13.07.2015 Views

PENGARUH PERGANTIAN AIR LAUT TERHADAP ...

PENGARUH PERGANTIAN AIR LAUT TERHADAP ...

PENGARUH PERGANTIAN AIR LAUT TERHADAP ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sumber:www.oseanografi.lipi.go.idOseanologi dan Limnologi di Indonesia 2006 ISSN 0125 - 9830No. 41 : 15 - 38<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong>PERKEMBANGAN ZIGOT Sargassum polycystumolehSULISTIJO 1) dan SZEIFOUL 2)ABSTRAKRumput laut Sargassum adalah dari kelompok alginoflt yang kaya akan kandunganyodium merupakan salah satu komoditi perikanan unggulan. Produksinya saat ini masih daripanen alam, peningkatan produksi dari hasil budidaya sangat diharapkan untuk memenuhikeperluan yang terus meningkat. Untuk itu maka penelitian yang mendukung perkembanganbudidaya sangat diperlukan. Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan zigot Sargassumhasil perkawinan di laboratorium dengan perlakuan pergantian air laut yang berbeda selamapemeliharaan diharapkan akan dapat mendasari upaya perolehan bibit rumput laut yang ungguluntuk pengembangan budidayanya. Pergantian air laut dalam pertumbuhan zigot yang ditelitimenunjukkan bahwa pergantian air laut yang mencapai 100% tiap harinya memberikan hasilpertumbuhan yang lebih baik dari pergantian air laut 0, 10, 20, dan 40% terutama padapetumbuhan panjang dan jumlah rhizoid yang diamati. Kelulushidupan dengan perlakuan tanpapergantian air laut adalah yang terkecil yaitu sekitar 91%, pada 10% pergantian air sekitar 99%sedangkan pada pergantian air 20% -100% mencapai 100%.Kata kunci: pergantian air laut, perkembangan, zigot, Sargassum polycystum.ABSTRACTTHE EFFECT OF SEA WATER CHANGING TO THE DEVELOPMENT OFSargassum polycystum ZYGOTE. Seaweed of Sargassum is alginophyte which is rich ofiodium which become one of the superior comodity of fisheries in Indonesia. At the momentthe production of Sargassum is still harvested from the wild. The increasing productionthrough seaweed culture is needed to full fill the demand of the market. Research in seaweedculture effort is very important. Study on zygote development of Sargassum in laboratorycondition will be able to support the development of seaweed culture by producing thesuperior seed. Treatment on sea water changing to the development of zygote show that the100% changed of sea water provided the best result compared to the 0%, 10%, 20% and40%), especially based on the growth ofthallus and the number of rhizoid. The present studyshow that 100% survival is obtained by the zygote in 20% - 100% sea water changing, and99% is obtained in the 20% changing of sea water and only 91% is in the no sea waterchanging.Key word: changing sea water, development, zygote, Sargassum polycystum,1) Bidang Sumberdaya Laut, Puslit Oseanografi - LIPI.2) Fakultas Biologi UNAS Pejaten Jakarta.15Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMProduksi makroalga hasil budidaya memberikan kemantapan produksi yangdiperlukan, karena upaya budidaya dapat menerapkan teknologi yang sesuai dengankebutuhan sekaligus dapat menjaga kualitas. Untuk mengembangkan budidayamakroalga di Indonesia, perlu dilakukan penelitian tentang budidaya makroalgaterutama penerapan teknologi yang disesuaikan dengan lokasi dan lingkungannya.Dalam budidaya penerapan teknologi ini diusahakan berteknologi sederhana, tepatguna, mudah dan murah yaitu tanpa menggunakan peralatan yang canggih dan mahalsehingga penerapan teknologi ini dalam budidaya dapat dilakukan oleh siapa saja(CHAPMAN & CHAPMAN 1980; SULISTIJO 2002).Beberapa tehnik budidaya berteknologi sederhana diantaranya adalah metodedasar (bottom method), metode lepas dasar (off bottom method), metode apung(floating method), kultivasi paksa (forced cultivation), pembenihan (seeding) danmetode uchida (LANDAU 1992; ASLAN 1998; SULISTIJO 1998; SULISTIJO2002).Faktor - faktor lingkungan berperan besar terhadap perkembangan zigotSargassum. Dalam penelitian ini kualitas nutrisi air laut yang akan di gunakan dianalisis kandungan fosfat, nitrat dan nitrit. Nitrat dan nitrit diketahui berperan dalamproses pertumbuhan dan reproduksi Sargassum sedangkan fosfat dalam bentukadenosin trifosfat (ATP) berperan dalam proses fotosintesis (LUNING1990).Penelitian yang dilakukan ini merupakan cara untuk para petani budidayamendapatkan bibit Sargassum yang berkualitas baik dan dapat meningkatkanproduktivitas melalui budidaya Sargassum.BAHAN DAN METODERumput laut induk Sargassum polycystum diambil dari Pulau Pan, Jakarta.Penelitian dan identifikasi jenis dilakukan di laboratorium P2O LIPI Ancol, Jakarta.Cara kerja yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode UCHIDA(1993) yang telah dimodifikasi oleh SULISTUO(1998) yaitu sebagai berikut:Identifikasi reseptakel Sargassum polycystumSargassum yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sargassum polycystum.Sargassum polycystum jantan dan betina dikoleksi dengan melihat adanya17Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULreseptakel yang mengandung spermatozoid dan sel telur. Sargassum yang telahdiketahui organ kelaminnya dikumpulkan dalam kanmg untuk dibawa ke laboratorium.Melihat tingkat kematangan reseptakel Sargassum polycystumDi laboratorium, Sargassum polycystum jantan dewasa dan betina dewasadipisah. Reseptakel jantan dan betina diiris tipis untuk dilihat kondisi kematangannyadengan menggunakan mikroskop. Sargassum yang dipilih adalah Sargassum jantandan betina yang mengandung reseptakel dengan kondisi yang sudah masak.Sargassum j antan dan betina tersebut dikelompokkan secara terpisah dan kemudiandisiapkan sebagai induk untuk perkawinan di dalam akuarium. Kantung udara (airblader) dan daun yang ada pada Sargassum induk tersebut kemudian dibuangsehingga yang tinggal melekat pada batangnya adalah hanya reseptakel.Perkawinan Sargassum polycystumSebanyak 15 tangkai Sargassum betina yang sudah siap dijadikan induk diikatdengan benang dan digantung terbalik di dalam akuarium, kemudian diletakkan 15tangkai Sargassum jantan di dalam akuarium yang sama (Gambar 1).Setiap 3 jam diamati perkembangan pembuahan yang terjadi dengan caramengambil contoh reseptakel betina dan diamati di bawah mikroskop. Setelah terjadipembuahan dalam reseptakel betina, zigot akan keluar dari kantong organ betina dantersebar di perairan yang kemudian akan mengendap di cawan petri yang beradatepat di bawah reseptakel. Pelepasan zigot dari reseptakel betina biasanya terjadiantara 6-48 jam setelah perkawinan dan bila dalam kurun waktu tersebut tidakterjadi perkawinan yang ditandai dengan adanya pelepasan zigot maka Sargassuminduk tersebut harus diganti dengan yang lebih masak lagi.18Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMGambar 1. Perkawinan reseptakel jantan dan betina Sargassum polycystum.Figure 1. Fertilization of male and female receptacle of S. polycystum.Remark: Length of thallus is 0.026-0.030 mm.Gambar 2. Zygot Sargassum polycystum yang baru lepas ke dasar.Figure 2. Zygote of S. polycystum just released to the bottom.19Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULKoleksi zigotPerkawinan Sargassum polycystum yang dilakukan menghasilkan ribuan zigotdan dikoleksi sebanyak 625 zigot untuk digunakan dalam penelitian iiii. Zigot yangsudah mengendap di cawan petri segera dikoleksi untuk dij adikan bahan percobaan.Zigot tersebut kemudian dipindahkan ke cawan petri yang telah dipersiapkan.Pengamatan zigotZigot Sargassum kemudian diukur panj angnya dan hasil pengukuran tersebutmerupakan data awal untuk panjang talus (Gambar 2). Percobaan dilakukan di dalamcawan petri yang telah diberi air laut sebanyak 50 ml. Kemudian masing - masingcawan tersebut diberi tanda 10%, 20%, 40%, 100% dan 0% sebagai kontrol.Dilakukan 5 (lima) kali pengulangan sehingga jumlah total cawan petri yang digunakanada 25 buah. Pada tiap perlakuan dimasukkan 25 zigot dan dihitung jumlahnya dibawah mikroskop binokuler stereoskopis. Cawan petri tersebut dimasukkan kedalam akuarium kosong yang diberi penutup sehingga tidak terkontamiansi dan selamapercobaan akuarium tersebut diletakkan ditempat terbuka (di luar ruangan) padasuhu luar ruangan dan kebutuhan cahayanya didapatkan dari matahari. Percobaanini diamati setiap 3 hari sekali dengan menghitung jumlah zigot yang menempel padadasar, mencatat ukuran terpanjang talus, ukuran terpanjang rhizoid dan jumlah rhizoid(organ penempel). Pengukuran dilakukan dengan