16.11.2012 Views

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 ...

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 ...

PUTUSAN Nomor 18 K/N/2000 ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>PUTUSAN</strong><br />

<strong>Nomor</strong> <strong>18</strong> K/N/<strong>2000</strong><br />

===============================<br />

DEMI KEADILAN BERDASARKAN<br />

KETUHANAN YANG MAHA ESA<br />

MAHKAMAH AGUNG<br />

memeriksa perkara niaga dalam tingkat. kasasi telah mengalami putusan sebagai berikut dalam<br />

permohonan kepailitan dari:<br />

BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL (BPPN), berkedudukan di Wisma Bank<br />

Danamon Lantai 24 dan 30, Jalan Jenderal Sudirman Kav: 45-46 Jakarta 12930, dalam hal ini<br />

memberi kuasa kepada SUDARAWERTI S. KRAMADIBRATA, SH. Dkk., Advokat dan<br />

Penasehat Hukum Kramadibrata & Partners beralamat di Gedung Artha Graha lantai 7 Kawasan<br />

Niaga Terpadu, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190, berdasarkan surat kuasa<br />

khusus tanggal 28 April <strong>2000</strong>, sebagai Pemohon Kasasi dahulu Pemohon Pailit;<br />

melawan<br />

PT. SUMI ASIA, berkedudukan di Wisma Standart Chartered Bank lantai 17 Jalan Jenderal<br />

Sudirman Kav. 33 A Jakarta 10220, dalam hal ini memberi kuasa kepada HOTMAN PARIS<br />

HUTAPEA-1. SH. Dkk., Pengacara dan Konsultan Hukum Hotman Paris Hutapea & Partners<br />

beralamat di Gedung Summitmas Tower 1, lantai <strong>18</strong> Jalan Jenderal Sudirman Kav. 61-62 Jakarta<br />

12069, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 12 April <strong>2000</strong>, sebagai Termohon Kasasi dahulu<br />

Termohon Pailit;<br />

Mahkamah Agung tersebut;<br />

Membaca surat-surat yang bersangkutan;<br />

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon Kasasi sebagai<br />

Pemohon Pailit telah mengajukan permohonan pailit dimuka Persidangan Pengadilan Niaga<br />

Jakarta Pusat, pada pokoknya atas dalil-dalil;<br />

bahwa Pemohon (BPPN) bertindak dalam kapasitas (qualitate qua) selaku pemegang hak atas<br />

piutang: PT. Bank Pelita berdasarkan perjanjian penyerahan dan pengalihan hak atas tagihan<br />

(Cessie) antara PT. Bank Pelita dengan BPPN tanggal 12 Maret 1999 (bukti P-1), dan PT. Bank<br />

Umum Nasional Tbk (BUN), berdasarkan perjanjian penyerahan hak atas tagihan (Cessie) antara<br />

BUN dengan BPPN tanggal 12 Maret 1999 (bukti P-2), sehingga secara umum "Pemohon sah<br />

mewakili dan bertindak untuk dan atas nama PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum Nasional Tbk


(BUN) melakukan tindakan hukum termasuk melakukan penagihan utang dan mengajukan<br />

permohonan pernyataan pailit terhadap Termohon;<br />

bahwa Termohon adalah suatu Perseroan Terbatas (PT) yang anggaran dasarnya telah<br />

diumumkan dalam berita negara tanggal 24 September 1982, dan telah menerima fasilitas<br />

pinjaman dari Bank Pelita berdasarkan:<br />

a. Perjanjian membuka kredit No. 009/LC/BP/95 tanggal 15 Juni 1995 sebesar US$<br />

2,700,000.00 (dua juta tujuh ratus ribu Dollar Amerika Serikat) diperpanjang dengan<br />

perjanjian perpanjangan kredit tanggal 7 Juni 1996, dan perjanjian perpanjangan penerbitan<br />

letter of credit tanggal 28 April 1997 dan keduanya telah jatuh tempo tanggal 26 Maret 1998<br />

