12.07.2015 Views

dari WASIOR, MENTAWAI, hingga MERAPI - BNPB

dari WASIOR, MENTAWAI, hingga MERAPI - BNPB

dari WASIOR, MENTAWAI, hingga MERAPI - BNPB

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ISSN 2088-6527MARET 2011VOL.2 NO.1GEMA <strong>BNPB</strong>Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana<strong>dari</strong> <strong>WASIOR</strong>,<strong>MENTAWAI</strong>,<strong>hingga</strong> <strong>MERAPI</strong>


Daftar IsiVolume 2 No.1Maret 2011030417Pengantar Redaksi[03] Dari RedaksiLaporan Utama[04] Lima Bencana Terbesar tahun 2010[07] Dari Wasior, Mentawai <strong>hingga</strong> Merapi[17] Dampak Letusan Gunung MerapiMencapai 3,56 TrilyunFokus Berita[21] Anugerah Reksa Pratama KepadaKepala <strong>BNPB</strong>[25] Peran Perguruan Tinggi Sebagai Agentof Disaster Risk Reduction[26] Pra Latihan II Disaster Relief Exercise(DiREx) 2011[29] Kepala <strong>BNPB</strong> Bersama Tiga MeteriMeninjau Korban Bencana Pasca LetusanGunung Merapi[32] Penandatanganan NotaKesepahaman <strong>BNPB</strong> Dengan BPK RI[34] Kerjasama <strong>BNPB</strong>, Kementerian Pertahanan,dan TNI Mengenai Penanggulangan Bencana[36] Gelar Apresiasi Kepada Relawandan Pekerja Kemanusiaan[39] Pelantikan Pejabat di Lingkungan <strong>BNPB</strong>[40] Peresmian AHA Centre[42] Profil Kepala <strong>BNPB</strong> : Dr. Syamsul Maarif, M.SiPElindung kepala <strong>BNPB</strong> penasihat Sekretaris Utama Penanggung jawab Kepala Pusat Data Informasidan Humas redaktur Hartje R. Winerungan, Neulis Zuliasri, Rustian, Jusup Tarigan Editor Sri Widayani, HerryHeryadi, Medi Herlianto, Nike Nofrianingsih Sekretariat Linda Lestari, Sulistyowati, Theophilus Yanuarto,Rusnadi Suyatman Putra , Andri Cipto Utomo Fotografer Giri Trigondo Desainer Kreatif Slamet Riyadi,Ignatius Toto Satrio Alamat Redaksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pusdatin dan Humas Jl. Ir. H.Juanda No. 36 Jakarta Pusat Telp : 021-3458400 Fax : 021-3458500 email : majalahgema@bnpb.go.id


DARI REDAKSISelama kurun waktu tahun 2010,telah terjadi berbagai bencana yangterjadi sekitar 644 bencana yangtersebar di berbagai wilayah Indonesia.Tiga bencana besar yang terjadi hampirbersamaan, yaitu banjir bandang Wasior,gempa bumi dan tsunami di Mentawai,serta letusan gunung api Merapi yangtelah menyebabkan lebih <strong>dari</strong> seribuorang meninggal dunia dan kerugiantrilyunan rupiah.Bencana hidrometeorologi juga terusmeningkat kecenderungannya. Dampakperubahan iklim global dan kerusakanlingkungan di Indonesia, makinmeningkatkan trend bencana. Bukanhanya jumlah kejadian, namun intensitas,magnitude, durasi dan sebaran bencanajuga meningkat. Tentu kejadian bencanatersebut semakin menambah beratbangsa Indonesia di dalam pembangunannasional, khususnya meningkatkankesejahteraan dan mengurangikemiskinan.Kita berharap banyaknya bencanatersebut juga meningkatkan kesadaranbangsa Indonesia akan arti pentingnyapenanggulangan bencana yang menjadiurusan bersama bangsa Indonesia.Maka <strong>dari</strong> itu, edisi kedua GEMA <strong>BNPB</strong> inimengulas berita mengenai bencana yangterjadi di Indonesia, seperti bencana diWasior, Mentawai dan Merapi.Akhir kata, semoga apa yang dimuat dalamedisi ini dapat memperkaya pengetahuantentang kebencanaan. Terima kasih.Kepala Pusat Data Informasi dan HumasDR. Sutopo Purwo Nugroho


LAPORAN UTAMA5 BENCANA BESARDI INDONESIA TAHUN 2010Trend bencana di Indonesia terusmeningkat <strong>dari</strong> tahun ke tahun.Bencana hidrometeorologi sepertibanjir, kekeringan, tanah longsor,puting beliung dan gelombang pasangmerupakan jenis bencana yang dominandi Indonesia. Bencana hidrometeorologiterjadi rata-rata hampir 70% <strong>dari</strong> totalbencana di Indonesia. Perubahan iklimglobal, perubahan penggunaan lahan danmeningkatnya jumlah penduduk makinmemperbesar ancaman risiko bencanadi Indosnesia. Bencana tersebut telahmenimbulkan korban jiwa dan kerugianyang besar.Pada tahun 2010, bencana di Indonesiaterjadi sekitar 644 kejadian bencana.Jumlah orang meninggal mencapai1.711. Menderita dan hilang sekitar1.398.923 orang. Rumah rusak berat14.639 unit, rusak sedang 2.830 unit danrusak ringan 25.030. Dari 644 kejadianbencana tersebut, sekitar 81,5% atau517 kejadian bencana adalah bencanahidrometerologi, sedangkan bencanageologi seperti gempabumi, tsunami, dangunung meletus masing-masing terjadi13 kali (2%), 1 kali (0,2%) dan 3 kali (0,5%).Namun jumlah kerugian yang ditimbulkanoleh bencana geologi lebih besar.Dibandingkan dengan tahun 2009, jumlahkejadian dan korban serta kerugian yangditimbulkan bencana lebih kecil padatahun 2009. Pada tahun 2009, jumlahkejadian bencana mencapai 1.675kejadian. Jumlah korban meninggalmencapai 2.620 orang, menderita danmengungsi sekitar 5,5 juta orang danmenimbulkan kerusakan rumah mencapailebih <strong>dari</strong> 500 ribu unit. Pada tahun 2009bencana gempabumi di Jawa Barat danSumatera Barat adalah bencana terbesarpada tahun tersebut.4 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


Pada tahun 2010, bencana besar yang terjadidi Indonesia antara lain: tanah longsor diCiwidey Jawa Barat pada 22 Februari 2010yang mengakibatkan 44 orang meninggal.Banjir di hulu dan hilir Sungai Citarum JawaBarat pada Maret 2010 yang menyebabkansekitar 105 ribu lebih orang mengungsi.Banjir bandang Wasior pada 5 Oktober2010 dengan korban 291 orang meninggal.Gempabumi dan tsunami di Mentawaidengan korban 509 orang meninggal, danletusan gunungapi Merapi di Jawa Tengahdan Yogyakarta menyebabkan hampir 400orang meninggal.Ditinjau <strong>dari</strong> sebaran kejadian bencana,maka Kabupaten Bojonegoro, Cilacap,Kota Samarinda, Bandung dan Pasir adalahkabupaten yang memiliki jumlah kejadianbencana terbanyak di Indonesia. Sedangkan<strong>dari</strong> sebaran jumlah korban orangmeninggal, maka kabupaten Mentawai,Teluk Wondama, Sleman, Magelang,Bandung dan Klaten adalah wilayahyang memiliki jumlah koran terbanyak diIndonesia akibat bencana.Kerugian yang ditimbulkan oleh bencanaselama tahun 2010 cukup besar. Beberapakerugian dan kerusakan akibat bencanayang sudah dihitung dengan menggunakanmetode Damage and Lossess Assessmentoleh <strong>BNPB</strong> dan Bappenas, menunjukkankerugian yang cukup besar. Kerugian dankerusakan bencana banjir bandang Wasiormencapai Rp 280,6 miliar, sedangkantsunami di Mentawai Rp 349 miliar. Jumlahkerusakan dan kerugian yang ditimbulkanoleh bencana letusan Gunung Merapitahun 2010 adalah Rp. 3,56 trilyun. JumlahGEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 5


nilai kerusakan adalah Rp. 1,69 trilyun(47%), sedangkan jumlah nilai kerugianadalah Rp. 1,87 trilyun 53%). Total kerugiandan kerusakan akibat bencana <strong>dari</strong> 644kejadian di Indonesia diperkirakan lebih<strong>dari</strong> Rp. 15 trilyun rupiah.Kebutuhan untuk rehabilitasi danrekonstruksi serta percepatan pemulihanekonomi <strong>dari</strong> bencana memerlukandana yang sangat besar. Untuk Wasiorkebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksimencapai Rp. 478,7 miliar. Sedangkanuntuk Mentawai, kebutuhan rehabilitasidan rekonstruksi mencapai Rp. 1,16 trilyun.Untuk Merapi, kebutuhan rehabilitasi danrekonstruksi diperkirakan mencapai Rp.1,35 trilyun.Pemerintah telah menganggarkan Rp.4,5 trilyun dalam DIPA 2011 untuk danabantuan sosial penanggulangan bencana.Dana tersebut digunakan untuk mengcoverseluruh bencana di Indonesiase<strong>hingga</strong> masih kurang dibandingkandengan kebutuhan yang ada. Untuk itulahmaka rehabilitasi rekonstruksi Wasior,Mentawai dan Merapi diperkirakan selesai<strong>hingga</strong> tahun 2013.6 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


