ] Perawat/Bidan<br />

[ ] Pegawai negeri [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

PREFERENSI MEDIA<br />

(9) Orang mendengar informasi tentang lingkungan dari berbagai sumber berbeda. Saya<br />

akan membacakan sebuah daftar sumber yang mungkin memberikan informasi tentang<br />

lingkungan. Mohon Bapak/Ibu/Sdr dapat memberitahukan pendapat Anda mengenai sumbersumber<br />

tersebut, apakah "PALING DAPAT DIPERCAYA", "DAPAT DIPERCAYA", 'AGAK<br />

DAPAT DIPERCAYA", "AGAK TIDAK DAPAT DIPERCAYA", "TIDAK DAPAT DIPERCAYA"<br />

atau "TIDAK YAKIN/TIDAK TAHU". (HANYA 1 RESPONS UNTUK SETIAP PERNYATAAN)<br />

Informasi dari radio<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Informasi di televisi<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Informasi di koran<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Petugas penegak hukum<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Tokoh masyarakat lokal


[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Kepala desa<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Petugas Pemerintah<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Tokoh Agama<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Teman-teman<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Anggota keluarga<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Guru-guru<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

LSM<br />

[ ] Paling dapat dipercaya [ ] Dapat dipercaya [ ] Agak dapat dipercaya [ ]<br />

Agak tidak dapat dipercaya [ ] Tidak dapat dipercaya [ ] Paling tidak dapat dipercaya [ ]<br />

Tidak yakin/Tidak tahu<br />

(10)<br />

Adakah sumber dari informasi lain yang dapat Bapak/Ibu/Sdr percayai jika mereka<br />

memberi tahu Anda sesuatu tentang lingkungan ? Silakan sebutkan sumber informasi tersebut<br />

________________<br />

(11) Apakah Bapak/Ibu/Saudara menonton televisi lokal TVRI Sulteng?<br />

[ ] Tidak pernah (TERUSKAN KE PERTANYAAN NO.12) [ ] Ya (TERUSKAN KE<br />

PERTANYAAN A)


(A) Jika Anda menjawab "YA" berapa kali dalam seminggu Anda menonton televisi lokal<br />

(TVRI SULTENG)? (HANYA 1 JAWABAN):<br />

[ ] Hingga 3 hari dalam seminggu [ ] 4 hingga 6 hari dalam seminggu [ ] 7 hari<br />

dalam seminggu [ ] tidak tentu waktunya [ ] Lainnya sebutkan.........<br />

________________<br />

A-C)<br />

(12) Apakah Bapak/Ibu/Saudara membaca koran ?<br />

[ ] Tidak (LANJUT KE PERTANYAAN NO. 13) [ ] Ya (LANJUT KE PERTANYAAN<br />

(A) Jika YA, berapa kali dalam seminggu Bapak/Ibu/Saudara membaca koran ? (HANYA<br />

1 JAWABAN)<br />

[ ] Hingga 3 hari dalam seminggu [ ] 4 hingga 6 hari dalam seminggu [ ] 7 hari<br />

dalam seminggu [ ] tidak tentu waktunya [ ] Lainnya sebutkan.........<br />

________________<br />

(B) Koran mana yang biasanya Bapak/Ibu/Saudara baca? Silakan sebutkan paling banyak 3<br />

koran yang sering dibaca: (PALING BANYAK 3 JAWABAN)<br />

[ ] Radar sulteng [ ] Mercusuar [ ] Nuansa Pos [ ] Suara Sulteng [ ] Republika<br />

[ ] Kompas [ ] Media Indonesia [ ] Info Baru [ ] Lainnya sebutkan.........<br />

________________<br />

(C) Topik apa yang PALING SERING Anda baca? (BOLEH 3 PILIHAN JAWABAN)<br />

[ ] Kriminalitas [ ] Hiburan [ ] Lingkungan [ ] Gosip [ ] Hukum [ ] Ekonomi<br />

