12.07.2015 Views

Download (151Kb)

Download (151Kb)

Download (151Kb)

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latarbelakang MasalahInformasi akuntansi termasuk laporan keuangan memangmengandung sejumlah data yang dapat dikaji sebagai bahan penelitian(Husnan, 2000). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika telah banyakdilakukan penelitian-penelitian yang menggunakan laporan keuanganperusahaan tertentu sebagai bahan atau data penelitian. Pemeriksaandibutuhkan untuk mengetahui apakah laporan keuangan telah disusun denganwajar sesuai SAK. Pemeriksaan dilakukan oleh eksternal auditor yang akanmemberikan opini terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut.Ada kalanya opini audit kurang mendapat respon yang positif dikarenakanadanya kemungkinan terjadinya penyimpangan perilaku oleh seorang auditordalam proses audit (Donnelly et al, 2003). Kemampuan seorang profesionalsangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya atau masyarakat dimana profesitersebut berada, lingkungan profesinya, lingkungan organisasi atau tempatkerja serta pengalaman pribadinya. Sikap masyarakat yang pasif, sistempengawasan yang masih lemah dari organisasi, kerjasama yang tidak sehatturut mempengaruhi perilaku auditor.Penyimpangan perilaku yang biasanya dilakukan oleh seorang auditoryaitu melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripadawaktu yang sebenarnya (underreporting of audit time), merubah prosedur1


2yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan (replacing andaltering original audit procedures) dan penyelesaian langkah-langkah audityang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur (premature signing– off of audit steps without completion of the procedure) (Irawati et al, 2005).Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara,termasuk di Indonesia. Di USA kecurangan akuntansi telah berkembangsecara luas. Predikat negara Indonesia sebagai 5 besar negara terkorup didunia menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengawasan danpertanggungjawaban dilembaga pemerintahan. Predikat tersebutmengindikasikan kurang berfungsinya akuntan dan penegak hukum yangmerupakan tenaga profesional teknis yang secara sistematis bekerjasamauntuk mencegah dan mengungkapkan kasus korupsi di Indonesia secaratuntas (Arif, 2002; dalam Kartika et al, 2007). Penyebab utama yangmungkin adalah karena kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia.Mardiasmo (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalamaudit pemerintahan di Indonesia yaitu: pertama tidak tersedianya indikatorkinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baikpemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami olehorganisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayananpublik tidak mudah diukur. Kedua, berkaitan dengan masalah strukurlembaga audit terhadap pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia yangoverlapping satu dengan yang lainnya yang menyebabkan ketidakefisienandan ketidakefektifan pelaksanaan pengauditan.


3Proses audit merupakan bagian dari assurance services. AICPASpecial Committee on Assurance Service mendefinisikan assurance servicesebagai “jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitasinformasi bagi para pengambil keputusan”. Messier, 2000 ; dalamWeningtyas et al, 2007 menyatakan bahwa definisi ini mencakup beberapakonsep penting, salah satunya adalah konsep peningkatan kualitas informasibeserta konteks yang dikandungnya. Konsep ini menyatakan bahwapelaksanaan assurance service dapat meningkatkan kualitas melaluipeningkatan kepercayaan dalam hal reliabilitas dan relevansi informasi.Karena pengauditan merupakan bagian dari assurance service, maka jelaslahbahwa pengauditan melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagipengambil keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yangmelakukan audit (auditor).Spathis (2002) menjelaskan bahwa di USA kecurangan akuntansimenimbulkan kerugian yang sangat besar di hampir seluruh industri.Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah menurunnyaakuntabilitas manajemen membuat para pemegang saham meningkatkanbiaya monitoring terhadap manajemen. Umumnya, kecurangan akuntansiberkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, danmark-up yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi.


