13.07.2015 Views

Fenomena Kelompok Perguruan Silat di Kabupaten Ponorogo

Fenomena Kelompok Perguruan Silat di Kabupaten Ponorogo

Fenomena Kelompok Perguruan Silat di Kabupaten Ponorogo

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Fenomena</strong> <strong>Kelompok</strong> <strong>Perguruan</strong> <strong>Silat</strong> Di <strong>Kabupaten</strong> <strong>Ponorogo</strong> SebuahAnalysis Pieces ∗ .Latar BelakangKasus yang melibatkan perkelahian antar perguruan silat <strong>di</strong> wilayah <strong>Kabupaten</strong> <strong>Ponorogo</strong> PropinsiJawa Timur mulai merebak pada awal tahun 2000 an. Sebagai suatu <strong>Kabupaten</strong> <strong>di</strong> wilayahKaresidenan Ma<strong>di</strong>un, <strong>Ponorogo</strong> se<strong>di</strong>kit banyak juga terkena imbas dari perkembangan kelompokperguruan silat yang berpusat <strong>di</strong> Ma<strong>di</strong>un. Kasus perkelahian kelompok silat ini sempat menyitaperhatian berbagai kalangan masyarakat yang ada <strong>di</strong> wilayah <strong>Ponorogo</strong> dan sekitarnya karenadampak yang <strong>di</strong>timbulkan atas kasus konflik semacam ini cukup besar <strong>di</strong>rasakan oleh kalangananggota masyarakat dari berbagai lapisan.Sejarah Setia HatiOrganisasi silat yang terlibat dalam konflik tersebut adalah 2 perguruan silat Setia Hati (SH) yaitu SHTerate dan SH Winongo yang kesemuannya berpusat <strong>di</strong> Ma<strong>di</strong>un. Kedua perguruan tersebut awalnyamerupakan satu perguruan yaitu Setia Hati (<strong>di</strong>awali ber<strong>di</strong>rinya Sedulur Tunggal Kecer) yang ber<strong>di</strong>ri <strong>di</strong>kampung Tambak Gringsing Surabaya oleh KI Ngabei Soero Diwiryo dari Ma<strong>di</strong>un pada tahun1903. 1 Pada tahun tersebut KI Ngabei belum menamakan perguruannya dengan nama Setia Hatinamun, bernama “Joyo Gen<strong>di</strong>lo Cipto Mulyo” hanya dengan 8 orang siswa, <strong>di</strong>dahului oleh 2 orangsaudara yaitu Noto/Guna<strong>di</strong> (a<strong>di</strong>k kandung KI Ngabei sen<strong>di</strong>ri) dan kenevel Belanda.Baru pada tahun 1917 saat ada pasar malam <strong>di</strong> alun-alun Ma<strong>di</strong>un para siswa Joyo Gen<strong>di</strong>lo CiptoMulyo mendemontrasikan pencak silat, banyak orang yang kagum dan menja<strong>di</strong>kan nama perguruantersebut popular <strong>di</strong> masyarakat sehingga siswanya pun menja<strong>di</strong> banyak. Atas saran dari saudara KINgabei nama Joyo Gen<strong>di</strong>lo <strong>di</strong>rubah menja<strong>di</strong> Setia Hati yang bertujuan kekeluargaan, keluhuranbu<strong>di</strong>, dan keutamaan. KI Ngabei menyetujuinya 2 .Pen<strong>di</strong>ri perguruan tersebut meninggal pada tanggal 10 November 1944 dalam usia 75 tahun, denganmeninggalkan wasiat supaya rumah dan pekarangannya <strong>di</strong>wakafkan kepada Setia Hati dan selama buNgabei Soero Diwiryo masih hidup tetap menetap <strong>di</strong> rumah tersebut dengan menikmati pensiondari perguruan tersebut. KI Ngabei <strong>di</strong>makamkan <strong>di</strong> Desa Winongo Ma<strong>di</strong>un dengan batu nisangarnit dengan <strong>di</strong>kelilingi bunga melati. Dan oleh berbagai kalangan makam Ki Ngabei <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kanpusat dari perguruan Setia Hati“….Pusatnya <strong>di</strong> Desa Winongo Ma<strong>di</strong>un…” 3( Koor<strong>di</strong>nator Cabang SH Terate <strong>Ponorogo</strong>/ 12 April 2003)Konon kabarnya Ki Ngabei Soero Diwiryo mempunyai 2 orang murid kesayangan yang sejaksepeninggal Ki Ngabei Soero Diwiryo terja<strong>di</strong> pertentangan ideologi ke-SetiaHati-an <strong>di</strong>antara keduamurid tersebut yang mengakibatkan pecahnya perguruan tersebut menja<strong>di</strong> 2 yaitu SH Winongo yangtetap berpusat <strong>di</strong> Desa Winongo dan SH Terate <strong>di</strong> Desa Pilangbangau Ma<strong>di</strong>un 4∗ Tulisan ini <strong>di</strong>tulis oleh Endro Probo, salah satu Peneliti pada Conflict Research Team Worldbank. Tulisanmerupakan bagian dari laporan besar dari penelitian Conflict Negoitation Study.1 KUMPULAN MATERI KE-SH-AN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE, DIEDARKAN OLEHKOPERASI TERATE MANUNGGAL PONOROGO HAL 42 ibid3 IBID4 IBID HAL 8