menggunakanmikroskop binokulerperbesaran tinggi yang telah dilengkapi dengan mikrometer dan kamera. Air lautyang digunakan yaitu air laut alami yang telah disaring dan disterilisasi dengan sinarUV selama 24 jam.Perlakuan pergantian air lautPerlakuan yang diberi adalah pergantian air laut dilakukan setiap hari denganmenggunakan pipet dengan cara sebagai berikut:1. Ke dalam cawan petri yang telah disiapkan masing-masing diisi 50 mlair laut, kemudian diberi tanda 10%, 20%, 40%, 100% dan 0%.2. Dari cawan petri yang diberi tanda 10% diambil airnya sebanyak 5mldan diganti dengan 5 ml air laut yang baru.3. Cara yang sama dilakukan terhadap cawan petri 20%, 40% dan 100%masing-masing diganti dengan 10,20 dan 50 ml air laut, sedangkanuntuk cawan petri 0% tidak dilakukan pergantian air laut.Analisis unsur hara fosfat dan nitrat air laut dilakukan di laboratorium kimia zathara P2O-LIPI, Jakarta. Pengukuran dilakukan pada awal, pertengahan dan akhirpenelitian selama penelitian berlangsung.20Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMAnalisis Data dengan Rancangan Petak Terbagi (RPB/ Split Plot Design)Data yang diperoleh dianalisis dengan metode Rancangan Petak Terbagi (RPB)menggunakan perangkat lunak SPSS 9.0. Bila hasil dari perhitungan menggunakanSPSS 9.0 bermakna maka dilakukan uji lanjutan menggunakan uji lanjutan BedaNyata Terkecil (BNT) dengan rumus:Keterangan: Sd = Simpanganbakur = jumlah kelompokm = jumlah perlakuan petak utaman = Jumlah perlakuan petak bagianEa = kuadrat tengah galat aEb = kuadrat tengah galat bKelangsungan hidupAngka kelangsungan hidup dapat dihitung dengan rumus (ROYCE 1972)SR =NtN0x 100%Keterangan: SR = kelangsungan hidupNt = jumlah individu yang hidup pada akhir pengamatanN 0 = jumlah individu yang hidup pada awal pengamatan.Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 200621


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULHASIL DAN PEMBAHASANPerkembangan zigot Sargassum ditandai oleh perubahan morfologinya, yaitumeliputi pemanjangan talus danproliferasi rhizoid. Pemanjangan talus adalah prosespertambahan panjang talus (elongation or growth), proliferasi rhizoid adalahkemunculan rhizoid dan pertambahanjumlah sertaperpanjangannya. Keduaparameterini memberikan gambaran mengenai keberhasilan hidup zigot Sargassum(CRITCHLEY & FLETCHER 1997).Panjang talusPanjang talus pada zigot umur 0 hari adalah 0,026mm hingga 0,030mm (Tabel1), zigot yang berumur 0 hari ini mempunyai panjang dan bentuk yang hampir samasemua (Gambar 2). CRITCHLEY dan FLETCHER (1997) mengatakan, zigotSargassum pada umur 0 hari masih mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Padahari ketiga semua zigot talusnya mulai memanjang (Tabel 1). Juga terlihat bahwaperkembangan panjang talus pada pergantian air laut dan tanpa pergantian relatifadalah sama yaitu dengan panjang 0,038-0,040mm (Gambar 3 a, b, c, d, e). Hal inidikarenakan belum ada pengaruh dari pergantian air laut yang dilakukan. Hasil inidiperkuat oleh penelitian SUZUKI (1999), yang menyatakan bahwa pada hari ketigasetelah diberi perlakuan pergantian massa air, talus zigot Sargassum ukurannyabertambah panjang secara merata.Tabel 1.Panjang rata - rata (mm)talus zigot Sargassum polycystum selama30 hari penelitian.Table 1. The average length (mm) of thallus Sargassum polycystum zygotewithin 30 days observation.22Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMTabel 2. Panjang rata - rata (mm) rhizoid zigot Sargassum polycystumselama 30 hari penelitian.Table 2. The average length (mm) of rhizoid of Sargassum polycystumzygote within 30 days observation.Pada hari keenam sudah mulai telihat adanya perbedaan panjang talus zigotpada pergantian air laut yang berbeda. Pergantian air laut 0%, 10% dan 20%perkembangan talus zigotnya sangat lambat, ukuran panjang talus yang lebih pendek(0,042mm-0,044mm), dibandingkan dengan zigot yang ada dalam pergantian air laut40% (0,046mm) dan 100% (0,070mm). Hal ini menunjukkan pergantian air lautyang dilakukan sudah memberikan pengaruh terhadap perkembangan panjang talus.Hari kesembilan pengamatan panjang talus zigot pada pergantian air laut 0%dan 10% perkembangannya masih agak lambat, hal ini dapat terlihat pada ukuranpanjang