26.04.2015 Views

NEWSLETTER AMPL

NEWSLETTER AMPL

NEWSLETTER AMPL

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Edisi April 2009<br />

<strong>NEWSLETTER</strong> <strong>AMPL</strong><br />

AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN<br />

Edisi April 2009<br />

Agenda<br />

02 Maret 2009<br />

Dialog Kebijakan Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah<br />

Tangga Keluarga Miskin Kota<br />

Denpasar - Bali<br />

Konvensi Sanitasi Perkotaan<br />

“Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Perkotaan”<br />

03 Maret 2009<br />

- Rapat Jejaring <strong>AMPL</strong><br />

- Presentasi dan Diskusi Petunjuk Praktis Teknologi <strong>AMPL</strong>-BM<br />

RR Lt.6 Wisma Bakrie 2 - Jakarta<br />

03 - 06 Maret 2009<br />

Lokakarya Nasional Konsolidasi Pelaksanaan Kebijakan<br />

Nasional <strong>AMPL</strong>-BM Tahun 2009 Wilayah Barat<br />

Hotel Arion Swiss Bel, Bandung - Jawa Barat<br />

06 Maret 2009<br />

Diskusi Pembahasan Tindak Lanjut Kegiatan Studi <strong>AMPL</strong><br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong> - Jakarta<br />

10 - 14 Maret 2009<br />

Lokakarya dan Pelatihan Penyusunan Rencana Strategis<br />

<strong>AMPL</strong> Kota Ambon<br />

Hotel Tirta Kencana - Ambon<br />

11 - 14 Maret 2009<br />

Orientasi CLTS/STBM Program SANIMAS<br />

Hotel Puri Khatulistiwa, Sumedang - Jawa Barat<br />

12 Maret 2009<br />

Kunjungan Studi Kerja Lapangan (Cross Learning Visit)<br />

Pokja <strong>AMPL</strong> Kabupaten Aceh Besar dan Care International<br />

Indonesia Banda Aceh ke Pokja <strong>AMPL</strong> Nasional<br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong> - Jakarta<br />

12 - 13 Maret 2009<br />

Workshop Penyusunan Panduan Petaka (Resource Kit) WSLIC<br />

Hotel Puri Jaya - Jakarta<br />

13 Maret 2009<br />

Rapat Jejaring <strong>AMPL</strong><br />

Sektretariat Pokja <strong>AMPL</strong> - Jakarta<br />

16 Maret 2009<br />

Pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) SANIMAS 2009 -<br />

Angkatan I<br />

Hotel Kusuma Sahid Prince, Solo - Jawa Tengah<br />

FGD Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Permukiman<br />

RR SS.1-2 Bappenas - Jakarta<br />

Rapat Jejaring <strong>AMPL</strong> - Johnson&Johnson<br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong> - Jakarta<br />

17 Maret 2009<br />

Rapat Policy Action Road Map MDGs<br />

RR 301, Bappenas - Jakarta<br />

FGD Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Permukiman<br />

RR SS.4, Bappenas - Jakarta<br />

18 Maret 2009<br />

Workshop Review Pembelajaran Stakeholder STOPs<br />

JW Marriot Hotel, Surabaya - Jawa Timur<br />

International Workshop on Sanitation Domestic Wastewater<br />

Grand Hyatt - Jakarta<br />

19 Maret 2009<br />

Expose Meeting National Program Capacity Building untuk<br />

Kesinambungan Pasca WSLIC-2 (Exit Strategy)<br />

Hotel Puri Avia Resort, Puncak - Bogor<br />

20 Maret 2009<br />

Kunjungan Advisor Plan International Bangkok untuk<br />

Penerapan STBM<br />

Kabupaten Trenggalek - Jawa Timur<br />

20 - 21 Maret 2009<br />

The Water Dialogue<br />

Hotel Novotel, Golf Estate Bogor Raya - Bogor<br />

Lokakarya Manajemen Data <strong>AMPL</strong><br />

Hotel Sentani Indah - Jayapura<br />

23 Maret 2009<br />

Pertemuan dengan Plan International Bangkok<br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong>, Menteng - Jakarta<br />