“SH kuwi bibit kawite mung siji, salah siji muride nyempal dhewe merga rumangsa ora<strong>di</strong>sayang karo gurune akhire ngedhekne perguruan dhewe jenenge Winongo kuwi”(SH(setia hati) asal mulanya satu perguruan, salah satu muridnya keluar karena merasa tidak<strong>di</strong>perhatikan oleh gurunya, akhirnya men<strong>di</strong>rikan perguruan sen<strong>di</strong>ri namanya Winongo).(Pelatih SH Terate Sampung/08 April 2003)Ideology Setia HatiBerdasarkan Kumpulan Materi Ke SH-an Persaudaraan Setia Hati Terate, <strong>di</strong>katakan KI NgabeiSoero Diwiryo sebagai keturunan dari Bethoro Katong 5 <strong>di</strong> <strong>Ponorogo</strong>, putra Raja Brawijaya <strong>di</strong>Majapahit. Setia Hati itu sen<strong>di</strong>ri merupakan akronim dari syair Jawa yang berisi falsafah hidup dankehidupan dalam pandangan kebatinan Jawa 6 (Kejawen). Akronim tersebut ter<strong>di</strong>ri atas;SETIASetyo Budyo, Sinupeket SingsetTiniti Aliring Tindak TinatiHanggayuh Pandeme NgawiryoHATIHamarsu<strong>di</strong> Handaraning WiwohoTinulato Ing Reh MengestutiDalam bahasa Indonesia syair tersebut berarti ‘Perilaku/Kepriba<strong>di</strong>an baik (utama) yang selalu<strong>di</strong>pegang teguh senantiasa mengiringi langkah dalam menjalani hidup untuk menggapai keutamaandalam rangka menciptakan kedamaian dunia’ Falsafah tersebut selanjutnya menja<strong>di</strong> inti dari ajaranSetia Hati. Beberapa hal yang penting dalam ajaran Setia Hati adalah.Box. 1. Ajaran Setia Hati1. Orang SH itu tego larane, ora tega patine (welas asih)2. Orang SH tidak pernah kesepian3. Orang SH itu tidak mengenal jalan buntu dalam menghadapi segala hal-hal yang sulit, kesukaranmemang berat, tetapi <strong>di</strong>anggap sebagai kebiasaan4. Orang SH tidak boleh cepat marah, segala sesuatunya harus <strong>di</strong>pikirkan masak-masak terlebih dahulu.5. Sesekali <strong>di</strong>am, bila ada soal yang sulit, harus menja<strong>di</strong> pelopornya6. Semua berita/laporan sebaiknya <strong>di</strong>dengarkan dahulu, tetapi belum tentu <strong>di</strong>masukkan dalam hati.7. Seseorang dapat berbuat dosa tanpa berbuat sesuatu8. Wong iku yen <strong>di</strong>wenehi patine ketemu uripe, <strong>di</strong>wenehi rekasane sing ketemu begjane, yen <strong>di</strong>oyak kesenangane ketemucilakane (manusia itu apabila <strong>di</strong>beri mati ketemu hidupnya, <strong>di</strong>beri kesusahan ketemu kebahagiaan,apabila yang <strong>di</strong>kejar kesenangannya ketemu celakanya)9. Di SH tidak ada system bapakisme, sentralisme, kyaisme dan sebagainya seperti pada pencak silatlainnya.10. Dalam SH <strong>di</strong>sebutkan manusia tidak akan bisa menderita bila manusia itu menuruti panggilan hidup,5 tokoh ini oleh sebagian kalangan masyarakat <strong>Ponorogo</strong> <strong>di</strong>anggap sebagai pen<strong>di</strong>ri dan penyebar agama islam <strong>di</strong>Kabpuaten <strong>Ponorogo</strong>. Lihat juga Social Conflict: Notes from (east) Java oleh Imron Rasyid.6 Opcit KUMPULAN MATERI KE-SH-AN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE. HAL 8


menuruti kehendak alam. SH mempunyai ukuran pandangan hidup yang mendalam. Kenalilah <strong>di</strong>risen<strong>di</strong>ri, dengan mengenal <strong>di</strong>ri sen<strong>di</strong>ri maka anda akan tahu tempat anda sen<strong>di</strong>ri dan fungsi andasen<strong>di</strong>ri. Kalau manusia tidak bahagia, manusia itu tidak dapat menempati tempatnya sen<strong>di</strong>ri. SH<strong>di</strong><strong>di</strong>rikan tidak hanya bahagia sejahtera tetapi bahagia dunia akhirat. Kalau kita kumpul dan makan,maka orang itu baik apabila anda sudah <strong>di</strong>syahkan, tetapi ilmu tidak <strong>di</strong>kembangkan maka andaberdosa. Gagal kalau orang itu tidak berani mengulangi cita-citanya sen<strong>di</strong>ri. Sabar ialah orang yangpercaya pada <strong>di</strong>rinya sen<strong>di</strong>ri artinya <strong>di</strong>a yakin dan yakin pasti cita-citanya tercapai.11. SH <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan untuk tujuan yang lebih luhur, ja<strong>di</strong> SH tidak hanya khusu mempelajari pencak silat saja.Dengan pencak silat akan mempunyai kepercayaan <strong>di</strong>ri sen<strong>di</strong>ri, mempunyai jiwa yang sehat dan kuat.12. Manusia bisa merubah nasibnya asal:• Manusia berpikir sehat.• Berintuisi sehat, perasaan, good feeling. Di SH tidak ada istilah dhisiki kersaning Alloh(mendahului kehendak Tuhan), oleh karena kehendak Allah tidak dapat <strong>di</strong>dahului.13. Manusia yang berbu<strong>di</strong> ialah manusia yang tidak bersalah, tahu berbakti kepada, Tuhan Yang mahaEsa, Ibu dan Bapak, Guru dan sesamanya.14. SH mengenal 2 hukum: Hukum manusia ialah apabila orang itu melanggar tata tertib yang telah<strong>di</strong>tetapkan oleh seseorang kepala, jika <strong>di</strong>langgar akan mendapat hukuman/sangsi. Hukum Tuhanialah apabila orang itu menegakkan agama maka orang itu akan mendapat pahala dan apabila orangitu tidak menganut akan tegaknya/melanggar perintah Tuhan maka orang itu akan berdosa.15. Larangan orang SH:• Tidak boleh menyerang dahulu dalam perkelahian• Tidak boleh merusak pagar ayu/bagus (menganggu istri/suami orang lain)• Tidak boleh moros ijo/merusak poros hijau (sesuatu yang bersifat masih suci)16. Wong urip iku mesti kelangan, lan kudu kena kanggo memayu hayuning bawono artinya berbuatlahsesuatu untuk kebahagiaan masyarakat besar.17. SH tidak tergantung pada suatu agama saja, tetapi mengakui seluruh agama yang baik dan mengakuiadanya Tuhan.18. Apa yang menimpa <strong>di</strong>ri saudara, sesungguhnya sumber dari <strong>di</strong>ri saudara sen<strong>di</strong>ri dan saudara akanmenempati tempat yang saudara anggap kuasa bagi saudara sen<strong>di</strong>ri.19. Pencak silat sering <strong>di</strong> demontrasikan dalam SH karena untuk mengembalikan kepriba<strong>di</strong>an nenekmoyang kita bahwa pencak silat mengandung kesenian dan kepriba<strong>di</strong>an bangsa Indonesia padaumumnyaSetia Hati Terate 7Setia Hati Terate sen<strong>di</strong>ri <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan oleh KI Hajar Hardjo Utomo <strong>di</strong> Desa Pilangbangau Ma<strong>di</strong>un padatahun 1922 atas ijin KI Ngabei Soero Diwiryo sebagai pen<strong>di</strong>ri perguruan Setia Hati 8 . Oleh kalangananggota SH Terate KI Hajar Hardjo Utomo <strong>di</strong>anggap sebagai seorang perintis KemerdekaanRepublik Indonesia. Awalnya KI Hajar Hardjo Utomo menamakan organisasi silatnya dengan nama“Pencak Sport Club” dengan tujuan menanamkan rasa keberanian untuk melawan penjajah Belanda<strong>di</strong> Desa Pilangbangau. 9Pada saat tersebut SH Pilangbangau <strong>di</strong>curigai oleh Belanda sebagai tempat berkumpulnya parapemberontak Indonesia untuk melawan Belanda. Tempat-tempat latihan silat Setia Hati <strong>di</strong>incar7 dalam sub judul ini semua asas, dasar, dan ideology SH Terate <strong>di</strong>kutip dari Kumpulan Materi Ke-SH-anPersaudaraan Setia Hati Terate dan Anggaran dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Persudaraan SH Terate. Buku inihanya <strong>di</strong>edarkan untuk kalangan terbatas pada warga SH Terate.8 Ibid9 Ibid


