13.07.2015 Views

Antropologi dari Masa ke Masa

Antropologi dari Masa ke Masa

Antropologi dari Masa ke Masa

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Secara sinkronis kita dapat melihat bahwa makna <strong>ke</strong>budayaan dapat dlihat pada tigarelasi yakni <strong>ke</strong>budayaan layaknya tata bahasa (culture as grammar), <strong>ke</strong>budayaanlayaknya terjemahan bahasa (culture as translation) dan <strong>ke</strong>budayaan sebagai wacana(culture as discourses) (Barnard 2000: 175). Pada tataran pertama <strong>ke</strong>budayaan yangdianalogikan dengan tata bahasa dapat kita lihat pada karakteristik karya-karya besarLevis Staruss yang bernada struktural <strong>Antropologi</strong>. Baginya <strong>ke</strong>budayaan dan masyarakatmempunyai bentuk akar yang dapat dianalogikan dengan tata bahasa <strong>dari</strong> sebuah bahasaitu sendiri, pendekatan ini dilakukan khususnya pada tata <strong>ke</strong>budayaan. Secara implisit halini terdapat juga pada karya besar Radcliffe-Brown, Structure and Function in PrimitiveSociety (1952), dimana ia melihat bahwa masyarakat dan <strong>ke</strong>budayaan layaknya sebuahorgansime biologis terstruktur dan saling berpengaruh. Karakteristik <strong>ke</strong>dua yakni cultureas translation, terlihat pada beberapa hasil penelitian Evans Pritchard yang melihat<strong>ke</strong>budayaan asing (alien culture) layaknya bahasa asing (foreign language), sehingga<strong>ke</strong>budayaan menjadi lebih familiar, berbagai istilah asing atau <strong>ke</strong>budayaan luar harusditranslasi atau diterjemahkan <strong>ke</strong> dalam bentuk pemahaman pemilik suatu budaya yangmerasa asing tersebut. Ketiga, adalah culture as discourses dapat kita lihat pada beberapakarya pemikiran dan penelitian Clifford Geertz dimana ia menggunakan simbol dalammemahami bentuk komunikasi dan tindakan dalam suatu komunikasi.Dinamika Per<strong>ke</strong>mbangan <strong>Antropologi</strong> InggrisMunculnya masa pencerahan di Eropa pada abad pertengahan, menempatkan antropologisebagai bagian <strong>dari</strong> doktrin-doktrin ilmu pengetahuan yang menggantikan <strong>ke</strong>beradaanTuhan sebagai wacana dominan. <strong>Masa</strong> ini juga di<strong>ke</strong>nal dengan pemenuhan hasratmanusia akan rasa ingin tahu terhadap permasalahan dunia yang demikian besar. Dalamdunia antropologi pemenuhan rasa ingin tahu tersebut dilakukan dengan mengkoleksibenda-benda antik, koin, dan mengunjungi masyarakat di pedalaman, seperti yangdilakukan oleh antropolog klasik EB. Taylor, J.G Frazer dan Franz Boas.Jika ditarik <strong>dari</strong> akar filosofi antropologi dan ilmu sosial, yang sedikit terlupakan adalahAuguste Comte, seorang murid filosof Saint Simon. Ia bukan hanya pioner <strong>dari</strong>berdirinya Sosiologi, yang pada awalnya bernama fisiologi sosial, melainkan juga berjasauntuk menurunkan pendekatan studi tentang <strong>ke</strong>seluruhan mentalitas manusia, jugatermasuk hubungan kognitif dengan <strong>ke</strong>adaan per<strong>ke</strong>mbangan sosial, ekonomi dan politik.Comte pulalah yang menggagas munculnya kajian evolusi <strong>dari</strong> <strong>dari</strong> perspektif sosial.Kemudian, pemikiran besarnya mengenai per<strong>ke</strong>mbangan manusia <strong>dari</strong> fase teologi ataufiksi menuju metafisis abstrak dan berakhir pada saintifik positivis yang mempengaruhipemikiran para sosiolog Prancis seperti Durkheim, Marcel Mauss dan Levy Bruhl, dan diInggris seperti John Stuart Mill dan Herbert Spencer. Sebagai ilmu positivitistik, Comtemenekankan metode komparatif <strong>ke</strong>tika melihat database, yang <strong>ke</strong>mudian digunakanetnografer dalam menentukan fakta <strong>dari</strong> observasi dan eksperimentasi. Kesimpulanbesarnya adalah antropologi lahir <strong>dari</strong> penggabungan antara sejarah progresifitas manusia(baca: evolusi sosial) dan data etnografi yang dikumpulkan. Pengumpulan data etnologipada abad sembilan belas ini lebih menyerupai koleksi database dan materi yang jugadilakukan zoolog, botani, paleontolog dan geolog. Karena itu para pakar antropologi diabad sembilan belas lebih merupakan intelektual belakang meja yang menganalisis hasil

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!