You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
ADU KUAT ANGKET YASONNA<br />
PENDEKAR<br />
JEMBATAN<br />
BANTEN<br />
HARTA<br />
TAK WAJAR<br />
UDAR<br />
EDISI 174 | 30 MARET - 5 APRIL 2015
DAFTAR ISI<br />
EDISI 174 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />
FOKUS<br />
CARA UDAR<br />
AGAR TAK<br />
TERLINDAS<br />
UDAR PRISTONO MENYIMPAN BANYAK<br />
AKAL MELAWAN KEJAKSAAN AGUNG.<br />
IA BERULAH DI DALAM SEL KETIKA<br />
RUMAHNYA DISITA. SEKARANG IA INGIN<br />
MEMENJARAKAN JAKSA.<br />
NASIONAL<br />
CRIME STORY<br />
n PASAL BERLAPIS PENDANA ISIS<br />
n ADU KUAT ANGKET YASONNA<br />
INTERNASIONAL<br />
n BUI HINGGA GUGATAN ISTRI<br />
KRIMINAL<br />
n DUA TEMBAKAN BEGAL BERTOPI<br />
EKONOMI<br />
n ADA APA DENGAN ANDREAS?<br />
n BUKAN ASSAD, LALU SIAPA<br />
n KALA ‘SPIDER-MAN’ LANCUNG UJIAN<br />
RUMAH<br />
n SERBADINAMIS DIANA NAZIR<br />
KOLOM<br />
n JALAN TERJAL MENGALAHKAN ISIS<br />
BUKU<br />
n DUNIA DAMAI TANPA ISLAM, ATAU ...<br />
INTERVIEW<br />
n SOAL PKI, SAYA LEBIH BEBAS DARI PRAMOEDYA<br />
INSPIRING PEOPLE<br />
n KETETER MOTOR THAILAND<br />
n KANDUNGAN LOKALNYA KURANG LOKAL<br />
n JANJI OSAMU MASUKO<br />
n THAILAND TERLALU JAUH<br />
n DARI BATU BARA KE PENUMPANG<br />
n ADA RUSIA DI TANAH BORNEO<br />
BISNIS<br />
n REZEKI DARI GAYA RAMBUT DAVID BECKHAM<br />
LENSA<br />
n PENDEKAR JEMBATAN DARI BANTEN<br />
PAMERAN<br />
n TUR DUNIA ONE DIRECTION<br />
PEOPLE<br />
n JALAN LURUS MARIDA NASUTION<br />
SENI HIBURAN / FILM<br />
n SAPARDI DJOKO | RIEKE DIAH | ZAYN MALIK<br />
GAYA HIDUP<br />
n SKENARIO RAMPING PENCULIKAN HEINEKEN<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n KUNGFU VAGINA, BERANI COBA?<br />
n KEDAMAIAN DI MONTREUX<br />
n AROMA BATAVIA LAMA<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />
Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />
Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />
Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />
Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />
Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
TUR DUNIA<br />
ONE DIRECTION<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Jakarta menjadi salah satu kota yang disambangi One Direction dalam tur dunia "On the Road Again". Megah sekaligus spektakuler. Sayang,<br />
sesaat setelah konser, penggemar harus kecewa karena salah satu personel, Zayn Malik, yang absen dalam konser di Jakarta, memutuskan<br />
mundur dari boyband itu.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
LENSA<br />
Antrean penukaran tiket pertunjukan One Direction di Istora Jakarta, Senin (23/3). Tur dunia One Direction, yang berlangsung sejak<br />
Februari lalu hingga Oktober mendatang, digelar di 80 kota di lima benua. (Grandyos Zefna/DETIKCOM)
LENSA<br />
Seorang fans memotret layar lebar saat konferensi pers mengenai konser One Direction di Blowfish, Jakarta, Rabu (18/3). (Rosa<br />
Panggabean/ANTARA FOTO)
LENSA<br />
Hujan deras tak menyurutkan antusiasme penggemar untuk terus menonton aksi boyband asal Inggris itu di Stadion Gelora Bung Karno,<br />
Rabu (25/3). Meski tanpa Zayn, One Direction tetap tampil maksimal. (Asep Syaifullah/DETIKCOM)
LENSA<br />
Aksi One Direction saat mengawali tur dunia "On the Road Again" di Sydney, Australia, Sabtu (7/2). (Mark Metcalfe/GETTY IMAGES)
LENSA<br />
One Direction menghadiri peluncuran film The Chronicles of Narnia pada masa awal-awal karier bermusiknya di London, November 2010.<br />
(Gareth Cattermole/GETTY IMAGES)
LENSA<br />
Stadion Utama Gelora Bung Karno seusai konser One Direction, Kamis (26/3). Perbaikan rumput yang rusak akibat konser. | Pekerja membongkar<br />
panggung yang dipakai konser One Direction. (Rengga Sencaya/DETIKCOM)
NASIONAL<br />
PASAL BERLAPIS<br />
PENDANA ISIS<br />
POLISI MEMBURU SEJUMLAH<br />
TERSANGKA LAIN YANG TERLIBAT<br />
DALAM PELATIHAN DAN PENDANAAN<br />
WNI YANG BERANGKAT KE IRAK DAN<br />
SURIAH. YANG DIPULANGKAN TAK<br />
SEMUA DIANGGAP TERORIS.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Acara deklarasi dukungan<br />
terhadap ISIS di kampus<br />
Universitas Islam Negeri<br />
Syarif Hidayatullah, Ciputat,<br />
Banten, Juli 2014.<br />
DOK. FAKSI<br />
saya gak ada<br />
tuh, coba aja cek di<br />
twitter, kali aja ada..”<br />
“WADUH<br />
Begitu balasan WhatsApp<br />
dari M. Fachri saat menjawab pesan<br />
singkat majalah detik, Rabu dua pekan lalu.<br />
Ia ditanya, apakah memiliki informasi soal 16<br />
warga negara Indonesia yang hilang di Turki<br />
sejak akhir Februari lalu.<br />
Belasan WNI yang berangkat bersama rombongan<br />
wisata itu diduga memisahkan diri untuk<br />
bergabung dengan kelompok Negara Islam<br />
(ISIS). Majalah detik pun menggali keterangan<br />
dari sejumlah sumber yang sangat mungkin<br />
me ngantongi informasi itu. Salah satunya<br />
Fachri, Ketua Forum Aktivis Syariat Islam.<br />
Organisasi yang dipimpin Fachri itu pernah<br />
menggelar acara bertajuk dukungan kepada<br />
ISIS di auditorium Syahida Inn, Universitas Islam<br />
Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang<br />
Selatan, Banten, pada 6 Juli 2014. Namun, ketika<br />
ditanya soal ini, Fachri mengaku tidak tahu.<br />
Ia malah meminta agar informasi itu dicari di<br />
Twitter. Fachri juga tak menjawab pertanyaan<br />
lanjutan yang dikirim ke telepon selulernya.<br />
Tiga hari setelah komunikasi itu, Sabtu, 21<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Aparat Densus 88 Antiteror<br />
mengawal petugas yang<br />
membawa barang bukti<br />
seusai penggeledahan di<br />
kediaman Fachri, Minggu<br />
(22/3).<br />
MUHAMMAD IQBAL/ANTARA FOTO<br />
Maret 2015, Fachri ditangkap aparat gabungan<br />
dari Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian<br />
RI dan Satuan Tugas Khusus Antiteror Kepolisian<br />
Daerah Metro Jaya. Sejak hari itu pula akun<br />
Whats App dan telepon selulernya non aktif. Ia<br />
ditangkap menjelang magrib, beberapa saat<br />
setelah keluar dari rumahnya di Jalan Baru, RT<br />
05 RW 07, Kelurahan Bakti Jaya, Kecamatan<br />
Setu, Tangerang Selatan.<br />
“Dia (Fachri) dicegat (polisi) di persimpangan<br />
jalan luar. Dia sempat kaget, ‘Ada apa ini?’, tapi<br />
dia enggak melawan,” kata Ketua RT 05/07,<br />
Jumadi Ahmad, saksi mata penangkapan itu.<br />
Satuan antiteror gabungan pada Sabtu dan<br />
Minggu (21-22 Maret) menangkap lima orang<br />
yang diduga berperan menyebarkan paham<br />
ISIS di Indonesia. Mereka digerebek di sejumlah<br />
tempat di Tangerang Selatan, Bekasi, Jakarta<br />
Sela tan, dan Jakarta Timur. Selain Fachri,<br />
empat lainnya adalah M. Amin Mude, Aprimul<br />
Henri alias Mul, Engkos Koswara alias Jack, dan<br />
Furqon.<br />
Koswara dan Furqon ditangkap di Tambun,<br />
Bekasi, lalu Aprimul di Petukangan, Jakarta<br />
Selatan. Menyusul Fachri yang dibekuk di Tangerang<br />
Selatan dan Amin Mude di depan Mal<br />
Cibubur Junction, Jakarta Timur. Rumah Amin<br />
di perumahan Legenda Wisata, Kabupaten<br />
Bogor, juga digeledah.<br />
Peran Fachri dalam menyebarkan paham<br />
ISIS di Indonesia cukup signifikan. Pengelola<br />
situs www.almustaqbal.net itu diduga menebar<br />
kebencian serta berita dan tulisan bernada<br />
provokasi lewat Internet. Ia juga diduga mengunggah<br />
video rekaman anak-anak yang sedang<br />
berlatih untuk ISIS via YouTube. Fachri juga<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Kepala Polda Metro Jaya<br />
Irjen Unggung Cahyono<br />
saat menggelar barang<br />
bukti penggerebekan<br />
simpatisan ISIS di Tambun,<br />
Bekasi.<br />
MEI AMELIA/DETIKCOM<br />
disangka sebagai pembina, pengarah, dan perekrut<br />
simpatisan ISIS yang akan ke Irak dan<br />
Suriah.<br />
“Dia juga mendanai mereka yang akan berangkat<br />
ke Suriah dan Irak,” ujar Kepala Polda<br />
Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono<br />
di Tambun, Ahad, 22 Maret lalu.<br />
Barang bukti penggerebekan itu antara lain<br />
5 unit laptop, 10 telepon seluler, serta 2 lembar<br />
kemeja lapangan bermotif loreng yang, dalam<br />
tayangan di YouTube, dipakai oleh anak-anak<br />
yang sedang berlatih untuk ISIS. Pelatihan itu<br />
dilakukan di Indonesia.<br />
Seperti halnya Fachri, Aprimul dan Amin<br />
Mude diduga ikut berperan memfasilitasi para<br />
WNI yang akan ke Suriah dan Irak serta sebagai<br />
donor bagi mereka selama tinggal di sana. <br />
“Tersangka Amin Mude sudah tiga kali memberangkatkan<br />
WNI ke Suriah,” tutur Kepala<br />
Subdirektorat Kejahatan dengan Kekerasan Direktorat<br />
Reserse Kriminal Umum Polda Metro<br />
Jaya, Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan.<br />
Engkos Koswara diduga sebagai calo tiket<br />
untuk pemberangkatan ke dua negara itu.<br />
Adapun tersangka Furqon diduga merupakan<br />
pelaksana pembinaan dan perekrutan simpa-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Barang bukti<br />
penggeledahan simpatisan<br />
ISIS di Tambun<br />
MEI AMELIA/DETIKCOM<br />
tisan ISIS. Furqon, kata Kepala Polda, adalah<br />
residivis kasus teror asal Bima, Nusa Tenggara<br />
Barat.<br />
“Mereka (kelima tersangka) menyalurkan<br />
dana untuk kegiatan sukarelawan ISIS guna<br />
berangkat ke Irak dan Suriah, termasuk mengurus<br />
dokumen paspor 16 WNI asal Makassar<br />
yang hendak ke Suriah,” ucap Herry.<br />
Penggerebekan polisi memunculkan reaksi<br />
berbeda-beda di sekitar tempat tinggal para<br />
tersangka. Abdul Hafsa, salah satu jemaah<br />
masjid di dekat rumah M. Fachri, tak menyangka<br />
ayah enam anak itu ditangkap polisi dengan<br />
tuduhan te rorisme. Fachri biasa mengisi kuliah<br />
subuh di masjid dekat rumahnya setiap Ahad.<br />
“Isi kuliahnya biasa saja. Sempat membahas<br />
jihad, tapi itu memang ada di kitab. Dia juga<br />
suka (jadi) imam di sini,” kata Abdul. Kehidupan<br />
Fachri, yang disapa Ustad, juga seperti layaknya<br />
warga biasa. “Dulu kerjanya di percetakan,<br />
sekarang kurang tahu.”<br />
Menurut Jumadi Ahmad, ketua RT setempat,<br />
Fachri sudah 3 tahun tinggal di Jalan Baru, Bakti<br />
Jaya. Rumah yang ditinggali merupakan milik<br />
sendiri, bukan kontrak. “Makanya kami enggak<br />
curiga,” ujarnya.<br />
Fachri memiliki empat anak dari istri pertamanya<br />
yang sudah meninggal. Setahun lalu,<br />
ia menikah lagi dengan seorang janda beranak<br />
satu. Dari istri kedua itu, Fachri punya<br />
satu anak. Namun, diakui Jumadi, nama Fachri<br />
bukan seperti yang tertera di kartu keluarganya.<br />
Pada KK, kepala keluarga tertulis bernama<br />
Tuah Febriwansyah.<br />
“Waktu awal ke sini, saya manggil dengan<br />
nama di KK. Tapi lama-lama banyak yang<br />
manggil Ustad Fachri,” tutur Jumadi.<br />
Sementara itu, Aas, tetangga rumah Aprimul<br />
di Blok B Nomor 3 Perumahan Perdana Residence,<br />
Petukangan Sela tan, mengatakan tersangka<br />
dan istrinya jarang bergaul de ngan warga. Istri<br />
Mul, yang mengenakan cadar, hanya sesekali<br />
keluar dari rumah untuk berbelanja. Itu pun tak<br />
menyapa.<br />
“Enggak pernah dengar suaranya, di tukang<br />
sayur juga cuma lihat tatapan matanya. Di sini<br />
ibu-ibu rempong, bikin acara sebu lan sekali,<br />
makanya kaget ada tetangga kayak gitu,” ujar<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Aksi menolak gerakan ISIS<br />
di Bundaran HI, Jakarta,<br />
Minggu (15/3).<br />
RENGGA SENCAYA/DETIKCOM<br />
ibu dua anak tersebut.<br />
Utari, tetangga lainnya, juga mengaku kerap<br />
melihat Mul mengenakan busana bergaya<br />
Timur Tengah. Anak pasangan itu masih kecilkecil.<br />
“Paling keluar cuma di sekitar rumahnya.<br />
Tapi, kalau siang, sering banyak mobil dateng,”<br />
tutur mahasiswi sebuah perguruan tinggi ini.<br />
Rumah Mul yang bercat merah muda itu kini<br />
kosong. Rumput ilalang dibiarkan tumbuh tinggi<br />
di halaman. Sebuah mobil Honda Stream abuabu<br />
terparkir di carport. Rabu pekan lalu, aparat<br />
dari Polsek Pesanggrahan masih melakukan<br />
penjagaan. Garis polisi mengelilingi rumah itu.<br />
Benih-benih dukungan terhadap ISIS di Indonesia<br />
sebenarnya sudah tampak sejak awal<br />
tahun lalu. Deklarasi dukungan yang diikuti<br />
ratusan, bahkan ribuan, orang digelar di sejumlah<br />
kota. Bekasi, Solo, hingga Jakarta. Kini para<br />
“pentolan” pendukung ISIS itu terancam dijerat<br />
dengan tuduhan terorisme.<br />
Selain Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003<br />
tentang Pemberantasan Terorisme, mereka<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Komisaris Besar Rikwanto.<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
terancam dijerat pasal berlapis dari UU Nomor<br />
9/2013 tentang Pemberantasan Pendanaan Terorisme,<br />
UU Nomor 11/2008 tentang Informasi<br />
dan Transaksi Elektronik, serta tuduhan makar.<br />
Polisi tak berhenti pada kelima orang itu.<br />
Pekan lalu, satgas antiteror menangkap lagi<br />
tiga orang terkait ISIS di Malang, Jawa Timur.<br />
Ketiganya, AH, HM, dan AJ, berperan memfasilitasi<br />
hingga mencarikan dana bagi WNI yang<br />
akan berangkat ke Irak dan Suriah.<br />
“(Tersangka) penangkapan terakhir ini juga<br />
bertanggung jawab merekrut Abu Jandal, yang<br />
kini di Suriah,” ucap juru bicara Mabes Polri,<br />
Komisaris Besar Rikwanto. Polisi masih memburu<br />
sejumlah tersangka lain.<br />
Adapun soal WNI yang dipulangkan, yang<br />
sebelumnya ditangkap di Turki karena diduga<br />
akan bergabung dengan ISIS, tidak akan diperlakukan<br />
sama. Sebab, tak semua militan,<br />
sebagian hanya ikut-ikutan keluarga mereka<br />
setelah mengalami “cuci otak”. “Tidak semua<br />
kita anggap teroris,” katanya.<br />
Sebanyak 12 WNI—dari 16 orang—yang dipulangkan<br />
ke Tanah Air pada Kamis malam, 26<br />
Maret lalu, itu langsung menjalani pemeriksaan<br />
oleh Densus 88 Antiteror di Markas Brimob<br />
Kelapa Dua, Depok. Empat lainnya belum dipulangkan.<br />
Mereka, yang sebagian besar remaja<br />
dan anak-anak, berbeda dengan 16 WNI yang<br />
hilang di Turki pada Februari lalu. n<br />
M. RIZAL, JAFFRY PRABU, MEI AMELIA, ADITYA MARDIASTUTI | DIM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
ADU KUAT<br />
ANGKET YASONNA<br />
PARTAI-PARTAI KIH SIAP MENGHADANG USUL HAK ANGKET<br />
YANG DIGAGAS KMP. PENYELIDIKAN DPR TERHADAP<br />
MENTERI DINILAI ANEH.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
LEMBARAN kertas berisi tanda tangan<br />
116 anggota Dewan Perwakilan Rakyat<br />
resmi diserahkan kepada pimpinan<br />
DPR. Mereka adalah para pendukung<br />
usul hak angket terhadap Menteri Hukum dan<br />
Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly. Dokumen<br />
usul hak angket itu pun diberi judul “Pelanggaran<br />
UU dan Intervensi Pemerintah dalam Konflik<br />
Partai Politik”.<br />
“Kami mewakili kawan-kawan mengajukan<br />
usul hak angket dari 116 anggota, tapi masih<br />
banyak yang akan diusulkan. Jadi mohon diterima,”<br />
kata inisiator hak angket dari Partai Golkar,<br />
Jhon F. Kennedy Aziz, di ruang pimpinan DPR,<br />
Rabu, 25 Maret lalu.<br />
Siang itu, Jhon, didampingi Riza Patria dari<br />
Ketua DPR Setya Novanto<br />
menerima surat hak angket<br />
dari Jhon Kennedy Azis.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Fahri Hamzah<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
Fraksi Partai Gerindra, diterima Ketua DPR<br />
Setya Novanto dan Wakil Ketua Fadli Zon.<br />
Fadli, wakil ketua yang membidangi hukum,<br />
menyatakan akan memproses usul hak angket<br />
tersebut dengan membahasnya bersama pimpinan<br />
lain, Badan Musyawarah, dan selanjutnya<br />
dibacakan dalam sidang paripurna pekan ini.<br />
Usul hak angket tersebut merupakan buntut<br />
keluarnya Surat Keputusan Menteri Hukum<br />
terkait kisruh dualisme kepemimpinan Golkar<br />
antara kubu Musyawarah Nasional Ancol,<br />
Jakarta, dan kubu Munas Bali. Surat bernomor<br />
M. HH-01.AH.11.01 bertanggal 23<br />
Maret 2015 itu mengesahkan perubahan<br />
kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat<br />
Golkar di bawah Ketua Umum Agung<br />
Laksono, yang merupakan hasil Munas<br />
Ancol.<br />
Keputusan itu terang membuat<br />
berang kubu Munas Bali dengan ketua<br />
umumnya Aburizal Bakrie atau Ical.<br />
Mereka menuduh Yasonna sengaja<br />
memenangkan kubu Agung,<br />
yang mendukung pemerintahan.<br />
Adapun kubu Ical dikenal sebagai motor<br />
Koalisi Merah Putih, yang beroposisi dengan<br />
pemerintah.<br />
Beberapa anggota Fraksi Golkar dari kubu<br />
Ical akhirnya melancarkan serangan lewat hak<br />
angket. Mereka menggandeng anggota DPR<br />
yang tergabung dalam KMP hingga berbuah<br />
ratusan tanda tangan. Fahri Hamzah dari Partai<br />
Keadilan Sejahtera termasuk yang mendukung<br />
usul itu. Ia beranggapan intervensi Menteri<br />
Yasonna bukan hanya terjadi dalam kisruh Golkar<br />
dan Partai Persatuan Pembangunan, yang<br />
sebelumnya menjadi partai oposisi.<br />
“Ada kecemasan dari PAN juga, karena tampaknya<br />
PAN juga sedang dipersulit,” ujar Fahri.<br />
Ia lalu mengungkapkan keganjilan keputusan<br />
Menteri Hukum dalam kisruh PPP. Saat terjadi<br />
gonjang-ganjing di tubuh partai berlambang<br />
Ka’bah tersebut, putusan Mahkamah Partai<br />
PPP justru ditolak oleh Menteri. Namun, dalam<br />
kisruh di Golkar, menurut Fahri, Yasonna justru<br />
membuat interpretasi sepihak atas keputusan<br />
mahkamah partai berlambang pohon beringin<br />
tersebut.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Ketua Fraksi Golkar DPR<br />
dari kubu Munas Bali, Ade<br />
Komarudin (kanan), dalam<br />
rapat bersama politikus KMP<br />
yang menjadi inisiator hak<br />
angket, Selasa (24/3).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
“Intervensi Menkum HAM sudah membahayakan<br />
demokrasi. Padahal kebebasan sipil dan<br />
kebebasan politik itu kan dilindungi undangundang,”<br />
tuturnya.<br />
Usul mengajukan hak penyelidikan terhadap<br />
kebijakan menteri asal Partai Demokrasi Indonesia<br />
Perjuangan tersebut merupakan hasil<br />
rapat maraton sejak dikeluarkannya keputusan<br />
menteri. Beberapa jam setelah keluarnya SK<br />
Menteri Hukum, beberapa anggota DPR dari<br />
KMP langsung menggelar rapat. Selasa malam,<br />
24 Maret 2015, mereka sepakat mengajukan<br />
hak angket.<br />
Anggota Fraksi Gerindra, Edhy Prabowo,<br />
mengatakan ada tiga isu mutakhir yang dibahas<br />
dalam rapat Selasa malam itu. Selain usul<br />
hak angket, soal calon Kepala Kepolisian RI, Komisaris<br />
Jenderal Badrodin Haiti, dan pemilihan<br />
kepala daerah serempak juga menjadi bahasan.<br />
Namun, setelah dibahas secara mendalam<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Agus Gumiwang<br />
Kartasasmita<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
dengan menghadirkan pakar hukum Yusril<br />
Ihza Mahendra, rapat itu akhirnya memutuskan<br />
hanya berfokus pada soal usul hak angket<br />
terhadap Menteri Hukum. Alasannya, sudah<br />
ada pelanggaran terhadap konstitusi, khususnya<br />
tentang hak berserikat dan berkumpul.<br />
“Kami akan melakukan penyelidikan ke<br />
Menkum HAM. Data dan fakta sudah kami<br />
kumpulkan. Kami akan membuktikan Laoly<br />
bukan menjalankan tugas menteri, tapi<br />
sebagai petugas partai (PDIP),” ucap politikus<br />
Golkar kubu Munas Bali, Bambang<br />
Soesatyo.<br />
Sedangkan Epyardi, kader PPP kubu<br />
Djan Faridz, yang bergabung dengan<br />
KMP, mengatakan tindakan Yasonna<br />
membuat kader partainya di daerah<br />
tercerai-berai. Kantor dewan pimpinan<br />
daerah pun menjadi rebutan. Ia<br />
menuding kondisi itu tak lain karena<br />
ulah Yasonna, yang memberikan surat ke<br />
Komisi Pemilihan Umum dengan melampirkan<br />
surat keputusan bahwa kepengurusan<br />
PPP Romahurmuziy alias<br />
Romi yang dianggap sah.<br />
“Padahal kami berkali-kali mencoba islah. Tapi<br />
langkah apa pun yang kami lakukan dianggap<br />
tidak sah oleh Laoly. Hal ini menjadi dasar kami<br />
mendukung hak angket,” kata dia.<br />
Namun usul hak angket itu ditanggapi dingin<br />
oleh Ketua Fraksi Golkar dari kubu Munas Jakarta,<br />
Agus Gumiwang Kartasasmita. Ia menganggap<br />
hal itu berlebihan.<br />
“Kami cari cara lain agar bisa mendapat<br />
jawaban mengenai masalah PPP dan Golkar,”<br />
ujar putra senior Golkar Ginandjar Kartasasmita<br />
itu.<br />
Berbeda dengan kubu Aburizal, Gumiwang<br />
justru berterima kasih kepada Menteri Yasonna,<br />
yang menetapkan hanya PPP kubu Romi<br />
dan Golkar versi Agung Laksono yang dianggap<br />
sah. “Pesan itu tegas karena menghilangkan<br />
berbagai kebingungan,” tuturnya.<br />
Politikus Golkar, Agun Gunanjar Sudarsa,<br />
juga menyebut keputusan yang dikeluarkan<br />
Yasonna merupakan kewenangannya sebagai<br />
menteri. Ia meminta para pendukung hak<br />
angket membuka kembali Undang-Undang<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Pengurus DPP Partai Golkar<br />
kubu Munas Jakarta (berdiri<br />
dari kanan ke kiri), Agus<br />
Gumiwang, Sekjen Zainuddin<br />
Amali, dan Wakil Ketua<br />
Umum Yorrys Raweyai,<br />
bersilaturahmi dengan<br />
anggota Fraksi Golkar DPR,<br />
di kantor DPP Golkar, Selasa<br />
(24/3).<br />
ANDIKA WAHYU/ANTARA FOTO<br />
tentang Administrasi Pemerintahan.<br />
“Itu kewenangan atribut yang melekat pada<br />
jabatan menteri. Itu independensi pejabat negara.<br />
Sama kayak hakim yang memutus perkara.<br />
Dia tidak perlu minta konsultasi ke atasan.<br />
Tapi itu soal tanggung jawab,” ucap politikus<br />
kubu Munas Ancol ini.<br />
Tidak hanya dari anggota DPR dari dua parpol<br />
yang sedang didera perseteruan internal, usul<br />
hak angket tentu bakal mendapat penolakan<br />
dari partai-partai Koalisi Indonesia Hebat. Bakal<br />
ada “adu kuat” lagi antara KIH dan KMP. Politikus<br />
senior PDI Perjuangan, Pramono Anung,<br />
bahkan siap berdiri di depan untuk melindungi<br />
Yasonna dari manuver KMP.<br />
“Kami sudah pikirkan kalau nanti sampai paripurna,<br />
kami (KIH) sepakat, apa pun kebijakan<br />
pemerintah, seperti putusan Menkum HAM,<br />
akan kami dukung,” kata Pramono.<br />
Bekas sekretaris jenderal partai berlambang<br />
kepala banteng itu berpendapat hak angket<br />
tidak ada relevansinya dengan kisruh di Golkar<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
NASIONAL<br />
Spanduk dukungan terhadap<br />
pengajuan hak angket untuk<br />
Menteri Hukum Yasonna<br />
Laoly.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
dan PPP. Sebab, itu merupakan urusan internal,<br />
sehingga tidak elok jika menyeret partai lain.<br />
“Hak angket dilakukan kalau memang ada<br />
pelanggaran yang menyangkut kepentingan<br />
masyarakat luas,” ujar mantan Wakil Ketua<br />
DPR itu. Untuk itu, Anung menuturkan, KIH<br />
akan merapatkan barisan guna menghadapi<br />
hak angket terhadap Menteri Yasonna.<br />
Sebelumnya, Yasonna menanggapi dengan<br />
santai “ancaman” KMP kepadanya lewat hak<br />
angket. Menurut dia, keputusan soal Golkar<br />
sudah dilaporkannya kepada Presiden Joko<br />
Widodo. Presiden pun mendukung segala keputusan<br />
yang diambilnya.<br />
“Beliau (Jokowi) bilang, kalau sudah yakin<br />
benar, ya lakukan saja. Diingatkan supaya hatihati,<br />
benar-benar lihat undang-undangnya,”<br />
tuturnya.<br />
Analis politik dari Cyrus Network, Hafizul<br />
Mizan Piliang, menilai aneh jika hak angket diajukan<br />
untuk menyelidiki menteri, yang tidak<br />
sejajar dengan DPR. “Seharusnya (DPR) kan<br />
hak angketnya ke presiden,” ucapnya. Ia pun<br />
memprediksi hak angket itu akan kandas di<br />
Dewan. n<br />
JAFFRY PRABU PRAKOSO, ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 30 MARET 16 - 22 - 5 MARET APRIL 2015
KRIMINAL<br />
DUA TEMBAKAN BEGAL BERTOPI<br />
PENEMBAKAN JURAGAN BERAS DI CIRACAS DIDUGA TERENCANA. HANYA ORANG YANG<br />
MENGENAL KORBAN YANG TAHU KEBIASAANNYA MEMBAWA UANG.<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KRIMINAL<br />
AZAN magrib belum lama berkumandang<br />
saat suara letusan<br />
senjata mengejutkan Icang pada<br />
Sabtu malam, 21 Maret 2015. Saat<br />
itu Icang―bukan nama sebenarnya―masih<br />
berada di kios dagangannya, dekat Swalayan<br />
Naga, di tepi Jalan Raya Bogor Kilometer 25,<br />
Ciracas, Jakarta Timur.<br />
Jalan di depan swalayan ke arah Bogor, yang<br />
biasanya sangat ramai, itu kebetulan agak sepi.<br />
Sebab, arus kendaraan tertahan lampu pengatur<br />
lalu lintas di pertigaan Ciracas, sekitar 30<br />
meter sebelum Swalayan Naga. Karena itu,<br />
meski samar-samar lantaran hari sudah gelap,<br />
Icang melihat seorang pengendara sepeda<br />
motor Yamaha RX King dipepet dua sepeda<br />
motor lain.<br />
Dua sepeda motor itu ditumpangi empat<br />
orang berperawakan sedang. Tiga mengenakan<br />
helm dan seorang lain hanya memakai topi.<br />
Sebelum menembak dengan pistol, salah satu<br />
pelaku membacok lengan kiri pengendara RX<br />
Toko Rahmat milik korban<br />
ADITYA MARDIASTUTI/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KRIMINAL<br />
Badan korban ambruk di trotoar,<br />
kepalanya keluar dari trotoar.<br />
Saya sempat bantu mengangkat<br />
korban supaya enggak bikin<br />
macet.<br />
King tersebut. Setidaknya, Icang mendengar<br />
dua kali letusan saat itu. Selain ke arah korban,<br />
pelaku menembakkan pistolnya ke atas.<br />
“Mungkin sewaktu dibacok masih jalan, terus<br />
(korban) ditembak di bagian perut,” kata Icang<br />
saat ditemui majalah detik, Selasa, 24 Maret<br />
lalu. “Yang menembak yang pakai topi.”<br />
Setelah korban dan sepeda motornya ambruk<br />
ke trotoar, salah satu pelaku mengambil<br />
tas berisi uang ratusan juta rupiah yang dibawa<br />
korban. Aksi itu dilakukan<br />
hanya beberapa detik<br />
sebelum mereka tancap<br />
gas meninggalkan korban<br />
yang terkapar. Icang dan<br />
beberapa warga lain baru<br />
berani mendekat setelah<br />
empat begal itu menghilang.<br />
“Badan korban ambruk di trotoar, kepalanya<br />
keluar dari trotoar. Saya sempat bantu mengangkat<br />
korban supaya enggak bikin macet,”<br />
ujarnya.<br />
Setelah dicek, korban ternyata Mamat Syurochmat,<br />
55 tahun, warga Jalan Beli RT 011, RW<br />
09, Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar<br />
Rebo, Jakarta Timur. Mamat dikenal sebagai<br />
juragan beras. Kios beras "Rahmat" miliknya<br />
berada di Pasar Ciracas. Keluarga korban<br />
yang tinggal tak jauh dari lokasi penembakan<br />
langsung membawa Mamat ke Rumah Sakit<br />
Umum Pasar Rebo.<br />
”Adik ipar saya mengabarkan Papa ditembak<br />
di (Swalayan) Naga. Saya langsung ke lokasi, lihat<br />
Bapak masih tergeletak,” tutur Dwi Untoro,<br />
menantu Mamat, saat ditemui di rumah duka<br />
Selasa pekan lalu.<br />
Setiba korban di RS Pasar Rebo, perawat<br />
menyatakan Mamat sudah meninggal. Namun<br />
keluarga tidak sepenuhnya yakin. Sebab, istri<br />
Untoro, yang juga putri pertama Mamat, Any<br />
Setiany, masih merasakan denyut nadi korban.<br />
Mamat kemudian dibawa ke RS Polri Kramat<br />
Jati. Namun keluarga akhirnya harus menerima<br />
kenyataan itu. Nyawa Mamat tak tertolong.<br />
“Dokter dan semuanya sudah berusaha,”<br />
ucap Untoro.<br />
Korban Mamat tewas dengan luka tembak<br />
pada pinggang kiri dan luka bacok pada lengan<br />
kirinya. “Dia meninggal di RS Polri,” kata Kepala<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KRIMINAL<br />
TKP pembacokan dan<br />
penembakan korban Mamat<br />
di depan pintu masuk<br />
Swalayan Naga.<br />
DETIKCOM<br />
Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Ciracas<br />
Ajun Komisaris Jupriono.<br />
Seperti dituturkan saksi di lokasi kejadian,<br />
Jupriono mengatakan pelaku berjumlah empat<br />
orang menunggang dua sepeda motor. Salah<br />
satunya berjenis Suzuki Satria FU. Kejadian<br />
berlangsung cepat, sekitar pukul 18.30 WIB.<br />
“Korban dipepet ketika baru keluar dari pasar,”<br />
ujarnya.<br />
Adik ipar Mamat, Sukria Ramdhani, malah<br />
menduga ada keterlibatan orang yang mengenal<br />
Mamat dalam pembegalan tersebut.<br />
Kecurigaan itu muncul karena pelaku tahu<br />
kebiasaan korban membawa banyak uang dari<br />
toko berasnya.<br />
“Ini ada orang yang sudah mengincar (uang<br />
korban). Pegawainya kan banyak yang keluarmasuk.<br />
Jadi tahu kebiasaan beliau yang selalu<br />
bawa uang banyak,” tutur pria yang akrab disapa<br />
Dhani itu seusai pemakaman Mamat di<br />
Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon,<br />
Jakarta Timur, Ahad, 22 Maret lalu.<br />
Dhani menduga orang yang mengetahui<br />
kebiasaan Mamat itu memberikan informasi<br />
kepada komplotan begal. Kecurigaan ini cukup<br />
beralasan, karena tas yang dipakai Mamat<br />
untuk membawa uang sehari-harinya tidak<br />
mencolok. Modelnya pun biasa-biasa saja.<br />
Hanya orang yang sudah mengenal korban<br />
yang tahu tas itu digunakan untuk membawa<br />
uang. Tas tersebut juga berisi kunci rumah serta<br />
kartu identitas diri. Korban diperkirakan membawa<br />
uang Rp 500 juta pada hari nahasnya itu.<br />
Any membenarkan soal kebiasaan sang ayah<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KRIMINAL<br />
Mamat Syurochmat<br />
DOK.KELUARGA/REPRO<br />
membawa uang hasil penjualan beras dalam<br />
jumlah besar dari toko ke rumah dan sebaliknya<br />
dengan mengendarai sepeda motor. Hal<br />
itu sudah dilakukannya selama puluhan tahun.<br />
