Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
40<br />
discover - CULINARY<br />
Payakumbuh<br />
Teks & Foto : Dian Triasari<br />
Beruntunglah kita sebagai warga Negara Indonesia, serta banggalah<br />
menjadi masyarakat Minang atau Sumatera Barat. Karena kini telah memiliki<br />
sebuah warisan peninggalan nenek moyang berupa masakan rendang<br />
yang telah diakui oleh UNESCO<br />
r<br />
endang telah tercatat di UNESCO<br />
menjadi salah satu milik Indonesia sebagai<br />
warisan kebudayaan dalam bentuk kuliner<br />
asli dan diakui oleh dunia. Menurut tokoh Minang<br />
atau yang dituakan, dengan sebutan ‘Bundo<br />
Kanduang’, Riwayati (68), rendang sudah ada sejak<br />
abad 16 SM. Rendang adalah masakan tradisional<br />
yang diolah menggunakan bahan baku di sekitar<br />
rumah tempat tinggal masyarakat Minang.<br />
Rendang sebagai masakan berupa lauk pauk pertama<br />
dalam kebutuhan sehari-hari. Hal ini karena rendang<br />
mampu bertahan lama hingga beberapa bulan jika<br />
penyimpanannya baik dan benar. Rendang juga<br />
mencerminkan tingkat sosial masyarakat setempat,<br />
karena hanya mereka yang memiliki hewan ternak<br />
sapi yang mampu memasaknya.<br />
Selain bernilai sejarah, rendang juga<br />
mempunyai filosofi tersendiri bagi umat<br />
Muslim. Hal ini dijelaskan oleh Riwayati,<br />
bahwa daging diibaratkan sebagai ‘ninik<br />
mamak’ atau penghulu adat atau bundo<br />
kanduang, seseorang yang dituakan.<br />
Dimana mereka bertugas menjadi pendidik,<br />
mengajarkan anak ke arah lebih baik. Kemudian<br />
ada santan, terbuat dari kelapa diartikan cerdik<br />
pandai, tercermin pada kaum intelektual.<br />
Diharapkan membawa kepada ilmu<br />
pengetahuan adat yaitu “syarak mangato<br />
adat memakai” dengan maksud syariat Islam<br />
dipakai pada adat sebagai kebiasaan yang<br />
sesuai pada syariat agama.<br />
EDISI 78 | agustus <strong>2017</strong> |