11.07.2015 Views

Keuntungan Dan Kelayakan Alat Simpan Jagung Dalam ...

Keuntungan Dan Kelayakan Alat Simpan Jagung Dalam ...

Keuntungan Dan Kelayakan Alat Simpan Jagung Dalam ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XV Sul-Sel Maros, 29 Oktober 2002ISBN : 979-95026-5-9KEUNTUNGAN DAN KELAYAKAN ALAT SIMPAN JAGUNG DALAMPENGENDALIAN HAMA GUDANGMargaretha SL., Ramlah, A., dan Djafar BacoBalai Penelitian Tanaman SerealiaABSTRAKPenelitian hama gudang melalui berbagai bentuk alat simpan seperti : 1) silo kayu dindingdalam berlapis seng, kapasitas 1 ton; 2) silo asbes kapasitas 1 ton; 3) jerigen plastic,kapasitas 20 kg; dan 4) karung jumbo lapis plastic kapasitas 100 kg dengan control padapetani yang menyimpan jagung dalam bentuk tongkol berkelobot yang diikat diujungdengan lama penyimpanan 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 8 bulan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa peningkatan padat populasi hama gudang (Sitophiluszeamays) sudah terlihat pada 2 bulan penyimpanan, kecuali pada jerigen plastik, namunkapasitasnya hanya 20 kg sedang silo kayu berlapis seng berkapasitas 1000 kg (1 ton)padat populasi S. zeamais hanya 0,5 – 1 ekor pada penyimpanan 2 – 4 bulan, sedangpenyimpanan 6 – 8 bulan tidak ditemukan. Kemungkinan ini disebabkan karenapenutupan yang tidak rapat. Dari teknologi penyimpanan yang tersedia, ternyatapenyimpanan dalam silo asbes dan silo kayu berlapis seng memberi keuntungan yangterbesar yaitu Rp. 697.286 dan Rp. 559.490 dengan lama penyimpanan 8 bulan. Biladikembangkan sebagai usaha jasa penyimpanan, maka akan memberi peluang yangmenguntungkan karena memiliki nilai B/C ratio > 1.Kata kunci : Hama gudang, silo asbes dan silo kayu.PENDAHULUANKualitas maupun kuantitas produksihasil pertanian tidak hanya ditentukan olehperlakuan pada proses penanamanmelainkan juga penanganan pasca panen.<strong>Dalam</strong> penanganan pascapanen jagung,penyimpanan termasuk kegiatan yangtidak kalah penting, artinya karena turutmenentukan mutu biji dan mutu produkbila diolah menjadi bahan pangan, pakanatau produk olahan lainnya. Daya simpanjagung dipengaruhi oleh kadar air bijisebelum penyimpanan, alat pengemasyang digunakan dan kondisi ruangpenyimpanan.Adanya variasi kelembaban nisbiudara dalam ruang simpan yang cukuptinggi menyebabkan biji-biji tidak tahanlama (Sajad dan Pian, 1980). <strong>Jagung</strong> yangdisimpan dalam karung dan diletakkan dirumah (lantai atau loteng) terserang hamagudang setelah 2 bulan penyimpanan(Prastowo et al, 1998), bahkan dikecamatan Gangking, kabupatenBulukumba, Sulawesi Selatan, ditemukanhama gudang (S.zeamais) pada saatjagung dikeringkan dipertanaman(Maamun et al, 2000). Kerusakan jagungyang biasanya terjadi selamapenyimpanan dapat digolongkan atasrusak fisik, biologis, dan kimiawi (Bayley,1975 dalam Thahir et al, 1988). Rusak fisikberupa keretakan endosperm yangterutama disebabkan oleh seringterjadinya perubahan kadar air selamapenyimpanan akibat pengaruh cuacaseperti panas, hujan, siang dan malam.37


