30.01.2015 Views

Remediasi Tanah Terkontaminasi Logam Berat Krom (Cr) dengan ...

Remediasi Tanah Terkontaminasi Logam Berat Krom (Cr) dengan ...

Remediasi Tanah Terkontaminasi Logam Berat Krom (Cr) dengan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

18<br />

Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

<strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong><br />

<strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) <strong>dengan</strong> Teknik <strong>Remediasi</strong> Elektrokinetik<br />

Luqman Hakim 1 , Sismanto 2 , Siti Fatimah 3<br />

1<br />

Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-UII<br />

2<br />

Staf Pengajar Jurusan Kimia-FMIPA-UGM<br />

3<br />

Alumni Jurusan Teknik LingkunganFTSP-UII<br />

Abstract<br />

This research was conducted on the laboratory scale. The research methode<br />

of electrokinetic remediation with type of 2-D hexagonal electrode configuration<br />

are use voltage 40 Volt and 0.2 A of DC electric. Soil contaminated<br />

with <strong>Cr</strong> heavy metal was made by kaolinit soil from Godean distric in which<br />

that soil have initial concentration <strong>Cr</strong> 9.52 µg/g, and then the soil are contaminated<br />

by <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

500 µg/g solution, soil weight 150 kg then homogenized<br />

on the reactor with 1 m x 1 m x 1 m dimentions. In electrokinetic remediation,<br />

electrodes are implanted in the soil, and direct current imposed between the<br />

electrodes then running for 12 hours. The electrodes are made from graphite<br />

and placed with hexagonal configuration which spacing of electrodes on<br />

between 15 cm.<br />

The result of research was shown that the avarege of soil pH before remediated<br />

in the condition strong acid i.e 2.4 while soil pH remediated within the range<br />

8.4 to 10.2 in the serounding cathode. Mean while, in the serounding anode<br />

on the condition strong acid that are about pH 3 to 5.4. It means there are<br />

chemical reactions called electrolysis. That Electrolysis reaction are oxidation<br />

reaction of the water from anode resulted acid conditions and also base<br />

condition in the cathode caused by reduction reaction of the water. The removal<br />

of <strong>Cr</strong> concentration having remediate for 12 hours in the site I to III<br />

are avarege 111.46 to 281.22 mg/g, in the other wards the removal efficiency<br />

of electrokinetic remediation are about 64.90 to 78.13%. It was shown that<br />

there are <strong>Cr</strong> 3+ ion migrations phenomena moved to cathode. That ion migration<br />

was influnced by electrical current. Electrical current flowing in the soil<br />

had been caused ion migration to counter electrode. As finally, <strong>Cr</strong> 3+ ion that<br />

formed from <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

contaminant will reduce to elemental and then attached<br />

to cathode.<br />

Keywords: <strong>Cr</strong>omium (<strong>Cr</strong>), electrokinetic remediation, electrolysis,<br />

electromigration<br />

Latar Belakang<br />

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah dikenal sebagai pengahasil kerajinan<br />

kulit <strong>dengan</strong> kualitas ekspor. Berkembangnya industri kulit ini tentunya akan lebih<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005 ISSN: 1410-2315


Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

19<br />

mengangkat citra DIY sebagai kota wisata. Disisi lain, <strong>dengan</strong> adanya industri<br />

kulit ini tentunya akan menghasilkan limbah baik itu berupa limbah cair maupun padat<br />

sebagai hasil sisa kegiatan produksi. Apabila limbah ini tidak diolah ataupun dikelola<br />

<strong>dengan</strong> baik, maka akan menimbulkan dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Hal<br />

ini tentunya dapat mempengaruhi minat para wisatawan untuk datang ke DIY.<br />

Pemerintah Propinsi DIY telah memfasilitasi pengolahan limbah cair industri kulit secara<br />

terpadu di Desa Sitimulyo Kabupaten Bantul, namun demikian hasil pengolahan limbah<br />

cair tersebut mengahasilkan lumpur padat (sludge). Pengolahan sludge sampai saat<br />

ini belum dilakukan dan umumnya sludge tersebut langsung dibuang ke dalam tanah.<br />

Pemanfaatan bahan kimia berupa Khrom (<strong>Cr</strong>) sebagai bahan perontok bulu pada<br />

kulit, pada satu sisi akan menghasilkan limbah berupa <strong>Krom</strong> Heksavalen (<strong>Cr</strong> 6+ ) baik<br />

berupa limbah cair maupun padat. Limbah logam berat <strong>Cr</strong> 6+ adalah termasuk dalam<br />

kategori limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena sifatnya yang toksik.<br />

Untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut di atas khususnya pada<br />

pencemaran tanah perlu dilakukan upaya pengolahan dan pengelolaan. Salah satunya<br />

yaitu melalui pemulihan (remediasi) tanah yang sudah terkontaminasi.<br />

Pemulihan tanah secara elektrokinetik merupakan salah satu upaya pemulihan<br />

tanah yang terkontaminasi oleh logam berat dan kontaminan organik lainnya secara in<br />

situ. Tujuan penelitian ini yaitu a) Mempelajari fenomena remediasi elektrokinetik pada<br />

tanah terkontaminasi logam berat <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

dan b) Mengetahui effisiensi penurunan<br />

konsentrasi logam berat <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

pada tanah yang telah terkontaminasi.<br />

Tinjauan Pustaka<br />

Penelitian tentang remediasi elektrokinetik pada tanah terkontaminasi sudah<br />

banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya; antara lain oleh Acar dan Alshawabkeh,<br />

