02.01.2015 Views

20140825_MajalahDetik_143

20140825_MajalahDetik_143

20140825_MajalahDetik_143

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

WARISAN CAK NUR<br />

FAHRI<br />

HAMZAH<br />

TERSENGAT<br />

HAMBALANG<br />

EDISI <strong>143</strong> | 25 - 31 agustus 2014


DAFTAR ISI<br />

Edisi <strong>143</strong> 25 - 31 agustus 2014<br />

Fokus<br />

Perang Puputan<br />

Aburizal<br />

“Pokoknya, ketika ketemu<br />

malamnya, Agung diledek.<br />

Ditanya, itu nangis benaran<br />

atau air mata buaya”<br />

Nasional<br />

kriminal<br />

n Setelah putusan 4.300 halaman<br />

n tersengat kesaksian yulianis<br />

internasional<br />

n narkoba di pojok kampus<br />

hukum<br />

n bukan sekadar salah tangkap<br />

ekonomi<br />

n dua muka ‘negara islam’<br />

n don casanova incar ‘takhta’<br />

n tak prajurit, bandit pun jadi<br />

interview<br />

n siap jadi menteri pertanian<br />

kolom<br />

n dilema apbn 2015<br />

SELINGAN<br />

n cilamaya terganjal pertamina<br />

n jakarta bisa gelap<br />

n bersiap jadi miliarder dadakan<br />

n Pelabuhan atau tambang migas<br />

bisnis<br />

n surat dari harvard<br />

SAINS<br />

n perempuan satu-satunya<br />

lensa<br />

n warisan cak nur<br />

Seni hiburan<br />

n menikmati puncak musim panas<br />

n gending untuk djaduk<br />

n hamdan zoelva | Mouzalina | mark zuckerberg<br />

gaya hidup<br />

n silat yang cool dari negeri petrodolar<br />

n film pekan ini<br />

n agenda<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

Musik: Limp Bizkit, “Take a Look Around”.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n olahraga singkat, hasil cepat<br />

n permata tersembunyi di pulau napabale<br />

n sensasi cita rasa bollywood<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono,<br />

Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin,<br />

Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso. Bahasa:<br />

Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo.<br />

Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


lensa<br />

Menikmati Puncak Musim Panas<br />

Bagi warga di negara-negara empat musim, summer alias musim panas selalu dinantikan. Mereka menikmati sinar matahari sepanjang<br />

siang, yang waktunya lebih lama daripada waktu malam.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


lensa<br />

Turis dan warga Jepang menikmati padang bunga matahari di Zama Sunflower Festival di Kanagawa, Jepang, Jumat (15/8). Sekitar 500 ribu tangkai<br />

bunga matahari mekar bersamaan. (Tomohiro Ohsumi/Bloomberg via Getty Images)


lensa<br />

Pemandangan ribuan bunga lili di Osaka menjadi salah satu magnet bagi wisatawan pada musim panas. (Ari Saputra/detikcom)


Pelajar dari sekolah seni bela diri Shaolin Togou Martial Arts membuat formasi dalam pembukaan Olimpiade Junior musim panas di Nanjing,<br />

Cina, Sabtu (16/8). Sebanyak 520 pelajar membentuk formasi yang mereka sebut sebagai "membangun impian". (Stringer/REUTERS)


lensa<br />

Siluet turis yang sedang berlibur di Nice, Prancis, Jumat (15/8). Nice merupakan wilayah selatan Prancis yang terkenal dengan kecantikan<br />

alamnya. (Eric Gaillard/REUTERS)


lensa<br />

Suasana Ladies Day di Chichester, Inggris, beberapa pekan lalu. Perayaan bergengsi ini bertepatan dengan puncak musim panas di kota yang berada dua<br />

jam perjalanan dari London ke arah selatan ini. Tak mengherankan jika bunga warna-warni menyambut Ladies Day. (Dan Kitwood/Getty Images)


lensa<br />

Karpet raksasa yang terbuat dari jajaran bunga digelar di kawasan Grand Place, Brussel, Belgia. Sekitar 750 ribu bunga dibutuhkan untuk membuat<br />

karpet seluas 1.800 meter persegi tersebut. (Yves Herman/REUTERS)


nasional<br />

Setelah Putusan<br />

4.300<br />

Halaman<br />

Pascaputusan MK, Jokowi-JK<br />

segera mempersiapkan<br />

pemerintahan baru. Kubu<br />

Prabowo-Hatta menilai hakim<br />

konstitusi tidak konsisten.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Waktu menunjukkan pukul<br />

22.50 WIB ketika Anwar Usman<br />

keluar dari gedung Mahkamah<br />

Konstitusi, Jakarta, Kamis<br />

malam, 21 Agustus lalu. Hakim konstitusi itu<br />

didampingi dua petugas keamanan. Mengenakan<br />

kemeja putih serta setelan celana dan jas<br />

hitam, Anwar berjalan perlahan menuju mobilnya<br />

yang menunggu di teras gedung.<br />

Delapan hakim konstitusi lain sudah meninggalkan<br />

gedung MK tak lama setelah sidang<br />

putusan perselisihan hasil pemilihan umum<br />

(PHPU) presiden dan wakil presiden 2014 selesai<br />

sekitar pukul 21.00 WIB. Apalagi Ketua MK<br />

Hamdan Zoelva langsung bergegas meninggalkan<br />

gedung MK sesaat setelah mengetok palu<br />

menutup sidang tersebut.<br />

Hamdan tergesa-gesa menuju Bandara<br />

Soekarno-Hatta karena harus mengejar penerbangan<br />

ke Bali. Ia bersama Sekretaris Jenderal<br />

Ketua majelis hakim<br />

konstitusi Hamdan Zoelva<br />

mengetok palu setelah<br />

membacakan putusan<br />

sidang sengketa pilpres<br />

2014 di gedung MK, Jakarta,<br />

Kamis (21/8).<br />

Agung Pambudhy/Detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Luar biasa<br />

(lelah). Tapi<br />

ini tugas,<br />

harus tetap<br />

dikerjakan.<br />

Anwar Usman<br />

MK Janedri M. Gaffar harus membuka acara<br />

Pekan Konstitusi, hasil kerja sama MK dengan<br />

Universitas Udayana, esok harinya.<br />

Malam itu, Anwar pulang paling belakang.<br />

Raut wajahnya menunjukkan kelelahan. Matanya<br />

terlihat sayu. Saat majalah detik menyapa,<br />

kata-kata yang diucapkannya lirih, hampir<br />

tak terdengar. “Luar biasa (lelah). Tapi ini tugas,<br />

harus tetap dikerjakan,” katanya.<br />

Itu kesekian kalinya Anwar bekerja hingga<br />

larut, bahkan sampai lewat tengah malam,<br />

selama MK “menggarap” sengketa pilpres<br />

2014. Kedelapan hakim MK bekerja ekstrakeras<br />

sebelum menjatuhkan putusan.<br />

Sejak sidang perdana digelar Rabu,<br />

6 Agustus lalu, majelis menggelar pertemuan<br />

hingga larut malam. Bahkan<br />

rapat permusyawaratan hakim (RPH)<br />

masih berlangsung hingga Kamis siang,<br />

21 Agustus, sebelum sidang putusan<br />

PHPU dimulai pukul 14.30 WIB.<br />

Majelis hakim bahkan belum sampai pada<br />

putusan akhir, meski RPH pada Rabu malam,<br />

20 Agustus, digelar sampai pukul 24.00 WIB.<br />

Rapat akhirnya dilanjutkan esok harinya, pukul<br />

delapan pagi. “Putusan tolak (menolak gugatan<br />

pemohon) baru diperoleh (Kamis, 21 Agustus)<br />

sekitar pukul 09.00 WIB,” ujar Hamdan dalam<br />

wawancaranya dengan harian Kompas.<br />

Saat membacakan putusan, Hamdan menyatakan<br />

MK menolak seluruh gugatan yang<br />

diajukan pasangan calon presiden dan calon<br />

wakil presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa. Putusan sengketa pilpres 2014<br />

terdiri atas 4.300 halaman. Namun hanya 300<br />

halaman yang dibacakan secara bergantian<br />

oleh sembilan hakim.<br />

Kubu pasangan yang diusung Partai Gerindra,<br />

Partai Amanat Nasional, Golkar, Partai<br />

Persatuan Pembangunan, dan Partai Bulan<br />

Bintang itu mengajukan permohonan PHPU<br />

karena mensinyalir adanya kecurangan dalam<br />

pelaksanaan pilpres 9 Juli 2014, yang terstruktur,<br />

sistematis, dan masif (TSM).<br />

Kecurangan itu antara lain adanya penggelembungan<br />

jumlah suara untuk pasangan<br />

nomor 1 (Joko Widodo-Jusuf Kalla) sebanyak 1,5<br />

juta suara, dan pengurangan 1,2 juta suara untuk<br />

pasangan Prabowo-Hatta, di 155 ribu tempat<br />

pemungutan suara (TPS). Karena itu, pemohon<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Elite partai anggota Koalisi<br />

Merah Putih menggelar<br />

konferensi pers menanggapi<br />

putusan MK, Kamis malam<br />

(21/8).<br />

Rachman/detikcom<br />

meminta MK membatalkan Keputusan Komisi<br />

Pemilihan Umum Nomor 535/KPPS/KPU<br />

Tahun 2014 tentang Penetapan Rekapitulasi<br />

Hasil Penghitungan dan Hasil Pemilu Presiden<br />

dan Wakil Presiden tanggal 22 Juli 2014, serta<br />

Keputusan KPU Nomor 536/KPPS/KPU Tahun<br />

2014 tentang Penetapan Capres dan Presiden<br />

terpilih tanggal 22 Juli 2014.<br />

Kuasa hukum Prabowo-Hatta juga meminta<br />

digelarnya pemilu ulang karena banyak masalah<br />

di TPS, seperti di 5.349 TPS di Provinsi<br />

Jawa Timur serta sejumlah daerah lain. Namun<br />

Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil yang<br />

diajukan pemohon, seperti adanya pelanggaran<br />

secara TSM maupun kesalahan rekapitulasi<br />

suara KPU, tidak terbukti. Baik melalui saksisaksi<br />

yang diajukan di persidangan maupun<br />

dengan alat bukti lain.<br />

“Dalil pemohon tidak beralasan menurut<br />

hukum,” kata hakim konstitusi Ahmad Fadlil<br />

Sumadi.<br />

Mahkamah juga menolak dalil soal penggunaan<br />

daftar pemilih tambahan (DPTb) dan daftar<br />

pemilih khusus tambahan (DPKTb) untuk<br />

memobilisasi pemilih guna memenangkan calon<br />

nomor 2. Menurut MK, penggunaan DPTb<br />

dan DPKTb tak bertentangan dengan hukum<br />

dan konstitusi, melainkan justru memberi<br />

kesempatan kepada pemilih yang tidak masuk<br />

daftar pemilih tetap (DPT) untuk memberikan<br />

suara. MK menilai tidak ada bukti penggunaan<br />

DPTb dan DPKTb menguntungkan satu pasangan<br />

calon atau sebaliknya, merugikan calon<br />

lainnya.<br />

Soal tudingan adanya politik uang, pemohon<br />

juga tidak dapat menguraikan siapa pelaku,<br />

siapa penerima, kapan, di mana, serta berapa<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Rapat pemusyawaratan<br />

hakim sebelum MK<br />

menjatuhkan putusan<br />

sengketa pilpres 2014.<br />

Dok.detikcom<br />

jumlahnya. Adapun soal tuntutan pemilu ulang<br />

di sejumlah daerah dinilai MK tidak akan berpengaruh<br />

pada hasil rekapitulasi KPU yang menetapkan<br />

Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil<br />

presiden terpilih dengan perolehan 70.633.594<br />

suara atau 53,15 persen.<br />

Setelah putusan dijatuhkan, anggota tim kuasa<br />

hukum Prabowo-Hatta, Ade Irfan Pulungan,<br />

menuding MK tak konsisten. Sebab, di awal<br />

amar putusan, Mahkamah menganggap telah<br />

terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan pilpres.<br />

Namun pada akhirnya gugatan pemohon ditolak<br />

untuk seluruhnya, dan menganggap dalil<br />

pemohon tidak berdasar hukum.<br />

“MK ini seperti jubir KPU,” tutur Ade seusai<br />

sidang.<br />

Anggota tim Prabowo lainnya, Maqdir Ismail,<br />

juga mempertanyakan putusan MK yang<br />

tidak menggunakan keputusan Dewan Kehormatan<br />

Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai<br />

pertimbangan. Pada hari yang sama, DKPP<br />

menyidangkan perkara dugaan pelanggaran<br />

kode etik atas langkah pembukaan kotak suara<br />

yang dilakukan KPU untuk menghadapi sidang<br />

sengketa pilpres 2014.<br />

DKPP menjatuhi sanksi peringatan untuk<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Pendukung Prabowo-Hatta<br />

yang berusaha mendekati<br />

gedung MK terlibat bentrok<br />

dengan polisi saat sidang<br />

putusan Kamis (21/8).<br />

Rachman/detikcom<br />

komisioner KPU pusat dan komisioner KPU di<br />

sejumlah daerah serta pemberhentian tetap<br />

bagi seluruh komisioner KPU Dogiyai, Papua.<br />

“Ada apa dengan putusan MK” ucap Maqdir.<br />

Di tempat berbeda, sejumlah elite politik Koalisi<br />

Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta<br />

menyatakan menerima putusan MK. Meski<br />

begitu, mereka menganggap putusan itu tidak<br />

mencerminkan keadilan substantif.<br />

Sebaliknya, Trimedya Panjaitan, anggota tim<br />

kuasa hukum Jokowi-JK, selaku pihak terkait,<br />

menganggap putusan MK sudah adil. Sebab, selain<br />

tak ada dalil pemohon yang bisa dibuktikan,<br />

saksi yang dihadirkan tidak menjawab hal yang<br />

dituduhkan. “MK sudah konsisten,” kata politikus<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.<br />

Menurut Trimedya, setelah putusan ini,<br />

Jokowi-JK, yang diusung partainya serta Partai<br />

NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai<br />

Hanura, bisa segera bersiap menjalankan<br />

tugas sebagai pemimpin baru.<br />

Sementara itu, komisioner KPU, Ida Budhiati,<br />

menyatakan siap menjalankan saran MK, antara<br />

lain agar KPU mengadministrasikan sistem<br />

noken di Papua supaya ada legitimasi hukum,<br />

juga soal DPKTb yang, oleh pendapat ahli pemohon,<br />

disebut tidak sah.<br />

Mengomentari tanggapan yang bertolak<br />

belakang itu, Anwar Usman mengatakan MK<br />

sudah mempertimbangkan secara masak<br />

sebelum menjatuhkan putusan. “Putusan MK<br />

memang tidak akan bisa menyenangkan kedua<br />

belah pihak,” ujarnya. Anwar pun memasuki<br />

mobilnya dan meninggalkan gedung MK, Kamis<br />

menjelang tengah malam itu. ■<br />

Kustiah, DEDEN G. | DIMas<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Tersengat<br />

Kesaksian<br />

Yulianis<br />

Mantan bawahan Nazaruddin, Yulianis, menyebut nama<br />

lain yang diduga menerima uang dari Grup Permai.<br />

Marzuki Alie dan Fahri Hamzah membantah.<br />

Fanny Octavianus/ANTARA FOTO<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Nazaruddin saat menjadi<br />

saksi sidang kasus korupsi<br />

Hambalang di Pengadilan<br />

Tipikor, Jakarta.<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

hampir 5 tahun umur<br />

kasus Hambalang. Tiba-tiba<br />

saya disebut terima uang. Tiada<br />

ba bi bu...,” begitu kicauan “Sudah<br />

Fahri Hamzah melalui akun Twitter-nya Senin<br />

malam, 18 Agustus lalu. Melalui cuitannya, politikus<br />

Partai Keadilan Sejahtera itu menanggapi<br />

kabar dirinya yang disebut menerima uang<br />

dari bekas Bendahara Umum Partai Demokrat<br />

Muhammad Nazaruddin.<br />

Lewat Twitter pula, Fahri membantah jika dikatakan<br />

pernah datang ke kantor Grup Permai,<br />

perusahaan milik Nazaruddin, kini terpidana<br />

kasus suap Wisma Atlet SEA Games. Wajar<br />

bila Fahri gusar. Sebab, Senin siangnya, dalam<br />

persidangan kasus korupsi proyek Hambalang<br />

dengan terdakwa mantan Ketua Umum Partai<br />

Demokrat Anas Urbaningrum di Pengadilan<br />

Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, nama Fahri<br />

disebut menerima uang US$ 25 ribu.<br />

Adalah bekas Wakil Direktur Keuangan<br />

Grup Permai, Yulianis, yang mengungkap hal<br />

tersebut dalam persidangan. Pengakuan Yulianis<br />

muncul ketika pengacara Anas, Handika<br />

Honggo Wongso, menanyakan perihal inisial<br />

FAH yang terdapat dalam catatan keuangan<br />

perusahaannya yang pernah disita penyidik<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi.<br />

Yulianis menjawab, dia pernah dipanggil<br />

Nazaruddin ke lantai 7 Tower Permai di Mampang,<br />

Jakarta Selatan. “Saya dipanggil sama Pak<br />

Nazar, disuruh bawa uang US$ 25 ribu. Setelah<br />

sampai di atas itu, ada Pak Fahri Hamzah,” kata<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Fahri Hamzah<br />

ari saputra/detikcom<br />

Yulianis saat dihadirkan sebagai saksi dalam<br />

persidangan tersebut.<br />

Yulianis, yang bersaksi dengan mengenakan<br />

cadar, menuturkan, awalnya ia tidak tahu siapa<br />

pria yang berada di ruang kerja atasannya itu.<br />

“Tapi, setelah melihat di TV, saya tahu itu Pak<br />

Fahri yang dari PKS,” ujarnya.<br />

Uang puluhan ribu dolar AS yang dibungkus<br />

dalam amplop itu, diakui Yulianis, dia letakkan<br />

di atas meja di depan Fahri Hamzah. Ia lalu meminta<br />

Fahri menandatangani pengeluaran kas<br />

tersebut sebagai tanda terima. Namun, kata<br />

Yulianis, Fahri tidak berbicara apa pun. “Pak<br />

Fahri cuma senyum saja,” tuturnya.<br />

Lantaran Fahri tak membubuhkan tanda<br />

tangan, Nazar-lah yang kemudian menandatangani<br />

pengeluaran uang. “Sama Pak Nazar, itu<br />

ditandatangani cuma dicoret-coret saja.” Saat<br />

itu Nazaruddin menyebut uang itu bukan untuk<br />

proyek yang sedang dikerjakan perusahaannya.<br />

“Catat saja itu DP (down payment atau uang<br />

muka) pembelian mobil. Tidak terkait proyek,”<br />

ucap Yulianis menirukan Nazar.<br />

Bukan hanya Fahri yang “tersengat” oleh<br />

kesaksian Yulianis dalam persidangan tersebut.<br />

Bekas bawahan Nazaruddin itu juga mengungkap<br />

adanya pengeluaran uang Grup Permai<br />

yang lebih besar, yakni US$ 1 juta, yang diduga<br />

mengalir ke Ketua Dewan Perwakilan Rakyat<br />

Marzuki Alie. “Itu tanggal 11 Januari 2010,” katanya.<br />

Penyebutan duit untuk Marzuki terungkap<br />

saat Yulianis ditanya oleh Anas mengenai be-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Marzuki Alie<br />

Ari Saputra/detikcom<br />

rita acara pemeriksaan Nazaruddin nomor 98,<br />

yang menyebut Anas berkomunikasi dengan<br />

Nazar pada awal 2011 melalui BlackBerry Messenger.<br />

Dalam BAP itu, Nazar menyebut Anas<br />

meminta duit US$ 1 juta. Nazar, menurut Anas,<br />

menyebutkan duit itu untuk membayar<br />

pembelian tanah di Yogyakarta.<br />

Namun jawaban Yulianis berbeda<br />

dengan BAP yang dibacakan<br />

Anas tersebut. Menurut Yulianis,<br />

duit itu tidak ditujukan ke Anas,<br />

melainkan diantar ke Marzuki<br />

Alie, berdasarkan penuturan<br />

ajudan Nazar bernama<br />

Iwan.<br />

Terdakwa Anas lalu menanyakan<br />

soal uang US$ 1<br />

juta ini kepada saksi lain dalam<br />

persidangan, yakni Nuril Anwar.<br />

Mantan staf ahli Nazaruddin ini<br />

mengungkapkan, Nazar saat itu<br />

memang tengah mengintensifkan<br />

hubungan dengan Marzuki. “Pak<br />

Nazar cerita sedang intens<br />

dengan DPR-1, Pak Marzuki, (terkait) TPPI<br />

(Trans-Pacific Petrochemical Indotama) kalau<br />

tidak salah, berkaitan dengan Pertamina,” ujar<br />

Nuril.<br />

Senada dengan Yulianis, Nuril menyebut<br />

uang itu dikirim kepada Marzuki melalui ajudan<br />

Nazaruddin bernama Iwan. Dari cerita Iwan<br />

pula Nuril mengetahui soal dugaan pemberian<br />

uang ke Marzuki tersebut. “Iwan menceritakan<br />

hal itu, (saya tanya) mau dikirim ke mana Ke<br />

MA (Marzuki Alie),” tuturnya.<br />

Menanggapi kesaksian dalam persidangan<br />

tersebut, Marzuki menyatakan tidak perlu<br />

mengomentarinya. Sebab, kata Wakil Ketua<br />

Dewan Pembina Partai Demokrat itu, keterangan<br />

saksi dalam kasus itu berbeda-beda. Ia lalu<br />

mengutip keterangan saksi mantan sopir Nazaruddin,<br />

Heri Sunandar, yang dihadirkan dalam<br />

persidangan lanjutan kasus korupsi Hambalang<br />

yang digelar Kamis, 21 Agustus lalu. Heri bersaksi<br />

pernah diminta Yulianis mengantarkan<br />

uang US$ 1 juta dari Grup Permai untuk Anas<br />

Urbaningrum. Anas membantah kesaksian ini.<br />

“Kan, sudah terjawab. Anda kan dengar,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Pegiat antikorupsi<br />

memainkan aksi teatrikal<br />

Anas Urbaningrum dan<br />

Andi Mallarangeng—<br />

keduanya terdakwa kasus<br />

Hambalang—di Solo, Jawa<br />

Tengah, beberapa waktu lalu.<br />

Akbar Nugroho Gumay/ANTARA<br />

FOTO<br />

sopirnya bilang (uang US$ 1 juta) tidak diantar<br />

ke saya, tapi ke AU (Anas Urbaningrum). Itu<br />

kesaksian (persidangan) tadi, nanti dengarkan<br />

juga pelakunya. Jadi tidak perlu ke saya,” kata<br />

Marzuki melalui pesan singkat pada Kamis<br />

malam pekan lalu. Ia juga meminta soal uang<br />

ini ditanyakan juga kepada Nazaruddin.<br />

Secara terpisah, Fahri Hamzah membantah<br />

soal pemberian uang dari Nazaruddin tersebut,<br />

meskipun ia mengaku belum mengetahui<br />

secara persis apa keterangan Yulianis dalam<br />

persidangan. Namun Fahri tidak akan memperpanjang<br />

penyebutan namanya dengan balik<br />

melaporkan Yulianis. Alasannya, baik Nazar<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


nasional<br />

Terdakwa kasus korupsi<br />

Hambalang, Anas Urbaningrum,<br />

bertanya kepada saksi Yulianis<br />

dalam sidang di Pengadilan<br />

Tipikor, Jakarta, Senin (18/8).<br />

Fanny Octavianus/ANTARA FOTO<br />

maupun Yulianis saat ini sedang kesusahan.<br />

“Saya tidak merasa punya hubungan apa pun<br />

dengan Yulianis dan Nazar. Apalagi soal uang,”<br />

ujarnya melalui pesan singkat kepada majalah<br />

detik. “Saya tidak pernah ke sana (Tower Permai).<br />

Tidak tahu di mana, dan tidak pernah terdengar<br />

selama ini saya berurusan dengan mereka.”<br />

Adapun bagi KPK, keterangan saksi dalam<br />

persidangan ihwal pemberian uang tersebut<br />

masih perlu diklarifikasi. Menurut juru bicara<br />

KPK, Johan Budi, setiap keterangan saksi dalam<br />

persidangan, yang disampaikan di bawah sumpah,<br />

termasuk oleh Yulianis, akan didalami oleh<br />

komisi antikorupsi itu.<br />

“Apakah keterangan tersebut didukung oleh<br />

bukti-bukti yang kemudian bisa disimpulkan<br />

benar,” tutur Johan secara terpisah. Jika keterangan<br />

terkonfirmasi, menurut Johan, terbuka<br />

peluang KPK untuk membuka penyelidikan<br />

baru.<br />

Sementara itu, peneliti Indonesia Corruption<br />

Watch, Donal Fariz, mengatakan lembaga antirasuah<br />

tersebut wajib menelusuri lebih jauh<br />

keterangan saksi yang muncul dalam persidangan,<br />

apalagi ada dugaan uang mengalir ke<br />

partai politik. “KPK harus meminta keterangan<br />

kepada Nazaruddin sebagai orang yang<br />

terlibat,” ucapnya. Ia menilai keterangan saksi<br />

dalam persidangan sudah merupakan bukti<br />

bagi KPK untuk ditindaklanjuti. ■<br />

Deden Gunawan, JaFFry Prabu Prakoso, M. Rizal | Dimas<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 7 - agustus 13 april 2014


hukum<br />

Bukan Sekadar<br />

Salah Tangkap<br />

Seorang kasir karaoke dipenjara 13 bulan karena dituding<br />

mempekerjakan anak di bawah umur. Setelah MA memutus tak<br />

bersalah, Sri melaporkan dua mantan atasannya ke polisi.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Sri Mulyati di rumahnya, Kampung<br />

Malang, Semarang<br />

angling adhitya/detikcom<br />

Sri Mulyati masih ingat betul panggilan<br />

telepon dari manajernya, Joni<br />

Widodo, Rabu malam, 8 Juni 2011.<br />

Ia sedang libur bekerja dan bersama<br />

keluarga di tempat indekosnya, daerah Pandansari,<br />

Semarang. Sri, yang kala itu memakai<br />

celana pendek dan bersandal jepit, bergegas<br />

menunggang sepeda motor ke sebuah tempat<br />

karaoke di Ruko Dargo, tempatnya bekerja<br />

sebagai kasir dan penerima tamu.<br />

Wanita berusia 39 tahun itu mengira ada<br />

masalah pekerjaan yang penting sehingga dipanggil.<br />

Namun di tempat kerjanya sudah ada<br />

sejumlah polisi. Seorang polisi wanita menanyakan<br />

namanya dan memintanya masuk mobil<br />

patroli. Ia lalu dibawa ke Markas Kepolisian<br />

Resor Kota Besar Semarang. Sri tak menyangka<br />

panggilan dari sang manajer itu ternyata mengantarnya<br />

ke penjara.<br />

“Katanya ada operasi KTP. Waktu itu saya langsung<br />

disuruh masuk mobil sama polwan. Selain<br />

saya ada RR, pemandu karaoke yang masih berumur<br />

17 tahun,” katanya saat ditemui di rumahnya,<br />

Kampung Malang, Semarang, Kamis, 14 Agustus<br />

lalu.<br />

Di markas polisi, Sri baru tahu ia dituduh melakukan<br />

eksploitasi terhadap RR, yang masih di<br />

bawah umur. Joni dan pemilik karaoke, Santoso<br />

Wibowo, ada di sana. Sri mencoba membela<br />

diri dan menyebut yang bertanggung jawab<br />

semestinya atasannya, karena ia cuma seorang<br />

kasir.<br />

“Saya bilang ke polisi itu manajernya, tapi polisi<br />

bilang, ‘Lo, bukannya itu OB (office boy)’”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

ujarnya. “Dari dandanannya saja kan sudah<br />

kelihatan bedanya OB sama manajer. Tapi ternyata<br />

tidak ditangkap.”<br />

Saat itu juga Sri dijebloskan ke ruang tahanan.<br />

Adapun RR dipulangkan. Setelah 4 bulan<br />

meringkuk di balik jeruji besi Polrestabes Semarang,<br />

Sri lalu dipindah ke Lembaga Pemasyarakatan<br />

Wanita Bulu. Ia tinggal bersama<br />

belasan narapidana lain dalam sel berukuran 10<br />

x 10 meter.<br />

Kasus itu berlanjut hingga ke Pengadilan<br />

Negeri Semarang. Sri pun divonis hukuman 8<br />

bulan penjara dan denda Rp 2 juta subsider 2<br />

bulan kurungan. Hukuman penjaranya malah<br />

ditambah oleh Pengadilan Tinggi Semarang<br />

menjadi 12 bu lan setelah jaksa mengajukan<br />

Markas Polrestabes Semarang<br />

angling adhitya/detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Padahal Rp 2 juta<br />

itu tidak sedikit bagi<br />

saya. Itu hasil utang<br />

anak saya yang jadi<br />

tulang punggung<br />

keluarga sejak saya<br />

dipenjara.<br />

permohonan banding. “Selama sidang, manajer<br />

dan pemilik karaoke tidak jadi saksi. Yang jadi<br />

saksi cuma RR sama polisi,” tuturnya.<br />

Setelah 12 bulan dibui, Sri berharap bisa merayakan<br />

Idul Fitri pada 19 Agustus 2012 bersama<br />

keluarganya. Putri keduanya, SJ—saat itu berusia<br />

17 tahun―lalu berusaha mencarikan uang<br />

untuk membayar denda Rp 2 juta sebagai<br />

pengganti kurungan 2 bulan. Namun,<br />

setelah membayar denda, Sri tak<br />

kunjung dibebaskan. Niat berlebaran<br />

bersama keluarga pun<br />

kandas. Satu bulan kemudian<br />

ia baru bisa menghirup udara<br />

bebas.<br />

“Padahal Rp 2 juta itu tidak<br />

sedikit bagi saya. Itu hasil<br />

utang anak saya yang jadi tulang<br />

punggung keluarga sejak<br />

saya dipenjara,” ucapnya.<br />

Wanita lulusan sekolah dasar<br />

yang awam soal hukum itu baru<br />

tahu bisa meminta perlindungan lembaga<br />

bantuan hukum saat proses sidang sudah<br />

berjalan. Meski terlambat, Sri akhirnya meminta<br />

bantuan LBH Mawar Saron Semarang untuk<br />

mendampinginya dan mengajukan permohonan<br />

kasasi ke Mahkamah Agung.<br />

Setelah menjalani kurungan selama 13 bulan,<br />

Sri baru tahu trio hakim agung, yaitu Profesor<br />

Dr Komariah Emong Sapardjaja, Suhadi, dan Dr<br />

Salman Luthan, mengabulkan kasasinya dan<br />

membebaskannya dari semua dakwaan.<br />

Atas dasar putusan itu, didampingi LBH<br />

Mawar Saron, Sri menggugat jaksa dan polisi.<br />

Ia menuntut ganti rugi, antara lain Rp 1 juta,<br />

seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor<br />

27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab<br />

Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 9<br />

ayat 1; ganti denda yang telah dibayarnya sebesar<br />

Rp 2 juta; biaya perkara Rp 2.500; dan Rp 12<br />

juta sebagai pengganti nafkahnya yang hilang<br />

selama dibui (sesuai upah minimum regional<br />

Semarang, dikalikan 13 bulan).<br />

PN Semarang pada 14 Januari 2013 menolak<br />

gugatan tersebut. Namun dikabulkan oleh Pengadilan<br />

Tinggi pada 15 April 2013. Pengadilan menghukum<br />

polisi dan jaksa untuk memberi ganti rugi<br />

sebesar Rp 5 juta kepada Sri, mengembalikan<br />

denda yang telah dibayar Sri sebesar Rp 2 juta<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Gerbang Lapas Wanita Bulu,<br />

Semarang<br />

dok. lapas bulu<br />

ke negara, dan mengembalikan biaya perkara Rp<br />

5.000 yang telah dibayar ke negara.<br />

Atas putusan itu, jaksa sempat mengajukan kasasi<br />

ke MA, tapi ditolak. Adapun pihak Sri belum<br />

menerima salinan putusan MA itu hingga saat ini,<br />

apalagi uang ganti rugi. “Sebenarnya Rp 5 juta itu<br />

belum cukup, tapi tidak apa-apa. Itu saja sampai<br />

sekarang belum dikasih,” kata Sri.<br />

Selama mendekam di penjara, kehidupan<br />

keluarga Sri semakin buruk karena sang suami<br />

sulit beraktivitas sejak terserang penyakit gula.<br />

Tiga dari empat anaknya terpaksa putus sekolah.<br />

Anak keduanya menjadi tulang punggung<br />

keluarga dengan bekerja di toko kacamata.<br />

Hingga kini Sri masih belum tahu apa kesalahannya<br />

sehingga harus dihukum penjara 13 bulan.<br />

Ia kecewa karena, hampir dua tahun bekerja<br />

di karaoke itu dengan gaji Rp 750 ribu per bulan,<br />

dibalas oleh manajer dan pemilik karaoke<br />

dengan mempersalahkannya atas perbuatan<br />

yang tidak ia lakukan. “Saya cuma kasir, tidak<br />

mungkin saya mempekerjakan seseorang. Saya<br />

dikambinghitamkan,” ujarnya.<br />

Didampingi kuasa hukumnya, Senin, 18 Agustus<br />

lalu, Sri melaporkan Santoso dan Joni ke Kepolisian<br />

Daerah Jawa Tengah. Menurut kuasa hukum<br />

Sri, Jhony Mazmur, kliennya sudah dinyatakan<br />

MA tidak bersalah. Karena itu, sudah seharusnya<br />

polisi menangkap pelaku sebenarnya atas kasus<br />

eksploitasi anak yang dituduhkan kepada Sri. “Ini<br />

harus diungkap,” tutur Jhony.<br />

Keduanya pernah dilaporkan ke polisi pada akhir<br />

2011, saat Sri masih di penjara. Namun laporan<br />

tersebut ditolak. Pengacara kembali melaporkan<br />

mereka ke polisi pada 20 Februari 2012. Namun,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


hukum<br />

Direktur LBH Mawar Saron<br />

Semarang, Guntur Perdamaian<br />

dok. pribadi<br />

Tap/klik untuk berkomentar<br />

saat itu, Polda Jawa Tengah menganggap belum<br />

cukup bukti untuk menjadikan pemilik dan manajer<br />

Karaoke ACC itu sebagai tersangka.<br />

Selain melaporkan kedua mantan atasannya,<br />

Sri mendatangi unit Profesi dan Pengamanan<br />

Polda Jawa Tengah untuk menanyakan soal<br />

pengaduannya pada 2013 tentang penyalahgunaan<br />

pelanggaran prosedur yang diduga<br />

dilakukan Kepala Unit Pelayanan Perempuan<br />

dan Anak Satuan Reserse Kriminal Polrestabes<br />

Semarang saat itu, Ajun Komisaris Endang.<br />

Namun, setelah didatangi, Propam Polda Jawa<br />

Tengah menjawab tidak ditemukan pelanggaran<br />

seperti yang diadukan karena berkas sudah<br />

lengkap (P-21).<br />

Secara terpisah, Kepala Polrestabes Semarang<br />

Komisaris Besar Djihartono mengatakan<br />

pihaknya perlu membuka berkas perkara yang<br />

terjadi pada 2011 tersebut. Sebab, saat itu ia<br />

belum menjabat. Namun ia menilai seharusnya<br />

pemilik atau manajer juga diperiksa. “Tapi<br />

laporannya (Sri) ke Polda, ya Berarti yang menangani<br />

Polda,” ucap Djihartono.<br />

Direktur LBH Mawar Saron, Guntur Perdamaian,<br />

menganggap kasus yang dialami Sri<br />

janggal. Sebab, ia dituduh mempekerjakan RR<br />

yang di bawah umur sebagai pemandu karaoke,<br />

sementara Sri juga menerima gaji. Apalagi di<br />

berita acara pemeriksaan, Joni selaku manajer<br />

mengakui membayar RR. “Ini (kasus Sri) sudah<br />

terlalu gamblang, rekayasa hukum, dan bukan<br />

salah tangkap,” katanya. Sri kini kembali menuntut<br />

keadilan. ■ ANGLING ADHITYA (Semarang) | DIMAS<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Narkoba<br />

di Pojok<br />

Kampus<br />

Polisi menemukan 8,6 kilogram<br />

ganja dari dua kali penggeledahan<br />

di kampus Unas. Praktek peredaran<br />

narkoba di tempat itu ditengarai<br />

sudah lama terjadi.<br />

ilustrasi: edi wahyono<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Kepala Polres Jakarta Selatan<br />