Margaretha S.L. et al : <strong>Keuntungan</strong> dan <strong>Kelayakan</strong> <strong>Alat</strong> <strong>Simpan</strong> <strong>Jagung</strong>Rusak biologis disebabkan oleh kegiatanbiologis selama penyimpanan sepertiserangan hama, jamur, dan mikroba.Kerusakan biologis menyebabkan terjadipenurunan nilai pangan dan kontaminasi.Penurunan nilai pangan yang disebabkanserangan hama dalam bentuk endospermyang dimakan hama dan sisanya berupabutir kutuan berbentuk biji cacat. Biji cacatini mudah mengalami oksidasi asamlemak, menghasilkan asam lemak bebasdan memberikan bau tidak enak. Rusakkimia terjadi karena adanya dekomposisikimia selama penyimpanan sepertipenurunan kadar kabrohidrat, protein, danlemak karena proses metabolisme, baikoleh serangga, mikroba, maupun oleh bijibijianyang disimpan (Thahir et al, 1988).Kurangnya daya tampung (kapasitas)penyimpanan merupakan salah satupenyebab petani menjual jagung denganharga yang murah pada saat panen raya(Januari – April) untuk diekspor ke luarpropinsi Sulawesi Selatan sepertiSurabaya, Kalimantan, Kendari danJakarta, atau ke luar negeri seperti diSingapura, Malaysia, Jepang dan Kenya(Margaretha et al, 1983). Pada bulan Mei– Agustus terjadi kelebihan permintaansampai bulan September – Desembersehingga propinsi Sulawesi Selatan perlumengimpor jagung dari Surabaya(Najamuddin et al, 1996) yangmenyebabkan harga jagung meningkatdari Rp 550/kg menjadi Rp 1100/kg pipilankering.<strong>Alat</strong> <strong>Simpan</strong> <strong>Jagung</strong> dalam RangkaPengendalian Hama GudangKesenjangan antara penyediaandan permintaan jagung secara periodikmenyebabkan daerah Sulawesi Selatanharus mengimpor jagung pada waktuwaktutertentu. Hal ini disebabkan karenamanajemen usahatani dan penangananpascapanen jagung belum memadai.Untuk menanggulangi kesenjangan antaraproduksi jagung yang tidak merata padasetiap bulan dengan kebutuhan jagungyang relatif konstan sepanjang tahundapat ditempuh melalui dua cara (Momuatet al, 1998) yaitu : (a) menyimpan jagungpada saat terjadi kelebihan produksi untukdigunakan pada saat-saat kekuranganpasokan/persediaan. Masalah yang akandihadapi dan perlu diantisipasi dalampenerapan upaya ini adalah kurangnyafasilitas pascapanen, terutamapengeringan dan penyimpanan hasil,disamping itu biaya penangananpascapanen cukup besar, (b)meningkatkan areal tanam dan luas panenjagung untuk meningkatkan produksi,terutama saat paceklik. Upaya inidilakukan pada lahan sawah irigasi yangketersediaan airnya kurang mendukunguntuk pertanaman padi, dilahan sawahtadah hujan setelah panen padi, ataudilahan kering dengan periode hujan yangcukup panjang sebagai pertanamanjagung kedua.Penyimpanan jagung selama inidilakukan petani dengan menggunakanperalatan yang sederhana, misalnyabangunan dari kayu bambu dan tanah.Sebagian lagi petani mengikat kelobotjagung dan digantung di atas pohon,loteng rumah atau para-para (Anderson.1978; Picard dan Proctor, 1994 danMargaretha et al, 2001). Perbaikan carapenyimpanan ditingkat petani, perludilakukan.Penelitian penyimpanan benihjagung telah dilakukan di Balitserealdengan menggunakan: 1) Silo kayudinding dalam berlapis seng, kapasitas1000 kg, 2) Silo asbes, kapasitas 1000 kg,3) Jerigen plastik, kapasitas 20kg, 4)Karung jumbo lapis plastik, kapasitas 100kg dengan kontrol cara petani yangmenyimpan jagung dalam bentuk tongkolberkelobot yang diikat ujungnya dengankapasitas 50 kg (Baco et al, 2000).Hasil pengamatan menunjukkanbahwa padat populasi kumbang bubuk S.zeamais pada berbagai alat simpantersebut masih rendah pada penyimpanan38


