11.07.2015 Views

e-buku 2010 - Download - Sabda

e-buku 2010 - Download - Sabda

e-buku 2010 - Download - Sabda

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

e-Buku <strong>2010</strong>Artikel: Guru Berguru BukuAda siswa bertanya, "Pak, duluan mana antara telur dengan ayam?" Pertanyaan itusebetulnya klasik. Namun, karena siswa itu mungkin baru membaca <strong>buku</strong> humor, iamengira pertanyaan tebak-menebak itu sebagai sesuatu yang baru.Pertanyaan siklus itu mengingatkan saya pada asal muasal profesi guru. "Duluan manaantara guru dengan <strong>buku</strong>?" Memang naif, mengaitkan guru sebagai makhluk hidupdengan <strong>buku</strong> -- benda mati. Tetapi, sulit disangkal bahwa belum semua yang disebutguru itu akrab dengan <strong>buku</strong>. Padahal, seorang mahasiswa calon guru baru bisa disebutguru jika ia benar-benar mengakrabi <strong>buku</strong>.Oleh karena itu, tidak salah sebuah ungkapan mengatakan bahwa <strong>buku</strong> adalahpengajar yang tidak kenal jemu. Tafsir ini muncul dari kenyataan di lapangan. Sebutsaja "affair" [hubungan, Red.] Soedjatmoko (alm.) dengan <strong>buku</strong>. Toko <strong>buku</strong> bekas diPasar Klewer, Solo, merupakan saksi bisu "affair" sang begawan yang tersohor sebagaiguru bangsa tersebut. di tempat itulah "mata baca" Soedjatmoko membelalak. Kelak iamenjadi Rektor Universitas PBB, setelah sebelumnya menjabat sebagai Duta BesarIndonesia untuk Amerika Serikat. Sekali lagi, <strong>buku</strong> pulalah yang mengantarkan dia.Jika Soedjatmoko sukses tanpa pernah lulus sebagai sarjana, lain halnya denganPoerbocaroko. Meskipun ahli sejarah Jawa kuno itu bergelar profesor, doktor, tetapikonon beliau tidak menempuh sekolah dasar. Siapa atau apa lagi yang mengajari beliaujika bukan <strong>buku</strong>!Bila kita mengerucutkan perhatian pada guru-guru kelas di sekolah, mereka juga tidakbisa dilepaskan dari <strong>buku</strong> -- kecuali bila sang guru ingin melepaskan kompetensiprofesionalnya. Bila disadari bahwa <strong>buku</strong> dapat menajamkan kompetensi, <strong>buku</strong> itu pastiakan dipeluknya erat-erat. Apalagi bila mengingat rendahnya umur ekonomis guru,<strong>buku</strong> mungkin dapat dijadikan sumber rezeki alternatif. Torey Hayden, yang memulainovelnya dari pengalaman mengajar di kelas, telah mampu diantar [oleh <strong>buku</strong>] menjadipenutur kelas dunia. Novelnya mengisi etalase toko-toko <strong>buku</strong> bersanding dengannovel-novel terlaris lainnya. dari situ pundi-pundi Hayden semakin bertambah tebal,sekaligus menajamkan kompetensinya. Begitu juga kisah penulis dongeng J.K. Rowlingyang Harry Potter-nya meledak di pasaran juga terpisahkan dari <strong>buku</strong>. Penulis ceritasilat Tiongkok juga belum merasa seru jika tidak melengkapi skenarionya denganperguruan silat yang berebut kitab pusaka. Konon, para dukun yang menggeluti dunia"jopa-japu" [mantra, Red.] juga akan kesulitan tanpa media <strong>buku</strong>; sebodoh apa pundukun yang bermeditasi di puncak gunung, ia takkan lupa menggoreskan bisikan sangjin di kertas, kain, atau kulit bertuah sebelum kelak para muridnya mem<strong>buku</strong>kan tuah itudalam sebuah <strong>buku</strong>/kitab. Meskipun di Indonesia tidak banyak guru yang menjadipenulis hebat, namun saya mengajukan nama Romo Mangun dan Romo Drost.Meskipun keduanya sudah almarhum, melalui tulisan-tulisan mereka, kedua maestrotersebut tidak jemu berkata-kata. Jadi, tampuk sukses guru terlalu sepi bila tidakdiantarkan <strong>buku</strong>. Bahkan mungkin tidak akan pernah ada guru jika tidak ada <strong>buku</strong>.Bukan mengada-ada, guru memang berguru [pada] <strong>buku</strong>.45

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!