28.03.2015 Views

ojgb8og

ojgb8og

ojgb8og

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ADU KUAT ANGKET YASONNA<br />

PENDEKAR<br />

JEMBATAN<br />

BANTEN<br />

HARTA<br />

TAK WAJAR<br />

UDAR<br />

EDISI 174 | 30 MARET - 5 APRIL 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 174 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />

FOKUS<br />

CARA UDAR<br />

AGAR TAK<br />

TERLINDAS<br />

UDAR PRISTONO MENYIMPAN BANYAK<br />

AKAL MELAWAN KEJAKSAAN AGUNG.<br />

IA BERULAH DI DALAM SEL KETIKA<br />

RUMAHNYA DISITA. SEKARANG IA INGIN<br />

MEMENJARAKAN JAKSA.<br />

NASIONAL<br />

CRIME STORY<br />

n PASAL BERLAPIS PENDANA ISIS<br />

n ADU KUAT ANGKET YASONNA<br />

INTERNASIONAL<br />

n BUI HINGGA GUGATAN ISTRI<br />

KRIMINAL<br />

n DUA TEMBAKAN BEGAL BERTOPI<br />

EKONOMI<br />

n ADA APA DENGAN ANDREAS?<br />

n BUKAN ASSAD, LALU SIAPA<br />

n KALA ‘SPIDER-MAN’ LANCUNG UJIAN<br />

RUMAH<br />

n SERBADINAMIS DIANA NAZIR<br />

KOLOM<br />

n JALAN TERJAL MENGALAHKAN ISIS<br />

BUKU<br />

n DUNIA DAMAI TANPA ISLAM, ATAU ...<br />

INTERVIEW<br />

n SOAL PKI, SAYA LEBIH BEBAS DARI PRAMOEDYA<br />

INSPIRING PEOPLE<br />

n KETETER MOTOR THAILAND<br />

n KANDUNGAN LOKALNYA KURANG LOKAL<br />

n JANJI OSAMU MASUKO<br />

n THAILAND TERLALU JAUH<br />

n DARI BATU BARA KE PENUMPANG<br />

n ADA RUSIA DI TANAH BORNEO<br />

BISNIS<br />

n REZEKI DARI GAYA RAMBUT DAVID BECKHAM<br />

LENSA<br />

n PENDEKAR JEMBATAN DARI BANTEN<br />

PAMERAN<br />

n TUR DUNIA ONE DIRECTION<br />

PEOPLE<br />

n JALAN LURUS MARIDA NASUTION<br />

SENI HIBURAN / FILM<br />

n SAPARDI DJOKO | RIEKE DIAH | ZAYN MALIK<br />

GAYA HIDUP<br />

n SKENARIO RAMPING PENCULIKAN HEINEKEN<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n KUNGFU VAGINA, BERANI COBA?<br />

n KEDAMAIAN DI MONTREUX<br />

n AROMA BATAVIA LAMA<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />

Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />

Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />

Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

TUR DUNIA<br />

ONE DIRECTION<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Jakarta menjadi salah satu kota yang disambangi One Direction dalam tur dunia "On the Road Again". Megah sekaligus spektakuler. Sayang,<br />

sesaat setelah konser, penggemar harus kecewa karena salah satu personel, Zayn Malik, yang absen dalam konser di Jakarta, memutuskan<br />

mundur dari boyband itu.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


LENSA<br />

Antrean penukaran tiket pertunjukan One Direction di Istora Jakarta, Senin (23/3). Tur dunia One Direction, yang berlangsung sejak<br />

Februari lalu hingga Oktober mendatang, digelar di 80 kota di lima benua. (Grandyos Zefna/DETIKCOM)


LENSA<br />

Seorang fans memotret layar lebar saat konferensi pers mengenai konser One Direction di Blowfish, Jakarta, Rabu (18/3). (Rosa<br />

Panggabean/ANTARA FOTO)


LENSA<br />

Hujan deras tak menyurutkan antusiasme penggemar untuk terus menonton aksi boyband asal Inggris itu di Stadion Gelora Bung Karno,<br />

Rabu (25/3). Meski tanpa Zayn, One Direction tetap tampil maksimal. (Asep Syaifullah/DETIKCOM)


LENSA<br />

Aksi One Direction saat mengawali tur dunia "On the Road Again" di Sydney, Australia, Sabtu (7/2). (Mark Metcalfe/GETTY IMAGES)


LENSA<br />

One Direction menghadiri peluncuran film The Chronicles of Narnia pada masa awal-awal karier bermusiknya di London, November 2010.<br />

(Gareth Cattermole/GETTY IMAGES)


LENSA<br />

Stadion Utama Gelora Bung Karno seusai konser One Direction, Kamis (26/3). Perbaikan rumput yang rusak akibat konser. | Pekerja membongkar<br />

panggung yang dipakai konser One Direction. (Rengga Sencaya/DETIKCOM)


NASIONAL<br />

PASAL BERLAPIS<br />

PENDANA ISIS<br />

POLISI MEMBURU SEJUMLAH<br />

TERSANGKA LAIN YANG TERLIBAT<br />

DALAM PELATIHAN DAN PENDANAAN<br />

WNI YANG BERANGKAT KE IRAK DAN<br />

SURIAH. YANG DIPULANGKAN TAK<br />

SEMUA DIANGGAP TERORIS.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Acara deklarasi dukungan<br />

terhadap ISIS di kampus<br />

Universitas Islam Negeri<br />

Syarif Hidayatullah, Ciputat,<br />

Banten, Juli 2014.<br />

DOK. FAKSI<br />

saya gak ada<br />

tuh, coba aja cek di<br />

twitter, kali aja ada..”<br />

“WADUH<br />

Begitu balasan WhatsApp<br />

dari M. Fachri saat menjawab pesan<br />

singkat majalah detik, Rabu dua pekan lalu.<br />

Ia ditanya, apakah memiliki informasi soal 16<br />

warga negara Indonesia yang hilang di Turki<br />

sejak akhir Februari lalu.<br />

Belasan WNI yang berangkat bersama rombongan<br />

wisata itu diduga memisahkan diri untuk<br />

bergabung dengan kelompok Negara Islam<br />

(ISIS). Majalah detik pun menggali keterangan<br />

dari sejumlah sumber yang sangat mungkin<br />

me ngantongi informasi itu. Salah satunya<br />

Fachri, Ketua Forum Aktivis Syariat Islam.<br />

Organisasi yang dipimpin Fachri itu pernah<br />

menggelar acara bertajuk dukungan kepada<br />

ISIS di auditorium Syahida Inn, Universitas Islam<br />

Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang<br />

Selatan, Banten, pada 6 Juli 2014. Namun, ketika<br />

ditanya soal ini, Fachri mengaku tidak tahu.<br />

Ia malah meminta agar informasi itu dicari di<br />

Twitter. Fachri juga tak menjawab pertanyaan<br />

lanjutan yang dikirim ke telepon selulernya.<br />

Tiga hari setelah komunikasi itu, Sabtu, 21<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Aparat Densus 88 Antiteror<br />

mengawal petugas yang<br />

membawa barang bukti<br />

seusai penggeledahan di<br />

kediaman Fachri, Minggu<br />

(22/3).<br />

MUHAMMAD IQBAL/ANTARA FOTO<br />

Maret 2015, Fachri ditangkap aparat gabungan<br />

dari Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian<br />

RI dan Satuan Tugas Khusus Antiteror Kepolisian<br />

Daerah Metro Jaya. Sejak hari itu pula akun<br />

Whats App dan telepon selulernya non aktif. Ia<br />

ditangkap menjelang magrib, beberapa saat<br />

setelah keluar dari rumahnya di Jalan Baru, RT<br />

05 RW 07, Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan<br />

Setu, Tangerang Selatan.<br />

“Dia (Fachri) dicegat (polisi) di persimpangan<br />

jalan luar. Dia sempat kaget, ‘Ada apa ini?’, tapi<br />

dia enggak melawan,” kata Ketua RT 05/07,<br />

Jumadi Ahmad, saksi mata penangkapan itu.<br />

Satuan antiteror gabungan pada Sabtu dan<br />

Minggu (21-22 Maret) menangkap lima orang<br />

yang diduga berperan menyebarkan paham<br />

ISIS di Indonesia. Mereka digerebek di sejumlah<br />

tempat di Tangerang Selatan, Bekasi, Jakarta<br />

Sela tan, dan Jakarta Timur. Selain Fachri,<br />

empat lainnya adalah M. Amin Mude, Aprimul<br />

Henri alias Mul, Engkos Koswara alias Jack, dan<br />

Furqon.<br />

Koswara dan Furqon ditangkap di Tambun,<br />

Bekasi, lalu Aprimul di Petukangan, Jakarta<br />

Selatan. Menyusul Fachri yang dibekuk di Tangerang<br />

Selatan dan Amin Mude di depan Mal<br />

Cibubur Junction, Jakarta Timur. Rumah Amin<br />

di perumahan Legenda Wisata, Kabupaten<br />

Bogor, juga digeledah.<br />

Peran Fachri dalam menyebarkan paham<br />

ISIS di Indonesia cukup signifikan. Pengelola<br />

situs www.almustaqbal.net itu diduga menebar<br />

kebencian serta berita dan tulisan bernada<br />

provokasi lewat Internet. Ia juga diduga mengunggah<br />

video rekaman anak-anak yang sedang<br />

berlatih untuk ISIS via YouTube. Fachri juga<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Kepala Polda Metro Jaya<br />

Irjen Unggung Cahyono<br />

saat menggelar barang<br />

bukti penggerebekan<br />

simpatisan ISIS di Tambun,<br />

Bekasi.<br />

MEI AMELIA/DETIKCOM<br />

disangka sebagai pembina, pengarah, dan perekrut<br />

simpatisan ISIS yang akan ke Irak dan<br />

Suriah.<br />

“Dia juga mendanai mereka yang akan berangkat<br />

ke Suriah dan Irak,” ujar Kepala Polda<br />

Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono<br />

di Tambun, Ahad, 22 Maret lalu.<br />

Barang bukti penggerebekan itu antara lain<br />

5 unit laptop, 10 telepon seluler, serta 2 lembar<br />

kemeja lapangan bermotif loreng yang, dalam<br />

tayangan di YouTube, dipakai oleh anak-anak<br />

yang sedang berlatih untuk ISIS. Pelatihan itu<br />

dilakukan di Indonesia.<br />

Seperti halnya Fachri, Aprimul dan Amin<br />

Mude diduga ikut berperan memfasilitasi para<br />

WNI yang akan ke Suriah dan Irak serta sebagai<br />

donor bagi mereka selama tinggal di sana.
<br />

“Tersangka Amin Mude sudah tiga kali memberangkatkan<br />

WNI ke Suriah,” tutur Kepala<br />

Subdirektorat Kejahatan dengan Kekerasan Direktorat<br />

Reserse Kriminal Umum Polda Metro<br />

Jaya, Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan.<br />

Engkos Koswara diduga sebagai calo tiket<br />

untuk pemberangkatan ke dua negara itu.<br />

Adapun tersangka Furqon diduga merupakan<br />

pelaksana pembinaan dan perekrutan simpa-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Barang bukti<br />

penggeledahan simpatisan<br />

ISIS di Tambun<br />

MEI AMELIA/DETIKCOM<br />

tisan ISIS. Furqon, kata Kepala Polda, adalah<br />

residivis kasus teror asal Bima, Nusa Tenggara<br />

Barat.<br />

“Mereka (kelima tersangka) menyalurkan<br />

dana untuk kegiatan sukarelawan ISIS guna<br />

berangkat ke Irak dan Suriah, termasuk mengurus<br />

dokumen paspor 16 WNI asal Makassar<br />

yang hendak ke Suriah,” ucap Herry.<br />

Penggerebekan polisi memunculkan reaksi<br />

berbeda-beda di sekitar tempat tinggal para<br />

tersangka. Abdul Hafsa, salah satu jemaah<br />

masjid di dekat rumah M. Fachri, tak menyangka<br />

ayah enam anak itu ditangkap polisi dengan<br />

tuduhan te rorisme. Fachri biasa mengisi kuliah<br />

subuh di masjid dekat rumahnya setiap Ahad.<br />

“Isi kuliahnya biasa saja. Sempat membahas<br />

jihad, tapi itu memang ada di kitab. Dia juga<br />

suka (jadi) imam di sini,” kata Abdul. Kehidupan<br />

Fachri, yang disapa Ustad, juga seperti layaknya<br />

warga biasa. “Dulu kerjanya di percetakan,<br />

sekarang kurang tahu.”<br />

Menurut Jumadi Ahmad, ketua RT setempat,<br />

Fachri sudah 3 tahun tinggal di Jalan Baru, Bakti<br />

Jaya. Rumah yang ditinggali merupakan milik<br />

sendiri, bukan kontrak. “Makanya kami enggak<br />

curiga,” ujarnya.<br />

Fachri memiliki empat anak dari istri pertamanya<br />

yang sudah meninggal. Setahun lalu,<br />

ia menikah lagi dengan seorang janda beranak<br />

satu. Dari istri kedua itu, Fachri punya<br />

satu anak. Namun, diakui Jumadi, nama Fachri<br />

bukan seperti yang tertera di kartu keluarganya.<br />

Pada KK, kepala keluarga tertulis bernama<br />

Tuah Febriwansyah.<br />

“Waktu awal ke sini, saya manggil dengan<br />

nama di KK. Tapi lama-lama banyak yang<br />

manggil Ustad Fachri,” tutur Jumadi.<br />

Sementara itu, Aas, tetangga rumah Aprimul<br />

di Blok B Nomor 3 Perumahan Perdana Residence,<br />

Petukangan Sela tan, mengatakan tersangka<br />

dan istrinya jarang bergaul de ngan warga. Istri<br />

Mul, yang mengenakan cadar, hanya sesekali<br />

keluar dari rumah untuk berbelanja. Itu pun tak<br />

menyapa.<br />

“Enggak pernah dengar suaranya, di tukang<br />

sayur juga cuma lihat tatapan matanya. Di sini<br />

ibu-ibu rempong, bikin acara sebu lan sekali,<br />

makanya kaget ada tetangga kayak gitu,” ujar<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Aksi menolak gerakan ISIS<br />

di Bundaran HI, Jakarta,<br />

Minggu (15/3).<br />

RENGGA SENCAYA/DETIKCOM<br />

ibu dua anak tersebut.<br />

Utari, tetangga lainnya, juga mengaku kerap<br />

melihat Mul mengenakan busana bergaya<br />

Timur Tengah. Anak pasangan itu masih kecilkecil.<br />

“Paling keluar cuma di sekitar rumahnya.<br />

Tapi, kalau siang, sering banyak mobil dateng,”<br />

tutur mahasiswi sebuah perguruan tinggi ini.<br />

Rumah Mul yang bercat merah muda itu kini<br />

kosong. Rumput ilalang dibiarkan tumbuh tinggi<br />

di halaman. Sebuah mobil Honda Stream abuabu<br />

terparkir di carport. Rabu pekan lalu, aparat<br />

dari Polsek Pesanggrahan masih melakukan<br />

penjagaan. Garis polisi mengelilingi rumah itu.<br />

Benih-benih dukungan terhadap ISIS di Indonesia<br />

sebenarnya sudah tampak sejak awal<br />

tahun lalu. Deklarasi dukungan yang diikuti<br />

ratusan, bahkan ribuan, orang digelar di sejumlah<br />

kota. Bekasi, Solo, hingga Jakarta. Kini para<br />

“pentolan” pendukung ISIS itu terancam dijerat<br />

dengan tuduhan terorisme.<br />

Selain Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003<br />

tentang Pemberantasan Terorisme, mereka<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Komisaris Besar Rikwanto.<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

terancam dijerat pasal berlapis dari UU Nomor<br />

9/2013 tentang Pemberantasan Pendanaan Terorisme,<br />

UU Nomor 11/2008 tentang Informasi<br />

dan Transaksi Elektronik, serta tuduhan makar.<br />

Polisi tak berhenti pada kelima orang itu.<br />

Pekan lalu, satgas antiteror menangkap lagi<br />

tiga orang terkait ISIS di Malang, Jawa Timur.<br />

Ketiganya, AH, HM, dan AJ, berperan memfasilitasi<br />

hingga mencarikan dana bagi WNI yang<br />

akan berangkat ke Irak dan Suriah.<br />

“(Tersangka) penangkapan terakhir ini juga<br />

bertanggung jawab merekrut Abu Jandal, yang<br />

kini di Suriah,” ucap juru bicara Mabes Polri,<br />

Komisaris Besar Rikwanto. Polisi masih memburu<br />

sejumlah tersangka lain.<br />

Adapun soal WNI yang dipulangkan, yang<br />

sebelumnya ditangkap di Turki karena diduga<br />

akan bergabung dengan ISIS, tidak akan diperlakukan<br />

sama. Sebab, tak semua militan,<br />

sebagian hanya ikut-ikutan keluarga mereka<br />

setelah mengalami “cuci otak”. “Tidak semua<br />

kita anggap teroris,” katanya.<br />

Sebanyak 12 WNI—dari 16 orang—yang dipulangkan<br />

ke Tanah Air pada Kamis malam, 26<br />

Maret lalu, itu langsung menjalani pemeriksaan<br />

oleh Densus 88 Antiteror di Markas Brimob<br />

Kelapa Dua, Depok. Empat lainnya belum dipulangkan.<br />

Mereka, yang sebagian besar remaja<br />

dan anak-anak, berbeda dengan 16 WNI yang<br />

hilang di Turki pada Februari lalu. n<br />

M. RIZAL, JAFFRY PRABU, MEI AMELIA, ADITYA MARDIASTUTI | DIM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

ADU KUAT<br />

ANGKET YASONNA<br />

PARTAI-PARTAI KIH SIAP MENGHADANG USUL HAK ANGKET<br />

YANG DIGAGAS KMP. PENYELIDIKAN DPR TERHADAP<br />

MENTERI DINILAI ANEH.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

LEMBARAN kertas berisi tanda tangan<br />

116 anggota Dewan Perwakilan Rakyat<br />

resmi diserahkan kepada pimpinan<br />

DPR. Mereka adalah para pendukung<br />

usul hak angket terhadap Menteri Hukum dan<br />

Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly. Dokumen<br />

usul hak angket itu pun diberi judul “Pelanggaran<br />

UU dan Intervensi Pemerintah dalam Konflik<br />

Partai Politik”.<br />

“Kami mewakili kawan-kawan mengajukan<br />

usul hak angket dari 116 anggota, tapi masih<br />

banyak yang akan diusulkan. Jadi mohon diterima,”<br />

kata inisiator hak angket dari Partai Golkar,<br />

Jhon F. Kennedy Aziz, di ruang pimpinan DPR,<br />

Rabu, 25 Maret lalu.<br />

Siang itu, Jhon, didampingi Riza Patria dari<br />

Ketua DPR Setya Novanto<br />

menerima surat hak angket<br />

dari Jhon Kennedy Azis.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Fahri Hamzah<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

Fraksi Partai Gerindra, diterima Ketua DPR<br />

Setya Novanto dan Wakil Ketua Fadli Zon.<br />

Fadli, wakil ketua yang membidangi hukum,<br />

menyatakan akan memproses usul hak angket<br />

tersebut dengan membahasnya bersama pimpinan<br />

lain, Badan Musyawarah, dan selanjutnya<br />

dibacakan dalam sidang paripurna pekan ini.<br />

Usul hak angket tersebut merupakan buntut<br />

keluarnya Surat Keputusan Menteri Hukum<br />

terkait kisruh dualisme kepemimpinan Golkar<br />

antara kubu Musyawarah Nasional Ancol,<br />

Jakarta, dan kubu Munas Bali. Surat bernomor<br />

M. HH-01.AH.11.01 bertanggal 23<br />

Maret 2015 itu mengesahkan perubahan<br />

kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat<br />

Golkar di bawah Ketua Umum Agung<br />

Laksono, yang merupakan hasil Munas<br />

Ancol.<br />

Keputusan itu terang membuat<br />

berang kubu Munas Bali dengan ketua<br />

umumnya Aburizal Bakrie atau Ical.<br />

Mereka menuduh Yasonna sengaja<br />

memenangkan kubu Agung,<br />

yang mendukung pemerintahan.<br />

Adapun kubu Ical dikenal sebagai motor<br />

Koalisi Merah Putih, yang beroposisi dengan<br />

pemerintah.<br />

Beberapa anggota Fraksi Golkar dari kubu<br />

Ical akhirnya melancarkan serangan lewat hak<br />

angket. Mereka menggandeng anggota DPR<br />

yang tergabung dalam KMP hingga berbuah<br />

ratusan tanda tangan. Fahri Hamzah dari Partai<br />

Keadilan Sejahtera termasuk yang mendukung<br />

usul itu. Ia beranggapan intervensi Menteri<br />

Yasonna bukan hanya terjadi dalam kisruh Golkar<br />

dan Partai Persatuan Pembangunan, yang<br />

sebelumnya menjadi partai oposisi.<br />

“Ada kecemasan dari PAN juga, karena tampaknya<br />

PAN juga sedang dipersulit,” ujar Fahri.<br />

Ia lalu mengungkapkan keganjilan keputusan<br />

Menteri Hukum dalam kisruh PPP. Saat terjadi<br />

gonjang-ganjing di tubuh partai berlambang<br />

Ka’bah tersebut, putusan Mahkamah Partai<br />

PPP justru ditolak oleh Menteri. Namun, dalam<br />

kisruh di Golkar, menurut Fahri, Yasonna justru<br />

membuat interpretasi sepihak atas keputusan<br />

mahkamah partai berlambang pohon beringin<br />

tersebut.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Ketua Fraksi Golkar DPR<br />

dari kubu Munas Bali, Ade<br />

Komarudin (kanan), dalam<br />

rapat bersama politikus KMP<br />

yang menjadi inisiator hak<br />

angket, Selasa (24/3).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

“Intervensi Menkum HAM sudah membahayakan<br />

demokrasi. Padahal kebebasan sipil dan<br />

kebebasan politik itu kan dilindungi undangundang,”<br />

tuturnya.<br />

Usul mengajukan hak penyelidikan terhadap<br />

kebijakan menteri asal Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan tersebut merupakan hasil<br />

rapat maraton sejak dikeluarkannya keputusan<br />

menteri. Beberapa jam setelah keluarnya SK<br />

Menteri Hukum, beberapa anggota DPR dari<br />

KMP langsung menggelar rapat. Selasa malam,<br />

24 Maret 2015, mereka sepakat mengajukan<br />

hak angket.<br />

Anggota Fraksi Gerindra, Edhy Prabowo,<br />

mengatakan ada tiga isu mutakhir yang dibahas<br />

dalam rapat Selasa malam itu. Selain usul<br />

hak angket, soal calon Kepala Kepolisian RI, Komisaris<br />

Jenderal Badrodin Haiti, dan pemilihan<br />

kepala daerah serempak juga menjadi bahasan.<br />

Namun, setelah dibahas secara mendalam<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Agus Gumiwang<br />

Kartasasmita<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

dengan menghadirkan pakar hukum Yusril<br />

Ihza Mahendra, rapat itu akhirnya memutuskan<br />

hanya berfokus pada soal usul hak angket<br />

terhadap Menteri Hukum. Alasannya, sudah<br />

ada pelanggaran terhadap konstitusi, khususnya<br />

tentang hak berserikat dan berkumpul.<br />

“Kami akan melakukan penyelidikan ke<br />

Menkum HAM. Data dan fakta sudah kami<br />

kumpulkan. Kami akan membuktikan Laoly<br />

bukan menjalankan tugas menteri, tapi<br />

sebagai petugas partai (PDIP),” ucap politikus<br />

Golkar kubu Munas Bali, Bambang<br />

Soesatyo.<br />

Sedangkan Epyardi, kader PPP kubu<br />

Djan Faridz, yang bergabung dengan<br />

KMP, mengatakan tindakan Yasonna<br />

membuat kader partainya di daerah<br />

tercerai-berai. Kantor dewan pimpinan<br />

daerah pun menjadi rebutan. Ia<br />

menuding kondisi itu tak lain karena<br />

ulah Yasonna, yang memberikan surat ke<br />

Komisi Pemilihan Umum dengan melampirkan<br />

surat keputusan bahwa kepengurusan<br />

PPP Romahurmuziy alias<br />

Romi yang dianggap sah.<br />

“Padahal kami berkali-kali mencoba islah. Tapi<br />

langkah apa pun yang kami lakukan dianggap<br />

tidak sah oleh Laoly. Hal ini menjadi dasar kami<br />

mendukung hak angket,” kata dia.<br />

Namun usul hak angket itu ditanggapi dingin<br />

oleh Ketua Fraksi Golkar dari kubu Munas Jakarta,<br />

Agus Gumiwang Kartasasmita. Ia menganggap<br />

hal itu berlebihan.<br />

“Kami cari cara lain agar bisa mendapat<br />

jawaban mengenai masalah PPP dan Golkar,”<br />

ujar putra senior Golkar Ginandjar Kartasasmita<br />

itu.<br />

Berbeda dengan kubu Aburizal, Gumiwang<br />

justru berterima kasih kepada Menteri Yasonna,<br />

yang menetapkan hanya PPP kubu Romi<br />

dan Golkar versi Agung Laksono yang dianggap<br />

sah. “Pesan itu tegas karena menghilangkan<br />

berbagai kebingungan,” tuturnya.<br />

Politikus Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa,<br />

juga menyebut keputusan yang dikeluarkan<br />

Yasonna merupakan kewenangannya sebagai<br />

menteri. Ia meminta para pendukung hak<br />

angket membuka kembali Undang-Undang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Pengurus DPP Partai Golkar<br />

kubu Munas Jakarta (berdiri<br />

dari kanan ke kiri), Agus<br />

Gumiwang, Sekjen Zainuddin<br />

Amali, dan Wakil Ketua<br />

Umum Yorrys Raweyai,<br />

bersilaturahmi dengan<br />

anggota Fraksi Golkar DPR,<br />

di kantor DPP Golkar, Selasa<br />

(24/3).<br />

ANDIKA WAHYU/ANTARA FOTO<br />

tentang Administrasi Pemerintahan.<br />

“Itu kewenangan atribut yang melekat pada<br />

jabatan menteri. Itu independensi pejabat negara.<br />

Sama kayak hakim yang memutus perkara.<br />

Dia tidak perlu minta konsultasi ke atasan.<br />

Tapi itu soal tanggung jawab,” ucap politikus<br />

kubu Munas Ancol ini.<br />

Tidak hanya dari anggota DPR dari dua parpol<br />

yang sedang didera perseteruan internal, usul<br />

hak angket tentu bakal mendapat penolakan<br />

dari partai-partai Koalisi Indonesia Hebat. Bakal<br />

ada “adu kuat” lagi antara KIH dan KMP. Politikus<br />

senior PDI Perjuangan, Pramono Anung,<br />

bahkan siap berdiri di depan untuk melindungi<br />

Yasonna dari manuver KMP.<br />

“Kami sudah pikirkan kalau nanti sampai paripurna,<br />

kami (KIH) sepakat, apa pun kebijakan<br />

pemerintah, seperti putusan Menkum HAM,<br />

akan kami dukung,” kata Pramono.<br />

Bekas sekretaris jenderal partai berlambang<br />

kepala banteng itu berpendapat hak angket<br />

tidak ada relevansinya dengan kisruh di Golkar<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


NASIONAL<br />

Spanduk dukungan terhadap<br />

pengajuan hak angket untuk<br />

Menteri Hukum Yasonna<br />

Laoly.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

dan PPP. Sebab, itu merupakan urusan internal,<br />

sehingga tidak elok jika menyeret partai lain.<br />

“Hak angket dilakukan kalau memang ada<br />

pelanggaran yang menyangkut kepentingan<br />

masyarakat luas,” ujar mantan Wakil Ketua<br />

DPR itu. Untuk itu, Anung menuturkan, KIH<br />

akan merapatkan barisan guna menghadapi<br />

hak angket terhadap Menteri Yasonna.<br />

Sebelumnya, Yasonna menanggapi dengan<br />

santai “ancaman” KMP kepadanya lewat hak<br />

angket. Menurut dia, keputusan soal Golkar<br />

sudah dilaporkannya kepada Presiden Joko<br />

Widodo. Presiden pun mendukung segala keputusan<br />

yang diambilnya.<br />

“Beliau (Jokowi) bilang, kalau sudah yakin<br />

benar, ya lakukan saja. Diingatkan supaya hatihati,<br />

benar-benar lihat undang-undangnya,”<br />

tuturnya.<br />

Analis politik dari Cyrus Network, Hafizul<br />

Mizan Piliang, menilai aneh jika hak angket diajukan<br />

untuk menyelidiki menteri, yang tidak<br />

sejajar dengan DPR. “Seharusnya (DPR) kan<br />

hak angketnya ke presiden,” ucapnya. Ia pun<br />

memprediksi hak angket itu akan kandas di<br />

Dewan. n<br />

JAFFRY PRABU PRAKOSO, ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 30 MARET 16 - 22 - 5 MARET APRIL 2015


KRIMINAL<br />

DUA TEMBAKAN BEGAL BERTOPI<br />

PENEMBAKAN JURAGAN BERAS DI CIRACAS DIDUGA TERENCANA. HANYA ORANG YANG<br />

MENGENAL KORBAN YANG TAHU KEBIASAANNYA MEMBAWA UANG.<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KRIMINAL<br />

AZAN magrib belum lama berkumandang<br />

saat suara letusan<br />

senjata mengejutkan Icang pada<br />

Sabtu malam, 21 Maret 2015. Saat<br />

itu Icang―bukan nama sebenarnya―masih<br />

berada di kios dagangannya, dekat Swalayan<br />

Naga, di tepi Jalan Raya Bogor Kilometer 25,<br />

Ciracas, Jakarta Timur.<br />

Jalan di depan swalayan ke arah Bogor, yang<br />

biasanya sangat ramai, itu kebetulan agak sepi.<br />

Sebab, arus kendaraan tertahan lampu pengatur<br />

lalu lintas di pertigaan Ciracas, sekitar 30<br />

meter sebelum Swalayan Naga. Karena itu,<br />

meski samar-samar lantaran hari sudah gelap,<br />

Icang melihat seorang pengendara sepeda<br />

motor Yamaha RX King dipepet dua sepeda<br />

motor lain.<br />

Dua sepeda motor itu ditumpangi empat<br />

orang berperawakan sedang. Tiga mengenakan<br />

helm dan seorang lain hanya memakai topi.<br />

Sebelum menembak dengan pistol, salah satu<br />

pelaku membacok lengan kiri pengendara RX<br />

Toko Rahmat milik korban<br />

ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KRIMINAL<br />

Badan korban ambruk di trotoar,<br />

kepalanya keluar dari trotoar.<br />

Saya sempat bantu mengangkat<br />

korban supaya enggak bikin<br />

macet.<br />

King tersebut. Setidaknya, Icang mendengar<br />

dua kali letusan saat itu. Selain ke arah korban,<br />

pelaku menembakkan pistolnya ke atas.<br />

“Mungkin sewaktu dibacok masih jalan, terus<br />

(korban) ditembak di bagian perut,” kata Icang<br />

saat ditemui majalah detik, Selasa, 24 Maret<br />

lalu. “Yang menembak yang pakai topi.”<br />

Setelah korban dan sepeda motornya ambruk<br />

ke trotoar, salah satu pelaku mengambil<br />

tas berisi uang ratusan juta rupiah yang dibawa<br />

korban. Aksi itu dilakukan<br />

hanya beberapa detik<br />

sebelum mereka tancap<br />

gas meninggalkan korban<br />

yang terkapar. Icang dan<br />

beberapa warga lain baru<br />

berani mendekat setelah<br />

empat begal itu menghilang.<br />

“Badan korban ambruk di trotoar, kepalanya<br />

keluar dari trotoar. Saya sempat bantu mengangkat<br />

korban supaya enggak bikin macet,”<br />

ujarnya.<br />

Setelah dicek, korban ternyata Mamat Syurochmat,<br />

55 tahun, warga Jalan Beli RT 011, RW<br />

09, Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar<br />

Rebo, Jakarta Timur. Mamat dikenal sebagai<br />

juragan beras. Kios beras "Rahmat" miliknya<br />

berada di Pasar Ciracas. Keluarga korban<br />

yang tinggal tak jauh dari lokasi penembakan<br />

langsung membawa Mamat ke Rumah Sakit<br />

Umum Pasar Rebo.<br />

”Adik ipar saya mengabarkan Papa ditembak<br />

di (Swalayan) Naga. Saya langsung ke lokasi, lihat<br />

Bapak masih tergeletak,” tutur Dwi Untoro,<br />

menantu Mamat, saat ditemui di rumah duka<br />

Selasa pekan lalu.<br />

Setiba korban di RS Pasar Rebo, perawat<br />

menyatakan Mamat sudah meninggal. Namun<br />

keluarga tidak sepenuhnya yakin. Sebab, istri<br />

Untoro, yang juga putri pertama Mamat, Any<br />

Setiany, masih merasakan denyut nadi korban.<br />

Mamat kemudian dibawa ke RS Polri Kramat<br />

Jati. Namun keluarga akhirnya harus menerima<br />

kenyataan itu. Nyawa Mamat tak tertolong.<br />

“Dokter dan semuanya sudah berusaha,”<br />

ucap Untoro.<br />

Korban Mamat tewas dengan luka tembak<br />

pada pinggang kiri dan luka bacok pada lengan<br />

kirinya. “Dia meninggal di RS Polri,” kata Kepala<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KRIMINAL<br />

TKP pembacokan dan<br />

penembakan korban Mamat<br />

di depan pintu masuk<br />

Swalayan Naga.<br />

DETIKCOM<br />

Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Ciracas<br />

Ajun Komisaris Jupriono.<br />

Seperti dituturkan saksi di lokasi kejadian,<br />

Jupriono mengatakan pelaku berjumlah empat<br />

orang menunggang dua sepeda motor. Salah<br />

satunya berjenis Suzuki Satria FU. Kejadian<br />

berlangsung cepat, sekitar pukul 18.30 WIB.<br />

“Korban dipepet ketika baru keluar dari pasar,”<br />

ujarnya.<br />

Adik ipar Mamat, Sukria Ramdhani, malah<br />

menduga ada keterlibatan orang yang mengenal<br />

Mamat dalam pembegalan tersebut.<br />

Kecurigaan itu muncul karena pelaku tahu<br />

kebiasaan korban membawa banyak uang dari<br />

toko berasnya.<br />

“Ini ada orang yang sudah mengincar (uang<br />

korban). Pegawainya kan banyak yang keluarmasuk.<br />

Jadi tahu kebiasaan beliau yang selalu<br />

bawa uang banyak,” tutur pria yang akrab disapa<br />

Dhani itu seusai pemakaman Mamat di<br />

Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon,<br />

Jakarta Timur, Ahad, 22 Maret lalu.<br />

Dhani menduga orang yang mengetahui<br />

kebiasaan Mamat itu memberikan informasi<br />

kepada komplotan begal. Kecurigaan ini cukup<br />

beralasan, karena tas yang dipakai Mamat<br />

untuk membawa uang sehari-harinya tidak<br />

mencolok. Modelnya pun biasa-biasa saja.<br />

Hanya orang yang sudah mengenal korban<br />

yang tahu tas itu digunakan untuk membawa<br />

uang. Tas tersebut juga berisi kunci rumah serta<br />

kartu identitas diri. Korban diperkirakan membawa<br />

uang Rp 500 juta pada hari nahasnya itu.<br />

Any membenarkan soal kebiasaan sang ayah<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KRIMINAL<br />