“Uang itu buat bayar ke distributor, plus keuntungannya.<br />
Distributornya datang ke rumah<br />
untuk ambil pembayaran,” ucap Any.<br />
Di rumah, kata Any, ayahnya memiliki tiga<br />
buah sepeda motor jenis Yamaha RX King.<br />
Namun Mamat lebih sering memakai RX King<br />
berwarna biru untuk bolak-balik dari toko ke<br />
rumahnya. Dengan sepeda motor itulah Mamat<br />
ditembak para begal.<br />
Dugaan bahwa kebiasaan Mamat dipelajari<br />
pelaku perampokan itu kini didalami. Polisi<br />
telah melakukan observasi di tempat kejadian<br />
perkara dan menggali keterangan dari sejumlah<br />
saksi mata. Selain Polsek Ciracas, tim dari<br />
Kepolisian Resor Jakarta Timur dan Kepolisian<br />
Daerah Metro Jaya turun tangan menangani<br />
kasus yang pelakunya masih misterius tersebut.<br />
“Bisa dilihat ini kejadian yang direncanakan,”<br />
ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya<br />
Komisaris Besar Martinus Sitompul di kantornya,<br />
Senin pekan lalu.<br />
Dugaan itu muncul dari fokus pelaku yang<br />
mengincar tas korban. Para pelaku membidikkan<br />
serangan, baik membacok maupun<br />
menembak, di sisi yang sama dengan posisi tas<br />
saat dibawa korban. Saat ini tim gabungan itu<br />
masih berupaya mengungkap dan memburu<br />
para pelaku yang diduga merupakan komplotan<br />
pemain lama tersebut. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN GUNAWAN<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
CRIME STORY<br />
BUI<br />
HINGGA<br />
GUGATAN<br />
ISTRI<br />
“DUKUN CABUL” ARI<br />
MULYANA SEMPAT MENCOBA<br />
BUNUH DIRI. HAKIM DIHARAP<br />
MENJATUHKAN PUTUSAN<br />
ADIL MENGINGAT BANYAK<br />
KORBANNYA DI BAWAH<br />
UMUR.<br />
ILUSTRASI: KIAGUS AULIANSHAH & EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
CRIME STORY<br />
SUPENDI tak pernah mengira putranya,<br />
Ari Mulyana, 23 tahun, harus<br />
berurusan dengan polisi dan dibui<br />
gara-gara tuduhan berbuat cabul.<br />
Tak tanggung-tanggung, anak bungsunya itu<br />
kini menghadapi sangkaan mencabuli 20 perempuan<br />
muda dengan kedok sebagai orang<br />
pintar yang bisa menangkal santet.<br />
“Saya enggak tahu apa-apa. Kalau Ari nyebut<br />
punya ilmu dari turunan Banten, itu bohong,”<br />
kata Supendi, ayah “dukun cabul” Ari Mulyana,<br />
saat ditemui di rumahnya, daerah Rancabali,<br />
Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara,<br />
Cimahi, Jawa Barat.<br />
Selama ini, anaknya itu tak pernah menunjukkan<br />
polah tingkah aneh. Sepengetahuannya,<br />
Ari hidup layaknya orang biasa. Bontot<br />
dari lima anak Supendi itu bekerja di toko elektronik<br />
setamat sekolah menengah atas swasta<br />
di Cimahi.<br />
Dari toko elektronik, Ari pindah bekerja di<br />
pabrik cat. Anaknya itu juga sempat mencoba<br />
peruntungan dengan berbisnis ulat untuk pakan<br />
burung di daerah Bandung Barat sebelum<br />
akhirnya dicokok aparat akhir Januari lalu.<br />
“Dia juga enggak pernah bicara (kegiatan)<br />
paranormal. Ari hidup wajar-wajar aja,” ujar pria<br />
berusia 60 tahun tersebut.<br />
Sesekali, Supendi menggelengkan kepalanya<br />
saat membicarakan ulah putranya yang membuat<br />
malu keluarga itu. Saat ditemui majalah<br />
detik awal Maret lalu, Supendi masih enggan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
CRIME STORY<br />
Di rumah ini enggak jadi tempat<br />
pengobatan. Aneh, kata siapa Ari<br />
bisa ngobatin orang?<br />
menjenguk Ari, yang mendekam di sel tahanan<br />
Markas Kepolisian Resor Kota Besar Bandung.<br />
Ia sempat mengurung diri di rumah selama 10<br />
hari setelah mendengar kabar anaknya ditangkap.<br />
“Sampai sekarang saya masih shock,” tuturnya.<br />
“Tapi (Ari) ditangkapnya bukan di rumah<br />
ini.”<br />
Ari sebelumnya tinggal di rumah orang tuanya<br />
di daerah Jalan Rancabali. Namun, sekitar<br />
tiga bulan lalu, ia hijrah<br />
ke rumah mertuanya di<br />
Jalan Dangdeur, Kelurahan<br />
Sukarasa, Kecamatan<br />
Sukasari, Kota Bandung.<br />
Di rumah sang mertualah Ari dicokok petugas.<br />
Di kediamannya yang sederhana, yang menyempil<br />
di sebuah gang, Supendi kini tinggal<br />
bersama istri dan anaknya yang lain. Di usia<br />
senja, ia masih mencari uang sebagai pengatur<br />
lalu lintas tak resmi. Ia menyebut pekerjaannya<br />
itu “Pak Ogah”. Supendi juga membantah<br />
tudingan rumahnya dijadikan tempat praktek<br />
perdukunan.<br />
“Di rumah ini enggak jadi tempat pengobatan.<br />
Aneh, kata siapa Ari bisa ngobatin orang?”<br />
ucapnya.<br />
Sejak menikahi F, 21 tahun, Ari tinggal bersama<br />
istrinya. Dari berjualan burung, ia berganti<br />
usaha berdagang batagor di dekat kediaman<br />
sang mertua. Seperti yang dituturkannya, Ari<br />
mengenal F dari N, temannya. Keduanya menikah<br />
pada 7 Januari 2015. Nah, 20 hari setelah<br />
menikah, Ari ditangkap polisi.<br />
Ari mengaku mendapatkan “ilmu spiritual”<br />
dari seorang aki di daerah Cikalong, Bandung<br />
Barat, yang kini sudah meninggal. Sang aki—<br />
panggilan kakek dalam bahasa Sunda—mengajarinya<br />
amalan-amalan tertentu untuk menguasai<br />
“sifat-sifat dunia”.<br />
“Katanya saya punya bakat spiritual atau<br />
indigo. Saya disuruh kerjain amalan bagi yang<br />
memerlukan, yang meyakini,” begitu kata Ari.<br />
“Saya dikasih tahu sejak SMP, tapi baru saya<br />
amalin umur 19 tahun.”<br />
Namun ilmu untuk membantu orang yang<br />
membutuhkan tersebut malah disalahgunakan.<br />
Dengan kedok ilmu gaib itulah Ari mencabuli<br />
korban-korbannya. Selain El, gadis berusia 16<br />
tahun, ia juga memperdaya Ma dan In (14 dan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
CRIME STORY<br />
15 tahun).<br />
Taktik menjerat dua gadis “bau kencur” tersebut<br />
juga sama dengan saat ia memperdaya<br />
El. Lewat orang tua mereka, Ari menyebut<br />
kedua gadis itu dalam pengaruh jahat. Sayangnya,<br />
mereka teperdaya. Orang tua Ma bahkan<br />
mengundang Ari ke rumahnya agar sang putri<br />
diobati.<br />
“Disaksikan semua (keluarga), saya pegang<br />
kepala (Ma), lalu saya baca amalan dan keluar<br />
paku,” ujarnya.<br />
Ari berdalih hal itu tak direkayasa. Dari rumah<br />
orang tua Ma, pengobatan dipindah ke<br />
rumah anggota keluarga yang lain lantaran takut<br />
ketahuan ayah Ma, yang tak setuju de ngan<br />
cara tersebut. Di rumah yang lain itu, pasien<br />
bertambah satu, yakni In. Dua gadis yang masih<br />
di bawah umur tersebut lalu ia perintahkan<br />
mandi dengan cuma memakai kain.<br />
“Mereka sekali saya guyur di kamar mandi.<br />
Setelah mandi, ditawari di kamar supaya (pengobatan)<br />
tenang,” tuturnya.<br />
Nafsu bejat Ari kembali bergejolak. Ia lalu<br />
meminta Ma dan In membuka kainnya hingga<br />
telanjang bulat. Ia pun berlagak seperti dokter,<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
CRIME STORY<br />
Saya takut ketahuan, (dan<br />
ditanya) kenapa pengobatan<br />
caranya ditelanjangi begitu.<br />
lalu “memeriksa” bagian-bagian tubuh kedua<br />
gadis tersebut. Setelah puas menggerayangi<br />
kedua gadis itu, Ari pun meminta mereka tidak<br />
mengadu kepada siapa pun.<br />
“Karena sudah malam, dan saya takut (ketahuan),<br />
saya selesaikan. Saya takut ketahuan,<br />
(dan ditanya) kenapa pengobatan caranya ditelanjangi<br />
begitu,” ucap Ari.<br />
Nah, dari mulut ke mulut, “kemampuan” Ari<br />
sampai ke telinga Im, 29 tahun, dan NF, 25 tahun.<br />
Berbeda dengan korban Ari sebelumnya, yang<br />
tergolong masih bocah, Im<br />
dan NF ingin curhat soal<br />
rumah tangga mereka. Im<br />
seorang janda, sedangkan<br />
NF adalah perempuan<br />
bersuami. Singkat cerita,<br />
Ari lagi-lagi diminta datang ke rumah keluarga<br />
mereka untuk memberi pengobatan.<br />
“Saya kasih amalan kepada mereka buat<br />
dibaca. Mereka berdua baca di kamar, dan<br />
saya ngobrol dengan keluarga yang lain di luar.<br />
Setengah jam kemudian, saya masuk kamar,”<br />
katanya. “Lalu nafsu saya keluar lagi....”<br />
Ari lagi-lagi “mengadali” kedua wanita yang<br />
sudah lebih dewasa itu. Ia meminta mereka<br />
menanggalkan pakaian ketika Ari masuk ke<br />
kamar. Ujung-ujungnya bisa ditebak. Keduanya<br />
pun ia setubuhi. Ari berdalih hanya tiga<br />
korbannya yang sampai ia tiduri. Lainnya cuma<br />
ia gerayangi.<br />
Apa pun dalihnya, Ari kini menghadapi sangkaan<br />
berat. Ia terancam hukuman penjara dari<br />
5 hingga 15 tahun dengan jeratan Undang-Undang<br />
Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014<br />
karena sebagian korbannya masih tergolong<br />
di bawah umur. Ia juga menghadapi gugatan<br />
cerai dari sang istri, yang baru ia nikahi awal<br />
tahun ini.<br />
Masalah berat yang harus ia tanggung akibat<br />
perbuatannya membuat Ari lagi-lagi berpikiran<br />
cetek. Baru sehari ditahan polisi, ia mencoba<br />
bunuh diri dengan meminum sabun cair. Akibatnya,<br />
ia harus dilarikan ke rumah sakit.<br />
“Di rumah sakit, saya dikasih surat gugatan<br />
cerai (oleh istri),” ujarnya dengan raut wajah<br />
menyesal.<br />
Kriminolog dari Universitas Padjadjaran,<br />
Bandung, Yesmil Anwar, menilai praktek dukun<br />
cabul bukan tergolong baru di era masyarakat<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
CRIME STORY<br />
modern saat ini. Hal-hal takhayul masih dipercaya<br />
karena, di beberapa kalangan masyarakat,<br />
masih ada kesenjangan antara harapan dan<br />
kenyataan. Akibatnya, hal itu menjadi peluang<br />
bagi para pelaku untuk memanipulasi korban<br />
dengan rayuan dan janji-janji. Yesmil pun berharap<br />
masyarakat mendapatkan edukasi agar<br />
kasus serupa tak lagi terulang.<br />
“Saya lihat ini ciri masyarakat yang belum<br />
matang,” tutur Yesmil secara terpisah.<br />
Dari praktek itu, pelakulah yang jelas mendapatkan<br />
kesenangan. Yesmil pun berharap<br />
hakim kelak menjatuhkan putusan yang adil<br />
dengan mempertimbangkan korban-korbannya.<br />
“Apalagi banyak korbannya masih di<br />
bawah umur,” ucapnya. ■ (Bagian kedua—<br />
Selesai)<br />
TYA EKA YULIANTI (BANDUNG), BABAN GANDAPURNAMA (CIMAHI) | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KOLOM<br />
JALAN TERJAL<br />
MENGALAHKAN ISIS<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
CERMAT MENGGUNAKAN HUKUM DAN TEKUN MELAWAN<br />
IDE ADALAH PILIHAN PALING BIJAK MENGALAHKAN ISIS.<br />
OLEH: TAUFIK ANDRI<br />
BIODATA<br />
Nama:<br />
Taufik Darmawan Andri Susanto<br />
Pendidikan:<br />
● Fakultas Ilmu Sosial dan<br />
Ilmu Politik Universitas<br />
Soedirman, Purwokerto,<br />
2006<br />
● Advance Security Course,<br />
Hawaii, Amerika, Septem-<br />
JAUH sebelum Islamic State of Iraq and Syam (ISIS) lahir pada April 2013 di<br />
Suriah, sekelompok orang di Indonesia telah mengenal dan mendukung<br />
Daulah Islam Irak atau Islamic State of Iraq (ISI) yang didirikan pada 2006<br />
di Irak. Kelompok militan yang mengidolakan Daulah Islam Irak di antaranya<br />
sel militan yang dipimpin Noor Din M. Top, aktor penting aksi terorisme di<br />
Indonesia sepanjang 2003-2009.<br />
Bagus Budi Pranoto alias Urwah (almarhum) dari Solo, salah satu letnan penting<br />
Noor Din M. Top, bahkan memproduksi video proklamasi Daulah Islam Irak dalam<br />
bentuk VCD. Video ini diedarkan dan dikaji di kalangan terbatas pada 2007. Cikalbakal<br />
ideologi ISIS ini disemai dengan cara sederhana. Spirit perlawanan disimpan<br />
dalam ingatan generasi setelahnya melalui cerita dari mulut ke mulut, risalah dan<br />
manuskrip, serta bahan tontonan.<br />
Ide dasar Daulah Islam Irak relatif sama dengan ISIS pada hari ini. Namun metode<br />
perjuangan yang lebih kejam dan menakutkan tapi efektif membuat ISIS dianggap<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KOLOM<br />
ber-November 2014<br />
Pekerjaan:<br />
● Wartawan The Yomiuri<br />
Shimbun<br />
● Kontributor majalah<br />
Pantau, 2002-2003<br />
● Peneliti di Institut Studi<br />
Arus Informasi, 2003-<br />
2004<br />
● Asia-Pacific Center for<br />
Security Studies<br />
● Direktur Riset Yayasan<br />
Prasasti Perdamaian,<br />
Jakarta, 2009-2014<br />
● Direktur Eksekutif Yayasan<br />
Prasasti Perdamaian,<br />
Jakarta, 2014-sekarang<br />
Karya:<br />
● Ekonomi Politik Media Penyiaran;<br />
Agus Sudibyo et<br />
all, ISAI and LKiS, Jakarta,<br />
2004<br />
● Antologi Jurnalisme Sastrawi:<br />
Taufiq bin Abdul<br />
Halim Chapter, Yayasan<br />
lebih digdaya dan menjanjikan ketimbang pendahulunya. Debat panjang di kalangan<br />
jejaring militan mengenai lebih urgen mana daulah (pemerintahan) dengan<br />
tandzim (kelompok) dijawab ISIS dengan mendirikan ke-khilafah-an dengan nama<br />
Islamic State (Kekhilafahan Islam) pada Juni 2014. Singkatnya, di Indonesia ISIS dianggap<br />
lebih efektif dan konkret.<br />
Gelombang awal dukungan ISIS di Indonesia dimulai pada 2013. Gelombang ini<br />
membesar pada tahun-tahun setelahnya. Dukungan terbuka melalui demonstrasi,<br />
majelis taklim, tablig akbar, bedah buku, sekaligus penggalangan dana tumbuh di<br />
hampir semua kota di Indonesia.<br />
Ketika pemerintah mulai concern terhadap isu ini, arus kampanye kelompok<br />
pendukung ISIS sedikit kendur di permukaan. Namun, di bawah tanah, gerakan ini<br />
seperti bola salju. Terus menggelinding dan membesar. Dukungan yang awalnya<br />
sebatas ide dan pengiriman dana bantuan kemanusiaan menjelma jadi aksi konkret<br />
berupa pengiriman personel.<br />
Berapa sesungguhnya jumlah pendukung ISIS di Indonesia? Lantas, berapa jumlah<br />
orang Indonesia yang tergabung dengan ISIS, baik di Suriah maupun Irak? Estimasi<br />
awal mungkin 2.000-3.000 orang. Hal ini bisa diukur dari banyaknya orang<br />
yang mengikuti demonstrasi pro-ISIS, peserta tablig akbar, pengajian, dan bedah<br />
buku yang jumlahnya ratusan orang di tiap daerah.<br />
Jumlah orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS lebih susah lagi ditentukan.<br />
Perkiraan terbaik berkisar 200-300 orang, terhitung selama 2013-2015. Angka estimasi<br />
berasal dari komunikasi pribadi penulis dengan salah satu orang Indonesia<br />
yang tengah "berjihad" di Suriah melalui Facebook.<br />
Perlu dicatat bahwa tidak semua orang Indonesia yang berangkat ke Suriah<br />
maupun Irak bergabung dengan ISIS. Sebagian kecil di antara mereka bergabung<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KOLOM<br />
●<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
Pantau, Jakarta, 2005<br />
Dari Penjara ke Penjara,<br />
Agustus 2008<br />
dengan Jabhah Nushrah, Jabhah Islamiyah, Ahrar as-Syam, dan beberapa kelompok<br />
lokal yang berbasis komunitas pemberontak di masyarakat setempat. Jumlah orang<br />
Indonesia yang berperang di Suriah dan Irak masih kalah dengan jumlah orang dari<br />
kawasan Eropa, Middle East, dan Afrika yang mencapai ribuan orang per negara.<br />
Secara teoretis, keberadaan orang Indonesia yang berperang bersama ISIS tidak<br />
atau belum membawa masalah apa pun di Indonesia. Ancaman gangguan keamanan<br />
akan muncul saat seluruh atau sebagian dari mereka kembali ke Indonesia.<br />
Patut disayangkan bahwa pemerintah belum memiliki catatan yang lengkap<br />
tentang mereka. Database sangat penting, terutama untuk menentukan strategi<br />
dan program tertentu yang relevan bagi mereka yang akan kembali ke Indonesia<br />
nantinya.<br />
Sejarah mengajarkan, pada akhir 1990-an terdapat kurang-lebih 400 orang Indonesia<br />
yang berperang dalam "jihad" Afganistan. Pemerintah tidak memiliki cukup<br />
data untuk menilai seberapa bahaya keberadaan orang-orang ini. Peristiwa bom<br />
malam Natal Desember 2000, beberapa aksi bom pada 2001, dan bom Bali Oktober<br />
2002 ternyata dimotori oleh para alumnus "jihad" Afganistan ini. Kuranglebih<br />
100 orang atau seperempat dari populasi alumni "jihad" ini ditangkap dan<br />
dipenjarakan. Namun sisanya, sekitar 300 orang, bisa kembali hidup normal di<br />
tengah masyarakat.<br />
Pemetaan dan database yang strategis akan membuat pemerintah mampu<br />
memilah pendekatan apa yang harus dipakai. Klasifikasi dalam proses database<br />
dan pemetaan ini akan menunjukkan siapa saja yang harus diawasi dan siapa<br />
yang harus dirangkul karena tidak mencerminkan ancaman bagi masyarakat<br />
dan pemerintah.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KOLOM<br />
Pekerjaan rumah pemerintah bukan hanya soal antisipasi kepulangan mereka,<br />
tapi juga bagaimana mencegah agar tidak lebih banyak lagi orang Indonesia yang<br />
berangkat ke Suriah.<br />
Membiarkan jumlah orang Indonesia berangkat ke Suriah ibarat menanam ranjau<br />
di kebun sendiri. Sebab, meski banyak orang Indonesia yang mempercayai konsep<br />
hijrah ke tanah Syam yang diberkati itu, tetap akan ada orang Indonesia yang<br />
kembali. Faktor sosial-politik dan budaya di Suriah akan secara signifikan membuat<br />
mereka terpaksa atau dengan kesadaran kembali ke Indonesia.<br />
Lantas, bagaimana menghadapi pendukungnya yang masih eksis di Indonesia?<br />
Perangkat hukum untuk menangani perekrut, pendukung logistik, dan penggalang<br />
dana sudah ada. Namun tetap diperlukan kejelian dan kecermatan aparat<br />
hukum untuk memilah mana yang memiliki peran strategis dan mana yang hanya<br />
penggembira. Sebab, salah perlakuan dan penanganan hanya akan menimbulkan<br />
dendam tak berkesudahan.<br />
Mengatasi kelompok yang bahkan memiliki sejarah telah mengenal dan mendukung<br />
cikal-bakal ISIS sejak hampir 10 tahun lalu di Indonesia memang sulit dan<br />
kompleks. Jalan terjal mengalahkan ISIS hanya bisa dilalui dengan dua hal: cermat<br />
menggunakan hukum dan tekun melawan ide. n<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
LAKSMI PAMUNTJAK:<br />
SOAL PKI,<br />
SAYA LEBIH BEBAS<br />
DARI PRAMOEDYA<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
NOVEL AMBA MENARIK PERHATIAN PUBLIK DI ARENA LEIPZIG<br />
BOOK FAIR. BERLATAR TRAGEDI 1965.<br />
A<br />
MBA adalah novel pertama karya Laksmi Pamuntjak.<br />
Sebelumnya, ia menulis puisi, kumpulan<br />
cerita pendek, dan berbagai artikel tentang<br />
isu-isu aktual. Khusus tulisan-tulisannya tentang<br />
kuliner telah dibukukan hingga empat jilid dengan<br />
judul The Jakarta Good Food Guide.<br />
Amba pertama kali ditulis dalam bahasa<br />
Inggris dengan judul The Question of Red pada<br />
Oktober 2012. Pada Agustus nanti akan terbit<br />
dalam bahasa Belanda, Amba Of De Kleur Van<br />
Rood, dan sebulan kemudian Alle Farben Rot<br />
dalam bahasa Jerman. Novel tersebut akan<br />
disertakan dalam Frankfurt Book Fair, 14-18<br />
Oktober mendatang.<br />
Publik Jerman, khususnya media massa,<br />
memberi perhatian khusus pada novel berlatar<br />
peristiwa September 1965 itu. Di arena Leipzig<br />
Book Fair 2015, 12-15 Maret lalu, mereka secara<br />
bergilir mewawancarai Laksmi.<br />
“Saya kaget, saya tak berpikir akan sampai<br />
seperti ini. Luar biasa wawancara mereka terhadap<br />
saya,” katanya kepada majalah detik<br />
di sela-sela Leipzig Book Fair, Leipzig, Jerman.<br />
Laksmi berharap Amba, yang menampilkan<br />
setting banyak wilayah, bisa memberikan gambaran<br />
Indonesia dalam segala kompleksitasnya<br />
sebagai bangsa yang luar biasa.<br />
Lantas, bagaimana dia mengidentifikasikan<br />
dirinya dengan Ayu Utami, yang lebih dulu dikenal<br />
internasional? Juga dengan Pramoedya<br />
Ananta Toer dan Ahmad Tohari, yang samasama<br />
menulis tentang tragedi 1965? Simak<br />
petikan penuturannya berikut ini.<br />
Anda pernah membayangkan Amba<br />
akan dikenal secara internasional?<br />
Tentu saja saya tak punya pikiran menyanjung<br />
diri bahwa karya yang saya tulis<br />
bisa membawa nama Indonesia ke dunia internasional.<br />
Tapi, paling tidak, saya tahu saya<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
Jogja. Mudah-mudahan, dari gambaran Indonesia<br />
dalam kurun waktu beda-beda, ada yang<br />
lumayan representatif.<br />
Video Indonesia di Leipzig<br />
Book Fair 2015<br />
TIM DOKUMENTASI DELEGASI INDONESIA<br />
DI LEIPZIG BOOK FAIR 2015<br />
Video<br />
telah mencoba menuliskan Indonesia dalam<br />
kemajemukannya tidak hanya di sisi sosial,<br />
paham, dan persentuhan, tapi juga sejarah<br />
modern Indonesia dalam kurun waktu 60<br />
tahun. Saya rasa Amba cukup berhasil, paling<br />
tidak berusaha menampilkan setting Indonesia<br />
berbagai macam: Ambon, Kediri, Jakarta, dan<br />
Pers Jerman memberikan perhatian lebih<br />
pada novel Anda, Amba. Ketertarikan<br />
mereka menggambarkan apa?<br />
Saya rasa itu menggambarkan semakin lama<br />
evolusi dari kehidupan manusia yang saat ini<br />
lebih tersambung dan terkait satu sama lain<br />
lewat social media. Lewat revolusi dunia digital,<br />
mereka tertarik pada tempat-tempat lain.<br />
Mereka ingin tahu negeri yang tidak dikenal<br />
atau budaya yang tak mereka kenal. Mungkin<br />
kita ada yang bersungut-sungut soal efek<br />
media yang negatif. Tapi, di sisi lain, luar biasa<br />
sekali dengan media sosial ini. Kita bisa berkomunikasi<br />
dengan teman-teman di Indonesia,<br />
juga di luar negeri. Ada keterbukaan seperti<br />
itu sekarang.<br />
Perasaan Anda atas respons publik tersebut?<br />
Sangat senang sekali karena, meskipun<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
saya suka dengan perlakuan komunitas sastra<br />
internasional terhadap saya, yaitu tidak mengotakkan<br />
saya sebagai orang Indonesia, karena<br />
orang itu punya banyak diri dalam dirinya, keragaman<br />
diri kita bisa ditampilkan. Jadi kita tak<br />
terbatas. Tapi, di saat yang sama, saya bangga<br />
Indonesia dilihat, orang asing tertarik pada<br />
Indonesia. Saya bangga sekali, saya terharu.<br />
Artinya Indonesia mulai dianggap penting<br />
dan menarik?<br />
Saya rasa begitu, ya. Ini baru awal-awalnya.<br />
Tapi mungkin (kalau dikatakan) penting, belum<br />
tentu. Menarik mungkin benar.<br />
Di festival sastra internasional, mereka tidak<br />
peduli kita dari negara mana. Yang dilihat adalah<br />
tulisan, bahasa, gaya, pengetahuan, dan wawasan<br />
kita oke atau tidak.<br />
DOK. PRIBADI<br />
Apa bedanya memperkenalkan Indonesia<br />
lewat sastra ketimbang dengan cara<br />
lain?<br />
Saya sempat menjadi konsultan seni rupa,<br />
itu juga cara memperkenalkan Indonesia,<br />
meskipun lingkup kerja saya lebih melihat ke<br />
dunia daripada melihat ke dalam. Lewat sastra,<br />
kita bisa bertemu dengan penulis lain.<br />
Saya sering sekali ke festival sastra sejak 2005.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
Bersama Direktur Frankfurt<br />
Book Fair Juergen Boos,<br />
Goenawan Mohamad, dan<br />
Sapardi Djoko Damono<br />
FOTO: PETER HIRTH<br />
Entah mengapa saya tidak mengatasnamakan<br />
Indonesia. Jadi mereka lihat saya sebagai<br />
penulis tok. Sedangkan kalau akademis, saya<br />
dikotakkan sebagai penulis Indonesia, jadi keindonesiaan<br />
yang disoroti.<br />
Kalau di festival sastra internasional, mereka<br />
tidak peduli kita dari negara mana. Yang dilihat<br />
adalah tulisan, bahasa, gaya, pengetahuan,<br />
dan wawasan kita oke atau tidak.<br />
Kembali ke Amba, sebetulnya apa pesan<br />
yang ingin Anda sampaikan?<br />
Sebenarnya saya tak melulu melihat Amba<br />
sebagai perempuan yang cerdas, mandiri<br />
dengan keinginan melihat dunia yang lebih<br />
luas, berani mendobrak konvensi tradisi. Tapi<br />
juga dia seseorang yang pada akhirnya menghormati<br />
tradisi dan budayanya sendiri sehing-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
ga, meskipun dia melakukan sesuatu yang luar<br />
biasa menyimpang dari konvensi, ia tetap ingin<br />
menghormati orang tuanya. Ia tidak ingin aib<br />
yang telah dimunculkan itu menyakiti orang<br />
yang dia sayangi, apalagi orang tuanya sendiri.<br />
Meskipun menikah dengan laki-laki, ada bagian<br />
ia sebenarnya malu melakukan itu. Kalau<br />
ia lebih modern, ia bisa mengasuh anaknya<br />
sendiri, ia tidak perlu laki-laki. Tapi ia berpikir<br />
ada sesuatu yang dianggap patut atau tidak,<br />
dia bikin malu orang tua atau tidak. Masih ada<br />
pergulatan di dalam dirinya.<br />
Bapak saya bukan komunis, tapi<br />
antikomunis.<br />
DOK. PRIBADI<br />
Apakah Amba merupakan representasi<br />
dari banyak perempuan Indonesia sekarang?<br />
Saya rasa begitu. Saya kenal perempuan<br />
Indonesia yang, waduh, sangat luar biasa gagah<br />
berani, sangat berjiwa aktivis, selalu ambil<br />
inisiatif, tapi mereka tetap ingin menampilkan<br />
atau menonjolkan keharmonian keluarga dan<br />
menjunjung nilai-nilai yang baik.<br />
Pesan itukah yang akan Anda sampai-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
kan kepada dunia internasional?<br />
Iya, seperti itu. Tentu<br />
saja Amba seorang<br />
yang terkungkung dalam<br />
konteks sejarah.<br />
Ini Amba kan cerita<br />
tahun 1944. Dengan<br />
apa yang<br />
bisa dilakukan<br />
perempuan<br />
sekarang<br />
kan beda<br />
juga. Tapi<br />
spiritnya<br />
sama. Dia<br />
ingin menuliskan<br />
nasibnya sendiri,<br />
ia bisa menulis<br />
ulang nasibnya<br />
sendiri, tak ingin<br />
menggantungkan<br />
nasib pada<br />
nama yang sudah<br />
diberikan.<br />
Untuk karakter Dokter Bisma, yang berempati<br />
dan menolong aktivis kiri dan PKI,<br />
apakah Anda terinspirasi Doctor Zhivago<br />
atau lainnya?<br />
Saya membaca novel itu tapi tidak dengan<br />
sadar mengikuti ceritanya. Ada beberapa<br />
hal yang menyebabkan dia menjadi seorang<br />
dokter. Pertama, masuk akal pada 1950-an<br />
sebuah keluarga yang elite dan progresif ingin<br />
anaknya sekolah di luar negeri (menjadi) ahli<br />
hukum atau dokter.<br />
Kedua, memang dia punya jiwa besar ingin<br />
menyumbangkan sesuatu, karena itu juga<br />
bagian tradisi kelas itu di Indonesia. Konsep<br />
saat itu, kalau pergi ke luar negeri, harus menyumbangkan<br />
pengetahuan yang didapat di<br />
luar negeri untuk perbaikan Indonesia, negerinya<br />
sendiri.<br />
Kebetulan Bisma ingin jadi dokter, tapi<br />
kemudian sikap terhadap profesinya sendiri<br />
makin menajam unsur kemanusiaannya ketika<br />
ia bertemu dengan Gerard. Temannya itulah<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
Makan malam bersama Duta<br />
Besar Indonesia untuk Jerman<br />
Fauzi Bowo dan istri serta<br />
Direktur Frankfurt Book Fair<br />
Juergen Boos.<br />
DOK. PRIBADI<br />
yang memperkenalkan dia pada pikiran-pikiran<br />
kiri. Dia merasa, “Saya ini tidak sekadar jadi<br />
dokter, terampil, dan sebagainya.” Tapi, untuk<br />
menyembuhkan, membantu orang jadi sehat<br />
kembali, itu lebih dari sekadar profesi. Itu tanggung<br />
jawab kemanusiaan. Maka ia tak mau<br />
pulang dari Pulau Buru. Ia ingin membaktikan<br />
diri pada masyarakat sekitar yang membutuhkan<br />
skill-nya sebagai dokter.<br />
Leipzig menjadi salah satu setting novel<br />
Amba. Anda pernah tinggal di kota ini?<br />
Tidak. Saya banyak baca dari Internet, tulisan<br />
sastrawi soal Leipzig dan sejarah Leipzig.<br />
Jadi bisa saya bayangkan sedikit kira-kira<br />
seperti apa situasinya. Tapi, kalau Berlin, Belanda,<br />
itu semua bagian riwayat hidup bapak<br />
saya. Jadi sebenarnya cerita Bisma itu cerita<br />
bapak saya.<br />
Bisma itu riwayat bapak saya sampai di<br />
bagian Berlin. Nah, Bisma ke Leipzig belajar<br />
(paham) kiri, sedangkan bapak saya belajar<br />
arsitektur. Bapak saya bukan komunis, tapi<br />
antikomunis.<br />
Apa yang membedakan Anda dengan<br />
Pramoedya Ananta Toer dan Ahmad<br />
Tohari, yang juga menulis tentang tragedi<br />
PKI?<br />
Pertama-tama, saya perempuan, jadi beda.<br />
Kedua, saya jauh lebih muda dan hidup di<br />
dunia yang berubah. Norma-norma kepatutan<br />
itu sudah banyak yang terdobrak. Saya merasa<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
Saya mendapat<br />
laporan dari<br />
Rumah Sakit<br />
Jantung Harapan<br />
Kita, banyak<br />
orang mampu<br />
menggunakan<br />
adverse selection<br />
ini.<br />
IIN YUMIYANTI/DETIKCOM<br />
bebas saja menulis apa pun. Kalau mereka kan<br />
masih banyak pertimbangan. Tapi, tanpa mereka,<br />
saya tak bisa nulis. Mereka meletakkan dasar<br />
sastra kita. Sastra merupakan kontinuitas,<br />
selalu harus dilihat. Generasi ini saling mempengaruhi,<br />
akan selalu ada keterkaitan.<br />
Apa perbedaan Anda dengan Ayu Utami,<br />
yang lebih dulu dikenal internasional?<br />
Di mana saya berbeda saya tak tahu. Semua<br />
orang punya karakter masing-masing. Buku<br />
begitu banyak, sensitivitas sama, tapi kita pasti<br />
punya karakter masing-masing. Di mana saya<br />
ditempatkan, saya tak tahu, kan bukan saya<br />
yang pilih.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERVIEW<br />
Sapardi Djoko Damono,<br />
Goenawan Mohamad, dan<br />
Laksmi Pamuntjak di Leipzig<br />
Book Fair.<br />
IIN YUMIYANTI/DETIKCOM<br />
Setelah sukses Amba, apa langkah selanjutnya?<br />
Novel (kedua) saya Aruna dan Lidahnya sedang<br />
diterjemahkan ke bahasa Inggris. Kemudian<br />
saya mau nulis Srikandi. Tapi soal Srikandi<br />
ini semua masih dalam rencana.<br />
Anda juga akan turut dalam Frankfurt<br />
Book Fair nanti?<br />
Posisi saya lebih sebagai penulis Indonesia.<br />
Saya harus tampil dengan baik, harus bisa<br />
menunjukkan Indonesia dalam segala kompleksitasnya<br />
sebagai bangsa luar biasa.<br />
Kita ini dikenal sebagai negara muslim terbesar.<br />