berlanjut ke halaman 2...<br />

Bertempat di Gedung Sapta Taruna,<br />

Departemen Pekerjaan Umum digelar<br />

sebuah perhelatan besar dengan<br />

skala nasional dengan mengusung tema sanitasi.<br />

Acara yang diberi nama Konvensi Sanitasi<br />

Perkotaan melibatkan seluruh stakeholder<br />

pembangunan mulai dari pemerintah pusat<br />

dan daerah (walikota, perwakilan Bappeda,<br />

dan instansi terkait), Lembaga Swadaya<br />

Masyarakat, Lembaga Donor Internasional<br />

(Unicef, Usaid, World Bank), Proyek Sanitasi<br />

(ISSDP, MSMHP, ESP, TSSM), kalangan<br />

akademisi dan organisasi yang bergerak<br />

dalam bidang sanitasi dan tergabung dalam<br />

Jejaring <strong>AMPL</strong> (Air Minum dan Penyehatan<br />

Lingkungan).<br />

Acara ini berlangsung selama<br />

dua hari penuh (tanggal<br />

20-21 April 2009) karena selain<br />

diisi dengan sesi panel dan presentasi<br />

acara ini juga dilengkapi<br />

dengan pameran dan sejumlah<br />

pertunjukan seni dengan tema<br />

sanitasi. Pameran dan pertunjukan<br />

seni tersebut bertempat<br />

di Ruang Pendopo Departemen<br />

Pekerjaan Umum.<br />

Acara ini dibuka oleh<br />

Tampak Menteri PU, Djoko<br />

Kirmanto foto: Bowo<br />

Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto.<br />

Untuk memenuhi keingintahuan media mengenai<br />

apa tujuan dan pesan yang ingin disampaikan<br />

dalam acara ini maka tim panitia<br />

juga menggelar konferensi pers yang dimoderatori<br />

oleh Farrah Amini (Communication<br />

Specialist Proyek ISSDP) dan menghadirkan<br />

Guy Hutton (Penulis Buku Dampak Sanitasi<br />

bagi Ekonomi, Water and Sanitation Program-World<br />

Bank) sebagai nara sumber.<br />

Diskusi berlangsung secara interaktif<br />

dalam konferensi pers ini. Guy mengatakan<br />

bahwa pembenahan sanitasi harus segera<br />

dilakukan, dalam kurun waktu 18 tahun<br />

terakhir ini tidak terjadi perubahan secara<br />

signifikan dalam pembangunan sanitasi di<br />

Indonesia. Sepertinya, peningkatan<br />

investasi di sektor sanitasi<br />

merupakan salah satu cara untuk<br />

perbaikan di sektor ini jika pemerintah<br />

Indonesia ingin meningkatkan<br />

profil sanitasi dalam<br />

20 tahun mendatang. Indonesia<br />

bisa belajar dari RRC (Republik<br />

Rakyat Cina) yang hanya dalam<br />

kurun waktu 10 tahun investasi<br />

di bidang sanitasi sudah mencapai<br />

USD 4,3 M. Hasilnya profil<br />

foto: Bowo


Hal. 2<br />

Edisi April 2009<br />

sanitasi meningkat. Tentunya investasi tidak<br />

hanya di bidang infrastruktur saja, tetapi<br />

juga harus sejalan dengan investasi pada perubahan<br />

perilaku penduduk agar sadar akan<br />

pentingnya sanitasi. Acara konferensi pers<br />

ini diikuti oleh sejumlah media massa seperti<br />

Majalah Percik, Pikiran Rakyat, Kompas, the<br />

Jakarta Post, dan media massa lainnya.<br />

Acara konvensi ini ditutup oleh Direktur<br />

Permukiman dan Perumahan Bappenas, Budi<br />

Hidayat. Semoga konvensi ini merupakan<br />

langkah awal untuk bergerak bersama dengan<br />

strategi sanitasi perkotaan (courtesy of konvensi<br />

sanitasi perkotaan). WIL<br />

foto-foto: Bowo<br />

Agenda<br />

23 Maret 2009<br />

Pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Sanimas<br />

2009 Angkatan 2<br />

Hotel Kusuma Sahid Prince - Solo<br />

25 Maret 2009<br />

Rapat Pokja <strong>AMPL</strong> - Plan Indonesia<br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong>, Menteng - Jakarta<br />

27 Maret 2009<br />

Rapat Konsinyasi RPJM<br />

RR Bappenas - Jakarta<br />

30 Maret 2009<br />

Diskusi Media “Menuju Indonesia Stop Buang Air Besar<br />

Sembarangan 2014: Mungkinkah?”<br />

Kampus Universitas Trisakti - Jakarta<br />

06 April 2009<br />

Pertemuan Koordinasi Program ICWRMP<br />

RR Gd.D2 Lt.IV, Ditjen P2PL Departemen Kesehatan - Jakarta<br />

07 April 2009<br />

Rapat Koordinasi Persiapan Inter-Country Workshop on<br />

Joint Monitoring Program (JMP) dan Kunjungan Tim Water<br />

Aid Timor Leste<br />

RR Gd.D Lt.IV, Ditjen P2PL Departemen Kesehatan - Jakarta<br />

08 April 2009<br />

Rapat Persiapan Launching dan Roadshow STBM WSLIC-2<br />

RR Gd.D3 Lt.IV, Ditjen P2PL Departemen Kesehatan - Jakarta<br />

13 - 14 April 2009<br />

Water and Sanitation Monitoring Conference 2009<br />

Le Meridien Hotel - Jakarta<br />

14 April 2009<br />

Rapat dengan WSP-EA (Evaluation Team Mission)<br />

RR Direktur Perkim Bappenas - Jakarta<br />

15 April 2009<br />

Pertemuan lanjutan Persiapan Inter-Country Workshop on<br />

Joint Monitoring Program (JMP)<br />

RR Gd.D Lt.IV, Ditjen P2PL Departemen Kesehatan - Jakarta<br />

Rapat Pleno Konsinyasi RPJM 2010-2014 Bidang Cipta Karya<br />

Hotel Ambhara R.Dirgantara - Jakarta<br />

15 - 17 April 2009<br />

Studi Banding Tim Water Aid Australia - Timor Leste<br />

Kabupaten Timur Tengah Selatan - Nusa Tenggara Timur<br />

Hari Bumi<br />

tahun ini<br />

merupakan<br />

keberhasilan<br />

besar karena lebih<br />

dari 4.000 kotakota<br />

di 88 negara<br />

ikut berpartisipasi<br />

semenjak pertama<br />

kali dijadikan<br />

sebagai kegiatan<br />

resmi dunia.<br />

Beberapa<br />

tempat menyelenggarakan<br />

Earth Week (Minggu Bumi) atau<br />

Earth Month (Bulan Bumi) dalam menyambut<br />

Hari Bumi tanggal 22 April, dengan serangkaian<br />

kegiatan lingkungan sepanjang bulan April.<br />

Konsep Hari Bumi dicetuskan oleh Senator<br />

Gaylord Nelson dari Wisconsin dan diselenggarakan<br />

pertama kali oleh Denis Hayes pada 1970.<br />

Jaringan Hari Bumi didasarkan pada kebutuhan<br />

bahwa semua orang memiliki hak moral untuk<br />

sehat, serta pembangunan lingkungan.<br />

Jaringan Hari Bumi memiliki lebih dari<br />

Hari Bumi 2009<br />

17.000 mitra dan organisasi di 174 negara.<br />

Lebih dari 1 miliar orang berpartisipasi dalam<br />

kegiatan Hari Bumi, ini menjadikan salah satu<br />

event terbesar di dunia.<br />

Di peringatan Hari Bumi tahun ini, akan diluncurkan<br />

Green Generation Campaign (Kampanye<br />

Generasi Hijau), proyek yang dilakukan<br />

selama dua tahun dan akan berakhir bertepatan<br />

dengan peringatan ke-40 Hari Bumi pada tahun<br />

2010.<br />

Fokus khusus dari Kampanye Hijau Generasi<br />

adalah :<br />

- Pemberdayaan sumber energi yang bebas<br />

karbon, sehingga mengurangi ketergantungan<br />

pada bahan bakar berasal dari fosil dan<br />

juga batubara.<br />

- Komitmen diri sendiri untuk bertanggung<br />

jawab dalam penggunaannnya.<br />

- Mengembangkan ekonomi hijau yang<br />

mengangkat masyarakat dari kemiskinan<br />

dengan menciptakan jutaan pekerjaan di<br />

bidang lingkungan yang berkualitas dan<br />

merubah sistem pendidikan lingkungan<br />

menjadi lebih baik.<br />

MCH<br />

16 April 2009<br />

Rapat Koordinasi Tim Fasilitasi Pusat Program Kerjasama<br />

RI-UNICEF<br />

RR SG.4, Bappenas - Jakarta<br />

Rapat Pembahasan Kegiatan Lokakarya Strategi Sanitasi<br />

Kota dan Kabupaten<br />

RR PPLP Lt.7 Gedung Cipta Karya, Departemen Pekerjaan<br />

Umum - Jakarta<br />

Kunjungan Tim Evaluasi Independen (IEE) WSP<br />

Kabupaten Serang - Banten<br />

Pertemuan WSP-AusAid- Bappenas<br />

RR Direktur Perkim Bappenas - Jakarta<br />

17 April 2009<br />

Rapat Pokja <strong>AMPL</strong> (Monev STBM)<br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong>, Menteng - Jakarta<br />

Rapat Tim Evaluasi Independen WSP - Pokja <strong>AMPL</strong><br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong>, Menteng - Jakarta<br />