[ ] Politik [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

A-C )<br />

(13) Apakah Bapak/Ibu/Saudara mendengarkan radio?<br />

[ ] Tidak (TERUSKAN KE PERTANYAN NO. 14) [ ] Ya (LANJUT KE PERTANYAAN<br />

(A) Stasiun radio manakah yang PALING SERING Bapak/Ibu/Saudara dengarkan? Silakan<br />

pilih 3 stasiun radio yang PALING SERING didengarkan (PILIH SAMPAI 3 JAWABAN)<br />

[ ] RRI jakarta [ ] RRI Palu [ ] RRI Makasar [ ] Balasika [ ] SAN FM [ ]<br />

Tidak Mendengarkan Radio [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(B) Jenis program radio apakah yang PALING Bapak/Ibu/Saudara sukai? Silakan pilih 2<br />

jenis program radio yang disukai (PILIH 2 JAWABAN)<br />

[ ] Musik Lokal (musik dero) [ ] Musik [ ] Berita [ ] Olahraga [ ] Bincangbincang<br />

[ ] Ceramah Agama [ ] Kesenian Tradisional [ ] Drama Radio (SebutkanJudulnya)<br />

[ ] Tidak ada yang disukai [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(C) Jam berapa biasanya Anda mendengarkan radio?(PILIH 2 JAWABAN)<br />

[ ] Sebelum pukul 6 pagi [ ] Antara pukul 6 pagi - 10 pagi [ ] Antara pukul 10<br />

pagi - pukul 2 siang [ ] Antara pukul 2 siang - pukul 6 sore [ ] Tidak tentu waktunya setiap hari<br />

[ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(14) Kalau Anda melihat pertunjukan seni, pertunjukan seni apa yang Anda sukai?<br />

(BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)


[ ] Sandiwara [ ] hiburan musik dangdut [ ] Hiburan musik pop [ ] Konser musik<br />

daerah [ ] Lawak [ ] Pantomin [ ] Pentas Tari [ ] Tidak suka pertunjukan seni [ ]<br />

Lainnya sebutkan......... ________________<br />

Sekarang, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai hutan di sekitar tempat<br />

kita tinggal<br />

PENGETAHUAN<br />

(15) Menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara, apakah anda mengetahui kondisi bagaimana<br />

kondisi hutan cagar alam Morowali di sekitar anda saat ini ?<br />

[ ] Ya Tahu (LANJUT KE PERTANYAAN A) [ ] Tidak Tahu (LANJUT KE<br />

PERTANYAAN 16)<br />

(A) Jika anda tahu bagaimana kondisinya sekarang bila dibanding dengan 5 tahun yang<br />

lalu? (PILIH HANYA 1 JAWABAN)<br />

[ ] Masih Baik [ ] Agak baik [ ] Kurang baik [ ] Tidak Baik/Rusak [ ] Tidak tahu [ ]<br />

Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(16) Apakah boleh menebang kayu di dalam kawasan hutan yang dilindungi?<br />

[ ] boleh (Lanjut ke pertanyaan A) [ ] tidak boleh (Lanjut Ke Pertanyaan 17)<br />

(A) Apakah alasannya Bapak/Ibu/Saudara mengatakan "boleh menebang pohon di dalam<br />

kawasan hutan yang dilindungi di Morowali"? (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Hutan milik Tuhan [ ] Tidak pernah tahu larangan menebang pohon [ ] Pohon di<br />

Hutan morowali masih sangat banyak [ ] Penebangan sudah dan masih berlangsung sampai<br />

sekarang [ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(17) Saya akan membacakan beberapa hasil hutan non kayu, menurut pendapat<br />

Bpk/Ibu/Sdr apakah pemanfaatan tersebut "boleh", "boleh jika ada ijin", "tidak boleh", atau "tidak<br />

yakin/tidak tahu" (HANYA 1 JAWABAN UNTUK SETIAP HASIL HUTAN NON KAYU)<br />

Tumbuhan Obat<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu<br />

Madu<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu<br />

Rotan<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu<br />

Hewan liar<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu<br />

Damar<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu<br />

Telur maleo<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu


Sagu<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu<br />

Ladang/kebun<br />

[ ] Boleh [ ] Boleh kalau ada izin [ ] Tidak Boleh [ ] Tidak Yakin/Tidak Tahu<br />