talus yaitu 0,043mm dan 0,047mm, dibandingkan dengan panjang talus zigotpada massa air 20% (0,051mm), 40% (0,073mm) dan 100% (0,154mm). Namunpanjang talus di 20% terlihat lebih pendek dibandingkan perkembangan panjang taluszigot 40% dan 100%. Hal ini dikarenakan massa air yang diberikan kepada zigotyang berada pada massa air 20% lebih sedikit dibandingkan dengan massa air yangdiberikan kepada zigot yang berada pada massa air 40% dan 100% sehingga unsurhara yang diterima oleh zigot pada massa air 20% lebih sedikit daripada yang adapada massa air 40% dan 100%.23Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULRemark: Length of thalias is 0.038 mm.Gambar 3 a. Zygot Sargassum polycystum umur 3 hari (pergantian masa air 0 %).Figure 3a. Zygote of S. polycystum within 3 days (0% seawater changing).Remark: Length of thallus is 0.038 mm.Gambar 3b. Zygot Sargassum polycystum iimur 3 hari (pergantian masa air 10 %).Figure 3b. Zygote of S. polycystum within 3 days (10% seawater changing).24Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMRemark: Length of thallus is 0.038 mm,Gambar 3 c. Zygot Sargassum polycystum umur 3 hari (pergantian masa air 20 %).Figure 3c. Zygote of S. polycystum within 3 days (20% seawater changing).Remark: Length of thallus is 0.040 mm.Gambar 3 d. Zygot Sargassum polycystum umur 3 hari (pergantian masa air 40 %).Figure 3d. Zygote of S. polycystum within 3 days (40% seawater changing).25Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSlJLISTUO DAN SZEIFOULPada hari kelima belas zigot pada pergantian air laut 0% (0,045mm) dan 10%(0,076mm) perkembangan talusnya lebih larnbat dibandingkan dengan zigot - zigotyang adapada pergantian air laut 20% (0 9 117mm), 40% (0,223mm) dan 100%(0,342mm) dan pada pergantian massa air 0% dan 10% terdapat zigot yang mati.Perkembangan yang lambat ini diduga akibat pergantian massa air yang dilakukanterhadap massa air 10% sangat kecil yaitu hanya 5ml sehingga dapat berpengaruhterhadap konsentrasi unsur hara yang diterimanya. Sedangkan massa air 0% tidakpemah mengalami pergantian massa air sehingga massa airnya berkurang danberdampak terhadap konsentrasi unsur hara yang ada di dalam cawan petri. Zigotpada pergantian massa air 20% perkembangannya lambat bila dibandingkan denganyang ada dalam pergantian massa air 40% dan 100%. Hal ini dikarenakan pergantianmassa air yang dilakukan terhadap 20% lebih kecil dibandingkan 40% dan 100%.Pada hari ketiga puluh perbedaan perkembangan panjang talus Sargassumpolycystum sangat terlihat nyata (Gambar 4 a, b, c, d, e). Adanya perbedaan panjangtalus zigot disebabkan jumlah pergantian massa air yang berbeda - beda. Jumlahpergantian massa air yang berbeda - beda berpengaruh terhadap jumlah kandunganunsur nutrisi, sedangkan zigot Sargassum dalam pertumbuhannya membutuhkan nutrisidalam jumlah yang banyak. Penambahan massa air dalam jumlah yang banyak dapatmembantu talus zigot untuk terus bertambah panjang, karena di dalam air tersebutterdapat nutrisi yang dibutuhkannya dan setiap penambahan panjang talus dan panjangrhizoid sebesar 0,001mm sangat pentingbagi Sargassum, karena penambahan tersebutdapat menggambarkan keberhasilan kelangsungan hidupnya (YOSHIDA et al 1997).Berdasarkan hasil sidik ragam untuk melihat adanya pengaruh pergantian massaair terhadap perkembangan panj ang talus dengan waktu pengamatan menunjukkanhasil yang bermakna. Hal ini berarti bahwa waktu pengamatan dapat menunjukkanseberapa jauh pengaruh pergantian massa air terhadap perkembangan panjang talusSargassum polycystum dan hasil sidik ragam ini juga menyatakan bahwa massa airberpengaruh terhadap perkembangan panj ang talus. Berdasarkan hasil uj i lanj utanBNT dapat diketahui waktu pengamatan ketiga puluh adalah waktu pengamatanyang paling bagus karena pada waktu tersebut memberikan informasi bahwa taluszigot dapat terus berkembang pada hari - hari berikutnya. Hal ini diindikasikandengan adanya percabangan yang bertambah pada talus. Setiap pergantian massa airyang dilakukan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang talus zigot namunpergantian massa air sebesar 100% memberikan pengaruh paling besar terhadappanj ang talus zigot Sargassum