Mamat Syurochmat<br />

DOK.KELUARGA/REPRO<br />

membawa uang hasil penjualan beras dalam<br />

jumlah besar dari toko ke rumah dan sebaliknya<br />

dengan mengendarai sepeda motor. Hal<br />

itu sudah dilakukannya selama puluhan tahun.<br />

“Uang itu buat bayar ke distributor, plus keuntungannya.<br />

Distributornya datang ke rumah<br />

untuk ambil pembayaran,” ucap Any.<br />

Di rumah, kata Any, ayahnya memiliki tiga<br />

buah sepeda motor jenis Yamaha RX King.<br />

Namun Mamat lebih sering memakai RX King<br />

berwarna biru untuk bolak-balik dari toko ke<br />

rumahnya. Dengan sepeda motor itulah Mamat<br />

ditembak para begal.<br />

Dugaan bahwa kebiasaan Mamat dipelajari<br />

pelaku perampokan itu kini didalami. Polisi<br />

telah melakukan observasi di tempat kejadian<br />

perkara dan menggali keterangan dari sejumlah<br />

saksi mata. Selain Polsek Ciracas, tim dari<br />

Kepolisian Resor Jakarta Timur dan Kepolisian<br />

Daerah Metro Jaya turun tangan menangani<br />

kasus yang pelakunya masih misterius tersebut.<br />

“Bisa dilihat ini kejadian yang direncanakan,”<br />

ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya<br />

Komisaris Besar Martinus Sitompul di kantornya,<br />

Senin pekan lalu.<br />

Dugaan itu muncul dari fokus pelaku yang<br />

mengincar tas korban. Para pelaku membidikkan<br />

serangan, baik membacok maupun<br />

menembak, di sisi yang sama dengan posisi tas<br />

saat dibawa korban. Saat ini tim gabungan itu<br />

masih berupaya mengungkap dan memburu<br />

para pelaku yang diduga merupakan komplotan<br />

pemain lama tersebut. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


CRIME STORY<br />

BUI<br />

HINGGA<br />

GUGATAN<br />

ISTRI<br />

“DUKUN CABUL” ARI<br />

MULYANA SEMPAT MENCOBA<br />

BUNUH DIRI. HAKIM DIHARAP<br />

MENJATUHKAN PUTUSAN<br />

ADIL MENGINGAT BANYAK<br />

KORBANNYA DI BAWAH<br />

UMUR.<br />

ILUSTRASI: KIAGUS AULIANSHAH & EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


CRIME STORY<br />

SUPENDI tak pernah mengira putranya,<br />

Ari Mulyana, 23 tahun, harus<br />

berurusan dengan polisi dan dibui<br />

gara-gara tuduhan berbuat cabul.<br />

Tak tanggung-tanggung, anak bungsunya itu<br />

kini menghadapi sangkaan mencabuli 20 perempuan<br />

muda dengan kedok sebagai orang<br />

pintar yang bisa menangkal santet.<br />

“Saya enggak tahu apa-apa. Kalau Ari nyebut<br />

punya ilmu dari turunan Banten, itu bohong,”<br />

kata Supendi, ayah “dukun cabul” Ari Mulyana,<br />

saat ditemui di rumahnya, daerah Rancabali,<br />

Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara,<br />

Cimahi, Jawa Barat.<br />

Selama ini, anaknya itu tak pernah menunjukkan<br />

polah tingkah aneh. Sepengetahuannya,<br />

Ari hidup layaknya orang biasa. Bontot<br />

dari lima anak Supendi itu bekerja di toko elektronik<br />

setamat sekolah menengah atas swasta<br />

di Cimahi.<br />

Dari toko elektronik, Ari pindah bekerja di<br />

pabrik cat. Anaknya itu juga sempat mencoba<br />

peruntungan dengan berbisnis ulat untuk pakan<br />

burung di daerah Bandung Barat sebelum<br />

akhirnya dicokok aparat akhir Januari lalu.<br />

“Dia juga enggak pernah bicara (kegiatan)<br />

paranormal. Ari hidup wajar-wajar aja,” ujar pria<br />

berusia 60 tahun tersebut.<br />

Sesekali, Supendi menggelengkan kepalanya<br />

saat membicarakan ulah putranya yang membuat<br />

malu keluarga itu. Saat ditemui majalah<br />

detik awal Maret lalu, Supendi masih enggan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


CRIME STORY<br />

Di rumah ini enggak jadi tempat<br />

pengobatan. Aneh, kata siapa Ari<br />

bisa ngobatin orang?<br />

menjenguk Ari, yang mendekam di sel tahanan<br />

Markas Kepolisian Resor Kota Besar Bandung.<br />

Ia sempat mengurung diri di rumah selama 10<br />

hari setelah mendengar kabar anaknya ditangkap.<br />

“Sampai sekarang saya masih shock,” tuturnya.<br />

“Tapi (Ari) ditangkapnya bukan di rumah<br />

ini.”<br />

Ari sebelumnya tinggal di rumah orang tuanya<br />

di daerah Jalan Rancabali. Namun, sekitar<br />

tiga bulan lalu, ia hijrah<br />

ke rumah mertuanya di<br />

Jalan Dangdeur, Kelurahan<br />

Sukarasa, Kecamatan<br />

Sukasari, Kota Bandung.<br />

Di rumah sang mertualah Ari dicokok petugas.<br />

Di kediamannya yang sederhana, yang menyempil<br />

di sebuah gang, Supendi kini tinggal<br />

bersama istri dan anaknya yang lain. Di usia<br />

senja, ia masih mencari uang sebagai pengatur<br />

lalu lintas tak resmi. Ia menyebut pekerjaannya<br />

itu “Pak Ogah”. Supendi juga membantah<br />

tudingan rumahnya dijadikan tempat praktek<br />

perdukunan.<br />

“Di rumah ini enggak jadi tempat pengobatan.<br />

Aneh, kata siapa Ari bisa ngobatin orang?”<br />

ucapnya.<br />

Sejak menikahi F, 21 tahun, Ari tinggal bersama<br />

istrinya. Dari berjualan burung, ia berganti<br />

usaha berdagang batagor di dekat kediaman<br />

sang mertua. Seperti yang dituturkannya, Ari<br />

mengenal F dari N, temannya. Keduanya menikah<br />

pada 7 Januari 2015. Nah, 20 hari setelah<br />

menikah, Ari ditangkap polisi.<br />

Ari mengaku mendapatkan “ilmu spiritual”<br />

dari seorang aki di daerah Cikalong, Bandung<br />

Barat, yang kini sudah meninggal. Sang aki—<br />

panggilan kakek dalam bahasa Sunda—mengajarinya<br />

amalan-amalan tertentu untuk menguasai<br />

“sifat-sifat dunia”.<br />

“Katanya saya punya bakat spiritual atau<br />

indigo. Saya disuruh kerjain amalan bagi yang<br />

memerlukan, yang meyakini,” begitu kata Ari.<br />

“Saya dikasih tahu sejak SMP, tapi baru saya<br />

amalin umur 19 tahun.”<br />

Namun ilmu untuk membantu orang yang<br />

membutuhkan tersebut malah disalahgunakan.<br />

Dengan kedok ilmu gaib itulah Ari mencabuli<br />

korban-korbannya. Selain El, gadis berusia 16<br />

tahun, ia juga memperdaya Ma dan In (14 dan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


CRIME STORY<br />

15 tahun).<br />

Taktik menjerat dua gadis “bau kencur” tersebut<br />

juga sama dengan saat ia memperdaya<br />

El. Lewat orang tua mereka, Ari menyebut<br />

kedua gadis itu dalam pengaruh jahat. Sayangnya,<br />

mereka teperdaya. Orang tua Ma bahkan<br />

mengundang Ari ke rumahnya agar sang putri<br />

diobati.<br />

“Disaksikan semua (keluarga), saya pegang<br />

kepala (Ma), lalu saya baca amalan dan keluar<br />

paku,” ujarnya.<br />

Ari berdalih hal itu tak direkayasa. Dari rumah<br />

orang tua Ma, pengobatan dipindah ke<br />

rumah anggota keluarga yang lain lantaran takut<br />

ketahuan ayah Ma, yang tak setuju de ngan<br />

cara tersebut. Di rumah yang lain itu, pasien<br />

bertambah satu, yakni In. Dua gadis yang masih<br />

di bawah umur tersebut lalu ia perintahkan<br />

mandi dengan cuma memakai kain.<br />

“Mereka sekali saya guyur di kamar mandi.<br />

Setelah mandi, ditawari di kamar supaya (pengobatan)<br />

tenang,” tuturnya.<br />

Nafsu bejat Ari kembali bergejolak. Ia lalu<br />

meminta Ma dan In membuka kainnya hingga<br />

telanjang bulat. Ia pun berlagak seperti dokter,<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


CRIME STORY<br />

Saya takut ketahuan, (dan<br />

ditanya) kenapa pengobatan<br />

caranya ditelanjangi begitu.<br />

lalu “memeriksa” bagian-bagian tubuh kedua<br />

gadis tersebut. Setelah puas menggerayangi<br />

kedua gadis itu, Ari pun meminta mereka tidak<br />

mengadu kepada siapa pun.<br />

“Karena sudah malam, dan saya takut (ketahuan),<br />

saya selesaikan. Saya takut ketahuan,<br />

(dan ditanya) kenapa pengobatan caranya ditelanjangi<br />

begitu,” ucap Ari.<br />

Nah, dari mulut ke mulut, “kemampuan” Ari<br />

sampai ke telinga Im, 29 tahun, dan NF, 25 tahun.<br />

Berbeda dengan korban Ari sebelumnya, yang<br />

tergolong masih bocah, Im<br />

dan NF ingin curhat soal<br />

rumah tangga mereka. Im<br />

seorang janda, sedangkan<br />

NF adalah perempuan<br />

bersuami. Singkat cerita,<br />

Ari lagi-lagi diminta datang ke rumah keluarga<br />

mereka untuk memberi pengobatan.<br />

“Saya kasih amalan kepada mereka buat<br />

dibaca. Mereka berdua baca di kamar, dan<br />

saya ngobrol dengan keluarga yang lain di luar.<br />

Setengah jam kemudian, saya masuk kamar,”<br />

katanya. “Lalu nafsu saya keluar lagi....”<br />

Ari lagi-lagi “mengadali” kedua wanita yang<br />

sudah lebih dewasa itu. Ia meminta mereka<br />

menanggalkan pakaian ketika Ari masuk ke<br />

kamar. Ujung-ujungnya bisa ditebak. Keduanya<br />

pun ia setubuhi. Ari berdalih hanya tiga<br />

korbannya yang sampai ia tiduri. Lainnya cuma<br />

ia gerayangi.<br />

Apa pun dalihnya, Ari kini menghadapi sangkaan<br />

berat. Ia terancam hukuman penjara dari<br />

5 hingga 15 tahun dengan jeratan Undang-Undang<br />

Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014<br />

karena sebagian korbannya masih tergolong<br />

di bawah umur. Ia juga menghadapi gugatan<br />

cerai dari sang istri, yang baru ia nikahi awal<br />

tahun ini.<br />

Masalah berat yang harus ia tanggung akibat<br />

perbuatannya membuat Ari lagi-lagi berpikiran<br />

cetek. Baru sehari ditahan polisi, ia mencoba<br />

bunuh diri dengan meminum sabun cair. Akibatnya,<br />

ia harus dilarikan ke rumah sakit.<br />

“Di rumah sakit, saya dikasih surat gugatan<br />

cerai (oleh istri),” ujarnya dengan raut wajah<br />

menyesal.<br />

Kriminolog dari Universitas Padjadjaran,<br />

Bandung, Yesmil Anwar, menilai praktek dukun<br />

cabul bukan tergolong baru di era masyarakat<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


CRIME STORY<br />

modern saat ini. Hal-hal takhayul masih dipercaya<br />

karena, di beberapa kalangan masyarakat,<br />

masih ada kesenjangan antara harapan dan<br />

kenyataan. Akibatnya, hal itu menjadi peluang<br />

bagi para pelaku untuk memanipulasi korban<br />

dengan rayuan dan janji-janji. Yesmil pun berharap<br />

masyarakat mendapatkan edukasi agar<br />

kasus serupa tak lagi terulang.<br />

“Saya lihat ini ciri masyarakat yang belum<br />

matang,” tutur Yesmil secara terpisah.<br />

Dari praktek itu, pelakulah yang jelas mendapatkan<br />

kesenangan. Yesmil pun berharap<br />

hakim kelak menjatuhkan putusan yang adil<br />

dengan mempertimbangkan korban-korbannya.<br />

“Apalagi banyak korbannya masih di<br />

bawah umur,” ucapnya. ■ (Bagian kedua—<br />

Selesai)<br />

TYA EKA YULIANTI (BANDUNG), BABAN GANDAPURNAMA (CIMAHI) | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KOLOM<br />

JALAN TERJAL<br />

MENGALAHKAN ISIS<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

CERMAT MENGGUNAKAN HUKUM DAN TEKUN MELAWAN<br />

IDE ADALAH PILIHAN PALING BIJAK MENGALAHKAN ISIS.<br />

OLEH: TAUFIK ANDRI<br />

BIODATA<br />

Nama:<br />

Taufik Darmawan Andri Susanto<br />

Pendidikan:<br />

● Fakultas Ilmu Sosial dan<br />

Ilmu Politik Universitas<br />

Soedirman, Purwokerto,<br />

2006<br />

● Advance Security Course,<br />

Hawaii, Amerika, Septem-<br />

JAUH sebelum Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) lahir pada April 2013 di<br />

Suriah, sekelompok orang di Indonesia telah mengenal dan mendukung<br />

Daulah Islam Irak atau Islamic State of Iraq (ISI) yang didirikan pada 2006<br />

di Irak. Kelompok militan yang mengidolakan Daulah Islam Irak di antaranya<br />

sel militan yang dipimpin Noor Din M. Top, aktor penting aksi terorisme di<br />

Indonesia sepanjang 2003-2009.<br />

Bagus Budi Pranoto alias Urwah (almarhum) dari Solo, salah satu letnan penting<br />

Noor Din M. Top, bahkan memproduksi video proklamasi Daulah Islam Irak dalam<br />

bentuk VCD. Video ini diedarkan dan dikaji di kalangan terbatas pada 2007. Cikalbakal<br />

ideologi ISIS ini disemai dengan cara sederhana. Spirit perlawanan disimpan<br />

dalam ingatan generasi setelahnya melalui cerita dari mulut ke mulut, risalah dan<br />

manuskrip, serta bahan tontonan.<br />

Ide dasar Daulah Islam Irak relatif sama dengan ISIS pada hari ini. Namun metode<br />

perjuangan yang lebih kejam dan menakutkan tapi efektif membuat ISIS dianggap<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KOLOM<br />

ber-November 2014<br />

Pekerjaan:<br />

● Wartawan The Yomiuri<br />

Shimbun<br />

● Kontributor majalah<br />

Pantau, 2002-2003<br />

● Peneliti di Institut Studi<br />

Arus Informasi, 2003-<br />

2004<br />

● Asia-Pacific Center for<br />

Security Studies<br />

● Direktur Riset Yayasan<br />

Prasasti Perdamaian,<br />

Jakarta, 2009-2014<br />

● Direktur Eksekutif Yayasan<br />

Prasasti Perdamaian,<br />

Jakarta, 2014-sekarang<br />

Karya:<br />

● Ekonomi Politik Media Penyiaran;<br />

Agus Sudibyo et<br />

all, ISAI and LKiS, Jakarta,<br />

2004<br />

● Antologi Jurnalisme Sastrawi:<br />

Taufiq bin Abdul<br />

Halim Chapter, Yayasan<br />

lebih digdaya dan menjanjikan ketimbang pendahulunya. Debat panjang di kalangan<br />

jejaring militan mengenai lebih urgen mana daulah (pemerintahan) dengan<br />

tandzim (kelompok) dijawab ISIS dengan mendirikan ke-khilafah-an dengan nama<br />

Islamic State (Kekhilafahan Islam) pada Juni 2014. Singkatnya, di Indonesia ISIS dianggap<br />

lebih efektif dan konkret.<br />

Gelombang awal dukungan ISIS di Indonesia dimulai pada 2013. Gelombang ini<br />

membesar pada tahun-tahun setelahnya. Dukungan terbuka melalui demonstrasi,<br />

majelis taklim, tablig akbar, bedah buku, sekaligus penggalangan dana tumbuh di<br />

hampir semua kota di Indonesia.<br />

Ketika pemerintah mulai concern terhadap isu ini, arus kampanye kelompok<br />

pendukung ISIS sedikit kendur di permukaan. Namun, di bawah tanah, gerakan ini<br />

seperti bola salju. Terus menggelinding dan membesar. Dukungan yang awalnya<br />

sebatas ide dan pengiriman dana bantuan kemanusiaan menjelma jadi aksi konkret<br />

berupa pengiriman personel.<br />

Berapa sesungguhnya jumlah pendukung ISIS di Indonesia? Lantas, berapa jumlah<br />

orang Indonesia yang tergabung dengan ISIS, baik di Suriah maupun Irak? Estimasi<br />

awal mungkin 2.000-3.000 orang. Hal ini bisa diukur dari banyaknya orang<br />

yang mengikuti demonstrasi pro-ISIS, peserta tablig akbar, pengajian, dan bedah<br />

buku yang jumlahnya ratusan orang di tiap daerah.<br />

Jumlah orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS lebih susah lagi ditentukan.<br />

Perkiraan terbaik berkisar 200-300 orang, terhitung selama 2013-2015. Angka estimasi<br />

berasal dari komunikasi pribadi penulis dengan salah satu orang Indonesia<br />

yang tengah "berjihad" di Suriah melalui Facebook.<br />

Perlu dicatat bahwa tidak semua orang Indonesia yang berangkat ke Suriah<br />

maupun Irak bergabung dengan ISIS. Sebagian kecil di antara mereka bergabung<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KOLOM<br />

●<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

Pantau, Jakarta, 2005<br />

Dari Penjara ke Penjara,<br />

Agustus 2008<br />

dengan Jabhah Nushrah, Jabhah Islamiyah, Ahrar as-Syam, dan beberapa kelompok<br />

lokal yang berbasis komunitas pemberontak di masyarakat setempat. Jumlah orang<br />

Indonesia yang berperang di Suriah dan Irak masih kalah dengan jumlah orang dari<br />

kawasan Eropa, Middle East, dan Afrika yang mencapai ribuan orang per negara.<br />

Secara teoretis, keberadaan orang Indonesia yang berperang bersama ISIS tidak<br />

atau belum membawa masalah apa pun di Indonesia. Ancaman gangguan keamanan<br />

akan muncul saat seluruh atau sebagian dari mereka kembali ke Indonesia.<br />

Patut disayangkan bahwa pemerintah belum memiliki catatan yang lengkap<br />

tentang mereka. Database sangat penting, terutama untuk menentukan strategi<br />

dan program tertentu yang relevan bagi mereka yang akan kembali ke Indonesia<br />

nantinya.<br />

Sejarah mengajarkan, pada akhir 1990-an terdapat kurang-lebih 400 orang Indonesia<br />

yang berperang dalam "jihad" Afganistan. Pemerintah tidak memiliki cukup<br />

data untuk menilai seberapa bahaya keberadaan orang-orang ini. Peristiwa bom<br />

malam Natal Desember 2000, beberapa aksi bom pada 2001, dan bom Bali Oktober<br />

2002 ternyata dimotori oleh para alumnus "jihad" Afganistan ini. Kuranglebih<br />

100 orang atau seperempat dari populasi alumni "jihad" ini ditangkap dan<br />

dipenjarakan. Namun sisanya, sekitar 300 orang, bisa kembali hidup normal di<br />

tengah masyarakat.<br />

Pemetaan dan database yang strategis akan membuat pemerintah mampu<br />

memilah pendekatan apa yang harus dipakai. Klasifikasi dalam proses database<br />

dan pemetaan ini akan menunjukkan siapa saja yang harus diawasi dan siapa<br />

yang harus dirangkul karena tidak mencerminkan ancaman bagi masyarakat<br />

dan pemerintah.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KOLOM<br />

Pekerjaan rumah pemerintah bukan hanya soal antisipasi kepulangan mereka,<br />

tapi juga bagaimana mencegah agar tidak lebih banyak lagi orang Indonesia yang<br />

berangkat ke Suriah.<br />

Membiarkan jumlah orang Indonesia berangkat ke Suriah ibarat menanam ranjau<br />

di kebun sendiri. Sebab, meski banyak orang Indonesia yang mempercayai konsep<br />

hijrah ke tanah Syam yang diberkati itu, tetap akan ada orang Indonesia yang<br />

kembali. Faktor sosial-politik dan budaya di Suriah akan secara signifikan membuat<br />

mereka terpaksa atau dengan kesadaran kembali ke Indonesia.<br />

Lantas, bagaimana menghadapi pendukungnya yang masih eksis di Indonesia?<br />

Perangkat hukum untuk menangani perekrut, pendukung logistik, dan penggalang<br />

dana sudah ada. Namun tetap diperlukan kejelian dan kecermatan aparat<br />

hukum untuk memilah mana yang memiliki peran strategis dan mana yang hanya<br />

penggembira. Sebab, salah perlakuan dan penanganan hanya akan menimbulkan<br />

dendam tak berkesudahan.<br />

Mengatasi kelompok yang bahkan memiliki sejarah telah mengenal dan mendukung<br />

cikal-bakal ISIS sejak hampir 10 tahun lalu di Indonesia memang sulit dan<br />

kompleks. Jalan terjal mengalahkan ISIS hanya bisa dilalui dengan dua hal: cermat<br />

menggunakan hukum dan tekun melawan ide. n<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

LAKSMI PAMUNTJAK:<br />

SOAL PKI,<br />

SAYA LEBIH BEBAS<br />

DARI PRAMOEDYA<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

NOVEL AMBA MENARIK PERHATIAN PUBLIK DI ARENA LEIPZIG<br />

BOOK FAIR. BERLATAR TRAGEDI 1965.<br />

A<br />

MBA adalah novel pertama karya Laksmi Pamuntjak.<br />

Sebelumnya, ia menulis puisi, kumpulan<br />

cerita pendek, dan berbagai artikel tentang<br />

isu-isu aktual. Khusus tulisan-tulisannya tentang<br />

kuliner telah dibukukan hingga empat jilid dengan<br />

judul The Jakarta Good Food Guide.<br />

Amba pertama kali ditulis dalam bahasa<br />

Inggris dengan judul The Question of Red pada<br />

Oktober 2012. Pada Agustus nanti akan terbit<br />

dalam bahasa Belanda, Amba Of De Kleur Van<br />

Rood, dan sebulan kemudian Alle Farben Rot<br />

dalam bahasa Jerman. Novel tersebut akan<br />

disertakan dalam Frankfurt Book Fair, 14-18<br />

Oktober mendatang.<br />

Publik Jerman, khususnya media massa,<br />

memberi perhatian khusus pada novel berlatar<br />

peristiwa September 1965 itu. Di arena Leipzig<br />

Book Fair 2015, 12-15 Maret lalu, mereka secara<br />

bergilir mewawancarai Laksmi.<br />

“Saya kaget, saya tak berpikir akan sampai<br />

seperti ini. Luar biasa wawancara mereka terhadap<br />

saya,” katanya kepada majalah detik<br />

di sela-sela Leipzig Book Fair, Leipzig, Jerman.<br />

Laksmi berharap Amba, yang menampilkan<br />

setting banyak wilayah, bisa memberikan gambaran<br />

Indonesia dalam segala kompleksitasnya<br />

sebagai bangsa yang luar biasa.<br />

Lantas, bagaimana dia mengidentifikasikan<br />

dirinya dengan Ayu Utami, yang lebih dulu dikenal<br />

internasional? Juga dengan Pramoedya<br />

Ananta Toer dan Ahmad Tohari, yang samasama<br />

menulis tentang tragedi 1965? Simak<br />

petikan penuturannya berikut ini.<br />

Anda pernah membayangkan Amba<br />

akan dikenal secara internasional?<br />

Tentu saja saya tak punya pikiran menyanjung<br />

diri bahwa karya yang saya tulis<br />

bisa membawa nama Indonesia ke dunia internasional.<br />

Tapi, paling tidak, saya tahu saya<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

Jogja. Mudah-mudahan, dari gambaran Indonesia<br />

dalam kurun waktu beda-beda, ada yang<br />

lumayan representatif.<br />

Video Indonesia di Leipzig<br />

Book Fair 2015<br />

TIM DOKUMENTASI DELEGASI INDONESIA<br />

DI LEIPZIG BOOK FAIR 2015<br />

Video<br />

telah mencoba menuliskan Indonesia dalam<br />

kemajemukannya tidak hanya di sisi sosial,<br />

paham, dan persentuhan, tapi juga sejarah<br />

modern Indonesia dalam kurun waktu 60<br />

tahun. Saya rasa Amba cukup berhasil, paling<br />

tidak berusaha menampilkan setting Indonesia<br />

berbagai macam: Ambon, Kediri, Jakarta, dan<br />

Pers Jerman memberikan perhatian lebih<br />

pada novel Anda, Amba. Ketertarikan<br />

mereka menggambarkan apa?<br />

Saya rasa itu menggambarkan semakin lama<br />

evolusi dari kehidupan manusia yang saat ini<br />

lebih tersambung dan terkait satu sama lain<br />

lewat social media. Lewat revolusi dunia digital,<br />

mereka tertarik pada tempat-tempat lain.<br />

Mereka ingin tahu negeri yang tidak dikenal<br />

atau budaya yang tak mereka kenal. Mungkin<br />

kita ada yang bersungut-sungut soal efek<br />

media yang negatif. Tapi, di sisi lain, luar biasa<br />

sekali dengan media sosial ini. Kita bisa berkomunikasi<br />

dengan teman-teman di Indonesia,<br />

juga di luar negeri. Ada keterbukaan seperti<br />

itu sekarang.<br />

Perasaan Anda atas respons publik tersebut?<br />

Sangat senang sekali karena, meskipun<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

saya suka dengan perlakuan komunitas sastra<br />

internasional terhadap saya, yaitu tidak mengotakkan<br />

saya sebagai orang Indonesia, karena<br />

orang itu punya banyak diri dalam dirinya, keragaman<br />

diri kita bisa ditampilkan. Jadi kita tak<br />

terbatas. Tapi, di saat yang sama, saya bangga<br />

Indonesia dilihat, orang asing tertarik pada<br />

Indonesia. Saya bangga sekali, saya terharu.<br />

Artinya Indonesia mulai dianggap penting<br />

dan menarik?<br />

Saya rasa begitu, ya. Ini baru awal-awalnya.<br />

Tapi mungkin (kalau dikatakan) penting, belum<br />

tentu. Menarik mungkin benar.<br />

Di festival sastra internasional, mereka tidak<br />

peduli kita dari negara mana. Yang dilihat adalah<br />

tulisan, bahasa, gaya, pengetahuan, dan wawasan<br />

kita oke atau tidak.<br />

DOK. PRIBADI<br />

Apa bedanya memperkenalkan Indonesia<br />

lewat sastra ketimbang dengan cara<br />

lain?<br />

Saya sempat menjadi konsultan seni rupa,<br />

itu juga cara memperkenalkan Indonesia,<br />

meskipun lingkup kerja saya lebih melihat ke<br />

dunia daripada melihat ke dalam. Lewat sastra,<br />

kita bisa bertemu dengan penulis lain.<br />

Saya sering sekali ke festival sastra sejak 2005.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

Bersama Direktur Frankfurt<br />

Book Fair Juergen Boos,<br />

Goenawan Mohamad, dan<br />

Sapardi Djoko Damono<br />

FOTO: PETER HIRTH<br />

Entah mengapa saya tidak mengatasnamakan<br />

Indonesia. Jadi mereka lihat saya sebagai<br />

penulis tok. Sedangkan kalau akademis, saya<br />

dikotakkan sebagai penulis Indonesia, jadi keindonesiaan<br />

yang disoroti.<br />

Kalau di festival sastra internasional, mereka<br />

tidak peduli kita dari negara mana. Yang dilihat<br />

adalah tulisan, bahasa, gaya, pengetahuan,<br />

dan wawasan kita oke atau tidak.<br />

Kembali ke Amba, sebetulnya apa pesan<br />

yang ingin Anda sampaikan?<br />

Sebenarnya saya tak melulu melihat Amba<br />

sebagai perempuan yang cerdas, mandiri<br />

dengan keinginan melihat dunia yang lebih<br />

luas, berani mendobrak konvensi tradisi. Tapi<br />

juga dia seseorang yang pada akhirnya menghormati<br />

tradisi dan budayanya sendiri sehing-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

ga, meskipun dia melakukan sesuatu yang luar<br />

biasa menyimpang dari konvensi, ia tetap ingin<br />

menghormati orang tuanya. Ia tidak ingin aib<br />

yang telah dimunculkan itu menyakiti orang<br />

yang dia sayangi, apalagi orang tuanya sendiri.<br />

Meskipun menikah dengan laki-laki, ada bagian<br />

ia sebenarnya malu melakukan itu. Kalau<br />

ia lebih modern, ia bisa mengasuh anaknya<br />

sendiri, ia tidak perlu laki-laki. Tapi ia berpikir<br />

ada sesuatu yang dianggap patut atau tidak,<br />

dia bikin malu orang tua atau tidak. Masih ada<br />

pergulatan di dalam dirinya.<br />

Bapak saya bukan komunis, tapi<br />

antikomunis.<br />

DOK. PRIBADI<br />

Apakah Amba merupakan representasi<br />

dari banyak perempuan Indonesia sekarang?<br />

Saya rasa begitu. Saya kenal perempuan<br />

Indonesia yang, waduh, sangat luar biasa gagah<br />

berani, sangat berjiwa aktivis, selalu ambil<br />

inisiatif, tapi mereka tetap ingin menampilkan<br />

atau menonjolkan keharmonian keluarga dan<br />

menjunjung nilai-nilai yang baik.<br />

Pesan itukah yang akan Anda sampai-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

kan kepada dunia internasional?<br />

Iya, seperti itu. Tentu<br />

saja Amba seorang<br />

yang terkungkung dalam<br />

konteks sejarah.<br />

Ini Amba kan cerita<br />

tahun 1944. Dengan<br />

apa yang<br />

bisa dilakukan<br />

perempuan<br />

sekarang<br />

kan beda<br />

juga. Tapi<br />

spiritnya<br />

sama. Dia<br />

ingin menuliskan<br />

nasibnya sendiri,<br />

ia bisa menulis<br />

ulang nasibnya<br />

sendiri, tak ingin<br />

menggantungkan<br />

nasib pada<br />

nama yang sudah<br />

diberikan.<br />

Untuk karakter Dokter Bisma, yang berempati<br />

dan menolong aktivis kiri dan PKI,<br />

apakah Anda terinspirasi Doctor Zhivago<br />

atau lainnya?<br />

Saya membaca novel itu tapi tidak dengan<br />

sadar mengikuti ceritanya. Ada beberapa<br />

hal yang menyebabkan dia menjadi seorang<br />

dokter. Pertama, masuk akal pada 1950-an<br />

sebuah keluarga yang elite dan progresif ingin<br />

anaknya sekolah di luar negeri (menjadi) ahli<br />

hukum atau dokter.<br />

Kedua, memang dia punya jiwa besar ingin<br />

menyumbangkan sesuatu, karena itu juga<br />

bagian tradisi kelas itu di Indonesia. Konsep<br />

saat itu, kalau pergi ke luar negeri, harus menyumbangkan<br />

pengetahuan yang didapat di<br />

luar negeri untuk perbaikan Indonesia, negerinya<br />

sendiri.<br />

Kebetulan Bisma ingin jadi dokter, tapi<br />

kemudian sikap terhadap profesinya sendiri<br />

makin menajam unsur kemanusiaannya ketika<br />

ia bertemu dengan Gerard. Temannya itulah<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

Makan malam bersama Duta<br />

Besar Indonesia untuk Jerman<br />

Fauzi Bowo dan istri serta<br />

Direktur Frankfurt Book Fair<br />

Juergen Boos.<br />

DOK. PRIBADI<br />

yang memperkenalkan dia pada pikiran-pikiran<br />

kiri. Dia merasa, “Saya ini tidak sekadar jadi<br />

dokter, terampil, dan sebagainya.” Tapi, untuk<br />

menyembuhkan, membantu orang jadi sehat<br />

kembali, itu lebih dari sekadar profesi. Itu tanggung<br />

jawab kemanusiaan. Maka ia tak mau<br />

pulang dari Pulau Buru. Ia ingin membaktikan<br />

diri pada masyarakat sekitar yang membutuhkan<br />

skill-nya sebagai dokter.<br />

Leipzig menjadi salah satu setting novel<br />

Amba. Anda pernah tinggal di kota ini?<br />

Tidak. Saya banyak baca dari Internet, tulisan<br />

sastrawi soal Leipzig dan sejarah Leipzig.<br />

Jadi bisa saya bayangkan sedikit kira-kira<br />

seperti apa situasinya. Tapi, kalau Berlin, Belanda,<br />

itu semua bagian riwayat hidup bapak<br />

saya. Jadi sebenarnya cerita Bisma itu cerita<br />

bapak saya.<br />

Bisma itu riwayat bapak saya sampai di<br />

bagian Berlin. Nah, Bisma ke Leipzig belajar<br />

(paham) kiri, sedangkan bapak saya belajar<br />

arsitektur. Bapak saya bukan komunis, tapi<br />

antikomunis.<br />

Apa yang membedakan Anda dengan<br />

Pramoedya Ananta Toer dan Ahmad<br />

Tohari, yang juga menulis tentang tragedi<br />

PKI?<br />

Pertama-tama, saya perempuan, jadi beda.<br />

Kedua, saya jauh lebih muda dan hidup di<br />

dunia yang berubah. Norma-norma kepatutan<br />

itu sudah banyak yang terdobrak. Saya merasa<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

