12.07.2015 Views

FONOLOGI DALAM PENDIDIKAN DAN ... - Kemenag Sumsel

FONOLOGI DALAM PENDIDIKAN DAN ... - Kemenag Sumsel

FONOLOGI DALAM PENDIDIKAN DAN ... - Kemenag Sumsel

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>FONOLOGI</strong> <strong>DALAM</strong> <strong>PENDIDIKAN</strong> <strong>DAN</strong> PELATIHANBAHASA ARAB GURU MI TINGKAT DASAR PADA DIKLAT KEAGAMAANKOTA PALEMBANGOleh : M. TontowiAbstractPembelajaran bahasa Arab berbeda dengan bahasa asing lainnya. Fenomenalinguistik bahasa Arab belum banyak ditemui persamaannya dalam bahasa Indonesia.Dikatakan oleh Robert Lado (1979) "Fenomena linguistik yang identik denganbahasa pertama, akan mempercepat proses belajar, sedangkan fenomena yangberbeda akan menjadi penghalang atau penghambat".Karakteristik kebahasaan dalam bahasa Arab seperti ini wajar jika mengalamikesulitan-kesulitan dalam mempelajarinya. Dengan mengacu pada pemikirantersebut, ada beberapa hal yang perlu disoroti, bagaimana menjadikan bahasa Arabsebagai bahasa komunikasi yang efektif. Oleh karenanya diperlukan upayamerekonstruksi atau merancang bangun pengajaran bahasa Arab dalam fungsikomunikasi lisan dan tulisan pada pengajaran di Madrasah Ibtidaiyah. Bagaimanamenerapkan pendekatan dan metode melalui model-model pengembanganpengajaran melalui optimalisasi empat keterampilan berbahasa Arab sehingga lebihefektif dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Empat keterampilan bahasayang dimaksud yakni; (a) Fahmul Masmu’ (keterampilan mendengar), (b) Ta’birSyafahi (keterampilan bicara), (c) Fahmul Maqru’ (keterampilan membaca), dan (d)Ta’bir Tahriri (keterampilan menulis)berikut: 1) Sistem penerimaan santri, 2) Sistempengelolaan kelas, 3) Materi pembelajaran, 4) Teknik atau strategi yang diterapkan,5) Sistem evaluasi menggunakan tes atau ujian lisan secara langsung denganmenghadap mustahiq secara individual, baik materi membaca, praktek ibadahataupun hafalan-hafalan, dan bagi yang lulus diberikan ijazah atau sertifikat padaacara wisuda setiap akhir tahun ajaran.1


Kata Kunci: Fonologi, Karakteristik, Metode, Filosofi, Sistem, Makna.A. Latar Belakang MasalahPembelajaran bahasa Arab berbeda dengan bahasa asing lainnya. Fenomenalinguistik bahasa Arab belum banyak ditemui persamaannya dalam bahasa Indonesia.Dikatakan oleh Robert Lado (1979) "Fenomena linguistik yang identik denganbahasa pertama, akan mempercepat proses belajar, sedangkan fenomena yangberbeda akan menjadi penghalang atau penghambat".Karakteristik kebahasaan dalam bahasa Arab seperti ini wajar jika mengalamikesulitan-kesulitan dalam mempelajarinya. Dengan mengacu pada pemikirantersebut, ada beberapa hal yang perlu disoroti, bagaimana menjadikan bahasa Arabsebagai bahasa komunikasi yang efektif. Oleh karenanya diperlukan upayamerekonstruksi atau merancang bangun pengajaran bahasa Arab dalam fungsikomunikasi lisan dan tulisan pada pengajaran di Madrasah Ibtidaiyah. Bagaimanamenerapkan pendekatan dan metode melalui model-model pengembanganpengajaran melalui optimalisasi empat keterampilan berbahasa Arab sehingga lebihefektif dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Empat keterampilan bahasayang dimaksud yakni; (a) Fahmul Masmu’ (keterampilan mendengar), (b) Ta’birSyafahi (keterampilan bicara), (c) Fahmul Maqru’ (keterampilan membaca), dan (d)Ta’bir Tahriri (keterampilan menulis) (Belajar Bahasa Arab, www.eramuslim.com).Hakikat bahasa, Al-Suyuthi menyebutkan bahwa bahasa merupakanserangkaian suara (ashwath) yang digunakan orang dalam mengungkapkan maksudyang dikehendaki. Definisi ini setidaknya melibatkan dua unsur dasar keterampilan,bahasa sebagai tutur kata yang didengar (listened) dan yang diucap (spoken). Unsurkemahiran berbicara, pada hakikatnya, merupakan kemahiran menggunakan bahasarumit. Dalam hal ini kemahiran dikaitkan dengan pengutaraan buah pikiran danperasaan dengan kata-kata dan kalimat yang benar-tepat. Sasarannya adalahbagaimana lawan bicara mampu memahami pesan yang disampaikan lewat lisantersebut.2


