PANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM oleh ... - Kemenag Sumsel
PANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM oleh ... - Kemenag Sumsel
PANDANGAN TENTANG EKONOMI ISLAM oleh ... - Kemenag Sumsel
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>PANDANGAN</strong> <strong>TENTANG</strong> <strong>EKONOMI</strong> <strong>ISLAM</strong><br />
Oleh * Salman Saesar *<br />
Abstrak<br />
Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam<br />
masyarakat tercapai. Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat<br />
diperlukan aturan-aturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu dengan<br />
kepentingan masyarakat.<br />
Kegiatan ekonomi Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, namun juga bertujuan<br />
untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana.<br />
Rakus terhadap<br />
kekayaan dan sikap yang mementingkan materi belaka, sangat dicela. Walaupun di<br />
dalam syari’at Islam diakui adanya hak-hak yang bersifat perorangan<br />
terhadap suatu benda, bukan berarti atas sesuatu benda yang dimilikinya itu,<br />
seseorang dapat berbuat sewenang-wenang.<br />
Sebab aktivitas ekonomi dalam<br />
pandangan Islam, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri, juga masih melekat<br />
hak orang lain.<br />
Ekonomi Islam<br />
Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu, telah<br />
disediakan Allah Swt, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam<br />
rangka pemenuhan kebutuhan yang beragam tersebut, tidak mungkin dapat diproduksi<br />
sendiri <strong>oleh</strong> individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus bekerja sama<br />
dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan, tentunya harus didukung <strong>oleh</strong> suasana yang<br />
tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan kehidupan di dalam<br />
masyarakat tercapai. Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat<br />
1
diperlukan aturan-aturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu dengan<br />
kepentingan masyarakat.<br />
Langkah perubahan perekonomian umat Islam, khususnya di Indonesia harus<br />
dimulai dengan pemahaman bahwa kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam<br />
merupakan tuntutan kehidupan yang berdimensi ibadah. Hal ini tercantum dalam QS.<br />
Al–A’raf: 10, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di<br />
muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu sumber penghidupan. Amat<br />
sedikitlah kamu bersyukur”. Selain itu disebutkan juga dalam (QS. Al-Mulk: 15, QS. An-<br />
Naba’: 11 dan QS. Jumu’ah :10).<br />
Kegiatan ekonomi Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, namun juga<br />
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana.<br />
Rakus<br />
terhadap kekayaan dan sikap yang mementingkan materi belaka, sangat dicela.<br />
Walaupun di dalam syari’at Islam diakui adanya hak-hak yang bersifat perorangan<br />
terhadap suatu benda, bukan berarti atas sesuatu benda yang dimilikinya itu,<br />
seseorang dapat berbuat sewenang-wenang.<br />
Sebab aktivitas ekonomi dalam<br />
pandangan Islam, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri, juga masih melekat<br />
hak orang lain.<br />
Adanya hak orang lain (masyarakat) terhadap hak milik yang diper<strong>oleh</strong><br />
seseorang dibuktikan dengan ketentuan-ketentuan antara lain; pelarangan menimbun<br />
barang, larangan memanfaatkan harta untuk hal-hal yang membahayakan masyarakat,<br />
seperti memproduksi barang-barang yang tidak b<strong>oleh</strong> dimiliki dan dikonsumsi menurut<br />
pandangan Islam, contoh: memproduksi atau menjual buku, kaset, film yang<br />
menyesatkan dan membawa kepada kekafiran, memproduksi atau menjual makanan<br />
2
dan minuman yang dilarang, seperti makanan haram, minuman keras dan obat-obatan<br />
terlarang dan lainnya.<br />
Prinsip pokok dalam pengembagnan harta dalam pandangan Islam ialah<br />
kegiatan ekonomi yang tidak bertentangan dengan akidah, seperti disebutkan dalam<br />
QS. Hud : 84,85,86 dan 87. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa sistem ekonomi<br />
islam adalah sistem ekonomi yang dilaksanakan dalam praktek (penerapan ilmu<br />