Saya mendapat<br />

laporan dari<br />

Rumah Sakit<br />

Jantung Harapan<br />

Kita, banyak<br />

orang mampu<br />

menggunakan<br />

adverse selection<br />

ini.<br />

IIN YUMIYANTI/DETIKCOM<br />

bebas saja menulis apa pun. Kalau mereka kan<br />

masih banyak pertimbangan. Tapi, tanpa mereka,<br />

saya tak bisa nulis. Mereka meletakkan dasar<br />

sastra kita. Sastra merupakan kontinuitas,<br />

selalu harus dilihat. Generasi ini saling mempengaruhi,<br />

akan selalu ada keterkaitan.<br />

Apa perbedaan Anda dengan Ayu Utami,<br />

yang lebih dulu dikenal internasional?<br />

Di mana saya berbeda saya tak tahu. Semua<br />

orang punya karakter masing-masing. Buku<br />

begitu banyak, sensitivitas sama, tapi kita pasti<br />

punya karakter masing-masing. Di mana saya<br />

ditempatkan, saya tak tahu, kan bukan saya<br />

yang pilih.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERVIEW<br />

Sapardi Djoko Damono,<br />

Goenawan Mohamad, dan<br />

Laksmi Pamuntjak di Leipzig<br />

Book Fair.<br />

IIN YUMIYANTI/DETIKCOM<br />

Setelah sukses Amba, apa langkah selanjutnya?<br />

Novel (kedua) saya Aruna dan Lidahnya sedang<br />

diterjemahkan ke bahasa Inggris. Kemudian<br />

saya mau nulis Srikandi. Tapi soal Srikandi<br />

ini semua masih dalam rencana.<br />

Anda juga akan turut dalam Frankfurt<br />

Book Fair nanti?<br />

Posisi saya lebih sebagai penulis Indonesia.<br />

Saya harus tampil dengan baik, harus bisa<br />

menunjukkan Indonesia dalam segala kompleksitasnya<br />

sebagai bangsa luar biasa.<br />

Kita ini dikenal sebagai negara muslim terbesar.<br />

Islam kita Islam toleran, kita hidup dengan<br />

toleran. Kalau ada intoleransi, ada kekerasan,<br />

kita bingung, kok bisa? Karena kita pada dasarnya<br />

tidak seperti itu, kita tidak saling membenci<br />

terhadap perbedaan. ■<br />

IIN YUMIYANTI<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BIODATA<br />

NAMA:<br />

Laksmi Pamuntjak<br />

TEMPAT/TANGGAL LAHIR:<br />

Jakarta, 24 Desember 1971<br />

PENDIDIKAN:<br />

Studi Asia dan Ilmu Politik dari<br />

Universitas Murdoch, Perth,<br />

Australia, 1994<br />

KARYA:<br />

• Aruna dan Lidahnya, Gramedia,<br />

November 2014<br />

• Amba, Gramedia, Oktober<br />

2012<br />

• The World Record Poetry Anthology,<br />

Bloodaxe 2012<br />

• The Jakarta Good Food Guide<br />

2009-2010<br />

• The Jakarta Good Food Guide<br />

2008-2009<br />

• The Anagram (kumpulan puisi),<br />

Maret 2007<br />

• On God and Other Unfinished<br />

Things, 2007<br />

• Perang, Langit dan Dua Perempuan,<br />

2006<br />

• The Diary of R.S.: Musings on<br />

Art, 2006<br />

• Ellipsis: Poems and Prose-Poems<br />

by Laksmi Pamuntjak, 2005<br />

• Goenawan Mohamad: Selected<br />

Poems<br />

• The Jakarta Good Food Guide<br />

2002-2003<br />

• The Jakarta Good Food Guide<br />

2001<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

CARA UDAR<br />

AGAR TAK<br />

TERLINDAS<br />

UDAR PRISTONO MENYIMPAN BANYAK<br />

AKAL MELAWAN KEJAKSAAN AGUNG.<br />

IA BERULAH DI DALAM SEL KETIKA<br />

RUMAHNYA DISITA.KINI IA INGIN<br />

MEMENJARAKAN JAKSA.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

JAKSA Agung Muda Pidana Khusus<br />

Widyo Pramono heran mendapat laporan<br />

bahwa anak buahnya tidak berdaya<br />

ketika berusaha masuk rumah<br />

Udar Pristono. Jaksa penyidik dan serombongan<br />

polisi hanya bisa berteriak-teriak di depan<br />

pagar rumah di Kompleks Liga Mas Blok F/6 RT<br />

08/04 Kelurahan Duren Tiga, Pancoran, Jakarta<br />

Selatan, itu. Penjaga rumah hanya sesekali<br />

melongok lewat jendela, tidak mengacuhkan<br />

perintah membukakan pintu.<br />

Rabu, 12 November 2014, Widyo sedang<br />

rapat di Gedung Bundar, Kompleks Kejaksaan<br />

Agung, Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1,<br />

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Anak buahnya<br />

sudah dibekali surat penggeledahan, tapi tidak<br />

bisa memasuki rumah Udar. Si penjaga rumah<br />

sangat percaya diri melawan jaksa dan polisi.<br />

“Ada pembantunya di situ, tetapi tidak mau<br />

membukakan pintu, sampai jaksa saya masuk<br />

lewat gorong-gorong tempat sampah,” ujar<br />

Widyo.<br />

Dia curiga ada yang memerintahkan pembantu<br />

rumah Udar. Ia pun menyuruh anak buahnya<br />

menggeledah sel tahanan Rutan Cipinang<br />

Cabang Kejaksaan Agung, tempat Udar mendekam.<br />

Hasilnya, mereka menemukan telepon<br />

seluler yang dipakai Udar berkomunikasi dengan<br />

penjaga rumahnya.<br />

Temuan ini membuat Widyo berang. Penempatan<br />

penahanan Udar di Rutan Cipinang<br />

Cabang Kejaksaan Agung merupakan keistimewaan.<br />

Ruang tahanan di Kejaksaan Agung ini<br />

baru direnovasi, bersih, dan lapang. Tapi Udar<br />

membuat permasalahan dengan menyimpan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Sudah begitu masih<br />

bertingkah lagi. Ya sudahlah,<br />

tidak pantas dia duduk<br />

di sini, pindah ke (Rutan)<br />

Cipinang.<br />

Jaksa Agung Muda Pidana<br />

Khusus Widyo Pramono<br />

ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />

ponsel.<br />

“Sudah begitu masih bertingkah lagi. Ya sudahlah,<br />

tidak pantas dia duduk di sini, pindah ke<br />

(Rutan) Cipinang,” tuturnya.<br />

●●●<br />

Tingkah Udar menghalangi penggeledahan<br />

bukan sekadar perilaku iseng belaka. Mantan<br />

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta ini<br />

melakukan berbagai cara untuk menyerang<br />

Kejaksaan. Ia menyusun rencana panjang untuk<br />

lepas dari sangkaan jaksa.<br />

Kejaksaan Agung menjerat Udar<br />

dengan tiga kasus, yakni dugaan korupsi<br />

pengadaan bus Transjakarta pada 2012<br />

dan 2013 serta dugaan tindak pidana<br />

pencucian uang.<br />

Udar lalu mengajukan permohonan<br />

praperadilan dan menggugat melalui Pengadilan<br />

Tata Usaha Negara (PTUN). Sejak ditahan<br />

Kejaksaan Agung pada 17 September 2014,<br />

Udar menyusun lima gugatan praperadilan.<br />

Kelimanya terkait dengan seluruh proses<br />

hukum, yakni penetapan tersangka kasus dugaan<br />

korupsi pengadaan bus Transjakarta 2013<br />

melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,<br />

kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta<br />

2012, penahanan, pemindahan tempat<br />

tahanan, serta penyitaan aset dan penetapan<br />

tersangka kasus tindak pidana pencucian uang<br />

melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.<br />

Upaya hukum ini belum menuai hasil. PN<br />

Jakarta Selatan menolak permohonan praperadilan<br />

penetapan tersangka kasus dugaan<br />

korupsi pengadaan bus Transjakarta 2013 dan<br />

penahanan. PN Jakarta Pusat juga menolak<br />

permohonan praperadilan penyitaan aset dan<br />

penetapan tersangka kasus tindak pidana pencucian<br />

uang. Sedangkan permohonan lainnya<br />

masih dalam proses.<br />

Sedangkan melalui jalur PTUN, Udar menggugat<br />

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan<br />

(BPKP). Lembaga audit pemerintah<br />

ini menyimpulkan hasil berbeda dengan audit<br />

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai<br />

kerugian negara akibat kasus Udar. BPKP<br />

menemukan potensi kerugian negara sebesar<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Tonin Tachta Singarimbun<br />

(kiri) saat mendampingi<br />

sidang praperadilan Udar di PN<br />

Jakarta Pusat (18/3/2015).<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

Rp 54 miliar, sedangkan<br />

BPK menyatakan tidak<br />

ada kerugian negara.<br />

Pengacara Udar, Tonin<br />

Tachta Singarimbun,<br />

menuturkan gugatan<br />

praperadilan kliennya<br />

bisa dikata memecahkan<br />

rekor. Kliennya menyoroti<br />

semua aspek<br />

untuk dipraperadilankan.<br />

“Ini bisa jadi rekor.<br />

Tapi belum ada yang<br />

menang,” ujar Tonin.<br />

Udar sangat berharap<br />

bisa lepas dari<br />

penahanan. Karena itu,<br />

penolakan praperadilan<br />

atas permohonan<br />

pembatalan penahanan diladeni Udar dengan<br />

mengajukan permohonan peninjauan kembali.<br />

Ia merasa penahanannya sangat mengganggu<br />

upaya hukum.<br />

Selama di dalam sel tahanan, ia tidak bebas<br />

mondar-mandir melakukan koordinasi dengan<br />

kuasa hukumnya. Setiap ada keperluan<br />

konsultasi hukum, pengacaranya harus datang<br />

ke Rutan Cipinang. Padahal proses kasusnya<br />

bergulir di Kejaksaan Agung dan praperadilan<br />

di PN Jakarta Selatan.<br />

“Ini saya bertinju, tapi kaki saya dipegang<br />

satu, tangan saya dipegang satu. Dia (jaksa)<br />

bebas memukuli, itu ibaratnya,” tuturnya ketika<br />

ditemui majalah detik.<br />

Udar menganggap selama ini jaksa yang menyidiknya<br />

bertindak gegabah dan memaksakan<br />

laju kasusnya ke proses penyidikan. Ia tidak dapat<br />

menyembunyikan amarah ketika berbicara<br />

mengenai ketua tim penyidik kasusnya, Viktor<br />

Antonius Sidabutar.<br />

Selama ini, pemeriksaan jaksa tidak pernah<br />

mengkonfirmasi dua alat bukti. Viktor selalu<br />

berkilah urusan dua alat bukti akan dibeberkan<br />

di pengadilan, bukan selama pemeriksaan.<br />

Udar tidak terima karena harus mendekam di<br />

sel tahanan dan asetnya disita sebelum dikonfirmasi.<br />

“Viktor Antonius Sidabutar. Jadi kalau bilang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Ini saya bertinju, tapi kaki<br />

saya dipegang satu, tangan<br />

saya dipegang satu. Dia<br />

(jaksa) bebas memukuli, itu<br />

ibaratnya<br />

Udar Pristono<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

jaksa jangan Jaksa Agung, karena masih ada<br />

yang baik. Cuma dia (Viktor) saja sih, ya,” ujarnya.<br />

Kebenciannya kepada Viktor memuncak.<br />

Viktor merupakan pimpinan penyidik untuk<br />

menimbang bobot bus Transjakarta melalui<br />

tim dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<br />

Temuan mereka, bus yang disetujui Udar ternyata<br />

kelebihan bobot untuk beroperasi di<br />

jalan Jakarta.<br />

Hasil penimbangan UGM menunjukkan<br />

bobot bus 31 ton, sedangkan<br />

hasil penimbangan yang dilakukan<br />

tim Udar seberat 26 ton. Udar menganggap<br />

tim UGM tidak sah melakukan<br />

penimbangan karena tidak<br />

mengantongi akta dari Kementerian<br />

Perhubungan.<br />

Namun kekecewaan Udar berkembang. Ia<br />

menyebutkan penyitaan asetnya di Bali yang dikelola<br />

oleh PT Anaamaya Selaras, kondotel Swiss-<br />

Belhotel, salah prosedur. Udar membeli satu unit<br />

kondotel pada 2012. Hingga ditetapkan sebagai<br />

tersangka, ia sudah melakukan pembayaran sekitar<br />

Rp 800 juta.<br />

Namun Kejaksaan tidak menyita aset berupa<br />

bangunan, melainkan uang. Udar menyatakan<br />

penyitaan aset berupa properti tidak boleh diuangkan.<br />

Ia pun memperkarakan masalah ini<br />

ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.<br />

Viktor diadukan dengan perkara pemalsuan<br />

dokumen dalam penimbangan bus Transjakarta.<br />

Kepala Subdirektorat Penyidikan Kejaksaan<br />

Agung Sarjono Turin dilaporkan karena memberikan<br />

data bohong ke media. Sedangkan<br />

Jampidsus Widyo Pramono serta tiga anggota<br />

tim jaksa penyidik diadukan dengan perkara<br />

penipuan dan penggelapan.<br />

Pengelola PT Anaamaya Selaras juga mendapat<br />

imbas. Surat laporan polisi No. LP/3954/X/ 2014<br />

menyebutkan PT Anaamaya, Ng Cu En, Theresia<br />

Rianti, dan Teguh turut menjadi terlapor di Bareskrim<br />

Mabes Polri dengan perkara yang sama.<br />

“Menyita itu bisa jadi salah atau tidak salah<br />

kalau nanti ada bukti. Kalau ini kan enggak (karena<br />

sudah diuangkan). Itu yang kami laporkan,<br />

ini perampasan namanya,” Udar menegaskan.<br />

Tak hanya melapor ke polisi. Udar juga<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Perawatan bus Transjakarta di<br />

pul Cawang<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

melaporkan Widyo, Sarjono, Viktor, dan tiga<br />

jaksa penyidik ke Komisi Kejaksaan. Ia berharap<br />

komisi ini bisa menertibkan prosedur jaksa.<br />

Sarjono Turin menyanggah tudingan Udar.<br />

Menurut dia, tim penyidik cukup jeli mengendus<br />

arah aliran uang Udar. Jadi, kata dia, bagaimana<br />

cara Udar menyembunyikan harta itu bisa dijerat,<br />

dan uang hasil kejahatan itu kembali ke<br />

negara.<br />

Jampidsus Widyo menganggap sepi omongan<br />

Udar. Ia yakin timnya sudah bekerja keras<br />

dan memenuhi prosedur hukum. Selama ini<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Udar Pristono menjadi saksi<br />

untuk terdakwa Drajat<br />

Adhyaksa di sidang Tipikor,<br />

Jakarta (3/11/2014).<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

pihaknya selalu berhati-hati memperlakukan<br />

tersangka. Kecuali, kata dia, yang bersangkutan<br />

mengajak berantem di pengadilan, ia akan<br />

meladeni di depan sidang.<br />

“Kami ladeni mereka mau melaporkan saya.<br />

Saya tidak berbuat apa-apa, kok. Saya berbuat<br />

berdasarkan hukum semua, kok,” katanya.<br />

Direktur Penuntutan pada Jaksa Agung Muda<br />

Pidana Khusus, Eddy Rakamto, memberikan<br />

pesan, penuntut sudah menyiapkan amunisi<br />

untuk menghadapi persidangan. Karena itu, ia<br />

meminta Udar berfokus pada perkara, tidak<br />

merembet ke mana-mana. ■<br />

MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT, BAHTIAR RIFAI | ARYO BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

UDAR PRISTONO<br />

SI KEPALA<br />

DINAS<br />

MILIARDER<br />

KEJAKSAAN AGUNG mengusut dan menyita harta<br />

mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar<br />

Pristono. Mendapati setoran rutin sekitar Rp 20 juta<br />

per hari ke rekening Udar, Kejaksaan menduga ia terlibat<br />

tindak pidana pencucian uang.<br />

Namun Udar mengklaim semua kekayaannya<br />

berpangkal dari warisan orang tua dan mertuanya.<br />

Melego aset warisan tanah dan bangunan lebih 17<br />

ribu meter persegi sejak 1990-an, Udar dan keluarga<br />

besarnya mendapat dana Rp 3,45 miliar yang diputar<br />

dengan bisnis jual-beli dan sewa properti.<br />

Berikut ini penjelasan Udar soal hartanya kepada<br />

penegak hukum.<br />

PENGHASILAN UDAR<br />

Gaji dan honor Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta:<br />

RP 60.500.000<br />

/bulan<br />

• Gaji : Rp 5.500.000<br />

• Tunjangan kinerja daerah : Rp 22.000.000<br />

• Uang bahan bakar/transpor : Rp 3.000.000<br />

• Honor kegiatan : Rp 30.000.000<br />

USAHA<br />

PENYEWAAN<br />

PROPERTI:<br />

RP 1.348.000.000<br />

/tahun<br />

• 4 unit kondotel Aston Bogor<br />

: Rp 384.000.000/tahun<br />

• 2 unit apartemen Kelapa Gading Square : Rp 132.000.000/tahun<br />

• 2 unit kondotel Bakrie Legian : Rp 168.000.000/tahun<br />

• 2 unit apartemen ITC Kuningan : Rp 200.000.000/tahun<br />

• 1 unit apartemen Bellagio Mega Kuningan : Rp 100.000.000/tahun<br />

• 3 unit kios ITC Kuningan<br />

: Rp 140.000.000/tahun<br />

• 2 unit kios PGC Cililitan<br />

: Rp 50.000.000/tahun<br />

• Rumah di Bintaro Jaya<br />

: Rp 55.000.000/tahun<br />

• 1 unit apartemen Marbela Anyer : Rp 19.000.000/tahun<br />

• Bangunan di Cempaka Putih : Rp 100.000.000/tahun<br />

ASET PROPERTI<br />

RP 25.556.921.360<br />

• Rumah 400 m 2 di Cempaka Putih Tengah 6 No. 18, Jakarta<br />

Pusat Rp 7.665.153.000 (1990)<br />

• Rumah 1.000 m 2 di kompleks Liga Mas Pancoran, Jakarta<br />

Selatan Rp 3.331.360.000 (1990)<br />

• Rumah 225 m 2 di Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang Selatan<br />

Rp 220.000.000 (1997)<br />

• 1 unit apartemen Marbela Anyer, Serang Rp 150.000.000<br />

(2000)<br />

• 2 unit apartemen ITC Kuningan Rp 1.038.000.000 (2004)<br />

• 1 unit apartemen Bellagio Mega Kuningan Rp 820.000.000<br />

(2004)<br />

• 3 unit kios ITC Kuningan 19 m 2 Rp 640.000.000<br />

(2006-2007)<br />

• 2 unit apartemen di Kelapa Gading Square 130 m 2 Rp<br />

980.000.000 (2009-2010)<br />

• Rumah 300 m 2 tanah dan 264 m 2 bangunan Blok Olive<br />

Fusion Jalan Emerald 4 No. 6 Rp 2.000.000.000 (2012)<br />

• Kondotel Mercure Legian Bali Rp 900.000.000 (2012)<br />

• 2 unit kios PGC Cililitan 11,6 m 2 Rp 492.408.360 (2012)<br />

• 4 unit kondotel Aston Bogor Rp 2.600.000.000<br />

(2012-2013)<br />

• 2 unit kondotel Bakrie Legian Rp 2.300.000.000<br />

(2012-2013)<br />

• 1 unit kondotel SwissBell Bali Rp 900.000.000 (2013)<br />

• 2 unit kondotel Sahid Anyer Green Rp 1.520.000.000 (2013)<br />

ASET KENDARAAN, UANG,<br />

DAN LOGAM MULIA<br />

RP 1.105.320.000<br />

• 2 unit Toyota Fortuner Rp 580.320.000 (2011)<br />

• Logam mulia Rp 160.000.000<br />

• Tabungan di empat rekening Rp 365.000.000<br />

OKTA WIGUNA | SUMBER: KPK, KEJAKSAAN AGUNG, PENASIHAT HUKUM UDAR PRISTONO | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

HARTA TAK<br />

WAJAR<br />

UDAR<br />

KEJAKSAAN MENGENDUS ALIRAN<br />

UANG MENCURIGAKAN KE REKENING<br />

UDAR. MULAI MEMERAS PERUSAHAAN<br />

REKANAN SAMPAI SETORAN RP 20<br />

JUTA HAMPIR SETIAP HARI.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Gedung Bundar Kejaksaan<br />

Agung<br />

ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />

PENYIDIK Kejaksaan Agung heran<br />

terhadap seorang pengusaha yang<br />

mau membeli Toyota Kijang tua seharga<br />

Rp 100 juta pada 2010. Mobil<br />

itu milik mantan Kepala Dinas Perhubungan<br />

DKI Jakarta Udar Pristono. Udar memperoleh<br />

bekas mobil dinasnya buatan 2002 itu hanya<br />

sekitar Rp 20 juta.<br />

Setelah diusut, pembelinya ternyata adalah<br />

pemilik perusahaan yang biasa mengerjakan<br />

proyek pembuatan marka jalan Jakarta. Pembayaran<br />

mobil itu ditransfer ke rekening bank<br />

atas nama anak Udar, Aldi Pradana.<br />

Pengusaha yang dirahasiakan namanya oleh<br />

Kejaksaan itu pun dipanggil. “Saksi itu mengikuti<br />

proses pengadaan pekerjaan pembuatan<br />

halte bus Transjakarta,” kata Direktur Penuntutan<br />

pada Jaksa Agung Muda Pidana Khusus,<br />

Eddy Rakamto, kepada majalah detik, Kamis,<br />

26 Maret 2015.<br />

Eddy mengatakan, saksi itu bercerita sudah<br />

berkali-kali ditawari mobil tersebut oleh Udar,<br />

tapi ditolaknya. Mendadak mobil itu diantar ke<br />

rumahnya dan Udar mendesak agar mobil itu<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Pengacara Udar Pristono,<br />

Tonin Tachta Singarimbun<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

dibeli Rp 100 juta.<br />

Setelah pembelian itu, kata dia, keesokan<br />

harinya dia menang tender proyek halte bus<br />

Transjakarta. “Itu kan orang terpaksa membeli,<br />

melebihi harga yang diperoleh,” kata Eddy.<br />

“Itulah yang dianggap sebagai gratifikasi.”<br />

Pembelian mobil itu hanya salah satu transaksi<br />

tidak wajar yang ditemukan penyidik<br />

setelah memeriksa rekening bank Udar dan<br />

keluarganya. Eddy mengatakan Kejaksaan menemukan<br />

hampir setiap hari ada setoran masuk<br />

ke dua rekening keluarga Udar. Besarnya Rp 20<br />

juta hingga Rp 30 juta dan disetor oleh bawahannya<br />

berinisial W di Dinas Perhubungan DKI.<br />

Setoran itu dimulai sejak Udar menjabat<br />

Kepala Dinas Perhubungan pada Juni 2010.<br />

Anehnya, kata Eddy, “Ketika dia sudah tidak<br />

menjabat, tidak ada lagi setoran.”<br />

Kejaksaan menilai jumlah setoran itu tak<br />

sesuai dengan profil Udar sebagai pegawai<br />

negeri. “Sekian tahun itu hampir berjumlah Rp<br />

4-5 miliar, miliaranlah pokoknya,” kata Eddy.<br />

Saat ini Kejaksaan juga tengah menyidik<br />

keterlibatan Udar dalam kasus pengadaan bus<br />

Transjakarta. Kasus itu menjadi pintu masuk<br />

jaksa buat mengusut aliran uang tak wajar ke<br />

rekening Udar yang diduga kuat dimanfaatkan<br />

mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta<br />

itu untuk membeli properti.<br />

Udar dalam laporan kekayaan ke Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi pada 2012 menyatakan<br />

harta berupa tanah dan bangunan mencapai<br />

Rp 21 miliar dari total kekayaan Rp 26 miliar.<br />

Namun, dalam pemeriksaan oleh kejaksaan<br />

pada 2014, nilai properti Udar sudah naik jadi<br />

sekitar Rp 25 miliar.<br />

Nantinya Udar harus membuktikan keabsahan<br />

asal uangnya itu. “Kalau (Udar) tidak bisa<br />

membuktikan, patut diduga itu penghasilan<br />

yang tidak sah dan yang terkait dengan pekerjaan<br />

atau jabatan dia.”<br />

Soal penjualan Toyota Kijang itu, pengacara<br />

Udar, Tonin Tachta Singarimbun, membenarkan<br />

pembelinya memang pemilik perusahaan<br />

rekanan proyek Dinas Perhubungan. Namun<br />

ia berkeras transaksi itu wajar dan bukan suap.<br />

“Harganya memang Rp 100 jutaan. Kalau harga<br />

mobilnya Rp 1 miliar, baru itu namanya gratifikasi,”<br />

ujarnya.<br />

Penelisikan atas penjualan mobil itulah yang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Udar usai diperiksa Kejaksaan<br />

Agung<br />

GRANDOS ZEFNA/DOK DETIKCOM<br />

membuat jaksa sempat memanggil Aldi sebagai<br />

saksi. Namun putra semata wayang Udar<br />

tersebut menolak diperiksa.<br />

Mengenai setoran rutin ke rekening Udar,<br />

Tonin menyebutnya sebagai hasil dari ruparupa<br />

bisnis kliennya. Tonin menjelaskan, yang<br />

dicurigai jaksa dari rekening kliennya adalah<br />

lima transaksi pada Januari dan Februari, yang<br />

memang bertepatan dengan jatuh tempo<br />

pembayaran uang sewa tahunan rumah, apartemen,<br />

dan kios milik Udar. “Uang cash dia<br />

taruh di rekening, itu bukan tiap hari,” ujarnya.<br />

Semenjak menjabat Kepala Dinas Perhubungan,<br />

Udar mengaku menerima gaji ditambah<br />

tunjangan dan honor sekitar Rp 60 juta per<br />

bulan. Jika ia punya uang lebih dari itu, Udar<br />

menyatakan sumbernya adalah penghasilan<br />

dari penyewaan 19 unit rumah, apartemen, dan<br />

kios.<br />

Setiap tahun, properti Udar itu diklaimnya<br />

bisa memberi pemasukan hingga Rp 1,3 miliar.<br />

“Usaha keluarga saya menyewakan rumahrumah<br />

itu, itu kan enggak salah.”<br />

Udar menyatakan kekayaannya saat ini<br />

bermula dari warisan orang tuanya dan warisan<br />

orang tua istrinya, Lieke Amalia. Kejaksaan,<br />

kata dia, semestinya melihat dia tidak seperti<br />

pegawai negeri kebanyakan, yang kekayaannya<br />

masih nol ketika mulai meniti karier.<br />

“Bapak saya meninggalkan warisan, jadi saya<br />

tidak dari nol,” kata Udar. “Jaksa jangan menyamaratakan<br />

orang.”<br />

Ayah Udar, Kolonel Soebardi, yang merupakan<br />

ajudan Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad<br />

Yani, sejak 1963 punya rumah di Menteng,<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Bekas rumah orang tua<br />

Udar Pristono, Kolonel<br />

(Purnawirawan) Soebardi,<br />

di Jalan Lembang Terusan,<br />

Menteng, Jakarta Pusat<br />

IBAD DUROHMAN/DETIKCOM<br />

Jakarta Pusat. Kekayaan sang<br />

ayah itulah yang membuat<br />

Udar sejak masih pegawai<br />

rendahan sudah mengendarai<br />

mobil pribadi buat pergi kerja.<br />

Belum lagi ayah Lieke, Amir<br />

Hamzah, adalah pengusaha<br />

kayu yang tinggal di rumah<br />

dengan tanah seluas seribu meter persegi di<br />

Perdatam, Pancoran, Jakarta Selatan. “Orang<br />

tua istri meninggal, saya terusin tinggal di situ,<br />

apakah itu (hasil) korupsi?” kata Udar.<br />

lll<br />

Berada tepat di tikungan jalan, rumah di Jalan<br />

Lembang Terusan Nomor 52-A, Menteng,<br />

Jakarta Pusat, itu luas tanahnya 450 meter<br />

persegi. Pagar setinggi satu setengah meter<br />

menghalangi pandangan ke arah dalam rumah.<br />

“Dulu, sebelum dijual, itu bekas rumah Pak<br />

Soebardi, dia bekas tentara,” kata Yati, yang<br />

mengaku membuka warung di seberang rumah<br />

itu sejak 1975. Yati masih ingat Kolonel<br />

Soebardi punya empat anak dan yang bungsu<br />

adalah Udar Pristono.<br />

Sepengetahuan Yati, setelah menikah, Udar<br />

tidak lagi tinggal di rumah itu. Seingatnya, setelah<br />

Soebardi meninggal pada 1990-an, rumah<br />

itu dihuni putri sulungnya, Eni Retno Yuniarto.<br />

Setelah Eni berpulang, rumah itu dijual.<br />

Kini Udar mengklaim penjualan rumah milik<br />

ayahnya tersebut sebagai modal awal bisnis<br />

propertinya. Selain dari rumah itu, Udar<br />

memperoleh jatah dari total Rp 3,45 miliar hasil<br />

penjualan tanah serta rumah warisan orang<br />

tua dan mertuanya di Jakarta serta Sukabumi<br />

dan Bandung, Jawa Barat.<br />

Udar memutar uang itu dengan membeli<br />

properti yang beberapa tahun kemudian dijual<br />

lagi dengan harga lebih tinggi. Uang juga didapatkan<br />

dari menyewakan bangunan warisan<br />

yang tidak dijual.<br />

Ia mencontohkan bangunan dua lantai bercat<br />

abu-abu di Cempaka Putih yang disulap jadi<br />

rumah kos putri. Ada 14 kamar yang dilengkapi<br />

penyejuk udara dan koneksi Internet dengan<br />

biaya sewa Rp 1,5 juta per bulan.<br />

Ketua RT setempat, Adi Nugroho, mengatakan<br />

rumah itu juga pernah dijadikan Wisma Ru-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Kios milik Udar Pristono di<br />

Pusat Grosir Cililitan, Jakarta<br />

Timur, yang tutup setelah<br />

disita Kejaksaan Agung<br />

IBAD DUROHMAN/DETIKCOM<br />

mah Sakit Muhammadiyah Jakarta. Adi mengaku<br />

jarang melihat Udar karena semua urusan<br />

diserahkan kepada penjaga rumah. “Dulu yang<br />

jaga Alvin, orang Angkatan Laut,” ujarnya.<br />

Menurut Udar, bisnis propertinya dimulai<br />

dengan membeli beberapa rumah di Bintaro<br />

pada 1990-an. Lalu, saat menjabat Kepala<br />

Bidang Teknik Lalu Lintas Dinas Perhubungan<br />

Jakarta sejak 2000, Udar mulai membeli apartemen<br />

di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, seperti<br />

Taman Rasuna, Ambasador, dan Bellagio<br />

Mega Kuningan.<br />

Staf pengelola Apartemen Ambasador, Agus<br />

Ilyas, membenarkan Udar punya dua unit apartemen<br />

di tempatnya. Dengan harga sewa sekitar<br />

Rp 100 juta per tahun, Agus mengatakan,<br />

salah satu apartemen itu disewa oleh orang<br />

asal Uzbekistan.<br />

Sementara itu, di Bellagio, manajer gedung<br />

Aris Setiyanto menjelaskan, Lieke Amalia punya<br />

satu unit apartemen di lantai 10, yang dihuni<br />

warga negara Australia. “Bu Amalia memang<br />

membeli unit di sini sejak Bellagio launching,”<br />

katanya.<br />

Setelah naik pangkat jadi Wakil Kepala Dinas<br />

Perhubungan Jakarta pada 2005, Udar mulai<br />

melirik kios. Membeli dan menyewakan tiga<br />

unit kios di ITC Kuningan, Udar mendapat uang<br />

sewa hingga Rp 140 juta per tahun.<br />

Udar menangani sendiri semua urusan sewa<br />

rumah, apartemen, dan kios ini. “Kan gampang<br />

nyewain, enggak susah, (bisa) lewat agen,” ujarnya.<br />

Setelah mendapat promosi sebagai Kepala<br />

Dinas Perhubungan Jakarta pada 2010, selera<br />

pembelian properti Udar berubah lagi. Kali ini<br />

ia mengincar kondotel, yakni di Bogor, Anyer,<br />

dan Bali.<br />

Bagi Udar, kondotel dianggapnya menguntungkan<br />

karena, sembari mencicil, ia mendapat<br />

uang dari hasil penyewaan unitnya. Pria<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Pembelianpembelian<br />

itu<br />

terjadi pada waktu<br />

yang bersangkutan<br />

sebagai kepala<br />

dinas.<br />

Direktur Penuntutan<br />

Kejaksaan Agung Eddy<br />

Rakamto<br />

ISFARI/DETIKCOM<br />

kelahiran Bali ini memilih kondotel di kawasan<br />

wisata Kuta dan Legian. “Kita kan harus punya<br />

juga masa depan,” katanya seraya menyebut<br />

kondotel itu sebagai jaminan hari tuanya.<br />

Namun, pada 5 Januari 2015, tabungan masa<br />

depan itu sirna. Kejaksaan Agung menyita satu<br />

unit kondotel Udar di Mercure Bali Legian dan<br />

dua unit di The Legian Nirwana Suites.<br />

Selain itu, Kejaksaan menyita uang cicilan<br />

kondotel Swiss-Belhotel di Kuta sekitar Rp 897<br />

juta. Udar sempat melayangkan gugatan praperadilan<br />

penyitaan uang angsuran itu karena<br />

pengembang PT Anaamaya Selaras membatalkan<br />

perjanjian pembelian kondotel tersebut.<br />

Namun gugatan itu ditolak pengadilan.<br />

Penyidik memang menyita semua aset Udar<br />

yang dibeli setelah ia menjabat Kepala Dinas<br />

Perhubungan. “Pembelian-pembelian itu terjadi<br />

pada waktu yang bersangkutan sebagai<br />

kepala dinas, dan patut diduga itu adalah hasil<br />

tindak pidana pencucian uang,” kata Eddy.<br />

Termasuk disita adalah empat unit kondotel<br />

Udar di Aston Hotel kawasan Bogor Nirwana<br />

Residence senilai Rp 2,6 miliar, yang dibeli<br />

pada 2012. Di kawasan yang sama, Kejaksaan<br />

menyita rumah senilai Rp 2 miliar di Blok Olive<br />

Fusion, Jalan Emerald 4 Nomor 6, yang juga<br />

dibeli pada 2012.<br />

Dua kios milik Udar di lantai dua Pusat Grosir<br />

Cililitan, Jakarta Timur, juga masuk daftar jaksa.<br />

Pada 9 Januari 2015, kios seluas 11,6 meter<br />

persegi ini ikut dirampas karena tercatat dibeli<br />

pada 2012 dengan nilai Rp 492 juta.<br />

Udar mengklaim kios itu disewakan Rp 50<br />

juta per tahun. Namun, menurut Umi, pedagang<br />

baju di sebelah kios Reva Batik Garut<br />

Collection itu, toko dikelola sendiri oleh Lieke<br />

Amalia.<br />

Sri, 65 tahun, yang sehari-hari menjaga toko<br />

yang menjajakan kemeja batik dan kerajinan<br />

itu, dikenal para pedagang sebagai kerabat<br />

Lieke. “Dia (Lieke) sudah lama di sini, sejak PGC<br />

dibangun dan dari dulu memang jualan batik<br />

Garut,” kata Umi.<br />

Umi hanya sekali melihat Udar ketika toko<br />

pertama dibuka, sedangkan Lieke sebulan<br />

sekali menengok kiosnya. Setahu Umi, jualan<br />

di kios itu tak terlalu laris. “Di zona (kuning)<br />

ini mah sepi, makanya sewanya lebih murah<br />

dibanding di zona biru,” ujarnya.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Hotel Aston Bogor di kawasan<br />

Bogor Nirwana Residence.<br />

Udar Pristono punya empat<br />

unit kondotel di Aston Bogor<br />

yang kini disita Kejaksaan<br />

Agung<br />

BAKRIE LAND<br />

Nilai harta Udar yang disita jumlahnya cukup<br />

besar. Jika nantinya Udar terbukti melakukan<br />

korupsi di pengadilan, Eddy yakin aset sitaan<br />

itu bisa menutupi kerugian negara dari tindak<br />

pidana korupsi dan pencucian uang yang dituduhkan<br />

kepada Udar.<br />

Penyitaan demi penyitaan aset ini diprotes<br />

Udar. Menurut dia, beberapa yang dirampas<br />

dia beli sebelum menjadi kepala dinas.<br />

Udar juga membantah tudingan menyembunyikan<br />

bisnis propertinya karena sudah ia<br />

laporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara<br />

Negara pada 2011. Sementara itu, Kejaksaan<br />

menahannya karena kasus pengadaan bus<br />

yang terjadi pada 2013. “Jadi apa hubungannya<br />

sama busway? Ini sudah semena-mena,” ujarnya.<br />

Udar menantang jaksa membuktikan properti<br />

miliknya itu berasal dari hasil korupsi.<br />

“Mana yang dari orang memberikan kepada<br />

saya? Enggak pernah ada.”<br />

Jaksa, kata Udar, tak pernah menunjukkan<br />

kepadanya bukti aliran dana dari penyuap yang<br />

dipakainya buat membeli properti. “Selalu katanya<br />

nanti di pengadilan, kalau nanti di pengadilan,<br />

jangan sita barang saya dulu, jangan<br />

penjarakan saya dulu, dong,” ujarnya.<br />

Kejaksaan Agung berkukuh harta Udar berasal<br />

dari gratifikasi dan tetap akan menjerat<br />

Udar dengan dugaan tindak pidana pencucian<br />

uang. “Nanti secara fair play kami buktikan di<br />

persidangan,” kata Jaksa Agung Muda Pidana<br />

Khusus Widyo Pramono. “Kalau dia berdalih itu<br />

hasil dari warisan nenek moyangnya, ya silakan<br />

nanti dibuktikan di persidangan.” ■<br />

ARYO BHAWONO, MONIQUE SHINTAMI, IBAD DUROHMAN, BAHTIAR<br />

RIFAI, ISFARI HIKMAT | OKTA WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

