Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
WARISAN CAK NUR<br />
FAHRI<br />
HAMZAH<br />
TERSENGAT<br />
HAMBALANG<br />
EDISI <strong>143</strong> | 25 - 31 agustus 2014
DAFTAR ISI<br />
Edisi <strong>143</strong> 25 - 31 agustus 2014<br />
Fokus<br />
Perang Puputan<br />
Aburizal<br />
“Pokoknya, ketika ketemu<br />
malamnya, Agung diledek.<br />
Ditanya, itu nangis benaran<br />
atau air mata buaya”<br />
Nasional<br />
kriminal<br />
n Setelah putusan 4.300 halaman<br />
n tersengat kesaksian yulianis<br />
internasional<br />
n narkoba di pojok kampus<br />
hukum<br />
n bukan sekadar salah tangkap<br />
ekonomi<br />
n dua muka ‘negara islam’<br />
n don casanova incar ‘takhta’<br />
n tak prajurit, bandit pun jadi<br />
interview<br />
n siap jadi menteri pertanian<br />
kolom<br />
n dilema apbn 2015<br />
SELINGAN<br />
n cilamaya terganjal pertamina<br />
n jakarta bisa gelap<br />
n bersiap jadi miliarder dadakan<br />
n Pelabuhan atau tambang migas<br />
bisnis<br />
n surat dari harvard<br />
SAINS<br />
n perempuan satu-satunya<br />
lensa<br />
n warisan cak nur<br />
Seni hiburan<br />
n menikmati puncak musim panas<br />
n gending untuk djaduk<br />
n hamdan zoelva | Mouzalina | mark zuckerberg<br />
gaya hidup<br />
n silat yang cool dari negeri petrodolar<br />
n film pekan ini<br />
n agenda<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
Musik: Limp Bizkit, “Take a Look Around”.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n olahraga singkat, hasil cepat<br />
n permata tersembunyi di pulau napabale<br />
n sensasi cita rasa bollywood<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo Bhawono,<br />
Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M Rizal, Budi Alimuddin,<br />
Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar Rifai, Jaffry Prabu Prakoso. Bahasa:<br />
Habib Rifa’i, Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo.<br />
Product Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />
Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
lensa<br />
Menikmati Puncak Musim Panas<br />
Bagi warga di negara-negara empat musim, summer alias musim panas selalu dinantikan. Mereka menikmati sinar matahari sepanjang<br />
siang, yang waktunya lebih lama daripada waktu malam.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
lensa<br />
Turis dan warga Jepang menikmati padang bunga matahari di Zama Sunflower Festival di Kanagawa, Jepang, Jumat (15/8). Sekitar 500 ribu tangkai<br />
bunga matahari mekar bersamaan. (Tomohiro Ohsumi/Bloomberg via Getty Images)
lensa<br />
Pemandangan ribuan bunga lili di Osaka menjadi salah satu magnet bagi wisatawan pada musim panas. (Ari Saputra/detikcom)
Pelajar dari sekolah seni bela diri Shaolin Togou Martial Arts membuat formasi dalam pembukaan Olimpiade Junior musim panas di Nanjing,<br />
Cina, Sabtu (16/8). Sebanyak 520 pelajar membentuk formasi yang mereka sebut sebagai "membangun impian". (Stringer/REUTERS)
lensa<br />
Siluet turis yang sedang berlibur di Nice, Prancis, Jumat (15/8). Nice merupakan wilayah selatan Prancis yang terkenal dengan kecantikan<br />
alamnya. (Eric Gaillard/REUTERS)
lensa<br />
Suasana Ladies Day di Chichester, Inggris, beberapa pekan lalu. Perayaan bergengsi ini bertepatan dengan puncak musim panas di kota yang berada dua<br />
jam perjalanan dari London ke arah selatan ini. Tak mengherankan jika bunga warna-warni menyambut Ladies Day. (Dan Kitwood/Getty Images)
lensa<br />
Karpet raksasa yang terbuat dari jajaran bunga digelar di kawasan Grand Place, Brussel, Belgia. Sekitar 750 ribu bunga dibutuhkan untuk membuat<br />
karpet seluas 1.800 meter persegi tersebut. (Yves Herman/REUTERS)
nasional<br />
Setelah Putusan<br />
4.300<br />
Halaman<br />
Pascaputusan MK, Jokowi-JK<br />
segera mempersiapkan<br />
pemerintahan baru. Kubu<br />
Prabowo-Hatta menilai hakim<br />
konstitusi tidak konsisten.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Waktu menunjukkan pukul<br />
22.50 WIB ketika Anwar Usman<br />
keluar dari gedung Mahkamah<br />
Konstitusi, Jakarta, Kamis<br />
malam, 21 Agustus lalu. Hakim konstitusi itu<br />
didampingi dua petugas keamanan. Mengenakan<br />
kemeja putih serta setelan celana dan jas<br />
hitam, Anwar berjalan perlahan menuju mobilnya<br />
yang menunggu di teras gedung.<br />
Delapan hakim konstitusi lain sudah meninggalkan<br />
gedung MK tak lama setelah sidang<br />
putusan perselisihan hasil pemilihan umum<br />
(PHPU) presiden dan wakil presiden 2014 selesai<br />
sekitar pukul 21.00 WIB. Apalagi Ketua MK<br />
Hamdan Zoelva langsung bergegas meninggalkan<br />
gedung MK sesaat setelah mengetok palu<br />
menutup sidang tersebut.<br />
Hamdan tergesa-gesa menuju Bandara<br />
Soekarno-Hatta karena harus mengejar penerbangan<br />
ke Bali. Ia bersama Sekretaris Jenderal<br />
Ketua majelis hakim<br />
konstitusi Hamdan Zoelva<br />
mengetok palu setelah<br />
membacakan putusan<br />
sidang sengketa pilpres<br />
2014 di gedung MK, Jakarta,<br />
Kamis (21/8).<br />
Agung Pambudhy/Detikcom<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Luar biasa<br />
(lelah). Tapi<br />
ini tugas,<br />
harus tetap<br />
dikerjakan.<br />
Anwar Usman<br />
MK Janedri M. Gaffar harus membuka acara<br />
Pekan Konstitusi, hasil kerja sama MK dengan<br />
Universitas Udayana, esok harinya.<br />
Malam itu, Anwar pulang paling belakang.<br />
Raut wajahnya menunjukkan kelelahan. Matanya<br />
terlihat sayu. Saat majalah detik menyapa,<br />
kata-kata yang diucapkannya lirih, hampir<br />
tak terdengar. “Luar biasa (lelah). Tapi ini tugas,<br />
harus tetap dikerjakan,” katanya.<br />
Itu kesekian kalinya Anwar bekerja hingga<br />
larut, bahkan sampai lewat tengah malam,<br />
selama MK “menggarap” sengketa pilpres<br />
2014. Kedelapan hakim MK bekerja ekstrakeras<br />
sebelum menjatuhkan putusan.<br />
Sejak sidang perdana digelar Rabu,<br />
6 Agustus lalu, majelis menggelar pertemuan<br />
hingga larut malam. Bahkan<br />
rapat permusyawaratan hakim (RPH)<br />
masih berlangsung hingga Kamis siang,<br />
21 Agustus, sebelum sidang putusan<br />
PHPU dimulai pukul 14.30 WIB.<br />
Majelis hakim bahkan belum sampai pada<br />
putusan akhir, meski RPH pada Rabu malam,<br />
20 Agustus, digelar sampai pukul 24.00 WIB.<br />
Rapat akhirnya dilanjutkan esok harinya, pukul<br />
delapan pagi. “Putusan tolak (menolak gugatan<br />
pemohon) baru diperoleh (Kamis, 21 Agustus)<br />
sekitar pukul 09.00 WIB,” ujar Hamdan dalam<br />
wawancaranya dengan harian Kompas.<br />
Saat membacakan putusan, Hamdan menyatakan<br />
MK menolak seluruh gugatan yang<br />
diajukan pasangan calon presiden dan calon<br />
wakil presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto-Hatta<br />
Rajasa. Putusan sengketa pilpres 2014<br />
terdiri atas 4.300 halaman. Namun hanya 300<br />
halaman yang dibacakan secara bergantian<br />
oleh sembilan hakim.<br />
Kubu pasangan yang diusung Partai Gerindra,<br />
Partai Amanat Nasional, Golkar, Partai<br />
Persatuan Pembangunan, dan Partai Bulan<br />
Bintang itu mengajukan permohonan PHPU<br />
karena mensinyalir adanya kecurangan dalam<br />
pelaksanaan pilpres 9 Juli 2014, yang terstruktur,<br />
sistematis, dan masif (TSM).<br />
Kecurangan itu antara lain adanya penggelembungan<br />
jumlah suara untuk pasangan<br />
nomor 1 (Joko Widodo-Jusuf Kalla) sebanyak 1,5<br />
juta suara, dan pengurangan 1,2 juta suara untuk<br />
pasangan Prabowo-Hatta, di 155 ribu tempat<br />
pemungutan suara (TPS). Karena itu, pemohon<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Elite partai anggota Koalisi<br />
Merah Putih menggelar<br />
konferensi pers menanggapi<br />
putusan MK, Kamis malam<br />
(21/8).<br />
Rachman/detikcom<br />
meminta MK membatalkan Keputusan Komisi<br />
Pemilihan Umum Nomor 535/KPPS/KPU<br />
Tahun 2014 tentang Penetapan Rekapitulasi<br />
Hasil Penghitungan dan Hasil Pemilu Presiden<br />
dan Wakil Presiden tanggal 22 Juli 2014, serta<br />
Keputusan KPU Nomor 536/KPPS/KPU Tahun<br />
2014 tentang Penetapan Capres dan Presiden<br />
terpilih tanggal 22 Juli 2014.<br />
Kuasa hukum Prabowo-Hatta juga meminta<br />
digelarnya pemilu ulang karena banyak masalah<br />
di TPS, seperti di 5.349 TPS di Provinsi<br />
Jawa Timur serta sejumlah daerah lain. Namun<br />
Mahkamah berpendapat bahwa dalil-dalil yang<br />
diajukan pemohon, seperti adanya pelanggaran<br />
secara TSM maupun kesalahan rekapitulasi<br />
suara KPU, tidak terbukti. Baik melalui saksisaksi<br />
yang diajukan di persidangan maupun<br />
dengan alat bukti lain.<br />
“Dalil pemohon tidak beralasan menurut<br />
hukum,” kata hakim konstitusi Ahmad Fadlil<br />
Sumadi.<br />
Mahkamah juga menolak dalil soal penggunaan<br />
daftar pemilih tambahan (DPTb) dan daftar<br />
pemilih khusus tambahan (DPKTb) untuk<br />
memobilisasi pemilih guna memenangkan calon<br />
nomor 2. Menurut MK, penggunaan DPTb<br />
dan DPKTb tak bertentangan dengan hukum<br />
dan konstitusi, melainkan justru memberi<br />
kesempatan kepada pemilih yang tidak masuk<br />
daftar pemilih tetap (DPT) untuk memberikan<br />
suara. MK menilai tidak ada bukti penggunaan<br />
DPTb dan DPKTb menguntungkan satu pasangan<br />
calon atau sebaliknya, merugikan calon<br />
lainnya.<br />
Soal tudingan adanya politik uang, pemohon<br />
juga tidak dapat menguraikan siapa pelaku,<br />
siapa penerima, kapan, di mana, serta berapa<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Rapat pemusyawaratan<br />
hakim sebelum MK<br />
menjatuhkan putusan<br />
sengketa pilpres 2014.<br />
Dok.detikcom<br />
jumlahnya. Adapun soal tuntutan pemilu ulang<br />
di sejumlah daerah dinilai MK tidak akan berpengaruh<br />
pada hasil rekapitulasi KPU yang menetapkan<br />
Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil<br />
presiden terpilih dengan perolehan 70.633.594<br />
suara atau 53,15 persen.<br />
Setelah putusan dijatuhkan, anggota tim kuasa<br />
hukum Prabowo-Hatta, Ade Irfan Pulungan,<br />
menuding MK tak konsisten. Sebab, di awal<br />
amar putusan, Mahkamah menganggap telah<br />
terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan pilpres.<br />
Namun pada akhirnya gugatan pemohon ditolak<br />
untuk seluruhnya, dan menganggap dalil<br />
pemohon tidak berdasar hukum.<br />
“MK ini seperti jubir KPU,” tutur Ade seusai<br />
sidang.<br />
Anggota tim Prabowo lainnya, Maqdir Ismail,<br />
juga mempertanyakan putusan MK yang<br />
tidak menggunakan keputusan Dewan Kehormatan<br />
Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai<br />
pertimbangan. Pada hari yang sama, DKPP<br />
menyidangkan perkara dugaan pelanggaran<br />
kode etik atas langkah pembukaan kotak suara<br />
yang dilakukan KPU untuk menghadapi sidang<br />
sengketa pilpres 2014.<br />
DKPP menjatuhi sanksi peringatan untuk<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Pendukung Prabowo-Hatta<br />
yang berusaha mendekati<br />
gedung MK terlibat bentrok<br />
dengan polisi saat sidang<br />
putusan Kamis (21/8).<br />
Rachman/detikcom<br />
komisioner KPU pusat dan komisioner KPU di<br />
sejumlah daerah serta pemberhentian tetap<br />
bagi seluruh komisioner KPU Dogiyai, Papua.<br />
“Ada apa dengan putusan MK” ucap Maqdir.<br />
Di tempat berbeda, sejumlah elite politik Koalisi<br />
Merah Putih pendukung Prabowo-Hatta<br />
menyatakan menerima putusan MK. Meski<br />
begitu, mereka menganggap putusan itu tidak<br />
mencerminkan keadilan substantif.<br />
Sebaliknya, Trimedya Panjaitan, anggota tim<br />
kuasa hukum Jokowi-JK, selaku pihak terkait,<br />
menganggap putusan MK sudah adil. Sebab, selain<br />
tak ada dalil pemohon yang bisa dibuktikan,<br />
saksi yang dihadirkan tidak menjawab hal yang<br />
dituduhkan. “MK sudah konsisten,” kata politikus<br />
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.<br />
Menurut Trimedya, setelah putusan ini,<br />
Jokowi-JK, yang diusung partainya serta Partai<br />
NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai<br />
Hanura, bisa segera bersiap menjalankan<br />
tugas sebagai pemimpin baru.<br />
Sementara itu, komisioner KPU, Ida Budhiati,<br />
menyatakan siap menjalankan saran MK, antara<br />
lain agar KPU mengadministrasikan sistem<br />
noken di Papua supaya ada legitimasi hukum,<br />
juga soal DPKTb yang, oleh pendapat ahli pemohon,<br />
disebut tidak sah.<br />
Mengomentari tanggapan yang bertolak<br />
belakang itu, Anwar Usman mengatakan MK<br />
sudah mempertimbangkan secara masak<br />
sebelum menjatuhkan putusan. “Putusan MK<br />
memang tidak akan bisa menyenangkan kedua<br />
belah pihak,” ujarnya. Anwar pun memasuki<br />
mobilnya dan meninggalkan gedung MK, Kamis<br />
menjelang tengah malam itu. ■<br />
Kustiah, DEDEN G. | DIMas<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Tersengat<br />
Kesaksian<br />
Yulianis<br />
Mantan bawahan Nazaruddin, Yulianis, menyebut nama<br />
lain yang diduga menerima uang dari Grup Permai.<br />
Marzuki Alie dan Fahri Hamzah membantah.<br />
Fanny Octavianus/ANTARA FOTO<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Nazaruddin saat menjadi<br />
saksi sidang kasus korupsi<br />
Hambalang di Pengadilan<br />
Tipikor, Jakarta.<br />
lamhot aritonang/detikcom<br />
hampir 5 tahun umur<br />
kasus Hambalang. Tiba-tiba<br />
saya disebut terima uang. Tiada<br />
ba bi bu...,” begitu kicauan “Sudah<br />
Fahri Hamzah melalui akun Twitter-nya Senin<br />
malam, 18 Agustus lalu. Melalui cuitannya, politikus<br />
Partai Keadilan Sejahtera itu menanggapi<br />
kabar dirinya yang disebut menerima uang<br />
dari bekas Bendahara Umum Partai Demokrat<br />
Muhammad Nazaruddin.<br />
Lewat Twitter pula, Fahri membantah jika dikatakan<br />
pernah datang ke kantor Grup Permai,<br />
perusahaan milik Nazaruddin, kini terpidana<br />
kasus suap Wisma Atlet SEA Games. Wajar<br />
bila Fahri gusar. Sebab, Senin siangnya, dalam<br />
persidangan kasus korupsi proyek Hambalang<br />
dengan terdakwa mantan Ketua Umum Partai<br />
Demokrat Anas Urbaningrum di Pengadilan<br />
Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, nama Fahri<br />
disebut menerima uang US$ 25 ribu.<br />
Adalah bekas Wakil Direktur Keuangan<br />
Grup Permai, Yulianis, yang mengungkap hal<br />
tersebut dalam persidangan. Pengakuan Yulianis<br />
muncul ketika pengacara Anas, Handika<br />
Honggo Wongso, menanyakan perihal inisial<br />
FAH yang terdapat dalam catatan keuangan<br />
perusahaannya yang pernah disita penyidik<br />
Komisi Pemberantasan Korupsi.<br />
Yulianis menjawab, dia pernah dipanggil<br />
Nazaruddin ke lantai 7 Tower Permai di Mampang,<br />
Jakarta Selatan. “Saya dipanggil sama Pak<br />
Nazar, disuruh bawa uang US$ 25 ribu. Setelah<br />
sampai di atas itu, ada Pak Fahri Hamzah,” kata<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Fahri Hamzah<br />
ari saputra/detikcom<br />
Yulianis saat dihadirkan sebagai saksi dalam<br />
persidangan tersebut.<br />
Yulianis, yang bersaksi dengan mengenakan<br />
cadar, menuturkan, awalnya ia tidak tahu siapa<br />
pria yang berada di ruang kerja atasannya itu.<br />
“Tapi, setelah melihat di TV, saya tahu itu Pak<br />
Fahri yang dari PKS,” ujarnya.<br />
Uang puluhan ribu dolar AS yang dibungkus<br />
dalam amplop itu, diakui Yulianis, dia letakkan<br />
di atas meja di depan Fahri Hamzah. Ia lalu meminta<br />
Fahri menandatangani pengeluaran kas<br />
tersebut sebagai tanda terima. Namun, kata<br />
Yulianis, Fahri tidak berbicara apa pun. “Pak<br />
Fahri cuma senyum saja,” tuturnya.<br />
Lantaran Fahri tak membubuhkan tanda<br />
tangan, Nazar-lah yang kemudian menandatangani<br />
pengeluaran uang. “Sama Pak Nazar, itu<br />
ditandatangani cuma dicoret-coret saja.” Saat<br />
itu Nazaruddin menyebut uang itu bukan untuk<br />
proyek yang sedang dikerjakan perusahaannya.<br />
“Catat saja itu DP (down payment atau uang<br />
muka) pembelian mobil. Tidak terkait proyek,”<br />
ucap Yulianis menirukan Nazar.<br />
Bukan hanya Fahri yang “tersengat” oleh<br />
kesaksian Yulianis dalam persidangan tersebut.<br />
Bekas bawahan Nazaruddin itu juga mengungkap<br />
adanya pengeluaran uang Grup Permai<br />
yang lebih besar, yakni US$ 1 juta, yang diduga<br />
mengalir ke Ketua Dewan Perwakilan Rakyat<br />
Marzuki Alie. “Itu tanggal 11 Januari 2010,” katanya.<br />
Penyebutan duit untuk Marzuki terungkap<br />
saat Yulianis ditanya oleh Anas mengenai be-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Marzuki Alie<br />
Ari Saputra/detikcom<br />
rita acara pemeriksaan Nazaruddin nomor 98,<br />
yang menyebut Anas berkomunikasi dengan<br />
Nazar pada awal 2011 melalui BlackBerry Messenger.<br />
Dalam BAP itu, Nazar menyebut Anas<br />
meminta duit US$ 1 juta. Nazar, menurut Anas,<br />
menyebutkan duit itu untuk membayar<br />
pembelian tanah di Yogyakarta.<br />
Namun jawaban Yulianis berbeda<br />
dengan BAP yang dibacakan<br />
Anas tersebut. Menurut Yulianis,<br />
duit itu tidak ditujukan ke Anas,<br />
melainkan diantar ke Marzuki<br />
Alie, berdasarkan penuturan<br />
ajudan Nazar bernama<br />
Iwan.<br />
Terdakwa Anas lalu menanyakan<br />
soal uang US$ 1<br />
juta ini kepada saksi lain dalam<br />
persidangan, yakni Nuril Anwar.<br />
Mantan staf ahli Nazaruddin ini<br />
mengungkapkan, Nazar saat itu<br />
memang tengah mengintensifkan<br />
hubungan dengan Marzuki. “Pak<br />
Nazar cerita sedang intens<br />
dengan DPR-1, Pak Marzuki, (terkait) TPPI<br />
(Trans-Pacific Petrochemical Indotama) kalau<br />
tidak salah, berkaitan dengan Pertamina,” ujar<br />
Nuril.<br />
Senada dengan Yulianis, Nuril menyebut<br />
uang itu dikirim kepada Marzuki melalui ajudan<br />
Nazaruddin bernama Iwan. Dari cerita Iwan<br />
pula Nuril mengetahui soal dugaan pemberian<br />
uang ke Marzuki tersebut. “Iwan menceritakan<br />
hal itu, (saya tanya) mau dikirim ke mana Ke<br />
MA (Marzuki Alie),” tuturnya.<br />
Menanggapi kesaksian dalam persidangan<br />
tersebut, Marzuki menyatakan tidak perlu<br />
mengomentarinya. Sebab, kata Wakil Ketua<br />
Dewan Pembina Partai Demokrat itu, keterangan<br />
saksi dalam kasus itu berbeda-beda. Ia lalu<br />
mengutip keterangan saksi mantan sopir Nazaruddin,<br />
Heri Sunandar, yang dihadirkan dalam<br />
persidangan lanjutan kasus korupsi Hambalang<br />
yang digelar Kamis, 21 Agustus lalu. Heri bersaksi<br />
pernah diminta Yulianis mengantarkan<br />
uang US$ 1 juta dari Grup Permai untuk Anas<br />
Urbaningrum. Anas membantah kesaksian ini.<br />
“Kan, sudah terjawab. Anda kan dengar,<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Pegiat antikorupsi<br />
memainkan aksi teatrikal<br />
Anas Urbaningrum dan<br />
Andi Mallarangeng—<br />
keduanya terdakwa kasus<br />
Hambalang—di Solo, Jawa<br />
Tengah, beberapa waktu lalu.<br />
Akbar Nugroho Gumay/ANTARA<br />
FOTO<br />
sopirnya bilang (uang US$ 1 juta) tidak diantar<br />
ke saya, tapi ke AU (Anas Urbaningrum). Itu<br />
kesaksian (persidangan) tadi, nanti dengarkan<br />
juga pelakunya. Jadi tidak perlu ke saya,” kata<br />
Marzuki melalui pesan singkat pada Kamis<br />
malam pekan lalu. Ia juga meminta soal uang<br />
ini ditanyakan juga kepada Nazaruddin.<br />
Secara terpisah, Fahri Hamzah membantah<br />
soal pemberian uang dari Nazaruddin tersebut,<br />
meskipun ia mengaku belum mengetahui<br />
secara persis apa keterangan Yulianis dalam<br />
persidangan. Namun Fahri tidak akan memperpanjang<br />
penyebutan namanya dengan balik<br />
melaporkan Yulianis. Alasannya, baik Nazar<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
nasional<br />
Terdakwa kasus korupsi<br />
Hambalang, Anas Urbaningrum,<br />
bertanya kepada saksi Yulianis<br />
dalam sidang di Pengadilan<br />
Tipikor, Jakarta, Senin (18/8).<br />
Fanny Octavianus/ANTARA FOTO<br />
maupun Yulianis saat ini sedang kesusahan.<br />
“Saya tidak merasa punya hubungan apa pun<br />
dengan Yulianis dan Nazar. Apalagi soal uang,”<br />
ujarnya melalui pesan singkat kepada majalah<br />
detik. “Saya tidak pernah ke sana (Tower Permai).<br />
Tidak tahu di mana, dan tidak pernah terdengar<br />
selama ini saya berurusan dengan mereka.”<br />
Adapun bagi KPK, keterangan saksi dalam<br />
persidangan ihwal pemberian uang tersebut<br />
masih perlu diklarifikasi. Menurut juru bicara<br />
KPK, Johan Budi, setiap keterangan saksi dalam<br />
persidangan, yang disampaikan di bawah sumpah,<br />
termasuk oleh Yulianis, akan didalami oleh<br />
komisi antikorupsi itu.<br />
“Apakah keterangan tersebut didukung oleh<br />
bukti-bukti yang kemudian bisa disimpulkan<br />
benar,” tutur Johan secara terpisah. Jika keterangan<br />
terkonfirmasi, menurut Johan, terbuka<br />
peluang KPK untuk membuka penyelidikan<br />
baru.<br />
Sementara itu, peneliti Indonesia Corruption<br />
Watch, Donal Fariz, mengatakan lembaga antirasuah<br />
tersebut wajib menelusuri lebih jauh<br />
keterangan saksi yang muncul dalam persidangan,<br />
apalagi ada dugaan uang mengalir ke<br />
partai politik. “KPK harus meminta keterangan<br />
kepada Nazaruddin sebagai orang yang<br />
terlibat,” ucapnya. Ia menilai keterangan saksi<br />
dalam persidangan sudah merupakan bukti<br />
bagi KPK untuk ditindaklanjuti. ■<br />
Deden Gunawan, JaFFry Prabu Prakoso, M. Rizal | Dimas<br />
Majalah Majalah detik detik 25 - 31 7 - agustus 13 april 2014
hukum<br />
Bukan Sekadar<br />
Salah Tangkap<br />
Seorang kasir karaoke dipenjara 13 bulan karena dituding<br />
mempekerjakan anak di bawah umur. Setelah MA memutus tak<br />
bersalah, Sri melaporkan dua mantan atasannya ke polisi.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
hukum<br />
Sri Mulyati di rumahnya, Kampung<br />
Malang, Semarang<br />
angling adhitya/detikcom<br />
Sri Mulyati masih ingat betul panggilan<br />
telepon dari manajernya, Joni<br />
Widodo, Rabu malam, 8 Juni 2011.<br />
Ia sedang libur bekerja dan bersama<br />
keluarga di tempat indekosnya, daerah Pandansari,<br />
Semarang. Sri, yang kala itu memakai<br />
celana pendek dan bersandal jepit, bergegas<br />
menunggang sepeda motor ke sebuah tempat<br />
karaoke di Ruko Dargo, tempatnya bekerja<br />
sebagai kasir dan penerima tamu.<br />
Wanita berusia 39 tahun itu mengira ada<br />
masalah pekerjaan yang penting sehingga dipanggil.<br />
Namun di tempat kerjanya sudah ada<br />
sejumlah polisi. Seorang polisi wanita menanyakan<br />
namanya dan memintanya masuk mobil<br />
patroli. Ia lalu dibawa ke Markas Kepolisian<br />
Resor Kota Besar Semarang. Sri tak menyangka<br />
panggilan dari sang manajer itu ternyata mengantarnya<br />
ke penjara.<br />
“Katanya ada operasi KTP. Waktu itu saya langsung<br />
disuruh masuk mobil sama polwan. Selain<br />
saya ada RR, pemandu karaoke yang masih berumur<br />
17 tahun,” katanya saat ditemui di rumahnya,<br />
Kampung Malang, Semarang, Kamis, 14 Agustus<br />
lalu.<br />
Di markas polisi, Sri baru tahu ia dituduh melakukan<br />
eksploitasi terhadap RR, yang masih di<br />
bawah umur. Joni dan pemilik karaoke, Santoso<br />
Wibowo, ada di sana. Sri mencoba membela<br />
diri dan menyebut yang bertanggung jawab<br />
semestinya atasannya, karena ia cuma seorang<br />
kasir.<br />
“Saya bilang ke polisi itu manajernya, tapi polisi<br />
bilang, ‘Lo, bukannya itu OB (office boy)’”<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
hukum<br />
ujarnya. “Dari dandanannya saja kan sudah<br />
kelihatan bedanya OB sama manajer. Tapi ternyata<br />
tidak ditangkap.”<br />
Saat itu juga Sri dijebloskan ke ruang tahanan.<br />
Adapun RR dipulangkan. Setelah 4 bulan<br />
meringkuk di balik jeruji besi Polrestabes Semarang,<br />
Sri lalu dipindah ke Lembaga Pemasyarakatan<br />
Wanita Bulu. Ia tinggal bersama<br />
belasan narapidana lain dalam sel berukuran 10<br />
x 10 meter.<br />
Kasus itu berlanjut hingga ke Pengadilan<br />
Negeri Semarang. Sri pun divonis hukuman 8<br />
bulan penjara dan denda Rp 2 juta subsider 2<br />
bulan kurungan. Hukuman penjaranya malah<br />
ditambah oleh Pengadilan Tinggi Semarang<br />
menjadi 12 bu lan setelah jaksa mengajukan<br />
Markas Polrestabes Semarang<br />
angling adhitya/detikcom<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
hukum<br />
Padahal Rp 2 juta<br />
itu tidak sedikit bagi<br />
saya. Itu hasil utang<br />
anak saya yang jadi<br />
tulang punggung<br />
keluarga sejak saya<br />
dipenjara.<br />
permohonan banding. “Selama sidang, manajer<br />
dan pemilik karaoke tidak jadi saksi. Yang jadi<br />
saksi cuma RR sama polisi,” tuturnya.<br />
Setelah 12 bulan dibui, Sri berharap bisa merayakan<br />
Idul Fitri pada 19 Agustus 2012 bersama<br />
keluarganya. Putri keduanya, SJ—saat itu berusia<br />
17 tahun―lalu berusaha mencarikan uang<br />
untuk membayar denda Rp 2 juta sebagai<br />
pengganti kurungan 2 bulan. Namun,<br />
setelah membayar denda, Sri tak<br />
kunjung dibebaskan. Niat berlebaran<br />
bersama keluarga pun<br />
kandas. Satu bulan kemudian<br />
ia baru bisa menghirup udara<br />
bebas.<br />
“Padahal Rp 2 juta itu tidak<br />
sedikit bagi saya. Itu hasil<br />
utang anak saya yang jadi tulang<br />
punggung keluarga sejak<br />
saya dipenjara,” ucapnya.<br />
Wanita lulusan sekolah dasar<br />
yang awam soal hukum itu baru<br />
tahu bisa meminta perlindungan lembaga<br />
bantuan hukum saat proses sidang sudah<br />
berjalan. Meski terlambat, Sri akhirnya meminta<br />
bantuan LBH Mawar Saron Semarang untuk<br />
mendampinginya dan mengajukan permohonan<br />
kasasi ke Mahkamah Agung.<br />
Setelah menjalani kurungan selama 13 bulan,<br />
Sri baru tahu trio hakim agung, yaitu Profesor<br />
Dr Komariah Emong Sapardjaja, Suhadi, dan Dr<br />
Salman Luthan, mengabulkan kasasinya dan<br />
membebaskannya dari semua dakwaan.<br />
Atas dasar putusan itu, didampingi LBH<br />
Mawar Saron, Sri menggugat jaksa dan polisi.<br />
Ia menuntut ganti rugi, antara lain Rp 1 juta,<br />
seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor<br />
27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab<br />
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 9<br />
ayat 1; ganti denda yang telah dibayarnya sebesar<br />
Rp 2 juta; biaya perkara Rp 2.500; dan Rp 12<br />
juta sebagai pengganti nafkahnya yang hilang<br />
selama dibui (sesuai upah minimum regional<br />
Semarang, dikalikan 13 bulan).<br />
PN Semarang pada 14 Januari 2013 menolak<br />
gugatan tersebut. Namun dikabulkan oleh Pengadilan<br />
Tinggi pada 15 April 2013. Pengadilan menghukum<br />
polisi dan jaksa untuk memberi ganti rugi<br />
sebesar Rp 5 juta kepada Sri, mengembalikan<br />
denda yang telah dibayar Sri sebesar Rp 2 juta<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
hukum<br />
Gerbang Lapas Wanita Bulu,<br />
Semarang<br />
dok. lapas bulu<br />
ke negara, dan mengembalikan biaya perkara Rp<br />
5.000 yang telah dibayar ke negara.<br />
Atas putusan itu, jaksa sempat mengajukan kasasi<br />
ke MA, tapi ditolak. Adapun pihak Sri belum<br />
menerima salinan putusan MA itu hingga saat ini,<br />
apalagi uang ganti rugi. “Sebenarnya Rp 5 juta itu<br />
belum cukup, tapi tidak apa-apa. Itu saja sampai<br />
sekarang belum dikasih,” kata Sri.<br />
Selama mendekam di penjara, kehidupan<br />
keluarga Sri semakin buruk karena sang suami<br />
sulit beraktivitas sejak terserang penyakit gula.<br />
Tiga dari empat anaknya terpaksa putus sekolah.<br />
Anak keduanya menjadi tulang punggung<br />
keluarga dengan bekerja di toko kacamata.<br />
Hingga kini Sri masih belum tahu apa kesalahannya<br />
sehingga harus dihukum penjara 13 bulan.<br />
Ia kecewa karena, hampir dua tahun bekerja<br />
di karaoke itu dengan gaji Rp 750 ribu per bulan,<br />
dibalas oleh manajer dan pemilik karaoke<br />
dengan mempersalahkannya atas perbuatan<br />
yang tidak ia lakukan. “Saya cuma kasir, tidak<br />
mungkin saya mempekerjakan seseorang. Saya<br />
dikambinghitamkan,” ujarnya.<br />
Didampingi kuasa hukumnya, Senin, 18 Agustus<br />
lalu, Sri melaporkan Santoso dan Joni ke Kepolisian<br />
Daerah Jawa Tengah. Menurut kuasa hukum<br />
Sri, Jhony Mazmur, kliennya sudah dinyatakan<br />
MA tidak bersalah. Karena itu, sudah seharusnya<br />
polisi menangkap pelaku sebenarnya atas kasus<br />
eksploitasi anak yang dituduhkan kepada Sri. “Ini<br />
harus diungkap,” tutur Jhony.<br />
Keduanya pernah dilaporkan ke polisi pada akhir<br />
2011, saat Sri masih di penjara. Namun laporan<br />
tersebut ditolak. Pengacara kembali melaporkan<br />
mereka ke polisi pada 20 Februari 2012. Namun,<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
hukum<br />
Direktur LBH Mawar Saron<br />
Semarang, Guntur Perdamaian<br />
dok. pribadi<br />
Tap/klik untuk berkomentar<br />
saat itu, Polda Jawa Tengah menganggap belum<br />
cukup bukti untuk menjadikan pemilik dan manajer<br />
Karaoke ACC itu sebagai tersangka.<br />
Selain melaporkan kedua mantan atasannya,<br />
Sri mendatangi unit Profesi dan Pengamanan<br />
Polda Jawa Tengah untuk menanyakan soal<br />
pengaduannya pada 2013 tentang penyalahgunaan<br />
pelanggaran prosedur yang diduga<br />
dilakukan Kepala Unit Pelayanan Perempuan<br />
dan Anak Satuan Reserse Kriminal Polrestabes<br />
Semarang saat itu, Ajun Komisaris Endang.<br />
Namun, setelah didatangi, Propam Polda Jawa<br />
Tengah menjawab tidak ditemukan pelanggaran<br />
seperti yang diadukan karena berkas sudah<br />
lengkap (P-21).<br />
Secara terpisah, Kepala Polrestabes Semarang<br />
Komisaris Besar Djihartono mengatakan<br />
pihaknya perlu membuka berkas perkara yang<br />
terjadi pada 2011 tersebut. Sebab, saat itu ia<br />
belum menjabat. Namun ia menilai seharusnya<br />
pemilik atau manajer juga diperiksa. “Tapi<br />
laporannya (Sri) ke Polda, ya Berarti yang menangani<br />
Polda,” ucap Djihartono.<br />
Direktur LBH Mawar Saron, Guntur Perdamaian,<br />
menganggap kasus yang dialami Sri<br />
janggal. Sebab, ia dituduh mempekerjakan RR<br />
yang di bawah umur sebagai pemandu karaoke,<br />
sementara Sri juga menerima gaji. Apalagi di<br />
berita acara pemeriksaan, Joni selaku manajer<br />
mengakui membayar RR. “Ini (kasus Sri) sudah<br />
terlalu gamblang, rekayasa hukum, dan bukan<br />
salah tangkap,” katanya. Sri kini kembali menuntut<br />
keadilan. ■ ANGLING ADHITYA (Semarang) | DIMAS<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kriminal<br />
Narkoba<br />
di Pojok<br />
Kampus<br />
Polisi menemukan 8,6 kilogram<br />
ganja dari dua kali penggeledahan<br />
di kampus Unas. Praktek peredaran<br />
narkoba di tempat itu ditengarai<br />
sudah lama terjadi.<br />
ilustrasi: edi wahyono<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kriminal<br />
Kepala Polres Jakarta Selatan<br />
Komisaris Besar Wahyu<br />
Hadiningrat bersama Wakil<br />
Rektor Bidang Akademi dan<br />
Kemahasiswaan Unas Iskandar<br />
Fitri (kanan) menunjukkan<br />
barang bukti ganja dan alat<br />
isap hasil pengeledahan,<br />
Jumat (15/8).<br />
Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO<br />
Ruang sekretariat senat mahasiswa<br />
akuntansi di gedung serbaguna Universitas<br />
Nasional, Jakarta, itu masih<br />
berantakan Selasa, 19 Agustus lalu.<br />
Tumpukan kain spanduk, kardus bekas air mineral,<br />
piring, bungkusan plastik, tali tambang,<br />
koran bekas, dan jeriken berserakan di lantai.<br />
Sebuah lemari pendingin rusak dan tak terpakai<br />
berada di dekat jendela ruangan yang ditutupi<br />
spanduk.<br />
Di ruangan itu petugas Kepolisian Resor<br />
Jakarta Selatan dan Kepolisian Sektor Pasar<br />
Minggu menemukan 5 kilogram ganja dan 5<br />
gram sabu dalam penggeledahan pada Kamis<br />
dini hari, 14 Agustus lalu. Penggeledahan yang<br />
dipimpin Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres<br />
Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Indra Fadillah<br />
Siregar dan Kepala Polsek Pasar Minggu<br />
Komisaris Adri Desas Furyanto itu dilakukan<br />
setelah polisi menerima laporan adanya aktivitas<br />
mahasiswa yang menggunakan narkoba.<br />
Saat itu polisi menutup pintu gerbang<br />
utama kampus yang berlokasi di Jalan Sawo<br />
Manila, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,<br />
tersebut. Semua mahasiswa yang berada di<br />
lingkungan kampus malam itu didata. Petugas<br />
berpakaian preman lalu menyisir ruang-ruang<br />
unit kegiatan mahasiswa (UKM), seperti UKM<br />
basket, biologi, fotografi, sastra, hingga UKM<br />
musik. Basement, area parkir, dan taman di<br />
depan kampus tak luput diperiksa.<br />
