Skripsi lengkap - Digilib UIN Malang

KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DALAM 

MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN 

UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN BANGIL 

SKRIPSI 

Oleh: 

Syifa’ Nudiyah 

NIM : 05110086 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 

FAKULTAS TARBIYAH 

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 

April, 2009 

1




SKRIPSI 

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu 

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) 


NIM : 05110086 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 

FAKULTAS TARBIYAH 

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 

April, 2009 

2

HALAMAN PERSETUJUAN 




SKRIPSI 

OLEH 

SYIFA’ NUDIYAH 

NIM. 05110086 

Telah Disetujui Oleh: 

Dosen Pembimbing 

Dr. H. Nur Ali, M.Pd.I 

NIP. 150 289 265 

Tanggal, 04 April 2009 

Mengetahui, 

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 

Drs. Moh. Padil, M.Pd I. 

NIP. 150 267 235 

3




SKRIPSI 

Dipersiapkan dan Disusun oleh 

Syifa’ Nudiyah (NIM. 05110086) 

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 

14 April 2009 dengan nilai A 

Dan dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan 

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) 

Pada Tanggal: 14 April 2009 

Dewan Ujian 

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang, 

Dr. 

H. 

Nur Ali, 

M. 

Pd. 

I 

NIP. 150 289 265 

Mujtahid, M. Ag. 

NIP. 150 368 789 

Penguji Utama, Pembimbing, 

Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I 

NIP. 150 215 385 

Mengesahkan, 

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang 

Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony 

NIP. 150 042 031 

Dr. 

H. 

Nur Ali, 

M. 

Pd. 

I 

NIP. 150 289 265 

4

PERSEMBAHAN 

Karya ini merupakan persembahan tak bernilai bagi kalian yang telah Allah 

pilihkan untuk hadir dalam hidup dan kehidupan singkatku 

Terima Kasih 

5

َ�ْﻳِ��ﻟَا 

: َلﺎَﻗ ؟ُءﺎَﺑَ�ُﻐْﻟا ِ�َﻣَو 

MOTTO 

: َ�ْ�ِ�َﻓ ،ِءﺎَﺑَ�ُﻐْ�ِﻟ ﻰَﺑْ�ُ� 

: َ��َﺳ َو ِ�ْ�َ�َﻋ ُ�ا ﻰ��َﺻ ِ�ا ُلْ�ُﺳَر َلﺎَﻗ 

ﻰِﺑَأ 

ْ�َﻋ ٌ�ِ�ْ�ُﻣ ُهاَوَر . ﻰِ��ٌﺳ ْ�ِﻣ ُهْ�ُﺗﺎَﻣَأ ﺎَﻣ َنْ�ُ�ْ�ُﻳ َ�ْﻳِ��ﻟاَو ﻰِ��ٌﺳ ْ�ِﻣ ُسﺎ��ﻟا ُهَ�َ�ْﻓَا ﺎَﻣ َنْ�ُ�ِ�ْ�ُﻳ 

ُ�َ��َﺣ َو ٍفْ�َﻋ ِ�ْﺑ وٍ�ْ�َﻋ ْ�َﻋ �ىِ�ِﻣْ��ﻟاَو َةَ�ْﻳَ�ُه 

“Rasulullah saw. bersabda: “Bahagia bagi orang-orang yang terasing.’ Beliau 

ditanya: ‘Siapakah orang yang terasing itu?’ Beliau menjawab: ‘Orang-orang 

yang memperbaiki sesuatu yang telah dirusak oleh orang dari Sunnahku, dan 

orang-orang yang menghidupkan sesuatu yang telah mereka rusak dari 

Sunnahku.’” (Diriwayatkan oleh Muslim, dai Abu Hurairah dan oleh At-tarmidzi 

dinilai Hasan) 1 

Dalam riwayat lain Rasulullah saw. bersabda: 

ُهاَوَر . ْ�ُﻬ��ِ�ُﻳ ْ�َ��ِﻣ ُ�َ�ْآَا ِ�ْ�َ�ْﻟا ﻰِﻓ ْ�ُﻬُﻀِﻐْ�ُﻳ ْ�َﻣ ٍ�ْ�ِ�َآ ٍسﺎَﻧ َ�ْ�َﺑ َنْ�ُ�ِﻟﺎَﺻ َو َنَْ�ُ�ْ�ِ�َ�ٌﺳﺎَﻧ ُءﺎَﺑَ�ُﻐْﻟا 

6 

وٍ�ْ�َﻋ ِ�ْﺑ ِ�ا ِ�ْ� َﻋ ْ�َﻋ ُ�َ�ْﺣَا 

“Orang-orang yang terasing itu adalah orang yang sedikit, dan saleh-saleh 

diantara orang banyak; Orang yang membenci mereka dalam masyarakat lebih 

banyak daripada yang mencintainya” (Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah 

bin Amru) 2 

1 Abubakar Muhammad, Hadits Tarbawi III (Surabaya: Penerbit Karya Abditama, 1997), hlm.iv-v 

2 Ibid, hlm. v

Dr. H. Nur Ali, M. Pd.I 

Dosen Fakultas Tarbiyah 

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 

NOTA DINAS PEMBIMBING 

Hal : Skripsi Syifa’ Nudiyah Malang, 3 April 2009 

Lam. : 5 Eksemplar 

Kepada Yth. 

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MAlang 

di 

Malang 

Assalamu’alaikum Wr. Wb. 

Sesudah beberapa kali melakukan bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun 

teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: 

Nama : Syifa’ Nudiyah 

NIM : 05110086 

Jurusan : Pendidikan Agama Islam 

Judul Skripsi : Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dalam 

Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN Bangil 

maka selaku Pembimbing, penulis berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak 

diajukan untuk diujikan. 

Demikian, mohon dimaklumi adanya 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. 

Pembimbing, 

Dr. H. Nur Ali, M. Pd.I 

NIP. 150 289 265 

7

SURAT PERNYATAAN 

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang 

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, 

dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang 

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu 

dalam naskah ini dan disebutkan daftar rujukan. 

Malang, 06 April 2009 


8

KATA PENGANTAR 

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang 

telah melimpahkan segala Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis 

mampu melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan 

tepat waktu. 

Shalawat serta salam penulis haturkan keharibaan pendidik yang paling 

mulia, guru sekalian umat Islam, Muhammad Rasulullah saw., serta para sahabat, 

tabi’in dan orang-orang yang senantiasa berjalan dalam risalah-Nya. 

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih teriring do’a 

kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar 

terselesaikannya skripsi ini, khususnya penulis sampaikan terima kasih kepada 

yang terhormat: 

1. Umi –Khadijah, Abi –Nuh Habsyi, Amati Gamar, kakakku tercinta 

Maimunah, adik-adikku tersayang, Mohammad, Umamah, dan si kecil Noor 

Fathimah yang selalu menjadi motivator terbesar dalam hidupku. Juga kepada 

Muhammad Bagir yang selalu mengingatkanku untuk selalu konsisten. 

2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Malang, yang telah banyak 

memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga. 

3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony selaku Dekan Fakultas Tarbiyah 

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 

4. Bapak M. Padil M.Pd selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas 

Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. 

5. Dr. H. Nur Ali, M. Pd. I selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah 

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skrisi. 

6. Bapak Drs. H. M. Su’udy Shiddieq, M. Pd. I selaku Kepala MAN Bangil yang 

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di MAN 

Bangil, juga atas pemberian informasi yang peneliti butuhkan. 

7. Bapak Drs. M. Faridhon selaku wakamad sarana prasarana, Bapak Bustanul 

Arifin, M. Pd selaku wakamad kesiswaan, Bapak Drs. Abu Nasir, M. Ag 

9

selaku wakamad kurikulum, Bapak Drs. A. Munasib Syihab, M. A selaku 

wakamad humas, Bapak Anang Fauzi, S.H selaku kepala tata usaha dan Ibu 

Alwiya, S. Ag selaku tenaga pengajar yang telah memberikan begitu banyak 

informasi yang sangat peneliti butuhkan 

8. Bapak dan Ibu guru/karyawan MAN Bangil yang telah menerima kehadiran 

peneliti. 

9. Bepak/Ibu guru dan dosenku, yang telah memberikan ilmunya kepadaku. 

10. Kepada Al-Ikhwan dan Ami Muchsin Shatri dan juga Ami Salim Al-Idrus 

yang telah memberikan dukungan selama Syifa’ kuliah. 

11. Saudara-saudara se-hati, meski tak se-darah, Linda Ayu Norna Sari, Nur’aini, 

dan Eni Sulisni. Terima kasih 

12. Kerabatku, Dang, Ning Nurim, Ning Nina. Gus dan Ning LKP2M yang telah 

mengajariku terlalu banyak hal untuk dapat disebutkan. 

13. Teman-teman yang tidak mungkin dapat dilupakan: Ulul, Miftah, Elok, 

Meila, Junnah, Nawirah, Zainah. Dan teman-teman semua yang tidak sempat 

penulis sebutkan. 

Semoga Allah swt. akan selalu melimpahkan rahmat dan balasan yang 

tiada tara kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya 

Skripsi ini. Penulis hanya bisa mendo’akan semoga amal ibadahnya diterima oleh 

Allah swt. sebagai amal yang mulia. 

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Skripsi ini 

masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, walaupun penulis sudah berusaha 

semaksimal mungkin untuk membuat yang terbaik. Untuk itu dengan segala 

kerendahan hati dan dengan tangan terbuka penulis mengharapkan adanya kritik 

dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca skripsi ini. 

Akhirnya dengan harapan mudah-mudahan penyusunan skripsi yang 

sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. 

Penulis, 

10

Lampiran 1 : Bukti Konsultasi 

Lampiran 2 : Profil MAN Bangil 

Lampiran 3 : Data Ketenagaan 

DAFTAR LAMPIRAN 

Lampiran 4 : Rekapitulasi Hasil Kelulusan UAN 

Lampiran 5 : Renstra 008-2012 

Lampiran 6 : Visi-Misi dan Program Kerja MAN Bangil Tahun ke II 2004- 

20005 

Lampiran 7 : Program Kerja MAN Bangil 2008-2009 

Lampiran 8 : Laporan Inventaris Barang Tahun 2008 MAN Bangil 

Lampiran 9 : Laporan Utama, “Upaya Menggapai Prestasi”, Majalah KreAtif, 

Edisi 1 Th. I, Mei 2005. 

Lampiran 10 : Laporan Utama, “Perintis dan Sejarah MAN Bangil”, Majalah 

KreAtif, Edisi 2 Th.I I, Mei 2006. 

Lampiran 11 : Pedoman Wawancara 

Lampiran 12 : Pedoman Dokumentasi 

Lampiran 13 : Pedoman Observasi 

Lampiran 14 : Foto 

11

DAFTAR TABEL 

TABEL.1 Keadaan Tenaga Pendidik MAN Bangil 

TABEL.2 Keadaan Tenaga Administrasi/TU dan Karyawan di MAN Bangil 

TABEL.3 Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2008/2009 

TABEL.4 Rekapitulasi Hasil Kelulusan Ujian Nasional MAN Bangil 

TABEL.5 Data Lulusan Tahun Ajaran 2007/2008 

TABEL.6 Rencana Stratjik (RENSTRA) Madrasah Aliyah Negeri Bangil 

Kabupaten Pasuruan Tahun 2008-2012 (5 tahun ke depan-jangka 

menengah) 

TABEL.7 Program Kerja Bidang Sarana / Prasaranaman Bangil Tahun 2008 – 

2009 

TABEL.8 RIPM MAN Bangil 2003-2007 

12

DAFTAR GAMBAR 

Gambar.1 : Peta Komponen Pendidikan sebagai Sistem 

Gambar.2 : Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah 

Gambar.3 : Penggunaan Sarana LCD Proyektor 

Gambar.4 : Siswa Merespon Stimulus dari Guru 

Gambar.5 : Alur Penyusunan Perencanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana 

Pembelajaran di MAN Bangil 

Gambar.6 : Alur Pelaksanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana 


Gambar.7 : Alur evaluasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembelajaran di 

MAN Bangil 

13

DAFTAR ISI 

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i 

HALAMAN PENGAJUANs..........................................................................ii 

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................iii 

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................iv 

HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................v 

HALAMAN MOTTO ....................................................................................vi 

HALAMAN NOTA DINAS...........................................................................vii 

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................viii 

KATA PENGANTAR....................................................................................ix 

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xi 

DAFTAR TABEL ..........................................................................................xii 

DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiii 

DAFTAR ISI ..................................................................................................xiv 

ABSTRAK......................................................................................................xvii 

BAB I : PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1 

B. Rumusan Masalah......................................................................................9 

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................9 

D. Manfaat Penelitian .....................................................................................10 

E. Ruang Lingkup Pembahasan ......................................................................11 

F. Sistematika Pembahasan ............................................................................12 

BAB II : KAJIAN TEORI 

A. Kepemimpinan Kepala Madrasah 

1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah........................................15 

2. Syarat-syarat Kepala Madrasah ............................................................18 

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan..............................21 

14

4. Fungsi dan Tugas Kepala Madrasah .....................................................24 

B. Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pembelajaran ....................................25 

2. Macam-macam Sarana dan Prasarana Pembelajaran.............................27 

3. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran ....................................32 

4. Peran Sarana dan Prasarana Pembelajaran dalam Meningkatkan 

Mutu Pendidikan..................................................................................34 

C. Mutu Pendidikan 

1. Pengertian Mutu Pendidikan.................................................................35 

2. Hakikat Mutu dalam Pendidikan...........................................................38 

3. Karakteristik Mutu ...............................................................................42 

4. Manfaat Mutu bagi Pendidikan.............................................................43 

5. Mutu Pendidikan dalam Perspektif Islam..............................................44 

D. Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dalam Mengembangkan 

Sarana dan Prasarana Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu 

Pendidikan 

1. Standar Kepala Sekolah atau Madrasah ................................................50 

2. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembelajaran .............................57 

BAB III : METODE PENELITIAN 

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................67 

B. Lokasi Penelitian........................................................................................69 

C. Kehadiran Peneliti......................................................................................70 

D. Sumber Data ..............................................................................................71 

E. Tehnik Pengumpulan Data .........................................................................73 

15

F. Analisa Data ..............................................................................................76 

G. Pengecekan Keabsahan Temuan.................................................................77 

BAB IV : HASIL PENELITIAN 

A. Kondisi Lokasi 

1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN Bangil..............................................81 

2. Visi, Misi dan Tujuan MAN Bangil......................................................85 

3. Struktur organisasi MAN Bangil ..........................................................89 

4. Keadaan Personel MAN Bangil............................................................90 

5. Keadaan siswa-siswi MAN Bangil .......................................................91 

6. Keadaan Sarana dan Prasarana MAN Bangil ........................................94 

B. Paparan Hasil Penelitian 

1. Perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran oleh 

kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN 

Bangil ..................................................................................................95 

2. Pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran oleh 

kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN 

Bangil ..................................................................................................110 

3. Pengevaluasian pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

oleh kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN 

Bangil ..................................................................................................117 

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN......................................129 

BAB VI : PENUTUP 

A. Kesimpulan...............................................................................................141 

B. Saran-saran ..............................................................................................143 

DAFTAR PUSTAKA 

LAMPIRAN-LAMPIRAN 

16

ABSTRAK 

Syifa’ Nudiyah, 2009. Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah 

dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pembelajaran untuk 

Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN Bangil. Skripsi, Jurusan 

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri 

(UIN) Malang. Dr. H. Nur Ali, M.Pd.I. 

Kata Kunci: Mutu Pendidikan, Kompetensi Manajerial, Sarana dan Prasarana 

Pembelajaran 

Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam 

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Kepemilikan atas sumber daya 

manusia yang berkualitas telah menjadi sebuah keharusan bagi Negara yang 

menginginkan rakyatnya dapat menghadapi persaingan global dunia. Atas dasar 

itulah, maka pemerintah, melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang 

Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah menetapkan desentralisasi pendidikan 

sebagai sebuah solusi untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. 

Terkait dengan desentralisasi pendidikan inilah, peran komponen 

pendidikan –terutama kepala madrasah- menjadi semakin penting. Kepala 

madrasah selaku motor penggerak pembelajaran di madrasah, diharapkan 

memiliki berbagai macam kualifikasi dan kompetensi sebagai kepala madrasah 

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permen Diknan No. 13 Tahun 2007. 

Komponen pendidikan lainnya yang juga sangat penting dalam jalannya 

pembelajaran adalah sarana dan prasarana pembelajaran. Sehubungan dengan hal 

ini, maka kepala madrasah haruslah memiliki kompetensi manajerial dalam 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. Hal ini penting sebab dengan 

komptensi manajerial yang dimiliki oleh kepala madrasah, maka proses 

pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan mutu pendidikan pun akan 

meningkat. 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perencanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran oleh kepala madrasah untuk 

meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil, untuk mengetahui pelaksanaan 


meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil, dan untuk mengetahui evaluasi 


meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil. 

Penelitian yang penulis lakukan adalah termasuk penelitian deskriptif 

kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode 

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun informan dalam penelitian ini 

adalah kepala MAN Bangil, wakamad bidang sarana dan prasarana, wakamad 

bidang kurikulum, wakamad bidang kesiswaan, wakamad bidang humas, dan satu 

orang guru. Sedangkan untuk menganalisis data menggunakan teknis analisis 

deskriptif kualitatif. proses analisis data kualitatif lebih menekankan pada 

pendeskripsian secara naratif berbagai pola yang tersusun dari data yang telah 

17

peneliti kumpulkan. Namun demikian, sebelum data tersebut disampaikan kepada 

orang atau lembaga lain dalan format laporan, maka peneliti perlu untuk 

mengorganisasikan dan memilah-milah, serta mensintesiskan. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran sangatlah penting untuk melibatkan berbagai 

pihak. Sedangkan perencanaan pembelajaran dilakukan dengan jalan menyusun 

draft yang dilakukan oleh pihak sekolah. Selanjutnya draft itu disampaikan kepada 

pengurus komite madrasah untuk mendapatkan persetujuan komite madrasah. 

Selanjutnya, dalam pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran, MAN Bangil melibatkan peran serta komite madrasah, kepala 

madrasah, wakamad bidang sarana dan prasarana, kepala urusan tata usaha, juga 

wakamad bidang kurikulum, kesiswaan dan humas, guru dan wali murid. Adapun 

pelaksanaannya dilakukan dengan mengajukan kepada pengurus komite 

madrasah. Kemudian bendaharan komite membuat nota persetujuan untuk 

ditandatangani oleh ketua komite madrasah, sehingga pelaksanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran dapat dilakukan. Dan berikutnya adalah 

evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil 

melibatkan kepala madrasah, wakil kepala bidang sarana dan prasarana, wakil 

kepala bidang kurikulum, wakil kepala bidang kesiswaan, wakil kepala bidang 

humas, guru, juga pengurus komite. Adapun cara yang dilakukan dalam evaluasi 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan melalui evaluasi 

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Saat tujuan pembelajaran tidak tercapai, 

maka dilihat kekurangan apa yang ada dari segi sarana dan prasarana 

pembelajaran, serta program pengembangan sarana dan prasarana apakah yang 

tidak berjalan. Kekurangan ini kemudian dilaporkan dalam rapat dinas. Dan 

selanjutnya, laporan itu dievaluasi dalam rapat koordinasi. Pada rapat inilah 

dibahas solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran. Untuk kemudian dijadikan dasar dalam 

perencanaan berikutnya. 

18

B. Latar Belakang Masalah 

BAB I 

PENDAHULUAN 

Dalam era globalisasi sekarang ini, manusia seolah telah menjadi satu 

komunitas yang saling mempengaruhi. Sehingga menurut Mudjia, ada empat 

konsekuensi yang harus diterima sebagai bagian dari masyarakat global, yaitu: 

Pertama, persaingan antar negara dan organisasi dalam 

merebut pasar yang semakin tajam. Kedua, usaha untuk 

menghasilkan kinerja dan kualitas produk jasa yang berkualitas 

menjadi semakin tinggi. Ketiga, tuntutan yang tinggi dari 

berbagai macam organisasi terhadap sumber daya manusia 

yang berkualitas. Keempat, terkait dengan poin ketiga, maka 

setiap organisasi dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber 

daya manusia melalui berbagai program pengembangan. 3 

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya 

manusia Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 

“Pendidikan yang dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik 

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya 

kepribadian yang utama,” 4 diharapkan akan mampu mempersiapkan generasi 

bangsa untuk menghadapi persaingan antar negara. 

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dilakukan dengan 

menetapkan kebijakan desentralisasi dalam dunia pendidikan. “Desentralisasi 

pendidikan adalah upaya penyerahan wewenang penyelenggaraan pendidikan 

3 Mudjia Raharjo, Horizon Baru Pengemangan Pendidikan Isalm (Upaya Merespon Dinamika 

masyarakat Global): UIN di Tengah Perubahan Global, Cet I, (Malang : UIN-Press, 2004), Hlm. 

136. 

4 Zuhairini dan Abd. Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: Fak. 

Tarbiyah dan UM Press, 2004), Hlm. 1. 

19

kepada pihak madrasah untuk melaksanakan pendidikan.” 5 Pelaksanaan 

desentralisasi pendidikan berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Undang-Undang tersebut 

dijelaskan, bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan prinsip 

Manajemen Berbasis Madrasah. Undang-Undang ini sebenarnya adalah usaha 

memandirikan masyarakat madrasah untuk mengelola keorganisasiannya sendiri. 

Usaha pengembangan madrasah berdasarkan Manajemen Berbasis 

Madrasah sepenuhnya dilakukan oleh pihak madrasah, tentu saja dengan peran 

serta berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat, termasuk orang tua 

siswa. Di sisi lain, dalam menjalankan Manajemen Berbasis Madrasah “kepala 

madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan 

dalam meningkatkan kualitas pendidikan.” 6 Mutu kepala madrasah sangatlah 

berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan sekolah, seperti disiplin 

madrasah dan iklim budaya madrasah. Sehingga dapat dipahami bahwa kepala 

madrasah bertanggung jawab terhadap manajemen pendidikan secara mikro, yaitu 

yang terkait dengan proses belajar mengajar di madrasah. 

Terkait dengan tanggung jawab kepala madrasah itu, maka pemerintah – 

melalui Permen No.13 Tahun 2007- menerbitkan peraturan mengenai Standar 

Kepala Sekolah atau Madrasah yang berlaku secara nasional. Adanya standar ini 

diharapkan dapat menjadi patokan dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah 

maupun madrasah. setidaknya ada dua macam standar yang harus dipenuhi oleh 

5 

Anisah, “Peran Komite Madrasah dalam Pengembangan Madrasah Tsanawiyah Negeri Blitar,” 

el-hikmah, 1 (Juli, 2007), Hlm. 119 

6 

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK 

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Hlm. 24. 

20

kepala madrasah, yaitu standar kualifikasi dan standar kompetensi. Standar 

kualifikasi merupakan standar umum yang harus dimiliki oleh seseorang untuk 

dapat menjadi seorang kepala madrasah. Sedangkan standar kompetensi lebih 

kepada kemampuan-kemampuan dasar yang juga sangat penting bagi kepala 

madrasah dalam menjalankan tugasnya mengelola madrasah. 

Salah satu standar kompetensi yang terkait dengan pengembangan sarana 

dan prasarana pembelajaran adalah kompetensi kepala madrasah dalam 

“mengelola sarana dan prasarana sekolah atau madrasah dalam rangka 

pendayagunaan secara optimal.” Kompetensi pengelolaan sarana dan prasarana ini 

sangat penting untuk dimiliki. Tanpa adanya kompetensi ini, maka pengembangan 

madrasah tidak akan dapat berjalan secara optimal. 

Namun demikian, masih ada berbagai macam permasalahan terkait dengan 

mutu yang selama ini dihadapi oleh dunia pendidikan. Menurut Nana Syaodin, 

dkk dalam “Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, Prinsip, 

dan Instrumen”, diantara mutu yang terkait dalam pendidikan adalah: mutu 

lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu 

profesionalisme dan kinerja guru. 7 Selanjutnya, ia juga mengungkapkan bahwa: 

Permasalahan mutu dalam pendidikan ini, sangat terkait 

dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, 

keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, 

media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, 

lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang 

terkait dengan pendidikan. 8 

7 Nana Syaodin Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, 

Prinsip, dan Istrumen (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hlm. 8. 

8 Ibid. 

21

Kesemuanya itu merupakan komponen pendidikan yang akan sangat 

mempengaruhi hasil pendidikan. Saat mutu dari komponen-komponen pendidikan 

ini rendah, maka akan berdampak pada rendahnya mutu lulusan, begitu pula 

sebaliknya. Rendahnya mutu lulusan akan berdampak pada kelasngsungan hidup 

siswa itu sendiri dan masyarakat sekitarnya. 

Saat mutu lulusan rendah, maka lulusan akan menghadapi berbagai 

permasalahan. Mulai dari tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang 

lebih tinggi. Kalaupun dapat melanjutkan ke jenjeng pendidikan yang lebih tinggi, 

lulusan tidak dapat menyelesaikan pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi 

itu. Berikutnya, lulusan juga tidak dapat diterima bekerja, tidak dapat mengikuti 

perkembangan jaman, juga tidak produktif. Komponen masyarakat yang tidak 

produktif, kerap kali menjadi beban bagi masyarkat, baik dari biaya kehidupan 

maupun kesejahteraan masyarakat. Bahkan lulusan yang bermutu rendah, 

mungkin menjadi warga masyarakat yang tersisihkan. Saat itu terjadi, maka 

kecenderungan untuk melakukan tindakan kriminalitas sangatlah besar. 

Terkait dengan hal itu, maka peningkatan mutu pendidikan harus 

dilakukan. Salah satu cara peningkatan mutu pendidikan adalah dengan 

pengembangan madrasah. “Pengembangan madrasah –menurut Muhaimin- 

merupakan suatu upaya perbaikan seluruh sistem pendidikan madrasah sebagai 

konsekuensi dari identitasnya sebagai sekolah umum yang berciri khas agama 

22

Islam, terutama ketika dihadapkan kepada kebijakan pembangunan nasional di 

bidang pendidikan. 9 

Perbaikan dilakukan pada semua bidang pendidikan yang ada di 

madrasah, baik pada bidang ketenagaan, kesiswaan, kurikulum, keuangan, 

hubungan masyarakat, dan yang tidak kalah penting adalah perbaikan pada bidang 

sarana dan prasarana pendidikan. Menurut Diryanto, “Sarana adalah alat langsung 

untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan prasarana adalah alat tidak 

langsung untuk mencapai tujuan pendidikan.” 10 Keduanya merupakan komponen 

pendidikan yang harus difungsikan semaksimal mungkin guna mencapai tujuan 

pendidikan. 

Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan sangatlah penting untuk 

dilakukan, sebab sarana dan prasarana pendidikan juga merupakan alat dan 

fasilitas yang akan memperlancar upaya peningkatan kualitas pendidikan. Dalam 

meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, kepala madrasah memegang 

peranan yang sangat penting. Dalam Pasal 12 ayat (1) PP 28 tahun 1990 

dinyatakan bahwa: “Kepala madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan 

kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan 

lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.” 

Berdasarkan PP 28 tahun 1990 tersebut, maka kepala madrasah berkewajiban 

untuk mendayagunakan dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan. 

Pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan melalui 

satuan sistem yang disebut dengan manajemen sarana dan prasarana pendidikan. 

9 

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Hlm. 

175. 

10 

Diryanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), Hlm. 51. 

23

Melalui manajemen sarana dan prasarana pendidikan inilah, proses 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dapat dilakukan secara 

sistematis dan terarah, serta fakos pada tujuan yang telah ditetapkan. Saat 

manajemen sarana dan prasarana dilakukan secara baik, maka mutu pendidikan 

dapat meningkat seiring dengan peningkatan mutu pada komponen pendidikan 

lainnya. 

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nur 

Masriyah dengan judul “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam 

Meningkatkan Mutu Pedidikan Agama Islam di MAN Malang I”, dapat dipahami 

bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan adanya sarana dan 

prasarana pendidikan yang cukup lengkap dan memadai. Dengan adanya sarana 

dan prasarana pendidikan yang cukup lengkap, proses belajar mengajar dapat 

berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. 11 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Masriyah tersebut, dapat 

diketahui dengan jelas bahwa: 

“… dengan sarana dan prasarana yang memadai dan juga dengan 

proses menajemen yang profesional, maka hasilnya pun akan 

maksimal dan memuaskan, proses belajar mengajar dapat 

berjalan dengan lancar dan mutu pendidikan –dalam penelitian 

ini adalah pendidikan agama Islam- mengalami peningkatan 

yang cukup signifikan antara lain kompetisi siswa lebih 

meningkat, siswa lebih siap dan konsentrasi dalam menerima 

pelajaran, nilai siswa lebih meningkat, dan pengajaran dapat 

dilakukan kapan dan dimana saja sehingga tujuan (standar 

kompetensi) yang telah diformulasikan oleh pakar pendidikan 

dalam kegiatan belajar mengajar dapat tercapai.” 12 

11 Nur Masriyah, “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu 

Pedidikan Agama Islam di MAN Malang I”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2006, Hlm. 