Islam kita Islam toleran, kita hidup dengan<br />
toleran. Kalau ada intoleransi, ada kekerasan,<br />
kita bingung, kok bisa? Karena kita pada dasarnya<br />
tidak seperti itu, kita tidak saling membenci<br />
terhadap perbedaan. ■<br />
IIN YUMIYANTI<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BIODATA<br />
NAMA:<br />
Laksmi Pamuntjak<br />
TEMPAT/TANGGAL LAHIR:<br />
Jakarta, 24 Desember 1971<br />
PENDIDIKAN:<br />
Studi Asia dan Ilmu Politik dari<br />
Universitas Murdoch, Perth,<br />
Australia, 1994<br />
KARYA:<br />
• Aruna dan Lidahnya, Gramedia,<br />
November 2014<br />
• Amba, Gramedia, Oktober<br />
2012<br />
• The World Record Poetry Anthology,<br />
Bloodaxe 2012<br />
• The Jakarta Good Food Guide<br />
2009-2010<br />
• The Jakarta Good Food Guide<br />
2008-2009<br />
• The Anagram (kumpulan puisi),<br />
Maret 2007<br />
• On God and Other Unfinished<br />
Things, 2007<br />
• Perang, Langit dan Dua Perempuan,<br />
2006<br />
• The Diary of R.S.: Musings on<br />
Art, 2006<br />
• Ellipsis: Poems and Prose-Poems<br />
by Laksmi Pamuntjak, 2005<br />
• Goenawan Mohamad: Selected<br />
Poems<br />
• The Jakarta Good Food Guide<br />
2002-2003<br />
• The Jakarta Good Food Guide<br />
2001<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
CARA UDAR<br />
AGAR TAK<br />
TERLINDAS<br />
UDAR PRISTONO MENYIMPAN BANYAK<br />
AKAL MELAWAN KEJAKSAAN AGUNG.<br />
IA BERULAH DI DALAM SEL KETIKA<br />
RUMAHNYA DISITA.KINI IA INGIN<br />
MEMENJARAKAN JAKSA.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
JAKSA Agung Muda Pidana Khusus<br />
Widyo Pramono heran mendapat laporan<br />
bahwa anak buahnya tidak berdaya<br />
ketika berusaha masuk rumah<br />
Udar Pristono. Jaksa penyidik dan serombongan<br />
polisi hanya bisa berteriak-teriak di depan<br />
pagar rumah di Kompleks Liga Mas Blok F/6 RT<br />
08/04 Kelurahan Duren Tiga, Pancoran, Jakarta<br />
Selatan, itu. Penjaga rumah hanya sesekali<br />
melongok lewat jendela, tidak mengacuhkan<br />
perintah membukakan pintu.<br />
Rabu, 12 November 2014, Widyo sedang<br />
rapat di Gedung Bundar, Kompleks Kejaksaan<br />
Agung, Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1,<br />
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Anak buahnya<br />
sudah dibekali surat penggeledahan, tapi tidak<br />
bisa memasuki rumah Udar. Si penjaga rumah<br />
sangat percaya diri melawan jaksa dan polisi.<br />
“Ada pembantunya di situ, tetapi tidak mau<br />
membukakan pintu, sampai jaksa saya masuk<br />
lewat gorong-gorong tempat sampah,” ujar<br />
Widyo.<br />
Dia curiga ada yang memerintahkan pembantu<br />
rumah Udar. Ia pun menyuruh anak buahnya<br />
menggeledah sel tahanan Rutan Cipinang<br />
Cabang Kejaksaan Agung, tempat Udar mendekam.<br />
Hasilnya, mereka menemukan telepon<br />
seluler yang dipakai Udar berkomunikasi dengan<br />
penjaga rumahnya.<br />
Temuan ini membuat Widyo berang. Penempatan<br />
penahanan Udar di Rutan Cipinang<br />
Cabang Kejaksaan Agung merupakan keistimewaan.<br />
Ruang tahanan di Kejaksaan Agung ini<br />
baru direnovasi, bersih, dan lapang. Tapi Udar<br />
membuat permasalahan dengan menyimpan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Sudah begitu masih<br />
bertingkah lagi. Ya sudahlah,<br />
tidak pantas dia duduk<br />
di sini, pindah ke (Rutan)<br />
Cipinang.<br />
Jaksa Agung Muda Pidana<br />
Khusus Widyo Pramono<br />
ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />
ponsel.<br />
“Sudah begitu masih bertingkah lagi. Ya sudahlah,<br />
tidak pantas dia duduk di sini, pindah ke<br />
(Rutan) Cipinang,” tuturnya.<br />
●●●<br />
Tingkah Udar menghalangi penggeledahan<br />
bukan sekadar perilaku iseng belaka. Mantan<br />
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta ini<br />
melakukan berbagai cara untuk menyerang<br />
Kejaksaan. Ia menyusun rencana panjang untuk<br />
lepas dari sangkaan jaksa.<br />
Kejaksaan Agung menjerat Udar<br />
dengan tiga kasus, yakni dugaan korupsi<br />
pengadaan bus Transjakarta pada 2012<br />
dan 2013 serta dugaan tindak pidana<br />
pencucian uang.<br />
Udar lalu mengajukan permohonan<br />
praperadilan dan menggugat melalui Pengadilan<br />
Tata Usaha Negara (PTUN). Sejak ditahan<br />
Kejaksaan Agung pada 17 September 2014,<br />
Udar menyusun lima gugatan praperadilan.<br />
Kelimanya terkait dengan seluruh proses<br />
hukum, yakni penetapan tersangka kasus dugaan<br />
korupsi pengadaan bus Transjakarta 2013<br />
melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,<br />
kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta<br />
2012, penahanan, pemindahan tempat<br />
tahanan, serta penyitaan aset dan penetapan<br />
tersangka kasus tindak pidana pencucian uang<br />
melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.<br />
Upaya hukum ini belum menuai hasil. PN<br />
Jakarta Selatan menolak permohonan praperadilan<br />
penetapan tersangka kasus dugaan<br />
korupsi pengadaan bus Transjakarta 2013 dan<br />
penahanan. PN Jakarta Pusat juga menolak<br />
permohonan praperadilan penyitaan aset dan<br />
penetapan tersangka kasus tindak pidana pencucian<br />
uang. Sedangkan permohonan lainnya<br />
masih dalam proses.<br />
Sedangkan melalui jalur PTUN, Udar menggugat<br />
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan<br />
(BPKP). Lembaga audit pemerintah<br />
ini menyimpulkan hasil berbeda dengan audit<br />
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengenai<br />
kerugian negara akibat kasus Udar. BPKP<br />
menemukan potensi kerugian negara sebesar<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Tonin Tachta Singarimbun<br />
(kiri) saat mendampingi<br />
sidang praperadilan Udar di PN<br />
Jakarta Pusat (18/3/2015).<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
Rp 54 miliar, sedangkan<br />
BPK menyatakan tidak<br />
ada kerugian negara.<br />
Pengacara Udar, Tonin<br />
Tachta Singarimbun,<br />
menuturkan gugatan<br />
praperadilan kliennya<br />
bisa dikata memecahkan<br />
rekor. Kliennya menyoroti<br />
semua aspek<br />
untuk dipraperadilankan.<br />
“Ini bisa jadi rekor.<br />
Tapi belum ada yang<br />
menang,” ujar Tonin.<br />
Udar sangat berharap<br />
bisa lepas dari<br />
penahanan. Karena itu,<br />
penolakan praperadilan<br />
atas permohonan<br />
pembatalan penahanan diladeni Udar dengan<br />
mengajukan permohonan peninjauan kembali.<br />
Ia merasa penahanannya sangat mengganggu<br />
upaya hukum.<br />
Selama di dalam sel tahanan, ia tidak bebas<br />
mondar-mandir melakukan koordinasi dengan<br />
kuasa hukumnya. Setiap ada keperluan<br />
konsultasi hukum, pengacaranya harus datang<br />
ke Rutan Cipinang. Padahal proses kasusnya<br />
bergulir di Kejaksaan Agung dan praperadilan<br />
di PN Jakarta Selatan.<br />
“Ini saya bertinju, tapi kaki saya dipegang<br />
satu, tangan saya dipegang satu. Dia (jaksa)<br />
bebas memukuli, itu ibaratnya,” tuturnya ketika<br />
ditemui majalah detik.<br />
Udar menganggap selama ini jaksa yang menyidiknya<br />
bertindak gegabah dan memaksakan<br />
laju kasusnya ke proses penyidikan. Ia tidak dapat<br />
menyembunyikan amarah ketika berbicara<br />
mengenai ketua tim penyidik kasusnya, Viktor<br />
Antonius Sidabutar.<br />
Selama ini, pemeriksaan jaksa tidak pernah<br />
mengkonfirmasi dua alat bukti. Viktor selalu<br />
berkilah urusan dua alat bukti akan dibeberkan<br />
di pengadilan, bukan selama pemeriksaan.<br />
Udar tidak terima karena harus mendekam di<br />
sel tahanan dan asetnya disita sebelum dikonfirmasi.<br />
“Viktor Antonius Sidabutar. Jadi kalau bilang<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Ini saya bertinju, tapi kaki<br />
saya dipegang satu, tangan<br />
saya dipegang satu. Dia<br />
(jaksa) bebas memukuli, itu<br />
ibaratnya<br />
Udar Pristono<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
jaksa jangan Jaksa Agung, karena masih ada<br />
yang baik. Cuma dia (Viktor) saja sih, ya,” ujarnya.<br />
Kebenciannya kepada Viktor memuncak.<br />
Viktor merupakan pimpinan penyidik untuk<br />
menimbang bobot bus Transjakarta melalui<br />
tim dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.<br />
Temuan mereka, bus yang disetujui Udar ternyata<br />
kelebihan bobot untuk beroperasi di<br />
jalan Jakarta.<br />
Hasil penimbangan UGM menunjukkan<br />
bobot bus 31 ton, sedangkan<br />
hasil penimbangan yang dilakukan<br />
tim Udar seberat 26 ton. Udar menganggap<br />
tim UGM tidak sah melakukan<br />
penimbangan karena tidak<br />
mengantongi akta dari Kementerian<br />
Perhubungan.<br />
Namun kekecewaan Udar berkembang. Ia<br />
menyebutkan penyitaan asetnya di Bali yang dikelola<br />
oleh PT Anaamaya Selaras, kondotel Swiss-<br />
Belhotel, salah prosedur. Udar membeli satu unit<br />
kondotel pada 2012. Hingga ditetapkan sebagai<br />
tersangka, ia sudah melakukan pembayaran sekitar<br />
Rp 800 juta.<br />
Namun Kejaksaan tidak menyita aset berupa<br />
bangunan, melainkan uang. Udar menyatakan<br />
penyitaan aset berupa properti tidak boleh diuangkan.<br />
Ia pun memperkarakan masalah ini<br />
ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.<br />
Viktor diadukan dengan perkara pemalsuan<br />
dokumen dalam penimbangan bus Transjakarta.<br />
Kepala Subdirektorat Penyidikan Kejaksaan<br />
Agung Sarjono Turin dilaporkan karena memberikan<br />
data bohong ke media. Sedangkan<br />
Jampidsus Widyo Pramono serta tiga anggota<br />
tim jaksa penyidik diadukan dengan perkara<br />
penipuan dan penggelapan.<br />
Pengelola PT Anaamaya Selaras juga mendapat<br />
imbas. Surat laporan polisi No. LP/3954/X/ 2014<br />
menyebutkan PT Anaamaya, Ng Cu En, Theresia<br />
Rianti, dan Teguh turut menjadi terlapor di Bareskrim<br />
Mabes Polri dengan perkara yang sama.<br />
“Menyita itu bisa jadi salah atau tidak salah<br />
kalau nanti ada bukti. Kalau ini kan enggak (karena<br />
sudah diuangkan). Itu yang kami laporkan,<br />
ini perampasan namanya,” Udar menegaskan.<br />
Tak hanya melapor ke polisi. Udar juga<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Perawatan bus Transjakarta di<br />
pul Cawang<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
melaporkan Widyo, Sarjono, Viktor, dan tiga<br />
jaksa penyidik ke Komisi Kejaksaan. Ia berharap<br />
komisi ini bisa menertibkan prosedur jaksa.<br />
Sarjono Turin menyanggah tudingan Udar.<br />
Menurut dia, tim penyidik cukup jeli mengendus<br />
arah aliran uang Udar. Jadi, kata dia, bagaimana<br />
cara Udar menyembunyikan harta itu bisa dijerat,<br />
dan uang hasil kejahatan itu kembali ke<br />
negara.<br />
Jampidsus Widyo menganggap sepi omongan<br />
Udar. Ia yakin timnya sudah bekerja keras<br />
dan memenuhi prosedur hukum. Selama ini<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Udar Pristono menjadi saksi<br />
untuk terdakwa Drajat<br />
Adhyaksa di sidang Tipikor,<br />
Jakarta (3/11/2014).<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
pihaknya selalu berhati-hati memperlakukan<br />
tersangka. Kecuali, kata dia, yang bersangkutan<br />
mengajak berantem di pengadilan, ia akan<br />
meladeni di depan sidang.<br />
“Kami ladeni mereka mau melaporkan saya.<br />
Saya tidak berbuat apa-apa, kok. Saya berbuat<br />
berdasarkan hukum semua, kok,” katanya.<br />
Direktur Penuntutan pada Jaksa Agung Muda<br />
Pidana Khusus, Eddy Rakamto, memberikan<br />
pesan, penuntut sudah menyiapkan amunisi<br />
untuk menghadapi persidangan. Karena itu, ia<br />
meminta Udar berfokus pada perkara, tidak<br />
merembet ke mana-mana. ■<br />
MONIQUE SHINTAMI, ISFARI HIKMAT, BAHTIAR RIFAI | ARYO BHAWONO<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
UDAR PRISTONO<br />
SI KEPALA<br />
DINAS<br />
MILIARDER<br />
KEJAKSAAN AGUNG mengusut dan menyita harta<br />
mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar<br />
Pristono. Mendapati setoran rutin sekitar Rp 20 juta<br />
per hari ke rekening Udar, Kejaksaan menduga ia terlibat<br />
tindak pidana pencucian uang.<br />
Namun Udar mengklaim semua kekayaannya<br />
berpangkal dari warisan orang tua dan mertuanya.<br />
Melego aset warisan tanah dan bangunan lebih 17<br />
ribu meter persegi sejak 1990-an, Udar dan keluarga<br />
besarnya mendapat dana Rp 3,45 miliar yang diputar<br />
dengan bisnis jual-beli dan sewa properti.<br />
Berikut ini penjelasan Udar soal hartanya kepada<br />
penegak hukum.<br />
PENGHASILAN UDAR<br />
Gaji dan honor Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta:<br />
RP 60.500.000<br />
/bulan<br />
• Gaji : Rp 5.500.000<br />
• Tunjangan kinerja daerah : Rp 22.000.000<br />
• Uang bahan bakar/transpor : Rp 3.000.000<br />
• Honor kegiatan : Rp 30.000.000<br />
USAHA<br />
PENYEWAAN<br />
PROPERTI:<br />
RP 1.348.000.000<br />
/tahun<br />
• 4 unit kondotel Aston Bogor<br />
: Rp 384.000.000/tahun<br />
• 2 unit apartemen Kelapa Gading Square : Rp 132.000.000/tahun<br />
• 2 unit kondotel Bakrie Legian : Rp 168.000.000/tahun<br />
• 2 unit apartemen ITC Kuningan : Rp 200.000.000/tahun<br />
• 1 unit apartemen Bellagio Mega Kuningan : Rp 100.000.000/tahun<br />
• 3 unit kios ITC Kuningan<br />
: Rp 140.000.000/tahun<br />
• 2 unit kios PGC Cililitan<br />
: Rp 50.000.000/tahun<br />
• Rumah di Bintaro Jaya<br />
: Rp 55.000.000/tahun<br />
• 1 unit apartemen Marbela Anyer : Rp 19.000.000/tahun<br />
• Bangunan di Cempaka Putih : Rp 100.000.000/tahun<br />
ASET PROPERTI<br />
RP 25.556.921.360<br />
• Rumah 400 m 2 di Cempaka Putih Tengah 6 No. 18, Jakarta<br />
Pusat Rp 7.665.153.000 (1990)<br />
• Rumah 1.000 m 2 di kompleks Liga Mas Pancoran, Jakarta<br />
Selatan Rp 3.331.360.000 (1990)<br />
• Rumah 225 m 2 di Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang Selatan<br />
Rp 220.000.000 (1997)<br />
• 1 unit apartemen Marbela Anyer, Serang Rp 150.000.000<br />
(2000)<br />
• 2 unit apartemen ITC Kuningan Rp 1.038.000.000 (2004)<br />
• 1 unit apartemen Bellagio Mega Kuningan Rp 820.000.000<br />
(2004)<br />
• 3 unit kios ITC Kuningan 19 m 2 Rp 640.000.000<br />
(2006-2007)<br />
• 2 unit apartemen di Kelapa Gading Square 130 m 2 Rp<br />
980.000.000 (2009-2010)<br />
• Rumah 300 m 2 tanah dan 264 m 2 bangunan Blok Olive<br />
Fusion Jalan Emerald 4 No. 6 Rp 2.000.000.000 (2012)<br />
• Kondotel Mercure Legian Bali Rp 900.000.000 (2012)<br />
• 2 unit kios PGC Cililitan 11,6 m 2 Rp 492.408.360 (2012)<br />
• 4 unit kondotel Aston Bogor Rp 2.600.000.000<br />
(2012-2013)<br />
• 2 unit kondotel Bakrie Legian Rp 2.300.000.000<br />
(2012-2013)<br />
• 1 unit kondotel SwissBell Bali Rp 900.000.000 (2013)<br />
• 2 unit kondotel Sahid Anyer Green Rp 1.520.000.000 (2013)<br />
ASET KENDARAAN, UANG,<br />
DAN LOGAM MULIA<br />
RP 1.105.320.000<br />
• 2 unit Toyota Fortuner Rp 580.320.000 (2011)<br />
• Logam mulia Rp 160.000.000<br />
• Tabungan di empat rekening Rp 365.000.000<br />
OKTA WIGUNA | SUMBER: KPK, KEJAKSAAN AGUNG, PENASIHAT HUKUM UDAR PRISTONO | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
HARTA TAK<br />
WAJAR<br />
UDAR<br />
KEJAKSAAN MENGENDUS ALIRAN<br />
UANG MENCURIGAKAN KE REKENING<br />
UDAR. MULAI MEMERAS PERUSAHAAN<br />
REKANAN SAMPAI SETORAN RP 20<br />
JUTA HAMPIR SETIAP HARI.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Gedung Bundar Kejaksaan<br />
Agung<br />
ISFARI HIKMAT/DETIKCOM<br />
PENYIDIK Kejaksaan Agung heran<br />
terhadap seorang pengusaha yang<br />
mau membeli Toyota Kijang tua seharga<br />
Rp 100 juta pada 2010. Mobil<br />
itu milik mantan Kepala Dinas Perhubungan<br />
DKI Jakarta Udar Pristono. Udar memperoleh<br />
bekas mobil dinasnya buatan 2002 itu hanya<br />
sekitar Rp 20 juta.<br />
Setelah diusut, pembelinya ternyata adalah<br />
pemilik perusahaan yang biasa mengerjakan<br />
proyek pembuatan marka jalan Jakarta. Pembayaran<br />
mobil itu ditransfer ke rekening bank<br />
atas nama anak Udar, Aldi Pradana.<br />
Pengusaha yang dirahasiakan namanya oleh<br />
Kejaksaan itu pun dipanggil. “Saksi itu mengikuti<br />
proses pengadaan pekerjaan pembuatan<br />
halte bus Transjakarta,” kata Direktur Penuntutan<br />
pada Jaksa Agung Muda Pidana Khusus,<br />
Eddy Rakamto, kepada majalah detik, Kamis,<br />
26 Maret 2015.<br />
Eddy mengatakan, saksi itu bercerita sudah<br />
berkali-kali ditawari mobil tersebut oleh Udar,<br />
tapi ditolaknya. Mendadak mobil itu diantar ke<br />
rumahnya dan Udar mendesak agar mobil itu<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Pengacara Udar Pristono,<br />
Tonin Tachta Singarimbun<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
dibeli Rp 100 juta.<br />
Setelah pembelian itu, kata dia, keesokan<br />
harinya dia menang tender proyek halte bus<br />
Transjakarta. “Itu kan orang terpaksa membeli,<br />
melebihi harga yang diperoleh,” kata Eddy.<br />
“Itulah yang dianggap sebagai gratifikasi.”<br />
Pembelian mobil itu hanya salah satu transaksi<br />
tidak wajar yang ditemukan penyidik<br />
setelah memeriksa rekening bank Udar dan<br />
keluarganya. Eddy mengatakan Kejaksaan menemukan<br />
hampir setiap hari ada setoran masuk<br />
ke dua rekening keluarga Udar. Besarnya Rp 20<br />
juta hingga Rp 30 juta dan disetor oleh bawahannya<br />
berinisial W di Dinas Perhubungan DKI.<br />
Setoran itu dimulai sejak Udar menjabat<br />
Kepala Dinas Perhubungan pada Juni 2010.<br />
Anehnya, kata Eddy, “Ketika dia sudah tidak<br />
menjabat, tidak ada lagi setoran.”<br />
Kejaksaan menilai jumlah setoran itu tak<br />
sesuai dengan profil Udar sebagai pegawai<br />
negeri. “Sekian tahun itu hampir berjumlah Rp<br />
4-5 miliar, miliaranlah pokoknya,” kata Eddy.<br />
Saat ini Kejaksaan juga tengah menyidik<br />
keterlibatan Udar dalam kasus pengadaan bus<br />
Transjakarta. Kasus itu menjadi pintu masuk<br />
jaksa buat mengusut aliran uang tak wajar ke<br />
rekening Udar yang diduga kuat dimanfaatkan<br />
mantan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta<br />
itu untuk membeli properti.<br />
Udar dalam laporan kekayaan ke Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi pada 2012 menyatakan<br />
harta berupa tanah dan bangunan mencapai<br />
Rp 21 miliar dari total kekayaan Rp 26 miliar.<br />
Namun, dalam pemeriksaan oleh kejaksaan<br />
pada 2014, nilai properti Udar sudah naik jadi<br />
sekitar Rp 25 miliar.<br />
Nantinya Udar harus membuktikan keabsahan<br />
asal uangnya itu. “Kalau (Udar) tidak bisa<br />
membuktikan, patut diduga itu penghasilan<br />
yang tidak sah dan yang terkait dengan pekerjaan<br />
atau jabatan dia.”<br />
Soal penjualan Toyota Kijang itu, pengacara<br />
Udar, Tonin Tachta Singarimbun, membenarkan<br />
pembelinya memang pemilik perusahaan<br />
rekanan proyek Dinas Perhubungan. Namun<br />
ia berkeras transaksi itu wajar dan bukan suap.<br />
“Harganya memang Rp 100 jutaan. Kalau harga<br />
mobilnya Rp 1 miliar, baru itu namanya gratifikasi,”<br />
ujarnya.<br />
Penelisikan atas penjualan mobil itulah yang<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Udar usai diperiksa Kejaksaan<br />
Agung<br />
GRANDOS ZEFNA/DOK DETIKCOM<br />
membuat jaksa sempat memanggil Aldi sebagai<br />
saksi. Namun putra semata wayang Udar<br />
tersebut menolak diperiksa.<br />
Mengenai setoran rutin ke rekening Udar,<br />
Tonin menyebutnya sebagai hasil dari ruparupa<br />
bisnis kliennya. Tonin menjelaskan, yang<br />
dicurigai jaksa dari rekening kliennya adalah<br />
lima transaksi pada Januari dan Februari, yang<br />
memang bertepatan dengan jatuh tempo<br />
pembayaran uang sewa tahunan rumah, apartemen,<br />
dan kios milik Udar. “Uang cash dia<br />
taruh di rekening, itu bukan tiap hari,” ujarnya.<br />
Semenjak menjabat Kepala Dinas Perhubungan,<br />
Udar mengaku menerima gaji ditambah<br />
tunjangan dan honor sekitar Rp 60 juta per<br />
bulan. Jika ia punya uang lebih dari itu, Udar<br />
menyatakan sumbernya adalah penghasilan<br />
dari penyewaan 19 unit rumah, apartemen, dan<br />
kios.<br />
Setiap tahun, properti Udar itu diklaimnya<br />
bisa memberi pemasukan hingga Rp 1,3 miliar.<br />
“Usaha keluarga saya menyewakan rumahrumah<br />
itu, itu kan enggak salah.”<br />
Udar menyatakan kekayaannya saat ini<br />
bermula dari warisan orang tuanya dan warisan<br />
orang tua istrinya, Lieke Amalia. Kejaksaan,<br />
kata dia, semestinya melihat dia tidak seperti<br />
pegawai negeri kebanyakan, yang kekayaannya<br />
masih nol ketika mulai meniti karier.<br />
“Bapak saya meninggalkan warisan, jadi saya<br />
tidak dari nol,” kata Udar. “Jaksa jangan menyamaratakan<br />
orang.”<br />
Ayah Udar, Kolonel Soebardi, yang merupakan<br />
ajudan Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad<br />
Yani, sejak 1963 punya rumah di Menteng,<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Bekas rumah orang tua<br />
Udar Pristono, Kolonel<br />
(Purnawirawan) Soebardi,<br />
di Jalan Lembang Terusan,<br />
Menteng, Jakarta Pusat<br />
IBAD DUROHMAN/DETIKCOM<br />
Jakarta Pusat. Kekayaan sang<br />
ayah itulah yang membuat<br />
Udar sejak masih pegawai<br />
rendahan sudah mengendarai<br />
mobil pribadi buat pergi kerja.<br />
Belum lagi ayah Lieke, Amir<br />
Hamzah, adalah pengusaha<br />
kayu yang tinggal di rumah<br />
dengan tanah seluas seribu meter persegi di<br />
Perdatam, Pancoran, Jakarta Selatan. “Orang<br />
tua istri meninggal, saya terusin tinggal di situ,<br />
apakah itu (hasil) korupsi?” kata Udar.<br />
lll<br />
Berada tepat di tikungan jalan, rumah di Jalan<br />
Lembang Terusan Nomor 52-A, Menteng,<br />
Jakarta Pusat, itu luas tanahnya 450 meter<br />
persegi. Pagar setinggi satu setengah meter<br />
menghalangi pandangan ke arah dalam rumah.<br />
“Dulu, sebelum dijual, itu bekas rumah Pak<br />
Soebardi, dia bekas tentara,” kata Yati, yang<br />
mengaku membuka warung di seberang rumah<br />
itu sejak 1975. Yati masih ingat Kolonel<br />
Soebardi punya empat anak dan yang bungsu<br />
adalah Udar Pristono.<br />
Sepengetahuan Yati, setelah menikah, Udar<br />
tidak lagi tinggal di rumah itu. Seingatnya, setelah<br />
Soebardi meninggal pada 1990-an, rumah<br />
itu dihuni putri sulungnya, Eni Retno Yuniarto.<br />
Setelah Eni berpulang, rumah itu dijual.<br />
Kini Udar mengklaim penjualan rumah milik<br />
ayahnya tersebut sebagai modal awal bisnis<br />
propertinya. Selain dari rumah itu, Udar<br />
memperoleh jatah dari total Rp 3,45 miliar hasil<br />
penjualan tanah serta rumah warisan orang<br />
tua dan mertuanya di Jakarta serta Sukabumi<br />
dan Bandung, Jawa Barat.<br />
Udar memutar uang itu dengan membeli<br />
properti yang beberapa tahun kemudian dijual<br />
lagi dengan harga lebih tinggi. Uang juga didapatkan<br />
dari menyewakan bangunan warisan<br />
yang tidak dijual.<br />
Ia mencontohkan bangunan dua lantai bercat<br />
abu-abu di Cempaka Putih yang disulap jadi<br />
rumah kos putri. Ada 14 kamar yang dilengkapi<br />
penyejuk udara dan koneksi Internet dengan<br />
biaya sewa Rp 1,5 juta per bulan.<br />
Ketua RT setempat, Adi Nugroho, mengatakan<br />
rumah itu juga pernah dijadikan Wisma Ru-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Kios milik Udar Pristono di<br />
Pusat Grosir Cililitan, Jakarta<br />
Timur, yang tutup setelah<br />
disita Kejaksaan Agung<br />
IBAD DUROHMAN/DETIKCOM<br />
mah Sakit Muhammadiyah Jakarta. Adi mengaku<br />
jarang melihat Udar karena semua urusan<br />
diserahkan kepada penjaga rumah. “Dulu yang<br />
jaga Alvin, orang Angkatan Laut,” ujarnya.<br />
Menurut Udar, bisnis propertinya dimulai<br />
dengan membeli beberapa rumah di Bintaro<br />
pada 1990-an. Lalu, saat menjabat Kepala<br />
Bidang Teknik Lalu Lintas Dinas Perhubungan<br />
Jakarta sejak 2000, Udar mulai membeli apartemen<br />
di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, seperti<br />
Taman Rasuna, Ambasador, dan Bellagio<br />
Mega Kuningan.<br />
Staf pengelola Apartemen Ambasador, Agus<br />
Ilyas, membenarkan Udar punya dua unit apartemen<br />
di tempatnya. Dengan harga sewa sekitar<br />
Rp 100 juta per tahun, Agus mengatakan,<br />
salah satu apartemen itu disewa oleh orang<br />
asal Uzbekistan.<br />
Sementara itu, di Bellagio, manajer gedung<br />
Aris Setiyanto menjelaskan, Lieke Amalia punya<br />
satu unit apartemen di lantai 10, yang dihuni<br />
warga negara Australia. “Bu Amalia memang<br />
membeli unit di sini sejak Bellagio launching,”<br />
katanya.<br />
Setelah naik pangkat jadi Wakil Kepala Dinas<br />
Perhubungan Jakarta pada 2005, Udar mulai<br />
melirik kios. Membeli dan menyewakan tiga<br />
unit kios di ITC Kuningan, Udar mendapat uang<br />
sewa hingga Rp 140 juta per tahun.<br />
Udar menangani sendiri semua urusan sewa<br />
rumah, apartemen, dan kios ini. “Kan gampang<br />
nyewain, enggak susah, (bisa) lewat agen,” ujarnya.<br />
Setelah mendapat promosi sebagai Kepala<br />
Dinas Perhubungan Jakarta pada 2010, selera<br />
pembelian properti Udar berubah lagi. Kali ini<br />
ia mengincar kondotel, yakni di Bogor, Anyer,<br />
dan Bali.<br />
Bagi Udar, kondotel dianggapnya menguntungkan<br />
karena, sembari mencicil, ia mendapat<br />
uang dari hasil penyewaan unitnya. Pria<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Pembelianpembelian<br />
itu<br />
terjadi pada waktu<br />
yang bersangkutan<br />
sebagai kepala<br />
dinas.<br />
Direktur Penuntutan<br />
Kejaksaan Agung Eddy<br />
Rakamto<br />
ISFARI/DETIKCOM<br />
kelahiran Bali ini memilih kondotel di kawasan<br />
wisata Kuta dan Legian. “Kita kan harus punya<br />
juga masa depan,” katanya seraya menyebut<br />
kondotel itu sebagai jaminan hari tuanya.<br />
Namun, pada 5 Januari 2015, tabungan masa<br />
depan itu sirna. Kejaksaan Agung menyita satu<br />
unit kondotel Udar di Mercure Bali Legian dan<br />
dua unit di The Legian Nirwana Suites.<br />
Selain itu, Kejaksaan menyita uang cicilan<br />
kondotel Swiss-Belhotel di Kuta sekitar Rp 897<br />
juta. Udar sempat melayangkan gugatan praperadilan<br />
penyitaan uang angsuran itu karena<br />
pengembang PT Anaamaya Selaras membatalkan<br />
perjanjian pembelian kondotel tersebut.<br />
Namun gugatan itu ditolak pengadilan.<br />
Penyidik memang menyita semua aset Udar<br />
yang dibeli setelah ia menjabat Kepala Dinas<br />
Perhubungan. “Pembelian-pembelian itu terjadi<br />
pada waktu yang bersangkutan sebagai<br />
kepala dinas, dan patut diduga itu adalah hasil<br />
tindak pidana pencucian uang,” kata Eddy.<br />
Termasuk disita adalah empat unit kondotel<br />
Udar di Aston Hotel kawasan Bogor Nirwana<br />
Residence senilai Rp 2,6 miliar, yang dibeli<br />
pada 2012. Di kawasan yang sama, Kejaksaan<br />
menyita rumah senilai Rp 2 miliar di Blok Olive<br />
Fusion, Jalan Emerald 4 Nomor 6, yang juga<br />
dibeli pada 2012.<br />
Dua kios milik Udar di lantai dua Pusat Grosir<br />
Cililitan, Jakarta Timur, juga masuk daftar jaksa.<br />
Pada 9 Januari 2015, kios seluas 11,6 meter<br />
persegi ini ikut dirampas karena tercatat dibeli<br />
pada 2012 dengan nilai Rp 492 juta.<br />
Udar mengklaim kios itu disewakan Rp 50<br />
juta per tahun. Namun, menurut Umi, pedagang<br />
baju di sebelah kios Reva Batik Garut<br />
Collection itu, toko dikelola sendiri oleh Lieke<br />
Amalia.<br />
Sri, 65 tahun, yang sehari-hari menjaga toko<br />
yang menjajakan kemeja batik dan kerajinan<br />
itu, dikenal para pedagang sebagai kerabat<br />
Lieke. “Dia (Lieke) sudah lama di sini, sejak PGC<br />
dibangun dan dari dulu memang jualan batik<br />
Garut,” kata Umi.<br />
Umi hanya sekali melihat Udar ketika toko<br />
pertama dibuka, sedangkan Lieke sebulan<br />
sekali menengok kiosnya. Setahu Umi, jualan<br />
di kios itu tak terlalu laris. “Di zona (kuning)<br />
ini mah sepi, makanya sewanya lebih murah<br />
dibanding di zona biru,” ujarnya.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Hotel Aston Bogor di kawasan<br />
Bogor Nirwana Residence.<br />
Udar Pristono punya empat<br />
unit kondotel di Aston Bogor<br />
yang kini disita Kejaksaan<br />
Agung<br />
BAKRIE LAND<br />
Nilai harta Udar yang disita jumlahnya cukup<br />
besar. Jika nantinya Udar terbukti melakukan<br />
korupsi di pengadilan, Eddy yakin aset sitaan<br />
itu bisa menutupi kerugian negara dari tindak<br />
pidana korupsi dan pencucian uang yang dituduhkan<br />
kepada Udar.<br />
Penyitaan demi penyitaan aset ini diprotes<br />
Udar. Menurut dia, beberapa yang dirampas<br />
dia beli sebelum menjadi kepala dinas.<br />
Udar juga membantah tudingan menyembunyikan<br />
bisnis propertinya karena sudah ia<br />
laporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi<br />
dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara<br />
Negara pada 2011. Sementara itu, Kejaksaan<br />
menahannya karena kasus pengadaan bus<br />
yang terjadi pada 2013. “Jadi apa hubungannya<br />
sama busway? Ini sudah semena-mena,” ujarnya.<br />
Udar menantang jaksa membuktikan properti<br />
miliknya itu berasal dari hasil korupsi.<br />
“Mana yang dari orang memberikan kepada<br />
saya? Enggak pernah ada.”<br />
Jaksa, kata Udar, tak pernah menunjukkan<br />
kepadanya bukti aliran dana dari penyuap yang<br />
dipakainya buat membeli properti. “Selalu katanya<br />
nanti di pengadilan, kalau nanti di pengadilan,<br />
jangan sita barang saya dulu, jangan<br />
penjarakan saya dulu, dong,” ujarnya.<br />
Kejaksaan Agung berkukuh harta Udar berasal<br />
dari gratifikasi dan tetap akan menjerat<br />
Udar dengan dugaan tindak pidana pencucian<br />