Komisaris Besar Wahyu<br />

Hadiningrat bersama Wakil<br />

Rektor Bidang Akademi dan<br />

Kemahasiswaan Unas Iskandar<br />

Fitri (kanan) menunjukkan<br />

barang bukti ganja dan alat<br />

isap hasil pengeledahan,<br />

Jumat (15/8).<br />

Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO<br />

Ruang sekretariat senat mahasiswa<br />

akuntansi di gedung serbaguna Universitas<br />

Nasional, Jakarta, itu masih<br />

berantakan Selasa, 19 Agustus lalu.<br />

Tumpukan kain spanduk, kardus bekas air mineral,<br />

piring, bungkusan plastik, tali tambang,<br />

koran bekas, dan jeriken berserakan di lantai.<br />

Sebuah lemari pendingin rusak dan tak terpakai<br />

berada di dekat jendela ruangan yang ditutupi<br />

spanduk.<br />

Di ruangan itu petugas Kepolisian Resor<br />

Jakarta Selatan dan Kepolisian Sektor Pasar<br />

Minggu menemukan 5 kilogram ganja dan 5<br />

gram sabu dalam penggeledahan pada Kamis<br />

dini hari, 14 Agustus lalu. Penggeledahan yang<br />

dipimpin Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres<br />

Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Indra Fadillah<br />

Siregar dan Kepala Polsek Pasar Minggu<br />

Komisaris Adri Desas Furyanto itu dilakukan<br />

setelah polisi menerima laporan adanya aktivitas<br />

mahasiswa yang menggunakan narkoba.<br />

Saat itu polisi menutup pintu gerbang<br />

utama kampus yang berlokasi di Jalan Sawo<br />

Manila, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,<br />

tersebut. Semua mahasiswa yang berada di<br />

lingkungan kampus malam itu didata. Petugas<br />

berpakaian preman lalu menyisir ruang-ruang<br />

unit kegiatan mahasiswa (UKM), seperti UKM<br />

basket, biologi, fotografi, sastra, hingga UKM<br />

musik. Basement, area parkir, dan taman di<br />

depan kampus tak luput diperiksa.<br />

Selain 5 kilogram ganja dan 5 gram sabu di<br />

ruang senat, ditemukan sebuah bong pengisap<br />

sabu. Polisi dan Rektorat Unas meyakini<br />

pemilik barang haram itu sekelas bandar yang<br />

sudah lama beroperasi di dalam kampus. Da-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Ruang perpustakaan di gedung<br />

serbaguna Unas diberi garis<br />

polisi.<br />

detikcom<br />

lam penggeledahan saat itu juga ditemukan<br />

bom molotov dan senjata tajam, seperti golok,<br />

pisau, dan badik.<br />

Rektorat Unas kembali meminta polisi dan<br />

Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta<br />

menggeledah kampus pada 18 Agustus lalu.<br />

Hasilnya, lagi-lagi ditemukan ganja seberat 3,6<br />

kilogram secara terpisah di ruang perpustakaan<br />

dan ruang teater, juga di gedung serbaguna.<br />

Penemuan total sebanyak 8,6 kilogram ganja<br />

tersebut memaksa rektorat meliburkan sementara<br />

aktivitas belajar-mengajar dan membekukan<br />

unit-unit kegiatan kemahasiswaan.<br />

Petugas BNN Provinsi DKI Jakarta, Ajun<br />

Komisaris Besar Almas Arrasuli, menyebut<br />

pihaknya sudah memeriksa delapan saksi,<br />

yang terdiri atas mahasiswa dan staf rektorat.<br />

Sedangkan empat orang yang dicurigai terkait<br />

dengan kepemilikan ganja tersebut masih diburu,<br />

dan masuk daftar pencarian orang (DPO).<br />

“Semua masih dalam penyelidikan,” kata Almas<br />

saat ditemui di gedung Rektorat Unas.<br />

Selasa pekan lalu, polisi menahan seorang<br />

alumnus Unas berinisial B yang diduga terkait<br />

dengan empat pria yang masuk DPO itu. Namun<br />

B masih berstatus saksi. Kepala Satuan<br />

Narkoba Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris<br />

Besar Hando Wibowo mengatakan B belum<br />

ditetapkan sebagai tersangka karena, meskipun<br />

memiliki hubungan khusus dengan keempat<br />

DPO—diketahui dari sejumlah pesan singkat<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Petugas BNN<br />

mengerahkan anjing<br />

pelacak untuk mencari<br />

narkoba di ruang UKM<br />

Unas.<br />

dikhy sasra/detikcom<br />

(SMS)—polisi belum menemukan bukti keterlibatannya<br />

dalam kasus peredaran narkoba di<br />

Unas.<br />

“Kami juga menemukan biji ganja di depan<br />

rumahnya kemarin pada saat diamankan. Tapi<br />

itu belum cukup bukti untuk memberatkan<br />

saksi menjadi tersangka,” ujarnya Rabu, 20<br />

Agustus lalu. Berdasarkan keterangan saksi,<br />

polisi kini menelusuri jaringan pengedar ganja<br />

di tiga lokasi di wilayah Jakarta Selatan dan<br />

Jakarta Barat.<br />

Sejumlah ruangan di kampus Unas, menurut<br />

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />

Jaya Komisaris Besar Rikwanto, selama ini<br />

diduga kerap dimanfaatkan orang luar, yang<br />

dibantu alumni dan oknum mahasiswa, untuk<br />

menyimpan, menimbun, dan mengedarkan<br />

narkoba jenis ganja. Sedangkan oknum mahasiswa<br />

lain sebagai pengguna.<br />

Rektorat Unas sejatinya sudah lama mencurigai<br />

peredaran narkoba di lingkungan kampus.<br />

Hanya, belum menemukan buktinya. Saat polisi<br />

akan menggeledah, para tersangka pelaku<br />

melarikan diri. “Tapi (pengurus) senat tidak terbukti.<br />

Mereka juga resah karena (praktek itu)<br />

sudah turun-temurun, enggak bisa apa-apa,”<br />

tutur Rikwanto secara terpisah. Selain ganja<br />

dan sabu, kata dia, dalam penggeledahan itu<br />

ditemukan sejumlah alat kontrasepsi berupa<br />

kondom baru dan bekas.<br />

Seorang alumnus Unas, Wahid Chandra<br />

Daulay, mensinyalir mereka yang mengedarkan<br />

ganja kepada para mahasiswa adalah para<br />

oknum senior yang dipanggil “Abang”. Mereka<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Kegiatan perkuliahan dan<br />

UKM di Unas dihentikan<br />

sementara.<br />

ari saputra/detikcom<br />

ini adalah mahasiswa lawas yang tidak melanjutkan<br />

kuliahnya tapi masih berkeliaran di<br />

lingkungan kampus.<br />

“Ada mahasiswa yang meneruskan jejak<br />

mereka, ada juga yang menyetok (ganja). Dan<br />

mereka beli ke senior ini,” ucap ketua senat<br />

mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik<br />

Unas periode 2012-2013 ini kepada majalah<br />

detik.<br />

Menurut Wahid, para senior ini kerap mempengaruhi<br />

mahasiswa untuk melawan kebijakan<br />

rektorat. Misalnya de ngan menghancurkan<br />

kamera pengawas CCTV di belakang gedung<br />

serbaguna karena dianggap mengekang kebebasan<br />

mahasiswa. “Karena kampus sejak 2008<br />

sudah melakukan pemberantasan narkoba,”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kriminal<br />

Sebelum penggerebekan, kalau<br />

datang ke sini bau ganjanya<br />

kecium banget.<br />

katanya.<br />

Mereka juga menentang jam malam yang diberlakukan<br />

pihak kampus. Sebab, kebijakan itu<br />

berakibat pada pencahayaan di kampus. Lebih<br />

dari pukul 22.00 WIB lampu-lampu dipadamkan.<br />

Nah, mereka yang berkepentingan dengan<br />

narkoba itu resah karena transaksi diduga<br />

dilakukan di malam hari. “Tapi diakali dengan<br />

cara mencuri listrik. Beberapa sekretariat itu<br />

(tetap) menyala (pada malam<br />

hari),” ujar Wahid.<br />

Adapun keempat orang<br />

yang masih diburu polisi,<br />

menurut Wahid, saling berhubungan.<br />

Pusat “kegiatan”<br />

mereka ada di belakang gedung<br />

serbaguna, yang terletak<br />

di pojok kampus. “Sebelum penggerebekan,<br />

kalau datang ke sini bau ganjanya kecium<br />

banget,” tuturnya.<br />

Sedangkan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa<br />

Fakultas Hukum Unas, Afif Rahadian,<br />

mengklaim ganja yang ditemukan tersebut<br />

bukan milik mahasiswa. Ia justru menuding,<br />

kalaupun ada sindikat narkoba di kampus, itu<br />

akibat pihak universitas yang lalai. “Karena<br />

mereka yang memiliki otoritas,” ucapnya saat<br />

konferensi pers Keluarga Besar Unas di kawasan<br />

Kalibata, Jakarta Sela tan, Senin, 18 Agustus<br />

lalu.<br />

Pihaknya sempat menggelar aksi untuk menentang<br />

kebijakan kampus yang menjatuhkan<br />

sanksi terhadap puluhan mahasiswa. Mereka<br />

dituding melakukan perusakan properti kampus<br />

lantaran menolak pemberlakuan jam malam<br />

dan larangan menginap di kampus. Empat<br />

mahasiswa bahkan dikeluarkan dari kampus.<br />

“Tapi aksi damai itu dianggap perlawanan,” kata<br />

Afif.<br />

Sementara itu, Wakil Rektor Unas Bidang<br />

Kemahasiswaan dan Akademik Iskandar Fitri<br />

menyatakan unit kegiatan kemahasiswaan<br />

dan senat dibekukan sementara hingga waktu<br />

yang tidak ditentukan. Rektorat selama ini<br />

memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk<br />

beraktivitas. Namun, kata dia, kebebasan tersebut<br />

disalahgunakan oleh oknum yang tidak<br />

bertanggung jawab. ■ JAFFRY Prabu Prakoso | M. RIZal<br />

Majalah detik 25 20 - 31 - 26 agustus januari 2014


interview<br />

Bupati Bantaeng<br />

H M. Nurdin Abdullah:<br />

Siap Jadi<br />

Menteri<br />

Pertanian<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

DSukses membangun Bantaeng, Nurdin Abdullah dianggap layak masuk<br />

kabinet. Harus meminta restu masyarakat Bantaeng.<br />

alam enam tahun, Profesor H M. Nurdin Abdullah<br />

berhasil menyulap Kabupaten Bantaeng<br />

dari daerah miskin dan tertinggal menjadi<br />

daerah yang gemerlap. Sejak dilantik sebagai<br />

bupati pada 6 Agustus 2008, dia membangun<br />

dam, pabrik pupuk, pusat pembibitan, jalan,<br />

rumah sakit, dan infrastruktur lainnya. Tak<br />

semata-mata mengandalkan APBD, ia juga<br />

menjalin kerja sama dengan luar negeri.<br />

Kemudahan perizinan, birokrasi yang melayani,<br />

ketersediaan lahan yang murah membuat<br />

investor asing berbondong-bondong ke daerah<br />

yang berlokasi sekitar 120 kilometer dari<br />

Makassar, Sulawesi Selatan, itu. Tak mengherankan<br />

bila nama doktor pertanian dari Kyushu<br />

University, Tokyo, Jepang, itu digadang-gadang<br />

masuk bursa kabinet pemerintahan Joko<br />

Widodo-Jusuf Kalla.<br />

Nurdin pun tak hendak menampik bila ia<br />

kelak benar-benar diminta. Pos Kementerian<br />

Pertanian dirasa pas untuknya. “Tentu saja<br />

saya tidak mau keluar dari keilmuan saya, yakni<br />

di pertanian. Tapi, persoalannya, saya sudah<br />

(merasa) tenang jadi bupati,” kata suami Liestiaty<br />

F. Nurdin itu saat bertandang ke kantor<br />

redaksi detikcom, Rabu pagi, 20 Agustus lalu.<br />

Selain itu, ia melanjutkan, masyarakat<br />

Bantaeng belum tentu mengizinkan dirinya<br />

meninggalkan pos bupati. Saat ini mereka<br />

sudah mulai merasakan hasil pembangunan<br />

Bantaeng di bawah kepemimpinannya. “Hampir<br />

semua doa masyarakat dan kiai itu isinya,<br />

'Mudah-mudahan, semoga dia tidak meninggalkan<br />

kita,'” tutur Nurdin.<br />

Lantas, bagaimana dia akan menyiasati dilema<br />

itu Bagaimana pandangan Nurdin soal<br />

pembangunan pertanian di Tanah Air Bagaimana<br />

pula melepaskan ketergantungan pada<br />

produk impor Berikut ini petikan perbincangannya.<br />

Nama Anda termasuk yang banyak<br />

disebut masyarakat sebagai orang yang<br />

layak masuk kabinet mendatang. Andai<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Video<br />

ditawari, posisi apa yang pas<br />

Tentu saja saya tidak mau keluar dari keilmuan<br />

saya, yakni pertanian. Itu agro kompleks,<br />

masuk pertanian, perikanan, perhutanan. Tapi,<br />

persoalannya, saya sudah (merasa) tenang jadi<br />

bupati. Ibarat saya punya tanaman itu sudah<br />

berbunga, tinggal tunggu berbuah. Kalau harus<br />

pergi jadi menteri kan garapan baru, memang<br />

menantang seperti ladang baru.<br />

Berikutnya, masyarakat Bantaeng mau atau<br />

tidak ditinggal Karena, hampir semua doa<br />

masyarakat dan kiai itu isinya, “Mudah-mudahan,<br />

semoga dia tidak meninggalkan kita”.<br />

Jadi, andai tenaga dan pikiran saya dibutuhkan,<br />

tentu saya harus membicarakannya dengan<br />

mereka untuk minta keikhlasan. Kalau tidak<br />

ada keikhlasan, berat. Saya boleh bilang kondisi<br />

Bantaeng ini ibarat dari gelap terbitlah terang.<br />

Nah, mereka tidak mau kembali ke gelap lagi<br />

kalau saya tinggalkan.<br />

Di sektor pertanian ini, apa saja masalah<br />

yang Anda lihat<br />

Kita tertinggal dalam mekanisasi pertanian.<br />

Sangat jauh tertinggal. Untuk perikanan, kita<br />

sangat jauh tertinggal di industri penangkapan.<br />

Contoh saja, kita masih impor tepung ikan.<br />

Padahal, kalau kita coba lihat Peru, di sana, di<br />

tengah laut itu ada industri perikanan. Mereka<br />

menangkap ikan dan langsung diolah, dan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

produksinya juga hitungan dunia.<br />

Di kita, karena bahan baku masih impor, kalau<br />

dolar naik, otomatis harga pakan dan ternak<br />

pasti ikut naik. Ini yang harus kita perangi, produksi<br />

dalam negeri harusnya mengurangi impor.<br />

Begitu juga dengan jagung, kedelai, dan lainnya.<br />

Masalahnya, kan kita tidak berpihak ke petani,<br />

coba ada kepastian. Yang terjadi di negara kita<br />

ini, ketika panen raya, siapa yang back-up petani<br />

Ini persoalannya. Harus ada keberanian.<br />

Andai tenaga dan pikiran saya dibutuhkan,<br />

tentu saya harus membicarakannya dengan<br />

mereka (masyarakat Bantaeng) untuk minta<br />

keikhlasan.<br />

muhammad akSara<br />

Andai benar menjadi Menteri Pertanian,<br />

bagaimana Anda akan membenahinya<br />

Kita ini terlalu ego sektoral, tidak ada sinergi.<br />

Kementerian ini harusnya berkoordinasi ke<br />

(Kementerian) Perdagangan, saling komunikasi.<br />

Yang penting, benahi internal yang cenderung<br />

berpikir bagaimana menghabiskan. Yang<br />

terjadi setiap tahun sepertinya bagaimana<br />

menghabiskan anggaran yang Rp 17 triliun itu.<br />

Orientasinya bukan pada program, melainkan<br />

proyek. Agar bisa keluar dari impor benih, kita<br />

harus buat cluster pembenihan dan penangkaran.<br />

Kita buat daerah-daerah unggulan agar<br />

tidak tumpang-tindih.<br />

Begitu juga untuk mengurangi impor daging<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Bagaimana Anda melihat potensi laut di<br />

Indonesia yang begitu luas<br />

Sebenarnya potensi kelautan kita ini luar biasa,<br />

sehingga tidak layak orang pulau itu miskin.<br />

Sumber daya kelautan kita di sini banyak yang<br />

dicuri karena keterbatasan industri tangkap<br />

kita. Teknologi masyarakat nelayan kita belum<br />

memadai. Padahal kita punya BPPT (Badan<br />

Pengkajian dan Penerapan Teknologi), yang<br />

bisa mengetahui gerakan ikan di mana, jenis<br />

ikan apa. Ini harus dimanfaatkan. Di Bantaeng<br />

saya sudah banyak kerja sama dengan BPPT<br />

sejak 2009, seperti dalam pengembangan ikan<br />

nila dan produksi pupuk SRF atau slow release<br />

fertilizer (pupuk lepas lambat).<br />

Dengan satu kali pemupukan bisa sampai<br />

panen. Hasilnya bisa kita lihat, jagung menjadi<br />

gede-gede. Jadi, di daerah marginal, pupuk itu<br />

bisa kita modifikasi dengan menambah unsur<br />

yang kurang di tanah. Selama ini kita mengenalnya<br />

hanya pupuk urea atau NPK dari Kalimantan<br />

Timur. Karena jauh, kadang lewat dua<br />

minggu dari waktu pemupukan baru pupuk<br />

datang. Ini persoalan yang kerap terjadi di sek-<br />

interview<br />

Bupati Bantaeng H M. Nurdin<br />

Abdullah ketika melakukan<br />

panen jagung.<br />

muhammad akSar<br />

sapi, kita harus libatkan masyarakat dan pengusaha<br />

peternakan. Coba uang yang ada ini disebar<br />

untuk membesarkan sentra ternak di daerah.<br />

Contoh di Bantaeng, daging (sapi terbaik)<br />

Kobe sudah bisa kita bikin walau baru satu ekor<br />

satu tahun. Lahan kita tidak ada masalah sebetulnya,<br />

punya kita masih sangat luas, teknologi<br />

juga sudah kita kuasai. Permasalahannya, kita<br />

tidak berpihak pada peternak.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

tor pertanian kita. Pasokan pupuk terlambat<br />

juga karena alasan cuaca ekstrem, sehingga<br />

kapal tidak bisa bersandar. Akibatnya ongkos<br />

kirim jadi mahal. Padahal Sulawesi Selatan merupakan<br />

salah satu lumbung pangan nasional.<br />

Agar bisa keluar dari impor benih, kita<br />

harus buat cluster pembenihan dan<br />

penangkaran. Kita buat daerah-daerah<br />

unggulan agar tidak tumpang tindih.<br />

muhammad akSar<br />

Bagaimana Anda mengubah Bantaeng<br />

yang minus menjadi daerah yang surplus<br />

Kami membagi wilayah pembangunan<br />

menjadi tiga zona cluster, yakni pesisir, dataran<br />

rendah, dan dataran tinggi. Untuk pesisir, laut<br />

menjadi potensi terbesar Bantaeng. Sebab,<br />

sepanjang pesisirnya layak untuk budi daya<br />

rumput laut. Sebelumnya, wilayah pesisir ini<br />

merupakan kantong kemiskinan. Karena luas<br />

wilayah terbatas sehingga tak mungkin swasembada<br />

pangan, saya fokus untuk menjadi<br />

penghasil benih yang membuat produksi<br />

pertanian jadi lebih unggul. Saya juga mengambil<br />

benih jagung dan lobak dari Jepang untuk<br />

dikembangkan. Di dataran tertinggi, kami<br />

bekerja sama dengan Batu, Jawa Timur, untuk<br />

menghasilkan apel dan stroberi. Juga buahbuahan<br />

lain.<br />

Sewaktu mulai memimpin, kondisi Ban-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Menemani mantan wakil<br />

presiden Jusuf Kalla saat<br />

meninjau Marina Beach Hotel<br />

Bantaeng.<br />

muhammad akSar<br />

taeng seperti apa, sih<br />

Kita punya APBD kecil sekali. Pada 2008<br />

cuma Rp 281 miliar. Itu pun lebih dari separuhnya<br />

habis untuk belanja pegawai. Setiap kali<br />

hujan, di beberapa tempat kebanjiran, tapi di<br />

musim kemarau kering tak ada air. Lalu saya<br />

prioritaskan pembangunan cekdam seluas 10<br />

hektare. Cekdam ini bukan cuma untuk menampung<br />

air, tapi juga sebagai irigasi, sumber<br />

air minum, obyek wisata. Jadi multifungsi.<br />

Sumber dana pembangunan dari mana<br />

Kan APBD terbatas….<br />

Kami memanfaatkan jaringan teman-teman<br />

pengusaha dari Jepang. Saya kan (kuliah) S-2<br />

dan S-3 di Jepang, juga memimpin perusahaan<br />

modal asing dari Jepang. Dari Toyota, misalnya,<br />

kami mendapat hibah fasilitas pemadam<br />

kebakaran, ambulans, mobil sampah. Kalau<br />

pasien sudah di atas ambulans, itu sama dengan<br />

di ruang UGD. Semua layanan emergency<br />

sudah di dalam, makanya dia tidak boleh ngebut.<br />

Sebanyak 20 dokter dan 16 perawat siap<br />

melayani. Cukup dengan menghubungi nomor<br />

113, dokter dan perawat akan datang ke rumah.<br />

Jaringan di Jepang ini kemudian saya manfaatkan<br />

juga untuk membantu teman-teman dari<br />

Gunung Kidul, Parepare, dan Jeneponto.<br />

Jadi, pada periode pertama, 2008-2013, saya<br />

prioritaskan pembangunan infrastruktur. Daerah<br />

pantai, seperti Pantai Seruni dan Pantai<br />

Marina Korong Batu, yang sebelumnya merupakan<br />

kantong kemiskinan, menjadi jamban,<br />

dan tempat pembuangan sampah terpanjang,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Kami coba membangun sistem sejak awal,<br />

bukan bersandar pada aktor. Jadi tahun<br />

pertama dan kedua itu memang berat, semua<br />

minta petunjuk bupati.<br />

muhammad akSar<br />

saya reklamasi menjadi obyek wisata pantai.<br />

Saya buatkan taman, jogging track, dan fasilitas<br />

olahraga lainnya. Pedagang di sana tidak<br />

dipungut pajak, tidak ada preman, tukang<br />

parkir juga tidak ada. Karena semua tempat<br />

bersih, pola hidup masyarakat pun mengikuti<br />

perubahan. Mereka tak lagi buang air di pantai<br />

dan jadi rajin berolahraga. Efeknya tentu saja<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

Suasana di salah satu sudut di<br />

Pantai Seruni di malam hari.<br />

foto: Facebook<br />

kesehatan membaik.<br />

Kalau para pengusaha dari Cina, bagaimana<br />

Anda membujuk mereka agar mau<br />

berinvestasi<br />

Ini promosi dari mulut ke mulut barangkali.<br />

Jadi, kami sebagai pelayan masyarakat tidak<br />

menampakkan kalau kami ini pejabat yang harus<br />

dilayani. Saya kan pengusaha, jadi tahu apa<br />

yang dibutuhkan, yakni ada kepastian hukum,<br />

kemudahan birokrasi, dan jaminan lahan. Kalau<br />

untuk mengurus usaha di daerah lain mungkin<br />

ada yang harus keluar uang banyak, di kami<br />

nol rupiah dalam tempo yang singkat.<br />

Kami coba membangun sistem sejak awal,<br />

bukan bersandar pada aktor. Jadi, tahun pertama<br />

dan kedua itu memang berat, semua minta<br />

petunjuk bupati. Tapi, masuk tahun ketiga,<br />

alhamdulillah sudah lepas. Saya pun enak, ke<br />

mana-mana bisa dilepas.<br />

Untuk menata birokrasi di awal tidak<br />

ada resistansi<br />

Pertama, tanggalkan atribut partai begitu<br />

proses pemilihan selesai. Kalau itu masih ada,<br />

tidak ada satu pun pejabat yang bisa kita pakai.<br />

Karena semuanya pendukung yang lama, jadi<br />

saya coba dengan assessment. Pada 2008, kita<br />

sudah lakukan lelang jabatan. Untuk sekda,<br />

misalnya, kita kirim ke Jatinangor. Jadi saya<br />

tanggalkan kepentingan pribadi agar tidak<br />

merusak sistem dan terjadi resistansi di manamana<br />

di dalam. ■ Tim Detik<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


interview<br />

BIODATA<br />

Nama: Prof Dr Ir H M. Nurdin Abdullah, MAgr<br />

Tempat/tanggal lahir: Parepare, 7 Februari<br />

1963<br />

Istri: Ir Hj Liestiaty F. Nurdin,<br />

MFish<br />

Anak-anak:<br />

1. Putri Fatima Nurdin, SE<br />

2. M. Syamsul Reza Nurdin<br />

3. M. Fathul Fauzi Nurdin<br />

Pendidikan:<br />

• Tamat SD, 1975<br />

• Tamat SMP, 1978<br />

• Tamat SMAN 5<br />

Makassar, 1981<br />

• S-1 Fakultas Pertanian dan Kehutanan<br />

Universitas Hasanuddin, 1986<br />

• S-2 Master of Agriculture Kyushu University,<br />

Jepang, 1991<br />

• S-3 Doctor of Agriculture Kyushu University,<br />

Jepang, 1994<br />

• Lemhannas Angkatan IV, 2010<br />

Jabatan:<br />

• Guru besar Fakultas Kehutanan Universitas<br />

Hasanuddin<br />

• Presiden Direktur PT Maruki International<br />

Indonesia<br />

• President Director of Global Seafood, Jepang<br />

• Director of Kyushu Medical Co Ltd, Jepang<br />

• Bupati Bantaeng 2008-2013 dan 2013 -<br />

sekarang<br />

Organisasi:<br />

• Ketua Persatuan Alumni Jepang-Sulawesi<br />

Selatan<br />

• Ketua Umum Masyarakat Perhutanan<br />

Indonesia Reformasi Sulawesi Selatan<br />

• Ketua Umum Persatuan Sarjana Kehutanan<br />

Sulawesi Selatan<br />

• Ketua Yayasan Maruki Makassar<br />

• Ketua Badan Majelis Jami’ah Yayasan<br />

Perguruan Islam Athirah Bukit Baruga<br />

• Ketua Umum KONI Kabupaten Bantaeng<br />

• Badan Penasihat PGRI Kabupaten Bantaeng<br />

• Ketua Bidang Pertanian Asosiasi Pemerintah<br />

Kabupaten Seluruh Indonesia<br />

(Apkasi), 2010 sampai sekarang<br />

• Koordinator Wilayah Apkasi Provinsi<br />

Sulawesi Selatan, 2010 sampai sekarang<br />

Penghargaan:<br />

• Satyalancana dari Presiden RI Bidang<br />

Pertanian, Januari 2009<br />

• Medali/Piagam Penghargaan dari Gubernur<br />

Sulawesi Selatan atas Kepedulian<br />

terhadap Wajib Belajar 12 Tahun, Maret<br />

2009<br />

• Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup<br />

Republik Indonesia, 2009, 2010, 2011,<br />

2012, dan 2013<br />

• Piagam Penghargaan Agro Inovasi 2009,<br />

Kategori Agro Inovasi Peningkatan<br />

Adopsi Teknologi, Agustus 2009<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Perang<br />

Puputan<br />

Aburizal<br />

“Pokoknya, ketika ketemu<br />

malamnya, Agung diledek.<br />

Ditanya, itu nangis benaran atau<br />

air mata buaya”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

Suara Aburizal Bakrie terdengar<br />

kian lantang di ruang rapat kantor<br />

DPP Partai Golkar di Jalan Anggrek<br />

Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat. Suara<br />

Agung Laksono yang tadinya berkali-kali membalas<br />

omongan Ketua Umum Golkar itu sudah<br />

tidak terdengar lagi.<br />

Mata Agung mulai berair, ia menangis, Jumat,<br />

18 Juli 2014, itu. Debat sengit dalam rapat pleno<br />

Partai Golkar pun berakhir. Agung duduk terdiam<br />

seperti pesakitan diapit oleh Ical, sapaan<br />

Aburizal Bakrie, dan Theo L. Sambuaga. Air<br />

matanya masih mengalir.<br />

Gelaran rapat pleno di tengah bulan puasa<br />

itu memanas. Ical menganggap Agung pembelot.<br />

Ical mau seluruh kader Partai Golkar mendukung<br />

pasangan capres-cawapres Prabowo<br />

Subianto-Hatta Rajasa. Tapi Agung dan segelintir<br />

kader malah terang-terangan mendukung<br />

pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Itu saya terbawa<br />

emosi, sehingga<br />

yang saya<br />

sampaikan itu<br />

kan dasar dari<br />

dalam hati nurani<br />

saya.<br />

Untuk menyatukan suara partainya agar<br />

menjauhi Jokowi-JK, Ical membawa segepok<br />

kliping berita media online. Isinya menyebutkan<br />

keterlibatan partai pengusung Jokowi-JK,<br />

PDIP, komunis. Agung menyanggah isi berita<br />

itu. Namun materi rapat lantas beralih. Intinya,<br />

Ical cs menganggap kader Golkar pendukung<br />

Jokowi-JK sebagai perusak masa depan partai.<br />

Dalih inilah yang dipakai Ical untuk mengancam<br />

pemecatan dan pemberian sanksi<br />

terhadap kader Partai Golkar pendukung Jokowi-Kalla,<br />

termasuk Agung. Bahkan dua kader<br />

Partai Golkar pengikut Agung, Leo Nababan<br />

dan Djasri Marin, turut kena ancaman.<br />

Kerasnya sikap Ical inilah yang membuat<br />

Agung menangis. Agung terpojok. Malamnya, ia<br />

mengadu kepada politikus senior Partai Golkar<br />

Ginandjar Kartasasmita dan anggota Dewan<br />

Pertimbangan Partai Golkar Andi Mattalatta.<br />

Mereka bertemu di Hotel Four Season, Jakarta.<br />

“Pokoknya, ketika ketemu malamnya, Agung<br />

diledekin. Ditanyain, itu nangis benaran atau air<br />

mata buaya,” lanjut Indra J. Piliang, Ketua Badan<br />

Litbang DPP Golkar.<br />

Agung mengakui rapat pleno berjalan keras.<br />

Air matanya menitik karena emosi. Ia merasa<br />

partainya sudah kehilangan kursi di parlemen,<br />

kehilangan kesempatan menjadi presiden dan<br />

wakil presiden, dan kini malah ditambah dengan<br />

pemecatan.<br />

“Itu saya terbawa emosi, sehingga yang saya<br />

sampaikan itu kan dasar dari dalam hati nurani<br />

saya,” jelas Agung saat ditemui majalah detik<br />

di sela-sela Sail Raja Ampat.<br />

Agung merasa Ical sudah kelewatan. Ia tidak<br />

mau dipaksa sedikit pun menuruti Ical, meskipun<br />

diancam dengan sanksi dan pemecatan.<br />

Agung terus bermanuver dengan bergabung<br />

bersama kader senior Golkar mendekati JK.<br />

Para senior, seperti Fahmi Idris dan Ginandjar,<br />

ingin munas Golkar digelar pada Oktober<br />

2014 ini, tepat lima tahun kepemimpinan Ical.<br />

Dalam munas tersebut para senior optimistis<br />

bisa menjungkalkan Ical dan membawa<br />

Golkar pada tradisi yang sudah biasa mereka<br />

anut: mendukung pemerintah yang berkuasa.<br />

Terlebih yang menjadi wapres adalah JK, kader<br />

Golkar sendiri.<br />

Agung berkali-kali sesumbar penyelenggaraan<br />

munas 2014 sudah ditetapkan dalam AD/<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Suasana berakhirnya rapat<br />

paripurna DPR beberapa<br />

waktu lalu. Golkar berambisi<br />

menguasai DPR dengan<br />

membersihkan kader yang<br />

membangkang.<br />

Rengga/detikcom<br />

ART. Padahal kubu Ical ingin munas tetap digelar<br />

pada 2015, sesuai rekomendasi munas VIII<br />

Partai Golkar di Riau pada 2009 lalu.<br />

Ical semakin gerah dengan sikap Agung. Tapi<br />

urusan Agung ini dapat diselesaikan dengan<br />

cepat oleh Ical. Usai menangis di rapat pleno,<br />

Agung bertemu Ical dan Ketua DPP Partai<br />

Golkar Mahyudin pada 8 Agustus 2014 lalu.<br />

Mereka membicarakan pemberian sanksi dan<br />

pemecatan kader Partai Golkar. Entah detail<br />

apa saja yang dibicarakan, namun nama Agung<br />

dan bawahannya lolos dari daftar pemecatan.<br />

Sikap Agung pun memang lantas melunak.<br />

Ia hanya mengatakan tangisnya dalam rapat<br />

pleno karena terharu dengan pidato mengenai<br />

masa depan partai. Sedangkan untuk penyelenggaraan<br />

munas Partai Golkar berikutnya, ia<br />

menyerahkannya kepada DPP Partai Golkar.<br />

“Saya tidak ingin dihadap-hadapkan karena<br />

itu berpotensi menimbulkan perpecahan,” aku<br />

Agung.<br />

Kompromi sementara Agung membuat Ical sedikit<br />

bernapas lega. Maklum, ia menggantungkan<br />

harapan besar untuk tetap duduk sebagai ketua<br />

umum partai berlambang beringin ini.<br />

Namun masalah Ical belum sepenuhnya<br />

tuntas. Ical harus bekerja keras untuk membereskan<br />

kerikil di dalam Partai Golkar. Setelah<br />

Mahkamah Konstitusi (MK) memutus menolak<br />

gugatan Prabowo-Hatta alias sama saja artinya<br />

kemenangan Jokowi-JK final dan mengikat,<br />

kasak-kusuk di Golkar kian meresahkan Ical.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Politik itu kan cair.<br />

Makanya harus<br />

duduk bersama<br />

dulu agar saling<br />

bicara.<br />

Ical sudah berkomitmen untuk tetap berada<br />

di Koalisi Merah Putih, berada di luar<br />

pemerintahan. “Apa pun keputusannya, Golkar<br />

tetap akan selalu di Koalisi Merah Putih,”<br />

tegas Ical.<br />

Dengan tetap berada di koalisi tersebut,<br />

Golkar berpeluang besar memimpin parlemen.<br />

Dengan Golkar tetap memimpin parlemen,<br />

posisi Ical pun aman.<br />

Namun kader senior yang belakangan akrab<br />

dengan Agung makin getol mendorong munas<br />

untuk digelar pada Oktober 2014. Nama-nama<br />

yang siap menggantikan Ical semakin terang disebutkan.<br />

Beberapa nama potensial yang disebut<br />

adalah Agung, Aziz Syamsuddin, Agus Gumiwang,<br />

Airlangga Hartarto, Priyo Budi Santoso,<br />

dan bahkan Mahyudin, sang loyalis Ical.<br />

Pelaksanaan munas sejatinya bergantung<br />

pada keputusan pengurus DPD I Partai Golkar.<br />

Gelaran munas Partai Golkar di tahun 2014<br />

bisa disebut munas ataupun munaslub. Jika 2/3<br />

DPD menghendaki, maka munas bisa digelar.<br />

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Sharif Cicip<br />

Sutardjo mengklaim bahwa hingga saat ini<br />

DPD I Partai Golkar masih berkomitmen dengan<br />

gelaran munas di 2015.<br />

Namun pernyataan Cicip tidak diamini<br />

sejumlah DPD I. Mereka masih membuka<br />

peluang munas dipercepat pada 2014. DPD,<br />

yang isinya tak hanya anggota parlemen<br />

tapi juga kader Golkar yang menjadi kepala<br />

daerah, punya kepentingan untuk merapat<br />

ke pemerintahan.<br />

DPD I berkumpul di Serang, Banten, pada<br />

Minggu, 24 Agustus 2014, untuk membicarakan<br />

hal ini. Namun forum pertemuan ini,<br />

yang dipimpin Ketua DPD I Partai Golkar DIY<br />

Gandung Pardiman, masih bersifat informal.<br />

Mereka bertemu untuk halalbihalal saja.<br />

“Politik itu kan cair. Makanya harus duduk<br />

bersama dulu agar saling bicara,” jelas Ketua<br />

DPD I Partai Golkar Jawa Timur Zainuddin<br />

Amali.<br />

Bila munas jadi digelar Oktober 2014, maka<br />

posisi Ical sudah pasti di ujung tanduk. Misi Ical<br />

untuk tetap berkuasa di Golkar dan kemudian<br />

menempatkan orangnya memimpin parlemen<br />

bisa sangat terjal atau bahkan menjadi tidak<br />

mungkin. Pendeknya, dalam perang penghabisan<br />

yang harus dihadapinya, Ical harus<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Prabowo-Hatta dan Ical berada<br />

dalam satu kendaraan saat<br />

peringatan kemerdekaan<br />

17 Agustus lalu di Lapangan<br />

Nusantara Polo Club (NPC),<br />

Cibinong, Bogor, Jawa Barat.<br />

Rengga/detikcom<br />

“berdarah-darah” untuk menjadi pemenang,<br />

sementara modal Ical sudah terkuras.<br />

Mereka yang namanya masuk bursa calon ketua<br />

umum yang akan menantang Ical tidak bisa<br />

dianggap enteng. Priyo memiliki basis MKGR,<br />

Agung dengan Kosgoro, dan Airlangga dan Agus<br />

Gumiwang menguasai daerah Jawa Barat. Sedangkan<br />

Mahyudin, yang dikenal sebagai loyalis<br />

Ical, menguasai komunikasi di Kalimantan Timur.<br />

Meski para kandidat punya modal masingmasing,<br />

perang penghabisan untuk Ical itu<br />

akan sangat dipengaruhi JK, selaku kader yang<br />

mampu duduk di pemerintahan. “Nanti kalau<br />

JK bilang ‘A’, ya sudah, selesai,” ujar politikus<br />

Golkar, Poempida Hidayatullah.<br />

Ical sendiri enggan bicara banyak perihal<br />

gonjang-ganjing di partainya. Hanya saja ia sudah<br />

mencatat Agung sepakat munas di tahun<br />

2015. “Pak Agung Laksono mengatakan tunduk<br />

pada keputusan DPP,” tegas Ical. ■<br />

Pasti LIBERTI MAPAPPA, BAHtiar RIFAI, MONIQue SHintami, IRWAN<br />

nugroHO, erWin DARIYANTO, ARYO BHAWONO<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Jalan Berduri Orang Ketiga<br />