Belanda dan <strong>di</strong>bubarkan bila <strong>di</strong>ketahui ada latihan pencak silat <strong>di</strong>situ. Sehingga tempat latihannyaberpindah-pindah tempat. Untuk mengelabui Belanda nama SH <strong>di</strong>ganti dengan PSC (Pemuda SportClub) atas kegiatan tersebut KI Hajar Hardjo Utomo <strong>di</strong>tahan oleh Belanda <strong>di</strong> Ma<strong>di</strong>un selama 3tahun. KI Hajar Hardjo Utomo meninggal pada tahun 1952.Pada tahun 1942, masa penjajahan Jepang atas usul dari anggota SH PSC yang bernama SuratnoSurengpati nama PSC <strong>di</strong>ganti Setia Hati Terate dengan dasar tanpa organisasi. Baru pada tahun1948, atas saran dari anggota SH Terate yang lain bernama Soetomo Mangkujoyo, Jendro Darsono,Sumaji <strong>di</strong>adakan konferensi SH Terate yang pertama <strong>di</strong> Pilangbangau <strong>di</strong> rumah Hardjo Utomodengan hasil SH Terate menja<strong>di</strong> organisasi secara formal dengan <strong>di</strong>dasarkan atas asas:1. Peraudaraan SH Terate berdasarkan i<strong>di</strong>il Pancasila, landasan structural UUD 45 negara RI2. Persaudaraan SH Terate berasaskan persaudaraan atau kekeluargaan yang kekal,keolahragaan, kesenian, bela<strong>di</strong>ri pencak silat, dan kerokhanian3. Persaudaraan SH Terate tidak berafiliasi/memihak pada aliran politik manapun.Persaudaraan dalam hal ini <strong>di</strong>artikan sebagai ikatan batin yang kuat yang tidak membedakan yangkaya dan yang miskin. SH Terate bertujuan untuk:1. Mempertinggi rasa keTuhanan Yang Maha Esa.2. Mempetinggi seni budaya pencak silat dengan berpedoman pada ajaran dan wasiatpersaudaraan SH Terate.3. Mempertebal rasa cinta kasih pada sesamanya atau Asih sepadha padhane tumitah.4. Menanamkan jiwa ksatria, cinta tanah air dan bangsa.5. Mempertinggi mental/spiritual dan fisik bangsa Indonesia pada umumnya dan warga SHTerate pada khususnya.6. Mempertebal kepercayaan pada <strong>di</strong>ri sen<strong>di</strong>ri atas dasar kebenaran.7. Ikut serta men<strong>di</strong><strong>di</strong>k manusia untuk menja<strong>di</strong> baik dan luhur yang tahu benar dan salah sertaberjiwa Pancasila.Atas dasar tersebut manusia yang berbu<strong>di</strong> luhur dalam SH Terate <strong>di</strong>artikan sebagai manusia yang• Mengenal Tuhan• Bisa mementingkan keperluan orang lain/umum• Orang SH dalam hal remeh mengalah, tetapi dalam hal yang prinsip <strong>di</strong>pertahankan• Memayu hayuning bawana (menciptakan perdamaian dengan alam sekitar)• Empan papan (dapat menempatkan <strong>di</strong>ri)Pepatah dalam SH Terate mengatakan, bahwa manusia bisa <strong>di</strong>hancurkan, bisa <strong>di</strong>matikan, tetapimanusia itu tidak dapat <strong>di</strong>kalahkan selama manusia itu masih setia pada hatinya sen<strong>di</strong>ri atau ber-SHpada hatinya sen<strong>di</strong>ri. Sen<strong>di</strong>ri dalam konteks tersebut <strong>di</strong>artikan sebagai lebih baik mati daripada kalah,atas dasar tersebutlah terdapat semboyan <strong>di</strong> SH Terate dalam menghadapi lawan yang berbunyi:“Cilik ora kurang bakal, Gedhe ora torah bakal waton kena dak ingeti ora ilang dak kedhe<strong>di</strong> isih wujudmanungsa ora bakal mundur. Kewan. gelut kalah gedhe kalah, nanging manungsa gelut kalah gedhe durung mestiyen kalah amarga manungsa iku duwe akal lan bu<strong>di</strong>.” (Kecil tidak kurang kemampuan, besar tidakmemiliki kelebihan selama dapat <strong>di</strong>lihat tidak hilang, <strong>di</strong>ke<strong>di</strong>pkan mata masih dalam wujud manusiatidak akan mundur. Hewan berkelahi kalah besar kalah, namun manusia berkelahi kalah besar belumtentu kalah karena manusia memiliki akal dan bu<strong>di</strong>).


Dari landasan-landasan yang tersebut <strong>di</strong>atas terdapat larangan-larangan yang harus <strong>di</strong>taati olehseluruh anggota SH Terate dalam bentuk wasiat SH Terate yang biasa <strong>di</strong>kenal dengan istilah pepacuh(larangan) yang berisi:Pasal 1: Warga Setia Hati Terate (SHT) harus:1. Berbakti kepada Tuhan, orang tua dan gurunya2. Menjaga kebaikan nama warga SHT pada umumnya3. Bersikap ksatria dan tetap pen<strong>di</strong>riannya4. Ber<strong>di</strong>ri <strong>di</strong>atas keadalian kebenaran dan tidak boleh memihak sebelah5. Berani karena benar dan takut karena salah6. Menjaga ketentraman dan menjunjung tinggi nusa dan bangsa dengan penuh kesetiaan hatidan kecintaan7. Membuktikan sebagai bangsa yang merdeka8. Melenyapkan sikap mementingkan <strong>di</strong>ri sen<strong>di</strong>ri9. Kekal dalam persaudaraannya dan menguatkan semangat tolong menolong <strong>di</strong>antara sesamabangsa Indonesia terutama sesama anggota SHTPasal 2: Warga SHT tidak boleh:1. Memberi pelajaran pencak silat SHT tanpa surat kuasa dari pengurus pusat dan cabang2. Sombong dan membuat sakit hati sesamanya3. Tidak boleh menunjukkan kepandaiannya <strong>di</strong> muka umum yang hingga dapat membuat sakithati orang lain4. Tidak boleh menunjukkan kepandaiannya <strong>di</strong>mana tidak berguna5. Menerima segala sesuatu yang tidak syahPasal 3: Warga SHT <strong>di</strong>larang:1. Berkelahi sesame warga SHT2. Merusak pagar ayu (karahayon)3. Merusak pupus hijau (sesuatu yang masih dalam keadaan suci)4. Merampas dam memiliki hak orang lainPasal 4: Warga (semua warga) Persaudaraan Setia Hati Terate harus memegang teguh wasiat SHT.Setia Hati Terate mengembangkan <strong>di</strong>rinya sebagai suatu organisasi persaudaraan/sosial yang mapan,dengan silat sebagai olah raga bela <strong>di</strong>rinya. Mapan dalam artian organisasi tersebut memiliki aturanaturanberupa Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), dalam mengikat anggotaorgansasinya. Oleh kalangan elite organisasi Setia Hati Terate tidak mau <strong>di</strong>sebut sebagai suatuperguruan silat mereka menyebut <strong>di</strong>rinya sebagai suatu organisasi yang bernama Terate dengan silatsebagai olah raga bela <strong>di</strong>rinya <strong>di</strong>bawah satu perguruan bernama Setia Hati, seperti yang <strong>di</strong>katakanoleh informan,“Terate sebuah organisasi, perguruannya Setia Hati dan pencak silat adalah bela<strong>di</strong>rinya….” 10 ( Koor<strong>di</strong>nator Cabang SH Terate <strong>Ponorogo</strong>/ 12 April 2003)Organisasi ini mempunyai struktur kepengurusan yang sangat jelas mulai dari tingkat Pusat <strong>di</strong>Ma<strong>di</strong>un hingga ke tingkat rayon (Desa).10 IBID


