13.07.2015 Views

391 411 423 441 453 431 469 BOGOR, INDONESIA

391 411 423 441 453 431 469 BOGOR, INDONESIA

391 411 423 441 453 431 469 BOGOR, INDONESIA

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Akreditasi: No 58/Akred-LIPI/P2MBl I 12 12006Vol. V No. 4, Juni 2009Seed Germination, Seedling Establishment and Vegetative Development of theThreatened Palm Cyrtostachys renda BlumeDidik WidyatmokoLuas Daerah Jelajah dan Estimasi Kepadatan Populasi Tarsius bancanus saltator diPulau BelitungIndra Yustian, Stefan Merker, & Michael MuehlenbergEkstrak Etanolik Daun Tapak Dara (Catharanthtts roseus (L.) G. Don.) SebagaiAlternatif Pengganti Kolkhisin Dalam Poliploidisasi TanamanDwi Andi Listiawan, Estiani Indraningsih, Anggraeni Nur Septantri,Anjar Tri Wibowo, Umul Wahyuni Jamilah Darojat,& Budi SetiadiDaryonoKarakterisasi Pigmen Monasctts purpureus SRB 22 FBambang Sunarko, Nunik Sulistinah & Nandang SuharnaBioassai Higrornisin dan Blas Pada Padi Hasil Transformasi Dengan Gen-genPenyandi Biosintesis Asam SalisilatE.S. Mulyaningsih, I.B. Nafari & I.H. Slamet LoedinPerforman dan Akumulasi Merkuri Cyperus lryllingia Endl. dan Digitaria radicosaPresl. Miq yang Ditanam pada Media Terkontaminasi Merkuri denganPerlakuan Kelat dan pHNuril Hidayati, Fauzia Syarif & Titi JuhaetiPeran Komunitas Mikroba Lumpur Aktif dalam Proses Penambatan Fosfat SecaraHayatiDyah Supriyati & Rita Dwi Rahayu<strong>391</strong><strong>411</strong><strong>423</strong><strong>431</strong><strong>441</strong><strong>453</strong><strong>469</strong><strong>BOGOR</strong>, <strong>INDONESIA</strong>


J. Biol. Indon. Vol Y No. 4 (2009)Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia.Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologiyang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).EditorIbnu Maryanto- Dewan EditorAbinawanto Arnbariyanto SitiNuramaliati PriionoAchmad Farajalah Didik Widiyatmoko TriWidiantoAgustin W Gunawan Heru Setijanto WitjaksonoAlex Hartana . Nukrnan Moelok Wiranda G. PilianeEditor PengelolaSuhardjonoI Made Sudiana, HeryantoAlamat Redaksid/a Pusat Penelitian Biologi - LIPIJl. Ir. H. JuandaNo. 18Bogor 16002Telp. (0251) 321038, 321040Fax. (025 l) 325854Email :jbi@bogor.rretWebsite : http://biologi.or. idJurnal ini telah terakreditasi dengan nilai A berdasarkan SK KepalaLIPI l563lD 2006 tanggal l8 Desember 2006fr.edaksi menerinm naskah asli yang belum pernah diterbitkan,dapatberupa hasil penelitian, kajian atau pengembangan dibidangbiologi.Redaksi juga menerima kontunikasi pendek dan telaahan buku.Penulisyang naskahnya dinmat akan mendapat imbalan dua cetak lengkap.


