29.01.2015 Views

Bag _1+2_ Whistleblower Part 1+2, Mendisain ... - Kadin Indonesia

Bag _1+2_ Whistleblower Part 1+2, Mendisain ... - Kadin Indonesia

Bag _1+2_ Whistleblower Part 1+2, Mendisain ... - Kadin Indonesia

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Stakeholders tergerak untuk<br />

mengadukanpenyimpangan<br />

melalui mekanismeyang ada,<br />

dibandingkan melaporkan<br />

kepadapihak luar atau<br />

mendiamkannya<br />

Kesuksesansangat<br />

bergantungpada konsistensi<br />

“tone at the top”, kesadaran<br />

dandukungan internal, serta<br />

aksesyang mudah untuk<br />

melakukanpengaduan<br />

Pelaporantanpa identitas<br />

meningkatkankebebasan<br />

pelaporan, dan penerimaan<br />

pengaduanoleh pihak<br />

independen membantu<br />

terproteksinya identitas<br />

pelapor dari penerima<br />

laporandi dalam organisasi<br />

Kebijakan& Prosedur<br />

Mekanisme<strong>Whistleblower</strong><br />

didisainmendorong<br />

stakeholders menyampaikan<br />

pengaduan, dengan jaminan<br />

kerahasiaandan<br />

perlindungan<br />

KonsepDasar<br />

Mekanisme<br />

<strong>Whistleblower</strong><br />

Karyawanharus teryakini<br />

bahwa kerahasiaaninformasi<br />

yang disampaikanterjaga,<br />

dandisampaikanhanya<br />

kepadapihak yang<br />

berwenang, sertatidak ada<br />

retribusi ataspelaporan yang<br />

dilakukannya<br />

Idealnya, mekanisme “<strong>Whistleblower</strong>” mencakup adanya “hotline” yang menyediakan akses<br />

24 jam – 365 hari setahun yang dilengkapi dengan interviewer yang handal. Jadi tentunya<br />

hotline yang disediakan bukan hanya searah saja dalam penerimaan informasi, dan lebih dari<br />

sekedar pelaporan tertulis melalui surat, email, atau sms.<br />

Untuk hasil terbaik, dan untuk menyederhanakan komunikasi, organisasi harus menyediakan<br />

hanya satu mekanisme untuk melaporkan berbagai permasalahan yang ada dalam organisasi,<br />

termasuk fraud, pelecehan, maupun diskriminasi. Dengan sentralisasi pelaporan, informasi<br />

kemudian akan disalurkan ke para pihak yang paling sesuai. Pedoman GCG <strong>Indonesia</strong> juga<br />

merekomendasikan bahwa Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan<br />

pengaduan atau pelaporan tentang pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku,<br />

peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat<br />

waktu. Agar sesuai dengan rekomendasi ini, Dewan Komisaris dapat saja mendelegasikan<br />

aktivitas ini kepada perangkatnya, misalnya kepada Komite Audit atau Komite GCG. Namun,<br />

ada baiknya pelaporan tidak hanya diterima oleh satu pihak. Penyaluran pelaporan kepada<br />

lebih dari satu pihak dalam organisasi, terutama mengenai pelaporan indikasi fraud,<br />

merupakan bagian dari sistem “checks & balances”, karena dengan sistem seperti itu, dapat<br />

lebih diyakini bahwa informasi yang sangat sensitif tersebut tidak hanya dimiliki oleh satu<br />

pihak saja – hal mana dapat mengurangi risiko penyembunyian informasi tertentu dengan<br />

sengaja dan tentu saja menjaga integritas mekanisme pelaporan.<br />

Organisasi dapat memilih untuk menjalankan sendiri mekanisme <strong>Whistleblower</strong>, mulai dari<br />

penerimaan pengaduan hingga tindak lanjutnya, atau melakukan outsourcing fungsi<br />

4/6

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!