1993; Chan dan Lynch 2002; Alshawabkeh, et. Al., 1999; dan Pamukcu, 1997.<br />

<strong>Remediasi</strong> tanah (soil remediation) adalah pemulihan tanah yang terkontaminasi<br />

oleh zat-zat pencemar seperti logam berat dan atau senyawa organik untuk<br />

mengembalikan fungsi tanah sehingga dapat dimanfaatkan kembali dan tidak<br />

menimbulkan masalah bagi lingkungan.<br />

Menurut Cynthia (1997), teknologi remediasi secara umum dapat dilakukan <strong>dengan</strong><br />

isolasi, immobilisasi, reduksi toksisitas, pemisahan fisis dan ekstraksi. Teknologi secara<br />

ekstraksi untuk remediasi tanah antara lain: soil washing, phyrometallurgical, in situ<br />

soil flushing dan electrokinetic treatment.<br />

<strong>Remediasi</strong> Elektrokinetik<br />

<strong>Remediasi</strong> secara elektrokinetik merupakan teknologi pemulihan tanah<br />

terkontaminasi logam berat dan senyawa-senyawa organik melalui proses secara insitu<br />

<strong>dengan</strong> menggunakan tegangan listrik rendah dan arus DC (direct current) pada<br />

potongan melintang area antara elektroda yang diletakkan pada tanah <strong>dengan</strong> susunan<br />

aliran terbuka. Tekanan aliran pada umumnya digolongkan dalam miliampere per<br />

sentimeter kuadrat (mA/cm 2 ) atau beda potensial tegangan listrik volt per sentimeter.<br />

Dengan penerapan teknologi tersebut diharapkan kontaminan logam berat dalam tanah<br />

dapat dipindahkan/digerakkan, dipadatkan/dipekatkan oleh elektroda serta<br />

diekstraksikan dari tanah, yang secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1<br />

(Alshawabkeh, 2001).<br />

ISSN: 1410-2315<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005


20<br />

Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

Gambar 1.<br />

Prinsip Dasar <strong>Remediasi</strong> Elektrokinetik (Alshawabkeh, 2001)<br />

Pada teknologi ini, elektroda ditempatkan pada tanah secara vertikal maupun<br />

horizontal. Ketika arus DC digunakan pada elektroda, dihasilkan tanah yang<br />

terpengaruh medan listrik oleh katoda dan anoda. Penggunaan sistem tersebut pada<br />

tanah mempunyai beberapa efek yaitu : electromigration, electroosmosis, perubahan<br />

pH, dan electrophoresis. Electromigration, yaitu pergerakan kation dan anion karena<br />

pengaruh sifat listrik yang ditimbulkan sistem tersebut pada tanah. Kation (ion<br />

bermuatan +) cenderung untuk berpindah ke arah katoda bermuatan negatif, dan anion<br />

( ion bermuatan -) berpindah ke arah anoda bermuatan positif. Pada<br />

penyelesaiannya, ion-ion yang dipekatkan/dipadatkan tersebut akan mendekati<br />

elektroda atau mengalami reaksi pada elektroda, dimana logam-logam pencemar<br />

tersebut naik ke arah elektroda atau melepaskan komponen berbentuk gas. Perubahan<br />

pH karena pengaruh arus merupakan reaksi elektrolisis pada elektroda. Terjadi oksidasi<br />

air pada anoda dan menghasilkan ion-ion hidrogen (H + ). Ion-ion H + tersebut<br />

membangkitkan asam untuk berpindah menuju katoda. Sebaliknya, penurunan air<br />

terjadi pada katoda dan menghasilkan ion-ion hidroxyl (OH - ) yang kemudian berpindah<br />

sebagai dasar ke arah anoda (Acar et.al, 1990).<br />

Transport pada ion-ion H + diperkirakan 2 kali lebih cepat daripada ion-ion OH - .<br />

Dengan demikian, gerakan asam rata-rata lebih besar daripada basa. Electroosmosis<br />

adalah proses transport air dalam jumlah besar yang terus mengalir pada tanah. Electrophoresis<br />

merupakan pergerakan partikel-partikel karena pengaruh medan listrik (Acar<br />

dan Alshawabkeh, 1993).<br />

Hasil yang didapatkan dari bench-scale laboratory dan percobaan skala lapangan<br />

mengindikasikan bahwa teknologi elektrokinetik ini dapat sukses diaplikasikan pada<br />

clayey (lempungan) sampai tanah fine sandy (pasiran halus). Hal ini menunjukkan<br />

bahwa tipe tanah bukan merupakan batasan yang signifikan. Bagaimanapun, kecepatan<br />

transport kontaminan dan efisiensinya tergantung pada tipe tanah dan variabel<br />

lingkungan. <strong>Tanah</strong> <strong>dengan</strong> aktifitas tinggi, seperti illite, montmorillonite dan kaolinit<br />

menunjukkan tingginya buffer asam/basa dan memerlukan asam berlebih dan perantara<br />

peningkat untuk desorb dan pelarutan kontaminan sorbed pada permukaan partikel<br />

tanah sebelum mereka dapat mentransportkan keluar subsurfase (bawah permukaan)<br />

dan removal. Teknologi ini dapat diaplikasikan untuk mengolah lapisan tanah heterogenous<br />

secara efektif (Alshawabkeh,1999).<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005 ISSN: 1410-2315


Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

21<br />

Material, Konfigurasi dan Spasi Elektroda<br />

Material Elektroda, Bahan kimia yang tidak bereaksi dan bahan yang bisa<br />

menghantarkan listrik seperti grafit, coated titanium atau platinum bisa digunakan<br />

sebagai anoda untuk menahan dissolusi elektroda dan berlangsungnya pengkaratan<br />

dalam kondisi asam.<br />

Hipotesis<br />

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori tentang remediasi<br />

elektrokinetik, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :<br />

1. Teknik remediasi elektrokinetik dapat dipergunakan untuk memulihkan tanah yang<br />

telah terkontaminasi oleh logam berat <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

2. Teknik <strong>Remediasi</strong> elektrokinetik efektif untuk menurunkan konsentrasi logam berat<br />

<strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

dalam tanah.<br />

Metode Penelitian<br />

Tahap penelitian dilakukan melalui dua tahapan yaitu:<br />

1. Tahap pra penelitian : pemilihan tanah, analisis karakteristik dan jenis tanah,<br />

persiapan kontaminan, persiapan elektroda dan power supply.<br />

2. Tahap penelitian. Running teknologi remediasi elektrokinetik pada tanah<br />

terkontaminasi oleh <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

(khrom trioksida).<br />

3. Parameter yang dianalisis: pH, Resitivitas, Konduktivitas, dan <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3,<br />

4. Desain Teknologi <strong>Remediasi</strong> Elektrokinetik<br />

a. Kebutuhan Elektroda<br />

Konfigurasi elektroda hexagonal terdiri dari beberapa sel, masing masing berisi<br />

satu katoda yang dikelilingi oleh 6 kutub positif (anoda), lihat gambar 2.<br />

b. Reaktor<br />

Volume tanah = p x l x t<br />

= 1 m x 0,95 m x 0,13 m<br />

= 0,12 m 3 = 120 l<br />

<strong>Berat</strong> tanah = Bj tanah x volume tanah<br />

= 1,25 kg/l x 120 l<br />

= 150 kg<br />

Gambar 2.<br />

Teknologi <strong>Remediasi</strong> Elektrokinetik<br />

ISSN: 1410-2315<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005


22<br />

Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

Analisis Data<br />

Untuk menentukan tingkat effisiensi penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

(khrom trioksida)<br />

pada tanah setelah dilakukan remediasi secara elektrokinetik adalah <strong>dengan</strong><br />

menggunakan persamaan sebagai berikut:<br />

Cawal − Cakhir<br />

E =<br />

x100%<br />

Cawal<br />

E = Effisiensi (%)<br />

C = Konsentrasi<br />

Hasil dan Pembahasasn<br />

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah lempung kaolinit dari Godean<br />

<strong>dengan</strong> konsentrasi <strong>Cr</strong> awal sebelum dikontaminasikan 9,3 µg/g (ppm) dan pH awal 5,8<br />

cenderung memiliki kondisi asam. <strong>Tanah</strong> tersebut kemudian dikontaminasikan <strong>dengan</strong><br />

limbah simulasi <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

(khrom trioksida) <strong>dengan</strong> konsentrasi 500 µg/g.<br />

Hasil Analisis pH pada Area Efektif<br />

Pada penelitian ini, pengambilan sampel tanah dilakukan di dalam reaktor percobaan<br />

yang dibagi menjadi 4 area yaitu: a)area I: 15 cm dari katoda, b) area II: 10 cm dari katoda,<br />

c) area III: 5 cm dari katoda, d) area tidak efektif: terletak 15 cm diluar anoda.<br />

Area I, II dan III merupakan area efektif sedangkan area tidak efektif merupakan<br />

area yang berada di luar daerah elektroda. Selain pada area anoda dan katoda,<br />

pengukuran pH juga dilakukan diantara anoda dan katoda yaitu area yang letaknya 10<br />

cm dari anoda dan katoda.<br />

Hasil pengukuran pH sebagaimana terlihat pada Gambar 3 menunjukkan adanya<br />

peningkatan pH di setiap area. Pada waktu jam ke-0 di setiap area memiliki pH terendah<br />

<strong>dengan</strong> nilai rata-rata 2, kemudian pada waktu jam ke-3 pH di area I dan area II<br />

mengalami kenaikan namun di area III atau area sekitar katoda kenaikan pH sangat<br />

tajam, yaitu mencapai 8,4. Pada waktu jam ke-6 pH di area I dan area II masingmasing<br />

sebesar 3,7 dan 5,0. Sedangkan pH di area III semakin meningkat sebesar<br />

9,2 sampai pada waktu jam ke-12, pH maksimum di area III sebesar 10,2 dan di area<br />

