12.07.2015 Views

dari WASIOR, MENTAWAI, hingga MERAPI - BNPB

dari WASIOR, MENTAWAI, hingga MERAPI - BNPB

dari WASIOR, MENTAWAI, hingga MERAPI - BNPB

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dalam kacamata Syamsul Maarif, risikobencana selalu terkait dengan bahaya,populasi (masyarakat), kerentanan, dankapasitas. Formulasi dalam pemikirannyamenyebutkan bahwa R = (H x Population xV)/C. R (risk) atau risiko sangat tergantung<strong>dari</strong> H (hazard) atau bahaya, populationatau populasi, dan V (vulnerability)kerentanan. Menurutnya C (capacity) ataukapasitas juga sebagai komponen dalammengurangi atau menghadapi risikobencana yang ada. “Gunung meletus disuatu pulau tanpa penduduk di tengahsamudera, itu bukan bencana,” ujar SyamsulMaarif. Kerentanan adalah keadaanatau kondisi yang sedang berlaku atausifat perilaku manusia atau masyarakatyang menyebabkan ketidakmampuanmenghadapi bahaya atau ancaman.Kerentanan tersebut sangat dipengaruhiantara lain oleh faktor kemiskinan, tingkatpendidikan, pengetahun, kesadaran, daninfrastruktur penunjang dan ketersediaaninformasi yang mudah diakses, dansebagainya.Inti dalam penanggulangan bencanaadalah kembali ke manusia. MenurutSyamsul Maarif bahwa berbagai kejadianbencana telah mengajarkan satu filosofibaru. MANUSIA ADALAH BAGIAN DARIALAM. Oleh karena itu hidup harmoni danselaras dengan alam merupakan sebuahconditio sine a qua non – sebuah keharusanyang tidak bisa ditawar. Kehidupanharmoni dan merasa menjadi bagian <strong>dari</strong>alam akan menyadarkan manusia bahwabencana maupun nikmat <strong>dari</strong> alam adalahdua sisi <strong>dari</strong> satu keping mata uang yangharus disikapi sama. Sementara itu dalampenanggulangan bencana, pemikiranbeliau yang banyak dipengaruhi teorisosiologi dan pengalaman di lapanganmenyebutkan 3 (tiga) filosofi dalammenghadapi bencana. Filosofi tersebutantara lain (1) Jauhkan masyarakat <strong>dari</strong>bencana, (2) Jauhkan bencana <strong>dari</strong>masyarakat, dan (3) Hidup harmonidengan risiko dan bencana.Seorang Pemimpin danLeadershipSyamsul Maarif sebagai Kepala <strong>BNPB</strong>tidak henti-hentinya mensosialisasikantentang arti pentingnya kepemimpinanatau leadership dalam penanggulanganbencana. Hal tersebut tampak ketikabeliau memimpin rapat-rapat koordinasiantar stakeholders atau saat memberikankuliah di universitas. Dalam suatukesempatan, Syamsul Maarif lebih nyamanmenggunakan istilah ‘silaturahmi’ sebagaipengganti ‘koordinasi’. Menurutnya dalamkonteks masyarakat Indonesia, ‘silaturahmi’lebih pas karena kata ‘koordinasi’ tidakada dalam masyarakat suku di seluruhIndonesia.Berikut petikan Syamsul Maarif sebagaiKepala <strong>BNPB</strong> tentang kepemimpinan, yangdisampaikan dalam Acara PenghargaanBagi Insan UGM Berprestasi 2010.GEMA <strong>BNPB</strong> - Maret 2011 45

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!