20 - 21 April 2009<br />

Konvensi Sanitasi Perkotaan<br />

“Bergerak Bersama Dengan Strategi Sanitasi Perkotaan”<br />

Gedung Sapta Taruna, Departemen Pekerjaan Umum - Jakarta<br />

21 April 2009<br />

Diskusi Media Ahli Sanitasi Konvensi Sanitasi Perkotaan<br />

“Pembangunan Sektor Sanitasi untuk 250 Juta Rakyat<br />

Indonesia, Mungkinkah?”<br />

Departemen Pekerjaan Umum - Jakarta<br />

22 April 2009<br />

Focused Group Discussion (FGD) OXFAM<br />

“Penanganan <strong>AMPL</strong> di Kawasan Penjaringan dan Cilincing,<br />

Jakarta Utara”<br />

Sekretariat WES-UNICEF, Wisma Bakrie 2 - Jakarta<br />

23 April 2009<br />

Rapat WASPOLA (Presentasi CLTS)<br />

Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong>, Menteng - Jakarta<br />

Pertemuan lanjutan Persiapan Inter-Country Workshop on<br />

Joint Monitoring Program (JMP)<br />

RR Gd.D Lt.IV, Ditjen P2PL Departemen Kesehatan - Jakarta<br />

Rapat Diskusi Strategi Implementasi 5 Pilar STBM<br />

RR Gd.D Lt.IV, Ditjen P2PL Departemen Kesehatan - Jakarta


Edisi April 2009<br />

Hal. 3<br />

Konferensi Pemantauan Air dan Sanitasi 2009 (Conference on Water and<br />

Sanitation Monitoriong 2009) - Lessons from Around the World<br />

Bertempat di Hotel Meridian Jakarta<br />

dilangsungkan Konferensi<br />

Pemantauan Air dan Sanitasi<br />

2009 yang diselenggarakan oleh Bappenas<br />

yang didukung oleh Proyek Indonesia<br />

Water and Sanitation Project (WASAP),<br />

salah satu proyek yang didanai pemerintah<br />

Belanda. Konferensi dibuka oleh<br />

Budi Hidayat (Direktur Permukiman dan<br />

Perumahan Bappenas) mewakili Deputi<br />

Sarana dan Prasarana Bappenas.<br />

Konferensi ini dimaksudkan sebagai<br />

ajang untuk saling berbagi diantara pemangku<br />

kepentingan tentang aspek pemantauan,<br />

baik dari luar maupun dalam<br />

negeri. Beberapa pembicara luar negeri<br />

adalah Kolombia, Uganda, Vietnam, WSP<br />

dan India. Sementara pembicara dalam<br />

negeri berasal dari Departemen Pekerjaan<br />

Umum, Departemen Kesehatan,<br />

BPS, Walikota Bogor, dan Ketua Pokja<br />

<strong>AMPL</strong> Kabupaten Bangka. Diharapkan<br />

dengan demikian dapat diperoleh<br />

masyukan yang berarti tentang upaya<br />

peningkatan kinerja pemantauan air minum<br />

dan sanitasi di Indonesia yang sampai<br />

saat ini masih merupakan isu penting<br />

dan ‘krusial’ di Indonesia. OM<br />

Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Budi<br />

Hidayat sedang membacakan sambutan Deputi Sarana<br />

dan Prasarana Bappenas foto: OM<br />

Diskusi Media<br />

“Menuju Indonesia Stop Buang Air Besar Sembarangan 2014: Mungkinkah?”<br />

Setelah 2008 lalu Menteri Kesehatan<br />

Siti Fadillah Supari mencanangkan<br />

Program 10.000 Desa Bebas Buang<br />

Air Besar Sembarangan (BABS) pada 2011,<br />

giliran Wakil Presiden Jusuf Kalla mencanangkan<br />

Program Indonesia Stop Buang<br />

Air Besar Sembarangan 2014. Program ini<br />

sebagai komitmen Pemerintah dalam rangka<br />

mengatasi persoalan pembangunan sanitasi<br />

sejalan pencapaian target Millennium<br />

Development Goals (MDGs) 2015.<br />

Terkait program tersebut, Jejaring<br />

<strong>AMPL</strong> bekerjasama dengan Jurusan Teknik<br />

Lingkungan Universitas Trisakti, ISSDP,<br />

dan Oxfam menggelar Diskusi Media bertajuk<br />

“Menuju Indonesia Stop Buang Air<br />

Besar Sembarangan 2014: Mungkinkah?”.<br />

Diskusi panel ini digelar pada Senin, 30<br />

Maret 2009, di Kampus Universitas Trisakti<br />

Jakarta.<br />

Empat pembicara dihadirkan, yaitu Kasubdit<br />

Air Minum dan Air Limbah Bappenas<br />

Nugroho Tri Utomo, Kasubdit Penyehatan<br />

Air Departeman Kesehatan Zaenal<br />

Nampira, Kasi Wilayah I Subdit Pengembangan<br />

Sistem Air Limbah Departemen PU<br />

Suherman, dan Ketua Jurusan Teknik Lingkungan<br />

USAKTI Aryani Dwi Astuti.<br />

Selama ini sanitasi terus menjadi persoalan<br />

di Indonesia dan berbagai pihak terus<br />

mencari jalan keluarnya. Bayangkan, data<br />

dari WSP tahun 2008; Indonesia menghasilkan<br />

17 ton tinja per hari yang dibuang<br />

secara sembarangan. Nugroho Tri Utomo<br />

menekankan pentingnya pendidikan sanitasi<br />

di Indonesia. “Pendidikan yang dilakukan<br />

masih pada tataran normatif belum menyentuh<br />

fakta-fakta yang langsung terkait<br />

dengan masyarakat sehingga dibutuhkan<br />

pendampingan dan pemberdayaan,” ungkapnya.<br />

Suherman mengakui kesadaran<br />

masyarakat akan pentingnya sanitasi<br />

ternyata belum sampai pada titik yang dibutuhkan.<br />

Kesadaran ini, lanjutnya, termasuk<br />

pada kalangan birokrat dan legislatif.<br />

Sementara menurut Zaenal Nampira,<br />

masalah sanitasi adalah masalah lingkungan<br />

dan perilaku. Ia menjelaskan menurut<br />

data Riskesdas tahun 2007 disebutkan 63,5<br />

persen rumah tangga Indonesia mempunyai<br />

akses terhadap sanitasi yang baik namun<br />

24,8 persennya tidak menggunakan akses<br />

itu dengan baik. “Akibat sanitasi buruk,<br />

Para peserta diskusi sedang mengikuti dengan cermat<br />

materi yang di sampaikan pembicara foto: Bowo<br />

31,4 persen kematian bayi karena diare. Sehingga<br />

penting melakukan kampanye penyadaran<br />

terhadap eksekutif dan legislatif,”<br />

tuturnya.<br />

Aryani Dwi Astuti menawarkan opsi<br />

teknologi untuk penanganan sanitasi seperti<br />

pembangunan IPAL dan WC kering.<br />

“Agar masyarakat memanfaatkan teknologi<br />

sanitasi dengan maksimal, harus melibatkan<br />

masyarakat dalam pembangunannya sehingga<br />

merasa memiliki,” jelasnya.<br />

Seusai diskusi, berlanjut pada rapat<br />

internal Jejaring <strong>AMPL</strong> membahas prioritas<br />

kegiatan bidang dan kegiatan sekretariat<br />

jejaring. Termasuk membahas legalisasi<br />