Jurnal Biologi Indonesia 5(): afi-azl Q0A9)Luas Daerah Jelajah dan Estimasi Kepadatan PopulasiThrsius bonconussaltator di Pulau BelitungIndra Yustianrr, Stefan Merkef,& Michael Muehlenberg'zI . Dept. Biologi, FMIPA UniversitasSriwijaya, Kampus Unsri Inderalaya ,Km.32, Ogan Ilir -Sumatera Selat an. 306622. Centre forNature Conservation, Georg-August University Goettingen, Germany3. Institute ofAnthropology, Johannes Gutenberg University Mainz, Mainz, GermanyEmail: idr_yustian@yahoo.comABSTRACTHome ranges and estimation of population density of Tsrcius bancanu saltstor on BeliungIsland, To assess the conservation status of tarsier on Belitung Island, required informationon habitat status and population. A study was carried out in Gunung Tajam, Belitung Island,lndonesia to provide to estimate of home range sizes and the population densities of Tarsiusbancanusaltator on the island. There are two available different habitat types observed inthis study. The first is a secondary forest with small scale (< 0.2 ha) pepper plantations andselective harvesting for wood-fire (Hl). The second is a secondary forest with small scale ofwood-harvesting and surrounded completely by large oil palm plantations (H2). Twenty twoindividuals were captured within 42 captures using mist-nets. All captured tarsiers were radiotrackedto estimate their home range sizes by telemetry survey. Home range sizes of Belitungtarsier vary from 1.59 to 3.25hafor females and 4.18 to I 1.98 ha formales in both study sites.The population density of tarsiers in H I was estimated aI 19-20 animals/km2 and in II2 up to 46-47 animals/km2. Comparing to the other species, the population densities of Belitung tarsierwere lower than those of tarsier on Sulawesi and the Philippines.Key words; tarsier, home range; population density; conservation status; BelitungPENDAHULUANpertambangantimahyangtelah adaSumatra, sebagai purau yang *:ilfJ""i'#l- :":*,]:ffi'['#iterletak di bagian paling barat dandiusahakan oleh penduduk setempat)ffitt*1"f":lltT:,Hf,?ffffi11 ;:,fl,ffi};T:ffi? Hri'il#*l:lebih dari 40 Yo hutan'alamnya. Laju l990-an,telahmengubahsebagianbesardeforestasidipulauSumahadiperkirakan lahan di pulau Belitung yang semulamencapai 2,5Yoper tahun (Supriatnaet adalah hutan tropis dataran rendah.al. 2002). Ancaman kehilangan hutan pertambangan timah dan perkebunantentu juga terjadi di pulau-pulau di kelapa ,u*it, secara langsung maupundekatnya, seperti pulau Bangka dan tidak langsung, akan mempengaruhiBelitung4ll


Luas Daerah Jelajah danEstimasi Kepadatan Populasi Tarsius bancanusoleh perkebunan besar kelapa sawit,selanjutnya disebut sebagai tipe habitatH2 (3) hutan sekunder tua pada lerengbukit yang sangat curam, dan (4)perkebunan kelapa sawi1.Keberadaan tarsius pada suatulokasi dapat diketahui melalui bau urine,kesesuaian habitat serta melalui informasidaripenduduk setempat. Tarsius di pulauBelitung ini tidak mengeluarkan suaraduet dipagi hari seperti tarsius di Sulawesi(Fogden 1974). Tarsius ditangkapdengan mempergunakan jaring kabut(panjang: 9-12 m; tingi: 2.10-2.70 m;mesh: l6 mm). Individu dewasa denganberat lebih dari 100 g and sub-dewasayang tertangkap dipasangi radiotransmitters (model PD-ZC, HolohilSystems Ltd., Ontario) yang dikalungkanpada bagian pinggang. Posisi hewandiperkirakan melalui teknik triangulasidengan bantuan kompas dan petadiagram lokasi yang memuat titik-titikpengamatan. Luas daerah jelajah tiapindividu diperkirakan dengan metodeMinimum Convex Polygon (Kenward1987, White & Ganot 1990). Sebanyak60-95 titik triangulasi telah dicatat dalamwaktu observasi berkisar I minggu untuktiap individu (Yustian 2007).HASILLuas Daerah JelajahPada tipe habitatHl, rata-rata luasdaerahjelajahjantan dewasa 10,25 + 1,08ha dan 2,32 + 0,48 ha untuk betinadewasa. Di tipe habitatH2, rata-rata luasdaerah jelajah jantan dewasa adalah 4,29+ 0,09 ha dan betina dewasa 3,04 + 0,16ha. Luas daerahjelajah untuk tiap individutarsius yang berhasil diketahui melaluiradio-tracking disajikan pada Tabel I danGambar 2.Rata-rata luas daerah jelajah jantandewasa lebih besar daripada rata-ratabetina dewasa (Mann-Whitney U-test,P


Yustian, Merker & MuehlenbergGambar l. Lokasi penelitian di Pulau BelitungGambar 2. Daerah jelajah Tarsius bancanus saltator di tipe habitat H I (gbr. a) dan di tipehabitatH2 (gbr b).Rasio seks jantan dan betina 1:1. (2)Daerah jelajah jantan adalah eksklusif,tidak ada overlap antar daerah jelajahjantan (3) 80% dari total habitat yangsesuai, dapat ditempati oleh jantan (4)50oh dari betina mampu menghasilkanketurunan dan (5) 50% dari keturunantersgbut mampu bertahan hidup sampaidewasa.Mempertimbangkan asumsi-asumsitersebut dan hasil seperti yanng disajikanpadaTabel l, kepadatan populasi absolutdapat diestimasi sebesar 19-20 individu/km2 di tipe habitat H1 (berdasarkanrata-414