LAPORAN UTAMADari Wasior, Mentawai,Hingga MerapiSepanjang tahun 2010 lalu, Indonesiaditerjang serangkaian bencana alambesar yang disebabkan faktor alamyang berbeda. Dampak bencana tidakhanya harta benda tetapi juga nyawamasyarakat di wilayah bencana. BanjirBandang di Wasior, gempa bumi dandisusul tsunami di Mentawai, <strong>hingga</strong>erupsi gunungapi Merapi di Yogyakartadan Jawa Tengah. Diperkirakan totalkerugian akibat bencana alam di tigawilayah ini mencapai lebih <strong>dari</strong> 4 trilyunrupiah yang meliputi kerusakan rumahrumahmasyarakat, sarana dan prasaranaumum, lahan pertanian, perkebunan,peternakan, dan sebagainya. Berikut inisekilas tulisan mengenai bencana alamyang menimpa wilayah Wasior, Mentawai,dan Yogyakarta.Banjir Bandang WasiorHujan deras yang terjadi sejak 3Oktober 2010 <strong>hingga</strong> 4 Oktober 2010menyebabkan debit air di 3 sungai diKabupaten Wondama meluap, antara lainSungai Sanduai, Anggris, dan Manggurai.Meluapnya debit air di sungai-sungaitersebut pada akhirnya mengakibatkanbanjir bandang di Kabupaten TelukWondama. Banjir bandang yangmembawa lumpur, kayu, dan bebatuanmemporakporandakan rumah-rumahpenduduk dan sarana umum di beberapawilayah. Korban jiwa pun tidak dapatterhindar <strong>dari</strong> terjangan material alamitu. Korban jiwa serta kerusakan dankerugian terjadi di wilayah 2 kecamatandi Kabupaten Teluk Wondama yangmeliputi Kecamatan Wasior (Desa WasiorI, Desa Wasior II, Desa Rado, Desa Moru,Desa Maniwak, Desa Manggurai dan DesaWondamawi) serta Desa Wondiboy diKecamatan Wondiboy.Berdasarkan analisis awal yang dilakukanoleh Kementerian Lingkungan Hidup,tingginya curah hujan menjadi pemicuterjadinya longsor, yang kemudianmenghanyutkan material seperti batudan pohon beserta akarnya. Analisaawal Kementerian Kehutanan yangdisampaikan pada rapat koordinasiKementerian/Lembaga pada 15 Oktober2010, adalah terbawanya pohon besertaakarnya yang tercabut secara utuhtersebut dikarenakan kondisi lahan diGEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 7


sekitar perbukitan di Wasior memilikilapisan tanah permukaan yang dangkaldan didominasi oleh bebatuan dan pasir.Teluk Wondama merupakan bagian <strong>dari</strong>salah satu kabupaten di Provinsi PapuaBarat. Sementara itu, Provinsi Papua Baratmemiliki 8 kabupaten dan 1 kota, antaralain: Kabupaten Manokwari, Sorong,Sorong Selatan, Fak Fak, Raja Ampat,Teluk Bintuni, Teluk Wondama, dan KotaSorong. Kabupaten Teluk Wondama yangmemiliki ibukota Rasiei memiliki 13 distrik(kecamatan) dan 75 kampung serta 1kelurahan.Gempa dan Tsunami MentawaiPada tanggal 25 Oktober 2010 sekitarpukul 21.42 WIB terjadi bencana gempabumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai.Titik episentrum gempabumi berada dikoordinat 99°93 BT-3°61 LS (78 Km BaratDaya Pagai Selatan Mentawai) dengankekuatan 7,2 SR dan kedalaman 10 Km.Gempabumi ini memicu tsunami yangmenelan korban dan kerusakan cukupbesar. Banyaknya korban dan kerusakanterjadi karena sebagian besar masyarakatmenghuni pesisir pantai. Hampir semuabangunan yang terletak berdekatandengan pantai mengalami kerusakanparah bahkan roboh diterjang tsunami.Sementara itu, banyak korban yang hilangakibat terkena gelombang pasang. Pascaguncangan gempa dan terjangan tsunami,distribusi bantuan ke lokasi bencanaterhambat cuaca yang sangat ekstrim,seperti gelombang laut yang sangattinggi. Posko utama yang ditempatkandi daerah Sikakap memiliki radius agakjauh <strong>dari</strong> pengungsi. Pertimbangan letakpendirian posko karena lokasi tersebutaman dan dapat diakses oleh kapalkapalbesar dan gelombang laut yangrelatif tenang. Namun demikian, kapaldan helikopter tetap dibutuhkan untukmencapai lokasi bencana. Di posko inilahsemua relawan dan bantuan yang datangakan ditampung dan dikirimkan sesuaidengan kebutuhan pengungsi.Semua relawan yang datang untukmemberikan bantuan pertama kalimendaftarkan diri ke pos pendaftaranrelawan, ini dimaksudkan agar semuarelawan yang hadir dapat didata denganjelas dan <strong>dari</strong> mana asal mereka. PendataanPresiden SBY saat meninjau bencana gempa bumi dan tsunami di MentawaiGEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 9


ini juga diperlukan sebagai data awaldalam melakukan rapat koordinasi yangdilakukan setiap malam pada pukul 20.00WIB. Rapat koordinasi ini membahasmengenai langkah-langkah yang sudahdilakukan pada hari ini, langkah selanjutnyadan kendala yang terjadi di lapangan, baikdalam pendistribusian logistik maupunpencarian korban. Lebih jelas dan terarahmerupakan harapan <strong>dari</strong> terselenggaranyakegiatan tanggap darurat ini. Selain itufungsi lain <strong>dari</strong> kegiatan ini adalah supayakerja relawan yang sudah datang dapatdimaksimalkan mengingat banyaknyarelawan yang datang tidak mengetahuiinformasi dan pada siapa mereka harusmelakukan koordinasi.Gudang logistik yang didirikan diPusdalops Sumatera Barat digunakanuntuk menampung bantuan <strong>dari</strong> luardaerah, selanjutnya akan dilakukanpengiriman bantuan ke posko utama didaerah Sikakap. Bantuan ini dikirimkandengan kapal penyeberangan dan kapalKRI TNI ke Sikakap dengan membawarelawan yang akan memberikan bantuanke Mentawai. Semua barang logistik yangdatang baik menggunakan kapal danhelikopter sebelum masuk ke gudangdilaporkan dahulu ke bagian logistik.Semua barang yang masuk dilakukanpencatatan agar jelas logistik apa saja yangsudah ada. Setelah dilakukan pencatatanmaka logistik akan diturunkan <strong>dari</strong> kapaldan dibawa menuju gudang yang telahdipersiapkan.Pelayanan logistik hanya dilayani mulaipukul 08.00 WIB sampai dengan pukul18.00 WIB setiap harinya. Masyarakatyang ingin mengajukan permintaanlogistik terlebih dahulu mencatat logistikyang dibutuhkan pada selembar kertasyang telah ditandatangani oleh pejabatdi dusun/desa yang bersangkutan. Inidimaksudkan agar pemberian logistiktepat sasaran yaitu pada korban gempabumi dan tsunami. Lembar kertaspermintaan nantinya diminta oleh bagianlogistik untuk ditulis kembali pada kertasyang sudah dipersiapkan yang telahditandatangani dan distempel olehpejabat yang berwenang.Lembar yang sudah ditandatangani dandistempel ini nantinya diserahkan kepadapeminta logistik. Kertas ini yang nantinyaakan digunakan sebagai bukti bagi pihakgudang untuk mengeluarkan baranglogistik sesuai dengan yang dibutuhkan.Sistem logistik yang dijalankan masihsangat manual dan belum dilakukanperekapan data secara komputerisasi.Inilah yang menjadikan kendala ketikaingin melihat rekapitulasi data logistikbaik yang masuk maupun yang telahdikeluarkan di gudang. Logistik inijuga didistribusikan ke tempat-tempatpengungsian dengan menggunakan3 perahu yang sudah disediakan olehpemerintah setempat setiap harinya.Ketiga perahu ini akan mendistribusikanlogistik dengan bantuan relawan-relawanyang sudah datang untuk memberikanbantuan. Nama-nama perahu yangdigunakan untuk pendistribusianadalah Kapal Nade, Kapal Jayanti, danKapal Arsena. Setelah kapal <strong>dari</strong> SARdapat merapat ke pelabuhan Sikakapmaka pendistribusian bantuan selainmenggunakan ketiga kapal, dibantu jugaoleh kapal SAR. Untuk menjangkau lokasiyang sangat jauh dan mengefisienkanwaktu maka pendistribusian bantuanjuga dilakukan menggunakan helikopter.Pegiriman bantuan dengan helikopterterkadang menemui kendala apabila helitidak bisa mendarat. Bantuan pun akhirnyadilemparkan <strong>dari</strong> udara. Terkadangbantuan jatuh tidak tepat pada sasarandan rusak ketika sampai di tanah karenalogistik dijatuhkan <strong>dari</strong> tempat yang masihterlalu tinggi.10 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


Cuaca ekstrim menjadi kendala dalampengiriman bantuan logistik ke tempatpengungsian atau pun masyarakatterdampak. Hujan deras yang turunsewaktu-waktu, badai dan tingginyagelombang laut menyebabkan kapal-kapaltidak dapat menjangkau sampai ke lokasi.Faktor alam tersebut mengakibatkanbanyaknya korban tidak dapat makan dantidak ada bantuan medis selama berharihari.Sebagian yang sakit harus bersabaruntuk menunggu kedatangan bantuanmedis.Kondisi laut yang gelombangnya begitubesar setiap harinya menyebabkan hanyabeberapa kapal yang dapat mencapailokasi. Hanya kapal besar dan kuatyang mampu memecah ombak danmenyalurkan distribusi logistik. Sementaraitu, pengiriman bantuan logistik danmedis menggunakan kapal besar tidaksampai bersandar di lokasi bencana, kapalberhenti agak jauh <strong>dari</strong> pantai dan bantuankemudian diangkut menggunakan bootkecil untuk sampai ke pantai.Kementerian Pekerjaan Umum dan instansiterkait di daerah telah mengupayakan jalandarat untuk mendistribusikan bantuan.Akses jalan yang dibuka direncanakan<strong>dari</strong> Sikakap menuju Malakopak; tempatini dulunya pernah dibangun jalur yangdigunakan untuk mengangkut kayuhasil hutan oleh perusahaan pemilik ijinpengelolaan hutan dahulunya. Selamasurvei perjalanan darat ke arah Malakopakterdapat empat jembatan yang mengalamikerusakan yaitu:•Dusun Belek Raksok KM 21+000•Dusun Konik Km 36+450•Jembatan Bulasat II KM 50+475•Jembatan Bulasat KM 47+45Keempat jembatan ini menjadi konsentrasiuntuk segera diperbaiki agar pengirimanbantuan bisa melalui darat. Pengirimanbantuan melalui darat diharapkan dapatmemaksimalkan dalam pendistribusianlogistik karena tidak terkendala olehombak laut yang sangat tinggi. Se<strong>hingga</strong>permasalahan cuaca tidak menjadihalangan lagi dalam pendistribusian