uang. “Nanti secara fair play kami buktikan di<br />
persidangan,” kata Jaksa Agung Muda Pidana<br />
Khusus Widyo Pramono. “Kalau dia berdalih itu<br />
hasil dari warisan nenek moyangnya, ya silakan<br />
nanti dibuktikan di persidangan.” ■<br />
ARYO BHAWONO, MONIQUE SHINTAMI, IBAD DUROHMAN, BAHTIAR<br />
RIFAI, ISFARI HIKMAT | OKTA WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
KISAH PERUSAHAAN BODONG<br />
DARI HONG KONG<br />
“MASAK IBU KOTA DIKASIH BUS YANG TERBAKAR, MOBIL YANG<br />
MOGOK, MOBIL YANG BEKAS? MOBIL-MOBIL YANG TERNYATA<br />
PEMESANANNYA MENIMBULKAN TANDA TANYA.”<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Deretan bus Transjakarta<br />
bermerek Yutong yang<br />
diparkirkan di Cawang, Jakarta<br />
Timur, Senin (1/9).<br />
VITALIS YOGI TRISNA/ANTARA FOTO<br />
BELASAN bus Transjakarta terparkir<br />
di pul Pinangranti, Jakarta Timur.<br />
Pul dengan kapasitas 30 bus itu<br />
menjadi garasi Transjakarta koridor<br />
IX (Pinangranti-Pluit). Saban hari, bus gandeng,<br />
khusus merek Zhongtong, keluar-masuk di pul<br />
yang bersebelahan dengan Terminal Pinangranti<br />
tersebut. Jumat, 27 Maret 2015, ada empat<br />
bus yang tidak dioperasikan. Namun, menurut<br />
seorang staf PT Transportasi Jakarta—perusahaan<br />
yang mengoperasikan Transjakarta—Radius,<br />
empat bus itu bukan mogok. “Lagi dalam<br />
maintenance,” ucapnya kepada majalah detik.<br />
Hampir sebulan lalu, satu unit bus Zhongtong<br />
koridor IX mengalami insiden di Jalan Gatot<br />
Subroto, Jakarta Pusat. Mesinnya terbakar. Api<br />
menghanguskan bodi dan bagian belakang bus<br />
yang didatangkan dari Hong Kong tersebut.<br />
Kebakaran itu membuat lalu lintas semrawut.<br />
Para penumpang di koridor yang cukup ramai<br />
itu telantar.<br />
Terbakarnya bus Transjakarta sangat sering<br />
terjadi di Ibu Kota. Namun insiden bus Zhongtong<br />
pada 8 Maret 2015 tersebut menjadi sorotan<br />
karena bus berwarna merah-kuning itu<br />
masih gres, bahkan baru tiga hari dioperasikan.<br />
Di samping itu, Zhongtong adalah merek salah<br />
satu bus Transjakarta yang tengah diusut pengadaannya<br />
oleh Kejaksaan Agung.<br />
PT Transportasi menyetop kegiatan operasional<br />
bus Zhongtong lainnya. Berdasarkan<br />
investigasi bersama agen pemegang merek<br />
Zhongtong, mereka mengklaim kejadian itu<br />
dipicu oleh macetnya komponen kecil di me-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Terminal baru Pinang Ranti<br />
yang belum dioperasikan di<br />
Jakarta Timur, Selasa (24/2).<br />
M AGUNG RAJASA/ANTARAFOTO<br />
sin akibat terendam banjir. Tak berfungsinya<br />
komponen itu membuat gesekan dan menimbulkan<br />
api. Zhongtong sudah menukarnya.<br />
“Zhongtong akan tanda tangani pernyataan<br />
jaminan keamanan kendaraan,” kata Direktur<br />
Utama PT Transportasi Jakarta A.N.S. Kosasih.<br />
“Kami menjamin seluruh bus layak dan aman<br />
dioperasikan,” ujarnya.<br />
Namun, bagi Kejaksaan Agung, terbakarnya<br />
bus Zhongtong menjadi pertanda ada permasalahan<br />
dalam pengadaan bus Transjakarta pada<br />
2013 itu. Kejaksaan mulai mengusut proyek<br />
pengadaan Transjakarta senilai Rp 1 triliun dan<br />
peremajaan angkutan umum reguler senilai Rp<br />
500 miliar itu awal 2014. Kasus ini terungkap<br />
setelah bus-bus yang baru tiba di Jakarta ditemukan<br />
dalam kondisi berkarat.<br />
Proyek pengadaan bus Transjakarta total<br />
berjumlah 656 unit, yang dibagi dalam 15 paket.<br />
Namun hanya 4 paket yang berhasil diserahterimakan<br />
kepada Pemerintah Provinsi DKI<br />
Jakarta atau 125 unit. Paket I (30 bus gandeng)<br />
dimenangi PT Korindo Motors. Paket II (30 bus<br />
gandeng) dimenangi PT Ifani Dewi. Paket IV (30<br />
bus gandeng) dimenangi PT Mobilindo Armada<br />
Cemerlang. Badan Pengawasan Keuangan dan<br />
Pembangunan (BPKP) memperkirakan negara<br />
merugi Rp 54 miliar dari kasus itu.<br />
Kejaksaan Agung menemukan, perusahaanperusahaan<br />
tersebut tidak mempunyai kualifikasi<br />
untuk melakukan pengadaan Transjakarta.<br />
Pabrikan Anhui Ankai Automobile Co Ltd di<br />
Beijing, Tiongkok, produsen merek Ankai, tidak<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Udar menunjukkan surat<br />
bantahan atas dugaan<br />
gratifikasi yang diberikan oleh<br />
Direktur PT Ifani Dewi, Agus<br />
Sudiarso, kepada dirinya terkait<br />
tender bus Transjakarta di<br />
sela-sela sidang praperadilan<br />
di PN Jakarta Pusat.<br />
(18/3/2015).<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
kooperatif dalam memberikan data-data, seperti<br />
jumlah pemesanan bus Transjakarta dan<br />
spesifikasinya. “Dia tidak mau ungkapkan data<br />
secara lengkap,” ujar Jaksa Agung Muda Pidana<br />
Khusus Widyo Pramono kepada majalah detik<br />
di kantornya, Jalan Sultan Hasanuddin, Jakarta<br />
Selatan.<br />
Widyo terjun langsung dalam pengusutan kasus<br />
Transjakarta. Kebetulan saat itu dia sedang<br />
mewakili Jaksa Agung menghadiri seminar<br />
pemberantasan korupsi di Tiongkok. Selain<br />
ke Tiongkok, Widyo menyambangi pabrik bus<br />
Zhongtong di Hong Kong. Ia terkejut karena<br />
kantor produsen bus tersebut, Zhongtong Bus<br />
Holding Co Ltd, ternyata hanya sebuah bilik<br />
kecil. “Bus yang dipesan di Hong Kong itu hanya<br />
kantor abal-abal. Bodong,” tutur Widyo.<br />
Selain masalah perusahaan yang tidak valid,<br />
bus-bus yang didatangkan ke Indonesia tidak<br />
sesuai dengan spesifikasi. Contohnya berat bus<br />
yang melebihi tonase jalan. Bus merek Yutong<br />
dan Ankai single tidak dilengkapi dengan side<br />
impact bar untuk melindungi tabung gas jika<br />
terjadi benturan dari arah samping bus. Ternyata<br />
pula, bus-bus itu sebagian bekas.<br />
“Masak Ibu Kota dikasih bus yang terbakar,<br />
mobil yang mogok, mobil yang bekas? Mobilmobil<br />
yang ternyata pemesanannya menimbulkan<br />
tanda tanya,” katanya. “UP (Udar Pristono)<br />
sendiri mengakui yang di depo Ciputat banyak<br />
(bus) yang rongsokan,” ujar Widyo.<br />
Sampai sejauh ini, Kejaksaan Agung telah<br />
menahan tujuh orang. Mereka adalah mantan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Kami menjamin seluruh bus layak<br />
dan aman dioperasikan.<br />
Direktur Utama PT Transportasi<br />
Jakarta A.N.S. Kosasih<br />
ANTO/ANTARA FOTO<br />
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar<br />
Pristono; ketua panitia pengadaan, Setyo Tuhu;<br />
pejabat pembuat komitmen, Drajat Adhyaksa;<br />
Direktur Utama PT Korindo Motors, Chen<br />
Chong Kyeon; Direktur Utama PT Mobilindo,<br />
Budi Santoso; Direktur Utama PT Ifani Dewi,<br />
Agus Sudiarso; serta Direktur Pusat Teknologi<br />
Industri dan Sistem Transportasi Badan<br />
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),<br />
Prawoto.<br />
Drajat dan Setyo sudah divonis bersalah.<br />
Drajat dihukum lima tahun penjara dan denda<br />
Rp 250 juta. Sedangkan Setyo dihukum empat<br />
tahun penjara dengan denda Rp 250 juta subsider<br />
3 bulan penjara.<br />
Hakim menilai Drajat<br />
bersalah karena<br />
menetapkan harga<br />
perkiraan sendiri<br />
yang dibuat oleh tim BPPT. Kemudian, Setyo<br />
tidak melakukan penilaian kualifikasi terhadap<br />
perusahaan yang menjadi pemenang pengadaan<br />
bus.<br />
Hakim Supriyono, yang mengadili Setyo<br />
Tuhu, menegaskan Udar terlibat dalam kasus<br />
korupsi Transjakarta. Selaku kuasa pengguna<br />
anggaran, Udar tidak mengawasi pelaksanaan<br />
proyek tersebut secara benar. Drajat sebetulnya<br />
melapor adanya ketidaksesuaian spesifikasi<br />
bus yang datang ke Jakarta. Namun Udar<br />
meminta agar bus itu tetap diterima dengan<br />
alasan ada jaminan dan masa pemeliharaan.<br />
Udar adalah pejabat yang menandatangani<br />
nota kesepahaman dengan BPPT untuk tim<br />
pengendali teknis dan pengawasan.<br />
Kejaksaan bahkan tegas menuduh Udar<br />
sebagai aktor intelektual (intellectual dader)<br />
skandal bus Transjakarta tersebut. Dari hasil<br />
penelusuran, jaksa beranggapan korupsi pengadaan<br />
Transjakarta itu dilakukan dengan niat<br />
yang jahat, terencana, sekaligus sistemik. “Dia<br />
(Udar) kan doktor. Dan korupsi itu kan memang<br />
identik dengan pelaku yang pintar,” ujar Direktur<br />
Penuntutan pada Jaksa Agung Muda Pidana<br />
Khusus, Eddy Rakamto, kepada majalah detik.<br />
Udar menyangkal keterlibatannya dalam kasus<br />
Transjakarta itu. Pria kelahiran Bali ini juga<br />
keberatan disebut mempunyai niat jahat dalam<br />
proyek pengadaan bus dua tahun yang lalu itu.<br />
“Niat jahat untuk apa? Saya sudah ditahan, saya<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Transjakarta gandeng<br />
yang baru tiba dari Cina di<br />
Pelabuhan Tanjung Priok,<br />
Jakarta, Kamis (05/12/2013).<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
untung atau rugi?” katanya kepada majalah<br />
detik. “Tidak mungkin saya mau mengorbankan<br />
jabatan saya,” tuturnya.<br />
Udar menjamin proyek pengadaan Transjakarta<br />
itu tidak menyimpang karena dilakukan<br />
dengan sistem e-procurement. Seluruh tahapan<br />
tender berjalan dengan lancar. Udar juga menyatakan<br />
barang yang dikirim produsen Transjakarta<br />
canggih. Meski bus dirakit di Negeri Tirai<br />
Bambu, jeroan bus-bus Zhongtong, Yutong,<br />
maupun Ankai didatangkan dari Eropa dan<br />
Amerika. “Damri juga beli, kok, 66 unit,” kata<br />
Udar. ■ IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHITAMI, BAHTIAR RIFAI, ISFARI<br />
HIKMAT | IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
UDAR PRISTONO:<br />
BAYANGKAN,<br />
LUAS RUMAH<br />
RENGGA SANCAYA/DETIKCOM<br />
SAYA 1.000 M2<br />
BAPAK SAYA AJUDAN JENDERAL AHMAD<br />
YANI, JADI TINGGAL DI MENTENG. BAPAK<br />
SAYA JUGA MENINGGALKAN WARISAN. SAYA<br />
TIDAK DARI NOL. SAYA KERJA KE PEMPROV<br />
TIDAK DENGAN NAIK BUS.<br />
HASAN ALHABSY/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Tersangka kasus<br />
korupsi pengadaan bus<br />
Transjakarta Udar Pristono<br />
(kanan) menjalani sidang<br />
praperadilan di PN<br />
Jakarta Pusat, Jakarta,<br />
Senin (23/03/2015).<br />
Mantan Kepala Dinas<br />
Perhubungan DKI Jakarta<br />
itu mempraperadilankan<br />
Kejaksaan Agung atas<br />
tindakan penyitaan aset<br />
miliknya.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
MANTAN Kepala Dinas Perhubungan<br />
DKI Jakarta Udar Pristono terus<br />
melakukan perlawanan terhadap<br />
Kejaksaan Agung berkaitan dengan<br />
penetapannya sebagai tersangka korupsi<br />
pengadaan bus Transjakarta, penahanannya,<br />
dan penyitaan aset-asetnya. Ia yakin tudingan<br />
korupsi terhadapnya salah alamat.<br />
Udar menyatakan Kejaksaan tidak memiliki<br />
bukti dalam menetapkan status tersangka<br />
kepada dirinya. Kekayaan yang dimiliki Udar<br />
berasal dari warisan.<br />
Menurut dia, dalam menjerat pejabat terkait<br />
kasus korupsi, seharusnya Kejaksaan mempertimbangkan<br />
asal-usul pejabat tersebut.<br />
“Saya dari kecil tinggal di Menteng. Bapak<br />
saya ajudan Jenderal Ahmad Yani, jadi tinggal<br />
di Menteng. Sekolah saya di SD Jalan Tegal<br />
situ. Apa itu korupsi?” ujar Udar saat ditemui<br />
majalah detik.<br />
Mengapa Udar mengajukan lima gugatan<br />
praperadilan? Mengapa ia menggugat Kejak-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Armada bus Transjakarta<br />
merek Zhongtong di Halte<br />
Harmoni, Jakarta.<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
saan Agung hingga Rp 1,07 triliun?<br />
Berikut ini wawancara Aryo Bhawono dan<br />
Monique Shintami dari majalah detik dengan<br />
Udar.<br />
Mengapa Anda mengajukan gugatan<br />
praperadilan, bahkan sampai lima gugatan?<br />
Untuk mendapatkan keadilan sesuai dengan<br />
apa yang saya lakukan. Saya merasa diperlakukan<br />
tidak adil. Kenapa? Untuk ditetapkan<br />
menjadi tersangka, harus sudah ditemukan dua<br />
alat bukti, apalagi kalau sudah ditahan.<br />
Tentunya, kalau saya diduga menerima aliran<br />
dana, harus ada alat buktinya. Kalau kasus<br />
dipegang KPK disebut tertangkap tangan, ada<br />
rekeningnya tertangkap tangan. Di KPK, kalau<br />
tertangkap tangan, digeledah ada uang di tas<br />
atau koper. Kalau saya ini tidak ada.<br />
Saya, (kalau dikatakan) tertangkap tangan,<br />
tidak. Rekening saya, ada aliran dananya juga<br />
tidak. Bahkan saya juga sudah tanyakan, aliran<br />
dana yang saya terima mana, tidak pernah<br />
ada. Saya juga sudah minta dikonfrontasi, tidak<br />
pernah ada.<br />
Jaksa selalu menjawab nanti di pengadilan.<br />
Kalau nanti di pengadilan, dia jangan tahan<br />
saya dong, jangan sita barang saya. Makanya<br />
saya mencari keadilan.<br />
Mengapa Anda juga melaporkan Jampidsus<br />
dan para penyidik Kejagung ke Bareskrim<br />
Mabes Polri?<br />
Saya mencicil kondotel di Bali, sekitar Rp<br />
40 juta per bulan selama dua tahun. Mencicil<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Udar Pristono menjadi saksi<br />
untuk terdakwa Drajat<br />
Adhyaksa di sidang Tipikor,<br />
Jakarta (3/11/2014).<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
sejak Mei 2013, terus bulan Agustus dirampas<br />
Kejaksaan. Sekarang, kalau saya mencicil dari<br />
Mei 2013, kasus (korupsi) busway kapan? 2013.<br />
Cairnya bulan Desember. Sekarang cair bulan<br />
Desember, saya beli (kondotel) di bulan Mei,<br />
apakah itu hasil korupsi?<br />
Yang dirampas itu seharusnya kalau saya<br />
nyicil barang. Kan sudah jadi tuh barang (kondotel).<br />
Uang cicilan saya kan sudah jadi semen,<br />
sudah jadi kamar, sudah jadi tegel, sudah jadi<br />
plafon. Kok yang diambil ke developer itu<br />
uangnya, uang cicilannya. Nah, uang cicilan kan<br />
sudah saya serahkan ke developer, uang saya<br />
itu sudah jadi barang.<br />
Harusnya, kalau mau menyita, (bangunan)<br />
disegel. Bukan uangnya yang diambil. Berarti<br />
uang yang disita itu bukan uang saya. Itu uang<br />
developer, karena uang saya sudah jadi semen.<br />
Nah, akibatnya, kontrak saya dengan developer<br />
diputus. Menyita itu bisa jadi salah atau tidak<br />
salah kalau nanti ada bukti, kan. Kalau ini tidak.<br />
Itu yang kita laporkan, ini perampasan namanya.<br />
Berapa jumlah properti Anda yang disita?<br />
Ya… ada beberapalah.<br />
Sekitar 14?<br />
Oh, tidak, tidak sampai. Padahal sudah saya<br />
laporkan (aset-aset) ke KPK. Masuk LHKPN tahun<br />
2011, kok dirampas. 2011 kan jauh dari 2013,<br />
apa hubungannya dengan busway? Ini sudah<br />
semena-mena. Jadi, kalau Undang-Undang<br />
TPPU Nomor 8 Tahun 2010, itu ada tindak<br />
pidana utama, predicate crime namanya. Nah,<br />
predicate crime kan dari busway. Itu sebelum<br />
busway.<br />
Anda tidak mau aset Anda disita karena<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Kalau kamu lihat rumahnya 1.000<br />
meter persegi, duit dari mana?<br />
merasa aset itu tidak terkait dengan kasus<br />
korupsi yang dikaitkan dengan Anda?<br />
Begini, kan harusnya dilihat asal-usulnya. Ada<br />
pegawai yang startnya dari nol, ada yang startnya<br />
sudah menengah. Seperti saya, saya dari<br />
kecil tinggal di Menteng. Bapak saya ajudan<br />
Jenderal Ahmad Yani, jadi tinggal di Menteng.<br />
Sekolah saya di SD Jalan Tegal situ. Apa itu<br />
korupsi?<br />
Bapak saya juga meninggalkan warisan,<br />
(saya) tidak dari nol. Saya berangkat kerja ke<br />
Pemprov tidak dengan naik<br />
bus. Tidak. Saya sudah naik<br />
mobil. Jangan dianggap kayak<br />
dia yang memeriksa saya itu.<br />
Dia datang ke sini. Sekarang itu sudah saya laporkan<br />
LHKPN. Bayangkan, saya tinggal saja di<br />
Perdatam (Pancoran, Jakarta Selatan), luasnya<br />
1.000 meter persegi.<br />
Sejak menikah, saya tinggal di situ sama<br />
orang tua. Orang tua meninggal, saya tetap<br />
tinggal di situ, apakah itu (hasil) korupsi? Kalau<br />
kamu lihat rumahnya 1.000 meter persegi,<br />
duit dari mana? Tapi kan benar. Usaha keluarga<br />
saya menyewakan rumah-rumah. Itu kan tidak<br />
salah, usaha pribadi. Sedangkan jaksa itu kamu<br />
periksa juga LHKPN, punya usaha atau tidak.<br />
Jadi jangan menyamaratakan orang.<br />
Usaha menyewakan rumah, siapa yang<br />
mengelola?<br />
Iya, itu ada. Saya yang kelola, saya sendiri.<br />
Kan gampang nyewain, enggak susah, lewat<br />
agen.<br />
Kejagung menyita kondotel Anda di Bali.<br />
Bagaimana cerita pembelian kondotel itu?<br />
Saya dulu punya rumah, rumah saya jual,<br />
saya belikan kondotel. Kondotel itu mudah,<br />
kita sharing, sudah tidak usah capek. Itu kan<br />
perubahan pola pikir karena perubahan zaman.<br />
Boleh dong yang lama saya jual (terus)<br />
saya belikan baru. Yang kedua, ada bukti saya<br />
jual rumah ini (lalu) membeli ini. Hasil jual dua<br />
rumah di Bintaro itu saya belikan satu (kondotel),<br />
ada itu. Kuitansi akta jual-beli, dan itu pun<br />
terjadi pada awal Maret 2013. Jadi saya sudah<br />
melakukan itu dulu. Dari tahunnya saja sudah<br />
beda.<br />
Kenapa memilih membeli kondotel di<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Rumah aset Udar Pristono di<br />
Bintaro<br />
ISFARI HIKMAT/MAJALAH DETIK<br />
Bali?<br />
Bali itu daerah kelahiran saya. Saya dilahirkan<br />
di Denpasar, dan dari sisi aspek bisnis sewa-menyewanya<br />
bagus. Untuk dibisniskan bagus. Kita<br />
kan harus punya juga masa depan, sehingga<br />
kita harus tahu, tidak boleh dari hasil korupsi,<br />
dari uang saya sendiri.<br />
Apakah ada bukti jual-belinya?<br />
Ada, sudah diperlihatkan. Kamu pakai logical<br />
thinking, ini busway tahun 2013. Kondotel<br />
saya beli tahun 2011, 2012. Apa hubungannya<br />
dengan busway? Ini saya beli jauh sebelumnya.<br />
Belinya dari menjual barang-barang saya yang<br />
ada. Pokoknya jauhlah. Sekarang buktikan saja<br />
dulu dari tiga orang kontraktor itu memberikan<br />
kepada saya, mana buktinya? Dia tidak pernah<br />
memberi saya bukti.<br />
Kejaksaan menyebut perusahaan bus<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
Petugas memasang batas<br />
garis polisi pada bus<br />
Transjakarta jurusan Kota-Blok<br />
M yang hangus terbakar<br />
di depan Masjid Al-Azhar,<br />
Jakarta, Kamis (28/8). Bus<br />
Transjakarta bernomor TJ<br />
0022 tersebut terbakar saat<br />
mengarah ke Blok M dan<br />
belum diketahui penyebab<br />
terbakarnya bus tersebut.<br />
MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA<br />
Zhongtong merupakan perusahaan bodong….<br />
(Pengacara Udar, Tonin Tachta Singarimbun,<br />
menjawab) Ada atau tidak visa jaksa pergi ke<br />
Tiongkok? Yang benar, mereka pergi ke Tiongkok,<br />
lihat-lihat kantor, salah kantor. Ada kalau<br />
itu. Zhongtong jelas, kok.<br />
(Udar melanjutkan) Sekarang datang tidak<br />
barangnya? Datang, kan? Kondisinya bagus<br />
enggak? Sudah dipakai menarik penumpang,<br />
kok. Apa yang dibahas? Kantor zaman sekarang<br />
itu banyak yang kecil-kecil, kok. Semua main e-<br />
mail. ■<br />
MONIQUE SHINTAMI, ARYO BHAWONO<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
DIREKTUR PENUNTUTAN KEJAGUNG:<br />
UDAR SETIAP<br />
HARI DAPAT<br />
RP 20-30 JUTA<br />
BERIKUT ini wawancara Bahtiar<br />
Rifai dan Isfari Hikmat dengan<br />
Direktur Penuntutan Kejaksaan<br />
Agung Eddy Rakamto.<br />
Seperti apa kasus pencucian uang<br />
yang diduga dilakukan Udar Pristono?<br />
Ini diawali dari UP menjadi pengguna<br />
anggaran, kepala dinas sekaligus<br />
pengguna anggaran. Sebagai pengguna<br />
anggaran, dia antara lain mempunyai<br />
kewenangan menyetujui dan<br />
menentukan pemenang suatu lelang<br />
pekerjaan. Ada saksi yang mengikuti<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
FOKUS<br />
proses pengadaan pekerjaan pembuatan<br />
halte bus Transjakarta atau shelter.<br />
Kemudian orang itu menjumpai<br />
UP, di situ ditawarkan sebuah mobil<br />
Kijang lama pelat merah.<br />
Mobil itu diperoleh UP dengan harga<br />
Rp 20 juta. Tetapi orangnya tidak berminat<br />
membeli itu. Berkali-kali ditawari tetap<br />
tidak mau. Tiba-tiba mobil itu diantar ke<br />
rumah. “Sudah tidak mau kok diantar.<br />
Terus, ini bagaimana?” Dia diminta bayar<br />
Rp 100 juta.<br />
Saksi itu dipaksa bayar oleh Udar?<br />
(Udar bilang) “Bayar Rp 100 juta, transfer<br />
ke rekening anak saya.” Itu kan orang<br />
terpaksa membeli, melebihi harga yang<br />
diperoleh. Itulah yang dianggap sebagai<br />
pemberian atau gratifikasi atau pemberian<br />
suap.<br />
Setelah pembelian itu, keesokan harinya<br />
ternyata benar dia yang menang<br />
(tender). Jadi pemberian ini ada hubungannya<br />
dengan kewenangan dia menentukan<br />
siapa yang menang dan siapa<br />
yang kalah dalam pengadaan barang itu.<br />
Bermula dari itu, berarti ada pemberian<br />
di luar kewajaran yang ada. Setelah<br />
itu, baru ditemukan rekening dia.<br />
Banyak di rekening yang diserahkan<br />
salah satu pegawai hampir setiap hari<br />
untuk menyetorkan ke dua bank. Itu<br />
jumlahnya melebihi profil dia sebagai<br />
PNS atau sebagai kepala dinas. Sekian<br />
tahun itu hampir berjumlah Rp 4-5<br />
miliar, miliaranlah pokoknya.<br />
Setoran Udar seperti apa?<br />
Hampir tiap hari. Rp 20-30 juta selalu<br />
disetor. Terima dari Udar, kasih ke "W"<br />
dan "W" setor. Itu semenjak Udar menjabat<br />
kepala dinas di Juni 2010. Ketika<br />
dia sudah tidak menjabat, tidak ada lagi<br />
setoran.<br />
Terus pada saat selang waktu bersamaan<br />
ada pembelian aset tadi. Yang<br />
banyak apartemen, kondotel, rumah.<br />
Dia (membeli) properti sama mobil. Ada<br />
Fortuner dua. Sepeda motor moge Kawasaki.<br />
Itu besok ada di dalam dakwaan.<br />
Mogenya dipakai atau untuk anak?<br />
Tidak jelas. Pokoknya ada di situ, kita<br />
tidak sampai ke situ.<br />
Modus pencuciannya lebih banyak<br />
lewat properti?<br />
Iya. Ya disewakan lagi dan mungkin<br />
tingkat profitnya tinggi. Apartemen<br />
bukan yang kecil, itu apartemen yang<br />
rata-rata 80 meter persegi.<br />
Apartemen itu disewakan kembali?<br />
Yang jelas kita hanya mengecek untuk<br />
larinya uang, kan. Karena kita sesuaikan<br />
dengan unsur menempatkan, menyembunyikan,<br />
dan membelanjakan. (Uang)<br />
setelah dibelanjakan atau disewakan<br />
tidak kita dakwakan.<br />
Apartemen atas nama siapa?<br />
Ada atas nama istri dan ada nama dia.<br />
Propertinya kan banyak. ■<br />
BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
PENDEKAR JEMBATAN<br />
DARI BANTEN<br />
“MEREKA MEMANG TAK MEMILIKI KEMAUAN POLITIK MENYELESAIKAN<br />
MASALAH YANG DIHADAPI WARGANYA.”<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
JARAK Kampung Belah Haji, Desa Karya<br />
Jaya, Kecamatan Cimarga, dengan<br />
Kampung Selapajang, Desa Cigoong<br />
Selatan, Kecamatan Cikulur, mestinya<br />
hanya sekitar 60 meter. Namun, selama bertahun-tahun,<br />
jarak kedua kampung di Kabupaten<br />
Lebak, Banten, itu seperti berkilometer jauhnya.<br />
Ada Sungai Ciujung yang memisahkan kedua<br />
kampung. Sudah lama Jumpena, 50 tahun, hanya<br />
bisa mengandalkan rakit untuk menyeberang<br />
ke kampung sebelah. Padahal bagaimana<br />
dia dan suaminya makan bergantung pada<br />
penghasilannya berdagang di kampung seberang.<br />
Suaminya telah renta dan tak mampu lagi<br />
bekerja.<br />
Jika air sungai pasang dan tak ada rakit untuk<br />
menyeberang, Jumpena pulang dengan tangan<br />
kosong. Maka hari itu mereka akan berutang<br />
beras kepada tetangga. “Soalnya, semua bergantung<br />
pada hasil dagangan yang saya per-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
oleh,” ujar perempuan Sunda itu dua pekan<br />
lalu.<br />
Untunglah ada jembatan yang dibangun<br />
Muhammad Arif Kirdiat bersama teman-temannya<br />
di Relawan Kampung. Disokong dana<br />
dari kelompok usaha MNC, Arif dan kawankawannya<br />
menuntaskan pembangunan jembatan<br />
gantung sepanjang 60 meter itu pada<br />
November tahun lalu.<br />
Sekarang Jumpena, warga, dan anak-anak<br />
Kampung Belah Haji, Selapajang, dan sejumlah<br />
kampung lain di kedua sisi Sungai Ciujung tak<br />
perlu lagi berakrobat di atas kawat-kawat baja<br />
sisa jembatan untuk pergi sekolah atau berdagang.<br />
Bagi anak-anak Belah Haji, jembatan itu merupakan<br />
penghubung ke masa depan. Tanpa<br />
jembatan, anak-anak Kampung Belah Haji yang<br />
hendak belajar di SD Cigoong 2 di seberang sungai<br />
harus berjalan memutar sejauh 3 kilome-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Tekad ternyata bisa<br />
mengalahkan segala<br />
kesulitan.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
ter. Tanpa jembatan, anak-anak Belah Haji juga<br />
tak bisa melanjutkan pendidikan ke SMP dan<br />
SMA, karena sekolah menengah hanya ada di<br />
Cigoong.<br />
Sebenarnya jembatan gantung yang dibangun<br />
pada 2003 itu sempat diperbaiki pada<br />
2010. Namun, karena jembatan dikerjakan<br />
asal-asalan, umurnya tak panjang. Sebelum diperbaiki<br />
tim Relawan Kampung, hanya tersisa<br />
kawat-kawat baju terentang di atas Sungai Ciujung.<br />
Arif dan kawan-kawannya menghabiskan<br />
dana Rp 175 juta untuk merenovasi jembatan<br />
itu. Bagi Arif, jembatan di Sungai Ciujung itu<br />
merupakan jembatan ke-25 yang mereka bangun.<br />
Tak punya gelar insinyur sipil, juga tak pernah<br />
belajar ilmu bangunan, sarjana hukum itu tak<br />
pernah membayangkan suatu hari akan menjadi<br />
pembangun jembatan di daerah-daerah<br />
sulit. Sejak 2004, sebenarnya dia lebih banyak<br />
berurusan dengan turis.<br />
Sesuai dengan hobinya, ia gemar mengantar<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
para wisatawan jalan-jalan. Suatu hari pada<br />
2009, Arif mengantar beberapa wisatawan<br />
asing ke Pantai Sawarna di Bayah, Lebak. Jarak<br />
tempuh Serang-Sawarna sekitar enam jam<br />
perjalanan. Selain melewati jalan terjal, Arif<br />
bersama rombongan, seperti biasa, harus melewati<br />
sejumlah jembatan. Maklum, di Banten,<br />
dari satu kampung ke kampung dipisahkan kali<br />
besar, sehingga keberadaan jembatan menjadi<br />
sangat vital sebagai penghubung antardesa.<br />
Dua bulan setelah mengunjungi Sawarna,<br />
Arif mendapat telepon dari salah seorang<br />
tokoh pemuda yang dia kenal. Di ujung sana,<br />
temannya mengabarkan ada satu jembatan di<br />
Sawarna yang putus diterjang banjir bandang.<br />
Sang teman mengatakan sudah menyampaikan<br />
informasi perihal putusnya jembatan<br />
kepada kepala desa, camat, hingga staf Dinas<br />
Pekerjaan Umum. Tapi tak ada yang serius<br />
menanggapinya.<br />
Arif memutar otak bagaimana supaya jembatan<br />
yang putus itu bisa diperbaiki atau dibangun<br />
kembali. Apalagi ia tahu bahwa jembatan<br />
Sawarna menjadi satu-satunya jalan yang<br />
menghubungkan ribuan warga di seberangnya.<br />
Tanpa jembatan tersebut, mereka harus<br />
berputar jalan hingga puluhan kilometer.<br />
Arif mendatangi DPRD Provinsi Banten.<br />
Salah satu anggota Dewan memberi jawaban:<br />
Arif salah alamat. Mereka menyarankan supaya<br />
ia mendatangi Dinas Pekerjaan Umum. Tapi,<br />
di Dinas Pekerjaan Umum, Arif malah disuruh<br />
kembali ke DPRD. Sebab, menurut mereka,<br />
wewenang menentukan anggaran ada pada<br />
anggota DPRD.<br />
Lelah dipingpong kiri-kanan, Arif memutuskan<br />
cukup sudah usahanya meminta perhatian<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO<br />
pemerintah. “Saya merasa mereka memang tak<br />
memiliki kemauan politik menyelesaikan masalah<br />
yang dihadapi warganya,” ujar Arif.<br />
Dia memilih berpaling ke media sosial. Arif<br />
nekat mengunggah foto yang memperlihatkan<br />
usaha anak-anak sekolah yang tengah menyeberang<br />
kali dengan menerjang arus yang cukup<br />
kencang ke Facebook. Tak disangka, foto-foto<br />
itu menuai banyak tanggapan. Satu per satu<br />
penanggap mendonasikan uangnya hingga<br />
terkumpul uang Rp 12 juta.<br />
Saweran uang dari para dermawan di Internet<br />
itu ia sampaikan kepada warga Sawarna.<br />
Karena dana mepet, Arif meminta warga bergotong-royong<br />
mengumpulkan material. Berbekal<br />
semangat ingin memiliki jembatan, semua material<br />
jembatan akhirnya terkumpul. Tapi apes,<br />
banjir bandang menghanyutkan semua bahan<br />
bangunan. Bahkan lubang fondasi yang sudah<br />
digali juga tertutup lumpur. Akhirnya pekerjaan<br />
dimulai lagi dari awal.<br />
“Tapi tekad ternyata bisa mengalahkan segala<br />
kesulitan,” ujar Arif. Dengan semangat gotongroyong<br />
yang tinggi, warga Desa Sawarna akhirnya<br />
bisa mendirikan jembatan. Jembatan pertama<br />
yang dibangun Arif bersama warga dan atas<br />
donasi masyarakat itu berdiri pada 2009.<br />
Rupanya kabar pembangunan jembatan swadaya<br />
itu menyebar ke kampung lain. Ponsel Arif<br />
mulai sering berdering, menerima keluh kesah<br />
warga di sejumlah daerah yang terisolasi garagara<br />
tak punya jembatan. Masalahnya pada<br />
dana. Arif bersama teman-temannya di Yayasan<br />
Relawan Kampung mesti rajin “mengetuk hati”<br />
para dermawan.<br />
Uluran tangan itu sering datang tak disangka.<br />
Seorang pengusaha batik dari Yogyakarta per-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO<br />
nah menawarkan bantuan dana untuk membangun<br />
jembatan. Sayang, donasi itu batal karena<br />
Gunung Merapi meletus. Arif menduga pengusaha<br />
itu memilih membantu warga di Yogya<br />
yang terkena musibah. Untung Arif segera<br />
mendapat penggantinya.<br />