I dan II yaitu masing-masing sebesar 4,2 dan 5,4.<br />

12<br />

10<br />

8<br />

w aktu ke-0 w aktu ke-3<br />

w aktu ke-6 w aktu ke- 9<br />

w aktu ke-12<br />

pH<br />

6<br />

4<br />

2<br />

0<br />

5 10 15<br />

(III) (II) (I)<br />

Jarak (cm) (Area)<br />

Gambar 3.<br />

Grafik Hubungan pH terhadap Jarak (Area)<br />

Dari perubahan pH tersebut dapat diartikan bahwa telah terjadi reaksi-reaksi kimia di<br />

setiap area titik sampling. Salah satunya telah terjadi proses electrolysis, yaitu reaksi<br />

oksidasi air pada kutub positif (anoda) disebut sebagai area I yang menghasilkan kondisi<br />

asam, sementara pada kutub negatif (katoda) disebut sebagai area III terjadi reduksi air<br />

yang menghasilkan kondisi basa. Reaksi-reaksi yang terjadi tersebut yaitu :<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005 ISSN: 1410-2315


Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

23<br />

1. Pada Area Katoda (III)<br />

Reduksi air : 2 H 2<br />

O (l) + 2 e H 2<br />

(g) + 2OH - (aq)<br />

Reaksi di atas menjelaskan terjadi reduksi air pada area III (katoda) yaitu<br />

pengambilan elektron sebanyak 2e yang kemudian menghasilkan ion OH - sehingga<br />

berarti bahwa pada area III (katoda) mengalami kondisi basa.<br />

2. Pada Area Anoda (I)<br />

Oksidasi air : 2 H 2<br />

O (l) 4 H + (aq) + O 2<br />

(g) + 4e<br />

Reaksi di atas menjelaskan reaksi oksidasi air pada area anoda (I) dimana<br />

terjadi pelepasan elektron sebanyak 4e dan menghasilkan ion H + yang berarti<br />

bahwa pada area I mengalami kondisi asam.<br />

Ion-ion dari zat terlarut dan ion-ion hidrogen maupun hidroksil (OH - ), berlombalomba<br />

untuk melepaskan muatan mereka pada elektroda dan ion yang berhasil<br />

adalah ion yang memerlukan energi paling sedikit untuk melepaskan muatan.<br />

Dengan memakai istilah elektrokimia, dapat dikatakan bahwa pada keadaan<br />

tertentu, ion yang memerlukan tegangan elektroda negatif yang lebih rendah akan<br />

terlebih dulu melepaskan muatannya pada katoda, sedangkan ion-ion yang<br />

memerlukan tegangan elektroda positif yang lebih rendah, akan terlebih dulu<br />

melepaskan muatannya pada anoda. Pelepasan ion-ion hidroksil pada anoda<br />

mengakibatkan terbentuknya gas oksigen :<br />

4OH - 2H 2<br />

O + O 2 (g)<br />

+ 4e<br />

Sedangkan reaksi yang terjadi pada katoda adalah bahwa ion-ion hidrogen<br />

bermigrasi ke arah katoda <strong>dengan</strong> membentuk molekul-molekul hidrogen, yang<br />

dilepaskan dalam bentuk gas hidrogen : (Setiono,1990)<br />

2 H + + 2 e H 2<br />

Pada area II yaitu area di antara anoda dan katoda pada penelitian ini<br />

mengalami kondisi asam namun memiliki nilai pH yang lebih tinggi dibanding<br />

<strong>dengan</strong> area I. Area II memiliki pH rata-rata 5, sehingga dimungkinkan di area II<br />

tersebut lebih dominan terpengaruh oleh area anoda sehingga pada area II<br />

cenderung mengalami kondisi asam.<br />

Daya hantar larutan pada proses electrolysis ini disebabkan karena adanya<br />

ion-ion (partikel bermuatan) yang apabila dialirkan listrik akan bermigrasi ke arah<br />

elektroda yang muatannya berlawanan, karena gaya elektrostatik.<br />

Tidak hanya area elektroda (anoda dan katoda) saja yang berpengaruh<br />

terhadap perubahan pH, faktor waktu juga berpengaruh terhadap kenaikan pH.<br />

Berikut ini grafik hubungan pH terhadap waktu di tiap-tiap area efektif, Gambar 4.<br />

pH<br />

14<br />

12<br />

10<br />

8<br />

6<br />

4<br />

2<br />

Area I<br />

Area II<br />

Area III<br />

0<br />

0 3 6 9 12<br />

Waktu ke-(jam)<br />

Gambar 4.<br />

Hubungan pH terhadap waktu di area efektif<br />

ISSN: 1410-2315<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005


24<br />

Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

Fenomena atau kecenderungan yang terjadi dari hubungan pH terhadap waktu<br />

oleh garis exponensial di masing-masing area. Perbedaan posisi antara garis<br />

exponensial <strong>dengan</strong> sebaran data pada setiap grafik di atas kemungkinan diakibatkan<br />

adanya kesalahan pengukuran pH, kadar air yang tidak homogen sehingga proses<br />

electrolysis tidak merata atau faktor lainnya.<br />

Alshawabkeh (1999): Perubahan pH pada tanah terkontaminasi tergantung pada<br />

jenis bahan kimia, kadar air dalam tanah, proses electrolysis ,waktu treatment dan<br />

potensial elektrokimia. Arus listrik yang mengalir melalui elektroda juga mempengaruhi<br />

proses elektrolisis di elektroda. Oksidasi air di kutub positif (anoda) menghasilkan<br />

kondisi asam sementara pada kutub negatif (katoda) terjadi reduksi (pengurangan)<br />

yang menghasilkan kondisi basa dalam tanah. Saat asam dihasilkan di kutub positif<br />