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XIV Sul-SelMaros, 29 Oktober 20022 bulan, kecuali pada penyimpanan siloasbes dan cara petani dengan populasimasing-masing 4 dan 7 ekor/250 gr biji.Cara simpan lainnya pada silo kayuberlapis seng dengan padat populasi 0,50ekor/250 gr biji, sedang pada jerigenplastik dan karung jumbo tidak dijumpaihama (Tabel 1).Tabel 1. Padat populasi S. zeamais per 250 gr biji jagung pada berbagai jenis dan carapenyimpanan pada saat 0, 2,4, 6, dan 8 bulan penyimpanan, Maros 1998.Jenis <strong>Alat</strong> <strong>Simpan</strong>Populasi S. zeamais (ekor/250 gr biji)0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 8 bulanSilo kayu berlapis seng 0 0,50 1 0 0Silo asbes 0 4 5,25 0,75 3,50Jerigen plastic 0 0 0 0 0Karung jumbo lapisan plastik 0 0 2,75 0 0Cara petani (tongkol berkelobot) 0 7,25 12 13,75 6Sumber : Baco et al (2000)<strong>Alat</strong> simpan jerigen plastik ternyatasangat baik dijadikan alat penyimpanjagung sebab sampai bulan ke 8 tidakditemukan satu ekorpun S. zeamais,namun kapasitasnya sangat rendah,hanya 20 kg sedang silo kayu berlapisseng yang berkapasitas 1 ton (1000 kg)pada bulan ke 2 dan ke 4 baru ditemukanS. zeamais, itupun hanya 0,5 - 1 ekor/250gr biji,.Sedang pada penyimpanan siloasbes dan cara petani populasi kumbangbubuk S. zeamais meningkat sangattajam, masing-masing 5 dan 12 ekor/250gr biji. Tingginya padat populasi hamadalam silo asbes, kemungkinandisebabkan oleh penutupan yang tidakrapat sehingga memungkinkan imago S.zeamais dapat masuk kedalam silotersebut.Kerusakan biji selain disebabkanoleh S. zeamais juga disebabkan olehserangan cendawan Aspergillus sp.Serangan cendawan Aspergillus sp makinmeningkat dengan bertambahnya lamapenyimpanan. Kerusakan biji akibatserangan S. zeamais dan Aspergillus sp,mempengaruhi daya tumbuh biji. Hasilpengamatan persentase daya tumbuh bijimemperlihatkan bahwa daya tumbuh bijijagung setelah disimpan, rata-ratamencapai 86,80% dan dua bulan setelahpenyimpanan turun menjadi 61,50 – 80%tergantung alat penyimpanannya.Analisis <strong>Keuntungan</strong> dan <strong>Kelayakan</strong><strong>Alat</strong> Penyimpan <strong>Jagung</strong>Permintaan jagung untukkebutuhan dalam negeri sudah pastibertambah apalagi dengan bertumbuhnyasejumlah industri makanan ringan danuntuk kebutuhan pakan ternak. Adanyatren kearah snack modern merupakanpertanda bahwa kebutuhan terhadapjagung akan semakin meningkat, dipihaklain makanan ringan tradisional yangberbahan baku jagungpun terus meluas.Upaya peningkatan produksi antara laindilakukan dengan mengoptimalkanpenerapan teknologi dan mendongkrakpotensi sumberdaya manusia, disampingitu penanganan pascapanen juga perluditingkatkan untuk menghasilkan jagungdengan standar kualitas yang sesuaidengan kebutuhan pasar, baik industrimakanan maupun pakan/ makanan ternak.Dari teknologi penyimpanan yang tersedia,jika dikembangkan sebagai usaha jasapenyimpanan, harus memiliki nilai B/Cratio >1 agar memberi peluang yangmenguntungkan (Tabel 2).39


Margaretha S.L. et al : <strong>Keuntungan</strong> dan <strong>Kelayakan</strong> <strong>Alat</strong> <strong>Simpan</strong> <strong>Jagung</strong>Tabel 2. Analisis keuntungan dan kelayakan alat penyimpan jagung. 2000KeteranganSilo Kayuberlapis sengSilo AsbesJerigenPlastikKarung Jumbolapisan plastikCara Petani(tongkolberkelobot)Biaya alat (Rp)0 bulan 502.083 301.667 15.250 8.125 1.2082 bulan 502.047 301.629 15.247 8.120 1.1894 bulan 502.032 301.604 15.246 8.108 1.1816 bulan 502.015 301.525 15.243 8.107 1.0628 bulan 502.010 301.514 15.242 8.104 1.039Berat biji yg baik (kg)0 bulan 1.000 1.000 20 100 502 bulan 982,70 977,50 19,73 99,15 45,484 bulan 975,40 962,50 19,69 97,29 43,686 bulan 967,50 915 19,46 97,15 14,838 bulan 965 908 19,38 96,59 9,35Harga jagung(Rp/kg)0 bulan 550 550 550 550 5502 bulan 725 725 725 725 7254 bulan 900 900 900 900 9006 bulan 1.050 1.050 1.050 1.050 1.0508 bulan 1.100 1.100 1.100 1.100 1.100Nilai biji yg baik/Penerimaan (Rp)0 bulan 550.000 550.000 11.000 55.000 27.5002 bulan 712.458 708.688 14.304 71.884 32.8734 bulan 877.860 866.250 17.721 87.561 39.3126 bulan 1.015.875 960.750 20.433 102.008 15.5728 bulan 1.061.500 998.800 21.318 106.249 10.285<strong>Keuntungan</strong> (rp)0 bulan 47.917 248.333 - 4.250 46.875 26.2922 bulan 210.411 407.059 - 943 63.764 31.7844 bulan 375.828 564.646 2.475 79.453 38.1316 bulan 513.860 659.225 5.190 86.765 14.5108 bulan 559.490 697.286 6.076 91.007 9.246B/C ratio0 bulan 0,09 0,74 -2,17 2,98 -2 bulan 0,42 1,25 -2,33 4,61 -4 bulan 0,75 1,75 -2,53 5,82 -6 bulan 1,02 2,15 -0,66 10,26 -8 bulan 1,12 2,29 -0,22 11,57 -Ditinjau dari segi sosial ekonomi,ternyata silo asbes dan silo kayu berlapisseng lebih menguntungkan yaitu Rp697.286 dan Rp 559.490. Hal ini selainkarena memiliki kapasitas yang besar(1000 kg), juga tidak terserang S. zeamaiswalau jagung disimpan selama 8 bulandan bila dikembangkan sebagai usahajasa penyimpanan maka akan memberipeluang yang menguntungkan karenamemiliki nilai B/C ratio > 1 (1,12 dan 2,29).Besarnya nilai B/C ratio pada alat simpan40


Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI, PFI & HPTI XIV Sul-SelMaros, 29 Oktober 2002karung jumbo lapis plastik (11,57) jugalayak digunakan, namun karenakapasitasnya hanya 100 kg makakeuntungan yang diperolehpun lebihrendah dari silo kayu berlapis seng dansilo asbes.KESIMPULANPadat popolasi hama bubuk S.zeamais sudah ditemukan padapenyimpanan 2 bulan dan 4 bulan,terutama pada cara simpan petani ataumenggunakan silo asbes dan silo kayuberlapis seng dengan jumlah masingmasingpopulasi 7, 4 dan 0,5 ekor/250 grbiji. Hal ini kemungkinan disebabkan olehpenutupan yang tidak rapat sehinggamemungkinkan imago S. zeamais dapatmasuk kedalam alat tersebut sebab pada8 bulan penyimpanan, hanya silo asbesyang ditemukan padat populasi S. zeamais(3 ekor/250 gr biji).Silo asbes dan silo kayu berlapisseng layak untuk dikembangkan sebagaijasa usaha penyimpanan karena selainberkapasitas 1000 kg, juga karenamemiliki nilai B/C ratio >1 dengankeuntungan Rp 697.286 untuk silo asbesdan Rp 559.490 untuk silo kayu berlapisseng.DAFTAR PUSTAKAAnderson D.G. 1978. Developing anappropriate grain storage system foodand grain institute. Kansas State Univ.Manhattan. Kansas 48p (un published)Baco D, M. Yasin, J. Tandiabang, S.Saenong dan T.M. Lando. 2000.Penanggulangan kerusakan biji jagungoleh hama S. zeamais denganberbagai alat/cara peyimpanan dalamPenelitian Pertanian TanamanPangan. 19 (1): 1-5Maamun Y.M., Margaretha SL, IGP.Sarasutha, Rahmi YA dan A.Najamuddin. 2001. Identifikasi FaktorPendukung dan PenghambatPengembangan <strong>Jagung</strong>. BalaiPenelitian Tanaman <strong>Jagung</strong> danSerealia lain. Badan Penelitian danPengembanganPertanian.Departemen Pertanian. BelumdipublikasikanMargaretha SL, IGP. Sarasutha danA.F.Fadhly. 1993. Pengaruh permintaandan penawaran terhadap adopsiteknologi jagung di Sulawesi Selatan.Hasil Penelitian <strong>Jagung</strong> dan Ubi-ubian.Badan Penelitian Tanaman PanganMaros. No.3. 1993, hal. 36-44Margaretha SL, Yamin S, Rahmi YA, IGP.Sarasutha dan M. Y. Maamun. 2002.Analisis <strong>Kelayakan</strong> <strong>Alat</strong>/Mesin Pascapanen<strong>Jagung</strong>. Hasil PenelitianFisiologi Hasil. Balai PenelitianTanaman Serealia (belumdipublikasikan)Momuat, E.O, Dahlan M, S. Saenong,Subandi, B. Prastowo, W. Wakmandan M. Yusuf. 1998. Rumusan HasilSeminar dan Lokakarya Nasional<strong>Jagung</strong>. Ujung Pandang-Maros, 11-12November 1997.Najamuddin A, M.N. Noor, IGP. Sarasutha,Bahtiar, O. Suherman dan A.D.Hadijah . 1996. Analisis permintaandan penawaran jagung. Jurnal SosialEkonomi. Fakultas Pertanian.Unuversitas Hasanuddin. UjungPandang (1): 61-70Picard. J and D. I. Proctor. 1994. Storageat farm/village level and in more housein D.I. Proctor (Ed). Grain storagetechnique. Evaluation and trends indeveloping countries. Food andagricultural organization. Roma. Pp.135-165.41


Margaretha S.L. et al : <strong>Keuntungan</strong> dan <strong>Kelayakan</strong> <strong>Alat</strong> <strong>Simpan</strong> <strong>Jagung</strong>Prastowo, B. IGP. Sarasutha, T.M. Lando,Zubachtirodin, B. Abidin, dan R.H.Anasiru. 1998. Rekayasa teknologimekanisasi untuk budidaya tanamanjagung dan upaya pasca panennyapada lahan tadah hujan. JurnalEngineering Pertanian 5(2): 39-62Sadjad, S and Z.A.Pian. 1980. A new rapidaging method for seed storage abilityby using ethyl alcohol damp specialcase for corn seed. Submitted to theSeminar Comparative Aqric. Studies ofbiological. Production in tropical andtemperate regions. Tokyo, 26 march-2april 1980:14pThahir,R., Sudaryono, Soemardi danSuharmadi. 1988. TeknologiPascapanen jagung <strong>Dalam</strong> Subandi,M. Syam, dan A. Wijono (Ed): <strong>Jagung</strong>.Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan Bogor. Halaman271-30742

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!