Menanti Jemputan Tuhan di Bale Endah - Kliping Berita
Menanti Jemputan Tuhan di Bale Endah - Kliping Berita
Menanti Jemputan Tuhan di Bale Endah - Kliping Berita
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Menanti</strong> <strong>Jemputan</strong> <strong>Tuhan</strong> <strong>di</strong> <strong>Bale</strong> <strong>Endah</strong><br />
Artikel Terkait<br />
Petaka Permainan Singkongan<br />
Pera<strong>di</strong>lan Sesat <strong>di</strong> Gorontalo<br />
Si Cantik <strong>di</strong> Gunung Sampah<br />
09/12/2003 21:12<br />
Liputan6.com, Bandung: "Sebab itu ingatlah apa yang telah<br />
engkau terima dan dengar. Lakukanlah itu dan bertobatlah. Jika<br />
engkau tidak terjaga, maka Aku akan datang seperti pencuri.<br />
Engkau sekali-kali tidak akan mengetahui kapan waktunya Aku<br />
datang." Demikian isi Alkitab <strong>di</strong> surat Wahyu Pasal 3 ayat 3 soal<br />
kedatangan <strong>Tuhan</strong> atau biasa <strong>di</strong>sebut hari kiamat. Dan ketika<br />
Pendeta Mangapin Sibuea dari Bandung, Jawa Barat, secara<br />
yakin menyatakan hari tersebut jatuh pada 10 November 2003,<br />
tepat pukul 15.00 WIB, semua orang yang mendengarnya pun<br />
heboh. Lebih ribut lagi, saat cemoohan banyak orang bahwa<br />
keyakinan mereka salah, terbukti benar. <strong>Tuhan</strong> tak ja<strong>di</strong><br />
menjemput jemaat yang melabeli <strong>di</strong>ri dengan sebutan Pondok<br />
Nabi itu.<br />
Pengikut Pondok Nabi yang berjumlah sekitar 200-an histeris.<br />
Mereka berteriak-teriak pilu memanggil-manggil <strong>Tuhan</strong>. "Yesus... Datanglah segera," demikian jeritan sejumlah orang.<br />
Pukul 15.00 WIB berlalu sudah. Namun, <strong>Tuhan</strong> masih juga belum menjemput jemaat yang berkumpul <strong>di</strong> sebuah gedung <strong>di</strong><br />
Jalan Siliwangi, <strong>Bale</strong> <strong>Endah</strong>, Bandung tersebut. Sementara orang-orang yang berkumpul <strong>di</strong> luar gedung, resah. Mereka<br />
melaporkan keja<strong>di</strong>an ini ke polisi. Jemaat pun <strong>di</strong>bubarkan dan <strong>di</strong>evakuasi ke Gereja Bethel, Bandung.<br />
Di Gereja Bethel, jemaat Pondok Nabi tetap teguh dengan keyakinan bahwa kiamat datang pada hari itu. Sejumlah jemaat<br />
kemu<strong>di</strong>an mengaku mendapat "bisikan" bahwa kedatangan <strong>Tuhan</strong> yang tertunda akan <strong>di</strong>realisasikan pada pukul 24.00<br />
WIB. Tapi, lagi-lagi "suara" itu terbukti salah. Lantas, datang lagi "wahyu" yang menyatakan <strong>Tuhan</strong> bakal tiba pada pukul<br />
02.00 WIB keesokan harinya. Setali tiga uang, pernyataan itu terbukti melenceng.<br />
Mangapin yang telah <strong>di</strong>tahan <strong>di</strong> Rumah Tahanan Kebon Waru sejak pertengahan 2002 langsung <strong>di</strong>periksa. Polisi juga<br />
menangkap 12 wakilnya yang mengklaim <strong>di</strong>ri sebagai 12 rasul seperti yang tercantum <strong>di</strong> Alkitab. Sementara para jemaat<br />
<strong>di</strong>bebaskan dan <strong>di</strong>serahkan kepada pengurus Persatuan Gereja Indonesia untuk <strong>di</strong>bina. Mereka kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>biayai pulang<br />