(anoda), melalui tanah dapat sampai ke arah katoda dibantu oleh migrasi ion dan<br />

elektroosmosis, basa yang dihasilkan di katoda dapat bergerak menuju ke anoda dibantu<br />

secara difusi dan migrasi ion<br />

Hasil Analisis Konsentrasi <strong>Cr</strong> pada Area Efektif<br />

Analisis konsentrasi <strong>Cr</strong> dalam tanah kaolinit menggunakan metode APN<br />

menunjukkan bahwa konsentrasi <strong>Cr</strong> awal Ao di setiap area adalah adalah sebesar<br />

509,524 mg/g. Setelah dilakukan remediasi terjadi penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> yang<br />

berbeda di setiap area sampling, <strong>dengan</strong> interval waktu remediasi masing-masing area<br />

adalah tiap 3 jam Gambar 5.<br />

600<br />

500<br />

400<br />

C<br />

300<br />

(ppm)<br />

200<br />

100<br />

Ao<br />

Waktu ke-3<br />

Waktu ke-6<br />

Waktu ke-9<br />

Waktu ke-12<br />

0<br />

(III)<br />

(II)<br />

0 5 10 15<br />

(I)<br />

20<br />

Jarak dari katoda (cm) (Area)<br />

Gambar 5. Hubungan Konsentrasi <strong>Cr</strong> terhadap Jarak Elektroda pada area efektif<br />

Penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> rata-rata setiap 3 jam pada area I (anoda) mengalami<br />

penurunan yang cukup besar <strong>dengan</strong> konsentrasi <strong>Cr</strong> terendah saat waktu ke 12 jam<br />

yaitu sebesar 88,653 mg/g. Penurunan konsentrasi yang sangat tajam terjadi pada<br />

area II yaitu sebesar 78,527 mg/g. Pada area III terjadi penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong><br />

yang tidak terlalu besar yaitu 89,203 mg/g. Penurunan konsentrasi pada setiap area<br />

tersebut karena adanya pergerakan ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ menuju katoda sehingga dari<br />

konsentrasi <strong>Cr</strong> awal yaitu di titik 509 µg/g setelah mengalami remediasi mengalami<br />

penurunan konsentrasi di tiap titik area selama 12 jam.<br />

Migrasi ion <strong>Cr</strong> 3+ menuju katoda pada area II tersebut tersebut lebih banyak<br />

dibanding area lainnya. Banyaknya jumlah ion <strong>Cr</strong> 3+ yang bermigrasi salah satunya<br />

ditentukan oleh cepatnya gerakan antar ion <strong>Cr</strong> 3+ bermigrasi menuju katoda, sehingga<br />

jarak sangat berpengaruh terhadap pergerakan ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ tersebut. Area III adalah<br />

yang berada di sekitar katoda <strong>dengan</strong> jarak 5 cm dari katoda, dari garis polynomial<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005 ISSN: 1410-2315


Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

25<br />

yang terlihat konsentrasi <strong>Cr</strong> terendah di area III tersebut lebih tinggi dibanding<br />

area lainnya, dimungkinkan ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ yang bermigrasi menuju katoda terakumulasi<br />

di area sekitar katoda tersebut, sehingga walaupun terjadi penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong><br />

di area III namun tidak terlalu besar karena terus terjadi penambahan ion <strong>Cr</strong> 3+ yang<br />

berasal dari area lainnya. Pergerakan ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ karena adanya aliran listrik sehingga<br />

kation terebut bermigrasi menuju katoda.<br />

<strong>Tanah</strong> yang mengandung ion <strong>Cr</strong> 3+ yang berasal dari kontaminan <strong>Cr</strong> 2<br />

O 3<br />

, pada katoda<br />

direduksi menjadi logamnya sendiri dan logam yang terbentuk itu kemudian diendapkan<br />

dan menempel pada permukaan batang katoda (Petrucci, 1993). Sesuai <strong>dengan</strong> reaksi<br />

berikut ini :<br />

<strong>Cr</strong> 3+ + 3e <strong>Cr</strong> 0 (logam)<br />

Ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ pada area I dan area II bergerak menuju katoda di bawah pengaruh<br />

medan listrik, sehingga pada area I dan area II tersebut terjadi penurunan konsentrasi<br />

<strong>Cr</strong>. Pada area III (katoda) penurunan konsentrasi yang terjadi tidak terlalu besar<br />

dibanding pada area I dan II, ini dikarenakan area III merupakan area terletaknya katoda,<br />

sehingga ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ dari area I dan area II yang bergerak menuju katoda cenderung<br />

terakumulasi pada area katoda sedangkan ion-ion tersebut tidak langsung dapat<br />

menempel dan mengendap pada katoda yang mengakibatkan pada area III terjadi<br />

penambahan konsentrasi <strong>Cr</strong> yang berasal dari area I dan II. Walaupun demikian pada<br />

area III tetap terjadi penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong>, karena ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ terus bergerak menuju<br />

katoda dan menempel pada permukaan batang katoda, seperti dijelaskan pada Gambar<br />