KISAH PERUSAHAAN BODONG<br />

DARI HONG KONG<br />

“MASAK IBU KOTA DIKASIH BUS YANG TERBAKAR, MOBIL YANG<br />

MOGOK, MOBIL YANG BEKAS? MOBIL-MOBIL YANG TERNYATA<br />

PEMESANANNYA MENIMBULKAN TANDA TANYA.”<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Deretan bus Transjakarta<br />

bermerek Yutong yang<br />

diparkirkan di Cawang, Jakarta<br />

Timur, Senin (1/9).<br />

VITALIS YOGI TRISNA/ANTARA FOTO<br />

BELASAN bus Transjakarta terparkir<br />

di pul Pinangranti, Jakarta Timur.<br />

Pul dengan kapasitas 30 bus itu<br />

menjadi garasi Transjakarta koridor<br />

IX (Pinangranti-Pluit). Saban hari, bus gandeng,<br />

khusus merek Zhongtong, keluar-masuk di pul<br />

yang bersebelahan dengan Terminal Pinangranti<br />

tersebut. Jumat, 27 Maret 2015, ada empat<br />

bus yang tidak dioperasikan. Namun, menurut<br />

seorang staf PT Transportasi Jakarta—perusahaan<br />

yang mengoperasikan Transjakarta—Radius,<br />

empat bus itu bukan mogok. “Lagi dalam<br />

maintenance,” ucapnya kepada majalah detik.<br />

Hampir sebulan lalu, satu unit bus Zhongtong<br />

koridor IX mengalami insiden di Jalan Gatot<br />

Subroto, Jakarta Pusat. Mesinnya terbakar. Api<br />

menghanguskan bodi dan bagian belakang bus<br />

yang didatangkan dari Hong Kong tersebut.<br />

Kebakaran itu membuat lalu lintas semrawut.<br />

Para penumpang di koridor yang cukup ramai<br />

itu telantar.<br />

Terbakarnya bus Transjakarta sangat sering<br />

terjadi di Ibu Kota. Namun insiden bus Zhongtong<br />

pada 8 Maret 2015 tersebut menjadi sorotan<br />

karena bus berwarna merah-kuning itu<br />

masih gres, bahkan baru tiga hari dioperasikan.<br />

Di samping itu, Zhongtong adalah merek salah<br />

satu bus Transjakarta yang tengah diusut pengadaannya<br />

oleh Kejaksaan Agung.<br />

PT Transportasi menyetop kegiatan operasional<br />

bus Zhongtong lainnya. Berdasarkan<br />

investigasi bersama agen pemegang merek<br />

Zhongtong, mereka mengklaim kejadian itu<br />

dipicu oleh macetnya komponen kecil di me-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Terminal baru Pinang Ranti<br />

yang belum dioperasikan di<br />

Jakarta Timur, Selasa (24/2).<br />

M AGUNG RAJASA/ANTARAFOTO<br />

sin akibat terendam banjir. Tak berfungsinya<br />

komponen itu membuat gesekan dan menimbulkan<br />

api. Zhongtong sudah menukarnya.<br />

“Zhongtong akan tanda tangani pernyataan<br />

jaminan keamanan kendaraan,” kata Direktur<br />

Utama PT Transportasi Jakarta A.N.S. Kosasih.<br />

“Kami menjamin seluruh bus layak dan aman<br />

dioperasikan,” ujarnya.<br />

Namun, bagi Kejaksaan Agung, terbakarnya<br />

bus Zhongtong menjadi pertanda ada permasalahan<br />

dalam pengadaan bus Transjakarta pada<br />

2013 itu. Kejaksaan mulai mengusut proyek<br />

pengadaan Transjakarta senilai Rp 1 triliun dan<br />

peremajaan angkutan umum reguler senilai Rp<br />

500 miliar itu awal 2014. Kasus ini terungkap<br />

setelah bus-bus yang baru tiba di Jakarta ditemukan<br />

dalam kondisi berkarat.<br />

Proyek pengadaan bus Transjakarta total<br />

berjumlah 656 unit, yang dibagi dalam 15 paket.<br />

Namun hanya 4 paket yang berhasil diserahterimakan<br />

kepada Pemerintah Provinsi DKI<br />

Jakarta atau 125 unit. Paket I (30 bus gandeng)<br />

dimenangi PT Korindo Motors. Paket II (30 bus<br />

gandeng) dimenangi PT Ifani Dewi. Paket IV (30<br />

bus gandeng) dimenangi PT Mobilindo Armada<br />

Cemerlang. Badan Pengawasan Keuangan dan<br />

Pembangunan (BPKP) memperkirakan negara<br />

merugi Rp 54 miliar dari kasus itu.<br />

Kejaksaan Agung menemukan, perusahaanperusahaan<br />

tersebut tidak mempunyai kualifikasi<br />

untuk melakukan pengadaan Transjakarta.<br />

Pabrikan Anhui Ankai Automobile Co Ltd di<br />

Beijing, Tiongkok, produsen merek Ankai, tidak<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Udar menunjukkan surat<br />

bantahan atas dugaan<br />

gratifikasi yang diberikan oleh<br />

Direktur PT Ifani Dewi, Agus<br />

Sudiarso, kepada dirinya terkait<br />

tender bus Transjakarta di<br />

sela-sela sidang praperadilan<br />

di PN Jakarta Pusat.<br />

(18/3/2015).<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

kooperatif dalam memberikan data-data, seperti<br />

jumlah pemesanan bus Transjakarta dan<br />

spesifikasinya. “Dia tidak mau ungkapkan data<br />

secara lengkap,” ujar Jaksa Agung Muda Pidana<br />

Khusus Widyo Pramono kepada majalah detik<br />

di kantornya, Jalan Sultan Hasanuddin, Jakarta<br />

Selatan.<br />

Widyo terjun langsung dalam pengusutan kasus<br />

Transjakarta. Kebetulan saat itu dia sedang<br />

mewakili Jaksa Agung menghadiri seminar<br />

pemberantasan korupsi di Tiongkok. Selain<br />

ke Tiongkok, Widyo menyambangi pabrik bus<br />

Zhongtong di Hong Kong. Ia terkejut karena<br />

kantor produsen bus tersebut, Zhongtong Bus<br />

Holding Co Ltd, ternyata hanya sebuah bilik<br />

kecil. “Bus yang dipesan di Hong Kong itu hanya<br />

kantor abal-abal. Bodong,” tutur Widyo.<br />

Selain masalah perusahaan yang tidak valid,<br />

bus-bus yang didatangkan ke Indonesia tidak<br />

sesuai dengan spesifikasi. Contohnya berat bus<br />

yang melebihi tonase jalan. Bus merek Yutong<br />

dan Ankai single tidak dilengkapi dengan side<br />

impact bar untuk melindungi tabung gas jika<br />

terjadi benturan dari arah samping bus. Ternyata<br />

pula, bus-bus itu sebagian bekas.<br />

“Masak Ibu Kota dikasih bus yang terbakar,<br />

mobil yang mogok, mobil yang bekas? Mobilmobil<br />

yang ternyata pemesanannya menimbulkan<br />

tanda tanya,” katanya. “UP (Udar Pristono)<br />

sendiri mengakui yang di depo Ciputat banyak<br />

(bus) yang rongsokan,” ujar Widyo.<br />

Sampai sejauh ini, Kejaksaan Agung telah<br />

menahan tujuh orang. Mereka adalah mantan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Kami menjamin seluruh bus layak<br />

dan aman dioperasikan.<br />

Direktur Utama PT Transportasi<br />

Jakarta A.N.S. Kosasih<br />

ANTO/ANTARA FOTO<br />

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar<br />

Pristono; ketua panitia pengadaan, Setyo Tuhu;<br />

pejabat pembuat komitmen, Drajat Adhyaksa;<br />

Direktur Utama PT Korindo Motors, Chen<br />

Chong Kyeon; Direktur Utama PT Mobilindo,<br />

Budi Santoso; Direktur Utama PT Ifani Dewi,<br />

Agus Sudiarso; serta Direktur Pusat Teknologi<br />

Industri dan Sistem Transportasi Badan<br />

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),<br />

Prawoto.<br />

Drajat dan Setyo sudah divonis bersalah.<br />

Drajat dihukum lima tahun penjara dan denda<br />

Rp 250 juta. Sedangkan Setyo dihukum empat<br />

tahun penjara dengan denda Rp 250 juta subsider<br />

3 bulan penjara.<br />

Hakim menilai Drajat<br />

bersalah karena<br />

menetapkan harga<br />

perkiraan sendiri<br />

yang dibuat oleh tim BPPT. Kemudian, Setyo<br />

tidak melakukan penilaian kualifikasi terhadap<br />

perusahaan yang menjadi pemenang pengadaan<br />

bus.<br />

Hakim Supriyono, yang mengadili Setyo<br />

Tuhu, menegaskan Udar terlibat dalam kasus<br />

korupsi Transjakarta. Selaku kuasa pengguna<br />

anggaran, Udar tidak mengawasi pelaksanaan<br />

proyek tersebut secara benar. Drajat sebetulnya<br />

melapor adanya ketidaksesuaian spesifikasi<br />

bus yang datang ke Jakarta. Namun Udar<br />

meminta agar bus itu tetap diterima dengan<br />

alasan ada jaminan dan masa pemeliharaan.<br />

Udar adalah pejabat yang menandatangani<br />

nota kesepahaman dengan BPPT untuk tim<br />

pengendali teknis dan pengawasan.<br />

Kejaksaan bahkan tegas menuduh Udar<br />

sebagai aktor intelektual (intellectual dader)<br />

skandal bus Transjakarta tersebut. Dari hasil<br />

penelusuran, jaksa beranggapan korupsi pengadaan<br />

Transjakarta itu dilakukan dengan niat<br />

yang jahat, terencana, sekaligus sistemik. “Dia<br />

(Udar) kan doktor. Dan korupsi itu kan memang<br />

identik dengan pelaku yang pintar,” ujar Direktur<br />

Penuntutan pada Jaksa Agung Muda Pidana<br />

Khusus, Eddy Rakamto, kepada majalah detik.<br />

Udar menyangkal keterlibatannya dalam kasus<br />

Transjakarta itu. Pria kelahiran Bali ini juga<br />

keberatan disebut mempunyai niat jahat dalam<br />

proyek pengadaan bus dua tahun yang lalu itu.<br />

“Niat jahat untuk apa? Saya sudah ditahan, saya<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Transjakarta gandeng<br />

yang baru tiba dari Cina di<br />

Pelabuhan Tanjung Priok,<br />

Jakarta, Kamis (05/12/2013).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

untung atau rugi?” katanya kepada majalah<br />

detik. “Tidak mungkin saya mau mengorbankan<br />

jabatan saya,” tuturnya.<br />

Udar menjamin proyek pengadaan Transjakarta<br />

itu tidak menyimpang karena dilakukan<br />

dengan sistem e-procurement. Seluruh tahapan<br />

tender berjalan dengan lancar. Udar juga menyatakan<br />

barang yang dikirim produsen Transjakarta<br />

canggih. Meski bus dirakit di Negeri Tirai<br />

Bambu, jeroan bus-bus Zhongtong, Yutong,<br />

maupun Ankai didatangkan dari Eropa dan<br />

Amerika. “Damri juga beli, kok, 66 unit,” kata<br />

Udar. ■ IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHITAMI, BAHTIAR RIFAI, ISFARI<br />

HIKMAT | IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

UDAR PRISTONO:<br />

BAYANGKAN,<br />

LUAS RUMAH<br />

RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />

SAYA 1.000 M2<br />

BAPAK SAYA AJUDAN JENDERAL AHMAD<br />

YANI, JADI TINGGAL DI MENTENG. BAPAK<br />

SAYA JUGA MENINGGALKAN WARISAN. SAYA<br />

TIDAK DARI NOL. SAYA KERJA KE PEMPROV<br />

TIDAK DENGAN NAIK BUS.<br />

HASAN ALHABSY/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Tersangka kasus<br />

korupsi pengadaan bus<br />

Transjakarta Udar Pristono<br />

(kanan) menjalani sidang<br />

praperadilan di PN<br />

Jakarta Pusat, Jakarta,<br />

Senin (23/03/2015).<br />

Mantan Kepala Dinas<br />

Perhubungan DKI Jakarta<br />

itu mempraperadilankan<br />

Kejaksaan Agung atas<br />

tindakan penyitaan aset<br />

miliknya.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

MANTAN Kepala Dinas Perhubungan<br />

DKI Jakarta Udar Pristono terus<br />

melakukan perlawanan terhadap<br />

Kejaksaan Agung berkaitan dengan<br />

penetapannya sebagai tersangka korupsi<br />

pengadaan bus Transjakarta, penahanannya,<br />

dan penyitaan aset-asetnya. Ia yakin tudingan<br />

korupsi terhadapnya salah alamat.<br />

Udar menyatakan Kejaksaan tidak memiliki<br />

bukti dalam menetapkan status tersangka<br />

kepada dirinya. Kekayaan yang dimiliki Udar<br />

berasal dari warisan.<br />

Menurut dia, dalam menjerat pejabat terkait<br />

kasus korupsi, seharusnya Kejaksaan mempertimbangkan<br />

asal-usul pejabat tersebut.<br />

“Saya dari kecil tinggal di Menteng. Bapak<br />

saya ajudan Jenderal Ahmad Yani, jadi tinggal<br />

di Menteng. Sekolah saya di SD Jalan Tegal<br />

situ. Apa itu korupsi?” ujar Udar saat ditemui<br />

majalah detik.<br />

Mengapa Udar mengajukan lima gugatan<br />

praperadilan? Mengapa ia menggugat Kejak-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Armada bus Transjakarta<br />

merek Zhongtong di Halte<br />

Harmoni, Jakarta.<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

saan Agung hingga Rp 1,07 triliun?<br />

Berikut ini wawancara Aryo Bhawono dan<br />

Monique Shintami dari majalah detik dengan<br />

Udar.<br />

Mengapa Anda mengajukan gugatan<br />

praperadilan, bahkan sampai lima gugatan?<br />

Untuk mendapatkan keadilan sesuai dengan<br />

apa yang saya lakukan. Saya merasa diperlakukan<br />

tidak adil. Kenapa? Untuk ditetapkan<br />

menjadi tersangka, harus sudah ditemukan dua<br />

alat bukti, apalagi kalau sudah ditahan.<br />

Tentunya, kalau saya diduga menerima aliran<br />

dana, harus ada alat buktinya. Kalau kasus<br />

dipegang KPK disebut tertangkap tangan, ada<br />

rekeningnya tertangkap tangan. Di KPK, kalau<br />

tertangkap tangan, digeledah ada uang di tas<br />

atau koper. Kalau saya ini tidak ada.<br />

Saya, (kalau dikatakan) tertangkap tangan,<br />

tidak. Rekening saya, ada aliran dananya juga<br />

tidak. Bahkan saya juga sudah tanyakan, aliran<br />

dana yang saya terima mana, tidak pernah<br />

ada. Saya juga sudah minta dikonfrontasi, tidak<br />

pernah ada.<br />

Jaksa selalu menjawab nanti di pengadilan.<br />

Kalau nanti di pengadilan, dia jangan tahan<br />

saya dong, jangan sita barang saya. Makanya<br />

saya mencari keadilan.<br />

Mengapa Anda juga melaporkan Jampidsus<br />

dan para penyidik Kejagung ke Bareskrim<br />

Mabes Polri?<br />

Saya mencicil kondotel di Bali, sekitar Rp<br />

40 juta per bulan selama dua tahun. Mencicil<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Udar Pristono menjadi saksi<br />

untuk terdakwa Drajat<br />

Adhyaksa di sidang Tipikor,<br />

Jakarta (3/11/2014).<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

sejak Mei 2013, terus bulan Agustus dirampas<br />

Kejaksaan. Sekarang, kalau saya mencicil dari<br />

Mei 2013, kasus (korupsi) busway kapan? 2013.<br />

Cairnya bulan Desember. Sekarang cair bulan<br />

Desember, saya beli (kondotel) di bulan Mei,<br />

apakah itu hasil korupsi?<br />

Yang dirampas itu seharusnya kalau saya<br />

nyicil barang. Kan sudah jadi tuh barang (kondotel).<br />

Uang cicilan saya kan sudah jadi semen,<br />

sudah jadi kamar, sudah jadi tegel, sudah jadi<br />

plafon. Kok yang diambil ke developer itu<br />

uangnya, uang cicilannya. Nah, uang cicilan kan<br />

sudah saya serahkan ke developer, uang saya<br />

itu sudah jadi barang.<br />

Harusnya, kalau mau menyita, (bangunan)<br />

disegel. Bukan uangnya yang diambil. Berarti<br />

uang yang disita itu bukan uang saya. Itu uang<br />

developer, karena uang saya sudah jadi semen.<br />

Nah, akibatnya, kontrak saya dengan developer<br />

diputus. Menyita itu bisa jadi salah atau tidak<br />

salah kalau nanti ada bukti, kan. Kalau ini tidak.<br />

Itu yang kita laporkan, ini perampasan namanya.<br />

Berapa jumlah properti Anda yang disita?<br />

Ya… ada beberapalah.<br />

Sekitar 14?<br />

Oh, tidak, tidak sampai. Padahal sudah saya<br />

laporkan (aset-aset) ke KPK. Masuk LHKPN tahun<br />

2011, kok dirampas. 2011 kan jauh dari 2013,<br />

apa hubungannya dengan busway? Ini sudah<br />

semena-mena. Jadi, kalau Undang-Undang<br />

TPPU Nomor 8 Tahun 2010, itu ada tindak<br />

pidana utama, predicate crime namanya. Nah,<br />

predicate crime kan dari busway. Itu sebelum<br />

busway.<br />

Anda tidak mau aset Anda disita karena<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Kalau kamu lihat rumahnya 1.000<br />

meter persegi, duit dari mana?<br />

merasa aset itu tidak terkait dengan kasus<br />

korupsi yang dikaitkan dengan Anda?<br />

Begini, kan harusnya dilihat asal-usulnya. Ada<br />

pegawai yang startnya dari nol, ada yang startnya<br />

sudah menengah. Seperti saya, saya dari<br />

kecil tinggal di Menteng. Bapak saya ajudan<br />

Jenderal Ahmad Yani, jadi tinggal di Menteng.<br />

Sekolah saya di SD Jalan Tegal situ. Apa itu<br />

korupsi?<br />

Bapak saya juga meninggalkan warisan,<br />

(saya) tidak dari nol. Saya berangkat kerja ke<br />

Pemprov tidak dengan naik<br />

bus. Tidak. Saya sudah naik<br />

mobil. Jangan dianggap kayak<br />

dia yang memeriksa saya itu.<br />

Dia datang ke sini. Sekarang itu sudah saya laporkan<br />

LHKPN. Bayangkan, saya tinggal saja di<br />

Perdatam (Pancoran, Jakarta Selatan), luasnya<br />

1.000 meter persegi.<br />

Sejak menikah, saya tinggal di situ sama<br />

orang tua. Orang tua meninggal, saya tetap<br />

tinggal di situ, apakah itu (hasil) korupsi? Kalau<br />

kamu lihat rumahnya 1.000 meter persegi,<br />

duit dari mana? Tapi kan benar. Usaha keluarga<br />

saya menyewakan rumah-rumah. Itu kan tidak<br />

salah, usaha pribadi. Sedangkan jaksa itu kamu<br />

periksa juga LHKPN, punya usaha atau tidak.<br />

Jadi jangan menyamaratakan orang.<br />

Usaha menyewakan rumah, siapa yang<br />

mengelola?<br />

Iya, itu ada. Saya yang kelola, saya sendiri.<br />

Kan gampang nyewain, enggak susah, lewat<br />

agen.<br />

Kejagung menyita kondotel Anda di Bali.<br />

Bagaimana cerita pembelian kondotel itu?<br />

Saya dulu punya rumah, rumah saya jual,<br />

saya belikan kondotel. Kondotel itu mudah,<br />

kita sharing, sudah tidak usah capek. Itu kan<br />

perubahan pola pikir karena perubahan zaman.<br />

Boleh dong yang lama saya jual (terus)<br />

saya belikan baru. Yang kedua, ada bukti saya<br />

jual rumah ini (lalu) membeli ini. Hasil jual dua<br />

rumah di Bintaro itu saya belikan satu (kondotel),<br />

ada itu. Kuitansi akta jual-beli, dan itu pun<br />

terjadi pada awal Maret 2013. Jadi saya sudah<br />

melakukan itu dulu. Dari tahunnya saja sudah<br />

beda.<br />

Kenapa memilih membeli kondotel di<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Rumah aset Udar Pristono di<br />

Bintaro<br />

ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />

Bali?<br />

Bali itu daerah kelahiran saya. Saya dilahirkan<br />

di Denpasar, dan dari sisi aspek bisnis sewa-menyewanya<br />

bagus. Untuk dibisniskan bagus. Kita<br />

kan harus punya juga masa depan, sehingga<br />

kita harus tahu, tidak boleh dari hasil korupsi,<br />

dari uang saya sendiri.<br />

Apakah ada bukti jual-belinya?<br />

Ada, sudah diperlihatkan. Kamu pakai logical<br />

thinking, ini busway tahun 2013. Kondotel<br />

saya beli tahun 2011, 2012. Apa hubungannya<br />

dengan busway? Ini saya beli jauh sebelumnya.<br />

Belinya dari menjual barang-barang saya yang<br />

ada. Pokoknya jauhlah. Sekarang buktikan saja<br />

dulu dari tiga orang kontraktor itu memberikan<br />

kepada saya, mana buktinya? Dia tidak pernah<br />

memberi saya bukti.<br />

Kejaksaan menyebut perusahaan bus<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

Petugas memasang batas<br />

garis polisi pada bus<br />

Transjakarta jurusan Kota-Blok<br />

M yang hangus terbakar<br />

di depan Masjid Al-Azhar,<br />

Jakarta, Kamis (28/8). Bus<br />

Transjakarta bernomor TJ<br />

0022 tersebut terbakar saat<br />

mengarah ke Blok M dan<br />

belum diketahui penyebab<br />

terbakarnya bus tersebut.<br />

MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA<br />

Zhongtong merupakan perusahaan bodong….<br />

(Pengacara Udar, Tonin Tachta Singarimbun,<br />

menjawab) Ada atau tidak visa jaksa pergi ke<br />

Tiongkok? Yang benar, mereka pergi ke Tiongkok,<br />

lihat-lihat kantor, salah kantor. Ada kalau<br />

itu. Zhongtong jelas, kok.<br />

(Udar melanjutkan) Sekarang datang tidak<br />

barangnya? Datang, kan? Kondisinya bagus<br />

enggak? Sudah dipakai menarik penumpang,<br />

kok. Apa yang dibahas? Kantor zaman sekarang<br />

itu banyak yang kecil-kecil, kok. Semua main e-<br />

mail. ■<br />

MONIQUE SHINTAMI, ARYO BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

DIREKTUR PENUNTUTAN KEJAGUNG:<br />

UDAR SETIAP<br />

HARI DAPAT<br />

RP 20-30 JUTA<br />

BERIKUT ini wawancara Bahtiar<br />

Rifai dan Isfari Hikmat dengan<br />

Direktur Penuntutan Kejaksaan<br />

Agung Eddy Rakamto.<br />

Seperti apa kasus pencucian uang<br />

yang diduga dilakukan Udar Pristono?<br />

Ini diawali dari UP menjadi pengguna<br />

anggaran, kepala dinas sekaligus<br />

pengguna anggaran. Sebagai pengguna<br />

anggaran, dia antara lain mempunyai<br />

kewenangan menyetujui dan<br />

menentukan pemenang suatu lelang<br />

pekerjaan. Ada saksi yang mengikuti<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


FOKUS<br />

proses pengadaan pekerjaan pembuatan<br />

halte bus Transjakarta atau shelter.<br />

Kemudian orang itu menjumpai<br />

UP, di situ ditawarkan sebuah mobil<br />

Kijang lama pelat merah.<br />

Mobil itu diperoleh UP dengan harga<br />

Rp 20 juta. Tetapi orangnya tidak berminat<br />

membeli itu. Berkali-kali ditawari tetap<br />

tidak mau. Tiba-tiba mobil itu diantar ke<br />

rumah. “Sudah tidak mau kok diantar.<br />

Terus, ini bagaimana?” Dia diminta bayar<br />

Rp 100 juta.<br />

Saksi itu dipaksa bayar oleh Udar?<br />

(Udar bilang) “Bayar Rp 100 juta, transfer<br />

ke rekening anak saya.” Itu kan orang<br />

terpaksa membeli, melebihi harga yang<br />

diperoleh. Itulah yang dianggap sebagai<br />

pemberian atau gratifikasi atau pemberian<br />

suap.<br />

Setelah pembelian itu, keesokan harinya<br />

ternyata benar dia yang menang<br />

(tender). Jadi pemberian ini ada hubungannya<br />

dengan kewenangan dia menentukan<br />

siapa yang menang dan siapa<br />

yang kalah dalam pengadaan barang itu.<br />

Bermula dari itu, berarti ada pemberian<br />

di luar kewajaran yang ada. Setelah<br />

itu, baru ditemukan rekening dia.<br />

Banyak di rekening yang diserahkan<br />

salah satu pegawai hampir setiap hari<br />

untuk menyetorkan ke dua bank. Itu<br />

jumlahnya melebihi profil dia sebagai<br />

PNS atau sebagai kepala dinas. Sekian<br />

tahun itu hampir berjumlah Rp 4-5<br />

miliar, miliaranlah pokoknya.<br />

Setoran Udar seperti apa?<br />

Hampir tiap hari. Rp 20-30 juta selalu<br />

disetor. Terima dari Udar, kasih ke "W"<br />

dan "W" setor. Itu semenjak Udar menjabat<br />

kepala dinas di Juni 2010. Ketika<br />

dia sudah tidak menjabat, tidak ada lagi<br />

setoran.<br />

Terus pada saat selang waktu bersamaan<br />

ada pembelian aset tadi. Yang<br />

banyak apartemen, kondotel, rumah.<br />

Dia (membeli) properti sama mobil. Ada<br />

Fortuner dua. Sepeda motor moge Kawasaki.<br />

Itu besok ada di dalam dakwaan.<br />

Mogenya dipakai atau untuk anak?<br />

Tidak jelas. Pokoknya ada di situ, kita<br />

tidak sampai ke situ.<br />

Modus pencuciannya lebih banyak<br />

lewat properti?<br />

Iya. Ya disewakan lagi dan mungkin<br />

tingkat profitnya tinggi. Apartemen<br />

bukan yang kecil, itu apartemen yang<br />

rata-rata 80 meter persegi.<br />

Apartemen itu disewakan kembali?<br />

Yang jelas kita hanya mengecek untuk<br />

larinya uang, kan. Karena kita sesuaikan<br />

dengan unsur menempatkan, menyembunyikan,<br />

dan membelanjakan. (Uang)<br />

setelah dibelanjakan atau disewakan<br />

tidak kita dakwakan.<br />

Apartemen atas nama siapa?<br />

Ada atas nama istri dan ada nama dia.<br />

Propertinya kan banyak. ■<br />

BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

PENDEKAR JEMBATAN<br />

DARI BANTEN<br />

“MEREKA MEMANG TAK MEMILIKI KEMAUAN POLITIK MENYELESAIKAN<br />

MASALAH YANG DIHADAPI WARGANYA.”<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

JARAK Kampung Belah Haji, Desa Karya<br />

Jaya, Kecamatan Cimarga, dengan<br />

Kampung Selapajang, Desa Cigoong<br />

Selatan, Kecamatan Cikulur, mestinya<br />

hanya sekitar 60 meter. Namun, selama bertahun-tahun,<br />

jarak kedua kampung di Kabupaten<br />

Lebak, Banten, itu seperti berkilometer jauhnya.<br />

Ada Sungai Ciujung yang memisahkan kedua<br />

kampung. Sudah lama Jumpena, 50 tahun, hanya<br />

bisa mengandalkan rakit untuk menyeberang<br />

ke kampung sebelah. Padahal bagaimana<br />

dia dan suaminya makan bergantung pada<br />

penghasilannya berdagang di kampung seberang.<br />

Suaminya telah renta dan tak mampu lagi<br />

bekerja.<br />

Jika air sungai pasang dan tak ada rakit untuk<br />

menyeberang, Jumpena pulang dengan tangan<br />

kosong. Maka hari itu mereka akan berutang<br />

beras kepada tetangga. “Soalnya, semua bergantung<br />

pada hasil dagangan yang saya per-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

oleh,” ujar perempuan Sunda itu dua pekan<br />

lalu.<br />

Untunglah ada jembatan yang dibangun<br />

Muhammad Arif Kirdiat bersama teman-temannya<br />

di Relawan Kampung. Disokong dana<br />

dari kelompok usaha MNC, Arif dan kawankawannya<br />

menuntaskan pembangunan jembatan<br />

gantung sepanjang 60 meter itu pada<br />

November tahun lalu.<br />

Sekarang Jumpena, warga, dan anak-anak<br />

Kampung Belah Haji, Selapajang, dan sejumlah<br />

kampung lain di kedua sisi Sungai Ciujung tak<br />

perlu lagi berakrobat di atas kawat-kawat baja<br />

sisa jembatan untuk pergi sekolah atau berdagang.<br />

Bagi anak-anak Belah Haji, jembatan itu merupakan<br />

penghubung ke masa depan. Tanpa<br />

jembatan, anak-anak Kampung Belah Haji yang<br />

hendak belajar di SD Cigoong 2 di seberang sungai<br />

harus berjalan memutar sejauh 3 kilome-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Tekad ternyata bisa<br />

mengalahkan segala<br />

kesulitan.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

ter. Tanpa jembatan, anak-anak Belah Haji juga<br />

tak bisa melanjutkan pendidikan ke SMP dan<br />

SMA, karena sekolah menengah hanya ada di<br />

Cigoong.<br />

Sebenarnya jembatan gantung yang dibangun<br />

pada 2003 itu sempat diperbaiki pada<br />

2010. Namun, karena jembatan dikerjakan<br />

asal-asalan, umurnya tak panjang. Sebelum diperbaiki<br />

tim Relawan Kampung, hanya tersisa<br />

kawat-kawat baju terentang di atas Sungai Ciujung.<br />

Arif dan kawan-kawannya menghabiskan<br />

dana Rp 175 juta untuk merenovasi jembatan<br />

itu. Bagi Arif, jembatan di Sungai Ciujung itu<br />

merupakan jembatan ke-25 yang mereka bangun.<br />

Tak punya gelar insinyur sipil, juga tak pernah<br />

belajar ilmu bangunan, sarjana hukum itu tak<br />

pernah membayangkan suatu hari akan menjadi<br />

pembangun jembatan di daerah-daerah<br />

sulit. Sejak 2004, sebenarnya dia lebih banyak<br />

berurusan dengan turis.<br />

Sesuai dengan hobinya, ia gemar mengantar<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

para wisatawan jalan-jalan. Suatu hari pada<br />

2009, Arif mengantar beberapa wisatawan<br />

asing ke Pantai Sawarna di Bayah, Lebak. Jarak<br />

tempuh Serang-Sawarna sekitar enam jam<br />

perjalanan. Selain melewati jalan terjal, Arif<br />

bersama rombongan, seperti biasa, harus melewati<br />

sejumlah jembatan. Maklum, di Banten,<br />

dari satu kampung ke kampung dipisahkan kali<br />

besar, sehingga keberadaan jembatan menjadi<br />

sangat vital sebagai penghubung antardesa.<br />

Dua bulan setelah mengunjungi Sawarna,<br />

Arif mendapat telepon dari salah seorang<br />

tokoh pemuda yang dia kenal. Di ujung sana,<br />

temannya mengabarkan ada satu jembatan di<br />

Sawarna yang putus diterjang banjir bandang.<br />

Sang teman mengatakan sudah menyampaikan<br />

informasi perihal putusnya jembatan<br />

kepada kepala desa, camat, hingga staf Dinas<br />

Pekerjaan Umum. Tapi tak ada yang serius<br />

menanggapinya.<br />

Arif memutar otak bagaimana supaya jembatan<br />

yang putus itu bisa diperbaiki atau dibangun<br />

kembali. Apalagi ia tahu bahwa jembatan<br />

Sawarna menjadi satu-satunya jalan yang<br />

menghubungkan ribuan warga di seberangnya.<br />

Tanpa jembatan tersebut, mereka harus<br />

berputar jalan hingga puluhan kilometer.<br />

Arif mendatangi DPRD Provinsi Banten.<br />

Salah satu anggota Dewan memberi jawaban:<br />

Arif salah alamat. Mereka menyarankan supaya<br />

ia mendatangi Dinas Pekerjaan Umum. Tapi,<br />

di Dinas Pekerjaan Umum, Arif malah disuruh<br />

kembali ke DPRD. Sebab, menurut mereka,<br />

wewenang menentukan anggaran ada pada<br />

anggota DPRD.<br />

Lelah dipingpong kiri-kanan, Arif memutuskan<br />

cukup sudah usahanya meminta perhatian<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO<br />

pemerintah. “Saya merasa mereka memang tak<br />

memiliki kemauan politik menyelesaikan masalah<br />

yang dihadapi warganya,” ujar Arif.<br />

Dia memilih berpaling ke media sosial. Arif<br />

nekat mengunggah foto yang memperlihatkan<br />

usaha anak-anak sekolah yang tengah menyeberang<br />

kali dengan menerjang arus yang cukup<br />

kencang ke Facebook. Tak disangka, foto-foto<br />

itu menuai banyak tanggapan. Satu per satu<br />

penanggap mendonasikan uangnya hingga<br />

terkumpul uang Rp 12 juta.<br />

Saweran uang dari para dermawan di Internet<br />

itu ia sampaikan kepada warga Sawarna.<br />

Karena dana mepet, Arif meminta warga bergotong-royong<br />

mengumpulkan material. Berbekal<br />

semangat ingin memiliki jembatan, semua material<br />

jembatan akhirnya terkumpul. Tapi apes,<br />

banjir bandang menghanyutkan semua bahan<br />

bangunan. Bahkan lubang fondasi yang sudah<br />

digali juga tertutup lumpur. Akhirnya pekerjaan<br />

dimulai lagi dari awal.<br />

“Tapi tekad ternyata bisa mengalahkan segala<br />

kesulitan,” ujar Arif. Dengan semangat gotongroyong<br />

yang tinggi, warga Desa Sawarna akhirnya<br />

bisa mendirikan jembatan. Jembatan pertama<br />

yang dibangun Arif bersama warga dan atas<br />

donasi masyarakat itu berdiri pada 2009.<br />

Rupanya kabar pembangunan jembatan swadaya<br />

itu menyebar ke kampung lain. Ponsel Arif<br />

mulai sering berdering, menerima keluh kesah<br />

warga di sejumlah daerah yang terisolasi garagara<br />

tak punya jembatan. Masalahnya pada<br />

dana. Arif bersama teman-temannya di Yayasan<br />

Relawan Kampung mesti rajin “mengetuk hati”<br />

para dermawan.<br />

Uluran tangan itu sering datang tak disangka.<br />

Seorang pengusaha batik dari Yogyakarta per-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO<br />

nah menawarkan bantuan dana untuk membangun<br />

jembatan. Sayang, donasi itu batal karena<br />

Gunung Merapi meletus. Arif menduga pengusaha<br />

itu memilih membantu warga di Yogya<br />

yang terkena musibah. Untung Arif segera<br />

mendapat penggantinya.<br />

Seorang kenalan lama di Singapura, mantan<br />

wartawan yang pernah menjadi anggota parlemen,<br />

langsung memberi tanggapan positif setelah<br />

mendengar “proposal” Arif. Tak sampai seminggu,<br />

kawannya berkabar bahwa ia telah mentransfer<br />

sejumlah uang untuk pembangunan jembatan<br />

tahap awal.<br />

“Saya terharu sekaligus malu. Orang luar yang<br />

bukan siapa-siapa kita saja peduli, sementara<br />

pejabat yang punya kekuasaan dan dipercaya<br />

masyarakat malah sebaliknya,” katanya. Bermodal<br />

donasi dari Singapura itu, Relawan Kampung<br />

bisa merentangkan sejumlah jembatan.<br />

Kini ada 12 relawan yang membantu Arif.<br />

Mereka semua memiliki pekerjaan tetap. Ada<br />

pegawai bank, ada dokter, ada pula peng-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

usaha. Selama tiga tahun bersama temantemannya<br />

yang tergabung dalam Yayasan<br />

Relawan Kampung, Arif berhasil membangun<br />

34 jembatan. Tak hanya di Banten, 14 jembatan<br />

lain dia bangun di Makassar, Palembang,<br />

dan Lampung.<br />

Arif berangan-angan, dalam lima tahun ke<br />

depan bisa membangun 100 jembatan di desa-desa<br />

terisolasi. Terdengar muluk memang.<br />

Saat ini, menurut Arif, masyarakat Banten saja<br />

memerlukan sekitar 500 jembatan, baik baru<br />

maupun untuk diperbaiki karena kondisinya<br />

sudah menyedihkan.<br />

Ia yakin semangat gotong-royong masyarakat<br />

masih tinggi sehingga, meskipun dana pembangunan<br />

minim, jembatan tetap bisa dibangun.<br />

Pengalaman itu ia lihat saat membangun<br />

hampir semua jembatan di Banten. Bagaimana<br />

20 warga memikul besi seberat 880 kilogram<br />

sejauh 5 kilometer. Lainnya bergotong-royong<br />

mengumpulkan pasir dan batu serta membantu<br />

tukang. “Membangun 100 jembatan terang<br />

susah, tapi kami yakin bisa mengerjakannya,”<br />

kata Arif, optimistis. ■ KUSTIAH<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