“….Beda dengan Terate semuanya jelas mulai dari tingkat cabang <strong>di</strong> <strong>Kabupaten</strong>, ranting<strong>di</strong> Kecamatan, dan rayon <strong>di</strong> tingkat Desa semua ada pengurusnya, ….” 11( Koor<strong>di</strong>nator Cabang SH Terate <strong>Ponorogo</strong>/ 12 April 2003)Hal tersebut yang membedakan keberadaan SH Terate dengan SH Winongo. Pada SH Teratesifatnya berorganisasi dan setiap 2 tahun sekali mengadakan kongres untuk menyamakan teknik dankebaktian. Berorganisasi artinya bukan berorganisasi politik , SH tidak bernaung pada organisasipolitik. Di SH Terate harus mengalami ujian-ujian serta memenuhi senam dan jurus baru dapat<strong>di</strong>syahkan sebagai warga SH Terate tingkat I. Sedangkan SH Winongo sifatnya tidak berorganisasi,pada SH Winongo begitu ada orang masuk menja<strong>di</strong> anggota langsung <strong>di</strong>syahkan. Namun secaraideology baik Terate maupun Winongo sama-sama menganut ajaran Setia Hati yang <strong>di</strong>kembangkanoleh KI Ngabei Soero Diwiryo.Struktur Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate Tahun 2000-200511 IBID


Parapatan LuhurDewanPertimbangan PusatPengurusPusatParapatan CabangDewanPertimbanganCabangPengurusCabangParapatan Ranting &KomisariatPengurus Ranting&KomisariatPengurusRayon/TempatLatihanPengurusRayon/TempatLatihanPengurusRayon?TempatLatihanStruktur Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat Pusat


Parapatan LuhurDewanPertimbanganPusatKetua Umum PusatKetua I-VSekretaris UmumSekretaris I-IIBendahara IBendahara IIDepartemenOrganisasi DanKeanggotaanDepartemenPencak<strong>Silat</strong>SeniDanKepelatihanDepartemenPencak<strong>Silat</strong>OlahRagaDanBelaDiriDepartemenPembinaanWargaDepartemen DanaDanKesejahteraanDepartemenPenelitian DanPengembananPencak<strong>Silat</strong>DepartemenUmumStruktur tertinggi dalam organisasi SH Terate adalah Parapatan Luhur sebagai suatu kedaulatanorganisasinya.Parapatan Luhur adalah forum musyawarah tertinggi Persaudaraan Setia Hati Terate<strong>di</strong> tingkat pusat/nasional. Parapatan Persaudaraan Setia Hati Terate ter<strong>di</strong>ri dari:• Parapatan Luhur tingkat pusat/nasional• Parapatan Cabang tingkat kota/kabupaten/wilayah tertentu.• Parapatan Ranting tingkat kecamatan• Parapatan Komisariat tingkat perguruan tinggi/luar negeri.Masing-masing Parapatan tersebut <strong>di</strong>adakan sekali dalam 5 tahun sebagai forum musyawarahpengambilan keputusan <strong>di</strong> setiap structural organisasi.Lambang Persaudaraan SH Terate berupa lambang berbentuk persegi empat panjang (ukuran 3:2)dengan dasar warna hitam. Lambang hati berwarna putih bersinar dan bertepi merah terletak tepat


<strong>di</strong>tengah-tengah. Disebelah kiri lambang hati terlukis garis ber<strong>di</strong>ri tegak lurus berwarna putih<strong>di</strong>tengah merah. Dibawah lambang hati yang terletak <strong>di</strong>tengah terdapat bunga Terate berwarnaputih, berdaun dan terletak <strong>di</strong>atas permukaan air, sedangkan bunganya ter<strong>di</strong>ri dari kuncup, setengahmekar, dan mekar. Sinar putih yang memancar dari lambang hati. Didalam lambang terdapat lukisansenjata yang bercirikan pencak silat yaitu: belati, pedang trisula, toya dan rambik, denganpenempatan sebagai berikut:‣ Toyak <strong>di</strong>atas tulisan Persaudaraan‣ Belati dan Rambik <strong>di</strong>atas lukisan/gambar hati‣ Trisula <strong>di</strong>bawah lukisan/gambar bunga Terate.‣ Pedang <strong>di</strong>samping lukisan/gambar hatiDalam lambang tersebut tertulis atau tersurat kata-kata “Persaudaraan Setia Hati Terate” denganpenempatan sebagai berikut: Tulisan : Persaudaraan terletak <strong>di</strong>atas lukisan /gambar Hati Tulisan : Setia, terletak <strong>di</strong>sebelah kiri lukisan /gambar Hati Tulisan : Hati, terletak <strong>di</strong>sebelah kanan lukisan /gambar Hati Tulisan : Terate, terletak <strong>di</strong>bawah lukisan /gambar Bunga TerateLambang Persaudaraan mengandung makna yang sangat dalam <strong>di</strong>awali:‣ Bentuk lambang segi empat artinya: 4 kiblat 5 pancer (<strong>di</strong>hati) yang <strong>di</strong>miliki manusia yangberisi: Cipta, Rasa, Karsa, Jiwa, dan Badan. Kelima hal tersebut dapat seimbang, makamanusia akan dapat berkarya.‣ Dasar hitam melambangkan bahwa dalam persaudaraan SH adalah kekal aba<strong>di</strong>, persaudaraanyang <strong>di</strong>maksud adalah seperti saudara sekandung.‣ Hati berwarna putih tepi berwarna merah artinya kesucian hati dan rasa kasih saying yangada batasnya pada orang SH yang hatinya harus selalu suci, dalam arti tidak mamu memilikibarang yang tidak sah.‣ Hati yang bersinar berarti <strong>di</strong>manapun orang SH berada harus memancarkan kasihsayang/kasih sapadha-padhane tumithah (sesama manusia).‣ Bunga Terate, melambangkan suatu bunga yang bisa hidup <strong>di</strong>segala tempat, suatu symbolbagi orang SH itu harus bisa hidup, dan ter<strong>di</strong>ri dari segala lapisan masyarakat, namun tetapsatu seperti saudara sekandung.‣ Pita <strong>di</strong>sebelah kanan berwarna putih garis tengah cerah mengandung arti orang SH harusber<strong>di</strong>ri tegak <strong>di</strong>tengah-tengah keadlian dan kebenaran.‣ Senjata, artinya <strong>di</strong> SH <strong>di</strong>beri pelajaran bela<strong>di</strong>ri brupa pencak silat.‣ Tulisan Persudaraan mengandung makna dalam SH yang <strong>di</strong>utamakan adalahpersaudaraannya sedangkan pencak silat hanya sebagai tali pengikat untuk memperkuat talipersaudaraan.Dasar utama yang menja<strong>di</strong> landasan utama organisasi SH Terate <strong>di</strong>sebut dengan Panca Dasar SetiaHati Terate yang berisi:1. Persaudaraan, ialah kumpulan manusia yang menganggap orang lain menja<strong>di</strong>keluarga sen<strong>di</strong>ri (seperti saudara sekandung)2. Olah Raga, ialah manusia itu jasmaninya harus <strong>di</strong>jaga, <strong>di</strong>openi (<strong>di</strong>rawat). Ja<strong>di</strong> jikaberolah raga janganlah terlalu payah dan janganlah <strong>di</strong>am saja.3. Kesenian, ialah <strong>di</strong>ambil dari keindahannya, ja<strong>di</strong> orang SH harus tahu seni dankeindahan.