(bukti P-3a, P-3b, dan P-3c);<br />

b. Akta perjanjian kredit No. 41 tanggal 5 Maret 1996 untuk pinjaman sebesar US$ 3,000,000.00<br />

(tiga juta dollar Amerika Serikat) dengan perpanjangan kredit tanggal 28 April 1997 dan telah<br />

jatuh tempo tanggal 26 Maret 1998 (bukti P-4a, dan P-4b);<br />

c. Perjanjian Kredit No. 034/PBB/PK/VI/96 tanggal 7 Juni 1996 untuk pinjaman sebesar US$<br />

500,000.00 (lima ratus ribu dollar Amerika Serikat) diperpanjang oleh perjanjian<br />

perpanjangan kredit tanggal 11 Agustus 1996 dan perjanjian perpanjangan kredit tanggal 28<br />

April 1997 dan telah jatuh tempo tanggal 6 Maret 1998 (bukti P-5a, P-5b, dan P-5c);<br />

d. Perjanjian kredit No. 499/PDRR/KPO/BP/X/S57 tanggal 14 Oktober 1997 untuk jumlah<br />

pinjaman sebesar Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima milyar rupiah) telah jatuh tempo<br />

tanggal 14 Desember 1997 (bukti P-6 pasal 2);<br />

bahwa Termohon telah pula menerima fasilitas pinjaman dari PT. Bank Umum Nasional Tbk<br />

(BUN) berdasarkan akta perjanjian kredit dengan pemberian jaminan No. 43 tanggal 26 Juli<br />

1996 untuk sejumlah Rp. 4.300.000.000,- (empat milyar tiga ratus juta rupiah) semula jatuh<br />

tempo tanggal 26 Juli 2002, karena ada pelanggaran yang dilakukan maka berdasarkan pasal 9<br />

perjanjian kredit menjadi jatuh tempo dan dapat ditagih (bukti P-7);<br />

bahwa meskipun utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, namun Termohon tidak juga<br />

melunasi kewajibannya sehingga dengan demikian Termohon telah lalai membayar utang dan<br />

melunasi seluruh utangnya kepada Pemohon yang untuk sementara jumlah keseluruhan dalam<br />

mata uang rupiah sebesar Rp. 73.937.907.920,- (tujuh puluh tiga milyar sembilan ratus tiga puluh<br />

tujuh juta sembilan ratus tujuh ribu sembilan ratus dua puluh rupiah) dan dalam mata uang<br />

Dollar US$ 6,728,523.98 (enam juta tujuh ratus dua puluh delapan ribu lima ratus dua puluh tiga<br />

dollar Amerika Serikat sembilan puluh delapan sen);<br />

bahwa Termohon juga mempunyai utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada:<br />

Standart Chartered Bank, The Hongkong dan Shanghai Banking dan PT. Bank Meincorp;<br />

bahwa dengan demikian berdasarkan fakta tersebut diatas permohonan pernyataan pailit a quo<br />

telah memenuhi syarat pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 tahun 1998, karena itu Termohon<br />

patut dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya;<br />

bahwa sesuai dengan pasal 7 ayat (1) PERMA No. 3 tahun 1999 tentang Hakim Ad-Hoq,<br />

Pemohon mohon kepada Ketua Pengadilan Niaga untuk menunjuk Setiawan, SH, atau Elijana,<br />

SH. diangkat sebagai Hakim Ad-Hoq pada Pengadilan Niaga berdasarkan Keppres No. 71/M<br />

tahun 1999 dalam memeriksa dan memutus perkara ini,


ahwa untuk melindungi hak dan kepentingan Pemohon guna mencegah Termohon melakukan<br />

hal yang dapat merugikan Pemohon, mohon diletakkan sita jaminan atas harta kekayaan<br />