antuan, mengingat korban yang masihbertahan masih sangat membutuhkanbantuan bahan makanan pokok.Beberapa hari pasca gempa bumi dantsunami, korban lebih membutuhkanberas, minyak dan makanan siap saji <strong>dari</strong>pada mie instan.Korban yang mengalami luka-lukabiasanya dirujuk ke daerah Sikakapyang sudah disediakan tempat khususuntuk pengobatan dan tenaga medisyang sudah ahli. Selain itu ada beberapakorban yang luka serius dibawa kerumah sakit di Padang. Tempat yangdigunakan untuk perawatan korbanluka-luka adalah puskesmas dan gereja.Rumah sakit darurat juga disiagakanuntuk membantu proses operasiterhadap korban bencana di Sikakap.Selain cuaca ekstrim, komunikasimenjadi masalah utama dalampenanganan bencana ini. Melalui saranakomunikasi, jalur data atau informasi<strong>dari</strong> lokasi bencana ke Posko Utamadi Sikakap seharusnya mudah danjelas. Namun, upaya pendirian radio disetiap titik lokasi bencana tidak dapatdilakukan karena beberapa daerah tidakada aliran listrik dan sulit mendapatkansinyal radio. Kondisi topografi dan letakgeografi menghalangi sinyal radiokomunikasi.Data dipusatkan pada Posko Utama diSikakap dan dikelola oleh tim khususyang menangani masalah ini. Data<strong>dari</strong> Posko Utama selanjutnya dikirimke Badan Penanggulangn BencanaDaerah (BPBD) Kabupaten KepulauanMentawai, selanjutnya dikirim keBadan Penanggulangan BencanaDaerah (BPBD) Provinsi Sumatera Baratdan diteruskan ke Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>) diJakarta. Data yang meliputi jumlahkorban meninggal (MD), hilang,kerusakan rumah, tempat ibadah, danfasilitas umum selalu diupdate 3 (tiga)kali sehari pada pukul 10.00, 15.00, dan20.00 WIB dan dapat diakses oleh publik.Sementara itu, ruang sekretariat yangjuga memiliki peran seabgai MediaCenter dibangun di Posko Utama.GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 13


Media Center memiliki peran untukmenjembatani informasi yang dibutuhkanoleh wartawan dan publik. Data Datadikeluarkan melalui satu pintu agartidak terjadi kesimpangsiuran informasinantinya.Laporan Posko per 9 November 2010menyebutkan bahwa data korban yangmeninggal akibat gempabumi dantsunami ini sejumlah 448 orang, 56 oranghilang dan 8.793 jiwa mengungsi. Bencanaini telah mengundang banyak relawanuntuk turut membantu dan meringankanbeban korban.Dalam memperlancar penangananmasa tanggap darurat yang ditetapkanselesai pada tanggal 8 November 2010dan diperpanjang berdasarkan SuratBupati No: 361/249/BUP-KM/XI-2010sampai dengan tanggal 22 November2010, berbagai media telekomunikasimemberikan sumbangsihnya. Sepertipenyediaan internet gratis dan telepongratis yang dapat digunakan oleh relawan,masyarakat dan siapa saja yang inginmenggunakanya.Fokus penyelesaian adalah pendirianhunian sementara dan relokasi bagimasyarakat yang terkena dampakbencana. Relokasi diperuntukan bagikorban yang hampir semua rumahnyamengalami rusak berat dan tidakmungkin ditempati lagi. Pendirian huniansementara harus berada di tempat lebihtinggi dan tidak berada di tepi pantai,apabila terjadi bencana tsunami tidakhancur dan memakan korban kembali.Kebutuhan mendesak adalah kebutuhananak sekolah. Kebutuhan ini mencakupalat-alat sekolah, seragam sekolah dangedung untuk menyelenggarakanaktivitas sekolah. Mengingat anak-anakharus kembali melanjutkan kegiatanbelajarnya agar tidak terjadi kebosanandan menjadi beban mental tersendiri.Erupsi Gunungapi Merapi di YogyakartaGunungapi Merapi merupakan salahsatu gunungapi paling aktif di dunia.Dalam sejarah letusannya, beberapa kaliMerapi menimbulkan kerusakan dankorban jiwa. Meskipun demikian, tidaksedikit keuntungan yang dapat dinikmatidengan adanya gunung ini. Antara lainpemandangan yang menawan sampaidengan sumberdaya alam lain, sepertimaterial bangunan yang melimpah, tanahyang subur dan memberi nafkah bagiribuan warga yang tinggal di sekelilingMerapi.Selama lebih <strong>dari</strong> dua generasi terakhir,letusan gunungapi Merapi menunjukkankarakteristik letusan yang tenang berupaerupsi efusif. Jenis letusan ini, ditandai olehguguran lava pijar yang membentuk awanpanas. Hampir dapat dipastikan setiap 4tahun, Merapi menunjukkan aktivitasnyayang rutin berupa erupsi yang sifatnyaefusif dilanjutkan dengan guguran kubahlava dan awan panas yang meluncur<strong>hingga</strong> radius 7 km <strong>dari</strong> puncak Merapi.Namun letusan yang terjadi pada tanggal26 Oktober 2010 telah mengejutkanbanyak pihak, khususnya warga di sekitarMerapi. Letusan ini menyebabkan 37korban meninggal dan 46 luka-luka akibatawan panas. Setelah letusan tersebut,terjadi hal yang di luar kebiasaan Merapi,masih terdapat energi di dalam dapurmagma yang besar. Akibatnya padatanggal 5 November 2010 terjadi letusanyang lebih kuat dengan menimbulkanlontaran material vulkanik setinggi 6,5km <strong>dari</strong> puncak Merapi dan hembusanawan panas sejauh 14 km ke arah selatan.Awan panas tersebut mengikuti alurlembah Kali Gendol dimana terdapatbanyak penduduk di sana. Letusan keduaini menimbulkan kerusakan yang hebat14 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


Dampak kerusakan akibat awan panas dan debu vulkanik Gunung Merapi


di sepanjang alur Kali Gendol dan menyebabkanbertambahnya korban meninggal <strong>hingga</strong> mencapaitotal 196 orang.Akibat <strong>dari</strong> letusan kedua yang sangat kuat tersebut,telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinyaletusan-letusan selanjutnya yang belum diketahuiseberapa besar skalanya. Untuk menghin<strong>dari</strong>timbulnya korban baru akibat letusan GunungapiMerapi, maka Presiden RI pada tanggal 5 November2010 memerintahkan Kepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana untuk mengendalikanpenanganan bencana letusan Gunungapi Merapiyang arahan selengkapnya adalah sebagai berikut :Pengungsi Merapi di GOR Pemuda Yogyakarta1. Kendali penanganan bencana Merapi di tangan<strong>BNPB</strong> dibantu Gubernur DIY, Gubernur Jateng,Pangdam Diponegoro, Kapolda Jawa Tengah,Kapolda DIY.2. Unsur Pemerintah Pusat di bawah Menko Kesramengkoordinasikan bantuan Pemerintah Pusatuntuk memastikan kelancaran pengerahanbantuan sumberdaya nasionalPengungsi Merapi di Stadion Mangunharjo3. TNI di bawah kendali <strong>BNPB</strong> mengerahkan 1 (satu)Brigade Plus yang terdiri <strong>dari</strong> Yon Kes/Yon Zipur/Yon Marinir/Yon Bekang/Yon Infanteri dengantugas utama :a) Memberikan layanan kesehatan berupapendirian rumah sakit lapangan danperkuatan serta peningkatan efektivitasrumah sakit yang ada.b) Membuka dapur umum secara optimal.c) Pengerahan angkutan Militer.4. POLRI membuat Satgas PB di bawah kendali<strong>BNPB</strong> :a) Mengerahkan satuan lalulintas seoptimalmungkin.b) Pemberian layanan keamanan dan ketertibanmasyarakat.5. Pemerintah melalui Kementerian Pertanianmelakukan pembelian ternak di daerah rawanbencana.16 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


LAPORAN UTAMADampak Letusan Gunung MerapiMencapai Rp 3,56 TrilyunKepala <strong>BNPB</strong>, saat koordinasi penanggulangan bencana Pasca Erupsi Gunung MerapiTerjadinya letusan Gunung Merapipada tanggal 26 Oktober 2010<strong>hingga</strong> mencapai puncak letusanterbesar 5 November 2010 menyebabkankerusakan dan kerugian yang cukup besardi empat kabupaten yaitu Magelang,Boyolali, Klaten di Jawa Tengah dan Slemandi Yogyakarta. Sesuai dengan strategi didalam rehabilitasi dan rekonstruksi makaada tiga tahapan di dalamnya yaitu kajianpenilaian kerusakan dan kerugian (damageand losses assessment), kajian penilaiankebutuhan pasca bencana (human recoveryneeds assessment), dan penyusunanrencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.Tahapan ini merupakan metode yangbaku sesuai dengan amanah UU No.24Tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana. Di negara-negara maju pun jugamenerapkan tahapan seperti itu juga.Hingga saat ini kajian penilaian kerusakandan kerugian sudah selesai dilakukanoleh <strong>BNPB</strong> yang didukung oleh Bappenas,Bank Dunia, UNDP, kementerian/lembaga,perguruan tinggi dan pemerintah daerah.Sedangkan kajian penilaian kebutuhanpasca bencana dan rencana aksiGEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 17


ehabilitasi dan rekonstruksi dalam prosespenyelesaian.Kajian penilaian kerusakan dan kerugiandilakukan dengan menggunakan metodeECLAC, yaitu metode penilaian akibatbencana yang dikembangkan olehEconomic Commission for Latin Americaand the Caribbean (ECLAC). Dampaksebuah bencana dapat diukur melaluiperhitungan nilai ekonomi <strong>dari</strong> akibatyang ditimbulkan <strong>dari</strong> bencana tersebut.Metode ECLAC membagi dampak kedalam tiga aspek utama yaitu: kerusakan,kerugian, dan dampak ekonomi makro<strong>dari</strong> kerusakan dan kerugian tadi. Metodeini telah sering diterapkan di Indonesia.Kerusakan, yang merupakan dampaklangsung, adalah nilai <strong>dari</strong> kerusakanterhadap aset fisik seperti bangunan,dan persediaan/stok (termasuk barangjadi, bahan baku, suku cadang), yangdihitung berdasarkan biaya yang kirakiradiperlukan untuk mengganti asettersebut menggunakan satuan harga yangdisepakati. Kerugian, yang merupakandampak tidak langsung, adalah nilai <strong>dari</strong>proses atau kegiatan yang terganggu akibatrusaknya aset atau terhentinya kegiatansosial ekonomi akibat kejadian bencana.Sedangkan dampak ekonomi makro, yangmerupakan dampak sekunder, adalahakibat sampingan yang ditimbulkanpada perekonomian, pembiayaan publik,pendapatan masyarakat serta biaya-biayasosial yang ditanggung oleh masyarakat,yang secara keseluruhan berdampak padavolume perekonomian wilayah maupunnasional.Perhitungan nilai kerusakan, kerugian dandampak ekonomi dilakukan pada 5 sektoryaitu perumahan, sosial (pendidikan,kesehatan, agama), ekonomi produktif(pertanian, perikanan, peternakan,perkebunan, industri, perdagangan,pariwisata), prasarana (transportasi daratdan udara, air bersih, sanitasi, irigasi,energi, telekomunikasi), dan lintas sektor(pemerintahan, keuangan dan lingkunganhidup).18 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