Banyak terjadi sekarang, seorang guru bahasa arab tidak mampu berbicaraatau melafalkan huruf arab yang sesuai dengan fonemik arab. Ketika orang arabmendengar apa yang dituturkan akan menjadi bingung, ini dapat berakibat padakesalahpahaman maksud yang disampaikan dan yang diterima dalam komunikasilisan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang suatu bahasa tidak dianggap lengkapdengan hanya memahami morfem, kata, frasa, dan kalimat saja, tanpa mengetahuibunyi bahasa.Sebagai langkah nyata dalam mengatasi masalah keterampilan bicara (Ta’birSyafahi) diatas, sudah sewajarnya pada pendidikan dan pelatihan bahasa arab guruMI tingkat dasar disajikan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan denganbunyi bahasa (fonologi/ilm al-ashwat). Tujuannya agar mempermudah mereka dalammenyampaikan materi pelajaran dan terampil secara lisan. Penyampian yang salahterhadap bunyi bahasa pada tingkat dasar akan susah untuk diperbaiki, apalagi jikaitu diterima siswa didiknya yang notabene daya serapnya masih tinggi dan mungkinbelum terkontaminasi linguistik asing lainnya. Secara otamatis akan mengurangihasil dari kualitas pembelajaran bahasa arab.B. Identifikasi MasalahMenurut Tilaar (1999), pendidikan merupakan sarana yang paling efektifdalam transformasi budaya dan dinamika kebudayaan. Dalam tulisan ini difokuskanlagi pada bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing bagi masyarakat Indonesia,sehingga perubahan, pembenahan, dan pengembangan sistem pengajarannya menjadisuatu kemestian yang harus dipikirkan secara serius. Dalam merekonstruksi sistemtentunya tidak terlepas dari beberapa hal antara lain: (a) Kedudukan bahasa Arabdimata masyarakat Indonesia. Sebagai bangsa yang mayoritas muslim, bahasa Arabtidak saja dipandang dari sisi ideologis sebagai bahasa sumber ajaran Islam(meskipun Islam tidak identik dengan Arab) tetapi sebagai bahasa ilmu pengetahuan,ekonomi, dan politik. (b) Eksistensi bahasa Arab dalam mengahadapi ilmupengetahuan dewasa ini. (c) Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran bahasaArab di Indonesia (Sauri, 2008).3