Jejaring <strong>AMPL</strong> sebagai perkumpulan<br />

masyarakat. BW


Hal. 4<br />

Edisi April 2009<br />

Diskusi “Jalan Panjang Pembangunan Sanitasi Indonesia Timur”<br />

Tampak para pembicara dalam acara diskusi tersebut<br />

foto: Bowo<br />

Diskusi yang mengusung tema<br />

“Jalan Panjang Pembangunan<br />

Sanitasi Indonesia” yang dimoderatori<br />

oleh Oswar Mungkasa (Kasubdit<br />

Persampahan dan Drainase, Bappenas)<br />

diadakan dalam rangka Konvensi Sanitasi<br />

Perkotaan yang bertempat di Gedung Sapta<br />

Taruna, Departemen Pekerjaan Umum (21<br />

April 2009). Diskusi ini menghadirkan<br />

beberapa narasumber antara lain Walikota<br />

Ambon, Wakil Walikota Jayapura dan Wakil<br />

dari Bappeda Kota Menado.<br />

Walikota Ambon mengungkapkan bahwa<br />

wilayah Ambon sebagian besar terdiri<br />

dari daerah berbukit yang berlereng terjal,<br />

sehingga menyebabkan pola permukiman<br />

dan pola konsumsi masyarakat menjadi<br />

berubah. Drainase yang ada digunakan untuk<br />

saluran air dan saluran limbah yang dihasilkan<br />

oleh rumah tangga.<br />

Untuk program air minum, ESP bekerjasama<br />

dengan PDAM Kota Ambon telah<br />

melakukan evaluasi sumber air baku, monitoring<br />

kualitas sumber air, evaluasi sumber<br />

air baku, dan beberapa kegiatan lainnya. Sedangkan<br />

untuk program sanitasi dilaksanakan<br />

bersama Pokja <strong>AMPL</strong> yang dilakukan<br />

dengan memfasilitasi penyusunan Rencana<br />

Strategis (Renstra).<br />

Wakil Walikota Jayapura mengatakan<br />

bahwa masalah sanitasi dan penyehatan<br />

lingkungan di Jayapura sangatlah kompleks.<br />

Untuk sektor air bersih telah dilayani<br />

oleh PDAM. Selain itu masalah limbah di<br />

Jayapura masih sangat tinggi. Mereka beranggapan<br />

bahwa untuk buang air besar<br />

dengan menggunakan saluran dari batangbatang<br />

air masih dianggap tabu, karena<br />

masyarakat setempat sangat menghormati<br />

batang-batang air tersebut. Sekitar tahun<br />

1990-an Dinas Pekerjaan Umum telah menerapkan<br />

pengolahan limbah melalui IPAL.<br />

Tetapi sekarang sudah tidak lengkap lagi.<br />

Lain halnya dengan Kota Menado.<br />

Dengan luas sekitar 15.320 m2, pemanfaatan<br />

lahan sekitar 40-45%, tingkat<br />

kepemilikan jamban di Menado sebesar<br />

95%. Hal ini disebabkan karena kesadaran<br />

masyarakat yang tinggi. Kota Menado juga<br />

telah mendapatkan penghargaan sebagai<br />

Kota Sehat sebanyak 2 kali. Namun yang<br />

menjadi masalah adalah masyarakat yang<br />

tinggal di bantaran sungai. Karena mereka<br />

masih sulit untuk mendapatkan akses<br />

sanitasi yang baik. Untuk masalah sampah,<br />

sampah yang diangkut ke TPA hanya sebesar<br />

60-61%. Ini disebabkan karena sebagian<br />

sampah di Menado sudah menerapkan<br />

sistem 3 R (Reduce, Reuse, and Recycle).<br />

Diskusi ini akhirnya ditutup dengan<br />

beberapa harapan yang diutarakan oleh<br />

masing-masing narasumber. Diantaranya<br />

adalah mereka mengusulkan kepada Menteri<br />

Pekerjaan Umum untuk menerapkan<br />

satu sistem sanitasi yang baik dengan memperhatikan<br />

kondisi geografis. Karena hal<br />

tersebut sangat mempengaruhi terhadap<br />

sanitasi dan drainase yang baik. Pemerintah<br />

juga diharapkan memberikan porsi DAK<br />

yang lebih besar untuk sektor sanitasi dan<br />

penyehatan lingkungan. DEW<br />

Diskusi Media Ahli Sanitasi<br />

“Pembangunan Sektor Sanitasi untuk 250 Juta Rakyat Indonesia, Mungkinkah?”<br />

Pembangunan sanitasi untuk 250<br />

juta masyarakat Indonesia, dapat<br />

dilakukan. Namun tentunya, masih<br />

banyak persoalan yang perlu diatasi. Seperti<br />

yang telah diketahui hingga kini, sanitasi<br />

bukan prioritas utama para pengambil<br />

keputusan. Masih terdapat sekitar 70 juta<br />

masyarakat Indonesia yang belum memiliki<br />

akses terhadap fasilitas sanitasi dasar.<br />

Akibatnya Indonesia kehilangan 5,6 trilyun<br />

setiap tahunnya. Untuk mengatasi hal<br />

tersebut, pemerintah melalui Tim Teknis<br />

Pembangunan Sanitasi (TTPS) mengembangkan<br />

Strategi Sanitasi Kota (SSK).<br />

Pada Diskusi Media ”Pembangunan<br />

Sektor Sanitasi untuk 250 Juta Rakyat<br />

Indonesia, Mungkinkah?” yang diselenggarakan<br />

tanggal 21 April 2009 di Departemen<br />

Pekerjaan Umum, Nugroho Tri<br />

Utomo, Kasubdit Air Minum dan Air Limbah<br />

BAPPENAS, mengungkapkan bahwa<br />

SSK ini telah diterapkan di 11 kota di 9<br />

propinsi di Indonesia. ”SSK merupakan<br />

perencanaan sanitasi yang menggunakan<br />

pendekatan gabungan bottom up dan top<br />

down,” jelasnya.<br />

Namun, pada dasarnya persoalan<br />

sanitasi ini sangat terkait dengan budaya<br />

setempat Indonesia. Untuk itu perlu perhatian<br />

khusus untuk menekankan aspek<br />

perubahan perilaku. Salah satunya dengan<br />

memasukkan sanitasi dalam kurikulum<br />

pendidikan tingkat dasar. DHA<br />

Salah satu peserta sedang mengajukan<br />

pertanyaan kepada pembicara. foto: Bowo


Edisi April 2009<br />

Hal. 5<br />

Diskusi Media “Bedah Banjir”<br />

Salah satu fenomena alam yang paling<br />

dikenal manusia adalah banjir. Pada<br />

dasarnya, banjir masuk kategori bencana<br />

yang artinya merugikan kehidupan manusia,<br />

kalau toh ada unsur menguntungkan,<br />

sangatlah kecil. Jadi kehadiran banjir jelas tak<br />

diharapkan.<br />

Bencana banjir terjadi hampir di seluruh<br />

belahan dunia. Di Indonesia, banjir hadir<br />

di kota-kota maupun di desa-desa. Bahkan,<br />

Jakarta sebagai ibukota negara tidak pernah<br />

luput bahkan menjadi catatan bencana yang<br />

memilukan.<br />

Untuk itu, sebuah diskusi media untuk<br />

membedah bencana banjir bertema “Apakah<br />

pemahaman, pendekatan dan penanganan<br />

yang dipakai kita terhadap banjir sudah benar<br />