Dalam perhitungan tersebut data yangdigunakan adalah data per 31 Desember2010. Kerugian dan kerusakan akibat banjirlahar dingin tidak dimasukkan dalamkajian ini. Sebab potensi banjir lahar dinginmasih akan terjadi <strong>hingga</strong> Maret-April 2011karena masih besarnya peluang terjadinyahujan ekstrim di sekitar Merapi. Jika kajiankerusakan, kerugian dan dampak ekonomimenunggu berakhirnya banjir lahardingin, maka akan menghambat rencanarehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk itulahhasil perhitungan ini adalah hasil di luar<strong>dari</strong> dampak banjir lahar dingin.Jumlah kerusakan dan kerugian yangditimbulkan oleh bencana letusan GunungMerapi tahun 2010 adalah Rp. 3,56 trilyun.Jumlah nilai kerusakan adalah Rp. 1,69trilyun (47%), sedangkan jumlah nilaikerugian adalah Rp. 1,87 trilyun (53%).Nilai kerusakan paling besar dialami olehsektor perumahan yang mencapai Rp.599 milyar (36%), infrastruktur Rp. 582milyar (35%) dan ekonomi Rp. 403 milyar(24%). Sedangkan untuk kerugian terbesarberturut-turut adalah ekonomi Rp .1,29trilyun (69%), lintas sektor Rp. 396,73 milyar(21%) dan perumahan Rp 126 milyar (7%).Di sektor perumahan, perkiraan nilaikerusakan sebesar Rp. 599,3 milyar dankerugian sebesar Rp 27,3 milyar se<strong>hingga</strong>total Rp. 626,7 milyar untuk sektorperumahan. Kerusakan berat dialamioleh Kabupaten Sleman sebanyak 2.339unit rumah di Kecamatan Cangkringandan Ngemplak. Di Provinsi Jawa Tengahsebanyak 274 unit rumah di KabupatenMagelang (Kecamatan Sawangandan Srumbung), Kabupaten Boyolali(kecamatan Selo) dan Kabupaten Klaten(Kecamatan Kemalang). Kerusakanterparah dialami oleh KabupatenSleman akibat timbunan pasir dan awanpanas yang mengakibatkan rusaknyastruktur rumah, termasuk perabotanrumahtangga, terutama yang terbuat <strong>dari</strong>plastik dan kayu. Perkakas dan perabotrumah menjadi hangus/leleh dan tidakbisa dipergunakan lagi. Bahkan lokasipermukimannya pun tidak bisa dibangunkembali karena memerlukan perbaikanGEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 19


NOSEKTORKERUSAKAN(Rp. juta)KERUGIAN(Rp. juta)TOTAL KERUSAKANDAN KERUGIAN(Rp. juta)1 Pemukiman 599.307,54 27.343,60 606.651,142 Infrastruktur 581.534,13 125.937,97 707.472,103 Ekonomi 403.065,92 1.289.445,25 1.692.511,174 Sosial 89.427,93 33.044,27 122.472,205 Lintas Sektor 12.030,00 396.728,00 408.758,00TOTAL DIY +JatengTabel Hasil Penilaian Kerusakan dan KerugianErupsi Gunung MerapiSumber : <strong>BNPB</strong>, data per Februari 20111.685.365,52 1.872.499,09 3.557.864,61dan pembersihan terlebih dahulu untukdapat membangun kembali rumahnya.Selain rusak berat, beberapa rumah jugamengalami rusak sedang sebanyak 360unit dan rusak ringan sebanyak 1.571 unit.Kerusakan ini terjadi di empat kabupaten(Magelang, Klaten, Boyolali dan Sleman).Setelah masa tanggap darurat,diperkirakan masih perlu 1 tahun ataulebih untuk membangun kembali rumahrumahyang rusak berat atau hancur,berikut sarana pendukungnya. Selamamasa tersebut, 2.613 keluarga terpaksamenempati permukiman sementara.Untuk itu disediakan 2.613 unit huniansementara berikut sarana air, sanitasi danfasilitas lingkungan. Ada kemungkinanbahwa sebagian besar hunian sementaratidak dapat dibangun di halaman keluargayang bersangkutan se<strong>hingga</strong> dibutuhkanlahan sementara selama satu tahuntersebut. Diperkirakan nilai kerugianadalah sebesar biaya sewa lahan ataunilai pemanfaatan lahan yang tidak dapatdinikmati oleh warga desa.


LAPORAN UTAMAUniversitas Gadjah Mada (UGM)menyelenggarakan MalamPenghargaan Bagi Insan UGMBerprestasi dalam rangka Dies Natalis UGMke-61 pada 18 Desember 2010. Secarakhusus, penghargaan dianugerahkankepada dua tokoh yang selama iniberperan di bidangnya masing-masing.Mereka adalah Kepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>) Dr.Syamsul Maarif, M.Si. dan Kepala PusatVulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi(PVMBG) Dr. Surono. Bersama dua tokoh ini,76 insan lainnya <strong>dari</strong> para alumni, dosen,pegawai, dan mahasiswa UGM menerimapenghargaan Insan UGM Berprestasi 2010.Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng.,Ph.D memberikan sambutan dalam acarayang diselenggarakan di Balai Senat UGM,Bulaksumur, Yogyakarta ini.Rektor UGM menganugerahkan secaralangsung Penghargaan Nusa ReksaPratama kepada Kepala <strong>BNPB</strong>. Sementaraitu, Penghargaan Parwata Reksa Utamadianugerahkan kepada Kepala PVMBG.“Secara non formal beliau berduamerupakan tempat belajar bagi kitasemua untuk hal-hal yang perlu dilakukanpada urusan pada reksa pratama danreksa parwata, “ ujar Prof. Sudjarwadi.Penghargaan Nusa Reksa Pratama danAnugerah Nusa Reksa PratamaKepada Kepala <strong>BNPB</strong>GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 21


Parwata Reksa Utama sebagai bentukapresiasi tinggi menyangkut penangananGunung Merapi dan penanganan bencanapasca letusan, terutama perhatian yangbesar pada nilai-nilai kemanusiaan.“Kami mengucapkan terima kasih ataspenghargaan yang diberikan kepadakami berdua. Apa yang kami lakukansudah merupakan tugas dan tanggungjawab kami, “ ucap Kepala <strong>BNPB</strong> dalamsambutannya. Di sisi lain, Syamsul Maarifjuga mengucapkan terima kasih kepadaUGM atas kerja sama, sumbanganpemikiran dan tindakan nyata dalampenanganan bencana Merapi. Beliaumenegaskan bahwa pencapaianpenanganan bencana pasca letusanGunung Merapi tidak terlepas <strong>dari</strong> jerihpayah dan kerja sama dengan berbagaipihak, antara lain Pemerintah daerah,birokrat, UGM, TNI, Polri, kementerian/lembaga, pemerintah daerah, masyarakat,akademisi, mahasiswa, dan relawan.Penanganan bencana Gunung Merapitidak lepas <strong>dari</strong> dukungan semua pihak,<strong>BNPB</strong> telah didukung dan dibantu olehrekan-rekan <strong>dari</strong> UGM dalam memberikanbeberapa masukan, dan <strong>dari</strong> situlah lahirrumusan-rumusan kebijakan baik yangsifatnya struktural maupun kultural.Berikut ini beberapa catatan yangdisampaikan Kepala <strong>BNPB</strong> dalamsambutan seusai menerima penghargaantersebut yang diiringi riuh tepuk tangan<strong>dari</strong> seluruh tamu undangan sebagaiapresiasi <strong>dari</strong> pemikiran-pemikiran cerdasyang disampaikannya.Pertama, end to end <strong>dari</strong> penyelenggaraanpenanggulangan bencana adalah <strong>dari</strong>manusia sampai dengan manusia.Menurutnya bahwa manusia menciptakanalat atau ciptaan-ciptaan lain, tetapipada ujungnya bagaimana masyarakatmenerima itu dan berakhir padamasyarakat sendiri. Oleh karena itu kalauada keinginan untuk menggabungkanantara pendekatan struktural dankultural, ini tidak perlu dipertentangkan.Sebagai contoh apakah early warningyang dikerjakan itu bagian <strong>dari</strong> kultur,22 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


atau kultur sebagai sub-sistem <strong>dari</strong> earlywarning.Kepala <strong>BNPB</strong> yang memiliki basispendidikan di bidang sosiologiberpendapat bahwa semua cipta, rasa,karsa, dan karya itu adalah bagian <strong>dari</strong>kultur. Jadi percuma apabila alat-alatyang tercipta diperhatikan oleh manusiakarena ada bahasa yang tidak dimengerti.“Mereka akan menganggap semuapenemuan itu di luar sana, dan bukan <strong>dari</strong>dalam dirinya”, ungkap Syamsul Maarif.Barangkali ini sebuah lesson learnedapabila kita sudah menghasilkan suatukesimpulan atau analisis <strong>dari</strong> alat yangberbicara menerjemahkan Merapi danternyata terjemahan itu tidak dipahamike saudara-saudara kita, se<strong>hingga</strong> timbulkorban jiwa yang tidak kita inginkan.Kedua, manusia adalah bagian <strong>dari</strong> alam.Sementara itu alam mengalami proseskeseimbangannya. Jadi ada pemikiranbahwa bencana alam itu seharusnyatidak ada tetapi yang ada adalah manmadedisaster. “Merapi meletus itubukan bencana, merapi meletus adalahhazard. Yang namanya bencana adalahbertemunya hazard dengan manusia. Jadiapabila ada manusia dapat menghin<strong>dari</strong>hazard maka bencana tidak akan terjadi, “jelasnya.Ketiga, Indonesia merupakan wilayahsubur namun di sisi lain wilayah inijuga memiliki potensi bencana. Hal inimerupakan keseimbangan yang sudahgiven di alam ini. Oleh karena itu <strong>BNPB</strong>selalu mendengungkan visi dalampenanggulangan bencana Indonesiayang menekankan pentingnya untukmembangun “Ketangguhan BangsaDalam Menghadapi Bencana”. Untukmewujudkan ketangguhan itu diperlukanpeningkatan kapasitas, baik itu humancapital, cultural capital, maupun socialcapital. Misalnya pasca letusan Merapi,social capital kita telah teruji. Begitu terjadiperistiwa kemanusiaan (bencana), makasecara cepat masyarakat terpanggil untukmemberikan bantuan. Bahkan masyarakatmemberikan bantuan yang tidakdiperlukan. Dalam menyikapi situasi ini,GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 23