ekonomi) dalam kehidupan sehari-hari baik bagi individu, keluarga, kelompok<br />
masyarakat maupun pemerintah/ penguasa dan pemanfaatan barang dan jasa menurut<br />
aturan Islam.<br />
Filosofi Ekonomi Islam<br />
Ketentuan Tuhan yang harus ditaati bukan hanya yang bersifat mekanis, juga<br />
dalam hal etika dan moral. Artinya, selain untuk memenuhi kepuasan manusia yang tak<br />
terbatas, kegiatan ekonomi bertujuan untuk menciptakan kesejahteraaan umat Islam.<br />
keadilan dan keseimbangan mengandung pengertian bahwa manusia bebas melakukan<br />
seluruh aktifitas ekonomi, sepanjang tidak ada larangan Tuhan yang menetapkannya.<br />
Pertanggungjawaban maksudnya adalah bahwa manusia sebagai pemegang amanat<br />
Tuhan mempunyai tanggungjawab atas segala pilihan dan keputusannya.<br />
Sistem Ekonomi Islam berbeda dengan sistem Ekonomi lainnya, seperti<br />
diungkapkan <strong>oleh</strong> (Zadjuli dalam , Tadjoeddin 1992: 39 seperti dikutip Lubis, 2004: 15),<br />
yaitu :<br />
1. Asumsi dasar/norma pokok dalam proses maupun Interaksi kegiatan Ekonomi<br />
yang diberlakukan. Dalam sistem Ekonomi Islam yang menjadi asumsi dasarnya<br />
adalah Syari’at Islam, yang diberlakukan secara menyeluruh baik terhadap<br />
3
Individu, keluarga, kelompok masyarakat, penguasa dalam memenuhi kebutuhan<br />
hidupnya.<br />
2. Prinsip Ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan manfaat dengan<br />
serta menjaga kelestarian lingkungan.<br />
3. Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan dunia dan akhirat<br />
Hal-hal tersebut didasarkan atas ketentuan dalam QS. al-Baqarah: 208 tentang<br />
perintah ajaran Islam untuk dilaksanakan secara totalitas, QS. Ar-Rum: 41 tentang asas<br />
efisiensi dan menjaga kelestarian lingkungan, QS. Al-Qasas: 77 tentang motif ekonomi<br />
menurut pandangan Islam.<br />
Perbedaan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya di atas,<br />
sejalan dengan pendapat asy-Syathibi 1941: 3-9 dan al-Ghazali (Az-Zuhaili, 1986:<br />
1020), seperti dikutip (Burhan 2001: 120), yang menyatakan perhatian para ahli<br />
ekonomi Islam berangkat dari dimensi filosofi dan nilai Islam, dengan tetap memakai<br />
alat-alat pengukuran ilmu ekonomi lainnya (Capra, 1999: 7-9) seperti dikutip Burhan,<br />
2001: 120).<br />
Ilmu ekonomi Islam pada dasarnya merupakan perpaduan antara dua jenis ilmu<br />
yaitu ilmu ekonomi dan ilmu agama Islam (fiqh muamalat). Ilmu ekonomi Islam juga<br />
memiliki dua objek kegiatan yaitu objek formal dan objek material. Objek formal dalam<br />
ilmu ekonomi Islam adalah seluruh sistem produksi dan distribusi barang dan jasa yang<br />
dilakukan <strong>oleh</strong> pelaku bisnis baik dari aspek prediksi tentang laba, rugi yang akan<br />
dihasilkan maupun dari aspek legalitas sebuah transaksi. Sedangkan objek materialnya<br />
adalah seluruh ilmu yang terkait dengan ilmu ekonomi Islam, seperti dikutip (Daulay,<br />
2002:99 dari Anwar, 2002: 1).<br />
4
Perbedaan antara ilmu ekonomi dan fiqh muamalat adalah dalam cara<br />
memper<strong>oleh</strong>nya. Ilmu ekonomi didapatkan melalui pengamatan (empirisme) terhadap<br />
gejala sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagai contoh dapat<br />
dilihat dari teori permintaan dalam ilmu ekonomi, yaitu: apabila permintaan terhadap<br />
sebuah barang naik, maka harga barang tersebut secara otomatis akan menjadi naik<br />
(Jones, 1975; 15, seperti dikutip Daulay, 2002: 101).<br />
Fiqh muamalat diper<strong>oleh</strong> melalui penelusuran langsung terhadap Al Qur’an dan<br />
Hadits <strong>oleh</strong> para fuqaha / penalaran yang bersifat kualitatif. Dari segi tujuan, ilmu<br />
ekonomi bertujuan untuk membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,<br />
sedangkan fiqh muamalat berfungsi untuk mengatur hukum kontrak (aqad) baik yang<br />
bersifat sosial maupun komersil (Ahmad, 1980:59 seperti dikutip Daulay, 2002:103).<br />
Secara singkat dapat dikatakan bahwa ilmu ekonomi lebih berorientasi<br />
materialis, dengan kata lain ilmu ekonomi mempelajari teknik dan metode, sedangkan<br />
fiqh muamalat lebih terfokus pada hal-hal yang bersifat normatif /menentukan status<br />
hukum, b<strong>oleh</strong> tidaknya sebuah transaksi bisnis (Hakim, 2002: 2 seperti dikutip Daulay,<br />