dan efektif?” di gelar pada 19 Februari 2009<br />

di Jakarta.<br />

Kegiatan ini merupakan rangkaian dan<br />

Upaya World Metereological Organization<br />

(WMO), sebuah lembaga PBB yang peduli<br />

pada perubahan iklim dan kaitannya dengan<br />

air, baik terhadap kelangkaan air bersih maupun<br />

bencana banjir, memperkenalkan metode<br />

baru pengendalian bencana banjir secara terpadu/Integrated<br />

Flood Management (IFM)<br />

pada 23 Februari 2009.<br />

Diskusi yang digelar Collaborative<br />

Knowledge Network Indonesia (CKNet-INA)<br />

ini menghadirkan seorang ahli banjir Jan TL<br />

Yap dan Nugroho Tri Utomo, kasubdit air minum<br />

dan air limbah Bappenas.<br />

Jan TL Yap tegas mengatakan bahwa tidak<br />

ada satu daerah pun yang bebas banjir. “Itu<br />

mustahil. Selalu ada kemungkinan kapasitas<br />

sistem drainase yang tidak memadai. Kita hanya<br />

mampu mengurangi kerugian akibat dari<br />

bencana banjir tersebut,” tuturnya.<br />

Wujud dari pengurangan kerugian akibat<br />

banjir, lanjut Yap, pemerintah membangun<br />

infrastruktur untuk menangani banjir. “Pembangunan<br />

infrastruktur ini harus dianggap sebagai<br />

investasi. Bila pembangunannya mampu<br />

memperkecil kerugian akibat banjir bisa terus<br />

dilanjutkan, dan sebaliknya,” ujar anggota tim<br />

pengembang modul IFM ini.<br />

Sementara Nugroho Tri Utomo lebih menyoroti<br />

penyebab banjir yang salah satunya<br />

karena sanitasi yang buruk. Menurutnya, banjir<br />

disebabkan karena sampah yang menyumbat<br />

saluran dan tidak berfungsinya drainase<br />

lokal. “Kondisi ini lebih diperparah dengan<br />

pencemaran limbah cair domestik dan sampah<br />

yang bertebaran,” jelasnya. BW<br />

Ahli banjir, Jan TL Yap sedang memberikan materi di<br />

depan peserta diskusi foto: Bowo<br />

Lokakarya Pembahasan Hasil Studi <strong>AMPL</strong><br />

di Kawasan Perdesaan dan Kumuh Perkotaan<br />

Air minum dan penyehatan lingkungan<br />

(<strong>AMPL</strong>) merupakan sebuah isu yang<br />

tidak hanya berkembang pada daerah<br />

perdesaan, namun juga pada daerah perkotaan<br />

di Indonesia. Segala upaya telah dilakukan<br />

dalam rangka memperbaiki kondisi air minum<br />

dan penyehatan lingkungan di Indonesia,<br />

termasuk dengan menjaring kerjasama antar<br />

pemangku kepentingan. Salah satu bentuk<br />

kerjasama tersebut adalah yang dilakukan oleh<br />

Kelompok Kerja (Pokja ) <strong>AMPL</strong> Nasional dan<br />

Pokja <strong>AMPL</strong> Provinsi NTT dengan OXFAM<br />

GB dalam bentuk pelaksanaan studi kondisi<br />

<strong>AMPL</strong> pada kawasan perdesaan dan kumuh<br />

perkotaan.<br />

Pada 24 April 2009, berlokasi di Hotel<br />

Cemara, dilakukan pembahasan mengenai<br />

studi yang telah dilakukan tersebut. Acara<br />

ini dihadiri berbagai kalangan pelaku <strong>AMPL</strong>,<br />

baik pemerintah maupun lembaga swadaya<br />

masyarakat (LSM). Lokakarya satu hari ini<br />

diawali dengan sambutan Country Director<br />

OXFAM GB dan kemudian dilanjutkan<br />

sambutan oleh Oswar Mungkasa dari Pokja<br />

<strong>AMPL</strong> Nasional, sekaligus membuka acara<br />

lokakarya.<br />

Pada kesempatan ini, dipresentasikan<br />

hasil studi yang dilakukan oleh Pokja <strong>AMPL</strong><br />

provinsi NTT yang mengambil lokasi studi<br />

di salah satu kabupaten, serta studi yang dilakukan<br />

oleh tim Pokja <strong>AMPL</strong> Nasional yang<br />

mengambil lokasi di Kelurahan Penjaringan<br />

dan Cilincing, Jakarta Utara. Diskusi berkembang<br />

cukup menarik, dan berbagai masukan<br />

yang membangun telah berhasil dihimpun<br />

untuk nantinya ditindaklanjuti oleh tim pelaksana<br />

studi. Harapannya, hasil studi tidak<br />

menjadi dokumen yang sia-sia, tetapi menjadi<br />

sebuah dokumen yang bisa dijadikan sebagai<br />

salah satu referensi bagi para pelaku <strong>AMPL</strong><br />

untuk pelaksanaan program di masa yang<br />

akan datang. DYO<br />

Water Week 2009 “Tackling Global Water Challenges”<br />

Water Week merupakan kegiatan rutin<br />

Bank Dunia yang dilangsungkan<br />

setiap tahun di Kantor Pusat Bank<br />

Dunia di Washington. Kali ini dilaksanakan<br />

pada tanggal 17-19 Februari 2009. Pemerintah<br />

Indonesia menjadi salah satu peserta dalam<br />

pertemuan tersebut, yang diwakili oleh Budi<br />

Hidayat (Bappenas), Doni (Bangda), Sori Taon<br />

Siregar (Depkeu), Suharto (Bupati Trenggalek),<br />

Hasbullah (Dinkes Kab. Trenggalek), dan Oswar<br />

Mungkasa (Pokja <strong>AMPL</strong> Nasional).<br />

Kehadiran Bupati Trenggalek dan staf<br />

dimaksudkan sebagai bagian dari pertukaran<br />

pengalaman dengan negara lain dalam pelaksanaan<br />

kegiatan Stop Buang Air Besar Sembarangan<br />

(STOP BABS). Kabupaten Trenggalek<br />

dianggap sebagai daerah yang berhasil melaksanakan<br />

kegiatan STOP BABS melalui proyek<br />

Total Sanitation and Sanitation Marketing<br />

(TSSM)/Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi<br />

(SToPS) di Jawa Timur.<br />

Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai<br />

agenda yang pada intinya terfokus pada<br />

isu yang dihadapi komunitas <strong>AMPL</strong> termasuk<br />

adaptasi perubahan iklim, tanggapan terhadap<br />

krisis makanan, menjaga momentum MDGs,<br />

dan kesiapan meng-hadapi dampak krisis<br />

global.<br />

Salah satu pernyataan yang menarik dalam<br />

sesi pembukaan yang disampaikan oleh<br />

Jamal Saghir (Direktur Energi, transport, dan<br />

Air Bank Dunia) adalah bahwa krisis global<br />

yang dihadapi saat ini bukan hal yang biasa,<br />

sehingga upaya menanganinya pun dengan<br />

cara yang tidak biasa.<br />

Patut disayangkan bahwa dalam pertemuan<br />

tersebut, Indonesia tidak mendapat<br />