Seorang kenalan lama di Singapura, mantan<br />
wartawan yang pernah menjadi anggota parlemen,<br />
langsung memberi tanggapan positif setelah<br />
mendengar “proposal” Arif. Tak sampai seminggu,<br />
kawannya berkabar bahwa ia telah mentransfer<br />
sejumlah uang untuk pembangunan jembatan<br />
tahap awal.<br />
“Saya terharu sekaligus malu. Orang luar yang<br />
bukan siapa-siapa kita saja peduli, sementara<br />
pejabat yang punya kekuasaan dan dipercaya<br />
masyarakat malah sebaliknya,” katanya. Bermodal<br />
donasi dari Singapura itu, Relawan Kampung<br />
bisa merentangkan sejumlah jembatan.<br />
Kini ada 12 relawan yang membantu Arif.<br />
Mereka semua memiliki pekerjaan tetap. Ada<br />
pegawai bank, ada dokter, ada pula peng-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
usaha. Selama tiga tahun bersama temantemannya<br />
yang tergabung dalam Yayasan<br />
Relawan Kampung, Arif berhasil membangun<br />
34 jembatan. Tak hanya di Banten, 14 jembatan<br />
lain dia bangun di Makassar, Palembang,<br />
dan Lampung.<br />
Arif berangan-angan, dalam lima tahun ke<br />
depan bisa membangun 100 jembatan di desa-desa<br />
terisolasi. Terdengar muluk memang.<br />
Saat ini, menurut Arif, masyarakat Banten saja<br />
memerlukan sekitar 500 jembatan, baik baru<br />
maupun untuk diperbaiki karena kondisinya<br />
sudah menyedihkan.<br />
Ia yakin semangat gotong-royong masyarakat<br />
masih tinggi sehingga, meskipun dana pembangunan<br />
minim, jembatan tetap bisa dibangun.<br />
Pengalaman itu ia lihat saat membangun<br />
hampir semua jembatan di Banten. Bagaimana<br />
20 warga memikul besi seberat 880 kilogram<br />
sejauh 5 kilometer. Lainnya bergotong-royong<br />
mengumpulkan pasir dan batu serta membantu<br />
tukang. “Membangun 100 jembatan terang<br />
susah, tapi kami yakin bisa mengerjakannya,”<br />
kata Arif, optimistis. ■ KUSTIAH<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
BIODATA<br />
NAMA:<br />
MUHAMMAD ARIF KIRDIAT<br />
LAHIR:<br />
Jakarta, 19 Agustus 1977<br />
SEKOLAH<br />
● S-1 Fakultas Hukum, Universitas Tirtayasa,<br />
Banten, 2001<br />
● S-2 Strategic Studies, Nanyang Technological<br />
University, Singapura, 2007<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
RIWAYAT PEKERJAAN<br />
● Mitsubishi Chemical Indonesia, 1995-2005<br />
● Manajer Citilink Garuda Indonesia, Area<br />
Makassar, 2009<br />
● Mendirikan agen perjalanan Banten<br />
Holidays, 2009 hingga kini<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015<br />
MAJALAH DETIK DETIK 30 MARET 19 - 25 - JANUARI 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
SERBADINAMIS<br />
DIANA NAZIR<br />
DIANA NAZIR BERHASIL MENCIPTAKAN RUMAH YANG<br />
HOMEY. SENYAMAN IMPIANNYA.<br />
FOTO-FOTO: HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
TAK perlu resep njlimet untuk<br />
menciptakan rumah yang bisa<br />
membuat penghuninya betah<br />
tinggal di rumah. Tinggal ciptakan<br />
sesuatu yang nyaman sesuai selera penghuninya.<br />
Beres!<br />
Begitulah resep yang dipakai Diana Nazir,<br />
ahli desain interior sekaligus pemilik rumah<br />
yang dikunjungi majalah detik pada awal<br />
Maret 2015.<br />
Rumah bergaya klasik di kawasan KKO,<br />
Cilandak, Jakarta Selatan, ini memang istimewa.<br />
Bangunan ini berada di Kompleks<br />
Vico, didirikan pada 1970-an.<br />
Setiap rumah di kawasan itu berdiri di atas<br />
lahan yang lumayan luas, yakni 900 meter<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
persegi. Luas bangunan rumah rata-rata 500<br />
meter persegi. Begitu juga rumah Diana.<br />
Bukan tanpa alasan Diana memilih rumah<br />
di kompleks itu. Selain berada di gang buntu,<br />
rumah serbalapang ini memiliki desain unik<br />
dan struktur bangunan bermutu.<br />
Saking bagusnya kualitas bangunan dan ornamen<br />
yang digunakan, Diana tak mengubah<br />
bentuk dan desain bangunan, kecuali lantai<br />
dan beberapa sisi dinding.<br />
Memasuki pelataran rumah Diana, kita<br />
tak akan langsung menemukan pintu utama<br />
rumah. Tepat di depan pintu pagar, yang ada<br />
justru pintu garasi.<br />
Setelah menyusuri taman air memanjang<br />
di sisi teras dengan aneka pot kembang, kita<br />
akan menemukan pilar-pilar dinding dari batu<br />
alam.<br />
Kami sempat terkecoh. Mengira pintu kaca<br />
di depan dinding batu alam inilah pintu utama<br />
rumah. Apalagi ada sebuah sofa dan rak buku<br />
memanjang memenuhi sisi dinding.<br />
Dugaan kami salah. Ruangan teduh dengan<br />
sebuah lukisan digital painting menyerupai<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
kaligrafi berukuran 2 x 2 meter ini ternyata sebuah musala.<br />
Kadang ruangan ini digunakan sebagai tempat membaca buku.<br />
Ada rak buku istimewa di ruangan berbentuk lorong yang sekaligus<br />
menjadi penghubung menuju ruang tengah ini.<br />
Rak setinggi 2 meter dengan panjang sekitar 10 meter itu seperti<br />
memberikan sentuhan magis. Bukan cuma buku, rak itu juga<br />
menyimpan belasan karya seni solid glass.<br />
Karya seni itu makin mempercantik rak dan ruangan. Diana<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
bersama suaminya, Norman, seorang arsitek, meletakkan lampu kecil<br />
di bawah solid glass sehingga memancarkan cahaya warna-warni.<br />
Suasana artistik bisa kita temukan di ruang tengah. Di sini terdapat<br />
beberapa karya seni buatan seniman ternama. Ada lukisan, patung,<br />
pahatan, dan karya tangan lainnya.<br />
Suasana kontras baru terasa ketika memasuki ruang tengah atau<br />
living room. Lantai marmer hitam tampak jelas begitu memandang<br />
piano warna putih bertengger dekat tangga putih.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
Di antara warna hitam dan putih, ada<br />
warna cokelat tua yang turut mempercantik<br />
ruangan. Lantai dan dinding di rumah<br />
ini berwarna gelap dan natural.<br />
Tampaknya pemilik rumah sengaja memainkan<br />
konsep warna untuk memaksimalkan<br />
desain interiornya. Misalnya, karena<br />
lantai marmer berwarna hitam, plafon<br />
yang dipilih dominan terang.<br />
Diana sengaja menabrakkan warna<br />
gelap dengan terang. Bukan cuma soal<br />
warna, Diana juga memainkan gaya klasik<br />
dan kontemporer untuk urusan interior,<br />
eksterior, dan arsitektur.<br />
Jika diperhatikan, desain eksterior rumah<br />
bermotif klasik, tapi kontras dengan<br />
desain interior. Di dalam rumah, kita akan<br />
merasakan kesan kontemporer untuk memadupadankan<br />
sentuhan klasik.<br />
Ornamen klasik bisa ditemukan di toilet<br />
di balik dinding musala. Semua yang ada<br />
di dalamnya berasa kuno, mulai desain,<br />
warna water closet yang memudar, hingga<br />
keran dan ornamen wastafel.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
Ibu dua anak ini menuturkan sengaja tak mengganti barang-barang<br />
yang ada di toilet. Selain sudah tak diproduksi lagi, perangkat yang ada di<br />
toilet berkualitas bagus.<br />
“Saya tak akan menemukan lagi model WC, wastafel, sampai kerannya<br />
dengan desain dan kualitas sebagus produk ini,” ujarnya.<br />
Begitu juga tangga penghubung lantai bawah dengan atas. Tapakan<br />
dari kayu jati dan pilar-pilar tangganya dari besi berwarna putih juga<br />
biarkan seperti aslinya.<br />
Diana hanya mengganti rolling atau pegangan. Sebelumnya berupa<br />
kayu kecil, kini berganti dengan kayu bulatan lebih besar. Ia merasa rol-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
ling sebelumnya tak selaras dengan pilar dan<br />
tapakan yang kokoh.<br />
Sebelumnya, seluruh tapakan tertutup karpet.<br />
Oleh Diana, karpet itu diangkat sehingga<br />
warna kilauan kayu jati berwarna cokelat tua<br />
terlihat dan makin menyiratkan kesan klasik.<br />
Di ruang tengah, semua terasa serbalapang<br />
dan serasi. Meja makan menyatu dengan dapur.<br />
Diana mempercantiknya dengan menggantung<br />
tiga lampu berwarna tembaga tepat<br />
di atas meja makan.<br />
Selain menciptakan keserasian, Diana dan<br />
suami berhasil menghilangkan kesan sekat<br />
indoor dan outdoor. Tembok yang sebelumnya<br />
menyekat ruangan indoor dan outdoor diganti<br />
dengan pintu lipat aluminium berlapis kayu<br />
cokelat tua.<br />
Udara bisa bebas keluar-masuk ruangan.<br />
Pandangan juga bisa menembus ke hamparan<br />
halaman belakang dengan kolam dan rimbunnya<br />
pohon palem.<br />
Tak adanya sekat antara ruangan outdoor<br />
dan indoor juga bisa kita rasakan saat duduk<br />
atau berbaring di gazebo di sebelah kolam. Di<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
sisi kolam berukuran 4 x 10 meter ini terdapat dua<br />
buah gazebo.<br />
Diana dan keluarga biasa membaca atau sekadar<br />
berbaring di gazebo ini. Menikmati kudapan<br />
bisa juga dilakukan sembari duduk-duduk di kursi,<br />
yang letaknya tak jauh dari pintu lipat dengan<br />
dapur.<br />
“Kita memang tidak mau outdoor dan indoor<br />
terpisah. Kita ingin semua menyatu, aktivitas indoor<br />
bisa dilakukan di luar,” ujarnya.<br />
Lantai atas difokuskan sebagai ruang tidur. Ada<br />
dua kamar anak, satu toilet, dan satu ruang tidur<br />
utama dengan toilet di dalam. Sayang, kami tak<br />
bisa mendapatkan gambaran kamar atas permintaan<br />
Diana.<br />
Dan menjelang akhir kunjungan, kami baru tahu<br />
rumah ini ternyata tidak memiliki ruang tamu.<br />
Ruangan besar berukuran 5 x 4 meter yang sebelumnya<br />
merupakan ruang tamu diubah menjadi<br />
tempat berkumpul bersama.<br />
Anggota keluarga bisa bermain musik, menonton<br />
televisi, atau berselancar di dunia maya di<br />
ruangan ini. Ada seperangkat alat musik, seperti<br />
drum dan gitar, di sini.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
RUMAH<br />
Ia sengaja memusatkan semua aktivitas fun di sini. Ia<br />
ingin anak-anaknya terpantau dan orang tua mengetahui<br />
aktivitas tontonan anaknya. Makanya tak ada televisi di<br />
ruangan lain selain di ruangan ini.<br />
Menurut Norman, ia dan istrinya memilih menghilangkan<br />
ruang tamu karena alasan efektivitas dan efisiensi<br />
ruangan.<br />
Selama ini ruang tamu nyaris tak banyak dimanfaatkan<br />
karena tamu biasa langsung berada di living room. Jikapun<br />
ada, biasanya tamu tak duduk lama.<br />
“Berdasarkan pengalaman, biasanya kita tak banyak<br />
membutuhkan ruang tamu,” kata Norman.<br />
Adapun mengenai pintu masuk utama, Diana dan<br />
Norman sengaja mengalihkannya melalui koridor di sepanjang<br />
sisi teras dan mendesain pintu masuk tak menghadap<br />
jalan.<br />
Jadi, jika Anda adalah orang terdekat atau keluarganya,<br />
bisa langsung masuk ke living room atau ke halaman<br />
belakang dengan melewati lorong koridor beratap terali<br />
bulatan besi panjang.<br />
Meski terlihat terbuka, rumah keluarga Diana tetap<br />
terjamin keamanannya karena siapa pun tak akan bisa<br />
masuk rumah melalui atap sekalipun. n KUSTIAH | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
GAYA HIDUP<br />
KUNGFU<br />
VAGINA,<br />
BERANI<br />
COBA?<br />
FOTO-FOTO: INSTAGRAM/KIMANAMI<br />
ALAT KELAMIN<br />
WANITA BISA DILATIH<br />
MENGANGKAT FURNITUR<br />
HINGGA MENEMBAKKAN<br />
BOLA PINGPONG. EUWW!<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
GAYA HIDUP<br />
ANGKAT beban dengan alat-alat fitness, seperti dumbbell,<br />
barbell, atau piringan besi, tentu sudah biasa.<br />
Bagaimana jika bagian tubuh yang mengangkat<br />
beban adalah vagina?<br />
Olahraga yang tak lazim ini diperkenalkan oleh instruktur<br />
seks kelas dunia Kim Anami lewat akun Instagram-nya. Fotofotonya<br />
membuat siapa saja yang melihatnya tercengang.<br />
Terheran-heran.<br />
Wanita ini berpose sambil mengangkat beban menggunakan<br />
vaginanya. Ia mampu mengangkat aneka buah-buahan, botol,<br />
sampai papan selancar.<br />
Kim juga mengunggah fotonya saat berada di Bali mengangkat<br />
satu sisir pisang berukuran lumayan dengan posisi kayang.<br />
Ngilu? Sama!<br />
Meski terkesan bikin gilu, rutinitas angkat beban yang dilakukan<br />
oleh Kim di berbagai lokasi indah di dunia ini bukan sekadar<br />
iseng atau kurang kerjaan.<br />
Kungfu vagina atau vaginal kungfu merupakan salah satu programnya.<br />
Melalui kampanye bertagar #thingsliftwithmyvagina,<br />
Kim mengedukasi banyak orang dengan cara yang menyenangkan<br />
sekaligus provokatif.<br />
“Ini adalah tantangan sekaligus edukasi yang saya lakukan<br />
sembari berkeliling dunia, mengangkat benda-benda yang berasal<br />
dari berbagai daerah, dengan vagina saya,” tulisnya di akun<br />
Instagram @kimanami.<br />
DETIKHOT<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
GAYA HIDUP<br />
Sama seperti kungfu bela diri, kungfu vagina<br />
dipelajari secara rutin. Wanita asal Kanada ini<br />
mengatakan mengangkat benda menggunakan<br />
vagina tidak jauh berbeda dengan otot<br />
bisep yang sudah terlatih.<br />
Dengan latihan delapan minggu, vagina<br />
dapat dimanfaatkan untuk mengangkat beban<br />
berat, mulai potongan kayu hingga besi berat.<br />
Dilansir Daily Mail, Kim meluncurkan video<br />
yang menampilkan para perempuan beraksi<br />
dengan kekuatan vaginanya. Mengangkat<br />
barbel, menembakkan bola, hingga membuka<br />
tutup botol.<br />
“Bisa mengangkat furnitur dan menembakkan<br />
pingpong menggunakan vagina Anda,”<br />
ujar Kim dalam video di berjudul “10 Alasan<br />
untuk Mengangkat Beban dengan Vagina”.<br />
Meski programnya terdengar aneh, Kim<br />
menjelaskan, pada dasarnya semua vagina<br />
wanita bisa melakukan hal tersebut. Tanpa<br />
latihan, 99,9 persen vagina wanita lemah.<br />
Kim memberi contoh, di Asia Tenggara, ada<br />
pertunjukan yang menampilkan para perempuan<br />
dengan alat kelamin yang kuat.<br />
Latihan ini diklaim menyehatkan karena dapat<br />
melatih otot-otot vagina serta mengembalikan<br />
kekencangan vagina. Vagina yang terlatih<br />
dan kuat dapat mempengaruhi keharmonisan<br />
bersama pasangan.<br />
Kim mengatakan perempuan dapat mengalami<br />
segala jenis orgasme atau mengontrol<br />
ejakulasi pria. “Juga dapat membantu meningkatkan<br />
libido dan membuat seks sepuluh ribu<br />
kali lebih baik,” tuturnya.<br />
TIA AGNES/ DETIKHOT<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
GAYA HIDUP<br />
Dokter kandungan Alyssa Dweck, MD, mendukung<br />
program kungfu vagina yang dilakukan<br />
Kim. Menurut Dweck, melakukan olahraga<br />
kegel dan angkat beban merupakan hal yang<br />
sah-sah saja.<br />
“Pada beberapa wanita, setelah melahirkan,<br />
vagina terasa lemah dan longgar. Latihan kegel<br />
adalah salah satu cara untuk mengencangkan<br />
kembali,” ujarnya seperti dilansir Women’s<br />
Health.<br />
Hanya, Dweck menyarankan, melakukan<br />
angkat beban vagina ini sebaiknya ditemani<br />
instruktur ahli. Perempuan juga bisa memulai<br />
dengan mengangkat beban teringan.<br />
Sebagai seorang instruktur seks populer,<br />
Kim juga sering mengadakan pelatihan dan<br />
membuka kelas khusus bagi pasangan yang<br />
menginginkan seks berkualitas.<br />
Perempuan yang sering singgah di Bali ini<br />
mengajari pasangan untuk menumbuhkan<br />
kembali hubungan intim yang dingin. Hal ini<br />
biasa terjadi pada pasangan yang telah lama<br />
menikah.<br />
Kim dapat mengajari klien lewat Internet<br />
atau lewat kelas-kelas khusus yang digelar di<br />
tempat-tempat, seperti Bali atau Puerto Vallarta,<br />
Meksiko.<br />
Meski harus merogoh kocek Rp 40-60 juta,<br />
para klien yang ditangani Kim mengaku puas.<br />
Kehidupan seks yang mulai menurun berubah<br />
menjadi jauh lebih baik.<br />
“Kami makin sering bercinta. Merasa lebih<br />
saling menyayangi. Mendengarkan pelatihan<br />
Kim seperti membaca 14 buku, 3 manual book<br />
dan seluruh novel Shades of Gray,” ujar seorang<br />
kliennya. Hmmm.... n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
WISATA<br />
KEDAMAIAN DI<br />
MONTREUX<br />
KONON, ADA KASTEL YANG DULUNYA MENJADI TEMPAT<br />
MENGEKSEKUSI ORANG-ORANG YANG DIANGGAP SESAT.<br />
THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
WISATA<br />
PERTEMUAN dengan Montreux,<br />
sebuah kota kecil di Swiss, bisa jadi<br />
sebuah peruntungan luar biasa bagi<br />
siapa saja yang sedang mencari ketenangan.<br />
Meskipun tidak setenar kota-kota lain di<br />
Swiss, Montreux menyimpan pemandangan<br />
alam yang begitu istimewa. Dari lokasinya<br />
saja, kota ini sudah terlihat damai.<br />
Montreux terletak di tepi Danau Jenewa, di<br />
kaki Pegunungan Alpen yang berselimut salju.<br />
Sebuah tempat yang cocok untuk menyepi<br />
sekaligus menyegarkan pikiran.<br />
Banyak cara menuju Montreux. Wisatawan<br />
yang tidak mau repot mengatur itinerary atau<br />
membeli tiket perjalanan, silakan pasrahkan<br />
kepada jasa agen tur. Tentu saja biayanya lebih<br />
besar.<br />
Tenang. Merencanakan perjalanan sendiri<br />
juga sangat gampang. Banyak pesawat dengan<br />
rute menuju kota-kota di Swiss. Sayangnya,<br />
dari Indonesia tidak ada direct flight, sehingga<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
WISATA<br />
WIKIMEDIA<br />
PRANCIS<br />
JENEWA<br />
MONTREUX<br />
SWISS<br />
JERMAN<br />
ITALIA<br />
AUSTRIA<br />
harus transit.<br />
Negara transitnya bisa berbeda-beda, tergantung<br />
maskapai penerbangan yang dipilih.<br />
Kalau punya waktu lebih, sembari transit juga<br />
bisa nyolong waktu jalan-jalan.<br />
Akses menuju Montreux bisa dimulai dari<br />
Jenewa, kota kedua terpadat di Swiss. Seperti<br />
kebanyakan negara Eropa lainnya, Swiss<br />
mempunyai sistem transportasi yang baik.<br />
Di Swiss bagian mana pun, di kota ataupun<br />
daerah pegunungan, pasti ada sarana transportasi.<br />
Dari Bandar Udara Internasional Cointrin,<br />
Jenewa, silakan menumpang jaringan<br />
kereta api SBB-CFF-FFS.<br />
Tiket kereta bisa dibeli satu per satu saat<br />
mau berangkat di stasiun atau bisa membeli<br />
ticket pass. Swiss Pass merupakan tiket yang<br />
menjadi paling favorit di kalangan wisatawan.<br />
Tiket ini turut mengkover jaringan bus dan<br />
trem di kota-kota utama, cable car ke puncak<br />
gunung, serta tiket masuk museum. Perjalanan<br />
dari Jenewa ke Montreux ditempuh selama<br />
hampir 1,5 jam.<br />
Usahakan memilih tempat duduk yang dekat<br />
dengan jendela. Selama perjalanan, mata<br />
akan dihibur pemandangan pegunungan<br />
maupun perbukitan.<br />
Sesampai di Montreux, nikmati pengalaman<br />
baru menjelajahi Chateau de Chillon (Chillon<br />
Castle). Kastel ini merupakan salah satu daya<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
WISATA<br />
INDONESIA.TOURISM<br />
tarik di Montreux de ngan 350 ribu wisatawan<br />
per tahunnya.<br />
Dengan Swiss Pass, pengunjung tidak<br />
perlu mengeluarkan biaya untuk membayar<br />
tiket. Cukup menunjukkan kartu Swiss<br />
Pass kepada petugas dan menitipkan barang<br />
bawaan.<br />
Setelah itu, wisatawan bisa langsung<br />
berkeliling dan menikmati Chillon Castle sepuasnya.<br />
Kastel megah yang dibangun pada<br />
abad ke-12 ini bagaikan kastel dalam cerita di<br />
negeri dongeng.<br />
Dibangun di atas batu karang, bentuk bangunan<br />
kastel tetap dipertahankan seperti<br />
aslinya. Kayu dan batu merupakan material<br />
dominan.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
WISATA<br />
ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />
Peralatan rumah tangga, meja, peti<br />
untuk menyimpan barang, sampai tempat<br />
tidur tertata rapi di dalam ruangan. Selain<br />
itu, ada baju-baju zirah lengkap untuk berperang<br />
para prajurit.<br />
Selain menawarkan bangunan puri yang<br />
indah, kastel kuno ini menyimpan kisah pilu<br />
dan mengerikan. Menurut cerita yang beredar,<br />
kastel ini juga dijadikan sebagai tempat<br />
penjara bawah tanah.<br />
Meski berpilar indah, ruangan penjara terlihat<br />
menyeramkan. Rantai bekas mengikat<br />
para tahanan yang hendak menjalani vonis<br />
mati masih terpasang. Lengkap.<br />
Saat itu, orang-orang yang dianggap sesat,<br />
seperti penyihir, dijatuhi hukuman mati. Caranya<br />
dengan dibakar hidup-hidup atau digantung.<br />
Menyeramkan!<br />
Jejak dari cerita kelam itu dapat dilihat di salah<br />
satu sudut kastel. Terdapat beberapa tiang<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
WISATA<br />
yang di bawahnya terdapat sosok<br />
penyihir yang tengah dibakar.<br />
Di salah satu dinding kastel juga<br />
terdapat gambar salib atau guratan<br />
garis tawanan yang menanti hukuman<br />
mati. Meski kebenaran cerita itu<br />
belum bisa dipastikan, aura mistis<br />
tetap terpancar di ruangan ini.<br />
Bila sudah puas dimanjakan oleh<br />
keindahan Kastel Chillon, silakan<br />
menyegarkan mata dengan pemandangan<br />
alam Danau Jenewa<br />
yang juga mengelilingi kastel.<br />
Air danaunya begitu jernih,<br />
sementara deretan Pegunungan<br />
Alpen di seberang danau mempercantik<br />
pemandangan alam yang<br />
ada di pelupuk mata.<br />
Hiruk-pikuk kendaraan pun tidak<br />
akan terdengar. Itulah sebabnya,<br />
berjalan menyusuri danau atau<br />
duduk di tepian merupakan pilihan<br />
yang tepat.<br />
Di tepian danau ini, terdapat patung Freddie<br />
Mercury, sang musikus legendaris yang<br />
berpulang di umur 45 tahun. Patung 3 meter<br />
ini dibuat untuk menghormati pelantun lagu<br />
We Are the Champions itu.<br />
Patung kenangan akan Freddie ini dibuat<br />
oleh seniman bernama Irena Sedlecka dan<br />
diresmikan pada 25 November 1996 oleh ayah<br />
Freddie.<br />
Patung perunggu Freddie mengangkat tangan<br />
ke udara dan tangan kirinya menggenggam<br />
mikrofon. Banyak penggemar Freddie<br />
datang dari jauh untuk mengalungkan bunga<br />
dan berpose di depan patung.<br />
Selain itu, warga Montreux memiliki acara<br />
khusus untuk vokalis band Queen ini. Freddie<br />
Mercury Montreux Memorial Day merupakan<br />
acara untuk mengenang sang maestro.<br />
Acara itu digelar setiap minggu pertama di<br />
bulan September. Pada saat itu, biasanya banyak<br />
wisatawan berkunjung, yang mayoritas<br />
merupakan penggemar berat Freddie. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET APRIL 2015<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
AROMA<br />
BATAVIA<br />
LAMA<br />
FOTO-FOTO : AGUNG PHAMBUDHY/DETIKCOM<br />
KAFE BANGUNAN TUA BEKAS GUDANG REMPAH-<br />
REMPAH INI MENYEDIAKAN HIDANGAN KHAS<br />
BETAWI YANG HAMPIR PUNAH.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
KOTA Tua Jakarta memang<br />
tidak ada matinya. Setiap sudut<br />
kawasan seluas 139 hektare ini<br />
selalu ramai dikunjungi, baik<br />
oleh wisatawan lokal maupun<br />
asing.<br />
Lanskap sejumlah bangunan dengan arsitektur<br />
khas Belanda dari abad ke-17 hingga awal<br />
abad ke-20 membuat siapa pun yang berkunjung<br />
seolah dibawa ke masa lampau.<br />
Siang itu, untuk kesekian kalinya, saya berkunjung<br />
ke kawasan Batavia Lama. Namun kedatangan<br />
saya kali ini bukan untuk hunting foto<br />
atau melipir ke museum-museum bersejarah.<br />
Saya hendak bernostalgia dengan menggali<br />
kenangan lewat hidangan tradisional Indonesia.<br />
Menurut informasi yang saya terima, ada<br />
sebuah kafe yang bisa mewujudkan keinginan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
saya itu.<br />
Kafe itu menempati sebuah bangunan tua<br />
bersejarah di luar alun-alun kompleks Kota Tua.<br />
Dulu, bangunan di Jalan Pintu Besar Utara itu<br />
adalah gudang rempah-rempah.<br />
Tak sulit mencarinya. Di tengah kerumunan<br />
pedagang kaki lima, sebuah papan kayu bertulisan<br />
“Historia Food & Bar” menjadi satu-satunya<br />
petunjuk.<br />
Tidak ada tempat parkir di area Kota Tua<br />
ataupun kafe ini, sehingga yang membawa<br />
kendaraan harus parkir agak jauh. Naik bus<br />
Transjakarta atau kereta rel listrik lebih direkomendasikan.<br />
Memasuki kafe, saya disambut lorong cukup<br />
lebar. Di kiri dan kanan dinding terdapat aneka<br />
rempah dalam toples yang diletakkan secara<br />
apik pada rak-rak gantung.<br />
Sebut saja cengkeh, lada, kayu manis, pala,<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
Sayur Babanci dulu<br />
hanya dinikmati para<br />
mandor dan tuan<br />
tanah.<br />
dan kunyit. Ujung lorong ini diapit oleh dua<br />
area makan. Sebelah kiri khusus untuk area<br />
merokok. Saya tentu memilih duduk di sebelah<br />
kanan.<br />
Di dalam ruangan sebelah kanan ini terdapat<br />
lukisan mural yang begitu menarik perhatian<br />
saya. Torehan artistik pada dinding menjadi<br />
simbol kehadiran roh masa pemerintahan Hindia<br />
Belanda.<br />
Para perempuan, penari, budak, dan kompeni<br />
Hindia-Belanda, yang menjadi penghuni<br />
Batavia, digambarkan secara mengesankan<br />
dalam satu frame lukisan.<br />
Beberapa bagian, seperti dinding bata atau<br />
pintu logam, masih mempertahankan keasliannya.<br />
Perubahan hanya dilakukan pada beberapa<br />
panel.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
Selain itu, pengelola kafe piawai dalam hal<br />
pemilihan lantai dan penataan cahaya, sehingga<br />
membuat Historia Food & Bar jauh dari kesan<br />
angker.<br />
Beberapa barang jadul, seperti layar monitor,<br />
mesin kasir, dan produk Belanda yang dulu pernah<br />
beredar di Indonesia, dijadikan pajangan.<br />
Menurut saya, suasana di kafe ini terasa begitu<br />
nyaman. Jarak yang cukup lebar antarmeja<br />
membuat saya lebih leluasa bergerak ataupun<br />
duduk di kursi ala vintage ini.<br />
Dari daftar menu yang diberikan, saya tahu<br />
Historia Food & Bar lebih didominasi makanan<br />
tradisional Indonesia. Uniknya, hidangan ikonik<br />
khas Betawi langka, seperti Nasi Sayur Babanci,<br />
tersedia di sini.<br />
Tanpa pikir panjang, saya segera mengorder<br />
hidangan seharga Rp 45 ribu itu. Sedangkan<br />
teman saya memesan Nasi Bakar Kebun Belakang<br />
(Rp 40 ribu).<br />
Sambil menunggu pesanan tiba, saya juga<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
memesan Jalangkote (Rp 35 ribu). Nama hidangan<br />
pembuka ini memang terdengar asing<br />
di telinga saya.<br />
Namun, begitu melihat penampilan dua potong<br />
Jalangkote, saya langsung teringat pada<br />
pastel. Hidangan asal Makassar ini memiliki<br />
bentuk yang serupa dengan pastel.<br />
Bedanya, bahan kulit Jalangkote lebih tipis.<br />
Isinya potongan kentang, wortel, taoge, dan<br />
daging sapi cincang. Satu gigitan cukup membangkitkan<br />
selera. Apalagi dicocol ke saus<br />
asam-manis-pedas.<br />
Tak lama setelah saya menghabiskan Jalangkote,<br />
satu per satu hidangan pun tersedia di<br />
atas meja. Sayur babanci dihidangkan bersama<br />
satu piring nasi lengkap dengan sambal, acar,<br />
dan kecap manis.<br />
Sekilas sayur ini mirip gulai, kari, dan soto.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
KULINER<br />
Konon, nama babanci terlahir dari jenis sayur<br />
yang kurang jelas. Dibuat para peranakan<br />
Betawi-Tionghoa dan dinikmati golongan<br />
mandor dan tuan tanah.<br />
Sekarang sayur babanci begitu<br />
langka karena bahan rempah-rempah<br />
yang digunakan sulit didapatkan. Isinya<br />
daging sengkleng, kikil, daging kelapa<br />
muda, petai, bawang goreng, dan serundeng.<br />
Saat saya mencicipinya, aroma rempah-rempah<br />
terasa begitu kuat. Kuahnya tidak sekental<br />
gulai ataupun kari. Rasa gurih, asin, dan asam<br />
membuat saya ketagihan. Satu porsi rasanya<br />
tak cukup.<br />
Nasi Bakar Kebun Belakang milik teman<br />
saya disajikan bersama sepasang tempe-tahu<br />
bacem dan goreng. Begitu nasi dikeluarkan<br />
dari daun pisang, aroma khas menyeruak. Bikin<br />
saya penasaran.<br />
Di dalam nasi kecokelatan ini terdapat campuran<br />
oncom dan leunca. Sayang, saat saya<br />
mencicipi, rasanya cenderung agak hambar.<br />
Saat ditambahi sesendok sambal, rasanya agak<br />
lumayan.<br />
Untuk melegakan dahaga, saya memesan Es<br />
Jenggala. Minuman bening berisi leci, apel, dan<br />
potongan lemon ini dihargai Rp 32.500.<br />
Teman saya memesan Merah Merona (Rp 38<br />
ribu), smoothies campuran buah naga, pisang,<br />
dan susu. Saya juga memesan dua hidangan<br />
penutup, Es Kacang Merah dan Crackers Tape<br />
(Rp 27 ribu).<br />
Tidak ada yang terlalu istimewa pada Es<br />
Kacang Merah. Sedangkan Crackers Tape<br />
merupakan adonan biskuit renyah yang diisi<br />
dengan tape lalu digoreng.<br />
Bagian luarnya ditaburi gula halus dan dilumuri<br />
saus cokelat. Hmmm, rasanya belum<br />
pernah saya mencicipi modifikasi hidangan<br />
tape seenak ini. Yum! n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
KETETER<br />
MOTOR<br />
HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />
THAILAND<br />
MESKI INDONESIA MENANG<br />
JUMLAH PRODUKSI SEPEDA MOTOR,<br />
EKSPORNYA KALAH TELAK DARI<br />
THAILAND.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Menteri Perindustrian Saleh<br />
Husin saat mengendarai<br />
Suzuki Address yang akan<br />
diekspor.<br />
ZABUR KARURU/ANTARA FOTO<br />
MENTERI Perindustrian Saleh<br />
Husin dan Menteri Perdagangan<br />
Rachmat Gobel bersama-sama<br />
mencoba sepeda motor matik<br />
biru muda di kawasan Tambun beberapa pekan<br />
silam. Wajah mereka semringah di tengah-tengah<br />
lokasi pabrik di kawasan Bekasi, Jawa<br />
Barat, itu.<br />
Sepeda motor yang mereka coba itu, Suzuki<br />
Address, memang memberi sedikit kebanggaan<br />
kepada dua menteri ini. Pasalnya sederhana:<br />