2002 :103).<br />
Dalam operasionalnya ilmu ekonomi Islam akan selalu bersumber dari kedua<br />
disiplin ilmu tersebut yang mempunyai perbedaan dari segi sumber ilmunya itu sendiri.<br />
Ilmu ekonomi Islam adalah pemikiran manusia, sedangkan sumber fiqh muamalat<br />
adalah wahyu yang didasarkan pada petunjuk Al Qur’an dan Hadits Nabi. Perbedaan<br />
sumber ilmu pengetahuan ini menyebabkan munculnya perbedaan penilaian terhadap<br />
problematika ekonomi manusia. Sebagai contoh, ilmu ekonomi akan menghalalkan<br />
sistem ekonomi liberal, kapitalisme dan komunis, sedangkan fiqh muamalat masih<br />
5
membutuhkan legislasi dari Al Qur’an dan Hadits dan belum dapat menerima ketiga<br />
sistem tersebut.<br />
Penutup<br />
Pluralisme sistem ekonomi ini muncul karena ketidakmampuan umat Islam<br />
melahirkan suatu konsep sistem ekonomi Islam menggabungkan sistem ekonomi<br />
dengan syari’at). Kondisi ini <strong>oleh</strong> Antonio dilukiskan: "disatu pihak kita menggerakkan<br />
roda pembangunan ekonomi, tetapi lupa membawa pelita agama karena memang tidak<br />
menguasai syari’at terlebih fiqh muamalat secara mendalam.<br />
Di lain pihak, kita<br />
menemukan para kiayi dan ulama yang menguasai secara mendalam konsep fiqh dan<br />
disiplin ilmu lainnya, tetapi kurang menguasai dan memantau fenomena ekonomi dan<br />
gejolak bisnis di sekelilingnya.<br />
Perbedaan mendasar antar disiplin ilmu ekonomi dan fiqh muamalat<br />
mengharuskan adanya pemikiran untuk mensinergikan keduanya ke dalam satu disiplin<br />
ilmu. Terlepas dari masalah-masalah di atas, Antonio (1992: 1) seperti dikutip (Lubis,<br />
2004 :15), memberikan tawaran-tawaran yang terpenting dalam pemahaman tentang<br />
ekonomi Islam, yaitu: ekonomi Islam ingin mencapai masyarakat yang berkehidupan<br />
sejahtera di dunia dan di akherat, hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan<br />
kerja secara halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula, dilarang menimbun<br />
barang/harta dan menjadikannya terlantar, dalam harta benda itu terdapat hak untuk<br />
orang miskin, pada batas tertentu hak milik tersebut dikenakan zakat, perniagaan<br />
diperkenankan, akan tetapi riba dilarang, tidak ada perbedaan suku dan keturunan<br />
dalam bekerja sama dan yang menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.<br />
Semoga tawaran-tawaran ini dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.<br />
6
Daftar Pustaka<br />
Ahmad, Khursid. “ Economic Development in Islkamic Framework”, dalam Khursid<br />
Ahmad (Ed). Studies in Islamic Economics Leicester: The Islamic Foundation<br />
(1980).<br />
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank, Banking and Financial tentang Bank Muamalat (<br />
materi kuliah : (LPIHM- IBLAM. 1992)<br />
Anwar, Syamsul. Mencari Akar Epistemologis ilmu-ilmu Syari’ah. Makalah disampaikan<br />
pada semiloka pemetaan studi ilmu hukum Islam. Fakultas Syari’ah UIN Jakarta<br />
tanggal 25 oktober 2002.<br />
Asy-syathibi. Al-Muwafaq at fi Ushul al-Ahkam. Jilid II (Beirut: Dar al-Fikr. tt)<br />
Az-Zuhaili. Ushul al-Fiqh al-Islami.( Beirut : Dar al –Fikr, 1986)<br />
Burhan, Muhammad. Ekonomi Islam: Sebuah Telaah Awal . Nurani Vol.1 No. 1 Tahun<br />
2000. Palembang: Fakultas Syari’ah IAIN Raden Fatah Palembang.<br />
Capra, Fritjof. Titik balik peradaban, Sains, Masyarakat dan Kebangkitan budaya.<br />
(Diterjemahkan <strong>oleh</strong> yayasan Bentang budaya. Yogyakarta ; 1999)<br />
Daulay, Saleh Partaonan. Integrasi antara Ilmu Ekonomi dan Fiqh Mu’amalat(Ekonomi<br />
Islam): Sebuah problem epistemologis dan aksiologis. Makalah disampaikan<br />
pada semiloka pemetaan studi hukum Islam. Fak. Syari’ah UIN Jakarta tanggal<br />
25 oktober 2002.<br />
Jones, Richard. Introduction to the Theory of Economics. ( Edinburgh: Edinburgh<br />
University Press,1975)<br />
Lubis, Suhrawardi K. Hukum Ekonomi Islam. (Jakarta; Sinar Grafika, 2004)<br />
Saud, Mahmud Abu. Garis-garis besar ekonomi Islam. ( Jakarta: Gema Insani Press,<br />
1991)<br />
Siddiqi, Muhammad Nejatullah. Kegiatan ekonomi dalam Islam. (Jakarta: Bumi<br />
aksara:1991)<br />
Tadjoeddin, Achmad Ramzy, et al. Berbagai aspek ekonomi Islam. (Yogyakarta : Tiara<br />
wacana dan P3 EI UII, 1992)<br />
7