(18) Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apa saja dampak yg terjadi dari rusaknya hutan?<br />

(BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Hilangnya sejumlah mata pencaharian bagi masyarakat [ ] Meningkatnya jumlah<br />

hama pertanian [ ] Tidak ada dampaknya terhadap kehidupan manusia [ ] Tanah longsor<br />

[ ] Rumput mudah tumbuh [ ] Tidak tahu [ ] Lainnya sebutkan.........<br />

________________<br />

(19) Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah hubungan hutan yang sehat dengan tersedianya<br />

sumber air bersih di desa Anda? (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Banyak akar pohon yang dapat menyerap air hujan [ ] Banyak pohon<br />

menyebabkan tanah tidak mudah terkikis air hujan sehingga air sungai tidak keruh [ ] Kalau ada<br />

hutan masih ada air di sungai [ ] Tidak tahu hubungannya [ ] Pohon memiliki peran penting<br />

dalam siklus air [ ] Akar pohon menyimpan air tanah [ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya sebutkan.........<br />

________________<br />

(20) Apakah anda tahu adanya bermacam status untuk hutan yang dilindungi ?<br />

[ ] Ya tahu (lanjut ke pertanyaan A) [ ] Tidak tahu<br />

(A) Jika tahu, status apa yang menurut anda paling layak diterapkan di hutan daerah<br />

anda?<br />

[ ] Taman nasional [ ] Tetap cagar Alam [ ] Cagar Biosfer [ ] Suaka<br />

Margasatwa [ ] tidak tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

SIKAP<br />

(21) Saya akan membacakan serangkaian pernyataan mengenai pengelolaan hutan.<br />

Mohon Bapak/Ibu/Sdr menyebutkan "sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju , sangat tidak<br />

setuju atau tidak punya pendapat" dengan pernyataan tersebut (HANYA 1 JAWABAN UNTUK<br />

SETIAP PERNYATAAN)<br />

ÿƒ090Untuk menjaga hutan ÿƒ089agar ÿƒ090dapat dimanfaatkan terus-menerus perlu<br />

Kesepakatan Masyarakat ÿƒ100<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

ÿƒ090Membakar hutan untuk tujuan membuka lahan pertanian boleh dilakukanÿƒ100<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

ÿƒ090Hukum harus dikuatkan untuk mengurangi kegiatan penebangan hutan ÿƒ100<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat


ÿƒ090Untuk mengurangi perburuan perlu ada peraturan desa yang lebih baikÿƒ100<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

ÿƒ090Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan hutan Morowaliÿƒ100<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

ÿƒ090Masyarakat menanam pohon untuk kebutuhan membangun rumah perlu<br />

dikembangkanÿƒ100<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

Masyarakat lokal diperbolehkan mengambil hasil hutan damar dan rotan<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

Pembukaan jalan melewati kawasan hutan akan berpengaruh pada hutan<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

Tambang di kawasan Cagar Alam boleh dibuka<br />

[ ] ÿƒ095Sangat Setuju [ ] ÿƒ095Setuju [ ] ÿƒ095Netral [ ] ÿƒ095Tidak<br />

Setuju [ ] ÿƒ095Sangat Tidak Setuju [ ] ÿƒ095Tidak Ada Pendapat<br />

(22)<br />

Saya akan membacakan sejumlah pernyataan mengenai kegiatan yang biasa dilakukan oleh<br />

masyarakat di sini. Mohon Bapak/Ibu/Sdr menilai apakah kegiatan tersebut "penting", "tidak<br />

penting", atau "tidak yakin/tidak tahu" (HANYA 1 RESPONS UNTUK SETIAP PERNYATAAN)<br />

Menghentikan perburuan agar hewan khas hutan Morowali tidak punah<br />

[ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Menjaga hutan agar masyarakat dapat terus menikmati sumber air bersih.<br />

[ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Mengupayakan agar masyarakat yang bergantung pada hasil hutan mendapat<br />

pemberdayaan ekonomi<br />

[ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Menghentikan kegiatan menebang kayu di dalam kawasan hutan<br />

[ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu<br />

Mengupayakan pemanfaatan hasil hutan selain kayu sebagai penambah penghasilan<br />