88 

12 Ibid, Hlm. 104. 

24

Namun demikian, dalam melaksanakan manajemen sarana dan prasarana 

pendidikan, perlu adanya seorang pimpinan. Pimpinan inilah yang kemudian 

mengarahkan dan membimbing anggotanya untuk melaksanakan pengembangan 

saran dan prasarana pembelajaran. Terletak pada kepala madrasah inilah tanggung 

jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menciptakan proses 

pembelajaran yang kondusif, salah satunya dengan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran, seorang kepala madrasah harus memenuhi salah satu 

kompetensi dari enam belas kompetensi dalam dimensi kompetensi manajerial, 

yaitu kompetensi dalam “mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah 

dalam rangka pendayagunaan secara optimal.” 

Hal itu juga terjadi yang di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil. 

Tuntutan perkembangan madrasah untuk dapat menghasilkan lulusan yang 

mampu menghadapi tatangan kehidupan global, membuat Madrasah Aliyah 

Negeri (MAN) Bangil harus mampu menyediakan pendidikan yang berkualitas. 

Berbagai macam upaya dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan 

di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil. 

Salah satu upaya yang nampak begitu menonjol adalah peningkatan sarana 

dan prasarana pendidikan. Setidaknya dalam tujuh tahun terakhir, Madrasah 

Aliyah Negeri (MAN) Bangil mengalami perkembangan sarana dan prasarana 

pendidikan yang sangat pesat. Mulai dari pemenuhan jumlah kelas, hingga 

perluasan gedung madrasah. Ditambah dengan fasilitas-fasilitas pembelajaran 

lainnya. 

25

Kesemua itu tidak terlepas dari peran Kepala Madrasah Aliyah Negeri 

(MAN) Bangil. Sejak pengangkatannya sebagai Kepala Madrasah Aliyah Negeri 

(MAN) Bangil pada tahun 2002, Kepala Madrasah berupaya untuk meningkatkan 

kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil dengan 

mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran. Pengembangan sarana dan 

prasarana ini telah sampai pada tahap yang menggembirakan. Ketersediaan 

berbagai macam sarana dan prasarana pembelajaran merupakan bentuk 

peningkatan sarana dan prasarana pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 

(MAN) Bangil, guna meingkatkan kualitas pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 

(MAN) Bangil. 

Pengetahuan akan berbagai macam upaya dalam pengembangan sarana 

dan prasarana pembelajaran kiranya perlu dimiliki oleh seluruh praktisi 

pendidikan, terutama yang berkedudukan sebagai pimpinan sebuah lembaga 

pendidikan. Pengetahuan akan macam-macam upaya peningkatan sarana dan 

prasarana pembelajaran, akan dapat digunakan sebagai cerminan untuk dapat 

mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran. Selain pengetahuan akan 

upaya tersebut, kepemilikan atas kompetensi manajerial –khususnya dalam 

pengelolaan sarana dan prasarana pembelajaran- juga hal penting yang harus 

dimiliki oleh kepala madrasah. Tujuan utamanya adalah agar mutu pendidikan 

dapat meningkat, sehingga kualitas sumber daya manusi juga dapat mengalami 

peningkatan. Hal ini akan berdampak pada penyelesaian permasalahan- 

permasalahan hidup yang dihadapi oleh masyarakat secara umumnya dan diri 

siswa pada khususnya. 

26

Berdasarkan fenomena tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini, penulis 

tertarik untuk mengambil judul “Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah 

dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pembelajaran untuk 

Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN Bangil”. 

C. Rumusan Masalah 

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk menjawab 

rumusan masalah sebagai berikut: 

1. Bagaimanakah perencanaan pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran oleh kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan 

di MAN Bangil? 

2. Bagaimanakah pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana 


di MAN Bangil? 

3. Bagaimanakah evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

oleh kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN 

Bangil? 

D. Tujuan Penelitian 

tujuan, yaitu: 

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tiga 

27

1. Untuk mengetahui perencanaan pengembangan sarana dan prasarana 


di MAN Bangil. 

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana 


di MAN Bangil. 

3. Untuk mengetahui evaluasi pengembangan sarana dan prasarana 


di MAN Bangil 

E. Manfaat Penelitian 

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa 

pihak, diantaranya: 

1. Bagi Lembaga 

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksana pendidikan dalam rangka 

meningkatkan kualitas lembaga di masa yang akan datang. 

b. Sebagai bahan masukan bagi pelaksana pendidikan dalam 

meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan. 

2. Bagi MAN Bangil 

a. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan ketika mengembangkan 

sarana dan prasarana pendidikan pada kemudian hari. 

28

. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan 

sarana dan prasarana pendidikan guna mengembangkan lembaga ke 

arah yang lebih baik di masa yang akan datang. 

3. Bagi Peneliti 

a. Sebagai sarana untuk menerapkan pengalaman belajar yang telah 

diperoleh. 

b. Sebagai sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan 

yang telah diperoleh di jenjang perkuliahan. 

c. Merupakan usaha untuk melatih diri dalam memecahkan permasalahan 

yang ada secara kritis, obyektif dan ilmiah –khususnya tentang 

peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. 

F. Ruang Lingkup Penelitian 

Berdasarkan pada identifikasi pemasalahan dalam penelitian ini, maka 

perlu untuk dikemukakan ruang lingkup dalam penelitian ini. Ruang lingkup 

dalam penelitian diperlukan karena keterbatasan waktu yang peneliti miliki. 

Selain itu, ruang lingkup penelitian juga diperlukan agar penelitian yang 

dilakukan dapat lebih terfokuskan sehingga penelitian tidak menjadi terlalu 

melebar dan meluas. Ruang lingkup penelitian ini adalah telaah tentang 

Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Sarana dan 

Prasarana Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN Bangil 

29

Adapun kompetensi manajerial yang dimaksud adalah salah satu dari enam 

belas kompetensi manajerial yang disebutkan dalam Permen No. 13 Tahun 2007. 

Kompetensi ini adalah kompetensi kepala madrasah dalam mengelola sarana dan 

prasarana sekolah atau madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal. 

Dalam pengelolaan sarana dan prasarana, setidaknya ada tiga kegiatan yang harus 

dilakukan oleh kepala madrasaha, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 

Sehingga, dalam penelitian ini, peneliti menitik beratkan kepada bagaimanakah 

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sarana dan prasarana pembelajaran yang 

dilakukan oleh kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN 

Bangil. 

G. Sistematika Pembahasan 

Sistematika pembahasan ini bertujuan agar dapat diperoleh gambaran yang 

mudah dimengerti dan menyeluruh mengenai isi skripsi ini secara umum. Selain 

itu, dengan adanya sistematika pembahasan ini, maka skripsi dapat lebih 

tersistematis dan terarahkan. 

Bab I pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, 

tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika 

pembahasan. 

Bab II kajian pustaka, pada kajian pustaka ini mencakup tentang: 

kepemimpinan kepala madarasah, yang termasuk di dalamnya pengertian 

kepemimpinan kepala madrasah, syarat-syarat kepala madrasah, serta fungsi dan 

tugas kepala madrasah. Selanjutnya membahas mengenai sarana dan prasarana 

30

pembelajaran yang termasuk di dalamnya pengertian sarana dan prasarana 

pembelajaran, macam-macam sarana dan prasarana pembelajaran, serta peran 

sarana dan prasarana pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. 

Pembahasan berikutnya membahas tentang mutu pendidikan yang termasuk di 

dalamnya: pengertian mutu pendidikan, hakikat mutu pendidikan, karakteristik 

mutu, dan manfaat mutu bagi pendidikan. Dan pembahasan terakhir menganai 

kompetensi manajerial kepala madrasah dalam mengembangkan sarana dan 

prasarana pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam 

pembahasan ini terkait dengan standar kepala sekolah atau madrasah dan juga 

mengenai pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. 

Bab III metodologi penelitian, pada bab ini dibahas mengenai metodologi 

penelitian yang digunakan pada penelitian ini, yaitu meliputi: pendekatan dan 

jenis penelitian, lokasi, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data, 

analisis data, dan pengecekan keabsahan data. 

Bab IV hasil penelitian, yaitu bab yang menjelaskan kondisi lokasi, yang 

meliputi: sejarah singkat berdirinya MAN Bangil, visi, misi, dan tujuan MAN 

Bangil, struktur organisasi MAN Bangil, keadaan personil MAN Bangil, keadaan 

siswa-siswi MAN Bangil, dan keadaan sarana dan prasarana MAN Bangil. 

Selanjutnya juga terkait dengan pemaparan hasil penelitian, yang meliputi: 

Perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran oleh kepala 

madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil, pelaksanaan 


meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil, dan evaluasi pengembangan 

31

sarana dan prasarana pembelajaran oleh kepala madrasah untuk meningkatkan 

mutu pendidikan di MAN Bangil 

Bab V pembahasan hasil penelitian, pada bab ini disajikan penemuan- 

penemuan hasil penelitian yang merupakan tujuan dari penelitian ini. 

Bab VI penutup, bab ini adalah bab terakhir. Adapun bagian dari bab ini 

meliputi: kesimpulan dan saran. 

32

E. Kepemimpinan Kepala Madrasah 

BAB II 

KAJIAN PUSTAKA 

1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Madrasah 

Istilah “kepemimpina kepala madrasah” terdiri dari dua bagian kata, yaitu 

“kepemimpinan” dan “kepala madrasah”. Kepemimpinan memiliki sifat yang 

universal yang ada di seluruh aspek kehidupan. Sehingga sebelum membahas 

mengenai kepemimpinan kepala madrasah, terlebih dahulu perlu untuk dipahami 

pengertian kepemimpinan secara umum. 

Tidak sedikiti dari ahli pendidikan yang memberikan penjelasan mengenai 

pengertian kepemimpinan. Adapun pengertian yang diungkapkan oleh beberapa 

ahli, antara lain: 

a. Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, dalam bukunya 

“Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan” bahwa: “Kepemimpinan 

adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian 

rupa hingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.” 13 

b. Menurut Marno dalam tulisannya “Kepemimpinan Pendidikan Islam: 

Kajian Perilaku dan Aktualisasi Nilai-Nilai dalam Kepemimpinan 

Pendidikan” di jurnal al-hikmah bahwa: “Kepemimpinan dipahami sebagai 

13 Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. (Bina 

Aksara, 1984), Hlm. 1. 

33

segala daya dan upaya bersama untuk menggerakkan semua sumber dan 

alat (resources) yang tersedia dalam suatu organisai.” 14 

c. Menurur Soepardi, sebagaimana yang dikutip oleh Dr. E. Mulyasa dalam 

bukunya “Manajemen Berbasis Sekolah” bahwa: 

Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan 

untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, 

mengajak, mengarahkan, menasihati, membimbing, 

menyuruh, memerintah, melarang, bahkan menghukum 

(kalau perlu), serta membina dengan maksud agar 

manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam 

rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan 

efisien. 15 

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, maka kepemimpinan dapat 

diartikan sebagai kemampuan menggerakkan yang memunculkan usaha dan upaya 

dalam bentuk bimbingan dan binaan untuk mencapai tujuan kelompok dengan 

mendayagunakan segala sumber dan alat yang ada. 

Sedangkan pengertian kepala madrasah sendiri, sebagaimana yang 

diungkapkan oleh Muhammad Saroni dalam bukunya “Manajemen Sekolah: Kiat 

Menjadi Pendidik yang Kompeten” bahwa: “Kepala madrasah adalah sosok yang 

diberi kepercayaan dan kewenangan oleh banyak orang (anak buah) untuk 

membawa madrasah ke arah tujuan yang ingin dicapai.” 16 

Wahjosumudjo dalam bukunya “Kepemimpinan Kepala Sekolah” juga 

menggungkapkan bahwa: “Kepala madrasah adalah seorang tenaga fungsional 

14 

Marno, “Kepemimpinan Pendidikan Islam: Kajian Perilaku dan Aktualisasi Nilai-Nilai dalam 

Kepemimpinan Pendidikan,” el-hikmah, 1 (Juli, 2007), Hlm. 66. 

15 

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Cet.X (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 

Hlm. 107. 

16 

Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten (Yogyakarya: 

Ar-ruzz), Hlm. 38. 

34

guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan 

prose belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang 

memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.” 17 

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa kepala 

madrasah adalah seseorang yang diberi wewenang dan kepercayaan untuk 

memimpin suatu madrasah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 

Berdasarkan pengertian kedua kata tersebut, maka kepemimpina kepala 

madrasah adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seorang kepala 

madrasah bertugas untuk memimpin bawahannya dan mendayagunakan semua 

sumber daya yang madrasah miliki untuk mencapai tujuan madrasah itu sendiri. 

Kemudian untuk menjalankan tugasnya itu, maka kepala madrasah harus 

memahami dan menguasai berbagai macam pengetahuan termasuk pengetahuan 

mengenai kepemimpinan, sehingga ia dapat menjalankan tugasnya sebagai 

pemimpin. terkait dengan hal ini, Rosulullahsaw. bersabda: 

��ﻋ ��ﻣ . ِ�ِ��ِﻋَر ْ�َﻋ ٌلْ�ُ�ْ�َﻣ َو ٍعاَر ْ�ُ��ُآَو 

“… Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta 

pertanggungjawaban) dari hal rakyat yang dipimpinnya.” 18 

Sehingga dapat dipahami pula, bahwa kepala madrasah merupakan motor 

penggerak, penentu arah kebijakan madrasah, yang akan menentukan bagaimana 

tujuan-tujuan madrasah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. 19 Hal inilah 

yang kemudian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah adalah 

17 

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Ed. 1, Cet. 3 (Jakarta: PT RajaGrafindo 

Persada. 2002), Hlm. 83. 

18 

An-Nawawi, Terjemah Riyadus Shalihin, Terj. Salim Bahreisj (Bandug: PT Al-Ma’arif), hlm. 

528 

19 E. Mulyasa, Manajemen, Hlm. 126. 

... 

35

kemampuan yang dimiliki seorang kepala madrasah dalam mengarahkan, 

membimbing, dan menggerakkan seluruh komponen pendidikan untuk mencapai 

tujuan pendidikan. Tanpa adanya seorang kepala madrasah atau pula jika kepala 

madrasah yang mendapat tanggung jawab tidak melaksanakan tugasnya dengan 

baik, maka tujuan madrsah sebagai lembaga pendidikan tidak akan tercapai. 

2. Syarat-syarat Kepala Madrasah 

Ada beberapa ahli pendidikan yang mengemukakan tentang syarat kepala 

madrasah. Salah satunya adalah yang diaungkapkan oleh Ngalim Purwanto dan 

Sutadjidjojopranoto dalam bukunya “Administrasi Pendidikan”. Menurut mereka, 

setidaknya ada 5 (lima) syarat-syarat minimal yang harus dimiliki oleh kepala 

madrasah, yaitu: 

a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan peraturan yang telah 

ditetapkan oleh pemerintah. 

b. Mempunyai pengalaman bekerja yang cukup, terutama di 

madrasah yang sejenis dengan madrasah yang dipimpinnya. 

c. Memiliki kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifatsifat 

kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan 

pendidikan. 

d. Mempunyai keahlian dan berpengetahuan yang luas, 

terutama mengenal bidang-bidang pengetahuan dan 

pekerjaan yang diperlukan bagi madrasah yang 

dipimpinnya. 

e. Mempunyai ide atau inisiatif yang baik untuk kemajuan 

dan pengembangan madrasahnya. 20 

Syarat minimal berupa ijazah harus dipenuhi oleh seorang kepala 

madrasah. Alasannya adalah karena dalam memperoleh ijazah tersebut, seorang 

20 M. Ngalim Purwanto dan Sutadjidjojopranoto, Administrasi Pendidikan, Cet. 13 (Jakarta: 

Mutiara Sumber Widya, 1991), Hlm. 79. 

36

kepala madrasah telah melalui proses pembinaan dan pengembangan diri untuk 

siap dan mampu menjai pemimpin pendidikan. Meskipun proses pendidikan calon 

kepala madrasah tidak mutlak menentukan kualita kepemimpinan seorang kepala 

madrasah. Akan tetapi, tanpa adanya ijazah, maka kemmapuan yang dimiliki 

kepala madrasah dapat diragukan oleh bawahannya. 

Persyaratan kedua, selain harus memiliki ijazah yang sesuai dengan 

peraturan pemerintah, seorang kepala madrasah juga harus memiliki pengalaman 

dalam menjalankan kepemimpinannya. Hal ini dikarenakan, pengalaman kerap 

kali menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk dapat mengatasi permasalahan- 

permasalahan yang mungkin muncul di kemudian hari. Pengalaman ini tentu tidak 

dapat ditemukan dalam teori-teori yang calon kepala madrasah dapatkan dalam 

proses pendidikannya untuk memperoleh ijazah. Namun keberadaan pengalaman 

menjadi faktor yang sangat menunjang keberhasilan jalannya sebuah lembaga 

pendidikan –yang dalam hal ini adalah madrasah. 

Selain kedua syarat tersebut, seorang pemimin juga harus memiliki 

kepribadian yang baik, memiliki keahlian dan berpengetahuan luas, juga 

mempunyai inisiatif-inisiatif untuk kemajuan madrasah yang dipimpinnya. Ketiga 

hal ini adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang kepala madrasah. Keperibadian 

yang baik akan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan anggotanya. Hal 

ini akan berdampak pada situasi dan kondisi yang kondusif di dalam madrasah. 

Ini berarti bahwa akan dapat terwujud kelancaran dalam menjalankan tugas dan 

kewajiban bagi setiap warga madrasah. 

37

Selain itu, seorang kepala madrasah juga harus memiliki keahlian dan 

pengetahuan yang luas. Seorang kepala madrasah memperoleh keahlian dan 

pengetahuan tidak hanya pada saat menempuh proses dalam memperoleh ijazah, 

namun hal itu dapat diperoleh dari membaca buku, majalan, Koran, maupun 

mengikuti pelatihan-pelatihan kependidikan tertentu. Dengan bekal keahlian dan 

pengetahuan ini, seorang kepala madrasah diharapkan akan mampu memimpin 

anggotanya sehingga madrasah dapat mengalami perkembangan yang baik. Selain 

itu, keahlian dan pengetahuan itu juga dapat digunakan sebagai referensi dalam 

mengatasi berbagai permasalahan yang muncul. 

Kemudian, seorang kepala madrasah juga harus mampu memunculkan 

inisiatif-inisitif tertentu. Maskipun tidak semua inisitif yang muncul haruslah 

hanya bersumber dari kepala madrasah, akan tetapi dengan adanya inisitif dari 

kepala madrasah ini, diharapkan warga madrasah menjadi terdorong untuk dapat 

memunculkan ide-ide baru yang dapat didayagunakan untuk kemajuan pendidikan 

di madrasah. 

Kepala Madrasah juga harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan 

kelompok yang dipimpinnya. Kelebihan ini akan mampu memunculkan 

penghargaan dari bawahan kepada kepala madrasah. Dan ini akan berpengaruh 

pada sikap bawahan kepada kepala madrasah. Oleh karena itu, menurut Sudarwan 

Danim, seseorang yang menjalankan fungsi kepemimpinan setidaknya harus 

memenuhi dua belas persyaratan. Persyaratan ini merupakan pelengkap dari 

persyaratan yang diajukan oleh Ngalim Purwanto dan Sutadjidjojopranoto. 

Adapu persyaratan ini adalah sebagai berikut: 

38

a. Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 

b. Memiliki intelegensi yang tinggi 

c. Memiliki fisik yang kuat 

d. Berpengetahuan luas 

e. Percaya diri 

f. Dapat menjadi anggota kelompok 

g. Adil dan bijaksana 

h. Tegas dan berinisiatif 

i. Berkapasitas membuat keputusan 

j. Memiliki kestabilan emosi 

k. Sehat jasmani dan rohani 

l. Bersifat prospektif. 21 

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan 

Ada beberapa faktor yang secara dominan mempengaruhi perilaku seorang 

pemimpin, yaitu: 

a. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki 

b. Jenis pekerjaan atau lembaga yang ia pimpin 

c. Sifat-sifat kepribadian pemimpin 

d. Sifat-sifat kepribadian bawahan 

e. Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin. 22 

Adapun penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku 

seorang pemimpin dalam memimpin jalannya sebuah organisasi adalah, bagai 

berikut: 

a. Keahlian dan pengetahuan yang dimiliki 

Yang dimaksud dengan keahlian dan pengetahuan yang dimiliki ini 

adalah latar belakang pendidikan, pengalaman kerja sebagai seorang 

pemimpin, serta usaha yang ia lakukan untuk menambah pengetahuan tentang 

kepemimpinan yang ia lakukan selama ia menjabat. 

21 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik 

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Hlm. 205. 

22 Drs. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet 13 (Bandung: PT 

Remaja Rosdakarya, 2006), Hlm. 59. 

39

Faktor ini sangat mempengaruhi bagaimana kepala madrasah 

mengambil keputusan saat menghadapi berbagai macam perubahan yang 

terjadi di sekitar dunia pendidikan. Selain itu dengan keahlian dan 

pengetahuan yang memadai, maka kepala madrasah akan dapat mengetahui 

letak kekurangan yang ada di madrasah yang ia pimpin, sehingga ia akan 

dapat melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. 

b. Jenis pekerjaan atau lembaga yang ia pimpin 

Setiap organisasi yang berbeda jenis dan tujuannya, mengharuskan 

cara-cara pencapaian yang berbeda pula.sehingga sangatlah wajar jika perilaku 

kepemimpinan pada setiap organisai akan berbeda satu dengan yang lainnya. 

Perilaku kepemimpinan organisasi pekerjaan akan berbeda dengan 

organisasi pendidikan. Bahkan pada lingkup yang lebih sempit, perilaku 

kepemimpinan kepala madrasah, akan berbeda dengan perilaku kepemimpinan 

kepala sekolah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis dan tujuan, sehingga 

cara pencapaiannya pun juga berbeda. 

c. Sifat-sifat kepribadian pemimpin 

Secara psikologis, setiap manusia memiliki sifat, watak, dan karakter 

yang berbeda-beda. Ketiganya tentu saja memberikan pengaruh pada setiap 

perilaku yang muncul. Begitu pula sifat-sifat kepribadian kepemimpinan akan 

mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh pemimpin. 

40

d. Sifat-sifat kepribadian bawahan 

Menurut Arifin Abdurrachman, sebagaimana yang dikutip oleh 

Ngalim, bahwa ada 5 (lima) macam kepengikutan, yaitu: 

1) Kepengikutan karena naluri dan nafsu 

2) Kepengikutan karena tradisi dan adat 

3) Kepengikutan karena agama dan budi nurani 

4) Kepengikutan karena rasio 

5) Kepengikutan karena peraturan hukum. 23 

Kelima macam kepengikutan tersebut akan mempengaruhi bagaimana 

bawahan menyikapi dan melaksanakan tugasnya. Sebagai contoh, seorang 

bawahan yang dalam kepengikutannya berdasarkan pada rasio, maka akan 

bersikap berbeda jika dibandingkan dengan bawahan yang kepengikutannya 

berdasarkan pada tradisi dan adat. Pada kepengikutan karena rasio, seorang 

bawahan akan memikirkan matang-matang tidakan yang diusulkan oleh 

pimpinan. Saat tindakan tersebut dejalan dengan rasionya, maka ia akan 

menyetujui dan melaksanakan instruksi dari pinpinan. 

Hal ini berbeda dengan kepengikutan karena tradisi dan adat. Bawahan 

lebih cenderung untuk menyesuaikan dan menyelaraskan dengan tradisi dan 

adat yang telah ada. Bawahan dapat menolak kentah-mentah tidakan yang 

diusulkan atau diinstruksikan oleh atasan, saat ternyata usulan tersebut 

bertentengan dengan tradisi dan adat, begitu pula sebaliknya. 

23 Ibid, Hlm. 60. 

41

e. Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin 

Diakui ataupun tidak, kekuatan yang dimiliki oleh seorang pemimpin, 

akan dapat mempengaruhi sikap bawahannya. Saat seorang pemimpin 

memiliki otoritas tertentu, maka bawahan tidak akan berani melakukan hal 

yang tertentangan dengan instruksi pimpinan. Selain itu, dasar hukum 

kepemimpinan seorang pemimpin haruslah jelas. Misalkan seorang kepala 

madrasah diangkat oleh pihak yayasan, maupun oleh departemen yang berada 

di atas madrasah, maka guru dan karyawan akan menghormati dan mentaati 

keputusan yang diambil oleh pimpinan atau kepala madrasah. 

4. Fungsi dan Tugas Kepala Madrasah 

Pengelolaan dan pembinaan madrasah, dilakukan melalui kegiatan 

administrasi, manajemen, dan kepemimpinan. Ketiga hal tersebut sangat 

tergantung pada kemampuan kepala madrasah. Dalam praktik sehari-hari di 

madrasah, fungsi kepala madrasah tersebut sulit untuk dibeda-bedakan dan 

dipisah-pisahkan. Sehingga, untuk dapat memahami fungsi dan peran kepala 

madrasah, maka perlu diketahui tugas-tugas pokok kepala madrasah. 

Hadari Nawawi dalam “Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai 

Lembaga Pendidikan” mengungkapkan tugas-tugas kepala madrasah mencakup 7 

(tujuh) bidang, yaitu: 

a. Bidang Akademik 

b. Bidang Ketatausahaan dan Keuangan Madrasah 

c. Bidang Kesiswaan 

d. Bidang Kepegawaian 

e. Bidang Gedung dan Perlengkapan Madrasah 

f. Bidang Peralatan Pelajaran 

42

g. Bidang Hubungan Madrasah dan Masyarakat. 24 

Jika dihubungkan dengan fungsi kepala madrasah sebagai administrator, 

maka kepala madrasah harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam 

merencanakan, mengorganisasikan, dan mengawasi ketujuh bidang yang menjadi 

tanggung jawabnya itu. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, kepala 

madrasah harus mampu melakukan pembagian dan pembidangan kerja dengan 

membentuk unit-unit. Proses ini merupakan kegiatan manajerial. Selanjutnya, saat 

kegiatan telah berlangsung, Kepala Madrasah berkewajiban menggerakkan setiap 

personal agar bersedia dan bersungguh-sungguh melaksanakan tugas masing- 

masing –yang merupakan tugas kepemimpinan. 

F. Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

5. Pengertian Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

Manajemen perlengkapan sekolah merupakan salah satu bagian kajian 

dalam administrasi sekolah (school administration), atau administrasi pendidikan 

(educational administration) dan sekaligus menjadi bidang garapan kepala 

sekolah selaku administrator sekolah. Manajemen perlengkapan sekolah dapat 

didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan 

pendidikan secara efektif dan efisien. 25 

Menurut Ibrahim Bafadal perlengkapan sekolah dapat dikelompokkan 

menjadi 2 (dua), yaitu: a. sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana pendidikan 

24 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, Cet. 

3 (Jakarta: Haji Masagung, 1989), Hlm. 91. 

25 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Bumi 

Aksara, 2003), Hlm.2. 

43

adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan 

menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar-mengajar. 26 Hal ini 

senada dengan yang diungkapkan oleh Ibrahim afadal bahwa, “sarana adalah 

semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan 

dalam proses pendidikan di sekolah.” 27 Adapun prasarana pendidikan adalah 

fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau 

pengajaran. 28 

Sarana dan prasarana pendidikan juga dikatakan sebagai faktor 

pendidikan. Faktor pendidikan, menurut Amir Daien Indrakusuma adalah: “Hal- 

hal atau keadaan-keadaan yang ikut serta menentukan pada berhasilnya 

pendidikan.” 29 

Selain dari pada itu, M. Hafi Anshari dalam “Pengantar Ilmu Pendidikan” 

menggunakan istilah perlengkapan pendidikan untuk mendefinisikan sarana dan 

prasarana pendidikan. Menurut M. Hafi Anshari, perlengkapan pendidikan adalah 

“Benda-benda yang nyata dan atau konkrit yang dipentingkan di dalam 

pelaksanaan pendidikan dikatakan sebagai perlengkapan pendidikan.” 30 

Ketiga pengertian tersebut tidaklah saling bertentangan satu dengan yang 

lainnya, namun saling melengkapi. Baik sarana maupun prasarana adalah 

peralatan, perlengkapan dan fasilitas yang mendukung pelaksanaan pendidikan. 

Hal yang membedakan hanyalah pada kedudukan sarana sebagai peralatan yang 

26 

Mulyasa, Op. Cit, Hlm. 49. 

27 

Ibrahim Bafadal, Op. Cit, Hlm.2 

28 

Mulyasa, Op. Cit, Hlm. 49. 

29 

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 

Hlm.137. 

30 

M. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Hlm. 55. 

44

secara langsung bersentuhan dengan proses pembelajaran, sedangkan prasarana 

adalah fasilitas pendukung yang tidak secara langsung bersentuhan dengan proses 

pembelajaran, akan tetapi memiliki peran yang juga tidak kalah pentingnya. 