4Kualitas audit ditentukan oleh proses yang tepat yang harus diikutidan pengendalian personal pengaudit. Penelitian dalam sistem pengendalianmenyatakan bahwa sistem pengendalian yang berlebihan akan menyebabkanterjadinya konflik dan mengarah kepada perilaku disfungsional (Otley &Pierce, 1996 ; dalam Kartika et al, 2007). Masalah penyimpangan perilakuakuntan telah menjadi isu yang sangat menarik. Di Amerika Serikat issue iniantara lain dipicu oleh terjadinya crash pasar modal tahun 1987 (Chua et al,1994). Sedangkan di Indonesia, isu ini berkembang seiring dengan terjadinyabeberapa pelanggaran etika yang terjadi, baik yang dilakukan oleh akuntanpublik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah (Machfoedz, 1999).Untuk kasus akuntan publik, beberapa pelanggaran dapat ditelusuri darilaporan Dewan Kehormatan IAI dalam laporan pertanggungjawabanpengurus IAI periode 1990-1994 yang menyebutkan adanya 21 kasus yangmelibatkan 53 KAP (Husada, 1996). Secara historis isu pelanggaran yangdilakukan auditor semakin nyata terjadi.Meskipun dalam teori dinyatakan secara jelas bahwa audit yang baikadalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnyanamunkenyataan di lapangan berbicara lain. Fenomena perilakupengurangan kualitas audit (Reduced Audit Quality / RAQ behaviors)semakin banyak terjadi (Alderman dan Deitrick, 1982; Margheim dan Pany,1986; Coram, et al., 2000; Radtke dan Wayne, 2004; Soobaroyen danChengabroyan, 2005 dalam Irawati, 2005). Hal ini menimbulkan perhatianyang lebih terhadap cara auditor dalam melakukan audit. Pengurangan


5kualitas dalam audit diartikan sebagai “pengurangan mutu dalampelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor” (Coram, etal., 2004 ; dalam Weningtyas et al, 2007). Pengurangan mutu ini dapatdilakukan melalui tindakan seperti mengurangi jumlah sampel dalam audit,melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluaspemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan pemberian opinisaat semua prosedur audit yang disyaratkan belum dilakukan denganlengkap. Reduced Audit Quality behaviors atau perilaku pengurangankualitas audit dideskripsikan oleh Malone dan Roberts (1996) sebagaitindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan dimanatindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan buktiaudit. Perilaku ini muncul karena adanya dilema antara inherent cost (biayayang melekat pada proses audit) dan kualitas, yang dihadapi oleh auditordalam lingkungan auditnya (Kaplan, 1995; dalam Weningtyas et al, 2007).Di satu sisi, auditor harus memenuhi standar profesional yang mendorongmereka untuk mencapai kualitas audit pada level tinggi namun di sisi lain,auditor menghadapi hambatan cost / biaya yang membuat mereka memilikikecenderungan untuk menurunkan kualitas audit.Salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit (RAQbehaviors) adalah penghentian prematur atas prosedur audit (Malone danRoberts, 1996 ; Coram, et al., 2004). Tindakan ini berkaitan denganpenghentian terhadap prosedur audit yang disyaratkan, tidak melakukanpekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit tetapi auditor


6berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang diauditnya.Perilaku tersebut dianggap paling tidak dapat diterima / ”dimaafkan” danpaling berat hukumannya (bisa berupa pemecatan) jika dibandingkan denganbentuk RAQ lainnya (Malone dan Roberts, 1996; Coram, et al., 2004).Perilaku ini juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan hukumterhadap auditor. Probabilitas auditor dalam membuat judgment dan opiniyang salah akan semakin tinggi, jika salah satu atau beberapa langkah dalamprosedur audit dihilangkan.Beberapa penelitian mengkaji anteseden yang menyebabkan perilakupenyimpangan audit. Dari perspektif personal, Irawati et al (2005)menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara eksternal locus ofcontrol dengan penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit. Sertaterdapat hubungan positif antara keinginan untuk berhenti bekerja denganpenerimaan penyimpangan perilaku dalam audit dengan kondisi adanyaeksternal locus of control dan komitmen pada organisasi. Donelly et al(2003) menemukan ada hubungan positif antara locus control eksternal danpenerimaan perilaku disfungsional, auditor yang melapor kinerja yang lebihtinggi adalah kurang mungkin menunjukkan penerimaan perilakudisfungsional, terdapat hubungan positif antara intense turnover dan perilakudisfungsional, yang didukung oleh kinerja karyawan, locus of control dankomitmen profesional. Kartika et al (2007) menemukan bahwa Locus OfControl eksternal berpengaruh positif terhadap penerimaaan perilakudisfungsional audit. Locus of control eksternal berhubungan negatif terhadap


7kinerja pegawai, locus of control sebagai anteseden hubungan kinerjapegawai penerimaan perilaku disfungsional audit. Malone & Roberts (1996)menemukan karakteristik kepribadian berhubungan dengan perilakupenyimpangan audit.Donelly et al (2003) menyatakan bahwa individu yang melakukansebuah kinerja dibawah ekspektasi atasannya akan cenderung terlibat untukmelakukan perilaku disfungsional karena mereka tidak melihat dirinyasendiri dapat mencapai tujuan yang diperlukan untuk bertahan dalam sebuahperusahaan melalui usahanya sendiri, sehingga perilaku disfungsionaldianggap perlu dalam situasi ini. Berdasarkan latar belakang di atas,penelitian ini penulis beri judul “Pengujian Locus of Control, KinerjaManajerial dan Dysfuctional Audit Behavior”1.2. Perumusan MasalahPermasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:1. Apakah locus of control berpengaruh terhadap kinerja manajerial?2. Apakah locus of control berpengaruh terhadap dysfunctional auditbehavior?3. Apakah kinerja manajerial berpengaruh terhadap dysfunctional auditbehavior?


Inhoud1 De Transparantieladder 22 Introductie 82.1 Voorwoord 82.2 Over dit rapport 93 De toppers van dit jaar 104 Highlights 114.1 Categorievergelijking 114.2 Sectorvergelijking 174.2.1 Banken en verzekeraars 184.2.2 Bouw en maritiem 194.2.3 Consumentenproducten 194.2.4 Dienstverlening 204.2.5 Energie, olie en gas 204.2.6 Handelsmaatschappij 214.2.7 Industriële goederen 214.2.8 Media 224.2.9 Pharma 224.2.10 Retail 234.2.11 Technologie 234.2.12 Transport 244.2.13 Universiteiten en UMC’s 244.2.14 Vastgoed 254.2.15 Voedsel en drank 254.2.16 Overig 264.3 Maatschappelijke verslaggeving in de praktijk 275 Verdieping thema: OESO-richtlijnen 315.1 De top 20 nader bekeken 356 Toelichting bij de Transparantiebenchmark 416.1 Doel 416.2 Verschillen ten opzichte van vorig jaar 416.3 Afbakening publiek toegankelijkeverantwoordingsinformatie436.4 Methode 436.5 Criteria 456.6 Juryrapport 466.7 Bezemwagen 497 Bijlagen 507.1 Nieuwe deelnemende organisaties 507.2 Nederlandse organisaties metinternationaal groepsverslag 517.3 Organisaties met een nulscore 527.4 Panel van DeskundigenTransparantiebenchmark567.5 Jury De Kristal 57Transparantiebenchmark 2014 De Kristal 2014 7


9ini mengukur kinerja dalam 8 bidang yaitu perencanaan, investigasi,koordinasi, evaluasi, supervisi, staffing, negosiasi dan representasi1.4. Tujuan PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan tujuan:1. Menguji pengaruh locus of control terhadap kinerja manajerial2. Menguji pengaruh locus of control terhadap dysfunctional audit behavior3. Menguji pengaruh kinerja manajerial terhadap dysfunctional audit behavior1.5. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:1. Bagi auditor eksternalPenelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran peran locus ofcontrol, kinerja manajerial dan dysfunctional audit behavior bagi auditoreksternal sehingga dysfunctional audit behavior dapat diminimalisasi.2. Bagi pembaca dan peneliti lainnyaHasil penelitian di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi pembacadalam pemahaman ilmu, terutama dalam bidang akuntansi keperilakuandan auditing mengenai penerimaan perilaku disfungsional audit dan jugadiharapkan dapat dipakai sebagai acuan untuk riset-riset mendatang.


101.6. Sistematika PenulisanBAB IPendahuluanBab ini menyajikan tentang latar belakang masalah, rumusanmasalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,serta sistematika penulisanBAB IILocus of Control, Kinerja dan Perilaku Penyimpangan AuditBab ini menguraikan tentang landasan teori yaitu audit, faktor yangmenyebabkan penyimpangan audit serta hipotesis penelitian.BAB IIIMetode PenelitianBab ini menguraikan tentang populasi dan sampel, sumber data,definisi operasional variabel, metode analisis data serta analisisdata.BAB IVAnalisis dan PembahasanBab ini membahas mengenai pengumpulan data, analisis data yangmenjelaskan gambaran umum responden, pengujian hipotesispenelitian, serta pembahasan hasil penelitian.BAB VPenutupBab ini berisikan kesimpulan umum dari penelitian, keterbatasanpenelitian, implikasi penelitian serta saran untuk penelitianselanjutnya.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!