kesempatan menyampaikan pembelajaran dan<br />

kisah sukses dari Kabupaten Trenggalek. Pada<br />

kenyataannya, kisah sukses yang ditampilkan<br />

negara lain terlihat tidak lebih baik dari apa<br />

yang kita punyai. OM


Hal. 6<br />

Edisi April 2009<br />

Diskusi dengan Regional WES Advisor PLAN International Bangkok<br />

Keberhasilan Indonesia dalam<br />

memperbaiki kondisi sanitasi<br />

telah mengundang ketertarikan<br />

berbagai pihak dari luar negeri untuk<br />

datang dan melakukan studi banding.<br />

Pada kesempatan ini, Regional<br />

WES Advisor Plan International Bangkok,<br />

yaitu Peter Feldman, datang untuk<br />

mempelajari keberhasilan pelaksanaan<br />

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat<br />

(STBM) di Indonesia.<br />

Pada tanggal 20 Maret 2009, bersama<br />

dengan timnya, Peter Feldman<br />

datang untuk mengunjungi salah satu<br />

lokasi penerapan STBM, yaitu Kabupaten<br />

Trenggalek, yang menjadi lokasi<br />

implementasi proyek TSSM (Total<br />

Sanitation and Sanitation Marketing).<br />

Setelah melakukan kunjungan lapangan<br />

tersebut, pada hari seninnya, dilakukan<br />

diskusi dengan pemerintah Indonesia<br />

dan beberapa stakeholder sanitasi di<br />

Indonesia.<br />

Acara diskusi yang berlangsung dari<br />

pukul 09.00 WIB ini dihadiri oleh Bappenas,<br />

Departemen kesehatan, WES<br />

UNICEF, OXFAM GB, WSP-TSSM,<br />

WSP-WASPOLA, Plan Asia, Sekretariat<br />

WES UNICEF Pusat, Sekretariat<br />

Tim Teknis Pembangunan Sanitasi<br />

dan Sekretariat Pokja <strong>AMPL</strong>. Dalam<br />

acara diskusi ini, dipaparkan mengenai<br />

kondisi air minum dan sanitasi di<br />

Indonesia serta kebijakan-kebijakan<br />

yang sudah ada, termasuk di dalamnya<br />

Kebijakan Nasional Air Minum dan<br />

Penyehatan Lingkungan (<strong>AMPL</strong>) Berbasis<br />

Masyarakat dan Strategi Nasional<br />

STBM, sebagai wacana awal diskusi.<br />

Kemudian pada siang hari, diskusi sudah<br />

lebih terfokus kepada implementasi<br />

STBM.<br />

Dari hasil pertemuan ini, muncul<br />

ide untuk melakukan pemetaan dan<br />

roadmap <strong>AMPL</strong> di Indonesia. Namun,<br />

akibat keterbatasan waktu dan sumber<br />

daya, kegiatan tersebut masih belum<br />

dapat dilaksanakan. Selain itu, melalui<br />

diskusi ini muncul inisiatif untuk<br />

berkolaborasi dalam membangun<br />

<strong>AMPL</strong> di Indonesia. DYO<br />

Focus Group Discussion – The Water Dialogues Indonesia<br />

Menindaklanjuti proses<br />

pengambilan data riset yang<br />

telah dilakukan oleh Tim<br />

Riset The Water Dialogues Indonesia<br />

(WDI), maka pada hari Rabu tanggal<br />

25 Februari 2009 bertempat di Hotel<br />

Santika Bogor dilaksanakan Focus<br />

Group Discussion (FGD) oleh National<br />

Working Group WDI yang dihadiri<br />

oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor,<br />

Pemerintah Kota Bogor, DPRD Komisi<br />

A dan Komisi B, Perwakilan Pelanggan,<br />

LSM, dan Media Lokal.<br />

Walikota Bogor dalam sambutannya<br />

yang diwakili oleh Asisten Umum<br />

Walikota Bogor menyatakan bahwa selama<br />

ini keterbatasan berbagai sumber<br />

daya membuat Pemerintah Kota Bogor<br />

kesulitan untuk meningkatkan pelayanan<br />

air bagi masyarakat sebesar 80%.<br />

Begitu banyak aspek yang harus diperhatikan,<br />

tidak hanya aspek finansial semata<br />

saja tetapi juga aspek sosial, dan<br />

juga eksplorasi sumber air. Hasil riset<br />

ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi<br />

bagi pola pelayanan air bersih<br />

yang lebih baik bagi masyarakat.<br />

Dari diskusi yang dilakukan dalam<br />

FGD, terdapat beberapa faktor kunci<br />

keberhasilan yang membuat PDAM<br />

Kota Bogor unggul dalam pelayanannya,<br />

diantaranya yaitu: adanya dukungan<br />

dan komitmen yang kuat dari<br />

stakeholder (khususnya Pemerintah<br />

Kota dan DPRD) dalam pengembangan<br />

pelayanan PDAM Bogor, strategi komunikasi<br />

yang baik antara PDAM Bogor<br />

dengan pelanggan, konsistensi PDAM<br />

Bogor dalam menjalankan fungsinya<br />

sebagai fungsi pelayanan sosial, dan<br />

adanya manajemen PDAM Bogor yang<br />

kompeten.<br />

Agenda selanjutnya adalah penyusunan<br />

Draft Final Laporan Riset yang<br />

akan didiskusikan bersama antar anggota<br />

kelompok kerja National Water<br />

Dialog (NWG) dan konsultan riset yang<br />

kemudian hasilnya akan dipublikasikan<br />

dengan judul “Review on Drinking<br />

Water Supply With and Without KPS<br />

Scheme In Indonesia” dalam kegiatan<br />

workshop di Jakarta pada akhir Maret<br />

2009. RDI


Edisi April 2009<br />

Hal. 7<br />

Tungku Supriyanto Berkonsep Energi Petani<br />

Kompas - 16 April 2009<br />

Artikel<br />

Beberapa bulan setelah menjadi<br />

Direktur Hutan Pendidikan Gunung<br />

Walat, Fakultas Kehutanan, Institut<br />

Pertanian Bogor, di daerah Cibadak Kabupaten<br />

Sukabumi, Jawa Barat, tahun 2003,<br />

Supriyanto melihat warga setempat sering<br />

menebangi pohon untuk kayu bakar. Hasil<br />

survei menyebutkan, dalam sehari sekitar<br />

10 meter kubik kayu bakar keluar dari hutan<br />

pendidikan Gunung Walat.<br />

Dalam benak Supriyanto muncul pertanyaan,<br />

mengapa penduduk tidak memilih<br />

menggunakan ranting pohon untuk kayu<br />

bakar? Mengapa mereka memilih menebang<br />

pohon? Dari para penebang pohon itu<br />

pula dia memperoleh jawabannya. Rupanya,<br />

warga sekitar Gunung Walat lebih suka<br />

menebang pohon karena energi api yang dihasilkan<br />

ranting tidak cukup besar.<br />

Di sisi lain, alumnus Fakultas Kehutanan<br />

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini<br />

merasa khawatir penebangan pohon akan<br />

berdampak terhadap krisis energi, terutama<br />