Termohon baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang<br />

baru akan ada dikemudian hari;<br />

berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kiranya cukup alasan bagi Pengadilan Niaga pada Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Pusat menerima permohonan Kepailitan ini dengan memberikan putusan sebagai<br />

berikut:<br />

1. Menunjuk Hakim Ad-Hoc sebagai anggota Majelis guna memeriksa dan memutuskan<br />

permohonan pernyataan Kepailitan dari Pemohon;<br />

2. Mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari Pemohon untuk seluruhnya;<br />

3. Menyatakan Termohon (PT. Sumi Asih) pailit, dengan segala akibat hukumnya;<br />

4. Mengangkat Hakim Pengawas untuk kepailitan tersebut;<br />

5. Menunjuk sebagai kurator Eddy E. Lubis, SH., SE., beralamat di Jalan Jenderal Sudirman<br />

Kav. 54-55, Jakarta 12190;<br />

6. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh biaya perkara ini;<br />

bahwa terhadap permohonan pailit tersebut Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah mengambil<br />

putusan, yaitu putusan tanggal 27 April <strong>2000</strong> No. 22/Pailit/<strong>2000</strong>/PN.Niaga/Jkt.Pst. yang amarnya<br />

berbunyi sebagai berikut:<br />

Menolak Permohonan Kepailitan BPPN terhadap PT. Sumi Asih tersebut diatas;<br />

Membebankan biaya perkara permohonan ini kepada Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,- (lima<br />

juta rupiah);<br />

bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut diberitahukan kepada Pemohon<br />

pada tanggal 2 Mei <strong>2000</strong> kemudian terhadapnya oleh Pemohon dengan perantaraan kuasanya<br />

berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 28 April <strong>2000</strong> diajukan permohonan kasasi secara<br />

tertulis pada tanggal 3 Mei <strong>2000</strong> sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No.<br />

014/Kas/Pailit/<strong>2000</strong>/PN.Niaga/Jkt.Pst. jo. No. 022/Pailit/<strong>2000</strong>/ PN.Niaga/Jkt. Pst. yang dibuat<br />

oleh panitera Perkara Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, permohonan mana kemudian disusul oleh<br />

memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Niaga<br />

Jakarta Pusat tanggal 3 Mei <strong>2000</strong> hari itu juga;<br />

bahwa setelah itu oleh Termohon Pailit yang pada tanggal 4 Mei <strong>2000</strong> telah disampaikan salinan<br />

permohonan kasasi dan salinan memori kasasi dari Pemohon Kasasi, diajukan kontra memori<br />

kasasi yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 10 Mei <strong>2000</strong>.<br />

Menimbang, bahwa permohonan kasasi aquo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan<br />

kepada pihak lawan dengan seksama diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang<br />

ditentukan dalam Undang-Undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal<br />

dapat diterima;<br />

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi dalam memori<br />

kasasinya tersebut pada pokoknya ialah:<br />

1. bahwa Judex Factie dalam pertimbangan hal 29 alinea 4, 5, 6 dan hal 30 alinea 1 dan 2 telah<br />

keliru dalam menerapkan hukum, karena sebetulnya yang menjadi pihak dalam cessie itu


adalah PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum Nasional Tbk disatu pihak dan BPPN dilain<br />

pihak, tetapi PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum Nasional Tbk sesuai dengan apa yang<br />

disebut dalam kompirasi perjanjian cessie diwakili oleh BPPN berdasarkan kewenangan eks<br />

pasal 37 A ayat 3 huruf g Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan diubah<br />

dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998, serta pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 17 tahun<br />

1992 tentang BPPN, sehingga BPPN dalam perjanjian cessie itu bertindak dalam dua kualitas<br />

yaitu sebagai BPPN sendiri dan sebagai PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum Nasional Tbk,<br />

BPPN selaku PT. Bank Pelita diwakili oleh Ezifrianos, dan selaku PT. Bank Umum Nasional<br />

Tbk, diwakili oleh Henry Halomoan Sitanggang, keduanya memperoleh kuasa dari Ketua<br />

