10.01.2015 Views

1y3agbn

1y3agbn

1y3agbn

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TRAGEDI CHARLIE HEBDO<br />

TILANG<br />

JONAN<br />

MUHAMMAD ALI<br />

THE GREATEST<br />

FARIZ OH<br />

FARIZ<br />

EDISI 163 | 12 - 18 JANUARI 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 163 12 - 18 JANUARI 2015<br />

FOKUS<br />

DARI SUSI<br />

SAMPAI SINGA<br />

“IBU (SUSI) NGAMUK-NGAMUK.<br />

‘KALIAN BIKIN MALU SAJA, NGURUS<br />

KAYAK BEGITU ENGGAK BECUS.’”<br />

NASIONAL<br />

KRIMINAL<br />

n STRATEGI BALON HINGGA PONTON<br />

n UNIT REAKSI CEPAT ALA ISTANA<br />

INTERNASIONAL<br />

n NARKOBA KEDUA PELANTUN BARCELONA<br />

HUKUM<br />

n MAJU-MUNDUR EKSEKUSI MATI<br />

RUMAH<br />

n MAUT DI CHARLIE HEBDO<br />

n SAAT KOUACHI BERTEMU AWLAKI<br />

n NODA HITAM PANGERAN ANDREW<br />

n SERIGALA MALAM DARI MOSKOW<br />

INTERVIEW<br />

n STOP IMPOR PANGAN TIGA TAHUN LAGI<br />

KOLOM<br />

n MENCEGAH POLITISASI DANA DESA<br />

SELINGAN<br />

n RUMAH ‘BERBONUS’ BESAR GILANG RAMADHAN<br />

EKONOMI<br />

n MEMIKUL PANEN KE NEGERI TETANGGA<br />

n ENTIKONG TAMBAH RAMAI<br />

n DULU UNTUK BENSIN, SEKARANG UNTUK PERBATASAN<br />

n JANGAN KALAH DARI NEGERI JIRAN<br />

BISNIS<br />

n ADU BALAP TOKO BAN MOTOR<br />

n MENUNGGU DERU-DERU DIESEL<br />

INSPIRING PEOPLE<br />

n MIMPI TAUFAN UNTUK MEREKA YANG TAK LAYAK BANK<br />

LENSA<br />

n ALI, THE GREATEST<br />

FILM<br />

n MELAWAN MINUS 20 DERAJAT CELSIUS<br />

n MERAYAKAN ERAU<br />

FILM<br />

n YOHANA YEMBISE | IKO UWAIS | CARA DELEVINGNE<br />

GAYA HIDUP<br />

n DI BALIK PENJARA GITMO<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n SETRIKA ANTITUA<br />

n DANAU TERLARANG DI KAZAKHSTAN<br />

n LEZATNYA BLASTERAN ITALIA-JEPANG<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />

Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />

Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />

Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

MELAWAN MINUS<br />

20 DERAJAT CELSIUS<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Tentara dari kesatuan Komando Khusus Korea Selatan berlatih ekstrakeras di Pyeongchang, 126 kilometer arah barat dari Seoul, Kamis<br />

(8/1). Latihan di suhu minus 20 derajat Celsius ini untuk mengantisipasi ketegangan Korea Selatan dengan Korea Utara.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


LENSA<br />

Pyeongchang merupakan kawasan pegunungan bersalju yang membeku pada musim dingin. Tentara berlatih ketahanan fisik melawan<br />

udara beku dan superdingin. (Kim Hong-Ji/REUTERS)


LENSA<br />

Tentara membidik sasaran di tengah danau yang membeku. Suhu minus 20 derajat Celsius diabaikan karena ancaman serangan militer<br />

Korea Utara. (Kim Hong-Ji/REUTERS)


LENSA<br />

Provokasi militer Korea Utara membuat Korea Selatan berlatih untuk menghadapi situasi terburuk. Beberapa kali Korea Selatan menggelar<br />

latihan militer bersama Amerika. (Chung Sung-Jun/GETTY IMAGES)


LENSA<br />

Ketegangan dua Korea karena Perang Korea 1955 hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian. (Chung Sung-Jun/<br />

GETTY IMAGES)


LENSA<br />

Januari hingga awal Februari merupakan puncak musim dingin di Korea. Rencana pertemuan puncak KTT Korea Selatan-Korea Utara membuat<br />

kedua belah pihak waspada. (Kim Hong-Ji/REUTERS)


LENSA<br />

Fisik tentara Korea Selatan ditempa. Pada prakteknya, tidak mudah berperang di musim dingin. (Kim Hong-Ji/ REUTERS)


INTERNASIONAL<br />

MAUT<br />

DI CHARLIE HEBDO<br />

“INI BARANGKALI TERDENGAR SOMBONG, TAPI AKU LEBIH MEMILIH MATI<br />

DENGAN BERDIRI TEGAK KETIMBANG HIDUP BERTEKUK LUTUT.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Seorang perempuan<br />

menempelkan catatan<br />

penghormatan bagi para<br />

korban penembakan<br />

Charlie Hebdo di kantor<br />

Kedutaan Prancis, London,<br />

Kamis (8/1).<br />

STEFAN WERMUTH/REUTERS<br />

MESTINYA nyali mereka sudah<br />

benar-benar ciut. Kantor mereka<br />

dibakar, mereka dihujani ancaman<br />

mati, situs mereka diretas, demikian<br />

pula akun Facebook mereka. Tapi para kartunis<br />

koran mingguan Charlie Hebdo memang<br />

punya nyali ganda.<br />

Lewat dini hari pada 2 November dua tahun<br />

lalu, kantor Charlie Hebdo di Paris tandas dilahap<br />

api. Terang kebakaran itu bukan sebuah<br />

kecelakaan. Persis sehari sebelumnya, Stephane<br />

Charbonnier alias Charb, Pemimpin Redaksi<br />

Charlie, dan kawan-kawannya menerbitkan<br />

edisi terbaru koran itu dengan gambar besar di<br />

halaman muka.<br />

Yang jadi soal memang gambar di koran beraliran<br />

kiri itu. Kartunis Charlie menggambar<br />

Nabi Muhammad tengah mengatakan, ”Kalian<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU TAK TAKUT<br />

PEMBALASAN. AKU TAK<br />

PUNYA ANAK, JUGA TAK<br />

PUNYA ISTRI. AKU TAK PUNYA<br />

MOBIL DAN TAK PUNYA<br />

UTANG.”<br />

akan dicambuk 100 kali jika tak mati tertawa.”<br />

Mereka juga memelesetkan nama koran mereka<br />

menjadi Chari Hebdo, meledek penerapan<br />

hukum syariah. Di bagian dalam, kartunis<br />

Charlie menggambar Nabi Muhammad dengan<br />

hidung besar seperti badut.<br />

Bagi Charb dan kawankawannya,<br />

kebebasan mengkritik,<br />

meledek, dan menyindir<br />

segala hal, bahkan sesuatu<br />

yang disucikan satu agama,<br />

dengan cara-cara yang sangat<br />

provokatif sekalipun, adalah<br />

hak yang tak bisa ditawar. Islam,<br />

menurut Charb kala itu,<br />

tak bisa dikecualikan.<br />

“Jika kami bisa meledek<br />

semua hal di Prancis, jika<br />

kami boleh membicarakan<br />

segala hal di Prancis, kecuali<br />

Islam dan Islamisme, itu jadi<br />

hal yang menjengkelkan,” kata Charb setelah<br />

kantornya tandas dilalap api. Edisi Nabi Muhammad<br />

tersebut merupakan sindiran atas<br />

kemenangan partai Islam, Partai An-Nahda,<br />

dalam pemilihan umum di Tunisia.<br />

Sepekan setelah serangan itu, Charb dan<br />

kawan-kawan menerbitkan Charlie dengan<br />

gambar halaman muka kartunis mereka tengah<br />

mencium seorang laki-laki dengan cambang lebat<br />

berkopiah dan menulis, ”L'Amour plus fort<br />

que la haine.” Cinta jauh lebih kuat daripada<br />

kebencian.<br />

Sepanjang umurnya, Charlie sudah berulang<br />

kali memuat kartun Nabi Muhammad. Pada<br />

Februari 2006, mereka memuat kartun Nabi<br />

Muhammad di halaman muka. Charlie memasang<br />

judul ”Mahomet débordé par les intégristes".<br />

Dalam edisi itu, mereka juga mencetak<br />

ulang 12 kartun Nabi Muhammad yang pernah<br />

dipublikasikan harian Denmark, Jyllands-Posten.<br />

Serangan terhadap kantornya pada 2011 tak<br />

membuat redaksi koran mingguan itu kapok.<br />

Setahun setelah kartun yang berbuah pembakaran<br />

kantornya, Charlie Hebdo kembali menerbitkan<br />

kartun-kartun Nabi Muhammad yang<br />

provokatif. Kritik dari pemerintah Prancis dan<br />

Gedung Putih atas pemuatan kartun-kartun<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Anggota Kesatuan<br />

Antiteror Prancis<br />

bersiaga di Corcy, arah<br />

timur laut dari Paris,<br />

Kamis (8/1).<br />

CHRISTIAN HARTMANN/<br />

REUTERS<br />

itu tak membuat Charb dan kawan-kawannya<br />

mundur.<br />

“Aku tak takut pembalasan. Aku tak punya<br />

anak, juga tak punya istri. Aku tak punya mobil<br />

dan tak punya utang.... Ini barangkali terdengar<br />

sombong, tapi aku lebih memilih mati dengan<br />

berdiri tegak ketimbang hidup bertekuk lutut,”<br />

ujar Charb. Dia dan teman-teman kartunisnya<br />

harus membayar sangat mahal atas keyakinan<br />

mereka.<br />

●●●<br />

Ahmed Merabet, 42 tahun, dan keluarganya<br />

hijrah dari Tunisia ke Prancis untuk mencari kehidupan<br />

yang lebih layak. Sudah delapan tahun<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

KATAKAN KEPADA MEDIA, KAMI<br />

DARI AL-QAIDAH DI YAMAN.”<br />

Ahmed menjadi polisi di Kota Paris. Dia baru<br />

saja lulus menjadi detektif.<br />

Rocco Contento, Sekretaris Serikat Polisi di<br />

Paris, mengaku kenal dekat dengan Ahmed.<br />

Detektif Ahmed yang seorang muslim itu,<br />

kata Rocco, orang yang irit bicara dan sangat<br />

berhati-hati. Tapi, pada Rabu siang pekan lalu,<br />

pupus sudah karier Ahmed sebagai polisi.<br />

Pada pukul 11.20 Rabu pekan lalu, satu sedan<br />

Citroen C3 hitam bernomor polisi CW-518-XV<br />

berhenti mendadak<br />

di Jalan Rue Nicolas-<br />

Appert, Paris. Dua<br />

laki-laki mengenakan<br />

seragam ala militer<br />

hitam dengan muka tertutup rapat turun<br />

dari mobil itu sembari menenteng senapan Kalashnikov<br />

AK-47. Seolah-olah sudah tahu yang<br />

mereka cari, mereka langsung menuju gedung<br />

nomor 6 di jalan tersebut.<br />

“Apakah ini kantor Charlie Hebdo” teriak<br />

salah seorang laki-laki itu kepada dua petugas<br />

perawat gedung. Petugas itu menjawab kantor<br />

Charlie Hebdo berselisih dua pintu dari gedung<br />

tersebut. Entah apa masalahnya, salah seorang<br />

pria bersenjata itu menembak mati satu petugas<br />

sebelum berlalu.<br />

Siang itu, Corinne “Coco” Rey, salah seorang<br />

kartunis Charlie Hebdo, baru tiba di depan<br />

kantor saat bersirobok dengan dua laki-laki<br />

bersenjata. “Aku baru saja menjemput anakku<br />

dari tempat penitipan. Mereka mengancam<br />

kami,” kata Corinne. Kedua orang itu menyuruh<br />

Corinne memasukkan kode keamanan untuk<br />

membuka pintu gedung. Dan mulailah peristiwa<br />

horor sadis itu.<br />

Di dalam, tim redaksi Charlie Hebdo baru<br />

berkumpul di ruang rapat. Semua orang, kata<br />

Laurent Leger, salah satu penulis Charlie, sangat<br />

bersemangat dan gembira setelah libur Natal<br />

dan tahun baru. “Itu rapat pertama tahun ini....<br />

Sebagian baru pulang dari berlibur. Suasananya<br />

nyaris seperti euforia,” Leger mengenang. Mereka<br />

sudah hampir rehat saat mendengar suara<br />

keras. “Kami tak menaruh perhatian. Kami terlalu<br />

gembira setelah bertemu kembali.”<br />

Dua pria bersenjata itu, menurut seorang<br />

polisi antiteror, tahu betul siapa yang mereka<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Papan elektronik<br />

bertulisan "Je Suis<br />

Charlie" atau "Aku<br />

adalah Charlie"<br />

menyala di gedung<br />

Axel Springer, Jerman,<br />

Kamis (8/1).<br />

HANNIBAL HANSCHKE/<br />

REUTERS<br />

cari. “Dia berjalan langsung ke ruang rapat dan<br />

berteriak, ”Di mana Charb,” kata dia. Semula,<br />

menurut Leger, peserta rapat menilai itu hanya<br />

lelucon. Begitu Stephane Charbonnier alias<br />

Charb, Pemimpin Redaksi Charlie, unjuk diri,<br />

senapan mereka menyalak.<br />

“Mereka menembak Wolinski, Cabu.... Semuanya<br />

berlangsung sekitar lima menit. Aku<br />

berlindung di kolong meja,” kata Corinne. Mereka<br />

membunuh Charb, kartunis Jean Cabut<br />

alias Cabu, kartunis Georges Wolinski, kartunis<br />

Bernard Verlhac, dan sejumlah orang di kantor<br />

Charlie Hebdo. Total ada sepuluh orang di kantor<br />

Charlie yang tewas ditembak. Leger selamat<br />

karena dia berlindung di bawa meja dan dua<br />

penembak itu tak menaruh perhatian kepadanya.<br />

Setelah membunuh kartunis Charlie, dua penembak<br />

itu melenggang keluar dengan tenang,<br />

sama kalemnya seperti saat mereka datang<br />

dan masuk dalam mobil. Benoit Bringer, yang<br />

berkantor di seberang gedung Charlie, melihat<br />

dua orang itu keluar dan polisi datang. Sempat<br />

terjadi baku tembak sebelum sedan Citroen itu<br />

tancap gas.<br />

Di Boulevard Richard Lenoir, sedan itu dihadang<br />

mobil yang dikendarai Ahmed Merabet.<br />

Kalah senjata, Ahmed memundurkan mobilnya.<br />

Sial, mobilnya menabrak mobil yang terparkir di<br />

pinggir jalan. Dua laki-laki itu keluar dari mobil<br />

dan memburu Ahmed yang telah terluka.<br />

“Voulez-vous me tuer Apakah kalian ingin<br />

membunuhku” Ahmed yang terkapar di trotoar<br />

bertanya. “C’est bon chef”, Tidak apa-apa,<br />

Chef,” kata salah satu pria itu sebelum menem-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Dua pelaku<br />

penembakan di kantor<br />

Charlie Hebdo terekam<br />

dalam video yang dibuat<br />

oleh seorang warga,<br />

Rabu (7/1).<br />

REUTERS<br />

bak mati Ahmed. Sebelum berlalu, mereka<br />

berteriak kepada Cedric Le Bechec, seorang<br />

agen properti, dan sejumlah orang yang ada di<br />

tempat itu. “Katakan kepada media, kami dari<br />

Al-Qaidah di Yaman.”<br />

Sehari setelah penyerbuan Charlie Hebdo, di<br />

jejaring sosial banjir simpati untuk Ahmed. “I am<br />

not Charlie, I am Ahmed the dead cop. Charlie ridiculed<br />

my faith and culture and I died defending his<br />

right to do so,” Dyab Abou Jahjah, @Aboujahjah,<br />

menulis di Twitter. Pada saat yang sama, jejaring<br />

sosial juga banjir simpati untuk Charlie Hebdo,<br />

#JeSuisCharlie—Aku adalah Charlie. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | INDEPENDENT | REUTERS | LA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SAAT KOUACHI<br />

BERTEMU AWLAKI<br />

“AKU, CHERIF KOUACHI, DIKIRIM OLEH AL-QAIDAH DI YAMAN.<br />

DAN SYEKH ANWAR AL-AWLAKI-LAH YANG MENDANAI KAMI.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Cherif Kouachi dan<br />

Said Kouachi<br />

REUTERS<br />

ERIC Badday, 60 tahun, mengenal tetangganya,<br />

Cherif Kouachi, 32 tahun,<br />

sebagai anak muda yang ringan tangan.<br />

Dua pekan lalu, Cherif sempat<br />

membantunya memperbaiki pintu kamarnya<br />

yang rusak.<br />

“Dia selalu membantu<br />

ibu-ibu yang sudah<br />

lanjut usia mengangkat<br />

barang belanjaan,” kata<br />

Eric pekan lalu. Cherif<br />

tinggal bersama istrinya,<br />

Izzana Hamyd,<br />

yang dia nikahi pada<br />

2008. “Dia sangat berotot,<br />

tapi aku pikir dia<br />

sangat miskin. Aku<br />

sempat melongok<br />

kamar flat mereka dan<br />

hanya tampak matras di lantai. Hampir tak ada<br />

furnitur lain.”<br />

Di mata manajernya di swalayan Leclerc,<br />

tempat dia bekerja sebagai tukang ikan, Cherif<br />

adalah karyawan yang terampil dan cekatan.<br />

Dia sangat berhati-hati dalam bekerja dan tak<br />

banyak bicara. Ketika karyawan lain mengobrol,<br />

Cherif tetap berfokus pada pekerjaannya. Satusatunya<br />

hal yang sering dia bicarakan, kata sang<br />

manajer, hanyalah soal harga ikan.<br />

Banyak hal berubah pada Kouachi bersaudara,<br />

Cherif dan kakaknya, Said Kouachi, 34<br />

tahun. Kedua orang tua mereka yang hijrah<br />

dari Aljazair meninggal saat Cherif dan Said<br />

masih bocah. Dua belas tahun lalu, Cherif yang<br />

tumbuh besar di panti asuhan di Kota Rennes,<br />

Prancis, tak beda dengan pemuda gaul di Paris.<br />

Bekerja sebagai tukang pengantar piza,<br />

Cherif bercita-cita menjadi rapper. Dalam video<br />

dokumenter yang dibuat sebuah stasiun televisi<br />

Prancis tampak bagaimana Cherif bergaya<br />

seperti penyanyi rap: celana dan baju kebesaran<br />

serta topi yang dipakai terbalik. Sesekali dia<br />

juga mengisap dan menjual ganja. Beberapa<br />

kali dia juga terlibat pencurian kecil-kecilan.<br />

“Dia merupakan bagian dari anak muda yang<br />

hilang, sedikit bingung, dan sama sekali tak fa-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

JIKA AKU BATAL<br />

BERANGKAT, AKU BAKAL<br />

DIANGGAP SEBAGAI<br />

PENGECUT.<br />

natik,” Vincent Ollivier, mantan pengacaranya,<br />

menggambarkan sosok Cherif. Agama Islam<br />

dan masjid sama sekali bukan hal menarik bagi<br />

Cherif kala itu. Dia mengaku hanya sempat dua<br />

atau tiga kali pergi ke masjid. Dia lebih tertarik<br />

pada anak gadis dan musik rap.<br />

Farid Benyettou alias Abu Abdallah-lah yang<br />

konon mengubah Cherif. Seperti Cherif, Farid<br />

keturunan Aljazair. Barangkali<br />

hal itulah yang<br />

membuat keduanya<br />

dekat. Menurut Jean Pierre<br />

Filiu, penulis buku<br />

The Evolution of the<br />

Global Terrorist Threat,<br />

ideologi Islam Farid banyak<br />

dipengaruhi oleh<br />

kakak iparnya. Sang kakak<br />

ipar—Farid tinggal<br />

menumpang di rumahnya—dideportasi<br />

ke Aljazair setelah diduga<br />

terlibat rencana penyerangan Piala Dunia 1998<br />

di Prancis.<br />

Dari Farid, Cherif mengenal apa itu “jihad”.<br />

Kelompok mereka—dikenal dengan nama Kelompok<br />

Distrik Ke-19 Paris—sangat keras menentang<br />

invasi Amerika Serikat di Irak. Mereka<br />

merencanakan berangkat ke Irak lewat Suriah<br />

dengan paspor palsu. Namun rencana mereka<br />

terbongkar dan Cherif tertangkap polisi. Kepada<br />

polisi, Cherif mengaku sebenarnya tak berniat<br />

pergi ke Irak.<br />

“Semakin dekat harinya, semakin ingin aku<br />

mengurungkan rencana itu. Tapi, jika aku batal<br />

berangkat, aku bakal dianggap sebagai pengecut,”<br />

kata Cherif. Pengadilan menjatuhinya<br />

hukuman tiga tahun penjara, tapi Cherif hanya<br />

menjalaninya 18 bulan.<br />

Hanya dua tahun di luar penjara, pada 2010,<br />

Cherif dan kakaknya, Said, kembali berurusan<br />

dengan polisi. Kali ini polisi menduga Kouachi<br />

bersaudara terlibat dalam komplotan yang berusaha<br />

membebaskan Smain Ali Belkacem—<br />

narapidana kasus penyerangan kereta di Paris<br />

pada 1998 yang menewaskan delapan orang—<br />

dari penjara. Namun Kouachi bersaudara lolos<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Penembak jitu<br />

pasukan khusus<br />

Prancis bersiaga<br />

di atap gedung<br />

dalam kompleks<br />

kawasan industri<br />

Dammartin<br />

en-Goele, Jumat<br />

(9/1).<br />

ERIC GAILLARD/REUTERS<br />

dari hukuman. Polisi tak cukup punya bukti.<br />

Dibanding adiknya, jejak Said jauh lebih<br />

sedikit. Dia tak pernah mendekam di penjara.<br />

Laman akun Facebook yang baru dibuat setahun<br />

lalu memang dipenuhi retorika “jihad”,<br />

juga dengan sejumlah video dan foto latihan<br />

perang. Kadir Sahroli, 76 tahun, tetangga apartemennya,<br />

mengatakan, ”Dia selalu bersikap<br />

sopan kepadaku.... Kami sering bertemu dan<br />

dia selalu menyapa, ‘Halo.’”<br />

Seorang sumber intelijen Yaman mengatakan<br />

Said pernah bertemu dengan Anwar al-Awlaki,<br />

pemimpin Al-Qaidah di Yaman (AQAP), saat dia<br />

pergi ke negara itu pada 2011. Anwar terbunuh<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

YANG KAMI INGIN<br />

KATAKAN ADALAH BAHWA<br />

KAMI MEMBELA NABI<br />

(MUHAMMAD).<br />

dalam serangan pesawat tanpa awak Amerika<br />

tiga tahun lalu. Sumber intelijen Amerika<br />

menduga, Said sempat berlatih militer selama<br />

beberapa bulan bersama AQAP.<br />

“Kami tak mengkonfirmasi bahwa dia berlatih<br />

bersama AQAP, tapi dia memang bertemu<br />

dengan Anwar<br />

di Kota Shabwa,” kata<br />

intel Yaman itu. Selama<br />

empat tahun terakhir,<br />

Kouachi bersaudara<br />

tak banyak berulah.<br />

Keduanya nyaris luput<br />

dari pantauan intelijen<br />

meski, menurut sumber<br />

intelijen Amerika, Cherif<br />

dan Said masuk daftar<br />

hitam mereka. Keduanya<br />

dilarang masuk ke Amerika.<br />

Hingga Rabu pekan lalu. Bersenjata senapan<br />

Kalashnikov dan mengenakan seragam ala<br />

pasukan khusus, Cherif dan Said menyerbu<br />

kantor koran mingguan Charlie Hebdo. Mereka<br />

menembak mati 12 orang—kartunis, penulis,<br />

petugas kebersihan dan polisi—sebelum kabur.<br />

Menjelang petang Jumat pekan lalu, pasukan<br />

khusus antiteror Prancis dan polisi menyerbu<br />

tempat persembunyian Kouachi bersaudara<br />

di sebuah percetakan di kawasan industri<br />

Dammartin en-Goele. Pada Jumat malam itu<br />

juga, AQAP menyampaikan pernyataan bahwa<br />

serangan terhadap Charlie Hebdo merupakan<br />

balasan atas penghinaan terhadap Nabi Muhammad.<br />

“Yang kami ingin katakan adalah bahwa<br />

kami membela Nabi (Muhammad).... Kami tak<br />

membunuh perempuan, kami tak seperti kalian.<br />

Kami punya kehormatan. Dan aku, Cherif<br />

Kouachi, dikirim oleh Al-Qaidah di Yaman. Dan<br />

Syekh Anwar al-Awlaki-lah yang mendanai<br />

kami,” kata Cherif kepada stasiun televisi BFM<br />

beberapa jam sebelum pasukan khusus antiteror<br />

Prancis menembak mati Cherif dan Said. ■<br />

SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | BBC | INDEPENDENT | REUTERS | DAILY MAIL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

STRATEGI<br />

BALON<br />

HINGGA<br />

PONTON<br />

KOTAK HITAM PESAWAT AIRASIA QZ8501<br />

DIKHAWATIRKAN TERLEPAS DARI EKOR<br />

SAAT TEREMPAS KE DASAR LAUT. CUACA<br />

MENJADI KENDALA UTAMA PENCARIAN.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Kapal AL Malaysia terlihat<br />

dari helikopter TNI AU<br />

Super Puma dalam misi<br />

pencarian pesawat AirAsia<br />

QZ8501 di perairan Selat<br />

Karimata, Selasa (6/1).<br />

VERI SANOVRI/REUTERS<br />

CUACA tak bersahabat ketika lima<br />

penyelam bersiap mencari kotak hitam<br />

pesawat AirAsia QZ8501, Kamis<br />

pagi, 8 Januari lalu. Gelombang laut<br />

mengombang-ambingkan boat yang membawa<br />

Pasukan Katak TNI Angkatan Laut itu.<br />

Awan mendung menggelayut di atas perairan<br />

Selat Karimata, Kalimantan Tengah, tempat<br />

jatuhnya pesawat yang terbang dari Surabaya<br />

menuju Singapura tersebut, Ahad pagi, 28<br />

Desember 2014.<br />

Namun tim penyelam tetap terjun ke laut<br />

dengan mengikuti tali yang diikatkan ke ekor<br />

kapal. Ujung lain terikat pada balon berwarna<br />

oranye yang mengapung di permukaan. Balon<br />

itu dipasang oleh Tim SAR gabungan sebagai<br />

penanda lokasi bagian ekor pesawat nahas<br />

tersebut, yang ditemukan sehari sebelumnya.<br />

Benar saja, baru di kedalaman 5 meter, tim<br />

terdorong arus di bawah permukaan. Lima<br />

anggota pasukan khusus dari Marinir itu tetap<br />

berusaha menyelam. Tapi, di kedalaman 8 meter,<br />

arus kian kencang. Tak kuat menahan, penyelam<br />

pertama menyembul ke permukaan.<br />

“Setelah 7-8 menit, akhirnya tidak bisa ditembus,”<br />

kata Letnan Dua TNI Edy Abdillah,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Tim penyelam TNI AL<br />

mengevakuasi 1 jenazah<br />

dari KD Pahang di Teluk<br />

Kumai, Kalimantan Tengah,<br />

Sabtu (3/1).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

salah satu penyelam.<br />

Edy, yang mewakili rekan-rekannya, melaporkan<br />

hal itu kepada Panglima TNI Jenderal<br />

Moeldoko dan Panglima Komando RI Armada<br />

Wilayah Barat Laksamana Muda TNI Widodo.<br />

Kedua petinggi tentara itu sejak Kamis pagi<br />

pekan lalu memantau langsung proses evakuasi<br />

dari atas KRI Banda Aceh.<br />

“Bodi penyelam sudah kayak bendera,” ujar<br />

Edy menggambarkan kondisi di dasar laut.<br />

Hari itu kondisi cuaca menggagalkan tim<br />

untuk mencari kotak hitam dan korban, yang<br />

sebagian besar diduga masih terjebak di<br />

bodi pesawat. Ekor pesawat ditemukan Rabu<br />

pekan lalu di dasar laut setelah kapal MGS<br />

GeoSurvey, dengan alat pemindai sonarnya,<br />

mendeteksi benda berdimensi panjang 10<br />

meter, lebar 5 meter, dan tinggi 3 meter pada<br />

koordinat 03 38' 39" Lintang Selatan dan 109<br />

43' 43" Bujur Timur.<br />

Penemuan ditindaklanjuti Tim SAR gabungan.<br />

Dalam empat kali penyelaman, bagian<br />

pesawat malang itu akhirnya ditemukan. Posisinya<br />

miring dan menghunjam dasar laut di<br />

kedalaman 34 meter. Penemuan itu direkam<br />

gambarnya oleh tim penyelam TNI AL. Terlihat<br />

bodi berwarna putih dan merah, serta huruf<br />

A, Z, dan tulisan “AIR”, yang identik dengan<br />

bodi dan logo pesawat AirAsia.<br />

“Bodinya masih dalam keadaan licin dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Jenazah korban pesawat<br />

AirAsia diangkut dari<br />

Pangkalan Udara Iskandar,<br />

Pangkalan Bun, menuju<br />

Surabaya.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

baru,” tutur Sersan Mayor Marinir Dovlen,<br />

Rabu pekan lalu. Ia turun ke dasar laut bersama<br />

Sersan Kepala Sudarna.<br />

Benda itu diikat tali dan pasak agar tidak<br />

bergeser. Hari itu juga Kepala Badan SAR<br />

Nasional Marsekal Madya F. Henry Bambang<br />

Soelistyo memastikan bagian itu adalah ekor<br />

pesawat QZ8501 yang dicari. Penemuan itu<br />

menumbuhkan harapan ditemukannya kotak<br />

hitam (black box), yang terletak di bagian ekor<br />

sebelah kanan. Kotak hitam bisa menguak<br />

misteri penyebab kecelakaan pesawat berpenumpang<br />

162 orang beserta krunya itu.<br />

Pencarian yang gagal dilakukan Kamis dilanjutkan<br />

pada Jumat, 9 Januari lalu. Sejak pagi,<br />

pukul 06.00 WIB, tim penyelam terjun ke<br />

laut, dan dipantau langsung Jenderal Moeldoko<br />

dari atas KRI Banda Aceh, pusat komando<br />

operasi di lapangan.<br />

Cuaca cerah hari itu melancarkan tim menyelam<br />

hingga ke dasar. Namun posisi kotak<br />

hitam belum jelas lantaran sebagian ekor<br />

pesawat itu terbenam lumpur. “Upaya detail<br />

posisi black box belum bisa ditemukan,” ucap<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Salah satu bagian ekor<br />

pesawat AirAsia QZ8501<br />

yang ditemukan di<br />

kedalaman 34 meter.<br />

BASARNAS/REUTERS<br />

Moeldoko.<br />

Skenario pengangkatan ekor pesawat<br />

menggunakan lifting bag atau balon berukuran<br />

raksasa pun dijalankan. Ada dua tim<br />

penyelam yang melakukan. Satu tim bertugas<br />

mengikat alat yang juga disebut floating bag<br />

itu ke bodi pesawat, sementara tim lain memompa<br />

balon yang, setiap unitnya, mampu<br />

mengangkat beban seberat 10 ton tersebut.<br />

Bobot ekor yang hancur dan terpisah dari<br />

bodi utama pesawat itu diperkirakan 5 ton.<br />

Dan jika ditemukan, bodi utama yang kira-kira<br />

seberat 25 ton, serta bagian depan (moncong)<br />

pesawat 12 ton, juga akan diangkat menggunakan<br />

lifting bag. Bagian-bagian itu diduga<br />

tersebar di sembilan titik berdasarkan deteksi<br />

alat pemindai sonar.<br />

Jika berhasil, bagian ekor itu akan terangkat<br />

ke permukaan laut. Langkah selanjutnya adalah<br />

mengangkatnya menggunakan crane, dan<br />

diangkut dengan kapal ponton. Dua alat berat<br />

itu juga sudah siap di lokasi.<br />

Di hari yang sama, Kapal GeoSurvey kembali<br />

mendeteksi benda logam di Selat Karimata.<br />

Awalnya, temuan itu diduga bagian moncong<br />

pesawat dengan posisi menancap ke dasar<br />

laut berkedalaman 30 meter. Namun, setelah<br />

dicek oleh penyelam dari kapal itu, ternyata<br />

benda itu adalah serpihan pesawat. Pengecekan<br />

juga membawa temuan baru satu jasad<br />

korban di dekat serpihan tersebut.<br />

“Jasad itu masih terikat sabuk pengaman di<br />

satu kursi,” kata Kepala Tim Kapal GeoSurvey<br />

Muhammad Aga.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Panglima TNI Jenderal<br />

Moeldoko<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

Dengan demikian, hingga Jumat pekan lalu<br />

korban tewas tragedi AirAsia yang telah ditemukan<br />

berjumlah 48 orang. Dari jumlah itu,<br />

tujuh jasad masih di Pangkalan Bun serta 41<br />

jasad sudah diangkut ke Surabaya dengan 27<br />

di antaranya sudah berhasil diidentifikasi oleh<br />

Tim Disaster Victim Identification Markas<br />

Besar Polri.<br />

“Selain mencari black box, sasaran masih<br />

tetap pada poin menemukan korban sebanyak-banyaknya,<br />

paralel dengan menemukan<br />

barang bukti,” ujar F.H. Bambang Soelistyo.<br />

Di Surabaya, pemerintah kota yang dipimpin<br />

Wali Kota Rismaharini mengebut pembuatan<br />

akta kematian para korban. Sebab, akta diperlukan<br />

oleh keluarga atau ahli waris korban yang<br />

akan menerima ganti rugi atau asuransi. Hingga<br />

akhir pekan lalu, Dinas Kependudukan dan<br />

Catatan Sipil Kota Surabaya telah menerbitkan<br />

17 akta kematian penumpang AirAsia QZ8501.<br />

Setiap korban dijanjikan mendapat santunan<br />

atau kompensasi sebesar Rp 1,25 miliar,<br />

yang didasari Peraturan Menteri Perhubungan<br />

Nomor: PM 77/2011. “AirAsia akan tetap bertanggung<br />

(jawab) dan kooperatif. Kami akan<br />

mengikuti Peraturan Menteri Perhubungan,”<br />

tutur Direktur Avionic Security AirAsia, Kapten<br />

Achmad Sadikin, di kantor crisis center di<br />

Polda Jawa Timur.<br />

Sementara itu, di lokasi pencarian, hingga<br />

Jumat sore pekan lalu upaya pengangkatan<br />

ekor pesawat belum bisa dilakukan. Moeldoko<br />

khawatir temuan bagian ekor yang rusak<br />

itu merupakan bagian penyimpan black box.<br />

“Sangat mungkin (black box) terpental,”<br />

katanya. Sebab, sebelumnya salah satu kapal<br />

pencari, KN Jadayat, menangkap sinyal ping,<br />

sinyal yang juga dipancarkan oleh sebuah<br />

kotak hitam pesawat.<br />

Saat itu arus bawah laut kian kencang dan<br />

menyulitkan tim penyelam. Mereka pun diperintahkan<br />

naik ke permukaan, kendati telah<br />

berhasil mengikat satu balon raksasa ke ekor<br />

pesawat. Faktor alam lagi-lagi menentukan. n<br />

JAFFRY P., ANGLING A., IKHWANUL K. (KARIMATA),<br />

IMAM W. (SURABAYA), M. RIZAL | DIM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

KETUA KNKT TATANG KURNIADI:<br />

ISI BLACK BOX TIDAK<br />

UNTUK MENYALAHKAN<br />

MENTERI Perhubungan Ignasius Jonan memastikan<br />

kotak hitam atau black box pesawat AirAsia QZ8501<br />

akan dibaca di Indonesia setelah ditemukan. Alasannya,<br />

Indonesia telah memiliki teknologi pembaca<br />

perangkat yang dapat menguak penyebab kecelakaan<br />

pesawat nahas tersebut. Investigasi<br />

dilakukan Komite Nasional Keselamatan<br />

Transportasi (KNKT) dengan melibatkan<br />

negara asing di luar produsen pesawat.<br />

Hal itu demi menjaga netralitas dan<br />

obyektivitas penyelidikan.<br />

Apa langkah yang akan dilakukan<br />

begitu kotak hitam―yang aslinya<br />

berwarna oranye―itu ditemukan<br />

Dan siapa saja yang akan dilibatkan<br />

dalam investigasi Berikut ini<br />

wawancara dengan Ketua KNKT<br />

Tatang Kurniadi di kantornya, kawasan Gambir, Jakarta<br />

Pusat, Selasa pekan lalu.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Setelah black box ditemukan, apa langkah<br />

KNKT<br />

Dibawa ke sini (KNKT). Setelah diproses, nanti kita<br />

tahu. Proses itu menghasilkan draf. Nanti akan diinvestigasi.<br />

Itu (investigator) harus orang yang ahli.<br />

Nanti, pas dibuka, bisa dilihat oleh representator<br />

atau wakil negara yang terlibat.<br />

Kalau mereka ingin mengetahui isinya<br />

Mereka juga enggak akan tahu karena ini bentuknya<br />

cuma angka grafik. Enggak bakal diketahui sama<br />

yang bukan ahlinya.<br />

Bagaimana kalau minta diberi tahu<br />

Enggak boleh. Mereka hanya menyaksikan. Kecuali<br />

mendaftar sebagai investigator.<br />

Bisa mendaftar<br />

Ada syaratnya. Kalau mereka ada korban dari<br />

pabrik (pesawat), bisa saja. Tapi itu tidak mungkin<br />

mengikuti dari awal. Paling komunikasi saja.<br />

Berapa lama investigasi<br />

Dua belas bulan. Tapi kita buat laporan kalau memang<br />

lama (lebih dari 12 bulan), tapi bisa juga tujuh<br />

bulan.<br />

Black Box<br />

Maksimal<br />

Amerika saja pernah dua sampai tiga tahun. Ada<br />

peraturan internasionalnya.<br />

Batas waktu pencarian black box<br />

Harus ketemu sebelum 30 hari, karena takutnya<br />

baterai habis atau rusak. Semua isinya ada di sini<br />

(black box).<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Bagaimana caranya<br />

Ini (black box) punya sinyal khusus untuk ditemukan,<br />

dan tidak bisa ditangkap oleh alat biasa. Kalau<br />

tidak ada alat pencarinya, tidak bisa dicari juga. Black<br />

box pun tidak akan bisa dibuka karena komputernya<br />

pun khusus.<br />

Kotak hitam akan dibuka di sini (kantor<br />

KNKT)<br />

Iya, di ruang sebelah. (Tatang lalu menunjuk sebuah<br />

ruangan di sebelah kantornya. Ruang itu adalah<br />

ruang investigasi KNKT).<br />

Setelah selesai, black box akan dikemanakan<br />

Isinya (chip) di sini. Tidak akan ada yang membaca<br />

karena isinya garis-garis. Ahli penerbangan saja<br />

belum tentu bisa baca. Kalau ingin jelas, nanti kalau<br />

sudah ketemu.<br />

Garis-garis grafik di dalam black box itu maknanya<br />

apa<br />

Satu garis bisa menerangkan seratus arti. Lama<br />

penjelasannya. Ini menyangkut semuanya. Dari gerakan<br />

pesawat, orang kentut (di pesawat) saja bisa<br />

tahu.<br />

Apakah ada negara yang tidak berkepentingan<br />

menawarkan bantuan investigasi<br />

Tidak boleh. Kalau dia (dari negara) pemilik (pabrik)<br />

Airbus, ingin tahu, ya nanti belakangan.<br />

Seperti apa hasil investigasi nantinya<br />

Ini untuk kepentingan perbaikan keselamatan. Tujuannya<br />

tidak pernah untuk menyalahkan. Hasilnya<br />

diberikan ke maskapai penerbangan, pemerintah,<br />

dan semua yang bekerja di penerbangan. Ini untuk<br />

memperbaiki sistem.<br />

Bentuknya<br />

Namanya rekomendasi. Ada di website kita, semua<br />

investigasi laporan. Ini bisa jadi pelajaran. n<br />

JAFFRY PRABU PRAKOSO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

UNIT REAKSI CEPAT<br />

ALA ISTANA<br />

ANTARAFOTO<br />

UNIT STAF KEPRESIDENAN YANG DIKEPALAI LUHUT PANJAITAN BERTUGAS<br />

MEMBERI MASUKAN KEPADA PRESIDEN AGAR CEPAT MENGAMBIL KEPUTUSAN.<br />

SEDANG DITATA AGAR TAK TERJADI TUMPANG-TINDIH KEWENANGAN.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

PERTEMUAN Luhut Binsar Panjaitan<br />

dengan Fachrul Razi di kompleks Istana<br />

Presiden, Jakarta Pusat, Kamis,<br />

8 Januari lalu, berlangsung singkat.<br />

Sebab, Luhut sudah dinanti sejumlah agenda<br />

lain. Walhasil, hanya beberapa menit dua purnawirawan<br />

jenderal bintang empat tersebut<br />

bertemu.<br />

Siang itu Fachrul diundang Luhut ke kantornya<br />

untuk dimintai masukan. Bukan hanya soal<br />

Unit Staf Kepresidenan (USP), lembaga baru<br />

yang dikepalai Luhut, Fachrul juga diajak urun<br />

rembuk soal pengganti Luhut sebagai komisaris<br />

di PT Toba Sejahtera. Fachrul memang kolega<br />

bisnis Luhut. Sejak dilantik sebagai Kepala Staf<br />

Kepresidenan, Luhut mundur sebagai komisaris<br />

Presiden Joko Widodo<br />

(kanan) memberikan<br />

ucapan selamat kepada<br />

Kepala Staf Kepresidenan<br />

Luhut Panjaitan (kiri)<br />

setelah dilantik di Istana<br />

Negara, Rabu (31/12).<br />

PRASETYO UTOMO/ANTARA FOTO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Pelantikan Luhut Binsar<br />

Panjaitan sebagai Kepala<br />

Staf Kepresidenan<br />

RUSMAN/SETPRES<br />

di perusahaan miliknya tersebut.<br />

“Karena aturan tidak membolehkan rangkap<br />

jabatan,” kata Fachrul kepada majalah detik.<br />

“Saya dan tiga rekan lain dimintai masukan<br />

soal nama-nama yang akan menggantikan<br />

Pak Luhut sebagai komisaris,” ujar bekas Wakil<br />

Panglima ABRI itu sesuai pertemuan.<br />

Sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo<br />

pada 31 Desember 2014 di Istana Negara, Luhut<br />

bekerja di gedung Bina Graha, yang pernah<br />

digunakan sebagai kantor oleh presiden kedua<br />

RI, Soeharto. Pekan lalu Luhut masih disibukkan<br />

oleh urusan pembentukan lembaga anyar<br />

itu. Ia kerap menggelar rapat bersama Menteri-<br />

Sekretaris Negara, Sekretaris Kabinet, Kepala<br />

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Menteri Sekretaris Negara<br />

Pratikno<br />

WIDODO/ANTARA FOTO<br />

serta Kepala Badan Pengawasan Keuangan<br />

dan Pembangunan.<br />

Bappenas, yang sebelumnya di bawah Menteri<br />

Koordinator Perekonomian, dan BPKP, yang<br />

dulu di bawah Kementerian Pendayagunaan<br />

Aparatur Negara, kini langsung di bawah Presiden.<br />

Ditambah USP, sejak Jokowi menjabat, ada<br />

lima institusi di lingkup kantor kepresidenan.<br />

Kelimanya saat ini sedang ditata agar tak<br />

terjadi duplikasi tugas dan kewenangan,<br />

terutama antara Sekretariat Negara, Sekretariat<br />

Kabinet, dan USP.<br />

“Kami sejak awal mencegah agar<br />

tidak tumpang-tindih,” tutur Menteri-Sekretaris<br />

Negara Pratikno di<br />

kantornya Selasa pekan lalu.<br />

Menurut Pratikno, USP merupakan<br />

metamorfosis dari Unit Kerja Presiden<br />

Bidang Pengawasan dan Pengendalian<br />

Pembangunan (UKP4) di era<br />

Presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono. Infrastruktur<br />

peninggalan UKP4 yang<br />

sudah terbentuk itulah yang<br />

akan dipakai staf kepresidenan pimpinan Luhut.<br />

Secara umum, fungsi unit ini tak jauh berbeda<br />

dengan UKP4, yakni memberi berbagai<br />

masukan kepada presiden. “Namun tugas unit<br />

ini akan lebih fokus dari UKP4,” ucap mantan<br />

Rektor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />

tersebut.<br />

Selain berubah nama, institusi USP bersalin<br />

rupa dari UKP4. Sebab, sejak kabinet Jokowi<br />

dibentuk Oktober tahun lalu, pihaknya melihat<br />

ada tumpang-tindih tugas UKP4 dengan Sekretariat<br />

Kabinet. Dinamika di berbagai bidang<br />

yang bergerak sangat cepat mendorong Jokowi<br />

membentuk unit tersebut.<br />

“Unit Staf Kepresidenan ini menekankan<br />

pada respons cepat, baik nasional maupun global,”<br />

kata Pratikno. “Presiden harus mendapat<br />

warning cepat, dan juga berkomunikasi dengan<br />

cepat. Itu mandat Unit Staf Kepresidenan,”<br />

ujarnya.<br />

Terkait mandat tersebut, Kepala Staf Kepresidenan<br />

bisa memberi arahan kepada menteri,<br />

tapi dilakukan melalui presiden. Adapun terkait<br />

penyusunan undang-undang, Pratikno menu-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Jokowi sebelum resmi<br />

menjadi presiden,<br />

didampingi Luhut di Tugu<br />

Proklamasi, Jakarta.<br />

HASAN/ANTARA FOTO<br />

turkan, kementerian tetap berkoordinasi melalui<br />

Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet.<br />

Dalam menjalankan tugas, organisasi USP<br />

akan dibuat seramping mungkin. Pembentukannya<br />

digariskan dalam Peraturan Presiden<br />

Nomor 190 Tahun 2014 tentang Kepala Staf<br />

Kepresidenan. Kepala Staf akan didampingi<br />

paling banyak tiga asisten atau deputi, yang<br />

masing-masing didukung sebuah kelompok<br />

kerja.<br />

Perpres itu mengatur, asisten bertanggung<br />

jawab kepada Kepala Staf Kepresidenan, dan<br />

menjalankan tugas sesuai dengan bidang yang<br />

ditetapkan kepala staf. Sedangkan tenaga<br />

profesional di bawah setiap asisten kepala staf<br />

paling banyak 15 orang. Kepala Staf Kepresidenan<br />

diangkat dan diberhentikan oleh presiden.<br />

Sedangkan asisten dan tenaga profesional di<br />

bawahnya diangkat dan diberhentikan oleh<br />

presiden atas usul kepala staf.<br />

Adapun masa jabatan Kepala Staf Kepresidenan,<br />

menurut Pasal 16 Perpres Nomor 190,<br />

diatur paling lama sama dengan masa bakti<br />

presiden. Sedangkan pada Pasal 17 disebutkan,<br />

baik kepala staf, asisten, maupun tenaga profesional<br />

di unit tersebut bisa berasal dari pegawai<br />

negeri sipil ataupun non-PNS.<br />

Perpres juga mengatur, tugas utama staf kepresidenan<br />

adalah mendukung kerja presiden<br />

dan wakil presiden. Dukungan itu berupa<br />

analisis berbagai isu strategis, mengelolanya,<br />

hingga menyusun rekomendasi.<br />

Menurut Fachrul Razi, Kepala Staf Kepresi-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

Fachrul Razi<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

denan juga bertugas menjembatani komunikasi<br />

politik antara para menteri dan presiden.<br />

Hal yang juga dilakukan kepala staf di Gedung<br />

Putih, Amerika Serikat. Kehadirannya diharapkan<br />

bisa membantu presiden lebih cepat dalam<br />

mengambil keputusan penting.<br />

“Tapi dia (kepala staf) bukan supermenteri,”<br />

tutur Fachrul, yang<br />

bersama Luhut bergabung dalam<br />

tim purnawirawan TNI pendukung<br />

Jokowi-Jusuf Kalla saat pilpres 2014.<br />

Namun, hingga Kamis pekan lalu,<br />

Luhut belum bisa diwawancarai.<br />

Panggilan telepon maupun pesan<br />

singkat yang dikirim majalah<br />

detik ke nomor telepon<br />

selulernya tak direspons.<br />

Mantan Komandan<br />

Detasemen<br />

81 Antiteror<br />

Komando<br />

Pasukan<br />

Khusus<br />

TNI Angkatan Darat itu sudah lama saling kenal<br />

dengan Jokowi. Luhut juga menjadi pendukung<br />

setia Jokowi sejak ia mengikuti pemilihan<br />

kepala daerah DKI Jakarta pada 2012. Hal ini<br />

memunculkan dugaan, Jokowi sengaja memasang<br />

orang-orang dekatnya di sejumlah posisi<br />

strategis.<br />

“Jokowi memang butuh orang dekatnya di<br />

Istana. Sebab, dia tak mau tersandera oleh politikus,<br />

baik di barisan partai pendukung maupun<br />

di oposisi,” ucap seorang sumber majalah<br />

detik yang juga di lingkaran dekat mantan<br />

Wali Kota Solo itu.<br />

Sebelum Luhut, pendukung Jokowi di luar<br />

partai penyokong yang telah masuk pemerintahan<br />

antara lain Andi Widjajanto sebagai<br />

Sekretaris Kabinet dan Pratikno. Menyusul<br />

kemudian Teten Masduki, Alexander Lay, dan<br />

Jaleswari Pramodhawardani, yang didapuk<br />

sebagai staf khusus Sekretaris Kabinet.<br />

Belakangan, dosen Jurusan Politik dan<br />

Pemerintahan Universitas Gadjah Mada, Ari<br />

Dwipayana, dan pakar hukum tata negara<br />

Universitas Indonesia, Refly Harun, diangkat<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


NASIONAL<br />

(Dari kiri ke kanan) Teten<br />

Masduki, Ari Dwipayana,<br />

Jaleswari Pramodhawardani,<br />

dan Refly Harun<br />

DOK DETIKCOM<br />

sebagai staf khusus Menteri-Sekretaris Negara.<br />

Refly diminta membantu Pratikno di bidang<br />

hukum, sedangkan Ari di sektor politik.<br />

Adanya tudingan bagi-bagi jabatan oleh<br />

Jokowi kepada para pendukungnya dimaklumi<br />

pakar hukum tata negara dari Universitas Padjadjaran,<br />

Asep Warlan Yusuf. Namun ia berharap<br />

hal itu tidak digunakan untuk kepentingan<br />

politik. “Memang itu hak Presiden, sepanjang<br />

prosesnya transparan dan akuntabel, tidak jadi<br />

masalah,” kata Asep.<br />

Adapun Pratikno meminta agar masuknya<br />

orang-orang dekat Jokowi tidak lantas diartikan<br />

sebagai balas jasa. Menurut dia, wajar<br />

jika Jokowi menunjuk orang yang sudah lebih<br />

lama berinteraksi dengannya karena sudah<br />

memahami prioritas dan gaya manajerialnya.<br />

“Tapi kompetensi dan integritas tetap menjadi<br />

pegangan,” ujar Pratikno. n<br />

DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU PRAKOSO, M. RIZAL | DIM<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 12 - 28 - 18 DESEMBER JANUARI 2015<br />

2014


HUKUM<br />

MAJU-MUNDUR<br />

EKSEKUSI<br />

MATI<br />

POLEMIK EKSEKUSI TERPIDANA MATI DAN<br />

BENTURAN KEPUTUSAN SOAL PENGAJUAN PK<br />

MENJADI PERHATIAN ISTANA. AKAN BEREMBUK<br />

BERSAMA LEMBAGA YUDIKATIF.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

UTOMO Karim terpaksa menyambangi<br />

kantor Kejaksaan Agung,<br />

Jakarta, Kamis, 8 Januari lalu. Kuasa<br />

hukum Marco Archer Cardoso<br />

Moreira, terpidana mati kasus penyelundupan<br />

13,4 kilogram kokain berkewarganegaraan<br />

Brasil, itu ingin memastikan kabar rencana<br />

eksekusi atas kliennya.<br />

“Berita eksekusi ramai di media. Tapi saya sebagai<br />

pengacara belum diberi tahu. Makanya<br />

saya ingin minta konfirmasi,” kata Karim.<br />

Jika kliennya itu akan dieksekusi, tentu jaksa<br />

mesti memberitahukan kepada pihak keluarga.<br />

Apalagi terpidana adalah orang asing. Saat<br />

ini Marco dibui di Lembaga Pemasyarakatan<br />

Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Ia<br />

juga sudah didatangi pihak Kejaksaan Agung<br />

dan Kepala Kejaksaan Tinggi Cilacap terkait<br />

rencana eksekusi tersebut.<br />

Marco berurusan dengan polisi hingga dijatuhi<br />

hukuman mati lantaran menyembunyikan<br />

kokain di dalam pipa kerangka gantole yang<br />

Konferensi pers oleh Menteri<br />

Hukum Yasonna Laoly seusai<br />

pertemuan jajaran pemerintah<br />

dengan lembaga peradilan,<br />

membahas polemik soal<br />

eksekusi mati dan putusan<br />

tentang pengajuan PK di<br />

kantor Kementerian Hukum,<br />

Jakarta, Jumat (9/1).<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Antasari Azhar mengajukan<br />

permohonan ke MK untuk<br />

membatalkan aturan<br />

peninjauan kembali hanya bisa<br />

satu kali.<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

ia simpan di tas pada 2 Agustus 2003. Pria ini<br />

sempat melarikan diri dengan cara mengelabui<br />

petugas dan jadi buron selama dua pekan.<br />

Namun ia ditangkap di Pulau Moyo, Desa<br />

Labuan Haji, Sumbawa, pada 16 Agustus 2003.<br />

Ia lalu ditahan, hingga proses hukumnya sampai<br />

ke pengadilan. Pada 8 Juni 2004, Marco<br />

divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri<br />

Tangerang. Sejumlah upaya hukum, dari banding,<br />

kasasi, hingga permohonan grasi kepada<br />

presiden, sudah dilakukan agar lolos dari hadapan<br />

regu tembak. Namun semua itu kandas.<br />

“Klien kami kini pasrah. Tapi sekarang saya<br />

belum tahu kapan eksekusi akan dilakukan<br />

jaksa eksekutor,” ujar Karim.<br />

Eksekusi mati sejumlah terpidana mati dalam<br />

kasus narkoba sampai saat ini masih menggantung.<br />

Jaksa Agung Prasetyo dinilai bimbang<br />

meskipun Presiden Joko Widodo telah menolak<br />

grasi 64 terpidana mati kasus narkoba pada 6<br />

Desember 2014.<br />

Awalnya, mantan politikus Partai Nasional<br />

Demokrat itu bersemangat dengan penolakan<br />

grasi oleh bosnya. LP Nusakambangan, tempat<br />

sejumlah terpidana itu dipenjara, disambanginya<br />

untuk mengecek kesiapan eksekusi. Ia juga<br />

meminta nama-nama terpidana yang harus dieksekusi<br />

didata.<br />

Dari catatannya, muncul empat nama gembong<br />

narkoba yang belum dieksekusi pada<br />

2013. Perinciannya, dua warga negara Indonesia<br />

dan dua warga asing, salah satunya Marco.<br />

Prasetyo pun sesumbar akan mengeksekusi<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Kalau semua PK<br />

diperkenankan,<br />

baik dalam perkara<br />

pidana maupun<br />

perdata, PK tidak<br />

hanya satu kali,<br />

bahkan berulang<br />

kali, kapan habisnya<br />

pertarungan ini<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Komisioner Komisi Yudisial,<br />

Imam Anshari Saleh<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

mereka pada 12-31 Desember 2014.<br />

Namun entah mengapa Jaksa Agung mengurungkan<br />

niatnya, dengan dalih dua terpidana<br />

masih mengajukan permohonan peninjauan<br />

kembali (PK). “Mereka semuanya ajukan PK<br />

terus. Dan MK (Mahkamah Konstitusi) perbolehkan<br />

pengajuan PK berkali-kali,” begitu<br />

kata Prasetyo kala itu.<br />

Maju-mundurnya eksekusi itu mengesankan<br />

Prasetyo buang badan,<br />

dan menjadikan putusan MK sebagai<br />

alasan eksekusi tertunda. Mahkamah<br />

Konstitusi pada 6 Maret 2014 memang<br />

membatalkan Pasal 268 Ayat<br />

(3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun<br />

1981 tentang Hukum Acara Pidana atau<br />

KUHAP. Ayat itu membatasi PK pidana hanya<br />

bisa dilakukan satu kali.<br />

Pemohonnya adalah Antasari Azhar, terpidana<br />

18 tahun penjara dalam kasus pembunuhan bos<br />

PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen.<br />

Mantan Ketua Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi itu meminta kepada MK<br />

agar bisa mengajukan permohonan<br />

PK berkali-kali atas dasar adanya penemuan bukti<br />

baru berdasarkan ilmu pengetahuan.<br />

Putusan MK itu tentu memunculkan konsekuensi,<br />

seorang terpidana bisa mengajukan PK<br />

berkali-kali. Namun pembatalan aturan yang dijadikan<br />

alasan oleh Jaksa Agung untuk menunda<br />

eksekusi rupanya membuat gerah Mahkamah<br />

Agung, pihak yang menjatuhkan hukuman.<br />

Untuk keluar dari kebuntuan, MA lalu membuat<br />

terobosan hukum dengan menunjukkan<br />

UU Kekuasaan Kehakiman dan UU Mahkamah<br />

Agung, yang masih tegas mencantumkan PK<br />

hanya bisa diajukan sekali. Menurut pandangan<br />

MA, dua undang-undang itu tak serta-merta<br />

disetip oleh MK. Imbauan ini dituangkan dalam<br />

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7/2014<br />

yang ditandatangani Ketua MA Hatta Ali.<br />

Tapi keluarnya SEMA itu rupanya memunculkan<br />

polemik baru. Wakil Ketua MK Arief Hidayat<br />

menganggap MA membangkang karena<br />

tidak mematuhi putusan MK. Bukan hanya MK,<br />

Komisi Yudisial juga menilai SEMA tidak sesuai<br />

dengan norma yang ada.<br />

“Putusan MK itu sejajar dengan undang-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Jaksa Agung M. Prasetyo<br />

(kiri) bersama Menteri Hukum<br />

Yasonna Laoly (ketiga dari<br />

kanan) meninjau persiapan<br />

Nusakambangan sebagai<br />

lokasi eksekusi mati, Jumat<br />

(12/12).<br />

ARBI ANUGERAH/DETIKCOM<br />

undang. Prinsipnya, peraturan yang lebih tinggi<br />

harus dimenangkan dari yang lebih rendah,” tutur<br />

komisioner Komisi Yudisial, Imam Anshari Saleh.<br />

Namun MA juga punya alasan. Saat ditemui<br />

majalah detik di ruang kerjanya pada Kamis, 8<br />

Januari lalu, Ketua MA Hatta Ali mengatakan<br />

pihaknya tidak menganggap putusan MK yang<br />

membatalkan pasal dalam KUHAP tersebut<br />

tak mempunyai kekuatan.<br />

“Tapi yang kami katakan, putusan (MK) itu<br />

berkenaan dengan Pasal 268 tentang PK yang<br />

diatur di dalam KUHAP,” ucap Hatta.<br />

Putusan MK hanya membatalkan aturan<br />

dalam KUHAP. Di sisi lain, pada Pasal 24 Ayat<br />

(2) UU Nomor 48/2009 tentang Kekuasaan<br />

Kehakiman dan Pasal 66 Ayat (1) UU Nomor<br />

14/1985, yang telah diubah dengan UU Nomor<br />

3/2009 tentang Mahkamah Agung, jelas dinyatakan<br />

bahwa PK hanya bisa diajukan sekali.<br />

Dua undang-undang itu adalah landasan<br />

bekerja MA dan seluruh jajaran peradilan di<br />

bawahnya. Dan dua aturan itu tidak ada yang<br />

dibatalkan oleh MK ataupun dinyatakan tidak<br />

berkekuatan hukum.<br />

“Kalau semua PK diperkenankan, baik dalam<br />

perkara pidana maupun perdata, PK tidak hanya<br />

satu kali, bahkan berulang kali, kapan habisnya<br />

pertarungan ini” kata Hatta.<br />

Polemik soal PK dan eksekusi mati itu akhirnya<br />

menjadi perhatian Istana. Jumat pekan<br />

lalu, pemerintah menggelar pertemuan deng-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


HUKUM<br />

Rilis penggerebekan pabrik<br />

sabu beberapa waktu lalu.<br />

GRANDY/DETIKCOM<br />

an lembaga yudikatif untuk membahas soal ini<br />

di kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi<br />

Manusia. Rapat diikuti tuan rumah Menteri<br />

Hukum Yasonna Laoly, Menteri Koordinator<br />

Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy<br />

Purdijatno, Jaksa Agung Prasetyo, serta Kepala<br />

Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal<br />

Suhardi Alius.<br />

Dari MA, hadir Hakim Agung Artidjo Alkostar.<br />

Rapat dihadiri pula oleh perwakilan dari MK,<br />

mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, komisioner<br />

Komisi Nasional HAM Siane Indriyani, dan<br />

Direktur Penuntutan Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi Ranu Mihardja.<br />

Pertemuan itu menghasilkan sejumlah keputusan<br />

penting, antara lain eksekusi tetap dilaksanakan<br />

atas terpidana mati yang telah ditolak<br />

grasinya. Adapun soal putusan MK Nomor<br />

34/PU-11/2013 tertanggal 6 Maret 2014, yang<br />

membatalkan aturan PK hanya sekali, diperlukan<br />

peraturan pelaksanaan secepatnya. Yakni<br />

yang terkait bukti baru (novum) serta pembatasan<br />

waktu dan tata cara pengajuan PK.<br />

“Sebelum ada ketentuan pelaksanaan itu,<br />

terpidana belum dapat mengajukan PK berikutnya,”<br />

ujar Yasonna.<br />

Sebelum aturan pelaksanaan itu keluar, UU<br />

Kekuasaan Kehakiman dan UU tentang MAlah<br />

yang jadi pegangan. Dalam kesempatan<br />

terpisah, Tedjo Edhy menilai upaya PK yang<br />

bisa diajukan berkali-kali kerap dijadikan celah<br />

oleh penjahat narkotik. Demi lolos dari hukuman<br />

mati. ■ ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

NARKOBA KEDUA<br />

PELANTUN<br />

BARCELONA<br />

MUSIKUS FARIZ R.M. KEMBALI<br />

TERJERAT KASUS NARKOTIK. KALI INI<br />

IA DIDUGA MENGKONSUMSI GANJA,<br />

SABU, DAN HEROIN. JARINGAN<br />

PEMASOKNYA TENGAH DIBURU.<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Fariz dalam sebuah<br />

pertunjukan musik<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

RUMAH dua lantai di Jalan Camar,<br />

kompleks Perumahan Bintaro Jaya,<br />

Tangerang Selatan, Banten, itu<br />

kini kerap sepi. Pintu depan rumah<br />

bercat putih itu nyaris selalu tertutup. Seperti<br />

pada Rabu siang pekan lalu, meski pintu pagar<br />

terbuka dan sebuah sedan kompak berwarna<br />

putih serta skuter matik terparkir di garasi, tak<br />

tampak aktivitas di sana.<br />

Seorang pekerja di kediaman itu, yang sempat<br />

keluar dari rumah, juga enggan menjawab<br />

ketika ditanyai sejumlah wartawan. Maklum,<br />

sehari sebelumnya, sang empunya rumah,<br />

musikus senior Fariz Rustam Munaf, dicokok<br />

polisi dari Satuan Narkoba Kepolisian Resor<br />

Jakarta Selatan. Tepatnya pada Selasa dini hari,<br />

6 Januari 2015, pukul 02.00 WIB.<br />

Penangkapan Fariz R.M., demikian ia disapa,<br />

dilakukan setelah pelantun lagu cinta Barcelona<br />

itu merayakan ulang tahun ke-56 di rumah<br />

tersebut malam sebelumnya. Saat digerebek,<br />

Fariz tengah memetik gitar di ruang tengah.<br />

Sedangkan sang istri, Oneng Diana Riyadini,<br />

berada di kamarnya.<br />

Fariz tak bisa mengelak karena satu linting<br />

ganja yang masih menyala ditemukan di asbak.<br />

Ia diduga tengah mengkonsumsi narkotik itu.<br />

Bukan hanya ganja, Fariz juga me ngantongi<br />

satu paket psikotropik jenis heroin di saku<br />

celana kanannya. Alat pengisap sabu (bong),<br />

aluminum foil, dan korek juga ditemukan di<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

DETIKHOT<br />

rumah penyanyi tembang Sakura itu.<br />

Saat itu juga ia dimintai keterangan dan<br />

ditahan di Polres Jakarta Selatan. “Dari pemeriksaan<br />

urine, (Fariz) positif (mengkonsumsi)<br />

ganja, sabu, dan heroin,” kata Kepala Satuan<br />

Narkoba Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris<br />

Besar Hando Wibowo, Selasa pekan lalu.<br />

Fariz bersikap kooperatif. Bahkan, saat polisi<br />

menggeruduk rumahnya, ia pasrah dan mengaku<br />

salah. “Pak Hando, monggo saya dibawa ke<br />

kantor, saya salah,” ujar Fariz ketika itu.<br />

Penangkapan berawal dari pengembangan<br />

kasus narkoba yang ditangani Polres Jakarta<br />

Selatan. Hanya 2 jam 30 menit sebelum Fariz<br />

ditangkap, polisi lebih dulu mencokok pria berinisial<br />

MSA alias A, 33 tahun. Warga Pondok<br />

Aren, Jakarta Selatan, itu ditangkap Senin, 5<br />

Januari 2015, pukul 23.30 WIB, di stasiun pengisian<br />

bahan bakar umum di Jalan Veteran, Jakarta<br />

Selatan.<br />

Dari MSA, polisi mengamankan barang bukti<br />

berupa beberapa gram sabu dan alat pengisapnya,<br />

ganja, kertas papir, ekstasi, sejumlah uang,<br />

serta telepon seluler. Nah, saat diperik sa, MSA<br />

mengaku sehari sebelumnya baru menjual barang<br />

haram tersebut kepada Fariz. Barang itu<br />

antara lain heroin seberat 0,5 gram dan lintingan<br />

ganja 0,5 gram.<br />

“Tentu saja dijualnya lebih dari itu, 0,5 gram<br />

adalah yang sudah dipakai oleh Saudara Fariz.<br />

Kemudian satu buah alat isap dan delapan<br />

cangklong,” tutur Hando.<br />

MSA alias A diduga sering menjual narkotik<br />

itu kepada sang musikus. Dari pemeriksaan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Ajun Komisaris Besar Hando<br />

Wibowo (kedua dari kiri)<br />

memperlihatkan tes urine<br />

musikus senior Fariz R.M. saat<br />

gelar barang bukti di Polres<br />

Jakarta Selatan, Selasa (6/1).<br />

DETIKHOT<br />

pula diketahui MSA mendapat narkotik tersebut<br />

dari D dan Z―kini masuk daftar pencarian<br />

orang―di Warung Buncit, Jakarta Selatan.<br />

“Jadi, pada 4 Januari 2015 (Minggu), MSA<br />

dapat barang ini dari D dan Z. Kemudian hari<br />

itu juga jam 12.00 WIB dia menawarkannya<br />

kepada Fariz,” ucap Hando. Timnya kini juga<br />

mengusut telah dijual kepada siapa saja obatobatan<br />

terlarang itu.<br />

Saat penangkapan itu, sebenarnya ada dua<br />

saksi yang turut dimintai keterangan. Hanya,<br />

identitas kedua saksi itu tak dibuka polisi. Informasi<br />

yang diperoleh majalah detik, salah satu<br />

saksi itu adalah seorang pria berusia 22 tahun,<br />

yang ikut digiring ke kantor Polres.<br />

Peristiwa dini hari itu mengejutkan Muslim,<br />

seorang anggota satuan pengamanan kompleks.<br />

Sebab, selama ini Fariz jarang terlihat<br />

ke luar rumah, kecuali kalau sedang membeli<br />

rokok. Menurut dia, di rumah Fariz juga jarang<br />

terlihat ada keramaian. Warga juga mengenal<br />

Fariz sebagai sosok yang baik dan rendah hati.<br />

Ia sering menyumbang suara emasnya saat perayaan<br />

kemerdekaan RI 17 Agustus di lingkungan<br />

tersebut.<br />

“Orangnya enggak sombong,” kata Muslim.<br />

Zainul, ketua rukun tetangga di lingkungan<br />

itu, juga tak mengira warganya ditangkap karena<br />

narkoba. Apalagi tak ada pemberitahuan<br />

dari polisi. Sebelum ditangkap, Fariz sempat<br />

bertemu muka dan mengobrol dengannya.<br />

Zainul memang melihat mobil polisi beberapa<br />

kali melintas. Namun ia mengira itu patroli<br />

polisi biasa di perumahan tersebut.<br />

“Saya menyayangkan dia ditangkap lagi. Se-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Badan Narkotika Nasional<br />

mengamankan 9 tersangka<br />

pengedar narkotik dengan<br />

barang bukti seberat 840<br />

kilogram sabu asal Tiongkok.<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

lama ini, kayaknya semua baik-baik saja. Enggak<br />

nyangka,” ujar Zainul saat ditemui Rabu pekan<br />

lalu.<br />

Itu memang bukan pertama kalinya Fariz<br />

ditangkap dalam kasus narkoba. Pria kelahiran<br />

Jakarta, 5 Januari 1959, tersebut ditangkap polisi<br />

pada Oktober 2007, saat mengan tongi 5 gram<br />

ganja yang sudah dilinting dalam bungkus rokok.<br />

Fariz sempat merasakan dinginnya sel Lembaga<br />

Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur.<br />

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan<br />

menjatuhi hukuman delapan bulan penjara<br />

dan denda Rp 2 juta buat Fariz. Setelah dibui<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Roy Marten, yang pernah<br />

terjerat perkara narkoba.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

enam bulan, atas perintah hakim, ia diikutkan<br />

program rehabilitasi ketergantungan narkoba<br />

di Rumah Sakit Meilia, Cibubur, Jakarta Timur,<br />

selama tiga bulan.<br />

Namun program itu ternyata tak menghilangkan<br />

ketergantungan Fariz terhadap narkoba.<br />

Tujuh tahun kemudian, di usianya yang telah<br />

menginjak tahun ke-56, Fariz kembali terjerat<br />

kasus narkotik. Polisi sebenarnya sudah menerima<br />

laporan masyarakat bahwa Fariz kembali<br />

mengkonsumsi narkoba. Tapi informasi itu<br />

baru terbukti setelah polisi mengembangkan<br />

sebuah kasus.<br />

Kasus Fariz R.M. menambah panjang deretan<br />

selebritas yang keluar-masuk bui akibat narkoba.<br />

Sebut saja aktor kawakan Roy Marten, yang<br />

terjerat perkara serupa pada 2006 dan 2007.<br />

Pemain sinetron Revaldo juga mengalami hal<br />

yang sama pada 2006 dan 2010. Begitu juga<br />

adik kandung artis Ayu Azhari, Ibrahim Salahudin<br />

alias Ibra Azhari.<br />

Istri Fariz, Oneng Diana, enggan memberi<br />

penjelasan ihwal sang suami yang kembali<br />

mengkonsumsi narkoba. “Saya enggak tahu,”<br />

ucapnya singkat di Polres Jakarta Selatan, Selasa<br />

pekan lalu. Ia didampingi putra sulungnya,<br />

Syavergio Avia Difaputra.<br />

Namun kerabat Fariz, Irawan Karseno,<br />

menyebut sang musikus hanyalah korban<br />

anggota jaringan narkoba. “Mereka memanfaatkan<br />

(Fariz) ketika dia lelah,” tutur Irawan<br />

dalam jumpa pers keluarga di kediaman Fariz,<br />

Rabu, 7 Januari lalu. Keluarga juga mengaku<br />

kecolongan.<br />

Sederet pasal dalam Undang-Undang Nomor<br />

35 Tahun 2009 tentang Narkotika kini<br />

menanti Fariz, yakni Pasal 111 (ganja), Pasal 112<br />

(heroin), dan Pasal 114. Dari pasal berlapis ini, ia<br />

terancam hukuman penjara minimal 4 tahun.<br />

Sang musikus ditangkap saat memetik gitarnya.<br />

Setelah kasus kedua ini, keluarga berharap<br />

Fariz bisa memetik pelajaran. Apalagi ia sudah<br />

berjanji tak akan mengulangi perbuatannya.<br />

“Sekarang kami berdoa agar mendapatkan<br />

yang terbaik,” kata Irawan. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, MAHAR PRAWIRA BHISMA | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

SINDIKAT WONG, DARI GUANGZHOU KE DADAP<br />

Para tersangka yang diamankan, Senin<br />

(5/1).<br />

RIVAN AWAL LINGGA/ANTARAFOTO<br />

PEREDARAN narkotik dan<br />

obat-obatan terlarang belum<br />

benar-benar bisa ditumpas.<br />

Hampir bersamaan dengan penangkapan<br />

Fariz R.M., pekan lalu Badan<br />

Narkotika Nasional mengungkap transaksi<br />

sabu seberat 840 kilogram yang dilakukan<br />

jaringan internasional pada Senin,<br />

5 Januari lalu.<br />

Transaksi itu berhasil digagalkan, dan<br />

sembilan pelakunya ditangkap. Para pelaku<br />

utama berasal dari jaringan Guangzhou,<br />

Tiongkok. Komplotan ini paling<br />

dicari di negara itu dan di sejumlah negara,<br />

seperti Malaysia, Myanmar, Thailand,<br />

Filipina, dan Amerika Serikat.<br />

Lembaga antinarkotik AS, Drug Enforcement<br />

Administration, juga memburu<br />

sindikat ini. Tak mengherankan jika penangkapan<br />

itu tergolong paling besar sepanjang<br />

sejarah pemberantasan narkoba<br />

di Indonesia.<br />

“Bahkan (terbesar) se-Asia. Ini kado<br />

tahun baru dari Allah SWT buat warga<br />

Indonesia,” kata Deputi Bidang Pemberantasan<br />

Narkotika BNN Inspektur<br />

Jenderal Deddy Fauzi Elhakim di kantor<br />

BNN, Selasa pekan lalu.<br />

Jaringan itu dipantau sejak tiga tahun<br />

lalu. BNN berhasil mengungkap komplotan<br />

ini berkat kerja sama dengan<br />

aparat keamanan Tiongkok, Hong Kong,<br />

dan Makau. Tujuh pelaku sindikat itu<br />

ditangkap di pelataran parkir Lotte Mart<br />

Taman Surya, Kalideres, Jakarta Barat.<br />

Dua orang lainnya dibekuk di Pelabuhan<br />

Dadap, Tangerang, Banten.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KRIMINAL<br />

Kapal yang digunakan untuk membawa<br />

sabu oleh sindikat Wong setelah<br />

digeledah BNN di Dermaga Dadap,<br />

Tangerang, Banten, Selasa (6/1).<br />

EDWARD FEBRIYATRI KUSUMA/DETIKCOM<br />

Mereka antara lain Wong Chi Ping<br />

selaku otak pengendalian bisnis tersebut,<br />

lalu CHM, SEF, dan TSL, yang berkewarganegaraan<br />

Hong Kong. Kemudian ada<br />

TS, warga negara Malaysia, serta empat<br />

dari Indonesia, yaitu AS, SN, S, dan A.<br />

Menurut Kepala BNN Komisaris Jenderal<br />

Anang Iskandar, sabu hampir seberat 1 ton<br />

itu disamarkan dengan kemasan-kemasan<br />

bubuk kopi berwarna hijau. Berkuintal-kuintal<br />

sabu itu dibagi dalam 42 karung.<br />

Kepala Humas BNN Sumirat Dwiyanto<br />

menambahkan, pengiriman sabu dari<br />

Guang zhou itu dilakukan lewat jalur laut.<br />

Di tengah perairan, sabu dipindahkan dari<br />

kapal besar ke sebuah kapal kecil. Kapal<br />

nelayan inilah yang sampai di Pelabuhan<br />

Dadap, Senin pagi pekan lalu.<br />

Masuk Indonesia, sabu diangkut dengan<br />

mobil boks bernomor polisi B-9301-<br />

-TCE menuju Lotte Mart Taman Surya. Di<br />

pelataran parkir toko retail itu, pelaku lain<br />

menunggu dengan mobil Daihatsu Luxio<br />

bernomor polisi B-1207-SOQ. Rencananya,<br />

pelaku penerima barang haram tersebut<br />

akan bertukar mobil dengan pengantarnya.<br />

Nah, saat akan bertukar mobil itulah petugas<br />

BNN menggulung mereka.<br />

Selama ini, WCP, yang juga memiliki<br />

KTP Indonesia, mengendalikan bisnisnya<br />

dari kamar 9, Lantai 9, Tower G, Apartemen<br />

Park City, Jakarta Barat. Untuk bertransaksi<br />

de ngan pemasok dari Guangzhou,<br />

WCP memakai telepon satelit,<br />

handy talky, dan peralatan GPS agar tak<br />

mudah dilacak aparat.<br />

Komplotan WCP sebenarnya berjumlah<br />

14 orang. Namun yang ditangkap baru<br />

sembilan pelaku. “Masih ada lima lagi<br />

yang ditetapkan DPO (daftar pencarian<br />

orang),” ujar Deddy Fauzi.<br />

Dan perang dengan sindikat narkotik<br />

masih akan berlanjut. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

MENCEGAH<br />

POLITISASI DANA DESA<br />

AGAR SEMANGAT KONSOLIDASI PENANGANAN DESA<br />

TERINTEGRASI DAN UTUH, PENGELOLAANNYA MASUK TANGGUNG<br />

JAWAB KEMENTERIAN DESA.<br />

OLEH: ARIE SUJITO<br />

BIODATA<br />

Nama: Arie Sujito<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Madiun, 12 September 1972<br />

Pendidikan:<br />

● Jurusan Sosiologi, Fakultas<br />

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik<br />

Universitas Gadjah Mada<br />

(UGM), Yogyakarta, 1997<br />

TARIK-MENARIK sebagian pengurusan dan klaim kewenangan Kementerian<br />

Dalam Negeri dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah<br />

Tertinggal, dan Transmigrasi menjadi sinyal buruk. Terjadinya tarik-ulur<br />

pembagian kewenangan pengatur an mengenai desa, siapa yang nanti<br />

bakal menjadi lead organization pengelolaan implementasi Undang-Undang Desa,<br />

telah lama diperkirakan.<br />

Kita tahu pengelolaan dana alokasi desa dari APBN yang bakal dikucurkan ratarata<br />

Rp 600-750 juta per desa. Agar tidak dipolitisasi pihak-pihak yang berkepentingan,<br />

undang-undang ini mengantisipasinya dengan mensyaratkan transfer dana<br />

ke desa dititipkan ke kabupaten (transit), kemudian diakses oleh desa. Perlu dicatat,<br />

dana alokasi desa, sesuai dengan semangat UU Desa, merupakan hak desa, bukan<br />

hak kelola kementerian.<br />

Secara substansi, soal pemilahan pengaturan sistem administrasi desa, pemerintahan,<br />

pelayanan publik, infrastruktur, dan seterusnya sebenarnya tidak sulit<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

●<br />

●<br />

Pascasarjana Sosiologi<br />

UGM, Yogyakarta, 2004<br />

Doktor Sosiologi UGM,<br />

Yogyakarta<br />

Karier:<br />

● Dosen Jurusan Sosiologi,<br />

Fakultas Ilmu Sosial<br />

dan Ilmu Politik UGM,<br />

Yogyakarta, sejak 1999<br />

● Ketua Jurusan Sosiologi,<br />

Fakultas Ilmu Sosial<br />

dan Ilmu Politik UGM,<br />

Yogyakarta, sejak 2013<br />

● Tim Pengawal Implementasi<br />

UU Desa, IRE,<br />

Yogyakarta<br />

Pengalaman Lain:<br />

● Direktur Eksekutif Institute<br />

for Research and<br />

Empowerment (IRE),<br />

Yogyakarta, 2007-2009<br />

dan 2009-2011.<br />

Karya:<br />

ditata dengan peraturan pemerintah, peraturan menteri, sampai peraturan daerah<br />

turunan yang koheren. Kuncinya pada komitmen membangun desa secara utuh,<br />

terintegrasi, sehingga penyusunan penyesuaian supporting system tidak sulit dilakukan.<br />

Karena itu, bila sekarang terjadi tarik-menarik, itu mengindikasikan secara sengaja<br />

mempolitisasi kebijakan de ngan kepentingan pragmatis. Kita bisa cermati<br />

komitmen Presiden Jokowi saat kampanye pilpres 2014 bahwa pembaruan desa<br />

dan pemihakan rakyat di komunitas marginal menjadi agenda prioritas. Dokumen<br />

Nawa Cita juga seiring dengan semangat UU Desa, yang berupaya mentransformasikan<br />

kekuatan lokal. Dapat dianggap sebagai manifesto politik kebangkitan<br />

desa, pemerintahan yang prorakyat.<br />

Mari kita tengok apa cita-cita UU Desa ini. Tujuan utamanya adalah pembaruan<br />

perspektif, orientasi, dan tata kelola menuju desa yang mandiri, demokratis, serta<br />

sejahtera. Jika masa lalu desa selalu dijadikan obyek eksploitatif oleh supradesa<br />

dengan risiko kemiskinan dan marginalisasi, kini, di zaman pemihakan pada pelayanan<br />

rakyat, desa dijadikan subyek pembangunan. Memberikan kewenangan<br />

desa untuk mengatur dirinya, sebagai cerminan gerakan emansipasi lokal dalam<br />

hal mengelola sumber daya yang dimiliki dan hak yang melekat berdasarkan konstitusi<br />

UUD 1945.<br />

Undang-undang ini juga menekankan agar desa, sebagai kekuatan bawah dan<br />

pilar demokrasi kewargaan di akar rumput (grassroots), yang direpresentasikan<br />

pada sistem pengambilan keputusan yang partisipatif, menyusun perencanaan<br />

pembangunan sesuai dengan kebutuhan, serta ada checks and balances agar tidak<br />

disalahgunakan kewenangan itu untuk memperkaya elite desa.<br />

Melalui pemberian pengakuan (recognition) negara pada desa dengan hak-haknya,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

●<br />

●<br />

●<br />

●<br />

●<br />

Pemuda Pasca-Orde Baru,<br />

2012<br />

Pendangkalan Politik,<br />

2012<br />

Negara Sibuk, Rakyat<br />

Terpuruk, 2012<br />

Mutiara Perubahan dari<br />

Indonesia Timur, 2013<br />

Jurnal Mandatory, Konteks<br />

dan Arah Pembaruan<br />

Desa dalam Advokasi<br />

RUU Desa, 2013<br />

di situ cara negara hadir dan memperlakukan desa secara manusiawi dan berdaya.<br />

Apalagi, di era demokrasi ini, penghargaan corak lokalitas tanpa penyeragaman<br />

sangat diperlukan, menggambarkan nasionalitas desa dengan segala keberagaman<br />

tradisi.<br />

Jika desa punya kewenangan, kemampuan, dan tradisi yang kuat, desa diharapkan<br />

tidak “bergantung” pada supradesa. Jika skema ini berjalan dengan baik, mungkin<br />

akan mampu mengakhiri “permainan semu bertajuk musrenbang” atau proyekproyek<br />

semacam bansos (bantuan sosial), yang selama ini rawan diselewengkan<br />

elite nasional dan daerah.<br />

Bahkan transformasi desa serta pembenahan sistem penyelenggaraan pembangunan<br />

lokal tersebut bisa menutup proyek PNPM sekalipun demi menata sistem<br />

desa yang lebih baik dan terlembaga.<br />

Kekacauan yang sudah lama dalam sistem perencanaan pembangunan, yang diawetkan<br />

pemerintah dan pemda begitu fragmented, ditandai ekspresi egosektoral,<br />

secara bertahap dapat dihentikan. Itulah yang dimaksudkan dengan konsolidasi<br />

pembangunan, dengan mendasarkan hak kewenangan desa, arus aspirasi, dan<br />

kebutuhan desa.<br />

Apa tantangan yang harus dijawab Setelah setahun sejak terbit undang-undang<br />

pada awal 2014, seharusnya segera disiapkan tahapan implementasi. Sehingga,<br />

pada tahun ini siap beroperasi. Misalnya saja dengan menyusun road map. Di<br />

dalamnya dijalankan agenda peningkatan kapasitas berbagai hal, mulai kemampuan<br />

aparatnya dalam pelayanan publik, perencanaan pembangunan, tata kelola<br />

keuangan yang accountable, penyediaan infrastruktur, sampai perubahan mindset<br />

pemberdayaan.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

Poin penting sebagai jiwa UU Desa ini adalah memberi makna partisipasi warga<br />

yang aktif dan kritis. Itu pula sebagai orientasi ke depan membangun pendekatan<br />

active citizen.<br />

Mengamati dan mengikuti perkembangan sejauh ini, berbagai komponen yang<br />

memberi perhatian implementasi UU Desa makin giat menyambutnya. Sekalipun<br />

kualitas responsnya berbeda-beda. Sebut saja, misalnya, inisiasi akademisi, dinamika<br />

aktivis LSM, dan rencana para relawan desa semarak mengawal UU Desa. Kini<br />

mulai disiapkan rencana sekolah desa, training peningkatan kapasitas, diskusi dan<br />

debat mengupas implementasi UU Desa, bahkan perangkat praktis panduan kerja<br />

yang diperlukan.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KOLOM<br />

Sebagian pemerintah daerah, provinsi, dan kabupaten juga bergairah karena<br />

sebagian telah mempersiapkan, memperbaiki integrasi perencanaan pembangunan,<br />

mengupayakan peran supervisi kepada desa sebagaimana mandat regulasi.<br />

Termasuk menyiapkan kebijakan turunan di daerah-daerah. Namun masih banyak<br />

pula kabupaten dan provinsi yang masih pasif, serta sebagian birokrat kabupaten<br />

yang menakut-nakuti desa dengan segala manuvernya.<br />

Gambaran di atas selayaknya dipahami sebagai geliat lokal menyambut UU Desa<br />

yang begitu positif. Dalam situasi semacam ini, peran proaktif pemerintah untuk<br />

konteks ini adalah kementerian terkait sangat diperlukan. Bukan malah sibuk berebut<br />

kewenangan untuk urusan teknokratik. Kembalilah pada khitah bahwa UU<br />

Desa bukan untuk ajang politik kementerian dan arena para birokratnya.<br />

Agar semangat konsolidasi penanganan desa terintegrasi dan utuh, pengelolaannya<br />

masuk tanggung jawab kementerian khusus, yakni Kementerian Desa,<br />

sementara kementerian lainnya hanyalah pendukung. Kita tidak boleh mengorbankan<br />

agenda rakyat desa hanya karena tarik-menarik kepentingan politik elite<br />

kementerian. n<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

DARI SUSI<br />

SAMPAI SINGA<br />

“IBU (SUSI) NGAMUK-NGAMUK. ‘KALIAN BIKIN MALU SAJA,<br />

NGURUS KAYAK BEGITU ENGGAK BECUS.’”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Salah satu armada Susi Air.<br />

DOK. SUSI AIR<br />

MENTERI Kelautan dan Perikanan<br />

Susi Pudjiastuti marah besar. Kali<br />

ini penyebabnya bukan pencurian<br />

ikan yang masih marak dilakukan<br />

kapal-kapal asing di perairan Indonesia, melainkan<br />

menyangkut maskapai penerbangan Susi<br />

Air.<br />

Maskapai penerbangan perintis yang didirikan<br />

Susi itu tersandung masalah. Susi Air dinyatakan<br />

melanggar izin terbang oleh Kementerian<br />

Perhubungan pada Jumat, 9 Januari 2015. Ada<br />

tiga rute yang izinnya tidak beres, yakni dua<br />

rute Halim Perdanakusuma-Pangandaran dan<br />

satu rute Halim-Cilacap.<br />

Sekretaris Perusahaan PT ASI Pudjiastuti<br />

Aviation, Bey Bambang Subagio, menyebutkan<br />

Susi Air mengantongi izin terbang untuk periode<br />

summer, yang berlaku enam bulan dari April<br />

hingga September 2014. Namun, untuk periode<br />

winter, yakni Oktober 2014 hingga Maret 2015,<br />

pihaknya belum mengajukan izin kembali.<br />

“Izin rute penerbangan ada, tapi kami terlambat<br />

meng-up date di winter,” kata Bey kepada<br />

majalah detik.<br />

Selasa, 6 Januari 2015, menurut Bey, Susi Air<br />

diundang Direktorat Jenderal Perhubungan<br />

Udara Kementerian Perhubungan. Menurut<br />

undangan itu, Kementerian ingin mengadakan<br />

sosialisasi tentang izin rute, penambahan kapasitas<br />

udara, dan kepemilikan pesawat terbang.<br />

Seluruh maskapai penerbangan diundang bergiliran.<br />

Di forum itulah terungkap izin tiga penerbangan<br />

Susi Air kedaluwarsa. Kementerian memberikan<br />

kesempatan kepada maskapai itu untuk<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan usai konferensi pers di<br />

Kemenhub, Jumat (9/1/2015).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

memperbarui izinnya ke Ditjen Perhubungan<br />

Udara paling lambat 13 Januari 2015. Namun,<br />

tidak dinyana, Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan langsung membekukan rute terlarang<br />

Susi Air itu. “Kalau istilah polisi, mereka menilangnya<br />

hari Rabu,” kata Bey.<br />

Gara-gara izinnya dibekukan itu, pesawat<br />

Susi Air yang melayani tiga rute penerbangan<br />

dari Jakarta cuma ngendon di Halim. Padahal<br />

seluruh tiket pesawat dengan kapasitas 12 penumpang<br />

itu sudah terjual habis. Terpaksa Susi<br />

Air mengembalikan uang tiket kepada para<br />

penumpang (refund).<br />

“Si Ibu (Susi) ngamuk-ngamuk. ‘Kalian bikin<br />

malu saja, ngurus kayak begitu enggak becus,’”<br />

kata salah seorang pegawai kepada majalah<br />

detik, menirukan perkataan Susi.<br />

Wajar Susi sewot. Sebab, peristiwa ini baru<br />

pertama kali terjadi di Susi Air, maskapai yang<br />

awalnya didirikan untuk mengangkut lobster<br />

dari Pangandaran, Jawa Barat. Susi Air total<br />

mempunyai 48 rute penerbangan. Susi juga<br />

menekankan agar selalu transparan dan mematuhi<br />

aturan pemerintah sebagai regulator.<br />

Susi mengaku belum tahu izin terbang Susi<br />

Air dibekukan. “Saya belum tahu hal itu (pembekuan<br />

izin terbang),” kata Susi di kantor Kementerian<br />

Koordinator Kemaritiman, Jakarta.<br />

Menurut Bey, sehari setelah dibekukan, Susi<br />

Air mengutus dua pegawainya untuk secepatnya<br />

mengurus pembaruan izin baru ke Kemen-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Saya belum tahu hal<br />

itu (pembekuan izin<br />

terbang)<br />

Menteri KKP Susi Pudjiastuti<br />

DOK. DETIK.COM<br />

terian Perhubungan. Namun, hingga Kamis<br />

malam, belum ada kejelasan. “Pegawai saya<br />

nunggu sampai digigit-gigit nyamuk,” katanya<br />

sambil tertawa.<br />

●●●<br />

Selain Susi Air, ada lima maskapai penerbangan<br />

lainnya yang beberapa rute penerbangannya<br />

dibekukan oleh Kementerian Perhubungan.<br />

Maskapai yang terkenal paling tertib<br />

dan minim delay, Garuda Indonesia, pun tidak<br />

luput dari sanksi itu. Empat rute penerbangan<br />

Garuda di-suspend.<br />

Maskapai TransNusa terkena pembekuan<br />

pada satu rute penerbangan Denpasar-Nusa<br />

Tenggara Timur. AirAsia dikenai pembekuan<br />

untuk lima penerbangan dari Bandara Juanda,<br />

Surabaya. Adapun Lion Air Group memegang<br />

rekor dengan 35 pembekuan rute Lion Air dan<br />

18 rute untuk anak perusahaannya, Wings Air.<br />

Pembekuan izin terbang itu tidak lain bermula<br />

dari insiden kecelakaan maut AirAsia QZ8501<br />

rute Surabaya-Singapura pada Minggu, 28<br />

Desember 2014. Setelah kejadian, baru diketahui<br />

bahwa pesawat yang menerbangkan 155<br />

penumpang dan 7 awak itu menyalahi izin. Kementerian<br />

Perhubungan ternyata tidak pernah<br />

memberikan izin terbang pada hari Minggu.<br />

Jonan pun seolah mendapatkan momentum<br />

untuk mewujudkan programnya membenahi<br />

sektor perhubungan udara. Ia membentuk tim<br />

audit melalui surat khusus yang terbit pada<br />

Senin, 5 Januari 2015. Tim itu berasal dari Direktorat<br />

Angkutan Udara, Ditjen Perhubungan<br />

Udara, dan Inspektorat Jenderal.<br />

Tim yang beranggotakan puluhan auditor<br />

tersebut memeriksa izin-izin rute penerbangan<br />

pesawat di lima otoritas bandara besar: Medan,<br />

Cengkareng, Surabaya, Denpasar, Makassar.<br />

Selain terjun ke lapangan, mereka memanggil<br />

maskapai ke kantor Kementerian.<br />

Hasilnya, 61 rute penerbangan dari berbagai<br />

maskapai itu melanggar izin. Sayangnya, Jonan<br />

menolak memerinci pelanggaran yang dilakukan<br />

Garuda cs tersebut. “Sama seperti (pelanggaran)<br />

AirAsia,” ujarnya dalam jumpa pers hasil<br />

audit di kantor Kementerian Perhubungan,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Penumpang bersiap untuk naik<br />

pesawat Lion Air di Terminal<br />

1 Bandara Soekarno-Hatta,<br />

Tangerang, Banten, Selasa<br />

(24/12/2014).<br />

RIVAN AWAL LINGGA/ANTARA<br />

Jumat, 9 Januari 2015.<br />

Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia<br />

itu juga tidak memberikan sanksi berat<br />

kepada maskapai-maskapai yang menyalahgunakan<br />

izin tersebut. Penerbangan itu hanya<br />

dihentikan sementara. Maskapai-maskapai<br />

tersebut hanya harus mengurus kembali izin<br />

penerbangan untuk menebus sanksi pembekuan<br />

rute. “Kalau mau. Kalau enggak, ya, enggak<br />

apa-apa,” katanya.<br />

Namun Jonan mencopot 11 pejabat Kementerian<br />

yang bertanggung jawab dalam kekacauan<br />

izin terbang tersebut, termasuk dalam musibah<br />

Air Asia. Mereka, yang terdiri atas 3 pejabat<br />

eselon II, 7 pejabat eselon III, dan 1 principal<br />

operation inspector, dimutasi dari jabatannya.<br />

“Kalau ada kelalaian dari pemerintah, kita<br />

akui saja,” dia menandaskan.<br />

Menurut Jonan, dari penelusuran auditor,<br />

belum ditemukan adanya unsur pidana yang<br />

dilakukan pejabat tersebut. Misalnya dalam<br />

bentuk suap-menyuap. “Ini masalah kekurangpedulian<br />

kerja saja,” kata Jonan.<br />

Kalau nantinya ditemukan indikasi korupsi,<br />

ia tidak akan segan membuka pintu untuk penegak<br />

hukum, seperti Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi.<br />

Sementara Susi Air langsung mengakui melanggar<br />

izin terbang, TransNusa menolak mentah-mentah<br />

hasil audit itu. Menurut Managing<br />

Director PT TransNusa Aviation Mandiri, Bayu<br />

Sutanto, pihaknya mengantongi izin terbang<br />

tujuh kali dalam seminggu untuk penerbangan<br />

dari Denpasar ke Labuan Bajo.<br />

Izin terbang itu berdasarkan dua surat Dirjen<br />

Perhubungan Udara tentang rute penerbangan<br />

TransNusa tertanggal 10 September 2014 dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Kerabat dan keluarga berdoa<br />

saat prosesi pemakaman<br />

korban pesawat AirAsia<br />

QZ8501, Ruth Natalia<br />

Made Puspitasari (26), di<br />

Pemakaman Karangan,<br />

Wlingi, Blitar Jatim, Jumat<br />

(9/1/2015).<br />

SAHLAN KURNIAWAN/ANTARA<br />

6 Oktober 2014. Izin rute tersebut juga sesuai<br />

dengan slot penerbangan yang disetujui bersama<br />

oleh Bandara Komodo, Labuan Bajo, dan<br />

Indonesia Slot Coordinator (IDSC) Denpasar.<br />

“Tuduhan penerbangan TransNusa berbeda<br />

dengan hari terbang yang diizinkan menjadi<br />

terkesan mengada-ada,” ujar Bayu kepada<br />

majalah detik. “Kemenhub harus berani melakukan<br />

koreksi atas keputusan yang dirilis ke<br />

media massa itu,” tuturnya.<br />

Garuda Indonesia menjelaskan mereka segera<br />

mengurus perbaikan izin begitu mendapat<br />

teguran Kementerian. Maskapai ini langsung<br />

kembali mendapatkan izin rute pada Jumat, 9<br />

Januari 2015, malam. Sebelumnya, Kementerian<br />

menyatakan 4 penerbangan Garuda Indonesia<br />

yang melanggar ketentuan izin adalah Makassar-<br />

Medan-Jeddah (pulang-pergi), yang menggunakan<br />

nomor penerbangan sektor Makassar-Medan<br />

sebagai GA626, dan sektor Medan-Jeddah<br />

sebagai GA986. Sektor Jeddah-Medan sebagai<br />

GA987, dan sektor Medan-Makassar sebagai<br />

GA627.<br />

Garuda Indonesia mengklarifikasi telah<br />

mengantongi izin yang diberikan Kemenhub<br />

pada tanggal 16 Desember lalu untuk melayani<br />

penerbangan tersebut dengan dua nomor<br />

penerbangan. Selanjutnya, Garuda Indonesia<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Sejumlah penumpang Wings<br />

Air asal Wakatobi turun dari<br />

pesawat komersial di Bandara<br />

Haluoleo Kendari, Sultra, Rabu<br />

(13/8/2014).<br />

EKHO ARDIYANTO/ANTARA<br />

mengajukan permohonan perubahan satu nomor<br />

penerbangan internasional rute Makassar-<br />

Medan-Jeddah dengan nomor penerbangan<br />

GA986/GA987, efektif tanggal 1 Januari 2015.<br />

Namun Kementerian menemukan masih<br />

beroperasinya 2 nomor penerbangan pada<br />

rute Makassar-Medan-Jeddah dan sebaliknya,<br />

yang dianggap melanggar ketentuan. “Sesuai<br />

izin Kemenhub, memberlakukan satu nomor<br />

penerbangan, yakni GA986 Makassar-Medan-<br />

Jeddah dan GA987 Jeddah-Medan-Makassar,<br />

sejak Jumat malam,” ujar juru bicara Garuda<br />

Indonesia, Pujobroto.<br />

Sementara itu, Lion Air milik pengusaha<br />

Rusdi Kirana belum mau menanggapi hasil<br />

audit yang menempatkan maskapai itu sebagai<br />

pelanggar izin terbanyak. Corporate Secretary<br />

Lion Air Group Ade Simanjuntak juga enggan<br />

menyampaikan rute penerbangan mana saja<br />

yang terkena sanksi dibekukan.<br />

“Kepada penumpang, kalau tidak ada SMS<br />

pemberitahuan batal atau diundur, berarti<br />

pesawat tetap jalan,” ujarnya kepada majalah<br />

detik.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Pesawat Garuda Indonesia<br />

A330-300 mendarat di<br />

Bandara Soekarno-Hatta.<br />

DIKHY SASRA/DETIKCOM<br />

Kebijakan Jonan membekukan 61 rute penerbangan<br />

dinilai sebagai langkah yang tepat<br />

untuk membenahi sektor perhubungan udara.<br />

Pengamat penerbangan Agus Pambagio menilai<br />

masih banyak lagi praktek pelanggaran izin<br />

yang dilakukan oleh maskapai. Terlebih, lalu<br />

lintas penerbangan semakin ramai oleh maskapai<br />

penerbangan.<br />

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian<br />

Perhubungan J.A. Barata mengakui audit terhadap<br />

lima otoritas bandara merupakan gebrakan<br />

tahap awal saja. Tidak tertutup kemungkinan<br />

praktek pelanggaran izin itu terjadi di bandarabandara<br />

lain di Indonesia. Audit ini bertujuan<br />

agar maskapai-maskapai penerbangan melakukan<br />

perbaikan dengan segera. ■<br />

BAHTIAR RIFAI, MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT, IBAD DUROHMAN |<br />

IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

MENGURUS<br />

SURAT IZIN<br />

MENGUDARA<br />

SETIAP pesawat yang akan mengudara mesti<br />

mengantongi slot time atau alokasi ketersediaan<br />

waktu terbang dan izin rute yang jadi syarat mutlak<br />

agar diizinkan terbang. Berikut ini cara pengajuan<br />

izin-izin terbang pesawat komersial itu oleh maskapai<br />

yang telah memiliki izin usaha dari Kementerian<br />

Perhubungan.<br />

SLOT TIME<br />

Biaya: gratis | Proses: 3 hari<br />

MENGURUS KE:<br />

11. Indonesia Slot Coordinator (IDSC)<br />

22. Garuda Indonesia<br />

(Penerbangan dalam negeri di Sepinggan, Balikpapan;<br />

(Penerbangan ke luar negeri di bandara yang<br />

Soekarno-Hatta, Jakarta; Sentani, Jayapura; I Gusti<br />

ditangani IDSC)<br />

Ngurah Rai, Denpasar; Kualanamu, Medan; Sultan<br />

Mahmud Badaruddin II, Palembang; Juanda, Surabaya;<br />

33. Kepala Bandar Udara/General<br />

Sultan Hasanuddin, Makassar)<br />

Manager Bandar Udara<br />

(Bandara yang tidak ditangani IDSC)<br />

PERSYARATAN PENGAJUAN SLOT TIME:<br />

Rencana rute<br />

dalam surat<br />

izin usaha<br />

Jenis dan<br />

tipe pesawat<br />

Rotasi diagram<br />

pesawat (ruterute<br />

yang ditempuh<br />

pesawat tersebut)<br />

Rotasi utilisasi pesawat (kru<br />

kabin dan kokpit)<br />

Tarif penerbangan<br />

IZIN RUTE<br />

Biaya: Rp 2 juta per rute (pergi dan pulang)<br />

PROSEDUR IZIN RUTE DITJEN PERHUBUNGAN UDARA<br />

1<br />

Domestik (berlaku 6 bulan)<br />

Pengajuan: 30 hari sebelum operasi<br />

Persetujuan/penolakan: 30 hari kerja sejak pengajuan<br />

3<br />

Luar negeri (berlaku 6 bulan)<br />

Pengajuan: 30 hari sebelum operasi<br />

Persetujuan/penolakan: 30 hari sejak pengajuan<br />

2<br />

Penambahan frekuensi/kapasitas<br />

Pengajuan: 14 hari sebelum operasi<br />

Persetujuan/penolakan: maksimal 7 hari sejak<br />

pengajuan<br />

• Harus ada perjanjian hubungan<br />

udara dengan negara tujuan<br />

• Tergantung ketersediaan hak<br />

angkut berdasarkan perjanjian<br />

dengan negara tujuan<br />

PERSYARATAN:<br />

Rencana rute<br />

dalam surat<br />

izin usaha<br />

Slot time<br />

Jenis dan<br />

tipe pesawat<br />

Rotasi diagram<br />

pesawat<br />

Sertifikat operator<br />

pesawat udara dari Ditjen<br />

Perhubungan Udara<br />

TAMBAHAN SYARAT IZIN PENAMBAHAN FREKUENSI/KAPASITAS<br />

Rencana kesiapan penanganan<br />

pesawat, penumpang, dan kargo di<br />

bandar udara<br />

Data permintaan pasar sekitar<br />

enam bulan terakhir.<br />

TAMBAHAN SYARAT IZIN RUTE LUAR NEGERI<br />

Bukti persetujuan dari otoritas penerbangan<br />

sipil dari negara mitra yang dituju<br />

BAHTIAR RIFAI | OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

SUMBER: IDSC, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN, PERMENHUB NO. KM 25 TAHUN 2008<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

IZIN BODONG<br />

AIRASIA<br />

IZIN TERBANG AIRASIA QZ8501 TERNYATA TIDAK<br />

SAH. PEMBERI IZIN TERBANG DI BANDARA JUANDA,<br />

SURABAYA, MENGKLAIM TAK TAHU AIRASIA TIDAK<br />

PUNYA IZIN TERBANG MINGGU.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Pesawat Airbus A320 milik<br />

AirAsia mendarat di Bandara<br />

Soekarno-Hatta. Penerbangan<br />

AirAsia QZ8501 rute<br />

Surabaya-Singapura dinyatakan<br />

ilegal karena tak memiliki izin<br />

rute dari Ditjen Perhubungan<br />

Udara.<br />

ENNY NURAHENI/REUTERS<br />

PERDEBATAN pecah di kantor<br />

Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan di lantai sembilan gedung<br />

Kementerian Perhubungan. Dua<br />

kubu berseberangan soal legal atau tidaknya<br />

AirAsia QZ8501 berangkat dari Surabaya ke<br />

Singapura hanya bermodal slot time atau<br />

alokasi ketersediaan waktu terbang.<br />

Rapat yang dimulai pukul tiga sore pada<br />

Sabtu, 3 Januari 2015, itu berawal dari laporan<br />

izin terbang QZ8501 bermasalah yang<br />

diterima Jonan. Begitu menerima informasi<br />

itu, Jonan sehari sebelumnya segera membekukan<br />

penerbangan AirAsia rute Juanda-<br />

Changi.<br />

Setelahnya, Jonan mengundang rapat bawahannya<br />

di Direktorat Jenderal Perhubungan<br />

Udara dan Indonesia Slot Coordinator<br />

(IDSC) pada Sabtu pukul setengah sembilan<br />

pagi. Saat itu Jonan diberi penjelasan mengenai<br />

aturan slot time dan izin rute.<br />

Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang<br />

Keterbukaan Informasi Publik Hadi Mustofa<br />

Djuraid menceritakan, izin bermasalah<br />

itu ketahuan saat Kementerian menyelidiki<br />

alasan AirAsia memajukan jam penerbangan.<br />

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara<br />

menemukan, maskapai itu tidak punya izin<br />

terbang hari Minggu.<br />

Sorenya, IDSC dan pejabat Direktorat Jen-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

CEO AirAsia Tony Fernandes<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

deral Perhubungan Udara dikonfrontasikan<br />

dengan petinggi AirNav Indonesia, Angkasa<br />

Pura I, Otoritas Bandara Internasional<br />

Juanda, dan PT Indonesia AirAsia. Mereka<br />

ditanya mengapa AirAsia bisa terbang pada<br />

hari Minggu, padahal Ditjen Perhubungan<br />

Udara tidak pernah memberi izin rute setiap<br />

Minggu.<br />

Bahkan, berdasarkan keterangan Otoritas<br />

Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) dan<br />

Changi Airport Group, AirAsia terbang setiap<br />

Minggu sejak Oktober 2014. Menurut CAAS,<br />

AirAsia sebenarnya direstui terbang setiap<br />

hari bolak-balik Juanda dan Changi, tapi AirAsia<br />

hanya empat hari itu saja ke sana, yakni<br />

setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu.<br />

Data itu berbeda dengan izin rute yang<br />

diterbitkan Ditjen Perhubungan Udara, yakni<br />

Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu. Izin rute<br />

yang terbit pada 24 Oktober 2014 itu sesuai<br />

dengan permintaan AirAsia.<br />

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan<br />

Udara Djoko Murjatmodjo menjelaskan,<br />

AirAsia memang mengantongi slot tujuh<br />

hari penerbangan baik di Singapura maupun<br />

di Indonesia. Namun Kementerian, kata dia,<br />

hanya menyetujui empat hari karena hanya<br />

itu jumlah hak angkut Surabaya-Singapura<br />

yang tersisa dan bisa dipakai AirAsia.<br />

Hak angkut diatur lewat perjanjian bilateral<br />

Indonesia dengan Singapura. Peraturan<br />

Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun<br />

2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan<br />

Udara menyatakan permohonan izin rute<br />

oleh maskapai bisa ditolak Kementerian jika<br />

hak angkut tidak tersedia.<br />

Memang, kata Djoko, AirAsia mengajukan<br />

permohonan menggeser penerbangan ke<br />

Minggu. Namun permohonan itu baru dilayangkan<br />

pada hari kecelakaan QZ8501, Minggu,<br />

28 Desember 2014. “Tapi baru diajukan<br />

pada hari itu, kan tidak bisa, tidak mungkin<br />

kami putihkan,” ujarnya.<br />

Ketua IDSC Hemi Pamuraharjo menolak<br />

berkomentar tentang pertemuan di kantor<br />

Jonan itu. Ia hanya menyatakan slot time<br />

yang dikeluarkan pihaknya tidak bisa dipakai<br />

AirAsia buat terbang. “Slot time bukan izin<br />

terbang, tapi alokasi waktu di bandara yang<br />

bisa digunakan oleh airline,” ujarnya.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

(Dari kiri ke kanan) Ketua<br />

IDSC Hemi Pamuraharjo,<br />

Direktur Safety AirNav<br />

Indonesia Wisnu Darjono,<br />

GM Angkasa Pura I Bandara<br />

Juanda Trikora Harjo<br />

BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, ISFARI<br />

HIKMAT/DETIKCOM<br />

Argumen Djoko dan Hemi ini diperkuat<br />

Peraturan Dirjen Perhubungan Udara No. KP<br />

6 Tahun 2014 bahwa slot time dipakai buat<br />

mengurus izin rute. Peraturan Menteri Perhubungan<br />

tentang Penyelenggaraan Angkutan<br />

Udara juga menyebutkan penerbangan<br />

harus punya izin rute sebelum mengudara.<br />

Begitu terpojok, Hadi Mustofa Djuraid<br />

menceritakan, mereka yang memberi lampu<br />

hijau kepada QZ8501 berkelit bahwa masalahnya<br />

ada pada distribusi surat keputusan. “Ada<br />

yang bilang katanya mereka tidak mendapat<br />

tembusannya, padahal surat diserahkan ke<br />

kantor masing-masing,” kata Hadi.<br />

Direktur Safety AirNav Indonesia Wisnu<br />

Darjono menyatakan dokumen izin rute<br />

AirAsia dari Dirjen Perhubungan Udara tidak<br />

pernah sampai ke orang-orangnya di lapangan.<br />

Yang diketahui petugas air traffic controller<br />

(ATC) AirNav di Surabaya, kata Wisnu,<br />

AirAsia sudah mendapat slot time terbang<br />

setiap hari ke Singapura.<br />

Karena tidak menerima tembusannya, Wisnu<br />

mengatakan, mereka tidak tahu bahwa,<br />

dari tujuh hari itu, Kementerian cuma menyetujui<br />

empat saja. “Jadi ada miskomunikasi,<br />

dikiranya tujuh hari itu masih berlaku,” kata<br />

Wisnu.<br />

General Manager Angkasa Pura I Bandara<br />

Juanda, Trikora Harjo, juga menyatakan tidak<br />

pernah menerima surat serupa dari Kementerian.<br />

“Surat tembusannya saya kan enggak<br />

dapat. Mana ada tembusan GM Trikora Harjo<br />

di situ, tidak ada, Bos.”<br />

Trikora membenarkan pihaknya memberikan<br />

apron yang dipakai AirAsia QZ8501<br />

menyiapkan penerbangan. “Mempersiapkan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Suasana antrean calon<br />

penumpang di bagian<br />

keberangkatan Terminal 2<br />

Bandara Juanda, Surabaya.<br />

SURYANTO/ANTARA<br />

apron iya, tapi bagaimana bisa dikatakan<br />

Juanda memberikan izin hantu Saya tidak<br />

bisa memberikan izin terbang,” kata dia.<br />

Sementara itu, Kepala Otoritas Bandara<br />

Wilayah III Juanda, Pramintohadi Sukarno,<br />

mengatakan pemberangkatan QZ8501 pada<br />

hari nahas itu diatur oleh IDSC, ATC, dan<br />

Angkasa Pura I. Tak satu pun melarang penerbangan.<br />

Apakah itu berarti pesawat sudah<br />

sah buat terbang Pramintohadi mengangguk.<br />

Namun dalih-dalih itu dianggap sepi oleh<br />

Jonan. “Semua yang kasih izin berangkat<br />

AirAsia di hari Minggu itu salah,” kata Jonan.<br />

Bagi Jonan, pelanggaran hari terbang<br />

itu semestinya cepat terendus oleh Ditjen<br />

Perhubungan Udara. Apalagi tiap maskapai<br />

sebenarnya wajib melaporkan kegiatan penerbangannya<br />

setiap bulan.<br />

Jonan menilai ada masalah dalam sistem<br />

pengawasan di Juanda dan pelaporannya<br />

ke pusat. “Otoritas bandara di Surabaya<br />

seharusnya cek karena mendapat tembusan<br />

Keputusan Dirjen Perhubungan Udara,”<br />

kata mantan Direktur Utama PT Kereta Api<br />

Indonesia itu.<br />

lll<br />

Rapat panas di kantor Jonan di Jakarta<br />

berbuntut kiamat karier buat pejabat-pejabat<br />

di Bandara Juanda. Jonan pun mencopot<br />

principal operation inspector atau perwakilan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan saat menjelaskan hasil<br />

audit investigatif terhadap<br />

izin rute maskapai, Jumat<br />

(9/1). Jonan menyatakan<br />

hanya penerbangan AirAsia<br />

rute Surabaya-Singapura yang<br />

bermasalah izinnya.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Kementerian Perhubungan di AirAsia. Kepala<br />

Bidang Keamanan dan Kelaikan Angkutan<br />

Udara pada Otoritas Bandara Surabaya yang<br />

merangkap Unit Kerja Slot Time di Juanda<br />

bernasib sama.<br />

Jonan mendesak AirNav Indonesia dan<br />

Angkasa Pura I juga menghukum pejabatnya<br />

yang terlibat dalam penerbitan izin bodong<br />

AirAsia. AirNav Indonesia mencabut jabatan<br />

General Manajer Juanda, senior manager,<br />

dan manajer yang disandang empat karyawannya<br />

di Surabaya.<br />

Sementara itu, Angkasa Pura I memutasi<br />

manajer operasi dan pengawas tugas operasional<br />

apron movement control Bandara<br />

Juanda. Sambil menunggu hasil investigasi<br />

Kementerian, keduanya dipindahkan ke<br />

bagian personalia dan keuangan di Bandara<br />

Juanda.<br />

Jonan pada Senin, 5 Januari 2014, juga<br />

menyurati Inspektur Jenderal Kementerian<br />

Perhubungan Wendy Aritenang Yazid agar<br />

melakukan audit investigatif terhadap penerbangan<br />

Air Asia QZ8501. Selain itu, Wendy<br />

diminta menelisik rute-rute lain karena penerbangan<br />

AirAsia rute Medan-Palembang<br />

setiap Selasa juga ditengarai tidak berizin.<br />

Soal sengkarut izin terbang di Surabaya,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Surat izin rute AirAsia dari<br />

Ditjen Perhubungan Udara<br />

yang hanya membolehkan<br />

terbang Surabaya-Singapura<br />

pada Senin, Selasa, Kamis,<br />

dan Sabtu. Pesawat QZ8501<br />

yang jatuh terbang pada<br />

Minggu pagi.<br />

ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />

Jonan mengatakan sudah menerima<br />

surat elektronik pernyataan bersalah dari<br />

bos AirAsia, Tony Fernandes. “Ngaku bahwa<br />

tidak ada izin rute,” kata Jo nan.<br />

Namun Tony belakangan membantahnya.<br />

Dia menyatakan memiliki izin slot time serta<br />

rute Surabaya-Singapura dan berhak terbang<br />

selama seminggu penuh. “Apa yang terjadi<br />

hanyalah masalah administrasi,” kata Tony,<br />

yang menyarankan Indonesia bermigrasi ke<br />

sistem perizinan terkomputerisasi seperti di<br />

Singapura.<br />

Legalitas penerbangan QZ8501 memang<br />

jadi masalah tersendiri antara AirAsia dan<br />

perusahaan asuransi. Sempat muncul kecemasan<br />

asuransi tak akan membayarkan klaim<br />

kepada keluarga korban jika terbukti AirAsia<br />

melanggar aturan.<br />

Namun guru besar ilmu hukum Universitas<br />

Indonesia, Hikmahanto Juwana, menyatakan<br />

keluarga korban akan tetap mendapatkan bayaran<br />

tersebut. “Dalam hukum udara, ganti<br />

rugi wajib langsung diberikan oleh perusahaan<br />

penerbangan tanpa perlu dibuktikan<br />

kesalahan ada pada siapa,” kata Hikmahanto.<br />

“Ini dikenal dengan tanggung jawab mutlak.”<br />

Perdebatan soal penerbangan ilegal, kata<br />

dia, adalah urusan internal antara maskapai<br />

dan perusahaan asuransi yang dipakainya.<br />

Kalaupun nantinya asuransi menolak membayar,<br />

AirAsia-lah yang membayar kompensasi<br />

sebesar Rp 1,25 miliar.<br />

Direktur Aviation Security AirAsia Kapten<br />

Achmad Sadikin menyatakan maskapainya<br />

akan bertanggung jawab memberikan kompensasi<br />

kepada keluarga. “AirAsia akan tetap<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Loket penjualan tiket AirAsia<br />

di Bandara Juanda, Surabaya.<br />

AirAsia diminta tetap<br />

memberikan kompensasi<br />

kepada keluarga korban<br />

jika perusahaan asuransi<br />

menolak membayarkan klaim<br />

karena penerbangan QZ8501<br />

dianggap ilegal.<br />

ISFARI HIKMAT/ DETIKCOM<br />

bertanggung jawab dan kooperatif,” kata Sadikin<br />

Tapi benarkah AirAsia terbang secara ilegal<br />

Hasil audit investigatif terhadap AirAsia<br />

dan maskapai lainnya yang diumumkan<br />

Jonan pada Jumat, 9 Januari 2015, memastikan<br />

maskapai itu melanggar perizinan.<br />

Tak ada sanksi yang dijatuhkan kepada<br />

AirAsia. Kementerian hanya meminta AirAsia<br />

mengurus izin rute jika masih ingin terbang<br />

Minggu dari Surabaya ke Singapura.<br />

Sebelumnya, Jonan menyatakan bakal<br />

mengadukan skandal izin AirAsia kepada<br />

kepolisian dan kejaksaan. Namun hasil investigasi<br />

Kementerian, kata Jonan, tidak menemukan<br />

adanya pelanggaran pidana dalam<br />

pemberian izin bodong buat QZ8501 oleh<br />

para petugas bandara.<br />

“Dari laporan pemeriksaan irjen kami, tidak<br />

ada muncul pidana,” kata Jonan. “Ini hanya<br />

kelalaian atau kekurangpedulian kerja.” ■ BAHTIAR<br />

RIFAI, IBAD DUROHMAN, ISFARI HIKMAT, MONIQUE SHINTAMI, JAFFRY P. PRA-<br />

KOSO, EDWARD F.K., FEBY D. SUTIANTO, ROIS JAJELI, ZAINAL EFFENDI | OKTA<br />

WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

GARA-GARA SLOT<br />

TERLALU SAKTI<br />

“SLOT ITU DARI DULU MASALAHNYA. INI BARANG<br />

DAGANGAN. TAPI PEMBUKTIANNYA SUSAH.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Gedung Kementerian<br />

Perhubungan di Jakarta.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

RAPAT di lantai 21 Gedung Karya,<br />

Kompleks Kementerian Perhubungan,<br />

berlangsung kaku. Agenda rapat<br />

adalah evaluasi slot time maskapai<br />

penerbangan Indonesia.<br />

Rapat digelar setelah Menteri Perhubungan<br />

Ignasius Jonan menjatuhkan sanksi terhadap<br />

11 pejabat penerbangan dan membekukan 61<br />

rute penerbangan.<br />

Evaluasi itu digelar oleh Indonesia Slot Coordinator<br />

(IDSC). Lembaga ini diwakili oleh<br />

Zulbrito Radikar, anggota lembaga koordinator<br />

slot itu. Rapat dihadiri oleh empat perwakilan<br />

maskapai penerbangan, yakni Indonesia AirAsia,<br />

Garuda Indonesia Airways, Lion Group,<br />

Sriwijaya, dan Citilink.<br />

Para perwakilan dari maskapai lebih banyak<br />

diam, sementara Zulbrito memanfaatkan acara<br />

itu untuk curhat.<br />

Zulbrito merupakan anggota IDSC wilayah<br />

barat. Salah satu koleganya di Kementerian<br />

Perhubungan dicopot dari jabatan karena kecelakaan<br />

AirAsia. Ia banyak menerima pesan<br />

lewat BlackBerry Messenger setelah penco-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Saya bukan di Surabaya,<br />

tapi saya harus<br />

mempertanggungjawabkan<br />

itu. Tadi pagi saya dicopot<br />

sebagai manajer di kantor<br />

pusat.<br />

Zulbrito Radikar, anggota IDSC,<br />

bercerita keluhan koleganya<br />

yang dicopot setelah kisruh izin<br />

terbang AirAsia.<br />

BAHTIAR RIVAI/MAJALAH DETIK<br />

potan tersebut.<br />

Pesan itu antara lain mengabarkan sang kawan<br />

merasa dikorbankan, karena ia bertugas di<br />

kantor pusat, sehingga tidak tahu-menahu tentang<br />

slot di Bandara Surabaya, tempat AirAsia<br />

QZ8501 yang celaka itu lepas landas. Ia bekerja<br />

di Kementerian Perhubungan sejak 1986 dan<br />

sampai sekarang belum pernah naik pesawat<br />

AirAsia.<br />

“Saya bukan di Surabaya, tapi saya harus mempertanggungjawabkan<br />

itu. Tadi pagi saya<br />

dicopot sebagai manajer di kantor pusat,”<br />

ucap Zulbrito membacakan isi BBM sang<br />

kolega.<br />

Zulbrito tidak menjelaskan jabatan resmi<br />

koleganya. Hanya, keluhan ini keluar<br />

dari mulutnya tidak lama setelah Jonan<br />

mengumumkan pencopotan dua pejabat<br />

internal Kementerian pada Selasa, 6 Januari<br />

2015.<br />

Dua pejabat tersebut adalah Unit Kerja Pelaksana<br />

Slot Time di Otoritas Bandara Wilayah<br />

3 Surabaya dan Principal Operation Inspector<br />

Kementerian di maskapai Indonesia AirAsia.<br />

Zulbrito gusar tragedi jatuhnya pesawat AirAsia<br />

QZ8501 di Selat Karimata pada Minggu,<br />

28 Desember 2014, merembet ke ruang kerjanya.<br />

Tragedi AirAsia memang akhirnya membuka<br />

sengkarut pengelolaan penerbangan komersial<br />

di seantero Nusantara. AirAsia QZ8501 ternyata<br />

terbang tanpa kelengkapan surat.<br />

Pesawat ini hanya menyodorkan surat izin<br />

slot untuk terbang ke Singapura dari Surabaya.<br />

Padahal, untuk terbang, sebuah pesawat harus<br />

memiliki izin rute yang dikeluarkan oleh Dirjen<br />

Perhubungan Udara.<br />

Tidak ayal IDSC pun ikut diseret-seret. IDSClah<br />

yang mengelola pemberian izin slot terhadap<br />

maskapai penerbangan yang beroperasi di<br />

Indonesia.<br />

●●●<br />

IDSC dibentuk pada 2011 melalui keputusan<br />

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor<br />

KP 402 Tahun 2011 tentang Penetapan Petugas<br />

Pelaksana IDSC.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Kepadatan penumpang<br />

di Bandara Internasional<br />

Soekarno-Hatta, Jakarta.<br />

IDSC dibentuk buat mengatur<br />

waktu penerbangan di<br />

bandara yang lalu lintasnya<br />

padat.<br />

HERU/ANTARA<br />

Lembaga ini bersifat independen, tapi diisi<br />

oleh pejabat Kementerian Perhubungan.<br />

Kewenangan IDSC adalah mengkoordinasikan<br />

kepentingan maskapai dengan otoritas bandara;<br />

Air Navigation (AirNav); Badan Meteorologi,<br />

Klimatologi, dan Geofisika; hingga menara air<br />

traffic controller (ATC).<br />

Tujuan dibentuknya IDSC antara lain meningkatkan<br />

keamanan dan keselamatan penerbangan,<br />

mengoptimalkan penggunaan kapasitas<br />

dan fasilitas bandar udara, serta melakukan<br />

standardisasi pengaturan slot time sesuai dengan<br />

ketentuan International Air Transport Association<br />

Worldwide Scheduling Guidelines.<br />

Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor<br />

KP 6 Tahun 2014 tertanggal 10 Januari 2014 menyebutkan<br />

setiap pergerakan pesawat udara di<br />

bandara wajib memperoleh persetujuan slot<br />

(slot clearance).<br />

Slot penerbangan domestik untuk delapan<br />

bandara dikelola oleh IDSC. Bandara tersebut<br />

adalah Sepinggan di Balikpapan, Soekarno-<br />

Hatta di Jakarta, Sentani di Jayapura, I Gusti<br />

Ngurah Rai di Denpasar, Kualanamu di Medan,<br />

Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang,<br />

Juanda di Surabaya, dan Sultan Hasanuddin di<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Nah, slot itu dari<br />

dulu masalahnya. Ini<br />

barang dagangan.<br />

Tapi pembuktiannya<br />

susah.<br />

Agus Pambagio<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Makassar.<br />

Sedangkan penerbangan internasional dikelola<br />

oleh Garuda Indonesia.<br />

IDSC memberikan izin slot selama satu<br />

musim atau enam bulan kepada tiap maskapai<br />

penerbangan yang beroperasi di Indonesia.<br />

Izin slot merupakan izin perencanaan operasional<br />

maskapai penerbangan berdasarkan<br />

pergerakan pesawat di bandara. Pertimbangannya<br />

adalah kemampuan bandara menampung<br />

pesawat dihitung dari kapasitas terminal,<br />

apron, dan kemampuan ATC.<br />

Izin slot hanya syarat untuk mendapatkan<br />

izin rute. Izin rute inilah yang harus dikantongi<br />

maskapai untuk mengudara ke bandara tujuan.<br />

●●●<br />

Ketua IDSC Hemi Pamuraharjo mengaku<br />

selama ini izin slot time sangat longgar. Kapasitas<br />

bandara yang ditangani oleh IDSC cukup<br />

menampung semua maskapai. Tahun 2011,<br />

Bandara Soekarno-Hatta memiliki kemampuan<br />

kapasitas 64 pergerakan pesawat per jam,<br />

Ngurah Rai 20, Juanda 26, Sultan Hasanuddin<br />

24, dan Sentani 18.<br />

“Dari jumlah maksimum yang ditetapkan<br />

oleh bandara itu, kami undang semua airline.<br />

Eh, ini jam bandara beroperasi dari jam sekian<br />

ke sekian, per jamnya yang sudah dipakai sekian,”<br />

tuturnya.<br />

Menteri Jonan mengaku kecolongan dengan<br />

praktek penerbangan yang berlangsung selama<br />

ini. Banyak pesawat meninggalkan bandara hanya<br />

dengan memberikan surat izin slot kepada<br />

otoritas bandara setempat. Anehnya, otoritas<br />

bandara dan AirNav tetap saja memberi mereka<br />

izin meski tidak ada izin rute untuk mereka.<br />

“Yang dari IDSC itu bukan izin rute. Itu kan<br />

rencana, itu slot teknisnya,” Jonan menegaskan.<br />

Seharusnya maskapai pemegang izin slot<br />

melanjutkan proses perizinan kepada Dirjen<br />

Perhubungan Udara untuk mendapatkan izin<br />

rute. Izin rute ini memang harus melalui kewenangan<br />

pusat, tidak bisa diwakilkan kepada<br />

otoritas bandara selaku perwakilan Dirjen Perhubungan<br />

Udara di bandara setempat.<br />

Jonan jengkel izin rute kerap dianggap remeh<br />

dan hanya dijadikan formalitas semata. Dari audit<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Pesawat maskapai AirAsia di<br />

sebuah bandara.<br />

EDGAR SU/REUTERS<br />

yang dilakukan tim Jonan, selain AirAsia, ditemukan<br />

lima maskapai penerbangan melakukan<br />

pelanggaran izin rute. Mereka pun dikenai sanksi<br />

pembekuan.<br />

Catatan penyimpangan penerbangan membuat<br />

beberapa pihak memandang curiga IDSC.<br />

Pengamat pelayanan publik Agus Pambagio<br />

mencium manipulasi dan dugaan suap di IDSC.<br />

Surat izin slot dari IDSC dinilai berlaku terlampau<br />

sakti. Surat ini mampu menembus otoritas<br />

bandara setempat, AirNav, hingga mendapat<br />

panduan dari menara ATC.<br />

Dalam kasus AirAsia, misalnya, AirNav Kantor<br />

Cabang Surabaya meloloskan QZ8501 yang tidak<br />

punya izin rute karena berpegang pada surat<br />

rekomendasi rute-rute yang dikeluarkan IDSC<br />

kepada Ditjen Perhubungan Udara. “Kopi surat<br />

rekomendasi ini diterima AirNav Indonesia dari<br />

IDSC melalui e-mail,” kata Direktur Safety and<br />

Standard AirNav Indonesia Wisnu Darjono.<br />

Tak ayal jika Agus mencium dugaan suap di<br />

lembaga IDSC. “Nah, slot itu dari dulu masalahnya.<br />

Ini barang dagangan. Tapi pembuktiannya<br />

susah,” tuturnya.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Ketua IDSC Hemi<br />

Pamuraharjo<br />

BAHTIAR RIVAI/MAJALAH DETIK<br />

Bau busuk ini harus ditelusuri lebih lanjut<br />

karena proses penerbangan melibatkan banyak<br />

pihak. Otoritas bandara setempat yang<br />

memperbolehkan pesawat untuk terbang juga<br />

perlu ditelusuri keterlibatannya. Mereka terlibat<br />

langsung dengan proses pelanggaran izin.<br />

Selain itu, proses izin slot di luar delapan<br />

bandara besar yang ditangani oleh IDSC dilakukan<br />

otoritas bandara setempat. Hasil audit<br />

Kemenhub menunjukkan pelanggaran izin<br />

terjadi di wilayah ini.<br />

Agus curiga praktek pelanggaran ini merembet<br />

ke pemerintah pusat hingga ke tataran dirjen.<br />

Selama ini, garis koordinasi menunjukkan<br />

otoritas bandara merupakan kepanjangan tangan<br />

Ditjen Perhubungan Udara. Pelanggaran<br />

tak bakal berjalan mulus tanpa campur tangan<br />

Jakarta.<br />

"Nah, untuk bagaimana kaitan mereka sampai<br />

ke jajaran Dirjen di pusat, silakan telusuri<br />

sendiri," ungkap Agus.<br />

Sumber majalah detik di kalangan internal<br />

Kementerian menyebutkan persoalan slot dan<br />

izin terbang ini menyangkut tren penumpang.<br />

Banyak maskapai memaksa terbang walaupun<br />

tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan<br />

izin rute demi penumpang. Ia menduga suap<br />

bukan barang haram dalam hubungan macam<br />

ini.<br />

“Tapi, kalau ada pejabat diberi fasilitas oleh<br />

airline sehingga memudahkan airline dalam<br />

pengurusan izin terbang, mungkin iya,” ujar<br />

Agus.<br />

Koordinator Slot Penerbangan Internasional<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


FOKUS<br />

Surat izin rute yang dikeluarkan<br />

oleh Ditjen Perhubungan<br />

Udara untuk AirAsia. Namun<br />

penggunaan izin ini tidak sesuai<br />

dengan jadwal terbang pesawat<br />

QZ8501.<br />

ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />

Esty Widyawati meradang<br />

mendapat kritik ini. Esty<br />

mengaku sudah jatuh-bangun<br />

mengelola koordinasi<br />

slot time sejak 2011.<br />

Mereka generasi pertama<br />

yang bersusah-payah<br />

menertibkan penerbangan<br />

justru didera isu tidak<br />

sedap.<br />

Menurut Hemi, tudingan<br />

permainan di IDSC<br />

muncul sejak dua tahun<br />

lembaga ini dibentuk.<br />

Karena isu inilah Hemi<br />

kemudian menggantikan<br />

Esty. Esty, yang sebelumnya<br />

menjabat Ketua IDSC,<br />

kemudian menjadi Koordinator Slot Penerbangan<br />

Internasional. “Banyak isu berkembang. Tapi<br />

tidak ada satu pun yang mengatakan ada uang<br />

di situ,” Hemi menegaskan.<br />

Bagi Hemi, lolosnya penerbangan hanya<br />

bermodal izin slot tidak bisa menjadi dasar<br />

tudingan suap kepada IDSC. Persyaratan<br />

terbang itu cukup panjang, mencakup rute<br />

yang dilampiri surat usaha; rotasi diagram<br />

pesawat disesuaikan dengan slot; dan rotasi<br />

utilisasi pesawat, kabin kru, serta kokpit kru.<br />

“Sembarangan ngomong saja itu Agus Pambagio,”<br />

kata Hemi.<br />

Ia menegaskan selama ini rapat pembagian<br />

slot selalu terbuka. Jika ada tudingan suap, itu<br />

tidak masuk akal karena semua diawasi bersama.<br />

Tudingan dan bantahan masih menghiasi<br />

sengkarut penyelenggaraan penerbangan nasional.<br />

Penegak hukum dari kepolisian, kejaksaan,<br />

hingga KPK menyatakan diri siap untuk<br />

menuntaskan masalah ini jika benar-benar<br />

terjadi suap.<br />

"KPK akan berkoordinasi dengan Menhub<br />

untuk klarifikasi soal izin terbang ini," tegas<br />

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. ■<br />

BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT |<br />

ARYO BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

MIMPI TAUFAN UNTUK<br />

MEREKA YANG TAK LAYAK BANK<br />

“AMARTHA TEH URANG MANA, MENI BAGEUR PISAN.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

SELASA pagi dua pekan lalu, di teras<br />

depan rumah Sarbini, Ketua RT 04<br />

RW 02, Desa Putat Nutug, Kecamatan<br />

Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa<br />

Barat, belasan ibu duduk meriung di lantai. Tak<br />

lama berkumpul, mereka duduk dengan takzim<br />

dan membaca lima ikrar.<br />

Di antara ikrar mereka adalah anggota<br />

majelis membantu anggota kelompok majelis<br />

apabila mereka dalam kesulitan, menggunakan<br />

pembiayaan dari Majelis Ikhtiar-Amartha untuk<br />

menambah pendapatan keluarga, dan mendorong<br />

anak-anak supaya terus bersekolah.<br />

Belasan ibu rumah tangga itu adalah anggota<br />

Majelis Palem. Ini bukan majelis pengajian,<br />

terang pula bukan majelis politik. Mereka merupakan<br />

anggota Koperasi Amartha. Hari itu<br />

pertemuan mereka sangat ringkas dan cepat.<br />

Satu per satu mereka mengambil buku kecil<br />

berwarna biru yang diletakkan salah seorang<br />

anggota majelis.<br />

Ada dua jenis buku: yang pertama buku setoran<br />

pinjaman nasabah dan buku kedua adalah<br />

buku tabungan istimewa, tabungan nasabah<br />

dengan jumlah minimal Rp 5.000 setiap minggu.<br />

Begitu pencatatan angsuran tabungan, pengecekan<br />

nama, dan jumlah setoran pinjaman<br />

dan tabungan, pertemuan ditutup dengan doa.<br />

Selesai.<br />

“Seharusnya pertemuan sekitar satu jam.<br />

Tetapi ibu-ibu kan sibuk, ada yang memasak,<br />

mengurus orang tua dan anak, jadi pertemuan<br />

kami persingkat,” ujar petugas Koperasi Amartha,<br />

Nilasari. Setelah berpamitan, Nilasari<br />

bergegas menuju majelis berikutnya, Majelis<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Wijayakusuma, yang berada tak jauh dari lokasi<br />

pertemuan Majelis Palem.<br />

Di sana sudah menunggu belasan anggota<br />

majelis yang rata-rata sudah berusia paruh baya.<br />

Kali ini pertemuan sedikit lebih lama. Setelah<br />

semua anggota menyerahkan buku setoran<br />

dan membaca ikrar, seorang anggota majelis,<br />

Elly Sukmawati, 32 tahun, maju ke depan barisan.<br />

Ia meminta persetujuan majelis untuk pinjaman<br />

yang ia ajukan. Semua anggota serentak<br />

menjawab setuju setelah Elly menyampaikan<br />

alasan pengajuan pinjamannya.<br />

Ibu tiga anak ini mengajukan pinjaman Rp 2<br />

juta. Rencananya, uang itu akan dia gunakan<br />

untuk membangun kamar. Selama ini, Elly bersama<br />

suami dan ketiga anaknya masih tinggal<br />

menumpang di rumah orang tuanya. Mereka<br />

mendapatkan jatah satu kamar dari dua kamar<br />

milik orang tuanya.<br />

Rumah seluas 5 x 8 meter persegi ia sekat<br />

dengan lemari sebagai dinding pemisah di<br />

tengah-tengah ruangan. Elly bersama keluarganya<br />

menempati separuh rumah di bagian<br />

belakang, yang merangkap sebagai tempat<br />

memasak, ruang tamu, tempat tidur, dan ruang<br />

makan.<br />

Suaminya, yang bekerja sebagai tukang ojek,<br />

menurut Elly, masih sanggup membayar cicilan<br />

Rp 53 ribu per minggu selama 50 minggu atau<br />

setahun. Meminjam ke bank, bagi Elly dan suaminya,<br />

jauh dari bayangan. “Kami tak mungkin<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Saat keluar dari<br />

pekerjaannya,<br />

sebenarnya Taufan<br />

belum punya<br />

gambaran jelas<br />

apa yang akan dia<br />

kerjakan.<br />

ANDI TAUFAN GARUDA PUTRA<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

pinjam ke bank karena tidak punya barang<br />

yang bisa diagunkan,” kata Elly. Satu-satunya<br />

barang berharga miliknya hanyalah sepeda<br />

motor yang biasa dipakai suaminya mengojek.<br />

Itu pun belum lunas terbayar.<br />

Anggota majelis lain, Salma, 60 tahun, juga<br />

berniat mengajukan pinjaman begitu utangnya<br />

lunas. Cicilan Salma masih tujuh kali atau tujuh<br />

minggu lagi. Rencananya, uang pinjaman akan<br />

ia gunakan untuk membayar ujian anaknya<br />

yang duduk di bangku SMA kelas III.<br />

Dia memang sudah berulang kali meminjam<br />

ke Koperasi Amartha. Sewaktu anaknya masuk<br />

SMA, Salma juga mengajukan pinjaman untuk<br />

membayar biaya masuk sekolah. Setahun lunas,<br />

ia mengajukan kembali untuk membuat toilet,<br />

merenovasi emperan rumahnya, dan modal<br />

usaha. Dan sekarang ia berencana mengajukan<br />

pinjaman untuk biaya ujian kelulusan anaknya.<br />

“Alhamdulillah, yang dipinjamkan Amartha<br />

bermanfaat semua,” ujarnya.<br />

Salma, Elly, dan anggota Majelis Amartha ini<br />

adalah orang-orang yang tak pernah tersentuh<br />

layanan bank. Mereka inilah orang-orang yang<br />

sering disebut tak bankable, tak layak untuk<br />

dapat pinjaman bank. Ditolak bank, mereka<br />

sering terjebak utang dengan bunga setinggi<br />

langit dari para rentenir.<br />

“Amartha teh urang mana, meni bageur pisan,”<br />

Ibu RT Sarbini menyeletuk. “Amartha ini<br />

orang mana, kok baik sekali”<br />

●●●<br />

Andi Taufan Garuda Putra, 28 tahun, mestinya<br />

sudah hidup enak, punya segalanya. Masih<br />

muda, lahir dari keluarga berkecukupan, Taufan<br />

lulus dari salah satu sekolah bisnis terbaik<br />

di Indonesia dan bekerja sebagai konsultan di<br />

perusahaan multinasional besar, IBM. Gajinya<br />

tentu tak kecil. Apa lagi yang dicari<br />

Tapi ada yang selalu mengusik hatinya setiap<br />

kali dia mendapat tugas dari kantornya<br />

ke daerah-daerah di Indonesia. Di Jakarta, dia<br />

menyaksikan segala hal yang gemebyar dari<br />

Indonesia. Di daerah, dia menyaksikan sisi lain<br />

dari Indonesia. Dia menyaksikan betapa besarnya<br />

ketimpangan antara Jakarta dan daerah.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Semakin sering ditugasi kantornya mengunjungi<br />

daerah, semakin tinggi pula desakan<br />

Taufan untuk mewujudkan mimpinya membangun<br />

usaha yang bisa bermanfaat bagi banyak<br />

orang. Pertengahan 2009, Taufan mantap<br />

meninggalkan pekerjaannya. Ilmu manajemen<br />

bisnis yang pernah ia pelajari selama di bangku<br />

kuliah di ITB ia buka-buka dan ingat-ingat lagi.<br />

Saat keluar dari pekerjaannya, sebenarnya<br />

Taufan belum punya gambaran jelas apa yang<br />

akan dia kerjakan. Ia lalu mempelajari selukbeluk<br />

pembiayaan mikro dan sistem Bank<br />

Grameen, seperti dirintis Muhammad Yunus<br />

di Bangladesh. Ia berkeyakinan, jika Bank Grameen<br />

bisa sukses diterapkan di Bangladesh dan<br />

diakui dunia, mengapa dia tak mengimitasinya<br />

di Indonesia, yang juga punya masalah kemiskinan<br />

hampir sama.<br />

Hanya bermodal Rp 10 juta dari kantongnya<br />

sendiri, Taufan mencoba meminjamkan kepada<br />

sepuluh orang yang membutuhkan. Ia memilih<br />

warga Putat Nutug, Ciseeng, Bogor, sebagai<br />

nasabah pertama. Pertimbangannya, selama<br />

survei di puluhan kecamatan di Kabupaten<br />

Bogor, angka kemiskinan Ciseeng paling akut.<br />

Tak hanya memberikan pinjaman, Taufan juga<br />

memberikan pendampingan kepada sepuluh<br />

nasabah dengan mengajarkan membuat pembukuan,<br />

cara berjualan, hingga teknik pemasaran.<br />

Namun rupanya proyek pertama ini tak<br />

semulus bayangannya. Nasabah yang awalnya<br />

lancar membayar setoran makin lama makin<br />

seret membayar. Mereka sering menghindar<br />

dan menolak menemuinya. “Mereka menggunakan<br />

berbagai alasan untuk tak membayar,”<br />

katanya. Akhirnya uang itu ludes tak berbekas.<br />

Tapi Taufan tak kapok dan tak jera menerus-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

kannya. Kegagalannya memulai usaha tak ia ceritakan<br />

kepada kedua orang tuanya. Sebab, saat<br />

dia memutuskan mundur dari pekerjaannya di<br />

IBM, orang tuanya keberatan. Apalagi jika tahu<br />

kalau dia gagal. Menurut orang tuanya, di usia<br />

muda, Taufan seharusnya menikmati pekerjaan<br />

tetapnya yang akan membawanya ke pintu<br />

kesuksesan. “Mengurus diri sendiri saja masih<br />

kesulitan kok mau mengurus banyak orang.<br />

Sukses dulu, baru memikirkan nasib orang lain,”<br />

kata Taufan mengenang kata-kata dan nasihat<br />

kedua orang tuanya.<br />

Setelah mengevaluasi, dia berkesimpulan<br />

bahwa karakter dan budaya masyarakat di Indonesia<br />

berbeda. Mereka tak bisa “asal” diberi<br />

modal. Ia mulai belajar ke beberapa yayasan<br />

yang selama ini mengembangkan koperasi pinjaman<br />

untuk kelas menengah ke bawah. Taufan<br />

juga memberanikan diri mengirim e-mail<br />

ke Bank Dunia untuk berkonsultasi tentang<br />

konsep yang hendak ia jalankan. Bank Dunia<br />

merekomendasikan Taufan menemui beberapa<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

yayasan yang bisa dijadikan referensi dan ditiru<br />

konsepnya.<br />

Akhirnya, pada awal 2010 Taufan mantap<br />

mendirikan Koperasi Amartha dan mendaftarkannya<br />

menjadi badan hukum. Nama Amartha<br />

ia ambil dari sebuah negeri dalam pertunjukan<br />

Teater Koma di Taman Ismail Marzuki yang ia<br />

tonton. Amartha dalam bahasa Sanskerta berarti<br />

kehidupan.<br />

Berbekal kesiapan dan kematangan konsep,<br />

Taufan mengajukan kerja sama dengan satu<br />

Bank Perkreditan Rakyat dan mendapatkan<br />

pinjaman Rp 100 juta, yang ia salurkan kepada<br />

190 nasabah di Kecamatan Ciseeng. Pada<br />

2011, ia kembali mengajukan pinjaman ke bank<br />

daerah dan ke seorang investor dan berhasil<br />

mendapatkan Rp 500 juta. Uang itu ia salurkan<br />

kepada 1.180 nasabah.<br />

Tahun demi tahun jumlah uang yang dipinjamkan<br />

koperasinya bertambah besar. Sekarang<br />

kredit yang diputar Koperasi Amartha sudah menembus<br />

angka miliaran dengan 7.000 nasabah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

yang tersebar di 80 desa di lima kantor cabang<br />

dengan 400 majelis di wilayah Jawa Barat.<br />

Seperti Bank Grameen, Taufan menerapkan<br />

sistem “tanggung renteng” dalam penyaluran<br />

kredit di Amartha. Kredit bisa diberikan jika<br />

seseorang menjadi anggota kelompok yang<br />

beranggotakan minimal 15 orang. Jika salah satu<br />

nasabah tak mampu membayar atau mangkir<br />

membayar, kewajibannya akan ditanggung bersama<br />

oleh kelompoknya.<br />

Taufan paham betul bahwa pendapatan kepala<br />

rumah tangga yang sebagian besar merupakan<br />

kuli galian pasir Sungai Cisadane, sopir,<br />

dan kuli pangkalan pasir tak akan cukup memenuhi<br />

kebutuhan besar, seperti merenovasi<br />

rumah, biaya sekolah, atau modal usaha. Tapi<br />

masih lebih dari cukup untuk mencicil pinjaman<br />

dengan jumlah cicilan Rp 21-53 ribu per minggu.<br />

“Pendapatan mereka rata-rata Rp 50-100 ribu<br />

per hari,” katanya.<br />

Mimpi Taufan ketika menawarkan pinjaman<br />

kepada masyarakat miskin di Ciseeng tak<br />

muluk-muluk. Kala itu ia berharap pinjaman<br />

koperasi bisa menjadi pintu masuk untuk mengedukasi<br />

masyarakat miskin bagaimana belajar<br />

menabung, bagaimana merintis usaha, dan<br />

sebagainya. Taufan masih menyimpan banyak<br />

mimpi. Ia punya target menambah nasabah<br />

Koperasi Amartha hingga 1 juta orang pada<br />

2020. ■ KUSTIAH<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

Andi Taufan Garuda Putra<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Jakarta, 24 Januari 1987<br />

SEKOLAH<br />

• S-1 Sekolah Bisnis dan Manajemen<br />

Institut Teknologi Bandung, Agustus<br />

2004-Oktober 2007<br />

PENGALAMAN KERJA<br />

• Konsultan di IBM Global Business<br />

Services, Desember 2007-Juli 2009<br />

PENGHARGAAN<br />

1. 10 Outstanding Young Person Indonesia—JCI<br />

Indonesia, April 2014<br />

2.Medali Perunggu Ganesha Innovation<br />

Champion Awards—IA ITB, Februari 2014<br />

3.Laureate Global Fellow, Young Social<br />

Entrepreneur, International Youth Foundation,<br />

AS, Oktober 2013<br />

4. Mosaic Leadership Fellow,<br />

HRH Prince of Wales Initiatives,<br />

Inggris, September 2013<br />

5. Indonesia’s Inspiring Youth<br />

and Women Awards–Indosat,<br />

November 2012<br />

6. Global Shapers—World<br />

Economic Forum, Mei 2012<br />

7. Satu Indonesia Award—Astra<br />

International, Oktober 2011<br />

8. Young ChangeMakers—Ashoka<br />

Indonesia,<br />

Desember<br />

2010<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

Rumah<br />

‘Berbonus’ Besar<br />

GILANG RAMADHAN<br />

DARI LIMA RUMAH YANG PERNAH<br />

DITEMPATINYA, RUMAH KELIMA<br />

INILAH YANG MEMBERI “BONUS”<br />

PALING BESAR. JAUH DARI JAKARTA<br />

TAK JADI SOAL.<br />

FOTO-FOTO: RACHMAN/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

PULANG adalah kembali berkumpul<br />

bersama keluarga dengan suasana<br />

hangat dan rumah yang menyenangkan.<br />

Begitulah filosofi tinggal di<br />

rumah menurut Gilang Ramadhan.<br />

Buat pria penabuh drum ini, inspirasi bisa<br />

datang dari mana saja. Tapi merasakan rumah<br />

yang memberi kesan “bebas” baru ia temukan<br />

saat menempati rumah di Sentul City, Bogor,<br />

Jawa Barat.
Di rumah itu, ia dan keluarganya<br />

bebas menghirup udara segar tanpa polusi,<br />

bebas dari kebisingan kota, bebas dari kesumpekan<br />

dan padatnya hunian.<br />

Dan yang istimewa adalah bebas menikmati<br />

hamparan lahan hijau dan pohon rindang di<br />

taman golf yang ada di belakang rumahnya.<br />

Sebuah kemewahan buat Gilang.
Gilang sengaja<br />

memilih lahan kosong, tak jauh dari lapangan<br />

golf. Luas tanahnya hanya 800 meter,<br />

tapi ia langsung kepincut karena lokasinya<br />

bersebelahan dengan rimbunnya pepohonan.<br />

Jadi, saat datang untuk melihat tanah, Gilang<br />

langsung bisa membayangkan bagaimana<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

rumah yang akan berdiri di atas tanah itu. Dalam<br />

benaknya, ia tahu rumahnya akan punya<br />

taman belakang.<br />

Sebelum memutuskan membeli la han kosong<br />

itu, ia ditawari tanah seluas 4.000 meter<br />

persegi oleh tenaga marketing-nya. Lokasinya<br />

sama, tapi jauh dari lapangan golf.
“Selain terlalu<br />

luas, saya tidak suka karena pemandangan<br />

tak sebagus yang di sini,” ujarnya di kediamannya,<br />

Rabu, 17 Desember 2014.<br />

Kompleks Sentul City memang punya kesan<br />

berbeda dibanding beberapa lokasi lain<br />

di sekitar Jakarta. Suasananya lebih hening, di<br />

mana-mana hijau. Udaranya juga segar.<br />

Begitu juga rumah Gilang. Dari luar, rumah<br />

ini sebenarnya terlihat “garing” karena tak<br />

ditanami satu pohon pun. Hanya<br />

tanah seluas 100 meter persegi tak<br />

berkanopi untuk parkir mobil.<br />

Namun, begitu masuk rumah,<br />

kesan “garing” seusai menatap teras<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

akan terbayar. Saya terbayang lobi hotel saat<br />

memasuki rumah ini.<br />

Tanpa sekat, semua dindingnya terbuat dari<br />

kanopi kayu dan kaca ditutup dengan gorden<br />

putih tulang. Kesannya benar-benar lapang<br />

dan “terbuka”.<br />

Dari dalam ruangan itu, seluruh penghuni<br />

rumah bisa menyaksikan hamparan tanah<br />

dengan rumput hijau dan pohon rindang di<br />

kanan-kirinya. Itulah keindahan yang sebenar-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

nya.<br />

Gilang benar-benar bisa memanfaatkan pemandangan fasilitas perumahan<br />

itu sebagai “bonus” termewah. Tak semua penghuni kompleks<br />

memilikinya, lo.
Dari pintu lebar yang terbuka, kita bisa merasakan<br />

udara segar masuk rumah. Jadi, tak mengherankan jika Gilang tak<br />

menggunakan alat penyejuk udara di lantai satu rumahnya.<br />

Mata seakan makin segar oleh keberadaan kolam renang seluas 4 x<br />

8 meter persegi tak jauh dari pintu belakang. Hamparan air berwarna<br />

kebiruan benar-benar semakin memanjakan mata.
Kalau boleh jujur,<br />

rumah Gilang memang tak mewah-mewah amat. Bukan rumah dengan<br />

bangunan superbesar dan mirip istana. Tapi rumah ini terlihat elegan<br />

dan berkelas.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

Biasanya, pemandangan rumah tanpa sekat akan membosankan<br />

jika penataan furniturnya sembarangan dan berlebihan. Tapi, di rumah<br />

seluas 600 meter ini, justru sebaliknya.<br />

Karena sebagian besar interiornya peninggalan orang tua Gilang,<br />

bentuk rumah sengaja dibuat mengikuti furnitur-furnitur itu. Jadi furnitur<br />

tak tampak semrawut dan membuat rumah sumpek.
Seperti tiga<br />

lampu kristal yang menggantung di atap. Tiap lampu digantung dengan<br />

desain plafon yang cantik, pas sesuai dengan bentuk lampu. Sehingga,<br />

plafon dan lampu kristal terlihat serasi.
Begitu juga bufet, lemari, sofa,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

meja makan, meja televisi, kursi<br />

goyang, atau rak buku. Piano di<br />

sudut ruangan membuat tampilan<br />

rumah makin manis.
Naik<br />

ke lantai dua, jangan bayangkan<br />

Anda akan melewati tangga<br />

yang kaku, yang hanya menjadi<br />

penghubung lantai satu de ngan<br />

lantai dua.<br />

Tangga yang terbuat dari kayu<br />

berpelitur cokelat ini menjadi penghubung<br />

yang unik. Dalam perjalanan menapaki<br />

tangga demi tangga, Anda tak perlu buruburu<br />

supaya lekas sampai.<br />

Dongakkanlah kepala, dan lihatlah dedaunan<br />

hijau dari pohon yang menjulang dan<br />

awan langit. Gilang membiarkan pemandangan<br />

di luar tetap bisa dinikmati.<br />

Ia memasang jendela setinggi 3 meter dengan<br />

lebar 1,8 meter di tiga sisi dinding: kanan,<br />

kiri, dan depan. Sehingga, ketika naik atau<br />

turun, kita serasa dekat dengan alam.<br />

Lantai dua menjadi pusat aktivitas keluarga.<br />

Berkumpul, beristirahat, dan membaca dila-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

kukan di lantai ini. Terdapat<br />

tiga kamar untuk ketiga anak<br />

Gilang dan Shahnaz, ruang<br />

keluarga, dan toilet.<br />

Ruang utama berukuran<br />

paling luas dibanding ruangan<br />

lainnya. Maklum, ruang tidur<br />

utama yang berukuran 4 x 10<br />

meter ini tak hanya dimanfaatkan<br />

untuk tidur.<br />

Di sebelah ranjang, karpet yang terhampar<br />

luas biasa ia gunakan untuk salat berjemaah<br />

bersama istri dan anak-anaknya. Tak jarang<br />

anak-anaknya memilih membaca atau sekadar<br />

rebahan di ruangan ini.<br />

Di lantai dua juga terdapat beberapa barang<br />

peninggalan orang tua yang mengisi beberapa<br />

ruangan. Ada lemari pakaian, ranjang tidur<br />

Gilang, meja belajar anak, dan ranjang tidur<br />

anak.<br />

Semua tertata rapi dan berdiri di tempat<br />

yang sesuai. Jadi, meskipun berukuran besar,<br />

lemari pakaian tak membuat ruangan sumpek.
Dan<br />

uniknya, hamparan lapangan golf<br />

dan rindang pohon tetap terlihat dari sini.<br />

Kamar Gilang didesain dengan pintu terbuka<br />

dengan balkon untuk menikmati pemandangan.<br />


Asal-muasal menempati rumah di Sentul,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

menurut Gilang, juga bukan sebuah kesengajaan. Saat itu, pada 2011,<br />

Shahnaz sedang melakukan syuting untuk sebuah iklan di Sentul City.<br />

Ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan menghubungi<br />

Gilang untuk meluangkan waktu melihat-lihat. Lalu, di kemudian hari,<br />

keduanya melakukan survei dan Gilang merasa nyaman dengan lingkungannya.<br />

Apalagi sekolah anak-anaknya di kawasan Bogor juga tak jauh. Karena<br />

dua alasan itu, keduanya pun memutuskan membangun rumah di Sentul<br />

City.<br />

Rumah itu dibangun pada 2011, dan 2012 mulai ditempati. Ini adalah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


RUMAH<br />

rumah kelima Gilang. Rupanya ia melanjutkan<br />

kebiasaan ibunya yang, sebagai diplomat,<br />

selalu berpindah untuk tugas negara.
Alasan<br />

sering berpindah, menurut Gilang, menyesuaikan<br />

dengan sekolah ketiga anaknya. Rumah<br />

pertama di Bintaro Pondok Indah, yang kedua<br />

di Pondok Kacang. Lalu ia pindah ke Parung.<br />

Di sini ia pindah dua kali, dan yang terakhir di<br />

Sentul.<br />

Dari kesemuanya, Gilang merasakan rumah<br />

kelimanya yang memberikan bonus paling<br />

banyak, yakni berupa lingkungan yang asri,<br />

tenang, dan pemandangan hijau.<br />

Ia mengaku tak mempersoalkan jarak Sentul<br />

ke Jakarta dengan waktu tempuh kurang-lebih<br />

satu jam. Di Jakarta pun, katanya, dekat juga<br />

terasa jauh karena macet. Belum bising dan<br />

polusi.
“Jadi, jauh atau dekat sekarang relatif.<br />

Yang penting, begitu pulang kembali ke rumah,<br />

rasa lelah terbayar dengan lingkungan<br />

nyaman, tak ada polusi,” ujarnya. n<br />

KUSTIAH | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

SETRIKA<br />

antitua<br />

FOTO-FOTO: THINKSTOCK<br />

TERAPI ANTITUA BANYAK DIGEMARI<br />

PEREMPUAN. TERMASUK MEMAKAI<br />

ALAT FREKUENSI RADIO.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

RINDI panik. Waktu berdandan pagi<br />

tadi, dia melihat garis-garis di ujung<br />

mata dan dahinya makin jelas terlihat.<br />

Padahal, beberapa waktu lalu,<br />

kerutan itu masih halus.<br />

Padahal usianya belum menginjak kepala<br />

tiga. Dia baru saja berulang tahun ke-29 bulan<br />

lalu. Tapi kerutan di wajahnya seakan menunjukkan<br />

umurnya sudah 37 tahun.<br />

“Kalau lagi kumpul sama teman-teman yang<br />

seusia, saya kok terlihat lebih tua. Temanteman<br />

saya belum ada kerutan seperti saya,”<br />

keluhnya suatu hari.<br />

Selain menurunkan rasa percaya diri,<br />

kerutan di wajah bisa merusak mood dalam<br />

bekerja. Alhasil, pekerjaan di kantor menjadi<br />

terbengkalai dan bisa-bisa bos uring-uringan.<br />

Ibu dua anak itu lantas curhat kepada salah<br />

satu temannya. Sang teman merekomendasikannya<br />

untuk mencoba setrika wajah agar<br />

wajahnya kembali kencang.<br />

Tapi Rindi mengaku masih takut<br />

mencoba. Mendengar kata “setrika”<br />

saja dirinya sudah merinding. Dia<br />

membayangkan wajahnya akan<br />

disetrika seperti baju. Hiiii….<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

MUNAY/DETIKCOM<br />

Terapi ini ternyata telah lama<br />

populer. Aktris cantik Gwyneth<br />

Paltrow juga memanfaatkan<br />

perawatan ini untuk kecantikan<br />

kulitnya. Meski sudah 41 tahun,<br />

kulit Gwyneth masih cantik.<br />

Dilansir Beautyheaven,<br />

bintang Iron Man ini<br />

mengaku hasil perawatan<br />

dengan terapi setrika<br />

wajah sangat sesuai<br />

dengan keinginannya.<br />

“Saya ketagihan setrika<br />

wajah,” ujarnya.<br />

Aktris Indonesia juga<br />

tak mau kalah. Pemilik<br />

goyang ngebor, Inul<br />

Daratista, juga mengaku<br />

memakai perawatan<br />

wajah itu untuk menunjang<br />

penampilannya.<br />

“Kalau aku, biar terlihat<br />

lebih kurus, biar terlihat<br />

seperti model,” ujarnya tertawa.<br />

Namun terapi ini bukan termasuk terapi<br />

dengan biaya murah. Menurut Inul, untuk<br />

sekali perawatan, dirinya menghabiskan dana<br />

sekitar Rp 6 juta.<br />

Karena itu, inul memutuskan membeli alat<br />

sendiri dan melakukan perawatan di rumah.<br />

Dia biasanya mengundang perawat kecantikan<br />

untuk membantunya.<br />

“Jadi, untuk membantu, aku kasih mereka<br />

Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu setiap kali<br />

datang. Biasanya sebulan dua kali, ya,” ujarnya.<br />

Namun, semakin populer, biaya terapi ini<br />

semakin murah. Salon dLotus di kawasan Jakarta<br />

Selatan memperkenalkan perawatan setrika<br />

wajah, Skin Face Galvanic, dengan biaya<br />

Rp 200 ribu.<br />

Terapi pengencangan kulit ini sebenarnya<br />

bernama Radio Frequency Treatment. Ini<br />

merupakan salah satu terapi tidak invasif atau<br />

tanpa pisau bedah, tanpa operasi.<br />

Seperti namanya, terapi ini menggunakan<br />

alat khusus dengan teknologi radio frequency.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

Nah, alat inilah yang akan membasmi kerutan, poripori<br />

besar, dan jerawat.<br />

Alat khusus tersebut akan menghantarkan panas<br />

sebesar 40-42 derajat Celsius dalam bentuk tenaga<br />

uap. Namun uap tersebut tidak boleh mengenai<br />

kulit terlalu lama.<br />

Perawatan ini akan memperbaiki fungsi jaringan<br />

ikat, meningkatkan produk kolagen kulit, dan<br />

memperlancar pembuangan racun-racun yang ada<br />

melalui sistem limfatik.<br />

“Kulit yang telah ‘disetrika’ itu pun akan bisa<br />

memperoleh nutrisi yang lebih banyak dengan akibat<br />

menjadi lebih sehat,” ujar dr Lalan Melia, Dipl,<br />

CIDESCO.<br />

Awalnya, wajah akan dibersihkan dengan sabun.<br />

Setelah itu, wajah diberi krim di salah satu sisi,<br />

kemudian di-spray agar wajah basah supaya proses<br />

penyetrikaan lebih mudah.<br />

Selanjutnya, wajah mulai disetrika dengan alat<br />

Galvanic. Alat ini bukan seperti setrikaan baju yang<br />

besar dan panas. Alatnya cukup kecil.<br />

Alat itu merupakan media agar krim lebih mudah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

menyerap di kulit. Alat bisa<br />

bekerja sempurna karena<br />

memiliki arus Galvanic,<br />

yang dapat meningkatkan<br />

sirkulasi energi pada sel<br />

kulit.<br />

Biasanya, perawatan memakan<br />

waktu sekitar 30 menit.<br />

Seluruh kulit wajah akan disetrika,<br />

tapi biasanya terapis akan berfokus<br />

pada bagian yang<br />

banyak keriput.<br />

Menurut pengalaman<br />

dr Lalan,<br />

untuk mendapatkan<br />

hasil yang<br />

optimal, perawatan<br />

rutin perlu<br />

dijalankan. Untuk<br />

awal-awal, sebaiknya<br />

lakukan<br />

seminggu sekali.<br />

Baru kemudian dua minggu sekali dan<br />

seterusnya. Sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan<br />

agar kulit tetap kencang dan<br />

awet muda.<br />

PENCEGAHAN<br />

Selain melakukan perawatan kulit untuk<br />

menghilangkan kerutan, jagalah kesehatan<br />

kulit sejak dini. Kerutan wajah juga bisa dicegah<br />

dengan menjalani gaya hidup sehat.<br />

Selain makanan, kesehatan kulit bisa dijaga<br />

dengan selalu menggunakan krim tabir surya<br />

maupun memilih kosmetik yang sesuai dengan<br />

jenis kulit.<br />

Radikal bebas, yang dapat membuat kulit<br />

lebih cepat menua, memang tak bisa dihindari.<br />

Namun setidaknya kita bisa melakukan<br />

pencegahan agar efeknya bisa terkurangi,<br />

kan n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

Danau Terlarang<br />

di KAZAKHSTAN<br />

DANAU INI SANGAT CANTIK TAPI TERLARANG.<br />

TAK BOLEH MENYENTUH AIR, APALAGI BERENANG.<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

HAMPARAN rumput terbentang<br />

luas. Di tengah-tengahnya, terlingkar<br />

danau dengan air yang tampak<br />

bening menggoda. Siapa saja<br />

mungkin mendadak ingin berenang di sana.<br />

Tapi sayangnya danau itu terlarang. Bukan,<br />

bukan karena angker ada penunggunya. Melainkan<br />

karena air di danau bernama Chagan<br />

itu berbahaya.<br />

Danau Chagan berada di kawasan Kazakhstan.<br />

Danau seluas 400 meter persegi ini merupakan<br />

salah satu “korban” dari program Uni<br />

Soviet yang dinamai “Ledakan Nuklir untuk<br />

Ekonomi Nasional”.<br />

Program serupa pernah dibuat oleh Amerika<br />

Serikat dengan nama “AS Plowshare”. Namun<br />

Amerika menghentikannya pada 1977 begitu<br />

menyadari ide ini buruk.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

DETIKTRAVEL<br />

WIKIPEDIA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

Namun, entah kenapa, Uni Soviet<br />

malah meneruskan hingga 1989 dengan<br />

melakukan 156 kali uji coba, paling banyak<br />

di Kazakhstan. Sedangkan Amerika<br />

hanya 27 kali.<br />

Nah, Danau Chagan adalah tes pertama<br />

dan terbesar yang pernah dilakukan<br />

Uni Soviet. The Chagan Test itu dilakukan<br />

pada Januari 1965.<br />

Dirancang guna menguji ledakan<br />

nuklir untuk membuat waduk.<br />

Perangkat 140 kiloton ditempatkan<br />

di kedalaman 178 meter<br />

Sungai Chagan hingga membentuk<br />

lubang.<br />

Lubang itu dimaksudkan agar<br />

nantinya bibir kawah yang dibuat dengan ledakan<br />

nuklir bisa membendung sungai selama<br />

periode aliran sungai tinggi.<br />

Dan ledakan itu berhasil menciptakan kawah<br />

seluas 400 meter persegi dengan kedalaman<br />

100 meter dan ketinggian 20 meter sampai 38<br />

meter. Bangga<br />

Dalam waktu tak berapa lama, cekungan<br />

luas itu terisi air. Pemerintah Uni Soviet<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


AMUSINGPLANET.COM<br />

WISATA<br />

AMUSINGPLANET.COM<br />

sempat membuat film yang berisi<br />

tentang kebanggaan atas uji coba<br />

itu.<br />

Film pendek itu mengambil gambar<br />

Menteri Departemen Building<br />

Medium Machine, yang bertanggung<br />

jawab atas seluruh progam<br />

senjata nuklir Uni Soviet, berenang<br />

di Danau Chagan.<br />

Sang menteri juga mengklaim air<br />

danau itu dapat ikut memajukan<br />

perekonomian karena bisa dipakai<br />

untuk memberi pakan ternak di<br />

sekitarnya.<br />

Tapi ternyata danau tersebut merupakan<br />

bencana buatan yang pernah dibuat manusia.<br />

Amerika dan Jepang marah karena Uni Soviet<br />

dianggap telah melakukan kesalahan.<br />

Air yang mengisi danau ternyata berbahaya<br />

untuk manusia karena telah terkontaminasi<br />

zat radioaktif. Substansi radioaktif di air danau<br />

100 kali lebih besar dari batas normal.<br />

Atomicarchive.com menyebut ada tujuh<br />

efek untuk tubuh. Berbahaya untuk rambut,<br />

otak, jantung, saluran cerna, kelenjar gondok,<br />

sistem peredaran darah, dan reproduksi.<br />

Situs resmi Kazakhstan melansir, air danau<br />

ini sepintas tak ada bedanya dengan air di<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

danau lain. Tapi, jika diteliti, air di sana mengandung<br />

radioaktif.<br />

Rupanya, puluhan tahun tak menghilangkan<br />

radioaktif di sana. Karena itulah Danau Chagan<br />

hanya boleh dipandang. Turis tak diperkenankan<br />

menyentuh air, apalagi berenang di<br />

dalamnya.<br />

Namun para turis masih bisa menikmati pemandangan<br />

area sekitar danau yang memang<br />

sangat indah. Apalagi saat rumput hijau dan<br />

langit biru.<br />

THINKSTOCK<br />

HUTAN DALAM DANAU<br />

Jika sangat ingin menyelam, silakan mendatangi<br />

Danau Kaindy. Danau sepanjang 400<br />

meter ini juga terletak di Kazakhstan, tepatnya<br />

di Pegunungan Tian Shan, 129 kilometer<br />

dari Kota Almaty.<br />

Kira-kira membutuhkan waktu lima sampai<br />

enam jam perjalanan darat. Setelah melewati<br />

jalan tol Kuldzha dari Almaty menuju Talgar,<br />

lanjut ke Chilik, Baiseit, Kokpek.<br />

Begitu sampai di jalan utama di Narynkol<br />

atau Kegen, wisatawan akan bertemu dengan<br />

DETIKTRAVEL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

THINKSTOCK<br />

papan bertulisan “Zhanalash”, ikutilah sampai<br />

ke desa kecil bernama Saty.<br />

Anda perlu belok kiri dari kuburan, melewati<br />

jalan off-road, dan Anda akan sampai<br />

di Danau Kaindy, yang berada di ketinggian<br />

2.000 meter di atas permukaan laut.<br />

Danau ini terbentuk setelah terjadinya<br />

gempa bumi pada tahun 1911, yang memicu<br />

tanah longsor. Longsoran tanah itu akhirnya<br />

menutup jurang dan membentuk bendungan<br />

alami.<br />

Air hujan lantas mengisi lembah dan menciptakan<br />

Danau Kaindy. Proses terbentuknya<br />

danau menciptakan pemandangan danau<br />

menjadi sangat unik, khususnya di bagian<br />

hutan yang terendam.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


WISATA<br />

THINKSTOCK<br />

Puncak-puncak pohon pinus tampak<br />

menjulang bagai tiang-tiang raksasa<br />

yang muncul dari dalam air.<br />

Air di danau ini sangat jernih sekaligus<br />

dingin, bahkan saat musim<br />

panas sekalipun. Suhu air danau tidak<br />

pernah melebihi 6 derajat Celsius.<br />

Di musim dingin, permukaan air<br />

danau dengan kedalaman 30 meter<br />

ini akan membeku. Karena kejernihan<br />

air danaunya, para pengunjung dapat<br />

melihat jauh ke kedalaman danau.<br />

Meskipun “ajaib”, Danau Kaindy<br />

hanya dikunjungi oleh sedikit orang.<br />

Popularitas Danau Kaindy dibayangi<br />

oleh popularitas Danau Bolshoe Almatinskoe<br />

dan Danau Kolsay.
Letak<br />

danau-danau itu sebenarnya berdekatan,<br />

tapi Danau Kaindy merupakan<br />

danau yang paling sulit aksesnya dari<br />

Kota Almaty. Meski demikian, semua<br />

akan terbayar dengan keindahannya,<br />

kan n KEN YUNITA | KAZAKHSTAN | ATOMICARCHIVE.<br />

COM | AMUSING PLANET<br />

MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

FOTO-FOTO: RENNGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

LEZATNYA<br />

BLASTERAN<br />

ITALIA-<br />

JEPANG<br />

HIDANGAN EKSOTIS KHAS<br />

ITALIA MELEBUR DENGAN<br />

KESEGARAN BAHAN MAKANAN<br />

JEPANG YANG MENGGODA.<br />

BAGAIMANA RASANYA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

MASAKAN Italia dan Jepang telah<br />

akrab dengan lidah orang Indonesia.<br />

Siapa yang tidak mengenal<br />

piza dan sushi Punya cita rasa<br />

berbeda tapi, yang pasti, keduanya sama-sama<br />

lezat.<br />

Adalah Ocha & Bella. Restoran di Jalan KH<br />

Wahid Hasyim Nomor 70, Menteng, Jakarta<br />

Pusat, ini punya konsep unik, yakni menggabungkan<br />

masakan Italia dengan Jepang.<br />

Arahkan kendaraan ke Bundaran HI, lalu<br />

beloklah ke kiri, ke gang persis di sebelah Mal<br />

Sarinah. Lurus terus sampai menemukan Hotel<br />

Morrissey di sebelah kiri jalan.<br />

Di hotel itulah restoran ini berada. Restoran<br />

Ocha & Bella menempati lantai dasar bangunan<br />

hotel berwarna putih ini. Dari luar, restoran<br />

ini dikelilingi glass door dengan kerangka besi<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

hitam.<br />

Begitu saya masuk, seorang pelayan wanita<br />

ber-aprons hitam menyapa ramah. Di sini saya<br />

bisa memilih duduk di bagian indoor atau outdoor.<br />

Bagian luar memang cukup menggoda. Suasananya<br />

seperti di teras dengan tanaman hijau<br />

di depannya. Dilengkapi dengan kursi goyang,<br />

sofa birdcage, meja batu, hingga gazebo di<br />

bawah pepohonan.<br />

Namun, mengingat saya datang di siang<br />

hari bolong dengan matahari superterik, saya<br />

mengurungkan niat duduk di outdoor area.<br />

Sebagai gantinya, saya memilih tempat duduk<br />

dari kayu di dalam.<br />

Penerangan di ruangan ini sedikit temaram<br />

sehingga tercipta suasana yang lebih intim.<br />

Romantis. Sayang, saya tak datang bersama<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

pasangan, he-he-he….<br />

Di dalam restoran bersuasana tropis-modern<br />

ini, saya masih bisa menemukan oven khusus<br />

piza tradisional di area open kitchen-nya.<br />

Selain restoran dengan konsep open kitchen,<br />

Ocha & Bella memiliki bar dengan beragam<br />

mocktail, cocktail, dan wine. Tulisan Ocha &<br />

Bella berkilauan di atas bar menambah kesan<br />

seksi.<br />

Selain untuk makan malam romantis, Ocha<br />

& Bella cocok dijadikan sebagai tempat pertemuan<br />

resmi ataupun acara santai bersama<br />

keluarga.<br />

Saat datang, saya melihat beberapa ekspatriat<br />

sedang asyik menyantap makan siang. Saya<br />

mengira mereka sedang berbincang tentang<br />

bisnis.<br />

Seorang pelayan wanita menyodorkan daftar<br />

menu berupa papan kayu dengan beberapa<br />

lembar kertas. Hidangan di restoran ini menyajikan<br />

perpaduan makanan khas Italia dengan<br />

Jepang.<br />

Saat itu juga saya langsung mencari daftar<br />

hidangan piza. Pilihan saya jatuh pada Pizza<br />

Affumicata (Rp 90 ribu). Kata pelayannya,<br />

menu ini berukuran cukup besar, pas untuk<br />

berdua.<br />

Sedangkan untuk mengusir dahaga, saya<br />

memesan Hangover Soother (Rp 45 ribu). Teman<br />

saya memesan Iced Lemon Lime Tea (Rp<br />

35 ribu) dan dessert Profiteroles (Rp 50 ribu).<br />

Sambil menunggu pesanan tiba, saya disuguhi<br />

sepotong roti dengan tiga cheese stick. Ah,<br />

rupanya ini makanan gratis alias complimentary<br />

untuk setiap tamu Ocha & Bella.<br />

Menurut saya, menu gratis ini cocok dijadikan<br />

teman makan sup. Tapi saya justru ketagihan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

dengan cheese stick yang garing dan terasa banget<br />

kejunya. Boleh enggak ya minta nambah,<br />

he-he-he….<br />

Tak menunggu terlalu lama, Hangover Soother<br />

dan Iced Lemon Lime Tea disajikan bersamaan.<br />

Hangover Soother merupakan minuman<br />

non-alkohol dengan nama cukup unik.<br />

Komponennya terdiri atas berbagai macam<br />

buah segar, seperti pisang, stroberi, nanas, lime<br />

juice, coconut cream, simple syrup, dan strawberry<br />

puree.<br />

Sekilas tampilannya mirip smoothies berwarna<br />

pink. Begitu diminum, rasa stroberi paling<br />

dominan. Satu sate potongan buah kiwi me-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


KULINER<br />

nambah Hangover Soother lebih kaya rasa.<br />

Iced Lemon Lime Tea di Ocha & Bella layak<br />

dijual dengan harga Rp 35 ribu. Selain porsinya<br />

yang berlimpah, rasa minuman ini ternyata<br />

enak.<br />

Teh ini disajikan dalam sebuah gelas kaca berukuran<br />

besar. Saya tak sanggup menghabiskan<br />

Iced Lemon Lime Tea meski telah bolak-balik<br />

meminumnya.<br />

Belum lagi perpaduan lemon dengan lime<br />

yang begitu dominan sekaligus menyegarkan.<br />

Tambahan satu scoop pineapple sorbet menyajikan<br />

rasa asam yang sedikit tajam tapi begitu<br />

khas.<br />

Pizza Affumicata disajikan di atas talenan<br />

kayu. Aroma oregano dan keju adonan pada<br />

piza bergabung menjadi satu. Ciri khas piza<br />

Ocha & Bella ini lebih tipis.<br />

Melihat penampilannya saja, saya bisa menebak<br />

hidangan piza ini menggunakan olesan<br />

saus tomat dan tak ketinggalan keju mozzarella.<br />

Hal yang paling saya suka dari Pizza Affumicata<br />

ini adalah penggunaan zucchini alias mentimun<br />

Jepang yang diiris tipis dan kemudian<br />

dipanggang.<br />

Meski melewati proses pemanggangan,<br />

zucchini tidak serta-merta mengandung air<br />

sehingga, ketika digigit, masih terasa renyah.<br />

Adapun Turkey ham-nya cukup berlimpah.<br />

Kehadiran smoked scamorza (keju dari susu<br />

sapi asal Italia) membuat tekstur piza ini lebih<br />

lembut dan terasa agak kenyal.<br />

Acara makan-makan saya ditutup dengan<br />

Profiteroles, creamy dessert yang dihidangkan<br />

menawan di atas porselen panjang. Satu porsi<br />

Profiteroles terdiri atas tiga pastry mirip cream<br />

puff atau kue sus.<br />

Pastry ini diisi whipped cream, sementara di<br />

bagian luarnya diolesi chocolate mousse tebal,<br />

cokelat Valrhona, dan parutan cokelat putih.<br />

Hidangan ini terasa lebih istimewa dengan<br />

kehadiran cokelat Valrhona. Merek cokelat asal<br />

Prancis ini merupakan yang terbaik di dunia.<br />

Meski hidangannya dibanderol dengan harga<br />

yang lumayan, rasanya sebanding dengan kualitasnya.<br />

Suatu hari saya akan kembali ke sini<br />

untuk mencicipi hidangan Jepang yang belum<br />

sempat saya coba. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

MENTERI PERTANIAN<br />

H ANDI AMRAN SULAIMAN:<br />

STOP<br />

IMPOR PANGAN<br />

TIGA TAHUN<br />

LAGI<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

“PERSOALAN TUJUH BULAN SAYA SELESAIKAN SETENGAH JAM.”<br />

P<br />

RESIDEN<br />

Joko Widodo mengaku malu ketika<br />

bertemu dengan Presiden Vietnam Truong<br />

Tang Sang di Konferensi Tingkat Tinggi APEC<br />

Beijing, November 2014. Kala itu Presiden Truong<br />

menanyakan rencana Indonesia kembali<br />

membeli beras dari Vietnam. “Presiden Jokowi,<br />

kapan mau beli beras lagi dari Vietnam”<br />

ujarnya menirukan tawaran Presiden Truong.<br />

“Malu, tidak” ujar Jokowi.<br />

Sepulang dari pertemuan tersebut, Presiden<br />

langsung memanggil Menteri Pertanian Amran<br />

Sulaiman. Ia menyatakan tidak mau mendengar<br />

pertanyaan seperti itu dari pemimpin<br />

negara lain. Menteri Amran pun diminta<br />

memenuhi program swasembada maksimal<br />

dalam tiga tahun. Tanpa ada tawar-menawar<br />

waktu.<br />

Amran mengaku banyak kendala yang dihadapinya<br />

untuk program swasembada pangan.<br />

Tapi ia bergerak cepat. Salah satu upaya yang<br />

ditempuhnya adalah menggandeng TNI Angkatan<br />

Darat. Pada Kamis, 8 Januari lalu, misalnya,<br />

ia menandatangani nota kesepahaman<br />

dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal<br />

Gatot Nurmantyo. Menteri kelahiran Bone,<br />

Sulawesi Selatan, itu “meminjam” Bintara<br />

Pembina Desa (Babinsa) untuk dijadikan petugas<br />

penyuluh pertanian.<br />

“Sekarang pertanian punya persoalan kekurangan<br />

penyuluh 20 ribu orang,” ujar Amran<br />

saat penandatanganan naskah di Balai Kartini,<br />

Jakarta. Kehadiran Babinsa turut mengawasi<br />

distribusi pupuk subsidi, yang selama ini kerap<br />

bocor dan tidak merata sebarannya.<br />

Lantas bagaimana dengan irigasi, benih, dan<br />

alat mesin pertanian yang juga amat dibutuhkan<br />

petani Seberapa optimistis dia memenuhi<br />

target swasembada dalam tempo tiga tahun<br />

Berikut ini petikan paparan Amran saat ditemui<br />

di Balai Kartini dan seusai acara minum<br />

jamu bersama di Kementerian Koperasi, Jumat<br />

pagi.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Video<br />

Kenapa harus menggandeng TNI AD<br />

untuk menambah tenaga penyuluh<br />

Sekarang pertanian punya persoalan kekurangan<br />

penyuluh 20 ribu orang. Di pihak lain,<br />

TNI memiliki tenaga Babinsa di seluruh Indonesia<br />

sebanyak 50 ribu orang.<br />

Sudahkah melalui kajian, Babinsa mampu<br />

menjadi penyuluh<br />

Khusus untuk TNI AD sudah melakukan<br />

pembinaan ke bawah, seperti yang dilakukan<br />

di Sulawesi Selatan. Ada data empiris pembinaan<br />

yang dilakukan Babinsa di Sulawesi<br />

Selatan, dari 2.400 hektare lahan itu, dari<br />

produktivitas dari 6 ton menjadi 9 ton ratarata.<br />

Jadi ada kenaikan 3 ton. Kalau pembinaan<br />

Babinsa mencapai 2 juta hektare dikalikan 3<br />

ton, itu menjadi 6 juta. Sudah masuk dalam<br />

swasembada. Jadi kerja sama ini sudah dilakukan<br />

sebelumnya.<br />

Apa saja kendala yang dihadapi untuk<br />

menuju swasembada pangan seperti instruksi<br />

Presiden Jokowi<br />

Saya telah keliling ke 14 provinsi. Persoalan di<br />

lapangan ada lima hal, pertama adalah irigasi,<br />

yang rusak 52 persen di seluruh Indonesia.<br />

Kedua, benih yang sering terlambat bahkan<br />

tidak sampai ke petani. Serapannya pada 2014<br />

itu hanya 20 persen. Tapi alhamdulillah sudah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

26 juta. Artinya ada penurunan, 500 ribu per<br />

tahun tinggalkan pertanian. Ini harus dengan<br />

cepat kita mengadakan alat mesin pertanian,<br />

di antaranya hand tractor, transplanter, pompa.<br />

Kelima, penyuluh pertanian yang sangat<br />

kurang. Kami kekurangan 20 ribu tenaga penyuluh.<br />

Presiden Joko Widodo<br />

berbincang dengan Menteri<br />

Pertanian Amran Sulaiman<br />

saat penyerahan traktor tangan<br />

kepada petani di Subang, Jawa<br />

Barat, Jumat (26/12).<br />

AGUS SUPARTO/ANTARAFOTO<br />

kami selesaikan. Kami sudah ketemu dengan<br />

direksi PT Sang Hyang Seri dan Pertani.<br />

Ketiga, pupuk juga sering terlambat dan tidak<br />

merata distribusinya di seluruh Indonesia.<br />

Keempat, alsintan (alat mesin pertanian). Ada<br />

kecenderungan penurunan rumah tangga petani,<br />

dari 31 juta pada 10 tahun lalu, kini tinggal<br />

Kerugian apa saja akibat lima kendala<br />

itu<br />

Produksi nasional kehilangan peluang produksi<br />

20 juta ton gabah kering giling. Sektor<br />

irigasi yang rusak telah membuat kehilangan<br />

potensi produksi sebesar 4,5 juta ton. Untuk<br />

sektor benih yang terus mengalami keterlambatan,<br />

membuat kehilangan potensi produksi<br />

sebesar 6 juta ton. Sektor pupuk telah memberikan<br />

kehilangan potensial produksi 3 juta ton,<br />

tenaga penyuluh hilang 3 juta ton, dan untuk<br />

alsintan kehilangan prapanen dan panen 3,5<br />

juta ton.<br />

Daerah mana saja yang kerusakan irigasinya<br />

paling parah<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Irigasi 20 tahun<br />

tidak diperbaiki,<br />

padahal irigasi<br />

merupakan<br />

jantung dari<br />

pertanian.<br />

Tanpa air, tidak<br />

ada kehidupan.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Petani memasukkan kentang<br />

hasil panen ke dalam karung<br />

di Desa Curah Macan, Sempol,<br />

Bondowoso, Jawa Timur, Maret<br />

2014.<br />

SENO/ANTARAFOTO<br />

Semula saya tidak percaya ada kerusakan<br />

hingga 52 persen. Saya cek Sumatera Utara<br />

itu 82 persen rusak. Ada juga daerah yang<br />

60 persen kerusakannya. Ini 20 tahun tidak<br />

diperbaiki, padahal irigasi merupakan jantung<br />

dari pertanian. Tanpa air, tidak ada kehidupan.<br />

Untuk benih, kenapa serapannya begitu<br />

kecil<br />

Benih baru bisa sampai ke petani pada bulan<br />

Oktober. Atas dasar temuan itu, saya menghadap<br />

Direktur PT Sang Hyang Seri. Saya tanya<br />

Direktur, mengapa benih seperti itu. Mereka<br />

jawab, “Iya Pak, BRI (Bank Rakyat Indonesia)<br />

tidak cairkan dananya.” BRI kemudian saya<br />

panggil. Katanya neracanya tidak bankable.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Pasti tidak cair kan. Saya tanya lagi bahas<br />

masalah ini sudah berapa lama. Katanya tujuh<br />

bulan. Saya bilang, “Ngerti ndak ini amanat<br />

dan 100 juta petani menderita gara-gara Bapak<br />

berdua.” Mereka diam. Kemudian direktur<br />

itu bilang, “Ini sulit, Pak.” “Saya minta wakil<br />

dipanggil, mana tahu wakilnya sanggup. Kalau<br />

Bapak tidak mau, saya naik ke atas.” Terus<br />

Direktur bilang, “Saya sanggup juga, Pak.” Jadi<br />

harus diancam sedikit saja baru jalan. Persoalan<br />

tujuh bulan saya selesaikan setengah jam.<br />

DETIKCOM<br />

Kebocoran mirip modelnya dengan BBM. Dari<br />

(pupuk) subsidi ganti karung menjadi pupuk<br />

komersial.<br />

Terkait pupuk, benarkah subsidinya<br />

akan dihapuskan<br />

Enggak, enggak. Sekarang ini masih kita<br />

subsidi. Kita siapkan 9,5 juta ton untuk tahun<br />

ini.<br />

Bagaimana Anda mengantisipasi kebocoran<br />

distribusi pupuk tersebut<br />

Model yang saya lakukan adalah kunjungan<br />

ke lapangan langsung, karena swasembada<br />

ada di lapangan. Saya sudah kunjungi 14<br />

provinsi di seluruh Indonesia. Ikut juga direksi<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

Seorang pekerja<br />

menuangkan beras di<br />

penggilingan padi saat<br />

panen di Padalarang, Jawa<br />

Barat, Mei 2014.<br />

BEAWIHARTA/REUTERS<br />

perusahaan pupuk dan Sang Hyang Seri yang<br />

urus benih. Harus sama-sama bergandengan<br />

tangan. Kita tidak bisa sendirian. Egoisme sektoral<br />

kita hilangkan. Dengan terlibatnya TNI di<br />

seluruh Indonesia, kita yakin kebocoran bisa<br />

diatasi.<br />

Dari temuan Anda, kebocoran itu terjadi<br />

di mana<br />

Kebocoran mirip modelnya dengan BBM.<br />

Dari (pupuk) subsidi ganti karung menjadi pupuk<br />

komersial. Hal-hal ini kami temukan. Tapi<br />

insya Allah dengan pengawasan yang ketat<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

NAVESH CHITRAKAR/ REUTERS<br />

Terakhir ini<br />

posisi Bulog pada<br />

profit oriented.<br />

Kita ubah<br />

kembali menjadi<br />

stabilisator.<br />

hal itu tak terjadi lagi. Tim saya sudah turun<br />

di seluruh kabupaten untuk mengawasi dan<br />

membantu penyaluran pupuk.<br />

Selain padi, hasil pertanian apa saja yang<br />

masuk dalam program swasembada<br />

Jadi, skala prioritas adalah padi, jagung, dan<br />

kedelai. Selain itu, secara bertahap kakao,<br />

kemudian gula dan kopi. Itu secara bertahap.<br />

Berapa besar anggaran yang disiapkan<br />

untuk mewujudkan program tersebut<br />

Terakhir ada tambahan untuk Anggaran<br />

Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan<br />

sebesar Rp 16,9 triliun. Ini akan dialokasikan<br />

untuk sektor-sektor kunci produksi, seperti<br />

irigasi, pupuk, benih, alsintan, dan operasional<br />

penyuluh.<br />

Untuk anggaran tambahan itu, alokasi<br />

untuk irigasi, pupuk, dan lainnya berapa<br />

Pembagiannya kami tidak tahu persis. Tapi,<br />

untuk irigasi, Rp 2 triliun dari keseluruhan<br />

Rp 16,9 triliun. Dalam waktu dekat, irigasi<br />

yang dibangun tahun pertama di 17 provinsi.<br />

Di seluruh Jawa, masuk ke kantong-kantong<br />

produksi padi. Tahun kedua masuk di seluruh<br />

Indonesia.<br />

Di Pati (Jawa Tengah) ada irigasi yang akan<br />

dibangun 5.000 hektare, tapi tidak ada air. Bupatinya<br />

saya tanya, “Mana airnya” Katanya,<br />

“Nanti, Pak, mana tahu lima tahun ke depan.”<br />

Saya bilang, “Batalkan. Nanti bendungan sele-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERVIEW<br />

kita selesai. Itu baru satu kabupaten.<br />

Kalau peran Bulog ke depan terkait<br />

program swasembada pangan<br />

Bulog nantinya akan menjadi stabilisator,<br />

menstabilkan harga. Manakala ini posisi panen<br />

puncak, di mana biasanya harga jatuh, Bulog<br />

masuk berperan membeli padi petani. Selama<br />

ini kan ada pergeseran, terakhir ini posisi<br />

Bulog pada profit oriented. Kita ubah kembali<br />

menjadi stabilisator.<br />

Buruh tani menanam bibit padi<br />

di daerah Pakuhaji, Kabupaten<br />

Tangerang, Banten, Senin (5/1).<br />

LUCKY R/ANTARAFOTO<br />

sai dulu, baru saya kasih.”<br />

Ada juga 20 ribu hektare di Lampung Selatan<br />

begitu diairi tiga kali naik. Saya bilang<br />

anggarkan, buru sampai Menteri Keuangan.<br />

Kami anggarkan dan akan dikerjakan minggu<br />

depan. (Lahan) itu bisa menghasilkan 20 ribu<br />

x 5 ton x 3 atau 300 ribu ton. Sepertiga impor<br />

Anda optimistis dalam tiga tahun target<br />

bisa dipenuhi<br />

Saya kira, kalau semua ini kita penuhi dan<br />

kendala-kendala diatasi, saya yakin swasembada<br />

pangan tiga tahun ke depan akan tercapai.<br />

Dan kita tidak mengimpor lagi dari negara lain.<br />

Ukuran swasembada<br />

Ukuran swasembada itu manakala surplus<br />

10 juta ton dari kebutuhan dalam negeri. Itu<br />

dikatakan swasembada. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BIODATA<br />

NAMA: Andi Amran Sulaiman<br />

TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Bone, 27 April<br />

1968<br />

PENDIDIKAN:<br />

• SD Inpres 10 Mappesangka, Bone<br />

• SMP Negeri Ponre, Bone<br />

• SMA Negeri Lappariaja, Bone<br />

• Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,<br />

1988-1993<br />

• Pascasarjana Pertanian, Unhas, 2002-<br />

2003<br />

• Program Doktor Ilmu Pertanian, Unhas,<br />

2008-2012<br />

KURSUS DAN SEMINAR:<br />

• Presentasi Pengendalian Hama Tikus<br />

di Istana Presiden, Jakarta, 1996<br />

• SUSKALAK-PIM di Pakkatto, Gowa,<br />

Sulsel, 1997<br />

• Presentasi Pengendalian Hama Tikus<br />

untuk Kalteng di Istana Presiden, Jakarta,<br />

1999<br />

• Studi banding di Singapura, 2002<br />

• Seminar Internasional Palm Oil Belt di<br />

Malaysia, 2002<br />

• Studi banding di Bangkok, Thailand,<br />

2009<br />

• Kunjungan ke Sutech Engineering Co.<br />

Ltd (perusahaan perakitan mesin pabrik<br />

gula) untuk transaksi pembelian pabrik<br />

gula dan Erawan Power (pabrik gula<br />

terbesar di Thailand), 2014<br />

PENGHARGAAN:<br />

• Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan<br />

di Bidang Wirausaha Pertanian<br />

dari Presiden RI, 2007<br />

• Penghargaan FKPTPI Award tahun 2011<br />

di Bali<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

MEMIKUL PANEN<br />

KE NEGERI TETANGGA<br />

INDONESIA MENGEJAR<br />

PEMBANGUNAN<br />

PERBATASAN TAHUN INI.<br />

TARGETNYA SEDERHANA:<br />

JANGAN SAMPAI KALAH<br />

DENGAN NEGARA<br />

TETANGGA.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Kendaraan antre melewati<br />

jalur Trans Sulawesi di ruas<br />

Palu-Parigi yang dilebarkan<br />

beberapa pekan lalu.<br />

Saat ini pemerintah mulai<br />

berkonsentrasi membuat<br />

jalan di sekitar perbatasan.<br />

FIQMAN SUNANDAR/ANTARA<br />

SALAH satu blog perjalanan beberapa<br />

tahun silam menceritakan<br />

perjalanan dengan bus dari Sarawak<br />

ke Kalimantan Barat. Perjalanan ini<br />

cukup populer karena melewati hutan-hutan<br />

yang pepat-terpencil serta sejumlah bus, baik<br />

dari perusahaan Malaysia maupun Damri milik<br />

pemerintah Indonesia, melayani rute dengan<br />

waktu tempuh sekitar 10 jam ini.<br />

Nah, meski melewati hutan Kalimantan yang<br />

sama, ada cara mudah untuk membedakan<br />

apakah sudah masuk wilayah Indonesia atau<br />

belum. Caranya “Kalau jalannya berkualitas<br />

buruk, banyak lubang, berarti sudah masuk<br />

Indonesia,” begitu blog itu mengungkapkan<br />

dengan nada lucu.<br />

Meski demikian, lelucon ini menyedihkan bagi<br />

Indonesia karena memperlihatkan lambannya<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

Jangankan mobil,<br />

sepeda motor saja<br />

tak bisa melewati<br />

jalan-jalan di<br />

desa kami.<br />

PERBATASAN<br />

pembangunan dibanding Malaysia. Itu sebabnya,<br />

tahun ini pemerintah gencar membangun<br />

infrastruktur perbatasan. “Kita juga tidak mau<br />

kalah dengan yang di seberang sana,” kata<br />

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan<br />

Umum dan Perumahan Rakyat Djoko<br />

Murjanto.<br />

Proyek ini di antaranya memperlebar dan<br />

memuluskan akses ke perbatasan Kalimantan-<br />

Malaysia menjadi empat lajur sekualitas jalan<br />

tol, mempercepat jalan yang sejajar dengan<br />

perbatasan itu, membangun rumah-rumah di<br />

sana, dan memastikan seluruh wilayah yang<br />

menjadi ujung tombak wilayah Indonesia itu<br />

teraliri listrik.<br />

Kondisi wilayah perbatasan Indonesia dengan<br />

Malaysia memang sangat menyedihkan.<br />

Desa Suruh Tembawang, yang masuk wilayah<br />

kecamatan tempat pintu perbatasan utama,<br />

Entikong, misalnya. Kepala Desa Suruh Tembawang,<br />

Gak Mulyadi, mengatakan tidak ada<br />

akses darat ke kampungnya. “Jangankan mobil,<br />

sepeda motor saja tak bisa melewati jalan-jalan<br />

di desa kami,” ucapnya via telepon.<br />

Biasanya, jalur ke Entikong menggunakan<br />

sungai, tapi sudah beberapa lama ini terputus<br />

oleh bongkahan batu yang longsor. Akibatnya,<br />

ia dan warga desanya biasa memikul hasil panen<br />

menyeberang ke wilayah Malaysia, Tebedu,<br />

untuk menjualnya.<br />

Kondisi desa-desa seberang perbatasan itu,<br />

menurut dia, jauh lebih bagus. Di sana pemerintah<br />

membangun jalan aspal mulus antardesa.<br />

Warganya pun, ujarnya, sangat diperhatikan<br />

pemerintah. “Setiap mereka gagal panen,<br />

biasanya pemerintah kerajaan datang melakukan<br />

survei, kemudian memberikan bantuan<br />

berupa modal dan pupuk serta obat-obatan<br />

untuk masa tanam selanjutnya,” ucap kepala<br />

desa yang sekaligus memiliki 2,5 hektare sawah<br />

tadah hujan ini.<br />

Bukan cuma jalan desa yang kondisinya menyedihkan.<br />

Data Badan Perencanaan Pembangunan<br />

Nasional memperlihatkan jalur sejajar<br />

perbatasan sepanjang Kalimantan, misalnya,<br />

memiliki panjang sekitar 1.600 kilometer atau<br />

kira-kira jarak Jakarta-Surabaya bolak-balik. Tapi<br />

yang sudah tersambung kurang dari separuhnya,<br />

baru sekitar 700 kilometer. Itu pun yang<br />

sudah diaspal kurang dari separuh yang sudah<br />

tersambung itu. Sisanya masih jalan tanah atau<br />

jalan berbatuan kecil (agregat).<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Buruknya infrastruktur di<br />

Indonesia tampak dari<br />

jembatan di Salo Tengah,<br />

Sabang Paru, Wajo, Sulawesi<br />

Selatan, yang bulan silam<br />

ambruk karena tidak<br />

sanggup menahan beban<br />

kendaraan.<br />

DARWIN FATIR/ANTARA<br />

Untuk mengejar target jalur paralel ini, unit<br />

konstruksi Tentara Nasional Indonesia, Zeni,<br />

bahkan sudah menyanggupi membantu membangun<br />

jalur di perbatasan ini. Menteri Pekerjaan<br />

Umum dan Perumahan Rakyat Basuki<br />

Hadimuljono sudah bertemu dengan Panglima<br />

TNI menjelang akhir 2014, dan militer setuju<br />

membantu menebang pohon dan meratakan<br />

tanah. “Kalau tentara yang masuk, kan enggak<br />

ada yang berani ganggu sehingga pekerjaan<br />

bisa cepat,” ujar Djoko Murjanto.<br />

Selain di perbatasan Kalimantan, di Papua<br />

dibangun jalan perbatasan sepanjang sekitar<br />

1.000 kilometer. Di perbatasan darat lain, Nusa<br />

Tenggara Timur dengan Timor Leste, juga dibangun.<br />

Pemerintah akan membangun kembali<br />

jalan provinsi dan jalan kabupaten yang rusak<br />

parah sepanjang 40 kilometer di wilayah Atambua.<br />

Di luar itu, pemerintah akan mengurangi kontras<br />

wilayah Indonesia dengan negara tetangga<br />

dengan cara memperbaiki akses ke perbatasan.<br />

Tiga akses ke perbatasan di Kalimantan Barat,<br />

termasuk Entikong, akan diperlebar. Dari enam<br />

meter lebar saat ini akan dibuat menjadi 4 lajur<br />

jalan sekelas jalan tol.<br />

Proses pekerjaan akan dimulai April 2015 dan<br />

targetnya selesai semua dalam empat tahun.<br />

Menurut Djoko, pemerintah optimistis target<br />

waktu tersebut bisa dicapai karena dana yang<br />

disediakan sangat besar. Pemerintah sebelumnya<br />

hanya menganggarkan Rp 300-350 miliar<br />

per tahun, tapi pemerintah sekarang menyediakan<br />

Rp 2,5 triliun.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Presiden Joko Widodo di<br />

tengah para nelayan. Selain di<br />

perbatasan darat, pulau-pulau<br />

terluar Indonesia kebagian<br />

proyek infrastruktur, yakni<br />

pembangkit listrik.<br />

RUSMAN/SETPRES<br />

Untuk mengejar waktu, meski APBN Perubahan<br />

belum disahkan DPR, pemerintah sudah<br />

menerbitkan surat lelang. “Nanti akan ada surat<br />

khusus dari Menteri,” tutur Djoko.<br />

Selain jalan, pemerintah memastikan semua<br />

wilayah perbatasan tidak lagi gelap tanpa listrik.<br />

PLN akan membangun 47 pembangkit listrik<br />

tenaga diesel (PLTD) di 12 provinsi dengan total<br />

kapasitas 59 megawatt alias cukup untuk sekitar<br />

300 ribu rumah. PLN memperkirakan biayanya<br />

sekitar Rp 750 miliar hingga Rp 1 triliun.<br />

Diesel dipilih karena praktis. “PLTD kan kecil<br />

dan transmisinya juga kecil, hanya 20 kilovolt,<br />

tapi cukup untuk kebutuhan di perbatasan,”<br />

kata Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika<br />

Bappenas, Jadhie Judodiniar Ardajat.<br />

Pembangunan ini disertai pendirian rumah<br />

cepat bangun sederhana berukuran 36 meter<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Militer Indonesia dan<br />

Malaysia berpatroli<br />

bersama di perbatasan<br />

Kalimantan Utara<br />

November tahun lalu.<br />

Tentara Nasional Indonesia<br />

sudah menyanggupi<br />

membantu membangun<br />

jalan paralel perbatasan.<br />

M. RUSMAN/ANTARA<br />

persegi. Rumah tersebut sebanyak 8.000 unit.<br />

Sebagian rumah ini disediakan bagi pegawai<br />

negeri dan tentara yang bertugas di perbatasan<br />

dan sebagian lagi bagi warga lain dengan<br />

subsidi bunga.<br />

Bagi warga sekitar perbatasan, pemerintah<br />

akan menggelar program renovasi dan hibah<br />

rumah. Namun program ini masih menunggu<br />

rencana tata ruang dari Kementerian Agraria<br />

dan Tata Ruang. “Model untuk pembangunan<br />

perumahan di kawasan perbatasan sudah ada,<br />

tinggal kita menunggu tata ruangnya untuk<br />

menentukan lokasinya,” kata Deputi Menteri<br />

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Bidang<br />

Pengembangan Kawasan Agus Sumargiarto.<br />

n HANS HENRICUS B.S. ARON, BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

ENTIKONG<br />

TAMBAH<br />

RAMAI<br />

ORANG YANG MASUK INDONESIA<br />

VIA ENTIKONG NAIK NYARIS 25<br />

PERSEN SEPANJANG TAHUN<br />

LALU. PEMERINTAH BELUM<br />

MEMANFAATKAN UNTUK<br />

MENINGKATKAN EKONOMI.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Pintu keluar-masuk<br />

Indonesia-Malaysia via<br />

darat di Kalimantan.<br />

DETIK TRAVEL<br />

SALAH satu laman blog yang dikelola<br />

Dewan Pariwisata Sarawak memperlihatkan<br />

video kedatangan rombongan<br />

penggemar motor gede dari<br />

Jakarta yang menyusuri rute Pontianak-perbatasan<br />

Entikong-sampai Kuching di negara bagian<br />

Malaysia itu. Dewan Pariwisata itu mengungkapkan<br />

bahwa para turis dari Indonesia ini<br />

menikmati jalanan lengang di sana, berbeda<br />

dengan jalur di Jakarta yang penuh-sesak.<br />

Turis Indonesia bermotor besar ini memang<br />

bukan pemandangan sehari-hari bagi para<br />

pelintas batas Entikong. Tapi rute Pontianak-<br />

Entikong-Sarawak memang terus bertambah<br />

pelintasnya dengan jumlah cukup besar, termasuk<br />

dilewati rombongan para pengendara<br />

sepeda motor besar ini.<br />

Dua tahun lalu, 207 ribu orang datang dari<br />

Malaysia dan 288 ribu orang meninggalkan<br />

Indonesia via Entikong. Tapi, tahun lalu, jumlah<br />

kedatangan naik nyaris 25 persen dan keberangkatan<br />

naik 13 persen lebih. “Tahun lalu,<br />

yang datang meningkat sedikit menjadi 258 ribu<br />

orang, sementara yang berangkat ke Malaysia<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI<br />

EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Salah satu sudut di Kota<br />

Entikong, Kalimantan<br />

Barat, yang menjadi pintu<br />

perbatasan.<br />

DETIK TRAVEL<br />

dari Entikong mencapai 326 ribu orang,” ucap<br />

Yan Wely Wiguna, Kasubag Humas Direktorat<br />

Jenderal Imigrasi.<br />

Entikong menjadi pintu perbatasan darat<br />

terbesar dan tera mai di Kalimantan. Di garis<br />

perbatasan dengan Malaysia itu, ada sejumlah<br />

pintu perbatasan yang cukup besar, terutama<br />

di Kalimantan Barat. Tapi transportasi yang<br />

lazim akan lewat pintu Imigrasi di Kabupaten<br />

Sanggau ini. Bus-bus Pontianak-Sarawak-Brunei<br />

juga melintasi pintu ini.<br />

Gambaran pertama tentang Indonesia, bagi<br />

yang menyeberang menggunakan jalur darat<br />

via Indonesia, adalah keterbatasan di daerah<br />

ini. Itu agaknya yang membuat pemerintah<br />

sekarang berusaha menaikkan gengsi bangsa<br />

dengan menggenjot pembangunan di perbatasan<br />

ini.<br />

Meski begitu, sejauh ini pintu perbatasan<br />

masih butuh perhatian lebih banyak. Indonesia<br />

bahkan masih tampak buta dengan data ekonomi<br />

yang memanfaatkan Entikong. Direktur<br />

Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian<br />

Perdagangan, Partogi Pangaribuan, mengatakan<br />

pihaknya belum memiliki angka pasti<br />

volume perdagangan di sana.<br />

Menurut Partogi, perdagangan lintas batas<br />

itu biasanya untuk kebutuhan warga dan kesejahteraan<br />

warga di kedua pihak, meski ada<br />

juga perdagangan komersial. “Nah, kalau itu<br />

harus patuh dengan peraturan yang berlaku,”<br />

katanya.<br />

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional<br />

Andrinof Chaniago juga mengatakan<br />

volume perdagangan warga Indonesia sangat<br />

rendah dibandingkan pedagang Malaysia di<br />

sana. Hal yang sama diungkap oleh Menteri<br />

Perdagangan Rachmat Gobel.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Menteri Perencanaan<br />

Pembangunan Nasional<br />

Andrinof Chaniago dan<br />

jalanan mulus di wilayah<br />

Sarawak yang berbatasan<br />

dengan Indonesia.<br />

DETIK TRAVEL<br />

Ia mengatakan agaknya saat ini Malaysia<br />

akan lebih berpeluang mengekspor barang<br />

ke Kalimantan Barat daripada arah sebaliknya<br />

saat ekonomi semakin tersambung. “Malaysia<br />

dong yang lebih besar memasukkan barang ke<br />

Indonesia,” ucapnya.<br />

Andrinof mengakui masyarakat Indonesia di<br />

Entikong lebih banyak mendapatkan kebutuhan<br />

konsumsinya dari negeri Malaysia. Artinya,<br />

kata dia, warga desa-desa di Entikong sulit<br />

mengakses wilayah negaranya sendiri untuk<br />

berbelanja atau menjual barang hasil produksi<br />

mereka. “Kebutuhan dasar mereka juga bergantung<br />

pada negara tetangga itu, belum lagi<br />

sarana pendidikan yang juga minim,” ucapnya.<br />

Menurut Andrinof, kalau suatu daerah pertumbuhannya<br />

rendah, otomatis volume ekonominya<br />

juga kecil. Maka, tingkat kesejahteraan<br />

masyarakatnya juga rendah.<br />

Seperti diungkap Kepala Desa Suruh Tembawang<br />

di wilayah kecamatan Entikong, Gak<br />

Mulyadi, ia dan warganya biasa memikul hasil<br />

pertanian menyeberang ke desa-desa Malaysia<br />

yang berdekatan. Di desa-desa Malaysia itu,<br />

jalanan sudah tersambung sehingga lebih memudahkannya<br />

menjual padi atau lada yang ia<br />

panen di beberapa hektare lahan. n<br />

BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

DULU UNTUK BENSIN, SEKARANG<br />

UNTUK PERBATASAN<br />

IWAN ADISAPUTRA/ANTARA<br />

PEMERINTAH MENGGUNAKAN SEKITAR RP 100 TRILIUN<br />

EKS SUBSIDI BENSIN UNTUK JALAN, JEMBATAN, DAN<br />

INFRASTRUKTUR LAIN.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Seorang petugas di pompa<br />

bensin di Pulau Rote, Nusa<br />

Tenggara Timur. Alokasi<br />

subsidi bensin sebagian besar<br />

dialihkan ke infrastruktur.<br />

ANDIKA WAHYU/ANTARA<br />

TANPA hiruk-pikuk, drama sensasional,<br />

atau hujan protes, subsidi<br />

bensin dicabut mulai awal tahun<br />

ini. Kini tinggal konsumen solar<br />

dan minyak tanah yang masih<br />

dibantu pemerintah. Dan ratusan triliun rupiah<br />

duit yang semula untuk subsidi kini menganggur<br />

dan butuh disalurkan. Ke mana uang itu<br />

disalurkan<br />

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro<br />

memberi ancar-ancar bahwa, dari eks<br />

anggaran subsidi sebesar Rp 230 triliun itu,<br />

sekitar separuhnya untuk proyek infrastruktur.<br />

“Tapi angka ini belum final,” ucapnya. Yang jelas,<br />

tiga kementerian akan mendapat kucuran dana<br />

dari eks subsidi bensin ini, yakni Kementerian<br />

Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum<br />

dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian<br />

Pertanian.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Menteri Koordinator<br />

Perekonomian Sofyan Djalil<br />

mengatakan alokasi anggaran<br />

pembangunan infrastruktur<br />

wilayah perbatasan cukup<br />

besar.<br />

Infrastruktur memang menjadi salah satu<br />

titik lemah utama pembangunan Indonesia.<br />

Dalam laporan tahun lalu yang berjudul Indonesia:<br />

Avoiding the Trap, misalnya, Bank Dunia<br />

menyebut kurangnya infrastruktur membuat<br />

pertumbuhan ekonomi tertekan. “Diperkirakan<br />

Indonesia kehilangan setidaknya 1 persen pertumbuhan<br />

ekonomi tiap tahun karena investasi<br />

(infrastruktur) yang rendah ini,” ungkap Bank<br />

Dunia.<br />

Lembaga yang biasa memberi pinjaman bagi<br />

kebutuhan infrastruktur dan program peningkatan<br />

kemakmuran lain ini mengatakan total<br />

anggaran infrastruktur Indonesia kurang dari<br />

4 persen dari produk domestik bruto (PDB).<br />

Padahal yang dibutuhkan setidaknya dua kali<br />

lipat. Saat itu Bank Dunia menyatakan mencabut<br />

subsidi bahan bakar minyak—yang lebih<br />

banyak mengucur ke orang kaya, bukannya<br />

orang tak mampu—bakal memberi ruang lega<br />

bagi infrastruktur.<br />

Bambang memang tidak menjelaskan berapa<br />

jatah untuk infrastruktur perbatasan, yang<br />

sedang digenjot karena menjadi gengsi bangsa.<br />

Tapi Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Sofyan Djalil mengatakan alokasi anggaran<br />

pembangunan infrastruktur wilayah perbatasan<br />

cukup besar. “Kita akan gunakan uang itu<br />

untuk bangun jalan, jembatan, rel kereta api,<br />

jalan tol, infrastruktur pertanian, dan pelabuhan,”<br />

ucapnya.<br />

Ia memastikan, dalam APBN Perubahan 2015<br />

yang sedang digodok, pemerintah ingin memastikan<br />

perbatasan harus menjadi serambi<br />

Indonesia yang pantas. “Angkanya saya belum<br />

tahu, pekan depan diajukan ke APBNP,” ucapnya.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

Menteri Keuangan Bambang<br />

Brodjonegoro menyebut<br />

sekitar Rp 100 triliun untuk<br />

subsidi BBM dialihkan ke<br />

proyek infrastruktur.<br />

DARREN WHITESIDE/REUTERS<br />

Kesulitan angka ini terjadi karena pemerintah<br />

memang tidak mengelompokkan infrastruktur<br />

perbatasan secara khusus. Menurut<br />

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional<br />

Andrinof Chaniago, angka khusus untuk wilayah<br />

perbatasan itu tak dapat dikelompokkan<br />

secara sederhana, seperti untuk perbatasan<br />

dan nonperbatasan.<br />

“Angka ada, tapi saya enggak hafal. Dia harus<br />

dikelompokkan dulu, berapa anggaran untuk<br />

pembangunan pelabuhan dan bandara perintis<br />

serta anggaran untuk desa-desa perbatasan,<br />

baru kelihatan angkanya,” ucapnya.<br />

Yang jelas, dengan tambahan modal dari anggaran<br />

bekas subsidi ini, pemerintah sekarang<br />

makin leluasa membangun jalan sepanjang<br />

perbatasan darat Indonesia atau membangun<br />

rumah bagi warga-warga di sana agar semakin<br />

kerasan di Indonesia. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


EKONOMI INFRASTRUKTUR<br />

PERBATASAN<br />

JANGAN KALAH<br />

DARI NEGERI<br />

JIRAN<br />

INDONESIA tak mau kalah dengan Malaysia<br />

dan negara tetangga lain di sekitar<br />

perbatasan. Sejumlah proyek pun dibangun.<br />

Di Kalimantan, misalnya, tahun ini bakal digelar<br />

proyek besar membuat jalan paralel perbatasan<br />

serta menjadikan jalan akses ke perbatasan<br />

sekelas jalan tol.<br />

A<br />

B<br />

AKSES PERBATASAN SAJINGAN-ARUK<br />

Panjang: 12 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />

AKSES PERBATASAN BALAI KARANGAN-ENTIKONG<br />

Panjang: 19 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />

C<br />

AKSES PERBATASAN MALINAU-LONG MIDANG<br />

Panjang: 192 km, 13 km belum tersambung | Target: Membangun 2 km (11 km terkendala hutan<br />

lindung)<br />

D<br />

MENSALONG- TAU LUMBIS<br />

Panjang: 148 km, belum tersambung 88 km | Target: Membangun 62 km, tersisa 16 km<br />

E<br />

MALINAU-SEI ULAR<br />

Panjang: 235 km jalan | Kondisi saat ini: Seluruhnya tersambung, aspal 142 km dan agregat<br />

93 km | Target: Mengaspal 42 km sehingga agregat tinggal 70 km<br />

KETERANGAN<br />

MALAYSIA<br />

MENSALONG<br />

A<br />

ARUK<br />

B<br />

BALAI KARANGAN<br />

C<br />

LONG MINDANG<br />

3<br />

MALINAU<br />

D<br />

TOU LUMBIS<br />

E<br />

SEI ULAR<br />

1<br />

TEMAJUK<br />

2<br />

NANGA BADAU<br />

TANJUNG SELOR<br />

Kalimantan Utara<br />

PALANGKARAYA<br />

Kalimantan Tengah<br />

SAMARINDA<br />

Kalimantan Timur<br />

PONTIANAK<br />

Kalimantan B arat<br />

BANJARMASIN<br />

Kalimantan Selatan<br />

KETERANGAN<br />

1<br />

TEMAJUK-ENTIKONG<br />

Panjang: 252 km | Kondisi saat ini: Tersambung 102 km dengan 12 km aspal | Target: Membangun<br />

94 km dan mengaspal 20 km<br />

2<br />

ENTIKONG-NANGA BADAU<br />

Panjang: 242 km | Kondisi saat ini: Tersambung 41 km, tanpa aspal sama sekali, terputus 201<br />

km | Target: Bangun 68 km dan mengaspal 18 km<br />

NANGA BADAU-BATAS KALIMANTAN TIMUR<br />

Panjang: 275 km | Kondisi saat ini: Tersambung 203 km dengan aspal 166 km, | belum tersambung<br />

72 km | Target: Hanya pelebaran jalan di ruas yang sudah ada<br />

AKSES PERBATASAN NANGA BADAU-SARAWAK<br />

Panjang: 3,8 km | Target: Aspal lebar 6 meter jadi jalan 4 lajur<br />

3<br />

BATAS KALIMANTAN BARAT-MALINAU<br />

Panjang: 606 km | Kondisi saat ini: 285 km tanpa aspal, terputus 221 km | Target: Bangun 47<br />

km, terputus 150 km<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

TOKO BAN MOTOR<br />

ADU<br />

BALAP<br />

ADU BALAP<br />

TOKO<br />

BAN<br />

MOTOR<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Salah satu outlet Si<br />

Tepat. Pewaralaba toko<br />

ini dijanjikan balik modal<br />

paling lama tiga tahun.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

JARINGAN TOKO BAN SEPEDA MOTOR BERKEMBANG CEPAT. PASAR YANG<br />

SANGAT BESAR MEMBUAT PENDAPATAN PER BULAN BISNIS INI MENCAPAI<br />

RATUSAN JUTA RUPIAH PER TOKO.<br />

HUSSEIN Ahmad menghentikan sepeda<br />

motor matik di depan Si Tepat<br />

Grande di kawasan Bintaro, Jakarta<br />

Selatan. Masuk ke salah satu cabang<br />

toko yang khusus menjual ban, aki, dan<br />

oli untuk sepeda motor itu, Hussein langsung<br />

melihat-lihat jajaran ban yang berjejer rapi di<br />

sana.<br />

“Ada ban tubeless motor matik enggak,<br />

Mas” tanya Hussein kepada salah satu penjaga<br />

toko berseragam hitam dengan tulisan “Si<br />

Tepat” berwarna orange di dadanya. Penjaga<br />

langsung menunjuk sederet ban yang masih<br />

terbungkus plastik. “Ada, Mas,” katanya.<br />

Hussein memilih ban. Dengan cepat dua<br />

mekanik Si Tepat menggunakan mesin khu-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Suasana bengkel sepeda<br />

motor nonresmi. Bengkel ini<br />

jarang yang memiliki mesin<br />

khusus untuk melepas ban<br />

sehingga velg gampang<br />

rusak.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

sus untuk mengganti ban sepeda motornya<br />

dengan jenis tanpa ban dalam alias tubeless.<br />

“Harga ban cukup kompetitif (dengan pesaing),”<br />

katanya, menyebut alasan datang ke<br />

Si Tepat.<br />

Si Tepat memang bukan satu-satunya pemain<br />

toko khusus ban sepeda motor. Malah,<br />

dengan jumlah toko sebanyak 30 buah di<br />

Jakarta dan sejumlah toko lain di Jawa-Bali,<br />

ia masih jauh dibanding pemain utamanya:<br />

Planet Ban. Pesaing ini, Planet Ban, memiliki<br />

toko sampai sekitar 200 buah.<br />

Pasar untuk bisnis ini memang sangat besar.<br />

Penjualan sepeda motor tahun lalu, misalnya,<br />

mencapai 7,7 juta buah. Setiap satu atau dua<br />

tahun, sepeda motor ini membutuhkan ban<br />

baru. Di masa lalu, membeli ban ini hanya di<br />

bengkel resmi, yang pilihannya terbatas dan<br />

harganya lebih mahal.<br />

Atau, alternatif lain, di bengkel nonresmi,<br />

yang sering kali tidak memiliki alat khusus<br />

untuk memasang ban tubeless yang sekarang<br />

populer ini karena tidak langsung gembos saat<br />

kena paku. Tanpa alat khusus, velg bisa bengkok<br />

dan rusak. Padahal velg untuk ban tubeless<br />

mesti sempurna agar angin tidak keluar.<br />

Bagi Planet Ban, ide membuat toko khusus<br />

ban sepeda motor ini tidak datang begitu<br />

saja. Awalnya, mereka membuka toko besar—<br />

ukurannya sekelas hipermarket kecil—di jalan<br />

kecil dekat Tole Iskandar, Depok. Isinya segala<br />

perlengkapan sepeda motor, mulai jaket,<br />

helm, ban, sampai bengkel dan layanan cuci.<br />

Toko itu, bernama Surganya Biker dengan<br />

perusahaan pengelola bernama PT Surganya<br />

Motor Indonesia, berdiri pada 2010. Selain<br />

di Jalan Tole Iskandar arah Cilodong itu, toko<br />

lain dibuka di Kota Harapan Indah, Bekasi.<br />

Tapi, dari 14 jenis produk yang dijual, separuh<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Si Tepat tak hanya menjual<br />

ban, tapi juga aki dan oli.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

penjualan disokong oleh penjualan ban saja.<br />

“Kemudian lahirlah satu konsep ministore,<br />

yang berfokus menyediakan ban,” kata Manajer<br />

Pemasaran dan Komunikasi Planet Ban,<br />

Bagus Ardian. “Jadi, ide dari situ.”<br />

Ministore ini awalnya ditempel di toko Surganya<br />

Biker pada pertengahan 2011. Sekitar<br />

tiga bulan, mereka mulai membuka cabang di<br />

Lenteng Agung dan Kalimalang, dua wilayah<br />

pinggiran Jakarta. Karena sukses, dengan<br />

cepat mereka membuka cabang sehingga<br />

sekarang sampai ratusan itu. Nyaris semua<br />

cabang dimodali sendiri, cuma segelintir yang<br />

menggunakan konsep waralaba. “Hingga<br />

saat ini, Planet Ban baru mewaralabakan lima<br />

toko,” kata Bagus.<br />

Saat ini mereka menjual ban sepeda motor<br />

dari enam pemasok, baik lokal maupun impor,<br />

dengan harga di kisaran Rp 100 ribu sampai<br />

Rp 2 juta satu buah. Awalnya, ban sepeda<br />

motor matik menjadi andalan utama, tapi<br />

sekarang ban sepeda motor sport juga mulai<br />

laris. “Yang agak kurang itu ban sepeda motor<br />

bebek,” ucapnya, menyebut tipe sepeda motor<br />

yang populasinya digencet sepeda motor<br />

matik itu.<br />

Rata-rata setiap toko Planet Ban menjual<br />

1.000-2.000 ban. Dengan harga setidaknya<br />

Rp 100 ribu itu, omzet per bulan minimal Rp<br />

100 juta per toko. Jumlah pemasukan yang<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Deretan ban yang dijual Si<br />

Tepat<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

lumayan untuk sebuah retail kecil.<br />

Jika Planet Ban berawal dari pengembangan<br />

usaha, Si Tepat dimulai dari niat membuka<br />

lapangan kerja bagi para santri oleh PT Bisnis<br />

Solusi Pranata. Budi Sutjiawan, Kepala Divisi<br />

PT Bisnis Solusi Pranata, mengatakan ia diajak<br />

sejumlah pemimpin pesantren Sumatera-<br />

Jawa-Madura untuk menciptakan lapangan<br />

kerja bagi para santri.<br />

Saat itu, 2008, bisnis dimulai dengan toko<br />

suku cadang sepeda motor. Lokasi toko ini<br />

berada di pesantren yang dipimpin Nur Iskandar<br />

di kawasan Banten. Tapi, karena lokasi<br />

toko di sekitar pesantren, bisnis ini tidak berkembang.<br />

“Akhirnya kami tutup karena tak<br />

juga menguntungkan secara bisnis,” ucapnya.<br />

Toko kemudian dipindah ke kawasan Kramat,<br />

Jakarta Pusat. Konsepnya bukan suku<br />

cadang sepeda motor secara umum, melainkan<br />

semacam Shop & Drive tapi bukan untuk<br />

mobil. Shop & Drive adalah toko yang jualan<br />

utamanya adalah aki dan oli.<br />

Toko itu bukan bengkel reparasi. Alasannya<br />

sederhana: mekaniknya tidak perlu dengan<br />

kemampuan tinggi seperti mekanik bengkel<br />

reparasi. “Kalau ganti oli, ban, dan aki, bisa<br />

dilakukan siapa saja dengan keahlian seadanya,”<br />

ucapnya.<br />

Jualan lain mereka adalah pelayanan. Kepala<br />

toko Si Tepat Grande Bintaro, Aziz Zamara,<br />

mengatakan, “Bisa memasang ban, mengganti<br />

oli dan aki lebih cepat dan tepat pasti<br />

memuaskan konsumen.”<br />

Toko di Kramat itu berkembang terus,<br />

sehingga sekarang sudah mencapai sekitar<br />

30 buah, yakni, selain di Jakarta, ada di Yogyakarta<br />

dan Bali. Setiap toko, menurut Aziz,<br />

berpenghasilan Rp 100-150 juta. “Setiap toko<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Mekanik Planet Ban sedang<br />

mengganti ban sepeda<br />

motor bebek. Selain menjual<br />

ban, jaringan toko ini<br />

menjual oli.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

mampu mencatat 1.600-1.700 item barang<br />

terjual setiap bulannya,” ucapnya. Jumlah toko<br />

ini naik-turun, kadang karena salah hitung<br />

lokasi, ada pula yang habis kontrak lahan.<br />

Saat ini mereka menawarkan bisnis ini dalam<br />

bentuk waralaba kepada para karyawan<br />

perusahaan besar yang pensiun. Yang penting<br />

ada lahan—baik milik sendiri atau sewa.<br />

“Ukuran bangunan minimumnya 9 x 4 meter,<br />

sementara tanahnya 12 x 4 meter juga cukup,”<br />

ucapnya. Di samping itu, mesti menyetor Rp<br />

225 juta.<br />

Setiap pewaralaba akan mendapatkan stok<br />

barang Rp 50 juta. Pewaralaba bisa menentukan<br />

empat karyawan yang direkrut. Setelah<br />

berjalan, toko akan menyerahkan 3 persen<br />

hasil penjualan kepada mereka. Ia menjamin,<br />

sebelum memasuki kerja sama di tahun ketiga,<br />

setiap toko telah mampu mengembalikan<br />

modal pewaralaba. “Bahkan beberapa toko<br />

kami tak sampai 2 tahun,” ucapnya.<br />

Meski ada jaringan toko ban dengan konsep<br />

modern ini, toko tradisional yang cukup bagus<br />

mengambil segmen pasar masih bisa bertahan.<br />

Gideon Mario, misalnya, yang membuka toko<br />

ban di sekitar Bintaro, Jakarta Selatan. Pemuda<br />

27 tahun ini berkonsentrasi pada ban dan suku<br />

cadang Vespa, meski merek lain juga dilayani.<br />

Tahun lalu, Mario berhasil membukukan<br />

transaksi senilai Rp 350-400 juta sebulan<br />

dari penjualan ban, saat ini hanya di kisaran<br />

Rp 250 juta hingga Rp 300 juta sebulan.<br />

Mario belum mau membuka cabang tokonya<br />

di tempat lain. “Belum ada modal,” ucapnya<br />

sembari tertawa. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

MENUNGGU<br />

DERU-DERU<br />

DIESEL<br />

KEBIJAKAN HARGA BARU<br />

BAHAN BAKAR MINYAK<br />

TAK LANGSUNG MEMBUAT<br />

PERMINTAAN MOBIL DIESEL<br />

SEDIKIT NAIK. KONSUMEN<br />

MASIH TERPENGARUH<br />

KENAIKAN HARGA BBM PADA<br />

NOVEMBER 2014.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Salah satu mobil SUV<br />

bermesin diesel<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

ASNAWI membuka kios di lantai<br />

7 kompleks bursa mobil bekas<br />

WTC Mangga Dua, Jakarta Utara.<br />

Dibantu dua rekannya, pedagang<br />

mobil ini membersihkan dan membuat kinclong<br />

kembali sederet mobil MPV dan SUV,<br />

yang tiga hari telantar karena ditinggal liburan<br />

akhir tahun.<br />

Tapi pergantian tahun ini tidak hanya membuat<br />

debu di mobil-mobil bekas yang ia jual<br />

sedikit sempat menebal. Selera konsumen<br />

juga agak berubah. Dari barang dagangannya,<br />

setidaknya ada dua SUV diesel dan<br />

dua MPV diesel. Biasanya ia hanya menyetok<br />

dua mobil diesel saja. Penyebabnya, sejak<br />

bulan sebelumnya, sejumlah calon pembeli<br />

mencari mobil diesel. “Ada yang cari mobil<br />

MPV diesel merek tertentu, tapi di tempat<br />

saya enggak jual, jadi saya lempar ke teman<br />

yang jual,” ujar Asnawi.<br />

Kondisi yang dialami Asnawi boleh jadi karena<br />

dampak dari kebijakan pemerintah yang<br />

satu setengah bulan lalu menaikkan harga<br />

bahan bakar minyak dan tahun ini melepas<br />

subsidi bensin. Sedangkan untuk solar, pemerintah<br />

masih memberi subsidi Rp 1.000 per<br />

liter. Selain itu, untuk mobil seukuran, mesin<br />

solar jauh lebih hemat dibanding bensin.<br />

Kelas low MPV, misalnya. Seliter bensin bisa<br />

mencapai 12-13 kilometer, tapi seliter solar<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Pameran mobil bekas di<br />

Surabaya beberapa waktu lalu.<br />

Penjualan mobil bekas ikut<br />

tertekan naiknya harga bahan<br />

bakar minyak, meski sekarang<br />

sedikit turun.<br />

ERIC IRENG/ANTARA FOTO<br />

bisa mencapai 18-20 kilometer.<br />

Alasan serupa diungkap Herjanto Kosasih,<br />

Senior Marketing Manager Bursa Mobil<br />

Bekas WTC Mangga Dua. Ia mengatakan,<br />

“Solar sekarang sudah turun dan harganya<br />

masih disubsidi, itu kan otomatis banyak<br />

dicari orang.”<br />

Meski optimistis, Herjanto tidak mau muluk-muluk<br />

memasang target penjualan mobil<br />

diesel bekas tahun ini di bursa mobil bekas<br />

WTC Mangga Dua. Sebab, konsumen juga<br />

masih dalam tahap pemulihan untuk membeli<br />

mobil karena sebelumya, pada 17 November<br />

2014, pemerintah sempat menaikkan harga<br />

bensin dan solar. “Perkiraan, ya antara 5 persen<br />

sampai 10 persen dari target penjualan<br />

tahun ini sebanyak 35 ribu unit mobil second,”<br />

ujarnya.<br />

Masa pemulihan juga menjadi alasan distributor<br />

resmi enggan jorjoran mendongkrak<br />

target penjualan mobil die sel. Salah satunya<br />

PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors,<br />

pemegang merek Mitsubishi di Indonesia,<br />

yang sukses besar menjual varian diesel SUV<br />

mereka, Pajero.<br />

Rizwan Alamsjah, Executive Marketing Director<br />

Krama Yudha, mengatakan kebijakan<br />

pemerintah terhadap harga solar memang<br />

membawa angin segar bagi konsumen untuk<br />

membeli mobil diesel sehingga akan men-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Kendaraan diesel di antara<br />

antrean mobil di Pelabuhan<br />

Merak, Banten, beberapa<br />

waktu lalu.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

dongkrak penjualan.<br />

Namun, menurut Rizwan, saat ini pasar<br />

sedang dalam recovery process atau masa<br />

pemulihan setelah dihantam kenaikan harga<br />

BBM bersubsidi. Butuh waktu minimal tiga<br />

bulan sebelum penjualan mobil kembali bergairah.<br />

Kondisi ini tentu berdampak kurang<br />

baik terhadap kinerja mereka pada kuartal<br />

pertama tahun ini. “Target kita, untuk mobil<br />

penumpang diesel, masih tetap 1.000 unit<br />

setiap bulan tahun ini,” tutur Rizwan.<br />

Pemegang merek lain, yakni PT Isuzu Astra<br />

Motor Indonesia, juga tidak memasang<br />

target penjualan tinggi terhadap mobil diesel<br />

penumpang. Menurut Marketing Director<br />

Isuzu Astra Motor Indonesia, Supranoto<br />

Tirtodiprodjo, penjualan mobil Isuzu tahun<br />

ini diharapkan mencapai 35 ribu unit dari<br />

sebelumnya 28 ribu unit. Dari total itu, sebanyak<br />

60 persen sampai 65 persen masih<br />

didominasi mobil diesel komersial, sedangkan<br />

35-40 persen sisanya adalah mobil die sel<br />

penumpang.<br />

Target penjualan mobil diesel penumpang<br />

belum berubah menjadi lebih tinggi karena<br />

mereka masih melihat dampak dari kebijakan<br />

harga solar selama satu tahun ini. Sedangkan<br />

penjualan mobil diesel komersial lebih tinggi<br />

karena tidak terpengaruh dengan naik atau<br />

turunnya harga BBM, melainkan faktor kegi-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


BISNIS<br />

Varian SUV dari Isuzu,<br />

pabrik yang spesialisasinya<br />

membuat mobil diesel.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

atan ekonomi berupa supply and demand.<br />

Artinya, selama ada permintaan dan pasokan<br />

barang kebutuhan masyarakat, tetap<br />

diperlukan mobil diesel komersial sebagai<br />

sarana pengangkutan. “Selain itu, dengan<br />

pemerintah yang baru ini, sektor infrastruktur<br />

dan logistik akan berkembang sehingga<br />

membutuhkan banyak truk,” tutur Supranoto.<br />

Meski butuh waktu untuk kembali bergairah,<br />

Supranoto mengatakan, mobil diesel masih<br />

dilirik sebagai pilihan kendaraan pribadi.<br />

Selain karena ditunjang kebijakan harga solar<br />

yang masih disubsidi, faktor irit BBM juga<br />

menjadi nilai lebih mobil diesel dibanding<br />

mobil bukan diesel.<br />

Faktor lainnya, saat ini teknologi mobil diesel<br />

semakin canggih sehingga membuat getaran<br />

semakin kurang saat melaju kencang maupun<br />

suara bising semakin kecil terdengar. “Teknologi<br />

mobil diesel kan semakin bagus, sehingga<br />

ke depan masih menjanjikan untuk kendaraan<br />

pribadi,” kata Supranoto. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali<br />

THE GREATEST<br />

KHALAYAK penggemar tinju di dunia<br />

mencintai Muhammad Ali karena pertandingannya<br />

selalu asyik ditonton. Di<br />

atas ring, dia bak penari. “Melayang<br />

seperti kupu-kupu, menyengat bagai<br />

lebah,” begitu strateginya. Dari 61 pertandingan,<br />

Ali 37 kali menang KO dan 19<br />

kali menang angka. Sejak 1983, ia terus<br />

berjuang melawan parkinson yang diidapnya.<br />

Pada 17 Januari nanti, ia berusia<br />

73 tahun. Dirgahayu Ali, God bless<br />

you....<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

ALI<br />

SANG NABI<br />

DI RING<br />

TINJU<br />

SEJAK KANAK-KANAK BERAMBISI<br />

MENJADI JUARA DUNIA, ALI<br />

MEWUJUDKANNYA DI BAWAH<br />

ASUHAN ANGELO DUNDEE.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Poster promosi pertandingan<br />

George Foreman melawan<br />

Muhammad Ali di Zaire<br />

(sekarang Republik Demokratik<br />

Kongo).<br />

AKU akan melayang seperti kupukupu,<br />

menyengat bak lebah. Tangannya<br />

tak akan bisa memukul,<br />

dan matanya tak bisa melihat.” Muhammad<br />

Ali, 32 tahun, yang dijuluki si Mulut<br />

Besar, mengungkapkan strateginya itu<br />

saat akan menantang petinju muda juara<br />

dunia bertahan kelas berat, George<br />

Foreman, pada 30 Oktober 1974 di pedalaman<br />

Afrika Tengah, Kinshasa, Zaire<br />

(sekarang Republik Demokratik Kongo).<br />

Karena berlangsung di pedalaman,<br />

media menyebut pertarungan ini sebagai<br />

Rumble in the Jungle. Di atas ring,<br />

Ali benar-benar memperlihatkan strateginya<br />

itu. Ia terus bergerak memutari<br />

ring dan membuat lawan memukul angin.<br />

Sedangkan jab tangan kanan-kirinya kerap<br />

meluncur dengan cepat dan keras ke arah<br />

wajah George.<br />

Selain lincah bergonta-ganti posisi kudakuda<br />

secara berulang-ulang sehingga terkesan<br />

melayang, Ali menerapkan strategi bertahan<br />

dengan bersandar pada tali ring. Lawan<br />

yang merasa berhasil menyudutkannya selalu<br />

membombardir dengan pukulan terbaik mereka.<br />

Ketika stamina lawan terkuras, giliran dia<br />

balas mencecarnya hingga ambruk. George,<br />

yang tujuh tahun lebih muda, tersungkur sebelum<br />

bel ronde kedelapan berdentang. Gaya<br />

bertandingnya yang khas itu terus dikenang<br />

dan menjadi ciri khasnya, yang membuat khalayak<br />

asyik menontonnya.<br />

George Foreman, yang meraih medali emas<br />

pada Olimpiade 1968, amat menghormati Ali,<br />

yang meraih medali emas Olimpiade 1968. Ia<br />

menyebut lawannya itu sebagai “Anugerah<br />

bagi Dunia”. Bagi George, bekas lawan tandingnya<br />

itu tak cukup hanya dinilai di atas ring.<br />

Sebab, sikap, ucapan, perilaku, dan keberaniannya<br />

di luar ring turut berpengaruh. “Ia ibarat<br />

seorang nabi, pahlawan. Dan ia revolusioner,”<br />

ujarnya kepada Daily Mail, 16 Januari 2012.<br />

Lebih dari 30 tahun setelah pertandingan<br />

bersejarahnya itu, George mengaku hubungannya<br />

dengan Ali kini amat dekat. Keduanya<br />

biasa saling berkirim pesan dan foto cucu lewat<br />

telepon seluler. “Kami teramat dekat, lebih<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

dekat ketimbang warna putih dari sebutir beras,”<br />

ujar George.<br />

l l l<br />

Perkenalan Ali dengan tinju dimulai pada<br />

usia 12 tahun. Pemicunya adalah ketika sepeda<br />

hadiah ulang tahun dari ayahnya digondol maling.<br />

Sembari berurai air mata, ia mendatangi<br />

pos polisi. Tapi Joe Martin, petugas yang piket<br />

dan dikenal sebagai pelatih tinju, malah mengajaknya<br />

ikut berlatih tinju agar bisa memukuli<br />

si pencuri. Sejak itu tinju menjadi bagian dari<br />

hidupnya.<br />

Temannya di masa kecil, Lawrence Montgomery<br />

Sr, adalah salah seorang yang pertama<br />

merasakan kerasnya pukulan jab Ali. Ia biasa<br />

diminta Ali menahan pukulan-pukulannya<br />

dengan kedua telapak tangannya. Ketika Ali<br />

kecil mengungkapkan ambisinya menjadi juara<br />

dunia tinju kelas berat, ia menepisnya. “Man,<br />

sebaiknya kau buang jauh-jauh pikiran itu,”<br />

ujar Montgomery seperti ditulis Associated<br />

Press, 10 Januari 2012.<br />

Tapi ia keliru. Temannya itu rupanya bersungguh-sungguh<br />

mewujudkan ambisinya itu.<br />

Ia tekun berlatih fisik dan bekerja keras untuk<br />

itu. Ketimbang naik bus ke sekolah, Ali kecil<br />

lebih suka berlari sejauh 6 kilometer untuk<br />

melatih kecepatan. “Kami yang naik bus akan<br />

sama tibanya di sekolah dengan dia yang berlari,”<br />

kata Shirlee Smith, yang lulus bersamaan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali memukul roboh George<br />

Foreman sebelum bel ronde<br />

ke-8 berdentang.<br />

AP<br />

dengan Ali dari SMA Louisville pada 1960.<br />

“Di malam hari, ketika pulang kerja mengantar<br />

surat-surat pos, saya biasa melihat dia<br />

berlari lima kali mengelilingi taman. Mungkin<br />

sekitar 8 kilometer kalau ditotal jaraknya,” kata<br />

Montgomery. “Sikap dan perilakunya menjadi<br />

teladan kami. Ali orang yang teguh memegang<br />

prinsip,” tuturnya.<br />

Di masa remaja, Ali memilih Victor Bender<br />

sebagai mitra latihnya. Hanya, Bender kemudian<br />

memilih berkarier sebagai pemain bola<br />

basket dan bola kaki Amerika. Saat masih di<br />

bangku SMA, Ali, yang sudah berusia 18 tahun,<br />

meraih dua medali emas untuk kejuaraan tinju<br />

tingkat nasional. Dan, setelah lulus dari SMA<br />

pada 1960, ia meraih medali emas Olimpiade<br />

di Roma.<br />

Berbeda dengan penampilannya di ring<br />

tinju, saat masih di sekolah, Ali dikenal sebagai<br />

murid yang pemalu. “Dia bukan tipe lelaki yang<br />

suka menggoda perempuan,” kata Smith.<br />

Ali pindah ke Miami pada awal 1960, tapi ia<br />

tak pernah melupakan tetangganya di Louisville.<br />

Ketika bertandang dengan mobil Cadillac<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali menyapa para<br />

penggemar yang<br />

menyambutnya di sepanjang<br />

jalan Kinshasa, Zaire.<br />

AP<br />

Convertible, Ali biasa singgah ke beberapa<br />

tetangga dekatnya. Kini ia bersama istri keempatnya,<br />

Lonnie, memiliki rumah di Michigan,<br />

Arizona, dan Louisville.<br />

l l l<br />

Di balik kesuksesan Ali, ada pelatih Angelo<br />

Dundee yang memoles kemampuan teknis,<br />

sekaligus menjadi motivator Ali. Dundee<br />

mengenang anak asuhnya itu punya kepercayaan<br />

diri amat besar. Tak mengherankan bila<br />

sebagian orang menjulukinya si Mulut Besar.<br />

Ali menemui Dundee setelah memenangi<br />

medali emas pada Olimpiade di Roma, 1960.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Saya Cassius Clay,<br />

dan saya akan menjadi<br />

juara dunia tinju kelas<br />

berat berikutnya.<br />

Saat pertama kali memperkenalkan diri via<br />

telepon, Ali berujar, “Saya Cassius Clay, dan<br />

saya akan menjadi juara dunia tinju kelas<br />

berat berikutnya.”<br />

“Salah satu momen terbaik saya bersama Ali<br />

adalah ketika dia mengalahkan (Sonny) Liston<br />

di Miami. Kala itu, tak seorang pun percaya dia<br />

bakal mampu melakukannya,”<br />

kata Dundee kepada espn.com.<br />

“Kalau momen terburuk, tentu<br />

saja ketika Larry Holmes mengalahkannya<br />

di Las Vegas. Saya<br />

sebetulnya sudah meminta wasit<br />

menghentikan pertandingan,<br />

tapi nyatanya terus berlangsung<br />

dan Ali kalah.”<br />

Dundee berpulang selang dua pekan setelah<br />

turut menghadiri perayaan ulang tahun Ali<br />

ke-70 pada 17 Januari 2012. Ia mengembuskan<br />

napas terakhir akibat serangan jantung pada<br />

usia 90 tahun.<br />

Dalam karier profesionalnya, Muhammad Ali<br />

mencatatkan rekor 61 pertandingan dengan<br />

56 kemenangan (37 knockout dan 19 menang<br />

angka) serta 5 kekalahan. Ia kehilangan 3 kali<br />

gelar juara dunia. Pada 1999, Sports Illustrated<br />

menganugerahi Ali gelar Sportsman of the<br />

Century.<br />

Ali mengaku mulai menyadari tinju sebagai karier<br />

dalam hidupnya setelah meraih medali emas<br />

di Olimpiade Roma pada 1960. “Hal itu benarbenar<br />

menyadarkan saya bahwa inilah peluang<br />

karier saya. Medali itu menjadi semacam segel<br />

pada dirinya untuk senantiasa menjadi sang<br />

juara,” tuturnya kepada Oprah Winfrey.<br />

Beranjak senja, sambil terus melawan parkinson<br />

yang diidapnya sejak 1984, Ali mengabdikan<br />

sisa hidupnya untuk kemanusiaan. Setiap<br />

kali menyambangi kantornya, Muhammad<br />

Ali Center, yang didirikan pada 2006, ia biasa<br />

memeriksa surat-surat elektronik yang masuk<br />

dan pesan-pesan suara di telepon.<br />

Ali, kata Hana Yasmeen Ali, putri Ali dari<br />

istri ketiganya, selalu berusaha menjawab sendiri<br />

surat atau pesan yang masuk. “Hai, saya<br />

Muhammad Ali, dan sudah menerima pesan<br />

Anda.”<br />

Saat masih berusia 13-14 tahun, Hana me-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Bersama sang pelatih,<br />

Angelo Dundee<br />

AP<br />

lanjutkan, dirinya kerap diajak berjalan-jalan<br />

oleh sang ayah. Bila melihat telepon umum,<br />

Ali biasa membuka-buka buku telepon lalu<br />

menghubungi nomor-nomor tertentu secara<br />

acak untuk sekadar mengucapkan, “Halo, ini<br />

Muhammad Ali.” “Dia benar-benar senang<br />

memberikan kejutan kepada orang lain,”<br />

kata Hana kepada Deborah Caldwell, editor<br />

senior Beliefnet.<br />

Begitupun saat di dalam kendaraan, sang<br />

ayah biasa merapatkan wajahnya ke jendela<br />

bila berpapasan dengan orang-orang yang mengemudi<br />

di sebelahnya atau yang berpapasan.<br />

“Mereka biasanya senang begitu tahu itu adalah<br />

Ali, dan mengurangi kecepatan mobilnya.<br />

Tapi jelas itu amat berbahaya bila sedang di<br />

jalur tol,” ujarnya. n<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT | GUARDIAN | DAILY MAIL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

MASUK<br />

ISLAM,<br />

MENOLAK<br />

PERANG<br />

VIETNAM<br />

SEORANG WARGA AMERIKA YANG BARU SAJA<br />

MENDAPATKAN MEDALI EMAS OLIMPIADE<br />

TAPI TAK BISA MENIKMATI HAMBURGER<br />

HANYA KARENA IA KULIT HITAM.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Muhammad Ali melawan Ernie<br />

Terrell di Houston, 1967.<br />

AP<br />

CASSIUS Clay adalah nama seorang<br />

budak. Saya tidak mau memilih dan<br />

tidak menginginkannya. Saya adalah<br />

Muhammad Ali, sebuah nama yang<br />

bebas. Saya mau semua orang menyapa dengan<br />

nama itu saat berbicara atau membicarakan<br />

tentang saya.”<br />

Pergantian nama dari Cassius Marcellus Clay<br />

Junior menjadi Muhammad Ali itu dilakukan<br />

beberapa saat setelah Ali mengkanvaskan petinju<br />

juara dunia kelas berat Sonny Liston, yang<br />

sempat membuatnya gentar, di ronde ketujuh<br />

pada 25 Februari 1964. Hal itu sekaligus memproklamasikan<br />

dirinya sebagai muslim.<br />

Para penggemarnya banyak yang kecewa<br />

atas keputusan tersebut. Tapi Ali tak peduli.<br />

Bahkan, ketika petinju Ernie Terrell tetap memanggilnya<br />

Cassius, dia benar-benar murka.<br />

Dengan nada membentak, ia bertanya kepada<br />

Terrell, “Siapa namaku, bodoh” Kemarahan<br />

itu berlanjut dengan menjadikan Terrell bulanbulanan<br />

di atas ring.<br />

Butuh waktu tiga tahun bagi Ali untuk<br />

meyakinkan diri dan belajar tentang Islam.<br />

Pemicunya tak lain adalah sikap diskriminatif<br />

di lingkungan tempatnya tinggal, Louisville.<br />

Betapa tidak, medali emas Olimpiade yang diraihnya<br />

dalam Olimpiade di Roma pada 1960<br />

di usia 18 tahun ternyata tak berdampak apaapa<br />

terhadap eksistensi dirinya. Sebagai orang<br />

kulit hitam, Ali tetap dihinakan. Menjadi warga<br />

kelas dua yang tak pantas sekadar untuk me­<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali dan George Foreman<br />

berpose bersama saat tiba di<br />

pesta Vanity Fair Oscar.<br />

EJ FLYNN/AP<br />

mesan dua buah hamburger di sebuah restoran.<br />

“Kami tidak melayani orang-orang Negro,”<br />

begitu jawab si pelayan.<br />

Cassius pun membalas, “Baiklah, karena<br />

saya pun tak pernah memakan makanan orang<br />

kulit putih.” Si pemilik restoran mengusirnya,<br />

dan Cassius pergi dengan masygul. Dari atas<br />

jembatan Sungai Ohio, ia melemparkan medali<br />

emas Olimpiade yang didapatnya ke sungai.<br />

“Saya teramat kecewa. Seorang warga<br />

Amerika yang baru saja mendapatkan medali<br />

emas Olimpiade bagi negerinya tapi tak bisa<br />

menikmati hamburger hanya karena ia kulit<br />

hitam,” katanya dalam wawancara dengan<br />

Oprah Winfrey, yang termuat dalam majalah<br />

O edisi Juni 2001.<br />

Meski sikap diskriminatif sudah lama dirasakan<br />

dalam kehidupan sosialnya di Louisville,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Saya teramat kecewa.<br />

Seorang warga<br />

Amerika yang baru saja<br />

mendapatkan medali emas<br />

Olimpiade bagi negerinya<br />

tapi tak bisa menikmati<br />

hamburger hanya karena ia<br />

kulit hitam.<br />

insiden di restoran itu begitu membekas. Kondisi<br />

itu membuat Cassius mulai terpikat pada<br />

pidato-pidato tokoh muslim kulit hitam, Elijah<br />

Muhammad. Tokoh muslim dari Nation of Islam<br />

(NOI) itu kerap menyuarakan isu kesetaraan<br />

dan menolak keras sikap diskriminatif.<br />

Cassius Clay (Jr) lahir dari<br />

keluarga Kristen pada 17<br />

Januari 1942 di Louisville,<br />

Kentucky, Amerika Serikat.<br />

Ayahnya, Cassius Clay, dan<br />

ibunya, Odetta. Sang ayah<br />

dikenal sebagai pelukis<br />

papan reklame, sementara<br />

ibunya bekerja sebagai<br />

pembantu rumah tangga.<br />

Pada 1961, Cassius berkenalan<br />

langsung dengan<br />

Elijah Black Moslem, yang memimpin gerakan<br />

pengajaran muslim dan kesetaraan hak di<br />

kalangan kulit hitam Amerika.<br />

Kala itu, kepadanya Elijah berkata, “Kenapa<br />

kita disebut Negro Kalau orang Cina, Rusia,<br />

Jerman, India itu karena negara asal-usul leluhurnya.<br />

Tapi apa nama negara untuk kaum<br />

Negro”<br />

Cassius pun tersadarkan bahwa nama lahirnya,<br />

Cassius Marcellus Clay Junior (Jr), adalah<br />

nama pemberian orang Eropa yang menjadi<br />

majikan orang tuanya. Banyak orang kulit<br />

hitam di Negeri Abang Sam memiliki nama<br />

budak.<br />

Pidato-pidato Elijah menggugah kesadarannya.<br />

Diam-diam dia begitu mengagumi Elijah<br />

dan tertarik untuk mempelajari Islam di bawah<br />

bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang<br />

Abdul Rahman), yang dijumpai Clay di Miami<br />

pada 1961. Ia juga mencari bimbingan dan saran<br />

dari Malcolm X—tokoh NOI lainnya—yang<br />

dijumpainya di Detroit pada awal 1962. “Saya<br />

memeluk Islam karena mengikuti kata hati,<br />

bukan karena paksaan Elijah,” ujarnya.<br />

Ketika menantang juara dunia kelas berat<br />

Sonny Liston, Cassius mengaku galau. Rasa<br />

takut sempat menyergapnya. Untunglah,<br />

sehari menjelang pertandingan, Malcolm X<br />

datang menemui dan memberikan semangat<br />

kepadanya. Kepercayaan diri Cassius bangkit<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali bersama istrinya, Lonnie,<br />

dan promotor Don King tiba<br />

di Berlin untuk menyaksikan<br />

pertandingan putrinya, Laila,<br />

melawan Asa Maria Sandell<br />

asal Swedia, 17 Desember<br />

2005.<br />

GETTY IMAGES<br />

dan akhirnya berhasil mengkanvaskan Sonny<br />

di ronde ketujuh pada 25 Februari 1964.<br />

Tiga tahun setelah masuk Islam, Ali menolak<br />

panggilan negara untuk mengikuti wajib militer<br />

ke Vietnam. Ali berargumen, Islam melarang<br />

memerangi siapa pun yang tidak memeranginya.<br />

“Aku tidak punya masalah dengan Vietkong,”<br />

ujarnya. Atas sikapnya itu, ia pun harus<br />

berurusan dengan aparat hukum. Pengadilan<br />

menyatakan Ali bersalah dan mencabut gelar<br />

juara dunia yang didapatnya. Pengadilan juga<br />

melarangnya bertinju selama 3,5 tahun. Tak<br />

cuma itu. Ali juga harus menghadapi berbagai<br />

ancaman pembunuhan sehingga harus mendapat<br />

pengawalan dari para agen FBI.<br />

Seiring perjalanan keimanannya, Ali kemu­<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

dian lebih mendalami sufi. Dari sederet buku<br />

tentang sufi, sebuah buku karya Hazrat Inayat<br />

Khan adalah favoritnya. “Itu buku tua, kertasnya<br />

sudah menguning dan halaman-halamannya<br />

di sana-sini sudah sobek. Tapi ayah<br />

selalu menyebutnya sebagai buku terbaik di<br />

dunia,” ujar Hana Yasmeen Ali, putri Ali dari istri<br />

ketiganya, kepada Deborah Caldwell, editor<br />

senior Beliefnet.<br />

Meski penyakit parkinson mengurangi daya<br />

geraknya, sebagai muslim Ali selalu berusaha<br />

salat tepat waktu meski harus melakukannya<br />

sambil duduk di kursi. Ada kalanya Ali<br />

menyempatkan diri untuk salat berjemaah<br />

di masjid terdekat di Chicago. Tapi hal itu<br />

membuatnya dilematis, karena jemaah terlalu<br />

padat sedangkan Ali tak ingin kehadirannya<br />

mengganggu kekhusyukan ibadah mereka.<br />

“Berada di dekatnya, Anda akan merasa se­<br />

Ali merebut gelar juara dunia<br />

tinju kelas berat untuk pertama<br />

kalinya dari Sonny Liston, 25<br />

Februari 1964.<br />

GETTY IMAGES<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Angelo Dundee saat menghadiri<br />

ulang tahun Ali ke-70, 17<br />

Januari 2012.<br />

AP<br />

olah para malaikat mengelilinginya,” ujar Hana<br />

menggambarkan sosok sang ayah yang amat<br />

religius. “Ayah menyayangi sesama, banyak<br />

melakukan kegiatan sosial, dan mendorong<br />

banyak orang senantiasa rajin mendekatkan<br />

diri kepada Tuhan.”<br />

Ketika terjadi peristiwa 11 September 2001,<br />

Ali tampil ke publik dan menyatakan para<br />

pelaku teror itu tidak mewakili Islam. Mereka<br />

keliru dalam memahami Islam secara benar.<br />

“Islam adalah agama yang damai dan cinta<br />

kedamaian,” terangnya. Lima tahun kemudian,<br />

Muhammad Ali mendirikan Muhammad Ali<br />

Center untuk mempromosikan toleransi, saling<br />

menghormati, dan pengembangan prestasi<br />

pribadi. n SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

MEMOAR<br />

RIZAL FAIZAL FB<br />

EMPAT PAWANG<br />

DEMI ALI DI SENAYAN<br />

SAAT MELAWAN RUDI LUBBERS DARI BELANDA, ALI<br />

SESUMBAR AKAN MENJADI WNI BILA SAMPAI KALAH.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

POSTER/WEBGALLERIA<br />

MESKI malam Minggu, suasana<br />

Kota Jakarta pada 20 Oktober<br />

1973 lengang tak seperti biasanya.<br />

Sejumlah jalan protokol, di antaranya<br />

Sudirman, Thamrin, dan Diponegoro, sepi<br />

sejak magrib menjelang. Kebanyakan warga<br />

memilih berkumpul di depan layar televisi<br />

di rumah atau kelurahan. Malam itu, petinju<br />

legendaris Muhammad Ali akan bertanding<br />

di Istora Senayan, Jakarta, melawan petinju<br />

Belanda, Rudi Lubbers.<br />

“Rudi Lubbers kalah angka dalam 12 ronde. Dia<br />

memang bukan lawan sepadan Ali,” kata mantan<br />

petinju nasional Syamsul Anwar Harahap. “Ali<br />

mestinya bisa meng-KO Rudi, tapi tak dilakukannya<br />

karena dia ingin menghibur penonton yang<br />

mengidolakannya,” ujar juara tinju amatir nasional<br />

kelas welter-ringan pada 1972-1981 itu.<br />

Berbeda dari kebiasaannya, Ali tidak<br />

memulai pertandingan dengan menari-nari<br />

sambil melontarkan jab andalannya. Ia cuma<br />

melontarkan hook pendek. Ronde demi ronde<br />

dikuasai Ali. Pada ronde ke-9, mata kiri Rudi<br />

mulai bengkak. Tiga hakim memenangkan<br />

Ali, yakni Lim Kee Chan memberi penilaian<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

WIKI<br />

DALAM WAKTU SINGKAT,<br />

IA BISA MENJADI PETINJU<br />

TERNAMA.<br />

59-52, Schneiders 60-45, dan Leon Johanes<br />

60-47.<br />

Sebelum bertanding, dalam jumpa pers<br />

di TVRI kala itu, Ali mengaku mendapatkan<br />

bayaran US$ 200 ribu. Tapi yang masuk ke<br />

kantongnya cuma US$ 30 ribu. Sebab, pemerintah<br />

Amerika Serikat menarik pajak darinya<br />

sebesar US$ 100 ribu, pelatihnya Angelo<br />

Dundee meminta honor US$ 10 ribu, dan istrinya<br />

mendapatkan US$ 20 ribu, belum untuk<br />

yang lain-lain. “Kalau sampai kalah, saya tidak<br />

mau kembali ke Amerika. Saya mau tinggal<br />

menjadi warga negara Indonesia,” ujarnya<br />

berseloroh.<br />

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika<br />

(sekarang BMKG) memprediksi Sabtu<br />

malam cuaca di atas Jakarta berawan<br />

disertai hujan lokal. Karena itu, promotor<br />

Sumantri mendatangkan empat pawang<br />

hujan dari Aceh, Banten, Jawa Timur, dan<br />

Maluku.<br />

Seusai pertandingan, Ali memberi komentar<br />

pendek. Ia merasa dirinya seperti Cassius Clay<br />

muda ketika menghancurkan Floyd Patterson.<br />

Ali juga memuji Rudi sebagai lawan yang tangguh.<br />

“Dalam waktu singkat, ia bisa menjadi<br />

petinju ternama,” ujarnya.<br />

Bagi Syamsul, Ali adalah petinju yang punya<br />

target dan strategi untuk membuktikannya. Ia<br />

juga biasa mempelajari watak lawannya. Ketika<br />

menghadapi George Foreman, misalnya, Ali<br />

lebih banyak menguras energi lawannya itu<br />

dengan ejekan. “Semakin marah Foreman,<br />

semakin habis tenaganya.”<br />

Fino Manullang, wartawan yang banyak<br />

menulis tentang tinju, punya penilaian senada<br />

dengan Syamsul. Ia merasakan karisma Ali<br />

tak sebatas di dunia tinju, tapi juga di cabang<br />

olahraga lain. Setiap kali Ali bertanding, yang<br />

umumnya berlangsung siang hari di Indonesia,<br />

kata Fino, suasana Jakarta pasti lengang.<br />

“Aktivitas di Pasar Senen dan Glodok berhenti<br />

sementara. Masyarakat biasanya menonton<br />

dari layar televisi di kelurahan,” ujar Fino.<br />

“Sekolah dan perkantoran tak libur, tapi banyak<br />

yang bolos,” tuturnya seraya terbahak.<br />

Selain ke Jakarta, Ali melakukan pertandingan<br />

ekshibisi dengan dua mitra latihnya, Alonzo<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

BIOGRAPHY<br />

YOUTUBE<br />

Johnson dan Tony Doyle, selama<br />

lima ronde di Surabaya<br />

pada 14 Oktober 1973.<br />

Kunjungan ke Indonesia<br />

dilanjutkan ke Singapura<br />

pada 23 Oktober,<br />

Malaysia (24 Oktober),<br />

Hong Kong (26 Oktober),<br />

dan Osaka (29<br />

Oktober).<br />

Namun ekshibisi<br />

di Kuala Lumpur<br />

dan Hong Kong entah kenapa ternyata kurang<br />

diminati publik. Di Malaysia, panitia sampai<br />

menurunkan harga tiket dari 4-80 ringgit<br />

menjadi 2-20 ringgit untuk memancing animo<br />

penonton. Bahkan acara di Hong Kong akhirnya<br />

dibatalkan.<br />

Saat di Singapura, Ali dibuat terkagum-kagum<br />

oleh Wong Yue Chee. Pendekar wushu<br />

itu tak oleng sama sekali ketika Ali meninjunya<br />

di bagian leher dan kerongkongan. “Gila, ini<br />

benar-benar gila,” ujarnya terpana. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 12 18 JANUARI 2015


SELINGAN<br />

Ali KUPU-KUPU<br />

DAN LEBAH<br />

MUHAMMAD Ali dikagumi khalayak penggemar tinju di dunia karena pertandingannya<br />

selalu asyik ditonton. Dia bukan sekadar ingin secepatnya mengkanvaskan<br />

lawan seperti Mike Tyson. Gaya bertandingnya khas. Terus bergerak<br />

memutari ring sambil sesekali melepaskan pukulan mematikan ke wajah lawan. Ali<br />

menyebut strategi itu “Terbang seperti kupu-kupu dan menyengat bagai lebah.”<br />

Dalam karier profesionalnya, Muhammad “The Greatest” Ali mencatatkan rekor 61<br />

pertandingan dengan 56 kemenangan (37 KO dan 19 menang angka) serta 5 kekalahan.<br />

Ali pernah kehilangan 3 kali gelar juara dunia tinjunya. Berikut ini perjalanan karier Ali.<br />

• 1960<br />

Ali meraih medali emas<br />

tinju dalam Olimpiade di<br />

Roma. Medali itu kemudian<br />

dibuang ke Sungai Ohio<br />

karena kecewa atas sikap<br />

diskriminatif yang dialaminya<br />

dari masyarakat.<br />

• 25 Februari 1964<br />

Ali, 22 tahun, meraih gelar juara dunia tinju kelas berat<br />

setelah mengalahkan Sonny Liston di Miami.<br />

- Nama Muhammad Ali adalah pemberian Elijah Muhammad,<br />

pemimpin Black Moslem Amerika Serikat, untuk menggantikan<br />

nama Cassius Marcellus Clay Junior, yang disandangnya<br />

sejak lahir, 17 Januari 1942.<br />

• 1967<br />

Ali menolak wajib militer untuk dikirim berperang di<br />

Vietnam melawan Vietkong yang disokong komunis. “Aku<br />

tidak punya masalah dengan Vietkong,” ujarnya.<br />

• 8 Maret 1971<br />

Ali kehilangan sabuk juara dunia kelas berat karena<br />

kalah angka dari Joe Frazier di New York City.<br />

- Atas sikapnya itu, gelar juara dunia Ali dicabut dan ia dilarang<br />

bertinju selama 3,5 tahun. Sikap itu juga memantik<br />

ancaman pembunuhan terhadap dirinya.<br />

• 11 Oktober 1973<br />

Ali melakukan pertandingan ekshibisi di Istora<br />

Senayan melawan petinju Belanda, Rudi Lubbers.<br />

Ia menang angka dalam pertandingan 12 ronde<br />

berhadiah US$ 200 ribu itu.<br />

• 23 Oktober 1973<br />

Di Singapura, Ali dibuat terkagum-kagum oleh Wong Yue<br />

Chee. Pendekar wushu itu tak oleng sama sekali ketika<br />

Ali meninjunya di bagian leher dan kerongkongan. “Gila,<br />

ini benar-benar gila,” ujar Ali terpana.<br />

• 1 Oktober 1975<br />

Ali kembali mengalahkan Joe Frazier<br />

dengan hasil KO di ronde ke-14. Saat<br />

diwawancara seusai pertandingan<br />

yang dikenal dengan sebutan “The Thrilla<br />

in Manila” itu, Ali pingsan karena kelelahan di Manila.<br />

• 25 Mei 1976<br />

1974<br />

28 JANUARI<br />

Ali, yang sudah berumur 32<br />

tahun, revans dan mengalahkan<br />

Joe Frazier lewat pertarungan<br />

12 ronde di New York City.<br />

• 15 Februari 1978<br />

30 OKTOBER<br />

Ali mengalahkan<br />

petinju muda<br />

George Foreman<br />

Kinshasa, Zaire.<br />

Delapan bulan setelah mengkanvaskan Frazier, Ali, di<br />

usia 33 tahun, harus meladeni pegulat kenamaan asal<br />

Jepang, Antonio Inoki, di Tokyo. Ali dinyatakan sebagai<br />

pemenang dengan hadiah spektakuler: US$ 6 juta.<br />

Di usia 36 tahun, Ali kalah angka melawan Leon<br />

Spinks yang lebih muda. Tujuh bulan kemudian<br />

Ali membalas kekalahannya dari Spinks di Las<br />

Vegas.<br />

• 11 Desember 1981<br />

Ali kalah angka di ronde ke-10 melawan<br />

Trevor Berbick. Setelah kekalahan<br />

kedua ini, Ali benar-benar pensiun<br />

sebagai petinju di Nassau, Bahama.<br />

• 2 Oktober 1980<br />

Ali kalah angka dari bekas<br />

mitra tandingnya, Larry<br />

Holmes, di Las Vegas.<br />

• 1984<br />

Tim dokter dari<br />

Mayo Clinic mendiagnosis<br />

Ali menderita<br />

parkinson.<br />

• 1991<br />

Selama Perang Teluk, Ali<br />

melakukan perjalanan ke<br />

Irak dan menemui Presiden<br />

Saddam Hussein dalam<br />

upaya membebaskan warga<br />

Amerika yang disandera<br />

di sana.<br />

1996<br />

Dengan tangan gemetar akibat<br />

parkinson, Ali menyulut api<br />

kaldron Olimpiade di Atlanta.<br />

Di arena itu pula Ali kembali<br />

mendapatkan replika medali<br />

emas Olimpiade 1960, yang<br />

dibuangnya di Sungai Ohio.<br />

23 OKTOBER 1996<br />

Ali kembali berkunjung<br />

ke Indonesia. Ia diterima<br />

sejumlah tokoh Islam<br />

dan Menteri Penerangan<br />

Harmoko.<br />

• 11 September 2001<br />

Ali tampil ke publik dan menyatakan bahwa para<br />

pelaku teror ke menara WTC di New York tidak mewakili<br />

Islam. Mereka telah keliru dalam memahami<br />

Islam secara benar.<br />

• 1998-2008<br />

Perserikatan Bangsa-Bangsa mendapuk Ali sebagai Utusan<br />

Khusus Perdamaian. Ali tercatat membagikan 232 juta<br />

paket makanan di berbagai lokasi kelaparan di negaranegara<br />

berkembang.<br />

• 17 November 2002<br />

Ali melawat ke Kabul, Afganistan, sebagai tamu khusus PBB.<br />

• April 2011<br />

Bersama para pemimpin muslim di AS, Ali menyerukan<br />

kepada pemimpin spiritual Iran, Ayatullah Ali Khamenei, agar<br />

membebaskan Shane Bauer dan Josh Fattal, dua warga Amerika,<br />

yang ditahan sejak 2009. Lima bulan kemudian keduanya<br />

dibebaskan Iran, menyusul Sarah Shroud pada 2010.<br />

• 27 Juli 2012<br />

Ali menjadi pembawa bendera kehormatan Olimpiade di<br />

London.<br />

• Oktober 2014<br />

Kesehatan Ali dikabarkan memburuk, tapi Ali menepisnya<br />

lewat Twitter.<br />

• 21 Desember 2014<br />

Ali dilarikan ke rumah sakit akibat penyakit pneumonia<br />

ringan.<br />

Biodata<br />

Nama: Muhammad Ali<br />

Nama sebelumnya:<br />

Cassius Marcellus Clay Junior<br />

Lahir: 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky,<br />

Amerika Serikat<br />

Ayah: Cassius Marcellus Clay Senior<br />

Ibu: Odessa Grady Clay<br />

Istri:<br />

1. Sonji Roi (1964-1966)<br />

2. Belinda Boyd (1967-1977)<br />

3. Veronica Porche Anderson (1977-1996)<br />

4. Yolanda “Lonnie” Williams (1996-sekarang)<br />

Anak:<br />

• Jamilah, Rashed, Muhammad Ali Jr (dari istri<br />

kedua)<br />

• Hanna Yasmeen Ali dan Laila Ali (dari istri<br />

ketiga)<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT | AP | GUARDIAN | DAILY MAIL<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2014


INTERNASIONAL<br />

FOTO: INDEP BEWEENDENT<br />

NODA<br />

HITAM<br />

PANGERAN<br />

ANDREW<br />

“INI ZERO SUM GAME.... AKU<br />

YANG DICABUT IZINNYA DAN<br />

DIJEBLOSKAN KE PENJARA<br />

ATAU MEREKA.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PARA bekas tetangganya di Glenning<br />

Valley, pinggiran Kota Tuggerah,<br />

Negara Bagian New South<br />

Wales, Australia, mengenal Virginia<br />

Roberts sebagai seorang ibu yang sangat sayang<br />

kepada tiga anaknya.<br />

“Dia sangat baik dan menyenangkan,” kata<br />

Sue Evrard pekan lalu. Dia dan teman-temannya<br />

sangat kehilangan saat keluarga Virginia memutuskan<br />

hijrah ke Amerika Serikat. Sue, juga<br />

teman-temannya, tak pernah tahu bahwa Virginia,<br />

30 tahun, punya masa lalu yang kelam.<br />

“Ketika aku menyaksikan berita di televisi,<br />

aku benar-benar terkejut. Aku menjerit,<br />

‘That’s my Ginny,’” kata Sue. Sepanjang<br />

Virginia dan suaminya, Robert<br />

Giuffre, tinggal di Glenning Valley, tak secuil<br />

pun Ginny—mereka biasa menyapa Virginia—<br />

menceritakan soal kedekatannya dengan para<br />

miliarder dan bangsawan Inggris.<br />

Berita di sejumlah media di Inggris dan Amerika<br />

pekan lalu kembali membuka cerita dan<br />

luka lama. Dalam gugatannya ke Pengadilan<br />

Florida, Amerika, dua pekan lalu, Virginia dan<br />

tiga perempuan lain mengaku telah dijadikan<br />

budak seks oleh miliarder kondang Jeffrey Epstein.<br />

Virginia, yang kala itu belum 18 tahun,<br />

bukan cuma dipaksa melayani nafsu<br />

Epstein yang sudah berumur se-<br />

Profesor Alan<br />

Dershowitz<br />

REUTERS<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Pangeran Andrew<br />

tengah abad, tapi juga dipaksa meladeni nafsu<br />

sejumlah teman dan tamunya.<br />

Di antara sobat Epstein adalah Duke of York<br />

alias Pangeran Andrew dari Inggris dan Alan<br />

Dershowitz, profesor hukum di Universitas<br />

TAPI ITU KELUARGA YANG SAKIT.”<br />

REUTERS<br />

Harvard. Keempat perempuan korban budak<br />

seks itu merasa hak mereka menurut Undang-<br />

Undang Hak Korban Kejahatan dilanggar<br />

karena Pengadilan Amerika telah membuat<br />

kesepakatan rahasia dengan Epstein tanpa<br />

persetujuan para korban.<br />

Miliarder itu diduga telah menjadikan puluhan<br />

perempuan di bawah umur sebagai budak seksnya.<br />

Namun, setelah membuat kesepakatan<br />

dengan jaksa, Epstein hanya dijatuhi hukuman<br />

18 bulan penjara pada 2008 dan sudah melenggang<br />

keluar dari bui setelah menjalani<br />

13 bulan masa hukuman. Jane Doe#3, salah<br />

satu korban, menurut dokumen gugatan<br />

itu, mengaku tiga kali dipaksa melayani<br />

hasrat seksual sang Pangeran. Dia juga mengklaim<br />

dipaksa melayani nafsu Profesor Dershowitz<br />

berulang kali dalam sejumlah kesempatan.<br />

Pangeran Andrew, yang tengah menikmati<br />

liburan di Pegunungan Alpen, Swiss, buru-buru<br />

terbang pulang untuk memberi penjelasan kepada<br />

ibunya, Ratu Elizabeth. Juru bicara Istana<br />

Buckingham terang membantah keterlibatan<br />

Andrew, ahli waris takhta urutan keempat<br />

Kerajaan Inggris, dalam kasus Epstein. “Kami<br />

membantah ada hubungan atau kontak seks<br />

antara Duke of York dan Virginia Roberts....<br />

Apa pun yang berlawanan dengan hal itu berarti<br />

tidak benar dan tanpa dasar,” kata sang<br />

juru bicara.<br />

Profesor Dershowitz menyerang balik dan<br />

mengajukan gugatan pencemaran nama baik.<br />

Menurut Dershowitz, mereka yang menuduhnya<br />

berhubungan seks dengan perempuan di<br />

bawah umur mestinya dijebloskan ke penjara<br />

dan pengacara yang mewakili mereka seharusnya<br />

dicabut izin prakteknya.<br />

Profesor Dershowitz mengklaim tak pernah<br />

bertemu sekali pun dengan Virginia. “Aku me-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Pangeran Andrew<br />