semua pihak harus memikirkan bagaimanamembangun ketangguhan bangsadalam menghadapi bencana sekaligusmelihat juga jumlah kebutuhan riil yangdiperlukan. Kepala <strong>BNPB</strong> mengatakanbahwa bantuan yang terlalu cepatdiberikan atau melebihi proporsi yangdibutuhkan sebetulnya tidak membangunketahanan sosial, tidak membangun dayalenting, dan ini justru perlemahan.“Ketika nantinya Merapi meletus lagi, kitatentunya sudah memiliki kapasitas. Olehkarena itu saya berani mengatakan marikita lawan setiap keinginan-keinginanuntuk mendorong bantuan-bantuan yangbersifat mengintervensi pemberdayaanmasyarakat tetapi itu datang <strong>dari</strong> luar dirimasyarakat itu sendiri. Ada proporsinya”,jelas Syamsul Maarif masih menyinggungsoal bantuan dalam konteks membangunketahanan masyarakat dalammenghadapai bencana. Oleh karena ituKepala <strong>BNPB</strong> meminta kepada RektorUGM dan civitas akademika untuk turutserta aktif memikirkan persoalan ini.Ditekankan bahwa semua pihak perlumenanyakan sejauh mana bantuan itudapat menciptakan masyarakat yang nantiakan menghadapi bahaya di wilayahnya.Pada akhir sambutan, Syamsul Maarifbersama Surono sangat mengapresiasiketerlibatan UGM yang telah banyakberperan dan berada di barisan palingdepan dalam melahirkan berbagai produkundang-undang, peraturan-peraturanpemerintah, dan prosedur-prosedur tetapbaik yang ada di tingkat pusat, maupunjuga yang di wilayah Merapi dan sekitarnya.Oleh karena itu kerja sama diharapkandapat selalu dijaga dan ditingkatkan.Sebagai penutup sambutan, Kepala<strong>BNPB</strong> mengucapkan selamat kepadaUGM yang melaksanakan Dies Nataliske-61 dan beliau berharap semoga UGMsemakin berjaya dan menjadi mercusuarbagi berbagai pihak yang bergerakmelaksanakan kegiatan kemanusiaan ditanah air.24 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


FOKUS BERITAProgram Pascasarjana GREAT initerselenggara atas kerjasama <strong>BNPB</strong>, FITBITB, LIPI, dan Australia Indonesia Facilityfor Disaster Reduction (AIFDR). Melaluipendidikan dan penelitian di programGREAT ini, para mahasiswa diharapkandapat memahami proses dan sumberkegempaan di Indonesia yang akanbermanfaat dalam memprediksi potensigempa dan mitigasi bencana. Programtersebut mengintegrasi disiplin ilmu diPeran Perguruan Tinggi SebagaiAgent Of Disaster Risk ReductionKepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>)Dr. Syamsul Maarif, M.Si., yangdidampingi Kepala Pusat Informasi,Data, dan Hubungan Masyarakat Dr.Sutopo Purwo Nugroho, menghadiriacara Pembukaan Program PascasarjanaGraduate Research on Earthquake andActive Tectonics (GREAT) di InstitutTeknologi Bandung pada Rabu (2/2).Acara pembukaan tersebut berlangsungdi Ruang Hilmi Panigoro, Gedung TeknikGeologi, Jl. Ganesha 10, Bandung.Mengawali acara pembukaan programpascasarjana ini, Syamsul Maarif, yangdipandu oleh Dekan Fakultas Ilmu danTeknologi Kebumian (FITB) Dr. Ir. EddyA Subroto, memberikan kuliah umumdengan tema “Mewujudkan IndonesiaSebagai Bangsa Yang Tangguh DalamMenghadapi Bencana.” Studium generaleyang bertempat di Aula Barat ITB dihadirioleh Rektor ITB, Prof. Dr. Akhmaloka, parawakil rektor, dosen-dosen FITB dan FTTM,Kepala Pusat Vulkanologi dan MitigasiBencana Dr. Surono, Deputi Bidang IPKLIPI Prof. Hery Harjono, dan sekitar tigaratus mahasiswa lintas fakultas, sertaperwakilan AIFDR.bidang geodasi, geologi, dan seismologi.“Saya menyambut baik programpascasarjana GREAT yang dibuka olehITB ini. Dan kami sangat mendukungterselenggaranya program ini, dan kamimengharapkan nantinya ada sumbanganide atau pemikiran yang bermanfaatdalam penanggulangan bencana diIndonesia” ujar Syamsul Maarif. Beliaujuga menambahkan bahwa Indonesia inisering terjadi bencana dan oleh karenaitu sudah semestinya kita menjadi ahlidalam menangani bencana. “Perguruantinggi besar di seluruh Indonesia sangatpotensial untuk menjadi pusat kajiankebencanaan dunia,”jelas Syamsul Maarif.Sementara itu dalam sambutanlaunching program GREAT, SyamsulMaarif mengatakan bahwa agent yangprofesional dalam penanggulanganbencana membutuhkan 3 kriteria ataunilai, antara lain skills, social responsibility,dan spirit of corp. “ITB sebagai agent ofdisaster risk reduction diharapkan memilikikriteria tersebut”, ucap Syamsul Maarif.Apa yang dimiliki tidak hanya sebataspengetahuan di bidang kebumian saja,tetapi bagaimana pengetahuan tersebutdapat berguna bagi masyarakat Indonesia.GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 25


FOKUS BERITAPra Latihan IIDisaster Relief Exercise (DiREx) 2011Menkokesra Agung Laksono meninjau, saat pembukaan Pra Latihan II Disaster Relief Exercise 2011Tanggal 31 Januari – 2 Februari 2011,telah diselengarakan Pra latihanII Disaster Relief Exercise (DiREx)2011 di Mabes TNI Cilangkap, dan LanudHalim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Pralatihan ini dihadiri oleh Para Menteri, DutaBesar negara sahabat, Kepala <strong>BNPB</strong>, WakilMenteri Luar Negeri, pejabat TNI/Polri,Kemdagri, Kemkes, PU, BMKG, Basarnasdan Depkominfo.Dalam pengarahannya pada pembukaanacara ini, Menko Kesra, HR AgungLaksono, menekankan bahwa perlunya26 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


tindak lanjut <strong>dari</strong> kegiatan-kegiatantahap perencanaan ASEAN RegionalDisaster Relief Exercise sebelumnya yangtelah dilaksanakan selama tahun 2010.Dengan adanya Pra latihan II DisasterRelief Exercise (DiRex) 2011 diharapkandapat meningkatkan koordinasi antarinstansi dalam rangka persiapan kegiatanlatihan ARF DiREx 2011, khususnyamanajemen penanggulangan bencanapada tahap tanggap darurat. KepentinganNasional pada latihan ini adalah untukmeningkatkan National Capacity Buildingdalam konteks penanggulangan bencana.Se<strong>hingga</strong> terciptanya kesiapan rencanaaksi maupun rencana gerak aset danpersonel Nasional <strong>dari</strong> masing-masingKementerian / Lembaga pada kegiatanARF DiREx 2011.ASEAN Regional Forum (ARF) merupakansuatu forum yang dibentuk oleh ASEANpada tahun 1994 sebagai suatu wahanabagi dialog dan konsultasi mengenaihal-hal yang terkait dengan politik dankeamanan di kawasan, serta untukmembahas dan menyamakan pandanganantara negara-negara peserta ARFuntuk memperkecil ancaman terhadapstabilitas dan keamanan kawasan. ARFmenyelenggarakan Inter-SessionalMeeting (ISM) dalam berbagai bidangkerjasama salah satunya adalah ISMon Disaster Relief (ISM DR) yangdiselenggarakan dengan diketuai bersamaoleh salah satu negara anggota ASEANdan negara peserta non-ASEAN.Hasil <strong>dari</strong> 7th ASEAN Regional ForumInter-Sessional Meeting (ISM) di Helsinki,Finlandia tanggal 9-12 Oktober 2007akan diadakan latihan penanggulanganbencana alam di negara-negara anggotaARF. Beberapa latihan penanggulanganbencana alam yang telah diselenggarakanoleh ARF antara lain:Table Top Exercise (TTX) dalam kerangkaARF Disaster Relief Exercise, diadakandi SESKOAL Jakarta pada tanggal 1-2Mei 2008. Latihan diikuti oleh 120peserta <strong>dari</strong> 25 negara, yang terdiri <strong>dari</strong>organisasi pemerintah dan organisasi nonpemerintah internasional seperti ICRC,UNHHCR dan lain-lain. Co-host nya adalahIndonesia dan Australia.ASEAN Regional Forum -VoluntaryDemonstration of Relief (ARF-VDR) onDisaster Relief diselenggarakan secarasimultan di Manila dan Clark, Filipina padatanggal 4 - 6 Mei 2009. Negara-negaraARF yang berpartisipasi aktif yaitu Filipina,AS, Jepang, Indonesia, Australia, SelandiaBaru, Singapura, China, Papua Nugini,Korea Selatan, Mongolia, Srilanka dan


TNI dan Polri saat mengevakuasi korban bencanaUni Eropa sedangkan 7 negara sebagaiobserver yaitu Brunei Darussalam, India,Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand danVietnam. Co-host adalah Filipina danAmerika Serikat. Ini merupakan latihanpenanggulangan bencana alam yangpertama diselenggarakan dengan metodageladi lapangan Field Training Exercise(FTX).ARF Disaster Relief Exercise 2011 (ARFDirex 2011) yang diketuai oleh Indonesia-Jepang selaku Co-Chairs akan diikutioleh negara-negara anggota ASEANRegional Forum dengan tujuan untukmemperkuat kerjasama dan salingpengertian diantara peserta ARF sertamenjadi bagian <strong>dari</strong> National capacitybuilding dalam penanganan bencana diIndonesia maupun jika terjadi di negaralain, khususnya peserta ARF. Latihan akandiselenggarakan dalam bentuk FTX sertatentatif pelaksanaan di Pulau Bunaken,Pulau Siladen, Pulau Mantehage, pesisirDesa Maasing, Manado, dan KecamatanWori Kabupaten Minahasa Utara yangmeliputi Desa Wori, Desa Kimabajo danDesa Minaesa.Peserta Pra Latihan II Disaster Relief Exercise 2011