6.<br />

<strong>Cr</strong> 3+ --- > <strong>Cr</strong> 0<br />

( + ) ( - )<br />

Area I Area II Area III<br />

K +<br />

<strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+ <strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+<br />

<strong>Cr</strong> 3+ <strong>Cr</strong> 3+ Ca 2+<br />

5 cm 5 cm 5 cm<br />

Asam<br />

Gambar 6.<br />

Arah proses migrasi ion pada anoda dan katoda<br />

Basa<br />

Dari Gambar 6 tersebut terlihat bahwa pada saat terjadi elektromigrasi atau migrasi<br />

ion, ion-ion bermuatan positif (kation) akan saling berebutan menuju katoda. Sehingga<br />

konsentrasi ion-ion bermuatan positif akan terakumulasi pada area katoda.<br />

Selain hal-hal tersebut di atas, lamanya waktu remediasi juga berpengaruh<br />

terhadap penurunan konsentrasi ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ . Penurunan konsentrasi ion-ion tersebut<br />

diakibatkan adanya pergerakan ion-ion tersebut menuju kutub negatif (katoda) dalam<br />

interval waktu 12 jam. Dari data yang didapat pada penelitian ini mengindikasikan<br />

bahwa semakin lama waktu remediasi, maka konsentrasi ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ semakin menurun.<br />

Seperti yang dikatakan oleh Pamukcu (1994), bahwa penurunan ion-ion<br />

ISSN: 1410-2315<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005


26<br />

Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

tergantung pada spasi elektroda, konfigurasi elektroda, waktu dan reaksi geokimia.<br />

Gambar 7 berikut ini menunjukkan fenomena yang terjadi dalam hubungan konsentrasi<br />

<strong>Cr</strong> terhadap waktu remediasi pada masing-masing area efektif :<br />

600<br />

500<br />

400<br />

Area I<br />

Area II<br />

Area III<br />

C<br />

300<br />

(ppm)<br />

200<br />

100<br />

0<br />

0 3 6 9 12<br />

Waktu ke- (jam)<br />

Gambar 7.<br />

Grafik Hubungan Konsentrsi <strong>Cr</strong> terhadap Waktu di Area efektif<br />

Garis-garis exponensial pada Gambar 9 menunjukkan fenomena hubungan<br />

konsentrasi terhadap waktu. Semakin lama waktu remediasi, konsentrasi <strong>Cr</strong> dalam<br />

tanah semakin menurun sampai pada saat dimana ion-ion tidak dapat bermigrasi lagi.<br />

Konsentrasi <strong>Cr</strong> terendah berada pada area II yaitu sebesar 78,52 µg/g <strong>dengan</strong> waktu<br />

remediasi selama 12 jam.<br />

Hasil Analisis pada Arus dan Resistensi<br />

Grafik pada Gambar 8 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan resistensi<br />

pada variasi waktu setiap 3 jam sedangkan arus yang terjadi mengalami nilai konstan<br />

yaitu 0,2 A, karena berkurangnya jumlah ion-ion penghantar maka hambatan (resistensi)<br />

yang terjadi dalam tanah semakin meningkat.<br />

8 0 0 0 0 0 0<br />

7 0 0 0 0 0 0<br />

I = 0 ,2 A<br />

R<br />

(O h m s )<br />

6 0 0 0 0 0 0<br />

5 0 0 0 0 0 0<br />

4 0 0 0 0 0 0<br />

3 0 0 0 0 0 0<br />

2 0 0 0 0 0 0<br />

1 0 0 0 0 0 0<br />

0<br />

I L o g . ( I)<br />

0 3 6 9 1 2<br />

w a k tu k e (ja m )<br />

Gambar 8.<br />

Grafik Hubungan Resistensi, Waktu dan Arus<br />

Selain itu, karena adanya penumpukan kation pada katoda mengakibatkan luas<br />

penampang katoda menjadi kecil sehingga hambatan yang dialami arus listrik<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005 ISSN: 1410-2315


Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

27<br />

akan semakin besar, teori tersebut sesuai <strong>dengan</strong> persamaan bahwa resistensi<br />

akan berbanding terbalik <strong>dengan</strong> luas penampang (Bueche,1989). Maka kenaikan<br />

resistensi yang terjadi pada penelitian ini disebabkan karena adanya penurunan<br />

konsentrasi ion-ion logam muatan positif sehingga menyebabkan kenaikan resistensi<br />

yang cukup signifikan.<br />

Hubungan Konsentrasi, pH dan Waktu di Area Efektif<br />

Dimungkinkan variabel konsentrasi <strong>Cr</strong>, pH dan waktu memiliki hubungan yang saling<br />

ketergantungan satu sama lain (lihat Gambar 9). Dari Gambar 9 menunjukkan penurunan<br />

konsentrasi <strong>Cr</strong> terjadi bersamaan <strong>dengan</strong> perubahan pH di setiap area efektif dalam<br />

interval tiap 3 jam. Namun penurunan konsentrasi terendah terjadi pada area II, area<br />