BPPN.<br />

Dilain pihak BPPN dalam perjanjian cessie (bukti P-1) diwakili oleh R.C. Eko Santoso<br />

Budianto dalam kapasitas sebagai Wakil Ketua BPPN, bertindak dan untuk atas nama BPPN.<br />

Jadi jelas terbukti bahwa perjanjian cessie telah ditandatangani oleh kedua pihak yang<br />

berwenang dan berdiri sendiri (incasu PT. Bank Pelita dengan BPPN), sehingga perjanjian<br />

cessie tersebut dilakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Judex Factie. Begitu juga<br />

untuk perjanjian cessie (P-2) antara PT. Bank Umum Nasional Tbk, dengan BPPN, dibuat<br />

dengan konstruksi hukum yang sama, dimana pihak PT. Bank Umum Nasional Tbk diwakili<br />

oleh Henry Halomoan Sitanggang dan BPPN diwakili oleh R.C. Eko Santoso Budianto;<br />

2. bahwa dalam pertimbangan hal 30 alinea 3 Judex Factie telah salah menerapkan hukum<br />

pembuktian, karena BPPN telah mengumumkan diberbagai media masa, bahwa pada tanggal<br />

21 April 1999 PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum Nasional Tbk telah dilikuidasi, sehingga<br />

dengan demikian tidak perlu lagi dibuktikan di depan Judex Factie;<br />

3. bahwa Judex Factie dalam pertimbangan pada hal. 30 alinea 4, 5, dan 6 telah salah<br />

menerapkan hukum, karena BPPN mempunyai hak untuk menerima pengalihan tagihan dari<br />

Bank beku operasi (incasu PT. Bank Pelita dan PT: Bank Umum Nasional Tbk) tanpa<br />

diperlukan persetujuan dari debitur, oleh karenanya cessie yang dilakukan (bukti P-1, dan P-<br />

2) adalah sah dan mengikat debitur, walaupun tidak ada pemberitahuan kepada debitur<br />

(Termohon Kasasi). Lagipula cessie eks pasal 37A ayat 3 huruf f Undang-undang No. 7 tahun<br />

1992, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 dan pasal 13<br />

huruf c Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1999 dapat dilakukan tanpa persetujuan debitur,<br />

karena sebenarnya syarat cessie eks pasal 613 BW telah terpenuhi. Dengan adanya ketentuan<br />

tersebut berlaku azas khusus mengesampingkan ketentuan yang bersifat umum;<br />

4. bahwa begitu juga dalam pertimbangan hal 31 alinea 1, Judex Factie telah salah menerapkan<br />

hukum karena dalam cessie yang diatur dalam pasal 613 BW yang utama adalah adanya<br />

pengalihan tagihan, baik tagihan yang ada sekarang maupun yang akan datang, jadi tidak<br />

harus ditetapkan besarnya jumlah tagihan;<br />

5. bahwa sudah menjadi fakta umum bahwa PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum Nasional Tbk<br />

telah berada dalam program penyehatan BPPN, bukan hanya sekedar asumsi atau seolah-olah.<br />

Keberadaan kedua Bank tersebut dalam program BPPN merupakan peristiwa notoir yang<br />

menurut hukum tidak perlu dibuktikan lagi.<br />

Bahwa cessie tersebut oleh Judex Factie dianggap cacat hukum sehingga Pemohon Kasasi<br />

tidak berkualitas sebagai kreditur dalam permohonan kepailitan ini, akan tetapi dalam<br />

permohonan kepailitan ini, akan tetapi dilain pihak Judex Factie mengakui adanya


kewenangan BPPN untuk bertindak mewakili direksi PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum<br />