NAMA:<br />

MUHAMMAD ARIF KIRDIAT<br />

LAHIR:<br />

Jakarta, 19 Agustus 1977<br />

SEKOLAH<br />

● S-1 Fakultas Hukum, Universitas Tirtayasa,<br />

Banten, 2001<br />

● S-2 Strategic Studies, Nanyang Technological<br />

University, Singapura, 2007<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

RIWAYAT PEKERJAAN<br />

● Mitsubishi Chemical Indonesia, 1995-2005<br />

● Manajer Citilink Garuda Indonesia, Area<br />

Makassar, 2009<br />

● Mendirikan agen perjalanan Banten<br />

Holidays, 2009 hingga kini<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />

MAJALAH DETIK DETIK 30 MARET 19 - 25 - JANUARI 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

SERBADINAMIS<br />

DIANA NAZIR<br />

DIANA NAZIR BERHASIL MENCIPTAKAN RUMAH YANG<br />

HOMEY. SENYAMAN IMPIANNYA.<br />

FOTO-FOTO: HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

TAK perlu resep njlimet untuk<br />

menciptakan rumah yang bisa<br />

membuat penghuninya betah<br />

tinggal di rumah. Tinggal ciptakan<br />

sesuatu yang nyaman sesuai selera penghuninya.<br />

Beres!<br />

Begitulah resep yang dipakai Diana Nazir,<br />

ahli desain interior sekaligus pemilik rumah<br />

yang dikunjungi majalah detik pada awal<br />

Maret 2015.<br />

Rumah bergaya klasik di kawasan KKO,<br />

Cilandak, Jakarta Selatan, ini memang istimewa.<br />

Bangunan ini berada di Kompleks<br />

Vico, didirikan pada 1970-an.<br />

Setiap rumah di kawasan itu berdiri di atas<br />

lahan yang lumayan luas, yakni 900 meter<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

persegi. Luas bangunan rumah rata-rata 500<br />

meter persegi. Begitu juga rumah Diana.<br />

Bukan tanpa alasan Diana memilih rumah<br />

di kompleks itu. Selain berada di gang buntu,<br />

rumah serbalapang ini memiliki desain unik<br />

dan struktur bangunan bermutu.<br />

Saking bagusnya kualitas bangunan dan ornamen<br />

yang digunakan, Diana tak mengubah<br />

bentuk dan desain bangunan, kecuali lantai<br />

dan beberapa sisi dinding.<br />

Memasuki pelataran rumah Diana, kita<br />

tak akan langsung menemukan pintu utama<br />

rumah. Tepat di depan pintu pagar, yang ada<br />

justru pintu garasi.<br />

Setelah menyusuri taman air memanjang<br />

di sisi teras dengan aneka pot kembang, kita<br />

akan menemukan pilar-pilar dinding dari batu<br />

alam.<br />

Kami sempat terkecoh. Mengira pintu kaca<br />

di depan dinding batu alam inilah pintu utama<br />

rumah. Apalagi ada sebuah sofa dan rak buku<br />

memanjang memenuhi sisi dinding.<br />

Dugaan kami salah. Ruangan teduh dengan<br />

sebuah lukisan digital painting menyerupai<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

kaligrafi berukuran 2 x 2 meter ini ternyata sebuah musala.<br />

Kadang ruangan ini digunakan sebagai tempat membaca buku.<br />

Ada rak buku istimewa di ruangan berbentuk lorong yang sekaligus<br />

menjadi penghubung menuju ruang tengah ini.<br />

Rak setinggi 2 meter dengan panjang sekitar 10 meter itu seperti<br />

memberikan sentuhan magis. Bukan cuma buku, rak itu juga<br />

menyimpan belasan karya seni solid glass.<br />

Karya seni itu makin mempercantik rak dan ruangan. Diana<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

bersama suaminya, Norman, seorang arsitek, meletakkan lampu kecil<br />

di bawah solid glass sehingga memancarkan cahaya warna-warni.<br />

Suasana artistik bisa kita temukan di ruang tengah. Di sini terdapat<br />

beberapa karya seni buatan seniman ternama. Ada lukisan, patung,<br />

pahatan, dan karya tangan lainnya.<br />

Suasana kontras baru terasa ketika memasuki ruang tengah atau<br />

living room. Lantai marmer hitam tampak jelas begitu memandang<br />

piano warna putih bertengger dekat tangga putih.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

Di antara warna hitam dan putih, ada<br />

warna cokelat tua yang turut mempercantik<br />

ruangan. Lantai dan dinding di rumah<br />

ini berwarna gelap dan natural.<br />

Tampaknya pemilik rumah sengaja memainkan<br />

konsep warna untuk memaksimalkan<br />

desain interiornya. Misalnya, karena<br />

lantai marmer berwarna hitam, plafon<br />

yang dipilih dominan terang.<br />

Diana sengaja menabrakkan warna<br />

gelap dengan terang. Bukan cuma soal<br />

warna, Diana juga memainkan gaya klasik<br />

dan kontemporer untuk urusan interior,<br />

eksterior, dan arsitektur.<br />

Jika diperhatikan, desain eksterior rumah<br />

bermotif klasik, tapi kontras dengan<br />

desain interior. Di dalam rumah, kita akan<br />

merasakan kesan kontemporer untuk memadupadankan<br />

sentuhan klasik.<br />

Ornamen klasik bisa ditemukan di toilet<br />

di balik dinding musala. Semua yang ada<br />

di dalamnya berasa kuno, mulai desain,<br />

warna water closet yang memudar, hingga<br />

keran dan ornamen wastafel.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

Ibu dua anak ini menuturkan sengaja tak mengganti barang-barang<br />

yang ada di toilet. Selain sudah tak diproduksi lagi, perangkat yang ada di<br />

toilet berkualitas bagus.<br />

“Saya tak akan menemukan lagi model WC, wastafel, sampai kerannya<br />

dengan desain dan kualitas sebagus produk ini,” ujarnya.<br />

Begitu juga tangga penghubung lantai bawah dengan atas. Tapakan<br />

dari kayu jati dan pilar-pilar tangganya dari besi berwarna putih juga<br />

biarkan seperti aslinya.<br />

Diana hanya mengganti rolling atau pegangan. Sebelumnya berupa<br />

kayu kecil, kini berganti dengan kayu bulatan lebih besar. Ia merasa rol-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

ling sebelumnya tak selaras dengan pilar dan<br />

tapakan yang kokoh.<br />

Sebelumnya, seluruh tapakan tertutup karpet.<br />

Oleh Diana, karpet itu diangkat sehingga<br />

warna kilauan kayu jati berwarna cokelat tua<br />

terlihat dan makin menyiratkan kesan klasik.<br />

Di ruang tengah, semua terasa serbalapang<br />

dan serasi. Meja makan menyatu dengan dapur.<br />

Diana mempercantiknya dengan menggantung<br />

tiga lampu berwarna tembaga tepat<br />

di atas meja makan.<br />

Selain menciptakan keserasian, Diana dan<br />

suami berhasil menghilangkan kesan sekat<br />

indoor dan outdoor. Tembok yang sebelumnya<br />

menyekat ruangan indoor dan outdoor diganti<br />

dengan pintu lipat aluminium berlapis kayu<br />

cokelat tua.<br />

Udara bisa bebas keluar-masuk ruangan.<br />

Pandangan juga bisa menembus ke hamparan<br />

halaman belakang dengan kolam dan rimbunnya<br />

pohon palem.<br />

Tak adanya sekat antara ruangan outdoor<br />

dan indoor juga bisa kita rasakan saat duduk<br />

atau berbaring di gazebo di sebelah kolam. Di<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

sisi kolam berukuran 4 x 10 meter ini terdapat dua<br />

buah gazebo.<br />

Diana dan keluarga biasa membaca atau sekadar<br />

berbaring di gazebo ini. Menikmati kudapan<br />

bisa juga dilakukan sembari duduk-duduk di kursi,<br />

yang letaknya tak jauh dari pintu lipat dengan<br />

dapur.<br />

“Kita memang tidak mau outdoor dan indoor<br />

terpisah. Kita ingin semua menyatu, aktivitas indoor<br />

bisa dilakukan di luar,” ujarnya.<br />

Lantai atas difokuskan sebagai ruang tidur. Ada<br />

dua kamar anak, satu toilet, dan satu ruang tidur<br />

utama dengan toilet di dalam. Sayang, kami tak<br />

bisa mendapatkan gambaran kamar atas permintaan<br />

Diana.<br />

Dan menjelang akhir kunjungan, kami baru tahu<br />

rumah ini ternyata tidak memiliki ruang tamu.<br />

Ruangan besar berukuran 5 x 4 meter yang sebelumnya<br />

merupakan ruang tamu diubah menjadi<br />

tempat berkumpul bersama.<br />

Anggota keluarga bisa bermain musik, menonton<br />

televisi, atau berselancar di dunia maya di<br />

ruangan ini. Ada seperangkat alat musik, seperti<br />

drum dan gitar, di sini.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


RUMAH<br />

Ia sengaja memusatkan semua aktivitas fun di sini. Ia<br />

ingin anak-anaknya terpantau dan orang tua mengetahui<br />

aktivitas tontonan anaknya. Makanya tak ada televisi di<br />

ruangan lain selain di ruangan ini.<br />

Menurut Norman, ia dan istrinya memilih menghilangkan<br />

ruang tamu karena alasan efektivitas dan efisiensi<br />

ruangan.<br />

Selama ini ruang tamu nyaris tak banyak dimanfaatkan<br />

karena tamu biasa langsung berada di living room. Jikapun<br />

ada, biasanya tamu tak duduk lama.<br />

“Berdasarkan pengalaman, biasanya kita tak banyak<br />

membutuhkan ruang tamu,” kata Norman.<br />

Adapun mengenai pintu masuk utama, Diana dan<br />

Norman sengaja mengalihkannya melalui koridor di sepanjang<br />

sisi teras dan mendesain pintu masuk tak menghadap<br />

jalan.<br />

Jadi, jika Anda adalah orang terdekat atau keluarganya,<br />

bisa langsung masuk ke living room atau ke halaman<br />

belakang dengan melewati lorong koridor beratap terali<br />

bulatan besi panjang.<br />

Meski terlihat terbuka, rumah keluarga Diana tetap<br />

terjamin keamanannya karena siapa pun tak akan bisa<br />

masuk rumah melalui atap sekalipun. n KUSTIAH | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


GAYA HIDUP<br />

KUNGFU<br />

VAGINA,<br />

BERANI<br />

COBA?<br />

FOTO-FOTO: INSTAGRAM/KIMANAMI<br />

ALAT KELAMIN<br />

WANITA BISA DILATIH<br />

MENGANGKAT FURNITUR<br />

HINGGA MENEMBAKKAN<br />

BOLA PINGPONG. EUWW!<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


GAYA HIDUP<br />

ANGKAT beban dengan alat-alat fitness, seperti dumbbell,<br />

barbell, atau piringan besi, tentu sudah biasa.<br />

Bagaimana jika bagian tubuh yang mengangkat<br />

beban adalah vagina?<br />

Olahraga yang tak lazim ini diperkenalkan oleh instruktur<br />

seks kelas dunia Kim Anami lewat akun Instagram-nya. Fotofotonya<br />

membuat siapa saja yang melihatnya tercengang.<br />

Terheran-heran.<br />

Wanita ini berpose sambil mengangkat beban menggunakan<br />

vaginanya. Ia mampu mengangkat aneka buah-buahan, botol,<br />

sampai papan selancar.<br />

Kim juga mengunggah fotonya saat berada di Bali mengangkat<br />

satu sisir pisang berukuran lumayan dengan posisi kayang.<br />

Ngilu? Sama!<br />

Meski terkesan bikin gilu, rutinitas angkat beban yang dilakukan<br />

oleh Kim di berbagai lokasi indah di dunia ini bukan sekadar<br />

iseng atau kurang kerjaan.<br />

Kungfu vagina atau vaginal kungfu merupakan salah satu programnya.<br />

Melalui kampanye bertagar #thingsliftwithmyvagina,<br />

Kim mengedukasi banyak orang dengan cara yang menyenangkan<br />

sekaligus provokatif.<br />

“Ini adalah tantangan sekaligus edukasi yang saya lakukan<br />

sembari berkeliling dunia, mengangkat benda-benda yang berasal<br />

dari berbagai daerah, dengan vagina saya,” tulisnya di akun<br />

Instagram @kimanami.<br />

DETIKHOT<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


GAYA HIDUP<br />

Sama seperti kungfu bela diri, kungfu vagina<br />

dipelajari secara rutin. Wanita asal Kanada ini<br />

mengatakan mengangkat benda menggunakan<br />

vagina tidak jauh berbeda dengan otot<br />

bisep yang sudah terlatih.<br />

Dengan latihan delapan minggu, vagina<br />

dapat dimanfaatkan untuk mengangkat beban<br />

berat, mulai potongan kayu hingga besi berat.<br />

Dilansir Daily Mail, Kim meluncurkan video<br />

yang menampilkan para perempuan beraksi<br />

dengan kekuatan vaginanya. Mengangkat<br />

barbel, menembakkan bola, hingga membuka<br />

tutup botol.<br />

“Bisa mengangkat furnitur dan menembakkan<br />

pingpong menggunakan vagina Anda,”<br />

ujar Kim dalam video di berjudul “10 Alasan<br />

untuk Mengangkat Beban dengan Vagina”.<br />

Meski programnya terdengar aneh, Kim<br />

menjelaskan, pada dasarnya semua vagina<br />

wanita bisa melakukan hal tersebut. Tanpa<br />

latihan, 99,9 persen vagina wanita lemah.<br />

Kim memberi contoh, di Asia Tenggara, ada<br />

pertunjukan yang menampilkan para perempuan<br />

dengan alat kelamin yang kuat.<br />

Latihan ini diklaim menyehatkan karena dapat<br />

melatih otot-otot vagina serta mengembalikan<br />

kekencangan vagina. Vagina yang terlatih<br />

dan kuat dapat mempengaruhi keharmonisan<br />

bersama pasangan.<br />

Kim mengatakan perempuan dapat mengalami<br />

segala jenis orgasme atau mengontrol<br />

ejakulasi pria. “Juga dapat membantu meningkatkan<br />

libido dan membuat seks sepuluh ribu<br />

kali lebih baik,” tuturnya.<br />

TIA AGNES/ DETIKHOT<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


GAYA HIDUP<br />

Dokter kandungan Alyssa Dweck, MD, mendukung<br />

program kungfu vagina yang dilakukan<br />

Kim. Menurut Dweck, melakukan olahraga<br />

kegel dan angkat beban merupakan hal yang<br />

sah-sah saja.<br />

“Pada beberapa wanita, setelah melahirkan,<br />

vagina terasa lemah dan longgar. Latihan kegel<br />

adalah salah satu cara untuk mengencangkan<br />

kembali,” ujarnya seperti dilansir Women’s<br />

Health.<br />

Hanya, Dweck menyarankan, melakukan<br />

angkat beban vagina ini sebaiknya ditemani<br />

instruktur ahli. Perempuan juga bisa memulai<br />

dengan mengangkat beban teringan.<br />

Sebagai seorang instruktur seks populer,<br />

Kim juga sering mengadakan pelatihan dan<br />

membuka kelas khusus bagi pasangan yang<br />

menginginkan seks berkualitas.<br />

Perempuan yang sering singgah di Bali ini<br />

mengajari pasangan untuk menumbuhkan<br />

kembali hubungan intim yang dingin. Hal ini<br />

biasa terjadi pada pasangan yang telah lama<br />

menikah.<br />

Kim dapat mengajari klien lewat Internet<br />

atau lewat kelas-kelas khusus yang digelar di<br />

tempat-tempat, seperti Bali atau Puerto Vallarta,<br />

Meksiko.<br />

Meski harus merogoh kocek Rp 40-60 juta,<br />

para klien yang ditangani Kim mengaku puas.<br />

Kehidupan seks yang mulai menurun berubah<br />

menjadi jauh lebih baik.<br />

“Kami makin sering bercinta. Merasa lebih<br />

saling menyayangi. Mendengarkan pelatihan<br />

Kim seperti membaca 14 buku, 3 manual book<br />

dan seluruh novel Shades of Gray,” ujar seorang<br />

kliennya. Hmmm.... n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


WISATA<br />

KEDAMAIAN DI<br />

MONTREUX<br />

KONON, ADA KASTEL YANG DULUNYA MENJADI TEMPAT<br />

MENGEKSEKUSI ORANG-ORANG YANG DIANGGAP SESAT.<br />

THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


WISATA<br />

PERTEMUAN dengan Montreux,<br />

sebuah kota kecil di Swiss, bisa jadi<br />

sebuah peruntungan luar biasa bagi<br />

siapa saja yang sedang mencari ketenangan.<br />

Meskipun tidak setenar kota-kota lain di<br />

Swiss, Montreux menyimpan pemandangan<br />

alam yang begitu istimewa. Dari lokasinya<br />

saja, kota ini sudah terlihat damai.<br />

Montreux terletak di tepi Danau Jenewa, di<br />

kaki Pegunungan Alpen yang berselimut salju.<br />

Sebuah tempat yang cocok untuk menyepi<br />

sekaligus menyegarkan pikiran.<br />

Banyak cara menuju Montreux. Wisatawan<br />

yang tidak mau repot mengatur itinerary atau<br />

membeli tiket perjalanan, silakan pasrahkan<br />

kepada jasa agen tur. Tentu saja biayanya lebih<br />

besar.<br />

Tenang. Merencanakan perjalanan sendiri<br />

juga sangat gampang. Banyak pesawat dengan<br />

rute menuju kota-kota di Swiss. Sayangnya,<br />

dari Indonesia tidak ada direct flight, sehingga<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


WISATA<br />

WIKIMEDIA<br />

PRANCIS<br />

JENEWA<br />

MONTREUX<br />

SWISS<br />

JERMAN<br />

ITALIA<br />

AUSTRIA<br />

harus transit.<br />

Negara transitnya bisa berbeda-beda, tergantung<br />

maskapai penerbangan yang dipilih.<br />

Kalau punya waktu lebih, sembari transit juga<br />

bisa nyolong waktu jalan-jalan.<br />

Akses menuju Montreux bisa dimulai dari<br />

Jenewa, kota kedua terpadat di Swiss. Seperti<br />

kebanyakan negara Eropa lainnya, Swiss<br />

mempunyai sistem transportasi yang baik.<br />

Di Swiss bagian mana pun, di kota ataupun<br />

daerah pegunungan, pasti ada sarana transportasi.<br />

Dari Bandar Udara Internasional Cointrin,<br />

Jenewa, silakan menumpang jaringan<br />

kereta api SBB-CFF-FFS.<br />

Tiket kereta bisa dibeli satu per satu saat<br />

mau berangkat di stasiun atau bisa membeli<br />

ticket pass. Swiss Pass merupakan tiket yang<br />

menjadi paling favorit di kalangan wisatawan.<br />

Tiket ini turut mengkover jaringan bus dan<br />

trem di kota-kota utama, cable car ke puncak<br />

gunung, serta tiket masuk museum. Perjalanan<br />

dari Jenewa ke Montreux ditempuh selama<br />

hampir 1,5 jam.<br />

Usahakan memilih tempat duduk yang dekat<br />

dengan jendela. Selama perjalanan, mata<br />

akan dihibur pemandangan pegunungan<br />

maupun perbukitan.<br />

Sesampai di Montreux, nikmati pengalaman<br />

baru menjelajahi Chateau de Chillon (Chillon<br />

Castle). Kastel ini merupakan salah satu daya<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


WISATA<br />

INDONESIA.TOURISM<br />

tarik di Montreux de ngan 350 ribu wisatawan<br />

per tahunnya.<br />

Dengan Swiss Pass, pengunjung tidak<br />

perlu mengeluarkan biaya untuk membayar<br />

tiket. Cukup menunjukkan kartu Swiss<br />

Pass kepada petugas dan menitipkan barang<br />

bawaan.<br />

Setelah itu, wisatawan bisa langsung<br />

berkeliling dan menikmati Chillon Castle sepuasnya.<br />

Kastel megah yang dibangun pada<br />

abad ke-12 ini bagaikan kastel dalam cerita di<br />

negeri dongeng.<br />

Dibangun di atas batu karang, bentuk bangunan<br />

kastel tetap dipertahankan seperti<br />

aslinya. Kayu dan batu merupakan material<br />

dominan.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


WISATA<br />

ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />

Peralatan rumah tangga, meja, peti<br />

untuk menyimpan barang, sampai tempat<br />

tidur tertata rapi di dalam ruangan. Selain<br />

itu, ada baju-baju zirah lengkap untuk berperang<br />

para prajurit.<br />

Selain menawarkan bangunan puri yang<br />

indah, kastel kuno ini menyimpan kisah pilu<br />

dan mengerikan. Menurut cerita yang beredar,<br />

kastel ini juga dijadikan sebagai tempat<br />

penjara bawah tanah.<br />

Meski berpilar indah, ruangan penjara terlihat<br />

menyeramkan. Rantai bekas mengikat<br />

para tahanan yang hendak menjalani vonis<br />

mati masih terpasang. Lengkap.<br />

Saat itu, orang-orang yang dianggap sesat,<br />

seperti penyihir, dijatuhi hukuman mati. Caranya<br />

dengan dibakar hidup-hidup atau digantung.<br />

Menyeramkan!<br />

Jejak dari cerita kelam itu dapat dilihat di salah<br />

satu sudut kastel. Terdapat beberapa tiang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


WISATA<br />

yang di bawahnya terdapat sosok<br />

penyihir yang tengah dibakar.<br />

Di salah satu dinding kastel juga<br />

terdapat gambar salib atau guratan<br />

garis tawanan yang menanti hukuman<br />

mati. Meski kebenaran cerita itu<br />

belum bisa dipastikan, aura mistis<br />

tetap terpancar di ruangan ini.<br />

Bila sudah puas dimanjakan oleh<br />

keindahan Kastel Chillon, silakan<br />

menyegarkan mata dengan pemandangan<br />

alam Danau Jenewa<br />

yang juga mengelilingi kastel.<br />

Air danaunya begitu jernih,<br />

sementara deretan Pegunungan<br />

Alpen di seberang danau mempercantik<br />

pemandangan alam yang<br />

ada di pelupuk mata.<br />

Hiruk-pikuk kendaraan pun tidak<br />

akan terdengar. Itulah sebabnya,<br />

berjalan menyusuri danau atau<br />

duduk di tepian merupakan pilihan<br />

yang tepat.<br />

Di tepian danau ini, terdapat patung Freddie<br />

Mercury, sang musikus legendaris yang<br />

berpulang di umur 45 tahun. Patung 3 meter<br />

ini dibuat untuk menghormati pelantun lagu<br />

We Are the Champions itu.<br />

Patung kenangan akan Freddie ini dibuat<br />

oleh seniman bernama Irena Sedlecka dan<br />

diresmikan pada 25 November 1996 oleh ayah<br />

Freddie.<br />

Patung perunggu Freddie mengangkat tangan<br />

ke udara dan tangan kirinya menggenggam<br />

mikrofon. Banyak penggemar Freddie<br />

datang dari jauh untuk mengalungkan bunga<br />

dan berpose di depan patung.<br />

Selain itu, warga Montreux memiliki acara<br />

khusus untuk vokalis band Queen ini. Freddie<br />

Mercury Montreux Memorial Day merupakan<br />

acara untuk mengenang sang maestro.<br />

Acara itu digelar setiap minggu pertama di<br />

bulan September. Pada saat itu, biasanya banyak<br />

wisatawan berkunjung, yang mayoritas<br />

merupakan penggemar berat Freddie. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET APRIL 2015<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

AROMA<br />

BATAVIA<br />

LAMA<br />

FOTO-FOTO : AGUNG PHAMBUDHY/DETIKCOM<br />

KAFE BANGUNAN TUA BEKAS GUDANG REMPAH-<br />

REMPAH INI MENYEDIAKAN HIDANGAN KHAS<br />

BETAWI YANG HAMPIR PUNAH.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

KOTA Tua Jakarta memang<br />

tidak ada matinya. Setiap sudut<br />

kawasan seluas 139 hektare ini<br />

selalu ramai dikunjungi, baik<br />

oleh wisatawan lokal maupun<br />

asing.<br />

Lanskap sejumlah bangunan dengan arsitektur<br />

khas Belanda dari abad ke-17 hingga awal<br />

abad ke-20 membuat siapa pun yang berkunjung<br />

seolah dibawa ke masa lampau.<br />

Siang itu, untuk kesekian kalinya, saya berkunjung<br />

ke kawasan Batavia Lama. Namun kedatangan<br />

saya kali ini bukan untuk hunting foto<br />

atau melipir ke museum-museum bersejarah.<br />

Saya hendak bernostalgia dengan menggali<br />

kenangan lewat hidangan tradisional Indonesia.<br />

Menurut informasi yang saya terima, ada<br />

sebuah kafe yang bisa mewujudkan keinginan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

saya itu.<br />

Kafe itu menempati sebuah bangunan tua<br />

bersejarah di luar alun-alun kompleks Kota Tua.<br />

Dulu, bangunan di Jalan Pintu Besar Utara itu<br />

adalah gudang rempah-rempah.<br />

Tak sulit mencarinya. Di tengah kerumunan<br />

pedagang kaki lima, sebuah papan kayu bertulisan<br />

“Historia Food & Bar” menjadi satu-satunya<br />

petunjuk.<br />

Tidak ada tempat parkir di area Kota Tua<br />

ataupun kafe ini, sehingga yang membawa<br />

kendaraan harus parkir agak jauh. Naik bus<br />

Transjakarta atau kereta rel listrik lebih direkomendasikan.<br />

Memasuki kafe, saya disambut lorong cukup<br />

lebar. Di kiri dan kanan dinding terdapat aneka<br />

rempah dalam toples yang diletakkan secara<br />

apik pada rak-rak gantung.<br />

Sebut saja cengkeh, lada, kayu manis, pala,<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

Sayur Babanci dulu<br />

hanya dinikmati para<br />

mandor dan tuan<br />

tanah.<br />

dan kunyit. Ujung lorong ini diapit oleh dua<br />

area makan. Sebelah kiri khusus untuk area<br />

merokok. Saya tentu memilih duduk di sebelah<br />

kanan.<br />

Di dalam ruangan sebelah kanan ini terdapat<br />

lukisan mural yang begitu menarik perhatian<br />

saya. Torehan artistik pada dinding menjadi<br />

simbol kehadiran roh masa pemerintahan Hindia<br />

Belanda.<br />

Para perempuan, penari, budak, dan kompeni<br />

Hindia-Belanda, yang menjadi penghuni<br />

Batavia, digambarkan secara mengesankan<br />

dalam satu frame lukisan.<br />

Beberapa bagian, seperti dinding bata atau<br />

pintu logam, masih mempertahankan keasliannya.<br />

Perubahan hanya dilakukan pada beberapa<br />

panel.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

Selain itu, pengelola kafe piawai dalam hal<br />

pemilihan lantai dan penataan cahaya, sehingga<br />

membuat Historia Food & Bar jauh dari kesan<br />

angker.<br />

Beberapa barang jadul, seperti layar monitor,<br />

mesin kasir, dan produk Belanda yang dulu pernah<br />

beredar di Indonesia, dijadikan pajangan.<br />

Menurut saya, suasana di kafe ini terasa begitu<br />

nyaman. Jarak yang cukup lebar antarmeja<br />

membuat saya lebih leluasa bergerak ataupun<br />

duduk di kursi ala vintage ini.<br />

Dari daftar menu yang diberikan, saya tahu<br />

Historia Food & Bar lebih didominasi makanan<br />

tradisional Indonesia. Uniknya, hidangan ikonik<br />

khas Betawi langka, seperti Nasi Sayur Babanci,<br />

tersedia di sini.<br />

Tanpa pikir panjang, saya segera mengorder<br />

hidangan seharga Rp 45 ribu itu. Sedangkan<br />

teman saya memesan Nasi Bakar Kebun Belakang<br />

(Rp 40 ribu).<br />

Sambil menunggu pesanan tiba, saya juga<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

memesan Jalangkote (Rp 35 ribu). Nama hidangan<br />

pembuka ini memang terdengar asing<br />

di telinga saya.<br />

Namun, begitu melihat penampilan dua potong<br />

Jalangkote, saya langsung teringat pada<br />

pastel. Hidangan asal Makassar ini memiliki<br />

bentuk yang serupa dengan pastel.<br />

Bedanya, bahan kulit Jalangkote lebih tipis.<br />

Isinya potongan kentang, wortel, taoge, dan<br />

daging sapi cincang. Satu gigitan cukup membangkitkan<br />

selera. Apalagi dicocol ke saus<br />

asam-manis-pedas.<br />

Tak lama setelah saya menghabiskan Jalangkote,<br />

satu per satu hidangan pun tersedia di<br />

atas meja. Sayur babanci dihidangkan bersama<br />

satu piring nasi lengkap dengan sambal, acar,<br />

dan kecap manis.<br />

Sekilas sayur ini mirip gulai, kari, dan soto.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


KULINER<br />

Konon, nama babanci terlahir dari jenis sayur<br />

yang kurang jelas. Dibuat para peranakan<br />

Betawi-Tionghoa dan dinikmati golongan<br />

mandor dan tuan tanah.<br />

Sekarang sayur babanci begitu<br />

langka karena bahan rempah-rempah<br />

yang digunakan sulit didapatkan. Isinya<br />

daging sengkleng, kikil, daging kelapa<br />

muda, petai, bawang goreng, dan serundeng.<br />

Saat saya mencicipinya, aroma rempah-rempah<br />

terasa begitu kuat. Kuahnya tidak sekental<br />

gulai ataupun kari. Rasa gurih, asin, dan asam<br />

membuat saya ketagihan. Satu porsi rasanya<br />

tak cukup.<br />

Nasi Bakar Kebun Belakang milik teman<br />

saya disajikan bersama sepasang tempe-tahu<br />

bacem dan goreng. Begitu nasi dikeluarkan<br />

dari daun pisang, aroma khas menyeruak. Bikin<br />

saya penasaran.<br />

Di dalam nasi kecokelatan ini terdapat campuran<br />

oncom dan leunca. Sayang, saat saya<br />

mencicipi, rasanya cenderung agak hambar.<br />

Saat ditambahi sesendok sambal, rasanya agak<br />

lumayan.<br />

Untuk melegakan dahaga, saya memesan Es<br />

Jenggala. Minuman bening berisi leci, apel, dan<br />

potongan lemon ini dihargai Rp 32.500.<br />

Teman saya memesan Merah Merona (Rp 38<br />

ribu), smoothies campuran buah naga, pisang,<br />

dan susu. Saya juga memesan dua hidangan<br />

penutup, Es Kacang Merah dan Crackers Tape<br />

(Rp 27 ribu).<br />

Tidak ada yang terlalu istimewa pada Es<br />

Kacang Merah. Sedangkan Crackers Tape<br />

merupakan adonan biskuit renyah yang diisi<br />

dengan tape lalu digoreng.<br />

Bagian luarnya ditaburi gula halus dan dilumuri<br />

saus cokelat. Hmmm, rasanya belum<br />

pernah saya mencicipi modifikasi hidangan<br />

tape seenak ini. Yum! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

KETETER<br />

MOTOR<br />

HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />

THAILAND<br />

MESKI INDONESIA MENANG<br />

JUMLAH PRODUKSI SEPEDA MOTOR,<br />

EKSPORNYA KALAH TELAK DARI<br />

THAILAND.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Menteri Perindustrian Saleh<br />

