29.01.2015 Views

Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan ... - psflibrary.org

Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan ... - psflibrary.org

Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan ... - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

T.O.T<br />

<strong>Modul</strong> <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong><br />

<strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta<br />

Lingkup Hak Cipta<br />

Pasal 2:<br />

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan<br />

atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaaan dilahirkan tanpa<br />

mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.<br />

Ketentuan Pidana<br />

Pasal 72:<br />

1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing<br />

paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau<br />

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (5<br />

milyar rupiah).<br />

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum<br />

suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud<br />

pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak<br />

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)


T.O.T<br />

<strong>Modul</strong> <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong><br />

<strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Penyunting:<br />

Ferry F. Karwur<br />

Eka Simanjuntak<br />

Dharmaputra Palekahelu<br />

Fajar Sudarwo<br />

Warno Hadi Winarno<br />

Immanuel Djahi<br />

Jerry F. Langkun<br />

Yulius Ranimpi<br />

Penerbit<br />

The Institute for Good Governance and Regional Development<br />

(IGGRD)


T.O.T<br />

<strong>Modul</strong> <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Cetakan I, Mei 2010<br />

Penyunting:<br />

Ferry F. Karwur<br />

Eka Simanjuntak<br />

Dharmaputra Palekahelu<br />

Fajar Sudarwo<br />

Warno Hadi Winarno<br />

Immanuel Djahi<br />

Jerry F. Langkun<br />

Yulius Ranimpi<br />

Penata letak:<br />

Jerry F. Langkun<br />

Desain Sampul:<br />

Yisar Andrianus<br />

Penerbit:<br />

The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD)<br />

Jl. Cilandak Tengah II No.3A<br />

Cilandak, Jakarta 12430 - Indonesia<br />

Phone: 021-7695466, 75915687 Fax: 021-75908972<br />

T.O.T<br />

<strong>Modul</strong> <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Jakarta: ...<br />

xiii + 310 hal.; 19.5 cm x 26 cm<br />

ISSBN: .................


Kata Pengantar<br />

Buku T.O.T. <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat yang sedang Anda baca adalah hasil dari proses<br />

dalam pelatihan 647 tenaga <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> Pemberdayan Masyarakat yang diselenggarakan<br />

oleh Direktorat Jenderal <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) melalui The<br />

Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD) dan British Council (BC)pada tahun<br />

2009 – 2010. Buku ini dimulai dengan keinginan untuk menyiapkan tenaga pelatih <strong>Fasilitator</strong><br />

<strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat oleh Ditjen PMD dalam upaya penyiapan tenaga fasilitator Program<br />

Nasional <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat – Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).<br />

Kebutuhan di atas diikuti oleh serangkaian kegiatan dalam rangka penyiapan bahan<br />

belajar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat Desa. Serangkaian kegiatan<br />

tersebut adalah: (1) Pertemuan multipihak untuk merumuskan analisis kebutuhan (Training<br />

Need Analysis) pelatihan bagi <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat, (2) Perumusan awal<br />

tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh <strong>Pelatih</strong> dalam <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong><br />

Masyarakat, (3) Perumusan kurikulum dan bahan belajar oleh tim konsultan yang melibatkan<br />

pihak PMD, kepakaran yang ada di Balai PMD, Pusat-Pusat <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat,<br />

(4) Penyiapan draft materi belajar berdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang sudah ditetapkan,<br />

yang bersumber dari bahan sekunder dan bahan yang dengan khusus dikembangkan.<br />

Draft materi belajar kemudian mengalami ujicoba dalam suatu pelatihan yang<br />

sesungguhnya kepada calon <strong>Pelatih</strong> di Jateng dan DIY yang berlangsung di Yayasan Bina Darma<br />

Salatiga. Hasil ujicoba tersebut memberikan masukkan kepada keseluruhan desain pelatihan 11<br />

hari, alokasi waktu tiap sesi, metode belajar, dan sistem pendukung pelatihan, serta pemantapan<br />

desain dan teknikalitas dari sesi “peer teaching”. Pandangan-pandangan kepakaran Dr. Willi<br />

Toisuta dalam hal desain Peer Teaching bersifat mendasar, didalamnya termasuk alokasi waktu,<br />

sudut pengambilan video, detil video, serta tahapan playback multimedia dan feedback dari rekan<br />

sejawat yang berlangsung simultan.<br />

Bahan hasil ujicoba terus mengalami perbaikan dan peningkatan relevansi. Masukkan<br />

yang cukup banyak datang dari sejumlah pelatihan yang dilaksanakan di 7 kota: Medan, Jakarta,<br />

Salatiga, Makassar, Manado, Malang, dan Kupang, dimana di setiap lokasi pelatihan, ada saja<br />

masukkan soal relevansi metode. Dalam hal ini, pengalaman <strong>Pelatih</strong> Utama maupun <strong>Pelatih</strong><br />

Pakar dalam interaksi dengan peserta pelatihan merupakan rujukan penting.<br />

Ada keterampilan-keterampilan elementer dari seorang pelatih fasilitator masyarakat<br />

yang berlaku umum untuk setiap fasilitaror. Akan tetapi, unik dari apa yang telah dikembangkan<br />

v


di sini ialah bahwa kemampuan elementer tersebut haruslah dirasuki oleh “Roh Penggiat”<br />

bagi <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat. “Roh Penggiat” itulah yang benar-benar<br />

secara otentik diperkembangkan dalam <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat.<br />

Dalam hal ini, titik tolaknya bukan kepada teori “asing” dan pengalaman praktikal pemberdayaan<br />

masyarakat selama ini dilakukan, tetapi lebih mendasar, ditarik dari sejarah pembebasan dan<br />

kemerdekaan Indonesia sebagai suatu Sejarah <strong>Pemberdayaan</strong> Rakyat dan Bangsa Indonesia.<br />

Disinilah pemikiran dasar dan strategis yang disumbangkan oleh Bapak Prabawa Eka Susanta dari<br />

Ditjen PMD dalam memberikan Roh Penggiat dari <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong><br />

Masyarakat yang terumuskan dalam buku T.O.T yang Anda baca.<br />

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih untuk banyak pihak yang<br />

terlibat dalam penyiapan materi ini: Pihak PMD Jakarta, Tim IGGRD, British Council, Para<br />

Konsultan, Mereka yang terlibat TNA, Para PU, Richard Gnagey yang telah men-share bahan ajar<br />

yang ia miliki. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah memberikan<br />

akses sejumlah bahan ajar tanpa kami ketahui sumbernya tetapi relevan dalam pelatihan ini.<br />

Salatiga, 31 Mei 2010.<br />

Editor<br />

vi


Daftar Isi<br />

Kata Pengantar<br />

Panduan Penggunaan <strong>Modul</strong><br />

v<br />

x<br />

<strong>Modul</strong> I<br />

PRADAYA 1<br />

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain 3<br />

Sikap Terhadap Diri Sendiri 9<br />

Kontrak Belajar 11<br />

Mempersiapkan Situasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 13<br />

Menetapkan Norma Kelompok 15<br />

Pre Test 19<br />

Praktek Umpan Balik 20<br />

Umpan Balik Harian 22<br />

Bahan Bacaan Pokok <strong>Modul</strong> I 24<br />

<strong>Modul</strong> II<br />

FASILITATOR MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB<br />

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA 33<br />

Pengantar 35<br />

Memahami Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 36<br />

Mengembangkan Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 38<br />

Memahami Kembali Konsep Dasar <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat 40<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat dalam Perspektif Indonesia 42<br />

PeRan Dan Fungsi Pelaku <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat 44<br />

Bahan Bacaan Pokok <strong>Modul</strong> II 46<br />

<strong>Modul</strong> III<br />

DASAR-DASAR PELATIHAN 75<br />

Pendidikan Orang Dewasa 77<br />

Aspek-Aspek Etika <strong>Pelatih</strong> dan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 79<br />

Memahami Pembelajar 80<br />

vii


viii<br />

Taksonomi Tujuan Instruksional 85<br />

Manajemen Stres 86<br />

Pengembangan Atmosphere Belajar 87<br />

Praktek Dinamika Kelompok 89<br />

Merancang Sesi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 93<br />

Mengembangkan Agenda <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 95<br />

Merumuskan Rencana Sesi 96<br />

Menulis Rencana Sesi Sederhana 98<br />

Bahan Bacaan Pokok <strong>Modul</strong> III 99<br />

<strong>Modul</strong> IV<br />

METODE DAN MEDIA PELATIHAN 145<br />

Berbagi Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 147<br />

Mempraktekkan Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 148<br />

Memilih Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 151<br />

Pemanfaatan Media Pembelajaran 154<br />

Bahan Bacaan Pokok <strong>Modul</strong> IV 156<br />

<strong>Modul</strong> V<br />

MENYAMPAIKAN PELATIHAN 169<br />

Karakteristik <strong>Pelatih</strong> Dan Gaya <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 171<br />

Membangun Hubungan/Interaksi 181<br />

Memperkenalkan Keterampilan Fasilitasi 182<br />

Praktek Kemampuan Menyimak 183<br />

Praktek Pengamatan 185<br />

Praktek Bertanya 188<br />

Memberikan dan Menerima Umpan Balik 190<br />

Praktek Parafrase 192<br />

Praktek Menguji 194<br />

Praktek Dialog 196<br />

Komunikasi Non Verbal 198<br />

Mengatur Perilaku yang Sulit 199<br />

Praktek Fasilitasi 200<br />

Menilai Keterampilan Fasilitasi 203


Bahan Bacaan Pokok <strong>Modul</strong> V 206<br />

<strong>Modul</strong> VI<br />

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN 239<br />

Analisis Perkembangan Belajar Peserta <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 241<br />

Monitoring <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 246<br />

Mengevaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 247<br />

Bahan Bacaan Pokok <strong>Modul</strong> VI 249<br />

<strong>Modul</strong> VII<br />

PEER TEACHING 265<br />

Peer Teaching 267<br />

DAFTAR PUSTAKA 273<br />

LAMPIRAN 263<br />

1. Kurikulum <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat 278<br />

2. Panduan Penyelenggaraan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 286<br />

3.Lay Out Ruang <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 294<br />

4.Media Dan Kebutuhan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Lain Yang Harus Disiapkan 295<br />

5.Kriteria <strong>Pelatih</strong> 297<br />

6.Syarat-Syarat Menjadi Peserta 298<br />

7.Team Management 299<br />

8.Daftar <strong>Pelatih</strong> <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat 300<br />

9. Daftar Peserta <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat 302<br />

ix


Daftar Istilah<br />

1. <strong>Pelatih</strong> Utama = Individu yang pakar dalam bidang community development, pendidikan<br />

orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi dan memiliki<br />

pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun.<br />

2. <strong>Pelatih</strong> Pakar (Master Trainer) = Individu yang pakar dalam bidang-bidang<br />

tertentu yaitu bidang <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat, Pendidikan Orang Dewasa,<br />

Metode dan Media, dan Teknik Fasilitasi serta memiliki pengalaman melatih<br />

fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.<br />

3. Ceremonial = ceremony, acara resmi; suatu acara yang disusun secara runut dan<br />

diselenggarakan secara resmi.<br />

4. Pre test = Kegiatan untuk menjajagi ; kemampuan, ketrampilan, sikap dan<br />

pengalaman bagi peserta pelatihan<br />

5.<br />

6.<br />

Rehat Kopi = Istirahat<br />

Ishoma = Istirahat, Sholat dan Makan<br />

7. Learner-centered = <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> yang berpusat pada pembelajar<br />

8. Information-centered = <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> yang berpusat pada materi<br />

9.<br />

Taksonomi = Pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh,<br />

taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan berdasarkan<br />

karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan<br />

ber-sel banyak.<br />

10. Peer Teaching = Praktek Melatih<br />

11. Flip chart = Kertas lebar berfungsi sebagai pengganti papan tulis<br />

12. Post-it = Kertas pada bagian tertentu ada lemnya sehingga mudah ditempel di<br />

manapun<br />

13. Metaplan = Kertas yang dipotng-potong seukuran ¼ kertas HVS<br />

14. Sharing = Tukar pengalaman<br />

15. Media = Pendukung metode pembelajaran berbentuk; permainan, crita, sosio<br />

drama, kasus, lagu-lagu, kuis, film, puisi, poster, foto, kartun, teka-teki,<br />

16. Sesi = sejumlah waktu untuk pokok/sub pokok bahasan tertentu<br />

17. Triads = Diskusi tiga orang<br />

18. Dyads = Diskusi dua orang<br />

19. Time-line = Rentang Waktu<br />

x


Daftar Singkatan<br />

1. TOT = Training of Trainers<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

LSM<br />

PU<br />

PK<br />

= Lembaga Swadaya Masyarakat<br />

= <strong>Pelatih</strong> Utama<br />

= <strong>Pelatih</strong> Pakar<br />

5. TM = Training Manager<br />

6. SS = Supporting staff<br />

7. IGGRD = The Institute for Good Governance and Regional Development<br />

8. BC = British Council<br />

9.<br />

PNPM<br />

= Program Nasional <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

10. DITJEN = Direktorat Jenderal<br />

11. PMD = <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat dan Desa<br />

12. DEPDAGRI = Departemen Dalam Negeri<br />

xi


Panduan Penggunaan <strong>Modul</strong><br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Melakukan Analisis Kebutuhan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

<strong>Modul</strong> ini diperuntukkan bagi pelatih fasillitator pemberdayaan masyarakat<br />

sehingga hal-hal mengenai prasyarat sebagai seorang pelatih sudah dilakukan pada<br />

saat calon peserta mengalami seleksi. Proses seleksi calon peserta memastikan<br />

bahwa peserta yang terpilih mengikuti pelatihan adalah peserta yang memenuhi<br />

persayaratan sebagaimana dijabarkan dalam Panduan Penyelenggaraan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

(lampiran 2). Jadi dalam analisa kebutuhan pelatihan ini yang diperlukan adalah<br />

mendapatkan informasi yang cukup tentang keragaman dan kedalaman peserta<br />

dalam hal: pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalamannya melakukan<br />

pelatihan, bukan melakukan analisa kebutuhan materi pelatihan.<br />

<strong>Modul</strong> dirancang untuk diterapkan dalam pelatihan secara berkesinambungan<br />

tidak terputus-putus mulai dari <strong>Modul</strong> I (satu) sampai dengan <strong>Modul</strong> VII (tujuh).<br />

Apabila proses fasilitasi dilakukan di luar kelas, muatan dan alurnya tidak boleh<br />

mengurangi dari tiap-tiap sesi yang sudah ada.<br />

Menganilisis Kurikulum <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Kurikulum yang tersedia merupakan panduan bagi penyelenggara dan semua<br />

komponen yang terlibat dalam pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan<br />

masyarakat. Kurikulum yang tersedia sudah disusun berdasarkan urutan (sequences)<br />

dan bobot materi yang disiapkan dalam modul, namun tidak tertutup kemungkinan<br />

kurikulum tersebut mengalami perubahan. Perubahan yang mungkin dilakukan<br />

adalah perubahan dalam hal pergeseran waktu istirahat dan waktu hari-hari besar,<br />

misalnya hari Jumat, Hari Minggu atau Hari Besar Nasional.<br />

Dalam hal pemberian jumlah waktu pada setiap pokok bahasan dalam panduan<br />

tersebut lebih baik tidak dikurangi sebab apabila dikurangi beban waktu dan<br />

bobot materi menjadi tidak seimbang dan mengacaukan sequences. Pembagian<br />

waktu pada tiap-tiap pokok bahasan pada dasarnya sudah memperhatikan<br />

masukkan dari para pengguna modul ini sebelumnya, masukkan dari para pakar,<br />

masukkan dari para praktisi dan sudah mengalami penyempurnaan berdasarkan<br />

masukkan tersebut.<br />

Mempelajari Sistematika <strong>Modul</strong><br />

Sebelum menerapkan modul ini, para <strong>Pelatih</strong> Pakar disarankan mempelajari<br />

sistematika seluruh modul, yaitu <strong>Modul</strong> I sampai dengan <strong>Modul</strong> VII. Aspekaspek<br />

yang harus dipelajari adalah:<br />

xii


• Tujuan modul secara umum<br />

• Tujuan setiap bagian modul<br />

• Strategi penyampaian modul/proses fasilitasi<br />

• Waktu yang disediakan<br />

• Media dan materi pendukung<br />

• Evaluasi capaian tiap-tiap bagian modul<br />

4.<br />

Mempelajari Struktur Setiap Pokok Bahasan<br />

Struktur Pokok Bahasan secara umum terdiri dari: Tujuan akhir pokok bahasan,<br />

bahan-bahan pendukung, waktu yang tersedia dan langkah-langkah fasilitasi.<br />

Pengguna modul wajib mempelajari dan menerapkan struktur setiap pokok<br />

bahasan, tidak boleh memfasilitasi berdasarkan “feeling” sendiri. Struktur pokok<br />

bahasan harus diikuti untuk menjaga alur proses secara runut dan sistematik<br />

sehingga mudah dipahami oleh peserta pelatihan dan pada akhirnya memudahkan<br />

<strong>Pelatih</strong> Pakar untuk mengevaluasi capaian hasil pada setiap Pokok Bahasan.<br />

5.<br />

Menyiapkan Materi<br />

Pada bagian modul ini disediakan materi (bahan bacaan pokok) yang wajib<br />

dijadikan acuan dalam melaksanakan pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan<br />

masyarakat, namun demikian sebagai seorang <strong>Pelatih</strong> Pakar tentunya tidak cukup<br />

dengan materi yang disediakan. Pengkayaan materi dari berbagai referancy (materi<br />

pendukung) dan nara sumber dari luar sangat disarankan, akan tetapi materi<br />

pendukung tersebut sifatnya mendukung materi pokok, bukan memasukkan<br />

materi yang berbeda sama sekali dengan tujuan dari tiap-tiap pokok bahasan.<br />

6.<br />

Perhatian<br />

Disarankan:<br />

Sebaiknya tidak membagikan foto copy materi kepada peserta sebelum pokok<br />

bahasan tersebut difasilitasikan karena cara demikian akan mengganggu proses<br />

pelatihan. Materi dibagikan kepada peserta setelah pokok bahasan selesai<br />

difasilitasikan.<br />

Dianjurkan:<br />

Dianjurkan kepada <strong>Pelatih</strong> Pakar untuk memperkaya materi di luar materi<br />

pokok.<br />

Diwajibkan:<br />

Sebelum menerapkan modul ini para pengguna wajib membaca Panduan<br />

Penyelenggaraan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> PFPM.<br />

xiii


xiv


MODUL I<br />

P R A D A Y A<br />

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain<br />

Sikap Terhadap Diri Sendiri<br />

Kontrak Belajar<br />

Mempersiapkan Situasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Menetapkan Norma Kelompok<br />

Pre Test<br />

Praktek Umpan Balik<br />

Umpan Balik Harian


MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN<br />

Tujuan<br />

Di akhir sesi peserta diharapkan:<br />

• lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun peserta lain dalam<br />

menjadi pelatih.<br />

• dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan orang lain dalam suatu<br />

pelatihan.<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol kecil, selotip, angket profil kepribadian<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

Aktivitas 1:<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> memulai dengan menjelaskan bahwa di awal suatu program pelatihan, peserta<br />

harus saling memperkenalkan diri dan mengenal satu sama lain dengan lebih baik.<br />

<strong>Fasilitator</strong> menekankan pentingnya seorang pelatih mengenal dirinya sendiri dan<br />

peserta pelatihan. <strong>Fasilitator</strong> menjelaskan proses perkenalan.<br />

2. Tulis pada flip chart identitas diri (sebelumnya pelatih telah menyiapkan flip chart tentang<br />

dirinya), pertama-tama nama Anda dan asal tempat tinggal. Mintalah peserta berdiri<br />

dan berkeliling sambil memperkenalkan flip chart mereka kepada peserta lain. Carilah<br />

empat orang kawan baru dan tulis nama panggilan (nama yang biasanya dipakai oleh<br />

yang bersangkutan dalam berteman) dari orang tersebut.<br />

3. Lanjutkan dengan mengemukakan dalam flip chart kekuatan dan kelemahan diri [sebagai<br />

pelatih] kemudian tempelkan flipchart tersebut pada bagian depan tubuh dengan<br />

selotip. Peserta diminta berdiri dan berkeliling sambil memperkenalkan/menerangkan<br />

flip chart mereka kepada 4 orang yang namanya telah Anda tulis sebelumya.<br />

4.<br />

5.<br />

Peserta diminta berkumpul kembali. <strong>Pelatih</strong> menjelaskan pentingnya merefleksikan<br />

kelemahan kita sendiri dan menemukan hal-hal yang ingin kita perbaiki agar dapat<br />

mengambil manfaat lebih banyak dari pelatihan ini (Sebaiknya membaca terlebih<br />

dahulu ilustrasi “gentong yang retak”). Ulangi kembali proses tahapan ketiga (3) di<br />

atas kepada empat kawan baru yang lain.<br />

Mintalah peserta berkumpul lagi dan lakukan refleksi atas kedua kegiatan di atas: Apa yang<br />

mereka pelajari tentang diri sendiri dan peserta lain Mengapa kegiatan itu bermanfaat<br />

Apakah hanya dapat dilakukan dalam situasi pelatihan untuk pelatih<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

3


Aktivitas 2: Refleksi dan Sharing<br />

1. <strong>Fasilitator</strong> pertama-tama menjelaskan kegiatan refleksi dan sharing (atau berbagi),<br />

sebagai alat bantu untuk belajar tentang orang lain, pengalaman mereka, dan tentang<br />

kita sendiri.<br />

Refleksi dapat dilakukan terhadap:<br />

• identitas, pemikiran, nilai, norma<br />

• kualitas, kemampuan, kekuatan, kelemahan<br />

• pengalaman, pelajaran yang diperoleh<br />

Tekankan bahwa refleksi diri penting bagi perkembangan diri, dan merupakan suatu<br />

proses dimana orang berpikir untuk dirinya sendiri dan menggunakan pengalaman<br />

mereka untuk menyempurnakan gagasan-gagasan mereka. Ini akan mengarah pada<br />

perubahan diri; perasaan-perasaan baru, gagasan-gagasan baru, kemampuan baru, dsb.<br />

2. Minta peserta untuk mengisi dan mendiskusikan angket profil kepribadian.<br />

3. Simpulkan sesi ini dengan menekankan bahwa selama pelatihan berjalan akan ada<br />

banyak kesempatan untuk lebih saling mengenal dan mengenal diri sendiri dengan<br />

lebih baik juga.<br />

Lembar Kerja<br />

Konteks:<br />

ANGKET PROFIL KEPRIBADIAN<br />

Seorang pakar psikologi pernah berkata, “Sebagian besar dari kebahagiaan dalam hidup<br />

kita datang dari hubungan yang baik dengan orang lain. Sebagian besar dari penderitaan<br />

dalam hidup kita datang dari hubungan yang tidak baik.” Hubungan antar manusia dapat<br />

diibaratkan dengan penggunaan perkakas seorang tukang. Bila tukang ingin membuka<br />

sebuah sekrup bintang maka perlu digunakan obeng bintang. Bila ingin membuka baut<br />

maka diperlukan sebuah kunci pas. Demikian juga dengan hubungan antar manusia,<br />

setiap orang memiliki keunikan dan perlu didekati dengan cara yang unik pula. Selain<br />

prinsip relasi yang baik, kita juga perlu melihat konfigurasi psikologis dari seseorang.<br />

Konfigurasi ini dikenal dengan sebutan profil. Sebelum melihat profil orang lain, maka<br />

perlu terlebih dahulu melihat dan mempelajari profil diri sendiri.<br />

Instruksi:<br />

Anda akan dihadapkan dengan satu pasang pernyataan. Bacalah kedua pernyataan<br />

dengan cermat dan lingkari huruf yang berada di depan pernyataan yang menurut<br />

Anda menggambarkan kecenderungan Anda. Isilah dengan jujur dan apa adanya, sebab<br />

tidak ada jawaban yang benar atau salah. Isilah secara berurutan dan jangan dilompatlompat.<br />

4


T : Saya mudah berkenalan dengan orang yang sebelumnya tidak saya kenal, baik<br />

dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkungan sosial<br />

A : Saya merasa segan dan agak sulit untuk memulai perkenalan dengan orangorang<br />

yang sebelumnya tidak saya kenal<br />

A : Jika berbicara, saya lebih senang to the point tanpa basa basi<br />

T : Jika berbicara, saya senang berbagi pengalaman dan hal-hal lain yang menarik<br />

K : Saya lebih senang bekerja sesuai aturan dan petunjuk baku<br />

D : Saya bekerja dan menyesuaikan peraturan dengan situasi dan kondisi lapangan<br />

K : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang mendengar dan bicara hanya<br />

jika diminta<br />

D : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang berbicara dan menyumbangkan<br />

pendapat/ide saya<br />

A : Saya lebih senang membuat keputusan berdasarkan data, fakta dan bukti<br />

tertulis<br />

T : Saya cenderung membuat keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan<br />

(intuisi) dan hubungan yang baik<br />

K : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya cenderung stabil<br />

(monoton)<br />

D : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya sangat bervariasi<br />

D : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan langsung, seperti “Kita<br />

harus….”, atau “Menurut Pak Eka mestinya….”<br />

K : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan kualitatif, seperti<br />

“Menurut buku ABC….” Atau “Teori Maslow menyebutkan….”<br />

T : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya mudah dibaca<br />

A : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya sukar dibaca<br />

A : Saya cenderung tidak mengungkapkan hal-hal pribadi di muka umum, saya<br />

hanya mengungkapkannya secara pribadi kepada orang-orang yang dekat<br />

dengan saya<br />

T : Saya tidak takut mengungkapkan hal-hal pribadi secara terbuka<br />

A : Dibandingkan dengan orang lain, semangat dan atusiasme saya terlihat kurang<br />

T : Saya orang yang cenderung bersemangat dan antusias<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

5


D : Dalam situasi sosial, saya cenderung lebih dahulu memperkenalkan diri pada<br />

orang yang belum saya kenal<br />

K : Dalam situasi sosial, saya lebih cenderung menunggu orang lain memperkenalkan<br />

dirinya kepada saya<br />

T : Saya cenderung fleksibel terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu saya<br />

A : Saya cenderung disiplin terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu saya<br />

A : Dalam pertemuan, saya lebih cenderung mengikuti agenda pertemuan yang<br />

telah ditetapkan sebelumnya<br />

T : Dalam pertemuan, saya cenderung tidak terpaku pada agenda, saya lebih senang<br />

mengikuti dinamika acara<br />

D : Bersikap tegas adalah wajar dan alamiah bagi saya<br />

K : Bersikap mengalah dan menahan diri adalah alami bagi saya<br />

D : Saya lebih senang mengemukakan pendapat saya secara terbuka (blak-blakan)<br />

K : Saya lebih cenderung mengemukakan pendapat saya secara lebih halus dan<br />

diplomatis<br />

D : Saya cenderung mengambil keputusan secara cepat dan spontan<br />

K : Saya cenderung mengambil keputusan secara hati-hati dan banyak<br />

pertimbangan<br />

A : Saya lebih senang bekerja sendiri dan bebas, tanpa banyak pengawasan dan di<br />

luar kelompok<br />

T : Saya lebih senang bekerja dalam kelompok dan selalu ada dalam kelompok<br />

kerja<br />

K : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan<br />

hati-hati dan perlahan-lahan<br />

D : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan<br />

cepat dan spontan<br />

Jumlahkan huruf yang Anda lingkari:<br />

D:…………………………………………<br />

T:………………………………………….<br />

K:………………………………………….<br />

6<br />

A:………………………………………….


ANALISA PROFIL<br />

Arti dari huruf-huruf D, T, K, A adalah:<br />

D = DOMINAN<br />

T = TERBUKA<br />

K = KALEM<br />

A = AKURAT<br />

Dengan 4 (empat) parameter sifat di atas maka kita memperoleh empat kombinasi<br />

sifat yang dapat dianggap sebagai profil dasar kepribadian seseorang.<br />

Contoh berikut adalah skor peserta pelatih Iwan;<br />

D T K A<br />

8 1 5 4<br />

Berdasarkan skor di atas maka akan diperoleh psikografis sebagai berikut:<br />

10<br />

9<br />

8<br />

7<br />

6<br />

5<br />

4<br />

3<br />

2<br />

1<br />

0<br />

DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT<br />

•<br />

•<br />

Buatlah psikografis (seperti contoh di atas) Anda. Lalu bentuk kelompok, setiap kelompok<br />

maksimal 5 orang. Berbagiceritalah mengenai profil kepribadian Anda dalam situasi<br />

kelompok. Ketika melakukan sharing profil, cobalah untuk bertanya kepada setiap anggota<br />

kelompok untuk mengetahui latar belakang atau konteks atau situasi yang melatarbelakangi<br />

profil kepribadian yang bersangkutan.<br />

Pertanyaan-pertanyaan penuntun dalam kegiatan Sharing profil kepribadian<br />

Innerview: memahami orang lain<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

Di mana anda dilahirkan dan dibesarkan<br />

Tips: dalam keadaan waktu<br />

Pengalaman apa yang paling berkesan dari masa kecil terbatas, pilih pertanyaan<br />

anda<br />

yang menurut Anda menjadi<br />

pertanyaan prioritas.<br />

Apa pengaruh masa kecil anda terhadap hidup anda<br />

saat ini<br />

Siapakah orang yang paling berjasa membina Anda Mengapa<br />

•<br />

•<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

7


5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

9.<br />

10.<br />

11.<br />

12.<br />

13.<br />

14.<br />

15.<br />

16.<br />

17.<br />

18.<br />

19.<br />

Seberapa pentingnya keluarga bagi Anda Mengapa<br />

Apa pendidikan terakhir Anda<br />

Siapa yang mendukung pendidikan Anda<br />

Apa prestasi yang paling Anda banggakan dari masa studi Anda<br />

Sejauh mana pendidikan Anda berkaitan dengan pekerjaan Anda sekarang<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>-pelatihan apa saja yang pernah Anda ikuti<br />

Dimana pertama kali Anda mempelajari program PMD<br />

Bagimana situasi kerja di tempat Anda saat ini<br />

Bagaimana kerjasama Anda dengan rekan sekerja<br />

Hal apa yang paling menyenangkan dalam pekerjaan Anda saat ini Mengapa<br />

Hal-hal apa saja dalam pekerjaan Anda yang membuat Anda frustrasi<br />

Apa falsafah hidup Anda Bagaimana bisa seperti itu<br />

Apa kiat Anda menghadapi kegagalan<br />

Apa nasehat Anda untuk mereka yang ingin bekerja sebagai pelatih dan atau<br />

fasilitator PMD<br />

Hal-hal apa saja yang dapat membuat Anda bergembira dan bahagia dalam hidup Anda<br />

SARIPATI:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Dua hal yang paling berguna/bermanfaat yang saya peroleh dari sesi ini adalah:<br />

a. …………………………………………………………….<br />

b. …………………………………………………………….<br />

Alasan saya berkata demikian adalah:<br />

………………………………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………………………………<br />

Ide-ide pada pokok (1) tersebut akan saya terapkan dengan cara:<br />

a. ……………………………………………………….<br />

b. ………………………………………………………..<br />

Hambatan yang mungkin muncul adalah:<br />

………………………………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………………………………<br />

………………………………………………………………………………<br />

Hal-hal yang akan saya lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan di atas adalah:<br />

.........................................................................................................................................................<br />

..........................................................................................................................................<br />

Bahan Bacaan<br />

8<br />

• Gentong Yang Retak<br />

• Peta Sifat-sifat Dasar


SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI<br />

Tujuan<br />

Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh<br />

pemaknaan terhadap kegagalan dan kesuksesan yang pernah dilakukan.<br />

Bahan<br />

Form lembar kerja keberhasilan dan komitmen.<br />

Waktu<br />

45 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

<strong>Pelatih</strong> menyampaikan materi dengan ceramah.<br />

Setelah menyampaikan materi, pelatih meminta peserta untuk mengisi 2 lembar kerja<br />

di bawah (pengalaman berhasil dan komitmen untuk berhasil).<br />

Lembar kerja yang telah diisi peserta dikumpulkan, dan secara acak dibahas oleh<br />

pelatih (berdasarkan ketersediaan waktu).<br />

Lembar Kerja<br />

Pengalaman Berhasil Sebagai <strong>Pelatih</strong><br />

Pengalaman<br />

Faktor Pribadi yang Menyebabkan<br />

Keberhasilan<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

9


Komitmen Untuk Berhasil Sebagai <strong>Pelatih</strong><br />

Proyek/Kegiatan yang<br />

Akan Dilakukan dengan Berhasil<br />

Potensi Diri yang<br />

Akan Menyebakan Keberhasilan<br />

Bahan Bacaan<br />

• Sikap Terhadap Diri Sendiri<br />

10


KONTRAK BELAJAR<br />

Tujuan<br />

Di akhir sesi peserta diharapkan:<br />

• dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing terkait keikutsertaan mereka<br />

dalam <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyakarat.<br />

• dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau mengapa tidak dapat dicapai.<br />

Diakhir pelatihan, peserta dan pelatih:<br />

• melihat kembali harapan mereka dan menentukan mana dari harapan-harapan mereka<br />

yang dapat atau tidak dapat tercapai.<br />

Bahan<br />

Post-it<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> menunjukkan agenda pelatihan dan menjelaskan bahwa agenda itu dibuat<br />

berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu. Jelaskan pula bahwa setelah membaca<br />

agenda secara detail, mungkin peserta mempunyai harapan tertentu, atau hal-hal yang<br />

mereka harapkan dan tidak harapkan terjadi.<br />

2. Bagikan 2 lembar kertas post-it kepada peserta, dan mintalah untuk menulis 2 hal yang<br />

diharapkan terjadi dan 2 hal yang tidak diharapkan terjadi. Tekankan bahwa yang<br />

ditulis harus spesifik dan ditulis dengan jelas.<br />

3. Setelah semua selesai, mintalah mereka maju ke depan dan menempelkan post it mereka<br />

ke papan tulis. Sebelumnya papan tulis telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian<br />

untuk menempelkan sambil membaca apa yang ditulis oleh yang lain.<br />

4.<br />

5.<br />

<strong>Pelatih</strong> mengklasifikasi pandangan peserta, menyortir hal-hal berikut:<br />

a. Mana harapan yang dapat dicapai,<br />

b. Mana harapan yang mungkin tercapai,<br />

c. Mana harapan yang mungkin tidak akan tercapai,<br />

d. Mana harapan yang akan tercapai hanya dengan komitment kuat peserta,<br />

e. Mana dari harapan peserta yang samasekali tidak akan tercapai.<br />

<strong>Fasilitator</strong> menjelaskan pencapaian harapan (4) dengan hari atau sesi-sesi tertentu<br />

dalam pelatihan.<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

11


Catatan<br />

Mengaitkan harapan dengan masing-masing sesi secara spesifik: Jika harapan<br />

dituliskan dengan baik dan spesifik, anda bisa menempelkannya pada alur<br />

agenda. Ini akan memberikan gambaran yang jelas kepada peserta tentang<br />

kapan harapan mereka akan tercapai, dan juga mengingatkan anda untuk<br />

merujuk pada harapan-harapan tertentu selama pelatihan berlangsung.<br />

Mendorong pembelajaran untuk diri sendiri: Ide lain yang dapat dilakukan<br />

adalah meminta peserta menempelkan harapan mereka pada gambar diri<br />

yang dibuat pada sesi “mengenal diri sendiri dan orang lain”. Gunanya untuk<br />

mendorong mereka agar fokus pada proses belajar mereka selama pelatihan<br />

dan memonitor proses itu.<br />

12


MEMPERSIAPKAN SITUASI PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Di akhir sesi peserta diharapkan dapat:<br />

• menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan<br />

• menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing<br />

• berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan<br />

Bahan<br />

• Alur pelatihan yang ditulis/digambar pada flip chart besar<br />

• Tujuan/Objektif/Hasil dari pelatihan yang dituliskan pada flip chart (beberapa kalau<br />

perlu)<br />

• Jadwal harian<br />

• Daftar hal-hal logistik<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1. Jelaskan bahwa kita akan menyiapkan setting dengan melihat tujuan, objektif, alur<br />

dan proses dari pelatihan. Kita akan mendiskusikan WHY (MENGAPA), WHAT<br />

(APA), HOW (BAGAIMANA), WHO (SIAPA) dan WHEN (KAPAN) dengan cara<br />

partisipatif.<br />

2. Pertama-tama jelaskan MENGAPA dengan menempelkan flip chart bertuliskan tujuan<br />

dan objektif pelatihan, serta jelaskan bagaimana semuanya ditentukan. Biasanya, tujuan<br />

akan termasuk belajar tentang belajar atau mengajar. Jika ada pertanyaan, berikan<br />

klarifikasi kemudian tempelkan di tempat yang mudah dilihat sepanjang pelatihan<br />

berlangsung.<br />

3. Jelaskan bahwa peserta pelatihan kemudian akan membicarakan APA dari pelatihan<br />

dan letakkan tumpukan flip chart yang berisikan alur pelatihan di tengah-tengah<br />

ruangan. Mintalah beberapa relawan untuk mengambil flip chart tersebut, kemudian<br />

mengurutkannya dengan berdiri menghadap peserta yang lain sambil membawa flip<br />

chart itu. Bersama dengan semua peserta, pelajari alur itu sambil memberikan klarifikasi<br />

dan kesempatan kepada orang untuk bertanya.<br />

Jelaskan sekarang peserta pelatihan akan melihat<br />

4. BAGAIMANA pelatihan akan<br />

diselenggarakan. Mintalah agar mereka menebak berapa persen orang dewasa<br />

menggunakan apa yang mereka dengar (20%), apa yang mereka lihat dan dengar<br />

(40%), dan apa yang mereka alami (80%). Jelaskan bahwa metode yang digunakan akan<br />

menjadi metode yang diajarkan, yaitu metode partisipatif.<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

13


5. Jelaskan bahwa SIAPA berhubungan erat dengan BAGAIMANA. Tanyakan kepada<br />

mereka, apa yang dilihat dari peran anda sebagai pelatih dan peran mereka sebagai<br />

peserta. Tekankan bahwa semua peserta yang datang kaya dengan pengalaman, dan<br />

proses belajar akan terjadi melalui sharing atau saling berbagi, misalnya dalam kerja<br />

kelompok kecil.<br />

6. Jelasakan KAPAN pelatihan dilakukan dengan menempelkan dan mereview jadwal/<br />

agenda.<br />

7.<br />

Tambahkan pengumuman-pengumuman logistik seperti makanan, akomodasi, uang,<br />

dan sebagainya.<br />

Catatan<br />

Jika pelatihan ini adalah bagian dari program yang lebih panjang,<br />

jelaskan objektif dan alur dari seluruh program. Tambahkan aspek<br />

komitmen terhadap seluruh proses dari semua pihak (pelatih, peserta, dan<br />

penyelenggara)<br />

14


MENETAPKAN NORMA KELOMPOK<br />

Tujuan<br />

Di akhir sesi peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan digunakan<br />

selama pelatihan berlangsung.<br />

Bahan<br />

Flip chart dengan usulan beberapa norma<br />

Waktu<br />

30 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa karena kebanyakan di antara peserta belum mengenal<br />

dengan baik, sedangkan harus bekerja bersama untuk menyelesaikan pelatihan ini,<br />

maka adalah berguna mencari kesepakatan tentang bagaimana akan bekerja bersama.<br />

Jelaskan pula bahwa hal ini dapat dicapai dengan menyepakati beberapa aturan main<br />

atau norma belajar. Bagi peserta dalam kelompok dengan anggota 6 orang.<br />

<strong>Pelatih</strong> memberikan beberapa contoh, tetapi kelompok harus menambahnya. Tuliskan<br />

setiap norma satu demi satu; dan tanyakan apakah norma yang dituliskan berguna dan<br />

apakah disetujui semua orang. Beberapa contoh:<br />

• Setiap orang berhak untuk mengerti<br />

• Setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik<br />

• Setiap orang harus mendapat kesempatan berpartisipasi<br />

• Setiap orang bertanggung-jawab untuk berpartisipasi<br />

• Kita saling membantu dalam belajar<br />

• Dilarang merokok dalam ruangan<br />

• dan sebagainya.<br />

Mintalah agar peserta berpikir sejenak tentang norma yang ingin mereka tambahkan,<br />

lalu persilahkan mereka bertukar pikiran dengan yang lain dalam kelompok dimana<br />

mereka bisa merefleksikan pengalaman dari pelatihan yang lain.<br />

Tanyakan pada masing-masing kelompok agar memberikan usulan mereka. Jika yang<br />

lain sepakat, dapat dituliskan pada daftar norma belajar.<br />

Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, setiap orang bisa saling mengingatkan<br />

tentang norma belajar yang disepakati, dan dapat mengubah atau menambahkannya<br />

sesuai kebutuhan.<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

15


6.<br />

7.<br />

Lakukan refleksi kegiatan dengan bertanya apakah peserta pernah melakukan<br />

ini sebelumnya, apa yang menjadi tujuan kegiatan ini, dan apakah mereka akan<br />

menggunakannya dalam pelatihan yang mereka selenggarakan.<br />

Norma yang telah disepakati, ditempel di dinding dalam ruang kelas selama<br />

pelatihan berlangsung. Setiap peserta mempunyai tanggung jawab untuk senantiasa<br />

mengingatkan kepada peserta atau pelatih mengenai norma tersebut, jika mendapati<br />

terjadinya pelanggaran.<br />

Catatan<br />

Penting sekali untuk menumbuhkan rasa memiliki peserta terhadap norma<br />

belajar. Jika peserta mengganggap itu sebagai peraturan yang dipaksakan,<br />

akibatnya tidak akan efektif. Sangat penting bahwa peserta merumuskan<br />

sendiri norma-norma mereka kemudian menyepakatinya secara kelompok.<br />

Tempelkan daftar norma itu di tempat yang mudah dilihat, dan jika ada<br />

masalah dalam dinamika kerja kelompok, tinjaulah kembali norma yang sudah<br />

ada atau mintakan usulan tambahan norma yang sesuai.<br />

16


PRE TEST<br />

Tujuan<br />

Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait kompetensinya sebagai<br />

pelatih.<br />

Bahan<br />

Bahan pre test sebanyak peserta<br />

Waktu<br />

30 menit<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> menjelaskan tujuan pre test dan serta bagaimana mengisi/mengerjakan soalsoal<br />

yang ada dalam pre test tersebut. Beri kesempatan peserta untuk mengajukan<br />

pertanyaan, jika ada hal yang belum jelas.<br />

2.<br />

Peserta mengerjakan.<br />

3. <strong>Pelatih</strong> mengumpulkan hasil pre test setelah semua peserta selesai mengisinya.<br />

4.<br />

Akhiri sesi dengan memberikan motivasi atau yel-yel yang dapat membangkitkan<br />

semangat mereka.<br />

Lembar Kerja<br />

LEMBAR PRE TEST<br />

Nama Peserta:<br />

Asal peserta :<br />

Petunjuk<br />

Berilah nilai berdasarkan 10 dimensi fasilitasi, dengan membubuhkan tanda centang pada<br />

kolom BAIK atau SEDANG atau KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut<br />

bergerak dari nilai yang rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

17


No<br />

Dimensi<br />

1. Dalam membangun rapport, SAYA:<br />

Memberi respon dengan menyebut nama peserta,<br />

memberi dukungan dan motivasi agar tidak takut<br />

mencoba atau gagal, menjadikan peserta sebagai<br />

pembelajar yang aktif, bertindak dengan antusias,<br />

tidak meremehkan peserta<br />

Baik Sedang Kurang Catatan<br />

6 5 4 3 2 1<br />

2. Dalam melakukan fasilitasi, SAYA:<br />

Menunjukkan keterbukaan, menunjukkan empati,<br />

mampu mendiagnosis masalah, memotivasi<br />

peserta secara verbal maupun non verbal, mampu<br />

menyelesaikan perbedaan pendapat<br />

3. Dalam menyimak, SAYA:<br />

Menunjukkan adanya perhatian, menunjukkan<br />

empati, membantu peserta untuk<br />

mengembangkan kompetensi, memotivasi<br />

peserta untuk memecahkan masalah-masalahnya,<br />

mampu diam saat harus diam, tidak memotong<br />

pembicaraan/menyela, mendorong peserta untuk<br />

berbicara secepatnya<br />

4. Dalam melakukan pengamatan, SAYA:<br />

Mampu memahami petunjuk non verbal peserta<br />

5. Ketika bertanya, SAYA:<br />

Menunjukkan kemampuan mendengar, mampu<br />

mendorong keterlibatan peserta untuk mencari<br />

jawaban, mampu mendorong peserta yang<br />

pasif untuk aktif, mampu menggunakan jenis<br />

pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat,<br />

6. Ketika memberi dan menerima umpan balik,<br />

SAYA:<br />

Tidak terburu-buru memberi umpan balik, tidak<br />

terkesan memberi pembelaan diri, menjernihkan<br />

persoalan dengan mengajukan pertanyaan<br />

sebelum memberi umpan balik, menyampaikan<br />

umpan balik dengan spesifik dan jelas, tidak<br />

bersifat personal judgement, mengucapkan terima<br />

kasih kepada peserta yang memberi umpan balik<br />

18


7. Dalam melakukan parafrase, menguji dan dialog,<br />

SAYA:<br />

Mengulang pernyataan atau pertanyaan peserta<br />

dengan tujuan memastikan pemahaman yang<br />

tepat/benar, mampu mengajukan pertanyaan<br />

untuk mendapat pemahaman, tidak melompat<br />

dari pertanyaan yang satu ke pertanyaan lain,<br />

tidak berasumsi, senantiasa mengajukan jenis<br />

pertanyaan terbuka, memberi kesempatan<br />

terhadap munculnya perspektif yang lain/berbeda<br />

8. Ketika menyampaikan materi pelatihan; SAYA:<br />

Menyampaikan salam pembuka, menyampaikan<br />

tujuan instruksional, menyampaikan deskripsi<br />

materi pelatihan, menyampaikan garis besar<br />

alur proses dan metode, menyampaikan<br />

resume, menyampaikan pertanyaan diagnosis,<br />

menyampaikan petunjuk (clue) yang menghantar<br />

ke materi selanjutnya, menyampaikan salam<br />

penutup<br />

9 Terkait dengan penguasaan materi, SAYA:<br />

Mampu menjawab pertanyaan peserta<br />

dengan percaya diri, tidak memberi kesan<br />

mempertahankan diri, tidak mengalihkan<br />

pertanyaan peserta ke hal lain yang tidak ada<br />

hubungannya, konsisten dengan penyampaian<br />

materi dari awal hingga akhir<br />

10. Terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan<br />

metode dan media pelatihan, SAYA:<br />

Menyampaikan tujuan instruksional, menjelaskan<br />

metode dan prosedur pelatihan, menggunakan<br />

media pembelajaran dengan efektif, melibatkan<br />

peserta dalam proses pembelajaran, memberikan<br />

kesempatan kepada peserta untuk praktek,<br />

mampu menjawab pertanyan peserta terkait<br />

perbedaan diantara metode-metode pelatihan<br />

yang ada<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

19


PRAKTEK UMPAN BALIK<br />

Tujuan<br />

Di akhir pelatihan:<br />

• peserta melakukan pengamatan dan memberikan penilaian terhadap perilaku peserta<br />

yang lain<br />

• memutuskan untuk menerima masukan yang positif dan konstruktif dari peserta lain<br />

terhadap perilaku mereka<br />

Bahan<br />

Kartu-kartu masukan/umpan balik untuk semua peserta (disiapkan oleh support team).<br />

Ada dua jenis kartu: kartu pertama akan dituliskan hal-hal yang positif dan kartu yang ke<br />

dua adalah hal-hal yang terkait dengan kekurangan. Setiap peserta memperoleh dua kartu.<br />

Waktu<br />

10 menit untuk menjelaskan kegiatan pada awal pelatihan<br />

20 menit untuk mendiskusikannya pada hari terakhir<br />

Proses<br />

Perkenalan<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan tujuan kegiatan. Beritahukan ke peserta bahwa mereka akan<br />

mendapat kartu bertuliskan nama seorang peserta lain (tunjukkan kartunya).<br />

2. Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, peserta harus mengamati rekannya<br />

3.<br />

4.<br />

tersebut dan menuliskan hal-hal positif dan kekurangan-kekurangan [sebagai pelatih<br />

fasilitator pemberdayaan masyarakat] yang mereka amati berdasarkan yang dilihat dan<br />

yang didengar.<br />

Setelah tujuan dan instruksi sesi ini jelas, pelatih membagikan kartu-kartu itu (kocok<br />

dulu) dan tekankan bahwa peserta tidak boleh saling menunjukkan kartunya kepada<br />

yang lain.<br />

Katakan bahwa di akhir pelatihan kartu yang penuh berisikan umpan balik yang positif<br />

itu akan dikumpulkan dan diberikan kepada pemilik nama kartu itu sebagai hadiah<br />

perpisahan. Peserta akan menerima kartu berisi pengamatan-pengamatan positif<br />

tentang mereka. Tetapi mereka tidak akan tahu siapa yang menulisnya.<br />

20


Pembagian di hari terakhir<br />

1. Kumpulkan semua kartu pada awal hari terakhir. Bacalah sekilas tanpa<br />

memperlihatkannya kepada yang lain untuk memastikan agar tidak ada umpan balik<br />

negatif yang dituliskan.<br />

2. Akhiri pelatihan dengan positif dengan membagikan kartu-kartu umpan balik sebagai<br />

hadiah perpisahan untuk semua peserta. Katakan bahwa kartu itu sangat berharga dan<br />

sebaiknya disimpan dengan baik, sehingga pada saat-saat mereka merasa sedih atau<br />

patah semangat dan membutuhkan energi yang positif, mereka tinggal mengambil<br />

kartu itu dan membacanya.<br />

Catatan<br />

Pada waktu kegiatan ini diperkenalkan, peserta harus betul-betul mengerti<br />

bahwa kegiatan ini BUKAN kesempatan untuk diam-diam menulis hal-hal<br />

yang negatif tentang orang yang diamatinya!<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

21


UMPAN BALIK HARIAN<br />

Tujuan<br />

Di akhir sesi panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian sistem bergiliran<br />

Bahan<br />

-<br />

Waktu<br />

30 menit<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> menjelaskan yang dimaksud dengan umpan balik harian (lihat bahan bacaan<br />

pokok).<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Tanyakan pada peserta siapa saja yang pernah meminta umpan balik dari peserta<br />

pelatihan yang mereka selenggarakan (catat nama-nama peserta itu sebagai anggota<br />

kelompok pertama). Tanyakan mengapa ini dilakukan dan bagaimana caranya.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa peserta akan melakukan kegiatan-kegiatan umpan balik<br />

harian di akhir setiap hari selama pelatihan dilakukan. Gunanya untuk memonitor terus<br />

jalannya pelatihan, tetapi selain itu untuk memberikan kesempatan bagi peserta untuk<br />

bereksperimen dengan berbagai cara mengumpulkan, menganalisa, dan memberikan<br />

sharing umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat proses pengumpulan, analisa, dan<br />

pemberiannya kembali keesokan harinya.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa untuk pelatihan ini, peserta akan memberikan umpan<br />

balik untuk memberikan kesempatan bagi mereka melatih keterampilan memantau<br />

proses belajar dalam lingkungan yang aman (tidak mengancam). Perkenalkan gagasan<br />

kelompok-kelompok umpan balik harian dan pelajari bersama peran dan tugas mereka<br />

(lihat bahan bacaan pokok).<br />

Jelaskan pula bahwa untuk besok hari dan sampai hari terakhir, Anda (pelatih) bersama<br />

peserta akan menentukan kelompok umpan balik.<br />

<strong>Pelatih</strong> membagi dan membentuk kelompok umpan balik dengan jumlah anggota 5<br />

orang. Juga tentukan jadwal (hari dan tanggal) bertugasnya.<br />

22


Catatan<br />

• Selama pelatihan berjalan, berikan dorongan kepada kelompok umpan balik agar<br />

meningkatkan keterampilan mereka dalam mengumpulkan, menganalisa dan<br />

menyampaikan umpan balik.<br />

• Berikan pujian kepada kelompok kalau ada perkembangan menonjol dan dorong<br />

mereka untuk menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari kegiatan tiap<br />

hari, tingkat energi, dan keterbukaan kelompok.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Umpan Balik Harian<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

23


BAHAN BACAAN POKOK MODUL I<br />

GENTONG YANG RETAK<br />

”Jangan takut akan kekurangan-kekuranganmu!”<br />

Alkisah seorang Pemikul Air yang mempunyai dua buah gentong besar, yang digantungkan<br />

pada sebatang bambu yang dipikulnya. Salah satu gentong itu retak. Gentong yang tidak<br />

retak selalu bekerja dengan baik dan membawa pulang segentong air penuh pada akhir<br />

perjalanan panjang dari sungai hingga rumah majikan si Pemikul Air, sedangkan gentong<br />

yang retak hanya berhasil membawa pulang setengah gentong air.<br />

Selama dua tahun hal yang sama terjadi, dari hari ke hari, si Pemikul Air hanya bisa<br />

mengantarkan satu setengah gentong air ke rumah majikannya. Sudah tentu Gentong<br />

Sempurna sangat bangga atas keberhasilannya yang sempurna pula. Sedangkan Gentong<br />

Retak sangat malu karena kekurangannya, dan sedih karena hanya bisa memenuhi<br />

setengah dari tugasnya.<br />

Setelah merasa gagal selama dua tahun, Gentong Retak itu berkata pada si<br />

Pemikul Air pada waktu berada di tepi sungai, “Saya sangat malu dan ingin minta maaf.”<br />

Si Pemikul bertanya, “Ada apa Mengapa kamu malu” “Karena,” kata si Gentong Retak,<br />

“selama dua tahun terakhir ini saya hanya bisa membawa setengah gentong air gara-gara<br />

retakan ini yang membuat air bocor keluar sepanjang jalan menuju rumah majikanmu.”<br />

Si Pemikul Air merasa kasihan pada Gentong Retak yang tua itu, dan dengan ramah<br />

mengatakan, “Nanti kalau kita kembali ke rumah Pak Majikan, perhatikan bunga-bunga<br />

indah sepanjang jalan menuju rumahnya.“<br />

Memang betul, di sepanjang jalan menuju rumah Pak Majikan, Gentong Retak<br />

melihat bunga-bunga indah yang dihangatkan oleh sinar matahari, dan hatinya sedikit<br />

terhibur. Tetapi, ketika tiba di rumah Pak Majikan, ia kembali sedih karena lagi-lagi<br />

setengah isinya bocor sepanjang perjalanan. Gentong Retak meminta maaf lagi kepada<br />

Si Pemikul Air atas kegagalannya.<br />

Si Pemikul Air berkata, “Apakah kamu perhatikan bahwa bunga-bunga itu<br />

hanya tumbuh pada sisi yang kamu lewati, tetapi tidak pada sisi yang dilewati Gentong<br />

Sempurna Itu terjadi karena dari awal saya mengetahui kekurangan kamu, tetapi<br />

kemudian memanfaatkannya. Saya menanam biji bunga sepanjang sisi jalan yang kamu<br />

lewati, dan setiap hari, sepanjang kita berjalan dari sungai sampai rumah Pak Majikan,<br />

kamu telah menyirami mereka dengan air yang bocor itu. Selama dua tahun saya dapat<br />

menghiasi meja makan Pak Majikan dengan bunga-bunga yang indah itu. Tanpa kamu<br />

menjadi dirimu sendiri, Pak Majikan tidak akan bisa menikmati keindahan itu dalam<br />

rumahnya.” Kita semua mempunyai kekurangan yang unik. Kita semua adalah gentonggentong<br />

yang retak. Jangan takut akan kekurangan-kekurangan itu.<br />

Terimalah, dan percayalah bahwa kamu juga bisa menjadi pencipta keindahan.<br />

Dalam memahami kekurangan kita, kita juga menemukan kekuatan kita sendiri.<br />

24


1 Hal yang<br />

diinginkan<br />

PETA SIFAT-SIFAT DASAR<br />

DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT<br />

Mengatur<br />

2 Ruang kerja Formal, prestisius,<br />

berstruktur<br />

Mempengaruhi<br />

orang lain<br />

Menarik, penuh<br />

warna, sentuhan<br />

pribadi<br />

Ketenangan<br />

Pribadi, santai,<br />

informal<br />

Sistem yang baik<br />

Berstruktur, rapi,<br />

fungsional<br />

3 Irama kerja Cepat dan tegas Cepat dan spontan Lambat dan santai Lambat dan<br />

sistematik<br />

4 Penampilan Formal, konservatif Modis dan trendi Biasa dan santai Fungsonal, dinas<br />

5 Prioritas utama Tugas dan hasilnya Jadi pusat perhatian Keharmonisan<br />

hubungan kerja<br />

6 Hal yang<br />

ditakutkan<br />

7 Bila stress dan<br />

terpojok<br />

8 Mencari dan<br />

mengutamakan<br />

9 Pertimbangan<br />

membeli<br />

10 Memperoleh rasa<br />

aman<br />

11 Ingin<br />

mempertahankan<br />

12 Dukungan yang<br />

diharapkan dari<br />

orang lain<br />

13 Strategi untuk<br />

diterima<br />

14 Mengharapkan<br />

orang lain<br />

15 Posisi yang<br />

diinginkan<br />

Tugas dan<br />

prosesnya<br />

Kehilangan kontrol Diabaikan Konfrontasi Bertindak salah,<br />

tidak akurat<br />

Diktator dan<br />

keras kepala<br />

Menyerang dan<br />

sarkastik<br />

Diam dan kompromi<br />

Mundur dan<br />

menghindar<br />

Produktivitas Perhatian Persetujuan Akurasi<br />

Apa yang<br />

dihasilkannya<br />

Berapa harganya<br />

terhadap<br />

peningkatan citra<br />

dan gengsi<br />

mempengaruhi<br />

lingkungan diri saya<br />

Apakah pembelian<br />

itu logis dan<br />

masuk akal<br />

Mengontrol Fleksibilitas Hubungan akrab Persiapan matang<br />

Sukses Status Hubungan baik Kredibilitas<br />

Sasaran Ide Dukungan Pelaksanaan tugas<br />

dengan sistematis<br />

Kompetisi,<br />

kepemimpinan dan<br />

kerja keras<br />

Tegas<br />

Lugas<br />

16 Tidak suka pada Inefisiensi dan<br />

ketidak-tegasan<br />

17 Ukuran sukses<br />

pribadi<br />

18 Jika membuat<br />

keputusan<br />

19 Volume dan<br />

intonasi suara<br />

Hangat<br />

Lincah<br />

Menarik<br />

Loyalitas<br />

Kompromi<br />

Penurutan<br />

Ketelitian<br />

Ketuntasan<br />

Kerapian<br />

Sedia mendengar Baik dan ‘manis’ Tepat dan persis<br />

Saya mengatur Saya diperhatikan Saya disenangi Saya benar<br />

Hasil<br />

Rekor<br />

Keberhasilan<br />

Kemajuan<br />

Rutinitas dan<br />

peraturan<br />

Pengakuan<br />

Pujian<br />

Tepuk tangan<br />

Ketaksabaran dan<br />

ketaksensitifan<br />

Kecocokkan<br />

Hubungan baik<br />

Silaturahmi<br />

Cepat dan tegas Cepat dan spontan Memperkelompokbangkan<br />

perasaan<br />

orang lain<br />

Keras dan tegas<br />

Keras,<br />

menyenangkan<br />

Lembut dan<br />

memotivasi<br />

Kejutan dan<br />

ketidakpastian<br />

Presisi<br />

Akurasi<br />

Logika<br />

Berdasarkan data<br />

dan fakta<br />

Medium dan<br />

netral<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

25


SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI<br />

Dalam kehidupan keseharian, kita sering menghadapi sejumlah pengalaman yang dapat membuat<br />

sikap kita lebih positif atau justru lebih negatif. Umumnya hal yang kita ingat biasanya berkaitan<br />

dengan hal-hal yang luar biasa, bisa baik ataupun buruk. Bila kita berhasil dalam salah satu aspek<br />

pekerjaan, maka sikap kita cenderung positif. Sebaliknya, sikap kita cenderung negatif jika salah<br />

satu aspek pekerjaan kita menemui kegagalan.<br />

Kita cenderung menganggap biasa terhadap banyak hal yang kita selesaikan setiap hari.<br />

Misalnya, banyak di antara kita menempuh perjalanan puluhan kilometer tiap hari, dari dan ke<br />

tempat kerja. Bila kita ingat bagaimana pertama kali kita belajar menyetir mobil atau mengendarai<br />

sepeda motor, dengan penuh konsentrasi kita berusaha mengemudi atau mengontrol kendaraan<br />

yang berat tersebut agar tidak terjadi kecelakaan. Bandingkan dengan sekarang, ketika kita<br />

sudah lancar mengemudi atau mengendarai kendaraan tersebut Bagaimana sikap kita Itu<br />

adalah salah satu contoh dari sekian banyak keterampilan yang tidak lagi dianggap sebagai suatu<br />

keberhasilan. Coba pikirkan betapa banyaknya hal yang sekarang kita lakukan setiap hari, yang<br />

dahulu tampaknya sangat sulit untuk dilakukan.<br />

Jadi, memang kita mengalami banyak keberhasilan yang pada saat sekarang menjadi<br />

terlihat biasa-biasa saja. Kita lalu mengatakan hal itu sebagai suatu yang rutin dan tidak memiliki<br />

daya tarik lagi. Lama kelamaan kita menganggap biasa terhadap semua keberhasilan kita. Hal<br />

ini mengakibatkan kita jarang mengalami suasana menikmati rasa harga diri dan sikap positif<br />

terhadap diri sendiri.<br />

Satu cara untuk meningkatkan sikap positif terhadap diri sendiri adalah “merayakan”<br />

kesuksesan yang kita raih sehari-hari. Tekniknya ialah membuat catatan sukses harian yang<br />

berupa catatan dari semua kesuksesan yang telah kita raih setiap hari. Pada waktu tertentu kita<br />

dapat membaca kembali catatan tersebut agar kita dapat mengembangkan sikap yang tepat<br />

terhadap diri kita sendiri.<br />

Pandangan Baru Terhadap Kesalahan<br />

Kita dapat merubah sikap terhadap diri kita sendiri dengan cara merubah cara pandang kita<br />

terhadap hal-hal yang telah kita lakukan di masa lalu. Kita sadar bahwa keberhasilan ataupun<br />

kegagalan yang pernah menghampiri hidup kita seringkali memberi dampak kepada cara pandang<br />

kita.<br />

Agar dapat menempatkan kesalahan dalam perspektif yang benar dan tepat, maka kita<br />

terlebih dahulu harus tahu apa itu kesalahan dan bagaimana dampaknya terhadap sikap kita<br />

sekarang.<br />

1. Kesalahan adalah sesuatu yang kita perbuat pada waktu lampau. Tidak pernah kita<br />

mengatakan, “Saya sedang melakukan kesalahan” atau “Besok saya akan/ingin melakukan<br />

kesalahan.”<br />

26<br />

2.<br />

Tanyakan pada diri anda, “Perlukah kita membiarkan perisitiwa-peristiwa tertentu di<br />

masa lampau mempengaruhi sikap kita terhadap diri kita sendiri”


3.<br />

Contoh: <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> pelatih yang sedianya akan diadakan dua minggu mendatang ternyata<br />

diubah waktu dan tempatnya. Kita harus memberitahu seseorang mengenai perubahan<br />

tersebut. Persoalannya orang tersebut berdomisili jauh dari tempat kita. Di kantor kita<br />

sedang digalakkan penghematan pemakaian telepon interlokal dan kita memutuskan<br />

untuk menyampaikan informasi tersebut via surat. Tapi, pada saat yang bersamaan kita<br />

tidak tahu bahwa orang tersebut telah dipindah-tugaskan ke kantor yang lain. Pada saat<br />

surat kita tiba segala sesuatunya telah terlambat.<br />

Apakah kita telah melakukan kesalahan<br />

Terhadap pengalaman kita di masa lampau, kita sering memberi penilaian. Yang perlu<br />

kita perhatikan adalah bagaimana penilaian-penilaian tersebut berpengaruh atau tidak<br />

berpengaruh pada sikap kita terhadap diri kita sendiri.<br />

Informasi tentang situasi tertentu tidak pernah sempurna. Artinya, tidak semua<br />

informasi kita miliki. Atas kesadaran itu, kita tetap harus membuat dan mengambil<br />

keputusan. Kita baru mengetahui bahwa ada alternatif lain yang terbaik setelah beberapa<br />

waktu kemudian. Untuk itu, kita harus meyakini bahwa pada saat keputusan diambil, kita<br />

sudah mendasarkan pada informasi yang saat itu kita ketahui adalah benar.<br />

Kita tidak bisa merubah kejadian di masa lampau, tapi kita dapat membuat dan<br />

mengambil pelajaran yang konstruktif bagi perkembangan dan pertumbuhan diri kita<br />

di masa yang akan datang. Kegagalan dipandang bukan sebagai kesalahan tapi sebagai<br />

pelajaran.<br />

Kita belajar dari kesalahan namun kita bertumbuh dari keberhasilan. Bertumbuh<br />

dan belajar tidak harus selalu sama. Walaupun kita dapat belajar dari kesalahan, kita dapat<br />

saja berhenti di sana dan tidak berjalan terus serta menerapkan apa yang kita pelajari.<br />

Ringkasan<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Peristiwa yang terjadi setiap hari sesungguhnya memberikan banyak alasan bagi kita<br />

untuk merasa berhasil. Asalkan kita tidak menganggap biasa terhadap hal-hal yang biasa<br />

kita selesaikan setiap harinya.<br />

Lihatlah kegagalan sebagai pelajaran bukan sebagai kesalahan.<br />

Peliharalah sikap mental yang mendatangkan ketenangan dan kegembiraan dengan<br />

cara: penuhi benak kita dengan hal-hal yang membawa damai, keberanian, kesehatan,<br />

dan harapan. Jauhkan pikiran dari keinginan untuk membalas dendam terhadap musuh<br />

sekalipun. Lakukan sesuatu dengan motif tanpa pamrih. Hitung berkat-berkat anda,<br />

bukan kemalangan. Ciptakan kebahagiaan bagi orang lain.<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

27


UMPAN BALIK HARIAN<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Apa itu Kelompok Umpan Balik Harian<br />

Kelompok umpan balik harian adalah kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang, yang tugasnya<br />

adalah bertanggung jawab atas umpan balik yang diperoleh dalam satu hari tertentu. Setiap<br />

hari kelompok umpan baliknya berbeda, supaya setiap orang mendapat kesempatan untuk<br />

melatih keterampilan ini.<br />

Apa yang harus dikerjakan kelompok umpan balik harian<br />

Kelompok ini bertanggung jawab untuk:<br />

• Waspada sepanjang hari tentang bagaimana perasaan peserta, apa yang mereka<br />

pikirkan, bagaimana mereka bereaksi, dan sebagainya.<br />

• Memilih dan menyiapkan metode umpan balik.<br />

• Mengumpulkan umpan balik.<br />

• Menganalisa dan menyimpulkan umpan balik.<br />

Kapan dan bagaimana membuat persiapan<br />

Setelah Anda terpilih menjadi anggota kelompok umpan balik, semua anggota harus<br />

berkumpul dan menyepakati metode yang akan digunakan berdasarkan pengalaman kolektif<br />

anggota kelompok dan pilihan yang disukai (baca bahan bacaan dengan seksama untuk<br />

mendapat gagasan baru). Jika Anda membutuhkan bantuan dari yang lain, seperti pelatih<br />

maupun peserta, jangan ragu untuk memintanya. Buatlah rencana tentang siapa akan<br />

melakukan apa dan siapkan metode serta bahan yang mungkin diperlukan.<br />

Apa yang dimaksud dengan umpan balik harian<br />

Mengakhiri setiap hari dengan kegiatan memberikan feedback atau umpan balik singkat<br />

memberikan kesempatan peserta untuk menilai perkembangan dari pelatihan yang sedang<br />

berlangsung, berdasarkan masukan dari semua yang hadir di situ. Kegiatan ini sering juga<br />

disebut review harian.<br />

Untuk apa dilakukan<br />

Kegiatan umpan balik harian memungkinkan para peserta memperoleh gambaran tentang<br />

perasaan dan reaksi peserta yang lain, sekaligus hal-hal apa yang telah dipelajari dan/atau<br />

usulan dari peserta. Umpan balik harian memperkuat desain pelatihan dan meningkatkan<br />

rasa kepemilikan.<br />

Bagaimana mendapatkan umpan balik<br />

Banyak cara untuk mendapatkan umpan balik, tingkat partisipasi, interaksi dan tingkat detil.<br />

Pilihannya tergantung pada tujuan, kelompok, waktu, dsb. Sebaiknya, umpan balik harian<br />

berlangsung paling sedikit selama 10 menit di akhir atau awal setiap hari. Tetapi bisa saja<br />

menjadi setengah jam, jika anda memilih melakukan umpan balik secara lisan atau kemudian<br />

mendiskusikan bagaimana sebaiknya memperbaiki pelatihan berdasarkan umpan balik yang<br />

diberikan.<br />

28


7.<br />

8.<br />

9.<br />

Doronglah peserta agar spesifik mengenai apa yang ingin diungkapkan, dan analitik tentang<br />

mengapa mereka mengungkapkan sesuatu. Pada awal pelatihan, mungkin peserta sangat<br />

tidak lazim dengan umpan balik harian, tetapi lama kelamaan mereka akan menjadi lebih<br />

terbiasa dalam merefleksikan apa yang dipelajari dan perasaan mereka, sehingga mereka juga<br />

akan menjadi lebih analitik. Karena itu, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah<br />

dijawab dalam memancing umpan balik, kemudian secara perlahan ajukan pertanyaanpertanyaan<br />

yang lebih analitik.<br />

Bagaimana menganalisis hasil umpan balik<br />

Cara paling mudah adalah menghitung jumlah tanggapan yang diperoleh terhadap beberapa<br />

aspek dari pelatihan hari itu, kemudian merangkum isi tanggapan-tanggapan tersebut.<br />

Dengan menghitung jumlah tanggapan, baik pelatih maupun peserta mendapat gambaran<br />

tentang aspek-aspek apa saja yang menarik perhatian peserta. Sedangkan rangkuman isi<br />

tanggapan menjelaskan alasannya.<br />

Bagaimana menyampaikan kembali hasil umpan balik<br />

Pada awal hari berikutnya, sampaikan rangkuman dari tanggapan serta komentar yang<br />

diperoleh dari kegiatan umpan balik hari sebelumnya. Berikan kesempatan pada peserta untuk<br />

menanggapi. Kalau hasilnya termasuk usulan, penting bagi Anda untuk menjelaskan apabila<br />

para pelatih mengusulkan adanya perubahan berdasarkan umpan balik yang diterima, atau<br />

jika tidak, apa alasannya. Jangan menyebutkan komentar-komentar negatif atau memalukan<br />

yang secara khusus ditujukan pada perorangan. Jika ada beberapa komentar tentang<br />

seseorang, anda bisa membicarakannya secara pribadi dengan orang yang bersangkutan.<br />

Beberapa gagasan untuk umpan balik:<br />

a.<br />

b.<br />

c.<br />

Kata Kenangan<br />

Minta agar peserta menuliskan kata-kata yang, misalnya:<br />

• paling menggambarkan apa yang telah dipelajari atau mencerminkan pengalaman<br />

dalam pelatihan hingga saat itu.<br />

• Kemudian bisa diikuti dengan pertanyaan: ”Mengapa Anda memilih kata-kata<br />

itu” atau ”Apakah Anda bisa menjelaskan kata-kata yang Anda pilih’<br />

Celengan atau Kotak Tabungan<br />

Siapkan sejumlah uang logam seharga 100 dan 500 rupiah, dan sebuah celengan atau<br />

kotak uang (yang bisa dibuka). Minta agar setiap peserta memilih satu uang logam yang<br />

mencerminkan tingkat kepuasan mereka pada hari itu kemudian dimasukkan kedalam<br />

celengan yang disediakan. Setiap peserta hanya boleh memilih satu koin saja. Kalau<br />

sangat puas, mereka harus memasukkan uang logam 500 rupiah, kalau kurang puas 100<br />

rupiah.<br />

Menggunakan metafor sebagai ungkapan perasaan atau hal yang dipelajari<br />

Minta agar peserta membandingkan pelatihan dengan jenis-jenis makanan. Kemudian,<br />

mereka harus menuliskan makanan apa yang paling melambangkan pengalaman mereka<br />

mengikuti pelatihan sampai saat itu, disertai alasan mengapa makanan tersebut yang<br />

dipilih.<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

29


d.<br />

e.<br />

f.<br />

g.<br />

30<br />

Menggunakan gambar<br />

Minta agar peserta menggambarkan perasaan mereka tentang pelatihan hari itu, dan<br />

tanyakan mengapa gambar tersebut yang dibuat.<br />

Kartu umpan balik<br />

Bagikan kartu metaplan atau post-it. Minta agar peserta menjawab dengan singkat pada<br />

metaplan atau post-it:<br />

• Apa yang paling menolong anda hari ini kemudian Mengapa atau<br />

• Apa yang paling bermanfaat, menarik, sulit... apa yang paling Anda sukai<br />

Dapat juga ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:<br />

• Apa yang paling tidak menolong, tidak bermanfaat... yang tidak Anda sukai<br />

Diikuti dengan<br />

• Apa yang perlu diperbaiki atau Apa usulan Anda<br />

Setelah kartu metaplan atau post it dikumpulkan, ada beberapa hal yang dapat<br />

dilakukan:<br />

1. Kalau waktu memungkinkan, kocok kartu itu, bagikan kembali, lalu minta agar<br />

para peserta membaca kartu yang didapatnya; atau<br />

2. Tempelkan kartu di depan dan mintalah peserta untuk mengelompokkannya.<br />

Diskusikan setelah ditimkan; atau<br />

3. Kumpulkan semua kartu, buatlah rangkuman setelah sesi selesai, kemudian<br />

sampaikan hasil umpan balik keesokan paginya sebelum acara dimulai.<br />

Melempar bola<br />

Tuliskan beberapa pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dievaluasi pada selembar kertas.<br />

Remas-remas kertas itu dan buatlah menjadi sebuah bola. Peserta kemudian diminta<br />

membentuk lingkaran, kemudian saling melemparkan bola kertas tadi selama Anda<br />

berbalik memunggungi mereka. Setelah beberapa saat, baliklah kembali menghadap<br />

mereka sambil menyerukan ”Stop!” Yang sedang memegang bola kertas itu harus<br />

membukanya dan menjawab pertanyaan yang pertama. Kalau perlu, anda bisa meminta<br />

peserta yang lain untuk membantu atau menambahkan pendapat mereka. Ulangi sampai<br />

semua pertanyaan terjawab. Harap diingat bahwa karena cara ini sifatnya lebih langsung,<br />

pertanyaan yang diajukan jangan menyinggung perasaan atau hal-hal yang sensitif, tetapi<br />

berfokus pada apa yang telah mereka pelajari hari itu.<br />

Variasi untuk melenpar bola<br />

Gunakan musik untuk menandakan kapan bola mulai dilempar dan kapan harus<br />

berhenti.<br />

Menyelesaikan kalimat<br />

Tuliskan di kertas plano (atau siapkan fotokopi untuk setiap peserta) beberapa pernyataan<br />

yang belum selesai, yang berkaitan dengan aspek-aspek pelatihan yang ingin dievaluasi.<br />

Misalnya:<br />

- Menurut saya, pelatihan ini efektif karena...<br />

- <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> ini bisa disempurnakan dengan...<br />

- <strong>Fasilitator</strong> bisa lebih efektif kalau...


h.<br />

i.<br />

j.<br />

Setiap peserta diminta menjawab semua pernyataan atau memilih pernyataan mana saja<br />

yang ingin ditanggapi.<br />

Pengukur suasana hati<br />

Kertas plano dengan gambar muka senang, muka biasa, dan muka sedih. Jelaskan arti<br />

dari masing-masing simbol kepada peserta, dan tempelkan kertas plano tersebut dekat<br />

pintu keluar ruangan. Mintalah agar peserta memberi tanda pada simbol yang sesuai<br />

dengan perasaan mereka terhadap acara hari itu dengan spidol atau stiker.<br />

Sebagai variasi, dapat digunakan post-it yang bertuliskan komentar peserta untuk<br />

memberi klarifikasi atas pilihan mereka. Untuk membedakan tim-tim peserta dari<br />

wilayah atau institusi yang berbeda, bisa digunakan kertas warna; seringkali akan terlihat<br />

adanya perbedaan persepsi. Perlu diingat bahwa cara ini harus tetap anonim, sehingga<br />

pembagian tim jangan terlalu kecil.<br />

Variasi lainnya adalah dengan menggunakan pengukur suasana hati selama seluruh pelatihan<br />

berlangsung, dengan mengukur perasaan peserta pada akhir setiap sesi pagi dan sore.<br />

Duka dan Suka<br />

Atur peserta dalam lingkaran, sehingga semua bisa saling melihat. Secara bergantian,<br />

setiap peserta melengkapi kalimat: ”Saya tidak suka ketika...”<br />

Jawabannya bisa menyangkut apa saja yang terjadi hari itu. Peserta boleh memilih untuk<br />

tidak menjawab apa-apa, atau menjawab sebanyak mungkin pada gilirannya. Peserta yang<br />

lain tidak boleh memberikan tanggapan atau menilai apa yang telah dikatakan. Anda,<br />

sebagai pelatih, harus pertama memulai dengan berbicara sejujur yang Anda harapkan<br />

dari peserta yang lain. Setelah semua memberikan tanggapan, hal yang sama dilakukan<br />

untuk menjawab apa yang mereka sukai. Kalimat yang harus dilengkapi adalah: “Saya<br />

suka ketika...” Kegiatan ini berakhir dengan hal-hal apa saja yang disukai, dengan<br />

demikian dalam suasana positif.<br />

Human Continuum<br />

• Pada dinding yang panjang, tempelkan kertas bertuliskan ‘tidak belajar apa-apa’ pada<br />

satu ujung, lalu ‘sangat mahir’ di ujung lainnya dan buatlah garis yang menghubungkan<br />

keduanya.<br />

• Jelaskan makna dari human continuum tersebut, dan mintalah agar mereka berpikir<br />

tentang posisi mereka pada awal pelatihan, dari segi pengetahuan, rasa percaya diri,<br />

dan keterampilan.<br />

• Lalu mintalah mereka berdiri kemudian menempatkan diri mereka pada garis di<br />

dinding itu. Setelah mereka diam, mintakan pendapat dari tiga atau empat orang<br />

tentang mengapa mereka memilih berdiri di tempat tertentu.<br />

• Kemudian, minta agar peserta berpikir lagi tentang posisi mereka sekarang, diakhir<br />

pelatihan. Lalu undang mereka untuk berdiri di posisi yang sesuai sepanjang garis di<br />

dinding.<br />

• Sekali lagi mintakan pendapat dari beberapa peserta mengenai alasan mereka berdiri<br />

di tempat tertentu.<br />

• Mintakan pendapat tim tentang kegiatan evaluasi ini, dengan tidak lupa menekankan<br />

betapa nyatanya penilaian diri mereka atas apa yang telah dicapai.<br />

<strong>Modul</strong> I - Pradaya |<br />

31


k.<br />

Pameran poster<br />

Siapkan beberapa kertas plano dengan judul aspek-aspek yang ingin dievaluasi (satu<br />

poster/plano satu judul). Tempelkan pada dinding, dan mintalah para peserta untuk<br />

berkeliling sambil menuliskan komentar mereka dengan spidol pada masing-masing<br />

poster.<br />

l. Fishbowl /Aquarium<br />

Sebagian peserta diminta duduk dalam sebuah lingkaran dalam, dengan peserta lainnya<br />

di lingkaran luar. Berikan pertanyaan diskusi yang berkaitan dengan apa yang dipelajari<br />

hari itu. Misalnya: ”Sesi apa saja yang bermanfaat hari ini Dan mengapa” Hanya<br />

mereka yang duduk di lingkaran dalam yang boleh berbicara. Mereka yang duduk di<br />

luar hanya mendengarkan. Setelah beberapa menit, peserta bertukar tempat (yang di<br />

lingkaran dalam duduk di luar, dan sebaliknya). Anda boleh mengajukan pertanyaan<br />

yang berbeda. Jika timnya besar (lebih dari 15 orang), lakukan kegiatan ini dalam tiga<br />

ronde, tim yang pertama dulu, lalu tim kedua dan terakhir tim ketiga.<br />

m. Roda Monitoring<br />

Tetapkan delapan elemen yang ingin dimonitor. Tuliskan setiap elemen pada jari-jari<br />

roda tersebut, lalu fotokopi untuk semua peserta. Bagikan kepada peserta, sambil<br />

meminta mereka untuk memberikan evaluasi terhadap setiap aspek dengan membuat<br />

titik pada setiap jari-jari roda. (mendekat ke pusat roda artinya rendah, sedangkan lingkar<br />

luar roda artinya tinggi). Setelah selesai, hubungkan titik-titik tadi sehingga membentuk<br />

jaring-jaring. Tempelkan semua roda di dinding, dan kalau cukup waktu diskusikan hasil<br />

evaluasi tadi.<br />

n. Meninjau kembali dan Menyusun Tujuan Belajar<br />

Minta agar peserta secara individu atau bertim menyusun kartu-kartu yang bertuliskan<br />

tujuan-tujuan belajar, sesuai dengan manfaatnya, dan sebagainya.<br />

o.<br />

Skala berlawanan<br />

Pilihlah beberapa aspek yang ingin dievaluasi, misalnya, tingkat kesulitan. Untuk setiap<br />

aspek, buatlah skala dengan nilai untuk setiap jawaban (misalnya, positif nilainya 5,<br />

negatif nilainya 1, dengan 2, 3 dan 4 di tengah-tengah). Supaya hasilnya lebih berarti,<br />

bisa ditambahkan dengan penjelasan mengapa, komentar atau usulan.<br />

p. Membagi kertas<br />

Ajak peserta untuk berpikir tentang apa yang mereka pelajari hari ini. Kemudian,<br />

mintalah mereka untuk merobek selembar kertas kosong sesuai dengan aspek-aspek<br />

apa saja dari pelatihan hari itu yang bermanfaat bagi mereka. Setiap bagian harus diberi<br />

judul, dan ukurannya mencerminkan besarnya manfaat yang diperoleh. Lalu, mereka<br />

harus menulis mengapa hal tersebut mereka anggap bermanfaat.<br />

32


MODUL II<br />

FASILITATOR MASYARAKAT<br />

DAN TANGGUNG JAWAB<br />

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA<br />

Pengantar<br />

Memahami Nilai-Nilai ke-Indonesia-an<br />

Mengembangkan Nilai-nilai ke-Indonesia-an<br />

Memahami Kembali Konsep Dasar <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat dalam Perspektif Indonesia<br />

Peran dan Fungsi Pelaku <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat


PENGANTAR<br />

Tujuan<br />

Menyegarkan kembali persepsi peserta mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep<br />

dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam<br />

mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol kecil, spidol besar, selotip<br />

Waktu<br />

30 menit<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> mengantarkan sesi dengan menceritakan upaya-upaya pemberdayaan<br />

masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah ataupun LSM di Indonesia.<br />

2. Berikan contoh-contoh nyata baik contoh keberhasilan maupun kegagalan. Ajak<br />

peserta untuk menganalisis kenapa sebuah program bisa berhasil dan kenapa pula bisa<br />

gagal. Mintalah contoh-contoh dari peserta.<br />

3. Ajaklah peserta menengok kembali konsep-konsep pemberdayaan yang diterapkan di<br />

wilayahnya, apakah konsep pemberdayaan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai<br />

ke-Indonesia-an atau menerapkan konsep dari luar yang justru mematikan nilai-nilai<br />

ke-Indonesia-an<br />

4. Setelah peserta dapat menganalisis secara kritis dan obyektif sesi dilanjutkan ke sesi<br />

berikutnya, yaitu Memahami Nilai-nilai Ke-Indonesia-an<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

35


MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN<br />

Tujuan<br />

• Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya<br />

untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter<br />

dan jati dirinya.<br />

• Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah<br />

tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah<br />

kehidupan mereka.<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol kecil, selotip, teks lagu Nasional dan lagu Daerah<br />

Waktu<br />

90 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Menyanyikan lagu Nasional dan Daerah (10 menit)<br />

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana memasuki kegiatan belajar,<br />

sehingga para peserta mempunyai kesiapan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Lebih<br />

dari itu kegiatan belajar ini juga dimaksudkan sebagai pintu masuk pada pembahasan<br />

mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an.<br />

Kegiatan belajar ini dilakukan dengan meminta salah satu peserta untuk memimpin<br />

menyanyikan salah satu lagu nasional, seperti lagu Dari Sabang Sampai Mereuke,<br />

Satu Nusa Satu Bangsa dan sejenisnya. Selesai menyanyikan lagu nasional dilanjutkan<br />

dengan meminta beberapa orang peserta yang berasal dari beberapa daerah di<br />

Indonesia untuk menyanyikan lagu daerah masing-masing secara bergiliran.<br />

Mempelajari Bahan Belajar (20 menit)<br />

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilainilai<br />

ke-Indonesiaan. Informasi dimaksud dapat diperoleh melalui membaca materi<br />

bacaan yang telah disediakan atau materi bacaan lain yang dimiliki oleh peserta.<br />

Untuk itu kepada masing-masing peserta diberikan kesempatan dan waktu untuk<br />

mempelajarinya.<br />

Curah Pendapat (45 menit)<br />

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pendapat dan pemahaman peserta tentang<br />

nilai-nilai ke-Indonesia-an. Untuk itu peserta diberi pertanyaan kunci:<br />

36


“Nilai-nilai apa saja yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia sepanjang sejarah<br />

kehidupan mereka mulai dari jaman pra sejarah sampai sekarang Dan apa bukti yang<br />

ada dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia dari nilai-nilai ke-Indonesia-an yang<br />

dijunjung tinggi tersebut “<br />

Dalam kegiatan ini akan lebih baik jika terdapat lebih banyak peserta yang diberi<br />

kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Setiap pendapat peserta direkap secara<br />

singkat inti pendapatnya di papan tulis atau kertas plano di depan kelas yang dapat<br />

dibaca oleh semua peserta. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dapat diidentifikasi nilainilai<br />

ke-Indonesia-an beserta buktinya dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia<br />

dalam jumlah yang dipandang cukup.<br />

Jika peserta kesulitan menyampaikan pendapat, pemandu bisa membantu dengan<br />

memberikan “pernyataan atau pertanyaan perangsang”. Pendapat yang sudah<br />

disampaikan oleh peserta hendaknya tidak disampaikan lagi oleh peserta yang lain<br />

untuk menghindari duplikasi, memperoleh lebih banyak hasil identifikasi, serta<br />

menghemat waktu. Format Rekapitulasi hasil curah pendapat dapat dibuat sebagai<br />

berikut:<br />

No Nilai-nilai ke-Indonesia-an Bukti dalam Kehidupan Nyata<br />

1<br />

2<br />

dst<br />

4.<br />

Penegasan (15 menit)<br />

Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil curah<br />

pendapat yang telah dilakukan. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan<br />

dan penjelasan terhadap pendapat tertentu yang dipandang perlu mendapatkan<br />

perhatian, seperti pendapat yang kontroversial yang memancing perbedaan pendapat.<br />

Ulasan juga disampaikan terhadap pendapat yang kritis, unik, dan menarik.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Memahami Nilai-nilai ke-Indonesia-an<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

37


MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN<br />

Tujuan<br />

38<br />

• Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman<br />

• Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat<br />

• Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan<br />

masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan<br />

yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut<br />

• Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas<br />

pemberdayaan masyarakat secara tepat dan benar<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol kecil, selotip, contoh kasus.<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

Pembagian Kelompok (5 menit)<br />

Dalam kegiatan ini peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Jumlah kelompok dalam<br />

satu kelas dan jumlah anggota untuk setiap kelompok bisa disepekati bersama sesuai<br />

dengan kondisi kelas yang ada. Jumlah anggota kelompok hendaknya tidak terlalu<br />

sedikit, tetapi juga tidak terlalu banyak, paling banyak 5 orang setiap kelompok.<br />

Diskusi Kasus (90 menit)<br />

a) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mencari dua kasus dan<br />

mendiskusikannya, yaitu:<br />

1)<br />

2)<br />

Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat<br />

Indonesia yang mengandung nilai-nilai ke-Indonesia-an yang positif untuk<br />

dikembangkan, serta analisis mengapa perlu dikembangkan, bagaimana cara<br />

mengembangkan, dan kendala apa yang akan dihadapi dam mengembangkan<br />

nilai tersebut.<br />

Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia<br />

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an dan karenanya perlu<br />

dihindari disertai dengan analisis alasan mengapa perlu dihindari dan mengapa<br />

kasus atau peristiwa tersebut sampai terjadi.<br />

Hasil diskusi kasus dalam kelompok dirumuskan tertulis secara singkat dan padat<br />

dalam format sebagai berikut:


Uraian Kasus<br />

Nilai Positif yang<br />

Dikembangkan<br />

Nilai Negatif yang<br />

Harus Dihindari<br />

Analisis<br />

3.<br />

b) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok secara<br />

bergantian. Setelah semua kelompok selesai menyampaikan hasil diskusi kelompok,<br />

dilanjutkan dengan pemberian tanggapan dari dan oleh setiap kelompok terhadap<br />

hasil diskusi mereka.<br />

Jika jumlah kelompok terlalu banyak dan waktu yang tersedia tidak mencukupi,<br />

maka penyampaian hasil diskusi kelompok bisa dilakukan oleh beberapa kelompok<br />

saja dengan pemilihan kelompok secara acak.<br />

Jika jumlah kelompok cukup kecil dan waktu yang tersedia mencukupi, maka<br />

kesempatan pemberian tanggapan bisa diberikan langsung setelah setiap kelompok<br />

menyampaikan hasil diskusinya,<br />

Penegasan (25 menit)<br />

Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil diskusi<br />

kasus. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan dan penjelasan terhadap<br />

pendapat yang dipandang perlu mendapatkan perhatian, seperti pendapat yang<br />

kontroversial dan memancing perbedaan pendapat. Ulasan juga disampaikan terhadap<br />

pendapat yang kritis, unik, dan menarik.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Mengembangkan Nilai-Nilai ke-Indonesia-an<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

39


MEMAHAMI KEMBALI KONSEP DASAR<br />

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT<br />

Tujuan<br />

• Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat<br />

• Peserta dapat menentukan konsep pengembangan masyarakat yang sesuai dengan visi,<br />

misi dan prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol kecil, selotip, bahan bacaan pokok, audio visual berupa rekaman kegiatan<br />

pemberdayaan masyarakat yang ada pada beberapa program pemberdayaan<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

Penyampaian Informasi dengan Ceramah Bervariasi (30 menit)<br />

Kegiatan belajar diawali dengan penyampaian informasi melalui ceramah tentang<br />

konsep-konsep dasar pemberdayaan masyarakat. Untuk lebih menarik dan<br />

memudahkan pemahaman dalam menyampaikan ceramah didukung dengan media<br />

audio visual berupa rekaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada pada<br />

beberapa program pemberdayaan (dipersiapkan oleh support team). Ceramah<br />

juga bisa diselingi dengan tanya jawab singkat dan pendek, sehingga dapat membuat<br />

suasana lebih aktif dan dinamis. Selama penyampaian informasi, peserta diminta<br />

mencatat hal-hal yang dipandang penting dan menonjol.<br />

Diskusi (75 menit)<br />

a) Setelah selesai penyampaian informasi mengenai konsep-konsep dasar<br />

pemberdayaan masyarakat, peserta diminta untuk membuat beberapa kelompok<br />

dengan anggota maksimal 5 (lima) orang per kelompok.<br />

b) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengidentifikasi contoh-contoh<br />

kasus pemberdayaan masyarakat yang kurang sesuai dengan visi, misi, prinsip,<br />

dan strategi pemberdayaan masyarakat yang seharusnya. Selanjutnya menganalisis<br />

mengapa hal tersebut bisa terjadi serta bagaimana jalan keluar untuk mengatasinya.<br />

Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam format hasil diskusi kelompok sebagai<br />

berikut:<br />

40


No Kasus Permasalahan Analisis Masalah Alternatif<br />

Pemecahan<br />

c) Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk<br />

mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain.<br />

3.<br />

Penegasan (15 menit)<br />

Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar<br />

terhadap hasil diskusi kelompok. Pemikiran-pemikiran kritis dan inovatif yang<br />

berkembang selama diskusi perlu digarisbawahi.<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

41


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT<br />

DALAM PERSPEKTIF INDONESIA<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• menemukenali model pengembangan masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-<br />

Indonesia-an yang tidak meninggalkan budaya lokal dan tata nilai yang berlaku di<br />

Indonesia<br />

• mampu menganalisis permasalahan pemberdayaan masyarakat di Indonesia dan solusi<br />

pemecahannya<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol, selotip, lembar analisis.<br />

Waktu<br />

75 menit<br />

Proses<br />

42<br />

1.<br />

2.<br />

Pengantar (10 menit)<br />

Penyampaian pengantar dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kepada peserta<br />

tentang perlunya pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat di<br />

Indonesia yang bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri masyarakat Indonesia,<br />

baik nilai-nilai sosial budaya, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia<br />

Indonesia, serta jati diri ke-Indonesia-an.<br />

Perlu juga disampaikan bahwa dalam prakteknya masih dijumpai adanya kegiatan<br />

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang ditengarai tidak sejalan dengan nilai-nilai<br />

ke-Indonesia-an sehingga berpotensi untuk menimbulkan permasalahan dan tidak bisa<br />

berjalan secara efektif.<br />

Diskusi Identifikasi Kasus dan Analisis Masalah (45 menit)<br />

a)<br />

Kepada peserta diminta untuk membentuk kelompok berdasarkan pengalaman<br />

dan keterlibatannya dalam program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat<br />

tertentu. Setiap kelompok beranggotakan tidak lebih dari 5 orang.<br />

b) Kepada masing-masing kelompok diminta sukarela untuk mengidentifikasi<br />

beberapa kasus kegiatan pemberdayaan masyarakat yang pernah dialami dan/<br />

atau diketahui kurang atau tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri<br />

masyarakat Indonesia, kemudian menganalisis permasalahan yang ada dalam kasus<br />

tersebut dan merumuskan beberapa alternatif pemecahannya. Hasil diskusi dari<br />

masing-masing kelompok dituangkan dalam format sebagai berikut:


No Kasus Analisis Permasalahan Alternatif pemecahan<br />

3.<br />

c)<br />

Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk<br />

mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain.<br />

Penegasan (20 menit)<br />

Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar<br />

terhadap hasil diskusi kelompok. Hal-hal yang dipandang kurang tepat diberikan<br />

koreksi dan penegasan secukupnya.<br />

Bahan Bacaan<br />

• <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

43


PERAN DAN FUNGSI<br />

PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT<br />

Tujuan<br />

Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat.<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol, selotip.<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Pengantar dan Penyampaian Informasi (10 menit)<br />

Kegiatan belajar diawali dengan memberikan pengantar dan penyampaian informasi<br />

mengenai dilema yang sering dihadapi oleh para pelaku (pendamping) pemberdayaan<br />

masyarakat di lapangan. Dilema terjadi antara peran dan fungsi pendamping sebagai<br />

“sutradara” dan “aktor utama”, antara “motivator” dan “provokator”, antara<br />

“dinamisator” dan “operator”, antara “pendorong kemandirian” dan “pencipta<br />

ketergantungan”.<br />

Tukar Pengalaman (30 menit)<br />

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman mengenai pelaksanaan peran<br />

dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat yang pernah dilakukan oleh para peserta.<br />

Kepada beberapa peserta diminta secara sukarela untuk menceritakan pengalamannya<br />

sebagai pendamping atau pelaku pemberdayaan masyarakat. Masing-masing peserta<br />

diberi waktu paling lama 5 menit sehingga akan terdapat paling tidak 7 peserta yang<br />

berkesempatan mengungkapkan pengalamannya.<br />

Tanggapan dan Penegasan (20 menit)<br />

Kegiatan belajar diakhiri dengan pemberian tanggapan dan penegasan terhadap<br />

pengalaman yang telah diungkapkan oleh sejumlah peserta. Tanggapan dan penegasan<br />

dimaksudkan untuk memberikan ulasan apakah pengalaman yang telah mereka<br />

ungkapkan itu sudah sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas pelaku pemberdayaan<br />

masyarakat yang sebenarnya. Kalau belum sesuai mengapa dan bagaimana jalan<br />

pemecahannya.<br />

Hasil penegasan sebaiknya dituangkan dalam format sebagai berikut:<br />

44


No<br />

Peran dan Fungsi Pelaku<br />

<strong>Pemberdayaan</strong><br />

Tugas yang harus dilakukan<br />

Bahan Bacaan<br />

• Peran dan Fungsi Pelaku <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

45


46<br />

BAHAN BACAAN POKOK MODUL II<br />

PENGANTAR<br />

Upaya pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai<br />

program, baik yang dikoordinasikan oleh pemerintah maupun dilakukan oleh lembaga atau<br />

<strong>org</strong>anisasi kemasyarakatan, baik yang didanai oleh anggaran pemerintah, bantuan pihak lain,<br />

maupun yang didanai secara swadaya. Berbagai program pemberdayaan masyarakat tersebut<br />

dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agar “bisa hidup lebih hidup”.<br />

Namun jika dilaksanakan tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan karakter ke-Indonesia-an<br />

yang telah ada dan tumbuh berkembang sepanjang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia,<br />

justru akan menghilangkan identitas ke-Indonesia-an yang lama berakar, sehingga yang terjadi<br />

bukan lagi pemberdayaan melainkan justru “pemerdayaan” karena telah mencabut masyarakat<br />

dari akar budaya, karakter dan jati dirinya.<br />

Karena itu dalam bagian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan refleksi diri,<br />

apakah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada selama ini sudah betul-betul<br />

bertumpu pada nilai ke-Indonesia-an serta berdasarkan konsepsi dasar dari pemberdayaan<br />

masyarakat secara hakiki. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran kembali persepsi mengenai<br />

nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar tentang pemberdayaan masyarakat sehingga<br />

dapat dijadikan pijakan dalam mengambil sikap dan tindakan pemberdayaan masyarakat yang<br />

Indonesiawi sehingga dapat “meng-Indonesia-kan masyarakat Indonesia sesuai dengan harkat,<br />

martabat, dan jati diri ke-Indonesia-an.”<br />

Tujuan Umum Pembelajaran<br />

Secara umum tujuan pembelajaran dalam bagian ini adalah untuk menyegarkan kembali persepsi<br />

para pelaku pemberdayaan masyarakat (yang nantinya bertindak sebagai pelatih fasilitator<br />

pemberdayaan masyarakat di Indonesia, ed.) mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep<br />

dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam mengelola<br />

program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Indonesia.<br />

dapat:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Secara khusus dalam setiap kegiatan pembelajaran bertujuan agar para peserta pelatihan<br />

Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk<br />

mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter dan jati dirinya.<br />

Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah tumbuh dan<br />

berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka.<br />

Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman.<br />

Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat.<br />

Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat<br />

yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan yang perlu<br />

diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut.<br />

Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemberdayaan<br />

masyarakat secara tepat dan benar.


MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN<br />

Pada prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memperkuat daya ketahanan<br />

masyarakat dengan memanfaatkan sumber potensi masyarakat itu sendiri yang telah lama<br />

mereka miliki. Salah satu sumber potensi itu diantaranya adalah nilai-nilai ke-Indonesia-an yang<br />

telah tertanam, tumbuh, dan berkembang sepanjang perjalanan hidup masyarakat yang berdiam<br />

di wilayah antara samudera Hindia dan Pasifik serta benua Asia dan Australia. Karena itu upaya<br />

pemberdayaan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari upaya menggali dan mengembangkan<br />

nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.<br />

A.<br />

Memahami Hakekat Bangsa<br />

Indonesia adalah identitas kebangsaan bagi suatu bangsa yang berdiam di wilayah nusantara.<br />

Karena itu sebelum memahami hakekat ke-Indonesia-an bangsa Indonesia terlebih dahulu<br />

perlu dipahami mengenai hakekat bangsa.<br />

Menurut Ernest Renan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul<br />

dari kejayaan bersama di masa lampau, sebagai hasil sejarah dan kehendak atau persetujuan<br />

bersama untuk hidup bersama di masa sekarang dan yang akan datang dengan kesediaan<br />

memberikan pengorbanan-pengorbanan. Dalam pandangan Renan, manusia bukan budak<br />

dari rasnya, bahasanya, agamanya atau tempat tinggalnya. Bangsa adalah suatu kesadaran<br />

moral (conscience morale). Jiwa, rasa, dan kehendak adalah faktor subyektif manusia dan tidak<br />

bisa diukur dengan faktor-faktor obyektif, seperti bahasa, agama, ras, dan budaya. Karena<br />

itu agama, bahasa, ras, dan juga budaya bukanlah unsur pembentuk melainkan hanya<br />

merupakan faktor pendorong suatu bangsa. Bangsa dan rasa kebangsaan juga tidak dapat<br />

dibatasi secara teritorial, sebab daerah suatu bangsa bukan merupakan sesuatu yang statis<br />

tetapi dapat berubah-ubah secara dinamis sesuai dengan jalannya sejarah dari bangsa yang<br />

bersangkutan.<br />

Ada pula yang melihat, seperti Otto Bouer, bahwa bangsa adalah suatu masyarakat<br />

ketertiban yang muncul dari masyarakat yang senasib. Jadi bangsa itu terbentuk oleh<br />

adanya kesamaan perangai atau karakter yang timbul karena adanya kesamaan nasib atau<br />

pengalaman. Bangsa juga dapat terbentuk oleh adanya kesamaan kebudayaan (a.l. bahasa),<br />

kepercayaan, dan keturunan (ras), seperti pendapat P.J. Bouman. Terbentuknya suatu<br />

bangsa dalam pandangan Rudolf Kjellen, bermula dari adanya nafsu atau dorongan untuk<br />

mempertahankan hidup yang berlanjut dengan kesadaran dan tekad untuk bersatu dalam suatu<br />

persoonlijkheid (kepribadian) sehingga timbul kesadaran untuk mengurus dan menentukan<br />

nasibnya sendiri dalam bentuk keinginan untuk hidup bernegara sendiri (natioale state) yang<br />

merdeka dan berdaulat. Dengan demikian nafsu hidup suatu bangsa akan menjelma dalam<br />

bentuk hidup sebagai negara yang merupakan cita-cita perjuangannya. Dengan dimilikinya<br />

kesadaran kebangsaan (dalam bentuk bernegara yang berdaulat) maka suatu bangsa akan<br />

berusaha terus menerus untuk memiliki kebudayaan yang sama, juga satu bahasa dan aspekaspek<br />

kehidupan lainnya. Dengan demikian, menurut Rudolf, di balik suatu bahasa terdapat<br />

suatu bangsa dan bahasa bukan saja merupakan sebab tetapi juga akibat dari kebangsaan.<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

47


Jan Romein melihat bangsa terbentuk oleh adanya suatu keinginan bersama dari<br />

suatu suku atau beberapa suku untuk mendirikan suatu negara nasional dimana semua<br />

penduduknya mempunyai hak dan kewajiban serta kedudukan yang sama. Karl Houshofer<br />

memandang bahwa bangsa itu terbentuk oleh adanya kesatuan antara “darah dan tanah”,<br />

artinya persatuan antara orang dan tempat, yaitu adanya kesamaan tanah air dengan batasbatas<br />

geografis tertentu dari sekelompok manusia yang berkehendak untuk hidup bersama.<br />

Perbedaan sudut pandang dalam melihat proses terbentuknya suatu bangsa tersebut<br />

telah mengakibatkan perbedaan dalam melihat hakekat kebangsaan. Ada yang melihat<br />

dari sudut pandang politik, seperti Hans Kohn yang melihat paham kebangsaan sebagai<br />

suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diserahkan kepada<br />

negara kebangsaan. Lothorp Stoddart melihat kebangsaan dari sudut pandang psikologis,<br />

yaitu suatu keadaan jiwa (state of mind), suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah<br />

besar manusia perseorangan, sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan, yaitu rasa<br />

kebersamaan segolongan manusia sebagai suatu bangsa (a sense of belonging together). Louis<br />

I. Snyder melihat kebangsaan sebagai suatu hasil perpaduan dari faktor-faktor politik,<br />

ekonomi, sosial, dan intelektual, sehingga kebangsaan adalah suatu keadaan pikiran, perasaan<br />

atau sentimen dari suatu kelompok manusia yang hidup dalam daerah geografis tertenu,<br />

mempunyai bahasa yang sama, memiliki kesusasteraan yang memuat cita-cita nasional yang<br />

bersangkutan, mempunyai ketaatan kepada adat istiadat yang sama, menghormati pahlawanpahlawan<br />

yang sama dari kalangan mereka sendiri, dan terkadang juga mempunyai agama<br />

yang sama. RM Soebantardjo memaknai kebangsaan sebagai suatu perasaan cinta terhadap<br />

bangsa dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi, sejarah, agama, bahasa,<br />

kebudayaan, pemerintahan, dan tempat tinggal, serta keinginan untuk mempertahankan<br />

dan memperkembangkan tradisi itu sebagai milik bersama dari anggota-anggota bangsa itu<br />

sebagai suatu bangsa.<br />

Dari berbagai pandangan tersebut dapat memberikan pemahaman yang utuh dan<br />

komprehensif mengenai hakekat bangsa dan kebangsaan, yaitu sebagai suatu gejala psikologis<br />

yang berupa rasa kebersamaan dari sekelompok manusia yang sama-sama hidup dalam suatu<br />

wilayah (geografis) tertentu yang menimbulkan kesadaran untuk diakui keberadaannya<br />

sebagai suatu bangsa karena adanya keadaan yang sama dan tujuan yang sama pula di masa<br />

depan yang dibentuk oleh lingkungan kebudayaan melalui proses sejarah, sosial, ekonomi<br />

dan politik yang cukup panjang. Cara memandang hakekat bangsa dan kebangsaan (wawasan<br />

kebangsaan) yang demikian itulah yang harus dikembangkan, termasuk dalam memandang<br />

ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.<br />

B.<br />

Menggali Nilai-Nilai ke-Indonesia-an<br />

48<br />

Adalah suatu keniscayaan, bahwa nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia<br />

itu dibingkai, dibangun dan dikembangkan atas tiga pilar waktu; masa lalu, masa kini dan<br />

masa akan datang. Masa lalu, berkaitan dengan pengalaman-pengalaman sejarah kehidupan<br />

bersama, baik yang pahit maupun yang manis. Masa kini, berkaitan dengan kondisi nyata<br />

dan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama. Masa akan datang, berkaitan<br />

dengan cita-cita tentang kehidupan ideal yang hendak dan hanya bisa dicapai secara bersamasama.


Karena itu penggalian dan pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an akan lebih<br />

efektif jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan historis melalui penggalian nilainilai<br />

kehidupan dalam perjalanan sejarah masyarakat dan bangsa Indonesia sepanjang<br />

zaman, mulai dari zaman prasejarah sampai dengan perkembangan kondisi kehidupan<br />

masyarakat saat ini. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa identitas ke-Indonesia-an sebagai<br />

bangsa Indonesia yang kita kenal sekarang ini tidaklah terbentuk dalam proses yang singkat,<br />

melainkan terbentuk melalui proses yang amat panjang, yaitu sepanjang sejarah kehidupan<br />

masyarakat dan bangsa Indonesia. Walaupun konsep ke-Indonesia-an bangsa Indonesia<br />

baru terbentuk pada awal abad ke-20, tetapi kondisi yang demikian itu sudah terbentuk sejak<br />

awal terbentuknya masyarakat Indonesia, yaitu sejak jaman kedatangan manusia Indonesia<br />

ke kepulauan Indonesia pada jaman prasejarah, jaman terbentuknya pengaruh Hindu-Budha<br />

dan Islam serta pertemuan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa Barat pada jaman<br />

penjajahan.<br />

Sejak proses migrasi manusia Indonesia dari luar wilayah Indonesia serta terbentuknya<br />

pemukiman di kawasan Nusantara dan pertemuan dengan bangsa-bangsa lain tersebut<br />

identitas masyarakat Indonesia mulai terbentuk yang ditandai dengan sistem kemasyarakatan,<br />

sistem religi dan kepercayaan, sistem pemerintahan kerajaan dan ketatanegaraan, serta<br />

sistem sosial budaya lainnya. Melalui pertemuan dengan bangsa-bangsa asing, baik secara<br />

politis, sosial budaya, dan ekonomi maka bangsa Indonesia pun mulai menyadari tentang<br />

pentingnya membentuk identitas ke-Indonesia-an pada awal abad ke-20. Kesadaran<br />

tersebut selanjutnya menjadi energi yang menggerakkan pergerakan nasional sampai dengan<br />

tercapainya kemerdekaan Negara RI. Kesadaran akan perlunya identitas ke-Indonesia-an<br />

itu pula yang harus terus dipertahankan dan dikembangkan di era global ini sesuai dengan<br />

tuntutan dan tantangan kehidupan sekarang agar bangsa Indonesia tetap dapat menjaga<br />

martabat dan harga diri sebagai bangsa.<br />

Adalah suatu kebanggaan adanya fakta yang menunjukkan bahwa nenek moyang<br />

manusia Indonesia sudah ada sejak beribu-ribu tahun sebelum Masehi. Hal ini bisa dibuktikan<br />

dari penemuan berbagai fosil manusia purba dan bukti-bukti arkeologis di berbagai daerah<br />

Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan daerah-daerah lainnya. Bahkan diyakini pula bahwa nenek<br />

moyang suku asli Australia (Aborigin) berasal dari Indonesia, yaitu Homo wajakensis. Buktibukti<br />

arkeologis yang ditemukan di kepulauan nusantara juga menunjukkan bahwa sejak<br />

awal manusia Indonesia selalu belajar untuk mengembangkan teknologi sesuai dengan<br />

tuntutan dan kebutuhan kehidupan, mempunyai sistem religi dan kepercayaan yang kuat<br />

(bangsa yang relegius). Hampir semua bukti arkeologi yang ditemukan selalu berkaitan<br />

dengan produk teknologi dan alat atau tempat yang berkaitan dengan peribadatan. Selain itu<br />

juga menujukkan adanya pengembangan sistem kemasyarakatan dengan pembagian kerja<br />

dan gotong-royong, sistem pemerintahan yang “melindungi” dan pola hubungan dengan<br />

alam yang menjaga keharmonisan dan keseimbangan.<br />

Sejarah penyebaran manusia Indonesia juga menujukkan bahwa manusia Indonesia<br />

yang tersebar ke seluruh pelosok nusantara merupakan “satu saudara” karena berasal dari<br />

ras yang sama yaitu ras Austronesia. Bahkan ras Austronesia ini juga merupakan nenek moyang<br />

bangsa-bangsa di daratan Asia. Dengan demikian sebetulnya orang Melayu, Indonesia, Cina,<br />

Korea, Thailand, Jepang adalah satu nenek moyang. Bukti-bukti arkeologis juga menunjukkan<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

49


esar kemungkinan pada masa ribuan tahun yang lalu antara semenanjung Malaka, pulau<br />

Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau lainnya adalah satu daratan.<br />

Dengan demikian kesatuan bangsa Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan RI bukanlah<br />

hal baru.<br />

Pola penyebaran atau migrasi nenek moyang bangsa Indonesia yang menjangkau<br />

hampir seluruh wilayah daratan Asia, bahkan sampai Madagaskar dengan kapal bercadiknya<br />

juga menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai wawasan global<br />

(manusia gaul secara internasional), manusia bahari yang unggul (pelaut ulung). Masuk<br />

dan berkembangnya kebudayaan Hindu dan Budha dari India, budaya muslim dari Timur<br />

Tengah, dan budaya Eropa, juga merupakan bukti lain bahwa sudah sejak lama masyarakat<br />

Indonesia bersifat terbuka, mempunyai komunikasi baik dalam bidang ekonomi, pendidikan,<br />

budaya dan politik secara internasional. Namun keterbukaan itu tidak mengakibatkan<br />

masyarakat Indonesia kehilangan jati dirinya. Masyarakat Indonesia mampu mengolah dan<br />

mensintesakan hal-hal positif dari kebudayaan luar dengan kekayaan budaya sendiri sehingga<br />

menghasilkan suatu bentuk dan perilaku budaya baru yang khas.<br />

Posisi geografis yang strategis dan sumber kekayaan alam yang melimpah adalah<br />

potensi yang menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain untuk datang berdagang ke<br />

tanah Nusantara. Potensi inilah yang harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan menjadi<br />

keunggulan bangsa Indonesia.<br />

Sejarah perjalanan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai religius<br />

mempunyai andil yang amat besar dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an yang ada<br />

sekarang. Kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Hindu-Budha yang tersebar ke seluruh<br />

pelosok Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya, Tarumanegara, Pajajaran, Kutai, juga<br />

kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Islam seperti Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram,<br />

Goa, Bone, merupakan bukti bahwa sejak dahulu negara yang ada di Indonesia adalah negara<br />

yang ber-Ketuhanan. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berdasarkan atas nilainilai<br />

Ketuhanan. Masuknya Islam di Indonesia telah membentuk nilai-nilai kesetaraan,<br />

persamaan derajat, dan tradisi-tradisi peribadatan dalam kehidupan keseharian. Hal ini juga<br />

mewarnai secara mencolok terhadap identitas ke-Indonesia-an.<br />

Penerimaan bangsa Indonesia terhadap kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang<br />

semula bermaksud berdagang juga merupakan bukti keterbukaan bangsa Indonesia. Karena<br />

bangsa Indonesia juga bangsa pedagang, selain petani (agraris), maka kehadiran pedagangpedagang<br />

Eropa disambut dengan terbuka. Namun karena pedagang-pedagang Eropa yang<br />

datang ke Nusantara itu ternyata bukan pedagang-pedagang yang “baik dan jujur”, melainkan<br />

pedagang-pedagang yang “culas, licik, dan serakah”, maka akhirnya banyak menimbulkan<br />

benturan dengan pedagang-pedagang lain dan kerajaan-kerajaan yang ada. Sistem monopoli<br />

yang diterapkan oleh pedagang Eropa telah menghancurkan sistem perdagangan dan<br />

perekonomian yang sudah ada sebelumnya. Apalagi disertai dengan keikutsertaan campur<br />

tangan para pedagang Eropa terhadap konflik-konflik kekuasaan yang ada di kerajaankerajaan<br />

saat itu. Tak terelakkan lambat laun akhirnya banga Indonesia pun terjajah, baik<br />

secara ekonomi maupun politik. Sebuah pelajaran yang amat berharga, bahwa sistem<br />

monopoli ekonomi, ketergantungan ekonomi pada negara lain baik melalui penanaman<br />

50


modal maupun perdagangan yang tak berimbang cenderung menimbulkan campur tangan<br />

politik yang selanjutnya akan mengarah pada penjajahan. Disinilah pentingnya kemandirian<br />

ekonomi dan menciptakan sistem perdagangan yang berimbang tanpa monopoli sebagai<br />

upaya untuk menegakkan kedaulatan bangsa.<br />

Adalah kenyataan sejarah bahwa kedatangan bangsa Eropa di satu sisi telah<br />

mengakibatkan penjajahan dan penderitaan yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia.<br />

Namun disisi lain telah menggugah kesadaran rasa kebangsaan Indonesia, memperkuat<br />

dan mengentalkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Tatkala Portugis<br />

bermaksud menguasai Selat Malaka, maka Raja Demak, Raden Patah, menugaskan putranya<br />

Pati Unus yang kemudian bergelar Pangeran Sabrang Lor untuk membantu Kerajaan Samudera<br />

Pasai melawan Portugis. Kraeng Galengsong bangsawan dari Bugis juga bergabung dengan<br />

Untung Suropati untuk melawan Belanda di Jawa. Munculnya perlawanan di berbagai daerah<br />

yang silih berganti tak henti-hentinya selama ratusan tahun, meskipun secara sporadis,<br />

merupakan bukti mulai tumbuh suburnya benih-benih kebangsaan Indonesia. Perjuangan<br />

melawan penjajahan di berbagai pelosok Nusantara adalah prakondisi yang amat berarti bagi<br />

terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia.<br />

Sisi lain, penjajahan juga telah menjadi pelajaran yang amat berharga bagi bangsa<br />

Indonesia. Adanya kenyataan bahwa pengetahuan dan teknologi penjajah dari Eropa lebih<br />

baik telah menyadarkan bangsa Indonesia akan perlunya pendidikan dan penguasan ilmu<br />

pengetahuan dan teknologi secara lebih baik. Tak sedikit, meskipun tidak dapat dikategorikan<br />

banyak, bangsa Indonesia yang kemudian mulai menempuh pendidikan tinggi. Dan mereka<br />

inilah yang kemudian menjadi pelopor dan penggerak dalam menemukan, merumuskan dan<br />

mewujudkan bentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.<br />

Identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia kemudian mulai menemukan bentuknya<br />

pada awal abad ke-20. Het wonder is geschied! Insulinde – deschome slappster – is ontwaak. Keajaiban<br />

telah terjadi. Insulinde si cantik molek yang sedang tidur telah bangun. Itulah komentar<br />

van Deventer dalam keterkejutannya melihat kebangkitan bangsa-bangsa Timur (Asia),<br />

termasuk Indonesia yang mulai bangkit meramu dan menemukan identitas dirinya sebagai<br />

bangsa di awal abad ke-20. Perjuangan untuk mewujudkan identitas ke-Indonesia-an mulai<br />

memasuki babak baru. Melalui pergerakan yang bersifat nasional dan ter<strong>org</strong>anisir secara<br />

modern. Dipelopori oleh Budi Utomo yang merupakan <strong>org</strong>anisasi nasional modern yang<br />

pertama. Disusul dengan Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam,<br />

Indische Partij, berbagai <strong>org</strong>anisasi kepemudaan, <strong>org</strong>anisasi sosial keagamaan, dan <strong>org</strong>anisasi<br />

politik yang bertebaran di seluruh wilayah Nusantara. Tonggak-tonggak sejarah pergerakan<br />

nasional tersebut telah menggambarkan bentuk-bentuk kontribusi perjuangan dari berbagai<br />

elemen masyarakat dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.<br />

Suatu pelajaran yang amat berharga bahwa kebangkitan nasional itu dipelopori oleh<br />

kaum terpelajar. Budi Utomo pun pertama kali dipimpin oleh seorang pemuda mahasiswa<br />

kedokteran yang usianya belum genap 20 tahun. Berbagai bentuk <strong>org</strong>anisasi yang bergerak di<br />

berbagai bidang, seperti Budi Utomo dan Taman Siswa yang bergerak dibidang pendidikan,<br />

Sarekat Dagang Islam dibidang ekonomi, persarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul<br />

Ulama dibidang keagamaan, dan <strong>org</strong>anisasi-<strong>org</strong>aniasi politik seperti Indische Partij dan<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

51


Partai Nasional Indonsia, juga memberikan pelajaran bahwa rasa kebangsaan itu harus digarap<br />

dari berbagai aspek kehidupan secara serentak dan simultan. Sumpah Pemuda 28 Oktober<br />

1928 juga memberikan pelajaran betapa strategisnya peranan pemuda dalam mengukuhkan<br />

identitas ke-Indonesia-an. Ditambah lagi dengan peristiwa Rengasdengklok yang dilakukan<br />

oleh para pemuda menjelang detik-detik kemerdekaan.<br />

Cukup banyak nilai-nilai yang bermakna yang dapat digali dan dikembangkan dari<br />

peristiwa sepanjang sejarah pergerakan nasional sampai sekitar proklamasi kemerdekaan.<br />

Kepedulian akan nasib sesama, kesetiakawanan sosial, kebersamaan, toleransi, kerelaan<br />

berkorban, kebesaran tekad, dan kesabaran adalah nilai-nilai yang mendasari terbentuknya<br />

identitas ke-Indonesia-an. Beberapa nilai yang terkandung dalam berbagai peristiwa<br />

perjalanan hidup bangsa Indonesia tersebut perlu dijadikan pijakan dan cermin untuk bisa<br />

memantulkan identitas ke-Indonesia-an di masa kini dan mendatang.<br />

Terbentuknya identitas ke-Indonesia-an yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan<br />

Negara Kesatuan RI, bukan berarti telah usainya proses “meng-Indonesia-nya” bangsa<br />

Indonesia. Proses itu masih terus berlanjut dan berkembang secara dinamis. Dinamika<br />

perkembangan masyarakat Indonesia dengan berbagai bentuk wujud perilaku sosialnya sejak<br />

awal kemerdekaan hingga sekarang merupakan romantika kehidupan berbangsa yang harus<br />

disikapi secara positif untuk dijadikan sebagai bahan pelajaran. Berbagai gejolak politik dan<br />

pemerintahan serta pasang surut kehidupan sosial ekonomi yang selama ini terjadi, mulai dari<br />

perjuangan mempertahankan kemerdekaan, pembentukan dan pembubaran RIS, dinamika<br />

pemerintahan parlementer, perbedaan pendapat di tubuh Konstituante, Dekrit Presiden 5<br />

juli 1959, berbagai gejolak politik (seperti PRRI, Permesta, DI/TII, G 30 S/PKI), peristiwa<br />

sekitar Supersemar, hegemoni Orde Baru, hiruk pikuk Reformasi, lepasnya Timor Timur,<br />

GAM dan bencana Tsunami, persoalan Papua, sampai dengan krisis multi dimensi (moneter,<br />

ekonomi, sosial dan politik) yang hingga kini belum berhenti, hendaknya dianggap sebuah<br />

ujian untuk semakin mengukuhkan dan memperkokoh identitas ke-Indonesia-an. Memang<br />

peristiwa-peristiwa itu mengandung sisi kelam yang pahit, tetapi tidak harus disikapi sebagai<br />

sebuah “kecelakaan” yang membekaskan luka dalam tak tersembuhkan.<br />

Mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an haruslah dengan kearifan dan berorientasi<br />

ke masa depan tanpa harus melupakan masa lalu. Masa lalu adalah untuk pelajaran,<br />

bukan untuk melestarikan dendam. “Siapa yang melupakan masa lalu dia akan kehilangan<br />

pelajaran yang berharga, dan siapa yang terbuai oleh masa lalu akan ketinggalan pelajaran<br />

berikutnya”.<br />

52


MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN<br />

Perjalanan panjang sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah membentuk identitas ke-<br />

Indonesia-an sebagai bangsa yang merupakan jati diri dan ciri karakteristik yang membedakan<br />

dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas dan jati diri itu terbentuk dari kristalisasi nilainilai<br />

kehidupan yang dipandang baik dan dijadikan sebagai arah dan cita-cita dalam membina<br />

kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas dan jarti diri itu terakumulasi dan terumuskan<br />

dalam sila-sila Pancasila yang dipandang sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan<br />

kemudian dijadikan sebagai dasar negara.<br />

Karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diyakini mengandung<br />

nilai-nilai yang tinggi dan berharga yang jika diamalkan akan menempatkan bangsa Indonesia<br />

sebagai bangsa yang bermartabat dan berharga diri tinggi. Nilai martabat dan harga diri bangsa<br />

Indonesia ada dan melekat pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,<br />

berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, mengembangkan harkat, martabat, dan harga diri<br />

sebagai bangsa Indonesia berarti menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila<br />

sebagai bingkai dalam mengembangkan dan memberdayakan kualitas hidup di segala bidang,<br />

baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Martabat dan harga diri bangsa Indonesia terletak<br />

pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata.<br />

Persoalannya adalah apakah memang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila<br />

itu telah teraktualisasikan dan menjadi kenyataan sehari-hari di setiap lokalitas masyarakat<br />

Indonesia. Apakah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, demokrasi dan<br />

musyawarah, keadilan dan kesejahteraan sudah betul-betul teraktualisasikan secara nyata dalam<br />

kehidupan sehari-hari Hal inilah yang akan menjadi penanda seberapa jauh harkat, martabat,<br />

dan harga diri bangsa Indonesia itu berada. Kesetiaan masyarakat bangsa Indonesia dalam<br />

mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari,<br />

dan bukan sekedar kesetiaan dalam wacana atau kesetiaan secara politis belaka, akan menjadi<br />

penanda terhadap kesetiaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap jati diri ke-Indonesia-an<br />

mereka.<br />

Ada dua tantangan utama dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dewasa<br />

ini, yaitu meluasnya globalisasi yang dapat melunturkan identitas ke-Indonesia-an dan merebaknya<br />

primodialisme yang dapat menghancurkan integritas ke-Indonesia-an. Kemajuan teknologi<br />

informasi dan komunikasi yang amat pesat telah melipat lingkaran bumi ini tinggal sebesar<br />

globe. Tak ada lagi kendala jarak, batas wilayah, dan waktu tempuh. Persinggungan budaya,<br />

sosial, ekonomi, dan politik praktis tak terhindari, sehingga tidak sedikit manusia Indonesia yang<br />

tidak lagi merasa terikat oleh batas-batas adimisnistrasi dan geografis negara Indonesia, bahkan<br />

sampai melepas identitas ke-Indonesia-annya dan mengidentifikasi dirinya sebagai warga dunia<br />

(kosmopolit).<br />

Karena itu dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an perlu dilakukan identifikasi<br />

dan pembandingan struktur kebudayaan dan wujud perilaku sosial antara budaya Indonesia dan<br />

budaya dunia. Perlu dilakukan analisis dampak positif dan negatif akibat dari persinggungan<br />

budaya tersebut, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memilih dan memilah serta<br />

mengambil sikap bagaimana seharusnya menyikapi era globalisasi. Sebab keanekaragaaman<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

53


struktur dan perilaku budaya global di satu sisi akan mendorong ke arah kemajuan namun di sisi<br />

lain bisa juga menimbulkan kerusakan. Sikap keterbukaan untuk menilai struktur dan perilaku<br />

budaya masyarakat Indonesia sendiri yang juga mengandung kelebihan dan kelemahan juga<br />

perlu dikembangkan. Beberapa contoh mengenai kearifan dan local genius dari bangsa Indonesia<br />

dalam berinteraksi dengan budaya luar perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Sebab suatu<br />

keniscayaan yang tak bisa dihindari, bahwa globalisasi bisa menjadi obat kuat atau energy drink<br />

bagi kemajuan bangsa Indonesia, tetapi jika tidak selektif dan berlebihan justru akan menjadi<br />

racun yang merusak dan menghancurkan daya tahan tubuh dan identitas ke-Indonesia-an bangsa<br />

Indonesia.<br />

Bersamaan dengan maraknya era globalisasi ternyata disertai pula dengan merebaknya<br />

gejala-gejala primordialisme. Beberapa fenomena di negara kita yang lebih mengedepankan dan<br />

menonjolkan unsur kedaerahan dengan dalih otonomi daerah, bahkan pemikiran untuk memfederasi-kan<br />

kesaturan negara RI, juga isu-isu tuntutan kemerdekaan dari sebagian daerah seperti<br />

Aceh dan Papua adalah bukti dari merebaknya primordialisme itu. Konflik horisontal antar etnis<br />

yang pernah terjadi di Kalimantan atau antar pemeluk agama yang berbeda di Maluku dan Poso<br />

adalah ancaman nyata bagi disintegrasi bangsa. Karena itu, tidak bisa tidak, bahwa pengembangan<br />

nilai-nilai ke-Indonesia-an harus disertai dengan upaya memahami struktur dan perilaku budaya<br />

dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia sehingga dapat menumbuhkan sikap saling<br />

memahami, menghormati, dan menghargai antar pendukung budaya di masing-masing daerah.<br />

Beberapa ciri fisik dan bentuk perilaku masing-masing budaya daerah perlu diidentifikasi dan<br />

dibandingkan untuk menemukan kesamaan atau unsur-unsur positif yang perlu dibina dan<br />

perbedaan atau unsur-unsur negatif yang perlu dihindari.<br />

Pemahaman dan penghayatan akan prinsip bhinneka tunggal ika secara benar dan tepat<br />

perlu mendapatkan penekanan. Bahwa identitas ke-Indonesia-an itu sebetulnya melekat pada<br />

identitas kedaerahan sehingga identitas kedaerahan itu sebetulnya menjadi bagian inti dan tak<br />

terpisahkan dari identitas ke-Indonesia-an. Ke-Indonesia-an memang memerlukan kesatuan,<br />

keterpaduan, dan kebersamaan, tetapi tidak dengan mengeliminasi dan menafikkan kedaerahan.<br />

Sebab roh dan nafas ke-Indonesia-an bersumber dan berada di daerah.<br />

Merebaknya gejala primordialisme dalam sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia<br />

juga tidak bisa dilepaskaan dari kondisi stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang ada.<br />

Ketidakseimbangan pembangunan, kepincangan ekonomi, ketidakadilan sosial, kesenjangan<br />

kesejahteraan, sentralisasi politik dan pemerintahan, serta kerawanan keamanan dan pertahanan<br />

wilayah negara, adalah akar permasalahan yang menjadi biang keladi dari merebaknya gejala<br />

primordialisme. Sejarah perjalanan hidup kebangsaan Indonesia telah memberikan pelajaran<br />

bahwa kekecewaan daerah terhadap pemerintah pusat karena hegemoni pemerintah pusat<br />

terhadap daerah yang berlebihan akan menjadi bahaya laten primordialisme yang sewaktu-waktu<br />

muncul bergejolak. Ia bisa menjadi “bara dalam sekam”.<br />

54


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapat dilepaskan<br />

dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development).<br />

Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat sebagai pusat perhatian<br />

dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Untuk itu segala upaya pembangunan<br />

harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat<br />

dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus memberi kesempatan yang lebih<br />

luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan<br />

karakteristik yang mereka miliki.<br />

Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap timbulnya berbagai kesenjangan, baik<br />

kesenjangan kemajuan antar daerah, kesenjangan kemajuan antar sektor, maupun kesenjangan<br />

kemajuan dan kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sebagai akibat dari pendekatan<br />

pembangunan yang bersifat top down dengan lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi.<br />

Karena itu pendekatan ini menempuh strategi dengan memberikan perhatian yang lebih banyak<br />

kepada lapisan masyarakat bawah yang masih tertinggal dengan memberikan kesempatan,<br />

fasilitas, dan perlindungan agar mereka dapat mengembangkan daya dan potensinya secara<br />

maskimal sehingga mampu bertahan dan mencapai tarap hidup yang lebih baik secara mandiri.<br />

1.<br />

Makna <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Berdaya adalah<br />

suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan atau kemampuan itu. Dalam<br />

kehidupan bermasyarakat, keberdayaan adalah suatu kemampuan individu yang bersenyawa<br />

dalam masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat yang bersangkutan mampu bertahan<br />

dan mengembangkan diri secara dinamis. Keberdayaan ini meliputi keberdayaan di bidang<br />

ekonomi, sosial budaya dan politik, sehingga merupakan sumber ketahanan nasional dari<br />

suatu bangsa.<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang<br />

dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, harkat<br />

dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara manidiri.<br />

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan<br />

keterbelakangan. Dengan demikian pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan<br />

kemampuan dan kemandirian, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik.<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat sebagai suatu strategi dalam pembangunan nasional<br />

berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk dapat<br />

ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan<br />

dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional. <strong>Pemberdayaan</strong> di bidang<br />

ekonomi, berarti menyangkut upaya peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan hidup<br />

yang bertumpu pada kekuatan ekonomi sendiri sehingga masyarakat mampu memenuhi<br />

kebutuhan hidupnya sendiri secara mandiri. Dibidang sosial budaya, berarti menyangkut<br />

upaya peningkatan kehidupan sosial budaya yang berakar pada nilai-nilai budaya yang<br />

dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budaya yang<br />

telah melingkupi kehidupan mereka selama ini. Dibidang politik, berarti menyangkut upaya<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

55


peningkatan kemampuan dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil<br />

keputusan sendiri mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi<br />

berbagai program pembangunan yang mereka laksanakan.<br />

Dengan demikian konsep pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan<br />

ekonomi, tetapi merupakan konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan. Kesemua<br />

aspek kehidupan itu haruslah diberdayakan secara bersamaan dan integratif. <strong>Pemberdayaan</strong><br />

ekonomi harus pula disertai dengan pemberdayaan sosial budaya dan politik. Begitu pula<br />

sebaliknya. Hal ini diyakini sebagai strategi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan<br />

rakyat dan kemampuan ekonomi serta ketahanan nasional. Namun keyakinan tersebut<br />

menuntut adanya penerjemahan dalam bentuk program-program dan kegiatan-kegiatan<br />

usaha yang nyata.<br />

2.<br />

Visi dan Misi <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Visi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan yang ideal dan realistis.<br />

Sesuai dengan pengertian dan tujuan pemberdayaan sebagaimana dikemukakan di muka,<br />

maka visi dari pemberdayaan adalah terciptanya masyarakat yang maju, mandiri, dan<br />

sejahtera dalam bidang kehidupan sehingga mereka mampu memecahkan dan memenuhi<br />

kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa tergantung dengan pihak lain. Dalam konteks<br />

pembangunan, kemandirian di sini berarti kewenangan untuk merencanakan, menetapkan,<br />

melaksanakan dan mengendalikan program-program pembangunan sesuai dengan esensi<br />

dan prioritas kebutuhan mereka. Kemandirian ini akan dapat menciptakan rasa memiliki<br />

dan tanggung jawab masyarakat terhadap seluruh program-program pembangunan yang<br />

dilaksanakan, sehingga akan mengindikasikan adanya demokratisasi dalam pengelolaan<br />

pembangunan.<br />

Dengan visi yang demikian itu maka yang menjadi misi dari pemberdayaan adalah<br />

mengembangkan dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki oleh masyarakat secara<br />

maksimal, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya sosial. Dengan demikian<br />

diharapkan akan dapat meningkatkan ketahanan masyarakat, baik di bidang ideologi, politik,<br />

ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga mereka dapat mempertahankan<br />

hidup secara lebih baik. Katahanan yang dimaksudkan di sini bukanlah ketahanan yang<br />

bermakna pendekatan security, melainkan suatu dinamika kehidupan masyarakat yang mampu<br />

melakukan proses pengembangan dan peningkatan kualitas diri dan lingkungannya secara<br />

mandiri.<br />

3.<br />

Faktor-faktor yang Mempengaruhi <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

56<br />

Keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung sebagai<br />

prasyaratnya. Faktor-faktor pendukung yang merupakan prasyarat keberdayaan tersebut<br />

meliputi faktor pendidikan, kesehatan, penguasaan akses sumber-sumber kemajuan<br />

ekonomi, dan faktor sosial budaya. Keterpaduan dari berbagai faktor tersebut secara serasi<br />

akan membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan suatu masyarakat yang dapat bertahan<br />

(survive) dan mengembangkan diri secara mandiri dalam berbagai kondisi untuk mencapai<br />

tujuan hidupnya.


a.<br />

Faktor Pendidikan<br />

Keberdayaan suatu masyarakat mensyaratkan adanya penguasaan tingkat pendidikan yang<br />

memadai atau dengan kata lain keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh<br />

faktor pendidikan yang mereka miliki. Pendidikan memang merupakan penanda dari<br />

masyarakat modern. Melalui pendidikan masyarakat akan memperoleh informasi, menguasai<br />

ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai pola pikir rasional dan memiliki sikap serta<br />

ketrampilan yang profesional dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan sehari-hari.<br />

Karena itu masyarakat terdidik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lebih berdaya<br />

ketimbang masyarakat yang kurang berpendidikan.<br />

Faktor pendidikan ini bisa dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif<br />

adalah seberapa tinggi tingkat pendidikan formal dan seberapa luas tingkat pendidikan formal<br />

tersebut dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Semakin banyak jumlah masyarakat<br />

yang berpendidikan lebih tinggi maka akan semakin berdaya dalam menghadapi berbagai<br />

permasalahan yang mereka hadapi. Sedang secara kualitatif dapat dilihat dari profesionalisme<br />

dan kesadaran masyarakat yang bersangkutan untuk berpartisipasi dalam program-program<br />

pembangunan. Faktor pendidikan memang tidak bisa hanya dilihat dari aspek kuantitas<br />

pemilikan tingkat pendidikan formal, tetapi juga harus dilihat dari kualitas ketrampilan<br />

dan sikap kesadaran masyarakat. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat<br />

pada hakekatnya adalah merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan<br />

masyarakat, yakni dalam arti peningkatan wawasan dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap<br />

dalam rangka mengaktualisasikan segala potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai<br />

taraf hidup yang lebih baik.<br />

b.<br />

Faktor Kesehatan<br />

Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang sehat dan masyarakat yang sakit adalah masyarakat<br />

yang tak berdaya. Keberdayaan masyarakat mensyaratkan adanya tingkat kesehatan tertentu<br />

yang memadai. Kesehatan adalah faktor yang penting dalam menumbuhkan keberdayaan.<br />

Kesehatan amat berpengaruh terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, baik dari aspek<br />

ekonomis maupun pendidikan. Dari aspek ekonomi, kesehatan amat berpengaruh terhadap<br />

tingkat produktifitas, sedang dari aspek pendidikan kesehatan amat berpengaruh terhadap<br />

tingkat intelegensi. Tingkat kesehatan masyarakat dapat diukur dari tinggi rendahnya angka<br />

harapan hidup. Dan hal ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan kualitas layanan<br />

kesehatan yang ada di masyarakat yang bersangkutan.<br />

c.<br />

Faktor Penguasaan Akses Sumber-Sumber Kemajuan Ekonomi<br />

Keberdayaan suatu masyarakat sangat erat kaitannya dengan masalah ekonomi. Semakin<br />

tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka akan semakin besar peluang mereka untuk berdaya,<br />

sebab diakui atau tidak ekonomi adalah sumber materi kehidupan yang nyata. Karena<br />

itu keberdayaan masyarakat juga mensyaratkan dan sangat dipengaruhi oleh penguasaan<br />

mereka terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti akses modal, penguasaan<br />

teknologi, akses lapangan kerja, akses pengembangan sumber daya manusia dan akses pasar.<br />

Bagi masyarakat golongan ekonomi lemah beberapa sumber kemajuan ekonomi di atas<br />

masih merupakan barang langka dan merupakan kendala utama bagi keberdayaan mereka.<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

57


58<br />

Kecilnya modal, rendahnya penguasaan teknologi, sempitnya peluang dan kesempatan<br />

kerja, terbatasnya pengembangan sumber daya manusia dan tidak dikuasainya akses pasar,<br />

sering menjadi penyebab utama ketergantungan dan ketertinggalan masyarakat lapisan<br />

bawah. Padahal berbagai faktor tersebut merupakan prasyarat keberdayaan yang mutlak<br />

diperlukan.<br />

d.<br />

Faktor Sosial Budaya<br />

Faktor lain yang tak kalah pentingnya dengan faktor pendidikan, kesehatan dan akses pada<br />

sumber-sumber kemajuan ekonomi adalah faktor sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.<br />

Keberdayaan masyarakat memang tidak bisa dilepaskan dari faktor sosial budaya, bahkan<br />

bisa dikatakan bahwa kualitas keberdayaan suatu masyarakat pada hakekatnya merupakan<br />

cerminan dari kualitas sosial budaya mereka.<br />

Faktor sosial budaya ini meliputi aspek tata nilai, kelembagaan dan pola hubungan<br />

antar kelompok yang ada dalam masyarakat. Keberdayaan suatu masyarakat memang<br />

mensyaratkan adanya pemilikan tata nilai yang kondusif. Seringkali terjadi bahwa kendala<br />

keberdayaan itu bersumber dari adanya tata nilai sosial budaya masyarakat yang melahirkan<br />

sikap dan perilaku yang berlawanan dengan sikap dan tata nilai yang dipersyaratkan dalam<br />

keberdayaan. Sebagai contoh adalah sikap malas yang dilahirkan dari pandangan hidup yang<br />

nerima ing pandum (menerima nasib apa adanya), padahal keberdayaan mensyaratkan adanya<br />

etos kerja yang produktif. Contoh lain adalah sikap boros yang dilahirkan dari pandangan<br />

yang mementingkan hidup hari ini, padahal keberdayaan mensyaratkan adanya sikap hemat<br />

sebagai perwujudan dari pandangan hidup yang berorientasi ke masa depan. Masih banyak<br />

sikap dan tata nilai lainnya yang menjadi prasyarat keberdayaan, seperti tanggung jawab,<br />

terbuka terhadap perubahan, berorientasi pada prestasi dan sebagainya. Apakah sikap dan<br />

tata nilai yang demikian itu dipunyai dan berkembang dalam masyarakat Hal ini sangat<br />

berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan mereka.<br />

Disamping hal di atas faktor sosial budaya yang cukup berpengaruh adalah<br />

keberadaan lembaga masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas<br />

berkaitan dengan jumlah lambaga informal yang ada dalam masyarakat. Banyaknya jumlah<br />

lembaga informal yang ada di masyarakat dapat menunjukkan tingkat keberdayaan yang<br />

tinggi. Secara kualitas berkaitan dengan berfungsi tidaknya lembaga masyarakat yang ada.<br />

Semakin berfungsi lembaga masyarakat yang ada menunjukkan semakin tingginya tingkat<br />

keberdayaan mereka.<br />

Faktor sosial budaya lainnya yang juga menjadi prasyarat dan berpengaruh terhadap<br />

keberdayaan masyarakat adalah pola hubungan antar kelompok yang ada di dalamnya.<br />

Apakah pola hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat bersifat setara dan adil<br />

serta tidak ada ketergantungan atau sebaliknya. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat<br />

yang di dalamnya terdapat pola hubungan antar kelompok yang setara, adil dan tidak ada<br />

ketergantungan dari suatu kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.<br />

Dengan demikian maka upaya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk konkritnya<br />

akan selalu bertumpu pada konteks sosial budaya masyarakat setempat dalam bentuk<br />

pemanfaatan nilai dan institusi masyarakat setempat yang telah ada. Pandangan masyarakat<br />

terhadap alam lingkungan yang ada di sekitarnya adalah potensi sosial budaya yang


perlu diakomodasikan. Lambaga-lembaga adat, keagamaan dan sosial budaya lainnya,<br />

merupakan sarana dan wahana pemberdayaan yang harus didayagunakan secara maksimal.<br />

Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat tidak akan mencabut masyarakat setempat dari<br />

akar sosial dan budaya mereka sendiri.<br />

4.<br />

Prinsip-prinsip <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi dan sumber daya<br />

yang mereka miliki haruslah diletakkan di atas beberapa prinsip berikut:<br />

a.<br />

Prinsip Partisipatif<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat<br />

yang menjadi sasaran secara langsung agar dapat berjalan secara efektif, sesuai dengan<br />

kehendak, kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Disamping itu dengan pengikutsertaan<br />

tersebut diharapkan juga akan meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberian<br />

pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan<br />

segala upaya peningkatan diri yang mereka lakukan. Ini berarti partisipasi yang dimaksudkan<br />

adalah partisipasi yang betul-betul menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam<br />

pemberdayaan dirinya, dan bukan sekedar sebagai pemberi dukungan melalui mobilisasi<br />

terhadap program-program yang sebetulnya telah dirancang oleh pihak lain, termasuk oleh<br />

pemerintah.<br />

b.<br />

Prinsip Terarah (targetted)<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat haruslah dilakukan secara terarah (targetted), artinya ditujukan<br />

langsung secara jelas kepada mereka yang betul-betul membutuhkan dan dengan program<br />

yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Salah<br />

satu wujud penerapan prinsip ini adalah dengan memberikan prioritas kepada kelompok<br />

masyarakat yang paling membutuhkan sebagai sasaran program.<br />

c.<br />

Prinsip Pemihakan<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat juga menuntut adanya pemihakan secara nyata terhadap mereka<br />

yang perlu diberdayakan. Hal ini memang perlu dilakukan mengingat pemberdayaan pada<br />

prinsipnya adalah upaya emergency yang memerlukan tindakan dan perlakuan khusus. Pemihakan<br />

yang terarah kepada mereka yang perlu diberdayakan ini tidak berarti merupakan tindakan<br />

diskriminasi, melainkan semata-mata untuk memberikan perlindungan dan percepatan agar<br />

proses pemberdayaan berjalan secara efektif. Sebab proses pemberdayaan bagi mereka yang<br />

lemah tidak bisa dibiarkan berjalan secara alami tanpa disertai dengan rekayasa dan manipulasi<br />

secara terarah dan sistematis. Adalah keadilan suatu tindakan yang memihak dan melindungi<br />

mereka yang lemah dari persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan dari pihak<br />

yang lebih kuat. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin suatu kepentingan dari pihak<br />

tertentu yang dipandang perlu mendapatkan pengamanan sebagai wujud dari pemihakan<br />

yang perlu dilakukan. Sebab kegiatan pembangunan akan banyak bersinggungan dengan<br />

berbagai kepentingan masyarakat yang tidak mustahil akan menimbulkan dilema. Padahal<br />

disamping berorientasi pada kepentingan dan pemanfaatan bagi masyarakat secara umum,<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

59


60<br />

harus dapat dipastikan bahwa hal itu tidak akan mengesampingkan kepentingan kelompok<br />

masyarakat yang justru kurang beruntung. Kepentingan kelompok masyarakat yang<br />

kurang beruntung ini sering kurang mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga sering<br />

menimbulkan problem sosial tersendiri yang justru akan menghambat pencapaian tujuan<br />

program.<br />

d.<br />

Prinsip Kemandirin<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat juga harus diarahkan untuk memampukan dan memandirikan<br />

masyarakat yang bersangkutan dan bukan untuk menciptakan ketergantungan. Prinsip<br />

kemandirian ini amat penting sebab tanpa ada kemandirian tidak mungkin terdapat<br />

keberdayaan. Seringkali terjadi bahwa upaya pemberdayaan dengan memberikan perlakuan,<br />

bantuan, ataupun pemihakan dan perlindungan kepada mereka yang lemah justru malah<br />

menciptakan ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Karena itu segala tindakan,<br />

bantuan, atau pun pemihakan dan perlindungan yang diberikan haruslah dalam konteks<br />

menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya potensi<br />

secara mandiri dan berkelanjutan.<br />

e.<br />

Prinsip Desentralisasi<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat harus dilakukan dengan memberikan kewenangan dalam<br />

pengambilan keputusan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian kepada<br />

masyarakat melalui forum atau lembaga yang paling dekat dengan masyarakat. Prinsip ini<br />

amat penting agar rencana dan pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat betul-betul<br />

sesuai dengan potensi dan kebutuhan nyata masyarakat setempat.<br />

f.<br />

Prinsip Keterbukaan<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat harus dilakukan penuh keterbukaan dengan menciptakan<br />

kondisi atau situasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang<br />

berkepentingan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perencanaan,<br />

pelaksanaan, maupun pengelolaan keuangan. Hal ini penting karena salah satu penyebab<br />

rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pembangunan selama ini adalah kurangnya<br />

keterbukaan, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pelaku<br />

pembangunan. Melalui prinsip keterbukaan dimaksudkan akan terdapat kontrol dan<br />

pengawasan secara terbuka oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan sehingga<br />

dapat dihindari terjadinya hal-hal yang merugikan pihak masyarakat atau penyimpanganpenyimpangan<br />

yang tidak diinginkan.<br />

g.<br />

Prinsip Keswadayaan<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan segala potensi yang<br />

dimiliki masyarakat sendiri dalam setiap kegiatan. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa<br />

dalam diri masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat digunakan untuk mendukung<br />

keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Disamping itu dengan prinsip tersebut juga akan dapat<br />

menumbuhkan partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan yang sedang dan<br />

akan dilaksanakan. Potensi masyarakat tersebut dapat berupa bahan material, dana, maupun<br />

tenaga. Karena itu dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan, bahan material, dana,


atau tenaga masyarakat yang digunakan harus diperhitungkan sebagai bagian dari sumber<br />

pembiayaan kegiatan yang dikeluarkan oleh masyarakat secara swadaya.<br />

5.<br />

Strategi dan Bentuk <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Ada beberapa strategi dan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dipandang cukup efektif<br />

dan efisien untuk diterapkan dan dikembangkan. Strategi dan bentuk-bentuk pemberdayaan<br />

tersebut diantaranya adalah strategi: (a) penguatan kelompok masyarakat; (b) penguatan<br />

kelembagaan; (c) pendampingan; (d) pengembangan sumberdaya manusia (SDM); (e)<br />

pemberian stimulan; (f) industrialisasi pedesaan; (g) pengembangan usaha ekonomi rakyat;<br />

(h) Pengembangan Pola Kemitraan. Kedelapan strategi dan bentuk pemberdayaan tersebut<br />

merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling mempunyai keterkaitan yang<br />

erat satu sama lain. Karena itu kedelapan strategi tersebut merupakan satu paket yang mesti<br />

ada dalam setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pengelolaan sumber<br />

daya alam dan pemukiman.<br />

a.<br />

Penguatan Kelompok Masyarakat<br />

Pendekatan kelompok adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang dipandang masih<br />

relevan untuk masyarakat pedesaan, sebab masyarakat desa yang kebanyakan secara ekonomi,<br />

sosial budaya, dan politik dalam posisi yang relatif lemah akan sulit memecahkan masalahmasalah<br />

yang mereka hadapi secara sendiri-sendiri. Potensi-potensi yang mereka miliki<br />

secara individual meskipun kecil akan dapat menjadi potensi yang amat berarti manakala<br />

diakumulasikan menjadi kekuatan kelompok. Dan upaya pemberdayaan akan menjadi terlalu<br />

luas dan tidak efektif jika dilakukan secara individual. Karena itu penguatan kelompok adalah<br />

strategi yang paling efektif dan efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan<br />

masyarakat. Dengan penguatan kelompok ini pula diharapkan masyarakat yang lemah akan<br />

mempunyai posisi tawar yang kuat dan seimbang jika harus berhubungan dengan kelompok<br />

atau anggota masyarakat yang lebih kuat.<br />

Penguatan kelompok juga akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi diantara<br />

anggota masyarakat miskin yang senasib. Melalui pendekatan kelompok juga akan dapat<br />

kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang<br />

mereka hadapi. Apalagi dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa<br />

yang memerlukan keterlibatan masyarakat secara keseluruhan. Kepentingan yang menjadi<br />

sasarannya pun juga merupakan kepentingan bersama masyarakat dan bukan merupakan<br />

kepentingan orang per orang secara individual.<br />

Pendekatan ini bukan berarti menuntut adanya pembentukan kelompok baru<br />

dalam masyarakat. Tetapi akan lebih efektif jika memanfaatkan secara maksimal kelompokkelompok<br />

yang telah ada dan berfungsi di masyarakat. Seperti kelompok tani, kelompok<br />

keagamaan, dan kelompok-kelompok kemasyarakatan lainnya. Implementasi pendekatan<br />

kelompok ini diantaranya dapat diwujudkan melalui:<br />

1) Pemberian kesempatan setiap kelompok masyarakat yang ada untuk ikut mengelola<br />

sumber daya alam yang selama ini telah mereka ambil manfaatnya secara lebih baik.<br />

2) Pemberian keterampilan teknis dan budidaya sesuai dengan potensi sosial budaya<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

61


62<br />

3)<br />

4)<br />

5)<br />

b.<br />

masyarakat setempat.<br />

Pemberian kepercayaan untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif dalam pengamanan<br />

dan pelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.<br />

Pengembangan usaha bersama dalam pengelolaan sumber daya yang ada, baik dalam<br />

bentuk koperasi maupun usaha ekonomi lainnnya.<br />

Pengembangan kelompok baru baik berdasarkan bidang kegiatan sosial maupun usaha<br />

ekonomi produktif atau bidang-bidang lain.<br />

Penguatan Kelembagaan<br />

Selain strategi penguatan kelompok, penguatan kelembagaan juga merupakan strategi<br />

yang cukup efektif dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa. Lembagalembaga<br />

sosial yang ada di masyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup<br />

efektif untuk mengelola masyarakat dalam melakukan serangkaian program dan kegiatan.<br />

Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa tidak bisa melepaskan diri<br />

dari keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat setempat yang ada. Hal ini memang<br />

bukan diarahkan untuk membentuk lembaga baru, tetapi lebih dari sebagai upaya untuk<br />

memberdayakan dan menfungsikan lembaga yang ada agar berfungsi secara maksimal sesuai<br />

dengan karakteristiknya masing-masing. Lembaga-lembaga masyarakat yang ada bisa berupa<br />

lembaga adat, lembaga keagamaan, lembaga ekonomi, atau bahkan juga lembaga-lembaga<br />

semi pemerintah atau lembaga pemerintah yang ada di desa.<br />

Strategi penguatan kelembagaan ini dimaksudkan agar mekanisme, proses, dan<br />

penetapan aturan-aturan kegiatan yang harus mereka lakukan mulai dari persiapan,<br />

perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan dilakukan secara ter<strong>org</strong>anisir<br />

melalui institusi yang telah mereka miliki. Peng<strong>org</strong>anisasian ini penting karena akan dapat<br />

menumbuhkan manajemen program dan kegiatan dengan mekanisme yang jelas dan baku.<br />

Untuk itu mengfungsikan kembali lembaga-lembaga adat yang selama ini sudah hampir mati<br />

atau lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dengan memberikan berbagai input<br />

pembinaan dan pengembangan merupakan satu kesatuan dari program dan kegiatan.<br />

Strategi penguatan kelembagaan ini juga dapat memberikan peluang kepada<br />

masyarakat untuk melakukan proses belajar dalam meng<strong>org</strong>anisir kemampuan dan potensi<br />

yang mereka miliki agar dapat dikembangkan secara maksimal dalam upaya mengelola<br />

sumberdaya alam dan pemukiman desa. Proses belajar ini merupakan bagian tak terpisahkan<br />

dari proses pembangunan pada umumnya, bahkan pada prinsipnya pembangunan itu<br />

merupakan proses sosial learning bagi masyarakat.<br />

Penguatan kelembagaan juga akan meningkatkan kemampuan dan posisi tawar warga<br />

masyarakat dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lain, baik dalam interaksi ekonomi, sosial<br />

budaya, maupun politik. Selanjutnya juga dengan penguatan kelembagaan akan meningkatkan<br />

rasa percaya diri masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi.<br />

Dengan demikian sekaligus akan dapat melindungi masyarakat dari tindakan-tindakan pihak<br />

lain yang dapat merugikan kepentingan mereka.<br />

Penguatan kelembagaan yang dimaksudkan di sini adalah penguatan kelembagaan<br />

baik bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berbasis adat, keagamaan, ekonomi,


maupun lembaga-lembaga semi pemerintahan atau bahkan lembaga pemerintahan yang ada<br />

di desa. Implementasi strategi penguatan kelembagaan ini diantaranya dapat diwujudkan<br />

melalui:<br />

1) Identifikasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di daerah lokasi sasaran<br />

program.<br />

2) Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat dan mempunyai wewenang dalam<br />

pengembilan keputusan, baik dalam penggalian gagasan, perencanaan, pelaksanaan,<br />

pemantauan, maupun evaluasi kegiatan.<br />

3) Pemberian kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penyuluhan, pelatihan, dan<br />

peng<strong>org</strong>anisasian terhadap masyarakat berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,<br />

pemantauan dan evaluasi kegiatan, secara terarah dan terencana.<br />

4) Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan menetapkan mekanisme,<br />

proses, dan aturan-aturan yang perlu ditaati oleh masyarakat sesuai dengan budaya,<br />

adat istiadat, dan keyakinan masyarakat setempat tanpa harus bertentangan dengan<br />

peraturan perundang-undangan formal yang berlaku.<br />

5) Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan, seperti pelatihan<br />

kepemimpinan, pengembangan <strong>org</strong>anisasi dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan<br />

dengan pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam.<br />

c.<br />

Pendampingan<br />

Strategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai dalam program-program<br />

pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa<br />

masyarakat, terutama masyarakat desa, secara umum berada dalam kondisi yang lemah, baik<br />

secara ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang demikian itu seringkali menjadi<br />

salah satu kendala yang cukup serius bagi pelaksanaan program-program dan kegiatan<br />

pembangunan yang seharusnya melibatkan pihak masyarakat untuk berpartisipasi secara<br />

aktif. Pendampingan adalah salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi kendala<br />

tersebut.<br />

Melalui pendampingan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran dan<br />

kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri, menggali potensi dan<br />

kemampuan yang mereka miliki, mengidentifikasi berbagai kendala dan kelemahan yang<br />

menjadi penghambat, serta merumuskan rencana dan alternatif pemecahan masalah yang<br />

perlu mereka ambil. Dengan demikian tugas utama pendamping adalah menyelenggarakan<br />

dialog untuk menggali kebutuhan-kebutuhan masyarakat, menggali sumber-sumber potensi<br />

yang tersedia, mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan, dan meng<strong>org</strong>anisir<br />

masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat. Ia harus dapat menempatkan kegiatan<br />

pemberdayaan masyarakat sebagai usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi<br />

individual dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui<br />

pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses pendidikan bertindak,<br />

dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan komunitasnya secara demokratis.<br />

Sehingga ia akan lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi<br />

masyarakat ketimbang hanya sebagai penggerak sasaran program.<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

63


64<br />

Dengan demikian tenaga pendamping yang diperlukan adalah tenaga yang bertindak<br />

sebagai interpriner yang telah terlatih, baik yang direkrut dari dalam maupun dari luar warga<br />

masyarakat setempat. Pilihan antara dari dalam dan luar masyarakat setempat masing- masing<br />

mempunyai kelemahan dan kelebihan bawaan yang harus menjadi bahan pertimbangan<br />

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.<br />

Strategi pendampingan merupakan pilihan strategi yang harus disertai batasan waktu<br />

tertentu. Artinya, bahwa pendampingan kepada masyarakat tidak bisa dilakukan secara<br />

terus menerus sepanjang masa, tetapi dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan<br />

berdasarkan ketersediaan sarana pendukung dan perkiraan kemampuan masyarakat untuk<br />

mandiri. Pendampingan memang tidak dimaksudkan untuk menciptakan ketergantungan,<br />

tetapi justru diharapkan dapat mempercepat proses kemandirian masyarakat. Karena itu<br />

pola dan strategi pendampingan yang dirancang harus mampu menumbuhkan kemandirian<br />

masyarakat dalam jangka waktu tertentu disamping mendukung secara langsung proses<br />

pencapaian tujuan kegiatan.<br />

Pada prinsipnya strategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat merupakan<br />

upaya untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam bentuk tenaga pengembang<br />

yang mampu mendampingi masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal dalam<br />

mewujudkan kemandirian. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh tenaga pendamping yang<br />

berasal dari dalam masyarakat sendiri maupun didatangkan dari luar komunitas masyarakat<br />

yang bersangkutan. Atau bisa juga dilakukan oleh aparat pemerintah yang memang khusus<br />

ditugaskan untuk itu, seperti tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh kesehatan,<br />

dan sebagainya. Implementasi strategi pendampingan ini dapat diwujudkan melalui:<br />

1)<br />

2)<br />

3)<br />

4)<br />

5)<br />

Penyediaan tenaga pendamping yang betul-betul mempunyai keahlian dibidang<br />

tertentu sekaligus mempunyai keahlian dibidang pengembangan dan pemberdayaan<br />

masyarakat.<br />

Penyediaan fasilitas pendukung bagi pendamping yang memadai, seperti gaji yang<br />

cukup untuk jangka waktu tertentu, sarana transportasi yang sesuai, pembekalan<br />

pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan jaminan masa pasca kontrak yang<br />

memungkinkan dapat berkembang secara mandiri.<br />

Pola pendampingan yang digunakan sedapat mungkin merupakan pola pendampingan<br />

purna waktu, sehingga upaya memfasilitasi masyarakat dapat dilaksanakan secara<br />

maksimal dan intensif. Konsekuensi dari pola pendampingan purna waktu ini adalah<br />

adanya keharusan bagi tenaga pendamping untuk bertempat tinggal dan hidup<br />

bersama-sama masyarakat di desa tempat tugasnya.<br />

Pemberian pembinaan kepada para tenaga pendamping dilakukan secara periodik<br />

dan kontinyu dalam jangka waktu tertentu guna memberikan peluang bagi mereka<br />

untuk berkoordinasi dan membahas bersama persoalan-persoalan yang dihadapi di<br />

masyarakat.<br />

Pemberian tugas dan kewenangan kepada para tenaga pendamping purna waktu<br />

untuk melakukan pengakaderan atau pembinaan guna mempersiapkan tenaga-tenaga<br />

pendamping mandiri yang berasal dari komunitas masyarakat itu sendiri sehingga<br />

tugas pendampingan tetap dapat dilanjutkan jika masa penugasan mereka selesai.


d.<br />

Pengembangan SDM<br />

Pada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan<br />

sumberdaya manusia dari berbagai aspek secara komprehensif dan integratif. Karena<br />

itu pengembangan sumberdaya manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari proses<br />

pemberdayaan masyarakat. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya untuk<br />

mengembangkan sumberdaya insani masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan,<br />

sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam setiap<br />

program pembangunan, sebab pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan<br />

untuk masyarakat yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi pengembangan<br />

sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang mengarah pada penciptaan prakondisi<br />

agar di kemudian hari masyarakat bisa membangun dirinya sendiri secara mandiri.<br />

Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan sumberdaya manusia<br />

ini menuntut adanya program-program kegiatan yang bersifat pendidikan dan latihan<br />

secara sistematis. Program dan kegiatan yang demikian itu membawa konsekuensi pula<br />

terhadap perlunya penyediaan dana dan sarana pendukung yang tidak sedikit, meskipun<br />

hasil dari kegiatan tersebut tidak akan dapat dinikmati secara langsung dalam waktu dekat.<br />

Pengembangan sumberdaya manusia memang merupakan investasi sosial berjangka panjang<br />

yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang menjadi sasarannya adalah masyarakat pedesaan<br />

dengan seperangkat kekurangan dan kelebihannya.<br />

Pada prinsipnya strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan strategi<br />

yang mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya pemberdayaan masyarakat, sebab<br />

upaya pemberdayaan masyarakat itu pada hakekatnya adalah upaya pengembangan sumber<br />

daya manusia. Namun secara lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia<br />

ini lebih dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani masyarakat, baik yang<br />

berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Implementasi<br />

strategi pengembangan sumber daya manusia ini dapat diwujudkan melalui:<br />

e.<br />

1)<br />

2)<br />

3)<br />

4)<br />

Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai<br />

keterampilan khusus.<br />

Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis mengenai keterampilan khusus<br />

yang dibutuhkan sesuai dengan potensi alam yang ada disekitarnya.<br />

Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau generasi muda untuk<br />

mengikuti pelatihan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing<br />

keluar daerah komunitas mereka.<br />

Pemberian beasiswa kepada putra-putra desa yang berbakat untuk melanjutkan<br />

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama untuk pendidikan kejuruan yang<br />

dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang sedang dilaksanakan.<br />

Pemberian Stimulan<br />

Strategi lainnya dalam pemberdayaan masyarakat yang sampai kini masih cukup efektif<br />

adalah dengan pemberian stimulan. Stimulan yang diberikan biasanya berupa dana hibah,<br />

baik hibah murni maupun hibah bergulir (revolving fund). Dana stimulan ini dimaksudkan<br />

hanya sebagai entry point untuk menggali dan menggerakkan potensi-potensi yang<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

65


66<br />

secara laten sebetulnya tersedia dalam masyarakat. Dengan demikian pemberian dana<br />

stimulan dimaksudkan bukan untuk menyediakan pembiayaan dari semua komponen<br />

program, melainkan hanya memberikan dana pendamping yang tidak dapat disediakan<br />

sendiri oleh masyarakat.<br />

Karena itu strategi pemberian dana stimulan ini harus disertai dengan ketersediaan<br />

masyarakat untuk melakukan swadaya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.<br />

Bentuk swadaya itu bisa berupa, dana, tenaga, waktu, pemikiran, atau hal-hal lain yang<br />

mendukung pencapaian tujuan program kegiatan. Memang dalam praktek sering terjadi<br />

dilema. Disatu sisi jika salah pendekatan dan sosialisasi pemberian dana stimulan justru<br />

akan bisa menciptakan ketergantungan masyarakat tetapi disisi lain tanpa pemberian dana<br />

stimulan akan sulit melakukan motivasi dan menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat.<br />

Sebab secara umum masyarakat seringkali berpandangan pragmatis dan tidak mudah percaya<br />

atau tergerak hanya dengan motivasi verbal-educational yang manfaatnya terkadang tidak bisa<br />

dirasakan secara langsung dan nyata.<br />

Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa strategi pemberian<br />

stimulan ini bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk modal usaha<br />

ekonomi produktif yang harus dikembangkan secara bergulir. Dana bantuan stimulan<br />

juga dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan untuk penyediaan sarana dan prasarana<br />

sosial ekonomi yang secara langsung dan nyata menunjang peningkatan kualitas hidup<br />

masyarakat, seperti penyediaan sarana air bersih, irigasi, prasarana transportasi ekonomi,<br />

dan sebagainya.<br />

1)<br />

2)<br />

3)<br />

4)<br />

5)<br />

f.<br />

Implementasi strategi pemberian stimulan ini dapat diwujudkan melalui:<br />

Identifikasi program-program kegiatan yang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh<br />

masyarakat sendiri dan memerlukan pemberian dana bantuan, baik yang secara hibah<br />

maupun pinjaman.<br />

Pemberian bantuan dana secara hibah untuk penyediaan prasarana fisik baik yang dapat<br />

menunjang secara langsung usaha pengelolaan sumber daya alam yang ada di masyarakat<br />

sekitarnya maupun yang secara nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat<br />

seperti air bersih, irigasi, transportasi, dan sebagainya.<br />

Pemberian bantuan dana pinjaman lunak atau yang bersifat hibah bergulir untuk<br />

modal usaha ekonomi produktif dari upaya pengelolaan sumber daya alam yang ada di<br />

masyarakat sekitarnya.<br />

Penetapan perlunya penyertaan dana swadaya masyarakat dalam setiap kegiatan yang<br />

diberikan stimulan bantuan dana sesuai dengan kemampuan masyarakat.<br />

Pemberian fasilitas dan kesempatan terhadap masyarakat untuk mengakses dengan<br />

mudah kepada lembaga-lembaga dana dan keuangan terdekat.<br />

Industrialisasi Perdesaan<br />

Industrialisasi perdesaan merupakan orientasi program yang cukup relevan dalam rangka<br />

pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan. Melalui industrialisasi<br />

pedesaan diharapkan sumber-sumber potensi alam yang ada di perdesaan dapat dikelola dan<br />

dimanfaatkan secara maksimal bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan


hidup masyarakat. Tujuan dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk meningkatkan<br />

keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri melalui fungsionalisasi industri<br />

pengolahan hasil pertanian yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah<br />

yang tinggi.<br />

1)<br />

2)<br />

3)<br />

4)<br />

5)<br />

6)<br />

7)<br />

Arah dan sasaran dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk:<br />

mengembangkan pengolahan hasil pertanian rakyat di perdesaan;<br />

mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas serta penganekaragaman produk<br />

pertanian dengan investasi teknologi;<br />

mendorong investasi industri teknologi di perdesaan;<br />

meningakatan kemampuan masyarakat untuk mengkaji teknologi industri yang akan<br />

digunakan;<br />

mengembangkan komoditas unggulan daerah;<br />

mengembangkan sistem manajemen industri yang akan dibangun dan menyiapkan<br />

sumber daya yang diperlukan;<br />

mencegah fragmentasi tanah rakyat sebagai aset produksi.<br />

Sedang strategi yang harus dikembangkan dalam industrialisasi perdesaan ini<br />

diantaranya adalah dengan:<br />

1) peningkatan peluang pasar dan daya saing produk pertanian;<br />

2) pengembangan teknologi peralatan proses;<br />

3) pemenuhan konsumsi dari hasil produksi sendiri dan menekan komoditas sejenis dari<br />

luar daerah atau desa;<br />

4) membuka peluang pemasaran komoditas produk pertanian sendiri dengan nilai tambah<br />

yang tinggi.<br />

g.<br />

Pengembangan Usaha Ekonomi Rakyat<br />

Pada umumnya jenis usaha ekonomi rakyat termasuk usaha “pasaran” yang kurang spesifik<br />

dan mudah dimasuki oleh semua orang, sehingga rawan persaingan. Padahal sebagian besar<br />

mereka kurang mempunyai kemampuan bersaing dengan baik. Akibatnya usaha ekonomi<br />

rakyat mudah terancam kemacetan dan tidak mempunyai umur yang panjang. Apalagi jika<br />

usaha ekonomi rakyat tersebut sudah dimasuki oleh para pengusaha kuat yang memproduk<br />

komoditas sejenis dengan menggunakan teknologi tinggi.<br />

Karena itu ancaman terhadap produk substitusi hasil usaha ekonomi rakyat relatif<br />

tinggi, terutama ancaman dari komoditas sejenis dari hasil fabrikasi yang harganya reltif<br />

lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan lebih kuatnya posisi<br />

tawar pembeli, karena produk yang dibeli bukan produk yang unik, tetapi produk yang<br />

mudah diperoleh di pasaran. Belum lagi jika terdapat ketergantungan terhadap pemasok<br />

input produksi, sehingga posisi tawar pemasok lebih kuat ketimbang produsen, terutama<br />

untuk pemasok input hasil olahan dengan skala besar.<br />

Disamping itu, rendahnya daya saing produk usaha ekonomi rakyat itu juga disebabkan<br />

oleh beberapa faktor, diantaranya ialah rendahnya akses kepada modal, rendahnya akses<br />

terhadap pasar, rendahnya kemampuan manajemen, rendahnya kualitas sumber daya manusia,<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

67


68<br />

rendahnya penguasaan terhadap teknik produksi.<br />

Namun demikian, sebetulnya masih terdapat peluang yang cukup besar bagi<br />

pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kondisi pasar yang cenderung heterogen dapat<br />

memberikan banyak pilihan. Apalagi tuntutan pasar yang cenderung bervariasi, sehingga<br />

masih ada celah yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha ekonomi rakyat secara<br />

lebih fleksibel. Sifat usahanya yang biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dan informal<br />

bisa menjadikan usaha ekonomi rakyat bergerak secara fleksibel dalam mengantisipasi<br />

pasar.<br />

Untuk memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat diperlukan beberapa<br />

prasyarat yang diantaranya adalah:<br />

1) tidak adanya ancaman dari pendatang baru bagi komoditas yang sedang diproduksi;<br />

2) produksi, distribusi, dan akses pasar harus mantap;<br />

3) tingkat persaingan produk rendah;<br />

4) posisi tawar pemasok input lebih rendah sehingga mengurangi ketergantungan produsen<br />

pada pemasok;<br />

5) produk substitusi sejenis di pasaran tidak banyak, sehingga produsen bisa mempertahankan<br />

mutu dengan harga yang bersaing.<br />

Untuk memperkuat posisi usaha ekonomi rakyat maka perlu ditempuh berbagai<br />

usaha strategis yang diantaranya adalah:<br />

1) menciptakan efisiensi biaya produksi, distribusi, dan pemasaran;<br />

2) mempertahankan kualitas barang yang stabil dengan harga yang reltif murah;<br />

3) menciptakan diferensiasi produk secara bervariasi;<br />

4) memfokuskan pasar pada segmen tertentu, sehingga terhindar dari persaingan yang<br />

frontal;<br />

5) berusaha untuk memperoleh perlindungan dari pemerintah melalui subsidi, pembinaan<br />

manajemen dan teknologi produksi, regulasi, dan penetapan harga;<br />

6) mengembangkan model kemitraan usaha yang sederajat dan saling menguntungkan.<br />

h.<br />

Pengembangan Pola Kemitraan<br />

Kemitraan adalah hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih guna<br />

mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha ekonomi rakyat kerjasama<br />

ini dilakukan sebagai upaya untuk saling meningkatkan dan memperkuat usaha yang sedang<br />

mereka lakukan. Hal ini perlu dilakukan karena dalam dunia usaha, tidak mungkin segala<br />

aktivitas dan keperluannya dapat dilakukan atau dipenuhi sendiri tanpa melibatkan pihak<br />

lain. Apalagi bagi usaha ekonomi rakyat yang biasanya dilakukan oleh kelompok masyarakat<br />

yang mempunyai kemampuan dan potensi terbatas, pola kemitraan ini menjadi salah satu<br />

alternatif strategi andalan yang diharapkan mampu mengembangkan usaha secara kuat dan<br />

mantap.<br />

Ada tiga prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam pola kemitraan ini. Pertama<br />

adalah prinsip saling membutuhkan. Kemitraan akan berjalan dengan baik manakala pihakpihak<br />

yang terlibat dalam kerjasama tersebut berada dalam posisi yang saling membutuhkan.


Kemitraan tidak mungkin bisa berjalan secara seimbang manakala satu pihak merasa lebih<br />

membutuhkan dan pihak yang lain sebetulnya merasa tidak membutuhkan. Jelas kondisi<br />

yang demikian ini akan melahirkan posisi tawar yang tidak seimbang, dimana satu pihak<br />

mempunyai posisi tawar yang kuat sedang yang lain berada dalam posisi tawar yang lemah,<br />

sehingga akan menciptakan ketergantungan satu pihak kepada pihak yang lainnya.<br />

Kedua adalah prinsip saling menguatkan. Jika kedua belah pihak yang menjalin<br />

kemitraan merasa saling membutuhkan dan mempunyai posisi tawar yang seimbang, maka<br />

masing-masing pihak akan selalu menjaga kelangsungan kemitraan dengan baik. Hal ini bisa<br />

menghindari adanya saling memanfaatkan dan saling mengeksploitasi secara sepihak. Pola<br />

kemitraan harus dapat menciptakan kondisi yang saling menguatkan. Kedua belah pihak<br />

harus merasa mendapatkan input yang dapat memperkuat usaha.<br />

Prinsip ketiga adalah saling menguntungkan. Pola kemitraan yang dibuat antar pihak<br />

pengusaha ekonomi rakyat harus dapat saling menguntungkan. Jika ada salah satu pihak<br />

ada yang tidak memperoleh keuntungan maka tidak mungkin kemitraan akan bisa terjalin<br />

dengan baik. Suatu hal yang sering terjadi bahwa dalam pola kmitraan pihak yang lemah<br />

selalu saja berada posisi yang lemah dan kurang mendapatkan keuntungan yang seimbang.<br />

Sementara itu pihak yang kuat cenderung bersifat arogan untuk mendapatkan keuntungan<br />

yang lebih.<br />

Selanjutnya paling tidak ada 3 (tiga) prasyarat yang harus dipenuhi agar dapat<br />

tercipta kemitraan yang kuat dalam kegiatan usaha ekonomi rakyat. Ketiga prasyarat tersebut<br />

adalah:<br />

1) komoditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai<br />

harga yang kompetitif, sehingga dapat menjaga kelangsungan usahanya dan<br />

menguntungkan pihak mitranya;<br />

2) komuditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai<br />

kualitas yang standar, konsisten setiap waktu, dan kompatibel dengan industri<br />

mitranya;<br />

3) delivery harus tepat waktu sehingga tidak mengganggu jadwal kerja pihak mitranya.<br />

Disamping beberapa prasyarat tersebut kemitraan dalam bidang usaha ekonomi<br />

rakyat akan menghadapi dua tantangan utama, yaitu sempitnya wawasan dan sulitnya<br />

mengubah tradisi usaha dari para penguasaha ekonomi rakyat, dan sifat dari produk usaha<br />

ekonomi rakyat yang biasanya tradisional dan kurang kompetitif. Kedua tantangan tersebut<br />

seringkali menjadi penghambat bagi pengusaha ekonomi rakyat untuk menjalin kemitraan<br />

dengan para pihak pengusaha lain yang relatif lebih mapan. Para pihak pengusaha yang<br />

cukup mapan sering merasa was-was dan ragu-ragu untuk menjalin kemitraan dengan para<br />

pengusaha ekonomi rakyat jika kedua hal tersebut di atas tidak dapat diatasi.<br />

Ada 4 (empat) pola yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menjalin kemitraan<br />

dalam usaha ekonomi rakyat. Keempat pola tersebut adalah:<br />

1) Pola Dagang; yaitu pola kemitraan yang bersifat dagang biasa seperti penjual dan<br />

pembeli antara pihak-pihak yang bermitra. Hubungan dagang yang mereka lakukan<br />

dimaksudkan untuk mengembangkan usaha mereka, terutama bagi pengembangan<br />

usaha ekonomi rakyat.<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

69


2) Pola Vendor; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk dimana salah satu pihak<br />

menjadi pemasok produk atau barang baku kepada pihak lain yang menjadi mitranya.<br />

Dalam pola ini kepastian pasok barang dari pemasok tidak terlalu mengikat.<br />

3) Pola Waralaba; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk kerjasama antara<br />

pihak yang memiliki produk, preskripsi, brand image, dan kemampuan manajerial<br />

dengan pihak lain yang memiliki semangat bisnis sebagai mitranya.<br />

4) Pola Pembinaan; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk pemanfaatan nilai<br />

peduli dan kelebihan mitra usaha dalam relasi, akses pasar, dan kepercayaan lembaga<br />

keuangan untuk pengembangan usaha ekonomi rakyat yang dimiliki oleh pihak yang<br />

menjadi mitranya.<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> masyarakat merupakan program yang bersifat multidimensi,<br />

meskipun harus bertitik tolak dari suatu bentuk kegiatan tertentu. Berbagai prinsip, strategi,<br />

dan bentuk program dalam penerapannya di lapangan akan sangat tergantung dengan situasi<br />

dan kondisi obyektif yang ada. Keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat sangat<br />

tergantung dari komitmen, semangat, dan kesungguhan dari para pelaku pemberdayaan di<br />

lapangan.<br />

70


PERAN DAN FUNGSI<br />

PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT<br />

Salah satu ciri utama dari program pemberdayaan masyarakat adalah adanya pelaku pemberdayaan<br />

yang biasanya berfungsi sebagai pendamping masyarakat. Hal ini sebagai bentuk dari strategi<br />

pendampingan yang dikembangkan dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Pelaku<br />

pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu melakukan perubahan sosial. Mereka mempunyai<br />

tugas utama menyelenggarakan dialog dengan masyarakat untuk menggali kebutuhan nyata<br />

mereka, menggali sumber potensi yang tersedia, mendorong msyarakat untuk menemukan<br />

spesifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan meng<strong>org</strong>anisir mereka untuk dapat mengambil<br />

tindakan yang tepat.<br />

Dengan demikian, upaya yag dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan masyarakat<br />

haruslah suatu usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dari masyarakat<br />

dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan<br />

pendidikan pembangunan. Apa yang dilakukan harus merupakan kegiatan yang berupa<br />

pendidikan untuk bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan masyarakat<br />

secara demokratis. Denagan demikian para pelaku pemberdayaan masyarakat sebetulnya harus<br />

lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat ketimbang<br />

sebagai penggerak sasaran program.<br />

Program-program kegiatan yang dicanangkan untuk memberdayakan masyarakat<br />

hendaknya bertolak dari konsep community dengan pendekatan societal; memperhatikan seluruh<br />

aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat yang ada. Apapun wujud<br />

kegiatan yang dilakukan hendaknya bermotifkan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pada<br />

suatu saat masyarakat yang didampinginya mampu berkembang berdasarkan kekuatan sendiri,<br />

upaya-upaya pembangunan yang ada digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, baik tanpa bantuan<br />

maupun dengan bantuan pihak lain, seperti pendamping, sehingga mampu membangkitkan<br />

kemampuan self-help.<br />

Mengapa pendidikan Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa untuk meningkatkan<br />

kualitas hidup masyarkat (modernisasi) atau memberdayakan kehidupan masyarakat yang<br />

mengacu pada cara-cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, maka aspek pendidikan merupakan<br />

titik strategis yang harus diperbaharui dan diperluas. Bukanlah menurut riwayatnya, lahirnya<br />

konsep pemberdayaan masyarakat itu merupakan perluasan dari program-program pendidikan<br />

masyrakat. Sehingga esensi dari pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan, adalah<br />

pendidikan masyarakat, yang meliputi pendidikan dasar, keaksaraan, keterampilan, penyuluhan<br />

perkoperasian, pertanian, dan sebagainya. Pemilihan terhadap program-program kegiatan<br />

yang bermotifkan pendidikan itu juga berdasarkan atas gagasan dasar konsep pemberdayaan<br />

masyarakat yang memandang perlunya inisiatif dan kemandirian masyarakat dalam proses<br />

pembangunan. Upaya untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam masyarakat tersebut<br />

pada prinsipnya merupakan suatu proses mendidik.<br />

Ditugaskannya para pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat dimaksudkan<br />

untuk mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian<br />

masyarakat yang mereka dampingi. Pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah aktor yang<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

71


serba bisa dan pusat inisiatif dalam bertindak. Tetapi dia tak lebih sekedar penggerak, pendorong,<br />

dan pembelajar. Karena itu dia harus menerjemahkan keputusan-keputusan masyarakat kedalam<br />

aktifitas pembangunan yang nyata, sehingga menimbukan motivasi yang cukup kuat pada<br />

masyarakat untuk terlibat aktif didalamnya. Dengan demikian aktifitas yang mereka lakukan<br />

itu merupakan respon terhadap kebutuhan nyata yang mereka rasakan dan ungkapkan. Lebih<br />

dari itu pelaku pemberdayaan harus mampu membelajarkan masyarakat untuk menerjemahkan<br />

kebutuhan-kebutuhan mereka ke dalam program kegiatan yang nyata. Memang kenyataannya<br />

masyarakat, terutama di pedesaaan masih memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menentukan<br />

prioritas mana yang harus ditangani dan tindakan apa yang harus diambil.<br />

Namun perlu diwaspadai bahwa penekanan pada aspek inisiatif, kemandirian, dan<br />

pemanfaatan potensi sendiri ini sangat tergantung dari tersedianya sumber potensi serta kultur<br />

dan struktur masyarakat itu sendiri yang menunjang. Padahal kenyataanya hal itu belum tentu<br />

dipunyai oleh masyarakat yang bersangkutan. Pengalaman yang ada amatlah sulit untuk bisa<br />

menumbuhkan inisiatif dan kemandirian pada masyarakat pedesaaan. Sulit menemukan adanya<br />

tindakan masyarakat, terutama di pedesaaan, yang betul-betul mandiri tanpa adanya intervensi<br />

dari pihak ketiga.<br />

Karena itu orientasi, inisiatif, dan kemandirian bukanlah satu-satunya alternatif dalam<br />

pendekatan pemberdayaan masyarakat. Sebab masyarakt bersifat komplek, mengandung<br />

banyak dimensi sehingga pemberdayaan masyarakat hendaknya juga mempunyai banyak tujuan.<br />

Beberapa pihak ada yang menentang model kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat<br />

pedesaan. Sebab menurut mereka model tersebut sangat tergantung dari partisipasi masyarakat<br />

secara demokratis, dan inisiatif masyarakat sendiri. Padahal partisipasi dan inisiatif tersebut<br />

belum tentu dimiliki oleh masyarakat desa. Lebih tidak setuju lagi jika penekanan pada aspek<br />

kemandirian dan inisiatif ini sampai menyisihkan tujuan nyata yang bersifat material, seperti<br />

standar hidup, peningkatan pendapatan, perumahan, kesehatan, dan sebagainya. Karena itu<br />

disarankan agar pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan pada tujuan yang lebih material,<br />

dapat diukur secara nyata, yang dapat meningkatkan produksi dan standar kehidupan. Namun<br />

orientasi ini menuntut adanya proyek dan gerakan fisik untuk memenuhi kebutuhan nyata.<br />

Adanya proyek dan gerakan fisik ini dimaksudkan hanya sebagai entry point untuk mewujudkan<br />

iklim dan suasana yang mandiri, sebagai alat motivasi dan pemancing inisiatif dan kemandirian<br />

yang selanjutnya diharapkan mereka dapat membangun masyarakat secara self-help<br />

Dengan demikian maka progam kegiatan yang dicanangkan para pelaku pemberdayaan<br />

masyarakat haruslah mampu mengakomodasi kedua orientasi tersebut, yaitu aspek inisiatif<br />

dan kemandirian dengan aspek standar hidup yang nyata seperti peningkatan produksi,<br />

pendapatan, kesehatan dan sebagainya secara seimbang. Menekankan aspek yang satu dengan<br />

mengesampingkan aspek lainnya hanya akan menghasilkan kegagalan. Bahkan apapun yang<br />

dilakukan oleh pelaku pemberdayaan masyarakat dalam mendampingi masyarakat pedesaan<br />

hendaknya merupakan suatu usaha membelajarkan masyarakat dengan pendekatan yang terpadu.<br />

Bukankah pada prinsipnya pembangunan itu sebagai proses belajar Meskipun pendidikan,<br />

dalam arti membelajarkan masyarakat, bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri sebagai<br />

pusat proses dan gerakan, namun ia tetap meupakan komponen utama yang amat menunjang<br />

dan menambah kemungkinan dalam pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat.<br />

72


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas utama para pelaku pemberdayaan<br />

masyarakat bukanlah hanya sekedar menggerakkan masyarakat dalam membangun desa secara<br />

fisik, meningkatkan produksi dan pendapatan, apalagi hanya mengurusi dana bantuan (hibah).<br />

Para pelaku pemberdayaan masyarakat harus dapat menggerakkan masyarakat untuk mampu<br />

membangun dirinya sendiri, mampu mengenali dan mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan<br />

menentukan prioritas permasalahan yang harus ditangani serta mengambil tindakan yang tepat.<br />

Tugas dan bidang garapan pelaku pemberdayaan masyarakat amatlah berat dan luas, tidak hanya<br />

sekedar berkutat mengelola perguliran dana bantuan dan proyek-proyek fisik yang jumlahnya<br />

hanya sekian ratus juta. Dia bukan saja bertugas mendampingi masyarakat tetapi juga sebagai mitra<br />

pemerintah, terutama pada tingkat desa dan kecamatan untuk membangun masyarakat. Amatlah<br />

keliru jika dia dipandang sebagai pesaing, mata-mata ataupun penghambat aparat birokrasi dalam<br />

mensukseskan program pembangunan. Dia memang sengaja ditempatkan sebagai agen of change,<br />

pelaku perubahan, bukan sebagai alat aparat birokrasi pemerintahan desa/kecamatan yang harus<br />

mengerjakan tugas rutin administrasi pemerintahan. Karena itu pulalah dia harus menyediakan<br />

seluruh waktunya setiap saat mendampingi masyarakat, ikut menyelami, menghayati, dan mengalami<br />

persoalan yang ada di masyarakat. Untuk itu dia harus bertempat tinggal di tengah masyarakat<br />

setempat setiap saat, tidak hanya sekedar berkunjung ke ketua Kelompok Masyarakat seminggu<br />

atau dua minggu sekali atau dua kali sedang selebihnya pulang ke tempat tinggal asalnya.<br />

Selanjutnya pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil jika setelah selesai<br />

masa tugasnya, masyarakat yang pernah didampinginya telah mampu mengenali dan menemukan<br />

dirinya sendiri. Bersyukurlah jika akhirnya masyarakat mengusir para pelaku pemberdayaan<br />

sembari berkata “Silakan Anda pergi, kami sudah tidak butuh didamping lagi, kami sudah tahu apa<br />

yang harus kami perbuat dan lakukan”. Itulah tolak ukur dari keberhasilan pelaku pemberdayaan<br />

masyarakat yang sebenarnya. Keberhasilan mereka bukan pada seberapa lancar dana bantuan<br />

dapat digulirkan, atau seberapa besar dana bantuan yang ada sudah berkembang berlipat dan<br />

disimpan di Bank. Bahkan juga bukan hanya berapa jumlah kambing/lembu yang dimiliki<br />

masyarakat yang didampinginya, atau berapa persen produksi dan pendapatannya meningkat.<br />

Untuk bisa mengetahui keberhasilan para pelaku pemberdayaan masyarakat dibutuhkan<br />

waktu yang tidak cukup hanya setahun atau dua tahun. Memang ada tiga kemungkinan yang<br />

sejak dini harus sudah diantisipasi agar nantinya mereka dapat menerima secara lapang dada,<br />

apakah para pelaku pemberdayaan masyarakat itu nanti akan meninggalkan gading, meninggalkan<br />

belang atau hanya sekedar meninggalkan kenangan yang melintas.<br />

<strong>Modul</strong> II - <strong>Fasilitator</strong> Masyarakat dan tanggung... |<br />

73


MODUL III<br />

DASAR-DASAR PELATIHAN<br />

Pendidikan Orang Dewasa<br />

Aspek-Aspek Etika <strong>Pelatih</strong> Dan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Memahami Pembelajar<br />

Taksonomi Tujuan Instruksional<br />

Manajemen Stres<br />

Pengembangan Atmosphere Belajar<br />

Praktek Dinamika Kelompok<br />

Merancang Sesi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Mengembangkan Agenda <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Merumuskan Rencana Sesi<br />

Menulis Rencana Sesi Sederhana


PENDIDIKAN ORANG DEWASA<br />

Tujuan<br />

• Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran orang dewasa berdasarkan<br />

pengalaman belajar sendiri sebagai orang dewasa.<br />

• Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa selama pelatihan<br />

berlangsung.<br />

Bahan<br />

Powerpoint slide/flip chart yang berisikan prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang dewasa<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa sesi ini akan fokus pada cara bagaimana orang dewasa<br />

belajar. Hal ini akan tercapai melalui refleksi dan analisis terhadap pengalamanpengalaman<br />

pembelajaran peserta yang terbaik.<br />

Ajaklah setiap peserta untuk berpikir ke masa lalu selama kira-kira 3 menit, kemudian<br />

memilih satu peristiwa atau pengalaman belajar yang baik yang diingat sebagai<br />

pengalaman belajar. Kalau perlu, pelatih bisa memberikan contoh.<br />

Bagilah peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang. Setelah setiap peserta<br />

memilih satu peristiwa, minta agar mereka menceritakannya di dalam kelompoknya.<br />

Masing-masing harus mengajukan pertanyaan:<br />

• Apa yang anda pelajari<br />

• Bagaimana cara belajarnya<br />

• Siapa yang membantu anda belajar Apa hubungan anda dengan orang itu<br />

• Dalam situasi seperti apa anda belajar hal itu<br />

• Kenapa anda belajar hal itu<br />

Sementara peserta berbagi pengalaman, pelatih menyiapkan tabel yang mempunyai 5<br />

kolom: apa, bagaimana, siapa, dimana, kenapa.<br />

Setelah 20 menit, minta setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan dan<br />

menuliskannya pada tabel di depan. Sesudah tabel diisi dengan beberapa contoh,<br />

pelatih menanyakan kepada peserta apakah mereka dapat simpulkan mengenai<br />

bagaimana, siapa, dimana, dan mengapa dari peristiwa-peristiwa pembelajaran peserta.<br />

Perkenalkan kesimpulan-kesimpulan tadi sebagai prinsip-prinsip dasar pembelajaran<br />

orang dewasa: partisipatif/reflektif/pengalaman, penghormatan, lingkungan yang<br />

aman dan nyaman, kebutuhan langsung (gunakan powerpoint slide atau flip chart).<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

77


7.<br />

8.<br />

Tanyakan apakah para peserta bisa menghubungkan prinsip-prinsip itu dengan<br />

pengalaman pribadi mereka. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:<br />

• Menurut anda, apakah prinsip-prinsip itu hanya berlaku bagi pembelajaran<br />

orang dewasa di tempat-tempat tertentu atau secara umum sama di seluruh<br />

dunia (universal)<br />

• Adakah prinsip-prinsip itu berhubungan dengan kearifan lokal (daerah asal<br />

Anda)<br />

Beri tekanan pada pentingnya pengalaman — orang dewasa (dalam hal ini pelatih)<br />

paling bagus belajarnya kalau apa yang mereka pelajari berkaitan langsung dengan<br />

pengalaman sehari-hari mereka, dan bahwa apa yang mereka temukan sendiri bisa<br />

dipergunakan. Sebagai pelatih, peserta harus berusaha sedapat mungkin untuk<br />

merancang dan memfasilitasi hal ini.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Andragogis versus Pedagogis<br />

78


ASPEK-ASPEK ETIKA<br />

PELATIH DAN PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Peserta menyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi sebagai pelatih dalam suatu<br />

pelatihan<br />

Bahan<br />

Spidol dan flip chart<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> meminta peserta untuk membagi diri dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri<br />

dari 6 orang. Peserta mengusulkan teknik pembagian kelompok. <strong>Pelatih</strong> dapat memilih<br />

teknik yang paling kreatif, jika teknik yang diusulkan oleh peserta berjumlah banyak.<br />

2. Masing-masing kelompok diberi flip chart dan spidol. Tugas kelompok adalah<br />

menginventarisir hal-hal apa saja yang BOLEH dan TIDAK BOLEH dilakukan oleh<br />

pelatih dalam suatu pelatihan.<br />

3. Masing-masing kelompok menempelkan flip chart di papan tulis, membacakan hasil<br />

pekerjaan kelompoknya dan menyampaikan alasan/argumen-nya.<br />

4.<br />

5.<br />

Setelah semua kelompok memperoleh gilirannya, pelatih memberi kesimpulan dan<br />

penguatan kognitif melalui pengalamannya sendiri maupun materi bacaan pokok yang<br />

telah tersedia.<br />

Selama pelatihan, hasil kerja kelompok dalam sesi ini tetap terpasang di dalam ruang<br />

tempat pelatihan.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Aspek-Aspek Etika <strong>Pelatih</strong> dan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

79


MEMAHAMI PEMBELAJAR<br />

Tujuan<br />

80<br />

Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang bersumber dari pembelajar yang dapat<br />

berdampak pada desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan<br />

Bahan<br />

Materi self-assessment digandakan sebanyak peserta (plus lembar koreksi), powerpoint profil<br />

gaya belajar, powerpoint kesan perseptual<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> minta agar peserta melakukan langkah 2 – 4 dalam proses ini<br />

2. Peserta mengisi Diversity Awareness Inventory (latihan 1)<br />

3. Peserta mengisi instrumen kecenderungan gaya belajar (latihan 2)<br />

4. <strong>Pelatih</strong> membagi peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang.<br />

5. Setiap anggota kelompok menceritakan di dalam kelompoknya mengenai hasil kerja<br />

poin 2 dan 3.<br />

6. <strong>Pelatih</strong> membahas masing-masing gaya belajar dan hasil kerja peserta<br />

Lembar Kerja<br />

Pengantar<br />

Setiap orang memiliki gaya pembelajaran yang khas. Perbedaan peserta pelatihan dalam hal<br />

usia, jenis kelamin, ras, etnis, gaya hidup, agama, bahasa, kecacatan jasmani, dan melek huruf<br />

berdampak pada bagaimana pelatih mendesain, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan.<br />

Tantangannya terletak pada bagaimana mempersatukan kebutuhan pribadi peserta yang seringkali<br />

nampak beragam. Berhadapan dengan pemahaman pembelajar saat ini, anda perlu dilengkapi<br />

dengan seperangkat petunjuk, teknik, dan perlengkapan, agar Anda sebagai agen perubahan<br />

dapat memberi pengaruh terhadap perilaku peserta pelatihan sekaligus dapat menciptakan suatu<br />

keadaan dengan menghormati dan menerima perbedaan. Prasangka dan ketidakpekaan Anda<br />

yang tidak disengaja dapat mengikis usaha Anda untuk menciptakan suatu lingkungan di mana<br />

dapat menilai individu dan mengembangkan pembelajaran.<br />

Agar dapat mempertemukan kebutuhan peserta yang berbeda-beda, pertama ujilah sikap,<br />

keyakinan, dan perilaku Anda terhadap orang yang berbeda dengan Anda dengan melengkapi<br />

Diversity Awareness Inventory (Pengukuran Kesadaran Akan Perbedaan), yang bertujuan untuk<br />

membantu anda mengidentifikasi informasi yang diperlukan agar lebih terfokus pada upaya<br />

mengubah perilaku Anda.


Latihan 1. Diversity Awareness Inventory<br />

Instruksi: Pengukuran ini dibuat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran anda<br />

terhadap sikap menghakimi, stereotip, dan kadangkala mendiskriminasi. Berilah jawaban untuk<br />

setiap pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang pada kolom yang sesuai.<br />

No Apakah Saya.. Tidak Iya Kadang-kadang<br />

1. Mengakui bahwa saya memiliki prasangka dan<br />

keberatsebelahan -------- -------- --------<br />

2. Berusaha untuk mengenal orang lain dari<br />

budaya dan ras yang berbeda dengan saya -------- -------- --------<br />

3. Menerima bahwa orang lain tidak memiliki<br />

andil dalam nilai-nilai, sudut pandang dan gaya<br />

hidup saya -------- -------- --------<br />

4. Mencoba belajar mengenai budaya orang lain<br />

dengan membaca dan bertanya -------- -------- --------<br />

5. Mencoba untuk tidak mengadili orang lain<br />

dengan perilaku saya atau standar saya -------- -------- --------<br />

6. Membantu orang lain dari budaya yang<br />

berbeda untuk belajar tentang budaya saya -------- -------- --------<br />

7. Menghormati tradisi dan kebiasaan budaya<br />

lain -------- -------- --------<br />

8. Yakin bahwa saya memasukkan contoh,<br />

studi kasus, dan jenis aktivitas lainnya yang<br />

merefleksikan perbedaan dalam kelas saya -------- -------- --------<br />

9. Menciptakan suasana kelas dimana setiap<br />

peserta dapat bebas mengekspresikan diri<br />

mereka -------- -------- --------<br />

10. Membuat upaya khusus agar menjadi terbiasa<br />

dengan komunikasi verbal dan nonverbal dari<br />

budaya yang berbeda -------- -------- --------<br />

Latihan 2: Profil Gaya Belajar<br />

Orang dewasa belajar melalui cara yang beragam. Ada yang lebih baik jika belajar dengan<br />

mendengarkan; atau mungkin dengan melihat atau lebih memilih untuk membaca petunjuk<br />

saja. Ada yang membutuhkan peragaan terlebih dahulu. Gaya belajar menunjuk kepada cara<br />

pembelajar mendekati dan menanggapi pengalaman belajar. Untuk mengetahui karakteristik dan<br />

kecenderungan gaya belajar Anda, isilah instrument di bawah ini:<br />

Petunjuk: Dalam latihan ini, terdapat 12 item pernyataan. Setiap item berisikan suatu kondisi<br />

yang membutuhkan reaksi sikap. Masing-masing item memiliki empat (4) pilihan kecenderungan<br />

sikap, yang ditandai dengan poin a, b, c, dan d. Tugas Anda adalah memilih dan memberi nilai<br />

terhadap kecenderungan sikap dari yang paling mengambarkan diri Anda sampai yang paling<br />

sedikit menggambarkan diri Anda. Penilaian yang diberikan berdasarkan ketentuan berikut:<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

81


Angka 4 : Pernyataan yang paling menggambarkan sikap Anda<br />

Angka 3: Pernyataan yang agak menggambarkan sikap Anda<br />

Angka 2 untuk seterusnya, sampai dengan angka 1 untuk pernyataan yang paling sedikit<br />

menggambarkan sikap diri Anda.<br />

82<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

Ketika mengatasi suatu masalah, saya lebih memilih untuk…<br />

a. mengambil pendekatan setahap demi setahap<br />

b. segera mengambil tindakan<br />

c. memikirkan dampaknya terhadap orang lain<br />

d. memastikan bahwa saya memiliki semua fakta<br />

Sebagai pembelajar, saya lebih memilih untuk…<br />

a. mendengarkan ceramah<br />

b. bekerja dalam kelompok-kelompok kecil<br />

c. membaca artikel dan melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus ( case studies)<br />

d. ikut mengambil bagian dalam permainan peran ( role plays)<br />

Ketika pelatih mengajukan pertanyaan dan saya mengetahui jawabannya, saya…<br />

a. membiarkan orang lain menjawab terlebih dahulu<br />

b. segera memberikan jawaban<br />

c. memikirkan apakah jawaban saya akan diterima dengan baik<br />

d. memikirkan jawaban saya dengan hati-hati sebelum saya menjawab<br />

Dalam diskusi kelompok, saya…<br />

a. mendorong orang lain untuk memberikan pendapatnya<br />

b. menanyakan pendapat orang lain<br />

c. dengan cepat memberikan pendapat<br />

d. mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu sebelum memberikan pendapat<br />

Saya mengambil pelajaran terbaik dari suatu kegiatan ketika saya…<br />

a. dapat berinteraksi dengan orang lain<br />

b. tetap tidak dilibatkan<br />

c. mengambil peran sebagai pemimpin<br />

d. dapat menghabiskan waktu saya<br />

Selama ceramah berlangsung, saya memperhatikan pada…<br />

a. ‘bagaimana-cara’ untuk melakukan sesuatu<br />

b. hal-hal logis<br />

c. ide utama<br />

d. kisah-kisah dan cerita lucu<br />

Saya terkesan kepada pelatih dikarenakan…<br />

a. pengetahuan dan keahliannya<br />

b. kepribadian dan penampilannya<br />

c. metode-metode yang digunakan dan kegiatannya<br />

d. kemampuannya dalam mengatur dan mengawasi


8.<br />

9.<br />

10.<br />

11.<br />

12.<br />

Saya lebih memilih suatu informasi disampaikan dengan cara berikut:<br />

a. model seperti grafik alir<br />

b. pokok-pokok materi<br />

c. penjelasan terperinci<br />

d. disertai dengan contoh-contoh<br />

Saya dapat belajar dengan sebaik-baiknya ketika saya…<br />

a. melihat keterkaitan antara ide, peristiwa, dan situasi<br />

b. berinteraksi dengan orang lain<br />

c. memperoleh kiat-kiat/tips praktis<br />

d. mengamati suatu peragaan atau video<br />

Sebelum mengikuti program pelatihan, saya bertanya kepada diri sendiri: “Apakah saya<br />

akan… ”<br />

a. memperoleh kiat-kiat praktis untuk membantu saya menjalankan tugas<br />

b. menerima banyak informasi<br />

c. diharuskan mengambil bagian<br />

d. belajar tentang hal baru<br />

Setelah mengikuti pelatihan, saya…<br />

a. cenderung untuk memikirkan hal-hal yang telah saya pelajari<br />

b. khawatir (ragu) untuk menerapkan hasil belajar saya dalam perilaku<br />

c. memikirkan pengalaman sebagai suatu yang utuh (sebagai kesatuan)<br />

d. menceritakan kepada orang lain tentang hal-hal yang saya alami<br />

Metode pelatihan yang paling tidak saya sukai adalah…<br />

a. mengambil bagian dalam kelompok-kelompok kecil<br />

b. mendengarkan ceramah<br />

c. membaca dan menganalisis penyelidikan suatu kasus<br />

d. mengambil bagian dalam permainan peran<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

83


Lembar Koreksi<br />

Petunjuk: Pindahkan penilaian atas jawaban Anda pada baris yang sesuai, kemudian jumlahkan<br />

angka pada masing-masing kolom.<br />

PERASA PENGAMAT PEMIKIR PELAKSANA<br />

1c ______ 1a______ 1d_____ 1b______<br />

2b ______ 2a ______ 2c ______ 2d ______<br />

3c ______ 3a ______ 3d ______ 3b ______<br />

4a ______ 4d ______ 4b ______ 4c ______<br />

5a ______ 5b ______ 5d ______ 5c ______<br />

6d ______ 6c ______ 6b ______ 6a ______<br />

7b ______ 7d ______ 7a ______ 7c ______<br />

8a ______ 8d ______ 8c ______ 8b ______<br />

9b ______ 9d ______ 9a ______ 9c ______<br />

10d ______ 10c ______ 10b ______ 10a ______<br />

11d ______ 11c ______ 11a ______ 11b ______<br />

12c ______ 12a ______ 12d ______ 12b ______<br />

Total ______ Total ______ Total ______ Total ______<br />

Bahan Bacaan<br />

• Penjelasan Masing-Masing Gaya Belajar<br />

84


TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL<br />

Tujuan<br />

• Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan instruksional<br />

• Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya model Bloom<br />

Bahan<br />

Spidol, flip chart, dan powerpoint slide (contoh yang benar dan yang salah tentang tujuan<br />

instruksional umum dan khusus)<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

<strong>Pelatih</strong> memberikan penjelasan teoritik mengenai taksonomi tujuan instruksonal<br />

berdasarkan materi bacaan yang telah tersedia. <strong>Pelatih</strong> dapat memanfaatkan powerpoint<br />

yang telah disiapkannya.<br />

Peserta selanjutnya melakukan latihan sebagai berikut:<br />

Dengan menggunakan ketentuan taksonomi tujuan instruksional kawasan kognitif<br />

menurut Bloom, rumuskan tujuan instruksional umum materi pelatihan yang Anda<br />

ampu dengan langkah-langkah sebagai berikut:<br />

• Tentukan tingkat kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta pelatihan pada<br />

akhir pelatihan.<br />

• Pilih kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkat kompetensi tersebut.<br />

Dalam satu rumusan tujuan umum, gunakan hanya satu kata kerja, kecuali bila<br />

target materi tersebut adalah dua atau lebih kemampuan utama yang tidak saling<br />

berhubungan, artinya yang satu tidak menjadi bagian dari kompetensi yang lain.<br />

• Presentasikan dalam pleno atau dalam kelompok 10 orang.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Taksonomi Tujuan Instruksional<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

85


MANAJEMEN STRES<br />

Tujuan<br />

Peserta dapat:<br />

• Menjelaskan konsep coping stress<br />

• Mengidentifikasi penyebab stres<br />

• Mengidentifikasi strategi penanganan stres<br />

Bahan<br />

Spidol, flip chart, koran atau majalah bekas, gunting, lem<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> membagi peserta dalam kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 6<br />

orang.<br />

2. Setiap kelompok diberikan 1 eks koran/majalah bekas, 1 gunting, 2 lembar flip chart,<br />

lem, dan 1 spidol.<br />

3.<br />

Tugas dari setiap kelompok adalah mencari berita ataupun gambar yang menunjukkan<br />

kondisi stres. Berita ataupun gambar tersebut digunting dan ditempelkan pada flip chart.<br />

4. Setelah selesai, setiap kelompok menempelkan flip chart tersebut di papan tulis dan<br />

menjelaskan gambar atau berita yang ditempelkan sekaligus alasan mengapa hal<br />

tersebut dikategorikan stres. Peserta juga menjelaskan apa yang menjadi penyebab<br />

stres dalam gambar atau berita tersebut serta apa saran kelompok untuk menyelesaikan<br />

kondisi tersebut.<br />

5.<br />

Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, pelatih memperkuat<br />

pemahaman tersebut dengan memberikan penjelasan berdasarkan materi bacaan<br />

pokok yang telah disiapkan.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Manajemen Stres<br />

86


PENGEMBANGAN ATMOSPHERE BELAJAR<br />

Tujuan<br />

• Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan kelompok yang dibentuk secara<br />

acak<br />

• Peserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu, cara terbaik untuk<br />

membentuk satu kelompok<br />

• Peserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara inovatif untuk membentuk<br />

kelompok secara acak<br />

Bahan<br />

• Transparansi dengan pertanyaan kuis<br />

• Lonceng atau sesuatu yang bisa diperlakukan sebagai lonceng<br />

• Perubahan susunan tempat duduk disesuaikan dengan kuis<br />

• Hadiah kecil untuk kelompok yang menang<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Diawali dengan penjelasan pelatih bahwa bagian ini terdiri dari aspek: (1) cara kreatif<br />

dalam membentuk kelompok, (2) melakukan praktek dinamika kelompok.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa peserta akan berefleksi tentang berbagai cara yang<br />

digunakan untuk membagi kelompok kecil dalam suatu sesi pelatihan, dan pembagian<br />

kelompok dilakukan dengan tujuan tertentu. Tanyakan kepada mereka mengapa<br />

kelompok kecil berguna.<br />

Jelaskan bahwa peserta akan berbagi ide dan pengalaman dalam penggunaan metode<br />

baru ini: pertunjukan kuis. Minta seseorang peserta untuk menjelaskan ide tentang<br />

suatu kuis, mungkin menghubungkannya dengan pertunjukan kuis televisi.<br />

Organisasikan juri untuk memberi nilai dan mengatur waktu.<br />

<strong>Pelatih</strong> membagi peserta menjadi enam kelompok dengan menggunakan cara kreatif<br />

yang ada pada materi bahan bacaan pokok, tetapi pastikan bahwa kelompok-kelompok<br />

memiliki anggota yang seimbang dalam jumlah.<br />

Jelaskan aturannya:<br />

• Semua anggota tim harus bekerja sama tetapi hanya satu orang dari kelompok<br />

yang benar-benar bisa memberikan jawaban (ini untuk mencegah teriakan yang<br />

terlalu banyak). Bila bukan juru bicara yang memberikan jawaban, maka kelompok<br />

tersebut mendapat pengurangan nilai sebesar 1.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

87


• Untuk beberapa pertanyaan, kelompok pertama yang bisa menjawab akan<br />

mendapatkan 1 nilai kemenangan.<br />

• Untuk pertanyaan yang lain, kelompok yang menjawab dengan benar maka<br />

kelompok itu memenangkan nilai 3.<br />

7. Bacalah pertanyaannya satu per satu.<br />

8. Hitunglah nilai dan berikan hadiah kepada kelompok terbaik.<br />

9. Rumuskan hal-hal penting yang menjadi pembelajaran utama.<br />

10. <strong>Pelatih</strong> melanjutkan aktivitas peserta ke sesi berikutnya<br />

11. Refleksikan ke dua aktivitas tersebut dengan mengaitkannya dengan upaya untuk<br />

menjaga suasana pelatihan tetap kondusif.<br />

Lembar Kerja<br />

KUIS<br />

Penjawab pertama memenangkan<br />

(1 nilai)<br />

Sebutkan paling kurang tiga cara kreatif<br />

untuk membagi kelompok<br />

Sebutkan dua keuntungan bekerja dalam<br />

kelompok yang kecil<br />

Apa yang dimaksud dengan membagi dalam<br />

kelompok kecil secara acak<br />

Apa yang dimaksud dengan pra<br />

pembentukkan kelompok<br />

Membentuk kelompok bisa menyenangkan.<br />

Beri pernyataan (ya/tidak dan<br />

penjelasannya)<br />

Jawaban yang benar memenangkan<br />

(3 nilai)<br />

Apakah keuntungan utama membagi<br />

kelompok secara acak<br />

Apakah kerugian membagi kelompok secara<br />

acak<br />

Dalam situasi apa Anda akan membagi<br />

kelompok secara acak<br />

Dalam situasi apa Anda akan melakukan pra<br />

pembentukkan kelompok secara acak<br />

Tunjukkan satu cara inovatif pembentukkan<br />

kelompok secara acak<br />

Apakah keuntungan utama pra<br />

pembentukkan kelompok sebelumnya<br />

Bahan Bacaan<br />

• Pembentukan Kelompok<br />

88


PRAKTEK DINAMIKA KELOMPOK<br />

Tujuan<br />

Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai situasi dan anggota kelompok<br />

yang sulit<br />

Bahan<br />

• Foto kopi permainan-peran<br />

• Foto kopi materi bacaan<br />

Waktu<br />

75 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Perkenalkan sesi, dengan menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan<br />

bagaimana cara menghadapi perilaku peserta yang sulit. Jelaskan bahwa peserta akan<br />

melakukannya dengan mempraktekkan situasi yang berbeda melalui permainan-peran.<br />

Jelaskan bahwa peserta akan dibagi ke dalam 3 kelompok berbeda, masing-masing<br />

memainkan situasi kelas yang berbeda. Tiap anggota kelompok akan menerima<br />

lembaran perintah, yang tidak boleh diberitahukan kepada anggota lain kelompok.<br />

Dalam tiap kelompok akan ada satu ”pelatih” dan 9 peserta.<br />

Bagi peserta ke dalam 3 kelompok dan bagikan lembaran (pastikan bahwa peran<br />

dominan dilakukan oleh orang yang dominan). Biarkan mereka mempersiapkan diri<br />

selama 5 menit untuk permainan peran. Sejumlah peserta tambahan bisa menjadi<br />

pengamat atau bisa ditambahkan sebagai peserta dengan menjadi diri sendiri.<br />

Mulai permainan peran pertama dan refleksikan setelahnya dengan cara berikut:<br />

• Undang “pelatih” untuk menjelaskan apa yang dipikirkan tentang permainan<br />

peran yang baru saja dilakukan, dan tanyakan juga apa yang akan dilakukan lain<br />

kali apabila menjumpai masalah yang sama. Tanyakan pula kepada pengamat,<br />

bagaimana pendapatnya terhadap hal-hal yang disampaikan oleh pelatih barusan.<br />

• Mintalah pendapat peserta, pertama minta masukan positif, lalu hal-hal lain<br />

yang penting dan perlu dipertimbangkan, setelah itu minta saran atau tips untuk<br />

perbaikan.<br />

• Tambahkan dengan umpan balik dan tips Anda sendiri jika perlu.<br />

Lanjutkan dengan permainan peran yang lain dengan cara yang sama dan dorong<br />

pelatih untuk menggunakan poin belajar dari permainan peran sebelumnya.<br />

<strong>Pelatih</strong> mengakhiri sesi ini dengan merumuskan pengalaman utama yang telah<br />

dipelajari<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

89


Permainan Peran 1: Memfasilitasi Satu Kesepakatan Konsensus<br />

Pedoman Bagi Peran <strong>Pelatih</strong><br />

Anda adalah pelatih suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Pada hari<br />

Sabtu ada kesempatan untuk meng<strong>org</strong>anisir program wisata selama satu hari karena libur.<br />

Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu kesepakatan konsensus antara<br />

peserta tentang ke mana mereka akan pergi.<br />

Pedoman Bagi Peran Dominator<br />

Anda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlansung selama 2 minggu. Sabtu<br />

hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan<br />

mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak menyukai<br />

pelatih Anda, maka Anda akan mencoba mengambil alih kendali darinya dan memanipulasi<br />

kelompok agar setuju dengan pilihan Anda.<br />

Pedoman Bagi Peran Perayu<br />

Anda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu<br />

hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan<br />

mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki minat<br />

khusus untuk berbelanja bagi keluarga Anda maka Anda sebisa mungkin akan berusaha<br />

memenuhi keinginan Anda.<br />

Pedoman Bagi Peran Si Jujur<br />

Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satusatunya<br />

hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan<br />

program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki keluarga yang tinggal di<br />

dekat situ, Anda akan mengakui bahwa Anda akan pergi keluar mengunjungi keluarga<br />

Anda. Anda begitu bersemangat mengatakan kepada mereka apa yang akan Anda lakukan<br />

bersama dengan keluarga sehingga Anda selalu menyela diskusi.<br />

Pedoman Bagi Peran Inisiator<br />

Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu<br />

satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan<br />

program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda mengenal tempatnya dengan baik,<br />

Anda bisa memberikan ide-ide baru dan saran-saran mengenai tempat-tempat yang bisa<br />

dikunjungi, apa yang bisa dibeli, aktifitas yang bisa dilakukan, pemandangan yang bisa<br />

dilihat dll.<br />

Pedoman Bagi Peran Pembangun<br />

Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satusatunya<br />

hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan<br />

program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak memiliki minat khusus tetapi<br />

hanya senang bersama-sama kawan-kawan selama hari libur, Anda akan mendukung dan<br />

membangun ide-ide dan saran-saran yang dikemukakan orang lain.<br />

90


Permainan Peran 2: Memfasilitasi satu debat<br />

Pedoman Bagi Peran <strong>Pelatih</strong><br />

Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu debat apakah pertanian gilirbalik<br />

itu buruk atau baik. Adalah tanggung-jawab Anda untuk melibatkan peserta secara<br />

langsung, tetapi bukan perdebatan yang agresif. Tantangannya adalah untuk membuat<br />

peserta saling menyimak masing-masing argumen, dan untuk menantang mereka dengan<br />

pandangan ekstrim yang mungkin terjadi. Karena pada akhirnya Anda akan menunjukkan<br />

keseluruhan spektrum praktek pertanian gilir-balik, dari yang sangat lestari bisa sampai<br />

yang tidak lestari, tergantung pada banyak faktor luar.<br />

Pedoman Bagi Peran Agresor<br />

Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai<br />

kelestarian pertanian gilir balik. Berdasarkan pengalaman yang luas dengan hasil negatif<br />

dari praktek pertanian gilir balik di wilayah Anda, maka Anda akan memastikan bahwa<br />

pengalaman Anda diakui oleh kelompok. Anda akan sangat menentang orang lain yang<br />

berbeda pemikiran.<br />

Pedoman Bagi Peran the Topik Jumper<br />

Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai<br />

kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini, Anda<br />

akan terus-menerus mencoba untuk mengubah topik pembicaraan. Karena Anda bosan<br />

menyimak semua argumen, Anda akan sering menyela diskusi.<br />

Pedoman Bagi peran Tukang Mundur<br />

Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai<br />

kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini,<br />

Anda tidak akan berpartisipasi dalam diskusi. Anda akan menunjukkan ketidaktertarikan<br />

Anda dengan berbicara dengan teman sebelah Anda mengenai hal lain. Anda juga akan<br />

membaca majalah atau koran, atau tertidur atau apa pun yang bisa Anda pikirkan.<br />

Pedoman Bagi Peran Pengacara Setan<br />

Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai<br />

kelestarian pertanian gilir balik. Anda memiliki banyak pengalaman dengan contoh<br />

kelestarian pertanian gilir balik di wilayah kerja Anda, terutama kelompok suku minoritas<br />

pegunungan. Jadi peran Anda adalah untuk menantang mereka di dalam kelompok yang<br />

berpikir bahwa pertanian gilir balik tidak bisa lestari.<br />

Pedoman Bagi Peran Pemberi Opini<br />

Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai<br />

kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tahu bahwa pertanian gilir balik adalah<br />

masalah yang kompleks, Anda tidak mengambil sikap dalam perdebatan ini. Peran Anda<br />

adalah membawa opini dan kepercayaan yang relevan mengenai masalah yang dimunculkan<br />

oleh orang lain selama diskusi.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

91


Permainan peran 3: Menghindari konflik<br />

Pedoman Bagi Peran <strong>Pelatih</strong><br />

Selama 15 menit kemudian Anda akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan<br />

ketegangan di dalam kelompok. Selama beberapa hari yang lalu Anda menyadari bahwa<br />

ketegangan terbentuk di antara anggota kelompok tertentu, tetapi Anda tidak tahu apa<br />

penyebab suasana menjadi buruk. Kini Anda harus menemukan apa yang terjadi sebelum<br />

ketegangan-ketegangan berkembang menjadi satu konflik sebenarnya.<br />

Pedoman Bagi Peran Penentang (The Blocker)<br />

Anda menyesal harus ikut dalam pelatihan. <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>nya tidak hanya sangat berbeda dari<br />

yang Anda harapkan tetapi Anda benar-benar muak dengan peserta lain karena mereka<br />

tidak memiliki pengalaman dan mengajukan pertanyaan yang bodoh sepanjang waktu.<br />

Hal yang hanya Anda ingin lakukan adalah meyakinkan pelatih tentang pengalaman Anda<br />

sendiri dalam komunitas forestri di negara Anda.<br />

Pedoman Bagi Peran Si Gengsi<br />

Anda adalah peserta kursus pelatihan paling senior dengan latar belakang pendidikan yang<br />

paling tinggi. Sejak awal Anda sangat terganggu dengan beberapa peserta lain yang tidak<br />

menghargai latar belakang Anda dan orang lain yang tidak menganggap serius pelatihan<br />

ini. Karenanya Anda membuat keputusan untuk berbicara dengan pelatih selama sesi<br />

selanjutnya untuk mengatakan padanya agar menjaga disiplin.<br />

Pedoman Bagi Peran Si Play-Boy<br />

Anda ikut pelatihan untuk menikmati uang saku. Anda menganggap peserta lain terlalu<br />

serius dan membosankan. Karena Anda tidak tertarik dengan topiknya, Anda mencoba<br />

memeriahkan sesi dengan melucu dan bercerita.<br />

Pedoman Bagi Peran Si Pecinta Damain<br />

Anda menyayangkan ketegangan yang terjadi di antara berbagai peserta. Menurut Anda<br />

susah berpartisipasi dalam suasana seperti itu. Anda tidak menyukai argumen atau<br />

ketidaksetujuan, jadi Anda mencoba menjaga perdamaian.<br />

Pedoman Bagi Peran Tukang Kompromi<br />

Meskipun Anda sering tidak setuju dengan pandangan dan opini peserta lain, Anda<br />

bersedia berkompromi jika ketegangan-ketegangan meningkat terlalu tinggi atau jika<br />

kemajuan mengalami kemacetan. Dalam situasi tersebut Anda akan menyerah untuk<br />

menghindari konflik atau berusaha mencapai persetujuan.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Pembentukan Kelompok<br />

92


MERANCANG SESI PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Di akhir sesi para peserta dapat:<br />

• menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan<br />

• menyebutkan lima jenis strategi pelatihan<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

<strong>Pelatih</strong> memimpin curah pendapat singkat tentang arti strategi pelatihan. Pertama,<br />

pusatkan perhatian pada kata strategi (atau cara bergerak dari A ke B), lalu tambahkan<br />

aspek pembelajaran. Gabungkan keduanya dalam satu definisi (lihat bahan bacaan<br />

pokok).<br />

Lalu, jelaskan bahwa strategi memberikan gambaran besar tentang bagaimana suatu<br />

program pelatihan akan dilakukan. Terangkan bahwa setiap pelatihan dapat dipecah<br />

menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan tugas yang harus dilakukan. Perkenalkan metode ‘jalan-jalan<br />

mencari inspirasi’, bentuk kelompok dengan anggota 6 orang, lalu persilahkan mereka<br />

bekerja di luar selama 20 menit (tidak jauh dari lokasi pelatihan).<br />

4. Setelah masing-masing kelompok menempelkan flip chart-nya, peserta saling membaca<br />

hasil dari kelompok-kelompok yang lain, sambil mengajukan pertanyaan klarifikasi<br />

dan menambahkan gagasan-gagasan baru. Buatlah rangkuman dari jenis-jenis strategi<br />

pelatihan yang ada serta alasan mengapa penyusunan strategi pelatihan penting.<br />

Refleksikan metode ‘jalan-jalan mencari inspirasi’.<br />

5. Apakah metode ini efektif Apa<br />

kelebihan dan kekurangannya Apakah Anda akan menggunakannya dilain<br />

waktu Jelaskan bahwa metode ini sangat bermanfaat bagi kelompok-kelompok yang<br />

tidak terbiasa duduk dalam satu ruangan untuk waktu yang lama (petani, petugas<br />

lapangan, dan lain-lain.)<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

93


Lembar Kerja<br />

Mendiskusikan strategi pelatihan sambil jalan-jalan mencari inspirasi<br />

1.<br />

Selama 20 menit mendatang anda boleh berjalan-jalan (tidak jauh dari lokasi pelatihan),<br />

meluruskan kaki sambil membaca materi bacaan dan memikirkan beberapa hal berikut:<br />

• strategi-strategi pelatihan yang biasa peserta gunakan,<br />

• kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi,<br />

• mengapa penting untuk mempunyai strategi pembelajaran yang tepat dalam<br />

pengembangan masyarakat<br />

2. Setelah berjalan-jalan, buat ringkasan hasil diskusi anda pada flip chart (1 atau 2 saja)<br />

untuk didiskusikan dengan kelompok-kelompok lain.<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

STRATEGI KEKUATAN KELEMAHAN<br />

MENYUSUN STRATEGI YANG JELAS SANGAT PENTING KARENA…….<br />

3. Tempelkan flip chart kelompok anda di ruang kelas.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Strategi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

94


MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

• Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan agenda pelatih<br />

• Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang selayaknya ada di dalam agenda<br />

pelatih<br />

• Peserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka berdasarkan catatan informasi mereka<br />

Bahan<br />

Lembar latihan, beberapa contoh agenda pelatih, post-it<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

<strong>Pelatih</strong> memimpin curah pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan agenda<br />

peserta, apa yang dimaksud dengan agenda pelatih, apa perbedaannya, dan mengapa<br />

perbedaan ini penting dicermati. Curah pendapat bisa dilakukan langsung dalam pleno<br />

atau bisa juga dilakukan dalam kelompok kecil.<br />

<strong>Pelatih</strong> menyimpulkan bahwa penyusunan agenda pelatih yang detail bisa diibaratkan<br />

seperti membuat satu ‘master plan’ untuk pelatihan, yang di dalamnya cara pelatih<br />

mencapai tujuan pelatihan dalam waktu yang ditentukan. Tekankan bahwa untuk<br />

mencapai hal ini, pelatih harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah<br />

diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya.<br />

Ringkaskan sesi ini dengan menanyakan “Apa yang harus dicapai oleh agenda pelatih<br />

yang telah dirancang dengan baik” (lihat bahan bacaan pokok).<br />

<strong>Pelatih</strong> memberikan contoh tentang bagaimana caranya mengembangkan agenda<br />

pelatihan yang sekarang dilakukan ini, tahap demi tahap, dimulai dengan rencana besar<br />

dalam satu bulan atau satu minggu dan diakhiri dengan detail setiap hari yang dibagi<br />

menjadi beberapa sesi.<br />

Katakan bahwa langkah selanjutnya dalam merancang pelatihan peserta adalah<br />

mengembangkan agenda pelatihan yang lebih detail untuk setiap hari. Jelaskan bahwa<br />

kadang-kadang lebih mudah untuk mulai dari yang kurang detil, misalnya dimulai<br />

dengan memikirkan tentang alur keseluruhan (termasuk ruang kelas, dan hari-hari di<br />

lapangan), menyusun topik-topik atau tujuan, dan lalu mulai melihat pada satu minggu,<br />

dan kemudian pada satu hari, dan kemudian pada jam.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Mengembangkan Agenda <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

95


MERUMUSKAN RENCANA SESI<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi ini peserta:<br />

• Membuat daftar mengenai elemen suatu rencana sesi<br />

• Membedakan antara rencana sesi yang baik dan buruk dan menganalisis aspek-aspek<br />

baik dan buruknya<br />

Bahan<br />

• Fotokopi daftar untuk memperkirakan, merancang dan menulis rencana sesi<br />

• Fotokopi perbesaran dua contoh rencana sesi (yang baik dan buruk)<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

9.<br />

<strong>Pelatih</strong> memperkenalkan arah dan prosedur sesi ini.<br />

Mulailah dengan curah pendapat secara cepat mengenai:<br />

• apakah sesi itu: bagian dari isi atau topik yang bisa dilaksanakan dalam waktu<br />

tertentu, secara umum 1 sampai 2 jam dan kurang dari 3 jam, bisa bervariasi dalam<br />

hari yang sama.<br />

• mengapa menulis rencana sesi dan untuk siapa: untuk merancang sesi, untuk<br />

menjelaskan sesi, untuk mendapatkan tanggapan dan lain-lain, coba tulis untuk<br />

orang lain dengan sejelas mungkin.<br />

Lanjutkan dengan curah pendapat secara cepat mengenai elemen suatu rencana sesi.<br />

Minta dua peserta untuk tampil dan urutkan elemen-elemen dalam urutan yang benar<br />

dengan bantuan dari kelompok. Hal ini akan menimbulkan diskusi kecil karena ada<br />

gaya yang berbeda.<br />

Sepakati elemen-elemen yang seharusnya menjadi bagian, dan elemen apa yang bisa<br />

menjadi bagian.<br />

Tunjukkan contoh rencana sesi dan undang peserta untuk berkumpul untuk memilih<br />

yang terbaik dan terburuk.<br />

Dalam diskusi pleno minta peserta untuk mengambil posisi (berdiri di depan rencana<br />

sesi yang dianggap paling jelek) dan minta mereka menjelaskan pilihannya.<br />

Ulangi prosedur ini untuk pilihan terbaik.<br />

Tutup dengan mengatakan bahwa ada gaya yang berbeda dalam penulisan rencana<br />

sesi. Jelaskan bahwa gaya bisa berbeda tetapi harus tetap sederhana dan jelas, dan hal<br />

96


itu mungkin berkesan mudah tetapi dalam praktek sangat sulit, perlu banyak latihan<br />

dan mengulas. Jelaskan bahwa cara yang terbaik untuk memeriksa apakah Anda<br />

menulis satu rencana sesi yang baik adalah dengan memberikan kepada pelatih lain<br />

untuk dibaca dan tanyakan apakah dia bisa menjalankan sesi tersebut tanpa penjelasan<br />

tambahan.<br />

Catatan<br />

Berusahalah untuk memilih satu gabungan rencana sesi. Hal ini akan<br />

membangkitkan satu diskusi yang baik dan melengkapi peserta dengan banyak<br />

ide untuk mengembangkan gaya mereka sendiri dalam merencanakan sesi.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Daftar Periksa Untuk Penilaian Merancang dan Menulis Rencana Sesi<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

97


MENULIS RENCANA SESI SEDERHANA<br />

Tujuan<br />

Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka sendiri<br />

Bahan<br />

Flip chart, post-it, fotokopi bahan bacaan pokok<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

Segarkan ingatan peserta dengan menanyakan mengapa penting untuk menulis rencana<br />

sesi. Jelaskan bahwa agak mudah untuk mengkritik rencana sesi yang ditulis oleh orang<br />

lain yang akan mereka laksanakan tetapi akan cukup sulit untuk menulis satu rencana<br />

sesi sendiri.<br />

Minta peserta untuk memilih satu sesi sederhana untuk kursus mereka sendiri dan<br />

pertama hanya kembangkan tujuan pelatihan dan pilih metode yang sesuai dan tuliskan<br />

pada satu flip chart untuk dipamerkan.<br />

3. Pamerkan flip chart dan minta umpan balik dari peserta. Pertajam tujuan dan<br />

perdebatkan pemilihan metode jika diperlukan.<br />

4.<br />

5.<br />

Undang peserta untuk kembali ke kelompok mereka dan kembangkan satu rencana<br />

sesi penuh berdasarkan pada umpan balik yang mereka terima dan pasang lagi pada flip<br />

chart untuk dipamerkan.<br />

Pamerkan semua rencana sesi dan minta peserta untuk berkeliling dan menekankan<br />

poin yang perlu dikembangkan dan poin-poin baik menggunakan post-it.<br />

6. Diskusikan umpan balik pada post-it dan jika diperlukan tambahkan pengamatan Anda<br />

sendiri.<br />

7.<br />

Tutup dengan menanyakan apa yang peserta pelajari dengan menulis rencana sesi<br />

mereka sendiri. Rumuskan poin-poin pembelajaran.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Menulis Rencana Sesi<br />

98


BAHAN BACAAN POKOK MODUL III<br />

ANDRAGOGIS VERSUS PEDAGOGIS<br />

Model pembelajaran pedagogis telah mendominasi dunia pendidikan dan pelatihan selama<br />

berabad-abad lamanya. Adapun anggapan yang mendasari model ini adalah:<br />

• Pengajar/pelatih/guru bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran, termasuk apa dan<br />

bagaimana para pembelajar akan belajar. Pembelajar memiliki peran yang pasif dan pengajar<br />

aktif.<br />

• Oleh karena pembelajar memiliki sedikit pengalaman, maka pengajar adalah sosok yang<br />

ahli, guru, dan merupakan tanggung jawab bagi pengajar untuk memberikan ‘kekayaan’<br />

pengetahuannya. Jumlah tersebut menjadi “limpahan informasi” melalui cara yang tradisional<br />

seperti ceramah, buku teks, buku pedoman, serta video yang menghadirkan para “ahli” lain<br />

untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.<br />

• Orang terdorong untuk belajar karena mereka “harus” melakukannya agar lulus ujian, naik<br />

ke tingkat berikutnya, atau memperoleh sertifikasi.<br />

• Pengetahuan adalah informasi yang terpusat. Pengajarlah yang menguasai dan memahami<br />

secara benar materi, sehingga pembelajar mendapatkan informasi yang telah ditentukan<br />

dalam beberapa tingkatan pemahaman dna penguasaan.<br />

• Secara luas, motivasi untuk belajar berasal dari luar. Pembelajar dipaksa oleh tekanan dari sosok<br />

yang otoriter dan ketakutan terhadap akibat negatif. Pada intinya pengajar mengendalikan<br />

pembelajaran melalui penghargaan (rewards) dan disiplin (bisa juga berarti punishment).<br />

Memahami bagaimana dan mengapa orang belajar<br />

Selama tahun 1960, para pendidik bangsa Eropa menciptakan kata “andragogi” sebagai label<br />

terhadap peningkatan pokok pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan pembelajaran orang<br />

dewasa. Konsep tersebut dikenalkan dan dikembangkan di Amerika Serikat oleh Malcolm<br />

Knowles. Anggapan-anggapan berikut mendasari model pembelajaran andragogis, yang sekarang<br />

disebut Knowles sebagai model pembelajaran manusia (Knowles, 1990):<br />

1.<br />

Anggapan Pertama<br />

Anggapan pertama berkaitan dengan adanya perubahan konsep diri yang semula<br />

bergantung penuh (kepada orang lain) menjadi pribadi yang semakin mampu mengatur dan<br />

mengarahkan dirinya sendiri. Pembelajar dewasa adalah pembelajar yang mengatur dirinya<br />

sendiri. Pembelajar dewasa seharusnya bertanggung jawab terhadap kehidupannya, termasuk<br />

merencanakan, melaksanakan, serta menilai sendiri kegiatan pembelajarannya. Pemahaman<br />

prinsip ini seringkali disalahartikan. Pengaturan diri oleh pembelajar tidak berarti bahwa<br />

pelatih melepaskan tanggungjawabnya terhadap rencana dan kegiatannya, akan tetapi sejak<br />

awal, pelatih perlu menyusun proses pelatihan sebagai upaya yang kolaboratif. Selama proses<br />

tersebut, sebaiknya antara pelatih dan peserta secara terus-menerus menjalin hubungan<br />

layaknya teman dengan menciptakan komunikasi dua arah.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

99


2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

Anggapan Kedua<br />

Prinsip kedua berkaitan dengan peran pengalaman, suatu prinsip khusus bagi pembelajar<br />

dewasa. Menurut Knowles, setiap individu dewasa dihadapkan pada situasi pembelajaran<br />

yang menjadikan kekayaan pengalaman sebagai dasar awal pembelajaran dan dinilai sama<br />

baiknya dengan sumber asal/langsung sehingga layak untuk dibagikan kepada orang<br />

lain. Pengalaman-pengalaman tersebut mungkin baik ataupun buruk, tetapi pengalamanpengalaman<br />

tersebut akan berpengaruh terhadap pembelajar ketika menentukan cara<br />

yang akan digunakan untuk memulai pengalaman belajar yang baru. Oleh karena manusia<br />

menjadikan pengalaman-pengalaman yang lampau sebagai dasar pembelajaran, maka<br />

informasi yang baru harus disesuaikan. <strong>Pelatih</strong> yang bijaksana akan cenderung untuk<br />

menyelidiki/mencari tahu hal apa sajakah yang telah diketahui oleh para peserta. Kemudian<br />

pelatih akan memadukan informasi yang dimiliki dengan pengalaman peserta (yaitu hal-hal<br />

yang telah diketahui peserta) dan menghindari untuk memperlakukan peserta seperti mereka<br />

tidak mengetahui apapun dan harus dididik layaknya anak kecil.<br />

Anggapan Ketiga<br />

Anggapan ketiga adalah bahwa orang dewasa dapat dianggap siap untuk belajar ketika mereka<br />

merasa perlu untuk mengetahui atau melakukan sesuatu. Orang dewasa mulai meninggalkan<br />

pendekatan yang terlalu teoritis atau abstrak. Mereka menginginkan agar pengalaman<br />

pembelajaran menjadi praksis dan realistis, lebih terpusat kepada masalah (problem-centered)<br />

dan bukan terpusat kepada subjek (subject-centered). <strong>Pelatih</strong> yang efektif akan membantu<br />

peserta untuk mengerti bahwa mempelajari keterampilan atau tugas tertentu akan membantu<br />

mereka menjadi semakin berhasil, yakni, bagaimana pembelajar dapat menjalankan tugasnya<br />

dengan lebih cepat, lebih mudah, dan lebih efisien.<br />

Anggapan Keempat<br />

Keempat, orang dewasa menghendaki adanya penerapan dalam dunia nyata dengan segera.<br />

Orang dewasa ingin pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat memberi<br />

kontribusi dalam mengatasi/menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Mereka akan<br />

sangat termotivasi ketika pelaksaanan pelatihan berhubungan langsung atau terkait secara<br />

praksis dengan kehidupan konkret mereka. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu<br />

memiliki keterkaitan yang jelas terhadap kebutuhan orang dewasa dan bersifat segera.<br />

Anggapan Kelima<br />

Terakhir, orang dewasa termotivasi untuk belajar dikarenakan faktor internal dalam dirinya,<br />

seperti harga diri (self-esteem), hasrat untuk memperoleh pengakuan, adanya rasa ingin tahu,<br />

kecintaan terhadap pembelajaran yang sudah ada sejak lahir, keinginan untuk memperbaiki<br />

kualitas hidup, ingin meningkatkan kepercayaan diri, atau memanfaatkan peluang untuk<br />

mengaktualisasikan diri.<br />

Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewasa<br />

Beberapa prinsip tambahan mengenai bagaimana orang dewasa belajar:<br />

• Orang dewasa harus mengakui adanya kebutuhan untuk belajar.<br />

100


• Orang dewasa ingin agar dapat menerapkan hal-hal yang telah dipelajari ke dalam<br />

pekerjaannya.<br />

• Orang dewasa perlu menggabungkan pengalaman terdahulu dengan materi yang baru.<br />

• Orang dewasa lebih memilih hal konkret daripada hal abstrak.<br />

• Orang dewasa membutuhkan beragam metode pelatihan.<br />

• Orang dewasa dapat belajar dengan lebih baik jika dalam suasana informal (penuh<br />

keramahan), lingkungan yang nyaman.<br />

• Orang dewasa ingin dapat mengatasi masalah-masalah realistis.<br />

• Orang dewasa lebih menghendaki metode belajar yang berkelanjutan atau<br />

berkesinambungan.<br />

Pedoman Pokok<br />

• <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> orang dewasa tidak sama dengan mengajar anak kecil.<br />

• Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap<br />

pembelajaran mereka.<br />

• Orang dewasa menjadikan pengalaman yang telah dilalui sebagai dasar pembelajaran.<br />

• Orang dewasa berharap agar pelatihan memiliki kaitan langsung dengan mereka dan<br />

menginginkan adanya penerapan dalam dunia nyata.<br />

• Orang dewasa belajar melalui beragam cara.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

101


ASPEK-ASPEK ETIKA PELATIH DAN PELATIHAN<br />

Pengantar<br />

Dalam memberdayakan masyarakat, para fasilitator lebih sering berinteraksi dengan kelompok<br />

orang dewasa karena dianggap lebih matang dan lebih mandiri dengan sejumlah pengetahuan<br />

dan pengalaman yang mereka peroleh selama proses pematangan tersebut. Kematangan dan<br />

kemandirian tersebut yang menempatkan orang-orang dewasa diperankan dan difungsikan<br />

sebagai motor perubahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan yang<br />

diselenggarakan sebagai bagian dari strategi pemberdayaan masyarakat lebih sering diikuti oleh<br />

orang–orang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak masih membutuhkan lebih<br />

banyak pengetahuan dan pengalaman untuk membentuk dirinya sendiri menuju kedewasaan.<br />

Tentu saja untuk menghadapi peserta pelatihan yang pada umumnya adalah orang dewasa<br />

dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan pendidikan dan pelatihan ala<br />

bangku sekolah, atau pendidikan tradisional. Pendidikan ala sekolah ini sering disebut dengan<br />

pendekatan pedagogis. Ironisnya, meskipun para fasilitator pemberdayaan masyarakat memahami<br />

benar perbedaan perkembangan psikologi dan sosial antara orang dewasa dan anak-anak, tetapi<br />

dalam praktek masih banyak “pendekatan pedagogis” diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan<br />

bagi orang dewasa yang seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang<br />

lebih cocok dengan “kematangan”, “konsep diri” peserta dan “pengalaman peserta”. Di dalam<br />

dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan “Pendidikan Orang Dewasa” (Adult<br />

Education).<br />

Dengan bahasa yang lebih lugas, eksperiental dan operasional, andragogi juga didasarkan pada<br />

asumsi-asumsi sebagai berikut:<br />

a.<br />

b.<br />

c.<br />

Semua Orang Mempunyai Pengetahuan<br />

<strong>Fasilitator</strong> harus meyakini bahwa semua warga belajar mempunyai pengetahuan sesuai<br />

dengan bidang masing-masing. Keyakinan tersebut mengharuskan seorang fasilitator tidak<br />

boleh memberlakukan warga belajar seperti gelas kosong. Dengan asumsi itu pula, fasilitator<br />

akan menghadapi pendapat warga belajar, dan akan memberi kesempatan warga belajar<br />

untuk saling bertukar pengalaman.<br />

Warga Belajar Sebagai Sumber Belajar<br />

Pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh warga belajar dapat<br />

dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Hal ini disebabkan oleh: Pertama, pada umumnya<br />

pengetahuan yang berasal dari warga belajar telah teruji dalam praktek. Kedua, informasi<br />

yang berasal dari teman dengan mudah dapat diterima. Ketiga, sesama warga belajar<br />

mempunyai waktu yang luas untuk menyampaikan informasi, dan dapat dilakukan dalam<br />

suasana formal maupun informal. Keempat, bagi warga belajar yang menjadi sumber belajar,<br />

juga mengalami proses belajar pada saat menyampaikan informasi.<br />

Ada Kemampuan Orang Untuk Belajar Dan Berkembang<br />

Setiap orang mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang. Tetapi harus<br />

disadari bahwa kemampuan dan kecepatan belajar seseorang berbeda dengan yang lainnya.<br />

102


d.<br />

e.<br />

Dengan mengetahui kemampuan untuk belajar dari warga belajar, maka seorang fasilitator<br />

dapat menyediakan kemudahan agar warga belajar dapat berkembang secara optimal sesuai<br />

dengan kapasitasnya.<br />

Warga Belajar Tidak Dapat Dipaksa Untuk Belajar<br />

Bahan pelajaran hanya dapat diserap oleh warga belajar setingkat demi setingkat dan<br />

dengan keterlibatan warga belajar sendiri. Dengan asumsi ini maka seorang fasilitator harus<br />

menciptakan kondisi yang mendorong warga belajar untuk belajar. Dan menghilangkan<br />

hambatan yang ada.<br />

Kelompok Merupakan Forum Belajar Yang Terbaik<br />

Siklus belajar berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa salah satu proses belajar tersebut<br />

adalah mengolah bahan belajar. Proses ini akan dipercepat dan dipermudah dengan bantuan<br />

orang lain, seperti dalam kelompok. Sesama anggota kelompok dapat mendiskusikan dan<br />

menyimpulkan, sehingga setiap anggota kelompok saling membantu dalam proses belajar.<br />

Dengan berkelompok memberikan rasa aman kepada warga belajar karena kegagalan yang<br />

dialami akan ditanggung bersama oleh anggota kelompok. Sebaliknya dengan belajar dalam<br />

kelompok juga memberikan kesempatan untuk tampil dan mendapat perhatian lebih baik<br />

daripada belajar secara klasikal.<br />

Implikasi Untuk <strong>Fasilitator</strong><br />

Asumsi-asumsi tersebut di atas mengharuskan seorang fasilitator pada latihan partisipatif<br />

berperan dalam menciptakan suasana, memberikan kesempatan dan menyediakan sarana untuk<br />

mempermudah proses belajar. Dengan peran seperti ini, maka pada latihan partisipatif tingkat<br />

perkembangan warga belajar tergantung dari warga belajar itu sendiri.<br />

Tujuan pendidikan bagi orang dewasa yaitu perubahan perilaku yang diawali dengan perubahan<br />

sikap dan penambahan pengetahuan serta keterampilan. Dengan demikian seorang fasilitator<br />

juga berperan sebagai seorang pembimbing dengan tugas-tugas sebagai berikut: a).Penyebar<br />

Pengetahuan: saat menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada warga belajar; b).<strong>Pelatih</strong><br />

Keterampilan: saat memberikan tambahan keterampilan baru melalui latihan praktek dan<br />

mengajak warga belajar untuk belajar sambil mengerjakan; c). Perancang Pengalaman Belajar Kreatif:<br />

saat menciptakan situasi yang memungkinkan warga belajar untuk mendapat pengalaman baru,<br />

sehingga timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang sudah terbiasa.<br />

Fungsi fasilitator sebagai pembimbing yang mampu menempatkan diri sejajar dengan warga<br />

belajar, membutuhkan beberapa sikap, seperti yang disampaikan oleh A.G. Lunandi berikut ini:<br />

a. Empati : Membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman<br />

para warga belajar: “Menyetel” pada “gelombang pemancar” para warga<br />

belajar; mencoba melihat situasi sebagaimana warga belajar melihatnya;<br />

berada dan bersatu dengan warga belajar.<br />

b. Kewajaran : Bersikap, bertindak dan berkata jujur, apa adanya, jangan berlebihan seolah<br />

ingin menempatkan lebih tinggi dari warga belajar. Demikian pula dalam<br />

berpenampilan (cara berpakaian) di depan kelas. Hindari memainkan —<br />

secara sadar maupun tak sadar — peran sebagai pengajar.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

103


c. Respek : Mempunyai pandangan positif terhadap semua peserta. Gambaran negatif<br />

terhadap peserta akan mendorong fasilitator bersikap negatif pula yang<br />

tentu berdampak kurang baik pada proses dan hasil pelatihan.<br />

d. Komitmen dan kehadiran: Menghadirkan diri secara penuh; siap menyertai kelompok dalam<br />

segala keadaan. Tindakan ini akan membangun keakraban dan keterbukaan<br />

antara peserta dan fasilitator. Peserta akan merasa aman dan nyaman<br />

dengan kehadiran peserta.<br />

e. Mengakui kehadiran orang lain: Mengakui adanya orang lain; tidak menonjolkan diri;<br />

menunjukkan kepada mereka bahwa peserta sadar akan kehadirannya.<br />

Lakukan komunikasi verbal maupun nonverbal dengan mereka, bersedia<br />

mendengar, memberi kesempatan kepada peserta untuk “muncul”.<br />

f. Membuka diri : Keterbukaan mempunyai dua segi: (1) menerima keterbukaan orang lain,<br />

tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman peserta sendiri;<br />

setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep saya sendiri;<br />

tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemungkinan-kemungkinan baru.<br />

(2) Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain; mengenalkan diri<br />

kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana<br />

pandangan saya, suka dan duka saya; mau mengambil risiko melakukan<br />

kekeliruan.<br />

Selain hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan fasilitator seperti di atas, juga perlu diperhatikan<br />

hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh fasilitator pelatihan bagi orang dewasa, yakni:<br />

104<br />

1. Tidak menggurui<br />

Mengingat bahwa warga belajar terdiri dari orang-orang dewasa yang mempunyai<br />

keahliannya sendiri, pengalamannya sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam<br />

lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan sebagai meremehkan.<br />

2. Tidak menjadi “ahli”<br />

Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan-akan fasilitator<br />

harus ahli dalam segala hal dan segala bidang. Bersikap menjadi “ahli” hanya akan<br />

memungkinkan proses komunikasi satu arah. Lemparkan pertanyaan seorang peserta<br />

kepada forum.<br />

3. Tidak memutus bicara<br />

Pada waktu warga belajar bertanya, atau mengemukakan pandangannya, fasilitator tidak<br />

memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar. Jika dilakukan akan membuat<br />

warga belajar tersinggung, malu, atau lupa topik selanjutnya.<br />

4. Tidak berdebat<br />

Apabila pertanyaan warga belajar telah dijawab fasilitator, dan penanya itu menyanggahnya<br />

kembali, maka bahaya terlibat dalam debat mulai terbuka. Bijaksana untuk fasilitator<br />

mengalihkannya menjadi diskusi umum dengan melontarkannya kepada seluruh<br />

kelompok.<br />

5. Tidak diskriminatif<br />

<strong>Fasilitator</strong> harus berusaha untuk memberi perhatian kepada semua warga belajar secara<br />

merata, bukan hanya kepada satu atau dua warga belajar yang secara pribadi disukainya.


Citra Diri <strong>Fasilitator</strong><br />

Pada pelatihan yang bersifat partisipatif (Participatory Training Methodology = PTM), pelatih adalah<br />

fasilitator dalam proses belajar peserta. <strong>Pelatih</strong> bukan hanya seorang yang ahli dari suatu bahan<br />

pelatihan, namun juga harus mampu rnenciptakan interaksi belajar. <strong>Fasilitator</strong> bukan “bos” atau<br />

“atasan” melainkan partner atau mitra yang berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Memfasilitasi<br />

bukan dengan cara “mengajar”, “menggurui” atau bahkan “memerintah”, melainkan dengan cara<br />

memberi contoh, merangsang, dan mendorong peserta untuk berfikir sendiri, untuk menyadari<br />

perasaan dan pengalaman masing-masing untuk menemukan jawaban sendiri. Dengan demikian<br />

akan diperoleh pelajaran yang paling bermanfaat dan berharga karena belajar dari pengalaman<br />

peserta sendiri.<br />

Melihat peran dan tugas fasilitator seperti itu, maka wajarlah bila seorang fasilitator dituntut<br />

menjadi figur yang lengkap dan sempurna (meskipun tidak ada manusia yang sempurna). Figur<br />

fasilitator seperti yang diharapkan bukanlah diperoleh dari mempelajari suatu bahan pelatihan<br />

atau dari pendidikan yang tinggi. Figur fasilitator lebih banyak ditentukan oleh kepribadian yang<br />

dimiliki berkaitan dengan pengembangan diri sendiri sebagai fasilitator.<br />

Dalam pelatihan yang bersifat konvensional, keahlian dan pengetahuan seorang pelatih<br />

tentang suatu bahan pelatihan sangat diutamakan. Oleh sebab itu pembinaan terhadap pelatih<br />

ditekankan pada aspek yang nampak, yaitu pengetahuan dan penguasaan bahan pelatihan.<br />

Pengembangan diri sendiri (self development) yang menyangkut pelatih tidak terlalu dipentingkan.<br />

Dalam konteks inilah pengembangan atau pembinaan diri sendiri seorang pelatih menjadi bagian<br />

yang paling utama dalam PTM.<br />

Sikap yang diperlukan dalam pengernbangan atau pembinaan diri pelatih agar memenuhi<br />

citra diri fasilitator secara optimal antara lain:<br />

1. Peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang lain.<br />

<strong>Fasilitator</strong> dituntut peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang kepada<br />

peserta dsb. Ingat peserta rnengikuti pelatihan adalah karena mereka membutuhkan.<br />

<strong>Fasilitator</strong> perlu rnemahami diri sendiri dan peserta atau orang lain diharapkan untuk<br />

mernpunyai identitas diri masing-masing dan menerimanya. Tentu saja hal ini bukan berarti<br />

untuk saling rnenonjoikan egonya tetapi justru untuk saling menghargai dan menghormati<br />

sehingga terjadi proses saling belajar.<br />

2.<br />

3.<br />

Terbuka dan tidak membela diri.<br />

Pengembangan diri sendiri fasilitatorakan berjalan baik bila ia mau terbuka untuk menerima<br />

masukan dan pengalaman baru yang berbeda dengan dirinya, bukan membela diri dan<br />

memaksakan pengalamnya sendiri kepada peserta, ingat bahwa peserta juga mempunyai<br />

pengalaman dan proses belajar dalam PTM adalah mutualisme.<br />

Percaya, tulus dan sungguh-sungguh.<br />

<strong>Fasilitator</strong> harus yakin dan berfikir positif terhadap proses dan interaksi belajar yang terjadi.<br />

Segala intervensi fasilitator diberikan dengan sungguh sungguh dan tulus kepada peserta<br />

dalam interaksi belajar. lntervensi bukan dimaksudkan untuk menimbulkan dan membangun<br />

image atau kesan peserta terhadap pelatih melainkan diupayakan untuk penyadaran dan<br />

mencapai tujuan pelatihan.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

105


4.<br />

106<br />

Kesetaraan dan kemitraan.<br />

<strong>Fasilitator</strong> bukan sebagai yang paling tahu, pintar, banyak pengalaman. Dalam PTM, fasilitator<br />

adalah sebagai mitra belajar dan kesetaraan dalam interaksi belajar dengan peserta. <strong>Fasilitator</strong><br />

bukan mentransfer bahan belajar/bahan pelatihan kepada peserta, melainkan memfasilitasi<br />

dan bersama peserta untuk menemukan dan mengembangkan pengalaman.<br />

Jack Mazirow mengatakan: ”Kesalahan fatal yang dilakukan oleh fasilitator adalah usaha untuk<br />

mengartikan dirinya sebagai pelaku tunggal bagi terjadinya perubahan perilaku dan berbuat seolah-olah tugas<br />

pokoknya adalah mengkomunikasikan gagasan-gagasan, merancang bentuk-bentuk kegiatan latihan (excercise)<br />

dalam rangka pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu yang menentukan perubahanperubahan<br />

perilaku yang dimaksudkan serta melakukan survey untuk mendeteksi kebutuhan-kebutuhan bagi<br />

perubahan perubahan tertentu.” Apa yang dikatakan tersebut mengingatkan kepada fasilitator agar<br />

bisa berperan secara efektif dan benar.<br />

Beberapa hal di atas adalah berkaitan dengan kepribadian fasilitator yang perlu diperhatikan<br />

dan menjadi penting dalam PTM. Kepribadian tersebut akan lebih banyak membentuk dan<br />

menentukan citra diri fasilitator dalam interaksi dan proses belajar, apakah ia akan menggurui<br />

dan mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada peserta ataukah ia akan memfasilitasi<br />

interaksi dan proses belajar.<br />

<strong>Fasilitator</strong> yang efektif dalam interaksi dan proses belajar akan mengupayakan dan<br />

memperlihatkan ciri-ciri antara lain:<br />

1. Mendasarkan pengalaman dan latar belakang peserta, artinya pembahasan isi pelatihan<br />

didasarkan pada pengalaman peserta. Bukan pengalaman fasilitator semata.<br />

2. Memadukan pengalaman antar peserta untuk mengembangkan pengalaman baru melalui<br />

proses diskusi.<br />

3. Menerapkan swa-belajar (self learning), artinya mengupayakan agar terjadi proses belajar<br />

yang efektif dengan cara belajar masing-masing.<br />

4. Mengarah pada penguasaan belajar ( Mastery learning), artinya mengupayakan agar<br />

peserta dapat menemukan cara belajar yang efektif.<br />

5. Mengarah pada belajar pemahaman atau penghayatan ( insightfull learning), artinya belajar<br />

untuk proses menyadari, memahami dan menghayati, bukan untuk menghafalkan.<br />

6. Mengembangkan perwujudan diri ( self actualization), artinya mengupayakan peserta<br />

untuk mau dan mampu menentukan dan menemukan dirinya sendiri sesuai dengan<br />

potensinya.<br />

Secara praktis, kepribadian fasilitator yang berhasil berkaitan dengan sifat-sifat fasilitator<br />

sebagai berikut:<br />

1. Memiliki rasa humor yang akan digunakan untuk menghangatkan komunikasi.<br />

2. Memakai bahasa yang mudah dimengerti.<br />

3. Menghadapi peserta dengan cara yang luwes supaya suasana menjadi hangat dan akrab.<br />

4. Memberikan waktu secukupnya untuk berfikir dan menjawab.<br />

5. Mengungkapkan perasaannya sendiri untuk memancing peserta lebih terbuka.<br />

6. Memperhatikan apa yang dirasakan dalam tubuhnya sendiri.


7.<br />

8.<br />

Memperhatikan pesan-pesan nonverbal para peserta yang diungkapkan dalam bahasa tubuh.<br />

Selalu berpikiran positif terhadap seluruh peserta.<br />

Beberapa pantangan bagi pelatih atau fasifitator yang ingin berhasil antara lain:<br />

1. Jangan menilai pemikiran dan perasaan peserta.<br />

2. Jangan ingin menolong peserta karena mereka akan menolong dirinya sendiri.<br />

3. Jangan memakai kalimat-kalimat, seperti “ sebaiknya kamu.........” atau “seharusnya<br />

kamu..........”.<br />

4. Jangan memaksa peserta untuk tindakan apapun.<br />

5. Jangan memberikan jawaban atas masalah-masalah para peserta. Cobalah mendorong<br />

peserta untuk menemukan jawaban atas masalah mereka sendiri.<br />

Dalam andragogi, seorang fasilitator tidak diperbolehkan berperan sebagai transformer<br />

yang bertugas memindahkan semua pengetahuannya kepada para warga belajar. Tugas utama<br />

fasilitator adalah membantu warga belajar secara maksimal dengan menciptakan suasana belajar<br />

yang kondusif. Keterampilan tersebut tentu saja hanya akan dapat dikembangkan dengan<br />

upaya sendiri dan melatih diri atau membiasakan diri, baik di dalam pelatihan maupun di luar<br />

pelatihan.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

107


PENJELASAN MASING-MASING GAYA BELAJAR<br />

Perasa. Orang yang perasa sangat berorientasi pada manusia. Mereka begitu ekspresif dan<br />

fokus kepada perasaan serta emosi. Mereka dapat menikmati pembelajaran yang penuh kasih<br />

sayang dan cenderung ke arah pengalaman pembelajaran yang dapat menggali sikap-sikap dan<br />

emosi manusia. Orang yang perasa dapat berkembang dengan cepat dalam lingkungan belajar<br />

yang terbuka, tidak terstruktur dan menghargai kesempatan untuk bekerja di dalam kelompok<br />

serta menyukai kegiatan-kegiatan yang memungkinkan bagi mereka untuk berbagi pendapat dan<br />

pengalamannya.<br />

Pengamat. Pengamat senang mengamati dan mendengarkan. Mereka cenderung menjadi<br />

tidak ramah juga pendiam dan mereka akan menghabiskan waktunya sebelum bertindak atau<br />

ikut serta mengambil bagian di dalam kelas. Ketika mereka memutuskan untuk memberikan<br />

pendapat atau menjawab suatu pertanyaan, biasanya jawaban mereka tepat mengenai sasaran.<br />

Mereka menikmati pengalaman pembelajaran yang memberi kebebasan kepada mereka untuk<br />

memikirkan beragam ide juga pendapat.<br />

Pemikir. Para pemikir mengandalkan logika dan penalaran. Mereka menyukai kesempatan<br />

untuk membagikan ide dan konsep yang dimiliki. Mereka lebih memilih kegiatan yang meminta<br />

mereka untuk melakukan analisis dan penilaian. Mereka akan menanyakan alasan dibalik kegiatan<br />

dan akan menentang pernyataan-pernyataan yang mereka anggap terlalu umum atau tidak<br />

berisi. Pemikir lebih memilih untuk bekerja secara mandiri dan menanyakan perlunya dilakukan<br />

bermain peran dan simulasi.<br />

Pelaksana. Pelaksana senang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka akan<br />

memimpin dalam kegiatan kelompok dan cenderung mendominasi diskusi. Mereka menyukai<br />

kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah dipelajari, khususnya mengenai bagaimana<br />

mereka dapat menerapkan hal-hal tersebut dalam dunia nyata. Mereka menyukai informasi yang<br />

disampaikan secara jelas serta singkat dan mereka menjadi tidak sabar ketika diskusi semakin<br />

berlarut-larut.<br />

Ingat bahwa tidak ada satu pun gaya belajar yang benar atau bahkan lebih baik daripada gaya<br />

belajar yang lain. Intinya adalah bahwa setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Agar<br />

menjadi efektif, pelatih harus merancang program mereka sehingga dapat mencakup perbedaanperbedaan<br />

di antara gaya belajar. Kemungkinan besar, pelatih akan menggunakan gaya yang Ia<br />

sukai. Meskipun menggunakan gaya yang paling membuat seseorang merasa nyaman adalah hal<br />

yang wajar, para pelatih yang paling efektif akan belajar bagaimana caranya untuk menyesuaikan<br />

gaya mereka terhadap kebutuhan semua peserta.<br />

Kesan Perseptual<br />

Sebagai tambahan terhadap gaya belajar, pelatih yang efektif harus mampu mengerti kesan-kesan<br />

yang muncul ketika menggunakan perseptual yang berbeda-beda. Menurut M. B. James dan M.<br />

W. Galbraith (1985), pembelajar mungkin memilih salah satu dari keenam kesan perseptual (cara<br />

individu memperoleh dan mengolah informasi), tersebut:<br />

108


Visual<br />

Cetak<br />

Pendengaran<br />

Interaktif<br />

Taktil<br />

Kinestetik<br />

Video; film; grafik; foto; peragaan; metode dan media yang digunakan<br />

dapat memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk memiliki<br />

pengalaman belajar melalui penglihatan (mata).<br />

Teks/bacaan; kertas dan pena untuk menulis; adalah metode yang<br />

memungkinkan peserta untuk menyerap kata yang tertulis.<br />

Ceramah; audiotape; metode yang memungkinkan peserta untuk<br />

mendengar dengan sungguh-sungguh dan memperoleh informasi<br />

melalui pendengaran (telinga).<br />

Diskusi kelompok; tanya-jawab; cara yang memberikan kesempatan<br />

kepada peserta untuk berbicara dan saling bertukar pikiran, pendapat,<br />

jawaban dengan peserta lain dalam kelompok.<br />

Kegiatan yang menggunakan tangan, model bangunan, merupakan<br />

metode yang meminta peserta untuk untuk memegang objek atau<br />

meletakkan benda bersama-sama.<br />

Bermain peran; permainan fisik dan kegiatan yang yang melibatkan<br />

penggunaan keterampilan psikomotor dan pergerakan dari satu tempat<br />

ke tempat lain.<br />

Pembelajar dewasa lebih banyak masuk dalam kategori pembelajar dengan gaya visual<br />

daripada gaya yang lain.<br />

Bagaimanapun juga, pelatihan yang bagus dirancang dengan memadukan keenam<br />

modalitas di atas. Untuk memastikan bahwa semua kebutuhan pesreta dapat dipenuhi. Kegiatan<br />

yang berubah-ubah dengan tujuan menciptakan pembelajaran multi-sensoris mungkin akan<br />

meningkatkan daya tarik bagi gaya setiap peserta. Pendekatan multi-sensoris tersebut juga<br />

membantu setiap peserta dalam memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan<br />

melalui cara yang lebih mereka sukai.<br />

Pada sisi yang lain, pembelajaran yang disampaikan dengan cara yang dapat melengkapi/<br />

memenuhi modalitas/gaya pembelajar adalah yang paling disukai oleh peserta. Sebagai contoh,<br />

mari peserta cermati rancangan pelatihan untuk beberapa kelompok orang dalam menggunakan<br />

komputer pribadi. <strong>Pelatih</strong> memasukkan gambar-gambar pada layar komputer, menjelaskan apa<br />

yang sebaiknya dilihat oleh peserta ketika menemukan tanda tertentu. <strong>Pelatih</strong> juga mempraktekkan<br />

bagaimana cara melakukan fungsi tertentu dalam komputer (visual). Rancangan pelatihan<br />

tersebut menyediakan bahan-bahan cetak sebagai buku pedoman dan bahan untuk ujian/<br />

tugas mandiri. Dengan kata lain, berkaitan dengan penerapan (cetak). Untuk pengulangan dan<br />

penguatan, pelatih menyiapkan audiotape (pendengaran/aural). Selama sesi pelatihan, pelatih<br />

menyediakan banyak kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan<br />

jawaban terhadap suatu pertanyaan (interaktif). Tentu saja desain pelatihan tersebut menyediakan<br />

kesempatan bagi peserta untuk menggunakan komputer tersebut (merupakan aplikasi metode<br />

taktil). Terakhir, pelatih akan mengadakan kegiatan simulasi yang akan meminta peserta untuk<br />

membuat dokumen yang berkaitan dengan keadaan dunia kerja yang sesungguhnya seperti<br />

selebaran, laporan, grafik, dan lain-lain (kinestetik).<br />

Pertimbangan lain yang tidak kalah penting adalah bahwa secara umum manusia<br />

belajar dengan melakukan, bukan dengan diberitahu bagaimana cara melakukan sesuatu.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

109


Sebagai contoh, seseorang lebih cepat mempelajari bagaimana caranya bisa sampai ke suatu<br />

lokasi dengan mengendarai mobil, daripada mengamati cara untuk sampai ke lokasi dengan<br />

posisi dia sebagai penumpang.<br />

Jadi semakin banyak kesempatan bagi seseorang untuk “mencoba” atau menerapkan<br />

suatu keterampilan, semakin besar kemungkinan dia mempelajari keterampilan tersebut.<br />

Bercerita bukan mengajar atau melatih. Berapa kali Anda berkata kepada diri Anda sendiri,<br />

“Saya sudah mengatakan kepada dia bagaimana cara melakukannya, tapi mengapa dia masih saja<br />

keliru” Hanya dengan mengatakan kepada orang lain bagaimana cara mengerjakan sesuatu<br />

tidak berarti bahwa dia memahami dan telah memiliki keterampilan untuk mengerjakannya.<br />

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan belajar seseorang<br />

Psikologis. Beberapa orang lebih memilih “gambaran besar”, sedangkan orang lain menginginkan<br />

proses setahap demi setahap.<br />

Lingkungan. Suara, cahaya, suhu, dan susunan tempat duduk bisa berdampak terhadap<br />

pembelajaran. Sebagai contoh, duduk di atas kursi yang keras untuk beberapa jam akan<br />

menimbulkan stres terhadap tubuh, serta mempengaruhi kemampuan seseorang untuk<br />

berkonsentrasi.<br />

Emosi. Motivasi peserta untuk mengikuti sesi pelatihan akan mempengaruhi proses pembelajaran.<br />

Mereka yang mengikuti sesi karena mereka menginginkannya lebih besar kemungkinannya<br />

untuk memperoleh pengalaman belajar yang positif daripada mereka yang mengikuti sesi karena<br />

diminta ikut oleh para supervisor atau atasannya.<br />

Sosiologis. Manusia adalah makhluk sosial. Meskipun beberapa orang dapat belajar dengan lebih<br />

baik ketika sendirian, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang belajar dengan lebih<br />

baik dan memperoleh kepuasan yang lebih besar melalui pengalaman belajar yang melibatkan<br />

mereka dalam kelompok kecil atau berpasangan.<br />

Fisik. Kondisi fisik seseorang, termasuk pendengaran, melihat, kesehatan secara umum, dan<br />

tingkat energi, mempengaruhi kemampuan mereka dalam belajar. Sebagian besar orang memiliki<br />

energi yang lebih sedikit di sore hari. <strong>Pelatih</strong> sebaiknya mengingat hal ini ketika merancang dan<br />

mengembangkan program-pragram.<br />

Intelektual dan Pengalaman. Mereka yang mengikuti sesi pelatihan memiliki beragam latar<br />

belakang pendidikan, pengalaman hidup, kecerdasan, dan kemampuan. Itulah alasannya betapa<br />

pentingnya memiliki sebanyak mungkin informasi mengenai peserta sebelum mereka mengikuti<br />

sesi pelatihan.<br />

Usia. Salah satu isu yang sering muncul dalam pelatihan bagi pelatih (train-the-trainer) dan kursus<br />

melatih (coaching course) berhubungan dengan dampak usia terhadap proses pembelajaran. Para<br />

pelatih sering mengatakan bahwa pekerja yang berusia lebih tua biasanya lebih lambat dan lebih<br />

sulit untuk dilatih.<br />

110<br />

Pembelajar muda versus pembelajar tua<br />

• pembelajar muda lebih efisien dalam menghafalkan informasi<br />

• pembelajar tua lebih mampu menilai dan menerapkan informasi.


Yang perlu diperhatikan adalah makna belajar yang dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar<br />

dewasa adalah orang dewasa yang terus menerus belajar selama hidupnya. Orang dewasa<br />

memiliki potensi untuk melanjutkan pembelajarannya dan melakukan intropeksi diri secara<br />

mendalam ketika mereka berhadapan dengan kegagalan. Perlu diakui bahwa perubahan fisik<br />

turut mengambil bagian dalam proses pembelajaran. Sepanjang usia peserta, mungkin peserta<br />

mengalami kehilangan beberapa kemampuan untuk mendengar, tingkat energi yang makin<br />

menurun, dan waktu reaksi yang kian melambat. Faktor-faktor tersebut sebaiknya menjadi<br />

bahan pertimbangan; TAPI, faktor tersebut sebaiknya tidak dianggap sebagai bukti bahwa<br />

orang yang lebih tua lebih lambat atau memiliki kesulitan yang lebih besar dalam belajar.<br />

Beban Kognisi<br />

Diibaratkan seperti spon, otak peserta menyerap pengetahuan dan informasi. Saat spon tersebut<br />

penuh, maka air yang baru ditambahkan tidak akan terserap oleh spon itu. Sebagaimana spon yang<br />

telah penuh tersebut, seorang pembelajar dapat memiliki beban kognisi dalam memorinya.<br />

Tantangan bagi pelatih adalah agar menyampaikan informasi melalui cara yang tidak membuat<br />

peserta merasa terbebani.<br />

Mencegah Beban Kognisi<br />

Gunakan strategi berikut ketika merancang, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan<br />

Anda:<br />

• Gunakanlah metode ceramah seminimal mungkin. Singkat informasi yang akan disampaikan<br />

dalam bentuk poin pembelajaran, daftar, bagan, grafik, dan bentuk visual lainnya.<br />

• Buatlah agar sebagian besar pekerjaan dikerjakan oleh peserta. Ketika peserta melaksanakan<br />

pekerjaannya, mereka menyalurkan informasi baru tersebut ke dalam ingatan jangka<br />

panjang, mirip seperti menyimpan data di dalam komputer. Sekarang memori yang<br />

bekerja bebas untuk menyerap potongan informasi berikutnya.<br />

• Buatlah potongan isi atau informasi, dan salurkan atau komunikasikan hal itu secara bertahap<br />

dengan disertai penambahan jumlah atau tingkat informasi. Gunakan beragam kegiatan untuk<br />

mengkomunikasikan materi.<br />

• Rancanglah buku kerja dan materi pendamping lain yang menampilkan informasi dalam susunan<br />

yang mudah diikuti dan mudah dipahami.<br />

Penerapan Prinsip-prinsip Belajar<br />

Orientasi tradisional atau pedagogis memperhatikan isi. <strong>Pelatih</strong> dirisaukan dengan “membungkus”<br />

(mengemas/menyajikan) materi sedapat mungkin melalui cara yang paling efisien. Sebaliknya,<br />

orientasi andragogis berfokus pada proses, memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang<br />

dapat mendukung maupun menghambat pembelajaran.<br />

Pertimbangkan pokok-pokok berikut ketika Anda membuat pengalaman belajar bagi<br />

peserta Anda:<br />

• Ciptakan iklim pembelajaran yang nyaman, tidak mengancam dan peserta diperlakukan<br />

sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

111


112<br />

• Libatkan peserta dalam perencanaan pelatihan mereka melalui wawancara, komite<br />

penasihat (advisory committees), dan kegiatan pendahuluan (up-front activities).<br />

• Dorong peserta untuk terlibat dalam diagnosa diri dengan menggunakan kuesioner dan<br />

alat ukur baik sebelum dan selama sesi.<br />

• Berikan kesempatan kepada peserta untuk menentukan tujuan mereka dengan<br />

mengumpulkan data mereka melalui kuesioner sebelum sesi dan kegiatan pengukuran<br />

diawal sesi.<br />

• Berikan kesempatan kepada peserta untuk menilai pembelajaran yang mereka alami<br />

dengan beragam kegiatan sepanjang program pelatihan.<br />

• Bantulah peserta untuk memahami “gambaran besar” dengan menunjukkan bagaimana<br />

program pelatihan tertentu memiliki keterkaitan terhadap sasaran usaha dan atau<br />

permasalahan mereka.<br />

• Buatlah pembelajaran tersebut bersangkut-paut dengan peserta, yakni dengan<br />

menunjukkan betapa pelatihan tersebut akan membantu mereka melalui pemberian<br />

contoh nyata dan kegiatan yang berhubungan dengan kerangka acuan yang dimiliki<br />

peserta.<br />

• Gunakan pengalaman peserta sebagai contoh. Mintalah kepada peserta untuk memberikan<br />

contoh berdasarkan situasi yang pernah mereka alami.<br />

• Libatkan peserta secara aktif ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kegiatan<br />

yang terpusat pada pembelajar serta pengalaman terstruktur dan dengan menyediakan<br />

kesempatan yang banyak bagi peserta untuk menentukan isi (pembelajaran).<br />

Masalah Perbedaan<br />

Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa Anda melatih individu yang sewaktuwaktu<br />

akan menjadi kelompok. Sebelum Anda sepakat dengan suatu desain khusus dan<br />

mempertimbangkannya, mari lihat beberapa masalah perbedaan.<br />

Walaupun banyak kategori perbedaan yang ada dalam sesi pelatihan, mari fokus pada perbedaan<br />

yang memberikan dampak terbesar terhadap suasana pelatihan.<br />

Perbedaan Usia<br />

Seperti diketahui bahwa kemampuan untuk belajar tidak berkurang seperti usia. Ada yang<br />

percaya bahwa seseorang yang telah berusia empat puluh tidak dapat belajar keterampilan<br />

yang baru. Empat puluh adalah sebuah angka yang dengan semena-mena memisahkan pekerja<br />

”yang lebih muda” dari pekerja ”yang lebih tua”. <strong>Pelatih</strong> membuat pernyataan seperti, ”pekerja<br />

yang lebih tua tidak dapat menangkap dengan cepat” atau ”orang yang lebih tua tidak dapat<br />

beradaptasi dengan perubahan”. Banyak orang yang berusia di atas empat puluh membutuhkan<br />

waktu yang lebih lama untuk mempelajari kemampuan yang baru, terutama dikarenakan mereka<br />

harus meninggalkan terlebih dahulu cara yang biasa mereka lakukan. Pekerja yang lebih muda<br />

telah tumbuh bersama komputer dan video game, tentu saja, akan ditemukan lebih mudah dalam<br />

mempelajari sistem komputer yang baru dan program perangkat lunak daripada rekan kerja<br />

mereka yang lebih tua yang belajar dengan menggunakan mesik ketik dan kertas karbon.


Salah satu penghalang terbesar bagi pekerja yang lebih tua dalam mempelajari keterampilan<br />

baru adalah menurunnya kepercayaan diri atau ketakutan untuk gagal, yang diciptakan, sebagian,<br />

oleh mitos masyarakat dan stereotip mengenai usia. Oleh karena itu tantangan pertama dari<br />

pelatih adalah untuk membangun kepercayaan diri peserta yang lebih tua dengan memberi<br />

mereka harapan. Pembelajaran langsung lebih penting untuk usia empat puluh tahun ke atas,<br />

sebaik menggunakan materi dan metode yang secara langsung berpusat pada pekerjaan mereka<br />

dan relevan dengan situasi kerja peserta. Karena orang yang lebih tua mengalami penurunan<br />

kemampuan pengelihatan dan pendengaran, pelatih harus memperhatikan pengaturan ruangan,<br />

pencahayaan, dan menggunakan hasil cetak alat bantu visual yang lebih besar dan begitu juga<br />

pada buku kerja peserta.<br />

Orang yang berusia empat puluh tahun dan di atasnya lebih tertarik menerima pelatihan<br />

yang relevan, terutamanya dapat diaplikasikan, dan bentuk yang lebih mudah diserap. Peserta<br />

di atas usia empat puluh tahun terburu-buru untuk belajar. Mereka sadar bahwa mereka harus<br />

melanjutkan dan, pada beberapa kasus, menangkap urutannya agar mampu bertahan menghadapi<br />

saat sekarang, tekanan yang tinggi, dan perubahan lingkungan kerja yang cepat.<br />

Berhubungan Dengan Peserta Yang Lebih Muda<br />

Banyak <strong>Pelatih</strong> berpikir bahwa peserta yang lebih muda memiliki rentang atensi yang pendek,<br />

kurang sopan, apatis, malas, dan berpikir mereka tahu segalanya. Yang sebenarnya adalah mereka<br />

bergairah, percaya diri, dan berorientasi pada pencapaian. Mereka dapat memproses data yang<br />

besar dalam satu waktu; mereka menginginkan informasi yang diberikan dalam bentuk yang<br />

ringkas seperti pernyataan pendek dan checklist. Karakteristik ini menciptakan tantangan yang<br />

berbeda sama seperti kesempatan bagi pelatih.<br />

Selama sesi pelatihan, peserta membutuhkan banyak kesempatan untuk mengaplikasikan<br />

pengetahuan mereka dan memecahkan masalah dalam diskusi kelompok, simulasi, studi kasus<br />

dan juga keempat-empatnya. Mereka suka terhadap tantangan tetapi juga menerima umpan<br />

balik dengan segera dan bermakna. Mereka cepat merasa bosan dan, oleh karena itu, program<br />

harus dibuat dengan berbagai macam variasi dari pengalaman pembelajaran. Faktor hiburan<br />

tidak dapat diabaikan.<br />

Ingat: Mereka berharap kualitas materi yang tinggi, termasuk buku kerja peserta, video<br />

dan alat bantu visual lainnya. Mereka juga berharap penggunaan teknologi yang<br />

lebih lagi didasarkan kesempatan dan pengalaman pembelajaran.<br />

Karena mereka menyukai tantangan sama seperti suka untuk menantang, mereka akan<br />

bertanya dan menuntut bukti dari apa yang Anda katakan. Mereka tidak akan menerima katakata<br />

sebagai nilai normal hanya karena Anda pelatih. Bersiaplah dengan fakta-fakta atau gambar<br />

untuk mendukung pernyataan Anda dan jelaskan mengapa mereka belajar sebagian keterampilan<br />

atau informasi, fokuskan terutama pada tujuan dan hasil. Mereka tidak suka dikatakan apa yang<br />

harus mereka lakukan, maka berikan kesempatan bagi mereka untuk menemukan sendiri sesuatu<br />

dalam pengalaman yang terstruktur dan instrumen pemeriksaan diri (self-assessment instrument).<br />

Untuk menemukan kebutuhan dari pendengar muda, buatlah pelatihan lebih relevan<br />

bagi pembelajar, berikan pembelajar kebebasan dan pilihan yang lebih, gunakan teknologi lebih<br />

lagi, dan buatlah pembelajaran yang menarik.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

113


Contoh Sikap Peserta Yang Lebih Muda<br />

Saya memimpin sesi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan untuk pengusaha muda di<br />

sebuah <strong>org</strong>anisasi. Mereka baru lulus dari Universitas yang terkenal dengan lulusan ”terbaik,<br />

pintar, terpelajar, energik, bergairah”. Mereka datang dalam sesi dengan kepercayaan diri dan<br />

congkak yang merupakan gaya orang yang belum tahu. Mereka menyatakan di awal bahwa mereka<br />

pikir sesi ini membuang waktu karena mereka tahu bagaimana cara membuat keputusan dan<br />

memecahkan masalah. Daripada beragumen dengan mereka, saya meletakkan mereka ke dalam<br />

kelompok kecil dan memberikan mereka simulasi aktivitas yang lebih rumit dan mereka diminta<br />

menganalisis enam situasi problematik berikut solusinya. Mereka diberikan waktu lima belas<br />

menit untuk menyelesaikan setiap masalah dan kemudian menganjurkan rekomendasi solusi<br />

sehingga mereka dapat menilai kelompok mereka sebelum berpindah ke situasi selanjutnya.<br />

Tanpa terkecuali, semua lima kelompok yang ada dengan cepat menemukan solusi untuk<br />

masalah pertama dan menunggu dengan tidak sabar untuk jawaban yang benar. Sebagian besar<br />

dari mereka terkejut, apa yang mereka dapatkan itu salah. Anggaplah ini hanya suatu kebetulan<br />

yang menguntungkan, mereka memecahkan dengan cepat dan untuk masalah selanjutnya dan<br />

mereka kembali salah pada bagian tersebut. Mendapatkan pesan bahwa ini tidak semudah dan<br />

sesederhana apa yang mereka pikirkan di awal, mereka mulai bekerja keras dan mengambil waktu<br />

untuk melihat lebih mendalam dan lebih nyata. Saat mereka menyelesaikan masalah keempat,<br />

mereka tidak hanya kehabisan tenaga tetapi dengan rendah hati mereka sadar dan mengakui<br />

bahwa mereka tidak tahu banyak mengenai pemecahan masalah seperti yang mereka pikirkan.<br />

Peserta yang lebih muda belajar percaya diri dan mandiri dalam memecahkan masalah.<br />

Untuk digunakan pada lingkungan kerja, mereka membutuhkan untuk dilibatkan dalam<br />

mengalami pembelajaran yang dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan<br />

interpersonal dan kelompok.<br />

Perbedaan Jenis Kelamin dan jender<br />

Masalah jenis kelamin terus ada dalam <strong>org</strong>anisasi/perusahaan/institusi. Sebagai seseorang yang<br />

dicontoh, Anda sebagai pelatih harus menunjukkan perilaku yang sesuai sepanjang waktu. Pastikan<br />

tugas yang akan ada dapat dibagikan pada kedua jenis kelamin yang ada, mencegah peserta dalam<br />

kejatuhan peraturan yang tradisional seperti wanita mencatat dan pria memimpin diskusi. <strong>Pelatih</strong><br />

harus juga menghindari ucapan yang menyinggung jenis kelamin atau menggunakan contoh dan<br />

aktivitas yang lebih menunjuk pada satu jenis kelamin.<br />

Bantu memberi jembatan pada perbedaan jarak jenis kelamin dengan menyediakan<br />

kesempatan dengan meningkatkan kesadaran terhadap perspektif yang berbeda yang dibawa<br />

masing-masing jenis kelamin pada situasi yang sama. Kembangkan pertukaran perspektif selama<br />

aktivitas kelompok kecil, pastikan semua kelompok terdiri dari lak-laki dan perempuan. Selama<br />

diskusi umum, mintalah ide dan reaksi dari laki-laki dan perempuan.<br />

Perbedaan budaya<br />

Belajar membuat pengalaman dan latar belakang dari setiap peserta menjadi nilai tambah dalam<br />

pelatihan, dengan tanpa melihat topiknya. Anda memiliki tanggung jawab untuk memahami<br />

dan menemukan kebutuhan pembelajaran dimana pengalaman dan kerangka acuan yang ada<br />

114


dapat saja berbeda dengan Anda. Ciptakan kesempatan bagi peserta dari latar belakang yang<br />

berbeda untuk saling belajar satu sama lain dengan cara bekerja bersama dalam pengalaman<br />

yang tersusun.<br />

Mengakomodasi perbedaan Budaya<br />

Perbedaan budaya termasuk etnis, ras, gender, usia, dan pilihan afiliasi. Saat merencanakan sesi<br />

pelatihan Anda, pastikan untuk mengingat masalah tersebut dalam pikiran.<br />

Material. Saat memilih metode dan materi, Anda harus yakin Anda memilih video, studi kasus,<br />

dan aktivitas lainnya dengan memasukkan dan mencerminkan keragaman peserta. Hilangkan<br />

penggunaan kata-kata khusus yang menunjuk pada satu jenis kelamin tertentu seperti Bapak<br />

Pimpinan, Ibu Ketua, Ibu Sekretaris. Sebagai gantinya, Anda bisa menghilangkan kata Bapak<br />

atau Ibu. Bermain peran dan studi kasus dapat merefleksikan keragaman budaya dengan pilihan<br />

nama dan situasi. Jika Anda menuliskannya sendiri, berhati-hati untuk membuat profil atau<br />

situasi yang mengilustrasikan dan mengabadikan stereotip. Sebagai contoh, dalam bermain<br />

peran atau studi kasus yang mengilustrasikan interaksi antara seorang fasilitator dan warga/<br />

masyarakat, pastikan bahwa fasilitator tidak selalu diidentifikasikan sebagai orang yang pintar<br />

dan warganya sebagai pihak yang terbelakang dan tidak tahu apa-apa.<br />

Perilaku <strong>Pelatih</strong>. Pikirkan suatu metode yang berbeda yang memungkinkan orang-orang dari<br />

berbagai macam budaya berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, sehingga Anda dapat<br />

mencegah kekeliruan komunikasi. Sebagai contoh, Anda dapat menginterpretasi anggukan kepala<br />

yang berarti peserta menyetujui yang Anda katakan. Pada beberapa budaya, bagaimanapun,<br />

menganggukkan kepala hanya mengindikasikan bahwa orang tersebut mendengarkan dan juga<br />

mendorong pembicara untuk melanjutkan.<br />

Pada budaya tertentu, orang-orang seringkali membuat penilaian yang negatif terhadap siapa<br />

yang tidak terlibat dalam kontak mata langsung. Sekali lagi, pada budaya yang lain kontak mata<br />

langsung berarti menantang atau tidak menghormati. Hal ini penting untuk tidak menginterpretasi<br />

perilaku peserta dengan dasar budaya Anda.<br />

Mempelajari mengenai peserta Anda termasuk mempelajari bagaimana melafalkan nama dan<br />

asal mereka dengan benar selama sesi.<br />

Contoh Dari Pentingnya Menggunakan Nama<br />

Saya belajar pentingnya menggunakan nama orang dengan cara yang tepat dan benar. Pembelajaran<br />

itu saya peroleh dalam sebuah sesi meningkatkan keterampilan untuk satu kelompok dari sebuah<br />

<strong>org</strong>anisasi. Anggota dari kelompok tersebut berusia dua puluh tahunan dengan penyebaran lakilaki<br />

dan perempuan yang sama. Kelompok tersebut, memiliki perbedaan dalam latar belakang<br />

budaya dengan campuran dari beberapa daerah. Seorang peserta dari salah satu daerah di kawasan<br />

Indonesia Timur sangat tertarik dan sangat berpartisipasi. Dia berbicara dengan saya sepanjang<br />

waktu istirahat dan makan siang, dan tampak sekali ingin membangun pendekatan dengan saya.<br />

Pada saat sesi evaluasi, saya terkejut karena mendapatkan catatan dari peserta tersebut bahwa dia<br />

terluka karena saya tidak berusaha mencoba selama satu hari itu untuk menyebutkan namanya.<br />

Dalam budayanya, menyebutkan nama orang lain sangat penting, dan saya telah menunjukkan<br />

ketidakhormatan dengan tidak melakukan hal tersebut.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

115


Untuk menghindari hal serupa, berusahalah untuk belajar mengenai budaya lain dengan<br />

berbicara kepada mereka dan tanyakan pada mereka pertanyaan mengenai tradisi mereka. Minta<br />

mereka untuk mengkoreksi pelafalan nama mereka dan kemudian berlatihlah untuk menyebutkan<br />

nama mereka. Baca artikel dan buku mengenai komunikasi antar budaya sehingga Anda dapat<br />

sedikit banyak terbiasa dengan budaya yang paling sering ada dalam sesi pelatihan Anda.<br />

Aktivitas. Ingat bahwa dalam banyak budaya, pendekatan pembelajaran sangat sederhana.<br />

<strong>Pelatih</strong> dihormati sebagai figur otoritas. Peserta menyangka memiliki peran yang pasif,<br />

dengan pelatih yang menyediakan materi dengan sangat terstruktur dan aturan yang kaku.<br />

Hasilnya, beberapa orang dapat saja merasa tidak nyaman dengan pendekatan pelatihan yang<br />

partisipatif dan interaktif. Peserta ini mungkin membutuhkan sedikit sentuhan dan dorongan<br />

untuk membantu meningkatkan level kenyamanan mereka selama proses pelatihan. Teknik<br />

pembelajaran yang kooperatif seperti meminta mereka mendiskusikan pertanyaan atau masalah<br />

dengan berpasangan atau kelompok kecil adalah cara yang efektif untuk melibatkan mereka<br />

yang tidak terbiasa dengan pembelajaran yang interaktif.<br />

Sebagai seorang pelatih, Anda memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suasana<br />

pelatihan dimana semua peserta dapat merasa bebas untuk mengungkapkan dan menjadi<br />

diri mereka. Mulai untuk menciptakan lingkungan ini saat Anda mendesain sebuah program,<br />

mempertimbangkan semua tipe perbedaan, termasuk perbedaan gaya belajar. Tidak hanya<br />

menghormati individu yang berbeda dalam sesi Anda, tetapi pastikan Anda menyertakan kedalam<br />

desain program Anda dengan variasi metode dan materi yang dapat mengatasi perbedaan<br />

tersebut.<br />

Poin Kunci<br />

• Keragaman masalah berdampak pada desain, pengembangan, dan pelaksanaan<br />

pelatihan.<br />

• <strong>Pelatih</strong> bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bebas resiko<br />

dan bebas prasangka.<br />

• Seorang pelatih yang efektif adalah orang yang sadar dan peka terhadap masalah<br />

keberagaman.<br />

• Metode hendaknya merefleksikan keragaman peserta.<br />

• Perilaku pelatih dapat berdampak pada reaksi peserta.<br />

Dilengkapi dengan pengetahuan prinsip pembelajaran dewasa, gaya pembelajaran, dan masalah<br />

keragaman, sebaik Anda memahami diri Anda sendiri sebagai pelatih, langkah Anda selanjutnya<br />

adalah untuk mengembangkan maksud khusus, yang adalah, hasil pembelajaran untuk program<br />

pelatihan Anda.<br />

116


TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL<br />

Pendahuluan<br />

Setiap kegiatan instruksional dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa<br />

perubahan tingkah laku pembelajar. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas, pelatihan akan<br />

menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif. Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran<br />

yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi<br />

para pelatih. Dengan pemahaman ini, pelatih dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas<br />

capaian tujuan instruksional materi pelatihan pada berbagai kawasan belajar: kognitif, afektif,<br />

dan psikomotor.<br />

Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri<br />

tertentu. Sebagai contoh, taksonomi bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokkan benda ke<br />

dalam benda cair, padat dan gas. Taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan<br />

berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan<br />

ber-sel banyak.<br />

Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:<br />

1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan instruksional<br />

sebag tujuan inatruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan<br />

menentukan perilaku yang dianggap senagai bukti hasil belajar.<br />

2. Sebagai alat yang akan membantu pealtih dalam mendeskripsikan dan menyusun tes,<br />

teknik penilaian dan evaluasi<br />

Kawasan Tujuan Instruksional<br />

Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga<br />

kelompok, yaitu:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Kognitif<br />

Berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan intelektual yang<br />

lebih sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan memecahkan suatu<br />

masalah yang menuntut pembelajar untuk menghubungkan dan menggabungkan<br />

gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah<br />

tersebut.<br />

Afektif<br />

Berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati” yang<br />

menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari<br />

yang paling sederhana yaitu “memperhatikan suatu fenomena” sampai dengan yang<br />

kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati<br />

nurani.<br />

Psikomotor<br />

Berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau<br />

tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

117


Miskonsepsi tentang tujuan instruksional.<br />

Pengelompokkan tujuan instruksional ke dalam tingkat-tingkat dan kawasan sangat membantu<br />

usaha untuk secara jelas dan spesifik menentukan hasil pelatihan yang diharapkan tercapai melalui<br />

proses instruksional. Tetapi di sisi lain pengelompokkan ini juga menyebabkan terjadinya salah<br />

konsep. Salah konsep tersebut yakni:<br />

• Pengelompokkan dan penyusunan tujuan ke dalam urutan dari yang sederhana sampai<br />

yang kompleks juga dianggap menunjukkan urutan dari yang paling tidak diinginkan<br />

sampai dengan yang paling baik digunakan. Pandangan demikian salah karena dalam<br />

proses pelatihan, pembelajar perlu dapat mengingat fakta, rumus atau prinsip tertentu<br />

sebelum dia melakukan dan mempelajari kompetensi yang lebih tinggi. Taksonomi tujuan<br />

membantu pelatih untuk memilih tujuan instruksional dengan tingkat kompleksitas yang<br />

bervariasi.<br />

• Pengelompokkan tujuan dalam satu kawasan sama sekali tidak ada hubungannya dengan<br />

kawasan yang lain. Hal ini juga tidak benar karena ketika seseorang memikirkan suatu<br />

topik atau permasalahan, pada saat yang bersamaan ia mempunyai atau merasakan sikap<br />

hati tertentu terhadap obyek yang dipikirkan.<br />

Dalam praktek, memang akan lebih memudahkan pelatih apabila tujuan instruksional dirumuskan<br />

dalam satu kawasan saja, tetapi perlu diingat bahawa perilaku atau kompetensi kawasan lain<br />

mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional tersebut.<br />

I.<br />

Taksonomi tujuan kognitif<br />

A.<br />

Menurut BLOOM<br />

Taksonomi Bloom sangat dikenala di Indonesia, bahkan tampaknya paling terkenal<br />

dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan<br />

kognitif ke dalam enam kategori. Ke-enam kategori tersebut mencakup kompetensi<br />

keterampilan intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai tingkat<br />

yang paling kompleks (tingkat evaluasi). Ke-enam kategori ini diasumsikan bersifat<br />

hirarkis. Artinya tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya jika tujuan pada level<br />

sebelumnya telah dikuasai.<br />

Evaluation<br />

Synthesis<br />

Cognitive<br />

domain<br />

Analysis<br />

Application<br />

Comprehension<br />

Knowledge<br />

118


Penjelasan:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

Pengetahuan<br />

Pembelajar dituntut untuk mampu mengingat informasi yang telah diterima<br />

sebelumnya. Misalnya: fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan<br />

sebagainya.<br />

Contoh kata kerja yang mewakili kelompok ini: mengidentifikasi, memilih,<br />

menyebutkan nama, membuat daftar.<br />

Pemahaman<br />

Berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan/informasi<br />

yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan<br />

untuk menterjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan<br />

kata-kata sendiri. Kata kerja dalam kelompok ini: membedakan, menjelaskan,<br />

menyimpulkan, merangkum, memperkirakan.<br />

Penerapan<br />

Merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah<br />

dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Kata kerja yang<br />

termasuk dalam kategori ini: menghitung, mengembangkan, menggunakan,<br />

memodifikasi, mentransfer.<br />

Analisis<br />

Merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisah dan membedakan<br />

komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa<br />

atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada<br />

tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini pembelajar diharapkan untuk menunjukkan<br />

hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut<br />

dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh kata kerja dalam<br />

kategori ini: membuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan<br />

ke dalam bagian-bagian.<br />

Sintesis<br />

Dalam level ini pembelajar dituntut untuk mampu mengkombinasikan bagian atau<br />

elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis satu essai<br />

adalah contoh dari sintesis. Pembelajar harus melihat berbagai aspek sosial, budaya<br />

dan ekonomi dalam kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan atau sistem<br />

keagamaan. Contoh kata kerja operasional: membuat kritik, membuat penilaian,<br />

membandingkan, membuat evaluasi.<br />

B.<br />

Menurut GAGNE<br />

Gagne mengelompokkan tujuan belajar ke dalam lima kategori kemampuan (kompetensi).<br />

Gagne mendasarkan teorinya pada teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Belajar<br />

terjadi dalam suatu kegiatan yang telah dikondisikan, melalui pemberian penguatan atas<br />

perilaku tertentu, menghubungkan satu respon dengan respon yang lain, dan membuat<br />

asosiasi verbal sederhana. Proses menghubungkan respond dan membuat asosiasi verbal ini<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

119


senantiasa muncul dan mempengaruhi proses belajar, dan akan membantu seseorang<br />

dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan berpikir yang lebih kompleks.<br />

Intelektual Skills<br />

Cognitive Strategy<br />

Verbal Information<br />

Attitude<br />

Motor Skills<br />

120<br />

Taksonomi menurut Gagne sebagai berikut:<br />

1.<br />

2.<br />

Informasi verbal<br />

Kemampuan dalam kelompok ini merupakan kemampuan menyimpan informasi<br />

dalam ingatan, berupa nama, fakta atau informasi yang ter<strong>org</strong>anisasi, dan<br />

mengeluarkannya kembali. Perilaku yang diharapkan adalah menyebutkan kembali<br />

informasi yang telah dipelajari.<br />

Kemampuan/keterampilan intelektual<br />

Berupa keterampilan menggunakan simbol untuk berinteraksi, meng<strong>org</strong>anisir dan<br />

membentuk arti. Dua bentuk simbol yang paling dasar yaitu huruf dan angka yang<br />

dapat digunakan dalam berbagai cara. Misalnya membaca, menulis, membedakan,<br />

menggabungkan, mengelompokkan, menghitung, dan sebagainya. Di samping itu<br />

kemampuan untuk membedakan, membentuk konsep dan rumus, dan memecahkan<br />

suatu soal termasuk dalam kategori ini.<br />

Kemampuan intelektual ini dibagi menjadi tujuh macam, dari yang paling sederhana<br />

sampai yang paling sulit:<br />

a. Menghubungkan stimulus dan respon<br />

b. Menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain<br />

c. Membuat asosiasi verbal<br />

d. Membedakan<br />

e. Mempelajari konsep<br />

f. Mempelajari prinsip/peraturan atau rumus<br />

g. Memecahkan masalah<br />

Ketiga jenis kemampuan intelektual yang pertama merupakan kemampuan dasar<br />

yang diperoleh sejak kanak-kanak dan dianggap kurang berperan dalam proses belajar<br />

orang dewasa. Sedangkan empat keterampilan yang lain merupakan komponen yang<br />

penting bagi orang dewasa.<br />

Membedakan<br />

Merupakan kemampuan untuk membedakan benda atau konsep berdasarkan<br />

sifatnya.


3.<br />

4.<br />

Contoh: kemampuan untuk membedakan urat nadi dengan arteri, atau membedakan<br />

konsep industrialisasi dengan modernisasi.<br />

Mempelajari konsep<br />

Merupakan kemampuan untuk mengelompokkan benda atau peristiwa yang<br />

mempunyai hubungan. Contoh: seseorang dapat menguasi konsep “robot” apabila ia<br />

telah mengetahui berbagai sifat robot. Dalam hal ini, Gagne membedakan dua jenis<br />

konsep. Konkret dan abstrak. Konsep konkret contohnya robot, mesin, tanggul dan<br />

sebagainya. Konsep abstrak, contohnya demokrasi, bursa saham, dan sebagainya.<br />

Mempelajari prinsip/aturan/rumus (rules)<br />

Peraturan atau rumus merupakan pernyataan yang menjelaskan hubungan satu<br />

konsep dengan yang lain. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk<br />

menerapkan hubungan antar konsep dalam suatu situasi atau kasus tertentu. Contoh:<br />

kemampuan menghitung korelasi sua set data dengan menggunakan rumus korelasi<br />

Memecahkan masalah<br />

Untuk dapat memecahkan masalah, pembelajar sebelumnya harus sudah mempelajari<br />

berbagai prinsip atau aturan. Dalam hal ini, pembelajar dapat membuat aturan atau<br />

prinsip baru untuk memecahkan suatu masalah.<br />

Gagne berpendapat bahwa keempat kemampuan inteletual di atas merupakan<br />

continuum dari kemampuan yang mudah sampai ke yang sukar, dan mempunyai<br />

hubungan yang hirarkis dan komulatif. Dalam hal ini untuk menguasai atau memiliki<br />

kemampuan intelektual yang kompleks seseorang harus menguasai kemampuan<br />

intelektual yang lebih sederhana, atau dengan kata lain suatu kemampuan intelektual<br />

yang sederhana menjadi prasyarat untuk kemampuan intelektual yang lebih<br />

kompleks.<br />

Berdasarkan pemikiran ini, suatu tugas dapat dianalisis secara rinci untuk menemukan<br />

kemampuan intelektual yang diperlukan. Hasil analisis ini disebut sebagai hirarki<br />

belajar, yang merupakan susunan tujuan belajar berupa kemampuan intelektual<br />

dalam suatu pola atau struktur yang menunjukkan hubungan prasyarat di antara<br />

kompetetensi yang ada.<br />

Struktur kognitif<br />

Merupakan kemampuan atau strategi pribadi untuk berpikir, mengingat dan belajar.<br />

Kemampuan ini membantu pembelajar untuk mengatur atau mengontrol proses<br />

berpikir dalam dirinya sendiri. Beberapa contoh strategi kognitif adalah pemetaan<br />

konsep (concept mapping), metaphor, dan strategi untuk meng<strong>org</strong>anisasikan informasi.<br />

Motorik<br />

Berhubungan dengan melakukan gerakan tubuh dengan lancaar dantepat.<br />

Kemampuan ini mencakup yang sedrhana seperti mengikat tali sepatu atau<br />

mengucapkan kalimat denga jelas dan benar, sampai dengan yang lebih kompleks.<br />

Ciri umum dari kemampuan ini adalah perlunya ketepatan dan kelancaran gerak, dan<br />

kemampuan ini akan semakin sempurna dengan latihan dan umpan balik.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

121


5.<br />

Sikap<br />

Apabila seorang pembelajar telah memiliki suatu kondisi mental yang mempengaruhi<br />

pemilihan perilakunya, maka ia telah memiliki suatu sikap tertentu terhadap perilaku<br />

tersebut. Sikap hati ini ditunjukkan melalui pilihan yang dibuat. Contoh: untuk<br />

mengisi waktu senggang seseorang mungkin memilih membaca, sedangkan yang<br />

lain berkunjung ke rumah kerabat. Ini menunjukkan sikap yang positif, baik terhadap<br />

membaca maupun pada berkunjung ke rumah kerabat.<br />

C.<br />

Taksonomi Merrill<br />

Merrill mengembangkan apa yang disebut sebagai component display theory (CDT).<br />

Taksonomi ini lebih lengkap dari taksonomi yang dibuat Gagne. CDT lebih cocok untuk<br />

desain yang sifatnya mikro, misalnya untuk mengajarkan satu gagasan, satu konsep atau<br />

rumus. Contoh: <strong>org</strong>anisasi dan manajemen, atau evaluasi hasil dan proses belajar. CDT<br />

mengklasifikasikan tujuan ke dalam dua dimensi yaitu tingkat perilaku dan jenis materi<br />

yang masing-masing dibagi lagi ke dalam aspek yang lebih spesifik.<br />

Kategori perilaku dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:<br />

Mengingat<br />

Adalah perilaku yang berhubungan dengan ingatan untuk dapat mengenali atau<br />

menyebutkan kembali informasi yang pernah diterima.<br />

Menggunakan<br />

Mengharapkan pembelajar untuk menerapkan suatu abstraksi (prinsip, rumus) dalam<br />

suatu situasi yang spesifik.<br />

Menemukan<br />

Adalah perilaku yang menuntut pembelajar untuk menciptakan sesuatu atau membuat<br />

kesimpulan.<br />

Disamping kategori perilaku, pelatih juga perlu mempertimbangkan kategori jenis<br />

materi:<br />

Fakta<br />

Biasanya dihubungkan dengan informasi seperti nama orang, tanggal atau perisitiwa,<br />

nama temapt atau symbol yang digunakan untuk benda-benda atau konsep tertentu.<br />

Contoh: menyebutkan bagian-bagian mata.<br />

Konsep<br />

Merupakan kelompok benda, peristiwa atau symbol yang mempunyai karakterisitik yang<br />

sama, atau diidentifikasi menggunakan nama yang sama. Contoh: menjelaskan ciri-ciri<br />

yang membedakan system demokrasi dan otokrasi.<br />

Prosedur<br />

Merupakan susunan langkah-langkah yang diperukan untuk mencapai suatu tujuan,<br />

mengatasi suatu masalah atau menghasilkan suatu produk. Contoh: menyebutkan<br />

langkah-langkah untuk menyusun proposal penelitian.<br />

122


Prinsip<br />

Merupakan penjelasan atau prediksi tentang hubungan sebab akibat atau hubungan<br />

korelasional. Contoh: menjelaskan keterkaitan antara perubahan suhu global dengan<br />

produksi pangan.<br />

Menurut CDT tujuan instruksional dapat diklasifikasikan ke dalam matrik perilakumateri.<br />

Berikut beberapa contoh-contohnya:<br />

Mengingat Fakta<br />

• menyebutkan rumus kimia air<br />

• menyebutkan rumus luas lingkaran<br />

Mengingat Konsep<br />

• menyebutkan karakteristik hubungan industrial Pancasila<br />

• menjelaskan apa yang dimaksud dengan penguatan positif<br />

Menggunakan Konsep<br />

• mengidentifikasi paragraph yang menjadi klimaks suatu ceritera<br />

• menganalisis suatu kasu hubungan karyawan dengan pemilik modal<br />

Menggunakan Prosedur<br />

• mendemonstrasikan prosedur pembuatan telur asin<br />

• menyusun instrumen pelatihan dengan menggunakan prosedur yang sistematis<br />

D.<br />

Taksonomi Gerlach dan Sullivan<br />

Gerlach dan Sullivan mengembangkan sistem pengelompokkan tingkah laku yang dapat<br />

dilihat. Model yang dikembangkan terdiri dari enam kategori yang diurutkan dari yang<br />

mudah ke yang sukar, meskipun urutan ini tidak sepenuhnya dapat dianggap hirarkis.<br />

Berikut kategorinya:<br />

1. Mengidentifikasi<br />

2. Menyebutkan<br />

3. Menjelaskan<br />

4. Membentuk<br />

5. Menyusun<br />

6. Mendemontrasikan<br />

Taksonomi ini lebih bersifat check list untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran<br />

mencakup berbagai tingkah laku.<br />

II.<br />

Taksonomi Tujuan Psikomotor<br />

Taksonomi ini dikembangkan oleh Harrow. Harrow menyusun tujuan psikomotorik secara<br />

hirarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai yang paling sederhana<br />

dan naturalisasi sebagai yang paling kompleks. Perilaku psikomotor menekankan pada<br />

keterampilan neuro-mascular yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 123


Adapun penjelasan dari taksonomi psikomotor adalah:<br />

Meniru<br />

Pada level ini, pembelajar diharapkan dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. Pada<br />

tingkat ini, kalaupun pembelajar mampu melakukan peniruan, perilaku ini masih belum<br />

bersifat otomatis dan masih mungkin terjadi kekeliruan pada saat melakukannya. Contoh<br />

kata kerjanya: mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar, mengucapkan.<br />

Manipulasi<br />

Pembelajar diharapkan mampu melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana<br />

pada tingkat meniru. Dalam hal ini perilaku masih dilakukan secara kaku dan tanpa koordinasi<br />

neuro-muscular yang baik. Pada dasarnya, tujuan tingkat ini sama dengan tingkat imitasi,<br />

bedanya adalah pembelajar tidak lagi melihat contoh tetapi hanya diberi instruksi secara<br />

verbal atau tertulis. Contoh kata kerja yang digunakan sama dengan untuk kemampuan<br />

meniru.<br />

Ketepatan gerakan<br />

Pembelajar diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun<br />

petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Dalam<br />

melakukan hal tersebut kecil kemungkinan untuk membuat kesalahan karena pembelajar<br />

telah mahir melakukannya. Contoh kata sifat yang menunjukkan tingkat presisi ini adalah:<br />

dengan tepat, dengan lancar, tanpa kesalahan, dan sebagainya.<br />

Artikulasi<br />

Pada tingkat ini, diharapkan pembelajar menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat,<br />

urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh kata sifat yang menunjukkan artikulasi:<br />

selaras, terkoordinasi, stabil, lancar, dan sebagainya.<br />

Naturalisasi<br />

Pembelajar diharapkan mampu melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis.<br />

Pembelajar melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya.<br />

Contoh yang mudah adalah mengendari kendaraan bermotor. Contoh kata sifat yang<br />

menggamabarkan tingkat ini adalah: dengan otomatis, dengan sempurna, dengan lancar,<br />

dan sebagainya.<br />

III. Taksonomi Tujuan Afektif<br />

Taksonomi yang paling terkenal dikembangkan oleh Krathwohl, dkk. Taksonomi tersebut<br />

mengembangkan lima tingkat perilaku. Dalam perumusan tujuan afektif dapat terjadi<br />

ketidakjelasan tingkat mana yang dimaksudkan, sebab pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi<br />

batas perilaku menjadi tidak begitu tegas dan terjadi tumpang tindih.<br />

Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi<br />

suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Berikut<br />

penjelasan masing-masing tingkatan:<br />

124


Pengenalan<br />

Dalam level ini, pembelajar diharapkan untuk mengenal, bersedia menerima dan<br />

memperhatikan berbagai stimulus. Pembelajar bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau<br />

memperhatikan saja. Melihat perbedaan penggunaan warna, dalam mendesain pakaian atau<br />

cara pandang seorang terhadap suatu masalah termasuk dalam tujuan kelompok ini. Contoh<br />

kata kerja operasional: mendengarkan, menghadiri, melihat, memperhatikan.<br />

Pemberian respon<br />

Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem<br />

nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan untuk<br />

menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan<br />

tanggapan secara sukarela bila diminta. Kata kerja operasional: mengikuti, mendiskusikan,<br />

berlatih, berpartisipasi, mematuhi.<br />

Penghargaan terhadap nilai<br />

Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa<br />

suatu benda, gagasan atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini<br />

pembelajar secara konsisten berperilaku sesutu nilai ubunganmeskipun tidak ada pihak lain<br />

yang meminta atau mengharuskan. Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain. Kata kerja<br />

operasional: memilih, meyakinkan, bertindak, mengemukakan pendapat.<br />

Peng<strong>org</strong>anisasian<br />

Peng<strong>org</strong>anisasian menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam sistem<br />

nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang<br />

lain. Dalam hal ini pembelajar menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Pembelajar<br />

diharapkan untuk meng<strong>org</strong>anisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem<br />

nilai, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Kata kerja operasional:<br />

memilih, memutuskan, memformalisasikan, membandingkan, membuat sistematisasi.<br />

Pengamalan<br />

Pengamalan berhubungan dengan berhubungan dengan peng<strong>org</strong>anisasian dan pengintegrasian<br />

nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang<br />

konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini pembelajar bukan saja telah mencapai<br />

perilaku-perilaku pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilainilai<br />

tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan. Filsafat hidup<br />

tersebut merupakan bagian dari karakter. Contoh kata kerja operasional: menunjukkan sikap,<br />

mendemontrasikan, menghindari<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 125


126<br />

MANAJEMEN STRES<br />

Salah satu aspek tersulit dalam peranannya sebagai pelatih adalah mengatasi ketegangan yang<br />

muncul sebagai konsekuensi dari pekerjaan itu. Anda mungkin stres, entah itu dikarenakan Anda<br />

orang baru yang sedang menjalani rangkaian pelatihan untuk pertama kalinya atau Anda adalah<br />

seorang asisten dari pelatih yang berpengalaman.<br />

COPING with STRESS<br />

a.<br />

b.<br />

c.<br />

d.<br />

Setiap orang mengalami stres<br />

Prinsip universal pertama yang harus diakui adalah semua orang, tidak tergantung dengan<br />

usia, pekerjaan atau pengalaman pasti mengalami stres. Tidak hanya semua orang di waktu<br />

yang sama atau tekanan lain karena syaraf tetapi penelitian mengindikasikan bahwa hal ini<br />

perlu sekali mereka alami. Level ketegangan yang rasional akan memompa adrenalin dan<br />

menyiapkan pikiran dan tubuh untuk menghadapi tantangan. Tekanan, pikiran, sebaiknya<br />

logis.<br />

Memahami apa penyebab stres<br />

Sekalipun telah dikatakan bahwa stres tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi langkah<br />

selanjutnya adalah memahami apa penyebab stres ini dan bagaimana hal ini dapat dikurangi<br />

ke level yang lebih normal. Respon stres peserta diaktifkan ketika peserta mengantisipasi<br />

beberapa bentuk ancaman yang mungkin akan peserta hadapi (contohnya: berbicara di<br />

depan kelompok peserta yang peserta segani). Hal ini akan membawa peserta pada sejumlah<br />

langkah-langkah lebih lanjut.<br />

Stres merupakan hal yang subjektif<br />

Stres merupakan masalah persepsi personal. Apa yang dilihat oleh satu orang sebagai<br />

potensi masalah, yang lain mungkin melihatnya sebagai sebuah tantangan. Ketika seseorang<br />

menunggu sebuah fungsi sosial sebagai suatu kesempatan untuk bertemu orang yang baru,<br />

yang lain mungkin akan melihatnya sebagai lautan kumpulan wajah permusuhan.<br />

Stres merupakan masalah fisiologis dan psikologis<br />

Pernah dikatakan bahwa stres merupakan masalah persepsi personal, Anda mungkin<br />

dimaklumi bila meyakini bahwa ini berarti semuanya bergantung pada pikiran. Pada kenyataan<br />

proses penafsiran mungkin pada pendiriannya, tetapi konsekuensinya secara fisiologis dan<br />

sangat nyata. Ketika respon stres aktif, tubuh akan mempersiapkan ancaman yang dirasakan<br />

dengan:<br />

• Mengeluarkan adrenalin ke dalam sistem.<br />

• Meningkatkan detak jantung.<br />

• Membuat pernafasan dangkal dan tersengal-sengal.<br />

• Pupil membesar.<br />

• Menegangkan otot.<br />

• Mengeluarkan gula dari liver.<br />

Semua yang tertera di atas adalah respon-respon fisiologis dan semua terjadi tanpa<br />

kesadaran.


e.<br />

Stres merupakan ”masa depan” bukan sekarang<br />

Apa yang sangat sedikit orang sadari ketika memikirkan stress ialah segalanya tentang masa<br />

depan. Semua adalah ‘bagaimana jika...’. Stres merupakan ketakutan konstan mengenai hal<br />

apa yang akan terjadi. Dalam kenyataannnya ketakutan peserta seringkali tidak tepat dan<br />

tidak diperlukan karena, ketika situasi muncul peserta hanya mempunyai sedikit kesempatan<br />

untuk memikirkan apa yang peserta rasakan. Peserta hanya memberikan respon secepat<br />

mungkin.<br />

STRES DAN PELATIH<br />

Apa jenis masalah yang biasa dihadapi oleh pelatih dan bagaimana mengatasinya<br />

Jawaban yang akan terlihat ialah kebanyakan para pelatih kurang berkonsentrasi selama<br />

mempelajari materi ketimbang pada saat mereka mempersiapkan diri untuk tampil di depan<br />

kelompok dan menyampaikan materi dengan cara yang koheren dan efektif.<br />

Di bawah ini akan dikemukakan ketakutan-ketakutan biasa dihadapi dengan beberapa metode<br />

yang disarankan untuk menghilangan atau menguranginya.<br />

a.<br />

Drying up<br />

Ketakutan<br />

Drying up atau melupakan apa yang akan Anda katakan merupakan kecemasan universal.<br />

Efek<br />

Efeknya membuat pikiran menjadi kosong dan menghilangkan pokok dari apa yang telah<br />

dibicarakan.<br />

Dalam prakteknya efek drying up jarang terlihat jelas pada kelompok seperti yang terjadi pada<br />

pelatih. Efek adrenalin pada jam biologis mempercepat semua hal yang dilakukan.<br />

Solusi<br />

• Jaga catatan Anda supaya tetap jelas layaknya jala keselamatan<br />

• Tetap tenang<br />

• Berhenti, jeda, melihat catatan, atau<br />

• Ulangi kalimat terakhir Anda (seolah-olah penambahan keterangan lebih lanjut)<br />

sementara Anda mencari tempat, atau<br />

• Mintalah kelompok bertanya, contoh. ‘Apakah sudah jelas’, ‘Adakah seseorang yang<br />

mau memberikan contoh untuk hal ini’<br />

b. Kurang Kredibilitas<br />

Ketakutan<br />

Keyakinan bahwa semua orang lebih tahu daripada Anda. Seseorang akan menanyakan hal<br />

yang aneh atau kelompok akan memperhatikan Anda.<br />

Efek<br />

Mengurangi kepercayaan diri dan meningkatkan ketidaktegasan pelatih.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 127


Cara terbaik untuk mengatasi hilangnya kredibilitas adalah memastikan bahwa tidak ada satusatunya.<br />

Hal ini bukan berarti berpura-pura, tetapi mengambil langkah untuk memperbaiki<br />

pengetahuan sebelumnya yang tidak seimbang.<br />

Solusi<br />

• Carilah level pelatihan yang pernah diikuti peserta sebelum pelatihan ini.<br />

• Membaca keseluruhan pokok persoalan dan tidak hanya satu bab di depan.<br />

• Pikirkan pertanyaan yang mungkin akan muncul sebelumnya. Pertanyaan tertentu akan<br />

timbul dalam setiap pelatihan.<br />

• Memikirkan bagaimana Anda dapat tetap merespon pertanyaan yang mungkin tidak<br />

Anda ketahui jawabannya. ”Pertanyaan yang bagus. Saya akan mencari jawabannya setelah<br />

pelatihan ini dan akan segera memberitahu Anda jika saya sudah menemukannya.”<br />

• Berbicara kepada mereka yang sudah berpengalaman sebelum pelatihan dimulai atau<br />

carilah pertolongan dari yang hadir pada saat itu. ”Joe, kamu sudah pernah menggunakan<br />

sistem yang baru ini; adakah masalah yang kamu temui”<br />

c.<br />

Menggumam ‘uhmm’ dan ‘ahh’<br />

Ketakutan<br />

Kalaupun suara keluar, akan terdengar sebagai hal yang memalukan, terlebih jika terjadi<br />

pada saat hening.<br />

Efek<br />

Hasil ini dikarenakan pikiran sedang mencari kata selanjutnya dan bibir mencoba mengalihkan<br />

keheningan dengan mengeluarkan suara-suara yang tak bermakna atau ekspresi-ekspresi<br />

seperti: ok, kamu tahu itu, tepat, sebenarnya.<br />

Solusi<br />

• Memahami materi Anda sehingga berkurangnya kebutuhan untuk diam dalam keheningan.<br />

• Menerima bahwa jeda Anda terlihat lebih lama dibandingkan pada kelompok dan jangan<br />

merasa akan dipermalukan oleh mereka.<br />

• Ambil nafas pelan sebagai pengganti kata ‘Uhmm’<br />

d.<br />

128<br />

Pengalihan<br />

Ketakutan<br />

Membayangkan akan ada seseorang dalam kelompok yang akan mengganggu konsentrasi<br />

Anda. Kebanyakan kasus adalah di mana para teman atau manajer tergabung dalam kelompok<br />

pelatihan.<br />

Efek<br />

Menjadi takut karena terlihat bodoh di depan orang banyak yang ingin Anda kesankan.<br />

Solusi<br />

• Solusinya tidak dengan menghindari kontak terhadap orang itu atau tidak berbicara<br />

langsung dan mengabaikan sisa kelompok yang lain, tapi berusahalah bersikap


sebiasa mungkin.<br />

• Ketika kehadiran mereka seolah terasa menghambatmu, bayangkan mereka seolaholah<br />

sedang duduk dalam kamar mandi atau hanya memakai kaos kaki pada satu<br />

pergelangan kaki mereka.<br />

e.<br />

f.<br />

g.<br />

Switching off<br />

Ketakutan<br />

Mengkhawatirkan kelompok akan merasa bosan atau tidak akan merespon<br />

Efek<br />

Mencemaskan bahwa kelompok akan kehilangan ketertarikan mereka dan menjadi malas.<br />

Memang sulit memikirkan hal tersebut, setiap orang dalam kelompok menginginkan Anda<br />

sukses. Tak seorangpun yang datang mengikuti pelatihan dengan harapan akan merasa<br />

bosan.<br />

Solusi<br />

• Pikirkanlah kebutuhan kelompok terlebih dahulu<br />

• Sudahkah Anda memberikan istirahat yang cukup atau merubah cara dan gaya<br />

penyampaian<br />

• Akankah alat peraga visual memberikan stimulasi dan klarifikasi yang lebih besar<br />

• Adakah kesempatan yang lebih banyak lagi untuk berpartisipasi, umpan balik atau<br />

berinteraksi<br />

Takut mempermalukan diri sendiri<br />

Ketakutan<br />

Mencemaskan bahwa Anda akan mempermalukan diri sendiri dan orang lain.<br />

Efek<br />

Mempermalukan diri sendiri dengan meliputi segalanya dengan menjalankan peralatan<br />

seperti membicarakan hal yang omong-kosong.<br />

Solusi<br />

Ambilah langkah untuk mencari informasi sebanyak mungkin. Hal itu akan membangun<br />

rasa percaya diri dan menghilangkan elemen yang tidak diketahui. Pelajari di mana pelatihan<br />

tersebut dilaksanakan, siapa saja di dalamnya, apa saja peralatan yang ada dan apa yang<br />

ditampilkan. Peralatan teknis yang khusus memiliki kapasitas untuk membuat Anda menyerah<br />

disaat yang tidak tepat. Yakinlah bahwa Anda mengetahui bagaimana menggunakan peralatan<br />

tersebut, dan pikirkan juga apa yang akan Anda lakukan jika harus menggunakannya dengan<br />

cara yang tidak Anda sukai.<br />

Kehilangan informasi<br />

Ketakutan<br />

Terlalu fokus untuk menghafalkan materi dalam jumlah yang banyak.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 129


Efek<br />

Tidak jarang sejumlah informasi materi disampaikan dalam jumlah yang banyak kemudian<br />

peserta lupa atau hanya mengingat sebagian urutannya.<br />

Poin penting yang harus ditegaskan di sini ialah pelatihan tidak seperti skenario yang<br />

dimainkan dalam drama Shakespeare. Hanya Anda yang tahu apa yang akan dikatakan dan<br />

sekalipun jika Anda tiba-tiba melewati tiga halaman atau merubah urutan materi, tidak ada<br />

seorangpun yang akan bertanya apa yang terjadi.<br />

Solusi<br />

• Ketika pokok persoalan kompleks, bagilah sesi-sesi kedalam unit yang lebih kecil dengan<br />

ringkasan sementara untuk memperkuat pembelajaran dan pastikan tidak ada yang terlewati.<br />

• Selalu dekatkan Anda dengan catatatn pribadi Anda. Sewaktu-waktu mengetahui masalah<br />

tersebut datang, solusinya hanyalah mencegah kelupaan itu terjadi.<br />

h.<br />

Orang-orang baru<br />

Ketakutan<br />

Bertemu dengan ketakutan tetap terhadap orang-orang baru.<br />

Efek<br />

Jika bertemu dengan orang baru menjadi suatu ’ketakutan’ lebih dibandingkan kecemasan<br />

biasa, Anda tidak akan merasa nyaman menjalani serangkaian pelatihan pelatihan yang ada.<br />

Di samping itu, banyak pelatih merasa ragu-ragu bercampur takut sebelum bertemu dengan<br />

orang pada saat pelatihan.<br />

Solusi<br />

Sediakan waktu sebelum pelatihan untuk menemui orang-orang yang baru itu lebih awal,<br />

tanyakan nama dan latar belakang mereka — dan ingatlah. Jika ini Anda merasa cocok,<br />

berbincang-bincanglah dengan mereka pada saat break sebelum pelatihan dimulai tapi jika<br />

tidak, sedikitnya temui mereka secara langsung saat jeda dalam ruang pelatihan dan bantu<br />

mereka untuk berberes. Bertemu dan berbincang sebelum pelatihan akan membantu Anda<br />

membuktikan bahwa mereka hanya orang biasa dan akan membantu Anda menjalin rapport<br />

dari permulaan.<br />

EFEK-EFEK FISIOLOGIS DARI STRES<br />

a. Gemetar ( shaking)<br />

130<br />

Efek<br />

Tangan dan lutut gemetaran<br />

Solusi<br />

• Hindari kecemasan atau mengulang-ngulang gerak tubuh.<br />

• Gunakan kartu indeks sebagai catatanmu — bukan kertas, yang akan terlihat ketika<br />

Anda sedang merasa cemas.


.<br />

c.<br />

d.<br />

e.<br />

Berdebar-debar<br />

Efek<br />

Disebabkan oleh detak jantung yang cepat dan nafas yang pendek.<br />

Solusi<br />

Perlambat diri Anda sebelum mengambil nafas yang dalam dan hitung tiap satu dari tiga<br />

hitungan sebelum exhaling.<br />

Pusing-pusing<br />

Efek<br />

Dapat disebabkan karena bergerak terlalu cepat atau berdiri terlalu lama pada satu tempat.<br />

Solusi<br />

Duduklah, usahakan tetap menjaga oksigen di sepesertar dengan menekuk dan meluruskan<br />

kembali jari-jari kaki dalam sepatu Anda.<br />

Bibir kering<br />

Efek<br />

Kekurangan air liur (saliva) dalam bibir untuk melumasi lidah.<br />

Solusi<br />

Saran yang paling sering diberikan adalah meminum seteguk air. Hindari makanan yang<br />

manis atau mint yang bisa menghambat pernafasanmu.<br />

Gigit pinggiran lidah Anda. Ini akan mengurangi kelebihan saliva dan membantu untuk<br />

meminyaki bibir. Ini sebaiknya tidak diulangi terlalu keras atau terlalu sering atau akan<br />

menyebabkan lidah Anda pecah-pecah.<br />

Bibir basah<br />

Efek<br />

Pengeluaran berlebih air liur (saliva) yang disebabkan oleh berbicara terlalu cepat dan tidak<br />

memberi kesempatan untuk menelan air liur tersebut.<br />

Solusi<br />

Perlambat kecepatan bicara. Ambil nafas pelan ditiap akhir kalimat atau topik. Pada waktu<br />

jeda yang sesuai, tempatkan lidah Anda di belakang rahang gigi atas (seperti mengucap huruf<br />

’T’ dan ’D’) dan hisap udara dengan gigi yang dikertakkan. Ini akan mengeringkan saliva<br />

yang berlebih yang menyebabkan ini menempel pada langit-langit bibir Anda.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

131


PEMBENTUKAN KELOMPOK<br />

Apa yang dimaksud pembentukan kelompok<br />

Pembentukan kelompok adalah kegiatan untuk membagi peserta ke dalam kelompok yang lebih<br />

kecil. Ada dua cara utama untuk membaginya dalam kelompok yang lebih kecil. Satu cara adalah<br />

secara acak, mencampur kelompok untuk memastikan distribusi yang seimbang. Cara yang lainnya<br />

adalah membentuk kelompok berdasarkan tujuan tertentu. Pembagian ini bisa dihubungkan<br />

dengan latar belakang, seks, pengalaman, bahasa, dinamika kelompok, keterampilan komunikasi<br />

dan lain-lain.<br />

Mengapa peduli<br />

Jika kelompok dibagi secara berhati-hati, maka akan mendorong partisipasi bersama, meningkatkan<br />

komunikasi dan memaksimalkan efektifitasnya. Kegiatan pembentukan kelompok secara acak<br />

memastikan bahwa peserta yang datang dari daerah atau lembaga yang sama didistribusikan ke<br />

dalam kelompok kecil yang berbeda, untuk membuka kelompok dan merangsang sharing tentang<br />

pengalaman-pengalaman, pandangan-pandangan dan ide-ide yang berbeda.<br />

Bagaimana kelompok kecil bisa dibentuk<br />

Berdasarkan tujuan tertentu:<br />

Berdasarkan pada pengamatan, Anda bisa menyebarkan fasilitator berbakat, atau orang dengan<br />

pengalaman tentang topik tertentu, secara seimbang dalam kelompok-kelompok, atau Anda<br />

bisa memutuskan untuk mengumpulkan semua tukang bicara dalam satu kelompok. Kelompok<br />

pra-pemilihan juga berguna jika tugasnya berhubungan dengan latar belakang mereka, dari mana<br />

mereka datang, (jenis) <strong>org</strong>anisasi tempat mereka bekerja, seks dan lain-lain. Sebagai seorang<br />

fasilitator Anda bisa menggunakan kegiatan pembagian kelompok sebagai kegiatan perangsang<br />

mood atau energi. Berikut ini adalah beberapa ide mengenai pembagian kelompok secara acak<br />

untuk kelompok yang bekerja dengan cara kreatif dan/atau berenergi.<br />

Meningkatkan Partisipasi Kelompok<br />

Metode pelatihan interaktif atau pelatihan yang berpusat pada pembelajar, tidak menjamin<br />

tingkat partisipasi yang setara bagi seluruh peserta pelatihan. Dalam waktu singkat, bisa jadi hanya<br />

empat atau lima orang yang bisa segera aktif dan menjadi dominan. Dan kalau ini terjadi, sulit<br />

untuk menghentikannya. Karenanya, penting sekali untuk memperhatikan struktur input dan<br />

masukan dari peserta, dalam tahap awal pelatihan. Banyak cara untuk melakukannya. Beberapa<br />

gagasan di antaranya adalah sebagai berikut:<br />

Keterampilan dan Sikap Seorang <strong>Pelatih</strong> yang diperlukan:<br />

• Membuat suasana yang nyaman dan aman.<br />

• Jadilah pendengar yang baik.<br />

• Jangan menghakimi input atau masukan orang lain.<br />

• Dorong peserta yang pemalu dengan cara yang tidak mengancam, seperti: (“Bisakah saya<br />

mendengar dari yang lain …”; “Saya ingin mendengar masukan dari peserta yang duduk<br />

di sebelah kiri”; “Saya ingin tahu apa yang kalian pikir tentang ….”, dan sebagainya).<br />

132


• Cegahlah peserta yang dominan, misalnya, “Anda sudah mendapat kesempatan, sekarang<br />

lebih baik dengar peserta yang lain, apakah mereka ingin menambahkan sesuatu atau ada<br />

hal lain yang ingin disampaikan.”<br />

• Perhatikan dinamika kelompok.<br />

• Jangan terburu-buru.<br />

Metode dan Trik<br />

• Luangkan waktu untuk berkenalan satu sama lain.<br />

• Gunakan ice-breakers.<br />

• Sepakati norma kelompok.<br />

• Tekankan bahwa setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik, tidak ada pertanyaan<br />

yang bodoh atau buruk.<br />

• Tekankan bahwa setiap orang punya hak untuk mengerti.<br />

• Dorong orang untuk merefleksikan tingkat dan tipe partisipasinya.<br />

• Bekerjalah dengan kelompok kecil, dan monitor dinamika di dalam kelompok kecil,<br />

cobalah buktikan bahwa menggabungkan orang yang dominan dengan yang tidak<br />

dominan, adalah “benar”. Kadang kala, cara yang baik adalah menggabungkan semua<br />

orang yang dominan menjadi satu kelompok.<br />

• Bentuklah kelompok yang lebih kecil, yang homogen.<br />

• Dorong kelompok untuk merefleksikan penampilan kelompoknya<br />

Selama kerja kelompok:<br />

• Alokasikan waktu untuk mendiskusikan bagaimana seharusnya seorang fasilitator yang<br />

baik, seperti: berorientasi pada proses bukan output; tidak berorientasi pada materi yang<br />

didiskusikan tapi mendukung pada proses dalam kelompok.<br />

• Tunjuk peserta yang kira-kira bisa menjadi fasilitator dan bukannya pimpinan rapat.<br />

• Dorong peserta untuk bergiliran menjadi presenter atau orang yang menyampaikan hasil<br />

diskusi kelompok.<br />

Teknik Membentuk Kelompok<br />

Call out (berhitung)<br />

1. Minta orang pertama untuk berhitung ‘satu’, orang kedua ‘dua’, orang ketiga ‘tiga’ dan<br />

keempat ‘satu’ lagi (jika Anda ingin membentuk tiga kelompok) dan lanjutkan sampai<br />

setiap orang telah berhitung.<br />

2. Minta mereka yang nomor satu untuk bergabung dalam satu kelompok, semua yang<br />

nomor dua bergabung dengan kelompok yang lain dan begitu selanjutnya.<br />

Think about (berpikir tentang)<br />

1. Selain berhitung angka Anda bisa memikirkan satu angka dan kemudian berkumpul<br />

dalam satu kelompok dengan peserta yang telah memikirkan angka yang sama.<br />

2. Periksa ukuran kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

133


Hand shaker (menjabat tangan)<br />

1. Minta peserta untuk memikirkan satu angka seperti 1, 2, 3,… dan seterusnya. Angka<br />

yang ditawarkan akan berhubungan dengan jumlah kelompok yang diperlukan.<br />

2. Jelaskan bahwa setiap orang akan mencari seorang mitra potensial dan berjabatan tangan<br />

(menggoyang tangan) sejumlah angka yang mereka pikirkan. Jika terjadi hambatan karena<br />

angka yang dipikirkan berbeda maka mitra tersebut bukan anggota kelompok kita. Jika<br />

kedua mitra berjabatan tangan dengan jumlah yang sama maka mereka bermitra (satu<br />

kelompok) dan bisa melanjutkan mencari mitra yang lain.<br />

3. Hentikan setelah lima menit dan minta sisa peserta untuk untuk mencari kelompok<br />

dengan nomor mereka.<br />

4. Periksa jumlah kelompok dan sesuaikan jika perlu.<br />

Fruit shaker (pengocok buah)<br />

1. Pilih jenis buah sebanyak kelompok yang Anda perlukan.<br />

2. Minta peserta untuk memikirkan satu buah yang dipilih.<br />

3. Ambil kursi Anda sendiri dan jelaskan bahwa jika Anda menyebutkan satu buah, orangorang<br />

yang telah memilih buah tersebut harus berpindah tempat duduk. Anda akan<br />

berusaha untuk mengambil alih salah satu tempat duduk Anda.<br />

4. Orang selanjutnya tanpa tempat duduk akan menyebutkan satu nama buah dan akan<br />

berusaha untuk melakukan hal yang sama.<br />

5. Setelah beberapa putaran minta peserta dengan buah yang sama untuk berkumpul dalam<br />

satu kelompok.<br />

6. Periksa jumlah anggota kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu. Satu variasi lain<br />

adalah permainan hutan, menggunakan nama-nama binatang sebagai ganti nama buah.<br />

Hutan<br />

1. Pilih sejumlah binatang sebanyak kelompok yang Anda perlukan.<br />

2. Tuliskan nama-nama binatang tersebut pada secarik kertas, sehingga setiap peserta<br />

memiliki satu daftar.<br />

3. Kelilingkan daftar nama binatang dalam secarik kertas ini, dan minta setiap orang untuk<br />

mengambil satu dan dan membacanya (dalam hati) dan tidak menunjukkannya atau<br />

membicarakannya dengan orang lain.<br />

4. Minta peserta untuk bersuara seperti binatang dalam kertas dan kemudian berusaha<br />

menemukan jenis mereka sendiri. Satu variasinya adalah bertingkah/berlaku seperti<br />

binatang. Variasi yang lain adalah untuk setiap binatang ada satu pemburu/penggembala<br />

yang dipilih untuk setiap kelompok binatang. Pemburu/penggembala hanya memberi<br />

perintah dari luar arena/ruangan. Peserta tersebut kemudian bertanggung jawab untuk<br />

menemukan dan mengumpulkan binatangnya.<br />

Perahu tenggelam!<br />

1. Jelaskan kepada peserta bahwa mereka adalah penumpang kapal Titanic dan bahwa<br />

mereka harus berkelompok secepat mungkin sejumlah angka yang disebutkan.<br />

2. Sebutkan: “Perahu mencari kelompok yang terdiri dari enam orang!”<br />

134


3.<br />

Beberapa pengelompokan mungkin dilakukan sebelum memastikan jumlah yang<br />

sebenarnya diperlukan.<br />

Bagian dari keseluruhan<br />

1. Siapkan bagian potongan dari suatu gambar keseluruhan, contohnya potongan bagianbagian<br />

berbeda dari satu pohon, seperti daun, bunga dan buah. Jumlah potongan harus<br />

sejumlah kelompok yang diperlukan.<br />

2. Bagikan potongan tersebut kepada peserta.<br />

3. Minta mereka untuk menuliskan nama mereka pada potongan tersebut.<br />

4. Minta peserta yang memegang bagian yang sama dari pohon untuk berkumpul bersama<br />

(misalnya mereka yang membawa potongan bagian buah).<br />

Variasi: siapkan potongan pohon sebanyak jumlah kelompok yang Anda perlukan contohnya<br />

buah, bunga, daun, bayangan dan lain-lain. Lakukan prosedur yang sama tetapi minta peserta<br />

yang membawa bagian dari pohon yang sama untuk berkumpul (misalnya bisa saja pohon<br />

mangga berkumpul di tengah dan seterusnya).<br />

Bagian dari puzzle<br />

1. Pilih sejumlah gambar, lukisan atau kartun (lebih baik yang berhubungan dengan<br />

topiknya) sebanyak jumlah kelompok yang akan dibuat.<br />

2. Potong gambar menjadi empat atau enam bagian tergantung pada jumlah orang yang<br />

diinginkan untuk setiap kelompok.<br />

3. Kocok potongan-potongan tersebut dan bagikan kepada semua peserta. Setiap orang<br />

mengambil satu potongan.<br />

4. Katakan kepada peserta bahwa potongan tersebut adalah bagian dari beberapa puzzle<br />

dan mereka harus mencari kelompoknya dengan mencari potongan yang hilang.<br />

5. Satu variasi adalah menggunakan cara ini untuk musim tertentu dalam satu tahun<br />

contohnya menggunakan kartu valentin, natal atau ulang tahun.<br />

Reuni keluarga<br />

1. Siapkan empat atau lima kelompok kartu dengan nama keluarga seperti Ibu Petani,<br />

Bapak Petani, Saudara Perempuan Petani, dan Saudara Pria Petani. Pergunakan profesi<br />

yang lain seperti keluarga Guru, keluarga Bankir, keluarga Nelayan.<br />

2. Berikan setiap peserta sepotong kertas tertulis dengan nama-nama anggota keluarga,<br />

dan sebutkan ‘Reuni Keluarga’. Pada saat pengumuman ini setiap orang harus berusaha<br />

membentuk satu kelompok keluarga dengan berusaha menemukan anggota ‘keluarga’<br />

mereka yang lain.<br />

3. Setelah setiap keluarga terbentuk minta mereka untuk berlaku seperti halnya profesi<br />

mereka dan minta kelompok lain untuk menebaknya.<br />

Afinitas (membentuk pasangan)<br />

Berikan kepada setengah anggota kelompok, satu kata dengan afinitas dan separuh yang<br />

lainnya kata yang lain seperti: Garam dan Merica Ham dan Telur, Ying dan Yang, Lubang<br />

kunci dan Kunci, Petir dan Kilat, Sabun dan Air, Roti dan Mentega, Sendok dan Garpu,<br />

Pena dan Tinta, Sikat dan Sisir, Cahaya dan Kegelapan, Baik dan Buruk, Cangkir dan Piring,<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

135


Busur dan Panah, Pukul dan Lari, Siang dan Malam. Minta peserta untuk menemukan<br />

pasangan mereka.<br />

Melengkapi Kutipan (membentuk pasangan)<br />

Berikan kepada setengah anggota kelompok bagian pertama dari suatu kutipan dan separuh<br />

yang lain bagian yang terakhir.<br />

Saran:<br />

Semanis gula Seasam cuka, Sekuat kulit sepatu Sekeras karang, Sekeras karang Setipis rel,<br />

Seringan bulu Secepat kilat, Sedingin es Setenang tikus, Selambat molasses Sesibuk lebah.<br />

Minta peserta untuk menemukan pasangan mereka.<br />

136


STRATEGI PELATIHAN<br />

Suatu strategi pelatihan selalu didasarkan pada sejumlah asumsi. Jelaskan, bagaimana peserta<br />

bisa mencapai tujuan pelatihan, dengan menggunakan kegiatan atau metode yang sesuai dengan<br />

kelompok yang dilatih, dengan mempertimbangkan konteks dan sumberdaya yang tersedia.<br />

Dengan kata lain, suatu strategi pelatihan menentukan bagaimana peserta menyusun program<br />

pelatihan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pelatihan yang sudah diidentifikasi.<br />

Mengapa strategi pelatihan penting<br />

Seringkali peserta tidak merencanakan dengan baik bagaimana cara untuk mencapai tujuan<br />

pelatihan. Begitu keputusan diambil untuk melakukan pelatihan, biasanya waktu sudah mendesak<br />

sehingga penentuan topik, nara sumber, dan metode pelatihan menjadi tergesa-gesa. Akhirnya,<br />

seringkali metode pilihan jatuh pada ceramah karena dianggap metode ini satu-satunya yang<br />

bisa mencakup semua topik yang perlu dibahas. Dalam hal ini biasanya ada asumsi dasar bahwa<br />

memperkenalkan topik atau pokok masalah kepada peserta sudah cukup untuk mengubah<br />

perilaku mereka.<br />

Suatu strategi pelatihan penting karena:<br />

• Menjelaskan peserta memilih beberapa metode dan cara untuk mencapai tujuan-tujuan<br />

tertentu.<br />

• Menjelaskan mengapa peserta menekankan pada jenis-jenis kegiatan pelatihan tertentu dan<br />

kegiatan pendukungnya.<br />

• Menjelaskan bagaimana tujuan-tujuan tertentu dapat dicapai, dengan mempertimbangkan<br />

kelompok sasaran, tersedianya sumberdaya, kondisi kerja, serta konteks sosial politik.<br />

• Membuat asumsi-asumsi menjadi eksplisit, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran<br />

dan perubahan.<br />

Beberapa contoh strategi pelatihan<br />

Berikut adalah beberapa cara atau strategi yang dapat digunakan untuk merancang suatu program<br />

pelatihan. Seringkali dalam satu program digunakan kombinasi dari beberapa strategi di bawah<br />

ini:<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> internasional<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> nasional<br />

Bimbingan<br />

In-service pelatihan<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> kelas<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> untuk pelatih<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> lapang<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> outdoor survival<br />

Belajar sendiri secara individu<br />

Pembelajaran untuk diri sendiri<br />

Contract learning information market<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> penulisan/lokatulis<br />

Magang<br />

Peserta sebagai co-fasilitator<br />

Pembelajaran jarak jauh melalui radio<br />

Studi lapang<br />

televisi, kaset audio dan/atau video<br />

Kunjungan silang dan program komputer<br />

Membangun jaringan<br />

Peer feedback<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>/pelatihan keliling<br />

Apprenticeships<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

137


Bagaimana cara menilai strategi pelatihan anda<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

Apa asumsi-asumsi dasar yang ada<br />

Apakah Anda yakin bahwa program pelatihan yang menggunakan strategi ini akan efektif<br />

dalam konteks dan kondisi yang ada sekarang Apakah akan membawa perubahan-perubahan<br />

yang diharapkan<br />

Apakah strategi pelatihan yang dipilih akan mewujudkan program pelatihan yang efisien<br />

Apakah rencana yang digunakan dengan memakai input yang minimal akan mencapai<br />

perubahan yang diinginkan Apakah programnya realistis dalam hal ketersediaan sumberdaya<br />

finansial, manusia, dan lainnya<br />

Apakah strategi ini cocok dengan karakteristik dan kondisi calon peserta<br />

Apakah rencana ini fleksibel Apakah tetap dapat diterapkan dalam situasi sumberdaya<br />

terbatas<br />

138


Mengapa peduli<br />

MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIH<br />

Tujuan agenda pelatih adalah untuk membuat satu ‘rencana utama’ atau master plan. Agenda<br />

pelatih adalah alat yang sangat praktis karena Anda akan memiliki gambaran yang jelas, sehingga<br />

memungkinkan Anda untuk:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Memeriksa apakah pelatihan memiliki satu alur logis dalam periode minggu dan hari<br />

Memeriksa apakah tujuan pelatihan tercapai dalam waktu yang disediakan<br />

Menilai variasi metode pelatihan<br />

Menilai apakah pembagian waktu sesi-sesi cukup layak atau tidak<br />

Berbagi rancangan Anda dengan kelompok inti, menerima umpan balik dan<br />

meningkatkannya<br />

Berbagi rancangan dengan co-pelatih dan narasumber, sehingga mereka bisa menyiapkan<br />

diri dengan lebih baik.<br />

Apakah agenda pelatih<br />

Agenda pelatih bisa dibuat sangat detail, dengan menyertakan tujuan dari setiap sesi, dan hanya<br />

digunakan untuk pelatih. Satu contoh agenda pelatih disertakan dalam materi bacaan ini. Peserta<br />

akan menerima agenda yang kurang detil. Agenda peserta berjalan paralel dengan agenda pelatih,<br />

tetapi terbatas kepada topik-topik umum dan perkiraan alokasi waktu agar memungkinkan<br />

fleksibilitas.<br />

Satu agenda pelatih yang dirancang baik harus:<br />

• Bertujuan untuk mencapai tujuan pelatihan atau sesuai dengan keperluan pelatihan yang<br />

sudah teridentifikasi.<br />

• Mengikuti satu siklus pembelajaran logis, baik dalam agenda keseluruhan maupun dalam<br />

setiap sesi.<br />

• Menggunakan satu variasi metode dan teknik pelatihan partisipatif.<br />

• Layak untuk dicapai, baik dari segi waktu maupun ketersediaan sumber daya.<br />

• Cukup fleksibel untuk mengakomodasi keperluan spesifik, atau perubahan yang<br />

diperlukan berdasarkan umpan balik harian.<br />

• Menyediakan cukup waktu untuk membuka dan menutup setiap hari, untuk mengingatkan,<br />

untuk menyegarkan, untuk merumuskan, mengaitkan dan menyediakan kesempatan<br />

untuk umpan balik harian.<br />

Semua informasi dari langkah-langkah sebelumnya harus dijadikan pertimbangan — siapa<br />

peserta saya, apa yang mereka perlukan, apakah tersedia sumber daya, dan lain-lain. Berdasarkan<br />

informasi ini satu agenda pelatih bisa dikembangkan.<br />

Mengapa merancang satu agenda pelatih sangat menantang<br />

Merancang harus menjadi tugas paling menantang dalam siklus pelatihan. Tetapi banyak pelatih<br />

tidak mengetahui di mana harus mulai, bagaimana berproses atau tidak merasa perlu untuk<br />

merancang pengalaman pembelajaran yang efektif.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

139


Fase perancangan siklus pelatihan menantang, karena memerlukan:<br />

• pengetahuan mengenai berbagai pilihan rancangan yang tersedia;<br />

• keterampilan dalam menggunakannya;<br />

• kreatifitas dalam memanipulasi berbagai pilihan untuk memperkuat keterlibatan peserta<br />

dan membuat proses pembelajaran yang efektif<br />

• untuk melihat gambaran keseluruhan sambil menangani detail setiap momen<br />

pembelajaran<br />

• kepercayaan diri yang memungkinkan Anda untuk kreatif dan berani mengambil risiko<br />

• fleksibilitas dan terbuka untuk melakukan perubahan jika terjadi sesuatu di luar rencana,<br />

atau jika muncul satu kesempatan yang lebih baik pada saat pelatihan berlangsung.<br />

Pembelajaran adalah pengalaman <strong>org</strong>anik — bukannya satu pelatihan mekanis yang sulit untuk<br />

direncanakan. Seperti pohon, pembelajaran berakar di tempat-tempat yang paling asing dan<br />

kadang-kadang menghasilkan buah yang mengejutkan. Mungkin itulah sebabnya mengapa<br />

pelatihan itu menarik dan pada saat yang sama melelahkan — itulah mengapa fase perancangan<br />

sangat menantang.<br />

Salah satu tugas dalam menyusun agenda pelatih adalah mengurutkan acara pembelajaran.<br />

Proses mengurutkan acara pembelajaran ini merupakan campuran dari berbagai komponen,<br />

dimana sebagian adalah logika, sebagian pengalaman, sebagian intuisi dan sebagian akal sehat<br />

yang baik. Mengurutkan, atau memutuskan apa yang muncul selanjutnya, merupakan kepedulian<br />

mikro maupun makro. Agenda pelatih adalah alat untuk bekerja dari makro turun ke tingkat<br />

mikro.<br />

Bagaimana mengembangkan satu agenda pelatih<br />

Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada banyak jalan pembelajaran dan karenanya ada banyak<br />

cara untuk mengurutkan agenda pembelajaran, yang belum tentu terbaik bagi setiap pembelajar.<br />

Setiap pembelajar mempunyai caranya sendiri-sendiri. Berikut ini adalah pendekatan yang<br />

disarankan;<br />

1. Prioritaskan dan pilih keperluan pelatihan. Suatu rancangan akan memiliki risiko tertinggi<br />

apabila program dirancang terlalu padat. Karenanya sangat penting untuk membedakan<br />

antara apa yang pembelajar:<br />

• Apa yang pembelajar harus pahami atau harus kuasai<br />

• Apa yang pembelajar bisa pahami atau kuasai<br />

• Apa yang pembelajar mampu pahami atau kuasai<br />

Segala sesuatu yang harus diketahui atau dikuasai oleh pembelajar harus disertakan dalam<br />

pelatihan Anda. Sedangkan untuk hal-hal yang bisa pembelajar pahami atau bisa kuasai,<br />

boleh disertakan beberapa saja. Sedangkan untuk hal-hal yang pembelajar mampu pahami<br />

atau mampu kuasai, boleh disertakan lebih sedikit lagi.<br />

Setelah memilih, Anda harus mulai<br />

2. mengurutkan topik-topik berdasarkan waktu yang tersedia.<br />

Satu cara mengurutkan adalah dengan menemukan kerangka utama dari alur keseluruhan<br />

pelatihan Anda. Satu kerangka utama akan membantu Anda untuk merancang satu alur<br />

logis dan membantu Anda untuk mengaitkan sesi-sesi selama penerapannya. Selain itu,<br />

140


3.<br />

bagi pembelajar, kerangka utama akan membantu untuk membangun pengetahuan dan<br />

keterampilan berdasarkan apa yang mereka pelajari dari hari ke hari. Pendekatan pengurutan<br />

yang biasa dilakukan adalah:<br />

• dari umum ke spesifik.<br />

• dari kongkrit ke abstrak.<br />

• dari yang diketahui ke yang tidak diketahui.<br />

• dari sederhana ke yang lebih kompleks.<br />

• mengikuti satu <strong>org</strong>anisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah<br />

siklus perencanaan projek.<br />

• mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan.<br />

Bagi topik-topik mengikuti alur umum berdasarkan waktu yang disediakan untuk pelatihan.<br />

Sebagai contoh jika itu adalah pelatihan tiga minggu, bagi topik-topik selama tiga minggu<br />

dengan cara yang logis. Kemudian bagi topik-topik berdasarkan hari dalam setiap minggu,<br />

sampai akhirnya bagi topik-topik dalam setiap hari menjadi sesi-sesi.<br />

4. Tulis waktu, topik-topik, tujuan dan bahan-bahan untuk setiap sesi dalam satu agenda pelatih.<br />

5. Ulas dan lebih baik lagi diskusikan agenda pelatih pertama Anda untuk memastikan bahwa:<br />

• Programnya tidak berlebihan.<br />

• Mempertimbangkan hari dan minggu pelatihan: periode istirahat setelah makan<br />

siang, hari keempat dalam minggu, perasaan Jumat sore dan lain-lain.<br />

• Kesempatan untuk humor dan bergembira disertakan seperti icebreakers, pembuka,<br />

kesenian, musik, teka-teki, permainan dan pergerakan.<br />

• Aktifitas yang lebih ‘mengancam’ (permainan peran, fish bowls, dan tipe-tipe energizers<br />

tertentu) jangan diletakkan di awal program.<br />

• Dukungan bahan untuk setiap sesi, seperti lembar kerja, instrumen, dan kuis untuk<br />

memeriksa pemahaman.<br />

Mengembangkan satu agenda <strong>Pelatih</strong> LatihanLatihan<br />

1.<br />

2.<br />

Langkah pertama adalah menulis semua kebutuhan pelatihan atau topik-topik pelatihan pada<br />

post-it terpisah. Anda bisa menggunakan post-it yang berbeda warnanya untuk membedakan<br />

berbagai tipe dari topik atau kebutuhan pelatihan. Prioritaskan dan pilih keperluan pelatihan<br />

Anda, dengan menggunakan alat berikut ini:<br />

• Harus dipahami atau dikuasai.<br />

• Bisa dipahami atau dikuasai.<br />

• Mampu dipahami atau dikuasai.<br />

Langkah berikutnya adalah mengembangkan satu alur keseluruhan atau kerangka utama,<br />

dengan mengurutkan keperluan pelatihan. Banyak pelatih yang merancang alur pelatihan<br />

yang berbasis pada kepentingan pelatih. Sekarang coba balik, bayangkan dari sisi peserta<br />

pelatihan. Caranya dengan mengurutkan topik dari:<br />

• umum ke spesifik.<br />

• dari kongkrit ke abstrak.<br />

• dari yang diketahui ke yang tidak diketahui.<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

141


3.<br />

• dari sederhana ke yang lebih kompleks.<br />

• mengikuti satu <strong>org</strong>anisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah<br />

siklus perencanaan projek.<br />

• mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan.<br />

Selanjutnya, masukkan urutan topik yang sudah dirancang, ke dalam waktu pelatihan,<br />

sesuaikan dengan jumlah hari, minggu atau bulan (termasuk pelatihan di dalam ruang kelas<br />

dan di lapangan). Mulailah dengan gambaran umum, lalu fokus pada satu minggu, lalu<br />

pada satu hari, dan terakhir, bagi topik per sesi. Cara termudah untuk melakukannya adalah<br />

dengan menggambar tabel jadwal pelatihan Anda di kertas flip chart, dan Anda menempelkan<br />

post-it dan bisa memindah-mindahkannya agar bisa menghasilkan urutan yang paling logis.<br />

Ketika melakukannya, mungkin Anda akan mengkaji ulang langkah pertama dan kedua,<br />

dan menanyakan kembali, apakah topik yang dipilih betul-betul penting Apakah proses ini<br />

adalah proses yang terbaik Apakah peserta membutuhkan waktu yang lebih lama<br />

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu<br />

Pagi<br />

Siang<br />

4.<br />

5.<br />

Setelah Anda puas dengan alur secara umum, maka sekarang waktunya untuk mengisi<br />

setiap sesi dengan lebih detil. Tulislah waktu yang diperlukan, apa topiknya, apa tujuannya,<br />

dan bahan-bahan yang diperlukan untuk setiap sesi. Anda bisa menggunakan format pada<br />

halaman selanjutnya.<br />

Tulis alur agenda Anda pada flipchart agar bisa dibahas oleh anggota tim fasilitator yang lain,<br />

atau oleh reviewer yang Anda undang.<br />

Agenda <strong>Pelatih</strong><br />

Hari: _______________<br />

Waktu Sesi/Topik Metode Tujuan Bahan<br />

142


DAFTAR PERIKSA UNTUK PENILAIAN<br />

MERANCANG DAN MENULIS RENCANA SESI<br />

Apakah logis dan konsisten<br />

• Apakah tujuan sesi mungkin dicapai dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu<br />

• Apakah topik mencakup apa yang disebutkan dalam tujuan<br />

• Apakah metode terpilih sesuai dengan tujuan yang disebutkan dalam pengertian<br />

pengetahuan, keterampilan dan sikap<br />

• Pemilihan topik: kualitas versus kuantitas.<br />

Apakah akrab bagi pembelajar<br />

Apakah rencana sesi...<br />

meningkatkan minat<br />

menjelaskan arah<br />

berhubungan dengan pengalaman<br />

peserta<br />

memperkuat motivasi<br />

mendorong inisiatif dan otonomi<br />

peserta memungkinkan pelibatan<br />

dan interaksi peserta yang sesuai<br />

Memperkuat latihan, praktek, atau<br />

pengalaman<br />

memperkuat keragaman kegiatan<br />

menunjukkan isi dengan tahapan<br />

bertingkat<br />

Memungkinkan untuk perbedaan<br />

individual<br />

memicu penerapan lebih luas<br />

memperkuat umpan balik<br />

Memperkuat pengulangan<br />

memperkuat pengawasan pembelajaran<br />

individual<br />

Diikuti dengan tindakan atau kaitan<br />

dengan sesi lain<br />

Apakah akrab bagi pelatih<br />

Apakah tata letaknya menarik<br />

Apakah mudah dibaca<br />

Apakah prosedurnya jelas<br />

Apakah memberi semua informasi yang<br />

diperlukan untuk melaksanakan<br />

sesinya<br />

Apakah fleksibel<br />

Bisakah dengan mudah diadaptasi<br />

Bisakah dipergunakan lagi<br />

Bisakah diperbaiki<br />

Apakah memungkinkan untuk inisiatif<br />

pelatih<br />

Apakah memberi petunjuk dan peringatan<br />

tentang fasilitasi<br />

Bisakah dipergunakan dengan kelompok<br />

peserta yang berbeda<br />

Apakah sesuai untuk ukuran kelompok<br />

yang berbeda<br />

Apakah layak secara ekonomis<br />

Apakah sesuai untuk semua pelatih tanpa<br />

mempertimbangkan pengalaman<br />

Apakah cepat<br />

<strong>Modul</strong> III - Dasar-dasar <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 143


MENULIS RENCANA SESI<br />

Apakah rencana sesi itu<br />

Secara singkat, satu rencana sesi harus berisi semua yang diperlukan untuk menjalankan satu<br />

sesi.<br />

Kenapa peduli<br />

Karena Anda akan segera melaksanakannya, hal ini adalah usaha sebenarnya untuk menulis<br />

rencana sesi (yang baik). Karenanya sangat baik untuk mewujudkan rencana sesi Anda sebagai<br />

batu pembangun pelatihan Anda. Selama Anda hanya mengajar Anda tidak memerlukan rencana<br />

sesi, transparansi saja cukup. Tetapi, jika Anda ingin menjalankan acara pelatihan partisipatori<br />

maka Anda benar-benar memerlukannya karena persiapan dan pelaksanaan menjadi jauh lebih<br />

kompleks. Rencana sesi membantu Anda untuk:<br />

• memeriksa apakah sesi mengikuti satu alur logis tertentu.<br />

• memeriksa kelayakan waktu.<br />

• terhindar dari kelupaan untuk mempersiapkan segala sesuatu.<br />

• terhindar dari kelupaan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu selama sesi.<br />

• memberitahu sesi Anda kepada pelatih atau narasumber lain.<br />

• mendapat umpan balik.<br />

• mengembangkan sesi Anda.<br />

• mendokumentasikan pelatihan Anda.<br />

Apa yang ditulis<br />

Satu rencana sesi bisa berisi banyak elemen, berikut ini adalah hal-hal yang paling penting:<br />

• Tujuan. Satu rencana sesi harus memberi tujuan sesi. Hal ini bisa membantu pelatih<br />

untuk menjalankan sesi dan mengevaluasi akibatnya.<br />

• Waktu. Indikasi waktu lamanya sesi diperlukan untuk merencanakan agenda pelatihan.<br />

• Bahan-bahan. Catatan mengenai persiapan, ruang dan bahan-bahan yang diperlukan<br />

membuat pelatih sadar tentang apa dan bagaimana harus dipersiapkan.<br />

• Akitifitas atau langkah-langkah. Instruksi, petunjuk, pertanyaan dan latihan sederhana<br />

bisa digambarkan di sini. Harus juga berisi jawaban dan informasi lengkap mengenai<br />

pertanyaan atau subjek yang sepertinya akan muncul selama pelatihan. Instruksi mengenai<br />

bagaimana bahan lain yang ditampilkan harus juga disertakan, seperti alat bantu visual<br />

dan lembar latihan.<br />

• Alat bantu visual, lembar latihan dan materi bacaan. Bahan apa pun yang diperlukan<br />

untuk menjalankan sesi, seperti transparansi untuk presentasi, lembar kerja untuk latihan,<br />

studi kasus dan materi bacaan harus disertakan.<br />

144


MODUL IV<br />

METODE DAN MEDIA PELATIHAN<br />

Berbagi Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Praktek Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Memilih Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Pemanfaatan Media Pembelajaran


BERBAGI METODE PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi ini, peserta:<br />

• dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang mereka kenal dengan teknik<br />

”bola salju”<br />

• dapat memilih beberapa metode yang ingin dipraktekkan<br />

Bahan<br />

Post-it, selotip/double tip<br />

Waktu<br />

240 menit (dibagi dalam 2 sesi)<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

9.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa selama sesi ini peserta akan berbagi tentang semua<br />

metode pelatihan yang mereka ketahui dan memilih beberapa diantaranya untuk<br />

mereka praktekkan nantinya. Dengan teknik “snowballing” (bola salju) peserta berbagi<br />

pengalaman mengenai “menggunakan berbagai metode pelatihan”.<br />

Undang setiap peserta untuk menulis sebanyak mungkin metode pelatihan yang dapat<br />

mereka ingat pada papan tulis.<br />

Minta peserta untuk berpasangan, menjelaskan tentang apa yang mereka tulis dan jika<br />

diperlukan saling menjelaskan tentang metode ini sebelum menuliskannya pada post-it<br />

yang terpisah.<br />

Mintalah peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Mereka<br />

diminta untuk menyiapkan sebuah daftar metode.<br />

Akhirnya minta mereka membentuk kelompok 10 orang, kemudian minta mereka<br />

untuk menyepakati sebuah daftar yang tersusun serta memilih tiga metode yang<br />

mereka suka untuk dipraktekkan (metode yang akan mereka coba sebagai seorang<br />

pelatih).<br />

Minta kepada setiap kelompok untuk memperagakan hasilnya dan memeriksa daftar<br />

mereka dan membandingkan serta mendiskusikan perbedaannya diantara kelompok.<br />

Peserta memilih metode yang akan dipraktekan, dan membentuk 4 kelompok yang<br />

terdiri dari 3 orang (trio) yang akan memfasilitasi sebuah kegiatan selama 30 menit<br />

(pada sesi praktek) dengan menggunakan satu dari metode pelatihan yang terpilih.<br />

Bentuk kelompok, biarkan mereka menyiapkan diri sekurangnya selama satu jam.<br />

<strong>Pelatih</strong> merefleksikan metode bola salju: keuntungan, kerugian, tujuan, kapan saat<br />

penggunaannya<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

147


MEMPRAKTEKKAN METODE PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Peserta mempraktekkan penggunaan metode pelatihan dengan mempertimbangkan<br />

kelebihan dan kekurangannya<br />

Bahan<br />

• Kebutuhan praktek peserta (ingatkan kepada peserta untuk menyiapkan segala sesuatu<br />

yang mereka butuhkan sendiri).<br />

• Foto kopi lembar pengamatan<br />

Waktu<br />

Untuk tiap trio 30 menit praktek dan 15 menit refleksi.<br />

Total waktu untuk sesi praktek adalah 240 menit (dibagi dalam 2 sesi)<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

Perkenalkan tujuan dan prosedur sesi.<br />

Sebelum trio pertama memulai dengan kegiatan mereka, jelaskan peran peserta lain,<br />

bahwa mereka pada saat yang sama sebagai pengamat dan perkenalkan hal-hal penting<br />

yang harus mereka amati/ingat. Bagikan lembar pengamatan.<br />

Setelah praktek, minta peserta, pelatih dan pengamat untuk mengingat dan menuliskan<br />

pengalaman-pengalaman dan pengamatan mereka.<br />

Jelaskan bahwa refleksi akan berfokus pada penampilan trio. Refleksi mengenai metode<br />

yang digunakan akan dilakukan kemudian pada sesi akhir. Refleksikan praktek dengan<br />

cara berikut:<br />

• Undang pelatih trio untuk mengungkapkan apa yang mereka pikir saat berlangsung,<br />

tanyakan apa yang akan mereka rubah di waktu selanjutnya. Cocokkan perasaan ini<br />

satu per satu dengan pengamatan dari pengamat.<br />

• Pertama undang peserta untuk memberikan umpan balik positif dan kemudian<br />

minta ide-ide untuk pengembangan.<br />

• Tambahkan umpan balik Anda sendiri jika perlu.<br />

Lanjutkan dengan kelompok yang lain dengan cara yang sama dan dorong mereka<br />

untuk menggunakan hal-hal penting pembelajaran dari trio sebelumnya.<br />

Tanyakan kepada tiap trio apakah mereka merasa yakin untuk menggunakan metode<br />

yang dipraktekkan dalam setting pelatihan sebenarnya selanjutnya. Jika tidak, mengapa<br />

<strong>Pelatih</strong> merumuskan hal-hal penting dari pembelajaran.<br />

148


Panduan Praktek Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Tujuan:<br />

• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan suatu metode<br />

pelatihan.<br />

• Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan pelatihan baru<br />

• Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran orang dewasa dan prinsip<br />

pelatihan.<br />

• Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.<br />

Praktek:<br />

Tiap tiga orang akan diberi waktu selama 30 menit untuk memfasilitasi aktivitas mereka.<br />

Anda akan bertindak sebagai satu tim sebagai berikut:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Persiapan:<br />

Orang pertama akan memperkenalkan kegiatan tersebut.<br />

Orang kedua akan melaksanakan kegiatan tersebut.<br />

Dan orang ketiga akan “memproses” kegiatan tersebut, melalui hal seperti refleksi,<br />

analisis, ringkasan dan kesimpulan.<br />

Persiapan yang dilakukan oleh setiap kelompok sebagai berikut:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

Persiapkan satu topik yang sesuai dengan metodenya.<br />

Putuskan siapa yang akan memperkenalkan, melaksanakan dan memproses kegiatan.<br />

Siapkan bagian fasilitasi, siapkan semua pengaturan dan bahan-bahan yang diperlukan<br />

untuk melaksanakan kegiatan.<br />

Cobalah berlatih sebelum mempraktekkan dan periksa apakah Anda berlaku sebagai<br />

satu tim, mengelola waktu dengan baik dan lain-lain.<br />

Lakukan!<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

149


Lembar Kerja<br />

PRAKTEK METODE PELATIHAN<br />

Sebagai pengamat, lakukan pengamatan secara seksama dengan menggunakan tabel berikut:<br />

Apakah pelatih...(beri centang jika jawabannya “YA”)<br />

………Memperkenalkan tujuan sesi ini<br />

………Menjelaskan metode dan prosedur sesi<br />

………Melibatkan peserta dalam pembelajaran<br />

………Menggunakan alat bantu visual<br />

………Memberikan kesempatan peserta untuk<br />

praktek<br />

………Memotivasi peserta<br />

………Melibatkan peserta selama analisis dan<br />

refleksi kegiatan<br />

………Merumuskan kegiatan<br />

Bagaimana pelatih<br />

melakukannya<br />

Saran<br />

pengembangan<br />

Untuk peserta.<br />

Jawab pertanyaan berikut:<br />

1. Apa yang membantu Anda untuk belajar<br />

2. Apa yang membatasi Anda dalam belajar<br />

3. Apa yang bisa membantu Anda untuk belajar lebih baik<br />

Untuk trio pelatihan.<br />

Jawab pertanyaan berikut:<br />

1. Bagaimana pikiran Anda tentang jalannya kegiatan<br />

2. Apakah yang berlangsung berbeda dari yang diharapkan<br />

3. Apa yang lebih sulit dari yang diperkirakan<br />

4. Untuk di masa datang, hal berbeda apa yang akan dilakukan<br />

150


MEMILIH METODE PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus dipilih dengan hati-hati agar<br />

sesuai dengan tujuan dari satu sesi dan sesuai dengan profil pembelajar.<br />

• Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok untuk meningkatkan kesadaran<br />

atau pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau<br />

merubah sikap.<br />

• Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran<br />

yang berbeda, serta situasi yang spesifik.<br />

Bahan<br />

Potongan lembar kerja<br />

Waktu<br />

240 menit (dibagi dalam 2 sesi)<br />

Proses<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa dalam latihan yang akan dilakukan, peserta akan mempraktekkan<br />

cara memilih metode pelatihan.<br />

2. Lakukan curah pendapat cepat dengan peserta mengenai apa yang mereka pikirkan dan<br />

apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih metode pelatihan.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Jika perlu perkenalkan, jelaskan istilah kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap.<br />

Bentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang anggota, bagikan potongan kertas dengan<br />

metode pelatihan yang berbeda dan tujuan-tujuan yang berbeda menurut ranah belajar<br />

(kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap).<br />

Rumuskan tujuan dan sasaran pelatihan, tentukan pembatas-pembatas pelatihan, pilih<br />

metode pelatihan yang sesuai. Berikan alasan mengapa anda memilih metode tersebut.<br />

Dalam diskusi, cegah diskusi yang terlalu panjang mengenai detil, tetapi pastikan<br />

bahwa pola keseluruhan mencerminkan bahwa banyak metode cocok untuk tujuantujuan<br />

peningkatan kesadaran dan pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang efektif untuk<br />

meningkatkan keterampilan atau mengubah sikap. Refleksikan metode yang mereka<br />

gunakan dan konsekuensi keluaran apa yang diharapkan dari aktifitas pelatihan mereka.<br />

<strong>Pelatih</strong> mendiskusikan hasilnya dan memberi penguatan terhadap proses yang telah<br />

berlangsung dengan menggunakan bahan bacaan pokok yang telah tersedia.<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

151


Lembar Latihan<br />

Pemilihan Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Tergantung pada tujuan, kelompok sasaran, dan situasi spesifik.<br />

Gunting menjadi potongan terpisah:<br />

KESADARAN<br />

PETANI<br />

PENGETAHUAN<br />

FASILITATOR LAPANGAN<br />

KETERAMPILAN<br />

PEMERINTAH<br />

SIKAP<br />

PENGAMBILAN KEPUTUSAN<br />

KOMPLEKSITAS ISI<br />

TOPIK KONTROVERSIAL<br />

RUANG KECIL<br />

LEBIH DARI 30 PESERTA<br />

WAKTU HANYA 1 JAM<br />

PELATIH TIDAK BERPENGALAMAN<br />

KULIAH<br />

ENERGIZERS<br />

152


DEMONSTRASI<br />

KUNJUNGAN LAPANGAN<br />

KELOMPOK DISKUSI KECIL<br />

LATIHAN INDIVIDUAL<br />

KELOMPOK DISKUSI BESAR<br />

KUIS<br />

STUDI KASUS<br />

BERCERITA<br />

SIMULASI<br />

PAMERAN<br />

CURAH PENDAPAT<br />

PENGAMATAN<br />

PERMAINAN PERAN<br />

UMPAN BALIK PERSONAL<br />

PENUGASAN/LATIHAN<br />

MENGGAMBAR<br />

BOLA SALJU<br />

VIDEO<br />

Bahan Bacaan<br />

• Pemilihan Metofe <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

153


PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN<br />

Tujuan<br />

154<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• Dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan kekurangan dari media yang dipilih<br />

• Mengidentifikasi lima hal yang boleh dilakukan dan jangan dilakukan dalam<br />

menggunakan media yang dipilih.<br />

Bahan<br />

Contoh penggunaan media yang tepat dan kurang/tidak tepat dalam konteks pelatihan<br />

atau non pelatihan (dapat berupa rekaman audo visual, disiapkan support team), flip chart<br />

Waktu<br />

240 menit (dibagi dalam 2 sesi)<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> memperkenalkan tujuan dan prosedur sesi ini.<br />

2. Lalu, perkenalkan latihan snowballing. Minta peserta untuk berpasangan dan mendaftar<br />

kelebihan dan kekurangan penggunaan satu media yang dipilih. Pada akhirnya<br />

kelompok-kelompok tersebut akan bergabung bersama sehingga pada akhirnya ada<br />

satu daftar akhir tentang kelebihan dan kekurangan.<br />

3. Periksa daftar tersebut bersama peserta dan tambahlah jika diperlukan.<br />

4. Minta peserta untuk berefleksi mengenai pengalaman mereka menggunakan medium<br />

tertentu tersebut atau refleksikan bagaimana orang lain telah menggunakannya. Mulai<br />

putaran pertama snowballing, kali ini mengenai hal yang harus dan jangan dilakukan<br />

dalam menggunakan medium yang sama, tetapi sekarang berakhir dengan dua<br />

kelompok.<br />

5. Pajanglah kedua daftar tersebut dan carilah kesamaan dan perbedaannya.<br />

6. Tambahkan hal yang harus dan jangan dari Anda sendiri jika perlu.<br />

7. Akhiri dengan daftar final hal yang harus dan jangan.<br />

Catatan untuk pelatih<br />

• Sesi ini bisa digunakan untuk setiap medium pelatihan. Media yang paling<br />

umum adalah flip chart dan transparansi. Oleh karena itu lebih baik untuk<br />

menanyai peserta tentang media mana yang ingin mereka pelajari lebih lanjut<br />

dan adaptasikan sesi dan materi bacaan untuk media tertentu tersebut<br />

• Untuk lebih kreatif, pelatih dapat menggunakan alternatif proses di bawah<br />

ini untuk menggantikan proses di atas.


Alternati Proses:<br />

1. Alternatif A. Bagilah kelompok menjadi dua. Dengan menggunakan permainan peran, satu<br />

kelompok harus menampilkan satu contoh yang salah dari medium pelatihan dan yang lain<br />

harus menampilkan satu contoh yang baik. Peserta yang lain menulis sebanyak mungkin<br />

aspek baik dan buruk dari kedua permainan sepanjang yang bisa mereka pikirkan.<br />

2. Alternatif B. Bagilah kelompok menjadi sebanyak media yang ingin Anda bicarakan. Minta<br />

setiap kelompok untuk melakukan latihan pemetaan pikiran.<br />

3. Alternatif C. Organisasikan suatu perlombaan untuk membuat tranparansi yang paling<br />

kreatifdan jelas mengenai topik yang sama, satu kelompok menggunakan komputer dan<br />

yang lain menggunakan tangan. Ide dari latihan ini adalah untuk menunjukkan bahwa<br />

transparansi yang dibuat dengan peralatan teknologi tinggi, hasilnya juga bisa sebaik atau<br />

sama dengan yang dibuat dengan tangan.<br />

4. Alternatif D. Minta setiap orang untuk menuliskan masalah apa pun yang mereka hadapi<br />

ketika menggunakan media tertentu, pada kartu-kartu yang berbeda. Letakkan semua kartu<br />

dalam satu kotak dan minta tiap peserta mengambil satu dan berusaha memberikan saran<br />

bagaimana cara menangani maslah tersebut (kelompok bisa menambahkan saran ini bila<br />

perlu).<br />

Bahan Bacaan<br />

• Penilaian Ingatan dalam Pembelajaran Visual<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

155


BAHAN BACAAN POKOK MODUL IV<br />

PEMILIHAN METODE PELATIHAN<br />

Tidak ada cetak biru untuk memilih metode pelatihan.<br />

Tidak ada petunjuk yang jelas dalam menentukan metode pelatihan. Memilih metode yang akan<br />

digunakan adalah proses kreatif dan analitis yang harus mempertimbangkan berbagai masalah. Setiap<br />

pelatih memiliki metode personal yang digemarinya, tergantung pada minat, gaya dan pengalaman<br />

personal. Bagaimanapun kita, sebagai pelatih, harus mencoba memilih satu metode pelatihan yang<br />

tepat tidak hanya berdasarkan minat sendiri tetapi terutama dari sudut pandang peserta.<br />

Berikut ini beberapa petunjuk yang bisa Anda gunakan ketika memilih satu metode.<br />

Kebutuhan terhadap berbagai metode pelatihan.<br />

Orang memiliki gaya pembelajaran mereka sendiri. Beberapa orang cenderung untuk menyimak<br />

dan menganalisis, yang lain lebih menyukai pengamatan atau pengalaman dan praktek.<br />

Untuk mendukung semua perbedaan cara pembelajaran gaya tersebut, sebagai pelatih harus<br />

menggunakan berbagai metode pelatihan.<br />

Petunjuk untuk memilih metode pelatihan<br />

Pertimbangkan hal berikut ini dalam memilih metode pelatihan:<br />

• Apakah tujuan pembelajaran<br />

Tujuan pembelajaran bisa berhubungan dengan peningkatan kesadaran, pemahaman,<br />

penguasaan keterampilan, perubahan sikap.<br />

Perubahan sikap adalah tantangan untuk pelatih, mereka berubah sangat lambat dan agak tidak<br />

pasti. Perubahan sikap lebih banyak muncul dari bagaimana sesuatu dilakukan daripada apa<br />

yang dikatakan. Perubahan sikap kebanyakan cenderung muncul dalam interaksi kelompok<br />

dengan anggotanya.<br />

• Berapa banyak pengalaman yang dimiliki peserta yang berhubungan dengan topiknya<br />

Jika mereka memiliki pengalaman, maka Anda harus mempertimbangkannya, dan memberi<br />

mereka kesempatan untuk mengingat dan berbagi. Kita bisa menggunakan studi kasus,<br />

permainan peran, simulasi, curah pendapat dan lain-lain. sebagai cara untuk berbagi<br />

pengalaman.<br />

• Bagaimanakah profil peserta<br />

Berapa umur, seks, latar belakang pendidikan dan sosial mereka Bagaimana mereka biasa<br />

belajar Apakah mereka pernah mengikuti program pelatihan ebelumnya<br />

• Bagaimana pengalaman Anda sendiri<br />

Apakah kekuatan dan kelemahan Anda Sebagai seorang pelatih, Anda harus merasa nyaman<br />

menggunakan metode pelatihan.<br />

Seperti apakah<br />

• situasi praktisnya<br />

Anda harus memeriksa, ketersediaan waktu, bahan-bahan, sumber daya, fasilitas, dan tempat.<br />

156


Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Berdasarkan Tipe Penggunaan<br />

Ringkasan berikut ini akan memberi Anda beberapa petunjuk tentang berbagai tipe penerapan<br />

sejumlah metode pelatihan.<br />

METODE PELATIHAN<br />

KULIAH<br />

DISKUSI TERSTRUKTUR<br />

DISKUSI KELOMPOK<br />

KECIL<br />

CURAH PENDAPAT<br />

STUDI KASUS<br />

DEMONSTRASI<br />

KUNJUNGAN<br />

LAPANGAN<br />

PERMAINAN PERAN<br />

PERMAINAN (GAMES)<br />

SIMULASI<br />

ICE BREAKERS<br />

ENERGIZERS<br />

PENERAPAN<br />

• Memindahkan pengetahuan dari pelatih kepada peserta<br />

• Jumlah peserta yang banyak<br />

• Memperkenalkan topik dan teori yang baru dan kompleks<br />

• Memperkenalkan modul-modul dan tujuan pelatihan<br />

• Mempertukarkan opini-opini dan ide-ide<br />

• Pemecahan masalah, Perencanaan<br />

• Strategi perumusan<br />

• Masalah-masalah kontroversial<br />

• Berbagi pengalaman<br />

• Mempertukarkan ide-ide dan opini-opini<br />

• Pemecahan masalah, Perencanaan<br />

• Mengumpulkan ide-ide, pengalaman-pengalaman masa lalu<br />

• Pemecahan masalah<br />

• Berpikir kreatif/inovatif<br />

• Menyediakan waktu jeda yang menyegarkan dan membentuk<br />

minat kelompok<br />

• Pemecahan masalah<br />

• Pengambilan keputusan<br />

• Analisis situasi kompleks<br />

• Pembelajaran satu keterampilan<br />

• Operasi perangkat lunak, mesin-mesin dan instrumen<br />

• Mengaitkan teori dengan praktek<br />

• Mempraktekkan keterampilan<br />

• Pengamatan dan refleksi<br />

• <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> untuk menghadapi situasi yang saling bertentangan<br />

dan menegangkan<br />

• Mengajar keterampilan interpersonal, keterampilan komunikasi<br />

dan negosiasi<br />

• Membawa dimensi kemanusiaan dari suatu studi kasus<br />

• Memperkuat pola perilaku empatis<br />

• Masalah pengelolaan, Pengambilan keputusan<br />

• Pembangunan tim<br />

• Konsep pengelolaan, Pengambilan keputusan<br />

• Pembangunan Tim<br />

• Perencanaan jangka pendek dan panjang<br />

• Saling mengenal<br />

• Mendorong interaksi<br />

• Membangkitkan semangat, membangunkan peserta yang<br />

mengantuk dan bosan<br />

• Merangsang berpikir kreatif, memecah kebuntuan berpikir<br />

• Menantang asumsi dasar<br />

• Melengkapi konsep baru<br />

• Pembentukan kelompok, Pembangunan tim<br />

• Bergembira<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

157


PENILAIAN INGATAN DALAM PEMBELAJARAN VISUAL<br />

Dikarenakan ingatan jangka pendek hilang dalam beberapa detik, presenter, pendidik, dan pelatih<br />

harus menemukan cara untuk “mengatur” informasi agar muncul dalam ingatan jangka panjang.<br />

Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan alat bantu visual.<br />

Alat bantu visual memainkan peranan penting dalam membantu peserta mempertahankan<br />

informasi.<br />

Peneliti Edgar Dale mengembangkan apa yang sekarang dikenal sebagai ”Pengalaman<br />

Dale Cone — Dale’s Cone of Experience (Walters, 1993). Penelitiannya menyimpulkan bahwa<br />

orang akan mengingat:<br />

• 20% dari apa yang mereka dengar<br />

• 30% dari apa yang mereka lihat<br />

• 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar<br />

• 80% dari apa yang mereka dengar, lihat, dan lakukan.<br />

A.<br />

Mengapa Menggunakan Alat Bantu Visual<br />

Tujuan utama dari alat bantu visual adalah untuk mempertinggi nilai pelatihan, dan<br />

meningkatkan ingatan. Kata kuncinya adalah alat bantu. Tampilan visual tidak dapat<br />

menggantikan posisi dari kata-kata yang dikatakan.<br />

Untuk Menangkap Perhatian<br />

Tampilan visual membantu menangkap dan menjaga perhatian peserta. Alat bantu visual<br />

dapat sangat sederhana dan sedikit banyak kuno, atau dapat cerdik dan dramatis. Semuanya<br />

tergantung pada pilihan pribadi, biaya, ketersediaan sumber, jenis presentasi, besar ruangan<br />

dan pengaturannya, peserta, dan tujuannya.<br />

Untuk Menekankan Hal-Hal Tertentu<br />

Tampilan visual dapat juga dibuat untuk menekankan hal-hal tertentu. Dengan kata kunci<br />

atau grafik, pesan dapat disampaikan secara visual dan verbal. Seperti yang telah dikemukakan<br />

di depan, cara seperti ini dapat membuat pesan yang tersimpan meningkat dari 20% menjadi<br />

50%.<br />

Untuk Meng<strong>org</strong>anisasikan Informasi<br />

Alat bantu visual membantu pelatih untuk meng<strong>org</strong>anisasikan materinya. Ingatlah,<br />

bagaimanapun, alat bantu visual tidak mengatur sesi pelatihan. <strong>Pelatih</strong> sebaiknya siap dengan<br />

membangun pelatihan dan materi pelatihan, dan alat bantu visual ditempatkan sebagai stategi<br />

untuk membuat kerangka yang meningkatkan nilai pelatihan.<br />

Sebagai sebuah alat untuk meng<strong>org</strong>anisir, tampilan visual juga suatu cara bagi pelatih untuk<br />

memandu peserta. Jika pelatih menggunakan tampilan visual untuk mempresentasikan hal<br />

tertentu, peserta akan lebih mungkin untuk mengikuti jalannya pelatihan. Sebagai hasilnya,<br />

pelatih tampak lebih profesional, lebih siap, dan akan meningkatkan kompetensinya juga.<br />

158


Untuk Meningkatkan Pemahaman<br />

Penggunaan alat bantu visual dapat meningkatkan pemahaman. Mereka dapat mengilustrasikan<br />

apa yang dikatakan melalui grafik, tabel, gambar atau kata kunci. Hal ini bernilai jika pelatih<br />

menjelaskan konsep atau sesuatu yang sulit dipahami. Anda dapat menyederhanakan<br />

informasi tersebut dengan menyaring hal tersebut menjadi lebih mudah dimengerti. Sebagai<br />

contoh, pelatih ingin menyajikan sebuah presentasi yang berisi banyak sekali gambar atau<br />

statistik. Informasi ini akan lebih menarik dan bermakna, jika dipresentasikan dengan tabel<br />

dan chart, daripada dalam baris-baris dan kolom-kolom angka.<br />

Untuk Mendukung Pesan Yang Disampaikan<br />

Alat bantu visual mendukung pesan dengan merangsang kepekaan peserta. Kemudahan<br />

untuk menggunakan perangkat komputer yang memiliki hubungan memungkinkan pelatih<br />

untuk menyampaikan pesan dengan warna-warna yang menarik, gambar, isyarat, dan suara.<br />

Untuk Menekankan Poin Kunci<br />

Walaupun berbagai macam tehnik verbal dapat digunakan untuk menekankan poin kunci,<br />

banyak peserta tidak dapat mencapai apa yang ditekankan oleh pelatih. Sebagai contoh,<br />

pelatih dapat berkata seperti, ”Poin penting pertama adalah...” atau ”Saya tidak cukup<br />

menekankan pentingnya ...” atau ”Sekarang setelah kita mengetahui penyebabnya, mari lihat<br />

akibatnya.” Ingatlah bahwa sebagian besar orang bukan pendengar yang baik dan banyak<br />

orang memproses informasi dengan gaya yang berbeda-beda, meletakkan poin kunci pada<br />

tampilan visual akan membantu memberi penekanan jika pelatih menginginkan hal tersebut.<br />

Tidak akan ada keraguan mengenai informasi penting yang ditampilkan secara visual.<br />

B.<br />

Panduan Menggunakan Alat Bantu Visual<br />

Alat bantu visual yang biasanya digunakan adalah tampilan slide PowerPoint. Komputer pada<br />

umumnya memiliki tampilan slide untuk transparansi dengan tampilan 35 mm. Perlengkapan<br />

yang dibutuhkan adalah sebuah komputer dan sebuah proyektor LCD. Fleksibilitas media ini<br />

memungkinkan anda untuk memodifikasi informasi pada saat itu juga untuk merefleksikan<br />

perkembangan berita terakhir atau masukan dari peserta. Sayangnya, dengan kemampuan ini<br />

pelatih sering terlalu bergantung pada media ini dan menjadi lebih pasif dalam menyampaikan<br />

pelatihan.<br />

Alat bantu visual lainnya adalah flip-chart dan transparansi (sebagaimana yang telah<br />

dijelaskan di bagian depan materi ini). Tanpa melihat alat bantu visual yang anda gunakan,<br />

petunjuk berikut akan membantu anda untuk menciptakan tampilan visual sehingga dapat<br />

mendapatkan hasil yang anda inginkan.<br />

1.<br />

Batasi Penggunaannya<br />

Pertama-tama, jangan menggunakan terlalu banyak tampilan visual. Dapat dikatakan<br />

bahwa satu layar, slide, atau transparansi bukan apa-apa dalam pelatihan jika dibandingkan<br />

dengan yang lainnya. Ingatlah bahwa tampilan visual adalah alat bantu, bukan inti dari<br />

presentasi.<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

159


2.<br />

3.<br />

4.<br />

Buatlah Sederhana<br />

Tidak ada yang lebih mengganggu selain melihat tampilan atau transparansi yang<br />

dibuat dalam satu halaman yang dipenuhi dengan teks tanpa garis batasan informasi.<br />

Cantumkan hanya satu ide untuk setiap tampilan dan jangan lebih dari satu ilustrasi.<br />

Sebaiknya hanya ada enam atau tujuh kata per garis dan enam atau tujuh baris untuk tiap<br />

tampilan. Jika anda memiliki banyak data yang harus ditampilkan, bagilah hal tersebut<br />

menjadi beberapa tampilan. Beberapa pelatih yang memiliki banyak sekali ketersediaan<br />

pilihan bahkan juga perangkat lunak komputer yang memadai cenderung keluar jalur<br />

dikarenakan terlalu banyak membuat, seperti menambahkan animasi dan efek suara,<br />

kedua hal ini akan mengganggu. Ingatlah bahwa semakin sedikit maka akan semakin<br />

efektif.<br />

Buatlah Untuk Mudah Dibaca<br />

Setiap tampilan seharusnya tampak jelas bagi penonton. Gunakan jenis huruf yang tidak<br />

lebih kecil dari dua puluh empat dan ukuran yang lebih besar untuk judul. Gunakan jenis<br />

huruf sans serif seperti Arial atau Helvetica. Gunakan juga kombinasi huruf besar dan<br />

huruf kecil.<br />

Gunakan Warna<br />

Penggunaan warna akan lebih efektif dibandingkan warna hitam dan putih untuk beberapa<br />

alasan. Pertama, hal tersebut dapat memberikan dampak kognitif yang baik. Orangorang<br />

mudah mengingat warna. Sebagai hasilnya, sebuah tampilan warna yang lebih<br />

menarik, lebih berdampak, dan membuat kesan yang lebih besar. Dengan ketersediaan<br />

alat cetak warna dan teknologi lainnya, menggunakan warna menjadi sangat mudah.<br />

Pertimbangan penting lainnya adalah peserta mengharapkan adanya warna. Mengapa<br />

film hitam-putih berubah menjadi ”berwarna” Hal ini dikarenakan orang-orang telah<br />

meninggalkan hitam dan putih.<br />

C.<br />

Menggunakan Alat Bantu Visual<br />

Alat Bantu Keuntungan<br />

Papan Tulis<br />

Kapur<br />

Kekurangan<br />

Spontan<br />

Lambat<br />

Mudah digunakan<br />

Sementara<br />

Murah<br />

Kemungkinan terbaca kecil<br />

Dapat dihapus<br />

Terbatas dengan kapur<br />

Perhatian-Lebih bisa didapatkan Membelakangi penonton<br />

Memecah ceramah yang Berasosiasi dengan hari-hari<br />

membosakan<br />

di sekolah<br />

Berantakan<br />

Digunakan<br />

Saat<br />

Pertemuan<br />

informal, kecil<br />

Membangun<br />

ide-ide secara<br />

spontan<br />

Sesi bertukar<br />

pikiran<br />

160


Flip-chart<br />

Tampilan<br />

Power-Point<br />

Overhead<br />

Projector<br />

(OHP)<br />

Video<br />

Spontan<br />

Membantu persiapan<br />

Tampak berbeda<br />

Permanen<br />

Mudah untuk digunakan<br />

Dapat dibawa-bawa<br />

Memudahkan anda saat<br />

menjelaskan serangkaian ide<br />

Murah<br />

Berwarna (tergantung pada<br />

warna yang dijual di pasar)<br />

Berkualitas Tinggi<br />

Fotografis<br />

Sangat mudah dibawa<br />

Mudah untuk digunakan<br />

Dapat disesuaikan dengan<br />

setiap ukuran kelompok<br />

Dengan remote control, pelatih<br />

dapat berpindah-pindah<br />

Cepat, mudah menyiapkan<br />

transparansi (banyak<br />

salinannya)<br />

Lampu hidup<br />

Pembicara berhadapan dengan<br />

penonton<br />

Semua ukuran kelompok<br />

Secara langsung atau disiapkan<br />

terlebih dahulu<br />

Sangat fleksibel<br />

Kualitasnya dapat dipilih<br />

Murah<br />

Tepat untuk menjelaskan<br />

ilustrasi<br />

Mudah diperbarui<br />

Profesional<br />

Generator diskusi yang bagus<br />

Segera mendapatkan umpan<br />

balik<br />

Semua ukuran kelompok<br />

Efektif untuk menunjukkan<br />

agar tidak melakukan sesuatu<br />

Sangat efektif untuk pelatihan<br />

yang berpusat pada pembelajar<br />

Melihat dan mendengar<br />

digunakan dalam pembelajaran<br />

”Ahli” yang ditampilkan dapat<br />

menguatkan apa yang dikatakan<br />

pelatih<br />

Keterikatan<br />

Ukurannya besar sekali<br />

Terbatas untuk menulis<br />

Tidak fleksibel dalam ukuran<br />

atau rangkaian<br />

Mahal jika disiapkan secara<br />

profesional<br />

<strong>Pelatih</strong> cenderung<br />

menuliskan dalam ukuran<br />

kecil untuk menempatkan<br />

semua ide pada satu halaman<br />

Kertas mudah sobek<br />

Ruangan gelap<br />

Dapat tampak seperti<br />

”dikandang”<br />

Tampilan menjadi pusat<br />

perhatian, bukan pembicara<br />

Kelompok kecil<br />

Ceramah secara<br />

spontan<br />

Bertukar pikiran<br />

Daftar, langkahlangkah<br />

prosedural<br />

Program yang<br />

berulang dimana<br />

detail fotografis<br />

dan profesional<br />

tampak penting<br />

Proyektor dapat menghalangi Presentasi<br />

pandangan kecuali jika keuangan dan<br />

ditempatkan secara hati-hati tehnik<br />

Kurang mudah dibawa 35 Presentasi<br />

mm<br />

kelompok<br />

Persiapan transparansi sangat penjualan<br />

sederhana sehingga orang Seminar,<br />

cenderung menggunakan hal pelatihan dimana<br />

ini jika terlalu sibuk pembicara ingin<br />

Kecenderungan untuk membangun<br />

digunakan berlebihan pendekatan<br />

Fokus Overhead Projector<br />

kadangkala sulit diatur<br />

Ruangan gelap<br />

Mahal<br />

Digunakan sebagai<br />

pengganti untuk pelajaran<br />

atau presentasi<br />

Pendukung<br />

untuk program<br />

pelatihan<br />

Tampilan umpan<br />

balik terhadap<br />

performansi<br />

peserta<br />

Menciptakan<br />

suasana atau<br />

perasaan seperti<br />

pembukaan<br />

presentasi<br />

pembicara.<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

161


Gunakan warna-warna yang kuat sebagai latar belakang. Medium biru bagus sebagai<br />

latar belakang dengan teks yang berwarna putih, kuning cerah, atau merah muda. Jangan<br />

gunakan merah tua, hijau tua atau biru tua. Warna-warna tersebut tidak memproyeksikan<br />

dengan baik.<br />

Ingatlah, bagaimanapun, banyak orang yang buta warna. Sekitar 20 persen manusia<br />

tidak dapat membedakan spektrum warna, karenanya objek atau teks yang berwarna<br />

ditampilkan dengan warna yang teduh seperti abu-abu, hitam, dan putih, variasikan hanya<br />

dengan mengatur tingkat keterangan atau kegelapannya. Semakin anda dapat menciptakan<br />

pembedaan di antara warna-warna, semakin mudah bagi orang yang buta warna untuk<br />

melihat.<br />

Gunakan itu, kemudian hilangkan itu<br />

Karena tampilan visual adalah sebuah alat bantu, maka ini dapat dilihat hanya saat hal<br />

tersebut relevan dengan apa tujuan pembuatannya. Saat Anda selesai dengan tampilan<br />

Anda, tekan tombol ”B” pada komputer Anda untuk pindah ke halaman yang kosong. (Jika<br />

Anda menggunakan remote, hal ini memungkinkan untuk menciptakan layar kosong dengan<br />

baik) Jika tidak, peserta akan terus terfokus pada alat bantu visual dan akan memberikan<br />

sedikit atau tidak sama sekali perhatian pada apa yang Anda katakan. Orang-orang mudah<br />

dikacaukan, maka jangan berikan mereka sesuatu yang dapat mengalihkan mereka dari pesan<br />

penting yang Anda sampaikan.<br />

Lakukan Sebuah Latihan<br />

Tampilan yang terlihat baik pada komputer Anda dapat terlihat tidak sebaik itu saat di<br />

proyeksikan. Uji tampilan presentasi Anda dalam ruangan yang agak gelap dengan proyektor<br />

yang akan Anda gunakan pada ruangan yang sebenarnya. Apa yang Anda lihat pada layar<br />

komputer anda tidak seperti apa yang akan Anda lihat dalam ruangan yang agak gelap,<br />

sebagai contoh, warna-warna yang ada bisa saja pudar.<br />

D.<br />

Alat Bantu Visual Lainnya Yang Biasanya Digunakan<br />

162<br />

1. Flip-Chart Pad dan Kuda-kuda<br />

Flip-chart ini memiliki dua penggunaan yang berbeda: (1) halaman yang telah disiapkan<br />

(2) halaman kosong untuk menangkap informasi yang didapatkan secara spontan selama<br />

sesi berlangsung. Mari mulai dengan halaman yang telah disiapkan.<br />

Petunjuk untuk menggunakan flip-chart. Halaman yang telah disiapkan digunakan<br />

sama seperti tampilan atau transparansi, tetapi mereka cenderung mengkomunikasikan<br />

pendekatan atau suasana yang tidak formal. Kelebihan dari halaman yang telah disiapkan<br />

adalah anda memiliki cukup waktu untuk memastikan apakah cetakan yang anda buat<br />

rapi dan dapat dibaca. Hal ini penting jika anda memiliki masalah dalam menulis sehingga<br />

dapat terbaca. Kelebihan lain waktu anda yang berharga selama sesi tidak terhabiskan<br />

di kuda-kuda; anda dapat menunjukkan informasi dengan cepat dan seterusnya. Bentuk<br />

lain dari alat bantu visual, halaman yang ganda sebagai catatan bagi presenter.


Halaman kosong digunakan untuk menampilkan atau menangkap informasi yang<br />

ada selama sesi, pertimbangkanlah apa yang penting dan yang tidak untuk dilakukan.<br />

Pertama, jika anda meminta masukan dari peserta dan Anda menangkap respon mereka,<br />

tuliskan dengan tepat apa yang mereka katakan. Jangan menerjemahkan informasi<br />

tersebut kedalam bahasa Anda sendiri.<br />

Bagaimana jika orang yang memberikan respon mengalami kesulitan saat<br />

menyampaikan responnya secara singkat dan jelas Dua pendekatan yang berbeda dapat<br />

digunakan: (1) Setelah mendengarkan dengan seksama terhadap respon orang tersebut,<br />

minta orang tersebut untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan dalam beberapa kata<br />

sehingga Anda dapat mencantumkannya dalam flip-chart atau (2) jika orang tersebut tidak<br />

memungkinkan untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan, para frase-kan apa yang<br />

Anda dengar dan mintalah ijin untuk menuliskan interpretasi Anda. Dalam sesi satu<br />

hari penuh atau setengah hari, ide yang baik untuk melepaskan halaman tersebut dan<br />

mengikatkan mereka pada dinding. Sebelum melakukan hal tersebut, bagaimanapun,<br />

berikan penjelasan singkat judul pada bagian atas setiap lembar yang ada. Untuk<br />

menghemat waktu, potong satu inci pita penutup menjadi dua atau tiga inci potongan<br />

sebelum sesi dimulai. Hal ini memungkinkan anda untuk menampilkan lembar-lembar<br />

tersebut dengan cepat.<br />

Tergantung pada dinding yang akan ditutupi, anda sebaiknya menggunakan<br />

paku payung (push pins). Jika anda tidak diijinkan untuk menggunakan pita atau peniti,<br />

alternatif yang aman adalah dengan menggunakan magnet—bantalan kuda-kuda<br />

yang terlepas dapat digunakan untuk melekatkan pada permukaan dinding dan dapat<br />

ditempatkan kembali pada dinding. Lembar ini dapat dihapus dan digunakan kembali<br />

selama anda menggunakan pena yang dapat dihapus. Jangan menulis pada lembar setelah<br />

hal tersebut ditampilkan, banyak pena yang memiliki kemungkinan membanjiri! Pastikan<br />

menggunakan tinta yang dapat dicuci untuk kasus ini.<br />

Petunjuk Untuk Menulis Pada Flip-Chart. Metode apapun yang anda pilih, petunjuk<br />

berikut ini akan membantu anda untuk menciptakan gambaran diri anda yang lebih<br />

cemerlang dan profesional kepada peserta:<br />

• Gunakan flip-chart dalam kelompok yang relatif kecil atau tidak lebih dari dua puluh<br />

lima atau tiga puluh peserta.<br />

• Cetaklah dengan menggunakan huruf balok yang tingginya dua atau tiga inci<br />

sehingga setiap orang di dalam ruangan dapat melihat informasi tersebut.<br />

• Jangan meletakkan lebih dari enam baris informasi pada sebuah halaman.<br />

• Jangan memenuhi halaman pada bagian bawah. Orang-orang akan duduk; penglihatan<br />

vertikal mereka akan terbatasi.<br />

• Jangan berbicara dengan menghadap kuda-kuda saat anda menulis.<br />

• Tunggu setidaknya dua puluh sampai tiga puluh detik setelah anda selesai menulis.<br />

Sekali lagi, berikan orang-orang kesempatan untuk menangkap informasi yang<br />

diberikan.<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

163


164<br />

• Pertimbangkan untuk menggunakan dua atau lebih kuda-kuda di bagian depan ruang<br />

untuk melanjutkan, ide-ide yang mengalir tanpa bisa disela atau jika anda tidak dapat<br />

menampilkan halaman tersebut di dinding.<br />

• Jika memungkinkan, pilih bantalan kuda-kuda dengan kertas yang berwarna<br />

putih dengan melubangi bagian atas lembaran agar mudah untuk disobek. Jangan<br />

menggunakan kertas flip-chart yang berwarna gelap; hal tersebut membuat Anda<br />

kelihatan tidak profesional.<br />

• Gunakan pena warna yang lebar sehingga tidak membanjiri kertas.<br />

• Tinggalkan kertas kosong di sisi Anda, penting sekali untuk anda menyiapkan<br />

beberapa halaman sebelum waktu yang ditetapkan. Kecuali jika kertas tersebut<br />

buram, menulis pada halaman ini dibawah halaman yang kosong akan menunjukkan<br />

hal ini.<br />

• Perhatikan dampak dari warna. Gunakan biru, hijau, cokelat, dan hitam untuk<br />

menambahkan variasi dan ketertarikan. Simpan warna merah untuk menekankan.<br />

Juga, jangan menggunkan warna merah dan hijau pada halaman yang sama. Seseorang<br />

yang mengalami buta warna tidak akan dapat membedakan kedua warna ini.<br />

• Gunakan warna yang berbeda untuk membuat garis sehingga menjadi lebih mudah<br />

untuk dibaca.<br />

• Gunakan warna secara sistematis: satu warna untuk halaman atas, satu untuk poin<br />

utama, yang lainnya untuk sub poin.<br />

• Jika anda tidak menulis, letakkan pena anda.<br />

2. Overhead Projector (OHP) dan Transparansi<br />

Transparansi baik digunakan untuk ukuran penonton yang sedang dan kecil. Mereka<br />

mudah untuk dibuat dan digunakan, tetapi sama seperti alat bantu visual lainnya, mereka<br />

dapat disalahgunakan.<br />

Menyiapkan Transparansi. Terdapat beberapa cara untuk membuat transparansisebuah<br />

metode untuk setiap buku saku. Dengan harga yang murah, anda dapat membeli<br />

sebuah kotak transparansi dan menuliskan dengan pena berwarna yang tepat pada<br />

acetate.<br />

Sebagai langkah awal, belilah sekotak transparansi yang jelas atau berwarna<br />

yang dibuat khusus untuk printer laser atau mesin fotocopy. Jika menggunakan laser printer,<br />

hasilkan teks dari komputer anda, kirimlah transparansi anda kedalam printer anda. Jika<br />

anda memiliki meteri yang telah anda cetak dan ingin memindahkan kedalam transparansi,<br />

pindahkan transparansi kedalam kertas yang kemudian anda copy.<br />

Beberapa orang lebih suka memilih kertas yang berwarna. Dalam kasus seperti<br />

ini, anda membutuhkan printer berwarna untuk komputer anda agar menghasilkan<br />

dokumen tersebut.<br />

Petunjuk Untuk Menggunakan Transparansi. Sebagai tambahan kepada petunjuk<br />

dasar untuk semua alat bantu visual dalam hal tipe ukuran, kemudahan, dan penggunaan<br />

warna, transparansi menampilkan beberapa kelebihan unik sebagai pertimbangan penting.


Kreativitas. Transparansi memberikan kreativitas dengan menggunakan sedikit imajinasi.<br />

Sebagai tambahan untuk tipe yang berbeda dari film sebelumnya, anda dapat menciptakan<br />

sebuah transparansi yang ”aktif ” untuk menghasilkan dampak yang berlapis. Sebagai<br />

contoh, Anda dapat menciptakan sebuah transparansi dengan kata-kata kunci dan<br />

kemudian potong film menjadi beberapa bagian sehingga Anda bisa mendapatkan<br />

beberapa ”transparansi mini”. Kemudian Anda dapat menciptakan efek menggantung<br />

dengan meletakkan setiap kata pada proyektor seperti yang Anda umumkan atau<br />

tunjukkan.<br />

Membingkai. Keahlian dari transparansi adalah membingkai. Membingkai suatu<br />

transparansi tidak mementingkan keterangan, kekakuan, buatlah hal tersebut mudah<br />

untuk ditangani dan tampilkan tutur kata yang baik. Sekali lagi, pilihan ini, tergantung<br />

pada biaya dan kesukaan pribadi. Salah satu cara adalah dengan membeli sekotak bingkai<br />

karton dimana anda menempeli transparansi dengan pita transparan.<br />

Pilihan lainnya untuk membeli Instaframe, bingkai plastik dengan disisipkan kaca.<br />

Letakkan bingkai tersebut pada overhead proyektor (OHP) dan letakkan transparansi individu<br />

diatasnya dan ambillah seperti saat Anda menggunakannya. Hal ini memungkinkan anda<br />

untuk menyimpan transparansi Anda apapun yang Anda pilih — dalam sebuah kotak,<br />

map, buku catatan, amplop — tanpa membeli bingkai lainnya.<br />

Pilihan bingkai yang ketiga adalah untuk membeli dari perusahaan 3M Company<br />

FlipFrame, sebuah bingkai transparansi yang dapat anda gunakan dengan menyisipkan<br />

transparansi. Bingkai ini dapat digantungkan tertutup dengan bentuk ”terbalik” sepanjang<br />

bingkai transparansi dan menyediakan ruang untuk catatan sehingga semua orang tidak<br />

dapat melihat. FlipFrame memiliki lubang di sepanjang tepi kirinya sehingga anda dapat<br />

meletakkanya dalam map buku agar dapat ter<strong>org</strong>anisir dan terlindungi.<br />

Kontrol. Kita tidak menginginkan dalam sesi overhead projector yang digunankan mengalami<br />

gangguan dikarenakan pelatih tidak mengontrol alat ini sebelum digunakan. Sebagai<br />

contoh, peserta seharusnya tidak pernah melihat layar yang kosong dengan lampu yang<br />

menyala. Letakkan transparansi pada bagian dasar dan hidupkan proyektor. Matikan<br />

proyektor sebelum anda mengganti transparansi.<br />

Beberapa orang percaya bahwa proses menghidupkan dan mematikan layar<br />

untuk transparansi yang banyak akan mengganggu peserta dan pelatih. Ada cara untuk<br />

mengatasi gangguan dan ketidaknyamanan ini. Potonglah secarik kertas yang berat<br />

berbentuk persegi atau karton sesuai dengan ukuran lensa pada lubang bidik; sertakan<br />

juga dengan pita perekat diatas bagian luar lensa. Sebagai ganti mematikan proyektor<br />

diantara pergantian transparansi, anda dapat dengan mudah menurunkan penutup<br />

tersebut, menciptakan layar yang hitam. (Catatan: mematikan dan menghidupkan<br />

proyektor dengan lebih cepat seringkali lebih mengacaukan).<br />

Persamaannya, anda dapat meletakkan selembar kertas atau karton diatas dasar<br />

proyektor untuk menutupi cahayanya. Sebuah remote dapat dibeli dari sebuah toko<br />

elektronik sehingga memungkinkan proyektor dihidupkan dan dimatikan dari jarak<br />

beberapa kaki. Hal ini sangat efektif saat anda akan berbicara yang panjang sebelum anda<br />

menunjukkan transparansi selanjutnya atau jika anda berpindah bersama penonton dan<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

165


tidak ingin memecahkan suasana dengan kembali ke depan ruangan untuk mematikan<br />

protektor.<br />

Aspek lain dari kontrol termasuk cara anda menggunkan overhead projector. Tujuan<br />

dari overhead projector adalah untuk membantu anda menunjukkan tampilan visual selagi<br />

anda berinteraksi dengan peserta. Anda dapat menarik perhatian pada hal-hal khusus di<br />

transparansi tanpa membelakangi penonton.<br />

Perhatian kelompok dapat diarahkan dalam beberapa cara dengan menggunakan<br />

transparansi. Salah satu cara adalah dengan menutupi transparansi dengan selembar<br />

kertas; seperti saat anda membuat poin-poin, jangan tutupi setiap kata atau garis pada<br />

transparansi. Dengan cara ini peserta akan membaca hanya apa yang inginkan mereka baca<br />

dan kapan mereka membaca. Cara lain adalah dengan menggunakan tongkat penunjuk<br />

atau pena untuk mengarahkan perhatian peserta pada kata kunci di transparansi. Banyak<br />

standar atau cara menarik masuk pointer, tetapi anda dapat membuat hal tersebut lebih<br />

menarik dengan membeli tongkat penunjuk khusus, seperti salah satunya dijual oleh<br />

Creative <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Techniques atau yang tersedia di toko baru.<br />

Tetap ada metode untuk mengarahkan perhatian pada informasi-informasi<br />

khusus pada transparansi yaitu dengan menggunakan pena transparansi untuk membuat<br />

garis atau melingkari poin kunci. Satu kata atau saran: jangan pernah melakukan hal<br />

tersebut di atas layar! Lengan anda akan membuat sebuah bayangan pada layar, yang<br />

tidak hanya mengganggu, tetapi juga menghalangi pandangan penuh ke layar. Alasan<br />

lain untuk tidak membuat poin diatas layar adalah karena hal itu menyebabkan anda<br />

membelakangi kelompok, ambil manfaat dari mengelola kontak langsung dengan<br />

kelompok. Alasan terakhir untuk tidak membuat poin diatas layar adalah menghindari<br />

kerusakan layar dengan tongkat penunjuk anda.<br />

Saran kecil terakhir mengenai penggunaan suatu overhead projector untuk<br />

memantulkan cahaya dekat dengan layar untuk membuat ketajaman kontras dan<br />

membuat penonton lebih mudah untuk melihat.<br />

3.<br />

Video dan Video Klip<br />

Video klip dapat digunakan dalam banyak cara sama seperti demonstrasi atau naskah<br />

bermain peran. Seperti media dan metode lain, anda memiliki beberapa pilihan.<br />

Gunakan bagian kecil dari sebuah film atau siaran televisi untuk mengilustrasikan tujuan.<br />

Hal ini sangat efektif, tetapi pastikan anda telah mendapatkan ijin. Hukum untuk hak<br />

cipta janganlah Anda langgar. Bagaimanapun, terdapat perpustakaan hak cipta-video<br />

klip bebas untuk digunakan dalam presentasi. Juga, klip berita dan acara lainnya yang<br />

tergambar dalam film biasanya ada pada daerah publik.<br />

Salah satu cara mengatasi biaya dan perjanjian tidak menyenangkan dengan<br />

materi hak cipta adalah dengan membuat sendiri video klip anda. Kualitasnya tergantung<br />

pada seberapa besar uang yang rela atau mungkin untuk anda keluarkan. Gunakan video<br />

kamera atau bayarlah videogarpher profesional untuk membantu memproduksi video,<br />

ingatlah bahwa biaya terbesar adalah pada proses mengedit.<br />

166


Anda dapat menuliskan sendiri naskah anda dan menggunakan teman anda,<br />

rekan kerja anda, atau siswa sekolah acting dari sekolah atau universitas lokal untuk<br />

mengilustrasikan tujuan, kemampuan, atau konsep dalam sketsa yang pendek. Ini adalah<br />

kesempatan yang baik bagi aktor yang berobsesi dan belum berpengalaman untuk<br />

menggali pengalaman dan penampilan.<br />

<strong>Modul</strong> IV - Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

167


168


MODUL V<br />

MENYAMPAIKAN PELATIHAN<br />

Karakteristik <strong>Pelatih</strong> Dan Gaya <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Membangun Hubungan/Interaksi<br />

Memperkenalkan Ketrampilan Fasilitasi<br />

Praktek Kemampuan Menyimak<br />

Praktek Pengamatan<br />

Praktek Bertanya<br />

Memberikan dan Menerima Umpan Balik<br />

Praktek Parafrase<br />

Praktek Menguji<br />

Praktek Dialog<br />

Komunikasi Non Verbal<br />

Mengatur Perilaku yang Sulit<br />

Praktek Fasilitasi<br />

Menilai Keterampilan Fasilitasi


KARAKTERISTIK PELATIH DAN GAYA PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Pada bagian ini, peserta dapat:<br />

• Mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya<br />

• Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas gaya pelatihan<br />

• Membedakan antara pelatihan yang berpusat pada pembelajar ( learner-centered) dan<br />

pelatihan yang berpusat pada materi (information-centered)<br />

Bahan<br />

Lembar latihan (ada 4 latihan).<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

<strong>Pelatih</strong> membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota.<br />

Khusus untuk latihan-3, peserta berpasangan (dengan anggota dalam kelompok<br />

tersebut).<br />

Peserta mengerjakan terlebih dahulu semua latihan (ada 4 latihan). <strong>Pelatih</strong> memandu<br />

latihan tersebut. Jika pindah ke latihan berikutnya, pastikan semua peserta sudah siap<br />

untuk itu.<br />

3. Oleh setiap peserta, hasil latihan dishare di dalam kelompoknya.<br />

4.<br />

<strong>Pelatih</strong> membantu melakukan penstrukturan pengalaman berdasarkan pengalaman<br />

peserta yang dikaitkan dengan bahan bacaan.<br />

Lembar Kerja<br />

Latihan-1:<br />

Karakteristik dan Kompetensi <strong>Pelatih</strong><br />

Ingat kembali pengalaman pembelajaran Anda yang terbaik dan terburuk sepanjang hidup<br />

Anda (sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan tinggi, <strong>org</strong>anisasi-<strong>org</strong>anisasi, lingkungan<br />

kerja). Untuk setiap pengalaman, jelaskan dengan singkat garis besarnya dan daftarlah faktorfaktor<br />

apa saja yang membuat pengalaman tersebut baik atau buruk.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

171


Deskripsi pengalaman yang baik:<br />

Faktor-faktor yang membuat hal tersebut baik:<br />

Deskripsi pengalaman yang buruk:<br />

Faktor-faktor yang membuat hal tersebut buruk:<br />

172<br />

Bayangkan bagaimana perasaan dan reaksi Anda untuk pengalaman yang baik maupun<br />

yang buruk. Seberapa efektif pengalaman pembelajaran tersebut Seberapa jauh kontribusi<br />

pelatihan atau pengalaman pembelajaran tersebut terhadap kesuksesan Anda<br />

Latihan-2:<br />

Apakah Anda <strong>Pelatih</strong> yang Baik<br />

Agar efektif, pelatih harus memiliki kompetensi yang sempurna dalam area-area berikut ini:<br />

• Pertama dan terutama, pelatih yang profesional harus memliki sebuah tujuan usaha.<br />

Mereka harus memperhatikan diri mereka dengan meningkatkan pencapaian dan fokus<br />

terhadap hasil usaha.<br />

• <strong>Pelatih</strong> yang profesional juga harus mampu untuk mengenali dan mengakui saat pelatihan<br />

tidak sesuai dalam menyelesaikan suatu masalah.<br />

• <strong>Pelatih</strong> harus mampu menyesuaikan kemampuan interpersonalnya dan mampu<br />

beradaptasi terhadap berbagai variasi orang, budaya, dan situasi.<br />

• <strong>Pelatih</strong> yang profesional menghabiskan keseluruhan hidupnya untuk mengasah<br />

kepekaannya dan menyempurnakan kemampuannya, mempelajari kemampuan baru,<br />

dan mereka selalu mengikuti perkembangan terbaru dari tren, konsep, dan aplikasi<br />

dalam lapangan.<br />

Sepanjang tahun-tahun terakhir, penelitian dalam bidang pendidikan telah mengidentifikasi<br />

karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang berpengaruh terhadap kesuksesan guruguru.<br />

Hal tersebut dapat digunakan pula untuk mengetahui sifat-sifat pelatih yang baik.<br />

Cheklist di bawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang Anda<br />

tampilkan saat Anda berperan sebagai pelatih. Berilah tanda centang untuk bagian yang<br />

menggambarkan diri Anda.


Ciri-Ciri pelatih yang efektif<br />

_____ Pengetahuan mengenai subjek<br />

_____ Keaslian (apa adanya)<br />

_____ Mampu meng<strong>org</strong>anisir dengan baik<br />

_____ Berorientasi pada tujuan<br />

_____ Berkepala dingin; tenang<br />

_____ Berpenampilan profesional (fisik)<br />

_____ Kemampuan untuk menghubungkan<br />

materi dengan situasi partisipan<br />

_____ Pendengar yang baik<br />

_____ Fleksibel; spontan<br />

_____ Bersikap positif<br />

_____ Terpercaya<br />

_____ Mampu untuk menghubungkan orang<br />

lain dari setiap tingkatan<br />

_____ Pembimbing dan konselor<br />

_____ Mampu berbicara dengan jelas<br />

_____ Memiliki rasa empati; memahami<br />

_____ Memiliki selera humor<br />

_____ Menggunakan variasi dari beberapa<br />

metode<br />

_____ Hangat; dapat didekati<br />

_____ Bijaksana<br />

_____ Memiliki kualitas suara yang baik<br />

_____ Bersemangat<br />

_____ Memiliki konsep diri yang positif<br />

_____ Jujur dan terbuka<br />

_____ Berpusat pada partisipan<br />

_____ Respek terhadap partisipan<br />

_____ Memiliki kestabilan emosi<br />

_____ Mampu melakukan diagnosa<br />

_____ Objektif<br />

Latihan-3:<br />

(dilakukan secara berpasangan di dalam kelompok terkait)<br />

Mengidentifikasi Gaya <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Anda<br />

Untuk meningkatkan kepekaan terhadap gaya pelatihan Anda, lengkapilah instrumen<br />

pengukuran di bawah ini. Anda akan mengevaluasi diri anda sendiri sebagai ”pelatih”<br />

dan kemudian menggolongkan pernyataan-pernyataan tersebut dengan memasukkan apa<br />

yang anda pikir akan Anda lakukan. Setelah Anda selesai, lalu minta pasangan Anda untuk<br />

mengevaluasi Anda dengan melengkapi pengukuran tersebut (Anda-pun menilai pasangan<br />

Anda), dan kemudian bandingkan hasilnya.<br />

Instruksi: Setiap item dari 20 item yang ada berisi empat pernyataan mengenai bagaimana<br />

pelatih bertindak atau cara mereka dalam bertindak.<br />

Urutkan setiap kumpulan pernyataan untuk menggambarkan tingkat kesesuaian<br />

masing-masing pernyataan dalam menggambarkan gaya pelatih saat membawakan materi.<br />

Berikan angka empat (4) untuk pernyataan yang paling menggambarkan karakteristik<br />

atau paling mendeskripsikan pelatih; berikan angka tiga (3) untuk pernyataan deskriptif<br />

selanjutnya; nilai dua (2) untuk pernyataan deskriptif selanjutnya; dan angka satu (1) untuk<br />

pernyataan yang paling tidak menggambarkan pelatih. Catatlah jawaban Anda terhadap<br />

masing-masing pernyataan dilembar yang telah tersedia<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

173


174<br />

Untuk beberapa item, Anda mungkin berpikir bahwa semua pernyataan sangat<br />

menggambarkan atau tidak sesuai sama sekali. Untuk mendapatkan umpan balik yang lebih<br />

akurat, pastikan diri Anda memberi nilai setiap pernyataan tersebut sebaik mungkin.<br />

”Saat Melatih Orang Dewasa, Saya/Orang Ini Lebih Suka Untuk ... ”<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

a. Memberikan keleluasaan latihan atau diskusi pada bagian tertentu yang diminati<br />

------ pembelajar<br />

------ b. Menilai efektifitas pelatih dari seberapa baik persiapan materi yang tercakup<br />

------ c. Duduk bersama dengan pembelajar yang dilatih mereka.<br />

d. Menjadikan dirinya sebagai panutan dan mendorong pembelajar untuk bersaing<br />

------ dengan pelatih<br />

a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan menyarikan pelajaran penting dan menyarankan<br />

------ kepada pembelajar cara untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan.<br />

------ b. Mengatur ruangan agar dapat pembelajar lebih disiplin dan terkontrol.<br />

c. Menggunakan waktu khusus untuk menginformasikan pembelajar apa yang<br />

------ mereka harapkan untuk dilakukan<br />

d. Memusatkan perhatian pembelajar lebih pada diri mereka sendiri dan<br />

------ pencapaian mereka daripada kepada pelatih<br />

a. Meningkatkan keterlibatan dengan ide orang lain untuk mendukung usaha<br />

------ pembelajar ketika mengaplikasikan keterampilan baru<br />

b. Membiarkan kelompok ”mengatasi” pembelajar yang sulit atau menyelesaikan<br />

------ sendiri masalah yang ada.<br />

c. Mengevaluasi pembelajar dengan memberikan tugas untuk mengetahui ingatan<br />

------ mereka mengenai materi yang disampaikan.<br />

------ d. Berhati-hati memimpin dan mengontrol diskusi kelompok.<br />

4. ------ a. Memberikan fokus pada presentasi yang menarik<br />

Learners ------ b. Menghindari dampak penurunan dengan tidak mengabaikan beberapa materi utama<br />

c. Menunjukkan kemauan untuk belajar dari pembelajar dengan mengakui<br />

------ kesalahan atau kekurangtahuan.<br />

d. Mengumpulkan informasi latar belakang dan mengatur tingkatan isi materi dari<br />

------ setiap kelompok.<br />

SIAPAKAH<br />

5. a. Menyertakan pembelajar dalam desain aktivitas untuk merangsang pemikiran<br />

------ kritis dan reflektif.<br />

b. Mengkomunikasikan harapan-harapan positif untuk pembelajar yang lambat<br />

------ melalui umpan balik dan dorongan semangat, dalam rangka membantu<br />

Instruktur pengembangan mereka.<br />

c. Memotivasi pembelajar melalui percakapan yang antusias, cerita-cerita lucu, dan<br />

------ video hiburan atau yang dapat menginspirasi.<br />

------ d. Mengatur ketepatan waktu dalam jadwal


6.<br />

7.<br />

8.<br />

9.<br />

10.<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

a. Sesekali menggunakan perlengkapan multimedia untuk mendukung aktivitas<br />

pembelajaran.<br />

b. Mempresentasikan materi dengan urutan yang logis.<br />

c. Membiarkan pembelajar untuk terlibat atau menentukan prioritas materi dan<br />

tujuan.<br />

d. Memastikan bahwa pembelajar melaksanakan dan mengikuti kemampuan<br />

pembelajaran yang diinstruksikan.<br />

a. Secara keseluruhan memenuhi semua area pembelajaran dengan membagi<br />

waktu yang terjadwal.<br />

b. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan umpan balik mengenai<br />

perubahan kinerja pembelajar setelah pelatihan.<br />

------ c. Mengatur suatu langkah presentasi yang konsisten sepanjang program.<br />

d. Menunjukkan perhatian dan ketertarikan terhadap pribadi pembelajar dan<br />

------ masalahnya.<br />

------<br />

a. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan ”kesukaan” pembelajar terhadap pelatih.<br />

------ b. Membiarkan pembelajar membuat kesalahan dan belajar dari sesi pengalaman.<br />

c. Menyingkapkan pada pembelajar untuk menerima materi secara tradisional dan<br />

------ prosedur yang benar.<br />

d. Bertanya kepada pembelajar dengan pertanyaan yang didesain untuk memandu<br />

------ mereka menemukan sendiri poin kunci.<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

a. Secara berkala menilai bahasa tubuh pembelajar dan kondisi emosional serta<br />

kesesuaian aktivitas atau kesesuaian jadwal.<br />

b. Menggali materi yang berkaitan dengan masalah yang kontroversial sebagai<br />

pengalaman pembelajaran yang potensial.<br />

c. Merencanakan dan menyusun materi pelatihan dengan sangat terperinci.<br />

d. Memulai program dengan menginformasikan peserta mengenai pengalaman<br />

atau kualifikasi pelatih dan tujuan pelatih untuk program tersebut.<br />

a. Mengutip suatu bibliografi sebagai sumber utama materi diskusi untuk<br />

perkembangan pribadi pembelajar lebih lanjut.<br />

b. Menggunakan posisi sebagai pelatih untuk mengatasi dengan cepat masalah<br />

”pembelajar yang sulit” (orang yang suka memonopoli, berbicara hanya pada<br />

satu sisi, penembak jitu, dsb).<br />

c. Menggunakan pakaian tidak formal (kasual) untuk meningkatkan lingkungan<br />

pembelajaran yang tidak formal.<br />

d. Menghindari membuang-buang waktu dengan cara menjawab pertanyaan<br />

pembelajar dengan cepat dan kemudian melanjutkan.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

175


11.<br />

176<br />

a. Mengarahkan perhatian pembelajar terutama kepada pelatih dan apa yang akan<br />

------ dikatakan atau diperagakan.<br />

------ b. Seringkali mengalihkan pertanyaan peserta kepada peserta lain untuk dijawab.<br />

c. Memberikan materi pelajaran mandiri (self study) untuk menghidupkan minat<br />

------ peserta dan formasi harapan pelatihan.<br />

------<br />

d. Secara konsisten menyampaikan materi yang sama kepada setiap kelompok.<br />

12. ------ a. Mengatur ruangan untuk mendukung aktivitas kelompok dan diskusi.<br />

13.<br />

14.<br />

------ b. Selalu berdiri di depan kelas selama pelatihan.<br />

------<br />

c. Menjelaskan pada pembelajar suatu ikhtisar materi pelatihan.<br />

d. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan pada seberapa pandai pembelajar<br />

------ menampilkan keterampilan baru atau mengaplikasikan konsep baru pada pekerjaan.<br />

a. Membangun gambaran profesional dengan mengatur sebuah jarak antara<br />

------ pelatih dan pembelajar.<br />

b. Membantu pembelajar memotivasi dirinya dengan mengembangkan<br />

------ keterampilan baru melalui keterlibatan dan partisipasi.<br />

------ c. Mengarahkan aktivitas pembelajar dari dekat.<br />

d. Membiarkan pembelajar untuk menganalisis materi dan menuliskan kesimpulan<br />

------ mereka sendiri.<br />

a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan membantu pembelajar membuat rencana aksi<br />

------ untuk mengaplikasikan materi pelatihan kedalam masalah yang nyata.<br />

------ b. Mengkritik pembelajar yang lambat untuk membantu mengembangkan mereka.<br />

c. Menghindari kontroversi sebagai sesuatu yang berpotensi merusak atau<br />

------ mematikan.<br />

------ d. Melatih pembelajar dengan keterampilan baru mereka.<br />

15. ------ a. Menyediakan catatan terperinci untuk diambil pembelajar.<br />

b. Mendorong pembelajar untuk menghadapi tantangan dengan materi pelatihan<br />

------ yang ketinggalan jaman atau konsep yang diragukan pada pekerjaan.<br />

c. Mengatur aktivitas sehingga dapat menstimulasi dan menahan minat<br />

------ pembelajar.<br />

d. Menggunakan media (video, slide, overhead, dsb) secara ekstensif untuk<br />

------ meningkatkan profesionalitas saat presentasi.<br />

16.<br />

a. Menggunakan suatu ikhitisiar pembukaan untuk menginformasikan peserta<br />

------ mengenai materi yang akan disajikan.<br />

b. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan peningkatan keperacayaan diri dan<br />

------ penghargaan diri (self-esteem) pembelajar.<br />

------ c. Menggunakan pakaian formal untuk membangun suasana yang lebih serius.<br />

d. Meningkatkan kreativitas dalam menampilkan dan mengaplikasikan konsep<br />

------ pelatihan.


17.<br />

18.<br />

19.<br />

20.<br />

------<br />

------<br />

------<br />

------<br />

a. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan keahlian terbaru pada<br />

pokok pembelajaran.<br />

b. Memulai suatu program dengan meminta pembelajar mengenalkan dirinya<br />

kepada yang lain dan mengkomunikasikan pembelajar apa yang mereka<br />

harapkan.<br />

c. Menyesuaikan jadwal waktu selama program dalam menanggapi ketertarikan<br />

dan perhatian pembelajar.<br />

d. Meningkatkan kredibilitas terhadap pembelajar dengan menjawab semua<br />

pertanyaan dengan cepat dan akurat<br />

a. Menghindari kemungkinan pertanyaan yang memalukan dan melindungi materi<br />

------ dengan menjaga kerahasiaan isi materi.<br />

b. Menyoroti poin kunci dengan terperinci, berbicara dari catatan yang telah<br />

------ dibuat dengan hati-hati.<br />

------ c. Mengubah cara penyajian materi secara bergantian dan kreatif.<br />

d. Mengevaluasi pelatih berdasarkan kemampuannya untuk menyampaikan tujuan<br />

------ khusus.<br />

a. Mempertahankan keahlian dan kredibilitas pelatih saat ditanya oleh peserta<br />

------ mengenai masalah dalam materi.<br />

------ b. Menekankan adanya keterbukaan, komunikasi dua arah.<br />

c. Menggunakan struktur program untuk menanggapi kebutuhan khusus<br />

------ kelompok.<br />

d. Mengarahkan dan menyesuaikan kualitas materi pelatihan dengan kemampuan<br />

------ pembelajar yang ”rata-rata/sedang”<br />

a. Mendengarkan dan mengamati dengan penuh perhatian saat kelompok<br />

------ mendiskusikan masalah atau aplikasi masalah.<br />

b. Memastikan bahwa pembelajar mendapatkan kesimpulan yang tepat dan<br />

------ menerima poin kunci atau konsep yang telah dipresentasikan.<br />

------ c. Menggali alasan pertanyaan pembelajar untuk mengetahui perhatian individual<br />

d. Meraih kepercayaan dengan menggunakan gerakan tubuh yang efektif, sikap,<br />

------ dan vokal yang dinamis saat memberi pelatihan.<br />

Instructional Style Diagnosis Inventory<br />

Lembar Penilaian<br />

Langkah 1. Instruksi: Pindahkan pilihan jawaban dari ISDI ke tabel penilaian di bawah ini.<br />

Perhatikan huruf-huruf di dalam tabel berikut tidak berurutan secara alfabetis<br />

Langkah 2. Jumlahkan tiap jawaban pada masing-masing kolom dan tuliskan pada bagian<br />

bawah dari tiap kolom.<br />

Langkah 3. Kurangi total jawaban A dengan C.<br />

Langkah 4. Kurangi total jawaban B dengan D.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

177


Tabel Penilaian<br />

A C B D<br />

1 - - - -<br />

2 - - - -<br />

3 - - - -<br />

4 - - - -<br />

5 - - - -<br />

6 - - - -<br />

7 - - - -<br />

8 - - - -<br />

9 - - - -<br />

10 - - - -<br />

11 - - - -<br />

12 - - - -<br />

13 - - - -<br />

14 - - - -<br />

15 - - - -<br />

16 - - - -<br />

17 - - - -<br />

18 - - - -<br />

19 - - - -<br />

20 - - - -<br />

Total<br />

------ ------ ------ ------<br />

Langkah 5. Letakkan hasil langkah 3 pada garis vertikal dan hasil langkah 4 pada garis<br />

horisontal.<br />

Langkah 6. Tarik garis yang menghubungkan dua titik di garis vertikal dan horisontal. Titik<br />

temu dua garis tersebut adalah gaya pelatihan anda.<br />

I<br />

IV<br />

PENJUAL<br />

PELATIH<br />

II<br />

III<br />

PROFESOR<br />

PENGHIBUR<br />

178<br />

(menekankan isi materi belajar)<br />

(menekankan pembelajaran)


Latihan 4<br />

Perilaku Yang Berpusat pada Pembelajar versus Berpusat pada Informasi<br />

Instruksi: Untuk setiap item berikut, indikasikan apakah mendeskripsikan perilaku yang<br />

berpusat pada pembelajar (LC) atau yang berpusat pada informasi (IC).<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

----------<br />

----------<br />

----------<br />

Tugas dari pelatih adalah mempresentasikan materi dengan jelas, logis, dan<br />

ter<strong>org</strong>anisir dengan baik<br />

Pada awal sesi pelatihan, pelatih dengan jelas mengidentifikasi maksud sesi<br />

atau pelatihan.<br />

<strong>Pelatih</strong> mendorong peserta untuk bertanya saat mereka membutuhkan<br />

klarifikasi<br />

4. ---------- Alat bantu visual digunakan secara minimal<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

----------<br />

----------<br />

----------<br />

<strong>Pelatih</strong> menggunakan test untuk mengetahui seberapa baik peserta<br />

mengingat materi.<br />

<strong>Pelatih</strong> memulai sesi dengan meninjau ulang kebiasaan mendasar untuk<br />

dipecahkan<br />

Faktor terpenting untuk dipertimbangkan saat mengevaluasi rangkaian<br />

program pelatihan adalah jumlah materi<br />

8. ---------- <strong>Pelatih</strong> terbaik adalah seseorang yang melibatkan peserta<br />

9.<br />

----------<br />

Ruangan diatur dengan gaya kelas dengan peserta duduk dalam garis,<br />

semua menatap pelatih.<br />

10. ---------- <strong>Pelatih</strong> yang baik ahli dalam bidang pelajaran mereka<br />

11.<br />

12.<br />

13.<br />

----------<br />

----------<br />

----------<br />

Pengalaman dan pengetahuan materi lebih penting daripada kemampuan<br />

untuk melibatkan peserta dalam pembelajaran<br />

<strong>Pelatih</strong> menanyakan pada peserta apa yang ingin mereka ketahui dan<br />

pelajari<br />

<strong>Pelatih</strong> membangun banyak kesempatan untuk mencoba keterampilan dan<br />

ide baru mereka<br />

14. ---------- <strong>Pelatih</strong> menetapkan dirinya sebagai ahli atau otoritas materi<br />

15. ---------- Peran pelatih adalah untuk memfasilitasi proses pembelajaran<br />

16.<br />

----------<br />

<strong>Pelatih</strong> sering meletakkan peserta kedalam kelompok kecil untuk<br />

mendiskusikan pertanyaan atau memecahkan masalah<br />

17. ---------- <strong>Pelatih</strong> memilih variasi metode atau pendekatan pelatihan<br />

18.<br />

----------<br />

Peran terutama peserta adalah untuk menerima informasi dari pelatih atau<br />

orang yang ahli pada bidangnya<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

179


Kunci Jawaban<br />

180<br />

1. IC 7. IC 13. LC<br />

2. IC 8. LC 14. IC<br />

3. LC 9. IC 15. LC<br />

4. IC 10. IC 16. LC<br />

5. IC 11. IC 17. LC<br />

6. IC 12. LC 18. IC<br />

Gunakan daftar perilaku berikut sebagai pengingat untuk menciptakan pelatihan yang berpusat<br />

pada peserta:<br />

• Mengelola program dan perilaku dengan cara seakan-akan ”memiliki” pelatihan.<br />

• Ciptakan kesempatan-kesempatan bagi peserta untuk menemukan sesuatu secara<br />

sendiri.<br />

• Menetapkan harapan-harapan, baik oleh peserta maupun pelatih jauh di awal program.<br />

• Ciptakan suasana pembelajaran yang mendukung; dimana orang merasa bebas dari resiko,<br />

mengajukan pertanyaan, mencoba ide-ide baru dan cara untuk melakukan sesuatu.<br />

• Memperhatikan proses komunikasi, termasuk bahasa tubuh anda sebaik anda<br />

memperhatikan bahasa tubuh peserta.<br />

• Pertahankan tingkat energi anda selama sesi. Ini dapat berpengaruh pada peserta.<br />

• Terima ide-ide yang mungkin tidak anda setujui dan terima kenyataan bahwa beberapa<br />

orang mungkin tidak akan setuju dengan itu.<br />

• Tunjukkan penghargaan terhadap seluruh peserta, termasuk pada peserta yang sulit.<br />

• Jangan takut untuk mengakui apa yang tidak anda ketahui, berjanjilah untuk menemukan<br />

informasi dan kemudian informasi tersebut kepada peserta.<br />

• Gunakan penguatan postif selama sesi.<br />

• Pandanglah setiap pengalaman pelatihan sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu<br />

dari peserta<br />

• Buatlah pengalaman pembelajaran yang dapat menyenangkan.<br />

• Carilah umpan balik dari kelompok tentang perilaku anda sehingga sebagai seorang<br />

pelatih anda bisa semakin tumbuh dan berkembang.<br />

Poin Kunci<br />

• <strong>Pelatih</strong> menetapkan keberhasilan atau kegagalan program pelatihan.<br />

• <strong>Pelatih</strong> yang efektif adalah seseorang yang belajar bagaimana kelenturan gaya mereka<br />

berdasarkan kebutuhan peserta.<br />

• <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> yang efektif berpusat pada peserta daripada berpusat pada informasi.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Interpretasi Instructional Style Diagnosis Inventory


MEMBANGUN HUBUNGAN/INTERAKSI<br />

Tujuan<br />

Pesserta dapat:<br />

• menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat terbinanya relasi yang baik antar<br />

pelatih dengan peserta.<br />

• menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk membina dan mempertahankan<br />

relasi yang baik antar pelatih dengan peserta.<br />

Bahan<br />

-<br />

Waktu<br />

30 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

<strong>Pelatih</strong> meminta peserta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghambat<br />

terciptanya hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam sebuah pelatihan.<br />

<strong>Pelatih</strong> meminta peserta untuk mengidentifikasi teknik menciptakan dan membina<br />

hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam konteks pelatihan.<br />

<strong>Pelatih</strong> menyimpulkan pendapat peserta dengan memberi penguatan atas pengalaman<br />

peserta dan penstrukturan pengalaman peserta dengan pedoman bahan bacaan.<br />

Bahan Bacaan<br />

Membangun Hubungan Saling Percaya (<br />

• Rapport) antara Peserta-<strong>Pelatih</strong> dalam<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

181


MEMPERKENALKAN KETERAMPILAN FASILITASI<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif<br />

Bahan<br />

Flip chart, spidol<br />

Waktu<br />

90 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

<strong>Pelatih</strong> memperkenalkan sesi dengan menanyakan beberapa contoh keterampilan<br />

fasilitasi.<br />

<strong>Pelatih</strong> membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6<br />

orang.<br />

Kelompok berdiskusi untuk menginventarisir teknik-teknik fasilitasi yang biasanya<br />

digunakan dalam pelatihan.<br />

Hasil kerja kelompok dipresentasikan.<br />

<strong>Pelatih</strong> mengukuhkan dan merumuskan teknik-teknik fasilitasi.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Fasilitasi dalam <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

182


PRAKTEK KEMAMPUAN MENYIMAK<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak<br />

• dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit dengan mendaftar beberapa hambatan<br />

dalam menyimak<br />

• mengidentifikasi hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang pelatih<br />

selama menyimak<br />

Bahan<br />

Flip charts<br />

Waktu<br />

Proses<br />

60 menit<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

<strong>Pelatih</strong> memperkenalkan tujuan sesi. Selanjutnya menjelaskan bahwa menyimak adalah<br />

keterampilan fasilitasi yang paling mendasar untuk setiap peserta (sebagai pelatih)<br />

karena semua keterampilan fasilitasi lain tidak bisa dilakukan tanpa menyimak.<br />

Minta peserta jangan menulis apa pun selama menyelesaikan teka-teki berikut. <strong>Pelatih</strong><br />

membacakan teka-teki dengan suara yang keras (jangan bagikan):<br />

Anda seorang sopir bis. Pada pemberhentian berikutnya 12 orang naik. Pada<br />

pemberhentian berikutnya 3 orang turun dan 5 naik. Pada pemberhentian<br />

ketiga 1 turun dan 6 naik. Pada pemberhentian keempat 5 naik 8 turun. Pada<br />

pemberhentian kelima 9 turun dan 3 naik. Pada pemberhentian keenam 3 turun<br />

dan 7 naik. Siapakah nama sopir bisnya<br />

Jawab: nama Anda!<br />

Refleksikan apa yang terjadi menggunakan pertanyaan berikut:<br />

• mengapa kebanyakan orang tidak tahu jawabannya (melewatkan bagian awal, tidak<br />

konsentrasi, asumsi mengenai masalahnya).<br />

• Apakah perbedaan antara mendengar dan menyimak<br />

• Bagaimana kaitannya dengan menyimak sebagai seorang pelatih (menyimak masukan dan<br />

opini peserta tanpa mengadili, membandingkan, mengambil poin-poin utama,<br />

elemen-elemen umum, merumuskan dan lain-lain.)<br />

Jelaskan dengan singkat beberapa hambatan untuk menyimak (lihat bahan bacaan<br />

pokok) yang perlu kita perhatikan untuk meningkatkan keterampilan menyimak.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

183


5.<br />

Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang dan tuliskan apa<br />

yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menyimak sebagai pelatih pada flip chart<br />

seperti berikut ini;<br />

Seorang pelatih yang baik akan…. Seorang pelatih yang baik tidak akan ….<br />

6. Tempel flip charts dan minta semua orang berkeliling dan membaca.<br />

Aktifitas ini bisa digunakan sebagai ilustrasi pendek yang menyegarkan mengenai fakta bahwa<br />

menyimak secara aktif tidak segampang seperti yang dibayangkan. Hal ini menunjukkan<br />

betapa gampangnya untuk tenggelam dalam detil dan melewatkan poin-poin kritis. Mereka<br />

akan benar-benar mempraktekkan keterampilan menyimak mereka selama melakukan latihan<br />

fasilitasi yang lain.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Menyimak<br />

184


PRAKTEK PENGAMATAN<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa pengamatan menjadi faktor<br />

yang penting bagi seorang pelatih<br />

Bahan<br />

Kartu-kartu yang menyebutkan/menunjukkan perbedaan perilaku atau perasaan seperti<br />

sedih, senang, frustrasi, dan lain-lain (disiapkan oleh support team)<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> memulai sesi dengan melakukan latihan pemanasan bersama peserta, berikut<br />

ini:<br />

• Minta seorang peserta yang mengenakan jam non-digital.<br />

• Minta orang tersebut untuk melepas jamnya dan masukkan ke dalam kantong<br />

Anda.<br />

• Katakan kepada orang tersebut bahwa Anda akan menguji kemampuan<br />

pengamatannya.<br />

• Peserta dibagi ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota.<br />

• <strong>Pelatih</strong> meminta seluruh kelompok untuk ikut bermain dengan orang yang jamnya<br />

Anda gunakan, dengan cara menutup jam mereka sendiri.<br />

• Katakan kepada peserta seolah-olah jamnya hilang dan Anda telah menemukan.<br />

Tetapi, sebelum Anda mengembalikan, Anda ingin memastikan bahwa jam<br />

tersebut memang miliknya. Beberapa pertanyaan disertakan:<br />

–– Apa mereknya<br />

–– Apa warna permukaannya<br />

–– Apakah ada sesuatu yang tercetak dipermukaannya<br />

–– Apakah hurufnya Roman atau Arabi<br />

–– Berapa angka yang ditunjukkan<br />

–– Apakah itu jam bekas<br />

Ingatkan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang sama untuk jam mereka,<br />

yang sudah mereka tutup.<br />

• Dengan mudah disimpulkan bahwa kebanyakan orang tidak gampang menjelaskan<br />

tentang jam mereka sendiri bahkan meskipun mereka melihatnya berkali-kali dalam<br />

sehari.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

185


2. Ucapkan terima kasih kepada sukarelawan dan tanyakan kepada peserta: “kenapa kita<br />

kurang mengamati (Tekanan waktu Kurangnya kepedulian Menerima sesuatu apa adanya).<br />

Apakah mereka mengenal orang yang mengamati dengan sangat baik (fotografer, seniman, pelukis,<br />

dan lain-lain, orang yang memerlukan keterampilan mengamati dengan baik untuk profesi mereka)<br />

Apakah nilai pengamatan bagi seorang pelatih Apa hal yang penting untuk diamati sebagai<br />

seorang pelatih<br />

3. Praktek mengamati. <strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa mengamati bahasa tubuh bisa<br />

menjelaskan banyak hal tentang apa yang terjadi. Kadang-kadang bahasa tubuh lebih<br />

baik dari bahasa percakapan. Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan pengamatan<br />

bahasa tubuh masing-masing. Bagikan kartu kepada kelompok dan katakan kepada<br />

mereka satu dari anggota kelompok memainkan peran (non-verbal) yang ada di kartu<br />

dan anggota kelompok lain harus menggunakan keterampilan pengamatan mereka<br />

untuk menebak apakah perasaan atau perilakunya.<br />

4.<br />

<strong>Pelatih</strong> merumuskan beberapa poin belajar dan jelaskan bahwa mereka bisa<br />

mempraktekkan keterampilan pengamatan mereka hampir secara terus menerus<br />

selama pelatihan ini.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Praktek Mengamati<br />

186


Lembar Latihan<br />

Mempraktekkan Mengamati<br />

Perbesar halaman pada kertas tebal A5 dan potong gambar wajah menjadi kartu-kartu yang<br />

terpisah.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

187


PRAKTEK BERTANYA<br />

Tujuan<br />

188<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• mampu membedakan antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.<br />

• mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat yang sesuai dengan konsep<br />

pembelajaran orang dewasa.<br />

Bahan<br />

Foto kopi lembar latihan<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> memperkenalkan sesi dengan mengatakan bahwa mengajukan pertanyaan<br />

adalah alat fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pelatihan partisipatif.<br />

2. <strong>Pelatih</strong> mengajak peserta untuk mendiskusikan mengapa sebagai pelatih perlu<br />

mengajukan pertanyaan. Diskusi dilakukan dalam kelompok (dengan 6 anggota)<br />

selama sekitar lima menit.<br />

3. Kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.<br />

4. <strong>Pelatih</strong> menginventarisir jawaban dalam pleno dengan mencatat di papan tulis dan<br />

menambahkan jawaban jika perlu (lihat bahan bacaan pokok).<br />

5. <strong>Pelatih</strong> mengajukan pertanyaan mengenai perbedaan antara pertanyaan tertutup dan<br />

terbuka, dan ajak peserta memberikan contoh untuk keduanya.<br />

6. <strong>Pelatih</strong> menjelaskan mekanisme dan prosedur dalam menggunakan Triads atau Dyads<br />

untuk mempraktekkan:<br />

• Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan<br />

seorang pengamat; setelah pertama mempraktekkan, perannya digilir sehingga<br />

setiap orang dapat melakukan ketiga peran tersebut.<br />

• Dyads: Prinsipnya sama tetapi berpasangan tanpa pengamat.<br />

7. <strong>Pelatih</strong> membagikan lembar latihan dan ajak peserta untuk mulai mempraktekkan<br />

dalam triads atau dyads. Monitor waktunya sementara peserta praktek tersebut.<br />

Pastikan peserta bertukar peran dalam waktu tersebut.<br />

8. <strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa ada beberapa tipe pertanyaan selain dari pertanyaan<br />

terbuka dan tertutup. Tanyakan jika peserta bisa memikirkan tipe pertanyaan lain untuk<br />

digunakan bagi kepentingan pelatihan. Diskusikan beberapa keuntungan dan kerugian<br />

pertanyaan tipe lain dan berikan contoh (lihat bahan bacaan pokok).<br />

9. Rumuskan poin-poin pelajaran utama dan bagikan bahan bacaan pokok.


Catatan<br />

Jika peserta terbiasa dengan pertanyaan terbuka dan tertutup, Anda hanya<br />

mengingatkan mereka tentang perbedaannya dan mereka berpikir tentang<br />

pertanyaan yang lebih tepat dalam satu lingkungan pelatihan. Pilihan yang lain<br />

adalah sesi Pertanyaan tentang pertanyaan.<br />

Lembar Latihan<br />

Pertanyaan Terbuka dan Tertutup<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Diskusikan hasil kerja pasangan Anda dalam <strong>org</strong>anisasinya:<br />

• Ronde 1 – Pergunakan hanya pertanyaan tertutup.<br />

• Ronde 2 – Pergunakan hanya pertanyaan terbuka.<br />

Setelah 5 menit ganti peran dan ulangi prosedurnya.<br />

Refleksikan pada latihan dengan mengajukan kepada Anda sendiri pertanyaan berikut:<br />

• Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan tertutup<br />

• Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan terbuka<br />

• Apakah perbedaan kualitas percakapan Anda jika menggunakan kedua tipe<br />

pertanyaan tersebut<br />

Bahan Bacaan<br />

• Menggunakan Pertanyaan<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

189


MEMBERIKAN DAN MENERIMA UMPAN BALIK<br />

Tujuan<br />

190<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan tujuan umpan balik<br />

• dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik & buruk<br />

• dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan menerima umpan balik<br />

Bahan<br />

Foto kopi lembar latihan, flip charts, spidol<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> memulai sesi dengan menanyakan kepada peserta bagaimana mereka<br />

menggambarkan umpan balik dan apa tujuan umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat<br />

apa umpan balik itu. Gunakan jawaban peserta untuk menjelaskan mengapa teknik ini<br />

berguna dalam konteks pelatihan (lihat bahan bacaan pokok).<br />

2. Katakan kepada peserta bahwa ada satu trick untuk menjelaskan kegunaan umpan<br />

balik. Perkenalkan prinsip Johari’s Window tahap demi tahap:<br />

• Pertama gambarkan empat kuadran dan jelaskan masing-masingnya dengan<br />

menyebutkan satu contoh yang mengandung beberapa contoh yang baik dan<br />

buruk dan jelaskan mengapa contoh tersebut baik atau buruk, jelaskan bahwa kita<br />

bisa mengembangkan lebih jauh jika kita bisa membuat ‘kotak bebas’ lebih besar.<br />

• Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak tertutup lebih kecil dengan<br />

memperbesar kotak bebas (sharing), berikan satu contoh.<br />

• Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak buta lebih besar dengan<br />

memperbesar kotak bebas (umpan balik), berikan satu contoh.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

<strong>Pelatih</strong> mendampingi proses diskusi yang bertujuan untuk merumuskan tujuan umpan<br />

balik dalam lingkup pelatihan. Dalam diskusi tersebut adakan juga curah pendapat<br />

mengenai apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam umpan balik yang<br />

konstruktif dan tuliskan.<br />

Bagikan materi sosio-drama dan biarkan peserta bekerja dalam kelompok yang terdiri<br />

dari 6 anggota untuk mendiskusikan bacaan sosio-drama tersebut.<br />

Hasil diskusi oleh setiap kelompoknya ditempelkan dan dipresentasikan (secara<br />

ringkas) di depan kelas.<br />

Mintalah kepada peserta untuk memberikan contoh memberi dan menerima umpan<br />

balik yang tepat dalam konteks pelatihan dan prinsip pembelajaran orang dewasa.


Lembar Kerja<br />

Sosio-drama: Agus dan Pram<br />

Sosio-drama Mempraktekkan Umpan Balik<br />

Agus dan Pram adalah dua peserta <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong>. Agus memfasilitasi satu sesi<br />

pelatihan untuk mempraktekkan keterampilannya sebagai seorang pelatih. Setelah sesi,<br />

peserta lain diundang untuk memberi Agus umpan balik. Pram senang utuk berbagi<br />

pengamatannya dan mengatakan kepada Agus:<br />

“Agus, Anda sering terlalu gugup di depan kelas, Anda mestinya lebih percaya diri di depan kelas.”<br />

Sosio-drama: Wawan dan Didik<br />

Wawan dan Didik adalah dua peserta dari <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong>. Selama berlatih dalam<br />

kelompok kecil, Wawan merasa terganggu oleh Didik dan mengatakan kepadanya:<br />

“Didik, Anda sangat dominan, Anda mestinya lebih partisipatif!”<br />

Sosio-drama: Jalal dan Arif<br />

Jalal adalah pelatih dari <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong>, yang mengalami kesulitan karena memiliki<br />

banyak sekali peserta yang berpartisipasi dalam diskusi. Arif, yang terus-menerus bicara,<br />

sangat mengganggunya. Setelah satu interupsi lain oleh Arif dia berkata kepadanya:<br />

“Arif, diamlah, Anda terlalu cerewet! Anda mestinya memberi peserta lain kesempatan untuk<br />

mengatakan sesuatu.”<br />

Bahan Bacaan<br />

• Umpan Balik - Belajar Satu Sama Lain<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

191


PRAKTEK PARAFRASE<br />

Tujuan<br />

192<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• Dapat menjelaskan pengertian parafrase<br />

• Dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna<br />

• Berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan berlangsung<br />

Bahan<br />

-<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> meminta peserta, jika mereka bisa mendefinisikan apa parafrase itu. Tuliskan<br />

istilah dan definisinya.<br />

2. Gali ide-ide peserta saat mereka berpikir bahwa hal ini bisa berguna untuk teknik<br />

fasilitasi.<br />

3.<br />

4.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan kepada peserta bagaimana pengungkapan dengan cara lain dan<br />

berikan beberapa contoh.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads atau dyads untuk<br />

mempraktekkan<br />

• Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan<br />

seorang penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang<br />

memungkinkan setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.<br />

• Dyads: prinsip yang sama tetapi dalam pasangan tanpa pengamat.<br />

5. Praktek. Biarkan peserta untuk mengalami kegunaan parafrase dengan<br />

mempraktekkan parafrase dalam triads atau dyads masing-masing selama 5 menit.<br />

Monitor waktunya sementara peserta masing-masing melakukan parafrase, pastikan<br />

mereka bertukar peran dalam waktu tersebut.<br />

6. Refleksi. Ajak peserta untuk merefleksikan praktek yang baru saja dilakukan, dengan<br />

menanyakan pertanyaan berikut:<br />

• Bagaimana tanggapan Anda sebagai seorang peserta ketika mendengar kembali kata-kata<br />

Anda sendiri<br />

• Bagaimana cara Anda sebagai pelatih mengungkapkan dengan kata lain


Bahan Bacaan<br />

• Parafrase<br />

• Apa yang menyulitkan Apa yang bisa membantu<br />

• Apa keuntungan dari parafrase untuk pembicara, penyimak dan pelatih secara bersamasama<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

193


PRAKTEK MENGUJI<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan apakah menguji itu<br />

• dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam suatu lingkup pelatihan<br />

• dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog<br />

Bahan<br />

Foto kopi teka-teki pada flip chart atau transparansi (supaya lebih kreatif, perlu disediakan<br />

berbagai teka-teki)<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

194<br />

<strong>Pelatih</strong> melakukan curah pendapat dengan peserta mengenai apakah menguji itu.<br />

Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan menguji dengan melakukan aktifitas yang<br />

menyenangkan.<br />

Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang untuk melakukan<br />

kegiatan yang merangsang pemikiran.<br />

<strong>Pelatih</strong> memberikan kepada kelompok masalah untuk dipecahkan – satu teka-teki.<br />

Penyelesainnya akan diberikan kepada satu orang untuk tiap kelompok dan kelompok<br />

harus menemukan jawaban dengan bertanya kepada orang tersebut dengan pertanyaan<br />

yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”.<br />

Pajang teka-tekinya di tempat yang bisa dilihat setiap orang selama permainan ini.<br />

Minta seseorang yang pernah memainkan permainan ini sebelumnya sebagai seorang<br />

pengamat dalam kelompoknya.<br />

Teka-teki:<br />

”Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Disampingnya terletak sebuah<br />

bungkusan. Jika dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi<br />

bungkusan itu”<br />

Jawaban: sebuah parasut!<br />

Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk<br />

kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih mungkin juga<br />

menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan<br />

waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan<br />

baik, sekitar 10 menit).


6.<br />

7.<br />

Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:<br />

• Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif,<br />

mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif, memperjelas informasi, menganalisis<br />

masalah dengan hati-hati)<br />

• Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik (tidak menyimak<br />

dengan baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir<br />

kreatif, berasumsi)<br />

• Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan Kenapa menguji adalah satu<br />

keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk<br />

memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan<br />

opini peserta, untuk memfasilitasi dialog)<br />

Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan bahan bacaan pokok.<br />

Lembar Kerja<br />

Teka-teki:<br />

Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Di sampingnya terletak sebuah bungkusan. Jika<br />

dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi bungkusan itu<br />

Jawaban: sebuah parasut!<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk<br />

kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih pakar mungkin juga<br />

menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan<br />

waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan baik,<br />

sekitar 10 menit).<br />

Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:<br />

• Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif,<br />

mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif , memperjelas informasi, menganalisis<br />

masalah dengan hati-hati)<br />

• Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik (tidak menyimak dengan<br />

baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir kreatif,<br />

berasumsi)<br />

• Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan Kenapa menguji adalah satu<br />

keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk<br />

memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan opini<br />

peserta, untuk memfasilitasi dialog)<br />

Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan materi bacaan.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Menguji<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

195


PRAKTEK DIALOG<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• Dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi.<br />

• Dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan.<br />

• Dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung.<br />

Bahan<br />

Lembar pengamatan<br />

Waktu<br />

60 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan dialog. Jalankan curah<br />

pendapat dengan cepat mengenai perbedaan antara diskusi dan dialog.<br />

Diskusikan bagaimana peserta bisa memfasilitasi dialog.<br />

Lalu pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads untuk<br />

mempraktekkan.<br />

Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan seorang<br />

penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang memungkinkan<br />

setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.<br />

Bagi kelompok dalam triads dan bagikan foto kopi lembar pengamatan.<br />

Biarkan peserta untuk mempraktekkan dialog dalam triads masing-masing selama lima<br />

menit agar mencapai satu konsensus mengenai satu masalah penting (pilih sesuatu<br />

yang sesuai). Monitor waktunya sementara peserta mempraktekkan dialog, pastikan<br />

mereka menggilir peran dalam waktu tersebut.<br />

Ajak peserta untuk refleksikan latihan dengan mengajukan pertanyaan berikut:<br />

• Kapan Anda melewatkan kesempatan dan mengapa<br />

• Mengapa membuatnya sulit Apa yang bisa membantu<br />

• Apa manfaat menciptakan dialog dalam suatu pelatihan<br />

196


Lembar Kerja<br />

Pengantar<br />

Lembar Pengamatan Penilaian Dialog Latihan<br />

Menguji pemahaman adalah hal penting dalam dialog. Ambillah peran pengamat dan perkirakan<br />

apakah kelompok Anda menguji dengan efektif. Jangan abaikan contoh penguji yang menuju<br />

pemahaman yang baik. Juga carilah kesempatan yang terlewat untuk menguji. Sebagai contoh<br />

cara pandang seseorang tidak benar-benar dipahami dan pertanyaan yang mungkin membantu<br />

menjernihkan situasi justru tidak ditanyakan.<br />

Contoh Menguji<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

Contoh kesempatan yang terlewat<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

Bahan Bacaan<br />

• Menciptakan Dialog<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

197


KOMUNIKASI NON VERBAL<br />

Tujuan<br />

Peserta mendiskusikan pemahaman mereka mengenai pentingnya pengetahuan dan<br />

keterampilan dalam komunikasi non verbal.<br />

Bahan<br />

Gambar atau rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau umum yang menunjukkan<br />

perilaku komunikasi non verbal (disiapkan support team), flip charts, spidol.<br />

Waktu<br />

90 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

<strong>Pelatih</strong> memulai sesi dengan ceramah tentang komunikasi non verbal.<br />

<strong>Pelatih</strong> menayangkan rekaman audio visual (siapkan terlebih dulu dengan konteks<br />

pelatihan atau umum yang menunjukkan perilaku non verbal)<br />

3. Lakukan tanya jawab dan catat jawaban-jawaban peserta di papan tulis/ flip charts.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

Bagi peserta ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota per kelompok 5 – 6 orang.<br />

Mintalah agar masing-masing kelompok berdiskusi tentang:<br />

• Pelajaran apa yang dapat dipetik dari tayangan tersebut<br />

• Pada momentum apa komunikasi non verbal digunakan<br />

• Apa manfaat komunikasi non verbal dalam pelatihan<br />

Setelah kurang lebih 20 menit mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan<br />

hasilnya.<br />

<strong>Pelatih</strong> mencatat hasil diskusi kelompok untuk menegaskan apa yang dimaksud<br />

komunikasi non verbal dan apa manfaatnya seorang pelatih harus memahami<br />

komunikasi non verbal.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Pentingnya Komunikasi Non Verbal<br />

198


MENGATUR PERILAKU YANG SULIT<br />

Tujuan<br />

Peserta dapat:<br />

• mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus yang biasanya muncul dalam<br />

konteks pelatihan<br />

• mengidentifikasi dan meyakini bebarapa saran untuk menangani perilaku khusus yang<br />

dapat muncul dalam konteks pelatihan<br />

Bahan<br />

Rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau yang lain (disiapkan oleh support team)<br />

yang menampilkan perilaku yang sulit, flip charts, spidol<br />

Waktu<br />

90 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

<strong>Pelatih</strong> mengajak peserta untuk membagikan/menceritakan pengalaman mereka terkait<br />

dengan peran mereka sebagai pelatih yang terkait dengan materi pada sesi ini.<br />

Inventarisir perilaku yang sulit dalam konteks pelatihan versi peserta.<br />

Tanyakan dan inventarisir jawaban peserta mengenai solusi yang mereka tempuh untuk<br />

mengatasi perilaku yang sulit.<br />

Simpulkan dan kuatkan pemahaman peserta dengan memberikan penjelasan tambahan<br />

berdasarkan pengalaman pelatih dan atau materi bacaan yang tersedia (dibantu bahan<br />

media yang sudah disediakan).<br />

Bahan Bacaan<br />

• Menghadapi Perilaku yang Sulit<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

199


PRAKTEK FASILITASI<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan lancar<br />

Bahan<br />

Lembar kerja latihan dan lembar pengamatan<br />

Waktu<br />

240 menit (di bagi dalam 2 sesi)<br />

Proses<br />

1. <strong>Pelatih</strong> memperkenalkan sesi ini dengan mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi<br />

peserta untuk mempraktekkan semua ketrampilan pelatihan dan fasilitasi mereka dalam<br />

satu lingkungan yang aman.<br />

2. Bagikan latihan dan berikan peserta kesempatan untuk membaca isinya. Dorong<br />

peserta agar mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya<br />

(menggunakan media atau metode pelatihan baru).<br />

3. <strong>Pelatih</strong> membuat jadwal tentang siapa, kapan akan memfasilitasi, sehingga peserta tahu<br />

kapan mereka harus bersiap.<br />

4. Berikan waktu paling kurang satu jam untuk persiapan (Hal ini bisa dijadwalkan di<br />

waktu malam hari).<br />

5. Sebelum peserta pertama mulai, ingatkan mereka tentang semua tujuan latihan ini.<br />

Jelaskan bahwa peserta juga akan menjadi pengamat. Bagikan lembar pengamatan dan<br />

perjelas setiap pertanyaan.<br />

6. Undang peserta pertama ke depan.<br />

7. Setelah mempraktekkan, minta peserta yang menjadi pelatih untuk mengingat dan<br />

menulis pengalaman dan pengamatan mereka (peserta lain).<br />

8. Mulai merefleksikan dengan mengundang peserta yang menjadi ‘pelatih’ untuk<br />

memberikan umpan balik tentang bagaimana pikirannya saat berlangsung latihan.<br />

Cocokkan perasaan tersebut dengan pengamatan peserta lain. Tanyakan kepada<br />

peserta yang menjadi ‘pelatih’ tadi, apa yang akan dia rubah di lain waktu.<br />

9. Lanjutkan dengan peserta lain dengan cara yang sama dan dorong mereka untuk<br />

menggunakan poin belajar dari praktek sebelumnya.<br />

10. Minta mereka masing-masing untuk mencatat poin belajar utama mereka dan hal-hal<br />

yang akan mereka kerjakan lebih lanjut.<br />

11. Ringkaskan poin belajar utamanya.<br />

200


Lembar Kerja<br />

Pendahuluan<br />

Persiapan Untuk Mempraktekkan Fasilitasi<br />

Tujuan latihan fasilitasi adalah untuk membantu Anda agar lebih efektif menjalani peran Anda<br />

sebagai seorang pelatih. Latihan ini akan memberi Anda kesempatan mempraktekkan berbagai<br />

hal yang disebut di bawah ini, sambil mencoba keluar dari situasi lingkungan yang aman:<br />

• mempraktekkan keterampilan fasilitasi baru (seperti menyimak, mengamati, bertanya,<br />

parafrase)<br />

• membuat keterampilan yang sudah ada menjadi lebih baik<br />

• mempelajari diri Anda sendiri sebagai seorang <strong>Pelatih</strong><br />

• melihat pengaruh keterampilan Anda terhadap orang lain<br />

• menerima umpan balik dari kelompok inti dan <strong>Pelatih</strong> Anda<br />

• belajar dari mengamati praktek yang dilakukan orang lain.<br />

Persiapan<br />

Semakin baik Anda menyiapkannya dan menganggapnya sebagai sesi pelatihan yang<br />

sebenarnya, maka akan semakin banyak yang Anda pelajari. Saatnya bagi Anda, menjadi<br />

seorang pelatih; Anda akan menjalankan pelatihan. Anda akan memiliki 15 sampai 20 menit<br />

untuk mempraktekkannya.<br />

Siapkan aktifitas Anda sebagai berikut:<br />

1. Pilih topik Anda. Subyeknya bisa apa pun Anda yang Anda inginkan, tetapi ingat, Anda<br />

hanya memiliki waktu 15 menit.<br />

2. Identifikasikan peserta Anda.<br />

Anda bisa memutuskan peserta Anda hanyalah peserta pelatihan, tetapi Anda bisa juga<br />

memutuskan bahwa mereka adalah petani, pekerja penyuluhan atau apa pun. Pastikan<br />

untuk menjelaskan kepada peserta, siapakah peserta sesi Anda, apapun yang Anda<br />

inginkan.<br />

3. Kembangkan tujuan belajar. Tulis tujuan belajar dan jelaskan kepada peserta sejak awal.<br />

Pilih satu metode:<br />

1. Pilih satu metode yang ingin coba untuk pertama kali atau satu metode yang ingin<br />

Anda alami lebih jauh. Metodenya harus sesuai dengan topik, tujuan, waktu dan<br />

pesertanya.<br />

2. Sumber daya/ Media. Persiapkan untuk menggunakan paling kurang satu alat penunjang<br />

(flip charts, overhead projector, whiteboard), lebih baik satu yang tidak biasa Anda gunakan.<br />

3. Tulis rencana sesi Anda.<br />

4. Kalau perlu lakukan uji coba dulu dengan beberapa kawan, dan lakukan penyesuian<br />

yang diperlukan.<br />

5. Lakukan!<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

201


Lembar Pengamatan<br />

Tujuan<br />

Prosedur, metode<br />

Suasana pelatihan<br />

Teknik fasilitasi<br />

Apakah sesi ini jelas untuk Anda<br />

Apakah metode dan prosedur jelas untuk Anda<br />

Apakah Anda tertarik dengan topik ini<br />

Apakah Anda merasa nyaman dengan pelatih dan peserta<br />

lainnya<br />

Apakah pelatih menggunakan pertanyaan untuk<br />

mengembangkan diskusi<br />

Apakah Anda didorong untuk mengajukan pertanyaan<br />

Apakah pelatih menggunakan parafrase dan perumusan<br />

Apakah pelatih memberi arah yang cukup jelas<br />

Partisipasi<br />

Pengalaman<br />

Dinamika kelompok<br />

Timing<br />

Apakah pelatih mengganggu Anda dengan ekspresi atau<br />

gerakan muka<br />

Apakah Anda merasa terlibat<br />

Apakah Anda memiliki kesempatan untuk berpartisipasi<br />

aktif<br />

Apakah Anda memiliki kesempatan untuk bereaksi<br />

terhadap satu pengalaman (dulu atau sekarang)<br />

Apakah Anda memiliki kesempatan untuk merefleksikan<br />

dan menarik kesimpulan berdasarkan pada satu diskusi<br />

atau aktivitas<br />

Apakah pelatih mendorong partisipasi dari setiap orang<br />

Apakah pelatih menangani saat sulit dalam kebingungan,<br />

kekacauan, perlawanan atau konflik dengan baik<br />

Apakah pelatih mengatur waktu dengan baik,<br />

meluangkan cukup waktu untuk berproses dan menutup<br />

aktivitas<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

Apa yang membantu Anda untuk belajar<br />

Apa yang menghambat Anda untuk belajar<br />

Apa yang dilakukan pelatih dengan baik<br />

Apa yang bisa dikembangkan pelatih<br />

202


MENILAI KETERAMPILAN FASILITASI<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta membuat evaluasi antar peserta mengenai keterampilan fasilitasi<br />

yang telah dipraktekkan<br />

Bahan<br />

Lembar penilaian diri, lembar daftar tindakan<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

<strong>Pelatih</strong> memperkenalkan atau menyegarkan ide bahwa peserta akan bisa belajar banyak<br />

apablia menyadari kelemahan dan kekuatan masing-masing. Jelaskan bahwa pada sesi<br />

ini peserta akan saling menilai keterampilan fasilitasi. Tekankan bahwa ini bukan ujian<br />

tetapi alat agar peserta bisa lebih fokus dalam belajar dan bertindak.<br />

Bagikan lembar penilaian dan minta tiap peserta untuk melengkapinya sendiri.<br />

Pada waktu peserta mengisi lembaran, bagikan daftar tindakan. Jelaskan bahwa<br />

lembaran ini akan membantu mereka untuk berpikir dan menyiapkan cara<br />

meningkatkan keterampilan fasilitasi mereka di masa depan. Lakukan curah pendapat<br />

secara cepat tentang situasi dan peristiwa yang memungkinkan untuk mempraktekkan<br />

fasilitasi (tidak hanya selama pelatihan tetapi juga dalam pertemuan, lokakarya,<br />

kelompok kerja kecil, bekerja dengan sejawat, dan lain-lain).<br />

Minta peserta untuk memamerkan rencana tindakan mereka, dan ’lihat milik orang<br />

lain’.<br />

Dorong peserta untuk mengambil ide-ide baik dari orang lain. Selain itu, ingatkan<br />

peserta agar melaksanakan rencana tindak lanjutnya, misalnya dengan mengirim kartu<br />

pos atau email yang berisi catatan rencana tindak lanjut yang telah disusun ketika<br />

pelatihan berlangsung.<br />

CATATAN<br />

Penilaian ini bisa dilakukan pada waktu yang berbeda tergantung pada tujuannya dan tingkat<br />

pengalaman serta keterbukaan peserta:<br />

• Penilaian bisa dilakukan sebelum mempraktekkan keterampilan fasilitasi. Ini dilakukan<br />

agar peserta bisa lebih memusatkan perhatiannya pada materi pelatihan.<br />

• Penilaian bisa dilakukan setelah mempraktekkan keterampilan fasilitasi agar bisa segera<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 203


disusun rencana tindak lanjut pelatihan. Hal ini biasanya dilakukan pada kelompok<br />

yang kurang berpengalaman<br />

• Penilaian bisa dilakukan baik sebelum maupun setelah praktek fasilitasi, yang bertujuan<br />

untuk menilai kemajuan belajar.<br />

Lembar Kerja<br />

Penjelasan<br />

Lembar Penilaian Diri<br />

Dalam tabel di bawah ini terdapat berbagai keterampilan fasilitasi yang telah disebutkan dibagian<br />

sebelumnya. Bacalah tiap keterampilan dan refleksikan seberapa banyak Anda menguasai<br />

keterampilan fasilitasi tersebut. Urutkan sendiri dari 1 (=jelek) sampai 5 (=sangat terampil).<br />

Kemudian urutkan sendiri bagaimana yang Anda harapkan, dengan tetap mengingat tipe aktifitas<br />

yang akan Anda miliki untuk memfasilitasi.<br />

Penilaian<br />

1 = jelek<br />

2 = agak jelek<br />

3 = lumayan<br />

4 = trampil<br />

5 = sangat trampil<br />

No Keterampilan Nilai<br />

sekarang<br />

1 Menyimak dengan penuh perhatian<br />

2 Mengamati bahasa tubuh dan interaksi kelompok<br />

3 Mengajukan dan menjawab pertanyaan<br />

4 Parafrase<br />

5 Memfasilitasi sebuah diskusi terbuka<br />

6 Merumuskan hasil diskusi<br />

7 Mendiagnosis: tanda-tanda masalah-masalah dan<br />

bertindak dengan tepat<br />

8 Memberi umpan balik yang konstruktif kepada peserta<br />

9 Memberi umpan balik konstruktif kepada individual<br />

10 Menggali dan merumuskan poin belajar<br />

11 Terbuka untuk menerima umpan balik<br />

12 Mendorong peserta yang pendiam untuk berbicara<br />

Nilai<br />

harapan<br />

204


13 Mendorong orang yang dominan untuk mendengarkan<br />

orang lain<br />

14 Menangani penolakan<br />

15 Menangani satu kelompok dalam situasi konflik<br />

16 Membantu satu kelompok yang ada dalam suatu<br />

kebuntuan<br />

17 Mendorong pembangunan tim<br />

18 Menantang dan tidak setuju tapi bersikap tidak kasar<br />

Penjelasan:<br />

Daftar Tindakan Bekerja dengan Keterampilan Fasilitasi<br />

Lengkapi daftar tindakan ini, dengan menggunakan hasil dari lembar penilaian diri. Coba<br />

tuliskan paling kurang tiga aktifitas yang akan Anda lakukan dan Anda ingin ketahui ketika<br />

melakukannya. Cobalah se-spesifik mungkin. Semakin spesifik Anda tuliskan aktifitas Anda,<br />

semakin besar peluang Anda akan benar-benar mengingatnya ketika diperlukan.<br />

Anda bisa meminta bantuan orang lain dalam kelompok, atau manajer Anda, atau sejawat Anda,<br />

atau teman Anda untuk mengingatkan Anda. Jika orang tersebut ada dalam sesi pelatihan ini,<br />

dapatkan janji mereka sekarang.<br />

No<br />

Keterampilan fasilitasi<br />

yang Anda ingin<br />

kerjakan<br />

Kapan hal ini<br />

mungkin terjadi<br />

Siapa yang bisa<br />

membantu Anda<br />

Sudah<br />

dilakuan<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

205


BAHAN BACAAN POKOK MODUL V<br />

INTERPRETASI INSTRUCTIONAL STYLE DIAGNOSIS INVENTORY<br />

Komponen Gaya <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

ISDI menetapkan gaya pelatihan sebagai hasil interaktif dari dua dimensi: apakah fokus<br />

perhatian pelatih dan siapakah yang menjadi fokus perhatian saat pelatih memberikan pelatihan.<br />

Setiap dimensi memiliki dua rangkaian fungsi yang diperhatikan.<br />

Dimensi apakah (garis horizontal) mewakili kemungkinan yang sama antara:<br />

1. Memberi perhatian kepada kualitas isi dan kerapian ulasan presentasi (terwakili pada<br />

kolom total D); dan<br />

2. Memberi perhatian kepada pembelajaran nyata yang dilakukan oleh pembelajar yang<br />

fokus pada isi materi (terwakili pada total kolom B)<br />

Dimensi siapakah (garis vertikal) mewakili kemungkinan yang sama antara:<br />

1. Perhatian pada pelatih dan bagaimana menyampaikan dengan bahasa yang baik, mengesankan,<br />

atau menghibur saat menyampaikan pelatihan (terwakili pada total kolom A); dan<br />

2. Perhatian pada pembelajar dan bagaimana keefektifan atau kepositifan mereka ketika<br />

menerima, mempraktekkan, mendiskusikan, atau mengaplikasikan keterampilan baru<br />

(terwakili pada total kolom C).<br />

APAKAH<br />

SIAPAKAH<br />

Kategori D<br />

Fokus pada kualitas<br />

isi materi dan kerapihan<br />

alur presentasi<br />

Kategori B<br />

Fokus pada pembelajaran nyata<br />

yang dilakukan pembelajar yang<br />

fokus pada isi materi<br />

Kategori A<br />

Fokus pada pelatih dan<br />

bagaimana menyampaikan<br />

dengan bahasa yang baik<br />

dan menghibur<br />

Kategori C<br />

Fokus pada pembelajar dan sejauh mana<br />

efektif/positifnya mereka menerima/<br />

mendiskusikan/mempraktekkan<br />

ketrampilan yang baru<br />

Harap diingat bahwa tidak ada model gaya yang sempurna. Bagaimanapun, untuk<br />

sebagian besar pelatih, hal yang realistis untuk mengharapkan bahwa keseimbangan dari dua<br />

hal yang terkait akan mempengaruhi satu bidang lainnya. Hal yang sama dapat dikatakan untuk<br />

dimensi siapakah.<br />

206


Menginterpretasi Nilai Anda<br />

Titik yang Anda miliki pada grafik yang didapatkan dari nilai Anda dimana dua dimensi yang<br />

berpotongan mewakili gaya pelatihan Anda secara keseluruhan.<br />

Untuk menginterpretasi hasil, Anda harus mempertimbangkan tiga hal:<br />

1. Perbandingan kekuatan dari keempat kolom total individu.<br />

2. Posisi untuk setiap nilai dua dimensi, dan<br />

3. Peraga dan jarak dari titik tengah dimana nilai dua dimensi berpotongan.<br />

Sebagai contoh, apakah total keempat kolom tinggi dan rendahnya berdekatan satu<br />

dengan yang lain Hal ini mengindikasikan Anda cenderung memiliki keseimbangan dalam<br />

setiap gaya pelatihan yang setara atau beberapa aspek akan lebih besar sesuai dengan tingkat<br />

kebutuhan. Hal ini berpengaruh langsung pada posisi nilai dimensi, yang menjadi pertimbangan<br />

selanjutnya. Jika nilai suatu dimensi mengarah jauh pada satu ekstrim, atau yang lainnya, hal ini<br />

mengindikasikan tingkat tertinggi yang dihasilkan antara dua rangkaian penekanan yang ada.<br />

Nilai dimensi yang dekat ketengah merepresentasikan tingkat keseimbangan, dengan tanpa<br />

melihat penekanan individu.<br />

Perpotongan dari nilai dua dimensi menunjukkan gaya pelatihan Anda secara<br />

keseluruhan, hasil dari upaya Anda untuk menerima keseimbangan dengan menekankan materi,<br />

pembelajaran, penyampaian, dan penyambutan yang hangat. Selanjutnya titik dari bagian tengah<br />

grafik, menunjukkan kecenderungan gaya pelatihan Anda pada satu ekstrim. Semakin dekat<br />

dengan titik tengah, semakin ”seimbang” kecenderungannya.<br />

Deskripsi Gaya<br />

Berikut adalah deskripsi singkat untuk tipe perilaku, sikap, kecenderungan, dan kesukaan yang<br />

terkategori untuk setiap gaya pelatihan dari empat gaya yang ada.<br />

a.<br />

Gaya Penjual<br />

Seseorang dengan gaya ”penjual” terutama menekankan pada isi dan bagaimana hal tersebut<br />

dapat diterima dan dimengerti secara positif. Pembelajaran adalah tanggung jawab peserta,<br />

dan itu dapat terjadi atau tidak terjadi sebagai hasil. Karena menyampaikan materi dan<br />

menciptakan sikap yang baik merupakan tujuan utama, maka pelatih ”penjual” cenderung<br />

memusatkan perhatiannya pada pembelajar dan penerimaan pembelajar terhadap pesan/<br />

materi.<br />

Mereka membangun suasana penerimaan dengan menciptakan lingkungan<br />

pembelajaran yang nyaman, menyemangati pembelajar, menjawab pertanyaan, memvariasikan<br />

program, dan sebagainya. Mereka cenderung untuk menggunakan metode ceramah atau<br />

presentasi dengan menggunakan media yang telah disiapkan, diselingi dengan diskusi<br />

untuk mempertahankan minat dan perhatian. Catatan diberikan untuk mendukung ingatan<br />

terhadap materi.<br />

Tugas rumah, tugas sebelum sesi, dan rangkuman materi pelatihan digunakan secara<br />

luas untuk mengkomunikasikan atau menguatkan isi. Kegagalan atau tidak lulus ujian lebih<br />

ditujukan pada nilai ingatan tanpa menghentikan pembelajar.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 207


Gaya ”penjual” umumnya ada pada sekolah negeri dan mungkin lebih sesuai<br />

untuk mengembangkan latar belakang pendidikan secara umum daripada membangun<br />

keterampilan khusus. Hal ini juga sesuai untuk situasi dimana menyediakan teknik,<br />

konsep, atau hasil lebih penting daripada membuat peserta lebih pandai. Hal ini tidak<br />

sesuai saat pembelajar berharap untuk tampil lebih baik atau berbeda sebagai hasil dari<br />

pelatihan.<br />

b.<br />

c.<br />

Gaya Profesor<br />

Gaya ”profesor” cenderung menekankan mengenai segala sesuatu mengenai gambaran<br />

dirinya, teknik yang digunakannya, dan kelembutan dalam berbicara, serta menciptakan<br />

kesan yang sesuai. Mereka lebih suka memiliki lampu sorot dalam diri mereka, karena<br />

perhatian pembelajar berpusat pada mereka. Suasana pada sesi mereka cenderung formal,<br />

dan menekankan keterpisahan antara presenter dengan penonton.<br />

Tipe ”profesor”, pada saat yang sama, memperhatikan kecukupan materi yang<br />

akan mereka sampaikan. Presentasi mereka biasanya diteliti dengan baik, menggunakan<br />

catatan kaki dan referensi, terencana dan ter<strong>org</strong>anisir dengan terperinci, dan terlatih dengan<br />

baik. Waktu adalah faktor yang penting karena merefleksikan gambaran mereka sebagai<br />

presenter (ketepatan waktu adalah mengesankan) dan dengan kemampuan mereka untuk<br />

menyampaikan semua materi yang penting.<br />

Mereka lebih suka metode mengajar ceramah, yang menjadikan mereka menjadi<br />

pusat perhatian, untuk mengontrol waktu, dan untuk menyampaikan materi yang mereka<br />

percayai penting. Hal ini berkecenderungan untuk menggunakan secara berlebihan, atau<br />

tidak semestinya, media seperti video, slide, atau overhead karena mereka ingin merasa memiliki<br />

kemampuan yang mengesankan, menghibur, dan menyampaikan sejumlah besar informasi<br />

dalam rentang waktu yang singkat.<br />

Jenis situasi yang sesuai untuk gaya ”profesor” adalah dalam membuat pidato,<br />

pembicaraan sehabis makan malam, menyampaikan suatu laporan, dan mempresentasikan<br />

atau menjual ide kepada pembuat keputusan. Gaya ini biasanya tidak efektif untuk<br />

mengembangkan keterampilan nyata atau perubahan perilaku seperti yang diharapkan<br />

peserta. Ini akan lebih sesuai untuk tujuan mengubah sikap; bagaimanapun, perubahan yang<br />

dihasilkan oleh metode ini memiliki jangka waktu yang singkat kecuali jika diberi penguatan<br />

terus menerus.<br />

Gaya Penghibur<br />

<strong>Pelatih</strong> yang menggunakan gaya ”penghibur” berpusat pada hasil pelatihan tetapi juga<br />

merasakan bahwa orang akan belajar lebih baik dari pelatih yang mereka sukai, hormati,<br />

atau kagumi. Mereka memiliki perhatian yang sama banyaknya dengan ”profesor” mengenai<br />

gambaran diri. Mereka sangat memperhatikan kredibilitas mereka dan apakah pembelajar<br />

merasa nyaman dengan keahlian mereka.<br />

”Penghibur” memperhatikan mengenai keterlibatan dalam pelatihan, tetapi<br />

lebih kepada mereka sendiri daripada kepada pembelajar. Dengan begitu, metodenya<br />

seperti menonton sebuah permainan peran (pelatih) yang memperagakan teknik<br />

208


yang sesuai, lebih disukai daripada pembelajaran mandiri atau aktivitas pembelajaran<br />

kelompok. Saat metode lebih berpartisipasi digunakan, pelatih cenderung untuk<br />

menjalankan kontrol tertutup dan membuat diri mereka menjadi bagian dalam proses<br />

pembelajaran.<br />

Karena pelatih ini secara umum percaya bahwa pembelajar butuh untuk “inspirasi”<br />

jika mereka akan tampil beda, sesi biasanya didesain untuk memotivasi lebih lagi atau<br />

menghibur. Hal ini dapat efektif tetapi dapat berpotensi membatasi dengan hanya menerima<br />

pembelajaran yang bergantung pada pelatih. Jika ini terjadi, pembelajar dapat mengalami<br />

penurunan motivasi saat mencoba menerapkan keterampilan baru dalam bekerja, karena<br />

pelatih yang dinamis tidak ada disana.<br />

Fakta bahwa mereka mempengaruhi pembelajar secara pribadi seringkali lebih<br />

penting bagi pelatih daripada perubahan spesifik yang terjadi atau masukan yang diberikan.<br />

Kemudian, materi yang spesifik bukan masalah yang penting.<br />

Gaya ini mungkin paling sesuai untuk seminar perkembangan pribadi, pertemuan<br />

penjualan, dan program yang bertujuan untuk ”mengisi ulang baterai pembelajar”.<br />

Dalam kasus terburuk, gaya ”penghibur” dapat disamakan seperti pertunjukkan<br />

tukang obat yang membuat Anda linglung dan mengambil uang anda sebelum anda berubah<br />

penilaian terhadap produknya.<br />

d.<br />

Gaya <strong>Pelatih</strong><br />

Intruktur yang berorientasi pada pembelajaran dan pada pembelajar cenderung memiliki<br />

titik terang yang menarik sehingga perhatian pembelajar dapat terfokus pada mereka<br />

sepanjang waktu. <strong>Pelatih</strong> ini melihat peran mereka lebih sebagai fasilitator dalam pengalaman<br />

pembelajaran menyampaikan informasi. Mereka melihat nilai dalam pelatihan hanya sejauh<br />

keberadaan pembelajar untuk menampilkan cara baru.<br />

Yang menjadi fokus utama aktivitas pelatih adalah pengembangan keterampilan,<br />

membangun kepercayaan, dan aplikasinya, daripada mengingat informasi. Pembelajar<br />

dievaluasi, tetapi hanya dengan pengamatan terhadap performa mereka atau perilaku yang<br />

berubah daripada menggunakan tes tertulis. Tingkatan biasanya diabaikan, karena sebagian<br />

besar instruksi bertujuan untuk meningkatkan keterampilan setiap orang atau meningkatkan<br />

tingkatan daripada menetapkan siapa yang paling pandai.<br />

Di sini kurang diperhatikan penyampaian dengan budi bahasa yang halus karena<br />

”pelatih” menghabiskan lebih banyak waktu untuk ”menyampaikan”. Dan juga, karena<br />

menciptakan suasana informal, dimana sedikit tekanan terhadap pelatih mengenai<br />

penampilan, motivasi, dan hiburan. Menggunakan perbandingan yang tinggi dalam aktivitas<br />

pembelajaran mandiri dan pembelajaran kelompok menjadikan pembelajar memotivasi dan<br />

menghibur diri mereka sendiri. Tanggung jawab untuk menampilkan ini, akibatnya, bergeser<br />

dari pelatih kepada mereka.<br />

Jarak antara pelatih dan pembelajar ditekankan. Jenis filosofi yang berlaku adalah<br />

pelatih yang baik adalah seseorang yang memiliki harapan yang tinggi, memandu, dan melatih<br />

pembelajar, serta menemukan jalan sehingga mereka dapat tampil.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 209


<strong>Pelatih</strong> memiliki sebuah pesan, namun pesan tersebut ditentukan lebih kepada<br />

kebutuhan khusus pembelajar dan mengurangi apa yang pelatih pikirkan. Daripada memaksa<br />

pembelajar untuk memahami dan menerima ide baru, ”pelatih” menggunakan pertanyaan,<br />

diskusi, belajar mandiri, kerja kelompok, dan teknik keterlibatan lainnya untuk memimpin<br />

pembelajar pada kesimpulan, tetapi mereka mengijinkan pembelajar membuat komitmen<br />

mereka sendiri.<br />

Gaya ”pelatih” cenderung lebih efektif dalam situasi pelatihan yang dapat dipercaya<br />

dimana membangun keterampilan dan perubahan perilaku menjadi perhatian utama. Masalah<br />

yang potensial dengan gaya ini adalah kecenderungan untuk mengabaikan batasan waktu,<br />

melompati masalah isi yang penting, hilang kontrol dalam kelas, mematikan pembelajar yang<br />

terbiasa menggunakan gaya pelatihan tradisional, atau dipengaruhi berlebihan oleh persepsi<br />

peserta terhadap kebutuhan mereka.<br />

Lembar Acuan Cepat<br />

Berikut ini adalah ikhtisar dari pengukuran gaya pelatihan dengan menggunakan Instructional<br />

Styles Diagnostic Inventory.<br />

PENJUAL<br />

Panduan Acuan Cepat ISDI<br />

PELATIH<br />

Penjual adalah: Berorientasi pada tugas <strong>Pelatih</strong> adalah: Berorientasi pada<br />

pembelajar<br />

Mereka melihat diri mereka sebagai:<br />

Pemberi tugas/pembujuk<br />

Penjual lebih mengutamakan:<br />

Produk/materi<br />

Mereka bekerja keras untuk:<br />

Mengarahkan, agresif, bergairah,<br />

meyakinkan<br />

Program yang disusun:<br />

Tidak formal tetapi tidak fleksibel<br />

Memimpin sesi yang:<br />

Informatif, produktif, efisien, lengkap,<br />

persuasif<br />

Pembelajar dievaluasi dengan:<br />

Hasil Tes<br />

Mereka melihat diri mereka sebagai:<br />

<strong>Fasilitator</strong>/pemandu<br />

<strong>Pelatih</strong> lebih mengutamakan:<br />

Hasil dan penampilan<br />

Mereka bekerja keras untuk:<br />

Mengarahkan, menerima, empatik,<br />

mendukung<br />

Program yang disusun:<br />

Tidak formal dan fleksibel<br />

Memimpin sesi yang:<br />

Melibatkan, meningkatkan, membangun,<br />

mengembangkan<br />

Pembelajar dievaluasi dengan:<br />

Membandingkan perilaku atau hasil dari<br />

penampilan<br />

210


PROFESOR<br />

Profesor adalah:<br />

Berorientasi pada pelatih<br />

Mereka melihat diri mereka sebagai:<br />

Presenter/ahli<br />

Proffesor lebih mengutamakan:<br />

Proses/penyampaian<br />

Mereka bekerja keras untuk:<br />

Mengesankan, sopan, profesional,<br />

menjauhkan diri<br />

Program yang disusun:<br />

Formal dan tidak fleksibel<br />

Memimpin sesi yang: terstruktur,<br />

terkontrol, ter<strong>org</strong>anisir, teratur<br />

Pembelajar dievaluasi dengan:<br />

Tes Subjektif dan penilaian <strong>Pelatih</strong><br />

PENGHIBUR<br />

Penghibur adalah:<br />

Berorientasi pada hubungan<br />

Mereka melihat diri mereka sebagai:<br />

Model peran/bintang<br />

Penghibur lebih mengutamakan:<br />

Reaksi/perasaan<br />

Mereka bekerja keras untuk:<br />

Dinamis, hidup, berkharisma, santai,<br />

sumber inspirasi<br />

Program yang disusun:<br />

Formal tapi fleksibel<br />

Memimpin sesi yang: Memotivasi, disukai,<br />

menyenangkan, menghibur<br />

Pembelajar dievaluasi dengan:<br />

Pemeriksaan mengenai perasaan dan<br />

pendapat mereka<br />

Meningkatkan Efektifitas<br />

Seperti yang disebutkan dalam deskripsi dari gaya pada bagian interpretasi Instructional Style<br />

Diagnosis Inventory, ”pelatih” mungkin adalah gaya yang paling sesuai untuk situasi pelatihan yang<br />

sebenarnya. Gaya ”pelatih” mendukung dan menguatkan pendekatan pembelajaran kooperatif<br />

untuk pelatihan orang dewasa.<br />

Ingatlah, bagaimanapun, gaya ”pelatih” tidak sesuai untuk setiap pembelajar.<br />

Tantangannya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas gaya dan belajar untuk memeriksa<br />

gaya atau pendekatan apakah yang paling sesuai untuk situasi, kelompok, atau pembelajar<br />

tertentu. Fleksibilitas adalah kunci keberhasilan, yaitu, mengubah dan mengadaptasikan<br />

seluruh program pelatihan sehingga Anda berhadapan dengan tantangan baru dari peserta.<br />

<strong>Pelatih</strong> dalam masalah ketika mereka tidak dapat atau tidak mau beradaptasi dengan gaya dan<br />

kebutuhan peserta.<br />

Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar versus Pembelajaran Berpusat Pada<br />

Informasi<br />

Untuk lebih memahami perbedaan antara pembelajaran yang berpusat pada pembelajar dan<br />

pembelajaran yang berpusat pada informasi, pelajari tabel di bawah ini.<br />

Perhatikan bahwa, dengan pelatihan yang berpusat pada pembelajar, fokus utama adalah<br />

apakah pembelajar atau peserta mampu untuk membawa jauh pengalaman pembelajaran.<br />

Pembelajar secara aktif terlibat dalam proses dan, tentu saja lebih mengingat informasi serta<br />

lebih mampu untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

211


Tujuan<br />

Mendasari<br />

Tujuan<br />

Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar<br />

versus<br />

Pembelajaran Berpusat Pada Informasi<br />

Berpusat Pada Pembelajar<br />

Untuk meningkatkan pencapaian<br />

peserta<br />

Menemukan kebutuhan peserta<br />

untuk diketahui dan dilakukan<br />

Berpusat Pada Informasi<br />

Untuk meliput materi; menyampaikan<br />

materi<br />

Untuk menentukan pelatih sebagai ahli<br />

Peran <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong>; pelatih Pemberi informasi; pemberi ceramah<br />

Metode<br />

Peran Peserta<br />

Bagaimana<br />

umpan balik<br />

didapatkan<br />

Tujuan umpan<br />

balik<br />

<strong>Pelatih</strong> menanyakan pertanyaan;<br />

tidak lebih dari 50 persen berbicara<br />

Peserta aktif selama proses<br />

pembelajaran; belajar sambil bekerja<br />

Kesempatan untuk mengaplikasikan<br />

keterampilan selama bermain<br />

peran, studi kasus, simulasi, dan<br />

pengalaman lainya yang terstruktur<br />

Untuk melihat apakah peserta<br />

dapat mengaplikasikan apa yang<br />

telah mereka pelajari; untuk melihat<br />

apalah mereka butuh lebih banyak<br />

latihan atau menginstruksikan<br />

kembali<br />

Mengenali Perilaku Berpusat Pada Pembelajar<br />

<strong>Pelatih</strong> berceramah, menjelaskan,<br />

memperagakan; lebih bayak berbicara<br />

sedangkan peserta mendengarkan dan<br />

menonton<br />

Pembelajar pasif; menyerap informasi<br />

Menanyakan pada peserta apakah<br />

mereka memiliki pertanyaan;<br />

menanyakan pertanyaan partisipatisif<br />

mengenai apa yang pelatih katakan<br />

Untuk melihat apakah peserta<br />

memahami informasi; untuk menguji<br />

ingatan mereka<br />

Untuk mengetes pemahaman Anda tentang perilaku yang berpusat pada pembelajar versus<br />

perilaku yang berpusat pada informasi, lengkapi aktivitas pada daftar pertanyaan di bawah ini.<br />

Anda juga dapat menggunakan tanda centang sebagai pengingat apa yang anda butuhkan untuk<br />

membuat sesi pelatihan Anda berpusat pada pembelajar (Lihat <strong>Modul</strong> V - Karakteristik <strong>Pelatih</strong><br />

dan Gaya <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> pada latihan 4).<br />

Elemen Kunci dari Gaya <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Setelah Anda mengerjakan keseluruhan teks ini, Anda akan tertantang untuk menguji dan<br />

mungkin memodifikasi keyakinan Anda dan berlatih. Setelah Anda memutuskan untuk membuat<br />

beberapa tantangan pada pemikiran atau perilaku Anda sekarang, sadari bahwa itu tidak mudah.<br />

Faktanya, hal tersebut dapat menyakitkan. Saat mengubah cara Anda melatih (atau rencana Anda<br />

untuk melatih) tampak seperti pekerjaan yang terlalu banyak, tanyakan pada diri Anda:<br />

212


MEMBANGUN HUBUNGAN SALING PERCAYA (RAPPORT)<br />

ANTARA PESERTA-PELATIH DALAM PELATIHAN<br />

Satu hal yang esensial dalam kesuksesan training adalah kemampuan membangun rapport<br />

atau pengertian. Hal yang sederhana adalah menyetujui dulu apa yang ingin dicapai. Alasan<br />

bahwa sekalipun ini merupakan ‘training kelompok’ ini tidak seperti ‘belajar kelompok’.<br />

Ada beberapa poin yang berguna yang disediakan untuk membantu anda membangun<br />

rapport.<br />

Pendekatan Pribadi<br />

Tidak ada seorang pun yang akan menyukai jika mereka dikatakan sebagai individu<br />

yang tidak memiliki identitas. Ketika anda memberi respon dengan menyebutkan nama<br />

pembelajar, maka mereka akan merasa dihargai. Artinya, cara merespon seperti itu<br />

akan menambah harga diri mereka dalam kelompok sehingga mendorong orang lain<br />

berpartisipasi.<br />

Mendorong-Menguatkan<br />

Mendorong atau memotivasi dalam training merupakan hal yang wajib. Pembelajar akan<br />

mencoba segala macam pendekatan tanpa rasa takut atau gagal. Pendekatan yang harus<br />

dibangun adalah menguatkan kepercayaan terhadap aspek-aspek yang mendorong pembelajar<br />

untuk belajar. Ini dapat dicapai dengan menekankan apa yang harus mereka lakukan daripada<br />

berdiam dalam sebuah kesalahan.<br />

Melibatkan Orang Lain<br />

Manfaat dari mendorong orang lain adalah menjadikan pembelajar sebagai pihak yang<br />

aktif dalam proses belajar. Hal ini didasarkan karena kebanyakan orang merasa mereka<br />

belajar dengan pengalaman. Partisipasi ini juga menjadi salah satu cara yang baik untuk<br />

mengembangkan rapport antara kelompok dan antara pelatih serta pembelajar.<br />

Metode yang baik untuk mencapai keterlibatan adalah mendesain kesempatan agar<br />

pembelajar mengikuti program pelatihan dan menunjukannya secara jelas melalui pelatihan<br />

dan kontribusi dalam kelompok. Dalam beberapa kasus, apresiasi dari pelatih diberikan pada<br />

pembelajar tidak hanya dalam perkataan melainkan juga dengan perbuatan. Di bawah ini<br />

dipaparkan sejumlah tanda positif ataupun negatif yang dapat ditangkap oleh pembelajar<br />

dari seorang pelatih.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

213


TANDA POSITIF<br />

Senyum<br />

Mengangguk<br />

Kontak mata yang baik<br />

Suara setuju – ah, ah<br />

Ya<br />

Ok<br />

Bagus<br />

Tipe frase termasuk:<br />

Itu benar<br />

Baik<br />

Ada ide<br />

Bagaimana bisa..<br />

TANDA NEGATIF<br />

Kontak mata yang buruk<br />

Kelihatan bosan<br />

Kelihatan mengganggu<br />

Menarik jari-jari<br />

Jalan dengan menyeret kaki<br />

Melihat jam<br />

Membelakangi pembicara<br />

Tipe frase termasuk:<br />

Jelas sekali<br />

Ayo kita sepakat sekarang<br />

Kita tidak dapat lanjut sekarang<br />

Lebih baik bergerak sekarang<br />

Kita mengejar waktu<br />

Menjadi Antusias<br />

Rapport jarang terjadi secara langsung dan otomatis, seperti layaknya menghormati, hal tersebut<br />

harus diupayakan. Usaha dan antusias yang anda tunjukkan dan diimbangi dengan minat dan<br />

motivasi, akan menjadikan pembelajar tertarik. Henry Ford menyatakan antusiasme sebagai<br />

prasyarat untuk maju disegala bidang.<br />

Kreatifitas Memahami<br />

Orang harus merespon apa yang Anda katakan dan harus memahami apa yang Anda<br />

katakan. Ini artinya bahasa yang digunakan harus alami dan semua anggota kelompok dapat<br />

memahaminya.<br />

- Jangan menggunakan kata yang rumit. Prinsip untuk pelatih adalah berkata dengan KISS<br />

atau keep it short and simple.<br />

- Jangan bicara dengan tinggi hati. <strong>Pelatih</strong> hendaknya tidak menimbulkan kesan bahwa<br />

pembelajar adalah pihak yang tidak tahu.<br />

- Jangan menggunakan istilah teknik. Setiap subjek memiliki istilah sendiri dan tidak<br />

seperti bagian yang mungkin Anda harapkan. Secara umum jargon dan istilah teknik<br />

dihindari.<br />

- Menjadikan perasaan pembelajar menjadi positif dan termotivasi<br />

Menyatulah Dengan Kelompok<br />

Posisi dari seorang pelatih sangat mudah untuk mengatur dirinya sendiri sebagai seorang<br />

yang berpengalaman. Hindari frase seperti ‘kamu’ atau ‘mereka’ yang mengindikasikan<br />

bahwa Anda tidak menghormati mereka sebagai kelompok. Gunakan ‘kami’ untuk mengatasi<br />

masalah ini.<br />

214


FASILITASI DALAM PELATIHAN<br />

Mengapa keterampilan fasilitasi dalam pelatihan partisipatif sangat penting<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> partisipatif yang efektif didasarkan pada masukan dari semua peserta. Ini artinya bahwa<br />

kesuksesan suatu pelatihan lebih tergantung kepada kemampuan pelatih untuk memperkirakan<br />

dinamika kelompok, kemampuan untuk melakukan perubahan pada saat-saat menjelang<br />

pelatihan dimulai, kemampuan untuk mengambil resiko dan memberi tantangan kepada peserta,<br />

kemampuan untuk memahami gaya komunikasi peserta untuk memaksimalkan penggunaan<br />

metode fasilitasi yang inovatif. Dengan kata lain, Anda memerlukan keterampilan fasilitasi yang<br />

luar biasa, sehingga proses sharing dan proses belajar yang efektif bisa berlangsung.<br />

Apakah fasilitasi itu dan apa yang perlu difasilitasi<br />

Fasilitasi bisa digambarkan sebagai satu proses yang secara sadar dilakukan untuk membantu<br />

satu kelompok agar sukses mencapai tujuan dan fungsinya sebagai satu kelompok. Proses-proses<br />

yang perlu difasilitasi adalah:<br />

• Proses belajar<br />

• Proses-proses partisipasi, sharing dan dinamika kelompok<br />

Bagaimana fasilitasi membantu terjadinya proses sharing yang efektif dan proses<br />

pemahaman bersama<br />

Dalam suatu pelatihan, biasanya banyak ide dan pengalaman yang dilontarkan atau diceritakan.<br />

Namun, seringkali hanya beberapa yang mendapat perhatian sementara yang lainnya hilang<br />

seolah-olah tidak pernah dikatakan.<br />

Prinsipnya adalah: satu ide yang diekspresikan dengan gaya komunikasi yang bisa diterima akan<br />

ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Ide-ide yang diekspresikan secara buruk<br />

atau mengancam akan lebih sulit didengar peserta. Sebagai contoh, banyak peserta tidak sabar<br />

dengan peserta yang sangat pemalu atau gugup dan bicara dalam kalimat terpatah-patah, atau<br />

yang tidak menguasai bahasa dengan baik.<br />

Tidak jarang dijumpai, ada kelompok pelatihan yang pesertanya benar-benar ingin menyuarakan<br />

opini, berbagi pandangannya, saling mendengarkan pengalaman dan memunculkan ide-ide<br />

baru yang menarik. Namun, hal itu dibatasi oleh kemampuan menerima gaya komunikasi yang<br />

berbeda, sehingga ruang lingkup dan kekayaan informasi, pengetahuan dan pengalaman hasil<br />

sharing-nya menjadi terbatas.<br />

Dalam contoh dan ilustrasi berikut digambarkan bahwa walaupun ada ide-ide yang hilang, akan<br />

lebih banyak ide-ide yang dibagi (di-share) apabila kita memperluas batas gaya komunikasi yang<br />

bisa diterima. Dengan menggunakan teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator bisa menjadi<br />

pendukung untuk kelompok seperti itu.<br />

Sebagai contoh:<br />

• Ketika seseorang mengulang-ulang perkataanya sepanjang waktu, seorang fasilitator bisa<br />

meringkaskan perkataannya untuk membantunya berpikir.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

215


• Seorang fasilitator bisa membantu mereka yang bicara dalam kalimat terpatah-patah<br />

dengan memperlambatnya dan menggali gagasan yang ingin disampaikan.<br />

• Seorang fasilitator bisa mengulang satu ide dari seorang peserta yang malu agar menjadi<br />

perhatian semua orang.<br />

• Seorang fasilitator bisa melakukan interupsi dengan tegas dan baik apabila ada topik yang<br />

berbeda dengan topik yang sedang didiskusikan. Namun fasilitator menjanjikan kepada<br />

pembicara bahwa pada akhir diskusi, fasilitator akan meminta kelompok memutuskan<br />

apa yang harus dilakukan dengan topik baru tersebut.<br />

Bagaimana fasilitasi membantu proses partisipasi dan dinamika kelompok<br />

Proses untuk menemukan apa yang terjadi dalam satu kelompok disebut mendiagnosis. Itu adalah<br />

suatu keterampilan penting bagi seorang fasilitator. Seorang fasilitator hanya bisa menghindari<br />

atau menghilangkan masalah jika dia bisa mendiagnosis apa yang terjadi. Dalam diagnosis<br />

terkandung pemahaman tentang penyebab masalah yang diperoleh setelah mencari petunjuk:<br />

• dari dalam kelompok, misalnya pola komunikasi, bahasa tubuh.<br />

• di luar kelompok, misalnya sejarah, hubungan masa lalu antara anggota, hierarki.<br />

Beberapa contoh yang bisa diungkap di sini adalah:<br />

MASALAH<br />

Setiap orang tidak berpartisipasi atau<br />

menunjukkan ketertarikan dan sebagian diam.<br />

Peserta tetap pada pandangan yang saling<br />

bertentangan, menghambat proses atau<br />

pengambilan keputusan.<br />

Beberapa peserta mengabaikan atau tidak<br />

memperdulikan kontribusi dari peserta lain<br />

Kelompok tidak bisa mengambil keputusan,<br />

atau tidak ingin melaksanakan keputusan<br />

KEMUNGKINAN PENYEBAB<br />

Tugas tidak jelas untuk setiap orang.<br />

Beberapa peserta merasa tidak aman.<br />

Beberapa peserta mendominasi berdasarkan<br />

pendidikan, kelas atau seks.<br />

Adanya nilai-nilai yang berbeda jauh lebih<br />

penting ketimbang tugas kelompok.<br />

Adanya perbedaan/konflik antara individual<br />

yang ada sebelum keberadaan kelompok.<br />

Peserta tidak sensitif terhadap kebutuhan dan<br />

masukan dari yang lain.<br />

Peserta terlalu mementingkan diri sendiri.<br />

Peserta tidak memiliki cukup informasi atau<br />

keterampilan untuk memecahkan masalah.<br />

Keputusan mengancam peserta.<br />

Takut salah.<br />

Bagaimana fasilitasi mendukung proses belajar yang efektif <br />

Ketika kita memfasilitasi proses-proses partisipasi, sharing dan dinamika kelompok maka fokus<br />

fasilitator terletak pada bagaimana dan prosesnya. Sedangkan untuk memfasilitasi proses belajar,<br />

fokusnya terletak pada apa-nya.<br />

216


Ketika presentasi<br />

Ketika mendorong sharing<br />

Ketika mendorong pertemuan<br />

Ketika mendorong penerapan<br />

Perjelas tujuan<br />

Kelompok, struktur dan kecepatan sesuai dengan apa<br />

yang perlu dipelajari.<br />

Sebanyak mungkin gambarlah.<br />

Hubungkan dengan apa yang sudah peserta ketahui.<br />

Hubungkan dengan realitas kerja peserta.<br />

Cari kesamaan dan perbedaan.<br />

Tetap pada jalur.<br />

Ikuti seluruh diskusi.<br />

Rumuskan poin-poin penting.<br />

Tantang dengan pemikiran hitam putih.<br />

Dapatkan nilai-nilai belajar.<br />

Perkuat eksplorasi dan eksperimentasi.<br />

Perkuat untuk mencoba sesuatu yang baru<br />

Dampingi<br />

Kejelasan tugas<br />

Mengawasi kemajuan<br />

Beberapa sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi fasilitator yang<br />

efektif:<br />

• Keterbukaan: kemampuan untuk mengundang dialog, menerima umpan balik, dan siap untuk<br />

menguji nilai-nilai Anda termasuk opini, serta kesiapan untuk merubahnya, jika perlu.<br />

• Sensitif/empati: kemampuan mengambil pesan implisit; untuk melihat masalah melalui mata<br />

peserta; untuk memahami perasaan, ide-ide dan nilai-nilai mereka; untuk fokus pada peran<br />

daripada sekedar hanya pada kepribadian atau kompetensi.<br />

• Keterampilan komunikasi dasar: kemampuan menyimak dan mengamati secara aktif,<br />

bertanya, menguji, menciptakan dialog, mengungkapkan dengan cara lain, memberi umpan<br />

balik.<br />

• Mendiagnosis: kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan memilih cara dan waktu<br />

intervensi yang tepat.<br />

• Mendukung dan mendorong peserta: kemampuan untuk memberikan dukungan, apreasiasi<br />

dan kepedulian baik secara verbal maupun non-verbal.<br />

• Menantang: kemampuan untuk berlawanan, untuk tidak setuju, untuk menghentikan satu<br />

proses tanpa bersikap kasar.<br />

• Mengelola konflik: kemampuan untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi dan<br />

mediasi.<br />

• Memodelkan: kemampuan untuk menyertakan diri sebagai model dalam kelompok,<br />

menanggapi dengan spontan, tanpa menjadi idealis, bersikap sebagai pakar.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

217


MENYIMAK<br />

Menyimak secara baik adalah lebih sulit daripada yang kita pikir.<br />

Menyimak sepertinya mudah dilakukan. Tetapi dalam realitas, kita berpikir sedang menyimak,<br />

tetapi ternyata kita hanya mendengar apa yang mau kita dengar! Hal ini bukan proses sadar;<br />

hal ini hampir alamiah. Untuk menyimak dengan hati-hati dan secara kreatif, kita harus dapat<br />

memilih aspek-aspek positif, masalah-masalah, kesulitan-kesulitan dan menangkap keteganganketegangan<br />

yang terjadi. Ini adalah keterampilan paling mendasar untuk fasilitasi. Karenanya<br />

kita selayaknya mencoba untuk memahami apa yang bisa menghambat tindakan menyimak.<br />

Daftar di bawah ini disebut hambatan untuk menyimak yang mungkin mengganggu tindakan<br />

menyimak yang sesuai dan suportif. Memahaminya akan membantu untuk mengatasinya.<br />

Hambatan menyimak<br />

218<br />

• Menyimak hidup-mati<br />

Kebiasaan menyimak yang tidak baik ini muncul dari fakta bahwa kebanyakan orang<br />

berpikir sekitar empat kali lebih cepat dibanding rata-rata orang bisa bicara. Jadi<br />

pendengar memiliki kira-kira 3/4 menit ‘waktu berpikir tersisa’ untuk tiap menit kegiatan<br />

menyimak. Kadang mereka menggunakan waktu ekstra ini untuk berpikir tentang halhal<br />

pribadinya daripada untuk menyimak dan merumuskan apa yang harus pembicara<br />

katakan. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ucapan, bahasa tubuh seperti gesturs,<br />

keraguan, dan lain-lain.<br />

• Menyimak Bendera Merah<br />

Untuk beberapa orang, kata-kata tertentu bisa bermakna ”bendera merah bagi banteng”.<br />

Ketika mereka mendengarnya, mereka menjadi marah dan menghentikan tindakan<br />

menyimak. Istilah ini mungkin ada dalam setiap kelompok peserta, tetapi beberapa lebih<br />

universal seperti istilah suku terasing, hitam, kapitalis, komunis dan lain-lain. Beberapa<br />

kata-kata sangat ‘bermuatan’ sehingga pembicara langsung tidak didengar. Pendengar<br />

kehilangan kontak dengannya dan gagal untuk mengembangkan pemahaman terhadap<br />

orang tersebut.<br />

• Menyimak dengan kuping terbuka – pikiran tertutup<br />

Kadang-kadang ‘pendengar’ memutuskan dengan cepat bahwa baik subjek atau<br />

pembicara bosan, dan apa yang sedang dikatakan tidak masuk di akal. Sering mereka<br />

mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa meramalkan apa yang diketahui pembicara<br />

atau apa yang akan dikatakan; jadi mereka menyimpulkan bahwa percuma menyimak<br />

karena mereka tidak akan mendengar sesuatu yang baru jika mereka melakukannya.<br />

• Menyimak dengan berkaca-kaca<br />

Kadang-kadang ‘pendengar’ melihat orang dengan tajam, dan kesannya sedang<br />

menyimak meskipun pikiran mereka mungkin menuju pada hal lain atau jauh di<br />

sana. Mereka tenggelam di dalam kenyamanan pikiran mereka sendiri. Mata Mereka<br />

berkaca-kaca, dan sering muka mereka menampilkan wajah sedang bermimpi atau<br />

dengan pikiran yang kosong. Jika kita perhatikan banyak peserta terlihat dengan


mata berkaca-kaca dalam sesi, kita harus menemukan saat yang tepat untuk berisitirahat<br />

atau merubah irama.<br />

• Terlalu serius menyimak<br />

Ketika menyimak ide-ide yang terlalu kompleks dan rumit, kita sering terlalu memaksa<br />

diri untuk mengikuti diskusi dan benar-benar berusaha untuk memahaminya. Menyimak<br />

dan memahami apa yang dikatakan orang, mungkin membuat kita menemukan bahwa<br />

topik dan pembicaranya cukup menarik. Apabila ada satu orang atau beberapa orang<br />

yang tidak memahami, maka kelompok lain bisa diminta untuk menjelaskan atau jika<br />

mungkin, dengan memberi contoh.<br />

• Menyimak “don’t-rock-the-boat” (jangan mengguncang sampan)<br />

Orang tidak suka kalau ide-ide, prasangka, cara pandang favorit mereka dirusak; banyak<br />

yang tidak suka opini mereka ditentang. Jadi jika seorang pembicara mengatakan sesuatu<br />

yang bertentangan dengan apa yang mereka pikir atau percayai, mereka mungkin secara<br />

tidak sadar menghentikan menyimak atau bahkan bersikap bertahan. Bahkan jika hal ini<br />

dilakukan dengan sadar, maka lebih baik kita berusaha menyimak dan menemukan pikiran<br />

pembicara, dengan tujuan mendapatkan sisi lain dari permasalahan. Dengan demikian<br />

kerja pemahaman dan tanggapan secara konstruktif bisa dilakukan kemudian.<br />

Hal yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam Menyimak<br />

Yang dilakukan<br />

Yang jangan dilakukan<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

Tunjukkan perhatian<br />

Pahami<br />

Ungkapkan empati<br />

Singkirkan masalah jika ada<br />

Simak penyebab masalah<br />

Bantu pembicara untuk<br />

mengembangkan kompetensi dan<br />

motivasi untuk memecahkan masalahmasalahnya<br />

Tanamkan kemampuan untuk diam<br />

ketika diam diperlukan.<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

Membuat pembicara terburu-buru<br />

Menentang<br />

Menyela<br />

Menilai dengan cepat sejak awal<br />

Memberikan saran kecuali jika diminta<br />

orang lain<br />

Langsung menyimpulkan<br />

Membiarkan emosi pembicara terlalu<br />

langsung mempengaruhi kita.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

219


PRAKTEK MENGAMATI<br />

Apakah mengamati itu<br />

Mengamati adalah kemampuan untuk;<br />

• melihat apa yang terjadi tanpa menilai<br />

• memahami petunjuk non-verbal<br />

• memonitor kerja kelompok secara objektif.<br />

Kenapa harus dipedulikan<br />

Dalam satu kelompok orang berinteraksi dengan berbagai cara yang berbeda, mereka berinteraksi<br />

tidak hanya melalui apa yang sudah dikatakan tetapi juga melalui bagaimana sesuatu dikatakan;<br />

penggunaan ekspresi suara, muka, sikap, gestures dan yang sejenisnya. Komunikasi non-verbal<br />

(berkomunikasi selain dengan berbicara) bisa mengirimkan pesan yang kuat. Pengamatan yang<br />

baik akan membantu Anda untuk:<br />

• Memperkirakan perasaan<br />

• Memonitor dinamika kelompok<br />

• Memonitor partisipasi kedua belah pihak<br />

Karenanya sangat penting sebagai seorang pelatih untuk memperhatikan tipe komunikasi nonverbal<br />

ini dan mengembangkan keterampilan dalam mengamati mereka. Anda dapat melakukan<br />

hal ini dengan cepat, dan tanpa seseorang pun memperhatikan.<br />

Apa yang diamati<br />

Tugas mengamati adalah memperhatikan<br />

• Siapa mengatakan apa<br />

• Siapa melakukan apa<br />

• Siapa yang duduk di sebelah siapa<br />

• Apakah selalu seperti itu<br />

• Siapa menghindari siapa<br />

• Bagaimana tingkat umum energi<br />

• Apakah tingkat keseluruhan perhatian<br />

• Dan lain-lain.<br />

220


Menggunakan Pertanyaan<br />

Kenapa mengajukan pertanyaan sebagai seorang pelatih<br />

Ada keterampilan yang bisa diuji yang bisa membantu seorang pelatih untuk melakukan sesi<br />

pelatihan yang lebih efektif. Pertama, jadilah seorang pendengar yang baik. Kemudian menjadi<br />

ahli dalam seni menggunakan pertanyaan yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu yang<br />

tepat.<br />

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan. Anda bisa langsung memberikan jawabannya,<br />

jika Anda merasa memiliki semua jawaban dan ingin mengesankan setiap orang dengan<br />

pengetahuan Anda. Atau, Anda bisa mendorong partisipasi peserta dan memberi mereka<br />

kesempatan untuk merefleksikan, berpikir, menemukan dan belajar sendiri.<br />

Alasan<br />

Contoh<br />

1. Meraih keterlibatan peserta. ”Bagaimana perasaan Anda tentang...”<br />

2. Merasakan pikiran/ide atau opini<br />

peserta.<br />

”Apa ide anda tentang...”, ”Bagaimana menurut<br />

Anda”<br />

3. Melibatkan orang non-partisipatif. ”Jack, apa yang Anda pikirkan”<br />

4. Kenali kontributor penting . ”Ali, itu ide yang menarik, tolong jelaskan lebih<br />

lanjut kepada kami...”<br />

5. Mengelola waktu kelas. ”Ok, kita sudah menggunakan sedikit waktu untuk<br />

menjawab pertanyaan itu. Bagaimana jika kita<br />

teruskan”<br />

6. Meraih pemahaman dengan<br />

menggali pertanyaan dari kedua<br />

belah pihak tentang suatu hal.<br />

”Itu salah satu cara pandang. Coba kita lihat dari<br />

sisi pandang yang lain. Apa yang akan terjadi jika<br />

Anda...”<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 221


Tipe-tipe pertanyaan:<br />

Tipe-tipe Kegunaan Implikasi<br />

Pertanyaan Umum:<br />

Ditujukan kepada<br />

kelompok secara<br />

keseluruhan, mungkin<br />

ditulis pada overhead atau<br />

flip chart.<br />

Merangsang proses berpikir<br />

setiap orang. Berguna untuk<br />

memulai satu diskusi. Mengatur<br />

kecenderungan.<br />

Pertanyaan yang tidak diajukan<br />

kepada seseorang secara<br />

khusus, mungkin tidak dijawab.<br />

Pertanyaan yang salah bisa<br />

membelokkan proses. Mungkin<br />

tidak berguna, kecuali ada<br />

Pertanyaan Langsung:<br />

Ditujukan kepada<br />

seseorang dengan<br />

menyebut nama, atau<br />

sebuah subkelompok.<br />

Pertanyaan Terbuka:<br />

Mulai dengan siapa,<br />

apa, kapan, dimana,<br />

bagaimana, mengapa.<br />

Pertanyaan yang tidak<br />

bisa dijawab dengan<br />

hanya mengatakan ya,<br />

atau tidak.<br />

Pertanyaan Faktual:<br />

Diajukan untuk<br />

mendapatkan informasi<br />

faktual.<br />

Pertanyaan yang<br />

Dipantulkan:<br />

<strong>Pelatih</strong> melemparkan<br />

pertanyaan kembali<br />

kepada kelompok atas<br />

pertanyaan yang diajukan<br />

kepadanya.<br />

Pertanyaan Mengarah:<br />

Jawaban yang diharapkan<br />

terkandung dalam<br />

pertanyaan.<br />

222<br />

Cara yang baik untuk dijawab.<br />

Berguna untuk melibatkan<br />

peserta yang pendiam dan<br />

pemalu.<br />

Bisa mengurangi monopoli<br />

diskusi oleh peserta yang lebih<br />

dominan.<br />

Bisa menyerap kemampuan<br />

khusus seseorang dalam<br />

kelompok, contohnya. rimbawan,<br />

spesialis jender.<br />

Bisa digunakan untuk mengaitkan<br />

pada satu poin yang hilang karena<br />

ada komentar orang lain yang<br />

tidak relevan.<br />

Untuk mendapatkan umpan balik<br />

yang kongkrit atau informasi.<br />

Akan membuat peserta berpikir.<br />

Kualitas diskusi akan berkembang<br />

ketika detil baru ditemukan.<br />

Baik untuk menganalisis situasi<br />

masalah (Kenapa ini terjadi<br />

Apa yang perlu dilakukan agar<br />

berubah).<br />

Untuk menjernihkan<br />

“kekaburan” faktual.<br />

Untuk mengalihkan dari asumsi<br />

atau jeneralisasi.<br />

Berguna pada tahap awal diskusi.<br />

Pastikan bahwa jawaban ada di<br />

peserta.<br />

Bisa memicu perdebatan di<br />

antara peserta.<br />

Berguna untuk mengarahkan<br />

diskusi yang telah melantur.<br />

Berguna untuk kontrol fasilitasi<br />

dan mengendalikan.<br />

waktu berpikir yang cukup.<br />

Bisa membuat malu peserta<br />

yang tidak siap. Lebih efektif<br />

jika diikuti dengan satu<br />

pertanyaan umum untuk<br />

mengembalikan fokus kepada<br />

kelompok sebagai kesatuan.<br />

Pertanyaan seperti itu lebih<br />

sulit untuk dijawab. Pertanyaan<br />

yang dimulai dengan<br />

mengapa, mungkin dianggap<br />

mengancam. Jika pelatih<br />

tidak bisa mengembangkan<br />

tanggapan, kegunaannya<br />

berkurang.<br />

Beberapa peserta yang<br />

mengetahui faktanya mungkin<br />

memonopoli diskusi.<br />

Mungkin memberikan kesan<br />

bahwa pelatih tidak memiliki<br />

pengetahuan. Bisa dianggap<br />

sebagai taktik menghindar.<br />

Bisa manipulatif.<br />

Poin penting bisa hilang<br />

karena niat pelatih untuk<br />

mempertahankan kontrol.


UMPAN BALIK – BELAJAR SATU SAMA LAIN<br />

Apakah umpan balik itu<br />

Umpan balik personal memberi informasi tentang perilaku dan penampilan. Umpan balik bisa<br />

sering dipertukarkan dalam satu situasi pelatihan, dari pelatih kepada peserta, sebaliknya atau<br />

antara peserta.<br />

Apakah tujuan umpan balik<br />

Umpan balik adalah satu cara membantu orang lain agar dia paham akibat perilakunya terhadap<br />

orang lain. Umpan balik membantu seseorang untuk menjaga perilakunya “sesuai sasaran” dan<br />

pada gilirannya akan meningkatkan penampilannya.<br />

Bagaimana umpan balik bekerja<br />

Membiasakan diri dengan JOHARI’s-Window akan membantu untuk memahami akibat dari<br />

umpan balik. Lihat pada gambar berikut. Gambar tersebut berbentuk jendela dengan empat daun.<br />

Yang disebut JOHARI’s window setelah orang menggunakannya. Jendela adalah satu model<br />

yang bisa menunjukkan bagaimana komunikasi bekerja dan membantu kita untuk memahami<br />

bagaimana kita bisa menumbuhkan pengetahuan-diri dan bagaimana kita bisa membangun<br />

kepercayaan yang lebih dalam dalam kelompok dan komunitas dengan membagikan umpan<br />

balik.<br />

known<br />

by self<br />

ask<br />

unknown<br />

by self<br />

known<br />

by others<br />

tell<br />

unknown<br />

by others<br />

1 2<br />

open/free<br />

area<br />

self-disclosure/exposure<br />

hidden<br />

area<br />

feedback solicitation<br />

shared<br />

discovery<br />

self-disclosure<br />

blind<br />

area<br />

other’s observation<br />

unknown<br />

area<br />

3 4<br />

Jendela mewakili individu pribadi secara keseluruhan. Keempat daun jendela bisa digambarkan<br />

sebagai berikut:<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |223


Bebas/Free:<br />

Tersembunyi/Hidden:<br />

Buta/Blind:<br />

Misteri/Unknown:<br />

Umpan Balik:<br />

Sharing:<br />

Pengungkapan:<br />

Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda dan orang lain. Ini adalah<br />

wilayah berbagi bersama (mutual sharing).<br />

Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda, tetapi tidak diketahui orang<br />

lain. Kadangkala dengan lebih banyak berbagi akan bisa menjernihkan<br />

suasana, membangun kepercayaan dan membuat kelompok bekerja lebih<br />

mudah.<br />

Bagian diri Anda yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui<br />

oleh Anda. Nada suara Anda, satu bakat yang tidak Anda perhatikan<br />

mungkin berada dalam area ini.<br />

Bagian diri Anda yang tidak diketahui oleh Anda sendiri dan orang lain.<br />

Disini terletak bakat dan kemampuan yang belum Anda ketahui dan<br />

orang lain ketahui. Tetapi mereka bagian diri Anda dan mungkin satu<br />

hari akan terungkap.<br />

Cara dimana orang lain membukakan wilayah buta Anda, dengan<br />

membiarkan orang lain menyampaikan apa yang Anda tidak ketahui dan<br />

lihat tapi diketahui dan dilihat oleh orang lain.<br />

Cara membuka diri Anda lebih banyak kepada orang lain.<br />

Sebuah pengalaman ketika bagian wilayah misterius diri Anda sendiri<br />

tiba-tiba terungkap. Pengungkapan muncul secara spontan; tidak bisa<br />

direncanakan.<br />

Dalam kata lain, cara kita melihat diri sendiri, adalah sebagian dari hasil yang orang lain telah<br />

sampaikan kepada kita; bagaimana mereka melihat kita. Kadang-kadang bahkan bisa dilihat<br />

sebaliknya yaitu cara kita merasakan atau berperilaku, bisa tergantung pada apa yang kita pikir<br />

orang lain lihat dalam diri kita. Contohnya:<br />

“Saya tidak memahami apa yang guru katakan, tetapi jika saya minta kepadanya untuk menjelaskan<br />

kepada saya lagi, dia akan berpikir bahwa saya sangat bodoh. Maka lebih baik saya diam.”<br />

Dalam banyak kasus akan sangat membantu untuk mendengar dari orang lain bagaimana mereka<br />

sebenarnya melihat saya, dan hal ini bisa dilakukan melalui umpan balik.<br />

Bagaimana memberi umpan balik<br />

Umpan balik hanya akan efektif jika kriteria tertentu digunakan. Berikut beberapa petunjuk<br />

untuk memberi umpan balik konstruktif.<br />

224


KRITERIA CONTOH BAIK CONTOH BURUK<br />

Spesifik, tidak umum. Anda terlalu cerewet! Ketika kita sedang memutuskan<br />

suatu hal, Anda terlalu banyak<br />

berbicara sehingga saya berhenti<br />

menyimak.<br />

Deskriptif,<br />

tidak menilai<br />

Penerima bukan<br />

pemberi<br />

Fokus pada perilaku<br />

bukan orang<br />

Fokus pada hal positif<br />

bukan negatif<br />

Minta jangan paksa<br />

Anda hanya mau<br />

mengganggu saya!<br />

Saya katakan pada Anda..<br />

Anda sombong!<br />

Anda tidak cukup<br />

tersenyum<br />

Pasti Anda ingin<br />

mengetahui...<br />

Saya merasa terganggu, karena Anda<br />

menyela saya sepanjang waktu!<br />

Jika Anda siap saya akan memberi<br />

Anda beberapa umpan balik<br />

mengenai…<br />

Anda sering mengangkat alis, ketika<br />

saya berbicara. Ini menyulitkan bagi<br />

saya untuk terus berbicara.<br />

Anda memiliki senyuman yang<br />

hangat, Anda bisa melalukannya<br />

lebih sering, hal itu membuat saya<br />

senang untuk bekerja dengan Anda.<br />

Tolong, katakan apa yang telah Anda<br />

lihat dari pekerjaan saya ….Apakah<br />

semua orang paham apa yang saya<br />

jelaskan <br />

Waktu yang baik Minggu lalu.... Secara umum jangan menunda<br />

umpan balik. Hal itu akan lebih<br />

berguna jika dilakukan setelah<br />

pengamatan. Orang kemudian bisa<br />

menghubungkannya dengan situasi<br />

spesifik<br />

Singkatnya coba katakan umpan balik Anda sebagai berikut:<br />

Ketika… (menyebutkan perilaku spesifik)…<br />

saya…. (menjelaskan perasaan Anda)….<br />

Karenanya…. (memberitahu akibat perilaku)….<br />

Bagaimana cara menerima umpan balik<br />

Umpan balik dapat memberi gambaran kepada Anda bagaimana orang lain melihat tindakan<br />

Anda dan memberi Anda pilihan untuk merubah perilaku Anda. Bahkan sekalipun Anda “tidak<br />

setuju’ dengan umpan balik tersebut, Anda juga perlu untuk mendengar dan memahaminya<br />

dengan jelas. Memberi umpan balik kepada orang lain kadangkala sulit. Karenanya menjadi<br />

penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan orang mudah menerima<br />

umpan balik.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |225


Dalam bagian berikut, ada hal-hal yang bisa membantu Anda untuk memahami cara menerima<br />

umpan balik yang positif.<br />

Konsentrasi, Amati dan Simak Anda tidak perlu melakukan apa pun dengan umpan balik. Yang<br />

perlu Anda lakukan, hanyalah memperhatikan orang yang memberi Anda umpan balik.<br />

Periksa<br />

Tunggu sampai umpan balik diberikan, kemudian<br />

katakan dengan kata lain poin pentingnya.<br />

Jernihkan<br />

Ajukan pertanyaan untuk memperjelas atau minta<br />

contoh.<br />

Jangan membela diri<br />

Banyak di antara kita yang memiliki kesulitan<br />

dalam mendengar hal negatif tentang diri kita<br />

sendiri. Biasanya kita merasa tidak nyaman<br />

sehingga kita berusaha mempertahankan diri,<br />

antara lain dengan memberi tanggapan yang<br />

cepat. Sayangnya, kalau hal itu kita lakukan,<br />

berarti kita akan kehilangan kesempatan yang<br />

bernilai untuk pengembangan diri.<br />

Katakan batas Anda<br />

Jika orang yang memberi umpan balik terlalu<br />

banyak memberi saran-saran, petunjuk, atau<br />

kritik, yang membingungkan, maka Anda bisa<br />

mengatakan bahwa itu cukup.<br />

Jadi, apa yang Anda katakan adalah<br />

bahwa…<br />

Kapan dan bagaimana saya<br />

membuat Anda marah<br />

Itu karena…<br />

Saya berpikir bahwa kebanyakan<br />

orang…<br />

Ya. Tetapi…<br />

Anda salah paham…<br />

Anda siapa Mengapa Anda<br />

berani berkomentar seperti itu <br />

Saya sudah cukup mendengar,<br />

terima kasih atas semua<br />

umpan balik yang membantu.<br />

Konsentrasi, Amati dan Simak<br />

226


PARAFRASE<br />

Apakah parafrase itu<br />

Parafrase dalam pelatihan adalah tindakan pelatih mengulang apa yang dikatakan peserta<br />

pelatihan, menggunakan kata-kata sang pelatih sendiri.<br />

Kenapa menggunakan parafrase<br />

a.<br />

b.<br />

c.<br />

Keuntungan bagi pelatih<br />

Teknik ini memaksa Anda, sebagai seorang pelatih, untuk menyimak dengan hati-hati,<br />

karena Anda tahu bahwa ketika peserta selesai berbicara, Anda perlu mengulang apa yang<br />

telah dikatakan. Sebagai tambahan, Anda memiliki kesempatan untuk menemukan, apakah<br />

Anda benar-benar memahami apa yang dikatakan peserta.<br />

Keuntungan Bagi Pembicara<br />

Parafrase memiliki efek menenangkan dan menjernihkan. Parafrase meyakinkan pembicara<br />

bahwa ide-idenya layak untuk disimak. Dan meyakinkan pembicara bahwa orang lain<br />

mendengar ide-idenya. Dengan kata-kata lain, parafrase mendorong orang salingmendengarkan<br />

dan saling berkomunikasi.<br />

Keuntungan Bagi Pendengar<br />

Mereka memiliki kesempatan kedua untuk memahami apa yang dijelaskan oleh pembicara.<br />

Kapan menggunakan parafrase<br />

Ketika seorang peserta membuat pernyataan yang sangat panjang, rumit dan membingungkan,<br />

atau ketika seorang peserta memiliki masalah-masalah dalam mengungkapkan pemikirannya<br />

sendiri secara jelas.<br />

Bagaimana menggunakan parafrase<br />

Tekniknya menggunakan model empat-langkah berikut:<br />

a. Simak dengan hati-hati<br />

b. Pergunakan kata-kata Anda sendiri untuk mengatakan apa yang kira-kira dikatakan<br />

peserta, dimulai dengan, sebagai contoh:<br />

• ‘”Dalam kata-kata lain …” atau<br />

• ”Apakah yang Anda maksud adalah…” atau<br />

• ”Kedengarnya yang Anda katakan adalah…”<br />

c. Periksa dengan mengatakan sesuatu seperti:<br />

• ”Apakah benar begitu” atau<br />

• ”Apakah saya bisa menangkapnya”<br />

d. Jika tidak, terus minta penjelasan sampai Anda memahami apa yang dimaksudkannya.<br />

Catatan: Jika pernyataan pembicara dalam satu atau dua kalimat, pergunakan kirakira<br />

jumlah kata-kata yang sama ketika Anda mem-parafrase-kannya. Jika pernyataan<br />

pembicara dalam kalimat yang sangat panjang, ringkaskan.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |227


MENGUJI<br />

Apakah menguji itu<br />

Menguji adalah mengajukan pertanyaan berikut ini untuk mendapatkan pemahaman, seperti:<br />

• Bisa Anda jelaskan lebih<br />

• Bisakah Anda meletakkan dengan cara yang lain<br />

• Tolong jelaskan lebih lanjut hal tersebut.<br />

• Tetapi mengapa, bagaimana, siapa, kapan, di mana<br />

• Apa pun yang lain<br />

Menguji lebih seperti mengupas lapisan bawang, dan tujuannya adalah menuju inti bawang<br />

tersebut.<br />

Kenapa dan kapan menggunakan menguji sebagai seorang pelatih<br />

Menguji bisa digunakan untuk keperluan yang berbeda seperti:<br />

• Untuk menggali peserta,<br />

• Untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan/atau opini,<br />

• Untuk membangun dialog,<br />

• Untuk memecahkan masalah-masalah.<br />

Bagaimana cara menguji dengan baik<br />

Aktif menyimak.<br />

LAKUKAN<br />

Kembangkan pertanyaan selanjutnya<br />

dari jawaban sebelum.<br />

Perjelas informasi.<br />

Pisahkan masalah atau poin utama.<br />

JANGAN LAKUKAN<br />

Menilai selama menyimak.<br />

Melompat dari satu pertanyaan ke<br />

pertanyaan lain.<br />

Membuat asumsi.<br />

Kehilangan arah karena terhambat<br />

detil atau menyimpang.<br />

228


MENCIPTAKAN DIALOG<br />

Apakah dialog itu<br />

Dialog adalah aliran informasi yang sangat bebas di mana peserta ikut bertanggung jawab.<br />

Apakah perbedaan antara dialog dan diskusi<br />

Istilah dialog dan diskusi seringkali digunakan dimana saja, tergantung dari konteks atau situasi<br />

penggunaannya. Selama pelatihan ini, kita mendefinisikan diskusi dan dialog sebagai berikut:<br />

DISKUSI<br />

• Berdasarkan kompetisi<br />

• Bertanggung-jawab untuk<br />

mempengaruhi opini yang lain<br />

• Pikiran tertutup<br />

• Bicara<br />

• Pernyataan<br />

• Opini yang pasti<br />

• Mencari penyelesaian<br />

DIALOG<br />

• Berdasarkan berpikir bersama<br />

• Bertanggung-jawab untuk memahami<br />

perspektif yang lain<br />

• Pikiran terbuka<br />

• Menyimak<br />

• Pertanyaan terbuka<br />

• Menguji<br />

• Mencari penyelesaian terbaik<br />

Kenapa dialog penting dalam pelatihan<br />

Dialog adalah perlu untuk:<br />

• Menciptakan satu lingkungan saling percaya<br />

• Sharing<br />

• Menyelesaikan masalah secara efektif<br />

• Mencapai konsensus<br />

Bagaimana menciptakan dialog<br />

1. Perjelas tujuan sharing (jika diperlukan jelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi)<br />

2.<br />

3.<br />

Uji dan dukung pengujian oleh peserta dengan informasi dan pemahaman<br />

Tantang ide-ide atau asumsi yang mapan.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |229


PENTINGNYA KOMUNIKASI NON-VERBAL<br />

Pembelajaran terbaik adalah ketika seseorang mempunyai kebutuhan dan meyakini bahwa<br />

pelatih, mempunyai pengetahuan yang mereka butuhkan. Ini berarti bahwa setiap anggota<br />

kelompok memiliki ketetapan mengenai apa yang harusnya dikatakan. Masalahnya adalah tidak<br />

semua dikomunikasikan hanya secara verbal. Walaupun kita berbicara dengan suara kita, namun<br />

kita berkomunikasi melalui seluruh tubuh kita.<br />

Jika kelompok tersebut bertujuan untuk menerima apa yang Anda sampaikan kepada<br />

mereka, maka yang pertama adalah mereka harus mempercayai bahwa Anda adalah seorang<br />

pelatih. Orang akan menilai secara tepat sebuah pesan berdasarkan penempatan kepercayaan<br />

yang diberikan kepada si penyampai pesan. Ini berarti sejak pertama kali pertemuan dengan<br />

anggota kelompok, mereka akan menilai Anda untuk melihat seberapa besar validitas yang dapat<br />

mereka tempatkan terhadap apa yang Anda katakan, sebesar apa otoritas Anda akan menentukan<br />

besarnya keyakinan mereka terhadap diri Anda.<br />

Inilah poin yang mesti dibangun untuk kepuasan mereka yaitu dapat membuat mereka<br />

rileks dan mendengarkan isi pesan yang Anda sampaikan. Ini tidak berarti bahwa kredibilitas<br />

hanya ditentukan oleh peran kekuatan non-verbal tetapi memainkan peran penting dalam<br />

menciptakan pengertian kelompok.<br />

Seorang behavioris Albert Mehrabian menemukan bahwa 55% dari dampak pesan yang<br />

disampaikan dibangun oleh elemen non-verbal. Intonasi berpengaruh 30% namun hanya 7%<br />

pengertian dari kata-kata yang disampaikan itu sendiri. Terang saja bahwa gerak tubuh, gaya,<br />

dan ekspresi dapat mempengaruhi secara signifikan khususnya:<br />

1. Mempengaruhi penerimaan pesan.<br />

2. Mempengaruhi pemahaman terhadap pesan.<br />

Penerimaan Pesan<br />

Tingkah laku Trainer harus bersahabat, berotoritas, dapat didekati dan terpercaya.<br />

a.<br />

Senyum<br />

Cara yang paling sederhana dan efektif untuk menunjukan bahwa anda seorang yang ramah<br />

dan dapat didekati adalah dengan tersenyum. Hal ini sangat natural, bukan terkekeh-kekeh<br />

karena gugup juga bukan menyeringai atau meringis.<br />

b.<br />

c.<br />

Berjabat tangan<br />

Jabat tangan biasa diartikan sebagai cara untuk menghilangkan jarak. Jabat tangan jangan<br />

dipandang sebagai kesempatan untuk meremukkan tulang jari. Juga bukan seperti ketika<br />

memegang kain basah atau bukan sebagai sarana untuk menunjukan kekuatan.<br />

Postur<br />

Cara berdiri kita juga dapat menunjukan indikasi apa yang sedang kita rasakan. Penampilan<br />

230


Anda menunjukan kontrol diri Anda. Anda harus terlihat mempunya otoritas namun tidak<br />

militeristik. Ini berarti jika Anda tinggi maka terlalu memikirkan tinggi badan. Jangan gugup<br />

juga lembek seperti jeli dalam piring.<br />

d.<br />

e.<br />

Cara bertindak<br />

Menjadi orang yang punya keyakinan tidak berarti menjadi sombong. Jangan sampai ada<br />

yang Anda katakan atau lakukan yang membuat kelompok merasa terhalangi, dipermalukan<br />

atau dilindungi.<br />

Penampilan<br />

Sering disebut bahwa kesan pertama adalah kesan terakhir dan tidak akan ada kesempatan<br />

kedua untuk menciptakan kesan pertama. Seorang partisipan umumnya memiliki opini<br />

mengenai apa yang akan mereka harapkan untuk dilihat. Penampilan Anda merupakan<br />

bagian integral dari harapan ini.<br />

Jika anda menginginkan kelompok senang dan merasa nilai-nilai yang sama dengan<br />

yang Anda bagikan, maka penting untuk memakai cara berpakaian yang sama. Sebagai<br />

contoh, jika Anda memakai pakaian yang sangat kasual, jeans dengan jumper ketika yang<br />

lainnya memakai pakaian formal, ini akan menurunkan kredibilitas dan berarti Anda akan<br />

bekerja dua kali lipat lebih keras untuk mengatasi reaksi ini.<br />

Pemahaman Pesan<br />

Kejelasan pesan yang dikomunikasikan dan yang diterima oleh orang lain secara signifikan<br />

dipengaruhi oleh non-verbal yang tersampaikan dalam proses presentasi. Beberapa faktor yang<br />

mempengaruhi penerimaan dan penolakan adalah:<br />

• Mata<br />

• Lengan dan tangan<br />

• Kaki, lutut dan tubuh<br />

a.<br />

Mata<br />

Mata merupakan jalur komunikasi yang sangat penting. Dalam percakapan normal, terjadi<br />

kontak mata 25 -30% pada waktu tersebut, kedipan mata terjadi setiap 3 – 10 detik. Selama<br />

percakapan, maka kontak mata akan berkurang dan jumlah kedipan menurun.<br />

Kemampuan mendengar sebanding dengan kontak mata yang dilakukan. Ini berarti asumsi<br />

bahwa jika seseorang menatap kita ketika berbicara maka informasi tersebut ditujukan bagi<br />

kita. Sebaliknya jika kontak mata kemana-mana maka kita akan menolak pembicara dan<br />

tidak bersepakat dengan apa yang disampaikan.<br />

Ini sering ditemui dalam sesi training ketika pertanyaan ditujukan pada kekompok dan<br />

kontak mata terhadap keseluruhan kelompok. Hasilnya adalah respon yang lama atau sama<br />

sekali tidak direspon. Jika pertanyaan yang sama diajukan dengan menatap secara individual<br />

maka orang tersebut akan merasa perlu untuk menjawab atau memahami hal tersebut.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

231


Efeknya adalah ketika terjadi kontak mata dengan kelompok secara memadai maka<br />

penyerapan dan keterlibatanpun berkurang.<br />

Jika sedemikian penting, mengapa banyak orang masih mengalami kesulitan Jelas bahwa<br />

kemampuan perasaan kita mendeteksi secara instingtif menolak kontak mata karena orang<br />

lain dapat melihat kegugupan maupun kecemasan kita. Keengganan untuk melakukan kontak<br />

mata juga dapat diartikan sebagai ketakutan.<br />

Di sisi lain, kurangnya kontak mata oleh kelompok juga menunjukan kurangnya kepercayaan,<br />

kecenderungan untuk menutupi perasaan, juga kebohongan. Solusinya yaitu mengusahakan<br />

untuk menatap orang-orang dalam kelompok atau paling tidak membuat mereka percaya<br />

pada Anda.<br />

b.<br />

Lengan dan Tangan<br />

Mungkin hal yang paling sulit bagi trainer adalah mengatur gerak tangan ketika melakukan<br />

presentasi. Dalam percakapan biasa, gerak tangan mungkin tidak begitu penting, namun<br />

dalam melakukan presentasi kadang dapat secara indpenden bergerak. Dimasukan ke dalam<br />

saku atau menjelajahi mulut dan gerakan lain yang tidak diharapkan.<br />

Mengapa Karena ada rasa gugup. Ketegangan akibat gugup menghasilkan energi ke sistem<br />

untuk mencoba mencari sesuatu yang dapat dimainkan.<br />

c.<br />

Gerakan tangan yang harus dihindari<br />

Grooming<br />

Tidak ada yang salah salah ketika memastikan apakah dasi sudah cukup lurus atau<br />

rambut tertata dengan baik, namun jika hal tersebut terus menerus dilakukan maka akan<br />

mengganggu.<br />

Fiddling (memain-mainkan)<br />

Yang termasuk dalam permainan disini adalah kancing, jam, cincin, spidol, penjepit kertas<br />

dan sebagainya. Untuk menghindari melakukannya maka sebaiknya membatasi pemakaian<br />

hal-hal tersebut.<br />

Wringing (Meremas-remas)<br />

Meremas-remaskan tangan merupakan hal yang biasa dimaknai permintaan maaf kepada<br />

audiens (tergantung seberapa sering hal tersebut dilakukan).<br />

Scratching (Pelemasan)<br />

Gerakan tangan yang paling mendapatkan respon dari pendengar adalah ketika pembicara<br />

melakukan stretching dan diikuti dengan suasana santai oleh audiens.<br />

d.<br />

Kapan harus menggunalan gerakan tangan<br />

Gerakan tangan harus dapat digunakan untuk membantu pemahaman kelompok. Harus<br />

memiliki tujuan yang jelas juga harus natural dan hati-hati. Banyak pembicara yang yakin jika<br />

menghasilkan gerakan tangan yang sesuai maka mereka akan lebih mudah diterima.<br />

232


Fungsi gerakan tangan adalah:<br />

Reinforcement (Penguatan)<br />

Gerakan tangan baik untuk dilakukan ketika dalam tujuan untuk menguatkan apa yang<br />

dikatakan. Hal ini turut mendukung apa yang dikatakan dengan menggerakan tangan juga<br />

dapat menjadi visualisasi.<br />

Emphasis (Penekanan)<br />

Mengacungkan jari, membunyikan meja, melakukan gerakan karate di udara dapat<br />

menjadi tanda penekanan. Jika tidak terlalu berlebihan maka hal ini dapat membantu<br />

mengkomunikasikan hal-hal yang penting bagi kelompok.<br />

e.<br />

Kaki dan tubuh<br />

Jika anda berdiri dihadapan kelompok dan sikap mereka akan dipengaruhi kuat oleh cara<br />

Anda berdiri.<br />

Sulit untuk menciptakan kesan yang baik ketika Anda berdiri dengan menyilangkan kaki.<br />

Yang paling baik adalah berdiri dengan tegak lurus. Tidak hanya kontak mata yang baik dan<br />

mengusai seluruh ruangan tetapi juga menghindari jarak seperti ketika Anda hanya duduk.<br />

Bisa juga Anda duduk diatas meja. Ini dapat menciptakan situasi yang tidak terlalu formal<br />

namun tidak mengganggu proyeksi suara.<br />

Berdiri tegak lurus harus terlihat santai dan nyaman. Jangan seperti tentara.<br />

Berpindah-pindah tempat dapat menstimulasi juga membuat perhatian audiens lebih terfokus.<br />

Contoh-contoh distraksi yang sering terjadi:<br />

• Berjalan kedepan dan kebelakang<br />

• Berayun<br />

• Menekankan poin penting dengan jinjit (berdiri dengan ujung telapak kaki)<br />

• Menampilkan tarian sederhana<br />

• Berdiri pada setengah bagian sepatu<br />

Untuk gerakan yang dapat diterima, harus natural. Jangan berjalan dengan langkah cepat,<br />

menyambar, terhuyung-huyung atau berayun.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 233


MENGHADAPI PERILAKU YANG SULIT<br />

Sering dibicarakan, dan memang benar, bahwa pelatihan kelompok berlangsung dengan<br />

keadaan yang baik, jika pesertanya orang-orang yang tidak susah diatur. Hanya saja pelatihan<br />

tidak mungkin berlangsung tanpa kehadiran mereka yang sulit diatur. Situasi ini mengakibatkan<br />

dilema buat pelatih dalam mengembangkan kemampuan untuk bisa bersepakat dengan orang<br />

yang berbeda kepribadiannya.<br />

Adalah penting untuk menekankan bahwa bukan individunya yang rumit, melainkan<br />

hanya perilakunya. Kemampuan pelatih dalam pelatihan akan dikenal melalui perbedaan perilaku<br />

dan bagaimana mengaturnya agar menjadi kelompok yang dinamis dengan tepat.<br />

Berikut disampaikan beberapa karakter:<br />

a.<br />

The talking terror<br />

234<br />

Karakter<br />

Talking terror berbicara tak berhenti. Mereka sangat menjengkelkan dan berbicara sangat<br />

banyak serta memonopoli dan mendominasi kelompok dalam setiap diskusi. Mereka sering<br />

membicarakan sesuatu yang terjadi pada diri mereka.<br />

Sebab<br />

Sekalipun hasilnya akan berubah-ubah, kasus yang ditimbulkan adalah ketidaknyamanan.<br />

Mereka sering berupaya menonjolkan diri mereka sendiri ketimbang pelatih atau peserta<br />

yang lain. Konsekuensinya, mereka menghabiskan waktu untuk mencoba menunjukkan<br />

kepada kelompok bahwa mereka berhak mendapatkan penghargaan. Atau mungkin<br />

mereka mencari persetujuan yang mereka tunjukan lewat antusiasme di dalam diskusi<br />

(keinginan yang amat besar). Mereka mungkin hanya ingin diperhatikan oleh kelompok<br />

sebagai seorang yang baik dalam memberikan perhatian dan penerimaan (tukang oceh).<br />

Frase favorit<br />

”Saya percaya apa yang saya katakan benar…”, ”Saya selalu melakukannya…”<br />

Penanganan<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Melihat kesempatan untuk melakukan intervensi. Mungkin dengan melakukan istirahat<br />

sebentar. Setuju dengan pembicara (beberapa pembicara akan menginginkan untuk<br />

diberi usulan) lalu, membuat sesuatu menjadi jelas dengan mengalihkan perhatian<br />

mereka ke tempat lain. Contoh: ”Ya, Ali, itu akan sangat berguna. Apakah yang lain<br />

ada yang mengetahui cara untuk mencapai hal ini” menggunakan kata ‘yang lain’<br />

akan menjadi baik, sebagai cara untuk menghindari menggunakan nama orang.<br />

Cek kembali pemahaman Anda. Contoh: ”Tunggu sebentar Ary — apa yang Anda<br />

katakan tentang X, Y, Z; dapatkah orang lain mengetahui maksudnya”<br />

Sangat baik ketika selama istirahat Anda bicara kepada seseorang dan menjelaskan<br />

bahwa Anda sangat senang ketika dia mau berpartisipasi tetapi Anda membutuhkan<br />

anggota kelompok yang lain untuk berdiskusi.


4.<br />

Meminta pembicara untuk melakukan dengan cara lain. Meminta mereka untuk<br />

mencatat semua ide-ide dalam kelompok dengan membuat flip chart dan mencari<br />

assisten sebgai operator teknik untuk mengobservasi sehingga merupakan<br />

tujuannya.<br />

b.<br />

The great griper<br />

Karakter<br />

Sekalipun pemikiran kritis sangat mendorong dalam pelatihan, masalahnya adalah mereka<br />

dalam setiap diskusi mengambil kesempatan untuk memberi komplain tentang kelompok.<br />

Jika dibiarkan maka mereka akan menjadi ‘orang yang menjengkelkan’, cara mereka ini dapat<br />

merusak rasa antusias kelompok.<br />

Sebab<br />

Great gripers meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka berhak melakukan apa yang mau<br />

mereka lakukan.<br />

Frase favorit<br />

”Masalahnya adalah…”, ”Semuanya baik, tapi…”<br />

Penanganan<br />

Hal yang perlu diperhatikan dengan Great Gripers adalah Anda larut mengikuti diskusi dengan<br />

topik favorit mereka daripada tetap pada masalah yang ingin Anda bahas. Oleh karena itu,<br />

jangan terpikat!<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Ijinkan mereka berkata satu kali. Biarkan mereka jelaskan. ”Andi, saya melihat bahwa<br />

Anda merasa percaya betul dengan hal ini. Seharusnya kita bisa ambil waktu sekitar<br />

tiga menit untuk mendiskusikan hal ini dan kemudian kita sepakati hal ini setelah<br />

pelatihan.”<br />

Minta mereka untuk menyampaikan langkah apa yang akan mereka ambil atas<br />

permasalahan yang sedang dihadapi. Ini akan menjadi solusi sederhana, yang mana<br />

menjadi sebab kenapa mereka tidak melakukan itu ”Dewa, Anda telah menjelaskan<br />

masalah itu pada kami. Apa yang akan kamu lakukan dan pemecahan masalah yang<br />

bagaimana yang akan Anda buat”<br />

Ambil beberapa langka positif untuk istirahat. ”Saya dapat memahami apa yang<br />

mengganggu kamu, Ira, ayo kita makan bersama dulu.”<br />

c.<br />

Doubting Delegate<br />

Karakter<br />

Doubting delegate merupakan jenis dari grater griper. Perbedaan utama adalah great griper hanya<br />

membahas satu atau dua bagian yang sensitif, doubting delegate menghasilkan semua yang<br />

bersifat sinisme.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 235


Sebab<br />

Doubting delegate selalu menganggap dirinya senior. Itulah sebabnya sikap mereka menjadi<br />

produktif dan mencoba beberapa ide cemerlang tetapi gagal. Ini terjadi karena ide tersebut<br />

tidak diberi pilihan lain serta sedikit menerima ide dari orang lain. Akhirnya pada orang lain<br />

akan muncul perasaan skeptis (tua atau muda).<br />

Frase favorit<br />

”Semuanya tidak pernah kerja.”, “Kami sudah mencoba sebelumnya.”<br />

Penanganan<br />

Menerima langkah demi langkah. Pertama nyatakan persetujuan jika ide atau proses kerja<br />

ditentukan oleh waktu dan upaya pembelajaran. Langkah kedua memberi saran kepada<br />

doubting delegate untuk menerima saran atau pendapat selama pelatihan dan setelah itu akan<br />

dievaluasi.<br />

Jika doubting delegate tidak yakin akan proses tersebut minta mereka menjelaskan lebih lanjut<br />

kenapa mereka percaya dan menerima satu pilihan saja. Kemudian kembali ke langkah<br />

kedua.<br />

d.<br />

The Pot Plant<br />

236<br />

Karakter<br />

Plot plant dikenal dengan sangat sedikitnya kontribusi mereka dalam kelompok dan terlihat<br />

modis, dan terkesan sebagai ”warna tambahan” pada kelompok.<br />

Sebab<br />

Sedikit alasan kenapa pot plant lebih memilih diam dalam kelompok, antara lain mereka<br />

berpikir bahwa yang mereka katakan adalah sebuah kebodohan yang akan membuat mereka<br />

terlihat ”aneh”, mungkin juga mereka sangat susah untuk menyampaikan pemikiran karena<br />

merasa tidak merasa nyaman sehingga hanya ingin duduk dan diam.<br />

Frase favorit<br />

“Maaf ”<br />

Penanganan<br />

Pendekatan yang akan Anda ambil tergantung dari alasan yang Anda rasakan terhadap pot<br />

plant ketika mereka sedikit terlibat dalam diskusi.<br />

Jika Anda enggan dan merasa tidak nyaman, bangun kepercayaan mereka sebelum<br />

memberikan pertanyaan kepada mereka yang Anda tahu mampu menjawab.<br />

Ketika tidak ada keterlibatan dan kurangnya motivasi, itu dapat terjadi karena pot plant<br />

tidak suka dengan topik. Ambil waktu untuk tunjukan dampaknya (Anda mungkin dapat<br />

memberikan beberapa rangsangan dengan pendekatan training).<br />

Jika dasarnya mereka tidak bisa mengeluarkan ide dan diam, ini dapat dilakukan dengan<br />

menyediakan pertanyaan menyusun kata-kata sehingga respon tersebut membutuhkan


penjelasan yang jelas. Contoh: ”Adam, apakah kamu dapat menemukan bahwa pertanyaan<br />

tertutup dapat membantu mengatasi perasaan malu”<br />

Untuk pilihan seperti ini mendengarkan akan lebih baik daripada berbicara, pelatih dapat<br />

terlibat meskipun tidak secara langsung sehingga peserta dapat menjadi aktif.<br />

e.<br />

Pelawak (humoris)<br />

Karakter<br />

Dalam setiap kesempatan mereka selalu melemparkan senyum kepada semua orang dan<br />

selalu membuat gembira dengan ejekan ataupun sindiran. Selera humor seperti ini harus<br />

ditangani secara sungguh-sungguh. Akan membantu jika membongkar sesuatu yang menjadi<br />

halangan, kelompok yang rileks dan bersahabat.<br />

Sebab<br />

Dalam faktor ini mereka memilih untuk menjadi ‘bos’ dan mau diterima oleh kelompok.<br />

Frase favorit<br />

“Ini mengingatkan ku…”, ”Saya mengetahui orang ini…”<br />

Penanganan<br />

Sangat sulit untuk mengontrol pelawak antara menjadi lembut dan senang serta terlalu<br />

menurut.<br />

1.<br />

2.<br />

Ketika mereka mencoba untuk memberikan cerita lucu dan humor jelaskan bahwa akan<br />

ada waktu yang cukup untuk membicarakan hal tersebut, mungkin pada kesempatan<br />

makan siang atau istirahat dengan menggunakan anekdot tetapi waktu pelatihan sangat<br />

terbatas. ”Maaf, Martin, saya tahu bahwa kami sangat senang mendengarkan apa yang<br />

terjadi padamu, tapi sayang sekali waktu kami sangat terbatas sekarang. Mungkin kita<br />

bisa minum bersama dan membicarakan hal itu setelah sesi ini.”<br />

Gunakan pandangan atau tatapan mata yang tajam untuk mengecilkan hati mereka<br />

agar tidak membuat sesuatu yang tidak penting.<br />

<strong>Modul</strong> V - Menyampaikan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 237


238


MODUL VI<br />

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN<br />

Analisis Perkembangan Belajar<br />

Peserta <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Monitoring <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Mengevluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>


ANALISIS PERKEMBANGAN BELAJAR<br />

PESERTA PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• Dapat menjelaskan alur dan logika dari siklus pembelajaran berdasar pengalaman.<br />

• Mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasar pengalaman dalam perancangan sesi<br />

Bahan<br />

• Transparansi atau flip charts tentang masalah komputer dan siklus pembelajaran<br />

berdasar pengalaman.<br />

• Flip charts dengan 4 contoh sesi terpilih; masing-masing menunjukkan kejelasan suatu<br />

alur sesi yang dimulai pada titik masuk yang berbeda dari siklus pembelajaran berdasar<br />

pengalaman.<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

<strong>Pelatih</strong> memberikan penjelasan mengenai kaitan materi ini dengan prinsip pembelajaran<br />

orang dewasa. Ingatkan mereka bahwa untuk semua orang dewasa, pembelajaran<br />

berdasar pengalaman dan pembelajaran dengan melakukan adalah aspek yang sangat<br />

penting dalam pembelajaran. Jelaskan bahwa walaupun prinsip-prinsip mengenai<br />

pembelajaran bisa sama untuk setiap orang, kita juga memiliki kecenderungan tertentu<br />

tentang bagaimana cara belajar yang diinginkan.<br />

2. <strong>Pelatih</strong> menunjukkan kasus komputer (lihat transparansi/ powerpoint) dan buat daftar<br />

sekilas tentang tanggapan dan jelaskan bahwa setiap orang memiliki satu gaya yang lebih<br />

diminati dalam belajar memecahkan masalah. Beberapa orang suka mulai dengan cobacoba,<br />

yang lainnya lebih suka berefleksi, berpikir atau menerapkan.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

Jelaskan bahwa pembelajaran dapat digambarkan sebagai satu proses bekerja melalui<br />

berbagai langkah yang ada di dalam siklus pembelajaran berdasar pengalaman. Jelaskan<br />

bahwa hal itu adalah alat bantu yang sangat berguna bagi pelatih untuk merancang sesi<br />

mereka.<br />

Tampilkan contoh rancangan sesi, dan minta pada peserta, secara berkelompok<br />

(beranggota 6 orang ), untuk menggambar siklus pembelajaran, dengan menunjukkan di<br />

manakah sesi awal dan akhir dari siklus tersebut.<br />

Minta pada peserta untuk menjelaskan bagaimana seharusnya pelatih bisa menggunakan<br />

siklus tersebut dalam merancang suatu sesi pelatihan.<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 241


6.<br />

7.<br />

Jelaskan bahwa mungkin saja melatih topik yang sama dengan empat cara berbeda sesuai<br />

dengan gaya pembelajaran yang berbeda. Bagikan latihan dan minta peserta, secara<br />

berkelompok, mendefinisikan di mana setiap kasus dimulai dalam siklus pembelajaran<br />

(kasus 1: instruksi, kasus 2: refleksi, kasus 3: pembelajaran mandiri, kasus 4: belajar<br />

dengan melakukan).<br />

Ringkaskan, dan sampaikan dua konsekuensi penting yang diperoleh dari latihan yang<br />

baru dilakukan tersebut.<br />

Lembar Kerja<br />

Over head/powerpoint slide 1<br />

Bagaimana cara memecahkan Masalah Komputer ini<br />

Suatu hari, ketika Anda sedang menggunakan komputer, tiba-tiba komputer Anda rusak. Apa<br />

yang pertama-tama akan Anda lakukan untuk memecahkan masalah ini<br />

1. Mencari dalam manual dan berusaha menemukan pemecahan masalah.<br />

2. Menjalankan help program dan mempelajari dari demostrasi yang diperlihatkan, bagaimana<br />

pemecahannya.<br />

3. Tetap mencoba memencet berbagai tombol dengan harapan bahwa masalah bisa<br />

terpecahkan.<br />

4. Duduk sejenak dan berusaha mengingat kembali cara yang pernah Anda lakukan ketika<br />

menemui masalah yang sama.<br />

Over head/powerpoint slide 2<br />

Siklus Belajar dari Pengalaman<br />

PENGALAMAN<br />

PRAKTEK<br />

REFLEKSI<br />

KESIMPULAN<br />

242


Pengalaman:<br />

Terbuka terhadap pengalaman baru. Menghubungkan dengan pengalaman orang lain di<br />

masa lalu dan sekarang<br />

Refleksi:<br />

Berpikir, Bermeditasi, Mempertimbangkan, Menemukan, Mencerna informasi, Berpikir<br />

keras, Memperjelas, Memahami, Menguras otak<br />

Kesimpulan:<br />

Mengeneralisasi, Berpikir, Menganalisa, Mengidentifikasi isu kunci atau hal-hal penting,<br />

Meletakkan semua hal dalam satu kerangka, Membentuk konsep atau ide baru.<br />

Praktek:<br />

Belajar sambil mencoba, menerapkan, uji coba (trial and error), bereksperimen.<br />

Berikut ini adalah contoh empat sesi, yang semuanya memperkenalkan pendekatan penyelesaian<br />

konflik yang mendukung gaya pembelajaran yang berbeda. Tentukan gaya pembelajaran mana<br />

yang bisa digunakan untuk setiap contoh.<br />

Kasus 1-Instruksi<br />

1. <strong>Pelatih</strong> menjelaskan karakteristik dari tiga pendekatan yang berbeda dalam penyelesaian<br />

konflik.<br />

2. Peserta mendapat tiga studi kasus mengenai penyelesaian konflik dan diminta untuk<br />

mengidentifikasi pendekatan apa yang dipergunakan dalam setiap kasus.<br />

3. Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik yang mereka lakukan dalam<br />

pekerjaan mereka sendiri.<br />

4. Peserta merefleksikan bagaimana mereka menghubungkannya dengan tiga pendekatan<br />

yang telah diperkenalkan.<br />

Kasus 2-Refleksi<br />

1. Peserta melakukan curah pendapat berdasarkan pengalaman mereka mengenai apa yang<br />

penting dalam penyelesaian konflik.<br />

2. Dalam kelompok kecil peserta merefleksikan hasil curah pendapat dan menganalisis untuk<br />

membedakan tiga pendekatan yang terdapat dalam hasil curah pendapat tersebut.<br />

3. Dalam pleno, hasilnya didiskusikan dan tiga pendekatan tersebut didiskusikan dan diberi<br />

nama.<br />

4. Peserta kemudian menonton video mengenai konflik dan mengidentifikasikan pendekatan<br />

yang mana yang tepat untuk memecahkan masalah tertentu.<br />

Kasus 3-Pembelajaran mandiri<br />

1. Untuk pekerjaan rumah, peserta membaca sebuah artikel mengenai tiga pendekatan<br />

penyelesaian konflik.<br />

2. Pada hari selanjutnya pelatih memandu satu diskusi pleno untuk merumuskan ketiga<br />

pendekatan tersebut.<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |243


3.<br />

4.<br />

Hal tersebut diikuti dengan satu latihan pendek mengenai tiga studi kasus penyelesaian<br />

masalah dan peserta diminta untuk mengidentifikasikan pendekatan mana yang dipakai<br />

dalam setiap studi kasus.<br />

Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik dalam pekerjannya<br />

Kasus 4-Belajar dengan melakukan<br />

1. <strong>Pelatih</strong> memulai satu permainan simulasi, yang menciptakan konflik dalam kelompok, yang<br />

harus mereka pecahkan.<br />

2. Peserta mencoba cara yang berbeda utuk menyelesaikan masalah.<br />

3. Setelah simulasi berakhir, pelatih membantu kelompok untuk merefleksikan pengalaman<br />

melalui satu diskusi pleno .<br />

4. Pada akhir refleksi, pendekatan-pendekatan yang berbeda diidentifikasikan.<br />

Over head/powerpoint slide 3<br />

Siklus Pembelajar dari Pengalaman<br />

PENGALAMAN<br />

PRAKTEK<br />

REFLEKSI<br />

KESIMPULAN<br />

Seorang pembelajar, supaya efektif, memerlukan empat kemampuan yang berbeda:<br />

1. Dia harus mampu melibatkan diri secara penuh, terbuka dan tanpa bisa ke dalam<br />

pengalaman baru.<br />

2. Dia harus mampu berefleksi dan mengamati pengalaman tersebut dari berbagai<br />

perspektif.<br />

3. Dia harus mampu menciptakan konsep yang mengintegrasikan pengalamannya ke dalam<br />

teori logis.<br />

4. Dia harus mampu menggunakan teori tersebut untuk membuat keputusan dan<br />

memecahkan masalah.<br />

244


Dengan kata lain, pembelajaran bisa dilihat sebagai satu proses ketika seseorang<br />

mengalami sesuatu secara langsung, merefleksikan pengalaman sebagai sesuatu yang baru atau<br />

berhubungan dengan pengalaman yang lain, dan menggunakan konsep dalam tindakan yang<br />

berurutan sebagai satu petunjuk perilaku. Di luar keempat langkah tersebut orang menurunkan<br />

satu rangkaian baru pengalaman yang menuju pada pengulangan siklus pembelajaran.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Gaya Pembelajaran<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 245


MONITORING PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

246<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari<br />

• dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian dalam satu lingkungan<br />

pelatihan<br />

• dapat memilih metode monitoring yang tepat<br />

Bahan<br />

-<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan tujuan dan prosedur sesi.<br />

<strong>Pelatih</strong> membagi peserta menjadi enam kelompok dan menjelaskan bahwa peserta<br />

memiliki waktu lima menit untuk menuliskan sebanyak mungkin hal yang mereka<br />

pantau dalam kehidupan sehari-hari.<br />

Bahaslah bersama peserta daftar tersebut dengan cepat dan rumuskan dengan<br />

mengatakan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan.<br />

4. Kaitkan hal tersebut dengan satu setting pelatihan. Ajak peserta untuk mencurahkan<br />

pendapat mengenai mengapa, kapan dan apa yang dilakukan dalam monitoring harian<br />

dalam satu setting pelatihan:<br />

• Mengapa melakukannya (untuk memeriksa apakah pelatihan berjalan seperti yang<br />

direncanakan, untuk mencapai tujuan, dan untuk meningkatkan rasa memiliki di<br />

antara peserta)<br />

• Mengapa melakukannya setiap hari, dan tidak hanya setiap minggu atau pada akhir<br />

suatu pelatihan<br />

• Apa yang Anda lakukan dengan hasilnya Tekankan kenyataan bahwa jika Anda<br />

memutuskan untuk memantau setiap hari, Anda juga perlu memasukkannya ke<br />

dalam program pada awal dan akhir dari setiap hari dan memiliki fleksibilitas<br />

mengenai apa yang dilatihkan dan bagaimana melatihkannya selama<br />

melaksanakannya.<br />

<strong>Pelatih</strong> merefleksikan cara melakukan<br />

5. monitoring harian selama pelatihan dan<br />

merumuskan metode dan pendekatan berbeda yang dipergunakan (contohnya apakah<br />

hal itu dilakukan sendirian, dalam kelompok kecil atau sebagai satu kelompok pleno;<br />

apakah monitoring ditulis, dijelaskan secara langsung, apakah dilakukan secara<br />

interaktif atau dilaksanakan oleh pelatih atau peserta, dan lain-lain)


MENGEVALUASI PELATIHAN<br />

Tujuan<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang berbeda dari suatu evaluasi<br />

pelatihan<br />

• dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional untuk mengevaluasi kegitan<br />

pelatihan<br />

• memformalisasikan satu rencana evaluasi untuk pelatihan mereka sendiri<br />

Bahan<br />

• kertas flip chart dengan tabel untuk latihan kelompok<br />

• sebuah bola yang ringan untuk digilirkan (contohnya gumpalan kertas)<br />

Waktu<br />

120 menit<br />

Proses<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

Lakukan curah pendapat dengan cepat mengenai apa yang biasanya dievaluasi<br />

peserta dalam pelatihan mereka, kapan dan bagaimana mereka melakukannya. <strong>Pelatih</strong><br />

merumuskan hasil curah pendapat.<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan bahwa tujuan dari sesi ini adalah untuk memperluas pikiran<br />

peserta mengenai apa, kapan dan bagaimana suatu pelatihan bisa dievaluasi. Tipe<br />

latihan evaluasi akan bergantung pada tipe dan tujuan dari sesi pelatihan.<br />

Lakukan diskusi mengenai tujuan suatu pelatihan secara umum dengan menanyakan:<br />

Kapan tanggung jawab kita sebagai pelatih berakhir — ketika peserta pulang atau<br />

setelah mereka kembali ke pekerjaan mereka<br />

Apakah menjadi tujuan kita untuk merubah orang yang sudah dilatih, apakah untuk<br />

meningkatkan kemampuan kerja mereka, apakah untuk memperkuat <strong>org</strong>anisasi<br />

<strong>Pelatih</strong> menjelaskan berbagai tingkat evaluasi satu demi satu, mulai dari tingkat yang<br />

paling bawah dan berikan satu contoh untuk setiap tingkat (lihat materi tingkat evaluasi<br />

di Bahan Bacaan Pokok).<br />

Undang peserta dalam kelompok mereka untuk menyiapkan satu rencana evaluasi<br />

pelatihan mereka sendiri dengan mengisi satu tabel dengan tiga kolom (kapan/tingkat,<br />

bagaimana dan siapa) pada satu flip chart. <strong>Pelatih</strong> mengajak peserta untuk berpikir<br />

mengenai cara untuk mengevaluasi beberapa tingkat yang lebih tinggi yang biasanya<br />

tidak mereka cakup.<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |247


6.<br />

7.<br />

Peserta memajang hasil kerja kelompok mereka (bisa di papan tulis atau dinding bagian<br />

dalam dari ruang kelas pelatihan) dan diskusikan hasilnya.<br />

<strong>Pelatih</strong> mengakhiri sesi ini dengan mengatakan bahwa Ia akan mengevaluasi apa yang<br />

sudah dipelajari peserta selama sesi ini dengan menggilir satu bola berkeliling. Setiap<br />

peserta yang menerima bolanya bisa menyebutkan sesuatu yang telah mereka pelajari<br />

selama sesi ini.<br />

Bahan Bacaan<br />

• Mengevaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

248


BAHAN BACAAN POKOK MODUL VI<br />

GAYA PEMBELAJARAN<br />

Apakah gaya pembelajaran itu<br />

Tidak bisa disangkal bahwa pembelajaran adalah pengalaman yang sangat individual. Baik<br />

pengalaman pembelajaran dan hasil dari pengalaman pembelajaran, sangat tergantung pada<br />

karakteristik minat pembelajar. Dengan mengikuti siklus pembelajaran berdasar pengalaman<br />

sangat mungkin untuk mengidentifikasi empat prinsip gaya pembelajaran.<br />

Sebuah uraian ringkas mengenai berbagai tipe pembelajar disajikan di bawah ini.<br />

• AKTIFIS:<br />

PENDEKATAN<br />

BELAJAR SAMBIL<br />

MELAKUKAN<br />

• REFLEKTOR:<br />

PRAKTEK<br />

PENGALAMAN<br />

KESIMPULAN<br />

REFLEKSI<br />

• PRAGMATIS:<br />

PENDEKATAN<br />

INSTRUKSI<br />

• TEORITIS:<br />

PENDEKATAN<br />

BELAJAR<br />

MANDIRI<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |249


AKTIFIS<br />

• Unggul dalam melakukan sesuatu.<br />

• Pengalaman baru, kesempatan baru<br />

dan masalah baru (permainan, bermain<br />

peran, dan lain-lain).<br />

• Berada di panggung (memimpin<br />

pertemuan, dan lain-lain).<br />

• Mengembangkan ide tanpa<br />

memperhatikan hambatan-hambatan<br />

praktisnya, pengambil resiko.<br />

• Cenderung menyelesaikan masalah<br />

dengan uji coba (trial and error).<br />

REFLEKTOR<br />

• Unggul dalam kemampuan imajinatif.<br />

• Senang memperhatikan atau berpikir<br />

tentang aktifitas.<br />

• Diberi kesempatan berpikir sebelum<br />

bertindak.<br />

• Investigasi dan riset.<br />

• Mengulas situasi .<br />

• Mencapai keputusan sendiri tanpa<br />

tekanan.<br />

PRAGMATIS<br />

• Unggul dalam praktek penerapan ide.<br />

• Umpan balik dari praktisi yang berhasil.<br />

• Kesempatan untuk menerapkan akan<br />

memberi solusi terbaik bagi satu masalah<br />

tertentu.<br />

TEORITIS<br />

• Unggul dalam menciptakan model<br />

teoritis.<br />

• Menguji metodologi dan asumsi.<br />

• Tidak begitu memperhatikan kegunaan<br />

praktis dari teori.<br />

Dua komentar perlu dibuat mengenai generalisasi gaya pembelajaran. Meskipun<br />

setiap orang memiliki kecenderungan gaya pembelajaran tertentu, pilihan dalam satu situasi<br />

tertentu mungkin berbeda, tergantung pada tugas dan topiknya. Contohnya seseorang yang<br />

sedang mempelajari program komputer mungkin cenderung melakukan trial and error, padahal<br />

biasanya dia merasa lebih nyaman bekerja berdasarkan pengalaman sendiri ketika mengikuti<br />

sesi pelatihan tentang keterampilan presentasi. Yang kedua, hampir semua orang telah dididik<br />

dengan pendekatan instruksi selama bertahun-tahun di sekolah.<br />

Mengapa kita harus menyadari adanya perbedaan gaya pembelajaran dalam perancangan<br />

pelatihan<br />

Memahami gaya-gaya pembelajaran ini, termasuk memahami konsekuensinya dalam memilih<br />

dan merencanakan metode latihan, akan membantu kita untuk membuat pelatihan menjadi lebih<br />

efisien. Dalam setiap latihan, peserta akan mewakili campuran dari gaya pembelajaran tersebut.<br />

Sebagai seorang pelatih penting untuk menggunakan ke-4 pendekatan tersebut selama training.<br />

Jika Anda tidak sadar mengenai variasi pendekatan tersebut maka kemungkinan besar Anda<br />

akan menonjolkan gaya pembelajaran yang lebih Anda sukai.<br />

250


Bagaimana kita dapat menggunakan pengetahuan tentang gaya pembelajaran ini untuk<br />

merancang pelatihan<br />

• Ragamkan pendekatan dan metode pembelajaran selama merancang latihan Anda,<br />

perhitungkan semua gaya pembelajaran.<br />

• Coba rancang sesi yang sama dengan menggunakan pendekatan yang berbeda agar Anda<br />

bisa tertantang untuk berpikir lebih kreatif.<br />

• Coba lalui ke-4 tahap siklus pembelajaran untuk setiap topik baru.<br />

Bagaimana memilih metode mengajar dengan memperhatikan berbagai gaya<br />

pembelajaran<br />

Aktifis<br />

Paling baik belajar dengan menggunakan<br />

metode seperti:<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

√√<br />

Diskusi kelompok<br />

Projek<br />

Permainan peran<br />

Simulasi<br />

Pragmatis<br />

Paling baik belajar dari contoh khusus<br />

dan keterlibatan seperti:<br />

√√<br />

Latihan<br />

Reflektor<br />

Paling baik belajar dalam suatu situasi<br />

dimana dia bisa menjadi pengamat atau<br />

reflektor:<br />

√√<br />

√√<br />

Curah pendapat mengenai<br />

pengalaman sendiri<br />

Merefleksi simulasi atau permainan<br />

peran<br />

Teoritis<br />

Paling baik dengan belajar mandiri seperti:<br />

√√<br />

√√<br />

Pekerjaan rumah<br />

Menganalisis studi kasus<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

251


Mengevaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Apakah evaluasi pelatihan itu<br />

Evaluasi pelatihan adalah pengumpulan informasi kualitatif dan kuantitatif secara sistematis<br />

yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelatihan.<br />

1.<br />

252<br />

Mengapa suatu pelatihan harus dievaluasi<br />

Pandangan yang paling umum mengenai evaluasi adalah bahwa ini adalah tahap terakhir<br />

dari siklus desain pelatihan. Meskipun demikian, evaluasi pada akhir suatu latihan harus<br />

menjadi satu bagian integral dari siklus agar kita bisa memainkan satu peran kunci dalam<br />

kontrol kualitas dengan menyediakan umpan balik mengenai:<br />

• Efektifitas dan pendekatan dan metode yang digunakan.<br />

• Pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh pelatih dan peserta.<br />

• Apakah kebutuhan awalnya yang telah diidentifikasikan pada tiap tingkatan, semisal<br />

desa, <strong>org</strong>anisasional dan individual; telah dipenuhi.<br />

• Apa yang harus dievaluasi dan kapan harus dilakukan<br />

Kebanyakan latihan evaluasi terutama mengukur kepuasan dan kegembiraan peserta.<br />

Meskipun demikian, evaluasi pada akhir pelatihan harus benar-benar mengukur tujuan<br />

pembelajaran yang spesifik. Dengan kata lain, evaluasi harus mengukur perubahan dalam<br />

pengetahuan, keterampilan dan sikap daripada sekedar kepuasan atau kegembiraan peserta.<br />

Kebanyakan kegiatan pelatihan hanya dievaluasi pada akhir program pelatihan. Kita juga<br />

harus mengevaluasi apa yang terjadi setelah pelatihan diselesaikan.<br />

Tingkat-tingkat evaluasi pelatihan berikut ini bisa diidentifikasikan, dihubungkan dengan<br />

rantai sebab dan akibat:<br />

Beberapa Ide Mengenai Tipe Informasi Apa yang Dikumpulkan dan Pada Tingkat<br />

yang Mana dan Bagaimana<br />

Tingkat/kapan Apa Bagaimana<br />

Selama pelatihan<br />

Pada akhir pelatihan<br />

• Kegembiraan<br />

• Umpan balik mengenai<br />

topik dan metode tertentu<br />

• Mengukur hasil atau<br />

perubahan dalam<br />

pengetahuan, keterampilan,<br />

sikap<br />

• Relevansi tujuan<br />

pembelajaran keseluruhan<br />

• Umpan balik mengenai<br />

seluruh topik dan metode<br />

• Monitoring harian atau<br />

kegiatan umpan balik<br />

• Pengamatan<br />

• Penugasan kelompok<br />

atau individual<br />

• Konvensional kuisioner<br />

dengan pertanyaan<br />

terbuka dan/atau<br />

tertutup<br />

• Metode yang lebih<br />

kreatif


Di tempat kerja setelah<br />

pelatihan<br />

Efektivitas <strong>org</strong>anisasional<br />

Dampak pada masyarakat<br />

• Relevansi pengalaman<br />

pelatihan<br />

• Pengukuran penggunaan<br />

pembelajaran<br />

• Pengukuran perubahan<br />

perilaku<br />

• Penerapan rencana aksi<br />

individual<br />

• Pengukuran dalam<br />

perubahan <strong>org</strong>anisasional<br />

• Penerapan rencana atau<br />

projek tindakan kolektif<br />

• Pengukuran sejauh<br />

mana kebutuhan yang<br />

telah diidentifikasi oleh<br />

masyarakat desa telah<br />

dipenuhi<br />

• Wawancara<br />

• Pengamatan<br />

• Kuisioner<br />

• Wawancara dengan<br />

pemberi kerja (juga<br />

melalui telepon, email<br />

dll.)<br />

• Wawancara dengan<br />

penduduk desa<br />

Langkah-langkah dalam perencanaan evaluasi:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

Putuskan mengapa, dan untuk siapa, pelatihan harus dievaluasi.<br />

Perjelas apa yang dievaluasi; dalam tingkat dan komponen apa pada tiap tingkat.<br />

Putuskan informasi apa yang harus dikumpulkan dan dari siapa - peserta, narasumber,<br />

pemberi kerja, penduduk desa dll.<br />

Pilih metode-metode dan teknik-teknik evaluasi yang paling sesuai dengan tujuan dan<br />

situasi Anda.<br />

Kembangkan dan laksanakan kegiatan evaluasi.<br />

Gabungkan dan analisis data Penjajakan Kebutuhan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>, Monitoring harian,<br />

Rencana Aksi Peserta, Evaluasi Peserta, Umpan Balik dari pelatih termasuk pengamatan<br />

pelatih, umpan balik dari pemberi kerja, umpan balik dari penduduk desa dll.<br />

Lakukan tindakan berdasarkan hasil, seperti memperbaiki kegiatan pelatihan,<br />

mengembangkan kegiatan atau pendekatan baru, dan mengembangkan kegiatan lanjutan<br />

dan dukungan yang diperlukan.<br />

Ide-ide berikut dapat melengkapi pendekatan yang lebih formal untuk evaluasi seperti<br />

kuesioner. Seperti halnya desain penelitian yang baik dilengkapi dengan metode-metode yang<br />

berbeda untuk mengkaji dan membuktikan suatu situasi, evaluasi pelatihan yang baik harus<br />

dilengkapi dengan beragam teknik-teknik penjajakan.<br />

Pendekatan-pendekatan alternatif untuk mengevaluasi berikut ini hanya sedikit<br />

menggunakan tulisan dan lebih banyak menggunakan ungkapan kreatif. Banyak juga yang<br />

menggunakan beberapa bentuk kesenian agar memungkinkan bagi individual dan kelompok<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 253


untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan mereka. Pendekatan semacam itu menghasilkan<br />

data, yang kompleks, subtil, ekspresif dan menggugah. Dalam evaluasi yang konvesional,<br />

biasanya kelompok dan individu sering menjawab satu pertanyaan langsung dan mungkin hanya<br />

mengatakan apa yang ingin didengar oleh pelatih. Semakin tidak langsung pendekatan yang<br />

digunakan, melalui ungkapan kreatif, maka akan menghasilkan informasi yang lebih kaya, lebih<br />

dalam, lebih jujur dan lengkap.<br />

1.<br />

2.<br />

Kolase Evaluasi. Menggunakan koran, majalah, lukisan, dan/atau obyekobyek,<br />

kelompok-kelompok menciptakan kolase untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan<br />

mereka mengenai satu pertanyaan evaluasi, yang diajukan pelatih. Contohnya: Apa yang<br />

paling berguna mengenai pelatihan yang telah Anda capai<br />

Metafor untuk menggambarkan pembelajaran dan/atau perubahan. Kelompokkelompok<br />

atau individual bisa memilih satu objek (baik dari objek yang disediakan, atau<br />

satu gambar dari imajinasi mereka sendiri) dan menggunakan objek ini sebagai metafor<br />

untuk menggambarkan aspek tertentu untuk dievaluasi. Contohnya, peserta bisa<br />

diminta untuk memilih satu tanaman dan menjelaskan bagaimana pengalaman mereka<br />

dalam kursus pelatihan seperti tanaman tersebut. Mereka boleh berbicara bagaimana<br />

tanaman berbunga, atau mungkin menjelaskan tentang bagaimana tanaman mati<br />

karena pemupukan yang tidak cukup. <strong>Pelatih</strong> kemudian bisa mengajukan pertanyaan<br />

berhubungan dengan apa yang dikatakan peserta.<br />

3. Pencapaian rentang-waktu ( time-line). Rentang-waktu mungkin membantu menunjukkan<br />

bagaimana pembelajaran bisa diibaratkan seperti sekoci yang timbul tenggelam (dan<br />

mengapa) dengan berlalunya waktu. Individual bisa menciptakan satu rentang-waktu<br />

yang menunjukkan kegiatan yang penting, terutama dalam pengertian apa yang dipelajari<br />

selama kursus pelatihan. Mereka bisa saja melengkapi rentang waktu ini dengan simbolsimbol.<br />

Rentang-waktu harus naik, turun, menurun dan berbelok, untuk menggambarkan<br />

perubahan yang terjadi.<br />

4.<br />

5.<br />

Menandai bagian diri yang telah berubah. Minta peserta untuk membuat gambar sederhana<br />

seseorang pada satu atau dua flipchart, kemudian tandai bagian dirinya yang telah berubah<br />

(contohnya, mungkin jika mereka lebih menyimak sekarang mereka bisa menggambar<br />

kuping yang lebih lebar, berwarna cerah, dll). Mungkin mereka memiliki pemahaman<br />

baru mengenai sesuatu atau telah belajar satu konsep baru. Karena itu mereka akan<br />

menonjolkan atau menandai otak dan mendaftar atau mengatakan perubahan apa saja<br />

yang telah terjadi.<br />

Menggunakan berbagai bentuk ungkapan kreatif (lukisan, musik, tarian, drama,<br />

permainan peran, kolase, objek temuan, wayang). Minta peserta untuk mengungkapkan<br />

perasaan-perasaan dan ide-ide mereka mengenai satu pertanyaan menggunakan bentukbentuk<br />

biasa dan yang bisa diterima secara kultural dari ungkapan kreatif. <strong>Fasilitator</strong> harus<br />

memutuskan sebelumnya apakah kelompok akan membuat kolase, atau mengembangkan<br />

dan menampilkan satu drama dll. Satu pertanyaan yang mungkin dijawab menggunakan<br />

ungkapan kreatif adalah: Bagaimana pelatihan telah mempengaruhi Anda<br />

254


Model Empat-Tingkatan dalam Evaluasi<br />

Model yang paling terkenal untuk mengevaluasi program pelatihan dikenalkan pada tahun 1959<br />

oleh Donald Kirkpatrick. Model ini dianggap sebagai model terbaik oleh praktisi pelatihan.<br />

Meskipun keempat tingkatan model tersebut (reaksi, pembelajaran, perilaku, hasil) merupakan<br />

hal yang penting, Anda boleh memilih untuk tidak mengevaluasi dengan keempat tingkatan<br />

tersebut. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat sangat banyak <strong>org</strong>anisasi yang<br />

mengevaluasi reaksi. Persentase yang cukup tinggi untuk mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi<br />

terhadap perilaku mengikuti di belakang kedua tingkatan tersebut; evaluasi terhadap hasil<br />

menempati persentase yang terakhir.<br />

Organisasi di masa sekarang sangatlah sadar akan biaya, dan kebutuhan untuk mengukur<br />

keefektifan suatu pelatihan akan terus meningkat. Sebaiknya Anda membuat pendekatan<br />

yang komprehensif (menyeluruh) dalam melakukan evaluasi, Anda akan mampu membuat<br />

rekomendasi yang tepat atau menjawab dengan yakin ketika seseorang meminta kepada Anda<br />

untuk membuktikan bahwa pelatihan tersebut memberikan hasil. Berikut ringkasan dari model<br />

evaluasi tersebut:<br />

Mengukur Hasil <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Apa Siapa Kapan Bagaimana Mengapa<br />

Tingkat 1 Reaksi: Apakah<br />

mereka<br />

menyukainya<br />

Tingkat 2 Pembelajaran:<br />

Pengetahuan<br />

atau<br />

keterampilan<br />

apakah yang<br />

mereka kuasai<br />

Tingkat 3 Perilaku:<br />

Bagaimana<br />

mereka<br />

menampilkan<br />

yang berbeda<br />

Tingkat 4 Hasil: Apa<br />

dampak bagi<br />

jajaran bawah<br />

Peserta<br />

Peserta;<br />

pelatih<br />

Peserta;<br />

atasan;<br />

bawahan;<br />

kelompok<br />

Peserta;<br />

kontrol<br />

kelompok<br />

Akhir dari<br />

program<br />

Selama,<br />

sebelum/<br />

sesudah<br />

program<br />

3 sampai<br />

6 bulan<br />

setelah<br />

program<br />

selesai<br />

Setelah<br />

memenuhi<br />

kelanjutan<br />

tingkat 3<br />

“Lembaran<br />

Senyum”<br />

Pre-test/<br />

post-test;<br />

pengaplikasian<br />

keterampilan<br />

melalui permaian<br />

peran, studi<br />

kasus, latihan<br />

Survei;<br />

wawancara;<br />

observasi;<br />

penilaian kinerja<br />

Analisis biaya/<br />

keuntungan;<br />

pekerjaan sesuai<br />

jalur; data<br />

operasional<br />

Menentukan tingkat<br />

kepuasan pelanggan;<br />

dapat mengindikasikan<br />

kebutuhan untuk<br />

memperbaiki/merevisi<br />

Mengidentifikasi<br />

apakah pelatih telah<br />

berhasil dalam<br />

menyampaikan<br />

isi pelatihan dan<br />

mencapai tujuan<br />

program<br />

Menetukan tingkat<br />

sejauh mana peserta<br />

menyalurkan apa yang<br />

telah mereka pelajari<br />

dalam sesi kedalam<br />

situasi kerja yang nyata<br />

Menentukan apakah<br />

keuntungan lebih<br />

banyak daripada biaya;<br />

memastikan tingkat<br />

kontribusi program<br />

terhadap tujuan<br />

perusahaan<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

255


Tingkatan I: Reaksi<br />

Tingkatan I berhubungan dengan reaksi peserta. Evaluasi pada tingkatan I seringkali dihubungkan<br />

dengan hal-hal seperti “lembaran senyum”, menyiratkan bahwa reaksi peserta didasarkan pada<br />

seberapa besar perasaan senang yang mereka miliki selama mengikuti sesi. Untuk alasan tersebut,<br />

seringkali pelatih tidak mengikutsertakan evaluasi pada Tingkatan I karena membuang-buang<br />

waktu.<br />

Sebaliknya, Tingkatan I adalah langkah pertama yang penting dalam menentukan<br />

keberhasilan suatu program pelatihan. Reaksi para peserta dapat membantu Anda menentukan<br />

keefektifan dari suatu kegiatan dan bagaimana program tersebut dapat ditingkatkan. “Jika mereka<br />

(peserta) tidak bereaksi seperti yang diharapkan, mereka tidak akan terdorong untuk belajar”.<br />

1. Apa yang Tidak Bisa Diukur Oleh Tingkatan I.<br />

256<br />

Salah satu permasalahan yang ada dan menimbulkan kecaman pada evaluasi Tingkatan I<br />

adalah karena terlalu subjektif dan seringkali menjadi sesuatu yang tidak lebih dari sekedar<br />

ajang popularitas. Sebelum membuat lembar evaluasi (akhir sesi) untuk peserta, perlu<br />

diketahui beberapa hal yang tidak bisa dilakukan dan diharap untuk dilakukan: (1) tingkatan<br />

ini tidak mengukur pembelajaran atau kemampuan untuk menerapkan pembelajaran ke dalam<br />

suatu pekerjaan; (2) tingkatan I juga tidak bisa mengukur perubahan di dalam bersikap atau<br />

keyakinannya; (3) karena ini hanya berhubungan dengan persepsi dan reaksi peserta, alat<br />

ukur Tingakan I tidak memiliki jalur untuk mengukur dampak institusi; (4) juga, meskipun<br />

seringkali ditanyakan, peserta tidak dapat mengukur pengetahuan pelatih.<br />

2. Menetapkan Apa yang Diukur.<br />

Sebelum merancang alat ukur Tingkatan I, Anda perlu memiliki kejelasan tentang hal apa<br />

yang ingin Anda ketahui, kenapa Anda ingin mengetahuinya, dan apa yang akan Anda lakukan<br />

dengan informasi tersebut. Jangan menanyakan informasi tentang sesuatu yang tidak bisa<br />

Anda ubah atau tidak memiliki kaitan dengan analisa atau pelaporan.<br />

3. Merancang Lembar Evaluasi (akhir sesi) .<br />

Kategori. Pertama putuskan apa yang ingin Anda ukur dan buatlah pertanyaan atau item<br />

tanggapan yang ditujukan atau dimasukkan ke dalam kategori, bisa jadi banyak kategori, atau<br />

paling tidak kategori-kategori berikut ini:<br />

• Isi Materi<br />

• Peralatan<br />

• Metode pembelajaran<br />

• <strong>Pelatih</strong><br />

• Suasana<br />

• Logistik<br />

Juga merupakan ide yang bagus untuk menyediakan kesempatan kepada responden<br />

untuk memberikan saran seperti bagaimana program tersebut bisa ditingkatkan dan juga<br />

mengungkapkan semua pendapat mereka terhadap sesi.


Format (Bentuk). Untuk meniadakan kecenderungan orang merespon dengan cara yang<br />

sama terhadap item yang ada pada kuesioner atau survei, gunakan beragam format jawaban.<br />

Pilihlah paling tidak empat bentuk dari pilihan berikut:<br />

• Pertanyaan dengan dua pilihan jawaban dengan ruang untuk menjelaskan atau menanggapi.<br />

Dalam pilihan ini akan memasukkan tanggapan seperti “ya” atau “tidak” dan “setuju”<br />

atau “tidak setuju”. Contoh: Apakah pelatihan ini sesuai dengan tujuan yang telah<br />

ditetapkan<br />

Ya Tidak Kenapa Ya atau Kenapa Tidak<br />

• Jawaban Singkat. Item-item ini ditulis seperti pertanyaan tertutup dan meminta<br />

responden untuk menuliskan jawaban singkat daripada hanya memberikan tanda<br />

‘contreng/centang’ dalam kotak. Contoh: Bagian mana sajakah dari pelatihan tersebut<br />

yang paling berharga/ menguntungkan bagi Anda Mengapa<br />

• Melengkapi Kalimat. Dengan menggunakan item ini, peserta diminta untuk melengkapi<br />

suatu kalimat. Contoh: Hal yang ingin saya ketahui lebih dalam adalah...<br />

• Rating. Peserta diminta untuk menanggapi pertanyaan atau kalimat dengan<br />

menggunakan beberapa tipe skala atau rating seperti skala Likert. Skala Likert<br />

mengukur dua hal yakni ‘arah’ (positif atau negatif) dan ‘intensitas’ (sangat positif ke<br />

sangat negatif) dari pendapat atau sikap individu. Contoh: Sesi hari ini menyenangkan<br />

dan memuaskan bagi saya.<br />

1 2 3 4 5 6 7 8<br />

Sangat Tidak Setuju Netral Sangat Setuju<br />

• Rangking. Item ini meminta responden untuk menunjukkan proritas atau pemilihan.<br />

Contoh: Urutkanlah setiap topik berdasarkan pentingnya atau keterkitannya dengan<br />

pekerjaan Anda: 1 = paling penting dan 5 = paling tidak penting.<br />

• Daftar (contreng). Sebuah daftar menyediakan “daftar cucian” di mana peserta bisa<br />

memilih kata-kata yang bisa menunjukkan reaksi mereka. Contoh: Periksa (dan berikan<br />

tanda contreng) yang menggambarkan reaksi Anda terhadap sesi hari ini:<br />

_____ Lebih dari yang saya harapkan<br />

_____ Sesuai dengan harapan Anda<br />

_____ Sedikit tidak sesuai dengan yang saya harapkan<br />

Sebuah pertanyaan juga bisa ditambahkan berkaitan dengan dampak sesi terhadap<br />

peserta, yang dirancang untuk memunculkan tanggapan yang lebih dalam dan lebih pribadi,<br />

sebagai contoh: “Bayangkan seorang rekan kerja Anda (atau teman Anda) sedang memikirkan<br />

tentang mengikuti program ini. dia bertanya kepada Anda: “Apakah Anda mau ikut program<br />

ini”. Bagaimana Anda akan merespon”<br />

4. Panduan Membuat Evaluasi.<br />

Membuat evaluasi lebih sulit daripada yang mungkin Anda bayangkan. Gunakan panduan<br />

berikut ini:<br />

• Jaga agar bentuknya ringkas. Sebaiknya peserta bisa melengkapi evaluasi secara singkat.<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 257


• Ciptakan keseimbangan diantara beragam informasi yang sudah Anda kumpulkan.<br />

Sebagai contoh, jangan tanyakan lima pertanyaan tentang pelatih dan hanya dua<br />

pertanyaan mengenai isi materi.<br />

• Dapatkan reaksi peserta dengan segera. Pastikan peserta telah melengkapi evaluasi<br />

sebelum mereka meninggalkan ruangan. Ini akan meyakinkan Anda bahwa ada 100%<br />

respon. Juga akan mencegah munculnya tanggapan “mentalitas menggerombol”,<br />

kemungkinan adanya beberapa orang berkumpul bersama untuk berdiskusi di kelas baik<br />

sebelum melengkapi evaluasi ataupun saat mereka melengkapi evaluasi.<br />

5. Wawancara.<br />

Sebagai tambahan untuk kuesioner akhir-sesi. Anda bisa menggunakan wawancara<br />

untuk meningkatkan reliabilitas data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Teknik<br />

pengumpulan data ini sangat fleksibel, memungkinkan pewawancara untuk bertanya lebih<br />

lanjut guna mendapatkan jawaban yang lebih spesifik dan memperjelas pertanyaan seperti<br />

yang dibutuhkan. Teknik ini juga memungkinkan pewawancara untuk mencatat jawabanjawaban<br />

spontan dan, oleh karena itu, pewawancara bisa mendapatkan gambaran lengkap<br />

dari reaksi peserta. Pewawancara bisa memperdalam reaksi-reaksi yang sedikit terkumpul<br />

melalui kuesioner.<br />

Rencanakan durasi selama tiga puluh menit untuk tiap wawancara. Anda tidak akan<br />

mampu mewawancarai setiap peserta, jadi pilihlah peserta secara acak. Ini penting untuk<br />

dilakukan untuk menjaga agar wawancara berlansung dalam waktu seminggu sesudah sesi<br />

sehingga pengalaman yang diperoleh masih segar dalam ingatan peserta. Dengan wawancara<br />

satu-per-satu, lebih jauh anda bisa memperdalam latar belakang reaksi peserta dan meminta<br />

saran perbaikan dari mereka. Dengan merekam wawancara tersebut dan mengetiknya,<br />

maka akan memungkinkan bagi Anda untuk menganalisa atau menterjemahkan tanggapantanggapan<br />

tersebut secara lebih utuh, atau untuk memudahkan Anda bisa membuat catatan<br />

selama wawancara berlangsung.<br />

Ketika mengembangkan pertanyaan wawancara, jangan meniru pertanyaan yang ada<br />

pada lembar. Lebih baik, ajukan pertanyaan spesifik tentang metode yang digunakan atau<br />

cakupan materi. Sebagai contoh, di bawah ini ada beberapa pertanyaan berkaitan dengan<br />

metode yang digunakan dalam sesi pelatihan tentang kepemimpinan:<br />

• Perasaan seperti apa yang Anda miliki tentang metode yang digunakan dalam program<br />

• Apa yang Anda sukai dari mempelajari perlombaan<br />

• Apa yang tidak Anda sukai dari rancangan jigsaw<br />

• Apa yang tidak Anda sukai dari mempelajari perlombaan<br />

Tingkatan 2: Pembelajaran<br />

Evaluasi tingkatan 2 berhubungan dengan apa yang sebenarnya peserta pelajari selama sesi<br />

pelatihan. Tiga teknik yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi pembelajaran adalah<br />

tes, observasi, dan wawancara. Tes adalah metode yang paling sering digunakan.<br />

258


1.<br />

Tingkat 2 Metode Evaluasi<br />

Metode Kelebihan Kekurangan<br />

Tes:<br />

Tes Obyektif<br />

Pilihan Ganda<br />

Mencocokkan<br />

Benar-Salah<br />

Mengisi (Isilah)<br />

Tes Subjektif<br />

Esai<br />

Jawaban Singkat<br />

Mudah untuk dinilai<br />

Murah untuk digunakan<br />

Mudah untuk ditulis<br />

Murah untuk diciptakan<br />

Sulit untuk ditulis<br />

Membutuhkan waktu untuk<br />

menullis<br />

Menghabiskan waktu saat<br />

penilaian<br />

Mahal untuk penilaian<br />

Observasi/pengamatan:<br />

Mengamati perilaku dalam<br />

kelas<br />

Keterampilan yang ditampilkan<br />

dalam latihan keterampilan dan<br />

aktivitas pembelajaran<br />

Dilakukan langsung<br />

Memberi kemungkinan<br />

untuk pelatihan dan<br />

umpan balik saat itu juga<br />

Subjektif, terbuka bagi<br />

interpretasi<br />

Tidak tersedia waktu yang<br />

cukup untuk mengamati<br />

perilaku semua peserta<br />

Interview/wawancara:<br />

Wawancara individu dilakukan<br />

secara singkat setelah pelatihan<br />

Sampel acak peserta (Random<br />

sampling)<br />

Dapat mengumpulkan<br />

informasi yang lebih detail<br />

Umpan balik segera<br />

Menghabiskan banyak waktu;<br />

mahal<br />

Harus terstruktur dengan<br />

ketat untuk memperoleh<br />

jawaban yang dapat dinilai<br />

2.<br />

Tes.<br />

Sebaiknya sederhana. Banyak pelatih memberikan dua tes yaitu pre-test dan post-test guna<br />

mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta.<br />

Tipe-tipe Tes. Pertama tentukan apakah Anda ingin membentuk item-item subjektif<br />

(jawaban singkat atau esai) atau objektif (pilihan ganda atau benar-salah) atau bahkan<br />

menggabungkan keduanya. Ketika menyusun item tes, pertimbangkan waktu yang diperlukan<br />

untuk menyelesaikan tes-nya begitu pula dengan validitas dan reliabilitas masing-masing<br />

item. Pastikan bahwa tes tersebut mengukur pembelajaran seperti yang disebutkan dalam<br />

tujuan pembelajaran. Ketika suatu item mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes itu<br />

memiliki validitas. Setiap item tes juga harus reliabel, yaitu, memberikan hasil yang tetap dari<br />

penerapan yang satu ke penerapan lainnya.<br />

Pastikan bahwa tes-nya bermakna. Daripada menanyakan informasi yang sederhana<br />

melalui ingatan yang berdasar pada fakta, lebih baik ajukan pertanyaan yang meminta peserta<br />

menerapkannya atau memaknai apa yang telah mereka pelajari melalui sesi tersebut.<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 259


260<br />

Bentuk Pertanyaan. Semua pertanyaan pilihan ganda terdiri dari akar pertanyaan dan<br />

jawaban. Akar pertanyaannya menampilkan permasalahan, pengajuan pertanyaan, atau<br />

berbentuk pernyataan yang tidak lengkap. Tanggapan-tanggapan terdiri atas kemungkinan<br />

jawaban, dan semuanya harus masuk akal. Semakin banyak item, semakin baik reliabilitas<br />

tes-nya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:<br />

• Jawaban Benar. Bentuk jawaban benar meminta satu jawaban yang benar atas pertanyaan<br />

yang sederhana. Bentuk ini digunakan terutama untuk menguji ingatan terhadap faktafakta.<br />

Tipe pertanyaan ini sesuai untuk menguji pengetahuan yang dihasilkan, misalnya.<br />

• Jawaban Terbaik. Dengan menggunakan tipe pertanyaan ini, perlu ada lebih dari satu<br />

pilihan jawaban yang benar. Beberapa di antara semua pilihan mungkin agak benar.<br />

Karena jawaban terbaik memerlukan tingkatan berpikir yang lebih tinggi, responden<br />

harus menilai pilihan-pilihan yang ada dan membuat kesimpulan. Tipe pertanyaan ini bisa<br />

menimbulkan banyak permasalahan. Karena jawabannya terbuka dengan pemaknaan,<br />

item tes bisa dengan sangat mudah diperdebatkan, dan mungkin Anda menemukan diri<br />

Anda sendiri sedang berdebat dengan diri Anda pribadi atau kelompok dan yang paling<br />

sering adalah untuk menghargai jawaban lain.<br />

• Kombinasi Tanggapan. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan paling rumit dan<br />

menghabiskan waktu baik bagi pembuat tes dan mereka yang mengerjakan tes. Pilihanpilihannya,<br />

satu atau lebih yang mungkin benar, diberi nomor. Daftar pilihan berikutnya<br />

berisi jawaban yang mungkin benar. Tipe pertanyaan ini mengukur keterampilan kognitif<br />

secara kompleks dan kemampuan untuk menganalisa dan menilai. Belajar berpikir keras<br />

manakala menuliskan item-itemnya. Karena kompleksitas tersebut, responden mungkin<br />

akan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memikirkan item-itemnya.<br />

Panduan Menulis Tes. Dalam kebanyakan kasus, mungkin Anda akan memilih<br />

untuk membuat pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan tersebut mudah untuk diselesaikan,<br />

tapi tidak membutuhkan kemudahan dalam menuliskan. Untuk membantu Anda menyusun<br />

tes pilihan ganda, yang akan memberikan informasi berharga tentang penguasaan peserta<br />

terhadap materi pembelajaran, pertimbangkan panduan berikut ini:<br />

• Hindari penggunaan “semua yang di atas” dan “tidak satu pun di atas” dalam pilihan<br />

jawaban.<br />

• Pastikan ‘batang’ (bagian penting dalam pertanyaan) terdiri dari banyak informasi dan<br />

menegaskan permasalahannya, tempatkan lembar isian di dekat akhir pertanyaan.<br />

• Pelihara konsistensi susunan kata atau struktur yang sejajar pada akar pertanyaan dan<br />

pilihan jawaban.<br />

• Cobalah untuk membuat pilihan jawaban yang sama panjang.<br />

• Hindari ambiguitas dan kesulitan dalam pembacaan pertanyaan dengan menggunakan<br />

penulisan pertanyaan yang lebih positif daripada yang negatif.<br />

• Jaga agar akar kalimat tetap sederhana dan terbatas untuk satu ide.<br />

• Gunakan bahasa percakapan ketika mengkalimatkan item dan pilihan-pilihannya.<br />

• Susun pertanyaan dalam urutan yang logis.<br />

• Jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar dalam suatu pertanyaan.


Untuk mengukur ingatan tentang informasi yang telah dipelajari dalam program, berikan<br />

tes yang lain beberapa bulan setelah pelatihan.<br />

3.<br />

4.<br />

Observasi.<br />

<strong>Pelatih</strong> dapat melihat peserta melatih dan menerapkan keterampilan, alat-alat, dan teknikteknik<br />

yang mereka miliki selama sesi. Selama pelatih mengamati perilaku peserta dalam<br />

melatih keterampilan, memainkan peran, simulasi, studi kasus, dan kegiatan lainnya, dia bisa<br />

mendapatkan ide bagus tentang apa saja yang sesungguhnya telah dipelajari oleh peserta.<br />

Wawancara.<br />

Sesaat setelah pelatihan, wawancarai peserta dan tanyakan kepada mereka tentang hal apa<br />

sajakah yang mereka pelajaru di dalam sesi. Lakukan wawancara dalam waktu seminggu<br />

sesudah pelatihan.<br />

Tingkatan 3: Perilaku<br />

Pertanyaan penting yang dijawab oleh Tingkatan 3 adalah, “bagaimana suatu pelatihan<br />

berpengaruh kepada perilaku peserta”<br />

Keberhasilan suatu program pelatihan ditentukan oleh apa yang peserta lakukan<br />

terhadap informasi atau keterampilan ketika kembali ke pekerjaannya. Evaluasi tingkatan 3 akan<br />

memakan waktu serta biaya (mahal). Selain itu juga memerlukan peng<strong>org</strong>anisasian yang bagus,<br />

kertampilan-keterampilan lanjutan, dan proses.<br />

1.<br />

2.<br />

Tujuan Evaluasi Tingkatan 3.<br />

Gunakan evaluasi lanjutan untuk tujuan berikut:<br />

• Mengukur hasil yang tetap dari pelatihan<br />

• Menentukan pada area mana sajakah para peserta menunjukkan peningkatan terbesar<br />

dan terkecil<br />

• Bandingkan tanggapan yang ada pada program lanjutan dengan yang ada pada akhir<br />

program<br />

Panduan Lanjutan.<br />

Gunakan panduan berikut ini untuk evaluasi lanjutan:<br />

• Persiapkan peserta. Pada akhir sesi pelatihan, katakan kepada peserta bahwa Anda akan<br />

mengadakan evaluasi lanjutan dan tipe evaluasi yang akan digunakan.<br />

• Jika pelatihan tidak berjalan efektif, cari tahu sebabnya. Doronglah peserta untuk<br />

mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak mengalami peningkatan dan faktor apa<br />

sajakah yang menjadi halangan bagi kemajuan mereka.<br />

• Terkadang ada faktor-faktor yang menghambat atau mencegah penerapan pengetahuan<br />

dan keterampilan yang baru ke dalam suatu pekerjaan. Hambatan-hambatan tersebut<br />

mungkin termasuk keadaan lingkungan yang menyedihkan, perlengkapan yang sangat<br />

tidak memadai, supervisor, keberadaan kebijakan dan prosedur yang ada, bahkan juga<br />

iklim <strong>org</strong>anisasi.<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> |<br />

261


3.<br />

4.<br />

5.<br />

262<br />

• Sampaikan evaluasi lanjutan kepada manajer peserta atau supervisor. Mereka seharusnya<br />

tahu tentang hasil program dan informasi lanjutan serta sebaiknya dilibatkan dalam<br />

pelatihan peserta dan pelatihan penerapan.<br />

Observasi.<br />

<strong>Pelatih</strong> atau calon pengamat tentunya bisa mengamati pekerja saat mereka kembali bekerja.<br />

Amati dengan hati-hati selama mereka melakukan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan<br />

rutinnya. Untuk membantu proses tersebut dan memastikan konsistensi dalam pengumpulan<br />

data, buatlah daftar perilaku-perilaku yang diharapkan dan kemudian amati apakah para<br />

pekerja menunjukkan perilaku tersebut atau tidak.<br />

Sebagai contoh, jika Anda mengamati seseorang yang baru saja mengikuti program<br />

layanan konsumen, daftar perilaku dalam layanan konsumen yang Anda miliki mungkin<br />

terlihat seperti ini:<br />

____ Senyuman.<br />

____ Menyapa pelanggan dengan “Selamat pagi” atau “Selamat siang”.<br />

____ Penggunaan nama pelanggan.<br />

____ Bertanya “Bolehkah saya membantu Anda”.<br />

____ Menawarkan bantuan tambahan.<br />

____ Memberikan pilihan-pilihan kepada pelanggan.<br />

____ Mengatakan apa yang bisa kami lakukan, bukannya apa yang tidak bisa kami<br />

lakukan.<br />

Wawancara.<br />

Sebaiknya kita tidak hanya mewawancarai mereka yang mengikuti pelatihan, tetapi juga<br />

sebaiknya mewawancarai mereka yang dekat atau masih memiliki kedekatan hubungan dengan<br />

peserta program. Mungkin juga apabila yang diwawancarai adalah rekan kerja, bawahan, atau<br />

masyarakat. Pertanyaan wawancara sebaiknya disusun secara hati-hati dan dirancang untuk<br />

memusatkan perhatian pada penerapan yang spesifik serta perubahan perilaku.<br />

Survei.<br />

Survei akan lebih efisien (dan lebih mahal daripada wawancara) untuk menemukan apakah<br />

peserta benar-benar menerapkan hal-hal yang telah dipelajari. Sekali lagi, jangan membatasi<br />

sumber informasi Anda. Orang lain yang berinteraksi dengan mereka yang ikut serta dala<br />

pelatihan seringkali merupakan sumber umpan balik dan lebih reliabel. Anda akan merasa<br />

ingin mengetahui tidak hanya apakah peserta memanfaatkan pelatihan dalam melakukan<br />

pekerjaannya tetapi juga bagaimana mereka menggunakan hal yang diperoleh dalam pelatihan<br />

untuk menunjukkan adanya peningkatan.<br />

Tanpa menghiraukan metode evaluasi yang Anda gunakan, pastikan bahwa Anda<br />

memiliki cukup waktu untuk menghadirkan perubahan perilaku. Lamanya waktu tergantung<br />

kepada programnya, tapi antara tiga sampai enam bulan sebaiknya Anda memberi cukup<br />

kesempatan kepada peserta untuk menerapkan hal apa sajakah yang sudah mereka pelajari<br />

dan mengembangkan perilaku baru mereka.


Tingkatan 4: Hasil<br />

Evaluasi Tingkatan 4 menentukan dampak pelatihan terhadap institusi. Sewajarnya, evaluasi<br />

tersebut menunjukkan bagaimana pelatihan mampu memberikan kontribusi terhadap<br />

penyelesaian tujuan istitusi dan memperlihatkan hasil berkenaan dengan tujuannya. Jika suatu<br />

institusi memilih untuk melakukan evaluasi Tingkatan 4, wilayah pengukurannya harus sama<br />

dengan area yang diidentifikasi dalam pengukuran kebutuhan.<br />

Evaluasi Tingkatan 4 akan sulit dan memakan waktu. Juga bisa sangat mahal. Hal ini sulit<br />

untuk diukur dikarenakan oleh banyaknya variabel yang bisa datang ke dalam permainan setelah<br />

peserta selesai mengikuti sesi. Untuk alasan-alasan tersebut, evaluasi Tingkatan 4 tidak sesuai<br />

untuk semua pelatihan. Dari pokok dasar yang praktis, pertimbangkan penggunaan Tingkatan<br />

4 untuk program-program yang dekat dan berharga bagi manajemen yang lebih tinggi dan telah<br />

mengidentifikasi program tersebut sebagai prioritas.<br />

<strong>Modul</strong> VI - Monitoring dan Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> | 263


264


MODUL VII<br />

PEER TEACHING<br />

Peer Teaching


PEER TEACHING<br />

Tujuan<br />

• Peserta dapat mempraktekkan pengetahuan, keterampilan dan sikap melatih, yang telah<br />

ia pelajari selama mengikuti proses pelatihan<br />

• Peserta dapat saling menilai dan memberikan masukkan berdasarkan dimensi yang<br />

telah ditetapkan sebagai parameter penilaian dalam praktek pelatihan<br />

Bahan<br />

• Kertas plano, flip charts untuk persiapan presentasi peserta, spidol, selotip<br />

• Bahan-bahan tertentu (yang telah mempertimbangkan ketersediaan setempat)<br />

sesuai dengan metode yang akan dipakai peserta dalam peer teaching. Hal ini<br />

dilakukan pada hari-hari sebelum pelaksanaan peer teaching.<br />

Waktu<br />

300 menit (diluar penjelasan sesi terakhir sehari sebelumnya)<br />

Alokasi:<br />

• 30-60 Menit: Penjelasan awal yang dilakukan sehari sebelum sesi peer teaching<br />

mengenai tujuan, prosedur, pembagian kelompok, proses-proses yang akan dilalui<br />

dalam peer teaching. Kegiatan ini dilakukan pada jam terakhir hari sebelumnya.<br />

• 10-12 menit presentasi untuk masing-masing peserta. Total waktu 10 orang<br />

membutuhkan: 120 menit.<br />

• 10-15 menit playback dan feedback untuk tiap peserta (tidak semua video harus<br />

ditunjukkan, tergantung kebutuhan; hal-hal penting nanti diarahkan oleh pelatih<br />

atau peserta lain yang sekiranya penting. Total waktu untuk 10 peserta: 150<br />

menit<br />

• Masukkan dan diskusi dalam kelompok peer teaching (diarahkan oleh pelatih dalam<br />

peer teaching): 30 menit.<br />

• Diskusi Pleno: 30 menit.<br />

Proses<br />

1. Persiapan masing-masing pihak dalam peer teaching (lihat tugas masing-masing<br />

pihak)<br />

2. Penjelasan dan penugasan oleh pelatih<br />

3. Pelaksanaan peer teaching.<br />

4. Umpan balik dan sesi putar-ulang ( Feedback dan playback session).<br />

5. Catatan penutup pelatih dan plan of action.<br />

<strong>Modul</strong> VII - Peer Teaching | 267


Tugas Peserta Dalam Sesi Peer Teaching<br />

• Mempersiapkan materi, alat dan bahan yang diperlukan untuk<br />

presentasi, sehari sebelumnya. Selama fase persiapan, pelajari kembali<br />

prinsip-prinsip dasar POD, teknik fasilitasi, keterampilan-keterampilan<br />

fasilitasi; dan menerapkannya dalam menetapkan tujuan sesi pelatihan,<br />

perancangan metode, pemilihan media, serta keterampilan melatih.<br />

• Peserta membuat rencana tertulis tentang tujuan sesi pelatihan,<br />

perancangan metode, pemilihan media; dan menyerahkannya kepada<br />

pelatih.<br />

• Pada gilirannya, setiap peserta memberikan presentasi masing-masing<br />

sekitar 10 menit<br />

• Mendengarkan dan merespons sesi playback dan umpan-balik “observer<br />

dan evaluator” (5 menit)<br />

• Terlibat aktif dalam pembahasan pleno dan rangkuman pelatih.<br />

Tugas Observer<br />

• Membaca dengan teliti setiap sikap dan keterampilan yang seharusnya<br />

dikuasai oleh seorang pelatih yang baik.<br />

• Membaca lembar observasi.<br />

• Mencermati semua gerak-gerik “presenter” dan melakukan<br />

penilaian selama teman sejawat, secara satu per satu, memberi dan<br />

mempresentesikan sesi latihannya.<br />

• Mengisi lembar observasi dan memberi masukkan kepada “presenter”<br />

hasil obeservasinya dalam sesi feedback.<br />

• Mengembalikan lembar observasi kepada pelatih<br />

TugasTime Keeper (selama Peer Teaching)<br />

• Karena setiap peserta dalam peer teaching akan mempresentasikan teknik<br />

fasilitasi yang ia kembangkan sendiri; ada anggota peer teaching yang<br />

dimintai sebagai time keeper.<br />

• Mempelajari alokasi waktu setiap peserta sebagai presenter dalam peer<br />

teaching<br />

• Mengatur saat mulai dan berakhirnya sesi presentasi.<br />

• Mengingatkan (tapi tidak mengganggu si presenter secara mencolok)<br />

sisa waktu tersedia.<br />

268


Lembar Kerja<br />

LEMBAR OBSERVASI PEER TEACHING<br />

Nama Observee:<br />

Nama Observer:<br />

Petunjuk: Berilah nilai kepada peserta yang anda amati berdasarkan 10 dimensi fasilitasi,<br />

dengan membubuhkan tanda centang pada kolom BAIK atau SEDANG atau<br />

KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut bergerak dari nilai yang<br />

rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).<br />

No<br />

DIMENSI<br />

1. MEMBANGUN RAPPORT<br />

Memberi respon dengan menyebut<br />

nama peserta, memberi dukungan<br />

dan motivasi agar tidak takut<br />

mencoba atau gagal, menjadikan<br />

peserta sebagai pembelajar yang<br />

akitf, bertindak dengan antusias,<br />

tidak meremehkan peserta<br />

BAIK SEDANG KURANG CATATAN<br />

OBSERVER<br />

6 5 4 3 2 1<br />

2. KETERAMPILAN DASAR<br />

FASILITASI<br />

Menunjukkan keterbukaan,<br />

menunjukkan empati, mampu<br />

mendiagnosis masalah, memotivasi<br />

peserta secara verbal maupun non<br />

verbal, mampu menyelesaikan<br />

perbedaan pendapat<br />

3. MENYIMAK<br />

Menunjukkan adanya perhatian,<br />

menunjukkan empati, membantu<br />

peserta untuk mengembangkan<br />

kompetensi, memotivasi peserta<br />

untuk memecahkan masalahmasalahnya,<br />

mampu diam saat<br />

harus diam, tidak memotong<br />

pembicaraan/menyela, mendorong<br />

peserta untuk berbicara secepatnya<br />

4. PENGAMATAN<br />

Mampu memahami petunjuk non<br />

verbal peserta<br />

<strong>Modul</strong> VII - Peer Teaching | 269


5. BERTANYA<br />

Menunjukkan kemampuan<br />

mendengar, mampu mendorong<br />

keterlibatan peserta untuk mencari<br />

jawaban, mampu mendorong<br />

peserta yang pasif untuk aktif,<br />

mampu menggunakan jenis<br />

pertanyaan terbuka dan tertutup<br />

dengan tepat<br />

6. MEMBERI DAN MENERIMA<br />

UMPAN BALIK<br />

Tidak terburu-buru memberi<br />

umpan balik, tidak terkesan<br />

memberi pembelaan diri,<br />

menjernihkan persoalan<br />

dengan mengajukan pertanyaan<br />

sebelum memberi umpan<br />

balik, menyampaikan umpan<br />

balik dengan spesifik dan jelas,<br />

tidak bersifat personal judgement,<br />

mengucapkan terima kasih kepada<br />

peserta yang memberi umpan balik<br />

7. PARAFRASE, MENGUJI DAN<br />

DIALOG<br />

Mengulang pernyataan atau<br />

pertanyaan peserta dengan tujuan<br />

memastikan pemahaman yang<br />

tepat/benar, mampu mengajukan<br />

pertanyaan untuk mendapat<br />

pemahaman, tidak melompat dari<br />

pertanyaan yang satu ke pertanyaan<br />

lain, tidak berasumsi, senantiasa<br />

mengajukan jenis pertanyaan<br />

terbuka, memberi kesempatan<br />

terhadap munculnya perspektif<br />

yang lain/berbeda<br />

8. Sistematika Penyajian<br />

Menyampaikan salam pembuka,<br />

menyampaikan tujuan<br />

instruksional, menyampaikan<br />

deskripsi materi pelatihan,<br />

menyampaikan garis besar alur<br />

proses dan metode, menyampaikan<br />

resume, menyampaikan pertanyaan<br />

diagnosis, menyampaikan clue yang<br />

menghantar ke materi selanjutnya,<br />

menyampaikan salam penutup<br />

270


9 Penguasaan Materi<br />

Mampu menjawab pertanyaan<br />

peserta dengan percaya diri, tidak<br />

memberi kesan mempertahankan<br />

diri, tidak mengalihkan pertanyaan<br />

peserta ke hal lain yang tidak ada<br />

hubungannya, konsisten dengan<br />

penyampaian materi dari awal<br />

hingga akhir<br />

10. Penguasaan dan Pemanfaatan<br />

Metode dan Media <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Menyampaikan tujuan<br />

instruksional, menjelaskan<br />

metode dan prosedur pelatihan,<br />

menggunakan media pembelajaran<br />

dengan efektif, melibatkan peserta<br />

dalam proses pembelajaran,<br />

memberikan kesempatan kepada<br />

peserta untuk praktek, mampu<br />

menjawab pertanyan peserta terkait<br />

perbedaan diantara metode-metode<br />

pelatihan yang ada<br />

<strong>Modul</strong> VII - Peer Teaching |<br />

271


272


DAFTAR PUSTAKA<br />

Davis, E. 2005. The Training Managers: A Handbook. Terjemahan. PT.<br />

Gramedia: Jakarta<br />

Leigh, D. 2006. The Group Trainer’s Handbook: designing and delivering<br />

training for groups, 3 rd edition. Kogan Page:London-Philadelphia<br />

Lawson, K. 2006. The Trainer’s Handbook. 2nd Ed. Pfeiffer: San Francisco<br />

Bray, T. 2006. The Training Design Manual : the complete practical guide<br />

to creating effective and successful training programmes. Kogan<br />

Page: London-Philadelphia<br />

Hart, L.B. dan Waisman, C.S. 2003. 50 Activities for Developing Leaders. Volume<br />

II. HRD Press: USA<br />

Ife, J. dan Tesoriero, F. 2008. Community Development. Terjemahan. Edisi ke-3.<br />

Pustaka Pelajar: Yogyakarta<br />

Levin, P. 2005. Succesful Teamwork. Open University Press: New York<br />

Yayasan Indonesia Sejahtera. 1994. Bermain Menghayati dan Belajar. YIS:<br />

Solo<br />

273


274


LAMPIRAN<br />

1. Kurikulum <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

2. Panduan Penyelenggaraan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

3. Lay Out Ruang <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

4. Media dan Kebutuhan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Lain yang Harus Disiapkan<br />

5. Kriteria <strong>Pelatih</strong><br />

6. Syarat-Syarat Menjadi Peserta<br />

7. Team Management<br />

8. Daftar <strong>Pelatih</strong> <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

9. Daftar Peserta <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong><br />

275


276


277


278<br />

Lampiran 1.<br />

Kurikulum <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Hari/<br />

tgl.<br />

I<br />

Tgl…<br />

Waktu Pokok/Sub Pokok Bahasan Tujuan Pokok/Sub Pokok Bahasan Metode dan Media <strong>Fasilitator</strong><br />

08.00 – 08.30 Pembukaan Acara <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> dibuka secara resmi Ceremonial Pejabat<br />

Pusat/<br />

Setempat<br />

08.30 – 09.30 Pengantar<br />

Mengenal diri sendiri dan orang lain<br />

• Lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri<br />

maupun peserta lain dalam menjadi pelatih.<br />

• Dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan<br />

orang lain dalam suatu pelatihan<br />

Ceramah<br />

Ini Diriku<br />

Gentong Retak<br />

Angket Profil<br />

Kepribadian<br />

09.30 – 10.15 Sikap Terhadap Diri Sendiri Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri Lembar kerja<br />

dapat dipengaruhi oleh pemaknaan kita terhadap kegagalan dan Keberhasilan dan<br />

kesuksesan yang kita lakukan.<br />

Komitmen untuk<br />

Berhasil<br />

10.15 – 10.30 Istirahat<br />

10.30 – 11.30 Kontrak Belajar • Dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing<br />

•<br />

terkait keikutsertaan mereka dalam <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong><br />

<strong>Pemberdayaan</strong> Masyakarat.<br />

Dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau<br />

mengapa tidak dapat dicapai.<br />

11.30 – 12.30 Mempersiapakn Situasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Di akhir sesi peserta diharapkan dapat:<br />

• menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan<br />

• menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing<br />

• berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan<br />

12.30 -13.30 Ishoma<br />

13.30 – 14.00 Menetapkan Norma Kelompok Peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan<br />

digunakan selama pelatihan berlangsung.<br />

14.00 – 14.30 Pre Test Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait<br />

kompetensinya sebagai pelatih<br />

Kumpulan harapan<br />

dan kekhawatiran<br />

Alur <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Agenda <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Daftar Logistik<br />

Dokumen<br />

Kesepakatan Peserta<br />

Lembar Pre Test<br />

…<br />

…<br />

…<br />

…<br />

…<br />


14.30 – 15.00 Praktek Umpan Balik Di akhir pelatihan:<br />

• peserta mampu melakukan pengamatan dan memberikan<br />

penilaian terhadap perilaku peserta yang lain<br />

• memutuskan untuk menerima masukan yang positif dan<br />

konstruktif dari peserta lain terhadap perilaku mereka<br />

sendiri.<br />

15.00 – 15.30 Istirahat<br />

15.30 – 16.00 Umpan Balik Harian Panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian<br />

sistem bergiliran<br />

Buku catatan kawan<br />

kita<br />

Kelompok kerja<br />

Review harian<br />

…<br />

Lampiran | 279<br />

II<br />

Tgl.<br />

08.00 – 10.00 Memahami Nilai-Nilai Ke-<br />

Indonesia-an<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 12.15 Mengembangkan Nilai-Nilai Ke-<br />

Indonesia-an<br />

12.15 – 13.15 Ishoma<br />

13.15 – 15.15 Memahami Kembali Konsep Dasar<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

15.15 – 15.45 Istirahat<br />

15.45 – 17.00 <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat dalam<br />

Perspektif Indonesia<br />

17.00 – 18.00 Peran dan Fungsi Pelaku<br />

<strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Pada akhir sesi peserta mampu:<br />

• mengingat kembali tentang nilai-nilai Ke-Indonesia-an<br />

• mengidentifikasi nilai-nilai yang perlu dikembangkan<br />

• menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang tumbuh dan<br />

berkembang di masyarakat<br />

Peserta mampu:<br />

• menghubungkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dengan nilai<br />

keragaman<br />

• dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat<br />

• memberikan penilaian terhadap program pemberdayaan<br />

masyarakat<br />

• menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan<br />

masyarakat<br />

• Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat<br />

• Peserta mampu menentukan konsep dasar pengembangan<br />

masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-Indonesia-an<br />

• Peserta menemukenali model pemberdayaan masyarakat<br />

• Peserta mampu menganalisa permasalahan program<br />

pemberdayaan masyarakat<br />

Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan<br />

masyarakat<br />

Menyanyikan lagu<br />

wajib dan lagu daerah<br />

Curah pendapat<br />

Diskusi kelompok<br />

Studi kasus<br />

Diskusi kelompok<br />

Pleno<br />

Ceramah<br />

Diskusi kelompok<br />

Ceramah<br />

Diskusi kelompok<br />

Ceramah<br />

Sumbang saran<br />

…<br />

…<br />

…<br />

…<br />


280<br />

III.<br />

Tgl…<br />

08.00 – 10.00 Pendidikan Orang Dewasa • Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran<br />

•<br />

orang dewasa berdasarkan pengalaman belajar sendiri<br />

sebagai orang dewasa<br />

Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran<br />

orang dewasa selama pelatihan berlangsung<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 12.15 Aspek-Aspek Etika <strong>Pelatih</strong> dan<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

12.15 – 13.15 Ishoma<br />

Peserta meyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi<br />

sebagai pelatih dalam suatu pelatihan<br />

13.15 – 15.15 Memahami Pembelajar Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang<br />

bersumber dari pembelajar yang dapat berdampak pada<br />

desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan<br />

15.15 – 115.45 Istirahat<br />

15.45 – 17.45 Taksonomi Tujuan Instruksional • Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan<br />

•<br />

instruksional<br />

Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya<br />

model Bloom<br />

Ceramah<br />

Curah pendapat<br />

Diskusi kelompok<br />

Diskusi kelompok<br />

Presentasi<br />

Ceramah<br />

Penugasan<br />

Ceramah<br />

Presentasi<br />

…<br />

…<br />

…<br />

…<br />

IV<br />

Tgl…<br />

08.00 – 10.00 Manajemen Stres • Menjelaskan konsep coping stress<br />

• Mengidentifikasi penyebab stres<br />

• Mengidentifikasi strategi penanganan stres<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 11.15 Pengembangan Atmosphere Belajar • Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan<br />

•<br />

kelompok yang dibentuk secara acak<br />

Peserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu,<br />

•<br />

cara terbaik untuk membentuk satu kelompok<br />

Peserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara<br />

inovatif untuk membentuk kelompok secara acak<br />

11.15 – 12.30 Praktek Dinamika Kelompok Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai<br />

situasi dan anggota kelompok yang sulit<br />

12.30 – 13.30 Ishoma<br />

13.30 – 14.30 Merancang Sesi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> • Menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan<br />

• Menyebutkan lima jenis strategi pelatihan<br />

Kliping<br />

Ceramah<br />

Permainan kuis<br />

Bermain peran<br />

Curah pendapat<br />

Diskusi kelompok<br />

…<br />

…<br />

…<br />


14.30 – 15.30 Mengembangkan Agenda <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> • Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan<br />

•<br />

agenda pelatih<br />

Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang<br />

•<br />

selayaknya ada dalam agenda pelatih<br />

Peserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka<br />

berdasarkan catatan informasi mereka<br />

15.30 – 16.00 Istirahat<br />

16.00 – 15.00 Merumuskan Rencana Sesi • Mampu membuat daftar mengenai elemen suatu rencana<br />

•<br />

sesi<br />

Mampu membedakan antara rencana sesi yang baik dan<br />

buruk dan menganalisis aspek-aspek baik dan buruknya<br />

16.00 – 18.00 Menulis Rencana Sesi Sederhana Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka<br />

sendiri<br />

Ceramah<br />

Curah pendapat<br />

Penugasan<br />

Curah pendapat<br />

Diskusi pleno<br />

Ceramah<br />

Penugasan<br />

…<br />

…<br />

…<br />

V.<br />

Tgl…<br />

08.00 – 10.00 Berbagai Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> I Peserta dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang<br />

mereka kenal dengan teknik ”bola salju”.<br />

Bola salju<br />

…<br />

Lampiran |<br />

281<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 12.15 Berbagai Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> II Peserta dapat memilih beberapa metode yang ingin<br />

dipraktekkan.<br />

12.15 – 13.15 Ishoma<br />

13.15 – 15.15 Praktek Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> I • Memberikan kesempatan kepada peserta untuk<br />

•<br />

mempraktekkan suatu metode pelatihan.<br />

Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan<br />

pelatihan baru.<br />

15.15 – 15.45 Istirahat<br />

15.45 – 17.45 Praktek Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> II • Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran<br />

•<br />

orang dewasa dan prinsip pelatihan.<br />

Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.<br />

Curah pendapat<br />

Penugasan<br />

Ceramah<br />

Praktek<br />

Ceramah<br />

Praktek<br />

…<br />

…<br />


282<br />

VI.<br />

Tgl…<br />

08.00 – 10.00 Memilih Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> I • Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus<br />

•<br />

dipilih dengan hati-hati.<br />

Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok<br />

untuk meningkatkan kesadaran atau pengetahuan, tetapi<br />

hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau<br />

merubah sikap.<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 12.15 Memilih Metode <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> II Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan<br />

tujuan, kelompok sasaran yang berbeda, serta situasi yang<br />

spesifik<br />

12.15 – 13.15 Ishoma<br />

13.15 – 15.15 Pemanfaatan Media Pembelajaran I Peserta dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan<br />

kekurangan dari media yang dipilih.<br />

15.15 – 15.45 Istirahat<br />

15.45 – 17.45 Pemanfaatan Media Pembelajaran II Peserta mampu mengidentifikasi lima hal yang boleh<br />

dilakukan dan jangan dilakukan dalam menggunakan media<br />

yang dipilih<br />

Curah pendapat<br />

Praktek<br />

Praktek<br />

Ceramah<br />

Ceramah<br />

Demonstrasi<br />

Demonstrasi<br />

Ceramah<br />

…<br />

…<br />

…<br />

…<br />

VII<br />

Tgl…<br />

08.00 – 10.00 Karakteristik <strong>Pelatih</strong> dan Gaya<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> I<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 12.15 Karakteristik <strong>Pelatih</strong> dan Gaya<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> II<br />

12.15 – 13.15 Ishoma<br />

Pada bagian ini, peserta dapat:<br />

• mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya<br />

• mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas<br />

gaya pelatihan<br />

Peserta mampu membedakan antara pelatihan yang berpusat<br />

pada pembelajar (learner-centered) dan pelatihan yang berpusat<br />

pada materi (information-centered)<br />

13.15 – 13.45 Membangun Hubungan/Interaksi Pesserta dapat:<br />

• menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat<br />

terbinanya relasi yang baik antar pelatih dengan peserta<br />

• menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk<br />

membina dan mempertahankan relasi yang baik antar<br />

pelatih dengan peserta.<br />

Ceramah<br />

Diskusi kelompok<br />

Penugasan<br />

Ceramah<br />

Diskusi kelompok<br />

Penugasan<br />

Curah pendapat<br />

…<br />

…<br />


13.45 – 15.00 Memperkenalkan Ketrampilan<br />

Fasilitasi<br />

15.00 – 15.30 Istirahat<br />

Peserta dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi<br />

penting dalam pelatihan partisipatif<br />

15.30 – 16.30 Praktek Kemampuan Menyimak Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan<br />

menyimak<br />

• dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit<br />

• mengidentifikasi hal–hal yang dilakukan dan tidak<br />

dilakukan oleh seorang pelatih selama menyimak<br />

16.30 – 17.30 Praktek Pengamatan Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa<br />

pengamatan menjadi faktor yang penting bagi seorang pelatih<br />

Ceramah<br />

Diskusi kelompok<br />

Ceramah<br />

Main teka-teki<br />

Sulap Jam Tangan<br />

Praktek pengamatan<br />

…<br />

…<br />

…<br />

Lampiran | 283<br />

VIII.<br />

Tgl.<br />

08.00 – 10.00 Praktek Bertanya • Peserta mampu membedakan antara pertanyaan terbuka<br />

dan pertanyaan tertutup.<br />

• Peserta mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 11.45 Memberikan dan Menerima Umpan<br />

Balik<br />

yang sesuai dengan konsep pembelajaran orang dewasa.<br />

Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan tujuan umpan balik<br />

• dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik<br />

dan buruk<br />

• dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan<br />

menerima umpan balik<br />

11.45 – 12.45 Praktek Parafrase Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan pengetian parafrase<br />

• dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna<br />

• berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan<br />

berlangsung<br />

12.45 – 13.45 Ishoma<br />

13.45 – 14.45 Praktek Menguji Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan apakah menguji itu<br />

• dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam<br />

suatu lingkup pelatihan<br />

• dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog<br />

Diskusi kelompok<br />

Praktek bertanya<br />

Curah pendapat<br />

Sosio drama<br />

Curah pendapat<br />

Praktek<br />

Ceramah<br />

Curah pendapat<br />

Teka-teki<br />

…<br />

…<br />

…<br />


284<br />

14.45 – 15.45 Praktek Dialog Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi.<br />

• dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan<br />

• dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung<br />

15.45 – 16.15 Istirahat<br />

16.15 – 17.45 Komunikasi Non Verbal Peserta paham pentingnya pengetahuan dan keterampilan<br />

dalam komunikasi non verbal<br />

Curah pendapat<br />

Praktek<br />

Tayangan video<br />

peristiwa<br />

…<br />

…<br />

IX.<br />

Tgl…<br />

08.00 – 09.30 Mengatur Perilaku yang sulit • Mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus<br />

•<br />

yang biasanya muncul dalam konteks pelatihan.<br />

Mengidentifikasi dan meyakini beberapa saran untuk<br />

menangani perilaku khusus yang dapat muncul dalam<br />

konteks pelatihan.<br />

09.30 – 10.00 Istirahat<br />

10.00 – 12.00 Praktek Fasilitasi I Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan<br />

lancar<br />

12.00 – 13.00 Ishoma<br />

13.00 – 15.00 Praktek Fasilitasi II Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan<br />

lancar<br />

15.30 – 16.00 Istirahat<br />

16.00 – 18.00 Menilai Keterampilan Fasilitasi I Peserta mampu membuat evaluasi antar peserta mengenai<br />

keterampilan fasilitasi yang telah dipraktekkan<br />

Tayangan video<br />

peristiwa<br />

Praktek fasilitasi<br />

Praktek fasilitasi<br />

Penugasan<br />

Praktek<br />

Penugasan<br />

...<br />

…<br />

…<br />

…<br />

X.<br />

Tgl…<br />

08.00 – 10.00 Analisa Perkembangan Belajar Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan alur logika dari siklus pembelajaran<br />

berdasarkan pengalaman<br />

• mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasarkan<br />

pengalaman dalam perancangan sesi<br />

10.00 – 10.15 Istirahat<br />

10.15 – 12.15 Monitoring <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari<br />

kehidupan sehari-hari<br />

• dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian<br />

dalam satu lingkungan pelatihan<br />

• dapat memilih metode monitoring yang tepat<br />

Studi Kasus<br />

Diskusi Kelompok<br />

Ceramah<br />

Diskusi kelompok<br />

Curah pendapat<br />

…<br />


12.15 – 13.15 Ishoma<br />

13.15 – 15.15 Mengevaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Pada akhir sesi peserta:<br />

• dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang<br />

berbeda dari suatu evaluasi pelatihan<br />

• dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional<br />

untuk mengevaluasi kegiatana pelatihan<br />

• dapat mengformalisasikan satu rencana evaluasi untuk<br />

pelatihan mereka sendiri<br />

15.15 – 15.45 Istirahat<br />

Curah pendapat<br />

Lempar Bola<br />

…<br />

Lampiran |<br />

XI.<br />

Tgl...<br />

08.00 – 09.30 Penjelasan Peer Teaching Semua komponen pendukung peer teaching sudah siap<br />

operasional<br />

Peserta siap melakuan Peer teaching<br />

Ceramah<br />

10.45 – 12.30 Peer Teaching 8 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi …<br />

12.30 – 13.30 Ishoma<br />

13.30 – 15.30 Peer Teaching 16 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi …<br />

15.30 – 16.00 Istirahat<br />

16.00 – 17.30 Peer Teaching 6 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi …<br />

17.30 – 19.30 Ishoma<br />

19.30 – 20.00 Playback dan Feedback Peserta dapat masukan dari peer teaching yang telah<br />

dipraktekkan<br />

20.00 – 20.00 Penguatan Komitmen Masing-masing peserta mendapat raport pribadi<br />

Semua peserta mendapat peneguhan dan pencerahan<br />

20.00 – 20.15 Penutupan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> dapat ditutup secara resmi Ceremonial Pejabat<br />

Pusat/<br />

Setempat<br />

20.15…<br />

SAYONARA<br />

Pleno<br />

Pleno<br />

…<br />

…<br />

…<br />

285


286<br />

Lampiran 2.<br />

Panduan Penyelenggaraan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

A.<br />

Pra <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

1 Penyiapan Tempat<br />

(Ruang) <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> dan<br />

Penginapan (Akomodasi)<br />

Training manajer<br />

1. Menghubungi dan memastikan tempat pelatihan setelah berkoordinasi dengan staf British<br />

Council (BC) yang bertugas, sesuai dengan jadwal dan ketentuan penentuan tempat pelatihan<br />

yang diberlakukan BC. Sedapat mungkin pelatihan tidak dilakukan di hotel atau maksimal hotel<br />

bintang tiga dan bukan di tengah kota.<br />

2.<br />

Memastikan keberadaan tempat pelatihan yang sesuai dengan ketentuan, antara lain:<br />

(a)<br />

(b)<br />

(c)<br />

(d)<br />

Luas minimal 8 m x 10 m, tidak bau dan sirkulasi udara baik.<br />

Layout kursi+meja pelatihan ”bentuk U”<br />

Jumlah kursi+meja yang mencukupi dengan jumlah peserta<br />

Ketersediaan tempat bagi PU, <strong>Fasilitator</strong>, serta Petugas Dokumentasi Proses<br />

(e) Ketersediaan sound system yang berfungsi dengan baik<br />

(f)<br />

Ketersediaan white board, papan flip chart, LCD Projector, dan alat tulis-menulis yang<br />

dibutuhkan.<br />

(g) Ketersediaan tiga ruang yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Peer Teaching.<br />

(h) Jika membutuhkan, ketersediaan alat pendingin ( AC atau Kipas Angin) yang berfungsi<br />

dengan baik<br />

2 Penginapan: Training manajer 1. Memastikan ketersediaan tempat penginapan yang mencukupi untuk menampung peserta<br />

pelatihan (maksimum dua orang per kamar), serta kenyamanan tempat pelatihan.<br />

3.<br />

Memastikan sistem penyewaan tempat pelatihan dan akomodasi antara pemilik tempat dengan<br />

BC sudah disepakati


Lampiran | 287<br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

3 Peserta Training manajer 1. Menghubungi pihak The Institute of Good Governance and Regional Development (IGGRD) untuk<br />

2.<br />

mengkonfirmasikan jumlah peserta yang terlibat dari unsur PMD, PT dan NGO.<br />

Mengidentifikasikan peserta pelatihan yang memenuhi syarat, khususnya dari PT dan NGO.<br />

3.<br />

Adapun prasyarat calon peserta dapat dilihat pada website PFPM.<br />

Mengkonfirmasikan calon peserta dari PT dan NGO yang memenuhi syarat kepada pihak<br />

4.<br />

IGGRD untuk mendapatkan persetujuan.<br />

Mengirimkan undangan kepada calon peserta dari PT dan NGO yang sudah disetujui. Dalam<br />

5.<br />

undangan tersebut terlampir: ToR, jadwal pelatihan, format CV, format karya tulis dan Form<br />

Kesanggupan kehadiran. Surat undangan dibuat dan di tanda-tangani oleh TM dengan format<br />

surat dari IGGRD.<br />

Menerima kiriman dokumen dari peserta utusan PT dan NGO, yakni: CV, Karya Tulis dan<br />

6.<br />

Kesanggupan Kehadiran. Penerimaan dokumen peserta paling lambat 1 minggu sebelum<br />

pelaksanaan pelatihan.<br />

Menginformasikan nama peserta dari PT dan NGO yang memenuhi syarat untuk mengikuti<br />

pelatihan kepada IGGRD.<br />

4 Koordinasi dengan<br />

Penanggung Jawab<br />

Umum (PU) dan<br />

<strong>Fasilitator</strong><br />

Training manajer<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

Menerima nama PU dan <strong>Fasilitator</strong> yang bertugas dari pihak IGGRD, serta jadwal dan<br />

pembagian tugas dari fasilitator yang terlibat.<br />

Mengkonfirmasikan kepastian PU untuk memfasilitasi pelatihan, jadwal pelatihan, tempat<br />

pelatihan, serta informasi lainnya yang relevan.<br />

Jika PU berhalangan pada sebagian atau seluruh proses pelatihan, TM melakukan koordinasi<br />

dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya.<br />

Mengkonfirmasikan kepastian <strong>Fasilitator</strong> untuk memfasilitasi pelatihan sesuai dengan jadwal<br />

yang telah ditetapkan. Jika <strong>Fasilitator</strong> berhalangan pada sesion yang harus difasilitasi, TM<br />

melakukan koordinasi dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya.<br />

Meminta informasi awal yang dibutuhkan oleh <strong>Fasilitator</strong> berkaitan dengan kebutuhan materi,<br />

media dan perangkat pendukung pembelajaran lainnya<br />

5 Penyiapan Konsumsi Training manajer 1. Memastikan kesiapan pelayanan konsumsi kepada peserta, antara lain mencakup jumlah yang<br />

dibutuhkan dan jenis makanan.<br />

2. Memastikan kebersihan dan kenyamanan tempat makan selama proses pelatihan berlangsung


288<br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

6 Penyiapan ATK, Seminar<br />

Kit dan P3K<br />

7 Keuangan dan<br />

administrasi:<br />

8 Pertemuan Koordinasi<br />

dengan PU dan<br />

<strong>Fasilitator</strong><br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

1. Konfirmasikan dengan pihak IGGRD berkaitan dengan pengiriman ATK, Seminar Kit, P3K,<br />

bahan habis pakai yang dibutuhkan dan Spanduk, terutama berkaitan dengan alamat TM, jenis<br />

dan jumlah barang yang dikirim.<br />

2. Penyiapan fasilitas penunjang pelatihan, antara lain: Laptop, LCD, Handycam, Printer, TV untuk<br />

peer teaching.<br />

1. Melakukan pembelian ATK dan Bahan Habis Pakai jika yang dipersiapkan oleh BC mengalami<br />

kekurangan.<br />

2. Menerima pengiriman fresh money dari BC sebagai biaya talangan awal, yakni untuk pembiayaan:<br />

(a) Transportasi lokal untuk mobilisasi TM dalam melakukan persiapan pelatihan<br />

(b) Biaya komunikasi dalam melakukan koordinasi dengan PU, <strong>Fasilitator</strong>, IGGRD dan BC.<br />

(c) Foto copy tambahan materi pelatihan dan dokumen administrasi lainnya.<br />

(d) Pembelian ATK jika yang dipersiapkan oleh BC mengalami kekurangan.<br />

Adapun besar biaya talangan awal per pelatihan sebesar Rp 1.000.000,-<br />

Semua pembelian harus disertai bukti pembelian (kwitansi), yang akan dipertanggungjawabkan<br />

pada akhir pelatihan kepada staf BC/IGGRD.<br />

3. Meminta pengiriman Form Konfirmasi Kehadiran, Form Registrasi Ulang, Form Absensi,<br />

Form Evaluasi Peserta dan Amplop ber perangko Pengiriman Bukti Perjalanan Peserta kepada<br />

IGGRD.<br />

1. Sehari sebelum tanggal pelaksanaan pelatihan, TM memfasilitasi pertemuan koordinasi antara<br />

PU, seluruh <strong>Fasilitator</strong> yang terlibat, Konsultan PFPM (jika hadir), TM dan SS.<br />

Pertemuan menyangkut:<br />

a. Pemantapan jadwal pelatihan dan fasilitator yang bertugas.<br />

b. Review materi oleh PU guna membahani fasilitator.<br />

c. Mengidentifikasi ulang media dan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk setiap topik<br />

agar dipersiapkan oleh TM dan SS.<br />

d. Melakukan pengecekan final terhadap persiapan pelaksanaan pelatihan, antara lain: tempat<br />

pelatihan, peserta pelatihan, kesiapan materi dan administrasi, dan berbagai hal yang<br />

relevan.<br />

2. Pertemuan dilaksanakan di tempat pelatihan dan dipimpin oleh PU.


B.<br />

Pelaksanaan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Lampiran | 289<br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

1 Koordinasi dengan PU<br />

dan <strong>Fasilitator</strong><br />

2 Koordinasi dengan<br />

Peserta<br />

3 Koordinasi dengan<br />

Bagian Keuangan<br />

4 Koordinasi antara PU,<br />

SS dan <strong>Pelatih</strong> dilakukan<br />

setiap hari (malam)<br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

1. Menghubungi PU guna membantu/memfasilitasi kedatangan PU, berkaitan dengan transportasi<br />

ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika dibutuhkan).<br />

2. Menghubungi Fasilitasilitator guna membantu/memfasilitasi kedatangan <strong>Fasilitator</strong>, berkaitan<br />

dengan transportasi ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika<br />

dibutuhkan).<br />

3. Memfasilitasi seluruh kebutuhan PU dan <strong>Fasilitator</strong> dalam rangka mendukung proses pelatihan,<br />

antara lain: kebutuhan media pelatihan, ATK yang dibutuhkan, dan kebutuhan lainnya yang<br />

relevan.<br />

4. Melakukan evaluasi harian antara PU, <strong>Fasilitator</strong>, TM dan SS di akhir kegiatan hari tersebut,<br />

berkaitan dengan keseluruhan proses pelatihan, serta persiapan pelaksanaan pelatihan hari<br />

berikutnya.<br />

5. Jika pada saat pelatihan <strong>Fasilitator</strong> berhalangan hadir (sakit atau alasan lain), materi difasilitasi oleh PU.<br />

6. Jika pada saat pelatihan PU berhalangan hadir, TM segera melaporkan kepada IGGRD guna<br />

mendapatkan pengganti. <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> tetap berjalan, difasilitasi oleh <strong>Fasilitator</strong>.<br />

1. Melakukan registrasi peserta pada saat kedatangan dengan menggunakan form baku yang telah<br />

dipersiapkan oleh IGGRD.<br />

2. Pada saat registrasi, peserta diinformasikan no kamar penginapan, berbagai aturan yang berlaku<br />

di penginapan dan tempat pelatihan, serta membagikan Jadwal <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>, CD Materi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>,<br />

dan Seminar Kit. Pembagian kamar peserta dilakukan oleh TM.<br />

3. Memfasilitasi kebutuhan peserta dalam rangka mendukung kenyamanan peserta dalam<br />

mengikuti pelatihan, antara lain: kebutuhan akan obat-obatan jika sakit ringan, pengantaran ke<br />

rumah sakit jika sakit cukup berat, pengaturan sistem pencucian pakaian, serta kebutuhan lainnya<br />

yang relevan.<br />

4. Mengumpulkan CV peserta yang belum lengkap.<br />

1. Membantu petugas keuangan BC/IGGRD dalam proses pertanggung-jawaban biaya perjalan peserta.<br />

2. Pada akhir pelatihan melakukan pertanggung-jawaban penggunaan dana talangan awal oleh TM<br />

kepada petugas keuangan BC/IGGRD.<br />

1.<br />

2.<br />

Evaluasi kegiatan hari itu<br />

Rencana kegiatan hari esok


290<br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

5 Dukungan dalam<br />

Proses <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Training manajer<br />

1. Mengontrol kenyamanan dan kebersihan ruang pelatihan<br />

2. Mengontrol kenyamanan dan kebersihan penginapan<br />

3. Mengontrol penggunaan sarana pendukung pelatihan seperti: sound system, LCD, alat tulis<br />

menulis, dan lain-lain.<br />

4. Melengkapi kebutuhan media pelatihan seperti kertas flip chart, spidol, kertas plano, selotip, dan<br />

lain-lain.<br />

5. Memasang spanduk <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>, yakni di ruang pelatihan<br />

6. Memfasilitasi acara pembukaan, yakni terdiri dari:<br />

(a) Kata pembukaan oleh TM<br />

(b) Doa pembukaan (oleh salah satu peserta)<br />

(c) Penjelasan tentang PFPM oleh Konsultan (jika hadir) atau PU<br />

(d) Pembukaan oleh Tamu PMD (jika hadir) atau Konsultas (jika hadir) atau PU.<br />

(e) Kata penutup oleh TM, sekaligus menyerahkan seluruh proses pelatihan selanjutnya kepada PU<br />

7. Melakukan Dokumentasi Proses per sesi.<br />

8. Menjalankan Absensi Peserta, <strong>Fasilitator</strong> dan PU untuk setiap sesi.<br />

9. Bersama SS bertugas untuk merekam proses Peer Teaching dengan menggunakan kamera video.<br />

10. Pada saat sesi Peer Teaching, membagikan form oberservasi peer teaching. Pada akhir sesi peer teaching,<br />

mengumpulkan dan merekap seluruh hasil oberservasi untuk diserahkan kepada <strong>Fasilitator</strong> yang<br />

bertugas.<br />

11. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil Review Harian yang dilakukan oleh peserta yang<br />

bertugas.<br />

12. Memfasilitasi acara penutupan:<br />

(a) Kata pembuka oleh TM<br />

(b) Refleksi dari PU, <strong>Fasilitator</strong> dan beberapa Wakil Peserta<br />

(c) Post Test<br />

(d) Penutupan oleh Wakil PMD (jika hadir), Konsultan (jika hadir) atau PU.<br />

(e) Doa Penutup oleh salah satu peserta<br />

(f) Kata penutup oleh TM<br />

13. Membuat dokumentasi foto, yakni mencakup<br />

(a) Moment Pembukaan<br />

(b) Moment Proses <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> (foto setiap fasilitator yang bertugas dan PU, suasana diskusi<br />

peserta dalam kelompok, saat permainan, presentasi oleh peserta, Praktek Peer Teaching, dan<br />

lain-lain)<br />

(c) Moment Penutupan


No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

6 Pada hari terakhir<br />

pelatihan melakukan<br />

Training manajer<br />

1.<br />

2.<br />

Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil evaluasi materi pelatihan dan evaluasi program<br />

pelatihan.<br />

Membagikan amplop berperangko yang akan digunakan peserta pelatihan untuk mengirimkan<br />

boarding pas, tiket dan atau bukti-bukti lainnya yang diperlukan kepada IGGRD.<br />

C.<br />

Evaluasi <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

1 Penyusunan laporan pelatihan oleh TM sesuai<br />

dengan format yang telah ditetapkan oleh<br />

IGGRD.<br />

2 Mengirimkan hasil evaluasi materi dan evaluasi<br />

program pelatihan kepada IGGRD.<br />

3 Mengirimkan daftar peserta yang berhak untuk<br />

mendapatkan sertifikat kepada IGGRD.<br />

4 Mengirimkan dokumen CV seluruh peserta ke<br />

IGGRD.<br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

Training manajer<br />

Lampiran |<br />

291


292<br />

D.<br />

Prosedur Administrasi<br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

1 Pendaftaran:<br />

Pendaftaran peserta dilakukan pada:<br />

1 hari sebelum kegiatan training dimulai<br />

• Peserta wajib menyerahkan CV, surat tugas, dan<br />

kelengkapan administrasi lain yang diminta.<br />

• Pada saat pendaftaran peserta akan mendapatkan<br />

training kit dan material ToT dalam bentuk<br />

softcopy. Untuk itu disarankan kepada peserta<br />

untuk membawa sarana Laptop. Bagi peserta yang<br />

tidak membawa Laptop, panitia akan menyiapkan<br />

hard copy material<br />

2 Absensi:<br />

Pengisian absensi dilakukan pada setiap kali sesi<br />

pelatihan dimulai (untuk seluruh sesi)<br />

3 Sertifikat:<br />

• Peserta yang dianggap telah memenuhi syarat<br />

kelulusan pelatihan, akan diberikan sertifikat tanda<br />

telah mengikuti proses pelatihan untuk peserta<br />

• Sertifikat HANYA akan diberikan kepada peserta<br />

yang mengikuti ToT secara penuh dan TELAH<br />

mengirimkan kembali semua bukti-bukti tiket,<br />

boarding pass, airport tax, dan<br />

• dokumen lainnya yang ditentukan oleh Training<br />

Manager pada saat ToT<br />

• Training Manajer<br />

• Supporting Staff<br />

• Pendaftaran tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.<br />

• Peserta wajib mengikuti pelatihan sejak hari pertama hingga<br />

hari terakhir<br />

• Setelah <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> dimulai, peserta tidak boleh digantikan oleh<br />

orang lain untuk sementara maupun hingga akhir pelatihan<br />

• Supporting Staff • Absensi tidak boleh dititip pada peserta lain<br />

• Training Manajer<br />

• Supporting Staff<br />

• Peserta yang memiliki jumlah absen lebih dari 10 % kehadiran<br />

sesi, dianggap tidak lulus<br />

• Blanko sertifikat diperoleh dari panitia/penyelenggara<br />

• Blangko sertifikat tidak dapat diberikan kepada orang lain<br />

atau peserta yang dianggap tidak lulus.<br />

• Blanko yang salah, harus dikembalikan kepada Training<br />

Manager/Supporting Staff untuk mendapatkan blanko<br />

pengganti


Lampiran | 293<br />

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan<br />

4 Pelaporan<br />

• Pelaporan terdiri dari laporan kegiatan dan laporan<br />

administrasi/keuangan sesuai kebutuhan<br />

5 Inventaris<br />

• Seluruh peralatan dan bahan yang tersisa di<br />

serahkan kembali kepada Training Manajer<br />

• Seluruh hasil dokumentasi baik rekaman kaset,<br />

video dan foto, juga diserahkan kepada Training<br />

Manajer<br />

• Training Manajer<br />

• Supporting Staff<br />

• Training Manajer<br />

• Supporting Staff<br />

Laporan kegiatan terdiri dari:<br />

• Tempat dan waktu pelaksanaan.<br />

• Daftar nama dan data seluruh peserta, nara sumber, master<br />

trainer dan pelatih utama.<br />

• Dokumentasi Proses sejak awal hingga akhir pelatihan. (kasetkaset<br />

rekaman tape recorder dan rekaman video)<br />

• Daftar hadir (absensi) seluruh peserta, nara sumber, master<br />

trainer, pendamping dan seluruh tim teknis pelaksana<br />

• Daftar peserta yang lulus dan yang tidak lulus<br />

• Seluruh hasil evaluasi<br />

• Rekomendasi dari peserta, nara sumber, master trainer dan<br />

pelatih utama<br />

• Harus disertai dengan foto kegiatan<br />

• Diserahkan kepada direktur proyek paling lambat 1 minggu<br />

setelah kegiatan pelatihan berakhir<br />

Laporan keuangan (telah dijelaskan di bagian prosedur keuangan)<br />

• Seluruh pelengkapan dan peralatan yang disewa dari pihak<br />

ketiga dikembalikan kepada pihak ketiga


Lampiran 3.<br />

Lay Out Ruang <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Tertutup dari sinar matahari<br />

Spanduk <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Listrik<br />

Layar Infocus<br />

Whiteboard<br />

Flip chart<br />

Projector<br />

Notebook<br />

Flip chart<br />

Kursi tinggi untuk roleplay<br />

Kursi peserta dengan<br />

konfigurasi “U”<br />

Flip chart<br />

Flip chart<br />

Kursi peserta yang memiliki papan untuk menulis<br />

atau jika tidak ada letakkan meja di belakang kursi<br />

Meja observer “panitia”<br />

Listrik<br />

294


Lampiran 4.<br />

Media dan Kebutuhan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> Lain yang Harus Disiapkan<br />

No Nama Jumlah Keterangan<br />

I.<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

II.<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

8<br />

9<br />

10<br />

11<br />

12<br />

13<br />

14<br />

15<br />

16<br />

17<br />

18<br />

19<br />

20<br />

21<br />

22<br />

23<br />

24<br />

Sarana dan Prasarana:<br />

Ruang Minimal 80 - 100 M² (untuk<br />

11 hari) Ruang peer taching, kapasitas<br />

min.10 <strong>org</strong>. Min.1 hari<br />

Kursi dan meja moving<br />

Meja observer dalam ruangan<br />

Papan pengumuman (parasut 2 x 3 M)<br />

Sound System<br />

Spanduk<br />

Media:<br />

TV<br />

White board<br />

Sumber listrik<br />

Papan flipchart<br />

Laptop<br />

LCD<br />

Rol Kabel<br />

Papan White Board<br />

Flipp chart<br />

Spidol marker kecil permanen<br />

Spidol marker besar permanen<br />

Spidol white board<br />

Penghapus White Board<br />

Lem Semprot Tri M<br />

Lakban Kertas 2 inch<br />

Meta plan 10x25 cm<br />

Kertas A4<br />

Tali Rafia<br />

Kertas Emas<br />

Karton Manila<br />

Lem Fox yang kecil<br />

Gunting<br />

Stepler<br />

Isi Stepler<br />

1 unit<br />

2 unit<br />

40 unit<br />

1 unit<br />

2 lembar<br />

mike min: 3 unit<br />

2 unit<br />

1 unit<br />

1 unit<br />

5 unit<br />

1 unit<br />

1 unit<br />

4 buah<br />

1 buah<br />

500 lbr/11 hari/kelas<br />

2 lsn/11 hari/kelas<br />

1/2 lsn/11 hari/kelas<br />

1 lusin/kelas<br />

1 buah<br />

1 lusin<br />

masing-masing 200 lbr<br />

1 rim<br />

1 Gulung besar<br />

2 pak (isi 20 lembar)<br />

masing-masing 4 lbr<br />

1 buah<br />

3 Buah<br />

1 unit<br />

1 kotak<br />

hitam<br />

biru dan hitam<br />

hijau,merah,putih,biru,kuning<br />

Kuning, hijau, merah<br />

Lampiran | 295


No Nama Jumlah Keterangan<br />

25<br />

26<br />

27<br />

28<br />

29<br />

30<br />

31<br />

32<br />

33<br />

III<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

5<br />

6<br />

7<br />

CD Kosong<br />

Post It yang besar<br />

Printer<br />

Tinta Printer<br />

Handycam 11 hari<br />

Voice operated recorder (VOR), 11 hari<br />

Baterai<br />

Balon<br />

Bola tenis<br />

Training Kit:<br />

Tas<br />

Block Note Sedang<br />

Bolpoint standar<br />

Jadwal<br />

<strong>Modul</strong><br />

Tata tertib dan aturan penginapan<br />

Name tag<br />

35 pcs<br />

2 buah<br />

1 unit<br />

2 hitam, 1 warna<br />

1 unit<br />

1 unit<br />

22 pc A3 Alkaline<br />

10 Pak<br />

1 Buah<br />

1 pc<br />

1 pc<br />

296


Lampiran 5.<br />

Kriteria <strong>Pelatih</strong><br />

Dalam <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> (TOT) ini, <strong>Pelatih</strong> dibagi dalam 2 jenis: (1) <strong>Pelatih</strong> Utama dan (2)<br />

<strong>Pelatih</strong> Pakar (Master Trainer).<br />

A.<br />

B.<br />

<strong>Pelatih</strong> Utama adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa kriteria<br />

yang telah disepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai <strong>Pelatih</strong> Utama<br />

(Quality Control) dalam pelaksanaan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>.<br />

Kriteria <strong>Pelatih</strong> Utama:<br />

1. Diutamakan yang berpendidikan minimal S2<br />

2. Memiliki pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun<br />

3. <strong>Pelatih</strong> Utama adalah orang yang pakar dalam bidang community development,<br />

pendidikan orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi.<br />

4. Memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pelatihan.<br />

<strong>Pelatih</strong> Pakar adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa Kriteria<br />

yang telah di sepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai <strong>Pelatih</strong> (Trainer)<br />

dalam pelaksanaan <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>. Master Trainer ini adalah mereka yang pakar dalam bidangbidang<br />

tertentu yaitu; bidang <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat, bidang Pendidikan orang dewasa,<br />

Metode dan Media, serta bidang teknik fasilitasi.<br />

Kriteria <strong>Pelatih</strong> Pakar:<br />

1. Pakar Pendidikan Androgogi<br />

2. Diutamakan berpendidikan minimal S2 ilmu Pendidikan atau sejenisnya, atau S1<br />

dengan pengalaman yang cukup sebagai praktisi pendidikan orang dewasa.<br />

3. Praktisi Pendidikan Orang Dewasa,<br />

4. Memiliki pengalaman melatih fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.<br />

<strong>Pelatih</strong> Senior Bidang <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

1. Berpendidikan minimal Sarjana S1<br />

2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.<br />

3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan<br />

masyarakat<br />

4. Memiliki Pengalaman melatih fasilitator lapangan minimal 10 tahun.<br />

Pakar di bidang Metode dan Media<br />

1. Berpendidikan minimal Sarjana S1<br />

2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.<br />

3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan<br />

masyarakat<br />

4. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan media pendidikan<br />

Memiliki dan menyerahkan media pelatihan penyampaian pembelajaran yang telah<br />

digunakan selama minimal 5 kali.<br />

Lampiran | 297


Lampiran 6.<br />

Syarat-Syarat Menjadi Peserta<br />

Peserta TOT harus memenuhi kriteria berikut:<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

Berpendidikan minimal Sarjana sederajat<br />

Berpengalaman kerja di masyarakat selama minimal 3 tahun sebagai fasilitator umum<br />

maupun fasilitator teknis (bukan sebagai administratur dan supervisor proyek).<br />

Memiliki motivasi yang baik dan kematangan emosional dalam kegiatan mendidik,<br />

melatih dan mengajar, serta memiliki track-record yang baik sebagai fasilitator<br />

masyarakat yang diperkuat oleh rekomendasi pihak berkompeten.<br />

4. Menyerahkan CV ( curriculum vitae) dan karya tulis yang berisikan pengalaman sebagai<br />

fasilitator.<br />

5.<br />

Diutamakan yang berdomisili di tempat pemberdayaan (tinggal bersama masyarakat).<br />

298


Lampiran 7.<br />

Team Management<br />

No Nama<br />

Lembaga<br />

1 Eko Sri Harjanta Ditjen PMD, Depdagri<br />

2 Bito Wikantosa Ditjen PMD, Depdagri<br />

3 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD, Depdagri<br />

4 Moch. Yasir Sani Sekretariat PNPM MP<br />

5 Soenoe Wijayanti<br />

National Management<br />

Consultant<br />

Satker Pembinaan PNPM Mandiri<br />

Perdesaan<br />

6 Eka T.P. Simanjuntak IGGRD Project Director<br />

7 Ferry F. Karwur UKSW Kons. Kurikulum dan Pendidikan<br />

8 Rizal Hikmat UI Kons. Jaminan kualitas dan Dbase<br />

9 Fajar Sudarwo IRE Yogya Kons. ToT<br />

10 Totok Mardikanto UNS Solo Kons. Standarisasi/Sertifikasi<br />

11 Sumardja IPB Bogor Kons. Standarisasi/Sertifikasi<br />

12 Dharmaputra Palekahelu UKSW Kons. Management <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

13 Esrom Aritonang IGGRD Asst. Kons. TOT<br />

14 Bonar Siahaan IGGRD Asst. Kons. Manajemen <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

15 Julius Ranimpi UKSW Asst. Kons. Kur dan Pendidikan<br />

16 Mohammad Dipati Database Master<br />

17 Hendro Stevens WII Database Developer<br />

18 Johan tambotoh WII Database Developer<br />

19 Grace Palayukan IGGRD Administrasi Keuangan<br />

20 Ari Sutanti BC Kontrak & Team Keuangan<br />

21 Bayu BC Kontrak & Team Keuangan<br />

22 Audrie BC Kontrak & Team Keuangan<br />

23 Jerry Langkun WII Entry Data<br />

24 Jolly Lengkono WII Entry Data<br />

25 Merry Karwur WII Entry Data<br />

26 Julyandrie N. Bawu. WII Entry Data<br />

27 Olva Ngelo IGGRD Logistic<br />

28 Imanuel Djahi IGGRD Koordinator Adm. <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong><br />

Lampiran | 299


Lampiran 8.<br />

Daftar <strong>Pelatih</strong><br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

A. <strong>Pelatih</strong> Utama<br />

No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Chamiyatus Sidqiyah Individu<br />

2 Abraham Raubun PDT Ditjen PMD Jakarta<br />

3 Sugeng Tri Handoko Yayasan Mitra Sejati<br />

4 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati<br />

5 Sarmauli Hutajulu LSM Letare<br />

6 Ester Ritonga Yayasan Cinta Kasih Medan<br />

7 Vien Sartika Dewi Universitas<br />

8 May Januar KL2SS<br />

9 Dyah Ismoyowati UGM Jogjakarta<br />

10 Edy Triyanto YIS Solo<br />

11 Semuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga<br />

12 Veronika Kumurur UNSRAT Manado<br />

13 Nico Gara GMIM Minahasa<br />

14 Sri Sudaryanti UNIBRAW Malang<br />

15 Warno Hadi Winarno LSM Dialog<br />

16 Albertina de Queljoe Yayasan Alfa Omega Kupang<br />

B. Nara Sumber<br />

No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD Jakarta<br />

2 Andy Syahrir Kube SATKER PNPM<br />

3 Ferry Karwur F.I.K. UKSW<br />

4 Rosyid Al Atok Univeristas Negeri Malang<br />

300


C. <strong>Pelatih</strong> Pakar (Master Trainer)<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Husni Thamrin SPTR Jabar/PNPM MP 38 Ashfar Amas PNPM MP<br />

2 Sansan T. Umarna NMC/PNPM MP 39 Wahyuddin Kessa KL2SS<br />

3 Simon Gaol Ditjen PMD Jakarta 40 Bachtiar A. Saleh LSM<br />

4 Edy Triyanto YIS Solo 41 Vien Sartika Dewi UNHAS<br />

5 Henny Dalimunthe UNJ Jakarta 42 Fajar Sudarwo IRE JOGJA<br />

6 Karta Sasmita UNJ Jakarta 43 Aloysius Lande<br />

7 Anna Gurning Ditjen PMD Jakarta 44 Intan Nugraheni F-Kab Pekalongan/PNPM<br />

MP<br />

8 Suudi Noor NMC 45 Daniel Nuhamara UKSW Salatiga<br />

9 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati 46 Eko Priyono S Balai PMD Jogjakarta<br />

10 Daddy Darmawan UNJ Jakarta 47 Effendi Balai PMD Jogjakarta<br />

11 Sampoerno UKSW Salatiga 48 Stefanus Subagya SPTR Jogja/PNPM MP<br />

12 Peppy Permadi Fas Kab Kuningan-Jabar 49 Samuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga<br />

13 Susilo PNPM PISEW 50 Jeffrie Lempas Yayasan Bina Darma Salatiga<br />

14 Zubriyanto Sofyan Fas T Kab Cirebon-Jabar 51 Mantini Soufyan<br />

15 Safwan NMC PNPM MP 52 Nick T.Wiratmoko Yayasan Percik Salatiga<br />

16 Joseph Lucky PNPM DTK/P2DTK 53 Yuwono PNPM MP<br />

17 Zulfikar APPMI Jakarta 54 Loegtyatmadji PNPM MP<br />

18 Moch Y. Sani Sekr. PNPM MP 55 Dwi A. Henawati Konsultan/Individu<br />

19 Chammiyatus Sidqiyah Individu 56 Dyah Ernawati Konsultan/Individu<br />

20 Haris Shantanu Sekr. PNPM MP 57 Philep Morse Regar FISIP UNSRAT<br />

21 Fahrul Rizal SPTR Kalbar 58 Cyrus T. Lalompoh FIP UNIMA<br />

22 Eppy Lugiarti Ditjen PMD Jakarta 59 Budi Astawa SPTR Sulut<br />

23 Sri Emiyanti Unv. Sumatera Utara 60 Heskiel Harikedua F-Kab/PNPM MP<br />

24 Binsar Panjaitan Fas T Kab Simalungun 61 Amilin A. Bulungo PNPM MP<br />

25 Riana Uli SPTR Propinsi Riau 62 John Lahade UKSW Salatiga<br />

26 Marzuki SPTR Propinsi Aceh 63 Endang Sri Balai PMD<br />

Suryandari<br />

27 Dimpos Manalu Konsultan/Individu 64 Dewa Ketut Alit Balai PMD<br />

28 Paul Simanjuntak LSM 65 Deddy T. Setiawan PNPM MP<br />

29 Maman Natawijaya LSM 66 Achmad Saladin PNPM MP<br />

30 Benget Silitonga LSM Letare 67 I Wayan Suartika SPTR Bali/PNPM MP<br />

31 Sesvil SPTR Sumatera Utara 68 May Januar KL2SS<br />

32 Feriyanto Sitohang LSM 69 Soleman Dethan Yayasan Alfa Omega Kupang<br />

33 Delphius Ginting LSM 70 Edonajov Ratu Edo Individu<br />

34 Muslich Ismail LSM 71 Johnny A. Riwu Faperta UNDANA<br />

35 Tria Amelia LSM MP 72 James Ballo PLAN Internasional<br />

36 Nurgani PNPM MP 73 Okky Juser Laisnima Yayasan Pancaran Kasih<br />

37 Nurhamzah PNPM MP 74 Paskalis Nai Driya Media Kupang<br />

Lampiran |<br />

301


Lampiran 9.<br />

302<br />

Daftar Peserta<br />

<strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> <strong>Pelatih</strong> <strong>Fasilitator</strong> <strong>Pemberdayaan</strong> Masyarakat<br />

Try Out (Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 3): SALATIGA - Yayasan Bina Darma , 6 - 17 Desember<br />

2009<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Unang Sunardiman, SH Balai PMD - Yogyakarta 16 Adib Akrom, SH PNPM MP<br />

2 Heni Setyowati, SH Balai PMD - Yogyakarta 17 Marso, Ir PNPM MP<br />

3 Wasis Prayitno, S.Sos Balai PMD - Yogyakarta 18 Nurhasim, S.Pd. PNPM MP<br />

4 Jeffrie Lempas YBD - Salatiga 19 Tri Supriyono, ST PNPM MP<br />

5 Muchsoni, S.Sos PNPM MP 20 Sri Kadarini, ST PNPM MP<br />

6 Yuwono, Ir PNPM MP 21 Karnadi Ismono, S.Sos PNPM MP<br />

7 Supardi, Ir, MM PNPM MP 22 Hagus Bintarto, Ir, MM PNPM MP<br />

8 Ali Mahmudi, Ir PNPM MP 23 Saiful Huda,SP PNPM MP<br />

9 Edi Prabowo, Ir PNPM MP 24 Sidik Nur Istiadi PNPM MP<br />

10 Puji Harjono, S.Pd., M.Si. PNPM MP 25 Stefanus Subagyo PNPM MP<br />

11 Loegtyatmadji T.N, ST PNPM MP 26 Natalia Ratna Yulianti UKSW - Salatiga<br />

12 Iwan Mohamad Fauzi, Ir PNPM MP 27 T.A. Gutama, Drs. UNS - Surakarta<br />

13 Suwandi, Ir PNPM MP 28 Didi Nurhadi, ST, M.Si. PADMA – Yogyakarta<br />

14 Ismulyati PNPM MP 29 Priyono Hadi Mulyono,ST PNPM MP<br />

15 Harun Arif Satriawan PNPM MP<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 1: Medan - LPPM Medan, 11 - 22 Januari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instans No Nama Lembaga/Instans<br />

1 Alyuwaini F-KAB Aceh Besar 16 Edo Rudi Rumdiarto FT-KAB Batubara<br />

2 Abdussamad FT-KAB Pidie Jaya 17 Erni Novitri FASKEU Kab. Langkat<br />

3 Irhamuddin F-KAB Aceh Besar 18 Sunardi F-KAB Pakpak Barat<br />

4 Zulfahmi F-KAB Aceh Barat 19 Asafati Gea F-KAB Nias (R2PN)<br />

5 Ridwan F-KAB Pidie 20 Ahmad Fanani Lubis F-KAB Mandailing Natal<br />

6 Heppy FMS Aceh 21 Moh. Hatta Emas SPTR Kepulauan Riau<br />

7 Ramli Ibrahim SI Aceh 22 Sehat Walafiat S FT-KAB Bintan<br />

Amplaih<br />

8 Syafril FT-KAB Labuhan Batu 23 Alief Setia Budi FT-KAB Lingga<br />

9 Richard Gordon FT-KAB Samosir 24 Alfian Novis Naros FT-KAB Pasaman Barat<br />

Gultom<br />

10 Azmi FT-KAB Padang Lawas 25 Ira Julita FT-KAB Solok<br />

11 Bernard Panjaitan FASKEU Batubara 26 Yenni Suryani SPTR Sumatera Barat<br />

12 Afwan Hasibuan F-KAB Tapanuli Selatan 27 Suriyadi FT-KAB Indragiri Hilir<br />

13 Setiawati Simanjuntak F-KAB Humbang 28 Irsyad F-KAB Siak<br />

Hasundutan<br />

14 Sesvil SPTR Sumatera Utara 29 Sahala Oloan FT-KAB Bengkalis<br />

15 Mulyadi Siagian F-KAB Nias Selatan 30 Ansori Yusra FT-KAB Kuantan Senggigi


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 2: JAKARTA - Wisma Kinasih, 11 - 22 Januari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Alfian T FT - KAB Tanjabtim 16 Irma Friyanti FASKEU Purwakarta<br />

2 Yodi Elva FT - KAB Kerinci 17 Nunung Nurhasanah F-KAB Ciamis<br />

3 Welman FT - KAB Lebong 18 Tri Wahyuningsih FT - KAB Subang<br />

4 Supar F-KAB Kaur 19 Rospita Sihombing FASKEU Subang<br />

5 Suparman SPTR Prov. Bengkulu 20 Noverly Imanuel FT - KAB Cianjur<br />

6 Bulkin FT - KAB OKU Selatan 21 Agus Pramudijono FASKEU Cirebon<br />

7 Abdul Hakim F-KAB OKU Timur 22 Sutarjo FASKEU Majalengka<br />

8 Hery Purnomo SPTR Prov. Sum. Selatan 23 Nihaya F-KAB Kayong Utara<br />

9 Amir Machmud Hasan SPTR Lampung 24 Wiryo FT - KAB Sanggau<br />

10 Yulius Swardana FT - KAB Tulang Bawang 25 Diana Rosdiana FT - KAB Sekadau<br />

11 Yuni Pancawati F-KAB Lampung Utara 26 Nazarudin FT - KAB Bulungan<br />

12 Nugroho Purwanto SPTR Banten 27 Syafruddin FT - KAB Nunukan<br />

13 Iskandar Mailan FT - KAB Lebak 28 Titis Kiswo Endah FT - KAB Hulu Sungai<br />

Selatan<br />

14 Dedi Rustandi F-KAB Sukabumi 29 Irwan Azhari F-KAB Barito Kuala<br />

15 Basuki Rahmad FT - KAB Tasikmalaya 30 Arifin Siahaan FASKEU Tanah Bumbu<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 4: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Dedid Hendro Priyono FT-KAB Pasuruan 18 Adi Wahyono Bethel FT-Kab Sumbawa<br />

2 Iswahyuningsih BALAI BESAR PMD 19 Asrullah FT_KAB Dompu<br />

3 Sugita FT-KAB Blitar 20 Baiq Ekayuliana F-KAB Dompu<br />

4 Suharni BALAI BESAR PMD 21 Baiq Nurhayati F-KAB Lombok Barat<br />

5 Wiwik Dwikorawati F-KAB Banyuwangi 22 H. Husnul Aziz FT_KAB Lombok Barat<br />

6 Bernadetta Diniari W BALAI BESAR PMD 23 Haerul Anwar F-KAB Lombok Utara<br />

7 Mei Wulandari BALAI BESAR PMD 24 Hidayat FASKEU Dompu<br />

8 A. A. Sri Oka Ari Putri FT-KAB Tabanan 25 Moh. Yusnan FT-KAB Mataram<br />

9 I Dewa G. Mahendra FT Gianyar 26 Lin Wahyulia FT-KAB Mataram<br />

10 I Gusti Ngurah Anom Putra F_KAB Tabanan 27 Nurgina Wahyuni FASKEU Loteng<br />

11 I Ketut Pasek Sujana F.Kec Nusa Penida 28 Radiatur Rahmah FASKEU Bima<br />

12 I Made Joni Karyawan FT. Kec. Bebandem 29 Sitti Masita FASKEU Bima<br />

13 I Wayan Dharmabudi F-KAB Badung 30 Miranda Miting PMD Jakarta<br />

14 Nyoman Gede Adi Praja FT. Kec Bangli 31 Yayuk Amelia PMD Jakarta<br />

15 Ni Luh Nyoman Titiek F-Kab Klungkung 32 Arman<br />

FASKEU Majene<br />

Yeniati<br />

Muhammadiah<br />

16 Putu Sumber Artana FK. Kec Karangasem 33 Muh. Yushar F-KAB Pasangkayu<br />

17 Made Ari Jaya Sena FASKEU Gianyar 34 Tasbih Thaha F-KAB Mamasa<br />

Lampiran |<br />

303


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 5: KUPANG - Hotel Sylvia, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Ahmad Karno Djaba Fas Kab Ende 19 Theresia E. Risa FT Wae-Rii<br />

2 Adolfince Nubatonis Fas Kab TTU 20 Iyang Suhaedi Sp.Tr Kupang<br />

3 Taufik Hidayat Fas Kab Rote Ndau 21 Dozi Amrozi FMS Kupang<br />

4 Bambang Sutiyono FT Manggarai 22 Dafid Taopan PNPM DTK/P2DTK<br />

Kupang<br />

5 Kandidatus Angge Fas Kab Nagakeo 23 Herman J. Banoet PNPM DTK/P2DTK<br />

Kupang<br />

6 Vinsensius Lalo FT Sabu Raijua 24 Ismail Imran Ngaba PNPM DTK/P2DTK<br />

Flores Timur<br />

7 Hendrik Paji Faskab Sumba Timur 25 Marconi Gorang Mau PNPM DTK/P2DTK Alor<br />

8 Ngadha Siwe Matilda FT Ngada 26 Tessa Mardhana PNPM DTK/P2DTK Belu<br />

9 Samsul Gole Faskab Manggarai Barat 27 Benyamin Leu PNPM DTK/P2DTK TTS<br />

10 Primus DN. Babys Faskab Timur Tengah<br />

Selatan<br />

28 Rudi Hananto PNPM DTK/P2DTK<br />

Lembata<br />

11 Yohanes Tukan Faskab Flores Timur 29 R. Janviery Jeudianto T. PDT Ditjen PMD Jakarta<br />

12 Anthonius Silvester Faskab Alor 30 Maria Prima Nahak, SH LSM Kupang<br />

13 Getreda H. D. Abora Faskab Lembata 31 Denimars Sailana LSM Kupang<br />

14 Bongo Benyamin Faskab Sumba Barat 32 Conny Tiluata LSM Kupang<br />

15 Gregorius Gar Faskab Manggarai Timur 33 Beatri Leo Dima LSM Kupang<br />

16 Adelti Gunda Baya Faskeu Manggarai Barat 34 Yabes Kobi LSM TTS<br />

17 Frans Dimoe Djami Faskeu Sumba Tengah 35 Maria Bano UNDANA<br />

18 Afliana M. Erna Faskeu Manggarai<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 6: MAKASSAR - Hotel Celebes, 11 - 22 Januari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Ali Bas F-KAB Gowa 15 Syahrir Ganie ASST. F-KAB Kolaka Utara<br />

2 M. Nasir FT-KAB Pangkep 16 Sugiarto F-KAB Kolaka Utara<br />

3 Irnawati Amir F-KAB Bantaeng 17 Andi Nur Amri F-KAB Wakatobi<br />

4 Abd. Rahim FT-KAB Barru 18 Lucky J. Supusepa PNPM-DTK/P2DTK<br />

5 Fatmawati FASKEU Kab. Wajo 19 Kornelis Lh. F-KAB Maluku Tenggara Barat<br />

6 M. Amal Alba F-KAB Luwu 20 Abd. Rahman FASKEU Konawe Selatan<br />

7 Thati M. Batti FASKEU Enrekang 21 Sitti Syukrah PNPM-DTK/P2DTK<br />

8 Ziadah Hr. F-KAB Luwu Timur 22 M. Amir Lantara FT-KAB Maluku Tenggara<br />

9 Abdul Rauf FT-KAB Jeneponto 23 Husen Ahmad SP2M Prov. Sul. Barat<br />

10 Eko Purwanto FT-KAB Kolaka 24 Andi Wahyudin FT-KAB Mamasa<br />

11 L. Syahruddin K. FT-KAB Muna 25 Astrid Siahaja FT-KAB Mamuju Utara<br />

12 Farida Hamra SPTR Prov. Sul. Tenggara 26 Nasruddin SPTR Prov. Sul. Barat<br />

13 Salim Umi FASKEU Kab. Wakatobi 27 Sudirman F-KAB Polman<br />

14 Sumardi FT-KAB Konawe Utara 28 Sriaty FASKEU Kab. Mamuju<br />

304


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 7: MANADO - Bapelkes Manado, 15 - 25 Januari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Maxi Wowiling FASKEU Bolaang<br />

Mongondow<br />

16 I Wayan Arjaya FT-KAB Banggai<br />

Kepulauan<br />

2 Voula E. Sakul FMS Sulawesi Utara 17 Muh. Annas F-KAB<br />

3 Noch N. Turangan FT-KAB Minahasa Selatan 18 Lucky Mesach P2DTK<br />

Sondakh<br />

4 Syamsu Loko Tawoeda FT-KAB Kepulauan Talaud 19 Hassan Mohammad F-KAB Gorontalo<br />

5 Drs. Christian F. J. F-KAB Bolmong Utara 20 Fone Suoth F-KAB Boalemo<br />

Lumintang<br />

6 Arthur Andries Noch F-KAB Minahasa 21 Husin Rusu Ahmad F-KAB Pohuwato<br />

Rogi<br />

7 Junita Juliana Karel F-KAB Siau Tagulandang 22 Agustina S. Rombe FT-KAB Pohuwato<br />

8 Paultje E Sangian F-KAB Kep. Talaud 23 Max C. J. Hidete FT-KAB Gorontalo<br />

9 Norma Lyke Longdong SPTR Sulawesi Tengah 24 Yulfi Tajawi FT-KAB Gorontalo Utara<br />

10 Ansar F-KAB Banggai Kepulauan 25 Bakran Kolosai F-KAB Tolinggula Gorut<br />

11 Darmin F-KAB Tojo Una-Una 26 Freddy Maramis FT-KAB Halmahera Selatan<br />

12 Yuliana F-KAB Sigi 27 Faris Hi. Abdulbar FT-KAB Halmahera Utara<br />

13 Bambang Triawan FT-KAB Banggai 28 Nakir Muliadi FT-KAB Halmahera Timur<br />

14 Suratnan FT-KAB Buol 29 Muhajir Hi Ali F-KAB Halmahera Selatan<br />

15 Sukwan FT-KAB Parigi Mautong 30 Rahmatiah M. Tayeb F-KEC OBI Halmahera<br />

Selatan<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 8: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 5 - 15 February 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Jumeathy Mallkua PKK Respek 17 Obeth Rumar P-KAB Supiori<br />

2 Yosefina Regina Suwae PKK Respek 18 Dwi Rahmanto P-KAB Keuangan<br />

3 Fitriyani Makkarateng PPK 19 Denny Wospakrik PPK<br />

4 Telly Persulessy PPK Sarmi 20 Gani Bulo FMS Papua Barat<br />

5 Aplena Sawek PK Respek 21 Priyo Pramono PT. Prov. Papua Barat<br />

6 Johanes Fofied P-KAB 22 Supar P-KAB Keuangan<br />

7 Yosepus Sayori P-KAB Keuangan 23 Sepi Firdaus PK RESPEK<br />

8 Nur Roziqin PT 24 Lukas Rumadas PK RESPEK<br />

9 Slamet Suharto P-KAB Keuangan 25 Erikson Sitompul P-KAB Keuangan<br />

10 Aris Mandila P-KAB Respek 26 Ruddy PT-KAB<br />

11 Imerto P-KAB Teknik 27 Karubium A.M. PK<br />

12 Jeheskier Bukorploper PKP Kepulauan Yapen 28 Marthinus Jitmau PK<br />

13 Ismail PT-KAB 29 Sutrisno P-KAB Raja Ampat<br />

14 Melsje Thenu P-KAB Nabire 30 Ismail Sulaiman PPK<br />

15 Adriani Nipi P-KAB Keuangan 31 E. Xaverius A. PK<br />

16 Paul Anderson Sudumuru PK<br />

Lampiran |<br />

305


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 9: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Muhammad Ismail<br />

PNPM MP - DEPUTI I<br />

KORPROV<br />

16 Agustian SP2M<br />

2 Atini FASKEU Aceh Tengah 17 Jusniati F-KAB Pelalawan<br />

3 Mahdi FASKEU Aceh Timur 18 Nurdiana F-KAB Hulu<br />

4 A. Basyir Ajalil F-KAB Pidie Jaya 19 Mudiarti<br />

F-KAB Kuantan<br />

Senggigi<br />

5 Tahsin Tanjung FT-KAB Langkat 20 Imral Martunus F-KAB Anambas<br />

6 Royot Sianturi FT-KAB Nias 21 Yunarlis. Ar FMS<br />

7 Benri Simanjorang FT-KAB Toba Samosir 22 Suyanto P2DTK Nias Selatan<br />

8 Jamaluddin FASKEU Tapanuli Tengah 23 Ardabili P2DTK Aceh<br />

9 Parulian Harahap FASKEU Nias 24 Azali Fuazi P2DTK Aceh<br />

10 Legiman F-KAB Asahan 25 Sepminboy P2DTK Aceh<br />

11 Sudi Martua Rangkuti F-KAB Padang Lawas 26 M. Saifal Adjie P2DTK Aceh<br />

12 Abdul latief FASKEU Dharmasraya 27 Ferizal P2DTK Aceh<br />

13 Aidil Hasril FASKEU Pasaman Barat 28 M. Rezeki Sitorus<br />

P2DTK<br />

Sumatera Utara<br />

14 Yendi Syofyan FT-KAB Lima Puluh<br />

Hj. Netty Herawati<br />

29<br />

BSC.Sip.Msi<br />

Ditjen PMD - PNS<br />

15 Yani Ira Nofa FT-KAB Riau<br />

Ir. Sondang Hutagalung<br />

30 Ditjen PMD - PNS<br />

M.Si<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 10: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Fernand Yose FASKEU Padang Pariaman 16 Fa'aso F-KAB Nias Selatan<br />

2 Asmon Rialdi FASKEU Tanah Datar 17 Donald Sigalingging FT-KAB Tapanuli Utara<br />

3 Feri Irawan F-KAB Mentawai 18 A. hamid F-KAB Aceh Tamiang<br />

4 Hardi Wilson F-KAB Solok Selatan 19 Syarial Fardi F-KAB Aceh Barat<br />

Daya<br />

5 Erizon F-KAB Sawah Lunto 20 Saiful Akbar FT-KAB Bener Meria<br />

6 Darfison FASKEU Pasaman 21 Karyadi Chandra P2DTK NAD<br />

7 Fazly Umar P FT-KAB Pesisir Selatan 22 Nuzurwan P2DTK NAD<br />

8 Fauzan Mesra FT-KAB Padang Pariaman 23 Adrianto FASKEU Inhu<br />

9 Desri Z Siregar FASKEU Samosir 24 Minsarwedi Situmeang FMS<br />

10 Titi Karsita Lingga P2DTK Nias 25 Zulkani F-KAB Riau<br />

11 Darman FASKEU Tapanuli Selatan 26 Didik Heru S FASKEU Kampar<br />

12 Budi Agustina Sinaga F-KAB Simalungun 27 Alfiandri F-KAB Natuna<br />

13 Faisal Arsofyano FT-KAB Dairi 28 Zaenal Abidin Ditjen PMD - PNS<br />

14 Samsono FT-KAB Karo 29 Dewi Ditjen PMD - PNS<br />

15 Mulkan Ilzan FT-KAB Deli Serdang<br />

306


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 11: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Yulian Yusma F-KAB Bungo 17 Erning Yuniarso F-KAB Karawang<br />

2 M. Nur Rizal F-KAB Bengkulu Utara 18 Iim Khotimah F-KAB Majalengka<br />

3 Abdul Haris Effendi F-KAB Bengkulu Tengah 19 Tri Hastuti .S FASKEU Bandung<br />

4 Libra Firdaus FMS Prov. Sum. Selatan 20 Atty Ismayanti FASKEU Sumedang<br />

5 Ardianto SP2M Prov. Sum. Selatan 21 Irham ST F-KAB Rejang Lebong<br />

6 Alex Gatmir FASKEU OKU Selatan 22 Fakhrul Rizal SPTR SPTR<br />

7 Sudirman Hafidz FT-KAB Banyuasin 23 Iwan Supardi FT-KAB Landak<br />

8 Zulkarnain F-KAB Waykanan 24 Imanul Huda F-KAB Ketapang<br />

9 Nasrulah FT-KAB Lampung Selatan 25 Erna Suryani FMS Prov. Kal. Barat<br />

10 Umrah Fathoni FT-KAB Lampung Barat 26 Eko Hari Purwanto FT-KAB Paser<br />

11 Chandra Christalisana FT-KAB Tangerang 27 M. R. Imam Subarkah F-KAB Kartanegara<br />

12 Edi Sasongko FMS Prov. Banteng 28 Zaynah Amini F-KAB Tapin<br />

13 Ucu Mujiono FASKEU Bogor 29 M. Henderi Brianadi FT-KAB Balangan<br />

14 Ade Masyhudi FASKEU Bekasi 30 Sumarni Heman SPTR Prov. Kal. Selatan<br />

15 Pudji Wiriaatmadja FT-KAB Sumedang 31 Rahmania Lufitasari PNS<br />

16 Dedi Laksana FT-KAB Garut 32 Rieke Rakhmawati PNS<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 12: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Eva Sari Kemala FT-KAB Bangka Tengah 14 Erika Amsyah FT-KAB Kubu Raya<br />

2 Joni Suhendri SP2M Prov. Jambi 15 Syaifurrachman FT-KAB Banjar<br />

3 M. Taufik Usman FASKEU Jambi 16 Agus Nugroho F-KAB Panajem Paser<br />

Utara<br />

4 Khoirun Nisak FMS Prov. Bengkulu 17 Kurnaini Praptoto SPTR Prov. Kal. Timur<br />

5 Suryadi F-KAB Bengkulu Selatang 18 Syahrul Hakim FMS Prov. Banten<br />

6 Syamsunir SP2M Prov. Bengkulu 19 Bambang P. Rahardjo FT-KAB Bandung<br />

7 Adenan Gani F-KAB Sumatera Selatang 20 Jati Nohanto FT-KAB Purwakarta<br />

8 Dwi Hartadi FASKEU Prov. Sum. Selatan 21 Arsyad Abdullah P2DTK Jakarta<br />

9 Bambang Hargo FMS Prov. Lampung 22 Wawan Priatna P2DTK Jakarta<br />

Irawan<br />

10 Kundrat F-KAB Lampung Timur 23 Widodo Agustanto P2DTK Jakarta<br />

11 Hendy F-KAB Way Kanan 24 Dedy Arie K. DITJEN PMD<br />

12 Abang Amirullah FT-KAB Bengkayang 25 Mekri Yulianto DITJEN PMD<br />

13 Rahmat Hidayat FT-KAB Pontianak 26 Moch. Arian I.G DITJEN PMD<br />

Lampiran |<br />

307


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 13: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 Februari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Andy Medrianto FT Bangka Tengah 15 Siti Rohana F-KAB Bogor<br />

2 Aprilmi F-KAB Bungo 16 Asep Ahmad Sopiyudin F-KAB Indramayu<br />

3 Mohammad Nasir F-KAB Tanjung Jabung 17 Apip Ruskandar F-KAB Bandung<br />

Barat<br />

Partawisastra<br />

4 Albertus Agus Wahyudi FASKEU Tanggamus 18 Aan Yuhanah FASKEU Karawang<br />

5 Niron Norbert Sitinjak FK Lampung 19 Jajat Zakariya FASKEU Ciamis<br />

6 Rahmatullah F-KAB Kaur 20 Abdal Matin FASKEU Garut<br />

7 Abdul Gani F-KAB Seluma 21 Ir. Agus Salim F-KAB Cianjur<br />

8 Engkom Komariah FASKEU Tanggerang 22 Hairul Adnan F-KAB Hulu Sungai<br />

Selatang<br />

9 Erna Setriana F-KAB Garut 23 Siti Norhaidaniah F-KAB Balangan<br />

10 Salimugni Ichsan Sumitra FT-KAB Ciamis 24 Hamdan F-KAB Landak<br />

11 Yuti Indrawati FASKEU Kuningan 25 Suhartian F-KAB Pontianak<br />

12 Rudy Rosdiana F-KAB Bandung Barat 26 Herru Heryanto P2DTK LAMPUNG<br />

13 Muliadiy Bonar Ucok FASKEU Pandeglang 27 Nurlita Hayati PDT JAKARTA<br />

14 Ir. Dedi Kusnadi F-KAB Purwakarta<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 14: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 14 - 25 Februari2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Kriswanthoro Bayu Triyoga, F-KAB Pemalang 17 Hendri Agus Supriyanto, ASST. F-KAB Kendal<br />

SP.<br />

SE.<br />

2 Ir. Herry Tripriono FT-KAB Klateng 18 Sulistyo Adi F-KAB Brebes<br />

3 Ngatino Hadi, SE. FASKEU Sragen 19 Jodelin Muninggar, dr. Dosen FIK-UKSW<br />

4 Siti Aisyah FASKEU Banjar 20 Ernis Sanja Bernia, A.Md. Balai PMD-Yogyakarta<br />

Negara<br />

5 Triono, Ir. F-KAB Tegal 21 R. Rachmawati, SIP. Balai PMD-Yogyakarta<br />

6 Nurcahyo, Ir. F-KAB Banyumas 22 Sulistiyarini, A.Md. Balai PMD-Yogyakarta<br />

7 M. Mujadid, S.Tp. F-KAB Purbalingga 23 Agung Wijanarko PMD Jakarta<br />

8 Apriyanto Kornia Adi, S.Tp. F-KEC Karangnongko, 24 Aurora Josephine Julianti, PMD Jakarta<br />

Klaten<br />

S.Sos<br />

9 EP. Utomo, Ir. FT-KAB Wonosobo 25 Agustine Ekasintha FT-KAB Waringin Barat<br />

10 Bambang Irianto, Ir. FT-KAB Temanggung 26 Farid Wahyulie FT-KAB Waringin Timur<br />

11 Ninis Senirah, Ir. FT-KAB Semarang 27 Puryani FT-KAB Barito Utara<br />

12 Nur Suhartoyo, Ir. FT-KAB Kendal 28 Rohana Yakup FASKEU Kota KOTIM<br />

13 Danuri Setyawan, S.Pt. PNS Jogjakarta 29 Ros Siana F-KAB Barito Utara<br />

14 Havik Martoyo FASKEU Magelang 30 Yulian A. Siram F-KAB kota Gunung Mas<br />

15 Agus Maharia Yudhantara, FT-KAB Pekalongan 31 Nursaluddin DTK Katingan<br />

Ir.<br />

16 Suwito Utomo, Ir FT-KAB Boyolali<br />

308


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 15: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Afif Nur Hamidah FT-KAB Gresik 17 I Putu Sutarka SP2M Bali<br />

2 Agung Tri HT FT-KAB Pamekasan 18 I Wayan Merta Jiwa F-KAB Jembrana<br />

3 Agus Edi Irianto FT-KAB Banyuwangi 19 I Wayan Rigunawan FMS Bali<br />

4 Alif Riwidya FT-KAB Sumenep 20 I Wayan Sukanurija FT-KAB Badung<br />

5 Anis Yudyawati ASST. SPTR Jawa 21 Ketut Hermawan FASKEU Buleleng<br />

Timur<br />

6 Arif Suhardiman FASKEU kediri 22 Putu Panji Arta FT-KAB Buleleng<br />

7 I Made Tangkas Wirawan F-KAB Karangasem 23 Rademan SPTR Kalimantan<br />

Tengah<br />

8 Kunang Dana Saputra F-KAB Tulungagung 24 Susilo Kusribowo FMS Kalimantan Tengah<br />

9 Moefid Magfoedin SP2M Jawa Timur 25 Gamal M. Tayeb F-KAB Murung Jaya<br />

10 Mokhamad Hendri Putro F-KAB Madiun 26 Abdul Hakim Languha P2DTK Kalteng<br />

11 Purwono Raharjo FT-KAB Jombang 27 Antonius Ambar PDT Jakarta<br />

Bawono<br />

12 Sukoco FT-KAB Probolinggo 28 Hengki F. Mattan LSM SRMI<br />

13 Gerson Djodi Trio LSM Banyuwangi 29 Markus Iwan LSM SRMI<br />

Jatmiko<br />

14 Asteria Heny Widayati FT-KAB Gunung Kidul 30 Didik Yulianto MCFS Jawa Tengah<br />

15 Hiltudi Wienda FT-KAB Gunung Kidul 31 Ricky A. Nggili Bina Darma TC Salatiga<br />

Setyamaharani<br />

16 Serafin Maria Sri<br />

Cahyaningsih<br />

FT-KAB Gunung Kidul<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 16: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Choiriyah Puji Lestari FASKEU Mojokerto 14 I Gusti Putu Sarjana F-KAB Bangli<br />

2 Choirul Anam FT-KAB Lamongan 15 I Made Adi Parmadi F-KAB<br />

3 Eko Dermawan F-KAB Bondowoso 16 I Wayan Kartika FT-KAB<br />

4 Erastus Dana Susanta F-KAB Ponorogo 17 I Ketut Suardana FT KAB Bangli<br />

5 Fatchur Rochman FT-KAB Tulungagung 18 Ketut Suketama F-KAB Buleleng<br />

6 Ferdy Mulyawan PDT 19 Lukman Taufik SPTR Nusa Tenggara<br />

Barat<br />

7 Hannatun Ikhtiyariyah FASKEU 20 M. Marjan Nur FASKEU Sumbawa Barat<br />

8 Hari Nugroho F-KAB Nganjuk 21 M. Mawardi FT-KAB Lombok Utara<br />

9 Khoirul Anam FT-KAB Ngawi 22 Nanang Legowo F-KAB Lombok Tengah<br />

10 Moh. Thamrin Bey FASKEU 23 Supardi FASKEU Lombok Timur<br />

11 Nur Mahmudi F-KAB Jombang 24 Rahmiati A. Tamma FT-KAB Polewali Mandar<br />

12 Prima Parisade FASKEU 25 Deddy Purwantoro SPTR Maluku Utara<br />

13 Ratna Paramita FT-KAB Bangkalan<br />

Lampiran |<br />

309


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 17: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 15 - 25 Februari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Andi Apriyani FT-KEC Cendrana Maros 16 Sri Meiriany Rusly YLP2EM Sulawesi Selatan<br />

2 Andi Ratna F-KEC<br />

17 Judy Rahardjo YLK Sulawesi Selatan<br />

Bontamanai Selayar<br />

3 Dafid F-KAB 18 A. Awaluddin F-KAB Mamasa<br />

4 Rahmatiah FASKEU Takajar 19 Haris FASKEU Polewali Mandar<br />

5 Abdul Halik FT-KAB Gowa 20 Muhammad Tamrin F-KAB Majene<br />

6 Zulkifli F-KAB Enrekang 21 Nasrahyanti F-KAB Mamuju<br />

7 Ammas B. Sima F-KAB Sopeng 22 Anshari FASKEU Sulawesi Barat<br />

8 Hasbir Hawid F-KAB 23 Laudi Ari F-KAB Muna<br />

9 Muhammad Allim F-KAB 24 Zuhairin Z. F-KAB Bombana<br />

10 Rusniah Romai F-KAB Sidrap 25 Seblun Tiwery F-KAB<br />

Seram Bagian Barat<br />

11 Abdul Wahidul FT-KAB Gowa 26 Sidik Purnomo P2DTK Maluku<br />

Kahhar<br />

12 Andi Mabbiritta FT-KAB 27 Ibrahim F-KAB Lumajang<br />

13 Mardiana M. F-KEC Lamsi Timur 28 Agam Budiono FT-KAB Pacitan<br />

14 Nur Taqwa FT-KAB Luwu Timur 29 Zamroni F-KAB Situbondo<br />

15 Nurbayah F-KEC 30 Ir. Adnand Setiono FT-KAB Jember<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 18: MANADO - Hotel Santika, 14 - 25 Februari 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 M.Lubis Lancara FT-KAB Poso 16 Sony Susanto FASKEU<br />

2 Syarifuddin PNPM DTK/P2DTK 17 Siswan Ahudulu F-KEC Atinggola<br />

3 Hadisusanto PNPM DTK/P2DTK 18 Erris Kusmiran F-KEC Batudaa<br />

4 Hasbin PNPM DTK/P2DTK 19 Risno Ibrahim FASKEU Gorontalo<br />

5 Heandly Mangkali PNPM DTK/P2DTK 20 Sukirman Zainuddin FT-KAB Halmahera Utara<br />

6 Abdul Razak PNPM DTK/P2DTK 21 Gledis Sangian FT-KAB<br />

Halmahera Tengah<br />

7 Carol Sumilat F-KEC Tombulu Minahasa 22 Salim Ahmad F-KAB Kepulauan<br />

8 Maxi Alouw F-KAB Bolaang<br />

23 Julianus Sadja F-KAB Halmahera Timur<br />

Mongondow<br />

9 Feronica Longdong FT-KEC Likupang 24 Siti M. R. Adam F-KEC Kayoa Selatan<br />

10 Meyti J.Lumolos FASKEU Minahasa 25 Nadar Sj.Albaar PNPM DTK/P2DTK<br />

11 Ramon D.Lakadjo F-KAB Bolaang<br />

26 Mochammad Nauvall PNPM DTK/P2DTK<br />

Mongondow<br />

12 Moody B.Bella FASKEU Minahasa Selatan 27 Alwi Yudin PNPM DTK/P2DTK<br />

13 Riske Keintjem FT-KAB Minahasa Utara 28 Davy Gessal PNPM DTK/P2DTK<br />

14 Juldus Paus UNIMA 29 Yusman Jabir PNPM DTK/P2DTK<br />

15 Reiny H.M.Pesoth UNSRAT 30 Moch.Anwar Haryono F-KAB Magetan<br />

310


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 19: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 5 - 15 February 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Abdul Hadi PT-KEC Jaya Wijaya, 17 Zulkarnain PT-KAB Palembang<br />

Kab. Wamena<br />

2 Elsina Burdam P-KEU Nabire 18 Jeffri Kareth P-KAB Sorong Selatan<br />

3 Antonius Noe F-KAB Asmat 19 Petrus Sabubun F-KAB Manokwari<br />

4 Avilla Joan Pangkali P-KAB Jayapura 20 Yuddy Sahetapy PK Fak-Fak Timur<br />

5 Dikson Manolang P-KAB Pegunungan Bintang 21 Yuliana Palulun F-KAB Teluk Bintuni<br />

6 Hari Untoro MCFS 22 Sodikin F-KAB Teluk Wondama<br />

7 Hilarius Gedi P-KEU Jayapura 23 Dwi hadi Prayitno PT<br />

8 Ignatius Bhoka FT-KAB Keerom 24 Pradnya Kusala SMIS PAPUA<br />

9 Marnes T. Allo P-KAB Puncak, Nabire 25 Susiyanto<br />

Koord. Pemb. Teknik<br />

Yitnosumarto<br />

10 Nani Rahayu P-KAB 26 Hageng Priyono F-KAB<br />

11 Paryono P-KAB Jayapura 27 Panudi F-KAB Kendal<br />

12 Rudolf Merahabia ASST. SP2M 28 Pratomo Adi FT-KAB Demak<br />

13 Samnai Rifai P-KAB Paniai 29 Riyanto Sigit FT-KAB Purworejo<br />

14 Santi E. Situmorang P-KAB Jayapura 30 Suyana F-KAB Karanganyar<br />

15 Yance L T Renyaan P-KAB Merauke 31 Idee Sasongko FT-KAB Jogjakarta<br />

16 Josep Jeujanan P-KAB Mambramo<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 20 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 February 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Winardi Dwi Jadmiko F-KAB Bangka Barat 14 Uun Untamiharja F-KAB Tasikmalaya<br />

2 Romulo Marpaung F-KAB Bangka Barat 15 Achmad Yusuf F-KAB Subang<br />

3 Syamsul Bahri F-KAB Sarolangun 16 Hadian Supriatna, SP F-KAB Sumedang<br />

4 Abdullah Sadjad F-KAB Tebo 17 Nunu Sanusi FASKEU Tasikmalaya<br />

5 Nofil Ardi FASKEU Lampung 18 Risfandi LSM Telapak BOGOR<br />

Selatang<br />

6 Fartigo Farydhan F-KAB Waykanan 19 Ali Hayat F-KAB Melawi<br />

7 Yessy Octaria FT-KAB Kalinda 20 Yanuardi F-KAB Kalimantan Barat<br />

8 Ony Wahyudi F-KAB Rejanglebong 21 Yusril FT-KAB Tapin<br />

9 Taufik Nurwawi F-KAB Kepahyang 22 Fakhrian Noor FASKEU Balangan<br />

10 Nurahwati FASKEU OKU Timur 23 Dwi Astuti PDT JAKARTA<br />

11 Dwi Rahmanto F-Kec. Malimpin Lebak 24 Saptarining Wulan PNPM PISEW<br />

12 Endrawan Kanthi FT-KAB Majalengka 25 Tulus Wahyu Sejati P2DTK LAMPUNG<br />

Wibowo<br />

13 Daud M. C. Noya FT-KAB Indramayu 26 Mulkan P2DTK BENGKULU<br />

Lampiran |<br />

311


Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong> 21: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Malla Rantelino Ditjen PMD 14 Helena Rosely FASKEU Manokwari<br />

2 Prawoto Sulistiyo Ditjen PMD 15 Anike Way PD Manokwari<br />

3 Arif Suprapto Ditjen PMD 16 Andry Tanaty F-KAB Biak<br />

4 Kuncoro Sriwibowo PISEW JAKARTA 17 Jacobus Bob Nebore F-KAB Sorong<br />

5 Eko Suyanto NMC JAKARTA 18 Adi Purwanto SP2M Prov. Jambi<br />

6 Abu Muchsin SPTR Jawa Tengah 19 Adriyanto SP2M Prov. Kal. Barat<br />

7 Karnisius Aji Manek FASKEU NTT 20 Anas M. Polem DEPUTY KORPROV<br />

8 Rato Gregorius FT-KAB Nagakeo 21 Eman Hermawan ASST. SPTR Jawa Barat<br />

9 Muhammad Yusuf ASST. SPTR Sulsel 22 Akhmadi Hafid FT. Kec Kuningan<br />

10 Suwardi Abubakar ASST. FMS Sulsel 23 FX Ario Bagus S FASKEU Pekalongan<br />

11 Bobi Rizal FT-KAB Buton 24 Sularso FT Lamandau<br />

12 Yasir Arafat F-KAB Konawe 25 Edhie Djatmiko SPTR Maluku<br />

13 Yosep Mosa F-KAB Waropen 26 A. Sony Nopian SPTR Maluku<br />

Kelompok <strong><strong>Pelatih</strong>an</strong>: 22 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010<br />

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi<br />

1 Ali Suparno FT Bengkulu Utara 14 Noor Wina Amas, SP FK. Sumuturu<br />

2 Junardi Sumartin F-KAB Bengkulu Tengah 15 Danial F-KAB Kolaka<br />

3 Umar FT Serang 16 A.S. Christinawati SP2M<br />

4 Tanjung Tua F-KAB Banten 17 Djoni Absalon Adu ASST. SPTR NTT<br />

Simanjuntak<br />

5 Christian Watimuri FASKEU Sorong Selatan 18 Fadhlan Khudori SP2M<br />

6 Rahman Adam F-KAB Papua Barat 19 Syaifuddin SPTR Jambi<br />

7 Wolof Sayori PD MANOKWARI 20 Roni Budi Sulistyo ASST. SPTR Semarang<br />

8 Mevy Charles FASKEU NTT 21 Fajar Fermi Taruna Ditjen PMD Jakarta<br />

Dominggus Anggi<br />

9 Petrus Lopo FK. Molo Utara 22 Dadang Septiyanto Ditjen PMD Jakarta<br />

10 Dadang Agus Tri FT NTT 23 Yulfisar, S.H. PDT<br />

Setiawan<br />

11 Murtodo, SH F-KAB Jawa Tengah 24 S. Liefyany N PDT<br />

12 Joko Wahyudi F-KAB Jawa Tengah 25 Sigit Priyanto PISEW JAKARTA<br />

13 Susilo FT Jawa Tengah 26 Endang Yusnita SFMS Kalimantan Barat<br />

312


Lampiran |<br />

313


314


Lampiran |<br />

315


316


Lampiran |<br />

317


318


Lampiran |<br />

319


320


Lampiran | 321


322


Lampiran | 323

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!