Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
dianggap bisa mencegah kehamilan yang tidak diinginkan oleh pihak lain di kedua<br />
kelompok ini, tanpa memberikan informasi <strong>dan</strong> kesempatan kepada mereka untuk<br />
dapat memilih sendiri keputusan terkait dengan hak reproduksi yang mereka miliki.<br />
Praktik terbaik Penanganan Kasus Perkosaan<br />
Seorang gadis (H) berusia 15 tahun, masih bersekolah di salah satu SLTP<br />
negeri di Kabupaten Maluku Tengah diperkosa oleh gurunya. H adalah gadis<br />
ke-20 yang mengalami perkosaan dari pelaku. Pelaku mengancam agar H<br />
diam, tidak menceritakan pada siapapun jika masih ingin hidup <strong>dan</strong> lulus<br />
sekolah. Setelah kejadian itu H menjadi murung <strong>dan</strong> menarik diri dari temantemannya.<br />
Seorang teman sekelasnya menemukan catatan H yang menceritakan kejadian<br />
perkosaan itu. Kemudian ia melaporkannya kepada orang tua H. Mendengar<br />
informasi tesebut orang tua H menyalahkannya. Bahkan ibu H ingin<br />
membunuhnya karena dianggap merusak kehormatan keluarga.<br />
Peristiwa ini dilaporkan kepada polsek setempat. Pelaku ditangkap karena<br />
hasil visum menunjukkan bahwa terjadi perkosaan <strong>dan</strong> didukung oleh saksi. Di<br />
dalam tahanan polisi, pelaku ternyata bebas keluar masuk. Hal ini dikarenakan<br />
ia memiliki kedekatan dengan Wakil Kepala Kepolisian Sektor (Wakapolsek).<br />
Alih-alih berkas perkara sampai ke Kejaksaan, pelaku justru melarikan diri<br />
dengan bantuan Wakapolsek. Dalam perjalanannya, kasus ini juga akan<br />
diberhentikan penyelindikannya (SP3) dengan alasan pelaku masuk dalam<br />
Daftar Pencarian Orang. Padahal SP3 hanya boleh dilakukan jika penyidikan<br />
tidak cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan tidak pi<strong>dan</strong>a.<br />
Melihat kasus di atas LAPPAN sebagai organisasi yang mendampingi kasus<br />
tersebut melihat a<strong>dan</strong>ya kejanggalan dalam proses hukum tersebut. LAPPAN<br />
melihat fakta hukum sudah jelas, bukti sudah lengkap, saksi juga ada. Oleh<br />
karenanya, LAPPAN mengajukan surat permohonan kepada pihak Profesi <strong>dan</strong><br />
Pengamanan (ProPam) Polda Maluku untuk melakukan investigasi terhadap<br />
kasus tersebut. Hasil dari investigasi tersebut menunjukkan bahwa Polsek<br />
tidak serius dalam menangani kasus perkosaan itu. Tindak lanjut dari hasil<br />
investigasi adalah Kapolsek <strong>dan</strong> Wakapolsek yang menangani kasus tersebut<br />
dipindahkan. Sementara pengganti Kapolsek yang baru diberi tugas untuk<br />
menangkap pelaku <strong>dan</strong> adili.<br />
Pengadilan memutus pelaku dengan hukuman lima tahun penjara, padahal<br />
jaksa menuntutnya dengan hukuman 12 tahun penjara. Meskipun putusan<br />
tersebut dianggap belum adil baik oleh korban maupun keluarga, namun yang<br />
lebih penting dari semua itu adalah masa depan korban. Atas dukungan<br />
keluarga, LAPPAN mulai membangun pemahaman kepada pihak sekolah<br />
tentang kekerasan seksual, khususnya perkosaan. Upaya tersebut<br />
membuahkan hasil, karena segenap guru menerima kembali korban sebagai<br />
siswa di sekolah itu. Saat ini korban telah menempuh studi di salah satu<br />
Perguruan Tinggi di Ambon.<br />
17