Husin saat mengendarai<br />

Suzuki Address yang akan<br />

diekspor.<br />

ZABUR KARURU/ANTARA FOTO<br />

MENTERI Perindustrian Saleh<br />

Husin dan Menteri Perdagangan<br />

Rachmat Gobel bersama-sama<br />

mencoba sepeda motor matik<br />

biru muda di kawasan Tambun beberapa pekan<br />

silam. Wajah mereka semringah di tengah-tengah<br />

lokasi pabrik di kawasan Bekasi, Jawa<br />

Barat, itu.<br />

Sepeda motor yang mereka coba itu, Suzuki<br />

Address, memang memberi sedikit kebanggaan<br />

kepada dua menteri ini. Pasalnya sederhana:<br />

PT Suzuki Indomobil Motor memulai ekspor<br />

sepeda motor dari Indonesia, dan program ini<br />

dimulai dengan mengirim sepeda motor matik<br />

ini ke sejumlah negara, dari Jepang, ASEAN,<br />

sampai Eropa.<br />

Target Suzuki pada tahun ini bisa mengirim<br />

150 ribu unit sepeda motor ke luar negeri. “Pasar<br />

di Eropa, Jepang, dan negara-negara lainnya<br />

masih terbuka untuk produk Indonesia,” ujar<br />

Manajer Umum Pemasaran Roda Dua Suzuki<br />

Indomobil Sales Yonan Yahya. “Targetnya, produk<br />

ekspor bisa tumbuh 20 ribu sampai 30 ribu<br />

setiap tahun.”<br />

Rencana pabrikan asal pabrik Jepang itu<br />

membuat kedua menteri semringah karena berarti<br />

peningkatan industri sekaligus menambah<br />

devisa dari ekspor. Pemerintah memang ingin<br />

produsen sepeda motor menjadikan negeri ini<br />

sebagai basis ekspor. “Jadi tidak hanya untuk<br />

memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang<br />

sudah tinggi,” kata Pelaksana Tugas Direktur<br />

Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi<br />

Tinggi Panggah Susanto.<br />

Kondisi ekspor sepeda motor Indonesia me-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

mang sangat memprihatinkan, apalagi jika dibandingkan<br />

dengan Thailand. Dengan produksi<br />

dan konsumsi dalam negeri sekitar 7,8 juta unit,<br />

Indonesia memang raksasa sepeda motor di<br />

ASEAN. Di Thailand, pasar sepeda motor dalam<br />

negeri hanya sekitar 2 juta unit. Meski pasar Indonesia<br />

begitu besar, pabrikan asing lebih suka<br />

menjadikan Thailand sebagai basis ekspor.<br />

Dengan pasar sebesar itu, Indonesia hanya<br />

mengekspor sekitar 41 ribu sepeda motor tahun<br />

lalu. Sedangkan Thailand, jumlah sepeda<br />

motor yang dikirim ke luar negeri—termasuk<br />

ke Indonesia—lebih dari 900 ribu. “Jadi masih<br />

Jika masing-masing pemegang merek bisa<br />

mencapai dua syarat itu, kita bisa menjadi<br />

basis ekspor.<br />

besar Thailand dibanding kita,” ujar Ketua Bidang<br />

Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor<br />

Indonesia Sigit Kumala.<br />

Seperti industri mobil, pemerintah Thailand<br />

memang berhasil memikat dunia untuk membuat<br />

sepeda motor di sana. Bukan cuma merek-merek<br />

Jepang, seperti Honda atau Yamaha,<br />

yang memiliki pabrik di sana. Sepeda motor<br />

Jerman, BMW, pun punya pabrik di sana. Begitu<br />

pula dengan sepeda motor Italia kesayangan<br />

para tukang ngebut, Ducati, sejak tahun lalu<br />

juga memproduksi kendaraan di Thailand.<br />

Sigit memiliki sejumlah teori mengapa pabrikan<br />

Jepang dan Eropa senang membuat sepeda<br />

motor di Thailand dan menjadikan negara itu<br />

sebagai basis ekspor. Salah satunya karena negara<br />

itu sudah menerapkan standar emisi Euro<br />

3 sejak 2011, yang diminta pasar Eropa. Adapun<br />

Indonesia baru akan menerapkan standar Euro<br />

3 mulai pertengahan tahun ini.<br />

Yang kedua, produksi Indonesia belum mencapai<br />

10 juta unit per tahun. Sigit mengatakan,<br />

10 juta unit adalah skala ekonomi yang ideal<br />

untuk ekspor. “Jika masing-masing pemegang<br />

merek bisa mencapai dua syarat itu, kita bisa<br />

menjadi basis ekspor,” kata Sigit yang juga Chief<br />

Executive PT Astra International Tbk-Honda<br />

Sales Operation.<br />

Meski masih kalah jauh dari jumlah ekspor<br />

Thailand, ada sedikit kabar bagus, yakni jumlah<br />

ekspor Indonesia terus meningkat dari tahun<br />

lalu, yang hanya 41 ribu. Selain Suzuki, yang sudah<br />

menyatakan akan mengirim Address, Ha-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Sepeda motor di gudang<br />

salah satu distributor besar<br />

Jakarta, PT Wahana Makmur<br />

Sejati, Tangerang.<br />

LUCKY R./ANTARA FOTO<br />

yate, Satria FU150, dan semacamnya, Yamaha<br />

akan menjadikan Indonesia sebagai basis ekspor<br />

untuk sepeda motor sport 250 cc, Yamaha<br />

R25. Seri lain yang akan diekspor adalah sepeda<br />

motor matik bermesin 150 cc, NMax.<br />

Wakil Presiden Direktur Eksekutif PT Yamaha<br />

Indonesia Motor Manufacturing Indonesia Dyonisius<br />

Beti belum bisa memastikan jumlah dua seri<br />

sepeda motor yang akan diekspor itu. Yang jelas,<br />

sepeda motor itu diproduksi dengan memanfaatkan<br />

sisa kapasitas pabrik yang belum terpakai.<br />

Saat ini Yamaha memiliki pabrik dengan kapasitas<br />

3 juta unit per tahun, tapi baru terpakai<br />

2,5 juta unit. Kapasitas ini masih cukup untuk<br />

memproduksi varian sepeda motor untuk ekspor,<br />

yang targetnya 100 ribu unit setahun.<br />

Selain R25 dan NMax, Yamaha mengekspor<br />

beberapa varian lain, seperti Jupiter, Jupiter MX,<br />

Mio, Mio Soul, dan V-Ixion, ke Asia. Menurut<br />

Dyonisius, jumlah produk ekspor Yamaha dari<br />

Indonesia itu lebih banyak dibandingkan ekspor<br />

Yamaha dari Thailand. ‘’Perbandingannya 2<br />

: 1, kita ekspor 2 unit, Thailand ekspor 1 unit,”<br />

tutur Dyonisius. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

KANDUNGAN LOKALNYA<br />

KURANG LOKAL<br />

KURANGNYA INDUSTRI DASAR, SEPERTI BAJA, UNTUK<br />

OTOMOTIF MEMBUAT INDONESIA KURANG KOMPETITIF.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Presiden Direktur Maspion<br />

Alim Markus diapit bos<br />

Bank ICBC Indonesia Shen<br />

Xiaoqi dan pemimpin Grup<br />

Mayapada, Datok Sri Tahir.<br />

AUDY ALWI/ANTARA FOTO<br />

SITUS Internet resmi milik Suzuki<br />

wilayah Inggris pekan ini memajang<br />

salah satu pengumuman soal harga.<br />

Mereka mengumumkan harga dua<br />

tipe sepeda motor terbaru, yakni Inazuma<br />

250F dan Address 110. Disebutkan bahwa Address<br />

bisa ditebus dengan harga 1.799 pound<br />

sterling (sekitar Rp 35 juta).<br />

Situs itu memang tidak menyebutkan dari<br />

mana Address itu berasal. Tapi ini agaknya<br />

buatan Indonesia. Suzuki—dan merek lain<br />

seperti Yamaha—agaknya memandang Indonesia<br />

sudah cukup kompetitif sehingga mulai<br />

menggenjot ekspor dari Indonesia.<br />

Manajer Umum Pemasaran Sepeda Motor<br />

PT Suzuki Indomobil Sales Yonan Yahya mengatakan<br />

salah satu keunggulan Indonesia<br />

adalah kemampuan teknologi yang bisa menghasilkan<br />

produk berkualitas serta jumlah dan<br />

kemampuan tenaga kerja yang memadai.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

CHAIWAT SUBPRASOM/REUTERS<br />

Kita bisa menembus pasar<br />

negara-negara itu karena<br />

biaya produksi di Indonesia<br />

kompetitif.<br />

Suzuki Address tahun ini diproduksi sebanyak<br />

30 ribu unit dan dikirim ke 24 negara,<br />

yang tersebar di Eropa, Jepang, Australia, dan<br />

Selandia Baru. “Kita bisa menembus pasar<br />

negara-negara itu karena biaya produksi di<br />

Indonesia kompetitif, selain karena teknologi<br />

dan jaringan pemasaran,” kata Yonan.<br />

Biaya yang kompetitif ini juga diungkap Dyonisius<br />

Beti, Wakil Presiden Direktur Eksekutif<br />

PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.<br />

Faktor biaya produksi yang kompetitif mendorong<br />

Yamaha membuat produk sepeda motor<br />

sport R25 dan sepeda motor matik NMax di<br />

Indonesia.<br />

Selain karena kapasitas pabrik yang masih<br />

mencukupi untuk membuat kedua produk<br />

tersebut, faktor lainnya adalah komponen<br />

produksinya tersedia di Indonesia. “Ekspor<br />

dari Indonesia diarahkan untuk pasar Asia dan<br />

global,” kata Dyonisius.<br />

Menurut Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial<br />

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia,<br />

biaya yang kompetitif memang menjadi faktor<br />

yang mendorong produsen menjadikan In-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Pabrik perakitan sepeda<br />

motor di Indonesia.<br />

DETIKOTO<br />

donesia sebagai basis produksi untuk tujuan<br />

ekspor. Dia berharap secara bertahap produk<br />

sepeda motor akan lebih banyak diekspor dari<br />

Indonesia.<br />

Sedangkan pemerintah menjamin biaya<br />

produksi akan semakin kompetitif dengan<br />

membuka keran investasi bagi industri komponen<br />

dan bahan baku komponen otomotif<br />

di Indonesia. Selain itu, pemerintah menjamin<br />

keamanan investasi, salah satunya berkaitan<br />

dengan tuntutan upah pekerja.<br />

Menurut Direktur Industri Alat Transportasi<br />

Darat Kementerian Perindustrian, Soerjono,<br />

tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang<br />

juga menentukan biaya produksi semakin<br />

kompetitif atau tidak. Karena itu, pemerintah<br />

akan menjaga supaya tidak ada tuntutan yang<br />

berlebihan. “Sekarang ini kita masih kompetitif<br />

asalkan jangan ada demo-demo kenaikan<br />

gaji sambil ngancam-ngancam dan destruktif,”<br />

katanya.<br />

Faktor lain, menurut Yonan, adalah tinggi-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Menteri Perdagangan<br />

Rachmat Gobel dan Menteri<br />

Perindustrian Saleh Husin<br />

ZABUR KARURU/ANTARA FOTO<br />

nya kandungan lokal. “Sebenarnya, kalau kita<br />

bicara sepeda motor, itu 90 persen local content.<br />

Jadi sebetulnya kita sudah dapat harga<br />

murah,” tutur Yonan.<br />

Yang jadi masalah, bahan baku yang 90<br />

persen lokal itu tidak sepenuhnya “lokal”.<br />

Suku cadang itu memang dibuat di Indonesia,<br />

tapi bahan bakunya sebagian besar masih<br />

impor. “Hanya sekitar 10 persen bahan baku<br />

komponen berasal dari lokal,” kata Soerjono.<br />

Sisanya diekspor dari Tiongkok sampai Ukraina.<br />

Nah, baja khusus untuk otomotif buatan<br />

lokal, misalnya, baru ada dua tahun lagi,<br />

yakni saat pabrik baja untuk otomotif, hasil<br />

perusahaan patungan PT Krakatau Steel Tbk,<br />

Nippon Steel, dan Sumitomo Metal Corporation,<br />

mulai berproduksi. “Kami berharap sekali<br />

produksi Krakatau Nippon itu bisa direalisasi,”<br />

ujarnya.<br />

Jika bahan baku sudah datang dari lokal sendiri,<br />

bukan tidak mungkin Indonesia mampu<br />

menggeser Thailand sebagai negara eksportir<br />

sepeda motor terbesar di ASEAN. “Makanya,<br />

saya berkali-kali minta supaya industri material,<br />

industri hulu, untuk sektor otomotif digalakkan,<br />

terutama impor kita kan banyak dari<br />

baja,” kata Soerjono. ■ HANS HENRICUS BS ARON<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

JANJI<br />

OSAMU<br />

MASUKO<br />

BIKIN PABRIK BARU,<br />

MITSUBISHI BERJANJI,<br />

30 PERSEN PRODUK<br />

UNTUK EKSPOR.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Penandatanganan prasasti<br />

pembuatan pabrik baru<br />

Mitsubishi<br />

ANDIKA WAHYU/ANTARA FOTO<br />

SEREMONI peletakan batu pertama<br />

pembuatan pabrik mobil Mitsubishi<br />

di kawasan Cikarang, Bekasi, Jawa<br />

Barat, itu berlangsung formal. Para<br />

pejabat menyekop tanah dan menyiramkan<br />

kembali ke tanah. Prasasti pembangunan kemudian<br />

ditandatangani. Upacara lazim semacam<br />

itu.<br />

Tapi, saat berpidato, Menteri Perindustrian<br />

Saleh Husein tidak berbasa-basi lagi: ia menagih<br />

janji yang diucapkan bos Mitsubishi Motor<br />

Corporation, Osamu Masuko, saat bertemu<br />

beberapa waktu sebelumnya. Saat itu Masuko<br />

menjanjikan sekitar 30 persen produksi pabrik<br />

di Cikarang bakal untuk ekspor. “Saya pegang<br />

janji Bapak dari Mitsubishi,” ucap Saleh.<br />

Tak aneh jika Pak Menteri mengungkit-ungkit<br />

janji Masuko karena Indonesia memang<br />

sudah sangat gatal untuk menggenjot ekspor<br />

otomotif, baik sepeda motor maupun mobil.<br />

Keberhasilan Thailand dalam ekspor sepeda<br />

motor dan mobil bisa dibilang membuat “pa-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Petugas di Jakarta<br />

memeriksa deretan mobil<br />

yang diimpor dari Thailand.<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />

nas” Indonesia. Ekspor sepeda motor Thailand<br />

lebih dari 900 ribu unit, sedangkan Indonesia<br />

cuma 41 ribu unit tahun lalu. Begitu pula mobil,<br />

ekspor Indonesia tak lebih dari 200 ribu, sedangkan<br />

Thailand lebih dari 1,2 juta unit.<br />

Apalagi, di saat upaya menggenjot ekspor digalang,<br />

tiba-tiba saja pabrikan Amerika Serikat,<br />

General Motors, malah menutup pabrik dan<br />

memindahkan isinya ke India.<br />

Salah satu hambatan industri otomotif adalah<br />

banyaknya bahan baku yang diimpor. Direktur<br />

Industri Alat Transportasi Darat Kementerian<br />

Perindustrian, Soerjono, mencontohkan suku<br />

cadang. Meski kandungan lokal sepeda motor<br />

sudah 90 persen buatan dalam negeri, masih<br />

ada masalah. Dalam suku cadang yang 90 persen<br />

itu, bahan bakunya banyak diimpor.<br />

“Makanya saya berkali-kali minta supaya<br />

industri material, industri hulu, betul-betul<br />

digalakkan,” katanya. Salah satu yang mesti diimpor<br />

adalah bahan baku yang menggunakan<br />

baja. Baja untuk otomotif ini masih banyak diimpor.<br />

Sementara itu, Osamu Masuko membenarkan<br />

pihaknya memang berencana mengekspor<br />

25-30 persen produksi pabrik baru mereka.<br />

“Pada 2017, kami mulai beroperasi, setahun<br />

kemudian kami mengekspor ke negara-negara<br />

ASEAN, paling sedikit 40-50 ribu unit per tahun,”<br />

ucapnya.<br />

Pabrik mobil baru itu akan digunakan untuk<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

Salah satu pabrik mobil di<br />

Indonesia<br />

ZABUR KARURU/ANTARA FOTO<br />

merakit mobil pesaing Toyota Avanza—Mitsubishi<br />

belum menyebutkan nama dan perincian<br />

lain. Selain itu, tipe terbaru Pajero dan L-300<br />

juga akan diproduksi di sini. “Jenis yang akan<br />

diekspor hanya MPV kecil dengan 7 tempat<br />

duduk,” katanya.<br />

MPV kecil ala Avanza adalah mobil paling laris<br />

di Indonesia. Sebelum Mitsubishi, pabrik-pabrik<br />

Jepang, mulai Toyota sampai Suzuki, merakit<br />

jenis ini di sekitar Jakarta untuk memenuhi kebutuhan<br />

dalam negeri dan sisanya untuk ekspor.<br />

General Motors pun memproduksi mobil<br />

jenis ini, Chevrolet Spin, di Bekasi untuk pasar<br />

lokal dan ekspor, sebelum memindahkannya<br />

ke India.<br />

Meski hampir sepertiga produk untuk ekspor,<br />

tetap saja pabrik Mitsubishi ini masih kalah<br />

dari Thailand. Masuko mengatakan pabrik<br />

kedua Mitsubishi di Indonesia ini adalah pabrik<br />

Mitsubishi terbesar ketiga di dunia, setelah<br />

Jepang dan Thailand.<br />

Kapasitas produksinya, 160 ribu dan bisa ditingkatkan<br />

menjadi 240 ribu per tahun, masih<br />

jauh lebih kecil dari Thailand, yang mampu<br />

memproduksi 450 ribu unit dalam setahun.<br />

“Kami memiliki 30 pabrik motor Mitsubishi,<br />

tapi pabrik di Jepang, Thailand, termasuk Indonesia,<br />

Tiongkok, Rusia, dan Brasil adalah yang<br />

terpenting bagi Mitsubishi,” ucapnya. n<br />

BUDI ALIMUDDIN, HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI EKSPOR<br />

SEPEDA MOTOR<br />

THAILAND<br />

TERLALU<br />

JAUH<br />

Thailand<br />

2,2 juta<br />

unit<br />

PRODUKSI<br />

Indonesia<br />

7,78 juta<br />

unit<br />

BUKAN hal yang<br />

gampang mengejar kemampuan<br />

ekspor sepeda<br />

motor Thailand. Angka<br />

ekspor sepeda motor<br />

negara itu lebih dari 900<br />

ribu per tahun, sedangkan<br />

Indonesia cuma 27<br />

ribu. Padahal produksi<br />

sepeda motor Indonesia<br />

jauh lebih besar, hampir<br />

7,8 juta. Hanya, nyaris<br />

seluruhnya sekadar untuk<br />

memenuhi kebutuhan<br />

lokal.<br />

Thailand<br />

925 ribu<br />

unit<br />

EKSPOR<br />

KONSUMSI DALAM NEGERI<br />

Thailand<br />

2 juta<br />

unit<br />

Indonesia<br />

7,7 juta<br />

unit<br />

Indonesia<br />

27 ribu<br />

unit<br />

DATA 2013<br />

NASKAH: NUR KHOIRI<br />

SUMBER: FEDERATION OF ASIAN MOTORCYLE INDUSTRIES/THE BOARD OF<br />

INVESTMENT OF THAILAND<br />

MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI<br />

DARI BATU BARA<br />

KE PENUMPANG<br />

PROYEK KERETA TRANS-KALIMANTAN VERSI MENTERI<br />

JONAN BAKAL BERSINGGUNGAN DENGAN JALUR<br />

KERETA BATU BARA DARI RUSIA.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI<br />

Bengkel perusahaan kereta<br />

api Rusia, JSC Russian<br />

Railways, di Demikhovo,<br />

Rusia<br />

ANDREY RUDAKOV/BLOOMBERG VIA<br />

GETTY IMAGES<br />

PERUSAHAAN kereta api pemerintah<br />

Rusia, JSC Russian Railways,<br />

memang perusahaan raksasa. Jumlah<br />

pegawainya saja lebih dari 900<br />

ribu. Panjang relnya sekitar 86 ribu atau kirakira<br />

jarak Jakarta-Surabaya dikalikan 100. Laba<br />

bersih per tahun di kisaran ratusan miliar rubel<br />

(puluhan triliun rupiah).<br />

Pada 7-9 April mendatang, satu tim Kementerian<br />

Perhubungan akan berangkat ke Moskow<br />

dan di ibu kota Rusia itu mereka akan<br />

membahas rencana Rusia membangun rel di<br />

Kalimantan Timur. “Salah satu yang dibicarakan<br />

tentang investasi di Kalimantan Timur itu,”<br />

ujar Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta<br />

Api Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi<br />

Wiryawan.<br />

Dua pekan lalu Menteri Perhubungan Ignasius<br />

Jonan membeberkan, pemerintah akan<br />

membangun rel Trans-Kalimantan mulai 2017<br />

dan diharapkan selesai dua tahun kemudian<br />

dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI<br />

Menteri Perhubungan<br />

Ignasius Jonan<br />

YUSUF NUGROHO/ANTARA FOTO<br />

Belanja Negara. Rel itu akan terentang dari<br />

Pontianak di Kalimantan Barat hingga Samarinda<br />

di Kalimantan Timur sepanjang sekitar<br />

2.000 kilometer.<br />

Saat proyek ini mulai diumumkan, masyarakat<br />

seperti diingatkan kembali akan proyek<br />

kereta api lain di Kalimantan. Proyek itu adalah<br />

jalur kereta api sepanjang 203 kilometer, yang<br />

menghubungkan dua kota di Kalimantan Timur,<br />

Kutai Barat dengan Balikpapan, yang dibiayai<br />

oleh perusahaan kereta api Rusia itu.<br />

Izin awal proyek dari Rusia senilai Rp 24<br />

triliun ini untuk kereta khusus batu bara. Izin<br />

kereta api sempat tersendat karena kemudian<br />

pemerintah Kalimantan Timur ingin kereta api<br />

itu tidak hanya membawa batu bara, tapi juga<br />

mengangkut komoditas lain serta penumpang.<br />

Di era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono,<br />

Gubernur Kalimantan Timur Awang<br />

Faroek Ishak sempat membawa masalah ini ke<br />

Menteri Koordinator Perekonomian saat itu,<br />

Chairul Tanjung, dan Menteri Perhubungan<br />

E.E. Mangindaan. Hasilnya, pemerintah saat itu<br />

memutuskan izin tetap kereta api khusus batu<br />

bara, sesuai dengan proses studi kelayakan<br />

Rencananya, dalam kurun waktu 2 atau 3<br />

tahun setelah kegiatan operasional sudah berjalan,<br />

pemerintah akan mengevaluasi peluang<br />

untuk mendapat izin menjadi angkutan kereta<br />

api umum. “Sebab, kalau diubah, dia harus<br />

mengikuti legalitas yang berkaitan dengan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI<br />

Hutan Kalimantan di<br />

sekitar Pontianak,<br />

Kalimantan Barat<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

kereta api publik dan itu harus mulai dari nol<br />

lagi serta makan waktu sekitar 5 tahun,” kata<br />

Hanggoro.<br />

Selanjutnya, JSC Railways melalui anak usahanya,<br />

yaitu PT Kereta Api Borneo, mendapat<br />

izin konsesi tambang batu bara di Kutai Barat.<br />

Izin ini merupakan syarat dari Kementerian<br />

Perhubungan kepada perusahaan yang akan<br />

bergerak di angkutan kereta api khusus.<br />

Selain itu, Kereta Api Borneo menjalin kerja<br />

sama dengan beberapa perusahaan tambang<br />

yang berada di sepanjang rute rel untuk memasok<br />

batu bara. “Untuk tambang, kita punya<br />

konsesi dan kemudian ada afiliasi dengan perusahaan<br />

tambang yang ada di sepanjang rute<br />

itu,” kata Head of Regional Corporate Affair<br />

Kereta Api Borneo, Yadi Sabianoor.<br />

Saat ini, proyek itu memulai proses pembebasan<br />

tanah, melakukan analisis mengenai<br />

dampak lingkungan, dan menyusun desain<br />

teknik. Rangkaian proses ini diharapkan selesai<br />

dalam 2 tahun. Setelah itu, pada 2017 dimulai<br />

pembangunan fisik dan pada 2019 diharapkan<br />

kegiatan operasional kereta api mulai berjalan.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI<br />

Tambang batu bara milik<br />

PT Mutiara Etam Coal di<br />

Kalimantan Timur<br />

MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />

Rel kereta ini akan bersinggungan dengan<br />

proyek kereta Trans-Kalimantan, yang sudah<br />

diumumkan Jonan, saat melewati wilayah Balikpapan.<br />

Menurut Yadi, karena lokasi rel sudah<br />

masuk lebih dulu dalam rencana tata ruang<br />

dan wilayah Pemerintah Provinsi Kalimantan<br />

Timur, pemerintahlah yang akan memakai rel<br />

milik JSC Russian Railways.<br />

Tapi pemerintah belum bisa memastikan mengenai<br />

kemungkinan terjadinya persinggungan<br />

rel tersebut. Alasannya, pemerintah belum<br />

memiliki desain yang mendetail untuk proyek<br />

Trans-Kalimantan. “Nanti akan kami integrasikan,”<br />

kata Hanggoro.<br />

Sedangkan pembangunan pelabuhan dan<br />

pembangkit listrik akan berjalan beriringan<br />

meski belum dipastikan berapa kapasitas pembangkit<br />

listriknya. Lokasi pelabuhan pun masih<br />

dipilih, Balikpapan atau Penajam Passer Utara.<br />

n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


EKONOMI<br />

ADA RUSIA DI<br />

TANAH BORNEO<br />

KALIMANTAN bakal mendapat dua proyek kereta api<br />

sekaligus. Satu, didanai perusahaan pemerintah Rusia,<br />

akan membuat jaringan kereta api untuk batu bara. Sedangkan<br />

satunya lagi, digagas pemerintah pusat, akan<br />

menciptakan kereta api yang merentang dari Kalimantan<br />

Barat sampai Kalimantan Timur. Dua proyek raksasa ini ditargetkan beroperasi<br />

pada 2019.<br />

Entikong<br />

Tarakan<br />

Kutai Barat<br />

Sanggau<br />

Palangkaraya<br />

Balikpapan<br />

Samarinda<br />

Pontianak<br />

Banjarmasin<br />

KUTAI BARAT-BALIKPAPAN<br />

Panjang: 203 kilometer<br />

Tipe: Kereta api khusus mengangkut batu bara. Dalam dua-tiga tahun akan<br />

ditinjau ulang, apakah juga akan mengangkut komoditas lain atau penumpang.<br />

Investor: PT Kereta Api Borneo (anak usaha perusahaan kereta api Rusia, JSC<br />

Russian Railways)<br />

Nilai: Rp 24 triliun<br />

Rute: Kutai Barat-Balikpapan<br />

TRANS-KALIMANTAN<br />

Kereta api yang digagas Menteri Perhubungan Ignasius Jonan ini bakal menyambung kota perbatasan Entikong di Kalimantan<br />

Barat hingga ke Kalimantan Timur dengan melewati ibu-ibu kota provinsi.<br />

Panjang: 2.000 kilometer<br />

Tipe: Kereta api umum, mengangkut barang maupun penumpang<br />

Investor: Pemerintah Indonesia<br />

Nilai: Rp 234 triliun (termasuk untuk proyek kereta di Sumatera, Sulawesi, dan Papua)<br />

Rute: Entikong-Pontianak-Sanggau-Banjarmasin-Balikpapan-Samarinda-Tarakan (Simpangan: Banjarmasin-Palangkaraya)<br />

NASKAH: NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BISNIS<br />

REZEKI DARI<br />

GAYA RAMBUT<br />

DAVID<br />

BECKHAM<br />

TAWARAN WARALABA PANGKAS<br />

RAMBUT BERTEBARAN. OMZET<br />

MENCAPAI BELASAN JUTA<br />

RUPIAH PER BULAN.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BISNIS<br />

Suasana Bujang<br />

Barbershop<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

SEJUMLAH poster pemain sepak<br />

bola kelas dunia, mulai bintang kulit<br />

putih mulus seperti David Beckham<br />

sampai hitam legam Mario Balotelli,<br />

menempel di setiap penjuru dinding.<br />

Sejumlah poster pesohor lain juga dipajang.<br />

Semua memamerkan gaya rambut berbeda.<br />

Beckham bergaya Mohawk, Balotelli dengan<br />

jambul di atas kepalanya, dan Ronaldo model<br />

rapi klimis.<br />

Poster itu menjadi hiasan sekaligus “panduan”<br />

bagi pelanggan kedai pangkas rambut<br />

bernama Bujang Barbershop di Perumahan<br />

Harapan Jaya, pinggiran Jakarta. Kios sewaan<br />

yang dipakai tempat itu tidak terlalu besar,<br />

hanya sekitar 20 meter persegi. Pemiliknya,<br />

Angga Kresna, mengeluarkan Rp 30 juta untuk<br />

investasi. Pendapatan kotornya dari sini?<br />

“Rata-rata Rp 6 jutaan sebulan,” katanya.<br />

Laba lumayan dengan modal cuma puluhan<br />

juta rupiah dari bisnis potong rambut pria ini<br />

tak cuma memikat Angga, tapi juga sejumlah<br />

wirausahawan lain. Bahkan banyak yang<br />

sudah mewaralabakan bisnis potong rambut<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BISNIS<br />

Dua kapster Bujang<br />

Barbershop di depan poster<br />

selebritas dengan gaya<br />

rambut berbeda-beda.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

sehingga memiliki puluhan cabang.<br />

Salah satu merek, Lanang Barbershop, bahkan<br />

sudah memiliki 70 cabang di Jakarta dan<br />

pelosok pinggirannya, mulai Tangerang, Bekasi,<br />

sampai Bogor, bahkan Bandung. Malah<br />

ada salah satu gerai yang berada di kawasan<br />

super-elite pusat bisnis SCBD. Dari jumlah itu,<br />

sebagian besar adalah waralaba. “(Hanya) 15<br />

di antaranya milik kami sendiri,” ucap Jakub<br />

Nurtjahjono, yang mendirikan bisnis ini pada<br />

2006.<br />

Ada pula barbershop yang bisa dibilang<br />

“anak usaha” perusahaan teknik. Perusahaan<br />

itu, PT Ekarya Engineering, berbisnis jual-beli<br />

peralatan kapal dengan kantor di kawasan<br />

Tanjung Priok. Si pemilik perusahaan, Erfandi,<br />

yang berdarah Madura, pada 2007 mendirikan<br />

bisnis pangkas rambut.<br />

Saat ini Ekarya Barbershop sudah memiliki<br />

11 gerai yang tersebar di Bekasi dan sekitarnya,<br />

seperti Grand Wisata, Tambun, dan Cikarang.<br />

“Rata-rata omzet Rp 10-15 juta per bulan,”<br />

ucap Erfandi.<br />

Tapi tak cuma dari Jakarta dan sekitarnya<br />

yang menawarkan waralaba. Dari Yogyakarta,<br />

ada Unick Barbershop, yang berdiri pada 2011<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BISNIS<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

dengan lima gerai. Di dekatnya, Semarang,<br />

ada Raja Cukur. Malah barbershop asli Semarang<br />

ini sudah memiliki 41 gerai—dengan 39<br />

di antaranya menggunakan sistem waralaba—yang<br />

tersebar dari Aceh sampai Surabaya<br />

meski usianya baru lima tahun. “Sampai-sampai<br />

saya kewalahan, tiap hari ada saja yang<br />

mengajak bergabung,” ucap Hadi Wibowo,<br />

pendiri Raja Cukur.<br />

Hadi mengatakan awalnya hanya membuka<br />

kios pangkas rambut. Belakangan, ia melihat<br />

ada peluang bisnis, tak pernah melihat waralaba<br />

pangkas rambut di Semarang. Karena itu,<br />

ia kemudian memanfaatkan situasi. “Saya terinspirasi<br />

dari kondisi itu,” ucapnya.<br />

Ia kemudian menawarkan waralaba dengan<br />

tiga paket, mulai Rp 29 juta hingga Rp 95 juta.<br />

Dengan paket termurah itu, mitra akan mendapat<br />

dua set kursi potong rambut hidrolik<br />

dan 1 kursi anak-anak berbentuk mobil-mobilan.<br />

“Mereka juga berhak mengirim orang<br />

untuk kami latih menjadi kapster,” ucapnya.<br />

Sedangkan dalam paket termahal, mitra<br />

tinggal menyediakan tempat dan terima setoran.<br />

“Kami yang bekerja dan memberi keuntungan<br />

kepada mitra,” ucapnya.<br />

Untuk mendapatkan tukang pangkasnya,<br />

selain dikirimi mitra, Hadi melatih tenaga yang<br />

semua siswanya anak yatim. “Ini memang<br />

misi saya sejak awal ingin mempekerjakan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BISNIS<br />

Bukan cuma foto gaya<br />

rambut, poster film<br />

romantis Casablanca juga<br />

menghiasi barbershop.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

anak-anak yatim yang ingin maju dan memiliki<br />

keterampilan,” ujarnya.<br />

Rata-rata omzet Raja Cukur Rp 15-30 juta<br />

per bulan. Hadi tidak meminta bagian dari<br />

pendapatan mitra. “Kami hanya mengambil<br />

dana mitra di start awal,” ucapnya.<br />

Sistem ini berbeda dengan Unick Barbershop<br />

dari Yogyakarta. Husein Mansofie,<br />

pendiri Unick, meminta mitra menyetor Rp<br />

40-55 juta untuk bantuan manajemen dan<br />

peralatan. Bantuan manajemen ini diberikan<br />

sepanjang kontrak, yang umumnya lima tahun.<br />

Rata-rata omzet yang dijanjikan Husein<br />

mencapai Rp 4-5 juta per bulan pada tahun<br />

pertama, kemudian akan meningkat menjadi<br />

8-12 juta pada tahun berikutnya, jika membuka<br />

di Yogyakarta.<br />

Sedangkan mitra Ekarya, yang membayar<br />

Rp 50 juta, mesti menyetor 10 persen dari<br />

omzet kepada induknya.<br />

Yang biaya waralabanya relatif mahal adalah<br />

Lanang. Mitra diminta menyetor Rp 70 juta.<br />

Meski begitu, karena cukup terkenal, pangkas<br />

rambut ini cukup laris juga. “Kami mendapat<br />

penghargaan sebagai merek dagang dengan-pertumbuhan<br />

tercepat di tahun 2014 dari<br />

Asosiasi Waralaba Indonesia,” ucap Jakub.<br />

Dana itu sebagai pengganti ongkos renovasi<br />

dan persiapan usaha, seperti sewa tempat<br />

untuk tahun pertama serta pembelian alatalat<br />

barbershop. “Kami menyediakan sistem<br />

manajemen usahanya, para pengarah gaya,<br />

serta kapsternya,” ucapnya.<br />

Untuk membuka bisnis pangkas rambut,<br />

menurut Angga, yang terpenting adalah lo-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BISNIS<br />

Minyak rambut di gerai<br />

pangkas rambut<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

kasi. Meski baru memiliki satu gerai Bujang<br />

Barbershop—dan sedang bersiap-siap membuka<br />

dua cabang di kawasan Kelapa Gading,<br />

Jakarta Utara—ia sudah memiliki teorinya.<br />

Gerai itu mesti di tengah-tengah perumahan<br />

atau pintu masuk utama perumahan atau<br />

permukiman padat penduduk.<br />

Sedangkan Unick Barbershop berhitung<br />

dari jumlah penduduk. Ia mengatakan satu<br />

barbershop membutuhkan setidaknya wilayah<br />

berpenduduk 8.000 pria. “Dari 8.000 orang<br />

itu, kita dapat 20 persennya saja sudah menguntungkan,”<br />

ucap Husein.<br />

Itu baru jumlah penduduk. Ada faktor lain<br />

lagi. Husein saat ini mengincar wilayah luar<br />

Jawa untuk sasaran kemitraan. Alasannya<br />

sederhana. Belum banyak pesaing pangkas<br />

rambut dengan penampilan modern.<br />

“Sesuatu yang dikemas unik dan mencolok<br />

di daerah biasanya akan menarik perhatian<br />

orang,” ucapnya. Ia mencontohkan gerai di<br />

Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang berpendapatan<br />

Rp 6-8 juta per bulan. n<br />

BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

KAWASAN<br />

PEGUNUNGAN<br />

ALPEN<br />

ADA APA<br />

DENGAN<br />

ANDREAS?<br />

“DIA SENGAJA... MEMBIARKAN PESAWAT TURUN<br />

DARI KETINGGIAN TANPA ADA ALASAN.”<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Kanselir Jerman Angela<br />

Merkel, Presiden Prancis<br />

Francois Hollande, dan<br />

Perdana Menteri Spanyol<br />

Mariano Rajoy saat<br />

menghadiri konferensi<br />

pers di Seyne les-Alpes,<br />

Prancis, Rabu (25/3).<br />

CHRISTOPHE ENA/REUTERS<br />

MAUT luput menjemput dengan<br />

cara yang tak terduga. Paling tidak,<br />

itulah yang terjadi pada 29 anggota<br />

klub sepak bola Dalkurd FF dari<br />

Swedia. Pekan lalu, jarak mereka dengan maut<br />

barangkali hanya tinggal seujung kuku.<br />

Pada Selasa lalu, para pemain klub Divisi III<br />

Swedia itu baru saja usai menjalani pemusatan<br />

latihan di Spanyol. Mereka berniat pulang<br />

kembali ke Swedia. Semula, mereka berniat<br />

terbang dengan pesawat Germanwings 4U<br />

9525 dari Barcelona. Selain harga tiketnya lebih<br />

murah, menurut Adil Kizil, Direktur Dalkurd,<br />

seluruh anggota tim bisa terangkut dalam satu<br />

kali penerbangan.<br />

Masalahnya, jika terbang dengan pesawat<br />

Airbus A320 Germanwings, mereka harus menunggu<br />

pesawat transit luma yan lama di Bandara<br />

Dusseldorf, Jerman, untuk menerbangkan<br />

mereka ke Stockholm, Swedia. Ketimbang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

KALIAN BISA BILANG,<br />

KAMI SANGAT... SANGAT<br />

BERUNTUNG.”<br />

Andreas Lubitz, kopilot<br />

penerbangan Germanwings 4U<br />

9525<br />

BILD<br />

menunggu di Dusseldorf selama 10 jam, Kizil<br />

dan anak buahnya akhirnya memilih terbang<br />

dengan tiga pesawat lain lewat Muenchen dan<br />

Zurich, Swiss.<br />

“Semua pesawat itu terbang hampir bersamaan<br />

dan sama-sama melintasi Pegunungan<br />

Alpen.... Kalian bisa bilang, kami sangat... sangat<br />

beruntung. Kalian bisa menyebut itu sebagai<br />

takdir,” kata Kizil. Ya, Kizil dan anak buahnya<br />

sungguh beruntung. Jika mereka semua jadi<br />

terbang bersama Germanwings, maskapai<br />

milik Lufthansa, Kizil tak akan<br />

pernah pulang kembali ke<br />

Domnarvsvallen, kandang<br />

mereka di Kota Borlange,<br />

Swedia.<br />

Tapi nasib 16 murid dan<br />

dua guru SMA Joseph Koenig<br />

Gymnasium di Kota Haltern<br />

am See, Jerman, tak seberuntung<br />

pemain Dalkurd. Pada<br />

hari itu, mereka mestinya<br />

pulang ke Kota Haltern setelah sepekan menjalani<br />

program pertukaran siswa untuk belajar<br />

bahasa Spanyol.<br />

“Pada Selasa pekan lalu, kami mengirim 16<br />

siswa dan dua guru muda yang bahagia untuk<br />

perjalanan itu,” kata Ulrich Wessel, Kepala<br />

Sekolah Joseph Koenig, berurai air mata. Satu<br />

guru baru menikah pada Oktober tahun lalu.<br />

Satu guru lagi baru bertunangan. “Ini mestinya<br />

menjadi program yang penuh kesenangan<br />

setelah jalan enam tahun.”<br />

Pada Selasa, 24 Maret, pukul 10.53 pagi pekan<br />

lalu, keriaan itu berubah jadi kelam.<br />

●●●<br />

Kanselir Jerman Angela Merkel benar-benar<br />

sulit mencerna kabar mengejutkan yang dia terima.<br />

“Kejadian seperti ini benar-benar sesuatu<br />

yang tak terbayangkan,” kata Kanselir Merkel.<br />

Bagaimana Kanselir Merkel tak terkejut mendengar<br />

penyebab jatuhnya pesawat Germanwings<br />

4U 9525.<br />

Kejadian pada Selasa, 24 Maret, pagi itu berlangsung<br />

sangat singkat, kurang dari 15 menit.<br />

Setengah jam setelah lepas landas dari Bandara<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Serpihan pesawat<br />

Airbus A320 milik<br />

Germanwings yang<br />

jatuh di kawasan<br />

Pegunungan Alpen<br />

tak jauh dari Seyne<br />

les-Alpes, Prancis,<br />

Rabu (25/3).<br />

REUTERS<br />

Barcelona-El Prat, Spanyol, pilot sempat berkomunikasi<br />

dengan menara kontrol di Marseille,<br />

Prancis, dan memastikan jalur penerbangan.<br />

Cuaca lumayan cerah. Mestinya, satu jam lagi<br />

pesawat itu mendarat di Bandara Dusseldorf,<br />

Jerman.<br />

Namun, satu menit kemudian, tanpa kabar<br />

ke menara kontrol, kopilot Andreas Lubitz,<br />

yang pegang kemudi pesawat Airbus A320-211<br />

itu, membelokkan arah dan mulai menurunkan<br />

ketinggian dengan kecepatan turun 17,8 meter<br />

per detik. Petugas menara kontrol berusaha<br />

menghubungi kokpit, tapi tak ada jawaban.<br />

Tak ada kabar dari pesawat Germanwings,<br />

otoritas penerbangan Prancis (DGAC) mengirimkan<br />

pesawat tempur Mi rage untuk mencegat<br />

pesawat itu. Namun jet tempur Mirage,<br />

yang terbang dari pangkalan udara Orange-<br />

Caritat, tak sempat lagi mengejar pesawat Germanwings,<br />

yang mengangkut 144 penumpang<br />

dan enam orang awak tersebut.<br />

Radar penerbangan Prancis menangkap<br />

posisi terakhir pesawat 4U 9525 pada pukul<br />

10.40.47 pada ketinggian 6.175 kaki atau 1.882<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

meter. Beberapa detik kemudian, pesawat tersebut<br />

menghantam tebing Pegunungan Alpen<br />

dan hancur beserpih. Seluruh penumpang dan<br />

awaknya tewas seketika.<br />

Setelah menyimak rekaman suara dalam<br />

kokpit, jaksa Marseille, Brice Robin, sampai<br />

pada kesimpulan yang tak disangka-sangka.<br />

Entah dengan alasan apa, menurut jaksa Brice,<br />

kopilot Andreas Lubitz, yang berada di kokpit<br />

sendirian, sengaja<br />

DIA SANGAT SOPAN DAN RAMAH,<br />

SELALU TERSENYUM.”<br />

menabrakkan<br />

pesawat itu ke tebing<br />

Pegunungan<br />

Alpen.<br />

“Dia sengaja... membiarkan pesawat turun<br />

dari ketinggian tanpa ada alasan. Dia juga tak<br />

punya alasan mencegah pilot masuk kembali ke<br />

kokpit. Dia juga tak punya alasan tak menjawab<br />

peringatan dari petugas pengawas penerbangan<br />

soal turunnya ketinggian terbang pesawat,”<br />

kata jaksa Brice.<br />

Beberapa menit sebelum pesawat menubruk<br />

gunung, menurut rekaman suara dalam<br />

kokpit, pilot Patrick Sondheimer meninggalkan<br />

kursinya dan keluar dari kokpit. Tak berapa<br />

lama, terdengar suara ketukan di pintu. Namun<br />

tak ada respons dari kopilot Andreas. Tak bisa<br />

membuka pintu kokpit dari luar, mulai terdengar<br />

suara gedoran pilot Patrick di pintu. Mestinya,<br />

dengan kode tertentu, pintu kokpit bisa<br />

dibuka dari luar. Namun orang dalam kokpit<br />

bisa membuat pintu tak bisa dibuka dari luar.<br />

Pada saat pilot Patrick menggedor pintu,<br />

posisi pesawat terus menghunjam. “Menjelang<br />

akhir rekaman, terdengar suara jeritan,” kata<br />

jaksa Brice. Beberapa detik kemudian, pesawat<br />

Germanwings menghunjam ke tebing dan<br />

maut datang menjemput.<br />

Melihat kecepatan dan arah turun pesawat,<br />

David Gleave, peneliti kecelakaan penerbangan<br />

di Universitas Loughbo rough, Inggris, menyimpulkan<br />

bahwa pesawat itu turun de ngan<br />

kendali dari dalam kokpit. Menurut jaksa Brice,<br />

rekaman suara kokpit juga masih menangkap<br />

suara napas teratur dalam kokpit. Artinya,<br />

kopilot Andreas Lubitz, satu-satunya orang dalam<br />

kokpit, masih dalam kondisi sadar penuh.<br />

Hasil analisis dari FlightRadar24 menunjukkan<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Murid-murid SMA<br />

Joseph Koenig<br />

Gymnasium di Kota<br />

Haltern am See,<br />

Recklinghausen,<br />

Rhine-Westphalia<br />

Utara, Jerman,<br />

bertangisan setelah<br />

mengetahui teman dan<br />

guru mereka menjadi<br />

korban jatuhnya<br />

pesawat Germanwings,<br />

Rabu (25/3).<br />

INA FASSBENDER/REUTERS<br />

Andreas sengaja mengubah posisi autopilot<br />

pesawat dari ketinggian 38.000 kaki menjadi<br />

hanya 100 kaki, posisi paling rendah yang bisa<br />

dilakukan Airbus A320.<br />

Belum ditemukan petunjuk atau sinyal<br />

janggal yang membuat Andreas sengaja menabrakkan<br />

pesawat. Sampai detik ini juga tak ada<br />

petunjuk kaitan Andreas dengan organisasi<br />

teroris. “Aku juga sulit menyebutnya bunuh diri<br />

saat kalian punya tanggung jawab atas lebih<br />

dari 100 nyawa,” kata jaksa Brice. Kepolisian<br />

Jerman masih mencari petunjuk di rumah Andreas<br />

di Kota Montabaur.<br />

Di Montabaur, teman-teman Andreas, 27 tahun,<br />

mengenalnya sebagai pemuda yang baik.<br />

Sebelum belajar terbang sebagai pilot komersial<br />

di sekolah Lufthansa di Bremen, sejak umur<br />

14 tahun Andreas sudah tergila-gila pada dunia<br />

penerbangan. Dia bergabung dengan klub<br />

penerbangan LSC Westerwald di Montabaur.<br />

Hingga pekan lalu, dia sudah memiliki 680 jam<br />

terbang.<br />

“Aku tak bisa berkata-kata.... Aku tak punya<br />

penjelasan apa pun untuk hal ini. Aku kenal<br />

Andreas dan tindakan itu sulit dibayangkan,”<br />

kata Peter Ruecker, teman satu klubnya. “Dia<br />

bukan seorang yang ekstrover, tapi dia orang<br />

yang menyenangkan, walaupun kadang sedikit<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Polisi Jerman<br />

mengangkut kardus<br />

dari rumah orang<br />

tua Andreas Lubitz di<br />

Montabaur, Jerman,<br />

Kamis (26/3).<br />

KAI PFAFFENBACH/REUTERS<br />

pendiam.”<br />

Di mata teman-temannya di Montabaur, sosok<br />

Andreas sama sekali tak cocok sebagai seorang<br />

pilot yang sengaja menabrakkan pesawat dengan<br />

150 orang di dalamnya. “Dia sangat sopan dan<br />

ramah, selalu tersenyum,” kata Sibila Zaccaron,<br />

pelayan kafe di Montabaur. Andreas juga bukan<br />

orang yang suka menutup diri. Beberapa kali dia<br />

ikut lomba lari 10 kilometer di Montabaur dan<br />

separuh maraton Lufthansa Frank furt.<br />

Kalau ada sedikit sinyal masalah, barangkali<br />

hanyalah saat dia sempat rehat beberapa bulan<br />

kala menjalani sekolah pilot Lufthansa enam<br />

tahun lalu. Lufthansa, kata Carsten Spohr, bos<br />

besar maskapai Jerman itu, tak tahu apa alasan<br />

Andreas rehat kala itu. Namun seorang ibu<br />

teman sekolah Andreas menuturkan, kepada<br />

anak perempuannya, Andreas mengaku merasa<br />

depresi.<br />

Tapi itu kejadian enam tahun lalu. “Kami<br />

memilih staf kokpit kami sangat... sangat hatihati,”<br />

Carsten Spohr memberi jaminan. Jatuhnya<br />

Germanwings menambah panjang daftar<br />

“misteri” dunia penerbangan setelah hilangnya<br />

Malaysia Airlines. ■<br />

SAPTO PRADITYO | NYTIMES | REUTERS | GUARDIAN | CNN<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

GERMANWINGS<br />

4U 9525 DARI<br />

MENIT KE MENIT<br />

Pukul 10.30 Komunikasi terakhir kokpit<br />

dengan menara kontrol, meminta izin<br />

untuk melanjutkan rute penerbangan.<br />

Pada saat itu, pesawat ada di atas Laut<br />

Mediterania pada ketinggian 38.000<br />

kaki, mendekati wilayah<br />

udara Marseille, Prancis<br />

MARSEILLE<br />

PEGUNUNGAN<br />

ALPEN<br />

NICE<br />

Pukul 08.57 Pesawat<br />

Airbus A320-211 Germanwings<br />

mendarat di<br />

Bandara Barcelona-El<br />

Prat, Spanyol, dari Dusseldorf,<br />

Jerman<br />

Pukul 10.01 Pesawat<br />

Germanwings 4U 9525<br />

terbang dari Bandara<br />

Barcelona menuju Dusseldorf,<br />

Jerman<br />

BARCELONA<br />

PRANCIS<br />

SPANYOL<br />

Pukul 10.35 Menara<br />

kontrol mencoba menghubungi<br />

pilot tapi tak<br />

ada jawaban<br />

Pukul 10.31 Pesawat<br />

mulai menurunkan<br />

ketinggian<br />

terbang<br />

Pukul 10.40 Posisi pesawat<br />

terakhir menurut radar pada<br />

ketinggian 6.175 kaki atau<br />

1.882 meter, hanya sedikit<br />

lebih tinggi dari puncak<br />

tertinggi di Pegunungan<br />

Alpen Selatan<br />

Angkatan Udara Prancis<br />

mengirimkan pesawat<br />

tempur Mirage untuk<br />

“mengejar” pesawat<br />

Germanwings, tapi tak<br />

pernah bertemu di udara<br />

Pukul 12.00 Helikopter<br />

pencari menemukan<br />

serpihan pesawat di<br />

punggung Col de Mariaud,<br />

Pegunungan Alpen<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

BUKAN ASSAD,<br />

MICHAEL THOMPSON<br />

LALU SIAPA<br />

“PRESIDEN ASSAD BISA MENGENDALIKAN SITUASI<br />

KARENA DIA PRESIDEN YANG KUAT. SUDAH<br />

TERBUKTI DIA BISA MENGATASI TEKANAN SELAMA<br />

EMPAT TAHUN.”<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Milisi Tentara<br />

Pembebasan Suriah<br />

menembakkan senapan<br />

ke arah pasukan Suriah<br />

yang loyal kepada<br />

Presiden Bashar<br />

al-Assad di Aleppo, Ahad<br />

(8/3).<br />

RAMI ZAYAT/REUTERS<br />

API revolusi itu mulai tepercik di<br />

Daraa, kota di perbatasan dengan<br />

Yordania, empat tahun lalu, dan<br />

menyebar hingga membakar seluruh<br />

Suriah. Hingga detik ini....<br />

Semula hanyalah sejumlah remaja Daraa<br />

yang iseng corat-coret, menyemprotkan cat,<br />

ke dinding-dinding kosong di Kota Daraa. Tapi<br />

mereka salah menaksir siapa orang yang menjadi<br />

sasaran keisengan. Remaja-remaja belasan<br />

tahun itu juga salah memilih waktu.<br />

"As-Shaab yoreed eskaat el nizam! Rakyat ingin<br />

rezim turun," mereka menulis di sebuah dinding<br />

di Daraa pada awal Maret empat tahun silam.<br />

Di dinding lain, mereka menulis, ”Sekarang giliranmu,<br />

Dokter.” Dokter yang mereka maksud<br />

adalah seorang dokter mata, yakni Bashar al-<br />

Assad, Presiden Suriah.<br />

Yang jadi soal, kala itu kawasan Timur Tengah<br />

sedang demam revolusi. Di Tunisia dan Mesir,<br />

ribuan orang turun ke jalan menuntut penguasa<br />

lama menyerahkan kursinya. Bashar, yang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU PIKIR DUNIA TAK AKAN<br />

MENGABAIKAN PERJUANGAN<br />

KAMI... TERNYATA AKU<br />

SALAH.”<br />

mewarisi kursi Presiden Suriah dari ayahnya,<br />

Hafez al-Assad, agak cemas melihat api revolusi<br />

yang membakar negara-negara tetangga.<br />

Dia khawatir revolusi serupa bakal merembet<br />

hingga ke Damaskus. Maka ulah iseng sejumlah<br />

remaja di Daraa itu ditanggapi dengan sangat<br />

serius, dengan cara yang brutal.<br />

Keesokan harinya, salah seorang bocah itu<br />

menyaksikan sejumlah intel<br />

pemerintah berdatangan ke<br />

sekolahnya. Tak menemukan<br />

yang mereka cari, intel-intel<br />

itu mulai memeriksa dari<br />

rumah ke rumah. “Aku pikir<br />

aku bakal lolos,” kata bocah<br />

itu. Hingga akhirnya pintu<br />

rumahnya digedor sejumlah<br />

intel. Mereka mengancam<br />

akan mengangkut salah satu<br />

saudaranya jika tak ada yang<br />

mau mengaku. Ayahnya angkat<br />

tangan dan menunjuk anaknya yang ikut<br />

corat-coret grafiti anti-Assad.<br />

Ada 15 anak belasan tahun yang diangkut<br />

intel penguasa dan dijebloskan ke penjara pada<br />

hari itu. Seorang anak menuturkan pengalaman<br />

seram mereka selama dalam penjara. Tak<br />

peduli mereka masih belasan tahun, anak-anak<br />

itu dihajar hingga babak-belur. Ada pula yang<br />

disetrum dan digantung hingga mengaku.<br />

“Apakah kamu yang menulis?” tanya salah satu<br />

intel kepada seorang bocah.<br />

Para orang tua yang cemas dengan nasib<br />

anak-anak mereka menggeruduk kantor polisi<br />

keesokan harinya. “Lupakan anak kalian. Kalian<br />

bikin anak lagi saja. Kalau tak tahu caranya, kami<br />

akan mengirimkan orang ke rumah kalian,” jawab<br />

petugas keamanan dengan nada pongah.<br />

Kebetulan, hari berikutnya adalah hari Jumat.<br />

Seusai salat Jumat, kerumunan orang yang menuntut<br />

pembebasan bocah-bocah itu semakin<br />

besar. “Kami semua berkumpul di masjid, dan<br />

terjadi begitu saja. Kami tak pernah merencanakannya,”<br />

kata Ibrahim Abazid, salah satu<br />

kerabat anak-anak itu.<br />

Mereka berjalan kaki menuju rumah Gubernur<br />

Daraa. Di sana sudah ada barisan petugas<br />

keamanan menghadang. Rombongan itu disu-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Foto Presiden Suriah<br />

Bashar al-Assad di<br />

antara foto-foto yang<br />

dipamerkan dalam<br />

pameran foto "Syria, On<br />

the Outskirts of Dawn"<br />

di Damaskus, Ahad<br />

(15/3).<br />

OMAR SANADIKI/REUTERS<br />

ruh balik kanan. Pulang ke rumah. Tapi siapa<br />

yang mau turut perintah itu. “Kami menuntut<br />

anak-anak itu dibebaskan dengan cara damai,”<br />

ujar Ibrahim. Tapi tuntutan mereka berbalas<br />

tembakan. Tak ada lagi pentungan atau peluru<br />

karet. Senapan menyalak menghamburkan<br />

peluru tajam. Korban berjatuhan.<br />

“Setelah orang-orang melihat darah, mereka<br />

murka. Kami semua berasal dari suku-suku dan<br />

keluarga besar. Bagi kami, menetesnya darah<br />

merupakan masalah yang sangat serius,” kata<br />

Ibrahim kala itu. “Mulai hari itu, tak ada lagi<br />

kompromi dengan penguasa.”<br />

Presiden Bashar berusaha menurunkan tensi<br />

di Daraa. Semua bocah itu dilepas. Komandan<br />

polisi dan Gubernur Daraa dicopot. Namun,<br />

melihat luka di sekujur tubuh anak-anak itu,<br />

warga Daraa kembali naik darah. Apalagi ketika<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

TAK ADA MASA DEPAN BAGI<br />

DIKTATOR BRUTAL SEPERTI<br />

ASSAD.”<br />

tembakan senapan petugas keamanan kembali<br />

makan korban. “Mengapa Presiden Assad<br />

tak datang sendiri ke Daraa dan minta maaf?<br />

Kami 100 persen warga Suriah dan dia harus<br />

menunjukkan simpati serta rasa hormat,” ujar<br />

Mohammed, salah satu orang tua bocah-bocah<br />

itu.<br />

Dari Daraa, percikan konflik itu berubah<br />

menjadi perang terbuka pasukan loyalis Presiden<br />

Assad melawan sejumlah kelompok yang<br />

menghendaki Assad dan pendukungnya digusur.<br />

Segala upaya Presiden<br />

Assad meredam<br />

perlawanan sebagian<br />

rakyatnya—dia berjanji<br />

memangkas pajak dan<br />

menaikkan gaji pegawai pemerintah—sia-sia<br />

belaka. “Kami tak ingin rotimu. Kami ingin kehormatan,”<br />

teriak massa anti-Presiden Assad.<br />

●●●<br />

Empat tahun lalu, Wassim masih menyimpan<br />

mimpi, jika Presiden Bashar al-Assad bisa<br />

ditumbangkan, ada sejuta kesempatan untuk<br />

lulusan jurusan keuangan seperti dia. Lantaran<br />

mimpi itulah dia bergabung dengan milisi anti-<br />

Assad, Tentara Pembebasan Suriah, bersama<br />

ribuan pemuda Suriah lainnya.<br />

Tapi mimpi Wassim sudah sekian lama<br />

pudar. “Perang Suriah hari ini sudah tak sama<br />

lagi dengan perang pada 2011,” kata Wassim<br />

beberapa pekan lalu. Kala itu Wassim bertugas<br />

sebagai intel bagi Tentara Pembebasan. “Hari<br />

ini milisi ISIS sudah menutup revolusi Suriah<br />

dengan bendera mereka. Sekarang perlawanan<br />

itu berwarna hitam.” Warna bendera Negara<br />

Islam alias ISIS.<br />

Semula Wassim masih berharap sokongan<br />

internasional akan mempercepat keruntuhan<br />

rezim Assad. “Aku pikir dunia tak akan mengabaikan<br />

perjuangan kami... ternyata aku salah,”<br />

kata Wassim, pahit. Kini, bersama sekitar 1,7 juta<br />

warga Suriah, Wassim hidup di pengungsian.<br />

Perang dia kini adalah perang untuk bertahan<br />

hidup di kamp pengungsian di negara tetangga,<br />

Turki.<br />

Tak seperti dugaan Wassim dan ribuan pra-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Warga Suriah di Kota<br />

Douma, tak jauh dari<br />

Damaskus, mencari<br />

kerabat mereka di<br />

antara puing rumah<br />

korban serangan<br />

pesawat militer Suriah,<br />

Sabtu (14/3).<br />

BASSAM KHABIEH/REUTERS<br />

jurit anti-Assad lainnya, rezim Bashar al-Assad<br />

ternyata tak gampang digusur. Setelah sempat<br />

terpojok, dengan sokongan sepenuh hati dari<br />

negara sekutunya, Iran, dan kelompok Hizbullah<br />

dari Libanon, kini rezim Assad kembali<br />

berotot. Sedangkan di kubu seberang, pelbagai<br />

kelompok anti-Assad, malah sibuk bertikai di<br />

antara mereka sendiri. Dengan modal dukungan<br />

setengah hati internasional terhadap kelompok<br />

oposisi, hampir tak ada harapan untuk<br />

memaksa Assad turun dari kursinya.<br />

Suriah menjadi negara yang kehilangan masa<br />

depan. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-<br />

Bangsa, selama empat tahun berperang, tiga<br />

juta warga Suriah kehilangan pekerjaan. Tingkat<br />

pengangguran melompat hingga empat kali<br />

lipat. “Sekarang empat dari lima warga Suriah<br />

hidup dalam kemiskinan,” PBB menulis. Kerugian<br />

ekonomi yang ditanggung Suriah ditaksir<br />

lebih dari US$ 200 miliar atau Rp 2.600 triliun.<br />

Yang jadi soal, belum tampak setitik pun<br />

tanda-tanda ujung dari konflik ini. Assad tetap<br />

perkasa, tapi perlawanan kelompok anti-Assad<br />

pun masih alot. “Kita mungkin akan hidup ber-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Anak-anak pengungsi<br />

dari Suriah di kamp<br />

Al-Zaatari, Mafraq,<br />

Yordania, berlatih<br />

taekwondo, Selasa<br />

(24/3).<br />

MUHAMMAD HAMED/REUTERS<br />

sama bencana kemanusiaan di Suriah selama<br />

beberapa generasi,” kata Jan Egeland, mantan<br />

kepala misi kemanusiaan PBB, dengan nada<br />

pesimistis.<br />

Bashar Ja'afari, Duta Besar Suriah untuk PBB,<br />

memberi saran kepada Amerika Serikat dan<br />

negara-negara Eropa, bahwa sudah saatnya<br />

mereka menerima Assad sebagai bagian dari<br />

masa depan Suriah. “Kami tak ingin terjadi kekosongan<br />

kekuasaan yang bakal melahirkan kekacauan<br />

seperti di Libya, Irak, dan Afganistan,”<br />

kata Ja'afari awal Maret lalu. “Presiden Assad<br />

bisa mengendalikan situasi karena dia presiden<br />

yang kuat. Sudah terbukti dia bisa mengatasi<br />

tekanan selama empat tahun.... Kami terbuka<br />

bekerja sama dengan Amerika Serikat, tapi<br />

mereka tak menginginkannya.”<br />

Pemerintah Turki, Prancis, dan Inggris sudah<br />

tegas menyatakan tak mau menjalin hubungan<br />

dengan Presiden Assad, yang dianggap berlumuran<br />

darah. “Rezim Assad adalah sumber segala<br />

masalah di Suriah,” kata Mevlut Cavusoglu,<br />

Menteri Luar Negeri Turki. Namun, menurut<br />

sejumlah diplomat negara Eropa lainnya, sudah<br />

waktunya negara Barat menjalin komunikasi<br />

kembali dengan Damaskus. Presiden Assad,<br />

menurut diplomat Eropa itu, adalah pilihan<br />

terbaik di antara dua pilihan buruk: Bashar al-<br />

Assad atau musuhnya, ISIS.<br />

Sikap Gedung Putih soal masa depan Suriah<br />

agak simpang-siur. Dalam wawancara<br />

dengan CBS, Menteri Luar Negeri John Kerry<br />

mengatakan, ”Pada akhirnya, kita harus<br />

bernegosiasi.... Sebab, semua pihak sepakat<br />

bahwa tak ada solusi militer.” Dia memang<br />

tak tegas menyatakan Gedung Putih siap<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

Anak-anak pengungsi<br />

dari Suriah di Bar Elias,<br />

Libanon, di antara<br />

gambar hasil mereka,<br />

Ahad (15/3).<br />

JAMAL SAIDI/REUTERS<br />

berunding dengan Presiden Assad. Marie<br />

Harf, juru bicara Kementerian Luar Negeri<br />

Amerika, meluruskan pernyataan bosnya.<br />

“Tak ada masa depan bagi diktator brutal<br />

seperti Assad.”<br />

Jika bukan Assad, lalu siapa? Gedung Putih<br />

sepertinya juga belum punya solusi seperti<br />

apa jalan perdamaian di Suriah tanpa Assad.<br />

John Brennan, Direktur Dinas Intelijen Amerika<br />

(CIA), malah khawatir jika Assad terguling dari<br />

kekuasaan dan belum jelas siapa calon penggantinya.<br />

Dia khawatir tumbangnya Assad<br />

akan membuka jalan bagi ISIS dan kelompok<br />

militan lain menguasai Damaskus. “Hal terakhir<br />

yang kami inginkan adalah membiarkan mereka<br />

berbaris menuju Damaskus,” kata Direktur<br />

Brennan. ■ SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | CNN | REUTERS | NYTIMES<br />

| CBS | NPR | GLOBAL POST<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

KALA ‘SPIDER-MAN’<br />

LANCUNG UJIAN<br />

“APAKAH KAMI HARUS MEMERINTAHKAN POLISI<br />

MENEMBAK MEREKA?”<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

HUFFINGTONPOST<br />

SUNGGUH terlalu kelakuan muridmurid<br />

Vyasanagar Autonomous<br />

College di Jajpur, Negara Bagian<br />

Odisha, India. Pada Senin dua pekan<br />

lalu, mereka menggelar protes di depan kantor<br />

Kepala Sekolah Soumyasourabh Das. Bahkan<br />

mereka nekat menyekap sang kepala sekolah<br />

setingkat SMA itu di ruangannya hingga polisi<br />

datang menyelamatkan Kepala Sekolah Soumyasourabh.<br />

Murid-murid bandel bukan mengamuk karena<br />

ongkos sekolah naik, mereka naik pitam<br />

gara-gara Kepala Sekolah Soumyasourabh tak<br />

mengizinkan mereka menyontek saat ujian bahasa<br />

Inggris. Menurut laporan Kepala Sekolah<br />

Soumyasourabh kepada Badan Sekolah Menengah<br />

Atas Odisha, guru-guru di sekolahnya<br />

malah menyokong usul murid-murid mereka<br />

berbuat lancung.<br />

“Setelah aku bilang bahwa ujian harus dilak-<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

APA MASALAHNYA BERBUAT<br />

CURANG SAAT UJIAN? INI<br />

BUKAN HAL BARU DI SINI.”<br />

sanakan sesuai dengan panduan dari Badan Sekolah<br />

Menengah Atas, mereka mengunci pintu<br />

ruanganku dari luar,” kata Soumyasourabh dua<br />

pekan lalu. Dipermalukan kejadian di Sekolah<br />

Vyasanagar, Badan Sekolah Menengah Odisha<br />

berniat menjatuhkan sanksi kepada para guru<br />

yang bersekongkol dengan murid-muridnya.<br />

Urusan lancung saat mengerjakan ujian<br />

bukan hanya ada di Odisha. Di Negara Bagian<br />

Bihar, sebelah selatan Odisha, urusan sontekmenyontek<br />

bukan<br />

cuma melibatkan<br />

persekongkolan murid<br />

dengan guru, tapi juga<br />

orang tua murid, sekaligus<br />

kerabat mereka.<br />

Segala cara dilakukan,<br />

tak peduli halal<br />

atau tidak, supaya bisa<br />

lulus ujian kelas 10<br />

yang diselenggarakan Badan Pusat Pendidikan<br />

Menengah (CBSE). Ujian ini memang sangat<br />

penting bagi mereka supaya bisa melanjutkan<br />

pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Ada sekitar<br />

1,4 juta murid kelas 10 di India yang ikut ujian<br />

CBSE dua pekan lalu.<br />

Hingga hari ketiga ujian, Kepolisian Bihar mengendus<br />

182 kasus “joki” ujian dan menangkap<br />

58 tersangka “joki” ujian. Polisi menduga ada<br />

lebih banyak lagi kasus peserta ujian “aspal” alias<br />

asli tapi palsu yang tak terungkap. Menurut<br />

Wakil Kepala Kepolisian Patna, Sadar Ramakant<br />

Prasad, peserta palsu ini menggunakan kartu<br />

identitas dengan foto hasil olah digital untuk<br />

menyamarkan wajahnya.<br />

“Mereka membuat foto dengan menggabungkan<br />

ciri-ciri wajah peserta asli dan jokinya,”<br />

kata Prasad. Ulah tak tahu malu ini memang<br />

bukan hal baru bagi murid-murid sekolah di<br />

Bihar. Tahun lalu, polisi Bihar menangkap 150<br />

peserta ujian palsu.<br />

Setiap kali musim ujian tiba, bukan cuma<br />

murid dan guru sekolah di Bihar yang sibuk<br />

bukan kepalang, tapi juga para orang tua, kerabat<br />

murid, dan polisi. Ya, polisi. Ujian di Bihar<br />

memang bukan cuma urusan sekolah, tapi juga<br />

jadi urusan polisi.<br />

Pada hari keempat ujian, polisi Bihar sampai<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

BBC<br />

perlu menembakkan<br />

senapan ke udara<br />

untuk membubarkan<br />

kerumunan para<br />

orang tua murid dan<br />

kerabat yang berusaha<br />

memberikan sontekan<br />

kepada murid-murid kelas 10. Ada lebih dari<br />

600 orang ditangkap dan ribuan orang dijatuhi<br />

denda. Pada hari kedua ujian saja, polisi Bihar<br />

mengumpulkan denda 15 lakh rupee atau sekitar<br />

Rp 300 juta.<br />

Di Bihar, perbuatan lancung itu memang<br />

dilakukan banyak orang tanpa malu-malu.<br />

Foto-foto yang beredar di Internet dua pekan<br />

lalu menunjukkan bagaimana “perjuangan”<br />

para orang tua murid memberikan sontekan<br />

ujian kepada anak-anaknya. Bak Spider-Man,<br />

para bapak itu merayap di dinding sekolah<br />

Vidya Niketan di Mahnar, Vaishali, tanpa alat<br />

pengaman, menuju jendela lantai dua, bahkan<br />

hingga ke lantai tiga dan empat sekolah. Vidya<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

LANCUNG UJIAN ADALAH HAK<br />

KAMI SEJAK LAHIR.”<br />

Niketan—yang artinya kurang-lebih rumah<br />

ilmu pengetahuan—menjadi simbol perbuatan<br />

yang lancung.<br />

Orang tua yang agak canggih memakai<br />

ponsel untuk mengirimkan sontekan. Orang<br />

tua yang punya duit memilih menyewa “joki”<br />

ujian. “Anakku tak bisa membaca, tapi aku<br />

ingin dia lulus ujian, paling tidak lulus ujian<br />

matrikulasi,” kata salah satu orang tua murid.<br />

Demi secarik ijazah, ia menyewa jasa “joki”<br />

untuk menggantikan anaknya<br />

ujian. “Apa masalahnya berbuat<br />

curang saat ujian? Ini bukan hal<br />

baru di sini,” kata Sanoj Kumar<br />

Singh, murid di satu sekolah di<br />

Saharsa, tanpa rasa bersalah.<br />

Menteri Pendidikan Negara Bagian Bihar, P.K.<br />

Shahi, angkat tangan melihat “gotong-royong”<br />

orang tua murid, sebagian guru, dan anak didik<br />

mereka mencurangi ujian. “Tak mungkin menyelenggarakan<br />

ujian yang jujur tanpa kerja<br />

sama para orang tua.... Ada lebih dari 1,4 juta<br />

peserta ujian dan tiga atau empat orang pendamping.<br />

Menangani 6 juta orang jelas bukan<br />

hal gampang,” Menteri Shahi berkilah. “Katakan<br />

kepada kami, apa yang bisa kami lakukan<br />

jika orang tua tak mau bekerja sama? Apakah<br />

kami harus memerintahkan polisi menembak<br />

mereka?”<br />

●●●<br />

Praktek curang ujian massal ini sudah berlangsung<br />

bertahun-tahun di Bihar dan sejumlah<br />

negara bagian di India. Satu hal yang ironis jika<br />

kita mengingat bahwa lulusan kampus-kampus<br />

di India mengirimkan insinyur paling banyak<br />

ke Lembah Silikon di San Francisco, salah satu<br />

ikon teknologi dunia.<br />

“Apa yang harus kami lakukan? Praktek lancung<br />

itu sudah berlangsung bertahun-tahun.<br />

Semua orang melakukannya,” kata Permeshwar<br />

Sharma di Motihari, Bihar. Tahun lalu,<br />

seorang remaja dari keluarga miskin di Shikohabad,<br />

Negara Bagian Uttar Pradesh, tewas<br />

membakar diri setelah ayahnya tak mampu<br />

membayar permintaan kepala sekolahnya. Seorang<br />

kerabatnya menuturkan, kepala sekolah<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

