Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Demi meladeni antusiasme Wajib Pajak mengikuti program pemerintah ini, banyak Kantor Pelayanan Pajak<br />
membuka layanan hingga dinihari, yups hingga dinihari, dan yang membedakan dengan kantor atau instansi<br />
lainnya yang harus membuka layanan hingga larut malam yaitu mereka menerapkan shift masuk atw pulang<br />
kantor, maka pegawai DJP demi mensukseskan program amnesti pajak ini membuka layanan amnesti pajak<br />
hingga antrian tuntas, dengan menambah jam kerja pegawai. Bener-bener sesuai dengan slogan anda puas<br />
kami lemas.<br />
Usai kegilaan di periode pertama Amnesti Pajak, apresiasi langsung dari Presiden Jokowi langsung disambut<br />
pegawai dengan harapan adanya insentif di bulan Oktober, namun harapan tersebut langsung dimentahkan<br />
oleh petinggi lapangan banteng dan tak lama kemudian justru terbit PMK tentang insentif kepada Bea Cukai,<br />
terkait capaian kinerja institusi.<br />
Sebenarnya perbincangan internal DJP mengusik insentif tetangga, bukan melulu mengusik nominal rupiah<br />
yang tidak diperoleh. Lebih dari itu, pertanyaan di benak insan DJP, bahwa apakah pernyataan "Kami Hebat"<br />
baru sekedar pengakuan di internal DJP saja? Apakah di forum eksternal kita pun berani lantang menyatakan<br />
bahwa kita hebat. Bukan untuk sebuah arogansi, namun lebih ke harga diri, bahwa capaian kinerja DJP akan<br />
bias jika hanya diukur dengan persentase realisasi target yang bias, karena semua mahfum, bahwa menyusun<br />
angka proyeksi di APBN hanyalah asumsi, meskipun itu sebuah professional assumption sekalipun. Di lain<br />
pihak, ketika proyeksi APBN meleset, maka angka penerimaan pajak adalah yang paling alot dan terakhir<br />
untuk direvisi pemerintah karena memang merupakan salah satu komponen vital dalam postur APBN kita.<br />
So, ketika Amnesti Pajak dengan begitu banyak kendala di awal pelaksanaannya, dengan begitu banyak<br />
yang pesimis dan pencibir program ini, dan ketika capaian program ini di periode pertama saja sudah jauh<br />
melebihi ekspetasi seorang pakar professonal assumption sekaliber Agus Martowardojo, maka sungguh mengusik<br />
insan DJP, ketika seorang petinggi lapangan banteng, entah berdasarkan instruksi atau opini pribadi<br />
menyatakan bahwa capaian Amnesti Pajak tidak berarti bahwa pegawai DJP mendapatkan insentif.<br />
Begitu menyentak harga diri, at least buat saya pribadi sih.., ketika eksternal Kemenkeu mengapresiasi hingga<br />
Bapak Agus Martowardojo pun harus mengakui bahwa Amnesti Pajak ternyata memiliki imbas positif terhadap<br />
ekonomi makro Indonesia, justru internal Kemenkeu cenderung acuh dengan capaian Amnesti Pajak.<br />
So, mari perlihatkan Kita Hebat terutama dari pihak luar, insentif hanya salah satunya, ke depan begitu berharap<br />
DJP lebih bisa mandiri menentukan target penerimaan yang lebih realistis, pun kalo hal tersebut masih<br />
sekedar utopia, ajukan perubahan klausul Perpres.37/2015 tentang Tukin, sehingga nilai Tukin minimal yang<br />
diperoleh pegawai DJP tidak lebih kecil dari nilai Tukin yang diterima sebelum Perpres No.37 tahun 2015 ini.<br />
Selanjutnya semoga revisi Undang undang KUP yang sudah di depan mata ini, benar-benar membuat slogan<br />
"Kita Hebat" tidak hanya sekedar pengakuan dari kita untuk kita saja, namun menjadi<br />
pengakuan dari pihak luar kepada DJP atau entah berubah nama apa kelak, bahwa,<br />
"Kita memang Hebat ".<br />
17<br />
Buletin dari Barat