Nasional Tbk atas dasar pasal 40 (a) Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1999 sehingga disini<br />

terlihat jelas ketidak konsistenan Judex Factie dalam membuat pertimbangan yang<br />

bertentangan satu sama lain. Pemohon Kasasi dalam membuat Cessie (bukti P-1, P-2) telah<br />

menggunakan hak dan kewenangannya sesuai dengan peraturan yang berlaku;<br />

6. bahwa pengertian utang yang dinyatakan oleh Judex Factie jelas bertentangan dengan tujuan<br />

dibentuknya Undang-undang kepailitan, karena Undang-undang Kepailitan tidak membuka<br />

kemungkinan bagi debitur yang nakal untuk mengingkari kewajibannya untuk melunasi<br />

utangnya. Pasal 104 Undang-undang No. 4 tahun 1998 telah menentukan suatu cara untuk<br />

melakukan pencocokan utang, yang dikenal dengan rapat verifikasi, sehingga jika ada<br />

perbedaan mengenai jumlah utang, maka hal tersebut harus diselesaikan dalam rapat<br />

verifikasi, setelah adanya putusan pailit. Dengan demikian tidak relevan bila Judex Factie<br />

mempermasalahkan adanya jumlah utang yang harus dibuktikan dulu;<br />

7. bahwa dalam pertimbangannya Judex Factie menyatakan dirinya tidak berwenang mengadili<br />

permohonan pailit dari Pemohon Kasasi, maka amarnya seharusnya Judex Factie menyatakan<br />

menolak permohonan pailit Pemohon, jika menolak berarti Judex Factie menyatakan dirinya<br />

berwenang untuk memeriksa dan memutus permohonan pailit Pemohon Kasasi;<br />

Menimbang:<br />

mengenai keberatan ad. 1, 3, 4 dan 5:<br />

bahwa Keberatan-keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Pengadilan Niaga tidak salah<br />

menerapkan hukum, lagipula sesuai dengan bukti P.1 dan P.2, Akta Cessie tidak sesuai dengan<br />

pasal ketentuan yang mengatur tentang cessie yaitu pasal 613 KUHPerdata, yang antara lain<br />

tidak diberitahukan kepada pihak debitur atau pihak yang berhutang. Sehingga dengan demikian<br />

keabsahan Akta Cessie tersebut masih harus dipermasalahkan. Disamping itu dalam Akta Cessie<br />

harus jelas berapa besar piutang yang dialihkan. Kalau belum ada maka diperlukan pembuktian<br />

yang rumit dan tidak sederhana;<br />

mengenai keberatan ad. 2:<br />

bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena Pengadilan Niaga tidak salah menerapkan<br />

hukum, namun hal ini perlu adanya pembuktian melalui litigasi;<br />

mengenai keberatan ad. 6 dan 7:<br />

bahwa keberatan inipun tidak dapat dibenarkan karena Pengadilan Niaga tidak salah menerapkan<br />

hukum, namun dalam hal adanya perbedaan pendapat atau perselisihan atas jumlah utang secara<br />

pasti, maka perlu pembuktian secara cermat dan teliti, tidak dapat dilakukan pembuktian secara<br />

sederhana atau sumir, sehingga masalah ini tidak dapat diperiksa dalam beracara dalam perkara<br />

kepailitan yaitu dengan pembuktian secara sederhana sesuai dengan pasal 6 ayat 3 Undangundang<br />

No. 4 tahun 1998, sehingga bukan merupakan kewenangan Pengadilan Niaga, tetapi<br />

kewenangan Pengadilan Negeri. Namun demikian Majelis Kasasi merasa perlu menambahkan<br />

pertimbangan sebagai berikut:<br />

bahwa ketentuan pasal 40 (a) Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1999 yang menentukan<br />

peralihan segala hak dan wewenang Direksi, Komisaris pemegang saham dan Rapat Umum<br />

Pemegang Saham Bank dalam penyehatan kepada BPPN, tidaklah berarti bahwa badan hukum


yang bersangkutan (in casu PT. Bank Pelita dan PT. Bank Umum Nasional) dengan sendirinya<br />

menjadi dilikuidasi atau tidak eksis lagi. Sebab kedua badan hukum tersebut secara yuridis masih<br />

tetap eksis dan belum dilikuidasi;<br />

bahwa dengan demikian yang mengajukan pailit adalah tetap PT. Bank Pelita dan PT. Bank<br />