[ ] Penting [ ] Tidak penting [ ] Tidak yakin/Tidak tahu<br />

TINDAKAN


(23) Saya akan membacakan sejumlah kegiatan, dan saya minta Bapak/Ibu/Sdr<br />

menanggapi apakah "mudah" , "sulit", atau "tidak yakin" Anda untuk melakukan kegiatan itu .<br />

Bapak/Ibu/Sdr juga dapat "tidak menjawab' pernyataan tersebut (HANYA 1 RESPONS UNTUK<br />

SETIAP PERNYATAAN)<br />

Memberikan peringatan jika bertemu dengan orang yang menebang kayu didalam<br />

kawasan Hutan<br />

[ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab<br />

Melaporkan kepada pihak berwajib jika melihat adanya penebangan kayu secara tidak sah<br />

[ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab<br />

Menyarankan orang agar tidak memburu satwa liar di kawasan hutan Morowali<br />

[ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab<br />

Memanfaatkan hasil hutan selain kayu untuk menambah penghasilan keluarga.<br />

[ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab<br />

Menjaga kelestarian hutan untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi masyarakat.<br />

[ ] Mudah [ ] Sulit [ ] Tidak yakin [ ] Tidak menjawab<br />

(24)<br />

Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah membicarakan dengan<br />

orang lain mengenai pengambilan hasil hutan selain kayu - contohnya damar dari dalam hutan?<br />

Jika pernah, silakan beritahu saya dengan siapa saja Anda membicarakannya. (BOLEH LEBIH<br />

DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Belum membicarakannya dengan siapa pun [ ] Membicarakannya dengan suami<br />

(istri)/pasangan[ ] Membicarakannya dengan keluarga langsung (orang tua, anak-anak,<br />

mertua/ipar) [ ] Membicarakannya dengan kawan/tetangga [ ] Membicarakannya dengan<br />

pemuka desa atau pengusaha setempat [ ] Membicarakannya dengan petugas pemerintah<br />

atau pakar yang bukan orang lokal [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(25) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah membicarakan<br />

dengan orang lain mengenai upaya penanaman pohon misalnya damar di lahan desa diluar<br />

kawasan Cagar Alam Morowali? Jika pernah, silakan beritahu saya dengan siapa saja Anda<br />

membicarakannya. (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Belum membicarakannya dengan siapa pun [ ] Membicarakannya dengan suami<br />

(istri)/pasangan[ ] Membicarakannya dengan keluarga langsung (orang tua, anak-anak,<br />

mertua/ipar) [ ] Membicarakannya dengan kawan/tetangga [ ] Membicarakannya dengan<br />

pemuka desa atau pengusaha setempat [ ] Membicarakannya dengan petugas pemerintah<br />

atau pakar yang bukan orang lokal [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(26) Dalam enam bulan terakhir ini, apakah Bapak/Ibu/Saudara pernah membicarakan<br />

dengan orang lain mengenai bagaimana mengatasi bencana banjir yang sering terjadi di Morowali ?<br />

Jika pernah, silakan beritahu saya dengan siapa saja Anda membicarakannya .(BOLEH LEBIH<br />

DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Belum membicarakannya dengan siapa pun [ ] Membicarakannya dengan suami<br />

(istri)/pasangan [ ] Membicarakannya dengan keluarga langsung (orang tua,anak-anak,mertua/ipar)<br />

[ ] Membicarakannya dengan kawan/tetangga [ ] Membicarakannya dengan pemuka desa


atau pengusaha setempat [ ] Membicarakannya dengan petugas pemerintah atau pakar<br />

bukan orang lokal [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(27) Dalam bulan lalu, adakah orang di desa Anda ditahan karena menebang pohon di<br />

kawasan hutan yang dilindungi ?<br />

[ ] Ya [ ] Tidak pasti [ ] Tidak [ ] Tidak menjawab<br />

(28) Dalam bulan lalu, adakah orang di desa Anda yang menerima hadiah karena<br />

melaporkan kegiatan penebangan di dalam kawasan hutan yang dilindungi?<br />

[ ] Ya [ ] Tidak pasti [ ] Tidak [ ] Tidak menjawab<br />

(29) Mengenai orang di desa Bapak/Ibu/Saudara yang menebang pohon di hutan yang<br />

dilindungi, menurut pendapat Anda , apakah alasan mereka melakukan kegiatan itu? Mohon<br />

sebutkan semua alasan yang Anda ketahui! (BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Perputaran uangnya cepat [ ] Bisa mendapatkan upah sebelum menebang pohon [ ]<br />