4. Bela Diri, ialah sangat berguna untuk menegakkan kea<strong>di</strong>lan, membela kelestarianhidup. Pembelaan <strong>di</strong>ri tidak hanya dengan pencak silat saja, dengan cara ramahtamah, sopan santun juga suatu bela <strong>di</strong>ri.5. Kebatinan, ialah sumber asas Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai bu<strong>di</strong> luhurguna kesempurnaan hidup.Anggota organisasi SH Terate lebih <strong>di</strong>kenal dengan istilah warga 12 . Berasal dari kata:‣ Wani Amarga (berani karena), dalam membela kebenaran.‣ We<strong>di</strong> Amarga (takut karena), melakukan kesalahan (dosa).‣ Wibawa Amarga (berwibawa karena) perkataan, tingkah laku dan perbuatan.Sehingga untuk menja<strong>di</strong> seorang warga harus bisa membela kebenaran dan takut berbuat dosa,sehingga bila perbuatan seorang warga itu selalu baik maka akan menimbulkan kewibawaan pada<strong>di</strong>rinya. Untuk menja<strong>di</strong> warga harus melalui proses ujian-ujian (inisiasi) dan persyaratan yang telah<strong>di</strong>tetapkan oleh organisasi. Dalam anggaran dasar dan rumah tangga SH Terate <strong>di</strong>katakan bahwaseorang warga ialah anggota yang telah <strong>di</strong>sahkan (sah-sahan) sesuai dengan tata cara yang berlakupada organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Yang dapat <strong>di</strong>sahkan menja<strong>di</strong> warga adalah harussudah berusia 17 tahun keatas terhitung pada saat bulan <strong>di</strong>laksanakan pengesahan bagi putra, danberusia 14 tahun bagi putri dan sudah mencapai 35 jurus serta telah memenuhi persyaratan lain yang<strong>di</strong>tetapkan dengan melalui testing, <strong>di</strong>ajukan kepada pengurus pusat untuk dapat <strong>di</strong>sahkan menja<strong>di</strong>warga. Proses pengesahan warga menggunakan ritual yang berlaku dalam alam kebatinan ajarankejawen dan <strong>di</strong>laksanakan pada setiap bulan suro 13Keuangan Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate, <strong>di</strong>peroleh dari:Untuk pusat <strong>di</strong>peroleh dari:‣ Uang mahar 14 dan pengesahan calon warga.‣ Sumbangan warga‣ Sumbangan dan bantuan yang syah serta tidak mengikat.Sedangkan untuk tingkat cabang, berasal dari,‣ Iuran siswa‣ Iuran warga‣ Sumbangan dan bantuan yang syah serta tidak mengikatTipologi KonflikAtas dasar ideology tersebut <strong>di</strong>atas maka tidak heran apabila berbagai kelompok organisasi silat yangsejenis menjamur pada kultur masyarakat yang agraris seperti halnya masyarakat <strong>Ponorogo</strong> padaumumnya dan masyarakat <strong>di</strong> Kecamatan Sampung maupun Badegan pada khususnya. Pada tipologimasyarakat yang demikian anggota masyarakatnya jarang sekali <strong>di</strong>temukan kesibukan lain selainmereka bertani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga ketika kelompok silat masuk dalamkehidupan mereka <strong>di</strong>anggap sebagai suatu kesibukan baru <strong>di</strong>luar rutinitas mereka sehari-hari.Ditunjang lagi kebanyakan ideology dari kelompok silat tersebut <strong>di</strong>kemas dalam suatu alam12 istilah ini juga brlaku pada anggota kelompok silat yang terdapat <strong>di</strong> wilayah <strong>Ponorogo</strong>13 pada masyaratakat jawa bulan suro merupakan salah satu bulan dalam penanggalan Jawa, suatu bulan yang <strong>di</strong>anggapsaat tepat untuk melakukan proses penyucian <strong>di</strong>ri manusia. Biasanya pada bulan ini <strong>di</strong> kalangan masyarakat Jawa tidakpernah <strong>di</strong>temui acara-acara yang berkaitan dengan daur hidup manusia (life cycle) seperti Khitanan maupun hajatanperkawinan.14 uang mahar adalah uang koin nominal rp. 1000 berjumlah 36 buah dari para calon siswa yang <strong>di</strong>tempelkan padasebuah kain yang melambangkan 36 jurus yang harus <strong>di</strong>kuasai oleh setiap calon warga. Uang tersebut selanjutnya<strong>di</strong>berikan kepada pihak pengurus pusat organisasi.