ke daerah asal masing-masing, yang rata-rata berada <strong>di</strong> wilayah timur Indonesia. Antara lain, Sulawesi, Maluku, dan Timor<br />
Timur.<br />
Setelah keja<strong>di</strong>an ini berlalu, hampir semua orang seakan mengarahkan telunjuk ke Mangapin sembari meneriakkan kata:<br />
sesat! Tapi Mangapin bergeming. Pendeta alumni Sekolah Alkitab Gereja Pantekosta Pematang Siantar, Sumatra Utara ini<br />
malah mengatakan semua orang salah kaprah. Yang benar, menurut <strong>di</strong>a, 10 November adalah awal dari datangnya hari<br />
kiamat [baca: Mangapin Sibuea: 10 November Awal Kiamat]. Proses terja<strong>di</strong>nya kiamat itu akan berlangsung terus<br />
sampai 11 Mei 2007. "Nah, selama tiga tahun masa penantian ini, Nabi Musa dan Elia akan mempersiapkan umatnya agar<br />
tak menghujat Yesus," ujar penulis buku "Kiamat Dunia Akan Segera Terja<strong>di</strong>" ini.<br />
Mangapin mengaku menerima pewahyuan itu pada 1980. Sejak saat itu, <strong>di</strong>a berturut-turut mendapat peneguhan berupa<br />
ayat-ayat Alkitab. Kemu<strong>di</strong>an, pada 1999, pendeta yang juga pernah berguru <strong>di</strong> Sekolah Alkitab Gereja Pantekosta Beji,<br />
Batu, Malang, Jawa Timur ini mengaku bertemu <strong>Tuhan</strong> <strong>di</strong> Taman Firdaus. Pertemuan itu, lanjut Mangapin, persis<br />
perjumpaan Nabi Musa dengan <strong>Tuhan</strong> <strong>di</strong> Gunung Sinai, seperti yang tertulis dalam Alkitab Perjanjian Lama. "Kau akan<br />
menja<strong>di</strong> rasul <strong>di</strong> akhir zaman," kata Mangapin, mengutip sabda <strong>Tuhan</strong> yang <strong>di</strong>dengarnya. Bahkan, lanjut Mangapin,<br />
penunjukan lokasi bangunan gereja <strong>di</strong> <strong>Bale</strong> <strong>Endah</strong>, Bandung, bukan atas kemauan <strong>di</strong>rinya melainkan dari <strong>Tuhan</strong>. Semua<br />
informasi itu kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>sebarkan lewat buku, kaset rekaman khotbah, dan video compact <strong>di</strong>sk.<br />
Mangapin semakin yakin dengan pewahyuan yang <strong>di</strong>terimanya saat beberapa jemaat mengkonfirmasi mendapat bisikan
Yosep Hasian dan Andre. "Saya juga mendengar sen<strong>di</strong>ri suara <strong>Tuhan</strong> yang menunjuk kami menja<strong>di</strong> 12 rasul," ungkap<br />
Andre. Atas perbedaan pemahaman antara jemaat Pondok Nabi dengan masyarakat, Andre mengaku mengerti. "Karena<br />
kami sudah dengar suara. Tapi mereka belum. Perbedaan ini cuma ada <strong>di</strong> tingkat pengertian," kilah <strong>di</strong>a.<br />
Semua pembelaan itu tak membuat mereka lepas dari jerat hukum. Mangapin <strong>di</strong>dakwa dengan pasal berganda yakni Kitab<br />
Undang-undang Hukum Pidana Pasal 335 ayat 1 tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan, dalam hal ini <strong>di</strong>anggap<br />
meresahkan umat Kristen. Selain itu, pria berusia 60 tahun ini juga <strong>di</strong>tuduh melanggar Pasal 156 a tentang Permusuhan,<br />