Yustian, Merker & MuehlenbergTabel 2. Estimasi luas tipe habitat yang mungkin didiami oleh tarsius dan estimasi jumlahpopulasi tarsius di pulau Belitung.Tipe habitatHutansekunderEstimasi luas (km 290.83Estimasi kepadatan PoPulasi(individu/km')Estimasi jumlah populasitarsius (individu)19 -205671,2Hutanbelukar510. l046-4723,770;lPerkebunan Totalkelapa sawit daratan531.73 4,483.15029,442tampaknya menyediakan habitat dengankualitas yang lebih baik bagi tarsius,karena betina di tipe habitat ini memilikirata-rata luas daerah jelajah yang lebihkecil dibandingkan r ata'r ata luas daerahjelajah betina di tipe habitat H2 (Yustian2007).Crompton & Andau (1986, 1987)melaporkan bahwa larsius di Borneomemiliki daerah jelajahyang sangat luasdengan kepadatan populasi yang rendahdibandingkan dengan tarsius di pulauSulawesi (Gursky 1998b, Merker 2003)'Merker & Muehlenberg (2000), danMerker et al. (2004,2005) melaporkan'bahwa tarsius mampu beraptasi terhadapinterferensi manusia dengan mengubahpolajelajahnya pada beberapa tipe habitatdengan tingkat gangguan yang berbeda.Menurut Crompton & Andau ( 1985),penggunaan habitat oleh hewan betinalebili rnenunjukkan pada ketersediaansumber daya dan pada hewan jantan lebihkepada penggunaan teritorial. Merker(2003,2006) dan Merker et al. (2004,2005) juga mempergunakan daerahjelajah hewan betina sebagai faktorutama untdk menentukan kualitas habitatbagi tarsius di Taman Nasional LoreLindu - Sulawesi.Rata-rata luas daerah jelajah jantanT. b. saltator (di kedua tipe habitat)relatif lebih besar dibandingkan denganThrsius spectrum (: T. tarsier) dan T.dianae (: T. dentatus) di Sulawesi.Rata-rata luas daerah jelajah ini namunrelatiflebih kecil atau sebanding denganT. syrichta di Bohol, Filipina dan T.bancanus di Borneo (Tabel 3).Sementara rata-rata luas daerah jelajahbetina T b. saltator relatif lebih besardibandingkan T dianae namun sebandingatau lebih kecil dibandingkan denganT. spectrum, T. syrichta dan T.bancanus borneanus.Perbedaan luas daerah jelaj ah antatatarsius di Borneo dan Sulawesi, dapatdiasumsikan juga sebagai perbedaanantara Sulawesi dengan pulau Belitung,kemungkinan terletak pada perbedaanstruktur hutan dari pulau-pulau tersebut(Gursky 1998b, Merker 2003). Gursky(1998b, 20A0a, 2002c) menjelaskanbEhwa perbedaan tipe hutan jelasmemperlihatkan implikasinya padadistribusi spatial dan temporal sumberdaya hutan dan tentu saja berimplikasipada kisaran hewan-hewan yang mampumengambil sumber daya tersebut untukmemenuhi kebutuhannya. Yustian (2007)menvebutkan bahwa perbedaan tersebut$a