bahan bakar fosil yang terus menipis.<br />

Supriyanto lalu terpikir memanfaatkan<br />

energi yang berasal dari biomassa, seperti<br />

rumput, limbah kayu, semak belukar, ranting<br />

kayu, dan potongan bambu, yang sesungguhnya<br />

amat mudah diperoleh di pekarangan.<br />

Berdasarkan temuan dan kekhawatiran<br />

itulah, Supriyanto kemudian mulai memfokuskan<br />

diri untuk membuat teknologi<br />

pedesaan yang sederhana dengan bahan<br />

bakar yang mudah diperoleh dari limbah<br />

lingkungan setempat.<br />

”Konsep yang saya pergunakan adalah<br />

farmer energy atau energi petani. Teknologinya<br />

harus sederhana, mudah, murah,<br />

tidak berisiko, tetapi efisiensinya tinggi,”<br />

katanya.<br />

Ia lalu menjadikan tungku sebagai pilihan<br />

untuk diteliti. Beberapa artikel tentang<br />

tungku di berbagai negara, termasuk dari<br />

Indonesia, dia pelajari.<br />

Bertemu ahli arang<br />

Di tengah upaya mempelajari tungku<br />

tersebut, Supriyanto yang juga peneliti di<br />

Seameo Biotrop (Pusat Studi Regional Penelitian<br />

Biologi Tropis) bertemu dengan<br />

Robert Flanagan, ahli bio-charcoal (arang)<br />

dari Finlandia yang menjadi tamu Biotrop.<br />

Flanagan dikenal sebagai salah seorang<br />

peneliti yang mengembangkan tungku pyrolysis<br />

di China. Ia bekerja sama dengan<br />

Pusat Penelitian Bambu Cina (Inbar).<br />

Bersama Flanagan, Supriyanto sering<br />

terlibat dalam berbagai diskusi tentang<br />

penelitian tungku untuk model kebutuhan<br />

energi yang sedang dikerjakan. Penelitian<br />

mulai dilakukan sejak sekitar tahun 2005.<br />

Dia mencoba mulai dari membuat tungku<br />

tradisional berbahan dasar tanah liat, semen,<br />

besi, dan kaleng bekas drum oli.<br />

”Barulah pada percobaan yang kesembilan<br />

bisa berhasil. Sebuah tungku yang<br />

ideal untuk warga setempat terwujud.<br />

Tungku ini saya beri nama tungku ’Jimat’,<br />

kependekan dari enerji hemat agar mudah<br />

diingat dan diucapkan,” kata Supriyanto.<br />

”Tungku Jimat relatif sederhana dan<br />

berbahan limbah. Bahan bakarnya juga<br />

merupakan limbah dan dibuat dengan konsep<br />

energi petani,” katanya seraya menyebutkan,<br />

pembuatan tungku dilakukan di<br />

bengkel perajin musik tradisional di daerah<br />

Sukabumi.<br />

Hemat energi<br />

Mantan Pembantu Dekan III Fakultas<br />

Kehutanan IPB ini mengemukakan,<br />

teknologi tungku dengan konsep energi<br />

petani yang dikembangkan itu relatif<br />

efisien. Secara teknis di sini juga menggambarkan<br />

proses pyrolysis, yakni konsep<br />

teknik pembakaran yang meminimalkan<br />

penggunaan oksigen. Ruang yang minim<br />

oksigen itu lalu dimampatkan untuk meningkatkan<br />

suhu sehingga timbul asap.<br />

Asap itu kemudian diubah menjadi gas<br />

melalui satu ruangan bersuhu antara 300<br />

derajat dan 600 derajat celsius.<br />

Pada saat terjadi proses pyrolysis, ada<br />

tiga sumber panas, yakni kayu atau bahan<br />

organik lain untuk menghasilkan api dan<br />

asap. Asap kemudian diubah menjadi gas.<br />

Melalui ruangan bersuhu tinggi, gas terbakar<br />

menjadi energi. Sisa dari proses itu<br />

menghasilkan arang. Arang inilah yang lalu<br />

menjadi bahan bakar ketiga.<br />

Di dalam konsep itu, secara teknis harus<br />

ada alat lain, yakni generator yang terbuat<br />

dari tabung besi. Fungsinya untuk menyimpan<br />

dan menimbulkan panas yang berasal<br />

dari bahan bakar yang terbakar, juga bisa<br />

menjaga ruangan agar tetap bersuhu 300-<br />

600 derajat celsius. Pencapaian suhu ini<br />

penting untuk mendapatkan pembakaran<br />

yang sempurna. Sementara itu, akselerator<br />

berfungsi mempercepat penyemprotan<br />

udara panas.<br />

Tungku Jimat, menurut Supriyanto,<br />

sangat tepat untuk masyarakat pedesaan,<br />

daerah transmigrasi, warga pinggiran kota,<br />

dan pedagang makanan kaki lima.<br />

”Tungku Jimat ini hemat energi, bahan<br />

bakarnya juga gratis karena berasal dari<br />

limbah yang diperoleh dari pekarangan rumah,<br />

tak merusak lingkungan, dan berbasis<br />

pertanian,” tambahnya.<br />

Di samping itu, bahan baku tungku<br />

juga berasal dari limbah yang relatif murah,<br />

seperti drum oli, dan tak berisiko meledak.<br />

Energi yang dihasilkan pun cukup besar.<br />

”Oleh karena tak menggunakan bahan<br />

bakar minyak, penggunaan tungku Jimat<br />

bisa menghemat pengeluaran uang belanja<br />

keluarga,” katanya.<br />

Kini, tungku Jimat dalam proses pengujian<br />

untuk memenuhi kriteria Standar<br />

Industri Indonesia (SII) guna memperoleh<br />

hak kekayaan intelektual.<br />

Sangat efisien<br />

”Uji kinerja dan teknis untuk memperoleh<br />

efisiensi termal yang memenuhi SII<br />

sedang dilakukan,” tutur Supriyanto yang<br />

juga berkonsultasi dengan Profesor Teiss,<br />

ahli energi petani dari Belanda.<br />

Tentang efisiensi tungku ciptaannya itu,<br />

menurut Supriyanto, bisa dibuktikan karena<br />

dari 1 kilogram bahan bakar berupa ranting,<br />

limbah kayu, dan bambu, dapat digunakan<br />

untuk memasak selama sekitar dua jam.<br />

Limbahnya hanya berupa 10 gram abu.<br />

”Jadi, dari 1.000 gram bahan bakar<br />

yang digunakan itu, tinggal 10 gram yang<br />

menjadi abu. Sebanyak 990 gram telah<br />

dikonversi menjadi energi atau bisa dikatakan<br />

tingkat efisiensinya sebesar 99 persen,”<br />

ujar Supriyanto tentang penelitiannya selama<br />

sekitar tiga tahun itu. FX Puniman,<br />

Wartawan Tinggal di Bogor<br />

foto: Istimewa


Edisi April 2009<br />

Pustaka dan Publikasi<br />

Buku:<br />

- Smart Sanitation Solutions: Examples of Innovative,<br />

low-cost technologies for toilets, collection, transportation,<br />

treatment and use of sanitation products<br />