Selain 5 kilogram ganja dan 5 gram sabu di<br />
ruang senat, ditemukan sebuah bong pengisap<br />
sabu. Polisi dan Rektorat Unas meyakini<br />
pemilik barang haram itu sekelas bandar yang<br />
sudah lama beroperasi di dalam kampus. Da-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kriminal<br />
Ruang perpustakaan di gedung<br />
serbaguna Unas diberi garis<br />
polisi.<br />
detikcom<br />
lam penggeledahan saat itu juga ditemukan<br />
bom molotov dan senjata tajam, seperti golok,<br />
pisau, dan badik.<br />
Rektorat Unas kembali meminta polisi dan<br />
Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta<br />
menggeledah kampus pada 18 Agustus lalu.<br />
Hasilnya, lagi-lagi ditemukan ganja seberat 3,6<br />
kilogram secara terpisah di ruang perpustakaan<br />
dan ruang teater, juga di gedung serbaguna.<br />
Penemuan total sebanyak 8,6 kilogram ganja<br />
tersebut memaksa rektorat meliburkan sementara<br />
aktivitas belajar-mengajar dan membekukan<br />
unit-unit kegiatan kemahasiswaan.<br />
Petugas BNN Provinsi DKI Jakarta, Ajun<br />
Komisaris Besar Almas Arrasuli, menyebut<br />
pihaknya sudah memeriksa delapan saksi,<br />
yang terdiri atas mahasiswa dan staf rektorat.<br />
Sedangkan empat orang yang dicurigai terkait<br />
dengan kepemilikan ganja tersebut masih diburu,<br />
dan masuk daftar pencarian orang (DPO).<br />
“Semua masih dalam penyelidikan,” kata Almas<br />
saat ditemui di gedung Rektorat Unas.<br />
Selasa pekan lalu, polisi menahan seorang<br />
alumnus Unas berinisial B yang diduga terkait<br />
dengan empat pria yang masuk DPO itu. Namun<br />
B masih berstatus saksi. Kepala Satuan<br />
Narkoba Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris<br />
Besar Hando Wibowo mengatakan B belum<br />
ditetapkan sebagai tersangka karena, meskipun<br />
memiliki hubungan khusus dengan keempat<br />
DPO—diketahui dari sejumlah pesan singkat<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kriminal<br />
Petugas BNN<br />
mengerahkan anjing<br />
pelacak untuk mencari<br />
narkoba di ruang UKM<br />
Unas.<br />
dikhy sasra/detikcom<br />
(SMS)—polisi belum menemukan bukti keterlibatannya<br />
dalam kasus peredaran narkoba di<br />
Unas.<br />
“Kami juga menemukan biji ganja di depan<br />
rumahnya kemarin pada saat diamankan. Tapi<br />
itu belum cukup bukti untuk memberatkan<br />
saksi menjadi tersangka,” ujarnya Rabu, 20<br />
Agustus lalu. Berdasarkan keterangan saksi,<br />
polisi kini menelusuri jaringan pengedar ganja<br />
di tiga lokasi di wilayah Jakarta Selatan dan<br />
Jakarta Barat.<br />
Sejumlah ruangan di kampus Unas, menurut<br />
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro<br />
Jaya Komisaris Besar Rikwanto, selama ini<br />
diduga kerap dimanfaatkan orang luar, yang<br />
dibantu alumni dan oknum mahasiswa, untuk<br />
menyimpan, menimbun, dan mengedarkan<br />
narkoba jenis ganja. Sedangkan oknum mahasiswa<br />
lain sebagai pengguna.<br />
Rektorat Unas sejatinya sudah lama mencurigai<br />
peredaran narkoba di lingkungan kampus.<br />
Hanya, belum menemukan buktinya. Saat polisi<br />
akan menggeledah, para tersangka pelaku<br />
melarikan diri. “Tapi (pengurus) senat tidak terbukti.<br />
Mereka juga resah karena (praktek itu)<br />
sudah turun-temurun, enggak bisa apa-apa,”<br />
tutur Rikwanto secara terpisah. Selain ganja<br />
dan sabu, kata dia, dalam penggeledahan itu<br />
ditemukan sejumlah alat kontrasepsi berupa<br />
kondom baru dan bekas.<br />
Seorang alumnus Unas, Wahid Chandra<br />
Daulay, mensinyalir mereka yang mengedarkan<br />
ganja kepada para mahasiswa adalah para<br />
oknum senior yang dipanggil “Abang”. Mereka<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kriminal<br />
Kegiatan perkuliahan dan<br />
UKM di Unas dihentikan<br />
sementara.<br />
ari saputra/detikcom<br />
ini adalah mahasiswa lawas yang tidak melanjutkan<br />
kuliahnya tapi masih berkeliaran di<br />
lingkungan kampus.<br />
“Ada mahasiswa yang meneruskan jejak<br />
mereka, ada juga yang menyetok (ganja). Dan<br />
mereka beli ke senior ini,” ucap ketua senat<br />
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik<br />
Unas periode 2012-2013 ini kepada majalah<br />
detik.<br />
Menurut Wahid, para senior ini kerap mempengaruhi<br />
mahasiswa untuk melawan kebijakan<br />
rektorat. Misalnya de ngan menghancurkan<br />
kamera pengawas CCTV di belakang gedung<br />
serbaguna karena dianggap mengekang kebebasan<br />
mahasiswa. “Karena kampus sejak 2008<br />
sudah melakukan pemberantasan narkoba,”<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kriminal<br />
Sebelum penggerebekan, kalau<br />
datang ke sini bau ganjanya<br />
kecium banget.<br />
katanya.<br />
Mereka juga menentang jam malam yang diberlakukan<br />
pihak kampus. Sebab, kebijakan itu<br />
berakibat pada pencahayaan di kampus. Lebih<br />
dari pukul 22.00 WIB lampu-lampu dipadamkan.<br />
Nah, mereka yang berkepentingan dengan<br />
narkoba itu resah karena transaksi diduga<br />
dilakukan di malam hari. “Tapi diakali dengan<br />
cara mencuri listrik. Beberapa sekretariat itu<br />
(tetap) menyala (pada malam<br />
hari),” ujar Wahid.<br />
Adapun keempat orang<br />
yang masih diburu polisi,<br />
menurut Wahid, saling berhubungan.<br />
Pusat “kegiatan”<br />
mereka ada di belakang gedung<br />
serbaguna, yang terletak<br />
di pojok kampus. “Sebelum penggerebekan,<br />
kalau datang ke sini bau ganjanya kecium<br />
banget,” tuturnya.<br />
Sedangkan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa<br />
Fakultas Hukum Unas, Afif Rahadian,<br />
mengklaim ganja yang ditemukan tersebut<br />
bukan milik mahasiswa. Ia justru menuding,<br />
kalaupun ada sindikat narkoba di kampus, itu<br />
akibat pihak universitas yang lalai. “Karena<br />
mereka yang memiliki otoritas,” ucapnya saat<br />
konferensi pers Keluarga Besar Unas di kawasan<br />
Kalibata, Jakarta Sela tan, Senin, 18 Agustus<br />
lalu.<br />
Pihaknya sempat menggelar aksi untuk menentang<br />
kebijakan kampus yang menjatuhkan<br />
sanksi terhadap puluhan mahasiswa. Mereka<br />
dituding melakukan perusakan properti kampus<br />
lantaran menolak pemberlakuan jam malam<br />
dan larangan menginap di kampus. Empat<br />
mahasiswa bahkan dikeluarkan dari kampus.<br />
“Tapi aksi damai itu dianggap perlawanan,” kata<br />
Afif.<br />
Sementara itu, Wakil Rektor Unas Bidang<br />
Kemahasiswaan dan Akademik Iskandar Fitri<br />
menyatakan unit kegiatan kemahasiswaan<br />
dan senat dibekukan sementara hingga waktu<br />
yang tidak ditentukan. Rektorat selama ini<br />
memberi kebebasan kepada mahasiswa untuk<br />
beraktivitas. Namun, kata dia, kebebasan tersebut<br />
disalahgunakan oleh oknum yang tidak<br />
bertanggung jawab. ■ JAFFRY Prabu Prakoso | M. RIZal<br />
Majalah detik 25 20 - 31 - 26 agustus januari 2014
interview<br />
Bupati Bantaeng<br />
H M. Nurdin Abdullah:<br />
Siap Jadi<br />
Menteri<br />
Pertanian<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
DSukses membangun Bantaeng, Nurdin Abdullah dianggap layak masuk<br />
kabinet. Harus meminta restu masyarakat Bantaeng.<br />
alam enam tahun, Profesor H M. Nurdin Abdullah<br />
berhasil menyulap Kabupaten Bantaeng<br />
dari daerah miskin dan tertinggal menjadi<br />
daerah yang gemerlap. Sejak dilantik sebagai<br />
bupati pada 6 Agustus 2008, dia membangun<br />
dam, pabrik pupuk, pusat pembibitan, jalan,<br />
rumah sakit, dan infrastruktur lainnya. Tak<br />
semata-mata mengandalkan APBD, ia juga<br />
menjalin kerja sama dengan luar negeri.<br />
Kemudahan perizinan, birokrasi yang melayani,<br />
ketersediaan lahan yang murah membuat<br />
investor asing berbondong-bondong ke daerah<br />
yang berlokasi sekitar 120 kilometer dari<br />
Makassar, Sulawesi Selatan, itu. Tak mengherankan<br />
bila nama doktor pertanian dari Kyushu<br />
University, Tokyo, Jepang, itu digadang-gadang<br />
masuk bursa kabinet pemerintahan Joko<br />
Widodo-Jusuf Kalla.<br />
Nurdin pun tak hendak menampik bila ia<br />
kelak benar-benar diminta. Pos Kementerian<br />
Pertanian dirasa pas untuknya. “Tentu saja<br />
saya tidak mau keluar dari keilmuan saya, yakni<br />
di pertanian. Tapi, persoalannya, saya sudah<br />
(merasa) tenang jadi bupati,” kata suami Liestiaty<br />
F. Nurdin itu saat bertandang ke kantor<br />
redaksi detikcom, Rabu pagi, 20 Agustus lalu.<br />
Selain itu, ia melanjutkan, masyarakat<br />
Bantaeng belum tentu mengizinkan dirinya<br />
meninggalkan pos bupati. Saat ini mereka<br />
sudah mulai merasakan hasil pembangunan<br />
Bantaeng di bawah kepemimpinannya. “Hampir<br />
semua doa masyarakat dan kiai itu isinya,<br />
'Mudah-mudahan, semoga dia tidak meninggalkan<br />
kita,'” tutur Nurdin.<br />
Lantas, bagaimana dia akan menyiasati dilema<br />
itu Bagaimana pandangan Nurdin soal<br />
pembangunan pertanian di Tanah Air Bagaimana<br />
pula melepaskan ketergantungan pada<br />
produk impor Berikut ini petikan perbincangannya.<br />
Nama Anda termasuk yang banyak<br />
disebut masyarakat sebagai orang yang<br />
layak masuk kabinet mendatang. Andai<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
Video<br />
ditawari, posisi apa yang pas<br />
Tentu saja saya tidak mau keluar dari keilmuan<br />
saya, yakni pertanian. Itu agro kompleks,<br />
masuk pertanian, perikanan, perhutanan. Tapi,<br />
persoalannya, saya sudah (merasa) tenang jadi<br />
bupati. Ibarat saya punya tanaman itu sudah<br />
berbunga, tinggal tunggu berbuah. Kalau harus<br />
pergi jadi menteri kan garapan baru, memang<br />
menantang seperti ladang baru.<br />
Berikutnya, masyarakat Bantaeng mau atau<br />
tidak ditinggal Karena, hampir semua doa<br />
masyarakat dan kiai itu isinya, “Mudah-mudahan,<br />
semoga dia tidak meninggalkan kita”.<br />
Jadi, andai tenaga dan pikiran saya dibutuhkan,<br />
tentu saya harus membicarakannya dengan<br />
mereka untuk minta keikhlasan. Kalau tidak<br />
ada keikhlasan, berat. Saya boleh bilang kondisi<br />
Bantaeng ini ibarat dari gelap terbitlah terang.<br />
Nah, mereka tidak mau kembali ke gelap lagi<br />
kalau saya tinggalkan.<br />
Di sektor pertanian ini, apa saja masalah<br />
yang Anda lihat<br />
Kita tertinggal dalam mekanisasi pertanian.<br />
Sangat jauh tertinggal. Untuk perikanan, kita<br />
sangat jauh tertinggal di industri penangkapan.<br />
Contoh saja, kita masih impor tepung ikan.<br />
Padahal, kalau kita coba lihat Peru, di sana, di<br />
tengah laut itu ada industri perikanan. Mereka<br />
menangkap ikan dan langsung diolah, dan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
produksinya juga hitungan dunia.<br />
Di kita, karena bahan baku masih impor, kalau<br />
dolar naik, otomatis harga pakan dan ternak<br />
pasti ikut naik. Ini yang harus kita perangi, produksi<br />
dalam negeri harusnya mengurangi impor.<br />
Begitu juga dengan jagung, kedelai, dan lainnya.<br />
Masalahnya, kan kita tidak berpihak ke petani,<br />
coba ada kepastian. Yang terjadi di negara kita<br />
ini, ketika panen raya, siapa yang back-up petani<br />
Ini persoalannya. Harus ada keberanian.<br />
Andai tenaga dan pikiran saya dibutuhkan,<br />
tentu saya harus membicarakannya dengan<br />
mereka (masyarakat Bantaeng) untuk minta<br />
keikhlasan.<br />
muhammad akSara<br />
Andai benar menjadi Menteri Pertanian,<br />
bagaimana Anda akan membenahinya<br />
Kita ini terlalu ego sektoral, tidak ada sinergi.<br />
Kementerian ini harusnya berkoordinasi ke<br />
(Kementerian) Perdagangan, saling komunikasi.<br />
Yang penting, benahi internal yang cenderung<br />
berpikir bagaimana menghabiskan. Yang<br />
terjadi setiap tahun sepertinya bagaimana<br />
menghabiskan anggaran yang Rp 17 triliun itu.<br />
Orientasinya bukan pada program, melainkan<br />
proyek. Agar bisa keluar dari impor benih, kita<br />
harus buat cluster pembenihan dan penangkaran.<br />
Kita buat daerah-daerah unggulan agar<br />
tidak tumpang-tindih.<br />
Begitu juga untuk mengurangi impor daging<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Bagaimana Anda melihat potensi laut di<br />
Indonesia yang begitu luas<br />
Sebenarnya potensi kelautan kita ini luar biasa,<br />
sehingga tidak layak orang pulau itu miskin.<br />
Sumber daya kelautan kita di sini banyak yang<br />
dicuri karena keterbatasan industri tangkap<br />
kita. Teknologi masyarakat nelayan kita belum<br />
memadai. Padahal kita punya BPPT (Badan<br />
Pengkajian dan Penerapan Teknologi), yang<br />
bisa mengetahui gerakan ikan di mana, jenis<br />
ikan apa. Ini harus dimanfaatkan. Di Bantaeng<br />
saya sudah banyak kerja sama dengan BPPT<br />
sejak 2009, seperti dalam pengembangan ikan<br />
nila dan produksi pupuk SRF atau slow release<br />
fertilizer (pupuk lepas lambat).<br />
Dengan satu kali pemupukan bisa sampai<br />
panen. Hasilnya bisa kita lihat, jagung menjadi<br />
gede-gede. Jadi, di daerah marginal, pupuk itu<br />
bisa kita modifikasi dengan menambah unsur<br />
yang kurang di tanah. Selama ini kita mengenalnya<br />
hanya pupuk urea atau NPK dari Kalimantan<br />
Timur. Karena jauh, kadang lewat dua<br />
minggu dari waktu pemupukan baru pupuk<br />
datang. Ini persoalan yang kerap terjadi di sek-<br />
interview<br />
Bupati Bantaeng H M. Nurdin<br />
Abdullah ketika melakukan<br />
panen jagung.<br />
muhammad akSar<br />
sapi, kita harus libatkan masyarakat dan pengusaha<br />
peternakan. Coba uang yang ada ini disebar<br />
untuk membesarkan sentra ternak di daerah.<br />
Contoh di Bantaeng, daging (sapi terbaik)<br />
Kobe sudah bisa kita bikin walau baru satu ekor<br />
satu tahun. Lahan kita tidak ada masalah sebetulnya,<br />
punya kita masih sangat luas, teknologi<br />
juga sudah kita kuasai. Permasalahannya, kita<br />
tidak berpihak pada peternak.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
tor pertanian kita. Pasokan pupuk terlambat<br />
juga karena alasan cuaca ekstrem, sehingga<br />
kapal tidak bisa bersandar. Akibatnya ongkos<br />
kirim jadi mahal. Padahal Sulawesi Selatan merupakan<br />
salah satu lumbung pangan nasional.<br />
Agar bisa keluar dari impor benih, kita<br />
harus buat cluster pembenihan dan<br />
penangkaran. Kita buat daerah-daerah<br />
unggulan agar tidak tumpang tindih.<br />
muhammad akSar<br />
Bagaimana Anda mengubah Bantaeng<br />
yang minus menjadi daerah yang surplus<br />
Kami membagi wilayah pembangunan<br />
menjadi tiga zona cluster, yakni pesisir, dataran<br />
rendah, dan dataran tinggi. Untuk pesisir, laut<br />
menjadi potensi terbesar Bantaeng. Sebab,<br />
sepanjang pesisirnya layak untuk budi daya<br />
rumput laut. Sebelumnya, wilayah pesisir ini<br />
merupakan kantong kemiskinan. Karena luas<br />
wilayah terbatas sehingga tak mungkin swasembada<br />
pangan, saya fokus untuk menjadi<br />
penghasil benih yang membuat produksi<br />
pertanian jadi lebih unggul. Saya juga mengambil<br />
benih jagung dan lobak dari Jepang untuk<br />
dikembangkan. Di dataran tertinggi, kami<br />
bekerja sama dengan Batu, Jawa Timur, untuk<br />
menghasilkan apel dan stroberi. Juga buahbuahan<br />
lain.<br />
Sewaktu mulai memimpin, kondisi Ban-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
Menemani mantan wakil<br />
presiden Jusuf Kalla saat<br />
meninjau Marina Beach Hotel<br />
Bantaeng.<br />
muhammad akSar<br />
taeng seperti apa, sih<br />
Kita punya APBD kecil sekali. Pada 2008<br />
cuma Rp 281 miliar. Itu pun lebih dari separuhnya<br />
habis untuk belanja pegawai. Setiap kali<br />
hujan, di beberapa tempat kebanjiran, tapi di<br />
musim kemarau kering tak ada air. Lalu saya<br />
prioritaskan pembangunan cekdam seluas 10<br />
hektare. Cekdam ini bukan cuma untuk menampung<br />
air, tapi juga sebagai irigasi, sumber<br />
air minum, obyek wisata. Jadi multifungsi.<br />
Sumber dana pembangunan dari mana<br />
Kan APBD terbatas….<br />
Kami memanfaatkan jaringan teman-teman<br />
pengusaha dari Jepang. Saya kan (kuliah) S-2<br />
dan S-3 di Jepang, juga memimpin perusahaan<br />
modal asing dari Jepang. Dari Toyota, misalnya,<br />
kami mendapat hibah fasilitas pemadam<br />
kebakaran, ambulans, mobil sampah. Kalau<br />
pasien sudah di atas ambulans, itu sama dengan<br />
di ruang UGD. Semua layanan emergency<br />
sudah di dalam, makanya dia tidak boleh ngebut.<br />
Sebanyak 20 dokter dan 16 perawat siap<br />
melayani. Cukup dengan menghubungi nomor<br />
113, dokter dan perawat akan datang ke rumah.<br />
Jaringan di Jepang ini kemudian saya manfaatkan<br />
juga untuk membantu teman-teman dari<br />
Gunung Kidul, Parepare, dan Jeneponto.<br />
Jadi, pada periode pertama, 2008-2013, saya<br />
prioritaskan pembangunan infrastruktur. Daerah<br />
pantai, seperti Pantai Seruni dan Pantai<br />
Marina Korong Batu, yang sebelumnya merupakan<br />
kantong kemiskinan, menjadi jamban,<br />
dan tempat pembuangan sampah terpanjang,<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
Kami coba membangun sistem sejak awal,<br />
bukan bersandar pada aktor. Jadi tahun<br />
pertama dan kedua itu memang berat, semua<br />
minta petunjuk bupati.<br />
muhammad akSar<br />
saya reklamasi menjadi obyek wisata pantai.<br />
Saya buatkan taman, jogging track, dan fasilitas<br />
olahraga lainnya. Pedagang di sana tidak<br />
dipungut pajak, tidak ada preman, tukang<br />
parkir juga tidak ada. Karena semua tempat<br />
bersih, pola hidup masyarakat pun mengikuti<br />
perubahan. Mereka tak lagi buang air di pantai<br />
dan jadi rajin berolahraga. Efeknya tentu saja<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
Suasana di salah satu sudut di<br />
Pantai Seruni di malam hari.<br />
foto: Facebook<br />
kesehatan membaik.<br />
Kalau para pengusaha dari Cina, bagaimana<br />
Anda membujuk mereka agar mau<br />
berinvestasi<br />
Ini promosi dari mulut ke mulut barangkali.<br />
Jadi, kami sebagai pelayan masyarakat tidak<br />
menampakkan kalau kami ini pejabat yang harus<br />
dilayani. Saya kan pengusaha, jadi tahu apa<br />
yang dibutuhkan, yakni ada kepastian hukum,<br />
kemudahan birokrasi, dan jaminan lahan. Kalau<br />
untuk mengurus usaha di daerah lain mungkin<br />
ada yang harus keluar uang banyak, di kami<br />
nol rupiah dalam tempo yang singkat.<br />
Kami coba membangun sistem sejak awal,<br />
bukan bersandar pada aktor. Jadi, tahun pertama<br />
dan kedua itu memang berat, semua minta<br />
petunjuk bupati. Tapi, masuk tahun ketiga,<br />
alhamdulillah sudah lepas. Saya pun enak, ke<br />
mana-mana bisa dilepas.<br />
Untuk menata birokrasi di awal tidak<br />
ada resistansi<br />
Pertama, tanggalkan atribut partai begitu<br />
proses pemilihan selesai. Kalau itu masih ada,<br />
tidak ada satu pun pejabat yang bisa kita pakai.<br />
Karena semuanya pendukung yang lama, jadi<br />
saya coba dengan assessment. Pada 2008, kita<br />
sudah lakukan lelang jabatan. Untuk sekda,<br />
misalnya, kita kirim ke Jatinangor. Jadi saya<br />
tanggalkan kepentingan pribadi agar tidak<br />
merusak sistem dan terjadi resistansi di manamana<br />
di dalam. ■ Tim Detik<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
interview<br />
BIODATA<br />
Nama: Prof Dr Ir H M. Nurdin Abdullah, MAgr<br />
Tempat/tanggal lahir: Parepare, 7 Februari<br />
1963<br />
Istri: Ir Hj Liestiaty F. Nurdin,<br />
MFish<br />
Anak-anak:<br />
1. Putri Fatima Nurdin, SE<br />
2. M. Syamsul Reza Nurdin<br />
3. M. Fathul Fauzi Nurdin<br />
Pendidikan:<br />
• Tamat SD, 1975<br />
• Tamat SMP, 1978<br />
• Tamat SMAN 5<br />
Makassar, 1981<br />
• S-1 Fakultas Pertanian dan Kehutanan<br />
Universitas Hasanuddin, 1986<br />
• S-2 Master of Agriculture Kyushu University,<br />
Jepang, 1991<br />
• S-3 Doctor of Agriculture Kyushu University,<br />
Jepang, 1994<br />
• Lemhannas Angkatan IV, 2010<br />
Jabatan:<br />
• Guru besar Fakultas Kehutanan Universitas<br />
Hasanuddin<br />
• Presiden Direktur PT Maruki International<br />
Indonesia<br />
• President Director of Global Seafood, Jepang<br />
• Director of Kyushu Medical Co Ltd, Jepang<br />
• Bupati Bantaeng 2008-2013 dan 2013 -<br />
sekarang<br />
Organisasi:<br />
• Ketua Persatuan Alumni Jepang-Sulawesi<br />
Selatan<br />
• Ketua Umum Masyarakat Perhutanan<br />
Indonesia Reformasi Sulawesi Selatan<br />
• Ketua Umum Persatuan Sarjana Kehutanan<br />
Sulawesi Selatan<br />
• Ketua Yayasan Maruki Makassar<br />
• Ketua Badan Majelis Jami’ah Yayasan<br />
Perguruan Islam Athirah Bukit Baruga<br />
• Ketua Umum KONI Kabupaten Bantaeng<br />
• Badan Penasihat PGRI Kabupaten Bantaeng<br />
• Ketua Bidang Pertanian Asosiasi Pemerintah<br />
Kabupaten Seluruh Indonesia<br />
(Apkasi), 2010 sampai sekarang<br />
• Koordinator Wilayah Apkasi Provinsi<br />
Sulawesi Selatan, 2010 sampai sekarang<br />
Penghargaan:<br />
• Satyalancana dari Presiden RI Bidang<br />
Pertanian, Januari 2009<br />
• Medali/Piagam Penghargaan dari Gubernur<br />
Sulawesi Selatan atas Kepedulian<br />
terhadap Wajib Belajar 12 Tahun, Maret<br />
2009<br />
• Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup<br />
Republik Indonesia, 2009, 2010, 2011,<br />
2012, dan 2013<br />
• Piagam Penghargaan Agro Inovasi 2009,<br />
Kategori Agro Inovasi Peningkatan<br />
Adopsi Teknologi, Agustus 2009<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Perang<br />
Puputan<br />
Aburizal<br />
“Pokoknya, ketika ketemu<br />
malamnya, Agung diledek.<br />
Ditanya, itu nangis benaran atau<br />
air mata buaya”<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
Suara Aburizal Bakrie terdengar<br />
kian lantang di ruang rapat kantor<br />
DPP Partai Golkar di Jalan Anggrek<br />
Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat. Suara<br />
Agung Laksono yang tadinya berkali-kali membalas<br />
omongan Ketua Umum Golkar itu sudah<br />
tidak terdengar lagi.<br />
Mata Agung mulai berair, ia menangis, Jumat,<br />
18 Juli 2014, itu. Debat sengit dalam rapat pleno<br />
Partai Golkar pun berakhir. Agung duduk terdiam<br />
seperti pesakitan diapit oleh Ical, sapaan<br />
Aburizal Bakrie, dan Theo L. Sambuaga. Air<br />
matanya masih mengalir.<br />
Gelaran rapat pleno di tengah bulan puasa<br />
itu memanas. Ical menganggap Agung pembelot.<br />
Ical mau seluruh kader Partai Golkar mendukung<br />
pasangan capres-cawapres Prabowo<br />
Subianto-Hatta Rajasa. Tapi Agung dan segelintir<br />
kader malah terang-terangan mendukung<br />
pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Itu saya terbawa<br />
emosi, sehingga<br />
yang saya<br />
sampaikan itu<br />
kan dasar dari<br />
dalam hati nurani<br />
saya.<br />
Untuk menyatukan suara partainya agar<br />
menjauhi Jokowi-JK, Ical membawa segepok<br />
kliping berita media online. Isinya menyebutkan<br />
keterlibatan partai pengusung Jokowi-JK,<br />
PDIP, komunis. Agung menyanggah isi berita<br />
itu. Namun materi rapat lantas beralih. Intinya,<br />
Ical cs menganggap kader Golkar pendukung<br />
Jokowi-JK sebagai perusak masa depan partai.<br />
Dalih inilah yang dipakai Ical untuk mengancam<br />
pemecatan dan pemberian sanksi<br />
terhadap kader Partai Golkar pendukung Jokowi-Kalla,<br />
termasuk Agung. Bahkan dua kader<br />
Partai Golkar pengikut Agung, Leo Nababan<br />
dan Djasri Marin, turut kena ancaman.<br />
Kerasnya sikap Ical inilah yang membuat<br />
Agung menangis. Agung terpojok. Malamnya, ia<br />
mengadu kepada politikus senior Partai Golkar<br />
Ginandjar Kartasasmita dan anggota Dewan<br />
Pertimbangan Partai Golkar Andi Mattalatta.<br />
Mereka bertemu di Hotel Four Season, Jakarta.<br />
“Pokoknya, ketika ketemu malamnya, Agung<br />
diledekin. Ditanyain, itu nangis benaran atau air<br />
mata buaya,” lanjut Indra J. Piliang, Ketua Badan<br />
Litbang DPP Golkar.<br />
Agung mengakui rapat pleno berjalan keras.<br />
Air matanya menitik karena emosi. Ia merasa<br />
partainya sudah kehilangan kursi di parlemen,<br />
kehilangan kesempatan menjadi presiden dan<br />
wakil presiden, dan kini malah ditambah dengan<br />
pemecatan.<br />
“Itu saya terbawa emosi, sehingga yang saya<br />
sampaikan itu kan dasar dari dalam hati nurani<br />
saya,” jelas Agung saat ditemui majalah detik<br />
di sela-sela Sail Raja Ampat.<br />
Agung merasa Ical sudah kelewatan. Ia tidak<br />
mau dipaksa sedikit pun menuruti Ical, meskipun<br />
diancam dengan sanksi dan pemecatan.<br />
Agung terus bermanuver dengan bergabung<br />
bersama kader senior Golkar mendekati JK.<br />
Para senior, seperti Fahmi Idris dan Ginandjar,<br />
ingin munas Golkar digelar pada Oktober<br />
2014 ini, tepat lima tahun kepemimpinan Ical.<br />
Dalam munas tersebut para senior optimistis<br />
bisa menjungkalkan Ical dan membawa<br />
Golkar pada tradisi yang sudah biasa mereka<br />
anut: mendukung pemerintah yang berkuasa.<br />
Terlebih yang menjadi wapres adalah JK, kader<br />
Golkar sendiri.<br />
Agung berkali-kali sesumbar penyelenggaraan<br />
munas 2014 sudah ditetapkan dalam AD/<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Suasana berakhirnya rapat<br />
paripurna DPR beberapa<br />
waktu lalu. Golkar berambisi<br />
menguasai DPR dengan<br />
membersihkan kader yang<br />
membangkang.<br />
Rengga/detikcom<br />
ART. Padahal kubu Ical ingin munas tetap digelar<br />
pada 2015, sesuai rekomendasi munas VIII<br />
Partai Golkar di Riau pada 2009 lalu.<br />
Ical semakin gerah dengan sikap Agung. Tapi<br />
urusan Agung ini dapat diselesaikan dengan<br />
cepat oleh Ical. Usai menangis di rapat pleno,<br />
Agung bertemu Ical dan Ketua DPP Partai<br />
Golkar Mahyudin pada 8 Agustus 2014 lalu.<br />
Mereka membicarakan pemberian sanksi dan<br />
pemecatan kader Partai Golkar. Entah detail<br />
apa saja yang dibicarakan, namun nama Agung<br />
dan bawahannya lolos dari daftar pemecatan.<br />
Sikap Agung pun memang lantas melunak.<br />
Ia hanya mengatakan tangisnya dalam rapat<br />
pleno karena terharu dengan pidato mengenai<br />
masa depan partai. Sedangkan untuk penyelenggaraan<br />
munas Partai Golkar berikutnya, ia<br />
menyerahkannya kepada DPP Partai Golkar.<br />
“Saya tidak ingin dihadap-hadapkan karena<br />
itu berpotensi menimbulkan perpecahan,” aku<br />
Agung.<br />
Kompromi sementara Agung membuat Ical sedikit<br />
bernapas lega. Maklum, ia menggantungkan<br />
harapan besar untuk tetap duduk sebagai ketua<br />
umum partai berlambang beringin ini.<br />
Namun masalah Ical belum sepenuhnya<br />
tuntas. Ical harus bekerja keras untuk membereskan<br />
kerikil di dalam Partai Golkar. Setelah<br />
Mahkamah Konstitusi (MK) memutus menolak<br />
gugatan Prabowo-Hatta alias sama saja artinya<br />
kemenangan Jokowi-JK final dan mengikat,<br />
kasak-kusuk di Golkar kian meresahkan Ical.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Politik itu kan cair.<br />
Makanya harus<br />
duduk bersama<br />
dulu agar saling<br />
bicara.<br />
Ical sudah berkomitmen untuk tetap berada<br />
di Koalisi Merah Putih, berada di luar<br />
pemerintahan. “Apa pun keputusannya, Golkar<br />
tetap akan selalu di Koalisi Merah Putih,”<br />
tegas Ical.<br />
Dengan tetap berada di koalisi tersebut,<br />
Golkar berpeluang besar memimpin parlemen.<br />
Dengan Golkar tetap memimpin parlemen,<br />
posisi Ical pun aman.<br />
Namun kader senior yang belakangan akrab<br />
dengan Agung makin getol mendorong munas<br />
untuk digelar pada Oktober 2014. Nama-nama<br />
yang siap menggantikan Ical semakin terang disebutkan.<br />
Beberapa nama potensial yang disebut<br />
adalah Agung, Aziz Syamsuddin, Agus Gumiwang,<br />
Airlangga Hartarto, Priyo Budi Santoso,<br />
dan bahkan Mahyudin, sang loyalis Ical.<br />
Pelaksanaan munas sejatinya bergantung<br />
pada keputusan pengurus DPD I Partai Golkar.<br />
Gelaran munas Partai Golkar di tahun 2014<br />
bisa disebut munas ataupun munaslub. Jika 2/3<br />
DPD menghendaki, maka munas bisa digelar.<br />
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Sharif Cicip<br />
Sutardjo mengklaim bahwa hingga saat ini<br />
DPD I Partai Golkar masih berkomitmen dengan<br />
gelaran munas di 2015.<br />
Namun pernyataan Cicip tidak diamini<br />
sejumlah DPD I. Mereka masih membuka<br />
peluang munas dipercepat pada 2014. DPD,<br />
yang isinya tak hanya anggota parlemen<br />
tapi juga kader Golkar yang menjadi kepala<br />
daerah, punya kepentingan untuk merapat<br />
ke pemerintahan.<br />
DPD I berkumpul di Serang, Banten, pada<br />
Minggu, 24 Agustus 2014, untuk membicarakan<br />
hal ini. Namun forum pertemuan ini,<br />
yang dipimpin Ketua DPD I Partai Golkar DIY<br />
Gandung Pardiman, masih bersifat informal.<br />
Mereka bertemu untuk halalbihalal saja.<br />
“Politik itu kan cair. Makanya harus duduk<br />
bersama dulu agar saling bicara,” jelas Ketua<br />
DPD I Partai Golkar Jawa Timur Zainuddin<br />
Amali.<br />
Bila munas jadi digelar Oktober 2014, maka<br />
posisi Ical sudah pasti di ujung tanduk. Misi Ical<br />
untuk tetap berkuasa di Golkar dan kemudian<br />
menempatkan orangnya memimpin parlemen<br />
bisa sangat terjal atau bahkan menjadi tidak<br />
mungkin. Pendeknya, dalam perang penghabisan<br />
yang harus dihadapinya, Ical harus<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Prabowo-Hatta dan Ical berada<br />
dalam satu kendaraan saat<br />
peringatan kemerdekaan<br />
17 Agustus lalu di Lapangan<br />
Nusantara Polo Club (NPC),<br />
Cibinong, Bogor, Jawa Barat.<br />
Rengga/detikcom<br />
“berdarah-darah” untuk menjadi pemenang,<br />
sementara modal Ical sudah terkuras.<br />
Mereka yang namanya masuk bursa calon ketua<br />
umum yang akan menantang Ical tidak bisa<br />
dianggap enteng. Priyo memiliki basis MKGR,<br />
Agung dengan Kosgoro, dan Airlangga dan Agus<br />
Gumiwang menguasai daerah Jawa Barat. Sedangkan<br />
Mahyudin, yang dikenal sebagai loyalis<br />
Ical, menguasai komunikasi di Kalimantan Timur.<br />
Meski para kandidat punya modal masingmasing,<br />
perang penghabisan untuk Ical itu<br />
akan sangat dipengaruhi JK, selaku kader yang<br />
mampu duduk di pemerintahan. “Nanti kalau<br />
JK bilang ‘A’, ya sudah, selesai,” ujar politikus<br />
Golkar, Poempida Hidayatullah.<br />
Ical sendiri enggan bicara banyak perihal<br />
gonjang-ganjing di partainya. Hanya saja ia sudah<br />
mencatat Agung sepakat munas di tahun<br />
2015. “Pak Agung Laksono mengatakan tunduk<br />
pada keputusan DPP,” tegas Ical. ■<br />
Pasti LIBERTI MAPAPPA, BAHtiar RIFAI, MONIQue SHintami, IRWAN<br />
nugroHO, erWin DARIYANTO, ARYO BHAWONO<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Jalan Berduri Orang Ketiga<br />
Aburizal Bakrie selalu menjadi<br />
orang ketiga dalam Koalisi Merah<br />
Putih. Urutannya adalah Prabowo<br />
Subianto, Hatta Rajasa, lalu Ical—<br />
nama panggilan Aburizal.<br />
Setidaknya itulah yang dilihat Wakil Ketua<br />
Umum Partai Amanat Nasional Dradjad<br />
Wibowo saat konsolidasi menjelang pengumuman<br />
Mahkamah Konstitusi perihal sengketa<br />
pilpres di Hotel Grand Hyatt, Jakarta<br />
Pusat, pada Kamis, 21 Agustus 2014.<br />
Dradjad hadir dalam pertemuan itu. Prabowo<br />
datang pertama kali, lalu disusul beberapa<br />
menit kemudian oleh Hatta Rajasa. Keduanya<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Ical, Prabowo, dan Hatta saat<br />
deklarasi Koalisi Merah Putih.<br />
Hasan/detikcom<br />
lantas melenggang ke lantai 26 hotel di kawasan<br />
Bundaran HI itu.<br />
Dradjad mendengar, mereka berdua sudah<br />
memiliki firasat kalah dalam beperkara di MK.<br />
Entah dari mana datangnya firasat ini, tapi<br />
benar.<br />
“Yang jelas, yang pertama datang Hatta dan<br />
Prabowo. Terus Ical datang belakangan,” ujarnya.<br />
Ketua Umum Partai Golkar itu datang setengah<br />
jam kemudian dan langsung menyusul ke<br />
atas. Prabowo dan Hatta mulai sibuk menyiapkan<br />
pidato penyikapan atas kekalahan. Ical pun<br />
bergabung.<br />
Setelah Prabowo dan Hatta, Ical menyusul<br />
kemudian. Dulu, sewaktu bergabung dengan<br />
Koalisi Merah Putih, Ical menempuh jalan<br />
berbelit untuk berkongsi.<br />
Saat itu Golkar gagal menjalin koalisi dengan<br />
PDI Perjuangan dan Partai Demokrat. Ical baru<br />
memberikan keputusan pada menit-menit<br />
akhir deklarasi pengusungan pasangan Prabo-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Modal besar di<br />
mana Koalisi<br />
Merah Putih<br />
ini solid, dan<br />
koalisi ini bisa<br />
mengantarkan<br />
pimpinan yang<br />
terbaik.<br />
wo-Hatta pada 18 Mei 2014. Ia baru merapat<br />
ketika Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra<br />