FOKUS BERITAKepala <strong>BNPB</strong> Bersama Tiga MenteriMeninjau Korban Bencana PascaLetusan Gunung MerapiKepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>)Dr. Syamsul Maarif, M.Si. bersamaMenteri Koordinator KesejahteraanRakyat Dr. H.R. Agung Laksono, MenteriSosial Dr. H. Salim Segaf Al-Jufrie, MenteriPertanian Ir. H. Suswono, MMA, danWakil Menteri Pekerjaan Umum AchmadHermanto Dardak, melakukan kunjungankerja di beberapa wilayah terkait pascaletusan Gunung Merapi di Provinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah, Minggu(23/1). Deputi Bidang Penanganan DaruratIr. Soetrisno, M.Eng, Deputi Pencegahandan Kesiapsiagaan Ir. Sugeng Triutomo,DESS, dan Kepala Pusat Data, Informasi,dan Humas Dr. Sutopo Purwo Nugrohomendampingi Kepala <strong>BNPB</strong> padakunjungan tersebut. Sementara itu, turuthadir Gubernur Provinsi Jawa Tengah BibitWaluyo dan Asisten Administrasi UmumProvinsi DI Yogyakarta, Drs. Isyahnuri sertapejabat terkait di tingkat provinsi dankabupaten pada kunjungan kerja tersebut.Kunjungan diawali dengan peninjauanlokasi dampak banjir lahar dingin di DesaJumoyo, Kecamatan Salam, KabupatenMenkokesra dan Kepala <strong>BNPB</strong> saat mengunjungi rumah hunian sementara korban letusan gunung merapiGEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 29


Pemberian arahan Menkokesra untuk penanganan bencana pasca erupsi merapiMagelang, Provinsi Jawa Tengah. Sebelummenuju lokasi terdampak banjir lahardingin, rombongan diterima GubernurJawa Tengah dan pejabat pemerintahdaerah setempat di SDN Jumoyo 2. ParaMenteri dan Kepala <strong>BNPB</strong> menyempatkanbertemu dengan para pengungsi yangsementara ini ditampung di sekitarsekolah tersebut. Sementara itu, MenkoKesra mengatakan bahwa pihaknya akanmemulihkan keadaan pasca bencana ini,seperti misalnya perbaikan infrastrukturdan rumah-rumah. Terkait denganpemulihan perekonomian, Agung Laksonoberkata “Tanaman kelapa, salak, dan ternakakan mendapatkan perhatian”. Kepala<strong>BNPB</strong> menambahkan bahwa pemerintahakan membangun hunian sementara(huntara) bagi korban yang rumahnyarusak akibat banjir lahar dingin. “Tapi kita


juga harus ingat dengan mereka korbanerupsi Merapi yang terjadi sebelumnya,itu juga harus tetap kita tangani”, ujarSyamsul MaarifBanjir lahar dingin pada tanggal 3dan 5 Januari 2011 di Kali Putih telahmengakibatkan penumpukan materialsetinggi 2,5 m di badan jalan Yogyakarta-Magelang Km 23, se<strong>hingga</strong> jalur inisempat terputus. Banjir juga merusakkanrumah-rumah dan kios-kios di DusunJumoyo, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam,Kabupaten Magelang, Provinsi JawaTengah. Sampai dengan hari Minggu (23/1)ruas jalan <strong>dari</strong> kedua arah masih tampakmacet. <strong>BNPB</strong> bersama kementerian terkaitmengupayakan normalisasi sungai danpeningkatan kapasitas bangunan sabountuk mengatasi tumpahan materialvulkanik di sepanjang Kali Putih ini.Selanjutnya rombongan menujuperkebunan salak di Dusun Cabe Lor,Desa Srumbung, Kecamatan Srumbung,Kabupaten Magelang. Programpenyelamatan tanaman salak mencakupsekitar 4.000 ha di Kabupaten Slemandan Magelang. Penyelamatan tanamansalak ini merupakan upaya terobosandalam rangka pemulihan ekonomi lokal.Melalui program ini, 10 juta rumpuntanaman salak dapat diselamatkan.Program dilaksanakan dengan pola padatkarya atau cash for work yang melibatkanmasyarakat dengan upah Rp 5.000,00 perhari per orang.Kemudian para Menteri dan Kepala <strong>BNPB</strong>melanjutkan peninjauan stock ternak ataukandang ternak bersama Sedyo Makaryo2 yang berlokasi di Desa Hargobinangun,Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.Penampungan bersama ini bermanfaatuntuk pengembangan bersama kelompokternak sapi perah serta mempermudahpengevakuasian hewan ternak apabilaterjadi bencana Merapi. Pasca bencanaletusan Gunung Merapi, pemerintahmelakukan pembelian 291 ekor sapi danpenggantian sapi mati sebanyak 4.007ekor sapi di Provinsi DI Yogyakarta danJawa Tengah.Rombongan mengakhiri kunjungankerja di hunian sementara (huntara), diDesa Kuang, Kec. Argo Mulyo, KabupatenSleman. Huntara yang berlokasi di Kuangdan menampung 261 unit ini dilengkapioleh fasilitas air bersih, bale warga,mushola, dan kolam ikan. Sumber danapembangunan huntara ini berasal <strong>dari</strong><strong>BNPB</strong>, TNI, dan Bazarnas.


FOKUS BERITASekretaris utama <strong>BNPB</strong>, Ir.Fatchul Hadi, Dipl.HE saat penandatangan nota kesepahaman <strong>BNPB</strong> dengan BPK RIPenandatanganan NotaKesepahaman <strong>BNPB</strong> Dengan BPKKepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>)Dr. Syamsul Maarif, M.Si. yangdidampingi Sekretaris Utama Ir. FatchulHadi, Dipl. HE. dan Inspektur Utama Drs.Bintang Susmanto Ak. MBA melakukanpenandatanganan Nota Kesepahamandengan Badan Pemerika Keuangan (BPK)RI pada hari ini, Selasa (18/1), di AuditoriumBPK RI, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Pusat.Nota Kesepahaman tersebut mengenaipengembangan dan pengelolaan sisteminformasi untuk akses data dalam rangkapemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.Selain dengan <strong>BNPB</strong>, BPK RI juga melakukanpenandatangan Nota Kesepahamandengan Kementerian Koordinator BidangKesejahteraan Rakyat, KementerianPerhubungan, Kementerian Sosial,Kementerian Agama, Kementerian NegaraRiset dan Teknologi, Kementerian NegaraPerencanaan Pembangunan Nasional,Kejaksaan Agung, Badan PertahananNasional, Badan SAR Nasional, Komisi32 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


Pemilihan Umum, dan Badan Pengatur HilirMinyak dan Gas Bumi. Penandatanganandilakukan oleh para Menteri, KepalaBadan, dan wakil atau sekretaris <strong>dari</strong>masing-masing kementerian dan lembaganon kementrian.Acara penandatangan tersebutdiawali dengan laporan SekretarisJenderal BPK Hendar Ristriawan. Dalamsambutannya, beliau menyebutkanbahwa kunci keberhasilan tercapainyaNota Kesepahaman adalah komitmen<strong>dari</strong> semua pihak atas pentingnya NotaKesepahaman ini. Penandatanganan NotaKesepahaman ini diharapkan akan adanyahubungan kerjasama demi tercapainyatata pemerintahan dan kelola keuanganyang baik sebagai bentuk tanggung jawabatas keuangan Negara.Pengembangan dan pengelolaansistem informasi untuk akses data dalamrangka pemeriksaan pengelolaan akanmemberikan manfaat bagi kedua belahpihak. Melalui teknologi sistem informasiini, BPK akan memiliki manfaat, antaralain waktu pemeriksaan akan lebihefektif, cakupan pemeriksaan lebih luas,biaya pemeriksaan lebih hemat, danpenyelesaian hasil pemeriksaan menjadicepat. Sementara itu bagi kementerian/badan atau auditee, manfaat yang akandiperoleh antara lain waktu penyediaandokumen pertanggungjawaban keuangannegara lebih hemat dan penyimpanganpengelolaan dan pertanggungjawabankeuangan negara yang terjadi lebihcepat diketahui dan diperbaiki melaluipemerikasaan BPK setiap waktu.


FOKUS BERITAKerjasama <strong>BNPB</strong>, Kemenhan, dan TNIMengenai Penanggulangan BencanaKepala <strong>BNPB</strong> saat mendatangani nota kesepahaman mengenai penanggulangan bencanaKepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>),Dr. Syamsul Maarif, M.Si, MenteriPertahanan Purnomo Yusgiantoro, danPanglima TNI Agus Suhartono, SE, Kamis(6/1) di Kementerian Pertahanan Jakartamenandatangani Nota KesepahamanBersama tentang Kerjasama dalamPenanggulangan Bencana.Tujuan Kesepakatan Bersama ini sebagaipedoman dalam penyelenggaraanpenanggulangan bencana secara cepat,terencana, terorganisir, terkoordinasi danterpadu. Lingkup kerjasama KesepakatanBersama meliputi penyelenggaraanpenanggulangan bencanan yangmencakup kegiatan operasional dankegiatan administrasi.Kementerian Pertahanan membantu<strong>BNPB</strong> dalam pencapaian tujuan kebijakanPemerintah pada tingkat nasional, regionaldan internasional guna penguranganrisiko bencana, melalui koordinasi dankomunikasi dengan TNI serta instansiterkait lainnya secara efektif untukmenyelenggarakan penanggulanganbencana sesuai tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak. Kemhanjuga melaksanakan koordinasi danmemfasilitasi perbantuan <strong>dari</strong> TNI dannegara asing yang akan memberikanbantuan pelibatan kekuatan militernyadalam penanggulangan bencana.Kemudian Kemhan melaksanakankerjasama dengan <strong>BNPB</strong> di bidangpendidikan Magister Disaster Managementfor National Security yang meliputipenyelenggaraan perkuliahan, pembinaankurikulum dan materi kuliah di bidangpenanggulangan bencana.Sementara itu, TNI mendukung <strong>BNPB</strong>dalam penyelenggaraan penanggulanganbencana dengan meningkatkanketersediaan sumber daya, kapasitasdan peran TNI serta berlandaskan pada34 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


prinsip-prinsip bantuan kemanusiaanyang memenuhi standar, kualitas,dan akuntabilitas nasional maupuninternasional.TNI memberikan dukungan personel danperalatan kepada Satuan Reaksi CepatPenanggulangan Bencana (SRC PB), baikpada pra bencana maupun saat tanggapdarurat bencana, untuk penggunaannyaberada di bawah kendali operasi <strong>BNPB</strong>.TNI menyelenggarakan kendali operasiterhadap satuannya dan militer asing yangmelaksanakan bantuan dan pelibatandalam kegiatan penanggulangan bencanamelalui koordinasi/komando <strong>BNPB</strong>.<strong>BNPB</strong> berkoordinasi dan berkomunikasisecara efektif dalam penyelenggaraanPB baik pada pra bencana, saat tanggapdarurat bencana, dan pasca bencanasesuai tugas dan tanggung jawab masingmasing.<strong>BNPB</strong> menjalin kerjasama dalampelaksanaan sistem & mekanisme yangjelas dalam PB untuk meningkatkankoordinasi dan komunikasi secara efektifdan efisien.<strong>BNPB</strong> mengajukan permintaan kebutuhanbantuan dukungan personel, saranaprasarana, peralatan dan perlengkapankepada Kemenhan dan TNI sesuaikewenangannya dalam rangka PB. Dalamhal penerimaan bantuan dan pelibatanbantuan militer asing untuk bekerjasama di bawah kendali operasi TNI, yangpenggunaannya disesuaikan denganstrategi PB, dan dalam hal pengembalianpasukan ke perwakilan negara asingdilaksanakan melalui Kemenhan.<strong>BNPB</strong> menerima, memfasilitasi, danmengendalikan personel serta peralatan<strong>dari</strong> TNI dalam rangka mendukung SRC PBserta dalam rangka kerjasama di bidangpendidikan Magister Disaster Managementfor National Security, <strong>BNPB</strong> melakukanpembinaan kurikulum dan materi kuliahyang berkaitan dengan penanggulanganbencana.


FOKUS BERITAGelar Apresiasi Kepada Relawandan Pekerja KemanusiaanDalam rangka menghargaisoli<strong>dari</strong>tas, kerjasama, dankebersamaan yang telahterjalin di antara seluruh pihak pelakupenanggulangan bencana letusan GunungMerapi, khususnya penghargaan kepadapara korban atau penyintas maupun pararelawan dan pekerja kemanusiaan, <strong>BNPB</strong>bekerja sama dengan SCDRR dan FPRB DIYmenyelenggarakan acara gelar apresiasikepada relawan dan pekerja kemanusiaan.Acara dengan tema “Apresiasi KepadaRelawan dan Pekerja Kemanusiaandi Gunung Merapi Melalui SertifikasiRelawan Penanggulangan Bencana”diselenggarakan di University Club (UC),UGM, Yogyakarta (30/12). Kelompok tariJaran Kepang dan selingan musik secaralive dan dipandu oleh MC Kelik PelipurLara memeriahkan acara ini.Hadir dalam acara tersebut, Kepala <strong>BNPB</strong>,36 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011Dr. Syamsul Maarif, M.Si., yang didampingiDeputi Bidang Pencegahan danKesiapsiagaan, Ir. Sugeng Triutomo, DESS,dan Direktur Pemberdayaan Masyarakat R.Sugiharto. Sementara itu, tamu undanganyang juga hadir antara lain <strong>dari</strong> PemerintahProvinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengahserta Kabupaten Sleman, Magelang,Klaten, dan Boyolali, BPPTK, TNI, Polri,komunitas masyarakat, organisasi relawan,perguruan tinggi, media massa, LSM,lembaga PBB, dan forum-forum terkait,dan dunia usaha.“Para relawan sangat berarti bagi bangsaini, anda semua telah memberikan segalagalanya,dan apa yang telah kita lakukanini menjadi sangat berarti. Dari hati yangpaling dalam, saya sebagai pribadi danselaku Kepala Badan PenanggulanganBencana, mengucapkan terima kasihdan penghargaan setinggi-tingginya”,


kata Syamsul Maarif. Sebelum memulaisambutannya, beliau memimpin doakepada para korban bencana dan relawanyang gugur dalam tugas penanggulanganbencana Merapi.“Peristiwa erupsi merapi memberipelajaran bahwa kita saling membutuhkanse<strong>hingga</strong> diperlukan kebersamaan agarbisa saling meringankan”, ujar GubernurD.I. Yogyakarta yang diwakili olehAsisten Administrasi Umum Provinsi D.I.Yogyakarta, Drs. Isyahnuri.Juli Eko Nugroho <strong>dari</strong> KoordinatorGugus Tugas Tanggap Bencana Merapimengucapkan terima kasih atas apresiasipenghargaan yang diberikan kepada pararelawan dengan harapan akan tetap kokohdalam menjalin kerja sama dan silaturahmikepada semua pihak. Tidak lupa beliaujuga mengungkapkan rasa terima kasihkepada Provinsi DI Yogyakarta dan JawaTengah atas kerjasamanya selama ini.Sementara itu Banu Subagyo sebagaiperwakilan <strong>dari</strong> PBB mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Indonesia,pemerintah provinsi dan kabupaten, TNI,Polri, organisasi kemanusiaan, serta pararelawan. Dalam acara tersebut, Kepala<strong>BNPB</strong> menyerahkan Piagam Penghargaankepada perwakilan-perwakilan organisasirelawan <strong>dari</strong> berbagai latar belakang,seperti perguruan tinggi, organisasimasyarakat, dan dunia usaha.Letusan Gunung Merapi beberapawaktu lalu telah menyentak masyarakatYogyakarta dan Jawa Tengah, khususnyamereka yang berada di radius berbahayaGunung Merapi. Bencana pun tidak dapatdihindarkan pasca letusan tersebut. <strong>BNPB</strong>bersama dengan Kementerian/Lembaga,pemerintah daerah baik di tingkat provinsidan kabupaten, TNI, Polri, serta organisasi-


FOKUS BERITAPelantikan Pejabat Strukturaldi Lingkungan <strong>BNPB</strong>Kepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>),DR. Syamsul Maarif, M.Si, Rabu(09/2) melantik dan mengambil sumpahsejumlah pejabat di lingkungan <strong>BNPB</strong>.Acara ini berlangsung di Gedung <strong>BNPB</strong>, Jl.Ir. H. Djuanda no. 36, Jakarta Pusat.Syamsul Maarif dalam sambutannya,antara lain mengatakan denganpelantikan ini, para pejabat hendaknyadapat bersikap profesional, cerdas danmempunyai jiwa sosial. <strong>BNPB</strong> sebagaigarda terdepan penanganan bencana,sudah seharusnya menjadi institusi yangdapat diandalkan dalam pencegahanbencana dan penanggulangan bencana ”“Bencana sering terjadi dimana-mana,<strong>BNPB</strong> telah diakui, baik <strong>dari</strong> luar maupundalam negeri, yang telah mempunyaikontribusi besar dalam meminimalisirkerugian korban jiwa maupun harta bendayang diakibatkan bencana” ujar SyamsulMaarif.Salah satu wujud partisipasi masyarakatadalah kritik. “Kita tampung dan dianalisis”,terang Syamsul.GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 39


FOKUS BERITAPeresmian AHA CentreMenteri Koordinator KesejahteraanRakyat (Menkokesra), Dr.H.RAgung Laksono, pada hariKamis (27/01) meresmikan AHA Centreyang bertempat di Gedung I BPPT Jl.MH Thamrin No. 8, Jakarta. Acara inidihadiri oleh Menko Kesra, Kepala <strong>BNPB</strong>,Kepala BPPT, Menteri Kesehatan, MenteriPendidikan, Menteri Ristek, Kepala BMKG,Wakil Menteri Luar Negeri, dan MenteriPemberdayaan Perempuan dan PA,Kepala UKP4 dan sejumlah pejabat <strong>dari</strong>Kementerian/Lembaga terkait. Acaraini dilaksanakan bertepatan denganIndonesia menjadi Ketua ASEAN, yangtelah dimulai sejak 1 Januari, dan akanberakhir pada 31 Desember 2011.AHA CENTRE (ASEAN CoordinatingCentre for Humanitarian Assistance onDisaster Management), merupakanPusat Koordinasi ASEAN untuk bantuankemanusiaan bagi penanganan bencana.AHA Centre didirikan dengan tujuan untukmemfasilitasi kerjasama dan koordinasidiantara negara-negara anggota ASEAN,Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) danberbagai organisasi internasional, dalammempromosikan kolaborasi regional dalampenanganan bencana.Ruang AHA Centre40 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


Sejumlah Menteri Negara saat Peresmian AHA CentreProses dan kemajuan pembentukan AHACentre diawali dengan penandatanganankesepakatan oleh para Menteri Luar NegeriASEAN mengenai ASEAN Agreement onDisaster Management and EmergencyResponse (AADMER), atau KesepakatanASEAN mengenai penanganan bencanadan tanggap darurat, pada Juli 2005.AADMER menetapkan bahwa AHA Centre“AHA Centre didirikan untukmemfasilitasi kerjasama dankoordinasi diantara negara-negaraanggota ASEAN, PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) dan berbagaiorganisasi internasional, dalammempromosikan kolaborasiregional dalam penangananbencana.”harus dibentuk untuk menjalankan fungsiAADMER. AADMER secara resmi mulaiberlaku pada 26 Desember 2009, danhal ini mencerminkan bahwa kebutuhanuntuk adanya AHA Centre menjadi sangatmendesak. Sejak ditandatanganinyakesepakatan AADMER pada Juli 2005.Pemerintah Indonesia secara konsistentelah menawarkan diri menjadi tempatkedudukan AHA Centre. Pada pertemuanMenlu ASEAN pada Juli 2007, para Menlusetuju untuk menetapkan Indonesia sebagaitempat kedudukan AHA Centre. Selama2 tahun (2007-2009) dibentuk InterimAHA Centre yang berkedudukan di kantor<strong>BNPB</strong>. Setelah AADMER diberlakukanresmi Desember 2009, Interim AHA Centredihapuskan, dan ASEAN mempersiapkandiri untuk membentuk AHA Centre yangpermanen. Pada KTT ASEAN di Hanoi,Vietnam, bulan Oktober 2010, para kepalaASEAN telah menyepakati agar AHA Centredapat beroperasi tahun 2011 di Indonesia.GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 41


FOKUS BERITA...Tiga filosofi penanggulangan bencana:(1) Jauhkan masyarakat <strong>dari</strong> bahaya,(2) Jauhkan bahaya <strong>dari</strong> masyarakat, dan(3) Hidup harmoni dengan resiko bencana...“”Dr. Syamsul Maarif, M.SiKepemimpinan HinggaFilosofi Sang Jenderaldalam Penanggulangan BencanaPenanggulangan bencana di tanahair tidak terlepas <strong>dari</strong> pemikiranpemikirandan sosok kepemimpinan tegas<strong>dari</strong> Purnawirawan TNI Angkatan Darat, Dr.Syamsul Maarif, M.Si. Pria kelahiran Kediri,Jawa Timur, 61 tahun lalu ini berpangkatmiliter terakhir Mayor Jenderal. Bekaljiwa dan semangat kepemimpinan yangterbentuk sejak bergabung denganmiliter memberikan warna dalam setiappenanggulangan bencana di nusantara.Syamsul Maarif terjun aktif di bidangpenanggulangan bencana sejak beliaubertugas sebagai Kepala PelaksanaHarian Badan Koordinasi NasionalPenanggulangan Bencana (Bakornas PB)pada tahun 2006. Pengalaman di militeryang dimulai pada tahun 1973 <strong>hingga</strong>pendidikan Lemhanas di tahun 2000memberikan pencapaian terbaik selamamengabdi sebagai Kepala Badan NasionalPenanggulangan Bencana (<strong>BNPB</strong>). Priayang menikah dengan Nanik Kadaryanidan dikaruniai tiga anak (Edwin YudhoPrasetyo, Kartika Wulaningrum dan AlyaKusumaningrum) merupakan sosok yangtegas dan lugas dalam setiap melakukantugas.Penugasan Militer yang pernah disandangantara lain Kasdam V Brawijaya (2007),Kapuspen Hankam/ABRI (1998), GubernurAkademi Militer di Magelang (1999),Askomsos Kasum TNI (2003 – 2005) danAster Kasum TNI (2005 – 2006). SyamsulMaarif sempat menjadi anggota DPR RIperiode tahun 2000 <strong>hingga</strong> 2003 danmenjabat Wakil Ketua Fraksi TNI/POLRI.Selain pendidikan militer, Syamsul Maarifjuga mengenyam pendidikan <strong>hingga</strong>meraih gelar Doktor di bidang Sosiologi<strong>dari</strong> Universitas Indonesia pada tahun 2007.Sebelumnya, gelar Pascasarjana Sosiologidiraihnya <strong>dari</strong> Universitas Airlangga padatahun 2002. Latar belakang pendidikantersebut mempengaruhi pemikiranatau gagasan khususnya dalam karyapenanggulangan bencana di Indonesia. Disamping jabatan sekarang sebagai Kepala<strong>BNPB</strong>, Syamsul Maarif yang memilikisederet penghargaan militer juga aktifsebagai dosen di bidang sosiologi politikdan sosiologi bencana di Universitas42 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 43


Pertahanan (UNHAN) dan UniversitasJember. Beliau juga memberikan kuliahumum dalam studium generale di InstitutTeknologi Bandung dan UniversitasGadjah Mada.Kepemimpinan di bidang penanggulanganbencana mengantarkan sosok JenderalBintang Dua ini meraih PenghargaanNusa Reksa Pratama. Penghargaan yangditerimanya bersama Dr. Surono <strong>dari</strong>Pusat Vulkanologi dan Mitigasi BencanaGeologi (PVMBG) tersebut diberikan olehRektor UGM Prof. Ir. Sudjarwadi, M. Eng.,Ph D dalam Dies Natalis UGM ke-61 tahun2010. Nusa Reksa Pratama merupakanpenghargaan atas kerja keras SyamsulMaarif dalam upaya penanggulanganbencana, terutama perhatian besar padanilai-nilai kemanusiaan, yang terjadi diwilayah nusantara ini.Pemikiran dalamPenanggulangan Bencana<strong>BNPB</strong> terbentuk setelah disahkan UndangundangNomor 24 Tahun 2007 TentangPenanggulangan Bencana. Melaluiterbentuknya <strong>BNPB</strong> ini, penanggulanganbencana diharapkan lebih terencana,terpadu, terkoordinir, dan menyeluruh.Sementara itu apa yang menjadi visibersama adalah Ketangguhan Bangsadalam Menghadapi Bencana.Syamsul Maarif dalam melaksanakantugasnya sebagai pemimpin selaluberlandaskan pada visi tersebut. Haltersebut tampak dalam pemikiranpemikirankhususnya dalam melihatpenanggulangan bencana secarakomprehensif. Menurut beliau, sebagaiupaya preventif, ketangguhan bangsaharus terbentuk secara mandiri se<strong>hingga</strong>bangsa ini mampu menghadapidan menanggulangi bencana secarabermartabat.Wajar apabila pada saat terjadinya bencana,korban dan masyarakat yang terdampakmembutuhkan intervensi. Ini disebabkankarena mereka masih mengalami masapanik atau trauma pasca bencana. Namun,Syamsul menekankan bahwa selanjutnyamereka harus mampu menanggulangikondisi yang ada dengan bermartabat.Jangan selalu mengharapkan bantuan<strong>dari</strong> pemerintah tetapi upayakan untukmengerahkan sumber daya yang ada dimasyarakat tersebut.44 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


Dalam kacamata Syamsul Maarif, risikobencana selalu terkait dengan bahaya,populasi (masyarakat), kerentanan, dankapasitas. Formulasi dalam pemikirannyamenyebutkan bahwa R = (H x Population xV)/C. R (risk) atau risiko sangat tergantung<strong>dari</strong> H (hazard) atau bahaya, populationatau populasi, dan V (vulnerability)kerentanan. Menurutnya C (capacity) ataukapasitas juga sebagai komponen dalammengurangi atau menghadapi risikobencana yang ada. “Gunung meletus disuatu pulau tanpa penduduk di tengahsamudera, itu bukan bencana,” ujar SyamsulMaarif. Kerentanan adalah keadaanatau kondisi yang sedang berlaku atausifat perilaku manusia atau masyarakatyang menyebabkan ketidakmampuanmenghadapi bahaya atau ancaman.Kerentanan tersebut sangat dipengaruhiantara lain oleh faktor kemiskinan, tingkatpendidikan, pengetahun, kesadaran, daninfrastruktur penunjang dan ketersediaaninformasi yang mudah diakses, dansebagainya.Inti dalam penanggulangan bencanaadalah kembali ke manusia. MenurutSyamsul Maarif bahwa berbagai kejadianbencana telah mengajarkan satu filosofibaru. MANUSIA ADALAH BAGIAN DARIALAM. Oleh karena itu hidup harmoni danselaras dengan alam merupakan sebuahconditio sine a qua non – sebuah keharusanyang tidak bisa ditawar. Kehidupanharmoni dan merasa menjadi bagian <strong>dari</strong>alam akan menyadarkan manusia bahwabencana maupun nikmat <strong>dari</strong> alam adalahdua sisi <strong>dari</strong> satu keping mata uang yangharus disikapi sama. Sementara itu dalampenanggulangan bencana, pemikiranbeliau yang banyak dipengaruhi teorisosiologi dan pengalaman di lapanganmenyebutkan 3 (tiga) filosofi dalammenghadapi bencana. Filosofi tersebutantara lain (1) Jauhkan masyarakat <strong>dari</strong>bencana, (2) Jauhkan bencana <strong>dari</strong>masyarakat, dan (3) Hidup harmonidengan risiko dan bencana.Seorang Pemimpin danLeadershipSyamsul Maarif sebagai Kepala <strong>BNPB</strong>tidak henti-hentinya mensosialisasikantentang arti pentingnya kepemimpinanatau leadership dalam penanggulanganbencana. Hal tersebut tampak ketikabeliau memimpin rapat-rapat koordinasiantar stakeholders atau saat memberikankuliah di universitas. Dalam suatukesempatan, Syamsul Maarif lebih nyamanmenggunakan istilah ‘silaturahmi’ sebagaipengganti ‘koordinasi’. Menurutnya dalamkonteks masyarakat Indonesia, ‘silaturahmi’lebih pas karena kata ‘koordinasi’ tidakada dalam masyarakat suku di seluruhIndonesia.Berikut petikan Syamsul Maarif sebagaiKepala <strong>BNPB</strong> tentang kepemimpinan, yangdisampaikan dalam Acara PenghargaanBagi Insan UGM Berprestasi 2010.GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 45


Kepala <strong>BNPB</strong> saat Peresmian SRC-PB Wilayah Barat oleh Presiden SBY“Faktor lain yang tidak kalah pentingdalam mengurangi risiko bencana,berdasarkan pengalaman lapanganadalah KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP),yang ternyata memiliki korelasi langsungterhadap besar kecilnya korban.Kepemimpinan dapat diterjemahkansebagai kepemimpinan formal danstruktural, serta kepemimpinan informaldan kultural. Pengalaman bencanameletusnya Gunung Merapi menunjukkanbahwa kepemimpinan Mbah Marijansebagai pemimpin informal dan pemimpinbudaya masyarakat merupakan faktoryang lepas <strong>dari</strong> perhatian kita pada saat itu.Pola hubungan antara Gubernur dan paraBupati di wilayah sekitar Gunung Merapiyang merupakan pemimpin formal danstruktural sebagai front terdepan dalamupaya penanganan bencana di tingkatlokal seringkali justru merupakan faktorpenting bagi kelancaran dan kesuksesanupaya penanganan bencana di daerah.Dibutuhkan keberanian dalampengambilan keputusan bertindak yangcepat dan tepat dalam menghadapibencana yang sedang terjadi. Kearifandalam memutuskan kebijakan yangdiambil serta peka dalam menyikapisituasi yang terjadi tanpa harus terbebaniprosedural yang mengikat. Kecepatandalam mengkoordinasikan berbagaiinstansi, lembaga dan organisasikemasyarakatan yang terlibat untukmendapatkan sasaran penindakan yangtepat menghilangkan kesan terlambat.”Sikap kepemimpinan yang melekat padasetiap pemimpin merupakan bagian <strong>dari</strong>profesionalitas. Syamsul menambahkanbahwa profesionalitas dapat terwujud,apabila 3 (tiga) kriteria dapat terpenuhi.Menurutnya ketiga kriteria itu adalahskills, social responsibility, dan spirit of corp.Menurutnya, setiap orang yang bekerjadalam penanggulangan bencana atauagent membutuhkan 3 (tiga) kriteriaatau nilai tersebut yang melekat padadirinya. Melalui kepemimpinan yangmelihat penanggulangan bencana secarakomprehensif, niscaya penanggulanganbencana tersebut dapat menempatkanpara korban atau masyarakat terdampaksebagai manusia bermartabat.46 GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011


“Ketangguhan Bangsadalam Menghadapi Bencana”Diterbitkan oleh:BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANAJl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120Telp. 021-3458400 Fax. 021-3458500www.bnpb.go.idISSN 2088-6527

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!