kebatinan kejawen, yang relative familiar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut.Implikasinya masyarakat banyak yang menja<strong>di</strong> bagian dari kelompok silat yang terdapat<strong>di</strong>lingkungaannya masing-masing.Tidak ada data secara resmi berapa jumlah warga masing-masing kelompok silat yang ada dan sejakkapan berbagai organisasi silat tersebut masuk ke wilayah <strong>Ponorogo</strong>. Yang bisa <strong>di</strong>ketahui bahwakonflik antar perguruan terutama Setia Hati mulai meledak ke permukaan pada sekitar tahun 1998 <strong>di</strong><strong>Ponorogo</strong>. Alasan yang menja<strong>di</strong> penyebab akan kasus tersebut oleh berbagai kalangan selalu<strong>di</strong>kaitkan dengan kebenaran klaim identitas kepemilikan ke-Setia Hati-an yang <strong>di</strong>miliki baik oleh SHTerate maupun SH Winongo. Sedangkan pemicunya bisa berbagai hal, salah satu hal yang berlakuumum <strong>di</strong> seluruh wilayah <strong>Ponorogo</strong> sebagai pemicu konflik tersebut adalah kesenian Campursari 15 .Mengapa pertunjukan campursari mudah memicu perkelahian antar kelompok silat?"…. Anak kulon pasar (sebelah barat pasar) drop-dropan (datang beramai-ramai) dari<strong>Ponorogo</strong>, mabuk dan bikin masalah dengan anak Terate dari Medang [nama salah satudusun <strong>di</strong> desa Sampung] yang juga sama-sama nonton acara tersebut, plilik-plilikan (salingmelihat), karena sama-sama mabuk mereka berkelahi. …."(Sutrisno [Koor<strong>di</strong>nator Cabang Terate <strong>Ponorogo</strong>, 12 April 2003)Ja<strong>di</strong>, perkelahian antar anggota kelompok silat <strong>di</strong> pertunjukan campursari <strong>di</strong>awali dari datangnyapara anggota kelompok silat secara beramai-ramai, kebanyakan dari mereka datang dalam keadaanmabuk. Selama pertunjukan, mereka pelotot-pelototan dengan anggota kelompok silat yang lain. Jikaemosi sudah naik, maka salah satu dari mereka akan keluar dari arena pertunjukan, itu <strong>di</strong>maknaisebagai undangan untuk berkelahi. Ketika kelompok silat yang lain mengikutinya, maka terja<strong>di</strong>lahperkelahian itu <strong>di</strong> tempat lain, <strong>di</strong> luar arena pertunjukan campursari.Saat ini pertentangan ideologi tersebut <strong>di</strong>kalangan anggota-anggota perguruan SH Terate atau SHWinongo yang lain masih kuat satu sama lainnya untuk saling mengklaim identitas kebenaran SetiaHati yang mereka memiliki“STK(sedulur tunggal kecer(saudara sekandung) sebutan informan untuk SH Winongo)itu adalah organisasi tanpa bentuk karena tidak jelas strukturnya, siapa pengurusnya,<strong>di</strong>mana tempat lainnya, siapa pelatihnya semuanya tidak ada kalo kepingin menja<strong>di</strong>anggota masuk dulu baru latihan itupun kalo mau,….”( Koor<strong>di</strong>nator Cabang SH Terate <strong>Ponorogo</strong>/ 12 April 2003)Perebutan kepemilikan identitas Setia Hati inilah yang memunculkan sentimen-sentimen antaranggota kedua perguruan tersebut yang pada akhirnya selalu menja<strong>di</strong> penyebab terja<strong>di</strong>nyaperkelahian antar anggota kedua perguruan silat SH Winongo dan SH Terate <strong>di</strong>manapun merekaberada.“Mereka itu selalu saja tidak pernah bisa akur (rukun)……”(Tokoh Agama Desa Sampung/07 April 2003)Mengapa sampai terja<strong>di</strong> perpecahan dalam tubuh perguruan SH?15 lihat stu<strong>di</strong> kasus antar kelompok silat <strong>di</strong> Kecamatan Sampung


“…. Setia Hati (SH) <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan oleh kaum bangsawan, karena tidak bisa masuk ke dalam masyarakatbawah karena status sosialnya berbeda, maka salah satu anggota SH men<strong>di</strong>rikan organisasi Teratepada tahun 1922 untuk bisa <strong>di</strong>terima oleh masyarakat bawah sebagai wujud melestarikan perguruanSH supaya tidak hilang, dan bisa <strong>di</strong>terima pada masyarakat Jawa karena falsafahnya kejawen ….”(Sutrisno [Koor<strong>di</strong>nator Cabang Terate <strong>Ponorogo</strong>], Sampung, 12 April 2003)“SH kuwi bibit kawite mung siji, salah siji muride nyempal dhewe merga rumangsa ora <strong>di</strong>sayang karo gurune,akhire ngedhekne perguruan dhewe, jenenge Winongo kuwi.” (SH (Setia Hati) asal mulanya satu perguruan,salah satu muridnya keluar karena merasa tidak <strong>di</strong>perhatikan oleh gurunya, akhirnya men<strong>di</strong>rikanperguruan sen<strong>di</strong>ri namanya Winongo).(Deni [pelatih Terate], Sampung, 8 April 2003)Jika membaca kutipan <strong>di</strong> atas, terlihat bahwa pembentukan kedua kelompok silat tersebut berangkatdari situasi konflik, baik secara ideologi maupun relasi antar anggota dalam perguruan SH. Ki HajarHardjo Utomo, pen<strong>di</strong>ri Terate, men<strong>di</strong>rikan Terate karena merasa kurang sepaham dengan ideologiSH yang berbasis pada komunitas bangsawan. Hardjo Utomo ingin membangun SH yang lebih bisa<strong>di</strong>terima masyarakat bawah guna melestarikan perguruan SH 16 . Sedangkan Winongo <strong>di</strong><strong>di</strong>rikansebagai manifestasi perasaan salah satu anggota yang merasa '<strong>di</strong>anaktirikan' oleh guru mereka dalamperguruan SH.Dengan latar belakang yang demikian, hingga saat ini isu mendasar dalam konflik Winongo danTerate adalah identitas asli SH. Masing-masing organisasi mengklaim sebagai pembawa nilai danajaran asli SH, menganggap <strong>di</strong>rinya yang paling baik dan benar 17 . Informasi tentang konflik identitasasli SH ini akan membantu kita memahami mengapa hingga saat ini konsep enemy yang <strong>di</strong>bangunoleh kedua belah pihak adalah Terate vs Winongo. Seperti yang <strong>di</strong>ungkapkan oleh salah satu pelatihTerate, berikut ini.“…. Cah Terate yen pengin gabung karo perguron liya ra apa-apa, pokoke dudu Winongo, soale jane kuwi dasarjuruse padha nanging Winongo rada kaku gerakanne…” (Anak Terate kalau ingin bergabung denganperguruan lain boleh saja, asal bukan Winongo, karena sebenarnya jurus dasarnya sama tapiWinongo se<strong>di</strong>kit kaku gerakannya.)(Deni, Sampung, 8 April 2003)Selain isu identitas asli, faktor-faktor lain yang memperparah konflik antara Terate dan Winongoadalah perebutan wilayah dan anggota. Konon, ketika dua murid SH men<strong>di</strong>rikan, masing-masing,Terate dan Winongo, mereka membuat kesepakatan untuk melakukan pembagian wilayah'kekuasaan'. Winongo akan membangun basis <strong>di</strong> wilayah perkotaan, sedangkan Terate <strong>di</strong> wilayahpinggiran. Namun pada perkembangannya, ada beberapa wilayah, baik perkotaan maupun pinggiranyang menja<strong>di</strong> wilayah irisan antara Terate dan Winongo, dan biasanya wilayah ini paling rentanterja<strong>di</strong> konflik. Masing-masing organisasi, baik Terate maupun Winongo, bersaing untuk16 Pada realisasinya, Terate memilih bentuk sebagai sebuah organisasi, bukan perguruan. Konon, ini berkait dengan janjipara murid SH untuk tidak membuat perguruan baru, atas permintaan sang guru. Oleh karena itu, para anggota Teratemenyebut kelompoknya sebagai organisasi. Secara teknis organisasional, Terate <strong>di</strong>kelola berdasar aturan standarorganisasi modern pada umumnya; memiliki kepengurusan, struktur kepemimpinan yang bertingkat dari pusat [<strong>di</strong>Ma<strong>di</strong>un], cabang [tingkat kabupaten], dan ranting [tingkat kecamatan], serta sistem rekrutmen yang sistematis. Secaraideologis, anggota Terate tetap mengakui SH sebagai perguruan mereka. Seperti yang <strong>di</strong>ungkapkan oleh Sutrisno,Koor<strong>di</strong>nator Cabang Terate <strong>Ponorogo</strong>, "…. Terate sebuah organisasi, perguruannya Setia Hati, dan pencak silat adalahbela <strong>di</strong>rinya. …."17 Pernyataan ini <strong>di</strong>simpulkan dari kutipan wawancara dengan salah satu pelatih Terate: "…. Jane kuwi dasar juruse podhonanging winongo rada kaku gerakanne…” (Sebenarnya jurus dasarnya sama [dengan jurus dasar Terate] tapi Winongo se<strong>di</strong>kitkaku gerakannya)