Prabowo Subianto dan Ketua Umum PAN Hatta<br />
Rajasa dinyatakan sebagai pasangan caprescawapres.<br />
Namun tetap saja kehadirannya dalam koalisi<br />
selalu mendapat urutan setelah Prabowo-Hatta.<br />
Padahal saat itu Partai Gerindra dan PAN<br />
sudah berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan<br />
dan Partai Keadilan Sejahtera. Tapi<br />
Ical tetap harus didahulukan daripada Ketua<br />
Umum PPP Suryadharma Ali ataupun Presiden<br />
PKS Anis Matta.<br />
Mereka menggadang-gadang Ical. Bahkan<br />
Gerindra mencetuskan lowongan jabatan<br />
Menteri Utama bagi Ical karena kursi pasangan<br />
Prabowo telah diisi Hatta.<br />
Penghargaan Prabowo ini bukan tanpa<br />
pamrih. Partai Golkar merupakan partai yang<br />
memiliki kursi DPR terbanyak di antara rekan<br />
koalisinya. Mereka antara lain Partai Gerindra<br />
(73 kursi), PPP (39 kursi), PAN (49 kursi), PKS<br />
(40 kursi), dan Partai Bulan Bintang (tidak lolos<br />
ambang batas parlemen). Partai Golkar memiliki<br />
91 kursi.<br />
Karena itu, penghargaan sebagai orang ketiga<br />
pantas disematkan pada Ical. Apalagi, setelah<br />
keluarnya putusan MK, Ical tak ingin menyerah<br />
menjadi rekan koalisi. Golkar jelas memiliki<br />
potensi menggarap Koalisi Merah Putih untuk<br />
menguasai DPR.<br />
Peluang mengisi kursi Ketua DPR terbuka karena<br />
revisi Undang-Undang Nomor 27 tentang<br />
MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) menyebutkan<br />
kedudukan Ketua DPR ditentukan lewat<br />
voting. Partai pemenang pemilu legislatif tidak<br />
otomatis mendapat jatah kursi Ketua DPR. Ical<br />
berambisi mendudukkan kader partainya di<br />
jabatan ini.<br />
Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Fadel<br />
Muhammad mengakui potensi partainya. Kekuatan<br />
Golkar sangat besar di DPR. Belum lagi,<br />
kemampuan berpolitik politikus Golkar yang<br />
menembus Senayan cukup mumpuni.<br />
“Oh iya, itu modal besar sebenarnya. Modal<br />
besar di mana Koalisi Merah Putih ini solid, dan<br />
koalisi ini bisa mengantarkan pimpinan yang<br />
terbaik,” tuturnya.<br />
Sumber majalah detik menyebutkan Ical<br />
sengaja menekan kader Partai Golkar yang<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Tokoh Trikarya Golkar saat<br />
menggelar jumpa pers menolak<br />
pemecatan kader Golkar oleh<br />
Ical.<br />
Agung Pambudhy/detikcom<br />
mendukung Jokowi agar jalannya mendapatkan<br />
orang tepat di kursi Ketua DPR lancar. Salah<br />
satu kader potensial yang disingkirkan Ical<br />
adalah Nusron Wahid.<br />
Nusron berhasil meraup 243.021 suara dalam<br />
pemilu legislatif 2014. Besarnya perolehan suara<br />
ini dapat menjadi pertimbangan Partai Golkar<br />
menentukan calon Ketua DPR dari partainya.<br />
Sayang, Nusron berpihak kepada Jokowi-JK dan<br />
mendapat surat pemecatan.<br />
“Nusron potensial menjadi Wakil Ketua DPR<br />
karena perolehan suaranya sewaktu pileg tertinggi<br />
di internal Partai Golkar,” ujar si sumber.<br />
Tak aneh jika Ical ngotot tetap berada dalam<br />
Koalisi Merah Putih. Ia sudah cukup loyal<br />
berkongsi selama pilpres. Walaupun calon presiden<br />
yang diusung kalah, modal ini tak boleh<br />
hangus. Ia ingin terus berkongsi di parlemen.<br />
Hanya, kini Koalisi Merah Putih mulai tercerai-berai.<br />
Setelah MK memutuskan menolak<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Ribuan pendukung<br />
Prabowo-Hatta berunjuk rasa<br />
saat berlangsungnya sidang<br />
putusan gugatan pilpres di<br />
Mahkamah Konstitusi, Kamis<br />
(21/8).<br />
Agung Pambudhy/Detikcom<br />
gugatan Prabowo-Hatta, partai politik peserta<br />
Koalisi Merah Putih lainnya belum mau bersikap.<br />
Namun tanda-tanda mereka tidak solid<br />
mulai terlihat.<br />
Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuziy<br />
menganggap koalisi politik pengusungan presiden<br />
sudah selesai dengan keluarnya putusan<br />
MK. Perjuangan pemenangan Prabowo-Hatta<br />
berakhir. Majelis Syariah PPP dan organisasi<br />
sayap PPP, Gerakan Pemuda Ka’bah, menuntut<br />
pengurus DPP merapatkan barisan ke pemerintahan.<br />
Sedangkan PAN, PKS, dan Gerindra belum<br />
menentukan sikap. Tapi kabar dari kubu Jokowi-Kalla<br />
menyebutkan komunikasi intensif<br />
sudah dilakukan oleh Partai Demokrat, yang<br />
berkukuh independen selama pemilu. n<br />
Bahtiar Rifai, Pasti Liberti MaPPapa, Monique Shintami | Aryo Bhawono<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
FOKUS<br />
ODAL ICAL<br />
MENGGEDOR<br />
JOKOWI<br />
JIKA Aburizal Bakrie berhasil mempertahankan<br />
posisinya sebagai Ketua Umum Partai<br />
Golkar setidaknya hingga 2019 dan menjaga<br />
Partai Beringin tetap jadi partai oposisi, berikut<br />
ini kekuatan Ical yang bisa mengancam<br />
pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.<br />
PENGALAMAN<br />
PEMERINTAHAN<br />
BISNIS<br />
& ASET<br />
• Menteri<br />
Koordinator<br />
Perekonomian<br />
(2004-2005)<br />
• Properti, pertambangan,<br />
perkebunan, dan media<br />
• Menteri Koordinator<br />
Kesejahteraan Rakyat<br />
(2005-2009)<br />
• Terkaya ke-30 di Indonesia<br />
dengan aset Rp 10,3 triliun<br />
versi Forbes Asia 2011<br />
MEDIA<br />
MASSA<br />
• Pemilik TV One,<br />
ANTV, dan<br />
VIVA News<br />
ABURIZAL BAKRIE<br />
• (Tahun 2012-2013 tidak masuk<br />
daftar 30 orang terkaya)<br />
REKAM JEJAK POLITIK<br />
• 2009:<br />
Mengegolkan hak<br />
angket Bank Century,<br />
yang memeriksa<br />
Wakil Presiden Boediono dan Menteri<br />
Keuangan Sri Mulyani<br />
• 2011: Memblok panitia<br />
khusus pajak (perusahaan<br />
Bakrie ikut disebut dalam<br />
perkara korupsi pegawai<br />
pajak Gayus Halomoan<br />
Tambunan)<br />
DUKUNGAN<br />
PEMILIH<br />
DPR<br />
• 91 kursi DPR<br />
(terbanyak kedua setelah PDIP)<br />
• 25 dari 77<br />
daerah pemilihan<br />
anggota legislatif<br />
dimenangkan<br />
Golkar (32,47%).<br />
PEMERINTAH DAERAH<br />
• 200 dari 560 kepala<br />
daerah di seluruh Indonesia<br />
merupakan kader Golkar<br />
OKTA WIGUNA | INFOGRAFIK: MINDRA PURNOMO<br />
MAJALAH DETIK 25 - 31 AGUSTUS 2014
Fokus<br />
Kader Golkar<br />
Pro-Jokowi<br />
Dihabisi<br />
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie marah<br />
besar kepada kadernya yang ngotot mendukung<br />
Jokowi-JK. Gelombang pemecatan segera terjadi jika<br />
mereka menolak bujukan untuk rujuk dengan Ical.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Fokus<br />
Wakil Bendahara Golkar, yang<br />
juga Ketua Umum GP Ansor,<br />
Nusron Wahid (kiri), memenuhi<br />
nazar mencukur habis rambut<br />
jika Jokowi-JK menang dalam<br />
pemilihan presiden. Nusron<br />
dikeluarkan dari Golkar oleh<br />
Ketua Umum Aburizal Bakrie<br />
karena menolak mendukung<br />
Prabowo-Hatta.<br />
Puspa Perwitasari/ANTARA FOTO<br />
Tamu yang dinanti Muladi di rumahnya<br />
di bilangan Mayestik, Kebayoran<br />
Baru, Jakarta Selatan, datang sekitar<br />
pukul sepuluh malam. Hari itu, Ketua<br />
Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Bidang<br />
Hukum dan Hak Asasi Manusia tersebut memang<br />
memanggil juniornya di partai, Nusron<br />
Wahid.<br />
Pada awal Juni 2014 itu, Nusron jadi sorotan<br />
di Partai Beringin. Wakil Bendahara DPP Golkar<br />
itu terang-terangan membangkang perintah<br />
Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, yang<br />
menetapkan partainya menyokong pasangan<br />
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.<br />
“Sudahlah, kamu enggak usah terlalu kelihatan,”<br />
kata Muladi. Ia meminta Nusron berbalik<br />
saja mengikuti keputusan partai.<br />
“Enggaklah, Pak, saya ini aktivis 1998. Saya<br />
dulu jadi target operasinya Prabowo,” kata<br />
Nusron. “Masak sekarang suruh dukung dia.<br />
Saya enggak bisa, mohon maaf.”<br />
Muladi membenarkan dia sengaja mendekati<br />
Nusron sebelum eskalasi perkaranya membesar<br />
di DPP Golkar. Orang-orang dekat Nusron<br />
membisikkan, upaya lobi itu bukan sekadar<br />
urusan internal partai, tapi ada kepentingan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Fokus<br />
Ketua DPP Golkar Bidang Hukum<br />
dan HAM Muladi<br />
Str<br />
buat memenangi pemilihan presiden.<br />
Menurut seorang sumber di lingkaran Nusron,<br />
Golkar berharap pengaruh Ketua Umum<br />
Gerakan Pemuda Ansor itu bisa membantu<br />
mendongkrak suara Prabowo di Jawa Tengah.<br />
Nusron meraup suara mayoritas di daerah<br />
pemilihan Jawa Tengah II, yang meliputi Kabupaten<br />
Kudus, Jepara, dan Demak.<br />
Secara tradisi, Jawa Tengah merupakan basis<br />
PDI Perjuangan. Tapi, pada pemilu legislatif<br />
2014, Golkar menang di daerah “punuk” Jawa<br />
Tengah itu. “Survei seminggu sebelum pencoblosan<br />
pilpres, elektabilitas Jokowi di sana hanya<br />
32 persen,” ujar sumber tersebut.<br />
Namun, empat hari sebelum pencoblosan,<br />
Nusron kembali ke daerah itu dan menggerakkan<br />
lagi tim suksesnya. “Elektabilitas Jokowi<br />
naik jadi 75 persen,” kata sumber mengklaim<br />
besarnya pengaruh Nusron.<br />
Selain terhadap Nusron, Muladi melobi Agus<br />
Gumiwang Kartasasmita, salah satu kader Golkar<br />
yang meraih suara terbesar di Jawa Barat.<br />
Kepada Agus, mantan Menteri Kehakiman itu<br />
juga memintanya tak berseberangan dengan<br />
Ical.<br />
Namun pendekatan Muladi itu mentok. “Mereka<br />
menganggap pendekatan itu tidak serius.<br />
Jadi, di luar, (mereka melakukan) konferensi<br />
pers keras-keras,” ujarnya.<br />
Upaya menyelesaikan friksi Partai beringin<br />
secara halus pun ikut hanyut bersama gagalnya<br />
lobi-lobi Muladi ini. DPP Golkar pun mulai<br />
mengambil tindakan keras terhadap kader yang<br />
nekat mendukung pasangan Joko Widodo-<br />
Jusuf Kalla.<br />
Sejak rapat pleno DPP Golkar pada 22 Mei<br />
2014, Ical menyatakan Partai Beringin akan<br />
mendukung Prabowo-Hatta. Kader yang<br />
membangkang bakal dicopot dari jabatannya<br />
di partai.<br />
Mereka yang dianggap mbalelo itu diperintahkan<br />
datang dalam rapat khusus DPP Golkar<br />
pada 19 Juni 2014 di Jalan Anggrek Neli Murni<br />
XI-A, Jakarta Barat. Sebagian datang buat<br />
membantah tudingan, tapi ada juga yang ogah<br />
memenuhi undangan seperti Nusron.<br />
Nusron menyebutkan sudah memberi klarifikasi<br />
lewat surat atas surat teguran yang dibuat<br />
DPP Golkar pada 2 Juni 2014. Saat mendukung<br />
Jokowi-JK, ia mengatakan sebagai pemimpin<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Fokus<br />
Ical ketika menerima Prabowo<br />
di rumahnya, Jalan Ki<br />
Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta<br />
Pusat, April lalu. Ical mengancam<br />
akan memecat kader yang tak<br />
mendukung Prabowo-Hatta pada<br />
pemilihan presiden 2014.<br />
Hasan/detikcom<br />
GP Ansor, bukan kader Golkar.<br />
Lagi pula ia merasa sanksi dicopot dari<br />
jabatan di partai tak terlalu berat. “Saya wakil<br />
bendahara umum, meski enggak pernah tahu<br />
duitnya,” kata Nusron. “Kalau saya dipecat dari<br />
pengurus, ya pecat, deh, istilahnya begitu.”<br />
Karena itu pula, ia memilih absen saat diminta<br />
datang ke rapat khusus DPP Golkar tersebut.<br />
Nusron memilih menghadiri pengajian di sebuah<br />
pondok pesantren di Kudus, yang sudah<br />
dijadwalkan dua bulan sebelumnya.<br />
Hasil rapat khusus itu ternyata malah bikin<br />
Ical berang. “Pak Ical marah,” kata Muladi. “Dipanggil<br />
rapat khusus sudah, tapi setelah itu di<br />
luar masih berteriak keras lagi dan itu membuat<br />
Ketua Umum kesal sekali.”<br />
Lima hari setelah rapat khusus itu, Ical<br />
menerbitkan surat pemecatan gelombang<br />
pertama. Ia memberhentikan Nusron Wahid,<br />
Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Poempida<br />
Hidayatullah.<br />
Dalam surat pemecatan, Ical menilai pernyataan<br />
mereka di berbagai media cenderung<br />
menyerang dan memprotes keputusan partai.<br />
“Hal tersebut sangat merugikan perjuangan<br />
Partai Golkar,” tulis Ical.<br />
Agus Gumiwang kaget dipecat dari Golkar.<br />
Ia merasa tak bersalah karena memilih mendukung<br />
Kalla, satu-satunya kader Golkar dalam<br />
pemilihan presiden. Apalagi sebelumnya ia<br />
menyurati Ical dan menyatakan berhenti atau<br />
setidaknya nonaktif dari jabatan Ketua DPP<br />
Bidang Hubungan Luar Negeri dan Pertahanan<br />
Keamanan.<br />
Agus juga menemui Wakil Ketua Umum<br />
Theo L. Sambuaga dan Muladi pada 16 Juni<br />
2014 buat menjelaskan penolakannya mendukung<br />
Prabowo. “Dari raut mukanya, saya lihat<br />
mereka kecewa,” ujarnya.<br />
Namun, saat Agus pulang, Theo memberinya<br />
surat yang menyatakan partai menerima<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Fokus<br />
Saya bisa jamin<br />
100 persen, semua<br />
larangan itu saya<br />
patuhi.<br />
Agus Gumiwang<br />
Lamhot/detikcom<br />
pengunduran diri. Tak ada keberatan buat Agus<br />
membantu Kalla asalkan dukungan itu bersifat<br />
pribadi, tanpa membawa embel-embel Golkar,<br />
dan tak mengajak kader lain. Jika melanggar,<br />
Agus akan dipecat dari partai.<br />
“Ini surat dari DPP yang paling bagus, yang<br />
paling demokratis,” ujarnya. “Saya bisa jamin<br />
100 persen, semua larangan itu saya patuhi.”<br />
Karena itu, Agus kaget, hanya delapan hari<br />
setelahnya, ia juga ditendang dari partai. Padahal,<br />
kata dia, sebelumnya, sanksi terberat dari<br />
tidak mendukung Prabowo hanyalah dipecat<br />
dari kepengurusan.<br />
Poempida lebih terperanjat lagi karena ia<br />
malah tak pernah ditegur secara lisan ataupun<br />
lewat surat. “Harusnya tetap dong saya diajak<br />
bicara dulu,” kata anggota DPR dari Golkar ini.<br />
“Tiba-tiba jebret aja dipecat.”<br />
Padahal Poempida mengaku beberapa kali<br />
bertemu dengan Ketua DPP Bidang Organisasi<br />
Mahyudin, yang juga jadi anggota mahkamah<br />
partai. Tapi Mahyudin tak pernah memberi<br />
tahu apa-apa soal rencana pemecatannya.<br />
Poempida mengatakan, sejak lama ia menyatakan<br />
diri sebagai bagian dari faksi Kalla di<br />
Golkar. Ia juga pernah ditegur seorang pejabat<br />
teras Golkar karena menagih janji kemenangan<br />
Ical dalam musyawarah nasional 2009, yakni<br />
membangun kantor partai setinggi 30 lantai<br />
dan menyediakan dana abadi partai sebesar Rp<br />
1 triliun.<br />
Kini ketiganya memakai jasa firma hukum<br />
Lubis Santosa & Maramis buat menggugat<br />
keabsahan surat pemecatan dari Ical. Mereka<br />
menilai pemecatan yang tertuang dalam surat<br />
yang dibuat di kantor advokat Todung Mulya<br />
Lubis itu menyalahi aturan partai.<br />
Semestinya, kata Poempida, pemecatan didahului<br />
dua kali surat peringatan dan ada pemberhentian<br />
sementara. Nusron hanya diberi<br />
satu kali surat peringatan. Agus dan Poempida<br />
sama sekali tak disurati.<br />
Poempida juga berargumen, rapat khusus<br />
DPP Golkar tidak berhak menaikkan sanksi<br />
pemecatan dari kepengurusan menjadi pemberhentian<br />
dari partai. Akan halnya kesalahan<br />
mendukung Jokowi-JK, menurut dia, Rapat<br />
Pimpinan Nasional VI 2014 Golkar tak pernah<br />
menyebutkan bahwa kader Golkar harus mendukung<br />
Prabowo.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Fokus<br />
(Dari kiri ke kanan)<br />
Poempida Hidayatullah,<br />
Nusron Wahid, dan Agus<br />
Gumiwang Kartasasmita.<br />
Ketiganya menilai surat<br />
keputusan pemecatan<br />
yang dikeluarkan Ical cacat<br />
prosedur dan berencana<br />
menggugatnya Rp 1 triliun.<br />
lamhot /detikcom<br />
Rapimnas VI memang hanya menetapkan<br />
Ical sebagai calon presiden atau wakil presiden.<br />
Juga memberi mandat penuh kepada Ketua<br />
Umum buat menentukan koalisi demi pencalonannya<br />
itu.<br />
Muladi menyatakan semua prosedur pemecatan<br />
sudah benar dan surat peringatan tak<br />
mutlak diperlukan buat kader yang dianggap<br />
menentang kebijakan partai. “Kalau kerusakannya<br />
dianggap permanen, pelanggarannya<br />
terlalu besar, itu tidak perlu peringatan,” ujarnya.<br />
Keputusan pemecatan dalam rapat khusus<br />
DPP yang diprotes Poempida itu nantinya akan<br />
dibawa ke forum lebih tinggi, yakni rapat pleno<br />
DPP. Poempida dan kawan-kawan, kata Muladi,<br />
bisa menyanggah keputusan itu di mahkamah<br />
partai dalam jangka waktu 60 hari. Kalau tidak,<br />
mereka dianggap menerimanya.<br />
Jika tak puas di mahkamah, Muladi menyarankan,<br />
mereka berjuang di forum tertinggi<br />
partai, yakni musyawarah nasional. Jika aspirasi<br />
mereka tak diterima di munas, langkah terakhir<br />
adalah beperkara ke pengadilan.<br />
Namun Poempida melihat upaya ke mahkamah<br />
partai tak akan banyak mengubah status<br />
pemecatan. Mahkamah partai, yang menurut<br />
dia tak dikenal dalam aturan Golkar, pastilah<br />
tak independen.<br />
Pasalnya, selain Muladi dan Mahyudin,<br />
anggota mahkamah adalah Sekretaris Jenderal<br />
Idrus Marham, yang loyal kepada Ical. “Jika<br />
saya berselisih dengan DPP, orang mahkamah<br />
seharusnya ya bukan dari DPP,” kata Poempida.<br />
Yang bikin Nusron dan Agus makin kaget,<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Fokus<br />
Pengurus organisasi sayap<br />
Golkar, AMPI dan BMK 1957,<br />
setelah menyatakan sikap<br />
penolakan atas pemecatan<br />
Agung Laksono dari<br />
kepengurusan Partai Golkar,<br />
Jakarta, Minggu (10/8). DPP<br />
Golkar tengah memproses<br />
pemecatan kader-kader yang<br />
melawan Ical.<br />
Yudhi Mahatma/ANTARA FOTO<br />
Komisi Pemilihan Umum menyatakan pada 13<br />
Agustus 2014 telah menerima surat permintaan<br />
penggantian mereka sebagai anggota DPR<br />
terpilih. Padahal, menurut keduanya, tanggal<br />
itu belum 60 hari sejak ketetapan pemecatan<br />
pada 24 Juni 2014.<br />
Komisioner KPU, Sigit Pamungkas, mengatakan<br />
hingga saat ini pihaknya masih mempelajari<br />
permintaan penggantian itu dan keberatannya.<br />
Aturan yang ada, kata Sigit, penggantian bisa<br />
dilakukan dengan batas waktu tiga hari sebelum<br />
pelantikan anggota DPR pada 1 Oktober<br />
2014.<br />
Namun Mahyudin menyatakan masa menggugat<br />
ke mahkamah partai oleh Nusron dan<br />
Agus sudah kedaluwarsa karena telah lewat 60<br />
hari. “Mereka enggak gunakan, ya sudah, kami<br />
ajukan ke KPU untuk penggantian.”<br />
Merujuk pada tanggal pemecatan, semestinya<br />
batas kedaluwarsa itu 24 Agustus 2014.<br />
“Saya ndak tahu hitungan mereka, saya rasa hitungan<br />
kami sudah benar, deh,” kata Mahyudin.<br />
Mahyudin enggan berdebat dan menyuruh<br />
Nusron serta Agus ke pengadilan jika merasa<br />
keberatan atas keputusan penggantian dari<br />
DPP Gokar itu. “Kalau salah, silakan diuji secara<br />
hukum,” ujarnya. “Kalau DPP kalah, kita kembalikan.<br />
Kalau DPP menang, ya, selamat tinggal.”<br />
Nusron mengatakan, berdasarkan Undang-<br />
Undang Partai Politik, dia hanya bisa diganti jika<br />
meninggal, mengundurkan diri, pindah partai,<br />
atau melanggar aturan partai. Soal melanggar<br />
ketentuan partai, kata dia, itu masih menjadi<br />
sengketa dan ia berencana menggugat ke<br />
pengadilan.<br />
Agus Gumiwang menyatakan rentetan<br />
pemecatan dan surat pembatalan anggota<br />
DPR itu akan dibalasnya dengan menggugat<br />
beberapa pejabat teras Golkar yang dianggapnya<br />
menyebar kebohongan dan mencemarkan<br />
namanya. Ia berencana meminta ganti rugi Rp<br />
1 triliun, yang jika menang akan disumbangkan<br />
kepada korban semburan lumpur Lapindo,<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Fokus<br />
Harusnya Pak<br />
JK juga dipecat,<br />
dong. Wong<br />
Pak JK malah<br />
mencalonkan<br />
(wapres).<br />
Nusron Wahid<br />
Lamhot/detikcom<br />
perusahaan milik Keluarga Bakrie.<br />
Kalla mendukung langkah hukum Agus dan<br />
Nusron itu. “Nusron dan Agus lebih memilih<br />
berpihak kepada mantan ketua daripada orang<br />
lain,” ujarnya.<br />
Namun Ical menganggap sepi gugatan itu.<br />
“Biarin saja, itu cuma pekerjaan rumah, jadi<br />
enggak apa-apa,” kata Ical.<br />
Sikap Ical itu dipandang anggota DPR dari<br />
Fraksi Golkar, Tubagus Ace Hasan Syadzily,<br />
sebagai tanda penjatuhan sanksi seperti yang<br />
diterima Nusron dan kawan-kawan masih jauh<br />
dari berhenti. Menurut dia, ada belasan orang<br />
yang sebelumnya dipanggil ke rapat khusus<br />
DPP Golkar dan sembilan orang terancam<br />
dipecat.<br />
Ace termasuk yang dimintai keterangan<br />
oleh DPP Golkar karena menggelar konferensi<br />
pers “Beringin Muda” di Rumah Makan<br />
Sari Kuring, Jakarta Pusat, pada 20 Mei 2014,<br />
yang mempertanyakan keputusan partai<br />
mendukung Prabowo. Selain Ace, ada Ketua<br />
Badan Pemenangan Pemilu Andi Harianto<br />
Sinulingga, Ketua Bidang Kaderisasi Hasanuddin,<br />
Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan<br />
Indra J. Piliang, Ibnu Munzir, serta Ali<br />
Wongso.<br />
Mahyudin mengatakan pengurus pusat juga<br />
sudah mencopot Ketua DPD Golkar Sulawesi<br />
Barat Anwar Adnan Saleh karena beberapa kali<br />
tampak bersama tim sukses Jokowi-JK. Ketua<br />
DPD II Golkar Tarakan Udin Hianggio juga diberhentikan<br />
dari jabatannya dan dalam proses<br />
pemecatan.<br />
Menurut Mahyudin, susunan pengurus DPP<br />
juga akan dikocok ulang buat membersihkan<br />
partai dari kader yang ditengarai mendukung<br />
Jokowi-JK. Dia menyebut Indra J. Piliang dan<br />
Yorrys Raweyai termasuk yang bakal dicoret.<br />
“Ya, dalam waktu dekat, yang lain-lain itu akan<br />
kami reshuffle,” kata Mahyudin.<br />
Namun, menurut Nusron Wahid, semua<br />
pencopotan dan pemecatan karena menyokong<br />
Jokowi-JK itu pada dasarnya tak masuk<br />
akal. “Kalau saya mendukung Pak JK dipecat,<br />
harusnya Pak JK juga dipecat, dong,” ujarnya.<br />
“Wong Pak JK malah mencalonkan (wapres).”<br />
■ Irwan Nugroho, Monique Shintami, Bahtiar Rifai | Okta Wiguna<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Mimpi ingkari<br />
tradisi<br />
“Kepemimpinan Ical boleh dikatakan melemah.”<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Mantan Presiden Abdurrahman<br />
Wahid (tengah).<br />
Paula Bronstein/Getty Images<br />
Partai Golkar sedang gamang.<br />
Selama ini Golkar lebih dikenal<br />
dengan tradisinya berada dalam pemerintahan.<br />
Kini sang ketua umum,<br />
Aburizal Bakrie, ingin Partai Beringin menjadi<br />
oposisi, di luar pemerintahan.<br />
Golkar sebenarnya bukan sama sekali bersih<br />
dari sejarah oposisi. Partai ini bahkan punya<br />
cerita sukses saat memilih melawan pemerintahan.<br />
Laku oposisi Golkar terjadi saat pemerintahan<br />
dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid.<br />
Kalau ditanya partai apa yang punya peran besar<br />
dalam penjatuhan Gus Dur, Partai Golkar<br />
mungkin jawabannya.<br />
Golkar-lah yang pertama kali mendorong<br />
penggunaan hak interpelasi setelah dipecatnya<br />
beberapa menteri oleh Gus Dur. Menteri yang<br />
dipecat itu termasuk dari Partai Beringin, yakni<br />
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Jusuf<br />
Kalla (JK).<br />
Berikutnya, anggota Fraksi Partai Golkar di<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Akbar Tandjung dalam sebuah<br />
jumpa pers di Jakarta Selatan,<br />
Minggu (13/4).<br />
Pambudhy/Detikcom<br />
Dewan Perwakilan Rakyat memprakarsai pembentukan<br />
panitia khusus (pansus) untuk menyelidiki<br />
skandal “Buloggate” dan “Bruneigate”,<br />
yang diduga melibatkan Gus Dur. Dari pansus<br />
itu, terbit memorandum I dan memorandum II<br />
kepada Presiden.<br />
Golkar makin intensif menghimpun kekuatan<br />
partai lain saat kedua memorandum itu<br />
tak dipedulikan oleh Gus Dur. Gus Dur pun<br />
membalas dengan menerbitkan dekrit presiden<br />
pada 23 Juli 2001, yang berisi pembekuan<br />
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan DPR.<br />
Ketua DPR, yang juga Ketua Umum Golkar<br />
saat itu, Akbar Tandjung, lalu meminta MPR<br />
menggelar sidang istimewa secepatnya. Ia juga<br />
mengirim surat kepada Mahkamah Agung terkait<br />
dekrit itu. Fatwa MA itulah yang akhirnya<br />
dipakai sebagai landasan memakzulkan Gus<br />
Dur.<br />
Seperti dikisahkan Akbar dalam bukunya,<br />
The Golkar Way, saat itu Golkar juga menggelar<br />
rapat pimpinan di lingkup internalnya.<br />
Sebab, Golkar juga mendapat tekanan politik<br />
tersendiri, seperti pembakaran beberapa kantor<br />
Golkar di Jawa Timur.<br />
Ical kukuh bersekutu dengan<br />
Prabowo Subianto-Hatta<br />
Rajasa serta memposisikan<br />
Golkar di luar pemerintahan<br />
Jokowi-JK.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Ical (kanan) saat deklarasi<br />
Koalisi Merah Putih di Tugu<br />
Proklamasi, Jakarta (14/7).<br />
Hasan/detikcom<br />
Rapim IV tersebut menyimpulkan kinerja<br />
pemerintahan Gus Dur tidak memuaskan dan<br />
gagal membawa Indonesia keluar dari multikrisis.<br />
Dalam rapim itu juga untuk pertama kalinya<br />
menyeruak wacana Golkar menjadi oposisi,<br />
meninggalkan kebiasaannya puluhan tahun<br />
menjadi pendukung utama pemerintahan<br />
semasa Orde Baru. Akbar menyebut Soeharto<br />
sudah menjadi patron Golkar. Pada zaman Habibie,<br />
Golkar masih menjadi pendukung setia<br />
pemerintahan.<br />
Maka tidak aneh jika perdebatan antara pendukung<br />
pemerintah dan oposisi Golkar dalam<br />
munas berlangsung sengit. Namun, sampai<br />
munas berakhir, tidak tercapai kesepakatan<br />
Golkar menjadi partai oposisi, meskipun faktanya<br />
Golkar berada di luar pemerintahan.<br />
Niat Golkar menjadi partai di luar pemerintahan<br />
itu pun mengemuka kembali pascapilpres<br />
2014. Ical—sapaan Akrab Aburizal—menolak<br />
keinginan sejumlah elite Golkar untuk mengalihkan<br />
dukungan kepada presiden-wapres<br />
terpilih, Joko Widodo-JK.<br />
Ical kukuh bersekutu dengan Prabowo Subianto-Hatta<br />
Rajasa serta memposisikan Golkar<br />
di luar pemerintahan Jokowi-JK. Pendukung Ical<br />
ini termasuk Akbar, yang kini menjadi Ketua<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
ical bersama SBY di Istana<br />
Negara<br />
abror/rumgapres<br />
Dewan Pertimbangan Partai Golkar.<br />
Menurut Ical, meski berada di luar pemerintahan,<br />
bukan berarti Golkar akan terus mengambil<br />
sikap berseberangan dengan pemerintah.<br />
Golkar tetap menginginkan penguatan sistem<br />
presidensial. Kalau ada program pemerintah<br />
yang bagus, Golkar akan mendukungnya.<br />
Namun Golkar akan menolak bila pemerintah<br />
membuat kebijakan yang bertentangan dengan<br />
sikap Golkar. Sebagai contoh Tap MPR tentang<br />
larangan ajaran komunisme, yang konon akan<br />
dicabut oleh Jokowi. “Koalisi Merah Putih akan<br />
menolak,” ucap Ical. Kubu Jokowi-JK sudah<br />
menegaskan isu pencabutan Tap MPR itu tidak<br />
benar.<br />
Akbar menambahkan, Golkar harus siap berada<br />
dalam posisi apa pun. Golkar sudah meninggalkan<br />
paradigma lama, yakni keharusan<br />
menyatu dengan pemerintahan yang sedang<br />
berkuasa. “Dua fungsi bisa dilakukan dalam<br />
konteks Golkar,” katanya.<br />
Sikap Ical itu sebetulnya tecermin ketika<br />
Golkar menjadi anggota koalisi pemerintahan<br />
Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Dalam<br />
beberapa hal, Golkar berseberangan dengan<br />
JK bisa memainkan kembali<br />
perannya dalam pemilihan<br />
Ketua Umum Golkar.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Wakil Presiden terpilih Jusuf<br />
Kalla saat menerima dukungan<br />
dari personel Slank, Bunda Ifet,<br />
dan Budayawan Jajang C. Noer<br />
di Kediaman Jusuf Kalla, Jakarta,<br />
Senin (2/6).<br />
Agung Pambudhy/Detikcom.<br />
pemerintah. Banyak pengamat waktu itu menyatakan<br />
Golkar telah menyandera pemerintahan<br />
yang didukungnya.<br />
Dua contoh paling jelas adalah dukungan<br />
Golkar terhadap pembentukan pansus untuk<br />
mengusut pengucuran bailout kepada Bank<br />
Century sebesar Rp 6,7 triliun dan penolakan<br />
Golkar atas rencana kenaikan harga bahan<br />
bakar minyak pada 2012.<br />
Adanya perseteruan di dalam koalisi itu memunculkan<br />
ide pembentukan Setgab Koalisi<br />
yang diketuai oleh Ical. Di laman pribadinya,<br />
Ical menjelaskan, dengan format seperti itu,<br />
partai koalisi sudah tahu dari awal tentang<br />
rencana kebijakan pemerintah dan ikut memberikan<br />
masukan. Mitra koalisi tidak sekadar<br />
menjalankan kebijakan pemerintah tanpa tahu<br />
manfaatnya.<br />
Lalu bagaimana rencana Ical membentuk<br />
partai oposisi di pemerintahan mendatang<br />
Pengamat politik Poltracking Institute, Hanta<br />
Yudha, memprediksi kemungkinan besar upaya<br />
Ical itu tidak akan berhasil. Sebab, sebentar<br />
lagi Golkar akan melangsungkan munas untuk<br />
mengganti ketua umum.<br />
Memang Ical masih punya modal untuk<br />
mempertahankan kekuasaan di Golkar. Namun<br />
kansnya terpilih lagi agaknya kecil. Di bawah<br />
Ical, target perolehan Golkar menurun, gagal<br />
maju sebagai capres/cawapres, dan calon yang<br />
didukung keok. “Kepemimpinan Ical boleh<br />
dikatakan melemah,” ucapnya.<br />
Hanta mengatakan kemungkinan besar po-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Wakil Ketua Umum Partai<br />
Golkar Agung Laksono saat<br />
berorasi politik di depan ribuan<br />
simpatisan dan kader Golkar di<br />
Lapangan Baron, Nganjuk, Jawa<br />
Timur, Kamis (27/3).<br />
Rudi Mulya/ANTARA<br />
litik internal Golkar pada 2004 terulang pada<br />
tahun ini. Pada saat itu, JK, yang sukses menjadi<br />
wakil presiden mendampingi Susilo Bambang<br />
Yudhoyono, merebut tampuk kekuasaan Golkar<br />
dari Akbar lewat munaslub.<br />
Di tangan JK, Golkar berbalik menjadi partai<br />
pendukung pemerintahan. Padahal, menghadapi<br />
Pemilu 2004, Golkar telah merancang<br />
Koalisi Kebangsaan, di antaranya bersama PDI<br />
Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan.<br />
Koalisi Kebangsaan mengusung Megawati<br />
Soekarnoputri-Hasyim Muzadi. Masih dalam<br />
bukunya, Akbar mengatakan, koalisi itu tetap<br />
akan solid walaupun Mega-Hasyim kalah.<br />
Koalisi akan membangun kekuatan oposisi di<br />
parlemen.<br />
Nyatanya, koalisi itu bubar jalan akibat manuver<br />
politik JK. Ditambahkan Hanta, JK bisa<br />
memainkan kembali perannya dalam pemilihan<br />
Ketua Umum Golkar, yang akan digelar dalam<br />
waktu dekat. Kalau berhasil, JK akan kembali<br />
sukses untuk kedua kalinya dalam menentukan<br />
arah angin Golkar.<br />
“Jadi Golkar akan sangat mungkin bergabung<br />
dengan pemerintah,” ujarnya.<br />
Agung Laksono, yang digadang-gadang menjadi<br />
kandidat Ketua Umum Golkar, memastikan<br />
hal itu. Agung, yang dekat dengan JK, akan<br />
membawa Golkar ke kubu pemerintah jika duduk<br />
sebagai ketua umum. “Kalau memang mau<br />
ikut serta membangun negara, saya kira lebih<br />
baik berada sama-sama dalam pemerintah,”<br />
katanya. n Pasti Liberti, Monique Shintami, Bahtiar Rifai | Irwan<br />
Nugroho<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Terjerat<br />
Utang,<br />
Melego<br />
Aset<br />
Induk usaha Bakrie<br />
terjerat utang triliunan<br />
rupiah. Taktik gali lubang<br />
tutup lubang dan melego<br />
aset dipakai.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Papan nama Bank Credit Suisse<br />
di sebuah kantor cabangnya.<br />
Bank swasta tersebut sekarang<br />
memegang 21,6 persen saham<br />
Bakrie & Brothers sebagai<br />
agunan.<br />
REUTERS/Arnd Wiegmann<br />
SAAT posisinya sebagai pemuncak<br />
Partai Golkar dipertanyakan sejumlah<br />
kader partai, Aburizal Bakrie juga<br />
tidak terlalu beruntung dalam bisnis,<br />
terutama dalam lima tahun terakhir. Sejak krisis<br />
global 2008, perusahaan yang menjadi induk<br />
bisnis Keluarga Bakrie, yakni Bakrie & Brothers,<br />
kepayahan menjaga asetnya.<br />
Mereka terjerat utang, dan sederet perusahaan<br />
besar di bawah Grup Bakrie dilepas.<br />
Padahal, sampai 2009, kinerja perusahaan<br />
Grup Bakrie sangat moncer. Saham tujuh perusahaan<br />
mereka menjadi rebutan di bursa dan<br />
dijuluki Bakrie Seven. Saham Bumi Resources,<br />
misalnya, sempat disebut “saham sejuta umat”<br />
karena banyaknya investor Bursa Efek Indonesia<br />
yang memegangnya.<br />
Tapi, setelah 2009, keadaan berbalik. PT Bakrie<br />
& Brothers mengalami kesulitan, terutama<br />
karena terjerat utang yang bertumpuk dan seringnya<br />
menggunakan sistem gali lubang tutup<br />
lubang.<br />
Grup Bakrie kadang keteteran membayar<br />
