28.01.2015 Views

Babad Usana Bali Pulina 2

Babad Usana Bali Pulina 2

Babad Usana Bali Pulina 2

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Babad</strong> <strong>Usana</strong> <strong>Bali</strong> <strong>Pulina</strong> 2<br />

Isi Singkat <strong>Babad</strong> <strong>Usana</strong> <strong>Bali</strong> <strong>Pulina</strong><br />

Dengan memuja Sang Hyang Pasupati, penulis memohon ampun atas karyanya,<br />

sehingga memperoleh kesentosaan. Bahwa pada jaman purba ada seorang raja<br />

bernama Maya Danawa, di Bedahulu. Karena keangkuhannya maka ia dimusuhi<br />

oleh Sang Hyang Pasupati. Tersebut seorang raja yang bijaksana bertahta di <strong>Bali</strong><br />

bernama Sri Dalem Wira Kesari Warmadewa kerajaannya bernama Kahuripan.<br />

Pura tempat pemujaannya bernama Slonding. Pulau <strong>Bali</strong> aman dan sentosa.<br />

Berturut-turut keturunan Baginda menjadi raja. Lama kelamaan tersebutlah raja<br />

keturunan Warmadewa, juga keturunan Dalem Slonding, berkuasa di <strong>Bali</strong> bernama<br />

Sri Udayana. Permaisuri baginda Dyah Guna Priya Dharma Patni, keturunan Dang<br />

Hyang Mpu Sindok. Baginda raja didampingi oleh Mpu Kuturan.<br />

Keamanan dan kemakmuran <strong>Bali</strong> terjamin, penataan pura pura mulai dilakukan,<br />

serta aci acinya. Kemudian Mpu Kuturan bersemadi di teluk Padang dijaga oleh<br />

penduduk <strong>Bali</strong> Aga dari desa Peneges, kemudian di desa Tranggana dan pindah lagi<br />

ke Tengahan Kanana. Mpu Kuturan tiba di Teluk Padang, hari Rabu Kliwon Wara<br />

Pahang Sukla paksa, pawaka sirsa, coksa, Isaka Gni suku duara (923).<br />

Sri Erlangga putra Sri Udayana yang tertua pindah ke Jawa atas permintaan Sri<br />

Dharmawangsa.<br />

Erlangga didampingi oleh Sang Narottama. Menjadi raja Daha. Kemudian salah<br />

seorang putranya hendak dijadikan raja di <strong>Bali</strong>, tetapi ditolak oleh Mpu Kuturan.<br />

Sri Walaprabu menggantikan Sri Udayana. Kemudian bertahta Sri Hariprabu<br />

menggantikan Sri Walaprabu. Sri Hariprabu digantikan oleh Sri Jayasakti, dan Sri<br />

Jayasakti digantikan oleh Sri Jaya Kasunu. Sri Jaya Kasunu memperoleh wahyu<br />

dari Hyang Nini di Dalem Kadewatan antara lain Upacara byakala pada Anggara<br />

Wage Dungulan mendirikan penjor. Pada masa Sri Jayakasunu diadakan tauran Eka<br />

Dasa Rudra, disaksikan oleh Sang Sapta Rsi. Sri Jaya Kasunu, digantikan oleh Sri<br />

Jaya Pangus. Piagam Puseh Cabala, erat hubungannya dengan pura Besakih.<br />

Sri Masula Masuli menjadi raja di <strong>Bali</strong>, diganti oleh Sri Hyang Sidhimantra Dewa.<br />

Pada masa itu <strong>Bali</strong> ditaklukkan oleh raja Singhasari Maharaja Siwa Buda alias<br />

Kertanegara.<br />

Sri Gajah Wahana (Sri Tapolung) menjadi raja <strong>Bali</strong> dengan patih Ki Pasung Grigis.<br />

Dibantu oleh para patih yang diam di desa desa. Keamanan dan kesentosaan<br />

terjamin. <strong>Bali</strong> tidak mau mengakui kekuasaan Majapahit, tetapi Ratu Majapahit<br />

ingin menaklukkan <strong>Bali</strong>. Memberikan mandat kepada Gajah Mada dan Arya<br />

Damar. Dimulai dengan siasat menyingkirkan seorang patih <strong>Bali</strong> yang bernama<br />

Kebo Iwa (Kebo Taruna). Majapahit menyusul mengirim pasukan untuk<br />

menggempur <strong>Bali</strong> di bawah pimpinan Gajah Mada dan Arya Damar, dan kepala<br />

kepala pasukan terdiri dari para Arya. Terjadi pertempuran yang hebat dan sengit<br />

hingga jatuh korban di kedua pihak. Diakhiri dengan penangkapan Ki Pasung<br />

Grigis, <strong>Bali</strong> menjadi kekuasaan Majapahit. Setelah takluknya <strong>Bali</strong> atas<br />

pertimbangan Pasung Grigis ditempatkan para Arya di desa desa untuk<br />

mengendalikan pemerintahan sampai adanya seorang raja. Kemudian Gajah Mada


mengirim Mpu Dwijaksara ke <strong>Bali</strong> untuk memimpin keagamaan.<br />

Untuk segera tercipta keamanan di <strong>Bali</strong>, maka berulang-ulang. utusan dari <strong>Bali</strong> ke<br />

Majapahit memohon agar dengan segera ditempatkan seorang adipati untuk<br />

memegang tampuk pemerintahan. Gajah Mada mengirim Dalem Ketut Kresna<br />

Kepakisan, untuk menjabat adipati di <strong>Bali</strong> pada tahun Çaka 1274 (yogan muni<br />

rwaning buana). <strong>Bali</strong> tetap belum aman. Terjadi pemberontakan pemberontakan di<br />

desa desa <strong>Bali</strong>aga. Adipati <strong>Bali</strong> hampir kembali ke Majapahit.<br />

Segera Gajah Mada datang ke <strong>Bali</strong> melantik Sri Pasung Giri (Putra Ki Pasung<br />

Grigis) sekaligus menurunkan derajat kebangsawanannya menjadi Arya.<br />

Akhirnya keamanan di <strong>Bali</strong> pulih, berkat usaha Arya Pasung Giri. Sri Aji Wawu<br />

Rawuh wafat pada tahun Çaka 1302. Digantikan oleh putra Baginda Sri Agra<br />

Samprangan.<br />

Pemerintahannya lemah karena rajanya terlalu gemar bersolek.<br />

I Dewa Ketut (Ngulesir) dengan gelar Sri Smara Kepakisan, bertahta di Gelgel atas<br />

usaha Kyayi Klapodyana (Bandesa Gelgel putra Sulung Arya Kutawaringin).<br />

Patih agung ialah Kryan Patandakan, Keamanan dan ketentraman terjamin kembali.<br />

Sri Smara Kepakisan digantikan oleh putranya yang sulung bernama Sri Kresna<br />

Waturenggong.<br />

Kekuasaannya meliputi sebelah timur Puger, Nusa Penida, Lombok, Sumbawa.<br />

Patih Agung Kryan Batan Jeruk, putra Kryan Patandakan. Pasukan perang bernama<br />

Dulang Mangap di bawah pimpinan Kryan Ularan putra Sirarya Regis terhitung<br />

buyut dari Pasung Grigis. Kisah Danghyang Nirartha di Majapahit, sampai pindah<br />

ke <strong>Bali</strong> dengan para putranya dan menganjurkan agar Dalem Waturenggong<br />

meminang putri Sri Juru di Brangbangan. Lamaran itu ditolak mentah mentah,<br />

maka Dalem Waturenggong mengirim pasukan untuk menyerang Brangbangan<br />

dipimpin oleh Kryan Ularan. Selanjutnya diuraikan perjalanan pasukan <strong>Bali</strong> dan<br />

jalan peperangannya Sampai akhirnya Kryan Ularan menerima ganjaran harus<br />

pindah dari Gelgel. Dalem Waturenggong hendak di-diksa.<br />

Ingin berguru kepada Danghyang Angsoka. Namun Danghyang Angsoka merestui<br />

agar di-diksa oleh Danghyang Nirartha. Pada masa pemerintahan Dalem<br />

Waturenggong datang ke <strong>Bali</strong> seorang pendeta Buddha, bernama Danghyang<br />

Astapaka putra Danghyang Angsoka. Danghyang Nirartha diganti oleh Mpu Di Ler<br />

sebagai pendeta kerajaan. Dalem Waturenggong membuat suatu persidangan besar<br />

yang dihadiri oleh semua lapisan masyarakat. Kemudian baginda wafat digantikan<br />

oleh Sri Pemahyun (Dalem Bekung). Timbul perebutan kekuasaan yang dipimpin<br />

oleh Kryan Batan Jeruk tahun Çaka 1478, ada usaha memanggil kembali Kryan<br />

Arya Ularan. Sebelum tampil telah maju Pangeran Nginte yang berada di pihak<br />

Dalem bersama Kyayi Kubon Tubuh dan para Arya lainnya.<br />

Kryan Batan Jeruk menderita kekalahan. Karena Sri Pamayun Bekung, sangat<br />

lemah maka digantikan oleh adiknya yaitu Sri Aji Anom Seganing.<br />

Kembali menata pemerintahan dengan dibantu patihnya Kryan Agung Prandawa<br />

dan Kryan Agung Di Ler. Setelah wafat Sri Anom Seganing digantikan oleh putra<br />

putranya silih berganti sampai terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh<br />

Kryan Maruti, hingga Dalem Dimade mengungsi ke Guliang.


Kemudian serangan balasan dipimpin oleh I Dewa Agung Jambe, Kryan Maruti<br />

mengalami kekalahan, berdirilah kerajaan Klungkung. Semua perundingan berpusat<br />

di dusun Ulah, Sidemen. Sri Agung Gde Ngurah Pemahyun dilantik sebagai<br />

penguasa Singarsa.<br />

Nama/ Judul <strong>Babad</strong> : <strong>Babad</strong> <strong>Usana</strong> <strong>Bali</strong> <strong>Pulina</strong><br />

Koleksi : Ida I Dewa Gde Catra<br />

Alamat : Jalan Untung Surapati Gang Flamboyan No. 2, Karangasem<br />

Bahasa : Jawa Kuna<br />

Huruf : <strong>Bali</strong><br />

Jumlah halaman : 47 lembar

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!