Bisa mendapatkan pinjaman dari toke kayu [ ] Tidak membutuhkan modal besar [ ] Tidak ada<br />

pekerjaan lain [ ] Tidak tahu [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(30) Menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara mengapa banyak hewan liar yang sudah jarang<br />

ditemukan lagi di dalam hutan? Mohon sebutkan semua alasan yang Anda ketahui! (BOLEH<br />

LEBIH DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Karena hutan sekarang sudah rusak [ ] Karena hewan kekurangan makanan di<br />

dalam hutan [ ] Karena di desa banyak hewan ternak seperti sapi, ayam yang dapat dimakan<br />

[ ] Karena jumlah hewan liar di hutan semakin sedikit [ ] Tidak Tahu [ ] Lainnya<br />

sebutkan......... ________________<br />

(31) Hutan harus tetap ada agar sumber air bersih bisa kita nikmati dan bahaya banjir<br />

bisa dikurangi.<br />

[ ] Sangat Setuju [ ] Setuju [ ] Netral [ ] Tidak Setuju [ ] Tidak<br />

tahu<br />

(32) Dalam 6 Bulan terakhir dari media apa Bapak/Ibu mendapatkan Informasi tentang<br />

Cagar Alam Morowali?(BOLEH LEBIH DARI 1 JAWABAN)<br />

[ ] Radio [ ] Acara Bincang-Bincang di Radio [ ] Diskusi Tatap Muka [ ] Poster<br />

[ ] Baliho [ ] Kegiatan di Sekolah [ ] Teman di Kampung [ ] Tidak Mendapatkan<br />

Informasi (PERTANYAAN SELESAI) [ ] Lainnya sebutkan......... ________________<br />

(33) Dari Media Yang Anda Pilih Tadi, manakah menurut Anda Yang paling efektif dalam<br />

menyampaikan informasi tentang Cagar Alam Morowali ke Masyarakat?(TULISKAN JAWABAN<br />

ANDA)<br />

________________<br />

(34) Mengapa media tersebut Anda Anggap Paling efektif?<br />

________________<br />

KAMI MENGUCAPKAN TERIMAKASIH KEPADA BAPAK/IBU/SAUDARA UNTUK<br />

SEMUA JAWABAN YANG TELAH DIBERIKAN. SEMOGA SUMBANGAN INFORMASI INI<br />

BERMANFAAT BAGI PELESTARIAN HUTAN KITA DI MASA MENDATANG.


LAMPIRAN B: SKENARIO PANGGUNG BONEKA<br />

Berikut ini naskah Panggung Boneka, yang dibuat oleh guru-guru di SDN 2 Kolonodale<br />

dan dimainkan oleh siswa-siswanya.<br />

Aco: “Selamat Pagi Le!”<br />

Ele: “ Selamat Pagi Co!”<br />

“ Mari silahkan masuk”<br />

Aco: “ bagaimana dengan tugas yang diberikan oleh Ibu Guru”<br />

Ele: ” Tugas apa Co??”<br />

Aco: ” Itu tugas kita mengenai mengenai mencatat jenis-jenis hewan langka”<br />

Ele: O…iya ya hampir lupa , untung aja kau datang”<br />

” bagaimana kalau kita bahas bersama?”<br />

Aco: ” Ayo! Bagaimana kalau di antara hewan-hewan langka itu kita bicarakan tentang<br />

burung maleo? Karena burung maleo adalah salah satu satwa langka dan harus dilindungi yang ada<br />

di daerah kita Morowali ini”<br />

Ele: ”Oh ya betul sekali Co” (Sambil mengangguk-angguk)<br />

”Bagaimana kalau sekarang kita langsung ke tempat burung maleo?”<br />

Aco dan Ele: (Mereka berdua menuju ke tempat maleo dengan cara terpisah, keluar panggung)<br />