polycystum, karena massa air 100% diduga membawakonsentrasi unsur hara yang lebih banyak dibandingkan massa air yang lain.S VENDBORG (1998) mengatakan, talus zigot Sargassum yang berada dalam kondisilingkungan yang sesuai, setiap hari ukurannya dapat bertambah panjang.26Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMPanjangrhizoidZigot Sargassum polycystum yang berumur 0 hari belum dilengkapi oleh rhizoidsehingga tidak dilakukan pengukuran atau penghitungan jumlahiiya dan berdasarkanpengamatan terlihat zigot ini mudah bergerak bila di sentuh. CRJTCHLEY danFLETCHER (1997) menjelaskan, setelah zigot lepas dari reseptakel betina danjatuh ke substrat, zigot belum di lengkapi oleh alat pelekat. Namun di sekitar tubuhzigot tersebut terdapat lendir yang berasal dari sisa - sisa musilage sehingga dapatlangsung menempel tetapi tidak terlalu kuat. Gerakan air yang kuat dapat membuatzigot tersebut lepas dari substrat dan pindah ke tempat yang lain. Pada hari kedua,rhizoid Sargassum polycystum mulai muncul namun jumlahnya rata - rata 2 danukurannya pendek. SUZUKI (1999) mengatakan, rhizoid Sargassum mulai munculsetelah 18 - 26 jam berada di substrat.Pada hari ketiga rhizoid sudah memiliki panjang antara 0,027mm hingga0,03 lmm. Hasil ini diperkuat oleh penelitian SUZUKI (1999) dan SVENDBORG(1998), pada 72 - 80 jam setelah zigot berada di substrat, Sargassum mempunyairata - rata panjang rhizoid 0,034mm. Panjang rhizoid pada pergantian air laut 10%,20% dan kontrol (0%) (Tabel 2) memiliki rata - rata panjang yang sama yaitu0,027mm. Hal ini dikarenakan belum terlihat dari pengaruh pergantian massa airyang dilakukan terhadap penambahan panj ang rhizoid. SUZUKI (1999) mengatakan,zigot Sargassum yang berumur 3 hari memiliki panjang rhizoid yang relatif sama danpada umur ini belum terlihat adanya pengaruh pergantian massa air yang dilakukan.Pada hari kesembilan terlihat perbedaan panjang rhizoid pada massa air yangberbeda. Zigot yang ada pada pergantian air laut 0% mengalami perkembangan yanglambat, bila dibandingkan dengan zigot yang ada pada pergantian air laut 10%, 20%,40% dan 100% (Tabel 3). Perkembangan yang lambat ini diduga karena massa air0% tidak mengalami pergantian massa air seliingga zigot tidak dapat menyerap unsurhara yang banyak untuk digunakan dalam perkembangan zigot tersebut.Perkembangan panjang rhizoid zigot Sargassum polycystum mulai terlihatberbeda - beda pada hari pengamatan kedua belas dan kelima belas. Perbedaan inikarena besarnya pergantian massa air yang dilakukan berbeda-beda sehinggakonsentrasi unsur hara yang diterima pada zigot dalam massa air yang berbedaadalah tidak sama. Perkembangan panjang rhizoid semakin tampak pada hari ketigapuluh.27Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULRemark: Length of thallus is 0.039 mm.Gambar 3e. Zygot Sargassum pofycystum umur 3 hari (pergantian masa air 100 %).Figure 3e. Zygote of & pofycystum within 3 days (100% seawater changing).Remark: Length of thallus is 0.049 mm.Gambar 4 a. Zygot Sargassum pofycystum umur 30 hari (pergantian masa air 0 %).Figure 4a. Zygote of S. pofycystum within 30 days (0% seawater changing).28Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMRemark: Length of thallus is 0.162 mm.Gambar 4 b. Zygot Sargassum polycystum umur 30 hari (pergantian masa air 10 %).Figure 4 b. Zygote of S. polycystum within 30 days (10% seawater changing).Remark: Length of thallus is 0.255 mm.Gambar 4 c. Zygot Sargassum polycystum umur 30 hari (pergantian masa air 20 %).Figure 4 c. Zygote of 5. polycystum within 30 days (20% seawater changing).29Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTUO DAN SZEIFOULRemark: Length of thallus is 0.419 mm.Gambar 4 d. Zygot Sargassum polycystum umur 30 hari (pergantian masa air 40 %).Figure 4 d. Zygote of S. polycystum within 30 days (40% seawater changing).Remark: Length of thallus is 0.663 mm.Gambar 4 e. Zygot Sargassum polycystum umur 30 hari (pergantian air laut 100 %).Figure 4 e. Zygote of S. polycystum within 30 days (100% sea water changing).30Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMBerdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk melihat adanya pengaruh pergantianair laut terhadap