6. Macam-macam Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

Berdasarkan pengetian tersebut, maka jika ditinjau dari fungsi atau 

peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, sarana pendidikan 

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 

a. Alat Pelajaran 

b. Alat Peraga 

c. Media Pengajaran. 31 

Ketiganya masuk ke dalam klasifikasi sebagai sarana pendidikan, sebab 

ketiganya merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langgung 

dipergunakan dan difungsikan dalam menunjang proses pendidikan. Adapun 

penjelasan mengenai ketiga macam saran pendidikan tersebut adalah sebagai 

berikut: 

a. Alat Pelajaran 

Adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar- 

mangajar. Alat ini dapat berbentuk buku, alat tulis dan alat praktik. Adapun 

contoh macam-macam alat pelajaran, yaitu: 

1) Buku Teks 

Buku teks memiliki peran yang sangat besar dalam kepentiangnan 

pendidikan. Dengan adanya buku teks, siswa tidak hanya dapat 

31 B. Suryosubroto, Manjemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Hlm. 114. 

45

memproduksi ingatan yang merupakan hasil dari penyampaian secara 

lisan, akan tetapi dengan membaca bukuteks, siswa akan dapat 

mengambangkan beberapa kemapuan lainnya. 

lain: 

Kemampuan yang berkembang melalui proses membaca, antara 

a) Kecakapan membaca 

b) Menarik kesimpulan dari fakta yang ditemuakan 

c) Membandingkan isi teks 

d) Menilai isi teks secara kritis. 32 

2) Papan tulis 

Papan tulis merupakan alat utama yang digunakan dalam proses 

belajar mengajar. Meskipun keberadaan papan tulis sudah mualai tergeser 

dengan adanya berbagai macam media pembelajaran yang berbasis 

teknologi, namun papan tulis masih banyak digunakan sebagai sarana 

pembelajaran, terutama di madrasah-madrasah yang masih dalam prose 

berkembang. 

b. Alat Peraga 

Adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa 

perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang sudah memberi pengertian 

kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai kepada yang 

konkret. 

32 Anshari, Op. Cit, Hlm. 55. 

46

Fungsi alat peraga adalah untuk memudahkan dalam mamberikan 

pelajaran kepada siswa. Dengan kemudahan ini, siswa diharapkan akan lebih 

memahami materi yang disampaikan, sehingga siswa dapat menguasai materi 

dengan baik. Namun demikian, penggunaan alat peraga sebaiknya disesuaikan 

dengan kebutuhan siswa. Kareni jika proses belajar mengajar didominasi 

dengan alat peraga, maka kemampuan siswa dalam berfikir abstrak akan 

terhambat. 

c. Media Pengajaran 

Secara harfiah kata media memiliki arti perantara atau pengantar. 33 

Usman dan Asnawir dalam “Media Pembelajaran” mengungkapkan bahwa 

media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dandapat 

merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (siswa) sehingga dapat 

mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. 34 Sehingga dapat dipahami 

bahwa media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara 

dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan 

efesiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. 

Menurut Oemar Hamalik, setidaknya ada empat klasifikasi media 

pengajaran, yaitu: 35 

33 Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hlm. 11. 

34 Ibid, Hlm. 11. 

35 Ibid 

47

1) Alat-alat yang bersifat visual 

Yaitu alat-alat yang dapat dilihat. Misalnya: filmstrip, transparansi, 

micro proyektor, papan tulis, bulletin board, gambar-gambar, ilustrasi, 

grafik, poster, peta, globe, dan sebagainya. 

2) Alat-alat yang bersifat auditif 

Yaitu alat-alat yang hanya dapat didengar. Misalnya: phonograph 

record, radio, rekaman pada tape recorder, dan sebagainya. 

3) Alat-alat yang bersifat audio-visual 

Yaitu alat-alat yang dapat dilihat dan didengar. Misalnya: film dan 

televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan, 

misalnya: model, peta elektrik, dan sebagainya. 

4) Dramatisasi 

Yang termasuk gramatisasi adalah bermain peran, sosiodrama, 

sandiwara boneka, dan sebagainya. 

Sadangkan macam-macam bentuk prasarana pendidikan yang juga sangat 

penting dalam proses belajar mengajar, antara lain: 

a. Bagunan Gedung Madrasah 

Keadaan bangunan gedung madrasah sangatlah mempengaruhi suasana 

belajar dan mengajar. Untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa 

dan guru, maka keadaan kelas yang bersih, baik, rapi, memenuhi persyaratan- 

persyaratan kesehatan sangatlah penting. Adapun beberapa persyaratan 

48

kesehatan yang harus dipenuhia, anrata lain: peneranga, ventilasi, serta ukuran 

ruangan. 

b. Perpustakaan Madrasah 

Hadari Nawawi dalam “Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas 

sebagai Lembaga Pendidikan” menjelaskan bahwa: “Perpustakaan merupakan 

alat kelengkapan yang langsung berhubungan dengan mutu pendidikan dalam 

rangka mencapai tujuannya, karena mempengaruhi efisiensi proses belajar 

mengajar.” 36 

Hal ini dikarenakan, dengan adanya perpustakaan, maka siswa dan 

guru dapat memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam 

pengatahuan yang telah mereka miliki. Pengembangan perpustakaan tidak 

hanya dibatasi pada buku-buku saja, namun juga dapat disediakan fasilitas- 

fasiltas lainnya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. 

c. Laboratorium Madrasah 

Laboratorium madrasah diperlukan untuk memberikan kesempatan 

bagi siswa dan guru untuk mempelajari ilmu pengetahuan melalui pengalaman 

langsung. Laboratorium memungkin proses pembelajaran tidak henya 

berlangsung secara teoritis dan verbalis, namun berlangsung dengan berbagai 

percobaan, baik dalam rangka menguji teori maupun menemukan hal-hal yang 

baru. Adapun macam-macam laboratorium, antara lain: laboratorium bahasa, 

laboratorium kimia, biologi dan fisika (IPA), dan lain sebagainya. 

36 Nawawi, Op. Cit, Hlm. 143. 

49

7. Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

Ada beberapa macam klasifikasi jenis sarana dan prasarana pembelajaran. 

Seperti halnya klasifikasi yang ungkapkan oleh Hadari Nawawi. Hadari Nawawi, 

sebagaimana yang dikutip oleh Bafadal, mengklasifikasikan sarana sekolah 

menjadi beberapa macam, yaitu: 

a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai 

b. Ditinjau dari sarana pendidikan bergerak atau tidak 

c. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar. 37 

a. Ditinjau dari habis tidaknya dipakai 

Berdasarkan dari habis tidaknya, ada dua macam sarana 

pendidikan, yaitu: 

1) Sarana pendidikan yang habis dipakai 

Adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis 

dalam waktu yang relatif singkat. 38 Contoh: kapur tilis, bahan kimia. 

Sedangkan sarana yang berubah bentuk, antara lain: kayu, besi, dan kertas 

karton dalam pelajaran kesenian serta pita mesin ketik, bola lampu dan 

kertas. 

2) Sarana pendidikan yang tidak habis sipakai 

Adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara 

terus menerus dalam waktu yang telatif lama. 39 

37 Ibrahim Bafadal, Op.Cit, Hlm. 2 

38 Ibid, Hlm. 2 

39 Ibid. 

50

. Ditinjau dari sarana pendidikan bergerak atau tidak 

Berdasarkan dari sarana pendidikan bergerak atau tidak, ada dua 

macam sarana pendidikan, yaitu: 

1) Sarana pendidikan yang bergerak 

Adalah sarana pendidikan yang digerakkan atau dipindah sesuai 

dengan kebutuhan pemakainya. 40 

2) Sarana pendidikan yang tidak dapat bergerak 

Adalah semua sarana pendiikan yang yang tidak bisa atau relatif 

sangat sulit untuk dipindahkan. 41 

c. Ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar mengajar 42 

Berdasarkan dari hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada 

dua macam sarana pendidikan, yaitu: 

1) Sarana yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. 

Contohnya adalah kapur dan papan tulis, serta sarana lain yang digunakan 

oleh guru dalam mengajar. 

2) Sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses 

belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah. 

Sedangkan prasarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua. 

Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses 

40 Ibid, hlm.3 

41 Ibid 

42 Ibid 

51

elajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan dan ruang laboratorium. 

Kedua, prasarana sekolah yang keberadaanya tidak digunakan dalam proses 

belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses 

belajar mengajar. 43 Contohnya adalah ruang kantor, kantin sekolah, tanah dan 

jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), ruang 

kepala sekolah, ruang guru, dan tempat parkir kendaraan. 

8. Peran Sarana dan Prasarana Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu 

Pendidikan 

Sarana dan prasarnan pembelajaran memegang peranan penting dalam 

keberhasilan pendidikan. Sehingga sarana dan prasarana pembelajaran yang baik 

dan sesuai akan mampu meningkatkan mutu pendidikan. Secara umum, peranan 

sarana dan prasarana pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah 

terletak pada sarana dan prasarana pembelajaran sebagai komponen dari 

pendidikan itu sendiri. Dengan adanya sarana dan prasarana pembelajaran yang 

baik dan bermutu, maka secara tidak langsung akan dapat mendongkrak mutu 

pendidikan. 

Media yang merupakan bagian dari sarana dan prasarna pembelajaran. 

Peranan media tidak jauh berbeda dengan peranan sarana dan prasaran 

pembelajaran. Adapun peranan sarana dan prasarana pembelajaran yang secara 

langsung mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain: 

43 Ibid 

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam 

bentuk kata-kata tertulis dan lisan belaka) 

52

. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 

c. Dapat menimbulkan kegairahan dalam belajar 

d. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan 

lingkungan dan realita 

e. Memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan 

minatnya 

f. Menyamakan konsep dan persepsi. 44 

G. Mutu Pendidikan 

1. Pengertian Mutu Pendidikan 

Husain Usman dalam “Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan” 

mengungkapkan bahwa “mutu adalah produk dan atau jasa yang sesuai dengan 

standar mutu yang telah ditetapkan dan memuaskan pelanggan.” 45 Berdasarkan 

pengertian itu, maka yang menjadi tolok ukur adalah adanya standar nilai tertentu 

yang telah ditetapkan serta dapat memberikan kepuasan pada diri seorang 

pelanggan. 

Selanjutnya Jarome S. Arcaro juga menjelaskan abahwa, “mutu adalah 

sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki kekuarangan yang dihasilkan.” 46 

Berdasarkan pengertian ini, maka mutu lebih ditekankan pada proses pebaikan. 

Hal ini dapat dipahami bahwa dengan adanya standar mutu tertentu, maka sebuah 

lembaga akan berusaha mencapai standar tersebut dengan jalan melakukan 

perbaikan di berbagai sisi lembaganya. 

Hal yang tidak jauh berbeda terjadi pada lembaga pendidikan. Mutu dalam 

pendidikan atau mutu madrasah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan suatu yang 

44 

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya 

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1993), Hlm.16-17. 

45 

Husain Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 

2006), Hlm. 410. 

46 

Jarome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata Langkah 

Penerapan, terj., Yosal Iriantara (Pustaka Belajar: Yogyakarta, 2006), Hlm. 85-89. 

53

mustahil, pendidikan atau madrahan menghasilkan mutu lulusan yang bermutu, 

jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang 

mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh 

faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. 

Menurut Nana Sayodin, dkk., proses pendidikan yang bermutu harus 

didukung oleh personalia, seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha 

yang bermutu dan profesioanal. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan 

prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai, baik 

mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, 

serta lingkungan yang mendukung. 47 Berdasarkan hal ini, maka dalam 

emingkatkan mutu pendidikan, selain dibutuhkan adanya sumber daya manusia 

yang professional dan kompeten, juga perlu adanya sumber daya non-manusia. 

Kebutuhan atas sarana dan prasarana pembelajaran, sebagai salah satu sumber 

daya non-manusia mutlak harus dipenuhi sehingga proses pembelajaran yang 

terjadi dapat berjalan secara efektif dan membuahkan hasil yang memuaskan. 

Dapat dipahami, bahwa mutu pendidikan bersifat menyeluruh. Seluruh 

komponen pendidikan tercakup ke dalam mutu pendidikan. Hal inilah yang 

kemudian oleh Sayodin disebut sebagai mutu total atau total quality. 48 Adalah 

sesuatu yang tidak mungkin, hasil pendidikan yang bermutu dapat dicapai hanya 

dengan satu komponen atau kegiatan yang bermutu. Kegiatan pendidikan cukup 

kompleks, satu kegiatan, komponen, pelaku, waktu terkait dan membutuhkan 

dukungan dari kegiatan, komponen, pelaku, waktu lainnya. Faktor-faktor yang 

47 Nana Syaodin Sukmadinata, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, 

Prinsip, dan Istrumen (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), Hlm. 6-7. 

48 Ibid, Hlm. 7. 

54

terlibat dalam pengembangan mutu pendidikan secara sistematis dapat dilihat 

pada gambar berikut. 49 

Raw Input: 

- Intelek 

- Fisikkesehatan 

- Sosial-afektif 

Gambar1. Peta Komponen Pendidikan sebagai Sistem 

Mutu di bidang pendidikan meliputi input, proses, output, dan outcome. 

Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan 

49 Ibid,, Hlm. 6-7. 

Instrumental input: 

- Kebijakan pendidikan 

- Program pendidikan dan 

kurikulum 

- Personil: Kepala madrasah, 

guru, staf TU 

- Sarana, fasilitas, media, biaya 

Proses Pendidikan: 

- Pengajaran 

- Pelatihan 

- Pembimbingan 

- Evaluasi 

- Ekstrakurikuler 

- Pengelolaan 

Environmental input: 

- Lingkungan sekolah 

- Lingkungan keluarga 

- Masyarakat 

- Lembaga sosial, unit kerja 

Output: 

- Pengetahuan 

- Kepribadian 

- Performansi 

55

ermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAIKEM (Pembelajaran yang 

Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan). Output dinyatakan bermutu jika 

hasil belajar akademis dan non-akademis siswa tinggi. Outcome dinyatakan 

bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak 

mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas. 50 

2. Hakikat Mutu dalam Pendidikan 

Konsep mutu yang secara umum dengan konsep mutu pendidikan 

sejatinya tidaklah jauh berbeda. Akan teapi ada 14 (empat belas) hal –yang juga 

ada pada konsep mutu- yang dapat menunjukkan hakikat mutu dalam pendidikan. 

Yaitu: 

a. Menciptakan Konsistensi tujuan 

b. Mengadopsi filosofi mutu total 

c. Mengurangi kebutuhan pengujian 

d. Manilai bisnis sekolah dengan cara baru 

e. Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya 

f. Belajar sepanjang hayat 

g. Kepemimpinan dalam pendidikan 

h. Mengeliminasi rasa takut 

i. Mengeliminasi hambatan keberhasilan 

j. Menciptakan budaya mutu 

k. Perbaikan proses 

l. Membantu siswa berhasil 

m. Komitmen 

n. Tanggung jawab. 51 

Adapun penjelasan mengenai masing-masing poin dalam hakikan mutu 

pendidikan akan penulis jabarkan di bawah ini: 

50 Husain Usman, Op.Cit,, Hlm. 410. 

51 Jarome S. Arcaro, Op.Cit, hlm. 85-89. 

56

a. Menciptakan Konsistensi tujuan 

Sekolah haruslah konsisten untuk memperbaikai layanan dan siswa. 

Sehingga hasil pendidikan akan dapat sesuai dengan tujuannya 

b. Mengadopsi filosofi mutu total 

Bahwa secara keseluruhan, mutu tidaklah terlepas dari perekonomian 

global. Hal ini juga merambah pada dunia pendidikan. Sehingga sangatlah 

penting untuk menciptakan pendidikan yang bermutu 

c. Mengurangi kebutuhan pengujian 

Hal ini dapat dilakukan dengan membangun mutu dalam layanan 

pendidikan. Sehingga siswa mendapatkan lingkungan belajar yang baik 

d. Manilai bisnis sekolah dengan cara baru 

Bisnis sekolah bukanlah untuk mendapatkan keuntungan sebesar- 

besarnya, akan tetapi untuk menghasilkan siswa yang bermutu. Dalam hal ini 

perlu untuk menekan biaya total pendidikan. 

e. Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya 

Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan fungsi manajemen, mulai 

dari perencananan hingga evaluasi yang kemudian kembali pada parencanaan 

untuk perbaikan. 

f. Belajar sepanjang hayat 

Mutu pendidikan dapat dikembangkan dengan belajar secara terus 

menerus, yaitu melalui pelatihan. Pelatihan ini merupakan sarana dalam 

memperbaiki proses perkembangan pendidikan 

57

g. Kepemimpinan dalam pendidikan 

Kepemimpinan dalam pendiikan memegang peranan yang sangat 

penting. Dengan adanya kepemimpinan, maka langkah sekolah lebih 

terarahkan. Hal ini terlebih dengan adany visi dan misi yang harus diketehui 

oleh guru, staf, orang tua dan komunias. Keberadaan mutu harus 

diintegrasikan ke dalam visi dan misi, sehingga dapat teralisasikan sejalan 

dengan perealisasian visi dan misi. 

h. Mengeliminasi rasa takut 

Kerap kali rasa takut untuk mengungkapkan ide dan gagasan, menjadi 

penghambat kemajuan pendidikan. Agar mutu pendidikan mengalami 

peningkatan, maka rasa takut tersebut harus disingkirkan, sehingga setiap 

orang berhak mengemukakan pendapatnya demi kemajuan pendidikan. 

i. Mengeliminasi hambatan keberhasilan 

Hamabatan keberhasilan dapat diatasi dengan kerjasama tim. Hal 

inilah yang menjadi keuntungan proses manajemen dalam dunia pendidikan. 

Sehingga segala persoalan dipecahkan tidak hanya oleh guru, namun jug aoleh 

komponen pendidikan lainnya. 

j. Menciptakan budaya mutu 

Menciptakan budaya mutu dapat dilakukan dengan jalan melepaskan 

ketergantungan sekolah hanya kepada seseorang atau sekelompok orang. Mutu 

dapat tercipta saat setiap warga sekolah bertanggung jawab terhadap tugasnya. 

58

k. Perbaikan proses 

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu digunakan proses yang 

terbaik, meskipun diketahui bahwa tidak ada proses yang sempurna. Akan 

tetapi, proses yang telah dipilih diterapkan tanpa pandang bulu. Selain itu 

sangatlah perlu untuk menhargai orang-orang yang mendorong terjadinya 

perbaikan. 

l. Membantu siswa berhasil 

Perlunya pemberian penghargaan –meskipun tidak berbentuk materi 

akan dapat mendukung terciptanya pendidikan yang bermutu. Hal ini tidak 

hanya berfungsi pada siswa, namun juga pada guru dan karyawan sekolah. 

m. Komitmen 

Setiap warga sekolah haruslah memiliki komitmen terhadap tugas dan 

kewajibannya. Meskipun terkadang tugas dan kewajiban tersebut terasa begitu 

berat, namun mutu pendidikan dapat tercapai dengan komitmen dari semua 

bagian yang terlibat dalam pendidikan. 

n. Tanggung jawab 

Tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya 

berada di tangan pimpinan lembaga pendidikan. Akan tetapi jug apada pundak 

setiap warga lembaga. Sehingga setiap orang di sekolah harus bertanggung 

jawab dalam menyelesaikan persoalan mutu pendidikan ini. 

59

3. Karakteristik Mutu 

Setidaknya ada 13 (tiga belas) karakteristik yang menunjukkan mutu, 

ketiga belas hal itu adalah: 52 

a. Kinerja (Performa): berkaitan dengan aspek fungsional sekolah. 

Contohnya adalah kinerja guru atau kinerja pelayanan administrasi 

sehingga menjadikan madrasah menjadi madrasah favorit 

b. Maktu wajar (timeliness): selesai dengan waktu yang wajar. Misalnya 

penjadwalan berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non- 

akademik yang wajar dan sesuai. 

c. Handal (reliability): usia pelayanan prima bertahan lama. Misalnya, 

prestasi yang didapatkan madrasah dapat dipertahankan secara terus 

menerus. 

d. Daya tahan (durability): tahan banting. Yaitu mampu menghadapi 

berbagai kondisi termasuk kondisi politik, sosial, dan ekonomi yang carut 

marut. 

e. Indah (aesktetics): yaitu keindahan dalam penataan lingkungan sekolah, 

juga sarana dan prasarana pembelajaran. 

f. Hubungan manusiawi (personal interface): menjunjung tinggi nilai moral 

dan profesionalisme. Saling menghormati, menghargai profesionalisme 

dan demokratis. 

52 Husain Usman, Op.Cit,, Hlm. 411-413. 

60

g. Mudah penggunaannya (easy to use): sarana dan prasarana dipakai. Yaitu 

terkait dengan penggunaan sarana dan prasarana pembelajaran terkait 

dengan proses pembelajaran yang terjadi di madrasah. 

h. Bentuk khusus (feature): keunggulan tertentu. Madrasah memiliki ciri 

keunggulan tersendiri yang berbeda dengan madrasah atau sekolah 

setingkat. 

i. Standar tertentu (conformance to specivication): memenuhi standar 

tertentu. Mencapai pada standar tertentu, misalnya Standar Pelayanan 

Minimal (SPM) atau standar lulusan. 

j. Konsisten (consistency): keajegan, konstan, dan stabil. Baik dalam prestasi 

maupun pelayanan yang tidak mengalami kemerosotan akan tetapi stabil 

dan bahkan meningkat. 

k. Seragam (uniformuty): tanpa variasi, tidak tercampur. Baik bagi siswa, 

guru, dan karyawan tanpa pandang bulu. 

l. Mampu melayani (Serviceability): mampu memberikan pelayanan prima. 

Mampu memberikan layanan sehingga pelanggan puas. 

m. Ketepatan (acuracy): ketepatan dalam pelayanan. Layanan yang diberikan 

sesuai dengan kebutuhan. 

4. Manfaat Mutu bagi Pendidikan 

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa mutu 

sangatlah bermanfaat bagi dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan mutu dapat: 

61

a. Meningkatkan pertannggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada 

masyarakat dan atau pemerintah yang telah memberikan semua biaya 

kepada sekolah. 

b. Menjamin mutu lulusnnya 

c. Bekerja lebih professional 

d. Meningkatkan persaingan yang sehat. 53 

5. Mutu Pendidikan dalam Perspektif Islam 

Referensi yang khusus membahas tentang mutu pendidikan dalam 

perspektif islam masih sulit untuk dapat ditemukan. Akan tetapi, konsep tentang 

mutu pendidikan dalam perspektif islam ini dapat diperoleh berdasarkan 

penganalogian mutu pendidikan secara umum kepada tujuan dari pendidikan 

dalam perspektif islam. oleh kerena itu, maka sangatlah perlu untuk memahami 

konsep dasara dalam pendidikan menurut perspektif islam terlebih dahulu. 

Konsep dasar pendidikan menurut islam sebenarnya dapat dianalisa dari 

proses Allah mendidik manusia dalam mengembangkan fitrah dan menjalankan 

tugas kekhalifahan. menurut Ridlewan Nasir, yang menjadi problem di kalangan 

umat islam sehubungan dengan pendidikan ialah, penggunaann istilah at-tarbiyah, 

at-ta’lim, dan at-ta’dib. 54 

Kata at-tarbiyah adalah bentuk masdar yang berasal dari fi’il madhi 

(bentuk lampau) rabba, dan dari segi kandungannya sama artinya dengan kata 

rabb yang merupakan nama Tuhan. dalam al-qur’an tidak ditemukan istilah at- 

53 Ibid, hlm. 410. 

54 M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Prndidikan Ideal Pondok Pesantren di tengah Arus 

Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 39 

62

tarbiyah, tetapi ada istilah yang senada dengan istilah at-tarbiyah yaitu ar-rabb, 

rabbayani, nurrabbi, ribbiyun, dan rabbani. 55 

Abdurrahman al-Nahlawi berpendapat bahwa kata at-tarbiyah berasal dari 

tiga kata. Pertama, kata raba,-yarbu yang berarti bertambah, bertumbuh. 56 Hal ini 

seperti yang terdapat di dalam al-qur’an surat Al-Rum ayat 39: 

⎺ÏiΒ 

ΟçF÷ s?#u 

!$tΒuρ 

( 

«!$# 

y‰ΨÏã 

(#θç/ö tƒ 

Ÿξsù 

Ä¨$¨Ζ9$# 

ÉΑ≡uθøΒr& 

þ’Îû 

(#uθç/÷ z Ïj9 

$\/Íh‘ 

⎺ÏiΒ 

ΟçF÷ s?#u 

63 

!$tΒuρ 

∩⊂®∪ tβθà�ÏèôÒßϑø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'sù «!$# tµô_uρ šχρß‰ƒÌ è? ;ο4θx.y— 

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia 

bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. 

Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai 

keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang 

melipatgandakan (pahalanya).” 57 

Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, dari kata rabba- 

yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga. 58 

Pengertian yang ketiga ini senada dengan yang diungkapkan oleh Louisal-Ma’luf 

bahwa a-rabba berarti tuan, pemilik, memperbaiki, perawatan, tambah dan 

mengumpulkan. 59 Hal ini sebagaimana dalam surat al-Fatihah ayat 2: 

∩⊄∪ š⎥⎫Ïϑn=≈yèø9$# Å_Uu‘ 

¬! ß‰ôϑysø9$# 

55 

Ibid, hlm. 40. 

56 

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja 

Rosdakarya, 2005), Hlm. 29 

57 

Al-Qur’an dan terjemahnya (al-Madinah al-munawwarah: Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja 

Fahd, 1971), hlm. 647. 

58 Ahmad Tafsir, Op. Cit, hlm. 29. 

59 M. Ridlwan Nasir, Op. Cit. hlm. 40.

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” 60 

Apabila istilah at-tarbiyah diidentikkan dengan bentuk madhi-nya 

rabbayani, dari bentuk mudhari’-nya nurabbi, at-tarbiyah mempunyai arti 

mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan memlihara, 

membesarkan, memproduksi, dan menjinakkan. 61 

#Z Éó|¹ 

Kata ini adalah sebagaimana yang ada pada surat al-Isra’ ayat 24: 

’ÎΤ$u‹−/u‘ 

$yϑx. 

$yϑßγ÷Ηxqö‘$# 

Éb>§‘ 

≅è%uρ 

Ïπyϑôm§ 9$# 

z⎺ÏΒ 

ÉeΑ—%!$# 

y$uΖy_ 

$yϑßγs9 

64 

ôÙÏ�÷z$#uρ 

Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh 

kasih saying dan ucapkanlah: ‘wahai Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, 

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” 62 

18: 

∩⊄⊆∪ 

Selain itu, juga sebagaimana yang terdapat dalam surat Asy-Syu’ara ayat 

∩⊇∇∪ t⎦⎫ÏΖÅ x8Ì çΗéå ô⎺ÏΒ $uΖŠÏù |M÷WÎ6s9uρ #Y‰‹Ï9uρ $uΖŠÏù 

y7În/t 

çΡ óΟs9r& tΑ$s% 

Artinya: “Fir’aun menjawab: ‘Bukankah kami telah mengasuhmu di antara 

(keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami 

beberapa tahun dari umurmu.’” 63 

Pengertian-pengertian terhadap kata tarbiyah ini menunjukkan bahwa kata 

at-tarbiyah ialah proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama 

60 Al-Qur’an dan terjemahnya, Op. Cit, hlm. 5. 

61 M. Ridlwan Nasir, Op. Cit. hlm. 41. 


63 Al-Qur’an dan terjemahnya, Ibid, hlm. 574.

pertumbuhan manusia. 64 Sehingga dapat dipahami bahwa kata at-tarbiyah lebih 

menekankan pada proses menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki oleh anak 

–dalam hal ini adalah peserta didik- baik dari sisi jasmaniah maupun rohaniahnya. 

Sedangkan kata ta’dib, menurut Sayid Muhammad al-Naquib al-Attas, 

merupakan masdar kata kerja addaba yang berarti pendidikan. Dari kata addaba 

ini diturunkan juga kata adabun. Pendidikan menurut Islam adalah pengenalan 

dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, 

tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud 

sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan 

yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut. 65 

Berdasarkan pada pengertian itu, maka pendidikan menurut Islam 

menekankan pada proses yang dijalani oleh seseorang dalam mencapai 

pengetahuan. Namun dalam proses pendidikan ini, sangatlah dibutuhkan peran 

orang lain di luar diri seseorang itu sendiri yang bertugas membimbing dalam 

memahami pengetahuan yang ia dapatkan. Akhirnya adalah bahwa pendidikan ini 

akan mampu memberikan pengenalan terhadap Allah. 

Selain at-tarbiyah dan ta’dib, pendidikan juga dipahami dari kata ta’lim. 

Ta’lim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan 

seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. 66 Allah berfirman 

dalam surat Yunus ayat 5: 

64 Abdul Fatah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam, terj., Herry Noer Ali (Bandung: Penerbit CV 

Diponegoro, 1988), hlm. 28. 


66 Abdul Fatah Jalal , Op.Cit, hlm. 30. 

65

yŠy‰tã 

(#θßϑn=÷ètFÏ9 

tΑÎ—$oΨtΒ 

tβθßϑn=ôètƒ 5Θöθs)Ï9 ÏM≈tƒFψ$# 

…çνu‘£‰s%uρ 

#Y‘θçΡ 

t yϑs)ø9$#uρ 

[!$u‹ÅÊ 

š[ôϑ¤±9$# 

Ÿ≅yèy_ 

“Ï%©!$# 

66 

ã≅Å_Áx�ãƒ 

4 Èd,ysø9$$Î/ 

āωÎ) š Ï9≡sŒ ª!$# t,n=y{ $tΒ 4 z>$|¡Åsø9$#uρ t⎦⎫ÏΖÅb¡9$# 

Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya 

dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, 

supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak 

menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tandatanda 

(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” 67 

Sehingga secara keseluruhan dapat dipahami bahwa at-tarbiyah lebih 

menekankan pada pembimbingan terhadap potensi yang dimiliki oleh anak. 

Sedangkan ta’dib lebih menekankan pada penguasaan ilmu yang benar sehingga 

dapat terinternalisasikan ke dalam diri dan prilaku seseorang. Dan ta’lim yang 

lebih menekankan kepada penyamapaian ilmu pengetahuan yang benar, 

pemberian pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan amanah. 

Setelah memahami tentang kosep pendidikan dalam perspektif Islam, 

maka penting pula untuk memahami tujuan dari pendidikan menurut Islam. 

Tujuan umum dalam pendidikan menurut Islam adalah membentuk kepribadian 

sebagai khalifah Allah. Sedangkan tujuan utama khalifah Allah adalah beriman 

kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepada-Nya. 68 Hal ini sesuai dengan 

firman Allah dalam surat Al-Dzariyat ayat 56: 

∩∈∉∪ Èβρß‰ç7÷èu‹Ï9 āωÎ) }§ΡM}$#uρ £⎺Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ 


68 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an (Jakarta: PT. 

Rineka Cipta, 1994), hlm. 133. 

uθèδ 

∩∈∪

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya 

mereka menyembahku.” 69 

Berdasarkan tujuan umum itu, maka dapat dipahami bahwa pendidikan 

menurut Islam adalah untuk dapat menjadikan manusia memiliki karakter sebagai 

khalifah. Manusia yang dapat menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka 

bumi ini, adalah manusia yang sempurna. Sehingga atas dasar inilah, maka tujuan 

khusus dari pedidikan menurut Islam adalah agar manusia dapat memenuhi ciri 

sebagai manusia yang sempurna itu. Adapun manusia yang sempurna menurut 

Islam adalah muslim yang: 

1. Jasmaninya sehat serta kuat 

2. Akalnya cerdas serta pandai 

3. Hatinya takwa kepada Allah. 70 

Pertama, jasmaninya sehat serta kuat, yaitu bercirikan sehat, kuat, dan 

berketerampilan. Kedua, akalnya cerdas serta pandai, yaitu orang yang mampu 

menyelesaikan masalah secara tepat, tepat, ilmiah, filosofis, memiliki dan 

mengembangkan sains dan filasafat. Ketiga, hati yang takwa kepada Allah yaitu 

suka rela melaksanaka perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dan mampu 

berhubungan dengan alam gaib. 71 

Maka dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan menurut Islam merupakan 

tujuan yang bersifat menyeluruh. Tujuan ini melingkupi keseluruhan aspek 

kehidupan manusia. Dengan ketercapaian terhadap tujuan ini, maka pendidikan 



71 Ahmad Tafsir, Ibid, hlm. 50. 

67

telah dapat dikatakan berhasil. Dan dengan dasar konsep dan tujuan pendidikan 

menurut Islam inilah dapat dipahami mutu pendidikan dalam perspektif Islam. 

Mutu pendidikan dalam perspektif Islam adalah standar nilai yang harus 

dicapai dari pendidikan. Standar nilai itu sendiri adalah tujuan dari pendidikan. 

Sehingga, mutu pendidikan dalam perpektif Islam adalah pendayagunaan 

keseluruhan komponen pendidikan untuk dapat mencapai mewujudkan konsep 

dan tujuan pendidikan. Sehingga sejatinya mutu pendidikan secara umum, 

maupun yang dipandang dari sudut pandang Islam tidaklah jauh berbeda, sebab 

keduanya sama-sama berorientasi pada proses dan tujuan pendidikan 

H. Kompetensi Manajerial Kepala Madrasah dalam Mengembangkan 

Sarana dan Prasarana Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu 

Pendidikan 

1. Standar Kepala Sekolah atau Madrasah 

Sebelum membahas mengenai kompetensi manajerial kepala madrasah, 

kiranya perlu untuk mengetahui dan memahami standar kepala madrasah yang 

merupakan dasar penentuan kompetensi manajerial kepala madrasah. Kompetensi 

manajerial kepala madrasah ini didasarkan pada Peraturan Mentri Pendidikan 

Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala 

Sekolah/Madrasah. Pada pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa, “untuk diangkat 

68

sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala 

sekolah/madrasah yang berlaku nasional.” 72 

Standar kepala sekolah atau madrasah yang dimaksudkan dalam Permen 

tersebut terbagi ke dalam dua macam, yaitu: pertama, standar kualifikasi dan 

kedua, standar kompetensi. Standar kualifikasi yang harus dimiliki oleh kepala 

madrasah, terdiri dari kualifikasi umum dan kualifikasi khusus. 

Adapun kualifikasi umum kepala madrasah berdasarkan Permen Nomor 

13 Tahun 2007 adalah sebagai berikut: 

1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau 

diploma empat (D-IV) kependidikan atau 

nonkependidikan pada perguruan tinggi yang 

terakreditasi; 

2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia 

setinggi-tingginya 56 tahun; 

3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 

(lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, 

kecuali di Taman Kanak-kanak /Raudhatul Athfal 

(TK/RA) memiliki pengalaman mengajar sekurangkurangnya 

3 (tiga) tahun di TK/RA; dan 

4. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi 

pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS 

disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh 

yayasan atau lembaga yang berwenang 

Sedangkan kualifikasi khusus, merupakan kualifikasi yang dikhususkan 

pada setiap jenjang satuan pendidikan. Sehingga pada pembagian ini, kualifikasi 

pada jenjang pendidikan sekolah dasar atau madrasah akan berbeda dengan 

jenjang pendidikam sekolah menengah pertama atau madrasah tsanawiyah, 

72 Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang 

Standar Kepala Sekolah/Madrasah (www.puskur.net, 26 Februari 009), hlm. 1. 

69

maupun jenjang pendidikan lainnya. Adapun kualifiksasi khusus bagi kepala 

sekolah menengah atas atau madrasah aliyah (SMA/MA), adalah sebagai berikut: 

1. Berstatus sebagai guru SMA/MA; 

2. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; 

dan 

3. Memiliki sertifikat kepala SMA/MA yang diterbitkan 

oleh lembaga yang ditetapkan Pemerintah. 

Standar kedua yang juga harus dimiliki oleh kepala madrasah menurut 

Permen Nomor 13 Tahun 2007 adalah standar kompetensi. Ada lima dimensi 

kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala madrasah. Adapun kelima dimensi 

kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: 

1. Dimensi kompetensi kepribadian 

2. Dimensi kompetensi manajerial 

3. Dimensi kompetensi kewirausahaan 

4. Dimensi kompetensi supervise 

5. Dimensi kompetensi sosial 

Pertama, dimensi kompetensi kepribadian. Dimensi ini memiliki enam 

kompetensi, yaitu: 

1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi 

akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi 

komunitas di sekolah/madrasah. 

2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. 

3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan 

diri sebagai kepala sekolah/madrasah. 

4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan 

fungsi. 

5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam 

pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah. 

6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin 

pendidikan. 

70

Kedua, dimensi kompetensi manajerial. Dimensi ini memiliki enam belas 


1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk 

berbagai tingkatan perencanaan. 

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai 

dengan kebutuhan. 

3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka 

pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara 

optimal. 

4. Mengelola perubahan dan pengembangan 

sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang 

efektif. 

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang 

kondusif dan novatif bagi pembelajaran peserta didik. 

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan 

sumber daya manusia secara optimal. 

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah 

dalam rangka pendayagunaan secara optimal. 

8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat 

dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, 

dan pembiayaan sekolah/madrasah. 

9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan 

peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan 

kapasitas peserta didik 

10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan 

pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan 

nasional. 

11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan 

prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan 

efisien. 

12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam 

mendukung pencapaian tujuan sekolah/ madrasah 

13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah 

dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan 

peserta didik di sekolah/madrasah. 

14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam 

mendukung penyusunan program dan pengambilan 

keputusan 

15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi 

peningkatan pembelajaran dan manajemen 

sekolah/madrasah. 

16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan 

pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah 

71

dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak 

lanjutnya. 

Ketiga, dimensi kompetensi kewirausahaan. Dimensi ini memiliki lima 


1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan 


2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan 

sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang 

efektif. 

3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam 

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai 

pemimpin sekolah/madrasah. 

4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik 

dalam menghadapi kendala yang dihadapi 


5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola 

kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai 

sumber belajar peserta didik. 

Keempat, dimensi kompetensi supervisi. Dimensi ini memiliki tiga 


yaitu: 

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam 

rangka peningkatan profesionalisme guru. 

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru 

dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi 

yang tepat. 

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap 

guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. 

Kelima, dimensi kompetensi sosial. Dimensi ini memiliki tiga kompetensi, 

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan 

sekolah/madrasah 

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan 

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau 

kelompok lain. 

72

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat dipahami bahwa kompetensi 

manajerial merupakan salah satu dari lima dimensi kompetensi yang telah 

disebutkan dalam Permen Nomor 13 Tahun 2007. Sedangkan dimensi kompetensi 

itu sendiri, terdiri dari enam belas rincian kompetensi. Pada pembahasan skripsi 

ini, penulis hanya memfokuskan pada kompetensi menejerial dalam mengelola 

sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal. 

Sehingga yang menjadi inti dari kompetensi manajerial ini adalah terletak 

ada proses pengelolaan sarana dan prasarana pembelajaran. Namun demikian, 

secara umum, dalam pengelolaan madrasah, seorang kepala madrasah setidaknya 

memerlukan tiga keterampilan dasar. Pidarta mengemukakan tiga macam 

keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala madrasah untuk mensukseskan 

kepemimpinannya. Yaitu: 

1. Keterampilan konseptual 

2. Keterampilan manusiawi 

3. Keterampilan teknik. 73 

Ketiga keterampilan ini penting untuk dimiliki oleh seorang kepala 

madrasah. Karena dengan keterampilan tersebut, kepala madrasah akan dapat 

mendayagunakan komponen organisai madarasah untuk mencapai tujuan 

madrasah. 

Pertama, keterampilan konseptual. Yaitu keterampilan untuk memahami 

dan mengoprasikan organisasi. Madrasah adalah sebuah organisasi pendidikan 

yang terdiri dari komponen-komponen tertentu. Kemampuan kepala madrasah 

73 Op.Cit, Mulyasa, Hlm. 126. 

73

dalam memahami dan mengoprasikan komponen-komponen tersebut, akan 

membawa keberhasilan dalam pencapaian tujuan madrasah –khususnya- dan 

tujuan pendidikan pada umumnya. 

Kedua, keterampilan manusiawi. Yaitu keterampilan untuk bekerja sama, 

memotivasi, dan memimpin. Keterampilan ini juga penting untuk dimiliki oleh 

seorang kepala madrasah. Sebab, yang menjadi komponen madrasah tidak hanya 

berupa benda-benda mati, namun juga manusia. Di sisi lain, organisasi madrasah 

baru akan dapat berjalan, saat di dalam organisasi madrasah itu ada orang-orang 

yang menggerakkannya. Gerak organisasi madrasah tidak hanya dilakukan oleh 

kepala madrasah, namun kepala madrasah membutuhkan orang-orang lain, baik 

guru maupun karyawan. Dan karena adanya komponen manusia dalam organisasi 

madrasah, maka kepala madrasah harus memiliki keterampilan manusiawi ini, 

sehingga kepala madrasah dapat memposisikan anggotanya sebagaimana 

mestinya. 

Ketiga, keterampilan teknik. Yaitu keterampilan dalam menggunakan 

metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. 

Keterampilan ini berguna untuk menggerakkan komponen madrasah non- 

manusia. Berbagai perlengkapan dan keilmuan harus dapat didayagunakan 

semaksuimal mungkin oleh kepala madrasah untuk dapat mencapai tujuan 

madrasah. 

74

2. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu bidang yang 

menjadi tanggung jawab Kepala Madrasah. Selain itu, sarana dan prasarana 

pendidikan juga merupakan komponen dari pendidikan itu sendiri. Keberadaan 

sarana dan prasarana pendidikan sangatlah penting untuk menunjang proses 

pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, sarana dan prasarana pendidikan sangat 

penting untuk terus ditingkatkan dan dikembangkan. 

Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan 

dilakukan melalui manajemen sarana dan prasarana. Sebab, manajemen sarana 

dan prasarana pendidikan merupakan upaya dalam mengatur dan menjaga sarana 

dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan 

berarti pada jalannya proses pendidikan. 74 

Pengaturan dan penjagaan ini dilakukan adalah agar tujuan dari pendidikan 

dapat dicapai. Tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal, saat proses 

pendidikan dapat berjalan secara optimal pula. Sedangkan proses pendidikan 

sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Hal inilah 

yang menjadikan manajemen sarana dan prasarana pendidikan penting untuk 

dikembangkan. 

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh E. Mulyasa dalam 

Manajemen Berbasis Sekolah, bahwa: “Manajemen sarana dan prasarana yang 

baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga 

74 Mulyasa, Op.Cit,, Hlm. 49. 

75

menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk 

berada di sekolah.” 75 

hal, yaitu: 

Pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana dilakukan melalui 5 (lima) 

a. Penentuan Kebutuhan 

b. Proses Pengadaan 

c. Pemakaian 

d. Pencatatan atau Pengurusan 

e. Pertanggungjawaban. 76 

Tahapan ini juga merupakan penjabaran dari kompetensi manajerial kepala 

madrasah dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka 

pendayagunaan optimal. Secara umum, tujuan manajemen perlengkapan sekolah 

adalah memberikan layanan secara professional di bidang sarana dan prasarana 

pendidikan dalan rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan 

efisien. Namun secara khusus, tujuan dari manajemen perlengkapan sekolah 

adalah sebagai berikut: 77 

a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui 

sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan saksama. 

b. Untuk menguapayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara 

tepat dan efisien. 

c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, 

sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap 

diperlukan oleh semua personel sekolah. 

75 Ibid, Hlm. 50. 

76 Suryosubroto, Op. Cit, Hlm. 115. 

77 Ibrahim Bafadal, Op.Cit, hlm.5 

76

Berikut ini penulis paparkan bagan menganai proses manajemen 

perlengkapan sekolah: 

5 

Penghapusan 

Gambar2. Proses Manajemen Perlengkapan Sekolah 78 

Namun demikian, proses manajemen perlengkapan tersebut dapat 

dijabarkan ke dalam lima tahapan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh 

suryosubroto. Adapun kelima hal yang harus dilakukan dalam pengembangan 

sarana dan prasarana pendidikan yaitu: 

a. Penentuan Kebutuhan 

Penentuan kebutuhan ini dilakukan dengan cara melihat atau meneliti 

kembali kekayaan yang telah ada. Segala bentuk peralatan dan pelengkapan, 

juga fasilitas yang ada dilihat dan diterliti, kemudian disesuaikan dengan 


4 

Inventarisasi 

1 

Pengadaan: 

- Analisis kebutuhan 

- Analisis anggaran 

- Seleksi 

- Keputusan 

- Pemerolehan 

3 

Penggunaan dan pemeliharaan 

77 

2 

Pendistribusian: 

- Pengalokasian 

- Pengiriman

kebutuhan pendidikan di madrasah. Penyesuaian dengan kebutuhan ini juga 

perlu melihat terhadap penyesuaian perkembangan teknologi yang ada. 

Sehingga akan dapat ditentukan sarana dan prasarana yang diperlukan 

berdasarkan kepentingan pendidikan di madrasah. 

Sebelum menentukan sarana dan prasarana pembelajaran yang 

dibutuhkan, perlu terlebih dahulu membuat perencanaan. Perencanaan adalah 

suatu proses memikirkan dan menetapkan kegiatan-kegiatan atau program- 

program yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapat 

tujuan tertentu. 79 Sehingga perencanaan perlengkapan pendidikan dapat 

didefinisikan sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan program 

pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana 

pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. 80 

Adapun langkah-langkah perencanaa pengadaan perlengkapan 

pendidikan di sekolah menurut Jame J. Jones sebagaimana yang dikutip oleh 

Bafadol adalah sebagai berikut: 81 

79 Ibid , Hlm. 26 

80 Ibid, Hlm. 27. 

81 Ibid. 

1) Menganalisis kebutuhan pendidikan suatu masyarakat dan menetapkan 

program untuk masa yang akan datang sebagai dasar untuk 

mengevaluasi keberadaan fasilitas dan membuat model perencanaan 

perlengkapan yang akan datang. 

2) Melakukan servei ke seluruh unit sekolah untuk menyusun master plan 

untuk jangka waktu tertentu. 

3) Memlih kebutuhan utama berdasarkan hsil survey. 

78

4) Mengembangkan educational specification untuk setiap proyek yang 

terpisah-pisah dalam usulan master plan. 

5) Merencanakan setiap proyek yang terpisah-pisah sesuai dengan 

spesifikasi pendidikan yang diusulkan. 

6) Mengembangkan atau menguatkan tawaran atau kontrak dan 

melaksanakan sesuai dengan gambaran kerja yang diusulkan. 

7) Melengkapi perlengkapan gedung dan meletakkannya sehingga siap 

untuk digunakan. 

b. Proses Pengadaan 

Pengadaan sarana dan prasarana dilakukan setelah kebutuhan akan 

sarana dan prasarana pendidikan di madrasah diketahui dengan jelas. Dari 

berbagai macam kebutuhan tersebut, perlu adanya pemprioritasan kebutuhan. 

Selain itu, perlu juga untuk disesuaikan dengan pendanaan yang dimiliki oleh 

madrasah. Hal ini penting, karena kelangsungan finansial madrasah juga akan 

sangat berpengaruh terhadap kelangsungan madrasah itu sendiri. 

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dapat ditempuh melalui 

beberapa cara, yaitu: 

82 Ibid, 116. 

1) Pembelian dengan biaya pemerintah 

2) Pembelian dengan biaya dari SPP 

3) Bantuan dari BP3 

4) Bantuan dari masyarakat lainnya. 82 

79

Baik melalui pembelian maupuan bantuan, setidaknya ada tiga cara 

yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah untuk mendapatkan 

perlengkapan yang dibutuhkan sekolah, yaitu: 


84 Ibid 

1) Pembelian 

Dalam pembelian perlengkapan sekolah, pengelola sarana dan 

prasarana dapat melakukan dengan: 83 

(a) Membeli di pabrik 

Adalah memperoleh perlengkapan sekolah dengan cara 

membeli langsung di pabrik yang memproduksi perlengkapan 

sekolah. 84 Keutamaannya adalah barang dapat diperoleh dengan harga 

yang lebih murah. 

(b) Membeli di toko 

Membeli di toko dilakukan terutama jika letak sekolah jauh 

dari pabrik tempat yang memproduksi perlengkapan sekolah. Dengan 

adanya jarak tersebut akan dapat menimbulkan biaya tambahan, 

sehingga membeli perlengkapan dapat dilakukan di toko. 

(c) Memesan 

Pemesanan perlengkapan sekolah dapat dilakuakan kepada 

toko atau pabrik. Hal ini dilakukan saat perlengkapan yang diinginkan 

belum atau tidak tersedia di pabrik maupun toko. 

80


2) Hadiah atau Sumbangan 

antara lain: 

Hadiah atau pun sumbangan dapat bersumber dari bebagai pihak, 

3) Tukar Menukar 

81 

(1) Berasal dari murid 

(2) Berasal dari guru atau staff 

(3) Berasal dari BP3 

(4) Berasal dari penerbit 

(5) Berasal dari lembaga-lembaga pemerintah maupun 

swasta. 85 

Hal ini dilakukan melalui hubungan kerja sama dengan pengelola 

perlengkapan di sekolah lain. Namun demikian, kegiatan tukar menukar 

ini harus dilakuakn secara selektif, sehingga perlengkapan hasil tukar 

menukar ini dapat bermanfaat. Selain itu, tukar menukar ini dilakukan saat 

jumlah perlengkapan yang dimiliki oleh sebuah sekolah melebihi 

kebutuhan sekolah tersebut. Kelebihan perlengkapan itu dapat ditukar 

dengan perlengkapan lain yang belum dimiliki oleh sekolah tersebut. 

4) Meminjam 

Pengadaan perlengkapan sekolah dapat dilakukan dengan cara 

meminjam. Meminjam ini dilakukan kepada kepala sekolah, guru, staff, 

ataupun orang tua murid.

c. Pemakaian 

Sebelum sarana dan prasarana pembelajaran digunakan, terlebih 

dahulu perlu untuk dilakukan pendistribusian perlengkapan sekolah. Adapun 

pendistribusian perlengkapan sekolah adalah kegiatan pemindahan barang dan 

tanggung jawab dari seorang penanggung jawab penyimpanan kepada unit- 

unit atau orang-orang yang membutuhkan barang itu. 86 

Dalam Pendistribusian Perlengkapan Sekolah, ada tiga asas yang harus 

diperhatikan, yaitu: 87 

1) Ketepatan barang yang disampaikan, baik junlah maupun jenisnya. 

2) Ketepatan sasaran penyampaiannya. 

3) Ketepatan kondisi barang yang disalurkan. 

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh penanggung 

jawab pendistribusian perlengkapan sekolah, adalah sebagai berikut: 88 

1) Menyusun alokasi barang 

2) Mengirim barang 

3) Menyerahkan barang 

Sarana dan prasarana pendidikan haruslah digunakan seefektif dan 

sesefisien mungkin. Karena sarana dan prasarana pendidikan di madrasah 

adalah faktor pendukung yang selalu dibutuhkan dalam proses pendidikan. 

Jika sarana dan prasarana pendidikan digunakan tanpa memikirkan kelanjutan 


87 Ibid. 

88 Ibid 

82

jalannya pendidikan, bisa jadi sarana dan prasarana yang ada tidak dapat 

difungsikan dengan baik pada masa yang akan datang. 

Oleh karena itu, menurut Suryosubroto, berdasarkan dari pemakaian – 

terutama- sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 

1) Barang habis dipakai 

2) Barang tidak habis dipakai. 89 

d. Pencatatan atau Pengurusan 

Pencatatan diperlukan untuk mengetahui inventaris yang dimiliki oleh 

madrasah, mengetahui barang dan perlengkapan apa saja yang telah dibeli dan 

juga telah tidak dapat digunakan, selain itu juga untuk mengetahui distribusi 

pemakaian barang dan peralatan. 

berupa: 

Untuk keperluan ini, perlu disediakan instrument administrasi yang 

2) Buku inventaris 

3) Buku pembelian 

4) Buku penghapusan 

5) Kartu barang. 90 

Dengan pencatatan dan pengurusan, maka sarana dan prasarana 

pendidikan yang dimiliki oleh madrasah akan dapat digunakan semaksimal 

mungkin untuk keperluan proses pendidikan di madrasah. Serta akan dapat 

digunakan sebagai acuan penyusunan laporan pertanggungjawaban madrasah. 

89 Ibid, 116. 

90 Ibid, 

83

e. Pertanggungjawaban 

Penggunaan barang-barang inventaris madrasah harus 

dipertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan barang- 

barang. Pertanggung jawaban ini dilakukan adalah untuk mengetahui 

pendistribusian dana yang dimiliki oleh sekolah. Selain itu juga untuk 

mengetahui pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada. 

Laporan pertanggung jawaban ini ditujukan kepada instansi di atasnya. 

Jika madrasah berada di bawah naungan sebuah yayasan, maka laporan 

pertanggungjawaban ini ditujukan kepada yayasan tersebut. Sedangkan jika 

madrasah berada di bawah naungan Departemen Agama, maka pada 

Departemen Agamalah laporan pertanggungjawaban ini ditujukan. 

84

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 

BAB III 

METODOLOGI PENELITIAN 

Berdasarkan pada judul penelitian ini, yaitu "Kompetensi Manajerial 

Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAN Bangil", maka penelitian ini 

merupakan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan keadaan, 

peristiwa ataupun kejadian pada subjek penelitian. Dalam hal ini, keadaan, 

peristiwa atau kejadian yang dimaksud adalah berbagai kompetensi yang dimiliki 

oleh kepala madrasah dalam mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran 

untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, untuk dapat memahami 

fenomena tersebut secara utuh dan menyeluruh, maka dalam penulisan skripsi ini, 

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Penelitian Deskriptif Kualitatif 

dengan jenis penelitian studi kasus (Case Study). 

Pengertian penelitian kualitatif, sebagaimana yang diungkapkan oleh 

Moleong bahwa: 

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk 

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek 

penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., 

secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata 

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan 

memanfaatkan berbagai metode alamiah. 91 

Demikian pula penelitian ini juga tergolong dalam penelitian deskriptif. 

91 Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 

Hlm. 6. 

85

Penelitian deskriptif menurut Suharsimi Arikunto dalam ”Prosedur Penelitian: 

Suatu Pendekatan Praktis” adalah: ”Penelitian yang dimaksudkan untuk 

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan 

gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.” 92 Dengan penelitian 

deskriptif ini, maka peneliti akan mendapatkan informasi terkait dengan keadaan 

nyata yang terjadi pada subjek penelitian. 

bahwa: 

Lebih lanjut Moh. Nazir dalam ”Metode Penelitian” juga menjelaskan 

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, 

serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi 

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, 

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung 

dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. 93 

Sedangkan jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus 

(case study). Manurut Maxfield, sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Nazir, 

bahwa, ”studi kasus atau penelitian kasus adalah penelitian tentang status subjek 

penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan 

personalitas.” 94 Sejalan dengan Maxfield, Suharsimi juga menjelaskan bahwa, 

”penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terici dan 

mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.” 95 

92 

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: PT. Bima Karya, 

1989), Hlm. 309. 

93 

Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2003), Hlm. 55. 

94 

Ibid, Hlm. 57. 

95 

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. XIII (Jakarta: PT. 

Rineka Cipta, 2006), Hlm. 142. 

86

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa studi kasus (case 

study) lebih terfokus pada salah satu bagian tertentu dari keseluruhan diri subjek 

penelitian. Sebagaimana penelitian ini yang lebih terfokus kepada kompetensi 

manajerial Kepala Madrasah dalam mengembangkan sarana dan prasarana 

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil, bukan pada 

keseluruhan kompetensi yang dimiliki oleh Kepala Madrasah dalam 

meningkatkan mutu pendidikan yang ada pada MAN Bangil. 

B. Lokasi 

Penelitian ini dilakukan di satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri yang ada 

di Kabupaten Pasuruan, yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil. Madrasah 

Aliyah Negeri (MAN) Bangil beralamat di jalan Balai Desa Glanggang No. 3A 

Bangil (0343) 742690 Kode pos 67153. Secara geografis, Madrasah Aliyah 

Negeri (MAN) Bangil terletak di daerah Bangil yang memiliki masyarakat yang 

sangat hederogen, baik dari sisi sosial, budaya, ekonomi, keagamaan dan tingkat 

pendidikan. 

Adapun alasan peneliti memilih Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil 

sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 

1. Dalam jangka waktu tujuh tahun terakhir, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 

Bangil mengalami perkembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang 

sangat pesat. 

2. Peneliti telah cukup mengetahui situasi dan kondisi Madrasah Aliyah 

Negeri (MAN) Bangil secara umum. 

87

C. Kahadiran Peneliti 

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain 

merupakan alat pengumpul data utama. 96 Hal ini dikarenakan hanyalah peneliti – 

sebagai instrumen penelitian- yang dapat berhubungan secara langsung dengan 

responden dan objek yang lain. Kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian 

akan dapat mengetahui keterkaitan berbagai kenyataan yang terjadi di lapangan. 

Selain itu, kehadiran peneliti juga sangat penting untuk mengetahui apakah 

kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga jika hal ini terjadi, maka 

peneliti akan menyadari dan akan menemukan cara untuk dapat mengatasinya. 

Dalam penelitian ini, manusia –dalam hal ini adalah peneliti- merupakan 

pengumpul data utama. Intstrumen selain manusia juga dapat digunakan, namun 

fungsinya hanyalah sebagai pendukung data dalam penelitian. Moleong 

menyatakan, bahwa “kedudukan peneliti dalam penelitian kualitati cukup rumit. Ia 

sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir 

data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.” 97 

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian, kehadiran peneliti 

memegang peranan yang sangat penting dalam keseluruhan proses penelitian. 

Peneliti sendirilah yang merencanakan penelitia, kemudian mengumpulkan 

berbagai data yang dibutuhkan untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, 

kemudian dilaporkan. Guna mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti terjun 

secara langsung pada komunitas subjek penelitian. Dalam merealisasikan 

96 

Moleong, Op. Cit, Hlm. 9. 

97 

Ibid, 168. 

88

perannya, peneliti lakukan dengan mengamati dan berdialog secara langsung 

dengan pihak-pihak yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. 

D. Sumber Data 

Suharsimi mengemukakan bahwa “yang dimaksud dengan sumber data 

dalam penelitian adalah sumber dari mana data dapat diperoleh.” 98 Pengertian ini 

lebih dispesifikkan oleh Lofland dan Lofland bahwa dalam penelitian kualitatif, 

sebagaimana yang dikutip oleh Moleong, “sumber data utama dalam penelitian 

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti 

dokumen dan lain-lain.” 99 

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dipahami bahwa dalam penelitian 

kualitatif setidaknya terdapat dua sumber data, yaitu sumber data utama (primer) 

dan sumber data tambahan (sekunder). Sehingga sumber data dalam penelitian ini 

dibagi ke dalam: 

1. Sumber Data Primer 

Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan 

disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Moh. Nazir menyatakan bahwa 

“jika data primer yang diinginkan, maka si peneliti dapat menggunakan teknik 

dan alat untuk mengumpulkan data seperti observasi langsung (participant 

atau non-participant), menggunakan informan, menggunakan questionair, 

schedule, interview guide, dan sebagainya.” 100 Dalam penelitian ini yang 

menjadi sumber data primer adalah Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 

98 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., 2006, Hlm. 129. 

99 Moleong, Op. Cit, Hlm. 157. 

100 Moh. Nazir, Op. Cit, Hlm. 92. 

89

101 Ibid,. 

Bangil dan Wakil Kepala bidang sarana dan prasarana Madrasah Aliyah 

Negeri (MAN) Bangil. Selain itu, informan yang juga sangat diperlukan dalam 

penelitian ini adalah wakil kepala bidang kurikulum sebab keterkaitan antara 

proses pembelajaran dengan sarana dan prasarana sangatlah erat. Kemudian 

wakil kepala bidang kesiswaan, karena sarana dan prasarana pembelajaran ini 

tentu terkait secara langsung dengan siswa. Selanjutnya adalah guru sebagai 

pelaku langsung dalam kegiatan belajar mengajar. 

2. Sumber Data Sekunder 

Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang 

berfungsi melengkapi data yang di perlukan oleh data primer. Dalam hal ini 

Moh. Nazir mengungkapkan bahwa, “jika peneliti ingin menggunakan data 

sekunder, maka peneliti harus mengadakan evaluasi terhdap sumber, keadaan 

data sekundernya, dan juga si peneliti harus menerima limitasi-limitasi dari 

data tersebut. Hal ini lebih-lebih diperlukan jika diinginkan untuk memperoleh 

data mengenai masa yang lampau.” 101 Adapun sumber data sekunder yang 

diperlukan yaitu: buku-buku, majalah, foto dan dokumen terkait dengan 

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil, juga terkait dengan keadaan 

perkembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di Madrasah 

Aliyah Negeri (MAN) Bangil. 

90

E. Teknik Pengumpulan Data 

Dalam penelitian, proses mengumpulkan data adalah proses yang sangat 

penting. Sehingga pemilihan teknik pengumpulan data haruslah dilakukan dengan 

sebaik mungkin. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 

(tiga) metode dalam proses pengumpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti. 

Ketiga metode ini diperlukan agar data yang diperoleh peneliti dapat lebih utuh 

dan menyeluruh. Ketiga metode yang digunakan ini adalah: 

1. Metode Observasi 

“Metode Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan 

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang 

diselidiki.” 102 Akan tetapi, Moh. Nazir menungkapkan bahwa pengamatan 

(metode observasi) dapat digolongkan sebagai teknik pengumpulan data, jika 

pengamatan (metode observasi) tersebut mempunyai kriteria sebagai berikut: 

a. Pengamatan dilakukan untuk penelitian dan telah 

direncanakan secar sistematik. 

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang 

telah direncanakan. 

c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan 

dihubungkan dengan proposisi umum bukan dipaparkan 

sebagai suatu set yang menarik perhatian saja. 

d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan 

reliabilitasnya. 103 

Menurut Burhan Bungin bahwa, “metode ini digunakan untuk 

mendapatkan data yang terkait dengan berbagai macam kejadian, peristiwa, 

102 Teamwork SPP IV LKP2M, Research Book : Sekolah Penelitian Pemula LKP2M UIN Malang 

(Malang, 2006), Hlm. 25. 

103 Moh. Nazir, Op. Cit. Hlm. 175. 

91

keadaan, tindakan yang mempola dari hari ke hari di tengah masyarakat.” 104 

Bedasarkan pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa metode observasi 

ini ditujukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tingkah laku, 

keadaan dan peristiwa yang sedang terjadi pada dan di lingkungan subjek 

penelitian. 

Sehingga dengan menggunakan metode ini, maka akan diperoleh data 

mengenai kejadian, peristiwa, dan tindakan yang terjadi terkait dengan 

kompetensi manajerial Kepala Madrash dalam mengembangkan sarana dan 

prasarana pendidikan untuk meingkatkan mutu pendidikan di Madrasah 

Aliyah Negeri (MAN) Bangil. Selain itu, dengan menggunakan metode 

observasi ini, peneliti akan dapat melihat secara langsung bukti perancanaan 

dan pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana yang telah dilakukan di 

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil. 

2. Metode Wawancara 

Metode wawancara sering pula disebut dengan interview. Wawancara 

dapat diartikan sebagai proses tanya jawab yang dilakukan dalam penelitian. 

Proses tanya jawab ini dilakukan secara lisan dengan bertatap muka secara 

langsung antara peneliti dengan satu orang atau lebih. Peneliti mendengarkan 

langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan yang diberikan oleh 

responden tanpa mempengaruhi pendapatnya. Hal ini senada dengan yang 

104 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), 

Hlm. 66. 

92

diungkapkan oleh Surharsimi bahwa “wawancara atu kuesioner lisan adalah 

sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk 

memperoleh informasi dari terwawancara.” 105 

Pawito mengungkapkan bahwa “wawancara merupakan alat 

pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif yang 

melibatkan manusia sebagai objek sehubungan dengan realitas atau gejala 

yang dipilih untuk diteliti.” 106 Hal ini dikarenakan dengan menggunakan 

metode wawancara, maka peneliti akan dapat memperoleh informasi 

mengenai gejala tertentu dari sudut pandang orang yang terlibat (pelaku). 

Selain itu, dengan menggunakan wawancara maka peneliti akan dapat 

memperoleh penilaian dan pandangan dari pelaku atas perilaku mereka 

sendiri. 

Pada penelitian ini, wawancara digunakan untuk memperoleh data 

mengenai kompetensi manajerial kepala madrasah dalam mengembangkan 

sarana dan prasarana pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan di 

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil. Dalam hal ini, pihak-pihak yang 

diwawancarai adalah Kepala MAN Bangil, Wakil Kepala Madrasah bidang 

Sarana dan Prasarana MAN Bangil, Wakil Kepala Madrasah bidang 

Kurikulum, Wakil Kepala Madrasah bidang Kesiswaan dan guru. 

3. Metode Dokumentasi 

105 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, 2006, Hlm. 155. 

106 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta : LkiS, 2007), Hlm. 132. 

93

Metode dokumentasi merupakan salah satu alat yang digunakan untuk 

mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Menurut Suharsismi 

Arikunto, “metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau 

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, 

notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.” 107 

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai: profil 

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil, keadaan siswa, keadaan guru dan 

karyawan, serta dokumen-dokumen yang terkait dengan perkembangan sarana 

dan prasarana pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil, program 

kerja wakamad bidang sarana dan prasarana pembelajaran, dan rentra MAN 

Bangil.. 

F. Analisis Data 

Analisis data kualitatif, sebagaimana yang Moleong kutip dari pendapat 

Bogdan dan Biklen, ”adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan 

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat 

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang 

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan 

kepada orang lain.” 108 

Berdasarkan pengertian itu, dapat dipahami bahwa proses analisis data 

kualitatif lebih menekankan pada pendeskripsian secara naratif berbagi pola yang 

tersusun dari data yang telah peneliti kumpulkan. Namun demikian, sebelum data 

107 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, 2006, Hlm. 131. 

108 Moleong, Op.Cit, Hlm. 248. 

94

tersebut disampaikan kepada orang atau lembaga lain dalan format laporan, maka 

peneliti perlu untuk mengorganisasikan dan memilah-milah, serta mensintesiskan. 

Dengan demikian, data yang tersaji tidak hanya berbentuk rentetan informasi, 

namun lebih kepada satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh mengenai subjek 

penelitan. 

Langkah-langkah analisis data kualitatif yang peneliti gunakan dalam 

penelitian ini adalah berdasarkan dengan proses analisis data kualitatif 

sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Seiddel. Menurut Seiddel, sebagaimana 

yang telah dikutip oleh Moleong, mengungkapkan tiga langkah dalam proses 

analisis data kualitatif. Adapun langkah-langkah tersebut, yaitu: 

1. Mencatat yang mengahsilkan catatan lapangan, dengan hal 

itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, 

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, 

mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat 

indeksnya, 

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu 

mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan 

buhungan, dan membuat temuan-temuan umum. 109 

G. Pengecekan Keabsahan Data 

Pengecekan keabsahan data penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan, 

dengan pengecekan keabsahan data, maka data yang didapatkan melalui penelitian 

ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun teknik yang digunakan 

untuk menetukan keabsahan data dalam penelitian ini, yaitu: 

1. Perpanjangan Keikutsertaan 

109 Ibid, Hlm. 248. 

95

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. 

Keikutsertaan ini tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi 

memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian. Moleong 

mengungkapkan bahwa “perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di 

lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.” 110 

Sehingga batasaan lamanya keikutsertaan peneliti tidak dapat ditetapkan. 

Namun peneliti dapat menyudahi keikutsertaannya saat data yang dibutuhkan 

telah didapatkan. 

Dengan perpanjangan keikutsertaan, setidaknya peneliti akan 

mendapatkan dua keuntungan. Pertama, peneliti akan mengetahui saat terjadi 

distorsi (pemutarbalikan fakta). Distorsi ini dapat terjadi secara sengaja 

maupun tidak sengaja. Namun dengan perpanjangan keikutsertaan, peneliti 

akan dapat mengetahuinya sebab peneliti telah lebih mengenal subjek 

penelitian. Kedua, akan terbangun kepercayaan pada diri subjek penelitian 

kepada peneliti. Adanya kepercayaan ini akan dapat membantu peneliti 

mendapatkan data yang peneliti inginkan. Untuk dapat memperoleh 

kepercayaan ini, maka deiperlukan adanya perpanjangan keikutsertaan 

peneliti. 

2. Ketekunan Pengamatan 

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi 

dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau 

110 Ibid, Hlm. 327. 

96

tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang 

dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. 111 

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka ketekunan pengamatan ini 

ditujukan untuk memperoleh ciri-ciri maupun unsur-unsur tententu yang 

sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dalam ketekukan pengamatan ini, 

peneliti perlu untuk memusatkan diri pada ciri maupun unsur tersebut, 

sehingga peneliti akan mendapatkan data yang lebih mendalam dan terperinci. 

Selain itu, dengan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat semaksimal 

mungkin membatasi data dari berbagai pengaruh yang dapat mengkaburkan 

informasi yang peneliti dapatkan. 

3. Triangulasi 

Triangulasi adalah "Teknik pemerikasaan keabsahan data yang 

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau 

sebagai pembanding terhadap data itu." 112 Teknik Triangulasi yang digunakan 

dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber maupun metode satu 

dengan sumber maupun metode lainnya. Patton, sebagai mana yang dikutip 

oleh Pawito menyatakan bahwa setidaknya ada 4 (empat) macam teknik 

triangulasi, yaitu: 

a. Triangulasi Data. 

b. Triangulasi Metode 

c. Triangulasi Teori 

111 Ibid, Hlm. 329. 

112 Ibid, Hlm. 330. 

97

d. Triangulasi Peneliti. 113 

Triangulasi yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah triangulasi 

data dan triangulasi metode. Teriangulasi data atau yang juga disebut sebagai 

triangulasi sumber adalah ”menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses 

sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan 

dengan persoalan yang sama.” 114 Triangulasi data ini peneliti gunakan untuk 

mengetahui konsistensi data yang peneliti dapatkan. Dalam hal ini, peneliti 

membandingakan antara pemaparan informasi yang bersumber dari kepala 

MAN Bangil, wakamad bidang sarana dan prasarana, wakamad bidang 

kurikulum, wakamad bidang kesiswaan, guru dan siswa, sehingga kesimpulan 

yang didapatkan dapat memberikan gambaran yang lebih memadai. 

Sedangkan triangulasi metode adalah ”menunjuk pada upaya peneliti 

membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu 

metode tertentu dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode lain 

mengenai suatu persoala.” 115 Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan 

antara data yang didapatkan melalui metode observasi dengan data yang 

didapatkan melalui metode dokumentasi. Hal ini penting untuk dilakukan 

sehingga data yang dihasilkan dalam penelitian ini akan dapat 

mendeskripsikan secara utuh kompetensi manajerial kepala madrasah dalam 

mengembangkan sarana dan prasarana pembelajran guna meningkatkan mutu 

pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil. 

113 Pawito, Op.Cit., Hlm. 99. 

114 Ibid, Hlm. 99. 

115 Ibid, Hlm. 99. 

98

A. Kondisi Lokasi 

BAB IV 

HASIL PENELITIAN 

1. Sejarah Singkat Berdirinya MAN Bangil 

Keberadaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil sebagai satu-satunya 

Madrasah Aliyah Negeri di wilayah Kabupaten Pasuruan, adalah berangkat dari 

sebuah tuntutan pendidikan di wilayah Bangil dan sekitarnya. Meskipun diawali 

dengan statusnya sebagai Madrasah Aliyah Swasta. Namun pada tahap berikutnya 

telah mengalami perkembangan yang sangat menggembirakan. 

Ide mengenai pendirian Madrasah Aliyah Negeri di Bangil ini muncul dari 

Pak Diyas. Beliau adalah mantan guru PGAN Mojokerto yang kemudian diangkat 

menjadi Kepala MTs. Negeri Bangil pada tahun 1970-an. Beliau melihat 

banyaknya lulusan Madrasah Tsanawiyah yang melanjutkan pendidikannya ke 

MAN Pasuruan. Kemudian beliau menggagas akan alangkah baiknya jika di 

Bangil didirikan MA Negeri. Tujuannya adalah agar para lulusan Madrasah 

Tsanawiyah di sekitar Bangil tidak perlu melanjutkan pendidikannya ke luar kota. 

Pada tahun 1982, pengurus Yayasan al-Hikmah Bangil berupaya untuk 

merealisasikan usulan dari pak Diyas tersebut. Adapun alasan yang diajukan oleh 

pengurus al-Hikmah dalam mewujudkan Madrasah Aliyah Negeri di Kecamatan 

Bangil adalah sebagai berikut: 

a. Mengingat masyarakat Bangil 95% beragama Islam, maka seharusnya ada 

suatu lembaga pendidikan Islam yang berstatus Negeri. 

99

100 

b. Bahwa di Bangil, meskipun ada Madrasah Aliyah, tetapi statusnya hanya 

sebagai madrasah swasta. 

c. Dengan adanya Madrasah Aliyah Negeri akan tercipta dengan sendirinya 

ukhuwah-islamiyah, karena siswa yang masuk dari beberapa golongan 

sesama muslim. 116 

Kemudian pada tanggal 27 Rajab 1402 H, yang bertepatan dengan tanggal 

28 Mei 1982, berdirilah Madrasah Aliyah yang berada di bawah Yayasan al- 

Hikmah. Saat itu, madrasah ini masih diberi nama Madrasah Aliyah Persiapan 

Negeri (MAP Negeri). Namun ternyata hal itu menimbulkan sebuah 

permasalahan. Setelah bediri kurang dari satu tahun, muncul ketidakpuasan dari 

pihak luar MAP Negeri. Mereka tidak menginginkan dan tidak rela jika MAP 

Negeri itu ada di Bangil. Alasan yang mereka kemukakan adalah bahwa MAP 

Negeri mematikan Madrasah Aliyah yang telah ada dan berstatus swasta. 

Untuk mengatasi permasalahan itu, maka pada tahun ajaran 1983/1984, 

MAP Negeri dikembalikan kepada Yayasan al-Hikmah yang kemudian namanya 

diganti menjadi Madrasah Aliyah al-Hikmah. Namun demikian, upaya yang 

dilakukan oleh pengelolan Madrasah Aliyah al-Hikmah tidak terhenti sampai di 

situ. Pengelola masih terus mengupayakan pendirian Madrasah Aliyah Negeri. 

Hingga kemudian, pada tahun ajaran berikutnya, yaitu pada tahun ajaran 

1984/1985, Madrasah Aliyah al-Hikmah berhasil menjadi filial (yaitu anak atau 

cabang) dari Madrasah Aliyah Negeri Pasuruan. Sehingga nama nadrasah aliyah 

116 Laporan Utama, “Perintis dan Sejarah MAN Bangil”, Majalah KreAtif, Edisi 2 Th.I I, Mei 

2006, hlm. 13.

101 

ini tidak lagi Madrasah Aliyah al-Hikmah, akan tetapi berubah menjadi Madrasah 

Aliyah Negeri Pasuruan Fillial di Bangil. 

Namun keberhasilan ini tidak membuat pengelola menghentikan upayanya 

untuk dapat mendirikan Madrasah Aliyah Negeri. Sehingga, pada tahuan ajaran 

1993/1994, tepatnnya pada 25 Oktober 1993, berdasarkan SK Depag. Nomor: 

224, Madrasah Aliyah Pasuruan Filial di Bangil secara resmi dinyatakan berdiri 

sendiri sebagai Madrasah Aliyah Negeri dengan nama Madrasah Aliyah Negeri 

Bangil yang berlokasi di Kelurahan Glanggang, Kecamatan Beji. 

Sebagai Madrasah Aliyah Negeri, MAN Bangil tidak hanya memiliki 

tanggung jawab internal –yaitu untuk membawa amanah umat dalam mendidik 

generasi muslim yang cerdas, terampil, dan islami. Namun MAN Bangil juga 

mendapat tugas untuk membina Kelompok Kerja Madrasah (KKM) sebanyak 40 

Madrasah Aliyah Swasta di wilayah Kabupaten Pasuruan. Adapun keempat puluh 

Madrasah Aliyah Swasta tersebut terdiri dari: 

a. Madrasah Aliyah Swasta yang berstatus diakui, sebanyak 4 (empat) 

Madrasah Aliyah. 

b. Madrasah Aliyah Swasta yang berstatus terdaftar, sebanyak 36 (tiga puluh 

enam) Madrasah Aliyah. 

Sejak berstatus sebagai Madrasah Aliyah Negeri, MAN Bangil hanya 

mengalami dua kali pergantian kepala madarasah. Kepala Madrasah pertaman 

MAN Bangil adalah Drs. H. Ichsan. Beliau menjabat sebagai kepala madrasah 

hingga tahun 2002. Kemudian dilanjutkan oleh Drs. H. M. Su’udy Shiddieq, M.

102 

Pd.I. Beliau telah menjabat sebagai kepala madrasah sejak pengangkatannya 

sebagai Kepala MAN Bangil pada 02 Oktober 2002. Pada masa kepemimpinan 

Bapak Su’udy inilah pembangunan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN 

Bangil mengalami perkembangan yang sangat pesat. 

MAN Bangil memiliki tiga pilihan penjurusan bagi siswa-siswanya. 

Penjurusan ini pada mulanya dilakukan pada saat siswa masuk ke kelas III –atau 

sekarang kelas XII. Namun pada saat ini, penjurusan sudah dilaksanakan pada saat 

siswa masuk ke kelas XI. Adapun ketiga pilihan jurusan itu adalah: 

a. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 

b. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) 

c. Bahasa 

Adapun dalam proses pembelajaran, MAN bangil mengklasifikasikan 

siswanya ke dalam dua junis kelas. Pertama, kelas regular. Yaitu kelas yang 

sistem pembelajarannya sesuai dengan desain pembelajaran setingkat SMA Plus. 

Pembelajaran ini mengarahkan peserta didik berhasil dalam studi di tingkat SMA, 

denga materi pelajaran umum dan agama. Adapun sistem pembelajaran ini adalah 

sistem pembelajaran yang menggunakan pendekatan PAIKEM. 

Kedua, kelas ekstensi. Yaitu kelas yang dalam proses pembelajarannya 

sebagaimana program regular, namun peserta didik memperoleh tambahan 

program pembelajaran berbasis multimedia yang mengadopsi kurikulum 

multimedia setingkat SMK. Melalui program ini, peserta didik diarahkan untuk 

menguasai beragam kreativitas multimedia. Terutama ditekankan pada pembuatan

103 

graphic, baik 2D maupun 3D serta photography and video processing. Kelas 

ekstensi ini hanya menerima siswa dengan kapasitas satu kelas pada setiap 

tahunnya. Pada kelas ekstensi ini, setiap anak diharuskan membeli komputer yang 

pembeliannya difasilitasi oleh pihak sekolah. Namun demikian, komputer yang 

siswa beli akan diserahkan kepada siswa saat siswa keluar atau lulus dari MAN 

Bangil. 

2. Visi, Misi dan Tujuan MAN Bangil 

Visi yang menjadi pemacu perkembangan MAN Bangil adalah 

Menjadikan MAN Bangil Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang Berkualitas 

Islami Kompetitif, dapat Menghasilkan Lulusan yang Cerdas, Terampil dan 

Berakhlakul Karimah. 117 Visi ini bagi warga MAN Bangil adalah sebuah 

komitmen yang kuat agar warga madrasah untuk berupaya keras mewujudkan 

profil Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil sebagai masa depan yang diminati 

masyarakat penggunanya yang antara lain memiliki indikator sebagai sekolah 

yang berkualitas antara lain: 118 

a. Unggul dalam prestasi akademik atau UAN, seleksi PTN atau PTS dan 

lembaga pendidikan tinggi lain. 

b. Unggul dalam prestasi kegiatan non-akademik, bidang ke-olehragaa-an, 

seni islami dan lomba olympiade mata pelajaran dan karya ilmiah remaja. 

117 Laporan Utama, “Upaya Menggapai Prestasi”, Majalah KreAtif, Edisi 1 Th. I, Mei 2005, hlm. 

5 

118 Ibid., hlm. 5.

104 

c. Memiliki akidah Islam yang kuat dan taat dalam menjalankan ibadah serta 

memiliki akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dan di 

luar sekolah. 

d. Dapat memberi bekal tamatan dengan keterampilan dasar life skill untuk 

masuk di dunia kerja. 

e. Memiliki lingkungan madrasah yang kondusif dengan pola manajemen 

MBS dan bernuansa Islami. 

f. Mendapat kepercayaan masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang 

diminati dengan peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat dalam 

rekrutmen siswa baru dengan selektif. 

Segala konsep yang ada pada visi sebuah lembaga, perlu untuk lebih 

dispesifikasikan ke dalam misi lembaga tersebut. Begitu pula pada MAN Bangil. 

Adapun Misi MAN Bangil dalam penjabaran visinya adalah sebagai berikut: 119 

a. Meningkatkan kualitas bidang akandemik yang dapat menghasilkan 

lulusan yang berkualitas dalam prestasi UN dan doterima di PTN 

b. Meningkatkan kualitas prestasi Bidang Non-akademik ekstra kurukuler 

yang mampu bersaing dengan sekolah umum. 

c. Meningkatkan SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki 

kompetensi dan professional 

d. Meningkatkan program pengembangan kemampuan bidang life skill atau 

teknologi Informasi (IT-Bahasa) dan keterampilan lain untuk siap kerja 

119 Renstra (Rencana Stratejik) MAN Bangil Tahun 2008 s/d 2012 (5 tahun) jangka menengah.

105 

e. Meningkatkan pengembangan sarana prasarana dan fasilitas pembelajaran 

yang dapat mendukung peningkatan mutu lulusan 

f. Meningkatkan kompetensi pemahaman dan pengamalan nilai agama dan 

terwujudnya lulusan yang berakhlakul karimah 

g. Melaksanakan peningkatan manajemen dan pelayanan pendidikan dengan 

pendekatan manajemen partisipatif yang berorientasi pada MBM menuju 

madrasah unggulan 

h. Memberdayakan peran serta masyarakat dan stake holder dalam 

pengembangan pedidikan di madrasah yang unggul dan kompetitif. 

Selain visi dan misi, setiap lembaga pasti memiliki tujuan. Hal ini 

dikarenakan tujuan lembaga atau organisasi merupakan motor penggerak yang 

juga mengarahkan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh lembaga atau 

organisasi itu. MAN Bangil sebagai lembaga pendidikan juga memiliki tujuan 

atau target sasaran. Dengan target sasaran ini, MAN Bangil dapat menentukan 

langlah-langkah apa yang akan dilakukan oleh personil MAN Bangil dalam 

mencapau tujuannya itu. Dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2010 (5 tahun 

kedepan), personil MAN Bangil diharapkan dapat merealisasikan program 

mereform penyelenggaraan madrasah dengan target sasaran sebagai berikut: 120 

a. Meningkatkan kualitas bidang akademis siswa dalam mata pelajaran 

umum maupun agama serta dapat mengangkat skor perolehan rata-rata 

perolehan NUN UAN minimal 4,50 menjadi 6,50 dan peningkatan NUN 

(+ 0,50 pertahun pelejaran). 

120 Sumber Dokumentasi Profil MAN Bangil

106 

b. Meningkatkan kegiatan non akademis diharapkan madrasah dapat 

memiliki tim olahraga (basket, volley, dan sepak bola) dan seni, kelompok 

karya ilmiah remaja yang handal dan dapat masuk nominasi dalam setiap 

ajang lomba kampanye madrasah. 

c. Siswa memiliki pemahaman dan pengalaman akidah Islam yang kuat, nilai 

ketaatan ibadah yang tinggi serta performen perilaku yang Islami serta 

mampu memiliki keterampilan praktis keagamaan sebagai bekal hidup di 

masyarakatnya. 

d. Siswa lulusan yang tidak melanjutkan ke PTN telah memiliki bekal 

keterampilan dasar (life skill) seperti: tata busana, elekro dasar, dan 

kemampuan bahasa inggris-arab minimal tingkat intermediatifed. 

e. Terciptanya madrasah yang memiliki SDM yang berkualitas serta iklim 

kerja penuh kekeluargaan dan ukhuwwah islami, memiliki semangat 

keunggulan, bervisi ke depan dengan komitmen memberdayakan 

kualifikasi madrasah serta sistem manajemen madrasah yang transparan 

dan akuntabel. 

f. Selama lima tahun kedepan MAN Bangil dapat melengkapi sarana 

prasarana pokok dan memadai untuk pembelajaran secara bertahap 

meliputi: ruang kelas yang cukup, laboratorium IPA-Fisika, perpustakaan, 

dan laboratorium bahasa, laboratorium komputer, serta ruang operation 

room, dan ruang multimedia, ruang internet dan masjid sekolah, serta 

ruang bengkel kerja keterampilan.

3. Struktur Organisasi MAN Bangil 

Komite Madrasah 

Waka Bid. Akademik 

Pembina MGMP 

Pembina Prestasi 

Koord. MAPEL (IPA-IPS-BHS) 

Pembina Perpus 

Team Litbang 

Waka Bid. Kesiswaan 

Pembina OSIS 

Pembina Olah Raga 

Pembina Seni 

Pembina Tatib/BP 

Struktur Organisasi MAN Bangil 

Kepala Madrasah 

Wali Kelas 1-3 

Siswa/Siswi MAN Bangil 

Waka Bid. Sarana-Humas 

Perwakilan Kelas 

Perwakilan Wali Murid 

Pemb. Info-kom 

Pembina Lab. 

KA. Tata Usaha 

Waka Bid. Non-Akademik 

Pembina Latihan Drama 

Koord. Pemb. Bahasa 

Pemb. SKM Keagamaan

4. Keadaan Personil MAN Bangil 

108 

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil memiliki tenaga pengajar yang 

terdiri dari sarjana S1 dan S2. Keseluruhan tenaga pengajar ini adalah tenaga 

pengajar yang professional di bidangnya. Secara kualitatif, tenaga pengajar yang 

ada cukup berkualitas untuk mengantarkan siswa dalam prestasi. Hal ini terutama 

didukung oleh pelaksanaan pengajaran yang menggunakan sistem PAIKEM 

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan). Di sisi lain, 

keberadaan tenaga ketatausahaan yang siap melayani siswa dalam menuntut ilmu, 

juga menjadi faktor penunjang kualitas sumber daya manusia (SDM) di MAN 

Bangil. 

Berdasarkan penggalian data yang telah peneliti lakukan, maka dapat 

diketahui tingkat pendidikan yang telah dilalui oleh tenaga pengajar di Madrasah 

Aliyah Negeri (MAN) Bangil. Meskipun jumlah tenaga pengajar yang telah 

menempuh pendidikan S2 hanyalah minoritas, akan tetapi hal ini telah 

menunjukkan perkembangan yang berarti. Berikut peneliti sajikan tabel keadaan 

tingkat pendidikan tenaga pendidik di MAN Bangil. 121 

TABEL.1 

Keadaan Tenaga Pendidik MAN Bangil 

No Uraian 

Pendidikan Terakhir 

S-2 S-1 D3 SMU SLTP 

1 Guru tetap 7 29 - - - 

2 Guru DPK Diknas - 1 - - - 

3 Guru tidak tetap - 15 2 - - 

JUMLAH 

121 Sumber dokumentasi data ketenagaan MAN Bangil 

jumlah

109 

Adapun keadaan tenaga administrasi atau tata usaha juga karyawan di 

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil, adalah sebagai berikut: 122 

TABEL. 2 

Keadaan Tenaga Administrasi/TU dan Karyawan di MAN Bangil 

No Uraian 

Pendidikan Terakhir 

S-1 SMU SLTP SD 

jumlah 

1 Pegawai Tetap 2 - - - 2 

2 Pegawai Tidak Tetap 7 5 - 1 13 

3 Pembina Ekstra - 5 - - 5 

JUMLAH 20 

Berdasarkan kedua table tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah guru dan 

karyawan MAN Bangil yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah 

sebanyak 38 (tiga puluh delapan) orang. Sedangkan sisanya adalah pegawai tidak 

tetap dan satu orang merupakan pegawai DPK Diknas. Jika dilihat dari 

penguasaan materi ajar, maka tenaga pendidik di MAN Bangil telah cukup 

menguasai. Hal ini dikarenakan hampir keseluruhan dari tenaga pendidik meng- 

ampu mata pelajaran yang sesuai dengan jurusannya saat menempuh pendidikan 

di D3, S1, maupun S2. 

5. Keadaan Siswa-Siswi MAN Bangil 

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009, mulai dari kelas X hingga 

kelas XII mencapai 800 siswa yang terdiri dari 267 siswa dan 533 siswi, 

sedangkan 2 siswa lainnya mengalami drop out. Sehingga sampai tahun ajaran 

122 Ibid.

N 

O 

110 

2008/2009, jumlah siswa yang belajar di MAN Bangil adalah 798 siswa. Adapun 

keterangan lengkap mengenai jumlah siswa dapat dilihat pada tabel di bawah 

ini: 123 

NO 

1 

2 

TABEL. 3 

Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2008/2009 

Keadaan Siswa 

Jumlah 

Drop Out 

Kelas X 

L P 

97 201 

Kelas XI 

L P 

85 183 

Kelas XII 

L P 

83 149 

2 

Keadaan siswa, jika dilihat dari lulusannya, maka dapat diketahi bahwa – 

setidaknya- dalam lima tahun terakhir ini, siswa dan siswi MAN Bangil selalu 

lulus 100%. Berikut ini peneliti sajikan rekapitulasi hasil kelulusan Ujian 

Nasional MAN Bangil: 124 

1 

2 

3 

4 

5 

TABEL. 4 

Rekapitulasi Hasil Kelulusan Ujian Nasional MAN Bangil 

Th.Pel 

2003/2004 

2004/2005 

2005/2006 

2006/2007 

2007/2008 

Lulus 

Bahasa 

Tidak 

46 - 

46 - 

41 - 

42 - 

28 - 

Jumlah Peserta per Program 

IPA 

IPS 

Lulus Tidak Lulus Tidak 

77 - 91 - 

89 - 91 - 

98 - 97 - 

83 - 108 - 

70 - 42 - 

Jumlah Total 

Lulus 

214 

226 

236 

233 

140 

Tidak 

- 

- 

- 

- 

- 

Berdasarkan data lulusan pada tahun ajaran 2007/2008 dengan peserta 

UAN sebanyak 140 siswa yang keseluruhan peserta UAN dinyatakan lulus, dapat 

diketahui kuantitas siswa yang melanjutkan pendidikannya, maupun bekerja. 

123 Sumber Dokumentasi MAN Bangil 

124 Sumber Dokumentasi MAN Bangil

111 

Berikut ini peneliti sajikan data lulusan MAN Bangil pada tahun ajaran 2007/2008 

adalah sebagai berikut: 125 

Jumlah 

140 

Dinyatakan Lulus 

TABEL. 5 

Data Lulusan Tahun Ajaran 2007/2008 

140 

PTN 

20 

PTS 

44 

Mondok 

Melanjutkan 

25 

Bekerja 

42 

Tidak 

melanjutkan 

Kegiatan pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Bangil 

dirancang dalam berbagai jenis kegiatan pembelajaran. Di antara jenis-jenis 

kegiatan itu adalah sebagai berikut: 126 

a. Pembelajaran intra dari jam 07.00 dimulai dengan berdo’a dan membaca 

al-Qur’an dan diakhiri pada pukul 13.50 

b. Pembinaan dan bimbingan prestasi dan remidi 

c. Bimbingan belajar untuk mata pelajaran Ujian Nasional 

d. Menggunakan Team Teaching untuk mata pelajaran Ujian Nasional dan 

mata pelajaran tertentu 

e. Pembinaan Bahasa Inggris, Jepang, dan Bahasa Arab dalam language day 

f. Pembinaan computer dan keterampilan lain 

125 Sumber Dokumentasi MAN Bangil 

126 Sumber data brosur MAN Bangil 

9

6. Keadaan Sarana dan Prasarana MAN Bangil 

112 

Sarana dan Prasarana pembelajaran yang ada di MAN Bangil sangat 

memadai dan representatif. Penataan dan pengelolaan sarana dan prasarana yang 

baik telah dapat menciptahakan suasana yang nyaman untuk kegiatan belajar 

mengajar, kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Kesemua sarana dan prasarana ini 

berorientasi pada pengembangan kompetensi peserta didik. 

Secara keseluruhan, luas bidang tanah yang dimiliki oleh MAN Bangil 

adalah sebesar 6.505 M 2 . Tanah itu terdiri dari dua lahan, yaitu lahan yang berada 

di utara jalan yaitu pada tanah persil-1, seluas 3.130 M 2 . Dan lahan yang berada di 

selatan jalan yaitu pada tanah persil-2, seluas 3.375 M 2 . 127 Kedua tanah itu telah 

besertivikat hak pakai. Sedangkan luas bangunan di MAN Bangil, baik yang 

berada di tanah persil-1 dan tanah persil-2 jumlahnya mencapai 3.81 M 2 . Sisa 

tanahnya dipergunakan untuk lapangan olah raga, yaitu lapangan basket, lapangan 

Volley, dan lapangan tenis meja. 

Adapun pun pada bidang tanah persil-1 terdiri dari beberapa ruangan. 

Ruangan-ruangan tersebu adalah: ruang Kepala Madrasah, ruang Wakamad, ruang 

Guru, ruang Tata Usaha, Laboratorium IPA, 11 (empat belas) ruang kelas, ruang 

UKS, ruang kesenian, ruang OSIS, ruang keterampilan, kantin, dan gudang. 

Sedangkan pada bidang tanah persil-2, juga terdiri dari beberapa ruangan. Ruang- 

ruang tersebut, adalah: 3 (tiga) ruang kelas ekstensi, 6 (enam) ruang kelas reguler, 

ruang perpustakaan, ruang tatib/BP, ruang TI, Laboratorium AVA, Laboratorium 

Bahasa, Laboratorium komputer, Hall keagamaan multi fungsi yang juga 

127 Sumber Data Dokumentasi

113 

sekaligus Masjid madrasah, Lapangan olah raga berupa: lapangan basket dan 

volley, juga ruang pertemuan multi fungsi sekaligus sebagai ruang baca, koprasi, 

dan kantin. 

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan 

ruang kelas yang dimiliki oleh MAN Bangil adalah 20 (dua puluh) ruang kelas. 

Kelas-kelas ini digunakan dengan perincian sebagai berikut: 

a. Kelas XI menempati 7 (tujuah) ruang kelas 

b. Kelas XII menempati 7 (tujuh) ruang kelas 

c. Kelas XII menempati 6 (enam) ruang kelas. 

B. Penyajian Data 

Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah merupakan salah satu dari 

kompetensi manajerial yang harus dimiliki oleh kepala madrasah. Dalam 

pengelolaan ini, setidaknya ada tiga kegiatan yang merupakan satu rangkaian 

proses pengelolaan sarana dan prasarana pembelajaran. Ketiga kegiatan ini adalah 

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atas pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran. Ketiganya merupakan sebuah siklus yang tidak selesai pada tahap 

tertentu, akan tetapi bergulir secara terus menerus dan berkelanjutan. 

1. Perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran oleh 

kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil 

Perencanaan merupakan bagian dari pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran. Seiring dengan hal itu, Wakamad bidang Sarana dan Prasarana juga 

mengungkapkan bahwa pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran tidak

114 

dilaksanakan dengan asal-asalan, akan tetapi melalui musyawarah dengan 

beberapa pihak. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan Wakamad bidang 

Sarana dan Prasarana: 

“Kita rancang selama lima tahun berdasarkan visi dan misi. Nah itu 

nggak hanya kita sekedar buat, tapi melalui proses musyawarah 

dari waka-waka itu. Waka kesiswaan, kurikulum ya waka 

akademis itu, kemudian waka humas, dan saya sendiri waka 

sarana. Nah, itu membuat suatu rancangan, kemudian nanti dishare 

dengan bapak kepala madrasah…“ 128 

Oleh karena itu, pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

sangatlah perlu direncanakan secara terprogram dan kritis. Sehingga, perencanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil dilakukan 

dengan berbasis pada program. Maksudnya adalah, perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran ini, dilakukan sesuai dengan program 

pembelajaran yang akan dilakukan di MAN Bangil. Hal ini sebagaimana hasil 

wawancara yang peneliti lakukan sebagai berikut: 

“Sarana itu memang menjadi persyaratan mutlak, perencanaannya 

juga harus bertahap, dan perencanaan kritis. Perencanaan kritis itu 

tidak sekedar misalnya mari nggawe iki ngawe iki nggawe iki, 

tanpa ada program, jadi sekarang itu berbasis program, 

perencanaan sarana berbasis program. Program peningkatan 

kualitasnya itu apa, maka sarana itu yang dibikin. Jadi jangan 

mengembangkan sekolah itu, misalnya tidak ada program dengan 

asal “wes mari ngono nggawe jedeng, jedeng rampung nggawe 

ini,” yang tidak banyak manfaat.” 129 

Berdasarkan hasil pemaparan tersebut, maka dapat diketahui bahwa 

pengembangan sarana dan prasarana di MAN Bangil tidaklah dilakukan secara 

128 Wawancara dengan Drs. M. Faridhon, (wakamad bidang sarana dan prsarana MAN Bangil) 

pada tanggal 20 Februari 2009, pukul 13.00-13.40 WIB. 

129 Wawancara dengan Drs. H. M. Su’udy Shiddieq, M. Pd.I (Kepala MAN Bangil) pada 18 Maret 

2009 pukul 13.50-15.37 WIB

115 

asal-asalan. Akan tetapi, pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran ini 

dilakukan dengan membuat sebuah perencanaan. Perencanaan ini didasarkan pada 

visi dan misi MAN Bangil. Selain itu, penyusunan perencanaan juga disesuaikan 

dengan program peningkatan kualitas yang ingin dicapai oleh madrasah. Dalam 

hal ini, maka pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran adalah untuk 

mendukung pencapaian terhadap kualitas yang dinginkan. 

Sedangkan untuk penyusunan perencanaan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran, dilakukan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Hal ini 

sebagaimana hasil wawancara yang peneliti lakukan di bawah ini: 

“…Sebelum PMB, penerimaan murid baru, itu kita sudah 

merancang namanya kalo, kita itu sebelumnya ada stratejik, jadi 

rancangan-rancangan selama lima tahun itu kita harus punya.” 130 

Kepala MAN Bangil juga mengungkapkan hal yang sama. Berikut hasil 

wawancara peneliti dengan Kepala MAN Bangil: 

“Biasanya sebelum tahun ajaran baru. Jadi perencanaan tahunan. 

Jadi kalo misalnya renstra itu dimuali tahun 2008, ya itu tidak 

menyimpang dari renstra yang pertama. Nah nanti menjelang tahun 

ajaran baru, bulan mei, itu sudah mulai kumpul-kumpul.” 131 

Hal senada juga diungkapkan oleh Wakamad bidang Kesiswaan. Berikut 

ini hasil wawancara peneliti dengan Wakamad bidang Kesiswaan: 

“Dalam hal ini biasanya sebelum tahun ajaran dimulai…” 132 

130 

Wawancara dengan Drs. M. Faridhon, (wakamad bidang sarana dan prsarana MAN Bangil) 

pada tanggal 20 Februari 2009, pukul 13.00-13.40 WIB. 

131 

Wawancara dengan Drs. H. M. Su’udy Shiddieq, M. Pd.I (Kepala MAN Bangil) pada 18 Maret 

2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

132 

Wawancara dengan Bustanul Arifin, M. Pd (Wakil Kepala Madrasah bidang Kesiswaaan MAN 

Bangil) pada 20 Maret 2009 pukul 08.36-08.46

116 

Hal ini juga disampaikan oleh Wakamad bidang Kurikulum. Berikut hasil 

wawancara peneliti dengan Wakamad bidang Kurikulum: 

“Biasanya sebelum tahun ajaran baru. Jadi kayak gini ini, pada 

tahun ajaran baru. Ini kan agenda kita. Nah ini kemudian kita break 

down, untuk kebutuhan sarananya berarti ke pak faridhon.” 133 

Kemudian, dalam perencanaan sarana dan prasarana pembelajaran, 

tentulah melibatkan berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang turut membuat 

perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran adalah 

sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala MAN Bangil berikut ini: 

“Yang dilibatkan, komite, pengurus komite, kemudian para guru, 

kemudian tata usaha. Staff tata usaha dia ikut, Karena dia jadi 

fasilitator pelayanan, kemudian guru menjadi pengguna, pengguna 

fasilitas itu.” 134 

Hal ini juga diungkapkan oleh Wakamad bidang Kesiswaan dalam 

wawancara dengan peneliti sebagai berikut: 

“Yang kalau diajak bicara, memang komite, waka, dan bapak 

kepala madrasah….” 135 

Selanjutnya, Wakamad bidang Kurikulum menambahkan bahwa petugas 

laboratorium juga dilibatkan dalam perencanaan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran di MAN Bangil. Berikut hasil wawancara peneliti dengan 

Wakamad bidang Kurikulum: 

133 

Wawancara dengan Drs. Abu Nasir, M. Ag (Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum MAN 

Bangil) pada 18 Maret 2009 pukul 09.10-09.26 WIB 

134 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

135 


Bangil) pada 20 Maret 2009 pukul 08.36-08.46

“O … misalnya, tentu kepala sekolah, ya! Yang kedua adalah 

wakil kurikulum sendiri, yang ketiga, waka sarana prasarana, tapi 

juga kesiswaan. Karena kesiswaan tentu dia banyak kegiatan yang 

membutuhkan sarana baru. Lalu juga, ini, petugas-petugas lab-lab. 

Lab. IPA, lab. BHS, perpustakaan, jadi penanggunjawab pada 

setiap unit-unit program.” 136 

117 

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka pihak-pihak yang terkait 

dalam perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran adalah 

kepala madrasah, wakil kepala bidang sarana dan prasarana, wakil kepala bidang 

kurikulum, wakil kepala bidang kesiswaan, wakil kepala bidang humas, guru, 

penanggung jawab setiap unit, staff tata usaha, komite madrasah, dan wali murid. 

Pihak-pihak inilah yang –baik secara langsung maupun tidak langsung- berperan 

dalam perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN 

Bangil. 

Dalam perencanaan itu sendiri, tentu saja tidak terlepas dari hal-hal yang 

dijadikan dasar dalam perencanaan pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran itu sendiri. Adapun dasar dari perencanaan pengembangan saran 

dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil adalah visi dan misi MAN Bangil 

yang tertuang di dalam renstra. Berikut ini pemaparan dari Wakamad bidang 

Sarana dan prasarana: 

“… jadi melalui renstra, nah itu lima tahun. Kita buat lima tahun 

ke depan dan itu berdasarkan acuan visi misi. Jadi dari visi misi dibreakdown 

apa aja yang untuk pendidikan, untuk PBM, untuk olah 

raga, untuk keterampilan, untuk ekstra. Sudah terencana dengan 

sendirinya.” 137 

136 Wawancara dengan Drs. Abu Nasir, M. Ag (Wakil Kepala Madrasah bidang Kurikulum MAN 



pada tanggal 20 Februari 2009, pukul 13.00-13.40 WIB.

118 

Berikut ini peneliti sajikan rentra MAN Bangil yang merupakan dasar 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil untuk tahun 

2008-2012. 138 

Tujuan 

Sasaran 

Cara mencapai 

tujuan 

TABEL. 6 

Rencana Stratejik 

(RENSTRA) 

Madrasah Aliyah Negeri Bangil Kabupaten Pasuruan 

Tahun 2008-2012 (5 tahun ke depan-jangka menengah) 

Uraian 

Indikator 

Kebijakan 

Program 

Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana 

pendukung dan fasilitas pendidikan di madrasah 

Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana 

yang memadai 

Out puts : tersedianya fasilitas sarana prasarana 

yang menunjang peningkatan mutu 

lulusan 

Out Comes: Kualitas lulusan meningkat 

Mengembangkan dan meningkatkan fsilitas dan 

sarana prasarana secara periodik 

Peningkatan sarana prasarana pendukung 

pelaksanaan pembelajaran di madrasah 

(laboratorium dan perpustakaan ) 

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Kepala MAN Bangil di 

bawah ini. Kemudian, Kepala MAN Bangil menambahkan bahwa kebutuhan 

mendesak juga dapat dijadikan sebagai dasar perencanaan pengembangan saran 

dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil. Berikut ini pemaparan beliau dari 

wawancara yang telah peneliti lakukan: 

138 Sumber dokumentasi Rencana Stratejik MAN Bangil Tahun 2008-2012

“Dasarnya ya program itu tadi, renstra kita itu. Renstra sekolah itu 

kan di situ ada pengembangan sarana prasarana. Program pokok, 

program pokok nanti di-break down menjadi perencanaanperencanaan 

tahunan. Jadi rencana startegis itu 5 tahun atau 4 

tahun. Kemudian di-break down menjadi sarana apa tahun pertama 

itu. Tahun kedua, sarana ini yang belum ada. Tahun ketiga sarana 

ini. Itu dasarnya adalah rencana stratejik. Yang kedua berdasarkan 

kebutuhan yang sangat mendesak. Ada kebutuhan insidental. 

Misalnya seperti program laptop-isasi guru. Itukan dulu ndak 

direncanakan, tapi karena tuntutan, artinya mendadak, jadi program 

yang insidental. Itu dasarnya itu. Itu payung hukum internal adalah 

kesepakatan komite, wali murid dan dan kepala.” 139 

119 

Adapun perencanaan tahunan dalam bidang sarana dan prasarana 

pemeblajaran adalah sebagi berikut: 140 

No 

1 

2 

TABEL. 7 

PROGRAM KERJA BIDANG SARANA / PRASARANA 

MAN BANGIL TAHUN 2008 – 2009 

Jenis dan Tujuan Kegiatan 

Pengaturan kelas / ruang kelas yang 

meliputi pengaturan meja guru dan 

meja siswa, kursi guru dan kursi 

siswa, kursi guru dan kursi siswa, 

pemberian tanda atau nama ruang agar 

teratur dan rapi. 

Pengadaan alat administrasi guru dan 

kelas yang meliputi buku jurnal, buku 

absen kelas, buku absen guru mata 

pelajaran, buku daftar nilai guru mata 

pelajaran, tata tertib siswa. Tujuannya 

Waktu Pelaksanaan 

Dilaksanakan dan 

dipersiapkan pada 

awal tahun pelajaran 



awal tahun ajaran 

Keterangan 

Sewaktu – 

waktu bisa 

139 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

140 

Sumber dokumentasi program kerja bidang sarana dan prasarana MAN Bangil tahun 2008-2009 

terjadi 

perubahan 

formasi. 

Sewaktu – 

waktu adanya 

penambahan 

dan 

penggantian

3 

4 

5 

6. 

agar supaya fungsi masing – masing 

menjadi jelas. 

Pengadaan alat kebersihan yang 

meliputi penyapu, ember, selabar, 

tempat cuci tangan, penyemprot 

nyamuk, sabun cuci, pembersih kaca, 

penyapu bulu, tong sampah agar 

supaya terjaga kebersihan semua 

ruangan baik ruangan kepala sekolah, 

ruangan tata usaha, ruang guru, ruang 

BP, ruang laboratorium, ruang 

komputer dan lain – lain. 

Pengadaan alat kemanan seperti 

kunci, rantai kunci gembok, senter. 

Agar supaya lingkungan sekolah tetap 

aman dari gangguan seperti pencurian. 

Pengadaan alat penerangan seperti 

lampu pijar, lampu TL, lampu sorot 

agar supaya semua ruanhg dan 

lingkungan sekolah selalu terang atau 

dengan kata lain apabila cuaca gelap 

maka dapat diatasi dengan alat 

penerangan tersebut. 

Pengadaan alat tanda bunyi seperti 

bel untuk memberikan kode atau 

bunyi tanda masuk kelas, istirahat dan 

Dilaksanakan pada 

awal tahun ajaran dan 

kontinyu 



kontinyu 



kontinyu. 



120 

alat 

administrasi. 

Sewaktu – 

waktu akan 

terjadi 

penambahan 

terhadap 

barang yang 

cepat habis 

dipakai. 

Suatu saat 

akan ada 

penggantian 

alat 

kemanana. 

Suatu saat 

akan ada 

penggantian 

alat 

penerangan

7 

8 

9 

10 

11 

pulang. 

Pengadaan alat atau sound system 

seperti microphone, speaker, 

amplipier, mixer, power, wireless, 

tape recorder, megaphone; untuk 

membantu kelancaran seperti upacara 

dan pemberian informasi lainnya. 

Pengadaan alat elektronik seperti 

televisi, komputer, LCD, OHP, 

printer, mesin tik, mesin sheet, dan 

lain – lain dengan maksud untuk 

mempermudah dan mempercepat 

proses administrasi sekolah seperti 

pengetikan dan penyampaian 

administrasi maupun informasi. 

Pengadaan alat pendingin seperti 

kipas angin, AC, Kulkas; dengan 

maksud agar suasana tidak terlalu 

panas dan gerah sehingga 

menimbulkan kenyamanan ruangan 

Pengadaan alat kebersihan 

lingkungan sekolah seperti alat 

pemotong rumput (arit) dan mesin 

pemotong rumput; agar supaya 

halaman sekolah tetap terjaga bersih 

dan rapi. 

Pengadaan alat dan ruang internet, 

Dilaksanakan atau 












121 

Program ini

karena adanya program RSKM; agar 

supata semua administrasi dan 

informasi menjadi mudah. 



122 

Selanjutnya, Wakamad bidang Kesiswaan menambahkan adanya 

kebutuhan jangka pendek dan jangka pajang sebagai dasar perencanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil. Berikut ini 

hasil wawancara peneliti dengan Wakamad bidang Kesiswaan: 

“Yang pertama dari kebutuhan mendesak, kebutuhan mendesak 

dalam artian jangka pendek apa yang harus segera ada. Kemudian 

jangka panjang, itu juga kebutuhan apa yang bisa dirancang, baik 

itu keperluan siswa, maupun peningkatan kualitas belajar mengajar 

bapak ibu guru. Dalam hal jangka panjang, mungkin LCD Karena 

bapak ibu guru sekarang sudah banyak yang menggunakan laptop. 

Otomatis perkelas nanti ke depan, harus ada LCD proyektor 

sehingga bapak ibu guru akan matching antara membawa laptop 

dengan LCD proyektor.” 141 

akan berjalan 

Sedangkan Wakamad bidang Kurikulum menyatakan bahwa dasar 

perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran adalah program 

pembelajaran itu sendiri dan juga kebutuhan-kebutuhan lainnya yang bersifat 

insidental. Berikut ini hasil wawancara peneliti terkait yang merupakan penjelasan 

141 Wawancara dengan Bustanul Arifin, M. Pd (Wakil Kepala Madrasah bidang Kesiswaaan MAN 

Bangil) pada 20 Maret 2009 pukul 08.36-08.46 

setelah 

adanya 

kesepakatan 

minimal 

antara 

sekolah dan 

komite

123 

dari Wakamad bidang Kurikulum terkait dengan dasar perencanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil: 

“Ya tentu ini secara umum adalah kebutuhan, program. Pertama 

adalah program pembelajaran kita. Misalnya dalam satu tahun 

ajaran ini, pembelajaran kita akan seperti apa, itu sudah kita 

rencanakan. Misalnya kita buka kelas ekstensi. Wajah kelas 

ekstensi itu seperti apa, orientasinya ke mana, kebutuhan atau 

fasilitasnya apa, lalu kebutuhan sarananya apa. Nah di situ, tahuntahun 

kemudian, kita sudah rancang, dan tahun ini berarti harus 

terpenuhi. …. Nah, jadi berdasarkan program pembelajaran yang 

dirancang selama satu tahun, satu. Yang kedua, berdasarkan 

kebutuhan-kebutuhan insidental. Misalnya kita memerlukan sebuah 

kelas untuk moving, moving class, bertarti kebutuhannya apa. Ada 

LCD, ada laptop, ada kelas yang dirancang seperti itu. Jadi saya 

kira, memang tidak seyogyanya sebuah sekolah langsung 

mempunyai ini itu, kalo memang pembelajaran belum dirancang ke 

situ. Jadi pembelajaran dirancang, lalu dari pembelajaran itu 

kebutuhannya apa, nah dari situlah kita akan membuatnya. Kecuali 

kayak prasarana lho ya! Prasarana kayak gedung, itu jelas 

dibutuhkan, kan?! Itu kadang-kadang tidak pakek rencana 

pembelajaranpun, gedung sudah tersedia. Ini sudah tersedia. Jadi, 

ada juga yang seperti itu. Jadi ada yang memang gedungnya sudah 

disiapkan. Tetapi untuk fasilitas pembelajaran, ya, alat-alatnya, 

medianya, itu kan butuh perencanaan pembelajaran. Secara umum, 

itu berarti dari kurikulum. Jadi dari kurikulum yang dirancang 

dalam satu tahun itu.” 142 


Bangil) pada 18 Maret 2009 pukul 09.10-09.26 WIB

Berikut ini peneliti sajikan Rencana Induk Pengembangan Madrasah (RIPM) Madrasah Aliyah Negeri Bangil 2003-2007, sebagai 

dasar pengembangan sarana prasarana pembelajaran di MAN Bangil yang telah ada saat ini. 143 

Program Prioritas 

Bidang 

Sarana-Prasarana 

2003-2004 

2 ruang 

RKB (lantai 

I) 

3 ruang 

RKB (lanai 

II) 

Lapangan 

Basket 

Sarana life 

skill tata 

busana 

500 buah 

buku 

pelajaran 

- 

- 

- 

- 

- 

TABEL. 8 

RIPM MAN Bangil 2003-2007 

Tahap I 

2004-2005 

3 ruang RKB - 

(lantai II) 

Musholla- - 

fasilitas 

keagamaan 

Sarana life - 

skill ekeltro 

500 buah - 

buku 

pelajaran 

2005-2006 

2 ruang Lab - 

(IPA-BHS) 

1 ruang - 

perpustakaa 

n 

Sarana - 

otomotif 

500 buah - 

buku 

pelajaran 

143 Sumber Dokumentasi Visi-Misi dan Program Kerja MAN Bangil Tahun ke II 2004-2005 

Tahap II 

2006-2007 

1 ruang lab. - 

Fisika 

Alat - 

keterampila 

n kayu- las. 

500 buah - 

buku 

pelajaran 

TARGET 

Hasil-Tercapai s/dTh.2007 

2006-2007 

Melangkapi sarana 

pembelajaran 

Sda 

Sda 

Tersedianya alat 

keterampilan 

Tertib KBM seluruh kelas 

Sumber 

Biaya 

Swadaya 

Proyek 

APBN 

Swadaya 

124 

ortu 

Opras/infaq

125 

125 

Hal itu tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan oleh salah seorang 

tenaga pengajar di MAN Bangil, Bu Alwiyah, S. Ag. Beliau mengungkapkan 

bahwa dasar perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

adalah kebutuhan sekolah. Selain itu, beliau menambahkan bahwa dalam 

perencanaan kebutuhan oprasional, maka guru dapat memberikan usulan kepada 

pihak madrasah. Berikut ini pemaparan beliau dari hasil wawancara yang peneliti 

lakukan: 

“Iya, nak. Jadi, kan pihak sarana prasarana sendiri itu, mau 

menyiapkan segala sesuatunya itu kan berdasarkan kebutuhan 

sekolah.” 144 

Secara umum, yang menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran adalah kebutuhan madrasah. Manurut 

waktunya, maka kebutuhan madrasah ini terbagi ke dalam kebutuhan jangka 

pendek dan kebutuhan jangka panjang. Berdasarkan sifatnya, kebutuhan madrasah 

terbagi ke dalam kebutuhan yang terprogram dan kebutuhan insidental. 

Kebutuhan yang terprogram adalah berbagai macam kebutuhan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran yang telah direncanakan pada renstra. 

Sedangkan kebutuhan insidental, merupakan kebutuhan yang belum 

direnacanakan dalam restra. Namun demikian, baik yang terprogram maupun 

yang dinsidental, keduanya merupakan dasar dalam pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran. 

144 Wawancara dengan Alwiya, S. Ag (Guru) pada 18 Maret 2009 pukul 13.30-13.40

126 

126 

Adapun cara kerja perencanaan pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran di MAN Bangil adalah sebagaimana yang dipaparkan oleh kepala 

madrasah sebagai berikut: 

“…Masukan dari guru, perlu apa nggak itu menjadi –dalam rapat 

dinas- itu banyak usulan dari dia. Kalau tidak ada usulan dari dia, 

maka kreativitas kepala sekolah. Memandang ke depan itu apa 

yang perlu. Habis itu dibuat draft disampaikan ke komite. Pengurus 

komite membicarakan dan bagaimana solusinya, termasuk 

pendanaan. Kalau sudah itu menjadi persetujuan komite, kemudian 

transfer ke wali murid. Diflorkan ke wali murid. Wali murid setuju, 

berarti jalan. Wali murid tidak setuju atau menawar, maka komite 

dan sekolah biasanya akan mengikuti tawaran wali murid.” 145 

Pentingnya usulan dari guru dalam tahap awal perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil juga diakui oleh Bu Alwiyah, 

S. Ag. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan beliau: 

“… sekolah ini kan tidak hanya kepala sama wakanya, tetapi 

operasionalnya sendiri kan, ya dalam hal ini tadi, guru 

mengusulkan. Misalnya, “pak! Saya butuh ini, butuh ini.” Nah, itu 

akhirnya di-handle sama sarpras. Tapi disamping itu, sarpras 

biasanya juga meng-crosschek apa yang kurang. Jadi penyediaan 

tidak hanya, tidak hanya terpaku pada apa yang disurvey oleh 

sarpras semata, tapi juga usulan dari para guru. Apa sarana apa saja 

yang dibutuhkan.” 146 

Hal ini diperkuat dengan pernyataan wakil kepala madrasah bidang 

kurikulum, bahwa perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

adalah disesuaikan dengan kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran selama 

proses pembelajaran. Daftar kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran ini, 

kemudian di teliti terlebih dahulu oleh wakil kepala madrasah bidang sarana dan 

145 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

146 

Wawancara dengan Alwiya, S. Ag (Guru) pada 18 Maret 2009 pukul 13.30-13.40

127 

127 

prasarana pembelajaran untuk kemudian disusun pengajuannya kepada pihak 

sekolah –dalam hal ini adalah kepala madrasah. Berikut ini hasil wawancara 

peneliti dengan wakil kepala bidang kurikulum: 

“… Di sini, fungsi dari kurikulum adalah mengajukan atau 

menyampaikan atau menginventarisir kebutuhan-kebutuhan sarana 

prasarana yang dibutuhkan selama proses pembelajaran itu…. Di 

situ, kita berkoordinasi dengan waka sarana prasarana, kemudian 

waka sarana prasaranalah yang lalu membuat rencana 

anggarannya, kebutuhan-kebutuhan ini, kemudian di-cross-check, 

diperiksa, diteliti, bener nggak kebutuhan ini, dan seberapa jauh 

kebutuhannya atau efektifitasnya, dan kemanfaatannya. Kemudian 

setelah itu, baru diajukan ke kepala sekolah untuk meminta 

persetujuan sekaligus meminta anggaran.” 147 

Selanjutnya wakil kepala madrasah bidang sarana dan prasarana 

menambahkan bahwa selain masukan dari guru, perencanaan pengembangan juga 

disusun berdasarkan kebutuhan periode sebelumnya. Hal ini sebagaimana hasil 

wawancara peneliti berikut ini: 

“Berdasarkan kebutuhan tahun yang kemarin. Jadi kebutuhan tahun 

kemarin kita evaluasi, kemudian apa yang masih kurang. 

Umpamanya sekarang sederhananya, ya! Mengenai ATK. ATK 

dalam satu tahun untuk kertas, sekia ram, untuk ini, sekiansekian.” 

148 

Berdasarakan hasil pemaparan tersebut, maka dapat diketahui bahwa 

perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil 

dilakukan dengan cara menerima usulan yang berasal dari dewan guru. Usulan ini 

kemudian dikoordinir oleh wakil kepala bidang kurikulum dan disesuaikan 

dengan program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selain itu, usulan juga 




pada tanggal 11 Maret 2009, pukul 11.00-13.30 WIB.

128 

128 

dapat disampaikan pada rapat koordinasi antara kepala madrasah, para wakil 

kepala madrasah, dewan guru dan staff tata usaha. Setelah itu, wakil kepala 

madrasah bidang sarana dan prasarana melakukan pengecekan, pemeriksaan dan 

penelitian terhadap usulan yang diajukan. Selain itu, perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran juga dilakukan dengan mengevaluasi 

kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran pada periode sebelumnya. 

Bersumber dari kedua hal itulah, kemudian disusunlah sebuah draft 

perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. Draft 

perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran ini kemudian 

disampaikan pada pengurus komite madrasah. Jika pengurus komite madrasah 

menyetujui, maka kepala madrasah berserta staffnya mensosialisasikannya kepada 

wali murid. Dan jika wali murid setuju, maka draft perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran itu menjadi perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran yang kemudian dijadikan patokan dalam 

pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelakaran di MAN Bangil. 

2. Pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran oleh 

kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil 

Pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan 

dengan partisipasi dari komite madrasah dan Wakamad bidang Sarana dan 

Prasarana. Kepala MAN Bangil menjelaskan sebagaimana wawancara peneliti 

dengan Kepala MAN Bangil di bawah ini:

“Ya komite itu, waka sarana prasarana. Jadi kalo disetujui, maka 

waka sarana nanti akan mengendalikan…” 149 

129 

129 

Selanjutnya, Wakamad bidang Kesiswaan menjelaskan bahwa dalam 

pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil, 

melibatkan Kepala Madrasah, Wakamad bidang Sarana dan Prasarana, juga 

kepala tata usaha. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Wakamad bidang 

Kesiswaan: 

“…. dalam hal pelaksanaan, biasanya memang ditangani langsung 

oleh bapak kepala madrasah bekerja sama dengan bapak wakil 

bidang sarana dan prasarana didampingi juga dengan Kaur Tata 

Usaha.” 150 

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Wakamad bidang Kurikulum. 

Bahkan beliau menambahkan bahwa seluruh Wakamad turut serta dalam 

implementasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil. 

Berikut hasil wawancara yang telah peneliti lakukan: 

“TU kadang terlibat, bendahara sekolah, kemudian waka prasarana 

tentu. Ya kepala sekolah yang paling utama. Kalo dalam 

implementasinya tentu kayak waka-waka hampir semuanya 

dilibatkan, waka kurikulum, waka kesiswaaan, itu semuanya 

dilibatkan. Dalam pelaksanaan. Misalnya, “Pak, ini gimana kok 

seperti ini?” “Oh, ya ya ini butuh di sini, ini harus di-setting kayak 

gini.”” 151 

Terkait dengan keterlibatan pihak tata usaha dalam pelaksanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajran di MAN Bangil, adalah 

149 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

150 



151 



130 

130 

terutama terkait dengan pengelolaan keuangan madrasah. Hal ini terjadi karena 

system keuangan madrasah yang sentralistik. Berikut pemaparan dari Wakamad 

bidang Sarana dan Prasarana dalam wawancara bersama peneliti: 

“Nah, kalo di sini, itu gini. Keuangannya itu ada di bendahara. Jadi 

sentral. Ada di bendahara, Cuma, kita sudah punya dari waka itu, 

wak sarana, saya ada anggaran sarana, nah nanti kebutuhan saya 

pa, dan kebutuhan itu, tidak semuanya, yang tadi itu, harus 

terealisasi…” 152 

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa dalam 

pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil, 

melibatkan peran serta komite madrasah, kepala madrasah, wakamad bidang 

sarana dan prasarana, kepala urusan tata usaha, juga wakamad bidang kurikulum, 

kesiswaan dan humas, guru dan wali murid. Adapun peran serta komite terletak 

dalam kaitannya dengan persetujuan pencairan dana madrasah, begitu pula kepala 

urusan tata usaha, lebih terkait dengan pengelolaan anggaran madrasah. 

Sedangkan kepala madrasah berserta waka, berperan dalam memberikan masukan 

kepada wakamad bidang sarana dan prasarana terkait dengan pelaksanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran itu sendiri. Sedangkan untuk 

pelaksanaannya, merupakan otoritas dari wakamad bidang sarana dan prasarana 

pembelajaran itu sendiri. 

Adapun pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di 

MAN Bangil adalah melalui prosedur berikut ini sebagaimana yang dipaparkan 

oleh Kepala MAN Bangil: 



“… sebuah persetujuan komite dan sekolah, ditawarkan ke wali 

murid, wali murid mengesahkan dengan berita acara persetujuan. 

Kemudian realisasinya dilaksanakan oleh komite juga. Bendahara 

masuk, bendahara komite, uangnya ter-handle segitu. Kemudian 

realisasinya oleh sekolah mengajukan ke komite melalui waka 

sarana itu. Kemudian bendahara membuat nota persetujuan. Tanda 

tangan ketua komite nanti bendahara komite mengeluarkan. 

Pembelanjaan, notanya disetorkan, kemudian dilaporkan.” 153 

131 

131 

Hal yang tidak jauh berbeda juga dijelaskan oleh Wakamad bidang 

Kurikulum. Berikut hasil wawancara peneliti, terkait dengan pelasanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil: 

“Ya tentu prosesnya juga realisasinya tentu juga meminta 

persetujuan kepada komite, satu. Komite kemudian memberikan 

persetujuannya. Lalu, disampaikan juga persetujuan kepada wali 

murid, karena kebutuhan sekolah yang besar, kadang-kadang tidak 

bisa ditanggung oleh pemerintah. Maka wali murid perlu 

dilibatkan. Nah, ketika wali murid perlu dilibatkan. Di situ kita 

termasuk mengajukan anggaran kepada wali murid, sekian dan 

sekian untuk kebutuhan ini. Nah, realisasinya kemudian 

dilaksanakan oleh waka sarana prasarana, dan tentu juga ada yang 

terpenuhi, ada yang tidak, disesuaikan dengan kekuatan 

anggarannya.” 154 

Pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran tidaklah 

serta-merta mencapai target yang diinginkan secara keseluruhan. Namun 

dilakukan secara bertahap. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Wakamad 

bidang Sarana dan Prasaran sebagai berikut: 

“… Kalo sesuatu program kemudian sekali itu diprogram lantas 

teralisasi semuanya, mungkin kita harus lentur juga. Sehingga 

program ada, nantikan berapa prosen yang jalan. Nah, kemudian 

153 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

154 



tahun berikutnya ada kelanjutan, ada kelanjutan sehingga finishnya 

pada tahun ke berapa.” 155 

132 

132 

Pengurus komite madrasah masih memegang peranaan penting dalam 

pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. Perealisasian 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan sepenuhnya di 

bawah otoritas wakil kepala madrasah bidang sarana dan prasarana pembelajaran. 

Namun demikian, dalam perealisasian perencanaan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran –yang telah disetujui oleh wali murid- itu, wakil kepala 

madrasah bidang sarana dan prasarana membutuhkan persetujuan dari pengurus 

komite madrasah –terutama jika terkait dengan pendanaan. 

Sehingga prosedur yang harus dilalui dalam melaksanakan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran adalah dengan jalan sekolah –melalui wakil 

kepala bidang sarana dan prasarana- mengajukan kepada pengurus komite 


ditandatangani oleh ketua komite madrasah. Jika telah mendapatkan nota 

persetujuan dengan tanda tangan ketua komite madrasah, barulah dana untuk 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dapat digunakan untuk 

pembelanjaan kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran. Dan setiap nota 

pembelanjaan haruslah lampirkan dalam laporan pengembangan sarana dan 


Sedangkan untuk merealiasikan perencanaan yang telah ada, dilakukan 

dengan membentuk sebuah tim khusus. Dalam hal ini misalnya dalam 



133 

133 

perealisasian pengadaan komputer. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh 

wakil kepala madrasah bidang sarana dan prasarana berikut ini: 

“Dari dewan guru. Jadi, saya sendiri sebagai tim juga. Saya, 

kemudian bapak kepala sekolah, ya! Pak abu, kemudian ada dari 

bidang komputerisasi itu dua orang Pak nanang sama pak ghoni. 

Itu yang tim. Sehingga di situ tim itu membuat kriteria speknya 

komputer itu haru bagaimana. Diajukan ke pihak ini, yang itu, CVnya. 

Nah, CV kemudian ada yang berani dengan harga murah.” 156 

Sebagai contoh pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran adalah dalam program 

pemberian kredit laptop untuk dewan guru, sebagai penunjang proses 

pembelajaran sendiri. dewan guru, sebagai subjek sekaligus objek dalam program 

ini, mengkonfirmasi ulang kepada wakil kepala madrasah bidang sarana dan 

prasarana, terkait dengan proses pemberian kredit laptop untuk dewan guru. 157 

Pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana oleh kepala madrasah 

beserta wakil kepala madrasah bidang sarana dan prasarana, ditindak lanjuti oleh 

wakil kepala bidang humas dengan mengadakan pelatihan operasionalisasi IT 

tingkat dasar yang dilakukan pada 21-22 Maret 2009. Pelatihan ini diikuti oleh 

dua puluh satu guru. 158 Hal ini sebagaimana yang diakui oleh wakil kepala 

madrasah bidang humas berikut: 

“Sebenarnya, saya sudah mengusulkan sejak saya masih di litbang. 

Tapi karena waktu itu masih belum semua guru menggunakan 

komputer, jadi tidak teralisasi, baru sekarang ini. Ada sekitar 21 

guru yang akan ikut pelatihan.” 159 


pada tanggal 11 Maret 2009, pukul 11.00-13.30 WIB. 

157 Observasi di ruang komite pada tanggal 11 Maret 2009, pukul 12.05 WIB 

158 Dokumen daftar hadir peserta peltihan operasionalisasi IT tingkat dasar MAN Bangil 

159 Wawancara dengan Drs. A. Munasib Syihab, M. A (Wakil Kepala Madrasah bidang Humas 

MAN Bangil)21 Maret 2009 pukul 08.40-09.17

134 

134 

Selanjutnya, selain dengan membentuk tim khusus, pelaksanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran ini juga dilakukan dengan 

tender. Cara perealisasian perencanaan dengan tender ini adalah terutama untuk 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang sumber dananya berasal 

dari APBN dan APBD. Berikut hasil wawancara peneliti dengan kepala tata 

usaha: 

“Prosesnya untuk proyek APBN itu dengan tender. Harus ada 

panitia lelang, harus ada konsultannya. Jadi prosesnya, prosesnya 

agak panjang. Rame, CVnya umum dan terbuka. Jadi gak boleh 

langsung nunjuk CV, itu gak boleh. Kemarin aja yang untuk ini 

(pembangunan lantai dua di gedung selatan) sampai 60 CV. 

Dengan nawar-nawar gitu. Setelah ditunjuk pemenang oleh panitia 

lelang, di serahkan ke lembaga. Kemudian akan dikasih surat 

tugas, untuk melaksanakan tugas ke sekolah.” 160 

Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat diketahui bahwa ada dua cara 

yang dilakukan oleh kepala madrasah –beserta staf- dalam melaksanakan kegiatan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang telah direncanakan. 

Pertama, yaitu dengan membentuk tim khusus. Tim khusus ini dikoordinatori 

oleh wakil kepala bidang sarana dan prasarana. Dan tim inilah yang kemudian 

merealisasikan perencanaan yang telah ada. Kedua, adalah dengan tender. Hal ini 

dilakukan untuk perealisasian perencanaan yang pendanaannya bersumber dari 

APBN dan APBD. Secara teknis, dalam pelaksanaannya adalah diserahkan 

kepada CV yang telah memenangkan tender untuk merealisasikan perencanaan 

madrasah. Madrasah adalah sebagai lembaga yang menerima royek 

160 Wawancara dengan Anang Fauzi, SH, (kepala Tata Usaha MAN Bangil) pada tanggal 19 

Februari 2009, pukul 10.00-10.15 WIB

135 

135 

pengembangan sarana dan prasarana dari pemerintah pusat maupun daerah, dan 

CV pemenang tender adalah pelaksana proyek. 

3. Evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran oleh kepala 

madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN Bangil 

Setelah dilakukan perencanaan dan pelaksanaan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran, maka siklus terakhir dalam pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran adalah evaluasi pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran. Evaluasi sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil 

dilakukan pada rapat pada tiap dua bulan sekali. Berikut pemaparan dari Kepala 

MAN Bangil: 

“Biasanya rapatnya dua bulan sekali…. Nah, masing-masing nanti 

laporan dalam rapat dinas…” 161 

Selanjutnya, dalam wawancana yang peneliti lakukan dengan Wakamad 

bidang Kurikulum, evaluasi terhadap pengembangan saran dan prasarana 

pembelajaran dilakukan setelah evaluasi semester dan juga pada akhir tahun 

ajaran. Berikut pemaparan dari Wakamad bidang Kurikulum: 

“Bisa juga pada saat sesudah evaluasi semesteran, waktunya ya. 

Kemudian bisa juga menjelang atau akhir tahun ajaran, untuk 

dipakek pengembangan pada tahun ajaran baru.” 162 

Kemudian Wakamad bidang Kesiswaan menambahkan bahwa evaluasi 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran, selain dilakukan pada akhir 

161 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

162 



136 

136 

semester maupun akhir tahun ajaran, juga dapat dilakukan sewaktu-waktu. Berikut 

ini hasil wawancara peneliti dengan Wakamad bidang Kesiswaan: 

“Kalo tidak mendesak biasanya di akhir semester, atau di akhir 

tahun ajaran baru. Tapi kalau mendesak, sewaktu-waktu bisa 

dilibatkan dalam membahas seperti itu.” 163 

Evaluasi terhadap pemgembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

dilakukan setiap dua bulan sekali, yaitu pada rapat dinas. Selain itu, evaluasi juga 

dilakukan pada setiap semester dan akhir tahun ajaran. Evaluasi per semester dan 

per akhir tahun ajaran dilakukan untuk dipergunakan sebagai dasar pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran pada periode berikunya. Namun demikian, 

evaluasi juga dapat dilaksanakan sewaktu-waktu, meskipun tidak dalam suasana 

rapat yang formal. 

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam evaluasi pengembangan sarana 

dan prasarana pembelajaran adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala 

MAN Bangil berikut ini: 

“Evaluasi dilakukan oleh semua pihak. Oleh kepala sekolah, oleh 

waka sarana, oleh komite juga…” 164 

Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari Wakamad bidang Kesiswaan 

bahwa keterlibatan wakamad dan komite akan sangat membatu pengembangan 

MAN Bangil menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Berikut hasil wawancara 

peneliti dengan Wakamad bidang Kesiswaan: 




2009 pukul 13.50-15.37 WIB

“Itu bisa diajak bicara, artinya ketika dari kebutuhan apa saja, 

kemudian yang ada apa saja, kekuarangannya apa saja, kita 

biasanya diajak bicara. Sehingga apa kebutuhan dan perencanaan 

dari bapak kepala madrasah, kalo waka dan komite diajak, itu bisa 

aklop, sehingga sekolah ini bisa lebih bagus dari hari ke hari.” 165 

137 

137 

Diantara keempat wakamad yang ada di madrasah, maka wakamad bidang 

kurikulum adalah bagian terpenting dalam evaluasi pengembangan saran dan 

prasarana pembelajaran di MAN Bangil. Hal ini dikarenakan evaluasi 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran memiliki keterkaitan erat 

dengan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Hal inilah yang diungkapkan oleh 

Wakamad bidang Kurikulum saat peneliti mewawancarai beliau. Berikut hasil 

wawancara dengan Wakamad bidang Kurikulum: 

“Ya, ini kurikulum terutama juga. Ya, dewan guru evaluasinya 

menyangkut hasil belajarnya itu sendiri. Melibatkan dewan guru 

juga. Untuk melihat efektifitas hasil belajarnya. Lalu sarana 

prasarana sendiri, apakah bener-bener itu dimanfaatkan atau 

tidak.” 166 

Hal ini senada dengan yang telah diungkapkan oleh Bu Alwiyah, S. Ag 

yang mengatakan bahwa guru adalah subjek langsung yang memantau evaluasi 

pembelajaran yang juga terkait dengan evaluasi terhadap pengembangan sarana 

dan prasarana pembelajaran. Berikut ini penjelasan beliau dalam wawancara 

bersama dengan peneliti: 

“Kalo evaluasi itu kan dilakukan baik dari pihak guru, kan nak ya! 

Selaku pelaku –subjek langsung- juga dia kan harus memantau 

hasil evaluasi kan terkait dengan unsur sarana, ya! Juga sarprasnya 





sendiri. Kalo guru sih ngevaluasinya sarana prasarana juga 

berhubungan dengan evaluasi hasil belajar.” 167 

138 

138 

Berdasarakan paparan tersebut, maka banyak pihak yang dilibatkan dalam 

evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil. 

Adapun pihak-pihak tersebut diantaranya adalah kepala madrasah, wakil kepala 

bidang sarana dan prasarana, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala bidang 

kesiswaan, wakil kepala bidang humas, guru, juga pengurus komite. 

Selanjutnya, dalam evaluasi tentu ada tolok ukur yang menentukan, 

apakah sebuah perencanaan dan pelaksanaan telah berjalan dengan baik atau 

tidak. Tolok ukur inilah yang kemudian dijadikan sebagai objek penilaian dalam 

evaluasi sarana dan prasarana pembelajaran. Terkait dengan hal itu, maka tolok 

ukur dalam pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran adalah 

sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala MAN Bangil berikut ini: 

“Tolok ukurnya ya, dari segi efektivitas sarana. Tolok ukurnya, 

sarana yang direncanakan itu, cocok ngak dengan out come, out put 

yang akan dicapai. Jadi in put dengan out put-nya harus match ya! 

… In put dana yang digunakan untuk membuat sarana ini dan out 

putnya sudah kena memang, kan itu berarti match…. Tolok ukur 

efektivitas sarana dikatakan berhasil kalau in put dana yang 

direalisasikan utuk membangun pengadaan sarana itu bisa 

memperoleh out put yang seimbang. Seimbangnya itu artinya, 

target yang ketercapaian dari pembuatan sarana itu tercukupi.” 168 

Efektivitas sarana dan prasarana pembelajaran dapat peneliti temukan saat 

peneliti melakukan observasi di perpustakaan. Pada jam istirahat, siswa-siswi 

memadart perpustakaan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan perpustakaan 

167 Wawancara dengan Alwiya, S. Ag (Guru) pada 18 Maret 2009 pukul 13.30-13.40 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB

139 

139 

sebagai salah satu sarana pembelajaran di MAN Bangil nyatanya mampu 

didayagunakan secara efektif oleh siswa. 169 

Selain dari efektivitas sarana, menurut Kepala MAN Bangi tolok ukur 

dalam evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran adalah terletak 

pada fungsi dan hasil ketercapaian. Berikut ini pemaparan dari kepala MAN 

Bangil: 

“Tolok ukurnya di fungsi, fungsi dan hasil ketercapaian out put. 

Out come dari sarana, anak itu bisa terbentuk kemampuan dirinya, 

potensinya dari sarana itu. Artiya kalau mushallanya ada, dia itu 

kalau adzan dia mesti sholat, tahu kalau ndak sholat itu dosa, dan 

sebagainya. Itu out come, jadi yang diharapkan dari dirinya itu 

dengan sarana itu jadi terlayani. Yang lain juga gitu. Dengan 

sarana lab itu maka pembelajaran dia terlayani, out come-nya nanti 

dia mahir dalam mengopasikan komputer.” 170 

Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Wakamad bidang Kurikulum. 

Selain itu, Bapak Abu Nasir juga menambahkan bahwa kemampuan tenaga 

pengajar dalam memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran merupakan 

tolok ukur dalam pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. Beriku hasil 

wawancara peneliti dengan Wakamad bidang Kurikulum: 

“Yang pertama adalah kita lihat fungsinya, apakah bener-bener itu 

efektif. Kalau memang itu tidak efektif, maka segera dilakukan 

removing. Remove atau kita ganti ulang. Atau kita adakan –apa 

namanya- pembaharuan. Terus yang kedua adalah spekulasi 

menyangkut pemanfaatan oleh guru. Kemampuan, kopetensi oleh 

guru. Jadi kalo guru misalnya kurang mampu menggunakan itu, ya 

tentu guru di-up greating. Misalnya memanfaatkan ini, laptop – 

misalnya. Pengadaannya kita dan efektif juga, tetapi guru belum 

bisa itu, berarti guru perlu di-up great. Jadi evaluasi menyangkut 

keterampilan guru, evaluasi menyangkut fungsi efektivitas dari 

sarana sendiri, dan evaluasi menyangkut hasil gunanya. Apakah 

169 Observasi di Perpustakaan MAN Bangil pada 18 Maret 2009 pukul 10.00 WIB 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB

dengan ini kemudian terjadi perubahan. Iya kan? Perubahan 

kualitas.” 171 

140 

140 

Hasil ketercapaian ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Salah satu 

bukti hasil belajar siswa adalah terletak pada kelulusan siswa. Setidaknya, dari 

data yang peneliti dapatkan, dalam lima tahun terakhir, siswa-siswi MAN Bangil 

yang mengikuti Ujian Nasional, semanya lulus. Selain itu tidak sedikit dari alumni 

MAN Bangil yang melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, baik negeri 

mapupun swasta. 

Terkait dengan kompetensi guru dalam pemanfaatan sarana dan prasarana 

pembelajaran –khususnya dalam pengoprasian media IT- Wakamad bidang 

Humas telah mempersiapkan sebuah pelatihan operaionalisasi IT tingkat dasar. 

Beriku hasil wawancara peneliti dengan Wakamad bidang Humas: 

“Sebenarnya saat saya masih di Litbang, masuk tiga tahun 

sekarang, saya sudah mengusulkan untuk mengadakan pelatihan 

komputer, tapi masih belum terlaksana. Pas ada program kridit 

laptop bagi guru. Guru-guru sebenarnya sudah bisa mengoprasikan 

komputer, tapi yang diketahui hanya sebatas mengetik, untuk 

program lainnya belum. Sedangkan MAN Bangil sekarang sedang 

menuju ke pada pembelajaran berbasisi IT.” 172 

Selain itu, Wakamad bidang Kurikulum juga menambahkan hal yang 

menjadi tolok ukur pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN 

Bangil. Yaitu sebagaimana beliau jelaskan beriku ini: 

“Ya misalnya terutama sekali adalah out put learning-nya. Jadi 

kalo misalnya ternyata dengan pengadaan laptop bagi guru-guru itu 

terjadi peningkatan nilai mutu nilai yang signifikan, itu berarti bisa 



172 Wawancara dengan Drs. A. Munasib Syihab, M. A (Wakil Kepala Madrasah bidang Humas 

MAN Bangil)21 Maret 2009 pukul 08.40-09.17

dianggap berhasil. Dari segi itu, satu. Kemudian yang kedua, 

proses pembelajaran, ternyata dengan adanya ini proses 

pembelajaran bisa dilakukan lebih sederhana, lebih simple, lebih 

lancar. Terus yang ketiga, tentu menyangkut, juga ini, beban yang 

ditanggung dengan adanya fasilitas baru. Misalnya instalasi 

listriknya, kemudian peralatannya dan lain-lain.” 173 

141 

141 

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wakamad bidang Kesiswaan yang 

peneliti dapatkan dari hasil wawancaran berikut ini: 

“Otomatis dari ketersediaan sarana prasarana. Artinya setelah 

disediakan, apakah bisa berfungsi optimal? seperti dulu ketika ada 

TV-isasi. Setiap kelas dikasi TV. Diharapkan dipakai sebagai 

media pembelajaran. Tapi karena kurang efektif, maka TV-TV itu 

banyak yang ditarik. Nah, kalo sekarang, mungkin yang sesuai 

dengan jaman sekarang, maka bukan televisi lagi eranya yaitu LCD 

proyektor. Hal seperti itu kan harus mengikuti terhadap 

perkembangan jaman.” 174 

Sedangkan Bu Alwiyah, S. Ag menilai bahwa tolok ukur pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran adalah pada peran sarana dan prasarana 

pembelajaran terhadap proses belajar mengajar. 

“Tolok ukur sarana ya? Kan kami butuhnya sarana kan sesuai 

dengan keperluan siswa ya, nak ya! Jadi tolok ukurnya ya, ya 

sampai dimana sih peran sarana ini terhadap proses belajar 

mengajar. Tolok ukurnya di situ, nak. Kata kanlah seperti tadi. 

O…kertas putih, kok anak-anak jenuh sih sekiranya kertas warnawarni, 

ya kan. Mungkin sarana yang laen, ya…. Kalo kita hanya 

monoton tanpa sarana, seperti dahulu kala, itu ternyata juga anak 

jadi, inikan anak jadi nggak stabil toh nak. Ndak kondusif. Dengan 

sarana itu maka pola pikir lebih berkembang, anak lebih bisa enjoy. 

Jika ketika psikis tenang kan dia mampu merespon dengan baik. 

Nah, insya Allah dengan respon yang baik, kan aplikasinya jadi 

baik juga. Sehingga hasil pendidikan jadi lebih baik.” 175 





175 Wawancara dengan Alwiya, S. Ag (Guru) pada 18 Maret 2009 pukul 13.30-13.40

142 

142 

Penjelasan yang disampaikan oleh Bu Alwiyah, S. Ag sejalan dengan 

observasi yang peneliti lakukan. Dengan menggunakan sarana berupa LCD dalam 

pembelajaran IT, siswa menjadi semakin focus dalam proses pembelajaran. 176 Hal 

ini juga membuat siswa lebih cepat merespon stimulus yang guru berikan. 177 

Gambar.3: Penggunaan Sarana LCD Proyektor 

176 Observasi di ruang laboratorium komputer pada 21 Maret 2009 pukul 08.15 WIB 

177 Observasi di ruang kelas X ekstensi pada 21 Maret 2009 pukul 10.40 WIB

Gambar.4: Siswa Merespon Stimulus dari Guru 

143 

143 

Berdasarakan paparan tersebut, dapat diketahui bahwa evaluasi 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan untuk mengetahui 

objek penilaian dalam evaluasi. Adapun objek penilaian dalam evaluasi sarana 

dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil, setidaknya dapat diamati dari 

beberapa hal. Pertama, efektivitas sarana dan prasarana pembelajaran. Kedua, 

fungsi sarana dan prasarana pembelajaran. Ketiga, hasil ketercapaian dengan 

adanya sarana dan prasarana pembelajaran. Keempat, kompetensi pemanfaatan 

saran dan prasarana pembelajaran. Kelima, kesesuaian sarana dan prasarana 

pembelajaran dengan perkembangan zaman. 

Terkait dengan hasil evaluasi terhadap pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran, Kepala MAN Bangil mencontohkan sebagaimana hasil 

wawancara peneliti dengan beliau berikut ini:

“Saya buat sarana mushallah, itu out putnya adalah siswa itu bisa 

mendapat pelayanan keagamaan yang bagus, kemudian mushalla 

itu bisa untuk media pertemuan, media informasi, bisa untuk 

pelatihan soft skill dari keagamaan mereka, mnghindari siswa tidak 

beribadah, itu sudah kena semua, kena semua berarti.” 178 

144 

144 

Selanjutnya, Wakil Kepala Madrasah bidang Humas memberi penilaian 

sebagai berikut: 

“Kalau menurut saya, evaluasi ada dua hal. Yaitu evaluasi yang 

positif dan negatif. Untuk positifnya, pembelajaran siswa jadi 

semakin mudah. Misalnya saja, siswa dapat mendapat informasi 

dari internet. Guru cukup memeberi sedikit penjelasan, selanjutnya 

siswa mencari di internet. Negativnya, kadang guru tidak 

menggunakan IT itu, tidak menggunakan media komputer, tapi 

siswa otak-atik mouse. Sehingga tidak fokus.” 179 

Selanjutnya, Bu Alwiyah juga mengungkapkan sebagaimana hasil 

wawancara peneliti dengan beliau sebagai berikut: 

“Kayak sarana tape, kayak CD-VCD kan saya juga sering pakek 

itu. Kalo misalnya anak-anak harus materinya pidato, mungkin 

saya biasanya pakek VCD. Entah itu pidatonya Bung Karno, entah 

Kennedy, entah yang lain. Atau drama mungkin, atau analisis 

karya sastra pakek VCD biasanya saya nak. Nah, tolok ukur saya, 

itu sampai dimana anak mampu me..ini, anak mampu 

mengaplikasikan, mengaplikasikan teori dalam KBM itu dengan 

sarana. Dengan sarana yang saya pakai. Itu, itu tolok ukurnya. 

Ternyata lebih efektif kita menggunakan sarana dari pada tidak, 

kan.” 180 

Berdasarkan paparan tersebut, maka hasil evaluasi terhadap 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil menunjukkan 

bahwa pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil 

178 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB 

179 

Wawancara dengan Drs. A. Munasib Syihab, M. A (Wakil Kepala Madrasah bidang Humas 

MAN Bangil)21 Maret 2009 pukul 08.40-09.17 

180 

Wawancara dengan Alwiya, S. Ag (Guru) pada 18 Maret 2009 pukul 13.30-13.40

145 

145 

cukuplah baik. Hal ini dapat diketahui dari ketercapaian sarana dan prasarana 

pembelajaran terhdap tolok ukur sarana dan prasarana pembelajaran itu sendiri. 

Jika tolok ukur itu telah terlamapaui, maka pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran di MAN Bangil dapat dikatakan telah baik. Sebaliknya, jika tolok 

ukur tersebut belum tercapai, maka pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran itu masih perlu mengalami perbaikan. 

Adapun prosedur evaluasi dilakukan sesuai dengan sudut pantangsubjek 

yang melakukan evaluasi. Bu Alwiyah, S. Ag. sebagai seorang tenaga pengajar 

menyatakan bahwa evaluasi terhadap sarana dan prasarana pembelajaran 

dilakukan seiring dengan evaluasi terhadap KBM. Berikut penjelasan beliau: 

“Jadi mesti, kalo ngevaluasi hasil belajar, mesti ndak lepas dari 

sarana. Kadang kok hasil belajar sekian, target kita misalnya 80, ini 

kok baru nyampek 75. Sarana apa yang kurang. Jadi, saya pikir 

setiap saat guru melakukan evaluasi, nak. Setiap melakukan 

evaluasi, nah seiring dengan itu pula, evaluasi sarpras kan 

dilakukan…. Jadi kalo sampean tanya tentang evaluasi, sarana saya 

pikir dilakukan seiring dengan evaluasi KBM itu, kan nak!” 181 

Sedangkan secara prosedural, evaluasi sarana dan prasarana pembelaran di 

MAN Bangil dilakukan sebagaimana yang dijelaskan oleh Kepala MAN Bangil 

berikut ini: 

“Evaluasi program pembelajaran, program sarana yang kurang apa, 

kemudian, yang tidak bisa berjalan itu apa, itu dievaluasi. Nah, 

masing-masing nanti laporan dalam rapat dinas…. Sehingga nanti 

laporan-laporan dari pembina ini, itu nanti dievaluasi di dalam 

rapat koordinasi antara komite, kemudian pembina-pembina, dan 

kepala sekolah. Mengapa nggak jalan, nah itu yang dipertanyakan, 

how to get the solution.” 182 

181 Wawancara dengan Alwiya, S. Ag (Guru) pada 18 Maret 2009 pukul 13.30-13.40 


2009 pukul 13.50-15.37 WIB

146 

146 

Berdasarkan pemparan tersebut, maka dapat diketahui bahwa evaluasi 

terhdap sarana dan prasarana dilakukan melalui evaluasi pembelajaran yang 

dilakukan oleh guru. Saat tujuan pembelajaran tidak tercapai, maka dilihat 

kekurangan apa yang ada dari segi sarana dan prasarana pembelajaran, serta 

program pengembangan sarana dan prasarana apakah yang tidak berjalan. 

Kekurangan ini kemudian dilaporkan –baik oleh pembina maupun guru- dalam 

rapat dinas. Dan selanjutnya, laporan itu dievaluasi dalam rapat koordinasi, yaitu 

rapat antara pengurus komite, kepala madrasah dan Pembina. Pada rapat inilah 

dibahas solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran. Untuk kemudian dijadikan dasar dalam 

perencanaan berikutnya.

BAB V 

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 

147 

147 

Pendidikan terdiri dari beberapa komponen, salah satunya adalah sarana 

dan prasarana pembelajaran. Oleh karena itu, kualitas sarana dan prasarana 

pembelajaran akan mempu menentukan kualitas –baik proses maupun hasil- 

pendidikan. Adapun upaya peningkatan kualitas sarana dan prasarana 

pembelajaran, dilakukan dengan jalan mengembangkan sarana dan prasarana 

pembelajaran itu dalam rangka pendayagunaan secara optimal. 

Namun demikian, pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran tidak 

dapat dilakukan tanpa adanya manajemen sarana dan prasrana pembelajaran. 

Manajemen sarana dan prasarana pembelajaran ini setidaknya terdiri dari tiga 

siklus yang utama, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan 

sarana dan prasrana pembelajaran. Dengan adanya manajemen sarana dan 

prasarana pembelajaran ini, maka proses pengelolaan tersebut akan lebih efektif, 

efisien dan ekonomis. 

Pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran melalui manajemen 

sarana dan prasarana pembelajaran itu tidak dapat terwujud tanpa adanya seorang 

pimpinan, yang dalam hal ini adalah kepala madrasah. Namun di sisilain, seorang 

kepala madrasah juga harus memiliki kemampuan –dalam hal ini adalah 

kemampuan- manajerial yang merupakan kemampuan yang termasuk di dalamnya 

kemampuan dalam mengelola atau mengembangkan sarana dan prasrana 

pembelajaran. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh James J. Jones dkk

148 

148 

yang “mengatakan bahwa salah satu tanggung jawab seorang kepala sekolah 

adalah pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.” 183 

Hal inilah yang dapat peneliti temukan di Madrasah Aliyah Negeri Bangil. 

Sejak pergantian kepala madrasah dari Bapak Drs. H. Ichsan kepada Bapak Drs. 

H. M. Su’udy Shiqqieq, M. Pd.I, pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran mengalami peningkatan yang berarti. Hal ini nyatanya adalah 

dikarenakan proses manajerial yang cukup baik. 

Dalam perenacanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran, 

Bapak Su’udy –sebagai kepala madrasah- bersama dengan para waka, guru, staf 

tata usaha, dan para petugas laboratorium menyusun draf perencanaan program 

pengembangan madrasah untuk satu tahun. Perencanaan program ini mencakup 

keseluruhan bidang yang ada di dalam madrasah, baik akademik, non-akademik, 

keterampilan, peningkatan sumber daya manusia, sumber dana, manajemen dan 

juga sarana dan prasarana. 

Penyusunan program ini dilakukan sebelum tahun ajaran baru dimulai. 

Selanjutnya, draft yang telah disusun oleh pihak sekolah, disampaikan kepada 

pengurus komite madrasah. Kemudian komite madrasah yang membahas dan jika 

diterima, maka akan mendapatkan pesetujuan dari komite madrasah. Hasil 

persetujuan komite madrasah inilah yang digunakan sebagai program perencanaan 

pengembangan madrasah –termasuk pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran- di MAN Bangil. 

183 Tim dosen jurusan administrasi pendidikan, Administrasi Pendidikan (Malang: Penerbit IKIP, 

1989), Hlm. 134.

149 

149 

Sehingga, pohak-pihak yang terlibat dalam perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil adalah kepala madrasah, wakil 

kepala bidang sarana dan prasarana, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala 

bidang kesiswaan, wakil kepala bidang humas, guru, penanggung jawab setiap 

unit, staff tata usaha, komite madrasah, dan wali murid. Pihak-pihak inilah yang – 

baik secara langsung maupun tidak langsung- berperan dalam perencanaan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil. 

Berikut ini peneliti sajikan bagan jalannya perencaaan pengembangan – 

sarana dan prasarana pembelajaran- di MAN Bangil 

Kepala Madrasah 

Para Waka 

Dewan Guru 

Staf TU 

Petugas lab. 

Draf perencanaan program 

Komite madrasah 

Setuju 

Tidak setuju 

Menjadi 

Program 

Madrasah 

Tidak 

menjadi 

Program 

Madrasah 

Gambar. 5: Alur Penyusunan Perencanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana 


Secara umum, penyusunan program pengembangan sarana dan prasana 

pembelajaran di MAN Bangil adalah didasarkan pada visi dan misi madrasah. 

Melalui visi dan misi inilah kemudian yang di-break down ke dalam renstra. 

Namun demikian, dasar pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di 

MAN Bangil, jika ditinjau dari sifatnya, terbagi ke dalam dua macam dasar

150 

150 

pengembangan sarana dan prasarana. Pertama, dasar pengembangan yang 

terprogram. Yaitu dasar pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang 

dasar pengembangan sarana dan prasarana pembelajaranyang didasarkan pada 

program pembelajaran. Oleh karena program pembelajaran ini telah terencana 

pada saat sebelum tahun ajaran baru dimulai, maka pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran yang terkait dengan program pembelajaran juga telah 

terencana. 

Kedua, dasar yang pengembangan insidental. Yaitu dasar pengembangan 

yang belum direncanakan dalam penyusunan perencanaan pengembangan 

madrasah. Namun demikian, bukan berarti pengembangan ini tidak berkaitan 

dengan proses pembelajaran. Sebab, keseluruhan dari pengembangan yang 

dimunculkan secara insidental adalah kebutuhan yang muncul seiring dengan 

perkembangan jalannya proses pembelajaran. 

Selanjutnya, jika dilihat dari waktu, maka terbagi ke dalam pengembangan 

jangka panjang dan pengembangan jangka pendek. Pengembangan jangka pendek 

adalah pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang yang perlu untuk 

dilakukan dengan sesegera mungkin. Sedangkan pengembangan jangka panjang 

adalah pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang pemenuhannya 

dapat dilakukan secara bertahap maupun dalam kurun waktu tertentu. 

Adapun model perencanaan yang digunakan oleh MAN Bangil dalam 

mengembangkan madrasah, khususnya mengembangkan sarana dan prasarana 

pembelajaran, adalah menggunkan Model PPBS (planning, programming, 

budgeting system). Hal ini dapat dilihat dari sifat-sifat esensial Model PPBS yang

151 

151 

diungkapkan oleh Jujun S. sebagaimana yang dikutip oleh Nanang Fattah, yaitu 

sebagai berikut: 184 

1. Memperinci secara cermat dan menganalisis secara sistematis terhadap tujuan 

yang hendak dicapai 

2. Mencari alternatif-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk 

mencapai tujuan 

3. Menggambarkan biaya total dari setiap alternatif, baik biaya langsung ataupun 

tidak langsung, biaya yang telah lewat ataupun biaya yang akan datang, baik 

biaya yang berupa uang maupun biaya yang tidak berupa uang 

4. Memberikan gambaran tentang efektivitas setiap alternatif dan bagaimana 

alternatif itu mencapai tujuan 

5. membandingkan dan menganalisis alternatif tersebut, yaitu mencari kombinasi 

yang memberikan efektivitas yang palingbesar dari sumber yang ada dalam 

pencapaian tujuan. 

Setelah perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

disusun, maka selanjutnya adalah pelaksaan pengembangan sarana dan prasarana 

itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat 

diketahui bahwa dalam pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran di MAN Bangil, melibatkan peran serta komite madrasah, kepala 

madrasah, wakamad bidang sarana dan prasarana, kepala urusan tata usaha, juga 

wakamad bidang kurikulum, kesiswaan dan humas, guru dan wali murid. Adapun 

184 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PR Remaja Rosdakarya, 2006), 

Hlm. 52

152 

152 

peran serta komite terletak dalam kaitannya dengan persetujuan pencairan dana 

madrasah, begitu pula kepala urusan tata usaha, lebih terkait dengan pengelolaan 

anggaran madrasah. Sedangkan kepala madrasah berserta waka, berperan dalam 

memberikan masukan kepada wakamad bidang sarana dan prasarana terkait 

dengan pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran itu sendiri. 

Sedangkan untuk pelaksanaannya, merupakan otoritas dari wakamad bidang 

sarana dan prasarana pembelajaran itu sendiri. 

Namun sebelum wakamad bidang sarana dan prasarana menjalankan 

program yang telah disetujui oleh komite madrasah, maka persetujuan itu harus 

telebih dahulu disosialisasikan kepada wali murid. Jika telah disetujui oleh wali 

murid, barulah program dapat dilaksanakan. Akan tetapi pelaksanaannya tidak 

bisa langsung dilakukan oleh wakil kepala madrasah bidang sarana dan prasarana 

akan tetapi harus melalui komite madrasah, terutama terkait dengan penggunaan 

dana. 

Adapun prosedur yang harus dilalui dalam melaksanakan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran adalah dengan jalan sekolah –melalui wakil 




persetujuan dengan tanda tangan ketua komite madrasah, barulah dana untuk 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dapat digunakan untuk 

pembelanjaan kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran. Dan setiap nota

153 

153 

pembelanjaan haruslah lampirkan dalam laporan pengembangan sarana dan 


Berikut peneliti sajikan jalannya pelaksanaan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajarn di MAN Bangil. 

Program yang disetujui komite madrasah 

Disosialisasikan kepada wali murid 

Disetujui 

Berita acara persetujuan wali murid 

Nota persetujuan komite madrasah 

Pelaksanaan 

Tidak disetujui 

Tawar-menawar 

Gambar. 6: Alur Pelaksanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembelajaran 

di MAN Bangil

154 

154 

Siklus terakhir dalam pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

adalah evaluasi. Untuk evaluasi pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran, pihak-pihak yang terlibat diantaranya adalah kepala madrasah, 

wakil kepala bidang sarana dan prasarana, wakil kepala bidang kurikulum, wakil 

kepala bidang kesiswaan, wakil kepala bidang humas, guru, juga pengurus 

komite. Meskipun tidak dari seluruh pihak itu yang terlibat secara langsung, akan 

tetapi penilaian atas pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran ini akan 

dapat digunakan untuk perbaikan pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran pada periode berikutnya. 

Namun secara sederhana, evaluasi terhdap sarana dan prasarana dilakukan 

melalui evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini dikarenakan 

fungsi dari sarana dan prasarana pembelajaran itu sendiri yang difungsikan 

sebagai alat untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Saat tujuan pembelajaran 

tidak tercapai, maka dilihat kekurangan apa yang ada dari segi sarana dan 

prasarana pembelajaran, serta program pengembangan sarana dan prasarana 

apakah yang tidak berjalan. Kekurangan ini kemudian dilaporkan –baik oleh 

pembina maupun guru- dalam rapat dinas. Dan selanjutnya, laporan itu dievaluasi 

dalam rapat koordinasi, yaitu rapat antara pengurus komite, kepala madrasah dan 

Pembina. Pada rapat inilah dibahas solusi yang tepat untuk menyelesaikan 

permasalahan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. Untuk 

kemudian dijadikan dasar dalam perencanaan berikutnya. 

Berikut ini peneliti sajikan alur evaluasi sarana dan prasarana 

pembelajaran di MAN Bangil:

Sarana-prasarana 

pembelajaran 

Tujuan 

pembelajaran 

tercapai 

Digunakan 

dalam 

pembelajaran 

Dilakukan evaluasi 

dalam rapat koordinasi 

Program 

pengembangan 

yang belum 

berjalan 

Gambar. 7: Alur evaluasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembelajaran di 

MAN Bangil 

155 

Tujuan 

pembelajaran 

tidak tercapai 

Dilaporkan 

dalam rapat 

koordinasi 

Solusi yang ditawarkan 

atas permasalahan 

Acuan 

pengembangan 

sarana-prasarana 

periode berikutnya 

Kekurangan 

sarana dan 

prasarana 

155

156 

156 

Adapun yang dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam evaluasi 

sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil, sekaligus objek evaluasi 

sarana dan prasarana pembelajara adalah sebagi berikut: 

1. Efektivitas sarana dan prasarana pembelajaran 

Efektivitas sarana dan prasarana pembelajaran ini dapat dinilai dari 

hasi proses belajar mengajar. Sehingga dalam evaluasi terkait dengan 

efektivitas sarana dan prasarana pembelajaran, guru –sebagai subjek langsung 

pembelajara- memegang peranan yang sangat penting. 

2. Pembelajaran mejadi lebih sederhana, mudah dan lancer 

Evaluasi yang terkait dengan kesederhanaan, kemudahan, dan 

kelancaran dalam pembelajaran, juga diperoleh oleh guru. 

3. Hasil ketercapaian atau mutu pendidikan 

Untuk hasil ketercapaian atau mutu pendidikan, seluruh subjek, baik 

kepala madrasah, para waka, guru, staff tata usaha dan pengurus komite 

madrasah dapat turut mengevaluasi. Meskipun keberadaan guru sebagai 

subjek pelaksana pembelajaran masih memegang peranan yang dominant. 

4. Kompetensi pemanfaatan saran dan prasarana pembelajaran 

Terkait dengan kompetensi pemanfaatan sarana dan prasarana 

pembelajaran, semua pihak dapat melakukan penilaian. Akan tetapi peran guru 

tidak lagi menjadi sentral, sebab dalam evaluasi ini, guru sendiri menjadi 

objek evaluasi sehingga penilaian dari pihak lain –di luar diri guru probadi- 

menjadi penting.

157 

157 

5. Kesesuaian sarana dan prasarana pembelajaran dengan perkembangan 

zaman. 

Kesesuaian sarana dan prasarana pembelajaran dengan perkembangan 

zaman ini juga merupakan bahan evaluasi pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran yang tidak kalah pentingnya. Dan yang melakukan 

evaluasi, terhadap kesesuaian ini adalah seluruh pelaku pendidikan. 

Kelima hal inilah yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran di MAN Bangil. Berdasarkan hasil evaluasi ini 

jugalah, perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran yang 

akan datang disusun. Hal ini sesuai dengan tujuan evaluasi, yaitu: 185 

1. Untuk memperolah dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa 

yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapat 

perhatian khusus 

2. Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa 

organisasi kepada penggunaan sumber daya pendidikan (manusia/tenaga, 

sarana/prasarana, biaya) secara efisien ekonomis. 

3. Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan 

dilihat dari aspek tertentu misalnya program tahunan, kemajuan belajar. 

Sedangkan hasil evaluasi pengembangan sarana dan prasarana 

pembelajaran di MAN Bangil kiranya cukuplah baik. Hal ini dapat dilihat dari 

185 Ibid, Hlm. 108

158 

158 

keberadaan bangunan gedung, ruang kelas, laboratorium, serta ruang-ruang lain 

yang cukup representatif. Selain itu, pengembangan program pembelajaran 

berbasis IT yang juga telah menunjukkan hasil yang cukup membanggakan. Serta 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran lainnya yang terus mengalami 

perbaikan, sehingga dapat semakin meningkatkan mutu pendidikan di MAN 

Bangil. Dan pada tahun kelima masa jabatan Bapak Su’udy, telah meningkatkan 

fokus pada peningkatan sumber daya manusia, melalui pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran yang berbasis IT dengan laptop dan LCD. 

Sehingga secara umum, dapat dipahami bahwa, baik dalam perncanaan, 

pelaksanaan, maupun evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

di MAN Bangil, selalu melibatkan seluruh komponen pendidikan, mulai dari 

kepala madrasah, para waka, dewan guru, tenaga petugas laboratorium, staf tata 

usaha, komite madrasah dan wali murid. Meskipun dalam pelaksanaanya berada 

pada otoritas wakil kepala madrasah bidang sarana dan prasarana namun pihak- 

pihak terkait dapat selalu memberikan masukan dan penilaian sehingga 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dapat selalu mengalami 

perbaikan dan mampu mecapain pendidikan yang bermutu.

A. Kesimpulan 

BAB VI 

PENUTUP 

159 

159 

Berdasarkan hasil penlitian yang telah peneliti paparkan pada bab 

sebelumnya, maka dapatdiambil kesimpulan bahwa: 

1. Dalam perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di 

MAN Bangil melibatkan kepala madrasah, wakil kepala bidang sarana dan 

prasarana, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala bidang kesiswaan, 

wakil kepala bidang humas, guru, penanggung jawab setiap unit, staff tata 

usaha, komite madrasah, dan wali murid. Perencanaan pengembangan 

sarana dan prasarana pembelajaran dilakukan dengan jalan menyusun draft 

yang dilakukan oleh pihak sekolah. Selanjutnya draft itu disampaikan 

kepada pengurus komite madrasah. Kemudian komite madrasah yang 

membahas dan jika diterima, maka akan mendapatkan pesetujuan dari 

komite madrasah. Hasil persetujuan komite madrasah inilah yang 

digunakan sebagai program perencanaan pengembangan madrasah – 

termasuk pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran- di MAN 

Bangil 

2. Pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran, MAN 

Bangil melibatkan semua pihak yang terlibat dalam perencanaan ditambah 

dengan wali murid. Adapun cara pelaksanaan pengembangan sarana dan 

prasarana pembelajaran dilakukan dengan jalan sekolah –melalui wakil

160 

160 




persetujuan dengan tanda tangan ketua komite madrasah, barulah dana 

untuk pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran dapat digunakan 

untuk pembelanjaan kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran. 

3. Dalam evaluasi pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran di 

MAN Bangil melibatkan kepala madrasah, wakil kepala bidang sarana dan 

prasarana, wakil kepala bidang kurikulum, wakil kepala bidang kesiswaan, 

wakil kepala bidang humas, guru, juga pengurus komite. Evaluasi 

pengembangan sarana dan prasarana pembrlajaran dilakukan melalui 

evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Saat tujuan pembelajaran 

tidak tercapai, maka dilihat kekurangan apa yang ada dari segi sarana dan 

prasarana pembelajaran, serta program pengembangan sarana dan 

prasarana apakah yang tidak berjalan. Kekurangan ini kemudian 

dilaporkan –baik oleh pembina maupun guru- dalam rapat dinas. Dan 

selanjutnya, laporan itu dievaluasi dalam rapat koordinasi, yaitu rapat 

antara pengurus komite, kepala madrasah dan Pembina. Pada rapat inilah 

dibahas solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan 

pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. Untuk kemudian 

dijadikan dasar dalam perencanaan berikutnya.

B. Saran 

161 

161 

Dengan ini, penulis mengajjukan beberapa saran yang penulis harapkan 

akan mampu memberikan masukan bagi pihak terkait, diantaranya: 

1. Telah dapat diketahui bahwa pengembangan sarana dan prasarana 

pemeblajaran di MAN Bangil cukuplah baik. Namun karena kepala 

madrasah beserta stafnya lebih memfokuskan kepada pengadaan, sehingga 

perawatan terhadap sarana dan prasarana pembelajaran masih kurang. 

Sebaiknya, perawatan terhadap sarana dan prasarana juga dijadikan 

sebagai perhatian penting, sehingga sarana dan prasarana pembelajaran 

dapat domanfaatkan dalam kurun waktu yang lebih lama. 

2. Penulis menyarankan kepada wakil kepala bidang sarana dan prasarana, 

dalam pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran 

lebih mengikut sertakan dewan guru. Dalam artian, setiap melaksanakan 

perealisasian terhadap perencanaan sarana dan prasarana pembelajaran, 

wakamad bidang sarpras dapat membentuk tim atau panitia yang terdiri 

dari sekolompok guru, dan bergati anggota kelompoknya pada 

perealisasian program yang lain. Hal ini selain dapat membantu tugas 

wakamad bidang sarapras, juga akan membuat dewan guru mendapatkan 

pengalaman dalam pengembangan sarana dan prasarana pembelajaran. 

3. Penulis juga menyarankan kepada peneliti selanjutnya, hendaknya 

penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam penelitian 

terkait dengan kompetensi manajerial kepala madrasah dalam 

mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran. Serta hendaknya

162 

162 

peneliti selanjutnya memperluas ruang lingkup yang terkait dengan 

pengelolaan sarana dan prasarana madrasah, sehingga aspek manajerial 

kepala madrasah yang lainnya dapat tersentuh secara mendalam.

DARTAR PUSTAKA 

163 

163 

Al-Qur’an dan terjemahnya. 1971. al-Madinah al-munawwarah: Lembaga 

Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd. 

Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1994. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al- 

Qur’an. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 

Anisah. 2007. “Peran Komite Madrasah dalam Pengembangan Madrasah 

Tsanawiyah Negeri Blitar” dalam el-hikmah. 

An-Nawawy. 1986. Terjamah Riyadus Shalihin. Terj. Salim Bahreisj. Bandung: 

PT Al-Ma’arif. 

Anshari, M. Hafi. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 

Arcaro, Jarome S. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip Perumusan 

dan Tata Langkah Penerapan. terj.. Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka 

Belajar. 

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. 

Jakarta: PT. Bima Karya. 

------------------------. 2006.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Cet. 

XIII. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 

Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan 

Aplikasinya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT 

RajaGrafindo Persada. 

Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke 

Lembaga Akademik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Diryanto. 1998. Administrasi Pendidika. Jakarta: PT Rineka Cipta. 

164 

164 

Fattah, Nanang. 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja 

Rosdakarya. 

Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha 

Nasional. 

Jalal, Abdul Fatah.1988. Azas-Azas Pendidikan Islam, terj., Herry Noer Ali. 

Bandung: Penerbit CV Diponegoro. 

Marno. 2007. “Kepemimpinan Pendidikan Islam: Kajian Perilaku dan Aktualisasi 

Nilai-Nilai dalam Kepemimpinan Pendidikan.” dalam el-hikmah. 

Masriyah, Nur. 2006. “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam 

Meningkatkan Mutu Pedidikan Agama Islam di MAN Malang I”. Skripsi. 

Fakultas Tarbiyah UIN Malang. 

Moleong, Lexy j. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja 

Rosdakarya. 

Muhaimin. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka 

Pelajar. 

Mulyasa, E. 2003. Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks 

Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 

------------------. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Cet.9. Bandung: PT Remaja 

Rosdakarya. 

Nasir, M. Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Prndidikan Ideal Pondok 

Pesantren di tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

165 

165 

Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai 

Lembaga Pendidikan. Cet. 3. Jakarta: Haji Masagung. 

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LkiS. 

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. www.puskur.net. 26 Februari 

2009. 

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. 

www.theceli.com. 30 Maret 2009. 

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Cet 13. 

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 

Purwanto, M. Ngalim dan Sutadjidjojopranoto. 1991. Administrasi Pendidikan. 

Cet. 13. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. 

Raharjo, Mudjia. 2004. Horizon Baru Pengemangan Pendidikan Isalm (Upaya 

Merespon Dinamika masyarakat Global): UIN di Tengah Perubahan 

Global. Cet I. Malang : UIN-Press. 

Sadiman, Arief S. dkk. 1993. Media Pendidikan: Pengertian. Pengembangan dan 

Pemanfaatannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 

Saroni, Muhammad. Tanpa tahun. Manajemen Sekolah: Kiat Menjadi Pendidik 

yang Kompeten. Yogyakarya: Ar-ruzz. 

Soetopo, Hendyat dan Wasty Soemanto. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi 

Pendidikan. Bina Aksara.

166 

166 

Sukmadinata, Nana Syaodin. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah 

Menengah: Konsep. Prinsip. dan Istrumen. Bandung: PT. Refika Aditama. 

Suryosubroto, B. 2004. Manjemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka 

Cipta. 

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: 

PT Remaja Rosdakarya. 

Teamwork SPP IV LKP2M. 2006.Research Book : Sekolah Penelitian Pemula 

LKP2M UIN Malang. 

Tim dosen jurusan administrasi pendidikan. 1989. Administrasi Pendidikan. 

Malang: Penerbit IKIP. 

Usman, Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat 

Pers. 

Usman, Husain. 2006. Manajemen: Teori. Praktik. dan Riset Pendidikan. Jakarta: 

PT. Bumi Aksara. 

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Ed. 1. Cet. 3. Jakarta: PT 

RajaGrafindo Persada. 

Zuhairini dan Abd. Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama 

Islam. Malang: Fak. Tarbiyah dan UM Press.

Skripsi lengkap - Digilib UIN Malang

Create successful ePaper yourself

Delete template?

Save as template?