(kiri) dan Virginia<br />

Roberts (kanan)<br />

INDEPENDENT<br />

ngatakan yang sebenarnya dan aku bisa membuktikannya.<br />

Mereka bohong dan aku bisa<br />

membuktikannya,” kata Dershowitz, geram.<br />

“Ini zero sum game.... Aku yang dicabut izinnya<br />

dan dijebloskan ke penjara atau mereka. Tak<br />

ada daerah abu-abu di sini.”<br />

●●●<br />

Kala itu Virginia baru beberapa bulan merayakan<br />

ulang tahun ke-15. Sehari-hari, gadis<br />

remaja itu magang bekerja di spa mewah milik<br />

miliarder Donald Trump, Mar-A-Lago, di Florida.<br />

Suatu kali, seorang perempuan, Ghislaine<br />

Maxwell, mendekati Virginia dan menawarinya<br />

bekerja untuk Jeffrey Epstein. Ghislaine, putri<br />

miliarder Inggris, Robert Maxwell, adalah pacar<br />

lama Epstein.<br />

“Aku bercerita kepadanya, aku ingin menjadi<br />

tukang pijat dan dia (Ghislaine) mengaku bekerja<br />

untuk orang kaya yang tengah mencari<br />

tukang pijat,” Virginia menuturkan bagaimana<br />

dia bisa berkenalan dengan Epstein. Ghislaine<br />

mengiming-imingi remaja cantik itu dengan<br />

bayaran menggiurkan.<br />

Tapi pekerjaan itu jauh dari bayangan Virginia.<br />

Ketika tiba di mansion Epstein di Palm<br />

Beach, dia sempat melihat foto-foto gadis<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

ITU TAK SEPERTI SEBUAH PEMERKOSAAN,<br />

TAPI JUGA TAK SEPERTI BERHUBUNGAN<br />

CINTA.”<br />

remaja telanjang berderet-deret dipajang di sepanjang<br />

tangga. “Tapi aku terlalu nervous untuk<br />

mengamatinya,” kata Virginia. Di dalam kamar,<br />

Epstein sudah menunggunya, tertelungkup telanjang<br />

bulat di atas kasur. Ghislaine memberi<br />

contoh bagaimana mesti memuaskan Epstein.<br />

Hari itu, di hari pertama Virginia kerja, dia<br />

“dipaksa” melayani nafsu seks Epstein. “Jeffrey<br />

mengatakan dia ingin menjadi mentorku....<br />

Aku merasa dia dan Ghislaine sangat perhatian<br />

kepadaku. Kami sudah seperti keluarga.<br />

Kadang kami menonton Sex & the City sembari<br />

mengudap berondong,” Virginia mengenang.<br />

“Tapi itu keluarga yang sakit. Jeffrey melatihku<br />

untuk membuat senang laki-laki. Aku dibiasakan<br />

melakukan apa pun yang bisa membuatnya<br />

senang supaya aku bisa tetap menjadi<br />

gadisnya yang nomor satu.”<br />

Epstein lumayan royal kepada Virginia, tapi<br />

dia juga memperlakukan gadis yang belum<br />

18 tahun itu sebagai budak seksnya. Bersama<br />

sejumlah gadis remaja lain, Virginia ikut dalam<br />

pesta-pesta seks yang sering digelar Epstein<br />

dan sobat-sobatnya. Pada 2001, Epstein dan<br />

Ghislaine mengajaknya terbang ke London.<br />

“Hari ini kita akan berbelanja. Kamu butuh<br />

baju baru karena hari ini kamu akan berdansa<br />

dengan Pangeran,” kata Ghislaine saat tiba di<br />

hotel. Malam harinya, untuk pertama kalinya,<br />

Virginia berkenalan dengan Pangeran Andrew.<br />

Sudah lama Epstein berkarib dengan Pangeran<br />

Andrew. Mereka sering menghabiskan<br />

waktu berdua. Bukan cuma sering menjamu<br />

Pangeran Andrew dengan pesta-pesta, Epstein<br />

juga menyokong keuangan Sarah Ferguson,<br />

mantan istri Pangeran Andrew. Berulang kali<br />

Sarah Ferguson, yang hidupnya boros, terbelit<br />

masalah keuangan.<br />

Sepanjang malam, menurut Virginia, Andrew<br />

terus menatapnya. “Sepertinya Pangeran<br />

sangat tertarik padamu,” Ghislaine berbisik.<br />

Kemudian Ghislaine dan Epstein meninggalkan<br />

Virginia berdua saja dengan Pangeran Andrew.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PangeranAndrew<br />

WASHINGTONPOST<br />

Virginia dan Andrew berpindah ke kamar tidur<br />

dan seperti yang diminta Epstein, Virginia melakukan<br />

apa pun yang dikehendaki Pangeran<br />

Andrew.<br />

“Dia tidak kasar. Itu tak seperti sebuah pemerkosaan,<br />

tapi juga tak seperti berhubungan<br />

cinta,” Virginia menuturkan. Keesokan harinya,<br />

Ghislaine memuji Virginia. “Yang kamu kerjakan<br />

bagus sekali. Dia sangat senang.” Tiba di<br />

Amerika, Epstein membayarnya US$ 15 ribu<br />

atau Rp 190 juta. Setelah pertemuan pertama<br />

di London, Virginia menuturkan, dia bertemu<br />

dan melayani Pangeran Andrew dua kali lagi.<br />

Virginia meninggalkan Epstein setelah dia<br />

bertemu dengan Robert, suaminya saat ini, di<br />

Thailand pada 2002. “Robert mengajari aku<br />

bagaimana menjalani hidup lagi,” kata Virginia.<br />

n SAPTO PRADITYO | DAILY MAIL | INDEPENDENT | GUARDIAN | BBC<br />

| VANITY FAIR<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SERIGALA MALAM<br />

DARI MOSKOW<br />

“DI MANA PUN NOCHNYE VOLKI ADA,<br />

ITU ADALAH RUSIA.”<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Alexander Zaldostanov dan<br />

Vladimir Putin<br />

THEATLANTIC<br />

MEREKA menamakan diri Nochnye<br />

Volki alias Night Wolves,<br />

para serigala malam. Konon, klub<br />

motor besar dari Rusia ini punya<br />

lebih dari 5.000 anggota, yang tersebar dari<br />

Rusia, Bulgaria, Serbia, hingga Jerman. Tapi<br />

mereka bukan klub motor gede biasa. Mereka<br />

mengklaim sebagai patriot, juga geng motor<br />

yang religius.<br />

Begini mereka menulis di laman situs Internet<br />

Nochnye Volki: “Kami tak ingin mengikuti<br />

tradisi klub motor asing yang tak akan memberikan<br />

kebaikan untuk negara Slavia Ortodoks<br />

kami.... Kami, Serigala-serigala Malam, bangga<br />

telah lahir di tanah orang-orang besar, tanah<br />

Slavia, tanah bagi orang-orang tak terkalahkan,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

KAMI, SERIGALA-SERIGALA<br />

MALAM, BANGGA TELAH LAHIR<br />

DI TANAH ORANG-ORANG<br />

BESAR, TANAH SLAVIA, TANAH<br />

BAGI ORANG-ORANG TAK<br />

TERKALAHKAN.”<br />

tanah bagi pemberontak Rusia, tanah yang tak<br />

pernah membiarkan dunia tertidur sejak Imperium<br />

Romawi.”<br />

Alexander Benish, pemimpin kedua Night<br />

Wolves, mengatakan prinsip mereka sebenarnya<br />

tak rumit-rumit<br />

amat. “Cintai negerimu,<br />

punya keyakinan,<br />

dan jangan pernah<br />

pakai atau menjual<br />

narkoba,” kata Benish<br />

beberapa waktu lalu.<br />

Mereka, kata Benish,<br />

tak sepakat dengan<br />

gaya klub motor gede<br />

dari Amerika Serikat<br />

seperti Hells Angels.<br />

“Gaya pengendara<br />

motor besar itu antisosial.<br />

Mereka menenggak bir dan, jika ada orang<br />

lain bikin masalah, mereka akan menghajarnya<br />

babak-belur.... Mereka pikir mereka lebih baik<br />

dari orang lain. Itu bukan filosofi kami. Kami<br />

hanya menggunakan kekerasan sebagai jalan<br />

terakhir.”<br />

Didirikan pada 1989, hanya beberapa saat<br />

sebelum Uni Soviet tumbang, serigala-serigala<br />

malam dari Rusia ini memiliki sejumlah<br />

bengkel motor besar dan kios tato. Pemimpin<br />

tertinggi Nochnye Volki sejak pertengahan<br />

1990-an adalah Alexander Zaldostanov alias<br />

Khirurg alias The Surgeon alias Dokter Bedah.<br />

Julukan Zaldostanov ini bukan asal julukan. Dia<br />

memang dokter spesialis bedah mulut. Tapi<br />

Zaldostanov meninggalkan meja bedah dan<br />

memilih berkelana di atas motor besar.<br />

Sejak lahir, Serigala-serigala Malam memang<br />

begitu lekat dengan aroma nasionalisme Rusia.<br />

Slogan mereka, ”Di mana pun Nochnye Volki<br />

ada, itu adalah Rusia.” Tak aneh jika mereka<br />

memuja dan mendukung kebijakan-kebijakan<br />

nasionalistis Presiden Vladimir Putin. Mereka<br />

memimpikan kejayaan Rusia seperti kejayaan<br />

Uni Soviet di masa lalu. “Kami menganggap<br />

diri sebagai bagian dari tentara Rusia,” kata<br />

sang Dokter Bedah.<br />

Menurut Benish, patriotisme Rusia sangat<br />

penting bagi anggota Serigala Malam. “Se-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

HUFFINGTONPOST<br />

bab, mencintai negaranya akan membentuk<br />

benteng bagi seorang laki-laki.... Bukan berarti<br />

kami meyakini bahwa orang Rusia sebagai<br />

yang terbaik. Setiap orang bisa menjadi patriot<br />

di negara masing-masing.”<br />

Atas nama patriotisme dan nasionalisme<br />

itulah Night Wolves menyokong kebijakan<br />

Kremlin di Ukraina. Mereka menyebut penguasa<br />

baru di Kiev, yang menggusur Presiden<br />

Ukraina Viktor Yanukovych, sebagai penguasa<br />

fasis antidemokrasi. Saat Kremlin mengirimkan<br />

tentaranya menginvasi Krimea setahun lalu,<br />

biker Serigala Malam turut menyokong milisi<br />

pro-Rusia.<br />

“Rakyat Sevastopol adalah orang-orang<br />

paling patriotik di planet ini.... Mereka angkat<br />

senjata untuk membela keluarga dan negaranya,”<br />

kata Dimitry Sinichkin, pemimpin Night<br />

Wolves di Krimea. Seorang anggota Serigala<br />

Malam mengatakan mereka tak ingin apa yang<br />

terjadi di Kiev terulang di Krimea. Zaldostanov<br />

terbang langsung dari Moskow ke Simferopol,<br />

Krimea, untuk menyokong anak buahnya.<br />

“Kami punya satu tujuan datang ke sini....<br />

Kami datang untuk membela negara kami<br />

dari para fasis yang telah merebut kekuasaan.<br />

Penting bagi keturunan Rusia di Krimea tahu<br />

bahwa mereka tak dilupakan,” kata Zaldos-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SETIAP ORANG BISA<br />

MENJADI PATRIOT<br />

DI NEGARA MASING-<br />

MASING.”<br />

tanov. Sekarang kita tahu, pemerintah di Kiev<br />

tak berdaya merebut kembali Krimea dari<br />

cengkeraman Moskow.<br />

●●●<br />

Pada pertengahan Juli 2012, Presiden Putin<br />

mestinya bertemu dengan Presiden Ukraina<br />

kala itu, Viktor Yanukovych, di Yalta. Alih-alih<br />

buru-buru terbang ke Yalta supaya bisa datang<br />

tepat waktu sesuai janji, Presiden Putin malah<br />

mampir menemui “sobat” lamanya, Alexander<br />

Zaldostanov alias The Surgeon, di Sevastopol,<br />

Krimea.<br />

Zaldostanov menyampaikan undangan kepada<br />

Putin untuk menghadiri acara Night Wolves.<br />

“Jika Anda tak bisa datang, aku berharap paling<br />

tidak bisa dikirim video sambutan. Anak-anak<br />

Serigala Malam akan sangat menghargainya,”<br />

kata Zaldostanov. Gara-gara mampir menemui<br />

geng motor Serigala Malam, Presiden Yanukovych<br />

terpaksa menunggu Presiden Putin<br />

selama beberapa jam.<br />

Itu bukan kali pertama Putin bertemu dengan<br />

Zaldostanov dan gengnya. Setahun sebelumnya,<br />

Presiden Putin menunggang motor besar<br />

Harley-Davidson Lehman Trike, berkonvoi bersama<br />

para Serigala Malam di Kota Novorossiysk.<br />

Presiden Putin juga pernah bertandang<br />

beberapa kali ke markas mereka.<br />

“Aku ingin berbicara kepada kalian, saudarasaudaraku....<br />

Motor adalah lambang kebebasan.<br />

Aku senang kalian tak melupakan para pahlawan.<br />

Bukan cuma kalian menikmati kebebasan<br />

menunggang motor besar, tapi juga mengkombinasikan<br />

dengan patriotisme,” Presiden<br />

Putin berpidato di depan para Serigala Malam.<br />

Bukan cuma berkarib dengan sang Dokter<br />

Bedah, bahkan dua tahun lalu Presiden Putin<br />

memberikan penghargaan prestisius Order of<br />

Honor kepada Zaldostanov “atas kontribusinya<br />

menyebarkan patriotisme di kalangan pemuda”.<br />

“Aku ingin Serigala Malam tetap menjadi<br />

klub patriotik, menjadi contoh bagi anak muda,<br />

dan melakukan sesuatu untuk tanah air... yang<br />

selama ini hilang tergerus setelah mereka berkenalan<br />

dengan celana jins, permen karet, dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

BUSINESSINSIDER<br />

McDonald's,” ujar Zaldostanov.<br />

Gara-gara kedekatannya dengan Kremlin,<br />

Zaldostanov kena getahnya. Beberapa pekan<br />

lalu, Kementerian Keuangan Amerika Serikat<br />

memasukkan Zaldostanov dalam daftar para<br />

sekutu Kremlin yang terkena sanksi. Kementerian<br />

Keuangan melarang semua perusahaan dan institusi<br />

keuangan Amerika menjalin bisnis dengan<br />

mereka. Sanksi tersebut dijatuhkan terkait kebijakan<br />

Moskow menyokong kelompok pro-Rusia<br />

di Ukraina.<br />

David Cohen, Wakil Menteri Keuangan<br />

Bidang Intelijen Keuangan dan Terorisme<br />

Amerika Serikat, mengatakan Zaldostanov<br />

dan Serigala Malam punya sejumlah “dosa”, di<br />

antaranya menyokong kelompok separatis pro-<br />

Rusia dan terlibat dalam serangan terhadap<br />

markas Angkatan Laut Ukraina di Sevastopol,<br />

Krimea. “Target sanksi ini adalah orang dan institusi<br />

yang ikut mengganggu keamanan dan<br />

stabilitas Ukraina,” kata Cohen. ■<br />

SAPTO PRADITYO | TELEGRAPH | DAILYMAIL | GUARDIAN | RIA NOVOSTI | RT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


YOHANA YEMBISE<br />

SETIA MENARI<br />

IKO UWAIS<br />

MAIN DI<br />

STAR WARS<br />

CARA<br />

DELEVINGNE<br />

JADI<br />

JURNALIS<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


PEOPLE<br />

CARA DELEVINGNE<br />

JADI JURNALIS<br />

GETTY IMAGES<br />

BERJALAN di catwalk atau bergaya di<br />

depan kamera bukan hal baru untuk<br />

Cara Delevingne. Tapi bagaimana jika<br />

model seksi ini diminta menulis artikel<br />

Nama Cara baru-baru ini muncul di jajaran redaksi<br />

majalah lifestyle, Love. Dia didapuk menjadi<br />

editor fashion, yang akan bertanggung jawab atas<br />

seluruh halaman fashion majalah yang terbit dua<br />

kali setahun itu.<br />

“Sangat senang menjadi bagian untuk @thelovemagazine<br />

yang baru!” tulis Cara pada salah satu<br />

foto di Instagram-nya.<br />

Editor in chief majalah Love sekaligus teman lama<br />

Cara, Katie Grand, mengatakan kemampuan Cara<br />

tidak perlu diragukan. Dia percaya model 22 tahun<br />

ini bisa melakukan tugasnya.<br />

“Saya sudah tahu bahwa Cara adalah perempuan<br />

dengan pribadi yang cerdas, cemerlang, dan lucu,”<br />

ujarnya.<br />

Itulah mengapa Katie memberikan kesempatan<br />

tersebut untuk menguji kemampuan Cara di<br />

bidang jurnalistik dan menulis.<br />

Selama ini Cara dikenal sebagai pribadi yang tak<br />

pernah takut bertanya. Ia tak pernah merasa malu<br />

memasang foto selfie saat mengikuti peragaan<br />

busana atau membuat mimik lucu di Instagram.<br />

Katie berharap Cara bisa menularkan gaya uniknya<br />

itu di halaman fashion Love. Hasil liputan dan<br />

tulisan Cara rencananya akan dimuat di edisi Februari<br />

2015. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


PEOPLE<br />

IKO UWAIS<br />

MAIN DI<br />

STAR WARS<br />

ANTARA FOTO/TERESIA MAY<br />

WAJAH Iko Uwais agaknya<br />

bakal semakin terkenal di perfilman<br />

dunia. Baru-baru ini,<br />

pesilat yang bertransformasi<br />

menjadi aktor laga itu disebut-sebut akan<br />

bermain di film Star Wars: Episode VII—The<br />

Force Awakens.<br />

Kabar itu disampaikan oleh The Internet<br />

Movie Database (IMDb) melalui akun Twitternya,<br />

@IMDb. Bukan cuma Iko, dua rekannya<br />

sesama bintang The Raid, Yayan Ruhian dan<br />

Cecep Arif Rahman, juga akan terlibat.<br />

“Star Wars news! Iko Uwais & 2 co-stars<br />

from ‘Teh Raid’ are in the cast, performing<br />

fight work,” begitu cuitan @IMDb.<br />

Jika kabar itu benar, Iko dan teman-teman<br />

bakal bergabung dengan para bintang, seperti<br />

John Boyega, Daisy Ridley, Adam Driver, Oscar<br />

Isaac, Domhnall Gleeson, Lupita Nyong’o,<br />

Gwendoline Christie, Carrie Fisher, Mark<br />

Hamill, dan Harrison Ford.<br />

The Force Awakens besutan sutradara J.J.<br />

Abrams baru akan dirilis pada 18 Desember<br />

2015. Hingga kini, belum diketahui pasti karakter<br />

atau tokoh apa yang akan diperankan<br />

oleh aktor 31 tahun ini. n KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


PEOPLE<br />

YOHANA YEMBISE<br />

SETIA MENARI<br />

SEJAK ditunjuk sebagai Menteri Pemberdayaan<br />

Perempuan dan Perlindungan<br />

Anak oleh Presiden Joko Widodo, Yohana<br />

Susana Yembise punya segudang pekerjaan.<br />

Hingga kini, dia belum mendapat izin pulang<br />

kampung ke Papua. Untuk menyalurkan kangen<br />

pada tanah kelahirannya, Yohana berniat mengajarkan<br />

tarian kepada stafnya.<br />

“Nanti saya ajari ibu-ibu di sini menari Yospan,<br />

kita Yospan sekali-sekali,” ujar perempuan kelahiran<br />

Manokwari, 1 Oktober 1958, ini.<br />

Tari Yospan adalah salah satu tarian khas Papua.<br />

Menurut Yohana, tarian ini merupakan tarian<br />

pergaulan muda-mudi dari Biak, kampung halamannya.<br />

Yohana menyukai dunia tari sejak remaja. Selain<br />

aktif dalam berbagai kegiatan kesenian, Yohana<br />

sering mengikuti lomba tari.<br />

Meski berasal dari Papua, Yohana juga mahir<br />

menari Jawa dan daerah-daerah lain. Dia pernah<br />

menjadi anggota tim kesenian di Kabupaten Paniai.<br />

“Saya coba semua tari, semua menarik,” ujar<br />

pemegang gelar doktor dari Universitas Newcastle,<br />

Australia, ini. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

ANTARA FOTO/ANDIKA WAHYU<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

MERAYAKAN ERAU<br />

FESTIVAL SATU INI USIANYA SUDAH DELAPAN ABAD. DIANGKAT<br />

KE FILM UNTUK MERAIH LEBIH BANYAK WISATAWAN DATANG KE<br />

TENGGARONG.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul:<br />

Erau Kota Raja<br />

Sutradara:<br />

Bambang Drias<br />

Skenario:<br />

Endik Koeswoyo, Rita Widyasari<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produser Eksekutif:<br />

Rita Widyasari<br />

Produksi:<br />

PT Timur Bumi Sinema (East<br />

Cinema Pictures)<br />

Pemain:<br />

Nadine Chandrawinata,<br />

Denny Sumargo, Donnie<br />

Sibarani, Herichan, Jajang C.<br />

Noer, Ray Sahetapy<br />

KESEHARIAN Kirana (Nadine<br />

Chandrawinata) sangat dinamis<br />

sebagai jurnalis majalah travel, pekerjaan<br />

pertama sejak lulus kuliah<br />

dua tahun lalu.<br />

Usianya 26 tahun, sedang tidak punya<br />

pacar, tapi lagi akrab dengan Doni (Donnie<br />

Sibarani), vokalis grup band yang sedang naik<br />

daun. Doni menganggap keakraban mereka<br />

itu spesial, tapi tidak bagi Kirana, yang menganggap<br />

Doni seperti sahabat-sahabat prianya<br />

yang lain.<br />

Padatnya jadwal tur Doni juga jadi hambatan<br />

keduanya untuk sering bersama. Se-<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />

DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

kali ada waktu bertemu, yakni ketika Doni<br />

sedang jeda manggung, mereka lebih sering<br />

adu mulut akibat berselisih paham banyak<br />

hal.<br />

Di tengah buruknya hubungan keduanya,<br />

Kirana ditugasi meliput Festival Erau di Tenggarong,<br />

ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara,<br />

Kalimantan Timur. Doni, yang mengantar<br />

Kirana ke bandara, sempat meminta Kirana<br />

tak jauh-jauh ke Tenggarong, toh bisa copypaste<br />

dari portal berita online. Saran ini dia<br />

tolak mentah-mentah karena mustahil mendapat<br />

tulisan yang kaya jika modalnya cuma<br />

nyomot.<br />

Layar kemudian beralih ke kesibukan<br />

Bandara Sepinggan, Balikpapan. Kirana<br />

baru tiba. Taksi bandara membawanya ke<br />

Tenggarong, yang sedang heboh menjelang<br />

pesta rakyat Erau. Tamu-tamu dari luar kota<br />

dan luar negeri memenuhi hotel-hotel di<br />

kota itu hingga Kirana tak kebagian kamar.<br />

Akhirnya Kirana menerima tawaran Pak<br />

Camat (Ray Sahetapy) untuk menginap di<br />

kediamannya selama Kirana berada di Tenggarong.<br />

Bukan hanya menyediakan tempat tinggal,<br />

Pak Camat juga menitipkan Kirana kepada<br />

Reza (Denny Sumargo), pemuda setempat<br />

yang memasok suvenir khas Dayak untuk<br />

dipamerkan di acara-acara lokal hingga<br />

internasional. Pak Camat minta Reza meng-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Film ini dapat menarik<br />

wisatawan datang<br />

ke Kutai Kartanegara<br />

sekaligus menarik<br />

investor.<br />

antar Kirana ke tempat-tempat yang perlu<br />

dia liput.<br />

Reza sebenarnya seorang dokter.<br />

Namun, karena bercita-cita memajukan<br />

daerahnya tanpa meninggalkan<br />

kampung halaman, Reza<br />

memilih jadi pengusaha cendera<br />

mata khas Dayak, tak menuruti<br />

kemauan ibunya untuk jadi dokter<br />

di rumah sakit besar di kota.<br />

Seiring waktu, kecerdasan dan<br />

keteguhan hati Reza membuat<br />

Kirana tertarik. Sebaliknya dengan<br />

Reza, yang mengagumi keuletan<br />

Kirana.<br />

Bu Tati (Jajang C. Noer), ibu<br />

Reza, yang mencium kedekatan<br />

anak tunggalnya dengan perempuan dari<br />

Jakarta, menugasi Ridho (Herichan) mematamatai<br />

sekaligus mencari tahu siapa sebenarnya<br />

Kirana. Bu Tati sudah menyiapkan calon<br />

istri untuk Reza, yakni Alia, perempuan dari<br />

keluarga terpandang di kampung.<br />

Film Erau Kota Raja memperkenalkan Tenggarong<br />

sebagai kota berbudaya tinggi, dialiri<br />

Sungai Mahakam, penghasil batu bara, dan<br />

punya festival tertua di Nusantara, yakni Erau,<br />

yang ada sejak abad ke-13.<br />

Festival yang berlangsung sepekan dan jadi<br />

agenda tahunan Kota Tenggarong itu bukan<br />

hanya menampilkan kesenian Dayak, tapi<br />

juga mementaskan kesenian daerah dan dari<br />

negara lain. Untuk tahun ini, Festival Erau diadakan<br />

pada 6 Juni dan akan dihadiri 15 negara<br />

asing.<br />

Awalnya, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara<br />

berniat membuat film dokumenter.<br />

Tapi, setelah melalui banyak pertimbangan,<br />

akhirnya dibuatlah film komersial.<br />

Untuk mengentalkan rasa Kutainya, dalam<br />

dialog diselipkan legenda setempat yang<br />

sampai sekarang masih kuat dipercaya serta<br />

arti gerakan-gerakan dalam tari. Meriahnya<br />

Erau ditampilkan secara gegap-gempita.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari,<br />

yang juga produser Erau Kota Raja, berharap<br />

film ini dapat menarik wisatawan datang ke<br />

Kutai Kartanegara sekaligus menarik investor.<br />

“Kami masih sangat kekurangan investor, khususnya<br />

di kuliner, mal, dan hotel. Tenggarong<br />

sangat pas untuk berinvestasi,” ujar Rita seusai<br />

pemutaran film khusus untuk wartawan,<br />

Sabtu, 3 Januari 2015.<br />

Aktris dan aktor menghabiskan tiga pekan di<br />

Kutai Kartanegara untuk proses syuting, yang<br />

waktunya dipaskan dengan gelaran festival.<br />

Nadine Chandrawinata sehari-harinya juga<br />

penulis majalah travel, sehingga tak mengalami<br />

kesulitan masuk ke karakter Kirana. Saat<br />

syuting di Festival Erau, dia juga diberi akses<br />

layaknya jurnalis, yang boleh memotret dari<br />

tengah lapangan.<br />

Sekadar catatan, film ini akan lebih kental<br />

rasa Kutainya jika melibatkan aktris-aktor<br />

lokal, bukan memboyong pemain dari Jakarta<br />

dan menambahkan aksen Melayu. Selain itu,<br />

penggalian karakter, khususnya Reza dan<br />

ibunya, terasa kurang. Penonton bisa kebingungan,<br />

apa sebenarnya pekerjaan Reza dan<br />

mengapa dia sering benar berada di kapal<br />

yang sedang sandar.<br />

Lapisan dalam narasi Erau Kota Raja adalah<br />

tentang hubungan antarmanusia, yakni<br />

hubungan ibu dengan anak, orang setempat<br />

dengan orang kota, dua orang sahabat, dan<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

sepasang kekasih. Ke Kota Raja ini pula Kirana<br />

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya<br />

yang selama ini: “Gue masih belum<br />

nemu makna yang tepat tentang kata ‘jodoh’.<br />

Kapan sebenarnya dua orang itu disebut<br />

berjodoh Apakah ketika mereka mulai jatuh<br />

cinta lalu pacaran Lalu kalau putus, berarti<br />

mereka bukan jodoh” ■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 - 12 28 - SEPTEMBER 18 JANUARI 2014<br />

2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

DI BALIK PENJARA<br />

GITMO<br />

AMY MENEMUKAN DEFINISI BARU TENTANG HIDUP DARI<br />

PERTEMANANNYA DENGAN ALI DI GUANTANAMO. PADAHAL ALI<br />

TAK LAGI MERASA HIDUP SEJAK DIKURUNG DI SINI.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul: Camp X-Ray<br />

Genre: Drama<br />

Sutradara: Peter Sattler<br />

Skenario: Peter Sattler<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produksi: IFC Films<br />

Pemain: Kristen Stewart,<br />

Peyman Moaadi, Lane Garrison<br />

Durasi: 1 jam 57 menit<br />

DARI kota kecil yang hari demi hari<br />

nyaris statis, Prajurit Satu Amy Cole<br />

(Kristen Stewart) menerima tantangan<br />

rotasi jadi penjaga Camp X-Ray di<br />

Pangkalan Angkatan Laut Teluk Guantanamo,<br />

Kuba, penjara untuk para tersangka teroris.<br />

Amy ingin membuktikan, kepada diri sendiri<br />

dan kepada ibunya, dia dapat bekerja sama<br />

baiknya dengan rekan-rekan pria.<br />

“Tugas kalian di sini bukan mencegah tahanan<br />

melarikan diri. Memang mau lari ke mana<br />

Kalian di sini untuk mencegah mereka sekarat,”<br />

kata Sersan Ransdell (Lane Garrison) saat<br />

membawa tentara-tentara muda itu berkeliling<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />

DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

blok. “Mereka akan menguji kalian habis-habisan.”<br />

Camp X-Ray berdinding tebal, berpintu baja,<br />

satu sel dihuni satu orang, dan lampu di seluruh<br />

sel menyala 24 jam sehari. Para tahanan<br />

makan hingga buang air di dalam selnya. Di<br />

tiap blok, dua penjaga berkeliling melongok<br />

satu pintu sel ke pintu sel berikutnya selama<br />

24 jam. Ada waktunya tahanan berolahraga di<br />

lapangan, tapi masing-masing berada dalam<br />

kurungan kawat.<br />

Dengan keseharian rutin begini, kebosanan<br />

dan stres jadi dua masalah utama tahanan serta<br />

penjaga. Maka kepada penjagalah para tahanan<br />

melampiaskan kemarahan. Baru beberapa<br />

menit Amy bertugas, bibirnya pecah disikut<br />

seorang tahanan yang sedang dipindahkan ke<br />

sel lain. Namun Amy tak kecut hati.<br />

Tugas pertamanya mengantar buku-buku<br />

perpustakaan ke tahanan (buku disusun di troli,<br />

dibawa dari sel ke sel). Saat inilah perhatiannya<br />

tersita pada tahanan bernomor 471, bernama<br />

Ali (Peyman Moaadi), yang meminta seri terbaru<br />

Harry Potter, tapi tak ada dalam troli Amy.<br />

Dia sudah membaca seluruh seri Harry<br />

Potter, kecuali seri terakhir. Kepada petugas-petugas<br />

sebelumnya dia sudah meminta. Walau<br />

berkali-kali dijanjikan, tapi tak juga dipenuhi.<br />

“Kalian SENGAJA tak menyediakan seri terakhir<br />

Harry Potter!” Ali berteriak ke Amy. “Saya<br />

tak akan gila!”<br />

Ali kemudian berulah dengan menutup kaca<br />

pintu selnya dengan handuk kecil. Amy berhasil<br />

menarik keluar handuk itu dengan memasukkan<br />

tangan ke lubang sempit di bawah kaca.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Drama semacam ini<br />

punya kecenderungan<br />

mudah terpeleset ke<br />

stereotipe militer yang<br />

misogini (membenci<br />

perempuan).<br />

Namun ternyata Ali punya handuk<br />

lain, lalu menutup kaca pintu selnya<br />

lagi.<br />

Untuk kedua kalinya Amy membuka<br />

celah sempit di bawah kaca.<br />

Belum lagi tangannya masuk, tangan<br />

Ali yang menggenggam cangkir<br />

kertas sudah lebih dulu terulur<br />

keluar, lalu dalam gerakan cepat dia<br />

siramkan ke baju Amy, memercik<br />

sedikit ke wajahnya. Cangkir kertas<br />

itu berisi kotoran manusia.<br />

Camp X-Ray bukanlah film perang,<br />

bukan pula tentang “keterorisan”<br />

para tahanan, melainkan lebih<br />

pada studi karakter manusia yang<br />

diuji pada sebuah situasi, serta bagaimana<br />

hidup dapat mengungkung<br />

tanpa perlu dinding penjara.<br />

Sutradara Peter Sattler menyusunnya<br />

dari potongan-potongan pendek percakapan<br />

Amy dengan Ali yang dibatasi kaca<br />

kecil di pintu sel Ali. Momenmomen<br />

provokatifnya<br />

muncul bersamaan dengan berkembangnya<br />

persahabatan di antara keduanya. Sebenarnya<br />

Sattler sudah memberi petunjuk sejak awal ketika<br />

Amy ngotot meninggalkan kenyamanan rumah<br />

untuk menjalani kehidupan militer yang maskulin<br />

dan penuh tekanan.<br />

Kecuali Amy dan Ali, karakter lain tak banyak<br />

digali. Alhasil, kita mendapat sederet karakter<br />

anonim yang berseberangan, yakni para pria<br />

Timur Tengah yang berteriak-teriak di dalam sel<br />

dan mereka yang berbalut seragam Angkatan<br />

Laut di luar sel.<br />

Drama semacam ini punya kecenderungan<br />

mudah terpeleset ke stereotipe militer yang<br />

misogini (membenci perempuan), pembenaran<br />

atau penyangkalan sebuah ideologi, hingga ke<br />

xenofobia (ketidaksukaan pada orang asing).<br />

Jangan lupa ini Gitmo, tempat para tersangka<br />

teroris merasa sedang menjalani hukuman seumur<br />

hidup tanpa peradilan.<br />

Namun Sattler jeli memainkan narasi. Di<br />

saat kita mengira ceritanya bakal hitam-putih<br />

sampai akhir, saat itu pula keyakinan kita dibuyarkan.<br />

Sattler menciptakan ruang bagi Ste-<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

wart dan Moaadi membangun cerita berbeda<br />

dibanding yang biasa kita dapatkan dalam film<br />

bertema perang terhadap terorisme.<br />

Camp X-Ray adalah debut film feature Sattler.<br />

Latar belakangnya di bidang desain grafis<br />

mempengaruhi caranya membangun set,<br />

seperti sel, lorong sempit, ruang berlapis baja,<br />

dan tampilan monokromatik yang senada seragam<br />

tentara, menciptakan suasana tertekan<br />

dan muram.<br />

Di tengah sempitnya ruang, Kristen Stewart<br />

dan Peyman Moaadi menemukan ritme yang<br />

tepat yang membuat karakter Amy dan Ali<br />

tampak nyata dan penonton jadi lebih fokus<br />

pada gesture mereka. Contoh saja, kita tahu Ali<br />

mulai tertarik pada Amy ketika dia agak lama<br />

merapikan kumisnya.<br />

Kristen Stewart mengundang kekaguman<br />

lewat karakternya sebagai tentara muda<br />

di Guantanamo. Sebagai bintang Twilight<br />

(2008-2012), dia bisa saja berpuas diri hanya<br />

bermain di film berlabel besar macam Snow<br />

White and the Huntsman (2012, Universal<br />

Pictures). Namun, dengan nama besarnya,<br />

Stewart berani menerima tantangan berakting<br />

di film-film indie Camp X-Ray, Clouds<br />

of Sils Maria (2014), dan Still Alice (2014).<br />

Stewart berhasil mengimbangi penampilan<br />

Moaadi yang selalu menakjubkan. Di balik sorot<br />

tajam matanya, ada kemurungan yang mengendap-endap<br />

dan memberi kesan misterius. Di sana<br />

juga ada kecerdasan, kebaikhatian, kebingungan,<br />

dan nakal, yang semuanya serbasekilas.<br />

MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Moaadi dikenal lewat A Separation (2012),<br />

drama rumah tangga Iran yang memenangi<br />

Oscar untuk film berbahasa asing terbaik.<br />

Lewat karakter Ali, Moaadi menyodorkan<br />

dimensi yang lebih banyak dibanding Stewart<br />

dengan menyeimbangkan sisi dramatik, simpatik,<br />

sambil sesekali berkelakar. Penampilan<br />

solid dan genuine dari dua bintang utamanya<br />

menjadikan Camp X-Ray tontonan yang recommended.<br />

■ SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 22 - 12 28 - SEPTEMBER 19 18 JANUARI 2014<br />

2015


FILM PEKAN INI<br />

ESATRIA misterius bersatu<br />

bersama Pangeran Muda dan<br />

saudara perempuannya. Mereka<br />

mencegah saudara tertua yang<br />

berniat membunuh Pangeran Muda demi sebuah<br />

takhta kerajaan.<br />

JENIS FILM: ACTION | PRODUSER: JEREMY BOLT, TOVE<br />

CHRISTENSEN, ALAN ZHANG LUN | PRODUKSI:<br />

NOTORIOUS FILMS | SUTRADARA: NICK POWELL |<br />

DURASI: 98 MENIT<br />

EHARI sebelum pernikahan dilangsungkan,<br />

Asmara (Revalina S. Temat) mendapatkan<br />

kenyataan pahit bahwa kekasihnya, Dewa (Ibnu<br />

Jamil), ternyata sempat berselingkuh dengan<br />

teman sekantornya, Anita (Cynthia Ramlan).<br />

Walau Dewa memohon agar pernikahan tetap dilanjutkan, Asma<br />

telanjur patah hati. Terlebih, hubungan sekali yang dilakukan<br />

ternyata membuahkan janin, Anita hamil.<br />

Dengan membawa kesedihan, Asma pun menerima tawaran<br />

pekerjaan di Beijing, peluang yang didapat lewat bantuan Sekar<br />

(Laudya Cynthia Bella) dan Ridwan (Deddy Mahendra Desta),<br />

suaminya. Di Beijing, Asma bertemu dengan Zhongwen (Morgan<br />

Oey), lelaki tampan yang memperkenalkannya pada legenda cinta<br />

Ashima, putri cantik dari Yunan.<br />

JENIS FILM: DRAMA, RELIGI | PRODUSER: YOEN K., ODY MULYA<br />

| PRODUKSI: MAXIMA PICTURES | SUTRADARA: GUNTUR<br />

SOEHARJANTO | DURASI: 90 MENIT<br />

ARRY (Ben Stiller)<br />

menjangkau seluruh dunia,<br />

menyatukan karakter lama<br />

dan baru. Larry dan beberapa<br />

tokoh museum kini memulai<br />

petualangan menyelamatkan<br />

keajaiban-keajaiban sebelum hilang selamanya.<br />

JENIS FILM: ADVENTURE, COMEDY, FAMILY | PRODUSER: CHRIS COLUMBUS,<br />

SHAWN LEVY | PRODUKSI: 20TH CENTURY FOX | SUTRADARA: SHAWN LEVY |<br />

DURASI: 97 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


AGENDA<br />

KONSER MARIAM<br />

BATSASHVILI<br />

2014 International Franz<br />

Liszt Piano Concours<br />

Winner, 16 JANUARI 2015,<br />

PUKUL 19.30 WIB, Erasmus<br />

Huis, Jakarta<br />

PAMERAN LUKISAN JEROEN HERMKENS<br />

17 JANUARI 2015, PUKUL 19.30 WIB,<br />

Erasmus Huis, Jakarta<br />

AVENGED SEVENFOLD ASIA TOUR 2015 LIVE IN JAKARTA<br />

18 JANUARI 2015, PUKUL 19.00 WIB,<br />

Parkir Timur Senayan, Jakarta, Promotor: Dyandra Entertainment<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!