16.11.2012 Views

SITI SHOLIKHAH - Digilib UIN Malang

SITI SHOLIKHAH - Digilib UIN Malang

SITI SHOLIKHAH - Digilib UIN Malang

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN<br />

MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN<br />

MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />

DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />

PGRI 3 MALANG<br />

SKRIPSI<br />

Oleh:<br />

<strong>SITI</strong> <strong>SHOLIKHAH</strong><br />

05110205<br />

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />

FAKULTAS TARBIYAH<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (<strong>UIN</strong>) MALANG<br />

April, 2009


MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN<br />

MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN<br />

MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />

DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />

PGRI 3 MALANG<br />

SKRIPSI<br />

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong> untuk<br />

Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu<br />

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i)<br />

Oleh:<br />

<strong>SITI</strong> <strong>SHOLIKHAH</strong><br />

05110205<br />

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />

FAKULTAS TARBIYAH<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (<strong>UIN</strong>) MALANG<br />

April, 2009


HALAMAN PERSETUJUAN<br />

MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN<br />

MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU<br />

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />

DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />

PGRI 3 MALANG<br />

SKRIPSI<br />

OLEH:<br />

<strong>SITI</strong> <strong>SHOLIKHAH</strong><br />

NIM. 05110205<br />

Telah diperiksa dan disetujui oleh:<br />

Dosen Pembimbing<br />

Dr. H. Nur Ali, M. Pd<br />

NIP. 150 289 265<br />

Tanggal 2 Juli 2009<br />

Mengetahui,<br />

Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam<br />

Drs. Moh. Padil, M. Pdi<br />

NIP. 150 297 235


Dr. H. Nur Ali M. Pd,<br />

Dosen Fakultas Tarbiyah<br />

Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong><br />

NOTA DINAS PEMBIMBING<br />

Hal. : Skripsi Siti Sholikhah <strong>Malang</strong>, 2 April 2009<br />

Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar<br />

Kepada Yth.<br />

Dekan Fakultas Tarbiyah <strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong><br />

di<br />

<strong>Malang</strong><br />

Assalamu’alaikum Wr. Wb.<br />

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa<br />

maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di<br />

bawah ini:<br />

Nama : Siti Sholikhah<br />

NIM : 05110205<br />

Jurusan : Pendidikan Agama Islam<br />

Judul Skripsi : Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />

dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />

Islam di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan ) PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong><br />

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak<br />

diajukan untuk diujikan.<br />

Demikian, mohon dimaklumi adanya.<br />

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.<br />

Pembimbing,<br />

Dr. H. Nur Ali M. Pd,<br />

NIP. 150 289 265


HALAMAN PENGESAHAN<br />

MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT<br />

DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA<br />

ISLAM DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />

PGRI 3 MALANG<br />

SKRIPSI<br />

Dipersiapkan dan disusun oleh<br />

Siti Sholikhah<br />

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal<br />

14 April 2009 dengan nilai: A<br />

Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan<br />

untuk memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)<br />

Pada tanggal: 16 April 2009.<br />

Panitia Ujian,<br />

Ketua Sidang/ : Dr. H. Nur Ali, M. Pd<br />

Pembimbing NIP. 150 289 265<br />

Sekretaris : Abdul Aziz, M. Pd<br />

NIP. 150 302 564<br />

Penguji Utama : Dr. H. Baharuddin, M. Pdi<br />

NIP. 150 215 385<br />

Mengesahkan,<br />

Dekan Fakultas Tarbiyah <strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong><br />

Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony<br />

NIP. 150 042 031<br />

Tanda Tangan


SURAT PERNYATAAN<br />

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat<br />

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu<br />

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau<br />

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara<br />

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.<br />

<strong>Malang</strong>, 2 April 2009<br />

Siti Sholikhah


HALAMAN HALAMAN HALAMAN PERSEMBAHAN<br />

PERSEMBAHAN<br />

Dengan Dengan ucapan ucapan syukur syukur Alhamdulillah Alhamdulillah tertuang tertuang dari dari lubuk lubuk hati<br />

hati<br />

yang yang paling dalam atas limpahan limpahan rahmat, rahmat,<br />

dan dan inayah inayah-Nya inayah Nya yang tak mengenal batas batas dan ruang, dengan<br />

ketulusan ketulusan dan dan kerendahan kerendahan hati<br />

hati<br />

ku ku persembahkan persembahkan karya karya ini:<br />

ini:<br />

Untuk Untuk Bapak dan Ibuku tercinta, sepasang sepasang mutiara mutiara hati yang yang<br />

memancarkan memancarkan cinta cinta kasih kasih yang tak pernah usa usai, usa<br />

i, restumu yang yang selalu<br />

menyertai menyertai setiap setiap langkahku, langkahku, kesabaran dalam membesarkan dan<br />

dan<br />

mendidikku, mendidikku, mendidikku, dari jerih payahmu kesuksesanku berasal, demi demi meniti<br />

meniti<br />

masa masa depan. depan.<br />

depan.<br />

Saudaraku Saudaraku “Cak “Cak Mat, Mat, Mbak Mbak Lis, Lis, Mbak Mbak Suji, Suji, dan dan Cak Cak Rori”<br />

Rori”<br />

kehadiran kehadiran kehadiran kalian kalian mengajariku<br />

mengajariku<br />

untuk untuk saling berbagi kasih sayang, semangat dan dukungan dalam<br />

menggapai menggapai cita cita-cita. cita cita.<br />

Dan Dan juga juga kepada kepada seluruh seluruh keluarga keluarga besar besar yang yang senantiasa<br />

senantiasa<br />

memberiku memberiku kasih kasih sayang, sayang, dukungan, dukungan, dukungan, dan dan doa<br />

doa<br />

Guru Guru-guruku Guru guruku dan Dosen Dosen-dosenku, Dosen<br />

dosenku, Pahlawanku yang telah memberi<br />

cahaya cahaya ilmu ilmu peng pengetahuan, peng etahuan, jasamu menjadikanku<br />

sebagai sebagai manusia manusia yang yang terdidik,,<br />

terdidik,,


HALAMAN MOTTO<br />

“....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan<br />

dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan<br />

pelanggaran....” (QS Al-Maidah: 2 ) 1<br />

1 Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI (Semarang: PT<br />

Karya Toha Putra Semarang, 1996). Hlm 85


KATA PENGANTAR<br />

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat<br />

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, juga sumber<br />

kunci perbendaharaan ilmu yang hanya ada pada genggaman-Nya. Shalawat serta<br />

salam semoga abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah<br />

berhasil membimbing dan menuntun umatnya ke jalan yang benar dan diridloi<br />

Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi.<br />

Penulisan skripsi yang berjudul “Manajemen Hubungan Sekolah<br />

dengan Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu pendidikan Agama Islam<br />

di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) PGRI 3 <strong>Malang</strong> ” dimaksudkan untuk<br />

memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di<br />

Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri<br />

(<strong>UIN</strong>) <strong>Malang</strong>.<br />

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulisi karena dapat menyelesaikan<br />

penyusunan skripsi. Penulis meyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat<br />

terlepas dari uluran tangan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini<br />

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta<br />

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:<br />

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri<br />

<strong>Malang</strong>, yang telah memberikan kepada peneliti peluang studi.<br />

2. Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah<br />

Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong>.


3. Drs. Moh. Padil, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam<br />

Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong>.<br />

4. Dr. H. Nur Ali, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah menunjukkan<br />

arah bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran.<br />

5. Santur Hidayat, S.Pd, selaku Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang telah<br />

memberikan izin penelitian.<br />

6. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan do’a restu, pengarahan<br />

serta kasih sayangnya.<br />

7. Keluarga Besar TPQ Al-Ikhlas yang selalu mendukung, membantu dan<br />

memberikan semangat dalam menggapai cita-cita<br />

8. Sahabat-sahabatku Mbak Eka, Lela, dilla, titin, Mbak Ima, G3tm@, dan My<br />

Beat yang telah memberiku kebersamaan dalam suka dan duka.<br />

9. Buat semua yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan<br />

baik dalam keseharian maupun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis<br />

ucapkan terima kasih banyak hanya Allah yang mampu membalas jasa-jasa<br />

kalian semua.<br />

Akhirnya penulis mengharapkan saran, dan kritik yang konstruktif,<br />

karena penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan<br />

baik sengaja maupun tidak sengaja. Semoga skripsi ini dapat menjadi masukan<br />

bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya. Amin...<br />

<strong>Malang</strong>, 2 April 2009<br />

Penulis


DAFTAR LAMPIRAN<br />

Lampiran I : Instrumen penelitian<br />

Lampiran II : Struktur Organisasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

Lampiran III : Data guru SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

Lampiran IV : Rekapitulasi data siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> tahun<br />

2008/2009<br />

Lampiran V : Daftar Nilai Pendidikan Agama Islam semester Genap<br />

2008/2009 SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

Lampiran VI : Proposal kegiatan Maulid Nabi Muhammad Saw di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

Lampiran VII : Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

Lampiran VIII : Dokumentasi (foto) penelitian<br />

Lampiran IX : Surat permohonan izin siswa<br />

Lampiran X : Bukti konsultasi pembimbingan skripsi<br />

Lampiran XI : Surat izin melakukan penelitian dari <strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong><br />

Lampiran XII : Surat keterangan telah melaksanakan penelitian di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>


DAFTAR ISI<br />

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i<br />

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iii<br />

HALAMAN NOTA DINAS........................................................................ iv<br />

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v<br />

HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... vi<br />

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. vii<br />

HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii<br />

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix<br />

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi<br />

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii<br />

ABSTRAK .................................................................................................. xvi<br />

BAB I : PENDAHULUAN<br />

A. Latar belakang masalah ............................................................ 1<br />

B. Rumusan Masalah..................................................................... 13<br />

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 14<br />

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 14<br />

E. Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................... 15<br />

F. Sistematikan Pembahasan.......................................................... 16<br />

BAB II: KAJIAN TEORI<br />

A. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ................. 18<br />

1. Pengertian manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat 18<br />

2. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat...................... 21


3.Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat................ 23<br />

4. Bentuk-bentuk hubungan sekolah dengan masyarakat.......... 29<br />

B. Mutu Pendidikan Sekolah Kejuruan<br />

1. Visi, misi dan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan ............... 32<br />

2. Pengertian mutu pendidikan.................................................. 34<br />

3. Prinsip-prinsip mutu pendidikan ........................................... 37<br />

4. Ciri-ciri sekolah yang bermutu.............................................. 39<br />

5. Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 40<br />

BAB III: METODE PENELITIAN<br />

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 45<br />

B. Lokasi Penelitian ................................................................... 46<br />

C. Kehadiran Peneliti ................................................................. 46<br />

D. Sumber Data dan Jenis Data .................................................. 47<br />

E. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 48<br />

1. Metode Observasi ............................................................ 48<br />

2. Metode Wawancara ......................................................... 49<br />

3. Metode Dokumentasi ....................................................... 50<br />

F. Teknik Analisis Data ............................................................ 50<br />

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahaan Data................................... 52<br />

H. Tahap-tahap penelitian........................................................... 54<br />

BAB IV: HASIL PENELITIAN<br />

A. Latar Belakang Objek Penelitian............................................... 58<br />

1. Profil SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> ............................................... 58


2. Keunggulan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>...................................... 59<br />

3. Kemampuan skill alumni .................................................... 60<br />

4. Visi, misi dan kebijakan mutu............................................. 62<br />

5. Struktur organisasi sekolah ................................................. 63<br />

6. Keadaan guru di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> ............................... 64<br />

7. Keadaan siswa di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.............................. 65<br />

B. Paparan Data<br />

1. Strategi perencanaan program hubungan kerja sama<br />

sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>..... 65<br />

2. Bentuk hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />

dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam<br />

di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>...................................................... 68<br />

3. Strategi pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.............. 73<br />

4. Strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.............. 78<br />

BAB V: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN<br />

A. Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>................... 8


B. Bentuk hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />

dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam 85<br />

C. Strategi pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.................... 89<br />

D. Strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />

Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>...................................... 92<br />

BAB VI: PENUTUP..................................................................................... 95<br />

A. Kesimpulan .............................................................................. 95<br />

B. Saran-saran ............................................................................... 97<br />

DAFTAR RUJUKAN ............................................................................. 98<br />

LAMPIRAN-LAMPIRAN


ABSTRAK<br />

Sholikhah, Siti. 2009. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dalam<br />

Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMK (Sekolah Menengah<br />

Kejuruan) PGRI 3 <strong>Malang</strong>. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas<br />

Tarbiyah. Universitas Islam Negeri (<strong>UIN</strong>) <strong>Malang</strong>. Dr. H. Nur Ali, M.Pd.<br />

Kata kunci: Manajemen, hubungan, sekolah, masyarakat dan mutu PAI<br />

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan<br />

suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan<br />

pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai<br />

sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu<br />

masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiki hubungan yang sangat erat dalam<br />

mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya<br />

sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan<br />

masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu sekolah<br />

berkewajiban untuk memberi penerangan tentang tujuan-tujuan, programprogram,<br />

kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus<br />

mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat,<br />

terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain antara sekolah dan masyarakat<br />

harus dibina suatu hubungan yang harmonis.<br />

Upaya peningkatan mutu pendidikan bukan merupakan upaya semata<br />

tetapi harus menjadi komitmen semua pihak yang terlibat di dalamnya. Demi<br />

upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, sudah seharusnya pihakpihak<br />

yang terkait di sekolah untuk benar-benar memperhatikan sumber-sumber<br />

yang terkait dan tentu dibutuhkan manajemen yang baik juga disetiap komponen<br />

termasuk bagaimana cara mengatur manajemen hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian<br />

mengenai Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dalam Upaya<br />

Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan<br />

strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />

dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong>, untuk mendeskripsikan bentuk hubungan kerja sama antara sekolah<br />

dengan masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, untuk mendeskripsikan strategi<br />

pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat dalam<br />

upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dan<br />

untuk mendeskripsikan strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian<br />

kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan<br />

dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan deskriptif<br />

kualitatif , yaitu pengelolaan dengan langkah-langkah sebagai berikut: setelah data<br />

terkumpul selanjutnya diidentifikasi serta dikategorikan kemudian digambarkan


erdasarkan logika serta menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan<br />

yang sebenarnya dengan tidak melupakan hasil dari pengamatan, wawancara dan<br />

hasil dokumentasi.<br />

Hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti dapat disampaikan di sini<br />

bahwa strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah: menetapkan bentuk-bentuk program; didasarkan pada<br />

kenyataan nyata masa kini dan masa depan; didasarkan pada kebutuhan<br />

masyarakat; berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang ada; melibatkan<br />

seluruh warga sekolah dan melakukan melakukan penjadwalan serta<br />

mengalokasikan dana, bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan<br />

masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> terdiri hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat sekolah dan hubungan kerja sama dengan masyarakat luar sekolah,<br />

strategi pelaksanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dilakukan<br />

dengan melalui penggerakan oleh kepala sekolah; pemanfaatan media berupa<br />

undangan dan edaran; melibatkan kesiswaan; penciptaan suasana religius;<br />

memberdayakan sumber daya sekolah; pelaksaaan kegiatan tidak memungut dana<br />

dari siswa; pelaksanaannya dilakukan oleh guru setiap mata pelajaran secara<br />

terpadu, sedangkan strategi evaluasi program hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong> meliputi evaluasi intern; evaluasi langsung dengan siswa baik di<br />

masjid, di kelas maupun pada saat apel sekolah; evaluasi dilakukan dengan<br />

memberikan punishment (hukuman) kepada siswa yang melanggar serta evaluasi<br />

yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa secara<br />

periodik. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program hubungan kerja sama<br />

antara sekolah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />

Agama Islam maka diperlukan komitmen bersama dan kesamaan tujuan sehingga<br />

sosialisasi harus senantiasa terus dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman.


A. Latar Belakang Masalah<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Penyelenggaraaan pendidikan yang bermutu dan semakin merata akan<br />

menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Efisiensi pendidikan menuntut<br />

pengelolaan yang semakin terdesentralisasikan. Aparatur pendidikan di daerah<br />

harus semakin mampu mengelola dan melaksanakan teknis kependidikan secara<br />

otonom. Hal ini diperlukan untuk membangun masyarakat di daerah masing-<br />

masing ke arah kemandirian untuk mencapai kehidupan yang semakin merata dan<br />

sejahtera.<br />

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan<br />

paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya memberdayakan<br />

masyarakat dan lingkungan sekolah secara optimal. Hal ini penting, karena<br />

sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang<br />

relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan<br />

program tersebut. Di sisi lain, masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk<br />

mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. 2<br />

Sejalan dengan bergulirnya roda reformasi yang didorong oleh para<br />

mahasiswa dan masyarakat pada umumnya, persepsi dan pemahaman masyarakat<br />

akan pentingnya pendidikan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terutama<br />

berangkat dari tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membekali<br />

anaknya dengan berbagai pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menghadapi<br />

2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,<br />

2006), Hlm. 163.


erbagai tantangan di masa depan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa<br />

manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat perlu senantiasa<br />

dikembangkan. Sebagaimana diungkapkan Leslie bahwa:<br />

School public relation is process of communication between the school<br />

and community for purpose for increasing citizen understanding of<br />

educational needs and practice and encauraging intelligent citizen interest<br />

and co-operation in the work of improving the school. 3<br />

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat<br />

merupakan suatu proses komunikasi untuk meningkatkan pengertian warga<br />

masyarakat tentang kebutuhan dan praktek, serta mendorong minat, dan kerja<br />

sama dalam usaha memperbaiki sekolah, karena komunikasi itu merupakan<br />

lintasan dua arah, yaitu dari arah sekolah ke masyarakat, dan sebaliknya.<br />

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan<br />

suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan<br />

pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai<br />

sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu<br />

masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiki hubungan yang sangat erat dalam<br />

mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya<br />

sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan<br />

masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu sekolah<br />

berkewajiban untuk memberi penerangan tentang tujuan-tujuan, program-<br />

program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus<br />

mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat,<br />

3 Ibid., hlm. 172-173.


terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain antara sekolah dan masyarakat<br />

harus dibina suatu hubungan yang harmonis. 4<br />

Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah,<br />

kepala sekolah dan guru merupakan kunci keberhasilan, yang harus menaruh<br />

perhatian terhadap apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang<br />

dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Guna mewujudkan sekolah<br />

yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk: 1) saling<br />

pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang<br />

ada di masyarakat, termasuk dunia kerja; 2) saling membantu antara sekolah dan<br />

masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-<br />

masing; 3) kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada<br />

di masyarakat dan mereka merasa bangga dan ikut bertanggung jawab atas<br />

suksesnya pendidikan di sekolah. 5<br />

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang<br />

tua, dan masyarakat. Hal ini mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan<br />

hendaknya tidak menutup diri melainkan selalu mengadakan kontak hubungan<br />

dengan dunia luar yaitu orang tua dan masyarakat sekitar sebagai teman<br />

penanggung jawab pendidikan.<br />

Kaufman menyebutkan partner pendidikan terdiri dari para guru, para<br />

siswa dan para orang tua atau masyarakat. 6 Mungkin ia berpendapat bahwa<br />

pemerintah sudah diwakili oleh para guru atau mungkin ia menekankan agar<br />

4<br />

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),<br />

Hlm. 50.<br />

5<br />

E. Mulyasa, op. cit. hlm. 166.<br />

6<br />

Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Hlm<br />

179.


sekolah-sekolah bersifat desentralisasi sehingga tidak perlu banyak dicampuri<br />

oleh pemerintah. Apapun alasannya yang jelas orang tua atau masyarakat<br />

dipandang sebagai salah satu partner pendidikan. Dengan demikian tanpaklah<br />

bahwa lembaga pendidikan itu bukanlah badan yang berdiri sendiri dalam<br />

membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra bangsa, melainkan ia<br />

merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas.<br />

Dalam konteks pendidikan, Purwanto mengemukakan bahwa<br />

hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan<br />

sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan<br />

jawatan lain dan sekolah dengan masyarakat pada umumnya. Hendaknya semua<br />

hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis,<br />

sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keunggulan dan perbaikan<br />

serta kemajuan bagi kedua belah pihak. 7<br />

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada dasarnya tidak hanya<br />

bersifat publisitas belaka, tetapi jauh dari itu, bagaimana sekolah membangun<br />

jaringan kerja sama dengan pihak-pihak lain berupa networking, di mana kerja<br />

sama ini untuk kondisi sekarang merupakan sesuatu sangat vital dan penting<br />

dilakukan, dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.<br />

Sekolah harus berhubungan dengan masyarakat antara lain<br />

dikarenakan sebagai berikut: a) sekolah adalah bagian yang integral dari<br />

masyarakat; b) hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada<br />

masyarakat; c) sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani<br />

7 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap<br />

Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Hlm. 124-125.


anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan; d) Kemajuan sekolah dan<br />

kemajuan masyarakat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan; e)<br />

masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena masyarakat<br />

memerlukannya. 8<br />

Dipelbagai media massa, banyak di langsir mengenai mutu pendidikan<br />

Indonesia bahwa menurut data Human Resource Development (HRD), kualitas<br />

sumber daya manusia Indonesia berada di peringkat ke-109 kalah dari Malaysia,<br />

Jepang, Thailand, dan Vietnam. 9 Padahal pendidikan merupakan proses yang<br />

bersifat irreversible (tidak dapat didaur ulang). Artinya, bila dalam proses<br />

pendidikan itu terjadi salah asuh, maka selamanya akan terjadi salah asuhan.<br />

Sementara itu, data HDI (Human Development Index ) menunjukkan bahwa pada<br />

tahun 2003 IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia berada pada rangking<br />

112, dibawah Vietnam yang berada pada rangking 111, sedangkan data pada<br />

tahun 2004 Indonesia berada pada rangking 111, sedikit di atas Vietnam yang<br />

berada pada rangking 112 dari 127 negara yang diukur. Data tersebut<br />

memperkuat laporan Mendiknas tahun 2001, bahwa mutu pendidikan Indonesia<br />

rendah dalam komparasi Internasional. 10 Oleh karena itu, seluruh stakeholders<br />

pendidikan, dari orang tua, tokoh masyarakat, pemimpin agama, pemuka adat,<br />

organisasi profesi, dan lainnya, harus mengadakan dialog produktif sehingga<br />

timbul kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap peningkatan mutu<br />

pendidikan.<br />

8<br />

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja<br />

Rosdakarya, 1991), Hlm. 188.<br />

9<br />

M Nurdin, Pendidikan Yang Menyebalkan (Jogjakarta: Ar-Ruuz Media, 2005), Hlm. 77.<br />

10<br />

Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Bandung: CV Cipta<br />

Cekas Grafika, 2005), hlm. 3.


Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan proses komunikasi<br />

yang harus dibangun dan dipelihara oleh kedua belah pihak. Pendapat tentang<br />

pengertian hubungan sekolah dan masyarakat diungkapkan oleh Mamusung<br />

yaitu:<br />

“Hubungan sekolah dan masyarakat dapat diartikan sebagai proses<br />

komunikasi timbal balik antara sekolah dengan masyarakat untuk<br />

menanamkan pengertian kepada masyarakat tentang kebutuhan dan<br />

program-program pendidikan serta menggalang kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat, mendorong minat dan tanggung jawab masyarakat untuk<br />

memajukan pendidikan sekolah, mengetahui minat, keinginan dan aspirasi<br />

masyarakat terhadap sekolah.” 11<br />

Pengertian tersebut sangat menekankan adanya proses komunikasi dua<br />

arah yang efektif, sehingga satu sama lain antara pihak sekolah dan masyarakat<br />

dapat saling menerima informasi yang efektif. Dengan kerja sama yang efektif<br />

diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang pada<br />

akhirnya mempunyai dampak terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah.<br />

Hadari Nawawi menyebutkan bahwa beban tugas humas adalah<br />

melakukan publisitas tentang kegiatan organisasi kerja yang patut diketahui oleh<br />

pihak luar secara luas. Kegiatannya menyebarluaskan informasi dan memberikan<br />

penerangan-penerangan untuk menciptakan pemahaman yang sebaik-baiknya di<br />

kalangan masyarakat luas mengenai tugas-tugas dan fungsi yang diemban<br />

organisasi kerja tersebut, termasuk juga mengenai kegiatan-kegiatan yang<br />

sudah, sedang, dan akan dikerjakan. 12<br />

11 Imron Siregar, dkk., Kepemimpinan Madrasah Mandiri (Jakarta: Puslitbang Pendidikan<br />

Agama dan Keagamaan, 2005), Hlm. 65.<br />

12 Hasbullah, op. cit., hlm. 124.


Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin<br />

dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami<br />

pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Namun tidak berarti pada masyarakat<br />

yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan, hubungan kerja sama ini,<br />

tidak perlu dibina. Pada masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya<br />

pendidikan, sekolah dituntut untuk lebih aktif dan kreatif untuk menciptakan<br />

hubungan kerja sama yang lebih harmonis.<br />

Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung<br />

kepada luas tidaknya produk serta kualitas dari produk sekolah itu sendiri.<br />

Semakin luas sebaran produk sekolah di tengah-tengah masyarakat, lebih-lebih<br />

bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang memadai, tentu produk persekolahan<br />

tersebut membawa pengaruh positif dan berarti bagi perkembangan masyarakat<br />

yang bersangkutan. 13<br />

Di Indonesia telah lahir Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang<br />

bertumpu pada sekolah dan masyarakat. Model manajemen ini menuntut<br />

keterlibatan yang tinggi dari stakeholders sekolah. Susan Mohrman menyatakan,<br />

"Untuk mendukung pencapaian MBS telah muncul manajemen berpartisipasi<br />

tinggi yang membutuhkan empat sumber daya penting: 1) informasi; 2)<br />

pengetahuan; 3) keterampilan; 4) penghargaan dan sanksi." 14 Empat sumber daya<br />

ini jika dikelola secara baik akan meningkatkan efektivitas manajemen sekolah.<br />

13<br />

Tim Dosen FIP-IKIP <strong>Malang</strong>, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan (Usaha Nasional:<br />

Surabaya, 2003), Hlm. 178.<br />

14<br />

Fredrik Kande, Akuntabilitas dalam Manajemen Berbasis Sekolah (http: www. Yahoo.<br />

com, diakses tanggal 21 Februari 2009)


Dan efektifitas manajemen sekolah akan ditunjukkan dengan output yang<br />

berkualitas.<br />

Tiga aspek yang dapat memberi jaminan mutu suatu lembaga<br />

pendidikan, yaitu kompetensi, akreditasi, dan akuntabilitas. Lulusan pendidikan<br />

yang dianggap telah memenuhi semua persyaratan dan memiliki kompetensi yang<br />

dituntut berhak mendapat sertifikat. Lembaga pendidikan beserta perangkat-<br />

perangkatnya yang dinilai mampu menjamin produk yang bermutu disebut<br />

sebagai lembaga terakreditasi (accredited). Lembaga pendidikan yang<br />

terakreditasi dan dinilai mampu untuk menghasilkan lulusan bermutu, selalu<br />

berusaha menjaga dan menjamin mutuya sehingga dihargai oleh masyarakat<br />

adalah lembaga pendidikan yang akuntable. 15<br />

Dalam penelitian yang dilakukan Hurratul Mahmudah (2008)<br />

menjelaskan bahwa untuk dapat mengetahui keinginan, cita-cita serta harapan<br />

masyarakat lembaga pendidikan harus selalu menjalin komunikasi serta kerja<br />

sama yang konstruktif dan efektif dengan masyarakat untuk membangun<br />

generasi yang unggul dan berkualitas. Lembaga pendidikan yang dapat memenuhi<br />

kebutuhan serta tuntutan masyarakat merupakan indikasi lembaga yang unggul.<br />

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Choirul Affandi (2007) menjelaskan<br />

bahwa kedudukan humas adalah menciptakan suasana yang kondusif dalam<br />

lingkungan pendidikan dan juga menjelaskan tentang fungsi humas yaitu<br />

mengatur dan memberdayakan hubungan antara sekolah, masyarakat, komite<br />

15 Ibid.


sekolah, sekolah lain serta instansi pemerintah sebagai mitra untuk<br />

mengembangkan pendidikan di sekolah.<br />

Hal di atas seakan menunjukkan bahwa kemunculan sekolah memang<br />

sebagai wadah untuk menampung kecenderungan masyarakat, artinya sekolah<br />

membangun reaksi yang erat dengan masyarakat terlebih ketika peneliti melihat<br />

fungsi sekolah atau lembaga pendidikan dalam masyarakat antara lain: 1)<br />

mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) membawa pembaharuan bagi perkembangan<br />

masyarakat; 3) melahirkan masyarakat yang siap dan dibekali bagi lingkungan<br />

kerja dimasyarakat; 4) melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga<br />

masyarakat sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah<br />

masyarakat. 16<br />

Mendorong partisipasi masyarakat ke dalam perencanaan dan<br />

pelaksanaaan program sekolah, memang membutuhkan pertimbangan yang<br />

matang. Bukan saja dari segi biaya yang harus dan akan dikeluarkan tetapi juga<br />

apakah efisien dan efektif bila program itu dikerjakan bersama-sama dengan<br />

masyarakat. Setidaknya pernyataan di atas memandang bahwa belum tentu<br />

semua program akan efektif bila dikerjakan bersama masyarakat namun<br />

setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam mendukung<br />

program sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui<br />

pemberian informasi, menyediakan dukungan politik dan menyumbangkan<br />

sumber daya 17 .<br />

16 Tim Dosen FIP-IKIP <strong>Malang</strong>. op. cit . 179.<br />

17 Dinory M. Aritonang, Memantapkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Pilar Good<br />

Governance Dalam Pembangunan. (http: www. Google.com, diakses tanggal 21 Februari 2009).


Esensi dari peningkatan mutu adalah perubahan budaya, dimana<br />

gagasan tentang mutu harus berada dalam hati dan pikiran guru-guru dan semua<br />

warga sekolah. Penggunaan mutu sebagai konsep yang dinamis atau relatif, tidak<br />

mutlak. Mutu bukan atribut dari suatu produk atau jasa. Suatu produk atau jasa<br />

baru dapat dinilai mutunya apabila barang atau jasa tersebut telah sesuai dengan<br />

spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya. Dalam dunia pendidikan, mutu lulusan<br />

suatu sekolah dinilai berdasarkan kesesuaian kemampuan yang dimilikinya<br />

dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Mutu bukan merupakan titik<br />

akhir, melainkan sebagai sarana, agar barang dan atau jasa selalu berada di atas<br />

standar. 18<br />

Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah,<br />

seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya<br />

pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima di dunia kerja,<br />

diterima bekerja, tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan<br />

masyarakat, dan tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif akan menjadi<br />

beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat,<br />

serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat.<br />

Model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan<br />

seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara<br />

sengaja dan bersungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinyu untuk<br />

mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat<br />

yang berkepentingan langsung dengan sekolah. Dengan demikian, kegiatan<br />

18 Hari Suderadjat, op. cit., Hlm. 1


operasional pendidikan, kinerja, dan produktivitas sekolah diharapkan semakin<br />

efektif, dan efisien. Pada hakikatnya, sekolah merupakan bagian yang tak<br />

terpisahkan dari masyarakat, seperti para orang tua yang tergabung dalam Badan<br />

Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan/komite sekolah dan atasan langsung.<br />

Demikian pula hasil pendidikan yang berupa lulusan, akan menjadi harapan dan<br />

dambaan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh menjadi menara<br />

gading masyarakat. 19<br />

Dalam bidang kejuruan, satu hal yang masih menjadi keprihatinan<br />

adalah kemampuan sekolah menengah kejuruan dalam menghasilkan lulusan yang<br />

siap kerja. Beberapa tahun yang lalu, Departemen Pendidikan Nasional telah<br />

menggariskan kebijakan “link and match” dalam meningkatkan relevensi<br />

program pendidikan kejuruan tersebut. Kebutuhan terhadap program pendidikan<br />

yang relevan dengan tuntutan dan perkembangan dunia kerja dilatarbelakangi oleh<br />

kemajuan masyarakat dan dunia kerja yang sangat cepat, sebagai akibat dari<br />

kecepatan laju perkembangan ilmu dan teknologi. 20<br />

Lembaga pendidikan dituntut dapat menawarkan program-<br />

programnya secara cerdas berdasarkan kebutuhan kekinian dan kedisiplinan serta<br />

menjanjikan masa depan. Sehingga keberadaannya dapat fungsional baik bagi<br />

keperluan menciptakan dan mengembangkan ilmu-ilmu baru, lapangan kerja<br />

baru, membina sikap hidup kritis dan pola tingkah laku yang baru serta<br />

kecenderungan-kecenderungan baru. Dalam kerangka menuju ke arah tersebut,<br />

Karl Manhein mengatakan bahwa untuk memahami pendidikan perlu<br />

19 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 164-165.<br />

20 Nana Syaodih S, dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep<br />

Prinsip dan Instrumen), (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hlm. 1.


diperhatikan siapa mendidik siapa, di masyarakat apa, bilamana dan dimana serta<br />

untuk posisi sosial apa peserta itu dididik. 21<br />

Sejalan dengan hal di atas, Seluruh civitas akademika SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> dengan motto “succes by discipline” dan keinginan yang kuat menjadi<br />

leading inovation for vocational school di Jawa Timur dan telah dimilikinya 6<br />

kelas perusahaan (Sharp Class, Oracle Academy, Pallindo Welding Class,<br />

Morodadi Class, Suzuki Class, Indonesia Power Generation Class) dan telah<br />

ditunjuknya oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi Jakarta sebagai Tempat Uji<br />

Kompetensi Profesi Telematika dan Welding, semakin yakin dan mantap menjadi<br />

sekolah swasta yang kredibel, serta mampu mengantarkan generasi muda bangsa<br />

Indonesia yang unggul dan visioner.<br />

Tahun ajaran baru 2007/2008 SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

memproklamirkan diri sebagai Leading Vocational School untuk membackup<br />

program Pemerintah Kota <strong>Malang</strong> yang akan menjadikan <strong>Malang</strong> sebagai Kota<br />

Vocational. Program ini berorientasi pada citra pendidikan modern yang<br />

bercirikan abad-21. Tantangan untuk itu sangat berat sekali kalau tidak ada<br />

kerjasama yang baik pada seluruh civitas akademika SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dan<br />

peran serta masyarakat luas <strong>Malang</strong> Raya juga sangat diperlukan, karena jelas<br />

secara sarana dan prasarana harus terpenuhi untuk menjawab kepercayaan yang<br />

sudah diberikan masyarakat.<br />

Upaya peningkatan mutu pendidikan bukan merupakan upaya semata<br />

tetapi harus menjadi komitmen semua pihak yang terlibat di dalamnya. Semangat<br />

21 Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam (Jakarta: Lembaga Pengembangan<br />

Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia/LP3NI, 1998), Hlm. 58.


ini berlaku bagi semua lembaga pendidikan termasuk SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>. Demi<br />

upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

yang telah dijelaskan di atas, sudah seharusnya pihak-pihak yang terkait di dalam<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> untuk benar-benar memperhatikan sumber-sumber yang<br />

terkait dan tentu dibutuhkan manajemen yang baik juga disetiap komponen<br />

termasuk bagaimana cara mengatur manajemen hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian<br />

mengenai ”Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Dalam Upaya<br />

Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>”.<br />

B. Rumusan Masalah<br />

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan<br />

permasalahan sebagai berikut :<br />

1) Bagaimana strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?<br />

2) Bagaimana bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan<br />

masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?<br />

3) Bagaimana strategi pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?<br />

4) Bagaimana strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?


C. Tujuan Penelitian<br />

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:<br />

1) Untuk mendeskripsikan strategi perencanaan program hubungan kerja<br />

sama sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

2) Untuk mendeskripsikan bentuk hubungan kerja sama antara sekolah<br />

dengan masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

3) Untuk mendeskripsikan strategi pelaksanaan program hubungan kerja<br />

sama sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

4) Untuk mendeskripsikan strategi evaluasi program hubungan kerja sama<br />

sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />

Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

D. Manfaat Penelitian<br />

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sbb:<br />

1) Lembaga pendidikan: sebagai acuan dalam meningkatkan menejemen<br />

hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai usaha meningkatkan mutu<br />

pendidikan agama Islam.<br />

2) Peneliti: menjadi pengalaman yang berharga serta bermanfaat dan<br />

menambah pengetahuan terutama mengenai manajemen hubungan<br />

sekolah dengan masyarakat.<br />

3) Sekolah: Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan<br />

pendidikan, terutama yang berhubungan dengan menejemen hubungan


sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />

Agama Islam.<br />

E. Ruang Lingkup Penelitian<br />

1) Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat: salah satu<br />

substansi manajemen sekolah yang berupa proses kerja sama dan<br />

komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan<br />

partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan pendidikan, dalam<br />

pembahasan ini meliputi proses perencanaan, pelaksanaan dan<br />

evaluasi hubungan sekolah dengan masyarakat di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong>.<br />

2) Mutu pendidikan: Dalam konteks penelitian ini, mutu pendidikan<br />

mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam<br />

”proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti;<br />

bahan ajar; metedologi; sarana dan prasarana; dukungan administrasi<br />

dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.<br />

Adapun ”hasil pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai output<br />

yaitu bersifat akademik (nilai raport, prestasi nilai kelulusan yang<br />

dinyatakan dalam Nilai Ujian Nasional) adapun yang bersifat non<br />

akademik terdiri dari kemampuan terhadap aneka jenis keterampilan<br />

dan mampu bersaing dengan dunia kerja. Adapun dalam<br />

pembahasan ini peneliti menfokuskan pada mutu hasil Pendidikan<br />

Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.


F. Sistematika Pembahasan<br />

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, peneliti<br />

memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut :<br />

a. BAB I, Pendahuluan, peneliti membahas pokok-pokok pikiran untuk<br />

memberikan gambaran terhadap inti pembahasan, pokok pikiran tersebut<br />

masih bersifat global. Pada bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan<br />

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian<br />

dan sistematika pembahasan.<br />

b. BAB II, memaparkan tentang landasan teoritis yang berkaitan dengan<br />

manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat yang terdiri dari:<br />

pengertian manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat; tujuan<br />

hubungan sekolah dengan masyarakat; manajemen hubungan sekolah<br />

dengan masyarakat dan bentuk-bentuk hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat. Adapun landasan teoritis yang berkaitan dengan mutu<br />

pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan terdiri dari: visi, misi dan<br />

tujuan Sekolah Menengah Kejuruan; pengertian mutu pendidikan;<br />

prinsip-prinsip mutu pendidikan; ciri-ciri sekolah yang bermutu dan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan.<br />

c. BAB III, memaparkan tentang metode penelitian, yang meliputi: jenis<br />

penelitian lokasi penelitian; kehadiran peneliti; sumber data dan jenis<br />

data; teknik pengumpulan data; teknik analisa data dan teknik<br />

pemeriksaan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.


d. BAB VI, hasil penelitian yang terdiri dari: strategi perencanaan program<br />

hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>; bentuk hubungan<br />

kerja sama antara sekolah dengan masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>;<br />

strategi pelaksanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat<br />

dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong> serta strategi evaluasi program hubungan sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

e. BAB V, Pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari: strategi<br />

perencanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />

upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong>; bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat<br />

di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>; strategi pelaksanaan program hubungan<br />

sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />

Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> serta strategi evaluasi program<br />

hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

f. BAB VI, Penutup, pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.


BAB II<br />

KAJIAN TEORI<br />

A. Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />

1. Pengertian Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />

Istilah hubungan masyarakat dikemukakan pertama kali oleh Thomas<br />

Jefferson (Presiden Amerika Serikat) pada tahun 1987. Menurut Griswold<br />

humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan<br />

menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan policy dan prosedur<br />

instansi atau organisasi dengan kepentingan umum, menjalankan suatu<br />

program untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat.<br />

Sementara itu, Bonar mengemukakan bahwa hubungan masyarakat yang<br />

menjalankan usahanya untuk mencapai hubungan yang harmonis antara<br />

sesuatu badan organisasi dengan masyarakat sekelilingnya. 22<br />

Hubungan masyarakat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk<br />

menganalisis kecenderungan mempredikisi konsekuensi-konseuensi,<br />

menasehati para pemimpin organisasi, dan melaksanakan program yang<br />

terencana mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani, baik kepentingan<br />

organisasi maupun kepentingan publik. Definisi tersebut dirumuskan<br />

dalam ”The Statement of Mexico:” dan masih banyak lagi definisi yang<br />

disampaikan oleh para ahli, yang pada dasarnya mencakup unsur-unsur<br />

antara lain:<br />

22 Hasbullah. op. cit., hlm. 124.


(1) Suatu proses yang mencakup hubungan timbal balik antara organisasi<br />

dan publiknya,<br />

(2) Analisis dan evaluasi melalui penelitian lapangan terhadap sikap, opini<br />

dan kecenderungan sosial, serta mengkomunikasikannya kepada pihak<br />

manajemen/pimpinan,<br />

(3) Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijaksanaan, tata<br />

cara kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam<br />

konteks demi kepentingan bersama bagi kedua belah pihak<br />

(4) Pelaksanaan atau menindaklanjuti program aktivitas yang terencana,<br />

mengkomunikasikan dan mengevaluasi,<br />

(5) Perencanaan dengan itikad yang baik, saling pengertian, dan<br />

penerimaan dari pihak publiknya sebagai hasil akhir dari aktivitas<br />

public relation 23<br />

Menurut pakar Humas Internasional Cultip, merumuskan fungsi<br />

humas sebagai berikut:<br />

(1) Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan<br />

bersama<br />

(2) Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan<br />

pihak publiknya, sebagai khalayak sasarannya<br />

(3) Mengidentifikasi yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan<br />

masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau<br />

sebaliknya<br />

23 Marno, Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris<br />

Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Lintas Pustaka, 2007), hlm. 150


(4) Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada<br />

pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama<br />

(5) Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus<br />

informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya<br />

atau terjadi sebaliknya demi tercapaiya citra positif bagi kedua belah<br />

pihak. . 24<br />

Sedangkan dalam bukunya School Public Relations, Kindred Leslie,<br />

mengemukakan:<br />

School ralations is a process of communication between the school<br />

and community for purpose of the increasing citizen understanding of<br />

educational needs and practices and encauraging inteligent citizen<br />

interest and cooperation in the work of improving the school” 25<br />

Yang berarti bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu<br />

proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat dengan tujuan untuk<br />

meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang kebutuhan dari<br />

praktek pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama para anggota<br />

masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.<br />

Sebagai kegiatan manajemen, hubungan masyarakat difungsikan untuk<br />

mendukung dan memelihara jalur bersama bagi komunikasi, pengertian,<br />

penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan publiknya. Hubungan<br />

masyarakat dapat didefinisikan sebagai komunikasi dua arah secara timbal<br />

balik antara organisasi dengan publik dalam rangka mendukung fungsi dan<br />

tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama dan<br />

24 Ibid. hlm. 151.<br />

25 Piet Sahertian. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Surabaya: Usaha<br />

Nasional. hlm. 233.


memenuhi kepentingan bersama. Jadi hubungan masyarakat pada prinsipnya<br />

merupakan kegiatan komunikasi antara organisasi dengan masyarakat<br />

dalam arti luas. 26<br />

Sekolah dan masyarakat merupakan partnership dalam berbagai<br />

aktivitas yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, diantaranya:<br />

(1) Sekolah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam<br />

menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.<br />

(2) Sekolah dengan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerja<br />

sama dengan masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembaruan<br />

tetapi juga dalam menerima berbagai konsekuensi dan dampaknya,<br />

serta mencari alternatif pemecahannya.<br />

(3) Sekolah dengan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil<br />

bagian serta bantuan dalam pendidikan di sekolah, untuk<br />

mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai dengan<br />

harapan peserta didik. 27<br />

2. Tujuan Hubungan Sekolah dan Masyarakat<br />

berikut:<br />

Tujuan hubungan sekolah dan masyarakat dapat diuraikan sebagai<br />

(1) Mengembangkan pembinaan pengertian masyarakat tentang semua<br />

aspek/bidang pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Pemahaman<br />

program yang dilakukan di sekolah sangat penting diketahui orang tua<br />

dan masyarakat dengan tujuan agar mereka termotivasi untuk bisa<br />

26 Imron Siregar, dkk. op. cit. hlm. 64-65.<br />

27 E. Mulyasa, op. cit. hlm 172


memberikan bantuan yang maksimal terhadap terlaksananya program-<br />

program sekolah tersebut.<br />

(2) Menampung harapan-harapan tentang tujuan pendidikan di<br />

sekolah.Tujuan sekolah perlu diketahui dan disepakati bersama oleh<br />

pihak sekolah dan masyarakat melalui pertemuan rutin antara sekolah<br />

dengan masyarakat/orang tua murid.<br />

(3) Memperoleh partisipasi, dukungan dan bantuan secara konkrit dari<br />

masyarakat baik berupa tenaga, sarana, maupun dana demi kelancaran<br />

dan tercapainya tujuan pendidikan.<br />

(4) Mengikutsertakan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang<br />

dihadapi sekolah. 28<br />

Sutuino mengemukakan maksud hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat: (1) untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-<br />

maksud dan saran-saran dari sekolah; (2) untuk menilai program sekolah; (3)<br />

untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi<br />

kebutuhan-kebutuhan anak didik; (4) untuk mengembangkan kesadaran<br />

tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan; (5) untuk<br />

membnagun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah;<br />

(6) untuk memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah; (7) untuk<br />

mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan<br />

program sekolah. 29<br />

28 Ibid. hlm. 65-67.<br />

29 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 164.


Dengan memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah<br />

diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu<br />

meningkatnya kinerja sekolah dan terlaksananya proses pendidikan di<br />

sekolah secara produktif, efektif dan efisien sehingga menghasilkan lulusan<br />

yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari<br />

penguasaan peserta didik terhadap berbagai kompetensi dasar yang dapat<br />

dijadikan bekal untuk bekerja di dunia usaha, melanjutkan pendidikan pada<br />

jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hidup di masyarakat secara layak, dan<br />

belajar untuk terus meningkatkan diri sesuai dengan asas belajar sepanjang<br />

hayat (life long learning). 30<br />

3. Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />

Untuk mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat diperlukan<br />

manajemen yang baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.<br />

Berkaitan dengan pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat<br />

tersebut ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan sekolah yaitu:<br />

a. Perencanaan Program kerjasama antara sekolah dengan<br />

masyarakat<br />

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses<br />

pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada<br />

masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. 31 Untuk<br />

mengembangkan suatu rencana, seseorang harus mengacu ke masa<br />

depan (forecast) atau menentukan pengaruh pengeluaran biaya atau<br />

30 E. Mulyasa, op. cit., hlm 166-167.<br />

31 Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar (Jakarta: PT Bumi<br />

Aksara, 2006), Hlm. 42.


keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir,<br />

mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun<br />

program yakni menetapkan prioritas dan urutan strategi, anggaran<br />

biaya atau alokasi sumber-sumber, menetapkan prosedur kerja dengan<br />

metode yang baru dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa<br />

aturan dan ketentuan. 32 Menurut banyak pakar manajemen,<br />

perencanaan yang baik adalah:<br />

1) Dibuat oleh orang-orang yang memahami organisasi;<br />

2) Dibuat oleh orang-orang yang memahami perencanaan;<br />

3) Disertai dengan rincian yang teliti;<br />

4) Tidak terlepas dari pemikiran pelaksanaan;<br />

5) Terdapat tempat pengambilan resiko;<br />

6) Sederhana, luwes dan praktis;<br />

7) Di dasarkan pada keadaan nyata masa kini dan masa depan;<br />

8) Dibuat bersama;<br />

9) Direkomendasi oleh penguasa tertinggi. 33<br />

Perencanaan merupakan sebuah proses memikirkan dan<br />

menetapkan kegiatan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu<br />

perencanaan merupakan sebuah proses, ada beberapa langkah yang<br />

harus ditempuh dalam membuat perencanaan yaitu:<br />

1) Memperkirakan masa depan;<br />

2) Menganalisis kondisi lembaga;<br />

3) Merumuskan tujuan secara operasional;<br />

4) Mengumpulkan data atau informasi;<br />

5) Menganalisis data atau informasi;<br />

6) Merumuskan dan menetapkan alternatif progran;<br />

7) Menetapkan perkiraan pelaksanaan program;<br />

8) Menyusun jadwal pelaksanaan program. 34<br />

32 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja<br />

Rosdakarya, 2006), Hlm. 33.<br />

33 Ibid..<br />

34 Ibid..


Dalam merencanakan program kerjasama antara sekolah dengan<br />

masyarakat ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan sekolah<br />

sebelum menetapkan bentuk kerja sama tersebut yaitu:<br />

1) Sekolah harus mengetahui potensi-potensi yang dimiliki baik<br />

mengenai guru, anak didik, sarana prasarana maupun partisipasi<br />

masyarakat yang sudah ada (digunakan) maupun yang masih dapat<br />

digali/dikembangkan di masa yang akan datang. Dengan<br />

mengetahui potensi yang dimiliki sekolah dapat membuat analisis<br />

kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan<br />

sekolah.<br />

2) Dari analisa kebutuhan keterlibatan masyarakat tersebut sekolah<br />

dapat menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari hubungan<br />

kerjasama dengan masyarakat tersebut.<br />

3) Setelah menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam hubungan<br />

kerjasama tersebut sekolah melakukan identifikasi kegiatan apa<br />

saja yang akan dilaksanakan dan menentukan skala prioritas<br />

sesuai dengan kepentingan dan faktor-faktor situasional dan<br />

kondisional yang ada.<br />

4) Langkah selanjutnya adalah membuat penjadwalan terhadap<br />

kegiatan kerjasama yang telah diprioritaskan tersebut serta<br />

mengalokasikan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. 35<br />

35 Norhapni, “Proses Pengelolaan Humas (Studi Kasus di SDN Purwantoro <strong>Malang</strong>)”,<br />

Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri <strong>Malang</strong>, 2005, Hlm. 49.


. Pelaksanaan Program Kerjasama Antara Sekolah Dengan<br />

Masyarakat<br />

Implementasi atau pelaksanaan program membutuhkan cara/kiat<br />

tersendiri, sehingga pengalaman dan intuisi dari pengelola program<br />

seringkali memberikan penguatan terhadap keberhasilan pelaksanaan<br />

kegiatan. Dalam implementasi ini diperlukan kecermatan, kejelian, dan<br />

khususnya keseriusan dari semua pihak khususnya para pengelola.<br />

Pelaksanaan program membutuhkan penggerakan yang pada<br />

dasarnya merupakan fungsi manajemen yang kompleks dan ruang<br />

lingkupnya cukup luas serta berhubungan erat dengan sumber daya<br />

manusia. Pentingnya usaha penggerakan didasarkan pada alasan<br />

bahwa, usaha-usaha perencanaan bersifat vital tapi tak ada output yang<br />

kongkrit yang dihasilkan tanpa adanya implementasi aktivitas yang<br />

diusahakan dan diorganisasikan dalam suatu tindakan actuating atau<br />

usaha yang menimbulkan action. 36<br />

c. Pengawasan dan Evaluasi Program Kerjasama Antara Sekolah<br />

Dengan Masyarakat<br />

Pemantauan atau monitoring merupakan bentuk lain dari<br />

evaluasi pada saat berlangsungnya kegiatan yang bertujuan untuk<br />

melihat dan mengkaji program keberhasilan program dan memberikan<br />

feedback terhadap pelaksanaan kegiatan. 37<br />

36 Marno. op. cit, hlm. 33.<br />

37 Ibid. hlm. 162.


Kimbrough dan Nunnery mengartikan pengawasan sebagai<br />

proses memonitor kegiatan-kegiatan. Tujuannya untuk menentukan<br />

harapan-harapan yang secara nyata dan melakukan perbaikan-<br />

perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.<br />

Harapan-harapan yang dimaksud adalah tujuan-tujuan yang telah<br />

ditetapkan untuk dicapai dan program-program yang telah<br />

direncanakan untuk dilakukan dalam periode tertentu. Dengan<br />

demikian pengawasan dalam konteks pendidikan itu merupakan proses<br />

memonitor kegiatan-kegiatan untuk mengetahui program-program<br />

lembaga pendidikan yang telah diselesaikan dan tujuan-tujuan yang<br />

telah dicapai. 38<br />

Berdasarkan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat<br />

dikemukakan bahwa pengawasan pada dasarnya merupakan<br />

pengendalian performa sebuah lembaga. Tujuannya agar performa<br />

lembaga tersebut tidak menyimpang dari tujuan, program, prosedur-<br />

prosedur aturan-aturan dan prinsip-prinsip kelembagaan. 39 Pengawasan<br />

yang baik adalah pengawasan yang mampu mengendalikan performa<br />

organisasi menuju pencapaian tujuan organisasi, dengan tidak<br />

mengesampingkan kepentingan-kepentingan individual anggota<br />

organisasi. 40<br />

Setiap organisasi melakukan kegiatan mengawas atau<br />

mengontrol. Kegiatan ini mereka lakukan dengan maksud agar:<br />

38<br />

Ibrahim Bafadal. op. cit., hlm. 46.<br />

39<br />

Ibid. hlm. 47<br />

40<br />

Ibid. hlm. 46.


1) Perilaku personalia organisasi mengarah ke tujuan organisasi, buka<br />

semata-mata ke tujuan individual masing-masing<br />

2) Agar tidak terjadi penyimpangan yang berarti antara rencana<br />

dengan pelaksanaan. 41<br />

Pengawasan dan penilaian kinerja terhadap hubungan kerja sama<br />

yang telah dilakukan sangat diperlukan guna mengetahui sejauh mana<br />

rencana dan tujuan yang ditetapkan sebelumnya telah tercapai. Hal ini<br />

sangat diperlukan guna penyusunan kembali program kerja<br />

selanjutnya. Beberapa langkah yang dilakukan dalam pengawasan dan<br />

penilaian kinerja ini adalah sebagai berikut:<br />

1) Menetapkan standar/patokan mengenai keberhasilan dan kegagalan<br />

hubungan kerja sama tersebut dengan menetapkan terget yang<br />

ingin dicapai.<br />

2) Melakukan pengukuran terhadap kerjasama yang dilakukan guna<br />

menindak lanjuti kerjasama tersebut.<br />

3) Melakukan perbandingan hasil pengukuran dengan stndar/target<br />

yang ingin dicapai. Melalui perbandingan ini kita dapat melihat<br />

keberhasilan atupun kegagalan yang terjadi. Kemudian berdasarkan<br />

hasil perbandingan tersebut kita mengadakan perbaikan terhadap<br />

kekurangan/kegagalan yang ada ataupun mengadakan peningkatan<br />

terhadap keberhasilan yang telah dicapai. 42<br />

41 Made Pidarta, op. cit,. hlm. 158.<br />

42 Norhapni, op.cit., hlm. 56-57.


Tujuan suatu program adalah mencapai efisiensi dan efektivitas.<br />

Evaluasi yang dilakukan pada akhir program memiliki dua macam<br />

sasaran atau bentuk:<br />

1) Evaluasi dampak atau efek yang terjadi pada masyarakat. Evaluasi<br />

jenis ini pada umumnya dilakukan setelah masa tertentu program<br />

partisipasi berlangsung (1 atau 2 tahun). Evaluasi ini bertujuan<br />

melihat bagaimana keberlangsungan program (kontinuitas) atau<br />

dampak perubahan dalam masyarakat.<br />

2) Evaluasi akhir program, bertujuan untuk mengidentifikasi dan<br />

mengkaji tujuan program apa saja yang telah tercapai dan belum<br />

tercapai; dan mengkaji dampak program terhadap tingkat<br />

partisipasi, baik berupa tingkat keterlibatan masyarakat, besarnya<br />

biaya, jumlah murid, dst. 43<br />

4. Bentuk-Bentuk Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />

a. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga masyarakat.<br />

Bentuk hubungan ini bisa individual, bisa pula organisatoris.<br />

1) Secara individual:<br />

a) Orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi maupun untuk<br />

pemecahan masalah anaknya.<br />

b) Secara sukarela orang tua datang ke sekolah menyampaikan<br />

saran-saran bahkan sumbangan untuk kemajuan sekolah.<br />

Sebagai contoh: seseorang pensiunan pustakawan secara<br />

43 Marno, op. cit., hlm. 162-163.


sukarela datang ke sekolah untuk ”pembenahan” perpustakaan<br />

sekolah.<br />

2) Secara Organisasi melalui Komite sekolah atau dewan pendidikan<br />

Organisasi ini akan lebih efektif bila sekolah mampu<br />

menggerakkan dan memanfaatkan potensi yang ada dikalangan<br />

orang tua, contohnya:<br />

a) Para Dokter untuk duduk pada seksi UKS bahkan untuk<br />

mendirikan poliklinik sekolah.<br />

b) Para Insinyur untuk memberikan saran-saran dalam<br />

pembangunan sekolah.<br />

c) Para Tokoh Pendidikan dan anggota masyarakat lainya dalam<br />

upaya peningkatan mutu dan “merebut” tempat pada sekolah<br />

yang lebih tinggi (seksi peningkatan akademis) maupun untuk<br />

ketrampilan dan kurikulum muatan lokal.<br />

d) Para Pejabat dalam bidang keamanan untuk peningkatan<br />

ketahanan sekolah (seksi peningkatan ketahanan sekolah)<br />

seperti: penyuluhan tentang narkoba dan miras.<br />

e) Para Profesional, pejabat dan pengusaha lainnya yang juga<br />

akan dengan sukarela membantu sekolah demi kepentingan<br />

anak-anaknya.<br />

f) Para pemuka agama untuk peningkatan Imtaq (iman dan<br />

taqwa).


. Hubungan Sekolah dengan Alumni<br />

Dari para alumni, sekolah memperoleh masukan tentang kekurangan<br />

sekolah yang perlu dibenahi, upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk<br />

perbaikan. Juga melalui alumni dapat menghimpun dana bagi<br />

peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan maupun perbaikan<br />

pembangunan sekolah. Bahkan mengundang para alumni itu sendiri<br />

untuk menyampaikan pengalaman keberhasilannya untuk motivasi<br />

atau menularkan pengetahuannya untuk penyegaran dan tambahan<br />

wawasan bukan hanya untuk para siswa tetapi juga para guru dan<br />

warga sekolah lainya.<br />

c. Hubungan dengan Dunia Usaha/Dunia Kerja.<br />

Pelaksanaanya:<br />

1) Mengundang tokoh yang berhasil untuk datang ke sekolah.<br />

2) Mengirim para anak didik ke dunia usaha/dunia kerja.<br />

d. Hubungan dengan instansi lain<br />

1) Hubungan dengan Sekolah lain:<br />

2) Hubungan dengan Lembaga/Badan-badan Pemerintahan swasta. 44<br />

Dalam rangka menggalang partisipasi masyarakat, Depdiknas<br />

mengemukakan bahwa sekolah dapat:<br />

1. Melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan<br />

lingkungan, dan membantu lalu lintas di sekitar sekolah. Program<br />

44 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya<br />

Media dan Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), hlm. 362-364.


sederhana seperti itu, secara perlahan tapi pasti akan menumbuhkan<br />

simpati masyarakat.<br />

2. Mengadakan open house yang memberi kesempatan masyarakat luas<br />

untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah.<br />

3. Mengadakan buletin sekolah, majalah atau lembar informasi yang secara<br />

berkala memuat kegiatan dan program sekolah, untuk diinformasikan<br />

kepada masyarakat.<br />

4. Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu<br />

program sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di sekitar<br />

sekolah.<br />

5. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam<br />

perayaan hari nasional dan keagamaan. 45<br />

B. Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan<br />

1. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan<br />

a. Visi<br />

Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah<br />

dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Dengan<br />

kata lain, visi adalah pandangan jauh kedepan kemana sekolah akan<br />

dibawa. 46<br />

Adapun visi di Sekolah Menengah Kejuruan berdasarkan<br />

keputusan Direktorat Pembinaan SMK adalah terwujudnya SMK<br />

bertaraf internasional, menghasilkan tamatan yang memiliki jati diri<br />

45 Ibid, hlm. 174-175.<br />

46 Marno, op. cit., hlm. 83.


angsa, mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di<br />

b. Misi<br />

pasar global. 47<br />

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi<br />

tersebut. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk<br />

memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai<br />

indikatornya. 48 Adapun misi di Sekolah Menengah Kejuruan<br />

berdasarkan keputusan Direktorat Pembinaan SMK adalah:<br />

1) Meningkatkan profesionalisme dan good governance SMK sebagai<br />

pusat pembudayaan kompetensi;<br />

2) Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan (8 SNP);<br />

3) Membangun dan memberdayakan SMK bertaraf internasional<br />

sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki jati diri bangsa dan<br />

keunggulan kompetitif di pasar nasional dan global;<br />

4) Memberdayakan SMK untuk mengembangkan potensi lokal<br />

menjadi keunggulan komparatif;<br />

5) Memberdayakan SMK untuk mengembangkan kerjasama dengan<br />

industri, PPPG, LPMP, dan berbagai lembaga terkait;<br />

6) Meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan<br />

kejuruan yang bermutu. 49<br />

c. Tujuan<br />

Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan<br />

tujuan. Tujuan merupakan ”apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh<br />

sekolah yang bersangkutan dan ”kapan” tujuan akan dicapai. Jika visi<br />

dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan<br />

dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan<br />

47 Direktorat Pembinaaan SMK, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan<br />

Menengah Sekolah Menengah Kejuruan. Visi, Misi dan Tujuan SMK (http: www. Google. com.<br />

Ditpsmk.net/?page=content;3-15k, diakses tanggal 6 Maret 2009)<br />

48 Marno, op. cit., hlm. 83<br />

49 Direktorat Pembinaaan SMK, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan<br />

Menengah Sekolah Menengah Kejuruan. Loc. cit.,


pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang<br />

telah dicanangkan. Adapun misi di Sekolah Menengah Kejuruan<br />

berdasarkan keputusan Direktorat Pembinaan SMK adalah:<br />

1) Mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan yang akuntabel<br />

sebagai pusar pembudayaan kompetensi berstandar nasional;<br />

2) Mendidik sumber daya manusia yang mempunyai etos kerja dan<br />

kompetensi berstandar internasional;<br />

3) Memberikan berbagai layanan pendidikan kejuruan yang<br />

permeabel dan fleksibel secara terintegrasi antara jalur dan<br />

jenjang pendidikan;<br />

4) Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan;<br />

5) Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing<br />

bangsa. 50<br />

2. Pengertian Mutu Pendidikan<br />

Manajemen sekolah dipandang berhasil jika mampu mengangkat<br />

derajat mutu proses dan produk pendidikan dan pembelajaran. Dalam<br />

pengertian umum, mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu<br />

produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa. Barang dan jasa<br />

pendidikan itu bermakna dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.<br />

Menurut Goetsch dan Davis mutu merupakan suatu kondisi dinamis<br />

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan<br />

yang memenuhi atau melebihi harapan. 51 Suatu barang disebut bermutu<br />

bila barang tersebut memenuhi tujuan pembuatannya (fit their purpose).<br />

Mutu pendidikan dengan definisi relatif mempunyai dua aspek yaitu:<br />

a) Pengukuran kemampuan lulusan sesuai dengan tujuan sekolah yang<br />

ditetapkan dalam kurikulum.<br />

50 Ibid..<br />

51 Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Hlm. 195.


) Pengukuran terhadap pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pelanggan,<br />

yaitu orang tua siswa dan masyarakat. 52<br />

Pengukuran mutu lulusan suatu sekolah berdasarkan kompetensi yang<br />

ditetapkan dalam kurikulum disebut quality in fact. Dari sisi pelanggan<br />

yaitu orang tua siswa dan masyarakat, mutu pendidikan dapat didefinisikan<br />

sebagai pemenuhan selera dan kebutuhan pelanggan dengan sebaik-<br />

baiknya, sehingga dapat meningkatkan keinginan, minat dan kebutuhan<br />

mereka, dan disebut sebagai quality in preception. Standar yang dipakai<br />

dalam pengukuran quality in fact adalah standar proses dan pelayanan<br />

yaitu yang sesuai dengan spesifikasi dalam perencanaan, cocok dengan<br />

tujuan pendidikan dan dilaksanakan dengan zero defects (tanpa kesalahan)<br />

atau right first time and every time. Standar yang dipakai dalam<br />

pengukuran quality in perception adalah standar pelanggan, yaitu kepuasan<br />

pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan,<br />

yaitu orang tua siswa dan masyarakat lingkungan sekolah. 53<br />

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,<br />

proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa<br />

sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia,<br />

seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha dan siswa. Kedua,<br />

memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga,<br />

buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga,<br />

memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak,<br />

52 Hari Suderadjat, op. cit., Hlm. 2.<br />

53 Ibid., hlm. 2-3


seperti peraturan, struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur<br />

organisasi. Keempat mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan,<br />

seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita. 54<br />

Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan<br />

sumber daya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi<br />

untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal-hal<br />

yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan ini adalah derajat<br />

kesehatan, keamanan, disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan,<br />

dan lain-lain dari subjek selama memberikan dan menerima jasa layanan.<br />

Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan<br />

keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang<br />

dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan<br />

program pembelajaran tertentu. Keunggulam akademik dinyatakan dengan<br />

nilai yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan ekstrakurikuler<br />

dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh siswa selama<br />

mengikuti program ekstrakurikuler. Di luar kerangka itu, mutu luaran juga<br />

dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk<br />

maju, dan lain-lain yang diperoleh anak didik selama menjalani<br />

pendidikan. 55<br />

54 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Demokrasi ke Lembaga<br />

Akademik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Hlm 53.<br />

55 Ibid., hlm. 54.


3. Prinsip-Prinsip Mutu Pendidikan<br />

Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program<br />

mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:<br />

a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional<br />

dalam bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan<br />

alat yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan dalam<br />

memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita.<br />

b. Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah<br />

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi ’kegagalan sistem” yang<br />

mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau<br />

proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.<br />

c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.<br />

Norma dan kepercayaan lama harus dirubah. Sekolah harus belajar<br />

bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional<br />

pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan<br />

kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia<br />

global.<br />

d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu<br />

pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas<br />

dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat<br />

pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas dan<br />

rekognisi.


e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada<br />

perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen<br />

pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka<br />

menentukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan<br />

kualitas layanan pendidikan.<br />

f. Banyak profesional dibidang pendidikan yang kurang memiliki<br />

pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki<br />

pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan atau<br />

takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan<br />

bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.<br />

g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat<br />

dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan<br />

penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan<br />

dan proses kerja tiap organisasi berbeda.<br />

h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem<br />

pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan<br />

para profesional pendidikan dapat memperlihatkan dan<br />

mendokumentasikan niali tambah dari pelaksanaan program<br />

peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun<br />

masyarakat.<br />

i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari<br />

kebiasaan menggunakan ”program singkat”, peningkatan mutu dapat


dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-<br />

program singkat. 56<br />

4. Ciri Sekolah Yang Bermutu<br />

Merujuk pada Edward Sallis, sekolah yang bermutu bercirikan<br />

sebagai berikut:<br />

a. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun<br />

eksternal. Pada sekolah yang bermutu, totalitas perilaku staf, tenaga<br />

akademik dan pimpinan melakukan tugas pokok dan fungsi untuk<br />

memenuhi pelanggan.<br />

b. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul,<br />

dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.<br />

c. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.<br />

d. Sekolah mempunyai strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat<br />

pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.<br />

e. Sekolah mengelola atau memberlakukan keluhan sebagai umpan balik<br />

untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai<br />

instrumen untuk berbuat benar pada peristiwa atau kejadian<br />

berikutnya.<br />

f. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai<br />

kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun<br />

jangka panjang.<br />

g. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua<br />

orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya.<br />

h. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas,<br />

mampu menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat<br />

bekerja secara berkualitas.<br />

i. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang,<br />

termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horizontal.<br />

j. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.<br />

k. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai<br />

sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.<br />

l. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya<br />

kerja.<br />

m. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus-menerus<br />

sebagai suatu keharusan. 57<br />

56 Nana Syaodih S, dkk. op. cit., Hlm. 9-11.<br />

57 Sudarwan Danim, op. cit., hlm. 54-55.


5. Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan<br />

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan<br />

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama<br />

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan<br />

memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan<br />

kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan<br />

persatuan nasional. 58<br />

Muhaimin dkk, menjelaskan bahwa:<br />

”Di dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam<br />

kurikulum 1999, tujuan PAI yaitu: ”agar siswa memahami,<br />

menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam sehingga<br />

menjadi manusia muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah Swt<br />

dan berakhlak mulia”. Rumusan tujuan PAI mengandung pengertian<br />

bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami<br />

oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni<br />

pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai<br />

yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke<br />

tahapan afeksi, , yakni terjadi proses internalisasi ajaran dan nilai<br />

agama ke dalam diri siswa sehingga dari tahap afeksi ini diharapkan<br />

dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk<br />

mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik)<br />

yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan<br />

terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak<br />

mulia”. 59<br />

Hasil pendidikan yang bermutu adalah terbentuknya manusia<br />

seutuhnya dan menghasilkan lulusan yang berkemampuan.<br />

Bagi umat muslim, profil manusia seutuhnya, secara filosofik sesuai<br />

dengan petunjuk Allah Swt, yaitu sosok insan ulil-albab yang telah<br />

diterangkan dalam QS. Ali-Imron ayat 190:<br />

58 Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama<br />

Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Hlm. 75-76.<br />

59 Ibid., hlm. 79.


āχÎ) ’Îû È,ù=yz ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#uρ É#≈n=ÏF÷z$#uρ È≅øŠ©9$# Í‘$pκ¨]9$#uρ ;M≈tƒUψ ’Í


$y㕃r'‾≈tƒ š⎥⎪Ï%©!$# (#θãΖtΒ#u (#θè=äz÷Š$# ’Îû ÉΟù=Åb¡9$#<br />

Zπ©ù!$Ÿ2 Ÿωuρ (#θãèÎ6®Ks? ÅV≡uθäÜäz<br />

Ç⎺≈sÜø‹¤±9$# 4 …çµ‾ΡÎ) öΝà6s9 Aρ߉tã ×⎦⎫Î7•Β ∩⊄⊃∇∪<br />

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam<br />

Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.<br />

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” 63<br />

Seorang muslim yang kaaffah akan mengimani seluruh ayat-ayat suci<br />

Al-Qur’an dengan mengucapkannya secara lisan (kognitif), meyakinkan<br />

dengan hati (afektif) dan mengamalkannya dalam kehidupan (psikomotorik).<br />

Dengan demikian bagi ummat muslim, sosok manusia seutuhnya adalah<br />

seorang muslim yang kaaffah, sosok insan ulil albab, yaitu seorang yang<br />

berilmu, dengan kepribadian yang integral (integrated personality). 64<br />

Menurut Hari Suderadjat di dalam ketentuan umum Undang-undang<br />

Sisdiknas Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa:<br />

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan<br />

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara<br />

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual<br />

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,<br />

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan<br />

negara.” 65<br />

Definisi tersebut merupakan definisi yang dikemukakan oleh para<br />

pakar pendidikan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia<br />

melalui pembelajaran dalam bentuk aktualisasi potensi peserta didik<br />

menjadi kemampuan atau kompetensi. Kemampuan yang harus dimiliki,<br />

pertama adalah kekuatan spiritual keagamaan, atau nilai-nilai keagamaan<br />

63 Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 25.<br />

64 Hari Suderadjat, op. cit., hlm 4.<br />

65<br />

Ibid., hlm. 5


yang tergambar dalam kemampuan pengendalian diri dan pembentukan<br />

kepribadian yang dapat diamalkan dalam bentuk akhlak mulia, sebagai<br />

suatu aktualisasi potensi emosional (EQ). Kedua, adalah kompetensi<br />

akademik sebagai aktualisasi potensi intelektual (IQ), dan ketiga adalah<br />

kompetensi psikomotorik (PM) yang dikembangkan dari potensi indrawi<br />

atau potensi fisik. 66<br />

Adapun kebijaksanaan yang harus dijadikan arahan dalam<br />

pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: pertama,<br />

Pendidikan Agama Islam harus mampu mengembangkan akidah sebagai<br />

landasan keberagamaan siswa dalam meningkatkan iman, taqwa, dan akhlak<br />

mulia; kedua, Pendidikan Agama Islam harus mengembangkan konsep<br />

keterpaduan antara ketercapaian kemampuan yang bersifat kognitif, afektif,<br />

maupun psikomotorik. Pendidikan Agama Islam bukan hanya bersifat<br />

hafalan, melainkan juga praktik dan amalan; ketiga, Pendidikan Agama<br />

Islam harus mampu mengajarkan agama sebagai landasan dasar dan<br />

inspirasi siswa untuk mengembangkan bidang keilmuan dari semua mata<br />

pelajaran dan bahan kajian yang diajarkan di sekolah; keempat, Pendidikan<br />

Agama Islam harus dapat menjadi landasan moral dan etika sosial dalam<br />

kehidupan sehari-hari siswa. 67<br />

Mutu Pandidikan Agama Islam berdasarkan petunjuk Allah Swt<br />

adalah pendidikan yang menghasilkan kemampuan atau kompetensi<br />

66 Ibid., hlm. 6.<br />

67 Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: PT<br />

Raja Grafindo Persada, 2005), Hlm. X-XI


dalam bentuk integrasi afektif, kognitif dan psikomotorik, atau integrasi<br />

iman, ilmu dan amal secara menyeluruh.


A. Jenis Penelitian<br />

BAB III<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni “Manajemen Hubungan<br />

Sekolah Dengan Masyarakat Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan<br />

Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>” maka penelitian ini dilakukan dengan<br />

menggunakan pendekatan metode (Qualitative Research) penelitian kualitatif,<br />

maksudnya adalah dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan<br />

berupa angka-angka, melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah<br />

wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen<br />

resmi lainnya. 68 Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang mana peneliti<br />

menggambarkan data hasil penelitian dengan kata-kata atau kalimat yang<br />

dipisah-pisah menurut kategori dan dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.<br />

Setelah dianalisis data yang dihasilkan dari penelitian akan dideskripsikan.<br />

Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena<br />

peneliti berusaha mendeskripsikan/menceritakan bagaimanan manajemen<br />

hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitian deskriptif ini peneliti berusaha<br />

memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian, untuk<br />

kemudian digambarkan atau dilukiskan sebagaimana adanya. Penelitian<br />

deskriptif bertujuan:<br />

68 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,<br />

2005), hlm. 5


a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala<br />

yang ada.<br />

b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek<br />

yang berlaku.<br />

c. Membuat perbandingan atau evaluasi.<br />

d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi<br />

B. Lokasi Penelitian<br />

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk<br />

menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 69<br />

Lokasi penelitian yang dijadikan obyek kajian dalam penyusunan<br />

skripsi ini adalah SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Jl. Raya Tlogomas IX/29 Kota<br />

<strong>Malang</strong> 65144. Tlp. (0341) 554383. Lokasi ini memungkinkan<br />

mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian dan observasi karena<br />

letaknya yang strategis dan merupakan sekolah unggulan di Kota <strong>Malang</strong>.<br />

C. Kehadiran Peneliti<br />

Kehadiran peneliti sebagai pengamat penuh dan mengawasi obyek<br />

penelitian serta mengadakan wawancara langsung dengan kepala sekolah,<br />

guru Pendidikan Agama Islam, murid dan staf karyawan di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong>. Sebagai subyek penelitian mereka mengetahui kehadiran peneliti<br />

selama proses penelitian.<br />

69 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:<br />

Galia Indonesia, 2002), hlm 22


D. Data dan Sumber Data<br />

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang<br />

diungkapkan Lofland dan Lofland adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya<br />

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada<br />

bagian ini jenis datanya di bagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data<br />

tertulis, foto, dan statistik. 1 Dalam penelitiani ini peneliti mengambil sumber<br />

data melalui (1) Sumber data dari manusia yaitu informan yang diprediksi<br />

mengetahui benar tentang hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain:<br />

Kepala Sekolah, anggota komite sekolah di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> (orang tua<br />

wali murid, para tokoh masyarakat, pakar pendidikan, organisasi profesi,<br />

tenaga pendidik, perwakilan siswa, dan perwakilan alumni yang telah dewasa)<br />

jumlah informan ini diambil 5 orang, serta Guru Pendidikan Agama Islam di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, jumlah informan ini diambil 2 orang; (2) Sumber data<br />

non manusia, terdiri dari dokumen-dokumen, foto-foto, catatan (tulisan) atau<br />

gambar-gambar kegiatan tertentu yang melibatkan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam.<br />

Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua hal,<br />

yaitu sebagai berikut:<br />

1. Data primer<br />

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di<br />

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan<br />

yang memerlukannya. Data primer ini, disebut juga data asli atau data<br />

1 Lexy J. Moleong, op. cit., Hlm. 157.


aru. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah data dari<br />

wawancara.<br />

1. Data sekunder<br />

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh<br />

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. 70<br />

Dan yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang<br />

rencana strategi, dokumen-dokumen menyangkut profil sekolah, struktur<br />

organisasi dan kelembagaan, serta dokumen yang terkait dengan program<br />

hubungan sekolah dan masyarakat.<br />

E. Teknik Pengumpulan Data<br />

Dalam dunia ilmiah dikenal semboyan: “Yakinlah orang secara logis<br />

dengan kerangka teoritis dan kerangka berpikir, serta buktikanlah secara<br />

empiris dengan pengumpulan data yang relevan”. Teknik pengumpulan data<br />

terdiri atas: (1) observasi (observation), (2) wawancara (interview), (3)<br />

angket (questionary) dan (4) dokumentasi. 71 Adapun dalam penelitian ini,<br />

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:<br />

a. Observasi<br />

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis<br />

mengenai fenomena sosial denagn gejala-gejala psikis untuk kemudian<br />

dilakukan pencatatan. 72 Panduan observasi digunakan untuk mendapatkan<br />

data hasil pengamatan. Pengamatan data bisa dilakukan terhadap benda,<br />

70<br />

M. Iqbal Hasan, op. cit., hlm 82<br />

71<br />

Husaini Usman dan Purnomo S, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi<br />

Aksara, 2006), Hlm.54.<br />

72<br />

P. Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek (PT. Rineka Cipta,<br />

2004), Hlm. 63.


keadaan, situasi, kegiatan, proses atau penampilan tingkah laku seseorang.<br />

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan serta<br />

evaluasi program hubungan sekolah dengan masyarakat di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong>.<br />

b. Interview/wawancara<br />

Menurut Suharsimi Arikunto “metode interview sering disebut juga<br />

dengan wawancara/kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan<br />

oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara” 73<br />

Dalam melaksanakan wawancara untuk mencari data digunakan<br />

pertanyaan-pertanyan yang memerlukan jawaban berupa informasi.<br />

Sebelum dimulai wawancara pertanyaan dipersiapkan terlebih dahulu<br />

sesuai dengan tujuan penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa<br />

wawancara tersebut dilakukan.<br />

Adapun tehnik wawancara ini peneliti lakukan terhadap informan<br />

yang terkait langsung dengan obyek penelitian atau fokus penelitian yang<br />

akan digali seperti; kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, staf<br />

karyawan, siswa, wali murid, dan informan lain yang terkait dengan<br />

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program hubungan sekolah<br />

dengan masyarakat. Jawaban dari informan, didokumentasikan kemudian<br />

disusun dengan susunan tertentu menurut garis besar analisis.<br />

73 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta2006.<br />

Hlm. 227-230.


c. Dokumentasi<br />

Menurut Suharsimi Arikunto “metode dokumentasi adalah mencari<br />

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku-<br />

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya”. 74<br />

Salah satu cara penggalian data ialah dilakukan dengan cara<br />

menelaah arsip-arsip dan rekaman. Adapun arsip-arsip yang ditelaah<br />

dalam penelitian ini ialah arsip-arsip yang disimpan di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> maupun yang berada ditangan perorangan, yang berupa dokumen-<br />

dokumen sejarah, struktur organisasi, sistem dan mekanisme kerja,<br />

peraturan-peraturan, rekaman berwujud foto. Dokumentasi digunakan<br />

untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi<br />

program hubungan sekolah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen yang<br />

diperoleh kemudian diseleksi sesuai dengan fokus penelitian.<br />

Ketiga metode pengumpulan data diatas digunakan secara simultan,<br />

dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan data<br />

yang lain. Peneliti berusaha memperoleh keabsahan data sebaik mungkin.<br />

F. Teknik Analisis Data<br />

Sesuai dengan jenis datanya, maka peneliti menggunakan analisis<br />

deskriptif kulaitatif, yaitu pengelolaan dengan langkah-langkah sebagai<br />

berikut: setelah data terkumpul selanjutnya diidentifikasi serta dikategorikan<br />

kemudian digambarkan berdasarkan logika dengan tidak melupakan hasil<br />

dari pengamatan, wawancara dan hasil dokumentasi.<br />

74 Suharsimi Arikunto, op. cit., Hlm. 231.


1. Pengolahan Data<br />

Setelah semua data terkumpul, kemudian data diolah sebagai berikut:<br />

a. Klasifikasi Data<br />

Data yang sudah terkumpul, kemudian diidentifikasi dan<br />

diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:<br />

1. Kelompok hasil pengamatan program hubungan sekolah<br />

dengan masyarakat dalam kegiatan di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

2. Kelompok hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru<br />

Pendidikan Agama Islam , staf karyawan, siswa, dan wali<br />

murid.<br />

3. Kelompok hasil dokumen yang diperoleh dari administrasi<br />

sekolah.<br />

b. Seleksi Data<br />

Peneliti menyeleksi data dari masing-masing kelompok<br />

sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini dilakukan untuk menjamin<br />

keshahihan data yang diperoleh.<br />

2. Analisis Data<br />

Analisis data penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu:<br />

1) Analisis data selama pengumpulan data di lapangan<br />

Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik sebagai<br />

berikut:<br />

a. Pembatasan mengenai jenis kajian yang diperoleh;<br />

b. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan;


c. Merencanakan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan<br />

memperhatikan hasil pengamatan sebelumnya;<br />

d. Menulis catatan bagi diri sendiri mengenai hal yang dikaji.<br />

2) Analisis data setelah pengumpulan data.<br />

Untuk mendapatkan data yang relevan terhadap data yang telah<br />

terkumpul, maka peneliti menggunakan teknik, yaitu mengadakan<br />

observasi secara terus-menerus terhadap objek yang diteliti agar<br />

memahami gejala yang lebih mendalam terhadap manajemen<br />

hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam .<br />

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data<br />

Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan tehnik pemeriksaan,<br />

pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu.<br />

1. Kredibilitas.<br />

Kredibilitas data digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan<br />

kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan di lapangan.<br />

Apakah data dan informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang<br />

sebenarnya terjadi dilapangan.<br />

Untuk memperoleh kredibilitas data, Moleong memberikan<br />

rekomendasi delapan teknik untuk pencapaian kredibilitas data yaitu:<br />

a. Perpanjangan keikut-sertaan;<br />

b. Ketekunan pengamatan;<br />

c. Triangulasi;<br />

d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi;<br />

e. Analisis kasus negatif;<br />

f. Pengecekan anggota;


g. Uraian rinci; dan<br />

h. Auditing. 75<br />

Dari delapan tehnik pencapaian kredibilitas tersebut peneliti memilih<br />

langkah-langkah sebagai berikut:<br />

a. Ketekunan Pengamatan, adalah mencari secara konsisten interpretasi<br />

dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang<br />

konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai<br />

pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak<br />

dapat. 76<br />

b. Triangulasi, adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang<br />

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan<br />

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 77 Menurut<br />

Patton dalam Moleong, triangulasi dengan sumber berarti<br />

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu<br />

informasi yanng diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam<br />

penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:<br />

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil<br />

wawancara,<br />

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan<br />

apa yang dikatakannya secara pribadi,<br />

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi<br />

75 Ibid., hlm. 327<br />

76 Ibid., hlm. 329<br />

77 Ibid., hlm. 330<br />

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,


d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan<br />

berbagai pendapat dan pandangan orang,<br />

e) Membandingkan hasil wawancara dengna isi suatu dokumen yang<br />

berkaitan 78<br />

c. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi, yaitu mendiskusikan dengan<br />

rekan sejawat yang bertujuan untuk memperoleh masukan, baik<br />

merupakan kritik, saran-saran maupun pertanyaan-pertanyaan yang<br />

tajam dan dapat menentang tingkat kepercayaan akan kebenaran<br />

penelitian. 79<br />

d. Pengecekan Anggota, yaitu, pengecekan dengan anggota yang terlibat<br />

dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan<br />

derajat kepercayaan. 80 Peneliti berusaha melibatkan informan untuk<br />

mengecek keabsahan data untuk mengkonfirmasikan antara<br />

interpretasi peneliti dengan subyek penelitian. Dalam pengecekan<br />

anggota ini tidak diberlakukan kepada semua subyek atau informan.<br />

2. Menggunakan bahan referensi<br />

Penggunaan bahan referensi sangat membantu memudahkan peneliti<br />

dalam pengecekan keabsahan data, karena dari referensi yang ada sebagai<br />

pendukung dari observasi penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.<br />

F. Tahap –Tahap Penelitian<br />

1. Tahap Pra Lapangan<br />

a. Menyusun proposal penelitian<br />

78 Ibid., hlm. 331<br />

79 Ibid., hlm. 332-333<br />

80 Ibid., hlm. 335


. Memilih lapangan penelitian<br />

Yang menjadi pertimbangan dalam memilih lapangan penelitian<br />

adalah kondisi geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga.<br />

Sehingga peneliti memilih SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sebagai lapangan<br />

penelitian.<br />

c. Mengurus perizinan<br />

Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melakukan penelitian di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

d. Menjajaki dan menilai lapangan<br />

Penjajakan dan penilaian lapangan dilakukan peneliti melalui<br />

kepustakaan dan mengetahui melalui orang tentang situasi dan<br />

kondisi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>. Maksud dan tujuan penjajakan<br />

lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial,<br />

fisik, dan keadaan alam sehingga peneliti dapat mempersiapkan diri,<br />

mental maupun fisik serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.<br />

Pengenalan lapangan dimaksudkan untuk menilai keadaan, situasi,<br />

latar, dan konteksnya, apakah terdapat kesesuaian dengan masalah<br />

yang akan diteliti. 81<br />

e. Memilih dan memanfaatkan informan<br />

Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang<br />

relatif singkat banyak informasi yang terjaring, karena informan<br />

81 Ibid., hlm. 130.


dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan<br />

suatu kejadian yang ditemukan dari subyek lainnya.<br />

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian<br />

Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan<br />

penelitian, kontak dengan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> baik melalui telepon<br />

maupun melalui surat resmi dari jalur instansi yang berwenang<br />

(Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong>). Hal lain yang perlu dipersiapkan<br />

adalah peralatan tulis dan juga alat perekam seperti kamera digital.<br />

Selain itu komputer juga diperlukan pada tahap analisis data.<br />

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian<br />

a. Pengumpulan data<br />

Pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data<br />

adalah:<br />

1) Wawancara dengan Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

2) Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong>.<br />

3) Wawancara dengan Kepala Bidang Bursa Kerja Aktif & Kerja<br />

Sama<br />

4) Wawancara dengan Kepala Bidang Kesiswaan<br />

5) Wawancara dengan staf karyawan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

6) Wawancara dengan perwakilan siswa, wali murid, masyarakat<br />

setempat dan alumni.<br />

7) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.


8) Menelaah teori-teori yang relevan.<br />

b. Mengidentifikasi data<br />

Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi<br />

diidentifikasikan agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai<br />

dengan tujuan yang diinginkan.<br />

3. Tahap Akhir Penelitian<br />

a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.<br />

b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


A. Latar Belakang Obyek<br />

BAB IV<br />

HASIL PENELITIAN<br />

Latar belakang obyek ini akan dikemukakan gambaran secara umum<br />

tentang SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang meliputi:<br />

1. Profil Sekolah<br />

a. Nama Sekolah : SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

b. Nama Kepala Sekolah : Santor Hidayat, S.Pd.<br />

c. NSS : 324056104012<br />

d. NDS : 4205320201<br />

e. Alamat : Jl. Raya Tlogomas IX No. 29 <strong>Malang</strong><br />

f. SK Pendirian<br />

Tgl. & No. Akte yayasan : 23 Nopember 1981 No. 136<br />

Tanggal : 1 Juli 1967<br />

g. Bidang keahlian : 1) Teknologi Informasi dan Komunikasi<br />

2) Teknik Elektro<br />

3) Teknik Mesin<br />

4) Teknik Mekanik Otomotif<br />

h. Program Keahlian : 1) Teknik Mekanik Otomotif Sepeda Motor<br />

2) Teknik Mekanik Otomotif Mobil<br />

3) Teknik Bodi Otomotif<br />

4) Teknik Elektro Listrik Pembangkit


2. Keunggulan<br />

5) Teknik Elektronika<br />

6) Teknik Informatika (Multimedia &<br />

Rekayasa Perangkat Lunak)<br />

7) Teknik Pemesinan<br />

8) Teknik Las/Welding<br />

9) Manajemen Niaga<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> memiliki 6 Kelas Industri antara lain:<br />

a. 2 W Suzuki Class<br />

Pada kelas indistri ini bekerja sama dengan PT Indomobil Suzuki<br />

Internasional melalui perwakilannya di <strong>Malang</strong> PT Hero Sakti Motor<br />

Gemilang. Masa Studi 3 tahun dengan kapasitas murid 24 siswa per<br />

kelasnya. Sebagai instruktur diambil dari staf dengan kapasitas murid<br />

24 siswa per kelasnya. Sebagai instruktur diambil dari staf pengajar<br />

produktif bidang otomotif yang ditraining terlebih dahulu di training<br />

Center PT Indomobil Suzuki Internasional Jakarta. Siswa akan<br />

melaksanakan on the job training selama 1 tahun di semua bengkel<br />

resmi Suzuki yang berada di keresidenan <strong>Malang</strong>, Kediri dan Jember.<br />

Dengan adanya 2W Suzuki Class ini diharapkan dapat mengisi<br />

kebutuhan mekanik bengkel resmi Suzuki wilayah Indonesia Timur.


. Welding Class<br />

Kelas Industri ini bekerja sama dengan PT Palindo Jaya Utama sebagai<br />

produsen fabrikasi yang memiliki hasil produksi dengan kualitas<br />

internasional.<br />

c. Sharp Class<br />

Kelas industri ini bekerja sama dengan PT Sharp Indonesia sebagai<br />

produsen perangkat elektronik.<br />

d. Morodadi Class<br />

Kelas industri ini bekerja sama dengan PT Morodadi Prima sebagai<br />

perusahaan karoseri yang berada di Kota <strong>Malang</strong>.<br />

e. Oracle Class<br />

Kelas industri ini bekerja sama dengan PT Oracle Indonesia sebagai<br />

vendor original software yang banya digunakan pada perusahaan besar<br />

di seluruh dunia.<br />

3. Kemampuan skill alumni<br />

a. Mekanik otomotif<br />

Alumni memilki keahlian untuk melakukan perbaikan dan perawatan<br />

chasis dan pemindah tenaga, overhoul mesin diesel, bensin empat<br />

langkah dan dua langkah, kelistrikan otomotif, serta perbaikan dan<br />

perawatan sepeda motor.<br />

b. Bodi otomotif<br />

Alumni akan mendapatkan 2 macam keahlian, pertama bodi interior<br />

yaitu keahlian untuk pembuatan asesoris bagian dalam mobil


semacam jok mobil, kabin, audio mobil dan lainnya, kedua, adalah<br />

body exsterior yaitu keahlian untuk ketok (pembentukan bodi),<br />

pendempulan, pengecatan dan pemolesan.<br />

c. Teknik perkakas<br />

Adalah program yang membelajari alumni untuk bisa<br />

mengoperasikan mesin frais, bubut, bor, gerinda dan asah pahat<br />

sehinggga mampu membuat komponen atau peralatan dengan mesin<br />

perkakas seperti pembuatan ulir luar/dalam, poros tirus, roda gigi,<br />

sliding dan lain sebagainya.<br />

d. Teknik las (welding)<br />

Kemampuan alumni mengoperasikan mesin las konstruksi untuk<br />

pipa dan plat baja, serta las perabot, pembuatan awning, rolling door,<br />

dan lain sebagainya adalah syarat mutlak kelulusan.<br />

e. Teknologi Informasi dan komunikasi<br />

Alumni mampu merencanakan dan membuat software dasar dan<br />

maintenence and repair hardware komputer (monitor, printer,<br />

harddisk, disk drive dll), system operasional komputer jaringan (LAN)<br />

dan system operasional komputer under DOS, under Windows,<br />

LINUX, Free BSD.<br />

f. Teknik Elektronika<br />

rancang bangun, pembuatan dan perakitan alat-alt elektronika industri<br />

rumah tangga, audio dan video, instalasi tenaga, instalasi penerangan<br />

adalah standar kelulusan selain itu alumni juga mendapatkan keahlian


untuk teknologi instrumentasi dan kontrol seperti programable logic<br />

controller and elektronika pneumatik.<br />

4. Visi, misi dan kebijakan mutu<br />

Visi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah menjadi SMK yang unggul dalam<br />

prestasi dengan dilandasi iman dan taqwa serta menghasilkan tamatan<br />

yang mampu bersaing ditingkat nasional maupun internasional.<br />

Misi dari SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />

a. Menumbuhkan semangat keunggulan yang kompetitif di seluruh warga<br />

sekolah.<br />

b. Melaksanakn proses belajar mengajar yang mengacu pada penciptaan<br />

pada pencapaian standar kompetensi nasional maupun internasional dan<br />

tetap mempertimbangkan kemampuan dasar peserta didik.<br />

c. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut<br />

dan budaya bangsa sebagai landasan kearifan dalam bertindak.<br />

d. Menerapkan pengelolaan sekolah yang mengacu pada standar<br />

internasional dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan<br />

stakeholder.<br />

Kebijakan mutu SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />

a. Mengembangkan potensi sumber daya manusia guna mengoptimalkan<br />

kinerja yang berorientasi pada hasil maksimal sesuai dengan standar<br />

internasional.<br />

b. Mencetak tenaga kerja yang kompeten dalam bidangnya dan<br />

menyalurkan ke pasar kerja.


c. Mengembangkan potensi peserta didik untuk mampu berwirausaha.<br />

Penjelasan di atas, menjadikan seluruh karyawan SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> berkomitmen menjalankan Sistem Manajemen Mutu ISO<br />

9001:2000 dan selalu mengadakan peningkatan secara berkelanjutan.<br />

5. Struktur Organisasi Sekolah<br />

Dalam instansi lembaga perlu adanya struktur organisasi yamg jelas.<br />

Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka semua anggota<br />

mengetahui kedudukan dan tanggung jawabnya masing-masing. Berkaitan<br />

dengan hal itu, untuk memperlancar jalannya pendidikan di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> membentuk struktur yang tersusun sebagaimana dibawah ini<br />

(untuk lebih jelasnya di lampiran 1):<br />

Sruktur Organisasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />

Kepala Sekolah : Santur Hidayat, S.Pd<br />

1. Kabid. Kesiswaan : Drs. Murdianto, SH.<br />

a. Staf Kesiswaan : Hadi Bintoro, S.Pd<br />

b. Staf Kesiswaan : M. Edi Nurtamam, S.Pd, M. SI<br />

2. Kabid. Otomotif Bodi, 2W & 4W : Try Sumaryanto, S.Pd<br />

a. Ka . Bengkel Otomotif Bodi, 2W<br />

& 4W : Kamsuri, S.Pd<br />

3. Kabid Mesin Industri & Welding : Priyo Pamuji, S.Pd<br />

a. Ka. Bgkl Mesin Industri<br />

&Welding : Samsul Hidayat, S.Pd<br />

4. Kabid. Elektronika Industri & RPL : Jam’iyatul Khoir, S.T


a. Ka. Bgkl Elektronika Industri & RPL : Muhammad Nurullah, S.T<br />

5. Kabid. Bursa Kerja Aktif & Kerjasama : Moch. Lukman hakim, S.T<br />

a. Staf Div. Pengembangan SDM Alumni : Apriyanto Safari, S.Pd<br />

b. Staf Div. Kerjasama Antar Lembaga : Yudi Efendi, S. Pd<br />

c. Staf Div. Pengembangan SDM : Muhammad Sajidin, S.Pd 82<br />

6. Keadaan Guru di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

Guru merupakan faktor terpenting dalam pendidikan. Karena tanpa<br />

guru maka pendidikan tidak mungkin berlangsung. Guru adalah seorang<br />

motivator, administrator, informator, instruktur dan sebagaimana dalam<br />

mendidik dan mengajar siswa melalui proses pembelajaran.<br />

Guru di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> berjumlah 68 orang, kualifikasi<br />

pendidikan sudah memenuhi S1, bahkan beberapa orang sudah menempuh<br />

S2. Khusus guru Pendidikan Agama Islam terdiri dari 3 orang, meskipun<br />

demikian, guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah merasa kekurangan<br />

dalam mengalokasikan waktunya untuk mengajar. (Untuk lebih jelasnya<br />

ada di lampiran III)<br />

7. Keadaan Siswa<br />

Jumlah siswa yang ada di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> berjumlah 5.948<br />

Keadaan ekonomi siswa rata-rata pada ekonomi menegah, walaupun ada<br />

beberapa siswa yang berada di kelas ekonomi atas. Perbandingan jumlah<br />

siswa laki-laki dengan jumlah siswa perempuan adalah 1:3 hal ini wajar<br />

karena merupakan sekolah kejuruan, namun dari tahun ketahui jumlah<br />

82 Sumber data: Dukumen SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.


siswa perempuan menunjukkan adanya peningkatan. (untuk lebih jelasnya<br />

ada di lampiran IV).<br />

B. Paparan Data<br />

1. Strategi Perencanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />

Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />

Islam<br />

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti,<br />

menunjukkan bahwa perencanaan hubungan sekolah dengan masyarakat<br />

yang dilakukan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam adalah dilakukan secara administrasi (baik secara<br />

tertulis maupun tidak tertulis), dan juga perencanaan dilakukan secara tidak<br />

teradministrasi. Sebagaimana diungkapkan Syamsudin bahwa:<br />

“Perencanaan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> ada yang<br />

teradministrasi dan ada yang tidak. Perencanaan yang<br />

teradministrasi juga dibagi lagi menjadi teradministrasi tertulis<br />

dan tidak tertulis”. 83<br />

Selanjutnya, Syamsudin juga menjelaskan:<br />

“Dalam perencanaan kerja sama hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat juga menetapkan program-program yang akan<br />

dilaksanakan diantaranya yang teradministrasi secara tertulis<br />

adalah bekerja sama dengan organisasi KIAS (Kelompok Islam<br />

Anak Sekolah) yang anggotanya sekolah SMU/SMK se <strong>Malang</strong><br />

Raya; mengadakan kegiatan istighosah; mengadakan pondok<br />

Romadhan dan PHBI (Peringatan hari Besar Islam) sedangkan<br />

secara administrasi yang tidak tertulis seperti himbauan dari<br />

Kepala Sekolah kepada Guru PAI untuk menjadwalkan adzan di<br />

masjid, sedangkan perencanaan yang tidak teradministrasi<br />

berkenaan dengan hal-hal yang praktis seperti menyumbang<br />

83 Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21Maret 2009.


kambing ke masjid setempat pada Hari raya Idul Qurban serta<br />

memberi jatah warga daging qurban”. 84<br />

Dalam perencanaan juga menetapkan pertimbangan apa saja yang<br />

harus diperhatikan serta siapa saja yang menjadi pelaksana dari suatu<br />

kegiatan sebagaimana diungkapkan oleh Murdianto bahwa:<br />

bahwa:<br />

“Perencanaan yang dilakukan sekolah adalah mengacu pada<br />

pertimbangan utama yaitu pencitraan masyarakat secara luas<br />

karena SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> merupakan sekolah swasta<br />

selanjutnya juga menetapkan siapa pelaksana kegiatan, kalau di<br />

sekolah ini yang menjadi pengelola adalah BDI (badan Dakwah<br />

Islam), guru PAI, juga dibantu oleh dewan guru, kesiswaan<br />

sebagai pembantu panitia pelaksana maupun pihak-pihak<br />

terkait. ” 85<br />

Sementara itu, Syamsudin juga menambahkan bahwa:<br />

“Perencanaan program juga didasarkan pada perkembangan<br />

zaman yang dinamis, misalnya ketika hari Jum’at siswa laki-laki<br />

melaksanakan sholat jum’at sementara diketahui dari tahun ke<br />

tahun siswa perempuan semakin banyak dan pada waktu yang<br />

sama mereka sering keluyuran pada saat sholat jum’at<br />

berlangsung karena tidak adanya kegiatan, melihat fenomena<br />

demikian saya bersama guru PAI yang lain mengusulkan kepada<br />

Kepala sekolah untuk diadakan program keputrian, program ini<br />

sudah disetujui dan semester depan sudah bisa dilaksanakan”. 86<br />

Lebih lanjut juga diungkapkan oleh Mochamad Lukman Hakim<br />

“Adapun yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan<br />

program hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu atas dasar<br />

untuk menarik hati masyarakat agar percaya terhadap mutu<br />

pendidikan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>” 87<br />

84 Ibid.<br />

85 Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal<br />

19 Maret 2009.<br />

86 Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21Maret 2009.<br />

87 Wawancara dengan Mochamad Lukman Hakim, Kepala bidang Bursa Kerja Aktif dan<br />

Keja Sama SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret 2009.


Sedangkan menurut Erwin Yulianto menerangkan bahwa:<br />

“Dalam perencanaan program hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat juga mempertimbangkan ketentuan-ketentuan seperti<br />

sangsi bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan istighosah, maka<br />

anak dan orang tua di panggil ke sekolah istilahnya diterapi,<br />

kemudian diberi penjelasan tentang pentingnya mengikuti<br />

istigotshah misalnya seperti itu”.<br />

Berdasarkan hasil obeservasi dilapangan, tanpak bahwa perencanaan<br />

dilakukan dengan adanya ketentuan yang telah ditetapkan hal ini untuk<br />

mewujudkan kesuksesan dari program yang akan dijalankan, sehingga<br />

dengan adanya ketentuan tersebut diharapkanpenyimpangan dapat ditekan<br />

seminimal mungkin. 88<br />

Berdasarkan hasil dokumetasi dijelaskan lebih lanjut bahwa<br />

mekanisme peringatan bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan yang<br />

dilaksanakan di sekolah sebagai berikut:<br />

1. Peringatan lisan diberikan kepada siswa dalam rangka<br />

pembinaan dan memberikan bimbingan;<br />

2. Peringatan tertulis diberikan kepada siswa dan diteruskan kepada<br />

orang tua;<br />

3. Penyampaian surat peringatan kepada siswa, dilakukan oleh guru<br />

wali dan dicatat dalam catatan pribadi siswa;<br />

4. Penyampaian surat peringatan kepada orang tua, dilakukan oleh<br />

pengantar surat dan tercatat dalam ekspedisi;<br />

5. Proses munculnya peringatan tertulis, melihat perkembangan<br />

ketidakhadiran siswa tanpa keterangan (alpha), dijumlahkan<br />

setiap saat dalam satu semester, selanjutnya keluar peringatan<br />

tertulis dengan ketentuan sebagai berikut:<br />

a. Absen tanpa izin (alpha) 12 s.d. 23 jam pelajaran, peringatan I<br />

b. Absen tanpa izin (alpha) 24 s.d. 41 jam pelajaran, peringatan II<br />

c. Absen tanpa izin (alpha) 42 s.d. 59 jam pelajaran, peringatan<br />

III<br />

88 Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>)


d. Absen tanpa izin (alpha) 60 jam pelajaran, putus studi secara<br />

otomatis tanpa melalui proses pemanggilan kepada orang<br />

tua. 89<br />

Selain itu, dalam melakukan sebuah perencanaan juga<br />

mempertimbangkan alokasi dana, Santur Hidayat menjelaskan bahwa:<br />

“Dalam melakukan sebuah perencanaan kerja sama hubungan<br />

sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam adalah siswa tidak dikenakan biaya<br />

atau gratis dalam setiap kegiatannya dan pembiayaan sepenuhnya<br />

ditanggung oleh sekolah, karena sudah menjadi komitmen awal<br />

pada saat pertemuan wali murid bahwa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

tidak gampang menarik dana karena sudah terakumulasi dalam<br />

SPP sehingga hal ini menjadi pertimbangan yang sangat penting<br />

sebagai upaya membangun pencitraan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> di<br />

masyarakat. 90<br />

Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />

observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai strategi perencanaan<br />

program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan dengan<br />

didasarkan pada perkembangan zaman yang dinamis, mengacu pada<br />

pertimbangan utama yaitu pencitraan masyarakat secara luas, serta<br />

menetapkan siapa saja yang menjadi pelaksana kegiatan dan ketentuan-<br />

ketentuan (terutama mengenai sanksi yang diberikan) kepada siswa yang<br />

tidak mengikuti kegiatan yang telah diprogramkan oleh pihak sekolah.<br />

89<br />

Dokumen SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> 2008/2009, Pasal 6<br />

tentang Peringatan Siswa<br />

90<br />

Wawancara dengan Santur Hidayat, Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret 2009


2. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Hubungan Sekolah dengan Masyarakat<br />

dalam Upaya meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />

Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan<br />

peneliti, menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kerja sama hubungan sekolah<br />

dengan masyarakat yang dilakukan di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dalam upaya<br />

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan berbagai<br />

bentuk. Bentuk hubungan ini bisa berbentuk individual maupun<br />

organisatoris. Seperti kerja sama dengan orang tua, siswa, guru, organisasi<br />

keagamaan (takmir masjid, KIAS), lembaga kemasyarakatan (kepolisian),<br />

pemerintah desa, masyarakat sekitar, maupun melalui Organisasi Siswa<br />

Intra Sekolah (OSIS) yang berbentuk BDI (Badan dakwah Islam).<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> melakukan kerja sama dengan takmir masjid<br />

dalam pembiayaan dan penggunaaan fasilitas masjid, kerja sama dengan<br />

wali murid dalam memantau anaknya menjalankan sholat lima waktu, kerja<br />

sama dengan pihak kepolisian dengan cara ikut memantau perilaku siswa<br />

ketika siswa berada di luar sekolah, kerjasama dengan masyarakat setempat<br />

dengan cara membagikan hewan qurban dan mengadakan pengajian akbar,<br />

serta kerja sama dengan siswa dalam mengadakan istighosah dan<br />

penciptaan suasana religius, serta kerja sama dengan Perguruan Tinggi<br />

yaitu dengan Universitas Muhammadiyah <strong>Malang</strong>.<br />

Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan Bapak Murdianto<br />

yang menjelaskan bahwa:<br />

“Bentuk-bentuk kerja sama hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat dilakukan dengan berbagai pihak, bisa melalui pihak


internal, maupun dengan pihak eksternal dalam kaitan ini pihak<br />

internal adalah masyarakat yang ada di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

sedangkan pihak eksternal adalah masyarakat secara luas”<br />

Syamsudin menjelaskan bahwa:<br />

“Bentuk-bentuk kerja sama dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam diantaranya adalah bekerja sama<br />

dengan guru wali yaitu dalam programnya home visite yang<br />

awalnya bertujuan untuk mengetahui kondisi keluarga, ekonomi<br />

dan latar belakang siswa maka diperluas lagi agar guru wali<br />

menghimbau kepada orang tua untuk memantau anaknya dalam<br />

menjalankan sholat wajib, kemudian juga bekerja sama dengan<br />

kepala sekolah dalam hal menghimbau kepada guru, staf maupun<br />

siswa terkait dalam hal keagamaan seperti himbauan untuk<br />

menghadiri istighasah, mengingatkan dalam sholat dan juga<br />

bekerja sama dengan kesiswaan dalam hal ini kesiswaan menjadi<br />

panitia pelaksana dalam ngobrak-ngabrik siswa untuk mengikuti<br />

kegiatan yang telah diprogramkan, kerja sama juga dilakukan<br />

dengan Universitas Muhammadiyah <strong>Malang</strong> yaitu penggunaan<br />

Dome UMM sebagai tempat untuk mengadakan halal bi halal<br />

segenap keluarga besar SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, selain itu guru<br />

PAI juga bekerja sama dengan guru PKS (Pendidikan<br />

Kewarganegaraan Sekolah).” 91<br />

Bentuk kerja sama dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />

Agam Islam juga dilakukan dengan guru wali dimana guru wali berfungsi<br />

sebagai orang tua siswa di sekolah dan sebagai jembatan dalam menjalin<br />

kerja sama dengan wali murid, dalam hal ini Santur Hidayat menjelaskan:<br />

“Tanggung jawab anak di sekolah ada pada sekolah, kalau di luar<br />

sekolah secara riil ada di orang tua, namun sekolah tidak begitu<br />

saja melepaskan, sekolah sengaja membangun komunikasi<br />

dengan orang tua dengan melalui jembatan komunikasi yang<br />

disebut guru wali, fungsinya pihak sekolah harus kompak untuk<br />

keberhasilan prestasi siswa” 92<br />

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Erwin Yulianto:<br />

91<br />

Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.<br />

92<br />

Wawancara dengan Santur Hidayat, Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret 2009


Sebenarnya wujud/menifestasi dari semboyan kami yaitu<br />

mendidik adalah ibadah, termasuk kedalamnya kita harus ngopeni<br />

siswa dengan semaksimal mungkin/optimal salah satunya dengan<br />

program adanya guru wali, termasuk kadangkala permasalahan yang<br />

disampaikan kepada guru wali tidak hanya masalah pendidikan,<br />

tetapi terkait dengan masalah pribadi, kendala-kendala di rumah,<br />

dan itu juga merupakan tanggungjawab guru wali sebagai<br />

pengimbang kondisi mental siswa. Jadi, guru wali mempunyai 2<br />

fungsi yaitu sebagai guru kelas dan guru bimbingan dan konseling. 93<br />

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, hubungan kerja sama<br />

antara guru wali dengan wali murid sangat baik, dilihat dengan seringnya<br />

wali murid yang berkonsultasi dengan guru wali mengenai perkembangan<br />

anaknya dan keakraban antara keduanya menunjukkan bahwa hubungan<br />

antara keduanya terbina dengan baik. 94<br />

Lebih lanjut lagi, Bambang Sukarelawan mengungkapkan bahwa:<br />

“Bentuk kerja sama sekolah dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam juga dilakukan dengan takmir masjid<br />

setempat, dimana takmir masjid mengizinkan untuk<br />

menggunakan fasilitas masjid dalam mendukung proses<br />

pembelajaran maupun kegiatan keagamaan sebaliknya sekolah<br />

juga memberikan kontribusi dengan membiayai segala<br />

pembiayaan pengelolaan masjid, mulai dari biaya listrik, air dan<br />

sebagainya 95 ”.<br />

Bentuk hubungan kerja sama sekolah dalam upaya meningkatkan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam antara lain dilakukan dengan wali murid,<br />

sebagaimana hasil observasi, wawancara dan juga dokumentasi.<br />

Berdasarkan hasil wawancara diungkapkan oleh Murdianto bahwa:<br />

“Hubungan sekolah dengan masyarakat hukumnya wajib<br />

terutama dengan orang tua, alasan kita harus membangun kerja<br />

93<br />

Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga, tanggal<br />

18 Maret 2009.<br />

94<br />

Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).<br />

95<br />

Wawancara dengan Bambang Sukarelawandi, Kepala Satpam sekaligus masyarakat<br />

setempat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 20 Maret 2009.


sama dengan orang tua adalah karena tantangan yang dihadapi<br />

orang tua terhadap anak semakin besar diantaranya pengaruh<br />

dari lingkungan itu sendiri, pengaruh dari media dan pengaruh<br />

narkoba sehingga berdasarkan pengalaman sekolah selama ini,<br />

masalah perizinan harus melalui orang tua tidak menerima<br />

surat keterangan dokter ataupun orang yang diwakilkan karena<br />

kesiswaan akan segera tahu jika terjadi kebohongan”. 96<br />

Selain itu, bentuk kerja sama sekolah juga dilakukan dengan<br />

kepolisian setempat sebagaimana yang dipaparkan Murdianto bahwa:<br />

“Sekolah juga menjalin kerja sama dengan kepolisian hal ini<br />

dimaksudkan agar perilaku siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> di luar<br />

sekolah juga terpantau, sehingga apabila ada perilaku yang<br />

menyimpang dari ajaran Islam mudah terdeteksi melalui kerja<br />

sama tersebut”<br />

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa:<br />

“Kerja sama dilakukan dengan pihak kepolisian perlu<br />

dilakukan karena anak SMK rawan akan perkelahian,<br />

menganiaya, mencuri dan minum-minuman dan itu merupakan<br />

larangan keras dari SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sehingga apabila ada<br />

anak yang melanggar 4 larangan diatas maka sudah dipastikan<br />

hukumannya adalah drop out dan siswa maupun wali murid<br />

sudah mengetahui peraturan tersebut karena sudah<br />

disosialisasikan sejak awal sehingga larangan tersebut sudah<br />

bisa ditekan terbukti 2 tahun terakhir siswa bersih dari larangan<br />

itu dan saya kira kerja sama dengan kepolisian sangat<br />

efektif”. 97<br />

Sejalan dengan hal diatas, berdasarkan hasil dokumentasi dijelaskan<br />

bahwa kasus yang tidak ditangani sekolah, tetapi diserahkan kepada pihak<br />

kepolisian adalah sebagai berikut:<br />

1. Siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang bermasalah dengan siswa<br />

sekolah lain atau warga masyarakat;<br />

96<br />

Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal<br />

19 Maret 2009.<br />

97<br />

Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal<br />

19 Maret 2009.


2. Siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang melakukan tindak kriminal;<br />

serta<br />

3. Kepada siapa saja karena tindakannya, sehingga menyebabkan<br />

rasa tidak aman bagi siswa atau warga SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />

maka SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sepenuhnya menyerahkan hal<br />

dimaksud kepada kepolisian. 98<br />

Sejalan dengan bentuk-bentuk hubungan kerja sama dalam upaya<br />

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, sekolah juga menjalin kerja<br />

sama dengan masyarakat setempat, hal ini dipaparkan oleh Endar:<br />

“Bentuk kerja sama sekolah dengan masyarakat setempat<br />

diantaranya sekolah menunjuk tim informan yang dibentuk dari<br />

masyarakat setempat yang berfungsi untuk memantau perilaku<br />

siswa dalam radius 1 km di sekitar sekolah yang berfungsi untuk<br />

memantau dan melaporkan apabila terjadi tindakan yang<br />

menyimpang”. 99<br />

Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />

observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai bentuk-bentuk kerja<br />

sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan juga dengan guru wali, wali<br />

murid, pihak kepolisian dan juga dengan warga setempat. Guru wali selain<br />

sebagai guru kelas juga sebagai guru konseling, sedangkan wali murid<br />

merupakan lembaga keluarga di luar sekolah yang juga turut berperan<br />

dalam keberhasilan siswa. Kerja sama dengan pihak kepolisian sebagai<br />

pemantau perilaku siswa di luar sekolah maupun di luar rumah senantiasa<br />

ditingkatkan. Selain itu kerja sama dengan warga masyarakat setempat juga<br />

terus ditingkatkan karena SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> memposisikan dirinya<br />

98 Dokumen SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> 2008/2009, Pasal 11<br />

tentang pemutusan studi dan pasal 11 tentang ancaman pihak luar<br />

99 Wawancara dengan Muhammad Endar Iryanto, alumni SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> lulusan<br />

tahun 2005, tanggal 18 Maret 2009.


sebagai warga masyarakat RT 2 RW VII sehingga kerja sama yang<br />

dilakukan pada prinsipnya adalah saling menguntungkan (take and give)<br />

diantara kedua belah pihak.<br />

3. Strategi Pelaksanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />

Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />

Islam<br />

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti,<br />

menunjukkan bahwa pelaksanaan kerja sama tidak terlepas dari bentuk-<br />

bentuk kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat yang dilakukan di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam.<br />

Berdasarkan hasil wawancara, sehubungan dengan strategi<br />

pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />

dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan agama Islam, Syamsudin<br />

menjelaskan bahwa:<br />

“Secara teknis dalam pelaksanaan yang dilakukan sekolah dalam<br />

upaya merealisasikan program peningkatan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam yaitu tidak terlepas dari RPP (Rancangan Perencanaan<br />

Pembelajaran), serta kegiatan disosialisasikan melalui undangan dan<br />

surat edaran kepada siswa, selain itu dalam pelaksanaannya juga<br />

melibatkan kesiswaan dalam bentuk SK contohnya saja peran<br />

kesiswaan sebagai pemberian sanksi kepada siswa yang tidak<br />

mengikuti kegiatan dan aturan yang telah ditetapkan yaitu bagi yang<br />

tidak mengikuti PHBI dikenakan poin absen alpha, bagi yang tidak<br />

mengikuti pondok Ramadhan maka sanksinya sama saja tidak<br />

mengikuti 12 jam mata pelajaran, bagi siswa putri yang<br />

diperintahkan memakai busana muslim ternyata memakai jeans<br />

maka juga terkena poin, selain itu kesiswaan juga berperan dalam<br />

ngoprak-ngoprak (menghimbau) siswa agar mengikuti kegiatan yang<br />

telah diprogramkan, selain itu upaya untuk membiasakan siswa<br />

untuk dekat dengan masjid juga sudah mulai terbangun hal ini saya


lakukan dengan menjadikan masjid sebagai tempat pembelajaran dan<br />

pusat segala kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan serta<br />

berusaha agar siswa mencintai Al-Qur’an yang diwujudkan dengan<br />

kewajiban membawa juz ‘amma disetiap mengikuti mata pelajaran<br />

Pendidikan Agama Islam, selain itu pelaksanaan kultum juga<br />

dilakukan oleh siswa selama 15 menit pada awal mata pelajaran<br />

Pendidikan Agama Islam yaitu siswa ditunjuk untuk<br />

mempresentasikan makalahnya yang berkenaan dengan ajaran Islam<br />

dan temannya berhak untuk mengajukan pertanyaan hal ini bertujuan<br />

untuk membangun kepercayaan diri siswa terkait dengan<br />

membangun soft skill siswa yang mutlak diperlukan ketika interview<br />

melamar pekerjaan”. 100<br />

Lebih lanjut lagi, Murdianto mengungkapkan bahwa:<br />

“Setiap siswa harus mengikuti serangkaian kegiatan yang telah<br />

diprogramkan sekolah, karena jika tidak siswa akan terkena sistem<br />

poin dimana jika poin siswa terakumulasi sebanyak 60 poin maka<br />

siswa secara otomatis dikeluarkan dari sekolah tanpa alasan apapun,<br />

karena sosialisasi sudah dilakukan sejak awal dan siswa mengetahui<br />

hal itu.” 101<br />

Pelaksanaan kerja sama hubungan sekolah dengan siswa, guru<br />

maupun dengan masyarakat secara luas dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam juga diungkapkan oleh Erwin Yulianto yaitu:<br />

“Sekolah dengan guru agama Islam bekerja sama tentunya diluar jam<br />

pelajaran seperti istigotsah yang diikuti seluruh siswa kelas 3 dan<br />

beberapa tenaga pengajar khususnya para pengajar materi UAN,<br />

Peringatan Hari Besar Islam, ada juga bentuk sosial yang lain seperti<br />

PHBI (Peringatan hari besar Islam) yang melibatkan masyarakat<br />

setempat, contohnya pada hari raya Idul Adha membagi daging<br />

qurban kepada masyarakat sekitar, menyumbang kambing untuk<br />

masjid sekitar, untuk pengajian umum pernah juga diselenggarakan<br />

di sekolah selain itu, penyembelihan hewan qurban pernah dilakukan<br />

di luar sekolah yang kita kemas dengan nama kemabakti, sholat dan<br />

penyembelihan hewan qurban di Wager, membuat jalan dan<br />

plengsengan disana, dan daging langsung dibagikan. Kalau kegiatan<br />

ini diselenggarakan 2 tahun yang lalu kemudian untuk tahun<br />

berikutnya kita kembali ke sini (sekolah) karena kalau untuk<br />

100<br />

Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.<br />

101<br />

Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />

tanggal 19 Maret 2009.


mengadakan kegiatan semacam itu harus survey dulu bagaimana<br />

masyarakatnya, berada pada posisi sosial yang seperti apa”. 102<br />

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Santur Hidayat yang<br />

menjelaskan bahwa:<br />

“Pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam<br />

adalah melalui PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) contohnya<br />

Peringatan Maulud Nabi dengan mendatangkan ustadz yang<br />

diselenggarakan di masjid, peringatan hari Raya Idul Adha dengan<br />

penyembelihan hewan qurban yang dibagikan kepada masyarakat<br />

sekitar selain juga kepada siswa, adanya BDI (Badan Dakwah Islam)<br />

yang menjadi panitia pelaksana istighosah bagi siswa dan guru serta<br />

adanya rutinitas praktek agama, selain itu kerja sama dengan siswa<br />

dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan<br />

dengan cara penciptaan nuansa religius seperti ketika masuk kelas 10<br />

menit-15 menit awal, guru harus menyentil masalah moralitas (agama)<br />

dan itu hukumnya wajib, kemudian juga dapat dilihat dari tidak adanya<br />

budaya korupsi waktu, bersalaman dengan guru dengan mencium<br />

tangan ketika awal masuk kelas serta bersalaman dengan kepala<br />

sekolah ditambah 5 kepala bidang setiap pagi di depan pintu gerbang<br />

sekolah”. 103<br />

Sejalan dengan di atas, berdasarkan hasil observasi juga dapat<br />

diketahui dari penciptaan suasana religius yaitu bersalaman dengan kepala<br />

sekolah ditambah 5 kepala bidang setiap pagi di depan pintu gerbang sekolah,<br />

dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, sehingga ketika siswa<br />

melanggar aturan yang telah ditetapkan, maka siswa tidak diperkenankan<br />

untuk mengikuti pelajaran/dipulangkan. 104<br />

Berdasarkan hasil dokumentasi dijelaskan bahwa organisasi siswa<br />

dalam hal ini adalah adalah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) merupakan<br />

102<br />

Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga,<br />

tanggal 18 Maret 2009.<br />

103<br />

Wawancara dengan Santur Hidayat, Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret<br />

2009. 104 Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).


wadah semua siswa untuk berorganisasi dan berkreativitas. OSIS juga<br />

merupakan wadah siswa untuk membina dan mengembangkan minat, bakat<br />

serta berkreativitas. BDI (badan dakwah Islam) merupakan Departemen OSIS<br />

yang kegiatannya dilaksanakan di sekolah yang dipandu oleh seorang pembina<br />

dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam. 105<br />

Selain itu, Murdianto juga menjelaskan bahwa:<br />

“Strategi pelaksanaan kerja sama hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam<br />

dilakukan dengan melalui PHBI (Peringatan hari besar Islam) yaitu<br />

menyembelih hewan qurban yang setiap anak dianggarkan RP. 7500,-<br />

oleh pihak sekolah, Pondok Ramadhan selama satu minggu dengan<br />

bermalam di sekolah juga tanpa dikenakan biaya dan dengan<br />

mendatangkan ustadz, serta realisasi dari sholat berjamaah”. 106<br />

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syamsudin yang<br />

mengemukakan bahwa:<br />

“Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, sekolah tidak pernah<br />

memungut biaya dari siswa, maksimal sekolah hanya menyuruh<br />

membawa makanan contohnya ketika acara Maulud Nabi kemarin<br />

itupun kembali kepada mereka lagi, hal ini dikarenakan diawal<br />

program tahun pertama sudah disosialisasikan kepada wali murid<br />

bahwa sekolah tidak memungut biaya dalam kegiatan apapun karena<br />

sudah terakumulasi dalam SPP dan jika siswa dalam kegiatan suatu<br />

waktu ditarik dana maka dikhawatirkan orang tua akan meminta<br />

pertanggungjawaban terhadap sekolah.” 107<br />

Lebih lanjut lagi, Bambang Sukarelawan menambahkan bahwa:<br />

“Dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong> juga bekerja sama dengan takmir masjid dimana<br />

takmir masjid mengizinkan untuk menggunakan fasilitas masjid dalam<br />

mendukung proses pembelajaran maupun kegiatan keagamaan<br />

sebaliknya sekolah juga memberikan kontribusi dengan membiayai<br />

105<br />

Dokumentasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> 2008/2009.<br />

106<br />

Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />

tanggal 19 Maret 2009.<br />

107<br />

Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.


segala pembiayaan pengelolaan masjid, mulai dari biaya listrik, air dan<br />

sebagainya, jadi dengan begitu kedua belah pihak saling diuntungkan,<br />

selain itu penegakan sholat berjamaah terus dilakukan hal ini saya<br />

amati ketika siswa masuk kelas setelah istirahat ke dua, guru selalu<br />

menanyakan apakah siswanya sudah sholat berjamaah dan jika belum<br />

maka siswa disuruh untuk keluar untuk melakukan sholat, tidak hanya<br />

itu sekolah setiap hari raya Idul Fitri juga membagikan bingkisan<br />

kepada warga sekitar” 108<br />

Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />

observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai strategi pelaksanaan<br />

kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan secara<br />

kontinu dalam kehidupan sehari-hari, pelaksanaan Pendidikan Agama Islam<br />

di masjid lebih mengarah kepada penerapannya dengan pendekatan afektif<br />

dan psikomotorik serta didukung oleh setting pendidikan yang naturalistik.<br />

Upaya untuk mensistesis dan internalisasi nilai-nilai religius agar menjadi<br />

suatu sistem nilai yang mantap dan mendalam, sehingga benar-benar<br />

menjadi sesuatu yang dipedomani dalam kehidupan sehari-hari perlu<br />

memperhatikan prinsip-prinsip: kontinuitas, relevensi dan efektivitas dalam<br />

pengembangannya.<br />

108 Wawancara dengan Bambang Sukarelawandi, Kepala Satpam sekaligus masyarakat<br />

setempat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 20 Maret 2009.


4. Strategi Evaluasi Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />

Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />

Islam<br />

Salah satu kegiatan dalam manajemen adalah evaluasi pelaksanaan<br />

program. Evaluasi ini merupakan kegiatan yang dilakukan sekolah untuk<br />

menilai sejauh mana tingkat keberhasilan suatu program.<br />

Dari hasil wawancara yang dilakukan, berkaitan dengan strategi<br />

evaluasi kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, Syamsudin menjelaskan<br />

bahwa:<br />

“Evaluasi hubungan kerja sama sekolah dalam upaya<br />

meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> dilakukan secara intern yaitu melalui guru wali dimana<br />

prosesnya adalah guru PAI melaporakan apa yang terjadi pada<br />

siswa kepada kepala bidang kemudian dilanjutkan ke guru wali<br />

untuk melakukan identifikasi, hal ini dilakukan karena kalau guru<br />

PAI saja yang bertindak maka tidak cukup, kemudian evaluasi juga<br />

dilakukan langsung kepada siswa, hal ini dapat diketahui dengan<br />

cara melihat keadaan siswa di masjid sehingga langsung<br />

diumumkan kepada siswa ataupun ketika di dalam kelas maka<br />

siswa langsung di tegur, bentuk evaluasi juga dilakukan dengan<br />

memberikan punishment.” 109<br />

Sementara itu, Santur Hidayat menjelaskan bahwa:<br />

“Evaluasi dari program kerja sama hubungan sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dirasa belum maksimal, Hal ini<br />

dikarenakan skala prioritas siswa masuk SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

adalah untuk bekerja, sehingga pihak sekolah belum menemukan<br />

formula terbaik dalam mem back up mental siswa ke dalam ajaran<br />

agama khususnya agama Islam”.<br />

109 Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.


Berdasarkan hasil observasi di lapangan, kendala yang dihadapi dalam<br />

pelaksanaan hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat dalam<br />

upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> adalah kesadaran siswa untuk meningkatkan kesadaran<br />

keberagamaannya yang masih minim hal ini dapat dilihat dari minimnya<br />

jumlah siswa yang melaksanakan sholat Dzuhur di masjid, serta adanya<br />

kegiatan pembelajaran yang padat dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul<br />

16.15 Wib, pergaulan siswa yang tidak kondusif serta lemahnya<br />

pengawasan dari orang tua terbukti dengan adanya pemanggilan orang tua<br />

siswa untuk datang ke sekolah. 110<br />

Hal ini sebagaimana hasil wawancara yang diungkapkan oleh<br />

Murdianto bahwa:<br />

“Yang menjadi kendala selama ini dalam upaya meningkatkan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam adalah kemalasan siswa itu sendiri,<br />

kemudian terlalu padatnya kegiatan pembelajaran dimana kegiatan<br />

belajar dimulai pukul 07.00 sampai pukul 16.15 Wib.” 111<br />

Erwin Yulianto dalam hal ini juga menjelaskan bahwa:<br />

Ada beberapa guru yang tidak aktif atau tidak ikut baik dalam<br />

istighosah maupun kegiatan keagamaan yang lain, dan juga karena<br />

kemalasan siswa contohnya pada waktu hari raya Idul Adha,<br />

beberapa siswa yang sudah diplot tidak datang, anak diberi kupon<br />

untuk membantu tapi tidak datang, begitu juga dengan ketidak<br />

hadiran untuk mengambil hewan qurban.” 112<br />

Hal yang senada juga dikatakan oleh Syamsudin bahwa:<br />

110<br />

Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).<br />

111<br />

Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />

tanggal 19 Maret 2009.<br />

112<br />

Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga,<br />

tanggal 18 Maret 2009


“Kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam adalah siswa itu sendiri, susah untuk<br />

melaksanakan kepada seluruh siswa karena terbentur dengan<br />

program prakerin, serta jika dijumpai ada guru yang tidak aktif<br />

meskipun dalam prosentase yang minim” 113<br />

Sementara itu, mengenai evaluasi pelaksanaan upaya meningkatkan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Erwin Yulianto<br />

menjelaskan bahwa:<br />

“Proposionalnya masih kurang kalau kita hanya mengandalkan 2 jam<br />

dalam 1 minggu, kalau kita mengandalkan BDI (Badan Dakwah<br />

Islam) juga masih kurang jika dilihat dari peminat yang masih sedikit<br />

tidak lebih 20 atau kebawah, yang disebabkan kebanyakan anak-anak<br />

lebih tertarik dengan seni dan olah raga, sedangkan kalau masih<br />

mengandalkan PHBI juga masih kurang. Yang ideal, saya punya<br />

angan-angan dalam satu tahun pertama khususnya dalam semester<br />

pertama itu digilir atau per kelas selama satu semester semacam<br />

memperoleh tentoring dinul Islam dan itu bisa di ambilkan dari tentor<br />

sebaya atau kakak kelas, yang bisa dimasukkan dalam progam BDI<br />

kami, ya tentunya didukung fasilitas kita dengan banyak buku dan<br />

banyaknya literatur-literatur tentang agama”. 114<br />

Lebih lanjut lagi Syamsudin juga menjelaskan bahwa:<br />

“Sebenarnya mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> ini, jika dilihat dari input nya maka merupakan masukan<br />

yang bagus dimana dalam PSB (Penerimaan Siswa Baru) ada tes<br />

fisik yaitu siswa harus bebas dari tindik (bagi laki-laki dan<br />

perempuan dalam batas wajar); maupun bebas tato meskipun tidak<br />

secara teori Pendidikan Agama Islam tidak diberikan namun kalau<br />

ditelaah secara agama hal itu memang ada, kemudian kalau dilihat<br />

mutu secara proses maka kegiatan pembelajaran mata Pendidikan<br />

Agama Islam juga sudah baik karena guru menggunakan metode<br />

pembelajaran secara variatif dengan didukung fasilitas yang ada,<br />

namun jika mutu dilihat dari out put atau hasil maka untuk hasil<br />

nilai ujian atau kompetensi masih dalam keadaan baik tetapi jika<br />

dilihat dari hasil dalam kesehariannya maka Pendidikan Agama<br />

Islam belum terinternalisasikan dalam kesehariannya, kalau saya<br />

113<br />

Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.<br />

114<br />

Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga,<br />

tanggal 18 Maret 2009


prosentase secara kasar kurang dari 40 % dari keseluruhan jumlah<br />

siswa yang menjalankan perintah agama Islam.” 115<br />

Berdasarkan hasil dokumentasi, yaitu daftar nilai semester genap<br />

2008/2009, secara umum kemampuan siswa (aspek kognitif) terhadap mata<br />

pelajaran Pendidikan Agama Islam tergolong baik hal ini ditunjukkan<br />

dengan nilai rata-rata diatas 8.(Untuk lebih jelasnya ada di lampiran V) 116<br />

Namun jika dilihat berdasarkan hasil observasi, maka siswa yang<br />

menerapkan ajaran agama Islam masih tergolong minim hal ini dapat<br />

diketahui ketika pelaksanaan sholat dzuhur sangat minim sekali yang<br />

menjalankannya. 117<br />

Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />

observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai strategi evaluasi kerja<br />

sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />

mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan meliputi evaluasi intern;<br />

evaluasi langsung dengan siswa baik di masjid, di kelas maupun pada saat<br />

apel sekolah; evaluasi dilakukan dengan memberikan punishment<br />

(hukuman) kepada siswa yang melanggar serta evaluasi yang dilakukan<br />

dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa secara periodik.<br />

Selain itu mutu hasil Pendidikan Agama Islamdi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

masih terbatas pada ranah kognitif sedangkan pada ranah efektif dan<br />

psikomotorik masih menujukkan kelemahan meskipun berbagai upaya<br />

115<br />

Ibid.<br />

116<br />

Dokumentasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Daftar Nilai Semester Genap 2008/2009 Mata<br />

Pelajaran Pendidikan Agama Islam..<br />

117<br />

Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).


perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam senantiasa<br />

digalakkan.


BAB V<br />

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN<br />

1. Strategi Perencanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />

Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />

Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai<br />

keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk<br />

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan ini dapat pula diberi arti<br />

sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan<br />

masa depan sesuai dengan yang ditentukan. 118<br />

Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu:<br />

a. Perencanaan yang teradministrasi, perencanaan ini masih dibagi lagi<br />

menjadi:<br />

1) Perencanaan teradministrasi secara tertulis, seperti kerja sama dengan<br />

organisasi KIAS (Kelompok Islam Anak Sekolah) yang anggotanya<br />

sekolah SMU/SMK se-<strong>Malang</strong> Raya; program kegiatan istighosah;<br />

program pondok Romadhan dan program PHBI (Peringatan Hari Besar<br />

Islam).<br />

2) Perencanaan teradministrasi secara tidak tertulis, seperti himbauan dari<br />

Kepala Sekolah kepada Guru PAI untuk menjadwalkan adzan di masjid.<br />

118 Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu<br />

Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 4.


. Perencanaan yang tidak teradministrasi, seperti berkenaan dengan hal-hal<br />

yang praktis seperti menyumbang kambing ke masjid setempat pada hari<br />

raya Idul Qurban serta memberi jatah warga daging qurban.<br />

Dalam melakukan perencanaan juga didasarkan pada kenyataan nyata<br />

masa kini dan masa depan, contohnya ditahun sebelumnya tidak ada program<br />

keputrian mengingat jumlah siswa perempuan masih minim namun dengan<br />

berjalannya waktu jumlah siswa perempuan meningkat sehingga pada hari<br />

jumat dilaksanakan program keputrian sedangkan siswa laki-laki<br />

melaksanakan sholat jum’at.<br />

Perencanaan juga didasarkan pada kebutuhan masyarakat, hal ini dapat<br />

kita lihat dengan adanya program kultum yang dilakukan oleh siswa setiap<br />

awal mata pelajaran PAI selama 15 menit, hal ini bertujuan untuk melatih soft<br />

skill siswa untuk percaya diri khususnya ketika melamar pekerjaan saat tes<br />

wawancara.<br />

Perencanaan juga berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang<br />

ada artinya sekolah memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki, contohnya<br />

yang menjadi narasumber pada kegiatan pondok Ramadhan diambilkan dari<br />

dewan guru yang dipandang mampu untuk menyampaikan ajaran Islam, serta<br />

bertempat di gedung SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />

Perencanaan juga melibatkan seluruh guru dan staf sekolah dengan<br />

memberikan kesempatan untuk memberikan usul maupun saran, kemudian hal<br />

itu ditampung oleh guru PAI untuk diajukan kepada kepala sekolah dan kepala


sekolah memberikan rekomendasi kepada kesiswaan untuk melakukan<br />

sosialisasi baik dengan dewan guru maupun dengan siswa.<br />

Dalam membuat perencanaan juga melakukan penjadwalan serta<br />

mengalokasikan dana untuk kegiatan tersebut dalam hal ini pengalokasian<br />

dana mutlak dari sekolah bukan dari hasil pengutan siswa.<br />

Jadi strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam<br />

yang dilakukan oleh SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah sebagai berikut:<br />

a. Menetapkan bentuk-bentuk program;<br />

b. Didasarkan pada kenyataan nyata masa kini dan masa depan;<br />

c. Didasarkan pada kebutuhan masyarakat;<br />

d. Berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang ada baik dari guru,<br />

siswa, sarana prasarana maupun dari dana;<br />

e. Melibatkan seluruh guru dan staf sekolah;<br />

f. Melakukan penjadwalan serta mengalokasikan dana.<br />

Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam yang<br />

dilakukan oleh SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> berdasarkan atas beberapa sumber,<br />

dalam hal ini Marno menjelaskan sebagai berikut:<br />

a. Kebijakan pucuk pimpinan (policy top management) bahwa perencanaan<br />

itu sering kali berasal dari badan-badan ataupun orang-orang yang berhak<br />

dan mempunyai wewenang untuk membuat kebijaksanaan (policy).<br />

b. Hasil pengawasan, yaitu perencanaan akan dibuat atas dasar fakta-fakta<br />

maupun data-data dari hasil pengawasan suatu kegiatan, sehingga dengan<br />

demikian dibuatlah suatu perencanaan.<br />

c. Kebutuhan masa depan, yaitu perencanaan sengaja dibuat untuk<br />

mempersiapkan masa depan yang baik ataupun untuk mencegah


hambatan-hambatan dari rintangan-rintangan guna mengatasi persoalanpersoalan<br />

yang timbul.<br />

d. Penemuan-penemuan baru, yaitu suatu perencanaan yang dibuat<br />

berdasarkan faktual ataupun yang terus menerus maka akan menemukan<br />

ide-ide ataupun pendapat baru untuk suatu kegiatan kerja.<br />

e. Parakarsa dari dalam, yaitu suatu perencanaan yang dibuat akibat dari<br />

inisiatif atau usul-usul atau saran-saran dari bawahan (pegawai atau<br />

anggota) dari suatu kegiatan kerja sama, untuk mencapai suatu tujuan<br />

tertentu.<br />

f. Prakarsa dari luar, yatu suatu rencana yang dibuat akibat dari saran-saran<br />

maupun kritik-kritik dari orang-orang diluar organisasi ataupun dari<br />

masyarakat. 119<br />

2. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Hubungan Sekolah dengan Masyarakat<br />

dalam Upaya meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />

Bentuk-bentuk kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat<br />

dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> dapat dibedakan menjadi:<br />

a. Hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat sekolah<br />

1) Hubungan kerja sama sekolah dengan kepala sekolah<br />

Kepala sekolah berfungsi untuk menghimbau terhadap guru, staf<br />

karyawan maupun siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang<br />

telah diprogramkan serta sebagai pengambil keputusan tertinggi.<br />

2) Hubungan kerja sama dengan kepala bidang kesiswaan<br />

Kerja sama ini dilakukan dalam rangka penegakan peraturan<br />

sehingga diharapkan dapat meminimalkan pelanggaran-pelanggaran<br />

yang terjadi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan serta berfungsi<br />

dalam mengeluarkan SK (Surat Keputusan).<br />

3) Hubungan kerja sama sekolah dengan dewan guru<br />

119 Marno, op. cit. hlm. 23-24.


Dalam memantau perilaku siswa sehari-hari maka guru PAI<br />

dibantu oleh guru mata pelajaran non-PAI, selain itu dalam<br />

pembinaan Pendidikan Agama Islam guru PAI bekerja sama dengan<br />

guru PKS (Pendidikan kewarganegaraan Sekolah) dan juga dengan<br />

guru wali karena guru wali yang memantau perkembangan anak<br />

didik, menjadi guru kelas, guru Bimbingan dan Konseling serta yang<br />

menjadi penghubung sekolah dengan orang tua wali murid melalui<br />

home visite maupun melalui orang tua yang datang untuk konsultasi<br />

ke sekolah.<br />

Dedi Supriadi menerangkan bahwa ”pada jenjang Pendidikan<br />

Menengah, pendidikan keagamaan juga merupakan pendidikan<br />

wajib bersama dengan pendidikan Pancasila dan pendidikan<br />

kewarganegaraan”. 120<br />

4) Hubungan kerja sama dengan OSIS (Organisasi Siswa Intra<br />

Sekolah)<br />

Kerja sama ini dilakukan dengan OSIS melalui BDI (Badan Dakwah<br />

Islam) karena BDI adalah panitian pelaksana kegiatan PHBI dan<br />

kegiatan istighosah<br />

5) Hubungan kerja sama sekolah dengan siswa<br />

Hubungan kerja sama ini dilakukan agar siswa turut berpartisipasi<br />

dalam setiap kegiatan yang telah diprogramkan seperti penciptaan<br />

suasana religius.<br />

120 Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan (Bandung: PT Remaja<br />

Rosdakarya, 2004), hlm. 128.


6) Hubungan kerja sama dengan staf karyawan<br />

Hubungan kerja sama ini dilakukan agar segenap staf karyawan ikut<br />

merasa memiliki program sehingga diharapkan program yang<br />

dilaksanakan adalah milik bersama.<br />

b. Hubungan kerja sama dengan masyarakat luar sekolah<br />

1) Hubungan kerja sama dengan wali murid<br />

Kerja sama yang dilakukan dengan wali murid yaitu agar senantiasa<br />

wali murid mengontrol pergaulan anaknya dirumah serta berperan<br />

sebagai pembina dan pengontrol pelaksanaan sholat lima waktu,<br />

selain itu masalah perizinan sekolah juga harus dilakukan oleh orang<br />

tua sendiri yang datang ke sekolah, hal ini bertujuan untuk<br />

menghindari pengaruh negatif dari luar dan agar orang tua memiliki<br />

tanggung jawab terhadap proses belajar anak.<br />

Tujuan dilaksanakannya hubungan kerja sama antara sekolah<br />

(guru) dan orang tua murid menurut Arifin sebagaimana yang dikutip<br />

oleh Abdul Madjid dan Dian Andayani adalah sebagai berikut:<br />

a. Berusaha mendorong dan mengingatkan hubungan baik antara<br />

keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah, baik secara<br />

perseorangan maupun organisasi.<br />

b. Untuk menangkal atau menetralisir kemungkinan-kemungkinan<br />

terjadinya bentrokan pengaruh-pengaruh edukatif yang<br />

diberikan di sekolah dan di keluarga. Jika hal ini tidak<br />

terkontrol dengan baik, dikhawatirkan akan dapat merugikan<br />

perkembangan jiwa anak.<br />

c. Diharapkan akan dapat menjadi salah satu instrumen<br />

pendukung bagi upaya peningkatan kualitas hasil balajar siswa<br />

pada bidang PAI secara menyeluruh. 121<br />

121 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi<br />

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 183.


2) Hubungan kerja sama dengan masyarakat setempat<br />

Hal ini menjadi penting karena SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> menempatkan<br />

diri sebagai bagian dari masyarakat contohnya dalam hal PHBI<br />

(Peringatan Hari Besar Islam) pada hari raya Idul Adha sekolah juga<br />

membagikan hewan qurban, pada hari raya Idul Fitri juga<br />

membagikan zakat pada warga sekitar dan juga membagikan<br />

bingkisan. Selain itu kerja sama juga dilakukan dengan Bapak kos<br />

karena mereka menjadi wakil wali murid bagi siswa yang rumahnya<br />

jauh dari sekolah.<br />

3) Hubungan kerja sama dengan organisasi keagamaan<br />

Kerja sama ini dilakukan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dengan takmir<br />

masjid Nurul Jawahir yaitu SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> memanfaatkan<br />

sumber daya (fasilitas masjid) yang ada di masyarakat sebaliknya<br />

masyarakat juga mengambil manfaat dari SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

dalam bentuk pembiayaan pengelolaan masjid. Selain itu, kerja sama<br />

juga dilakukan dengan organisasi KIAS (Kelompok Islam Anak<br />

Sekolah) yang anggotanya terdiri dari siswa SMA/SMK se-<strong>Malang</strong><br />

Raya.<br />

Tujuan dilaksanakannya kerja sama sekolah dengan organisasi<br />

keagamaan yang berada di masyarakat sekitar adalah:<br />

a. Diharapkan akan dapat mengurangi kesenjangan kurikulum PAI<br />

pada sekolah, dalam dimensi rencana dan prosesnya;<br />

b. Sebagai upaya untuk pemerataan hasil-hasil yang diperoleh para<br />

siswa sekolah dalam bidang PAI.


c. Diharapkan pula dapat meningkatkan kualitas hasil yang<br />

diperoleh dalam PAI, dengan asumsi “semakin tinggi proses<br />

diharapkan akan semakin tinggi pula hasil yang dicapainya”. 122<br />

4) Hubungan kerja sama dengan lembaga kemasyarakatan (kepolisian)<br />

setempat<br />

Kerja sama ini dilakukan agar perilaku siswa di luar sekolah,<br />

maupun di luar rumah dapat terpantau sehingga perilaku<br />

menyimpang dapat ditekan seminim mungkin.<br />

5) Hubungan kerja sama dengan Perguruan Tinggi<br />

Kerja sama yang dilakukan yaitu dengan Universitas<br />

Muhammadiyah <strong>Malang</strong> yaitu dalam penggunaan fasilitas Dome<br />

UMM pada waktu kegiatan halal bi halal keluarga besar SMK PGRI<br />

3 <strong>Malang</strong>.<br />

Bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat harus<br />

senantiasa ditingkatkan dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam sebab dengan Pendidikan Islam berarti berusaha untuk membentuk<br />

manusia yang berkepribadian kuat dan baik (berakhlak karimah) berdasarkan<br />

ajaran Islam. 123<br />

3. Strategi Pelaksanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />

Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />

Pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah sebagai berikut:<br />

122 Abdul Madjid dan Dian Andayani, op. cit. hlm. 184.<br />

123 Ibid. hlm. 139.


a. Pelaksanaan program dilakukan dengan melalui penggerakan dimana<br />

kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi melakukan himbauan kepada<br />

seluruh dewan guru, staf karyawan dan siswa untuk turut berpartisipasi<br />

dalam kegiatan tersebut.<br />

b. Media yang digunakan untuk menggalang partisipasi masyarakat (baik<br />

masyarakat sekolah maupun luar sekolah) berupa undangan dan edaran.<br />

c. Secara teknis seluruh kegiatan selalu melibatkan kesiswaan yaitu dalam<br />

bentuk mengeluarkan SK (Surat Keputusan) dan juga kesiswaan<br />

mempunyai kewenangan untuk memberikan sanksi bagi siswa yang tidak<br />

mengikuti kegiatan yang telah dilaksanakan, misalnya apabila siswa tidak<br />

mengikuti PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) seperti peringatan maulid<br />

Nabi, peringatan hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha maka siswa<br />

dikenakan poin absen tidak masuk, sementara bagi siswa yang tidak<br />

mengikuti kegiatan Pondok Ramadhan maka dikenakan alpha selama 12<br />

jam mata pelajaran.<br />

d. Pelaksanaan penciptaan suasana religius dilakukan dengan selalu<br />

berusaha mendekatkan siswa dengan masjid baik dalam bentuk kegiatan<br />

pembelajaran maupun dalam bentuk kegiatan keagamaan.<br />

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dedi Supriadi bahwa:<br />

“Pembinaan Imtaq melalui kegiatan ekstrakurikuler dilakukan melalui<br />

misalnya kegiatan sholat berjamaah di masjid atau mushalla sekolah,<br />

pengisian bulan suci Ramadhan, ikut serta mengkoordinasikan<br />

kegiatan sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban,<br />

pesantern kilat dan masih banyak lagi. 124<br />

124 Dedi Supriadi, op. cit. hlm. 131.


Penciptaan suasana religius ini menjadi sangat penting karena<br />

sasaran PAI bukan saja siswa mengetahui tentang pengetahuan agama,<br />

namun bagaimana agar siswa beragama. Siswa beragama dalam pengertian<br />

hasil belajar siswa dalam bentuk pengetahuan, dan aturan-aturan agama<br />

yang dimiliki oleh siswa dapat dijadikan pedoman, dan kendali dalam<br />

melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. 125<br />

e. Dalam pelaksanaan program seoptimal mungkin dikelola oleh pihak<br />

sekolah dengan memberdayakan yang ada di sekolah dan baru mengambil<br />

dari pihak luar sebagai variasi agar siswa tidak jenuh.<br />

f. Dalam pelaksanaan program yang telah dilaksanakan tidak pernah<br />

memungut dana dari siswa hal ini sudah menjadi komitmen awal dari<br />

pihak sekolah yang disosialisasikan kepada wali murid.<br />

Dari uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa peningkatan mutu<br />

Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> melalui mata pelajaran PAI<br />

dan juga melalui mata pelajaran non-PAI. Pembinaan Imtaq siswa dilakukan<br />

melalui bentuk-bentuk lain, yaitu integrasi kedalam mata pelajaran non-PAI<br />

melalui kegiatan ekstrakurikuler, penciptaan lingkungan yang menunjang bagi<br />

tumbuhnya keimanan dan ketaqwaan siswa, dan mempererat kerja sama antara<br />

sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Pelaksanaannya dilakukan bukan<br />

(hanya) oleh guru Pendidikan Agama Islam, melainkan oleh guru setiap mata<br />

125 Abdul Madjid dan Dian Andayani, op. cit. hlm. 169.


pelajaran secara terpadu sebagai bagian dari pendidikan nilai atau yang disebut<br />

dengan “pendidikan nilai-nilai agama”. 126<br />

4. Strategi Evaluasi Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />

Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />

Strategi evaluasi progran hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />

upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat dikelompokkan menjadi:<br />

a. Evaluasi intern<br />

Secara makro dilakukan oleh kepala sekolah sedangkan secara mikro<br />

dilakukan per kepala bidang yaitu dengan melalui proses dari guru PAI<br />

kemudian dilaporkan kepada kepala bidang kemudian direkap untuk<br />

diserahkan kepada guru wali, dan guru wali yang menindaklanjuti untuk<br />

mengkomunikasikan kepada siswa ataupun dengan wali murid.<br />

b. Evaluasi langsung dengan siswa<br />

Hal ini dilakukan dengan melihat langsung di masjid, dan akan langsung<br />

diumumkan agar siswa melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang<br />

telah dilakukan, selain itu evaluasi dilakukan di dalam kelas maupun pada<br />

saat apel siswa.<br />

c. Evaluasi dilakukan dengan memberikan punishment (hukuman) kepada<br />

siswa yang melanggar.<br />

d. Evaluasi dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua<br />

siswa secara periodik baik melalui rapat formal maupun non formal untuk<br />

mengontrol aktivitas siswa.<br />

126 126 Dedi Supriadi, op. cit. hlm 130-131.


Dari proses evaluasi yang dilakukan, maka dapat diketahui beberapa<br />

faktor pendukung dan penghambat dalam hubungan kerjasama sekolah<br />

dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />

Islam.<br />

Faktor pendukung hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat<br />

dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam antara lain:<br />

a. Pihak sekolah sepenuhnya;<br />

b. Segala fasilitas yang sudah disediakan;<br />

c. Pengurus OSIS yang aktif;<br />

d. Penyediaan materiil;<br />

e. Kesamaan kepentingan dan loyalitas seluruh warga sekolah;<br />

f. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga.<br />

Sedangkan faktor penghambat hubungan kerjasama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam antara<br />

lain:<br />

a. Sebagian orang tua yang tidak melakukan pengawasan terhadap<br />

keseharian anaknya.<br />

b. Ketidak aktifan sebagian guru dan siswa untuk berpartisipasi dalam<br />

kegiatan.<br />

c. Pergaulan dan pengaruh dari luar yang tidak kondusif bagi perkembangan<br />

keberagamaan siswa.<br />

d. Padatnya kegiatan pembelajaran siswa karena skala prioritas siswa SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong> ketika lulus sekolah adalah bekerja.


Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, mutu Pendidikan Agama Islam<br />

siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />

a. Jika dilihat dari input nya maka merupakan masukan yang bagus karena<br />

dalam PSB (Penerimaan Siswa Baru) terdapat tes fisik yaitu siswa harus<br />

bebas dari tindik (bagi laki-laki dan perempuan dalam batas wajar);<br />

maupun bebas tato meskipun secara teori Pendidikan Agama Islam tidak<br />

diberikan namun kalau ditelaah secara agama hal itu memang ada.<br />

b. Jika mutu dilihat dari proses maka mutu Pendidikan Agama Islam di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sudah baik karena guru menggunakan metode<br />

pembelajaran secara variatif dengan didukung fasilitas yang ada, serta<br />

guru PAI sudah memiliki kualifikasi pendidikan,<br />

c. Jika mutu dilihat dari out put atau hasil maka mutu Pendidikan Agama<br />

Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, dilihat dari nilai akademik yaitu hasil nilai<br />

ujian atau kompetensi masih dalam keadaan baik tetapi jika hasil dilihat<br />

dari dalam kesehariannya maka Pendidikan Agama Islam belum<br />

terinternalisasikan dalam kesehariannya hanya sebagian kecil saja yang<br />

mempraktekkan.


A. Kesimpulan<br />

BAB VI<br />

PENUTUP<br />

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat<br />

mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini, antara lain:<br />

1. Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />

SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah: menetapkan bentuk-bentuk program;<br />

didasarkan pada kenyataan nyata masa kini dan masa depan; didasarkan<br />

pada kebutuhan masyarakat; berusaha untuk memanfaatkan sumber daya<br />

yang ada baik dari guru, siswa, sarana prasarana maupun dari dana;<br />

melibatkan seluruh guru dan staf sekolah dan melakukan melakukan<br />

penjadwalan serta mengalokasikan dana.<br />

2. Bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat di SMK<br />

PGRI 3 <strong>Malang</strong> terdiri dari: a) hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

masyarakat sekolah yang meliputi hubungan kerja sama sekolah dengan<br />

kepala sekolah; hubungan kerja sama dengan kepala bidang kesiswaan;<br />

hubungan kerja sama sekolah dengan dewan guru; hubungan kerja sama<br />

sekolah dengan siswa dan hubungan kerja sama dengan staf karyawan, b)<br />

hubungan kerja sama dengan masyarakat luar sekolah yang meliputi,<br />

hubungan kerja sama dengan wali murid, hubungan kerja sama dengan<br />

masyarakat setempat, hubungan kerja sama dengan organisasi keagamaan,


hubungan kerja sama dengan lembaga kemasyarakatan (kepolisian)<br />

setempat, dan hubungan kerja sama dengan Perguruan Tinggi<br />

3. Strategi pelaksanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />

upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> dilakukan dengan melalui penggerakan oleh kepala sekolah;<br />

pemanfaatan media untuk menggalang partisipasi masyarakat (baik<br />

masyarakat sekolah maupun luar sekolah) berupa undangan dan edaran;<br />

melibatkan kesiswaan dalam setiap kegiatan dalam hal mengeluarkan SK<br />

(Surat Keputusan) dan mengeluarkan peraturan, penciptaan suasana<br />

religius contohnya dengan selalu berusaha mendekatkan siswa dengan<br />

masjid baik di dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam bentuk<br />

kegiatan keagamaan; memberdayakan sumber daya sekolah; pelaksaaan<br />

kegiatan tidak memungut dana dari siswa; pelaksanaannya dilakukan<br />

bukan (hanya) oleh guru Pendidikan Agama Islam, melainkan oleh guru<br />

setiap mata pelajaran secara terpadu sebagai bagian dari pendidikan nilai<br />

atau yang disebut dengan “pendidikan nilai-nilai agama”.<br />

4. Strategi evaluasi program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />

upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />

<strong>Malang</strong> adalah a) evaluasi intern: secara makro dilakukan oleh kepala<br />

sekolah sedangkan secara mikro dilakukan per kepala bidang yaitu dengan<br />

melalui proses dari guru PAI kemudian dilaporkan kepada kepala bidang<br />

kemudian direkap untuk diserahkan kepada guru wali, dan guru wali yang<br />

menindaklanjuti untuk mengkomunikasikan kepada siswa ataupun dengan


B. Saran<br />

wali murid; b) Evaluasi langsung dengan siswa baik di masjid, di kelas<br />

maupun pada saat apel sekolah; c) evaluasi dilakukan dengan memberikan<br />

punishment (hukuman) kepada siswa yang melanggar; d) Evaluasi<br />

dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa secara<br />

periodik.<br />

1. Untuk mensukseskan program hubungan kerja sama antara sekolah dan<br />

masyarakat maka diperlukan komitmen bersama dan kesamaan tujuan<br />

untuk itu sosialisasi harus senantiasa terus dilakukan agar tidak terjadi<br />

kesalahpahaman.<br />

2. Upaya peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam tidak akan berhasil<br />

tanpa kerja sama dari orang tua oleh karena itu pendidikan Agama Islam di<br />

dalam keluarga dituntut untuk berbuat banyak dalam rangka pendidikan<br />

Agama Islam bagi anak mengingat waktu yang tersedia untuk Pendidikan<br />

Agama Islam di sekolah terbatas.<br />

3. Sekolah harus senantiasa menciptakan suasana yang religius hal ini<br />

dimaksudkan agar Pendidikan Agama Islam tidak hanya dipahami sebagai<br />

sebuah pengetahuan tetapi lebih dari itu yaitu agama harus tercermin<br />

dalam perilakunya sebagai manusia yang beragama.<br />

4. Setiap guru mata pelajaran harus secara sadar dan sistematis membimbing<br />

siswanya untuk menyadari bahwa apa yang dipelajarinya mengandung<br />

nilai-nilai Imtaq yang dapat memperkokoh komitmen keberagamaannya.


DAFTAR PUSTAKA<br />

Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI. 1996. Semarang:<br />

PT Karya Toha Putra Semarang.<br />

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.<br />

Jakarta: Rineka Cipta.<br />

Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:<br />

Aditya Media dan Universitas Negeri Yogyakarta.<br />

Aritonang, Dinory M. Memantapkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Pilar<br />

Good Governance Dalam Pembangunan (http: www. Google.com, diakses<br />

tanggal 21 Februari 2009).<br />

Bafadal, Ibrahim. 2006. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta:<br />

PT Bumi Aksara.<br />

Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Demokrasi ke<br />

Lembaga Akademik. Jakarta: PT Bumi Aksara.<br />

Fadjar, Malik. 1998. Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga<br />

Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia (LP3NI).<br />

Direktorat Pembinaaan SMK, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar<br />

dan Menengah Sekolah Menengah Kejuruan. Visi, Misi dan Tujuan SMK<br />

(http: www. Google. com. Ditpsmk.net/?page=content;3-15k, diakses<br />

tanggal 6 Maret 2009)<br />

Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan<br />

Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT raja<br />

Grafindo Persada.<br />

Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan<br />

Aplikasinya. Jakarta: Galia Indonesia.<br />

Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT<br />

Remaja Rosdakarya.<br />

Kande, Fredrik Akuntabilitas dalam Manajemen Berbasis Sekolah (http: www.<br />

Yahoo. com, diakses tanggal 21 Februari 2009)<br />

Marno, 2007. Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan<br />

Empiris Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Lintas<br />

Pustaka.


Madjid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis<br />

Kompetensi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja<br />

Rosdakarya.<br />

Muhaimin, dkk. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan<br />

Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />

Mulyasa. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />

. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja<br />

Rosdakarya.<br />

Norhapni. 2005. Proses Pengelolaan Humas (Studi Kasus di SDN Purwantoro<br />

<strong>Malang</strong>). Tesis, tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri<br />

<strong>Malang</strong>.<br />

Nurdin, M. 2005. Pendidikan Yang Menyebalkan. Jogjakarta: Ar-Ruuz Media.<br />

Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka<br />

Cipta.<br />

Purwanto, Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT.<br />

Remaja Rosdakarya.<br />

Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2007. Perencanaan<br />

Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja<br />

Rosdakarya.<br />

Siregar, Imron dkk. 2005. Kepemimpinan Madrasah Mandiri Jakarta: Puslitbang<br />

Pendidikan Agama dan Keagamaan.<br />

Syaodih, Nana S, dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah<br />

(Konsep Prinsip dan Instrumen). Bandung: Refika Aditama.<br />

Subagyo, P. Joko. 2004. Metodologi penelitian Dalam teori dan Praktek. PT.<br />

Rineka Cipta<br />

Sahertian, Piet. 1994. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah.<br />

Surabaya: Usaha Nasional<br />

Siswanto, 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.<br />

Suderadjat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.<br />

Bandung: CV Cipta Cekas Grafika.


Saleh, Abdul Rachman. 2006. Pendidikan Agama dan pembangunan Watak<br />

Bangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.<br />

Supriadi, Dedi. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT<br />

Remaja Rosdakarya.<br />

Tim Dosen FIP-IKIP <strong>Malang</strong>. 2003. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Usaha<br />

Nasional: Surabaya. Hlm. 178<br />

Usman, Husaini dan Purnomo S. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT<br />

Bumi Aksara.


DOKUMENTASI<br />

Wawancara dengan Wawancara dengan Guru PAI<br />

Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />

Wawancara dengan Kepala Bidang Wawancara dengan Kepala Bidang<br />

Bursa Kerja Aktif & Kerja sama Mesin dan Manajemen Niaga<br />

Wawancara dengan Satpam Kerja sama wali murid dengan sekolah<br />

sekaligus warga setempat mengenai perizinan siswa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!