perkembangan panjang rhizoid dengan waktu pengamatanmenunjukkan hasil tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa waktu pengamatan tidakdapat menunjukkan seberapa jauh pengaruh penambahan massa air terhadapperkembangan panjang rhizoid Sargassum polycystum.Berdasarkan hasil sidik ragam pergantian air laut ternyata tidak memberikanpengaruh yang signifikan terhadap panjang rhizoid. Penelitian SUZUKI (1999)mengenai pergantian massa air yang mengandung unsur nitrat dan nitrit dalam jumlahyang berbeda setiap 5 hari sekali terhadap zigot Sargassum muticum tidakmenunjukkan hasil yang bermakna dalam penambahan panjang rhizoid. Hal inidikarenakan perkembangan panj ang rhizoid yang lambat bila dibandingkan denganperkembangan panjang talus dan prioritas utama dalam perkembangan zigot untukmenj adi tumbuhan Sargassum dewasa adalah talus bertambah panj ang sehingga dapatterbentuk daun, kantung udara dan reseptakel, dan bertambah banyaknya rhizoid(CRTTCHLEY dan FLETCHER 1997). Hasil penelitian NANBA (1993) mengenairegenerasi dari bagian (segmen) zigot Myagropsis myagroides dan Sargassumhorneri tidak menunjukkan hasil yang bermakna mengenai pengaruh tingkatpencahayaan dan waktu pengamatan terhadap perkembangan panjang rhizoidSargassum horneri.Jumlah rhizoidPada hari ketiga rata- rata jumlah rhizoid Sargassum polycystum berkisarantara 6,97 hingga 8,86 helai (Tabel 3). Hasil ini di perkuat oleh penelitian SUZUKI(1999) dan SVENDBORG (1998), pada 72 - 80jam setelah zigot berada di substrat,Sargassum mempunyai rata - rata jumlah berkisar antara 5-10 helai.Pada pengamatan hari kedua belas jumlah rhizoid pada pergantian air laut 0%,10%, 20%, 40% dan 100% mengalami perbedaan. Perbedaan ini terjadi didugaakibat pergantian massa air yang dilakukan. Semakin besar jumlah pergantian massaair yang diberikan maka semakin besar juga unsur hara yang didapat oleh zigot untukdapat dipergunakan dalam proses perkembangannya.Jumlah rhizoid pada hari ketiga puluh menunjukkan perbedaan yang cukupsignifikan. Perbedaan ini diduga akibat pergantian massa air yang dilakukan dansemakin besar pergantian massa air yang dilakukan maka semakin besar juga unsurhara yang akan diterima oleh zigot.31Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULHasil analisis sidik ragam untuk melihat adanya pengaruh pergantian massa airteihadap jumlah rhizoid dengan waktu pengamatan menunjukkan hasil yang bermakna.Hal ini berarti bahwa waktu pengamatan dapat menunjukkan adanya pengaruhpergantian massa air terhadap jumlah rhizoid Sargassumpolycystum dan hasil sidikragam ini juga menyatakan bahwa massa air berpengaruh terhadap pertambahanjumlah rhizoid. Berdasarkan hasil uji lanjutan waktu pengamatan ketiga puluhmerupakan waktu pengamatan yang bagus karena dapat memberikan informasi bahwajumlah rhizoid akan terus bertambah pada hari - hari berikutnya. Hal ini dapatdiindikasikan dengan terus bertambahnya rhizoid. Rhizoid zigot Sargassum akan terusbertambah jumlahnya dan akan membentuk cakram (CRTTCHLEY dan FLETCHER1997). Pergantian massa air 100% merupakan perlakuan yang memberikan pengaruhpaling besar terhadap bertambahnya jumlah rhizoid. SUZUKI (1999) mengatakan,dengan bertambah banyak jumlah rhizoid dapat membantu individu Sargassum dewasauntuk melekat dengan kuat pada substratnya di daerah yang memiliki ombak kuat.Bila Sargassum dewasa melekat dengan kuat maka individu tersebut tidak mengalamikesulitan untuk bertahan hidup.Unsur haraAnalisis air laut dilakukan pada hari 0 yaitu setelah zigot berada di substrat, harikelima belas dan ketiga puluh, hal ini dilakukan karena untuk melihat kestabilankonsentrasi fosfat, nitrat dan nitrit selama penelitian.Berdasarkan hasil analisis kualitas air laut, konsentrasi nitrit cukup tinggi yaitu0,061,0,060 dan 0,059 ppm (Tabel 4). Hal ini kemungkinan disebabkan pada sumberaimya yang berasal dari Teluk Jakarta memang memiliki konsentrasi nitrit yang tinggi.Konsentrasi nitrit yang normal berkisar 0 hingga 0,028 ppm (SHARP 1983 danSUS ANA 2004). Hasil analisis menunjukkan konsentrasi nitrat berkisar 0,265 hingga0,340 ppm dan konsentrasi ini masih normal. Konsentrasi nitrat yang normal untukpertumbuhm Sargassum adalah 0,200 hingga 