Ale: (Ale masuk ke panggung) “Wah, cerah sekali hari ini”<br />

Aco: (Aco masuk ke panggung) ”Bukankah kamu burung Maleo? Namaku Aco, siapa<br />

namamu?”<br />

Ale: ”Orang tuaku memberi nama aku Ale, tapi mereka berdua sudah mati ditangkap<br />

penjahat Si Brewok”<br />

Si Brewok: (Si Brewok masuk ke panggung dan ketawa) ”Huahahahahaha…rupanya kamu<br />

di sini. Saya tangkap kamu Ale!” (Si Brewok menangkap Ale)<br />

Aco: ”Aleeeeeee…Aleeeeee…Lepaskan dia penjahat!”<br />

Si Brewok: ”Mau apa kamu? Sekarang si Ale sudah berada di dalam genggamanku”<br />

Ale: “Lepaskan aku…lepaskan aku…”<br />

Si Brewok: ”Hai bocah kecil mau apa kau ke tempat ini?”<br />

Aco: (Sambil ketakutan menjawab) “Saya ke sini untuk melihat langsung burung Maleo”<br />

Si Brewok: “ Burung maleo di sini sudah saya tangkap dan habisi semua”<br />

Aco: “Apa katamu? Apa kau tidak tahu bahwa burung Maleo dilindungi pemerintah<br />

karena sudah hampir punah?”<br />

Si Brewok: “Saya tidak peduli! Kamu saya tangkap” (Sambil menangkap Aco)<br />

Aco: (Sambil menangis berteriak minta tolong) “<br />

Tolooooooooooong…..tolooooooooong”<br />

Ele: (Ele masuk ke panggung) “Lepaskan itu adalah temanku”<br />

Brewok: ”Kamu temannya? Saya tangkap kamu juga!”<br />

Polsus (Pak Sau): ”Apa yang kamu lakukan terhadap kedua anak ini dan burung Maleo?”<br />

Si Brewok: ”Mereka telah mengganggu kesenanganku mengambil telur dan burung<br />

maleo”<br />

Polsus (Pak Sau): ”Kamu saya tangkap? Karena telah melanggar aturan tentang<br />

pelestarian tentang satwa langka. Maleo adalah burung yang hanya ditemukan di Pulau Sulawesi.<br />

Burung maleo adalah burung yang istimewa, telurnya seberat lima kali telur ayam. Saya bawa<br />

kamu ke kantor”<br />

(semua keluar panggung)<br />

(Si Brewok dan Polsus masuk kemudian Pak Rt masuk dari arah yang berlawanan)<br />

Pak RT: “Apa yang telah terjadi?”


Polsus (Pak Sau): “Begini Pak RT, Si Brewok saya temukan di hutan dan sedang<br />

menyandera anak-anak serta menangkap dan mencuri burung Maleo”<br />

Pak RT: “Brewok, mulai sekarang kamu tidak boleh seperti itu lagi karena burung Maleo<br />

salah satu satwa langka yang ada di kabupaten kita dan harus kita jaga kelestariannya”<br />

Si Brewok: “Iya Pak…saya berjanji tidak akan mengulangi pekerjaan ini”<br />

Polsus (Pak Sau): “Brewok, kamu sekarang akan diproses hukum”<br />

(Pak RT, Polsus dan Si Brewok keluar panggung)<br />

(Aco, Ele dan Ale masuk ke panggung)<br />

Ele: “Teman-teman, kita harus ikut serta dalam menjaga kelestarian burung Maleo”<br />

Aco: ”Apabila ada yang mengetahui pencurian burung maleo dan telurnya sepaya<br />

melaporkan kepada pihak yang berwajib”<br />

Ale: ”Hutan adalah rumahku. Jangan rusak hutan kita karena selain buatku hutan juga<br />

bermanfaat bagi kalian”<br />

(Semua pemain masuk ke dalam panggung kemudian hormat kepada penonton dan<br />

berkata) ”Sampai jumpa…”<br />

###

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!