Penyalahgunaan atau Penodaan Agama. Sementara ke-12 rasul <strong>di</strong>anggap bersalah karena turut menyebarkan ajaran<br />
yang menyimpang [baca: Belasan Pengurus Sekte Kiamat Resmi Tersangka]. "Secara yuri<strong>di</strong>s, mereka menyebarkan<br />
ajaran yang <strong>di</strong>larang oleh kejaksaan," jelas Kepala Polres Bandung Ajun Komisaris Besar Polisi E<strong>di</strong> Ha<strong>di</strong>.<br />
Simon, Kepala Forum Komunikasi Kristiani Indonesia pun menegaskan bahwa ajaran Mangapin menyimpang dari firman<br />
<strong>Tuhan</strong> yang hakiki. PGI dan Departemen Agama juga mengeluarkan peringatan bahwa ajaran tersebut salah [baca: PGI:<br />
Ajaran Mangapin Sibuea Menentang Institusi Gerejawi]. "Apalagi, dari beberapa laporan, Pondok Nabi meminta harta<br />
benda pengikutnya dan tak dapat <strong>di</strong>ambil kembali," ungkap Simon.<br />
Te<br />
h<br />
te<br />
fo<br />
Kini, tinggal jemaat Pondok Nabi yang terpuruk. Mereka mesti menanggung hukuman sosial yang menilai mereka sesat.<br />
Belum lagi penderitaan lantaran tak punya harta apapun. Maklum, selama menja<strong>di</strong> pengikut "Sang Rasul", mereka wajib<br />
menyerahkan segala harta benda, yang kata Mangapin <strong>di</strong>gunakan untuk kepentingan seluruh anggota jemaat Pondok<br />
Nabi. "Bahkan pekerjaan yang sudah mantap pun saya tinggalkan," kata Welly, seorang jemaat. Namun, <strong>di</strong>a tak menyesal.<br />
Sebab, perempuan ini yakin semua yang <strong>di</strong>lakukan itu untuk <strong>Tuhan</strong>. "Saya [juga] mendengar suara itu," ucap Welly.<br />
Tak cuma materi, sebagian jemaat malah menderita gangguan jiwa. Berdasarkan hasil pemeriksaan psikiater dari Crisis<br />
Centre Forum Komunikasi Kristiani Indonesia, sejumlah jemaat sering berhalusinasi, suka mengutuk, mengintimidasi, dan<br />
curiga terhadap orang yang tak <strong>di</strong>kenalnya. Semua gangguan ini, menurut psikiater, terja<strong>di</strong> lantaran selama "<strong>di</strong>sekap" <strong>di</strong><br />
Pondok Nabi, jemaat <strong>di</strong>perlakukan serba ketat.<br />
Para jemaat wajib mempelajari Alkitab dari pukul 05.00-12.00 WIB. Mereka juga <strong>di</strong>larang bersosialisasi, <strong>di</strong>suruh<br />
meninggalkan pekerjaan dan sekolah, bahkan <strong>di</strong>paksa hidup prihatin. Setiap hari mereka <strong>di</strong>jatah makan tiga sendok nasi,<br />
dengan lauk ikan asin dan mi goreng. Bahkan, sering kali mereka <strong>di</strong>suruh berpuasa. Ada yang berpuasa sehari, dua hari,<br />
atau sepekan sekaligus tanpa makan dan minum se<strong>di</strong>kit pun. "Tergantung tuntutan <strong>Tuhan</strong>," beber Imanuel, salah seorang<br />
jemaat Pondok Nabi.<br />
Kini, saat para pemimpinnya <strong>di</strong>tahan polisi, jemaat Pondok Nabi terpecah dua. Satu pihak merasa <strong>di</strong>tipu. Sebagian lain<br />
tetap percaya bahwa wahyu yang telah <strong>di</strong>dapat adalah kebenaran. "Ini cuma nubuatan yang tertunda," tegas seorang<br />
pengikut Pondok Nabi [baca: Pengikut Sekte Kiamat: Ini Nubuatan yang Tertunda].(MTA/Lita Hariani dan Irfan<br />
Effen<strong>di</strong>)