PT Suzuki Indomobil Motor memulai ekspor<br />
sepeda motor dari Indonesia, dan program ini<br />
dimulai dengan mengirim sepeda motor matik<br />
ini ke sejumlah negara, dari Jepang, ASEAN,<br />
sampai Eropa.<br />
Target Suzuki pada tahun ini bisa mengirim<br />
150 ribu unit sepeda motor ke luar negeri. “Pasar<br />
di Eropa, Jepang, dan negara-negara lainnya<br />
masih terbuka untuk produk Indonesia,” ujar<br />
Manajer Umum Pemasaran Roda Dua Suzuki<br />
Indomobil Sales Yonan Yahya. “Targetnya, produk<br />
ekspor bisa tumbuh 20 ribu sampai 30 ribu<br />
setiap tahun.”<br />
Rencana pabrikan asal pabrik Jepang itu<br />
membuat kedua menteri semringah karena berarti<br />
peningkatan industri sekaligus menambah<br />
devisa dari ekspor. Pemerintah memang ingin<br />
produsen sepeda motor menjadikan negeri ini<br />
sebagai basis ekspor. “Jadi tidak hanya untuk<br />
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang<br />
sudah tinggi,” kata Pelaksana Tugas Direktur<br />
Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi<br />
Tinggi Panggah Susanto.<br />
Kondisi ekspor sepeda motor Indonesia me-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
mang sangat memprihatinkan, apalagi jika dibandingkan<br />
dengan Thailand. Dengan produksi<br />
dan konsumsi dalam negeri sekitar 7,8 juta unit,<br />
Indonesia memang raksasa sepeda motor di<br />
ASEAN. Di Thailand, pasar sepeda motor dalam<br />
negeri hanya sekitar 2 juta unit. Meski pasar Indonesia<br />
begitu besar, pabrikan asing lebih suka<br />
menjadikan Thailand sebagai basis ekspor.<br />
Dengan pasar sebesar itu, Indonesia hanya<br />
mengekspor sekitar 41 ribu sepeda motor tahun<br />
lalu. Sedangkan Thailand, jumlah sepeda<br />
motor yang dikirim ke luar negeri—termasuk<br />
ke Indonesia—lebih dari 900 ribu. “Jadi masih<br />
Jika masing-masing pemegang merek bisa<br />
mencapai dua syarat itu, kita bisa menjadi<br />
basis ekspor.<br />
besar Thailand dibanding kita,” ujar Ketua Bidang<br />
Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor<br />
Indonesia Sigit Kumala.<br />
Seperti industri mobil, pemerintah Thailand<br />
memang berhasil memikat dunia untuk membuat<br />
sepeda motor di sana. Bukan cuma merek-merek<br />
Jepang, seperti Honda atau Yamaha,<br />
yang memiliki pabrik di sana. Sepeda motor<br />
Jerman, BMW, pun punya pabrik di sana. Begitu<br />
pula dengan sepeda motor Italia kesayangan<br />
para tukang ngebut, Ducati, sejak tahun lalu<br />
juga memproduksi kendaraan di Thailand.<br />
Sigit memiliki sejumlah teori mengapa pabrikan<br />
Jepang dan Eropa senang membuat sepeda<br />
motor di Thailand dan menjadikan negara itu<br />
sebagai basis ekspor. Salah satunya karena negara<br />
itu sudah menerapkan standar emisi Euro<br />
3 sejak 2011, yang diminta pasar Eropa. Adapun<br />
Indonesia baru akan menerapkan standar Euro<br />
3 mulai pertengahan tahun ini.<br />
Yang kedua, produksi Indonesia belum mencapai<br />
10 juta unit per tahun. Sigit mengatakan,<br />
10 juta unit adalah skala ekonomi yang ideal<br />
untuk ekspor. “Jika masing-masing pemegang<br />
merek bisa mencapai dua syarat itu, kita bisa<br />
menjadi basis ekspor,” kata Sigit yang juga Chief<br />
Executive PT Astra International Tbk-Honda<br />
Sales Operation.<br />
Meski masih kalah jauh dari jumlah ekspor<br />
Thailand, ada sedikit kabar bagus, yakni jumlah<br />
ekspor Indonesia terus meningkat dari tahun<br />
lalu, yang hanya 41 ribu. Selain Suzuki, yang sudah<br />
menyatakan akan mengirim Address, Ha-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Sepeda motor di gudang<br />
salah satu distributor besar<br />
Jakarta, PT Wahana Makmur<br />
Sejati, Tangerang.<br />
LUCKY R./ANTARA FOTO<br />
yate, Satria FU150, dan semacamnya, Yamaha<br />
akan menjadikan Indonesia sebagai basis ekspor<br />
untuk sepeda motor sport 250 cc, Yamaha<br />
R25. Seri lain yang akan diekspor adalah sepeda<br />
motor matik bermesin 150 cc, NMax.<br />
Wakil Presiden Direktur Eksekutif PT Yamaha<br />
Indonesia Motor Manufacturing Indonesia Dyonisius<br />
Beti belum bisa memastikan jumlah dua seri<br />
sepeda motor yang akan diekspor itu. Yang jelas,<br />
sepeda motor itu diproduksi dengan memanfaatkan<br />
sisa kapasitas pabrik yang belum terpakai.<br />
Saat ini Yamaha memiliki pabrik dengan kapasitas<br />
3 juta unit per tahun, tapi baru terpakai<br />
2,5 juta unit. Kapasitas ini masih cukup untuk<br />
memproduksi varian sepeda motor untuk ekspor,<br />
yang targetnya 100 ribu unit setahun.<br />
Selain R25 dan NMax, Yamaha mengekspor<br />
beberapa varian lain, seperti Jupiter, Jupiter MX,<br />
Mio, Mio Soul, dan V-Ixion, ke Asia. Menurut<br />
Dyonisius, jumlah produk ekspor Yamaha dari<br />
Indonesia itu lebih banyak dibandingkan ekspor<br />
Yamaha dari Thailand. ‘’Perbandingannya 2<br />
: 1, kita ekspor 2 unit, Thailand ekspor 1 unit,”<br />
tutur Dyonisius. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
KANDUNGAN LOKALNYA<br />
KURANG LOKAL<br />
KURANGNYA INDUSTRI DASAR, SEPERTI BAJA, UNTUK<br />
OTOMOTIF MEMBUAT INDONESIA KURANG KOMPETITIF.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Presiden Direktur Maspion<br />
Alim Markus diapit bos<br />
Bank ICBC Indonesia Shen<br />
Xiaoqi dan pemimpin Grup<br />
Mayapada, Datok Sri Tahir.<br />
AUDY ALWI/ANTARA FOTO<br />
SITUS Internet resmi milik Suzuki<br />
wilayah Inggris pekan ini memajang<br />
salah satu pengumuman soal harga.<br />
Mereka mengumumkan harga dua<br />
tipe sepeda motor terbaru, yakni Inazuma<br />
250F dan Address 110. Disebutkan bahwa Address<br />
bisa ditebus dengan harga 1.799 pound<br />
sterling (sekitar Rp 35 juta).<br />
Situs itu memang tidak menyebutkan dari<br />
mana Address itu berasal. Tapi ini agaknya<br />
buatan Indonesia. Suzuki—dan merek lain<br />
seperti Yamaha—agaknya memandang Indonesia<br />
sudah cukup kompetitif sehingga mulai<br />
menggenjot ekspor dari Indonesia.<br />
Manajer Umum Pemasaran Sepeda Motor<br />
PT Suzuki Indomobil Sales Yonan Yahya mengatakan<br />
salah satu keunggulan Indonesia<br />
adalah kemampuan teknologi yang bisa menghasilkan<br />
produk berkualitas serta jumlah dan<br />
kemampuan tenaga kerja yang memadai.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
CHAIWAT SUBPRASOM/REUTERS<br />
Kita bisa menembus pasar<br />
negara-negara itu karena<br />
biaya produksi di Indonesia<br />
kompetitif.<br />
Suzuki Address tahun ini diproduksi sebanyak<br />
30 ribu unit dan dikirim ke 24 negara,<br />
yang tersebar di Eropa, Jepang, Australia, dan<br />
Selandia Baru. “Kita bisa menembus pasar<br />
negara-negara itu karena biaya produksi di<br />
Indonesia kompetitif, selain karena teknologi<br />
dan jaringan pemasaran,” kata Yonan.<br />
Biaya yang kompetitif ini juga diungkap Dyonisius<br />
Beti, Wakil Presiden Direktur Eksekutif<br />
PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.<br />
Faktor biaya produksi yang kompetitif mendorong<br />
Yamaha membuat produk sepeda motor<br />
sport R25 dan sepeda motor matik NMax di<br />
Indonesia.<br />
Selain karena kapasitas pabrik yang masih<br />
mencukupi untuk membuat kedua produk<br />
tersebut, faktor lainnya adalah komponen<br />
produksinya tersedia di Indonesia. “Ekspor<br />
dari Indonesia diarahkan untuk pasar Asia dan<br />
global,” kata Dyonisius.<br />
Menurut Sigit Kumala, Ketua Bidang Komersial<br />
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia,<br />
biaya yang kompetitif memang menjadi faktor<br />
yang mendorong produsen menjadikan In-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Pabrik perakitan sepeda<br />
motor di Indonesia.<br />
DETIKOTO<br />
donesia sebagai basis produksi untuk tujuan<br />
ekspor. Dia berharap secara bertahap produk<br />
sepeda motor akan lebih banyak diekspor dari<br />
Indonesia.<br />
Sedangkan pemerintah menjamin biaya<br />
produksi akan semakin kompetitif dengan<br />
membuka keran investasi bagi industri komponen<br />
dan bahan baku komponen otomotif<br />
di Indonesia. Selain itu, pemerintah menjamin<br />
keamanan investasi, salah satunya berkaitan<br />
dengan tuntutan upah pekerja.<br />
Menurut Direktur Industri Alat Transportasi<br />
Darat Kementerian Perindustrian, Soerjono,<br />
tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang<br />
juga menentukan biaya produksi semakin<br />
kompetitif atau tidak. Karena itu, pemerintah<br />
akan menjaga supaya tidak ada tuntutan yang<br />
berlebihan. “Sekarang ini kita masih kompetitif<br />
asalkan jangan ada demo-demo kenaikan<br />
gaji sambil ngancam-ngancam dan destruktif,”<br />
katanya.<br />
Faktor lain, menurut Yonan, adalah tinggi-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Menteri Perdagangan<br />
Rachmat Gobel dan Menteri<br />
Perindustrian Saleh Husin<br />
ZABUR KARURU/ANTARA FOTO<br />
nya kandungan lokal. “Sebenarnya, kalau kita<br />
bicara sepeda motor, itu 90 persen local content.<br />
Jadi sebetulnya kita sudah dapat harga<br />
murah,” tutur Yonan.<br />
Yang jadi masalah, bahan baku yang 90<br />
persen lokal itu tidak sepenuhnya “lokal”.<br />
Suku cadang itu memang dibuat di Indonesia,<br />
tapi bahan bakunya sebagian besar masih<br />
impor. “Hanya sekitar 10 persen bahan baku<br />
komponen berasal dari lokal,” kata Soerjono.<br />
Sisanya diekspor dari Tiongkok sampai Ukraina.<br />
Nah, baja khusus untuk otomotif buatan<br />
lokal, misalnya, baru ada dua tahun lagi,<br />
yakni saat pabrik baja untuk otomotif, hasil<br />
perusahaan patungan PT Krakatau Steel Tbk,<br />
Nippon Steel, dan Sumitomo Metal Corporation,<br />
mulai berproduksi. “Kami berharap sekali<br />
produksi Krakatau Nippon itu bisa direalisasi,”<br />
ujarnya.<br />
Jika bahan baku sudah datang dari lokal sendiri,<br />
bukan tidak mungkin Indonesia mampu<br />
menggeser Thailand sebagai negara eksportir<br />
sepeda motor terbesar di ASEAN. “Makanya,<br />
saya berkali-kali minta supaya industri material,<br />
industri hulu, untuk sektor otomotif digalakkan,<br />
terutama impor kita kan banyak dari<br />
baja,” kata Soerjono. ■ HANS HENRICUS BS ARON<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
JANJI<br />
OSAMU<br />
MASUKO<br />
BIKIN PABRIK BARU,<br />
MITSUBISHI BERJANJI,<br />
30 PERSEN PRODUK<br />
UNTUK EKSPOR.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Penandatanganan prasasti<br />
pembuatan pabrik baru<br />
Mitsubishi<br />
ANDIKA WAHYU/ANTARA FOTO<br />
SEREMONI peletakan batu pertama<br />
pembuatan pabrik mobil Mitsubishi<br />
di kawasan Cikarang, Bekasi, Jawa<br />
Barat, itu berlangsung formal. Para<br />
pejabat menyekop tanah dan menyiramkan<br />
kembali ke tanah. Prasasti pembangunan kemudian<br />
ditandatangani. Upacara lazim semacam<br />
itu.<br />
Tapi, saat berpidato, Menteri Perindustrian<br />
Saleh Husein tidak berbasa-basi lagi: ia menagih<br />
janji yang diucapkan bos Mitsubishi Motor<br />
Corporation, Osamu Masuko, saat bertemu<br />
beberapa waktu sebelumnya. Saat itu Masuko<br />
menjanjikan sekitar 30 persen produksi pabrik<br />
di Cikarang bakal untuk ekspor. “Saya pegang<br />
janji Bapak dari Mitsubishi,” ucap Saleh.<br />
Tak aneh jika Pak Menteri mengungkit-ungkit<br />
janji Masuko karena Indonesia memang<br />
sudah sangat gatal untuk menggenjot ekspor<br />
otomotif, baik sepeda motor maupun mobil.<br />
Keberhasilan Thailand dalam ekspor sepeda<br />
motor dan mobil bisa dibilang membuat “pa-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Petugas di Jakarta<br />
memeriksa deretan mobil<br />
yang diimpor dari Thailand.<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA FOTO<br />
nas” Indonesia. Ekspor sepeda motor Thailand<br />
lebih dari 900 ribu unit, sedangkan Indonesia<br />
cuma 41 ribu unit tahun lalu. Begitu pula mobil,<br />
ekspor Indonesia tak lebih dari 200 ribu, sedangkan<br />
Thailand lebih dari 1,2 juta unit.<br />
Apalagi, di saat upaya menggenjot ekspor digalang,<br />
tiba-tiba saja pabrikan Amerika Serikat,<br />
General Motors, malah menutup pabrik dan<br />
memindahkan isinya ke India.<br />
Salah satu hambatan industri otomotif adalah<br />
banyaknya bahan baku yang diimpor. Direktur<br />
Industri Alat Transportasi Darat Kementerian<br />
Perindustrian, Soerjono, mencontohkan suku<br />
cadang. Meski kandungan lokal sepeda motor<br />
sudah 90 persen buatan dalam negeri, masih<br />
ada masalah. Dalam suku cadang yang 90 persen<br />
itu, bahan bakunya banyak diimpor.<br />
“Makanya saya berkali-kali minta supaya<br />
industri material, industri hulu, betul-betul<br />
digalakkan,” katanya. Salah satu yang mesti diimpor<br />
adalah bahan baku yang menggunakan<br />
baja. Baja untuk otomotif ini masih banyak diimpor.<br />
Sementara itu, Osamu Masuko membenarkan<br />
pihaknya memang berencana mengekspor<br />
25-30 persen produksi pabrik baru mereka.<br />
“Pada 2017, kami mulai beroperasi, setahun<br />
kemudian kami mengekspor ke negara-negara<br />
ASEAN, paling sedikit 40-50 ribu unit per tahun,”<br />
ucapnya.<br />
Pabrik mobil baru itu akan digunakan untuk<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
Salah satu pabrik mobil di<br />
Indonesia<br />
ZABUR KARURU/ANTARA FOTO<br />
merakit mobil pesaing Toyota Avanza—Mitsubishi<br />
belum menyebutkan nama dan perincian<br />
lain. Selain itu, tipe terbaru Pajero dan L-300<br />
juga akan diproduksi di sini. “Jenis yang akan<br />
diekspor hanya MPV kecil dengan 7 tempat<br />
duduk,” katanya.<br />
MPV kecil ala Avanza adalah mobil paling laris<br />
di Indonesia. Sebelum Mitsubishi, pabrik-pabrik<br />
Jepang, mulai Toyota sampai Suzuki, merakit<br />
jenis ini di sekitar Jakarta untuk memenuhi kebutuhan<br />
dalam negeri dan sisanya untuk ekspor.<br />
General Motors pun memproduksi mobil<br />
jenis ini, Chevrolet Spin, di Bekasi untuk pasar<br />
lokal dan ekspor, sebelum memindahkannya<br />
ke India.<br />
Meski hampir sepertiga produk untuk ekspor,<br />
tetap saja pabrik Mitsubishi ini masih kalah<br />
dari Thailand. Masuko mengatakan pabrik<br />
kedua Mitsubishi di Indonesia ini adalah pabrik<br />
Mitsubishi terbesar ketiga di dunia, setelah<br />
Jepang dan Thailand.<br />
Kapasitas produksinya, 160 ribu dan bisa ditingkatkan<br />
menjadi 240 ribu per tahun, masih<br />
jauh lebih kecil dari Thailand, yang mampu<br />
memproduksi 450 ribu unit dalam setahun.<br />
“Kami memiliki 30 pabrik motor Mitsubishi,<br />
tapi pabrik di Jepang, Thailand, termasuk Indonesia,<br />
Tiongkok, Rusia, dan Brasil adalah yang<br />
terpenting bagi Mitsubishi,” ucapnya. n<br />
BUDI ALIMUDDIN, HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI EKSPOR<br />
SEPEDA MOTOR<br />
THAILAND<br />
TERLALU<br />
JAUH<br />
Thailand<br />
2,2 juta<br />
unit<br />
PRODUKSI<br />
Indonesia<br />
7,78 juta<br />
unit<br />
BUKAN hal yang<br />
gampang mengejar kemampuan<br />
ekspor sepeda<br />
motor Thailand. Angka<br />
ekspor sepeda motor<br />
negara itu lebih dari 900<br />
ribu per tahun, sedangkan<br />
Indonesia cuma 27<br />
ribu. Padahal produksi<br />
sepeda motor Indonesia<br />
jauh lebih besar, hampir<br />
7,8 juta. Hanya, nyaris<br />
seluruhnya sekadar untuk<br />
memenuhi kebutuhan<br />
lokal.<br />
Thailand<br />
925 ribu<br />
unit<br />
EKSPOR<br />
KONSUMSI DALAM NEGERI<br />
Thailand<br />
2 juta<br />
unit<br />
Indonesia<br />
7,7 juta<br />
unit<br />
Indonesia<br />
27 ribu<br />
unit<br />
DATA 2013<br />
NASKAH: NUR KHOIRI<br />
SUMBER: FEDERATION OF ASIAN MOTORCYLE INDUSTRIES/THE BOARD OF<br />
INVESTMENT OF THAILAND<br />
MAJALAH DETIK 23 - 29 MARET 2015<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI<br />
DARI BATU BARA<br />
KE PENUMPANG<br />
PROYEK KERETA TRANS-KALIMANTAN VERSI MENTERI<br />
JONAN BAKAL BERSINGGUNGAN DENGAN JALUR<br />
KERETA BATU BARA DARI RUSIA.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI<br />
Bengkel perusahaan kereta<br />
api Rusia, JSC Russian<br />
Railways, di Demikhovo,<br />
Rusia<br />
ANDREY RUDAKOV/BLOOMBERG VIA<br />
GETTY IMAGES<br />
PERUSAHAAN kereta api pemerintah<br />
Rusia, JSC Russian Railways,<br />
memang perusahaan raksasa. Jumlah<br />
pegawainya saja lebih dari 900<br />
ribu. Panjang relnya sekitar 86 ribu atau kirakira<br />
jarak Jakarta-Surabaya dikalikan 100. Laba<br />
bersih per tahun di kisaran ratusan miliar rubel<br />
(puluhan triliun rupiah).<br />
Pada 7-9 April mendatang, satu tim Kementerian<br />
Perhubungan akan berangkat ke Moskow<br />
dan di ibu kota Rusia itu mereka akan<br />
membahas rencana Rusia membangun rel di<br />
Kalimantan Timur. “Salah satu yang dibicarakan<br />
tentang investasi di Kalimantan Timur itu,”<br />
ujar Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta<br />
Api Kementerian Perhubungan Hanggoro Budi<br />
Wiryawan.<br />
Dua pekan lalu Menteri Perhubungan Ignasius<br />
Jonan membeberkan, pemerintah akan<br />
membangun rel Trans-Kalimantan mulai 2017<br />
dan diharapkan selesai dua tahun kemudian<br />
dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI<br />
Menteri Perhubungan<br />
Ignasius Jonan<br />
YUSUF NUGROHO/ANTARA FOTO<br />
Belanja Negara. Rel itu akan terentang dari<br />
Pontianak di Kalimantan Barat hingga Samarinda<br />
di Kalimantan Timur sepanjang sekitar<br />
2.000 kilometer.<br />
Saat proyek ini mulai diumumkan, masyarakat<br />
seperti diingatkan kembali akan proyek<br />
kereta api lain di Kalimantan. Proyek itu adalah<br />
jalur kereta api sepanjang 203 kilometer, yang<br />
menghubungkan dua kota di Kalimantan Timur,<br />
Kutai Barat dengan Balikpapan, yang dibiayai<br />
oleh perusahaan kereta api Rusia itu.<br />
Izin awal proyek dari Rusia senilai Rp 24<br />
triliun ini untuk kereta khusus batu bara. Izin<br />
kereta api sempat tersendat karena kemudian<br />
pemerintah Kalimantan Timur ingin kereta api<br />
itu tidak hanya membawa batu bara, tapi juga<br />
mengangkut komoditas lain serta penumpang.<br />
Di era pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono,<br />
Gubernur Kalimantan Timur Awang<br />
Faroek Ishak sempat membawa masalah ini ke<br />
Menteri Koordinator Perekonomian saat itu,<br />
Chairul Tanjung, dan Menteri Perhubungan<br />
E.E. Mangindaan. Hasilnya, pemerintah saat itu<br />
memutuskan izin tetap kereta api khusus batu<br />
bara, sesuai dengan proses studi kelayakan<br />
Rencananya, dalam kurun waktu 2 atau 3<br />
tahun setelah kegiatan operasional sudah berjalan,<br />
pemerintah akan mengevaluasi peluang<br />
untuk mendapat izin menjadi angkutan kereta<br />
api umum. “Sebab, kalau diubah, dia harus<br />
mengikuti legalitas yang berkaitan dengan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI<br />
Hutan Kalimantan di<br />
sekitar Pontianak,<br />
Kalimantan Barat<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
kereta api publik dan itu harus mulai dari nol<br />
lagi serta makan waktu sekitar 5 tahun,” kata<br />
Hanggoro.<br />
Selanjutnya, JSC Railways melalui anak usahanya,<br />
yaitu PT Kereta Api Borneo, mendapat<br />
izin konsesi tambang batu bara di Kutai Barat.<br />
Izin ini merupakan syarat dari Kementerian<br />
Perhubungan kepada perusahaan yang akan<br />
bergerak di angkutan kereta api khusus.<br />
Selain itu, Kereta Api Borneo menjalin kerja<br />
sama dengan beberapa perusahaan tambang<br />
yang berada di sepanjang rute rel untuk memasok<br />
batu bara. “Untuk tambang, kita punya<br />
konsesi dan kemudian ada afiliasi dengan perusahaan<br />
tambang yang ada di sepanjang rute<br />
itu,” kata Head of Regional Corporate Affair<br />
Kereta Api Borneo, Yadi Sabianoor.<br />
Saat ini, proyek itu memulai proses pembebasan<br />
tanah, melakukan analisis mengenai<br />
dampak lingkungan, dan menyusun desain<br />
teknik. Rangkaian proses ini diharapkan selesai<br />
dalam 2 tahun. Setelah itu, pada 2017 dimulai<br />
pembangunan fisik dan pada 2019 diharapkan<br />
kegiatan operasional kereta api mulai berjalan.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI<br />
Tambang batu bara milik<br />
PT Mutiara Etam Coal di<br />
Kalimantan Timur<br />
MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />
Rel kereta ini akan bersinggungan dengan<br />
proyek kereta Trans-Kalimantan, yang sudah<br />
diumumkan Jonan, saat melewati wilayah Balikpapan.<br />
Menurut Yadi, karena lokasi rel sudah<br />
masuk lebih dulu dalam rencana tata ruang<br />
dan wilayah Pemerintah Provinsi Kalimantan<br />
Timur, pemerintahlah yang akan memakai rel<br />
milik JSC Russian Railways.<br />
Tapi pemerintah belum bisa memastikan mengenai<br />
kemungkinan terjadinya persinggungan<br />
rel tersebut. Alasannya, pemerintah belum<br />
memiliki desain yang mendetail untuk proyek<br />
Trans-Kalimantan. “Nanti akan kami integrasikan,”<br />
kata Hanggoro.<br />
Sedangkan pembangunan pelabuhan dan<br />
pembangkit listrik akan berjalan beriringan<br />
meski belum dipastikan berapa kapasitas pembangkit<br />
listriknya. Lokasi pelabuhan pun masih<br />
dipilih, Balikpapan atau Penajam Passer Utara.<br />
n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
EKONOMI<br />
ADA RUSIA DI<br />
TANAH BORNEO<br />
KALIMANTAN bakal mendapat dua proyek kereta api<br />
sekaligus. Satu, didanai perusahaan pemerintah Rusia,<br />
akan membuat jaringan kereta api untuk batu bara. Sedangkan<br />
satunya lagi, digagas pemerintah pusat, akan<br />
menciptakan kereta api yang merentang dari Kalimantan<br />
Barat sampai Kalimantan Timur. Dua proyek raksasa ini ditargetkan beroperasi<br />
pada 2019.<br />
Entikong<br />
Tarakan<br />
Kutai Barat<br />
Sanggau<br />
Palangkaraya<br />
Balikpapan<br />
Samarinda<br />
Pontianak<br />
Banjarmasin<br />
KUTAI BARAT-BALIKPAPAN<br />
Panjang: 203 kilometer<br />
Tipe: Kereta api khusus mengangkut batu bara. Dalam dua-tiga tahun akan<br />
ditinjau ulang, apakah juga akan mengangkut komoditas lain atau penumpang.<br />
Investor: PT Kereta Api Borneo (anak usaha perusahaan kereta api Rusia, JSC<br />
Russian Railways)<br />
Nilai: Rp 24 triliun<br />
Rute: Kutai Barat-Balikpapan<br />
TRANS-KALIMANTAN<br />
Kereta api yang digagas Menteri Perhubungan Ignasius Jonan ini bakal menyambung kota perbatasan Entikong di Kalimantan<br />
Barat hingga ke Kalimantan Timur dengan melewati ibu-ibu kota provinsi.<br />
Panjang: 2.000 kilometer<br />
Tipe: Kereta api umum, mengangkut barang maupun penumpang<br />
Investor: Pemerintah Indonesia<br />
Nilai: Rp 234 triliun (termasuk untuk proyek kereta di Sumatera, Sulawesi, dan Papua)<br />
Rute: Entikong-Pontianak-Sanggau-Banjarmasin-Balikpapan-Samarinda-Tarakan (Simpangan: Banjarmasin-Palangkaraya)<br />
NASKAH: NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BISNIS<br />
REZEKI DARI<br />
GAYA RAMBUT<br />
DAVID<br />
BECKHAM<br />
TAWARAN WARALABA PANGKAS<br />
RAMBUT BERTEBARAN. OMZET<br />
MENCAPAI BELASAN JUTA<br />
RUPIAH PER BULAN.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BISNIS<br />
Suasana Bujang<br />
Barbershop<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
SEJUMLAH poster pemain sepak<br />
bola kelas dunia, mulai bintang kulit<br />
putih mulus seperti David Beckham<br />
sampai hitam legam Mario Balotelli,<br />
menempel di setiap penjuru dinding.<br />
Sejumlah poster pesohor lain juga dipajang.<br />
Semua memamerkan gaya rambut berbeda.<br />
Beckham bergaya Mohawk, Balotelli dengan<br />
jambul di atas kepalanya, dan Ronaldo model<br />
rapi klimis.<br />
Poster itu menjadi hiasan sekaligus “panduan”<br />
bagi pelanggan kedai pangkas rambut<br />
bernama Bujang Barbershop di Perumahan<br />
Harapan Jaya, pinggiran Jakarta. Kios sewaan<br />
yang dipakai tempat itu tidak terlalu besar,<br />
hanya sekitar 20 meter persegi. Pemiliknya,<br />
Angga Kresna, mengeluarkan Rp 30 juta untuk<br />
investasi. Pendapatan kotornya dari sini?<br />
“Rata-rata Rp 6 jutaan sebulan,” katanya.<br />
Laba lumayan dengan modal cuma puluhan<br />
juta rupiah dari bisnis potong rambut pria ini<br />
tak cuma memikat Angga, tapi juga sejumlah<br />
wirausahawan lain. Bahkan banyak yang<br />
sudah mewaralabakan bisnis potong rambut<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BISNIS<br />
Dua kapster Bujang<br />
Barbershop di depan poster<br />
selebritas dengan gaya<br />
rambut berbeda-beda.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
sehingga memiliki puluhan cabang.<br />
Salah satu merek, Lanang Barbershop, bahkan<br />
sudah memiliki 70 cabang di Jakarta dan<br />
pelosok pinggirannya, mulai Tangerang, Bekasi,<br />
sampai Bogor, bahkan Bandung. Malah<br />
ada salah satu gerai yang berada di kawasan<br />
super-elite pusat bisnis SCBD. Dari jumlah itu,<br />
sebagian besar adalah waralaba. “(Hanya) 15<br />
di antaranya milik kami sendiri,” ucap Jakub<br />
Nurtjahjono, yang mendirikan bisnis ini pada<br />
2006.<br />
Ada pula barbershop yang bisa dibilang<br />
“anak usaha” perusahaan teknik. Perusahaan<br />
itu, PT Ekarya Engineering, berbisnis jual-beli<br />
peralatan kapal dengan kantor di kawasan<br />
Tanjung Priok. Si pemilik perusahaan, Erfandi,<br />
yang berdarah Madura, pada 2007 mendirikan<br />
bisnis pangkas rambut.<br />
Saat ini Ekarya Barbershop sudah memiliki<br />
11 gerai yang tersebar di Bekasi dan sekitarnya,<br />
seperti Grand Wisata, Tambun, dan Cikarang.<br />
“Rata-rata omzet Rp 10-15 juta per bulan,”<br />
ucap Erfandi.<br />
Tapi tak cuma dari Jakarta dan sekitarnya<br />
yang menawarkan waralaba. Dari Yogyakarta,<br />
ada Unick Barbershop, yang berdiri pada 2011<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BISNIS<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
dengan lima gerai. Di dekatnya, Semarang,<br />
ada Raja Cukur. Malah barbershop asli Semarang<br />
ini sudah memiliki 41 gerai—dengan 39<br />
di antaranya menggunakan sistem waralaba—yang<br />
tersebar dari Aceh sampai Surabaya<br />
meski usianya baru lima tahun. “Sampai-sampai<br />
saya kewalahan, tiap hari ada saja yang<br />
mengajak bergabung,” ucap Hadi Wibowo,<br />
pendiri Raja Cukur.<br />
Hadi mengatakan awalnya hanya membuka<br />
kios pangkas rambut. Belakangan, ia melihat<br />
ada peluang bisnis, tak pernah melihat waralaba<br />
pangkas rambut di Semarang. Karena itu,<br />
ia kemudian memanfaatkan situasi. “Saya terinspirasi<br />
dari kondisi itu,” ucapnya.<br />
Ia kemudian menawarkan waralaba dengan<br />
tiga paket, mulai Rp 29 juta hingga Rp 95 juta.<br />
Dengan paket termurah itu, mitra akan mendapat<br />
dua set kursi potong rambut hidrolik<br />
dan 1 kursi anak-anak berbentuk mobil-mobilan.<br />
“Mereka juga berhak mengirim orang<br />
untuk kami latih menjadi kapster,” ucapnya.<br />
Sedangkan dalam paket termahal, mitra<br />
tinggal menyediakan tempat dan terima setoran.<br />
“Kami yang bekerja dan memberi keuntungan<br />
kepada mitra,” ucapnya.<br />
Untuk mendapatkan tukang pangkasnya,<br />
selain dikirimi mitra, Hadi melatih tenaga yang<br />
semua siswanya anak yatim. “Ini memang<br />
misi saya sejak awal ingin mempekerjakan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BISNIS<br />
Bukan cuma foto gaya<br />
rambut, poster film<br />
romantis Casablanca juga<br />
menghiasi barbershop.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
anak-anak yatim yang ingin maju dan memiliki<br />
keterampilan,” ujarnya.<br />
Rata-rata omzet Raja Cukur Rp 15-30 juta<br />
per bulan. Hadi tidak meminta bagian dari<br />
pendapatan mitra. “Kami hanya mengambil<br />
dana mitra di start awal,” ucapnya.<br />
Sistem ini berbeda dengan Unick Barbershop<br />
dari Yogyakarta. Husein Mansofie,<br />
pendiri Unick, meminta mitra menyetor Rp<br />
40-55 juta untuk bantuan manajemen dan<br />
peralatan. Bantuan manajemen ini diberikan<br />
sepanjang kontrak, yang umumnya lima tahun.<br />
Rata-rata omzet yang dijanjikan Husein<br />
mencapai Rp 4-5 juta per bulan pada tahun<br />
pertama, kemudian akan meningkat menjadi<br />
8-12 juta pada tahun berikutnya, jika membuka<br />
di Yogyakarta.<br />
Sedangkan mitra Ekarya, yang membayar<br />
Rp 50 juta, mesti menyetor 10 persen dari<br />
omzet kepada induknya.<br />
Yang biaya waralabanya relatif mahal adalah<br />
Lanang. Mitra diminta menyetor Rp 70 juta.<br />
Meski begitu, karena cukup terkenal, pangkas<br />
rambut ini cukup laris juga. “Kami mendapat<br />
penghargaan sebagai merek dagang dengan-pertumbuhan<br />
tercepat di tahun 2014 dari<br />
Asosiasi Waralaba Indonesia,” ucap Jakub.<br />
Dana itu sebagai pengganti ongkos renovasi<br />
dan persiapan usaha, seperti sewa tempat<br />
untuk tahun pertama serta pembelian alatalat<br />
barbershop. “Kami menyediakan sistem<br />
manajemen usahanya, para pengarah gaya,<br />
serta kapsternya,” ucapnya.<br />
Untuk membuka bisnis pangkas rambut,<br />
menurut Angga, yang terpenting adalah lo-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BISNIS<br />
Minyak rambut di gerai<br />
pangkas rambut<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
kasi. Meski baru memiliki satu gerai Bujang<br />
Barbershop—dan sedang bersiap-siap membuka<br />
dua cabang di kawasan Kelapa Gading,<br />
Jakarta Utara—ia sudah memiliki teorinya.<br />
Gerai itu mesti di tengah-tengah perumahan<br />
atau pintu masuk utama perumahan atau<br />
permukiman padat penduduk.<br />
Sedangkan Unick Barbershop berhitung<br />
dari jumlah penduduk. Ia mengatakan satu<br />
barbershop membutuhkan setidaknya wilayah<br />
