12.09.2019 Views

E - PAPER RADAR BEKASI EDISI 12 SEPTEMBER 2019

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SATELIT <strong>BEKASI</strong> RAYA kamis, <strong>12</strong> <strong>SEPTEMBER</strong> <strong>2019</strong> 11<br />

Perluasan<br />

TPA Dinilai<br />

bukan Solusi<br />

CIKARANG – Perluasan TPA Burangkeng<br />

di Kecamatan Setu dinilai bukan solusi<br />

konkret untuk mengatasi persoalan sampah<br />

yang ada di Kabupaten Bekasi.<br />

”Ketika diskusi di hotel, saya menolak<br />

keras perluasan TPA Burangkeng. Itu bukan<br />

solusi mau diluasi 6.000 hektare juga akan<br />

penuh,” kata Ketua OKK Karang Taruna<br />

Kabupaten Bekasi, Acep Juandi, belum<br />

lama ini.<br />

Pria yang akrab disapa Leo ini mengusulkan,<br />

agar setiap desa mempunyai tempat<br />

pembuangan sampah sementara (TPSS).<br />

Kebetulan ide ini persis dengan wacana<br />

Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja yang ia<br />

sampaikan beberapa waktu lalu.<br />

Menurutnya, jika pembuangan sampah<br />

di 23 kecamatan hanya terkonsentrasi di<br />

Desa Burangkeng, maka tidak akan mengurangi<br />

keberadaan sampah sampah liar.<br />

”Setiap desa dan kecamatan itu, harus punya<br />

komitmen yang sama untuk menang gulangi<br />

sampah. Jangan hanya memberikan beban<br />

untuk Kecamatan Setu,” paparnya.<br />

Leo meyakini dengan pengelolaan TPSS<br />

yang profesional melalui pemisahan antara<br />

sampah organik dan nonorganik akan<br />

membuat volume sampah liar di Kabupaten<br />

Bekasi menyusut.<br />

Meski demikian, perlu adanya peraturan<br />

daerah yang mengikat agar setiap desa<br />

terdapat TPSS.<br />

”Ini kan bisa pakai dana desa, tapi perlu<br />

ada peraturan dari pemerintah. Ini tugas<br />

dewan baru jangan hanya membuat peraturan<br />

tata ruang. Tapi bagaimana mengelola<br />

sampah dengan baik,” paparnya.<br />

Untuk permasalahan lahan disebutkan<br />

Leo, pemerintah dapat memanfaatkan<br />

fasom-fasus perumahan sebagai TPSS.<br />

”Kan ada fasos-fasum, kita sebagai Karang<br />

Taruna memberikan saran. Ada satu item,<br />

perumahan itu wajib menyediakan TPSS,”<br />

demikian Leo.<br />

Sebelumnya, Kepala Bidang Kebersihan<br />

pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten<br />

Bekasi, Doddy Agus, mengatakan, prioritas<br />

untuk penanganan sampah perlu dilakukan<br />

dengan perluasan TPA Burangkeng.<br />

Menurutnya, hal tersebut sangat perlu<br />

dilakukan menyusul maraknya penumpukkan<br />

sampah di sungai dan terdapat<br />

1.600 ton sampah yang terangkut setiap<br />

harinya di Kabupaten Bekasi.<br />

Doddy juga menyatakan, pihaknya juga<br />

belum memprioritaskan pengadaan truk<br />

sampah karena dikhawatirkan akan membuat<br />

antrean di TPA Burangkeng. (pjk)<br />

ANTRE: Sejumlah truk<br />

sampah sedang berada<br />

di TPA Burangkeng,<br />

Desa Burangkeng,<br />

Kecamatan Setu<br />

beberapa waktu lalu.<br />

Warga Dukung Pengembangan Hidroponik<br />

LITERASI<br />

POJOK<strong>BEKASI</strong>.COM<br />

MEMBACA BUKU: Sejumlah pengunjung tengah membaca<br />

di Gramedia Expo BTC Mall 2, Selasa (10/9 ).<br />

Berburu Buku<br />

Murah di BTC Mall 2<br />

<strong>BEKASI</strong> TIMUR – Bagi pecinta literasi yang<br />

haus akan bahan bacaan, ada kabar baik.<br />

Buku-buku seharga Rp10.000-Rp20.000<br />