Luas Daerah Jelajah dan Estimasi Kepadatan Populasi Tarsius bancanusjuga mungkin disebabkan oleh perbedaansistem sosial. Tqrsius bancanusmemperlihatkan semacam sistem sosialdimana daerah jelajah betina dapatdikunjungi oleh beberap a jantan(Fogdenl9J4,Crompton &Andau 1986, 1987),sedangkan Niemitz (1984) menyebrgkanbahwa sistem sosial Z bancanus adalahberpasangan.Kepadatan PopulasiKebutuhan mendasar pada banyakper-relitian dan pengelolaan yangmelibatkan hewan adalah pentuankepadatan populasi yang akurat di habitatalaminya (Parmenter et al. 2003).Penelitian mengenai kepadatan populasitarsius dan distribusinya, menurut Gursky(2006) sangat dibutuhkan jika kita inginmengembangkan program konservasibagi tarsius.Mempertimbangkan bahwa tidakada lagi hutan primer di pulau Belitung,estimasi kepadatan populasi T b. saltotorcukup besar di hutan sekunder yangdikelil ingi oleh perkebunan kelapa sawit(tipe habitat H2). Meskipun demikian,kepadatan primata tidaklah selalumerefleksikan kualitas habitat(Muehlenberg1993 dalam Merker et al.2005). Hal ini tidaklah berarti bahwatipehabitat H2 memiliki kualitas yang lebihbaik dibandingkan tipe habitat H1.Yustian (2007) telah memperkirakantotal jumlah populasi larsius bancanussaltator dipulau Belitung sebesar 29.442individu (Tabel 2). Bagaimanapun, Yustianjuga menyebutkan bahwa citra satelittersebut diambil dari tahun 2000 dan inimemungkinkan adanya area-area yangsemula berupa hutan telah dikonversimenjadi area penggunaan lainnya.Perkiraan luas area yang telah dikonversisejak tahun 2000 tersebut tidak dapatdilakukan, dan oleh karenanya, estimasitotal populasi kemungkinan lebih besardari populasi yang seben amya Penelitianlapangan lebih lanjut perlu dilakukanuntuk membuktikan keberadaan populasitarsius pada beberapa habitat lainnya.Tabel 4 menyajikan beberapaestimasi kepadatan populasi bebeapspecies tarsius dari beberapa studi yngtelah dilakukan. Seluruh studi, kecualiNiemitz (1979) merupakan studitelemetri. Kepadatan populasi I b.saltator terlihat sedikit lebih banyakdibandingkan tarsius di Borneo(Crompton & Andau 1987). Meskipundemikian, baik tarsius Belitung maupuntarsius Borneo menunjukkan kepadatanpopulasi yang relatif lebih renahdibandingkan tarsius di Sulawesi danFilipina. Keberadaan predator adakemungkinan dapat menjadi alasanperbedaan kepadatan populasi. Gursky(2006) melaporkan bahwa selamapenelitiannya, tidak pernah dijumpaiseekorpun, bahkan kotoran maupun jejakkaki dari musang Sulawesi, Macrogalidiamusschenbrockii, yang did,ugamerupakan predator utama tarsius.Beberapa karakteristik perilaku dansistem sosial (seperti yang dijelaskandalam Yusti an 2007), dapat memberikanpenjelasan lebih lanjut mengenaiperbedaan kepdatan populasi.UCAPAN TERIMAKASIHUcapan terimakasih ditujukankepada Dr. Matthias Waltert atas4r7


Yustian, Merker & MuehlenbergTabel 3. Luas daerah jelajah beberapa species tarsius pada beberapa tipe habitat daribeberapa studi radio telemetri.rPecresRata-rata daerahjelajah (ha)Habital Lokasi studi SumberT. dianae Jantan= 1.77 Beberapakegitan KamaroE, ----- lvlerkei(2b03.(: denlatus)Betina: l.0g _ manusia me_mpengaruhi Lore Lindu,l.gl2006), Merkerdr kawasan Hutan primer Sulawesi et al (2005)dan sekunderTengahT. spectrum Jantan:3.07 Hutan Datam rendah, Tangkoko, Gursky (l99gb,(: T. tarsier) Betina:2.32 $inggir laut) Sulawesi Utara 2006)T. syrichta Jantan= 6.45 Hutan sekunder dataran Corella, Bohol Neri-Arboleda.- Betina: 2.45rendah 100-200 m a's l et al. (2002)T. bancanus Jantan: 8.75-11.25 Hutan primer dan Sabah, BorneoBetina - 4.5-9.5sekunder dataran rendahCrompton &Andau(1986,1987)T. b. saltator Jantan: 4.29 - 10.25 Kegiatan masyarakat Gunung Tajam, yustian (2007)Betina: 2.32 _ mempengaruhi di Belitung Island3.04kawasan Hutan sekunderTable 4. Kepadatan populasi bebera species/subspecies tarsius.Species / Subspecies Kepadatan Population SumberTarsius dianae 14 - 57 Groups/km' Merker (2003,2006) ;nd45 -268individuals,/km2Merker et al' (2004'2005)Tarsius dianae 129 individuals/km2 Gurskv 1998aTarsius spectrum 56 Groups&m2 Gursky 1998a, b(156 individuals/km')Tarsius spectrum 83 individuals/km2 Gursky (2006)Tarsius syrichta 57 adult individuals/km2 Neri-Arboleda et al. (2002)Tarsius bancanus < 80 individuals/km2 Niemitz (1979)borneanusTarsius b. borneanus 14 _20 individuals/km2 Crompton & Andau (1987)Tarsius b. saltator 19 - 46 individuals/km2 ' Present studv4lfI