Pendidikan sebagai sebuah proses tidaklah stagnan dalam menyikapi tuntutanperkembangan, melainkan bersifat dinamis dan akomodatif. Konsekuensi logisnyamengharuskan pembenahan yang signifikan dalam merancang bangun unsur-unsurterkait didalamnya guna mewujudkan bentuk pendidikan ideal. Kenyataan yang kitahadapi bahwa sesungguhnya kondisi pengajaran bahasa Arab di madrasahmadrasah/sekolah-sekolahdi Indonesia masih dihadapkan pada berbagai kendala.Kendala tersebut salah satunya dari segi edukatif. Segi edukatif ini didalamnyamencakup kemampuan guru/staf edukasi, sarana dan prasarana, kurikulum (termasukdi dalamnya orientasi dan tujuan, materi dan metodologi pengajaran serta sistemevaluasi). Pendekatan dan metode apapun yang dilakukan dan diterapkan, asumsidasar mengenai unsur-unsur keterampilan berbahasa kiranya harus menjadi perhatianyang serius.Berpangkal dari hal ini perlu kiranya dideskripsikan keterampilan bicara(Ta’bir Syafahi) guru bahasa arab di pengaruhi oleh kemampuan (knowledge & skiil)terhadap fonologi/ilm al-ashwat. Untuk menghindari kesalahan dalam penyampaianterhadap peserta didik (siswa) menjadi keharusan guru bahasa arab agar menguasaifonologi (ilm al-ashwath) tersebut. Peningkatan kemampuan tersebut dapatdilakukan melalui pendidikan dan pelatihan bahasa arab yang dilaksanakan terhadapguru MI tingkat dasar.C. Rumusan MasalahBerpangkal dari problematika guru dalam hal pengucapan dan ujar huruf /bunyi Suku kata bahasa Arab perlu kiranya dideskripsikan ketrampilan bicara( ta’birSyafahi ) guru bahasa Arab dipengaruhi oleh kemampuan ( Knowledge and Skill )terhadap fonologi / ilm al-Aswath, Untuk menghindari kesalahan dalamPenyampaian bunyi/ujar huruf dan suku kata bahasa Arab terhadap peserta didikMaka perlu kiranya :1. Setiap guru bidang studi bahasa Arab pada setiap tingkat satuan pendidikankhususnua guru MI harus menguasai fonologi ( ilm al-Aswath )2. Peningkatan kemampuan dalam penguasaan fonologi / ilm al-Aswath tersebutdapat dilakukan melalui diklat tingkat dasar guru Bahasa Arab pada tingkatpemula Madrasah Ibtidayah, diseluruh Balai Diklat Kegamaan Departemen4


D. TujuanAgama Republik Indonesia.Bertitik tolak dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya danproblematika yang terjad, maka diharapkan dari pembahasan ini bertujuan “Agarpembelajaran bahasa Arab khususnya ditingkat pemula betul betul Menjadiperhatian serius,supaya ujar dan bunyi kata bahasa Arab yang Diucapkan oleh gurubetul betul sesuai dengan aslinya yang penekanannyaBerfokus pada MAKHORIJULKHURUF <strong>DAN</strong> TAJWID. “E. Manfaat1. Memberi wawasan guru bahasa Arab dalam mempelajari fonologi2. Merobah dialektika daerah menjadi penutur bahasa Arab yang sempurna3. Melatih peserta didik tingkat pemula benar dan betul dalam pengucapan sukakata bahasa Arab dan Ujar huruf bahasa Arab serta mengerti Tajwid4. Menimbulkan stimulant pada peserta didik untuk cinta degann bahasaArab, danhal ini dapat ditimbulkan oleh guru yang benar dalam pengucapanbahasa Arab.F. Kerangka TeoritikSalah satu pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasaadalah pengetahuan tentang posisi dan fungsi suara dalam bahasa juga bagaimanasuara itu dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna. Oleh karena itu,pengetahuan tentang bahasa arab tidak dianggap lengkap dengan hanya memahamisubsistem struktur bahasa (morfologi/ilm al-sharf dan sintaksis/ilm al-nahw),subsistem perbendaharaan bahasa (leksikon/al-mufradat), subsistem makna daritanda bahasa (semantik/ilm al-dilalah), subsistem makna yang dipengaruhi olehsesuatu di luar bahasa (pragmatik/al-brakmatiyah) saja (Hidayattulah, 2009), tanpamengetahui bunyi bahasa (Fonologi/ilm al-ashwath).Al-Suyuthi (dalam Sauri, 2008) menyebutkan bahwa bahasa merupakanserangkaian suara (ashwath) yang digunakan orang dalam mengungkapkan maksudyang dikehendaki. Definisi ini setidaknya melibatkan dua unsur dasar keterampilan,5