Aburizal Bakrie selalu menjadi<br />

orang ketiga dalam Koalisi Merah<br />

Putih. Urutannya adalah Prabowo<br />

Subianto, Hatta Rajasa, lalu Ical—<br />

nama panggilan Aburizal.<br />

Setidaknya itulah yang dilihat Wakil Ketua<br />

Umum Partai Amanat Nasional Dradjad<br />

Wibowo saat konsolidasi menjelang pengumuman<br />

Mahkamah Konstitusi perihal sengketa<br />

pilpres di Hotel Grand Hyatt, Jakarta<br />

Pusat, pada Kamis, 21 Agustus 2014.<br />

Dradjad hadir dalam pertemuan itu. Prabowo<br />

datang pertama kali, lalu disusul beberapa<br />

menit kemudian oleh Hatta Rajasa. Keduanya<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ical, Prabowo, dan Hatta saat<br />

deklarasi Koalisi Merah Putih.<br />

Hasan/detikcom<br />

lantas melenggang ke lantai 26 hotel di kawasan<br />

Bundaran HI itu.<br />

Dradjad mendengar, mereka berdua sudah<br />

memiliki firasat kalah dalam beperkara di MK.<br />

Entah dari mana datangnya firasat ini, tapi<br />

benar.<br />

“Yang jelas, yang pertama datang Hatta dan<br />

Prabowo. Terus Ical datang belakangan,” ujarnya.<br />

Ketua Umum Partai Golkar itu datang setengah<br />

jam kemudian dan langsung menyusul ke<br />

atas. Prabowo dan Hatta mulai sibuk menyiapkan<br />

pidato penyikapan atas kekalahan. Ical pun<br />

bergabung.<br />

Setelah Prabowo dan Hatta, Ical menyusul<br />

kemudian. Dulu, sewaktu bergabung dengan<br />

Koalisi Merah Putih, Ical menempuh jalan<br />

berbelit untuk berkongsi.<br />

Saat itu Golkar gagal menjalin koalisi dengan<br />

PDI Perjuangan dan Partai Demokrat. Ical baru<br />

memberikan keputusan pada menit-menit<br />

akhir deklarasi pengusungan pasangan Prabo-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Modal besar di<br />

mana Koalisi<br />

Merah Putih<br />

ini solid, dan<br />

koalisi ini bisa<br />

mengantarkan<br />

pimpinan yang<br />

terbaik.<br />

wo-Hatta pada 18 Mei 2014. Ia baru merapat<br />

ketika Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra<br />

Prabowo Subianto dan Ketua Umum PAN Hatta<br />

Rajasa dinyatakan sebagai pasangan caprescawapres.<br />

Namun tetap saja kehadirannya dalam koalisi<br />

selalu mendapat urutan setelah Prabowo-Hatta.<br />

Padahal saat itu Partai Gerindra dan PAN<br />

sudah berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan<br />

dan Partai Keadilan Sejahtera. Tapi<br />

Ical tetap harus didahulukan daripada Ketua<br />

Umum PPP Suryadharma Ali ataupun Presiden<br />

PKS Anis Matta.<br />

Mereka menggadang-gadang Ical. Bahkan<br />

Gerindra mencetuskan lowongan jabatan<br />

Menteri Utama bagi Ical karena kursi pasangan<br />

Prabowo telah diisi Hatta.<br />

Penghargaan Prabowo ini bukan tanpa<br />

pamrih. Partai Golkar merupakan partai yang<br />

memiliki kursi DPR terbanyak di antara rekan<br />

koalisinya. Mereka antara lain Partai Gerindra<br />

(73 kursi), PPP (39 kursi), PAN (49 kursi), PKS<br />

(40 kursi), dan Partai Bulan Bintang (tidak lolos<br />

ambang batas parlemen). Partai Golkar memiliki<br />

91 kursi.<br />

Karena itu, penghargaan sebagai orang ketiga<br />

pantas disematkan pada Ical. Apalagi, setelah<br />

keluarnya putusan MK, Ical tak ingin menyerah<br />

menjadi rekan koalisi. Golkar jelas memiliki<br />

potensi menggarap Koalisi Merah Putih untuk<br />

menguasai DPR.<br />

Peluang mengisi kursi Ketua DPR terbuka karena<br />

revisi Undang-Undang Nomor 27 tentang<br />

MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) menyebutkan<br />

kedudukan Ketua DPR ditentukan lewat<br />

voting. Partai pemenang pemilu legislatif tidak<br />

otomatis mendapat jatah kursi Ketua DPR. Ical<br />

berambisi mendudukkan kader partainya di<br />

jabatan ini.<br />

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Fadel<br />

Muhammad mengakui potensi partainya. Kekuatan<br />

Golkar sangat besar di DPR. Belum lagi,<br />

kemampuan berpolitik politikus Golkar yang<br />

menembus Senayan cukup mumpuni.<br />

“Oh iya, itu modal besar sebenarnya. Modal<br />

besar di mana Koalisi Merah Putih ini solid, dan<br />

koalisi ini bisa mengantarkan pimpinan yang<br />

terbaik,” tuturnya.<br />

Sumber majalah detik menyebutkan Ical<br />

sengaja menekan kader Partai Golkar yang<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tokoh Trikarya Golkar saat<br />

menggelar jumpa pers menolak<br />

pemecatan kader Golkar oleh<br />

Ical.<br />

Agung Pambudhy/detikcom<br />

mendukung Jokowi agar jalannya mendapatkan<br />

orang tepat di kursi Ketua DPR lancar. Salah<br />

satu kader potensial yang disingkirkan Ical<br />

adalah Nusron Wahid.<br />

Nusron berhasil meraup 243.021 suara dalam<br />

pemilu legislatif 2014. Besarnya perolehan suara<br />

ini dapat menjadi pertimbangan Partai Golkar<br />

menentukan calon Ketua DPR dari partainya.<br />

Sayang, Nusron berpihak kepada Jokowi-JK dan<br />

mendapat surat pemecatan.<br />

“Nusron potensial menjadi Wakil Ketua DPR<br />

karena perolehan suaranya sewaktu pileg tertinggi<br />

di internal Partai Golkar,” ujar si sumber.<br />

Tak aneh jika Ical ngotot tetap berada dalam<br />

Koalisi Merah Putih. Ia sudah cukup loyal<br />

berkongsi selama pilpres. Walaupun calon presiden<br />

yang diusung kalah, modal ini tak boleh<br />

hangus. Ia ingin terus berkongsi di parlemen.<br />

Hanya, kini Koalisi Merah Putih mulai tercerai-berai.<br />

Setelah MK memutuskan menolak<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ribuan pendukung<br />

Prabowo-Hatta berunjuk rasa<br />

saat berlangsungnya sidang<br />

putusan gugatan pilpres di<br />

Mahkamah Konstitusi, Kamis<br />

(21/8).<br />

Agung Pambudhy/Detikcom<br />

gugatan Prabowo-Hatta, partai politik peserta<br />

Koalisi Merah Putih lainnya belum mau bersikap.<br />

Namun tanda-tanda mereka tidak solid<br />

mulai terlihat.<br />

Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuziy<br />

menganggap koalisi politik pengusungan presiden<br />

sudah selesai dengan keluarnya putusan<br />

MK. Perjuangan pemenangan Prabowo-Hatta<br />

berakhir. Majelis Syariah PPP dan organisasi<br />

sayap PPP, Gerakan Pemuda Ka’bah, menuntut<br />

pengurus DPP merapatkan barisan ke pemerintahan.<br />

Sedangkan PAN, PKS, dan Gerindra belum<br />

menentukan sikap. Tapi kabar dari kubu Jokowi-Kalla<br />

menyebutkan komunikasi intensif<br />

sudah dilakukan oleh Partai Demokrat, yang<br />

berkukuh independen selama pemilu. n<br />

Bahtiar Rifai, Pasti Liberti MaPPapa, Monique Shintami | Aryo Bhawono<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


FOKUS<br />

ODAL ICAL<br />

MENGGEDOR<br />

JOKOWI<br />

JIKA Aburizal Bakrie berhasil mempertahankan<br />

posisinya sebagai Ketua Umum Partai<br />

Golkar setidaknya hingga 2019 dan menjaga<br />

Partai Beringin tetap jadi partai oposisi, berikut<br />

ini kekuatan Ical yang bisa mengancam<br />

pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.<br />

PENGALAMAN<br />

PEMERINTAHAN<br />

BISNIS<br />

& ASET<br />

• Menteri<br />

Koordinator<br />

Perekonomian<br />

(2004-2005)<br />

• Properti, pertambangan,<br />

perkebunan, dan media<br />

• Menteri Koordinator<br />

Kesejahteraan Rakyat<br />

(2005-2009)<br />

• Terkaya ke-30 di Indonesia<br />

dengan aset Rp 10,3 triliun<br />

versi Forbes Asia 2011<br />

MEDIA<br />

MASSA<br />

• Pemilik TV One,<br />

ANTV, dan<br />

VIVA News<br />

ABURIZAL BAKRIE<br />

• (Tahun 2012-2013 tidak masuk<br />

daftar 30 orang terkaya)<br />

REKAM JEJAK POLITIK<br />

• 2009:<br />

Mengegolkan hak<br />

angket Bank Century,<br />

yang memeriksa<br />

Wakil Presiden Boediono dan Menteri<br />

Keuangan Sri Mulyani<br />

• 2011: Memblok panitia<br />

khusus pajak (perusahaan<br />

Bakrie ikut disebut dalam<br />

perkara korupsi pegawai<br />

pajak Gayus Halomoan<br />

Tambunan)<br />

DUKUNGAN<br />

PEMILIH<br />

DPR<br />

• 91 kursi DPR<br />

(terbanyak kedua setelah PDIP)<br />

• 25 dari 77<br />

daerah pemilihan<br />

anggota legislatif<br />

dimenangkan<br />

Golkar (32,47%).<br />

PEMERINTAH DAERAH<br />

• 200 dari 560 kepala<br />

daerah di seluruh Indonesia<br />

merupakan kader Golkar<br />

OKTA WIGUNA | INFOGRAFIK: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 25 - 31 AGUSTUS 2014


Fokus<br />

Kader Golkar<br />

Pro-Jokowi<br />

Dihabisi<br />

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie marah<br />

besar kepada kadernya yang ngotot mendukung<br />

Jokowi-JK. Gelombang pemecatan segera terjadi jika<br />

mereka menolak bujukan untuk rujuk dengan Ical.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Wakil Bendahara Golkar, yang<br />

juga Ketua Umum GP Ansor,<br />

Nusron Wahid (kiri), memenuhi<br />

nazar mencukur habis rambut<br />

jika Jokowi-JK menang dalam<br />

pemilihan presiden. Nusron<br />

dikeluarkan dari Golkar oleh<br />

Ketua Umum Aburizal Bakrie<br />

karena menolak mendukung<br />

Prabowo-Hatta.<br />

Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO<br />

Tamu yang dinanti Muladi di rumahnya<br />

di bilangan Mayestik, Kebayoran<br />

Baru, Jakarta Selatan, datang sekitar<br />

pukul sepuluh malam. Hari itu, Ketua<br />

Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Bidang<br />

Hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut memang<br />

memanggil juniornya di partai, Nusron<br />

Wahid.<br />

Pada awal Juni 2014 itu, Nusron jadi sorotan<br />

di Partai Beringin. Wakil Bendahara DPP Golkar<br />

itu terang-terangan membangkang perintah<br />

Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, yang<br />

menetapkan partainya menyokong pasangan<br />

Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.<br />

“Sudahlah, kamu enggak usah terlalu kelihatan,”<br />

kata Muladi. Ia meminta Nusron berbalik<br />

saja mengikuti keputusan partai.<br />

“Enggaklah, Pak, saya ini aktivis 1998. Saya<br />

dulu jadi target operasinya Prabowo,” kata<br />

Nusron. “Masak sekarang suruh dukung dia.<br />

Saya enggak bisa, mohon maaf.”<br />

Muladi membenarkan dia sengaja mendekati<br />

Nusron sebelum eskalasi perkaranya membesar<br />

di DPP Golkar. Orang-orang dekat Nusron<br />

membisikkan, upaya lobi itu bukan sekadar<br />

urusan internal partai, tapi ada kepentingan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Ketua DPP Golkar Bidang Hukum<br />

dan HAM Muladi<br />

Str<br />

buat memenangi pemilihan presiden.<br />

Menurut seorang sumber di lingkaran Nusron,<br />

Golkar berharap pengaruh Ketua Umum<br />

Gerakan Pemuda Ansor itu bisa membantu<br />

mendongkrak suara Prabowo di Jawa Tengah.<br />

Nusron meraup suara mayoritas di daerah<br />

pemilihan Jawa Tengah II, yang meliputi Kabupaten<br />

Kudus, Jepara, dan Demak.<br />

Secara tradisi, Jawa Tengah merupakan basis<br />

PDI Perjuangan. Tapi, pada pemilu legislatif<br />

2014, Golkar menang di daerah “punuk” Jawa<br />

Tengah itu. “Survei seminggu sebelum pencoblosan<br />

pilpres, elektabilitas Jokowi di sana hanya<br />

32 persen,” ujar sumber tersebut.<br />

Namun, empat hari sebelum pencoblosan,<br />

Nusron kembali ke daerah itu dan menggerakkan<br />

lagi tim suksesnya. “Elektabilitas Jokowi<br />

naik jadi 75 persen,” kata sumber mengklaim<br />

besarnya pengaruh Nusron.<br />

Selain terhadap Nusron, Muladi melobi Agus<br />

Gumiwang Kartasasmita, salah satu kader Golkar<br />

yang meraih suara terbesar di Jawa Barat.<br />

Kepada Agus, mantan Menteri Kehakiman itu<br />

juga memintanya tak berseberangan dengan<br />

Ical.<br />

Namun pendekatan Muladi itu mentok. “Mereka<br />

menganggap pendekatan itu tidak serius.<br />

Jadi, di luar, (mereka melakukan) konferensi<br />

pers keras-keras,” ujarnya.<br />

Upaya menyelesaikan friksi Partai beringin<br />

secara halus pun ikut hanyut bersama gagalnya<br />

lobi-lobi Muladi ini. DPP Golkar pun mulai<br />

mengambil tindakan keras terhadap kader yang<br />

nekat mendukung pasangan Joko Widodo-<br />

Jusuf Kalla.<br />

Sejak rapat pleno DPP Golkar pada 22 Mei<br />

2014, Ical menyatakan Partai Beringin akan<br />

mendukung Prabowo-Hatta. Kader yang<br />

membangkang bakal dicopot dari jabatannya<br />

di partai.<br />

Mereka yang dianggap mbalelo itu diperintahkan<br />

datang dalam rapat khusus DPP Golkar<br />

pada 19 Juni 2014 di Jalan Anggrek Neli Murni<br />

XI-A, Jakarta Barat. Sebagian datang buat<br />

membantah tudingan, tapi ada juga yang ogah<br />

memenuhi undangan seperti Nusron.<br />

Nusron menyebutkan sudah memberi klarifikasi<br />

lewat surat atas surat teguran yang dibuat<br />

DPP Golkar pada 2 Juni 2014. Saat mendukung<br />

Jokowi-JK, ia mengatakan sebagai pemimpin<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Ical ketika menerima Prabowo<br />

di rumahnya, Jalan Ki<br />

Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta<br />

Pusat, April lalu. Ical mengancam<br />

akan memecat kader yang tak<br />

mendukung Prabowo-Hatta pada<br />

pemilihan presiden 2014.<br />

Hasan/detikcom<br />

GP Ansor, bukan kader Golkar.<br />

Lagi pula ia merasa sanksi dicopot dari<br />

jabatan di partai tak terlalu berat. “Saya wakil<br />

bendahara umum, meski enggak pernah tahu<br />

duitnya,” kata Nusron. “Kalau saya dipecat dari<br />

pengurus, ya pecat, deh, istilahnya begitu.”<br />

Karena itu pula, ia memilih absen saat diminta<br />

datang ke rapat khusus DPP Golkar tersebut.<br />

Nusron memilih menghadiri pengajian di sebuah<br />

pondok pesantren di Kudus, yang sudah<br />

dijadwalkan dua bulan sebelumnya.<br />

Hasil rapat khusus itu ternyata malah bikin<br />

Ical berang. “Pak Ical marah,” kata Muladi. “Dipanggil<br />

rapat khusus sudah, tapi setelah itu di<br />

luar masih berteriak keras lagi dan itu membuat<br />

Ketua Umum kesal sekali.”<br />

Lima hari setelah rapat khusus itu, Ical<br />

menerbitkan surat pemecatan gelombang<br />

pertama. Ia memberhentikan Nusron Wahid,<br />

Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Poempida<br />

Hidayatullah.<br />

Dalam surat pemecatan, Ical menilai pernyataan<br />

mereka di berbagai media cenderung<br />

menyerang dan memprotes keputusan partai.<br />

“Hal tersebut sangat merugikan perjuangan<br />

Partai Golkar,” tulis Ical.<br />

Agus Gumiwang kaget dipecat dari Golkar.<br />

Ia merasa tak bersalah karena memilih mendukung<br />

Kalla, satu-satunya kader Golkar dalam<br />

pemilihan presiden. Apalagi sebelumnya ia<br />

menyurati Ical dan menyatakan berhenti atau<br />

setidaknya nonaktif dari jabatan Ketua DPP<br />

Bidang Hubungan Luar Negeri dan Pertahanan<br />

Keamanan.<br />

Agus juga menemui Wakil Ketua Umum<br />

Theo L. Sambuaga dan Muladi pada 16 Juni<br />

2014 buat menjelaskan penolakannya mendukung<br />

Prabowo. “Dari raut mukanya, saya lihat<br />

mereka kecewa,” ujarnya.<br />

Namun, saat Agus pulang, Theo memberinya<br />

surat yang menyatakan partai menerima<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Saya bisa jamin<br />

100 persen, semua<br />

larangan itu saya<br />

patuhi.<br />

Agus Gumiwang<br />

Lamhot/detikcom<br />

pengunduran diri. Tak ada keberatan buat Agus<br />

membantu Kalla asalkan dukungan itu bersifat<br />

pribadi, tanpa membawa embel-embel Golkar,<br />

dan tak mengajak kader lain. Jika melanggar,<br />

Agus akan dipecat dari partai.<br />

“Ini surat dari DPP yang paling bagus, yang<br />

paling demokratis,” ujarnya. “Saya bisa jamin<br />

100 persen, semua larangan itu saya patuhi.”<br />

Karena itu, Agus kaget, hanya delapan hari<br />

setelahnya, ia juga ditendang dari partai. Padahal,<br />

kata dia, sebelumnya, sanksi terberat dari<br />

tidak mendukung Prabowo hanyalah dipecat<br />

dari kepengurusan.<br />

Poempida lebih terperanjat lagi karena ia<br />

malah tak pernah ditegur secara lisan ataupun<br />

lewat surat. “Harusnya tetap dong saya diajak<br />

bicara dulu,” kata anggota DPR dari Golkar ini.<br />

“Tiba-tiba jebret aja dipecat.”<br />

Padahal Poempida mengaku beberapa kali<br />

bertemu dengan Ketua DPP Bidang Organisasi<br />

Mahyudin, yang juga jadi anggota mahkamah<br />

partai. Tapi Mahyudin tak pernah memberi<br />

tahu apa-apa soal rencana pemecatannya.<br />

Poempida mengatakan, sejak lama ia menyatakan<br />

diri sebagai bagian dari faksi Kalla di<br />

Golkar. Ia juga pernah ditegur seorang pejabat<br />

teras Golkar karena menagih janji kemenangan<br />

Ical dalam musyawarah nasional 2009, yakni<br />

membangun kantor partai setinggi 30 lantai<br />

dan menyediakan dana abadi partai sebesar Rp<br />

1 triliun.<br />

Kini ketiganya memakai jasa firma hukum<br />

Lubis Santosa & Maramis buat menggugat<br />

keabsahan surat pemecatan dari Ical. Mereka<br />

menilai pemecatan yang tertuang dalam surat<br />

yang dibuat di kantor advokat Todung Mulya<br />

Lubis itu menyalahi aturan partai.<br />

Semestinya, kata Poempida, pemecatan didahului<br />

dua kali surat peringatan dan ada pemberhentian<br />

sementara. Nusron hanya diberi<br />

satu kali surat peringatan. Agus dan Poempida<br />

sama sekali tak disurati.<br />

Poempida juga berargumen, rapat khusus<br />

DPP Golkar tidak berhak menaikkan sanksi<br />

pemecatan dari kepengurusan menjadi pemberhentian<br />

dari partai. Akan halnya kesalahan<br />

mendukung Jokowi-JK, menurut dia, Rapat<br />

Pimpinan Nasional VI 2014 Golkar tak pernah<br />

menyebutkan bahwa kader Golkar harus mendukung<br />

Prabowo.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

(Dari kiri ke kanan)<br />

Poempida Hidayatullah,<br />

Nusron Wahid, dan Agus<br />

Gumiwang Kartasasmita.<br />

Ketiganya menilai surat<br />

keputusan pemecatan<br />

yang dikeluarkan Ical cacat<br />

prosedur dan berencana<br />

menggugatnya Rp 1 triliun.<br />

lamhot /detikcom<br />

Rapimnas VI memang hanya menetapkan<br />

Ical sebagai calon presiden atau wakil presiden.<br />

Juga memberi mandat penuh kepada Ketua<br />

Umum buat menentukan koalisi demi pencalonannya<br />

itu.<br />

Muladi menyatakan semua prosedur pemecatan<br />

sudah benar dan surat peringatan tak<br />

mutlak diperlukan buat kader yang dianggap<br />

menentang kebijakan partai. “Kalau kerusakannya<br />

dianggap permanen, pelanggarannya<br />

terlalu besar, itu tidak perlu peringatan,” ujarnya.<br />

Keputusan pemecatan dalam rapat khusus<br />

DPP yang diprotes Poempida itu nantinya akan<br />

dibawa ke forum lebih tinggi, yakni rapat pleno<br />

DPP. Poempida dan kawan-kawan, kata Muladi,<br />

bisa menyanggah keputusan itu di mahkamah<br />

partai dalam jangka waktu 60 hari. Kalau tidak,<br />

mereka dianggap menerimanya.<br />

Jika tak puas di mahkamah, Muladi menyarankan,<br />

mereka berjuang di forum tertinggi<br />

partai, yakni musyawarah nasional. Jika aspirasi<br />

mereka tak diterima di munas, langkah terakhir<br />

adalah beperkara ke pengadilan.<br />

Namun Poempida melihat upaya ke mahkamah<br />

partai tak akan banyak mengubah status<br />

pemecatan. Mahkamah partai, yang menurut<br />

dia tak dikenal dalam aturan Golkar, pastilah<br />

tak independen.<br />

Pasalnya, selain Muladi dan Mahyudin,<br />

anggota mahkamah adalah Sekretaris Jenderal<br />

Idrus Marham, yang loyal kepada Ical. “Jika<br />

saya berselisih dengan DPP, orang mahkamah<br />

seharusnya ya bukan dari DPP,” kata Poempida.<br />

Yang bikin Nusron dan Agus makin kaget,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Pengurus organisasi sayap<br />

Golkar, AMPI dan BMK 1957,<br />

setelah menyatakan sikap<br />

penolakan atas pemecatan<br />

Agung Laksono dari<br />

kepengurusan Partai Golkar,<br />

Jakarta, Minggu (10/8). DPP<br />

Golkar tengah memproses<br />

pemecatan kader-kader yang<br />

melawan Ical.<br />

Yudhi Mahatma/ANTARA FOTO<br />

Komisi Pemilihan Umum menyatakan pada 13<br />

Agustus 2014 telah menerima surat permintaan<br />

penggantian mereka sebagai anggota DPR<br />

terpilih. Padahal, menurut keduanya, tanggal<br />

itu belum 60 hari sejak ketetapan pemecatan<br />

pada 24 Juni 2014.<br />

Komisioner KPU, Sigit Pamungkas, mengatakan<br />

hingga saat ini pihaknya masih mempelajari<br />

permintaan penggantian itu dan keberatannya.<br />

Aturan yang ada, kata Sigit, penggantian bisa<br />

dilakukan dengan batas waktu tiga hari sebelum<br />

pelantikan anggota DPR pada 1 Oktober<br />

2014.<br />

Namun Mahyudin menyatakan masa menggugat<br />

ke mahkamah partai oleh Nusron dan<br />

Agus sudah kedaluwarsa karena telah lewat 60<br />

hari. “Mereka enggak gunakan, ya sudah, kami<br />

ajukan ke KPU untuk penggantian.”<br />

Merujuk pada tanggal pemecatan, semestinya<br />

batas kedaluwarsa itu 24 Agustus 2014.<br />

“Saya ndak tahu hitungan mereka, saya rasa hitungan<br />

kami sudah benar, deh,” kata Mahyudin.<br />

Mahyudin enggan berdebat dan menyuruh<br />

Nusron serta Agus ke pengadilan jika merasa<br />

keberatan atas keputusan penggantian dari<br />

DPP Gokar itu. “Kalau salah, silakan diuji secara<br />

hukum,” ujarnya. “Kalau DPP kalah, kita kembalikan.<br />

Kalau DPP menang, ya, selamat tinggal.”<br />

Nusron mengatakan, berdasarkan Undang-<br />

Undang Partai Politik, dia hanya bisa diganti jika<br />

meninggal, mengundurkan diri, pindah partai,<br />

atau melanggar aturan partai. Soal melanggar<br />

ketentuan partai, kata dia, itu masih menjadi<br />

sengketa dan ia berencana menggugat ke<br />

pengadilan.<br />

Agus Gumiwang menyatakan rentetan<br />

pemecatan dan surat pembatalan anggota<br />

DPR itu akan dibalasnya dengan menggugat<br />

beberapa pejabat teras Golkar yang dianggapnya<br />

menyebar kebohongan dan mencemarkan<br />

namanya. Ia berencana meminta ganti rugi Rp<br />

1 triliun, yang jika menang akan disumbangkan<br />

kepada korban semburan lumpur Lapindo,<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Fokus<br />

Harusnya Pak<br />

JK juga dipecat,<br />

dong. Wong<br />

Pak JK malah<br />

mencalonkan<br />

(wapres).<br />

Nusron Wahid<br />

Lamhot/detikcom<br />

perusahaan milik Keluarga Bakrie.<br />

Kalla mendukung langkah hukum Agus dan<br />

Nusron itu. “Nusron dan Agus lebih memilih<br />

berpihak kepada mantan ketua daripada orang<br />

lain,” ujarnya.<br />

Namun Ical menganggap sepi gugatan itu.<br />

“Biarin saja, itu cuma pekerjaan rumah, jadi<br />

enggak apa-apa,” kata Ical.<br />

Sikap Ical itu dipandang anggota DPR dari<br />

Fraksi Golkar, Tubagus Ace Hasan Syadzily,<br />

sebagai tanda penjatuhan sanksi seperti yang<br />

diterima Nusron dan kawan-kawan masih jauh<br />

dari berhenti. Menurut dia, ada belasan orang<br />

yang sebelumnya dipanggil ke rapat khusus<br />

DPP Golkar dan sembilan orang terancam<br />

dipecat.<br />

Ace termasuk yang dimintai keterangan<br />

oleh DPP Golkar karena menggelar konferensi<br />

pers “Beringin Muda” di Rumah Makan<br />

Sari Kuring, Jakarta Pusat, pada 20 Mei 2014,<br />

yang mempertanyakan keputusan partai<br />

mendukung Prabowo. Selain Ace, ada Ketua<br />

Badan Pemenangan Pemilu Andi Harianto<br />

Sinulingga, Ketua Bidang Kaderisasi Hasanuddin,<br />

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan<br />

Indra J. Piliang, Ibnu Munzir, serta Ali<br />

Wongso.<br />

Mahyudin mengatakan pengurus pusat juga<br />

sudah mencopot Ketua DPD Golkar Sulawesi<br />

Barat Anwar Adnan Saleh karena beberapa kali<br />

tampak bersama tim sukses Jokowi-JK. Ketua<br />

DPD II Golkar Tarakan Udin Hianggio juga diberhentikan<br />

dari jabatannya dan dalam proses<br />

pemecatan.<br />

Menurut Mahyudin, susunan pengurus DPP<br />

juga akan dikocok ulang buat membersihkan<br />

partai dari kader yang ditengarai mendukung<br />

Jokowi-JK. Dia menyebut Indra J. Piliang dan<br />

Yorrys Raweyai termasuk yang bakal dicoret.<br />

“Ya, dalam waktu dekat, yang lain-lain itu akan<br />

kami reshuffle,” kata Mahyudin.<br />

Namun, menurut Nusron Wahid, semua<br />

pencopotan dan pemecatan karena menyokong<br />

Jokowi-JK itu pada dasarnya tak masuk<br />

akal. “Kalau saya mendukung Pak JK dipecat,<br />

harusnya Pak JK juga dipecat, dong,” ujarnya.<br />

“Wong Pak JK malah mencalonkan (wapres).”<br />

■ Irwan Nugroho, Monique Shintami, Bahtiar Rifai | Okta Wiguna<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Mimpi ingkari<br />

tradisi<br />

“Kepemimpinan Ical boleh dikatakan melemah.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Mantan Presiden Abdurrahman<br />

Wahid (tengah).<br />

Paula Bronstein/Getty Images<br />

Partai Golkar sedang gamang.<br />

Selama ini Golkar lebih dikenal<br />

dengan tradisinya berada dalam pemerintahan.<br />

Kini sang ketua umum,<br />

Aburizal Bakrie, ingin Partai Beringin menjadi<br />

oposisi, di luar pemerintahan.<br />

Golkar sebenarnya bukan sama sekali bersih<br />

dari sejarah oposisi. Partai ini bahkan punya<br />

cerita sukses saat memilih melawan pemerintahan.<br />

Laku oposisi Golkar terjadi saat pemerintahan<br />

dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid.<br />

Kalau ditanya partai apa yang punya peran besar<br />

dalam penjatuhan Gus Dur, Partai Golkar<br />

mungkin jawabannya.<br />

Golkar-lah yang pertama kali mendorong<br />

penggunaan hak interpelasi setelah dipecatnya<br />

beberapa menteri oleh Gus Dur. Menteri yang<br />

dipecat itu termasuk dari Partai Beringin, yakni<br />

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Jusuf<br />

Kalla (JK).<br />

Berikutnya, anggota Fraksi Partai Golkar di<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Akbar Tandjung dalam sebuah<br />

jumpa pers di Jakarta Selatan,<br />

Minggu (13/4).<br />

Pambudhy/Detikcom<br />

Dewan Perwakilan Rakyat memprakarsai pembentukan<br />

panitia khusus (pansus) untuk menyelidiki<br />

skandal “Buloggate” dan “Bruneigate”,<br />

yang diduga melibatkan Gus Dur. Dari pansus<br />

itu, terbit memorandum I dan memorandum II<br />

kepada Presiden.<br />

Golkar makin intensif menghimpun kekuatan<br />

partai lain saat kedua memorandum itu<br />

tak dipedulikan oleh Gus Dur. Gus Dur pun<br />

membalas dengan menerbitkan dekrit presiden<br />

pada 23 Juli 2001, yang berisi pembekuan<br />

Majelis Permusyawaratan Rakyat dan DPR.<br />

Ketua DPR, yang juga Ketua Umum Golkar<br />

saat itu, Akbar Tandjung, lalu meminta MPR<br />

menggelar sidang istimewa secepatnya. Ia juga<br />

mengirim surat kepada Mahkamah Agung terkait<br />

dekrit itu. Fatwa MA itulah yang akhirnya<br />

dipakai sebagai landasan memakzulkan Gus<br />

Dur.<br />

Seperti dikisahkan Akbar dalam bukunya,<br />

The Golkar Way, saat itu Golkar juga menggelar<br />

rapat pimpinan di lingkup internalnya.<br />

Sebab, Golkar juga mendapat tekanan politik<br />

tersendiri, seperti pembakaran beberapa kantor<br />

Golkar di Jawa Timur.<br />

Ical kukuh bersekutu dengan<br />

Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa serta memposisikan<br />

Golkar di luar pemerintahan<br />

Jokowi-JK.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ical (kanan) saat deklarasi<br />

Koalisi Merah Putih di Tugu<br />

Proklamasi, Jakarta (14/7).<br />

Hasan/detikcom<br />

Rapim IV tersebut menyimpulkan kinerja<br />

pemerintahan Gus Dur tidak memuaskan dan<br />

gagal membawa Indonesia keluar dari multikrisis.<br />

Dalam rapim itu juga untuk pertama kalinya<br />

menyeruak wacana Golkar menjadi oposisi,<br />

meninggalkan kebiasaannya puluhan tahun<br />

menjadi pendukung utama pemerintahan<br />

semasa Orde Baru. Akbar menyebut Soeharto<br />

sudah menjadi patron Golkar. Pada zaman Habibie,<br />

Golkar masih menjadi pendukung setia<br />

pemerintahan.<br />

Maka tidak aneh jika perdebatan antara pendukung<br />

pemerintah dan oposisi Golkar dalam<br />

munas berlangsung sengit. Namun, sampai<br />

munas berakhir, tidak tercapai kesepakatan<br />

Golkar menjadi partai oposisi, meskipun faktanya<br />

Golkar berada di luar pemerintahan.<br />

Niat Golkar menjadi partai di luar pemerintahan<br />

itu pun mengemuka kembali pascapilpres<br />

2014. Ical—sapaan Akrab Aburizal—menolak<br />

keinginan sejumlah elite Golkar untuk mengalihkan<br />

dukungan kepada presiden-wapres<br />

terpilih, Joko Widodo-JK.<br />

Ical kukuh bersekutu dengan Prabowo Subianto-Hatta<br />

Rajasa serta memposisikan Golkar<br />

di luar pemerintahan Jokowi-JK. Pendukung Ical<br />

ini termasuk Akbar, yang kini menjadi Ketua<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

ical bersama SBY di Istana<br />

Negara<br />

abror/rumgapres<br />

Dewan Pertimbangan Partai Golkar.<br />

Menurut Ical, meski berada di luar pemerintahan,<br />

bukan berarti Golkar akan terus mengambil<br />

sikap berseberangan dengan pemerintah.<br />

Golkar tetap menginginkan penguatan sistem<br />

presidensial. Kalau ada program pemerintah<br />

yang bagus, Golkar akan mendukungnya.<br />

Namun Golkar akan menolak bila pemerintah<br />

membuat kebijakan yang bertentangan dengan<br />

sikap Golkar. Sebagai contoh Tap MPR tentang<br />

larangan ajaran komunisme, yang konon akan<br />

dicabut oleh Jokowi. “Koalisi Merah Putih akan<br />

menolak,” ucap Ical. Kubu Jokowi-JK sudah<br />

menegaskan isu pencabutan Tap MPR itu tidak<br />

benar.<br />

Akbar menambahkan, Golkar harus siap berada<br />

dalam posisi apa pun. Golkar sudah meninggalkan<br />

paradigma lama, yakni keharusan<br />

menyatu dengan pemerintahan yang sedang<br />

berkuasa. “Dua fungsi bisa dilakukan dalam<br />

konteks Golkar,” katanya.<br />

Sikap Ical itu sebetulnya tecermin ketika<br />

Golkar menjadi anggota koalisi pemerintahan<br />

Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Dalam<br />

beberapa hal, Golkar berseberangan dengan<br />

JK bisa memainkan kembali<br />

perannya dalam pemilihan<br />

Ketua Umum Golkar.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Wakil Presiden terpilih Jusuf<br />

Kalla saat menerima dukungan<br />

dari personel Slank, Bunda Ifet,<br />

dan Budayawan Jajang C. Noer<br />

di Kediaman Jusuf Kalla, Jakarta,<br />

Senin (2/6).<br />

Agung Pambudhy/Detikcom.<br />

pemerintah. Banyak pengamat waktu itu menyatakan<br />

Golkar telah menyandera pemerintahan<br />

yang didukungnya.<br />

Dua contoh paling jelas adalah dukungan<br />

Golkar terhadap pembentukan pansus untuk<br />

mengusut pengucuran bailout kepada Bank<br />

Century sebesar Rp 6,7 triliun dan penolakan<br />

Golkar atas rencana kenaikan harga bahan<br />

bakar minyak pada 2012.<br />

Adanya perseteruan di dalam koalisi itu memunculkan<br />

ide pembentukan Setgab Koalisi<br />

yang diketuai oleh Ical. Di laman pribadinya,<br />

Ical menjelaskan, dengan format seperti itu,<br />

partai koalisi sudah tahu dari awal tentang<br />

rencana kebijakan pemerintah dan ikut memberikan<br />

masukan. Mitra koalisi tidak sekadar<br />

menjalankan kebijakan pemerintah tanpa tahu<br />

manfaatnya.<br />

Lalu bagaimana rencana Ical membentuk<br />

partai oposisi di pemerintahan mendatang<br />

Pengamat politik Poltracking Institute, Hanta<br />

Yudha, memprediksi kemungkinan besar upaya<br />

Ical itu tidak akan berhasil. Sebab, sebentar<br />

lagi Golkar akan melangsungkan munas untuk<br />

mengganti ketua umum.<br />

Memang Ical masih punya modal untuk<br />

mempertahankan kekuasaan di Golkar. Namun<br />

kansnya terpilih lagi agaknya kecil. Di bawah<br />

Ical, target perolehan Golkar menurun, gagal<br />

maju sebagai capres/cawapres, dan calon yang<br />

didukung keok. “Kepemimpinan Ical boleh<br />

dikatakan melemah,” ucapnya.<br />

Hanta mengatakan kemungkinan besar po-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Wakil Ketua Umum Partai<br />

Golkar Agung Laksono saat<br />

berorasi politik di depan ribuan<br />

simpatisan dan kader Golkar di<br />

Lapangan Baron, Nganjuk, Jawa<br />

Timur, Kamis (27/3).<br />

Rudi Mulya/ANTARA<br />

litik internal Golkar pada 2004 terulang pada<br />

tahun ini. Pada saat itu, JK, yang sukses menjadi<br />

wakil presiden mendampingi Susilo Bambang<br />

Yudhoyono, merebut tampuk kekuasaan Golkar<br />

dari Akbar lewat munaslub.<br />

Di tangan JK, Golkar berbalik menjadi partai<br />

pendukung pemerintahan. Padahal, menghadapi<br />

Pemilu 2004, Golkar telah merancang<br />

Koalisi Kebangsaan, di antaranya bersama PDI<br />

Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan.<br />

Koalisi Kebangsaan mengusung Megawati<br />

Soekarnoputri-Hasyim Muzadi. Masih dalam<br />

bukunya, Akbar mengatakan, koalisi itu tetap<br />

akan solid walaupun Mega-Hasyim kalah.<br />

Koalisi akan membangun kekuatan oposisi di<br />

parlemen.<br />

Nyatanya, koalisi itu bubar jalan akibat manuver<br />

politik JK. Ditambahkan Hanta, JK bisa<br />

memainkan kembali perannya dalam pemilihan<br />

Ketua Umum Golkar, yang akan digelar dalam<br />

waktu dekat. Kalau berhasil, JK akan kembali<br />

sukses untuk kedua kalinya dalam menentukan<br />

arah angin Golkar.<br />

“Jadi Golkar akan sangat mungkin bergabung<br />

dengan pemerintah,” ujarnya.<br />

Agung Laksono, yang digadang-gadang menjadi<br />

kandidat Ketua Umum Golkar, memastikan<br />

hal itu. Agung, yang dekat dengan JK, akan<br />

membawa Golkar ke kubu pemerintah jika duduk<br />

sebagai ketua umum. “Kalau memang mau<br />

ikut serta membangun negara, saya kira lebih<br />

baik berada sama-sama dalam pemerintah,”<br />

katanya. n Pasti Liberti, Monique Shintami, Bahtiar Rifai | Irwan<br />

Nugroho<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Terjerat<br />

Utang,<br />

Melego<br />

Aset<br />

Induk usaha Bakrie<br />

terjerat utang triliunan<br />

rupiah. Taktik gali lubang<br />

tutup lubang dan melego<br />

aset dipakai.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Papan nama Bank Credit Suisse<br />

di sebuah kantor cabangnya.<br />

Bank swasta tersebut sekarang<br />

memegang 21,6 persen saham<br />

Bakrie & Brothers sebagai<br />

agunan.<br />

REUTERS/Arnd Wiegmann<br />

SAAT posisinya sebagai pemuncak<br />

Partai Golkar dipertanyakan sejumlah<br />

kader partai, Aburizal Bakrie juga<br />

tidak terlalu beruntung dalam bisnis,<br />

terutama dalam lima tahun terakhir. Sejak krisis<br />

global 2008, perusahaan yang menjadi induk<br />

bisnis Keluarga Bakrie, yakni Bakrie & Brothers,<br />

kepayahan menjaga asetnya.<br />

Mereka terjerat utang, dan sederet perusahaan<br />

besar di bawah Grup Bakrie dilepas.<br />

Padahal, sampai 2009, kinerja perusahaan<br />

Grup Bakrie sangat moncer. Saham tujuh perusahaan<br />

mereka menjadi rebutan di bursa dan<br />

dijuluki Bakrie Seven. Saham Bumi Resources,<br />

misalnya, sempat disebut “saham sejuta umat”<br />

karena banyaknya investor Bursa Efek Indonesia<br />

yang memegangnya.<br />

Tapi, setelah 2009, keadaan berbalik. PT Bakrie<br />

& Brothers mengalami kesulitan, terutama<br />

karena terjerat utang yang bertumpuk dan seringnya<br />

menggunakan sistem gali lubang tutup<br />

lubang.<br />

Grup Bakrie kadang keteteran membayar<br />

utang. Berita terakhir, salah satu anak usaha andalan<br />

mereka, Bumi Resources, gagal melunasi<br />

surat utang yang jatuh tempo pada 5 Agustus<br />

sebesar US$ 375 juta (sekitar Rp 4,4 triliun).<br />

Akhirnya, Jumat, 22 Agustus lalu, Bumi Resources<br />

menyatakan mendapat kesepakatan<br />

dengan para pemegang obligasi untuk mengundurkan<br />

jatuh tempo pada 2018. “Ini dilakukan<br />

untuk menurunkan beban utang,” kata Presiden<br />

Direktur Bumi Resources Ari Hudaya dalam<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Aburizal Bakrie<br />