Luas Daerah Jelajah dan Estimasi Kepadatan Populasi Tursius bancanuslnmentar dan diskusinya. Juga kepadail|mdi Smolik, Pak Juki, Hadi, Pendi,$,enusi, serta Kepala Dusun Air@antung, Bapak Dukun KamPung AirEeeantung, dan seluruh masyarakatDusun Air Begantung dan Desa KacangBotor yang telah membantu selamapcnelitian. Penulis jrlga inginumengucapkan terimakasih kepada Dr'&nu Maryanto atas diskusi dan saranlmg diberikan. Penelitian ini merupakan@ian dari penelitian disertasi (I.Y)yangudflbia1 ai oleh Deutscher AkademischerAustausch Dienst (DAAD). Sebagiandri penelitian inijugadibiayai oleh TheLufford Maurice Laing Foundation,nmplalui the Rufford Small Grants forNmrre Conservation programme yangffimerima oleh I.Y.DAFTAR PUSTAKAB-{PPEKAB Belitung (Belitung LocalDevelopment Planning Agency).1003. Survei Potensi KeanekaragamanHayati dan Budaya. LaporonAkhir. Pemerintah Kabu-patenBelitung, Badan PerencanaanPembangunan Kabupaten (BaPPekab),Tanjung Pandan, Belitung.Brandon-Jones, D., AA. Eudey, T.Geissmann, C.P. Groves, D.J.\{elnick, J.C. Morales, M. Shekelle,C.-B. Stewart. 2004.Asian PrimateClassification. InternationalJournal of Primatologt25 (l):97-164.Cro,rnpton, RH. & PM. Andau. 1986.Locomotion and habitat utilization infree-ranging Tarsius bancanus: Apreliminary report. P r imat e s 27 (3):337-355Crompton, RH. & PM. Andau. 1987.Ranging, activity rhythms, andsociality in free-ranging Tarsius''bancanus: A preliminary report.International J. Primatologt 8: 43 -7lFogden, MPL., 1974. Apreliminary fi eldstudy of the western tarsier Tizrsiusbancanus Horsfield. In: Martin,R.D., G.A. Doyle & A.C. Walker(eds.), Pros imian Biol. Duckworth,London: 151-165Groves, CP., 2001. Primate Taxonomy.Smithsonian Institution Press,Washington - LondonGursky, S. 1998a. The ConservationStatus of Two Sulawesian TarsierSpecies: Tarsius spectrum andTarsius dianae. Primate Cons.18:.88-91.Gursky, S. 1998b. Conservation Statusof the Spectral Tarsier Tarsiusspectrum: Population Density andHome Range Size. Folia Primatologica69(suppl. 1): 191-203.Gursky, S. 2000a. Sociality in theSpectral Tarsier, Tars ius spe ctrum.Amer J. Primatology 5l:89-101.Gursky, S. 2002c. The BehavioralEcology of the Spectral Tarsier,Tarsius spectrum. EvolutionaryAnthropologr ll : 226-234.Gursky, S. 2003b. Teritoriality in theSpectral Tarsier, Tar s ius sp e ctrum.ln: Wright, P.C., E.L. Simons, S.Gursky (Eds.). 2003. Tarsiers:Past, Present, and Future (RutgersSeries in Human evolution).419