0,420 ppm (LUNING1990). SUZUKI(1999) telah berhasil menumbuhkan Sargassum muticum dalam air laut yang berkadarnitrat 0,532 ppm dan nitrit 0,084 ppm.Konsentrasi fosfat yang didapat masih sesuai terhadap kebutuhan makroalgasecara umum, makroalga dapat tumbuh optimal pada konsentrasi fosfat yang berkisar0,124-0,186 ppm (LUNING 1990).32Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMTabel 3. Rata - rata jumlah (helai) rhizoid zigot Sargassum polycystumselama 30 hari penelitian.Table 3. The average numbers (hairs) of rhizoid S. polycystum zygotewithin 30 days observation.Tabel 4. Kandungan (ppm)unsur fosfat, nitrat dan nitrit. Table 4.Concentraion (ppm) of phosphate, nitrate and nitrite.33Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULKelangsungan hid upPergantian massa air yang berbeda - beda dapat memberikan pengaruh yangcukup berarti dalam perkembangan Sargassum polycysturn, Semakin banyak airlaut yang diberikan maka nutrisi yang akan diperoleh semakin banyak dan semakinsedikit massa air laut yang diberikan maka nutrisi yang akan di dapat semakin kurang(DRING1982). Hal ini terbukti pada hari kelima belas zigot pada pergantian air laut0% (kontrol) sudah mulai ada yang mati. Pada zigot yang mati talusnya terlihat adalubang - lubang kecil dan ukurannya mengkerut (Gambar 5). Massa air 0% merupakanmassa air yang tidak pernah diganti dari awal hingga akhir penelitian sehingga kandungannutrisi yang diterima pun tidak mengalami penambahan dan bahkan dapat berkurang.Persentasi kelangsungan hidupnya paling rendah, yaitu 91,20%. Zigot yang mati didugamerupakan akibat kalah berkompetisi dengan zigot lainnya dalam memperebutkanunsur hara yang sedikit. SUZUKI (1999) menemukan ciri - ciri yang hampir samapada zigot yang mati yaitu adanya lubang kecil yang berjumlah banyak, ukurannyamengkerut dan rhizoidnya mulai putus sehingga zigot tersebut kehilangankemampuannya untuk melekat. SUZUKI (1999) dan SVENDBORG (1998)mengatakan, zigot Sargassum akan mati bila daya dukung lingkungannya berkurangatau berubah baik secara periodik maupun drastis.Pada pergantian air laut 0% yang tidak pernah mengalami pergantian air dariawal penelitian hingga akhir penelitian memiliki persentase kelangsungan hidup yangpaling rendah yaitu 91,20% (Gambar 6). Pada kondisi ini zigot - zigot tidak dapatmenyerap nutrisi dengan maksimal dan nutrisi yang ada terbatas.Pergantian air laut 10% memiliki persentase kelangsungan hidup sebesar99,20%. Zigot yang mati hanya 1 individu yang terjadi pada hari kelima belas danangka kematiannya tidak bertambah hingga akhir penelitian. Massa air 10%mendapatkan penambahan nutrisi melalui pergantian air yang dilakukan setiap harisehingga dapat membantu zigot untuk dapat berkembang dan bertahan hidup.34Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMGambar 5. Zigot Sargassum polycystum yang mati.Figure 5. The dead of S. polycystum zygote.Gambar 6. Kelangsungan hidup zigot Sargassum polycystum pada perlakuanpergantian massa air 0% - 100%.Figure 6. Survival (%) of Sargassum polycystum zygote on 0% - 100%seawater changing experiment.Pergantian air laut 20%, 40% dan 100% memiliki angka kelangsungan hiduppaling tinggi yaitu 100%. Pada ketiga perlakuan air laut ini menunjukkan kondisiyang baik untuk pemeliharaan zigot selama 30 hari pemeliharaan.35Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULKESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, yaitu pengaruh pergantian air lautterhadap perkembangan zigot Sargassumpolycystum yang diteliti dalam media airlaut 50 ml untuk 25 zigot (2 ml media air laut/zigot) dapat disimpulkan bahwa:1. Pergantian massa air laut 0%, 10%, 20%, 40% dan 100% berpengaruh terhadappanjang talus zigot Sargassum polycystum. Pergantian massa air 100%merupakan perlakuan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap panjangtalus.2. Berdasarkan hasil sidik ragam pergantian massa air 0%, 10%, 20%, 40% dan100% tidak dapat memberikan pengaruh terhadap panjang rhizoid. Namunberdasarkan pengamatan secara visual panjang rhizoid zigot pada pergantian massaair 100% terlihat mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan denganzigot pada massa air yang lain3. Pergantian massa air 0%, 