ANTARA FOTO/Andika Wahyu<br />

pernyataan kepada Bursa Efek Indonesia.<br />

Utang paling mencolok adalah kepada Credit<br />

Suisse cabang Singapura. Laporan-laporan<br />

keuangan dan tahunan Bakrie menyebutkan<br />

kreditor ini sekarang memegang 21,6 persen<br />

saham Bakrie & Brothers sebagai agunan.<br />

Awal utang Bakrie & Brothers (dan perusahaan<br />

Bakrie lain, yakni Long Haul) kepada<br />

Credit Suisse terjadi pada 2010 sebesar US$<br />

240 juta (sekitar Rp 2,3 triliun) dan tahun berikutnya<br />

ditambah menjadi US$ 597 juta (sekitar<br />

Rp 6 triliun). Tujuan berutang Untuk menutup<br />

utang-utang yang lain.<br />

Pada akhir 2013, kredit ke Credit Suisse<br />

tinggal Rp 2,4 triliun. Tapi, dalam laporan keuangan<br />

kuartal pertama 2014, Bakrie menyatakan<br />

utang kepada Credit Suisse di bawah Rp<br />

1 triliun karena sebagian dilunasi pada Maret.<br />

Dana pelunasan itu didapatkan<br />

dari pinjaman<br />

kepada perusahaan<br />

lain lagi, yakni Conic<br />

Investments Ltd.<br />

Cara lain mengatasi<br />

utang, selain<br />

gali lubang tutup lubang, adalah melepas anak<br />

usaha. Saat utang kepada Credit Suisse jatuh<br />

tempo pada Oktober 2011, Bakrie membayarnya<br />

dengan menjual separuh saham Bumi Plc<br />

kepada Samin Tan seharga US$ 1 miliar (Rp 10<br />

triliun), meski kemudian pada awal 2012 Bakrie<br />

& Brothers berutang lagi kepada Credit Suisse<br />

sebesar US$ 193,9 juta (sekitar Rp 2 triliun).<br />

Langkah lain adalah menjual aset besar,<br />

seperti jalan tol. Dari enam ruas yang dimiliki,<br />

tinggal ruas tol Cimanggis-Cibitung yang masih<br />

dipunyai Bakrie. Sisanya, termasuk ruas Kanci-<br />

Pejagan yang sudah beroperasi, dilego kepada<br />

Hary Tanoesoedibjo. Bahkan lahan untuk kawasan<br />

wisata di Lido, Jawa Barat, masuk paket<br />

yang dilepas kepada bos Grup MNC ini.<br />

Dari penjualan jalan tol pada akhir 2012 itu,<br />

Grup Bakrie mendapatkan Rp 2,1 triliun. Direktur<br />

Utama Bakrieland Ambono Janurianto saat<br />

itu mengatakan seluruh hasil penjualan akan<br />

dipakai untuk membayar utang, baik utang dari<br />

proyek tol ini sendiri maupun utang sindikasi.<br />

Penjualan saham bernilai triliun rupiah itu di<br />

luar sejumlah pelepasan sebagian atau seluruh<br />

saham anak usahanya, yang nilainya puluhan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Jalan Tol Kanci-Pejagan milik<br />

Bakrie<br />

dok. detikfinance<br />

atau ratusan miliar rupiah. Pelepasan saham<br />

seperti ini terjadi saat Bakrie International<br />

Energy menjual saham di Bakrie Petroleum<br />

International Pte Ltd kepada Altex Investment<br />

sebanyak 10 persen pada 2012.<br />

Demikian pula saat Bakrie & Brothers menjual<br />

seluruh saham PT Jibuhin Bakrie Indonesia<br />

kepada Jidosha Buhin Kogyo Co Ltd. Mereka<br />

juga tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas<br />

di Bakrie Telecom setelah pada akhir 2011<br />

melepas sebagian saham ke Mount Charlotte<br />

Holding Ltd.<br />

Nasib sama dialami Bakrie Sumatera Plantations.<br />

Bakrie menjual sebagian saham kepada<br />

Piper Price and Company Ltd, sehingga sahamnya<br />

tinggal 29,8 persen. Bakrie tidak lagi memasukkannya<br />

dalam laporan konsolidasi, tapi<br />

masuk daftar saham yang tersedia untuk dijual.<br />

n Nur Khoiri<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ketua DPP Golkar Mahyudin:<br />

Masih Banyak<br />

yang Akan<br />

Dipecat<br />

“Mereka ngomong duluan, 'silakan<br />

pecat, aku rapopo.' Sekarang dipecat<br />

kok malah ribut.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Kalau mau<br />

menggugat Rp<br />

1 triliun silakan<br />

saja.<br />

dok. pribadi<br />

Partai Golkar kini gonjang-ganjing.<br />

Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal<br />

Bakrie ingin partainya tetap bersatu dalam<br />

Koalisi Merah Putih untuk berada di luar<br />

pemerintahan alias oposisi setelah Mahkamah Konstitusi<br />

menolak gugatan calon presiden dan calon<br />

wakil presiden yang mereka usung, Prabowo-Hatta.<br />

Dengan tetap solid dalam koalisi, posisi Ical akan<br />

aman. Golkar pun berpeluang besar memimpin<br />

parlemen. Namun misi Ical—panggilan akrab Aburizal—mendapat<br />

perlawanan.<br />

Ical pun memecati kader yang mendukung<br />

Jokowi-Jusuf Kalla dalam pemilu presiden 2014<br />

untuk mengamankan misinya. Tiga kader yang<br />

dipecat Ical, yakni Nusron Wahid, Agus Gumiwang<br />

Kartasasmita, dan Poempida Hidayatullah,<br />

justru menggugat Ketua Umum Golkar itu<br />

senilai Rp 1 triliun ke pengadilan.<br />

“Kalau mau menggugat Rp 1 triliun silakan<br />

saja,” ujar Ketua Bidang Organisasi DPP Partai<br />

Golkar Mahyudin. Mahyudin merupakan pendukung<br />

setia Ical. Namanya masuk dalam bursa<br />

ketua umum Golkar. Namun ia memastikan<br />

tidak akan maju menjadi calon tanpa restu Ical.<br />

Mahyudin memastikan, bukan hanya Nusron<br />

cs, tapi kader yang tidak loyal terhadap Ical juga<br />

akan ditendang dari partai beringin itu. “Masih<br />

banyak,” ujarnya.<br />

Berikut ini wawancara Bahtiar Rifai dengan<br />

Mahyudin.<br />

Golkar memecat tiga kader, Nusron<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Deklarasi koalisi permanen yang<br />

digagas oleh partai pengusung<br />

Prabowo-Hatta, termasuk Partai<br />

Golkar, di Jakarta, 14 Juli lalu.<br />

Hasan/detikcom<br />

Wahid, Agus Gumiwang, dan Poempida<br />

Hidayatullah, yang mendukung Jokowi-JK.<br />

Bagaimana prosedur pemecatan mereka<br />

Semua sudah sesuai mekanisme. Masalahnya<br />

di mana sekarang<br />

Apa alasan pemecatan tiga orang itu<br />

Alasan utamanya, mereka melawan keputusan<br />

rapimnas. Itu sudah pasti. Rapimnas<br />

memerintahkan supaya ARB (Aburizal Bakrie)<br />

menjadi presiden dan wakil presiden dan<br />

melakukan langkah koalisi. Kalau Anda beda<br />

pendapat, Anda boleh debat di rapimnas. Tapi,<br />

ketika sudah diputuskan pendapat di rapimnas,<br />

harus sama.<br />

Jadi, siapa yang mendukung lain, artinya<br />

itu melawan keputusan rapimnas. Nah, ARB<br />

memutuskan untuk mencanangkan Prabowo-<br />

Hatta, sedangkan mereka deklarasi mendukung<br />

Jokowi-JK, ya itu melanggar. Pernah tidak DPP<br />

mengancam yang mau ke sana (Jokowi-JK)<br />

mau dipecat Kan tak ada. Mereka ngomong<br />

duluan, "Silakan pecat, aku rapopo (tidak apaapa)."<br />

Sekarang dipecat kok malah ribut.<br />

Selain tiga orang itu, siapa lagi yang akan<br />

dipecat<br />

Semua itu kan tergantung kadarnya. DPP<br />

mempertimbangkan karena ada yang memang<br />

mendukung di sana tapi sifatnya tidak mengajak.<br />

Maksudnya mendukung secara pribadi<br />

tapi dia tidak deklarasi mendukung. Saya kira<br />

kalau yang itu kita juga mungkin (beri) sanksinya<br />

lebih ringan.<br />

Berapa orang yang seperti itu<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Ketua Umum Partai Golkar<br />

Aburizal Bakrie, didampingi<br />

Sekretaris Jenderal DPP Partai<br />

Golkar Idrus Marham (kiri) dan<br />

ketua panitia Rapimnas IV Golkar<br />

Mahyudin (kanan) di Jakarta,<br />

Oktober 2012.<br />

Wahyu Putro A./(FOTO ANTARA<br />

Banyak. Aku juga ndak hafal, tapi ada nama<br />

seperti Andi Sinulingga (jubir Poros Muda Golkar,<br />

pendukung Jokowi), kemudian ada banyak<br />

pengurus departemen yang saya kasih surat<br />

peringatan. Cuma memang tidak serempak karena<br />

ada yang kita pandang perlu harus segera<br />

dieksekusi, ada yang kita anggap tak terlalu<br />

urgen kalau memang sifatnya diam saja.<br />

Kami sih, kalau boleh, tidak mau memecat siapa<br />

pun. Kalau Golkar memecat orang, Golkar<br />

yang rugi. Tapi, kalau mengganggu dan menimbulkan<br />

kerusakan di Golkar, mau tak mau harus<br />

dieksekusi.<br />

Nusron, Poempida, dan Agus Gumiwang<br />

menyatakan pemecatan cacat dan akan<br />

menggugat Rp 1 triliun. Bagaimana tanggapannya<br />

Pokoknya mekanismenya sudah benar. Kalau<br />

salah, sila kan diuji secara hukum. Kita kemarin<br />

memberikan waktu 60 hari untuk ke mahkamah<br />

partai, mereka tak gunakan, ya sudah<br />

kita ajukan ke KPU untuk penggantian. Kalau<br />

mereka keberatan, silakan digugat. Kalau mau<br />

menggugat Rp 1 triliun silakan saja.<br />

Kalau kamu dengar pendapat mereka dan<br />

tanya ke saya, ya pasti berbeda. Katanya rapatnya<br />

tidak sah dan macam-macam. Sekarang uji<br />

saja secara hukum. Repot amat.<br />

Jadi saya dalam kapasitas tidak mau berdebat<br />

dengan mereka. Pokoknya DPP sudah memberikan<br />

sanksi, kalau keberatan, diproses, mau ke<br />

TUN mau PTUN terserah. Nah, di situ baru kita<br />

uji kebenarannya. Kalau DPP kalah kita kembalikan,<br />

kalau DPP menang, ya selamat tinggal.<br />

Apakah Anda jadi mencalonkan diri se-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tak bisa pukul<br />

rata semuanya<br />

hari ini. Saya<br />

kan bukan jin.<br />

Hasan/detikcom<br />

bagai ketua umum<br />

Saya jujur, sampai hari ini belum deklarasi,<br />

tidak seperti yang lain-lain. Saya rasa, saya<br />

bagian anak buah ARB pada hari ini. Tidak<br />

etis sekarang kalau bilang mau maju (menjadi)<br />

ketum. AD/ART kita tidak melarang orang dua<br />

kali jadi ketum. Nah, kalau ARB maju, saya pasti<br />

tidak mau bersaing dengan ARB. Kalau dia clear<br />

tidak maju lagi, saya pasti maju. Saya menjaga<br />

kepercayaan yang ketua umum berikan kepada<br />

saya. Saya tidak mau menyalip di tikungan.<br />

Soal pemecatan Ketua DPD Golkar Sulawesi<br />

Barat yang juga Gubernur Sulawesi<br />

Barat (Adnan Anwar Saleh), pelanggarannya<br />

seperti apa<br />

Dia kasusnya berbeda-beda. Sulbar itu kita<br />

memberhentikan dari kepengurusan, bukan<br />

dari keanggotaan. Dia diberhentikan dari DPD<br />

Golkar Sulawesi Barat.<br />

Bukan karena mendukung JK<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


fokus<br />

Tiga politikus yang dipecat<br />

Partai Golkar karena<br />

mendukung Jokowi-JK, yaitu<br />

(dari kiri ke kanan) Nusron<br />

Wahid, Agus Gumiwang, dan<br />

Poempida Hidayatullah, saat<br />

menggelar konferensi pers di<br />

Jakarta, Rabu (20/8).<br />

lamhot aritonang/detikcom<br />

Karena kita juga melihat beberapa kali<br />

hadir di tim sana. Kalau Ketua DPD Golkar<br />

Kota Tarakan memang mendeklarasikan<br />

dukung JK. Jadi, sekarang Tarakan itu sudah<br />

diberhentikan dari jabatan Ketua DPD II Golkar<br />

Tarakan. Sekarang lagi diajukan proses,<br />

nunggu dirapatkan, diajukan pemberhentian<br />

dari Partai Golkar.<br />

Apakah masih banyak yang akan dipecat<br />

Masih. Ya, dalam waktu dekat yang lain-lain<br />

itu akan kita reshuffle. Itu yang orang DPP. Tapi<br />

masih dalam proses. Ical nunggu, mungkin keluar<br />

SK reshuffle. Ada beberapa nama, seperti<br />

IJP (Indra J. Piliang), Yorrys (Yorrys Raweyai),<br />

itu yang akan kita reshuffle dari DPP. Itu masih<br />

dalam progress.<br />

Jadi tak bisa pukul rata semuanya hari ini. Saya<br />

kan bukan jin juga, jadi pasti saya akan proses.<br />

Tapi semuanya berdasarkan kemampuan kita.<br />

Kalau ngurusin mecat orang pusing juga. Tak<br />

ada untungnya, tapi dimusuhi orang.<br />

Kalau perbedaan soal munas dipercepat<br />

atau tetap 2015, apakah dikategorikan sebagai<br />

pelanggaran<br />

Kalau dorongan munas bukan pelanggaran,<br />

itu hak semua orang untuk mengusulkan.<br />

Itu aspirasi. Kecuali kalau mereka melakukan,<br />

misalnya, kegiatan mengadakan rapat yang<br />

di luar organisasi untuk mendorong, itu bisa<br />

dikatakan salah. ■<br />

BAHTIAR RIFAI<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

Dilema APBN 2015<br />

Adanya gugatan di Mahkamah Konstitusi membuat<br />

program-program Jokowi-JK belum dapat<br />

terakomodasi dalam RAPBN 2015.<br />

Oleh: Arif Budimanta<br />

Biodata<br />

Nama:<br />

Arif Budimanta (Direktur Megawati<br />

Institute)<br />

Tempat/tanggal lahir:<br />

Medan, 15 Maret 1968<br />

Pendidikan:<br />

Untuk terakhir kalinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan<br />

nota keuangan dan pengantar Rancangan Undang-<br />

Undang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />

tahun 2015 pada 15 Agustus lalu. Bersama Dewan Perwakilan Rakyat,<br />

pemerintah saat ini juga masih membahas RAPBN yang akan disahkan<br />

oleh DPR periode berikutnya bersama pemerintahan baru mulai 20 Oktober<br />

nanti.<br />

APBN 2015 ini mungkin akan dibahas oleh pemerintah dan DPR dengan<br />

dua periodisasi yang berbeda. Pengajuan serta pembahasan dan persatuan<br />

APBN 2015 dikerjakan oleh pemerintah dan DPR periode 2009-2014.<br />

Kemudian, apabila APBNP diajukan, akan dibahas DPR periode 2014-2019.<br />

Dua lembaga ini, meskipun bentuknya sama, diisi oleh orang-orang yang<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

9 Program Nyata<br />

Pertama, program meningkatkan profesionalisme PNS dan menaikkan<br />

gaji serta kesejahteraan TNI-Polri selama 5 tahun, serta penuntasan program<br />

perbaikan remunerasi PNS. Program ini akan menghasilkan birokrasi<br />

dan tentara yang lebih produktif dan andal. Untuk menghela program ini,<br />

diperlukan tambahan anggaran sedikitnya Rp 20 triliun per tahun.<br />

Kedua, menyejahterakan desa dengan mengalokasikan dana desa sebagai<br />

implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Setiap<br />

desa rata-rata memperoleh dana dalam bentuk program bantuan khusus<br />

sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah. Dengan mengacu<br />

pada APBN 2014, dana yang dibutuhkan untuk dialokasikan ke 79.702 desa<br />

di seluruh Indonesia kurang-lebih Rp 59 triliun.<br />

Ketiga, meningkatkan anggaran penanggulangan kemiskinan, termasuk<br />

pemberian subsidi langsung senilai Rp 1 juta per bulan untuk keluarga prasen<br />

S-3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu<br />

Politik Universitas Indonesia<br />

n S-2 Ilmu Lingkungan Universitas<br />

Indonesia<br />

n S-1 Ilmu Tanah Institut Pertanian<br />

Bogor<br />

Karier:<br />

n Direktur Megawati Institute<br />

n Anggota DPR RI Komisi IX, 2009-<br />

2014<br />

n Direktur Eksekutif Indonesia Center<br />

for Sustainable Development<br />

n Pengajar di Sekolah Bisnis dan<br />

Manajemen ITB dan Program Pascasarjana<br />

UI<br />

Karya:<br />

n Indonesia Masa Kini dan Masa<br />

Depan dalam Membangun Kemandirian<br />

Indonesia, 1994<br />

n Community Development di Industri<br />

Pertambangan dalam Akses<br />

Peran Serta Masyarakat, 2003<br />

n Pedoman Pengembangan Masyarakat<br />

di Industri dan Sumber Daya<br />

berbeda. Dari sinilah dilema bermula.<br />

Sebab, meski Presiden Yudhoyono menegaskan akan membentuk tim<br />

transisi pemerintahan untuk menjembatani transisi pemerintahan, begitu<br />

juga dengan calon presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla<br />

(JK)—yang telah membentuk Rumah Transisi dengan maksud yang sama—<br />

sayangnya, hingga nota keuangan dibacakan, belum sekali pun tim transisi<br />

ini bertemu karena masih ada gugatan di Mahkamah Konstitusi.<br />

Akibatnya, program-program perbaikan kesejahteraan rakyat yang telah<br />

disampaikan calon presiden Jokowi-JK belum dapat terakomodasi dalam<br />

RAPBN 2015. Sebanyak 9 program unggulan, yang menjadi magnet bagi<br />

rakyat untuk memilih Jokowi-JK, justru tidak masuk RAPBN.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

Mineral, 2004<br />

n Corporate Social Responsibility:<br />

Jawaban bagi Model Pembangunan<br />

di Indonesia Masa Kini, 2004.<br />

jahtera sepanjang pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Keempat, program<br />

kepemilikan lahan pertanian untuk 4,5 juta keluarga petani demi mencapai<br />

kedaulatan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Bersama<br />

program ini juga dilakukan pembangunan dan perbaikan irigasi untuk 3<br />

juta hektare sawah, pembangunan 25 bendungan, serta pembukaan 1 juta<br />

hektare lahan pertanian di luar Jawa.<br />

Kelima, perbaikan 5.000 pasar tradisional, termasuk di dalamnya pembangunan<br />

pusat pelelangan, penyimpanan, dan pengolahan ikan. Program ini<br />

untuk membangkitkan ekonomi rakyat dan ekonomi pesisir.<br />

Keenam, menurunkan tingkat pengangguran. Pemerintah bertekad men-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

ciptakan 10 juta lapangan kerja baru selama 5 tahun. Caranya dengan memberdayakan<br />

UMKM dan koperasi. Juga mempromosikan industri kreatif dan<br />

digital. Upaya ini diharapkan mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi.<br />

Ketujuh, penyediaan layanan kesehatan gratis yang mencakup rawat jalan<br />

dan rawat inap, termasuk peningkatan fasilitas 6.000 puskesmas serta penyediaan<br />

air bersih. Pemerintah akan menambah alokasi iuran BPJS kepada<br />

penduduk yang tidak mampu.<br />

Kedelapan, meningkatkan mutu pendidikan demi meningkatkan kesejahteraan<br />

guru, termasuk guru-guru pesantren. Kesembilan, mewujudkan pendidikan<br />

bagi seluruh warga negara melalui Kartu Indonesia Pintar. Program<br />

ini akan menyediakan fasilitas pendidikan yang bermutu dengan target menyelesaikan<br />

wajib belajar 12 tahun. Selain itu, menaikkan anggaran bantuan<br />

operasional sekolah (BOS) dan menambah alokasi bantuan siswa miskin,<br />

termasuk meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.<br />

Tax Ratio<br />

Seluruh program yang hendak dijalankan pemerintahan baru itu, setelah<br />

dihitung jumlahnya, mencapai Rp 380,2 triliun, dan belumlah tercakup dalam<br />

RAPBN 2015. Tentu saja tidak semua program di atas sama sekali baru.<br />

Beberapa program telah dilaksanakan pemerintahan Presiden Yudhoyono.<br />

Tinggal mengoptimalkan dan memperkuat, sehingga hasilnya dirasakan<br />

rakyat. Program-program seperti peningkatan kesejahteraan pegawai negeri<br />

dan TNI, perbaikan pasar tradisional, ataupun penyediaan BOS telah ada<br />

dalam APBN 2014.<br />

Untuk memasukkan 9 program nyata ke dalam RAPBN 2015, tentu di-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Kolom<br />

perlukan sinkronisasi dan restrukturisasi anggaran. Proses ini pastilah tidak<br />

mudah. Tarik-ulur anggaran akan terjadi pada kementerian dan satuan-satuan<br />

kerja tertentu. Ada pos-pos yang harus dihemat. Di sisi lain, ada juga yang<br />

anggarannya ditambah.<br />

Masalah yang sudah terlihat di depan mata saat ini adalah terbatasnya<br />

penerimaan negara. Saat ini saja pemerintah mengalami kesulitan untuk<br />

membangun dan menambah infrastruktur nasional, apalagi bila ditambah<br />

dengan program-program baru. Karena itu, harus ada upaya keras untuk<br />

menaikkan tax ratio. Pemerintah menargetkan peningkatan tax ratio sebesar<br />

13,6 persen selama 5 tahun. Dengan cara ini, akan diperoleh tambahan penerimaan<br />

negara.<br />

Selain itu, rasionalisasi dan penghematan harus dilakukan. Anggaran subsidi<br />

yang besar seharusnya dipangkas, sehingga anggaran pembangunan untuk<br />

peningkatan kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Subsidi harus diarahkan<br />

agar mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing.<br />

Semua ini tentunya memerlukan komunikasi yang baik. Karena itu, sejak<br />

dini harus dijalin komunikasi yang baik antara tim presiden terpilih dan pemerintahan<br />

saat ini. Hubungan dengan para teknokrat dan birokrasi menjadi<br />

kunci. Demikian pula dengan parlemen yang akan membahas dan menyetujui<br />

anggaran negara. Tidak kalah penting adalah para relawan, yang diharapkan<br />

dapat mengawal program-program tersebut sehingga dapat diinternalisasi<br />

dalam APBN 2015. Harapannya, rakyat tidak perlu lama menunggu 9 program<br />

nyata tersebut hadir di tengah kehidupan rakyat. n<br />

Majalah Majalah detik 25 detik - 3125 agustus - 31 agustus 2014 2014


kesehatan<br />

Olahraga<br />

Singkat,<br />

Hasil Cepat<br />

Ini bisa menjadi jalan keluar buat yang tak<br />

punya banyak waktu untuk berolahraga tapi<br />

ingin memiliki tubuh sehat dan atletis. aman<br />

enggak, ya<br />

foto-foto: thinkstock<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

20fit.com<br />

Banyak kerjaan. Enggak sempat.<br />

Dua alasan inilah yang kerap digunakan<br />

orang-orang di kota besar tidak<br />

berolahraga. Padahal alasan sebenarnya<br />

cuma satu: malas!<br />

Tapi, bagaimana jika olahraga cukup hanya<br />

dengan 20 menit Apakah masih juga bilang<br />

tak punya waktu Itu cuma sepersekian waktu<br />

dari 24 jam, lo.<br />

Tak cuma singkat, olahraga yang sekarang<br />

lagi jadi tren di kalangan sosialita dan selebritas<br />

ini juga diklaim efektif membentuk otot tubuh.<br />

Bisa bikin langsing juga tentu saja.<br />

Teknologi baru ini dinamakan electrical muscle<br />

stimulation (EMS) atau stimulasi elektrik otot.<br />

Ya, seperti namanya, metode ini menggunakan<br />

bantuan listrik.<br />

Aliran listrik dimanfaatkan untuk menstimulasi<br />

otot agar lebih kencang, kuat, dan terbentuk<br />

lebih sempurna. Metode sebenarnya sama<br />

seperti menggunakan berbagai peralatan di<br />

gym.<br />

Namun, dengan metode ini, orang-orang tidak<br />

lagi menggunakan peralatan berat, seperti<br />

shoulder press, treadmill, maupun barbel dengan<br />

berat puluhan kilogram.<br />

Alat-alat berat itu digantikan dengan seperangkat<br />

baju yang terdiri atas body suit hitam,<br />

vest dengan kabel penghantar listrik, serta strap<br />

pada bokong, lengan, dan kaki.<br />

Nah, baju khusus itu kemudian dihubungkan<br />

dengan alat khusus yang berguna untuk mengatur<br />

tingkat resistansi dan tekanan pada otot.<br />

Aliran elektro akan tercipta begitu alat dinyala-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

menimbulkan rasa sakit.<br />

thinkstock<br />

kan.<br />

Tak usah takut kesetrum karena Anda akan<br />

mengenakan rompi khusus yang dirancang<br />

untuk mengalirkan listrik maksimal tapi tak<br />

Fisioterapi<br />

Sebelum populer untuk alat olahraga, teknologi<br />

EMS sebenarnya telah lama digunakan.<br />

Namun dulu metode ini dipakai untuk terapi<br />

pemulihan kesehatan.<br />

“Dalam fisioterapi memang alat ini sudah<br />

digunakan, sudah lama dipakai,” ujar ahli kesehatan<br />

olahraga Michael Triangto, SpKO.<br />

Pasien yang menggunakan teknologi EMS<br />

adalah mereka yang baru saja mengalami stroke,<br />

pascacedera, dan setelah operasi. EMS juga<br />

digunakan untuk terapi sakit punggung dan<br />

masalah persendian.<br />

Kemudian, teknologi EMS dimodifikasi untuk<br />

keperluan kecantikan. Biasanya EMS digunakan<br />

untuk menghilangkan selulit dan menghancurkan<br />

lemak berlebih.<br />

Karena itu, EMS biasa ada di pusat-pusat kecantikan<br />

dan tempat pelangsingan tubuh. Dan<br />

kini EMS berkembang menjadi alat fitness dan<br />

untuk membentuk otot tubuh.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

wolipop.detik.com<br />

Waktu yang relatif singkat dengan hasil<br />

maksimal membuat EMS cepat populer. Hanya<br />

dengan latihan 20 menit, hasilnya sama dengan<br />

2 jam berolahraga di gym konvensional.<br />

Di Indonesia baru ada satu gym yang menyediakan<br />

latihan metode EMS de ngan alat<br />

Mihabodytech, yaitu 20 Fit, yang baru saja<br />

dibuka oleh penyanyi Andinie Aisyah Haryadi<br />

atau Andien.<br />

Andien mengaku pertama kali mengenal<br />

EMS dari mantan vokalis Samsons, Bambang<br />

Reguna Bukit atau yang akrab disapa Bams.<br />

Meski sempat ragu, An dien pun mencobanya.<br />

“Tadinya skeptis berat. Terus Bams bilang,<br />

‘Gua juga tadinya skeptis kayak lo. Cuma,<br />

pasti orang-orang yang awalnya skeptis akan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kesehatan<br />

thinkstock<br />

berbalik, lo cobain saja,’” ujar<br />

Andien.<br />

Baru lima menit latihan,<br />

Andien mengaku sudah<br />

ngos-ngosan. Keringatan<br />

habis. “Pas 20 menit aku<br />

ngerasa masih bisa lagi,<br />

tapi itu sudah cukup,”<br />

cerita Andien.<br />

Selebritas lain<br />

yang juga sedang<br />

keranjingan EMS<br />

adalah Krisdayanti.<br />

Diva yang belum<br />

lama melahirkan<br />

itu bahkan mengunggah<br />

foto<br />

dengan “baju”.<br />

“Starting fat<br />

burn with miha<br />

body tec,” begitu<br />

tulis penyanyi<br />

yang akrab<br />

disapa KD ini untuk caption fotonya.<br />

Butuh Olahraga Konvensional<br />

Beberapa selebritas mungkin menganggap<br />

EMS bisa membuat tubuh lebih cepat ramping.<br />

Namun Michael beranggapan EMS tidak akan<br />

seefektif dengan olahraga di gym konvensional.<br />

Menurut dia, EMS tidak bisa menggantikan<br />

olahraga konvensional. Untuk mendapatkan<br />

hasil optimal, tubuh harus dapat bergerak sendiri,<br />

tidak dibantu oleh listrik.<br />

“Esensi olahraga itu kan otot dan tulang. Kalau<br />

hanya otot yang dirangsang, pasti enggak<br />

akan sama dengan olahraga konvensional yang<br />

juga merangsang tulang,” ujar Michael.<br />

Hal itu juga diakui Andien. Latihan EMS, ujarnya,<br />

bisa dijadikan pelengkap dan penyempurna<br />

aktivitas fisik lainnya.<br />

“Aku sendiri enggak menganggap ini adalah<br />

olahraga substitusi. Tapi latihan ini meningkatkan<br />

kemampuan kita di olahraga yang lain,”<br />

ujar pelantun Gemintang ini. Hmm, berminat<br />

mencoba n MELIsa MAIloa | KEN YUNIta<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

Permata Tersembunyi<br />

foto-foto: detiktravel<br />

di Pulau Napabale<br />

Di balik bukit rimbun nan kokoh, pancaran cahaya<br />

matahari memantulkan sinar hijau yang lembut. Tubuh<br />

ini seolah-olah tenggelam ke dalam keindahannya.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

Wow. Wow. Dan wow! Mungkin<br />

itu satu-satunya kata yang<br />

akan keluar dari mulut Anda<br />

saat menyaksikan Danau<br />

Napabale untuk pertama kalinya. Ternyata ada<br />

tempat secantik ini di Indonesia.<br />

kendari<br />

raha<br />

bau-bau<br />

raha<br />

bau-bau<br />

Destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Tenggara<br />

ini bukan danau biasa. Kebanyakan danau<br />

yang kita jumpai berair tawar, sedangkan danau<br />

yang satu ini menawarkan fenomena berbeda.<br />

Danau cantik ini diisi oleh air laut yang terjebak<br />

cincin karang dan kemudian membentuk<br />

cawan. Dan voila! Jadilah danau unik nan indah<br />

ini.<br />

Danau Napabale terletak di kaki bukit Desa<br />

Lohia, Kabupaten Muna, sekitar 15 kilometer ke<br />

arah selatan dari Kota Raha. Dari Kota Kendari,<br />

Kota Raha bisa dijangkau dalam waktu tiga jam<br />

dengan kapal cepat.<br />

Jika Anda berangkat dari Bau-Bau, perjalanan<br />

Anda bakal lebih singkat. Hanya butuh sekitar<br />

dua jam perjalanan di atas air. Silakan pilih mana<br />

yang disukai.<br />

Setelah tiba di Raha, perjalanan menuju Danau<br />

Napabale bisa dilanjutkan dengan angkutan<br />

umum atau ojek kurang-lebih 30 menit. Tak<br />

usah khawatir, jalanan di sana lumayan mulus.<br />

Seperti kebanyakan tempat cantik di Indonesia<br />

lainnya, fasilitas di Danau Napabale belum<br />

lengkap. Anda tak akan menemukan hotel atau<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

penginapan di sini.<br />

Jadi, jika Anda ingin bermalam atau menginap,<br />

bawalah perlengkapan tidur, seperti tenda, tas<br />

tidur, jaket, serta perlengkapan masak sendiri.<br />

Untuk menikmati danau, sewalah sampan<br />

nelayan. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam.<br />

Cukup Rp 50 ribu, Anda sudah bisa menyewa<br />

sebuah sampan lengkap dengan “driver”-nya.<br />

Perpaduan air berwarna hijau dengan perbukitan<br />

dan tebing tinggi di sekeliling danau<br />

membuat pemandangan di sini benar-benar<br />

memukau. Tak kalah dari Raja Ampat atau Phi<br />

Phi Island.<br />

Dari kejauhan, Anda dapat menyaksikan tiga<br />

karang besar penuh tumbuhan liar. Bentuknya<br />

mirip tuba falopi. Tempat ini menjadi rumah<br />

bagi jutaan spesies ikan laut yang hidup di Selat<br />

Buton.<br />

Nikmati indahnya hamparan pepohonan hijau<br />

yang menyejukkan. Satu lagi, jangan lewatkan<br />

lambaian cantik anggrek batu di sepanjang<br />

dinding danau. Luar biasa!<br />

Dari atas sampan pun kita bisa melihat langsung<br />

keindahan berbagai macam jenis ikan laut<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


wisata<br />

dan terumbu karang beserta tanaman bawah laut yang amat memukau.<br />

Sungguh tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Ada beberapa<br />

orang yang sedang berenang sambil menjelajahi keindahan dari setiap<br />

sudut Danau Napabale.<br />

Jika Anda punya hobi menyelam, Danau Napabale merupakan salah<br />

satu tempat tujuan yang sangat tepat. Aktivitas ini juga tidak kalah<br />

mengasyikkan.<br />

Anda juga akan disuguhi pemandangan terowongan alam sepanjang<br />

30 meter dan lebar 9 meter. Lewat terowongan inilah air laut yang<br />

terhubung dengan Selat Buton mengalir.<br />

Jika air sedang surut, wisata wan dapat menyusuri terowongan tersebut.<br />

Anda juga bisa berjalan kaki sekitar 20 meter melewati batu-batu<br />

karang.<br />

Terowongan ini juga memiliki peranan penting bagi para nelayan.<br />

Mereka sering melewatinya sebagai jalur ketika akan berangkat atau<br />

pulang dari laut.<br />

Di ujung terowongan, Anda akan menjumpai pantai berpasir putih.<br />

Di pantai tersebut para wisatawan dapat bersantai, bermain ombak,<br />

atau berjemur di tepi pantai.<br />

Sebagai penutup dari rangkaian perjalanan Anda di Danau Napabale,<br />

jangan lupa menyaksikan sunset dari tepi pantai. Langit yang<br />

merona merah seakan mengantar para nelayan yang mulai turun ke<br />

laut. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Sensasi<br />

Cita Rasa<br />

Ornamen<br />

dan dekorasi khas India<br />

sungguh membuat acara<br />

makan saya siang itu<br />

terasa lebih istimewa.<br />

Serasa makan langsung<br />

ke negeri asalnya.<br />

Bollywood<br />

foto-foto: Grandyos/detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Mutton<br />

Rogan Josh<br />

ilm, tarian, dan nyanyian menjadi<br />

tiga hal yang identik dengan India.<br />

Tapi, bagaimana dengan masakannya<br />

Apakah semenarik dan<br />

semenggairahkan ketiganya<br />

Terus terang, saya belum pernah<br />

merasakan makanan India. Makanya,<br />

sewaktu saya diminta mengulas salah<br />

satu restoran khas India di Jakarta, saya<br />

begitu antusias.<br />

Restoran yang saya datangi kali ini bernama<br />

The Royal Kitchen. Letaknya di sebuah pusat<br />

belanja di kawasan elite Mega Kuningan, Jakarta,<br />

Bellagio Boutique Mall. Tepatnya di lantai<br />

dasar.<br />

Altar kecil berisi sesaji, dupa, dan patung<br />

Ganesha, dewa Hindu berkepala gajah, menyambut<br />

kedatangan saya siang itu. Dari situ<br />

saja saya sudah merasa tempat ini<br />

bakal unik.<br />

Altar kecil itu bukan<br />

sekadar pajangan,<br />

lo. Beberapa pengunjung,<br />

yang<br />

mungkin pemeluk<br />

Hindu, terlihat melakukan ritual di depannya.<br />

Mungkin berdoa sebelum makan, ya.<br />

Semakin ke dalam, interior restoran ini makin<br />

membuat saya kagum. Meski tidak terlalu luas,<br />

restoran ini memiliki suasana yang benar-benar<br />

“etnik” India.<br />

Ornamen dan lukisan India terpajang di sisi<br />

kanan dan kiri ruangan. Meja bertaplak kain<br />

berbordir sudah diset ala fine dining, lengkap<br />

dengan piring perak, sendok, garpu, pisau, dan<br />

serbet merah.<br />

Pencahayaan yang redup dan alunan instrumen<br />

musik yang mellow membuat suasana<br />

kian romantis. Menurut saya, tempat ini sangat<br />

cocok untuk candlelight dinner. Ehem.<br />

Meski menyajikan aneka masakan India,<br />

tempat ini menjadi favorit bukan hanya orangorang<br />

India. Banyak juga orang Indonesia yang<br />

asyik menikmati makan siang.<br />

Seorang pelayan pria berseragam hitam<br />

langsung mempersilakan saya dan teman saya<br />

menempati satu meja di pojokan. Ia membawa<br />

dua buku menu, satu menu minuman dan satu<br />

lagi makanan.<br />

Karena saya bingung, saya pun meminta<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Murg Dum<br />