as-sawtiyyah (Syahin 1984). Fonem dapat dibagi menjadi jenis konsonan (consonantatau sāmit) dan vokal (vowel atau harakah) (Robins 1989: dan Hijāzy 1978). Fonemsendiri juga diartikan sebagai bentuk dari bunyi bahasa yang dianalisa. Suatu fonemmemungkinkan untuk mempunyai beberapa anggota yang sama, di mana perbedaanbunyi tersebut tidak mengubah arti suatu kata ketika kata-kata itu ditukar. Perbedaanobjek studi fonetik dan fonemik adalah jika fonemik mengkaji bunyi-bunyi denganmempedulikan fungsi dan maknanya, sedangkan fonetik tidakG.Fonologi (ilm al-ashwath)Salah satu pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasaadalah pengetahuan tentang posisi dan fungsi suara dalam bahasa juga bagaimanasuara itu dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna. Oleh karena itu,pengetahuan tentang bahasa arab tidak dianggap lengkap dengan hanya memahamisubsistem struktur bahasa (morfologi/ilm al-sharf dan sintaksis/ilm al-nahw),subsistem perbendaharaan bahasa (leksikon/al-mufradat), subsistem makna daritanda bahasa (semantik/ilm al-dilalah), subsistem makna yang dipengaruhi olehsesuatu di luar bahasa (pragmatik/al-brakmatiyah) saja (Hidayattulah, 2009), tanpamengetahui bunyi bahasa (Fonologi/ilm al-ashwath).Al-Suyuthi (dalam Sauri, 2008) menyebutkan bahwa bahasa merupakanserangkaian suara (ashwath) yang digunakan orang dalam mengungkapkan maksudyang dikehendaki. Definisi ini setidaknya melibatkan dua unsur dasar keterampilan,bahasa sebagai tutur kata yang didengar (listened) dan yang diucap (spoken).Fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem bunyi bahasa.Fonologi sendiri diambil dari bahasa Yunani, fon = Voice/Sound berarti suara ataubunyi dan logo= Word/Speech adalah kata atau ucapan. Jadi, yang dimaksud disinidengan fonologi adalah studi ilmu yang membahas tentang suara dan bunyi-bunyiyang terucap dari alat ucap manusia.Fonologi termasuk dalam subkajian dalam ilmu linguistik yang mempelajaritentang sistem bunyi suatu bahasa secara spesifik yaitu fonetik dan fonemik.a.FonetikFonetik adalah bidang linguistic yang mempelajari bunyi bahasa tanpa7


Bila fonetik mengkaji bunyi bahasa berdasar aspek fisiknya saja, makafonemik mengkaji bunyi bahasa berdasar fungsinya sebagai pembeda makna danterkait dengan bahasa tertentu. Oleh karena itu, dalam fonetik dapat diketahuibunyi bahasa yang artikulatorisnya besar dan bunyi bahsa yang artikulatorisnyakecil. Dalam fonemik yang diperhatikan perbedaan yang fungsional, yangberguna untuk membedakan makna. Perbedaan ini berbeda-beda antara satubahasa dengan bahasa yang lain.Dalam tiap bahasa, orang secara tidak sadar mengelompokkan berbagaibunyi yang diucapkannya ke dalam satuan-satuan fungsional terkecil yangdisebut fonem. Pembahasan tentang fonem, penggolongan fonem, dan distribusifonem di antara pembahasan yang dipelajari dalam fonemik. Singkatnya, fonemadalah abstraksi dari bunyi-bunyi bahasa. Meski berbeda antara fonem dan bunyibahasa, fonem diberi nama sesuai dengan nama salah satu bunyi bahasa yangmerealisasikannya. Lambang yang digunaknnya pun sama dengan yangdigunakan untuk melambangkan bunyi bahaa. Bedanya, lambang fonemdiletakkan di antara dua garis miring, sedangkan lambang bunyi diletakkan dalamtanda kutung siku.Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi suatu fonem disebut alofon.Fonem /i/ dalam bahasa Arab, antara lain mempunyai alofon-alofon [i] (dalamrizâ), [i:] (dalam jâmi), dan [I] (dalam jamîl). Alofon-alofon sebuah sebuahfonem dapat juga menunjukkan ciri hubungan yang disebut bervariasi bebas.Alofon-alofon demikian dapat dipertukarkan di tempat yang sama. Hal ini dapatterjadi terutama karena alat ucap manusia pada dasarnya tidak mampumelafalkandua bunyi yang benar-benr sama berturut-turut. Ciri alofon-alofon sebuah fonemadalah, pertama, mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, mempunyai banyakkesamaan dalam pengucapannya; kedua, berdistribusi komplementer ataubervariasi bebas.Untuk memperlihatkan perbedaan fonemis antara yang satu denganyang lain dipakai cara memperbandingkan contoh-contoh ujaran denganperbedaan minimal dalam bunyi Dua ujaran yang berbeda maknanya dan berbedaminimal dalam bunyinya seperti itu disebut pasangan minimal. Dalam bahasa9