- Smart Water Solutions: Examples of Innovative,<br />

low-cost technologies for wells, pumps, storage,<br />

irrigation and water treatment<br />

- Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di<br />

Provinsi Sulawesi Selatan<br />

- Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di<br />

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam<br />

- Profil Water and Sanitation for Low Income Communities<br />

Program (WSLIC-2)<br />

- Pengolahan Sampah Plastik (Seri Pendidikan Kesejahteraan<br />

Keluarga)<br />

- Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah: Membuat<br />

Kompos dari Sampah Rumah Tangga<br />

- Kompos dengan Cara Aerob Maupun Anaerob untuk<br />

Menghasilkan Kompos Berkualitas<br />

- Politik Kota dan Hak Warga Kota: Masalah Keseharian<br />

Kota Kita<br />

CD/VCD/DVD:<br />

- DVD Air Di Cibodas<br />

- DVD Mengelola Air 2 Kelurahan<br />

- CD Town Water Supply and Sanitation Initiative<br />

- CD Eldis Manuals and Toolkits Disc (Eldis on Disc)<br />

- CD BPD Water & Sanitation: Latest Publications<br />

February 2009<br />

Jurnal:<br />

- Jurnal Pondasi Vol.13 No.2 Desember 2007<br />

Laporan:<br />

- Draft Laporan Akhir Review for Private Sector Participation<br />

in Water and Sanitation in Indonesia<br />

- Communication, Water, and Sanitation in Latin<br />

America: The Contribution of Communication for<br />

Development in Water Resource Management and<br />

Service Implementation Projects<br />

- A Review of The Sanitation and Hygiene Status in<br />

32 Countries: Can Africa Afford to Miss the Sanitation<br />

MDG Target?<br />

- Kajian Pendahuluan Penyusunan RPJMN 2010-<br />

2014 Bidang Permukiman dan Perumahan: Laporan<br />

Akhir<br />

- Laporan Akhir KAP Baseline Survey Mengenai<br />

Sanitasi Lingkungan, Kebersihan, dan Air Bersih di<br />

Indonesia Timur: Provinsi Papua<br />

- Laporan Akhir Survei Dasar KAP Tentang Sanitasi<br />

Lingkungan, Higienitas, dan Keamanan Air di Indonesia<br />

Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat<br />

- Laporan Akhir Survei Dasar KAP Tentang Sanitasi<br />

Lingkungan, Higienitas, dan Keamanan Air di Indonesia<br />

Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur<br />

Leaflet:<br />

- Water is Safe Here<br />

- Mercy Corps Be the Change (Indoensia: Lingkungan<br />

Sehat Masyarakat Mandiri/Lestari)<br />

- Keranjang Takakura<br />

Makalah:<br />

- Economic Regulation of Urban Water and Sanitation<br />

Services: Some Practical Lessons (Water Sector<br />

Board Discussion Series, Paper No.9 April 2007)<br />

- Water for the Urban Poor: Water Markets, Household<br />

Demand, and Service Preferences in Kenya<br />

(Water Supply and Sanitation Sector Board Discussion<br />

Paper Series, Paper No.5 January 2005)<br />

- Karakteristik Kondisi Sanitasi Lingkungan Di Kawasan<br />

Permukiman Nelayan Bandengan Kabupaten<br />

Kendal (Jurnal Pondasi Vol.13 No.2 Desember<br />

2007)<br />

Majalah:<br />

- Majalah Percik Yunior Edisi 8, Desember 2008<br />

- Majalah Air Minum Edisi 162 - Maret 2009<br />

- Majalah Rumah Edisi 155.VII/ 20 Februari - 5 Maret 2009<br />

- Majalah KPS (Kemitraan Prasarana & Sarana) Edisi<br />

IV, Desember 2008<br />

- Buletin Cipta Karya No.01/Tahun VII/ Januari 2009<br />

Newsletter:<br />

- Newsletter <strong>AMPL</strong> (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan)<br />

Edisi Maret 2009<br />

Panduan:<br />

- Panduan Lokakarya Pengelolaan Data Air Minum<br />

dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat<br />

di Daerah (Draft, 29 Agustus 2008)<br />

- Panduan Memantau Kebersihan Dusun<br />

- Pedoman Umum Pengelolaan Kegiatan Peningkatan<br />

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)<br />

- Menuju Pencapaian Target MDG di Daerah: Air Minum<br />

dan Sanitasi Dasar (Materi Suplemen Panduan<br />

Komunikasi MDG)<br />

Prosiding:<br />

- Report Attending The Workshop UN-ESCAP Workshop<br />

on Knowledge Transfer and Capacity Building<br />

for Water and Sanitation Services in Asia and The<br />

Pacific, 17th – 19th February 2009, Bangkok, Thailand<br />

- Workshop Documentations and Questionnaires<br />

KAP Baseline Survey of Environmental Sanitation,<br />

Hygiene and Safe Water in Eastern Indonesia<br />

- Kegiatan Diskusi Media ”Menuju Indonesia Bebas<br />

BABS 2014: Mungkinkah” dan Rapat Anggota<br />

Link<br />

- Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan<br />

Lingkungan Kabupaten Bangka (Pokja <strong>AMPL</strong><br />

Kabupaten Bangka)<br />

http://ampl.bangka.go.id/<br />

- Bremen Overseas Research and Development<br />

Association (BORDA-net)<br />

http://www.borda-net.org/<br />

Untuk informasi lebih lengkap dapat langsung dilihat di http://www.ampl.or.id atau http://digilib-ampl.net<br />

Anda juga dapat bergabung dalam milis <strong>AMPL</strong> [milis_ampl@yahoogroups.com] untuk mendapatkan Newsletter Online tiap minggunya<br />

Kami juga menerima tulisan berita yang terkait <strong>AMPL</strong>, kirimkan tulisan Anda ke pokja@ampl.or.id atau redaksi@digilib-ampl.net<br />

Tulisan yang terpilih akan di muat dalam newsletter cetak tiap bulannya.<br />

EARTH DAY 2009:<br />

THE GREEN GENERATION<br />

22 April 2009<br />

Alamat Sekretariat:<br />

Jl. RP Soeroso No.50<br />

Menteng - Jakarta 10350<br />

Hubungi:<br />

Telp/Fax: (6221) 31904113<br />

e-mail:<br />

pokja@ampl.or.id<br />

Kunjungi juga<br />

http://yunior.ampl.or.id<br />

http://jejaring.ampl.or.id<br />

http://daerah.ampl.or.id<br />

http://gtps.ampl.or.id<br />

Newsletter ini diterbitkan oleh: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja <strong>AMPL</strong>)<br />

[ Redaksi: Oswar, Fany, Dini, Dyota, Bowo, Willy, Wahyu, Meddy Design: Meddy ]

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!