yang terletak di antara katoda dan anoda yaitu sebesar 78,54 mg/g.<br />

600<br />

500<br />

400<br />

Area I<br />

Area II<br />

Area III<br />

C<br />

(ppm )<br />

300<br />

200<br />

100<br />

0<br />

0 2 4 6 8 10 12<br />

pH<br />

Gambar 9.<br />

Hubungan Konsentrasi <strong>Cr</strong> dan pH di Area Efektif<br />

Sedangkan area yang memiliki konsentrasi <strong>Cr</strong> paling tinggi adalah pada area III<br />

yaitu area yang berada di sekitar katoda, konsentrasi <strong>Cr</strong> terendah pada area tersebut<br />

sebesar 89,2035 mg/g. Pada area di sekitar anoda (area I) mengalami kondisi asam<br />

dimana pH tertinggi yaitu sebesar 4,2. Area di sekitar katoda (area III) mengalami<br />

kondisi basa <strong>dengan</strong> pH tertinggi sebesar 10,2. Sedangkan area di antara katoda dan<br />

anoda (area II) memiliki pH tertinggi sebesar 5,4 yang berarti pada area II mengalami<br />

kondisi asam. pH rendah akan menyebabkan proses oksidasi menjadi tidak efisien<br />

sehingga dibutuhkan energi yang besar. Dari gambar 9 menunjukkan adanya reaksireaksi<br />

kimia akibat pengaruh medan listrik. Perubahan pH menunjukkan telah terjadinya<br />

proses electrolysis dan electromigration. Konsentrasi <strong>Cr</strong> yang menurun sebagai akibat<br />

dari adanya migrasi ion dan electrophoresis.<br />

Hasil Analisis Konsentrasi <strong>Cr</strong> pada Area Tidak Efektif<br />

Selain pada area efektif, analisis konsentrasi <strong>Cr</strong> dilakukan juga pada area tidak<br />

efektif, area yang terletak di luar area efektif. Pengambilan sampel dan data pada<br />

area tidak efektif ( Z ) ini adalah sebagai perbandingan <strong>dengan</strong> area efektif. Area tidak<br />

efektif merupakan area yang berada di luar daerah elektroda (anoda dan katoda).<br />

Pada penelitian ini, pengambilan sampel tanah yang telah diremediasi dilakukan pada<br />

waktu yang bersamaan <strong>dengan</strong> pengambilan sampel tanah pada area tidak efektif.<br />

Jarak pengambilan sampel tanah pada area tidak efektif sejauh 15 cm ke arah luar<br />

elektroda yaitu 15 cm dari arah anoda. Gambar 10 adalah hasil analisis<br />

ISSN: 1410-2315<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005


28<br />

Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

pada area tidak efektif yang disesuaikan <strong>dengan</strong> waktu pengambilan sampel.<br />

Dari Gambar 10 tersebut didapat bahwa terjadi penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> pada area<br />

tidak efektif, sehingga dapat dimungkinkan bahwa pada area tersebut mendapat<br />

pengaruh dari medan listrik area efektif. Penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> pada area tidak<br />

efektif tidak sebesar penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> pada area efektif, walaupun sangat<br />

kecil telah terjadi pengaruh sistem elektroda area efektif terhadap area tidak efektif .<br />

K o n s e n t ra s i C r<br />

6 0 0<br />

5 0 0<br />

4 0 0<br />

3 0 0<br />

2 0 0<br />

1 0 0<br />

0<br />

A o Z 1 Z2 Z3 Z 4 Z 5 Z 6 Z3 , 1 Z 5 , 2<br />

0 3 6 9 1 2<br />

W a k tu k e -(ja m )<br />

K o n s e n tr a s i<br />

C r r a ta - ra ta<br />

Gambar 10.<br />

Grafik Konsentrasi <strong>Cr</strong> terhadap Waktu pada Area tidak efektif<br />

Gambar 10 menunjukkan adanya penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> pada setiap interval<br />

waktu <strong>dengan</strong> konsentrasi minimum yaitu 233,780 mg/g. Konsentrasi <strong>Cr</strong> rata-rata<br />

pada area inefektif yaitu sebesar 281,2203 mg/g.<br />

Menurut Alshawabkeh (1999), distribusi medan listrik menunjukkan area inefektif<br />

beberapa sel berbentuk curvilinear triangle (segitiga sama kaki) <strong>dengan</strong> badan kaki<br />

merupakan jarak elektroda yang mempunyai polaritas sama.<br />

Secara umum, tujuan penerapan konfigurasi elektroda 2D adalah untuk mencapai<br />

aliran radial (axi-symetrical). Katoda ditempatkan di tengah untuk memberikan<br />

akumulasi kontaminan <strong>Cr</strong> pada zona yang lebih kecil di sekitar katoda sedangkan<br />

anoda ditempatkan pada batas pinggir untuk memaksimalkan penyebaran lingkungan<br />

asam yang dibangkitkan oleh anoda dan meminimalkan perluasan lingkungan basa<br />

yang dibangkitkan oleh katoda (Alshawbkeh, 1999). Pada Gambar 11 berikut ini<br />

dijelaskan konsentrasi <strong>Cr</strong> dan pH rata-rata pada seluruh titik sampling.<br />