Briyani<br />

Alhasil, saya<br />

memesan Murg<br />

Dum Briyani<br />

(Rp 79.500) dan<br />

Mutton Rogan<br />

Josh (Rp 89.500).<br />

pendapat si pelayan soal makanan yang paling<br />

favorit di sini. Alhasil, saya memesan Murg<br />

Dum Briyani (Rp 79.500) dan Mutton Rogan<br />

Josh (Rp 89.500).<br />

Sedangkan teman saya memesan Cheese<br />

Naan (Rp 32.500). Minuman yang katanya<br />

khas adalah Panna, minuman berasa mangga,<br />

dan Lassi dengan pilihan rasa manis. Masingmasing<br />

dibanderol Rp 29.500.<br />

Bagi Anda yang mau menyantap makanan<br />

India sampai puas, Anda bisa mencoba menu<br />

buffet alias all you can eat. Hidangan untuk<br />

buffet sudah tersedia di tengah-tengah restoran.<br />

Sambil menunggu pesanan, saya sempat<br />

bercakap-cakap dengan Deepak Malik, orang<br />

asli India sekaligus pemilik The Royal Kitchen.<br />

Deepak, yang belum lancar berbicara bahasa<br />

Indonesia, membagikan rahasia dari dapur restoran<br />

India yang dimilikinya. “Masakan di sini<br />

dimasak koki dari India,” ujarnya.<br />

Deepak juga mendatangkan bahan-bahan<br />

makanan dari negaranya karena ingin memberi<br />

cita rasa masakan India yang sesungguhnya.<br />

Jadi para tamu akan merasa seperti makan<br />

langsung di India.<br />

Tanpa menunggu lama, kedua minuman<br />

kami langsung dihidangkan di atas meja. Panna<br />

dihidangkan dalam gelas bening. Tampilannya<br />

sekilas mirip jus mangga, tetapi warnanya hijau.<br />

Minuman khas India ini terbuat dari mangga<br />

mentah atau mangga hijau tanpa dicampur<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

bahan lain, termasuk gula. Jadi bisa dibayangkan<br />

rasanya yang sangat asam sekaligus nyentrik.<br />

Saking asam minuman ini, satu tegukan saja<br />

sudah bisa membuat mata saya merem-melek.<br />

Saya sih tak terlalu merekomendasikan minuman<br />

ini, ya. Asam banget!<br />

Nah, minuman kedua, Lassi, tampilannya<br />

mirip susu putih dengan busa di atas gelasnya.<br />

Minuman ini dibuat dari yoghurt dicampur<br />

rempah-rempah, seperti bubuk kayu manis,<br />

bubuk lada, dan bubuk pala.<br />

Rasa asam khas yoghurt cukup dominan dan<br />

terasa menyegarkan. Sedangkan penambahan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Panna<br />

rempah-rempah membuat Lassi menjadi lebih<br />

harum. Enak.<br />

Makanan yang pertama kali dihidangkan<br />

adalah Mutton Rogan Josh dan<br />

Cheese Naan. Dihidangkan dalam<br />

sebuah panci perak berukuran<br />

layaknya mangkuk bakso.<br />

Lassi<br />

Menu ini merupakan potongan daging kambing<br />

yang dimasak bersamaan dengan tomat<br />

dan bumbu khas India. Hasilnya, kuah kari<br />

kental berwarna cokelat-kemerahan.<br />

Rasanya gurih, asam, sekaligus pedas. Rasanya<br />

sekilas mengingatkan saya pada rendang.<br />

Bedanya, Mutton Rogan Josh mengandalkan<br />

sari daging kambing yang tidak amis sama<br />

sekali.<br />

Kuah karinya sangat enak, potongan daging<br />

kambingnya juga lembut dan cukup banyak.<br />

Teman saya tidak berhenti memuji menu yang<br />

satu ini. Empat jempol, katanya.<br />

Sedangkan Cheese Naan adalah menu<br />

pendamping dari Mutton Rogan Josh yang sangat<br />

pas. Di atas sebuah bakul perak beralaskan<br />

kertas putih, Cheese Naan terlihat begitu<br />

menggoda.<br />

Cheese Naan adalah roti khas India dengan<br />

tekstur yang crispy di luar tapi lembut di dalam.<br />

Ketika digigit, Cheese Naan agak sedikit kenyal<br />

dan di dalamnya terdapat keju parut yang<br />

meleleh.<br />

Jangan lupa mencocol kuah kari Mutton<br />

Rogan Josh dengan sobekan Cheese Naan.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


kuliner<br />

Teman saya tidak<br />

berhenti memuji<br />

Muthon Rogan<br />

Josh. Empat<br />

jempol, katanya.<br />

Perpaduan dua menu ini dijamin akan membuat<br />

Anda lupa diri tak berhenti makan.<br />

Yang terakhir dan tak kalah enak adalah Murg<br />

Dum Briyani. Menu ini merupakan hidangan<br />

berupa nasi dari beras basmati yang bentuknya<br />

kurus memanjang.<br />

Penyajiannya di dalam pot tanah liat. Saat<br />

saya membuka tutupnya, semerbak aroma nasi<br />

dan ayam berbumbu jintan, cengkeh, dan kayu<br />

manis langsung mengundang rasa penasaran.<br />

Warna yang mencolok dari makanan ini<br />

adalah krem de ngan sedikit campuran oranye.<br />

Di atas nasinya ada satu potong telur rebus,<br />

sedangkan potongan ayam tanpa tulang tersembunyi<br />

di balik nasi.<br />

Saya lantas menyantap satu suap Murg Dum<br />

Briyani. Sensasinya luar biasa, rasa gurih di<br />

lidah bercampur aroma sedap rempah-rempah<br />

khas India sungguh menggugah selera makan.<br />

Mantap! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Cilamaya<br />

Terganjal<br />

Pertamina<br />

Proyek Pelabuhan<br />

Cilamaya di ujung<br />

tanduk. Posisinya<br />

tumpang-tindih<br />

dengan blok minyak<br />

milik Pertamina.<br />

Keputusan akan<br />

diambil pemerintah<br />

baru nanti.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pelabuhan Tanjung Priok<br />

Jakarta sudah terlalu<br />

sibuk dan kapasitasnya<br />

penuh. Hal inilah yang<br />

membuat pemerintah<br />

mempertimbangkan<br />

membuat pelabuhan baru di<br />

Cilamaya.<br />

anny Octavianus/antara<br />

KEMENTERIAN Koordinator Perekonomian<br />

pekan lalu menggelar<br />

rapat dua hari soal Masterplan Percepatan<br />

dan Perluasan Pembangunan<br />

Ekonomi Indonesia. Agendanya membahas<br />

proyek-proyek yang dibangun dalam program<br />

pembangunan itu. Tapi salah satu proyek terpenting—pelabuhan<br />

baru di Cilamaya, Karawang,<br />

Jawa Barat—tidak dibahas sama sekali. Padahal<br />

pelabuhan itu bisa jadi membuat kapasitas ekspor<br />

Indonesia bertambah sangat besar.<br />

Menteri Koordinator Perekonomian Chairul<br />

Tanjung memberi penjelasan sederhana mengapa<br />

proyek besar itu tidak dibicarakan. “Pembahasan<br />

soal lokasi Cilamaya kita tunda sampai<br />

pemerintahan baru,” katanya.<br />

Proyek Pelabuhan Cilamaya, yang bakal memiliki<br />

empat terminal peti kemas dan satu terminal<br />

ekspor mobil, memang mendapat ganjalan<br />

pelik. Lokasi pelabuhan itu berada di kawasan<br />

blok minyak dan gas yang produksinya terbesar<br />

keempat di Indonesia. Di sana bertebaran lebih<br />

dari 200 anjungan tambang lepas pantai dan<br />

lebih dari 300 sumur minyak dan gas.<br />

Pemegang kontrak bagi hasil di blok itu, PT<br />

Pertamina Hulu Energi, cemas nasib nahas tiba.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Jepang sangat<br />

berminat<br />

karena di situ<br />

banyak pabrik<br />

mereka.<br />

Direktur Jenderal Perhubungan<br />

Laut Bobby Mamahit<br />

grandyos zefna/detikcom<br />

Kekhawatiran itu antara lain pipa bakal terkena<br />

jangkar kapal-kapal yang bersandar di Cilamaya.<br />

“Harapan kami, pelabuhannya bisa digeser agar<br />

tidak menabrak wilayah kerja,” kata Sekretaris<br />

Perusahaan Pertamina Hulu Energi Wahidin<br />

Nurluzia.<br />

Pelabuhan itu awalnya digagas karena keterbatasan<br />

Pelabuhan Tanjung Priok. Sejumlah<br />

lokasi sempat dipertimbangkan, mulai Bojonegara<br />

dan Tangerang di Banten, Marunda<br />

dan Kalibaru Utara di Jakarta, sampai Ciasem<br />

di Jawa Barat sempat masuk perhitungan.<br />

Kemudian diputuskan di Cilamaya, Karawang,<br />

karena wilayah ini dipandang cukup cocok dan<br />

dekat dengan pusat industri yang tersebar dari<br />

Bekasi-Cikarang-Karawang.<br />

Salah satu pihak yang bersemangat dengan<br />

rencana pelabuhan itu adalah pemerintah<br />

Jepang. Persoalannya sederhana: banyak industri<br />

dari Jepang yang membuka pabrik di sekitar<br />

lokasi itu. Pabrik-pabrik mobil Jepang mengeluarkan<br />

uang puluhan triliun rupiah untuk mendirikan<br />

pabrik perakitan di Bekasi, Cikarang, atau<br />

sekitar Cikampek.<br />

Bahkan Badan Kerja Sama Internasional<br />

Jepang (JICA) pun menjadi konsultan saat Indonesia<br />

menggelar studi kelayakan. “Dari konsultan,<br />

JICA, memilih Cilamaya karena Jepang<br />

sangat berminat karena di situ banyak pabrik<br />

mereka,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan<br />

Laut Bobby Mamahit.<br />

Hasil studi kelayakan pemerintah bersama<br />

JICA dilansir Desember 2013. Berdasarkan hasil<br />

kajian itu, Pelabuhan Cilamaya akan dibangun<br />

dalam dua tahap. Tahap pertama membangun<br />

dermaga sepanjang 3.530 meter dan fasilitasnya,<br />

dengan estimasi biaya US$ 2,39 miliar (Rp<br />

37,5 triliun). Setelah selesai, dilanjutkan membangun<br />

tahap kedua, yakni melipatgandakan terminal<br />

peti kemas dengan biaya US$ 1,06 miliar<br />

(Rp 18,8 triliun).<br />

Yang menjadi masalah, rute keluar-masuk<br />

kapal dari laut lepas ke pelabuhan—lewat jalur<br />

sepanjang sekitar 5 kilometer—itu tumpangtindih<br />

dengan sejumlah lokasi tambang minyak<br />

dan gas di Lapangan Arjuna. Pertamina menghendaki<br />

pelabuhan tidak dibangun di lokasi<br />

yang berdekatan dengan blok Offshore North<br />

West Java yang mereka kelola itu.<br />

Pemerintah berniat menggeser lokasi pela-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Menko Perekonomian Chairul<br />

Tanjung menyatakan akan<br />

menyerahkan keputusan<br />

soal Pelabuhan Cilamaya ke<br />

pemerintahan baru.<br />

Yudhi Mahatma/Antarafoto<br />

buhan sejauh 3 kilometer dari lokasi semula.<br />

Namun Pertamina tetap menolak karena di<br />

lokasi itu masih ada anjungan pengeboran dan<br />

jaringan pipa gas. Lokasi yang diusulkan Pertamina<br />

adalah Indramayu, karena ada lokasi yang<br />

bebas dari wilayah kerja eksplorasi migas.<br />

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan<br />

Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator<br />

Perekonomian Luky Eko Wuryanto<br />

mengatakan keberatan Pertamina ini datang<br />

belakangan. Dari studi awal pada sekitar 2010,<br />

pemerintah berkomunikasi dengan Pertamina.<br />

Tapi baru belakangan ini Pertamina menolak.<br />

“Saya tidak tahu apa maksud Pertamina (yang<br />

dulu tidak memprotes),” katanya. “Mungkin<br />

mereka pikir dulu kami tidak serius.”<br />

Ia mengatakan seluruh pantai utara Jawa Barat<br />

memiliki instalasi minyak dan gas di bawah lautnya.<br />

Jadi, kata dia, di bawah semua pelabuhan<br />

pantai utara Pulau Jawa, terdapat pipa-pipa minyak<br />

dan gas. Apalagi, katanya, “Untuk alur kapal<br />

masuk ke dermaga nanti akan dibuatkan ramburambu,<br />

jaraknya sekitar 2 kilometer dari platform<br />

atau pipa Pertamina.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Deretan anjungan minyak<br />

dan gas lepas pantai milik<br />

PT Pertamina Hulu Energi<br />

di lepas pantai Jawa Barat.<br />

Di kawasan ini, pemerintah<br />

berniat membangun<br />

Pelabuhan Cilamaya.<br />

dok pt Pertamina hulu energi<br />

Yang jelas, Kementerian Perhubungan akhirnya<br />

mengundang Pertamina dan Satuan Kerja<br />

Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan<br />

Gas untuk membahas hasil studi kelayakan<br />

itu. Akhirnya diputuskan menggelar studi kelayakan<br />

ulang, yang selesai Juni lalu. Hasilnya<br />

tetap merujuk Cilamaya sebagai lokasi pembangunan,<br />

tetapi dibarengi dengan melakukan<br />

tindakan preventif atau pencegahan agar tidak<br />

mengganggu wilayah kerja Pertamina.<br />

Masalah ini kemudian tidak lagi dibahas. Chairul<br />

Tanjung enggan memutuskan masalah lokasi<br />

pembangunan Pelabuhan Cilamaya karena<br />

sebentar lagi, 20 Oktober nanti, pemerintahan<br />

yang sekarang diganti. Dia mendapat informasi<br />

bahwa Joko Widodo, yang saat ini masih menjabat<br />

Gubernur DKI Jakarta, berniat membangun<br />

pelabuhan di tempat lain. “Makanya, daripada<br />

saya putuskan nanti bertentangan de ngan<br />

yang nanti diputuskan, mubazir, mending kita<br />

tunggu saja,” katanya. n HANS HENRICus B.S. ARON, BUDI<br />

alimuddin<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Jakarta Bisa Gelap<br />

Pertamina cemas proyek Cilamaya bisa mengganggu<br />

ladang minyak dan gas mereka, yang produksinya<br />

terbesar keempat di Indonesia.<br />

Muhammad Adimaja /ANTARA<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Petugas PLN Distribusi<br />

Jakarta Raya dan Tangerang<br />

mengecek salah satu gardu<br />

listrik di Jakarta. Pasokan listrik<br />

Jakarta, yang sebagian berasal<br />

dari minyak blok Arjuna, bisa<br />

terganggu kalau pelabuhan<br />

Cilamaya dibangun.<br />

Rachman/Detikcom<br />

Di sepanjang garis lepas pantai Jawa<br />

Barat bertengger lebih dari 200<br />

anjungan minyak dan gas dengan<br />

produksi yang sangat tinggi. Dari<br />

anjungan-anjungan yang menyebar hampir<br />

rata di blok tambang Offshore North West<br />

Java (ONWJ) itu, pipa-pipa minyak dan gas<br />

dengan panjang total 1.600 kilometer dipasang<br />

centang-perenang di dasar laut.<br />

Sebagian produksi ladang Arjuna itu langsung<br />

dikirim ke kilang minyak di Balongan, Indramayu,<br />

sementara lainnya dikirim ke terminal di tengah<br />

laut. Ada pula gas yang dikirim langsung<br />

ke pembangkit listrik milik PLN di Muara Tawar<br />

dan Tanjung Priok.<br />

Jika pasokan dari ladang minyak Arjuna itu<br />

terhenti, Jakarta akan kekurangan setrum. Dan<br />

ini mungkin terjadi saat Pelabuhan Cilamaya<br />

mulai dibangun. “Jika Cilamaya jadi dibangun<br />

sesuai rencana semula, Jakarta mati lampu<br />

semua karena pasokan gas dari ONWJ akan<br />

terhenti,” ujar Kepala Divisi Gas dan BBM PLN<br />

Suryadi Mardjoeki.<br />

Urusan tambang minyak dan gas—termasuk<br />

efek berantai, seperti listrik—memang<br />

memusingkan karena bertabrakan dengan<br />

proyek Pelabuhan Cilamaya. Di blok minyak<br />

dan gas ONWJ yang dikelola anak perusahaan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pemasukan untuk negara<br />

sekitar Rp 20 triliun per tahun<br />

dari sana.<br />

Pertamina, yakni PT Pertamina Hulu Energi,<br />

itu pelabuhan akan berdiri. Padahal di ladang<br />

Arjuna itu ada lebih dari 300 tambang dan 200<br />

anjungan lepas pantai.<br />

Energi yang dipompa dari sana mencapai<br />

40 ribu barel per hari dan gas mencapai 171<br />

MMSCFD alias ladang minyak dan gas Arjuna<br />

yang terbesar keempat di Indonesia. Pemasukan<br />

untuk negara sekitar Rp 20 triliun per tahun<br />

dari sana. Cadangannya diperkirakan masih<br />

bisa ditambang 20 sampai 25 tahun lagi.<br />

Minyak dari ladang itu dikirim untuk diolah<br />

di kilang Balikpapan dan Cilacap. Sedangkan<br />

gasnya, 62 persen (106 MMSCFD) dikirim ke<br />

PLN. Jumlah besar lain, 52 MMSCFD, ke pabrik<br />

PT Pupuk Kujang, dan sisanya, 14 MMSCFD, ke<br />

Balongan.<br />

Blok itu mulai digarap Pertamina sejak 1967,<br />

dan kontrak bagi hasilnya bakal kedaluwarsa<br />

tiga tahun lagi. Di luar Pertamina, yang memegang<br />

lebih dari separuh saham, juga ada<br />

China National Offshore Oil Corporation<br />

(CNOOC) dengan hampir 37 persen. Sisanya<br />

Salamander Energy dan Talisman Resources,<br />

masing-masing 5,03 persen. CNOOC keluar<br />

dan saham di blok itu diambil alih oleh PT<br />

Energi Mega Persada.<br />

Sekretaris Perusahaan Pertamina Hulu Energi<br />

Wahidin Nurluzia menjelaskan produksi minyak<br />

dan gas itu bakal terganggu jika pemerintah<br />

berkeras mendirikan pelabuhan laut di Cilamaya,<br />

Karawang.<br />

Penyebabnya sederhana: kapal yang hendak<br />

keluar-masuk pelabuhan bakal melewati<br />

jalur yang berdekatan dengan anjungan minyak<br />

dan gas. Kapal itu juga akan bergerak<br />

di atas pipa-pipa minyak atau gas. Pipa inilah<br />

yang menyalurkan energi ke PLN atau Pupuk<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pekerja beraktivitas di salah<br />

satu anjungan milik PT<br />

Pertamina Hulu Energi di<br />

sekitar calon lokasi pelabuhan<br />

Cilamaya.<br />

Rosa Panggabean/ANTARA<br />

Kujang.<br />

Apabila pasokan gas berhenti, PLN mau<br />

tidak mau harus mengganti dengan bahan<br />

bakar lain, yaitu solar. Namun PLN keberatan<br />

memakai solar untuk bahan bakar pembangkit<br />

listrik karena tidak efisien dan harus membangun<br />

gudang penyimpanan, sedangkan di<br />

dua lokasi pembangkit listrik itu tidak ada<br />

lagi lahan sisa.<br />

Selain itu, untuk menggerakkan PLTGU<br />

Tanjung Priok dan Muara Tawar, dibutuhkan<br />

pasokan bahan bakar solar sebanyak 60 ribu<br />

kiloliter per hari. Jika dikonversi dalam rupiah,<br />

PLN harus merogoh kocek sekitar Rp 72<br />

miliar per hari untuk biaya bahan bakar. “Dari<br />

mana uang sebanyak itu untuk BBM” tanya<br />

Suryadi.<br />

Kegelisahan Pertamina ini belum beres<br />

sampai sekarang. Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Chairul Tanjung pun enggan memutuskan<br />

proyek yang masuk dalam program<br />

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan<br />

Ekonomi Indonesia atau MP3EI itu dan<br />

menyerahkannya ke pemerintahan baru. n<br />

Hans Henricus B.S. ARON, RISTA RAMA DHany (cilamaya)<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Bersiap jadi<br />

Miliarder<br />

Dadakan<br />

Pelabuhan Cilamaya dibangun untuk<br />

meringankan beban Tanjung Priok<br />

dan jalan tol Cikampek. Warga<br />

di lokasi siap digusur dan sudah<br />

kedatangan spekulan tanah.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Kesibukan di Pelabuhan<br />

Tanjung Priok, Jakarta.<br />

Kepadatan Tanjung Priok<br />

membuat pemerintah<br />

membuat pelabuhan baru.<br />

Agung/detikcom<br />

SARSAN sudah membayangkan hal<br />

yang indah-indah. Penduduk Kampung<br />

Kalen Kalong, Desa Sumber<br />

Jaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten<br />

Karawang, Jawa Barat, itu memiliki 8<br />

hektare tambak bandeng.<br />

Ia menyaksikan harga tanahnya melejit tinggi<br />

hanya dalam setahun. Tahun lalu, harga pasaran<br />

lahan tambak per hek tare hanya Rp 40 juta.<br />

Tapi dengan cepat harganya naik dan sekarang<br />

sudah ada spekulan yang menawar Rp 40 ribu<br />

per meter persegi. “Tambak saya ditawar Rp<br />

400 juta per hektare, tapi saya belum mau<br />

lepas,” ucapnya.<br />

Sarsan mendengar kampungnya bakal menjadi<br />

pelabuhan besar seperti Tanjung Priok.<br />

Harga tanah pasti bakal melejit lebih tinggi lagi<br />

saat pelabuhan itu—Pelabuhan Cilamaya—terealisasi.<br />

Ia cukup yakin pelabuhan bakal ada karena<br />

tahun lalu ada orang Jepang yang datang<br />

ke kampungnya. Kemudian, ada rombongan<br />

13 mobil yang meneliti sampel tanah. “Bahkan<br />

tambak di belakang rumah saya ini sudah digambar,<br />

katanya mau dijadikan jalan yang akan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Suasana pantai dan Desa<br />

Sumber Jaya, Kecamatan<br />

Tempuran, Kabupaten<br />

Karawang, Jawa Barat. Warga<br />

kampung ini mendengar<br />

wilayahnya bakal menjadi<br />

Pelabuhan Cilamaya.<br />

budi alimuddin/detikcom<br />

tembus sampai tol Cikampek,” tuturnya.<br />

Wilayah yang berjarak sekitar satu jam perjalanan<br />

mobil dari ruas tol Cikampek itu memang<br />

ditargetkan menjadi pelabuhan, meski sekarang<br />

terganjal dengan keberatan Pertamina. Pemerintah<br />

ingin membuat pelabuhan baru, karena<br />

beban Tanjung Priok sudah sangat berat.<br />

Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Perhubungan<br />

Laut Kementerian Perhubungan<br />

Bobby Mamahit mengatakan terbatasnya kapasitas<br />

pelabuhan dan padatnya jalur transportasi<br />

menjadi masalah. “Ini kan menimbulkan<br />

masalah baru, yaitu ekonomi biaya<br />

tinggi,” ucapnya.<br />

Pemerintah sempat menimbang-nimbang<br />

sejumlah wilayah untuk dijadikan pelabuhan.<br />

Nama yang muncul adalah Bojonegara dan Tangerang<br />

di Banten, Marunda di Jakarta, Taruma<br />

Jaya dan Muara Gembong di Bekasi, serta Cilamaya<br />

dan Ciasem di Karawang. “Cilamaya-lah<br />

yang paling memenuhi kriteria,” ucapnya.<br />

Saat ini Pelabuhan Tanjung Priok sudah sangat<br />

penuh. “Kapasitas Priok lama sudah kepenuhan.<br />

Priok II di Kali Baru, Jakarta, yang baru<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pelabuhan New Tanjung<br />

Priok sedang dikebut<br />

penyelesaiannya.<br />

Diperkirakan, meski sudah<br />

ditambah ini, kapasitas<br />

Tanjung Priok akan cepat<br />

penuh.<br />

Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />

dibangun, pun dalam 6-7 tahun ke depan juga<br />

dipastikan sudah penuh,” kata Deputi V Bidang<br />

Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan<br />

Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian<br />

Luky Eko Wuryanto.<br />

Saat ini Tanjung Priok berkapasitas melayani<br />

5,5 juta peti kemas, tapi sudah “dipaksa” bekerja<br />

untuk 7,5 juta peti kemas. Saat ini Pelindo II,<br />

yang menjadi operator pelabuhan, sedang<br />

membangun pembangunan Pelabuhan Priok<br />

II (atau disebut juga New Tanjung Priok) yang<br />

berkapasitas 4,5 juta peti kemas. Tapi, Luky<br />

mengatakan, begitu selesai, kapasitasnya akan<br />

segera penuh. Sebab, diperkirakan, pada 2020<br />

saja industri sudah akan menghasilkan 20 juta<br />

peti kemas.<br />

Pelabuhan Cilamaya dirancang berkapasitas<br />

3,75 juta peti kemas per tahun dan kemudian<br />

ditingkatkan menjadi 7,5 juta di fase kedua. Yang<br />

besar di pelabuhan ini adalah terminal ekspor<br />

mobil, yang berkapasitas 800 ribu per tahun<br />

atau hampir dua kali lipat kapasitas Tanjung<br />

Priok, yang besarnya 430 juta.<br />

Persoalan lain adalah lalu lintas dari kawasan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Patok beton bercap Badan<br />

Kerja Sama Internasional<br />

Jepang (JICA) di sekitar lokasi<br />

calon Pelabuhan Cilamaya.<br />

budi alimuddin/detikcom<br />

industri antara Jakarta-Purwakarta. Sebanyak<br />

75 persen kawasan industri di daerah Jawa<br />

Barat, Banten, dan Jakarta ada di kawasan<br />

itu. Lalu lintasnya semua mengandalkan jalan<br />

tol Jakarta-Cikampek. “Tol Cikampek-Jakarta-<br />

Priok dipastikan dalam 5 tahun ke depan tak<br />

lagi mampu menampung arus truk barang<br />

dari Cikarang dan Karawang,” katanya.<br />

Tapi hitung-hitungan pengelola Tanjung Priok<br />

dan Pelindo II sedikit berbeda. Ia mengatakan<br />

Tanjung Priok dan Priok II total nantinya akan<br />

berkapasitas 15 juta peti kemas. Saat membangun<br />

Priok II, pemerintah sudah berjanji<br />

Cilamaya baru dipakai jika kapasitas Priok II<br />

sudah terpakai 70 persen. Angka ini, menurut<br />

Direktur Utama Pelindo II Richard Joost Lino,<br />

baru tercapai pada 2035. Itu sebabnya, katanya,<br />

“Pembangunan Cilamaya tak harus dibicarakan<br />

sekarang.”<br />

Perkiraan ini dibantah Luky. “Tapi, kalau hitungan<br />

saya tadi, kayaknya bakal cepat, tidak<br />

perlu menunggu sampai 2035 sudah kepenuhan<br />

mereka. Perkiraan saya, tahun 2020-2025<br />

sudah penuh itu Priok I dan II,” ujarnya.<br />

Yang jelas, begitu proyek jadi dikerjakan,<br />

Sarsan dan penduduk kampungnya bakal<br />

kedatangan rezeki. Ia tidak hanya menjadi<br />

miliarder dadakan karena harga tanahnya<br />

melejit. Tapi ia siap digusur dan dipindah ke<br />

kampung lain. “Tapi ja ngan jauh-jauh dari<br />

sini, jadi kami juga bisa kerja dan berdagang<br />

di sekitar pelabuhan ini,” ucapnya. ■<br />

BUDI ALIMUDDIN, HANS HENRICus B.S. ARON<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


ekonomi<br />

Kontroversi cilamaya<br />

Pelabuhan atau<br />

Tambang Migas<br />

RENCANA pemerintah membuat Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, terganjal keberatan<br />

Pertamina, yang memiliki konsesi ladang minyak dan gas Arjuna. Pertamina cemas<br />

kapal yang mondar-mandir di Cilamaya bisa mengundang celaka jika jangkarnya mengenai<br />

satu dari belasan pipa yang centang-perenang di lepas pantai Jawa Barat.<br />

Pelabuhan itu rencananya dibuat di lahan reklamasi. Fase pertama akan terdiri atas dua<br />

terminal peti kemas serta masing-masing satu terminal ekspor mobil, tanker, dan kapal rollon/roll-off<br />

(ro-ro). Nantinya pelabuhan diperbesar dalam fase dua, sehingga luas terminal<br />

peti kemas bakal berlipat dua.<br />

PELABUHAN CILAMAYA<br />

TerminAL Tanker<br />

5 hektare<br />

TerminAL Peti KeMAs 1<br />

Panjang: 840 meter<br />

TerminAL Peti KeMAs 2<br />

Panjang: 840 meter<br />

Area Tunggu Truk dan Utilitas<br />

30 hektare<br />

jALAn Layang<br />

JeMBAtan<br />

800 meter<br />

jeMBAtan ke TerminAL<br />

Ekspor Mobil<br />

kedALAMAn<br />

17 meter<br />

TerminAL Ekspor Mobil<br />

26 hektare<br />

TerminAL Ro-Ro<br />

TerminAL Peti KeMAs 4<br />

Fase kedua, Panjang: 840 meter<br />

TerminAL Peti KeMAs 3<br />

Fase kedua, Panjang: 840 meter<br />

Area Tunggu Truk dan Utilitas<br />

Fase kedua, 30 hektare<br />

Kantor Administrasi PeLABuhan<br />

6 hektare<br />

Gerbang Tol<br />

JeMBAtan<br />

(Fase kedua)<br />

KawasAN PENDUKUNg<br />

Area utilitas, tempat peti kemas kosong, penyimpan<br />

mobil untuk ekspor, dan perkantoran atau gudang.<br />

Alur PeLAyaran<br />

Kapal yang keluar-masuk akan menggunakan jalur di selasela<br />

anjungan minyak dan gas lepas pantai. Jalur ini memiliki<br />

lebar 380 meter dengan panjang 9 kilometer. Agar kapal<br />

tidak melenceng, sebelah kiri dan kanan dipasang berbagai<br />

lampu suar.<br />

Pipa Minyak<br />

dan Gas<br />

Ada belasan jalur pipa<br />

minyak dan gas di<br />

sekitar Cilamaya. Meski<br />

sudah mencari celah,<br />

tetap saja setidaknya<br />

jalur kapal itu akan<br />

melintasi enam pipa gas<br />

dan minyak.<br />

Anjungan Minyak Lepas<br />

pAntai<br />

Di ladang minyak Arjuna,<br />

yang dikelola oleh Pertamina<br />

EP, berdiri 223 buah anjungan<br />

minyak dan gas lepas pantai.<br />

Anjungan ini ter sebar di seluruh<br />

blok minyak di lepas pantai<br />

Jawa Barat itu.<br />

WiLAyah Buang Sauh<br />

Naskah: Nur Khoiri | infografis: zaki alfarabi | Sumber: Pertamina | Kementerian Perhubungan<br />

Kapal bisa antre masuk pelabuhan<br />

dengan menurunkan jangkar di sini.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Surat dari<br />

Harvard<br />

Karen Agustiawan turun dari posisi bos<br />

Pertamina. Alasan kemunduran dirinya<br />

dipertanyakan banyak orang.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Direktur Utama Pertamina<br />

Karen Agustiawan sedang<br />

melayani pembeli Pertamax di<br />

salah satu pompa bensin milik<br />

Pertamina sendiri saat Hari<br />

Pelanggan.<br />

Wahyu Putro A/ANTARA FOTO<br />

HARVARD University adalah nama<br />

yang sangat prestisius. Perguruan<br />

tinggi tertua di Amerika Serikat itu<br />

dipandang sebagai jaminan mutu.<br />

Kampus yang terletak di Cambridge, Massachusetts,<br />

itu telah menghasilkan 69 peraih<br />

Nobel, mulai bidang sastra, seperti penyair top<br />

T.S. Eliot, sampai ekonom, seperti Paul Samuelson<br />

dan Amartya Sen. Beberapa Presiden<br />

Amerika juga lulusan kampus ini, termasuk<br />

Barack Obama.<br />

Nah, kampus top itu beberapa kali menulis<br />

surat mengajak Karen Agustiawan, Direktur<br />

Utama PT Pertamina, bergabung dengan mereka.<br />

Bukan sebagai mahasiswa. Tidak tanggungtanggung,<br />

Karen ditawari menjadi pengajar di<br />

universitas top itu. Siapa tidak ingin mengajar<br />

di tempat prestisius seperti itu<br />

Surat-surat dari Harvard ini menjadi salah<br />

satu alasan saat Karen tiba-tiba saja mengajukan<br />

surat pengunduran diri dari perusahaan<br />

minyak pelat merah itu. Setidaknya alasan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Kampus Fakultas Hukum<br />

Harvard di Cambridge,<br />

Massachusetts. Karen diminta<br />

mengajar di kampus sangat<br />

prestisius.<br />

Darren McCollester/Getty Images<br />

inilah yang disebut oleh Menteri Badan Usaha<br />

Milik Negara Dahlan Iskan sebagai penjelasan<br />

mundurnya Karen. “Beliau disurati terus dari<br />

Harvard, kapan melaksanakan mengajarnya,”<br />

kata Dahlan. Alasan lain Dahlan menyatakan<br />

Karen ingin mengalihkan waktu yang saat ini<br />

tersita karena mengurus minyak dan gas ke<br />

urusan keluarga.<br />

Ucapan Dahlan ini klop dengan pernyataan<br />

Karen di situs resmi Pertamina. Karen—seperti<br />

kebiasaannya—tidak menjelaskan langsung<br />

kepada para wartawan mengapa ia mundur,<br />

tapi hanya lewat situs resmi Pertamina. “Pengunduran<br />

diri saya ini karena pertimbangan<br />

alasan pribadi dan juga untuk proses regenerasi<br />

kepemimpinan di Pertamina,” katanya.<br />

Karen mulai memimpin Pertamina pada<br />

Februari 2009 dan masa jabatannya berlaku<br />

sampai 2014. Sejak awal tahun lalu, Karen<br />

sudah meminta mundur. “Perlu saya tegaskan<br />

bahwa proses pengunduran diri saya ini sudah<br />

berlangsung sejak awal 2013,” ujar Karen di situs<br />

Pertamina.<br />

Dahlan membenarkan soal Karen yang meminta<br />

mundur tahun lalu. Tapi saat itu Dahlan<br />

menolak. Alasannya “Pertamina sedang membangun<br />

(budaya perusahaan), yakni mempertahankan<br />

posisi direktur utama sampai selesai<br />

masa jabatan,” kata Dahlan. Pada masa-masa<br />

sebelum Karen, para bos Pertamina hanya<br />

memimpin 2 hingga 3 tahun.<br />

Masa jabatan pertama ini habis Maret lalu<br />

dan Karen menyatakan sudah mencoba tidak<br />

diperpanjang. “Saya sudah berusaha menolak<br />

dengan alasan yang sama, yaitu alasan pribadi<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />

menyatakan Karen meminta<br />

mundur sejak 2013.<br />

Vitalis Yogi Trisna/ANTARA FOTO<br />

dan perlunya proses regenerasi,” tuturnya.<br />

Namun Dahlan kembali menolak dengan<br />

alasan yang sama dan meminta Karen menjalani<br />

masa jabatan periode kedua di Pertamina.<br />

Keinginan Karen mundur rupanya semakin<br />

kuat meskipun baru menjabat sekitar 5 bulan<br />

dari periode keduanya memimpin Pertamina.<br />

Surat dari Harvard itu menjadi salah satu<br />

alasan kuat Karen. “Karena itu, saya tidak bisa<br />

tahan lagi dan kebetulan akan terjadi pergantian<br />

pemerintahan,” ujar Dahlan. “Saya tawar jangan<br />

terlalu mendadak, dan akhirnya Bu Karen<br />

setuju berhenti tanggal 1 Oktober.”<br />

Meski Oktober masih beberapa bulan lagi,<br />

pengumuman bakal mundur itu mengejutkan<br />

banyak pihak. Mungkin karena mendadak,<br />

mungkin karena banyak yang mengincar posisi<br />

pemimpin Pertamina sehingga heran ada yang<br />

mundur, mungkin karena Karen baru setengah<br />

tahun menduduki masa jabatan kedua, atau<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Sudah miliaran rupiah<br />

uang keluar, siapa<br />

yang akan bertanggung<br />

jawab<br />

Said Didu<br />

dok. detik<br />

mungkin juga karena sekarang menjelang pergantian<br />

pemerintahan baru.<br />

Karen agaknya sadar kemungkinan alasan<br />

mundurnya bakal ditafsirkan macam-macam.<br />

Ia pun menyatakan, “Saya minta agar semua<br />

pihak tidak mengaitkan pengunduran diri saya<br />

di luar hal tersebut. Apalagi jika dikaitkan dengan<br />

hal-hal yang bersifat politis, apalagi sampai<br />

dipolitisasi.”<br />

Pengunduran Karen memang memancing<br />

banyak spekulasi, termasuk urusan politis.<br />

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said<br />

Didu, misalnya, menduga Karen mundur karena<br />

tekanan kebijakan pemerintah yang memicu<br />

risiko bisnis maupun risiko<br />

hukum kepada Pertamina.<br />

Ia menyebut dana yang<br />

dikucurkan Pertamina untuk<br />

memasang RFID—alat pemantau<br />

bahan bakar—di mobil dan<br />

infrastruktur di pompa bensin<br />

tidak ada eksekusi dari pemerintah.<br />

“Sudah miliaran rupiah<br />

uang keluar, siapa yang akan bertanggung<br />

jawab” tutur Said.<br />

Said, yang pernah menjadi tim evaluasi kinerja<br />

Karen, juga mengatakan pemerintah kurang<br />

mendukung Pertamina untuk mendapat ladang<br />

migas perusahaan asing yang masa kontraknya<br />

telah berakhir. Puncaknya adalah keinginan<br />

Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kilogram<br />

yang kerap tidak mendapat restu pemerintah.<br />

Menurut Said, Pertamina harus menanggung<br />

akumulasi kerugian hingga Rp 17 triliun<br />

akibat dari larangan menaikkan harga elpiji 12<br />

kilogram. Dia juga yakin pemerintah tidak akan<br />

merogoh kocek mengganti kerugian Pertamina<br />

tersebut.<br />

Spekulasi ini dibantah Menteri Koordinator<br />

Perekonomian Chairul Tanjung. Ia mengatakan<br />

usulan elpiji 12 kilogram naik harga sudah mendapat<br />

lampu hijau dari Presiden. Yang belum<br />

disepakati dengan pemerintah hanya besaran<br />

dan waktunya.<br />

“Besaran dan waktunya itu harus (melalui)<br />

rapat konsultasi antara Pertamina dan pemerintah<br />

secepat mungkin,” kata pria yang dikenal<br />

dengan sebutan CT ini. Pembahasan ini, menurut<br />

dia, akan berlangsung selama Karen masih<br />

menjabat direktur utama. ■ Hans HENRICus B.S. ARON<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


isnis<br />

Lahir:<br />

Bandung, 19 Oktober 1958 (55 tahun)<br />

Pendidikan:<br />

Teknik Fisika ITB (lulus 1983)<br />

Profil Ringkas<br />

Karen Agustiawan<br />

1983<br />

Bergabung<br />

dengan Mobil<br />

Oil, perusahaan<br />

minyak yang<br />

sekarang menjadi<br />

ExxonMobil, di<br />

bagian pengeboran<br />

seismik untuk<br />

eksplorasi minyak<br />

di Indonesia dan<br />

kemudian bagian<br />

komputasi eksplorasi<br />

di Dallas,<br />

Amerika Serikat.<br />

Karier<br />

1998<br />

Bergabung<br />

dengan<br />

Landmark,<br />

perusahaan<br />

yang bisnisnya<br />

“membaca” hasil<br />

pengeboran<br />

seismik. Landmark<br />

kemudian<br />

diakuisisi Halliburton.<br />

2002<br />

Menjadi<br />

manajer<br />

komersial<br />

untuk dan<br />

manajeman<br />

proyek di<br />

Halliburton<br />

(yang sudah<br />

mencaplok<br />

Landmark).<br />

2006<br />

Menjadi staf ahli<br />

bidang hulu untuk<br />

Direktur Utama<br />

Pertamina dan<br />

kemudian diangkat<br />

sebagai Direktur<br />

Hulu Pertamina.<br />

2009<br />

Diangkat sebagai<br />

Direktur Utama<br />

Pertamina.<br />

■ NUR KHoiri<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Warisan<br />

Cak Nur<br />

Ada banyak jejak yang ditinggalkan cendekiawan<br />

Nurcholish Madjid (Cak Nur), 1939-<br />

2005. Tapi secara garis besar isu-isu yang<br />

kerap disuarakan secara konsisten adalah<br />

seputar demokrasi, kesetaraan gender, dan pluralisme.<br />

Para murid dan keluarga Cak Nur membentuk<br />

Nurcholish Madjid Society pada Mei 2008. Tujuannya<br />

untuk merawat, mengkaji, mengembangkan, bahkan<br />

mengkritik ide dan pemikiran Cak Nur bagi terwujudnya<br />

Indonesia sebagai negara bangsa modern.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Merawat Warisan<br />

natsir<br />

muda<br />

Ide dan pemikiran cendekiawan Nurcholish<br />

Madjid terus dirawat dan dikembangkan<br />

dengan memanfaatkan teknologi digital dan<br />

media sosial.<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Twitter @fileCaknur<br />

agama tak<br />

boleh dipaksakan. Hak yang<br />

amat asasi ini menjadi hak<br />

“Kebenaran<br />

yang tak boleh diingkari,”<br />

begitu cuit yang terlontar dari akun Twitter @fileCaknur.<br />

Ya, kalimat bijak tersebut merupakan<br />

pemikiran Nurcholish Madjid. Meski berpulang<br />

pada 29 Agustus 2005, ide-ide dan pikiran-pikirannya<br />

masih berserak dan bisa ditemui di banyak<br />

buku dan forum-forum diskusi. Ketika media<br />

sosial kian meruyak digunakan masyarakat,<br />

sejumlah murid Cak Nur berinisiatif merawat<br />

dan mensosialisasikan ide-ide sang cendekiawan<br />

untuk membangun Indonesia yang damai,<br />

majemuk, dan toleran lewat Twitter.<br />

“Sejak diluncurkan setahun lalu, lebih dari<br />

7.000 kicauan yang kami sampaikan. Akun<br />

itu sekarang sudah diikuti 114 ribu follower.<br />

Sebelumnya, kami punya Facebook, tapi sudah<br />

ditutup,” kata Budhy Munawar Rachman, salah<br />

seorang murid Cak Nur yang kini berkiprah di<br />

The Asian Foundation untuk menangani Program<br />

Islam and Civil Society. Akun itu dikelola<br />

Budhy bersama Elza Peldi Taher, seorang penu-<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Tap Untuk<br />