Arab, misalnya, kita bisa memperbandingkan antara kata jali:l dan kata jami:ldapat diperlihatkan bahwa kedua contoh itu hanya dibedakan oleh [l] dan [m].Perbedaan ini merupakan perbedaan yang penting bagi pemakai bahasa Arabkarena perbedaan ini bersifat fonemis. Kedau bunyi ini merupakan realisasi duafonem yang berbeda, yakni /l/ dan /m/.Fonem dapat dibagi menjadi jenis konsonan (consonant atau sāmit) danvokal (vowel atau harakah) (Robins 1989 dan Hijāzy 1978).H.Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Arab Guru MI Tingkat DasarSeperti apa yang telah diuraikan diawal-awal tulisan ini bahwa output dariproses pembelajaran bahasa arab salah satunya sangat dipengaruhi kemampuan dankualitas guru/pengajar dalam menguasai linguistik arab. Pendidikan dan pelatihanbahasa arab yang dilakukan terhadap para guru MI tingkat dasar semestinyamenjakau faktor-faktor kemampuan yang ada pada mereka. Faktor tersebut ialahpengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Menurut Sustermeister (1976)memberikan pengertian kemampuan adalah faktor penting dalam dalammeningkatkan produktivitas, kemampuan berhubungan dengan pengetahuan danketerampilan.Secara umum kemampuan (ability) guru terdiri dari kemampuan potensi (IQ)dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, guru yang memiliki potensi diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya yang terampildalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan mudah mencapai kinerjayang diharapkan. Oleh karena itu guru harus ditempatkan pada tugas yang sesuaidengan keahliaannya (the right man in the right place, the right man on the rightjob).Berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan bahasa arab yang diberikan dalamdiklat keagamaan yang harus ditekankan adalah bagaimana memperbaiki kesalahanumum yang sering terjadi yakni, pengucapan yang kurang pas terhadap kaidahfonologi/ilm al-ashwath arab. Kesalahan ini tidak boleh dianggap sepele, karenapengajaran yang salah pada anak-anak akan jauh berdampak dikemudian hari. Dankemungkinannya kan sulit untuk diperbaiki atau butuh waktu lama dalam prosesrecovery.10


unsur lainnya. Subsistem bahasa yang dimaksud terdiri dari tata-bunyi,kosakata, tata-kalimat, dan ejaan (tulisan) (Izzan, 1998).b. Pendekatan Parsial (Parsial Approach)Pendekatan ini memandang secara parsial sesuai dengan kebutuhan,sehingga pembelajaran diarahkan pada aspek tertentu dalam bahasa, misalkanaspek gramatika dan menerjemahkan, berbicara, menulis, atau kemampuanberbahasa dalam disiplin-disiplin tertentu. Misalnya bahasa akademik, bahasabisnis, hiburan, dan lain-lain. Pendekatan ini dikenal juga dengan pendekatanformal atau pendekatan tradisional yang sesuai juga dengan pendekatan"montagu Semantic". Pendekatan semacam ini dalam pembelajaran dimulaidari rumusan-rumusan teoritis dan menggunakan metode klasik yang palingtua yaitu tariqah al-Nahwi wa al-tarjamah (grammar and translation).Sedangkan metode pembelajaran khusus adalah metode yang diturunkan daripendekatan-pendekatan bahasa itu sendiri, seperti metode tata bahasa, penerjemahan,metode langsung, metode pembatasan bahasa, metode alamiah, metode linguistik,dan metode unitI. KesimpulanBerdasarkan paparan yang telah dikemukakan dalam tulisan ini, penulis dapatmenyimpulkan bahwa, bahasa sebagai sistem yang terdiri dari unsur-unsurfungsional menunjukan satukesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan (integral).Karena itu, ketidakmampuan guru dalam satu sub-sistem linguistik akan berpengaruhpada hasil atau output pengajaran. Subsistem bahasa yang dimaksud terdiri dari tatabunyi,kosakata, tata-kalimat, dan ejaan (tulisan).Peningkatan kemampuan guru bahasa arab dalam faktor pengetahuan danketerampilan fonologi system akan membantu mereka untuk mempermudah dalammengerjakan tugas mengajar dan sekaligus dapat menjadi tauladan yang baik buatpeserta didiknya. Jelas ini akan memberikan dampak langsung berupa penurunankesalahan pengucapan sekaligus kesalahan pendengaran pada lawan bicara. Disinibunyi/ucapan/suara adalah basic dalam belajar linguistik arab sebelum tahapankemahiran berikutnya. Secara runtut tahap pembelajarannya sebagai berikut;12