tersedia di Gramedia Expo di BTC Mall 2,<br />

Bekasi Timur.<br />

Obral buku Gramedia itu sudah berlangsung<br />

sejak 1 September <strong>2019</strong>, dan akan berakhir<br />

pada 30 September.<br />

Di tempat itu beragam genre buku tersedia.<br />

Mulai romansa, nonfiksi, sastra, buku anak,<br />

teenlit, motivasi, fantasi, dan psikologi terapan<br />

tersedia.<br />

Berdasarkan pantauan pojokbekasi.com, buku<br />

sastra, teentlit, dan romansa, mendominasi<br />

tampilan di rak-rak yang berjejer.<br />

Salah seorang pembeli, Azizah, mengaku<br />

selalu antusias dengan momen obral buku<br />

seperti ini. Dengan selembar uang Rp100.000<br />

ia mendapatkan 10 buku.<br />

”Murah banget ini, pilihannya juga banyak.<br />

Ada 10 sama 20 ribuan aja. Kebetulan judul<br />

bukunya bagus-bagus, saya sampai bingung<br />

milih. Padahal cuma niat beli tiga-empat lah,”<br />

kata warga Medan Satria itu, Selasa (10/9).<br />

Dengan antusias ia menyebut buku yang ia<br />

beli, yakni 4 buku karangan Mitch<br />

Albom, Kemolekan Landakkarya Muriel<br />

Barbery, Tart di Bulan Hujan karya Bakdi<br />

Soemanto, Juragan Haji karya Helvy Tiana<br />

Rosa, Bakti yang Melegenda karya Jusra<br />

Chandra, dan lainnya.(pjk)<br />

<strong>BEKASI</strong> SELATAN – Warga<br />

RW 11, Kelurahan Jakamulya,<br />

yang tergabung dalam Komunitas<br />

Petani Hidroponik Kota<br />

Bekasi Taman Cikunir Indah<br />

(Kopi-Kobi TCI) mendukung<br />

pengembangan hidroponik.<br />

Mereka ingin berperan aktif<br />

untuk mendukung program<br />

Pemerintah Kota Bekasi untuk<br />

menuju kemandirian kebutuhan<br />

pangan sehat.<br />

Ketua RW 11 sekaligus Pembina<br />

Kopi-Kobi TCI, Yoyo Cahyono<br />

Upoyo, mengata kan, pertanian<br />

dengan sistem hidroponik<br />

sangat cocok diterapkan di<br />

wilayah perko taan seperti Kota<br />

Bekasi. Kare na sistem hidroponik<br />

tidak membutuhkan lahan yang<br />

luas untuk bisa memenuhi<br />

kebutuhan pangan sehat bagi<br />

keluarga.<br />

”Pertanian dengan sistem<br />

hidroponik tidak menggunakan<br />

pestisida yang selalu digunakan<br />

oleh petani konvensional,”<br />

ka tanya, Rabu (11/9).<br />

Sehingga, kata dia, hasil sayuran<br />

dengan sistem hidroponik<br />

sehat dan memiliki cita<br />

rasa yang lezat. ”Ternyata bertani<br />

dengan menggunakan<br />

sistem hidroponik masih dapat<br />

dilakukan dan juga tetap dapat<br />

menghasilkan sayuran sehat,”<br />

ucapnya.<br />

Selain itu, menurut Yoyo, sistem<br />

bertani hidroponik dapat<br />

meningkatkan ekonomi rumah<br />

tangga serta mencip takan lingkungan<br />

yang hijau.<br />

Namun, dibutuhkan kemauan<br />

masyarakat untuk bertani dengan<br />

sistem sistem tersebut.<br />

”Serta perjuangan tim Kopi-Kobi<br />

TCI didalam memberikan pemahaman<br />

serta penyuluhan kepada<br />

masyarakat dengan menggandeng<br />

tim Petugas Penyuluh<br />

La pa ngan (PPL) di tingkat kecamatan<br />

yang di ba wah Dinas<br />

Pertanian dan Perika nan Kota<br />

Bekasi,” ujarnya.(pay)<br />

FOTO BERSAMA: Sejumlah warga RW 11 Kelurahan Jakamulya berfoto bersama.<br />

RAIZA SEPTIANTO/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

TIDAK PAKAI HELM<br />

Pengendara sepeda motor tanpa helm memperlambat laju kendaraan saat melintas di jalan<br />