Melihat Video<br />

lis yang menyebut dirinya Caknurian.<br />

Selain itu, Budhy dan teman-temannya merintis<br />

perpustakaan digital yang dimulai dengan<br />

menaruh empat jilid Ensiklopedia Nurcholish<br />

Madjid, yang disusunnya selama empat tahun.<br />

Hal itu guna menyiasati mahalnya biaya cetak<br />

yang berbuntut pada tingginya harga jual buku.<br />

“Perpustakaan digital bisa diakses secara gratis,”<br />

ujarnya.<br />

Pekerjaan lain yang tengah dalam proses adalah<br />

mengkompilasi karya inti dari Cak Nur atau<br />

The Essential of Nurcholish Madjid. Naskah yang<br />

terkumpul sudah mencapai 6.000 halaman.<br />

“Ini juga harus dibuat digital agar tidak terlalu<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Budhy Munawar Rachman<br />

dok. pribadi<br />

mahal,” Budi menambahkan.<br />

●●●<br />

Terlahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur,<br />

pada 17 Maret 1939 atau 26 Muharam 1358,<br />

Nurcholish Madjid semula bernama Abdul<br />

Malik. Ketika beranjak remaja, sesuai tradisi di<br />

lingkungan keluarga besarnya, ia mengganti<br />

nama menjadi Nurcholish Madjid dan populer<br />

dengan sapaan Cak Nur. Di masa kecil, selain<br />

menempuh pendidikan di sekolah rakyat di<br />

Mojoanyar dan Bareng pada pagi hari, sore<br />

harinya ia bersekolah agama di madrasah<br />

ibtidaiah. Dari situ ia melanjutkan ke Pesantren<br />

Darul ‘Ulum di Rejoso, Jombang, lalu ke<br />

Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah, Pesantren<br />

Darus Salam di Gontor, Ponorogo.<br />

“Cak Nur remaja sering diolok-olok sebagai<br />

Masyumi nyasar karena bersekolah di pesantren<br />

berlatar Nahdlatul Ulama,” kata Muhammad<br />

Wahyuni Nafis, penulis buku Cak Nur Sang<br />

Guru Bangsa.<br />

Hal itu tak lepas dari kondisi politik di Tanah<br />

Air pascakemerdekaan. Ketika terjadi friksi antara<br />

NU dan Masyumi, menurut Wahyuni, ayah<br />

Cak Nur memilih bertahan di Masyumi.<br />

Karena kecerdasannya, Cak Nur muda semula<br />

akan diberi beasiswa untuk kuliah di Mesir.<br />

Tapi, entah kenapa, dia akhirnya melanjutkan<br />

ke IAIN Syarif Hidayatullah di Ciputat, Jakarta<br />

(Sastra Arab), 1968. Dari Ciputat, Cak Nur meraih<br />

beasiswa ke Universitas Chicago, Illinois,<br />

Amerika Serikat, dan meraih gelar doktor pada<br />

1984.<br />

Sejak remaja, Cak Nur biasa menuangkan<br />

pendapat dan pemikirannya, baik secara lisan<br />

maupun tulisan, di media massa. Hal itu<br />

dilengkapi oleh kefasihannya dalam mengaji<br />

dan berbahasa Arab. Tak mengherankan bila<br />

ia berhasil memimpin Himpunan Mahasiswa<br />

Islam hingga dua periode, 1966-1969 dan 1969-<br />

1971. Kejernihan pendapat dan pemikiran Cak<br />

Nur membuat sebagian temannya menjuluki<br />

“Natsir muda”.<br />

Apalagi, dia juga sudah berhasil saat masih<br />

menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam.<br />

Menurut Omi Komariah, istri Cak Nur, Menteri<br />

Pendidikan Arab Saudi amat terpikat oleh gaya<br />

pidato dan materi yang disampaikan Cak Nur<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Cak Nur remaja sering<br />

diolok-olok sebagai Masyumi<br />

nyasar karena bersekolah di<br />

pesantren berlatar Nahdlatul<br />

Ulama.<br />

Muhammad Wahyuni Nafis<br />

grandyos zafna/detikcom<br />

dalam sebuah acara. Seusai Cak Nur berpidato,<br />

sang menteri menghampiri dan menawarinya<br />

menunaikan ibadah haji. “Bukan cuma sendirian,<br />

Cak Nur juga boleh mengajak sepuluh<br />

temannya untuk berhaji,” ujar Omi.<br />

●●●<br />

Pemikiran Cak Nur yang paling menggegerkan<br />

khalayak, terutama para aktivis gerakan<br />

Islam, menurut Utomo Dananjaya dalam<br />

sebuah kesempatan, adalah saat melontarkan<br />

pernyataan “Islam yes, partai Islam no”. Kala<br />

itu, dia menganggap partai-partai Islam sudah<br />

menjadi “Tuhan” baru bagi orang-orang Islam.<br />

Partai atau organisasi Islam<br />

dianggap sakral dan<br />

orang Islam yang tak memilih<br />

partai Islam dalam<br />

pemilu dituding melakukan<br />

dosa besar. Bahkan,<br />

bagi kalangan NU, haram<br />

memilih Partai Masyumi.<br />

Padahal orang Islam tersebar di mana-mana,<br />

termasuk di partai milik penguasa Orde Baru,<br />

Golkar.<br />

“Waktu itu sedang tumbuh obsesi persatuan<br />

Islam. Kalau tidak bersatu, Islam menjadi lemah.<br />

Cak Nur menawarkan tradisi baru bahwa<br />

dalam semangat demokrasi tidak harus bersatu<br />

dalam organisasi karena keyakinan, tetapi dalam<br />

konteks yang lebih luas, yaitu kebangsaan,”<br />

kata Utomo.<br />

Cak Nur berusaha menghapus kesan bahwa<br />

dia menolak politik dan partai politik dengan<br />

ikut terjun dalam kampanye Pemilu 1977. Kala<br />

itu, menurut Dawam Rahardjo dalam papernya,<br />

Gerakan Islam Kultural Paramadina: Fundamentalisme<br />

Agama dan Masa Depan Keislaman dan<br />

Keindonesiaan, Cak Nur mendukung PPP dengan<br />

tema “memompa ban gembos”.<br />

Pada Pemilu 1971, ketika banyak aktivis dari<br />

kalangan Islam ramai-ramai mendukung dan<br />

masuk Golkar, termasuk Adnan Buyung Nasution,<br />

Cak Nur menolak ikut arus. Ia melihat<br />

pentingnya prinsip keseimbangan, karena Golkar<br />

telah didukung oleh tentara, birokrasi, dan<br />

uang yang berlimpah. Kenyataan sebaliknya<br />

dihadapi PPP dan PDI. “Dari situlah Cak Nur<br />

merintis pentingnya oposisi yang loyal,” kata<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

Pelatihan dai muda di<br />

Nurcholish Madjid Society<br />

nurcholishmadjid.net<br />

Wahyuni.<br />

Dalam oposisi loyal, ia melanjutkan, partai<br />

tak sekadar menolak atau merecoki pemerintah.<br />

Tapi, bila ada kebijakan yang memang<br />

prorakyat, dia juga wajib turut mendukungnya.<br />

“Semangat oposisi ini yang hingga sekarang<br />

belum terwujud dengan benar,” ujarnya.<br />

Saat kuliah di Universitas Chicago, Cak Nur<br />

pernah terlibat perdebatan segitiga dengan<br />

Amien Rais dan Mohamad Roem. Pemicunya<br />

adalah tulisan Amien di majalah Panji Masyarakat,<br />

“Tidak Ada Negara Islam”. Cak Nur<br />

menyatakan tidak ada ajaran Islam yang secara<br />

qoth’i (jelas) menganjurkan untuk membentuk<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

negara Islam. Perdebatan via surat itu lalu dibukukan<br />

oleh penerbit Djambatan pada 1997<br />

dengan judul Tidak Ada Negara Islam.<br />

●●●<br />

Nurcholish Madjid juga dikenal dengan konsep<br />

integrasi segitiga keislaman, kemodernan,<br />

Kita harus memandang Cak Nur secara kreatif.<br />

Jadi pikiran Cak Nur itu bukan kata benda, tapi<br />

kata kerja. Jadi bukan sesuatu yang sudah<br />

selesai kemudian kita tinggal pakai. Kita harus<br />

mengolahnya kembali.<br />

dan keindonesiaan sebagai hasil dari proses liberalisasi<br />

dan sekularisasi yang dikembangkannya.<br />

Hal itu kemudian disebarkan melalui berbagai<br />

lembaga atau institusi yang didirikannya dan<br />

institusi yang dia aktif di dalamnya. Mulai Paramadina<br />

dan universitasnya; pendirian Sekolah<br />

Madania di Parung, Bogor; Sekolah Sevilla di<br />

Pulomas, Jakarta Timur; sampai Perkumpulan<br />

Membangun Kembali Indonesia (PMKI) pada<br />

2003.<br />

Universitas Paramadina, yang didirikan pada<br />

1986, menurut Dawam, sebenarnya dimaksudkan<br />

sebagai lembaga yang mengemban misi<br />

pembaruan Islam Cak Nur. Namun, karena<br />

persoalan eksistensi, Universitas Paramadina,<br />

sebagaimana universitas-universitas lainnya,<br />

baik swasta maupun negeri, telah mengalami<br />

kontaminasi pasar.<br />

Beberapa murid Cak Nur, termasuk istrinya,<br />

Omi Komariah, lalu keluar dan membentuk<br />

Nurcholish Madjid Society (NCMS) pada<br />

28 Mei 2008. Hal itu, menurut Budhy, tidak<br />

dimaksudkan untuk mengkultuskan Cak Nur.<br />

Sebab, sebuah pemikiran dan pribadi tidak<br />

boleh dikultuskan. Lewat komunitas ini mereka<br />

mencoba memperbarui, mengembangkan,<br />

mengkontekstualisasikan kembali apa yang<br />

dulu pernah Cak Nur pikirkan atau lakukan, tapi<br />

mungkin sekarang kondisinya sudah berbeda.<br />

Atau masalah yang dulu belum dipikirkan, sekarang<br />

harus dipikirkan.<br />

“Kita harus memandang Cak Nur secara krea-<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


selingan<br />

grandyos zafna/detikcom<br />

tif. Jadi pikiran Cak Nur itu bukan kata benda,<br />

tapi kata kerja. Jadi bukan sesuatu yang sudah<br />

selesai kemudian kita tinggal pakai. Kita harus<br />

mengolahnya kembali,” tutur Budhy.<br />

Karena itu, aktivitas NCMS tak lepas dari<br />

kajian keagamaan dan isu-isu aktual. Acara<br />

biasa digelar setiap dua bulan sekali dengan<br />

mendatangkan para pembicara yang kredibel<br />

di bidang masing-masing. Materi yang dibicarakan<br />

juga didokumentasikan dalam bentuk<br />

jurnal enam bulanan. “Kami juga sudah tiga<br />

kali memberikan pelatihan bagi dai-dai muda<br />

yang berasal dari berbagai universitas,” ujar<br />

Wahyuni. ■ IsfarI HIkmat | SUDRAJAT<br />

Majalah<br />

Majalah<br />

detik<br />

detik<br />

25<br />

25 -<br />

31<br />

31<br />

AGUSTUS<br />

AGUSTUS<br />

2014<br />

2014


selingan<br />

Sang<br />

Begawan<br />

Menolak<br />

‘Gizi’<br />

untuk membangun kembali<br />

negeri yang terpuruk,<br />

dibutuhkan platform bersama,<br />

platform nasional.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur bersama anggota<br />

keluarga.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

Selain buku, replika lokomotif kereta<br />

api dari berbagai negara merupakan<br />

koleksi yang dimiliki cendekiawan<br />

Nurcholish Madjid (almarhum).<br />

Puluhan replika lokomotif itu dibingkai rapi<br />

dalam kaca yang ditempel pada salah satu<br />

dinding menuju perpustakaan pribadi di lantai<br />

dua kediamannya, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.<br />

“Semuanya dibeli kalau ke luar negeri, Amerika<br />

maupun Eropa. Biasanya pilih yang didiskon.<br />

Bapak sewaktu kecil pernah bercita-cita menjadi<br />

masinis,” kata Omi Komariah, 65 tahun,<br />

saat ditemui majalah detik pada Kamis pagi,<br />

21 Agustus lalu. Hal itu bisa dimaklumi karena<br />

tempat tinggal Cak Nur—sapaan akrab Nurcholish<br />

Madjid—di Jombang, Jawa Timur, dekat<br />

dengan jalur lintasan kereta api. “Sewaktu masih<br />

pacaran, saya pernah diajak ke sebuah stasiun<br />

dan Bapak asyik menjelaskan sejarah rangkaian<br />

rel yang terpasang di sana. Saya manthuk-manthuk<br />

saja, he-he-he…,” ujar Omi.<br />

Berpuluh tahun kemudian, Cak Nur menyatakan<br />

kesediaan menjadi kandidat masinis<br />

dalam bentuk lain. Ya, lelaki kelahiran Jombang,<br />

17 Maret 1939, itu bersedia dicalonkan menjadi<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Erry Riyana Hardjapamekas<br />

dok. detikcom<br />

presiden pada pemilu presiden<br />

2004. Banyak pihak menyambut<br />

gembira perubahan sikap tersebut.<br />

Maklum, sebelumnya, pada<br />

1999, dia menolak saat digadanggadang<br />

sekelompok orang menjadi<br />

calon presiden. Selain menyadari<br />

dirinya bukan orang partai,<br />

Cak Nur ingin menghormati dan<br />

menjaga soliditas umat Islam<br />

atas majunya KH Abdurrahman<br />

Wahid sebagai calon dari Partai<br />

Kebangkitan Bangsa. “Saya menjadi<br />

makmum saja. Masak harus<br />

ada dua imam,” katanya kepada<br />

pers kala itu.<br />

Dalam situasi negeri yang<br />

berada dalam pancaroba, sosok<br />

pemimpin idaman tak cuma harus cerdas dan<br />

pandai, tapi juga punya integritas dan karakternya<br />

mumpuni. Semua syarat itu melekat kuat<br />

pada sosok Cak Nur. Sang Begawan, begitu<br />

sebagian orang menjulukinya.<br />

“Yang mendorong Cak Nur untuk tampil itu<br />

banyak sekali, bukan cuma teman-teman di Paramadina,<br />

tapi juga kaum cerdik-pandai lainnya<br />

dan para pengusaha,” kata Budhy Munawar<br />

Rachman, penulis empat jilid buku Ensiklopedia<br />

Nurcholish Madjid.<br />

Erry Riyana Hardjapamekas, Utomo Danandjaya,<br />

Soegeng Sarjadi, dan Sudirman Said<br />

adalah empat dari banyak nama yang menyokong<br />

Cak Nur. Bersama beberapa anak<br />

muda yang kreatif dan punya idealisme serupa,<br />

dia membentuk Perkumpulan Membangun<br />

Kembali Indonesia (PMKI). Kesediaan Cak Nur<br />

dicalonkan, menurut Erry, sebetulnya lebih<br />

karena keprihatinan terhadap kondisi bangsa<br />

yang tak kunjung keluar dari krisis setelah lima<br />

tahun Reformasi berjalan.<br />

Sebelum melirik Partai Golkar, yang tengah<br />

menggelar konvensi calon presiden, Erry melanjutkan,<br />

Cak Nur dan timnya berniat menjadikan<br />

PKS sebagai kendaraan. Hingga menjelang<br />

pemilu presiden 2004, partai itu masih menunjukkan<br />

harapan sebagai partai Islam yang baik.<br />

Cak Nur pun telanjur mempromosikan PKS bisa<br />

menjadi partai Islam yang modern, terbuka,<br />

rahmatan lil ‘alamin. “Di situ sebenarnya Cak<br />

Nur mempunyai pikiran untuk mereformasi<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur (kedua dari kiri)<br />

bersama Presiden Sukarno di<br />

Istana Merdeka, Jakarta, 1966.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

PKS sebagai partai Islam modern,” kata Budhy,<br />

yang kini aktif di The Asian Foundation untuk<br />

menangani Program Islam and Civil Society.<br />

Namun, ketika disadari PKS tidak memberikan<br />

ruang kepadanya untuk menjadi presiden,<br />

terutama para pengurus di daerah, yang masih<br />

banyak menolak ide-idenya soal Indonesia yang<br />

modern, Cak Nur tak hendak memaksakan diri.<br />

“Bagi saya, beruntung sekali Cak Nur tak jadi<br />

masuk karena, kalau melihat kondisinya, sekarang<br />

saya tak bisa menyebut partai itu seperti<br />

yang pernah dikatakan Cak Nur sebelumnya,”<br />

kata Budhy.<br />

Kesiapan Cak Nur itu dibarengi dengan<br />

platform yang ia tawarkan, yakni “Membangun<br />

Kembali Indonesia”. Dalam platform tersebut<br />

terlihat jelas keinginan Cak Nur membangun<br />

pranata kehidupan bernegara yang karut-marut<br />

dalam lima tahun terakhir saat itu. Mulai penataan<br />

kembali pengelolaan negara, penegakan<br />

hukum, reformasi ekonomi, posisi TNI-Polri,<br />

kehidupan masyarakat sipil, pendidikan, keadilan<br />

sosial, hingga persoalan perdamaian dunia.<br />

Cak Nur sadar betul, untuk membangun kembali<br />

negeri yang terpuruk, dibutuhkan platform<br />

bersama, platform nasional. Penyampaian platform<br />

secara terbuka itu otomatis memberikan<br />

pemahaman sejak awal kepada semua partai<br />

politik dan masyarakat bahwa itulah program<br />

yang akan dilaksanakan kelak sebagai presiden.<br />

Platform itulah yang harus diterima oleh parpol<br />

yang ingin mengusung dirinya sebagai capres.<br />

Sayang, tak banyak yang merespons deng-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur bersama Omi<br />

Komariah di Rumah Sakit<br />

Pondok Indah, Jakarta.<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

an baik platform yang dia tawarkan. Bahkan<br />

para pengurus Partai Golkar di banyak daerah<br />

sepertinya tak terlalu peduli terhadap gagasan<br />

yang ditawarkan. Mereka lebih tertarik menghitung<br />

berapa nilai gizi (uang) yang bisa diberikan<br />

Cak Nur. Akhirnya, Cak Nur memutuskan tidak<br />

melanjutkan niatnya mengikuti konvensi calon<br />

presiden yang digelar Golkar.<br />

“Sebetulnya Cak Nur tak mau memberi gizi<br />

bukan karena tidak ada. Sebab, ada beberapa<br />

pihak yang siap menyokong hingga ratusan miliar<br />

rupiah bila serius menjadi capres. Tapi, kalau<br />

itu dilakukan, apa bedanya Cak Nur dengan<br />

para politikus kebanyakan” kata Wahyuni Nafis,<br />

penulis biografi Cak Nur Sang Guru Bangsa.<br />

Menjadi presiden atau calon presiden,<br />

Wahyuni melanjutkan, sebetulnya bukan<br />

tujuan utama Cak Nur. Karena itu, bila ada<br />

pihak lain yang setuju dan bersedia mengakomodasi<br />

platform tersebut, dia mempersilakan.<br />

Karena itu, Cak Nur senang ketika<br />

Susilo Bambang Yudhoyono, yang akhirnya<br />

memenangi pilpres, meminta izin menggunakan<br />

10 platform itu untuk dijadikan program<br />

kerjanya bila terpilih menjadi presiden.<br />

“Platform Cak Nur akan menjadi bagian<br />

integral dari apa yang akan saya tuangkan<br />

nanti,” kata SBY saat menemui Cak Nur di<br />

kantor Perkumpulan Membangun Kembali<br />

Indonesia, Jakarta, 6 Mei 2004.<br />

Cak Nur pun tak berkeberatan. “Saya tidak<br />

ingin menjadi sesuatu. Asalkan platform saya<br />

dilaksanakan, itu sudah cukup. Saya sudah<br />

bilang, siapa pun yang mau, ya silakan ambil,”<br />

ujarnya santai. ■ Isfari Hikmat | Sudrajat<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Biar Nombok,<br />

Tetap Belanja Buku<br />

Pernah bercita-cita menjadi masinis dan ingin punya sawah.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Nilai koleksi<br />

buku Cak Nur<br />

dibandingkan<br />

dengan rumah<br />

ini kayaknya<br />

lebih mahal<br />

buku.<br />

Secarik undangan dari sebuah<br />

lembaga di negara tetangga masuk<br />

Sekretariat Yayasan Paramadina, kawasan<br />

Pondok Indah, Jakarta Selatan.<br />

Isinya, selain meminta kesediaan Dr Nurcholish<br />

Madjid (Cak Nur) menjadi pembicara, si pengundang<br />

menyatakan siap menanggung biaya<br />

transportasi dan akomodasi. Juga menjanjikan<br />

honor yang, menurut Rahmat Hidayat, kurang<br />

memadai untuk tokoh sekaliber Cak Nur.<br />

Karena itu, saat menyerahkan undangan itu<br />

bersama tumpukan surat lain ke kediaman Cak<br />

Nur di kawasan Tanah Kusir, Jakarta Selatan,<br />

Rahmat, yang menjadi asisten Cak Nur sejak<br />

1995, menduga undangan tersebut tak akan direspons<br />

dengan baik. Tapi dia keliru. “Saya kan<br />

tidak mencari honor, Mat. Tapi acara ini cukup<br />

penting dan pesertanya cukup beragam,” kata<br />

Rahmat menirukan ucapan Cak Nur.<br />

Omi Komariah, istri Cak Nur, pun menyatakan<br />

suaminya tak pernah membicarakan soal<br />

honor sebagai pembicara diskusi atau seminar.<br />

Kesediaan memenuhi undangan biasanya lebih<br />

karena substansi tema dan materi yang akan<br />

disampaikan serta calon peserta. “Kalau dapat<br />

undangan ke luar negeri itu malah seringnya<br />

nombok,” ujar Omi diiringi senyum simpul. “Semua<br />

disyukuri saja. Yang penting, materi yang<br />

disampaikan bisa tersebarkan dengan baik,”<br />

tuturnya.<br />

Suatu kali, seorang teman Cak Nur yang diminta<br />

menggantikannya sebagai pembicara di<br />

sebuah perusahaan badan usaha milik negara<br />

mengucapkan terima kasih karena mengaku<br />

menerima honor lumayan besar. Tapi, pada<br />

kesempatan yang lain, teman yang sama menyatakan<br />

kurang senang karena ternyata si<br />

pengundang tak memberinya honor.<br />

Meski kerap nombok, setiap kali bertandang<br />

ke luar negeri, Cak Nur selalu menyempatkan<br />

diri berbelanja buku sebagai oleh-oleh. Di lantai<br />

dua, yang merupakan ruang kerja sekaligus<br />

perpustakaan pribadi Cak Nur, ada lima rak<br />

besar yang dipadati deretan aneka buku. Semuanya<br />

dilengkapi dengan kode-kode katalog<br />

untuk memudahkan pencarian. Tema bukunya<br />

amat beragam. Selain buku-buku eksakta<br />

dan komputer, ada buku-buku mengenai ilmu<br />

kemanusiaan, agama, budaya, peradaban, dan<br />

beberapa novel, di antaranya The Da Vinci Code<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

karya Dan Brown.<br />

Menurut Omi, Cak Nur pernah<br />

menghabiskan ribuan dolar AS untuk<br />

membeli buku di Belanda. “Bapak pernah<br />

beli buku tipis yang harganya US$<br />

100. Nilai koleksi buku dibandingkan<br />

dengan rumah ini kayaknya lebih<br />

mahal buku,” ujar Omi diiringi tawa.<br />

Sayang, ketika Cak Nur sakit seusai<br />

pemilu presiden 2004, seorang<br />

teman datang dengan<br />

membawa truk untuk<br />

meminjam buku-buku<br />

koleksi Cak Nur. Alasannya,<br />

membantunya<br />

untuk membuatkan<br />

katalog. Tapi, setelah<br />

setahun, pengerjaan<br />

katalogisasi tak pernah<br />

tuntas. “Bapak<br />

Rahmat Hidayat<br />

sudrajat / detikcom<br />

marah betul dan minta supaya (buku) cepat<br />

dikembalikan. Eh, yang dibawa lagi cuma satu<br />

mobil kecil,” ujar Omi. “Sekarang mungkin tinggal<br />

4.000-an yang tersisa,” tuturnya.<br />

Ke depan, buku-buku itu rencananya akan dihibahkan<br />

ke pihak lain yang mampu merawatnya<br />

agar bisa dimanfaatkan masyarakat luas.<br />

Terkait buku, Rahmat punya cerita lain. Pada<br />

Ramadan 2003, Cak Nur sengaja memperpanjang<br />

masa tinggalnya di Mekah seusai umrah<br />

hanya untuk menulis buku. Judulnya Indonesia<br />

Kita.<br />

Di luar soal honor dan buku, Rahmat<br />

menilai Cak Nur sebagai pribadi yang akrab<br />

dengan barang-barang elektronik dan segala<br />

perkakas yang ada di rumah. Alumnus Fakultas<br />

Syariah Institut Agama Islam Negeri<br />

Syarif Hidayatullah, Jakarta (1989-1994), itu<br />

mencontohkan, pada akhir 1995 Cak Nur<br />

sudah memiliki dan menggunakan alat perekam<br />

digital. Alat itu senantiasa dimanfaatkan<br />

untuk merekam setiap ceramah ataupun<br />

wawancara dengan wartawan. Selain untuk<br />

kepentingan dokumentasi, perekam digital<br />

itu berfungsi melakukan cek ulang bila ada<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cak Nur saat umrah bersama<br />

Rahmat tahun 2000.<br />

dok pribadi<br />

pemberitaan yang tidak akurat.<br />

“Seorang wartawan sebuah koran nasional<br />

pernah kena semprot karena tidak akurat mengutip<br />

pernyataan Cak Nur,” ujar Rahmat.<br />

Soal akurasi amat diperhatikan karena hal itu<br />

menjadi salah satu indikasi kredibel-tidaknya<br />

sebuah media. Soal akurasi ini pulalah yang<br />

biasa menjadi salah satu cara Cak Nur menyeleksi<br />

surat-surat undangan untuk menjadi pembicara<br />

dalam seminar, forum diskusi, ataupun<br />

kepentingan lain. “Kalau menulis nama Cak<br />

Nur sudah tidak tepat, ada kalanya langsung<br />

tersingkir,” ujarnya.<br />

Selama 10 tahun mendampingi Cak Nur,<br />

pria kelahiran Bogor, Jawa Barat, pada 1969 itu<br />

mengaku selalu mendapatkan perlakuan yang<br />

sederajat. Bila bepergian ke luar kota, kata<br />

Rahmat, Cak Nur lebih suka menenteng atau<br />

mendorong kopernya sendiri. Pernah dalam<br />

suatu perjalanan dari Jakarta ke Surabaya, saat<br />

dalam pesawat, Cak Nur-lah yang membantu<br />

memasukkan tasnya ke bagasi. “Tubuh saya<br />

kan lebih pendek, jadi Cak Nur tanpa diminta<br />

langsung membantu saya. Dia tidak birokratis<br />

dan egaliter,” ujar Rahmat. n SUDRAJAT<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Dilamar<br />

Cak Nur<br />

dari Mekah<br />

Kecuali menyetrika, Cak Nur biasa<br />

membantu pekerjaan di rumah.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Omi Komariah<br />

Grandyos Zafna/detikcom<br />

“Di balik kesuksesan seorang<br />

pria, pasti ada wanita hebat<br />

di belakangnya.” Ungkapan<br />

itu terasa pas untuk menggambarkan<br />

pasangan Nurcholish Madjid (Cak<br />

Nur) dan Omi Komariah. Cak Nur bisa menjadi<br />

cendekiawan terkemuka dan khusyuk berjuang<br />

menebarkan ide-ide serta pemikirannya berkat<br />

sokongan penuh Omi. Sebagai istri, Omi praktis<br />

mengerjakan semua tugas rutin rumah tangga,<br />

termasuk mendidik kedua putri-putranya.<br />

“Ada uang atau tidak, urusan dapur menjadi<br />

tanggung jawab saya. Pokoknya Bapak tahu<br />

beres. Saya tak mau menambahi beban dia<br />

dengan hal-hal seperti itu,” kata Omi, 65 tahun,<br />

mengenang kehidupannya bersama Cak Nur<br />

selama hampir 36 tahun.<br />

Meski begitu, ia melanjutkan, Cak Nur bukan<br />

tipe suami yang serba harus dilayani. Kalau<br />

sekadar sarapan, dia biasa menyeduh teh dan<br />

menggoreng telur sendiri. Begitupun kalau ada<br />

perkakas rumah tangga yang rusak, seperti<br />

mengganti lampu yang mati atau membersihkan<br />

kompor, Cak Nur pasti dengan sigap turun<br />

tangan. “Bapak itu yang enggak bisa cuma nyetrika<br />

pakaian,” ujar Omi tersenyum simpul.<br />

Pasangan ini berjodoh berkat campur tangan<br />

guru Cak Nur di Pondok Pesantren Darus Salam,<br />

Gontor, Jawa Timur. Maklum, meskipun<br />

sudah dikenal sebagai aktivis cemerlang yang<br />

memimpin Himpunan Mahasiswa Islam, Cak<br />

Nur mempercayakan sepenuhnya kepada sang<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Omi dan Cak Nur di Chicago.<br />

dok. pribadi<br />

kiai di Gontor untuk memilihkan calon istri.<br />

Oleh sang kiai, Cak Nur dijodohkan dengan<br />

putri kedua Mohamad Kasim, pengusaha asal<br />

Madiun, yang menjadi donatur tetap Pondok<br />

Pesantren Gontor.<br />

“Sewaktu masih kelas II SMA, tiba-tiba Bapak<br />

minta foto saya. Feeling saya, mesti ada apa-apa<br />

nih, mau dijodohkan. Ya sudah, saya kasih pasfoto<br />

saja biar si lelaki enggak jadi naksir,” ujar<br />

Omi mengenang diiringi tawa.<br />

Siasat itu keliru. Tak lama berselang, si pemuda<br />

bertandang. Omi pun diminta menyuguhkan<br />

air minum dan makanan kecil. Karena ada<br />

pembantu, Omi menolak. Namun sang ibu, Siti<br />

Sutirah, membujuk agar dia melakukan tugas<br />

itu. Sepintas Omi cuma melirik si pemuda<br />

berpenampilan amat sederhana. Tapi, dalam<br />

obrolan dengan sang ayah, ada kesan lelaki itu<br />

adalah aktivis perjuangan.<br />

Hingga suatu hari Omi menerima surat dari<br />

Cak Nur, yang intinya menanyakan kesediaannya<br />

menjadi istri. Surat itu ditulis di sela-sela<br />

menunaikan ibadah haji yang dibiayai Kementerian<br />

Pendidikan Saudi. “Jadi Bapak sudah<br />

berhaji saat bujangan. Dia melamar lewat surat<br />

yang ditulisnya setelah berdoa di depan Ka’bah<br />

di Mekah,” tutur Omi.<br />

Mereka akhirnya menikah pada 30 Agustus<br />

1969, ketika Omi masih kuliah tingkat II di Fakultas<br />

Kedokteran Universitas Islam Indonesia,<br />

Yogyakarta. Baru setelah Omi hamil lima bulan,<br />

Cak Nur memboyongnya ke Jakarta. Mereka<br />

tinggal di rumah yang dipinjamkan Hartono,<br />

pengusaha kapal, di daerah Tebet.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


selingan<br />

Cepat atau<br />

lambat, semua<br />

orang akan<br />

dipanggil<br />

Tuhan.<br />

Sekarang<br />

Papa dulu<br />

yang dipanggil<br />

Allah.<br />

Hingga dikaruniai dua anak, Nadya dan<br />

Mikail, kehidupan rumah tangga Cak Nur dan<br />

Omi tertatih-tatih. Maklum, sebagai aktivis, Cak<br />

Nur tak punya penghasilan tetap. Toh, Omi tak<br />

pernah mengeluh. Begitupun selama mendampingi<br />

Cak Nur menempuh pendidikan doktoral<br />

di Universitas Chicago, Amerika Serikat, pada<br />

1978-1984, dia harus bekerja serabutan sebagai<br />

pengasuh bayi hingga petugas cleaning servis.<br />

Ia patuh pada pesan sang ayah, agar tak mengganggu<br />

suami dengan urusan materi.<br />

“Kamu akan menjadi istri seorang aktivis,<br />

pejuang. Jangan terlalu menuntut banyak materi.<br />

Kalau ada apa-apa, ke saya saja,” tutur Omi<br />

menirukan nasihat Mohamad Kasim.<br />

Sepulang dari Amerika, Omi lebih banyak<br />

menghabiskan waktu menemani Cak Nur ke<br />

mana pun. Berceramah di kelompok-kelompok<br />

pengajian, menjadi pembicara dalam seminar<br />

level nasional, hingga konferensi internasional<br />

di banyak negara Asia, Eropa, dan Amerika.<br />

Semua dilakukan atas permintaan sang suami,<br />

meski semula Omi merasa risi, takut dikira<br />

sebagai istri pencemburu.<br />

“Itu Bapak yang selalu minta karena butuh<br />

tempat curhat, yang hanya bisa diceritakan kepada<br />

saya. Saat di mobil sebelum tiba di tempat<br />

acara, dia suka tanya sebaiknya menyampaikan<br />

cerita apa kepada audiens,” katanya.<br />

Omi pun nyaris tak pernah beranjak dari sisi<br />

Cak Nur saat menjalani perawatan di Cina dan<br />

Singapura, hingga mengembuskan napas terakhir<br />

di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta,<br />

pada 29 Agustus 2005. Omi sempat membacakan<br />

surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas seperti<br />

diminta Cak Nur sesaat sebelum mengembuskan<br />

napas terakhirnya.<br />

“Cepat atau lambat, semua orang akan<br />

dipanggil Tuhan. Sekarang Papa dulu yang dipanggil<br />

Allah, nanti Mama dan anak-anak pasti<br />

menyusul,” bisik Omi kala itu. Kini, sembilan<br />

tahun sudah jasad Cak Nur bersemayam di Taman<br />

Makam Pahlawan Kalibata. Dan Omi bersama<br />

para murid Cak Nur bertekad merawat<br />

warisan sang Guru Bangsa dan melanjutkan<br />

cita-citanya. Amin.... ■ Sudrajat<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