Umum Nasional, namun direksinya diwakili oleh BPPN sesuai dengan ketentuan pasal 40 (a)<br />

Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1999 tersebut diatas;<br />

bahwa selain daripada itu, suatu perbuatan hukum cessie harus tetap dilakukan sesuai dengan<br />

pasal 613 KUHPerdata dan tidak dapat serta tidak diartikan bahwa hal itu disimpangi oleh pasal<br />

40 (a) Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1999, sehingga oleh karenanya, setidaknya cessie<br />

masih harus dipermasalahkan;<br />

bahwa dengan demikian, pembuktian perkara permohonan pailit itu tidak dapat dilakukan secara<br />

sederhana atau sumir (vide pasal 6 ayat 3 Undang-undang Kepailitan) sebab eksistensi adanya<br />

utang dengan jumlah yang pasti belum dapat ditentukan tanpa dilakukan pemeriksaan melalui<br />

proses perdata di Pengadilan Negeri atau Pengadilan Umum;<br />

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, lagi pula dari sebab tidak ternyata<br />

bahwa putusan Pengadilan Niaga dalam perkara ini bertentangan dengan hukum dan/atau<br />

Undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi Badan<br />

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tersebut haruslah ditolak;<br />

Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Kasasi dipihak yang kalah, harus membayar biaya<br />

perkara yang jatuh dalam tingkat kasasi;<br />

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-undang No. 14 tahun 1970, Undang-undang No. 14<br />

Tahun 1985 dan PERPU No. 1 tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang<br />

dengan Undang-undang No. 4 tahun 1998 serta Undang-Undang yang bersangkutan;<br />

Mengadili:<br />

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi BADAN PENYEHATAN PERBANKAN<br />

NASIONAL (BPPN) yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya SUDARAWERTI S.<br />

KRAMADIBRATA, SH. Dkk tersebut;<br />

Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam tingkat kasasi<br />

sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah);<br />

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari: KAMIS<br />

TANGGAL 08 JUNI <strong>2000</strong> dengan H. SOEHARTO, SH. Ketua Muda Mahkamah Agung yang<br />

ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Sidang, PROF. DR. PAULUS EFFENDI<br />

LOTULUNG, SH. dan NY. HJ. SUPRAPTINI SUTARTO, SH. sebagai Hakim-hakim Anggota<br />

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum PADA HARI ITU JUGA oleh Ketua Sidang<br />

tersebut dengan dihadiri PROF. DR. PAULUS EFFENDI LOTULUNG, SH. dan NY. HJ.<br />

SUPRAPTINI SUTARTO, SH. Hakim-hakim Anggota, dan RAHMI MULYATI, SH. Panitera<br />

Pengganti dengan tidak dihadiri oleh kedua belah pihak.


Hakim - Hakim Anggota<br />

Ketua<br />

ttd<br />

PROF. DR. PAULUS EFFENDI LOTULUNG, SH.<br />

Biaya-biaya:<br />

1. Meterai Rp. 6.000,-<br />

2. Redaksi Rp. 1.000,-<br />

3. Administrasi Kasasi Rp. 1.993.000,-<br />

Jumlah Rp. 2.000.000,-<br />

ttd<br />

H. SOEHARTO, SH.<br />

ttd<br />

NY. HJ. SUPRAPTINI SUTARTO, SH.<br />

Panitera Pengganti<br />

ttd.<br />

RAHMI MULYATI, SH.<br />

Untuk Salinan<br />

MAHKAMAH AGUNG RI.<br />

a.n. Panitera/Sekretaris Jenderal<br />

Direktur Perdata Niaga<br />

I GDE KETUT SUKARATA S H<br />

NIP. 040012856

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!