mendapatkan anggota sebanyak-banyaknya. Penggalangan anggota ini tentu saja untuk prestiseorganisasi, karena semakin banyak anggotanya, maka ia semakin menja<strong>di</strong> organisasi yang besar. Carayang <strong>di</strong>pakai untuk menggalang anggota biasanya dengan mengajak saudara (a<strong>di</strong>k/kakak), tetanggaatau teman sepermainan, seperti yang <strong>di</strong>sampaikan dalamkutipan <strong>di</strong> bawah.. Dan motifbergabungnya seseorang dalam kelompok silat bisa karena ingin gaul [<strong>di</strong>terima oleh lingkungan],bisa juga sebagai strategi untuk melindungi <strong>di</strong>ri dari gangguang orang. Berikut beberapa kutipantentang pola rekrutmen dan motif bergabungnya seseorang dalam kelompok silat.“…Dijak karo mas, mas Deni sadurunge wis tau melu nang Ambon, sing nglatih yo Mas Deni.” (Diajak olehmas (kakak kandungnya), Mas Deni sebelumnya sudah menja<strong>di</strong> anggota Terate semenjak <strong>di</strong> Ambon,yang melatih juga Mas Deni ).(Anggota Terate, Sampung, 6 April 2003)“Saya pernah mendengar orang-orang <strong>di</strong> buk (dam) depan rumah situ ngomong, melu Terate wae yenono opo-opo ben ono sing ngewangi (ikut Terate aja biar kalo ada apa-apa ada yang membantu).(Warga Sampung Lor, Sampung, 5 April 2003)Selain persoalan prestise, ternyata, pengurus organisasi juga membangun orientasi ekonomi dalamproses rekrutmen anggota. Semakin banyak anggota yang <strong>di</strong>rekrut, berarti semakin banyakpendapatan yang akan <strong>di</strong>peroleh organisasi. Setiap anggota baru yang akan masuk <strong>di</strong>kenakan biayayang tidak se<strong>di</strong>kit. Seorang anggota Terate <strong>di</strong> Sampung Kidul, misalnya, <strong>di</strong>a harus membayar 700ribu rupiah untuk biaya latihan setahun yang bisa <strong>di</strong>cicil dua kali. Sedangkan Winongo mematokharga 100 ribu dengan jadwal latihan yang tidak tetap. Jiujitsu tidak mematok biaya keanggotaan,hanya saja setiap anggota <strong>di</strong>wajibkan membayar iuran untuk membayar pajak listrik tempat latihan.Dari tarikan biaya sebesar itu, kita bisa menghitung berapa pendapatan yang akan <strong>di</strong>peroleh setiaporganisasi silat. Ambil satu contoh, Terate. Untuk satu kali pelantikan setiap bulan Sura [bulanpertama dalam kalender Jawa], Terate melakukan pelantikan sejumlah 1000-2000 anggota baru, jikasatu anggota membayar 700 ribu rupiah, maka uang yang akan masuk ke organisasi dalam satu tahunadalah 700 juta hingga 1,4 milyar rupiah!!! Jumlah yang fantastis. Ini menarik sekali, sebuahorganisasi silat dengan jumlah anggota 35.000 orang dan pemasukan 700 juta hingga 1,4 milyarrupiah per tahun. Sebuah kekuatan yang sangat besar untuk kabupaten 'kecil' seperti <strong>Ponorogo</strong>.Kasus perkelahian antar anggota kelompok silat seperti yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> wilayah <strong>Ponorogo</strong> oleh eliteorganisasi silat <strong>di</strong>anggap sebagai suatu kenakalan remaja yang wajar, karena pelakunya kebanyakanadalah anggota organisasi yang masih berusia muda Oleh karena itu pihak elite kelompok silattersebut secara terus terang lebih banyak menyerahkan penanganannya kepada pihak aparatkeamanan yang mempunyai kewenangan dalam mengatasi persoalan tersebut. Walaupun padaakhirnya proses penyelesaiannya selalu berakhir dengan ketidak terangan.“…Ning <strong>di</strong>tutup mboten <strong>di</strong>buka, rahasia. (….Tetapi kasusnya <strong>di</strong>tutup tidak <strong>di</strong>buka,rahasia…..)(Kamituwo Dusun Pagerukir Desa Pagerukir/07 Mei 2003)Sedangkan <strong>di</strong>kalangan elite masing-masing kelompok silat yang ada tidak pernah terja<strong>di</strong>permasalahan <strong>di</strong>antara mereka, pusat padepokan perguruan silat yang terdapat <strong>di</strong> Ma<strong>di</strong>un pun satusama lain saling berdekatan dalam satu wilayah.