bergelombang di Jalan Narogong, Bantargebang, Kota Bekasi, Rabu (11/9). Aksi pengendara<br />

tanpa helm dapat membahayakan keselamatan diri sendiri dan pengendara lain yang melintas<br />

di jalan yang disebut sebagai jalur tengkorak karena rawan terjadi kecelakaan.<br />

<strong>BEKASI</strong> SELATAN – Wacana<br />

penggabungan Kota Bekasi<br />

dengan DKI Jakarta mereda<br />

dua pekan belakangan. Akan<br />

tetapi, meski wacana mereda<br />

pada perbincangan, prosesnya<br />

masih terus berjalan dan diupayakan.<br />

Hal demikian diucap<br />

kan Wali Kota Bekasi<br />

Rah mat Effendi kepada pojokbekasi.com<br />

saat ditemui ruang<br />

kerjanya, Selasa (10/9) lalu.<br />

”Butuh waktulah, karena ini<br />

akan merubah 3 undang-un dang.<br />

Per tama, UU DKI, UU Jawa<br />

Barat, dan UU Kota Be kasi,” ucap<br />

Pepen, sapaan akrabnya.<br />

Setelah bertemu dengan<br />

Budayawan Betawi Ridwan<br />

Saidi pada 22 Agustus <strong>2019</strong>,<br />

selanjutnya ia akan bertemu<br />

dengan para petinggi Badan<br />

Musyawarah Masyarakat<br />

Betawi (Bamus Betawi).<br />

”Ini berkenaan dengan ekspek<br />

tasi bahwa Kota Bekasi<br />

harus lebih maju, kalau lebih<br />

maju, secara kultur memang<br />

ada keterkaitan dengan persoalan<br />

Jakarta, budayanya, kewilayahannya<br />

dulu,” kata ayah dari<br />

Ade Puspitasari ini.<br />

Lanjut Pepen, kemampuan<br />

pembangunan fisik DKI Jakarta<br />

jauh dengan Jawa Barat.<br />

”Akselerasi pembangunan<br />

kita kan meninggalkan kabupaten-kota<br />

lain di Jawa Barat.<br />

Jakarta tidak akan jadi daerah<br />

khusus (tak menjadi ibu kota<br />

lagi, Ed), tapi tidak akan<br />

berubah fungsi ekonominya,<br />

kan,” ucapnya.<br />

Mengenai persoalan nama<br />

IST/<strong>RADAR</strong> <strong>BEKASI</strong><br />

Pembahasan Bekasi<br />

Gabung Jakarta<br />

Terus Berjalan<br />

setelah bergabung nanti, sistem<br />

politik, dan lainnya, dapat<br />

dibicarakan dan disesuaikan<br />

dengan kebutuhan.<br />

Ia mengaku masyarakat Kota<br />

Bekasi yang plural mendukung<br />

wacana itu, meski demikian<br />

Pepen mengaku perlu pembuktian<br />

dengan survei, dan<br />

jajak komunikasi.<br />

”Insha Allah meninggalkan<br />

sebuah peradaban yang baik,<br />

karena niatnya yang baik,”<br />

kata Pepen usai ditanya soal<br />

ia yang akan menjadi wali kota<br />

terakhir Bekasi apabila wacana<br />

itu terealisasi.<br />

Secara historis, Bekasi merupakan<br />

bagian dari kewilayahan<br />

Jakarta, yakni Meester Cornelis<br />

pada era kolonial, dan Jatinegara<br />

Kun pada era penjajahan<br />

Jepang.<br />

Bekasi berpisah dengan<br />

Jakarta pada tahun 1950, dan<br />

masuk kepada Provinsi Jawa<br />

Barat. (pjk)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!