berpenduduk 8.000 pria. “Dari 8.000 orang<br />
itu, kita dapat 20 persennya saja sudah menguntungkan,”<br />
ucap Husein.<br />
Itu baru jumlah penduduk. Ada faktor lain<br />
lagi. Husein saat ini mengincar wilayah luar<br />
Jawa untuk sasaran kemitraan. Alasannya<br />
sederhana. Belum banyak pesaing pangkas<br />
rambut dengan penampilan modern.<br />
“Sesuatu yang dikemas unik dan mencolok<br />
di daerah biasanya akan menarik perhatian<br />
orang,” ucapnya. Ia mencontohkan gerai di<br />
Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang berpendapatan<br />
Rp 6-8 juta per bulan. n<br />
BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
KAWASAN<br />
PEGUNUNGAN<br />
ALPEN<br />
ADA APA<br />
DENGAN<br />
ANDREAS?<br />
“DIA SENGAJA... MEMBIARKAN PESAWAT TURUN<br />
DARI KETINGGIAN TANPA ADA ALASAN.”<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Kanselir Jerman Angela<br />
Merkel, Presiden Prancis<br />
Francois Hollande, dan<br />
Perdana Menteri Spanyol<br />
Mariano Rajoy saat<br />
menghadiri konferensi<br />
pers di Seyne les-Alpes,<br />
Prancis, Rabu (25/3).<br />
CHRISTOPHE ENA/REUTERS<br />
MAUT luput menjemput dengan<br />
cara yang tak terduga. Paling tidak,<br />
itulah yang terjadi pada 29 anggota<br />
klub sepak bola Dalkurd FF dari<br />
Swedia. Pekan lalu, jarak mereka dengan maut<br />
barangkali hanya tinggal seujung kuku.<br />
Pada Selasa lalu, para pemain klub Divisi III<br />
Swedia itu baru saja usai menjalani pemusatan<br />
latihan di Spanyol. Mereka berniat pulang<br />
kembali ke Swedia. Semula, mereka berniat<br />
terbang dengan pesawat Germanwings 4U<br />
9525 dari Barcelona. Selain harga tiketnya lebih<br />
murah, menurut Adil Kizil, Direktur Dalkurd,<br />
seluruh anggota tim bisa terangkut dalam satu<br />
kali penerbangan.<br />
Masalahnya, jika terbang dengan pesawat<br />
Airbus A320 Germanwings, mereka harus menunggu<br />
pesawat transit luma yan lama di Bandara<br />
Dusseldorf, Jerman, untuk menerbangkan<br />
mereka ke Stockholm, Swedia. Ketimbang<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
KALIAN BISA BILANG,<br />
KAMI SANGAT... SANGAT<br />
BERUNTUNG.”<br />
Andreas Lubitz, kopilot<br />
penerbangan Germanwings 4U<br />
9525<br />
BILD<br />
menunggu di Dusseldorf selama 10 jam, Kizil<br />
dan anak buahnya akhirnya memilih terbang<br />
dengan tiga pesawat lain lewat Muenchen dan<br />
Zurich, Swiss.<br />
“Semua pesawat itu terbang hampir bersamaan<br />
dan sama-sama melintasi Pegunungan<br />
Alpen.... Kalian bisa bilang, kami sangat... sangat<br />
beruntung. Kalian bisa menyebut itu sebagai<br />
takdir,” kata Kizil. Ya, Kizil dan anak buahnya<br />
sungguh beruntung. Jika mereka semua jadi<br />
terbang bersama Germanwings, maskapai<br />
milik Lufthansa, Kizil tak akan<br />
pernah pulang kembali ke<br />
Domnarvsvallen, kandang<br />
mereka di Kota Borlange,<br />
Swedia.<br />
Tapi nasib 16 murid dan<br />
dua guru SMA Joseph Koenig<br />
Gymnasium di Kota Haltern<br />
am See, Jerman, tak seberuntung<br />
pemain Dalkurd. Pada<br />
hari itu, mereka mestinya<br />
pulang ke Kota Haltern setelah sepekan menjalani<br />
program pertukaran siswa untuk belajar<br />
bahasa Spanyol.<br />
“Pada Selasa pekan lalu, kami mengirim 16<br />
siswa dan dua guru muda yang bahagia untuk<br />
perjalanan itu,” kata Ulrich Wessel, Kepala<br />
Sekolah Joseph Koenig, berurai air mata. Satu<br />
guru baru menikah pada Oktober tahun lalu.<br />
Satu guru lagi baru bertunangan. “Ini mestinya<br />
menjadi program yang penuh kesenangan<br />
setelah jalan enam tahun.”<br />
Pada Selasa, 24 Maret, pukul 10.53 pagi pekan<br />
lalu, keriaan itu berubah jadi kelam.<br />
●●●<br />
Kanselir Jerman Angela Merkel benar-benar<br />
sulit mencerna kabar mengejutkan yang dia terima.<br />
“Kejadian seperti ini benar-benar sesuatu<br />
yang tak terbayangkan,” kata Kanselir Merkel.<br />
Bagaimana Kanselir Merkel tak terkejut mendengar<br />
penyebab jatuhnya pesawat Germanwings<br />
4U 9525.<br />
Kejadian pada Selasa, 24 Maret, pagi itu berlangsung<br />
sangat singkat, kurang dari 15 menit.<br />
Setengah jam setelah lepas landas dari Bandara<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Serpihan pesawat<br />
Airbus A320 milik<br />
Germanwings yang<br />
jatuh di kawasan<br />
Pegunungan Alpen<br />
tak jauh dari Seyne<br />
les-Alpes, Prancis,<br />
Rabu (25/3).<br />
REUTERS<br />
Barcelona-El Prat, Spanyol, pilot sempat berkomunikasi<br />
dengan menara kontrol di Marseille,<br />
Prancis, dan memastikan jalur penerbangan.<br />
Cuaca lumayan cerah. Mestinya, satu jam lagi<br />
pesawat itu mendarat di Bandara Dusseldorf,<br />
Jerman.<br />
Namun, satu menit kemudian, tanpa kabar<br />
ke menara kontrol, kopilot Andreas Lubitz,<br />
yang pegang kemudi pesawat Airbus A320-211<br />
itu, membelokkan arah dan mulai menurunkan<br />
ketinggian dengan kecepatan turun 17,8 meter<br />
per detik. Petugas menara kontrol berusaha<br />
menghubungi kokpit, tapi tak ada jawaban.<br />
Tak ada kabar dari pesawat Germanwings,<br />
otoritas penerbangan Prancis (DGAC) mengirimkan<br />
pesawat tempur Mi rage untuk mencegat<br />
pesawat itu. Namun jet tempur Mirage,<br />
yang terbang dari pangkalan udara Orange-<br />
Caritat, tak sempat lagi mengejar pesawat Germanwings,<br />
yang mengangkut 144 penumpang<br />
dan enam orang awak tersebut.<br />
Radar penerbangan Prancis menangkap<br />
posisi terakhir pesawat 4U 9525 pada pukul<br />
10.40.47 pada ketinggian 6.175 kaki atau 1.882<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
meter. Beberapa detik kemudian, pesawat tersebut<br />
menghantam tebing Pegunungan Alpen<br />
dan hancur beserpih. Seluruh penumpang dan<br />
awaknya tewas seketika.<br />
Setelah menyimak rekaman suara dalam<br />
kokpit, jaksa Marseille, Brice Robin, sampai<br />
pada kesimpulan yang tak disangka-sangka.<br />
Entah dengan alasan apa, menurut jaksa Brice,<br />
kopilot Andreas Lubitz, yang berada di kokpit<br />
sendirian, sengaja<br />
DIA SANGAT SOPAN DAN RAMAH,<br />
SELALU TERSENYUM.”<br />
menabrakkan<br />
pesawat itu ke tebing<br />
Pegunungan<br />
Alpen.<br />
“Dia sengaja... membiarkan pesawat turun<br />
dari ketinggian tanpa ada alasan. Dia juga tak<br />
punya alasan mencegah pilot masuk kembali ke<br />
kokpit. Dia juga tak punya alasan tak menjawab<br />
peringatan dari petugas pengawas penerbangan<br />
soal turunnya ketinggian terbang pesawat,”<br />
kata jaksa Brice.<br />
Beberapa menit sebelum pesawat menubruk<br />
gunung, menurut rekaman suara dalam<br />
kokpit, pilot Patrick Sondheimer meninggalkan<br />
kursinya dan keluar dari kokpit. Tak berapa<br />
lama, terdengar suara ketukan di pintu. Namun<br />
tak ada respons dari kopilot Andreas. Tak bisa<br />
membuka pintu kokpit dari luar, mulai terdengar<br />
suara gedoran pilot Patrick di pintu. Mestinya,<br />
dengan kode tertentu, pintu kokpit bisa<br />
dibuka dari luar. Namun orang dalam kokpit<br />
bisa membuat pintu tak bisa dibuka dari luar.<br />
Pada saat pilot Patrick menggedor pintu,<br />
posisi pesawat terus menghunjam. “Menjelang<br />
akhir rekaman, terdengar suara jeritan,” kata<br />
jaksa Brice. Beberapa detik kemudian, pesawat<br />
Germanwings menghunjam ke tebing dan<br />
maut datang menjemput.<br />
Melihat kecepatan dan arah turun pesawat,<br />
David Gleave, peneliti kecelakaan penerbangan<br />
di Universitas Loughbo rough, Inggris, menyimpulkan<br />
bahwa pesawat itu turun de ngan<br />
kendali dari dalam kokpit. Menurut jaksa Brice,<br />
rekaman suara kokpit juga masih menangkap<br />
suara napas teratur dalam kokpit. Artinya,<br />
kopilot Andreas Lubitz, satu-satunya orang dalam<br />
kokpit, masih dalam kondisi sadar penuh.<br />
Hasil analisis dari FlightRadar24 menunjukkan<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Murid-murid SMA<br />
Joseph Koenig<br />
Gymnasium di Kota<br />
Haltern am See,<br />
Recklinghausen,<br />
Rhine-Westphalia<br />
Utara, Jerman,<br />
bertangisan setelah<br />
mengetahui teman dan<br />
guru mereka menjadi<br />
korban jatuhnya<br />
pesawat Germanwings,<br />
Rabu (25/3).<br />
INA FASSBENDER/REUTERS<br />
Andreas sengaja mengubah posisi autopilot<br />
pesawat dari ketinggian 38.000 kaki menjadi<br />
hanya 100 kaki, posisi paling rendah yang bisa<br />
dilakukan Airbus A320.<br />
Belum ditemukan petunjuk atau sinyal<br />
janggal yang membuat Andreas sengaja menabrakkan<br />
pesawat. Sampai detik ini juga tak ada<br />
petunjuk kaitan Andreas dengan organisasi<br />
teroris. “Aku juga sulit menyebutnya bunuh diri<br />
saat kalian punya tanggung jawab atas lebih<br />
dari 100 nyawa,” kata jaksa Brice. Kepolisian<br />
Jerman masih mencari petunjuk di rumah Andreas<br />
di Kota Montabaur.<br />
Di Montabaur, teman-teman Andreas, 27 tahun,<br />
mengenalnya sebagai pemuda yang baik.<br />
Sebelum belajar terbang sebagai pilot komersial<br />
di sekolah Lufthansa di Bremen, sejak umur<br />
14 tahun Andreas sudah tergila-gila pada dunia<br />
penerbangan. Dia bergabung dengan klub<br />
penerbangan LSC Westerwald di Montabaur.<br />
Hingga pekan lalu, dia sudah memiliki 680 jam<br />
terbang.<br />
“Aku tak bisa berkata-kata.... Aku tak punya<br />
penjelasan apa pun untuk hal ini. Aku kenal<br />
Andreas dan tindakan itu sulit dibayangkan,”<br />
kata Peter Ruecker, teman satu klubnya. “Dia<br />
bukan seorang yang ekstrover, tapi dia orang<br />
yang menyenangkan, walaupun kadang sedikit<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Polisi Jerman<br />
mengangkut kardus<br />
dari rumah orang<br />
tua Andreas Lubitz di<br />
Montabaur, Jerman,<br />
Kamis (26/3).<br />
KAI PFAFFENBACH/REUTERS<br />
pendiam.”<br />
Di mata teman-temannya di Montabaur, sosok<br />
Andreas sama sekali tak cocok sebagai seorang<br />
pilot yang sengaja menabrakkan pesawat dengan<br />
150 orang di dalamnya. “Dia sangat sopan dan<br />
ramah, selalu tersenyum,” kata Sibila Zaccaron,<br />
pelayan kafe di Montabaur. Andreas juga bukan<br />
orang yang suka menutup diri. Beberapa kali dia<br />
ikut lomba lari 10 kilometer di Montabaur dan<br />
separuh maraton Lufthansa Frank furt.<br />
Kalau ada sedikit sinyal masalah, barangkali<br />
hanyalah saat dia sempat rehat beberapa bulan<br />
kala menjalani sekolah pilot Lufthansa enam<br />
tahun lalu. Lufthansa, kata Carsten Spohr, bos<br />
besar maskapai Jerman itu, tak tahu apa alasan<br />
Andreas rehat kala itu. Namun seorang ibu<br />
teman sekolah Andreas menuturkan, kepada<br />
anak perempuannya, Andreas mengaku merasa<br />
depresi.<br />
Tapi itu kejadian enam tahun lalu. “Kami<br />
memilih staf kokpit kami sangat... sangat hatihati,”<br />
Carsten Spohr memberi jaminan. Jatuhnya<br />
Germanwings menambah panjang daftar<br />
“misteri” dunia penerbangan setelah hilangnya<br />
Malaysia Airlines. ■<br />
SAPTO PRADITYO | NYTIMES | REUTERS | GUARDIAN | CNN<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
GERMANWINGS<br />
4U 9525 DARI<br />
MENIT KE MENIT<br />
Pukul 10.30 Komunikasi terakhir kokpit<br />
dengan menara kontrol, meminta izin<br />
untuk melanjutkan rute penerbangan.<br />
Pada saat itu, pesawat ada di atas Laut<br />
Mediterania pada ketinggian 38.000<br />
kaki, mendekati wilayah<br />
udara Marseille, Prancis<br />
MARSEILLE<br />
PEGUNUNGAN<br />
ALPEN<br />
NICE<br />
Pukul 08.57 Pesawat<br />
Airbus A320-211 Germanwings<br />
mendarat di<br />
Bandara Barcelona-El<br />
Prat, Spanyol, dari Dusseldorf,<br />
Jerman<br />
Pukul 10.01 Pesawat<br />
Germanwings 4U 9525<br />
terbang dari Bandara<br />
Barcelona menuju Dusseldorf,<br />
Jerman<br />
BARCELONA<br />
PRANCIS<br />
SPANYOL<br />
Pukul 10.35 Menara<br />
kontrol mencoba menghubungi<br />
pilot tapi tak<br />
ada jawaban<br />
Pukul 10.31 Pesawat<br />
mulai menurunkan<br />
ketinggian<br />
terbang<br />
Pukul 10.40 Posisi pesawat<br />
terakhir menurut radar pada<br />
ketinggian 6.175 kaki atau<br />
1.882 meter, hanya sedikit<br />
lebih tinggi dari puncak<br />
tertinggi di Pegunungan<br />
Alpen Selatan<br />
Angkatan Udara Prancis<br />
mengirimkan pesawat<br />
tempur Mirage untuk<br />
“mengejar” pesawat<br />
Germanwings, tapi tak<br />
pernah bertemu di udara<br />
Pukul 12.00 Helikopter<br />
pencari menemukan<br />
serpihan pesawat di<br />
punggung Col de Mariaud,<br />
Pegunungan Alpen<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
BUKAN ASSAD,<br />
MICHAEL THOMPSON<br />
LALU SIAPA<br />
“PRESIDEN ASSAD BISA MENGENDALIKAN SITUASI<br />
KARENA DIA PRESIDEN YANG KUAT. SUDAH<br />
TERBUKTI DIA BISA MENGATASI TEKANAN SELAMA<br />
EMPAT TAHUN.”<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Milisi Tentara<br />
Pembebasan Suriah<br />
menembakkan senapan<br />
ke arah pasukan Suriah<br />
yang loyal kepada<br />
Presiden Bashar<br />
al-Assad di Aleppo, Ahad<br />
(8/3).<br />
RAMI ZAYAT/REUTERS<br />
API revolusi itu mulai tepercik di<br />
Daraa, kota di perbatasan dengan<br />
Yordania, empat tahun lalu, dan<br />
menyebar hingga membakar seluruh<br />
Suriah. Hingga detik ini....<br />
Semula hanyalah sejumlah remaja Daraa<br />
yang iseng corat-coret, menyemprotkan cat,<br />
ke dinding-dinding kosong di Kota Daraa. Tapi<br />
mereka salah menaksir siapa orang yang menjadi<br />
sasaran keisengan. Remaja-remaja belasan<br />
tahun itu juga salah memilih waktu.<br />
"As-Shaab yoreed eskaat el nizam! Rakyat ingin<br />
rezim turun," mereka menulis di sebuah dinding<br />
di Daraa pada awal Maret empat tahun silam.<br />
Di dinding lain, mereka menulis, ”Sekarang giliranmu,<br />
Dokter.” Dokter yang mereka maksud<br />
adalah seorang dokter mata, yakni Bashar al-<br />
Assad, Presiden Suriah.<br />
Yang jadi soal, kala itu kawasan Timur Tengah<br />
sedang demam revolusi. Di Tunisia dan Mesir,<br />
ribuan orang turun ke jalan menuntut penguasa<br />
lama menyerahkan kursinya. Bashar, yang<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
AKU PIKIR DUNIA TAK AKAN<br />
MENGABAIKAN PERJUANGAN<br />
KAMI... TERNYATA AKU<br />
SALAH.”<br />
mewarisi kursi Presiden Suriah dari ayahnya,<br />
Hafez al-Assad, agak cemas melihat api revolusi<br />
yang membakar negara-negara tetangga.<br />
Dia khawatir revolusi serupa bakal merembet<br />
hingga ke Damaskus. Maka ulah iseng sejumlah<br />
remaja di Daraa itu ditanggapi dengan sangat<br />
serius, dengan cara yang brutal.<br />
Keesokan harinya, salah seorang bocah itu<br />
menyaksikan sejumlah intel<br />
pemerintah berdatangan ke<br />
sekolahnya. Tak menemukan<br />
yang mereka cari, intel-intel<br />
itu mulai memeriksa dari<br />
rumah ke rumah. “Aku pikir<br />
aku bakal lolos,” kata bocah<br />
itu. Hingga akhirnya pintu<br />
rumahnya digedor sejumlah<br />
intel. Mereka mengancam<br />
akan mengangkut salah satu<br />
saudaranya jika tak ada yang<br />
mau mengaku. Ayahnya angkat<br />
tangan dan menunjuk anaknya yang ikut<br />
corat-coret grafiti anti-Assad.<br />
Ada 15 anak belasan tahun yang diangkut<br />
intel penguasa dan dijebloskan ke penjara pada<br />
hari itu. Seorang anak menuturkan pengalaman<br />
seram mereka selama dalam penjara. Tak<br />
peduli mereka masih belasan tahun, anak-anak<br />
itu dihajar hingga babak-belur. Ada pula yang<br />
disetrum dan digantung hingga mengaku.<br />
“Apakah kamu yang menulis?” tanya salah satu<br />
intel kepada seorang bocah.<br />
Para orang tua yang cemas dengan nasib<br />
anak-anak mereka menggeruduk kantor polisi<br />
keesokan harinya. “Lupakan anak kalian. Kalian<br />
bikin anak lagi saja. Kalau tak tahu caranya, kami<br />
akan mengirimkan orang ke rumah kalian,” jawab<br />
petugas keamanan dengan nada pongah.<br />
Kebetulan, hari berikutnya adalah hari Jumat.<br />
Seusai salat Jumat, kerumunan orang yang menuntut<br />
pembebasan bocah-bocah itu semakin<br />
besar. “Kami semua berkumpul di masjid, dan<br />
terjadi begitu saja. Kami tak pernah merencanakannya,”<br />
kata Ibrahim Abazid, salah satu<br />
kerabat anak-anak itu.<br />
Mereka berjalan kaki menuju rumah Gubernur<br />
Daraa. Di sana sudah ada barisan petugas<br />
keamanan menghadang. Rombongan itu disu-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Foto Presiden Suriah<br />
Bashar al-Assad di<br />
antara foto-foto yang<br />
dipamerkan dalam<br />
pameran foto "Syria, On<br />
the Outskirts of Dawn"<br />
di Damaskus, Ahad<br />
(15/3).<br />
OMAR SANADIKI/REUTERS<br />
ruh balik kanan. Pulang ke rumah. Tapi siapa<br />
yang mau turut perintah itu. “Kami menuntut<br />
anak-anak itu dibebaskan dengan cara damai,”<br />
ujar Ibrahim. Tapi tuntutan mereka berbalas<br />
tembakan. Tak ada lagi pentungan atau peluru<br />
karet. Senapan menyalak menghamburkan<br />
peluru tajam. Korban berjatuhan.<br />
“Setelah orang-orang melihat darah, mereka<br />
murka. Kami semua berasal dari suku-suku dan<br />
keluarga besar. Bagi kami, menetesnya darah<br />
merupakan masalah yang sangat serius,” kata<br />
Ibrahim kala itu. “Mulai hari itu, tak ada lagi<br />
kompromi dengan penguasa.”<br />
Presiden Bashar berusaha menurunkan tensi<br />
di Daraa. Semua bocah itu dilepas. Komandan<br />
polisi dan Gubernur Daraa dicopot. Namun,<br />
melihat luka di sekujur tubuh anak-anak itu,<br />
warga Daraa kembali naik darah. Apalagi ketika<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
TAK ADA MASA DEPAN BAGI<br />
DIKTATOR BRUTAL SEPERTI<br />
ASSAD.”<br />
tembakan senapan petugas keamanan kembali<br />
makan korban. “Mengapa Presiden Assad<br />
tak datang sendiri ke Daraa dan minta maaf?<br />
Kami 100 persen warga Suriah dan dia harus<br />
menunjukkan simpati serta rasa hormat,” ujar<br />
Mohammed, salah satu orang tua bocah-bocah<br />
itu.<br />
Dari Daraa, percikan konflik itu berubah<br />
menjadi perang terbuka pasukan loyalis Presiden<br />
Assad melawan sejumlah kelompok yang<br />
menghendaki Assad dan pendukungnya digusur.<br />
Segala upaya Presiden<br />
Assad meredam<br />
perlawanan sebagian<br />
rakyatnya—dia berjanji<br />
memangkas pajak dan<br />
menaikkan gaji pegawai pemerintah—sia-sia<br />
belaka. “Kami tak ingin rotimu. Kami ingin kehormatan,”<br />
teriak massa anti-Presiden Assad.<br />
●●●<br />
Empat tahun lalu, Wassim masih menyimpan<br />
mimpi, jika Presiden Bashar al-Assad bisa<br />
ditumbangkan, ada sejuta kesempatan untuk<br />
lulusan jurusan keuangan seperti dia. Lantaran<br />
mimpi itulah dia bergabung dengan milisi anti-<br />
Assad, Tentara Pembebasan Suriah, bersama<br />
ribuan pemuda Suriah lainnya.<br />
Tapi mimpi Wassim sudah sekian lama<br />
pudar. “Perang Suriah hari ini sudah tak sama<br />
lagi dengan perang pada 2011,” kata Wassim<br />
beberapa pekan lalu. Kala itu Wassim bertugas<br />
sebagai intel bagi Tentara Pembebasan. “Hari<br />
ini milisi ISIS sudah menutup revolusi Suriah<br />
dengan bendera mereka. Sekarang perlawanan<br />
itu berwarna hitam.” Warna bendera Negara<br />
Islam alias ISIS.<br />
Semula Wassim masih berharap sokongan<br />
internasional akan mempercepat keruntuhan<br />
rezim Assad. “Aku pikir dunia tak akan mengabaikan<br />
perjuangan kami... ternyata aku salah,”<br />
kata Wassim, pahit. Kini, bersama sekitar 1,7 juta<br />
warga Suriah, Wassim hidup di pengungsian.<br />
Perang dia kini adalah perang untuk bertahan<br />
hidup di kamp pengungsian di negara tetangga,<br />
Turki.<br />
Tak seperti dugaan Wassim dan ribuan pra-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Warga Suriah di Kota<br />
Douma, tak jauh dari<br />
Damaskus, mencari<br />
kerabat mereka di<br />
antara puing rumah<br />
korban serangan<br />
pesawat militer Suriah,<br />
Sabtu (14/3).<br />
BASSAM KHABIEH/REUTERS<br />
jurit anti-Assad lainnya, rezim Bashar al-Assad<br />
ternyata tak gampang digusur. Setelah sempat<br />
terpojok, dengan sokongan sepenuh hati dari<br />
negara sekutunya, Iran, dan kelompok Hizbullah<br />
dari Libanon, kini rezim Assad kembali<br />
berotot. Sedangkan di kubu seberang, pelbagai<br />
kelompok anti-Assad, malah sibuk bertikai di<br />
antara mereka sendiri. Dengan modal dukungan<br />
setengah hati internasional terhadap kelompok<br />
oposisi, hampir tak ada harapan untuk<br />
memaksa Assad turun dari kursinya.<br />
Suriah menjadi negara yang kehilangan masa<br />
depan. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-<br />
Bangsa, selama empat tahun berperang, tiga<br />
juta warga Suriah kehilangan pekerjaan. Tingkat<br />
pengangguran melompat hingga empat kali<br />
lipat. “Sekarang empat dari lima warga Suriah<br />
hidup dalam kemiskinan,” PBB menulis. Kerugian<br />
ekonomi yang ditanggung Suriah ditaksir<br />
lebih dari US$ 200 miliar atau Rp 2.600 triliun.<br />
Yang jadi soal, belum tampak setitik pun<br />
tanda-tanda ujung dari konflik ini. Assad tetap<br />
perkasa, tapi perlawanan kelompok anti-Assad<br />
pun masih alot. “Kita mungkin akan hidup ber-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Anak-anak pengungsi<br />
dari Suriah di kamp<br />
Al-Zaatari, Mafraq,<br />
Yordania, berlatih<br />
taekwondo, Selasa<br />
(24/3).<br />
MUHAMMAD HAMED/REUTERS<br />
sama bencana kemanusiaan di Suriah selama<br />
beberapa generasi,” kata Jan Egeland, mantan<br />
kepala misi kemanusiaan PBB, dengan nada<br />
pesimistis.<br />
Bashar Ja'afari, Duta Besar Suriah untuk PBB,<br />
memberi saran kepada Amerika Serikat dan<br />
negara-negara Eropa, bahwa sudah saatnya<br />
mereka menerima Assad sebagai bagian dari<br />
masa depan Suriah. “Kami tak ingin terjadi kekosongan<br />
kekuasaan yang bakal melahirkan kekacauan<br />
seperti di Libya, Irak, dan Afganistan,”<br />
kata Ja'afari awal Maret lalu. “Presiden Assad<br />
bisa mengendalikan situasi karena dia presiden<br />
yang kuat. Sudah terbukti dia bisa mengatasi<br />
tekanan selama empat tahun.... Kami terbuka<br />
bekerja sama dengan Amerika Serikat, tapi<br />
mereka tak menginginkannya.”<br />
Pemerintah Turki, Prancis, dan Inggris sudah<br />
tegas menyatakan tak mau menjalin hubungan<br />
dengan Presiden Assad, yang dianggap berlumuran<br />
darah. “Rezim Assad adalah sumber segala<br />
masalah di Suriah,” kata Mevlut Cavusoglu,<br />
Menteri Luar Negeri Turki. Namun, menurut<br />
sejumlah diplomat negara Eropa lainnya, sudah<br />
waktunya negara Barat menjalin komunikasi<br />
kembali dengan Damaskus. Presiden Assad,<br />
menurut diplomat Eropa itu, adalah pilihan<br />
terbaik di antara dua pilihan buruk: Bashar al-<br />
Assad atau musuhnya, ISIS.<br />
Sikap Gedung Putih soal masa depan Suriah<br />
agak simpang-siur. Dalam wawancara<br />
dengan CBS, Menteri Luar Negeri John Kerry<br />
mengatakan, ”Pada akhirnya, kita harus<br />
bernegosiasi.... Sebab, semua pihak sepakat<br />
bahwa tak ada solusi militer.” Dia memang<br />
tak tegas menyatakan Gedung Putih siap<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
Anak-anak pengungsi<br />
dari Suriah di Bar Elias,<br />
Libanon, di antara<br />
gambar hasil mereka,<br />
Ahad (15/3).<br />
JAMAL SAIDI/REUTERS<br />
berunding dengan Presiden Assad. Marie<br />
Harf, juru bicara Kementerian Luar Negeri<br />
Amerika, meluruskan pernyataan bosnya.<br />
“Tak ada masa depan bagi diktator brutal<br />
seperti Assad.”<br />
Jika bukan Assad, lalu siapa? Gedung Putih<br />
sepertinya juga belum punya solusi seperti<br />
apa jalan perdamaian di Suriah tanpa Assad.<br />
John Brennan, Direktur Dinas Intelijen Amerika<br />
(CIA), malah khawatir jika Assad terguling dari<br />
kekuasaan dan belum jelas siapa calon penggantinya.<br />
Dia khawatir tumbangnya Assad<br />
akan membuka jalan bagi ISIS dan kelompok<br />
militan lain menguasai Damaskus. “Hal terakhir<br />
yang kami inginkan adalah membiarkan mereka<br />
berbaris menuju Damaskus,” kata Direktur<br />
Brennan. ■ SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | CNN | REUTERS | NYTIMES<br />
| CBS | NPR | GLOBAL POST<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
KALA ‘SPIDER-MAN’<br />
LANCUNG UJIAN<br />
“APAKAH KAMI HARUS MEMERINTAHKAN POLISI<br />
MENEMBAK MEREKA?”<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
HUFFINGTONPOST<br />
SUNGGUH terlalu kelakuan muridmurid<br />
Vyasanagar Autonomous<br />
College di Jajpur, Negara Bagian<br />
Odisha, India. Pada Senin dua pekan<br />
lalu, mereka menggelar protes di depan kantor<br />
Kepala Sekolah Soumyasourabh Das. Bahkan<br />
mereka nekat menyekap sang kepala sekolah<br />
setingkat SMA itu di ruangannya hingga polisi<br />
datang menyelamatkan Kepala Sekolah Soumyasourabh.<br />
Murid-murid bandel bukan mengamuk karena<br />
ongkos sekolah naik, mereka naik pitam<br />
gara-gara Kepala Sekolah Soumyasourabh tak<br />
mengizinkan mereka menyontek saat ujian bahasa<br />
Inggris. Menurut laporan Kepala Sekolah<br />
Soumyasourabh kepada Badan Sekolah Menengah<br />
Atas Odisha, guru-guru di sekolahnya<br />
malah menyokong usul murid-murid mereka<br />
berbuat lancung.<br />
“Setelah aku bilang bahwa ujian harus dilak-<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
APA MASALAHNYA BERBUAT<br />
CURANG SAAT UJIAN? INI<br />
BUKAN HAL BARU DI SINI.”<br />
sanakan sesuai dengan panduan dari Badan Sekolah<br />
Menengah Atas, mereka mengunci pintu<br />
ruanganku dari luar,” kata Soumyasourabh dua<br />
pekan lalu. Dipermalukan kejadian di Sekolah<br />
Vyasanagar, Badan Sekolah Menengah Odisha<br />
berniat menjatuhkan sanksi kepada para guru<br />
yang bersekongkol dengan murid-muridnya.<br />
Urusan lancung saat mengerjakan ujian<br />
bukan hanya ada di Odisha. Di Negara Bagian<br />
Bihar, sebelah selatan Odisha, urusan sontekmenyontek<br />
bukan<br />
cuma melibatkan<br />
persekongkolan murid<br />
dengan guru, tapi juga<br />
orang tua murid, sekaligus<br />
kerabat mereka.<br />
Segala cara dilakukan,<br />
tak peduli halal<br />
atau tidak, supaya bisa<br />
lulus ujian kelas 10<br />
yang diselenggarakan Badan Pusat Pendidikan<br />
Menengah (CBSE). Ujian ini memang sangat<br />
penting bagi mereka supaya bisa melanjutkan<br />
pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Ada sekitar<br />
1,4 juta murid kelas 10 di India yang ikut ujian<br />
CBSE dua pekan lalu.<br />
Hingga hari ketiga ujian, Kepolisian Bihar mengendus<br />
182 kasus “joki” ujian dan menangkap<br />
58 tersangka “joki” ujian. Polisi menduga ada<br />
lebih banyak lagi kasus peserta ujian “aspal” alias<br />
asli tapi palsu yang tak terungkap. Menurut<br />
Wakil Kepala Kepolisian Patna, Sadar Ramakant<br />
Prasad, peserta palsu ini menggunakan kartu<br />
identitas dengan foto hasil olah digital untuk<br />
menyamarkan wajahnya.<br />
“Mereka membuat foto dengan menggabungkan<br />
ciri-ciri wajah peserta asli dan jokinya,”<br />
kata Prasad. Ulah tak tahu malu ini memang<br />
bukan hal baru bagi murid-murid sekolah di<br />
Bihar. Tahun lalu, polisi Bihar menangkap 150<br />
peserta ujian palsu.<br />
Setiap kali musim ujian tiba, bukan cuma<br />
murid dan guru sekolah di Bihar yang sibuk<br />
bukan kepalang, tapi juga para orang tua, kerabat<br />
murid, dan polisi. Ya, polisi. Ujian di Bihar<br />
memang bukan cuma urusan sekolah, tapi juga<br />
jadi urusan polisi.<br />
Pada hari keempat ujian, polisi Bihar sampai<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
BBC<br />
perlu menembakkan<br />
senapan ke udara<br />
untuk membubarkan<br />
kerumunan para<br />
orang tua murid dan<br />
kerabat yang berusaha<br />
memberikan sontekan<br />
kepada murid-murid kelas 10. Ada lebih dari<br />
600 orang ditangkap dan ribuan orang dijatuhi<br />
denda. Pada hari kedua ujian saja, polisi Bihar<br />
mengumpulkan denda 15 lakh rupee atau sekitar<br />
Rp 300 juta.<br />
Di Bihar, perbuatan lancung itu memang<br />
dilakukan banyak orang tanpa malu-malu.<br />
Foto-foto yang beredar di Internet dua pekan<br />
lalu menunjukkan bagaimana “perjuangan”<br />
para orang tua murid memberikan sontekan<br />
ujian kepada anak-anaknya. Bak Spider-Man,<br />
para bapak itu merayap di dinding sekolah<br />
Vidya Niketan di Mahnar, Vaishali, tanpa alat<br />
pengaman, menuju jendela lantai dua, bahkan<br />
hingga ke lantai tiga dan empat sekolah. Vidya<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
LANCUNG UJIAN ADALAH HAK<br />
KAMI SEJAK LAHIR.”<br />
Niketan—yang artinya kurang-lebih rumah<br />
ilmu pengetahuan—menjadi simbol perbuatan<br />
yang lancung.<br />
Orang tua yang agak canggih memakai<br />
ponsel untuk mengirimkan sontekan. Orang<br />
tua yang punya duit memilih menyewa “joki”<br />
ujian. “Anakku tak bisa membaca, tapi aku<br />
ingin dia lulus ujian, paling tidak lulus ujian<br />
matrikulasi,” kata salah satu orang tua murid.<br />
Demi secarik ijazah, ia menyewa jasa “joki”<br />
untuk menggantikan anaknya<br />
ujian. “Apa masalahnya berbuat<br />
curang saat ujian? Ini bukan hal<br />
baru di sini,” kata Sanoj Kumar<br />
Singh, murid di satu sekolah di<br />
Saharsa, tanpa rasa bersalah.<br />
Menteri Pendidikan Negara Bagian Bihar, P.K.<br />
Shahi, angkat tangan melihat “gotong-royong”<br />
orang tua murid, sebagian guru, dan anak didik<br />
mereka mencurangi ujian. “Tak mungkin menyelenggarakan<br />
ujian yang jujur tanpa kerja<br />
sama para orang tua.... Ada lebih dari 1,4 juta<br />
peserta ujian dan tiga atau empat orang pendamping.<br />
Menangani 6 juta orang jelas bukan<br />
hal gampang,” Menteri Shahi berkilah. “Katakan<br />