utang. Berita terakhir, salah satu anak usaha andalan<br />
mereka, Bumi Resources, gagal melunasi<br />
surat utang yang jatuh tempo pada 5 Agustus<br />
sebesar US$ 375 juta (sekitar Rp 4,4 triliun).<br />
Akhirnya, Jumat, 22 Agustus lalu, Bumi Resources<br />
menyatakan mendapat kesepakatan<br />
dengan para pemegang obligasi untuk mengundurkan<br />
jatuh tempo pada 2018. “Ini dilakukan<br />
untuk menurunkan beban utang,” kata Presiden<br />
Direktur Bumi Resources Ari Hudaya dalam<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Aburizal Bakrie<br />
ANTARA FOTO/Andika Wahyu<br />
pernyataan kepada Bursa Efek Indonesia.<br />
Utang paling mencolok adalah kepada Credit<br />
Suisse cabang Singapura. Laporan-laporan<br />
keuangan dan tahunan Bakrie menyebutkan<br />
kreditor ini sekarang memegang 21,6 persen<br />
saham Bakrie & Brothers sebagai agunan.<br />
Awal utang Bakrie & Brothers (dan perusahaan<br />
Bakrie lain, yakni Long Haul) kepada<br />
Credit Suisse terjadi pada 2010 sebesar US$<br />
240 juta (sekitar Rp 2,3 triliun) dan tahun berikutnya<br />
ditambah menjadi US$ 597 juta (sekitar<br />
Rp 6 triliun). Tujuan berutang Untuk menutup<br />
utang-utang yang lain.<br />
Pada akhir 2013, kredit ke Credit Suisse<br />
tinggal Rp 2,4 triliun. Tapi, dalam laporan keuangan<br />
kuartal pertama 2014, Bakrie menyatakan<br />
utang kepada Credit Suisse di bawah Rp<br />
1 triliun karena sebagian dilunasi pada Maret.<br />
Dana pelunasan itu didapatkan<br />
dari pinjaman<br />
kepada perusahaan<br />
lain lagi, yakni Conic<br />
Investments Ltd.<br />
Cara lain mengatasi<br />
utang, selain<br />
gali lubang tutup lubang, adalah melepas anak<br />
usaha. Saat utang kepada Credit Suisse jatuh<br />
tempo pada Oktober 2011, Bakrie membayarnya<br />
dengan menjual separuh saham Bumi Plc<br />
kepada Samin Tan seharga US$ 1 miliar (Rp 10<br />
triliun), meski kemudian pada awal 2012 Bakrie<br />
& Brothers berutang lagi kepada Credit Suisse<br />
sebesar US$ 193,9 juta (sekitar Rp 2 triliun).<br />
Langkah lain adalah menjual aset besar,<br />
seperti jalan tol. Dari enam ruas yang dimiliki,<br />
tinggal ruas tol Cimanggis-Cibitung yang masih<br />
dipunyai Bakrie. Sisanya, termasuk ruas Kanci-<br />
Pejagan yang sudah beroperasi, dilego kepada<br />
Hary Tanoesoedibjo. Bahkan lahan untuk kawasan<br />
wisata di Lido, Jawa Barat, masuk paket<br />
yang dilepas kepada bos Grup MNC ini.<br />
Dari penjualan jalan tol pada akhir 2012 itu,<br />
Grup Bakrie mendapatkan Rp 2,1 triliun. Direktur<br />
Utama Bakrieland Ambono Janurianto saat<br />
itu mengatakan seluruh hasil penjualan akan<br />
dipakai untuk membayar utang, baik utang dari<br />
proyek tol ini sendiri maupun utang sindikasi.<br />
Penjualan saham bernilai triliun rupiah itu di<br />
luar sejumlah pelepasan sebagian atau seluruh<br />
saham anak usahanya, yang nilainya puluhan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Jalan Tol Kanci-Pejagan milik<br />
Bakrie<br />
dok. detikfinance<br />
atau ratusan miliar rupiah. Pelepasan saham<br />
seperti ini terjadi saat Bakrie International<br />
Energy menjual saham di Bakrie Petroleum<br />
International Pte Ltd kepada Altex Investment<br />
sebanyak 10 persen pada 2012.<br />
Demikian pula saat Bakrie & Brothers menjual<br />
seluruh saham PT Jibuhin Bakrie Indonesia<br />
kepada Jidosha Buhin Kogyo Co Ltd. Mereka<br />
juga tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas<br />
di Bakrie Telecom setelah pada akhir 2011<br />
melepas sebagian saham ke Mount Charlotte<br />
Holding Ltd.<br />
Nasib sama dialami Bakrie Sumatera Plantations.<br />
Bakrie menjual sebagian saham kepada<br />
Piper Price and Company Ltd, sehingga sahamnya<br />
tinggal 29,8 persen. Bakrie tidak lagi memasukkannya<br />
dalam laporan konsolidasi, tapi<br />
masuk daftar saham yang tersedia untuk dijual.<br />
n Nur Khoiri<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Ketua DPP Golkar Mahyudin:<br />
Masih Banyak<br />
yang Akan<br />
Dipecat<br />
“Mereka ngomong duluan, 'silakan<br />
pecat, aku rapopo.' Sekarang dipecat<br />
kok malah ribut.”<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Kalau mau<br />
menggugat Rp<br />
1 triliun silakan<br />
saja.<br />
dok. pribadi<br />
Partai Golkar kini gonjang-ganjing.<br />
Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal<br />
Bakrie ingin partainya tetap bersatu dalam<br />
Koalisi Merah Putih untuk berada di luar<br />
pemerintahan alias oposisi setelah Mahkamah Konstitusi<br />
menolak gugatan calon presiden dan calon<br />
wakil presiden yang mereka usung, Prabowo-Hatta.<br />
Dengan tetap solid dalam koalisi, posisi Ical akan<br />
aman. Golkar pun berpeluang besar memimpin<br />
parlemen. Namun misi Ical—panggilan akrab Aburizal—mendapat<br />
perlawanan.<br />
Ical pun memecati kader yang mendukung<br />
Jokowi-Jusuf Kalla dalam pemilu presiden 2014<br />
untuk mengamankan misinya. Tiga kader yang<br />
dipecat Ical, yakni Nusron Wahid, Agus Gumiwang<br />
Kartasasmita, dan Poempida Hidayatullah,<br />
justru menggugat Ketua Umum Golkar itu<br />
senilai Rp 1 triliun ke pengadilan.<br />
“Kalau mau menggugat Rp 1 triliun silakan<br />
saja,” ujar Ketua Bidang Organisasi DPP Partai<br />
Golkar Mahyudin. Mahyudin merupakan pendukung<br />
setia Ical. Namanya masuk dalam bursa<br />
ketua umum Golkar. Namun ia memastikan<br />
tidak akan maju menjadi calon tanpa restu Ical.<br />
Mahyudin memastikan, bukan hanya Nusron<br />
cs, tapi kader yang tidak loyal terhadap Ical juga<br />
akan ditendang dari partai beringin itu. “Masih<br />
banyak,” ujarnya.<br />
Berikut ini wawancara Bahtiar Rifai dengan<br />
Mahyudin.<br />
Golkar memecat tiga kader, Nusron<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Deklarasi koalisi permanen yang<br />
digagas oleh partai pengusung<br />
Prabowo-Hatta, termasuk Partai<br />
Golkar, di Jakarta, 14 Juli lalu.<br />
Hasan/detikcom<br />
Wahid, Agus Gumiwang, dan Poempida<br />
Hidayatullah, yang mendukung Jokowi-JK.<br />
Bagaimana prosedur pemecatan mereka<br />
Semua sudah sesuai mekanisme. Masalahnya<br />
di mana sekarang<br />
Apa alasan pemecatan tiga orang itu<br />
Alasan utamanya, mereka melawan keputusan<br />
rapimnas. Itu sudah pasti. Rapimnas<br />
memerintahkan supaya ARB (Aburizal Bakrie)<br />
menjadi presiden dan wakil presiden dan<br />
melakukan langkah koalisi. Kalau Anda beda<br />
pendapat, Anda boleh debat di rapimnas. Tapi,<br />
ketika sudah diputuskan pendapat di rapimnas,<br />
harus sama.<br />
Jadi, siapa yang mendukung lain, artinya<br />
itu melawan keputusan rapimnas. Nah, ARB<br />
memutuskan untuk mencanangkan Prabowo-<br />
Hatta, sedangkan mereka deklarasi mendukung<br />
Jokowi-JK, ya itu melanggar. Pernah tidak DPP<br />
mengancam yang mau ke sana (Jokowi-JK)<br />
mau dipecat Kan tak ada. Mereka ngomong<br />
duluan, "Silakan pecat, aku rapopo (tidak apaapa)."<br />
Sekarang dipecat kok malah ribut.<br />
Selain tiga orang itu, siapa lagi yang akan<br />
dipecat<br />
Semua itu kan tergantung kadarnya. DPP<br />
mempertimbangkan karena ada yang memang<br />
mendukung di sana tapi sifatnya tidak mengajak.<br />
Maksudnya mendukung secara pribadi<br />
tapi dia tidak deklarasi mendukung. Saya kira<br />
kalau yang itu kita juga mungkin (beri) sanksinya<br />
lebih ringan.<br />
Berapa orang yang seperti itu<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Ketua Umum Partai Golkar<br />
Aburizal Bakrie, didampingi<br />
Sekretaris Jenderal DPP Partai<br />
Golkar Idrus Marham (kiri) dan<br />
ketua panitia Rapimnas IV Golkar<br />
Mahyudin (kanan) di Jakarta,<br />
Oktober 2012.<br />
Wahyu Putro A./(FOTO ANTARA<br />
Banyak. Aku juga ndak hafal, tapi ada nama<br />
seperti Andi Sinulingga (jubir Poros Muda Golkar,<br />
pendukung Jokowi), kemudian ada banyak<br />
pengurus departemen yang saya kasih surat<br />
peringatan. Cuma memang tidak serempak karena<br />
ada yang kita pandang perlu harus segera<br />
dieksekusi, ada yang kita anggap tak terlalu<br />
urgen kalau memang sifatnya diam saja.<br />
Kami sih, kalau boleh, tidak mau memecat siapa<br />
pun. Kalau Golkar memecat orang, Golkar<br />
yang rugi. Tapi, kalau mengganggu dan menimbulkan<br />
kerusakan di Golkar, mau tak mau harus<br />
dieksekusi.<br />
Nusron, Poempida, dan Agus Gumiwang<br />
menyatakan pemecatan cacat dan akan<br />
menggugat Rp 1 triliun. Bagaimana tanggapannya<br />
Pokoknya mekanismenya sudah benar. Kalau<br />
salah, sila kan diuji secara hukum. Kita kemarin<br />
memberikan waktu 60 hari untuk ke mahkamah<br />
partai, mereka tak gunakan, ya sudah<br />
kita ajukan ke KPU untuk penggantian. Kalau<br />
mereka keberatan, silakan digugat. Kalau mau<br />
menggugat Rp 1 triliun silakan saja.<br />
Kalau kamu dengar pendapat mereka dan<br />
tanya ke saya, ya pasti berbeda. Katanya rapatnya<br />
tidak sah dan macam-macam. Sekarang uji<br />
saja secara hukum. Repot amat.<br />
Jadi saya dalam kapasitas tidak mau berdebat<br />
dengan mereka. Pokoknya DPP sudah memberikan<br />
sanksi, kalau keberatan, diproses, mau ke<br />
TUN mau PTUN terserah. Nah, di situ baru kita<br />
uji kebenarannya. Kalau DPP kalah kita kembalikan,<br />
kalau DPP menang, ya selamat tinggal.<br />
Apakah Anda jadi mencalonkan diri se-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Tak bisa pukul<br />
rata semuanya<br />
hari ini. Saya<br />
kan bukan jin.<br />
Hasan/detikcom<br />
bagai ketua umum<br />
Saya jujur, sampai hari ini belum deklarasi,<br />
tidak seperti yang lain-lain. Saya rasa, saya<br />
bagian anak buah ARB pada hari ini. Tidak<br />
etis sekarang kalau bilang mau maju (menjadi)<br />
ketum. AD/ART kita tidak melarang orang dua<br />
kali jadi ketum. Nah, kalau ARB maju, saya pasti<br />
tidak mau bersaing dengan ARB. Kalau dia clear<br />
tidak maju lagi, saya pasti maju. Saya menjaga<br />
kepercayaan yang ketua umum berikan kepada<br />
saya. Saya tidak mau menyalip di tikungan.<br />
Soal pemecatan Ketua DPD Golkar Sulawesi<br />
Barat yang juga Gubernur Sulawesi<br />
Barat (Adnan Anwar Saleh), pelanggarannya<br />
seperti apa<br />
Dia kasusnya berbeda-beda. Sulbar itu kita<br />
memberhentikan dari kepengurusan, bukan<br />
dari keanggotaan. Dia diberhentikan dari DPD<br />
Golkar Sulawesi Barat.<br />
Bukan karena mendukung JK<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
fokus<br />
Tiga politikus yang dipecat<br />
Partai Golkar karena<br />
mendukung Jokowi-JK, yaitu<br />
(dari kiri ke kanan) Nusron<br />
Wahid, Agus Gumiwang, dan<br />
Poempida Hidayatullah, saat<br />
menggelar konferensi pers di<br />
Jakarta, Rabu (20/8).<br />
lamhot aritonang/detikcom<br />
Karena kita juga melihat beberapa kali<br />
hadir di tim sana. Kalau Ketua DPD Golkar<br />
Kota Tarakan memang mendeklarasikan<br />
dukung JK. Jadi, sekarang Tarakan itu sudah<br />
diberhentikan dari jabatan Ketua DPD II Golkar<br />
Tarakan. Sekarang lagi diajukan proses,<br />
nunggu dirapatkan, diajukan pemberhentian<br />
dari Partai Golkar.<br />
Apakah masih banyak yang akan dipecat<br />
Masih. Ya, dalam waktu dekat yang lain-lain<br />
itu akan kita reshuffle. Itu yang orang DPP. Tapi<br />
masih dalam proses. Ical nunggu, mungkin keluar<br />
SK reshuffle. Ada beberapa nama, seperti<br />
IJP (Indra J. Piliang), Yorrys (Yorrys Raweyai),<br />
itu yang akan kita reshuffle dari DPP. Itu masih<br />
dalam progress.<br />
Jadi tak bisa pukul rata semuanya hari ini. Saya<br />
kan bukan jin juga, jadi pasti saya akan proses.<br />
Tapi semuanya berdasarkan kemampuan kita.<br />
Kalau ngurusin mecat orang pusing juga. Tak<br />
ada untungnya, tapi dimusuhi orang.<br />
Kalau perbedaan soal munas dipercepat<br />
atau tetap 2015, apakah dikategorikan sebagai<br />
pelanggaran<br />
Kalau dorongan munas bukan pelanggaran,<br />
itu hak semua orang untuk mengusulkan.<br />
Itu aspirasi. Kecuali kalau mereka melakukan,<br />
misalnya, kegiatan mengadakan rapat yang<br />
di luar organisasi untuk mendorong, itu bisa<br />
dikatakan salah. ■<br />
BAHTIAR RIFAI<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Kolom<br />
Dilema APBN 2015<br />
Adanya gugatan di Mahkamah Konstitusi membuat<br />
program-program Jokowi-JK belum dapat<br />
terakomodasi dalam RAPBN 2015.<br />
Oleh: Arif Budimanta<br />
Biodata<br />
Nama:<br />
Arif Budimanta (Direktur Megawati<br />
Institute)<br />
Tempat/tanggal lahir:<br />
Medan, 15 Maret 1968<br />
Pendidikan:<br />
Untuk terakhir kalinya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan<br />
nota keuangan dan pengantar Rancangan Undang-<br />
Undang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara<br />
tahun 2015 pada 15 Agustus lalu. Bersama Dewan Perwakilan Rakyat,<br />
pemerintah saat ini juga masih membahas RAPBN yang akan disahkan<br />
oleh DPR periode berikutnya bersama pemerintahan baru mulai 20 Oktober<br />
nanti.<br />
APBN 2015 ini mungkin akan dibahas oleh pemerintah dan DPR dengan<br />
dua periodisasi yang berbeda. Pengajuan serta pembahasan dan persatuan<br />
APBN 2015 dikerjakan oleh pemerintah dan DPR periode 2009-2014.<br />
Kemudian, apabila APBNP diajukan, akan dibahas DPR periode 2014-2019.<br />
Dua lembaga ini, meskipun bentuknya sama, diisi oleh orang-orang yang<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Kolom<br />
9 Program Nyata<br />
Pertama, program meningkatkan profesionalisme PNS dan menaikkan<br />
gaji serta kesejahteraan TNI-Polri selama 5 tahun, serta penuntasan program<br />
perbaikan remunerasi PNS. Program ini akan menghasilkan birokrasi<br />
dan tentara yang lebih produktif dan andal. Untuk menghela program ini,<br />
diperlukan tambahan anggaran sedikitnya Rp 20 triliun per tahun.<br />
Kedua, menyejahterakan desa dengan mengalokasikan dana desa sebagai<br />
implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Setiap<br />
desa rata-rata memperoleh dana dalam bentuk program bantuan khusus<br />
sebesar 10 persen dari dan di luar dana transfer daerah. Dengan mengacu<br />
pada APBN 2014, dana yang dibutuhkan untuk dialokasikan ke 79.702 desa<br />
di seluruh Indonesia kurang-lebih Rp 59 triliun.<br />
Ketiga, meningkatkan anggaran penanggulangan kemiskinan, termasuk<br />
pemberian subsidi langsung senilai Rp 1 juta per bulan untuk keluarga prasen<br />
S-3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu<br />
Politik Universitas Indonesia<br />
n S-2 Ilmu Lingkungan Universitas<br />
Indonesia<br />
n S-1 Ilmu Tanah Institut Pertanian<br />
Bogor<br />
Karier:<br />
n Direktur Megawati Institute<br />
n Anggota DPR RI Komisi IX, 2009-<br />
2014<br />
n Direktur Eksekutif Indonesia Center<br />
for Sustainable Development<br />
n Pengajar di Sekolah Bisnis dan<br />
Manajemen ITB dan Program Pascasarjana<br />
UI<br />
Karya:<br />
n Indonesia Masa Kini dan Masa<br />
Depan dalam Membangun Kemandirian<br />
Indonesia, 1994<br />
n Community Development di Industri<br />
Pertambangan dalam Akses<br />
Peran Serta Masyarakat, 2003<br />
n Pedoman Pengembangan Masyarakat<br />
di Industri dan Sumber Daya<br />
berbeda. Dari sinilah dilema bermula.<br />
Sebab, meski Presiden Yudhoyono menegaskan akan membentuk tim<br />
transisi pemerintahan untuk menjembatani transisi pemerintahan, begitu<br />
juga dengan calon presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla<br />
(JK)—yang telah membentuk Rumah Transisi dengan maksud yang sama—<br />
sayangnya, hingga nota keuangan dibacakan, belum sekali pun tim transisi<br />
ini bertemu karena masih ada gugatan di Mahkamah Konstitusi.<br />
Akibatnya, program-program perbaikan kesejahteraan rakyat yang telah<br />
disampaikan calon presiden Jokowi-JK belum dapat terakomodasi dalam<br />
RAPBN 2015. Sebanyak 9 program unggulan, yang menjadi magnet bagi<br />
rakyat untuk memilih Jokowi-JK, justru tidak masuk RAPBN.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Kolom<br />
Mineral, 2004<br />
n Corporate Social Responsibility:<br />
Jawaban bagi Model Pembangunan<br />
di Indonesia Masa Kini, 2004.<br />
jahtera sepanjang pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen. Keempat, program<br />
kepemilikan lahan pertanian untuk 4,5 juta keluarga petani demi mencapai<br />
kedaulatan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Bersama<br />
program ini juga dilakukan pembangunan dan perbaikan irigasi untuk 3<br />
juta hektare sawah, pembangunan 25 bendungan, serta pembukaan 1 juta<br />
hektare lahan pertanian di luar Jawa.<br />
Kelima, perbaikan 5.000 pasar tradisional, termasuk di dalamnya pembangunan<br />
pusat pelelangan, penyimpanan, dan pengolahan ikan. Program ini<br />
untuk membangkitkan ekonomi rakyat dan ekonomi pesisir.<br />
Keenam, menurunkan tingkat pengangguran. Pemerintah bertekad men-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Kolom<br />
ciptakan 10 juta lapangan kerja baru selama 5 tahun. Caranya dengan memberdayakan<br />
UMKM dan koperasi. Juga mempromosikan industri kreatif dan<br />
digital. Upaya ini diharapkan mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi.<br />
Ketujuh, penyediaan layanan kesehatan gratis yang mencakup rawat jalan<br />
dan rawat inap, termasuk peningkatan fasilitas 6.000 puskesmas serta penyediaan<br />
air bersih. Pemerintah akan menambah alokasi iuran BPJS kepada<br />
penduduk yang tidak mampu.<br />
Kedelapan, meningkatkan mutu pendidikan demi meningkatkan kesejahteraan<br />
guru, termasuk guru-guru pesantren. Kesembilan, mewujudkan pendidikan<br />
bagi seluruh warga negara melalui Kartu Indonesia Pintar. Program<br />
ini akan menyediakan fasilitas pendidikan yang bermutu dengan target menyelesaikan<br />
wajib belajar 12 tahun. Selain itu, menaikkan anggaran bantuan<br />
operasional sekolah (BOS) dan menambah alokasi bantuan siswa miskin,<br />
termasuk meningkatkan sarana dan prasarana sekolah.<br />
Tax Ratio<br />
Seluruh program yang hendak dijalankan pemerintahan baru itu, setelah<br />
dihitung jumlahnya, mencapai Rp 380,2 triliun, dan belumlah tercakup dalam<br />
RAPBN 2015. Tentu saja tidak semua program di atas sama sekali baru.<br />
Beberapa program telah dilaksanakan pemerintahan Presiden Yudhoyono.<br />
Tinggal mengoptimalkan dan memperkuat, sehingga hasilnya dirasakan<br />
rakyat. Program-program seperti peningkatan kesejahteraan pegawai negeri<br />
dan TNI, perbaikan pasar tradisional, ataupun penyediaan BOS telah ada<br />
dalam APBN 2014.<br />
Untuk memasukkan 9 program nyata ke dalam RAPBN 2015, tentu di-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Kolom<br />
perlukan sinkronisasi dan restrukturisasi anggaran. Proses ini pastilah tidak<br />
mudah. Tarik-ulur anggaran akan terjadi pada kementerian dan satuan-satuan<br />
kerja tertentu. Ada pos-pos yang harus dihemat. Di sisi lain, ada juga yang<br />
anggarannya ditambah.<br />
Masalah yang sudah terlihat di depan mata saat ini adalah terbatasnya<br />
penerimaan negara. Saat ini saja pemerintah mengalami kesulitan untuk<br />
membangun dan menambah infrastruktur nasional, apalagi bila ditambah<br />
dengan program-program baru. Karena itu, harus ada upaya keras untuk<br />
menaikkan tax ratio. Pemerintah menargetkan peningkatan tax ratio sebesar<br />
13,6 persen selama 5 tahun. Dengan cara ini, akan diperoleh tambahan penerimaan<br />
negara.<br />
Selain itu, rasionalisasi dan penghematan harus dilakukan. Anggaran subsidi<br />
yang besar seharusnya dipangkas, sehingga anggaran pembangunan untuk<br />
peningkatan kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Subsidi harus diarahkan<br />
agar mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing.<br />
Semua ini tentunya memerlukan komunikasi yang baik. Karena itu, sejak<br />
dini harus dijalin komunikasi yang baik antara tim presiden terpilih dan pemerintahan<br />
saat ini. Hubungan dengan para teknokrat dan birokrasi menjadi<br />
kunci. Demikian pula dengan parlemen yang akan membahas dan menyetujui<br />
anggaran negara. Tidak kalah penting adalah para relawan, yang diharapkan<br />
dapat mengawal program-program tersebut sehingga dapat diinternalisasi<br />
dalam APBN 2015. Harapannya, rakyat tidak perlu lama menunggu 9 program<br />
nyata tersebut hadir di tengah kehidupan rakyat. n<br />
Majalah Majalah detik 25 detik - 3125 agustus - 31 agustus 2014 2014
kesehatan<br />
Olahraga<br />
Singkat,<br />
Hasil Cepat<br />
Ini bisa menjadi jalan keluar buat yang tak<br />
punya banyak waktu untuk berolahraga tapi<br />
ingin memiliki tubuh sehat dan atletis. aman<br />
enggak, ya<br />
foto-foto: thinkstock<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kesehatan<br />
20fit.com<br />
Banyak kerjaan. Enggak sempat.<br />
Dua alasan inilah yang kerap digunakan<br />
orang-orang di kota besar tidak<br />
berolahraga. Padahal alasan sebenarnya<br />
cuma satu: malas!<br />
Tapi, bagaimana jika olahraga cukup hanya<br />
dengan 20 menit Apakah masih juga bilang<br />
tak punya waktu Itu cuma sepersekian waktu<br />
dari 24 jam, lo.<br />
Tak cuma singkat, olahraga yang sekarang<br />
lagi jadi tren di kalangan sosialita dan selebritas<br />
ini juga diklaim efektif membentuk otot tubuh.<br />
Bisa bikin langsing juga tentu saja.<br />
Teknologi baru ini dinamakan electrical muscle<br />
stimulation (EMS) atau stimulasi elektrik otot.<br />
Ya, seperti namanya, metode ini menggunakan<br />
bantuan listrik.<br />
Aliran listrik dimanfaatkan untuk menstimulasi<br />
otot agar lebih kencang, kuat, dan terbentuk<br />
lebih sempurna. Metode sebenarnya sama<br />
seperti menggunakan berbagai peralatan di<br />
gym.<br />
Namun, dengan metode ini, orang-orang tidak<br />
lagi menggunakan peralatan berat, seperti<br />
shoulder press, treadmill, maupun barbel dengan<br />
berat puluhan kilogram.<br />
Alat-alat berat itu digantikan dengan seperangkat<br />
baju yang terdiri atas body suit hitam,<br />
vest dengan kabel penghantar listrik, serta strap<br />
pada bokong, lengan, dan kaki.<br />
Nah, baju khusus itu kemudian dihubungkan<br />
dengan alat khusus yang berguna untuk mengatur<br />
tingkat resistansi dan tekanan pada otot.<br />
Aliran elektro akan tercipta begitu alat dinyala-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kesehatan<br />
menimbulkan rasa sakit.<br />
thinkstock<br />
kan.<br />
Tak usah takut kesetrum karena Anda akan<br />
mengenakan rompi khusus yang dirancang<br />
untuk mengalirkan listrik maksimal tapi tak<br />
Fisioterapi<br />
Sebelum populer untuk alat olahraga, teknologi<br />
EMS sebenarnya telah lama digunakan.<br />
Namun dulu metode ini dipakai untuk terapi<br />
pemulihan kesehatan.<br />
“Dalam fisioterapi memang alat ini sudah<br />
digunakan, sudah lama dipakai,” ujar ahli kesehatan<br />
olahraga Michael Triangto, SpKO.<br />
Pasien yang menggunakan teknologi EMS<br />
adalah mereka yang baru saja mengalami stroke,<br />
pascacedera, dan setelah operasi. EMS juga<br />
digunakan untuk terapi sakit punggung dan<br />
masalah persendian.<br />
Kemudian, teknologi EMS dimodifikasi untuk<br />
keperluan kecantikan. Biasanya EMS digunakan<br />
untuk menghilangkan selulit dan menghancurkan<br />
lemak berlebih.<br />
Karena itu, EMS biasa ada di pusat-pusat kecantikan<br />
dan tempat pelangsingan tubuh. Dan<br />
kini EMS berkembang menjadi alat fitness dan<br />
untuk membentuk otot tubuh.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kesehatan<br />
wolipop.detik.com<br />
Waktu yang relatif singkat dengan hasil<br />
maksimal membuat EMS cepat populer. Hanya<br />
dengan latihan 20 menit, hasilnya sama dengan<br />
2 jam berolahraga di gym konvensional.<br />
Di Indonesia baru ada satu gym yang menyediakan<br />
latihan metode EMS de ngan alat<br />
Mihabodytech, yaitu 20 Fit, yang baru saja<br />
dibuka oleh penyanyi Andinie Aisyah Haryadi<br />
atau Andien.<br />
Andien mengaku pertama kali mengenal<br />
EMS dari mantan vokalis Samsons, Bambang<br />
Reguna Bukit atau yang akrab disapa Bams.<br />
Meski sempat ragu, An dien pun mencobanya.<br />
“Tadinya skeptis berat. Terus Bams bilang,<br />
‘Gua juga tadinya skeptis kayak lo. Cuma,<br />
pasti orang-orang yang awalnya skeptis akan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kesehatan<br />
thinkstock<br />
berbalik, lo cobain saja,’” ujar<br />
Andien.<br />
Baru lima menit latihan,<br />
Andien mengaku sudah<br />
ngos-ngosan. Keringatan<br />
habis. “Pas 20 menit aku<br />
ngerasa masih bisa lagi,<br />
tapi itu sudah cukup,”<br />
cerita Andien.<br />
Selebritas lain<br />
yang juga sedang<br />
keranjingan EMS<br />
adalah Krisdayanti.<br />
Diva yang belum<br />
lama melahirkan<br />
itu bahkan mengunggah<br />
foto<br />
dengan “baju”.<br />
“Starting fat<br />
burn with miha<br />
body tec,” begitu<br />
tulis penyanyi<br />
yang akrab<br />
disapa KD ini untuk caption fotonya.<br />
Butuh Olahraga Konvensional<br />
Beberapa selebritas mungkin menganggap<br />
EMS bisa membuat tubuh lebih cepat ramping.<br />
Namun Michael beranggapan EMS tidak akan<br />
seefektif dengan olahraga di gym konvensional.<br />
Menurut dia, EMS tidak bisa menggantikan<br />
olahraga konvensional. Untuk mendapatkan<br />
hasil optimal, tubuh harus dapat bergerak sendiri,<br />
tidak dibantu oleh listrik.<br />
“Esensi olahraga itu kan otot dan tulang. Kalau<br />
hanya otot yang dirangsang, pasti enggak<br />
akan sama dengan olahraga konvensional yang<br />
juga merangsang tulang,” ujar Michael.<br />
Hal itu juga diakui Andien. Latihan EMS, ujarnya,<br />
bisa dijadikan pelengkap dan penyempurna<br />
aktivitas fisik lainnya.<br />
“Aku sendiri enggak menganggap ini adalah<br />
olahraga substitusi. Tapi latihan ini meningkatkan<br />
kemampuan kita di olahraga yang lain,”<br />
ujar pelantun Gemintang ini. Hmm, berminat<br />
mencoba n MELIsa MAIloa | KEN YUNIta<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
wisata<br />
Permata Tersembunyi<br />
foto-foto: detiktravel<br />
di Pulau Napabale<br />
Di balik bukit rimbun nan kokoh, pancaran cahaya<br />
matahari memantulkan sinar hijau yang lembut. Tubuh<br />
ini seolah-olah tenggelam ke dalam keindahannya.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
wisata<br />
Wow. Wow. Dan wow! Mungkin<br />
itu satu-satunya kata yang<br />
akan keluar dari mulut Anda<br />
saat menyaksikan Danau<br />
Napabale untuk pertama kalinya. Ternyata ada<br />
tempat secantik ini di Indonesia.<br />
kendari<br />
raha<br />
bau-bau<br />
raha<br />
bau-bau<br />
Destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Tenggara<br />
ini bukan danau biasa. Kebanyakan danau<br />
yang kita jumpai berair tawar, sedangkan danau<br />
yang satu ini menawarkan fenomena berbeda.<br />
Danau cantik ini diisi oleh air laut yang terjebak<br />
cincin karang dan kemudian membentuk<br />
cawan. Dan voila! Jadilah danau unik nan indah<br />
ini.<br />
Danau Napabale terletak di kaki bukit Desa<br />
Lohia, Kabupaten Muna, sekitar 15 kilometer ke<br />
arah selatan dari Kota Raha. Dari Kota Kendari,<br />
Kota Raha bisa dijangkau dalam waktu tiga jam<br />
dengan kapal cepat.<br />
Jika Anda berangkat dari Bau-Bau, perjalanan<br />
Anda bakal lebih singkat. Hanya butuh sekitar<br />
dua jam perjalanan di atas air. Silakan pilih mana<br />
yang disukai.<br />
Setelah tiba di Raha, perjalanan menuju Danau<br />
Napabale bisa dilanjutkan dengan angkutan<br />
umum atau ojek kurang-lebih 30 menit. Tak<br />
usah khawatir, jalanan di sana lumayan mulus.<br />
Seperti kebanyakan tempat cantik di Indonesia<br />
lainnya, fasilitas di Danau Napabale belum<br />
lengkap. Anda tak akan menemukan hotel atau<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
wisata<br />
penginapan di sini.<br />
Jadi, jika Anda ingin bermalam atau menginap,<br />
bawalah perlengkapan tidur, seperti tenda, tas<br />
tidur, jaket, serta perlengkapan masak sendiri.<br />
Untuk menikmati danau, sewalah sampan<br />
nelayan. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam.<br />
Cukup Rp 50 ribu, Anda sudah bisa menyewa<br />
sebuah sampan lengkap dengan “driver”-nya.<br />
Perpaduan air berwarna hijau dengan perbukitan<br />
dan tebing tinggi di sekeliling danau<br />
membuat pemandangan di sini benar-benar<br />
memukau. Tak kalah dari Raja Ampat atau Phi<br />
Phi Island.<br />
Dari kejauhan, Anda dapat menyaksikan tiga<br />
karang besar penuh tumbuhan liar. Bentuknya<br />
mirip tuba falopi. Tempat ini menjadi rumah<br />
bagi jutaan spesies ikan laut yang hidup di Selat<br />
Buton.<br />
Nikmati indahnya hamparan pepohonan hijau<br />
yang menyejukkan. Satu lagi, jangan lewatkan<br />
lambaian cantik anggrek batu di sepanjang<br />
dinding danau. Luar biasa!<br />
Dari atas sampan pun kita bisa melihat langsung<br />
keindahan berbagai macam jenis ikan laut<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
wisata<br />
dan terumbu karang beserta tanaman bawah laut yang amat memukau.<br />
Sungguh tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Ada beberapa<br />
orang yang sedang berenang sambil menjelajahi keindahan dari setiap<br />
sudut Danau Napabale.<br />
Jika Anda punya hobi menyelam, Danau Napabale merupakan salah<br />
satu tempat tujuan yang sangat tepat. Aktivitas ini juga tidak kalah<br />
mengasyikkan.<br />
Anda juga akan disuguhi pemandangan terowongan alam sepanjang<br />
30 meter dan lebar 9 meter. Lewat terowongan inilah air laut yang<br />
terhubung dengan Selat Buton mengalir.<br />
Jika air sedang surut, wisata wan dapat menyusuri terowongan tersebut.<br />
Anda juga bisa berjalan kaki sekitar 20 meter melewati batu-batu<br />
karang.<br />
Terowongan ini juga memiliki peranan penting bagi para nelayan.<br />
Mereka sering melewatinya sebagai jalur ketika akan berangkat atau<br />
pulang dari laut.<br />
Di ujung terowongan, Anda akan menjumpai pantai berpasir putih.<br />
Di pantai tersebut para wisatawan dapat bersantai, bermain ombak,<br />
atau berjemur di tepi pantai.<br />
Sebagai penutup dari rangkaian perjalanan Anda di Danau Napabale,<br />
jangan lupa menyaksikan sunset dari tepi pantai. Langit yang<br />
merona merah seakan mengantar para nelayan yang mulai turun ke<br />
laut. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kuliner<br />
Sensasi<br />
Cita Rasa<br />
Ornamen<br />
dan dekorasi khas India<br />
sungguh membuat acara<br />
makan saya siang itu<br />
terasa lebih istimewa.<br />
Serasa makan langsung<br />
ke negeri asalnya.<br />
Bollywood<br />
foto-foto: Grandyos/detikcom<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kuliner<br />
Mutton<br />
Rogan Josh<br />
ilm, tarian, dan nyanyian menjadi<br />
tiga hal yang identik dengan India.<br />
Tapi, bagaimana dengan masakannya<br />
Apakah semenarik dan<br />
semenggairahkan ketiganya<br />
Terus terang, saya belum pernah<br />
merasakan makanan India. Makanya,<br />
sewaktu saya diminta mengulas salah<br />
satu restoran khas India di Jakarta, saya<br />
begitu antusias.<br />
Restoran yang saya datangi kali ini bernama<br />
The Royal Kitchen. Letaknya di sebuah pusat<br />
belanja di kawasan elite Mega Kuningan, Jakarta,<br />
Bellagio Boutique Mall. Tepatnya di lantai<br />
dasar.<br />
Altar kecil berisi sesaji, dupa, dan patung<br />
Ganesha, dewa Hindu berkepala gajah, menyambut<br />
kedatangan saya siang itu. Dari situ<br />
saja saya sudah merasa tempat ini<br />
bakal unik.<br />
Altar kecil itu bukan<br />
sekadar pajangan,<br />
lo. Beberapa pengunjung,<br />
yang<br />
mungkin pemeluk<br />
Hindu, terlihat melakukan ritual di depannya.<br />
Mungkin berdoa sebelum makan, ya.<br />
Semakin ke dalam, interior restoran ini makin<br />
membuat saya kagum. Meski tidak terlalu luas,<br />
restoran ini memiliki suasana yang benar-benar<br />
“etnik” India.<br />
Ornamen dan lukisan India terpajang di sisi<br />
kanan dan kiri ruangan. Meja bertaplak kain<br />
berbordir sudah diset ala fine dining, lengkap<br />
dengan piring perak, sendok, garpu, pisau, dan<br />
serbet merah.<br />
Pencahayaan yang redup dan alunan instrumen<br />
musik yang mellow membuat suasana<br />
kian romantis. Menurut saya, tempat ini sangat<br />
cocok untuk candlelight dinner. Ehem.<br />
Meski menyajikan aneka masakan India,<br />
tempat ini menjadi favorit bukan hanya orangorang<br />
India. Banyak juga orang Indonesia yang<br />
asyik menikmati makan siang.<br />
Seorang pelayan pria berseragam hitam<br />
langsung mempersilakan saya dan teman saya<br />
menempati satu meja di pojokan. Ia membawa<br />
dua buku menu, satu menu minuman dan satu<br />
lagi makanan.<br />
Karena saya bingung, saya pun meminta<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kuliner<br />
Murg Dum<br />
Briyani<br />
Alhasil, saya<br />
memesan Murg<br />
Dum Briyani<br />
(Rp 79.500) dan<br />
Mutton Rogan<br />
Josh (Rp 89.500).<br />
pendapat si pelayan soal makanan yang paling<br />
favorit di sini. Alhasil, saya memesan Murg<br />
Dum Briyani (Rp 79.500) dan Mutton Rogan<br />
Josh (Rp 89.500).<br />
Sedangkan teman saya memesan Cheese<br />
Naan (Rp 32.500). Minuman yang katanya<br />
khas adalah Panna, minuman berasa mangga,<br />
dan Lassi dengan pilihan rasa manis. Masingmasing<br />
dibanderol Rp 29.500.<br />
Bagi Anda yang mau menyantap makanan<br />
India sampai puas, Anda bisa mencoba menu<br />
buffet alias all you can eat. Hidangan untuk<br />
buffet sudah tersedia di tengah-tengah restoran.<br />
Sambil menunggu pesanan, saya sempat<br />
bercakap-cakap dengan Deepak Malik, orang<br />
asli India sekaligus pemilik The Royal Kitchen.<br />
Deepak, yang belum lancar berbicara bahasa<br />
Indonesia, membagikan rahasia dari dapur restoran<br />
India yang dimilikinya. “Masakan di sini<br />
dimasak koki dari India,” ujarnya.<br />
Deepak juga mendatangkan bahan-bahan<br />
makanan dari negaranya karena ingin memberi<br />
cita rasa masakan India yang sesungguhnya.<br />
Jadi para tamu akan merasa seperti makan<br />
langsung di India.<br />
Tanpa menunggu lama, kedua minuman<br />
kami langsung dihidangkan di atas meja. Panna<br />
dihidangkan dalam gelas bening. Tampilannya<br />
sekilas mirip jus mangga, tetapi warnanya hijau.<br />
Minuman khas India ini terbuat dari mangga<br />
mentah atau mangga hijau tanpa dicampur<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kuliner<br />
bahan lain, termasuk gula. Jadi bisa dibayangkan<br />
rasanya yang sangat asam sekaligus nyentrik.<br />
Saking asam minuman ini, satu tegukan saja<br />
sudah bisa membuat mata saya merem-melek.<br />
Saya sih tak terlalu merekomendasikan minuman<br />
ini, ya. Asam banget!<br />
Nah, minuman kedua, Lassi, tampilannya<br />
mirip susu putih dengan busa di atas gelasnya.<br />
Minuman ini dibuat dari yoghurt dicampur<br />
rempah-rempah, seperti bubuk kayu manis,<br />
bubuk lada, dan bubuk pala.<br />
Rasa asam khas yoghurt cukup dominan dan<br />
terasa menyegarkan. Sedangkan penambahan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kuliner<br />
Panna<br />
rempah-rempah membuat Lassi menjadi lebih<br />
harum. Enak.<br />
Makanan yang pertama kali dihidangkan<br />
adalah Mutton Rogan Josh dan<br />
Cheese Naan. Dihidangkan dalam<br />
sebuah panci perak berukuran<br />
layaknya mangkuk bakso.<br />
Lassi<br />
Menu ini merupakan potongan daging kambing<br />
yang dimasak bersamaan dengan tomat<br />
dan bumbu khas India. Hasilnya, kuah kari<br />
kental berwarna cokelat-kemerahan.<br />
Rasanya gurih, asam, sekaligus pedas. Rasanya<br />
sekilas mengingatkan saya pada rendang.<br />
Bedanya, Mutton Rogan Josh mengandalkan<br />
sari daging kambing yang tidak amis sama<br />
sekali.<br />
Kuah karinya sangat enak, potongan daging<br />
kambingnya juga lembut dan cukup banyak.<br />
Teman saya tidak berhenti memuji menu yang<br />
satu ini. Empat jempol, katanya.<br />
Sedangkan Cheese Naan adalah menu<br />
pendamping dari Mutton Rogan Josh yang sangat<br />
pas. Di atas sebuah bakul perak beralaskan<br />
kertas putih, Cheese Naan terlihat begitu<br />
menggoda.<br />
Cheese Naan adalah roti khas India dengan<br />
tekstur yang crispy di luar tapi lembut di dalam.<br />
Ketika digigit, Cheese Naan agak sedikit kenyal<br />
dan di dalamnya terdapat keju parut yang<br />
meleleh.<br />
Jangan lupa mencocol kuah kari Mutton<br />
Rogan Josh dengan sobekan Cheese Naan.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
kuliner<br />
Teman saya tidak<br />
berhenti memuji<br />
Muthon Rogan<br />
Josh. Empat<br />
jempol, katanya.<br />
Perpaduan dua menu ini dijamin akan membuat<br />
Anda lupa diri tak berhenti makan.<br />
Yang terakhir dan tak kalah enak adalah Murg<br />
Dum Briyani. Menu ini merupakan hidangan<br />
berupa nasi dari beras basmati yang bentuknya<br />
kurus memanjang.<br />
Penyajiannya di dalam pot tanah liat. Saat<br />
saya membuka tutupnya, semerbak aroma nasi<br />
dan ayam berbumbu jintan, cengkeh, dan kayu<br />
manis langsung mengundang rasa penasaran.<br />
Warna yang mencolok dari makanan ini<br />
adalah krem de ngan sedikit campuran oranye.<br />
Di atas nasinya ada satu potong telur rebus,<br />
sedangkan potongan ayam tanpa tulang tersembunyi<br />
di balik nasi.<br />
Saya lantas menyantap satu suap Murg Dum<br />
Briyani. Sensasinya luar biasa, rasa gurih di<br />
lidah bercampur aroma sedap rempah-rempah<br />
khas India sungguh menggugah selera makan.<br />
Mantap! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Cilamaya<br />
Terganjal<br />
Pertamina<br />
Proyek Pelabuhan<br />
Cilamaya di ujung<br />
tanduk. Posisinya<br />
tumpang-tindih<br />
dengan blok minyak<br />
milik Pertamina.<br />
Keputusan akan<br />
diambil pemerintah<br />
baru nanti.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Pelabuhan Tanjung Priok<br />
Jakarta sudah terlalu<br />
sibuk dan kapasitasnya<br />
penuh. Hal inilah yang<br />
membuat pemerintah<br />
mempertimbangkan<br />
membuat pelabuhan baru di<br />
Cilamaya.<br />
anny Octavianus/antara<br />
KEMENTERIAN Koordinator Perekonomian<br />
pekan lalu menggelar<br />
rapat dua hari soal Masterplan Percepatan<br />
dan Perluasan Pembangunan<br />
Ekonomi Indonesia. Agendanya membahas<br />
proyek-proyek yang dibangun dalam program<br />
pembangunan itu. Tapi salah satu proyek terpenting—pelabuhan<br />
baru di Cilamaya, Karawang,<br />
Jawa Barat—tidak dibahas sama sekali. Padahal<br />
pelabuhan itu bisa jadi membuat kapasitas ekspor<br />
Indonesia bertambah sangat besar.<br />
Menteri Koordinator Perekonomian Chairul<br />
Tanjung memberi penjelasan sederhana mengapa<br />
proyek besar itu tidak dibicarakan. “Pembahasan<br />
soal lokasi Cilamaya kita tunda sampai<br />
pemerintahan baru,” katanya.<br />
Proyek Pelabuhan Cilamaya, yang bakal memiliki<br />
empat terminal peti kemas dan satu terminal<br />
ekspor mobil, memang mendapat ganjalan<br />
pelik. Lokasi pelabuhan itu berada di kawasan<br />
blok minyak dan gas yang produksinya terbesar<br />
keempat di Indonesia. Di sana bertebaran lebih<br />
dari 200 anjungan tambang lepas pantai dan<br />
lebih dari 300 sumur minyak dan gas.<br />
Pemegang kontrak bagi hasil di blok itu, PT<br />
Pertamina Hulu Energi, cemas nasib nahas tiba.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Jepang sangat<br />
berminat<br />
karena di situ<br />
banyak pabrik<br />
mereka.<br />
Direktur Jenderal Perhubungan<br />
Laut Bobby Mamahit<br />
grandyos zefna/detikcom<br />
Kekhawatiran itu antara lain pipa bakal terkena<br />
jangkar kapal-kapal yang bersandar di Cilamaya.<br />
“Harapan kami, pelabuhannya bisa digeser agar<br />
tidak menabrak wilayah kerja,” kata Sekretaris<br />
Perusahaan Pertamina Hulu Energi Wahidin<br />
Nurluzia.<br />
Pelabuhan itu awalnya digagas karena keterbatasan<br />
Pelabuhan Tanjung Priok. Sejumlah<br />
lokasi sempat dipertimbangkan, mulai Bojonegara<br />
dan Tangerang di Banten, Marunda<br />
dan Kalibaru Utara di Jakarta, sampai Ciasem<br />
di Jawa Barat sempat masuk perhitungan.<br />
Kemudian diputuskan di Cilamaya, Karawang,<br />
karena wilayah ini dipandang cukup cocok dan<br />
dekat dengan pusat industri yang tersebar dari<br />
Bekasi-Cikarang-Karawang.<br />
Salah satu pihak yang bersemangat dengan<br />
rencana pelabuhan itu adalah pemerintah<br />
Jepang. Persoalannya sederhana: banyak industri<br />
dari Jepang yang membuka pabrik di sekitar<br />
lokasi itu. Pabrik-pabrik mobil Jepang mengeluarkan<br />
uang puluhan triliun rupiah untuk mendirikan<br />
pabrik perakitan di Bekasi, Cikarang, atau<br />
sekitar Cikampek.<br />
Bahkan Badan Kerja Sama Internasional<br />
Jepang (JICA) pun menjadi konsultan saat Indonesia<br />
menggelar studi kelayakan. “Dari konsultan,<br />
JICA, memilih Cilamaya karena Jepang<br />
sangat berminat karena di situ banyak pabrik<br />
mereka,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan<br />
Laut Bobby Mamahit.<br />
Hasil studi kelayakan pemerintah bersama<br />
JICA dilansir Desember 2013. Berdasarkan hasil<br />
kajian itu, Pelabuhan Cilamaya akan dibangun<br />
dalam dua tahap. Tahap pertama membangun<br />
dermaga sepanjang 3.530 meter dan fasilitasnya,<br />
dengan estimasi biaya US$ 2,39 miliar (Rp<br />
37,5 triliun). Setelah selesai, dilanjutkan membangun<br />
tahap kedua, yakni melipatgandakan terminal<br />
peti kemas dengan biaya US$ 1,06 miliar<br />
(Rp 18,8 triliun).<br />
Yang menjadi masalah, rute keluar-masuk<br />
kapal dari laut lepas ke pelabuhan—lewat jalur<br />
sepanjang sekitar 5 kilometer—itu tumpangtindih<br />
dengan sejumlah lokasi tambang minyak<br />
dan gas di Lapangan Arjuna. Pertamina menghendaki<br />
pelabuhan tidak dibangun di lokasi<br />
yang berdekatan dengan blok Offshore North<br />
West Java yang mereka kelola itu.<br />
Pemerintah berniat menggeser lokasi pela-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Menko Perekonomian Chairul<br />
Tanjung menyatakan akan<br />
menyerahkan keputusan<br />
soal Pelabuhan Cilamaya ke<br />
pemerintahan baru.<br />
Yudhi Mahatma/Antarafoto<br />
buhan sejauh 3 kilometer dari lokasi semula.<br />
Namun Pertamina tetap menolak karena di<br />
lokasi itu masih ada anjungan pengeboran dan<br />
jaringan pipa gas. Lokasi yang diusulkan Pertamina<br />
adalah Indramayu, karena ada lokasi yang<br />
bebas dari wilayah kerja eksplorasi migas.<br />
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan<br />
Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator<br />
Perekonomian Luky Eko Wuryanto<br />
mengatakan keberatan Pertamina ini datang<br />
belakangan. Dari studi awal pada sekitar 2010,<br />
pemerintah berkomunikasi dengan Pertamina.<br />
Tapi baru belakangan ini Pertamina menolak.<br />
“Saya tidak tahu apa maksud Pertamina (yang<br />
dulu tidak memprotes),” katanya. “Mungkin<br />
mereka pikir dulu kami tidak serius.”<br />
Ia mengatakan seluruh pantai utara Jawa Barat<br />
memiliki instalasi minyak dan gas di bawah lautnya.<br />
Jadi, kata dia, di bawah semua pelabuhan<br />
pantai utara Pulau Jawa, terdapat pipa-pipa minyak<br />
dan gas. Apalagi, katanya, “Untuk alur kapal<br />
masuk ke dermaga nanti akan dibuatkan ramburambu,<br />
jaraknya sekitar 2 kilometer dari platform<br />
atau pipa Pertamina.”<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Deretan anjungan minyak<br />
dan gas lepas pantai milik<br />
PT Pertamina Hulu Energi<br />
di lepas pantai Jawa Barat.<br />
Di kawasan ini, pemerintah<br />
berniat membangun<br />
Pelabuhan Cilamaya.<br />
dok pt Pertamina hulu energi<br />
Yang jelas, Kementerian Perhubungan akhirnya<br />
mengundang Pertamina dan Satuan Kerja<br />
Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan<br />
Gas untuk membahas hasil studi kelayakan<br />
itu. Akhirnya diputuskan menggelar studi kelayakan<br />
ulang, yang selesai Juni lalu. Hasilnya<br />
tetap merujuk Cilamaya sebagai lokasi pembangunan,<br />
tetapi dibarengi dengan melakukan<br />
tindakan preventif atau pencegahan agar tidak<br />
mengganggu wilayah kerja Pertamina.<br />
Masalah ini kemudian tidak lagi dibahas. Chairul<br />
Tanjung enggan memutuskan masalah lokasi<br />
pembangunan Pelabuhan Cilamaya karena<br />
sebentar lagi, 20 Oktober nanti, pemerintahan<br />
yang sekarang diganti. Dia mendapat informasi<br />
bahwa Joko Widodo, yang saat ini masih menjabat<br />
Gubernur DKI Jakarta, berniat membangun<br />
pelabuhan di tempat lain. “Makanya, daripada<br />
saya putuskan nanti bertentangan de ngan<br />
yang nanti diputuskan, mubazir, mending kita<br />
tunggu saja,” katanya. n HANS HENRICus B.S. ARON, BUDI<br />
alimuddin<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Jakarta Bisa Gelap<br />
Pertamina cemas proyek Cilamaya bisa mengganggu<br />
ladang minyak dan gas mereka, yang produksinya<br />
terbesar keempat di Indonesia.<br />
Muhammad Adimaja /ANTARA<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Petugas PLN Distribusi<br />
Jakarta Raya dan Tangerang<br />
mengecek salah satu gardu<br />
listrik di Jakarta. Pasokan listrik<br />
Jakarta, yang sebagian berasal<br />
dari minyak blok Arjuna, bisa<br />
terganggu kalau pelabuhan<br />
Cilamaya dibangun.<br />
Rachman/Detikcom<br />
Di sepanjang garis lepas pantai Jawa<br />
Barat bertengger lebih dari 200<br />
anjungan minyak dan gas dengan<br />
produksi yang sangat tinggi. Dari<br />
anjungan-anjungan yang menyebar hampir<br />
rata di blok tambang Offshore North West<br />
Java (ONWJ) itu, pipa-pipa minyak dan gas<br />
dengan panjang total 1.600 kilometer dipasang<br />
centang-perenang di dasar laut.<br />
Sebagian produksi ladang Arjuna itu langsung<br />
dikirim ke kilang minyak di Balongan, Indramayu,<br />
sementara lainnya dikirim ke terminal di tengah<br />
laut. Ada pula gas yang dikirim langsung<br />
ke pembangkit listrik milik PLN di Muara Tawar<br />
dan Tanjung Priok.<br />
Jika pasokan dari ladang minyak Arjuna itu<br />
terhenti, Jakarta akan kekurangan setrum. Dan<br />
ini mungkin terjadi saat Pelabuhan Cilamaya<br />
mulai dibangun. “Jika Cilamaya jadi dibangun<br />
sesuai rencana semula, Jakarta mati lampu<br />
semua karena pasokan gas dari ONWJ akan<br />
terhenti,” ujar Kepala Divisi Gas dan BBM PLN<br />
Suryadi Mardjoeki.<br />
Urusan tambang minyak dan gas—termasuk<br />
efek berantai, seperti listrik—memang<br />
memusingkan karena bertabrakan dengan<br />
proyek Pelabuhan Cilamaya. Di blok minyak<br />
dan gas ONWJ yang dikelola anak perusahaan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Pemasukan untuk negara<br />
sekitar Rp 20 triliun per tahun<br />
dari sana.<br />
Pertamina, yakni PT Pertamina Hulu Energi,<br />
itu pelabuhan akan berdiri. Padahal di ladang<br />
Arjuna itu ada lebih dari 300 tambang dan 200<br />
anjungan lepas pantai.<br />
Energi yang dipompa dari sana mencapai<br />
40 ribu barel per hari dan gas mencapai 171<br />
MMSCFD alias ladang minyak dan gas Arjuna<br />
yang terbesar keempat di Indonesia. Pemasukan<br />
untuk negara sekitar Rp 20 triliun per tahun<br />
dari sana. Cadangannya diperkirakan masih<br />
bisa ditambang 20 sampai 25 tahun lagi.<br />
Minyak dari ladang itu dikirim untuk diolah<br />
di kilang Balikpapan dan Cilacap. Sedangkan<br />
gasnya, 62 persen (106 MMSCFD) dikirim ke<br />
PLN. Jumlah besar lain, 52 MMSCFD, ke pabrik<br />
PT Pupuk Kujang, dan sisanya, 14 MMSCFD, ke<br />
Balongan.<br />
Blok itu mulai digarap Pertamina sejak 1967,<br />
dan kontrak bagi hasilnya bakal kedaluwarsa<br />
tiga tahun lagi. Di luar Pertamina, yang memegang<br />
lebih dari separuh saham, juga ada<br />
China National Offshore Oil Corporation<br />
(CNOOC) dengan hampir 37 persen. Sisanya<br />
Salamander Energy dan Talisman Resources,<br />
masing-masing 5,03 persen. CNOOC keluar<br />
dan saham di blok itu diambil alih oleh PT<br />
Energi Mega Persada.<br />
Sekretaris Perusahaan Pertamina Hulu Energi<br />
Wahidin Nurluzia menjelaskan produksi minyak<br />
dan gas itu bakal terganggu jika pemerintah<br />
berkeras mendirikan pelabuhan laut di Cilamaya,<br />
Karawang.<br />
Penyebabnya sederhana: kapal yang hendak<br />
keluar-masuk pelabuhan bakal melewati<br />
jalur yang berdekatan dengan anjungan minyak<br />
dan gas. Kapal itu juga akan bergerak<br />
di atas pipa-pipa minyak atau gas. Pipa inilah<br />
yang menyalurkan energi ke PLN atau Pupuk<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Pekerja beraktivitas di salah<br />
satu anjungan milik PT<br />
Pertamina Hulu Energi di<br />
sekitar calon lokasi pelabuhan<br />
Cilamaya.<br />
Rosa Panggabean/ANTARA<br />
Kujang.<br />
Apabila pasokan gas berhenti, PLN mau<br />
tidak mau harus mengganti dengan bahan<br />
bakar lain, yaitu solar. Namun PLN keberatan<br />
memakai solar untuk bahan bakar pembangkit<br />
listrik karena tidak efisien dan harus membangun<br />
gudang penyimpanan, sedangkan di<br />
dua lokasi pembangkit listrik itu tidak ada<br />
lagi lahan sisa.<br />
Selain itu, untuk menggerakkan PLTGU<br />
Tanjung Priok dan Muara Tawar, dibutuhkan<br />
pasokan bahan bakar solar sebanyak 60 ribu<br />
kiloliter per hari. Jika dikonversi dalam rupiah,<br />
PLN harus merogoh kocek sekitar Rp 72<br />
miliar per hari untuk biaya bahan bakar. “Dari<br />
mana uang sebanyak itu untuk BBM” tanya<br />
Suryadi.<br />
Kegelisahan Pertamina ini belum beres<br />
sampai sekarang. Menteri Koordinator Perekonomian<br />
Chairul Tanjung pun enggan memutuskan<br />
proyek yang masuk dalam program<br />
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan<br />
Ekonomi Indonesia atau MP3EI itu dan<br />
menyerahkannya ke pemerintahan baru. n<br />
Hans Henricus B.S. ARON, RISTA RAMA DHany (cilamaya)<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Bersiap jadi<br />
Miliarder<br />
Dadakan<br />
Pelabuhan Cilamaya dibangun untuk<br />
meringankan beban Tanjung Priok<br />
dan jalan tol Cikampek. Warga<br />
di lokasi siap digusur dan sudah<br />
kedatangan spekulan tanah.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Kesibukan di Pelabuhan<br />
Tanjung Priok, Jakarta.<br />
Kepadatan Tanjung Priok<br />
membuat pemerintah<br />
membuat pelabuhan baru.<br />
Agung/detikcom<br />
SARSAN sudah membayangkan hal<br />
yang indah-indah. Penduduk Kampung<br />
Kalen Kalong, Desa Sumber<br />
Jaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten<br />
Karawang, Jawa Barat, itu memiliki 8<br />
hektare tambak bandeng.<br />
Ia menyaksikan harga tanahnya melejit tinggi<br />
hanya dalam setahun. Tahun lalu, harga pasaran<br />
lahan tambak per hek tare hanya Rp 40 juta.<br />
Tapi dengan cepat harganya naik dan sekarang<br />
sudah ada spekulan yang menawar Rp 40 ribu<br />
per meter persegi. “Tambak saya ditawar Rp<br />
400 juta per hektare, tapi saya belum mau<br />
lepas,” ucapnya.<br />
Sarsan mendengar kampungnya bakal menjadi<br />
pelabuhan besar seperti Tanjung Priok.<br />
Harga tanah pasti bakal melejit lebih tinggi lagi<br />
saat pelabuhan itu—Pelabuhan Cilamaya—terealisasi.<br />
Ia cukup yakin pelabuhan bakal ada karena<br />
tahun lalu ada orang Jepang yang datang<br />
ke kampungnya. Kemudian, ada rombongan<br />
13 mobil yang meneliti sampel tanah. “Bahkan<br />
tambak di belakang rumah saya ini sudah digambar,<br />
katanya mau dijadikan jalan yang akan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Suasana pantai dan Desa<br />
Sumber Jaya, Kecamatan<br />
Tempuran, Kabupaten<br />
Karawang, Jawa Barat. Warga<br />
kampung ini mendengar<br />
wilayahnya bakal menjadi<br />
Pelabuhan Cilamaya.<br />
budi alimuddin/detikcom<br />
tembus sampai tol Cikampek,” tuturnya.<br />
Wilayah yang berjarak sekitar satu jam perjalanan<br />
mobil dari ruas tol Cikampek itu memang<br />
ditargetkan menjadi pelabuhan, meski sekarang<br />
terganjal dengan keberatan Pertamina. Pemerintah<br />
ingin membuat pelabuhan baru, karena<br />
beban Tanjung Priok sudah sangat berat.<br />
Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Perhubungan<br />
Laut Kementerian Perhubungan<br />
Bobby Mamahit mengatakan terbatasnya kapasitas<br />
pelabuhan dan padatnya jalur transportasi<br />
menjadi masalah. “Ini kan menimbulkan<br />
masalah baru, yaitu ekonomi biaya<br />
tinggi,” ucapnya.<br />
Pemerintah sempat menimbang-nimbang<br />
sejumlah wilayah untuk dijadikan pelabuhan.<br />
Nama yang muncul adalah Bojonegara dan Tangerang<br />
di Banten, Marunda di Jakarta, Taruma<br />
Jaya dan Muara Gembong di Bekasi, serta Cilamaya<br />
dan Ciasem di Karawang. “Cilamaya-lah<br />
yang paling memenuhi kriteria,” ucapnya.<br />
Saat ini Pelabuhan Tanjung Priok sudah sangat<br />
penuh. “Kapasitas Priok lama sudah kepenuhan.<br />
Priok II di Kali Baru, Jakarta, yang baru<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Pelabuhan New Tanjung<br />
Priok sedang dikebut<br />
penyelesaiannya.<br />
Diperkirakan, meski sudah<br />
ditambah ini, kapasitas<br />
Tanjung Priok akan cepat<br />
penuh.<br />
Andika Wahyu/ANTARA FOTO<br />
dibangun, pun dalam 6-7 tahun ke depan juga<br />
dipastikan sudah penuh,” kata Deputi V Bidang<br />
Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan<br />
Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian<br />
Luky Eko Wuryanto.<br />
Saat ini Tanjung Priok berkapasitas melayani<br />
5,5 juta peti kemas, tapi sudah “dipaksa” bekerja<br />
untuk 7,5 juta peti kemas. Saat ini Pelindo II,<br />
yang menjadi operator pelabuhan, sedang<br />
membangun pembangunan Pelabuhan Priok<br />
II (atau disebut juga New Tanjung Priok) yang<br />
berkapasitas 4,5 juta peti kemas. Tapi, Luky<br />
mengatakan, begitu selesai, kapasitasnya akan<br />
segera penuh. Sebab, diperkirakan, pada 2020<br />
saja industri sudah akan menghasilkan 20 juta<br />
peti kemas.<br />
Pelabuhan Cilamaya dirancang berkapasitas<br />
3,75 juta peti kemas per tahun dan kemudian<br />
ditingkatkan menjadi 7,5 juta di fase kedua. Yang<br />
besar di pelabuhan ini adalah terminal ekspor<br />
mobil, yang berkapasitas 800 ribu per tahun<br />
atau hampir dua kali lipat kapasitas Tanjung<br />
Priok, yang besarnya 430 juta.<br />
Persoalan lain adalah lalu lintas dari kawasan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Patok beton bercap Badan<br />
Kerja Sama Internasional<br />
Jepang (JICA) di sekitar lokasi<br />
calon Pelabuhan Cilamaya.<br />
budi alimuddin/detikcom<br />
industri antara Jakarta-Purwakarta. Sebanyak<br />
75 persen kawasan industri di daerah Jawa<br />
Barat, Banten, dan Jakarta ada di kawasan<br />
itu. Lalu lintasnya semua mengandalkan jalan<br />
tol Jakarta-Cikampek. “Tol Cikampek-Jakarta-<br />
Priok dipastikan dalam 5 tahun ke depan tak<br />
lagi mampu menampung arus truk barang<br />
dari Cikarang dan Karawang,” katanya.<br />
Tapi hitung-hitungan pengelola Tanjung Priok<br />
dan Pelindo II sedikit berbeda. Ia mengatakan<br />
Tanjung Priok dan Priok II total nantinya akan<br />
berkapasitas 15 juta peti kemas. Saat membangun<br />
Priok II, pemerintah sudah berjanji<br />
Cilamaya baru dipakai jika kapasitas Priok II<br />
sudah terpakai 70 persen. Angka ini, menurut<br />
Direktur Utama Pelindo II Richard Joost Lino,<br />
baru tercapai pada 2035. Itu sebabnya, katanya,<br />
“Pembangunan Cilamaya tak harus dibicarakan<br />
sekarang.”<br />
Perkiraan ini dibantah Luky. “Tapi, kalau hitungan<br />
saya tadi, kayaknya bakal cepat, tidak<br />
perlu menunggu sampai 2035 sudah kepenuhan<br />
mereka. Perkiraan saya, tahun 2020-2025<br />
sudah penuh itu Priok I dan II,” ujarnya.<br />
Yang jelas, begitu proyek jadi dikerjakan,<br />
Sarsan dan penduduk kampungnya bakal<br />
kedatangan rezeki. Ia tidak hanya menjadi<br />
miliarder dadakan karena harga tanahnya<br />
melejit. Tapi ia siap digusur dan dipindah ke<br />
kampung lain. “Tapi ja ngan jauh-jauh dari<br />
sini, jadi kami juga bisa kerja dan berdagang<br />
di sekitar pelabuhan ini,” ucapnya. ■<br />
BUDI ALIMUDDIN, HANS HENRICus B.S. ARON<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
ekonomi<br />
Kontroversi cilamaya<br />
Pelabuhan atau<br />
Tambang Migas<br />
RENCANA pemerintah membuat Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, terganjal keberatan<br />
Pertamina, yang memiliki konsesi ladang minyak dan gas Arjuna. Pertamina cemas<br />
kapal yang mondar-mandir di Cilamaya bisa mengundang celaka jika jangkarnya mengenai<br />
satu dari belasan pipa yang centang-perenang di lepas pantai Jawa Barat.<br />
Pelabuhan itu rencananya dibuat di lahan reklamasi. Fase pertama akan terdiri atas dua<br />
terminal peti kemas serta masing-masing satu terminal ekspor mobil, tanker, dan kapal rollon/roll-off<br />
(ro-ro). Nantinya pelabuhan diperbesar dalam fase dua, sehingga luas terminal<br />
peti kemas bakal berlipat dua.<br />
PELABUHAN CILAMAYA<br />
TerminAL Tanker<br />
5 hektare<br />
TerminAL Peti KeMAs 1<br />
Panjang: 840 meter<br />
TerminAL Peti KeMAs 2<br />
Panjang: 840 meter<br />
Area Tunggu Truk dan Utilitas<br />
30 hektare<br />
jALAn Layang<br />
JeMBAtan<br />
800 meter<br />
jeMBAtan ke TerminAL<br />
Ekspor Mobil<br />
kedALAMAn<br />
17 meter<br />
TerminAL Ekspor Mobil<br />
26 hektare<br />
TerminAL Ro-Ro<br />
TerminAL Peti KeMAs 4<br />
Fase kedua, Panjang: 840 meter<br />
TerminAL Peti KeMAs 3<br />
Fase kedua, Panjang: 840 meter<br />
Area Tunggu Truk dan Utilitas<br />
Fase kedua, 30 hektare<br />
Kantor Administrasi PeLABuhan<br />
6 hektare<br />
Gerbang Tol<br />
JeMBAtan<br />
(Fase kedua)<br />
KawasAN PENDUKUNg<br />
Area utilitas, tempat peti kemas kosong, penyimpan<br />
mobil untuk ekspor, dan perkantoran atau gudang.<br />
Alur PeLAyaran<br />
Kapal yang keluar-masuk akan menggunakan jalur di selasela<br />
anjungan minyak dan gas lepas pantai. Jalur ini memiliki<br />
lebar 380 meter dengan panjang 9 kilometer. Agar kapal<br />
tidak melenceng, sebelah kiri dan kanan dipasang berbagai<br />
lampu suar.<br />
Pipa Minyak<br />
dan Gas<br />
Ada belasan jalur pipa<br />
minyak dan gas di<br />
sekitar Cilamaya. Meski<br />
sudah mencari celah,<br />
tetap saja setidaknya<br />
jalur kapal itu akan<br />
melintasi enam pipa gas<br />
dan minyak.<br />
Anjungan Minyak Lepas<br />
pAntai<br />
Di ladang minyak Arjuna,<br />
yang dikelola oleh Pertamina<br />
EP, berdiri 223 buah anjungan<br />
minyak dan gas lepas pantai.<br />
Anjungan ini ter sebar di seluruh<br />
blok minyak di lepas pantai<br />
Jawa Barat itu.<br />
WiLAyah Buang Sauh<br />
Naskah: Nur Khoiri | infografis: zaki alfarabi | Sumber: Pertamina | Kementerian Perhubungan<br />
Kapal bisa antre masuk pelabuhan<br />
dengan menurunkan jangkar di sini.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
isnis<br />
Surat dari<br />
Harvard<br />
Karen Agustiawan turun dari posisi bos<br />
Pertamina. Alasan kemunduran dirinya<br />
dipertanyakan banyak orang.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
isnis<br />
Direktur Utama Pertamina<br />
Karen Agustiawan sedang<br />
melayani pembeli Pertamax di<br />
salah satu pompa bensin milik<br />
Pertamina sendiri saat Hari<br />
Pelanggan.<br />
Wahyu Putro A/ANTARA FOTO<br />
HARVARD University adalah nama<br />
yang sangat prestisius. Perguruan<br />
tinggi tertua di Amerika Serikat itu<br />
dipandang sebagai jaminan mutu.<br />
Kampus yang terletak di Cambridge, Massachusetts,<br />
itu telah menghasilkan 69 peraih<br />
Nobel, mulai bidang sastra, seperti penyair top<br />
T.S. Eliot, sampai ekonom, seperti Paul Samuelson<br />
dan Amartya Sen. Beberapa Presiden<br />
Amerika juga lulusan kampus ini, termasuk<br />
Barack Obama.<br />
Nah, kampus top itu beberapa kali menulis<br />
surat mengajak Karen Agustiawan, Direktur<br />
Utama PT Pertamina, bergabung dengan mereka.<br />
Bukan sebagai mahasiswa. Tidak tanggungtanggung,<br />
Karen ditawari menjadi pengajar di<br />
universitas top itu. Siapa tidak ingin mengajar<br />
di tempat prestisius seperti itu<br />
Surat-surat dari Harvard ini menjadi salah<br />
satu alasan saat Karen tiba-tiba saja mengajukan<br />
surat pengunduran diri dari perusahaan<br />
minyak pelat merah itu. Setidaknya alasan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
isnis<br />
Kampus Fakultas Hukum<br />
Harvard di Cambridge,<br />
Massachusetts. Karen diminta<br />
mengajar di kampus sangat<br />
prestisius.<br />
Darren McCollester/Getty Images<br />
inilah yang disebut oleh Menteri Badan Usaha<br />
Milik Negara Dahlan Iskan sebagai penjelasan<br />
mundurnya Karen. “Beliau disurati terus dari<br />
Harvard, kapan melaksanakan mengajarnya,”<br />
kata Dahlan. Alasan lain Dahlan menyatakan<br />
Karen ingin mengalihkan waktu yang saat ini<br />
tersita karena mengurus minyak dan gas ke<br />
urusan keluarga.<br />
Ucapan Dahlan ini klop dengan pernyataan<br />
Karen di situs resmi Pertamina. Karen—seperti<br />
kebiasaannya—tidak menjelaskan langsung<br />
kepada para wartawan mengapa ia mundur,<br />
tapi hanya lewat situs resmi Pertamina. “Pengunduran<br />
diri saya ini karena pertimbangan<br />
alasan pribadi dan juga untuk proses regenerasi<br />
kepemimpinan di Pertamina,” katanya.<br />
Karen mulai memimpin Pertamina pada<br />
Februari 2009 dan masa jabatannya berlaku<br />
sampai 2014. Sejak awal tahun lalu, Karen<br />
sudah meminta mundur. “Perlu saya tegaskan<br />
bahwa proses pengunduran diri saya ini sudah<br />
berlangsung sejak awal 2013,” ujar Karen di situs<br />
Pertamina.<br />
Dahlan membenarkan soal Karen yang meminta<br />
mundur tahun lalu. Tapi saat itu Dahlan<br />
menolak. Alasannya “Pertamina sedang membangun<br />
(budaya perusahaan), yakni mempertahankan<br />
posisi direktur utama sampai selesai<br />
masa jabatan,” kata Dahlan. Pada masa-masa<br />
sebelum Karen, para bos Pertamina hanya<br />
memimpin 2 hingga 3 tahun.<br />
Masa jabatan pertama ini habis Maret lalu<br />
dan Karen menyatakan sudah mencoba tidak<br />
diperpanjang. “Saya sudah berusaha menolak<br />
dengan alasan yang sama, yaitu alasan pribadi<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
isnis<br />
Menteri BUMN Dahlan Iskan<br />
menyatakan Karen meminta<br />
mundur sejak 2013.<br />
Vitalis Yogi Trisna/ANTARA FOTO<br />
dan perlunya proses regenerasi,” tuturnya.<br />
Namun Dahlan kembali menolak dengan<br />
alasan yang sama dan meminta Karen menjalani<br />
masa jabatan periode kedua di Pertamina.<br />
Keinginan Karen mundur rupanya semakin<br />
kuat meskipun baru menjabat sekitar 5 bulan<br />
dari periode keduanya memimpin Pertamina.<br />
Surat dari Harvard itu menjadi salah satu<br />
alasan kuat Karen. “Karena itu, saya tidak bisa<br />
tahan lagi dan kebetulan akan terjadi pergantian<br />
pemerintahan,” ujar Dahlan. “Saya tawar jangan<br />
terlalu mendadak, dan akhirnya Bu Karen<br />
setuju berhenti tanggal 1 Oktober.”<br />
Meski Oktober masih beberapa bulan lagi,<br />
pengumuman bakal mundur itu mengejutkan<br />
banyak pihak. Mungkin karena mendadak,<br />
mungkin karena banyak yang mengincar posisi<br />
pemimpin Pertamina sehingga heran ada yang<br />
mundur, mungkin karena Karen baru setengah<br />
tahun menduduki masa jabatan kedua, atau<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
isnis<br />
Sudah miliaran rupiah<br />
uang keluar, siapa<br />
yang akan bertanggung<br />
jawab<br />
Said Didu<br />
dok. detik<br />
mungkin juga karena sekarang menjelang pergantian<br />
pemerintahan baru.<br />
Karen agaknya sadar kemungkinan alasan<br />
mundurnya bakal ditafsirkan macam-macam.<br />
Ia pun menyatakan, “Saya minta agar semua<br />
pihak tidak mengaitkan pengunduran diri saya<br />
di luar hal tersebut. Apalagi jika dikaitkan dengan<br />
hal-hal yang bersifat politis, apalagi sampai<br />
dipolitisasi.”<br />
Pengunduran Karen memang memancing<br />
banyak spekulasi, termasuk urusan politis.<br />
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said<br />
Didu, misalnya, menduga Karen mundur karena<br />
tekanan kebijakan pemerintah yang memicu<br />
risiko bisnis maupun risiko<br />
hukum kepada Pertamina.<br />
Ia menyebut dana yang<br />
dikucurkan Pertamina untuk<br />
memasang RFID—alat pemantau<br />
bahan bakar—di mobil dan<br />
infrastruktur di pompa bensin<br />
tidak ada eksekusi dari pemerintah.<br />
“Sudah miliaran rupiah<br />
uang keluar, siapa yang akan bertanggung<br />
jawab” tutur Said.<br />
Said, yang pernah menjadi tim evaluasi kinerja<br />
Karen, juga mengatakan pemerintah kurang<br />
mendukung Pertamina untuk mendapat ladang<br />
migas perusahaan asing yang masa kontraknya<br />
telah berakhir. Puncaknya adalah keinginan<br />
Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kilogram<br />
yang kerap tidak mendapat restu pemerintah.<br />
Menurut Said, Pertamina harus menanggung<br />
akumulasi kerugian hingga Rp 17 triliun<br />
akibat dari larangan menaikkan harga elpiji 12<br />
kilogram. Dia juga yakin pemerintah tidak akan<br />
merogoh kocek mengganti kerugian Pertamina<br />
tersebut.<br />
Spekulasi ini dibantah Menteri Koordinator<br />
Perekonomian Chairul Tanjung. Ia mengatakan<br />
usulan elpiji 12 kilogram naik harga sudah mendapat<br />
lampu hijau dari Presiden. Yang belum<br />
disepakati dengan pemerintah hanya besaran<br />
dan waktunya.<br />
“Besaran dan waktunya itu harus (melalui)<br />
rapat konsultasi antara Pertamina dan pemerintah<br />
secepat mungkin,” kata pria yang dikenal<br />
dengan sebutan CT ini. Pembahasan ini, menurut<br />
dia, akan berlangsung selama Karen masih<br />
menjabat direktur utama. ■ Hans HENRICus B.S. ARON<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
isnis<br />
Lahir:<br />
Bandung, 19 Oktober 1958 (55 tahun)<br />
Pendidikan:<br />
Teknik Fisika ITB (lulus 1983)<br />
Profil Ringkas<br />
Karen Agustiawan<br />
1983<br />
Bergabung<br />
dengan Mobil<br />
Oil, perusahaan<br />
minyak yang<br />
sekarang menjadi<br />
ExxonMobil, di<br />
bagian pengeboran<br />
seismik untuk<br />
eksplorasi minyak<br />
di Indonesia dan<br />
kemudian bagian<br />
komputasi eksplorasi<br />
di Dallas,<br />
Amerika Serikat.<br />
Karier<br />
1998<br />
Bergabung<br />
dengan<br />
Landmark,<br />
perusahaan<br />
yang bisnisnya<br />
“membaca” hasil<br />
pengeboran<br />
seismik. Landmark<br />
kemudian<br />
diakuisisi Halliburton.<br />
2002<br />
Menjadi<br />
manajer<br />
komersial<br />
untuk dan<br />
manajeman<br />
proyek di<br />
Halliburton<br />
(yang sudah<br />
mencaplok<br />
Landmark).<br />
2006<br />
Menjadi staf ahli<br />
bidang hulu untuk<br />
Direktur Utama<br />
Pertamina dan<br />
kemudian diangkat<br />
sebagai Direktur<br />
Hulu Pertamina.<br />
2009<br />
Diangkat sebagai<br />
Direktur Utama<br />
Pertamina.<br />
■ NUR KHoiri<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Warisan<br />
Cak Nur<br />
Ada banyak jejak yang ditinggalkan cendekiawan<br />
Nurcholish Madjid (Cak Nur), 1939-<br />
2005. Tapi secara garis besar isu-isu yang<br />
kerap disuarakan secara konsisten adalah<br />
seputar demokrasi, kesetaraan gender, dan pluralisme.<br />
Para murid dan keluarga Cak Nur membentuk<br />
Nurcholish Madjid Society pada Mei 2008. Tujuannya<br />
untuk merawat, mengkaji, mengembangkan, bahkan<br />
mengkritik ide dan pemikiran Cak Nur bagi terwujudnya<br />
Indonesia sebagai negara bangsa modern.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Merawat Warisan<br />
natsir<br />
muda<br />
Ide dan pemikiran cendekiawan Nurcholish<br />
Madjid terus dirawat dan dikembangkan<br />
dengan memanfaatkan teknologi digital dan<br />
media sosial.<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
selingan<br />
Twitter @fileCaknur<br />
agama tak<br />
boleh dipaksakan. Hak yang<br />
amat asasi ini menjadi hak<br />
“Kebenaran<br />
yang tak boleh diingkari,”<br />
begitu cuit yang terlontar dari akun Twitter @fileCaknur.<br />
Ya, kalimat bijak tersebut merupakan<br />
pemikiran Nurcholish Madjid. Meski berpulang<br />
pada 29 Agustus 2005, ide-ide dan pikiran-pikirannya<br />
masih berserak dan bisa ditemui di banyak<br />
buku dan forum-forum diskusi. Ketika media<br />
sosial kian meruyak digunakan masyarakat,<br />
sejumlah murid Cak Nur berinisiatif merawat<br />
dan mensosialisasikan ide-ide sang cendekiawan<br />
untuk membangun Indonesia yang damai,<br />
majemuk, dan toleran lewat Twitter.<br />
“Sejak diluncurkan setahun lalu, lebih dari<br />
7.000 kicauan yang kami sampaikan. Akun<br />
itu sekarang sudah diikuti 114 ribu follower.<br />
Sebelumnya, kami punya Facebook, tapi sudah<br />
ditutup,” kata Budhy Munawar Rachman, salah<br />
seorang murid Cak Nur yang kini berkiprah di<br />
The Asian Foundation untuk menangani Program<br />
Islam and Civil Society. Akun itu dikelola<br />
Budhy bersama Elza Peldi Taher, seorang penu-<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
selingan<br />
Tap Untuk<br />
Melihat Video<br />
lis yang menyebut dirinya Caknurian.<br />
Selain itu, Budhy dan teman-temannya merintis<br />
perpustakaan digital yang dimulai dengan<br />
menaruh empat jilid Ensiklopedia Nurcholish<br />
Madjid, yang disusunnya selama empat tahun.<br />
Hal itu guna menyiasati mahalnya biaya cetak<br />
yang berbuntut pada tingginya harga jual buku.<br />
“Perpustakaan digital bisa diakses secara gratis,”<br />
ujarnya.<br />
Pekerjaan lain yang tengah dalam proses adalah<br />
mengkompilasi karya inti dari Cak Nur atau<br />
The Essential of Nurcholish Madjid. Naskah yang<br />
terkumpul sudah mencapai 6.000 halaman.<br />
“Ini juga harus dibuat digital agar tidak terlalu<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
selingan<br />
Budhy Munawar Rachman<br />
dok. pribadi<br />
mahal,” Budi menambahkan.<br />
●●●<br />
Terlahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur,<br />
pada 17 Maret 1939 atau 26 Muharam 1358,<br />
Nurcholish Madjid semula bernama Abdul<br />
Malik. Ketika beranjak remaja, sesuai tradisi di<br />
lingkungan keluarga besarnya, ia mengganti<br />
nama menjadi Nurcholish Madjid dan populer<br />
dengan sapaan Cak Nur. Di masa kecil, selain<br />
menempuh pendidikan di sekolah rakyat di<br />
Mojoanyar dan Bareng pada pagi hari, sore<br />
harinya ia bersekolah agama di madrasah<br />
ibtidaiah. Dari situ ia melanjutkan ke Pesantren<br />
Darul ‘Ulum di Rejoso, Jombang, lalu ke<br />
Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyyah, Pesantren<br />
Darus Salam di Gontor, Ponorogo.<br />
“Cak Nur remaja sering diolok-olok sebagai<br />
Masyumi nyasar karena bersekolah di pesantren<br />
berlatar Nahdlatul Ulama,” kata Muhammad<br />
Wahyuni Nafis, penulis buku Cak Nur Sang<br />
Guru Bangsa.<br />
Hal itu tak lepas dari kondisi politik di Tanah<br />
Air pascakemerdekaan. Ketika terjadi friksi antara<br />
NU dan Masyumi, menurut Wahyuni, ayah<br />
Cak Nur memilih bertahan di Masyumi.<br />
Karena kecerdasannya, Cak Nur muda semula<br />
akan diberi beasiswa untuk kuliah di Mesir.<br />
Tapi, entah kenapa, dia akhirnya melanjutkan<br />
ke IAIN Syarif Hidayatullah di Ciputat, Jakarta<br />
(Sastra Arab), 1968. Dari Ciputat, Cak Nur meraih<br />
beasiswa ke Universitas Chicago, Illinois,<br />
Amerika Serikat, dan meraih gelar doktor pada<br />
1984.<br />
Sejak remaja, Cak Nur biasa menuangkan<br />
pendapat dan pemikirannya, baik secara lisan<br />
maupun tulisan, di media massa. Hal itu<br />
dilengkapi oleh kefasihannya dalam mengaji<br />
dan berbahasa Arab. Tak mengherankan bila<br />
ia berhasil memimpin Himpunan Mahasiswa<br />
Islam hingga dua periode, 1966-1969 dan 1969-<br />
1971. Kejernihan pendapat dan pemikiran Cak<br />
Nur membuat sebagian temannya menjuluki<br />
“Natsir muda”.<br />
Apalagi, dia juga sudah berhasil saat masih<br />
menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam.<br />
Menurut Omi Komariah, istri Cak Nur, Menteri<br />
Pendidikan Arab Saudi amat terpikat oleh gaya<br />
pidato dan materi yang disampaikan Cak Nur<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
selingan<br />
Cak Nur remaja sering<br />
diolok-olok sebagai Masyumi<br />
nyasar karena bersekolah di<br />
pesantren berlatar Nahdlatul<br />
Ulama.<br />
Muhammad Wahyuni Nafis<br />
grandyos zafna/detikcom<br />
dalam sebuah acara. Seusai Cak Nur berpidato,<br />
sang menteri menghampiri dan menawarinya<br />
menunaikan ibadah haji. “Bukan cuma sendirian,<br />
Cak Nur juga boleh mengajak sepuluh<br />
temannya untuk berhaji,” ujar Omi.<br />
●●●<br />
Pemikiran Cak Nur yang paling menggegerkan<br />
khalayak, terutama para aktivis gerakan<br />
Islam, menurut Utomo Dananjaya dalam<br />
sebuah kesempatan, adalah saat melontarkan<br />
pernyataan “Islam yes, partai Islam no”. Kala<br />
itu, dia menganggap partai-partai Islam sudah<br />
menjadi “Tuhan” baru bagi orang-orang Islam.<br />
Partai atau organisasi Islam<br />
dianggap sakral dan<br />
orang Islam yang tak memilih<br />
partai Islam dalam<br />
pemilu dituding melakukan<br />
dosa besar. Bahkan,<br />
bagi kalangan NU, haram<br />
memilih Partai Masyumi.<br />
Padahal orang Islam tersebar di mana-mana,<br />
termasuk di partai milik penguasa Orde Baru,<br />
Golkar.<br />
“Waktu itu sedang tumbuh obsesi persatuan<br />
Islam. Kalau tidak bersatu, Islam menjadi lemah.<br />
Cak Nur menawarkan tradisi baru bahwa<br />
dalam semangat demokrasi tidak harus bersatu<br />
dalam organisasi karena keyakinan, tetapi dalam<br />
konteks yang lebih luas, yaitu kebangsaan,”<br />
kata Utomo.<br />
Cak Nur berusaha menghapus kesan bahwa<br />
dia menolak politik dan partai politik dengan<br />
ikut terjun dalam kampanye Pemilu 1977. Kala<br />
itu, menurut Dawam Rahardjo dalam papernya,<br />
Gerakan Islam Kultural Paramadina: Fundamentalisme<br />
Agama dan Masa Depan Keislaman dan<br />
Keindonesiaan, Cak Nur mendukung PPP dengan<br />
tema “memompa ban gembos”.<br />
Pada Pemilu 1971, ketika banyak aktivis dari<br />
kalangan Islam ramai-ramai mendukung dan<br />
masuk Golkar, termasuk Adnan Buyung Nasution,<br />
Cak Nur menolak ikut arus. Ia melihat<br />
pentingnya prinsip keseimbangan, karena Golkar<br />
telah didukung oleh tentara, birokrasi, dan<br />
uang yang berlimpah. Kenyataan sebaliknya<br />
dihadapi PPP dan PDI. “Dari situlah Cak Nur<br />
merintis pentingnya oposisi yang loyal,” kata<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
selingan<br />
Pelatihan dai muda di<br />
Nurcholish Madjid Society<br />
nurcholishmadjid.net<br />
Wahyuni.<br />
Dalam oposisi loyal, ia melanjutkan, partai<br />
tak sekadar menolak atau merecoki pemerintah.<br />
Tapi, bila ada kebijakan yang memang<br />
prorakyat, dia juga wajib turut mendukungnya.<br />
“Semangat oposisi ini yang hingga sekarang<br />
belum terwujud dengan benar,” ujarnya.<br />
Saat kuliah di Universitas Chicago, Cak Nur<br />
pernah terlibat perdebatan segitiga dengan<br />
Amien Rais dan Mohamad Roem. Pemicunya<br />
adalah tulisan Amien di majalah Panji Masyarakat,<br />
“Tidak Ada Negara Islam”. Cak Nur<br />
menyatakan tidak ada ajaran Islam yang secara<br />
qoth’i (jelas) menganjurkan untuk membentuk<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
selingan<br />
negara Islam. Perdebatan via surat itu lalu dibukukan<br />
oleh penerbit Djambatan pada 1997<br />
dengan judul Tidak Ada Negara Islam.<br />
●●●<br />
Nurcholish Madjid juga dikenal dengan konsep<br />
integrasi segitiga keislaman, kemodernan,<br />
Kita harus memandang Cak Nur secara kreatif.<br />
Jadi pikiran Cak Nur itu bukan kata benda, tapi<br />
kata kerja. Jadi bukan sesuatu yang sudah<br />
selesai kemudian kita tinggal pakai. Kita harus<br />
mengolahnya kembali.<br />
dan keindonesiaan sebagai hasil dari proses liberalisasi<br />
dan sekularisasi yang dikembangkannya.<br />
Hal itu kemudian disebarkan melalui berbagai<br />
lembaga atau institusi yang didirikannya dan<br />
institusi yang dia aktif di dalamnya. Mulai Paramadina<br />
dan universitasnya; pendirian Sekolah<br />
Madania di Parung, Bogor; Sekolah Sevilla di<br />
Pulomas, Jakarta Timur; sampai Perkumpulan<br />
Membangun Kembali Indonesia (PMKI) pada<br />
2003.<br />
Universitas Paramadina, yang didirikan pada<br />
1986, menurut Dawam, sebenarnya dimaksudkan<br />
sebagai lembaga yang mengemban misi<br />
pembaruan Islam Cak Nur. Namun, karena<br />
persoalan eksistensi, Universitas Paramadina,<br />
sebagaimana universitas-universitas lainnya,<br />
baik swasta maupun negeri, telah mengalami<br />
kontaminasi pasar.<br />
Beberapa murid Cak Nur, termasuk istrinya,<br />
Omi Komariah, lalu keluar dan membentuk<br />
Nurcholish Madjid Society (NCMS) pada<br />
28 Mei 2008. Hal itu, menurut Budhy, tidak<br />
dimaksudkan untuk mengkultuskan Cak Nur.<br />
Sebab, sebuah pemikiran dan pribadi tidak<br />
boleh dikultuskan. Lewat komunitas ini mereka<br />
mencoba memperbarui, mengembangkan,<br />
mengkontekstualisasikan kembali apa yang<br />
dulu pernah Cak Nur pikirkan atau lakukan, tapi<br />
mungkin sekarang kondisinya sudah berbeda.<br />
Atau masalah yang dulu belum dipikirkan, sekarang<br />
harus dipikirkan.<br />
“Kita harus memandang Cak Nur secara krea-<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
selingan<br />
grandyos zafna/detikcom<br />
tif. Jadi pikiran Cak Nur itu bukan kata benda,<br />
tapi kata kerja. Jadi bukan sesuatu yang sudah<br />
selesai kemudian kita tinggal pakai. Kita harus<br />
mengolahnya kembali,” tutur Budhy.<br />
Karena itu, aktivitas NCMS tak lepas dari<br />
kajian keagamaan dan isu-isu aktual. Acara<br />
biasa digelar setiap dua bulan sekali dengan<br />
mendatangkan para pembicara yang kredibel<br />
di bidang masing-masing. Materi yang dibicarakan<br />
juga didokumentasikan dalam bentuk<br />
jurnal enam bulanan. “Kami juga sudah tiga<br />
kali memberikan pelatihan bagi dai-dai muda<br />
yang berasal dari berbagai universitas,” ujar<br />
Wahyuni. ■ IsfarI HIkmat | SUDRAJAT<br />
Majalah<br />
Majalah<br />
detik<br />
detik<br />
25<br />
25 -<br />
31<br />
31<br />
AGUSTUS<br />
AGUSTUS<br />
2014<br />
2014
selingan<br />
Sang<br />
Begawan<br />
Menolak<br />
‘Gizi’<br />
untuk membangun kembali<br />
negeri yang terpuruk,<br />
dibutuhkan platform bersama,<br />
platform nasional.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Cak Nur bersama anggota<br />
keluarga.<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
Selain buku, replika lokomotif kereta<br />
api dari berbagai negara merupakan<br />
koleksi yang dimiliki cendekiawan<br />
Nurcholish Madjid (almarhum).<br />
Puluhan replika lokomotif itu dibingkai rapi<br />
dalam kaca yang ditempel pada salah satu<br />
dinding menuju perpustakaan pribadi di lantai<br />
dua kediamannya, Tanah Kusir, Jakarta Selatan.<br />
“Semuanya dibeli kalau ke luar negeri, Amerika<br />
maupun Eropa. Biasanya pilih yang didiskon.<br />
Bapak sewaktu kecil pernah bercita-cita menjadi<br />
masinis,” kata Omi Komariah, 65 tahun,<br />
saat ditemui majalah detik pada Kamis pagi,<br />
21 Agustus lalu. Hal itu bisa dimaklumi karena<br />
tempat tinggal Cak Nur—sapaan akrab Nurcholish<br />
Madjid—di Jombang, Jawa Timur, dekat<br />
dengan jalur lintasan kereta api. “Sewaktu masih<br />
pacaran, saya pernah diajak ke sebuah stasiun<br />
dan Bapak asyik menjelaskan sejarah rangkaian<br />
rel yang terpasang di sana. Saya manthuk-manthuk<br />
saja, he-he-he…,” ujar Omi.<br />
Berpuluh tahun kemudian, Cak Nur menyatakan<br />
kesediaan menjadi kandidat masinis<br />
dalam bentuk lain. Ya, lelaki kelahiran Jombang,<br />
17 Maret 1939, itu bersedia dicalonkan menjadi<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Erry Riyana Hardjapamekas<br />
dok. detikcom<br />
presiden pada pemilu presiden<br />
2004. Banyak pihak menyambut<br />
gembira perubahan sikap tersebut.<br />
Maklum, sebelumnya, pada<br />
1999, dia menolak saat digadanggadang<br />
sekelompok orang menjadi<br />
calon presiden. Selain menyadari<br />
dirinya bukan orang partai,<br />
Cak Nur ingin menghormati dan<br />
menjaga soliditas umat Islam<br />
atas majunya KH Abdurrahman<br />
Wahid sebagai calon dari Partai<br />
Kebangkitan Bangsa. “Saya menjadi<br />
makmum saja. Masak harus<br />
ada dua imam,” katanya kepada<br />
pers kala itu.<br />
Dalam situasi negeri yang<br />
berada dalam pancaroba, sosok<br />
pemimpin idaman tak cuma harus cerdas dan<br />
pandai, tapi juga punya integritas dan karakternya<br />
mumpuni. Semua syarat itu melekat kuat<br />
pada sosok Cak Nur. Sang Begawan, begitu<br />
sebagian orang menjulukinya.<br />
“Yang mendorong Cak Nur untuk tampil itu<br />
banyak sekali, bukan cuma teman-teman di Paramadina,<br />
tapi juga kaum cerdik-pandai lainnya<br />
dan para pengusaha,” kata Budhy Munawar<br />
Rachman, penulis empat jilid buku Ensiklopedia<br />
Nurcholish Madjid.<br />
Erry Riyana Hardjapamekas, Utomo Danandjaya,<br />
Soegeng Sarjadi, dan Sudirman Said<br />
adalah empat dari banyak nama yang menyokong<br />
Cak Nur. Bersama beberapa anak<br />
muda yang kreatif dan punya idealisme serupa,<br />
dia membentuk Perkumpulan Membangun<br />
Kembali Indonesia (PMKI). Kesediaan Cak Nur<br />
dicalonkan, menurut Erry, sebetulnya lebih<br />
karena keprihatinan terhadap kondisi bangsa<br />
yang tak kunjung keluar dari krisis setelah lima<br />
tahun Reformasi berjalan.<br />
Sebelum melirik Partai Golkar, yang tengah<br />
menggelar konvensi calon presiden, Erry melanjutkan,<br />
Cak Nur dan timnya berniat menjadikan<br />
PKS sebagai kendaraan. Hingga menjelang<br />
pemilu presiden 2004, partai itu masih menunjukkan<br />
harapan sebagai partai Islam yang baik.<br />
Cak Nur pun telanjur mempromosikan PKS bisa<br />
menjadi partai Islam yang modern, terbuka,<br />
rahmatan lil ‘alamin. “Di situ sebenarnya Cak<br />
Nur mempunyai pikiran untuk mereformasi<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Cak Nur (kedua dari kiri)<br />
bersama Presiden Sukarno di<br />
Istana Merdeka, Jakarta, 1966.<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
PKS sebagai partai Islam modern,” kata Budhy,<br />
yang kini aktif di The Asian Foundation untuk<br />
menangani Program Islam and Civil Society.<br />
Namun, ketika disadari PKS tidak memberikan<br />
ruang kepadanya untuk menjadi presiden,<br />
terutama para pengurus di daerah, yang masih<br />
banyak menolak ide-idenya soal Indonesia yang<br />
modern, Cak Nur tak hendak memaksakan diri.<br />
“Bagi saya, beruntung sekali Cak Nur tak jadi<br />
masuk karena, kalau melihat kondisinya, sekarang<br />
saya tak bisa menyebut partai itu seperti<br />
yang pernah dikatakan Cak Nur sebelumnya,”<br />
kata Budhy.<br />
Kesiapan Cak Nur itu dibarengi dengan<br />
platform yang ia tawarkan, yakni “Membangun<br />
Kembali Indonesia”. Dalam platform tersebut<br />
terlihat jelas keinginan Cak Nur membangun<br />
pranata kehidupan bernegara yang karut-marut<br />
dalam lima tahun terakhir saat itu. Mulai penataan<br />
kembali pengelolaan negara, penegakan<br />
hukum, reformasi ekonomi, posisi TNI-Polri,<br />
kehidupan masyarakat sipil, pendidikan, keadilan<br />
sosial, hingga persoalan perdamaian dunia.<br />
Cak Nur sadar betul, untuk membangun kembali<br />
negeri yang terpuruk, dibutuhkan platform<br />
bersama, platform nasional. Penyampaian platform<br />
secara terbuka itu otomatis memberikan<br />
pemahaman sejak awal kepada semua partai<br />
politik dan masyarakat bahwa itulah program<br />
yang akan dilaksanakan kelak sebagai presiden.<br />
Platform itulah yang harus diterima oleh parpol<br />
yang ingin mengusung dirinya sebagai capres.<br />
Sayang, tak banyak yang merespons deng-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Cak Nur bersama Omi<br />
Komariah di Rumah Sakit<br />
Pondok Indah, Jakarta.<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
an baik platform yang dia tawarkan. Bahkan<br />
para pengurus Partai Golkar di banyak daerah<br />
sepertinya tak terlalu peduli terhadap gagasan<br />
yang ditawarkan. Mereka lebih tertarik menghitung<br />
berapa nilai gizi (uang) yang bisa diberikan<br />
Cak Nur. Akhirnya, Cak Nur memutuskan tidak<br />
melanjutkan niatnya mengikuti konvensi calon<br />
presiden yang digelar Golkar.<br />
“Sebetulnya Cak Nur tak mau memberi gizi<br />
bukan karena tidak ada. Sebab, ada beberapa<br />
pihak yang siap menyokong hingga ratusan miliar<br />
rupiah bila serius menjadi capres. Tapi, kalau<br />
itu dilakukan, apa bedanya Cak Nur dengan<br />
para politikus kebanyakan” kata Wahyuni Nafis,<br />
penulis biografi Cak Nur Sang Guru Bangsa.<br />
Menjadi presiden atau calon presiden,<br />
Wahyuni melanjutkan, sebetulnya bukan<br />
tujuan utama Cak Nur. Karena itu, bila ada<br />
pihak lain yang setuju dan bersedia mengakomodasi<br />
platform tersebut, dia mempersilakan.<br />
Karena itu, Cak Nur senang ketika<br />
Susilo Bambang Yudhoyono, yang akhirnya<br />
memenangi pilpres, meminta izin menggunakan<br />
10 platform itu untuk dijadikan program<br />
kerjanya bila terpilih menjadi presiden.<br />
“Platform Cak Nur akan menjadi bagian<br />
integral dari apa yang akan saya tuangkan<br />
nanti,” kata SBY saat menemui Cak Nur di<br />
kantor Perkumpulan Membangun Kembali<br />
Indonesia, Jakarta, 6 Mei 2004.<br />
Cak Nur pun tak berkeberatan. “Saya tidak<br />
ingin menjadi sesuatu. Asalkan platform saya<br />
dilaksanakan, itu sudah cukup. Saya sudah<br />
bilang, siapa pun yang mau, ya silakan ambil,”<br />
ujarnya santai. ■ Isfari Hikmat | Sudrajat<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Biar Nombok,<br />
Tetap Belanja Buku<br />
Pernah bercita-cita menjadi masinis dan ingin punya sawah.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Nilai koleksi<br />
buku Cak Nur<br />
dibandingkan<br />
dengan rumah<br />
ini kayaknya<br />
lebih mahal<br />
buku.<br />
Secarik undangan dari sebuah<br />
lembaga di negara tetangga masuk<br />
Sekretariat Yayasan Paramadina, kawasan<br />
Pondok Indah, Jakarta Selatan.<br />
Isinya, selain meminta kesediaan Dr Nurcholish<br />
Madjid (Cak Nur) menjadi pembicara, si pengundang<br />
menyatakan siap menanggung biaya<br />
transportasi dan akomodasi. Juga menjanjikan<br />
honor yang, menurut Rahmat Hidayat, kurang<br />
memadai untuk tokoh sekaliber Cak Nur.<br />
Karena itu, saat menyerahkan undangan itu<br />
bersama tumpukan surat lain ke kediaman Cak<br />
Nur di kawasan Tanah Kusir, Jakarta Selatan,<br />
Rahmat, yang menjadi asisten Cak Nur sejak<br />
1995, menduga undangan tersebut tak akan direspons<br />
dengan baik. Tapi dia keliru. “Saya kan<br />
tidak mencari honor, Mat. Tapi acara ini cukup<br />
penting dan pesertanya cukup beragam,” kata<br />
Rahmat menirukan ucapan Cak Nur.<br />
Omi Komariah, istri Cak Nur, pun menyatakan<br />
suaminya tak pernah membicarakan soal<br />
honor sebagai pembicara diskusi atau seminar.<br />
Kesediaan memenuhi undangan biasanya lebih<br />
karena substansi tema dan materi yang akan<br />
disampaikan serta calon peserta. “Kalau dapat<br />
undangan ke luar negeri itu malah seringnya<br />
nombok,” ujar Omi diiringi senyum simpul. “Semua<br />
disyukuri saja. Yang penting, materi yang<br />
disampaikan bisa tersebarkan dengan baik,”<br />
tuturnya.<br />
Suatu kali, seorang teman Cak Nur yang diminta<br />
menggantikannya sebagai pembicara di<br />
sebuah perusahaan badan usaha milik negara<br />
mengucapkan terima kasih karena mengaku<br />
menerima honor lumayan besar. Tapi, pada<br />
kesempatan yang lain, teman yang sama menyatakan<br />
kurang senang karena ternyata si<br />
pengundang tak memberinya honor.<br />
Meski kerap nombok, setiap kali bertandang<br />
ke luar negeri, Cak Nur selalu menyempatkan<br />
diri berbelanja buku sebagai oleh-oleh. Di lantai<br />
dua, yang merupakan ruang kerja sekaligus<br />
perpustakaan pribadi Cak Nur, ada lima rak<br />
besar yang dipadati deretan aneka buku. Semuanya<br />
dilengkapi dengan kode-kode katalog<br />
untuk memudahkan pencarian. Tema bukunya<br />
amat beragam. Selain buku-buku eksakta<br />
dan komputer, ada buku-buku mengenai ilmu<br />
kemanusiaan, agama, budaya, peradaban, dan<br />
beberapa novel, di antaranya The Da Vinci Code<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
karya Dan Brown.<br />
Menurut Omi, Cak Nur pernah<br />
menghabiskan ribuan dolar AS untuk<br />
membeli buku di Belanda. “Bapak pernah<br />
beli buku tipis yang harganya US$<br />
100. Nilai koleksi buku dibandingkan<br />
dengan rumah ini kayaknya lebih<br />
mahal buku,” ujar Omi diiringi tawa.<br />
Sayang, ketika Cak Nur sakit seusai<br />
pemilu presiden 2004, seorang<br />
teman datang dengan<br />
membawa truk untuk<br />
meminjam buku-buku<br />
koleksi Cak Nur. Alasannya,<br />
membantunya<br />
untuk membuatkan<br />
katalog. Tapi, setelah<br />
setahun, pengerjaan<br />
katalogisasi tak pernah<br />
tuntas. “Bapak<br />
Rahmat Hidayat<br />
sudrajat / detikcom<br />
marah betul dan minta supaya (buku) cepat<br />
dikembalikan. Eh, yang dibawa lagi cuma satu<br />
mobil kecil,” ujar Omi. “Sekarang mungkin tinggal<br />
4.000-an yang tersisa,” tuturnya.<br />
Ke depan, buku-buku itu rencananya akan dihibahkan<br />
ke pihak lain yang mampu merawatnya<br />
agar bisa dimanfaatkan masyarakat luas.<br />
Terkait buku, Rahmat punya cerita lain. Pada<br />
Ramadan 2003, Cak Nur sengaja memperpanjang<br />
masa tinggalnya di Mekah seusai umrah<br />
hanya untuk menulis buku. Judulnya Indonesia<br />
Kita.<br />
Di luar soal honor dan buku, Rahmat<br />
menilai Cak Nur sebagai pribadi yang akrab<br />
dengan barang-barang elektronik dan segala<br />
perkakas yang ada di rumah. Alumnus Fakultas<br />
Syariah Institut Agama Islam Negeri<br />
Syarif Hidayatullah, Jakarta (1989-1994), itu<br />
mencontohkan, pada akhir 1995 Cak Nur<br />
sudah memiliki dan menggunakan alat perekam<br />
digital. Alat itu senantiasa dimanfaatkan<br />
untuk merekam setiap ceramah ataupun<br />
wawancara dengan wartawan. Selain untuk<br />
kepentingan dokumentasi, perekam digital<br />
itu berfungsi melakukan cek ulang bila ada<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Cak Nur saat umrah bersama<br />
Rahmat tahun 2000.<br />
dok pribadi<br />
pemberitaan yang tidak akurat.<br />
“Seorang wartawan sebuah koran nasional<br />
pernah kena semprot karena tidak akurat mengutip<br />
pernyataan Cak Nur,” ujar Rahmat.<br />
Soal akurasi amat diperhatikan karena hal itu<br />
menjadi salah satu indikasi kredibel-tidaknya<br />
sebuah media. Soal akurasi ini pulalah yang<br />
biasa menjadi salah satu cara Cak Nur menyeleksi<br />
surat-surat undangan untuk menjadi pembicara<br />
dalam seminar, forum diskusi, ataupun<br />
kepentingan lain. “Kalau menulis nama Cak<br />
Nur sudah tidak tepat, ada kalanya langsung<br />
tersingkir,” ujarnya.<br />
Selama 10 tahun mendampingi Cak Nur,<br />
pria kelahiran Bogor, Jawa Barat, pada 1969 itu<br />
mengaku selalu mendapatkan perlakuan yang<br />
sederajat. Bila bepergian ke luar kota, kata<br />
Rahmat, Cak Nur lebih suka menenteng atau<br />
mendorong kopernya sendiri. Pernah dalam<br />
suatu perjalanan dari Jakarta ke Surabaya, saat<br />
dalam pesawat, Cak Nur-lah yang membantu<br />
memasukkan tasnya ke bagasi. “Tubuh saya<br />
kan lebih pendek, jadi Cak Nur tanpa diminta<br />
langsung membantu saya. Dia tidak birokratis<br />
dan egaliter,” ujar Rahmat. n SUDRAJAT<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Dilamar<br />
Cak Nur<br />
dari Mekah<br />
Kecuali menyetrika, Cak Nur biasa<br />
membantu pekerjaan di rumah.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Omi Komariah<br />
Grandyos Zafna/detikcom<br />
“Di balik kesuksesan seorang<br />
pria, pasti ada wanita hebat<br />
di belakangnya.” Ungkapan<br />
itu terasa pas untuk menggambarkan<br />
pasangan Nurcholish Madjid (Cak<br />
Nur) dan Omi Komariah. Cak Nur bisa menjadi<br />
cendekiawan terkemuka dan khusyuk berjuang<br />
menebarkan ide-ide serta pemikirannya berkat<br />
sokongan penuh Omi. Sebagai istri, Omi praktis<br />
mengerjakan semua tugas rutin rumah tangga,<br />
termasuk mendidik kedua putri-putranya.<br />
“Ada uang atau tidak, urusan dapur menjadi<br />
tanggung jawab saya. Pokoknya Bapak tahu<br />
beres. Saya tak mau menambahi beban dia<br />
dengan hal-hal seperti itu,” kata Omi, 65 tahun,<br />
mengenang kehidupannya bersama Cak Nur<br />
selama hampir 36 tahun.<br />
Meski begitu, ia melanjutkan, Cak Nur bukan<br />
tipe suami yang serba harus dilayani. Kalau<br />
sekadar sarapan, dia biasa menyeduh teh dan<br />
menggoreng telur sendiri. Begitupun kalau ada<br />
perkakas rumah tangga yang rusak, seperti<br />
mengganti lampu yang mati atau membersihkan<br />
kompor, Cak Nur pasti dengan sigap turun<br />
tangan. “Bapak itu yang enggak bisa cuma nyetrika<br />
pakaian,” ujar Omi tersenyum simpul.<br />
Pasangan ini berjodoh berkat campur tangan<br />
guru Cak Nur di Pondok Pesantren Darus Salam,<br />
Gontor, Jawa Timur. Maklum, meskipun<br />
sudah dikenal sebagai aktivis cemerlang yang<br />
memimpin Himpunan Mahasiswa Islam, Cak<br />
Nur mempercayakan sepenuhnya kepada sang<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Omi dan Cak Nur di Chicago.<br />
dok. pribadi<br />
kiai di Gontor untuk memilihkan calon istri.<br />
Oleh sang kiai, Cak Nur dijodohkan dengan<br />
putri kedua Mohamad Kasim, pengusaha asal<br />
Madiun, yang menjadi donatur tetap Pondok<br />
Pesantren Gontor.<br />
“Sewaktu masih kelas II SMA, tiba-tiba Bapak<br />
minta foto saya. Feeling saya, mesti ada apa-apa<br />
nih, mau dijodohkan. Ya sudah, saya kasih pasfoto<br />
saja biar si lelaki enggak jadi naksir,” ujar<br />
Omi mengenang diiringi tawa.<br />
Siasat itu keliru. Tak lama berselang, si pemuda<br />
bertandang. Omi pun diminta menyuguhkan<br />
air minum dan makanan kecil. Karena ada<br />
pembantu, Omi menolak. Namun sang ibu, Siti<br />
Sutirah, membujuk agar dia melakukan tugas<br />
itu. Sepintas Omi cuma melirik si pemuda<br />
berpenampilan amat sederhana. Tapi, dalam<br />
obrolan dengan sang ayah, ada kesan lelaki itu<br />
adalah aktivis perjuangan.<br />
Hingga suatu hari Omi menerima surat dari<br />
Cak Nur, yang intinya menanyakan kesediaannya<br />
menjadi istri. Surat itu ditulis di sela-sela<br />
menunaikan ibadah haji yang dibiayai Kementerian<br />
Pendidikan Saudi. “Jadi Bapak sudah<br />
berhaji saat bujangan. Dia melamar lewat surat<br />
yang ditulisnya setelah berdoa di depan Ka’bah<br />
di Mekah,” tutur Omi.<br />
Mereka akhirnya menikah pada 30 Agustus<br />
1969, ketika Omi masih kuliah tingkat II di Fakultas<br />
Kedokteran Universitas Islam Indonesia,<br />
Yogyakarta. Baru setelah Omi hamil lima bulan,<br />
Cak Nur memboyongnya ke Jakarta. Mereka<br />
tinggal di rumah yang dipinjamkan Hartono,<br />
pengusaha kapal, di daerah Tebet.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
selingan<br />
Cepat atau<br />
lambat, semua<br />
orang akan<br />
dipanggil<br />
Tuhan.<br />
Sekarang<br />
Papa dulu<br />
yang dipanggil<br />
Allah.<br />
Hingga dikaruniai dua anak, Nadya dan<br />
Mikail, kehidupan rumah tangga Cak Nur dan<br />
Omi tertatih-tatih. Maklum, sebagai aktivis, Cak<br />
Nur tak punya penghasilan tetap. Toh, Omi tak<br />
pernah mengeluh. Begitupun selama mendampingi<br />
Cak Nur menempuh pendidikan doktoral<br />
di Universitas Chicago, Amerika Serikat, pada<br />
1978-1984, dia harus bekerja serabutan sebagai<br />
pengasuh bayi hingga petugas cleaning servis.<br />
Ia patuh pada pesan sang ayah, agar tak mengganggu<br />
suami dengan urusan materi.<br />
“Kamu akan menjadi istri seorang aktivis,<br />
pejuang. Jangan terlalu menuntut banyak materi.<br />
Kalau ada apa-apa, ke saya saja,” tutur Omi<br />
menirukan nasihat Mohamad Kasim.<br />
Sepulang dari Amerika, Omi lebih banyak<br />
menghabiskan waktu menemani Cak Nur ke<br />
mana pun. Berceramah di kelompok-kelompok<br />
pengajian, menjadi pembicara dalam seminar<br />
level nasional, hingga konferensi internasional<br />
di banyak negara Asia, Eropa, dan Amerika.<br />
Semua dilakukan atas permintaan sang suami,<br />
meski semula Omi merasa risi, takut dikira<br />
sebagai istri pencemburu.<br />
“Itu Bapak yang selalu minta karena butuh<br />
tempat curhat, yang hanya bisa diceritakan kepada<br />
saya. Saat di mobil sebelum tiba di tempat<br />
acara, dia suka tanya sebaiknya menyampaikan<br />
cerita apa kepada audiens,” katanya.<br />
Omi pun nyaris tak pernah beranjak dari sisi<br />
Cak Nur saat menjalani perawatan di Cina dan<br />
Singapura, hingga mengembuskan napas terakhir<br />
di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta,<br />
pada 29 Agustus 2005. Omi sempat membacakan<br />
surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas seperti<br />
diminta Cak Nur sesaat sebelum mengembuskan<br />
napas terakhirnya.<br />
“Cepat atau lambat, semua orang akan<br />
dipanggil Tuhan. Sekarang Papa dulu yang dipanggil<br />
Allah, nanti Mama dan anak-anak pasti<br />
menyusul,” bisik Omi kala itu. Kini, sembilan<br />
tahun sudah jasad Cak Nur bersemayam di Taman<br />
Makam Pahlawan Kalibata. Dan Omi bersama<br />
para murid Cak Nur bertekad merawat<br />
warisan sang Guru Bangsa dan melanjutkan<br />
cita-citanya. Amin.... ■ Sudrajat<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
sains<br />
2345678910<br />
2345678910<br />
Perempuan<br />
Satu-satunya<br />
“Dia pantas mendapatkan Medali Fields....<br />
Pekerjaannya luar biasa.”<br />
34567891011<br />
2345678910<br />
2345678910<br />
2345678910<br />
34567891011<br />
2345678910<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
sains<br />
Itulah pertama<br />
kalinya aku<br />
menjumpai solusi<br />
yang sangat cantik.<br />
Dua pekan lalu, Presiden Iran Hassan<br />
Rouhani bercuit di Twitter. “Congrats<br />
to #MaryamMirzakhani on becoming<br />
the first ever woman to win the #Fields<br />
Medal, making us Iranians very proud,” Presiden<br />
Rouhani menulis.<br />
Di tweet-nya, Presiden Rouhani juga menyertakan<br />
dua foto Maryam. Satu foto Maryam<br />
mengenakan hijab, satu lagi tanpa kerudung.<br />
Ucapan selamat Presiden Rouhani di Twitter itu<br />
segera memancing rupa-rupa komentar. Mereka<br />
tak membicarakan teori-teori matematika<br />
Maryam, melainkan dua foto yang diunggah<br />
Presiden Rouhani.<br />
Di Iran, perempuan tanpa hijab merupakan barang<br />
langka. Bahkan memajang foto sendiri tanpa<br />
hijab di Internet bisa berujung di penjara. Pada<br />
2010, aktivis hak asasi manusia Nasrin Sotoudeh<br />
dijatuhi hukuman enam tahun penjara hanya<br />
gara-gara mengunggah video yang menampilkan<br />
dia tanpa hijab.<br />
“Tak pernah terjadi sebelumnya,” Negar<br />
Mortazavi, keturunan Iran yang tinggal di<br />
Washington, DC, menulis di Twitter. “@HassanRouhani<br />
shared photo of Iranian-American<br />
mathematician Maryam Mirzakhani without<br />
Islamic Hijab.”<br />
Terlepas soal dia mengenakan hijab atau tidak,<br />
prestasi Maryam Mirzakhani, 37 tahun, luar biasa.<br />
Di kalangan matematika wan, gengsi penghargaan<br />
Fields ini setara dengan Hadiah Nobel Fisika atau<br />
Nobel Kedokteran. Sejak pertama kali penghargaan<br />
Fields dianugerahkan pada 1936, perempuan<br />
yang lahir dan besar di Teheran, Iran, itu merupakan<br />
perempuan pertama dan satu-satunya yang<br />
pernah mendapatkannya.<br />
“Aku sangat senang jika penghargaan ini<br />
memberikan dorongan lebih besar bagi para<br />
matematikawan dan ilmuwan perempuan,” kata<br />
Maryam dua pekan lalu. “Aku yakin bakal ada<br />
semakin banyak perempuan yang memenangi<br />
penghargaan seperti ini.” Kendati tak sedikit<br />
ilmuwan perempuan yang brilian, matematika<br />
adalah ladang yang sangat “kering” perempuan.<br />
Sangat sedikit profesor matematika perempuan<br />
di kampus-kampus top dunia, termasuk di<br />
Stanford, kampus Maryam.<br />
Dari puluhan profesor matematika, hanya<br />
ada dua perempuan: Maryam dan Elenis Ionel.<br />
Padahal, siapa sangka, Maryam kecil tak pernah<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
sains<br />
youtube<br />
bercita-cita menjadi jago matematika. “Mimpiku<br />
adalah menjadi penulis,” kata Maryam. Sejak kecil,<br />
dia memang doyan menulis dan membaca. Buku<br />
apa pun dia lahap. Dari cerita anak-anak hingga<br />
novel Lust for Life, novel mengenai hidup pelukis<br />
Vincent van Gogh.<br />
Angka tak pernah menarik bagi Maryam kecil.<br />
Di sekolah, nilai matematikanya juga tak tergolong<br />
bagus. Guru matematikanya pun tak menganggapnya<br />
sebagai anak yang punya bakat dalam<br />
ilmu hitung, membuat Maryam semakin jauh<br />
dari matematika. “Aku kehilangan minat pada<br />
matematika,” Maryam, kini profesor matematika<br />
di universitas kondang, Universitas Stanford, menuturkan<br />
masa kecilnya.<br />
Rumus perhitungan sederhana Gauss-lah<br />
yang menyedot minat Maryam pada matematika.<br />
Suatu hari, saudara laki-lakinya menunjukkan<br />
bagaimana ilmuwan Jerman abad ke-18,<br />
Carl Friedrich Gauss, menjumlah seluruh angka<br />
dari 1 hingga 100. “Itulah pertama kalinya aku<br />
menjumpai solusi yang sangat cantik, walaupun<br />
bukan aku yang menemukannya,” kata<br />
Maryam. Setelah itu, sejak di bangku sekolah<br />
menengah atas, perhatiannya tak teralihkan<br />
dari matematika.<br />
Dua tahun berturut-turut dia menyabet medali<br />
emas Olimpiade Matematika. Pada 1994, Maryam<br />
hanya membuat satu kesalahan. Pada Olimpiade<br />
Matematika setahun kemudian, dia mencatat nilai<br />
sempurna. Tanpa satu pun kesalahan. Setelah lulus<br />
sarjana matematika dari Universitas Teknologi<br />
Sharif, Teheran, Maryam mendapatkan gelar doktor<br />
matematika dari Universitas Harvard, Amerika<br />
Serikat, pada 2004.<br />
“Dia punya imajinasi yang berani.... Dia akan<br />
memformulasikan imajinasi apa yang akan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
sains<br />
Sangat<br />
menyenangkan....<br />
Seperti menuntaskan<br />
puzzle atau<br />
menghubungkan<br />
titik-titik dalam<br />
kasus detektif.<br />
terjadi itu dalam otaknya, kemudian datang ke<br />
kantorku dan mendeskripsikannya. Dia akan<br />
bertanya kepadaku, ‘Apakah itu benar’” kata<br />
Curtis McMullen, pembimbingnya di Harvard.<br />
Seperti Maryam, Curtis juga pernah memenangi<br />
Medali Fields.<br />
●●●<br />
Matematika seperti yang ditekuni Maryam<br />
memang tidak untuk semua orang. Bahkan, untuk<br />
sekadar memahaminya, bagi mereka yang tak<br />
pernah belajar matematika hingga tingkat lanjut,<br />
bakal membuat jidat berlipat-lipat dan tetap tidak<br />
paham.<br />
Karya-karya Maryam berkontribusi besar dalam<br />
geometri hiperbolik dan sistem dinamik. Karyanya<br />
dalam permukaan Riemann menjawab sebagian<br />
pertanyaan tak terungkap selama belasan tahun.<br />
Permukaan Riemann diberi nama berdasarkan<br />
Bernhard Riemann, jenius matematika Jerman<br />
pada abad ke-19.<br />
Menurut Riemann, setiap permukaan bisa<br />
digolongkan menurut angka genus. Bola memiliki<br />
genus nol, sementara permukaan cangkir kopi<br />
bergenus satu. Kue pretzel yang sempurna memiliki<br />
genus tiga. Satu permukaan dapat menjadi<br />
permukaan Riemann jika ditambahkan dengan<br />
struktur kompleks.<br />
Salah satu bentuk utama permukaan Riemann<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
sains<br />
adalah permukaan hiperbolik Riemann. Salah satu<br />
fokus analisis Maryam adalah geodesika tertutup<br />
dalam permukaan hiperbolik. Menurut Maryam,<br />
inilah kurva tertutup yang panjangnya tak bisa<br />
diperpendek lewat deformasi struktur.<br />
Temuan profesor matematika di Universitas<br />
Stanford ini sekaligus membuktikan konjektur<br />
Edward Witten, fisikawan dari Institute for Advanced<br />
Study, Princeton, yang sudah berumur<br />
lebih dari dua dekade. “Dia pantas mendapatkan<br />
Medali Fields.... Pekerjaannya luar biasa,” Peter<br />
Sarnak, profesor matematika di Universitas Princeton,<br />
memuji pencapaian Maryam.<br />
Bagi Maryam, mengutak-atik rupa-rupa<br />
problem matematika tak terpecahkan seperti<br />
tengah bermain. “Sangat menyenangkan...<br />
Seperti menuntaskan puzzle atau menghubungkan<br />
titik-titik dalam kasus detektif,” kata<br />
Maryam. “Aku merasa ini sesuatu yang aku<br />
bisa mengerjakannya, dan aku ingin mengejarnya.”<br />
Dia sangat menikmati misteri matematika yang<br />
sangat pelik dan butuh waktu berbulan-bulan,<br />
bertahun-tahun, untuk memecahkan, bahkan<br />
mungkin tak ada solusinya. Dia mendeskripsikan<br />
diri sebagai orang yang lambat tapi punya napas<br />
panjang. Filosofi serupa yang dia terapkan saat<br />
berlari, hobi yang dia tekuni bersama suaminya,<br />
Jan Vondrak, peneliti di IBM Almaden Research<br />
Center, California.<br />
“Aku tak punya resep khusus. Inilah alasan<br />
mengapa riset itu sangat menantang sekaligus<br />
menarik.... Seperti kita tersesat di hutan dan<br />
dipaksa memakai semua pengetahuan untuk<br />
mencari jalan,” ujar Maryam. ■<br />
SAPTO PRADityO | Quanta | GuarDian | STANFORD | NYTIMES<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
Dua Muka<br />
‘Negara Islam’<br />
“Aku seperti tengah<br />
berurusan dengan<br />
petugas pemerintah yang<br />
terhormat ketimbang<br />
gerombolan preman.”<br />
Thomas Peter/Reuters<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
Surat elektronik itu tiba di kotak<br />
surat pasangan John Foley Sr dan<br />
Diane Foley pada Selasa, 12 Agustus<br />
lalu. Sang pengirim mengklaim sebagai<br />
orang yang menculik anak mereka, James<br />
Foley, pada November 2012.<br />
Surat itu bertajuk (dikutip sesuai aslinya ),<br />
“HOW LONG WILL THE SHEEP FOLLOW THE<br />
BLIND SHEPPARD”<br />
A message to the American government and<br />
their sheep like citizens:<br />
We have left you alone since your disgraceful<br />
defeat in Iraq. We did not interfere in your country<br />
or attack your citizens while they were safe<br />
in their homes despite our capability to do so!<br />
As for the scum of your society who are held<br />
prisoner by us, THEY DARED TO ENTER THE<br />
LION’S DEN AND WHERE EATEN!<br />
You were given many chances to negotiate the<br />
release of your people via cash transactions as<br />
James Foley setelah<br />
dibebaskan oleh<br />
pemerintah Libya di<br />
Hotel Rixos, Tripoli,<br />
pada 18 Mei 2011.<br />
Louafi Larbi/Reuters<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
“Nasib warga<br />
Amerika ini, Obama,<br />
bergantung pada<br />
keputusanmu.”<br />
other governments have accepted,<br />
We have also offered prisoner exchanges to<br />
free the Muslims currently in your detention like<br />
our sister Dr Afia Sidiqqi, however you proved<br />
very quickly to us that this is NOT what you are<br />
interested in.<br />
You have no motivation to deal with the Muslims<br />
except with the language of force, a language<br />
you were given in “Arabic translation”<br />
when you attempted to occupy the<br />
land of Iraq!<br />
Now you return to bomb the Muslims<br />
of Iraq once again, this time<br />
resorting to Arial attacks and “proxy<br />
armies”, all the while cowardly shying<br />
away from a face-to-face confrontation!<br />
Today our swords are unsheathed towards you,<br />
GOVERN MENT AND CITIZENS ALIKE! AND<br />
WE WILL NOT STOP UNTILL WE QUENCH<br />
OUR THIRST FOR YOUR BLOOD.<br />
You do not spare our weak, elderly, women or<br />
children so we will NOT spare yours!<br />
You and your citizens will pay the price of your<br />
bombings!<br />
The first of which being the blood of the American<br />
citizen, James Foley!<br />
He will be executed as a DIRECT result of your<br />
transgressions towards us!<br />
James Foley, reporter GlobalPost, ditangkap<br />
milisi Negara Islam pada 22 November 2012<br />
saat tengah meliput di wilayah utara Suriah,<br />
tak jauh dari perbatasan Turki. Dua wartawan<br />
Prancis, Didier Francois dan Nicholas Henin,<br />
yang sempat beberapa bulan ditahan bersama<br />
James, sudah dilepaskan pada Mei lalu.<br />
James, menurut Didier, orang yang sangat<br />
kuat sekalipun berada dalam tekanan terusmenerus.<br />
“Dia merupakan salah seorang pilar<br />
di antara para tahanan.... Dia orang yang sangat<br />
luar biasa, teman yang menyenangkan selama<br />
dalam sekapan,” kata Didier pekan lalu.<br />
Sial bagi James, milisi Negara Islam sempat<br />
membuka laptop miliknya dan menemukan<br />
fakta bahwa John Foley, saudara kandung James,<br />
bekerja sebagai prajurit Angkatan Udara<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
James Foley<br />
sebelum dibunuh<br />
oleh milisi Negara<br />
Islam. Tak<br />
diketahui persis<br />
kapan peristiwa ini<br />
terjadi.<br />
Reuters<br />
Amerika Serikat. “Dia kemudian menjadi sasaran<br />
utama pukulan dan cambukan di antara<br />
semua tahanan,” Nicholas menuturkan.<br />
Selama setahun tak ada kabar soal James. Baru<br />
pada November 2013, penculik James mengirimkan<br />
surat permintaan tebusan yang tak kira-kira<br />
besarnya, yakni US$ 132 juta atau Rp 1,5 triliun.<br />
Menurut bos GlobalPost, Phil Balboni, keluarga<br />
dan manajemen GlobalPost, dengan bantuan Biro<br />
Investigasi Federal (FBI), telah meminta pengampunan<br />
bagi James. Namun tak ada tanggapan<br />
hingga surat pada 12 Agustus lalu.<br />
Sepekan setelah surat itu datang, muncul<br />
video menggemparkan di YouTube. Di video<br />
bertajuk A Message to America itu seorang<br />
anggota milisi Negara Islam dengan keji memenggal<br />
kepala James Foley.<br />
“Inilah James Wright Foley, warga Amerika.<br />
Pemerintah kalian telah menjadi ujung<br />
tombak agresi terhadap Negara Islam.... Hari<br />
ini, Angkatan Udara kalian setiap hari menyerang<br />
kami di Irak. Serangan kalian telah<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Ketika pabrik miliknya di Kota Aleppo runtuh<br />
dihantam bom pada Juli lalu, Qadri—dia menolak<br />
menyebutkan nama lengkapnya—hanya<br />
punya dua pilihan suram bagi masa depannya.<br />
Pertama, bertahan di rumahnya dan bersiap<br />
menanggung risiko mati kena bom. Atau, buruburu<br />
hengkang dan bergabung dengan ribuan<br />
pengungsi lain dari Suriah.<br />
Qadri memilih jalan lain. Dia mengumpulkan<br />
semua harta yang tersisa dan berpindah ke arah<br />
timur Aleppo. Dia memilih berpindah ke Raqqa,<br />
sekitar 160 kilometer arah timur dari Aleppo.<br />
Tak disangka, di kota yang kini dikuasai milisi<br />
Negara Islam itu, dia menemukan keamanan<br />
dan ketertiban, dua hal yang langka di Suriah<br />
hari ini.<br />
Di Raqqa, dia membuka kembali usaha pakaian<br />
anak-anak. “Perang di Suriah masih panjang,<br />
jadi kita harus tetap melanjutkan hidup,” kata<br />
Qadri beberapa pekan lalu. Di Raqqa, kota<br />
yang kini sering dianggap sebagai Ibu Kota Negara<br />
Islam—dulu Negara Islam di Suriah dan<br />
Ash-Syam—mereka menerapkan hukum Islam<br />
sesuai versi mereka dengan tangan besi.<br />
Patung-patung di seluruh kota, seperti painternasional<br />
“Sekarang tak<br />
ada lagi suku yang<br />
berani melawan<br />
milisi Negara<br />
Islam.”<br />
menimbulkan korban warga muslim. Kami<br />
tentara Islam yang telah diakui oleh kalangan<br />
muslim seluruh dunia,” kata laki-laki di<br />
samping Foley.<br />
Pada akhir video, dia menunjukkan foto Steven<br />
Joel Sotloff, 31 tahun. Warga Miami, Amerika,<br />
itu bekerja untuk majalah Time dan Foreign<br />
Policy. Dia diculik milisi Negara<br />
Islam tak jauh dari Kota Aleppo<br />
pada Agustus 2013. “Nasib<br />
warga Amerika ini, Obama, bergantung<br />
pada keputusanmu,”<br />
dia mengancam. Selain Sotloff,<br />
masih ada sejumlah wartawan<br />
asing dan relawan kemanusiaan<br />
yang diculik dan hilang tak<br />
tentu rimba di Suriah dan Irak.<br />
Dari aksennya, Paul Kerswill, ahli bahasa<br />
dari Universitas York, menduga anggota milisi<br />
Negara Islam itu berasal dari daerah East End,<br />
London. “Dia mungkin punya latar belakang<br />
bahasa asing, tapi aksennya mirip dengan aksen<br />
campuran daerah London,” Paul menduga.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
Milisi Negara Islam<br />
berkonvoi di Kota<br />
Raqqa, Suriah.<br />
Al-Jazeera<br />
tung singa di Taman Al-Rasheed, dirobohkan<br />
karena dinilai sebagai bentuk penyekutuan<br />
Allah. Alun-alun Al-Amasy, yang biasa dipenuhi<br />
dengan muda-mudi yang berpacaran, kini dipagar<br />
besi. Angka kejahatan turun drastis. Maling<br />
yang tertangkap tangan langsung dipotong tangannya<br />
di muka umum.<br />
“Kami membangun Negara Islam yang mencakup<br />
seluruh aspek kehidupan.... Tak ada yang<br />
berani mencuri dari warga muslim, karena<br />
hukumannya adalah potong tangan,” kata Abu<br />
Musa, juru bicara Negara Islam di Raqqa.<br />
Milisi Negara Islam menyulap bekas Balai<br />
Kota Raqqa menjadi kantor Komisi Pelayanan<br />
Islam. Pengadilan Syariah dan polisi berkantor<br />
di gedung bekas milik Kementerian Keuangan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
Milisi Negara Islam<br />
menghancurkan<br />
rokok di Kota<br />
Raqqa, Suriah.<br />
IBTimes<br />
Suriah. Sementara itu, Bank Kredit Suriah kini<br />
bersalin fungsi menjadi kantor pajak Negara Islam.<br />
Gereja terbesar di kota itu, Gereja Katolik<br />
Armenia, disulap menjadi Islamic Center.<br />
“Yang aku lihat di Raqqa adalah Negara Islam<br />
punya visi yang jelas seperti apa negara yang<br />
mereka maksud,” ujar seorang pensiunan guru<br />
di Raqqa. “Ini sama sekali bukan da gelan.”<br />
Setiap bulan, petugas pajak Negara Islam<br />
akan menagih “pajak” sebesar sekitar Rp 200<br />
ribu kepada para pemilik toko. Sebagian uang<br />
itu untuk membayar tagihan air bersih dan listrik,<br />
sebagian lain untuk jasa keamanan. Menurut<br />
beberapa pemilik toko, jumlah tagihan itu<br />
lebih kecil ketimbang yang harus mereka bayar<br />
ke petugas rezim Bashar al-Assad.<br />
“Aku seperti tengah berurusan dengan petugas<br />
pemerintah yang terhormat ketimbang<br />
gerombolan preman,” kata seorang pemilik<br />
toko emas di Raqqa. Penguasa Negara Islam<br />
melarang warga kota merokok dan menikmati<br />
sisha. Semua perempuan wajib berhijab dan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
Jika al-Sheitat<br />
sudah selesai<br />
urusannya dengan<br />
kami, suku-suku<br />
lain akan jadi<br />
target berikutnya.<br />
menutup wajahnya.<br />
Suatu kali, polisi syariah menemukan satu<br />
perempuan tak menutup wajahnya dalam<br />
bus tujuan Damaskus. Polisi syariah meminta<br />
perempuan itu pulang dan melengkapi pakaiannya.<br />
Barulah mereka mengizinkan bus itu<br />
berangkat.<br />
Sadar bahwa milisi Negara<br />
Islam tak bisa mengelola dan<br />
mengoperasikan satu kota, sang<br />
pemimpin tertinggi, Abu Bakar<br />
al-Baghdadi, meminta dokter<br />
dan insinyur dari pelbagai kota<br />
di Suriah, Irak, dan negaranegara<br />
lain bergabung de ngan<br />
mereka di Raqqa.<br />
Perusahaan listrik di Raqqa, misalnya, kini<br />
dikelola oleh insinyur dari Sudan, sementara<br />
rumah sakit Raqqa dipimpin dokter dari Yordania.<br />
Ketika Mosul di Irak membutuhkan dokter<br />
untuk mengoperasikan rumah sakit di sana,<br />
sang dokter segera berangkat ke kota itu. “Dia<br />
berbicara kepada kami dengan penuh keyakinan<br />
bahwa kekhalifahan Negara Islam yang<br />
dimulai di Raqqa akan menyebar ke seluruh<br />
dunia,” ujar seorang staf rumah sakit di Raqqa.<br />
Para tetua suku Al-Sheitat di Provinsi Deir Ezzor,<br />
Suriah, pernah punya kesepakatan dengan<br />
pemimpin Negara Islam. Kedua pihak bersepakat<br />
tak akan saling mengganggu. Para prajurit<br />
dari suku Al-Sheitat tak akan menghalangi ekspansi<br />
milisi Negara Islam, sebagai balasannya,<br />
milisi Negara Islam juga akan menjauhi suku<br />
Al-Sheitat.<br />
Namun kesepakatan itu bubar setelah milisi<br />
Negara Islam menangkap dua tetua suku Al-<br />
Sheitat pada awal Agustus lalu. Pertempuran<br />
kedua pihak tak terhindarkan di tiga kota dengan<br />
mayoritas penduduk keturunan Al-Sheitat,<br />
yakni Abu Hamam, Kashkiyeh, dan Ghraneij.<br />
Kepala suku Sheitat, Syekh Rafaa Aakla al-Raju,<br />
mengajak suku-suku lain bergabung untuk<br />
melawan milisi Negara Islam. “Kami mengajak<br />
suku-suku lain bergabung bersama kami, karena<br />
giliran mereka berikutnya.... Jika Al-Sheitat<br />
sudah selesai urusannya dengan kami, sukusuku<br />
lain akan jadi target berikutnya.”<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
Milisi Negara Islam<br />
berkonvoi di Kota<br />
Raqqa, Suriah.<br />
Al-Jazeera<br />
Para prajurit suku Al-Sheitat tak kuasa menahan<br />
milisi Negara Islam yang punya persenjataan<br />
lebih lengkap dan canggih. Mereka<br />
terpaksa mundur dari basis-basis komunitas Al-<br />
Sheitat. “Situasinya sangat buruk... tapi warga<br />
tak sanggup mengusir mereka,” ujar seorang<br />
aktivis hak asasi manusia di Suriah.<br />
Dengan bengis, ratusan warga suku Al-Sheitat<br />
yang tertangkap dan menolak dibaiat menjadi<br />
anggota Negara Islam dibunuh. Menurut<br />
catatan Syrian Observatory for Human Rights<br />
(SOHR), selama dua pekan pertempuran, lebih<br />
dari 700 prajurit dan warga suku Al-Sheitat mati<br />
dieksekusi oleh milisi Negara Islam. Tak sedikit<br />
pula yang mati dengan kepala terpenggal.<br />
“Sekarang tak ada lagi suku yang berani<br />
melawan milisi Negara Islam setelah kekalahan<br />
suku Al-Sheitat,” ujar Ahmad Ziyada al-Qaissi,<br />
seorang pendukung Negara Islam di Distrik<br />
Mayadin, Deir Ezzor. n SApto PRAdityo | GUArdiAN | Cnn |<br />
reuters | GLOBAlpost<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
internasional<br />
Don Casanova Incar<br />
‘Takhta’<br />
“Kami perkenalkan orang yang akan menyelamatkan Pakistan.”<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Ulama Pakistan, Muhammad<br />
Tahirul Qadri, dan<br />
pendukungnya menggelar<br />
protes di Kota Islamabad,<br />
Sabtu (16/8).<br />
Akhtar Soomro/Reuters<br />
Imran Khan Niazi punya berderet “titel”.<br />
Pada 1980-an, orang menyebutnya sebagai<br />
don casanova, penakluk para perempuan.<br />
Posturnya yang gagah dan langsing, karismanya<br />
sebagai kapten tim kriket Pakistan yang<br />
berjaya di Piala Dunia, lulusan Universitas Oxford<br />
yang kondang, dan berlimpah harta membuat<br />
para sosialita di Kota London bertekuk<br />
lutut.<br />
Pesta dan wanita. Imran hinggap dari satu<br />
pesta ke pesta lain, dari satu klub malam ke klub<br />
malam lain di London. Kisah-kisah asmaranya<br />
menjadi santapan tabloid-tabloid Inggris yang<br />
lapar gosip.<br />
“Aku seorang bujangan. Aku sudah memutuskan<br />
tak akan menikah selama masih bermain<br />
kriket,” Imran memberikan dalih. Malam-malam<br />
panjang Imran sering dia lewatkan di Annabel’s<br />
dan Tramp, dua klub malam kelas atas di West<br />
End, London, bersama para jetset Inggris,<br />
seperti Mick Jagger dan Elton John. “Aku tak<br />
pernah mengklaim diri sebagai malaikat.”<br />
Kematian ibunya, Shaukat Khanum, orang<br />
yang paling dekat dengannya, akibat kanker<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Aku tak pernah<br />
mengklaim<br />
diri sebagai<br />
malaikat. ”<br />
pada 1985, juga pertemuannya dengan sufi<br />
dari Pakistan, Mian Bashir, membelokkan jalan<br />
hidup Imran. “Tak ada orang lain sedekat itu<br />
denganku, kecuali ibuku,” kata Imran, kini 61 tahun.<br />
Imran juga mengaku banyak dipengaruhi<br />
pemikiran filosof besar Pakistan, Muhammad<br />
Iqbal.<br />
Dia menemukan misi baru dalam hidupnya:<br />
membangun rumah sakit khusus penyakit kanker.<br />
Imran berkeliling dunia menggalang dana.<br />
Sebagian besar harta pribadinya, bahkan pelbagai<br />
barang kenangan sebagai bintang kriket,<br />
ludes demi membangun rumah sakit. Rumah<br />
Sakit dan Pusat Riset Kanker Shaukat Khanum<br />
di Lahore, Pakistan, resmi dibuka pada akhir<br />
Desember 1994.<br />
Adalah Jemima Goldsmith, gadis muda 21<br />
tahun, yang berhasil menyeret Imran—saat<br />
itu umurnya sudah 42 tahun—ke pelaminan.<br />
Menurut putri miliarder Inggris, Sir James Goldsmith<br />
dan Lady Annabel Vane-Tempest-Stewart,<br />
itu, dia berkenalan dengan sang playboy<br />
lewat perantaraan saudara perempuannya,<br />
India Jane.<br />
“Saudara perempuanku membuatnya seolah-olah<br />
seperti perjodohan tradisional.<br />
Imran mengatakan dia akan menikah dengan<br />
perempuan muslim Pakistan yang dijodohkan<br />
de ngannya,” Jemima mengenang pertemuan<br />
pertamanya dengan Imran. Tapi Imran memilih<br />
Jemima, seorang gadis keturunan Yahudi.<br />
Belakangan, Jemima beralih memeluk Islam.<br />
“Aku seperti menemukan pasangan jiwa. Dia<br />
memiliki semua kualitas yang aku hormati dan<br />
inginkan dari seorang suami.”<br />
Padahal kala itu Imran tak lagi bujangan kaya<br />
raya. Sebagian besar hartanya sudah tandas<br />
demi membangun rumah sakit. “Dia memberikan<br />
semuanya yang berharga, termasuk mobil<br />
Mercedes dan bat kriket Piala Dunia miliknya.<br />
Dia bisa dibilang miskin saat aku bertemu<br />
dengannya,” kata Jemima soal suaminya.<br />
Apalagi setelah setahun kemudian Imran terjun<br />
ke politik dan mendirikan partai, Pakistan<br />
Tehreek e-Insaf (PTI) atau Partai Pergerakan<br />
Pakistan untuk Keadilan. “Aku sudah sampai<br />
titik di mana hanya ada dua pilihan: mencari<br />
green card dan emigrasi, atau bertahan di Pa-<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Pesawat-pesawat kecil<br />
tanpa awak merekam<br />
pidato Imran Khan di<br />
Kota Lahore, Pakistan,<br />
Kamis (14/8).<br />
Akhtar Soomro/Reuters<br />
kistan dan bertarung,” kata Imran. Dia memilih<br />
yang kedua.<br />
Sebagai “partai kemarin sore”, perjalanan<br />
Partai Keadilan sempat tertatih-tatih. Kendati<br />
namanya tersohor di Pakistan, Imran bukan jaminan<br />
bagi perolehan suara partainya. Apalagi<br />
pernikahannya dengan putri miliarder Yahudi<br />
jadi bahan pergunjingan di negara mayoritas<br />
muslim seperti Pakistan.<br />
“Ini lelucon paling buruk untuk negeri ini....<br />
Apakah dia tak bisa menemukan satu perempuan<br />
pun yang cocok di antara 120 juta orang”<br />
Amin Minhas, ulama Pakistan, mengkritik pilihan<br />
Imran. Sebagian lawan politiknya malah menuding<br />
pernikahannya dengan Jemima sebagai<br />
bagian dari konspirasi Zionis. Imran tak peduli.<br />
Perlahan, suara Imran yang keras mengkritik<br />
korupsi yang membelit Pakistan dan sikapnya<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Pakistan<br />
kami sedang<br />
sekarat.”<br />
melawan operasi pesawat tanpa awak Amerika<br />
Serikat berhasil menyedot dukungan. Alih-alih<br />
mengusir Taliban, menurut Imran, serangan<br />
pesawat tanpa awak dan operasi militer ke<br />
basis-basis Taliban malah memakan ribuan jiwa<br />
warga sipil.<br />
“Ini harus dihentikan.... Stop serangan pesawat<br />
tanpa awak, tarik prajurit dan bicara dengan<br />
para tetua suku,” kata Imran. Pada pemilihan<br />
umum 2013, Partai Keadilan meraih 34 kursi<br />
parlemen dan menjadi partai ketiga terbesar.<br />
●●●<br />
“Kami perkenalkan orang yang akan menyelamatkan<br />
Pakistan,” kata seorang pembawa<br />
acara kepada ribuan orang di Kota Karachi<br />
beberapa waktu lalu. Orang yang dia maksud<br />
adalah Imran Khan, mantan bintang kriket Pakistan.<br />
“Pakistan kami sedang sekarat. Kami berharap<br />
ada orang yang naik ke kekuasaan dan melakukan<br />
sesuatu bagi Pakistan,” kata Musarat<br />
Jumani, 52 tahun. Menurut Mohammad Omar,<br />
23 tahun, Pakistan perlu perubahan revolusioner.<br />
“Imran Khan satu-satunya harapan kami<br />
saat ini,” Shohaid Siddqui, sobatnya, menimpali.<br />
Bak magnet yang sangat kuat, Imran menyedot<br />
sokongan dari pelbagai kalangan. Sejak dua<br />
pekan lalu, Imran disokong partainya, Partai<br />
Keadilan, menggalang ribuan orang dari pelbagai<br />
kota di Pakistan. Mereka menggandeng<br />
Muhammad Tahirul Qadri, pemimpin Partai<br />
Pakistani Awami Tehreek atau Partai Gerakan<br />
Rakyat.<br />
Tujuan long march ini sangat ambisius, yakni<br />
menggeruduk Ibu Kota Islamabad dan memaksa<br />
Perdana Menteri Nawaz Sharif turun dari<br />
kursinya. Menurut Imran, Nawaz Sharif punya<br />
dosa besar, yaitu berbuat curang dalam pemilu<br />
2013. Pemerintahan Sharif, menurut Tahirul,<br />
juga korup.<br />
“Nawaz Sharif harus lengser paling lambat<br />
besok pukul 8 malam. Jika tidak, kami akan<br />
menyerbu rumah Perdana Menteri,” Imran<br />
menyampaikan ancaman Selasa pekan lalu.<br />
Namun, hingga Rabu malam, tak ada secuil<br />
pun sinyal Nawaz Sharif bakal menyerahkan<br />
kursinya.<br />
Salah seorang pembantu dekat Sharif,<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Pendukung ulama<br />
Pakistan, Muhammad<br />
Tahirul Qadri,<br />
berduyun-duyun menuju<br />
Islamabad dari Kota<br />
Lahore, Kamis (14/8).<br />
Mohsin Raza/Reuters<br />
Menteri Perkeretaapian, Khawaja Saad Rafique,<br />
bercuit di Twitter, mengabarkan rencana<br />
Perdana Menteri Sharif menemui Imran<br />
Khan. Namun belum jelas kapan pertemuan<br />
itu berlangsung.<br />
Shah Mahmood Qureshi, salah satu pemimpin<br />
Partai Keadilan, mengatakan mereka tak<br />
akan buru-buru bernegosiasi dengan pihak<br />
Perdana Menteri Sharif. “Partai telah memutuskan<br />
bahwa mundurnya Perdana Menteri<br />
Sharif merupakan syarat utama. Kami tak akan<br />
membuka pintu dialog hingga dia lengser dari<br />
kursinya,” kata Qureshi.<br />
Repotnya, sikap kubu Tahirul Qadri sepertinya<br />
tak seirama dengan Imran. Perdana<br />
Menteri Sharif mengutus saudara laki-lakinya,<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Nawaz Sharif<br />
GG2<br />
Kepala Menteri Punjab, Shahbaz Sharif, didampingi<br />
Saad Rafique dan Qadri Baloch, Menteri<br />
Daerah Tertinggal, untuk membuka pintu dialog<br />
dengan kubu Tahirul Qadri. Kubu Tahirul<br />
sepertinya bersedia duduk dengan utusan dari<br />
Islamabad.<br />
“Pemimpin kami berharap negosiasi bisa<br />
menghasilkan kesepakatan,” ujar Khurram Nawaz<br />
Gandapur, juru bicara Tahirul Qadri. Masih<br />
sulit meramal ke mana “petualangan” Imran<br />
Khan bakal berujung.<br />
Para analis meramal, akhir drama politik di<br />
Islamabad akan ditentukan oleh aktor ketiga,<br />
yakni militer. Menurut Ayesha Siddiqui, militer<br />
punya sejarah buruk dengan Nawaz Sharif.<br />
Pada 1999, militer mendongkel Sharif dari<br />
kekuasaan. Sharif juga membuat militer sewot<br />
setelah menyeret Pervez Musharraf, mantan<br />
panglima militer, ke pengadilan.<br />
Hubungan mereka tambah renggang setelah<br />
Sharif menunda operasi militer terhadap<br />
Taliban. “Sekarang, mengapa mereka akan<br />
membiarkan Sharif tetap berkuasa” kata Ayesha.<br />
Namun Hamid Gul, mantan Kepala Dinas<br />
Intelijen Pakistan, ragu militer akan berpihak ke<br />
kubu Imran. “Mereka tampak enggan terlibat....<br />
Jika Sharif hendak bertahan, dia harus mendengarkan<br />
suara militer.” ■<br />
SAPTO PRADityo | GUarDian | TIMES OF INDia | REUters | INDepenDent<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Tak Prajurit,<br />
Bandit Pun<br />
Jadi<br />
Ada tanda-tanda Moskow<br />
mulai menjaga jarak<br />
dengan milisi pro-Rusia.<br />
Majalah detik 25 -- 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Batalion Donbas<br />
SERGEI SUPINSKY/AFP PHOTO<br />
Klise barangkali, tapi jalan hidup<br />
memang kadang bisa jungkir balik.<br />
Melihat sosok Ruslan Abalmaz,<br />
barangkali sulit membayangkan dia<br />
sebagai polisi. Badannya besar dan kekar, kepala<br />
plontos dengan tangan penuh tato. Singkat<br />
kata, sangar.<br />
Beberapa tahun lalu, dia mendekam di<br />
penjara selama tujuh tahun setelah terbukti<br />
melakukan pemerasan. Namun kini dia seorang<br />
sersan polisi di Kota Mariupol, Ukraina,<br />
posisi yang sulit dibayangkan dan menggelikan<br />
bagi semua orang yang pernah mengenalnya,<br />
bahkan Ruslan sendiri sekalipun.<br />
“Ini memang paradoks,” kata Ruslan dua pekan<br />
lalu. Bersama puluhan anak buahnya, dia memacu<br />
mobilnya menuju pinggiran kota. Di sana sudah<br />
menunggu musuh mereka, yakni milisi pro-Rusia.<br />
Kendati bukan tentara terlatih, Ruslan dan anak<br />
buahnya bisa diandalkan untuk menghalau kelompok<br />
separatis pro-Rusia.<br />
Sejak beberapa bulan lalu, sebagian kota di<br />
wilayah timur Ukraina dikuasai milisi pro-Rusia.<br />
Bahkan mereka sudah memproklamasikan kemerdekaan<br />
dari Ukraina. Pasukan Ukraina yang<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Dia mungkin<br />
bisa memukul<br />
mukamu... tapi dia<br />
tak akan pernah<br />
mengkhianatimu.”<br />
sebagian masih “hijau”, minim pengalaman<br />
tempur, kocar-kacir melawan milisi pro-Rusia,<br />
yang kabarnya disokong oleh negara tetangga<br />
di timur, Rusia.<br />
Ruslan memang punya catatan masa lalu yang<br />
kurang gemilang. Pada 1990-an, dua rekan bisnis<br />
yang kemudian berseteru menyewa jasanya<br />
untuk membunuh lawannya. Alih-alih memenuhi<br />
kontrak, Ruslan vmalah mengambil uang dari kedua<br />
pihak dan berpura-pura telah menyelesaikan<br />
tugasnya. Kedua orang<br />
itu melaporkan Ruslan<br />
ke polisi dengan tuduhan<br />
pemerasan. Selama<br />
tujuh tahun Ruslan tinggal<br />
di balik jeruji penjara.<br />
Keluar dari bui, dia<br />
masuk bisnis gelap lainnya,<br />
yakni mengamankan<br />
penyelundupan<br />
batu bara. Bersama<br />
pasukannya, Ruslan<br />
bekerja untuk perusahaan<br />
gelap yang dikendalikan mafia batu bara<br />
dari Kota Kiev. Konon, mafia batu bara ini dekat<br />
sekali dengan lingkaran Presiden Ukraina kala<br />
itu, Viktor Yanukovych.<br />
Ketika Viktor Yanukovich tergusur dari Kiev,<br />
bubar pulalah bisnis gelap itu. Mantan bosnya<br />
yang pro-Rusia mengiming-imingi duit kepada<br />
Ruslan dan anak buahnya agar bersedia bergabung<br />
dengan milisi pro-Rusia. Tapi Ruslan memilih<br />
mengamankan bisnisnya sendiri di Kota<br />
Torez.<br />
Mafia dari kota sebelah yang pro-Rusia mengancam<br />
bisnisnya. Apa daya, senjata yang dimiliki<br />
Ruslan dan pasukannya kalah jauh dibanding<br />
kepunyaan milisi pro-Rusia. Dia dan anak buahnya<br />
terpaksa angkat kaki ke Kota Dnipropetrovsk,<br />
ibu kota Dnipropetrovsk Oblast. Di sana mereka<br />
bertemu dengan Gennady Korban, tangan kanan<br />
Ihor Kolomoisky, miliarder Ukraina sekaligus<br />
Gubernur Dnipropetrovsk Oblast. Ihor merupakan<br />
salah satu penyokong duit utama bagi milisi<br />
relawan pro-Kiev.<br />
Mister Korban tak terlalu peduli pada catatan<br />
kriminal Ruslan dan anak buahnya. Bermodal suntikan<br />
fulus dari Ihor, Ruslan membentuk Batalion<br />
Penambang, yang berada di bawah koordinasi Kementerian<br />
Dalam Negeri Ukraina. Pangkat Ruslan<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Batalion Donbas<br />
SERGEI SUPINSKY/AFP PHOTO<br />
di batalion itu sersan polisi.<br />
Tentu saja tak sedikit yang<br />
ragu melihat masa lalu Ruslan.<br />
“Orang-orang mengatakan,<br />
‘Dia berbahaya pada masa<br />
damai, jangan beri dia senjata sekarang,’” Ruslan<br />
mengutip omongan orang. Tapi, bagi Viktor<br />
Chelovan, pengawas batalion dari Kementerian<br />
Dalam Negeri, yang penting adalah semangat<br />
tempur mereka. Menurut Viktor, polisi reguler<br />
sulit diandalkan. Kadang mereka menolak<br />
bertempur, kadang malah membelot ke kubu<br />
musuh.<br />
Ruslan, menurut Viktor, terbukti seorang patriot<br />
dan komandan yang baik. Dia juga punya<br />
nyali besar dalam pertempuran. “Aku tak akan<br />
memberikan ampun.... Jika Tuhan menghendaki,<br />
mungkin aku akan melepaskan beberapa<br />
orang. Selebihnya akan aku bunuh seperti anjing,”<br />
Ruslan menyampaikan ancaman terhadap<br />
milisi pro-Rusia.<br />
Para anak buahnya menaruh hormat kepada<br />
Ruslan. “Dia mungkin bisa memukul mukamu<br />
dan melemparkanmu ke luar, tapi dia tak akan<br />
pernah mengkhianatimu,” ujar seorang anak<br />
buahnya, mantan prajurit Uni Soviet.<br />
●●●<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Aku bisa hidup tanpa<br />
Rolls-Royce. Tapi<br />
sekarang sulit<br />
bertahan hidup tanpa<br />
senjata.”<br />
Perang tak cuma butuh nyali, tapi juga amunisi<br />
dan “gizi”. Di Ukraina, sebagian juragan kaya<br />
raya, seperti Ihor Kolomoisky, Rinat Akhmetov,<br />
dan Konstantinovsky bersaudara, tak sayang<br />
menggelontorkan duit kepada para relawan<br />
seperti Ruslan supaya mereka tak kekurangan<br />
amunisi dan “gizi” saat berperang melawan<br />
milisi pro-Rusia.<br />
“Jika kita hanya duduk berpangku tangan<br />
sembari menikmati hidup, perang akan mendatangi<br />
kita,” kata Vyacheslav<br />
Konstantinovsky, miliarder<br />
pemilik perusahaan konstruksi<br />
dan jaringan restoran<br />
di Ukraina. Penampilan Vyacheslav<br />
tak seperti orang kaya<br />
pada umumnya. Kepalanya<br />
plontos, badannya liat berotot<br />
dengan tato di beberapa<br />
tempat. Sebelum menjadi<br />
pengusaha, dia pernah berdinas di militer Rusia.<br />
Sebagai mantan prajurit, dia khawatir melihat<br />
pasukan Ukraina yang kurang pengalaman dan<br />
minim peralatan tempur. Untuk melengkapi peralatan<br />
tempur pasukan Ukraina, Vyacheslav dan<br />
saudara laki-lakinya, Oleksandr Konstantinovsky,<br />
menyumbangkan ratusan ribu dolar AS. Bahkan<br />
Vyacheslav rela menjual mobil mewahnya, Rolls-<br />
Royce Phantom, dan menukarnya dengan alat<br />
tempur.<br />
“Aku bisa hidup tanpa Rolls-Royce. Tapi sekarang<br />
sulit bertahan hidup tanpa senjata,” kata<br />
Vyacheslav, 53 tahun, pekan lalu. Tak hanya<br />
menyumbangkan duit, Vyacheslav juga urun<br />
tenaga dan bertaruh nyawa dengan bergabung<br />
dengan batalion relawan pro-Kiev.<br />
“Jika kita tak berperang, kita akan dilecehkan<br />
dan kita akan hidup di negara seperti<br />
sebelumnya. Negara yang korup, pemerintah<br />
yang merampok bisnis, dan memenjarakan<br />
orang tanpa alasan.” Dia beberapa kali ikut<br />
bertempur di sekitar Kota Donetsk, tapi masih<br />
berniat kembali lagi ke garis depan. “Tentu<br />
saja aku khawatir,” kata Vyacheslav. Dia telah<br />
mengirimkan istri dan anak-anaknya keluar<br />
dari Ukraina.<br />
Dia hanya berharap, perang cepat usai dan lahir<br />
Ukraina baru yang lebih kuat dengan orangorang<br />
kaya seperti dia lebih banyak lagi. “Tapi<br />
tentu saja, pertama, kita harus menyelesaikan<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
internasional<br />
Vyacheslav<br />
Konstantinovsky<br />
KyivPost<br />
perang ini,” kata Vyacheslav.<br />
Selama beberapa pekan terakhir, pasukan<br />
Ukraina yang disokong milisi pro-Kiev satu<br />
demi satu merebut kembali kota-kota yang<br />
sempat dikuasai milisi pro-Moskow. Kini mereka<br />
semakin mendekati konsentrasi utama milisi<br />
pro-Rusia di Kota Donetsk dan Luhansk. Pekan<br />
lalu, 34 warga sipil tewas akibat pertempuran<br />
di sekitar Kota Donetsk. Ribuan warga Donetsk<br />
mengungsi, menghindar dari pertempuran<br />
sporadis di kota itu.<br />
Posisi milisi separatis semakin terpojok.<br />
Apalagi beredar kabar, dua pemimpin mereka,<br />
Alexander Borodai dan Igor Strelkov alias Igor<br />
Girkin—diduga kedua orang ini merupakan<br />
perwira intelijen Rusia—telah meninggalkan<br />
Donetsk dan menyeberang ke wilayah Rusia.<br />
Seorang komandan milisi pro-Rusia menduga<br />
kepulangan Borodai dan Strelkov merupakan<br />
tanda-tanda Moskow mulai menjaga jarak<br />
dengan mereka.<br />
“Kelihatannya memang tak terlalu bagus. Tapi<br />
tak perlu panik. Mereka sudah berbuat banyak<br />
bagi kami,” ujar Yevgeny. Dia beberapa kali<br />
bertempur bersama Strelkov. Namun dia juga<br />
menolak mengibarkan bendera putih. “Tak ada<br />
tempat lain lagi bagiku.” ■<br />
SApto PRAditYO | WSJ | REUTERS | GUArdiAN | Cnn<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014
Hamdan<br />
Zoelva<br />
Ingat Pesan<br />
Istri<br />
Mouzalina<br />
Sesuai<br />
Syariat<br />
Mark<br />
Zuckerberg<br />
Mandi Es<br />
Tap judul<br />
untuk baca<br />
artikel<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
people<br />
Elsa/Getty Images<br />
Mark Zuckerberg<br />
Mandi Es<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
Di balik kesibukannya sebagai<br />
bos Facebook, Mark Zuckerberg<br />
ternyata masih sempat<br />
bermain-main. Sebuah video<br />
memperlihatkan dia sedang menyiram<br />
kepalanya sendiri dengan air es.<br />
Tapi aksi “main-main” itu bukan<br />
tanpa alasan, lo. Ternyata mengguyur<br />
kepala dengan air es dia lakukan untuk<br />
menjawab tantangan #ALSIceBucket-<br />
Challenge dari Gubernur New Jersey<br />
Chris Christie.<br />
Tantangan itu merupakan bagian<br />
dari kampanye untuk meningkatkan<br />
kesadaran masyarakat terhadap amyotrophic<br />
lateral sclerosis (ALS), penyakit<br />
yang mempengaruhi sel-sel saraf di<br />
otak dan tulang sumsum.<br />
Mereka yang memiliki ALS akan kehilangan<br />
kontrol terhadap gerakan otot<br />
sadar sehingga, dalam waktu singkat,<br />
pasien akan kehilangan kemampuan<br />
berjalan, makan, berbicara, dan akhirnya<br />
tak bisa bernapas.<br />
Tak berpikir panjang, Zuckerberg<br />
langsung membuat video dan mengunggahnya<br />
di Facebook. Sebelum<br />
mengguyur kepalanya dengan air es,<br />
dia sempat menyerukan tantangan<br />
serupa kepada Bill Gates.<br />
“Anda punya waktu 24 jam untuk<br />
memenuhi tantangan ini atau Anda<br />
harus berdonasi untuk yayasan ALS—<br />
atau keduanya. Menemukan cara<br />
mengobati ALS adalah gerakan penting,”<br />
tulisnya untuk bos Microsoft.<br />
Dan byuurrr! Seketika air es membasahi<br />
sekujur tubuh Zuckerberg. “Di luar<br />
dugaan, meski singkat, hujan es ‘lokal’<br />
ternyata sangat dingin,” ujar Zuckerberg.<br />
Butuh handuk, Zuck n<br />
Melisa Mailoa | Ken Yunita<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
people<br />
Mouzalina<br />
Sesuai Syariat<br />
m abduh/wolipop<br />
Cantik dan berbakat. Itulah Mouzalina, pemenang<br />
Hijab Hunt 2014. Di balik penampilannya yang lembut,<br />
perempuan 24 tahun ini ternyata getol mewujudkan<br />
cita-cita.<br />
Untuk mewujudkan obsesinya itu, kini perempuan berdarah<br />
Arab-Turki ini mengikuti kursus desain dan menjahit. Selama ini,<br />
Mouza—demikian dia disapa—belajar secara otodidaktik.<br />
“Biasanya desain baju untuk dikenakan sehari-hari, buat keluarga<br />
dan teman-teman,” kata perempuan yang memutuskan<br />
mengenakan hijab sejak 2012 ini.<br />
Mouza akan berfokus pada rancangan baju-baju muslim.<br />
Meski rancangannya akan disesuaikan dengan perkembangan<br />
mode, Mouza mengaku tidak akan meninggalkan syariat Islam.<br />
“Membuat baju yang benar, sesuai dengan syariat Islam tapi<br />
tetap in dan mengikuti perkembangan zaman,” ujarnya. Wah,<br />
ditunggu ya baju-baju rancangannya, Mouz! n<br />
Melisa Mailoa | Ken Yunita<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
people<br />
hasan alhasbi/detikcom<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
Hamdan Zoelva<br />
Ingat Pesan Istri<br />
Jangan coba-coba bicara<br />
kasus sengketa pemilihan<br />
umum dengan Ketua Mahkamah<br />
Konstitusi Hamdan<br />
Zoelva di luar persidangan. Meskipun<br />
Anda adalah kerabatnya sendiri.<br />
Pria kelahiran Bima, Nusa Tenggara<br />
Barat, 21 Juni 1962, ini memang pantang<br />
membicarakan kasus di luar jam tugas.<br />
“Jadi di Mahkamah Konstitusi tidak ada<br />
teman atau saudara, terutama saat jam<br />
tugas,” ujarnya.<br />
Dengan prinsip seperti ini, alumnus<br />
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,<br />
Makassar, itu ingin tetap menjaga<br />
independensi dan profesionalisme.<br />
Maklum, posisinya saat ini membuatnya<br />
menjadi benteng terakhir keadilan.<br />
Ada banyak sekali godaan besar<br />
yang siap mengganggunya. Namun<br />
Hamdan selalu berusaha teguh pendirian.<br />
“Setiap orang bisa bertemu dan<br />
berbicara dengan saya, tapi tidak akan<br />
mempengaruhi independensi saya,”<br />
katanya.<br />
Sang istri, RA Nina Damayanti, bahkan<br />
terus mewanti-wanti agar Hamdan<br />
selalu teguh memegang prinsipnya.<br />
“Dia selalu berpesan supaya saya selalu<br />
jadi Hamdan yang dulu, yang selalu<br />
idealis dan istikamah,” ujarnya tersipu.<br />
n Ken Yunita<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
Gending<br />
untuk<br />
Djaduk<br />
Merayakan usia emas, musikus<br />
Djaduk Ferianto mengajak<br />
kita melihat Indonesia melalui<br />
musik. Banyolan khas Jogja-nya<br />
tetap tak lepas.<br />
fotografer: agung pambudhy/detikcom<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
D<br />
jaduk Ferianto sudah<br />
50 tahun. Sudah pula<br />
diberi nama tua, yakni<br />
Gending. Kawan-kawannya<br />
dari komunitas<br />
Kitab Blirik yang memberikan.<br />
Jadi nama lengkap<br />
Djaduk kini Gregorius<br />
Gending Djaduk Ferianto.<br />
Pria kelahiran Yogyakarta, 19 Juli 1964, itu<br />
membuat perayaan setengah abad usianya<br />
lewat konser “Gending Djaduk”, Rabu, 13 Agustus<br />
2014, di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail<br />
Marzuki, Jakarta. Selama dua jam, Djaduk menguntai<br />
keindonesiaan melalui musik khasnya<br />
didukung Kua Etnika, kelompok musik yang tak<br />
bisa dilepaskan dari proses kreatif Djaduk. Di<br />
situ ada Purwanto (perkusi), Sukoco (kendang),<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
Benny Fuad Herawan (drum), Indra Gunawan<br />
(keyboard), Arie Senjayanto (gitar), dan Dhanny<br />
Eriawan Wibowo (bas).<br />
Picnik ke Cibulan membuka konser. Lagu ini<br />
aslinya dinyanyikan seniwati tarling (gitar suling)<br />
asal Indramayu, Hj. Dariah. Djaduk mengenal<br />
Picnik ke Cibulan pada 1979 saat nyantrik di Padepokan<br />
Seni Bagong Kussudiardja. Dia dapat kaset<br />
dari bapaknya. Namun kaset itu kemudian hilang.<br />
Baru setahun lalu dia menemukan lagu ini hasil<br />
bertanya pada “Begawan YouTube”.<br />
Aransemen musiknya digarap dengan warna<br />
tarling yang kental. Djaduk menyanyi, tentu dengan<br />
logat Dermayon, berseling memainkan suling,<br />
menafsir ulang Picnik ke Cibulan dengan suasana<br />
baru. Sebuah perkenalan atas rangkaian piknik ke<br />
penjuru Nusantara lewat bebunyian.<br />
Lalu komposisi Jawa Dwipa menyambung.<br />
Gamelan berpadu musik kontemporer mengedepankan<br />
kesan tentang Jawa masa kini yang<br />
sangat dinamis dan membuka diri terhadap<br />
kebudayaan.<br />
“Boyokku….” jadi kata pertama Djaduk setelah<br />
bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju<br />
mikrofon sambil memegang pinggang. Ingat lo,<br />
usianya “sudah” setengah abad. “Terima kasih<br />
atas keplok-keploknya. Saya dan Kua Etnika<br />
akan merayakan 50 tahun usia saya. Mudahmudahan<br />
dosa-dosa saya selama 50 tahun ini<br />
bisa diwakili yang hadir.”<br />
Salam pembuka yang grrr khas Djaduk membuat<br />
suasana hangat dan kode buat penonton<br />
agar bersiap menerima celetukan-celetukan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
nakal berikutnya.<br />
Dia bercerita tentang Jawa Dwipa, tentang<br />
Jawa yang sangat terbuka. Dulu Prabu Jayabaya<br />
pernah membuat ramalan “Jawa kehilangan<br />
Jawanya.” Namun, bagi Djaduk, dunia Jawa<br />
sudah menjadi bagian dari dirinya, semangat<br />
yang tidak bisa hilang dari identitasnya. Makna<br />
kelangan (kehilangan) yang disebut Jayabaya,<br />
menurut dia, cuma pada bentuk, sedangkan<br />
semangat dan filosofinya tetap tertanam dalam<br />
hati setiap orang Jawa.<br />
“Ilang yo ben (hilang ya biar saja). Rapopo. Cari<br />
lagi.” Bahkan, saking terbukanya, semua bisa<br />
diadopsi orang Jawa. Yang ekstrem, bahkan<br />
malu dan menyembunyikan Jawanya. “Orang<br />
Jawa yang baru beberapa hari tinggal di Jakarta<br />
bahasanya sudah pakai ‘idih’. Kalau lagi lupa,<br />
“Ini harganya pira (bukan piro, red.)”<br />
Yang menggelikan, dia mencontohkan kalimat,<br />
“Eh sekarang Indonesia punya presiden<br />
baru lo, Joko Widodo.”<br />
“Widodo, Widodo…. Wid-dhod-dho, Su!”<br />
Maka pecah suasana malam itu. Penonton bukan<br />
lagi menertawakan orang yang jadi contoh<br />
kasus, melainkan sedang menertawakan diri<br />
sendiri, menertawakan kekonyolan yang selama<br />
ini disembunyikan atau diingkari.<br />
Ya, Jawa Dwipa sama sekali bukan tentang<br />
romantisme Jawa. Komposisi ini jalan kembalinya<br />
Djaduk ke Jawa, melalui bunyi.<br />
Usai Bethari, yang melodinya dibuat untuk<br />
Opera Anoman (1997) yang ditulis Nano Riantiarno,<br />
Djaduk berlanjut ke Pesisir. Samar-samar<br />
tertangkap langgam Melayu dan Madura dengan<br />
dominasi rampak kendang dan suling.<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
Pesisir<br />
mengingatkan<br />
kembali bahwa<br />
Indonesia punya<br />
budaya pesisir<br />
yang luar biasa<br />
banyak didukung<br />
karakter orangorangnya<br />
yang<br />
terbuka, jujur,<br />
keras, dan<br />
bersahaja.<br />
Pesisir mengingatkan kembali bahwa Indonesia<br />
punya budaya pesisir yang luar biasa banyak<br />
didukung karakter orang-orangnya yang terbuka,<br />
jujur, keras, dan bersahaja. Pantai adalah<br />
pintu masuk pergaulan budaya. Suasana dan<br />
elemen-elemen pesisir, semangat, kemeriahan,<br />
dan keterbukaannya menjadi watak yang kuat<br />
dalam komposisi ini.<br />
“Pesisir adalah kita, yang menyisir dari pinggir,<br />
untuk merasuk ke substansi. Jadi, kalau<br />
memang ada yang punya gagasan mengembangkan<br />
budaya maritim, memang pas orang<br />
itu.” Bisa ditebak, kalimat barusan mengacu ke<br />
siapa walau Djaduk tidak mengucapkan.<br />
Jika dulu orang berpikir tentang samudra,<br />
tentang hal-hal besar, sekarang orang berpikir<br />
tentang budaya korupsi dan pintu yang<br />
terbuka bagi provokator. Kekhawatiran ini dia<br />
tuangkan dengan memelesetkan lirik lagu Nenek<br />
Moyangku Seorang Pelaut jadi begini: nenek<br />
moyangku provokator//gemar merawat prilaku<br />
kotor//ngga mau kalah malah melapor//senangnya<br />
mengutip kata-kata “bocor”.<br />
Angop (bahasa Jawa, tidur) adalah komposisi<br />
paling unik dari semua repertoar malam itu karena<br />
menggunakan klenengan sapi sebagai instrumen<br />
utama. Klenengan (genta yang disambung<br />
tali, diikatkan ke leher sapi) digenggam<br />
tiga pemain: Djaduk, Purwanto, dan Sukoco.<br />
Bertiga mereka duduk berjajar.<br />
Djaduk hanya memegang satu klenengan,<br />
sedangkan dua lainnya memegang dua<br />
klenengan di tangan kanan dan kiri. Satu per<br />
satu klenengan, yang masing-masing punya<br />
nada berbeda, dibunyikan, membentuk melodi<br />
lembut. Pas sebagai pengiring tidur.<br />
Tidurnya siapa Tidurnya wakil rakyat saat<br />
bersidang di gedung parlemen. “Hoaaam” di<br />
sini disahut “hoaaam” di sana. “Cangkem (mulut,<br />
red.)-nya itu lo, menganga. Secara visual sangat<br />
kontemporer. Makanya komposisi ini saya<br />
sebut Angop.”<br />
Berlanjut ke Swarnadwipa dengan tiupan<br />
serunai memikat, mengantar cerita tentang<br />
sejarah panjang Bukit Barisan dan kekayaan<br />
tradisi Pulau Emas yang tak akan habis digali.<br />
Lalu Barong yang dinamis, mengentak-entak<br />
layaknya gerakan tari topeng yang magis.<br />
Di antara dua nomor itu, Djaduk menyelipkan<br />
Demen Becik Rukun Seger Waras yang baru<br />
dibuat 10 hari sebelum konser. Komposisi ini<br />
inspirasinya didapat sewaktu dia ke Blora dan<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
bertemu dengan komunitas Samin. Di sana dia<br />
menemukan moto “demen becik rukun seger<br />
waras” yang dicetuskan tokoh Samin Surosentiko<br />
(1859-1914).<br />
Di tengah masyarakat Samin, Djaduk melihat<br />
Indonesia yang ideal. Lugu tapi cerdas, dengan<br />
sabar menjaga keharmonisan dan perbedaan,<br />
dan perdebatan tak lain cara menuju yang terbaik,<br />
bukan atas dasar punya modal lalu ngotot.<br />
“Indonesia harus melihat lagi kearifan lokalnya,<br />
belajar kembali pada orang-orang sederhana,<br />
pada cah ndeso, pada petani, nelayan,<br />
blusak-blusuk. Ini bukan bayaran lo, lebih dari<br />
relawan.”<br />
Bintang tamu tunggal malam itu, Glenn<br />
Fredly, yang tampil tanpa topi pet, menyanyikan<br />
Molukken (Kole-kole) dalam tempo pelan.<br />
Suaranya dominan dengan musik pengiring<br />
yang minim. Seperti diajak naik kole-kole yang<br />
diayun gelombang tenang Teluk Ambon. Glenn<br />
bahkan nyaris tidak beranjak dari tempatnya<br />
berdiri hingga lagu habis.<br />
Maluku-lah yang dulu sekali membuka mata<br />
dunia tentang Nusantara, dari rempah-rempahnya<br />
yang tersebar ke mana-mana. Maluku<br />
adalah kumpulan pulau yang bernyanyi. Sejarah<br />
panjang sejak prakolonial hingga zaman<br />
milenium ini bisa dilacak melalui lagu-lagu yang<br />
berkembang di sana.<br />
Di akhir konser, Butet Kartaredjasa, yang jadi<br />
kepala tim produksi sekaligus kakak sulung Djaduk,<br />
naik panggung. Walau sebenarnya untuk<br />
menyampaikan ucapan terima kasih, tapi kenyataannya<br />
jadi tek-tok menggelikan “bongkar-<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
teater<br />
bongkar aib” dari abang-adik ini.<br />
Misalnya kalimat pembuka Butet, “Saya heran<br />
mengapa Djaduk merayakan ulang tahun<br />
ke-50. Padahal buat saya musibah. Umur 50<br />
itu kandidat diabetes.” Djaduk pun menjawab,<br />
“Ini doa kakak yang kurang sopan. Kalau saya<br />
meninggal duluan, Butet orang pertama yang<br />
saya primpeni (hantui).”<br />
Sejak SD, Djaduk sudah membantu menggarap<br />
musik untuk pementasan teater Butet. Tak<br />
berlebihan kalau Butet sesumbar dialah yang<br />
paling tahu perjalanan musik Djaduk, termasuk<br />
detail-detail perjalanan yang tersembunyi dan<br />
rahasia.<br />
“Saya tahu Djaduk ini sebagai pemusik, dia<br />
betul-betul sebagai pemusik yang terstruktur,<br />
sistematis, dan masif.” Halah, kok senada seirama<br />
dengan adiknya. Nggak ikut-ikutan,<br />
deh. Panjang umur dan banyak bahagia, Mas<br />
Djaduk! ■ SILVIA GALIKANO<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Silat yang Cool<br />
dari Negeri PetroDolar<br />
Remaja Yasmine mempelajari silat berangkat dari<br />
keinginannya membalas dendam. Ketika falsafah silat<br />
akhirnya dia temukan, Yasmine mendapat lebih dari<br />
yang dia inginkan.<br />
Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Judul: Siti Kamaluddin<br />
Sutradara:<br />
Din Kamaluddin<br />
Produksi: Origin Films<br />
(Brunei Darussalam)<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Pemain: Liyana Yus, Nadiah<br />
Wahid, Reza Rahadian,<br />
Mentari De Marelle,<br />
Dwi Sasono, Agus<br />
Kuncoro, Roy Sungkono,<br />
Dian P. Ramlee, Nabila<br />
Huda, Aryl Falak, Dato’<br />
M. Nasir<br />
Durasi: 105 menit<br />
Bukan SMA ini yang Yasmine (Liyana<br />
Yus) mau. Dia ingin bersama terus<br />
dengan gengnya, masuk sekolah<br />
swasta. Tapi ayahnya, Fahri (Reza<br />
Rahadian), hanya mampu menyekolahkan anak<br />
tunggalnya itu di sekolah negeri.<br />
Sedang gusar karena gengnya makin lama<br />
makin menjauh, Yasmine mendapat kabar Adi<br />
(Aryl Falak) sudah kembali ke kotanya selepas<br />
mengikuti pertandingan silat internasional, dan<br />
menang. Adi adalah kawan masa kecil Yasmine<br />
dan sudah lama mereka tidak saling kontak.<br />
Kekaguman pada Adi menginspirasi Yasmine<br />
mendaftar masuk perguruan silat di gedung<br />
olahraga. Dia bahkan sudah menyiapkan macam-macam<br />
“kata sambutan” jika nanti berte-<br />
Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
mu dengan Adi. Namun, belum lagi bertemu,<br />
Yasmine mendengar selentingan Adi sedang<br />
dekat dengan Dewi (Mentari De Marelle), juara<br />
silat nasional. Dewi, yang bersekolah di SMA<br />
swasta, tak lain rival Yasmine sejak lama.<br />
Makin kuat keinginan Yasmine belajar silat,<br />
walau di perguruan silat itu muridnya cuma<br />
tiga: Yasmine, Ali (Roy Sungkono), dan Nadia<br />
(Nadiah Wahid). Mereka dilatih Cikgu Tong<br />
Lung (Dwi Sasono), yang ke mana-mana tak<br />
lepas dari kipas.<br />
Metode latihan Cikgu Tong lumayan “unik”<br />
karena dia tidak pernah mencontohkan jurus<br />
paling sederhana sekalipun. Murid-murid disuruh<br />
mencari sendiri, yang mentok-mentok buka<br />
YouTube; mengembangkan sendiri; sedangkan<br />
dia hanya berbaring di tepi lapangan bertelekan<br />
tangan sambil kipas-kipas.<br />
“Aku sedang mengendalikan tenaga dalamku.<br />
Tenaga dalamku sangat dahsyat. Kalian tahu<br />
bagaimana akibatnya kalau tidak dikendalikan,”<br />
begitu selalu alasan Cikgu Tong setiap kali murid<br />
memintanya memberi contoh.<br />
Walau mereka baru saja mulai berlatih, Yasmine<br />
nekat mendaftarkan sekolahnya mengikuti<br />
kejuaraan nasional pencak silat. Tekadnya<br />
demikian kuat untuk mengalahkan Dewi dan<br />
merebut Adi.<br />
Ketiganya pergi ke pelosok-pelosok negeri<br />
mencari guru silat mumpuni. Pencarian dari<br />
satu guru ke guru lainnya membawa mereka<br />
Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
Kami harus mendapat<br />
izin dari Kerajaan. Jadi<br />
lamanya bukan karena<br />
lembaga sensor.<br />
ke Cikgu Jamal (Agus Kuncoro), pendekar yang<br />
sekarang berkursi roda. Selepas sekolah hingga<br />
magrib, mereka berlatih di halaman rumah<br />
Cikgu Jamal.<br />
Seluruh aktivitas Yasmine<br />
belajar silat dia rahasiakan<br />
rapat-rapat dari<br />
ayahnya, yang sejak awal<br />
tidak setuju pada silat.<br />
Ayahnya pernah langsung<br />
mematikan televisi saat<br />
Yasmine menonton berita<br />
olahraga yang menyiarkan<br />
Adi sedang berlaga.<br />
Yasmine maju terus<br />
hingga kini hari pertama<br />
kejuaraan nasional. Berbekal ilmu dari Cikgu Jamal,<br />
mengalahkan musuh dalam pertandingan<br />
bukanlah masalah besar. Namun, di baliknya,<br />
ada musuh lebih besar yang mesti ditaklukkan,<br />
termasuk misteri yang selama ini dirahasiakan<br />
ayahnya hingga demikian membenci silat.<br />
Butuh empat tahun bagi film ini hingga akhirnya<br />
dapat dirilis. Origin Films, rumah produksi<br />
dari Brunei Darussalam, yang memproduksi<br />
Yasmine, harus lebih dulu meyakinkan dan<br />
mendapat dukungan Kerajaan Brunei Darussalam.<br />
Tak mengherankan jika inilah film layar<br />
lebar pertama di Brunei setelah tidak ada produksi<br />
film layar lebar sejak 1960.<br />
“Kami harus mendapat izin dari Kerajaan.<br />
Jadi lamanya bukan karena lembaga sensor.<br />
Di Brunei ada lembaga sensor, dan Yasmine<br />
lolos sensor tanpa ada potongan sedikit pun,”<br />
sutradara Siti Kamaluddin menjelaskan seusai<br />
pemutaran Yasmine khusus untuk wartawan, di<br />
Djakarta Theatre, Kamis, 14 Agustus 2014.<br />
Yasmine sempat kedodoran di awal film, sampai<br />
nyaris membosankan. Terlebih, trailernya<br />
yang sudah beredar sebulan lalu menjanjikan<br />
bahwa ini film silat remaja semacam Karate Kid<br />
versi remaja perempuan.<br />
Salman berlama-lama menjelaskan siapa Yasmine<br />
si ABG ceria yang hidup hanya dengan<br />
Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
ayahnya, yang tidak peduli kan penampilan,<br />
sembrono memarkir Mini Cooper-nya, dan banyak<br />
menghabiskan waktu di rumah pohon di<br />
halaman belakang rumah. Termasuk di dalamnya<br />
subplot tentang geng sekolah lama Yasmine<br />
yang sebenarnya bisa sedikit saja.<br />
Yasmine berubah seru selepas pertengahan,<br />
dan klimaks nya menjelang akhir digarap keren.<br />
Selipan-selipan khas film bela diri, seperti mencari<br />
guru, mencari ilmu pamungkas, dan cerita<br />
rahasia guru yang terungkap di akhir cerita,<br />
semua ada di sini.<br />
Kerja keras sutradara Siti Kamaluddin tidak<br />
sia-sia mengarahkan Liyana dan Nadiah, dua<br />
pendatang baru dari Brunei, mengingat ini film<br />
pertama mereka. Bahkan Liyana butuh dua<br />
tahun berlatih silat sebelum produksi. Namun<br />
Siti luput memperhatikan, betapa di setiap<br />
scene yang ada Fahri, selalu ada adegan Fahri<br />
mencopot kacamata.<br />
Pemain dari Indonesia menghabiskan waktu<br />
dua bulan untuk berlatih silat dan, lebih penting<br />
lagi, melatih dialek Brunei yang berbeda dengan<br />
dialek Melayu-Malaysia yang lebih akrab di<br />
telinga orang Indonesia.<br />
Lebih dari setengah abad tidak memproduksi<br />
film layar lebar membuat kakak-adik Siti dan<br />
Din tidak dapat mengandalkan seluruh kru dan<br />
pemain asal dari Brunei. Alhasil, Yasmine menjadi<br />
produksi internasional karena melibatkan<br />
pemain dan kru dari berbagai negara. Ada filmmaker<br />
dari Indonesia, seperti Salman Aristo<br />
Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
sebagai penulis skenario, Aghi Narottama dan<br />
Bemby Gusti sebagai penata musik, Cesa David<br />
Luckmansyah sebagai penyunting gambar, dan<br />
Khikmawan Santosa sebagai penata suara.<br />
Siti dan Din, yang berayah Brunei dan beribu<br />
Solo, juga mengajak James Teh dari Australia<br />
untuk menggarap sinematografi, action<br />
director (sutradara laga) Chan Man Ching yang<br />
berpengalaman 30 tahun di industri film Hong<br />
Kong dan Hollywood, serta pemain dan kru<br />
dari Malaysia, Australia, dan Polandia selain<br />
dari Brunei Darussalam.<br />
Sebenarnya ini yang paling penting: Yasmine<br />
mengenalkan Brunei ke masyarakat Indonesia.<br />
Selain bahasanya, kita bisa saksikan<br />
kerajaan petrodolar itu tidak sekosmopolitan<br />
Majalah Majalah detik detik 25 - 31 14 agustus - 20 juli 2014
seni hiburan<br />
FILM<br />
yang dibayangkan, bahwa negara itu masih<br />
punya banyak jalanan sempit, tanah lapang<br />
yang hijau, hutan kota, dan rumah panggung<br />
yang asri.<br />
Sebaliknya, menggelikan mendapat cerita<br />
Salman sewaktu pertama menyodorkan skrip.<br />
Karakter Yasmine dia gambarkan ke sekolah<br />
naik sepeda. “Semua menatap saya heran. Ternyata<br />
anak sekolah di Brunei minimal naik Mini<br />
Cooper, ha-ha-ha….” ■ SILVIA GALIKANO<br />
Majalah<br />
Majalah<br />
detik<br />
detik<br />
25 - 31<br />
14<br />
agustus<br />
- 20 juli 2014<br />
2014
Film Pekan Ini<br />
THE EXPENDABLES 3<br />
Barney Ross (Sylvester Stallone)<br />
harus bertarung dengan mantan<br />
temannya, Conrad Stonebanks (Mel<br />
Gibson), yang dulu dikira sudah mati. Bersama<br />
Conrad, Barney mendirikan The Expendables.<br />
Kini Conrad, yang berprofesi sebagai<br />
pimpinan sindikat perdagangan senjata<br />
ilegal, berusaha membunuh Barney dan<br />
melenyapkan The Expendables. Barney, yang<br />
punya rencana sama, akhirnya menghimpun<br />
anggota-anggota muda baru untuk memburu<br />
Conrad.<br />
Jenis Film: Action,<br />
Adventure, Thriller |<br />
Produser: dAnny Lerner,<br />
Avi Lerner, Les Weldon<br />
| Produksi: Millennium<br />
Films | Sutradara:<br />
Patrick Hughes | Durasi:<br />
126 menit<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Film Pekan Ini<br />
PLANES: FIRE & RESCUE<br />
Kru elite pesawat pemadam kebakaran melindungi<br />
Taman Nasional Piston dari kebakaran hebat. Ketika<br />
pembalap udara dunia, Dusty (Dane Cook), mengetahui<br />
bahwa tubuh mesinnya rusak dan tidak mungkin mengikuti<br />
balapan lagi, ia memutuskan untuk terlibat dalam tim pemadam<br />
kebakaran.<br />
Dusty bergabung bersama veteran pasukan pemadam<br />
kebakaran dan penyelamatan helikopter, Blade Ranger (Ed<br />
Harris), dan timnya, serta super scooper Lil Dipper (Julie<br />
Bowen), helikopter angkatan-berat Windlifter (Wes Studi),<br />
mantan transportasi militer Cabbie (Dale Dye), dan sekumpulan<br />
kendaraan pemberani yang dikenal sebagai The Smokejumpers.<br />
Bersama-sama, mereka memadamkan kebakaran dan belajar<br />
untuk menjadi pahlawan yang sebenarnya.<br />
Jenis Film: Animation, Adventure, Comedy | Produser:<br />
John Lasseter | Produksi: Walt Disney Pictures |<br />
Sutradara: Roberts Gannaway | Durasi: 83 menit<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
seni Film hiburan Pekan Ini<br />
Film Pekan Ini<br />
SOEKARNO<br />
EXTENDED VERSION<br />
Film Sukarno kembali hadir<br />
dalam menyambut HUT RI di<br />
tahun 2014 ini dalam versi yang<br />
lebih panjang dan lengkap. Cerita dimulai<br />
tahun 1920-an, saat Sukarno muda<br />
tinggal di rumah H.O.S. Cokroaminoto di<br />
Surabaya. Dari Cokroaminoto, Sukarno<br />
belajar menundukkan hati rakyat.<br />
Rakyat merupakan inspirasi Sukarno<br />
dalam melakukan perjuangan melawan<br />
penjajah. Keinginan Sukarno satu: melihat<br />
Indonesia merdeka!<br />
Perjuangannya menghadapi<br />
pe me rintah Belanda dan melawan<br />
ke kejaman penjajah Jepang membuat<br />
Sukarno harus menjalani kehidupan<br />
dari penjara ke penjara. Dari lokasi<br />
pengasingan di Ende hingga Bengkulu.<br />
Masa pembuangan di Bengkulu<br />
mempertemukan Sukarno dengan<br />
Fatmawati. Ketertarikan Sukarno<br />
terhadap Fatmawati sama besarnya<br />
dengan hasratnya melihat Indonesia<br />
merdeka.<br />
Sukarno menemukan jalan<br />
kemerdekaan Indonesia ketika Jepang<br />
mengalami kekalahan perang Asia<br />
Timur Raya. Akhirnya, pada tanggal 17<br />
Agustus 1945 Sukarno bersama Hatta<br />
mengumumkan proklamasi kemerdekaan<br />
Indonesia.<br />
Jenis Film: Drama | Produser: Raam<br />
Punjabi | Produksi: MVP Pictures |<br />
Sutradara: Hanung Bramantyo |<br />
Durasi: 153 menit<br />
Majalah detik 425 - 10 - 31 november agustus 2013 2014
agenda<br />
PENTAS TEATER:<br />
peraMPOK<br />
Produksi: Burungmerak Press<br />
Naskah Drama: W.S. Rendra<br />
Sutradara: Edi Haryono<br />
Graha Bhakti Budaya, TIM<br />
Jumat & Sabtu, 29 & 30<br />
Agustus 2014, Pukul 19.30<br />
WIB. HTM: Rp 200.000 |<br />
Rp 150.000 | Rp 100.000 |<br />
Rp 50.000<br />
Konser Mahakarya<br />
3Composer feat. Afgan-Sammy-Marcell<br />
27 Agustus 2014, 19.00 WIB<br />
Nusa Indah Theater, Balai Kartini<br />
Jakarta, Promotor: ERPE Entertainment<br />
& Rigel Dinamika Ent.<br />
Jangan Panggil Aku, Butet<br />
Oleh Rio Silaen & Voice of Indonesia<br />
Minggu, 31 Agustus 2014, pukul 15.00 WIB<br />
Galeri Indonesia Kaya<br />
Dieng Culture<br />
Festival 5 2014<br />
Ruwat rambut gembel, pameran industri<br />
kreatif, pesta lampion dan bakar jagung,<br />
pergelaran seni tradisi, kompetisi film<br />
Dieng, Jazzatasawan.<br />
30-31 Agustus 2014, Dieng Plateau<br />
Majalah detik 25 - 31 agustus 2014
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik