21.01.2015 Views

Buku Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut.pdf - Wetlands ...

Buku Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut.pdf - Wetlands ...

Buku Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut.pdf - Wetlands ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bab 7. Pengembangan<br />

Kelompok Swadaya <strong>Masyarakat</strong><br />

Jika kelompok sudah man<strong>di</strong>ri, pendamping dapat meninggalkan lokasi<br />

atau tetap menja<strong>di</strong> pendamping yang sekali-kali datang ke lokasi untuk<br />

memberikan informasi atau sekadar bersilaturahmi.<br />

I. PENGEMBANGAN LKM<br />

Budaya memupuk modal umumnya belum <strong>di</strong>miliki oleh masyarakat petani<br />

gambut karena tidak ada sarana pemupukan modal yang dapat <strong>di</strong>akses.<br />

Akibatnya, masyarakat sering terjerat rentenir atau cukong kayu untuk<br />

memenuhi kebutuhan modal atau kebutuhan mendadak. Kon<strong>di</strong>si<br />

demikian, sering memaksa masyarakat untuk mencari pekerjaan yang<br />

secara instan dapat menghasilkan uang tunai, yaitu dengan menebang<br />

kayu <strong>di</strong> hutan atau mengambil hasil hutan secara berlebihan. Upaya<br />

untuk mendorong masyarakat menggeluti pekerjaan atau usaha alternatif<br />

umumnya berbenturan dengan keterse<strong>di</strong>aan akses keuangan untuk<br />

dukungan permodalan. Pilihan alternatif untuk bisa menjembatani<br />

kebutuhan tersebut adalah melalui LKM (Lembaga Keuangan Mikro).<br />

LKM merupakan sebuah lembaga keuangan yang menye<strong>di</strong>akan jasa<br />

pelayanan keuangan bagi pengusaha bersakala sangat kecil atau sering<br />

<strong>di</strong>sebut pengusaha mikro. Yang menja<strong>di</strong> sasarannya adalah masyarakat<br />

atau kelompok masyarakat miskin yang mau produktif dan bersemangat<br />

keras untuk maju (economically active poor). LKM menja<strong>di</strong> alternatif<br />

jawaban atas permasalahan permodalan masyarakat miskin, karena<br />

kalangan perbankan formal seperti bank tidak menjangkau segmen<br />

tersebut. Kebutuhan merekapun tidaklah besar. Nilai satu kali pinjaman<br />

biasanya hanya ada pada kisaran 50 ribu hingga 1 juta rupiah. Hambatan<br />

yang mereka hadapi jika harus berhubungan dengan lembaga keuangan<br />

formal (bank) adalah persyaratan administratif yang harus <strong>di</strong>penuhi (mereka<br />

buta huruf tapi punya usaha mikro yang prospektif) dan kolateral (jaminan).<br />

Bambang Bintoro (2003) dan Rudjito (2003) membagi LKM menja<strong>di</strong> tiga<br />

kelompok. Pertama adalah LKM yang bersifat formal dan tunduk pada<br />

Undang Undang perbankan seperti Bank Perkre<strong>di</strong>tan Rakyat (BPR),<br />

Bank Syariah, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kedua adalah LKM<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> <strong>Masyarakat</strong><br />

<strong>di</strong> <strong>Lahan</strong> <strong>Gambut</strong><br />

155<br />

3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!