Z4<br />

C= 277 ppm<br />

D1<br />

Z3<br />

C= 322,8 ppm<br />

D2<br />

C= 207,82 ppm<br />

E1<br />

D3<br />

C1<br />

Z5<br />

C= 274,6 ppm<br />

C= 259,8 ppm<br />

E2<br />

E 3<br />

III<br />

C 3<br />

C2<br />

F2<br />

C = 156 p p m<br />

F 3<br />

p H = 9,38<br />

B3<br />

II<br />

C = 111 ppm pH= 5,38<br />

A 3<br />

B2<br />

Z2<br />

C= 231,5 ppm<br />

F1<br />

C = 156 ppm<br />

A2<br />

I<br />

pH= 3,7<br />

B1<br />

Z6<br />

C= 274,6 ppm<br />

A1<br />

Z1<br />

C= 385,572 ppm<br />

Gambar 11.<br />

Konsentrasi <strong>Cr</strong> dan pH Rata-rata pada setiap Titik Sampling<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005 ISSN: 1410-2315


Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

29<br />

Efisiensi Penurunan Konsentrasi <strong>Cr</strong><br />

Dari analisis data di depan dapat diketahui nilai efisiensi penurunan konsentrasi<br />

<strong>Cr</strong> setelah dilakukan remediasi elektrokinetik yaitu: a) area I : 75,65%, b) area II : 78,13,<br />

c) area III : 69,40%, dan d) area inefektif 44,81%.<br />

80<br />

70<br />

60<br />

Efisiensi (%)<br />

50<br />

40<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

I<br />

II<br />

Area<br />

III<br />

Inefektif<br />

Gambar 12.<br />

Tingkat Efisiensi Konsentrasi <strong>Cr</strong> di Setiap Area<br />

Dari Gambar 12 di atas dapat terlihat bahwa, nilai efisiensi terbesar terjadi pada<br />

area efektif II, dimana pada area II tersebut memiliki nilai efisiensi konsentrasi <strong>Cr</strong> sebesar<br />

78,1 %. Sementara nilai efisiensi terendah terjadi pada area inefektif <strong>dengan</strong> nilai<br />

efisiensi rata-rata hanya 44,81 %. Hal tersebut di atas dikarenakan area efektif<br />

merupakan area yang dipengaruhi oleh medan listrik yang paling kuat sehingga pada<br />

area-area efektif terjadi proses elektromigrasi atau migrasi ion <strong>Cr</strong> 3+ secara optimum.<br />

Sedangkan pada area inefektif merupakan area di luar sistem elektroda sehingga<br />

pengaruh medan listrik pada area tersebut sangat kecil. Pada area III, nilai efisiensi<br />

konsentrasi <strong>Cr</strong> hanya 69,4%, lebih rendah jika dibandingkan efisiensi pada area efektif<br />

lainnya, ini dikarenakan penurunan konsentrasi <strong>Cr</strong> pada area III tersebut tidak terlalu<br />

besar selain itu area III merupakan area tempat terakumulasinya ion-ion <strong>Cr</strong> 3+ yang<br />

berasal dari area I dan II.<br />

Daftar Pustaka<br />

Acar, Y. B. and Alshawabkeh, A. N., 1993, Principles of Electrokinetic Remediation,<br />

Environmental Science and Technology, New Delhi, India.<br />

Acar, Y.B., Gale R. J., Putnam, G. A, Hamed, J. and Wong, R. L., 1990, Electrochemical<br />

processing of Soils, Betlehem.<br />

Alshawabkeh, A. N., 1999, Optimation of 2D Electrode Configuration for Electrokinetic<br />

Remediation, Juornal of Soil Contamination, USA.<br />

Alshawabkeh, A. N., 2000, Final In-Situ Electrokinetic Remediation of Metal Contaminated<br />

Soils. http//: www.US Army Environmental Center<br />

Alshawabkeh, A. N., 2001, Basic and Application of Electrokinetic Remediation,<br />

Universidade Federal do Rio de Janeiro (COPPE-UFRJ).<br />

ISSN: 1410-2315<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005


30<br />

Luqman, dkk, <strong>Remediasi</strong> <strong>Tanah</strong> <strong>Terkontaminasi</strong> <strong>Logam</strong> <strong>Berat</strong> <strong>Krom</strong> (<strong>Cr</strong>) ...<br />

Bueche, F. J., 1989, Theory and Problem of College Physics, MacGraw Hill, Inc.<br />

Chan, M. S. and Lynch, J. R., 2002, Two-Dimensional Electrokinetic Remediation of<br />

Soil, Cambridge University Engineering Departement, UK.<br />

Pamukcu, S., 1994, Electro-Chemical Technologies for In-Situ Restoration of<br />

Contaminaated Subsurface Soils, Departement of Civil and Environmental Engineering,<br />

Lehigh University, Betlehem, USA.<br />

Petrucci, R. H., 1993, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Gelora Aksara Pratama,<br />

Bogor.<br />

Setiono, L., Hadyana, A., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan<br />

Semimakro, (Terjemahan dari Vogel,1979), Kalman Media Pustaka, Jakarta.<br />

LOGIKA, Vol. 2, No. 2, Juli 2005 ISSN: 1410-2315

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!