menyimak (al-istima', listening), berbicara (alkalam, speaking), membaca (alqira'ah,reading), dan menulis (kitabah, writing).J. SaranBerdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti mengemukakan saran-saranyang diharapkan oleh penulis dan bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaranbahasa arab. Beberapa saran terebut dapat diuraikan sebagai berikut:1. Fungsi bahasa salah satunya adalah alat komunikasi, untuk itu agar peserta didikcepat mahir dalam keterampilan berbasa arab sudah seharusnya setiappelaksanaan diklat bahasa arab bahasa komunikasinya dengan menggunakanbahasa arab baik didalam kelas maupun diluar kelas.2. Metode atau pendekatan yang dipakai dalam proses pembelajaran bahasa arabharus senantiasa disesuaikan dengan kondisi kebutuhan yang terjadi.3. Bagi guru bahasa arab MI, harus senantiasa meningkatkan kemampuan linguistikarabnya, agar apa yang disajikan terhadap peserta didik benar-benar sesuaidengan kaidah bahasa arab.Daftar Pustaka13


Izzan, Ahmad. (2004). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung :Humaniora.Kridalaksana, Hermurti. (1984). Kamus Linguistik, Edisi II. Cetakan I. Jakarta :Gramedia.Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat MadaniIndonesia, Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung : RosdaKarya.Abdurrahman Jalaluddin Al-Suyuthy, tt, al-Muzhir fi Ulûm al-Lughah waAnwa'ihâ, Dâr al-Fikr, Beirut Libanon, vol I,hal.7.Ahmad, Izzan. (2004). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Humaniora.Bandung. hal.1.Al-Ghulayaini, Syaikh Musthafa. (1999). Jami'ud-Durus al-Arabiyah, Juz I, al-Maktabah al-Aisyiyah li aththiba'ah wa al-Tauzi'. Beirut. Libanon. Hal.7.Abdul Muin. (2004). Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia,Telaah Terhadap Fonetik dan Morfologi. Pustaka al-Husna Baru. Jakarta.hal.11.Kridalaksana. (1984). Kamus Linguistik, Edisi II, Cetakan I. Gramedia. Jakarta.hal.51.Ahmad Izzan, Op.Cit., hal.98.David Nunan. (1998). The Learned-Centred Curriculum. Cambridge UniversityPress. Cambridge. h. 361.William F, Mackey. (1956). Language Teaching Analysis. Longman. Green & Co.Ltd. London. hal. 139.Robert Lado. (1979). Linguistik di Berbagai Budaya, terjemahan SoedjonoDarjowijoyo. Ganeco. Bandung.Redaksi, Belajar Bahasa Arab, www.eramuslim.comSauri, Sofyan. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab EmpatKeterampilan. www.tajdid-iaid.or.id.14


Bloomfield, Leonard. (1933/1995). Bahasa. terjemahan Language oleh I. Soetikno.Jakarta. Gramedia.Hijāzy, Mahmūd Fahmy. (1978). Madkhal fī 'Ilm al-Lughah. Kairo: Dār aś-Śaqafah.Robins, R.H. (1989/1992). Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. terjemahanGeneral Linguistik: an Introductory Survey oleh S. Djajanegara.Yogyakarta: Kanisius.Syāhīn, 'Abd as-Sabūr. (1984). Fī 'Ilm al-Lughah al-'Āmm. Syria: Maktabah asy-Syabāb.Bisyr, Kamal Muhammad.(1990). Al-Ashwat Al-‘Arabiyyah. Kairo: Maktabah Al-Syabab.Matthews, P.H. (1997). The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. New York:Oxford University Press.Moeliono dkk. (1993). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (cet. Ke-4). Jakarta:Perum Balai Pustaka.Ladefoged, Peter. (1993). A Course in Phonetic (edisi ketiga). Orlando: HarcourtBrace College Publisher.15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!