2345678910<br />

2345678910<br />

Perempuan<br />

Satu-satunya<br />

“Dia pantas mendapatkan Medali Fields....<br />

Pekerjaannya luar biasa.”<br />

34567891011<br />

2345678910<br />

2345678910<br />

2345678910<br />

34567891011<br />

2345678910<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

Itulah pertama<br />

kalinya aku<br />

menjumpai solusi<br />

yang sangat cantik.<br />

Dua pekan lalu, Presiden Iran Hassan<br />

Rouhani bercuit di Twitter. “Congrats<br />

to #MaryamMirzakhani on becoming<br />

the first ever woman to win the #Fields­<br />

Medal, making us Iranians very proud,” Presiden<br />

Rouhani menulis.<br />

Di tweet-nya, Presiden Rouhani juga menyertakan<br />

dua foto Maryam. Satu foto Maryam<br />

mengenakan hijab, satu lagi tanpa kerudung.<br />

Ucapan selamat Presiden Rouhani di Twitter itu<br />

segera memancing rupa-rupa komentar. Mereka<br />

tak membicarakan teori-teori matematika<br />

Maryam, melainkan dua foto yang diunggah<br />

Presiden Rouhani.<br />

Di Iran, perempuan tanpa hijab merupakan barang<br />

langka. Bahkan memajang foto sendiri tanpa<br />

hijab di Internet bisa berujung di penjara. Pada<br />

2010, aktivis hak asasi manusia Nasrin Sotoudeh<br />

dijatuhi hukuman enam tahun penjara hanya<br />

gara-gara mengunggah video yang menampilkan<br />

dia tanpa hijab.<br />

“Tak pernah terjadi sebelumnya,” Negar<br />

Mortazavi, keturunan Iran yang tinggal di<br />

Washington, DC, menulis di Twitter. “@HassanRouhani<br />

shared photo of Iranian-American<br />

mathematician Maryam Mirzakhani without<br />

Islamic Hijab.”<br />

Terlepas soal dia mengenakan hijab atau tidak,<br />

prestasi Maryam Mirzakhani, 37 tahun, luar biasa.<br />

Di kalangan matematika wan, gengsi penghargaan<br />

Fields ini setara dengan Hadiah Nobel Fisika atau<br />

Nobel Kedokteran. Sejak pertama kali penghargaan<br />

Fields dianugerahkan pada 1936, perempuan<br />

yang lahir dan besar di Teheran, Iran, itu merupakan<br />

perempuan pertama dan satu-satunya yang<br />

pernah mendapatkannya.<br />

“Aku sangat senang jika penghargaan ini<br />

memberikan dorongan lebih besar bagi para<br />

matematikawan dan ilmuwan perempuan,” kata<br />

Maryam dua pekan lalu. “Aku yakin bakal ada<br />

semakin banyak perempuan yang memenangi<br />

penghargaan seperti ini.” Kendati tak sedikit<br />

ilmuwan perempuan yang brilian, matematika<br />

adalah ladang yang sangat “kering” perempuan.<br />

Sangat sedikit profesor matematika perempuan<br />

di kampus-kampus top dunia, termasuk di<br />

Stanford, kampus Maryam.<br />

Dari puluhan profesor matematika, hanya<br />

ada dua perempuan: Maryam dan Elenis Ionel.<br />

Padahal, siapa sangka, Maryam kecil tak pernah<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

youtube<br />

bercita-cita menjadi jago matematika. “Mimpiku<br />

adalah menjadi penulis,” kata Maryam. Sejak kecil,<br />

dia memang doyan menulis dan membaca. Buku<br />

apa pun dia lahap. Dari cerita anak-anak hingga<br />

novel Lust for Life, novel mengenai hidup pelukis<br />

Vincent van Gogh.<br />

Angka tak pernah menarik bagi Maryam kecil.<br />

Di sekolah, nilai matematikanya juga tak tergolong<br />

bagus. Guru matematikanya pun tak menganggapnya<br />

sebagai anak yang punya bakat dalam<br />

ilmu hitung, membuat Maryam semakin jauh<br />

dari matematika. “Aku kehilangan minat pada<br />

matematika,” Maryam, kini profesor matematika<br />

di universitas kondang, Universitas Stanford, menuturkan<br />

masa kecilnya.<br />

Rumus perhitungan sederhana Gauss-lah<br />

yang menyedot minat Maryam pada matematika.<br />

Suatu hari, saudara laki-lakinya menunjukkan<br />

bagaimana ilmuwan Jerman abad ke-18,<br />

Carl Friedrich Gauss, menjumlah seluruh angka<br />

dari 1 hingga 100. “Itulah pertama kalinya aku<br />

menjumpai solusi yang sangat cantik, walaupun<br />

bukan aku yang menemukannya,” kata<br />

Maryam. Setelah itu, sejak di bangku sekolah<br />

menengah atas, perhatiannya tak teralihkan<br />

dari matematika.<br />

Dua tahun berturut-turut dia menyabet medali<br />

emas Olimpiade Matematika. Pada 1994, Maryam<br />

hanya membuat satu kesalahan. Pada Olimpiade<br />

Matematika setahun kemudian, dia mencatat nilai<br />

sempurna. Tanpa satu pun kesalahan. Setelah lulus<br />

sarjana matematika dari Universitas Teknologi<br />

Sharif, Teheran, Maryam mendapatkan gelar doktor<br />

matematika dari Universitas Harvard, Amerika<br />

Serikat, pada 2004.<br />

“Dia punya imajinasi yang berani.... Dia akan<br />

memformulasikan imajinasi apa yang akan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

Sangat<br />

menyenangkan....<br />

Seperti menuntaskan<br />

puzzle atau<br />

menghubungkan<br />

titik-titik dalam<br />

kasus detektif.<br />

terjadi itu dalam otaknya, kemudian datang ke<br />

kantorku dan mendeskripsikannya. Dia akan<br />

bertanya kepadaku, ‘Apakah itu benar’” kata<br />

Curtis McMullen, pembimbingnya di Harvard.<br />

Seperti Maryam, Curtis juga pernah memenangi<br />

Medali Fields.<br />

●●●<br />

Matematika seperti yang ditekuni Maryam<br />

memang tidak untuk semua orang. Bahkan, untuk<br />

sekadar memahaminya, bagi mereka yang tak<br />

pernah belajar matematika hingga tingkat lanjut,<br />

bakal membuat jidat berlipat-lipat dan tetap tidak<br />

paham.<br />

Karya-karya Maryam berkontribusi besar dalam<br />

geometri hiperbolik dan sistem dinamik. Karyanya<br />

dalam permukaan Riemann menjawab sebagian<br />

pertanyaan tak terungkap selama belasan tahun.<br />

Permukaan Riemann diberi nama berdasarkan<br />

Bernhard Riemann, jenius matematika Jerman<br />

pada abad ke-19.<br />

Menurut Riemann, setiap permukaan bisa<br />

digolongkan menurut angka genus. Bola memiliki<br />

genus nol, sementara permukaan cangkir kopi<br />

bergenus satu. Kue pretzel yang sempurna memiliki<br />

genus tiga. Satu permukaan dapat menjadi<br />

permukaan Riemann jika ditambahkan dengan<br />

struktur kompleks.<br />

Salah satu bentuk utama permukaan Riemann<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


sains<br />

adalah permukaan hiperbolik Riemann. Salah satu<br />

fokus analisis Maryam adalah geodesika tertutup<br />

dalam permukaan hiperbolik. Menurut Maryam,<br />

inilah kurva tertutup yang panjangnya tak bisa<br />

diperpendek lewat deformasi struktur.<br />

Temuan profesor matematika di Universitas<br />

Stanford ini sekaligus membuktikan konjektur<br />

Edward Witten, fisikawan dari Institute for Advanced<br />

Study, Princeton, yang sudah berumur<br />

lebih dari dua dekade. “Dia pantas mendapatkan<br />

Medali Fields.... Pekerjaannya luar biasa,” Peter<br />

Sarnak, profesor matematika di Universitas Princeton,<br />

memuji pencapaian Maryam.<br />

Bagi Maryam, mengutak-atik rupa-rupa<br />

problem matematika tak terpecahkan seperti<br />

tengah bermain. “Sangat menyenangkan...<br />

Seperti menuntaskan puzzle atau menghubungkan<br />

titik-titik dalam kasus detektif,” kata<br />

Maryam. “Aku merasa ini sesuatu yang aku<br />

bisa mengerjakannya, dan aku ingin mengejarnya.”<br />

Dia sangat menikmati misteri matematika yang<br />

sangat pelik dan butuh waktu berbulan-bulan,<br />

bertahun-tahun, untuk memecahkan, bahkan<br />

mungkin tak ada solusinya. Dia mendeskripsikan<br />

diri sebagai orang yang lambat tapi punya napas<br />

panjang. Filosofi serupa yang dia terapkan saat<br />

berlari, hobi yang dia tekuni bersama suaminya,<br />

Jan Vondrak, peneliti di IBM Almaden Research<br />

Center, California.<br />

“Aku tak punya resep khusus. Inilah alasan<br />

mengapa riset itu sangat menantang sekaligus<br />

menarik.... Seperti kita tersesat di hutan dan<br />

dipaksa memakai semua pengetahuan untuk<br />

mencari jalan,” ujar Maryam. ■<br />

SAPTO PRADityO | Quanta | GuarDian | STANFORD | NYTIMES<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Dua Muka<br />

‘Negara Islam’<br />

“Aku seperti tengah<br />

berurusan dengan<br />

petugas pemerintah yang<br />

terhormat ketimbang<br />

gerombolan preman.”<br />

Thomas Peter/Reuters<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Surat elektronik itu tiba di kotak<br />

surat pasangan John Foley Sr dan<br />

Diane Foley pada Selasa, 12 Agustus<br />

lalu. Sang pengirim mengklaim sebagai<br />

orang yang menculik anak mereka, James<br />

Foley, pada November 2012.<br />

Surat itu bertajuk (dikutip sesuai aslinya ),<br />

“HOW LONG WILL THE SHEEP FOLLOW THE<br />

BLIND SHEPPARD”<br />

A message to the American government and<br />

their sheep like citizens:<br />

We have left you alone since your disgraceful<br />

defeat in Iraq. We did not interfere in your country<br />

or attack your citizens while they were safe<br />

in their homes despite our capability to do so!<br />

As for the scum of your society who are held<br />

prisoner by us, THEY DARED TO ENTER THE<br />

LION’S DEN AND WHERE EATEN!<br />

You were given many chances to negotiate the<br />

release of your people via cash transactions as<br />

James Foley setelah<br />

dibebaskan oleh<br />

pemerintah Libya di<br />

Hotel Rixos, Tripoli,<br />

pada 18 Mei 2011.<br />

Louafi Larbi/Reuters<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

“Nasib warga<br />

Amerika ini, Obama,<br />

bergantung pada<br />

keputusanmu.”<br />

other governments have accepted,<br />

We have also offered prisoner exchanges to<br />

free the Muslims currently in your detention like<br />

our sister Dr Afia Sidiqqi, however you proved<br />

very quickly to us that this is NOT what you are<br />

interested in.<br />

You have no motivation to deal with the Muslims<br />

except with the language of force, a language<br />

you were given in “Arabic translation”<br />

when you attempted to occupy the<br />

land of Iraq!<br />

Now you return to bomb the Muslims<br />

of Iraq once again, this time<br />

resorting to Arial attacks and “proxy<br />

armies”, all the while cowardly shying<br />

away from a face-to-face confrontation!<br />

Today our swords are unsheathed towards you,<br />

GOVERN MENT AND CITIZENS ALIKE! AND<br />

WE WILL NOT STOP UNTILL WE QUENCH<br />

OUR THIRST FOR YOUR BLOOD.<br />

You do not spare our weak, elderly, women or<br />

children so we will NOT spare yours!<br />

You and your citizens will pay the price of your<br />

bombings!<br />

The first of which being the blood of the American<br />

citizen, James Foley!<br />

He will be executed as a DIRECT result of your<br />

transgressions towards us!<br />

James Foley, reporter GlobalPost, ditangkap<br />

milisi Negara Islam pada 22 November 2012<br />

saat tengah meliput di wilayah utara Suriah,<br />

tak jauh dari perbatasan Turki. Dua wartawan<br />

Prancis, Didier Francois dan Nicholas Henin,<br />

yang sempat beberapa bulan ditahan bersama<br />

James, sudah dilepaskan pada Mei lalu.<br />

James, menurut Didier, orang yang sangat<br />

kuat sekalipun berada dalam tekanan terusmenerus.<br />

“Dia merupakan salah seorang pilar<br />

di antara para tahanan.... Dia orang yang sangat<br />

luar biasa, teman yang menyenangkan selama<br />

dalam sekapan,” kata Didier pekan lalu.<br />

Sial bagi James, milisi Negara Islam sempat<br />

membuka laptop miliknya dan menemukan<br />

fakta bahwa John Foley, saudara kandung James,<br />

bekerja sebagai prajurit Angkatan Udara<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

James Foley<br />

sebelum dibunuh<br />

oleh milisi Negara<br />

Islam. Tak<br />

diketahui persis<br />

kapan peristiwa ini<br />

terjadi.<br />

Reuters<br />

Amerika Serikat. “Dia kemudian menjadi sasaran<br />

utama pukulan dan cambukan di antara<br />

semua tahanan,” Nicholas menuturkan.<br />

Selama setahun tak ada kabar soal James. Baru<br />

pada November 2013, penculik James mengirimkan<br />

surat permintaan tebusan yang tak kira-kira<br />

besarnya, yakni US$ 132 juta atau Rp 1,5 triliun.<br />

Menurut bos GlobalPost, Phil Balboni, keluarga<br />

dan manajemen GlobalPost, dengan bantuan Biro<br />

Investigasi Federal (FBI), telah meminta pengampunan<br />

bagi James. Namun tak ada tanggapan<br />

hingga surat pada 12 Agustus lalu.<br />

Sepekan setelah surat itu datang, muncul<br />

video menggemparkan di YouTube. Di video<br />

bertajuk A Message to America itu seorang<br />

anggota milisi Negara Islam dengan keji memenggal<br />

kepala James Foley.<br />

“Inilah James Wright Foley, warga Amerika.<br />

Pemerintah kalian telah menjadi ujung<br />

tombak agresi terhadap Negara Islam.... Hari<br />

ini, Angkatan Udara kalian setiap hari menyerang<br />

kami di Irak. Serangan kalian telah<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Ketika pabrik miliknya di Kota Aleppo runtuh<br />

dihantam bom pada Juli lalu, Qadri—dia menolak<br />

menyebutkan nama lengkapnya—hanya<br />

punya dua pilihan suram bagi masa depannya.<br />

Pertama, bertahan di rumahnya dan bersiap<br />

menanggung risiko mati kena bom. Atau, buruburu<br />

hengkang dan bergabung dengan ribuan<br />

pengungsi lain dari Suriah.<br />

Qadri memilih jalan lain. Dia mengumpulkan<br />

semua harta yang tersisa dan berpindah ke arah<br />

timur Aleppo. Dia memilih berpindah ke Raqqa,<br />

sekitar 160 kilometer arah timur dari Aleppo.<br />

Tak disangka, di kota yang kini dikuasai milisi<br />

Negara Islam itu, dia menemukan keamanan<br />

dan ketertiban, dua hal yang langka di Suriah<br />

hari ini.<br />

Di Raqqa, dia membuka kembali usaha pakaian<br />

anak-anak. “Perang di Suriah masih panjang,<br />

jadi kita harus tetap melanjutkan hidup,” kata<br />

Qadri beberapa pekan lalu. Di Raqqa, kota<br />

yang kini sering dianggap sebagai Ibu Kota Negara<br />

Islam—dulu Negara Islam di Suriah dan<br />

Ash-Syam—mereka menerapkan hukum Islam<br />

sesuai versi mereka dengan tangan besi.<br />

Patung-patung di seluruh kota, seperti painternasional<br />

“Sekarang tak<br />

ada lagi suku yang<br />

berani melawan<br />

milisi Negara<br />

Islam.”<br />

menimbulkan korban warga muslim. Kami<br />

tentara Islam yang telah diakui oleh kalangan<br />

muslim seluruh dunia,” kata laki-laki di<br />

samping Foley.<br />

Pada akhir video, dia menunjukkan foto Steven<br />

Joel Sotloff, 31 tahun. Warga Miami, Amerika,<br />

itu bekerja untuk majalah Time dan Foreign<br />

Policy. Dia diculik milisi Negara<br />

Islam tak jauh dari Kota Aleppo<br />

pada Agustus 2013. “Nasib<br />

warga Amerika ini, Obama, bergantung<br />

pada keputusanmu,”<br />

dia mengancam. Selain Sotloff,<br />

masih ada sejumlah wartawan<br />

asing dan relawan kemanusiaan<br />

yang diculik dan hilang tak<br />

tentu rimba di Suriah dan Irak.<br />

Dari aksennya, Paul Kerswill, ahli bahasa<br />

dari Universitas York, menduga anggota milisi<br />

Negara Islam itu berasal dari daerah East End,<br />

London. “Dia mungkin punya latar belakang<br />

bahasa asing, tapi aksennya mirip dengan aksen<br />

campuran daerah London,” Paul menduga.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Milisi Negara Islam<br />

berkonvoi di Kota<br />

Raqqa, Suriah.<br />

Al-Jazeera<br />

tung singa di Taman Al-Rasheed, dirobohkan<br />

karena dinilai sebagai bentuk penyekutuan<br />

Allah. Alun-alun Al-Amasy, yang biasa dipenuhi<br />

dengan muda-mudi yang berpacaran, kini dipagar<br />

besi. Angka kejahatan turun drastis. Maling<br />

yang tertangkap tangan langsung dipotong tangannya<br />

di muka umum.<br />

“Kami membangun Negara Islam yang mencakup<br />

seluruh aspek kehidupan.... Tak ada yang<br />

berani mencuri dari warga muslim, karena<br />

hukumannya adalah potong tangan,” kata Abu<br />

Musa, juru bicara Negara Islam di Raqqa.<br />

Milisi Negara Islam menyulap bekas Balai<br />

Kota Raqqa menjadi kantor Komisi Pelayanan<br />

Islam. Pengadilan Syariah dan polisi berkantor<br />

di gedung bekas milik Kementerian Keuangan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Milisi Negara Islam<br />

menghancurkan<br />

rokok di Kota<br />

Raqqa, Suriah.<br />

IBTimes<br />

Suriah. Sementara itu, Bank Kredit Suriah kini<br />

bersalin fungsi menjadi kantor pajak Negara Islam.<br />

Gereja terbesar di kota itu, Gereja Katolik<br />

Armenia, disulap menjadi Islamic Center.<br />

“Yang aku lihat di Raqqa adalah Negara Islam<br />

punya visi yang jelas seperti apa negara yang<br />

mereka maksud,” ujar seorang pensiunan guru<br />

di Raqqa. “Ini sama sekali bukan da gelan.”<br />

Setiap bulan, petugas pajak Negara Islam<br />

akan menagih “pajak” sebesar sekitar Rp 200<br />

ribu kepada para pemilik toko. Sebagian uang<br />

itu untuk membayar tagihan air bersih dan listrik,<br />

sebagian lain untuk jasa keamanan. Menurut<br />

beberapa pemilik toko, jumlah tagihan itu<br />

lebih kecil ketimbang yang harus mereka bayar<br />

ke petugas rezim Bashar al-Assad.<br />

“Aku seperti tengah berurusan dengan petugas<br />

pemerintah yang terhormat ketimbang<br />

gerombolan preman,” kata seorang pemilik<br />

toko emas di Raqqa. Penguasa Negara Islam<br />

melarang warga kota merokok dan menikmati<br />

sisha. Semua perempuan wajib berhijab dan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Jika al-Sheitat<br />

sudah selesai<br />

urusannya dengan<br />

kami, suku-suku<br />

lain akan jadi<br />

target berikutnya.<br />

menutup wajahnya.<br />

Suatu kali, polisi syariah menemukan satu<br />

perempuan tak menutup wajahnya dalam<br />

bus tujuan Damaskus. Polisi syariah meminta<br />

perempuan itu pulang dan melengkapi pakaiannya.<br />

Barulah mereka mengizinkan bus itu<br />

berangkat.<br />

Sadar bahwa milisi Negara<br />

Islam tak bisa mengelola dan<br />

mengoperasikan satu kota, sang<br />

pemimpin tertinggi, Abu Bakar<br />

al-Baghdadi, meminta dokter<br />

dan insinyur dari pelbagai kota<br />

di Suriah, Irak, dan negaranegara<br />

lain bergabung de ngan<br />

mereka di Raqqa.<br />

Perusahaan listrik di Raqqa, misalnya, kini<br />

dikelola oleh insinyur dari Sudan, sementara<br />

rumah sakit Raqqa dipimpin dokter dari Yordania.<br />

Ketika Mosul di Irak membutuhkan dokter<br />

untuk mengoperasikan rumah sakit di sana,<br />

sang dokter segera berangkat ke kota itu. “Dia<br />

berbicara kepada kami dengan penuh keyakinan<br />

bahwa kekhalifahan Negara Islam yang<br />

dimulai di Raqqa akan menyebar ke seluruh<br />

dunia,” ujar seorang staf rumah sakit di Raqqa.<br />

Para tetua suku Al-Sheitat di Provinsi Deir Ezzor,<br />

Suriah, pernah punya kesepakatan dengan<br />

pemimpin Negara Islam. Kedua pihak bersepakat<br />

tak akan saling mengganggu. Para prajurit<br />

dari suku Al-Sheitat tak akan menghalangi ekspansi<br />

milisi Negara Islam, sebagai balasannya,<br />

milisi Negara Islam juga akan menjauhi suku<br />

Al-Sheitat.<br />

Namun kesepakatan itu bubar setelah milisi<br />

Negara Islam menangkap dua tetua suku Al-<br />

Sheitat pada awal Agustus lalu. Pertempuran<br />

kedua pihak tak terhindarkan di tiga kota dengan<br />

mayoritas penduduk keturunan Al-Sheitat,<br />

yakni Abu Hamam, Kashkiyeh, dan Ghraneij.<br />

Kepala suku Sheitat, Syekh Rafaa Aakla al-Raju,<br />

mengajak suku-suku lain bergabung untuk<br />

melawan milisi Negara Islam. “Kami mengajak<br />

suku-suku lain bergabung bersama kami, karena<br />

giliran mereka berikutnya.... Jika Al-Sheitat<br />

sudah selesai urusannya dengan kami, sukusuku<br />

lain akan jadi target berikutnya.”<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Milisi Negara Islam<br />

berkonvoi di Kota<br />

Raqqa, Suriah.<br />

Al-Jazeera<br />

Para prajurit suku Al-Sheitat tak kuasa menahan<br />

milisi Negara Islam yang punya persenjataan<br />

lebih lengkap dan canggih. Mereka<br />

terpaksa mundur dari basis-basis komunitas Al-<br />

Sheitat. “Situasinya sangat buruk... tapi warga<br />

tak sanggup mengusir mereka,” ujar seorang<br />

aktivis hak asasi manusia di Suriah.<br />

Dengan bengis, ratusan warga suku Al-Sheitat<br />

yang tertangkap dan menolak dibaiat menjadi<br />

anggota Negara Islam dibunuh. Menurut<br />

catatan Syrian Observatory for Human Rights<br />

(SOHR), selama dua pekan pertempuran, lebih<br />

dari 700 prajurit dan warga suku Al-Sheitat mati<br />

dieksekusi oleh milisi Negara Islam. Tak sedikit<br />

pula yang mati dengan kepala terpenggal.<br />

“Sekarang tak ada lagi suku yang berani<br />

melawan milisi Negara Islam setelah kekalahan<br />

suku Al-Sheitat,” ujar Ahmad Ziyada al-Qaissi,<br />

seorang pendukung Negara Islam di Distrik<br />

Mayadin, Deir Ezzor. n SApto PRAdityo | GUArdiAN | Cnn |<br />

reuters | GLOBAlpost<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


internasional<br />

Don Casanova Incar<br />

‘Takhta’<br />

“Kami perkenalkan orang yang akan menyelamatkan Pakistan.”<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Ulama Pakistan, Muhammad<br />

Tahirul Qadri, dan<br />

pendukungnya menggelar<br />

protes di Kota Islamabad,<br />

Sabtu (16/8).<br />

Akhtar Soomro/Reuters<br />

Imran Khan Niazi punya berderet “titel”.<br />

Pada 1980-an, orang menyebutnya sebagai<br />

don casanova, penakluk para perempuan.<br />

Posturnya yang gagah dan langsing, karismanya<br />

sebagai kapten tim kriket Pakistan yang<br />

berjaya di Piala Dunia, lulusan Universitas Oxford<br />

yang kondang, dan berlimpah harta membuat<br />

para sosialita di Kota London bertekuk<br />

lutut.<br />

Pesta dan wanita. Imran hinggap dari satu<br />

pesta ke pesta lain, dari satu klub malam ke klub<br />

malam lain di London. Kisah-kisah asmaranya<br />

menjadi santapan tabloid-tabloid Inggris yang<br />

lapar gosip.<br />

“Aku seorang bujangan. Aku sudah memutuskan<br />

tak akan menikah selama masih bermain<br />

kriket,” Imran memberikan dalih. Malam-malam<br />

panjang Imran sering dia lewatkan di Annabel’s<br />

dan Tramp, dua klub malam kelas atas di West<br />

End, London, bersama para jetset Inggris,<br />

seperti Mick Jagger dan Elton John. “Aku tak<br />

pernah mengklaim diri sebagai malaikat.”<br />

Kematian ibunya, Shaukat Khanum, orang<br />

yang paling dekat dengannya, akibat kanker<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Aku tak pernah<br />

mengklaim<br />

diri sebagai<br />

malaikat. ”<br />

pada 1985, juga pertemuannya dengan sufi<br />

dari Pakistan, Mian Bashir, membelokkan jalan<br />

hidup Imran. “Tak ada orang lain sedekat itu<br />

denganku, kecuali ibuku,” kata Imran, kini 61 tahun.<br />

Imran juga mengaku banyak dipengaruhi<br />

pemikiran filosof besar Pakistan, Muhammad<br />

Iqbal.<br />

Dia menemukan misi baru dalam hidupnya:<br />

membangun rumah sakit khusus penyakit kanker.<br />

Imran berkeliling dunia menggalang dana.<br />

Sebagian besar harta pribadinya, bahkan pelbagai<br />

barang kenangan sebagai bintang kriket,<br />

ludes demi membangun rumah sakit. Rumah<br />

Sakit dan Pusat Riset Kanker Shaukat Khanum<br />

di Lahore, Pakistan, resmi dibuka pada akhir<br />

Desember 1994.<br />

Adalah Jemima Goldsmith, gadis muda 21<br />

tahun, yang berhasil menyeret Imran—saat<br />

itu umurnya sudah 42 tahun—ke pelaminan.<br />

Menurut putri miliarder Inggris, Sir James Goldsmith<br />

dan Lady Annabel Vane-Tempest-Stewart,<br />

itu, dia berkenalan dengan sang playboy<br />

lewat perantaraan saudara perempuannya,<br />

India Jane.<br />

“Saudara perempuanku membuatnya seolah-olah<br />

seperti perjodohan tradisional.<br />

Imran mengatakan dia akan menikah dengan<br />

perempuan muslim Pakistan yang dijodohkan<br />

de ngannya,” Jemima mengenang pertemuan<br />

pertamanya dengan Imran. Tapi Imran memilih<br />

Jemima, seorang gadis keturunan Yahudi.<br />

Belakangan, Jemima beralih memeluk Islam.<br />

“Aku seperti menemukan pasangan jiwa. Dia<br />

memiliki semua kualitas yang aku hormati dan<br />

inginkan dari seorang suami.”<br />

Padahal kala itu Imran tak lagi bujangan kaya<br />

raya. Sebagian besar hartanya sudah tandas<br />

demi membangun rumah sakit. “Dia memberikan<br />

semuanya yang berharga, termasuk mobil<br />

Mercedes dan bat kriket Piala Dunia miliknya.<br />

Dia bisa dibilang miskin saat aku bertemu<br />

dengannya,” kata Jemima soal suaminya.<br />

Apalagi setelah setahun kemudian Imran terjun<br />

ke politik dan mendirikan partai, Pakistan<br />

Tehreek e-Insaf (PTI) atau Partai Pergerakan<br />

Pakistan untuk Keadilan. “Aku sudah sampai<br />

titik di mana hanya ada dua pilihan: mencari<br />

green card dan emigrasi, atau bertahan di Pa-<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Pesawat-pesawat kecil<br />

tanpa awak merekam<br />

pidato Imran Khan di<br />

Kota Lahore, Pakistan,<br />

Kamis (14/8).<br />

Akhtar Soomro/Reuters<br />

kistan dan bertarung,” kata Imran. Dia memilih<br />

yang kedua.<br />

Sebagai “partai kemarin sore”, perjalanan<br />

Partai Keadilan sempat tertatih-tatih. Kendati<br />

namanya tersohor di Pakistan, Imran bukan jaminan<br />

bagi perolehan suara partainya. Apalagi<br />

pernikahannya dengan putri miliarder Yahudi<br />

jadi bahan pergunjingan di negara mayoritas<br />

muslim seperti Pakistan.<br />

“Ini lelucon paling buruk untuk negeri ini....<br />

Apakah dia tak bisa menemukan satu perempuan<br />

pun yang cocok di antara 120 juta orang”<br />

Amin Minhas, ulama Pakistan, mengkritik pilihan<br />

Imran. Sebagian lawan politiknya malah menuding<br />

pernikahannya dengan Jemima sebagai<br />

bagian dari konspirasi Zionis. Imran tak peduli.<br />

Perlahan, suara Imran yang keras mengkritik<br />

korupsi yang membelit Pakistan dan sikapnya<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Pakistan<br />

kami sedang<br />

sekarat.”<br />

melawan operasi pesawat tanpa awak Amerika<br />

Serikat berhasil menyedot dukungan. Alih-alih<br />

mengusir Taliban, menurut Imran, serangan<br />

pesawat tanpa awak dan operasi militer ke<br />

basis-basis Taliban malah memakan ribuan jiwa<br />

warga sipil.<br />

“Ini harus dihentikan.... Stop serangan pesawat<br />

tanpa awak, tarik prajurit dan bicara dengan<br />

para tetua suku,” kata Imran. Pada pemilihan<br />

umum 2013, Partai Keadilan meraih 34 kursi<br />

parlemen dan menjadi partai ketiga terbesar.<br />

●●●<br />

“Kami perkenalkan orang yang akan menyelamatkan<br />

Pakistan,” kata seorang pembawa<br />

acara kepada ribuan orang di Kota Karachi<br />

beberapa waktu lalu. Orang yang dia maksud<br />

adalah Imran Khan, mantan bintang kriket Pakistan.<br />

“Pakistan kami sedang sekarat. Kami berharap<br />

ada orang yang naik ke kekuasaan dan melakukan<br />

sesuatu bagi Pakistan,” kata Musarat<br />

Jumani, 52 tahun. Menurut Mohammad Omar,<br />

23 tahun, Pakistan perlu perubahan revolusioner.<br />

“Imran Khan satu-satunya harapan kami<br />

saat ini,” Shohaid Siddqui, sobatnya, menimpali.<br />

Bak magnet yang sangat kuat, Imran menyedot<br />

sokongan dari pelbagai kalangan. Sejak dua<br />

pekan lalu, Imran disokong partainya, Partai<br />

Keadilan, menggalang ribuan orang dari pelbagai<br />

kota di Pakistan. Mereka menggandeng<br />

Muhammad Tahirul Qadri, pemimpin Partai<br />

Pakistani Awami Tehreek atau Partai Gerakan<br />

Rakyat.<br />

Tujuan long march ini sangat ambisius, yakni<br />

menggeruduk Ibu Kota Islamabad dan memaksa<br />

Perdana Menteri Nawaz Sharif turun dari<br />

kursinya. Menurut Imran, Nawaz Sharif punya<br />

dosa besar, yaitu berbuat curang dalam pemilu<br />

2013. Pemerintahan Sharif, menurut Tahirul,<br />

juga korup.<br />

“Nawaz Sharif harus lengser paling lambat<br />

besok pukul 8 malam. Jika tidak, kami akan<br />

menyerbu rumah Perdana Menteri,” Imran<br />

menyampaikan ancaman Selasa pekan lalu.<br />

Namun, hingga Rabu malam, tak ada secuil<br />

pun sinyal Nawaz Sharif bakal menyerahkan<br />

kursinya.<br />

Salah seorang pembantu dekat Sharif,<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Pendukung ulama<br />

Pakistan, Muhammad<br />

Tahirul Qadri,<br />

berduyun-duyun menuju<br />

Islamabad dari Kota<br />

Lahore, Kamis (14/8).<br />

Mohsin Raza/Reuters<br />

Menteri Perkeretaapian, Khawaja Saad Rafique,<br />

bercuit di Twitter, mengabarkan rencana<br />

Perdana Menteri Sharif menemui Imran<br />

Khan. Namun belum jelas kapan pertemuan<br />

itu berlangsung.<br />

Shah Mahmood Qureshi, salah satu pemimpin<br />

Partai Keadilan, mengatakan mereka tak<br />

akan buru-buru bernegosiasi dengan pihak<br />

Perdana Menteri Sharif. “Partai telah memutuskan<br />

bahwa mundurnya Perdana Menteri<br />

Sharif merupakan syarat utama. Kami tak akan<br />

membuka pintu dialog hingga dia lengser dari<br />

kursinya,” kata Qureshi.<br />

Repotnya, sikap kubu Tahirul Qadri sepertinya<br />

tak seirama dengan Imran. Perdana<br />

Menteri Sharif mengutus saudara laki-lakinya,<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Nawaz Sharif<br />

GG2<br />

Kepala Menteri Punjab, Shahbaz Sharif, didampingi<br />

Saad Rafique dan Qadri Baloch, Menteri<br />

Daerah Tertinggal, untuk membuka pintu dialog<br />

dengan kubu Tahirul Qadri. Kubu Tahirul<br />

sepertinya bersedia duduk dengan utusan dari<br />

Islamabad.<br />

“Pemimpin kami berharap negosiasi bisa<br />

menghasilkan kesepakatan,” ujar Khurram Nawaz<br />

Gandapur, juru bicara Tahirul Qadri. Masih<br />

sulit meramal ke mana “petualangan” Imran<br />

Khan bakal berujung.<br />

Para analis meramal, akhir drama politik di<br />

Islamabad akan ditentukan oleh aktor ketiga,<br />

yakni militer. Menurut Ayesha Siddiqui, militer<br />

punya sejarah buruk dengan Nawaz Sharif.<br />

Pada 1999, militer mendongkel Sharif dari<br />

kekuasaan. Sharif juga membuat militer sewot<br />

setelah menyeret Pervez Musharraf, mantan<br />

panglima militer, ke pengadilan.<br />

Hubungan mereka tambah renggang setelah<br />

Sharif menunda operasi militer terhadap<br />

Taliban. “Sekarang, mengapa mereka akan<br />

membiarkan Sharif tetap berkuasa” kata Ayesha.<br />

Namun Hamid Gul, mantan Kepala Dinas<br />

Intelijen Pakistan, ragu militer akan berpihak ke<br />

kubu Imran. “Mereka tampak enggan terlibat....<br />

Jika Sharif hendak bertahan, dia harus mendengarkan<br />

suara militer.” ■<br />

SAPTO PRADityo | GUarDian | TIMES OF INDia | REUters | INDepenDent<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Tak Prajurit,<br />

Bandit Pun<br />

Jadi<br />

Ada tanda-tanda Moskow<br />

mulai menjaga jarak<br />

dengan milisi pro-Rusia.<br />

Majalah detik 25 -- 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Batalion Donbas<br />

SERGEI SUPINSKY/AFP PHOTO<br />

Klise barangkali, tapi jalan hidup<br />

memang kadang bisa jungkir balik.<br />

Melihat sosok Ruslan Abalmaz,<br />

barangkali sulit membayangkan dia<br />

sebagai polisi. Badannya besar dan kekar, kepala<br />

plontos dengan tangan penuh tato. Singkat<br />

kata, sangar.<br />

Beberapa tahun lalu, dia mendekam di<br />

penjara selama tujuh tahun setelah terbukti<br />

melakukan pemerasan. Namun kini dia seorang<br />

sersan polisi di Kota Mariupol, Ukraina,<br />

posisi yang sulit dibayangkan dan menggelikan<br />

bagi semua orang yang pernah mengenalnya,<br />

bahkan Ruslan sendiri sekalipun.<br />

“Ini memang paradoks,” kata Ruslan dua pekan<br />

lalu. Bersama puluhan anak buahnya, dia memacu<br />

mobilnya menuju pinggiran kota. Di sana sudah<br />

menunggu musuh mereka, yakni milisi pro-Rusia.<br />

Kendati bukan tentara terlatih, Ruslan dan anak<br />

buahnya bisa diandalkan untuk menghalau kelompok<br />

separatis pro-Rusia.<br />

Sejak beberapa bulan lalu, sebagian kota di<br />

wilayah timur Ukraina dikuasai milisi pro-Rusia.<br />

Bahkan mereka sudah memproklamasikan kemerdekaan<br />

dari Ukraina. Pasukan Ukraina yang<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Dia mungkin<br />

bisa memukul<br />

mukamu... tapi dia<br />

tak akan pernah<br />

mengkhianatimu.”<br />

sebagian masih “hijau”, minim pengalaman<br />

tempur, kocar-kacir melawan milisi pro-Rusia,<br />

yang kabarnya disokong oleh negara tetangga<br />

di timur, Rusia.<br />

Ruslan memang punya catatan masa lalu yang<br />

kurang gemilang. Pada 1990-an, dua rekan bisnis<br />

yang kemudian berseteru menyewa jasanya<br />

untuk membunuh lawannya. Alih-alih memenuhi<br />

kontrak, Ruslan vmalah mengambil uang dari kedua<br />

pihak dan berpura-pura telah menyelesaikan<br />

tugasnya. Kedua orang<br />

itu melaporkan Ruslan<br />

ke polisi dengan tuduhan<br />

pemerasan. Selama<br />

tujuh tahun Ruslan tinggal<br />

di balik jeruji penjara.<br />

Keluar dari bui, dia<br />

masuk bisnis gelap lainnya,<br />

yakni mengamankan<br />

penyelundupan<br />

batu bara. Bersama<br />

pasukannya, Ruslan<br />

bekerja untuk perusahaan<br />

gelap yang dikendalikan mafia batu bara<br />

dari Kota Kiev. Konon, mafia batu bara ini dekat<br />

sekali dengan lingkaran Presiden Ukraina kala<br />

itu, Viktor Yanukovych.<br />

Ketika Viktor Yanukovich tergusur dari Kiev,<br />

bubar pulalah bisnis gelap itu. Mantan bosnya<br />

yang pro-Rusia mengiming-imingi duit kepada<br />

Ruslan dan anak buahnya agar bersedia bergabung<br />

dengan milisi pro-Rusia. Tapi Ruslan memilih<br />

mengamankan bisnisnya sendiri di Kota<br />

Torez.<br />

Mafia dari kota sebelah yang pro-Rusia mengancam<br />

bisnisnya. Apa daya, senjata yang dimiliki<br />

Ruslan dan pasukannya kalah jauh dibanding<br />

kepunyaan milisi pro-Rusia. Dia dan anak buahnya<br />

terpaksa angkat kaki ke Kota Dnipropetrovsk,<br />

ibu kota Dnipropetrovsk Oblast. Di sana mereka<br />

bertemu dengan Gennady Korban, tangan kanan<br />

Ihor Kolomoisky, miliarder Ukraina sekaligus<br />

Gubernur Dnipropetrovsk Oblast. Ihor merupakan<br />

salah satu penyokong duit utama bagi milisi<br />

relawan pro-Kiev.<br />

Mister Korban tak terlalu peduli pada catatan<br />

kriminal Ruslan dan anak buahnya. Bermodal suntikan<br />

fulus dari Ihor, Ruslan membentuk Batalion<br />

Penambang, yang berada di bawah koordinasi Kementerian<br />

Dalam Negeri Ukraina. Pangkat Ruslan<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Batalion Donbas<br />