kepada kami, apa yang bisa kami lakukan<br />
jika orang tua tak mau bekerja sama? Apakah<br />
kami harus memerintahkan polisi menembak<br />
mereka?”<br />
●●●<br />
Praktek curang ujian massal ini sudah berlangsung<br />
bertahun-tahun di Bihar dan sejumlah<br />
negara bagian di India. Satu hal yang ironis jika<br />
kita mengingat bahwa lulusan kampus-kampus<br />
di India mengirimkan insinyur paling banyak<br />
ke Lembah Silikon di San Francisco, salah satu<br />
ikon teknologi dunia.<br />
“Apa yang harus kami lakukan? Praktek lancung<br />
itu sudah berlangsung bertahun-tahun.<br />
Semua orang melakukannya,” kata Permeshwar<br />
Sharma di Motihari, Bihar. Tahun lalu,<br />
seorang remaja dari keluarga miskin di Shikohabad,<br />
Negara Bagian Uttar Pradesh, tewas<br />
membakar diri setelah ayahnya tak mampu<br />
membayar permintaan kepala sekolahnya. Seorang<br />
kerabatnya menuturkan, kepala sekolah<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
BBC<br />
meminta uang 7.000 rupee atau sekitar Rp 1,5<br />
juta supaya dia mendapatkan salinan soal ujian.<br />
Bagi sebagian murid dan mahasiswa di India,<br />
curang saat ujian adalah hak mereka. “Itu<br />
merupakan hak demokratis kami,” kata Pratap<br />
Singh, seorang mahasiswa di sebuah kampus di<br />
Uttar Pradesh. “Lancung ujian adalah hak kami<br />
sejak lahir.... Curang saat ujian terjadi di semua<br />
tingkat.” Entah dari mana dia mendapatkan<br />
keyakinan itu.<br />
Pinki Singh, mahasiswa lain, pernah berusaha<br />
menjadi murid yang jujur. “Pada tahun pertama<br />
kuliah, aku berusaha belajar dengan sungguhsungguh....<br />
Tapi seorang senior di kampus berkata<br />
kepadaku, ‘Beli saja buku jawaban soal,’”<br />
kata Pinki. “Tak ada manfaatnya belajar sungguh-sungguh.<br />
Kamu tinggal beli buku jawaban<br />
soal dan ingat-ingat saja jawabannya.”<br />
Berbuat curang saat ujian sebenarnya bukan<br />
monopoli sekolah-sekolah dengan mutu paspasan<br />
dan murid dengan kepandaian juga paspasan.<br />
Bahkan mahasiswa-mahasiswa di salah<br />
satu kampus paling top di dunia, Universitas<br />
Harvard, pernah tertangkap “bergotong-royong”<br />
mencurangi ujian. Setelah diinvestigasi,<br />
manajemen kampus Harvard meminta 70<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
INTERNASIONAL<br />
BBC<br />
orang mahasiswa kampus top itu mengundurkan<br />
diri.<br />
Menurut Sanjay Kumar, lulusan sekolah<br />
di Bihar dan kini peneliti di Sekolah Harvard<br />
Kennedy di Universitas Harvard, curang ujian<br />
massal di Bihar merupakan masalah yang sistemis,<br />
bukan hanya kesalahan murid dan orang<br />
tuanya. “Kami bebas keluar-masuk kelas. Guruguru<br />
kami lebih sibuk mengajar privat untuk<br />
mencari uang,” Sanjay mengenang masa sekolahnya<br />
di Bihar. Jadi anak pintar atau sebaliknya,<br />
benar-benar bergantung pada usaha mereka<br />
sendiri. ■ SAPTO PRADITYO | HINDUSTAN TIMES | INDIA TODAY | INDIAN<br />
EXPRESS | NEW YORKER | THE HINDU<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
ZAYN MALIK<br />
FAREWELL!<br />
RIEKE DIAH PITALOKA<br />
AKHIRNYA<br />
CERAI<br />
Tap judul untuk<br />
baca artikel<br />
SAPARDI DJOKO DAMONO<br />
PUISI KURUS<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
PEOPLE<br />
SAPARDI DJOKO DAMONO<br />
PUISI KURUS<br />
TAR mungil dengan lilin angka<br />
75 yang menyala disodorkan<br />
kepada penyair Sapardi Djoko<br />
Damono, Minggu, 22 Maret<br />
2015. Sekitar 100 anak muda sontak menyanyikan<br />
lagu Selamat Ulang Tahun.<br />
Sapardi duduk, menunduk. Siang itu,<br />
ia baru saja meluncurkan novel Trilogi<br />
Soekram di Gramedia Central Park. “Saya<br />
tidak pernah menduga usia segini dinyanyiin,”<br />
ujar lelaki kelahiran Surakarta, Jawa<br />
Tengah, 20 Maret 1940, ini kemudian.<br />
Ia bersyukur karena sejak lahir hingga<br />
saat ini tubuhnya selalu kurus. Padahal<br />
pembuat puisi Hujan Bulan Juni yang<br />
amat terkenal ini mengaku banyak makan,<br />
tanpa pantangan. Ketika ada yang<br />
nyeletuk tubuhnya yang kurus membuatnya<br />
produktif menulis puisi, Sapardi<br />
mengangguk.<br />
“Boleh jadi, karena yang gemuk lebih<br />
gampang kena penyakit,” ujarnya. Selamat<br />
ulang tahun, Pak Sapardi.... n<br />
TIA AGNES ASTUTI | SUDRAJAT<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO : SILVIA GALIKANO\DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
PEOPLE<br />
RIEKE DIAH PITALOKA<br />
AKHIRNYA CERAI<br />
HAMPIR sepuluh tahun<br />
berjalan, pernikahan Rieke<br />
Diah Pitaloka dan Donny<br />
Gahral sepi gosip. Tak ada<br />
yang menyangka pasangan yang menikah<br />
pada 23 Juli 2005 itu akhirnya<br />
bercerai.<br />
Ikatan pernikahan Rieke dan Donny<br />
diputus secara verstek pada 13 Januari<br />
2015. Sidang perkara cerai itu<br />
hanya digelar dua kali hingga hakim<br />
mengetuk palu tanda “cerai”.<br />
“Sebabnya, ada pertengkaran dari<br />
kedua belah pihak yang tidak bisa<br />
didamaikan,” ujar juru bicara Pengadilan<br />
Agama Depok, Suryadi, pekan<br />
lalu.<br />
Baik Rieke maupun Donny sepertinya<br />
tak mau mengumbar cerita perceraian<br />
mereka. Bahkan, saat berita<br />
mengejutkan ini mencuat, keduanya<br />
tetap tak mau berkomentar.<br />
Dari pernikahannya dengan Donny,<br />
Rieke dikaruniai tiga anak, Sagara<br />
Kawani Adiansyah serta dua adik<br />
kembarnya, Misesa Adiansyah dan<br />
Jalumanon Badrika. n KEN YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO : LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
PEOPLE<br />
ZAYN MALIK<br />
FAREWELL!<br />
“W<br />
HAT? Please<br />
tell me that’s a<br />
lie”. Begitu komentar<br />
salah<br />
satu fans untuk status panjang yang<br />
mengejutkan di laman resmi Facebook<br />
One Direction (1D). Zayn Malik resmi<br />
mundur!<br />
Penyanyi berdarah Inggris-Pakistan<br />
ini menyatakan hengkang dari boyband<br />
yang telah membesarkan namanya itu.<br />
Konon, alasannya, Zayn depresi kerena<br />
tekanan popularitas.<br />
“Ini waktu yang tepat untuk meninggalkan<br />
band ini,” ujar Zayn seperti<br />
dilansir Facebook 1D.<br />
Keputusan itu tentu membuat para<br />
fans di seluruh dunia bersedih. Dan<br />
bisa jadi penggemar di Indonesia merasakan<br />
kesedihan dua kali lipat.<br />
Bagaimana tidak? Sesaat sebelum<br />
keputusan itu diumumkan, mereka<br />
baru saja menonton konser 1D nan megah<br />
dan spektakuler di Stadion Utama<br />
Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.<br />
Twitterland pun langsung ramai oleh<br />
kicauan bertema Zayn Malik. Dan hashtag<br />
#alwaysin ourheartszaynmalik pun<br />
menjadi trending topic selama belasan<br />
jam.<br />
Keputusan itu tak hanya berat untuk<br />
fans dan 1D. Zayn sendiri juga merasa<br />
kebersamaannya dengan Louis, Liam,<br />
Harry, dan Niall sangat berarti.<br />
“Aku mundur karena aku ingin menjadi<br />
orang berusia 22 tahun yang normal,<br />
yang bisa bersantai dan memiliki<br />
privasi,” ujar pemuda yang mengaku<br />
tak suka minuman beralkohol ini.<br />
Zayn terpilih sebagai personel 1D setelah<br />
menjadi salah satu peserta yang<br />
menonjol di ajang pencarian bakat X-<br />
Factor. Zayn, yang saat itu berusia 17<br />
tahun, mengikuti audisi di Manchester.<br />
Penyanyi muslim ini pernah menjadi<br />
kontroversi saat memutuskan membuat<br />
tato besar di sekujur tubuhnya. Kabarnya,<br />
keberadaan tato-tato tersebut<br />
tidak disetujui oleh ayahnya.<br />
Namun, dalam sejumlah wawancara,<br />
baik dengan media cetak maupun televisi,<br />
Zayn membantahnya. “Saya punya<br />
orang tua yang keren. Mereka mengerti<br />
jiwa muda saya,” ujarnya. n KEN YUNITA<br />
Tap untuk kembali<br />
ke Indeks People<br />
FOTO : GETTY IMAGES<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BUKU<br />
DUNIA<br />
“DUNIA AKAN MENJADI<br />
TEMPAT YANG LEBIH<br />
MISKIN BILAMANA<br />
TIDAK ADA PERADABAN<br />
ISLAM.”<br />
JUDUL BUKU:<br />
Apa Jadinya Dunia tanpa Islam<br />
PENULIS:<br />
Graham E. Fuller<br />
PENERBIT:<br />
Mizan<br />
TERBITAN:<br />
November 2014, Februari 2015<br />
TEBAL:<br />
405 halaman<br />
DETIKCOM<br />
DAMAI<br />
TANPA<br />
ISLAM,<br />
ATAU...<br />
BAGI khalayak Barat, Islam adalah biang keladi segala macam teror dan<br />
konflik dunia saat ini, juga masa lalu. Puncak kebencian terhadap Islam<br />
terjadi pascatragedi peledakan gedung World Trade Center di New<br />
York pada 11 September 2001. Di Amerika dan beberapa negara Eropa,<br />
kehidupan mereka yang beraroma Islam sontak berubah. Berkembang persepsi<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BUKU<br />
Baik kristenisme,<br />
yudaisme, maupun<br />
Islam pada<br />
dasarnya sangat<br />
menjunjung tinggi<br />
toleransi terhadap<br />
penganut keyakinan<br />
lain.<br />
seolah dunia akan aman dan sejahtera tanpa adanya Islam.<br />
Padahal penggunaan teror dan kekerasan bukanlah khas Islam. Daftar organisasi<br />
teroris yang dicatat di Eropa sebelum peristiwa 11 September sebagian<br />
didominasi oleh organisasi komunis, ultra-kanan, dan fasis. Konflik kekerasan<br />
(perang) paling mutakhir pada abad ke-20, yaitu Perang Dunia I dan II, bukanlah<br />
karena alasan agama, apalagi Islam.<br />
Menurut Graham E. Fuller, sejatinya bukan agama yang menyebabkan konflik,<br />
melainkan karena geopolitik. Karena itu, jika Islam tidak ada, ketegangan antara<br />
Timur Tengah dan Barat tetap akan terjadi.<br />
Dalam kajian Fuller, baik kristenisme, yudaisme, maupun Islam pada dasarnya<br />
sangat menjunjung tinggi toleransi terhadap penganut keyakinan lain. Konflik<br />
baru terjadi setelah kekuasaan menggunakan agama sebagai dalih untuk<br />
menyatakan mana yang benar mana yang salah, mana yang murni mana yang<br />
bid'ah. Ia mencontohkan penguasa Romawi menggunakan ajaran Kristen untuk<br />
menyebut penganut Yahudi bukan sebagai agama tersendiri, akan tetapi sebagai<br />
kaum yang menolak ajaran Yesus.<br />
Bahkan konflik panjang antara Romawi (Katolik) dan Konstantinopel (ortodoks)<br />
jelas bukan konflik antar agama walau dilakukan sesama penganut Kristen,<br />
tapi lebih pada konflik politik di mana faktor agama hanya dipakai sebagai<br />
pemersatu ke dalam dan pembeda ke luar.<br />
Begitupun konflik di Timur Tengah, yang notabene sama-sama Islam, meletup<br />
karena kepentingan politik dan ekonomi. Peperangan melawan Turki Utsmani,<br />
misalnya, jelas bukan karena agama walau tiap penguasa Arab berusaha<br />
menggunakan retorika agama dalam menjatuhkan legitimasi kekuasaan Turki<br />
SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BUKU<br />
Utsmani.<br />
lll<br />
Gedung World Trade Center di<br />
New York terbakar dan ambruk<br />
setelah ditabrak pesawat<br />
yang dibajak teroris pada 11<br />
September 2001.<br />
ANTARA<br />
Sebelum menerbitkan A World without Islam pada 2010,<br />
Fuller menulis buku-buku lain seputar dunia Islam, antara<br />
lain The Center of the Universe: The Geopolitics of Iran (1991),<br />
The Future of Political Islam (2003), dan The New Turkish Republic:<br />
Turkey as a Pivotal State in the Muslim World (2008).<br />
Maklum, dia pernah tinggal dan bekerja di dunia Islam<br />
selama hampir 20 tahun. Hal itu ditopang oleh penguasaannya<br />
terhadap beberapa bahasa negara-negara Timur<br />
Tengah serta Rusia dan Cina.<br />
Fuller pernah menjadi Wakil Ketua National Intelligence<br />
Council, pernah bekerja untuk Central Intelligence Agency<br />
(CIA), dan mantan ilmuwan politik senior di Research And<br />
Development (RAND). Kini dia menjabat guru besar sejarah<br />
di Simon Fraser University, Kanada.<br />
Dalam pengantarnya, Fuller menegaskan maksud dari<br />
penulisan buku ini sama sekali bukan untuk meremehkan atau mengabaikan<br />
peran Islam dalam sejarah dunia. Islam telah memiliki dampak besar terhadap<br />
dunia sebagai salah satu peradaban teragung dan paling kuat serta berkelanjutan<br />
dalam sejarah. Tak ada peradaban lain yang telah berlangsung selama itu<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
BUKU<br />
pada wilayah yang begitu luas di dunia sebagaimana Islam.<br />
“Saya sangat menghargai budaya Islam, seninya, ilmu-ilmunya, filsafatnya,<br />
peradabannya, dan umat muslim sebagai manusia. Dunia akan menjadi tempat<br />
yang lebih miskin bilamana tidak ada peradaban Islam,” tulisnya.<br />
Saya sangat<br />
menghargai budaya<br />
Islam, seninya,<br />
ilmu-ilmunya,<br />
filsafatnya,<br />
peradabannya,<br />
dan umat muslim<br />
sebagai manusia.<br />
lll<br />
Bila semua konflik di Timur Tengah atau konflik dengan Barat bukan karena<br />
faktor Islam, lalu apa yang harus dilakukan Barat? Fuller antara lain merekomendasikan<br />
agar Barat menghentikan intervensi militer maupun politik ke negaranegara<br />
Islam, tak lagi mendukung diktator-diktator di Timur Tengah atau negara<br />
Islam, dan mendorong adanya demokratisasi. Lalu biarkan aktor-aktor demokrasi<br />
lokal mencari jalannya sendiri bagi terbentuknya demokrasi yang cocok bagi<br />
mereka.<br />
Terkait penindakan terhadap terorisme, sebaiknya hindari cara-cara represif<br />
dan lebih mengutamakan instrumen hukum. Begitupun anggaran untuk memerangi<br />
aksi teror, akan lebih baik dialihkan untuk membantu negara-negara<br />
Islam dalam kerangka memberikan pelayanan kepada publik. Dengan begitu,<br />
negara akan memiliki legitimasi dan kepercayaan di mata rakyatnya sehingga<br />
tidak tertarik bergabung dengan kelompok radikal.<br />
Isu lain yang mutlak butuh penyelesaian segera adalah Palestina, yang selalu<br />
digunakan oleh gerakan radikal sebagai justifikasi sikap anti-Barat. n SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
JALAN LURUS<br />
MARIDA<br />
NASUTION<br />
DIA DIJULUKI “MENTAL CETAK”. DI TENGAH<br />
BOOMING PASAR SENI LUKIS INDONESIA PADA<br />
1990-AN, MARIDA KONSISTEN BERKARYA DI<br />
JALUR SENI GRAFIS.<br />
SILVIA GALIKANO/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
F<br />
OTO Ratna Riantiarno<br />
sedang<br />
bersandar di kursi<br />
malas ditempelkan<br />
di latar belakang<br />
pagar bambu,<br />
jemuran centangperenang,<br />
bangunan<br />
belum jadi, dan anak-anak bermain di sungai<br />
kota. Wajah cantik Ratna tak mengekspresikan<br />
terganggu oleh latar belakangnya. Terang saja,<br />
asalnya ini dua karya yang berbeda, foto Ratna<br />
dan foto latar belakang.<br />
Keduanya disatukan, dibuatkan semacam klise<br />
filmnya untuk kemudian dicetak saring bermedium<br />
silk screen. Marida Nasution kemudian<br />
menjuduli karyanya itu Bersantai (1987). Cetak<br />
saring, yang merupakan perkembangan dari<br />
cetak stensil, adalah mencetak gambar di atas<br />
kertas, tinta di atas kain sutra, atau nilon yang<br />
terentang dengan tegang disapukan dengan<br />
semacam karet.<br />
Ada beberapa lain karya Marida Nasution<br />
yang menggunakan cara serupa, satu lagi<br />
adalah Di Antara Gedung (1982), yakni gambar<br />
gedung-gedung tinggi yang ditempeli sketsa<br />
pria berdiri menghadapkan badan ke deretan<br />
gedung tersebut.<br />
Marida Nasution (1956-2008) adalah nama<br />
besar di dunia grafis Indonesia hingga kini,<br />
walau sang pegrafis sudah berpulang tujuh<br />
tahun lampau. Karya-karyanya dipamerkan<br />
dalam pameran tunggal bertema “Marida<br />
Nasution, Kiprah Seorang Perempuan Pegrafis<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
Indonesia” dan dikuratori Setiawan Sabana dari<br />
Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi<br />
Bandung. Tak kurang 40 karya grafis cetak<br />
saring, etsa, dan instalasi grafis dipamerkan di<br />
Gedung A Galeri Nasional Jakarta, 20-30 Maret<br />
2015.<br />
Marida, alumnus Fakultas Seni Rupa Institut<br />
Kesenian Jakarta, adalah salah satu tokoh penting<br />
dalam perkembangan seni grafis Indonesia.<br />
Sejak 1984, dia aktif berpameran di dalam dan<br />
luar negeri, bahkan sempat mendapat medali<br />
khusus pada II Mediterranean Biennale of<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
Graphic Art di Athena, Yunani<br />
(1990) dan International Biennial<br />
of Graphic Art di Ljubljana,<br />
Yugoslavia (1996). Bahkan,<br />
di tengah booming pasar seni<br />
lukis Indonesia pada 1990-an,<br />
dia konsisten berkarya di jalur<br />
seni grafis.<br />
Ini pameran tunggalnya<br />
yang ke-7 (pertama setelah<br />
Marida wafat) setelah pameran<br />
terakhir pada 2005 bertema<br />
“Pameran Tunggal Grafis<br />
Perjalanan Marida Nasution”<br />
pada 28 April-12 Mei 2005.<br />
Pameran kali ini adalah upaya<br />
saudara-saudaranya mewujudkan<br />
cita-cita Marida untuk<br />
membuat pameran tunggal<br />
ke-7, keinginan yang dibuatnya<br />
sebelum wafat.<br />
“Marida Nasution, Kiprah<br />
Seorang Perempuan Pegrafis<br />
Indonesia” mengumpulkan<br />
karya-karya Marida dari sejumlah koleksi yang<br />
disimpan keluarga; dari para kolektor, seperti<br />
Arifin Panigoro dan Mien Soedarpo; serta<br />
dari Galeri Nasional. Dari banyak karya yang<br />
disimpan keluarga, kurator memilah dan hanya<br />
memilih karya-karya yang jelas informasinya,<br />
yakni bertanda tangan dan berjudul.<br />
“Ada juga yang tak terpelihara dengan baik, sobek<br />
dan berjamur,” ujar Setiawan Sabana sebelum<br />
pembukaan pameran. Dia menunjuk Renungan<br />
(2007), satu dari deretan karya cetak saring koleksi<br />
keluarga, terlihat paspartu (bingkai kertas)-nya<br />
yang sudah menguning itu berjamur.<br />
Karya-karya Marida digolongkan secara tematik,<br />
bukan linear berdasarkan tahun pembuatan.<br />
Dari sana kita temukan bagaimana perjalanannya<br />
dengan etsa (intaglio) dan cetak saring (serigrafi).<br />
Di masa awal, dia bermain dengan warna, tapi<br />
belum ada warna yang “gereget”.<br />
Pengaruh fotografi, yang sejalan dengan cetak<br />
saring, kian kental tecermin dalam karyanya,<br />
terutama yang mengangkat tema perempuan,<br />
khususnya perempuan di perkotaan. Secara<br />
fotografis, karya-karyanya dengan tema ini<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
PAMERAN<br />
kuat sekali. Marida seperti masuk dalam sosoksosok<br />
perempuan bikinannya, berdialog dan<br />
bermonolog dengan mereka.<br />
Namun, di atas semua itu, Marida ingin menunjukkan<br />
bahwa dia perempuan. Perempuan<br />
yang pegrafis, bukan pegrafis yang “kebetulan”<br />
perempuan.<br />
Ada kalanya dia keluar dari konvensi dan<br />
membuat grafis cetak saring tiga dimensi atau<br />
cetak saring di atas akrilik, seperti serial Kehidupan<br />
(1997) dan serial Semangat Hidup (1998).<br />
Marida, ujar Setiawan, menyebut karya tiga<br />
dimensi yang meruang itu instalasi grafis.<br />
Menjelang akhir hayatnya, karya-karya<br />
Marida bukan hanya dekoratif, tapi juga mulai<br />
menunjukkan renungan serta ekspresi muram<br />
dan marah. Seperti perempuan dalam delapan<br />
bingkai dengan mata tertutup (Renungan,<br />
2007), pendeta Buddha dikelilingi lotus (Berdoa,<br />
2003), dan wajah yang di samping kiri dan<br />
kanannya ditempeli kawat berduri melingkarlingkar<br />
(Kemarahan, 2003).<br />
Dari pameran yang terbilang komprehensif<br />
begini, benang merah sebuah perjalanan hidup<br />
bisa ditarik, walau kesimpulannya akan sangat<br />
subyektif, berbeda-beda tiap orang. Pesan-pesannya<br />
tetap segar walau tujuh tahun berlalu<br />
dan perempuan masih dalam perjuangannya,<br />
sehingga konsep “in memoriam” pameran ini<br />
boleh dikantongi sejenak. ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET -- 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
SKENARIO RAMPING<br />
PENCULIKAN HEINEKEN<br />
PENCULIKAN FREDDY HEINEKEN DIFILMKAN LAGI. NAMA ANTHONY HOPKINS<br />
DIHARAPKAN AMPUH MENGGAET PENONTON.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul: Kidnapping<br />
Mr. Heineken<br />
Genre: Action, Crime, Drama<br />
Sutradara: Daniel Alfredson<br />
Skenario: William Brookfield<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Produksi: Alchemy<br />
Pemain: Jim Sturgess, Sam<br />
Worthington, Anthony<br />
Hopkins<br />
Durai: 1 jam 35 menit<br />
BARON dari perusahaan bir Heineken<br />
diculik. Keluar dari rumah, Alfred<br />
“Freddy” Heineken (Anthony<br />
Hopkins) dan sopirnya, Ab Doderer<br />
(David Dencik), ditarik masuk ke dalam van<br />
oleh lima pria. Tangannya diikat ke belakang,<br />
kepalanya ditutup kain.<br />
Setelah mobil melaju beberapa menit, Freddy<br />
dan Ab dipindahkan dari van ke sedan. Dari<br />
jalan besar, sedan berbelok menyusuri jalan di<br />
sisi kanal, lalu masuk ke lorong-lorong sempit.<br />
Ketika penutup kepala Freddy dibuka, dia<br />
mendapati dirinya berada di kamar sempit.<br />
Satu tangannya terhubungkan dengan rantai<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 MAJALAH DESEMBER - 9 MARET DETIK 2013 201430 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
ke tembok. Ab ada di kamar seberang dalam<br />
kondisi serupa. Kamar mereka dipasangi spons<br />
kedap suara, sehingga tak ada suara dari luar<br />
kamar yang terdengar ke dalam, juga sebaliknya.<br />
Lima penculik mereka adalah Cor van Hout<br />
(Jim Sturgess) si otak penculikan, Willem Holleeder<br />
(Sam Worthington), Jan “Cat” Boellard<br />
(Ryan Kwanten), Frans “Spijkes” Meijer (Mark<br />
van Eeuwen), dan Martin “Brakes” Erkamps<br />
(Thomas Cocquerel).<br />
Cor dkk bukanlah penjahat, bukan anggota<br />
geng, bukan pelaku dunia hitam. Mereka hanya<br />
sedang dalam keadaan sulit secara keuangan.<br />
Bank baru saja menolak permohonan pinjaman<br />
mereka untuk modal usaha dengan alasan tak<br />
ada harta yang dijadikan jaminan. Bersamaan<br />
dengan itu, Sonja Holeeder (Jemima West),<br />
istri Cor, yang juga adik Willem, diketahui<br />
sedang mengandung.<br />
Cor mencetuskan ide menculik<br />
seseorang yang terkenal yang bisa<br />
bayar tebusan banyak. Idenya<br />
didukung kawan-kawan yang lain.<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Penculikan<br />
Freddy Heineken<br />
sebelumnya<br />
pernah difilmkan.<br />
Nama Freddy Heineken kemudian dipilih setelah<br />
makan malam dengan ayahnya,<br />
yang penyuka bir Heineken. Untuk<br />
mengongkosi penculikan dan membangun<br />
“sel”, mereka merampok<br />
bank.<br />
Belanda geger setelah Freddy Heineken<br />
diculik. Beritanya jadi headline<br />
berhari-hari. Media berspekulasi<br />
geng kelas kakaplah penculiknya<br />
karena dilakukan secara mulus dan<br />
tak ada korban lain. Motivasinya<br />
disebut-sebut persaingan usaha.<br />
Sepekan berlalu, Cor dkk mulai<br />
khawatir karena belum ada juga<br />
tanda-tanda uang tebusan bakal dibayar. Di<br />
luar perkiraan, Freddy tetap tenang di selnya,<br />
sama sekali tak panik, malah terkesan sedang<br />
memainkan emosi para penculiknya.<br />
Kidnapping Mr. Heineken diangkat dari buku<br />
yang ditulis reporter kriminal ternama Belanda,<br />
Peter de Vries, yang meliput kasus ini untuk<br />
koran Belanda, De Telegraaf. Dia kemudian<br />
membuat dua buku, De Zaak Heineken (The Heineken<br />
Case, 1983) tentang penculikan biliuner<br />
bir Alfred Heineken dan novel De Ontvoering<br />
van Alfred Heineken (The Kidnapping of Alfred<br />
Heineken, 1987), tentang kasus ini dari perspektif<br />
Cor van Hout berdasarkan wawancara De<br />
Vries dengan Cor dan Willem pada 1986. Dari<br />
novel inilah Kidnapping Mr. Heineken dibuat.<br />
Penculikan Freddy Heineken sebelumnya<br />
pernah difilmkan, De Heineken Ontvoering<br />
(The Heineken Kidnapping, 2011), film Belanda<br />
yang dibintangi Rutger Hauer dan laku keras di<br />
negara asalnya.<br />
Tak aneh, ketika muncul kabar Kidnapping Mr.<br />
Heineken dibuat, muncul juga pertanyaan, mau<br />
bikin cerita apa lagi tentang penculikan yang<br />
mempertontonkan keserakahan, ketololan,<br />
dan layak diganjar itu? Namun melihat deretan<br />
nama besar aktor yang terlibat, yakni Anthony<br />
Hopkins, Jim Sturgess, dan Sam Worthington,<br />
tak urung terselip harapan ada kejutan istimewa<br />
di dalamnya.<br />
Namun ternyata sutradara Swedia, Daniel<br />
Alfredson, menerjemahkan novel De Vries<br />
secara kaku dan “ramping”. Banyak twist yang<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
disia-siakan dan narasinya nyaris datar tanpa<br />
klimaks.<br />
Oke, film ini dari kisah nyata, jadi jangan<br />
sampai ceritanya melenceng dari fakta. Tapi<br />
kan Alfredson punya taman bermain yang luas<br />
di psikologi karakter-karakternya: lima amatiran<br />
yang menculik biliuner bir bernama belakang<br />
Heineken. Apalagi di situ ada Anthony Hopkins,<br />
yang lekat dengan karakter Hannibal Lecter si<br />
pembunuh berantai dalam suspense Silence of<br />
the Lambs (1991), tapi ternyata keberadaannya<br />
tak dimaksimalkan.<br />
Maka sangat disayangkan ketika Kidnapping<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Mr. Heineken terasa demikian “menderita”.<br />
Penonton pun tak diberi gambaran utuh pada<br />
karakter-karakternya, selain Cor-Sonja-Willem,<br />
tiga orang yang saling terhubung.<br />
Penculikan berakhir antiklimaks. Para penculiknya<br />
yang amatiran itu sedih, bingung,<br />
dan akhirnya saling memaki. Belum lagi,<br />
sebelumnya, para penculik itu sempat lupa,<br />
ketika memfotokopi surat ancaman, surat<br />
aslinya tertinggal di mesin fotokopi selama<br />
semalam. Mesin fotokopi nebeng kantor<br />
orang pula. Film ini cocoknya sekalian jadi<br />
film parodi. ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 26 JANUARI 30 MARET - 1 FEBRUARI - 5 APRIL 2015
FILM PEKAN INI<br />
20 ONCE AGAIN<br />
HEN Meng Jun adalah janda berumur 70 tahun yang<br />
diminta keluarganya tinggal di panti jompo. Merasa<br />
telantar, ia berjalan-jalan dan memutuskan secara impulsif<br />
untuk berfoto di sebuah studio foto. Sesaat meninggalkan<br />
studio, ia terkejut menemukan dirinya telah berubah 20<br />
tahun lebih muda.<br />
Mendapatkan kesempatan kedua, ia berganti nama dan mengejar mimpinya<br />
untuk menjadi penyanyi. Akankah ia berhasil dengan kesempatan kedua ini?<br />
JENIS FILM: KOMEDI<br />
| SUTRADARA: LESTE<br />
CHEN | PEMAIN:<br />
YANG ZISHAN,<br />
KUEI YA-LEI, CHEN<br />
BOLIN | DURASI: 131<br />
MENIT | BAHASA:<br />
MANDARIN<br />
THE SPONGEBOB MOVIE:<br />
SPONGE OUT OF WATER<br />
PONGEBOB keluar dari Bikini Bottom dan<br />
bertualang ke permukaan. SpongeBob dan<br />
kawan-kawan harus merebut kembali gulungan<br />
kertas resep rahasia Krabby Patty yang dicuri Burger<br />
Beard (Antonio Banderas), penjahat dan juga bajak<br />
laut yang berniat menghancurkan dunia.<br />
JENIS FILM: ANIMATION,<br />
ADVENTURE | PRODUSER:<br />
MARY PARENT, PAUL<br />
TIBBITT | PRODUKSI:<br />
UNIVERSAL PICTURES |<br />
SUTRADARA: PAUL TIBBITT |<br />
DURASI: 92 MENIT<br />
INSURGENT<br />
NSURGENT melanjutkan petualangan Tris (Shailene Woodley) dan<br />
Four (Theo James) di Divergent. Tris mencoba mengatasi rasa bersalah<br />
karena telah membunuh Will, meskipun itu untuk membela diri.<br />
The Group, terutama Tris dan Four, sulit mematuhi aturan di Amity, yang melarang<br />
penggunaan senjata, dan mereka akhirnya harus melakukan pelarian lagi.<br />
Tris dan Four, yang kini jadi target buruan Jeanine (Kate Winslet), berusaha melawan<br />
dengan mencari faksi baru untuk menumbangkan Jeanine. Tidak hanya diburu, Tris juga harus berusaha<br />
melindungi orang-orang yang dicintainya.<br />
JENIS FILM: ADVENTURE, SCI-FI | PRODUSER: DOUGLAS WICK, LUCY FISHER | PRODUKSI: ENTERTAINMENT<br />
ONE |SUTRADARA: ROBERT SCHWENTKE | DURASI: 118 MENIT<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
AGENDA<br />
MEW<br />
LIVE IN<br />
JAKARTA<br />
2015<br />
31 MARET 2015, PUKUL 20.00 WIB<br />
Skenoo Hall, Gandaria City, Jakarta<br />
Promotor: Marygops Studios<br />
REBELUTION INDONESIA COUNT ME IN<br />
TOUR 2015<br />
31 MARET 2015 DI MS HALL VIKY SIANIPAR, JAKARTA<br />
1 APRIL 2015 DI BOSHE VVIP CLUB, BALI<br />
BALI SPIRIT FESTIVAL 2015<br />
Selebrasi global yoga, musik, & tari<br />
31 MARET-5 APRIL 2015<br />
Agung Rai Museum of Art (ARMA), Ubud, Bali<br />
Ajeet Kaur: Devotional Chant dari USA, Maneesh<br />
de Moor dari Belanda, Kevin James dari USA,<br />
Murray Kyle dari Australia, Peia dari USA, dan Ali<br />
Ghamsari dari Iran<br />
STAGE EMPIRE 1ST<br />
ANNIVERSARY FEAT.<br />
SLANK WITH BRASS<br />
SECTION<br />
2 APRIL 2015, PUKUL 23.00 WIB<br />
Colosseum Club, Jalan Kunir Nomor 7, Jakarta Barat<br />
Promotor: Colosseum Club<br />
DRAWING EXHIBITION:<br />
THE KINGDOM OF<br />
NETHERLANDS 200<br />
YEARS OF LEGACY &<br />
HERITAGE<br />
Witnessed & recorded by<br />
Indonesia’s Sketchers<br />
HELATEATER SALIHARA 2015<br />
Kepada Arifin C. Noer<br />
RABU-KAMIS, 1-30 APRIL 2015, 20.00 WIB-22.00 WIB<br />
KAMIS-MINGGU SEPANJANG APRIL 2015<br />
NORTH STEREOPHORIA<br />
4 APRIL 2015, PUKUL 17.00 WIB<br />
La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta<br />
Utara<br />
Promotor: PT Summarecon Agung<br />
2-30 APRIL 2015 | PEMBUKAAN: KAMIS, 2 APRIL 2015,<br />
PUKUL 19.30 WIB<br />
Erasmus Huis, Jakarta<br />
Gratis<br />
JAPAN NIGHT: MOVE<br />
WITH THE MUSIC OF<br />
JAPAN<br />
4 APRIL 2015, PUKUL 19.00 WIB<br />
The Kasablanka Main Hall,<br />
Kota Kasablanka Jakarta<br />
Promotor: Marygops & Japan<br />
Night Indonesia<br />
MAJALAH DETIK 30 MARET - 5 APRIL 2015
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik