SITI SHOLIKHAH - Digilib UIN Malang
SITI SHOLIKHAH - Digilib UIN Malang
SITI SHOLIKHAH - Digilib UIN Malang
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN<br />
MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN<br />
MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />
DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />
PGRI 3 MALANG<br />
SKRIPSI<br />
Oleh:<br />
<strong>SITI</strong> <strong>SHOLIKHAH</strong><br />
05110205<br />
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />
FAKULTAS TARBIYAH<br />
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (<strong>UIN</strong>) MALANG<br />
April, 2009
MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN<br />
MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN<br />
MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />
DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />
PGRI 3 MALANG<br />
SKRIPSI<br />
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong> untuk<br />
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu<br />
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i)<br />
Oleh:<br />
<strong>SITI</strong> <strong>SHOLIKHAH</strong><br />
05110205<br />
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />
FAKULTAS TARBIYAH<br />
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (<strong>UIN</strong>) MALANG<br />
April, 2009
HALAMAN PERSETUJUAN<br />
MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN<br />
MASYARAKAT DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU<br />
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<br />
DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />
PGRI 3 MALANG<br />
SKRIPSI<br />
OLEH:<br />
<strong>SITI</strong> <strong>SHOLIKHAH</strong><br />
NIM. 05110205<br />
Telah diperiksa dan disetujui oleh:<br />
Dosen Pembimbing<br />
Dr. H. Nur Ali, M. Pd<br />
NIP. 150 289 265<br />
Tanggal 2 Juli 2009<br />
Mengetahui,<br />
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam<br />
Drs. Moh. Padil, M. Pdi<br />
NIP. 150 297 235
Dr. H. Nur Ali M. Pd,<br />
Dosen Fakultas Tarbiyah<br />
Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong><br />
NOTA DINAS PEMBIMBING<br />
Hal. : Skripsi Siti Sholikhah <strong>Malang</strong>, 2 April 2009<br />
Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar<br />
Kepada Yth.<br />
Dekan Fakultas Tarbiyah <strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong><br />
di<br />
<strong>Malang</strong><br />
Assalamu’alaikum Wr. Wb.<br />
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa<br />
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di<br />
bawah ini:<br />
Nama : Siti Sholikhah<br />
NIM : 05110205<br />
Jurusan : Pendidikan Agama Islam<br />
Judul Skripsi : Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />
dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />
Islam di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan ) PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong><br />
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak<br />
diajukan untuk diujikan.<br />
Demikian, mohon dimaklumi adanya.<br />
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.<br />
Pembimbing,<br />
Dr. H. Nur Ali M. Pd,<br />
NIP. 150 289 265
HALAMAN PENGESAHAN<br />
MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT<br />
DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA<br />
ISLAM DI SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN)<br />
PGRI 3 MALANG<br />
SKRIPSI<br />
Dipersiapkan dan disusun oleh<br />
Siti Sholikhah<br />
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal<br />
14 April 2009 dengan nilai: A<br />
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan<br />
untuk memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)<br />
Pada tanggal: 16 April 2009.<br />
Panitia Ujian,<br />
Ketua Sidang/ : Dr. H. Nur Ali, M. Pd<br />
Pembimbing NIP. 150 289 265<br />
Sekretaris : Abdul Aziz, M. Pd<br />
NIP. 150 302 564<br />
Penguji Utama : Dr. H. Baharuddin, M. Pdi<br />
NIP. 150 215 385<br />
Mengesahkan,<br />
Dekan Fakultas Tarbiyah <strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong><br />
Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony<br />
NIP. 150 042 031<br />
Tanda Tangan
SURAT PERNYATAAN<br />
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat<br />
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu<br />
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau<br />
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara<br />
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.<br />
<strong>Malang</strong>, 2 April 2009<br />
Siti Sholikhah
HALAMAN HALAMAN HALAMAN PERSEMBAHAN<br />
PERSEMBAHAN<br />
Dengan Dengan ucapan ucapan syukur syukur Alhamdulillah Alhamdulillah tertuang tertuang dari dari lubuk lubuk hati<br />
hati<br />
yang yang paling dalam atas limpahan limpahan rahmat, rahmat,<br />
dan dan inayah inayah-Nya inayah Nya yang tak mengenal batas batas dan ruang, dengan<br />
ketulusan ketulusan dan dan kerendahan kerendahan hati<br />
hati<br />
ku ku persembahkan persembahkan karya karya ini:<br />
ini:<br />
Untuk Untuk Bapak dan Ibuku tercinta, sepasang sepasang mutiara mutiara hati yang yang<br />
memancarkan memancarkan cinta cinta kasih kasih yang tak pernah usa usai, usa<br />
i, restumu yang yang selalu<br />
menyertai menyertai setiap setiap langkahku, langkahku, kesabaran dalam membesarkan dan<br />
dan<br />
mendidikku, mendidikku, mendidikku, dari jerih payahmu kesuksesanku berasal, demi demi meniti<br />
meniti<br />
masa masa depan. depan.<br />
depan.<br />
Saudaraku Saudaraku “Cak “Cak Mat, Mat, Mbak Mbak Lis, Lis, Mbak Mbak Suji, Suji, dan dan Cak Cak Rori”<br />
Rori”<br />
kehadiran kehadiran kehadiran kalian kalian mengajariku<br />
mengajariku<br />
untuk untuk saling berbagi kasih sayang, semangat dan dukungan dalam<br />
menggapai menggapai cita cita-cita. cita cita.<br />
Dan Dan juga juga kepada kepada seluruh seluruh keluarga keluarga besar besar yang yang senantiasa<br />
senantiasa<br />
memberiku memberiku kasih kasih sayang, sayang, dukungan, dukungan, dukungan, dan dan doa<br />
doa<br />
Guru Guru-guruku Guru guruku dan Dosen Dosen-dosenku, Dosen<br />
dosenku, Pahlawanku yang telah memberi<br />
cahaya cahaya ilmu ilmu peng pengetahuan, peng etahuan, jasamu menjadikanku<br />
sebagai sebagai manusia manusia yang yang terdidik,,<br />
terdidik,,
HALAMAN MOTTO<br />
“....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan<br />
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan<br />
pelanggaran....” (QS Al-Maidah: 2 ) 1<br />
1 Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI (Semarang: PT<br />
Karya Toha Putra Semarang, 1996). Hlm 85
KATA PENGANTAR<br />
Alhamdulillah segala puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat<br />
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, juga sumber<br />
kunci perbendaharaan ilmu yang hanya ada pada genggaman-Nya. Shalawat serta<br />
salam semoga abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah<br />
berhasil membimbing dan menuntun umatnya ke jalan yang benar dan diridloi<br />
Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi.<br />
Penulisan skripsi yang berjudul “Manajemen Hubungan Sekolah<br />
dengan Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu pendidikan Agama Islam<br />
di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) PGRI 3 <strong>Malang</strong> ” dimaksudkan untuk<br />
memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di<br />
Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri<br />
(<strong>UIN</strong>) <strong>Malang</strong>.<br />
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulisi karena dapat menyelesaikan<br />
penyusunan skripsi. Penulis meyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat<br />
terlepas dari uluran tangan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini<br />
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta<br />
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:<br />
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri<br />
<strong>Malang</strong>, yang telah memberikan kepada peneliti peluang studi.<br />
2. Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah<br />
Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong>.
3. Drs. Moh. Padil, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam<br />
Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong>.<br />
4. Dr. H. Nur Ali, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah menunjukkan<br />
arah bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran.<br />
5. Santur Hidayat, S.Pd, selaku Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang telah<br />
memberikan izin penelitian.<br />
6. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan do’a restu, pengarahan<br />
serta kasih sayangnya.<br />
7. Keluarga Besar TPQ Al-Ikhlas yang selalu mendukung, membantu dan<br />
memberikan semangat dalam menggapai cita-cita<br />
8. Sahabat-sahabatku Mbak Eka, Lela, dilla, titin, Mbak Ima, G3tm@, dan My<br />
Beat yang telah memberiku kebersamaan dalam suka dan duka.<br />
9. Buat semua yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan<br />
baik dalam keseharian maupun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis<br />
ucapkan terima kasih banyak hanya Allah yang mampu membalas jasa-jasa<br />
kalian semua.<br />
Akhirnya penulis mengharapkan saran, dan kritik yang konstruktif,<br />
karena penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan<br />
baik sengaja maupun tidak sengaja. Semoga skripsi ini dapat menjadi masukan<br />
bagi para pembaca umumnya dan penulis khususnya. Amin...<br />
<strong>Malang</strong>, 2 April 2009<br />
Penulis
DAFTAR LAMPIRAN<br />
Lampiran I : Instrumen penelitian<br />
Lampiran II : Struktur Organisasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
Lampiran III : Data guru SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
Lampiran IV : Rekapitulasi data siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> tahun<br />
2008/2009<br />
Lampiran V : Daftar Nilai Pendidikan Agama Islam semester Genap<br />
2008/2009 SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
Lampiran VI : Proposal kegiatan Maulid Nabi Muhammad Saw di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
Lampiran VII : Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
Lampiran VIII : Dokumentasi (foto) penelitian<br />
Lampiran IX : Surat permohonan izin siswa<br />
Lampiran X : Bukti konsultasi pembimbingan skripsi<br />
Lampiran XI : Surat izin melakukan penelitian dari <strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong><br />
Lampiran XII : Surat keterangan telah melaksanakan penelitian di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>
DAFTAR ISI<br />
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i<br />
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iii<br />
HALAMAN NOTA DINAS........................................................................ iv<br />
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v<br />
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... vi<br />
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. vii<br />
HALAMAN MOTTO ................................................................................. viii<br />
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix<br />
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi<br />
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii<br />
ABSTRAK .................................................................................................. xvi<br />
BAB I : PENDAHULUAN<br />
A. Latar belakang masalah ............................................................ 1<br />
B. Rumusan Masalah..................................................................... 13<br />
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 14<br />
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 14<br />
E. Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................... 15<br />
F. Sistematikan Pembahasan.......................................................... 16<br />
BAB II: KAJIAN TEORI<br />
A. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ................. 18<br />
1. Pengertian manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat 18<br />
2. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat...................... 21
3.Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat................ 23<br />
4. Bentuk-bentuk hubungan sekolah dengan masyarakat.......... 29<br />
B. Mutu Pendidikan Sekolah Kejuruan<br />
1. Visi, misi dan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan ............... 32<br />
2. Pengertian mutu pendidikan.................................................. 34<br />
3. Prinsip-prinsip mutu pendidikan ........................................... 37<br />
4. Ciri-ciri sekolah yang bermutu.............................................. 39<br />
5. Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan 40<br />
BAB III: METODE PENELITIAN<br />
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 45<br />
B. Lokasi Penelitian ................................................................... 46<br />
C. Kehadiran Peneliti ................................................................. 46<br />
D. Sumber Data dan Jenis Data .................................................. 47<br />
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 48<br />
1. Metode Observasi ............................................................ 48<br />
2. Metode Wawancara ......................................................... 49<br />
3. Metode Dokumentasi ....................................................... 50<br />
F. Teknik Analisis Data ............................................................ 50<br />
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahaan Data................................... 52<br />
H. Tahap-tahap penelitian........................................................... 54<br />
BAB IV: HASIL PENELITIAN<br />
A. Latar Belakang Objek Penelitian............................................... 58<br />
1. Profil SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> ............................................... 58
2. Keunggulan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>...................................... 59<br />
3. Kemampuan skill alumni .................................................... 60<br />
4. Visi, misi dan kebijakan mutu............................................. 62<br />
5. Struktur organisasi sekolah ................................................. 63<br />
6. Keadaan guru di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> ............................... 64<br />
7. Keadaan siswa di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.............................. 65<br />
B. Paparan Data<br />
1. Strategi perencanaan program hubungan kerja sama<br />
sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>..... 65<br />
2. Bentuk hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />
dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam<br />
di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>...................................................... 68<br />
3. Strategi pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.............. 73<br />
4. Strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.............. 78<br />
BAB V: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN<br />
A. Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>................... 8
B. Bentuk hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />
dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam 85<br />
C. Strategi pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.................... 89<br />
D. Strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />
Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>...................................... 92<br />
BAB VI: PENUTUP..................................................................................... 95<br />
A. Kesimpulan .............................................................................. 95<br />
B. Saran-saran ............................................................................... 97<br />
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................. 98<br />
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ABSTRAK<br />
Sholikhah, Siti. 2009. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dalam<br />
Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMK (Sekolah Menengah<br />
Kejuruan) PGRI 3 <strong>Malang</strong>. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas<br />
Tarbiyah. Universitas Islam Negeri (<strong>UIN</strong>) <strong>Malang</strong>. Dr. H. Nur Ali, M.Pd.<br />
Kata kunci: Manajemen, hubungan, sekolah, masyarakat dan mutu PAI<br />
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan<br />
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan<br />
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai<br />
sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu<br />
masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiki hubungan yang sangat erat dalam<br />
mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya<br />
sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan<br />
masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu sekolah<br />
berkewajiban untuk memberi penerangan tentang tujuan-tujuan, programprogram,<br />
kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus<br />
mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat,<br />
terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain antara sekolah dan masyarakat<br />
harus dibina suatu hubungan yang harmonis.<br />
Upaya peningkatan mutu pendidikan bukan merupakan upaya semata<br />
tetapi harus menjadi komitmen semua pihak yang terlibat di dalamnya. Demi<br />
upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, sudah seharusnya pihakpihak<br />
yang terkait di sekolah untuk benar-benar memperhatikan sumber-sumber<br />
yang terkait dan tentu dibutuhkan manajemen yang baik juga disetiap komponen<br />
termasuk bagaimana cara mengatur manajemen hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian<br />
mengenai Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat dalam Upaya<br />
Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan<br />
strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />
dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong>, untuk mendeskripsikan bentuk hubungan kerja sama antara sekolah<br />
dengan masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, untuk mendeskripsikan strategi<br />
pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat dalam<br />
upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dan<br />
untuk mendeskripsikan strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
Penelitian yang peneliti lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian<br />
kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan<br />
dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya, peneliti menggunakan deskriptif<br />
kualitatif , yaitu pengelolaan dengan langkah-langkah sebagai berikut: setelah data<br />
terkumpul selanjutnya diidentifikasi serta dikategorikan kemudian digambarkan
erdasarkan logika serta menggambarkan secara menyeluruh tentang keadaan<br />
yang sebenarnya dengan tidak melupakan hasil dari pengamatan, wawancara dan<br />
hasil dokumentasi.<br />
Hasil dari penelitian yang dilakukan peneliti dapat disampaikan di sini<br />
bahwa strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah: menetapkan bentuk-bentuk program; didasarkan pada<br />
kenyataan nyata masa kini dan masa depan; didasarkan pada kebutuhan<br />
masyarakat; berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang ada; melibatkan<br />
seluruh warga sekolah dan melakukan melakukan penjadwalan serta<br />
mengalokasikan dana, bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan<br />
masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> terdiri hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat sekolah dan hubungan kerja sama dengan masyarakat luar sekolah,<br />
strategi pelaksanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dilakukan<br />
dengan melalui penggerakan oleh kepala sekolah; pemanfaatan media berupa<br />
undangan dan edaran; melibatkan kesiswaan; penciptaan suasana religius;<br />
memberdayakan sumber daya sekolah; pelaksaaan kegiatan tidak memungut dana<br />
dari siswa; pelaksanaannya dilakukan oleh guru setiap mata pelajaran secara<br />
terpadu, sedangkan strategi evaluasi program hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong> meliputi evaluasi intern; evaluasi langsung dengan siswa baik di<br />
masjid, di kelas maupun pada saat apel sekolah; evaluasi dilakukan dengan<br />
memberikan punishment (hukuman) kepada siswa yang melanggar serta evaluasi<br />
yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa secara<br />
periodik. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program hubungan kerja sama<br />
antara sekolah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />
Agama Islam maka diperlukan komitmen bersama dan kesamaan tujuan sehingga<br />
sosialisasi harus senantiasa terus dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman.
A. Latar Belakang Masalah<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
Penyelenggaraaan pendidikan yang bermutu dan semakin merata akan<br />
menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Efisiensi pendidikan menuntut<br />
pengelolaan yang semakin terdesentralisasikan. Aparatur pendidikan di daerah<br />
harus semakin mampu mengelola dan melaksanakan teknis kependidikan secara<br />
otonom. Hal ini diperlukan untuk membangun masyarakat di daerah masing-<br />
masing ke arah kemandirian untuk mencapai kehidupan yang semakin merata dan<br />
sejahtera.<br />
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan<br />
paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya memberdayakan<br />
masyarakat dan lingkungan sekolah secara optimal. Hal ini penting, karena<br />
sekolah memerlukan masukan dari masyarakat dalam menyusun program yang<br />
relevan, sekaligus memerlukan dukungan masyarakat dalam melaksanakan<br />
program tersebut. Di sisi lain, masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk<br />
mendapatkan program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. 2<br />
Sejalan dengan bergulirnya roda reformasi yang didorong oleh para<br />
mahasiswa dan masyarakat pada umumnya, persepsi dan pemahaman masyarakat<br />
akan pentingnya pendidikan menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terutama<br />
berangkat dari tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya membekali<br />
anaknya dengan berbagai pengetahuan dan teknologi sebagai bekal menghadapi<br />
2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,<br />
2006), Hlm. 163.
erbagai tantangan di masa depan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa<br />
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat perlu senantiasa<br />
dikembangkan. Sebagaimana diungkapkan Leslie bahwa:<br />
School public relation is process of communication between the school<br />
and community for purpose for increasing citizen understanding of<br />
educational needs and practice and encauraging intelligent citizen interest<br />
and co-operation in the work of improving the school. 3<br />
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat<br />
merupakan suatu proses komunikasi untuk meningkatkan pengertian warga<br />
masyarakat tentang kebutuhan dan praktek, serta mendorong minat, dan kerja<br />
sama dalam usaha memperbaiki sekolah, karena komunikasi itu merupakan<br />
lintasan dua arah, yaitu dari arah sekolah ke masyarakat, dan sebaliknya.<br />
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan<br />
suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan<br />
pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai<br />
sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu<br />
masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiki hubungan yang sangat erat dalam<br />
mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya<br />
sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan<br />
masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu sekolah<br />
berkewajiban untuk memberi penerangan tentang tujuan-tujuan, program-<br />
program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus<br />
mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat,<br />
3 Ibid., hlm. 172-173.
terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain antara sekolah dan masyarakat<br />
harus dibina suatu hubungan yang harmonis. 4<br />
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah,<br />
kepala sekolah dan guru merupakan kunci keberhasilan, yang harus menaruh<br />
perhatian terhadap apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang<br />
dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang sekolah. Guna mewujudkan sekolah<br />
yang efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan membentuk: 1) saling<br />
pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang<br />
ada di masyarakat, termasuk dunia kerja; 2) saling membantu antara sekolah dan<br />
masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-<br />
masing; 3) kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak yang ada<br />
di masyarakat dan mereka merasa bangga dan ikut bertanggung jawab atas<br />
suksesnya pendidikan di sekolah. 5<br />
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang<br />
tua, dan masyarakat. Hal ini mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan<br />
hendaknya tidak menutup diri melainkan selalu mengadakan kontak hubungan<br />
dengan dunia luar yaitu orang tua dan masyarakat sekitar sebagai teman<br />
penanggung jawab pendidikan.<br />
Kaufman menyebutkan partner pendidikan terdiri dari para guru, para<br />
siswa dan para orang tua atau masyarakat. 6 Mungkin ia berpendapat bahwa<br />
pemerintah sudah diwakili oleh para guru atau mungkin ia menekankan agar<br />
4<br />
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),<br />
Hlm. 50.<br />
5<br />
E. Mulyasa, op. cit. hlm. 166.<br />
6<br />
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Hlm<br />
179.
sekolah-sekolah bersifat desentralisasi sehingga tidak perlu banyak dicampuri<br />
oleh pemerintah. Apapun alasannya yang jelas orang tua atau masyarakat<br />
dipandang sebagai salah satu partner pendidikan. Dengan demikian tanpaklah<br />
bahwa lembaga pendidikan itu bukanlah badan yang berdiri sendiri dalam<br />
membina pertumbuhan dan perkembangan putra-putra bangsa, melainkan ia<br />
merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat yang luas.<br />
Dalam konteks pendidikan, Purwanto mengemukakan bahwa<br />
hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan<br />
sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan<br />
jawatan lain dan sekolah dengan masyarakat pada umumnya. Hendaknya semua<br />
hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis,<br />
sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan keunggulan dan perbaikan<br />
serta kemajuan bagi kedua belah pihak. 7<br />
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada dasarnya tidak hanya<br />
bersifat publisitas belaka, tetapi jauh dari itu, bagaimana sekolah membangun<br />
jaringan kerja sama dengan pihak-pihak lain berupa networking, di mana kerja<br />
sama ini untuk kondisi sekarang merupakan sesuatu sangat vital dan penting<br />
dilakukan, dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.<br />
Sekolah harus berhubungan dengan masyarakat antara lain<br />
dikarenakan sebagai berikut: a) sekolah adalah bagian yang integral dari<br />
masyarakat; b) hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada<br />
masyarakat; c) sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani<br />
7 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap<br />
Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Hlm. 124-125.
anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan; d) Kemajuan sekolah dan<br />
kemajuan masyarakat saling berkolerasi, keduanya saling membutuhkan; e)<br />
masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena masyarakat<br />
memerlukannya. 8<br />
Dipelbagai media massa, banyak di langsir mengenai mutu pendidikan<br />
Indonesia bahwa menurut data Human Resource Development (HRD), kualitas<br />
sumber daya manusia Indonesia berada di peringkat ke-109 kalah dari Malaysia,<br />
Jepang, Thailand, dan Vietnam. 9 Padahal pendidikan merupakan proses yang<br />
bersifat irreversible (tidak dapat didaur ulang). Artinya, bila dalam proses<br />
pendidikan itu terjadi salah asuh, maka selamanya akan terjadi salah asuhan.<br />
Sementara itu, data HDI (Human Development Index ) menunjukkan bahwa pada<br />
tahun 2003 IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia berada pada rangking<br />
112, dibawah Vietnam yang berada pada rangking 111, sedangkan data pada<br />
tahun 2004 Indonesia berada pada rangking 111, sedikit di atas Vietnam yang<br />
berada pada rangking 112 dari 127 negara yang diukur. Data tersebut<br />
memperkuat laporan Mendiknas tahun 2001, bahwa mutu pendidikan Indonesia<br />
rendah dalam komparasi Internasional. 10 Oleh karena itu, seluruh stakeholders<br />
pendidikan, dari orang tua, tokoh masyarakat, pemimpin agama, pemuka adat,<br />
organisasi profesi, dan lainnya, harus mengadakan dialog produktif sehingga<br />
timbul kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap peningkatan mutu<br />
pendidikan.<br />
8<br />
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja<br />
Rosdakarya, 1991), Hlm. 188.<br />
9<br />
M Nurdin, Pendidikan Yang Menyebalkan (Jogjakarta: Ar-Ruuz Media, 2005), Hlm. 77.<br />
10<br />
Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Bandung: CV Cipta<br />
Cekas Grafika, 2005), hlm. 3.
Hubungan sekolah dan masyarakat merupakan proses komunikasi<br />
yang harus dibangun dan dipelihara oleh kedua belah pihak. Pendapat tentang<br />
pengertian hubungan sekolah dan masyarakat diungkapkan oleh Mamusung<br />
yaitu:<br />
“Hubungan sekolah dan masyarakat dapat diartikan sebagai proses<br />
komunikasi timbal balik antara sekolah dengan masyarakat untuk<br />
menanamkan pengertian kepada masyarakat tentang kebutuhan dan<br />
program-program pendidikan serta menggalang kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat, mendorong minat dan tanggung jawab masyarakat untuk<br />
memajukan pendidikan sekolah, mengetahui minat, keinginan dan aspirasi<br />
masyarakat terhadap sekolah.” 11<br />
Pengertian tersebut sangat menekankan adanya proses komunikasi dua<br />
arah yang efektif, sehingga satu sama lain antara pihak sekolah dan masyarakat<br />
dapat saling menerima informasi yang efektif. Dengan kerja sama yang efektif<br />
diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang pada<br />
akhirnya mempunyai dampak terhadap peningkatan mutu pendidikan sekolah.<br />
Hadari Nawawi menyebutkan bahwa beban tugas humas adalah<br />
melakukan publisitas tentang kegiatan organisasi kerja yang patut diketahui oleh<br />
pihak luar secara luas. Kegiatannya menyebarluaskan informasi dan memberikan<br />
penerangan-penerangan untuk menciptakan pemahaman yang sebaik-baiknya di<br />
kalangan masyarakat luas mengenai tugas-tugas dan fungsi yang diemban<br />
organisasi kerja tersebut, termasuk juga mengenai kegiatan-kegiatan yang<br />
sudah, sedang, dan akan dikerjakan. 12<br />
11 Imron Siregar, dkk., Kepemimpinan Madrasah Mandiri (Jakarta: Puslitbang Pendidikan<br />
Agama dan Keagamaan, 2005), Hlm. 65.<br />
12 Hasbullah, op. cit., hlm. 124.
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin<br />
dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memahami<br />
pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Namun tidak berarti pada masyarakat<br />
yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan, hubungan kerja sama ini,<br />
tidak perlu dibina. Pada masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya<br />
pendidikan, sekolah dituntut untuk lebih aktif dan kreatif untuk menciptakan<br />
hubungan kerja sama yang lebih harmonis.<br />
Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung<br />
kepada luas tidaknya produk serta kualitas dari produk sekolah itu sendiri.<br />
Semakin luas sebaran produk sekolah di tengah-tengah masyarakat, lebih-lebih<br />
bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang memadai, tentu produk persekolahan<br />
tersebut membawa pengaruh positif dan berarti bagi perkembangan masyarakat<br />
yang bersangkutan. 13<br />
Di Indonesia telah lahir Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang<br />
bertumpu pada sekolah dan masyarakat. Model manajemen ini menuntut<br />
keterlibatan yang tinggi dari stakeholders sekolah. Susan Mohrman menyatakan,<br />
"Untuk mendukung pencapaian MBS telah muncul manajemen berpartisipasi<br />
tinggi yang membutuhkan empat sumber daya penting: 1) informasi; 2)<br />
pengetahuan; 3) keterampilan; 4) penghargaan dan sanksi." 14 Empat sumber daya<br />
ini jika dikelola secara baik akan meningkatkan efektivitas manajemen sekolah.<br />
13<br />
Tim Dosen FIP-IKIP <strong>Malang</strong>, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan (Usaha Nasional:<br />
Surabaya, 2003), Hlm. 178.<br />
14<br />
Fredrik Kande, Akuntabilitas dalam Manajemen Berbasis Sekolah (http: www. Yahoo.<br />
com, diakses tanggal 21 Februari 2009)
Dan efektifitas manajemen sekolah akan ditunjukkan dengan output yang<br />
berkualitas.<br />
Tiga aspek yang dapat memberi jaminan mutu suatu lembaga<br />
pendidikan, yaitu kompetensi, akreditasi, dan akuntabilitas. Lulusan pendidikan<br />
yang dianggap telah memenuhi semua persyaratan dan memiliki kompetensi yang<br />
dituntut berhak mendapat sertifikat. Lembaga pendidikan beserta perangkat-<br />
perangkatnya yang dinilai mampu menjamin produk yang bermutu disebut<br />
sebagai lembaga terakreditasi (accredited). Lembaga pendidikan yang<br />
terakreditasi dan dinilai mampu untuk menghasilkan lulusan bermutu, selalu<br />
berusaha menjaga dan menjamin mutuya sehingga dihargai oleh masyarakat<br />
adalah lembaga pendidikan yang akuntable. 15<br />
Dalam penelitian yang dilakukan Hurratul Mahmudah (2008)<br />
menjelaskan bahwa untuk dapat mengetahui keinginan, cita-cita serta harapan<br />
masyarakat lembaga pendidikan harus selalu menjalin komunikasi serta kerja<br />
sama yang konstruktif dan efektif dengan masyarakat untuk membangun<br />
generasi yang unggul dan berkualitas. Lembaga pendidikan yang dapat memenuhi<br />
kebutuhan serta tuntutan masyarakat merupakan indikasi lembaga yang unggul.<br />
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Choirul Affandi (2007) menjelaskan<br />
bahwa kedudukan humas adalah menciptakan suasana yang kondusif dalam<br />
lingkungan pendidikan dan juga menjelaskan tentang fungsi humas yaitu<br />
mengatur dan memberdayakan hubungan antara sekolah, masyarakat, komite<br />
15 Ibid.
sekolah, sekolah lain serta instansi pemerintah sebagai mitra untuk<br />
mengembangkan pendidikan di sekolah.<br />
Hal di atas seakan menunjukkan bahwa kemunculan sekolah memang<br />
sebagai wadah untuk menampung kecenderungan masyarakat, artinya sekolah<br />
membangun reaksi yang erat dengan masyarakat terlebih ketika peneliti melihat<br />
fungsi sekolah atau lembaga pendidikan dalam masyarakat antara lain: 1)<br />
mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) membawa pembaharuan bagi perkembangan<br />
masyarakat; 3) melahirkan masyarakat yang siap dan dibekali bagi lingkungan<br />
kerja dimasyarakat; 4) melahirkan sikap positif dan konstruktif bagi warga<br />
masyarakat sehingga tercipta integrasi sosial yang harmonis di tengah-tengah<br />
masyarakat. 16<br />
Mendorong partisipasi masyarakat ke dalam perencanaan dan<br />
pelaksanaaan program sekolah, memang membutuhkan pertimbangan yang<br />
matang. Bukan saja dari segi biaya yang harus dan akan dikeluarkan tetapi juga<br />
apakah efisien dan efektif bila program itu dikerjakan bersama-sama dengan<br />
masyarakat. Setidaknya pernyataan di atas memandang bahwa belum tentu<br />
semua program akan efektif bila dikerjakan bersama masyarakat namun<br />
setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam mendukung<br />
program sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui<br />
pemberian informasi, menyediakan dukungan politik dan menyumbangkan<br />
sumber daya 17 .<br />
16 Tim Dosen FIP-IKIP <strong>Malang</strong>. op. cit . 179.<br />
17 Dinory M. Aritonang, Memantapkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Pilar Good<br />
Governance Dalam Pembangunan. (http: www. Google.com, diakses tanggal 21 Februari 2009).
Esensi dari peningkatan mutu adalah perubahan budaya, dimana<br />
gagasan tentang mutu harus berada dalam hati dan pikiran guru-guru dan semua<br />
warga sekolah. Penggunaan mutu sebagai konsep yang dinamis atau relatif, tidak<br />
mutlak. Mutu bukan atribut dari suatu produk atau jasa. Suatu produk atau jasa<br />
baru dapat dinilai mutunya apabila barang atau jasa tersebut telah sesuai dengan<br />
spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya. Dalam dunia pendidikan, mutu lulusan<br />
suatu sekolah dinilai berdasarkan kesesuaian kemampuan yang dimilikinya<br />
dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Mutu bukan merupakan titik<br />
akhir, melainkan sebagai sarana, agar barang dan atau jasa selalu berada di atas<br />
standar. 18<br />
Mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah,<br />
seperti lulusan tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya<br />
pada jenjang yang lebih tinggi, tidak dapat bekerja/tidak diterima di dunia kerja,<br />
diterima bekerja, tetapi tidak berprestasi, tidak dapat mengikuti perkembangan<br />
masyarakat, dan tidak produktif. Lulusan yang tidak produktif akan menjadi<br />
beban masyarakat, menambah biaya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat,<br />
serta memungkinkan menjadi warga yang tersisih dari masyarakat.<br />
Model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan<br />
seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara<br />
sengaja dan bersungguh-sungguh, serta pembinaan secara kontinyu untuk<br />
mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat<br />
yang berkepentingan langsung dengan sekolah. Dengan demikian, kegiatan<br />
18 Hari Suderadjat, op. cit., Hlm. 1
operasional pendidikan, kinerja, dan produktivitas sekolah diharapkan semakin<br />
efektif, dan efisien. Pada hakikatnya, sekolah merupakan bagian yang tak<br />
terpisahkan dari masyarakat, seperti para orang tua yang tergabung dalam Badan<br />
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan/komite sekolah dan atasan langsung.<br />
Demikian pula hasil pendidikan yang berupa lulusan, akan menjadi harapan dan<br />
dambaan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh menjadi menara<br />
gading masyarakat. 19<br />
Dalam bidang kejuruan, satu hal yang masih menjadi keprihatinan<br />
adalah kemampuan sekolah menengah kejuruan dalam menghasilkan lulusan yang<br />
siap kerja. Beberapa tahun yang lalu, Departemen Pendidikan Nasional telah<br />
menggariskan kebijakan “link and match” dalam meningkatkan relevensi<br />
program pendidikan kejuruan tersebut. Kebutuhan terhadap program pendidikan<br />
yang relevan dengan tuntutan dan perkembangan dunia kerja dilatarbelakangi oleh<br />
kemajuan masyarakat dan dunia kerja yang sangat cepat, sebagai akibat dari<br />
kecepatan laju perkembangan ilmu dan teknologi. 20<br />
Lembaga pendidikan dituntut dapat menawarkan program-<br />
programnya secara cerdas berdasarkan kebutuhan kekinian dan kedisiplinan serta<br />
menjanjikan masa depan. Sehingga keberadaannya dapat fungsional baik bagi<br />
keperluan menciptakan dan mengembangkan ilmu-ilmu baru, lapangan kerja<br />
baru, membina sikap hidup kritis dan pola tingkah laku yang baru serta<br />
kecenderungan-kecenderungan baru. Dalam kerangka menuju ke arah tersebut,<br />
Karl Manhein mengatakan bahwa untuk memahami pendidikan perlu<br />
19 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 164-165.<br />
20 Nana Syaodih S, dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep<br />
Prinsip dan Instrumen), (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hlm. 1.
diperhatikan siapa mendidik siapa, di masyarakat apa, bilamana dan dimana serta<br />
untuk posisi sosial apa peserta itu dididik. 21<br />
Sejalan dengan hal di atas, Seluruh civitas akademika SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> dengan motto “succes by discipline” dan keinginan yang kuat menjadi<br />
leading inovation for vocational school di Jawa Timur dan telah dimilikinya 6<br />
kelas perusahaan (Sharp Class, Oracle Academy, Pallindo Welding Class,<br />
Morodadi Class, Suzuki Class, Indonesia Power Generation Class) dan telah<br />
ditunjuknya oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi Jakarta sebagai Tempat Uji<br />
Kompetensi Profesi Telematika dan Welding, semakin yakin dan mantap menjadi<br />
sekolah swasta yang kredibel, serta mampu mengantarkan generasi muda bangsa<br />
Indonesia yang unggul dan visioner.<br />
Tahun ajaran baru 2007/2008 SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
memproklamirkan diri sebagai Leading Vocational School untuk membackup<br />
program Pemerintah Kota <strong>Malang</strong> yang akan menjadikan <strong>Malang</strong> sebagai Kota<br />
Vocational. Program ini berorientasi pada citra pendidikan modern yang<br />
bercirikan abad-21. Tantangan untuk itu sangat berat sekali kalau tidak ada<br />
kerjasama yang baik pada seluruh civitas akademika SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dan<br />
peran serta masyarakat luas <strong>Malang</strong> Raya juga sangat diperlukan, karena jelas<br />
secara sarana dan prasarana harus terpenuhi untuk menjawab kepercayaan yang<br />
sudah diberikan masyarakat.<br />
Upaya peningkatan mutu pendidikan bukan merupakan upaya semata<br />
tetapi harus menjadi komitmen semua pihak yang terlibat di dalamnya. Semangat<br />
21 Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam (Jakarta: Lembaga Pengembangan<br />
Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia/LP3NI, 1998), Hlm. 58.
ini berlaku bagi semua lembaga pendidikan termasuk SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>. Demi<br />
upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
yang telah dijelaskan di atas, sudah seharusnya pihak-pihak yang terkait di dalam<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> untuk benar-benar memperhatikan sumber-sumber yang<br />
terkait dan tentu dibutuhkan manajemen yang baik juga disetiap komponen<br />
termasuk bagaimana cara mengatur manajemen hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian<br />
mengenai ”Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Dalam Upaya<br />
Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>”.<br />
B. Rumusan Masalah<br />
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan<br />
permasalahan sebagai berikut :<br />
1) Bagaimana strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?<br />
2) Bagaimana bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan<br />
masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?<br />
3) Bagaimana strategi pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?<br />
4) Bagaimana strategi evaluasi program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>?
C. Tujuan Penelitian<br />
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:<br />
1) Untuk mendeskripsikan strategi perencanaan program hubungan kerja<br />
sama sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
2) Untuk mendeskripsikan bentuk hubungan kerja sama antara sekolah<br />
dengan masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
3) Untuk mendeskripsikan strategi pelaksanaan program hubungan kerja<br />
sama sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
4) Untuk mendeskripsikan strategi evaluasi program hubungan kerja sama<br />
sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />
Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
D. Manfaat Penelitian<br />
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sbb:<br />
1) Lembaga pendidikan: sebagai acuan dalam meningkatkan menejemen<br />
hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai usaha meningkatkan mutu<br />
pendidikan agama Islam.<br />
2) Peneliti: menjadi pengalaman yang berharga serta bermanfaat dan<br />
menambah pengetahuan terutama mengenai manajemen hubungan<br />
sekolah dengan masyarakat.<br />
3) Sekolah: Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan<br />
pendidikan, terutama yang berhubungan dengan menejemen hubungan
sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />
Agama Islam.<br />
E. Ruang Lingkup Penelitian<br />
1) Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat: salah satu<br />
substansi manajemen sekolah yang berupa proses kerja sama dan<br />
komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan<br />
partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan pendidikan, dalam<br />
pembahasan ini meliputi proses perencanaan, pelaksanaan dan<br />
evaluasi hubungan sekolah dengan masyarakat di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong>.<br />
2) Mutu pendidikan: Dalam konteks penelitian ini, mutu pendidikan<br />
mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam<br />
”proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti;<br />
bahan ajar; metedologi; sarana dan prasarana; dukungan administrasi<br />
dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.<br />
Adapun ”hasil pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai output<br />
yaitu bersifat akademik (nilai raport, prestasi nilai kelulusan yang<br />
dinyatakan dalam Nilai Ujian Nasional) adapun yang bersifat non<br />
akademik terdiri dari kemampuan terhadap aneka jenis keterampilan<br />
dan mampu bersaing dengan dunia kerja. Adapun dalam<br />
pembahasan ini peneliti menfokuskan pada mutu hasil Pendidikan<br />
Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.
F. Sistematika Pembahasan<br />
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, peneliti<br />
memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut :<br />
a. BAB I, Pendahuluan, peneliti membahas pokok-pokok pikiran untuk<br />
memberikan gambaran terhadap inti pembahasan, pokok pikiran tersebut<br />
masih bersifat global. Pada bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan<br />
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian<br />
dan sistematika pembahasan.<br />
b. BAB II, memaparkan tentang landasan teoritis yang berkaitan dengan<br />
manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat yang terdiri dari:<br />
pengertian manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat; tujuan<br />
hubungan sekolah dengan masyarakat; manajemen hubungan sekolah<br />
dengan masyarakat dan bentuk-bentuk hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat. Adapun landasan teoritis yang berkaitan dengan mutu<br />
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan terdiri dari: visi, misi dan<br />
tujuan Sekolah Menengah Kejuruan; pengertian mutu pendidikan;<br />
prinsip-prinsip mutu pendidikan; ciri-ciri sekolah yang bermutu dan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan.<br />
c. BAB III, memaparkan tentang metode penelitian, yang meliputi: jenis<br />
penelitian lokasi penelitian; kehadiran peneliti; sumber data dan jenis<br />
data; teknik pengumpulan data; teknik analisa data dan teknik<br />
pemeriksaan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
d. BAB VI, hasil penelitian yang terdiri dari: strategi perencanaan program<br />
hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>; bentuk hubungan<br />
kerja sama antara sekolah dengan masyarakat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>;<br />
strategi pelaksanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat<br />
dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong> serta strategi evaluasi program hubungan sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
e. BAB V, Pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari: strategi<br />
perencanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />
upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong>; bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat<br />
di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>; strategi pelaksanaan program hubungan<br />
sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />
Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> serta strategi evaluasi program<br />
hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
f. BAB VI, Penutup, pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
BAB II<br />
KAJIAN TEORI<br />
A. Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />
1. Pengertian Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />
Istilah hubungan masyarakat dikemukakan pertama kali oleh Thomas<br />
Jefferson (Presiden Amerika Serikat) pada tahun 1987. Menurut Griswold<br />
humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan<br />
menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan policy dan prosedur<br />
instansi atau organisasi dengan kepentingan umum, menjalankan suatu<br />
program untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat.<br />
Sementara itu, Bonar mengemukakan bahwa hubungan masyarakat yang<br />
menjalankan usahanya untuk mencapai hubungan yang harmonis antara<br />
sesuatu badan organisasi dengan masyarakat sekelilingnya. 22<br />
Hubungan masyarakat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk<br />
menganalisis kecenderungan mempredikisi konsekuensi-konseuensi,<br />
menasehati para pemimpin organisasi, dan melaksanakan program yang<br />
terencana mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani, baik kepentingan<br />
organisasi maupun kepentingan publik. Definisi tersebut dirumuskan<br />
dalam ”The Statement of Mexico:” dan masih banyak lagi definisi yang<br />
disampaikan oleh para ahli, yang pada dasarnya mencakup unsur-unsur<br />
antara lain:<br />
22 Hasbullah. op. cit., hlm. 124.
(1) Suatu proses yang mencakup hubungan timbal balik antara organisasi<br />
dan publiknya,<br />
(2) Analisis dan evaluasi melalui penelitian lapangan terhadap sikap, opini<br />
dan kecenderungan sosial, serta mengkomunikasikannya kepada pihak<br />
manajemen/pimpinan,<br />
(3) Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijaksanaan, tata<br />
cara kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam<br />
konteks demi kepentingan bersama bagi kedua belah pihak<br />
(4) Pelaksanaan atau menindaklanjuti program aktivitas yang terencana,<br />
mengkomunikasikan dan mengevaluasi,<br />
(5) Perencanaan dengan itikad yang baik, saling pengertian, dan<br />
penerimaan dari pihak publiknya sebagai hasil akhir dari aktivitas<br />
public relation 23<br />
Menurut pakar Humas Internasional Cultip, merumuskan fungsi<br />
humas sebagai berikut:<br />
(1) Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan<br />
bersama<br />
(2) Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan<br />
pihak publiknya, sebagai khalayak sasarannya<br />
(3) Mengidentifikasi yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan<br />
masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau<br />
sebaliknya<br />
23 Marno, Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan Empiris<br />
Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Lintas Pustaka, 2007), hlm. 150
(4) Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada<br />
pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama<br />
(5) Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus<br />
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya<br />
atau terjadi sebaliknya demi tercapaiya citra positif bagi kedua belah<br />
pihak. . 24<br />
Sedangkan dalam bukunya School Public Relations, Kindred Leslie,<br />
mengemukakan:<br />
School ralations is a process of communication between the school<br />
and community for purpose of the increasing citizen understanding of<br />
educational needs and practices and encauraging inteligent citizen<br />
interest and cooperation in the work of improving the school” 25<br />
Yang berarti bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu<br />
proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat dengan tujuan untuk<br />
meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang kebutuhan dari<br />
praktek pendidikan serta mendorong minat dan kerja sama para anggota<br />
masyarakat dalam rangka usaha memperbaiki sekolah.<br />
Sebagai kegiatan manajemen, hubungan masyarakat difungsikan untuk<br />
mendukung dan memelihara jalur bersama bagi komunikasi, pengertian,<br />
penerimaan dan kerja sama antara organisasi dengan publiknya. Hubungan<br />
masyarakat dapat didefinisikan sebagai komunikasi dua arah secara timbal<br />
balik antara organisasi dengan publik dalam rangka mendukung fungsi dan<br />
tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama dan<br />
24 Ibid. hlm. 151.<br />
25 Piet Sahertian. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Surabaya: Usaha<br />
Nasional. hlm. 233.
memenuhi kepentingan bersama. Jadi hubungan masyarakat pada prinsipnya<br />
merupakan kegiatan komunikasi antara organisasi dengan masyarakat<br />
dalam arti luas. 26<br />
Sekolah dan masyarakat merupakan partnership dalam berbagai<br />
aktivitas yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, diantaranya:<br />
(1) Sekolah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam<br />
menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan pribadi peserta didik.<br />
(2) Sekolah dengan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerja<br />
sama dengan masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembaruan<br />
tetapi juga dalam menerima berbagai konsekuensi dan dampaknya,<br />
serta mencari alternatif pemecahannya.<br />
(3) Sekolah dengan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil<br />
bagian serta bantuan dalam pendidikan di sekolah, untuk<br />
mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai dengan<br />
harapan peserta didik. 27<br />
2. Tujuan Hubungan Sekolah dan Masyarakat<br />
berikut:<br />
Tujuan hubungan sekolah dan masyarakat dapat diuraikan sebagai<br />
(1) Mengembangkan pembinaan pengertian masyarakat tentang semua<br />
aspek/bidang pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Pemahaman<br />
program yang dilakukan di sekolah sangat penting diketahui orang tua<br />
dan masyarakat dengan tujuan agar mereka termotivasi untuk bisa<br />
26 Imron Siregar, dkk. op. cit. hlm. 64-65.<br />
27 E. Mulyasa, op. cit. hlm 172
memberikan bantuan yang maksimal terhadap terlaksananya program-<br />
program sekolah tersebut.<br />
(2) Menampung harapan-harapan tentang tujuan pendidikan di<br />
sekolah.Tujuan sekolah perlu diketahui dan disepakati bersama oleh<br />
pihak sekolah dan masyarakat melalui pertemuan rutin antara sekolah<br />
dengan masyarakat/orang tua murid.<br />
(3) Memperoleh partisipasi, dukungan dan bantuan secara konkrit dari<br />
masyarakat baik berupa tenaga, sarana, maupun dana demi kelancaran<br />
dan tercapainya tujuan pendidikan.<br />
(4) Mengikutsertakan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang<br />
dihadapi sekolah. 28<br />
Sutuino mengemukakan maksud hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat: (1) untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-<br />
maksud dan saran-saran dari sekolah; (2) untuk menilai program sekolah; (3)<br />
untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam memenuhi<br />
kebutuhan-kebutuhan anak didik; (4) untuk mengembangkan kesadaran<br />
tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan; (5) untuk<br />
membnagun dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sekolah;<br />
(6) untuk memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah; (7) untuk<br />
mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan dan peningkatan<br />
program sekolah. 29<br />
28 Ibid. hlm. 65-67.<br />
29 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 164.
Dengan memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah<br />
diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu<br />
meningkatnya kinerja sekolah dan terlaksananya proses pendidikan di<br />
sekolah secara produktif, efektif dan efisien sehingga menghasilkan lulusan<br />
yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari<br />
penguasaan peserta didik terhadap berbagai kompetensi dasar yang dapat<br />
dijadikan bekal untuk bekerja di dunia usaha, melanjutkan pendidikan pada<br />
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, hidup di masyarakat secara layak, dan<br />
belajar untuk terus meningkatkan diri sesuai dengan asas belajar sepanjang<br />
hayat (life long learning). 30<br />
3. Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />
Untuk mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat diperlukan<br />
manajemen yang baik, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.<br />
Berkaitan dengan pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat<br />
tersebut ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan sekolah yaitu:<br />
a. Perencanaan Program kerjasama antara sekolah dengan<br />
masyarakat<br />
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses<br />
pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada<br />
masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. 31 Untuk<br />
mengembangkan suatu rencana, seseorang harus mengacu ke masa<br />
depan (forecast) atau menentukan pengaruh pengeluaran biaya atau<br />
30 E. Mulyasa, op. cit., hlm 166-167.<br />
31 Ibrahim Bafadal, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar (Jakarta: PT Bumi<br />
Aksara, 2006), Hlm. 42.
keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil akhir,<br />
mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun<br />
program yakni menetapkan prioritas dan urutan strategi, anggaran<br />
biaya atau alokasi sumber-sumber, menetapkan prosedur kerja dengan<br />
metode yang baru dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa<br />
aturan dan ketentuan. 32 Menurut banyak pakar manajemen,<br />
perencanaan yang baik adalah:<br />
1) Dibuat oleh orang-orang yang memahami organisasi;<br />
2) Dibuat oleh orang-orang yang memahami perencanaan;<br />
3) Disertai dengan rincian yang teliti;<br />
4) Tidak terlepas dari pemikiran pelaksanaan;<br />
5) Terdapat tempat pengambilan resiko;<br />
6) Sederhana, luwes dan praktis;<br />
7) Di dasarkan pada keadaan nyata masa kini dan masa depan;<br />
8) Dibuat bersama;<br />
9) Direkomendasi oleh penguasa tertinggi. 33<br />
Perencanaan merupakan sebuah proses memikirkan dan<br />
menetapkan kegiatan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu<br />
perencanaan merupakan sebuah proses, ada beberapa langkah yang<br />
harus ditempuh dalam membuat perencanaan yaitu:<br />
1) Memperkirakan masa depan;<br />
2) Menganalisis kondisi lembaga;<br />
3) Merumuskan tujuan secara operasional;<br />
4) Mengumpulkan data atau informasi;<br />
5) Menganalisis data atau informasi;<br />
6) Merumuskan dan menetapkan alternatif progran;<br />
7) Menetapkan perkiraan pelaksanaan program;<br />
8) Menyusun jadwal pelaksanaan program. 34<br />
32 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja<br />
Rosdakarya, 2006), Hlm. 33.<br />
33 Ibid..<br />
34 Ibid..
Dalam merencanakan program kerjasama antara sekolah dengan<br />
masyarakat ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan sekolah<br />
sebelum menetapkan bentuk kerja sama tersebut yaitu:<br />
1) Sekolah harus mengetahui potensi-potensi yang dimiliki baik<br />
mengenai guru, anak didik, sarana prasarana maupun partisipasi<br />
masyarakat yang sudah ada (digunakan) maupun yang masih dapat<br />
digali/dikembangkan di masa yang akan datang. Dengan<br />
mengetahui potensi yang dimiliki sekolah dapat membuat analisis<br />
kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan<br />
sekolah.<br />
2) Dari analisa kebutuhan keterlibatan masyarakat tersebut sekolah<br />
dapat menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari hubungan<br />
kerjasama dengan masyarakat tersebut.<br />
3) Setelah menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam hubungan<br />
kerjasama tersebut sekolah melakukan identifikasi kegiatan apa<br />
saja yang akan dilaksanakan dan menentukan skala prioritas<br />
sesuai dengan kepentingan dan faktor-faktor situasional dan<br />
kondisional yang ada.<br />
4) Langkah selanjutnya adalah membuat penjadwalan terhadap<br />
kegiatan kerjasama yang telah diprioritaskan tersebut serta<br />
mengalokasikan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan tersebut. 35<br />
35 Norhapni, “Proses Pengelolaan Humas (Studi Kasus di SDN Purwantoro <strong>Malang</strong>)”,<br />
Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri <strong>Malang</strong>, 2005, Hlm. 49.
. Pelaksanaan Program Kerjasama Antara Sekolah Dengan<br />
Masyarakat<br />
Implementasi atau pelaksanaan program membutuhkan cara/kiat<br />
tersendiri, sehingga pengalaman dan intuisi dari pengelola program<br />
seringkali memberikan penguatan terhadap keberhasilan pelaksanaan<br />
kegiatan. Dalam implementasi ini diperlukan kecermatan, kejelian, dan<br />
khususnya keseriusan dari semua pihak khususnya para pengelola.<br />
Pelaksanaan program membutuhkan penggerakan yang pada<br />
dasarnya merupakan fungsi manajemen yang kompleks dan ruang<br />
lingkupnya cukup luas serta berhubungan erat dengan sumber daya<br />
manusia. Pentingnya usaha penggerakan didasarkan pada alasan<br />
bahwa, usaha-usaha perencanaan bersifat vital tapi tak ada output yang<br />
kongkrit yang dihasilkan tanpa adanya implementasi aktivitas yang<br />
diusahakan dan diorganisasikan dalam suatu tindakan actuating atau<br />
usaha yang menimbulkan action. 36<br />
c. Pengawasan dan Evaluasi Program Kerjasama Antara Sekolah<br />
Dengan Masyarakat<br />
Pemantauan atau monitoring merupakan bentuk lain dari<br />
evaluasi pada saat berlangsungnya kegiatan yang bertujuan untuk<br />
melihat dan mengkaji program keberhasilan program dan memberikan<br />
feedback terhadap pelaksanaan kegiatan. 37<br />
36 Marno. op. cit, hlm. 33.<br />
37 Ibid. hlm. 162.
Kimbrough dan Nunnery mengartikan pengawasan sebagai<br />
proses memonitor kegiatan-kegiatan. Tujuannya untuk menentukan<br />
harapan-harapan yang secara nyata dan melakukan perbaikan-<br />
perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.<br />
Harapan-harapan yang dimaksud adalah tujuan-tujuan yang telah<br />
ditetapkan untuk dicapai dan program-program yang telah<br />
direncanakan untuk dilakukan dalam periode tertentu. Dengan<br />
demikian pengawasan dalam konteks pendidikan itu merupakan proses<br />
memonitor kegiatan-kegiatan untuk mengetahui program-program<br />
lembaga pendidikan yang telah diselesaikan dan tujuan-tujuan yang<br />
telah dicapai. 38<br />
Berdasarkan konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat<br />
dikemukakan bahwa pengawasan pada dasarnya merupakan<br />
pengendalian performa sebuah lembaga. Tujuannya agar performa<br />
lembaga tersebut tidak menyimpang dari tujuan, program, prosedur-<br />
prosedur aturan-aturan dan prinsip-prinsip kelembagaan. 39 Pengawasan<br />
yang baik adalah pengawasan yang mampu mengendalikan performa<br />
organisasi menuju pencapaian tujuan organisasi, dengan tidak<br />
mengesampingkan kepentingan-kepentingan individual anggota<br />
organisasi. 40<br />
Setiap organisasi melakukan kegiatan mengawas atau<br />
mengontrol. Kegiatan ini mereka lakukan dengan maksud agar:<br />
38<br />
Ibrahim Bafadal. op. cit., hlm. 46.<br />
39<br />
Ibid. hlm. 47<br />
40<br />
Ibid. hlm. 46.
1) Perilaku personalia organisasi mengarah ke tujuan organisasi, buka<br />
semata-mata ke tujuan individual masing-masing<br />
2) Agar tidak terjadi penyimpangan yang berarti antara rencana<br />
dengan pelaksanaan. 41<br />
Pengawasan dan penilaian kinerja terhadap hubungan kerja sama<br />
yang telah dilakukan sangat diperlukan guna mengetahui sejauh mana<br />
rencana dan tujuan yang ditetapkan sebelumnya telah tercapai. Hal ini<br />
sangat diperlukan guna penyusunan kembali program kerja<br />
selanjutnya. Beberapa langkah yang dilakukan dalam pengawasan dan<br />
penilaian kinerja ini adalah sebagai berikut:<br />
1) Menetapkan standar/patokan mengenai keberhasilan dan kegagalan<br />
hubungan kerja sama tersebut dengan menetapkan terget yang<br />
ingin dicapai.<br />
2) Melakukan pengukuran terhadap kerjasama yang dilakukan guna<br />
menindak lanjuti kerjasama tersebut.<br />
3) Melakukan perbandingan hasil pengukuran dengan stndar/target<br />
yang ingin dicapai. Melalui perbandingan ini kita dapat melihat<br />
keberhasilan atupun kegagalan yang terjadi. Kemudian berdasarkan<br />
hasil perbandingan tersebut kita mengadakan perbaikan terhadap<br />
kekurangan/kegagalan yang ada ataupun mengadakan peningkatan<br />
terhadap keberhasilan yang telah dicapai. 42<br />
41 Made Pidarta, op. cit,. hlm. 158.<br />
42 Norhapni, op.cit., hlm. 56-57.
Tujuan suatu program adalah mencapai efisiensi dan efektivitas.<br />
Evaluasi yang dilakukan pada akhir program memiliki dua macam<br />
sasaran atau bentuk:<br />
1) Evaluasi dampak atau efek yang terjadi pada masyarakat. Evaluasi<br />
jenis ini pada umumnya dilakukan setelah masa tertentu program<br />
partisipasi berlangsung (1 atau 2 tahun). Evaluasi ini bertujuan<br />
melihat bagaimana keberlangsungan program (kontinuitas) atau<br />
dampak perubahan dalam masyarakat.<br />
2) Evaluasi akhir program, bertujuan untuk mengidentifikasi dan<br />
mengkaji tujuan program apa saja yang telah tercapai dan belum<br />
tercapai; dan mengkaji dampak program terhadap tingkat<br />
partisipasi, baik berupa tingkat keterlibatan masyarakat, besarnya<br />
biaya, jumlah murid, dst. 43<br />
4. Bentuk-Bentuk Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat<br />
a. Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga masyarakat.<br />
Bentuk hubungan ini bisa individual, bisa pula organisatoris.<br />
1) Secara individual:<br />
a) Orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi maupun untuk<br />
pemecahan masalah anaknya.<br />
b) Secara sukarela orang tua datang ke sekolah menyampaikan<br />
saran-saran bahkan sumbangan untuk kemajuan sekolah.<br />
Sebagai contoh: seseorang pensiunan pustakawan secara<br />
43 Marno, op. cit., hlm. 162-163.
sukarela datang ke sekolah untuk ”pembenahan” perpustakaan<br />
sekolah.<br />
2) Secara Organisasi melalui Komite sekolah atau dewan pendidikan<br />
Organisasi ini akan lebih efektif bila sekolah mampu<br />
menggerakkan dan memanfaatkan potensi yang ada dikalangan<br />
orang tua, contohnya:<br />
a) Para Dokter untuk duduk pada seksi UKS bahkan untuk<br />
mendirikan poliklinik sekolah.<br />
b) Para Insinyur untuk memberikan saran-saran dalam<br />
pembangunan sekolah.<br />
c) Para Tokoh Pendidikan dan anggota masyarakat lainya dalam<br />
upaya peningkatan mutu dan “merebut” tempat pada sekolah<br />
yang lebih tinggi (seksi peningkatan akademis) maupun untuk<br />
ketrampilan dan kurikulum muatan lokal.<br />
d) Para Pejabat dalam bidang keamanan untuk peningkatan<br />
ketahanan sekolah (seksi peningkatan ketahanan sekolah)<br />
seperti: penyuluhan tentang narkoba dan miras.<br />
e) Para Profesional, pejabat dan pengusaha lainnya yang juga<br />
akan dengan sukarela membantu sekolah demi kepentingan<br />
anak-anaknya.<br />
f) Para pemuka agama untuk peningkatan Imtaq (iman dan<br />
taqwa).
. Hubungan Sekolah dengan Alumni<br />
Dari para alumni, sekolah memperoleh masukan tentang kekurangan<br />
sekolah yang perlu dibenahi, upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk<br />
perbaikan. Juga melalui alumni dapat menghimpun dana bagi<br />
peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan maupun perbaikan<br />
pembangunan sekolah. Bahkan mengundang para alumni itu sendiri<br />
untuk menyampaikan pengalaman keberhasilannya untuk motivasi<br />
atau menularkan pengetahuannya untuk penyegaran dan tambahan<br />
wawasan bukan hanya untuk para siswa tetapi juga para guru dan<br />
warga sekolah lainya.<br />
c. Hubungan dengan Dunia Usaha/Dunia Kerja.<br />
Pelaksanaanya:<br />
1) Mengundang tokoh yang berhasil untuk datang ke sekolah.<br />
2) Mengirim para anak didik ke dunia usaha/dunia kerja.<br />
d. Hubungan dengan instansi lain<br />
1) Hubungan dengan Sekolah lain:<br />
2) Hubungan dengan Lembaga/Badan-badan Pemerintahan swasta. 44<br />
Dalam rangka menggalang partisipasi masyarakat, Depdiknas<br />
mengemukakan bahwa sekolah dapat:<br />
1. Melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan<br />
lingkungan, dan membantu lalu lintas di sekitar sekolah. Program<br />
44 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan (Yogyakarta: Aditya<br />
Media dan Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), hlm. 362-364.
sederhana seperti itu, secara perlahan tapi pasti akan menumbuhkan<br />
simpati masyarakat.<br />
2. Mengadakan open house yang memberi kesempatan masyarakat luas<br />
untuk mengetahui program dan kegiatan sekolah.<br />
3. Mengadakan buletin sekolah, majalah atau lembar informasi yang secara<br />
berkala memuat kegiatan dan program sekolah, untuk diinformasikan<br />
kepada masyarakat.<br />
4. Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu<br />
program sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di sekitar<br />
sekolah.<br />
5. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam<br />
perayaan hari nasional dan keagamaan. 45<br />
B. Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan<br />
1. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan<br />
a. Visi<br />
Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan bagi sekolah<br />
dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Dengan<br />
kata lain, visi adalah pandangan jauh kedepan kemana sekolah akan<br />
dibawa. 46<br />
Adapun visi di Sekolah Menengah Kejuruan berdasarkan<br />
keputusan Direktorat Pembinaan SMK adalah terwujudnya SMK<br />
bertaraf internasional, menghasilkan tamatan yang memiliki jati diri<br />
45 Ibid, hlm. 174-175.<br />
46 Marno, op. cit., hlm. 83.
angsa, mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di<br />
b. Misi<br />
pasar global. 47<br />
Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi<br />
tersebut. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk<br />
memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai<br />
indikatornya. 48 Adapun misi di Sekolah Menengah Kejuruan<br />
berdasarkan keputusan Direktorat Pembinaan SMK adalah:<br />
1) Meningkatkan profesionalisme dan good governance SMK sebagai<br />
pusat pembudayaan kompetensi;<br />
2) Meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan (8 SNP);<br />
3) Membangun dan memberdayakan SMK bertaraf internasional<br />
sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki jati diri bangsa dan<br />
keunggulan kompetitif di pasar nasional dan global;<br />
4) Memberdayakan SMK untuk mengembangkan potensi lokal<br />
menjadi keunggulan komparatif;<br />
5) Memberdayakan SMK untuk mengembangkan kerjasama dengan<br />
industri, PPPG, LPMP, dan berbagai lembaga terkait;<br />
6) Meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan<br />
kejuruan yang bermutu. 49<br />
c. Tujuan<br />
Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan<br />
tujuan. Tujuan merupakan ”apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh<br />
sekolah yang bersangkutan dan ”kapan” tujuan akan dicapai. Jika visi<br />
dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang, maka tujuan<br />
dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikian tujuan<br />
47 Direktorat Pembinaaan SMK, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan<br />
Menengah Sekolah Menengah Kejuruan. Visi, Misi dan Tujuan SMK (http: www. Google. com.<br />
Ditpsmk.net/?page=content;3-15k, diakses tanggal 6 Maret 2009)<br />
48 Marno, op. cit., hlm. 83<br />
49 Direktorat Pembinaaan SMK, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan<br />
Menengah Sekolah Menengah Kejuruan. Loc. cit.,
pada dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang<br />
telah dicanangkan. Adapun misi di Sekolah Menengah Kejuruan<br />
berdasarkan keputusan Direktorat Pembinaan SMK adalah:<br />
1) Mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan yang akuntabel<br />
sebagai pusar pembudayaan kompetensi berstandar nasional;<br />
2) Mendidik sumber daya manusia yang mempunyai etos kerja dan<br />
kompetensi berstandar internasional;<br />
3) Memberikan berbagai layanan pendidikan kejuruan yang<br />
permeabel dan fleksibel secara terintegrasi antara jalur dan<br />
jenjang pendidikan;<br />
4) Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan;<br />
5) Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing<br />
bangsa. 50<br />
2. Pengertian Mutu Pendidikan<br />
Manajemen sekolah dipandang berhasil jika mampu mengangkat<br />
derajat mutu proses dan produk pendidikan dan pembelajaran. Dalam<br />
pengertian umum, mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu<br />
produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa. Barang dan jasa<br />
pendidikan itu bermakna dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.<br />
Menurut Goetsch dan Davis mutu merupakan suatu kondisi dinamis<br />
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan<br />
yang memenuhi atau melebihi harapan. 51 Suatu barang disebut bermutu<br />
bila barang tersebut memenuhi tujuan pembuatannya (fit their purpose).<br />
Mutu pendidikan dengan definisi relatif mempunyai dua aspek yaitu:<br />
a) Pengukuran kemampuan lulusan sesuai dengan tujuan sekolah yang<br />
ditetapkan dalam kurikulum.<br />
50 Ibid..<br />
51 Siswanto, Pengantar Manajemen (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Hlm. 195.
) Pengukuran terhadap pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pelanggan,<br />
yaitu orang tua siswa dan masyarakat. 52<br />
Pengukuran mutu lulusan suatu sekolah berdasarkan kompetensi yang<br />
ditetapkan dalam kurikulum disebut quality in fact. Dari sisi pelanggan<br />
yaitu orang tua siswa dan masyarakat, mutu pendidikan dapat didefinisikan<br />
sebagai pemenuhan selera dan kebutuhan pelanggan dengan sebaik-<br />
baiknya, sehingga dapat meningkatkan keinginan, minat dan kebutuhan<br />
mereka, dan disebut sebagai quality in preception. Standar yang dipakai<br />
dalam pengukuran quality in fact adalah standar proses dan pelayanan<br />
yaitu yang sesuai dengan spesifikasi dalam perencanaan, cocok dengan<br />
tujuan pendidikan dan dilaksanakan dengan zero defects (tanpa kesalahan)<br />
atau right first time and every time. Standar yang dipakai dalam<br />
pengukuran quality in perception adalah standar pelanggan, yaitu kepuasan<br />
pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan,<br />
yaitu orang tua siswa dan masyarakat lingkungan sekolah. 53<br />
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,<br />
proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa<br />
sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia,<br />
seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha dan siswa. Kedua,<br />
memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga,<br />
buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga,<br />
memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak,<br />
52 Hari Suderadjat, op. cit., Hlm. 2.<br />
53 Ibid., hlm. 2-3
seperti peraturan, struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur<br />
organisasi. Keempat mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan,<br />
seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita. 54<br />
Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan<br />
sumber daya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi<br />
untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal-hal<br />
yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan ini adalah derajat<br />
kesehatan, keamanan, disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan,<br />
dan lain-lain dari subjek selama memberikan dan menerima jasa layanan.<br />
Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan<br />
keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang<br />
dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan<br />
program pembelajaran tertentu. Keunggulam akademik dinyatakan dengan<br />
nilai yang dicapai oleh peserta didik. Keunggulan ekstrakurikuler<br />
dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh siswa selama<br />
mengikuti program ekstrakurikuler. Di luar kerangka itu, mutu luaran juga<br />
dapat dilihat dari nilai-nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk<br />
maju, dan lain-lain yang diperoleh anak didik selama menjalani<br />
pendidikan. 55<br />
54 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Demokrasi ke Lembaga<br />
Akademik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Hlm 53.<br />
55 Ibid., hlm. 54.
3. Prinsip-Prinsip Mutu Pendidikan<br />
Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program<br />
mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:<br />
a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional<br />
dalam bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan<br />
alat yang dapat digunakan oleh para profesional pendidikan dalam<br />
memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita.<br />
b. Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah<br />
ketidakmampuan mereka dalam menghadapi ’kegagalan sistem” yang<br />
mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau<br />
proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.<br />
c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.<br />
Norma dan kepercayaan lama harus dirubah. Sekolah harus belajar<br />
bekerja sama dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional<br />
pendidikan harus membantu para siswa dalam mengembangkan<br />
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guna bersaing di dunia<br />
global.<br />
d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu<br />
pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas<br />
dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat<br />
pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas dan<br />
rekognisi.
e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada<br />
perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen<br />
pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka<br />
menentukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan<br />
kualitas layanan pendidikan.<br />
f. Banyak profesional dibidang pendidikan yang kurang memiliki<br />
pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki<br />
pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan atau<br />
takut melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan<br />
bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.<br />
g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat<br />
dipakai secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan<br />
penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan<br />
dan proses kerja tiap organisasi berbeda.<br />
h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem<br />
pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan<br />
para profesional pendidikan dapat memperlihatkan dan<br />
mendokumentasikan niali tambah dari pelaksanaan program<br />
peningkatan mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun<br />
masyarakat.<br />
i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari<br />
kebiasaan menggunakan ”program singkat”, peningkatan mutu dapat
dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-<br />
program singkat. 56<br />
4. Ciri Sekolah Yang Bermutu<br />
Merujuk pada Edward Sallis, sekolah yang bermutu bercirikan<br />
sebagai berikut:<br />
a. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun<br />
eksternal. Pada sekolah yang bermutu, totalitas perilaku staf, tenaga<br />
akademik dan pimpinan melakukan tugas pokok dan fungsi untuk<br />
memenuhi pelanggan.<br />
b. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul,<br />
dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.<br />
c. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya.<br />
d. Sekolah mempunyai strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat<br />
pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.<br />
e. Sekolah mengelola atau memberlakukan keluhan sebagai umpan balik<br />
untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai<br />
instrumen untuk berbuat benar pada peristiwa atau kejadian<br />
berikutnya.<br />
f. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai<br />
kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun<br />
jangka panjang.<br />
g. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua<br />
orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya.<br />
h. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas,<br />
mampu menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat<br />
bekerja secara berkualitas.<br />
i. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang,<br />
termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horizontal.<br />
j. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.<br />
k. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai<br />
sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.<br />
l. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya<br />
kerja.<br />
m. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus-menerus<br />
sebagai suatu keharusan. 57<br />
56 Nana Syaodih S, dkk. op. cit., Hlm. 9-11.<br />
57 Sudarwan Danim, op. cit., hlm. 54-55.
5. Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan<br />
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan<br />
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama<br />
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan<br />
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan<br />
kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan<br />
persatuan nasional. 58<br />
Muhaimin dkk, menjelaskan bahwa:<br />
”Di dalam GBPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam<br />
kurikulum 1999, tujuan PAI yaitu: ”agar siswa memahami,<br />
menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam sehingga<br />
menjadi manusia muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah Swt<br />
dan berakhlak mulia”. Rumusan tujuan PAI mengandung pengertian<br />
bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami<br />
oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni<br />
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai<br />
yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke<br />
tahapan afeksi, , yakni terjadi proses internalisasi ajaran dan nilai<br />
agama ke dalam diri siswa sehingga dari tahap afeksi ini diharapkan<br />
dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk<br />
mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik)<br />
yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan<br />
terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak<br />
mulia”. 59<br />
Hasil pendidikan yang bermutu adalah terbentuknya manusia<br />
seutuhnya dan menghasilkan lulusan yang berkemampuan.<br />
Bagi umat muslim, profil manusia seutuhnya, secara filosofik sesuai<br />
dengan petunjuk Allah Swt, yaitu sosok insan ulil-albab yang telah<br />
diterangkan dalam QS. Ali-Imron ayat 190:<br />
58 Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama<br />
Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Hlm. 75-76.<br />
59 Ibid., hlm. 79.
āχÎ) ’Îû È,ù=yz ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#uρ É#≈n=ÏF÷z$#uρ È≅øŠ©9$# Í‘$pκ¨]9$#uρ ;M≈tƒUψ ’Í
$y㕃r'‾≈tƒ š⎥⎪Ï%©!$# (#θãΖtΒ#u (#θè=äz÷Š$# ’Îû ÉΟù=Åb¡9$#<br />
Zπ©ù!$Ÿ2 Ÿωuρ (#θãèÎ6®Ks? ÅV≡uθäÜäz<br />
Ç⎺≈sÜø‹¤±9$# 4 …çµ‾ΡÎ) öΝà6s9 Aρ߉tã ×⎦⎫Î7•Β ∩⊄⊃∇∪<br />
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam<br />
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.<br />
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” 63<br />
Seorang muslim yang kaaffah akan mengimani seluruh ayat-ayat suci<br />
Al-Qur’an dengan mengucapkannya secara lisan (kognitif), meyakinkan<br />
dengan hati (afektif) dan mengamalkannya dalam kehidupan (psikomotorik).<br />
Dengan demikian bagi ummat muslim, sosok manusia seutuhnya adalah<br />
seorang muslim yang kaaffah, sosok insan ulil albab, yaitu seorang yang<br />
berilmu, dengan kepribadian yang integral (integrated personality). 64<br />
Menurut Hari Suderadjat di dalam ketentuan umum Undang-undang<br />
Sisdiknas Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa:<br />
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan<br />
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara<br />
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual<br />
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,<br />
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan<br />
negara.” 65<br />
Definisi tersebut merupakan definisi yang dikemukakan oleh para<br />
pakar pendidikan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia<br />
melalui pembelajaran dalam bentuk aktualisasi potensi peserta didik<br />
menjadi kemampuan atau kompetensi. Kemampuan yang harus dimiliki,<br />
pertama adalah kekuatan spiritual keagamaan, atau nilai-nilai keagamaan<br />
63 Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 25.<br />
64 Hari Suderadjat, op. cit., hlm 4.<br />
65<br />
Ibid., hlm. 5
yang tergambar dalam kemampuan pengendalian diri dan pembentukan<br />
kepribadian yang dapat diamalkan dalam bentuk akhlak mulia, sebagai<br />
suatu aktualisasi potensi emosional (EQ). Kedua, adalah kompetensi<br />
akademik sebagai aktualisasi potensi intelektual (IQ), dan ketiga adalah<br />
kompetensi psikomotorik (PM) yang dikembangkan dari potensi indrawi<br />
atau potensi fisik. 66<br />
Adapun kebijaksanaan yang harus dijadikan arahan dalam<br />
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: pertama,<br />
Pendidikan Agama Islam harus mampu mengembangkan akidah sebagai<br />
landasan keberagamaan siswa dalam meningkatkan iman, taqwa, dan akhlak<br />
mulia; kedua, Pendidikan Agama Islam harus mengembangkan konsep<br />
keterpaduan antara ketercapaian kemampuan yang bersifat kognitif, afektif,<br />
maupun psikomotorik. Pendidikan Agama Islam bukan hanya bersifat<br />
hafalan, melainkan juga praktik dan amalan; ketiga, Pendidikan Agama<br />
Islam harus mampu mengajarkan agama sebagai landasan dasar dan<br />
inspirasi siswa untuk mengembangkan bidang keilmuan dari semua mata<br />
pelajaran dan bahan kajian yang diajarkan di sekolah; keempat, Pendidikan<br />
Agama Islam harus dapat menjadi landasan moral dan etika sosial dalam<br />
kehidupan sehari-hari siswa. 67<br />
Mutu Pandidikan Agama Islam berdasarkan petunjuk Allah Swt<br />
adalah pendidikan yang menghasilkan kemampuan atau kompetensi<br />
66 Ibid., hlm. 6.<br />
67 Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: PT<br />
Raja Grafindo Persada, 2005), Hlm. X-XI
dalam bentuk integrasi afektif, kognitif dan psikomotorik, atau integrasi<br />
iman, ilmu dan amal secara menyeluruh.
A. Jenis Penelitian<br />
BAB III<br />
METODOLOGI PENELITIAN<br />
Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni “Manajemen Hubungan<br />
Sekolah Dengan Masyarakat Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan<br />
Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>” maka penelitian ini dilakukan dengan<br />
menggunakan pendekatan metode (Qualitative Research) penelitian kualitatif,<br />
maksudnya adalah dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan<br />
berupa angka-angka, melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah<br />
wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen<br />
resmi lainnya. 68 Kualitatif yaitu prosedur penelitian yang mana peneliti<br />
menggambarkan data hasil penelitian dengan kata-kata atau kalimat yang<br />
dipisah-pisah menurut kategori dan dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.<br />
Setelah dianalisis data yang dihasilkan dari penelitian akan dideskripsikan.<br />
Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena<br />
peneliti berusaha mendeskripsikan/menceritakan bagaimanan manajemen<br />
hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam. Dalam penelitian deskriptif ini peneliti berusaha<br />
memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian, untuk<br />
kemudian digambarkan atau dilukiskan sebagaimana adanya. Penelitian<br />
deskriptif bertujuan:<br />
68 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,<br />
2005), hlm. 5
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala<br />
yang ada.<br />
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek<br />
yang berlaku.<br />
c. Membuat perbandingan atau evaluasi.<br />
d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi<br />
B. Lokasi Penelitian<br />
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk<br />
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 69<br />
Lokasi penelitian yang dijadikan obyek kajian dalam penyusunan<br />
skripsi ini adalah SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Jl. Raya Tlogomas IX/29 Kota<br />
<strong>Malang</strong> 65144. Tlp. (0341) 554383. Lokasi ini memungkinkan<br />
mempermudah peneliti untuk melakukan penelitian dan observasi karena<br />
letaknya yang strategis dan merupakan sekolah unggulan di Kota <strong>Malang</strong>.<br />
C. Kehadiran Peneliti<br />
Kehadiran peneliti sebagai pengamat penuh dan mengawasi obyek<br />
penelitian serta mengadakan wawancara langsung dengan kepala sekolah,<br />
guru Pendidikan Agama Islam, murid dan staf karyawan di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong>. Sebagai subyek penelitian mereka mengetahui kehadiran peneliti<br />
selama proses penelitian.<br />
69 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:<br />
Galia Indonesia, 2002), hlm 22
D. Data dan Sumber Data<br />
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif sebagaimana yang<br />
diungkapkan Lofland dan Lofland adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya<br />
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada<br />
bagian ini jenis datanya di bagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data<br />
tertulis, foto, dan statistik. 1 Dalam penelitiani ini peneliti mengambil sumber<br />
data melalui (1) Sumber data dari manusia yaitu informan yang diprediksi<br />
mengetahui benar tentang hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain:<br />
Kepala Sekolah, anggota komite sekolah di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> (orang tua<br />
wali murid, para tokoh masyarakat, pakar pendidikan, organisasi profesi,<br />
tenaga pendidik, perwakilan siswa, dan perwakilan alumni yang telah dewasa)<br />
jumlah informan ini diambil 5 orang, serta Guru Pendidikan Agama Islam di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, jumlah informan ini diambil 2 orang; (2) Sumber data<br />
non manusia, terdiri dari dokumen-dokumen, foto-foto, catatan (tulisan) atau<br />
gambar-gambar kegiatan tertentu yang melibatkan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam.<br />
Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua hal,<br />
yaitu sebagai berikut:<br />
1. Data primer<br />
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di<br />
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan<br />
yang memerlukannya. Data primer ini, disebut juga data asli atau data<br />
1 Lexy J. Moleong, op. cit., Hlm. 157.
aru. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah data dari<br />
wawancara.<br />
1. Data sekunder<br />
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh<br />
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. 70<br />
Dan yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang<br />
rencana strategi, dokumen-dokumen menyangkut profil sekolah, struktur<br />
organisasi dan kelembagaan, serta dokumen yang terkait dengan program<br />
hubungan sekolah dan masyarakat.<br />
E. Teknik Pengumpulan Data<br />
Dalam dunia ilmiah dikenal semboyan: “Yakinlah orang secara logis<br />
dengan kerangka teoritis dan kerangka berpikir, serta buktikanlah secara<br />
empiris dengan pengumpulan data yang relevan”. Teknik pengumpulan data<br />
terdiri atas: (1) observasi (observation), (2) wawancara (interview), (3)<br />
angket (questionary) dan (4) dokumentasi. 71 Adapun dalam penelitian ini,<br />
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:<br />
a. Observasi<br />
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis<br />
mengenai fenomena sosial denagn gejala-gejala psikis untuk kemudian<br />
dilakukan pencatatan. 72 Panduan observasi digunakan untuk mendapatkan<br />
data hasil pengamatan. Pengamatan data bisa dilakukan terhadap benda,<br />
70<br />
M. Iqbal Hasan, op. cit., hlm 82<br />
71<br />
Husaini Usman dan Purnomo S, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi<br />
Aksara, 2006), Hlm.54.<br />
72<br />
P. Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktek (PT. Rineka Cipta,<br />
2004), Hlm. 63.
keadaan, situasi, kegiatan, proses atau penampilan tingkah laku seseorang.<br />
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan serta<br />
evaluasi program hubungan sekolah dengan masyarakat di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong>.<br />
b. Interview/wawancara<br />
Menurut Suharsimi Arikunto “metode interview sering disebut juga<br />
dengan wawancara/kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan<br />
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara” 73<br />
Dalam melaksanakan wawancara untuk mencari data digunakan<br />
pertanyaan-pertanyan yang memerlukan jawaban berupa informasi.<br />
Sebelum dimulai wawancara pertanyaan dipersiapkan terlebih dahulu<br />
sesuai dengan tujuan penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa<br />
wawancara tersebut dilakukan.<br />
Adapun tehnik wawancara ini peneliti lakukan terhadap informan<br />
yang terkait langsung dengan obyek penelitian atau fokus penelitian yang<br />
akan digali seperti; kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, staf<br />
karyawan, siswa, wali murid, dan informan lain yang terkait dengan<br />
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program hubungan sekolah<br />
dengan masyarakat. Jawaban dari informan, didokumentasikan kemudian<br />
disusun dengan susunan tertentu menurut garis besar analisis.<br />
73 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta2006.<br />
Hlm. 227-230.
c. Dokumentasi<br />
Menurut Suharsimi Arikunto “metode dokumentasi adalah mencari<br />
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku-<br />
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya”. 74<br />
Salah satu cara penggalian data ialah dilakukan dengan cara<br />
menelaah arsip-arsip dan rekaman. Adapun arsip-arsip yang ditelaah<br />
dalam penelitian ini ialah arsip-arsip yang disimpan di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> maupun yang berada ditangan perorangan, yang berupa dokumen-<br />
dokumen sejarah, struktur organisasi, sistem dan mekanisme kerja,<br />
peraturan-peraturan, rekaman berwujud foto. Dokumentasi digunakan<br />
untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi<br />
program hubungan sekolah dengan masyarakat. Dokumen-dokumen yang<br />
diperoleh kemudian diseleksi sesuai dengan fokus penelitian.<br />
Ketiga metode pengumpulan data diatas digunakan secara simultan,<br />
dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan data<br />
yang lain. Peneliti berusaha memperoleh keabsahan data sebaik mungkin.<br />
F. Teknik Analisis Data<br />
Sesuai dengan jenis datanya, maka peneliti menggunakan analisis<br />
deskriptif kulaitatif, yaitu pengelolaan dengan langkah-langkah sebagai<br />
berikut: setelah data terkumpul selanjutnya diidentifikasi serta dikategorikan<br />
kemudian digambarkan berdasarkan logika dengan tidak melupakan hasil<br />
dari pengamatan, wawancara dan hasil dokumentasi.<br />
74 Suharsimi Arikunto, op. cit., Hlm. 231.
1. Pengolahan Data<br />
Setelah semua data terkumpul, kemudian data diolah sebagai berikut:<br />
a. Klasifikasi Data<br />
Data yang sudah terkumpul, kemudian diidentifikasi dan<br />
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:<br />
1. Kelompok hasil pengamatan program hubungan sekolah<br />
dengan masyarakat dalam kegiatan di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
2. Kelompok hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru<br />
Pendidikan Agama Islam , staf karyawan, siswa, dan wali<br />
murid.<br />
3. Kelompok hasil dokumen yang diperoleh dari administrasi<br />
sekolah.<br />
b. Seleksi Data<br />
Peneliti menyeleksi data dari masing-masing kelompok<br />
sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini dilakukan untuk menjamin<br />
keshahihan data yang diperoleh.<br />
2. Analisis Data<br />
Analisis data penelitian dilakukan dengan dua tahap yaitu:<br />
1) Analisis data selama pengumpulan data di lapangan<br />
Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik sebagai<br />
berikut:<br />
a. Pembatasan mengenai jenis kajian yang diperoleh;<br />
b. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan;
c. Merencanakan tahapan-tahapan pengumpulan data dengan<br />
memperhatikan hasil pengamatan sebelumnya;<br />
d. Menulis catatan bagi diri sendiri mengenai hal yang dikaji.<br />
2) Analisis data setelah pengumpulan data.<br />
Untuk mendapatkan data yang relevan terhadap data yang telah<br />
terkumpul, maka peneliti menggunakan teknik, yaitu mengadakan<br />
observasi secara terus-menerus terhadap objek yang diteliti agar<br />
memahami gejala yang lebih mendalam terhadap manajemen<br />
hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam .<br />
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data<br />
Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan tehnik pemeriksaan,<br />
pelaksanaan tehnik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu.<br />
1. Kredibilitas.<br />
Kredibilitas data digunakan dalam penelitian ini untuk membuktikan<br />
kesesuaian antara hasil pengamatan dengan kenyataan di lapangan.<br />
Apakah data dan informasi yang diperoleh sesuai dengan apa yang<br />
sebenarnya terjadi dilapangan.<br />
Untuk memperoleh kredibilitas data, Moleong memberikan<br />
rekomendasi delapan teknik untuk pencapaian kredibilitas data yaitu:<br />
a. Perpanjangan keikut-sertaan;<br />
b. Ketekunan pengamatan;<br />
c. Triangulasi;<br />
d. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi;<br />
e. Analisis kasus negatif;<br />
f. Pengecekan anggota;
g. Uraian rinci; dan<br />
h. Auditing. 75<br />
Dari delapan tehnik pencapaian kredibilitas tersebut peneliti memilih<br />
langkah-langkah sebagai berikut:<br />
a. Ketekunan Pengamatan, adalah mencari secara konsisten interpretasi<br />
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang<br />
konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai<br />
pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak<br />
dapat. 76<br />
b. Triangulasi, adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang<br />
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan<br />
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 77 Menurut<br />
Patton dalam Moleong, triangulasi dengan sumber berarti<br />
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu<br />
informasi yanng diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam<br />
penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:<br />
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil<br />
wawancara,<br />
b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan<br />
apa yang dikatakannya secara pribadi,<br />
c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi<br />
75 Ibid., hlm. 327<br />
76 Ibid., hlm. 329<br />
77 Ibid., hlm. 330<br />
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan<br />
berbagai pendapat dan pandangan orang,<br />
e) Membandingkan hasil wawancara dengna isi suatu dokumen yang<br />
berkaitan 78<br />
c. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi, yaitu mendiskusikan dengan<br />
rekan sejawat yang bertujuan untuk memperoleh masukan, baik<br />
merupakan kritik, saran-saran maupun pertanyaan-pertanyaan yang<br />
tajam dan dapat menentang tingkat kepercayaan akan kebenaran<br />
penelitian. 79<br />
d. Pengecekan Anggota, yaitu, pengecekan dengan anggota yang terlibat<br />
dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan<br />
derajat kepercayaan. 80 Peneliti berusaha melibatkan informan untuk<br />
mengecek keabsahan data untuk mengkonfirmasikan antara<br />
interpretasi peneliti dengan subyek penelitian. Dalam pengecekan<br />
anggota ini tidak diberlakukan kepada semua subyek atau informan.<br />
2. Menggunakan bahan referensi<br />
Penggunaan bahan referensi sangat membantu memudahkan peneliti<br />
dalam pengecekan keabsahan data, karena dari referensi yang ada sebagai<br />
pendukung dari observasi penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.<br />
F. Tahap –Tahap Penelitian<br />
1. Tahap Pra Lapangan<br />
a. Menyusun proposal penelitian<br />
78 Ibid., hlm. 331<br />
79 Ibid., hlm. 332-333<br />
80 Ibid., hlm. 335
. Memilih lapangan penelitian<br />
Yang menjadi pertimbangan dalam memilih lapangan penelitian<br />
adalah kondisi geografis dan praktis seperti waktu, biaya, dan tenaga.<br />
Sehingga peneliti memilih SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sebagai lapangan<br />
penelitian.<br />
c. Mengurus perizinan<br />
Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melakukan penelitian di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
d. Menjajaki dan menilai lapangan<br />
Penjajakan dan penilaian lapangan dilakukan peneliti melalui<br />
kepustakaan dan mengetahui melalui orang tentang situasi dan<br />
kondisi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>. Maksud dan tujuan penjajakan<br />
lapangan adalah berusaha mengenal segala unsur lingkungan sosial,<br />
fisik, dan keadaan alam sehingga peneliti dapat mempersiapkan diri,<br />
mental maupun fisik serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.<br />
Pengenalan lapangan dimaksudkan untuk menilai keadaan, situasi,<br />
latar, dan konteksnya, apakah terdapat kesesuaian dengan masalah<br />
yang akan diteliti. 81<br />
e. Memilih dan memanfaatkan informan<br />
Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang<br />
relatif singkat banyak informasi yang terjaring, karena informan<br />
81 Ibid., hlm. 130.
dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan<br />
suatu kejadian yang ditemukan dari subyek lainnya.<br />
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian<br />
Sebelum penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan<br />
penelitian, kontak dengan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> baik melalui telepon<br />
maupun melalui surat resmi dari jalur instansi yang berwenang<br />
(Universitas Islam Negeri <strong>Malang</strong>). Hal lain yang perlu dipersiapkan<br />
adalah peralatan tulis dan juga alat perekam seperti kamera digital.<br />
Selain itu komputer juga diperlukan pada tahap analisis data.<br />
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian<br />
a. Pengumpulan data<br />
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data<br />
adalah:<br />
1) Wawancara dengan Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
2) Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong>.<br />
3) Wawancara dengan Kepala Bidang Bursa Kerja Aktif & Kerja<br />
Sama<br />
4) Wawancara dengan Kepala Bidang Kesiswaan<br />
5) Wawancara dengan staf karyawan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
6) Wawancara dengan perwakilan siswa, wali murid, masyarakat<br />
setempat dan alumni.<br />
7) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.
8) Menelaah teori-teori yang relevan.<br />
b. Mengidentifikasi data<br />
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi<br />
diidentifikasikan agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai<br />
dengan tujuan yang diinginkan.<br />
3. Tahap Akhir Penelitian<br />
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.<br />
b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
A. Latar Belakang Obyek<br />
BAB IV<br />
HASIL PENELITIAN<br />
Latar belakang obyek ini akan dikemukakan gambaran secara umum<br />
tentang SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang meliputi:<br />
1. Profil Sekolah<br />
a. Nama Sekolah : SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
b. Nama Kepala Sekolah : Santor Hidayat, S.Pd.<br />
c. NSS : 324056104012<br />
d. NDS : 4205320201<br />
e. Alamat : Jl. Raya Tlogomas IX No. 29 <strong>Malang</strong><br />
f. SK Pendirian<br />
Tgl. & No. Akte yayasan : 23 Nopember 1981 No. 136<br />
Tanggal : 1 Juli 1967<br />
g. Bidang keahlian : 1) Teknologi Informasi dan Komunikasi<br />
2) Teknik Elektro<br />
3) Teknik Mesin<br />
4) Teknik Mekanik Otomotif<br />
h. Program Keahlian : 1) Teknik Mekanik Otomotif Sepeda Motor<br />
2) Teknik Mekanik Otomotif Mobil<br />
3) Teknik Bodi Otomotif<br />
4) Teknik Elektro Listrik Pembangkit
2. Keunggulan<br />
5) Teknik Elektronika<br />
6) Teknik Informatika (Multimedia &<br />
Rekayasa Perangkat Lunak)<br />
7) Teknik Pemesinan<br />
8) Teknik Las/Welding<br />
9) Manajemen Niaga<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> memiliki 6 Kelas Industri antara lain:<br />
a. 2 W Suzuki Class<br />
Pada kelas indistri ini bekerja sama dengan PT Indomobil Suzuki<br />
Internasional melalui perwakilannya di <strong>Malang</strong> PT Hero Sakti Motor<br />
Gemilang. Masa Studi 3 tahun dengan kapasitas murid 24 siswa per<br />
kelasnya. Sebagai instruktur diambil dari staf dengan kapasitas murid<br />
24 siswa per kelasnya. Sebagai instruktur diambil dari staf pengajar<br />
produktif bidang otomotif yang ditraining terlebih dahulu di training<br />
Center PT Indomobil Suzuki Internasional Jakarta. Siswa akan<br />
melaksanakan on the job training selama 1 tahun di semua bengkel<br />
resmi Suzuki yang berada di keresidenan <strong>Malang</strong>, Kediri dan Jember.<br />
Dengan adanya 2W Suzuki Class ini diharapkan dapat mengisi<br />
kebutuhan mekanik bengkel resmi Suzuki wilayah Indonesia Timur.
. Welding Class<br />
Kelas Industri ini bekerja sama dengan PT Palindo Jaya Utama sebagai<br />
produsen fabrikasi yang memiliki hasil produksi dengan kualitas<br />
internasional.<br />
c. Sharp Class<br />
Kelas industri ini bekerja sama dengan PT Sharp Indonesia sebagai<br />
produsen perangkat elektronik.<br />
d. Morodadi Class<br />
Kelas industri ini bekerja sama dengan PT Morodadi Prima sebagai<br />
perusahaan karoseri yang berada di Kota <strong>Malang</strong>.<br />
e. Oracle Class<br />
Kelas industri ini bekerja sama dengan PT Oracle Indonesia sebagai<br />
vendor original software yang banya digunakan pada perusahaan besar<br />
di seluruh dunia.<br />
3. Kemampuan skill alumni<br />
a. Mekanik otomotif<br />
Alumni memilki keahlian untuk melakukan perbaikan dan perawatan<br />
chasis dan pemindah tenaga, overhoul mesin diesel, bensin empat<br />
langkah dan dua langkah, kelistrikan otomotif, serta perbaikan dan<br />
perawatan sepeda motor.<br />
b. Bodi otomotif<br />
Alumni akan mendapatkan 2 macam keahlian, pertama bodi interior<br />
yaitu keahlian untuk pembuatan asesoris bagian dalam mobil
semacam jok mobil, kabin, audio mobil dan lainnya, kedua, adalah<br />
body exsterior yaitu keahlian untuk ketok (pembentukan bodi),<br />
pendempulan, pengecatan dan pemolesan.<br />
c. Teknik perkakas<br />
Adalah program yang membelajari alumni untuk bisa<br />
mengoperasikan mesin frais, bubut, bor, gerinda dan asah pahat<br />
sehinggga mampu membuat komponen atau peralatan dengan mesin<br />
perkakas seperti pembuatan ulir luar/dalam, poros tirus, roda gigi,<br />
sliding dan lain sebagainya.<br />
d. Teknik las (welding)<br />
Kemampuan alumni mengoperasikan mesin las konstruksi untuk<br />
pipa dan plat baja, serta las perabot, pembuatan awning, rolling door,<br />
dan lain sebagainya adalah syarat mutlak kelulusan.<br />
e. Teknologi Informasi dan komunikasi<br />
Alumni mampu merencanakan dan membuat software dasar dan<br />
maintenence and repair hardware komputer (monitor, printer,<br />
harddisk, disk drive dll), system operasional komputer jaringan (LAN)<br />
dan system operasional komputer under DOS, under Windows,<br />
LINUX, Free BSD.<br />
f. Teknik Elektronika<br />
rancang bangun, pembuatan dan perakitan alat-alt elektronika industri<br />
rumah tangga, audio dan video, instalasi tenaga, instalasi penerangan<br />
adalah standar kelulusan selain itu alumni juga mendapatkan keahlian
untuk teknologi instrumentasi dan kontrol seperti programable logic<br />
controller and elektronika pneumatik.<br />
4. Visi, misi dan kebijakan mutu<br />
Visi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah menjadi SMK yang unggul dalam<br />
prestasi dengan dilandasi iman dan taqwa serta menghasilkan tamatan<br />
yang mampu bersaing ditingkat nasional maupun internasional.<br />
Misi dari SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />
a. Menumbuhkan semangat keunggulan yang kompetitif di seluruh warga<br />
sekolah.<br />
b. Melaksanakn proses belajar mengajar yang mengacu pada penciptaan<br />
pada pencapaian standar kompetensi nasional maupun internasional dan<br />
tetap mempertimbangkan kemampuan dasar peserta didik.<br />
c. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianut<br />
dan budaya bangsa sebagai landasan kearifan dalam bertindak.<br />
d. Menerapkan pengelolaan sekolah yang mengacu pada standar<br />
internasional dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan<br />
stakeholder.<br />
Kebijakan mutu SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />
a. Mengembangkan potensi sumber daya manusia guna mengoptimalkan<br />
kinerja yang berorientasi pada hasil maksimal sesuai dengan standar<br />
internasional.<br />
b. Mencetak tenaga kerja yang kompeten dalam bidangnya dan<br />
menyalurkan ke pasar kerja.
c. Mengembangkan potensi peserta didik untuk mampu berwirausaha.<br />
Penjelasan di atas, menjadikan seluruh karyawan SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> berkomitmen menjalankan Sistem Manajemen Mutu ISO<br />
9001:2000 dan selalu mengadakan peningkatan secara berkelanjutan.<br />
5. Struktur Organisasi Sekolah<br />
Dalam instansi lembaga perlu adanya struktur organisasi yamg jelas.<br />
Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka semua anggota<br />
mengetahui kedudukan dan tanggung jawabnya masing-masing. Berkaitan<br />
dengan hal itu, untuk memperlancar jalannya pendidikan di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> membentuk struktur yang tersusun sebagaimana dibawah ini<br />
(untuk lebih jelasnya di lampiran 1):<br />
Sruktur Organisasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />
Kepala Sekolah : Santur Hidayat, S.Pd<br />
1. Kabid. Kesiswaan : Drs. Murdianto, SH.<br />
a. Staf Kesiswaan : Hadi Bintoro, S.Pd<br />
b. Staf Kesiswaan : M. Edi Nurtamam, S.Pd, M. SI<br />
2. Kabid. Otomotif Bodi, 2W & 4W : Try Sumaryanto, S.Pd<br />
a. Ka . Bengkel Otomotif Bodi, 2W<br />
& 4W : Kamsuri, S.Pd<br />
3. Kabid Mesin Industri & Welding : Priyo Pamuji, S.Pd<br />
a. Ka. Bgkl Mesin Industri<br />
&Welding : Samsul Hidayat, S.Pd<br />
4. Kabid. Elektronika Industri & RPL : Jam’iyatul Khoir, S.T
a. Ka. Bgkl Elektronika Industri & RPL : Muhammad Nurullah, S.T<br />
5. Kabid. Bursa Kerja Aktif & Kerjasama : Moch. Lukman hakim, S.T<br />
a. Staf Div. Pengembangan SDM Alumni : Apriyanto Safari, S.Pd<br />
b. Staf Div. Kerjasama Antar Lembaga : Yudi Efendi, S. Pd<br />
c. Staf Div. Pengembangan SDM : Muhammad Sajidin, S.Pd 82<br />
6. Keadaan Guru di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
Guru merupakan faktor terpenting dalam pendidikan. Karena tanpa<br />
guru maka pendidikan tidak mungkin berlangsung. Guru adalah seorang<br />
motivator, administrator, informator, instruktur dan sebagaimana dalam<br />
mendidik dan mengajar siswa melalui proses pembelajaran.<br />
Guru di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> berjumlah 68 orang, kualifikasi<br />
pendidikan sudah memenuhi S1, bahkan beberapa orang sudah menempuh<br />
S2. Khusus guru Pendidikan Agama Islam terdiri dari 3 orang, meskipun<br />
demikian, guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah merasa kekurangan<br />
dalam mengalokasikan waktunya untuk mengajar. (Untuk lebih jelasnya<br />
ada di lampiran III)<br />
7. Keadaan Siswa<br />
Jumlah siswa yang ada di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> berjumlah 5.948<br />
Keadaan ekonomi siswa rata-rata pada ekonomi menegah, walaupun ada<br />
beberapa siswa yang berada di kelas ekonomi atas. Perbandingan jumlah<br />
siswa laki-laki dengan jumlah siswa perempuan adalah 1:3 hal ini wajar<br />
karena merupakan sekolah kejuruan, namun dari tahun ketahui jumlah<br />
82 Sumber data: Dukumen SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.
siswa perempuan menunjukkan adanya peningkatan. (untuk lebih jelasnya<br />
ada di lampiran IV).<br />
B. Paparan Data<br />
1. Strategi Perencanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />
Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />
Islam<br />
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti,<br />
menunjukkan bahwa perencanaan hubungan sekolah dengan masyarakat<br />
yang dilakukan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam adalah dilakukan secara administrasi (baik secara<br />
tertulis maupun tidak tertulis), dan juga perencanaan dilakukan secara tidak<br />
teradministrasi. Sebagaimana diungkapkan Syamsudin bahwa:<br />
“Perencanaan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> ada yang<br />
teradministrasi dan ada yang tidak. Perencanaan yang<br />
teradministrasi juga dibagi lagi menjadi teradministrasi tertulis<br />
dan tidak tertulis”. 83<br />
Selanjutnya, Syamsudin juga menjelaskan:<br />
“Dalam perencanaan kerja sama hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat juga menetapkan program-program yang akan<br />
dilaksanakan diantaranya yang teradministrasi secara tertulis<br />
adalah bekerja sama dengan organisasi KIAS (Kelompok Islam<br />
Anak Sekolah) yang anggotanya sekolah SMU/SMK se <strong>Malang</strong><br />
Raya; mengadakan kegiatan istighosah; mengadakan pondok<br />
Romadhan dan PHBI (Peringatan hari Besar Islam) sedangkan<br />
secara administrasi yang tidak tertulis seperti himbauan dari<br />
Kepala Sekolah kepada Guru PAI untuk menjadwalkan adzan di<br />
masjid, sedangkan perencanaan yang tidak teradministrasi<br />
berkenaan dengan hal-hal yang praktis seperti menyumbang<br />
83 Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21Maret 2009.
kambing ke masjid setempat pada Hari raya Idul Qurban serta<br />
memberi jatah warga daging qurban”. 84<br />
Dalam perencanaan juga menetapkan pertimbangan apa saja yang<br />
harus diperhatikan serta siapa saja yang menjadi pelaksana dari suatu<br />
kegiatan sebagaimana diungkapkan oleh Murdianto bahwa:<br />
bahwa:<br />
“Perencanaan yang dilakukan sekolah adalah mengacu pada<br />
pertimbangan utama yaitu pencitraan masyarakat secara luas<br />
karena SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> merupakan sekolah swasta<br />
selanjutnya juga menetapkan siapa pelaksana kegiatan, kalau di<br />
sekolah ini yang menjadi pengelola adalah BDI (badan Dakwah<br />
Islam), guru PAI, juga dibantu oleh dewan guru, kesiswaan<br />
sebagai pembantu panitia pelaksana maupun pihak-pihak<br />
terkait. ” 85<br />
Sementara itu, Syamsudin juga menambahkan bahwa:<br />
“Perencanaan program juga didasarkan pada perkembangan<br />
zaman yang dinamis, misalnya ketika hari Jum’at siswa laki-laki<br />
melaksanakan sholat jum’at sementara diketahui dari tahun ke<br />
tahun siswa perempuan semakin banyak dan pada waktu yang<br />
sama mereka sering keluyuran pada saat sholat jum’at<br />
berlangsung karena tidak adanya kegiatan, melihat fenomena<br />
demikian saya bersama guru PAI yang lain mengusulkan kepada<br />
Kepala sekolah untuk diadakan program keputrian, program ini<br />
sudah disetujui dan semester depan sudah bisa dilaksanakan”. 86<br />
Lebih lanjut juga diungkapkan oleh Mochamad Lukman Hakim<br />
“Adapun yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan<br />
program hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu atas dasar<br />
untuk menarik hati masyarakat agar percaya terhadap mutu<br />
pendidikan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>” 87<br />
84 Ibid.<br />
85 Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal<br />
19 Maret 2009.<br />
86 Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21Maret 2009.<br />
87 Wawancara dengan Mochamad Lukman Hakim, Kepala bidang Bursa Kerja Aktif dan<br />
Keja Sama SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret 2009.
Sedangkan menurut Erwin Yulianto menerangkan bahwa:<br />
“Dalam perencanaan program hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat juga mempertimbangkan ketentuan-ketentuan seperti<br />
sangsi bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan istighosah, maka<br />
anak dan orang tua di panggil ke sekolah istilahnya diterapi,<br />
kemudian diberi penjelasan tentang pentingnya mengikuti<br />
istigotshah misalnya seperti itu”.<br />
Berdasarkan hasil obeservasi dilapangan, tanpak bahwa perencanaan<br />
dilakukan dengan adanya ketentuan yang telah ditetapkan hal ini untuk<br />
mewujudkan kesuksesan dari program yang akan dijalankan, sehingga<br />
dengan adanya ketentuan tersebut diharapkanpenyimpangan dapat ditekan<br />
seminimal mungkin. 88<br />
Berdasarkan hasil dokumetasi dijelaskan lebih lanjut bahwa<br />
mekanisme peringatan bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan yang<br />
dilaksanakan di sekolah sebagai berikut:<br />
1. Peringatan lisan diberikan kepada siswa dalam rangka<br />
pembinaan dan memberikan bimbingan;<br />
2. Peringatan tertulis diberikan kepada siswa dan diteruskan kepada<br />
orang tua;<br />
3. Penyampaian surat peringatan kepada siswa, dilakukan oleh guru<br />
wali dan dicatat dalam catatan pribadi siswa;<br />
4. Penyampaian surat peringatan kepada orang tua, dilakukan oleh<br />
pengantar surat dan tercatat dalam ekspedisi;<br />
5. Proses munculnya peringatan tertulis, melihat perkembangan<br />
ketidakhadiran siswa tanpa keterangan (alpha), dijumlahkan<br />
setiap saat dalam satu semester, selanjutnya keluar peringatan<br />
tertulis dengan ketentuan sebagai berikut:<br />
a. Absen tanpa izin (alpha) 12 s.d. 23 jam pelajaran, peringatan I<br />
b. Absen tanpa izin (alpha) 24 s.d. 41 jam pelajaran, peringatan II<br />
c. Absen tanpa izin (alpha) 42 s.d. 59 jam pelajaran, peringatan<br />
III<br />
88 Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>)
d. Absen tanpa izin (alpha) 60 jam pelajaran, putus studi secara<br />
otomatis tanpa melalui proses pemanggilan kepada orang<br />
tua. 89<br />
Selain itu, dalam melakukan sebuah perencanaan juga<br />
mempertimbangkan alokasi dana, Santur Hidayat menjelaskan bahwa:<br />
“Dalam melakukan sebuah perencanaan kerja sama hubungan<br />
sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam adalah siswa tidak dikenakan biaya<br />
atau gratis dalam setiap kegiatannya dan pembiayaan sepenuhnya<br />
ditanggung oleh sekolah, karena sudah menjadi komitmen awal<br />
pada saat pertemuan wali murid bahwa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
tidak gampang menarik dana karena sudah terakumulasi dalam<br />
SPP sehingga hal ini menjadi pertimbangan yang sangat penting<br />
sebagai upaya membangun pencitraan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> di<br />
masyarakat. 90<br />
Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />
observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai strategi perencanaan<br />
program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan dengan<br />
didasarkan pada perkembangan zaman yang dinamis, mengacu pada<br />
pertimbangan utama yaitu pencitraan masyarakat secara luas, serta<br />
menetapkan siapa saja yang menjadi pelaksana kegiatan dan ketentuan-<br />
ketentuan (terutama mengenai sanksi yang diberikan) kepada siswa yang<br />
tidak mengikuti kegiatan yang telah diprogramkan oleh pihak sekolah.<br />
89<br />
Dokumen SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> 2008/2009, Pasal 6<br />
tentang Peringatan Siswa<br />
90<br />
Wawancara dengan Santur Hidayat, Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret 2009
2. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Hubungan Sekolah dengan Masyarakat<br />
dalam Upaya meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />
Dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan<br />
peneliti, menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kerja sama hubungan sekolah<br />
dengan masyarakat yang dilakukan di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dalam upaya<br />
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan berbagai<br />
bentuk. Bentuk hubungan ini bisa berbentuk individual maupun<br />
organisatoris. Seperti kerja sama dengan orang tua, siswa, guru, organisasi<br />
keagamaan (takmir masjid, KIAS), lembaga kemasyarakatan (kepolisian),<br />
pemerintah desa, masyarakat sekitar, maupun melalui Organisasi Siswa<br />
Intra Sekolah (OSIS) yang berbentuk BDI (Badan dakwah Islam).<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> melakukan kerja sama dengan takmir masjid<br />
dalam pembiayaan dan penggunaaan fasilitas masjid, kerja sama dengan<br />
wali murid dalam memantau anaknya menjalankan sholat lima waktu, kerja<br />
sama dengan pihak kepolisian dengan cara ikut memantau perilaku siswa<br />
ketika siswa berada di luar sekolah, kerjasama dengan masyarakat setempat<br />
dengan cara membagikan hewan qurban dan mengadakan pengajian akbar,<br />
serta kerja sama dengan siswa dalam mengadakan istighosah dan<br />
penciptaan suasana religius, serta kerja sama dengan Perguruan Tinggi<br />
yaitu dengan Universitas Muhammadiyah <strong>Malang</strong>.<br />
Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan Bapak Murdianto<br />
yang menjelaskan bahwa:<br />
“Bentuk-bentuk kerja sama hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat dilakukan dengan berbagai pihak, bisa melalui pihak
internal, maupun dengan pihak eksternal dalam kaitan ini pihak<br />
internal adalah masyarakat yang ada di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
sedangkan pihak eksternal adalah masyarakat secara luas”<br />
Syamsudin menjelaskan bahwa:<br />
“Bentuk-bentuk kerja sama dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam diantaranya adalah bekerja sama<br />
dengan guru wali yaitu dalam programnya home visite yang<br />
awalnya bertujuan untuk mengetahui kondisi keluarga, ekonomi<br />
dan latar belakang siswa maka diperluas lagi agar guru wali<br />
menghimbau kepada orang tua untuk memantau anaknya dalam<br />
menjalankan sholat wajib, kemudian juga bekerja sama dengan<br />
kepala sekolah dalam hal menghimbau kepada guru, staf maupun<br />
siswa terkait dalam hal keagamaan seperti himbauan untuk<br />
menghadiri istighasah, mengingatkan dalam sholat dan juga<br />
bekerja sama dengan kesiswaan dalam hal ini kesiswaan menjadi<br />
panitia pelaksana dalam ngobrak-ngabrik siswa untuk mengikuti<br />
kegiatan yang telah diprogramkan, kerja sama juga dilakukan<br />
dengan Universitas Muhammadiyah <strong>Malang</strong> yaitu penggunaan<br />
Dome UMM sebagai tempat untuk mengadakan halal bi halal<br />
segenap keluarga besar SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, selain itu guru<br />
PAI juga bekerja sama dengan guru PKS (Pendidikan<br />
Kewarganegaraan Sekolah).” 91<br />
Bentuk kerja sama dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan<br />
Agam Islam juga dilakukan dengan guru wali dimana guru wali berfungsi<br />
sebagai orang tua siswa di sekolah dan sebagai jembatan dalam menjalin<br />
kerja sama dengan wali murid, dalam hal ini Santur Hidayat menjelaskan:<br />
“Tanggung jawab anak di sekolah ada pada sekolah, kalau di luar<br />
sekolah secara riil ada di orang tua, namun sekolah tidak begitu<br />
saja melepaskan, sekolah sengaja membangun komunikasi<br />
dengan orang tua dengan melalui jembatan komunikasi yang<br />
disebut guru wali, fungsinya pihak sekolah harus kompak untuk<br />
keberhasilan prestasi siswa” 92<br />
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Erwin Yulianto:<br />
91<br />
Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.<br />
92<br />
Wawancara dengan Santur Hidayat, Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret 2009
Sebenarnya wujud/menifestasi dari semboyan kami yaitu<br />
mendidik adalah ibadah, termasuk kedalamnya kita harus ngopeni<br />
siswa dengan semaksimal mungkin/optimal salah satunya dengan<br />
program adanya guru wali, termasuk kadangkala permasalahan yang<br />
disampaikan kepada guru wali tidak hanya masalah pendidikan,<br />
tetapi terkait dengan masalah pribadi, kendala-kendala di rumah,<br />
dan itu juga merupakan tanggungjawab guru wali sebagai<br />
pengimbang kondisi mental siswa. Jadi, guru wali mempunyai 2<br />
fungsi yaitu sebagai guru kelas dan guru bimbingan dan konseling. 93<br />
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, hubungan kerja sama<br />
antara guru wali dengan wali murid sangat baik, dilihat dengan seringnya<br />
wali murid yang berkonsultasi dengan guru wali mengenai perkembangan<br />
anaknya dan keakraban antara keduanya menunjukkan bahwa hubungan<br />
antara keduanya terbina dengan baik. 94<br />
Lebih lanjut lagi, Bambang Sukarelawan mengungkapkan bahwa:<br />
“Bentuk kerja sama sekolah dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam juga dilakukan dengan takmir masjid<br />
setempat, dimana takmir masjid mengizinkan untuk<br />
menggunakan fasilitas masjid dalam mendukung proses<br />
pembelajaran maupun kegiatan keagamaan sebaliknya sekolah<br />
juga memberikan kontribusi dengan membiayai segala<br />
pembiayaan pengelolaan masjid, mulai dari biaya listrik, air dan<br />
sebagainya 95 ”.<br />
Bentuk hubungan kerja sama sekolah dalam upaya meningkatkan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam antara lain dilakukan dengan wali murid,<br />
sebagaimana hasil observasi, wawancara dan juga dokumentasi.<br />
Berdasarkan hasil wawancara diungkapkan oleh Murdianto bahwa:<br />
“Hubungan sekolah dengan masyarakat hukumnya wajib<br />
terutama dengan orang tua, alasan kita harus membangun kerja<br />
93<br />
Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga, tanggal<br />
18 Maret 2009.<br />
94<br />
Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).<br />
95<br />
Wawancara dengan Bambang Sukarelawandi, Kepala Satpam sekaligus masyarakat<br />
setempat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 20 Maret 2009.
sama dengan orang tua adalah karena tantangan yang dihadapi<br />
orang tua terhadap anak semakin besar diantaranya pengaruh<br />
dari lingkungan itu sendiri, pengaruh dari media dan pengaruh<br />
narkoba sehingga berdasarkan pengalaman sekolah selama ini,<br />
masalah perizinan harus melalui orang tua tidak menerima<br />
surat keterangan dokter ataupun orang yang diwakilkan karena<br />
kesiswaan akan segera tahu jika terjadi kebohongan”. 96<br />
Selain itu, bentuk kerja sama sekolah juga dilakukan dengan<br />
kepolisian setempat sebagaimana yang dipaparkan Murdianto bahwa:<br />
“Sekolah juga menjalin kerja sama dengan kepolisian hal ini<br />
dimaksudkan agar perilaku siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> di luar<br />
sekolah juga terpantau, sehingga apabila ada perilaku yang<br />
menyimpang dari ajaran Islam mudah terdeteksi melalui kerja<br />
sama tersebut”<br />
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa:<br />
“Kerja sama dilakukan dengan pihak kepolisian perlu<br />
dilakukan karena anak SMK rawan akan perkelahian,<br />
menganiaya, mencuri dan minum-minuman dan itu merupakan<br />
larangan keras dari SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sehingga apabila ada<br />
anak yang melanggar 4 larangan diatas maka sudah dipastikan<br />
hukumannya adalah drop out dan siswa maupun wali murid<br />
sudah mengetahui peraturan tersebut karena sudah<br />
disosialisasikan sejak awal sehingga larangan tersebut sudah<br />
bisa ditekan terbukti 2 tahun terakhir siswa bersih dari larangan<br />
itu dan saya kira kerja sama dengan kepolisian sangat<br />
efektif”. 97<br />
Sejalan dengan hal diatas, berdasarkan hasil dokumentasi dijelaskan<br />
bahwa kasus yang tidak ditangani sekolah, tetapi diserahkan kepada pihak<br />
kepolisian adalah sebagai berikut:<br />
1. Siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang bermasalah dengan siswa<br />
sekolah lain atau warga masyarakat;<br />
96<br />
Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal<br />
19 Maret 2009.<br />
97<br />
Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal<br />
19 Maret 2009.
2. Siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> yang melakukan tindak kriminal;<br />
serta<br />
3. Kepada siapa saja karena tindakannya, sehingga menyebabkan<br />
rasa tidak aman bagi siswa atau warga SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />
maka SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sepenuhnya menyerahkan hal<br />
dimaksud kepada kepolisian. 98<br />
Sejalan dengan bentuk-bentuk hubungan kerja sama dalam upaya<br />
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, sekolah juga menjalin kerja<br />
sama dengan masyarakat setempat, hal ini dipaparkan oleh Endar:<br />
“Bentuk kerja sama sekolah dengan masyarakat setempat<br />
diantaranya sekolah menunjuk tim informan yang dibentuk dari<br />
masyarakat setempat yang berfungsi untuk memantau perilaku<br />
siswa dalam radius 1 km di sekitar sekolah yang berfungsi untuk<br />
memantau dan melaporkan apabila terjadi tindakan yang<br />
menyimpang”. 99<br />
Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />
observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai bentuk-bentuk kerja<br />
sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan juga dengan guru wali, wali<br />
murid, pihak kepolisian dan juga dengan warga setempat. Guru wali selain<br />
sebagai guru kelas juga sebagai guru konseling, sedangkan wali murid<br />
merupakan lembaga keluarga di luar sekolah yang juga turut berperan<br />
dalam keberhasilan siswa. Kerja sama dengan pihak kepolisian sebagai<br />
pemantau perilaku siswa di luar sekolah maupun di luar rumah senantiasa<br />
ditingkatkan. Selain itu kerja sama dengan warga masyarakat setempat juga<br />
terus ditingkatkan karena SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> memposisikan dirinya<br />
98 Dokumen SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> 2008/2009, Pasal 11<br />
tentang pemutusan studi dan pasal 11 tentang ancaman pihak luar<br />
99 Wawancara dengan Muhammad Endar Iryanto, alumni SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> lulusan<br />
tahun 2005, tanggal 18 Maret 2009.
sebagai warga masyarakat RT 2 RW VII sehingga kerja sama yang<br />
dilakukan pada prinsipnya adalah saling menguntungkan (take and give)<br />
diantara kedua belah pihak.<br />
3. Strategi Pelaksanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />
Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />
Islam<br />
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti,<br />
menunjukkan bahwa pelaksanaan kerja sama tidak terlepas dari bentuk-<br />
bentuk kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat yang dilakukan di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam.<br />
Berdasarkan hasil wawancara, sehubungan dengan strategi<br />
pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat<br />
dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan agama Islam, Syamsudin<br />
menjelaskan bahwa:<br />
“Secara teknis dalam pelaksanaan yang dilakukan sekolah dalam<br />
upaya merealisasikan program peningkatan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam yaitu tidak terlepas dari RPP (Rancangan Perencanaan<br />
Pembelajaran), serta kegiatan disosialisasikan melalui undangan dan<br />
surat edaran kepada siswa, selain itu dalam pelaksanaannya juga<br />
melibatkan kesiswaan dalam bentuk SK contohnya saja peran<br />
kesiswaan sebagai pemberian sanksi kepada siswa yang tidak<br />
mengikuti kegiatan dan aturan yang telah ditetapkan yaitu bagi yang<br />
tidak mengikuti PHBI dikenakan poin absen alpha, bagi yang tidak<br />
mengikuti pondok Ramadhan maka sanksinya sama saja tidak<br />
mengikuti 12 jam mata pelajaran, bagi siswa putri yang<br />
diperintahkan memakai busana muslim ternyata memakai jeans<br />
maka juga terkena poin, selain itu kesiswaan juga berperan dalam<br />
ngoprak-ngoprak (menghimbau) siswa agar mengikuti kegiatan yang<br />
telah diprogramkan, selain itu upaya untuk membiasakan siswa<br />
untuk dekat dengan masjid juga sudah mulai terbangun hal ini saya
lakukan dengan menjadikan masjid sebagai tempat pembelajaran dan<br />
pusat segala kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan serta<br />
berusaha agar siswa mencintai Al-Qur’an yang diwujudkan dengan<br />
kewajiban membawa juz ‘amma disetiap mengikuti mata pelajaran<br />
Pendidikan Agama Islam, selain itu pelaksanaan kultum juga<br />
dilakukan oleh siswa selama 15 menit pada awal mata pelajaran<br />
Pendidikan Agama Islam yaitu siswa ditunjuk untuk<br />
mempresentasikan makalahnya yang berkenaan dengan ajaran Islam<br />
dan temannya berhak untuk mengajukan pertanyaan hal ini bertujuan<br />
untuk membangun kepercayaan diri siswa terkait dengan<br />
membangun soft skill siswa yang mutlak diperlukan ketika interview<br />
melamar pekerjaan”. 100<br />
Lebih lanjut lagi, Murdianto mengungkapkan bahwa:<br />
“Setiap siswa harus mengikuti serangkaian kegiatan yang telah<br />
diprogramkan sekolah, karena jika tidak siswa akan terkena sistem<br />
poin dimana jika poin siswa terakumulasi sebanyak 60 poin maka<br />
siswa secara otomatis dikeluarkan dari sekolah tanpa alasan apapun,<br />
karena sosialisasi sudah dilakukan sejak awal dan siswa mengetahui<br />
hal itu.” 101<br />
Pelaksanaan kerja sama hubungan sekolah dengan siswa, guru<br />
maupun dengan masyarakat secara luas dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam juga diungkapkan oleh Erwin Yulianto yaitu:<br />
“Sekolah dengan guru agama Islam bekerja sama tentunya diluar jam<br />
pelajaran seperti istigotsah yang diikuti seluruh siswa kelas 3 dan<br />
beberapa tenaga pengajar khususnya para pengajar materi UAN,<br />
Peringatan Hari Besar Islam, ada juga bentuk sosial yang lain seperti<br />
PHBI (Peringatan hari besar Islam) yang melibatkan masyarakat<br />
setempat, contohnya pada hari raya Idul Adha membagi daging<br />
qurban kepada masyarakat sekitar, menyumbang kambing untuk<br />
masjid sekitar, untuk pengajian umum pernah juga diselenggarakan<br />
di sekolah selain itu, penyembelihan hewan qurban pernah dilakukan<br />
di luar sekolah yang kita kemas dengan nama kemabakti, sholat dan<br />
penyembelihan hewan qurban di Wager, membuat jalan dan<br />
plengsengan disana, dan daging langsung dibagikan. Kalau kegiatan<br />
ini diselenggarakan 2 tahun yang lalu kemudian untuk tahun<br />
berikutnya kita kembali ke sini (sekolah) karena kalau untuk<br />
100<br />
Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.<br />
101<br />
Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />
tanggal 19 Maret 2009.
mengadakan kegiatan semacam itu harus survey dulu bagaimana<br />
masyarakatnya, berada pada posisi sosial yang seperti apa”. 102<br />
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Santur Hidayat yang<br />
menjelaskan bahwa:<br />
“Pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam<br />
adalah melalui PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) contohnya<br />
Peringatan Maulud Nabi dengan mendatangkan ustadz yang<br />
diselenggarakan di masjid, peringatan hari Raya Idul Adha dengan<br />
penyembelihan hewan qurban yang dibagikan kepada masyarakat<br />
sekitar selain juga kepada siswa, adanya BDI (Badan Dakwah Islam)<br />
yang menjadi panitia pelaksana istighosah bagi siswa dan guru serta<br />
adanya rutinitas praktek agama, selain itu kerja sama dengan siswa<br />
dalam meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dapat dilakukan<br />
dengan cara penciptaan nuansa religius seperti ketika masuk kelas 10<br />
menit-15 menit awal, guru harus menyentil masalah moralitas (agama)<br />
dan itu hukumnya wajib, kemudian juga dapat dilihat dari tidak adanya<br />
budaya korupsi waktu, bersalaman dengan guru dengan mencium<br />
tangan ketika awal masuk kelas serta bersalaman dengan kepala<br />
sekolah ditambah 5 kepala bidang setiap pagi di depan pintu gerbang<br />
sekolah”. 103<br />
Sejalan dengan di atas, berdasarkan hasil observasi juga dapat<br />
diketahui dari penciptaan suasana religius yaitu bersalaman dengan kepala<br />
sekolah ditambah 5 kepala bidang setiap pagi di depan pintu gerbang sekolah,<br />
dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, sehingga ketika siswa<br />
melanggar aturan yang telah ditetapkan, maka siswa tidak diperkenankan<br />
untuk mengikuti pelajaran/dipulangkan. 104<br />
Berdasarkan hasil dokumentasi dijelaskan bahwa organisasi siswa<br />
dalam hal ini adalah adalah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) merupakan<br />
102<br />
Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga,<br />
tanggal 18 Maret 2009.<br />
103<br />
Wawancara dengan Santur Hidayat, Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 18 Maret<br />
2009. 104 Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).
wadah semua siswa untuk berorganisasi dan berkreativitas. OSIS juga<br />
merupakan wadah siswa untuk membina dan mengembangkan minat, bakat<br />
serta berkreativitas. BDI (badan dakwah Islam) merupakan Departemen OSIS<br />
yang kegiatannya dilaksanakan di sekolah yang dipandu oleh seorang pembina<br />
dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam. 105<br />
Selain itu, Murdianto juga menjelaskan bahwa:<br />
“Strategi pelaksanaan kerja sama hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam<br />
dilakukan dengan melalui PHBI (Peringatan hari besar Islam) yaitu<br />
menyembelih hewan qurban yang setiap anak dianggarkan RP. 7500,-<br />
oleh pihak sekolah, Pondok Ramadhan selama satu minggu dengan<br />
bermalam di sekolah juga tanpa dikenakan biaya dan dengan<br />
mendatangkan ustadz, serta realisasi dari sholat berjamaah”. 106<br />
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syamsudin yang<br />
mengemukakan bahwa:<br />
“Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, sekolah tidak pernah<br />
memungut biaya dari siswa, maksimal sekolah hanya menyuruh<br />
membawa makanan contohnya ketika acara Maulud Nabi kemarin<br />
itupun kembali kepada mereka lagi, hal ini dikarenakan diawal<br />
program tahun pertama sudah disosialisasikan kepada wali murid<br />
bahwa sekolah tidak memungut biaya dalam kegiatan apapun karena<br />
sudah terakumulasi dalam SPP dan jika siswa dalam kegiatan suatu<br />
waktu ditarik dana maka dikhawatirkan orang tua akan meminta<br />
pertanggungjawaban terhadap sekolah.” 107<br />
Lebih lanjut lagi, Bambang Sukarelawan menambahkan bahwa:<br />
“Dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong> juga bekerja sama dengan takmir masjid dimana<br />
takmir masjid mengizinkan untuk menggunakan fasilitas masjid dalam<br />
mendukung proses pembelajaran maupun kegiatan keagamaan<br />
sebaliknya sekolah juga memberikan kontribusi dengan membiayai<br />
105<br />
Dokumentasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> Peraturan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> 2008/2009.<br />
106<br />
Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />
tanggal 19 Maret 2009.<br />
107<br />
Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.
segala pembiayaan pengelolaan masjid, mulai dari biaya listrik, air dan<br />
sebagainya, jadi dengan begitu kedua belah pihak saling diuntungkan,<br />
selain itu penegakan sholat berjamaah terus dilakukan hal ini saya<br />
amati ketika siswa masuk kelas setelah istirahat ke dua, guru selalu<br />
menanyakan apakah siswanya sudah sholat berjamaah dan jika belum<br />
maka siswa disuruh untuk keluar untuk melakukan sholat, tidak hanya<br />
itu sekolah setiap hari raya Idul Fitri juga membagikan bingkisan<br />
kepada warga sekitar” 108<br />
Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />
observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai strategi pelaksanaan<br />
kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan secara<br />
kontinu dalam kehidupan sehari-hari, pelaksanaan Pendidikan Agama Islam<br />
di masjid lebih mengarah kepada penerapannya dengan pendekatan afektif<br />
dan psikomotorik serta didukung oleh setting pendidikan yang naturalistik.<br />
Upaya untuk mensistesis dan internalisasi nilai-nilai religius agar menjadi<br />
suatu sistem nilai yang mantap dan mendalam, sehingga benar-benar<br />
menjadi sesuatu yang dipedomani dalam kehidupan sehari-hari perlu<br />
memperhatikan prinsip-prinsip: kontinuitas, relevensi dan efektivitas dalam<br />
pengembangannya.<br />
108 Wawancara dengan Bambang Sukarelawandi, Kepala Satpam sekaligus masyarakat<br />
setempat di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 20 Maret 2009.
4. Strategi Evaluasi Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />
Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama<br />
Islam<br />
Salah satu kegiatan dalam manajemen adalah evaluasi pelaksanaan<br />
program. Evaluasi ini merupakan kegiatan yang dilakukan sekolah untuk<br />
menilai sejauh mana tingkat keberhasilan suatu program.<br />
Dari hasil wawancara yang dilakukan, berkaitan dengan strategi<br />
evaluasi kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya<br />
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam, Syamsudin menjelaskan<br />
bahwa:<br />
“Evaluasi hubungan kerja sama sekolah dalam upaya<br />
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> dilakukan secara intern yaitu melalui guru wali dimana<br />
prosesnya adalah guru PAI melaporakan apa yang terjadi pada<br />
siswa kepada kepala bidang kemudian dilanjutkan ke guru wali<br />
untuk melakukan identifikasi, hal ini dilakukan karena kalau guru<br />
PAI saja yang bertindak maka tidak cukup, kemudian evaluasi juga<br />
dilakukan langsung kepada siswa, hal ini dapat diketahui dengan<br />
cara melihat keadaan siswa di masjid sehingga langsung<br />
diumumkan kepada siswa ataupun ketika di dalam kelas maka<br />
siswa langsung di tegur, bentuk evaluasi juga dilakukan dengan<br />
memberikan punishment.” 109<br />
Sementara itu, Santur Hidayat menjelaskan bahwa:<br />
“Evaluasi dari program kerja sama hubungan sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dirasa belum maksimal, Hal ini<br />
dikarenakan skala prioritas siswa masuk SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
adalah untuk bekerja, sehingga pihak sekolah belum menemukan<br />
formula terbaik dalam mem back up mental siswa ke dalam ajaran<br />
agama khususnya agama Islam”.<br />
109 Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, kendala yang dihadapi dalam<br />
pelaksanaan hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat dalam<br />
upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> adalah kesadaran siswa untuk meningkatkan kesadaran<br />
keberagamaannya yang masih minim hal ini dapat dilihat dari minimnya<br />
jumlah siswa yang melaksanakan sholat Dzuhur di masjid, serta adanya<br />
kegiatan pembelajaran yang padat dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul<br />
16.15 Wib, pergaulan siswa yang tidak kondusif serta lemahnya<br />
pengawasan dari orang tua terbukti dengan adanya pemanggilan orang tua<br />
siswa untuk datang ke sekolah. 110<br />
Hal ini sebagaimana hasil wawancara yang diungkapkan oleh<br />
Murdianto bahwa:<br />
“Yang menjadi kendala selama ini dalam upaya meningkatkan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam adalah kemalasan siswa itu sendiri,<br />
kemudian terlalu padatnya kegiatan pembelajaran dimana kegiatan<br />
belajar dimulai pukul 07.00 sampai pukul 16.15 Wib.” 111<br />
Erwin Yulianto dalam hal ini juga menjelaskan bahwa:<br />
Ada beberapa guru yang tidak aktif atau tidak ikut baik dalam<br />
istighosah maupun kegiatan keagamaan yang lain, dan juga karena<br />
kemalasan siswa contohnya pada waktu hari raya Idul Adha,<br />
beberapa siswa yang sudah diplot tidak datang, anak diberi kupon<br />
untuk membantu tapi tidak datang, begitu juga dengan ketidak<br />
hadiran untuk mengambil hewan qurban.” 112<br />
Hal yang senada juga dikatakan oleh Syamsudin bahwa:<br />
110<br />
Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).<br />
111<br />
Wawancara dengan Murdianto, Kepala Bidang Kesiswaan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>,<br />
tanggal 19 Maret 2009.<br />
112<br />
Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga,<br />
tanggal 18 Maret 2009
“Kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam adalah siswa itu sendiri, susah untuk<br />
melaksanakan kepada seluruh siswa karena terbentur dengan<br />
program prakerin, serta jika dijumpai ada guru yang tidak aktif<br />
meskipun dalam prosentase yang minim” 113<br />
Sementara itu, mengenai evaluasi pelaksanaan upaya meningkatkan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Erwin Yulianto<br />
menjelaskan bahwa:<br />
“Proposionalnya masih kurang kalau kita hanya mengandalkan 2 jam<br />
dalam 1 minggu, kalau kita mengandalkan BDI (Badan Dakwah<br />
Islam) juga masih kurang jika dilihat dari peminat yang masih sedikit<br />
tidak lebih 20 atau kebawah, yang disebabkan kebanyakan anak-anak<br />
lebih tertarik dengan seni dan olah raga, sedangkan kalau masih<br />
mengandalkan PHBI juga masih kurang. Yang ideal, saya punya<br />
angan-angan dalam satu tahun pertama khususnya dalam semester<br />
pertama itu digilir atau per kelas selama satu semester semacam<br />
memperoleh tentoring dinul Islam dan itu bisa di ambilkan dari tentor<br />
sebaya atau kakak kelas, yang bisa dimasukkan dalam progam BDI<br />
kami, ya tentunya didukung fasilitas kita dengan banyak buku dan<br />
banyaknya literatur-literatur tentang agama”. 114<br />
Lebih lanjut lagi Syamsudin juga menjelaskan bahwa:<br />
“Sebenarnya mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> ini, jika dilihat dari input nya maka merupakan masukan<br />
yang bagus dimana dalam PSB (Penerimaan Siswa Baru) ada tes<br />
fisik yaitu siswa harus bebas dari tindik (bagi laki-laki dan<br />
perempuan dalam batas wajar); maupun bebas tato meskipun tidak<br />
secara teori Pendidikan Agama Islam tidak diberikan namun kalau<br />
ditelaah secara agama hal itu memang ada, kemudian kalau dilihat<br />
mutu secara proses maka kegiatan pembelajaran mata Pendidikan<br />
Agama Islam juga sudah baik karena guru menggunakan metode<br />
pembelajaran secara variatif dengan didukung fasilitas yang ada,<br />
namun jika mutu dilihat dari out put atau hasil maka untuk hasil<br />
nilai ujian atau kompetensi masih dalam keadaan baik tetapi jika<br />
dilihat dari hasil dalam kesehariannya maka Pendidikan Agama<br />
Islam belum terinternalisasikan dalam kesehariannya, kalau saya<br />
113<br />
Wawancara dengan Syamsudin, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong>, tanggal 21 Maret 2009.<br />
114<br />
Wawancara dengan Erwin Yulianto, Ketua Bidang Mesin dan Manajemen Niaga,<br />
tanggal 18 Maret 2009
prosentase secara kasar kurang dari 40 % dari keseluruhan jumlah<br />
siswa yang menjalankan perintah agama Islam.” 115<br />
Berdasarkan hasil dokumentasi, yaitu daftar nilai semester genap<br />
2008/2009, secara umum kemampuan siswa (aspek kognitif) terhadap mata<br />
pelajaran Pendidikan Agama Islam tergolong baik hal ini ditunjukkan<br />
dengan nilai rata-rata diatas 8.(Untuk lebih jelasnya ada di lampiran V) 116<br />
Namun jika dilihat berdasarkan hasil observasi, maka siswa yang<br />
menerapkan ajaran agama Islam masih tergolong minim hal ini dapat<br />
diketahui ketika pelaksanaan sholat dzuhur sangat minim sekali yang<br />
menjalankannya. 117<br />
Dari paparan diatas, dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil<br />
observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai strategi evaluasi kerja<br />
sama hubungan sekolah dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan<br />
mutu Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan meliputi evaluasi intern;<br />
evaluasi langsung dengan siswa baik di masjid, di kelas maupun pada saat<br />
apel sekolah; evaluasi dilakukan dengan memberikan punishment<br />
(hukuman) kepada siswa yang melanggar serta evaluasi yang dilakukan<br />
dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa secara periodik.<br />
Selain itu mutu hasil Pendidikan Agama Islamdi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
masih terbatas pada ranah kognitif sedangkan pada ranah efektif dan<br />
psikomotorik masih menujukkan kelemahan meskipun berbagai upaya<br />
115<br />
Ibid.<br />
116<br />
Dokumentasi SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, Daftar Nilai Semester Genap 2008/2009 Mata<br />
Pelajaran Pendidikan Agama Islam..<br />
117<br />
Observasi selama di lapangan (SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>).
perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam senantiasa<br />
digalakkan.
BAB V<br />
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN<br />
1. Strategi Perencanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />
Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai<br />
keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk<br />
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan ini dapat pula diberi arti<br />
sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk mengendalikan<br />
masa depan sesuai dengan yang ditentukan. 118<br />
Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu:<br />
a. Perencanaan yang teradministrasi, perencanaan ini masih dibagi lagi<br />
menjadi:<br />
1) Perencanaan teradministrasi secara tertulis, seperti kerja sama dengan<br />
organisasi KIAS (Kelompok Islam Anak Sekolah) yang anggotanya<br />
sekolah SMU/SMK se-<strong>Malang</strong> Raya; program kegiatan istighosah;<br />
program pondok Romadhan dan program PHBI (Peringatan Hari Besar<br />
Islam).<br />
2) Perencanaan teradministrasi secara tidak tertulis, seperti himbauan dari<br />
Kepala Sekolah kepada Guru PAI untuk menjadwalkan adzan di masjid.<br />
118 Udin Syaefudin Sa’ud dan Abin Syamsudin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu<br />
Pendekatan Komprehensif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 4.
. Perencanaan yang tidak teradministrasi, seperti berkenaan dengan hal-hal<br />
yang praktis seperti menyumbang kambing ke masjid setempat pada hari<br />
raya Idul Qurban serta memberi jatah warga daging qurban.<br />
Dalam melakukan perencanaan juga didasarkan pada kenyataan nyata<br />
masa kini dan masa depan, contohnya ditahun sebelumnya tidak ada program<br />
keputrian mengingat jumlah siswa perempuan masih minim namun dengan<br />
berjalannya waktu jumlah siswa perempuan meningkat sehingga pada hari<br />
jumat dilaksanakan program keputrian sedangkan siswa laki-laki<br />
melaksanakan sholat jum’at.<br />
Perencanaan juga didasarkan pada kebutuhan masyarakat, hal ini dapat<br />
kita lihat dengan adanya program kultum yang dilakukan oleh siswa setiap<br />
awal mata pelajaran PAI selama 15 menit, hal ini bertujuan untuk melatih soft<br />
skill siswa untuk percaya diri khususnya ketika melamar pekerjaan saat tes<br />
wawancara.<br />
Perencanaan juga berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang<br />
ada artinya sekolah memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki, contohnya<br />
yang menjadi narasumber pada kegiatan pondok Ramadhan diambilkan dari<br />
dewan guru yang dipandang mampu untuk menyampaikan ajaran Islam, serta<br />
bertempat di gedung SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>.<br />
Perencanaan juga melibatkan seluruh guru dan staf sekolah dengan<br />
memberikan kesempatan untuk memberikan usul maupun saran, kemudian hal<br />
itu ditampung oleh guru PAI untuk diajukan kepada kepala sekolah dan kepala
sekolah memberikan rekomendasi kepada kesiswaan untuk melakukan<br />
sosialisasi baik dengan dewan guru maupun dengan siswa.<br />
Dalam membuat perencanaan juga melakukan penjadwalan serta<br />
mengalokasikan dana untuk kegiatan tersebut dalam hal ini pengalokasian<br />
dana mutlak dari sekolah bukan dari hasil pengutan siswa.<br />
Jadi strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam<br />
yang dilakukan oleh SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah sebagai berikut:<br />
a. Menetapkan bentuk-bentuk program;<br />
b. Didasarkan pada kenyataan nyata masa kini dan masa depan;<br />
c. Didasarkan pada kebutuhan masyarakat;<br />
d. Berusaha untuk memanfaatkan sumber daya yang ada baik dari guru,<br />
siswa, sarana prasarana maupun dari dana;<br />
e. Melibatkan seluruh guru dan staf sekolah;<br />
f. Melakukan penjadwalan serta mengalokasikan dana.<br />
Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam yang<br />
dilakukan oleh SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> berdasarkan atas beberapa sumber,<br />
dalam hal ini Marno menjelaskan sebagai berikut:<br />
a. Kebijakan pucuk pimpinan (policy top management) bahwa perencanaan<br />
itu sering kali berasal dari badan-badan ataupun orang-orang yang berhak<br />
dan mempunyai wewenang untuk membuat kebijaksanaan (policy).<br />
b. Hasil pengawasan, yaitu perencanaan akan dibuat atas dasar fakta-fakta<br />
maupun data-data dari hasil pengawasan suatu kegiatan, sehingga dengan<br />
demikian dibuatlah suatu perencanaan.<br />
c. Kebutuhan masa depan, yaitu perencanaan sengaja dibuat untuk<br />
mempersiapkan masa depan yang baik ataupun untuk mencegah
hambatan-hambatan dari rintangan-rintangan guna mengatasi persoalanpersoalan<br />
yang timbul.<br />
d. Penemuan-penemuan baru, yaitu suatu perencanaan yang dibuat<br />
berdasarkan faktual ataupun yang terus menerus maka akan menemukan<br />
ide-ide ataupun pendapat baru untuk suatu kegiatan kerja.<br />
e. Parakarsa dari dalam, yaitu suatu perencanaan yang dibuat akibat dari<br />
inisiatif atau usul-usul atau saran-saran dari bawahan (pegawai atau<br />
anggota) dari suatu kegiatan kerja sama, untuk mencapai suatu tujuan<br />
tertentu.<br />
f. Prakarsa dari luar, yatu suatu rencana yang dibuat akibat dari saran-saran<br />
maupun kritik-kritik dari orang-orang diluar organisasi ataupun dari<br />
masyarakat. 119<br />
2. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Hubungan Sekolah dengan Masyarakat<br />
dalam Upaya meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />
Bentuk-bentuk kerja sama hubungan sekolah dengan masyarakat<br />
dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> dapat dibedakan menjadi:<br />
a. Hubungan kerja sama sekolah dengan masyarakat sekolah<br />
1) Hubungan kerja sama sekolah dengan kepala sekolah<br />
Kepala sekolah berfungsi untuk menghimbau terhadap guru, staf<br />
karyawan maupun siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang<br />
telah diprogramkan serta sebagai pengambil keputusan tertinggi.<br />
2) Hubungan kerja sama dengan kepala bidang kesiswaan<br />
Kerja sama ini dilakukan dalam rangka penegakan peraturan<br />
sehingga diharapkan dapat meminimalkan pelanggaran-pelanggaran<br />
yang terjadi dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan serta berfungsi<br />
dalam mengeluarkan SK (Surat Keputusan).<br />
3) Hubungan kerja sama sekolah dengan dewan guru<br />
119 Marno, op. cit. hlm. 23-24.
Dalam memantau perilaku siswa sehari-hari maka guru PAI<br />
dibantu oleh guru mata pelajaran non-PAI, selain itu dalam<br />
pembinaan Pendidikan Agama Islam guru PAI bekerja sama dengan<br />
guru PKS (Pendidikan kewarganegaraan Sekolah) dan juga dengan<br />
guru wali karena guru wali yang memantau perkembangan anak<br />
didik, menjadi guru kelas, guru Bimbingan dan Konseling serta yang<br />
menjadi penghubung sekolah dengan orang tua wali murid melalui<br />
home visite maupun melalui orang tua yang datang untuk konsultasi<br />
ke sekolah.<br />
Dedi Supriadi menerangkan bahwa ”pada jenjang Pendidikan<br />
Menengah, pendidikan keagamaan juga merupakan pendidikan<br />
wajib bersama dengan pendidikan Pancasila dan pendidikan<br />
kewarganegaraan”. 120<br />
4) Hubungan kerja sama dengan OSIS (Organisasi Siswa Intra<br />
Sekolah)<br />
Kerja sama ini dilakukan dengan OSIS melalui BDI (Badan Dakwah<br />
Islam) karena BDI adalah panitian pelaksana kegiatan PHBI dan<br />
kegiatan istighosah<br />
5) Hubungan kerja sama sekolah dengan siswa<br />
Hubungan kerja sama ini dilakukan agar siswa turut berpartisipasi<br />
dalam setiap kegiatan yang telah diprogramkan seperti penciptaan<br />
suasana religius.<br />
120 Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan (Bandung: PT Remaja<br />
Rosdakarya, 2004), hlm. 128.
6) Hubungan kerja sama dengan staf karyawan<br />
Hubungan kerja sama ini dilakukan agar segenap staf karyawan ikut<br />
merasa memiliki program sehingga diharapkan program yang<br />
dilaksanakan adalah milik bersama.<br />
b. Hubungan kerja sama dengan masyarakat luar sekolah<br />
1) Hubungan kerja sama dengan wali murid<br />
Kerja sama yang dilakukan dengan wali murid yaitu agar senantiasa<br />
wali murid mengontrol pergaulan anaknya dirumah serta berperan<br />
sebagai pembina dan pengontrol pelaksanaan sholat lima waktu,<br />
selain itu masalah perizinan sekolah juga harus dilakukan oleh orang<br />
tua sendiri yang datang ke sekolah, hal ini bertujuan untuk<br />
menghindari pengaruh negatif dari luar dan agar orang tua memiliki<br />
tanggung jawab terhadap proses belajar anak.<br />
Tujuan dilaksanakannya hubungan kerja sama antara sekolah<br />
(guru) dan orang tua murid menurut Arifin sebagaimana yang dikutip<br />
oleh Abdul Madjid dan Dian Andayani adalah sebagai berikut:<br />
a. Berusaha mendorong dan mengingatkan hubungan baik antara<br />
keluarga, masyarakat, sekolah dan pemerintah, baik secara<br />
perseorangan maupun organisasi.<br />
b. Untuk menangkal atau menetralisir kemungkinan-kemungkinan<br />
terjadinya bentrokan pengaruh-pengaruh edukatif yang<br />
diberikan di sekolah dan di keluarga. Jika hal ini tidak<br />
terkontrol dengan baik, dikhawatirkan akan dapat merugikan<br />
perkembangan jiwa anak.<br />
c. Diharapkan akan dapat menjadi salah satu instrumen<br />
pendukung bagi upaya peningkatan kualitas hasil balajar siswa<br />
pada bidang PAI secara menyeluruh. 121<br />
121 Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi<br />
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 183.
2) Hubungan kerja sama dengan masyarakat setempat<br />
Hal ini menjadi penting karena SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> menempatkan<br />
diri sebagai bagian dari masyarakat contohnya dalam hal PHBI<br />
(Peringatan Hari Besar Islam) pada hari raya Idul Adha sekolah juga<br />
membagikan hewan qurban, pada hari raya Idul Fitri juga<br />
membagikan zakat pada warga sekitar dan juga membagikan<br />
bingkisan. Selain itu kerja sama juga dilakukan dengan Bapak kos<br />
karena mereka menjadi wakil wali murid bagi siswa yang rumahnya<br />
jauh dari sekolah.<br />
3) Hubungan kerja sama dengan organisasi keagamaan<br />
Kerja sama ini dilakukan SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> dengan takmir<br />
masjid Nurul Jawahir yaitu SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> memanfaatkan<br />
sumber daya (fasilitas masjid) yang ada di masyarakat sebaliknya<br />
masyarakat juga mengambil manfaat dari SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
dalam bentuk pembiayaan pengelolaan masjid. Selain itu, kerja sama<br />
juga dilakukan dengan organisasi KIAS (Kelompok Islam Anak<br />
Sekolah) yang anggotanya terdiri dari siswa SMA/SMK se-<strong>Malang</strong><br />
Raya.<br />
Tujuan dilaksanakannya kerja sama sekolah dengan organisasi<br />
keagamaan yang berada di masyarakat sekitar adalah:<br />
a. Diharapkan akan dapat mengurangi kesenjangan kurikulum PAI<br />
pada sekolah, dalam dimensi rencana dan prosesnya;<br />
b. Sebagai upaya untuk pemerataan hasil-hasil yang diperoleh para<br />
siswa sekolah dalam bidang PAI.
c. Diharapkan pula dapat meningkatkan kualitas hasil yang<br />
diperoleh dalam PAI, dengan asumsi “semakin tinggi proses<br />
diharapkan akan semakin tinggi pula hasil yang dicapainya”. 122<br />
4) Hubungan kerja sama dengan lembaga kemasyarakatan (kepolisian)<br />
setempat<br />
Kerja sama ini dilakukan agar perilaku siswa di luar sekolah,<br />
maupun di luar rumah dapat terpantau sehingga perilaku<br />
menyimpang dapat ditekan seminim mungkin.<br />
5) Hubungan kerja sama dengan Perguruan Tinggi<br />
Kerja sama yang dilakukan yaitu dengan Universitas<br />
Muhammadiyah <strong>Malang</strong> yaitu dalam penggunaan fasilitas Dome<br />
UMM pada waktu kegiatan halal bi halal keluarga besar SMK PGRI<br />
3 <strong>Malang</strong>.<br />
Bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat harus<br />
senantiasa ditingkatkan dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam sebab dengan Pendidikan Islam berarti berusaha untuk membentuk<br />
manusia yang berkepribadian kuat dan baik (berakhlak karimah) berdasarkan<br />
ajaran Islam. 123<br />
3. Strategi Pelaksanaan Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />
Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />
Pelaksanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah sebagai berikut:<br />
122 Abdul Madjid dan Dian Andayani, op. cit. hlm. 184.<br />
123 Ibid. hlm. 139.
a. Pelaksanaan program dilakukan dengan melalui penggerakan dimana<br />
kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi melakukan himbauan kepada<br />
seluruh dewan guru, staf karyawan dan siswa untuk turut berpartisipasi<br />
dalam kegiatan tersebut.<br />
b. Media yang digunakan untuk menggalang partisipasi masyarakat (baik<br />
masyarakat sekolah maupun luar sekolah) berupa undangan dan edaran.<br />
c. Secara teknis seluruh kegiatan selalu melibatkan kesiswaan yaitu dalam<br />
bentuk mengeluarkan SK (Surat Keputusan) dan juga kesiswaan<br />
mempunyai kewenangan untuk memberikan sanksi bagi siswa yang tidak<br />
mengikuti kegiatan yang telah dilaksanakan, misalnya apabila siswa tidak<br />
mengikuti PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) seperti peringatan maulid<br />
Nabi, peringatan hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha maka siswa<br />
dikenakan poin absen tidak masuk, sementara bagi siswa yang tidak<br />
mengikuti kegiatan Pondok Ramadhan maka dikenakan alpha selama 12<br />
jam mata pelajaran.<br />
d. Pelaksanaan penciptaan suasana religius dilakukan dengan selalu<br />
berusaha mendekatkan siswa dengan masjid baik dalam bentuk kegiatan<br />
pembelajaran maupun dalam bentuk kegiatan keagamaan.<br />
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dedi Supriadi bahwa:<br />
“Pembinaan Imtaq melalui kegiatan ekstrakurikuler dilakukan melalui<br />
misalnya kegiatan sholat berjamaah di masjid atau mushalla sekolah,<br />
pengisian bulan suci Ramadhan, ikut serta mengkoordinasikan<br />
kegiatan sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban,<br />
pesantern kilat dan masih banyak lagi. 124<br />
124 Dedi Supriadi, op. cit. hlm. 131.
Penciptaan suasana religius ini menjadi sangat penting karena<br />
sasaran PAI bukan saja siswa mengetahui tentang pengetahuan agama,<br />
namun bagaimana agar siswa beragama. Siswa beragama dalam pengertian<br />
hasil belajar siswa dalam bentuk pengetahuan, dan aturan-aturan agama<br />
yang dimiliki oleh siswa dapat dijadikan pedoman, dan kendali dalam<br />
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. 125<br />
e. Dalam pelaksanaan program seoptimal mungkin dikelola oleh pihak<br />
sekolah dengan memberdayakan yang ada di sekolah dan baru mengambil<br />
dari pihak luar sebagai variasi agar siswa tidak jenuh.<br />
f. Dalam pelaksanaan program yang telah dilaksanakan tidak pernah<br />
memungut dana dari siswa hal ini sudah menjadi komitmen awal dari<br />
pihak sekolah yang disosialisasikan kepada wali murid.<br />
Dari uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa peningkatan mutu<br />
Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> melalui mata pelajaran PAI<br />
dan juga melalui mata pelajaran non-PAI. Pembinaan Imtaq siswa dilakukan<br />
melalui bentuk-bentuk lain, yaitu integrasi kedalam mata pelajaran non-PAI<br />
melalui kegiatan ekstrakurikuler, penciptaan lingkungan yang menunjang bagi<br />
tumbuhnya keimanan dan ketaqwaan siswa, dan mempererat kerja sama antara<br />
sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Pelaksanaannya dilakukan bukan<br />
(hanya) oleh guru Pendidikan Agama Islam, melainkan oleh guru setiap mata<br />
125 Abdul Madjid dan Dian Andayani, op. cit. hlm. 169.
pelajaran secara terpadu sebagai bagian dari pendidikan nilai atau yang disebut<br />
dengan “pendidikan nilai-nilai agama”. 126<br />
4. Strategi Evaluasi Program Hubungan Kerja Sama Sekolah Dengan<br />
Masyarakat dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam<br />
Strategi evaluasi progran hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />
upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat dikelompokkan menjadi:<br />
a. Evaluasi intern<br />
Secara makro dilakukan oleh kepala sekolah sedangkan secara mikro<br />
dilakukan per kepala bidang yaitu dengan melalui proses dari guru PAI<br />
kemudian dilaporkan kepada kepala bidang kemudian direkap untuk<br />
diserahkan kepada guru wali, dan guru wali yang menindaklanjuti untuk<br />
mengkomunikasikan kepada siswa ataupun dengan wali murid.<br />
b. Evaluasi langsung dengan siswa<br />
Hal ini dilakukan dengan melihat langsung di masjid, dan akan langsung<br />
diumumkan agar siswa melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang<br />
telah dilakukan, selain itu evaluasi dilakukan di dalam kelas maupun pada<br />
saat apel siswa.<br />
c. Evaluasi dilakukan dengan memberikan punishment (hukuman) kepada<br />
siswa yang melanggar.<br />
d. Evaluasi dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua<br />
siswa secara periodik baik melalui rapat formal maupun non formal untuk<br />
mengontrol aktivitas siswa.<br />
126 126 Dedi Supriadi, op. cit. hlm 130-131.
Dari proses evaluasi yang dilakukan, maka dapat diketahui beberapa<br />
faktor pendukung dan penghambat dalam hubungan kerjasama sekolah<br />
dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama<br />
Islam.<br />
Faktor pendukung hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat<br />
dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam antara lain:<br />
a. Pihak sekolah sepenuhnya;<br />
b. Segala fasilitas yang sudah disediakan;<br />
c. Pengurus OSIS yang aktif;<br />
d. Penyediaan materiil;<br />
e. Kesamaan kepentingan dan loyalitas seluruh warga sekolah;<br />
f. Kepercayaan masyarakat terhadap lembaga.<br />
Sedangkan faktor penghambat hubungan kerjasama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam antara<br />
lain:<br />
a. Sebagian orang tua yang tidak melakukan pengawasan terhadap<br />
keseharian anaknya.<br />
b. Ketidak aktifan sebagian guru dan siswa untuk berpartisipasi dalam<br />
kegiatan.<br />
c. Pergaulan dan pengaruh dari luar yang tidak kondusif bagi perkembangan<br />
keberagamaan siswa.<br />
d. Padatnya kegiatan pembelajaran siswa karena skala prioritas siswa SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong> ketika lulus sekolah adalah bekerja.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, mutu Pendidikan Agama Islam<br />
siswa SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah:<br />
a. Jika dilihat dari input nya maka merupakan masukan yang bagus karena<br />
dalam PSB (Penerimaan Siswa Baru) terdapat tes fisik yaitu siswa harus<br />
bebas dari tindik (bagi laki-laki dan perempuan dalam batas wajar);<br />
maupun bebas tato meskipun secara teori Pendidikan Agama Islam tidak<br />
diberikan namun kalau ditelaah secara agama hal itu memang ada.<br />
b. Jika mutu dilihat dari proses maka mutu Pendidikan Agama Islam di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> sudah baik karena guru menggunakan metode<br />
pembelajaran secara variatif dengan didukung fasilitas yang ada, serta<br />
guru PAI sudah memiliki kualifikasi pendidikan,<br />
c. Jika mutu dilihat dari out put atau hasil maka mutu Pendidikan Agama<br />
Islam di SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong>, dilihat dari nilai akademik yaitu hasil nilai<br />
ujian atau kompetensi masih dalam keadaan baik tetapi jika hasil dilihat<br />
dari dalam kesehariannya maka Pendidikan Agama Islam belum<br />
terinternalisasikan dalam kesehariannya hanya sebagian kecil saja yang<br />
mempraktekkan.
A. Kesimpulan<br />
BAB VI<br />
PENUTUP<br />
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat<br />
mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian ini, antara lain:<br />
1. Strategi perencanaan program hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di<br />
SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> adalah: menetapkan bentuk-bentuk program;<br />
didasarkan pada kenyataan nyata masa kini dan masa depan; didasarkan<br />
pada kebutuhan masyarakat; berusaha untuk memanfaatkan sumber daya<br />
yang ada baik dari guru, siswa, sarana prasarana maupun dari dana;<br />
melibatkan seluruh guru dan staf sekolah dan melakukan melakukan<br />
penjadwalan serta mengalokasikan dana.<br />
2. Bentuk hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat di SMK<br />
PGRI 3 <strong>Malang</strong> terdiri dari: a) hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
masyarakat sekolah yang meliputi hubungan kerja sama sekolah dengan<br />
kepala sekolah; hubungan kerja sama dengan kepala bidang kesiswaan;<br />
hubungan kerja sama sekolah dengan dewan guru; hubungan kerja sama<br />
sekolah dengan siswa dan hubungan kerja sama dengan staf karyawan, b)<br />
hubungan kerja sama dengan masyarakat luar sekolah yang meliputi,<br />
hubungan kerja sama dengan wali murid, hubungan kerja sama dengan<br />
masyarakat setempat, hubungan kerja sama dengan organisasi keagamaan,
hubungan kerja sama dengan lembaga kemasyarakatan (kepolisian)<br />
setempat, dan hubungan kerja sama dengan Perguruan Tinggi<br />
3. Strategi pelaksanaan program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />
upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> dilakukan dengan melalui penggerakan oleh kepala sekolah;<br />
pemanfaatan media untuk menggalang partisipasi masyarakat (baik<br />
masyarakat sekolah maupun luar sekolah) berupa undangan dan edaran;<br />
melibatkan kesiswaan dalam setiap kegiatan dalam hal mengeluarkan SK<br />
(Surat Keputusan) dan mengeluarkan peraturan, penciptaan suasana<br />
religius contohnya dengan selalu berusaha mendekatkan siswa dengan<br />
masjid baik di dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam bentuk<br />
kegiatan keagamaan; memberdayakan sumber daya sekolah; pelaksaaan<br />
kegiatan tidak memungut dana dari siswa; pelaksanaannya dilakukan<br />
bukan (hanya) oleh guru Pendidikan Agama Islam, melainkan oleh guru<br />
setiap mata pelajaran secara terpadu sebagai bagian dari pendidikan nilai<br />
atau yang disebut dengan “pendidikan nilai-nilai agama”.<br />
4. Strategi evaluasi program hubungan sekolah dengan masyarakat dalam<br />
upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam di SMK PGRI 3<br />
<strong>Malang</strong> adalah a) evaluasi intern: secara makro dilakukan oleh kepala<br />
sekolah sedangkan secara mikro dilakukan per kepala bidang yaitu dengan<br />
melalui proses dari guru PAI kemudian dilaporkan kepada kepala bidang<br />
kemudian direkap untuk diserahkan kepada guru wali, dan guru wali yang<br />
menindaklanjuti untuk mengkomunikasikan kepada siswa ataupun dengan
B. Saran<br />
wali murid; b) Evaluasi langsung dengan siswa baik di masjid, di kelas<br />
maupun pada saat apel sekolah; c) evaluasi dilakukan dengan memberikan<br />
punishment (hukuman) kepada siswa yang melanggar; d) Evaluasi<br />
dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa secara<br />
periodik.<br />
1. Untuk mensukseskan program hubungan kerja sama antara sekolah dan<br />
masyarakat maka diperlukan komitmen bersama dan kesamaan tujuan<br />
untuk itu sosialisasi harus senantiasa terus dilakukan agar tidak terjadi<br />
kesalahpahaman.<br />
2. Upaya peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam tidak akan berhasil<br />
tanpa kerja sama dari orang tua oleh karena itu pendidikan Agama Islam di<br />
dalam keluarga dituntut untuk berbuat banyak dalam rangka pendidikan<br />
Agama Islam bagi anak mengingat waktu yang tersedia untuk Pendidikan<br />
Agama Islam di sekolah terbatas.<br />
3. Sekolah harus senantiasa menciptakan suasana yang religius hal ini<br />
dimaksudkan agar Pendidikan Agama Islam tidak hanya dipahami sebagai<br />
sebuah pengetahuan tetapi lebih dari itu yaitu agama harus tercermin<br />
dalam perilakunya sebagai manusia yang beragama.<br />
4. Setiap guru mata pelajaran harus secara sadar dan sistematis membimbing<br />
siswanya untuk menyadari bahwa apa yang dipelajarinya mengandung<br />
nilai-nilai Imtaq yang dapat memperkokoh komitmen keberagamaannya.
DAFTAR PUSTAKA<br />
Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI. 1996. Semarang:<br />
PT Karya Toha Putra Semarang.<br />
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.<br />
Jakarta: Rineka Cipta.<br />
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:<br />
Aditya Media dan Universitas Negeri Yogyakarta.<br />
Aritonang, Dinory M. Memantapkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Pilar<br />
Good Governance Dalam Pembangunan (http: www. Google.com, diakses<br />
tanggal 21 Februari 2009).<br />
Bafadal, Ibrahim. 2006. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta:<br />
PT Bumi Aksara.<br />
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Demokrasi ke<br />
Lembaga Akademik. Jakarta: PT Bumi Aksara.<br />
Fadjar, Malik. 1998. Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga<br />
Pengembangan Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia (LP3NI).<br />
Direktorat Pembinaaan SMK, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar<br />
dan Menengah Sekolah Menengah Kejuruan. Visi, Misi dan Tujuan SMK<br />
(http: www. Google. com. Ditpsmk.net/?page=content;3-15k, diakses<br />
tanggal 6 Maret 2009)<br />
Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan<br />
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT raja<br />
Grafindo Persada.<br />
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan<br />
Aplikasinya. Jakarta: Galia Indonesia.<br />
Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT<br />
Remaja Rosdakarya.<br />
Kande, Fredrik Akuntabilitas dalam Manajemen Berbasis Sekolah (http: www.<br />
Yahoo. com, diakses tanggal 21 Februari 2009)<br />
Marno, 2007. Islam by Management and Leadership Tinjauan Teoritis dan<br />
Empiris Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Lintas<br />
Pustaka.
Madjid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis<br />
Kompetensi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja<br />
Rosdakarya.<br />
Muhaimin, dkk. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan<br />
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />
Mulyasa. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />
. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja<br />
Rosdakarya.<br />
Norhapni. 2005. Proses Pengelolaan Humas (Studi Kasus di SDN Purwantoro<br />
<strong>Malang</strong>). Tesis, tidak diterbitkan, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri<br />
<strong>Malang</strong>.<br />
Nurdin, M. 2005. Pendidikan Yang Menyebalkan. Jogjakarta: Ar-Ruuz Media.<br />
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka<br />
Cipta.<br />
Purwanto, Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT.<br />
Remaja Rosdakarya.<br />
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2007. Perencanaan<br />
Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja<br />
Rosdakarya.<br />
Siregar, Imron dkk. 2005. Kepemimpinan Madrasah Mandiri Jakarta: Puslitbang<br />
Pendidikan Agama dan Keagamaan.<br />
Syaodih, Nana S, dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah<br />
(Konsep Prinsip dan Instrumen). Bandung: Refika Aditama.<br />
Subagyo, P. Joko. 2004. Metodologi penelitian Dalam teori dan Praktek. PT.<br />
Rineka Cipta<br />
Sahertian, Piet. 1994. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah.<br />
Surabaya: Usaha Nasional<br />
Siswanto, 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.<br />
Suderadjat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.<br />
Bandung: CV Cipta Cekas Grafika.
Saleh, Abdul Rachman. 2006. Pendidikan Agama dan pembangunan Watak<br />
Bangsa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.<br />
Supriadi, Dedi. 2004. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: PT<br />
Remaja Rosdakarya.<br />
Tim Dosen FIP-IKIP <strong>Malang</strong>. 2003. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Usaha<br />
Nasional: Surabaya. Hlm. 178<br />
Usman, Husaini dan Purnomo S. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT<br />
Bumi Aksara.
DOKUMENTASI<br />
Wawancara dengan Wawancara dengan Guru PAI<br />
Kepala SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong> SMK PGRI 3 <strong>Malang</strong><br />
Wawancara dengan Kepala Bidang Wawancara dengan Kepala Bidang<br />
Bursa Kerja Aktif & Kerja sama Mesin dan Manajemen Niaga<br />
Wawancara dengan Satpam Kerja sama wali murid dengan sekolah<br />
sekaligus warga setempat mengenai perizinan siswa