SERGEI SUPINSKY/AFP PHOTO<br />

di batalion itu sersan polisi.<br />

Tentu saja tak sedikit yang<br />

ragu melihat masa lalu Ruslan.<br />

“Orang-orang mengatakan,<br />

‘Dia berbahaya pada masa<br />

damai, jangan beri dia senjata sekarang,’” Ruslan<br />

mengutip omongan orang. Tapi, bagi Viktor<br />

Chelovan, pengawas batalion dari Kementerian<br />

Dalam Negeri, yang penting adalah semangat<br />

tempur mereka. Menurut Viktor, polisi reguler<br />

sulit diandalkan. Kadang mereka menolak<br />

bertempur, kadang malah membelot ke kubu<br />

musuh.<br />

Ruslan, menurut Viktor, terbukti seorang patriot<br />

dan komandan yang baik. Dia juga punya<br />

nyali besar dalam pertempuran. “Aku tak akan<br />

memberikan ampun.... Jika Tuhan menghendaki,<br />

mungkin aku akan melepaskan beberapa<br />

orang. Selebihnya akan aku bunuh seperti anjing,”<br />

Ruslan menyampaikan ancaman terhadap<br />

milisi pro-Rusia.<br />

Para anak buahnya menaruh hormat kepada<br />

Ruslan. “Dia mungkin bisa memukul mukamu<br />

dan melemparkanmu ke luar, tapi dia tak akan<br />

pernah mengkhianatimu,” ujar seorang anak<br />

buahnya, mantan prajurit Uni Soviet.<br />

●●●<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Aku bisa hidup tanpa<br />

Rolls-Royce. Tapi<br />

sekarang sulit<br />

bertahan hidup tanpa<br />

senjata.”<br />

Perang tak cuma butuh nyali, tapi juga amunisi<br />

dan “gizi”. Di Ukraina, sebagian juragan kaya<br />

raya, seperti Ihor Kolomoisky, Rinat Akhmetov,<br />

dan Konstantinovsky bersaudara, tak sayang<br />

menggelontorkan duit kepada para relawan<br />

seperti Ruslan supaya mereka tak kekurangan<br />

amunisi dan “gizi” saat berperang melawan<br />

milisi pro-Rusia.<br />

“Jika kita hanya duduk berpangku tangan<br />

sembari menikmati hidup, perang akan mendatangi<br />

kita,” kata Vyacheslav<br />

Konstantinovsky, miliarder<br />

pemilik perusahaan konstruksi<br />

dan jaringan restoran<br />

di Ukraina. Penampilan Vyacheslav<br />

tak seperti orang kaya<br />

pada umumnya. Kepalanya<br />

plontos, badannya liat berotot<br />

dengan tato di beberapa<br />

tempat. Sebelum menjadi<br />

pengusaha, dia pernah berdinas di militer Rusia.<br />

Sebagai mantan prajurit, dia khawatir melihat<br />

pasukan Ukraina yang kurang pengalaman dan<br />

minim peralatan tempur. Untuk melengkapi peralatan<br />

tempur pasukan Ukraina, Vyacheslav dan<br />

saudara laki-lakinya, Oleksandr Konstantinovsky,<br />

menyumbangkan ratusan ribu dolar AS. Bahkan<br />

Vyacheslav rela menjual mobil mewahnya, Rolls-<br />

Royce Phantom, dan menukarnya dengan alat<br />

tempur.<br />

“Aku bisa hidup tanpa Rolls-Royce. Tapi sekarang<br />

sulit bertahan hidup tanpa senjata,” kata<br />

Vyacheslav, 53 tahun, pekan lalu. Tak hanya<br />

menyumbangkan duit, Vyacheslav juga urun<br />

tenaga dan bertaruh nyawa dengan bergabung<br />

dengan batalion relawan pro-Kiev.<br />

“Jika kita tak berperang, kita akan dilecehkan<br />

dan kita akan hidup di negara seperti<br />

sebelumnya. Negara yang korup, pemerintah<br />

yang merampok bisnis, dan memenjarakan<br />

orang tanpa alasan.” Dia beberapa kali ikut<br />

bertempur di sekitar Kota Donetsk, tapi masih<br />

berniat kembali lagi ke garis depan. “Tentu<br />

saja aku khawatir,” kata Vyacheslav. Dia telah<br />

mengirimkan istri dan anak-anaknya keluar<br />

dari Ukraina.<br />

Dia hanya berharap, perang cepat usai dan lahir<br />

Ukraina baru yang lebih kuat dengan orangorang<br />

kaya seperti dia lebih banyak lagi. “Tapi<br />

tentu saja, pertama, kita harus menyelesaikan<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


internasional<br />

Vyacheslav<br />

Konstantinovsky<br />

KyivPost<br />

perang ini,” kata Vyacheslav.<br />

Selama beberapa pekan terakhir, pasukan<br />

Ukraina yang disokong milisi pro-Kiev satu<br />

demi satu merebut kembali kota-kota yang<br />

sempat dikuasai milisi pro-Moskow. Kini mereka<br />

semakin mendekati konsentrasi utama milisi<br />

pro-Rusia di Kota Donetsk dan Luhansk. Pekan<br />

lalu, 34 warga sipil tewas akibat pertempuran<br />

di sekitar Kota Donetsk. Ribuan warga Donetsk<br />

mengungsi, menghindar dari pertempuran<br />

sporadis di kota itu.<br />

Posisi milisi separatis semakin terpojok.<br />

Apalagi beredar kabar, dua pemimpin mereka,<br />

Alexander Borodai dan Igor Strelkov alias Igor<br />

Girkin—diduga kedua orang ini merupakan<br />

perwira intelijen Rusia—telah meninggalkan<br />

Donetsk dan menyeberang ke wilayah Rusia.<br />

Seorang komandan milisi pro-Rusia menduga<br />

kepulangan Borodai dan Strelkov merupakan<br />

tanda-tanda Moskow mulai menjaga jarak<br />

dengan mereka.<br />

“Kelihatannya memang tak terlalu bagus. Tapi<br />

tak perlu panik. Mereka sudah berbuat banyak<br />

bagi kami,” ujar Yevgeny. Dia beberapa kali<br />

bertempur bersama Strelkov. Namun dia juga<br />

menolak mengibarkan bendera putih. “Tak ada<br />

tempat lain lagi bagiku.” ■<br />

SApto PRAditYO | WSJ | REUTERS | GUArdiAN | Cnn<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014


Hamdan<br />

Zoelva<br />

Ingat Pesan<br />

Istri<br />

Mouzalina<br />

Sesuai<br />

Syariat<br />

Mark<br />

Zuckerberg<br />

Mandi Es<br />

Tap judul<br />

untuk baca<br />

artikel<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


people<br />

Elsa/Getty Images<br />

Mark Zuckerberg<br />

Mandi Es<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

Di balik kesibukannya sebagai<br />

bos Facebook, Mark Zuckerberg<br />

ternyata masih sempat<br />

bermain-main. Sebuah video<br />

memperlihatkan dia sedang menyiram<br />

kepalanya sendiri dengan air es.<br />

Tapi aksi “main-main” itu bukan<br />

tanpa alasan, lo. Ternyata mengguyur<br />

kepala dengan air es dia lakukan untuk<br />

menjawab tantangan #ALSIceBucket-<br />

Challenge dari Gubernur New Jersey<br />

Chris Christie.<br />

Tantangan itu merupakan bagian<br />

dari kampanye untuk meningkatkan<br />

kesadaran masyarakat terhadap amyotrophic<br />

lateral sclerosis (ALS), penyakit<br />

yang mempengaruhi sel-sel saraf di<br />

otak dan tulang sumsum.<br />

Mereka yang memiliki ALS akan kehilangan<br />

kontrol terhadap gerakan otot<br />

sadar sehingga, dalam waktu singkat,<br />

pasien akan kehilangan kemampuan<br />

berjalan, makan, berbicara, dan akhirnya<br />

tak bisa bernapas.<br />

Tak berpikir panjang, Zuckerberg<br />

langsung membuat video dan mengunggahnya<br />

di Facebook. Sebelum<br />

mengguyur kepalanya dengan air es,<br />

dia sempat menyerukan tantangan<br />

serupa kepada Bill Gates.<br />

“Anda punya waktu 24 jam untuk<br />

memenuhi tantangan ini atau Anda<br />

harus berdonasi untuk yayasan ALS—<br />

atau keduanya. Menemukan cara<br />

mengobati ALS adalah gerakan penting,”<br />

tulisnya untuk bos Microsoft.<br />

Dan byuurrr! Seketika air es membasahi<br />

sekujur tubuh Zuckerberg. “Di luar<br />

dugaan, meski singkat, hujan es ‘lokal’<br />

ternyata sangat dingin,” ujar Zuckerberg.<br />

Butuh handuk, Zuck n<br />

Melisa Mailoa | Ken Yunita<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


people<br />

Mouzalina<br />

Sesuai Syariat<br />

m abduh/wolipop<br />

Cantik dan berbakat. Itulah Mouzalina, pemenang<br />

Hijab Hunt 2014. Di balik penampilannya yang lembut,<br />

perempuan 24 tahun ini ternyata getol mewujudkan<br />

cita-cita.<br />

Untuk mewujudkan obsesinya itu, kini perempuan berdarah<br />

Arab-Turki ini mengikuti kursus desain dan menjahit. Selama ini,<br />

Mouza—demikian dia disapa—belajar secara otodidaktik.<br />

“Biasanya desain baju untuk dikenakan sehari-hari, buat keluarga<br />

dan teman-teman,” kata perempuan yang memutuskan<br />

mengenakan hijab sejak 2012 ini.<br />

Mouza akan berfokus pada rancangan baju-baju muslim.<br />

Meski rancangannya akan disesuaikan dengan perkembangan<br />

mode, Mouza mengaku tidak akan meninggalkan syariat Islam.<br />

“Membuat baju yang benar, sesuai dengan syariat Islam tapi<br />

tetap in dan mengikuti perkembangan zaman,” ujarnya. Wah,<br />

ditunggu ya baju-baju rancangannya, Mouz! n<br />

Melisa Mailoa | Ken Yunita<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


people<br />

hasan alhasbi/detikcom<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

Hamdan Zoelva<br />

Ingat Pesan Istri<br />

Jangan coba-coba bicara<br />

kasus sengketa pemilihan<br />

umum dengan Ketua Mahkamah<br />

Konstitusi Hamdan<br />

Zoelva di luar persidangan. Meskipun<br />

Anda adalah kerabatnya sendiri.<br />

Pria kelahiran Bima, Nusa Tenggara<br />

Barat, 21 Juni 1962, ini memang pantang<br />

membicarakan kasus di luar jam tugas.<br />

“Jadi di Mahkamah Konstitusi tidak ada<br />

teman atau saudara, terutama saat jam<br />

tugas,” ujarnya.<br />

Dengan prinsip seperti ini, alumnus<br />

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,<br />

Makassar, itu ingin tetap menjaga<br />

independensi dan profesionalisme.<br />

Maklum, posisinya saat ini membuatnya<br />

menjadi benteng terakhir keadilan.<br />

Ada banyak sekali godaan besar<br />

yang siap mengganggunya. Namun<br />

Hamdan selalu berusaha teguh pendirian.<br />

“Setiap orang bisa bertemu dan<br />

berbicara dengan saya, tapi tidak akan<br />

mempengaruhi independensi saya,”<br />

katanya.<br />

Sang istri, RA Nina Damayanti, bahkan<br />

terus mewanti-wanti agar Hamdan<br />

selalu teguh memegang prinsipnya.<br />

“Dia selalu berpesan supaya saya selalu<br />

jadi Hamdan yang dulu, yang selalu<br />

idealis dan istikamah,” ujarnya tersipu.<br />

n Ken Yunita<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Gending<br />

untuk<br />

Djaduk<br />

Merayakan usia emas, musikus<br />

Djaduk Ferianto mengajak<br />

kita melihat Indonesia melalui<br />

musik. Banyolan khas Jogja-nya<br />

tetap tak lepas.<br />

fotografer: agung pambudhy/detikcom<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

D<br />

jaduk Ferianto sudah<br />

50 tahun. Sudah pula<br />

diberi nama tua, yakni<br />

Gending. Kawan-kawannya<br />

dari komunitas<br />

Kitab Blirik yang memberikan.<br />

Jadi nama lengkap<br />

Djaduk kini Gregorius<br />

Gending Djaduk Ferianto.<br />

Pria kelahiran Yogyakarta, 19 Juli 1964, itu<br />

membuat perayaan setengah abad usianya<br />

lewat konser “Gending Djaduk”, Rabu, 13 Agustus<br />

2014, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail<br />

Marzuki, Jakarta. Selama dua jam, Djaduk menguntai<br />

keindonesiaan melalui musik khasnya<br />

didukung Kua Etnika, kelompok musik yang tak<br />

bisa dilepaskan dari proses kreatif Djaduk. Di<br />

situ ada Purwanto (perkusi), Sukoco (kendang),<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Benny Fuad Herawan (drum), Indra Gunawan<br />

(keyboard), Arie Senjayanto (gitar), dan Dhanny<br />

Eriawan Wibowo (bas).<br />

Picnik ke Cibulan membuka konser. Lagu ini<br />

aslinya dinyanyikan seniwati tarling (gitar suling)<br />

asal Indramayu, Hj. Dariah. Djaduk mengenal<br />

Picnik ke Cibulan pada 1979 saat nyantrik di Padepokan<br />

Seni Bagong Kussudiardja. Dia dapat kaset<br />

dari bapaknya. Namun kaset itu kemudian hilang.<br />

Baru setahun lalu dia menemukan lagu ini hasil<br />

bertanya pada “Begawan YouTube”.<br />

Aransemen musiknya digarap dengan warna<br />

tarling yang kental. Djaduk menyanyi, tentu dengan<br />

logat Dermayon, berseling memainkan suling,<br />

menafsir ulang Picnik ke Cibulan dengan suasana<br />

baru. Sebuah perkenalan atas rangkaian piknik ke<br />

penjuru Nusantara lewat bebunyian.<br />

Lalu komposisi Jawa Dwipa menyambung.<br />

Gamelan berpadu musik kontemporer mengedepankan<br />

kesan tentang Jawa masa kini yang<br />

sangat dinamis dan membuka diri terhadap<br />

kebudayaan.<br />

“Boyokku….” jadi kata pertama Djaduk setelah<br />

bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju<br />

mikrofon sambil memegang pinggang. Ingat lo,<br />

usianya “sudah” setengah abad. “Terima kasih<br />

atas keplok-keploknya. Saya dan Kua Etnika<br />

akan merayakan 50 tahun usia saya. Mudahmudahan<br />

dosa-dosa saya selama 50 tahun ini<br />

bisa diwakili yang hadir.”<br />

Salam pembuka yang grrr khas Djaduk membuat<br />

suasana hangat dan kode buat penonton<br />

agar bersiap menerima celetukan-celetukan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

nakal berikutnya.<br />

Dia bercerita tentang Jawa Dwipa, tentang<br />

Jawa yang sangat terbuka. Dulu Prabu Jayabaya<br />

pernah membuat ramalan “Jawa kehilangan<br />

Jawanya.” Namun, bagi Djaduk, dunia Jawa<br />

sudah menjadi bagian dari dirinya, semangat<br />

yang tidak bisa hilang dari identitasnya. Makna<br />

kelangan (kehilangan) yang disebut Jayabaya,<br />

menurut dia, cuma pada bentuk, sedangkan<br />

semangat dan filosofinya tetap tertanam dalam<br />

hati setiap orang Jawa.<br />

“Ilang yo ben (hilang ya biar saja). Rapopo. Cari<br />

lagi.” Bahkan, saking terbukanya, semua bisa<br />

diadopsi orang Jawa. Yang ekstrem, bahkan<br />

malu dan menyembunyikan Jawanya. “Orang<br />

Jawa yang baru beberapa hari tinggal di Jakarta<br />

bahasanya sudah pakai ‘idih’. Kalau lagi lupa,<br />

“Ini harganya pira (bukan piro, red.)”<br />

Yang menggelikan, dia mencontohkan kalimat,<br />

“Eh sekarang Indonesia punya presiden<br />

baru lo, Joko Widodo.”<br />

“Widodo, Widodo…. Wid-dhod-dho, Su!”<br />

Maka pecah suasana malam itu. Penonton bukan<br />

lagi menertawakan orang yang jadi contoh<br />

kasus, melainkan sedang menertawakan diri<br />

sendiri, menertawakan kekonyolan yang selama<br />

ini disembunyikan atau diingkari.<br />

Ya, Jawa Dwipa sama sekali bukan tentang<br />

romantisme Jawa. Komposisi ini jalan kembalinya<br />

Djaduk ke Jawa, melalui bunyi.<br />

Usai Bethari, yang melodinya dibuat untuk<br />

Opera Anoman (1997) yang ditulis Nano Riantiarno,<br />

Djaduk berlanjut ke Pesisir. Samar-samar<br />

tertangkap langgam Melayu dan Madura dengan<br />

dominasi rampak kendang dan suling.<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

Pesisir<br />

mengingatkan<br />

kembali bahwa<br />

Indonesia punya<br />

budaya pesisir<br />

yang luar biasa<br />

banyak didukung<br />

karakter orangorangnya<br />

yang<br />

terbuka, jujur,<br />

keras, dan<br />

bersahaja.<br />

Pesisir mengingatkan kembali bahwa Indonesia<br />

punya budaya pesisir yang luar biasa banyak<br />

didukung karakter orang-orangnya yang terbuka,<br />

jujur, keras, dan bersahaja. Pantai adalah<br />

pintu masuk pergaulan budaya. Suasana dan<br />

elemen-elemen pesisir, semangat, kemeriahan,<br />

dan keterbukaannya menjadi watak yang kuat<br />

dalam komposisi ini.<br />

“Pesisir adalah kita, yang menyisir dari pinggir,<br />

untuk merasuk ke substansi. Jadi, kalau<br />

memang ada yang punya gagasan mengembangkan<br />

budaya maritim, memang pas orang<br />

itu.” Bisa ditebak, kalimat barusan mengacu ke<br />

siapa walau Djaduk tidak mengucapkan.<br />

Jika dulu orang berpikir tentang samudra,<br />

tentang hal-hal besar, sekarang orang berpikir<br />

tentang budaya korupsi dan pintu yang<br />

terbuka bagi provokator. Kekhawatiran ini dia<br />

tuangkan dengan memelesetkan lirik lagu Nenek<br />

Moyangku Seorang Pelaut jadi begini: nenek<br />

moyangku provokator//gemar merawat prilaku<br />

kotor//ngga mau kalah malah melapor//senangnya<br />

mengutip kata-kata “bocor”.<br />

Angop (bahasa Jawa, tidur) adalah komposisi<br />

paling unik dari semua repertoar malam itu karena<br />

menggunakan klenengan sapi sebagai instrumen<br />

utama. Klenengan (genta yang disambung<br />

tali, diikatkan ke leher sapi) digenggam<br />

tiga pemain: Djaduk, Purwanto, dan Sukoco.<br />

Bertiga mereka duduk berjajar.<br />

Djaduk hanya memegang satu klenengan,<br />

sedangkan dua lainnya memegang dua<br />

klenengan di tangan kanan dan kiri. Satu per<br />

satu klenengan, yang masing-masing punya<br />

nada berbeda, dibunyikan, membentuk melodi<br />

lembut. Pas sebagai pengiring tidur.<br />

Tidurnya siapa Tidurnya wakil rakyat saat<br />

bersidang di gedung parlemen. “Hoaaam” di<br />

sini disahut “hoaaam” di sana. “Cangkem (mulut,<br />

red.)-nya itu lo, menganga. Secara visual sangat<br />

kontemporer. Makanya komposisi ini saya<br />

sebut Angop.”<br />

Berlanjut ke Swarnadwipa dengan tiupan<br />

serunai memikat, mengantar cerita tentang<br />

sejarah panjang Bukit Barisan dan kekayaan<br />

tradisi Pulau Emas yang tak akan habis digali.<br />

Lalu Barong yang dinamis, mengentak-entak<br />

layaknya gerakan tari topeng yang magis.<br />

Di antara dua nomor itu, Djaduk menyelipkan<br />

Demen Becik Rukun Seger Waras yang baru<br />

dibuat 10 hari sebelum konser. Komposisi ini<br />

inspirasinya didapat sewaktu dia ke Blora dan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

bertemu dengan komunitas Samin. Di sana dia<br />

menemukan moto “demen becik rukun seger<br />

waras” yang dicetuskan tokoh Samin Surosentiko<br />

(1859-1914).<br />

Di tengah masyarakat Samin, Djaduk melihat<br />

Indonesia yang ideal. Lugu tapi cerdas, dengan<br />

sabar menjaga keharmonisan dan perbedaan,<br />

dan perdebatan tak lain cara menuju yang terbaik,<br />

bukan atas dasar punya modal lalu ngotot.<br />

“Indonesia harus melihat lagi kearifan lokalnya,<br />

belajar kembali pada orang-orang sederhana,<br />

pada cah ndeso, pada petani, nelayan,<br />

blusak-blusuk. Ini bukan bayaran lo, lebih dari<br />

relawan.”<br />

Bintang tamu tunggal malam itu, Glenn<br />

Fredly, yang tampil tanpa topi pet, menyanyikan<br />

Molukken (Kole-kole) dalam tempo pelan.<br />

Suaranya dominan dengan musik pengiring<br />

yang minim. Seperti diajak naik kole-kole yang<br />

diayun gelombang tenang Teluk Ambon. Glenn<br />

bahkan nyaris tidak beranjak dari tempatnya<br />

berdiri hingga lagu habis.<br />

Maluku-lah yang dulu sekali membuka mata<br />

dunia tentang Nusantara, dari rempah-rempahnya<br />

yang tersebar ke mana-mana. Maluku<br />

adalah kumpulan pulau yang bernyanyi. Sejarah<br />

panjang sejak prakolonial hingga zaman<br />

milenium ini bisa dilacak melalui lagu-lagu yang<br />

berkembang di sana.<br />

Di akhir konser, Butet Kartaredjasa, yang jadi<br />

kepala tim produksi sekaligus kakak sulung Djaduk,<br />

naik panggung. Walau sebenarnya untuk<br />

menyampaikan ucapan terima kasih, tapi kenyataannya<br />

jadi tek-tok menggelikan “bongkar-<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

teater<br />

bongkar aib” dari abang-adik ini.<br />

Misalnya kalimat pembuka Butet, “Saya heran<br />

mengapa Djaduk merayakan ulang tahun<br />

ke-50. Padahal buat saya musibah. Umur 50<br />

itu kandidat diabetes.” Djaduk pun menjawab,<br />

“Ini doa kakak yang kurang sopan. Kalau saya<br />

meninggal duluan, Butet orang pertama yang<br />

saya primpeni (hantui).”<br />

Sejak SD, Djaduk sudah membantu menggarap<br />

musik untuk pementasan teater Butet. Tak<br />

berlebihan kalau Butet sesumbar dialah yang<br />

paling tahu perjalanan musik Djaduk, termasuk<br />

detail-detail perjalanan yang tersembunyi dan<br />

rahasia.<br />

“Saya tahu Djaduk ini sebagai pemusik, dia<br />

betul-betul sebagai pemusik yang terstruktur,<br />

sistematis, dan masif.” Halah, kok senada seirama<br />

dengan adiknya. Nggak ikut-ikutan,<br />

deh. Panjang umur dan banyak bahagia, Mas<br />

Djaduk! ■ SILVIA GALIKANO<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Silat yang Cool<br />

dari Negeri PetroDolar<br />

Remaja Yasmine mempelajari silat berangkat dari<br />

keinginannya membalas dendam. Ketika falsafah silat<br />

akhirnya dia temukan, Yasmine mendapat lebih dari<br />

yang dia inginkan.<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Judul: Siti Kamaluddin<br />

Sutradara:<br />

Din Kamaluddin<br />

Produksi: Origin Films<br />

(Brunei Darussalam)<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Pemain: Liyana Yus, Nadiah<br />

Wahid, Reza Rahadian,<br />

Mentari De Marelle,<br />

Dwi Sasono, Agus<br />

Kuncoro, Roy Sungkono,<br />

Dian P. Ramlee, Nabila<br />

Huda, Aryl Falak, Dato’<br />

M. Nasir<br />

Durasi: 105 menit<br />

Bukan SMA ini yang Yasmine (Liyana<br />

Yus) mau. Dia ingin bersama terus<br />

dengan gengnya, masuk sekolah<br />

swasta. Tapi ayahnya, Fahri (Reza<br />

Rahadian), hanya mampu menyekolahkan anak<br />

tunggalnya itu di sekolah negeri.<br />

Sedang gusar karena gengnya makin lama<br />

makin menjauh, Yasmine mendapat kabar Adi<br />

(Aryl Falak) sudah kembali ke kotanya selepas<br />

mengikuti pertandingan silat internasional, dan<br />

menang. Adi adalah kawan masa kecil Yasmine<br />

dan sudah lama mereka tidak saling kontak.<br />

Kekaguman pada Adi menginspirasi Yasmine<br />

mendaftar masuk perguruan silat di gedung<br />

olahraga. Dia bahkan sudah menyiapkan macam-macam<br />

“kata sambutan” jika nanti berte-<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

mu dengan Adi. Namun, belum lagi bertemu,<br />

Yasmine mendengar selentingan Adi sedang<br />

dekat dengan Dewi (Mentari De Marelle), juara<br />

silat nasional. Dewi, yang bersekolah di SMA<br />

swasta, tak lain rival Yasmine sejak lama.<br />

Makin kuat keinginan Yasmine belajar silat,<br />

walau di perguruan silat itu muridnya cuma<br />

tiga: Yasmine, Ali (Roy Sungkono), dan Nadia<br />

(Nadiah Wahid). Mereka dilatih Cikgu Tong<br />

Lung (Dwi Sasono), yang ke mana-mana tak<br />

lepas dari kipas.<br />

Metode latihan Cikgu Tong lumayan “unik”<br />

karena dia tidak pernah mencontohkan jurus<br />

paling sederhana sekalipun. Murid-murid disuruh<br />

mencari sendiri, yang mentok-mentok buka<br />

YouTube; mengembangkan sendiri; sedangkan<br />

dia hanya berbaring di tepi lapangan bertelekan<br />

tangan sambil kipas-kipas.<br />

“Aku sedang mengendalikan tenaga dalamku.<br />

Tenaga dalamku sangat dahsyat. Kalian tahu<br />

bagaimana akibatnya kalau tidak dikendalikan,”<br />

begitu selalu alasan Cikgu Tong setiap kali murid<br />

memintanya memberi contoh.<br />

Walau mereka baru saja mulai berlatih, Yasmine<br />

nekat mendaftarkan sekolahnya mengikuti<br />

kejuaraan nasional pencak silat. Tekadnya<br />

demikian kuat untuk mengalahkan Dewi dan<br />

merebut Adi.<br />

Ketiganya pergi ke pelosok-pelosok negeri<br />

mencari guru silat mumpuni. Pencarian dari<br />

satu guru ke guru lainnya membawa mereka<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

Kami harus mendapat<br />

izin dari Kerajaan. Jadi<br />

lamanya bukan karena<br />

lembaga sensor.<br />

ke Cikgu Jamal (Agus Kuncoro), pendekar yang<br />

sekarang berkursi roda. Selepas sekolah hingga<br />

magrib, mereka berlatih di halaman rumah<br />

Cikgu Jamal.<br />

Seluruh aktivitas Yasmine<br />

belajar silat dia rahasiakan<br />

rapat-rapat dari<br />

ayahnya, yang sejak awal<br />

tidak setuju pada silat.<br />

Ayahnya pernah langsung<br />

mematikan televisi saat<br />

Yasmine menonton berita<br />

olahraga yang menyiarkan<br />

Adi sedang berlaga.<br />

Yasmine maju terus<br />

hingga kini hari pertama<br />

kejuaraan nasional. Berbekal ilmu dari Cikgu Jamal,<br />

mengalahkan musuh dalam pertandingan<br />

bukanlah masalah besar. Namun, di baliknya,<br />

ada musuh lebih besar yang mesti ditaklukkan,<br />

termasuk misteri yang selama ini dirahasiakan<br />

ayahnya hingga demikian membenci silat.<br />

Butuh empat tahun bagi film ini hingga akhirnya<br />

dapat dirilis. Origin Films, rumah produksi<br />

dari Brunei Darussalam, yang memproduksi<br />

Yasmine, harus lebih dulu meyakinkan dan<br />

mendapat dukungan Kerajaan Brunei Darussalam.<br />

Tak mengherankan jika inilah film layar<br />

lebar pertama di Brunei setelah tidak ada produksi<br />

film layar lebar sejak 1960.<br />

“Kami harus mendapat izin dari Kerajaan.<br />

Jadi lamanya bukan karena lembaga sensor.<br />

Di Brunei ada lembaga sensor, dan Yasmine<br />

lolos sensor tanpa ada potongan sedikit pun,”<br />

sutradara Siti Kamaluddin menjelaskan seusai<br />

pemutaran Yasmine khusus untuk wartawan, di<br />

Djakarta Theatre, Kamis, 14 Agustus 2014.<br />

Yasmine sempat kedodoran di awal film, sampai<br />

nyaris membosankan. Terlebih, trailernya<br />

yang sudah beredar sebulan lalu menjanjikan<br />

bahwa ini film silat remaja semacam Karate Kid<br />

versi remaja perempuan.<br />

Salman berlama-lama menjelaskan siapa Yasmine<br />

si ABG ceria yang hidup hanya dengan<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

ayahnya, yang tidak peduli kan penampilan,<br />

sembrono memarkir Mini Cooper-nya, dan banyak<br />

menghabiskan waktu di rumah pohon di<br />

halaman belakang rumah. Termasuk di dalamnya<br />

subplot tentang geng sekolah lama Yasmine<br />

yang sebenarnya bisa sedikit saja.<br />

Yasmine berubah seru selepas pertengahan,<br />

dan klimaks nya menjelang akhir digarap keren.<br />

Selipan-selipan khas film bela diri, seperti mencari<br />

guru, mencari ilmu pamungkas, dan cerita<br />

rahasia guru yang terungkap di akhir cerita,<br />

semua ada di sini.<br />

Kerja keras sutradara Siti Kamaluddin tidak<br />

sia-sia mengarahkan Liyana dan Nadiah, dua<br />

pendatang baru dari Brunei, mengingat ini film<br />

pertama mereka. Bahkan Liyana butuh dua<br />

tahun berlatih silat sebelum produksi. Namun<br />

Siti luput memperhatikan, betapa di setiap<br />

scene yang ada Fahri, selalu ada adegan Fahri<br />

mencopot kacamata.<br />

Pemain dari Indonesia menghabiskan waktu<br />

dua bulan untuk berlatih silat dan, lebih penting<br />

lagi, melatih dialek Brunei yang berbeda dengan<br />

dialek Melayu-Malaysia yang lebih akrab di<br />

telinga orang Indonesia.<br />

Lebih dari setengah abad tidak memproduksi<br />

film layar lebar membuat kakak-adik Siti dan<br />

Din tidak dapat mengandalkan seluruh kru dan<br />

pemain asal dari Brunei. Alhasil, Yasmine menjadi<br />

produksi internasional karena melibatkan<br />

pemain dan kru dari berbagai negara. Ada filmmaker<br />

dari Indonesia, seperti Salman Aristo<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

sebagai penulis skenario, Aghi Narottama dan<br />

Bemby Gusti sebagai penata musik, Cesa David<br />

Luckmansyah sebagai penyunting gambar, dan<br />

Khikmawan Santosa sebagai penata suara.<br />

Siti dan Din, yang berayah Brunei dan beribu<br />

Solo, juga mengajak James Teh dari Australia<br />

untuk menggarap sinematografi, action<br />

director (sutradara laga) Chan Man Ching yang<br />

berpengalaman 30 tahun di industri film Hong<br />

Kong dan Hollywood, serta pemain dan kru<br />

dari Malaysia, Australia, dan Polandia selain<br />

dari Brunei Darussalam.<br />

Sebenarnya ini yang paling penting: Yasmine<br />

mengenalkan Brunei ke masyarakat Indonesia.<br />

Selain bahasanya, kita bisa saksikan<br />

kerajaan petrodolar itu tidak sekosmopolitan<br />

Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014


seni hiburan<br />

FILM<br />

yang dibayangkan, bahwa negara itu masih<br />

punya banyak jalanan sempit, tanah lapang<br />

yang hijau, hutan kota, dan rumah panggung<br />

yang asri.<br />

Sebaliknya, menggelikan mendapat cerita<br />

Salman sewaktu pertama menyodorkan skrip.<br />

Karakter Yasmine dia gambarkan ke sekolah<br />

naik sepeda. “Semua menatap saya heran. Ternyata<br />

anak sekolah di Brunei minimal naik Mini<br />

Cooper, ha-ha-ha….” ■ SILVIA GALIKANO<br />

Majalah<br />

Majalah<br />

detik<br />

detik<br />

25 - 31<br />

14<br />

agustus<br />

- 20 juli 2014<br />

2014


Film Pekan Ini<br />

THE EXPENDABLES 3<br />

Barney Ross (Sylvester Stallone)<br />

harus bertarung dengan mantan<br />

temannya, Conrad Stonebanks (Mel<br />

Gibson), yang dulu dikira sudah mati. Bersama<br />

Conrad, Barney mendirikan The Expendables.<br />

Kini Conrad, yang berprofesi sebagai<br />

pimpinan sindikat perdagangan senjata<br />

ilegal, berusaha membunuh Barney dan<br />

melenyapkan The Expendables. Barney, yang<br />

punya rencana sama, akhirnya menghimpun<br />

anggota-anggota muda baru untuk memburu<br />

Conrad.<br />

Jenis Film: Action,<br />

Adventure, Thriller |<br />

Produser: dAnny Lerner,<br />

Avi Lerner, Les Weldon<br />

| Produksi: Millennium<br />

Films | Sutradara:<br />

Patrick Hughes | Durasi:<br />

126 menit<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Film Pekan Ini<br />

PLANES: FIRE & RESCUE<br />

Kru elite pesawat pemadam kebakaran melindungi<br />

Taman Nasional Piston dari kebakaran hebat. Ketika<br />

pembalap udara dunia, Dusty (Dane Cook), mengetahui<br />

bahwa tubuh mesinnya rusak dan tidak mungkin mengikuti<br />

balapan lagi, ia memutuskan untuk terlibat dalam tim pemadam<br />

kebakaran.<br />

Dusty bergabung bersama veteran pasukan pemadam<br />

kebakaran dan penyelamatan helikopter, Blade Ranger (Ed<br />

Harris), dan timnya, serta super scooper Lil Dipper (Julie<br />

Bowen), helikopter angkatan-berat Windlifter (Wes Studi),<br />

mantan transportasi militer Cabbie (Dale Dye), dan sekumpulan<br />

kendaraan pemberani yang dikenal sebagai The Smokejumpers.<br />

Bersama-sama, mereka memadamkan kebakaran dan belajar<br />

untuk menjadi pahlawan yang sebenarnya.<br />

Jenis Film: Animation, Adventure, Comedy | Produser:<br />

John Lasseter | Produksi: Walt Disney Pictures |<br />

Sutradara: Roberts Gannaway | Durasi: 83 menit<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


seni Film hiburan Pekan Ini<br />

Film Pekan Ini<br />

SOEKARNO<br />

EXTENDED VERSION<br />

Film Sukarno kembali hadir<br />

dalam menyambut HUT RI di<br />

tahun 2014 ini dalam versi yang<br />

lebih panjang dan lengkap. Cerita dimulai<br />

tahun 1920-an, saat Sukarno muda<br />

tinggal di rumah H.O.S. Cokroaminoto di<br />

Surabaya. Dari Cokroaminoto, Sukarno<br />

belajar menundukkan hati rakyat.<br />

Rakyat merupakan inspirasi Sukarno<br />

dalam melakukan perjuangan melawan<br />

penjajah. Keinginan Sukarno satu: melihat<br />

Indonesia merdeka!<br />

Perjuangannya menghadapi<br />

pe me rintah Belanda dan melawan<br />

ke kejaman penjajah Jepang membuat<br />

Sukarno harus menjalani kehidupan<br />

dari penjara ke penjara. Dari lokasi<br />

pengasingan di Ende hingga Bengkulu.<br />

Masa pembuangan di Bengkulu<br />

mempertemukan Sukarno dengan<br />

Fatmawati. Ketertarikan Sukarno<br />

terhadap Fatmawati sama besarnya<br />

dengan hasratnya melihat Indonesia<br />

merdeka.<br />

Sukarno menemukan jalan<br />

kemerdekaan Indonesia ketika Jepang<br />

mengalami kekalahan perang Asia<br />

Timur Raya. Akhirnya, pada tanggal 17<br />

Agustus 1945 Sukarno bersama Hatta<br />

mengumumkan proklamasi kemerdekaan<br />

Indonesia.<br />

Jenis Film: Drama | Produser: Raam<br />

Punjabi | Produksi: MVP Pictures |<br />

Sutradara: Hanung Bramantyo |<br />

Durasi: 153 menit<br />

Majalah detik 425 - 10 - 31 november agustus 2013 2014


agenda<br />

PENTAS TEATER:<br />

peraMPOK<br />

Produksi: Burungmerak Press<br />

Naskah Drama: W.S. Rendra<br />

Sutradara: Edi Haryono<br />

Graha Bhakti Budaya, TIM<br />

Jumat & Sabtu, 29 & 30<br />

Agustus 2014, Pukul 19.30<br />

WIB. HTM: Rp 200.000 |<br />

Rp 150.000 | Rp 100.000 |<br />

Rp 50.000<br />

Konser Mahakarya<br />

3Composer feat. Afgan-Sammy-Marcell<br />

27 Agustus 2014, 19.00 WIB<br />

Nusa Indah Theater, Balai Kartini<br />

Jakarta, Promotor: ERPE Entertainment<br />

& Rigel Dinamika Ent.<br />

Jangan Panggil Aku, Butet<br />

Oleh Rio Silaen & Voice of Indonesia<br />

Minggu, 31 Agustus 2014, pukul 15.00 WIB<br />

Galeri Indonesia Kaya<br />

Dieng Culture<br />

Festival 5 2014<br />

Ruwat rambut gembel, pameran industri<br />

kreatif, pesta lampion dan bakar jagung,<br />

pergelaran seni tradisi, kompetisi film<br />

Dieng, Jazzatasawan.<br />

30-31 Agustus 2014, Dieng Plateau<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!