Untuk saat ini <strong>di</strong> <strong>Ponorogo</strong> saja SH Terate memiliki jumlah warga (istilah yang <strong>di</strong>miliki oleh SHTerate untuk menyebut anggota organisasinya) sebanyak 35.500 warga suatu jumlah yang sangatberpotensial untuk <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan komo<strong>di</strong>tas berbagai kepentingan tertentu.SH Terate menja<strong>di</strong> kekuatan organisasi massa tersen<strong>di</strong>ri <strong>di</strong> <strong>Kabupaten</strong> <strong>Ponorogo</strong> dengan basismassa mayoritas <strong>di</strong> daerah pinggiran baik pinggiran kota kabupaten maupun pinggiran kotakecamatan.“….Warga Terate banyak tersebar <strong>di</strong> daerah pedesaan dan pinggiran kota, karena <strong>di</strong>antaramereka rasa kekeluargaannya masih erat sehingga sesuai dengan visi organisasi yaitupersaudaraan. Berbeda dengan <strong>di</strong> kota orang kan banyak kepentingan sehinggapersaudaraannya kurang begitu kuat”(Koor<strong>di</strong>nator Cabang SH Terate <strong>Ponorogo</strong>/30 April 2003)Maka tak heran, Bupati <strong>Ponorogo</strong> saat ini pada tahun 1998 lalu bergabung menja<strong>di</strong> anggotakehormatan SH Terate,“Pak Markum kuwi anggota kehormatan Terate lho Mas!”(Pak Markum yang menja<strong>di</strong>bupati <strong>Ponorogo</strong> sekarang, menja<strong>di</strong> anggota kehormatan SH Terate lho mas!)(Pelatih SH Terate Sampung/09 April 2003).tahun <strong>di</strong>mana ia untuk kedua kalinya mencalonkan <strong>di</strong>ri menja<strong>di</strong> Bupati dalam masa kedua periodekepemimpinannya, dan tahun <strong>di</strong>mana berbagai kasus perkelahian antar perguruan silat SH Teratedan SH Winongo yang <strong>di</strong>iringi kasus bacok lari <strong>di</strong> <strong>Ponorogo</strong> mulai marak selama hampir 4 tahun.Kecenderungan delegitimasi yang <strong>di</strong>lakukan Bupati tersebut saat ini menja<strong>di</strong> suatu kecenderunganyang bersifat umum <strong>di</strong> kalangan elite formal maupun informal yang ada <strong>di</strong> tingkat lokal, dalammencari dukungan untuk mencapai tujuannya <strong>di</strong>sebabkan warga dari SH Terate menja<strong>di</strong> mayoritas<strong>di</strong> <strong>Ponorogo</strong>.“….Basis massa yang potensial itu ya SH Terate itu massanya hampir <strong>di</strong> seluruh wilayah<strong>Ponorogo</strong> malah bisa <strong>di</strong>katakan sebagai single majority <strong>di</strong><strong>Ponorogo</strong> sini….makanya sejak 2tahun terakhir ini saya menja<strong>di</strong> warga Terate untuk mencari dukungan buat partaisaya…”(Tokoh Golkar Badegan, 24 Juni 2003)Kecenderungan tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena SH Terate memiliki strukturorganisasi yang jelas dan cenderung bersifat paternalistic, meskipun dalam ideology Setia Hati tidak<strong>di</strong>kenal istilah bapakisme, sentralisme ataupun kyaisme. Namun dalam kenyataannya elit organisasiSH Terate sangat <strong>di</strong>hormati oleh grass root. Sehingga yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> lapangan adalah berjalannyarantai komando (command chain) seperti halnya dalam komando militer.“….Warga Terate yang <strong>di</strong>andalkan itu jiwa premannya saja sebenarnya mudahmengendalikan mereka tinggal tergantung pimpinannya kalau bilang jangan!, mereka pastinurut….”(Tokoh Golkar Badegan, 24 Juni 2003)Perban<strong>di</strong>ngan <strong>Fenomena</strong> Konflik <strong>Silat</strong> <strong>di</strong> Sampung dan Badegan


Se<strong>di</strong>kit perbedaan yang terdapat <strong>di</strong> dua Kecamatan yang menja<strong>di</strong> daerah penelitian initerhadap fenomena keberadaan kelompok silat. Di Kecamatan Sampung, kelompok silatyang ada relative heterogen jenisnya. Namun masih tetap <strong>di</strong>dominasi oleh dua aliran SetiaHati baik Terate maupun Winongo dengan jumlah warga masing-masing kelompoktersebut yang relative seimbang. Sehingga menja<strong>di</strong>kan wilayah <strong>di</strong> Kecamatan tersebutterpolarisasi menja<strong>di</strong> 2 kutub yang berbeda. Desa <strong>di</strong> pusat kota Kecamatan Sampung lebih<strong>di</strong>dominasi oleh SH Winongo sedangkan <strong>di</strong> Desa daerah pinggiran Kecamatan Sampungmerupakan basis dari SH Terate. Potensi konflik yang terja<strong>di</strong> pun cukup besar.Kecamatan Badegan merupakan basis dari SH Terate, mayoritas anggota masyarakatnyabergabung dalam organisasi tersebut. Hal tersebut tidak berarti organisasi silat yang laintidak berkembang <strong>di</strong> Kecamatan ini, beberapa organisasi silat juga <strong>di</strong>temukan <strong>di</strong>Kecamatan Badegan namun dalam jumlah anggota yang relative kecil. Pun, tidak berartipula Kecamatan Badegan potensi konflik antar organisasi silat tersebut menja<strong>di</strong> kecil.Kenyataan yang terja<strong>di</strong> warga SH Terate Badegan justru banyak yang menja<strong>di</strong> pelakuperkelahian antar kelompok silat yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> wilayah luar Kecamatan Badegan.Penutup (Kesimpulan)Tipologi konflik semacam ini akan selalu terja<strong>di</strong> pada suatu masyarakat yang berkarakteragraris. Dapat <strong>di</strong>katakan bahwa konflik antar organisasi silat <strong>di</strong> <strong>Ponorogo</strong> ini merupakankonflik lama dengan versi konflik yang terbaru dan isu kelompok silat sebagai manifestnya.Konflik lama yang pernah popular <strong>di</strong> wilayah <strong>Ponorogo</strong> adalah konflik antar kelompokreog, namun konflik tersebut memudar <strong>di</strong> masyarakat seiring dengan berjalannya waktu 18 .Pada masyarakat yang memiliki karakter socio cultural agraris <strong>di</strong>tambah lagi budayakemiskinan yang terja<strong>di</strong> dalam masyarakat tersebut, sehingga membuat merekatermajinalisasi baik secara mental maupun fisik 19 . Maka masyarakat memiliki sejumlahpengharapan dan membutuhkan suatu me<strong>di</strong>a social yang mampu membantu melepaskansegala rutinitas yang biasa <strong>di</strong>hadapi oleh anggota masyarakat tersebut.Dan, manakala fenomena organisasi silat masuk dalam lingkungan kehidupan masyarakat<strong>di</strong>anggap sebagai suatu kesibukan baru <strong>di</strong>luar rutinitas mereka sehari-hari yang mampumengakomodasikan harapan-harapan mereka. Ditambah lagi ideology yang <strong>di</strong>kembangkanoleh berbagai organisasi silat yang ada sangat familiar <strong>di</strong> kalangan masyarakatnya. Sehinggaanggota masyarakatnya memiliki partisipasi yang demikian besar dengan menja<strong>di</strong> bagiandari organisasi silat tersebut Partisipasi dan focus perhatian anggota masyarakat terhadapfenomena organisasi silat akan hilang dengan sen<strong>di</strong>rinya, jika muncul alternative lain yangmampu menyita perhatian masyarakat tersebut.Peluang inilah hendaknya dapat <strong>di</strong>tangkap oleh para agen pembangunan yang ada untukmenciptakan suatu me<strong>di</strong>a social terbaru <strong>di</strong> masyarakat yang mampu menyita kesibukanmasyarakat <strong>di</strong>luar rutinitas mereka sehari-hari sebagai wahana sosialisai menyukseskanprogram pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupmasyarakat.18 lihat Social Conflict: Notes from (East Java). Imron Rasyid19 konsep ini <strong>di</strong>kembangkan oleh Oscar Lewis pada penelitian 5 keluarga <strong>di</strong> masyarakat perkotaan Meksiko. Iamengatakan bahwa masyarakat miskin cenderung bersifat apatis dan mudah menerrima nasib.


Rujukan:KUMPULAN MATERI KE-SH-AN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE,DIEDARKAN OLEH KOPERASI TERATE MANUNGGAL PONOROGO TAHUN 2002Rasyid, Imron2002 “Social Conflict: Notes from (East Java)”, Jurnal Conflict NegoitationStudy, Worldbank Office Jakarta. Tahun 2003

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!