Pesta Rakyat Pada Perayaan Imlek 2551di Tanah Air - Kliping Berita

More documents

Recommendations

Info

Di Bogor, kendati hujan turun sejak Jumat petang hingga tengah malam, tak mengurangi niat kalangan umat Budha dan Khonghucu datang bersembahyang di berbagai vihara di Bogor. Barongsai turut memeriahkan suasana. Keluarga keturunan Tionghoa di daerah-daerah pedesaan yang sehari-hari bertani seperti di daerah, Gunung Sindur, Ciseeng, Parung dan Ciampea tampak berjalan beriringan untuk berkunjung ke rumah-rumah familinya masing-masing dengan mengenakan baju baru. Juga tampak berdatangan keluarga mereka yang bekerja dan berusaha di Jakarta dengan menggunakan kendaraannya masing-masing. Sebagian besar toko di pusat-pusat kota Jakarta yang berpenduduk sebelas juta jiwa ini tutup, dan lalu lintas tidak seramai hari-hari biasanya. Aktivitas kemarin lebih sepi, juga karena Imlek jatuh pada akhir pekan di mana sebagian besar perusahaan atau pelaku bisnis biasanya memang meliburkan diri. Beberapa kawasan permukiman yang padat penduduk keturunan Tionghoa relatif lebih semarak dengan ditandai saling kunjung, sementara untuk kawasan pertokoan lebih sepi. Kawasan pertokoan, seperti Tamansari, Glodok, Manggadua, dan Roxy bahkan banyak yang libur. Sedangkan pertokoan Manggadua, Glodok, dan Roxy yang biasanya ramai dengan ditandai macetnya lalu lintas di sekitarnya, kemarin tampak lengang. Di Taman Impian Jaya Ancol, pengelola menghiasai jalan masuk dengan lentera merah kuning, umbul-umbul merah, serta menyeragamkan petugas tiketnya dengan kostum warna merah dan kuning menyala. Di Ancol dan Hotel Horison, pengelola tempat itu memasang spanduk besar bertuliskan Selamat Imlek 2551. Pengunjung Ancol banyak yang datang secara berombongan. Mereka menggelar tikar di bawah pohon sambil menikmati makanan yang mereka bawa dari rumah. "Ini saat yang tepat bagi kami untuk berkumpul. Saudara saya dari Kalimantan juga datang ke Jakarta," ujar Melly (46), ibu rumah tangga yang menikmati makanan bersama keluarga besarnya. Sedang di Bogor, beberapa kawasan bisnis tampak sepi. Toko-toko di pertokoan di Jalan Empang tampak tutup. Pemandangan yang sama tampak di pertokoan di Jalan Suryakencana dan Jalan Merdeka, sebagian besar tutup. Kalangan pemilik toko tersebut memerlukan bersilaturahmi bersama keluarga Di SOLO - Kesibukan perayaan Imlek di Sala mulai terlihat di Vihara Tin Kok Sie, Pasar Besar, dan Vihara Ko Tek Cun Ong, di Jalan Yos Sudarso. Mulai pukul 11.45 di kedua vihara tersebut silih berganti berdatangan masyarakat Tionghoa untuk bersembahyang meminta berkah pada Dewa Kwan Im. Akan tetapi toko-toko dan para pedagang golongan Tionghoa di sepanjang Jalan Coyudan, Singosaren, dan Pasar Klewer tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Tidak ada kesan pada tahun baru harus tampil dengan pakaian baru. Hanya tradisi lama, dengan membagibagikan angpao, kali ini lebih semarak daripada tahun lalu. Sehari sebelumnya tersiar isu pada acara perayaan Imlek, yang menampilkan empat barongsai untuk keliling menghibur masyarakat, akan terjadi kerusuhan. Namun ternyata isu tersebut tidak terbukti. Pihak keamanan yang dibantu Kamra, sejak pukul 08.00 sudah siaga di pojok-pojok jalan, mengantisipasi segala kemungkinan. Munculnya barongsai dari Majelis Agama Khonghucu (Makin) yang keliling kota mengambil rute berlainan benar-benar mendapat sambutan hangat dari masyarakat, baik kalangan Tionghoa maupun lainnya. Hampir semua rumah yang akan dilalui barongsai digantungi angpao (bungkusan merah berisi uang). Bahkan, beberapa rumah menggantungkan tiga atau empat bungkusan merah. Ketua pimpinan barongsai Makin Sony Setiawan dan Welly Tandio
Wibowo dari Willy Interpress secara terpisah mengaku tidak menduga sambutan masyarakat sedemikian besar, sehingga empat barongsai yang ditampilkan merasa kewalahan melahap angpao yang digantungkan di depan pintu rumah. Akan Disumbangkan. Sampai petang kemarin, hasil perolehan angpao dari Makin dan Willy Interpress belum dihitung, baik jumlah bungkusannya (sampul) maupun total uangnya. ''Sebagian uangnya akan kita sumbangkan ke badan sosial,'' kata Welly. Sementara itu, sekitar 60 tamu di Lor In, hotel bintang lima termegah di Sala, tepat ''Hari Sincia'' menikmati suguhan tarian barongsai. Untuk makan siang juga disajikan menu makanan khas Imlek, yu sheng. Masakan Tionghoa itu merupakan hidangan lezat yang terdiri atas ikan kerapu dengan saos khusus dan memiliki tujuh macam rasa, ditambah sayur kailan, tahu, dan nasi putih. ''Sayang makanan yang lezat ini hanya dihidangkan satu tahun sekali,'' kata salah seorang tamu seusai menikmati. Walaupun belum pulih seperti tahun 60-an, pesta rakyat kali ini secara meyakinkan dan tidak berlebihan merupakan kontribusi awal untuk tercapainya cita-cita kita bersama yaitu menuju Indonesia Baru, Indonesia yang demokratis, dengan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap Hak Azasi Manusia. Semua itu telah lama diteriakkan oleh kawan-kawan mahasiswa, para pejuang demokrasi dan HAM. Berikut ini kami kutip lagu-lagu yang sering dinyanyikan oleh kawan-kawan mahasiswa sebagai parlemen jalanan, penjaga cita-cita bangsa yang setia terhadap nasib bangsanya. Bergerak dan bersatu, menuju Indonesia Baru Singsingkan lengan baju, tegakkan cita-cita itu. Rakyat pasti menang, melawan penindasan. Rakyat bersatu pasti menang! Gong Xi Fa Cai Bangsaku Solidaritas Pemudi-Pemuda Tionghoa Indonesia untuk Keadilan/ Indonesia Media
Page 1 and 2: BERITA TANAH AIR MARCH 200 Pesta Ra
Page 3: tempat. Sebagian masih berharap ada

Pesta Rakyat Pada Perayaan Imlek 2551di Tanah Air - Kliping Berita

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?