BBC<br />

meminta uang 7.000 rupee atau sekitar Rp 1,5<br />

juta supaya dia mendapatkan salinan soal ujian.<br />

Bagi sebagian murid dan mahasiswa di India,<br />

curang saat ujian adalah hak mereka. “Itu<br />

merupakan hak demokratis kami,” kata Pratap<br />

Singh, seorang mahasiswa di sebuah kampus di<br />

Uttar Pradesh. “Lancung ujian adalah hak kami<br />

sejak lahir.... Curang saat ujian terjadi di semua<br />

tingkat.” Entah dari mana dia mendapatkan<br />

keyakinan itu.<br />

Pinki Singh, mahasiswa lain, pernah berusaha<br />

menjadi murid yang jujur. “Pada tahun pertama<br />

kuliah, aku berusaha belajar dengan sungguhsungguh....<br />

Tapi seorang senior di kampus berkata<br />

kepadaku, ‘Beli saja buku jawaban soal,’”<br />

kata Pinki. “Tak ada manfaatnya belajar sungguh-sungguh.<br />

Kamu tinggal beli buku jawaban<br />

soal dan ingat-ingat saja jawabannya.”<br />

Berbuat curang saat ujian sebenarnya bukan<br />

monopoli sekolah-sekolah dengan mutu paspasan<br />

dan murid dengan kepandaian juga paspasan.<br />

Bahkan mahasiswa-mahasiswa di salah<br />

satu kampus paling top di dunia, Universitas<br />

Harvard, pernah tertangkap “bergotong-royong”<br />

mencurangi ujian. Setelah diinvestigasi,<br />

manajemen kampus Harvard meminta 70<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


INTERNASIONAL<br />

BBC<br />

orang mahasiswa kampus top itu mengundurkan<br />

diri.<br />

Menurut Sanjay Kumar, lulusan sekolah<br />

di Bihar dan kini peneliti di Sekolah Harvard<br />

Kennedy di Universitas Harvard, curang ujian<br />

massal di Bihar merupakan masalah yang sistemis,<br />

bukan hanya kesalahan murid dan orang<br />

tuanya. “Kami bebas keluar-masuk kelas. Guruguru<br />

kami lebih sibuk mengajar privat untuk<br />

mencari uang,” Sanjay mengenang masa sekolahnya<br />

di Bihar. Jadi anak pintar atau sebaliknya,<br />

benar-benar bergantung pada usaha mereka<br />

sendiri. ■ SAPTO PRADITYO | HINDUSTAN TIMES | INDIA TODAY | INDIAN<br />

EXPRESS | NEW YORKER | THE HINDU<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


ZAYN MALIK<br />

FAREWELL!<br />

RIEKE DIAH PITALOKA<br />

AKHIRNYA<br />

CERAI<br />

Tap judul untuk<br />

baca artikel<br />

SAPARDI DJOKO DAMONO<br />

PUISI KURUS<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


PEOPLE<br />

SAPARDI DJOKO DAMONO<br />

PUISI KURUS<br />

TAR mungil dengan lilin angka<br />

75 yang menyala disodorkan<br />

kepada penyair Sapardi Djoko<br />

Damono, Minggu, 22 Maret<br />

2015. Sekitar 100 anak muda sontak menyanyikan<br />

lagu Selamat Ulang Tahun.<br />

Sapardi duduk, menunduk. Siang itu,<br />

ia baru saja meluncurkan novel Trilogi<br />

Soekram di Gramedia Central Park. “Saya<br />

tidak pernah menduga usia segini dinyanyiin,”<br />

ujar lelaki kelahiran Surakarta, Jawa<br />

Tengah, 20 Maret 1940, ini kemudian.<br />

Ia bersyukur karena sejak lahir hingga<br />

saat ini tubuhnya selalu kurus. Padahal<br />

pembuat puisi Hujan Bulan Juni yang<br />

amat terkenal ini mengaku banyak makan,<br />

tanpa pantangan. Ketika ada yang<br />

nyeletuk tubuhnya yang kurus membuatnya<br />

produktif menulis puisi, Sapardi<br />

mengangguk.<br />

“Boleh jadi, karena yang gemuk lebih<br />

gampang kena penyakit,” ujarnya. Selamat<br />

ulang tahun, Pak Sapardi.... n<br />

TIA AGNES ASTUTI | SUDRAJAT<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO : SILVIA GALIKANO\DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


PEOPLE<br />

RIEKE DIAH PITALOKA<br />

AKHIRNYA CERAI<br />

HAMPIR sepuluh tahun<br />

berjalan, pernikahan Rieke<br />

Diah Pitaloka dan Donny<br />

Gahral sepi gosip. Tak ada<br />

yang menyangka pasangan yang menikah<br />

pada 23 Juli 2005 itu akhirnya<br />

bercerai.<br />

Ikatan pernikahan Rieke dan Donny<br />

diputus secara verstek pada 13 Januari<br />

2015. Sidang perkara cerai itu<br />

hanya digelar dua kali hingga hakim<br />

mengetuk palu tanda “cerai”.<br />

“Sebabnya, ada pertengkaran dari<br />

kedua belah pihak yang tidak bisa<br />

didamaikan,” ujar juru bicara Pengadilan<br />

Agama Depok, Suryadi, pekan<br />

lalu.<br />

Baik Rieke maupun Donny sepertinya<br />

tak mau mengumbar cerita perceraian<br />

mereka. Bahkan, saat berita<br />

mengejutkan ini mencuat, keduanya<br />

tetap tak mau berkomentar.<br />

Dari pernikahannya dengan Donny,<br />

Rieke dikaruniai tiga anak, Sagara<br />

Kawani Adiansyah serta dua adik<br />

kembarnya, Misesa Adiansyah dan<br />

Jalumanon Badrika. n KEN YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO : LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


PEOPLE<br />

ZAYN MALIK<br />

FAREWELL!<br />

“W<br />

HAT? Please<br />

tell me that’s a<br />

lie”. Begitu komentar<br />

salah<br />

satu fans untuk status panjang yang<br />

mengejutkan di laman resmi Facebook<br />

One Direction (1D). Zayn Malik resmi<br />

mundur!<br />

Penyanyi berdarah Inggris-Pakistan<br />

ini menyatakan hengkang dari boyband<br />

yang telah membesarkan namanya itu.<br />

Konon, alasannya, Zayn depresi kerena<br />

tekanan popularitas.<br />

“Ini waktu yang tepat untuk meninggalkan<br />

band ini,” ujar Zayn seperti<br />

dilansir Facebook 1D.<br />

Keputusan itu tentu membuat para<br />

fans di seluruh dunia bersedih. Dan<br />

bisa jadi penggemar di Indonesia merasakan<br />

kesedihan dua kali lipat.<br />

Bagaimana tidak? Sesaat sebelum<br />

keputusan itu diumumkan, mereka<br />

baru saja menonton konser 1D nan megah<br />

dan spektakuler di Stadion Utama<br />

Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.<br />

Twitterland pun langsung ramai oleh<br />

kicauan bertema Zayn Malik. Dan hashtag<br />

#alwaysin ourheartszaynmalik pun<br />

menjadi trending topic selama belasan<br />

jam.<br />

Keputusan itu tak hanya berat untuk<br />

fans dan 1D. Zayn sendiri juga merasa<br />

kebersamaannya dengan Louis, Liam,<br />

Harry, dan Niall sangat berarti.<br />

“Aku mundur karena aku ingin menjadi<br />

orang berusia 22 tahun yang normal,<br />

yang bisa bersantai dan memiliki<br />

privasi,” ujar pemuda yang mengaku<br />

tak suka minuman beralkohol ini.<br />

Zayn terpilih sebagai personel 1D setelah<br />

menjadi salah satu peserta yang<br />

menonjol di ajang pencarian bakat X-<br />

Factor. Zayn, yang saat itu berusia 17<br />

tahun, mengikuti audisi di Manchester.<br />

Penyanyi muslim ini pernah menjadi<br />

kontroversi saat memutuskan membuat<br />

tato besar di sekujur tubuhnya. Kabarnya,<br />

keberadaan tato-tato tersebut<br />

tidak disetujui oleh ayahnya.<br />

Namun, dalam sejumlah wawancara,<br />

baik dengan media cetak maupun televisi,<br />

Zayn membantahnya. “Saya punya<br />

orang tua yang keren. Mereka mengerti<br />

jiwa muda saya,” ujarnya. n KEN YUNITA<br />

Tap untuk kembali<br />

ke Indeks People<br />

FOTO : GETTY IMAGES<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BUKU<br />

DUNIA<br />

“DUNIA AKAN MENJADI<br />

TEMPAT YANG LEBIH<br />

MISKIN BILAMANA<br />

TIDAK ADA PERADABAN<br />

ISLAM.”<br />

JUDUL BUKU:<br />

Apa Jadinya Dunia tanpa Islam<br />

PENULIS:<br />

Graham E. Fuller<br />

PENERBIT:<br />

Mizan<br />

TERBITAN:<br />

November 2014, Februari 2015<br />

TEBAL:<br />

405 halaman<br />

DETIKCOM<br />

DAMAI<br />

TANPA<br />

ISLAM,<br />

ATAU...<br />

BAGI khalayak Barat, Islam adalah biang keladi segala macam teror dan<br />

konflik dunia saat ini, juga masa lalu. Puncak kebencian terhadap Islam<br />

terjadi pascatragedi peledakan gedung World Trade Center di New<br />

York pada 11 September 2001. Di Amerika dan beberapa negara Eropa,<br />

kehidupan mereka yang beraroma Islam sontak berubah. Berkembang persepsi<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BUKU<br />

Baik kristenisme,<br />

yudaisme, maupun<br />

Islam pada<br />

dasarnya sangat<br />

menjunjung tinggi<br />

toleransi terhadap<br />

penganut keyakinan<br />

lain.<br />

seolah dunia akan aman dan sejahtera tanpa adanya Islam.<br />

Padahal penggunaan teror dan kekerasan bukanlah khas Islam. Daftar organisasi<br />

teroris yang dicatat di Eropa sebelum peristiwa 11 September sebagian<br />

didominasi oleh organisasi komunis, ultra-kanan, dan fasis. Konflik kekerasan<br />

(perang) paling mutakhir pada abad ke-20, yaitu Perang Dunia I dan II, bukanlah<br />

karena alasan agama, apalagi Islam.<br />

Menurut Graham E. Fuller, sejatinya bukan agama yang menyebabkan konflik,<br />

melainkan karena geopolitik. Karena itu, jika Islam tidak ada, ketegangan antara<br />

Timur Tengah dan Barat tetap akan terjadi.<br />

Dalam kajian Fuller, baik kristenisme, yudaisme, maupun Islam pada dasarnya<br />

sangat menjunjung tinggi toleransi terhadap penganut keyakinan lain. Konflik<br />

baru terjadi setelah kekuasaan menggunakan agama sebagai dalih untuk<br />

menyatakan mana yang benar mana yang salah, mana yang murni mana yang<br />

bid'ah. Ia mencontohkan penguasa Romawi menggunakan ajaran Kristen untuk<br />

menyebut penganut Yahudi bukan sebagai agama tersendiri, akan tetapi sebagai<br />

kaum yang menolak ajaran Yesus.<br />

Bahkan konflik panjang antara Romawi (Katolik) dan Konstantinopel (ortodoks)<br />

jelas bukan konflik antar agama walau dilakukan sesama penganut Kristen,<br />

tapi lebih pada konflik politik di mana faktor agama hanya dipakai sebagai<br />

pemersatu ke dalam dan pembeda ke luar.<br />

Begitupun konflik di Timur Tengah, yang notabene sama-sama Islam, meletup<br />

karena kepentingan politik dan ekonomi. Peperangan melawan Turki Utsmani,<br />

misalnya, jelas bukan karena agama walau tiap penguasa Arab berusaha<br />

menggunakan retorika agama dalam menjatuhkan legitimasi kekuasaan Turki<br />

SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BUKU<br />

Utsmani.<br />

lll<br />

Gedung World Trade Center di<br />

New York terbakar dan ambruk<br />

setelah ditabrak pesawat<br />

yang dibajak teroris pada 11<br />

September 2001.<br />

ANTARA<br />

Sebelum menerbitkan A World without Islam pada 2010,<br />

Fuller menulis buku-buku lain seputar dunia Islam, antara<br />

lain The Center of the Universe: The Geopolitics of Iran (1991),<br />

The Future of Political Islam (2003), dan The New Turkish Republic:<br />

Turkey as a Pivotal State in the Muslim World (2008).<br />

Maklum, dia pernah tinggal dan bekerja di dunia Islam<br />

selama hampir 20 tahun. Hal itu ditopang oleh penguasaannya<br />

terhadap beberapa bahasa negara-negara Timur<br />

Tengah serta Rusia dan Cina.<br />

Fuller pernah menjadi Wakil Ketua National Intelligence<br />

Council, pernah bekerja untuk Central Intelligence Agency<br />

(CIA), dan mantan ilmuwan politik senior di Research And<br />

Development (RAND). Kini dia menjabat guru besar sejarah<br />

di Simon Fraser University, Kanada.<br />

Dalam pengantarnya, Fuller menegaskan maksud dari<br />

penulisan buku ini sama sekali bukan untuk meremehkan atau mengabaikan<br />

peran Islam dalam sejarah dunia. Islam telah memiliki dampak besar terhadap<br />

dunia sebagai salah satu peradaban teragung dan paling kuat serta berkelanjutan<br />

dalam sejarah. Tak ada peradaban lain yang telah berlangsung selama itu<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


BUKU<br />

pada wilayah yang begitu luas di dunia sebagaimana Islam.<br />

“Saya sangat menghargai budaya Islam, seninya, ilmu-ilmunya, filsafatnya,<br />

peradabannya, dan umat muslim sebagai manusia. Dunia akan menjadi tempat<br />

yang lebih miskin bilamana tidak ada peradaban Islam,” tulisnya.<br />

Saya sangat<br />

menghargai budaya<br />

Islam, seninya,<br />

ilmu-ilmunya,<br />

filsafatnya,<br />

peradabannya,<br />

dan umat muslim<br />

sebagai manusia.<br />

lll<br />

Bila semua konflik di Timur Tengah atau konflik dengan Barat bukan karena<br />

faktor Islam, lalu apa yang harus dilakukan Barat? Fuller antara lain merekomendasikan<br />

agar Barat menghentikan intervensi militer maupun politik ke negaranegara<br />

Islam, tak lagi mendukung diktator-diktator di Timur Tengah atau negara<br />

Islam, dan mendorong adanya demokratisasi. Lalu biarkan aktor-aktor demokrasi<br />

lokal mencari jalannya sendiri bagi terbentuknya demokrasi yang cocok bagi<br />

mereka.<br />

Terkait penindakan terhadap terorisme, sebaiknya hindari cara-cara represif<br />

dan lebih mengutamakan instrumen hukum. Begitupun anggaran untuk memerangi<br />

aksi teror, akan lebih baik dialihkan untuk membantu negara-negara<br />

Islam dalam kerangka memberikan pelayanan kepada publik. Dengan begitu,<br />

negara akan memiliki legitimasi dan kepercayaan di mata rakyatnya sehingga<br />

tidak tertarik bergabung dengan kelompok radikal.<br />

Isu lain yang mutlak butuh penyelesaian segera adalah Palestina, yang selalu<br />

digunakan oleh gerakan radikal sebagai justifikasi sikap anti-Barat. n SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

JALAN LURUS<br />

MARIDA<br />

NASUTION<br />

DIA DIJULUKI “MENTAL CETAK”. DI TENGAH<br />

BOOMING PASAR SENI LUKIS INDONESIA PADA<br />

1990-AN, MARIDA KONSISTEN BERKARYA DI<br />

JALUR SENI GRAFIS.<br />

SILVIA GALIKANO/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

F<br />

OTO Ratna Riantiarno<br />

sedang<br />

bersandar di kursi<br />

malas ditempelkan<br />

di latar belakang<br />

pagar bambu,<br />

jemuran centangperenang,<br />

bangunan<br />

belum jadi, dan anak-anak bermain di sungai<br />

kota. Wajah cantik Ratna tak mengekspresikan<br />

terganggu oleh latar belakangnya. Terang saja,<br />

asalnya ini dua karya yang berbeda, foto Ratna<br />

dan foto latar belakang.<br />

Keduanya disatukan, dibuatkan semacam klise<br />

filmnya untuk kemudian dicetak saring bermedium<br />

silk screen. Marida Nasution kemudian<br />

menjuduli karyanya itu Bersantai (1987). Cetak<br />

saring, yang merupakan perkembangan dari<br />

cetak stensil, adalah mencetak gambar di atas<br />

kertas, tinta di atas kain sutra, atau nilon yang<br />

terentang dengan tegang disapukan dengan<br />

semacam karet.<br />

Ada beberapa lain karya Marida Nasution<br />

yang menggunakan cara serupa, satu lagi<br />

adalah Di Antara Gedung (1982), yakni gambar<br />

gedung-gedung tinggi yang ditempeli sketsa<br />

pria berdiri menghadapkan badan ke deretan<br />

gedung tersebut.<br />

Marida Nasution (1956-2008) adalah nama<br />

besar di dunia grafis Indonesia hingga kini,<br />

walau sang pegrafis sudah berpulang tujuh<br />

tahun lampau. Karya-karyanya dipamerkan<br />

dalam pameran tunggal bertema “Marida<br />

Nasution, Kiprah Seorang Perempuan Pegrafis<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

Indonesia” dan dikuratori Setiawan Sabana dari<br />

Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi<br />

Bandung. Tak kurang 40 karya grafis cetak<br />

saring, etsa, dan instalasi grafis dipamerkan di<br />

Gedung A Galeri Nasional Jakarta, 20-30 Maret<br />

2015.<br />

Marida, alumnus Fakultas Seni Rupa Institut<br />

Kesenian Jakarta, adalah salah satu tokoh penting<br />

dalam perkembangan seni grafis Indonesia.<br />

Sejak 1984, dia aktif berpameran di dalam dan<br />

luar negeri, bahkan sempat mendapat medali<br />

khusus pada II Mediterranean Biennale of<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

Graphic Art di Athena, Yunani<br />

(1990) dan International Biennial<br />

of Graphic Art di Ljubljana,<br />

Yugoslavia (1996). Bahkan,<br />

di tengah booming pasar seni<br />

lukis Indonesia pada 1990-an,<br />

dia konsisten berkarya di jalur<br />

seni grafis.<br />

Ini pameran tunggalnya<br />

yang ke-7 (pertama setelah<br />

Marida wafat) setelah pameran<br />

terakhir pada 2005 bertema<br />

“Pameran Tunggal Grafis<br />

Perjalanan Marida Nasution”<br />

pada 28 April-12 Mei 2005.<br />

Pameran kali ini adalah upaya<br />

saudara-saudaranya mewujudkan<br />

cita-cita Marida untuk<br />

membuat pameran tunggal<br />

ke-7, keinginan yang dibuatnya<br />

sebelum wafat.<br />

“Marida Nasution, Kiprah<br />

Seorang Perempuan Pegrafis<br />

Indonesia” mengumpulkan<br />

karya-karya Marida dari sejumlah koleksi yang<br />

disimpan keluarga; dari para kolektor, seperti<br />

Arifin Panigoro dan Mien Soedarpo; serta<br />

dari Galeri Nasional. Dari banyak karya yang<br />

disimpan keluarga, kurator memilah dan hanya<br />

memilih karya-karya yang jelas informasinya,<br />

yakni bertanda tangan dan berjudul.<br />

“Ada juga yang tak terpelihara dengan baik, sobek<br />

dan berjamur,” ujar Setiawan Sabana sebelum<br />

pembukaan pameran. Dia menunjuk Renungan<br />

(2007), satu dari deretan karya cetak saring koleksi<br />

keluarga, terlihat paspartu (bingkai kertas)-nya<br />

yang sudah menguning itu berjamur.<br />

Karya-karya Marida digolongkan secara tematik,<br />

bukan linear berdasarkan tahun pembuatan.<br />

Dari sana kita temukan bagaimana perjalanannya<br />

dengan etsa (intaglio) dan cetak saring (serigrafi).<br />

Di masa awal, dia bermain dengan warna, tapi<br />

belum ada warna yang “gereget”.<br />

Pengaruh fotografi, yang sejalan dengan cetak<br />

saring, kian kental tecermin dalam karyanya,<br />

terutama yang mengangkat tema perempuan,<br />

khususnya perempuan di perkotaan. Secara<br />

fotografis, karya-karyanya dengan tema ini<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

PAMERAN<br />

kuat sekali. Marida seperti masuk dalam sosoksosok<br />

perempuan bikinannya, berdialog dan<br />

bermonolog dengan mereka.<br />

Namun, di atas semua itu, Marida ingin menunjukkan<br />

bahwa dia perempuan. Perempuan<br />

yang pegrafis, bukan pegrafis yang “kebetulan”<br />

perempuan.<br />

Ada kalanya dia keluar dari konvensi dan<br />

membuat grafis cetak saring tiga dimensi atau<br />

cetak saring di atas akrilik, seperti serial Kehidupan<br />

(1997) dan serial Semangat Hidup (1998).<br />

Marida, ujar Setiawan, menyebut karya tiga<br />

dimensi yang meruang itu instalasi grafis.<br />

Menjelang akhir hayatnya, karya-karya<br />

Marida bukan hanya dekoratif, tapi juga mulai<br />

menunjukkan renungan serta ekspresi muram<br />

dan marah. Seperti perempuan dalam delapan<br />

bingkai dengan mata tertutup (Renungan,<br />

2007), pendeta Buddha dikelilingi lotus (Berdoa,<br />

2003), dan wajah yang di samping kiri dan<br />

kanannya ditempeli kawat berduri melingkarlingkar<br />

(Kemarahan, 2003).<br />

Dari pameran yang terbilang komprehensif<br />

begini, benang merah sebuah perjalanan hidup<br />

bisa ditarik, walau kesimpulannya akan sangat<br />

subyektif, berbeda-beda tiap orang. Pesan-pesannya<br />

tetap segar walau tujuh tahun berlalu<br />

dan perempuan masih dalam perjuangannya,<br />

sehingga konsep “in memoriam” pameran ini<br />

boleh dikantongi sejenak. ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET -- 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

SKENARIO RAMPING<br />

PENCULIKAN HEINEKEN<br />

PENCULIKAN FREDDY HEINEKEN DIFILMKAN LAGI. NAMA ANTHONY HOPKINS<br />

DIHARAPKAN AMPUH MENGGAET PENONTON.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul: Kidnapping<br />

Mr. Heineken<br />

Genre: Action, Crime, Drama<br />

Sutradara: Daniel Alfredson<br />

Skenario: William Brookfield<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produksi: Alchemy<br />

Pemain: Jim Sturgess, Sam<br />

Worthington, Anthony<br />

Hopkins<br />

Durai: 1 jam 35 menit<br />

BARON dari perusahaan bir Heineken<br />

diculik. Keluar dari rumah, Alfred<br />

“Freddy” Heineken (Anthony<br />

Hopkins) dan sopirnya, Ab Doderer<br />

(David Dencik), ditarik masuk ke dalam van<br />

oleh lima pria. Tangannya diikat ke belakang,<br />

kepalanya ditutup kain.<br />

Setelah mobil melaju beberapa menit, Freddy<br />

dan Ab dipindahkan dari van ke sedan. Dari<br />

jalan besar, sedan berbelok menyusuri jalan di<br />

sisi kanal, lalu masuk ke lorong-lorong sempit.<br />

Ketika penutup kepala Freddy dibuka, dia<br />

mendapati dirinya berada di kamar sempit.<br />

Satu tangannya terhubungkan dengan rantai<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 MAJALAH DESEMBER - 9 MARET DETIK 2013 201430 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

ke tembok. Ab ada di kamar seberang dalam<br />

kondisi serupa. Kamar mereka dipasangi spons<br />

kedap suara, sehingga tak ada suara dari luar<br />

kamar yang terdengar ke dalam, juga sebaliknya.<br />

Lima penculik mereka adalah Cor van Hout<br />

(Jim Sturgess) si otak penculikan, Willem Holleeder<br />

(Sam Worthington), Jan “Cat” Boellard<br />

(Ryan Kwanten), Frans “Spijkes” Meijer (Mark<br />

van Eeuwen), dan Martin “Brakes” Erkamps<br />

(Thomas Cocquerel).<br />

Cor dkk bukanlah penjahat, bukan anggota<br />

geng, bukan pelaku dunia hitam. Mereka hanya<br />

sedang dalam keadaan sulit secara keuangan.<br />

Bank baru saja menolak permohonan pinjaman<br />

mereka untuk modal usaha dengan alasan tak<br />

ada harta yang dijadikan jaminan. Bersamaan<br />

dengan itu, Sonja Holeeder (Jemima West),<br />

istri Cor, yang juga adik Willem, diketahui<br />

sedang mengandung.<br />

Cor mencetuskan ide menculik<br />

seseorang yang terkenal yang bisa<br />

bayar tebusan banyak. Idenya<br />

didukung kawan-kawan yang lain.<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Penculikan<br />

Freddy Heineken<br />

sebelumnya<br />

pernah difilmkan.<br />

Nama Freddy Heineken kemudian dipilih setelah<br />

makan malam dengan ayahnya,<br />

yang penyuka bir Heineken. Untuk<br />

mengongkosi penculikan dan membangun<br />

“sel”, mereka merampok<br />

bank.<br />

Belanda geger setelah Freddy Heineken<br />

diculik. Beritanya jadi headline<br />

berhari-hari. Media berspekulasi<br />

geng kelas kakaplah penculiknya<br />

karena dilakukan secara mulus dan<br />

tak ada korban lain. Motivasinya<br />

disebut-sebut persaingan usaha.<br />

Sepekan berlalu, Cor dkk mulai<br />

khawatir karena belum ada juga<br />

tanda-tanda uang tebusan bakal dibayar. Di<br />

luar perkiraan, Freddy tetap tenang di selnya,<br />

sama sekali tak panik, malah terkesan sedang<br />

memainkan emosi para penculiknya.<br />

Kidnapping Mr. Heineken diangkat dari buku<br />

yang ditulis reporter kriminal ternama Belanda,<br />

Peter de Vries, yang meliput kasus ini untuk<br />

koran Belanda, De Telegraaf. Dia kemudian<br />

membuat dua buku, De Zaak Heineken (The Heineken<br />

Case, 1983) tentang penculikan biliuner<br />

bir Alfred Heineken dan novel De Ontvoering<br />

van Alfred Heineken (The Kidnapping of Alfred<br />

Heineken, 1987), tentang kasus ini dari perspektif<br />

Cor van Hout berdasarkan wawancara De<br />

Vries dengan Cor dan Willem pada 1986. Dari<br />

novel inilah Kidnapping Mr. Heineken dibuat.<br />

Penculikan Freddy Heineken sebelumnya<br />

pernah difilmkan, De Heineken Ontvoering<br />

(The Heineken Kidnapping, 2011), film Belanda<br />

yang dibintangi Rutger Hauer dan laku keras di<br />

negara asalnya.<br />

Tak aneh, ketika muncul kabar Kidnapping Mr.<br />

Heineken dibuat, muncul juga pertanyaan, mau<br />

bikin cerita apa lagi tentang penculikan yang<br />

mempertontonkan keserakahan, ketololan,<br />

dan layak diganjar itu? Namun melihat deretan<br />

nama besar aktor yang terlibat, yakni Anthony<br />

Hopkins, Jim Sturgess, dan Sam Worthington,<br />

tak urung terselip harapan ada kejutan istimewa<br />

di dalamnya.<br />

Namun ternyata sutradara Swedia, Daniel<br />

Alfredson, menerjemahkan novel De Vries<br />

secara kaku dan “ramping”. Banyak twist yang<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

disia-siakan dan narasinya nyaris datar tanpa<br />

klimaks.<br />

Oke, film ini dari kisah nyata, jadi jangan<br />

sampai ceritanya melenceng dari fakta. Tapi<br />

kan Alfredson punya taman bermain yang luas<br />

di psikologi karakter-karakternya: lima amatiran<br />

yang menculik biliuner bir bernama belakang<br />

Heineken. Apalagi di situ ada Anthony Hopkins,<br />

yang lekat dengan karakter Hannibal Lecter si<br />

pembunuh berantai dalam suspense Silence of<br />

the Lambs (1991), tapi ternyata keberadaannya<br />

tak dimaksimalkan.<br />

Maka sangat disayangkan ketika Kidnapping<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Mr. Heineken terasa demikian “menderita”.<br />

Penonton pun tak diberi gambaran utuh pada<br />

karakter-karakternya, selain Cor-Sonja-Willem,<br />

tiga orang yang saling terhubung.<br />

Penculikan berakhir antiklimaks. Para penculiknya<br />

yang amatiran itu sedih, bingung,<br />

dan akhirnya saling memaki. Belum lagi,<br />

sebelumnya, para penculik itu sempat lupa,<br />

ketika memfotokopi surat ancaman, surat<br />

aslinya tertinggal di mesin fotokopi selama<br />

semalam. Mesin fotokopi nebeng kantor<br />

orang pula. Film ini cocoknya sekalian jadi<br />

film parodi. ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 26 JANUARI 30 MARET - 1 FEBRUARI - 5 APRIL 2015


FILM PEKAN INI<br />

20 ONCE AGAIN<br />

HEN Meng Jun adalah janda berumur 70 tahun yang<br />

diminta keluarganya tinggal di panti jompo. Merasa<br />

telantar, ia berjalan-jalan dan memutuskan secara impulsif<br />

untuk berfoto di sebuah studio foto. Sesaat meninggalkan<br />

studio, ia terkejut menemukan dirinya telah berubah 20<br />

tahun lebih muda.<br />

Mendapatkan kesempatan kedua, ia berganti nama dan mengejar mimpinya<br />

untuk menjadi penyanyi. Akankah ia berhasil dengan kesempatan kedua ini?<br />

JENIS FILM: KOMEDI<br />

| SUTRADARA: LESTE<br />

CHEN | PEMAIN:<br />

YANG ZISHAN,<br />

KUEI YA-LEI, CHEN<br />

BOLIN | DURASI: 131<br />

MENIT | BAHASA:<br />

MANDARIN<br />

THE SPONGEBOB MOVIE:<br />

SPONGE OUT OF WATER<br />

PONGEBOB keluar dari Bikini Bottom dan<br />

bertualang ke permukaan. SpongeBob dan<br />

kawan-kawan harus merebut kembali gulungan<br />

kertas resep rahasia Krabby Patty yang dicuri Burger<br />

Beard (Antonio Banderas), penjahat dan juga bajak<br />

laut yang berniat menghancurkan dunia.<br />

JENIS FILM: ANIMATION,<br />

ADVENTURE | PRODUSER:<br />

MARY PARENT, PAUL<br />

TIBBITT | PRODUKSI:<br />

UNIVERSAL PICTURES |<br />

SUTRADARA: PAUL TIBBITT |<br />

DURASI: 92 MENIT<br />

INSURGENT<br />

NSURGENT melanjutkan petualangan Tris (Shailene Woodley) dan<br />

Four (Theo James) di Divergent. Tris mencoba mengatasi rasa bersalah<br />

karena telah membunuh Will, meskipun itu untuk membela diri.<br />

The Group, terutama Tris dan Four, sulit mematuhi aturan di Amity, yang melarang<br />

penggunaan senjata, dan mereka akhirnya harus melakukan pelarian lagi.<br />

Tris dan Four, yang kini jadi target buruan Jeanine (Kate Winslet), berusaha melawan<br />

dengan mencari faksi baru untuk menumbangkan Jeanine. Tidak hanya diburu, Tris juga harus berusaha<br />

melindungi orang-orang yang dicintainya.<br />

JENIS FILM: ADVENTURE, SCI-FI | PRODUSER: DOUGLAS WICK, LUCY FISHER | PRODUKSI: ENTERTAINMENT<br />

ONE |SUTRADARA: ROBERT SCHWENTKE | DURASI: 118 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


AGENDA<br />

MEW<br />

LIVE IN<br />

JAKARTA<br />

2015<br />

31 MARET 2015, PUKUL 20.00 WIB<br />

Skenoo Hall, Gandaria City, Jakarta<br />

Promotor: Marygops Studios<br />

REBELUTION INDONESIA COUNT ME IN<br />

TOUR 2015<br />

31 MARET 2015 DI MS HALL VIKY SIANIPAR, JAKARTA<br />

1 APRIL 2015 DI BOSHE VVIP CLUB, BALI<br />

BALI SPIRIT FESTIVAL 2015<br />

Selebrasi global yoga, musik, & tari<br />

31 MARET-5 APRIL 2015<br />

Agung Rai Museum of Art (ARMA), Ubud, Bali<br />

Ajeet Kaur: Devotional Chant dari USA, Maneesh<br />

de Moor dari Belanda, Kevin James dari USA,<br />

Murray Kyle dari Australia, Peia dari USA, dan Ali<br />

Ghamsari dari Iran<br />

STAGE EMPIRE 1ST<br />

ANNIVERSARY FEAT.<br />

SLANK WITH BRASS<br />

SECTION<br />

2 APRIL 2015, PUKUL 23.00 WIB<br />

Colosseum Club, Jalan Kunir Nomor 7, Jakarta Barat<br />

Promotor: Colosseum Club<br />

DRAWING EXHIBITION:<br />

THE KINGDOM OF<br />

NETHERLANDS 200<br />

YEARS OF LEGACY &<br />

HERITAGE<br />

Witnessed & recorded by<br />

Indonesia’s Sketchers<br />

HELATEATER SALIHARA 2015<br />

Kepada Arifin C. Noer<br />

RABU-KAMIS, 1-30 APRIL 2015, 20.00 WIB-22.00 WIB<br />

KAMIS-MINGGU SEPANJANG APRIL 2015<br />

NORTH STEREOPHORIA<br />

4 APRIL 2015, PUKUL 17.00 WIB<br />

La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta<br />

Utara<br />

Promotor: PT Summarecon Agung<br />

2-30 APRIL 2015 | PEMBUKAAN: KAMIS, 2 APRIL 2015,<br />

PUKUL 19.30 WIB<br />

Erasmus Huis, Jakarta<br />

Gratis<br />

JAPAN NIGHT: MOVE<br />

WITH THE MUSIC OF<br />

JAPAN<br />

4 APRIL 2015, PUKUL 19.00 WIB<br />

The Kasablanka Main Hall,<br />

Kota Kasablanka Jakarta<br />

Promotor: Marygops & Japan<br />

Night Indonesia<br />

MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!