Yustian, Merker & MuehlenbergRutgers University Press, NewJersey, London. 221- 236.Gursky, S.2006. The Spectral Tarsier(Printate Field studiesl. PearsonPrentice Hall, Upper Saddle River,New Jersey.Hill, WCO. 1955. Printates,Comparative Anatomy andTaxonomy II: Haplorhini, Tarsioidea.Edinburgh University Press,Edinburgh.IUCN 2008. 2008 IUCN Red List ofThreatened Species. . Downloaded on 02November 2008.Kenward, R. 1987. Wildlife RadioTagging: Equipment, Field Techniquesand Data Analysis. AcademicPress, Cambridge, New York.MacKinnon, JR. & KS. MacKinnon.1980. The behaviour of wildspectral tarsiers. International J.Printatol. l:361-379.Merker, S. 2003. Vom Aussterbenbedroht oder anpassungsfaehig?-Der Koboldmaki Tarsius dianae inden Regenwaeldern Sulawesis.PhD Dissertation. Center forNature Conservation, GoettingenUniversity, Goettirrgen.Merker, S. 2006. Habitat-SpecificRanging Patterns of Dian's Tarsiers(Tarsius dianae) as Revealed byRadiotracki ng. Anteri. J. Primatol.68: I I l-125.Merker, S., I. Yustian, & M.Mi.ihlenberg.2004: Losing Ground But Still DoingWell:, Tarsius dianae in Human-Altered Rainforests of CentralSulawesi, Indonesia. In: Gerold, G..M. Fremerey, E. Guhardja (Eds.).2004. Land Use, Nature Conservationand the Stability ofRainforest Margins in Southeastlsia. Springer, Berlin: 299-3ll.Merker, S., I. Yustian, & M. Miihlenberg.2005. Responding to forestdegradation: altered habitat use byDian's tarsier Tarsius dianae inSulawesi, Indonesia. Oryx 39(2):189-19s.Natus, IR. 2005. Biodiversity andEndemic Centres of IndonesianTerrestrial Vertebrates. PhD.Dissertation. Fachbereich VI(Geograpliie/Geowi ssenschaften),Trier University. Trier.Neri-Arboleda. I.. P. Stott & NP.Arboleda. 2002. Home Ranges,Spatial Movements and HabitatAssociatior.rs of the Philippinetarsier (Tarsius syrichta) inCorella, Bohol. Journal ofZoology 257: 381 -402.Niemitz, C. 1979. Outline of theBelravior of Thrsius bancanus.In:Doyle, G. A. & R.D Martin (Eds.).1979. The Study of ProsimianBehavior, Academic Press, NewYork: 63 l-660.Niemitz, C. (Ed.). 1984. Biology ofTarsiers. Gustav Fischer Verlag,StuttgartParmenter, RR., TL. Yates, DR.Anderson, KP. Burnham, JL.Dunnum, AB. Franklin, MT."Friggens, B.C. Lubow, M. Miller,GS. Olson, CA. Parmenter, J.Pollard, E. Rexstad, TM. Shenk,TR. Stanley & GC. White. 2003.Smal-Mammal Density Estimation:A Field Comparison Of Grid-Based'+Q0t


Luas Daerah Jelajah dan Estimasi Kepadatan Populasi Tarsius bancanusVs. Web-Based Density Estimators.Ecological Mopographs 73(l): l-26.Shekelle, M., & SM. Leksono. 2004.Strategi Konservasi di PulauSulawesi dengan MenggunakanTarsius sebagai Flagship Spesies(Conservation strategy in SulawesiIsland using Tarsizs as FlagshipSpecies). Biota 9 (1): 1-10.Supriatna J., I. Wijayanto, BO.Manullang, D. Anggraeni, Wiratno,S. Ellis. 2002. The State of Siegefor Sumatra's Forest and ProtectedAreas: Stakeholders view durirrgdevolution, and political pluseconomic crises in Indonesia.Pro ce edings of IUCN/V|.C PA- EA-4 Taipei Conference. March 18-, 23,2002.Taipei: 439-458.Tremble, M., Y. Muskita&.J. Supriatna.1993. Field Observations of Thrsiusdianae at Lore Lindu NationalPark, Central Sulawesi, Indonesia.Tropical Biodiversity l: 67-76.White, GC. & RA. Garrott. 1990.Analysis of Wildlife Radio-Tracking Data. Academic Press,San Diego.Whitten, T., SJ. Damanik, J. Anwaq N.Hisyam. 2000. The Ecology ofSumatra, The Ecology oflndonesiaSeries Vol. I. Periplus Editicns(HK) Ltd. Singapore.Wright, PC., D. Haring, E.L. Simons &P. Andau, 1987. Tarsiers: Aconservation perspectiv e. PrimateCons 8:51-54.Yustian, 1.2007 . Ecology and ConservationStatus of Tarsius bancanussaltator on Belitung Island,Indonesia. Ph.D. Disserta-tion.Center for Nature Conservation,Goettingen University, CuvillierVerlag, Goettingen.421

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!