10%, 20%, 40% dan 100% berpengaruh terhadappenambahan jumlah rhizoid zigot Sargassum polycystum. Pergantian massa air100% merupakan perlakuan yang memberikan pengaruh paling besar terhadapbertambahnya jumlah rhizoid.4. Pergantian massa air 0% dan 10% memiliki angka kelangsungan hidup yang rendahdan pergantian massa air 20%, 40% dan 100% memiliki angka kelangsunganhidup yang tinggi.5. Konsentrasi fosfat, nitrat dan nitrit selama penelitian masih memenuhi kebutuhannutrisi zigot Sargassum.6. Disarankan untuk penelitian lanjutan pertumbuhan zigot menj adi germinasi danbenih yang siap dijadikan untuk bibit unggul.DAFTARPUSTAKAASLAN, L.M. 1998. Budidaya rumput laut. Kanisius, Yogyakarta: 54 hal.ATMADJA, W.S. 1999. Karakteristik algae makro (Rumput laut) yang tumbuh khasdi perairan Samudera Hindia. Dalam : RACHMANIAR RACHMAT,SULISTIJO dan ABDULLAH RASYID (eds.). Prosiding Pra Kipnas VIIForum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia (IFII), Serpong, 8September 1999: 21-29.CHAPMAN, V.J. & DJ. CHAPMAN 1980. Seaweed and their uses, 3 rd edition.,Chapman and Hall Ltd. 1-28.36Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>PENGARUH</strong> <strong>PERGANTIAN</strong> <strong>AIR</strong> <strong>LAUT</strong> <strong>TERHADAP</strong> PERKEMBANGAN ZIGOT SARGASSUM POLYCYSTUMCRTTCHLEY, A. dan J. FLETCHER 1997. Complete life cycle of Sargassum sp.,Http://www.unam.na/research/henties/Sargassum/lcycdatlhtm.6\i.DRING, M.J. 1982. The biology of marine plants. Edward Arnold Publ., London:55 pp.JENSEN, A. 1993. Present and future needs for algae and algae products.Hydrobiologia 260:15-23.JOHANNSSON, B., M. LARSVIK, L. OVE and L. SANUELSON 2000.Establishment In Sweden And Denmark. Http: //www. vattenkikaren.gu.se/fakta/arter/algae/phaeophy/sargmuti/sskkae.html.LANDAU, M. 1992. Introduction to aquaculture., John Wiley & Sons, Inc. :146-153.LUNING, K. 1990. Seaweeds their environment, biogeography, andecophysiology. John Wiley and Sons, New York : 3, 133, 189-274, 291,321-331, 332-336, 347-352.MCHUGH, D.G. and B. V. LAMER 1983. The world seaweed industry and trade:Developing asian produces and prospects for greater participation. ADB/INFOFISHMarket Report Vol.6. Kuala Lumpur: 32 pp.MISRA, J.N. 1966. Phaeophyceae in India. Indian Council of Agricultural Research,New Delhi, 1966:33-59,179.NANBA, N. 1993. Regeneration from segments of sporelings in Myagropsismyagroides and Sargassum horneri. Nippon Suisan Gakkaishi 59: 789-794.ROYCE, W.F. 1972. Introduction to the fishery science. Academic Press, NewYork: 351 pp.SHARP, J.H. 1983. The distribution of inorganic nitrogen and dissolved and particulateorganic nitrogen in the sea. In: E.J. CARPENTER and D.G. CAPONE (eds.)"nitrogen in the marine enviroment". Academic Press, New York: 29 pp.37Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idSULISTIJO DAN SZEIFOULSOEGIARTO, A., SULISTIJO, W.S. ATAMADJA, dan H. MUBARAK 1978.Rumput laut (algae). Manfaat, potensi dan usaha budidayanya. LON LIPI,SDE 45: 9-28, 35-50.SULISTIJO 1998. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan zygot rumput lautSargassum. Dalam : SUBAGJO SOEMODIHARDJO, RACHMANIARRACHMAT SATARI dan SUSONO SAONO (eds.). Prosiding seminarbioteknologi kelautan Indonesia I, Jakarta 14-15 Oktober 1998: 273-284.SULISTIJO 2002. Penelitian budidaya rumput laut (algae makro/seaweed) diIndonesia; Pidato pengukuhan ahli peneliti utama bidang akuakultur. P20, LIPLJakarta; 29.SUS ANA, T. 2004. Sumber polutan nitrogen dalam air laut. Oseana Vol. XXIXNo.3: P20 LIPI, Jakarta:25-33.SUZUKI, T. 1999. Adding nutrient for growth., Http.V/www.phaeoph/sargmuti/nutr.htm.SVENDBORG, R. 1998. The Sargassum zygote's., Http://www.unlv.edu/mariculture/browns. html-9k.UCHIDA, T. 1993. The life cycle of Sargassum horneri (Phaeophyta) in laboratoryculture. Journal Phy'col; 29; 231-235.YOSHTDA, G., T. TERAWAKI, K. YOSHIKAWA, and S. ARIMA 1997. Earlygrowth and mortality of autumnal-fruiting type of Sargassum horneri(phaeophyta) in Ohno-seto strait, Hiroshima Bay. Bull ofNansei NationalFisheries Research Institute. 30:125 pp.38Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 41, 2006

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!